indikator pembangunan berkelanjutan kota semarang - rukuh setiadi dkk

12
Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 - 6 1 INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG Rukuh Setiadi, Sih Jawoto, Mada Sophianingrum, Dhian Rosalia Abstrak Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang memberikan porsi seimbang pada kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Operasionalisasi konsep pembangunan berkelanjutan memerlukan indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi eksploratif dan komparatif. Data primer didapatkan dari sampel stakeholder pembangunan dan SKPD di Kota Semarang. Dilakukan review terhadap dokumen RPJP dan RPJMD , dan SPM bidang pembangunan dan pelayanan. Hasil studi menunjukkan bahwa indikator yang ada selama ini belum merepresentasikan indikator pembangunan berkelanjutan karena terlalu banyak melibatkan aspek sosial dan ekonomi dan kurang memberi perhatian pada aspek pemerintahan dan terutama lingkungan hidup. Indikator fisik dan ekonomi bisa menciptakan bias dan sebagian indikator tidak bisa terukur. Hanya sebagian kecil dari SPM yang dapat digunakan sebagai landasan indikator pembangunan berkelanjutan. Dari 30 urusan Pemkot Semarang (yang terdiri atas 25 urusan wajib dan 5 urusan pilihan), indikator dikelompokkan kedalam 23 urusan karena tidak semua urusan memiliki keterkaitan yang langsung dengan tema pembangunan berkelanjutan. Dari 23 urusan tersebut dihasilkan 148 indikator. Indikator tersebut selanjutnya di sebut sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kota Semarang (Semarang’s Sustainable Development Indicators SSDIs). Indikator pembangunan berkelanjutan Kota Semarang dihasilkan dari proses penggabungan atas pendapat SKPD, pendapat stakeholder, indikator eksisting yang telah disetujui, serta usulan indikator baru pembangunan kota. Kata kunci : indikator, pembangunan berkelanjutan, stakeholder, urusan Pendahuluan Pembangunan berkelanjutan adalah proses untuk membawa tiga proses pembangunan eekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Pada tingkat lokal, pembangunan berkelanjutan menghendaki bahwa pengembangan ekonomi dapat menopang kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya secara lokal. Jika hasil pengembangan ekonomi (kesejahteraan) tersebut ingin didistribusikan dalam jangka panjang, maka perlindungan lingkungan untuk mencegah terjadinya kerusakan ekologi adalah salah satu jalan yang harus ditempuh (ICLEI, 1996). Konsepsi pembangunan berkelanjutan sebagai suatu terminologi mengalami popularitasnya melalui publikasi WCED (1987) yang berjudul Our Common Future pada saat Konfrensi PPB untuk Lingkungan dan Pembangunan (UNCED). Pembangunan berkelanjutan selanjutnya didefinisikan sebagai “pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk memenuhi kehidupannya”. Pada perkembangannya, pembangunan berkelanjutan juga ditujukan untuk mencari strategi inovatif untuk merubah struktur kelembagaan dan kebijakan serta perubahan perilaku dari tingkat individu hingga tingkat global (IISD, 2005). Kriteria ideal indikator pembangunan berkelanjutan adalah : merefleksikan suatu dasar atau fundamen ekonomi dalam jangka panjang dan sosial- lingkungan bagi generasi yang akan datang mudah dipahami dan jelas: sederhana, dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat dapat dikuantitatifkan sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup masyarakat prediktif dan antisipatif memiliki acuan atau nilai ambang relatif mudah untuk diikumpulkan dan digunakan Aspek kualitas: metodologi yang digunakan untuk membangun indikator harus jelas terdefinisikan dengan akurat, secara ilmiah dan sosial diterima

Upload: widian-fitrawulan-darwis

Post on 29-Nov-2015

99 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Indikator Pembangunan Berkelanjutan

TRANSCRIPT

Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 - 6

1

INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KOTA SEMARANG

Rukuh Setiadi, Sih Jawoto, Mada Sophianingrum, Dhian Rosalia

Abstrak

Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang memberikan porsi seimbang pada

kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Operasionalisasi konsep pembangunan berkelanjutan

memerlukan indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya. Penelitian ini menggunakan metodologi

kualitatif dengan pendekatan studi eksploratif dan komparatif. Data primer didapatkan dari sampel

stakeholder pembangunan dan SKPD di Kota Semarang. Dilakukan review terhadap dokumen RPJP dan

RPJMD , dan SPM bidang pembangunan dan pelayanan. Hasil studi menunjukkan bahwa indikator yang ada

selama ini belum merepresentasikan indikator pembangunan berkelanjutan karena terlalu banyak

melibatkan aspek sosial dan ekonomi dan kurang memberi perhatian pada aspek pemerintahan dan

terutama lingkungan hidup. Indikator fisik dan ekonomi bisa menciptakan bias dan sebagian indikator tidak

bisa terukur. Hanya sebagian kecil dari SPM yang dapat digunakan sebagai landasan indikator pembangunan

berkelanjutan. Dari 30 urusan Pemkot Semarang (yang terdiri atas 25 urusan wajib dan 5 urusan pilihan),

indikator dikelompokkan kedalam 23 urusan karena tidak semua urusan memiliki keterkaitan yang langsung

dengan tema pembangunan berkelanjutan. Dari 23 urusan tersebut dihasilkan 148 indikator. Indikator

tersebut selanjutnya di sebut sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kota Semarang (Semarang’s

Sustainable Development Indicators – SSDIs). Indikator pembangunan berkelanjutan Kota Semarang dihasilkan

dari proses penggabungan atas pendapat SKPD, pendapat stakeholder, indikator eksisting yang telah

disetujui, serta usulan indikator baru pembangunan kota.

Kata kunci : indikator, pembangunan berkelanjutan, stakeholder, urusan

Pendahuluan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses

untuk membawa tiga proses pembangunan

eekonomi, sosial, dan lingkungan secara

seimbang. Pada tingkat lokal, pembangunan

berkelanjutan menghendaki bahwa

pengembangan ekonomi dapat menopang

kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan

sumberdaya secara lokal. Jika hasil

pengembangan ekonomi (kesejahteraan)

tersebut ingin didistribusikan dalam jangka

panjang, maka perlindungan lingkungan untuk

mencegah terjadinya kerusakan ekologi adalah

salah satu jalan yang harus ditempuh (ICLEI,

1996).

