implikasi kepribadian ekstrovert terhadap...

170
i IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA ARAB Diajukan untuk Mengikuti Ujuan Promosi Ahmad Habibi Syahid NIM: 11.2.00.0.13.01.0097 PEMBIMBING DR. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag NIP. 19681023 199303 1 002 KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: doanlien

Post on 06-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

i

IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP

PEMEROLEHAN BAHASA ARAB

Diajukan untuk Mengikuti Ujuan

Promosi

Ahmad Habibi Syahid

NIM: 11.2.00.0.13.01.0097

PEMBIMBING

DR. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag

NIP. 19681023 199303 1 002

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

ii

Page 3: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

iii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : Ahmad Habibi Syahid

NIM : 11.2.00.0.13.01.0097

JUDUL TESIS : Implikasi Kepribadian Ekstrovert

terhadap Pemerolehan Bahasa Arab

Menyatakan bahwa draf tesis telah diverifikasi oleh Prof. DR.

Ahmad Rodoni, pada tanggal 23 Agustus 2014.

Draf tesis ini telah diperbaiki sesuai saran verifikasi meliputi:

1. Perbaikan Abstrak

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan

pertimbangan untuk menempuh ujian Pendahuluan.

Jakarta, 23 Agustus 2014

Ahmad Habibi Syahid

Page 4: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

iv

Page 5: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Segala nikmat yang Allah berikan telah memberikan kekuatan

kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam

kepada Nabi Muhammad dan seluruh keluarganya, sahabat, dan

pengikut sunnahnya.

Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada program Magister Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini

menguraikan tentang implikasi kepribadian ekstrovert dalam

pemerolehan bahasa Arab. Dalam menyelesaikan penulisan tesis

ini sangat banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi.

Namun penulis menyadari bahwa semua ini dapat dihadapi berkat

dorongan dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Komaruddin Hidayat selaku rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Prof. Azyumardi Azra selaku direktur

SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada seluruh

jajaran pimpinan SPs, Prof. Suwito, M.A., Dr. Yusuf Rahman,

M.A., seluruh karyawan dan karyawati tata usaha, dan

perpustakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag., selaku pembimbing dan

promotor dalam penulisan tesis ini. Masukan, saran, dan

kritikan yang telah diberikan sangat berguna sebagai bentuk

pengembangan pengetahuan bagi penulisan tesis ini juga

seluruh dosen yang telah memberikan gagasan-gagasan

pemikiran demi berkualitasnya penulisan tesis ini.

3. Kepada seluruh keluarga, orang tuaku yang tersayang pak H. A.

Hidayat dan Ibu Hj. Nur’aidah, yang telah memeberikan

motivasi, dukungan dan doa yang sangat berharga tanpa kenal

lelah hingga selesainya penulisan tesisi ini. Kepada Kakak ku

Ahmad Rahman Hakim dan Adik-adik ku Ahmad Fahmil Huda

dan Nadya Rahmah yang telah menghibur di kala susah.

4. Buat sahabat-sahabatku Yakin, Deni, Mulyadi, Aidil, Mas Gus,

Mujib, Rahman, Isti, Iffa, mbak Ita, Albab, Annisa, dan teman-

teman angkatan 2012 SPS UIN Syarif Hidayatullah yang telah

Page 6: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

vi

bersama-sama berjuang memberikan masukan-masukan pada

penulisan tesis ini semoga kita dipertemukan lagi di lain waktu.

Semoga tesis ini dapat memberikan pengetahuan kepada

semua pihak. Penulis menyadari bahwa tesis ini mempunyai

banyak kekurangan untuk itu diharapkan tesis ini dapat

memberikan ide bagi peneliti lain untuk membuat perkembangan

penelitian lebih lanjut.

Ciputat, 21 Agustus 2014

Ahmad Habibi Syahid

Page 7: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

vii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Habibi Syahid

Tempat tanggal lahir : Serang, 29 Januari 1990

Jenjang Pendidikan : S2 Pengkajian Islam

Konsentrasi : Pendidikan Bahasa Arab

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis berjudul

‚IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT

TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA ARAB‛ adalah

hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan

sumbernya, apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan

kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya,

selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi saya siap

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

diberlakukan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-

benarnya.

Jakarta, 21 Agustus 2014/24 Shawwa>l 1435

Yang membuat pernyataan

Ahmad Habibi Syahid

Page 8: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

viii

Page 9: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “IMPLIKASI KEPRIBADIAN

EKSTROVERT TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA

ARAB” yang ditulis oleh Ahmad Habibi Syahid NIM

11.2.00.0.13.01.0097 telah melalui proses bimbingan dan bisa

diajukan untuk Ujian Promosi.

Jakarta, 21 Agustus 2014

Pembimbing

DR. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag

Page 10: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

x

Page 11: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xi

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI PENDAHULUAN

Tesis dengan judul “IMPLIKASI KEPRIBADIAN

EKSTROVERT TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA

ARAB” yang ditulis oleh Ahmad Habibi Syahid NIM

11.2.00.0.13.01.0097 telah melalui proses Ujian Pendahuluan dan

bisa diajukan untuk Ujian Promosi.

Jakarta, 21 Agustus 2014

DR. Yusuf Rahman, M.A

(Ketua Sidang/Penguji)

(…………………………….)

Prof. DR. Syukron Kamil, M.A

(Penguji 1)

(…………………………….)

DR. Yeni Ratnayuningsih, M.A

(Penguji 2)

(…………………………….)

DR. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag

(Pembimbing/Penguji 1)

(…………………………….)

Page 12: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xii

Page 13: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab – Latin yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ى

h = ه

w = و

y =

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dhammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

Fathah dan ya Ai a dan i ...ى

Fathah dan …و

wau

Au a dan w

Contoh :

H{aul : حول H{usain : حسيي

Page 14: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xiv

C. Maddah

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

Fathah dan alif a> a dan garis di atas ىآ

Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ىي

Dhammah dan ىو

wau

u> u dan garis diatas

D. Ta’ marbutah (ة)

Transliterasi ta’ marbutah ditulis dengan ‚h‛ baik

dirangkai dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah

(هدرسة) madrasah (هرأة)

Contoh:

al-Madinah al-Munawwarah : الودينة الونورة

E. Shaddah

Shaddah/tasydi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bersaddah itu.

Contoh:

nazzal : نزل rabbana : ربنا

F. Kata Sandang

Kata sandang ‚ال‛ dilambangkan bukan berdasar huruf

yang mengikutinya baik huruf syamsiyah ataupun qamariah di

ikuti dengan huruf ال"" .

Contoh:

al-Qalam : القلن al-Shams :الشوس

G. Pengecualian Transliterasi

Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan

di dalam bahasa Indonesia, seperti هللا, asma>’ al-husna> dan ibn,

kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan

pertimbangan konsistensi dalam penulisan.

Page 15: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xv

ABSTRAK

Tesis ini menyimpulkan bahwa semakin ekstrovert

seseorang dalam mempelajari bahasa asing maka akan semakin

baik dalam menguasai bahasa asing tersebut. Dalam kalimat lain,

semakin tinggi kadar ekstrovert seseorang maka akan semakin

rendah tingkat kesukaran dalam mempelajari bahasa

Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam

Chomsky (2006) dalam Language and Mind dan New Horizon of

the Study of Language and Mind dengan teorinya Generatif

Transformasi yang mengatakan bahwa manusia memiliki sifat

bawaan dalam memperoleh sebuah bahasa yang sudah dibawa

sejak lahir atau yang disebut dengan LAD (Language Acquisition

Device). Sependapat juga dengan Rossier (1975), dan Wakamoto

bahwa kepribadian tertentu (ekstrovert) memiliki pengaruh yang

signifikan dalam pemerolehan bahasa asing.

Tesis ini bertolak belakang dengan pemikiran Ivan

Petrovich Pavlov (1849-1936) dan BF. Skinner (1904-1990) yang

menggagas teori pemerolehan bahasa behavioristik yang

mengatakan bahwa manusia ibarat sebuah “tabula rasa” yang

berarti bahwa manusia dilahirkan tanpa membawa kecenderungan

apapun. Pemikiran ini menafikan sifat bawaan manusia yang salah

satunya dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa. Tesis ini

merupakan bentuk kritik terhadap pemikiran Pavlov dan Skinner

tersebut di atas.

Tesis ini menggunakan sumber utama dari data-data

penelitian lapangan terhadap pemerolehan bahasa asing serta

implikasi kepribadian ekstrovert dalam pemerolehan bahasa asing.

Data selanjutnya dikembangkan dengan hasil penelitian

kepustakaan. Data-data tersebut, dibaca, dan dikaji dalam kerangka

analisis deskriptif karena penulis bermaksud mendiskripsikan

tentang implikasi kepribadian ekstrovert dalam pemerolehan

bahasa asing khususnya pemerolehan bahasa Arab di Pondok

Pesantren Modern.

Kata Kunci: Implikasi, Kepribadian Ekstrovert, Pemerolehan,

Bahasa Arab

Page 16: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xvi

Page 17: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xvii

ملخص البحث

يف تعليم اللغة األجنبية (Ekstrovert )الشخص أثبتت ىذه الرسالة أن كلما انبسطو بعبارة أخرى كلما ارتفع انبساط الشخص فاخنفض مستوى . فحسن يف اتقان اللغة األجنبية

. الصعوبة يف تعليم اللغة األجنبية (Avram Noam Chomsky) أيدت ىذه الرسالة رأي أفرام نوام تشومسكي

قال أن اإلنسان لو مسة , و لو النظرية التحول توليدي" اللغة و العقل" يف كتابو (2006)و . جهاز اكتساب اللغة"و بعبارة أخرى , فطرية يف اكتساب اللغة اليت محلها من الوالدة

لو تأثري كبري (منبسط) أن الشخصية (Wakamoto ) و وكموتو(Rossier )أيدت رأيي روسري. يف اكتساب اللغة األجنبية

و (Ivan Pevtrovich Pavlov )رفضت ىذه الرسالة رأيي إيفان فيرتوفيش فالوف فإهنما بدآ النظرية اكتساب اللغة السلوكية ومها قاال أن مثل (B.F. Skinner )سيكينري

ىذا الرأي ينفي السمة . وىو أن اإلنسان يولد دون ميل أي اجتاه. اإلنسان كأساس البدءىذه الرسالة ىي شكل من أشكال اإلنتقاد على . الفطرية لإلنسان اليت تؤثر يف اكتساب اللغة

. رأي فالوف سيكينريوادلصدر الرئيسئ يف ىذه الرسالة ىو البيانات ادليدانية لالكتساب اللغة األجنبية، مث

تقرأ البيانات وتدرسها يف اإلطار التحليل الوصفي ألن . تطور البيانات بنتيجة حبث ادلكتبةالباحث سيصف عن آثار انبساط الشخص يف اكتساب اللغة األجنبية وباخلصوص يف

. اكتساب اللغة العربية يف معهد احلديث العربيةاللغة ، اكتساباآلثار، الشخص منبسط، : نقاط احلاكمةال

Page 18: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xviii

Page 19: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xix

Abstract

This thesis shows that the more extrovert persons learns a

foreign language, the better he masters such a language. In another

word, the higher is the level of the extrovert, the lower is the level

of the difficulties in learning a language.

This thesis signifies Noam Chomsky’s theory of

Transformational Generative Grammar that the competence of

human in acquiring language is innate, which called LAD

(Language Acquisition Device). This thesis is also in accordance

with Rossier and Wakamoto’s views that an extrovert personality

has a significant influence toward a foreign language acquisition.

This thesis is not in line with Ivan Petrovich Pavlov and BF.

Skinner’s behavioristic theories that humans were born without ane

tandency.

The main sources of this thesis are the field data on a

foreign language acquisition and the implication of extrovert

personality in a foreign language acquisition are conducted in

Pondok Pesantren Modern Assa’adah. Literature sources in forms

or books and articles written by researchers who have written on

the relevant subjects are the secondary sources for this thesis. This

thesis uses Descriptive Analytical method.

Keywords: Implication, Extrovert Personality, Acquisition, Arabic

Language

Page 20: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xx

Page 21: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xxi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ vii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ xiii

ABSTRAK ................................................................................. xv

ملخص البحث.................................................................................... xvii

ABSTRACT. . .............................................................................. xix

DAFTAR ISI ............................................................................. xxi

DAFTAR TABEL ................................................................... xxiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................... xxiv

Bab I Pendahuluan ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Masalah Penelitian ............................................................. 10

C. Tujuan Penelitian................................................................ 11

D. Manfaat Penelitian.............................................................. 11

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.................................... 13

F. Metodologi Penelitian ........................................................ 16

G. Sistematika Penelitian ........................................................ 22

Bab II Pemerolehan Bahasa Kedua: Perspektif Teoretis ......... 25

A. Pembiasaan Operan dan Kompetensi Linguistik dalam

Akuisisi Bahasa .................................................................. 25

B. Corak Kepribadian dalam Pemerolehan Bahasa Kedua ..... 36

C. Myers-BriggsType Indicator (MBTI) dalam Mengukur

Kepribadian pada Akuisisi Bahasa Kedua ......................... 45

Bab III Proses Pemerolehan Bahasa Arab di Pondok Pesantren

Modern Assa’adah ....................................................................... 49

A. Aspek-aspek Pemerolehan Bahasa Kedua ......................... 50

1. Latar Belakang Bahasa Santri ........................................ 52

Page 22: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xxii

2. Interaksi Edukatif Dalam Berbahasa Arab ..................... 62

3. Lingkungan Sosial Santri .............................................. 66

B. Kepribadian Ekstrovert-Introvert dan Pemerolehan

Bahasa Arab ....................................................................... 74

C. Framework Model Pemerolehan Bahasa Arab Bagi

Kepribadian Ekstrovert-Introvert ....................................... 81

Bab IV Implementasi Pemerolehan Bahasa Arab di Pondok

Pesantren Modern pada Santri Ekstrovert ............................. 85

A. Pemerolehan Bahasa Arab pada Santri Ekstrovert ............. 85

1. Risk-Taking ................................................................... 86

2. Motivational ................................................................. 91

3. Sociable ........................................................................ 98

B. Implementasi Keterampilan Berbicara dalam Membentuk

Bakat berbahasa pada Santri Ekstrovert ........................... 101

C. Program Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Arab di

Pondok Pesantren Modern .............................................. 104

Bab V Penutup ............................................................................ 121

A. Kesimpulan ....................................................................... 121

B. Saran .............................................................................. 123

Daftar Pustaka ............................................................................ 125

Glossary ....................................................................................... 137

Indeks .......................................................................................... 141

Lampiran-lampiran ................................................................... 145

Page 23: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-Jenis Mata Pelajaran Bahasa Arab........................ 63

Tabel 2. Motivasi Santri Angket Poin 1 ...................................... 94

Tabel 3. Motivasi Santri Angket Poin 2 ...................................... 95

Tabel 4. Motivasi Santri Angket Poin 3 ...................................... 95

Tabel 5. Motivasi Santri Angket Poin 4 ...................................... 96 Tabel 6. Motivasi Santri Angket Poin 5 ...................................... 97

Tabel 7. Kegiatan Pengembangan Keterampilan Berbicara ....... 102

Tabel 8. Perbedaan Antara Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa

Kedua .......................................................................... 107

Tabel 9. Motivasi Santri Angket Poin 5 .................................... 109

Tabel 10. Nilai Santri Ekstrovert-Introvert pada Program

Pengembangan Bahasa Arab ....................................... 116

Tabel 1. Respon Santri Ekstrovert-Introvert ............................. 117

Page 24: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

xxiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Proses Akuisisi Bahasa ............................................... 27

Gambar 2. Karikatur Language Acquisition Device .................... 28

Gambar 3. Grafik Latar Belakang Bahasa Santri ......................... 55

Gambar 4. Grafik Bahasa Untuk Komunikasi dengan Teman ...... 56

Gambar 5. Grafik Pemahaman Ibu tentang Bahasa arab .............. 58 Gambar 6. Grafik Pemahaman Ayah tentang Bahasa Arab. ......... 59

Gambar 7. Histigram Respon Santri Terhadap Lingkungan

Berbahasa Arab ......................................................... 70

Gambar 8.Histigram Respon Santri Ekstrovert Terhadap

Penciptaan Lingkungan Berbahasa Arab .................. 71

Gambar 9. Histigram Respon Santri Introvert terhadap Penciptaan

Lingkungan Berbahasa Arab ..................................... 72

Gambar 10.Histigram Test MBTI ............................................... 78

Page 25: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan fenomena sosial yang tidak dapat

terlepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Sejak

manusia ada, mereka telah belajar bahasa secara alamiah.

Khususnya bahasa keluarga yang diperlukannya untuk

berkomunikasi dengan orang sekelilingnya, artinya untuk dapat

hidup sebagai makhluk yang bermasyarakat (atau makhluk sosial).1

Pada awal abad 20, Ferdinand de Saussure seorang ahli lingustik

Swiss telah menjelaskan apa sebenarnya bahasa itu dan bagaimana

keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). Dia memperkenalkan

konsep penting yang disebutnya sebagai langue (bahasa), parole

(bertutur) dan langage (ucapan).2

Pada hakikatnya, bahasa merupakan media untuk

menuangkan ide sekaligus menyampaikan pesan tertentu kepada

orang lain. Ide-ide tersebut bersumber dari intuisi, imajinasi, dan

pengalaman pribadi seorang pemakai bahasa. Bahasa punya hakikat

memengaruhi, menyampaikan sesuatu, menguasai, menaklukkan,

dan menundukan pelbagai ihwal ke dalam suatu universalisme.

1 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011), 30. Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh

Agus Suherman Suryadimulya Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Padjadjaran tahun 2008 mengenai ―Analisis Teori Monitor Dalam

Akuisisi Bahasa Kedua” menjelaskan bahwa dalam proses perkembangan,

semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa

alamiah, jelasnya setiap anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang

wajar memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam

tahun-tahun pertama kehidupannya di dunia. 2 De Saussure menegaskan bahwa objek kajian linguistic adalah langue,

sedangkan parole adalah objek kasian psikologi. Hal itu berarti bahwa apabila

kita ingin mengkaji bahasa secara tuntas dan cermat, selayaknya kita

menggabungkan kedua disiplin ilmu itu karena pada dasarnya segala sesuatu

yang ada pada bahasa itu bersifat psikologis. Lihat Vanda Hardinata, Dasar-

dasar Psikolinguistik, 10. Dalam e-book. Accesed: http://vanda.lecture.ub.ac.id

tgl 9 September 2013 12.48 WIB.

Page 26: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

2

Melalui bahasa pula seseorang berpikir tentang kemungkinan-

kemungkinan, kualitas, hubungan, nilai, dan sebagainya sehingga

bahasa dapat dilihat sebagai cara kita mengalami dan memahami

kenyataan dan cara kenyataan tampil kepada kita.3

Dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab VII Pasal 33

mengenai Bahasa Pengantar bahwa 1. Bahasa Indonesia sebagai

Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan

nasional, 2. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa

pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam

penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu, 3.

Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada

satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan

berbahasa asing peserta didik.4

Bahasa Arab5 merupakan bahasa asing yang sudah lama

digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran.

Terutama di pondok pesantren modern, bahasa Arab bukan lagi

menjadi bahasa pengantar saja dalam proses pembelajaran, akan

tetapi bahasa Arab sudah dijadikan sebagai bahasa resmi dalam

melakukan komunikasi sehari-hari antar santri. Penguasaan bahasa

Arab bagi para santri menjadi hal yang penting. Hal ini dapat

3 Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab (Yogyakarta: PT

Bintang Pustaka Abadi, 2010), 4. 4 Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh

http://www.slideshare.net/dipa_234/uu-sisdiknas tgl 9 September 2013 13.19

WIB. 5 Demikian yang dikatakan oleh T{u’aymah yang dikutip oleh Ghina

Fathanah bahwa bahasa asing selain bahasa Inggris menjadi penting. Penguasaan

bahasa asing selain bahasa Inggris, dalam hal ini bahasa Arab, merupakan hal

yang sangat mendesak. Banyak informasi ilmu pengetahuan baik di bidang

teknik, ilmu-ilmu murni, psikologi, maupun seni bersumber dari buku-buku

berbahasa Arab. Selain itu bahasa Arab merupakan sarana komunikasi dalam

pengembangan dunia pariwisata dan bisnis. Lihat Ghina Fathanah, ―Akuisisi

Bahasa Kedua, Studi Pada Pondok Pesantren Modern di Kabupaten Bandung‖

Tesis di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009, 1. Lihat juga Rushdi Ah{mad T{u’aymah, Ta’limu al-‘Arabiyah li Ghairi an-Na>t{iqi>na Biha>, Mana>hijuhu wa Asa>li>buhu, Ribat 1989, 13.

Page 27: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

3

membantu mereka terhadap proses pemerolehan bahasa kedua

khususnya maupun dalam mempelajari cabang-cabang dari bahasa

Arab. Bagi kaum muslim, penguasaan bahasa Arab akan sangat

membantu dalam beribadah, seperti menunaikan ibadah haji.

Ketika membutuhkan sesuatu di Tanah Suci, Anda tidak perlu

bersusah-payah mencari penerjemah. Di samping itu, penguasaan

bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya—Nah{wu, S{arf,

Bala>ghah, Mant}iq, dan lain-lain—juga akan memudahkan kita

dalam memahami al-Qur‘an yang diturunkan dalam bahasa Arab.

Jika kita mengerti apa yang terkandung dalam al-Qur‘an, tentu

akan semakin terasa nikmat saat membacanya.6

Tujuan utama dalam pembelajaran bahasa yaitu untuk

memiliki kompetensi berbahasa, sehingga seseorang dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhan dan

keperluan hidupnya. Pada prinsipnya, bahasa apapun merupakan

alat bersosialisasi bagi manusia sebagai makhluk sosial. Oleh

karena itu, keberhasilan membangun sosial dan komunikasi antar

sesama manusia selalu disebabkan dan dipengaruhi oleh faktor

bahasa.7

Pemerolehan bahasa asing/bahasa kedua berbeda dengan

pembelajaran bahasa asing/bahasa kedua walau pun masih banyak

yang menggunakan kedua istilah tersebut secara bersamaan.

Skinner dan Barlow mengatakan, ―learning is a progressive

6 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ―Sesungguhnya ketika Allah

menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah,

serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab,

maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam, kecuali

dengan bahasa Arab. Beliau juga mengatakan bahwa bahasa Arab memberi

pengaruh besar bagi kehidupan seorang muslim. Seorang muslim yang pandai

berbahasa Arab, akan sangat mudah memahami kitab-kitab klasik yang dikarang

oleh ulama-ulama terdahulu. Dengan begitu, penguasaan bahasa Arab akan

semakin menguatkan keimanannya. Muttaqin, ―Pentingnya Belajar Bahasa‖

dalam Majalah Gontor. Diunduh: http://www.majalahgontor.net, tgl 09

September 2013 12.56 WIB. 7 ‘Abdu al-‘Ali>m Ibra>hi>m, Muwajjih al-Fanny li Mudarrisi al-Lughah

al-‘Arabiyah (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, tt.), 48. Lihat juga Ghina Fathanah,

―Akuisisi Bahasa Kedua‖, 69.

Page 28: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

4

behavior adaptation”, bahwa belajar itu merupakan suatu proses

adaptasi perilaku yang bersifat progresif.8 Sedangkan kebalikannya

Chomsky dengan konsep tata bahasa transformasional-generatif

mengatakan bahwa tingkah laku bahasa tidak dipengaruhi oleh

pemberian stimulus eksternal dan respon seperti yang dikatakan

oleh para behaviorisme.9 Akan tetapi yang mampu memikul

tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuan

bawaan.10

Dalam penguasaan bahasa kedua, pembelajaran kosakata

merupakan hal yang sangat penting. Kemudian langkah pertama

dalam proses pemerolehan kosakata adalah membuat semacam

daftar kumpulan kosakata.11

Terlepas dari pembelajaran kosakata

dalam pemerolehan bahasa kedua seperti yang telah disampaikan di

atas bahwa kemampuan bawaan adalah faktor dari pemerolehan

bahasa atau disebut language acquisition (LA).12

Temuan yang diperoleh penulis tentang perkembangan

kebahasaan di salah satu Pondok Pesantren Modern di Serang

8 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 29.

9 Behaviorisme adalah salah satu teori akuisisi bahasa yang mengatakan

bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa, teori ini juga

mengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan

hubungan antara kegiatan stimulus respon dengan proses pengetahuannya. Aliran

ini dipelopori oleh B.F. Skinner. 10

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 51. 11

Schmitt seperti yang dikutip oleh Sara Leigh-Anne Hahn,

―Developing The English Language Vocabulary of Native Korean Speaking

Students Throught Guided Language Acquisition Design‖, A Dissertation of The

Department of Educational Leadership and The Graduate School of University

of Oregon in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Doctor

of Education, 2009, 19. Dalam disertasi tersebut dijelaskan bahwa sebuah kata

datang dari dua bentuk yaitu lisan dan tulisan. Nation seperti yang dikutip dalam

disertasi ini mengatakan bahwa mengetahui bentuk lisan (berbicara) berarti

pelajar bahasa kedua mampu mengenali kata tersebut saat ia berbicara dan

mampu mengekspresikan makna kata tersebut dalam pembicaraannya. Dan

mengetahui bentuk tulisan (menulis) berarti pelajar bahasa kedua mampu

mengenali kata saat ia sedang membaca dan mampu menggunakan kata tersebut

saat menulis dengan sewajarnya. Disetasi ini diunduh dari

https://scholarsbank.uoregon.edu tgl 16 Juni 2013 06.16 WIB. 12

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 51.

Page 29: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

5

Banten mengalami kemerosotan yang cukup signifikan. Minat

terhadap kebahasaan di pondok tersebut dapat dikatakan hanya

berkisar 40%13

dibandingkan dengan minat terhadap pembelajaran

sains. Aktivitas kebahasaan di sana dilandasi karena adanya

punishment bagi pelanggar bahasa, sehingga kesadaran serta minat

akan berbahasa menjadi menurun.

Kita menyadari bahwa dalam dunia pendidikan atau

pembelajaran, banyak faktor yang dapat menunjang keberhasilan

pembelajaran serta peningkatan prestasi belajar siswa. Salah satu

yang menjadi faktor yang memiliki andil dalam pendidikan adalah

tugas yang diemban oleh seorang pendidik14

dalam mengetahui

karakteristik siswa atau pun kepribadiannya. Bagaimana pendidik

mampu untuk merancang sebuah pembelajaran dengan para siswa

yang memiliki kepribadian yang beragam serat karakteristik-

karakteristik yang berbeda. Pendidik perlu memperhatikan faktor-

faktor dalam pemerolehan bahasa terutama pemerolehan bahasa

kedua. Menurut Baradja terdapat enam faktor yang perlu

diperhatikan secara cermat, yaitu tujuan, kepribadian pembelajar,

pengajar, bahan, metode, dan faktor lingkungan. Meski demikian,

faktor tujuan, kepribadian pembelajar, dan pengajar merupakan tiga

faktor utama. Dari ketiga faktor ini kemampuanan berbahasa kedua

mengkonsentrasikan diri pada hal-hal yang menyangkut pembelajar

dan proses belajar. Pelajar atau siswa yang belajar bahasa, sebagai

faktor yang paling utama, terutama pada kepribadian mereka. Hal

13

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian pendahuluan dengan

melakukan observasi terhadap aktivitas kebahasaan santri salah satu Pondok

Pesantren Modern di Serang Banten pada tanggal 26 Agustus 2013. Di mana

ditemukan kesalahan penulisan pada laporan kepanitian suatu kegiatan.

Penulisan Tie (dasi) ditulis seperti ini Tai. Dan kemampuan berbicara yang

masih terbata-bata sedangkan santri tersebut duduk di kelas Akhir kelas 6

setara dengan kelas XII SMA. Hal ini apakah disebabkan karena santri

tersebut ekstrovert-introvert atau kemampuan bahasanya yang kurang. 14

Pendidik atau pengajar ibarat seorang dokter. Oleh karena itu

pengajar harus mengenal persis apa yang terjadi pada pelajar sebelum perlakuan

tertentu diberikan. Untuk bisa melakukan itu, pengajar seyogyanya

menempatkan diri sebagai mitra belajar dan mitra berbahasa pelajar.

Page 30: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

6

ini bertujuan untuk mengetahui dengan pasti mengapa kepribadian

mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua. Jawaban atas

pertanyaan ‗mengapa‖ inilah yang merupakan wujud tujuan belajar

bahasa kedua. Pengajar merupakan pihak yang membantu pelajar.

Dalam kondisi tertentu, kehadirannya dapat digantikan oleh buku

teks, tape recorder, film, atau yang lain.15

Melihat masalah tentang kepribadian, bahwa kepribadian

pelajar yang belajar bahasa terutama terhadap pemerolehan bahasa

kedua, dinilai sebagai faktor penting dalam proses pemerolehan

bahasa. Hal ini menuntut penyusunan bahan ajar dalam

pembelajaran bahasa kedua terhadap perbedaan kepribadian pelajar

yang belajar bahasa. Kepribadian yang banyak dikenal adalah

kepribadian ekstrovert dan introvert. Kepribadian ekstrovert

dianggap sebagai pembelajar bahasa yang baik, dikarenakan oleh

ciri kepribadian ekstrovert yang sociable, mereka lebih suka

berkumpul dan bergabung dengan banyak orang dan hal itu

digunakan untuk saling berkomunikasi satu sama lain.16

Kepribadian merupakan salah satu faktor penentu

kemampuan berbahasa kedua atau lebih tepatnya dalam

pemerolehan bahasa kedua. Seperti yang sudah dijelaskan dalam

teori Chomsky bahwa pemerolehan bahasa adalah bersifat bawaan

terlepas apakah ada pengaruh dari luar pribadi si pembelajar

bahasa. Kepribadian juga merupakan salah satu faktor individual

difference dalam mempelajari sebuah bahasa atau pun dalam

konteks pemerolehan bahasa.

Telah dikatakan di atas, bahwa dalam proses

perkembangan, semua anak manusia yang normal tanpa ada

gangguan apapun, paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah.

15

Vanda Hardinata, Dasar-dasar Psikolinguistik, 73. E-Book Diunduh

dari http://vanda.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/psikolinguistik-vandaUB.pdf tgl

09 September 2013 12:48 WIB. 16

Cook dalam Zafar Shahila and Meenakshi, K., ―A Study on The

Relationship between Extroversion-Introversion and Risk-Taking in The Context

of Second Language Acquisition‖, International Journal of Research Studies in

Language Learning, 2012, Volume 1 Number 1, 34.

Page 31: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

7

Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau pertumbuhan

wajar, memperoleh satu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa

asli (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertama kehidupannya di

dunia.17

Kemudian beberapa penelitian mengemukakan tentang

bahasa ibu membawa efek terhadap pemerolehan bahasa kedua.

Kita selalu mendengar pengaduan prihal aksen-aksen dalam bahasa

asing setiap hari; seorang berkebangsaan Prancis atau Jepang,

mereka dikatakan mampu berbicara bahasa Inggris, jika mampu

mengucapkan kata dalam bahasa Inggris walau hanya sekedarnya.

Bahkan dalam kurun waktu 50 tahun sejak karya Weinreich

diterbitkan, telah banyak kajian yang cukup luas mengenai

bagaimana pembelajaran dan penggunaan bahasa kedua yang

dipengaruhi oleh bahasa pertama, apakah itu mengenai analisis

kontrastif, perpindahan suatu bahasa, pengaruh crosslinguistic atau

mengenai hal lain.18

Dalam teori akulturasi19

pemerolehan bahasa kedua

hanyalah merupakan salah satu aspek akulturasi dan tingkat

pengakulturasian seorang pelajar pada kelompok bahasa sasaran

akan mengambil tingkat pemerolehan bahasa-keduanya.

Akulturasi, dan juga pemerolehan bahasa kedua, ditentukan

17

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa (Bandung:

Angkasa, 2011 Edisi Revisi), 95. Lihat juga Agus Suherman Suryadimulya,

Analisis Teori Monitor Dalam Akuisisi Bahasa Kedua (Lembaga Pengabdian

Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran tahun 2008). 18

Vivian Cook, Effect of The Second Language on The First,

Introduction: The Changing L1 in The L2 User’s Mind (Cromwell Press Ltd,

2003), 1. 19

a process in which changes in the language, culture, and system of

values of a group happen through interaction with another group with a different

language, culture, and system of values. For example, in second language

learning, acculturation may affect how well one group (e.g. a group of

immigrants in a country) learn the language of another (e.g. the dominant

group). Lihat Jack C. Ricahrd dan Ricahrd Schmidt, Dictionary of Language

Teaching & Applied Linguistics Fourth Edition, (Pearson, 2010), 5 – 6.

