incremental capital output ratio (icor) kabupaten … · tabel 4.3 komponen pembentuk icor...

61
INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANYUWANGI Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Dengan FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: nguyennguyet

Post on 13-Mar-2019

257 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT

RATIO (ICOR)

KABUPATEN BANYUWANGI

Kerjasama

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN BANYUWANGI

Dengan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2014

Page 2: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 5

1.3. Manfaat Penyusunan ................................................................................... 6

1.4. Ruang Lingkup ............................................................................................... 8

1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10

2.1. Perananan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ................ 10

2.2. Peranan Investasi Terhadap Pembangunan Ekonomi Daerah .... 15

2.3. Konsep dan Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 17

2.4. Pengertian Kapital dan Investasi ............................................................ 21

2.5. Konsep Output ................................................................................................ 23

2.6. Pembentukan Modal Tetap Bruto ........................................................... 24

BAB III. METODOLOGI ................................................................................. 27

3.1. Data dan Sumber Data ................................................................................. 27

Page 3: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

3.2. Metode Estimasi Investasi ......................................................................... 28

3.3. Metode Penghitungan ICOR ...................................................................... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 32

4.1. Gambaran Perekonomian Daerah .......................................................... 32

4.2. Hasil Perhitungan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ....... 38

4.3. ICOR Menurut lag (ICOR lag-0, ICOR lag-1, ICOR lag-2) ................ 42

BAB V. KESIMPULAN .................................................................................... 54

Page 4: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

dan Nasional Tahun 2009-2013 .......................................................... 7

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004-

2013 ................................................................................................................. 36

Gambar 4.2 Pertumbuhan ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004-

2013 ................................................................................................................. 43

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha Periode 2009-2013 (Juta Rupiah) .......................................... 37

Tabel 4.2 Pembentukan Investasi Kabupaten Banyuwangi Tahun

2009-2013..................................................................................................... 39

Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi

Periode 2003-2013 .................................................................................... 44

Tabel 4.4 ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-0)........................ 47

Tabel 4.5 ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-1)........................ 50

Tabel 4.6 ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-2)........................ 52

Tabel 4.7 Tambahan PDRB Setiap Tahun, Tahun 2010-2013

(Juta Rupiah) ................................................................................................ 47

Page 5: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Incremental Capital Output Ratio Kab. Banyuwangi Tahun 2013 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam teori ekonomi, investasi merupakan salah satu faktor produksi

yang penting dalam proses pembangunan ekonomi suatu wilayah karena

investasi berpotensi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Investasi

mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dan

hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah (Mankiw, 2007).

Pertambahan investasi kemudian akan berdampak pada kenaikan

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat berkembang dengan

adanya pertambahan faktor-faktor produksi, terutama penambahan

peralatan produksi dan perbaikan faktor-faktor produksi tersebut.

Pengerahan atau mobilisasi dana tabungan guna menciptakan bekal investasi

dalam jumlah yang memadai dibutuhkan untuk mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2003). Dengan kata lain, Investasi telah

menjadi salah satu variabel penting dalam mendorong terciptanya

pembangunan ekonomi. Upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, penciptaan lapangan kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan

pada akhirnya menempatkan investasi sebagai mesin penggerak utama

Page 6: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

perekonomian. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi, yakni melalui investasi yang didukung oleh

produktivitas yang tinggi. Investasi akan memperkuat pertumbuhan

ekonomi dengan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses

produksi.

Kebijakan desentralisasi pemerintahan berupa otonomi daerah

merupakan momen penting bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam

mengurus rumah tangga daerahnya, terutama dalam melakukan reformasi di

berbagai bidang pembangunan. Mengingat kebijakan desentralisasi

pemerintahan tersebut memberikan wewenang sepenuhnya kepada daerah

untuk mengelola rumah tangganya, maka pemerintah Kabupaten

Banyuwangi diwajibkan memformulasikan kebijakan yang menjadikan

pembangunan ekonomi sebagai tujuan akhirnya. Sebagai penyelenggara

utama pembangunan di daerah, pemerintah daerah berperan sebagai

pelaksana dan penanggung jawab utama atas keseluruhan proses

pembangunan yang dilaksanakan di daerah, yaitu dalam kerangka investasi,

penyediaan barang dan pelayanan publik. Semua ini harus dilakukan secara

benar, sehingga tujuan desentralisasi yaitu meningkatkan kesejahteraan

rakyat, pemerataan, keadilan dan akuntabilitas pemerintahan, dapat dicapai

Page 7: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

secara terukur (Bappenas, 2007).

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu pusat perekonomian di

Kawasan Timur Pulau Jawa. PDRB Kabupaten Banyuwangi tiap tahunnya

mengalami peningkatan. PDRB Kabupaten Banyuwangi atas dasar harga

konstan selama kurun waktu 2009-2013 masing-masing sebesar Rp. 10,370

miliar pada tahun 2009, Rp. 11,015 miliar pada tahun 2010, Rp. 11,794 miliar

pada tahun 2011, Rp. 12,655 miliar pada tahun 2012 dan Rp. 13,511 miliar

pada tahun 2013. Berdasarkan angka-angka PDRB tersebut, PDRB Kabupaten

Banyuwangi tiap tahun terus mengalami peningkatan, sejalan dengan proses

membaiknya kondisi ekonomi.

Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir cenderung masih

berfluktuatif tiap tahunnya. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi

Banyuwangi sebesar 5,06 persen meningkat menjadi 7,29 persen pada tahun

2012. Namun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mengalami

penurunan menjadi 6,85 persen. Penurunan perumbuhan ekonomi tidak

hanya terjadi di Kabupaten Banyuwangi namun juga di tingkat Provinsi Jawa

Timur, yang mengindikasikan bahwa rata – rata pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di Jawa Timur mengalami penurunan. Secara umum, capaian

Page 8: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi masih lebih tinggi

dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kota

di Jawa Timur yang mempunyai peran penting dalam aktivitas ekonomi di

Provinsi Jawa Timur.

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi,

Jawa Timur, dan Nasional Tahun 2009 - 2013

*angka Sementara

Sumber: Berbagai Sumber(diolah)

Salah satu cara untuk meningkatan PDRB adalah dengan

meningkatkan nilai investasi yang masuk tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

semakin tinggi tingkat investasi maka semakin tinggi pula tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Selain dapat memacu pertumbuhan

5,06

6,26

7,14 7,29

6,85

5,01

6,68 6,86 7,27

6,55

4,55

6,1

6,5 6,23

5,78

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

2009 2010 2011 2012 2013

Banyuwangi Jawa Timur Nasional

Page 9: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

ekonomi, investasi juga memiliki multiplier effect bagi kegiatan ekonomi

masyarakat. Dalam jangka panjang akumulasi investasi dapat memberikan

dorongan terhadap perkembangan berbagai aktivitas ekonomi terutama

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan.

Demikian pentingnya peran investasi, sehingga setiap perencanaan

pembangunan ekonomi perlu memperhatikan ketersediaan dana untuk

maksud investasi. Oleh karena itu, dalam upaya untuk menentukan target

pembangunan, misalnya suatu tingkat pendapatan wilayah tertentu atau

suatu tingkat laju pertumbuhan ekonomi tertentu, perlu diketahui besarnya

dana investasi yang dibutuhkan. Ukuran kebutuhan investasi yang

dibutuhkan untuk dapat memenuhi suatu target pendapatan wilayah atau

laju pertumbuhan ekonomi tertentu diberikan oleh suatu ukuran atau

indikator ekonomi yang disebut sebagai Incremental Capital Output Ratio

(ICOR). Dengan ICOR, perkiraan kebutuhan investasi dapat diperkirakan

untuk mencapai suatu tingkat kinerja ekonomi yang ditetapkan karena ICOR

merupakan ukuran atau indikator makro yang menghubungkan antara

investasi dengan pendapatan wilayah.

Page 10: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

1.2. Maksud dan Tujuan

Secara umum, maksud dan tujuan penyusunan Incremental Capital

Output Ratio (ICOR) Kabupaten Banyuwangi adalah untuk mendapatkan

dasar yang tepat bagi perencanaan investasi yang diperlukan oleh

pemerintah daerah dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi

dan penyerapan tenaga kerja yang ditetapkan. Sementara, tujuan khusus

penyusunan ICOR ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung ICOR seluruh sektor lapangan usaha menurut

pengelompokan 1 digit berdasarkan International Standard Industrial

Classification if All Economic Activities (ISIC) .

b. Menggolongkan nilai ICOR menurut kelompok lapangan usaha

berdasarkan lag investasi.

c. Menganalisis perbandingan nilai ICOR pada periode penelitian tahun

2004-2013

1.3. Manfaat Penyusunan

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penyusunan Incremental

Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Banyuwangi adalah:

Page 11: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

1) ICOR dapat dijadikan sebagai masukan data dan informasi dalam

penghitungan kebutuhan investasi untuk periode tertentu, guna

mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana telah

direncanakan.