Konsepsi pembangunan berkelanjutan

sebagai suatu terminologi mengalami

popularitasnya melalui publikasi WCED (1987)

yang berjudul Our Common Future pada saat

Konfrensi PPB untuk Lingkungan dan

Pembangunan (UNCED). Pembangunan

berkelanjutan selanjutnya didefinisikan sebagai

“pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kesempatan generasi yang akan datang untuk

memenuhi kehidupannya”.

Pada perkembangannya, pembangunan

berkelanjutan juga ditujukan untuk mencari

strategi inovatif untuk merubah struktur

kelembagaan dan kebijakan serta perubahan

perilaku dari tingkat individu hingga tingkat

global (IISD, 2005).

Kriteria ideal indikator pembangunan

berkelanjutan adalah :

merefleksikan suatu dasar atau fundamen

ekonomi dalam jangka panjang dan sosial-

lingkungan bagi generasi yang akan datang

mudah dipahami dan jelas: sederhana, dapat

dimengerti dan diterima oleh masyarakat

dapat dikuantitatifkan

sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup

masyarakat

prediktif dan antisipatif

memiliki acuan atau nilai ambang relatif

mudah untuk diikumpulkan dan digunakan

Aspek kualitas: metodologi yang digunakan

untuk membangun indikator harus jelas

terdefinisikan dengan akurat, secara ilmiah

dan sosial diterima

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

2

sensitif terhadap waktu: jika diaplikasikan

setiap tahun indikator dapat menunjukan

trend yang representatif

Sumber: Warren, 1997.

Operasionalisasi atau implementasi konsep

pembangunan berkelanjutan memerlukan

indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya,

dalam arti untuk mengetahui apakah suatu

kegiatan, program ataupun kebijakan dapat

dikatakan berkelanjutan (sustainable) atau tidak

berkelanjutan (unsustainable).

Penyusunan indikator pembangunan

berkelanjutan di tingkat nasional merupakan hal

yang banyak dijumpai tetapi sangat langka

dijumpai di tingkat kota di Indonesia. Pemerintah

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang

berupaya mengintegrasikan prinsip pembangunan

berkelanjutan sebagai indikator pembangunan

kotanya. Tantangan yang diantisipasi dalam

penelitian ini adalah tingkat aplikasi dari indikator

yang telah dihasilkan. Seringkali sebuah indikator

sebagai instrumen pembangunan yang dihasilkan

melalui proses akademik tidak dapat

diimplementasikan atau bahkan ditolak karena

tidak bisa dilembagakan secara formal. Oleh

karenanya dalam penelitian ini indikator yang

dihasilkan akan dikelompokkan kembali

berdasarkan kewenangan daerah yang terdiri

dari beberapa urusan (tertuang dalam PP No. 38

Tahun 2007) dan dalam implementasinya akan

diselaraskan dengan ketentuan penyelenggraan

pemerintahan yang terdapat dalam PP

No.3/tahun 2007.

Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui progres atau pencapaian

(benchmarking) pembangunan Kota Semarang

dari perspektif pembangunan berkelanjutan.

2. Mempermudah upaya Pemerintah Kota

Semarang dalam mengidentifikasi area-area

pembangunan yang diindikasikan masih lemah.

3. Sebagai indikator pembanding bagi

keberhasilan pembangunan daerah yang pada

umumnya hanya diukur dari keberhasilan

pembangunan ekonomi.

4. Sebagai instrumen penilaian kinerja

pembangunan Kota Semarang.

Metodologi dan Pengumpulan Data

Metodologi yang dipilih dalam penelitian ini

adalah metodologi penelitian kualitatif, dengan

pendekatan studi eksploratif dan komparatif.

Unit analisis utama yang menjadi objek penelitian

ini adalah stakeholders pembangunan. Untuk

mendapatkan elemen stakeholders pembangunan

yang representatif, dalam studi ini dilakukan

klasifikasi stakeholders berdasarkan orientasi

pemanfaatan sumberdaya (lokasi) dan

kepentingannya.

Data primer berasal dari pendapat/persepsi key

persons (tokoh kunci) terhadap indikator

pembangunan Kota Semarang melalui indepth

dan semi-structured interview. Tokoh kunci diambil

dari perwakilan stakeholders pembangunan dan

SKPD di Kota Semarang.

Data sekunder didapatkan dari dokumen

penelitian tentang isu strategis pembangunan

Kota Semarang, dokumen rencana pembangunan

Kota Semarang (RPJP dan RPJMD), dan

Keputusan-keputusan walikota mengenai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) berbagai bidang

pembangunan dan pelayanan kota.

Hasil dan Pembahasan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Kota Semarang berisi beberapa isu strategis dan

kondisi yang ingin diharapkan untuk Kota

Semarang dalam jangka waktu 25 tahun kedepan.

Hal tersebut nantinya menjadi dasar dalam

pencapaian indikator keberlanjutan kota.

PP no 3 tahun 2007 secara substansial hanya

mengatur secara garis besar muatan yang harus

disampaikan oleh kepala daerah, baik yang

berupa LKPJ atau LPPD. Muatan yang diatur

LPPD kepada pemerintah bisa dikatagorikan

tidak dibatasi karena bias menyangkut semua

urusan yang didesentralisasikan, tugas

pembantuan, dan tugas umum pemerintahan.

Sedangkan muatan dalam LKPJ kepada DPRD

adalah sama sebagaimana pada LPPD, ditambah

dengan arah kebijakan umum dan pengelolaan

keuangan daerah secara makro.

Jika ditelaah secara komparatif dengan

indikator pembangunan berkelanjutan yang

sudah dirumuskan di misalnya UK, New Zealand,

Korea, atau Latvia, peneliti berpendapat bahwa

indikator yang merupakan representasi dari LKPJ

belum merepresentasikan indikator

pembangunan berkelanjutan karena beberapa

alasan sebagai berikut:

Indikator diatas masih timpang atau belum

secara seimbang memberikan porsi yang

sama baik pada aspek sosial, ekonomi,

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

3

lingkungan, dan pemerintahan. Indikator dari

substansi LKPJ diatas masih terlalu berat

dari sisi sosial dan ekonomi dan kurang

memberi perhatian yang memadah pada

aspek pemerintahan dan terutama

lingkungan hidup.