Page 32: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

8

tingkat/taraf jarak sosial20

dan psikologis21

antara sang pelajar dan

kebudayaan bahasa kedua.22

Dengan adanya taraf psikologis yang

membahas tentang pribadia atau individu sang pelajar dalam hal ini

pembelajar bahasa, membuat pemerolehan bahasa menjadi semakin

menarik.

Seorang pelajar memiliki cara yang berbeda untuk dapat

beradaptasi dan memahami petunjuk khususnya dalam

pembelajaran bahasa. Robinson (2002) menyatakan bahwa setiap

individu dapat diklasifikasikan menjadi dua ranah yaitu ranah

kognitif, dan ranah afektif/konatif, di mana kemampuan kognitif

seperti kecerdasan, bakat pembelajaran bahasa, atau kapasitas atau

kecepatan mengingat berbeda dari kemampuan afektif/konatif

seperti rasa takut, motivasi, dan emosi dari satu individu.23

Berhubungan dengan cara yang berbeda dalam beradaptasi adalah

adanya faktor individu atau kepribadian seorang pelajar dalam

pembelajaran bahasa atau pun pemerolehan bahasa kedua.

Dalam hipotesis perbedaan pemerolehan dan belajar, orang

dewasa mempunyai dua cara24

yang berbeda, berdikari dan mandiri

mengenai pengembangan kompetensi dalam suatu bahasa kedua.25

Pemerolehan bahasa yang dilakukan secara tidak sadar, di mana

pemeroleh bahasa kedua menggunakan bahasa kedua sebagai alat

20

Jarak sosial merupakan akibat dari sejumlah faktor yang

mempengaruhi sang pelajar sebagai anggota kelompok sosial dalam kontaknya

dengan kelompok bahasa sasaran. 21

Jarak psikologis merupakan akibat dari berbagai faktor efektif yang

berkaitan dengan sang pelajar sebagai seorang pribadi, sebagai individu. 22

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, 205-206. 23

Irene Debora, ―Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Pelajaran

Bahasa Inggris‖, artikel di Pasca Sarjana Linguistik - Penagajaran Bahasa

Universitas Indonesia. 24

Cara yang pertama adalah pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa

biasanya merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu

sadar akan kenyataan bahwa mereka menggunakan bahasa untuk saling

berkomunikasi. Sedangkan cara yang kedua adalah dengan belajar bahasa.

Menggunakan istilah belajar karena memutuhkan proses sadar dengan mengacu

kepada pengetahuan sadar terhadap bahasa kedua. 25

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, 143-144.

Page 33: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

9

komunikasi. Faktor ketidaksadaran itu sebenarnya dipengaruhi oleh

kepribadian seseorang dalam pemerolehan bahasa kedua dan

menggunakannya dalam berkomunikasi.

Selain temuan tentang kemerosotan bahasa yang terjadi di

pondok pesantren modern Assa‘adah, penulis juga melihat adanya

perbedaan kepribadian pada santri pondok pesantren modern

Assa‘adah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses

pemerolehan bahasa Arab. Salah satu yang nampak pada perbedaan

tersebut adalah dari kemampuan berbicara santri antara santri

dengan kepribadian ekstrovert dan santri dengan kepribadian

introvert.

Atas dasar hal tersebut, tesis ini meneliti tentang implikasi

kepribadian ekstrovert pada santri terhadap proses pemerolehan

bahasa kedua lebih khususnya pemerolehan bahasa Arab.

Tesis ini mengupas proses pemerolehan bahasa Arab di

Pondok Pesantren Modern Assa‘adah dengan menggunakan

pendekatan psikolinguistik26

terhadap pola atau model pemerolehan

bahasa Arab di pondok pesantren tersebut ditinjau dari teori

behaviorisme, Nativisme dan teori pasca naturalistic. Hal ini

disebabkan karena penulis meyakini bahwa kepribadian seseorang

mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua terutama pada santri

dengan kepribadian ekstrovert dan pada akhirnya nanti dapat

disimpulkan bahwa semakin ekstrovert seseorang dapat

berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa Arab dan kemampuan

berbahasa Arab terutama terhadap kemampuan berbicara bahasa

Arab pada santri ekstrovert. Juga kepribadian tertentu memiliki

cara yang berbeda dalam akuisisi bahasa asing sehingga dapat

diimplementasikan dalam kemampuan berbahasa asing.

26

Levelt mengatakan bahwa psikolinguistik adalah studi mengenai

penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia. Lih Samsunuwiyati

Mar‘at, Psikolinguistik Suatu Pengantar (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),

1.

Page 34: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

10

B. Masalah Penelitian

A. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, masalah yang akan saya

teliti difokuskan pada menguji pemerolehan bahasa Arab secara

nature. Juga melihat pengaruh kepribadian terhadap

pemerolehan bahasa Arab yang fokus terhadap pemerolehan

keterampilan berbicara bahasa Arab.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerolehan bahasa

itu lebih bersifat nature. Begitu pula dalam pemerolehan bahasa

Arab yang bersifat nature, di mana seseorang sudah memiliki

piranti bahasa yang memungkinkan seseorang sudah memiliki

kemampuan berbahasa. Namun dalam pemerolehan bahasa Arab

pun perlu memperhatikan corak perbedaan individual seorang

pelajar yang mempelajari bahasa, salah satunya adalah

kepribadian (personality).

Berikut beberapa masalah yang diidentifikasi terutama

dalam hal pembelajaran dan pemerolehan bahasa Arab antara

lain (1) Pengaruh bahasa ibu dalam pemerolehan bahasa; (2)

Pengaruh lingkungan terhadap peningkatan kemampuan bahasa;

(3) Interaksi edukatif atau komunikasi antara guru dan siswa; (4)

Metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab; (5)

Media yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab; (6)

Perbedaan kepribadian siswa dalam pembelajaran dan

pemerolehan bahasa Arab; (7) kemampuan berbahasa Arab

dalam keterampilan berbicara.

B. Pembatasan Masalah

Melihat begitu luasnya permasalahan yang diidentifikasi,

maka jangkauan permasalahan seperti yang terurai di atas akan

lebih dibatasi. Jadi permasalahan dalam kajian ini dibatasi pada

sejauh mana kepribadian seorang pelajar yang mempelajari

bahasa Arab dapat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa

Arab dan mengapa kepribadian tertentu berimplikasi terhadap

penguasaan keterampilan berbicara.

Page 35: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

11

Objek penelitian ini dibatasi pada proses akuisisi bahasa

Arab yang terjadi di Pondok Pesantren Modern Assa‘adah.

Bahasa Arab dipilih oleh penulis dikarenakan sebagian banyak

dari materi yang diajarkan di Pondok Pesantren Modern

Umumnya dan khususnya di Pondok Pesantren Assa‘adah

adalah kajian-kajian keislaman dengan rujukan buku-buku

berbahasa Arab. Pondok Pesantren Modern Assa‘adah juga

termasuk salah satu pondok pesantren modern yang menetapkan

bahasa Arab sebagai bahasa kedua atau bahasa resmi yang

digunakan dalam komunikasi sehari-hari para santri. Akusisi

bahasa Arab yang akan dikaji akan dilihat dari sisi kepribadian

pembelajar bahasa.

C. Perumusan Masalah

Berlandaskan pada pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat

dirumuskan sebagai berikut mengapa kepribadian ekstrovert

berimplikasi terhadap pemerolehan bahasa kedua di pondok

pesantren modern terutama terhadap pemerolehan kemampuan

berbicara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah termaktub, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengungkap implikasi kepribadian ekstrovert

terhadap pemerolehan bahasa Arab di pondok pesantren modern

Assa‘adah serta mampu mengimplementasikan hasil temuan

terhadap pengembangan pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern Assa‘adah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis. Di bawah ini akan dipaparkan

tentang manfaat penelitian secara teoritis dan praktis:

Page 36: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

12

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

pemahaman yang komprehensif tentang pemerolehan

bahasa asing/bahasa kedua terutama terhadap perdebatan

antara teori behaviorisme dan naturalistik. Penelitian

pemerolehan bahasa ini yang lebih mengarah kepada pelajar

yang mempelajari bahasa dalam artian kepada kepribadian

si pelajar bahasa diharapkan dapat memberikan wawasan

yang lebih luas lagi terhadap faktor kepribadian pelajar

yang belajar bahasa dalam pemerolehan bahasa kedua. Dan

implikasi dari penelitian ini adalah upaya untuk dapat

mendesain cara belajar sesuai dengan karakteristik dan

kepribadian para pelajar. Upaya ini direalisasikan dengan

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Pondok

Pesantren Modern Assa‘adah. Khususnya pada

pemerolehan bahasa perspektif kepribadian pelajar yang

belajar bahasa Arab yang dijadikan sebagai objek kajian

dalam penelitian ini.

2. Manfaat Penelitian Secara Praktis

Sedangkan dari sisi praktis, bahwa penelitian ini dapat

memberikan masukan bagi Pondok Pesantren Modern

Assa‘adah, khususnya bagi para guru sebagai fasilitator

dalam pemerolehan bahasa anak. Sehingga pemahaman

guru terhadap kepribadian anak didiknya akan memberikan

kemudahan dalam menentukan strategi ataupun metode

dalam pembelajaran bahasa Arab. Sehingga acuannya tidak

lagi berorientasi kepada pencapaian nilai-nilai tertulis, akan

tetapi menjadi bekal bagi para siswa dalam berkompetensi

serta turuf aktif dalam dinamika permasalahan-

permasalahan dunia yang tidak dapat diprediksi

kepastiannya.

Di samping manfaat secara teoritis atau pun praktis bahwa

penelitian ini juga diharapkan dapat menarik para peneliti untuk

meneliti sejauh mana kepribadian pelajar bahasa mempengaruhi

Page 37: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

13

akuisisi bahasa kedua mereka. Kemudian langkah apa yang akan

ditempuh dalam pembelajaran bahasa kedua melihat dari sisi

kepribadian pelajar. Agar kajian tentang akuisisi bahasa kedua

khususnya bahasa Arab menjadi lebih komprehensif.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian tentang akuisisi bahasa kedua sudah banyak

dilakukan, namun dari semua peneltian terdahulu belum banyak

yang mengkaji akuisisi bahasa arab sebagai bahasa kedua apalagi

yang dilakukan di pondok pesantren dengan menitik beratkan pada

perbedaan kepribadian pembelajar bahasa Arab. Namun demikian

sebagai bahan perbandingan dapat penulis himpun beberapa

penelitian terdahulu tentang akuisisi bahasa antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Wakamoto, sebanyak 254

pelajar Jepang yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa

asing ikut berpartisipasi. Hasil dari penelitian itu mengatakan

bahwa kepribadian ekstrovert lebih memeiliki konektivitas yang

tinggi terhadap strategi pembelajaran bagi pelajar bahasa. Ia pun

melakukan survey terhadap para pelajar tingkat dasar dalam sebuah

kursus bahasa Inggris yang menyatakan tentang pemilihan

pembelajaran di sana serta menemukan tipe kepribadian

seseorang.27

Penelitian yang dilakukan oleh Fillmore yang

menghubungkan strategi-strategi sosial, seperti bergabunglah

dengan kelompok dan bertindaklah seolah-olah Anda mengerti dan

memahami apa yang sedang terjadi, meskipun Anda tidak mengerti

atau tidak memahami strategi-strategi kognitif anggaplah bahwa

apa yang dikatakan orang lain secara tidak langsung relevan

27

Zafar Shahila and Meenakshi, K., ―A Study on The Relationship

between Extroversion-Introversion and Risk-Taking in The Context of Second

Language Acquisition‖, 35.

Page 38: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

14

dengan situasi yang ada, atau dengan apa yang mereka atau Anda

alami.28

Dalam sebuah penelitian tentang kepribadian ekstrovert

yang tidak cocok terhadap pembelajaran task-based learning di

dalam kelas yang diteliti oleh Reza Gholami, dkk., sebanyak 140

orang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa sebanyak 53,6% dari

angka populasi memiliki kepribadian ekstrovert dan tidak cocok

terhadap pembelajaran tersebut. Sedangkan sebanyak 46,4% dari

angka populasi memiliki kepribadian introvert. Dengan jumlah 75

partisipan berkepribadian ekstrovert dan 65 partisipan

berkepribadian introvert.29

Rossier30

pada tahun 1975 melakukan sebuah penelitian

tentang pengaruh kepribadian ekstrovert terhadap pembelajaran

bahasa Inggris di USA. Ia menguji hubungan antara ekstroversi-

introversi yang berkomunikasi dengan native speaker serta

kefasihan dalam berbicara bahasa Inggris. Ia menemukan hubungan

yang positif antara pelajara dengan kepribadian ekstrovert yang

diukur dengan Eysenck Personality Questionaire dan kefasihan

berbicara bahasa Inggris.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pasca Sarjana

Linguistic – Pengajaran Bahasa Arab Universitas Indonesia tentang

―Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Pembelajaran Bahasa

28

Dalam hal ini ia menekankan pentingnya variasi individual antara

para pelajar dalam menerapkan strategi-strategi yang dilukiskannya sebagai

satuan tugas belajar suatu bahasa baru. Lihat Henry Guntur Tarigan, Pengajaran

Pemerolehan Bahasa, 171. 29

Reza Gholami, Reza Vaseghi, Hamed Barjasteh2, Noreen Nordin,

Extroversion is not a Benefit in a Task-Based Language Classroom (Singapore:

IACSIT Press, International Conference on Languages, Literature and

Linguistics IPEDR vol.26, 2011), 139. 30

Rossier dalam Yuan Martina Dinata, ―Pendekatan Berbasis Tugas,

Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab‖, Tesis di

Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 13. Rossier

menyimpulkan bahwa pelajar dengan kepribadian ekstrovert merupakan variable

yang signifikan yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Inggris di USA.

Page 39: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

15

Inggris‖ Irene Debora. Ia menyatakan bahwa setiap pembelajar

bahasa memiliki cara yang berbeda untuk beradaptasi dan

memahami petunjuk khususnya dalam pembelajaran bahasa. Ia pun

mengemukakan dalam kesimpulannya bahwa penelitian tentang

kepribadian ekstrovert itu lebih baik dalam pembelajaran bahasa

kedua dibandingkan dengan kepribadian introvert tidak lagi

komprehensif. Hal ini dikarenakan adanya temuan-temuan yang

menyatakan bahwa anak introvert juga dapat menerima dengan

baik terhadap pembelajaran bahasa.31

Seperti halnya yang

dilakukan oleh Michael Forney dengan kesimpulan yang sama

bahwa baik kepribadian ekstrovert ataupun introvert memiliki

kemampuan dalam pemerolehan bahasa kedua hanya caranya saja

yang berbeda.32

Menurut penelitian Ghina Fathonah dari Sekolah Pasca

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa proses

pemerolehan bahasa kedua yang bersifat alami belum sepenuhnya

dapat diterima dan diterapkan di pesantren-pesantren modern. Hal

ini terkait dengan input pelajar yang masih lemah dalam menguasai

bahasa target itu sendiri dan juga para pelajar masih harus

mendapat reward dan punishment dalam meningkatkan kedisplinan

berbahasa. Selanjutnya penelitian ini pun menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa kedua yang berusaha menerapkan prinsip-

prinsip naturalistik lebih berhasil dibandingkan dengan sekolah

yang menerapkan prinsip behaviorisme mutlak.33

31

Irene Debora, ―Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Pelajaran

Bahasa Inggris‖, artikel di Pasca Sarjana Linguistik - Penagajaran Bahasa

Universitas Indonesia. 32

Michael Forney, ―Introverts and Extroverts: Close Encounters with

Communicators of a Different Kind‖, Article was accesed in

http://www.austincc.edu/colangelo/1318/Introverts-Extroverts.htm 06 september

2013 10.02 WIB. 33

Ghina Fathonah, ―Akuisisi Bahasa Kedua Studi Pada Pondok

Pesantren Modern di Kabupaten Bandung‖, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, 160-161.

Page 40: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

16

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Karena penelitian ini dilakukan untuk dapat mengungkap

bagaimana proses akuisisi bahasa Arab pada pelajar ekstrovert

dan pelajar introvert di pondok pesantren modern, maka

penelitian ini dikategorikan dalam jenis kualitatif dengan

analisis deskriptif dengan melihat temuan-temuan yang didapat

di lapangan.

2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa:

1. Data Primer, diperoleh dari sumber utama yaitu Pondok

Pesantren Modern Assa‘adah sebagai objek penelitian

berupa hasil angket, wawancara dan observasi tentang

proses pemerolehan bahasa Arab pada santri dengan

kepribadian introvert dan ekstrovert dan implikasinya

terhadap keterampilan berbicara di pesantren tersebut dan

dokumen-dokumen seperti arsip nilai, arsip peraturan

tentang pembelajaran bahasa Arab di pesantren yang

dimaksud, majalah, buletin yang dibuat dan diterbitkan oleh

pesantren yang dijadikan objek penelitian atau lainnya,

keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada teknik

pengumpulan data yang dibahas setelah penjelasan ini.

2. Data Sekunder, diperoleh dari berbagai sumber tertulis

(kepustakaan) baik laporan kajian-kajian terdahulu berupa:

disertasi, tesis, jurnal-jurnal, buku-buku, artikel, tulisan-

tulisan dalam bentuk cetakan atau elektronik yang berbicara

tentang tema yang sama; serta sumber dan data penunjang

lainnya.

Page 41: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

17

3. Populasi dan Sampel

1. Populasi34

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

santri di Pondok Pesantren Modern Assa‘adah Pasirmanggu

Cikeusal Serang Banten yang menetapkan bahasa Arab sebagai

bahasa kedua atau bahasa resmi dalam komunikasi sehari-hari.

Seluruh guru bahasa Arab dan pelajar (santri) yang berada di

pesantren tersebut adalah populasi yang menjadi subjek penelitian.

Peneliti akan menjadikan seluruh pembelajar bahasa Arab yang

berada dalam populasi sebagai sumber data penelitian untuk

melihat pola dan metode yang digunakan dalam proses

pemerolehan bahasa kedua mereka terutama dilihat dari sisi

kepribadian para pelajar bahasa Arab.

Dari populasi yang telah dipaparkan di atas, penulis

menetapkan populasi terjangkau adalah santri kelas 1 MMI Pondok

Pesantren Modern Assa‘adah Pasirmanggu Cikeusal Serang Banten

(setara dengan kelas 7 SMP) tahun ajaran 2013-2014 sejumlah 137

santri, sehingga pengambilan sampel didasarkan pada besarnya

populasi tersebut. Besarnya sampel ditentukan sebanyak 20% dari

sub populasi.35

Kelas I terdiri dari pembelajar setaraf dengan usia

34

Menurut Ary, et al., populasi adalah semua anggota sekelompok

orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas, atau kelompok

lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi. Pandangan yang sama juga

dikemukanan oleh Ubaidat, et al. (1987), bahwa populasi penelitian adalah

sekumpulan individu yang diteliti. Pernyataan ini dipertegas oleh Ibnu, et all.

(2003), bahwa populasi adalah semua subjek atau objek sasaran penelitian. Lihat

Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab (Malang: Hilal Pustaka, 2007),

92. 35

Penarikan sampel sebesar 20% ini didasarkan pada pendapat

Suharsimi Arikunto, bahwasanya besarnya sampel boleh ditentukan sebanyak

10%-15% atau 20%-25% jika seandainya jumlah populasi lebih dari 100. Akan

tetapi menurutnya jika populasi kurang dari 100 atau di bawah 100 maka sampel

yang diambil adalah sesuai dengan jumlah populasi. Lihat Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2006), 134. Yu>suf al-‘Ani>z mengatakan bahwa penentuan sampel ditentukan

dengan besarnya jumlah populasi. Hal ini dimaskudkan untuk mempermudah

pelaksanaan penelitian. Lihat Yu>suf al-‘Ani>z wa al-A<kharu>n, Mana>hiju al-Tarbawi>y bayna al-Naz{riyah wa al-Tat{bi>q (Daulah Kuwait, 1999), 254.

Page 42: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

18

SMP kelas VII yang baru masuk pesantren dengan latar belakang

meraka rata-rata lulusan SD. Artinya mereka masuk ke pesantren

dengan latar belakang tidak menguasai bahasa Arab secara

memadai. Serta dengan bekal kosong tentang pengetahuan bahasa

Arab. Hal ini berarti, bahwa mereka betul-betul baru mengenal

bahasa Arab pertama kalinya saat masuk pesantren. Walau pun

tidak dipungkiri mungkin sebagian kecil dari mereka ada yang

sudah mempelajarinya saat di SD karena adanya muatan lokal

bahasa Arab atau sekolah di madrasah diniyah.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Cluster Sampling didapat santri dengan kepribadian

ekstrovert dan introvert.36

Kemudian dilakukan purposive sampling

(sampel bertujuan) diperoleh 26 sampel yaitu 13 sampel dengan

kadar ekstroversi dominan dan 13 sampel dengan kadar introversi

yang dominan.37

Untuk mendapatkan 26 sampel dari 137 populasi terjangkau

dilakukan tes MBTI untuk melihat kadar ekstrovert-introvert pada

santri. Tes ini dilakukan dengan cara santri mengisi angket tes

MBTI untuk melihat kadar ekstrovert-introvert. Dari hasil tes

MBTI tersebut diambil 13 santri dengan kadar ekstrovert dominan

dan 13 santri dengan kadar introvert dominan sebagai sampel.

36

Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis:

Pendekatan Filosofi dan Praktis (Jakarta: PT Indeks, 2009), 62. Jika desain

penelitian menggunakan metode deskriptif maka sampel yang digunakan adalah

minimal 10% populasi. Namun jika populasi relative kecil, maka penentuan

minimum sampel adalah 20% populasi. 37

Pemilihan sampel secara acak ini didasarkan pada suatu

pertimbangan, bahwa semua anggota populasi memiliki peluang (probability)

yang sama untuk menjadi anggota sampel. Lihat Moch Ainin, Metodologi

Penelitian Bahasa Arab (Malang: Hilal Pustaka, 2007), 99.

Page 43: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

19

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini dilakukan agar semakin

banyak data yang dikumpulkan akan semakin membantu dalam

menjawab persoalan-persoalan yang muncul dalam penelitian ini,

antara lain adalah sebagai berikut:

Observasi

Observasi adalah sebuah proses pengumpulan data secara

terbuka (open-ended), informasi yang didapat pertama kali

dengan mengamati orang-orang dan tempat pada suatu

lokasi penelitian.38

Jenis observasi yang dilakukan adalah

observasi partisipatif, yaitu peneliti berada di lokasi yang

diamati, mengamati kegiatan-kegiatan yang berlangsung

serta terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.39

Cara ini

dilakukan untuk memperoleh data tentang: 1) Proses

Pemerolehan Bahasa; 2) Tingkah laku pembelajar bahasa;

dan 3) Aktivitas kebahasaan pada prilaku dengan

kepribadian ekstrovert-introvert.

Wawancara

Dalam buku Approaches to Social Research wawancara

dikenal dengan istilah ‖Verbal Reports”. Dijelaskan bahwa

verbal reports memberikan penjelasan-penjelasan yang

38

Spradley mengatakan bahwa ketika para pendidik mulai berfikir

tentang penelitian kualitatif, mereka selalu berpikir ke arah pengumpulan data di

sekolah-sekolah tertentu secara observasi. Tanpa ragu bahwa kegiatan observasi

menunjukkan bentuk dari pengumpulan data yang sering digunakan di mana

peneliti dapat memberikan asumsi yang berbeda sepanjang proses observasi itu

terjadi. Lihat John W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting,

and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Pearson Prentice Hall,

2005), 211. 39

Obseravasi ini juga bisa disebut dengan pengamatan berperanserta

yaitu pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang

diamatinya. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2000), 127.

Page 44: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

20

akurat secara sederhana dan global tentang latar belakang

suatu variabel seperti usia, jenis kelamin, status peperangan

atau pun pendidikan. Wawancara atau verbal reports juga

dapat digunakan untuk penelitian subjektif seperti ilmu

pengetahuan, kepercayaan, tingkah laku, perasaan dan

pendapat.40

Dalam penelitian ini, penulis melakukan

wawancara mengenai segala aspek yang berkenaan dengan

akuisisi bahasa, perbedaan kepribadaian yang terjadi pada

pembelajar bahasa, proses pembelajaran bahasa kedua serta

aktivitas-aktivitas kebahasaan di Pondok Pesantren Modern.

Wawancara ditujukan kepada Pimpinan Pesantren, Kepala

Sekolah/Madrasah, 1 Guru bidang studi mata pelajaran

bahasa Arab kelas I MMI, bagian pengembangan bahasa

sebanyak 5 guru dan Pembelajar (santri) sesuai dengna

sampel yang telah ditentukan.

Proses wawancara berlangsung atau dilaksanakan di luar

waktu jam belajar, sekira pukul 16.00 atau pukul 20.00.

wawancara yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk

mengumpulkan data serta informasi terkait pembelajaran

bahasa asing khususnya bahasa Arab, kendala yang

ditemukan dalam peningkatan kemampuan berbahasa santri

serta strategi-strategi dalam meningkatkan kemampuan

bahasa asing santri.

Kueisioner/Angket

Dalam penelitian ini, penggunaan kuesioner dipilih sebagai

metode yang tepat untuk mengumpulkan data.41

Kuesioner

/angket dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item yang

40

Royce A. Singleton, Jr. and Bruce C. Straits, Approaches to Social

Research third edition (New York: Oxford University Press, 1999), 105. 41

Pemilihan kueisioner/angket sebagai metode untuk mengumpulkan

data karena mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpul data,

tentu dengan cara dan pengadaan yang mengikuti persyaratan yang telah

dihariskan dalam penelitian. Lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 224.

Page 45: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

21

terbagi ke dalam bagian-bagian yang sesuai dengan

indikator-indikator, antara lain:

1. Data umum

2. Latar belakang pendidikan dasar santri

3. Kepribadian pelajar (santri) yang belajar bahasa Arab

4. Kemampuan dalam pembelajaran bahasa Arab

5. Test MBTI42

Seluruh item dalam angket tersebut dinyatakan dengan

kalimat pernyataan, respon atau jawaban menggunakan

skala pernyataan setuju, netral dan tidak setuju.

Dokumen-dokumen

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari sumber

yang berupa dokumen-dokumen tentang pesantren, kajian-

kajian terdahulu yang relevan berupa: disertasi, tesis, jurnal-

jurnal, juga tulisan-tulisan para ahli yang tertuang dalam

buku-buku, koran-koran, majalah-majalah baik berbentuk

cetak atau elektronik yang berbicara tentang tema yang

sama; juga dapat berupa dokumen-dokumen berupa

majalah, bulletin, buku data siswa, buku disiplin, pedoman

pembelajaran serta laopran kegiatan yang dibuat dan

diterbitkan oleh pesantren tersebut atau lainnya. Serta

sumber dan data penunjang lainnya.

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis.

Pengolahan data dilakukan melalui analisis kualitatif dengan

mengkategorikan temuan sesuai ciri dan makna. Untuk

42

Carl Gustav Jung menjabarkan tentang kepribadian manusia yang

introvert dan extrovert, kemudian Katharine Cook Briggs dan anak

perempuannya yang bernama Isabel Briggs Myers mengembangkan teori Jung

ini dan dinamakan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). diunduh dari

http://www.yaminsetiawan.com/cgi-bin/test05.pl tgl 9 September 2013 13.39

WIB, beserta instrument test MBTI.

Page 46: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

22

memperoleh tingkat kesahihan data atau informasi digunakan

teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding.43

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah descriptive-analysis dan descriptive-comparative, yaitu

mendeskripsikan temuan-temuan tentang pemerolehan bahasa yang

meliputi proses pembelajaran di dalam kelas serta aktifitas-aktifitas

kebahasan di luar kelas yaitu di lingkungan Pondok Pesantren

Modern Assa‘adah. Kemudian dianalisis secara komparatif, yaitu

suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh tentang dua

kepribadian pada pembelajar bahasa kedua, kemudian

dibandingkan dan dikembangkan pola-pola hubungan tertentu. Dari

pola-pola hubungan itu diambil kesimpulan tentang pemerolehan

bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Assa‘adah dan diketahui

strategi dan teknik dalam pembelajaran bahasa Arab terhadap

kepribadian tertentu dalam pemerolehan bahasa Arab.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis menyusun

penelitian ini dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang akan

menjelaskan latar belakang serta alasan pemilihan tema dalam

penelitian ini. Lebih rinci diuraikan identifikasi masalah, rumusan

masalah, pembatasan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian

ini, dan dijelaskan pula metodologi serta langkah-langkah

penelitian yang akan dilakukan.

Bab kedua akan menjabarkan tentang perdebatan-

perdebatan mengenai pemerolehan bahasa perspektif teoretis.

Pembahasan di mulai dengan kajian tentang teori pembiasaan oleh

Skinner dan kompetensi linguistic oleh Chomsky dalam akuisisi

43

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2000), 178.

Page 47: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

23

bahasa, kaitannya dengan keribadian pembelajar bahasa dan tes

indikator kepribadian dalam pemerolehan bahasa kedua. Bab ini

merupakan kajian-kajian teoretis mengenai pemerolehan bahasa

dilihat dari sisi kepribadian seorang pembelajar bahasa.

Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai proses

pemerolehan bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern, yang akan

dijabarkan melalui aspek-aspek Pemerolehan Bahasa Kedua, Latar

Belakang Bahasa Santri, Interaksi Edukatif dalam Berbahasa Arab,

Lingkungan Sosial Santri, Kepribadian Ekstrovert-Introvert dan

Pemerolehan Bahasa Arab, dan Framework Model Pemerolehan

Bahasa Arab Bagi Kepribadian Ekstrovert-Introvert.

Bab keempat merupakan tujuan utama dari penelitian ini,

yaitu implementasi pemerolehan bahasa Arab di pondok pesantren

modern pada santri ekstrovert yang meliputi pembahasan tentang

pemerolehan bahasa Arab pada santri ekstrovert, implementasi

keterampilan berbicara dalam membentuk bakat berbahasa pada

santri ekstrovert dan program pembelajaran dan pemerolehan

bahasa Arab di pondok pesantren modern.

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan

saran serta rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik

untuk mengkaji tema pada penelitian ini lebih dalam.

Page 48: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

24

Page 49: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

25

BAB II

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

PERSPEKTIF TEORETIS

Para ahli linguistik mengemukakan bahwa banyak faktor-

faktor yang mempengaruhi proses akuisisi bahasa kedua,

diantaranya adalah aspek kepribadian seseorang. Untuk itu bab II

ini merupakan penjelasan teori-teori tentang pemerolehan bahasa,

pembiasaan operan dan kompetensi linguistik, serta corak

kepribadian dalam pemerolehan bahasa dan alat ukur kepribadian

sebagai kerangka acuan dalam penelitian ini untuk mengkaji

bagaimana proses akuisisi bahasa kedua terjadi, serta perdebatan

yang terjadi di kalangan linguis.

A. Pembiasaan Operan dan Kompetensi Linguistik dalam

Akuisisi Bahasa

Peneliti SLA (Second Language Acquisition) telah

meminjam ide dari berbagai sumber yang berbeda (antara lain,

linguistik, psikologi, pendidikan, sosiologi). Akibatnya, studi SLA

dapat dipahami sebagai bidang interdisipliner yang berusaha untuk

menjelaskan tentang faktor-faktor dari disiplin ilmu psikolinguistik

yang begitu luas, kemudian ilmu sosiolinguistik, atau pun

neurobiologis yang mempengaruhi akuisisi bahasa kedua, begitu

pula pada bahasa komunikasi antar anak atau pelajar dewasa.

Berbagai isu yang berpotensi berada di bawah lingkup SLA

Penelitian ini akibatnya sangat besar, meliputi domain dari kedua

kompetensi linguistik dan komunikatif.1

Akuisisi bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa.

Perbedaan tersebut disebabkan akuisisi bahasa baik itu akuisisi

bahasa kedua atapun akuisisi bahasa pertama semuanya didapat

1 Numa Markee, Conversation Analysis Second Language Acquisition

Research, (Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 2000), 5.

Page 50: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

26

secara tidak sengaja.2 Krashen

3 mengungkapkan bahwa orang

dewasa mempunyai dua cara yang berbeda mengenai

pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, akuisisi

bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak

mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka.

