indonesia bebas pasung 2014

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan banyaknya masalah- masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah- masalah keperawatan jiwa Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa. B. Rumusan masalah 1. kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi 2. bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ? 3. apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ? 4. apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang mempengaruhi kesehatan jiwa ? 5. bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa? 1

Upload: mozuki

Post on 27-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

indonesia bebas pasung 2014

TRANSCRIPT

Page 1: indonesia bebas pasung 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan jiwa

Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.

B. Rumusan masalah1. kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi2. bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ?3. apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ?4. apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang mempengaruhi kesehatan

jiwa ? 5. bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa?6. Apa saja penyakit yang cenderung dalam keperawatan jiwa ?7. Bagaimana peningkatan Post Traumatic Syndrome Disorder8. Bagiamana peningkatnya dalam masalah psikososial?9. Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja?10. masalah dalam napza dan hiv/aids ?11. pattern of parenting dalam keperawata jiwa12. hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa?13. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?

BAB II

1

Page 2: indonesia bebas pasung 2014

PEMBAHASAN

A. Kecenderungan Trend dan Issue Keperawatan Jiwa

Trend dan issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi. Diantara hasil penelitian:

Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik, getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosional yg lebih baik.

Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.

2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa

Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti dua tahun terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien gangguan jiwa tidak lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa, PNS, pegawai swasta, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Penyebab dikalangan menengah ke atas sebagian besar akibat tidak mampu mengelola stress dan ada juga akibat post power syndrome atau mutasi jabatan. Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang

2

Page 3: indonesia bebas pasung 2014

mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.

Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

3. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

4. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi

Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat dituntut mampu m’berikan askep yg profesional dan dpt m’pertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa m’kembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era global harus membekali diri dgn bahasa

3

Page 4: indonesia bebas pasung 2014

internasional, kemampuan komunikasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.

5. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi masalah klinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pd konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjadi community base.

Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :

a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.

b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.

c. Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.

d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

6. Kecenderungan Penyakit

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan seperti psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang memadai baik dari segi kuantitas. Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang terpapar dengan kejadian Traumatis, yang

4

Page 5: indonesia bebas pasung 2014

mengalami, menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan dengan perilaku yang kacau.

Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang. Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari. Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang sedang terjadi), pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam, (gempa dan bencana tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental Disorder lll dan Lv serta Pedoman Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan, gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada diantara mereka yang berkali-kali telah mengalami pengalaman katastropik yaitu saat daerah tersebut ada dalam kondisi berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Kondisi itu memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga kondisi kejadian masyarakat di daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi manusia yang tanpa alasan selalu berusaha menghindar terhadap kejadian yang mirip, terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka juga menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-ulang. Akibatnya, tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi tubuh, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah dan seakan berada dalam kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau merasa seakan-akan kejadian traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik dalam bentuk disosiatif. Penelitian mutakhir tentang kajian trauma (trauma studies) mulai memahami bahwa trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual. Trauma muncul sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan. Dalam konteks tsunami Aceh dan bencana-bencana besar lainnya di Indonesia, kompleksitas sosial dan kultural sangat penting mengingat bahwa masyarakat telah mengalami dan menjadi saksi berbagai macam kekerasan sejak berlangsungnya operasi keamanan di daerah ini. Oleh karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan sekaligus proses kejiwaan yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan keluar dari lingkaran ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien yang mengalami yang mengalami bencana di seluruh penjuru Indonesia. Menariknya, Sigmund Freud sendiri pernah mengemukakan bahwa trauma adalah suatu ingatan yang direpresi. Dan, karena direpresi itulah maka trauma sering berlangsung secara tidak sadar dalam periode yang cukup lama. Guncangan psikologis yang disebabkan oleh ingatan mengerikan tentang gelombang tsunami, tentang mayat-mayat yang berserakan, dan tentang kehilangan banyak anggota keluarga sekaligus berpotensi untuk membentuk ingatan yang traumatis. Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk menekuni kajian trauma, juga menggarisbawahi proses yang dalam studi psikologi sering disebut sebagai transference. Istilah ini merujuk pada ‚“transfer“ pengalaman traumatis yang terjadi dari orang yang secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada orang lain yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa psikoanalis juga dapat mengalami proses

5

Page 6: indonesia bebas pasung 2014

transference saat ia secara tak sadar melakukan identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang terlibat dalam pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.