2) ICOR dapat dijadikan sebagai masukan data dan informasi, untuk

mengetahui sektor-sektor yang memiliki produktivitas investasi paling

tinggi, sehingga dapat dijadikan dasar pemilihan penanaman modal yang

lebih prospektif.

3) ICOR dapat dijadikan sebagai masukan data dan informasi, untuk

mengetahui adanya indikasi kemungkinan terjadinya in-efisiensi dalam

penggunaan investasi di masing-masing sektor ekonomi.

4) ICOR dapat dijadikan sebagai masukan data dan informasi, untuk

mengetahui kecenderungan penggunaan metode produksi (padat karya

atau padat modal) dalam kegiatan ekonomi produksi.

5) ICOR dapat memberi arah dan sasaran investasi yang menjamin efisiensi

kegiatan ekonomi.

Page 12: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

1.4. Ruang Lingkup

Wilayah cakupan dalam penyusunan ICOR ini adalah Kabupaten

Banyuwangi. ICOR yang akan disusun meliputi 9 sektor ekonomi sesuai

dengan lapangan usaha dalam PDRB.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan di dalam penyusunan Incremental Capital

Output Ratio (ICOR) Kabupaten Banyuwangi ini terdiri dari lima bab yakni:

1. Bab I beru p a Pendahuluan. Pada bab ini mengulas mengenai latar

belakang penyusunan ICOR, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan

sistemastika penyusunan.

2. Bab II berupa Tinjauan Pustaka. Pada bab ini mengulas mengenai

peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, peranan investasi

terhadap pembangunan ekonomi daerah, konsep dan pengertian

Incremental Capital Output Ratio (ICOR), pengertian Kapital dan Investasi,

konsep Output, dan pembentukan modal tetap bruto.

3. Bab III berupa Metodologi. Pada bab ini membahas mengenai data dan

sumber data, metode estimasi investasi, dan metode penghitungan ICOR.

4. Bab IV berupa Pembahasan. Pada bab ini menganalisis mengenai

Page 13: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

gambaran perekononomian daerah Kabupaten Banyuwangi, hasil

perhitungan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), analisis ICOR

menurut lag meliputi lag-0, ICOR lag-1, dan ICOR lag-2.

5. Bab V berupa Kesimpulan. Pada bab ini akan diberikan kesimpulan

mengenai temuan yang diperoleh dalam analisis ICOR, termasuk juga

akan diberikan saran-saran yang mungkin dapat dimanfaatkan bagi

pengguna maupun pengambil kebijakan.

Page 14: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dalam bahasa makroekonomi, investasi menunjukkan pembelian

barang modal baru, baik itu peralatan maupun bangunan (Mankiw, 2007).

Investasi telah dianggap sebagai salat satu instrumen yang ampuh dalam

menggenjot perekonomian sebuah negara atau daerah. Permintaan investasi

merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

ekonomi makro (Nicholson, 2001). Permintaan terhadap investasi ini sering

diasumsikan berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga. Turunnya

tingkat suku bunga, cateris paribus, akan mengurangi tingkat sewa modal.

Karena suku bunga yang tidak diterima merupakan biaya implisit, maka

turunnya tingkat bunga akan mengakibatkan turunnya tingkat sewa.

Turunnya tingkat sewa ini kemudian berdampak modal telah relatif lebih

murah dan ini kemudian berdampak meningkatnya penggunaan modal

dibanding faktor produksi lainnya yang sekarang biayanya relatif lebih

mahal. Karena suku bunga merupakan faktor penting dalam menentukan

tingkat sewa modal, turunnya suku bunga akan menyebabkan naiknya

permintaan investasi untuk barang-barang modal.

Page 15: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Investasi adalah pengeluaran oleh produsen (swasta) untuk

pembelian barang dan jasa dengan tujuan sebagai penambahan stok barang.

Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah

pembentukan modal tetap domestik bruto (Boediono, 1986). Pembentukan

atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor utama di

dalam pembangunan ekonomi (Jhingan, 2003). Investasi juga diartikan

sebagai upaya penanaman modal baik langsung maupun tidak langsung

dengan harapan pada saatnya nanti pemilik modal akan memperoleh hasil

dari penanaman modal tersebut. Dengan kata lain dalam pertumbuhan

ekonomi jangka panjang, fungsi investasi yang meningkatkan produktivitas

tidak saja berwujud pabrik dan perlengkapan lainnya, tapi juga berwujud

infrastruktur sosial dan ekonomi seperti jalan, listrik, komunikasi dan

sebagainya (Todaro, 2003).

Perdebatan panjang untuk mendorong perbaikan kinerja

perekonomian negara-negara berkembang pasca perang dunia kedua telah

menyebabkan munculnya pemikiran-pemikiran baru (Todaro, 2003).

Pendapat tentang pentingnya investasi dalam menunjang pembangunan

khususnya di negara berkembang dimulai dengan diternukannya model

pertumbuhan oleh beberapa ahli pembangunan seperti Rostow dan Harrod

Page 16: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Domar. Menurut Rostow, setiap upaya untuk tinggal landas mengharuskan

adanya mobilisasi tabungan domestik dan luar negeri dengan maksud untuk

menciptakan investasi yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan

ekonomi (Todaro, 2003). Menurut Rostow, salah satu syarat penting tinggal

landas adalah peningkatan tabungan dan rasio investasi dari 5 persen atau

kurang ke 10 persen lebih dari pendapatan nasional dan mempertahankan

selama dua dasawarsa atau lebih. Ini merupakan tahap peralihan yang

penting menuju swadaya.

Mekanisme perekonomian dengan pengertian investasi yang

diarahkan kepada usaha mempercepat pertumbuhan ekonomi lebih banyak

diterangkan oleh Sir Roy Harrod dan Evsey Domar yang lebih dikenal dengan

model pertumbuhan Harrod-Domar. Mereka berpendapat bahwa

pertumbuhan pendapatan nasional secara positif berhubungan dengan rasio

tabungan dan sebaliknya secara negatif berhubungan dengan COR atau ICOR

(Capital Output Rasio atau Incremental Capital Output Rasio). Asumsi yang

digunakan di sini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok

kapital dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Dengan

demikian, maka menurut Rostow langkah-langkah untuk pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan hanya soal meningkatkan tabungan nasional

Page 17: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

dan investasi.

Namun demikian, model pertumbuhan Harrod-Domar di atas, tidak

terlepas dari kritik. Alasan utama berlakunya teori tersebut bukan karena

tabungan dan investasi bukan merupakan suatu syarat keharusan bagi

percepatan tingkat pertumbuhan ekonomi, tetapi karena itu saja tidak

cukup (Todaro, 2003). Meskipun banyak kritik yang dilancarkan, nampaknya

strategi pembangunan tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan

menghimpun modal, sehingga kelihatannya ada hubungan yang erat

antara pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi.

Teori neoklasik dari Robert Solow, ditinjau dari sudut jumlah faktor

yang dianalisisnya, lebih lengkap daripada teori Harrod-Domar karena

disamping membahas mengenai peranan modal, teori ini menyatakan

bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu

pada tingkat pendapatan yang sama, dengan asumsi bahwa negara- negara

tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan

kerja dan pertumbuhan produktivitas yang sama (Todaro, 2003).

Modifikasi penting dari model pertumbuhan Harrod-Domar adalah

bahwa teori neoklasik membolehkan substitusi antara modal dan tenaga

kerja. Dalam proses produksi, teori ini mengasumsikan bahwa terdapat hasil

Page 18: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

yang semakin berkurang dalam penggunaan input-input ini. Sayang sekali,

analisis neoklasik masih belum cukup mendalam pembahasannya terhadap

peranan ketiga faktor di atas dalam pembangunan, sehingga belum cukup

sempurna bagi landasan dalam penyusunan strategi pembangunan di negara

berkembang.

Teori Romer atau lebih dikenal dengan sebutan model pertumbuhan

endogen muncul untuk melengkapi pertanyaan yang belum terjawab pada

teori-teori sebelumnya bahwa dalam kondisi mapan, tingkat output tidak

akan bertambah lagi meskipun input terus ditambah. Teori ini memiliki

kemiripan struktural dengan model neoklasik, namun sangat berbeda dengan

asumsi serta kesimpulan yang ditarik darinya. Perbedaan mendasar dari

teori ini adalah adanya hasil marjinal yang semakin menurun pada investasi

modal, memberikan peluang terjadinya skala hasil yang semakin

meningkat (increasing return to scale) dalam produksi agregat. Dengan

mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumber

daya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan

produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasil yang semakin

menurun secara alamiah, teori Romer kemudian berupaya menjelaskan

keberadaan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan

Page 19: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Dan karena teknologi masih

memainkan peranan penting dalam model ini, perubahan eksogen tidak

diperlukan lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang. Teori ini

juga menekankan terdapat dua hal penting dalam meningkatkan

produktifitas modal, yaitu learning by doing dan learning by investing yang

memasukkan faktor modal manusia sebagai faktor penggerak pertumbuhan

ekonomi. Pada model pertama, pertumbuhan modal manusia bergantung

pada bagaimana interaksi antara faktor produksi dan akumulasi modal

manusia, sedangkan model kedua menekankan bahwa pertumbuhan modal

manusia merupakan fungsi yang positif untuk produksi barang baru. Teori ini

mengasumsikan bahwa dengan adanya peningkatan modal manusia

maka tingkat investasi akan terus berkembang karena kemajuan

teknologi yang menjadi salah satu faktor pendorong produktivitas modal

hanya dapat digerakkan apabila terdapat sumber daya manusia yang

berkualitas.

