142466826 askep infeksi kulit

28
BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit boleh dikata sangat menjengkelkan. Namun banyak dari mereka yang sering menyepelekan keadaan ini, apabila belum terjadi hal-hal yang sekiranya mengkhawatirkan keadaan tubuh mereka. Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak. 90% kasus cacar air terjadi pada anak di bawah sepuluh tahun. Dan lebih dari 90% orang telah mengalami cacar air pada saat mereka berusia 15 tahun. Insidens penyakit ini paling tinggi terlihat pada usia 5 – 9 tahun. Cacar air terjadi akibat infeksi primer (pertama kali) Varicella Zoster Virus (VZV). Karena disebabkan virus, penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Namun setelah sembuh, VZV tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya dapat terakivasi kembali dalam bentuk herpes zoster (cacar ular atau shingles). Herpes zoster ini umumnya terjadi pada usia di atas 60 tahun dan pada sebagian besar kasus hanya terjadi sekali. Infeksi pada kulit itu sendiri disebabkan antara lain oleh : Bakteri, misalnya impetigo, furunkel (bisul), karbunkel Virus, misalnya herpes zoster Fungus (jamur), misalnya kutu air (Athlete’s foot); tinea pedis; tinea kapitis Kutu, misalnya pedikulosis; skabies B TUJUAN 1. Tujuan Umum

Upload: maria-kehi

Post on 08-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dgjkeafkcf

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A LATAR BELAKANG

    Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit

    boleh dikata sangat menjengkelkan. Namun banyak dari mereka yang sering

    menyepelekan keadaan ini, apabila belum terjadi hal-hal yang sekiranya

    mengkhawatirkan keadaan tubuh mereka.

    Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak.

    90% kasus cacar air terjadi pada anak di bawah sepuluh tahun. Dan lebih dari

    90% orang telah mengalami cacar air pada saat mereka berusia 15 tahun.

    Insidens penyakit ini paling tinggi terlihat pada usia 5 9 tahun. Cacar air

    terjadi akibat infeksi primer (pertama kali) Varicella Zoster Virus (VZV). Karena

    disebabkan virus, penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Namun setelah

    sembuh, VZV tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di

    bagian saraf tertentu dan nantinya dapat terakivasi kembali dalam bentuk

    herpes zoster (cacar ular atau shingles). Herpes zoster ini umumnya terjadi pada

    usia di atas 60 tahun dan pada sebagian besar kasus hanya terjadi sekali.

    Infeksi pada kulit itu sendiri disebabkan antara lain oleh :

    Bakteri, misalnya impetigo, furunkel (bisul), karbunkel

    Virus, misalnya herpes zoster

    Fungus (jamur), misalnya kutu air (Athletes foot); tinea pedis; tinea

    kapitis

    Kutu, misalnya pedikulosis; skabies

    B TUJUAN

    1. Tujuan Umum

  • Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu

    menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Infeksi Kulit

    2. Tujuan Khusus

    Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu:

    1. Dapat menjelaskan macam-macam Infeksi Kulit

    2. Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Infeksi Kulit

    3. Dapat menentukan diagnosa keperawatan dari Infeksi Kulit

    4. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Infeksi Kulit

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

  • A INFEKSI VIRUS

    HERPES ZOSTER (CACAR AIR)

    Cacar air atau varisela adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus

    varisela zoster. Kenapa disebut varisela zoster ? Karena setelah seseorang

    mendapat varisela (biasanya pada anak-anak) jika ia telah dewasa dan daya

    tahan tubuhnya berkurang (kurang gizi, stress, dll) maka varisela ini akan

    muncul dalam bentuk Herpes Zoster. Jadi penyakit ini hanya bisa muncul sekali

    seumur hidup jika kekebalannya terbentuk penuh (oleh sebab itu tanpa indikasi

    yang jelas lebih baik jangan mengkonsumsi obat anti viral). Sama seperti

    penyakit virus yang lain (influensa misalnya), penyakit ini akan sembuh sendiri.

    Yang perlu diperhatikan hanyalah efek samping dari penyakit ini seperti gatal,

    panas, dll. Gatal jika digaruk sampai luka maka akan meninggalkan jaringan

    parut. Bisa juga timbul infeksi (baik lokal maupun sistemik) jika luka garukan

    terkena kuman penyakit. Penularannya ? Orang yang terkena varisela akan

    menularkan ke orang lain selama kurang lebih 7 hari dihitung dari timbulnya

    gejala di kulit.Tentunya orang lain itu berdekatan dengan si sakit.Ada yang

    mengatakan bahwa sebaiknya varisela dialami pada waktu kecil daripada sudah

    dewasa.