Akuisisi bahasa merupakan proses bawah sadar. Pada pemerolehan

bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai

bahasa untuk berkomunikasi. Kedua, untuk mengembangkan

kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar

bahasa. Akan tetapi ada hipotesis akuisisi belajar yang menuntut

bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan

memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber.4

Berbicara mengenai akuisisi bahasa, tidak terlepas dari

perlengkapan pemerolehan atau acquisition device, yang

merupakan perlengkapan hipotesis berdasarkan input data linguistic

primer dari suatu bahasa, yang menghasilkan suatu output yang

terdiri atas suatu tata bahasa adekuat secara deskriptif terhadap

bahasa tersebut. Lihat gambar 1.5

2 Ghina Fatonah, “Akuisisi Bahasa Kedua Studi Pada Pondok Pesantren

Modern di Kabupaten Bandung”, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009, 27. 3 Stephen D Krashen, Second Language Acquisition and Second

Language Learning (Pergamon Press Inc, 1981), 2. Dikutip oleh Ghina Fatonah,

“Akuisisi Bahasa Kedua Studi Pada Pondok Pesantren Modern di Kabupaten

Bandung”, 27. 4 Stephen D Krashen, Second Language Acquisition and Second

Language Learning (Pergamon Press Inc, 1981), 100. Dikutip oleh Ghina

Fatonah, “Akuisisi Bahasa Kedua Studi Pada Pondok Pesantren Modern di

Kabupaten Bandung”, 27. 5 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa, 2009),

Edisi Revisi, 227.

Page 51: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

27

Gambar 1

Krashen berpendapat bahwa akuisisi bahasa kedua tidak

dapat dilaksanakan dalam situasi formal dalam artian proses

akuisisi berlangsung tidak seperti proses pembelajaran.6 Proses

akuisisi ini hanya dapat dicapai dengan menggunakan bahasa target

dalam komunikasi. Karena menurutnya pendidikan formal hanya

berfungsi sebagai monitor terhadap kaidah-kaidah bahasa yang

dipelajarinya. Selanjutnya Krashen dan Terrel pun membedakan

antara proses akuisisi bahasa kedua dan pembelajaran bahasa kedua

dalam tabel di bawah ini:

Chomsky berpendapat bahwa pada dasarnya manusia

memiliki bagian yang disebut dengan faculties of the mind atau

disebut dengan “kapling-kapling intelektual”. Salah satu kapling

tersebut adalah untuk bahasa.7 Chomsky juga menyebutkan bahwa

manusia memiliki kapling kodrati yang dibawa sejak lahir yang

dinamakan LAD (Language Acquisition Device).8

Aitchison9 menggambarkan LAD dengan karikatur sebagai

berikut (seperti yang dikutip oleh Soenjono):

6 Stephen D Krashen, Second Language Acquisition and Second

Language Learning, 41. 7 Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 232. 8 Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

232. 9 Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

233.

Data Linguistik Primer/Utama

Perlengkapan pemerolehan bahasa (acquisition device)

Tata-Bahasa (Grammar) bahasa

tersebut

Page 52: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

28

Gambar 2. Language Acquisition Device

Manusia di mana pun juga pasti akan dapat menguasai, atau

lebih tepatnya memperoleh, bahasa asalkan dia tumbuh dalam

suatu masyarakat. Hal ini lah yang menjadi perdebatan di antara

para ahli linguis. Mereka mempermasalahkan apakah kemampuan

memperoleh bahasa itu bersifat nurture atau nature?10

Di bawah ini

akan dijelaskan mengenai teori pembiasaan dari Skinner yang

menyatakan bahwa kemampuan memperoleh bahasa itu bersifat

nurture dan yang kedua mengenai teori kompetensi linguistic

dipelopori oleh Chomsky yang menolak teori yang dibawa Skinner.

Ia menyatakan bahwa kemampuan memperoleh bahasa bersifat

nature

.

1. Pembiasaan Operan dari Skinner

Pembiasaan operan dikembangkan oleh B.F. Skinner pada

sekira pertengahan abad ke-20.11

Pembiasaan operan atau juga

disebut dengan persyaratan instrumental yang dipelopori oleh

Skinner menyatakan bahwa adanya penekanan pada hubungan dua

10

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 234. 11

Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 114.

Page 53: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

29

kesatuan tingkah laku. Ia mengatakan bahwa adanya penambahan

frekuensi serta intensitas dari kesatuan tingkah laku, jika diberi

imbalan atau hadiah. Semakin besar imbalan atau hadiah yang

diberikan maka akan berpengaruh terhadap tingkah laku suatu

organism dan frekuensi serta intensitas tingkah laku akan lebih

besar dibandingkan dengan yang sebenarnya dihasilkan.12

Pernyataan Skinner yang menyatakan bahwa imbalan atau

hadiah tersebut dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas suatu

response menjadi lebih besar disebut dengan “hukum pengaruh”

(law of effect).13

Teori tentang pembiasaan ini lahir dari suatu

percobaan yang dilakukan oleh Skinner terhadap seekor tikus.

Percobaan yang dimaksud adalah terhadap seekor tikus yang ia

letakkan dalam sebuah kandang kecil yang berjeruji besi.

Kemudian di dalam kandang tersebut ia melatakkan dua buah

tongkat pengungkit dan di atas punggung kandang ia meletakkan

dua buah mangkuk. Mangkuk pertama ia isi dengan makanan dan

mangkuk kedua ia isi dengan bedak gatal. Jika tikus itu menginjak

tongkat pengungkit yang pertama maka tikus tersebut akan

mendapatkan makanan, namun jika tikus itu menginjak tongkat

oengungkit kedua maka tikus tersebut akan terkena bedak gatal.

Dari percobaan itu, tikus mampu belajar dari pengalaman setelah ia

mencoba menginjak kedua tongkat di dalam kandang dan setelah

itu tikus tersebut selalu menginjak tongkat pertama dan akan

mendapatkan makanan. Tikus tersebut tidak lagi menginjak tongkat

kedua yang berisi bedak gatal.14

berdasarkan percobaan ini Skinner

menetapkan dan mengakui adanya penguatan.15

Hasil percobaan yang dilakukan oleh Skinner, ia

mnyimpulkan bahwa pemerolehan pengetahuan, termasuk

12

Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 114. 13

Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 115. 14

Lihat Ghina Fathonah, “Akuisisi Bahasa Kedua”, Tesis di Sekolah

Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 32-33. 15

Fuad Abd Hamid, Proses Belajar Mengajar, 14. Seperti yang dikutip

oleh Ghina, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 33.

Page 54: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

30

kedalamnya pengetahuan penggunaan bahasa, didasarkan adanya

stimulus (dorongan), yang kemudian diikuti oleh respon. Hadiah

atau stimulus pada dasarnya adalah hasil yang akan didapat setelah

menerima respon tersebut. Jika respon yang diterima benar maka

diberi hadiah, namun jika responnya salah maka dihukum.16

Skinner sebagai pelopor modern dalam pandangan ini,

menjelaskan bahwa percobaan yang dilakukan pada seekor tikus

tersebut adalah membuat sebuah kebiasaan melalui proses

pengulangan.17

Hal ini yang kemudian oleh Skinner disamakan

dengan pemerolehan bahasa pada manusia. Ia memandang bahwa

bahasa tidak lain hanyalah merupakan seperangkat kebiasaan.

Kebiasaan tersebut menurutnya tidak dapat dilakukan tanpa melalui

proses latihan yang bertubi-tubi atau dengan melakukan

pengulangan.18

Ali Muhammad Khauly mengatakan—seperti yang dikutip

oleh Ghina, bahwa istilah stimulus mengacu pada semua hal atau

perubahan yang ada pada lingkungan. Stimulus dapat tercipta dari

luar organisme (external stimulus), misalnya suara keras, suara

manusia, ujaran atau sinar. Stimulus juga dapat tercipta dari dalam

organism (internal stimulus), seperti rasa lapar, atau keinginan

untuk makan atau bahkan keinginan untuk berbicara.19

Tidak jauh

dengan stimulus, respon pun bisa berupa respon dari luar

(eksternal) atau pun respon dari dalam (internal).20

Skinner menganut paham behaviorisme radikal. Ia dikenal

banyak orang awam karena teorinya yang telah berusaha

menghubungkan prinsip-prinsip persyaratan instrumental dengan

16

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 235. 17

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 235. 18

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 235. 19

Ghina, “Akusisi Bahasa Kedua”, 35. 20

Rod Ellis dalam Ghina, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 35.

Page 55: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

31

bahasa manusia.21

Behavioris mengatakan bahwa setiap tingkah

laku yang diikuti oleh stimulus yang intens memungkinkan

terjadinya peningkatan perilaku di masa depan. Dan sebaliknya jika

setiap tingkah laku yang tidak diikuti dengan stimulus sebagai

penguat, memungkinkah terjadinya penurunan perilaku di masa

depan.22

Kaum Behaviorisme berpandangan bahwa bahasa adalah

bagian penting dari keseluruhan tingkah laku manusia. Kaum

Behaviorisme menamakan bahasa sebagai perilaku verbal (verbal

behavior). Para pakar aliran ini memusatkan perhatian mereka pada

aspek-aspek bahasa yang kasat mata—nampak terlihat oleh mata,

yang dapat diamati, sehingga data mereka adalah berupa ujaran-

ujaran tersebut untuk membangun teori akuisisi bahasa.23

Menurut

Skinner, setiap ujaran mengikuti satu bentuk yang bersifat verbal

dan non verbal.24

Seluruh sistem Skinner didasarkan pada pengkondisian

operan atau pembiasaan operan. Dalam teorinya, organisme berada

pada proses "operating" pada lingkungan, yang dalam istilah biasa

berarti itu terpental sekitar dunianya. Selama ini "operating", suatu

organisme berada dalam jenis khusus dari sebuah stimulus, yang

disebut reinforcing stimulus, atau dapat disebut dengan reinforce

atau penguat. Stimulus khusus ini memiliki efek meningkatkan

operan tersebut, yaitu, perilaku yang terjadi sebelum penguat

tersebut. Ini yang disebut dengan pengkondisian operan: "perilaku

diikuti oleh konsekuensinya, dan sifat konsekuensi memodifikasi

kecenderungan organisme untuk mengulang perilaku di masa

depan".25

Shalah „Abdul Majid—yang dikutip oleh Ghina,

mengungkapkan bahwa ada tiga konsep penting dalam teori

21

Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 117. 22

C. George Boeree, B.F. Skinner Personality Theories, 4 23

Ghina, “Akusisi Bahasa Kedua”, 34. 24

Ghina, “Akusisi Bahasa Kedua”, 34. 25

C. George Boeree, B.F. Skinner Personality Theories, 4

Page 56: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

32

Behaviorisme yang dianut oleh Skinner yaitu rangsangan

(stimulus) disimbolkan dengan huruf S, tanggapan atau respon

(response) yang disimbolkan dengan huruf R, dan penguatan

(reinforcement) dengan symbol P.26

akan tetapi menurut Skinner,

konsep penting dalam belajar bahasa adalah stimulus-respon,

penguatan, ulangan, dan tiruan27

Brady dan Conrad (1960) secara eksplisit membandingkan

penekanan pada respon atau tanggapan yang diperkuat oleh respon

dari beberapa stimulus yang berasal dari system limbic seperti

halnya air (tikus), susu (kucing), atau pellet gula (monyet).28

Dari paparan di atas tersebut nampak jelas bahwa yang

menjadi dasar dari teori pembiasaan operan adalah adanya

stimulus, respon dan penguatan. Stimulus merupakan hasil yang

akan didapat dari respon suatu organisme. Belajar adalah

kecenderungan Stimulus tertentu yang akan menghasilkan respon

tertentu.29

Jika respon baik maka stimulus yang didapat akan baik

pula. Akan tetapi jika respon salah maka stimuls yang dihasilkan

adalah berupa hukuman.30

Jadi pada dasarnya menurut Skinner

dalam teori pembiasaan operan ini menyatakan bahwa manusia

berbahasa bukan karena adanya LAD atau bawaan setiap manusia

akan tetapi proses pengkondisian suatu organisme akan membentuk

sebuah kebiasaan terhadap suatu tingkah laku juga dalam

berbahasa.31

26

Ghina,”Akusisi Bahasa Kedua”, 34. 27

B.F. Skinner dalam Douglas H. Brown, Principle of Language

Learning and Language Teaching, 22. Dikutip juga oleh Ghina, “Akusisi Bahasa

Kedua‟, 34. 28

Wendow W. Henton, Iver H. Iversen, Classical Conditioning and

Operant Conditioning A Response Pattern Analysis, (New York: Springer-

Verlag, 1978), 45. 29

Ghina, “Akusisi Bahasa Kedua”, 35. 30

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 235. 31

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi Ketiga, 235.

Page 57: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

33

2. Kompetensi Linguistik

Berbeda dengan teori Skinner yang menganggap bahwa

manusia tidak memiliki bawaan sejak lahir hanya pembiasaanlah

yang membentuk tingkah laku manusia, dan pentingnya stimulus

eksternal dalam pembelajaran, pada bagian ini akan dibahas

mengenai kompetensi linguistic dalam proses akuisisi bahasa yang

dipelopori oleh Noam Chomsky.

Chomsky menganggap Skinner keliru dalam memahami

kodrat bahasa. Menurutnya bahasa bukanlah suatu kebiasaan yang

dibentuk dengan cara pengulangan dan penguatan. Akan tetapi

bahasa adalah suatu system yang diatur oleh seperangkat peraturan

(rule-governed). Bahasa juga menurutnya adalah kreatif dan

memiliki ketergantungan struktur. Kedua kodrat ini hanya dimiliki

oleh manusia. Tidak bisa disamakan dengan pengkondisian

terhadap hewan atau pembiasaan yang sudah dilakukan oleh dua

tokoh behaviorisme Skinner dan Pavlov.32

Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada

akhir er 1950-an, Chomsky yang merupakan penganut aliran

nativisme menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa

akuisisi bahasa dipengaruhi oleh lingkungan. Ia berpendapat bahwa

akuisisi bahasa itu dipengaruhi oleh nature bukan lingkungan. Hal

ini menurutnya disebabkan oleh bawaan atau sebuah alat yang telah

dibekali kepada manusia sejak ia lahir.33

Menurut pandangan nativist34

bahwa akuisisi berasal dari

interaksi antara faktor bawaan dan lingkungan (nature dan nurture).

Bahasa menurut mereka tidak dipelajari. Akan tetapi dalam kondisi

normal, hal ini dipandang penting pada waktu tertentu, asalkan

32

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

236. Chomsky juga menambahkan bahwa menyamakan tikus atau anjing dalam

memperoleh pengetahuan dengan kemampuan manusia dalam memperoleh

bahasa adalah cara yang terlalu menyederhanakan fakta. 33

Maria T Guasti, Language Acquisition The Growth of Grammar,

(London: A Bradford Book The MIT Press Cambridge, 2002), 17. 34

Maria T Guasti, Language Acquisition The Growth of Grammar, 18.

Page 58: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

34

anak-anak belajar bahasa lisan atau bahasa tulisan. Mereka harus

mempelajari kata demi kata dari bahasa yang dipelajari, begitu pula

leksicon-nya. Mereka juga harus pandai meniru dari keteraturan

bahasa mereka dan bagaimana alat bawaan mereka terbentuk dan

digunakan dalam lingkungan linguistic mereka.

Chomsky menuturkan bahwa anak memperoleh bahasa itu

bukan seperti piring kosong, tabula rasa, ia memperoleh bahasa

sama seperti mereka memperoleh kemampuan untuk berdiri dan

berjalan. Ia telah dibekali dengan sebuah alat yang pada

pembahasan di atas disebut dengan LAD (language acquisition

device) atau piranti pemerolehan bahasa.35

Selain itu ada pula yang dilancarkan oleh para nativist

dalam membantah atau tidak setuju dengan teori Skinner adalah

berhubungan dengan bahasa itu sendiri. Menurut mereka bahasa

merupakan sesuatu yang hanya dimiliki oleh manusia seperti

ujaran-ujaran dan tidak dimilki oleh hewan sebab bahasa

merupakan system yang memiliki peraturan tertentu, kreatif dan

tergantung pada struktur.36

Toeri kompetensi linguistik, dianggap sebagai teori linguis

mengenai pengetahuan linguistic.37

Chomsky mengatakan bahwa

teorinya tentang bahasa itu mengubah linguistic menjadi suatu

cabang psikologi kogniitf.38

. Chomsky—seperti yang dikutip oleh

Ghina, menyatakan bahwa jika anak-anak tidak memiliki sifat

bawaan pengetahuan bahasa, bagaimana mereka untuk memperoleh

tata bahasa dari input kebahasaan yang mereka terima.39

Dasar dari teori Chomsky adalah bahwa teori bahasa harus

menjadi teori kompetensi agar linguis mencoba untuk

mengkategorikan jumlah intfinite variabel kinerja yang tidak

35

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,

236. 36

Brwon dalam Ghina, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 36. 37

Henry G. Tarigan, Psikolinguistik, 130. 38

Henry G. Tarigan, Psikolinguistik, 130. 39

Martyn Barret dalam Ghina, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 38.

Page 59: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

35

mencerminkan kemampuan linguistik yang mendasari pembicara-

pendengar.40

Chomsky juga menganggap bahwa bahasa merupakan

sesuatu yang kompleks, sebuah system aturan yang abstrak, dan

Chomsky beranggapan bahwa pekerjaan teori pemerolehan bahasa

adalah untuk menggambarkan sebuah system pengetahuan dan

digunakan untuk menjelaskan bagaimana bahasa itu diperoleh. Itu

lah yang biasa menjadi pertanyaan bagi Chomsky yang ia sebut

dengan aspek kreatif bahasa (the creative aspect of language),

kemampuan orang normal untuk menghasilkan ujaran yang sesuai

dengan situasi yang dialaminya dan cukup baru untuk

memahaminya ketika orang lain melakukannya.41

Chomsky dianggap pencetus gagasan kompetensi linguistik,

ia mengaitkan pengetahuan pembicara yang ideal dengan struktur

gramatikal bahasa nya. Chomsky menulis: ''teori linguistik pada

dasarnya bersangkutan dengan pembiacara-pendengar yang ideal,

dalam ujuran homogenitas, siapa yang tahu apakah bahasa yang

digunakan sudah sempurna atau salah oleh kondisi tata bahasa yang

tidak relevan seperti sebagai keterbatasan memori, gangguan,

pergeseran perhatian dan minat, dan kesalahan (acak atau

karakteristik) dalam menerapkan pengetahuannya tentang bahasa

dalam kinerja aktual''.42

Bagian yang sukar sebenarnya dalam teori Chomsky adalah

menemukan secara tepat apa sebenarnya bakat atau bawaan

(innate) itu.43

Ali Muhammad Khauli—dikutip oleh Ghina,

mengatakan bahwa istilah innate atau bawaan merupakan istilah

kompleks yang memiliki banyak arti dan membuka peluang

40

Brown, Principle of Language Learning and Teaching, 44. 41

Geoff Jordan, Theory Construction in Second Language Acquisition,

(Amsterdam: John Benjamins, 2004), 6. 42

Marysia Johnson, A Philosophy of Second Language Acquisition,

(London: Yale University Press, 2004), 86. 43

Vanda Herdinata, Dasar-Dasar Psikolinguistik, 35. E-Book.

Accesed: http://vanda.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/psikolinguistik-vandaUB.pdf

pada tanggal 9 September 2013 12.48 WIB.

Page 60: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

36

misinterpretasi.44

Oleh karena itu, tidaklah tepat beranggapan

bahwa semua kelompok nativist mengklaim sifat bawaan ini

berlaku dalam berbagai bidang keilmuan seperti pragmatic,

fonologi, leksikon, dan tata bahasa secara sejajar.45

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

innate atau bawaan yang dimaksud oleh para nativist disebut oleh

Chomsky dengan teori kompetensi linguistic.46

B. Corak Kepribadian dalam Akuisisi Bahasa Kedua

Kepribadian47

berasal dari kata pribadi dengan imbuhan ke-

an48

. Kepribadian dalam bahasa Arab disamakan dengan kata

shakhs}i>yah (شخصية), sedangkan dalam bahasa Inggris kata

kepribadian disamakan dengan kata personality49

. Kepribadian

menurut asal katanya berasal dari bahasa Latin “personare” yang

berarti mengeluarkan suara.50

Adler mendefiniskan kepribadian

44

Ghina Fathonah, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 39. 45

Ghina Fathonah, “Akuisisi Bahasa Kedua”, 39. 46

Geoff Jordan, Theory Construction in Second Language Acquisition,

6. 47

Keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat yang

merupakan watak orang (biasa juga bergeser berarti; orang yang baik sifat dan

wataknya). Lihat. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 768. Lihat juga Neila Ramdhani,

Apakah Kepribadian Menetukan Pemilihan Media Komunikasi 48

Konfiks pembentuk nomina abstraksi yang mempunyai ciri atau sifat. 49

Kepribadian adalah aspek-aspek perilaku individu, sikap, keyakinan,

pemikiran, tindakan, dan perasaan yang dipandang sebagai tipikal dan karakter

dari seseorang dan diakui oleh orang tersebut dan juga orang lain. Faktor

kepribadian seperti self-esteem, penghambatan, kecemasan, pengambilan resiko

dan ekstroversi, diperkirakan untuk mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua

karena mereka dapat berkontribusi untuk motivasi dan pilihan bagi strategi

pembelajar. Lih. Jack C. Richards, Ricahrd Schmidt, Longman Dictionary of

Language Teaching & Applied Linguistics-Fourth Edition, (Pearson Education

Limited, 2010), 431. 50

M.N. Purwanto, Psikologi Pendidikan (edisi ke-16), (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000), 154. Seperti yang dikutip oleh Tommy, dkk,

“Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe

Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 92. Lihat juga Jess

Page 61: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

37

sebagai gaya hidup individu atau karakteristik seseorang untuk

bereaksi terhadap masalah-masalah hidup termasuk tujuan hidup.51

Kepribadian menurut Eysenck meliputi tingkah laku dan

kecenderungan-kecenderungan yang terorganisir dalam suatu

hirarki berdasarkan tingkat kekhususannya.52

Walau pun sulit untuk mendefiniskan apa itu kepribadian,

bahwa kepribadian dapat diartikan sebagai sebuah pattern (pola)

dari ciri seseorang yang secara relative bersifat permanen serta

merupakan karakter yang unik yang memberikan konsistensi dan

kecenderungan personal bagi manusia berperilaku.53

Menurut orang awam, kepribadian sering didefiniskan

dalam hal daya tarik sosial. Orang dengan “kepribadian yang baik”

adalah seseorang yang mengesankan bagi orang lain dengan

kemampuannya bergaul dengan baik dengan orang lain.54

Namun

kepribadian yang didefiniskan dalam hal daya tarik sosial tidak

memadai dalam dua hal utama, pertama membatasi jumlah dan

jenis perilaku yang dianggap sebagai aspek kepribadian; yaitu

hanya jenis perilaku bahwa perseptor memilih dalam membuat

penilaian tentang daya tarik atau disatraktif dari yang dirasakan

yang dianggap sebagai bagian dari kepribadian, kedua, hal tersebut

Feist, Gregory J. Feist, Theories of Personality-Sixth Edition, (New York: Mc

Graw Hill, 2006), 3. Ia menyatakan bahwa kata “personality” berasal dari bahasa

Latin yaitu “Persona”, yang merujuk pada pertunjukkan teater dengan

menggunakan topeng dengan actor bernama Roman dalam drama Yunani. 51

Dikutip oleh Tommy, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi

Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2,

Desember 2005, 92. Kepribadian juga dapat didefiniskan sebagai alasan yang

mendasar bagi setiap orang terhadap perilaku individu dan pengalamannya.

Susan Cloninger, Theories of Personality Understanding Persons-Fourth

Edition, (Pearson Prentice Hall, 2004), 3. 52

Dikutip oleh Tommy, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi

Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2,

Desember 2005, 92. 53

Jess Feist, Gregory J. Feist, Theories of Personality-Sixth Edition,

(New York: Mc Graw Hill, 2006), 4. 54

Ricahrd M. Ryckman, Theories of Personality-Ninth Edition,

(Thomson Higher Education, 2008), 4.

Page 62: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

38

membawa implikasi yang masuk akal, bahwa beberapa individu,

yang jelas-jelas memiliki sejarah belajar yang unik dan memiliki

sifat tempramen55

secara biologis adalah tanpa kepribadian.56

Para ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan kepribadian itu bukan hanya mengenai tingkah

laku yang diamati saja tetapi juga termasuk didalamnya apakah

sebenarnya individu itu.57

Kepribadian juga bersifat psikofisik,

yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah itu bersama-

sama memegang peranan dalam kepribadian. Sedangkan menurut

Tommy, dkk mendefinisikan kepribadian adalah tingkah laku serta

sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang menjadikannya beda

dengan orang lain yang bersifat dinamis.58

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah suatu perilaku

seseorang disertai sifat-sifat yang melekat di dalamnya yang

menempatkan seseorang tersebut berbeda dengan orang lain dan

bersifat dinamis tidak tetap.

Akuisisi bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa.

Perbedaan tersebut dikarenakan akuisisi bahasa baik itu akuisisi

55

Kata tempramen biasanya digunakan untuk merujuk kepada

perbedaan individu yang sangat berakar pada bagian perilaku biologis dan hal

tersebut diwariskan. Zoltan Dornyei, The Psychology of The Language Learner

Individual Differences in Second Language Acquisition, (London: Lawrance

Erlbaum Associates, 2005), 11. 56

Ricahrd M. Ryckman, Theories of Personality-Ninth Edition,

(Thomson Higher Education, 2008), 4. 57

M.N. Purwanto, Psikologi Pendidikan (edisi ke-16), (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000), 140. Purwanto juga menambahkan bahwa

kepribadian itu bersifat dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa adanya suatu

perubahan. Hal tersebut menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan

merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada

individu dengan lingkungannya. Seperti yang dikutip oleh Tommy, dkk,

“Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe

Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 92. 58

Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet

Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005,

92.

Page 63: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

39

bahasa kedua atapun akuisisi bahasa pertama semuanya didapat

secara tidak sengaja.59

Unsur ketidaksengajaan tersebut mungkin

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah

kepribadian.60

Carl Gustav Jung dan Hans J. Eysenck membedakan

kepribadian kedalam dua tipe, yaitu introvert dan ekstrovert, untuk

menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap

lingkungan sosial dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck juga

mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap

suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, tempramen, fisik dan

intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.61

Jung juga mengidentifikasikan kepribadian seseorang, yang

pertama kali perlu diperhatikan adalah apakah seseorang tersebut

lebih berorientasi ke dunianya sendiri (introversi) atau lebih

berorientasi ke luar dunianya (ekstraversi). Jung menyebut

introversi dan ekstraversi sebagai sifat fundamental. Sikap

fundamental dapat berkombinasi dengan 4 fungsi psikologi lainnya

yaitu dengan berfikir, merasakan (perasaan), sensasi dan intuisi.

Laufer menyatakan bahwa tidak ada penguasaan bahasa

baik bahasa pertama, atau pun bahasa kedua atau bahasa asing,

anak atau orang dewasa dapat berlangsung tanpa akuisisi lexis—

aturan gramatikal dalam diri mereka, kecuali mereka

menghubungkan suara tertentu kedalam makna tertentu, hal

59

Ghina Fatonah, “Akuisisi Bahasa Kedua Studi Pada Pondok

Pesantren Modern di Kabupaten Bandung”, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, 27. 60

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepribadian adalah sifat

hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakannya dari orang atau bangsa lain. 61

Seperti yang dikutip oleh Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam

Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi

Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 93.

Page 64: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

40

tersebut hanya abstraksi menarik dengan nilai komunikatif yang

cukup.62

Eysenck dalam penelitiannya menemukan dua dimensi

dasar kepribadian yaitu introvert dan ekstravert, untuk menyatakan

adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungan sosial

dalam tingkah laku sosial.63

Eysenck mengemukakan bahwa tipe

kepribadian introvert dan ekstrovert menggambarkan keunikan

individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai

perwujudan karakter, tempramen, fisik, dan intelektual individu

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Eysenck

tipe kepribadian introvert dan ekstrovert merupakan dua dimensi

yang penting dibandingkan dengan dimensi tipe kepribadian

lainnya, seperti neurotic-introvert, stabil-ekstravert.64

1. Kepribadian Introvert

Sebagaimana dikutip oleh Hall dan Lindzey, Eysenck

mengemukakan ciri-ciri kepribadaian introvert, bahwa individu

dengan kepribadian introvert selalu mengarahkan pandangannya

pada dirinya sendiri. Seluruh perhatian diarahkan ke dalam hidup

jiwanya sendiri. Tingkah lakunya terutama ditentukan oleh apa

yang terjadi dalam pribadinya sendiri.65

Eysenck pun menjelaskan

bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung diam,

62

Nassim Golaghaei, “Extroversion/Introversion and Breadth of

Vocabulary Knowledge”, Modern Journal of Language Teaching Methods

(MJLTM), vol. 1 Issue 3 Dec. 2001. 71. 63

Eysenck dalam Lawrence A. Pervin yang dikutip oleh Tommy, dkk,

“Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe

Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 93. 64

Wallace dalam Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan

Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2,

Desember 2005, 93. 65

Bagi individu introvert, dunia luar tidak banyak berarti dalam

penentuan tingkah lakunya, sebab itu individu tipe ini kerapkali tidak

mempunyai kontak dengan lingkungan sekelilingnya. Tommy, dkk, “Perbedaan

Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”,

Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 93.

Page 65: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

41

ia lebih suka membaca dibandingkan berkumpul (bersosial) dalam

lingkungan sosial serta berkomunikasi dengan orang lain, sehingga

memiliki sedikit teman dan pada umumnya menghindar dari

keramaian.66

Carl Jung mengemukakan bahwa individu dengan

kepribadian introvert menempatkan suatu pandangan subjektif

antara persepsi terhadap sebuah objek dan perilaku mereka sendiri,

dan menjaga tingkah laku tersebut layaknya sebuah karakter, di

mana hal tersebut sama dengan situasi objektif.67

Crow dan Crow menguraikan tentang karakteristik

kepribadian introvert yaitu individu dengan tipe kepribadian

introvert lebih lancar menulis daripada bicara, cenderung/sering

diliputi kekhawatiran, lekas malu dan canggung, cenderung bersifat

radikal, suka membaca buku-bukudan majalah, lebih dipengaruhi

oleh perasaan-perasaan subjektif, agak tertutup jiwanya, menyukai

bekerja sendiri, sangat menjaga/berhati-hati terhadap penderitaan

dan miliknya, serta menyesuaikan diri dan kaku dalam pergaulan.68

Individu yang memiliki kepribadian introvert sangat

sensitive terhadap rasa sakit, lebih mudah merasa lelah, lebih

memperhatikan pelajaran di sekolah, performansi individu dengan

tipe kepribadian introvert akan menurun apabila berada dalam

kondisi yang menggairahkan.69

66

Shahila Zafar, K. Meenakshi, “A Study on The Relationship Between

Extroversion-Introversion and Risk-Taking in The Context of Second Language

Acquisition”, International Journal of Research Studies in Language Learning,

Vol. 1, Number. 1, Jan 2012. 34. 67

Carl G. Jung, Psychological Types, accesed at www.Abika.com pada

tanggal 11 Februari 2014, 13.45. 68

Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000), 151. Lihat juga Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan

Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2,

Desember 2005, 94. 69

Lawrence A. Pervin, The Science of Personality, (New York: Oxford

University Press, 2003), 44-45. Dikutip juga oleh Tommy dkk, “Perbedaan

Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”,

Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005, 94.

Page 66: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

42

Hall dan Lindzey menjelaskan biasanya individu yang

memiliki kepribadian introvert dikenal sebagai seorang yang

pendiam, yang sukar diselami batinnya. Eysenck juga berpendapat

bahwa mereka selalu menarik diri dari pergaulan dan sering kali

takut pada orang, mempunyai kecenderungan menolak segala

sesuatu yang datang dari luar. Pengambilan keputusan dan

anggapan meraka tidak mau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka

hanya percaya kepada diri sendiri, pengalaman dan anggapan

sendiri, dan cenderung cepat bosan. Maka dari itu tampak sifat-sifat

tegas dan berkeras hati.70

Tommy, Fransisca, dan Susanti dalam papernya

menyimpulkan bahwa kepribadian introvert adalah individu yang

memiliki kecenderungan tingkah laku serta sifat-sifat yaitu tertutup,

kurang suka bersosialisasi, lebih menyukai beraktivitas sendiri

dibandingkan bersama-sama. Individu yang memiliki kepribadian

introvertjuga lebih senang melakukan aktivitas yang tenang tidak

banyak bergerak seperti membaca buku, hati-hati, terkontrol,

pesimis dan bertanggung jawab.71

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa kepribadian introvert adalah individu yang

cenderung memiliki sifat tertutup. Sukar dalam bergaul dan

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Ia cenderung menutup

diri dan lebih suka untuk membaca buku atau majalah

dibandingkan dengan berkomunikasi/berbicara dengan orang lain.