2.2. Peranan Investasi Terhadap Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang kokoh bertumpu

pada terjadinya saling pengertian antara faktor yang mempengaruhi

Page 20: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

tingkat dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut (Blakely, 2010).

Pertumbuhan ekonomi daerah saat ini sebagian besar bersumber dari

peningkatan konsumsi baik pemerintah maupun masyarakat (Bappenas,

2007). Pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh konsumsi sulit

dijaga keberlangsungan dan kestabilannya. Pertumbuhan ekonomi daerah

seperti itu tidak menunjukkan struktur perekonomian daerah yang kuat.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan konsumsi akan

kurang menciptakan nilai tambah dan memicu peningkatan inflasi.

Dalam upaya menciptakan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan

berkelanjutan, perekonomian daerah perlu didukung oleh kegiatan investasi

di sektor produktif dan jasa.

Dampak pengganda yang diciptakan dari peningkatan investasi

adalah meningkatnya pemanfaatan sumberdaya secara optimal dalam

kegiatan produksi, berkembangnya kegiatan perdagangan antar daerah, dan

terciptanya nilai tambah yang lebih besar. Investasi juga mendorong

percepatan perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan

transportasi. Percepatan ini akan memberikan kesempatan yang lebih

besar bagi mobilitas sumberdaya (bahan mentah, barang modal, dan

tenaga kerja) secara lebih mudah dan murah. Percepatan ini juga

Page 21: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah. Investasi

dapat menjadi pendorong roda perekonomian daerah dan meningkatkan

kesejahteraan ketika semua pihak mendapat manfaat maksimal dari

aktivitas tersebut. Dalam situasi ini, pengusaha mendapat keuntungan yang

memadai untuk melakukan penambahan modal, meningkatkan

produktivitas, meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan melakukan

ekspansi usaha.

Bagi tenaga kerja dorongan kegiatan ekonomi melalui investasi dan

perdagangan dapat mengurangi pengangguran dan memperbaiki upah yang

mereka terima. Kenaikan upah diharapkan tidak hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga meningkatkan kemampuan

menabung dan/atau berinvestasi. Bagi pemerintah, meningkatnya

aktivitas produksi dan perdagangan, upah dan daya beli berarti

meningkatnya penerimaan pajak, yang memungkinkan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2.3. Konsep dan Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang

menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan

Page 22: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh

dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan

output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam

sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan

penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal).

Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat

merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya

menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Secara

teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan

pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947). Namun

karena kedua teori tersebut banyak kesamaannya, maka kemudian teori

tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod-Domar.

Pada dasarnya teori tentang ICOR dilandasi oleh dua macam konsep

Rasio Modal-Output yaitu:

(i) Rasio Modal-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering

disebut sebagai Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu

perbandingan antara kapital yang digunakan dengan output

yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini

bersifat statis karena hanya menunjukkan besaran yang menggambarkan

Page 23: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

perbandingan modal dan output.

(ii) Ratio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output

Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukkan besarnya

tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk

menaikkan/menambah satu unit output baik secara fisik maupun

secara nilai (uang). Konsep ICOR ini Iebih bersifat dinamis karena

menunjukkan perubahan kenaikan/ penambahan output sebagai akibat

langsung dari penambahan kapital.

Dari pengertian pada butir (ii), maka ICOR bisa diformulasikan

sebagai berikut:

ICOR = K / Y …..................................................................................(1)

dimana K = perubahan kapital

Y = perubahan output

Dari rumus (1) didapatkan pengertian bahwa ICOR merupakan

statistik yang menunjukkan kebutuhan perubahan stok kapital

untuk menaikkan satu unit output. Dalam perkembangannya, data

yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan lagi hanya penambahan

barang modal baru atau perubahan stok kapital melainkan Investasi

(I) yang ditanam balk oleh swasta maupun pemerintah sehingga

Page 24: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

rumusan ICOR dimodifikasi menjadi:

ICOR = I / Y ............................................................ ( 2 )

dimana I = Investasi

Y = perubahan output

Rumus (2) dapat diartikan sebagai banyaknya kebutuhan

investasi yang diperlukan untuk mendapatkan 1 unit output. Sebagai

contoh, misalnya besarnya investasi pada suatu tahun di negara A adalah

sebesar Rp 300 miliar, sedangkan tambahan output yang diperoleh

dari hasil penanaman investasi itu adalah sebesar Rp 60 miliar, maka

nilai ICOR negara A adalah sebesar 5 (300 miliar / 60 miliar). Angka ini

menunjukkan bahwa untuk menaikkan 1 unit output diperlukan

investasi sebesar 5 unit.

Pada kenyataannya pertambahan output bukan hanya

disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain di luar

investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan

kemampuan kewiraswastaan. Dengan demikian untuk melihat

peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR, maka

peranan faktor-faktor selain investasi diasumsikan konstan (ceteris

paribus).

Page 25: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

2.4. Pengertian Kapital dan Investasi

Secara umum kapital atau yang sering disebut sebagai "Gross Capital

Stock” merupakan akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari

tahun ke tahun yang digunakan untuk menghasilkan produk baru. Kapital

secara fisik adalah seluruh barang modal yang digunakan dalam proses

produksi seperti mesin, bangunan, kendaraan dan lainnya. Dalam sistem

pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud dengan kapital adalah harta

tetap (fixed assests) suatu badan usaha.

Sementara itu menurut konsep ekonomi nasional yang mengacu

pada A System of National Account (UN, 1968) investasi adalah selisih antara

stok kapital pada tahun (t) dikurangi dengan stok kapital pada tahun (t-1).

Sehingga setiap terjadi penambahan atau penimbunan kapital (modal) selalu

dianggap sebagai investasi. Oleh karena itu besarnya investasi secara

fisik yang direalisasikan pada suatu tahun tertentu dicerminkan oleh

besarnya Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mencakup

pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru dari dalam

negeri dan pembuatan dan pembelian barang modal baru maupun bekas

dari luar negeri. Termasuk dalam PMTB ini adalah perbaikan besar

barang modal yang mengakibatkan menambah umur pemakaian atau

Page 26: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

meningkatkan kemampuan barang modal tersebut, dikurangi dengan

penjualan barang modal bekas.

Konsep barang modal sendiri adalah seluruh peralatan dan

prasarana fisik yang digunakan di dalam proses produksi. Ciri-ciri barang

modal adalah: Umur kegunaannya lebih dari 1 tahun atau mempunyai unsur

ekonomis lebih dari satu tahun, nilai belinya relatif besar, dan manfaatnya

akan dirasakan dalam jangka panjang atau dapat digunakan berulangkali di dalam

proses produksi.

Dalam penghitungan ICOR, konsep investasi yang digunakan

mengacu pada konsep ekonomi nasional. Pengertian investasi yang dimaksud

di sini adalah fixed capital formation/pembentukan barang modal tetap

yang terdiri dari tanah, gedung/konstruksi, mesin dan

perlengkapannya, kendaraan dan barang modal lainnya. Sementara itu

nilai yang diperhitungkan mencakup pembelian barang baru/bekas,

pembuatan/perbaikan besar yang dilakukan pihak lain, pembuatan/perbaikan besar

yang dilakukan sendiri, dan penjualan barang modal bekas.Fixed Capital

Formation/Pembentukan Barang Modal Tetap dalam hal ini adalah Pembentukan

BArang Modal Tetap Bruto (PMTB). Total nilai investasi diperoleh dari

penjumlahan seluruh pembelian barang modal baru/bekas,

Page 27: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

pembuatan/perbaikan besar yang dilakukan oleh pihak lain dan sendiri

dikurangi oleh penjualan barang modal bekas.

2.5. Pengertian Output

Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan seluruh

faktor produksi balk berbentuk barang atau jasa seperti tanah, tenaga kerja,

modal dan kewiraswastaan. Dari segi ekonomi nasional, output merupakan

nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor

domestik dalam negeri dalam suatu periode tertentu.