7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka menjdi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8. Meningkatnya Masalah psikososial

Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kesehatan Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi :

a) Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilai kehidupan manusia.

Misalnya:

Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia, mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.

Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas. Pemukiman yang sehat. Pemindahan tempat tinggal.

b) Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat terjadinya perubahan sosial, meliputi : Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan diperkirakan

menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu ketertiban/keamanan lingkungan).

Pemasungan penderita gangguan jiwa Masalah anak jalanan Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan) Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban

kekerasan pd anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional, berulang kali merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual, termasuk pemerkosaan, terorisme, dll)

Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan, penyerangan/penganiyaan secara fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan, terorisme dan lain-lain).

6

Page 7: indonesia bebas pasung 2014

Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt cemas, depresi, stress pasca trauma, dll)

Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik, gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan minat, gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).

Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan produktivitas, stress di tempat kerja, dll)

9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan malu dan terlilit utang.

10. Masalah Napza dan HIV/ AIDS

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.

7

Page 8: indonesia bebas pasung 2014

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.

Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

11. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di rumah spt. Mencuci, menyiram bunga dll.

Tipe Pola Asuh :

Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah

12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan

Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat

8

Page 9: indonesia bebas pasung 2014

angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

B. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatria) Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara

global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas (community based care) yang member penekanan pada preventif dan promotif.

b) Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.

c) Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.

d) Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

C. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat psikotropika yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di RS, tetapi dituntut lbh sensitif thd lingkungan sosialnya, serta berfokus pd pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care mjd community based care = trend yg signifikan dlm pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri hrs m’integrasikan diri dlm community mental health, dgn 3 kunci utama :

a) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hub perawat dgn profesi lain di komunitas.

b) Reformasi dlm yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.c) Intervensi keperawatan yang menekankan pd aspek pencegahan dan promosi kesehatan,

sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah maupun kualitas.

D. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatria) Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dpt dipertanggung jawabkan karena masih

kurangnya hasil2 riset keperawatan Jiwa Klinik.b) Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yg rendah dan

belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.c) Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali tdk

jelas “Position description.” job responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan.d) Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan).

9

Page 10: indonesia bebas pasung 2014

E. Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan Jiwa

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.Perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24dimensi spiritual, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dimensi spiritual.

Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat. Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :

a) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.

b) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.c) Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,

lisensi ) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010.

F. Isu Keperawatan Jiwa Terbaru

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas maka

10

Page 11: indonesia bebas pasung 2014

advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.

Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika orang berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan keserakahan yang sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang sebagai pecundang ini adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan menjilat atasan menjadi sebuah pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam benih maka dia akan menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus mampu menekan keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki keinginan maka mempertahankan melakukan segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah keharusan, alam, manusia dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan manusia tidak perlu ikut membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia melalaikan janji maka sifat manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor pemakluman terhadap situasi tersebut, tetapi janji tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar, jika kita berbuat baik maka pasti akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai hal buruk pula.

Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang - undang dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi, mengikuti kepentingan penguasa atau memang undang - undang tersebut memang untuk membuat sebuah keteraturan, ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang bahwa setiap warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya tersebut harus dibunuh. Undang - undang ini tentu untuk kepentingan penguasa karena berdasarkan ramalan salah satu bayi laki - laki tersebut yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja. Ketika akhirnya tuhan memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara menghanyutkan firaun dan semua pengikutnya ditengah lautan maka musnahlah kesombongan penguasa diktator tersebut.

Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci, jika manusia meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi spiritualitasnya, melakukan komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka kehidupan akan menuju sebuah keteraturan, dunia diciptakan dalam bentuk aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan malam, gelap dan terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya akan membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua kelebihan dan kekurangan

11

Page 12: indonesia bebas pasung 2014

dan secara sehat menerima setiap perbedaan sebagai sebuah paket utuh dari adanya persamaan, jika dunia berwarna putih semua maka akan monoton, bahkan asal mula kejahatan bermula dari rasa iri iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga, manusia pilihan yang diciptakan pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan berapa banyak keturunan adam yang juga mampu disesatkan oleh iblis dengan iming - iming kenikmatan dunia.

Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari berbagai racun yang mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang merusak pikiran, kelak jika memang kita mampu bertahan dengan pikiran baik dan hati yang baik maka kedepannya bukan tidak mungkin kita mampu menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak orang ketika banyak orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut melakukan aksi untuk membantu mencegah orang lain terkena penyakit pikiran atau gangguan jiwa, semakin banyak orang yang menyebarkan virus kebaikan ini maka bukan tidak mungkin generasi emas, generasi berlian, generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu menyilaukan mata dunia karena amal dan perbuatan mereka yang memang baik, orang baik tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku, orang baik hanya mengenal satu kata "semua manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk menghadapi kematian adalah "menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya". Semoga renungan ini menjadi sebuah pelajaran berharga.

Realitas di masyarakat bahwa terjadi pemasungan dan penelantaran penderita gangguan jiwa.Pasung : merupakan semua metode manual yang menggunakan materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang membatasi kebebasan dalam menggerakkan tangan, kaki atau kepala.Pengisolasian : merupakan tindakan mengurung sendirian tanpa persetujuan atau dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area yang secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan ruangan / area tersebut.

Pemasungan tersebut menghalangi setiap orang dengan gangguan jiwa untuk memperoleh dan melaksanakan hak hak nya sebagai warga negara. Hak tersebut meliputi :

1. Hak memperoleh pengobatan

2. Hak memperoleh penghasilan

3. Hak memperoleh pendidikan / pekerjaan

4. Hak memperoleh kehidupan social

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 148 menyatakan bahwa :

1. Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara

2. Hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi persamaan perlakuan dalam setiap aspek kehidupan, kecuali peraturan perundang undangan menyatakan lain.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 jumlah pasien dengan gangguan jiwa berat adalah 4,6 per seribu penduduk. Sehingga diperkirakan jumlah pasien pada kelompok usia 15-64 tahun adalah 650.000-700.000 orang. Dari kepustakaan diketahui pula bahwa dengan pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/ pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan yang kuat dari orang lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti yang biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10%

12

Page 13: indonesia bebas pasung 2014

sama sekali tidak menunjukkan perbaikan. Tidak diperoleh data nasional jumlah orang yang dipasung. Jika diperkirakan setiap kecamatan mempunyai 2 hingga 5 orang. Jika jumlah kecamatan 5.263 (2005) maka diperhitungkan jumlah orang yang dipasung 10.000 - 26.000 orang . Berbagai alasan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan. Seorang kader di suatu daerah memberikan kesaksian bahwa adiknya dipasung karena kecenderungan melemparkan dirinya ke dalam api. Ibu yang lain meminta warga memasung putranya karena tidak mampu menjaga. Putranya sering bepergian tanpa tujuan dan setelah beberapa hari diantar pulang oleh petugas.

Hindari pemasungan, Anggapan sebagian orang bahwa pasung dan penelantaran hanya terjadi di pedesaan, karena mereka menganut logika bahwa pemasungan terjadi karena akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi pada kenyataannya warga di kota besar juga melakukan pemasungan meskipun dengan cara yang berbeda. Jika di pedesaan penderita dipasung pada halaman belakang rumah jauh maupun dekat, sehingga warga desa yang lain dapat melihat atau menonton jika mereka berteriak atau karena tingkah lakunya, tidak demikian halnya diperkotaan. Pasien dikurung didalam kamar untuk

menutupi rasa malu bagi keluarga. Untuk menghindari pemasungan dan penelantaran, pemerintah sejak zaman Belanda telah berusaha mengurangi dengan menerapkan kebijakan yang humanis. Belanda mengikuti gerakan moral Eropa dan Amerika abad ke 20. Penderita gangguan jiwa yang disel dalam penjara (asilum) dibebaskan dan dirawat dengan perhatian. Sedangkan di Indonesia dengan cara membangun rumah sakit jiwa berkapasitas besar untuk menampung penderita yang menggelandang dan dipasung. Rumah sakit dilengkapi dengan berhektar-hektar lahan untuk dikelola sebagai sarana rehabilitasi dan sumber kehidupan bagi rumah sakit. Sayang, setelah penderita pulih, tidak diikuti dengan perawatan lanjutan dan berobat jalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi dan pengetahuan. Sehingga baru beberapa minggu atau bulan di rumah pasien diantarkan kembali ke rumah sakit. Namun, karena berbagai keterbatasan pengetahuan, jarak yang jauh, atau tidak mempunyai harapan, pasien dipasung atau ditelantarkan menggelandang. Bahkan terjadi juga keluarga dan masyarakat yang trauma dengan tingkah laku penderita, kemudian menolak pasien kembali. Mereka mengajukan permintaan tertulis kepada pemerintah setempat/ pihak keamanan yang disertai ancaman bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kehidupan pasien. Ini bentuk kepiluan lain atas keterbatasan pengetahuan dan ekonomi. Semoga dengan semangat “ Indonesia Bebas Pasung 2014”, dapat secara bertahap mengurangi kepiluan itu.

