indikator mutu.doc

42
MAKALAH INDIKATOR MUTU Dosen Pengampu : Nama Kelompok : PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 i

Upload: sons

Post on 06-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MAKALAHINDIKATOR MUTU

Dosen Pengampu :

Nama Kelompok :

PROGRAM STUDI KEPERAWATANSTIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN2015

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan Makalah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dengan membahas mengenai Indikator Mutu.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Semarang, Mei 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. iKata Pengantar.................................................................................................. iiDaftar Isi........................................................................................................... iiiBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1B. Tujuan................................................................................................... 2C. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II ISIA. Pengertian............................................................................................. 3B. Macam-macam Indikator Mutu............................................................ 5C. Ukuran Indikator Mutu......................................................................... 10D. Kriteria Indikator Mutu ....................................................................... 12E. Indikator Mutu di Rumah Sakit ........................................................... 13F. Indikator Mutu di Keperawatan .......................................................... 17

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan........................................................................................... 24B. Saran..................................................................................................... 24

Daftar Pustaka................................................................................................... 25

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang

amat penting untuk segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Di tengah krisis multidimensi yang melanda di beberapa daerah, terdapat banyak masalah terjadi yang membuat masyarakat kebingungan untuk memajukan bangsa ini. Satu per satu masalah muncul, mulai dari bencana alam sampai penyebaran wabah penyakit. Isu yang paling mengancam saat ini adalah masalah kesehatan nasional. Masalah kesehatan nasional yang dihadapi bangsa kita sekarang adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan kesehatan yang buruk, serta kurangnya biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal kesehatan nasional merupakan fondasi penting dalam memajukan bangsa ini dari keterpurukan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah memadai dalam menangani masalah kesehatan Indonesia.

Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, sehingga diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan masyarakat yang padat modal, padat teknologi dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-harinya melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi pelayanan kesehatan.

Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan profesional personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan seperti pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit. Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan diperlukan suatu indikator tertentu yang perlu dipenuhi oleh setiap institusi pelayanan kesehatan agar dapat menjalankan pelayanan secara optimal.

1

B. Tujuan Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini bertujuan untuk mengetahui

secara umum tentang indikator mutu pelayanan kesehatan sehingga kita dapat melakukan tindakan sesuai protap dan ketentuan yg berlaku.

C. Manfaat Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang indikator mutu pelayanan

kesehatan adalah:1. Untuk mengetahui apa saja indikator pelayanan kesehatan yang ada di

institusi kesehatan terutama rumah sakit.2. Dapat mengoptimalkan kinerja pelayan kesehatan.3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan mutu pelayanan

kesehatan

2

BAB II ISI

A. Pengertian 1. Pengertian Mutu

Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Menurut beberapa pakar, definisi terhadap mutu adalah sebagai berikut: a. Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya (J.M.Juran).b. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan yang meliputi

availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness (Philip B. Crosby).

c. Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan mendatang (Deming, 1982)

Dalam pelaksanaan konsep mutu, mutu dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men, money, materials, machines and menchanization, modern information methods, markets, management, motivation dan Mounting Product Requirement.

Berdasarkan penelitian Zeithaml, Berry dan Parasuraman dimensi mutu secara umum yang diterapkan pada perusahaan jasa dikelompokkan menjadi: a. Realibility (keandalan) yakni berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat dan konsisten dengan yang telah dijanjikan.

b. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesediaan dan kemampuan karyawan untuk membantu pelanggan, merespon permintaan, dan menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat.

c. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya.

d. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan dan masalah pelanggan.

3

e. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.

Dimensi-dimensi mutu pelayanan harus diramu dengan baik, meskipun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi kesenjangan antara organisasi dan pelanggan, karena perbedaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan

2. Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah kelayakan, kesiapan, kesinambungan, efektivitas, kemanjuran, efisiensi, penghormatan dan perhatian, keamanan dan ketepatan waktu.