Indikator fisik dan ekonomi yang disajikan

dalam LKPJ juga merupakan indikator yang

bisa menciptakan bias. Bias dalam konteks

ini adalah belum tentu kemajuan fisik dan

ekonomi tersebut menciptakan

kesejahteraan bersama dan memberikan

implikasi yang positif bagi lingkungan hidup.

Sebagai contoh peningkatan produksi ikan

sepertinya indikator yang positif, namun

bagaimana dengan jumlah ketersediaan

cadangan ikan. Mengapa yang dijadikan

indikator bukannya jumlah ketersediaan

cadangan ikan di wilayah pesisir dan laut

Kota Semarang? Padahal kita ketahui

bersama jika cadangan tersebut tersedia

maka secara teoritis perekonomian kota

akan berjalan dengan lebih baik.

Beberapa indikator juga tidak bisa diukur

dan tidak memiliki satuan yang bisa terus

dipantau untuk melukiskan progres

pembangunan Kota Semarang.

Pandangan stakeholders terhadap Indikator

Pembangunan Kota semarang saat ini :

Stakeholder yang menjadi responden tidak

semuanya puas dengan indikator pembangunan

Kota Semarang, meskipun demikian beberapa

responden setuju terhadap indikator eksisting

walaupun dengan sedikit catatan. Variasi

ketidakpuasan terhadap indikator pembangunan

yang ada saat ini tergantung dari sudut pandang

bidang yang digeluti oleh responden, meskipun

demikian secara umum alasan ketidakpuasan

terhadap pembangunan kota adalah belum

berpihaknya indikator pembangunan kota

terhadap masalah lingkungan. Disamping itu

masalah banjir dan rob yang belum teratasi

sampai sekarang menjadi dasar lain bagi

ketidakpuasan terhadap indikator pembangunan

saat ini. Beberapa alasan lain yang mendasari

ketidaksetujuan mereka diantaranya adalah

sebagai berikut:

Indikator pada bidang sosial dan

lingkungan kurang berimbang dengan

bidang ekonomi

Indikator tidak [dijalankan] dengan baik

dan berhenti pada konsep [indikator]

Indikator belum fokus terhadap masalah

lingkungan, masalah banjir adalah

buktinya

Indikator masih belum sempurna karena

aplikasinya berbeda dengan konsep

perumusannya

Pemkot sering tidak konsisten terhadap

tujuan pembangunan dan aturan

perundangan

Stakeholder yang menjadi responden menaruh

harapan terhadap perumusan indikator

pembangunan Kota Semarang. Secara garis

besar, harapan terhadap indikator pembangunan

yang disusun adalah:

Indikator [diharapkan dapat

menyangkut aspek] regulasi yang secara

khusus mengatasi daerah-daerah rawan

banjir

Indikator diharapkan lebih merakyat

Indikator diharapkan peka terhadap

kebutuhan masyarakat

Indikator [diharapkan dapat menyentuh

kinerja] pemerintah dalam mengatasi

masalah rob, keamanan, dan

kesemrawutan perhubungan

Indikator pembangunan kota diharapkan

dapat sejalan dengan kegiatan

perencanaan pembangunan yang

dilakukan pemkot

Indikator diharapkan dapat sejalan

dengan urusan pemerintahan Kota

Semarang

Indikator [diharapkan dapat

menyangkut aspek] pembiayaan/

alokasi dana pelaksanaan pembangunan

Dari kajian terhadap SPM dapat dikatakan

hanya sebagaian kecil saja dari SPM yang telah

disusun oleh Pemkot Semarang yang dapat

digunakan sebagai landasan/ benchmark dalam

indikator pembangunan berkelanjutan. Minimnya

relevansi SPM untuk digunakan sebagai indikator

pembangunan Kota Semarang diantaranya karena

SPM cenderung berorientasi pada wujud hasil

pelayanan rutin (seperti mekanisme perijinan dan

prosedur birokrasi lainnya), daripada

berorientasi pada hasil akhir yang lebih nyata.

Rumusan Indikator Pembangunan

Berkelanjutan Kota Semarang

Dari 30 urusan Pemkot Semarang (yang

terdiri atas 25 urusan wajib dan 5 urusan

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

4

pilihan), studi ini pada akhirnya mengelompokan

indikator kedalam 23 urusan saja,. karena tidak

semua urusan memiliki keterkaitan yang langsung

dengan tema pembangunan berkelanjutan. Dari

23 urusan tersebut dihasilkan 148 indikator.

Indikator tersebut selanjutnya di sebut sebagai

Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kota

Semarang (Semarang’s Sustainable Development

Indicators – SSDIs).

Indikator pembangunan berkelanjutan Kota

Semarang dihasilkan dari proses penggabungan

atas: (1) pendapat SKPD, (2) pendapat

stakeholder, (3) indikator eksisting yang telah

disetujui, serta (4) usulan indikator baru

pembangunan kota. Tujuan dari penggabungan ini

adalah untuk merumuskan indikator-indikator

pembangunan kota yang baru dan dirinci

menurut urusan pemerintahan sebagai berikut:

BOX 10:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG URUSAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PERPUSTAKAAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Angka putus sekolah (Drop out/DO) Persentase (%) pelajar DO/ thn

2. Tingkat buta aksara dewasa Per 1000 Jiwa

3. APK pada jenjang pendidikan SMP Persentase (%) APK

4. Jumlah penduduk usia kerja yang telah menyelesaikan pendidikan lanjutan (APK pada jenjang SMA dan Pendidikan Tinggi)

Persentase (%) APK

5. Keterjangkauan biaya rata-rata pendidikan Rupiah (Rp)

6. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana pendidikan (%) kepuasan masyarakat

7. Terjaminnya akses masyarakat bidang pendidikan (%) pelajar thd total penduduk

8. Pengeluaran masyarakat untuk pendidikan (%) thd total pendapatan keluarga

9. Total pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (PDRB) Persentase (%) terhadap PDRB

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL - LINGKUNGAN pembangunan berkelanjutan dapat disasar dengan indikator 1-4, dengan alasan:

Pendidikan sebagai penguatan kapasitas masyarakat untuk bertindak lebih bijaksana terhadap lingkungannya

Pendidikan sebagai sarana komunikasi mengenal pembangunan berkelanjutan PILAR INSTITUSI - SOSIAL pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui indikator 5-7, dengan alasan:

Pendidikan dapat terlaksana jika dapat diakses dan terjangkau, transparansi adalah salah satu prasyaratnya

Kemudahan dan pemerataan masyarakat dalam memperoleh pendidikan sebagai peningkatan peran partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota

PILAR EKONOMI - SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 8-9, dengan alasan sebagai berikut:

Manfaat pembangunan ekonomi kota harus merata sehingga memungkinkan masyarakatnya untuk mampu memenuhi kebutuhan dasarnya akan pendidikan

Anggaran pemerintah kota harus menunjukkan keberpihakan dalam aspek pendidikan sebagai prasayarat perubahan sosial di masyarakat untuk menjadi lebih berwawasan lingkungan

BOX 11:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KESEHATAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Status gizi BALITA Per 1000 kelahiran balita

2. Kematian bayi Per 1000 kelahiran bayi

3. Kematian BALITA di bawah usia lima tahun Per 1000 kelahiran balita

4. Angka kematian ibu Per 1000 kelahiran hidup

5. Jumlah penderita TBC per 100 penduduk

6. Cakupan air bersih Persentase (%)

7. Cakupan universal child immunization (%) peserta imunisasi per tahun

8. Peserta keluarga berencana aktif (%) keluarga

9. Rasio ketersediaan obat sesuai kebutuhan/ jenis obat Persentase (%)

10. Rasio Rumah Sakit terhadap jumlah penduduk Rasio per 10.000 jiwa

11. Rasio tenaga medis terhadap penduduk Rasio per 10.000 jiwa

12. Kelurahan yang mengalami KLB yang ditangani < 24 jam Persentase (%) jiwa yang selamat

13. Pengaktifan posyandu purnama dan mandiri Jumlah kegiatan per tahun

14. Pengeluaran daerah untuk kesehatan Persentase (%) thd PDRB

Rumusan Indikator

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

5

PILAR SOSIAL - LINGKUNGAN pembangunan berkelanjutan pada urusan kesehatan dapat disasar dengan indikator 1-8, dengan alasan sebagai berikut:

Derajat kesehatan masyarakat (khususnya Balita dan Ibu) adalah fundamen bagi pencapaian pembangunan berkelanjutan

Baiknya tingkat kesehatan masyarakat, tingginya harapan hidup, minimnya kasus infeksi dan penularan penyakit merupakan representasi dari baiknya kualitas lingkungan

Rumusan Indikator

PILAR EKONOMI - SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 9-13, dengan alasan sebagai berikut:

Pelayanan dan jaminan kesehatan yang memadahi (termasuk didalamnya kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan dasar penunjang kesehatan) hanya dapat diakses manakala masyarakat memiliki kekuatan dan kesejahteraan secara ekonomi

Kebutuhan dasar penunjang kesehatan masyarakat (terutama air bersih untuk minum) hanya dapat dipenuhi manakala kondisi lingkungan terpelihara baik

PILAR INSTITUSI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 14-19, dengan alasan sebagai berikut: Kebutuhan sosial masyarakat sebagaimana tertuang dalam indikator pada butir (14-19) membutuhkan sistem kelembagaan/ institusional yang baik (transparan, akuntabel, pro-poor) guna mewujudkannya

BOX 12: RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PEKERJAAAN UMUM: BINA MARGA DAN PENGAIRAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Kualitas sistem drainase kota Semarang Persentase (%) luas genangan

2. Panjang (km) jalan dengan kondisi baik Persentase (%) thd total panjang jalan

3. Pengambilan air tanah per tahun km³ per tahun

4. Pengambilan air permukaan per tahun km³ per tahun

5. Rata-rata debit tahunan sungai-sungai utama dan kecil m3/ detik

6. Konsentrasi faecal coliform dalam air bersih Persentase (%) terhadap air bersih

7. Rata – rata total konsentrasi nitrogen dalam air Persentase (%) nitrogen setiap tahun

8. Rata-rata total konsentrasi phosporus dalam air Persentase (%) phosporus setiap tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui indikator 1-2 dengan alasan berikut:

Infrastruktur dasar khususnya (sistem drainase dan jalan ) memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. Semakin luasnya genangan dan buruknya kondisi jalan akan menghambat akses ekonomi dan menurunkan produktivitas kota.

PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL & EKONOMI dapat disasar dengan indikator 3-8 dengan alasan sebagai berikut:

Kelestarian air tanah dan permukaan sebagai ukuran dalam kelestarian lingkungan membuat semua aktivitas sosial dan ekonomi (yang tidak lepas dari kebutuhan akan air) dapat terus berjalan/ beroperasi

Kandungan air yang memenudi syarat-syarat kimiawi berpengaruh dalam menentukan kualitas derajat kesehatan masyarakat

BOX 13:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG URUSAN CIPTA KARYA: PERUMAHAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Penduduk yang tidak memiliki rumah Per 1000 penduduk

2. Jumlah rumah kumuh Unit per 1000 penduduk

3. Penduduk di permukiman formal dan informal Jiwa per Ha

4. Pembangunan rumah susun Unit per 1000 penduduk

5. Tingkat rata – rata kepadatan hunian baru Jiwa/luas hunian baru

6. Rasio jumlah populasi thd fasilitas umum dalam perumahan Unit fasum per 1000 penduduk

7. Luasan permukiman informal dan formal perkotaan Ha (hektar)

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI & LINGKUNGAN dapat dicapai melalui indikator 1-7 diatas dengan alasan:

Perumahan adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi dan sekaligus menunjukkan tingkat kesejahteraannya. Terbatasnya akses kepemilikan rumah, semakin banyaknya rumah kumuh, dan permukiman informal memicu tekanan yang lebih berat terhadap kelestarian lingkungan