    Masa inkubasi

    Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan.

    Gejala

    Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat

    merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada

    kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.

    Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil

  • yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu

    diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

    Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan

    dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal

    sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera

    mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan

    meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini

    lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan

    meninggalkan bekas lagi.

    Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera

    terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini

    memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah

    mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih

    lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih

    sulit menghilang.

    Diagnosis

    Diagnosis cacar air dilakukan secara klinis, artinya dari riwayat penyakit

    dan pemeriksaan fisik saja.3 Pemeriksaan laboratorium hanya dibutuhkan pada

    pasien dengan gejala yang tidak khas atau kompleks, atau untuk menentukan

    status kekebalan terhadap VZV pada orang-orang dengan risiko tinggi jika

    terinfeksi VZV.

    Komplikasi

    Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi, komplikasi dapat berupa

    a. Infeksi kulit oleh bakteri. Ini adalah komplikasi yang paling umum

    ditemukan.

  • b. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi

    pada anak yang usianya lebih tua atau pada orang dewasa. Bekas luka yang

    menetap ini tidak berhubungan dengan digaruk atau tidaknya luka maupun

    berat ringannya penyakit.

    c. Acute cerebellar ataxia. Komplikasi ini tidak umum ditemukan, dan

    cenderung lebih mungkin terjadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini

    ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat

    mengalami kesulitan berjalan, kesuliatn berbicara, dan gerakan mata yang

    berganti-ganti dengan cepat (nystagmus). Ataxia ini akan menghilang

    dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan.

    d. Pneumonia (infeksi paru-paru) atau encephalitis (infeksi otak) jarang sekali

    terjadi pada anak yang sebelumnya sehat.

    e. Angka kematian akibat cacar air adalah sekitar 1,4/100.000

    Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang

    serius seperti cacar air yang berat di seluruh tubuh, pneumonia, dan

    hepatitis. Yang termasuk dalam kelompok tersebut misalnya:

    Bayi di bawah usia 28 hari.

    f. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah (misalnya pasien dengan

    HIV, penerima cangkok organ, penerima kemoterapi, pasien dengan

    leukemia)

    Penularan

    Cacar air sangat menular. Penularan dapat terjadi sejak 48 jam sebelum

    ruam pertama muncul hingga 5 hari setelahnya. Dengan demikian anak yang

    mengalami cacar air sebenarnya dapat kembali ke sekolah setelah 5 hari

    tersebut berlalu. Setelah tertular, umumnya dibutuhkan waktu sekitar 10 21

    hari sebelum gejala awal timbul. Jangka waktu ini dikenal sebagai masa

  • inkubasi. Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan, kontak langsung

    dengan cairan ruam, dan kontak dengan barang yang terkena cairan ruam seperti

    seprai, selimut, atau handuk.

    Penanganan

    Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya,

    penanganan cacar air terutama ditujukan untuk meringankan gejala. Yang dapat

    dilakukan adalah:

    a. Tirah baring secukupnya

    b. Parasetamol untuk menurunkan demam

    c. Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa

    gatal

    d. Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan

    pada anak-anak yang sangat kecil.

    e. Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam

    mulut.

    Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:

    a. Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti

    chlorpheniramine. Obat golongan ini tidak signifikan untuk menangani rasa

    gatal pada cacar air.

    b. Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa

    komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama

    kali muncul, antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya sakit.

    Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir (salah satu

    antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada cacar

    air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya

    respon kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat

  • dalam bentuk herpes zoster (cacar ular). Antivirus dapat dipertimbangkan

    untuk digunakan pada cacar air dengan komplikasi yang berat, cacar air

    pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan sistem kekebalan

    tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam jangka

    waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.

    c. Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.