2. Kepribadian Ekstrovert

Eysenck mengemukakan bahwa orang dengan tipe

kepribadian ekstrovert lebih kuat mengarahkan dirinya pada

lingkungan sekelilingnya, dan pada umumnya suka berteman,

ramah, menyukai pesta-pesta, mempunyai banyak teman,

70

Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet

Berdasarkan Tipe Kepribadian”, 93. 71

Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet

Berdasarkan Tipe Kepribadian”, 94.

Page 67: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

43

membutuhkan orang lain untuk menjadi lawan bicara mereka, tidak

suka membaca ataupun belajar sendirian, senang humor, selalu siap

menjawab, menyenangi perubahan dan santai. Individu yang

memiliki tipe kepribadian ekstrovert juga lebih memilih untuk tetap

bergerak dan melakukan sesuatu dibandingkan harus berdiam diri,

lebih agresif, mudah marah dan terkadang ia bukan orang yang

dapat dipercaya.72

Crow dan Crow menguraikan lebih terperinci lagi sifat-sifat

dari kepribadian ekstrovert yaitu individu dengan kepribadian

ekstrovert lancar/lincah dalam berbicara, bebas dari

kekhawatiran/kecemasan, tidak lekas malu dan tidak canggung,

umumnya bersifat konservatif, mempunyai minat pada atletik,

dipengaruhi oleh data objektif, ramah dna suka berteman, suka

bekerja bersama orang-orang lain, kurang memperdulikan

penderitaan dan milik sendiri, mudah menyesuaikan diri dan luwes

(fleksibel).73

Tipe kepribadian ekstrovert cenderung sociable (suka

bersosialisasi), menyukai pesta, memiliki banyak teman, sangat

membutuhkan kegembiraan, dan bekerja pada situasi mendadak.74

Individu dengan kepribadian ekstrovert memiliki sifat sosial, lebih

banyak melakukan tindakan daripada merenung atau berpikir, serta

memiliki motif-motif yang didorong oleh kejadian-kejadian

eksternal.75

Kegiatan ekstrovert langsung diarahkan pada dunia luar.

Ekstrovert lebih bersifat ramah seperti mengadakan pesta, memiliki

banyak teman, dan perlu kegembiraan dalam segala hal yang

72

Hall dan Lindzey, Theories of Personality-4th

Edition, Hohn Wiley &

Sons, CN, 1998. Dikutip oleh Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam

Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, 94. 73

Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000), 151. 74

Lawrence A. Pervin, The Science of Personality, (New York: Oxford

University Press, 2003), 44. 75

Chaplin dalam Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan

Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, 94.

Page 68: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

44

mereka lakukan. Mereka adalah tipe kepribadian yang selalu

mencari sensasi, lebih hidup dan lebih aktif. Individu dengan tipe

ini lebih mudah terganggu dalam belajar, sebagian sebagai akibat

dari lemahnya kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dalam

waktu yang lama.76

Menurut Eysenck pribadi ekstrovert cenderung mudah

dalam beradaptasi sekalipun dengan lingkungan asing, menyukai

pesta, memiliki banyak teman, membutuhkan orang lain untuk

menjadi lawan bicara mereka, menyenangi humor, optimistic,

memiliki sifat kepemimpinan, sangat membutuhkan stimulasi

eksternal, cenderung mencari sensasi, mudah marah, kurang

mengontrol perasaan mereka.77

Tommy, Fransisca, dan Susanti dalam papernya

menyimpulkan bahwa kepribadian ekstrovert cenderung memiliki

tingkah laku serta sifat-sifat yang dimiliki oleh individu dengan

tipe kepribadian ini mempunyai sifat terbuka, senang berteman

dengan siapa saja, baik di lingkungan yang lama maupun di

lingkungan yang baru, senang beraktifitas bersama-sama, aktif,

tingkah lakunya cenderung dipengaruhi oleh orang lain, ekspresif

dan kurang bertanggung jawab.78

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert

cenderung terbuka, memiliki sifat atau karakter yang senang

bersosialisasi, mudah bergaul, baik di lingkungan lama maupun di

lingkungan baru, aktif dalam segala hal, tingkah lakunya tidak

bersifat subjektif tapi lebih dipengaruhi oleh pendapat orang lain.

76

Shahila Zafar, K. Meenakshi, “A Study on The Relationship between

Extroversion-Introversion and Risk-Taking in The Context of Second Language

Acquisition”, International Journal of Research Studies in Language Learning,

Volume 1 Number 1. 34. 77

Aiken dalam Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan

Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian”, 94. 78

Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet

Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005,

95.

Page 69: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

45

C. Myers-BriggsType Indicator (MBTI) dalam Mengukur

Kepribadian pada Akuisisi Bahasa Kedua

Tes MBTI79

ini dilakukan untuk menentukan kepribadian

dari masing-masing pembelajar bahasa kedua. Tes ini tidak

mengukur intelegensi, motivasi, kedewasaan, atau kesehatan

mental seseorang. Akan tetapi, membagi manusia menjadi 16 tipe

kepribadian yang berbeda, sesuai dengan 4 dimensi yang telah

ditentukan. MBTI terdiri dari:

1. Terbuka (Extraverted) atau Tertutup (Introverted)

2. Pengindera (Sensing) atau Intuitif (Intuition)

3. Pemikir (Thinking) atau Perasa(Feeling)

4. Penilai (Judging) atau Pengamat (Perceiving)

Test MBTI merupakan alat untuk mengidentifikasi 16 jenis

kepribadian yang berbeda yang dapat digunakan untuk

menggambarkan seseorang.80

Tes MBTI81

instrumen didasarkan pada karya psikolog Carl

Jung dan pencetus tes ini yaitu Isabel Briggs Myers dan ibunya,

Katharine Briggs Masak, yang menghabiskan waktu selama

bertahun-tahun untuk mengamati perilaku manusia. Ide-ide mereka

membantu menjelaskan mengapa berbagai jenis orang tertarik pada

hal yang berbeda, memilih berbagai jenis pekerjaan, dan kadang-

kadang merasa sulit untuk memahami satu sama lain-semuanya

karena dasar perbedaan dalam cara orang menerima informasi dan

membuat keputusan tentang hal itu.

79

Carl Gustav Jung menjabarkan tentang kepribadian manusia yang

introvert dan extrovert, kemudian Katharine Cook Briggs dan anak

perempuannya yang bernama Isabel Briggs Myers mengembangkan teori Jung

ini dan dinamakan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). diunduh dari

http://www.yaminsetiawan.com/cgi-bin/test05.pl tgl 9 September 2013 13.39

WIB, beserta instrument test MBTI. 80

Myers-Briggs Type Indicator, Interpretive Report, Report Prepared

For Jane Sample, Oktober 2009. 81

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 1.

Page 70: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

46

Jenis psikologis Jung82

(1921/1971) telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris pada tahun 1923. Hasil dari teori yang

dibangun oleh Jung umumnya digunakan terbatas pada kalangan

Jung dan psikoanalisis di Eropa dan Amerika. Hal yang sangat luar

biasa, bahwa dua perempuan, Katharine C. Briggs dan putrinya,

Isabel Briggs Myers membaca karya Jung, menghabiskan waktu

selama 20 tahun untuk mempelajarinya, dan merancang instrumen-

MBTI kuesioner untuk menilai tipologi. Tahun-tahun dalam hidup

mereka digunakan untuk membaca secara intensif karya-karya Jung

dan melakukan observasi yang cermat terhadap perilaku individu

hingga mereka berdua mendapat kesimpulan bahwa tipologi yang

mereka buat dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan

kepribadian seseorang dan yang penting, bahwa penilaian tersebut

dapat dimanfaatkan dengan praktis dalam kehidupan masyarakat.83

Alasan menggunakan tes MBTI dalam mengidentifikasi

kepribadian dalam penelitian pemerolehan bahasa karena relevansi

tes ini cukup beragam, seperti dalam bidang pendidikan,

pengembangan karir, perilaku organisasi, fungsi kelompok,

pengembangan tim, serta bisa juga digunakan untuk kepentingan

psikoterapi antara individu, pasangan, dan keluarga.84

Pada dasarnya tes MBTI ini bersifat milik pribadi dengan

arti tes ini dikelolo sendiri oleh penemu tes ini. Adapun kuesioner

atau booklet Tanya jawab dikelola secara online. Sehingga dalam

pelaksanaannya tidak adanya monitoring dalam artian sulit untuk

dilacak.85

Orang dapat dengan bebas menjawab setiap pertanyaan

melalui tes online tanpa harus menjawab sesuai dengan

kecenderungan yang sebenarnya, sehingga hasil dari tes ini pun

82

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 2. 83

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 2. 84

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 4. 85

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 31.

Page 71: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

47

tidak dapat dilihat validitasnya. Terkecuali tes ini dilakukan dengan

pengawasan seperti halnya ujian-ujian di sekolah, perusahaan atau

apa pun.86

Tes MBTI dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi

kadar kepribadian santri pondok pesantren modern Assa‟adah.

Kemudian dikelompokkan dari hasil tersebut menjadi dua

kelompok yaitu satu kelompok santri dengan kadar ekstrovert

dominan dan satu kelompok santri dengan kadar introvert dominan.

Pada dasarnya tes ini digunakan untuk menggambarkan 16

tipe kepribadian, berikut di bawah ini gambaran hasil tes MBTI

tentang 16 tipe kepribadian87

:

ISTJ ISFJ INFJ INTJ

ISTP ISFP INFP INTP

ESTP ESFP ENFP ENTP

ESTJ ESFJ ENFJ ENTJ

Keterangan:

I : Introvert

E : Ekstrovert

S : Sensing

T : Thinking

J : Judging

F : Feeling

N : Intuition

P : Perceiving

86

Naomi L. Quenk, Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), (John

Wiley & Sons, Inc., 2009), 31. 87

Allen L. Hammer, “Myers-Briggs Type Indicator; Career Report”,

CPP.Inc, 2004, 3.

Page 72: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

48

Untuk mengukur 16 tipe kepribadian terutama pada

kepribadian ekstrovert-introvert, scoring

Saat ini tes MBTI dapat dilakukan secara manual yaitu

mengunjungi situs-situs penyedia tes ini. Setelah mengisi beberapa

item pertanyaan atau berupa angket, secara otomatis hasil dari tes

MBTI ini akan muncul yang menggambarkan kepribadian

seseorang. Kekurangan tes MBTI secara online tidak dapat

dilakukan monitoring sampai sejauh mana keakuratan atas jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, akan tetapi tes ini bisa

dilakukan baik oleh perorangan atau pun lembaga untuk tujuan

tertentu, seperti untuk pengenmbangan pembelajaran, dan

peningkatan keterampilan.

Page 73: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

49

Page 74: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

49

BAB III

PROSES PEMEROLEHAN BAHASA ARAB DI PONDOK

PESANTREN MODERN

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab II bahwa

kepribadian seseorang dapat mempengaruhi proses pemerolehan

bahasa kedua baik yang bersifat nature ataupun nurture. Pada

tahun 1975 Rossier1 melakukan penelitian tentang kepribadian

khusus mempengaruhi kefasihan berbicara bahasa Inggris. Dia

menyimpulkan bahwa: komponen kepribadian khusus

mempengaruhi kefasihan dalam berbicara bahasa Inggris. Dia

menguji seseorang dengan kepribadian ekstroversi-introversi yang

berkomunikasi/kontak dengan English Native Speaker, dan

kefasihan berbicara bahasa Inggris. Dia menemukan hubungan

yang positif antara ekstroversi yang diukur dengan Eysenck

Personality Questionire dan kefasihan berbicara bahasa Inggris.

Pada bab III ini membahas hasil penelitian terhadap proses

pemerolehan bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Assa‟adah

kelas VII SMP pada siswa dengan kepribadian khusus. Fokus

penelitian ini dikenakan pada faktor kepribadian (personality)

sebagai salah satu aspek individual difference dalam pengajaran

bahasa asing2. Penulis juga membahas tentang kepribadian

1 Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis Tugas, Kepribadian

Ekstrovert dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, Tesis di Sekolah Pasca

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, 13. Lihat juga Strong „Social

Styles and Second Language Acquisition of Spanish-speaking Kinderteners‟

TESOL Quarterly, dia meneliti siswa berbahasa asli dengan kepribadian

ekstrovert-introvert, Strong menemukan bahwa siswa dengan kepribadian

ekstrovert mampu mempelajari bahasa dengan lebih cepat. Seorang pembelajar

dengan kepribadian ekstrovert memiliki kemampuan komunikasi personal yang

baik sehingga lebih cepat dalam mempelajari bahasa terutama dalam komunikasi

oral. Dalam Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition (New York:

Oxford University Press. 1994), 523. 2 Ellis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan individual difference

(perbedaan individu) adalah bagaimana seorang pembelajar mempelajari bahasa

kedua (bahasa asing), kemudian secapat ia mempelajari bahasa tersebut dan

bagaimana ia berhasil dalam mempelajarinya. Perbedaan tersebut meliputi

Page 75: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

50

Ekstrovert-Introvert terkait pemerolehan bahasa Arab. Penulis juga

membahas tentang freamwork model pemerolehan bahasa pada

kepribadian ekstrovert-introvert.

A. Aspek-aspek Pemerolehan Bahasa Kedua/ Arab

Setiap individu pelajar tentunya akan mengalami proses

berkomunikasi sesama mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari di

keluarga maupun di lingkungan masyarakat, di mana mereka

bergaul saling berinteraksi sosial. Bentuk yang dihasilkan dari

komunikasi mereka adalah bahasa, dari sinilah bahasa itu memiliki

peranan penting dalam kehidupan seorang manusia.

Dalam kehidupan manusia, ada dua bahasa yang timbul di

lingkungannya. Bahasa pertama dan bahasa kedua, seperti yang

sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa yang dimaksud

dengan bahasa pertama adalah bahasa yang diajarkan oleh ibu

(orang tua) maka biasa disebut sebagai bahasa ibu. Sedangkan yang

dimaksud dengan bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari

oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang

diajarkan oleh ibunya, (bukan bahasa ibu). Jika dapat dilihat,

bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di

luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan

lingkungan sosial. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan

bahasa kedua adalah bahasa Arab yang diajarkan di lingkungan

pesantren. Dalam kasus ini tentu berbeda pemerolehannya dengan

bahasa ibu.

Dalam hal pemerolehan bahasa, bahasa pertama memiliki

beberapa peran terkait pada pemerolehan bahasa kedua. Bingjun

(2013) menjelaskan bahwa sejak studi tentang pemerolehan bahasa

ini muncul yaitu sekira tahun 1960, banyak komponen-komponen

terkait dengan studi pemerolehan bahasa salah satunya adalah

peran bahasa pertama dalam pemerolehan bahasa kedua. Dia

faktor-faktor umum , termasuk di antaranya bakat dan motivasi belajar, serta

strategi belajar tertentu dalam mempelajari bahasa kedua.

Page 76: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

51

menjelaskan bahwa ada enam peran bahasa pertama pada

pemerolehan bahasa kedua antara lain sebagai berikut: (1) Sesuai

dengan teori behavioristik, focus peran bahasa pertama dalam

pemerolehan bahasa kedua adalah peran kondisi (operant

conditioning); (2) Menjelaskan tentang pengaruh interaksi dalam

pemerolehan bahasa kedua, penekanan dalam hal komunikasi serta

kebutuhan sosial; (3) Sesuai dengan teori kognitif, penekanan pada

hal yang logis dan proses berfikir; (4) Sesuai dengan teori nativist

atau teori biological yaitu penekanan pada kapasitas genetic yang

melekat pada manusia; (5) Untuk menekan pada pembelajar serta

strategi pembelajaran; (6) Mentransfer pemerolehan unsur-unsur

bahasa seperti fonetik, lexicology, sintaksis, semantik dan

pragmatik dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua.3

Pemerolehan bahasa kedua/Arab didasarkan atas beberapa

aspek pembahasan yang mempengaruhi pemerolehan bahasa

kedua. Di antara aspek-aspek pemerolehan bahasa kedua, tiga

diantaranya merupakan faktor yang cukup mempengaruhi

pemerolehan bahasa kedua, antara lain: latar belakang bahasa

(bahasa pertama) dalam memperoleh bahasa kedua, interaksi

edukatif4 dalam dalam memperoleh bahasa Arab, serta lingkungan

sekitar yang punya peran penting dalam mempengaruhi

pemerolehan bahasa kedua.

3 MA. Bingjun, “What is the Role of L1 in L2 Acquisition?”, CSCanada

Studies in Literature and Language, Vol. 7, No. 2, 2013, 31. 4 Sardiman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan interaksi

edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sengajar dengan didasarkan oleh

tujuan tertentu, yaitu untuk menghantarkan anak didik menuju tingkat

kedewasaannya. Interaksi berpangkal pada konsep komunikasi yang memiliki

makna menjadikannya milik bersama, yakni saling memberikan pikiran-pikiran,

pengetahuan, keterampilan serta nilai. Lihat Sardiman, Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 18. Edi Suardi dalam

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 15, mengatakan bahwa

interaksi belajar-mengajar memiliki tujaun yaitu membantu anak didik dalam

suatu perkembangan tertentu, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat

perhatian.

Page 77: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

52

Pondok pesantren modern merupakan salah satu dari

lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat proses pemerolehan

bahasa kedua. Salah satu di antara pesantren-pesantren modern se-

Indonesia yang menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris yang

merupakan bahasa kedua dan digunakan untuk berkomunikasi

sehari-hari adalah Pondok Pesantren Modern Assa‟adah.

Pemerolehan bahasa kedua/Arab tentunya juga dipengaruhi

oleh latar belakang bahasa santri. Latar belakang bahasa yang

dimaksud adalah bahasa pertama/ibu. Pada pembahasan kali ini,

akan dibahas mengenai latar belakang bahasa santri Pondok

Pesantren Modern Assa‟adah Pasirmanggu. Hasil ini didapat dari

wawancara dengan Bapak Pimpinan, Para Ustadz dan Santri serta

penyebaran angket yang diisi oleh 26 santri yang dijadikan sebagai

responden.

1. Latar Belakang Bahasa Santri

Tampaknya sudah merupakan keyakinan umum bahwa

pemerolehan bahasa kedua sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa

pertama sang pelajar. Dukungan yang paling jelas terhadap

keyakinan ini muncul dari aksen-aksen asing dalam ujaran bahasa

kedua seorang pelajar. Misalnya, kalau orang Perancis berbahasa

Inggris, maka bahasa Inggrisnya beraksen Perancis, dan kalau

orang Toba berbahasa Sunda, maka bahasa Sundanya beraksen

Toba.5

Pemerolehan bahasa6 tentunya berbeda dengan pembelajaran

bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa sedangkan orang dewasa

5 Tarigan mengatakan bahwa bahasa pertama sangat mempengaruhi

bahasa kedua seorang pelajar. Bukan hanya dilihat dari aksen saja pengaruh itu

bisa dilihat, akan tetapi dari tingkat-tingkat bahasa lainnya pun membuktikan hal

itu, seperti kosakata dan tata bahasa. Walaupun kosakata dan tata bahasa tidak

terlihat jelas sebagai pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua. Lihat

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa (Bandung: Aksara,

2011), Ed. Revisi, 104. 6 Chomsky dan James menjelaskan bahwa dalam pemerolehan bahasa,

manusia memiliki tiga tingkatan yang harus dicapai antara lain: pertama,

Page 78: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

53

hanya mempelajarinya saja. Akan tetapi dalam kaitannya dengan

penelitian ini, orang dewasa dapat dikatakan memperoleh bahasa

serta dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah

yang sama seperti yang dipakai oleh anak-anak.

Terkait dengan latar belakang bahasa santri, pimpinan

pondok pesantren modern assa‟adah pasirmanggu cikeusal serang

banten mengatakan, bahwa pada proses penerimaan santri baru, ada

persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh calon santri baru,

salah satunya adalah mengikuti tes bahasa. Pada saat penerimaan

santri baru, ada beberapa tes yang harus dilalui. Tes bahasa Inggris

dan bahasa Arab menjadi salah satu tes yang diberlakukan di

Pondok Pesantren Modern Assa‟adah. Walau pun substansi tes

masih dalam kategori mudah.7

Pimpinan menjelaskan bahwa tes bahasa, Inggris ataupun

Arab dimaksudkan untuk menguji sejauh mana pengetahuan dasar

calon santri baru tentang penguasaan bahasa Inggris dan Arab.

Bukan hanya pada saat penerimaan calon santri baru saja tes bahasa

dilakukan. Santri baru yang sudah dinyatakan diterima pun harus

mengikuti tes kembali untuk pengklasifikasian kelas termasuk

kedalamnya tes bahasa, baik lisan maupun tulisan.8

tingkatan akal manusia, di dalamnya terdapat sebuah perangkat/piranti untuk

memperoleh bahasa, mengolahnya, mengatur serta mengikat bahasa tersebut.

Piranti itu disebut dengan LAD (Language Acquisition Device), kedua, setelah

diproses pada tingkatan pertama, tingkatan kedua adalah kemampuan berbahasa

disebut Linguistic Competence, pada proses ini diperoleh bagaimana membentuk

sebuah bahasa menjadi serangkaian kata-kata yang tersusun/terstruktur, ketiga,

proses akhir ini yang disebut dengan inovasi dan produksi bahasa hasil dari

kemampuan berbahasa. Lihat S}ala>h{ ‘Abdu al-Maji>d al-‘Araby, Ta’allum al-Lugha>t al-H{ayah Wa Ta’li>muha> Baina al-Naz{riyyah Wa al-Tat{bi>q (Bayru>t:

Maktabah Libna>n, 1981), 15-16. 7 Hasil wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Modern

Assa‟adah Pasirmanggu Cikeusal Serang Banten, Hari Rabu tanggal 5 Maret

2014, pukul 20.35 WIB. 8 Wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Assa‟adah

Pasirmanggu Cikeusal Serang Banten. Hari Rabu Tanggal 5 Maret 2014, pukul

20.35 WIB. Ia menambahkan bahwa tes bahasa ini bukan untuk menuntut calon

santri baru yang akan menjadi santri di Pondok Pesantren Modern Assa‟adah,

Page 79: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

54

Latar belakang bahasa merupakan faktor yang dinilai

menjadi pengaruh dalam memperoleh bahasa kedua. Latar

belakang bahasa disebut juga bahasa pertama9 atau bahasa ibu

memiliki peran penting dalam pemerolehan bahasa kedua/asing.

Krashen10

menambahkan bahwa terdapat perbedaan antara

pemerolehan bahasa kedua dengan pembelajaran bahasa kedua. Ia

mengklaim bahwa pemerolehan bahasa dikembangkan secara tidak

sadar yaitu berkembang di alam bawah sadar, melalui pemahaman

kearah input pada saat seseorang berkomunikasi. Sedangkan hal

yang kedua yaitu pembelajaran bahasa dikembangkan secara sadar

melalui pembelajaran secara sengaja terhadap bahasa kedua.11

Dari hasil angket yang disebar keseluruh sampel penelitian

yaitu sebanyak 26 orang terdiri dari 13 santri dengan kepribadian

ekstrovert dan 13 santri dengan kepribadian introvert, pada poin

akan tetapi menguji sejauh mana pemahaman mereka. Karena mereka akan

menemui materi-materi kepondokan yang kebanyak menggunakan bahasa Arab

dan Inggris. Ia memahami bahwa calon santri baru terdiri dari berbagai karakter

bahasa. Sebagian ada yang berbahasa nasional namun adapula yang berbahasa

daerah (yang dimaksud karakter bahasa santri adalah bahasa pertama atau yang

disebut bahasa ibu yang terdiri dari bahasa nasional Indonesia dan bahasa

daerah). 9 Proses pemerolehan bahasa pertama tentunya berbeda dengan

pemerolehan bahasa kedua/asing. Ellis menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa

pertama diperoleh dengan cara alamiah tanpa menggunakan kesadarannya,

sehingga hal ini terjadi pada alam bawah sadar mereka. Sedangkan pada

pemerolehan bahasa kedua, biasanya terjadi pada masa remaja, atau dewasa.

Khususnya pada masa remaja, ia menjelaskan bahwa pada masa remaja untuk

memperoleh bahasa kedua memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan juga

mempelajarinya dengan keadaan sadar bukan dengan alam bawah sadar. Lihat

Rod Ellis, Second Language Acquisition (New York: Exford University Press,

2003), 54-55. 10

Krashen dalam Ellis, Second Language Acquisition, 55. 11

Krashen dalam MA Bingjun, “What is the Role of L1 in L2

Acquisition?”, 31-32. Dalam teori monitor yang dipeloporinya bahwa

pemerolehan bahasa yang bersifat natural itu terjadi dalam proses alam bawah

sadar sedangkan pembelajaran bahasa terjadi dalam proses alam sadar. Seorang

pembelajar bahasa mampu menggunakan control bahasa dan system regulasi

mereka sendiri untuk menyesuaikan perilaku bahasa mereka. Dan bahasa

pertama mereka disebut dengan bahasa asli yang menjadi salah satu faktor

penentu control bahasa dan system regulasi tersebut.

Page 80: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

55

pertama tentang latar belakang bahasa pada pernyataan pertama

bahwa 54% menyatakan bahwa mereka berkomunikasi dengan

keluarga dengan mengguakan bahasa Indonesia, 8% menyatakan

bahwa mereka berkomunikasi dengan keluarga menggunakan

bahasa daerah dan 38% menyatakan bahwa mereka berkomunikasi

dengan keluarga menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang

juga menggunakan bahasa daerah. Sedangkan 0% berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa asing yaitu bahasa Arab dan Inggris

.12

Gambar 3. Grafik Latar Belakang Bahasa Santri Dalam

Berkomunikasi Dengan Keluarga

Dari gambar 3 di atas menunjukkan bahwa latar belakang

bahasa santri dominan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

Indonesia. Berarti bahasa Indonesia merupakan rata-rata bahasa

12

Angket Kuesioner Santri Ekstrovert-Introvert poin latar belakang

bahasa santri dengan pernyataan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di

rumah, dengan jawaban Indonesia, Daerah, Indonesia dan Daerah, Arab, dan

Inggris. Sebanyak 14 santri menggunakan bahasa Indonesia dalam

berkomunikasi di rumah/dengan keluarga. Sebanyak 2 santri menggunakan

bahasa daerah dalam berkomunikasi di rumah/dengan keluarga. Sebanyak 10

santri menggunakan bahasa Indonesia dan daerah dalam berkomunikasi di

rumah/dengan keluarga.

54%

8%

38%

0% 0%

Latar Belakang Bahasa Santri Di Rumah

Bahasa Indonesia

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia & Daerah

Bahasa Inggris

Bahasa Arab

Page 81: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

56

pertama santri Pondok Pesantren Modern Assa‟adah. Sehingga ada

pengaruh aksen13

bahasa In

donesia terhadap pemerolehan bahasa kedua/Arab.

Penggunaan bahasa Indonesia tidak hanya digunakan untuk

berkomunikasi di rumah/dengan keluarga saja, melainkan

digunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman di

lingkungan rumah. Berdasarkan hasil angket dengan item no 2

tentang latar belakang bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

dengan teman, diperoleh data sebanyak 15 orang berkomunikasi

dengan teman menggunakan bahasa Indonesia. Sebanyak 2

berkomunikasi dengan teman menggunakan bahasa daerah.

Sebanyak 9 orang berkomunikasi dengan teman menggunakan

bahasa Indonesia dan terkadang daerah. Sedangkan tidak ada yang

berkomunikasi dengan teman menggunakan bahasa asing, baik

bahasa Arab ataupun bahasa Inggris.14

Gambar 4. Grafik Bahasa yang Digunakan untuk

Berkomunikasi dengan Teman di Lingkungan Rumah

13

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, 104. 14

Hasil angket poin latar belakang bahasa santri item ke-2. Mayoritas

mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.

58%

8%

34%

0% 0%

Bahasa Komunikasi Dengan Teman di Lingkungan Rumah

Bahasa Indonesia

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia & Daerah

Bahasa Inggris

Bahasa Arab

Page 82: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

57

Dari grafik 4 di atas menunjukkan tentang bahasa yang

digunakan dalam berkomunikasi dengan teman di lingkungan

rumah. sebanyak 58% berkomunikasi menggunakan bahasa

nasional yaitu bahasa Indonesia, sedangkan 34% lainnya

berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. 8% berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Indonesia terkadang juga bahasa

daerah, sedangkan 0% berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dari data di atas

menunjukkan bahwa latar belakang santri merupakan aspek dari

pemerolehan bahasa. Seorang teman yang menjadi lawan berbicara

sehari-hari mennjadi salah satu faktor penentu seseorang

memperoleh bahasa. Seseorang dikatakan mampu berbicara bahasa

daerah ketika di lingkungan rumah dengan teman-temannya

berkomunikasi dengan bahasa daerah. Proses kreatif menggunakan

bahasa daerah dalam percakapan termasuk ke dalam pemerolehan

bahasa yang tanda mereka sadari mereka mampu berbahasa

daerah.15

Ibu dan ayah sejatinya adalah guru pertama yang

mengajarkan kita berbahasa. Terutama ibu menjadi satu-satunya

guru yang mengajari kita bagaimana berucap. Oleh karena itu

15

Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang dalam kesehariannya

berkomunikasi dengan teman menggunakan bahasa kedua/asing maka secara

tidak sadar ia akan mampu berkomunikasi dengan bahasa kedua/asing.

Penekanan terhadap penggunaan bahasa kedua/asing oleh orang lebih dewasa

menjadi kurang berpengaruh dibandingkan dengan koreksi atau tuntutan

lingkungan atau percakapan sehari-hari dengan teman-teman. Senada dengan

yang dikemukakan oleh Ferris (2002), ia mengatakan bahwa berdasarkan sebuah

studi, bahwa seorang siswa membutuhkan sebuah koreksi, namun dalam hal ini

mereka akan mengalami kehilangan kepercayaan diri mereka ketika mereka

menerima koreksi/kritik langsung dari orang yang lebih dewasa. Berbeda ketika

seseorang saling mengoreksi dalam kadar umur yang setara. Menurutnya saling

mengoreksi antara sesame akan menanamkan pengetahuan yang lebih lama

dibandingkan dengan dikoreksi oleh orang yang lebih dewasa (dalam artian di

sini adalah guru). Ferris dalam Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-

Correction on Extrovert and Introvert Students in EFL Writing Progress”,

Journal of English Language Teaching Canadian Center of Science and

Education, Vol. 4, No. 2; June 2011, 162.

Page 83: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

58

bahasa pertama disebut juga dengan bahasa ibu. Hal ini disebabkan

karena ibulah yang pertama kali mengajarkan kita berbicara. Dari

pemaparan di atas maka dalam angket tentang latar belakang

bahasa santri item no 3 menjelaskan tentang pemahaman ibu

dalam bahasa Arab. Apakah ibu memahami bahasa Arab sehingga

ketika ia memahami bahasa Arab bisa menjadi cikal anaknya punya

pemahaman tentang bahasa Arab terlepas digunakan atau tidaknya

bahasa Arab itu untuk berkomunikasi. Dari hasil angket didapat

data sebanyak 4 santri mengatakan bahwa ibunya memahami

bahasa Arab. 15 santri tidak paham dan 7 santri mengisi terkadang

dengan maksud bahwa ibu mereka sedikit mengerti tentang bahasa

Arab.

Gambar 5. Pemahaman Ibu tentang Penggunaan Bahasa Arab

Dari 26 sampel yang mengisi angket tentang pemahaman

ibu terhadap bahasa Arab sebanyak 4 santri mengatakan bahwa ibu

mereka memahami bahasa Arab. 4 santri dari 26 santri yang

dijadikan sampel mengatakan bahwa ibu mereka memahami bahasa

Arab dengan alasan, ibu mereka adalah lulusan dari pondok

pesantren modern dan pernah belajar bahasa Arab. Sehingga ibu

mereka memahami bahasa Arab.16

16

Hasil wawancara dengan salah seorang santri yang mengisi kolom

paham pada angket tentang pemahaman ibu tentang bahasa Arab. Pada tanggal

15%

58%

27%

Pemahaman Ibu tentang Bahasa Arab

Memahami Bahasa Arab

Tidak Memahami Bahasa Arab

Sedikit Memahami Bahasa Arab

Page 84: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

59

Tidak hanya pemahaman seorang ibu yang dituangkan

dalam angket akan tetapi pemahaman ayah terhadap bahasa Arab

pun tidak luput dari pernyataan dalam angket. Hal ini ditujukan

untuk melihat apakah ketika ayah dan ibu memiliki pemahaman

tentang bahasa Arab kemudian digunakan untuk berkomunikasi

sehari-hari di rumah akan membawa pengaruh terhadap bahasa

pertama anak dan menjadi faktor pendukung dalam memperoleh

bahasa Arab sebagai bahasa kedua.

