indikasi penggunaan chest tube

8
CHEST TUBE a. Definisi Tindakan invasif dengan cara memasukkan selang atau tube kedalam rongga toraks dengan menembus muskulus intercostalis b. Ruang Lingkup Menyalurkan zat baik berupa zat padat, cairan, udara atau gas dari rongga dada c. Indikasi Operasi * Pneumothoraks > 30% * Pneumothoraks residif * Pneumothoraks bilateral * Hematothoraks > 300cc * Hematothoraks bilateral * Hemato-pneumothoraks * Flail-chest * Fluidothoraks yang hebat,dengan sesak * Chylothoraks * Pasca thoracotomi * Empyema thoracis setelah dipungsi tidak berhasil atau pus sangat kental d. Pemeriksaan Penunjang Foto toraks Teknik operasi Pemasangan WSD 1. Pasien dalam keadaan posisi ½ duduk (+ 45 °). 2. Dilakukan desinfeksi dan penutupan lapangan operasi dengan doek steril.

Upload: onyotz

Post on 29-Dec-2014

396 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

indikasi penggunaan chest tube dan pericardiosintesa

TRANSCRIPT

Page 1: indikasi penggunaan chest tube

CHEST TUBE

a. Definisi

Tindakan invasif dengan cara memasukkan selang atau tube kedalam rongga toraks dengan menembus

muskulus intercostalis

b. Ruang Lingkup

Menyalurkan zat baik berupa zat padat, cairan, udara atau gas dari rongga dada

c. Indikasi Operasi

* Pneumothoraks > 30% * Pneumothoraks residif

* Pneumothoraks bilateral * Hematothoraks > 300cc

* Hematothoraks bilateral * Hemato-pneumothoraks

* Flail-chest * Fluidothoraks yang hebat,dengan sesak

* Chylothoraks * Pasca thoracotomi

* Empyema thoracis setelah dipungsi tidak berhasil atau pus sangat kental

d. Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks

Teknik operasi

Pemasangan WSD

1. Pasien dalam keadaan posisi ½ duduk (+ 45 °).

2. Dilakukan desinfeksi dan penutupan lapangan operasi dengan doek steril.

3. Dilakukan anestesi setempat dengan lidocain 2% secara infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura.

4. Tempat yang akan dipasang drain adalah :

* Linea axillaris depan, pada ICS IX-X (Buelau).

* Dapat lebih proximal, bila perlu. Terutama pada anak- anak karena letak diafragma tinggi.

* Linea medio-clavicularis (MCL) pada ICS II-III (Monaldi)

5. Dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan bawah kulit.

6. Dipasang jahitan penahan secara matras vertikal miring dengan side 0.1.

Page 2: indikasi penggunaan chest tube

7. Dengan gunting berujung lengkung atau klem tumpul lengkung, jaringan bawah kulit dibebaskan

sampai pleura, dengan secara pelan pleura ditembus hingga terdengar suara hisapan, berarti pleura

parietalis sudah terbuka.

Catatan: pada hematothoraks akan segera menyemprot darah keluar, pada pneumothoraks,

udara yang keluar.

8. Drain dengan trocarnya dimasukkan melalui lobang kulit tersebut kearah cranial lateral. Bila

memakai drain tanpa trocar, maka ujung drain dijepit dengan klem tumpul, untuk memudahkan

mengarahkan drain.

9. Harus diperiksa terlebih dahulu, apakah pada drain sudah cukup dibuat atau terdapat lobang-lobang

samping yang panjangnya kira-kira dari jarak apex sampai lobang kulit, duapertinganya.

10. Drain kemudian didorong masuk sambil diputar sedikit kearah lateral sampai ujungnya kira-kira

ada dibawah apex paru (Bulleau).

11. Setelah drain pada posisi, maka diikat dengan benang pengikat berputar ganda, diakhiri dengan

simpul hidup

12. Bila dipakai drainage menurut Monaldi, maka drain didorong ke bawah dan lateral sampai

ujungnya kira-kira dipertengahan ronga toraks.

13. Sebelum pipa drainage dihubungkan dengan sistem botol penampung, maka harus diklem dahulu.

14. Pipa drainage ini kemudian dihubungkan dengan sistem botol penampung, yang akan menjamin

terjadinya kembali tekanan negatif pada rongga intrapleural, di samping juga akan menampung sekrit

yang keluar dari rongga toraks.

e. Komplikasi

Bila dilakukan secara benar, komplikasi dapat dihindari. Tetapi dapat juga terjadi emfisema kutis, False

route mengenai hepar bila memasang terlalu rendah disebelah kanan terutama pada anak-anak karena

letak diafragma masih tinggi

f. Mortalitas

Morbiditas sangat rendah, mortalitas 0%

g. Perawatan Pasca Pemasangan WSD

1. Penderita diletakkan pada posisi setengah duduk (+ 30°)

Page 3: indikasi penggunaan chest tube

2. Seluruh sistem drainage: pipa-pipa, botol, harus dalam keadaan rapi, tidak terdapat kericuhan

susunan, dan dapat segera dilihat.

3. Pipa yang keluar dari rongga thoraks harus difiksasi ke tubuh dengan plester lebar, jingga mencegah

goyangan.

4. Dengan memakai pipa yang transparan, maka dapat dilihat keluarnya sekret. Harus dijaga bahwa

sekret keluar lancar. Bila terlihat gumpalan darah atau lainnya, harus segera diperah hingga lancar

kembali.