Untuk mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014, perlu disusun rencana penatalaksanaan dalam bentuk Road Map. Road Map merupakan perencanaan yang memuat langkah-langkah strategis dan operasional yang dilakukan secara bertahap sesuai dukungan berbagai pihak. Sedangkan tujuan menyusun Road Map Indonesia Bebas Pasung 2014 adalah terindentifikasinya strategi program intervensi yang mencerminkan kesepakatan, komitmen, kerjasama, koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor. Serta menyusun tahapan pelaksanaan

program Indonesia Bebas Pasung 2014 beserta indikator kinerjanya. Road Map akan memuat peran pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014. Selain itu juga mengetengahkan sarana pelayanan kesehatan jiwa, mekanisme pelayanan, sumber daya dan langkah-langkah pengembangannya. Upaya kesehatan jiwa tidak terlepas dari VISI dan Misi Kementerian Kesehatan 2010- 2014. Misi Kementerian Kesehatan adalah melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. Memberdayakan masyarakat, termasuk swasta dalam pembangunan kesehatan, dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Membebaskan anggota masyarakat Warga Negara Indonesia dari pemasungan dan penelantaran merupakan amanat

13

Page 14: indonesia bebas pasung 2014

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Melalui Pengobatan yang adekuat, baik dosis maupun jenis obat, terbukti dibanyak negara memberikan harapan akan pemulihan sehingga pasien dapat kembali produktif.

Untuk mengimplematasikan UU tersebut telah menyusun program kesehatan jiwa masyarakat dengan mengembangkan kebijakan program kesehatan jiwa di Provinsi, Kabupaten/Kota, meningkatkan peran serta lintas sektor dalam upaya kesehatan jiwa, meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan jiwa, dan membebaskan pasung dan mencegah terjadinya pemasungan kembali. Dari kepustakaan diketahui, pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan kuat dari lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti, biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan. Dua puluh lima persen penderita gangguan jiwa berat membutuhkan ruang rawat jangka panjang dan tempat mondok di masyarakat yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Kendala Untuk mewujudkan Indonesia Bebas Pasung, masih terdapat kendala, yaitu terbatasnya jumlah dan jenis tenaga kesehatan jiwa. Sementara tenaga psikiater tersebar tidak merata, sebagian besar bekerja di Pulau Jawa, terutama di Jakarta. Kemampuan dokter dalam mendiagnosis dan pemberian terapi masih perlu ditingkatkan. Disisi lain, pemanfaatan fasilitas kesehatan masih rendah. Sekitar 28% pasien yang berkunjung ke puskesmas menunjukkan gejala gangguan jiwa, namun 80% tidak terdiagnose dengan baik. Waktu rawat inap di RSJ masih panjang. Di satu pihak rasio tempat tidur dengan penduduk belum mencukupi tetapi angka pemanfaatan RSJ belum maksimal. RSJ beralih fungsi menjadi rumah sakit yang melayani pasien umum. Untuk menghadapi berbagai kendala, perlu program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, rujukan layanan kesehatan jiwa, serta pengembangan, langkah, tahapan dan kerja sama lintas sektor.

Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat, Upaya untuk melayani kesehatan jiwa masyarakat harus dilakukan oleh, untuk dan dari masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan kesehatan jiwa, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) akan menjadi garda terdepan. Peranan kader kesehatan yang merupakan bagian dari masyarakat dapat secara cepat dan tepat memantau kejadian sehari-hari di masyarakat, termasuk anggota masyarakat yang dipasung dan/atau terlantar. Kader segera menghubungi segera petugas kesehatan, atau mengantarkannya ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit. Diharapan keluarga dan masyarakat sekitar yang merasakan langsung perilaku penderita, mampu memahami tingkah laku pasien yang sekoyong-koyong berubah. Mengenali trauma oleh kenangan masa lalu membekas. Disamping itu juga mengetahui tindakan pemasungan dapat dibenarkan karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Upaya menyelamatkan ini akan menjadi lebih baik jika dilanjutkan dengan upaya pengobatan. Pengetahuan masyarakat tentang upaya pengobatan tidak mudah diterima, sebab konsep gangguan jiwa lebih dipahami sebagai non medis. Kebimbangan masyarakat terhadap gangguan kesehatan jiwa karena sepintas perilakunya sama dengan warga lainnya, kecuali adanya keyakinan yang salah akan suatu pandangan atau paham (waham), atau ada persepsi yang keliru (halusinasi)