Hasil temuan tentang pemahaman ayah terhadap bahasa

Arab bahwa sebanyak 2 santri mengisi kolom paham, 16 lainnya

mengisi kolom tidak paham, sebanyak 7 santri mengisi kolom

kadang-kadang dan 1 tidak mengisi kolom paham, tidak paham

ataupun kadang-kadang. Presentasi dari pemahaman ayah tentang

bahasa Arab dapat dilihat dari grafik di bawah ini:17

Gambar 6. Pemahaman Ayah Tentang Penggunaan Bahasa

Arab

Dari gambar 5 dan 6 di atas menjelaskan tentang

pemahaman ibu dan ayah tentang bahasa Arab. Kemudian peneliti

16 April 2014. Ia mengatakan bahwa ibunya sering sekali mengajari beberapa

kosa-kata dalam bahasa Arab sebelum ia masuk ke pesantren. 17

Hasil Angket Poin Latar Belakang Bahasa Santri Item ke-4 tentang

pemahaman seorang ayah terhadap penggunaan bahasa Arab.

8%

61%

27%

4%

Pemahaman Ayah tentang Bahasa Arab

Paham

Tidak Paham

Kurang Paham

Tidak Mengisi

Page 85: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

60

tinjau ada salah seorang santri yang ayah dan ibunya memahami

bahasa Arab sehingga kolom pernyataan terakhir tentang latar

belakang bahasa santri mengisi dengan pernyataan bahwa kedua

orang tuanya sering menggunakan bahasa Arab untuk

berkomunikasi sehari-hari. Ia menjelaskan bahwa kedua orang

tuanya adalah alumni dari salah satu pondok pesantren modern di

pulau Jawa dan saat ini kedua orang tuanya menjadi pengajar di

Pondok Pesantren Modern Assa‟adah tempat peneliti melakukan

penelitian ini. Ia menjelaskan dari kecil ia sudah hidup di

lingkungan pesantren dan kedua orang tuanya pun sering

menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi walaupun masih

dikombinasikan dengna bahasa Indonesia.18

Dari pemaparan dan temuan-temuan yang peneliti dapat

mengenai bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi di rumah

baik dengan keluarga ataupun dengan teman-teman di lingkungan

rumah, dominan menggunakan bahasa Indonesia. Ditambah dengan

santri yang menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah

secara bersamaan dalam berkomunikasi. Hal tersebut yang

akhirnya mempengaruhi terhadap pembelajaran bahasa kedua/Arab

terutama dalam pemerolehan bahasa Kedua/Arab.19

Keberagaman bahasa yang melatarbelakangi para santri

sebenarnya bukan merupakan masalah untuk pengembangan

bahasa asing di Pondok Pesantren Modern Assa‟adah Pasirmanggu

Cikeusal Serang. Pembelajaran yang berbasis langsung atau disebut

18

Hasil analisis angket poin latar belakang bahasa santri poin ke-5

tentang penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi oleh kedua orang tua.

Dan dilakukan wawancara pada tanggal 16 April 2014 kepada santri yang

bersangkutan yang kedua orang tunya adalah salah seorang pengajar di Pondok

Pesantren Modern Assa‟adah. Dan ia sudah tinggal di lingkungan pondok

pesantren sejak ia umur 5 tahun. 19

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, 126. Ellis

menambahkan bahwa bahasa pertama dipandang sebagai faktor yang

berpengaruh atau faktor pendukung terhadap perkembangan bahasa kedua. Hal

ini disebabkan karena proses pembelajaran bahasa itu terjdi, ditambah dengan

kecakapan pelajar pun mengalami perkembangan terus. Ellis, Understanding

Second Language Acquisition (Oxford: Oxford University Press, 1987), 19-40.

Page 86: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

61

direct learning20

dinilai sebagai model pembelajaran yang akurat

untuk membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa asing, bahasa Arab maupun bahasa Inggris.21

Model pembelajaran yang diterapkan terkait dengan latar belakang

bahasa yang berbeda-beda yaitu menggunakan pendekatan learning

by doing. Pemberian kosa-kata setiap pagi dari mulai kosa-kata

yang mudah, kemudian membuat kalimat dari setiap kosa-kata

yang telah diberikan.22

Pembelajaran secara langsung yang diterapkan di Pondok

Pesantren Modern Assa‟adah Pasirmanggu Cikeusal Serang, bukan

tidak menemukan kendala. Salah satu kendala yang ditemui dalam

menerapkan pembelajaran model ini adalah tingkat kesadaran baik

dari para santri atau pun para ustadz untuk benar-benar

menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa keseharian, seperti

halnya yang disampaikan oleh salah seorang ustadz. Ia menjelaskan

bahwa pengembangan bahasa Arab di pondok ini menemukan

kebuntuan. Di satu sisi sebagian menggunakan bahasa Arab dalam

berkomunikasi sehari-hari akan tetapi di sisi yang lain sebagian lagi

20

Direct learning atau dikenal dengan istilah al-T{ari>qah al-

Muba>sharah, cara belajar model ini atau pembelajaran dengan menggunakan

metode ini muncul akibat ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa

dengan metode gramatika terjemah dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan nyata di

masyarakat. Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar

bahasa kedua/Arab sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan

bahasa secara langsung dan intensif dalam berkomunikasi. Pembelajaran dengan

menggunakan metode ini lebih menekankan dua keterampilan berbahasa yaitu

menyimak dan berbicara sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan

kemudian. Lihat Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab

(Malang: Misykat, 2005), 35. 21

Hasil wawancara dengan salah seorang ustadz bagian pengembangan

bahasa, khususnya bahasa Arab. Hari Rabu pada tanggal 12 Maret 2014 pukul

21.30. 22

Observasi yang dilakukan peneliti dalam mengikuti kegiatan

pemberian kosa-kata setiap pagi setelah melaksanakan shalat subuh berjam‟ah

dan tadarus. Hal ini dilakukan untuk menambah pembendaharaan kosa-kata yang

dimiliki oleh para santri untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari dan juga

termasuk kedalam proses pengembangan bahasa terlebih pemerolehan bahasa

asing/Arab ataupun bahasa Inggris.

Page 87: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

62

tidak menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi. Hal ini

yang akhirnya menjadi tugas bersama untuk terus meningkatkan

kedisiplinan dalam berbahasa. Oleh karena itu dengan berbagai

karakter latar belakang bahasa Ibu yang berbeda-beda diharapkan

tetap dapat mengembangkan bahasa kedua sehingga mudah untuk

mempelajari dan memperolehnya.23

2. Interaksi Edukatif Dalam Pemerolehan Bahasa Arab

Pada dasarnya pemerolehan bahasa merupakan sebuah

proses yang terjadi di alam bawah sadar. Seorang pembelajar

bahasa akan memperoleh bahasa tidak selalu dalam keadaan sadar

akan kenyataan bahwa ia memakai bahasa untuk berkomunikasi.

Begitu juga dalam memperoleh bahasa kedua sama seperti halnya

pada proses pemerolehan bahasa pertama/ibu yaitu di alam bawah

sadar. Akan tetapi dalam menggunakan bahasa kedua ada yang

disebut dengan kompetensi berbahasa. Untuk mengembangkan

kompetensi dalam bahasa kedua dibutuh kan sebuah proses yang

disebut dengan belajar24

(belajar bahasa). Mengembangkan

23

Wawancara dengan salah seorang ustadz yang mengajar materi

kebahasaan. Hari Rabu Pada tanaggal 12 Maret 2014. Hal ini pun dibenarkan

oleh salah seorang ustadzah yang menjabat sebagai kepala sekolah SMP Plus

Assa‟adah. Ia mengatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran bahasa Arab di

Pondok ini adalah kurangnya kesadaran dari pribadi masing-masing untuk ikut

mengembangkan bahasa di Pondok ini. Namun hal itu dikatakan bukan

meruapakn sebuah kendala yang harus terus dipikirkan tanpa diberikan

solusinya. Inovasi-inovasi yang dilakukan di pondok ini untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa santri khususnya bahasa Arab terus dilakukan salah

satunya adalah dengan mengadakan id{a>fah yaitu pembelajaran bahasa di luar

kelas dengan mendidik santri kibar untuk menjadi pengajar bahasa atau

membimbing santri s}ighar dalam belajar bahasa Arab. Wawancara dengan

kepala sekolah SMP Plus Assa‟adah. Hari Kamis Pada Tanggal 10 April 2014. 24

Chomsky menjelaskan bahwa bahasa-bahasa sesungguhnya memiliki

perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan ini terletak

pada bunyi-bunyi, dan makna-makna atau disebut dengan tata bahasa. Hal ini lah

yang menjadi perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dengan

pemerolehan bahasa kedua. Dengan perbedaan tata bahasa tersebut dibutuhkan

proses belajar. Lihat Noam Chomsky, New Horizon in the Study of Language

and Mind (Cambridge: Cambridge University Press, 2000), 11.

Page 88: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

63

kompetensi bahasa kedua dengan proses belajar bahasa berarti

melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam keadaan

sadar atau menggunakan alam sadarnya. Seperti dalam mempelajari

kaidah-kaidah kebahasaan, mengetahui dan menyadari kaidah-

kaidah tersebut dan juga mampu untuk berbicara mengenai kaidah-

kaidah bahasa tersebut.25

pada penelitian ini bahasa Arab merupakan bahasa kedua

yang dipelajari oleh santri Pondok Pesantren Modern Assa‟adah

Pasirmanggu Cikeusal Serang. Tentu bahasa Arab dipelajari untuk

dijadikan sebagai alat komunikasi sehari-hari di pesantren. Dalam

mempelajari bahasa Arab ada materi-materi yang terkait dengan

materi bahasa secara global. Adapun materi-materi bahasa Arab

yang diajarkan di Pondok Pesantren Modern Assa‟adah seperti

yang terlihat dalam daftar pelajaran kepondokan di Assa‟adah.

No Mata Pelajaran TingkatanKelas Ket

MMI 1 دروس اللغت العربيت .1

MMI 6-2 علم النحو .2

MMI 5-2 علم الصرف .3

MMI 5-1 المحفوظاث .4

MMI 6-1 المطالعت .5

MMI 6-4 علم البالغت .6

MMI 6-2 إنشاء .7

MMI 6 فتح القاموس .8

MMI 6-1 قراءة الكتب التراث .9

المحاضرة والمحادثت واإلضافت .10

اللغويت

1-5 MMI

25

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, 144.

Page 89: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

64

Materi-materi di atas, diajarkan dengan pendekatan

Naz}ariyah al-Furu>’26

bukan dengan pendekatan All in One

System27

, sehingga pembelajaran bahasa Arab di Assa‟adah

berbasis cabang ilmu/terpisah. Bahasa Arab tidak diajarkan secara

sendiri akan akan tetapi cabang-cabang ilmu bahasa Arab diajarkan

terpisah dan memiliki porsi jam belajar yang beragam pula.

Proses belajar bahasa dengan tujuan untuk digunakan

sebagai alat komunikasi, memiliki hubungan erat dengan proses

pembelajaran bahasa Arab di Assa‟adah. Hal itu yang disebut

dengan interaksi yaitu adanya keterlibatan santri sebagai

pembelajar bahasa dan ustadz/guru sebagai fasilitator yang

mengajari bahasa Arab untuk melakukan sebuah interaksi dalam

belajar bahasa Arab. Dengan pembelajaran bahasa berbasis

terpisah, santri akan mengalami pengalaman interaksi lebih banyak

dibandingkan dengan santri dengan system terpadu. Tentunya

interaksi ini dilakukan untuk menstimulus pembelajaran bahasa

Arab sampai dengan santri memperoleh bahasa Arab.

Interaksi28

yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar

dikenal dengan istilah interkasi edukatif. Kemudian bagaimana

26

Sistem ini juga dikenal dengan istilah system terpisah-pisah atau

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Separated System. Dalam system ini

bahasa Arab dibagi ke dalam beberapa mata pelajaran atau dipecah menjadi

beberapa cabang ilmu bahasa Arab. Lihat Ahmad Fuad Effendy, Metodologi

Pengajaran Bahasa Arab, 79. 27

All in One System ini dikenal dengan system terpadu. System terpadu

ini digunakan melihat dari sudut pandang psikologi dimana tabiat atau cara kerja

otak dalam memandang sesuatu bersifat dari global ke bagian-bagian serta jika

dilihat dari sudut pandang kebahasaan system terpadu ini sejalan dengan tabiat

bahasa sebagai sebuah system, dan sesuai dengan realitas penggunaan bahasa

yang memadukan berbagai unsur dan keterampilan berbahasa secara utuh. Lihat

Ahmad Fuad Effendy, Metodlogi Pengajaran Bahasa Arab, 79-80. 28

Interaksi merupakan sebuah teori dalam peran bahasa pertama

terhadap pemerolehan bahasa kedua, teori ini biasa disebut dengan teori

fungsional atau teori interaksi. Teori ini menjelaskan tentang beberapa faktor

dalam pemerolehan bahasa antara lain adalah faktor bawaan dan faktor

lingkungan yang dimaksudkan untuk menjelaskan proses pemerolehan dan

pembelajaran bahasa. Lihat MA Bingjun, “What is the Role of L1 in L2

Acquisition?”, 32.

Page 90: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

65

interaksi edukatif ini menjadi salah satu faktor penting dalam

mempengaruhi pemerolehan bahasa Arab. Dalam sebuah lembaga

pendidikan lebih kecil lagi dalam sebuah kelas, tentunya terdiri dari

beberapa siswa yang memiliki perbedaan individual salah satunya

perbedaan kepribadian dari masing-masing siswa. Hal ini lah yang

perlu menjadi perhatian penuh dari seorang guru sehubungan

dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara

kondusif, sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.29

Perbedaan kepribadian tentunya terjadi di dalam setiap

kelas. Masalah ini disadari oleh guru sebagai suatu masalah yang

perlu diperhatikan lebih. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang

pengajar di Assa‟adah bahwa yang paling sulit dalam mengajarkan

sebuah materi adalah menemukan model pembelajaran yang dapat

diterima oleh masing-masing siswa dengan karakter kepribadian

yang berbeda.30

Dalam teori MBTI31

bahwa manusia terbagi ke dalam 16

tipe kepribadian yang terdiri dari 4 dimensi32

yang sudah

ditentukan. Keempat dimensi tersebut yang menjadi

karakter/kepribadian yang dibawa oleh setiap individu. Walau pun

pada perkembangannya kepribadian tersebut mampu dipengaruhi

oleh lingkungan sekitar. Karakter kepribadian anak didik menjadi

faktor keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Dari keempat

dimensi tersebut hanya satu dimensi yang menjadi kajian dalam

pebelitian ini yaitu kepribadian ekstrovert-introvert.

29

Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Murid dalam Interaksi Edukatif

Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 55. 30

Hasil wawancara dengan pengajar bahasa Arab kelas 1 MMI setara

dengan kelas 7 SMP pada hari rabu tanggal 12 Maret 2014. 31

diunduh dari http://www.yaminsetiawan.com/cgi-bin/test05.pl tgl 9

September 2013 13.39 WIB. 32

Adapun keempat dimensi yang terdiri dari 16 karakter kepribadian

antara lain adalah ekstravert-introvert, sensing-intuition, thinking-feeling, dan

judging-perceiving.

Page 91: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

66

Kepribadian ekstrovert-introvert sudah dijelaskan pada bab

sebelumnya bahwa, ekstrovert lebih cenderung terbuka dengan arti

individu ini memiliki ciri sociable, ia lebih pandai bergaul dan

lebih supel. Sedangkan introvert cenderung lebih tertutup. Ia lebih

nyaman dalam keadaan sunyi atau sendiri. Individu dengan

kepribadian ini lebih banyak diam dalam melakukan sesuatu.

Begitu pula dalam mempelajari bahasa kedua/Arab.

Interaksi yang dilakukan oleh guru dan murid menjadi

solusi dalam membantu proses pembelajaran bahasa kedua/Arab.

Pada dasarnya guru menjadi figur utama dalam proses

pembelajaran. Perbedaan kepribadian siswa tidaklah menjadi

sebuah masalah ketika guru menjadi figur yang mampu

menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Tentunya

pembelajaran yang menarik bukan hanya untuk sebagian siswa

saja, akan tetapi seluruh siswa merasakan kesenangan dalam proses

pembelajaran. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik

dengan peranan yang arif dan bijak, sehingga bagaimanapun

kepribadian siswa mereka akan merasa nyaman belajar, berdiskusi,

berinteraksi bersama seorang guru.33

Guru yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda

dengan siswa lainnya tentu akan berbeda dengan guru memandang

siswa sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam

segala hal. Maka penting meluruskan pandangan yang keliru dalam

menilai seorang siswa. Sebaiknya guru memandang siswa sebagai

makhluk individual dengan segala perbedaannya, sehingga mudah

melakukan pendekatan dalam pengajaran.34

3. Lingkungan Sosial Santri

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahir pun

33

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Murid dalam Interaksi Edukatif, 5. 34

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Murid dalam Interaksi Edukatif,

5-6.

Page 92: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

67

memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibunya.

Pada umumnya sikap dan kepribadian siswa ditentukan oleh

pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan, yang dilalui sejak

masih kecil. Pendidikan merupakan kebutuhan hidup dan ketentuan

jiwa. Begitu pula dalam mempelajari sebuah bahasa. Seorang anak

akan memperoleh bahasa pertamanya secara tidak sadar. Ia melalui

tahapan-tahapan pertumbuhan baik dari segi fisik ataupun dari segi

bahasa mereka. Anak yang lahir akan membawa sifat-sifat

keturunan, sehingga ia sudah memiliki pembawaan sejak lahir.

Pembawaan ini yang anak tumbuh dan berkembang. Adapun

lingkungan menjadi stimulan dari proses pertumbuhan dan

perkembangan seorang anak.35

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang

mempengaruhi proses belajar siswa. Lebih sempitnya lagi

lingkungan kelas merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian

penuh dan diciptakan dalam pembelajaran.36

Begitu pula dalam

pembelajaran bahasa Arab, perlu diciptakannya lingkungan

berbahasa Arab agar siswa mampu memperoleh bahasa.37

35

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Murid dalam Interaksi Edukatif,

53. Syaiful menjelaskan bahwa anak yang baru lahir belum ammpu menghadapi

kehidupan, akan tetapi ia tergantung pada lingkungan. Anak dengan sifat

pembawaannya akan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ia berpendapat

bahwa bakat tidak mampu tumbuh dan berkembang pada situasi yangtidka

sesuai. 36

Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab

(Jakarta: Beringin Mulia, 2008), 61. Disertasi di Universitas Negeri Jakarta;

Judul Asli „Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Assyafiiyah

Jatiwaringin Jakarta, Suatu Kajian Etnografi‟. 37

Maya Hickman dalam Paul Fletcher dan Micahel Garman

menjelaskan tentang pemerolehan bahasa terjadi secara aktif. Ketika seorang

anak memperoleh bahasa, mereka memperoleh system lambang yang sangat

berhubungan dengan dua hal yaitu aspek kognitif dan sosial dari kehidupan

mereka. Isu ini terbentuk dalam penilaian hubungan di antara sosial, bahasa, dan

proses kognitif yang berkembang di dalam diri siswa, tetapi tidak dibentuk

secara berlebihan. Jika kita melihat status suatu bahasa dalam dua teori

pengembangan bahasa anak, seperti yang dikembangkan oleh Piaget dan

Vygotsky, dalam hubungannya dengan proses interaksi sosial dan kognitif, maka

kebanyakan dari teori itu terjadi dalam satu bentuk atau lainnya, yaitu bagaimana

Page 93: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

68

Beverly Eisele mengusulkan elemen-elemen38

yang perlu

ditemukan dalam kelas-kelas bahasa dengan memberikan ciri-ciri

umum kelas bahasa yang baik antara lain sebagai berikut:

1. Siswa-siswa di dalam kelas-kelas bahasa dapat meningkat

melalui pengembangan tahap-tahap yang sesuai yaitu

dilibatkan dalam interaksi sosial sepanjang pembelajaran

dilakukan, membagikan tanggung jawab untuk proses

belajarnya, merasa senang dalam melakuka uji coba dan

pelatihan membaca dan menulis mereka tanpa merasa ragu

mendapatkan kritikan, dan mengevaluasi kemajuan mereka

sebagai bagian yang alamiah bagi seluruh pengalaman

belajarnya.

2. Guru-guru di dalam kelas-kelas bahasa sebaiknya

memandang siswa-siswinya sebagai sosok yang memiliki

kemampuan untuk belajar, menjadi pengamat dan pembantu

pelajar pada saat berinteraksi dengan siswa-siswanya,

mendemonstrasikan dan menciptakan model membaca dan

menulis, melayani sebagai seorang fasilitator bagi siswa

yang sedang melakukan belajar dan memberikan umpan

balik positif dan spesifik kepada para siswa.

3. Pembelajaran di dalam kelas-kelas bahasa dapat dalam

bentuk para guru membaca dan menulis yang otentik, guru

mengasumsikan bahwa isi dan proses belajar merupakan hal

sama-sama pentingnya, mengimplementasikan kegiatan-

kegiatan kelas yang mengarah pada pusat belajar dan

bermakna, membentuk integrasi proses bahasa melalui

bidang-bidang isi pembelajaran, menyediakan

bahasa, pikiran, dan interaksi sosial itu saling berhubungan dalam kehidupan

anak tersebut. Lihat Paul Fletcher dan Michael Garman, Language Acquisition

(London: Cambridge University Press, 1986), 3rd

Edition, 9. Seperti yang dikutip

oleh Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab, 60-61. 38

Syaiful Bahri Djamarah, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa

Arab, 62-63. Mengutip dari buku Beverly Eisele, Managing the Whole Language

Classroom: A Complete Teaching Resources Guide for K-6 Teachers (Cypress:

Creative Teaching Press, 1991), 4.

Page 94: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

69

literatur/bahan bacaan yang berkualitas untuk membantu

pengembangan baca-tulis, dan menjadikan pemberdayaan

siswa sebagai tujuan melalui proses pemilikan dan

pemilihan.

Menciptakan lingkungan bahasa39

disadari sebagai hal yang

penting. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang ustadz Pondok

Pesantren Modern Assa‟adah bahwa penerapan disiplin berbahasa

sebagai peraturan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh santri

dengan tujuan membentuk lingkungan berbahasa di pondok

tersebut.40

Penegakan disiplin berbahasa yang diterapkan oleh pondok

pesantren modern Assa‟adah pastinya terdapat berbagai macam

respon dari para santri. Begitu pula penciptaan lingkungan

berbahasa melalui kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan

berbahasa seperti Muh}a>dathah, Muh}a>d}arah, al-Id}a>fah al-

Lugha>wiyah, dan kegiatan pengembangan bahasa lainnya. Di

bawah ini bagan presentasi perbandingan respon siswa ekstrovert

dan introvert terhadap penciptaan lingkungan berbahasa melalui

kegiatan-kegiatan pengembangan bahasa.

39

Effendy menjelaskan bahwa lingkungan bahasa adalah segala sesuatu

yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa targetyang

sedang dipelajari. Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 165. 40

Hasil wawancara dengan salah seorang ustadz bagian pengembangan

bahasa pada tanggal 12 Maret 2014.

Page 95: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

70

Gambar 7. Respon Siswa Terhadap Penciptaan Lingkungan

Berbahasa

Dari data di atas dapat dilihat perbandingan antara respon

siswa dengan kepribadian ekstrovert dan respon siswa dengan

kepribadian introvert terhadap penciptaan lingkungan berbahasa di

Pondok Pesantren Modern Assa‟adah.

Pada unsur pertama siswa ekstrovert lebih banyak setuju

dibandingkan siswa introvert. Mereka siswa ekstrovert menilai

penciptaan lingkungan berbahasa dengan membuat madding yang

berisikan kosakata dalam bahasa Arab sangatlah membantu mereka

dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa Arab.

Berbeda dengan siswa introvert mereka menilai penciptaan

lingkungan berbahasa dengan membuat madding yang berisikan

kosakata dalam bahasa Arab hanya pada tingkatan cukup

membantu bukan sangat membantu. Hal ini dibuktikan dari respon

yang mereka isi sebanyak dua orang dari tiga belas siswa

responden dengan kepribadian introvert mengisi kolom netral. Jika

Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur 4 Unsur 5

Kepribadian Ekstrovert

6 2 2 7 1

Kepribadian Introvert

5 1 2 10 1

0

2

4

6

8

10

12

Respon Siswa Terhadap Penciptaan Lingkungan Berbahasa antara Siswa Ekstrovert dan Introvert

Page 96: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

71

dipresntasikan sekitar 15,38% dari 13 siswa introvert menyatakan

netral.41

Respon Siswa Ekstrovert terhadap Penciptaan Lingkungan

Berbahasa

Gambar 8. Respon Siswa Ekstrovert

Dari grafik di atas, pada unsur pertama tentang pamasangan

kosakata bahasa Arab di madding bahwa sebanyak 46%

menyatakan sangat setuju, 54% menyatakan setuju, sedangkan

yang menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju

sebanyak 0%. Pada unsur kedua tentang metode pemberian

kosakata baru melalui Koran, majalah atau media cetak lain bahwa

sebanyak 15% menyatakan sangat setuju, 77% menyatakan setuju,

8% menyatakan netral, sedangkan yang menyatakan tidak setuju

dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur ketiga tentang

pemutaran media audio berbahasa Arab dalam meningkatkan

pemahaman terhadap bahasa Arab bahwa sebanyak 15%

menyatakan sangat setuju, 46% menyatakan setuju, 31%

menyatakan netral, 8% menyatakan tidak setuju, sedangkan yang

41

Hasil angket item lingkungan bahasa di pesantren unsur pertama yang

menyatakan bahwa madding yang memuat kosakata dalam bahasa Arab sangat

membantu dalam mengembangkan keterampilan berbahasa Arab.

0

2

4

6

8

10

12

Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Unsur 1

Unsur 2

Unsur 3

Unsur 4

Unsur 5

Page 97: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

72

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur keempat

tentang pemberian sangsi atau hukuman kepada santri yang

melanggar peraturan atau disiplin berbahasa bahwa sebanyak 54%

menyatakan sangat setuju, 38% menyatakan setuju, 8%

menyatakan netral, sedangkan yang menyatakan tidak setuju dan

sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur kelima tentang

kegiatan yang menunjang pengembangan kompetensi berbicara

bahasa Arab bahwa sebanyak 8% menyatakan sangat setuju, 23%

menyatakan setuju, 23% menyatakan netral, 38% menyatakan tidak

setuju, dan 8% menyatakan sangat tidak setuju.42

Respon Siswa Introvert terhadap Penciptaan Lingkungan

Berbahasa

Gambar 9. Respon Siswa Introvert

Dari grafik di atas, pada unsur pertama tentang pamasangan

kosakata bahasa Arab di madding bahwa sebanyak 38%

menyatakan sangat setuju, 46% menyatakan setuju, 16%

menyatakan netral, sedangkan yang menyatakan tidak setuju dan

sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur kedua tentang metode

pemberian kosakata baru melalui Koran, majalah atau media cetak

lain bahwa sebanyak 8% menyatakan sangat setuju, 38%

42

Hasil ini didapat dari analisis angket item lingkungan bahasa di

pesantren, kepada 13 siswa ekstrovert sebagai responden.

0

2

4

6

8

10

12

Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Unsur 1

Unsur 2

Unsur 3

Unsur 4

Unsur 5

Page 98: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

73

menyatakan setuju, 38% menyatakan netral, 16% menyatakan tidak

setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur ketiga

tentang pemutaran media audio berbahasa Arab dalam

meningkatkan pemahaman terhadap bahasa Arab bahwa sebanyak

16% menyatakan sangat setuju, 23% menyatakan setuju, 38%

menyatakan netral, 23% menyatakan tidak setuju, sedangkan yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Pada unsur keempat

tentang pemberian sangsi atau hukuman kepada santri yang

melanggar peraturan atau disiplin berbahasa bahwa sebanyak 77%

menyatakan sangat setuju, 8% menyatakan setuju, 8% menyatakan

netral, 0% menyatakan tidak setuju dan 8% menyatakan sangat

tidak setuju. Pada unsur kelima tentang kegiatan yang menunjang

pengembangan kompetensi berbicara bahasa Arab bahwa sebanyak

8% menyatakan sangat setuju, 8% menyatakan setuju, 54%

menyatakan netral, 15% menyatakan tidak setuju, dan 15% juga

menyatakan sangat tidak setuju.43

Dari pemaparan dan temuan-temuan yang dianalisis tentang

aspek-aspek pemerolehan bahasa kedua/Arab bahwa pemerolehan

bahasa pertama ataupun kedua diperoleh di alam bawah sadar.

Perbedaan yang mendasar tentang pemerolehan bahasa kedua

adalah adanya stimulan-stimulan dari luar diri pembelajar bahasa

yang mendorong system pembawaan manusia menjadi berkembang

dari proses ke proses. Latar belakang bahasa atau bisa disebut

bahasa pertama/bahasa ibu memiliki pengaruh atau ikut

berkontribusi dalam pemerolehan bahasa kedua. Hal ini karena

dalam pemerolehan bahasa kedua terdapat kompetensi berbahasa

yang hanya didapat dengan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran inilah yang menstimulan piranti bawaan atau yang

disebut LAD (Language Acquisition Device) dalam memperoleh

bahasa kedua. Interaksi edukatif menjadi solusi terkait perbedaan

individu dari setiap siswa. Guru yang bertindak sebagai fasilitator

43

Hasil ini didapat dari analisis angket item lingkungan bahasa di

pesantren, kepada 13 siswa introvert sebagai responden.

Page 99: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

74

anak dalam belajar bahasa harus mampu melihat perbedaan dari

masing-masing siswa. Sedangkan lingkungan bahasa santri di

pesantren merupakan penciptaan suasana belajar langsung dalam

bahasa target yaitu menggunakan bahasa kedua/Arab sebagai

bahasa pengantar atau bahasa komunikasi sehari-hari.

B. Kepribadian Ekstrovert-Introvert dan Pemerolehan Bahasa

Arab

Ketika seorang guru berhadapan dengan muridnya di dalam

kelas, maka ia akan menemukan muridnya dengan berbagai

karakter. Perbedaan individual di setiap individu siswa menjadi

corak yang menarik dalam proses pembelajaran bahasa Arab.

Adapun dalam penelitian ini keunikan yang diamati dari setiap

individu adalah perbedaan kepribadian siswa.

Dalam teori MBTI yang sudah dijelaskan pada bab 2 bahwa

dari keempat dimensi kepribadian yang terdiri dari 16 tipe

kepribadian yang menjadi banyak ketertarikan untuk diteliti adalah

kepribadian ekstrovert dan introvert. Di mana kedua kepribadian

ini mewakili keempat belas tipe kepribadian yang lain. Karena pada

dasarnya keempat belas tipe kepribadian ini terdapat dalam 2

kepribadian ini ekstrovert-introvert.44

Bitchener, Young, dan Cameron menyatakan bahwa

kepribadian merupakan salah satu dari perbedaan individu

(Individual Differences) yang secara luas dibentuk untuk memiliki

hasil yang baik dalam melakukan sebuah pembelajaran pada

umumnya, lebih khusus lagi dalam pemerolehan bahasa kedua.

Berarti kepribadian memiliki hasil yang berbeda-beda sebagai

pembelajar bahasa yang mempelajari sebuah bahasa. Selain itu,

banyak sekali penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa

kontribusi saling bekerjasama antar siswa baik dengan kepribadian

44

Tommy, dkk, “Perbedaan Minat dalam Penggunaan Fungsi Internet

Berdasarkan Tipe Kepribadian”, Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005,

95.

Page 100: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

75

ekstrovert ataupun introvert menuai hasil yang positif terhadap

pembelajaran dan pemerolehan bahasa.45

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Reza tentang

pengaruh Self-Correction pada siswa ekstrovert-introvert terhadap

peningkatan kemampuan menulis mereka. Ia menyimpulkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara koreksi kesalahan menulis

oleh diri sendiri dengan koreksi kesalahan menulis oleh guru.