Dari segi perusahaan, output mencakup nilai barang (komoditi) jadi

yang dihasilkan selama suatu periode tertentu ditambah nilai perubahan

stok barang (komoditi) yang masih dalam proses. Output yang dimaksud

adalah barang-barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, dan selisih nilai stok

setengah jadi. Output ini dihitung atas dasar harga produsen, yaitu harga yang

diterima oleh produsen pada tingkat transaksi pertama. Karena masih

mengandung nilai penyusutan barang modal, output ini masih bersifat bruto.

Untuk mendapatkan output neto atas harga pasar, output bruto atas harga

pasar harus dikurangi dengan penyusutan barang modal.

Page 28: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Dalam pengertian ICOR, output adalah tambahan (flow) produk dari

hasil kegiatan ekonomi dalam suatu periode atau nilai-nilai yang merupakan

hasil pendayagunaan faktor produksi. Output ini merupakan seluruh nilai

tambah atas dasar biaya faktor produksi yang dihasilkan dari seluruh

kegiatan usaha. Untuk itu dalam penghitungan ICOR sektor industri

dipakai konsep Gross Value Added (nilai tambah) bukan konsep output secara

umum.

2.6. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Pembentukan Modal Tetap Bruto mencakup pengadaan, pembuatan

dan pembelian barang modal dari dalam negeri/wilayah dan barang modal

baru atau bekas dari luar negeri/wilayah, yang digunakan untuk berproduksi

didalam negeri/wilayah tersebut. Kategori barang modal yaitu barang yang

mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. Sedangkan yang

dimaksud dengan pemakaian adalah penggunaan barang modal sebagai alat

yang tetap dalam berproduksi.

Menurut wujudnya pembentukan modal tetap domestik bruto

mencakup 5 (lima) hal :

1) Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi, seperti:

Page 29: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

a. bangunan tempat tinggal

b. bangunan bukan tempat tinggal

c. bangunan atau konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan, irigasi,

pembangkit tenaga listrik dan jaringannya, instalasi telekomunikasi,

pemancar TV, pelabuhan terminal, jaringan pipa untuk minyak, gas &

air serta monumen.

d. perbaikan besar-besaran dari bangunan yang disebutkan di atas.

e. pembentukan modal berupa bangunan/konstruksi dinilai sesuai

dengan output bangunan, yaitu nilai seluruh pekerjaan bangunan

pada satu tahun tertentu tanpa memperhatikan bangunan tersebut

sudah selesai atau belum.

2) Pembentukan modal tetap berupa mesin dan alat perlengkapan, terdiri

dari:

a. alat-alat transportasi seperti : kapal laut, kapal terbang, kereta api,

bus, truk, dan motor.

b. mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pertanian, listrik,

pertambangan, pembuatan jalan, jembatan, perlengkapan kantor,

toko, hotel, restoran, dll. Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan

Page 30: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

yang masih dalam proses pembuatan tidak termasuk dalam

pembentukan modal, melainkan merupakan Stok dari produsennya.

3) Perluasan perkebunan dan penanaman baru untuk tanaman keras.

Tanaman keras yang dimaksud di sini adalah tanaman yang hasilnya

baru akan diperoleh setelah berumur satu tahun atau lebih.

4) Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya atau

bulunya atau untuk dipakai tenaganya dan sebagainya, kecuali ternak

yang dipelihara untuk dipotong.

5) Margin pedagang atau makelar, jasa pelayanan dan ongkos pemindahan

hak milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak

pengusaha hutan, hak paten, hak cipta dan barang modal bekas tercakup

dalam pembentukan modal tetap.

Secara umum barang modal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai umur kegunaan lebih dari satu tahun, sehingga mempunyai

nilai penyusutan.

b. Pengeluaran untuk barang modal mempunyai manfaat/hasil pada masa

yang akan datang dalam jangka waktu yang relatif panjang.

c. Pengeluaran nilai per unit dari barang modal relatif besar dibandingkan

dengan output sektor yang memakainya.

Page 31: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

BAB III METODOLOGI

3.1. Data dan Sumber Data

Dalam rangka penyusunan ICOR Kabupaten Banyuwangi, dilakukan

pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang dimaksud berupa data

primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan

Survey Khusus Pembentukan Modal (SKPM) langsung ke sumber data

(responden). Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui wawancara

dengan cara penyebaran kuisioner kepada responden perusahaan-

perusahaan yang terpilih sebagai sampel. Metode pemilihan responden

mengunakan purposive sampling yaitu memilih perusahaan yang menjadi

sampel dengan criteria tertentu yakni perusahaan yang memiliki pengaruh

(memiliki omset/aset terbesar) di sektor ekonomi masing-masing.

Selain survey SKPM, data primer juga diperoleh dari survey yang rutin

dilakukan oleh BPS, diantaranya survey industri besar/sedang, selain itu data

juga diperoleh dari Survey Khusus Perusahaan Swasta Non Finansial (SKPS),

Survey khusus pendapatan regional, Survey khusus input output serta survey

lainnya. Sementara, data sekunder diproleh dari instansi terkait dan sumber-

sumber lainnya seperti BKPMD, Pemda, dan Bank Indonesia.

Page 32: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

3.2. Metode Estimasi Investasi

Ditinjau dari sudut pemilikan maka pembentukan barang modal tetap

bruto dapat dihitung berdasarkan pengelauaran untuk pembelian modal oleh

masing-masing lapangan usaha. Jika ditinjau dari jenis barang modal

tersebut, maka pembentukan modal dapat dihitung berdasarkan arus barang.

a. Metode langsung

Pembentukan modal tetap bruto oleh lapangan usaha dibagi menjadi

Sembilan sektor yaitu: 1) Pertanian; 2) Pertambangan dan Penggalian; 3)

Industri Pengolahan; 4) Listrik dan Air Bersih; 5) Konstruksi; 6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7) Angkutan; 8) Bank dan Lembaga

Keuangan lain; 9) Pemerintahan dan Jasa-jasa.

Estimasi pengeluaran untuk pembelian barang modal tetap bruto dapat

dihitung secara langsung berdasarkan informasi atau statistic yang

didapat dari hasil survey khusus atau survey yang menunjang. Selain itu

juga diperlukan indicator atau data penunjang dari dinas-instansi terkait.

Cara dan langkah penghitungan untuk tiap sektor berbeda tergantung

pada indicator atau data penunjang yang ada.

Page 33: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

b. Metode tidak langsung

Metode atau pendekatan tidak langsung ini berdasarkan pada arus

barang, yaitu suatu pendekatan yang memanfaatkan informasi mengenai

penggunaan komoditi barang modal diseluruh sektor ekonomi. Estimasi

yang dihasilkan adalah pembentukan modal tetap menurut jenis atau

wujud barang yaitu dalam bentuk bangunan, mesin, alat transportasi,

ternak, perlengkapan dan barang modal lainnya.

Apabila pembentukan modal tetap dihitung dengan metode arus barang,

maka yang harus disediakan adalah informasi mengenai:

- Jumlah penyediaan semua jenis barang baik sebagian atau seluruhnya

yang akan dijadikan pembentukan modal tetap bruto;

- Penggunaan bermacam-macam barang yang mungkin hanya sebagian

saja yang dipakai sebagai barang modal, termasuk data lainnya yang

mungkin tersedia pada pembelian barang-barang modal;

- Data output sektor konstruksi;

- Data margin perdagangan dan pengangkutan.

Estimasi pembentukan modal menrut jenis/wujud barang modal

dapat dilakukan secara bertahap, yaitu:

Page 34: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

1. Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi

2. Pembentukan modal tetap berupa mesin dan alat perlengkapan.

3.3. Metode Perhitungan ICOR

Salah satu formula untuk melihat koefisien tingkat invesatasi yaitu

dengan menggunakan ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang

merupakan perbandingan antara pertambahan modal (investasi) dengan

pertambahan output. ICOR merupakan suatu indikator yang menunjukkan

investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu satuan output. Dengan

adanya indikator ini, para perencana pembangunan ekonomi dapat

memperkirakan berapa investasi yang diperlukan agar perekonomian dapat

tumbuh sesuai dengan target yang diharapkan. Selain itu ICOR juga

menunjukkan tingkat efisiensi perekonomian. Semakin rendah nilai koefisien

ICOR suatu sektor, semakin efisien perekonomian sektor tersebut. Demikian

pula halnya dengan ICOR suatu wilayah, semakin rendah nilai koefisien ICOR,

semakin efisien perekonomian di wilayah tersebut.

Menurut teori, ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik atau nilai.