5. Setiap hari harus dilakukan kontrol foto torak AP untuk melihat:

* keadaan paru

* posisi drain

* lain kelainan (emphyema, bayangan mediastonim)

6. Jumlah sekrit pada botol penampungan harus dihitung:

* banyaknya sekrit yang keluar (tiap jam – tiap hari)

* macamnya sekrit yang keluar (pus,darah dan sebagainya)

7. Pada penderita selalu dilakukan fisioterapi napas

8. Setiap kelainan pada drain harus segera dikoreksi.

Pedoman pencabutan

1. Kriteria pencabutan

* Sekrit serous, tidak hemorage

o Dewasa: jumlah < 100cc/24jam

o Anak-anak: jumlah < 25-50cc/24jam

o Paru mengembang

+ Klinis ; suara paru mengembang kanan = kiri

+ Evaluasi foto toraks

* Pada trauma:

Hemato/pneumothorak yang sudah memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut dengan cara air-tight

(kedap udara).

* Pada thoracotomi

1. Infeksi: klem dahulu 24 jam untuk mencegah resufflasi, bila baik cabut.

2. Post operatif: bila memenuhi kedua kriteria, langsug dicabut (air-tight)

Page 4: indikasi penggunaan chest tube

3. Post pneumonektomi: hari ke-3 bila mediastinum stabil (tak perlu air-tight)

4. Alternatif

1. Paru tetap kolaps, hisap sampai 25 cmH20 :

* bila kedua kriteria dipenuhi, klem dahulu 24 jam, tetap baikà cabut.

* Bila tidak berhasil, tunggu sampai 2 minggu ? dekortikasi

1. Sekrit lebih dari 200cc/24 jam: curiga adanya Chylo toraks (pastikan dengan pemeriksaan

laboratorium), pertahankan sampai dengan 4 minggu.

* bila tidak berhasil ? Toracotomi

* bila sekrit < 100cc/24jam, klem, kemudian dicabut.

g. Follow – Up

Ditujukan pada timbulnya komplikasi lanjut seperti empiema, schwarte, gangguan fungsi pernapasan.

PERIKARDIOSINTESIS TERBUKAa. Definisi

Suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk mengalirkan cairan yang terkumpul

didalamnya. Perikardiosentesis terbuka bisa dilakukan dengan membuat insisi kecil dibawah ujung

sternum atau melalui suatu insisi kecil diantara tulang iga di sisi kiri toraks.

b. Ruang lingkup

Efusi perikardium merupakan hash perjalanan klinis dari suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi,

keganasan maupun trauma. Gejala vang timbul dari keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan

berkaitan dengan penyakit yang mendasari terjadinya efusi perikardium. Akumulasi cairan yang cukup

signifikan untuk menyebabkan konsekuensi hemodinamik yang didefinisikan sebagai tamponade

jantung. Pasien dengan tamponade awal mungkin mengalami sesak, takikardi, hipotensi ringan,

penurunan jumlah urine, dan pulsus paradoksikal. Seiring bertambah progresifnya tamponade, pasien

mengalami tanda-tanda manifestasi hipoperfusion organ target (mis; perubahan status mental,

insufisiensi renal dan shock). Pada penderita dengan pembentukkan tamponade lambat, retensi cairan

sistemik harus di observasi, seringkali manifestasi dari retensi cairan sistemik adalah edema perifer atau

ascites.

Page 5: indikasi penggunaan chest tube

c. Indikasi operasi

* Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung

* Biopsi Perikardium

* Pemasangan alat pacu jantung epikardium

d. Kontra indikasi operasi

* Efusi perikardium berulang, kronis Berta “bloody”

* Perikarditis infeksiosa

* Etiologi Efusi Perikardium

* Infeksi

* Keganasan

e. Diagnosis Banding

Tumor jantung

f. Pemeriksaan Penunjang

* EKG

* Ekokardiografi

* Sitologi cairan

* Biopsi

* CT Scan

Teknik Operasi

* Lakukan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi lalu berikan anestesi lokal atau umum.

* Kemudian lakukan insisi pada midline sekitar 10 cm mulai dari xiphisternaljunction menuju ke ujung

xiphoid. Sebuah bidang di letakkan pada posterior xiphoid kemudian xiphoid diangkat ke anterior

sehingga hal ini memisahkan xiphoid dengan rectus sheath.

* Xiphisternal junction di pindahkan dan sebuah bidang terbentuk, dengan mengangkat bagian distal

sternum ke anterior serta menarik diafragma kebawah sehingga tampak perikardium sebagai sebuah

membran fibrosa.

* Perikardium di genggam kemudian dilakukan insisi sehingga cairan keluar.

Page 6: indikasi penggunaan chest tube

* Lalu letakkan chest tube pada rongga perikardium untuk mengalirkan cairan efusi.

* Kemudian insisi ditutup lapis demi lapis.

g. Komplikasi operasi

Komplikasi tersering adalah perdarahan durante operasi, infeksi, komplikasi anestesi, hernia pada

tempat insisi, serta cedera pada jantung.

h. Mortalitas

Angka kematian setelah 30 hari sangat tinggi, tetapi berkaitan dengan proses dasar penyakitnya: 33%

penderita dengan efusi malignans dan 5% dengan efusi benigna.

i. Perawatan Pasca Bedah

Drainase perikardium ini dipertahankan selama beberapa hari postoperasi sampai dengan jumlah cairan

yang keluar dibawah 100 ml/hari. Periode ini memberikan waktu aposisi dan adhesi antara perikardium

visceral dan parietal.

j. Follow-Up

* Analisis cairan pericardium dengan pemeriksaan kultur, sitologis dan tes yang lain berdasarkan

indikasi.

* Melakukan terapi yang terdapat berdasarkan hasil analisis