Koreksi sendiri memiliki efek yang lebih tinggi dibandingkan

koreksi yang dilakukan oleh guru dalam mengingkatkan

kemampuan menulis. Sedangkan tidak adanya keterkaitan baik itu

siswa kepribadian ekstrovert atau pun introvert dalam

meningkatkan kemampuan menulis siswa.46

Perbedaan kepribadian dari masing-masing siswa disadari

oleh para guru untuk dijadikan tolak ukur dalam menentukan

sebuah pembelajaran. Bagaimana ia mampu mengelola sebuah

kelas, ketika individu yang ada dalam kelas tersebut berbeda. Mulai

dari menentukan pendekatan yang akan digunakan, metode yang

akan dipakai hingga teknik apa yang baik untuk pembelajaran

berbasis perbedaan individu. Seorang ustadz yang mengajar bahasa

Arab di tingkat 1 MMI (setara kelas VII SMP) mengatakan bahwa

mengajarkan bahasa Arab tidak hanya memberikan materi bahasa

Arab kepada siswa. Akan tetapi bagaimana materi yang

disampaikan dapat diterima oleh setiap individu. Yang menjadi

kesulitan baginya adalah membuat model pembelajaran yang sesuai

dengan perbedaan kepribadian tersebut. Karena terkadang ada

sebagian siswa yang tidak merasa nyaman dengan pembelajaran

45

Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-Correction on Extrovert and

Introvert Students in EFL Writing Progress”, Journal of English Language

Teaching Vol. 4, No. 2, June 2011, 162. 46

Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-Correction on Extrovert and

Introvert Students in EFL Writing Progress”, Journal of English Language

Teaching Vol. 4, No. 2, June 2011, 166.

Page 101: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

76

yang lakukan olehnya. Ia menilai bahwa santri yang lebih terlihat

ramai47

yang tanggap terhadap pembelajaran apapun.48

Pengetahuan tentang kepribadian merupakan hal yang

penting. Terutama di dalam lingkungan pembelajaran. Kepribadian

merupakan unsur yang menentukan keakraban hubungan antara

guru dengan anak didiknya. Memahami kepribadian siswa tentu

harus bercermin kepada kepribadian diri sendiri. Kepribadian

sejatinya adalah hal yang abstrak yang tidak dapat dilihat hanya

penampilan atau bekasnya saja yang dapat dilihat dari segala aspek

kehidupan. 49

Alexander Meikeljohn mengatakan bahwa tidak seorang

pun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati kecuali bila dia

menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha

untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang

dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar

dan kesulitan lainnya di luar masalah belajar, yang bisa

menghambat aktivitas belajar anak didik, maka guru tersebut akan

disenangi anak didiknya.50

Pada penelitian yang dilakukan oleh Reza menjelaskan

bahwa tidak adanya pengaruh antara kepribadian seseorang

terhadap peningkatan kemampuan menulis bahasa Inggris. Baik

kepribadian ekstrovert ataupun kepribadian introvert tidak

memberikan efek terkait peningkatan kemampuan berbahasa.

Kepribadian seseorang merupakan bawaan yang bukan merupakan

faktor yang mempengaruhi progress kemampuan berbahasa

47

Ramai yang dimaksud adalah santri-santri yang cenderung aktif, lebih

terbuk, yang mencirikan dari santri dengan kepriabadian ekstrovert yaitu

kepribadian yang lebih sociable, terbuka dan aktif. 48

Hasil wawancara dengan ustadzh pengajar mata pelajaran bahasa

Arab (Duru>s al-Lughah al-‘Arabiyah) kelas 1 MMI (setara dengan kelas VII

SMP), pada tanggal 3 April 2014 pukul 13.30 WIB. 49

Syaiful B Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

40-41. 50

Syaiful B Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

41.

Page 102: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

77

seseorang. Kepribadian hanya menjadi faktor penentu terhadap

faktor-faktor lain dalam meningkatkan kemampuan berbahasa

seperti faktor lingkungan, faktor pembelajaran dan lain

sebagainya.51

Teori pemerolehan bahasa yang dipelopori oleh Chomsky

bersifat natural (alamiah) yaitu manusia memiliki piranti bahasa

dalam dirinya yang sudha dibawa sejak manusia itu dilahirkan di

muka bumi. Piranti bahasa tersebutlah yang menjadi dasar manusia

memiliki bakat untuk berbahasa. Dalam penelitian ini tipologi

kepribadian pembelajar akan dibagi berdasarkan struktur

kepribadian Carl Gustav Jung dengan menggunakan tes psikologi

Myers Briggs Tupe Indikator (MBTI). Dijeaslkan sebelumnya

bahwa ada 4 dimensi kepribadian, namun hanya 1 dimensi yang

akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kepribadian ekstrovert-

introvert.

Dalam penelitian ini pemerolehan bahasa kedua dikaitakan

dengan kepribadian dari pemeroleh bahasa. Dari hasil tes

kepribadian dengan menggunakan tes MBTI didapat sebanyak 26

santri dengan kadar ekstrovert-introvert dominan. Dari 26 santri

yang dijadikan responden 13 santri dengan kepribadian ekstrovert

dominan dan 13 santri dengan kepribadian introvert dominan.

Pengambilan sampel ini didasari dengan teknik sampling seperti

yang sudah dijelaskan pada bab I.

Ada perbedaan yang cukup signifikan dalam penentuan

kepribadian ekstrovert dengan menggunakan tes MBTI tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari grafik perbandingan dibawah ini:

51

Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-Correction on Extrovert and

Introvert Students in EFL Writing Progress”, Journal of English Language

Teaching Vol. 4, No. 2, June 2011, 166. Dalam melakukan penelitian ini Reza

menyusun tiga rumusan masalah sebagai landasan untuk menganalisis hasil dari

temuan yang ia dapat. Adapun dua dari tiga rumusan tersebut adalah apakah ada

hubungan antara kepribadian ekstrovert dengan kemapuan menulis siswa, dan

apakah ada hubungan antara kepribadian introvert dengan kemampuan menulis

siswa.

Page 103: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

78

Gambar 10. Grafik Test MBTI

Grafik di atas menggambarkan tentang perbedaan poin dari

tes MBTI terkait pengklasifikasian kepribadian menjadi

kepribadian ekstrovert dan introvert. Digambarkan pada grafik

tersebut pemerolehan poin yang cukup tinggi terjadi di kepribadian

ekstrovert. Kepribadian ekstrovert yang dominan rata-rata memiliki

14 poin bahkan tertinggi 15 poin dari 15 item pernyataan tes MBTI.

Sedangkan pada kepribadian introvert dominan cenderung hanya

mendapat poin 8-12 poin saja dari 15 item pernyataan tes MBTI.52

Pada penelitian-penelitian sebelumnya kepribadian

ekstrovert dinyatakan sebagai kepribadian yang baik selaku

pembelajar bahasa. Seperti yang diutarakan oleh Pritchard (1952)

and Pimsleur, Sunland, and Meintyre bahwa pembelajar ekstrovert

merupakan stereotype yang unggul sebagai pembelajar yang baik.

Begitupula dalam penelitian Reza, beberapa guru membenarkan

prinsip tersebut dengan mengatakan bahwa siswa ekstrovert lebih

memiliki jiwa sosial yang tinggi, lebih berani untuk mengambil

resiko, lebih konsekuen, mereka akan cenderung untuk belajar

52

Grafik perbandingan kepribadian ekstrovert-introvert dari hasil tes

MBTI yang disebar keseluruh santri kelas 1 MMI (setara dengan kelas VII SMP)

sebanyak 137 santri dan didapat 13 santri dengan nilai dominan kepribadian

ekstrovert dan 13 santri dengan nilai dominan kepribadian introvert.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13

Ekstrovert

Introvert

Page 104: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

79

lebih cepat, dan lebih baik dibandingkan dengan mitra mereka yaitu

introvert.53

Ada perbedaan yang mencolok antara kepribadian

ekstrovert dan introvert dalam mempelajari bahasa Arab sampai

tahap pemerolehan bahasa. Dari hasil pengamatan di pondok

pesantren modern Assa‟adah pada santri kelas 1 MMI terhadap dua

tipe kepribadian tersebut bahwa santri ekstrovert cenderung

antusias dalam mengikuti kegiatan Id}a>fah54

. Mereka memanfaatkan

kegiatan tersebut sebagai waktu untuk mempelajari bahasa Arab di

luar waktu jam pelajaran dengan artian di luar jam kelas.

Santri dengan kepribadian ekstrovert lebih banyak bertanya

dan lebih cepat mengerti tentang materi-materi bahasa Arab yang

disampaikan. Mereka cenderung lebih berani mengambil resiko

dibandingkan dengan santri berkepribadian introvert. Hal ini

dibuktikan dengan santri ekstrovert cenderung menggunakan

bahasa Arab walau pun tata bahasa dan struktur yang mereka

gunakan salah. Hal yang terpenting bagi mereka adalah

53

Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-Correction on Extrovert and

Introvert Students in EFL Writing Progress”, Journal of English Language

Teaching Vol. 4, No. 2, June 2011, 162. Hal ini juga serupa dengan yang

diutarakan oleh pengajar bahasa Arab kelas 1 MMI, ia mengatakan bahwa lebih

sulit mengajarkan santri yang cenderung pendiam kurang suka bergaul

dibandingkan dengan mengajarkan santri yang cenderung aktif, banyak bertanya,

pandai bergaul. Mengajarkan santri dengan pribadi yang diam perlu pendekatan

yang lebih dan cenderung lebih tertutup tidak ingin belajar dengna kondisi ramai

atau pun bising. Mereka lebih suka bertatap langsung dengan guru bertemu di

luar jam kelas untuk bertanya pertanyaan yang tidak mereka pahami

dibandingkan dengan bertanya langsung pada saat pelajaran berlangsung. Hasil

wawancara dengan ustadz pengajar mata pelajaran bahasa Arab kelas 1 MMI,

pada tanggal 3 April 2014 pukul 13.30 WIB. 54

Kegiatan ini merupakan salah satu dari kegiatan yang dibuat oleh

pesantren sebagai cara untuk mengoptimalkan pengembangan bahasa. Adapun

jadwal kegiatan ini dibagi menjadi tiga waktu, yaitu kegiatan untuk

mengembangkan Tila>wah al-Qura<n dilaksanakan setiap malam minggu, kegiatan

untuk pengembangan bahasa Inggris dilaksanakan setiap malam selasa, dan

sedangkan kegiatan untuk mengembangkan bahasa Arab dilaksanakan setiap

malam kamis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar

yang lebih bagi para santri khususnya untuk mengembangkan kompetensi

mereka dalam berbahasa asing.

Page 105: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

80

menggunakan bahasa Arab dan tidak melanggar disiplin berbahasa.

Berbeda dengan mitra mereka, santri dengan kepribadian introvert

cenderung lebih diam dan sedikit bicara dibandingkan harus

berbicara dengan tata bahasa dan struktur yang salah. Dengan

mereka diam, tentunya mereka tidak akan masuk dalam kategori

yang melanggar disiplin berbahasa, karena mereka tidak berbicara

dan tidak menggunakan bahasa yang salah. Santri introvert sedikit

berbicara sehingga ia mampu merangkai kata terlebih dahulu untuk

berbicara dengan bahasa Arab. Berbeda dengan santri ekstrovert

mereka lebih spontan menggunakan baahsa untuk berkomunikasi

walaupun bahasa yang mereka gunakan jauh dari harapan atau

tidak menggunakan struktur bahasa yang baik.55

Para guru bahasa kedua harus mengidentifikasi dan

memahami perbedaan karakteristik yang signifikan di antara para

pembelajar sehingga dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan

kegiatan edukatif di kelas yang berdampak pada pemerolehan

bahasa kedua. Hal ini akan memberikan pengajaran yang efektif

dan sensitive.56

Sebab adanya perbedaan karakteristik pembelajar

dapat menyebabkan terjadinya perbedaan materi, metode, dan

55

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap santri ekstrovert-

introvert setiap mengikuti kegiatan pengembangan baasa Arab yaitu

dilaksanakan setiap malam kamis. Dari minggu ke minggu pengamatan yang

peneliti lakukan mendapatkan temuan bahwa santri ekstrovert memang lebih

sering menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi dalam kegiatan tersebut

walau pun bahasa mereka terkesan dipaksakan. Bahasa Arab yang mereka

gunakan masih diimbuhi dengan tambahan-tambahan bahasa Indonesia seperti

geh, lah, sih dan lain sebagainya. Salah satu contoh adalah ketika salah seorang

santri ingin meminjam pulpen atau buku bahasa Arab yang benar seharusnya

seperti ini Asta’irru Minka Qalaman akan tetapi bahasa Arab yang mereka

ucapkan adalah Asta’ir Qalam sih, 56

M.E. Ehrman, “Personality, Language Learning Aptitude and

Program Structure”, Makalah, 1995b dan Oxford & M.E. Ehrman, “Second

Language Research on Individual Differences”, Annual Review of Applied

Linguistic, 4, 65-94, 1993 dalam Patricia L Carrel, at all, “Personality Type and

Language Learning in EFL Context”, Language Learning, 46, No. 1 March

1996, 76. Seperti yang dikutip oleh Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis

Tugas, Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, Tesis

di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, 102.

Page 106: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

81

pendekatan dalam pembelajaran.57

Lebih lanjut Moody mengatakan

bahwa kebanyak kepribadian seseorang ditentukan oleh genetika,

perkiraannya antara 50%-80%. Kebiasaan-kebiasaan seseorang

mungkin berubah, akan tetapi dasar-dasar kepribadiannya tidak

berubah.58

C. Framework Model Pemerolehan Bahasa Arab Bagi

Kepribadian Esktrovert-Introvert

Seseorang dengan kepribadian ekstrovert memang

cenderung lebih mudah bergaul dibandingkan dengan seseorang

dengan kepribadian introvert. Hal ini seperti yang sudh

disampaikan oleh Pritchard (1952) and Pimsleur, Sunland, and

Meintyre bahwa pembelajar ekstrovert merupakan stereotype yang

unggul sebagai pembelajar yang baik. Begitupula dalam penelitian

Reza, beberapa guru membenarkan prinsip tersebut dengan

mengatakan bahwa siswa ekstrovert lebih memiliki jiwa sosial

yang tinggi, lebih berani untuk mengambil resiko, lebih konsekuen,

57

McCaulley & Frank Natter, Psychology (Myers-Briggs) Type

differences in Education, Gainesville, FL: Centre for Aplication of

Psychologycal Type, 1980 dalam Raymond Moody, “Personality Preferences

and Foreign Language Learning”, The Modern Language Journal, 72 No. 4

Winter 1988, 389. Seperti yang dikutip oleh Yuan Martina Dinata, “Pendekatan

Berbasis Tugas, Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan Berbicara Bahasa

Arab”, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008,

102.

Lihat juga “Konsep Pendidikan Ilmu Maskawaih tentang peserta dan

Pembelajar Didik”, dalam Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan

Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Cet. III, 2003), 17. Menurut Ibnu Maskawaih tentang konsep peserta didik,

menurutnya peserta didik meupakan sasaran kegiatan pengajaran dan pendidikan

perlu mendapatkan perhatian. Perbedaan individual pembelajar dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan materi, metode, pendekatan, dan sebagainya,

sehingga dalam memilih metode mengajar tertentu guru perlu memperhatikan

aspek perbedaan individual pembelajar tersebut. Dikutip oleh Yuan Martina

DInata, “Pendekatan Berbasis Tugas, Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan

Berbicara Bahasa Arab”, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008, 102. 58

Raymond Moody, “Personality Preferences and Foreign Language

Learning”, 389.

Page 107: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

82

mereka akan cenderung untuk belajar lebih cepat, dan lebih baik

dibandingkan dengan mitra mereka yaitu introvert.59

Begitu pula dalam memilih lingkungan belajar, siswa

dengan kepribadian ekstrovert cenderung lebih memilih lingkungan

belajar face-to face, sehingga mereka dapat berhubungan dengan

orang lain. Sedangkan siswa dengan kepribadian introvert

cenderung lebih memilih lingkungan belajar secara tertutup dari

pada lingkunga face-to face, karena dengan lingkungan tertutup

dapat memberikan waktu untuknya merefleksikan inner world-

nya.60

Dampak dari dua kepribadian tersebut adalah kekurangan

yang dimiliki oleh kepribadian introvert. Mereka tidak akan

sesukses kepribadian ekstrovert dalam mempelajari bahasa

kedua/Arab. Dengan perbandingan cara dan gaya belajar antara dua

kepribadian tersebut, jelas akan menimbulkan hasil yang berbeda

pula. Dengan dikatakan bahwa pembelajar ekstrovert akan lebih

sukses karena pembelajar dengan kepribadian ini cenderung lebih

mudah bergaul dan tidak takut untuk mengambil resiko terhadap

apa yang akan ia lakukan.

Adapun model pemerolehan bahasa Arab bagi kepribadian

ekstrovert dan introvert sebenarnya adalah pendekatan apa yang

digunakan oleh guru untuk memberikan pembelajaran kepada

mereka, sesuai dengan tipe kepribadian tersebut. Seyogyanya guru

perlu memperhatikan kepribadian anak didiknya. Agar metode,

pendekatan yang digunakan lebih bervariatif. Walaupun pada

59

Reza Hajimohammadi, “Impact of Self-Correction on Extrovert and

Introvert Students in EFL Writing Progress”,….162, 60

Russel menemukan dalam penelitiannya bahwa pembelajar ekstrovert

lebih cenderung memilih lingkungan belajar yang terbuka (face-to face). Ia pun

menemukan bahwa pembelajar introvert cenderung memilih lingkungan belajar

yang tertutup karena hal ini dapat memberikan watu untuknya merefleksikan

inner world-nya. Dikutip oleh Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis

Tugas, Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab, ….

127 dari Russel, Russel, A. “MBTI® Personality Preferences and Diverse Online

Learning Experiences, School Libraries Worldwide, 8(1), 25-40. 2002.

Page 108: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

83

kenyataan lebih banyak pembelajar dengan kepribadian ekstrovert

dibandingkan dengan pembelajar berkepribadian introvert.

Raymodn Moody61

memberikan saran gaya belajar/metode

pembelajaran yang disesuaikan dengan tipe kepribadian dengan tes

MBTI untuk dimensi ekstrovert-introvert sebagai berikut:

a. Ekstrovert: 1) mereka belajar dengan fakta-fakta yang

spesifik, 2) melalui aksi spontan, 3) dimulai dengan contoh

dahulu (induktif), 4) berbicara, diskusi dengan kelompok, 5)

interaksi sosial, 6) tes lisan, 7) aplikasi secara praktek dan

aktivitas-aktivitas psikomotor

b. Introvert: 1) belajar mengenai ide-ide, hubungan-hubungan,

2) berfikir yang membutuhkan konsentrasi tinggi, 3) belajar

dimulai dari aturan-aturan (deduktif), 4) membaca/alasan

verbal, 5) belajar/bekerja sendiri, 6) tes tertulis, 7) belajar

konsep.

Jika dalam pembelajaran bahasa kedua/Arab lebih dominan

ekstrovert maka metode yang digunakan oleh guru sesuai dengan

metode yang cocok dengan ekstrovert. Akan tetapi sebaiknya guru

lebih menggunakan beberapa metode dalam mengajar tujuannya

adalah agar lebih variatif pembelajaran bahasa kedua/Arab.

61

Raymond Moody, “Personality Preferences and Foreign Language

Learning”, 391. Dikutip oleh Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis Tugas,

Kepribadian Ekstrovert, dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, 128.

Page 109: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

84

Page 110: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

85

BAB IV

IMPLEMENTASI PEMEROLEHAN BAHASA ARAB DI

PONDOK PESANTREN PADA SANTRI EKSTROVERT

Pada bab III sudah dibahas mengenai temuan-temuan

terkait proses pemerolehan bahasa Arab berbasis kepribadian

ekstrovert. Santri dengan kepribadian ekstrovert lebih dipengaruhi

oleh dunia yang objektif. Pada pembahasan sebelumnya telah

dijelaskan bahwa ada pengaruh lingkungan sosial terhadap

kepribadian ekstrovert dalam memperoleh bahasa kedua/Arab. Hal

ini disebabkan oleh pikiran, perasaan, dan tindakannya yang lebih

banyak ditentukan oleh lingkungan di luar dirinya, baik itu

lingkungan sosial atau pun lingkungan non sosial.

Pada bab IV ini membahas tentang analisis hasil temuan-

temuan terkait proses pemerolehan bahasa kedua/Arab yaitu

mengenai implementasi pemerolehan bahasa Arab pada santri

dengan kepribadian ekstrovert. Dalam bab ini pula dibahas

mengenai bagaimana ciri-ciri khusus pada santri ekstrovert dalam

memperoleh bahasa kedua/Arab, kemudian implementasi

keterampilan berbicara pada santri ektrovert dapat membantunya

mengembangkan bakat berbahasa, serta program pemerolehan dan

pembelajaran bahasa Arab.

A. Pemerolehan Bahasa Arab pada Santri Ekstrovert

Pemerolehan bahasa1 atau biasa disebut dengan akuisisi

bahasa terjadi melalui proses yang tidak disadari oleh seseorang.

Tatkala anak kecil mulai berlatih bicara tentu dengan proses

pembelajaran terus menerus baik dengan cara meniru atau apa pun

1 Krashen membedakan istilah pemerolehan bahasa dan pembelajaran

bahasa. Pemerolehan bahasa merupakan terbentuknya kreativitas berbahasa

dalam berkomunikasi yang dilakukan secara tidak sadar, sedangkan

pembelajaran bahasa adalah proses mencari tahu kaidah-kaidah bahasa melalui

jalur pembelajaran secara sadar. Lihat Stephen D Krashen, Second Language

Acquisition and Second Language Teaching (Oxford: Pergamon Press, 1983),

16.

Page 111: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

86

tanpa mereka sadari hingga mereka mampu berbicara. Kemudian

dengan semakin mereka mengalami pertumbuhan juga terhadap

fungsi indra bicaranya mereka semakin lancar melafalkan kata

demi kata, dan semakin jelas huruf-huruf yang mereka lafalkan.2

Pemerolehan bahasa kedua yang terjadi pada santri

ekstrovert, didominasi oleh ciri-ciri khusus yang melekat dalam

kepribadian ekstrovert antara lain adalah Risk-Taking, Motivatonal,

dan Sociable. Berikut di bawah ini analisis hasil temuan tentang

ketiga ciri khusus pada santri ekstrovert dalam mempelajari dan

memperoleh bahasa Arab di pondok pesantren modern.

1. Risk-Taking

Risk-Taking kerap diidentikkan dengan seseorang dengan

kepribadian ekstrovert. Brown3 menyatakan bahwa banyak sekali

orang di dunia ini tidak berani atau tidak sanggup untuk mengambil

risiko khususnya dalam konteks pembelajaran. Sebaliknya mereka

justru cenderung mendorong ke arah yang benar dengan maksud

tidak mengambil risiko, mereka lebih memilih jawaban yang tepat,

atau tanpa usaha untuk menebak terkecuali sampai salah satu dari

pernyataan itu sudah pasti benar.

Risk-Taking disebut sebagai suatu sifat dalam diri manusia

yang mendorong untuk melakukan sesuatu tanpa harus takut untuk

2 Pandangan seperti tersebut didasarkan pada temuan-temuan hasil

penelitian dari para peneliti terkemuka dalam bidang pemerolehan bahasa

pertama. Seperti halnya Lois Bloom (1975) mengemukakan bahwa apa yang

diketahui oleh sang anak mengenai dunia menentukan apa yang dipelajarinya

mengenai bahasa, mengacu kepada karyanya sendiri (1973) dan juga pada karya-

karya Macnamara (1972), Sinclair (1970), dan Slobin (1973). Slobin (1973)

mengemukakan serta mengusulkan prinsip operasi yang akan diterapkan pada

upaya belajar atau mempelajari suatu bahasa hal ini didasari atas data dari telaah-

telaah perkembangan sejumlah bahasa. Beliau mempostulasikan bahwa

mempelajari semantic akan bergantung pada perkembangan kognitif, dan bahwa

anak-anak akan berbicara mengenai apa yang telah mereka ketahui, dengan atau

tanpa memiliki struktur formal untuk berbuat seperti itu. Lihat Henry Guntur

Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa (Bandung: Angkasa, 2011), 99. 3 H. Douglas Brown, Teaching by Principles: An Interactive Approach

to Language Pedagogy (New York: Addition Welsey: Longman, Inc, 2001), 63.

Page 112: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

87

membuat kesalahan. Sehingga dalam konteks pembelajaran dapat

diartikan sebagai suatu tindakan tidak takut salah untuk memulai

sebuah pembelajaran.4

Dalam sebuah studi dikatakan bahwa risk-taking sebagai

sebuah ciri dari kepribadian seseorang. Doernyei (1990), Ehrman

(1996), Gardner (1980), Maclntyre dan Charos (1996), telah

melakukan sebuah penelitian tentang aspek-aspek keberhasilan

pembelajaran bahasa serta kegagalannya. Mereka menetapkan

adanya tujuh aspek sebagai faktor afektif seseorang dalam

keberhasilan pembelajaran dan kegagalannya antara lain akulturasi,

ego, kepribadian, emosi, kepercayaan, sikap, dan motivasi.

Sedangkan risk-taking seperti yang disebutkan di atas merupakan

sebuah ciri dari kepribadian.5

Risk-taking merupakan salah satu bagian dari sebuah

kepribadian. Risk-taking erat hubungannya dengan kepribadian

seseorang dalam mempelajari sebuah bahasa, terutama dalam

memperoleh bahasa kedua atau bahasa asing. Sikap berani untuk

melakukan kesalahan merupakan kunci sukses dalam sebuah proses

pembelajaran. Begitu pula dalam proses pembelajaran bahasa

kedua atau pun bahasa Asing, sikap tersebut sangat dibutuhkan

agar pembelajar mempunyai keinginan untuk memulai walau pun

banyak kesalahan yang diucapkan dalam proses pembelajaran

bahasa kedua.6 Risk-taking banyak didefinisikan sebagai suatu

keadaan di mana seorang individu harus membuat keputusan yang

melibatkan pilihan antara alternatif-alternatif dari keinginan yang

4 Elham Dehbozorgi, “Effects of Attitude towards Language Learning

and Risk-taking on EFL Student’s Proficiency”, International Journal of English

Linguistics, Vol. 2, No. 2, April 2012, 42. 5 Elham Dehbozorgi, “Effects of Attitude towards Language Learning

and Risk-Taking on EFL Students’s Proficiency”, 41. 6 Zafar Shahila and Meenakshi K., “A Study on the Relationship

Between Extroversion-Introversion and Risk-Taking in the Context of Second

Language Acquisition”, International Journal of Research Studies in Language

Learning, Vol. 1, Number. 1, 2012, 36.

Page 113: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

88

berbeda; hasil pilihan yang dipilih menjadi tidak pasti; dan ada

kemungkinan menemukan kegagalan.7

Menurut Brown8 sebuah interaksi

9 membutuhkan risiko

gagal untuk menghasilkan makna atau tujuan yang dimaksudkan,

kemudian gagal untuk menangkap atau menafsirkan makna yang

dimaksud, begitu juga membutuhkan risiko untuk ditertawakan,

dijauhi atau pun ditolak. Akan tetapi tentu saja buah atau imbalan

dari risiko tersebut pastinya sepadan dengan risiko yang diterima.

Hal ini juga berlaku pada proses pembelajaran bahasa. Mempelajari

sebuah bahasa, terutama bahasa kedua/Arab yang bukan

merupakan bahasa ibu yang sudah dikenal sejak lahir, tentunya

akan menemukan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahasa

kedua/arab tersebut. Sikap berani mengambil risiko dari setiap

kesulitan yang ditemui dalam prose pembelajaran justru akan

menerima imbalan dari menghadapi kesulitankesulitan tersebut.

Salah satu contoh saja bahwa seorang santri pondok pesantren

modern tidak akan pernah mampu untuk berbahasa asing ketika ia

tidak mau melalui proses yang namanya belajar. Kemudian dalam

menjalani proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran

bahasa kedua/Arab tentu menemui kesulitan-kesulitan seperti takut

untuk menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari

disebabkan takut salah ucap. Maka santri tersebut selamanya tidak

akan mampu untuk berbicara dengan menggunakan bahasa asing.

Oleh karena itu, sikap berani mengambil risiko merupakan sikap

yang ditujukan atas pilihan-pilihan yang didapat dalam menjalani

sebuah proses pembelajaran bahasa kedua/Arab.

7 Beebe dalam Zafar Shahila and Meenakshi K., “A Study on the

Relationship Between Extroversion-Introversion and Risk-Taking in the Context

of Second Language Acquisition”, 36. 8 H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching

(Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1994), 66. 9 Interaksi dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran

bahasa kedua/Arab.

Page 114: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

89

Data-data atau temuan terkait sikap berani mengambil

risiko dalam pembelajaran bahasa kedua/Arab di pondok pesantren

modern Assa’adah adalah responden yang tergolong dalam satnri

dengan kepribadian ekstrovert ketika mengikuti kegiatan

muh}a>d}arah. Sebagian mereka menjelaskan bahwa kegiatan ini

memang wajib diikuti oleh setiap santri di pondok modern.

Kegiatan ini menjadi salah satu penilaian untuk kenaikan kelas

yaitu masuk dalam kategori ekstrakulikuler wajib. Mereka juga

menjelaskan bahwa ketika mereka ditunjuk sebagai pembicara

(speaker) maka mereka mempersiapkan teks terlebih dahulu untuk

menjadi bahan bicara nanti.10

Brown11

juga menjelaskan bahwa kunci untuk memiliki

sikap berani mengambil risiko sebagai sebuah strategi

pembelajaran adalah bukan hanya dalam mengambil risiko saja

yang diutamakan akan tetapi bagaimana kita mampu mengambil

pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat.

Dalam kajian linguistik, sikap berani mengambil risiko atau

risk-taking didefinisikan sebagai kemampuan yang sangat antusias

untuk mencoba informasi atau hal yang baru dengan cara yang

bijak dan cerdas tanpa mempertimbangkan rasa malu.12

Risk-taking

tidak hanya menjadi salah satu dari sebagian area afektif dalam

10

Hasil pengamatan dalam penelitian dan wawancara dengan sebagian

responden dengan kepribadian ektrovert. Mereka menjelaskan dalam kegiatan ini

ada yang disebut dengan intisari yaitu menunjuk santri secara langsung dan

memberikan intisari dari teman-teman yang sudah berbicara menjadi speaker.

Walau tanpa persiapan, mereka lebih memilih untuk maju dan memberikan

intisari walau pun secara struktur bahasa disebut salah. Bagi mereka yang

terpenting adalah proses belajar dan berani mengambil risiko dibandingkan

dengan tidak mencoba untuk berani maju memberikan intisari dan akan

mendapatkan punishment. 11

H. Douglas Brown, Teaching by Principles: An Interactive Approach

to Language Pedagogy, 63. Brown menjelaskan bahwa ketika seseorang berisiko

untuk menggunakan teknik baru dalam suatu kelas, maka cobalah untuk

menggunakan pendekatan baru bagi siswa yang sulit, akan tetapi anda harus siap

untuk menerima kemungkinan gagal dalam usaha anda. 12

Fatemeh Shojaee and Rahman Sahragard, “The Effect of Risk-Taking

on Translation Quality of English Translation Student”, 2.

Page 115: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

90

sebuah faktor kepribadian akan tetapi juga merupakan satu dari

semua hal yang penting dalam pembelajaran bahasa kedua dan juga

dalam penelitian ini yaitu dalam pemerolehan bahasa kedua/Arab

yang terjadi di pondok pesantren modern.

Memiliki niat yang kuat untuk mencapai keberhasilan

belajar bahasa, harus diiringi dengan kesediaan pembelajar bahasa

untuk menyerap pengetahuan-pengetahuan yang baru dari guru

mereka. Dalam pembelajaran bahasa kedua/Arab para pelajar harus

memiliki keinginan untuk mendapatkan strategi serta mencoba

metode-metode yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang baik.

Hal ini tidak dapat tercapai terkecuali adanya interaksi antara para

pelajar13

dengan guru mereka serta untuk konsultasi. Hal ini dapat

terwujud jika adanya faktor risk-taking dalam diri masing-masing

individu santri. Sikap ini justru lebih diidentikkan dengan

kepribadian ekstrovert yang lebih terbuka dan cenderung berani

mengambil risiko.14

Elham Dehbozorgi (1985) telah melakukan sebuah studi

tentang Effects of Attitude towards Language Learning and Risk-

Taking on EFL Student’s Proficiency (Pengaruh Sikap terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Pengambilan Risiko pada Kemampuan

EFL Siswa) menyimpulkan bahwa ketika pembelajar memiliki

pemikiran yang negatif dalam mempelajari bahasa Inggris, maka

pengajaran terhadap materi tersebut akan menemukan kesulitan.

Oleh karena itu sikap positif menjadi hal yang sangat penting

dalam memasuki lingkungan baru yaitu mempelajari bahasa

baru/kedua.15

13

Dalam konteks ini adalah interaksi antara santri dengan usta>dh dan

usta>dhah mereka terutama bagian pengembangan bahasa. 14

Fatemeh Shojaee and Rahman Sahragard, “The Effect of Risk-Taking

on Translation Quality of English Translation Student”, 2. 15

Elham Dehbozorgi, “Effects of Attitude towards Language Learning

and Risk-Taking on EFL Student’s Proficiency”, International Journal of

English linguistics, Vol. 2., No. 2., 2012, 45.