Namun demikian untuk memudahkan, dalam praktek penghitungan ICOR

selalu dilakukan dalam bentuk nilai. Secara matematis ICOR dinyatakan

Page 35: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

sebagai rasio antara pertambahan modal (investasi) terhadap tambahan

output, atau

)( 1

tt

t

YY

IICOR

Jika investasi yang ditanamkan pada tahun ke t menimbulkan

kenaikan output setelah s tahun, maka di atas dapat dimodifikasi menjadi :

)( 1

stst

t

YY

IICOR

Untuk menghitung koefisien ICOR Kabupaten Banyuwangi setiap

tahun digunakan rumus di atas. Tentunya nilai s (time lag) untuk setiap

sektor diusahakan berbeda, karena siklus produksi antara satu sektor

dengan sektor lainnya bisa berbeda.

Page 36: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perekononomian Daerah

Gambaran mengenai perkembangan perekonomian daerah secara

umum dapat diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan ekonomi

yang dihitung berdasarkan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional

Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku.

Sepanjang periode tahun 2004-2013, perkembangan pencapaian

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi menunjukkan

kecenderungan peningkatan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1 diketahui

bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi telah meningkat dari

3.9 persen pada 2004 meningkat menjadi 6.85 pada 2013. Kondisi ini

menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah berupaya serius dalam

meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat melalui upaya-upaya

pembangunan di semua sektor.

Page 37: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2004 – 2013 (%)

Sumber : Kab. Banyuwangi Dalam Angka 2013 Dan LJKP Tahun 2013

Ket: *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

***) Angka Sangat Sementara

Disamping indikator pertumbuhan ekonomi, kinerja ekonomi daerah

juga dapat ditunjukkan oleh data PDRB, dimana pencapaian angka

pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kabupaten Banyuwangi tidak terlepas

dari keberhasilan pemerintah daerah dalam menggenjot pencapaian angka

PDRB. Besaran nilai PDRB dapat memberikan gambaran nyata mengenai

nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi dalam periode

tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB ADHB) menunjukkan

peranan atau keadaan riil sektor-sektor yang mempengaruhi besar kecilnya

PDRB. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB ADHK) untuk

3,9

4,79 4,74

5,64 5,8

5,06

6,26

7,14 7,29 6,85

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 2013***

Page 38: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

mengetahui kontribusi sektoral dan pertumbuhan ekonomi daerah dari

tahun ke tahun yang tidak dipengaruhi inflasi.

Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha,

Periode 2009 – 2013 (juta rupiah)

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

ADHB

1. Pertanian 9,842,865 10,884,186 12,010,933 13,861,466 15,417,540

2. Pertb & Penggalian 951,337 1,077,494 1,219,057 1,372,852 1,535,764

3. Industri Pengolahan 1,124,674 1,272,557 1,427,720 1,660,082 1,859,244

4. Listrik & Air Bersih 72,919 75,368 85,572 93,175 104,469

5. Konstruksi 221,162 245,642 291,086 340,918 405,524

6. Pergag, Htl & Rest 5,607,807 6,485,329 7,726,520 9,326,154 11,044,399

7. Angkutan & Komks 599,221 734,577 1,203,965 1,364,391 1,542,091

8. Keuangan 946,654 1,051,862 1,185,128 1,328,509 1,495,275

9. Jasa-Jasa 1,290,951 1,445,401 1,626,694 1,835,155 2,064,559

JUMLAH 20,728,488 23,272,420 26,776,678 31,182,705

35,468,869

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 4,924,852 5,185,828 5,454,518 5,753,427 5,993,530

2. Pertb & Penggalian 453,471 485,195 519,887 553,901 581,649

3. Industri Pengolahan 663,376 698,108 743,513 801,168 854,372

4. Listrik & Air Bersih 48,940 50,201 52,874 55,601 58,693

5. Konstruksi 86,737 93,624 104,147 114,476 124,582

6. Pergag, Htl & Rest 2,550,878 2,778,110 3,077,801 3,412,285 3,798,288

7. Angkutan & Komks 460,794 483,920 518,769 555,670 591,509

8. Keuangan 621,487 648,097 692,882 738,631 798,105

9. Jasa-Jasa 559,747 592,109 629,794 670,423 710,976

JUMLAH 10,370,286 11,015,195 11,794,189.97 12,655,586

13,511,707

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa selama lima tahun terakhir

(2009-2013), PDRB Kabupaten Banyuwangi menunjukkan perkembangan

Page 39: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

untuk semua sektor dengan besaran yang cukup signifikan. Sektor pertanian

masih menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang

diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Peningkatan PDRB

tersebut mencerminkan kondisi peningkatan ekonomi masyarakat yang adil

dan merata di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, peningkatan ini

menggambarkan kesuksesan penerapan kebijakan oleh pemerintah

Kabupaten Banyuwangi.

Salah satu instrumen terbaik dalam mempercepat pembangunan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan cara mendorong investasi

sebagai alat pembentukan modal dan peningkatan produksi. Investasi adalah

salah satu faktor produksi yang memiliki daya dorong dan daya ungkit yang

kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro. Kegiatan

investasi mampu mengakumulasikan modal dan meningkatkan

produktivitas. Investasi dapat meningkatkan output dan meningkatkan

permintaan input. Pembangunan di bidang ekonomi melalui kegiatan

investasi memiliki efek multiplier yang besar dalam mendorong

pertumbuhan perekonomian daerah. Namun demikian investasi juga dapat

mengalami penyusutan dan disparitas pertumbuhan sektor ekonomi apabila

aktivitas investasi tertumpu pada sektor tertentu saja.

Page 40: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Tabel 4.2 menunjukkan gambaran pembentukan investasi menurut

lapangan usaha di Kabupaten Banyuwangi periode 2009-2013. Berdasarkan

tabel diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang

menyumbang pembentukan investasi terbesar di Kabupaten Banyuwangi,

disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara, sektor

lainnya secara umum juga menunjukkan nilai yang cukup signifikan dalam

pembentukan investasi di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 4.2. Pembentukan Investasi Kabupaten Banyuwangi 2009-2013

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

ADHB

1. Pertanian 1,420,595.88 1,651,519.18 1,902,532.81 2,175,886.64 2,473,842.33

2. Pertb & Penggalian 54,137.58 65,857.16 78,479.16 92,085.66 106,780.69

3.Ind. Pengolahan 102,228.89 116,346.12 131,860.96 148,942.79 167,766.97

4. Listrik & Air Bersih 37,277.14 39,037.91 40,909.61 42,906.71 45,041.61

5. Konstruksi 16,589.90 19,673.68 23,041.17 26,735.30 30,795.16

6. Pergag, Htl & Rest 706,682.66 861,591.36 1,033,230.19 1,223,749.30 1,440,941.08

7. Angkutan & Komks 228,721.52 256,751.93 287,108.87 320,106.86 356,074.66

8. Keuangan 157,027.80 171,066.38 186,143.80 202,382.19 219,919.65

9. Jasa-Jasa 237,572.57 255,393.47 274,871.71 296,219.87 319,681.49

JUMLAH 2,960,833.95 3,437,237.19 3,958,178.27 4,529,015.32 5,099,852.37

Page 41: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 717,964.79 768,095.81 820,933.91 876,730.94 935,764.19

2. Pertb & Penggalian 31,672.91 36,019.09 40,643.43 45,568.35 50,828.17

3. Ind. Pengolahan 46,043.72 48,422.59 50,972.75 53,711.61 56,675.06

4. Listrik & Air Bersih 15,487.29 15,514.93 15,544.07 15,574.80 15,607.32

5. Konstruksi 7,740.60 8,473.28 9,245.53 10,061.80 10,927.04

6. Pergag, Htl & Rest 349,233.84 392,329.48 438,571.10 488,327.08 542,013.79

7. Angkutan & Komks 117,241.28 121,638.09 126,294.30 131,239.21 136,505.53

8. Keuangan 91,609.91 98,520.45 105,797.26 113,467.00 121,581.60

9. Jasa-Jasa 119,432.79 125,838.17 132,647.09 139,912.22 147,693.16

JUMLAH 1,496,427.14 1,614,851.91 1,740,649.44 1,874,593.01 2,017,595.86

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Nilai investasi yang disajikan pada Tabel 4.2 diatas tidak membedakan

investasi yang tertanam dari luar maupun dari dalam daerah Kabupaten

Banyuwangi. Sampai dengan tahun 2013 nilai investasi yang tertanam di

Kabupaten Banyuwangi nilainya mencapai 5,1 triliun rupiah, dan Sektor

Pertanian masih merupakan sektor ekonomi yang mempunyai nilai investasi

terbesar dengan nilai sekitar 2,47 triliun rupiah. Kedua ada pada Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan nilai investasi sebesar 1,44 trilyun

Page 42: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

rupiah serta ketiga tertanam pada Sektor Angkutan dan Komunikasi dengan

nilai 356,074 milyar rupiah. Sedangkan nilai investasi yang terendah

terdapat di Sektor Konstruksi dengan nilai sekitar 30,795 milyar rupiah.