    Pencegahan

    Cacar air dapat dicegah dengan beberapa cara:

    a. Vaksinasi. Vaksinasi memberikan perlindungan penuh dari cacar air pada 8

    9 dari 10 orang. Pada orang yang tetap mengalami cacar air setelah

    vaksinasi, cacar air yang dialami sangat ringan, dengan jumlah ruam di

    bawah 50, demam ringan atau tanpa demam, dan hanya berlangsung

    beberapa hari. Vaksinasi diberikan pada kelompok-kelompok berikut:

    b. Anak dengan usia antara 12 18 bulan yang belum pernah mengalami cacar

    air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi

    c. Anak dengan usia antara 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah

    mengalami cacar air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi

    d. Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau

    tinggal di lingkungan di mana penularan cacar air sangat mungkin terjadi,

    misalnya di sekolah, penitipan anak, rumah sakit, asrama, penjara, atau

    barak militer

    e. Wanita usia reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak

    dalam keadaan hamil

    f. Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan

    tinggal dengan anak-anak

    g. Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami

    cacar air

  • h. Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG). VZIG adalah zat kekebalan

    terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan hanya pada kelompok-

    kelompok tertentu yaitu:

    i. Orang dengan sistem kekebalan yang rendah

    j. Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah mengalami

    cacar air sebelumnya

    k. Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu

    atau berat lahirnya kurang dari 1000 g

    l. Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau

    mengalami cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah

    persalinan

    Yang penting diingat adalah bahwa VZIG hanya efektif mencegah

    terjadinya cacar air jika diberikan dalam jangka waktu 96 jam setelah paparan

    terhadap kasus cacar air.

    Waktu karantina yang disarankan

    Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah

    berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap mandi seperti

    biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan dapat menginfeksi kulit yang

    sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit

    hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika mengeringkan

    tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu

    keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang

    mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit

    sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat

    juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan

    anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses

  • penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung

    vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.

    B INFEKSI KUTU

    a. SCABIES

    Definisi

    Scabies merupsksn penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kutu

    Sarcoptes Scabies yang dapat menimbulkan gatal

    Etiologi

    Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual akan

    disebabkan oleh Sarcoptes Scabies. Penyakit ini dapat ditemukan pada

    orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi hygine dibawah standar

    sekalipun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat bersih.

    Namun demikian infeksi parasit ini sering juga menjangkit jari-jari tangan

    dan dapat menimbulkan infeksi. Tinggal semalam dengan orang yang

    terinfeksi dan saling bergantian pakaian dengan orang yang terjangkit dapat

  • menjadi sumber infeksi. Eptugas kesehatan yang melakukan kontak fisik

    yang lama dengan pasien Scabies dapat pula terinfeksi.

    Patofisiologi

    Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan Scabies, seperti

    keadaan ekonomi yang rendah, hygine yang buruk dan berhubungan seksual

    yang bersifat promiskuitas. Scabies berkembang sewaktu tungau gatal yang

    mikroskopis yang memasuki tubuh manusia sebagai tuan rumahnya dan

    mengganggu reaksi sensitifitas kulit. Tungau dapat hidup sepanjang

    hidupnya dalam kulit manusia. Tungau betina membat liang kedalam kulit

    untuk meletakkan telurnya yang berjumlah 2-3 butir sehari selama sebulan.

    Larva menetas dalam waktu 2-4 hari berlanjut menjadi nimfa dan kutu

    dewasa dalam tempo 10 hari.

    Diperlukan waktu 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya

    gejala. Pasien akan mengeluh gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi

    tipe lambat terhadap kutu dan butiran fesesnya. Dengan pemeriksaan yang

    menggunakan kaca pembesar dan senter maka ditemukan terowongan pada

    permukaan kulit yang berupa tonjolan kulit yang kecil. Terowongan bisa

    berupa lesi lurus atau bergelombang. Biasanya terowongan terdapat pada

    permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi siku,

    lipatan aksila, lipatan paha, atau lipatan gluteus.

    Manifestasi klinis

    Pasien akan mengeluhkan rasa gatal-gatal yang hebat. Salah satu tanda

    scabies yang klasik adalah peningkatan rasa gatal yang terjadi pada malam

    hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kehangatan kulit

    yang menimbulkan efek stimulus terhadap parasit tersebut. Lesi sekunder

    cukup sering dijumpai dan mencakup papula, vesikel, ekskoriasi serta kusta.

    Sumber infeksi bakteri dapat terjadi dari terowongan dan papula.