Pengendaian pertumbuhan permukiman perkotaan, pengendalian laju urbanisasi, dan pengaturan lahan bagi alokasi pembangunan perumahan baru membutuhkan sistem kelembagaan/ institusional yang baik

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

6

BOX 14:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN TATA RUANG

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. TIngkat pencapaian sektor infrastruktur terhadap rencana tata ruang (%) persentase

2. TIngkat pencapaian sektor ekonomi terhadap rencana tata ruang (%) persentase

3. Persentase lahan terbuka hijau dalam RTR (%) persentase

4. Sosialisasi RTR (%) kepuasan publik atas sosialisasi RTR

5. Jumlah penegakan kasus pelanggaran tata ruang Kasus per tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR INSTITUSI – SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-5 dengan alasan sebagai berikut: Ketersediaan rencana tata ruang yang sesuai dengan kaidah perencanaan dan aturan perundangan, dan dapat tersosialisasikan dengan baik hanya dapat dicapai jika ada sistem kelembagaan yang berorientasi pada kepentingan publik.

BOX 15:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan thd PDRB Persentase (%) thd PDRB

2. Kesesuaian program kegiatan SKPD terhadap RPJM (%) persentase

3. Kesesuaian program kegiatan SKPD terhadap RKPD (%) persentase

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL – EKONOMI pembangunan berkelanjutan secara sekaligus dapat dicapai melalui ketiga indikator diatas dengan alasan sebagai berikut:

Penelitian memungkinkan kegiatan pembangunan akan sensitif terhadap berbagai konsekuensi jangka panjang dan ketidakpastian

yang akan terjadi terhadap kehidupan sosial, sistem ekonomi, dan kondisi lingkungan

Penelitian berkontribusi penting dalam pengoptimalan pengelolaan sumber daya dalam mewujudkan pembangunan yang lebih berkelanjutan

Semakin memadahinya sumberdaya manusia di bidang litbang merupakan representasi dari kuatnya kondisi sosial ekonomi

masyarakat

BOX 16:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PERHUBUNGAN

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Jarak pergerakan per orang per moda transportasi km per jiwa per tahun

2. Jumlah angkutan umum kota Per 10.000 penumpang

3. Tingkat kepadatan lalu lintas Level of Services (LoS)

4. Jumlah pengendara mobil per 1000 orang

5. Jumlah kecelakaan kendaraan Per 1 juta orang/ Per 1 juta kendaraan

6. Kontribusi sektor transport dalam perekonomian PDRB Persentase (%)

7. Kinerja pembangunan halte, terminal, transit point, lap. parkir Persentase (%) kepuasan masyarakat

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR LINGKUNGAN – EKONOMI & SOSIAL dapat disasar dengan indikator 1-7 dengan alasan sebagai berikut:

Pergerakan orang yang dilakukan dengan menggunakan moda transportasi memberikan efek yang signifikan melalui konsumsi bahan bakar dan polusi udara yang ditimbulkannya. Upaya untuk mengefisienkan pergerakan merupakan hal yang sangat esensial bagi pembangunan berkelanjutan.

Ketepatan penggunaan moda transportasi dan efisiensi pergerakan dalam masyarakat yang memberikan dampak minimal bagi lingkungan namun tetap optimal dalam memberikan manfaat dari segi sosial dan ekonomi

BOX 17:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Sediaan tanaman keras di kota besar sebagai paru – paru kota Rasio jumlah pohon per km (kilometer) panjang jalan utama

2. Persentase area yang dilestarikan (taman kota) terhadap total area (%) area taman dalam kota

3. Emisi gas rumah kaca Gigagram per tahun

4. Konsentrasi polutan udara di daerah perkotaan ppm, ppb, g/m³ per tahun

5. Rata-rata timbulan sampah dari sektor rumah tangga (Kg ) per tahun per KK (Ton) per tahun per unit Industri

6. Daur ulang sampah (%) sampah yg telah didaur ulang thd total timbulan

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

7

Rumusan Indikator Satuan Indikator

sampah

7. Kualitas sistem penanganan sampah (%) luas wilayah yang terlayani kepuasan masyarakat

8. Perijinan penambangan galian C kawasan hijau (%) jumlah penambangan berijin

9. Pengendalian terhadap pengambilan air bawah tanah (m³) per tahun

10. Proteksi pemerintah terhadap daerah konservasi Perda konservasi alam

11. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Jumlah projek lingkungan berbasis masyarakat per tahun

12. Kepuasan masyarakat terhadap kondisi lingkungan Persentase (%) kepuasan masyarakat

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL & EKONOMI dapat disasar melalui indikator 1-11 dengan alasan berikut ini:

Secara umum, indikator-indikator tersebut relevan dalam merepresentasikan kelestarian seluruh elemen lingkungan hidup (tanah, air, dan udara) di Kota Semarang

Semakin tingginya rasio antara sediaan jumlah pohon dan panjang jalan dan semakin luas total area taman dalam kota memberikan efek yang positif bagi kenyamanan dan kualitas kesehatan masyarakat pemakai jalan. Begitu pula dengan semakin rendahnya konsentrasi poliutan udara dan emisi gas rumah kaca akan memberikan efek yang sama

Semakin efektifnya pengelolaan sampah dengan berbagai model pengelolaan yang inovatif (seperti daur ulang) akan memberikan keuntungan baik dari sisi sosial (tenaga kerja) maupun ekonomi

Semakin kecilnya kadar zat-zat polutan dalam tubuh hasil-hasil laut akan berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan masyarakat PILAR LINGKUNGAN - INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 12-16 karena alasan sebagai berikut:

Kemampuan pemerintah dalam mengendalikan ijin penambangan, pengambilan ABT, mengarahkan kebijakan daerah yang berorientasi pada perlindungan lingkungan hanya dapat dicapai jika ada sistem kelembagaan yang akuntabel, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik.