Page 116: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

91

Akan tetapi dalam sebuah proses pembelajaran atau dalam

kacamata psikologis maka keberadaan siswa dengan kepribadian

introvert pun menjadi sangat penting. Dua kepribadian yaitu

ekstrovert dan introvert dalam sebuah proses pembelajaran bahasa

kedua/Arab memiliki porsi yang sama di dalam kelas. Hanya saja

salah satu di antara mereka berfikir untung akan tetapi salah satu

lainnya lebih berfikir tentang kerugian. Brown menjelaskan bahwa

seorang siswa yang diam16

di dalam kelas merupakan salah satu

dari sekian siswa yang tidak mau terlihat bodoh ketika melakukan

sebuah kesalahan.17

Dengan demikian bahwa sikap berani

mengambil risiko (risk-taking) merupakan bagian dari sikap yang

memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran bahasa

kedua/Arab terutama dalam proses memperoleh bahasa

kedua/Arab. Risk-taking yang cenderung ada pada santri dengan

kepribadian ekstrovert membantu mereka untuk mampu

mengembangkan kreatifitas mereka dalam menggunakan bahasa

kedua/Arab mereka dalam percakapan atau pun untuk

berkomunikasi sehari-hari. Dan risk-taking menjadi sikap yang

dimiliki oleh kepribadian ekstrovert yang menjadikan mereka

unggul dalam mempelajari bahasa kedua/Arab dan

mengaplikasikannya sebagai alat untuk berkomunikasi sehari-hari.

Juga sebagai bekal untuk mengembangkan diri dalam jangka

panjang.

2. Motivational

Pada bab sebelumnya sudah dibahas mengenai interaksi

edukatif dalam pemerolehan bahasa Arab. Dalam berinteraksi

tentunya timbul motivasi dalam proses berinteraksi. Motivasi

dalam pembelajaran menjadi sebuah stimulan untuk mendorong

16

Sikap diam cenderung diidentikkan pada seseorang dengan

kepribadian introvert. 17

Shahila Zafar and Meenakshi, “A Study on the Relationship between

Extroversion-Introversion and Risk-Taking in the Context of Second Language

Acquisition”, 38.

Page 117: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

92

keaktifan siswa dalam mempelajari bahasa kedua/Arab. Mc.

Donald mendefiniskan motivasi sebagai sebuah perubahan enerfi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.18

Ngalim Purwanto19

menjelaskan bahwa pada umumnya

motivasi merupakan suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu

organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) atau perangsang. Sehingga seorang santri dalam

menjalankan proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa

kedua/Arab akan mengalami perubahan tingkah laku yang

signifikan ketika adanya dorongan atau motivasi sebagai

rangsangan agar suatu tujuan dapat lebih cepat tercapai.

Memiliki kemampuan bahasa asing baik bahasa Inggris atau

pun bahasa Arab tidak lagi menjadi sebuah tuntutan di zaman

sekarang, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap

individu. Begitu pula bagi santri pondok pesantren modern, salah

satu tujuan dari pembelajaran bahasa Arab serta peraturan

penggunaan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari adalah

membekali para santri dengan penguasaan bahasa asing terutama

bahasa Arab dengan baik. Sehingga bahasa Arab bagi para santri

pondok pesantren modern bukan hanya menjadi sebuah materi

pelajaran atau pun peraturan yang harus dilaksanakan, akan tetapi

18

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2003), 73. 19

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Cet. 16 (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2000), 61. Dalam bukunya Purwanto menjelaskan bahwa

kajian mengenai motivasi tidak terlepas dari kajian tentang kebutuhan (need). Ia

menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan sesuatu, sedikit-banyaknya

didasari atas kebutuhan di dalam dirinya atau adanya sesuatu yang ingin dicapai.

Pembelajaran bahasa kedua/Arab di pondok pesantren modern adalah proses di

mana memiliki harapan agar para santri mampu menguasai bahasa asing dan

dapat digunakan untuk mengembangkan potensi diri. Oleh karena itu, bahasa

menjadi sebuah kebutuhan bagi santri untuk mempelajarinya. Kebutuhan

tersebut harus diimbangi dengan adanya pemberian stimulant dalam hal ini

adalah motivasi agar kebutuhan yang ingin dicapai dapat terwujud.

Page 118: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

93

bahasa Arab menjadi sebuah kebutuhan yang tidak hanya bersifat

fisiologis tetapi juga bersifat psikis.20

Kemudian kaitannya antara motivasi dengan kepribadian

seseorang baik kepribadian ekstrovert atau pun kepribadian

introvert dalam mempelajari dan memperoleh bahasa kedua/Arab,

adalah sebagai dorongan dan juga stimulan untuk kedua

kepribadian tersebut. Seseorang dengan kepribadian ekstrovert

lebih cenderung terbuka untuk menerima motivasi dibandingkan

dengan seseorang dengan kepribadian introvert. Motivasi bagi

sebagian individu terutama indiviu dengan kepribadian ekstrovert

menjadi hal penting karena mengandung tiga unsur antara lain

motivasi berarti menggerakkan21

, motivasi berarti mengarahkan22

,

dan motivasi berarti menopang23

dari tingkah laku manusia.24

Terkait dengan motivasi yang terjadi pada kepribadian

ekstrovert dan kepribadian introvert, di bawah ini temuan hasil data

20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Cet. 16, 61. 21

Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu;

memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu, misalnya kekuatan

dalam mengingat kosakata-kosakata yang sudah dipelajari dan untuk

diaplikasikan ke dalam percakapan sehari-hari. Respon-respon efektif serta

kecenderungan mendapat kesenangan ketika seseorang sudah mampu berbahasa

Arab (dalam konteks penelitian ini). Lihat Ngalim Purwanto, Psikologi

Pendidikan,… 22

Mengarahkan berarti menyalurkan tingkah laku individu terhadap

sesuatu. Seseorang mempelajari bahasa kedua/Arab akan diarahkan kepada

pemerolehan bahasa kedua/Arab tersebut sehingga tujuannya adalah perubahan

tingkah laku pada individu tersebut yang semula tidak bisa berbahasa Arab

menjadi mampu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kedua/Arab.

Lihat Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,… 23

Menopang berarti menjaga tingkah laku. Motivasi bagi seseorang

yang mempelajari sebuah bahasa dapat berupa topangan untuk dorongan-

dorongan atau kekuatan-kekuatan yang berlebih. Sehingga individu yang sedang

mempelajari bahasa kedua/Arab harus diberikan motivasi untuk menopang

intensitas dari dorongan-dorongan yang berlebih. Misalnya adalah peran

lingkungan dalam pembelajaran dan pemerolehan bahasa dapat dijadikan sebagai

motivasi untuk para pembelajar bahasa (language learner) dalam menguasai

keterampilan berbahasa. Lihat Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,… 24

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Cet. 16, 72.

Page 119: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

94

angket prihal motivasi santri ekstrovert-introvert terhadap

pembelajaran bahasa Arab.

Tabel. 3. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan Jawaban Responden

Menghubu

ngi guru

Bertanya pada

saat akan ujian Bersikap

biasa saja

Jika saya menemukan

masalah terutama

dalam mempelajari

bahasa Arab maka saya

akan

Kepribadian Ekstrovert

85% 15% 0%

Kepribadian Introvert

54% 15% 31%

Pada tabel di atas motivasi santri terhadap pembelajaran

bahasa Arab menunjukkan bahwa 85% responden dengan

kepribadian ekstrovert lebih memilih menghubungi guru langsung

ketika menemukan masalah atau kesulitan dalam memahami materi

bahasa Arab. sebanyak 15 % dari responden ekstrovert memilih

jawaban bertanya pada saat ujian saja, dan sebanyak 0% memilih

bersikap biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa antusias yang

cukup tinggi dari responden ekstrovert terhadap pembelajaran

bahasa Arab.

Berbeda dengan responden dengan kepribadian introvert

sebanyak 54% memilih bertanya langsung pada saat menemukan

kesulitan, sebanyak 15% responden introvert lebih memilih

bertanya pada saat akan ujian saja dan 31% memilih bersikap biasa

saja. Hal ini menunjukkan kurang antusias dari responden introvert

terhadap pembelajaran bahasa Arab.25

25

Kurang antusias terhadap pembelajaran bahasa Arab disebabkan oleh

beberapa faktor. Dari hasil data yang ditemukan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan kurang termotivasinya para santri terhadap pembelajaran bahasa

Arab antara lain mereka lebih menyukai belajar bahasa Inggris dibandingkan

dengan bahasa Arab, bahasa Arab dinilai sulit karena harus menguasai berbagai

Page 120: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

95

Tabel. 4. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan

Jawaban Responden Mengerjakan

dengan senang Mengerjakan jika

ditunjuk saja

Tidak mau

mengerjakan

walau ditunjuk Jika guru meminta

salah seorang murid

mengerjakan soal maka

saya akan

Kepribadian Ekstrovert

38% 62% 0%

Kepribadian Introvert

46% 54% 0%

Pada tabel di atas juga menjelaskan tentang motivasi santri

terhadap pembelajaran bahasa Arab. perbandingan antara

responden ekstrovert dan introvert dalam prihal ini menunjukkan

bahwa responden introvert cenderung lebih antusias dibandingkan

dengan responden ekstrovert. Sebanyak 46% responden introvert

lebih memilih jawaban mengerjakan dengan senang hati jika

diminta oleh guru untuk mengerjakan soal. Presentasi ini lebih

besar dibandingkan dengan responden ekstrovert dengan jumlah

38%.

Tabel. 5. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan

Jawaban Responden

Berdiskusi

dengan

teman

Segera

menghubungi

guru piket

Senang

karena tidak

belajar

Jika guru berhalangan

hadir pada saat

pelajaran maka saya

akan

Kepribadian Ekstrovert

58% 26% 16%

Kepribadian Introvert

23% 31% 46%

macam kaidah antara Nah}wu, S}arf, ‘Ilmu al-Bala>ghah dan lain sebagainya. Hasil

pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat penelitian.

Page 121: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

96

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 58%

responden dengan kepribadian ekstrovert lebih memilih berdiskusi

dengan teman sekelas jika guru berhalangan hadir pada saat

pelajaran berlangsung. Sebanyak 26% responden memilih untuk

menghubungi guru piket sebagai pengganti guru yang berhalangan

hadir, dan sebanyak 16% merasa senang ketika guru berhalangan

hadir. Hal tersebut menjelaskan bahwa responden dengan

kepribadian ekstrovert cenderung menyukai hal yang

bersinggungan dengan keramaian. Dengan berdiskusi maka mereka

akan saling berinteraksi secara aktif dan bersosialisasi satu sama

lain.

Namun berbeda dengan responden introvert mereka lebih

cenderung tertutup. Berdiskusi tidak menjadi hal yang menarik

bagi mereka dibandingkan membaca buku sendiri. Sebanyak 23%

lebih memilih berdiskusi dengan teman, sebanyak 31% responden

introvert memilih memanggil guru piket, dan sebanyak 46%

memilih senang ketika guru berhalangan hadir dalam artian mereka

leluasa untuk membaca buku sendiri dibandingkan harus

melakukan diskusi dengan teman sekelas tanpa adanya dampingan

dari seorang guru.

Tabel. 6. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan

Jawaban Responden Mendengar

kata-kata

mudah

Mendengar

dengan penuh

perhatian

Tidak akan

mendengar

Ketika saya mendengar

lagu-lagu Arab di

media elektronik maka

saya akan

Kepribadian Ekstrovert

31% 54% 15%

Kepribadian Introvert

31% 61% 8%

Pada tabel di atas angket motivasi terhadap pembelajaran

bahasa Arab poin 4 menunjukkan bahwa ketika para santri

Page 122: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

97

mendengar lagu-lagu bahasa Arab di media elektronik maka

sebanyak 31% responden dengan kepribadian ekstrovert dan

introvert memilih mendengarkan kata-kata yang mudah saja, akan

tetapi terlihat berbeda antara responden ekstrovert dengan

responden introvert bahwa sebanyak 61% responden introvert

memilih mendengarkan lagu tersebut dengan penuh perhatian

sedangkan hanya sebanyak 54% responden ekstrovert yang

mendengarkan dengan penuh perhatian. Karena kepribadian

ekstrovert lebih cenderung kepada hal yang menunjukkan dirinya

lebih terbuka.

Tabel. 7. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan Jawaban Responden

Membaca

Sekilas

Membaca dan

Memahami Isinya Membiarkan

saja

Dalam proses

pembelajaran bahasa

Arab pondok pesantren

modern menyediakan

majalah/Koran

berbahasa Arab

Kepribadian Ekstrovert

31% 69% 0%

Kepribadian Introvert

54% 46% 0%

Pada tabel di atas terlihat bahwa pada santri dengan

kepribadian ekstrovert, 31% responden membaca sekilas

majalah/Koran berbahasa Arab yang disediakan di pondok

pesantren modern dalam proses pembelajaran bahasa Arab sebagai

sarana peningkatan kemampuan bahasa Arab santri. Angka ini jauh

lebih sedikit dibandingkan dengan santri dengan kepribadian

introvert yang mencapai angka 54% responden yang menyatakan

bahwa ketika pondok pesantren modern memfasilitasi dalam

pembelajaran bahasa Arab berupa majalah/Koran berbahasa Arab

hanya untuk dibaca sekilas.

Sebanyak 69% responden dari santri dengan kepribadian

ekstrovert menyatakan bahwa mereka membaca kemudian

mencoba untuk memahami isi dari bacaan tersebut berupa

Page 123: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

98

Koran/majalah berbahasa Arab, sedangkan pada santri dengan

kepribadian introvert yang menyatakan bahwa mereka membaca

dan mencoba untuk memahami dari Koran/majalah berbahasa Arab

yang difasilitasi oleh pondok pesantren sebanyak 46% responden,

angka yang lebih kecil dibandingkan dengan responden/santri

dengan kepribadian ekstrovert. Sedangkan responden yang

menjawab dengan membiarkan saja ketika difasilitasi

Koran/majalah berbahasa Arab sebagai media pembelajaran bahasa

Arab sebanyak 0% responden baik dari santri dengan kepribadian

ekstrovert atau pun santri dengan kepribadian introvert yang

dijadikan sebagai responden.

Dengan demikian motivasi terhadap pembelajaran

bahasa Arab pada santri dengan kepribadian ekstrovert cenderung

mengarah kepada hal-hal yang menunjukkan diri mereka di depan.

Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran bahasa Arab yang lebih

bersifat terbuka, menyenangkan, ramai, kreatif mampu

menumbuhkan motivasi bagi santri ekstrovert terutama untuk

memperoleh bahasa kedua/Arab mereka.

3. Sociable

Pada pembahasan sebelumnya, dijelaskan bahwa salah satu

dari kecenderungan kepribadian ekstrovert adalah sociable yaitu

supel, ramah, suka bergaul dan lain sebagainya. Kecenderungan

kepribadian ekstrovert dengan tingkah laku yang sociable memiliki

hubungan dengan pembelajaran serta pemerolehan bahasa

kedua/Arab secara langsung. Di atas juga dijelaskan bagaimana

kepribadian ekstrovert cenderung menjadi taker of risk yaitu

senang mengambil risiko, juga motivasi dalam aktifitas bahasa.

Kepribadian ekstrovert merupakan salah satu dari

kepribadian yang dimiliki oleh individu yang sedang belajar bahasa

kedua/Asing serta untuk memperolehnya. Kecenderungan

kepribadian ekstrovert terhadap sifat mudah/suka bergaul

(sociable) menjadikan individu dengan kepribadian ekstrovert

Page 124: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

99

memiliki banyak cara serta masukan tentang bahasa kedua yang

sedang dipelajari dan untuk diperolehnya. Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan oleh Wakamoto (2000) didapat kesimpulan dari

penelitian tersebut bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert

lebih bersifat natural yang diberkahi dengan lebih banyak

kesempatan untuk mengembangkan interlanguage26

mereka. Hal

ini disebabkan mereka lebih cenderung sering bertanya untuk

meminta penjelasan dibandingkan dengan introverts.27

Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa kunci kebahagiaan

terletak pada kepribadian seseorang, terlepas dari kebudayaan yang

berlaku di suatu wilayah. Para peneliti menyimpulkan bahwa orang

yang memiliki kepribadian ekstrovert di dalam kesehariannya,

lebih bahagia dibandingkan dengan kepribadian introvert, seperti

dilansir di laman Medical Daily.28

26

Interlanguage atau disebut dengan bahasa-antara adalah

bahasa/ujaran yang digunakan seseorang yang sedang belajar bahasa kedua pada

satu tahap tertentu, sebelum dia belum dapat menguasai dengan baik dan

sempurna bahasa kedua itu. Bahasa antara ini memiliki cirri bahasa pertama dan

cirri bahasa kedua. Bahasa ini bersifat khas dan mempunyai karakteristik

tersendiri yang tidak sama dengan bahasa pertama dan bahassa kedua.

tampaknya semacam perpindahan dari bahasa pertama ke bahasa kedua. Bahasa

pertama ini bisa dikatakan sebagai produk dari strategi seseorang dalam belajar

bahasa kedua. artinya, bahasa ini merupakan kumpulan atau akumulasi yang

terus menerus dari suatu proses pembentukan penguasaan bahasa. Abdul Chaer,

Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 250. 27

Nasiim Golaghaei, “Extroversion/Introversion and Breadth of

Vocabulary Knowledge”, Modern Journal of Language Teaching Methods, Vol.

1, Issue. 3, 2011, 75. Brown memasukkan ekstrovert ke dalam indivdu yang

lebih focus terhadap pemaknaan daripada bentuk. Santri ekstrovert akan lebih

banyak bertanya dibandingkan dengan santri introvert, hal ini karena mereka

lebih butuh banyak penjelasan untuk menangkap makna-makna atau maksud dari

apa yang mereka pelajari. Sedangkan introverts cenderung lebih melihat bentuk

sehingga dengan melihat bentuk mereka mampu memahami makna yang

terkandung di dalamnya. 28

www.antaranews.com/pribadi-ekstrovert Media online Indonesia,

One Click Away!, dimuat tanggal 21 April 2014. Diunduh pada tanggal 14 Juli

2014. Dalam penelitian ini, ekstrovert digambarkan sebagai makhluk yang suka

berbicara keras dan lugas, dan menjadi pusat perhatian. Mereka suka mengambil

risiko, dan memiliki kemampuan melakukan menipulasi dan menghargai orang

lain (dalam hal ini karena mereka pandai bergaul, serta ramah). Secara

Page 125: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

100

Bahasa diidentikan sebagai sebuah alat untuk

berkomunikasi. Sikap yang senang bergaul pada kepribadian

ekstrovert menuntut mereka untuk memiliki bahasa lebih dari satu

bahasa. Hal ini memungkinkan kepribadian ekstrovert dapat

memiliki ruang pergaulan yang cukup luas. Oleh karena itu,

individu dengan kepribadian ekstrovert perlu penguasaan

kompetensi berbahasa. Salah satu tujuan dari pembelajaran bahasa

Arab di pondok pesantren modern adalah agar para santri memiliki

kompetensi berbahasa. Dan pada dasarnya tujuan utama dari

pembelajaran bahasa adalah untuk memiliki kompetensi berbahasa.

Sehingga seseorang yang menggunakan bahasa tersebut mampu

memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya. Pada prinsipnya

bahasa apapun merupakan alat untuk bersosialisasi bagi manusia

sebagai makhluk sosial. Oleh sebab itu, keberhasilan membangun

sosial dan komunikasi antar sesama manusia selalu disebabkan dan

dipengaruhi oleh faktor bahasa.29

Oleh karena manusia sebagai

makhluk sosial, tentunya ada perbedaan antara kepribadian

ekstrovert dan kepribadian introvert. Ekstrovert jelas lebih

memiliki sifat sociable dibanding kepribadian introvert. Sehingga

kebutuhan untuk memiliki kompetensi berbahasa sangatlah

penting.

Individu dengan kepribadian ekstrovert cenderung lebuh

senang bersosialisasi. Mereka tergolong dalam pribadi orang yang

senang berinteraksi. Oleh karena tuntutan dalam diri individu

dengan kepribadian ekstrovert, maka mereka akan mampu

berinteraksi kepada berbagai level struktur masyarakat yang ada

disekitarnya ketika penguasaan kompetensi berbahasanya pun baik.

keseluruhan kepribadian ekstrovert memiliki kesempatan untuk memperoleh

keinginan mereka melalui kepribadian mendominasi, termasuk juga dalam hal

memperoleh bahasa kedua/Arab. mereka lebih memiliki kesempatan untuk

memperoleh kemampuan berbahasa lebih cepat dibandingkan dengna

kepribadian introvert. 29

‘Abd al-‘A<lim Ibra>him, Muwajjih al-Fanny li Mudarrisi al-Lughah

al-‘Arabiyah (Kairo: Da>r al-Ma’arrif), 48.

Page 126: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

101

Terlebih dalam memperluas pergaulan sebagai tujuan untuk

mengembangkan potensi diri, maka penguasaan kompetensi

berbahasa sangat diperlukan.

B. Implementasi Keterampilan Berbicara pada Santri

Ekstrovert dalam Membentuk Bakat Berbahasa

Keterampilan berbicara bukanlah merupakan keterampilan

yang sederhana yang dapat dikuasai dalam jangka waktu yang

singkat. Dengan kata lain, menurut Brown keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang komplek yang berkaitan dengan

keterampilan mikro antara lain adalah sebagai berikut: (1)

keterampilan menghasilkan ujaran-ujaran yang bervariasi; (2)

menghasilkan fonem-fonem dan varian-varian alofhon lisan yang

berbeda dalam bahasa; (3) menghasilkan pola tekanan, kata-kata

yang mendapat dan yang tidak mendapat tekanan, struktur ritmis

dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan frase yang

diperpendek; (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk

mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6) menghasilkan pembicaraan

yang fasih dalam berbagai kecepatan yang berbeda; (7) mengamati

bahasa lisan yang dihasilkan dan menggunakan berbagai strategi

yang bervariasi, meliputi pemberhentian sementara, pengoreksian

sendiri, pengulangan untuk kejelasan pesan; (8) menggunakan

kelas kata (kata benda, kata kerja, dan lain-lain), system (tenses,

agreement, dan jamak/plural, pengurutan kata, pola-pola aturan-

aturan dan bentuk ellipsis; (9) menghasilkan pembicaraan yang

menggunakan elemen-elemen alami dalam frase, stop, nafas, dan

kalimat yang tepat; (10) mengekspresikan makna tertentu dalam

bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; (11) menggunakan bentuk-

bentuk kohesif dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan fungsi-

fungsi komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan dan

tujuan; (13) menggunakan register, implikatur, aturan-aturan

pragmatik dan fitur-fitur sosiolinguistik yang tepat dalam

komunikasi langsung; (14) menunjukkan hubungan antara kejadian

Page 127: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

102

dan mengkomunikasikan hubungan-hubungan antara ide utama, ide

pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi, dan

contoh; (15) menggunakan bahasa wajah, kinetic, bahasa tubuh dan

bahasa-bahasa nonverbal lainnya yang bersamaan dengan bahasa

verbal untuk menyampaikan makna dan; (16) mengembangkan dan

menggunakan berbagai strategi berbicara memberikan tekanan

pada kata kunci paraphrase, menyediakan pertolongan dan secara

cepat menilai seberapa baik interlocutor memahami apa yang akan

dikatakan.30

Robert Lado menyebutkan beberapa prinsip-prinsip

pengajaran bahasa, di antaranya prinsip berbicara sebelum menulis,

belajar melalui praktik. Melihat dari fungsi bahasa sebagai alat

untuk berkomunikasi maka tujuan pembelajaran utama pun adalah

agar siswa memiliki kompetensi berbahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi antar sesama.31

Oleh karena itu pemerolehan

keterampilan berbicara menjadi yang utama dalam pembelajaran

bahasa kedua/Arab di pondok pesantren modern.

Di bawah ini adalah berbagai kegiatan yang

diselenggarakan di pondok pesantren modern pada umumnya

terkait dengan keterampilan berbicara dalam membentuk bakat

berbahasa:

No Nama Kegiatan Keterangan

1. Al-Muh}a>dathah al-

S}aba>h}iyah

Kegiatan ini dilaksanakan

setelah kegiatan shalat subuh

berjama’ah. Kegiatan ini

30

Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis Tugas, Kepribadian

Ekstrovert dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, Tesis di SPS UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009. 22-23. Seperti yang dikutip oleh Dewa Putu

Ramendra, dan AA Sri Batustyawati, “Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Mahapembelajar dalam Perkuliahan Speaking 2 dengan Task-Based Activity

Berbentuk Audio Video Recording (AVR)”.

www.freewebs.com/santyasa/lemlit/PDF. 31

Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis Tugas, Kepribadian

Ekstrovert dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, .23.

Page 128: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

103

biasanya dilaksanakan dua kali

dalam satu minggu. Tujuan dari

kegiatan ini adalah melihat

sejauh mana penguasaan

kosakata untuk digunakan

dalam percakapan sehari-hari.

Kegiatan ini juga disebut

dengan Micro Conversation

karena pada dasarnya praktek

yang sebenarnya dalam

penguasaan kosakata adalah

percakapan sehari-hari dengan

menggunakan bahasa

2. Al-Muh}a>d}arah Kegiatan ini merupakan salah

satu kegiatan yang dijadikan

sebagai latihan mental selain

dari untuk melatih berbicara di

muka umum dengan

menggunakan tiga bahasa pada

umumnya yaitu bahasa Arab,

bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia. Tujuan dari kegiatan

ini adalah santri lancar dalam

menjelaskan suatu hal dengan

menggunakan bahasa asing.

3. Al-Musa>baqah al-

Minba>riyah

Kegiatan ini merupakan

evaluasi dari kegiatan pada no

1 dan 2. Evaluasi dalam

penguasaan keterampilan

berbicara dan bakat berbahasa

dilakukan dengan cara

menyelenggarakan lomba

pidato (pada umumnya lomba

pidato tiga bahasa). Kegiatan

ini dilakukan dimaksudkan agar

dapat dilihat sejauh mana

penguasaan santri dalam

keterampilan berbicara dengan

Page 129: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

104

menggunakan bahasa asing

sehingga mampu

menumbuhkan bakat berbahasa

di kalangan para santri pondok

pesantren modern.

Santri yang mempelajari sebuah bahasa bukanlah seperti

benda yang pasif yang hanya menerima materi dari gurunya dan ia

diam saja bagaikan gelas yang dipenuhi air. Pembelajaran bahasa di

pondok pesantren modern akan lebih berhasil jika para santri juga

dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya duduk

manis di kursinya sementara guru menjelaskan materi.32

Hal ini

mungkin jarang terjadi di pondok pesantren modern, yang hanya

melibatkan keaktifan guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran di dalam kelas. Hal ini disebabkan karena pondok

pesantren modern di kenal sebagai lembaga pendidikan 24 jam.

Salah satu contoh keaktifan santri atau partisipasi aktif santri dalam

proses pembelajaran bahasa adalah dengan mengikuti kegiatan-

kegiatan di atas. Guru posisinya hanya sebagai fasilitator atau yang

membina sedangkan kegiatan tersebut lebih dodiminasi oleh para

santri.

C. Program Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Arab di

Pondok Pesantren Modern

Stephen D Krashen33

(1983) menjelaskan tentang perbedaan

antara pembelajaran dan pemerolehan bahasa. Pembelajaran bahasa

atau kaidah-kaidah kebahasaan diperoleh melalui pemikiran di

32

Yuan Martina Dinata, “Pendekatan Berbasis Tugas, Kepribadian

Ekstrovert dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab”, 23. 33

Stephen D Krashen, Second Language Acquisition and Second

Language Teaching, 16. Dikutip juga oleh Ghina Fathonah, menjelaskan bahwa

pembelajaran kaidah atau aturan-aturan bahasa diperoleh melalui jalur

“pembelajaran/secara sadar”, sedangkan kreativitas berbahasa seseorang atau

kecakapan berbahasa dan berkomunikasi dalam bahasa target diperoleh melalui

“proses pemerolehan/secara tidak sadar”. Ghina Fathonah, “Akuisisi Bahasa

Kedua”, Tesis di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 109.

Page 130: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

105

alam sadar, sedangkan pemerolehan bahasa diperoleh melalui

pemikiran di alam bawah sadar.

Gagne, Briggs, dan Wager menyatakan bahwa

pembelajaran sebagai suatu rangkaian kegiatan (events) yang

mempengaruhi pelajar34

sedemikain rupa sehingga proses

belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.35

Dengan demikain

pembelajaran bahasa kedua/Arab merupakan keseluruhan proses

yang melibatkan baik guru maupun siswa. Sedangkan dalam

pemerolehan bahasa kedua/Arab merupakan hasil dari kreativitas

yang dikembangkan oleh diri pelajar sendiri.

Sedangkan Dick dan Carey menyatakan ada lima komponen

pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan pra pembelajaran; (2) presentasi

informasi; (3) partisipasi siswa; (4) pengujuan; dan (5) kegiatan

lanjutan.36

Terkait dengan program pemerolehan dan pembelajaran

bahasa kedua/asing Krashen juga menjelaskan tentang implikasi

pemerolehan dan pembelajaran bahasa dalam sebuah bagan di

bawah ini:

34

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelajar adalah santri

pondok pesantren modern. 35

Robert M. Giggs, Leslir J. Briggs, dan Walter W. Wager, Princeples

of Instructional Design (New York: Harcourt Brace Jovanovich College

Publishers, 1992), 3. 36

Toeti Sukamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem

Instruksional (Jakarta: Inter Media, 1993), 38.

Page 131: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

106

Program

Acquisition

Intake (Obligatiry)

Meaningfull/ communicative exercises

Extensive Reading

Natural Methode

Intercambio

Total Physical responses

Fluency

Communicative strategies routines/ patterns

Role playing/ Games, etc

writing

Learning

Rules of Thumb (Learnable Rules

for Editing)

Structure of the Language (Optional)

(Language Appreciation)

Gambar 11. Program Pembelajaran Bahasa Kedua37

Krashen menjelaskan dari bagan di atas bahwa pemerolehan

bahasa kedua tidak bisa terlepas dengan proses pembelajaran

bahasa atau dengan kata lain antara pembelajaran dan pemerolehan

bahasa selalu beriringan.38

37

Stephen D Krashen, The Natural Approach: Language Acquisition in

the Classroom (New York: Pergamon Press, 1985), 29. 38

Krashen dalam MA Bingjun, “What is the Role of L1 in L2

Acquisition?” CSCanada Studies in Literature and language, Vol. 7, No. 2,

2013, 31-32. Pemerolehan bahasa kedua didasarkan pada parameter dari bahasa

yang sudah ada (bahasa pertama) untuk memperoleh bahasa lain (bahasa kedua).

Teori monitor yang dipelopori oleh Krashen merupakan salah satu dari teori

pemerolehan bahasa yang komprehensif. Teori ini menjelaskan bahwa

pemerolehan bahasa secara natural merupakan proses berfikir di alam bawah

Page 132: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

107

Selain bagan di atas Krashen39

juga menjelaskan perbedaan

antara pemerolehan dan pembelajaran bahasa dalam kolom di

bawah ini:

Tabel 8. Perbedaan antara Pemerolehan dan

Pembelajaran Bahasa Kedua

Pemerolehan Bahasa Pembelajaran Bahasa

Serupa dengan akuisisi

bahasa pertama anak

Memungut bahasa

Terjadi di alam bawah sadar

Pengetahuan yang didapat

tersirat

Pengetahuan kebahasaan

secara formal

Mengetahui bahasa

Terjadi dalam alam sadar

Pengetahuan yang didapat

tersurat

Terkait dengan hal perbedaan antara pembelajaran dan

pemerolehan bahasa di pondok pesantren modern, penulis

membedakan antara tujuan dari pembelajaran dan pemerolehan

bahasa di sana terutama yang terjadi pada santri ekstrovert. Pada

hakikatnya bahwa tujuan pembelajaran bahasa kedua/asing adalah

agar siswa memperoleh bahasa kedua/asing tersebut. Hal ini

berdasarkan pada tujuan pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern yang berhasil diamati dan digali dari hasil proses

pembelajaran bahasa Arab baik secara formal atau pun informal

antara lain sebagai berikut:

sadar, sedangkan pembelajaran bahasa dialukan secara sadar yaitu mempelajari

kaidah dari aturan-aturan sebuah bahasa. 39

Stephen D. Krashen, The Natural Approach: Language Acquisition in

the Classroom, 182.