Pandangan terhadap mutu layanan kesehatan memiliki perspektif yang berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat sebagai berikut: a. Perspektif Pasien, adalah layanan yang dapat memenuhi kebutuhan

yang dibutuhkan dan diselenggarakan dengan sopan, tepat waktu dan tanggap.

b. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan (provider), adalah ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu.

c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan efektif.

d. Perspektif Pemilik Sarana Layanan Kesehatan, adalah layanan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan dengan tarif pelayanan masih terjangkau.

e. Perspektif Administrator Layanan Kesehatan, adalah layanan yang bermutu jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat.

4

3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam

pemantauan suatu proses tertentu. Indikator dalam layanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan.

Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.

B. Macam-macam Indikator Mutu Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam.

Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan. Indikator mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas 2 jenis, yakni:1. Indikator Persyaratan Minimal

Indikator persyaratan minimal, menunjukkan pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan, lingkungan atau proses.

Indikator ini dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu:a. Indikator Masukan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan

seperti ukuran tenaga pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di dalam suatu organisasi kesehatan. Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan.

b. Indikator Lingkungan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar lingkungan seperti ukuran kebijakan, organisasi serta manajemen yang dianut oleh organisasi kesehatan. Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan.

c. Indikator Proses, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses yang merujuk pada tindakan medis dan tindakan non medis yang dilakukan oleh suatu institusi kesehatan.

5

Apabila hasil penilaian terhadap kedua unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan.

2. Indikator Penampilan MinimalIndikator Penampilan Minimal, menunjuk pada ukuran terpenuhi atau

tidaknya standar penampilan minimal pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini disebut dengan indikator keluaran (output/outcome).

Masing-masing indikator memiliki fungsi pengukuran yang berbeda, jika yang ingin diukur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab) maka yang dipergunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi jika yang diukur adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan).

Indikator mutu pelayanan kesehatan lazimnya dibedakan atas 2 macam, yaitu:1. Indikator yang Menunjuk pada Penerapan Aspek Medis Pelayanan

KesehatanYaitu baik yang berkaitan dengan kode etik profesi ataupun yang telah diatur dalam standar pelayanan profesi. Sebagai contoh yaitu, pelayanan di rumah sakit. Berikut ini jenis-jenis indikator mutu pelayanan rumah sakit:a. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:

1) Angka Pasien dengan Dekubitus;2) Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.3) Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.4) Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis. 5) Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.

b. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari 1) Angka Infeksi Luka Operasi.2) Angka Komplikasi Pasca Bedah.3) Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.4) Angka Appendik normal.

c. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari 1) Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan

Rujukan.2) Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan

Rujukan.

6

3) Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.

4) Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.

d. Indikator Mutu Pelayanan Medis 1) Angka infeksi nosokomial2) Angka kematian kasar (Gross Death Rate)3) Kematian pasca bedah4) Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)5) Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)6) NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)7) ADR (Anasthesia Death Rate)8) PODR (Post Operation Death Rate)9) POIR (Post Operative Infection Rate)

e. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RSIndikator – indikator pelayanan Rumah Sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit. Indikator – indikator brsumber dari sensus harian rawat inap :

1) BOR (Bed Accupany Rate)

Adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tingkat pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit. Nilai prameter BOR yang ideal adalah antara 75 – 85%.

Manfaat perhitungan BOR adalah:

a. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit.b. Menggambarkan sampai seberapa jauh tempat tidur yang tersedia

dirumah sakit dimanfaatkan untuk penderita rawat tinggal.

Interpretasi dari perhitungan BOR :

1. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas rumah sakit oleh masyarakat.

2. Umum nilai makin besar makin naik.

3. Angka BOR yang tinggi ( 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan

tempat tidur yang terlalu tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

7

4. Indikator ini dapat dipengaruhi oleh tingginya hari perawatan yang lama dan rendahnya angka kunjungan rawat inap.

2) ALOS (Averange Long Of Stay)

Adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan tingkat gambaran efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 7-10 hari.

Manfaat dari perhitungan ALOS adalah :

a. Untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit (Unit rawat inap)b. Indikator ini disamping memberikan gambaran mutu pelayanan,

apabila ditetapkan paada diagnosa tertentu yang dijadikan “stracer” (yang perlu pengamatan lebih lanjut).