    Penatalaksanaan

  • Penderita Scabies diminta agar mandi dengan air hangat dan sabun

    untuk menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian

    kulit dibiarkan kering benar. Preparat Scabisida, seperti Lindane (Kwell)

    atau Krotamiton (krim dan lotion eurax) dioleskan tipis-tipis pada seluruh

    permukaan kulit, mulai dari leher bawah dengan hanya meninggalkan

    daerah muka dan kulit kepala (yang pada Scabies tidak terkena). Obat ini

    dibiarkan selama 12-24 jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk

    membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi obat 1x sudah dapat memberikan

    efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi tersebut diulang sesudah 1 minngu

    kemudian

    b. PEDIKULOSIS

    Ada 3 varietas kutu yang menjangkit manusia, yaitu:

    1. Pedikulus kapitis

    Merupakan infeksi kutu kepala atau tuma yang disebut pediculus

    humanus capitis pada kulit kepala

    Etiologi

    Infeksi kutu kepala disebabkan oleh kondisi yang terlalu berjubel

    hygine seseorang yang buruk. Umumnya pada anak-anak terutama pada

    anak perempuan, ditularkakn melalui berbagai macam cara seperti

    pakaian, topi, sisir, wig, dan sikat rambut.

    Patofisiologi

    Umumnya menjangkit anak perempuan, ditularkakn melalui

    berbagai macam cara seperti pakaian, topi, sisir, wig, dan sikat rambut

    yang terinfeksi oleh tuma. Telur iniakan melekat erat pada rambut

    dengan suatu substansi yang liat. Kutu meletakkan telur sebanyak + 3

    buah setiap harinya. Telur akan menetas menjadi tuma dalam waktu

    sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu. Telur

    tuma berbentuk oval, mengkilap, dan berwarna perak yang sulit dilepas.

  • Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan

    yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi

    bakteri sekunder seperti impetigo dan furunkulosis.

    2. Pedikulus korporis

    Merupakan infeksi kutu pada badan yang disebut pedikulosis

    humanus corporis

    Etiologi

    Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang

    hidup dalam lingkungan yang rapat srta tidak pernah mengganti

    bajunya. Penyebab umum dari infeksi kutu tubuh antara lain pemakaian

    pakaian yang sama untuk beberapa hari, hygine seseorang yang buruk

    dan kondisi yang berjubel. Kutu tubuh menyebar melalui kontak

    langsung atau melalui pakaian, seperi dan handuk.

    Patofisiologi

    Kutu tubuh hidup dalam lipatan pakaian, menyebar ke kulit dan

    menusuk kulit penderita dengan probosisnya untuk menghisap darah.

    Gigitan kutu menyebabkan bintik-bintik perdarahan yang kecil dank has.

    Pedikulosis korporis disebarkan melalui kontak langsung atau

    menggunakan pakaian, tempat tidur, dan handuk yang bergantian.

    3. Pedikulus pubis

    Merupakan infeksi phthrus pubis pada rambut pubis, tetapi

    kadang-kadang juga pada alis, bulu mata dan rambut aksila.

    etiologi

    Pedikulosis pubis merpakan infeksi phthrus pubis yang sangat

    sering dijumpai. Kutu ini menyerupai kepiting kecil yang menjepit

    rambut pubik. Infeksi parasit ini pada umumnya terjadi di daerah genital

  • terutama rambut kelamin. Phthirus pubis menyebar melalui hubungan

    kelamin atau kontak pakaian, seprei dan handuk yang terkontaminasi.

    Patofisiologi

    Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut

    dan bulu mata. Gigitan phthiruspubis menimbulkan macula yang dapat

    dilihat pada paha sebagai akibat ekskresi yang dihasilkan oleh kelenjar

    liur kutu. Phithirus pubis merayap disepanjang batang rambut kemaluan

    dan telurnya menempel erat dengan rambut. Infeksi kutu kemaluan dapat

    dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin.

    Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa

    gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.Kutu hampir tak

    dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari

    orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju

    atau barang lainnya. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun

    sebenarnya merupakan spesies yang berlainan.Kutu kemaluan memiliki

    badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu

    badan. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia,

    sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang

    bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung

    atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu

    kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering

    ditemukan pada murid-murid di satu sekolah. Penularan kutu badan tidak

    semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-

    orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang

    tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit

    tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang

    daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.

  • Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat. Penggarukan seringkali

    menyebabkan kulit terluka, yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi

    bakteri. Kadang terjadi pembengkakan kelanjar getah bening di leher

    belakang akibat adanya infeksi kulit kepala. Anak-anak hampir tidak

    menyadari adanya kutu kepala atau hanya merasakan iritasi kulit kepala

    yang samar-samar. Rasa gatal akibat kutu badan biasanya lebih hebat

    dirasakan di bahu, bokong dan perut. Kutu kemaluan menyebabkan rasa

    gatal di sekitar penis, vagina dan anus.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik

    (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu

    keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang menempel

    di rambut.

    Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut

    badan, tetapi juga pada lipatan baju yang bersentuhan dengan kulit. Kutu

    kemaluan meninggalkan kotoran berwarna coklat tua di pakaian dalam.

    Kutu kemaluan sulit ditemukan dan bisa terlihat sebagai bintik kecil

    kebiruan di kulit. Telurnya menempel di dasar rambut, sangat dekat dengan

    kulit.

    Pengobatan

    Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling

    efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen

    atau sampo) juga bias mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada

    anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang

    digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari

    setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk

    membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada alis atau bulu mata sulit

    untuk diobati; kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli

  • minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata. Jika

    sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui

    pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan

    kembali menginfeksi manusia.

    Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling

    efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen

    atau sampo) juga bias mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada

    anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang

    digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari

    setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk

    membunuh kutu yang baru menetas.

    Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati; kutu biasanya

    diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa

    membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata. Jika sumber infestasi (sisir,

    topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan

    atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi

    manusia.

  • C INFEKSI FUNGUS (JAMUR)

    KANDIDIASIS

    Etiologi

    Kandidiasis (Moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang

    sebelumnya disebut Monilia.

    Penyebab

    Jamur Candida.

    Candida biasanya menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut

    dan vagina). Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam

    (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat

    fatal. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada penderita gangguan

    sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau penderita kanker yang

    menjalani kemoterapi).

    Candida adalah penghuni normal saluran pencernaan dan vagina yang

    biasanya tidak menimbulkan penyakit. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang

    mendorong terjadinya infeksi oleh Candida:

    a. Kelembaban dan kehangatan.

    Jika lingkungan sekitarnya menguntungkan (misalnya lembab atau hangat)

    atau jika terdapat gangguan sistem kekebalan, maka jamur bisa menginfeksi

    kulit.

    Candida tumbuh dengan subur dalam suasana hangat dan lembab.

    b. Pemakaian antibiotik.

    Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida

    karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di

    dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.

  • c. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.

    Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.

    d. Kehamilan

    e. Obesitas (kegemukan)

    f. Diabetes.

    Gejala

    Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena:

    a. Infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa).

    Infeksi pada lipatan kulit atau pusar biasanya menyebabkan ruam

    kemerahan, yang seringkali disertai adanya bercak-bercak yang

    mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Bisa timbul bisul-

    bisul kecil, terutama di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau

    rasa panas. Ruam Candida di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah

    atau putih dan terasa gatal.

    b. Infeksi vagina (vulvovaginitis).

    Sering ditemukan pada wanit hamil, penderita diabetes atau pemakai

    antibiotik.

    Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai

    rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar

    vagina.

    c. Infeksi penis.

  • Sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya

    menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah

    bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis.

    d. Thrush.

    Merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih

    menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri.

    Bercak ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush

    pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan kekebalan,

    kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik yang

    membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan

    terjadinya thrush.

    e. Perlche.

    Merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan

    retakan dan sayatan kecil. Bisa bersal dari gigi palsu yang letaknya bergeser

    dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.

    f. Paronikia.

    Candida tumbuh pada bantalan kuku, menyebabkan pembengkakan

    dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning

    dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya

    Pengobatan

  • Penginfeksi biasanya mudah diatasi dengan krim atau lotion. Untuk

    infeksi kulit, vagina dan penis biasanya digunakan krim nistatin selama 7-10

    hari.

    Untuk infeksi vagina dan anus juga tersedia obat dalam bentuk suppositoria

    (obat yang dimasukkan langsung ke dalam vagina atau anus). Obat kumur atau

    dalam bentuk permen hisap diberikan kepada penderita thrush.