Perumusan kebijakan yang akuntabel, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik yang memungkinkan tumbuhnya partisipasi masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup tidak tersalurkan manakala projek-projek berbasis masyarakat (sebagai media partisipasi) tidak tersedia

BOX 18:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PERTANAHAN Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Pembangunan baru (revitalisasi) area yg digunakan sebelumnya Ha (hektar) per tahun

2. Konversi lahan pertanian dan hijau menjadi perumahan baru Ha (hektar) per tahun

3. Penggunaan area untuk perkebunan dan pertanian Ha (hektar) per tahun

4. Total luasan lahan kritis Ha (hektar) per tahun

5. Area lahan pertanian yang subur dan permanen Per 1000 Ha

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL – EKONOMI – INSTITUSI secara bersamaan dapat disasar melalui kelima indikator diatas dengan alasan sebagai berikut:

Revitalisasi area, penurunan laju konversi perubahan lahan pertanian dan lahan hijau untuk pembangunan perumahan merupakan bentuk efisiensi pemanfaatan lahan. Upaya ini mengarah pada terciptanya pertumbuhan kota yang memusat (compact city) yang oleh banyak pakar dikatakan sebagai wujud pembangunan yang lebih berkelanjutan dibadingkan dengan pertumbuhan kota yang memencar (sprawling city).

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Peningkatan luas areal pertanian, perkebunan, dan semakin berkurangnya luasan lahan kritis merupakan bentuk dari optimalisasi pemanfaatan lahan yang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi

Pencegahan konversi lahan pertanian dan hijau untuk pembangunan perumahan hanya dapat dilakukan jika sistem kelembagaan yang ada akuntabel, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik

BOX 19:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Angka kelahiran Per 1000 jiwa/ thn

2. Angka kematian Per 1000 jiwa/ thn

3. Tingkat pertumbuhan penduduk Persentase (%) per tahun

4. Kepadatan penduduk per tahun dalam Kota Jiwa per Ha

5. Rasio pertumbuhan populasi di kota thd kawasan pinggiran Persentase (%) per tahun

6. Jumlah penduduk tetap di kota Jiwa per tahun

7. Kemudahan pengurusan administrasi kependudukan Waktu pengurusan administrasi (hari)

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

8

PILAR SOSIAL – EKONOMI – LINGKUNGAN disasar melalui indikator 1-6 diatas dengan alasan berikut:

Angka kelahiran dan kematian secara umum merepresentasikan derajat kesejahteraan sosial masyarakat

Angka kelahiran dan kematian, (plus migrasi) secara agregat menentukan tingkat pertumbuhan penduduk kota. Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, untuk Kota Semarang yang sudah relatif padat dan memiliki keterbatasan lahan akan berdampak negatif bagi masyarakat, terlebih jika tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terjadi dalam kondisi kemiskinan karena akan menciptakan tekanan yang berlebih terhadap lingkungan dan sumberdaya

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Rasio pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pinggiran kota juga berdampak negatif karena memicu terjadinya perubahan pemanfaatan lahan di wilayah pinggiran untuk pembangunan baru

Waktu pengurusan administrasi kependudukan merepresentasikan kapasitas institusi kependudukan dan capil terhadap pelayanan publik

BOX 20:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Rasio upah perempuan dan pria Persentase (%)

2. Partisipasi perempuan dalam perekonomian dan ORMAS Persentase (%)

3. Jumlah kasus kekerasan termasuk kepada anak-anak per 10.000 penduduk

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI – INSTITUSI didasar melalui ketiga indikator diatas, dengan alasan sebagai berikut:

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan prinsip keadilan dan kesetaraan, termasuk antar gender, sehingga semakin rendah rasionya mengindikasikan penerapan prinsip keadilan dan kesetaraan secara nyata

Semakin tingginya partisipasi perempuan dalam lapangan kerja mempengaruhi pendapatan keluarga dan secara keseluruhan berkontribusi pada produktivitas perekonomian kota

Sedikitnya kasus kekerasan terhadap anak-anak merepresentasikan adanya penghargaan terhadap prinsip keadilan dan kesetaraan

BOX 21:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Sarana –prasarana KB Rasio antara sarana –prasarana KB terhadap jumlah penduduk produktif

2. Tingkat penggunaan kontrasepsi pada masyarakat usia produktif Persentase (%) per tahun

3. Jumlah penduduk usia > 55 thn yang memiliki pensiun Persentase (%) per tahun

4. Jumlah anak-anak dalam keluarga per 10.000 populasi

5. Rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan Rupiah per bulan

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI dapat disasar melalui kelima indikator diatas dengan alasan berikut ini:

Rasio sarana-prasarana KB yang memadai dan tingkat penggunaan kontrasepsi yang tinggi merupakan faktor pendorong untuk mengadopsi konsep keluarga kecil.

Semakin kecilnya jumlah anak dalam keluarga merupakan tanda-tanda bagi rendahnya angka pertumbuhan. Semakin terkendalinya angka kelahiran, kemungkinan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga akan semakin besar

Semakin besarnya kelompok manula yang memiliki pensiun dan rata-rata pendapatan keluarga yang meningkat menandakan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi lebih membaik

BOX 22:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN SOSIAL Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Koefisien Gini untuk kesenjangan pendapatan Indeks Gini per tahun

2. Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan (%) thd total penduduk

3. Jumlah gelandangan (%) thd total penduduk

4. Tingkat pengangguran setiap tahun (%) thd total angkatan kerja

5. Angka kriminalitas yang terjadi tiap 100.000 penduduk Per 100.000 penduduk

6. Keresahan akan pencurian mobil, kekerasan fisik & perampokan (%) thd total penduduk

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI disasar melalui indikator 1 – 6 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Kesenjangan pendapatan merupakan karakteristik yang terjadi secara luas di negara-negara berkembang Asia, terutama di kota-

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

9

kota besar, termasuk Semarang

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan menekankan pada prinsip persamaan dan kesetaraan, termasuk antara mereka yang kaya dan miskin. Indeks Gini merupakan cara yang paling tepat untuk memonitornya

Semakin ditekannya jumlah penduduk miskin, jumlah gelandangan, dan angka pengangguran menunjukkan semakin baiknya kondisi ekonomi perkotaan

Kriminalitas merupakan sebuah fenomena yang terjadi dalam pembangunan sosial dan ekonomi sebagai ketidakseimbangan pembangunan sosial-ekonomi perkotaan. Pembangunan berkelanjutan berupaya membuatnya untuk lebih seimbang

BOX 23:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Jumlah individu yang bekerja (%) thd total penduduk