4.2. Perkembangan Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Salah satu indikator yang berkaitan dengan investasi yang bisa

digunakan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan adalah

Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR adalah suatu besaran yang

menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan

untuk menaikkan/menambah satu unit output. Tambahan kapital (investasi)

baru yang dimaksud adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Besaran ICOR dapat diperoleh dengan cara membandingkan besarnya PMTB

dengan tambahan output. Pada umumnya, dikarenakan unit PMTB dapat

memiliki bentuk berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output

relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya

dinilai dalam bentuk uang (nominal).

Besaran koefisien ICOR merefleksikan produktivitas PMTB yang

pada akhirnya menyangkut pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Oleh

karena itu besaran ICOR dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya

Page 43: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

kebutuhan investasi untuk mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan

pada masa yang akan datang serta untuk melihat produktivitas dan efisiensi

dari investasi yang dilakukan. Semakin kecil koefisien ICOR menunjukkan

semakin efisien dan produktifitas pembentukan modal yang terjadi. Investasi

yang sama pada suatu perekonomian dengan ICOR yang lebih rendah akan

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada

suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai apabila ada

efisiensi ekonomi. Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tertentu,

sangat diperlukan adanya perkiraan kebutuhan investasi yang benar. Iklim

investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, yaitu

melalui investasi yang juga didukung oleh produktivitas yang tinggi. Model

Harrord Dommar mengaitkan adanya tambahan stock kapital terhadap

output yang dikenal dengan ICOR (Incremental Capital Output Ratio).

Sehingga, perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan seberapa

besar kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang

diharapkan tumbuh dan dengan ICOR dapat dilihat seberapa efisien investasi

yang ditanamkan pada periode tertentu.

Page 44: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Gambar 4.2 Perkembangan ICOR Kabupaten Banyuwangi, 2004-2013

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Perkembangan hasil perhitungan ICOR Kabupaten Banyuwangi

periode 2004-2013 seperti ditunjukkan pada gambar 4.2 diketahui bahwa

nilai ICOR Kabupaten Banyuwangi periode 2004-2013 menunjukkan trend

penurunan. Tahun 2004 nilai ICOR Kabupaten Banyuwangi sebesar 4,05 dan

menurun ke tingkat 2,36 di tahun 2013. Secara umum, nilai ICOR yang

menurun menandakan performa ekonomi Kabupaten Banyuwangi relatif

baik, dikarenakan dengan nilai investasi yang sama dapat menghasilkan

output yang lebih besar.

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Page 45: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Tabel 4.3. Komponen Pembentukan ICOR Kabupaten Banyuwangi

Periode 2003 – 2013

Tahun PMTB PDRB Penambahan

(ADHK 2000) (ADHK 2000) PDRB

(1) (2) (3) (4)

2003 1,284,090.94 7,672,606.14

2004 1,211,032.95 7,971,478.67 298,872.53

2005 1,485,018.32 8,353,392.45 381,913.78

2006 1,204,235.24 8,749,736.94 396,344.49

2007 1,248,288.67 9,243,100.08 493,363.13

2008 1,344,975.75 9,778,833.48 535,733.40

2009 1,496,427.14 10,370,286.20 591,452.73

2010 1,614,851.91 11,015,195.17 644,908.97

2011 1,740,649.44 11,804,189.97 788,994.80

2012 1,874,593.01 12,656,486.32 852,296.35

2013 2,017,595.86 13,511,707.90 855,221.58

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Kinerja ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang ditunjukkan oleh

perhitungan ICOR menyatakan bahwa performa ekonomi mengalami

peningkatan seiiring dengan menurunnya angka ICOR sepanjang periode

2004-2013. Tren penurunan ICOR tersebut didukung oleh data

perkembangan PMTB dan PDRB Kabupaten Banyuwangi (Tabel 4.3) yang

menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai untuk kedua komponen

tersebut. Pada tahun 2004 besaran nilai PMTB (ADHK 2000) sebesar

Page 46: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

1,211,032.95 juta rupiah telah menghasilkan besaran PDRB (ADHK 2000)

sebesar 7,971,478.67 juta rupiah. Pada tahun 2013, angka PMTB (ADHK

2000) tersebut melonjak menjadi 2,017,595.86 juta rupiah dan

menghasilkan besaran PDRB (ADHK 2000) sebesar 13,511,707.90 juta

rupiah.

4.3. Koefisien ICOR Menurut Lag di Kabupaten Banyuwangi

Investasi yang ditanamkan terkadang memerlukan waktu yang cukup

lama untuk dapat menghasilkan output yang diinginkan. Lama waktu yang

dibutuhkan untuk memperoleh output dari investasi yang ditanamkan

disebut lag. Dengan mempertimbangkan periode waktu ini dan karena data

yang digunakan adalah time series data, maka untuk memperoleh suatu

koefisien ICOR yang mewakili dilakukan penghitungan simple average (rata-

rata sederhana). Koefisien ICOR yang relatif besar terjadi jika investasi yang

ditanamkan pada tahun tertentu (t) relatif besar, sedangkan output yang

dihasilkan pada tahun (t+s) besar tetapi hampir sama dengan output pada

tahun sebelumnya (t+s-1), atau tambahan output yang dihasilkan relatif kecil.

Rasio ICOR yang efisien akan dipilih dari nilai yang paling minimum.

Page 47: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Hasil penghitungan koefisien ICOR Kabupaten Banyuwangi ditampilkan

berdasarkan lag-0, lag-1, dan lag- 2. Lag-0 berarti bahwa investasi yang

ditanam pada tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke-t

juga (pada tahun yang sama). Lag-1 berarti bahwa investasi yang ditanam

pada tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke-t+1. Lag-2

berarti bahwa investasi yang ditanam pada tahun ke-t akan mulai

menghasilkan output pada tahun ke-t+2. Hasil perhitungan ICOR lag-0

menurut lapangan kerja di Kabupaten Banyuwangi ditunjukkan pada tabel

4.4. Berdasarkan tabel 4.4, keadaan ICOR pada lag-0 periode 2004-2013

mengalami fluktuatif dimana pada beberapa titik tahun, koefisien ICOR justru

naik. Di tahun 2004, nilai koefisien ICOR sebesar 4,05 kemudian di tahun

2005 hingga tahun 2008 besaran ICOR berturut-turut turun hingga menjadi

sebesar 2,51 pada 2008. Kemudian mengalami sedikit kenaikan pada 2009

menjadi 2,53. Selanjutnya ICOR menurun hingga menjadi sebesar 2,20 pada

tahun 2012, meskipun kemudian sempat naik kembali menjadi 2,36 pada

tahun 2013. Namun demikian, secara rata-rata nilai ICOR Kabupaten

Banyuwangi pada lag-0 menunjukkan angka yang relatif kecil yakni 2,78.

Secara rata-rata, angka ini berarti bahwa untuk meningkatkan 1 unit output,

maka dibutuhkan tambahan modal sebesar 2,78 unit.

Page 48: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Tabel 4.4. ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-0)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-

Rata

1. Pertanian 5.79 5.00 3.09 2.69 2.82 2.61 2.94 3.06 2.93 3.90 3.48

2. Pertb & Penggalian 0.79 0.36 1.04 1.16 1.07 1.15 1.14 1.17 1.34 1.83 1.10

3. Industri Pengolahn 2.12 2.72 1.47 1.95 1.75 1.52 1.39 0.92 1.11 1.08 1.60

4. Listrik & Air Bersih 12.12 11.12 6.28 6.17 6.20 5.18 12.31 5.82 5.71 5.05 7.59

5. Konstruksi 1.96 2.98 1.49 1.28 1.31 2.21 1.23 0.88 0.97 1.08 1.54

6. Pergag, Htl & Rest 1.32 2.81 1.86 1.76 1.86 1.96 1.73 1.46 1.46 1.40 1.76

7. Angkutan & Komks 8.53 8.19 6.89 7.77 4.96 5.85 5.26 3.62 3.56 3.81 5.84

8. Keuangan 4.36 2.89 6.60 2.98 2.52 3.64 3.70 2.36 2.48 2.04 3.36

9. Jasa-Jasa 6.31 5.52 7.36 4.04 3.77 4.22 3.89 3.52 3.44 3.64 4.57

Rata-Rata 4.05 3.89 3.04 2.53 2.51 2.53 2.50 2.21 2.20 2.36 2.78

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Dilihat dari efisiensi investasi secara sektoral, sepanjang periode

2004-2013, sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang

memiliki nilai ICOR lag-0 yang paling rendah yakni rata-rata sebesar 1,10.