    Untuk infeksi kulit kadang diberikan salep corticosteroid bersamaan

    dengan krim anti-jamur karena salep bisa mengurangi gatal dan nyeri (meskipun

    tidak membantu penyembuhan infeksinya sendiri).

    Menjaga kulit tetap kering dapat membantu meredakan infeksi dan mencegah

    kembalinya jamur. Bedak polos atau bedak yang mengandung nistatin bsia

    membantu menjaga agar kulit tetap kering.

    D INFEKSI BAKTERI

    TETANUS

    Tetanus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium

    tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.

  • Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke

    sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada

    aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.

    Infeksi tetanus terjadi karena luka. Entah karena terpotong, terbakar, aborsi ,

    narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit)

    maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat

    hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat

    menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus.. Kuman yang

    menghasilkan toksin yang sangat kuat ini menyukai luka yang kotor, dalam, dan

    tidak terbuka sebagai tempat hidupnya.

    Kuman ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka tusuk atau luka

    iris yang dalam dan kotor. Selain itu bisa masuk melalui luka tusukan akibat

    duri, paku yang berkarat, atau benda-benda lain yang menyebabkan luka. Juga

    bisa karena luka kena peluru, pisau, gigitan hewan, atau tindik yang dibuat

    dengan jarum yang kotor.

    Pada bayi yang baru lahir, kuman ini dapat masuk melalui luka iris tali

    pusat yang tidak dipotong dengan pisau steril. Penyakit tetanus pada bayi yang

    baru lahir disebut tetanus neonatorum dan merupakan salah satu penyebab

    kematian terbanyak pada bayi.

    Masa Inkubasi

    Masa inkubasi kuman ini sangat bervariasi, 2 sampai 60 hari. Gejala yang

    timbul pada awalnya adalah nyeri kepala, gelisah. Rahang menjadi kaku,

    kemudian diikuti dengan otot-otot leher dan bagian-bagian tubuh lainnya.

    Serangan kejang nyeri pada rahang dan akhirnya pada seluruh tubuh. Selain itu,

    cahaya terang dan suara yang mendadak dan menggerakkan atau menyentuh

    penderita bisa menyebabkan kontraksi otot yang mendadak dan tidak dapat

    dikendalikan.

    Gejala

  • Gejala tetanus pada bayi, tiga sampai sepuluh hari setelah persalinan, bayi

    menangis terus menerus dan tidak mau menyusui. Tubuhnya demam, daerah

    pusat tampak kotor dan meradang, memerah dan membengkak akibat infeksi.

    Jika menemukan gejala ini, segera cari pertolongan ke rumah sakit atau dokter

    terdekat. Carilah atau periksalah seluruh tubuh penderita, luka atau borok yang

    meradang. Bukalah luka tersebut dan cucilah dengan sabun serta air matang dan

    keluarkan seluruh kotoran dari luka tersebut.

    Selama penderita masih bisa menelan, berikanlah cairan yang bergizi sedikit

    demi sedikit dan sering. Sedapat mungkin jangan menyentuh atau memindahkan

    penderita. Hindarkanlah dari cahaya dan bunyi-bunyian.

    Untuk mencegahya, lakukan vaksinasi tetanus sekeluarga. Bila terdapat luka,b

    ersihkan dan rawatlah dengan baik. Pada bayi yang baru lahir jagalah

    kebersihannya dengan baik. Mag

    Patofisiologi

    Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi

    bentuk vegetatif bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen

    jaringan yang rendah. Kuman ini dapat membentuk metalo-exotosin tetanus, yang

    terpenting untuk manusia adalah tetanospasmin. Gejala klinis timbul sebagai

    dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta

    syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor endplate dan setelah

    masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi,

    kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP.

    Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap

    susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi

    presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA

    dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai

    pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin

    masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas,

    otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang. Bilamana toksin

    mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum yang

  • spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga

    terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,

    saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular. Spame larynx, hipertensi,

    gangguan irama jantung, hiperpirexi, hyperhydrosis merupakan penyulit akibat

    gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah

    meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi dan

    pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus

    dikenali dan dikelola dengan teliti.

    Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang dalam misalnya luka

    yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng, karena luka tersebut

    menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laselerasi yang kotor,

    lika bakar dan patah tulang terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob

    yang ideal untuk pertumbuhan C. Tetani ini. Walaupun demikian luka-luka ringan

    seperti luka gores, lesi pada mata, telinga, atau tonsil dan traktus digestivus serta

    gigitan serangga dapat pula merupakan porte dentree (tempat masuk)dari C.

    Tetani.

    Hipotesis mengenai cara absorbsi dan bekerja toksin:

    1. Toksin diabsorsi di ujung syaraf motorik dan melalui aksis silindrik di bawa

    ke kornu anterior susunan syaraf pusat.

    2. Toksin diabsorbsi oleh susunan liumfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah

    arteri kemudian masuk ke dalam susunan syaraf pusat.

    Toksin tersebut besifat seperti antigen, sangat mudah diikat oleh jaringan

    syaraf dan apabila keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin

    spesifik. Namun toksin yang bebas dalam perdarahan sangat mudah dinetralkan

    oleh antitoksin. Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ini.

    Pada tetanus pada neonatus disebabkan oleh spora C. Tetani yang masuk

    melalu luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi

    syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang

    tidak steril, atau setelah dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan

  • sebagainya. Perjalanan penyakitnya seperti pada tetanus pada anak, tetapi lebih

    cepat dan berat.

    Derajat penyakit tetanus

    Derajat I (tetanus ringan)

    Trismus (lebar antar gigi sama atau lebih 2 cm)

    Kekakuan umum

    Tidak dijumpai kejang

    Tidak dijumpai gangguan respirasi

    Derajat II (tetanus sedang)

    Trismus (lebar kurang dari 1 cm)

    Kekakuan umum makin jelas

    Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan

    Derajat III a. tetanus berat

    Trismus berat (kedua baris gigi rapat)

    Otot sangat spastis, timbul kejang spontan

    Takipnea, takikardia

    Apneic spell (spasme laryng)

    Derajat III b. tetanus dengan gangguan saraf otonom

    Gangguan otonom berat

    Hipertensi berat dan takikardi, atau

    Hipotensi dan bradikardi

    Hipertensi berat atau hipotensi berat

    Cara mengatasi

    Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena

    mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Bagaimana gejala dan apa

    penyebabnya? Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang

  • (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya

    pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-

    kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

    Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal

    tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak

    bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat

    menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.

    Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan

    yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain

    itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan

    juga dapat mencegah infeksi tersebut.

    Apa yang menyebabkan infeksi tetanus? Infeksi tetanus disebabkan oleh

    bakteri yang disebut dengan Clostridium Tetani yang memproduksi toksin yang

    disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di

    sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang,

    sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada

    syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Entah

    karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk

    memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan

    berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal

    luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus.

    Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang

    mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua

    minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan

    penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar

    maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6

    minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari

    imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus

    dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval lima tahun: 25,

  • 30, 35 dan seterusnya. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan

    melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.

    D P T

    Walau vaksin seperti DPwT untuk penanggulangan Difteria, Pertusis, dan

    Tetanus (DPT) cukup ampuh, tapi masih ada beberapa hambatan dalam

    pemberian vaksin ini yaitu efek samping sebagai gejala ikutan setelah

    pemberian vaksin DPwT seperti demam, bengkak dan nyeri di sekitar suntikan.

    Hal ini disebabkan karena salah satu komponen dari vaksin ini yaitu komponen

    untuk pertusis merupakan sel yang utuh.

    Pada tahun 1974 di Jepang, vaksin DPwT ini untuk sementara dihentikan

    karena adanya beberapa kasus yang menyebabkan kematian. Perkembangan

    teknologi yang demikian cepat dan canggih mendorong para ahli untuk terus

    berusaha mengembangkan jenis vaksin DPT baru yang sama khasiatnya dengan

    vaksin yang telah ada namun tidak menimbulkan efek samping yang merugikan

    seperti diatas. Pada awal 1980 para ahli Jepang memperkenalkan vaksin DPT

    dengan komponen pertusis asellular (bukan sel utuh) yang bisa mengatasi

    permasalah tersebut diatas.