2. Populasi individu tidak bekerja dalam rumah tangga Jiwa per rumah tangga

3. Individu usia kerja yang secara ekonomi tidak aktif (%) thd total penduduk usia 14-65

4. Anak usia 10 – 19 tahun tanpa pekerjaan dan pendidikan (%) thd total penduduk usia 10-19

5. Jumlah perusahaan padat karya Unit per tahun

6. Rata – rata jam kerja karyawan Jam

7. Jumlah kecelakaan kerja setiap tahun Jumlah kecelakaan per 100.000 pekerja

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 1 -6 diatas karena alasan berikut:

Semakin besarnya jumlah individu yang bekerja, semakin besarnya populasi dalam individu dalam rumah tangga yang bekerja merepresentasikan kekuatan perekonomian kota dalam menyediakan lapangan kerja

Banyaknya perusahaan padat karya relevan untuk merepresentasikan kemampuan ekonomi kota dalam melakukan penyerapan tenaga kerja yang tidak memiliki pendidikan memadahi namun memiliki skill tertentu

Jumlah rata-rata jam kerja yang tidak berlebihan dan tidak terlalu kurang menunjukan adanya keseimbangan antara upah tenaga kerja dengan waktu, sedikitnya pengangguran tidak kentara di masyarakat. Hal ini mendorong kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik

PILAR SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 7 diatas karena alasan berikut ini:

Berkurangnya jumlah kecelakaan kerja menunjukkan perhatian dan ketegasan pemerintah terhadap aspek ketenagakerjaan. Kondisi ini dapat terwujud jika terdapat sistem kelembagaan yang memihak kepentingan para pekerja

BOX 24:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KOPERASI DAN UMKM Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Jumlah lembaga koperasi serba usaha yang dimiliki Unit per tahun

2. Rata-rata nilai aset (koperasi) yang dimiliki Rupiah per tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui kedua indikator diatas dengan alasan sebagai berikut:

Koperasi merupakan sistem untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dengan misi sosial yang melekat didalamnya. Semakin banyaknya jumlah lembaga koperasi dan semakin besar aset menunjukkan semakin baiknya kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat

Pengembangan koperasi relevan dalam menguatkan upaya pengembangan UMKM dan perekonomian kota secara umum

BOX 25:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PENANAMAN MODAL Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Prosedur perijinan investasi Lama pengurusan perijinan (hari)

2. Persentase investasi dalam PDRB Persentase (%) terhadap PDRB

3. Jumlah investasi riil yang dikeluarkan setiap tahunnya termasuk untuk perumahan

Rupiah per tahun

4. Nilai investasi modal asing / PMA Rupiah per tahun

5. Nilai investasi modal dalam negeri / PMDN Rupiah per tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR INSTUTSI –EKONOMI dapat disasar dengan indikator 1 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Singkatnya waktu pengurusan ijin investasi merupakan representasi dari sistem kelembagaan yang transparan, akuntabel, dan pro-investasi. Sistem semacam itu akan meningkatkan minat investasi

Prosentasi investasi dalam PDRB, nilai PMA dan PMDN merupakan ukuran kekuatan ekonomi kota dan sekaligus representasi baik-buruknya iklim investasi kota

PILAR EKONOMI - INSTITUSI

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

10

Kemudahan prosedur perijinan investasi akan menarik banyak investor ke Semarang (mendukung program Semarang Pesona Asia/SPA)

Peran investasi sangat signifikan dalam mendukung perekonomian kota

BOX 26:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Jumlah wisatawan yang berkunjung Jiwa per tahun

2. Rata-rata tingkat hunian hotel Persentase (%) per tahun

3. Rata-rata lama tinggal wisatawan asing hari

4. Pemeliharaan situs – situs sejarah dan religi (%) pengeluaran APBD bagi pemeliharaan situs pariwisata sejarah dan religi

5. Frekuensi event kesenian budaya tradisional Jumlah tiap tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 1-4 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Indikator-indikator diatas menunjukkan kinerja sektor pariwisata

Semakin banyaknya wisatawan, peningkatan okupansi hotel, dan peningkatan lama tinggal wisatawan mendorong perekonomian kota dan membuka kesempatan kerja

Pemeliharaan situs-situs sejarah dan religi relevan dengan aspek sosial dalam pelestarian budaya lokal dan pengoptimalannya

dalam menambah pendapatan kota

BOX 27:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KESATUAN BANGSA, POLITIK, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Peran serta masyarakat dalam Pilkada (%) keikutsertaan pemilih

2. Representasi gender dan etnis dalam Pilkada (%) dari total pemilih Pilkada

3. Jumlah pengaduan ke komisi HAM Jumlah kasus per tahun

4. Jumlah tindakan kriminal Jumlah kasus per tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar melalui indikator 1-2 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Peran serta masyarakat dalam politik (pilkada) mendorong terciptanya kepemimpinan yang transparan, akuntabel, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat (pemilih)

Semakin besarnya peran serta perempuan dan etnis minoritas berarti dihargainya hak-hak minoritas. Kondisi ini merepresentasikan prinsip keadilan dan kesetaraan yang sangat ditekankan dalam pembangunan berkelanjutan

PILAR INSTITUSI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 3-4 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Semakin kurangnya jumlah kasus HAM dan kriminalitas merupakan representasi dari bekerjanya sistem sosial atau kelembagaan yang ada di masyarakat

BOX 28:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM: PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET,

PENGAWASAN, & KEPEGAWAIAN Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Penerimaan pendapatan barang, jasa, investasi, dan transfer Rupiah per tahun

2. PDRB Rupiah per tahun

3. Indeks harga konsumsi Rupiah per tahun

4. Penyempurnaan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang (%) kepuasan masyarakat

5. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOT) RSUD (%) kepuasan masyarakat

6. Jumlah peraturan daerah dan keputusan walikota untuk kepentingan publik yang dijalankan

(%) thd total Perda dan SK Walikota yang dihasilkan

7. Penyederhanaan mekanisme pelayanan publik satu atap/ OSS Lama pelayanan (hari)

8. Pengaktifan P5 (Pusat Pengaduan Pelayanan Publik Pemerintah) Rasio tindakan per pengaduan

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – SOSIAL disasar melalui indikator 1-3 dengan alasan sebagai berikut:

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

11

Pertumbuhan produksi barang dan jasa, PDRB, dan kestabilan harga-harga kebutuhan konsumsi pokok merupakan dasar perkembangan dan kestabilan perekonomian kota

Indikator diatas mampu mengindikasikan pola konsumsi masyarakat perkotaan yang sangat mempengaruhi keberlanjutan lingkungan

PILAR INSTITUSI – SOSIAL & EKONOMI disasar melalui indikator 4-8 dengan alasan berikut ini:

Pelayanan kesehatan adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus diperhatikan

Peraturan-peraturan daerah, sistem birokrasi, dan lembaga bentukan pemerintah tidak memberikan efek sosial dan ekonomi jika tidak diimplementasikan atau difungsikan secara nyata

BOX 29:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PEKERJAAAN UMUM: KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Jumlah pengguna internet Per 1000 penduduk

2. Jumlah media elektronik yang ada Per 1000 penduduk

3. Jaringan telepon utama Per 1000 penduduk

4. Jumlah pelayanan publik online Jumlah jenis pelayanan

5. Rasio oplah media massa dengan jumlah penduduk Eksemplar per jiwa

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – EKONOMI & INSTITUSI dapat disasar melalui lima indikator diatas dengan alasan berikut:

Semakin tingginya jumlah pengguna media informasi (internet, elektronik, cetak) menunjukkan semakin kuatnya keterbukaan dan kebebasan dalam mengakses informasi

Akses informasi meningkatkan kapasitas sosial (pengetahuan dan ketrampilan) masyarakat, mempermudah koordinasi diantara pelaksana pembangunan, menciptakan efisiensi pelayanan pada masyarakat

Akses dan kebebasan informasi memberikan kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat dalam menciptakan peluang baru dalam bidang perekonomian

Ketersediaan akses dan kebebasan informasi menjadi prasyarat monitoring pembangunan berkelanjutan

BOX 30:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Rasio alat produksi pertanian thd luasan lahan pertanian Unit asintan per Ha (hektar) sawah

2. Jumlah kelompok tani per tahun Unit / tahun

3. Produksi buah-buahan tahunan Ton/ tahun

4. Produksi komoditas tanaman pangan (khususnya padi) Ton/ tahun

5. Produksi komoditas palawija Ton/ tahun

6. Produksi komoditas peternakan Ton/ tahun

7. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Persentase (%) per tahun

8. Area lahan pertanian yang subur dan permanen Per 1000 Ha

9. Rata-rata penggunaan pupuk organik Kg/Ha lahan pertanian

10. Penggunaan pestisida pertanian Kg/Ha lahan pertanian

11. Daerah perlindungan kesuburan lahan pertanian Hektar (Ha)

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-8 dengan alasan sebagai berikut:

Produktivitas sektor pertanian secara umum (peternakan, tanaman buah, dsb) merepresentasikan kekuatan ekonomi kota dan adanya daya dukung lingkungan untuk kegiatan-kegiatan tersebut

Produktivitas sektor pertanian tersebut merepresentasikan kemampuan dalam upaya penciptaan ketahanan pangan masyarakat kota dan meningkatkan kontribusinya bagi PDRB

PILAR LINGKUNGAN – EKONOMI dapat disasar melalui indikator 9-11 dengan alasan berikut ini:

Semakin luasnya daerah pertanian yang subur menjamin kelangsungan ketahanan pangan dalam masa-masa yang akan datang

Meningkatnya penggunaan pupuk organik dan penurunan pemanfaatan pestisida berarti mengurangi tingkat kerusakan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian, mengurangi eksploitasi lahan pertanian, dan meningkatkan derajat kesehatan konsumen hasil-hasil pertanian

BOX 31:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Rumusan Indikator Satuan Indikator

Indikator Pembangunan...... Rukuh Setiadi dkk

12

1. Produksi perikanan darat Ton/ tahun

2. Produksi perikanan laut Ton/ tahun

3. Rasio konsumsi ikan per kapita Ton/ tahun

4. Pemanfaatan tempat pelelangan ikan (%) kepuasan masyarakat

5. Konsentrasi zat kimia dalam ikan Cu,Zn, Hg, Cd dalam mg/kg

6. Konsentrasi zat kimia dalam moluska Cu,Zn, Hg, Cd dalam mg/kg

7. Konsentrasi zat kimia dalam sedimen laut mg/kg

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-4 dengan alasan sebagai berikut:

Produktivitas sektor kelautan dan perikanan secara umum (perikanan darat, laut) mepresentasikan kekuatan ekonomi kota dan adanya daya dukung lingkungan untuk kegiatan – kegiatan tersebut

Produktivitas sektor kelautan dan perikanan tersebut merepresentasikan kemampuan dalam upaya penciptaan ketahanan pangan masyarakat kota dan meningkatkan kontribusinya bagi PDRB

Semakin berkembangnya produksi perikanan darat dan laut menjamin kelangsungan ketahanan pangan dalam masa – masa

yang akan datang

BOX 31:

RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

URUSAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN Rumusan Indikator Satuan Indikator

1. Produksi komoditas tanaman hutan m3 per tahun

2. Volume Peremajaan hutan m3 per tahun

3. Penebangan kayu setiap tahunnya m3 per tahun

Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR EKONOMI – SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-3 diatas dengan alasan berikut:

Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas lingkungan

Pembangunan berkelanjutan tidak membatasi upaya maksimasi nilai sumberdaya saat ini selama tidak melebihi kemampuan sumberdaya tersebut dalam mempertahankan kelestariannya. Keseimbangan produktivitas komoditas tanaman hutan dengan demikian harus seimbang dengan upaya peremajaannya

Produksi tanaman hutan memiliki kontribusi ekonomi, sementara itu peremajaan hutan adalah bentuk pelestariannya serta memperkuat daya dukung lingkungan melalui jasa-jasa ekologis yang akan dihasilkan nantinya

Pengurangan volume penebangan kayu mengindikasikan perubahan positif dalam menyandarkan ketergantungan pada sumberdaya hutan dan menghargai nilai intrinsik yang melekat padanya