Disusul oleh sektor konstruksi (1,54), industri pengolahan (1,60), dan

perdagangan, hotel dan restoran (1,76). Pada tahun 2004-2005 sektor

pertambangan dan penggalian memiliki ICOR dibawah 1, masing-masing 0.79

dan 0,36 yang berarti bahwa efisiensinya sangat tinggi. Koefisien ICOR sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 0,79 berarti bahwa setiap

penambahan Rp.1 milyar output hanya memerlukan PMTB sebesar

Rp.790 juta. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas PMTB pada sektor

pertambangan dan penggalian masih relatif tinggi, karena hampir sebagian

Page 49: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

besar ouputnya menjadi investasi fisik (PMTB). Sementara sektor-sektor

yang tidak efisien, memiliki nilai ICOR yang besar ditunjukkan oleh sektor

listrik dan air bersih (7,59), dan sektor angkutan dan komunikasi (5,84).

Ketidakefisienan kedua sektor tersebut merupakan dampak dari adanya

krisis BBM yang terjadi pada tahun 2005 yang mengakibatkan investasi

mengalami penurunan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan

pendapatan output. Sementara, ketiga sektor lainnya, yakni pertanian,

keuangan dan jasa-jasa memiliki ICOR yang relatif lebih baik (ICOR dalam

rentang 3-4).

Pada tahun 2014, dengan lag-0 koefisien ICOR sebesar 2,36 yang

artinya untuk mendapatkan penambahan 1 unit output setiap tahunnya

diperlukan PMTB sebanyak 2,36 unit per tahun. Angka ini jauh lebih efisien

dibandingkan ICOR tahun 2004 sebesar 4,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

seluruh investasi yang ditanam di berbagai sektor ekonomi apabila

diinginkan bisa memberikan output pada tahun yang sama, maka investasi

yang ditanam pada tahun 2013 itulah yang merupakan penanaman investasi

yang paling efisien.

Hasil perhitungan ICOR Kabupaten Banyuwangi lag-1 ditunjukkan

pada tabel 4.5. Lag-1 berarti bahwa investasi yang ditanam pada tahun ke-t

Page 50: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

akan mulai menghasilkan output pada tahun ke-t+1. Penggunaan ICOR lag-1

dalam perhitungan ICOR mengakibatkan ICOR pada tahun 2013 tidak dapat

diketahui, karena data perkembangan output pada tahun 2012 belum

tersedia. Secara umum, lag rata-rata ICOR sepanjang tahun 2004-2013

mengalami penurunan dari 2,78 pada lag-0 menjadi 2,41 pada lag-1 yang

mengindikasikan bahwa produktifitas investasi yang semakin meningkat

dalam kurun waktu setahun setelah penanaman investasi. Investasi yang

ditanamkan pada tahun 2004 akan menghasilkan output pada 2005 dan

memiliki nilai ICOR 3,36. Jika dibandingkan antara lag-0 dan lag-1 maka

semua tahun memiliki nilai ICOR lag-1 lebih rendah dibandingkan dengan

lag-0.

Pada lag-1, sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor yang

paling efisien ditunjukkan oleh nilai ICOR lag-1 yang kecil, yakni rata-rata

sebesar 0.80. Sementara, sektor listrik dan air bersih menjadi sektor yang

paling tidak efisien dengan nilai ICOR lag-1 rata-rata sebesar 7,81. Nilai ICOR

lag-1 rata-rata tahunan mulai periode 2004-2013 menunjukkan nilai yang

menurun, sebesar 3,36 pada tahun 2004 menjadi 2,04 pada tahun 2012.

Sehingga, secara rata-rata nilai ICOR lag-1 periode 2004-2013 sebesar 2,41.

Page 51: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Tabel 4.5. ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-1)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-

Rata

1. Pertanian 5.27 4.18 3.01 2.39 2.28 2.54 2.67 2.57 3.42 3.15

2. Pertb & Penggalian 0.62 0.21 0.33 0.81 0.95 0.86 0.91 1.06 1.46 0.80

3. Industri Pengolahan 4.17 1.68 1.91 1.14 1.51 1.26 0.83 1.00 0.97 1.61

4. Listrik & Air Bersih 5.97 10.64 9.35 5.27 4.73 12.14 5.79 5.69 5.03 7.18

5. Konstruksi 1.68 1.47 1.79 1.03 1.78 1.02 0.74 0.82 0.91 1.25

6. Pergag, Htl & Rest 1.42 1.16 2.65 1.34 1.48 1.35 1.17 1.17 1.14 1.43

7. Angkutan & Komks 8.47 7.15 9.64 4.57 5.62 4.79 3.36 3.30 3.52 5.60

8. Keuangan 1.71 2.65 3.42 3.79 2.53 2.72 2.05 2.15 1.78 2.53

9. Jasa-Jasa 3.53 5.05 4.23 5.41 3.12 3.09 3.17 3.10 3.27 3.77

Rata-Rata 3.36 3.06 3.01 2.25 2.11 2.09 1.90 1.89 2.04 2.41

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Berdasarkan nilai rata-rata ICOR lag-1, perkembangan investasi di

Kabupaten Banyuwangi mengalami perbaikan signifikan sepanjang periode

2004 hingga 2011 atau dari 3,36 menjadi 1,89. Namun ditahun 2012

investasi yang ditanamkan sedikit melambat menjadi 2,04. Sementara itu,

dilihat dari per sektor, rata-rata sektor yang memiliki ICOR lebih rendah dari

rata-rata ICOR kabupaten ditunjukkan oleh sektor pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan, hotel dan

restoran.

Page 52: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Hasil perhitungan ICOR lag-2 Kabupaten Banyuwangi ditunjukkan

oleh tabel 4.6. Lag-2 berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada periode t

akan menghasilkan output pada dua tahun berikutnya. Berdasarkan tabel,

diketahui bahwa rata-rata nilai ICOR lag-2 sepanjang periode 2004-2013

sebesar 2,22. Nilai tersebut lebih efisien dibandingkan dengan investasi pada

lag-0 dan lag-1. Hal ini berarti bahwa jangkauan investasi memiliki nilai

akumulasi yang semakin baik seiirng dengan berjalannya waktu. Sektor yang

memiliki tingkat efisien investasi tertinggi adalah pertambangan dan

penggalian, namun demikian, berdasarkan kontribusinya dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Banyuwangi, sektor ini bukanlah sektor

potensial di Kabupaten Banyuwangi.

Sektor pertanian sebagai kontributor utama dalam perekonomian

Kabupaten Banyuwangi justru tidak menjadi sektor yang efisien dalam upaya

peningkatan investasi daerah. Hal ini dikarenakan sistem pertanian yang

masih banyak mengandalkan teknologi konvensional serta faktor cuaca yang

befluktuasi sepanjang tahun mengakibatkan resiko investasi di sektor ini

masih cukup besar. Sebaliknya, sektor perdagangan, hotel dan restoran

merupakan sektor yang strategis dikembangkan, disamping sebagai sektor

penyumbang PDRB terbesar kedua di Kabupaten Banyuwangi, nilai ICOR lag-

Page 53: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

2 secara rata-rata juga menunjukkan angka yang efisien, sebesar 1,31. Faktor

kedekatan lokasi dengan pulau Bali, serta sebagai jalur utama penyeberangan

menuju Bali menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten yang

strategis bagi investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tumbuhnya sektor perdagangan, hotel dan restoran ternyata juga mampu

menjadikan sektor konstruksi sebagai salah satu sektor yang efisien untuk

penanaman investasi di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 4.6. ICOR Kabupaten Banyuwangi 2004-2013 (Lag-2)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata

1. Pertanian 4.07 3.27 2.99 2.04 2.41 2.47 2.40 3.20 2.85

2. Pertb & Penggalian 0.64 0.19 0.29 0.76 0.83 0.79 0.93 1.30 0.71

3. IndustriPengolahan 3.54 1.38 1.78 0.94 1.31 0.79 0.95 0.93 1.45

4. Listrik & Air Bersih 5.55 9.63 8.68 4.35 11.2 5.73 5.68 5.02 6.98

5. Konstruksi 1.32 1.12 1.62 1.58 0.91 0.67 0.75 0.84 1.10

6. Pergag, Htl & Rest 1.68 0.92 2.40 1.23 1.16 1.02 1.04 1.02 1.31

7. Angkutan & Komks 9.77 7.29 6.26 5.09 4.87 3.18 3.18 3.39 5.38

8. Keuangan 2.61 2.05 2.54 4.33 2.39 1.62 2.00 1.66 2.40

9. Jasa-Jasa 3.04 4.49 3.49 5.07 2.73 2.65 2.94 3.10 3.44

Rata-Rata 3.24 2.45 2.77 2.04 1.94 1.70 1.76 1.89 2.22

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Secara umum, rata-rata ICOR Kabupaten Banyuwangi untuk ketiga

periode lag waktu masih menunjukkan angka yang rendah, dimana, tingkat

efisiensi terjadi periode tahun 2009 pada lag-2, karena memiliki nilai ICOR

terendah yakni sebesar 1,70. ICOR yang rendah menunjukkan adanya

Page 54: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

efisiensi dalam penggunaan modal. Efisiensi terjadi akibat adanya teknologi.