Interpretasi dari perhitungan ALOS :

1. ALOS menggambarkan lamanya seprang penderita dirawat oleh suatu rumah sakit dan secara tidak lansung menggambarkan efisiensi atau mutu perawatan rumah sakit (Instalasi rawat inap tersebut).

2. Umunya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila harus membandingkan, harus diperkirakan faktor faktor penyakit yang berlainan dan keadaan penderita waktu keluar dari rumah sakit.

3) TOI (Turn Over Interval)

Adalah rata-rata dimana hari tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikat ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Manfaat dari perhitungan TOI :

a. Menggambarkan efisiensi rumah sakit dalam mengatur pemasukan penderita rawat tinggal yang tidak darurat (emergency) selama satu periode tertentu.

b. Indikator ini juga memberikan tingkat efisiensi dari pengguna tempat tidur.

c. Bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur.

8

Interpretasi dari perhitungan TOI :

1. Umumnya nilai makin kecil makin baik.

4) BTO (Bed Turn Over)

Adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapakali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Manfaat dari perhitungan BTO adalah :

a. Indikator ini memberikan gsmbran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur.

b. Bersama-sama indikator TOI dan ALOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.

c. Menggambarkan berapa banyak penderita yang memanfaatkan sebuah tempat tidur dalam jangka waktu tertentu .

Interpretasi dari perhitungan TOI :

1. Umunya nilai makin besar makin baik.2. Idealnya selama satu tahun, tempat tidur dipakai selama 40-50 kali.

Standar untuk masin –masing indikator tersebut adalah sebagai berikut :

BOR = 75-85% ALOS = 7-10 hari, TOI = 1-3 hari, BTO = 40-50 kali. (Muninjaya, 2004).

Gambaran pencapaian pelayanan kesehatan RSUD Wangaya kota Denpasar tahun 2005 sampai 2008 adalah pada tabel berikut :

No Indikator Kinerja

Pencapaian Standar Ket

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

1. BOR 68,50% 85,16% 74,04% 75,16% 75-85% Baik2. ALOS 3,35 hari 3,53 hari 3,44 hari 3,18 hari 7-10 hari Baik3. TOI 1,54 hari 0,88 hari 1,31 hari 1,36 hari 1-3 hari Efisie

n4. BTO 76,7 kali 98,94

kali77,22 kali

78,8 kali 40-50 kali Efisien

9

f. Unit cost untuk rawat jalan 1) Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien 2) Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya

a) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri darib) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut

jarak PS dengan asal pasien Jumlah pelayanan dan tindakan medik Jumlah tindakan pembedahan Jumlah kunjungan SMF spesialis Pemfaatan oleh masyarakat Contact rate Hospitalization rate Out patient rate Emergency out patient rate

g. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasienh. Indikator tambahan i. Angka Kematian di IGD (IGD).j. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).k. Angka Infeksi RS.l. Reject Analisis (Radiologi).m. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).n. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).o. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).p. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).q. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi). r. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).

Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan outcome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (non struktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.

2. Indikator yang Menunjuk pada Penampilan Aspek Nonmedis Pelayanan Kesehatan

10

Pelayanan kesehatan disebut sebagai bermutu, apabila aspek nonmedis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Contohhnya yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan klien, makin tinggi tingkat pengetahuan klien akan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.

b. Kemantapan klien, makin tinggi kemantapan klien terhadap pelayanan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.

c. Kepuasaan klien, makin tinggi tingkat kepuasaan klien terhadap pelayanan nonmedis yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.

Karena aspek medis dan aspek nonmedis dalam pelayanan kesehatan sangat beraneka ragam, maka indikator pelayanan kesehatan yang bermutu banyak macamnya. Aalah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan untuk menetapkan serta menjabarkan indikator pelayanan kesehatan bermutu yang dipandang paling sesuai.

Indikator dalam pelayanan kesehatan sebenarnya hanya menunjuk pada indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu sering dikaitkan pula dengan ketiga indikator tersebut.

C. Ukuran Indikator Mutu Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur

dengan menggunakan tiga variabel: 1. Standar Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2. Standar Proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Proses akan menjelaskan apa yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan bagaimana standar layanan kesehatan dapat dicapai.