    Penggunaan vaksin DPaT secara luas dimulai pada 1994 di Jerman,

    dimana GlaxoSmithKline sebagai perusahan farmasi terdepan dalam penelitian

    dan pengembangan vaksin yang pertama kali meluncurkan vaksin DPaT dengan

    merek dagang Infantrix. Menurut dr. Fransiscus Chandra, Direktur Medikal

    GSK , kami menyadari bahwa salah satu faktor penting bagi suksesnya program

    imunisasi nasional adalah dengan meningkatkan pengertian orang tua akan

    pentingnya vaksinasi DPT dengan pemberian vaksin yang paling memberikan

    rasa nyaman atau efek samping yang paling minimal bagi bayi.

    Aselular pertusis yang terdapat dalam Infanrix terbentuk dari tiga

    komponen, yakni toksoid pertusis, filamentous haemagglutinin (FHA), dan

    pertactin (PRN). Selain Aselular pertusis, dalam Infanrix juga terdapat garam

    aluminium sebagai adjuvants (penguat), dan 2-phenoxyethanol sebagai

  • pengawet. Dalam setiap 0,5 ml (1 dosis), vaksin ini terdiri dari >30 IU toksoid

    difteri, >40 IU toksoid tetanus, 25 mcg toksoid pertusis, 25 mcg FHA, dan 8

    mcg PRN.

    Vaksin DPaT juga sangat bermanfaat untuk anak dengan riwayat kejang,

    demam dan kelainan syaraf. Bahkan, jenis vaksin baru ini juga tidak

    menyebabkan demam yang dapat memprovokasi terjadinya kejang.

    Vaksin Tetanus (DPT)

    Vaksin ini akan melindungi tubuh terhadap difteri, tetanus dan pertussis.

    DPT (DTP) dan DTaP adalah vaksin yang sama, hanya bentuknya saja berbeda.

    Vaksin yang diberikan lewat suntikan, ini terbukti mampu menghilangkan

    kemungkinan terkena difteri dan tetanus pada masa kanak-kanak, serta

    mengurangi secara nyata kasus pertussis. Di beberapa negara maju, saat

    mendaftar sekolah calon murid harus menunjukkan bukti telah mendapatkan

    vaksin ini secara lengkap.

    Vaksin diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari lima kali suntik, yaitu

    pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 15-18 bulan dan terakhir saat

    sebelum masuk sekolah (empat sampai enam tahun). Dianjurkan untuk

    mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11-12

    tahun atau paling lambat lima tahun setelah imunisasi DTP terakhir. Setelah itu,

    direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap sepuluh tahun.

    Tapi, pemberian vaksin harus ditunda, jika:

    anak sakit lebih dari sekadar panas badan ringan,

    anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal.

    Dianjurkan untuk tidak memberikan komponen pertussis dari vaksin, cukup DT

    (difteri & tetanus) saja. Setelah mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala

    seperti dibawah konsultasikan dengan dokter anak sebelum mendapatkan vaksin

    lainnya :

  • kejang-kejang dalam 3-7 hari setelah imunisasi

    kejang-kejang yang makin memburuk jika mengalami itu sebelumnya

    reaksi alergi

    kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau muka

    panas badan lebih dari 40 derajat celcius (105 derajat fahrenheit)

    pingsan dalam dua hari pertama setelah imunisasi

    terus menangis lebih dari tiga jam di dua hari pertama setelah

    imunisasi

    Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di

    sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak

    memberikan resep obat sebelum imunisasi. Seringkali pemberian vaksin, ini

    menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang

    diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.

    Penatalaksanaan

    Pencegahan

    a. Imunisasi aktif

    Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan dengan

    interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun (lihat

    Bab Jadwal Imunisasi).

    Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi TT pada

    ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 x suntikan toksoid. (untuk

    mencapai tingkat TT lifelong-card).

    b. Pencegahan pada luka

    Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang

    Luka ringan dan bersih

    Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS atau tetanus imunoglobulin

    Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif DPT/DT.

  • Luka sedang/berat dan kotor

    Imunisasi (-)/tidak jelas : ATS 3000-5000 U, atau tetanus

    imunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.

    Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun : ulangan toksoid, ATS

    3000-5000 U, tetanus imunoglobulin 250-500 U.

    Pemeriksaan Penunjang

    Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya

    meliputi :

    Darah

    Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N 2.5-

    5.5 mmol/L)

    BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan

    indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

    Elekrolit : K, Na

    Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

    Kalium ( N 4.5 6.5 mmol/L )

    Natrium ( N 135 144 mmol/L )

    Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan

    adanya lesi

    Waktu karantina yang disarankan