Layanan rujukan kesehatan jiwa, Di era reformasi program puskesmas berkurang menjadi 6 program dasar. Pada 18 program pokok puskesmas upaya kesehatan jiwa merupakan salah satu dari program pokok tersebut. Namun pelayanan kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya kesehatan lain, seperti pengobatan, kesehatan ibu dan anak. Untuk mendukung pelayanan kesehatan jiwa, telah disusun Program Kesehatan Jiwa Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas Puskesmas dan RSU dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri dan meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri di RS Kabupaten/Kota dengan menyediakan 10 tempat tidur. Untuk pelayanan rujukan kesehatan jiwa, saat ini terdapat 48 Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

14

Page 15: indonesia bebas pasung 2014

dengan kapasitas 7.771 tempat tidur, yang terdiri dari 27 RSJ dikelola pemerintah daerah (4.800-an tempat tidur), 16 RSJ Swasta (590 tempat tidur) dan satu Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dikelola Kemenkes (2.326 tempat tidur). Sedangkan Rasio total tempat tidur per 10.000 penduduk adalah 0,4. Disamping itu, Rumah Sakit Umum kelas A dan B juga memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Beberapa RSU kelas C, rumah sakit yang dimiliki oleh TNI dan Polri juga menyediakan pelayanan kesehatan jiwa. Sementara provinsi yang belum mempunyai RSJ yaitu Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat, dan Kalimantan Tengah. Adapun program kesehatan jiwa rujukan yaitu: menerapkan standar pelayanan minimal rumah sakit jiwa, meningkatkan keterampilan petugas RSJ dalam memberikan pelayanan psikiatri anak dan remaja, memberi pelayanan psikogeriatrik dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam memberikan pelayanan psikiatri forensik. Disamping itu juga meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam menerapkan model keperawatan profesional, memberi pelayanan rehabilitasi psikososial dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam TPKJM(Tim Pembina, Pengarah dan Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat) Pengembangan, Langkah dan Tahapan Menuju Indonesia Bebas Pasung memerlukan pengembangan, langkah dan pentahapan. Pada level pemerintah pusat bertanggung jawab membuat pedoman dan petunjuk teknis membebaskan pasung. Berkoordinasi dengan kementerian terkait karena masalah pasung bukan menjadi domain kesehatan semata tetapi sudah memasuki wilayah hak asasi manusia. Sangat berkepentingan pemerintahan setempat (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, Kementerian Dalam Negeri), pihak keamanan, dinas sosial, agama, dan lain-lainnya. Bahkan swasta, lembaga swadaya masyarakat, pers, menjadi mitra kerja yang potensial. Pada level pemerintah daerah, Provinsi, Kabupaten dan Kota menerapkan aturan pelaksanaan tentang bebas pasung, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di pelayanan dasar dan rujukan dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan jiwa. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam promosi, pencegahan, deteksi dini dan pengobatan pasien dengan gangguan jiwa terutama pasien yang dipasung dan terlantar. Pada level masyarakat mendorong kesadaran akan adanya gangguan jiwa di antara mereka, sehingga pasien cepat mendapat pertolongan, membawa berobat atau mendorong keluarga untuk mau mendukung pengobatan. Pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang mungkin seumur hidup sehingga sering terjadi pasien dan keluarganya tidak melanjutkan pengobatan.

Kerjasama Lintas Sektor Untuk mendukung sukses program Indonesia Bebas Pasung, Menteri Kesehatan menjalin kerja sama dengan 11 Kementerian dan Lembaga Negara yaitu: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Kehakiman dan HAM, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, Kementerian Sekretaris Negara, Kepala Kepolisian RI, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kepala BKKBN.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15

Page 16: indonesia bebas pasung 2014

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.

Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.

Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah dengan melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang kesehatan lainnya.

B. Saran

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/01/trend-dan-issue-tentang-keperawatan-jiwa.html

16

Page 17: indonesia bebas pasung 2014

http://ngandel.blogspot.com/2011/04/trend-current-issue-dan-kecendrungan.html

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika Aditama.

17