Menurut teori Solow Swan tingkat kemajuan teknologi adalah salah satu

faktor produksi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1988).

Sektor ekonomi yang menunjukkan efisiensi di Kabupaten

Banyuwangi, karena memiliki koefisien ICOR kurang dari 2, adalah sektor

konstruksi (1,96), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,32).

PMTB pada kedua sektor tersebut sangat efisien. Sedangkan sektor dengan

koefisien ICOR antara 2 dan 3 adalah sektor industri pengolahan (2,12),

sementara sektor lainnya menunjukkan besaran ICOR lebih tinggi dari 3 atau

dapat dikatakan PMTB pada sektor-sektor tersebut kurang efisien. Misalnya,

sektor listrik, gas dan air bersih mempunyai koefisien ICOR yang besar yaitu

12,12 artinya PMTB pada sektor tersebut tidak efisien, karena ditangani

langsung oleh pemerintah menyangkut kebijakan yang bersifat kepentingan

publik.

Pada tahun 2013, perhitungan ICOR untuk masing-masing sektor

secara umum menunjukkan tren penurunan dibandingkan pada periode

tahun 2004. Sektor yang pernah masuk dalam kategori kurang efisien

(memiliki ICOR lebih dari 3) telah menunjukkan perbaikan. Misalnya sektor

listrik, gas dan air bersih mempunyai koefisien ICOR 12,12 pada 2004

Page 55: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

menjadi 5,05 pada 2014. Secara umum, rata-rata koefisien ICOR sepanjang

periode 2004-2013 di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan tren penurunan.

Jika pada 2004 rata-rata ICOR seluruh sektor sebesar 4,05 menjadi hanya

2,36 pada 2013. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan efisiensi

dalam upaya peningkatan output.

Perubahan-perubahan nilai ICOR ini bisa menjadi gambaran tingkat

efisiensi dalam penggunaan barang-barang modal pada sektor-sektor

tersebut. Semakin kecil nilai ICOR atau terjadinya penurunan berarti tingkat

efisiensi semakin baik. Oleh karena itu, untuk sektor-sektor yang ICOR-nya

mengalami penurunan seperti sektor pertanian, sektor industri

pengolahan, serta bangunan dikatakan mengalami peningkatan efisiensi.

Sedangkan untuk sektor lainnya seperti sektor jasa-jasa, pengangkutan serta

sektor listrik terjadi sebaliknya yaitu ketidakefisienan.

Setiap penambahan investasi akan selalu diikuti oleh meningkatnya

nilai produksi barang dan jasa, selanjutnya, seluruh nilai tambah bruto yang

dihasilkan berdasarkan nilai produksi barang dan jasa tersebut akan

menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penambahan PDRB

Kabupaten Banyuwangi periode 2010 hingga 2013 disajikan pada Tabel

berikut ini.

Page 56: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

Tabel 4.7. Tambahan PDRB Setiap Tahun,

Tahun 2010-2013 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013

ADHB

1. Pertanian 1,041,320.71 1,126,747.24 1,850,532.51 1,556,074.57

2. Pertb & Penggalian 126,157.19 141,563.03 153,794.81 162,911.80

3. Industri Pengolahan 147,882.92 174,162.57 213,362.24 199,161.83

4. Listrik & Air Bersih 2,449.78 10,204.09 7,602.22 11,294.48

5. Konstruksi 24,480.24 45,443.35 49,832.12 64,605.98

6. Pergag, Htl & Rest 1,147,522.12 971,190.75 1,599,634.20 1,718,244.98

7. Angkutan & Komks 64,961.96 469,388.14 160,425.99 177,699.93

8. Keuangan 125,207.78 117,265.81 143,381.26 166,766.26

9. Jasa-Jasa 154,449.32 181,293.18 208,460.68 229,404.38

JUMLAH 2,834,432.03 3,237,258.14 4,387,026.03 4,286,164.21

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 260,975.59 268,689.94 298,909.66 240,103.19

2. Pertb & Penggalian 31,723.38 34,692.44 34,014.34 27,747.32

3. Industri Pengolahan 34,732.74 55,405.07 48,554.44 52,303.89

4. Listrik & Air Bersih 1,260.85 2,672.85 2,727.00 3,092.28

5. Konstruksi 6,886.96 10,523.39 10,328.23 10,105.98

6. Pergag, Htl & Rest 227,231.66 299,690.94 334,484.48 386,003.30

7. Angkutan & Komks 23,125.56 34,849.59 36,900.48 35,839.23

8. Keuangan 26,610.08 44,785.39 45,749.17 59,473.55

9. Jasa-Jasa 32,362.13 37,685.19 40,628.55 40,552.84

JUMLAH 644,908.97 788,994.80 852,296.35 855,221.58

Sumber: BPS, data diolah. 2014

Berdasarkan hasil pemilihan model ICOR yang memutuskan bahwa

nilai investasi yang efisien di Kabupaten Banyuwangi diperoleh dengan

Page 57: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

menggunakan pendekatan Lag-2, maka setiap penambahan PDRB per tahun

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.7 itu sudah barang tentu merupakan

dampak dari investasi yang ditanam selama dua tahun sebelumnya. Atau

penambahan PDRB dari tahun 2011 ke 2013 yang senilai 4,28 triliun itu

merupakan hasil dari penanaman investasi yang dilakukan pada tahun 2011

demikian juga untuk setiap penambahan PDRB per tahun yang terjadi pada

tahun-tahun sebelumnya.

Page 58: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi sepanjang periode 2004-

2013 menunjukkannpertumbuhan yang lebih baik dibandingkan Jawa

Timur maupun nasional. Sektor pertanian masih menjadi penyumbang

utama dalam kontribusinya di PDRB Kabupaten Banyuwangi. Ini

menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang

strategis untuk dikembangkan khususnya dalam hal penanaman

investasi di sektor pertanian.

2. Hasil perhitungan ICOR Kabupaten Banyuwangi periode tahun 2004-

2013 menunjukkan tren penurunan atau memiliki ICOR yang rendah.

Artinya bahwa penanaman investasi akan memberikan hasil output yang

menguntungkan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor

yang efisien (ICOR rendah) dibandingkan sektor-sektor lainnya.

Sebaliknya, sektor pertanian yang memberikan kontribusi besar dalam

pembentukan PDRB, justru memiliki efisiensi tidak terbaik kedua setelah

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Page 59: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

3. Pemilihan model ICOR berdasarkan lag waktu, memutuskan bahwa nilai

investasi yang efisien di Kabupaten Banyuwangi diperoleh dengan

menggunakan pendekatan Lag-2. Sementara, sektor paling efisien di

Kabupaten Banyuwangi pada periode 2004-2013 adalah pertambangan

dan penggalian. Sedangkan sektor paling tidak efisien adalah sektor

listrik, Gas & Air bersih. Dimana output dari kedua sektor tersebut

adalah barang publik yang nilainya tidak bisa dinilai dengan harga pasar.

Di samping itu investasi pada kedua sektor tersebut memerlukan proses

waktu yang lama untuk dapat menghasilkan output yang diinginkan.

4. Meskipun ukuran ICOR mampu memberikan perhitungan tingkat

efisiensi, mamun tidaklah mudah mengatakan bahwa apabila suatu

sektor dengan koefisien ICOR lebih rendah dari pada sektor lain berarti

sektor yang disebut pertama lebih efisien dibandingkan sektor lain.

Karena karakteristik dari setiap sektor berbeda. Mungkin lebih relevan

kalau perbandingan itu dilakukan untuk sektor yang sama tetapi untuk

waktu dan tempat yang berbeda.

5. Penentuan suatu nilai ICOR sektoral yang mewakili untuk perkiraan

investasi dimasa akan datang masih bisa dikembangkan, tergantung

kebutuhan perencanaan. Namun demikian, koefisien dianggap mewakili

Page 60: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

perilaku investasi dan produksi di setiap sektor. Untuk itu tidak

berlebihan bila angka yang sudah ditentukan dapat dijadikan sebagai

acuan perencanaan dalam menentukan kebutuhan investasi secara

makro pada masa yang akan datang.

Page 61: INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN … · Tabel 4.3 Komponen Pembentuk ICOR Kabupaten Banyuwangi ... merupakan komponen penting dalam permintaan agregat dalam teori

DAFTAR PUSTAKA

BPS, Berbagai Edisi, Jawa Timur Dalam Angka.

Bappenas. 2007. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintah dan

Pembangunan Daerah. Jakarta

Blakely, Edward J. dan Leigh, Nancey Green. 2010. Planning Local

Economic Development. Sage Publication Inc. California.

Boediono, 1986. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta.

Jhingan, M.L, 2003, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan, D

Guritno, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mankiw, N. Gregory, 2007. Macroeconomics. Worth Publishers, New York.

Nicholson, Walter, 2001. Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C, 2003. Economic Development. Eighth

Edition, Pearson Addision-Wiley.