11

3. Standar keluaran (Outcome) adalah hasil layanan kesehatan yang telah dilaksanakan sesuai standar layanan kesehatan dan ini sangat penting. Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain :a. Kepuasan pasienb. Pengetahuan pasien c. Fungsi pasien d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi

Tabel 1Ukuran Indikator Mutu

Untuk setiap standar pelayanan kesehatan dapat dibuat beberapa kriteria atau indikator. Kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan harus memilih indikator yang terbaik dan mudah digunakan untuk menunjukkan pencapaian standar pelayanan kesehatan dan mudah digunakan.

12

Struktur

SDM

Perbekalan

Peralatan

Bahan

Fasilitas

Kebijaksanaan

Standar

Proses

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang medis

Peresepan obat

Merujuk pasien

Keluaran

Tingkat kepatuhan meningkat

Tingkat kesembuhan meningkat

Tingkat kematian menurun

Tingkat kesakitan menurun

Tingkat kecacatan menurun

Tingkat kepuasan pasien meningkat

D. Kriteria Indikator Mutu Suatu indikator mutu yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan

khusus. Salah satu cara untuk menentukan kriteria menggunakan prinsip AMOUR, yaitu Achievable, Measurable, Observable, Understandabe dan Reasonable.1. Achievable

Suatu kriteria harus dapat dicapai. Kenyataanya kita harus selalu dapat bekerja di antara keinginan dan kemampuan dalam mencapai tujuan. Kelompok jaminan mutu layanan kesehatanpun dalam menyusun standar layanan kesehatan dan kriteria tetap dibatasi oleh keinginan untuk membuat yang terbaik dan realitas dilapangan.

2. MeasureableKriteria harus dapat diukur. Suatu standar layanan kesehatan mungkin dinyatakan tanpa ukuran, tetapi indikator harus menyebutkan suatu ukuran.

3. ObservableSuatu kriteria harus dapat diamati. Suatu kejadian yang diamati harus mampu dideteksi oleh panca indera. Jika suatu kriteria yang tidak dapat diamati, kita tidak dapat menentukan apakah kriteria itu tercapai atau tidak.

4. UnderstandableSuatu kriteria harus dimengerti oleh siapa yang akan menggunakannya. Terminologi yang tidak jelas harus dihindarkan, misalnya jumlah petugas kesehatann yang “memadai” atau menu yang “sesuai”.

5. ReasonableSuatu kriteria harus layak atau masuk akal, penting diperhatikan bahwa profesi layanan kesehatan yang tidak terlibat dalam penyusunan standar layanan kesehatan pasti memiliki “standar pribadi”, tentunya bukan standar layanan kesehatan yang resmi.

E. Indikator Mutu di Rumah Sakit SPM setiap jenis pelayanan, Indikator dan Standar

NO JENIS PELAYANAN

INDIKATOR STANDAR

1 Gawat Darurat 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

1. 100 %

13

2. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ALS

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat

6. Kepuasan Pelanggan

7. Kematian pasien< 24 Jam

8. Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 Jam

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka

2. 24 Jam

3. 100 %

4. Satu tim

5. ≤ lima menit terlayani, setelah pasien datang

6. ≥ 70 %

7. ≤ dua per seribu (pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam)

8. 100 %

9. 100%

2 Rawat Jalan 1. Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis

2. Ketersediaan Pelayanan

3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa

1.100 % Dokter Spesialis

2. a. Klinik Anak b. Klimik Penyakit dalam c. Klinik Kebidanan d. Klinik Bedah 3. a. Anak Remaja b. NAPZA c. Gangguan Psikotik d. Gangguan e. Neurotik f. Mental Retardasi g. MentalOrganik h. UsiaLanjut

14

4. Jam buka pelayanan

5. Waktu tunggu di rawat jalan

6. Kepuasan Pelanggan

7. a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TB b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS

4. 08.00 s/d 13.00 Setiap hari kerja kecuali Jumat : 08.00 - 11.00

5. ≤ 60 menit

6. ≥ 90 %

7. a. ≥ 60 % b. ≤ 60 %

3 Rawat Inap 1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap

3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap

4. Jam Visite Dokter Spesialis

5. Kejadian infeksi pasca operasi

6. Kejadian Infeksi Nosokomial

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

8. Kematian pasien > 48 jam

9. Kejadian pulang paksa

1. a. Dr. Spesialis b. Perawat minimal pendidikan D3

2. 100 %

3. a. Anak b. Penyakit Dalam c. Kebidan d. Bedah

4. 08.00 s/d 14.0 setiap hari kerja

5. ≤ 1,5 %

6. ≤ 1,5 %

7. 100 %

8. ≤ 0.24 %

9. ≤ 5 %

4 Bedah Sentral (Bedah Saja)

1. Waktu tunggu operasi elektif

2. Kejadian Kematian di meja

1. ≤ 2 hari

2. ≤ 1 %

15

operasi

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi

4. Tidak adanya kejadian opersi salah orang

5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah operasi

7.Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan anestesi endotracheal tube

3. 100 %

4. 100 %

5. 100 %

6. 100 %

7. ≤ 6 %

5 Persalinan, perinatologi (kecuali rumah sakit khusus di luar rumah sakit ibu dan anak) dan KB

1. Kejadian kematian ibu karena persalinan

2. Pemberi pelayanan persalinan normal

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi

5. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr – 2500 gr

6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria

1. a. Perdarahan ≤ 1 % b. Pre-eklampsia ≤ 30 % c. Sepsis ≤ 0,2 %

2. a. Dokter Sp.OG b.Dokter umumterlatih (AsuhanPersalinan Normal) c. Bidan

3. Tim PONEK yang terlatih

4. a. Dokter Sp.OG b. Dokter Sp.A c. Dokter Sp.An 5. 100 %

6. ≤ 20 %

16

7. Keluarga Berencana a. Presentase KB (vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga Kompeten dr.Sp.Og, dr.Sp.B, dr.Sp.U, dr.umum terlatih b. Presentse peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap bidan terlatih

8. Kepuasan Pelanggan

7. 100 %

8. ≥ 80 %

6 Intensif 1. Rata rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam

2. Pemberi pelayanan Unit Intensif

1. ≤ 3 %

2. a. Dokter Sp.Anestesi dan dokter spesialis sesuai dengan kasus yang ditangani b. 100 % Perawat minimal D3 dengan sertifikat Perawat mahir ICU / setara (D4)

7 Radiologi 1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto

2. pelaksana ekspertisi

3. Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen

4. Kepuasan pelanggan

1. ≤ 3 jam

2. Dokter Sp.Rad

3. Kerusakan foto ≤ 2 %

4. ≥ 80 %

8 Lab. Patologi Klinik

1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium.

2. Pelaksana ekspertisi

1. ≤ 140 menit

Kimia darah & darah rutin

2. Dokter Sp.PK

17

3. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksa laboratorium

4. Kepuasan pelanggan

3. 100 %

4. ≥ 80 %

9 Rehabilitasi Medik 1. Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang di rencanakan

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik

3. Kepuasan Pelanggan

1. ≤ 50 %

2. 100 %

3. ≥ 80 %

10 Farmasi 1. waktu tunggu pelayanan a. Obat Jadi b. Racikan

2. Tidak adanya Kejadian kesalahan pernberian obat

3. Kepuasan pelanggan

4. Penulisan resep sesuai formularium

1. a. ≤ 30 menit b. ≤ 60 menit

2. 100 %

3. ≥ 80 %

4. 100 %

11 Gizi 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet

1. ≥ 90 %

2. ≤ 20 %

3. 100 %

12 Transfusi Darah 1. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi

2. Kejadian Reaksi transfusi

1. 100 % terpenuhi

2. ≤ 0,01 %

18

13 Pelayanan GAKIN Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan

100 % terlayani

14 Rekam Medik 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas

3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan

4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap

1. 100 %

2. 100 %

3. ≤ 10 menit

4. ≤ 15 menit

15 Pengelolaan Limbah

1. Baku mutu limbah cair

2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan

1. a. BOD < 30 mg/l b. COD < 80 mg/l c. TSS < 30 mg/l d. PH 6-9

2. 100 %

16 Administrasi dan manajemen

1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi

2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat

4. Ketepan Waktu pengurusan gaji berkala

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun

6. Cost recovery

7. Ketepatan waktu penyusunan

1. 100 %

2. 100 %

3. 100 %

4. 100 %

5. ≥ 60 %

6. ≥ 40 %

7. 100 %

19

laporan keuangan

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu

8. ≤ 2 jam

9. 100 %

17

18

Ambulance/Kereta Jenazah

Pemulasaraan Jenazah

1. Waktu pelayanan ambulance/Kereta jenazah

2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/Kereta jenazah di rumah sakit

3. Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan

1. Waktu tanggap (response time) pelayanan pemulasaraan jenazah

1. 24 jam

2. ≤ 230menit

3. (?) Sesuai ketentuan daerah (?)

≤ 2 Jam

19 Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat

3. Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi

≤ 80 %

100 %

100 %

20 Pelayanan Laundry 1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang

2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap

100 %

100 %

20

21 Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

1. Ada anggota Tim PPI yang terlatih

2. Tersedia APD di setiap instalasi/ departemen

3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI (Health Care Associated Infection) di RS (min 1 parameter)

Anggota Tim PPI yang terlatih 75 %

60 %

75 %

F. Indikator Mutu di Keperawatan 1. Keselamatan pasien

Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.a. Dekubitus

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas kulit. Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya. Komplikasi dekubitus dibagi menjadi empat tingkat, yaitu :1) Derajat I

Tekanan yang dapat diamati berkaitan dengan perubahan keutuhan kulit yang merupakan indikator sebagai pembanding daerah berkedakatan atau berseberangan pada tubuh meliputi perubahan satu atau lebih yaitu suhu kulit dingin atau hangat, konsistensi jaringan baik, sensasi nyeri, gatal, kemerahan serta luka tampak sebagai kemerahan menetap pada pigmen kulit terang sedangkan pada kulit yang gelap dekubitus terlihat berwarna menetap merah, biru atau keunguan.

2) Derajat IISebagian ketebalan kulit hilang yang meliputi epidermis,

dermis atau keduanya. Luka permukaan dan secara klinis sebagai suatu abrasi, blister atau lobang dangkal.

3) Derajat IIIHilangnya secara penuh ketebalan kulit meliputi kerusakan

atau nekrosis dari jaringan subkutan yang dapat meluas ke bagian bawah tetapi tidak melewati fasia. Adanya luka secara klinis

21

sebagai lubang dalam dengan atau tanpa mengikis jaringan yang ada di sebelahnya.

4) Derajat IVHilangnya secara penuh ketebalan kulit dengan kerusakan yang

luas, nekrosis jaringan atau kerusakan otot, tulang atau struktur pendukung (seperti tendon atau kapsul sendi). Rongga dan saluran sinus juga dapat dikaitkan dengan luka tekan derajat IV. Perhitungan angka dekubitus adalah sebagai berikut :

b. Kesalahan dalam pemberian obatKesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat

melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis obat, benar cara pemberian dan benar dokumentasi. Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris cedera pada pasien. Kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien. Perhitungan angka kesalahan pemberian obat adalah sebagai berikut :

c. Pasien jatuhPasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke

lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka kejadian pasien jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan pasien jatuh adalah sebagai berikut :

d. RestrainRestrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi,

terutama untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya

22

digunakan bila metode lain sudah tidak efektif. Perhitungan restrain adalah sebagai berikut :

2. Perawatan diriKebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia

yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain-lain. Kebutuhan kebersihan diri tidak selalu dapat dilakukan secara mandiri, penyebabnya antara lain keadaan sakit. Sakit adalah keadaan abnormal dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial atau spiritual menurun atau berubah dibandingkan dengan keadaan individu sebelumnya. System keperawatan adalah system yang membantu pasien memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Cara yang dilakukan perawat untuk membantu memenuhi kebersihan diri pasien meliputi melakukan tindakan kebersihan diri untuk pasien, membimbing pasien melakukan sebagian perawatan, memberikan informasi dan sumber-sumber di komunitas, memberikan dukungan dan anjuran, memberikan lingkungan yang kondusif dan mengajarkan pasien yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan. Perhitungan untuk perawatan diri adalah sebagai berikut :

3. Kepuasan pasienTingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan

tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien atau keluarga terhadap pelayanan yang diharapkan. Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen, presistensi dan determinasi mulai dari top manajer perawatan dan staf. Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku terdiri dari :a. Kelengkapan dan ketepatan informasi

Informasi dinyatakan lengkap bila pasien diberikan informasi tentang :1) Orientasi berupa petugas, ruangan dan fasilitas2) Hak dan kewajiban pasien

23

3) Validasi, klarifikasi, fasilitas penyakit dan pengobatan4) Rencana tindakan keperawatan

b. Penurunan kecemasanMenurunya tingkat kecemasan setelah dilakukan intervensi

keperawatan :1) Dapat tidur2) Tenang3) Mampu beraktivitas sesuai kondisi4) Mampu berkomunikasi

c. Perawat trampil professionalPerawat dalam melakukan praktik keperawatan :

1) perawat terampil2) Cepat membuat keputusan3) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan4) Perawat mau memberikan penjelasan5) Cepat tanggap

d. Pasien merasa nyamanSuatu kondisi dimana pasien terpenuhi kebersihan diri dan bebas

dari rasa nyerie. Terhindar dari bahaya

Suatu kondisi dimana pasien terhindar daru bahaya seperti dekubitus, kesalahan dari pemberian obat dan jatuh.

f. Privacy terjagaSuatu keadaan dimana perawat dapat melakukan tindakan seperti

melindungi pasien dan menjaga kerahasiaan pasien.g. Perawat ramah dan empati

Suatu keadaan dimana perawat peduli terhadap masalah pasien serta memberikan pelayanan dengan penampilan menarik, selalu siap menolong dan melayani pasien, mau mendengarkan keluhan pasien, berkomunikasi dengan baik, sopan dan menghargai. Perhitungan untuk kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

4. KecemasanCemas adalah perasaan was-was atau tidak nyaman seakan-akan

terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dana pasien dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Angka kejadian pasien cemas adalah

24

presentasi jumah prevalensi pasien cemas yang dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan angka kecemasan adalah sebagai berikut:

5. KenyamananRasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Nyeri

dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui penyebabnya. Pentingnya memahami bahwa nyeri akan ada ketika seseorang mengatakan nyeri itu dialaminya. Nyeri bisa mempengaruhi system tubuh manusia, psikososial, ekonomi dan spiritual, menyebabkan suatu kondisi bertambah parah. Perhitungan kenyamanan adalah sebagai berikut :

6. PengetahuanPengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang

penyakitnya dan discharge planning. Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam pemberian informasi pengetahuan kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berkaitan dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya. Perhitungan pengetahuan pasien adalah sebagai berikut :

25

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan sebelumya, maka dapat disimpulkan:

1. Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.

2. Macam-macam indikator mutu terbagi menjadi 2, yaitu indikator persyaratan minimal yang terdiri dari indikator masukan, indikator lingkungan dan indikator proses; dan indikator penampilan minimal yang disebut juga dengan indikator keluaran.

3. Ukuran indikator mutu dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, struktur, proses dan keluarannya.

4. Kriteria indikator mutu terdiri dari Achievable, Measurable, Observable, Understandabe dan Reasonable.

5. Indikator mutu di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun keperawatan memiliki kompleksitas yang mengikuti bentuk pelayanan yang diberikannya.

B. Saran 1. Dibutuhkan analisis standar terlebih dahulu ketika

menentukan indikator apa yang akan digunakan. 2. Indikator mutu dapat dicapai jika terdapat sinergisitas

tenaga kerjanya, sehingga perlu ada analisis lebih lanjut.

26

DAFTAR PUSTAKA

Avedis Donabedian, M.D,MPH. Explorations in Quality Assesment and Monitoring. The definition of Quality and Approaches to its Assesment. Health Administration Press. Ann Arbor, Michigan,1980, halaman 79-90.

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.

Jalal, Abdul. 2007. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-abduljalal-223-1-abstrak.pdf (diakses pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 15.30).

Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta : ECG.

27