Page 133: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

108

Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab secara Umum

di Pondok Pesantren Modern40

Santri dapat:

1. Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab

2. Mampu membaca dan memahami buku-buku yang berbahasa

Arab dengan baik (hal ini dikuatkan dengan materi

kepondokan menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab)

3. Mampu menulis (membuat Ins}a>’) menggunakan bahasa Arab

4. Memperoleh bekal untuk kelanjutan studi

5. Mampu mengembangkan diri melalui bahasa Arab

Terkait dengan tujuan pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern dapat direfleksikan dengan pemerolehan bahasa

kedua/Arab, bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab agar siswa

mampu berkomunikasi dengna menggunakan bahasa Arab terlihat

dari usaha guru dalam melakukan proses pembelajaran, guru

senantiasa menggunakan bahasa Arab sebanyak mungkin dalam

mentransfer materi pelajaran terutama dalam berkomunikasi

dengan santri baik ketika di dalam jam pelajaran atau pun di luar

jam pelajaran atau di lingkungan pondok.41

Selain dari usaha guru untuk menggunakan bahasa Arab

dalam setiap kegiatan di dalam kelas atau pun di luar kelas, adanya

proses interaksi edukatif yang terjadi antara guru dan santri dalam

keseharian berkomunikasi dengan bahasa Arab. Sehingga hal ini

mampu memacu para santri untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa Arab. Interkasi yang berlangsung bertujuan agar santri

mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab, sehingga guru mampu

melihat sejauh mana santri menggunakan bahasa Arab dalam

percakapan sehari-hari. Guru yang senantiasa berinteraksi dengan

40

Hasil wawancara dengan bagian pengembangan bahasa di pondok

pesantren modern tanggal 14 Juni 2014. Lihat juga Hazmida Kahar, Studi

Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Beringin Mulia, 2008),

96. 41

Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab,

96.

Page 134: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

109

santri akan mampu melihat kekurangan-kekurangan yang terdapat

dalam santri dalam penguasaan bahasa Arab.

Untuk tujuan agar santri mampu membaca dan memahami

buku-buku yang berbahasa Arab dengan baik, pondok pesantren

modern mengimplikasikan hal tersebut dalam materi pelajaran

dengan menggunakan kitab-kitab bahasa Arab langsung. Buku-

buku yang digunakan dalam materi pelajaran kepondokan

menggunakan buku-buku yang berbahasa Arab. hal ini menuntut

para santri untuk membaca dan memahami buku berbahasa Arab

secara langsung.42

Tujuan dari pembelajaran bahasa Arab agar santri mampu

membaca sekaligus memahami buku-buku berbahasa Arab seperti

yang tertera dalam tabel di bawah ini:

Tabel. 9. Motivasi Santri dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Pernyataan Jawaban Responden

Membaca

Sekilas

Membaca dan

Memahami Isinya Membiarkan

saja

Dalam proses

pembelajaran bahasa

Arab pondok pesantren

modern menyediakan

majalah/Koran

berbahasa Arab

Kepribadian Ekstrovert

31% 69% 0%

Kepribadian Introvert

54% 46% 0%

42

Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab,

97. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hazmida Kahar menjelaskan bahwa

tujuan pembelajaran bahasa Arab agar siswa mampu membaca dan memahami

buku yang tertulis dalam bahasa Arab, diimplikasikan oleh guru dalam bentuk

kegiatan membaca dan menerjemahkan materi pelajaran yang diambil dari buku-

buku berbahasa Arab pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Selain itu,

guru juga berupaya agar semua siswa dapat melakukan proses pelatihan

menerjemahkan materi pelajaran yang ditugaskan untuk dikerjakan di rumah

yang diambil dalam buku-buku berbahasa Arab. Menurutnya hal ini merupakan

hal yang sangat baik sekali karena akan selalu memacu siswa dalam belajar

bahasa Arab secara aktif.

Page 135: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

110

Pada tabel di atas terlihat bahwa pada santri dengan

kepribadian ekstrovert, 31% responden membaca sekilas

majalah/Koran berbahasa Arab yang disediakan di pondok

pesantren modern dalam proses pembelajaran bahasa Arab sebagai

sarana peningkatan kemampuan bahasa Arab santri. Angka ini jauh

lebih sedikit dibandingkan dengan santri dengan kepribadian

introvert yang mencapai angka 54% responden yang menyatakan

bahwa ketika pondok pesantren modern memfasilitasi dalam

pembelajaran bahasa Arab berupa majalah/Koran berbahasa Arab

hanya untuk dibaca sekilas.

Sebanyak 69% responden dari santri dengan kepribadian

ekstrovert menyatakan bahwa mereka membaca kemudian

mencoba untuk memahami isi dari bacaan tersebut berupa

Koran/majalah berbahasa Arab, sedangkan pada santri dengan

kepribadian introvert yang menyatakan bahwa mereka membaca

dan mencoba untuk memahami dari Koran/majalah berbahasa Arab

yang difasilitasi oleh pondok pesantren sebanyak 46% responden,

angka yang lebih kecil dibandingkan dengan responden/santri

dengan kepribadian ekstrovert. Sedangkan responden yang

menjawab dengan membiarkan saja ketika difasilitasi

Koran/majalah berbahasa Arab sebagai media pembelajaran bahasa

Arab sebanyak 0% responden baik dari santri dengan kepribadian

ekstrovert atau pun santri dengan kepribadian introvert yang

dijadikan sebagai responden.

Untuk tujuan menyangkut santri mampu menulis43

dengan

menggunakan bahasa Arab, diimplikasikan oleh guru dengan

memberikan kosakata-kosakata sesuai dengan tingkatan kelas

43

Yang dimaksud dengan menulis dalam kajian ini adalah bukan hanya

mampu menguasai kaidah khat dan qawa>’id al-Imla>’ saja akan tetapi mampu

membuat sebuah karangan atau teks berbahasa Arab. di pondok pesantren

modern santri sudah dibiasakan untuk melatih dirinya menulis bahasa Arab,

salah satu contoh adalah meletakkan setiap kosakata yang diberikan setiap

selesai shalat subuh ke dalam sebuah kalimat sederhana untuk kemudian ditulis

dalam buku khusus kegiatan pembagian kosakata.

Page 136: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

111

kemudian santri diminta untuk meletakkan kosakata tersebut ke

dalam sebuah kalimat sederhana. Tentu kegiatan berupa pemberian

kosakata dan membuat contoh kalimat dari kosakata yang diberikan

ditujukan untuk melatih santri agar terbiasa membuat kalimat-

kalimat yang sederhana sebelum meningkat pada tingkatan

selanjutnya yaitu membuat sebuah karangan dengan menggunakan

bahasa Arab. Tujuan pembelajaran bahasa Arab sebagai cara untuk

meningkatkan kemampuan menulis santri dengan menggunakan

bahasa Arab yaitu diimplikasikan dalam kegiatan latihan

menerjemahkan di luar jam kelas, baik itu membuat cerita pendek

dengan bahasa Arab atau pun menerjemahkan teks pidato bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Arab.

Kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh pondok pesantren

modern agar para santri terlatih dengan menggunakan bahasa Arab,

harapan yang lebih panjang adalah santri mampu menulis karya-

karya baik fiksi atau pun ilmiah dengan menggunakan bahasa

Arab.44

perbedaan tujuan pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan

menulis santri mungkin berbeda dengan tujuan pembelajaran

bahasa Arab bagi siswa non-pesantren modern, bahwa tujuan

pembelajaran bahasa Arab agar siswa mampu menulis dalam

bahasa Arab dan diharapkan tercipta keterampilan menulis kaligrafi

tulisan bahasa Arab yang indah dan menyenangkan bagi siswa. Hal

ini diimplikasikan oleh guru melalui kegiatan menjawab soal-soal

bahasa Arab secara tertulis dan kegiatan menerjemahkan langsung

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.45

Untuk dua tujuan terakhir merupakan tujuan jangka panjang

dari proses pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren modern

yaitu agar santri memperoleh bekal untuk melanjutkan studi baik

44

Kamus Tematik Bahasa Arab merupakan salah satu karya dari salah

satu ustadz yang mengajar di pondok pesantren modern Assa’adah dan beliau

merupakan alumni dari pondok pesantren modern tersebut. 45

Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab,

97.

Page 137: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

112

dari tingkat sekolah menengah pertama (SMP) ke tingkat sekolah

menengah atas (SMA), atau pun dari tingkat sekolah menengah

atas (SMA) ke tingkat perguruan tinggi dan juga untuk

mengembangkan potensi diri dari pembelajaran dan pemerolehan

bahasa Arab. Penguasaan bahasa asing menjadi hal yang penting

dalam mengembangkan potensi diri. Seperti hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hazmida Kahar dalam studi etnografi pembelajaran

bahasa Arab. Hazmida menjelaskan bahwa untuk tujuan siswa

dapat menjadi bekal atas kelanjutan studinya, diaktifkan oleh guru

dalam bentuk kegiatan-kegiatan pengembangan diri, misalnya

siswa diberikan kegiatan mengaplikasikan hasil belajarnya dalam

melakukan dakwah Islamiah yang menjadi sumbangsihnya

terhadap masyarakat. Hal ini direfleksikan guru sebagai himbauan

kepada semua siswa agar berani berbahasa Arab dengan baik di

tengah-tengah masyarakat. Dengan cara seperti tersebut di atas

diharapkan bahwa dalam jangka waktu yang panjang siswa tidak

hanya mampu menguasai bahasa Arab sebagai materi pelajaran,

akan tetapi juga siswa mampu memperoleh keterampilan berbahasa

Arab sehingga dapat dijadikan sebagai bekal kehidupan para siswa

di masa yang akan datang.46

Dari tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern, berhasil diamati dan digali dari program-

program pembelajaran dan pemerolehan bahasa Arab. Di antara

program-program pembelajaran bahasa Arab selain di dalam kelas,

ada beberapa program pembelajaran bahasa Arab di pondok

pesantren modern Assa’adah yang sama seperti kebanyakan

pondok pesantren modern yang ada di Indonesia yaitu antara lain:

(1) Muh}a>d}arah47

; (2) I’t}a>i’ al-Mufrada>t48

; (3) al-Muh}a>dathah49

; (4)

al-Id}a>fah50

.

46

Hazmida Kahar, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab,

97. 47

Kegiatan ini merupakan kegiatan latihan berpidato. Dalam kegiatan

ini santri tidak hanya dilatih untuk memiliki mental untuk berbicara di muka

umum baik dengan menggunakan bahasa Indonesia atau pun menggunakan

Page 138: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

113

Dari program pembelajaran bahasa Arab yang

diprogramkan di pondok pesantren modern Assa’adah, al-Id}a>fah

merupakan program yang baru dilaksanakan tahun ini. Program ini

dirancang bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas

berbahasa santri pondok pesantren modern Assa’adah. Pada

bahasa asing/Arab dan Inggris, akan tetapi para santri dilatih agar mampu

menulis teks pidato yang akan disampaikan terutama dalam membuat teks pidato

ke dalam bahasa Arab. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu membantu para

santri dalam mempelajari bahasa Arab dan juga meningkatkan kreatifitas dalam

keterampilan berbahasa Arab sampai dengan terwujudnya pemerolehan bahasa

kedua/Arab. di pondok pesantren modern Assa’adah kegiatan ini dilaksanakan

sebanyak 2x dalam satu minggu yaitu pada malam jum’at untuk pidato bahasa

Indonesia dan bahasa Arab, dan pada malam senin untuk pidato bahasa Inggris.

Selain kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap minggunya, kegiatan ini pun

menjadi ajang perlombaan para santri pada akhir tahun yang disebut dengan

kegiatan al-Musa>baqah al-Mimba>riyah bi thala>thah lugha>t (lomba pidato tiga

bahasa). 48

Kegiatan ini disebut juga dengan kegiatan pemberian kosakata. Di

pondok pesantren modern Assa’adah, kegiatan ini berlangsung setiap selesai

melaksanakan shalat subuh. Sistem dalam pemberian kosakata ini adalah One

Day Two Vocabulary yaitu satu hari dua kosakata. Pemberian kosakata ini

dimaksudkan untuk agar para santri memiliki pembendaharaan kosakata masing-

masing. Kemudian santri dilatih untuk meletakkan dari setiap kosakata yang

diberikan ke dalam sebuah kalimat sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk

melatih para santri membuat sebuah karangan dalam bahasa Arab. 49

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diksanakan sebagai bentuk

penyegaran dari kegiatan pemberian mufrodat. Sama seperti kegiatan pemberian

mufrodat, kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat subuh, akan tetapi kegiatan ini

hanya dilaksanakan 2x dalam satu minggu yaitu pada hari senin dan hari jum’at.

Kegiatan ini bertujuan agar para santri mampu mengimplementasikan kosakata

yang sudah didapat dalam percakapan sederhana yang dibuat. 50

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dikembangkan oleh bagian

pengembangan bahasa pondok pesantren modern Assa’adah yang diinovasikan

menjadi salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan santri dalam

berbahasa asing khususnya bahasa Arab. Kegiatan ini merupakan kegiatan

inovasi yang dilaksanakan sebagai bentuk evaluasi dari kondisi bahasa santri.

Pada bab awal disampaikan oleh penulis bahwa terjadi kemerosotan dalam

berbahasa asing di pondok pesantren modern yang dirasa oleh bapak pimpinan

pondok pesantren modern beserta para dewan guru bagian pengembangan bahasa

sehingga harus dibuat sebuah kegiatan untuk mendongkrak dan “menyelamatkan

kembali” kondisi bahasa asing baik bahasa Arab atau pun bahasa Inggris sebagai

Ta>jun al-Ma’had (Mahkota Pondok). Oleh karena itu kegiatan ini merupakan

program pembelajaran dan pemerolahan bahasa asing/Arab.

Page 139: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

114

penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa adanya

penurunan kualitas berbahasa santri pondok pesantren modern

Assa’adah.51

Di bawah ini adalah beberapa alasan dibuatnya program

yang bernama al-Id}a>fah sebagai program pembelajaran dan

peningkatan bahasa asing, antara lain sebagai berikut:

1. Menilai dan mengevaluasi kemampuan bahasa asing santri

baik bahasa Arab atau pun bahasa Inggris sebagai dampak

menurunnya kemampuan berbahasa asing pada santri

2. Sebagai program unggulan bagian pengembangan bahasa

asing dalam rangka peningkatan kemampuan berbahasa

asing santri

3. Ketidaksiapan santri kelas akhir dalam mengikuti kegiatan

‘Amaliyah at-Tadri>s yang disebabkan oleh penguasaan

bahasa asing yang rendah

4. Pemerataan kemampuan berbahasa asing santri

5. Memberikan sarana pembelajaran dengan model

cooperative learning agar program belajar malam hari dapat

mudah dikontrol.52

Di bawah ini teknis pelaksanaan program pembelajaran al-

Id}a>fah di pondok pesantren modern Assa’adah:

51

Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29

Agustus 2013. Di mana ditemukan kesalahan penulisan pada laopran kepanitian

suatu kegiatan. Penulisan Tie (dasi) ditulis seperti ini Tai. Temuan yang

diperoleh peneliti juga pada kegiatan al-Id}a>fah dengan materi bahasa Arab yang

dilaksanakan setiap hari rabu malam kamis, materi yang disampaikan pada kelas

V MMI (setara dengan kelas II SLTA) pada saat peneliti ikut serta dalam

menyampaikan materi, materi yang disuguhkan kepada santri ternyata materi-

mater/kosakata yang disampaikan untuk tingkatan kelas I MMI setara dengan

kelas I SMP. Kosakata yang waktu itu penulis sampaikan antara lain Miqwah

(Setrika), Miknasah Kahruba>iyah (Sapu Listrik/Vacum Cleaner), Thalla>jah

(kulkas) dan lain sebagainya. 52

Hasil musyawarah yang dilakukan oleh Bapak Pimpinan pondok

pesantren modern, bagian pengasuhan santri, bagian pengembangan bahasa dan

keikutsertaan peneliti dalam musyawarah program al-Id}a>fah.

Page 140: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

115

1. Santri yang mengikuti program pembelajaran al-Id}a>fah

adalah santri dari tingkatan kelas I MMI s/d V MMI.

Sedangkan kelas VI MMI tidak diikutsertakan karena

difokuskan pada program-program kelas akhir.

2. Santri kelas V MMI ditunjuk untuk mengisi kegiatan al-

Id}a>fah di tingkatan kelas I MMI s/d IV MMI. Sebelum

mengisi kegiatan tersebut, santri kelas V MMI dibimbing

oleh bagian pengembangan bahasa untuk mempersiapkan

materi yang akan disampaikan pada saat pelaksanaan

program tersebut berlangsung. Mereka diminta untuk

membuat semacam I’da>d al-Tadri>s sebelum mereka masuk

kelas dan memberikan materi al-Id}a>fah.

3. Untuk santri kelas V MMI yang tidak mendapat jadwal

untuk mengisi kegiatan al-Id}a>fah dikarantina dan dibimbing

langsung oleh bagian pengembangan bahasa, terutama

dalam pembendaharaan kosakata.53

Dalam proses pelakasanaan program pembelajaran bahasa

al-Id}a>fah tentunya menemui beberapa kendalam dalam

pelaksanaannya. Ada pun kendala yang ditemui dalam

melaksanakan program pembelajaran bahasa al-Id}a>fah adalah

belum adanya kurikulum untuk program ini serta minimnya

partisipasi dari dewan guru yang lain karena hanya bagian

pengembangan bahasa saja yang berpartisipasi secara aktif dalam

program pembelajaran bahasa al-Id}a>fah. Terlebih belum adanya

strategi pembelajaran dan pemerolehan bahasa yang tepat untuk

program ini. Dalam hal program pembelajaran dan pemerolehan

bahasa kedua, Krashen54

telah menggagas program yang berkaitan

dengan dua hal tersebut yaitu pembelajaran dan pemerolehan

53

Teknis pelaksanaan kegiatan program pembelajaran bahasa al-Id}a>fah

merupakan temuan yang peneliti lihat dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.

Peneliti mengamati proses pembelajaran bahasa al-Id}a>fah khususnya pada materi

bahasa Arab. 54

Stephen D. Krashen, The Natural Approach: Language Acquisition in

the Classroom, 130.

Page 141: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

116

bahasa kedua sebagaimana tergambar pada Gambar 11 di atas.

Proses untuk mendapatkan pengetahuan tentang struktur bahasa,

pembelajar akan memperoleh dari pengalaman belajarnya. Struktur

tersebut berfungsi sebagai monitor yang akan mengedit kesalahan

berbahasa seseorang. Sementara menurut Ellis bahwa strategi

pemerolehan bahasa adalah menyangkut bagaimana pembelajar

mendapat input data, menganalisasikannya, memproduksi dan

kemudian mengkomunikasikannya.55

Adapun implikasi santri dengan kepribadian ekstrovert

dalam program pembelajaran ini seperti yang tergambar dalam

bagan nilai ujian program pembelajaran al-Id}a>fah dan nilai-nilai di

bawah ini adalah perbandingan antara nilai yang didapat oleh

responden dengan kepribadian ekstrovert dan nilai yang didapat

oleh responden dengan kepribadian introvert serta analisis terkait

nilai yang didapat.

Tabel 10. Nilai Santri Ekstrovert-Introvert dalam Program

Pembelajaran Bahasa al-Id}a>fah56

No No Responden Kepribadian

Ekstrovert Introvert

1. 1 98 97

2. 2 89 97

3. 3 75 97

4. 4 85 55

5. 5 65 65

6. 6 94 80

7. 7 94 86

8. 8 94 94

9. 9 100 77

10. 10 95 75

55

Rod Ellis, Understanding Second Language Acquisition (Oxford:

Oxford University Press, 1986), 166. 56

Sumber dari nilai raport program pembelajaran bahasa al-Id}a>fah kelas

I MMI Pondok Pesantren Modern Assa’adah.

Page 142: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

117

11. 11 82 70

12. 12 85 94

13. 13 93 95

Rata-rata 88,38 83,23

Dari tabel nilai di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai

yang diperoleh santri dengan kepribadian ekstrovert adalah 88,38

sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh santri dengan kepribadian

introvert adalah 83,23.

Dari temuan nilai hasil ujian program pembelajaran al-

Id}a>fah bahwa santri dengan kepribadian ekstrovert mendapat nilai

rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan santri dengan

kepribadian introvert. Santri dengan kepribadian ekstrovert dinilai

sebagai pembelajar yang baik dan berperan aktif dalam program

pembelajaran bahasa asing/Arab. seperti halnya yang tergambar

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 11. Respon Santri Ekstrovert-Introvert dalam Kegiatan

Muh}a>d}arah

Pernyataan Jawaban Responden

SS S N TS STS

Pondok pesantren modern

memiliki program latihan

pidato yaitu Muh}a>d}arah, bagi

saya program itu sangat

membosankan

Kepribadian Ekstrovert

8% 0% 23% 38% 31%

Kepribadian Introvert

15% 8% 54% 15% 8%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa respon santri dengan

kepribadian ekstrovert sebanyak 8% menyatakan sangat setuju

bahwa program di atas sangat membosankan, akan tetapi angka ini

lebih kecil dibandingkan dengan santri introvert sebanyak 15%

menyatakan sangat setuju program ini sangat membosankan

ditambah lagi dengan yang menyatakan setuju sebesar 8%

responden. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan santri

Page 143: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

118

ekstrovert yang menyatakan setuju bahwa program ini sangat

membosankan sebesar 0%.

Sedangkan responden yang manyatakan sangat tidak setuju

terhadap pernyataan bahwa program Muh}a>d}arah sangat

membosankan sebesar 31% responden dari santri ekstrovert yang

mana angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan respon santri

introvert yang hanya sebesar 8% responden. Temuan ini

menjelaskan bahwa santri dengan kepribadian ekstrovert lebih

merespon terhadap program pembelajaran bahasa Muh}a>d}arah

dibandingkan dengan santri introvert. Hal ini mungkin disebabkan

karena introvert cenderung tertutup dan diam. namun temuan-

temuan mengenai kepribadian ekstrovert lebih unggul

dibandingkan dengan kepribadian introvert dalam pembelajaran

bahasa kedua/Arab belum menentukan keberhasilan dalam

pemerolehan bahasa kedua/Arab.

Dengan demikian untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dari proses pemerolehan bahasa kedua/Arab adalah keaktifan dan

kreativitas dari masing-masing individu dalam mempelajari bahasa

kedua/Arab. Hal ini penting untuk mengenali bahwa keberhasilan

dan kegagalan dalam sebuah proses pembelajaran merupakan hal

yang ditentukan secara subjektif, tidak ditentukan secara objektif.

Kahnemann, Slovic, dan Tversky (1982) menentukan bahwa situasi

objektif yang sama dapat disampaikan kepada subjek baik sebagai

sebuah keberhasilan ataupun kegagalan.57

Kecenderungan

kepribadian ekstrovert dalam penelitian ini lebih kepada

kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Santri dengan

kepribadian ekstrovert lebih unggul dalam proses pemerolehan

bahasa Arab, terutama terhadap kemampuan atau keterampilan

berbicara dibandingkan santri dengan kepribadian introvert. Hal

tersebut disebabkan dengan kecenderungan santri introvert yang

57

Shahila Zafar and Meenakshi, “A Study on the Relationship between

Extroversion-Introversion and Risk-Taking in the Context of Second Language

Acquisition”, 38.

Page 144: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

119

lebih diam, lebih kritis dan tidak banyak berbicara. Penulis melihat

bahwa santri introvert dengan bawaan yang lebih tertutup

memungkinkan untuk lebih unggul dalam pemerolehan

kemampuan menulis.

Page 145: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

120

Page 146: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

121

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian dalam penelitian ini membuktikan bahwa

kepribadian ekstrovert berimplikasi terhadap pemerolehan bahasa

kedua/Arab di pondok pesantren modern Assa’adah terutama

terhadap pemerolehan kemampuan berbicara. Hal ini disebabkan

karena kepribadian ekstrovert merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang berdampak pada

pemerolehan bahasa Arab di pondok pesantren modern Assa’adah.

Kepribadian ekstrovert ini yang merupakan sifat bawaan yang

dibawa oleh manusia sejak lahir. Kepribadian ekstrovert inilah

yang mempengaruhi proses pembelajaran bahasa Arab dan

peningkatan kreatifitas dalam menggunakan bahasa dalam

percakapan sehari-hari sehingga terwujudnya proses pemerolehan

bahasa Arab khususnya terhadap kemampuan berbicara.

Kepribadian ekstrovert yang dominan juga merupakan faktor

keberhasilan pembelajaran dan pemerolehan bahasa Arab. Semakin

ekstrovert seseorang maka semakin rendah tingkat kesukaran

dalam mempelajari bahasa Arab dengan kata lain akan semakin

mudah ia memperoleh bahasa Arab terutama terhadap pemerolehan

kemampuan berbicara.

Selanjutnya tesis ini juga membuktikan bahwa proses

pemerolehan bahasa kedua yang terjadi pada pembelajar pada

umumnya bersifat nature (alamiah) dengan didasarkan pada

perangkat pemerolehan bahasa yang dimiliki oleh setiap individu.

Perangkat pemerolehan bahasa atau yang disebut LAD (Language

Acquisition Device) ini lah yang memungkinkan manusia memiliki

kemampuan untuk berbahasa dan memperoleh bahasa kedua

mereka. Seperti yang terjadi pada santri di pondok pesantren

modern terungkap data bahwa proses mempelajari kaidah-kaidah

bahasa asing merupakan bagian dari pembelajaran sedangkan

Page 147: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

122

proses kreatif menggunakan bahasa dalam keseharian adalah

bagian dari pemerolehan bahasa kedua.

Sebagaimana yang terjadi pada santri ekstrovert di pondok

pesantren modern Assa’adah bahwa kecenderungan pada pribadi

mereka menentukan terhadap proses pembelajaran dan

pemerolehan bahasa Arab mereka terutama pada pemerolehan

kemampuan berbicara. Santri ekstrovert memanfaatkan sifat

bawaan mereka yang lebih terbuka untuk mempelajari bahasa Arab

dan menggunakan bahasa Arab tersebut dalam percakapan sehari-

hari dan terwujudnya proses pemerolehan bahasa Arab.

Temuan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa proses

pemerolehan bahasa Arab terhadap kemampuan berbicara pada

santri dengan kepribadian ekstrovert lebih terlihat. Hal ini

dibuktikan dengan penggunaan bahasa Arab oleh mereka dalam

percakapan sehari-hari dibandingkan dengan santri introvert yang

cenderung tertutup. Santri dengan kepribadian ekstrovert lebih

memilih menggunakan bahasa Arab mereka dibandingkan tidak

menggunakan bahasa Arab, walau pun secara struktur kebahasaan

salah akan tetapi kepribadian ekstrovert cenderung risk-taking

(berani mengambil risiko).

Teori pemerolehan bahasa nativisme yang dipelopori oleh

Avram Noam Chomsky (1928-sekarang) bahwa bahasa adalah

sebuah mekanisme yang bersifat bawaan manusia sejak ia lahir.

Sifat bawaan ini disebut dalam teorinya dengan sebutan LAD

(Language Acquisition Device) atau disebut perangkat pemerolehan

bahasa. Kepribadian ekstrovert yang merupakan sifat bawaan

manusia sejak lahir yang melekat pada pribadi seseorang

merupakan salah satu perangkat yang dimaksud oleh Chomsky.

Adapun sifat-sifat yang melekat dalam kepribadian ekstrovert

dalam mempelajari dan memperoleh bahasa kedua/Arab di pondok

pesantren modern antara lain: (1) Risk-Taking (sifat tidak takut

mengambil risiko); (2) Motivasi Tinggi (kepribadian ekstrovert

cenderung memiliki motivasi tinggi walau pun dalam pelaksanaan

Page 148: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

123

belum mencapai tujuan sepenuhnya); (3) Sociable (cenderung lebih

terbuka dan pandai bergaul. Sifat-sifat bawaan tersebut yang dirasa

mampu mempengaruhi terhadap pemerolehan bahasa kedua/Arab.

B. Saran

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

kecenderung seseorang terhadap kepribadian ekstrovert dominan

dapat memberikan andil yang sangat besar terhadap proses

kreatifitas pembelajar dalam memperoleh bahasa Arab terutama

terhadap pemerolehan kemampuan berbicara serta dapat membantu

mereka dalam mengembangkan potensi diri secara maksimal. Di

samping itu kecenderungan pada kepribadian ekstrovert dalam

mempelajari bahasa Arab mampu meningkatkan kreatifitas

seseorang dalam mengembangkan keterampilan berbahasa

khususnya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif.

Karena keterbatasan waktu, penelitian ini baru mengkaji

teori-teori serta sifat-sifat bawaan yang melekat pada kepribadian

ekstrovert yang memiliki implikasi dalam pemerolehan bahasa

Arab dan juga mempengaruhi proses pembelajaran dan

pemerolehan bahasa Arab khususnya terhadap kemampuan

berbicara. Penelitian ini belum sampai pada tahap eksperimen

langsung terkait model pemerolehan bahasa kedua serta strategi

yang cocok bagi kepribadian ekstrovert dalam mempelajari dan

memperoleh bahasa Arab. Oleh karena itu kepada peneliti

selanjutnya yang berminat melanjutkan penelitian ini agar meneliti

terkait model dan strategi pemerolehan bahasa bagi kepribadian

ekstrovert sehingga dapat diimplementasikan secara langsung

dalam pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua.

Page 149: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

124

Page 150: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

125

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ainin, Moch, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang: Hilal

Pustaka, 2007.

al-‘Ani>z Yu>suf wa al-A<kharu>n, Mana>hiju al-Tarbawi>y bayna al-

Naz{riyah wa al-Tat{bi>q, Daulah Kuwait, 1999.

Al-‘Araby ‘Abdu al-Maji>d, Ta’allum al-Lugha>t al-H{ayah wa

Ta’li>muha> bayna al-Naz}riyah wa al-Tat}bi>q, Bayru>t:

Maktabah Libna>n, 1981.

Alwasilah, A. Chaedar., Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Barry, Anita K.., Linguistics Perspectives and Language

Education., USA: Pearson Education, 2008.

Birdsong, David, Second Language Acquisition and The Critical

Periode Hypothesis, London: Lawrence Erlbaum

Associates, 1999.

Boeree, C. George, B.F. Skinner Personality Theories.

Bowerman, Melissa and Stephen C. Levinson, Language

Acquisition and Conceptual Development, United

Kingdom: Cambridge Univesity Press, 2001.

Brown, H. Douglas., Principle of Language Learning and

Language Teaching, Pearson Education, 2006.

________, Teaching by Principles An Interactive Approach to

Language Pedagogy, United States: Pearson Education,

2007.

Page 151: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

126

________, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, United

States: Pearson Education Company, 2007.

Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka

Cipta, 2009.

Chomsky, Noam, Language and Mind, Cambridge: Cambridge

University Press, 3rd

Edition, 2006.

_______, New Horizons in the Study of Language and Mind,

Cambridge: Cambridge University Press, 2000.

Clellen, Vera Gutierrez, et. al, “Predictors of Second Language

Acquisition in Latino Children with Specific Language

Impairment”, AJSLP American Journal of Speech-

Language Pathology, Volume 21, 2012.

Cloninger, Susan, Theories of Personality Understanding Persons-

Fourth Edition, Pearson Prentice Hall, 2004.

Collinge, N.E., An Encyclopaedia of Language, London and New

York: Routledge Taylor and Francis Group, 2006.

Cook, Vivian, Effect of The Second Language on The First,

Introduction: The Changing L1 in The L2 User’s Mind,

Cromwell Press Ltd, 2003.

________, Second Language Learning and Language Teaching,

Fourth Edition, London: Hodder Education, 2008.

Creswell, John W., Educational Research: Planning, Conducting,

and Evaluating Quantitative and Qualitative Research,

Pearson Prentice Hall, 2005.

Croft, William and D. Alan Cruse.,Cognitive Linguistics., USA:

Cambridge University Press, 2010.

Debora, Irene, Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam

Pembelajaran Bahasa Inggris, Pasca Sarjana Linguistik

- Penagajaran Bahasa Universitas Indonesia.

Page 152: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

127

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edikatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2010.

Dornyei, Zoltan, The Psychology of The Language Learner

Individual Differences in Second Language Acquisition,

London: Lawrance Erlbaum Associates, 2005.

Doughty, Catherine, and Micahel H. Long, The Handbook of

Second Language Acquisition, Backwell Press, 2007.

Fathanah, Ghina, “Akuisisi Bahasa Kedua, Studi Pada Pondok

Pesantren Modern di Kabupaten Bandung”, Tesis di

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2009.

Ellis, Rod, The Study of Second Language Acquisition, Oxford:

Oxford University Press, 2008.

Feist, Jess, Gregory J. Feist, Theories of Personality-Sixth Edition,

New York: Mc Graw Hill, 2006.

Fletcher, Paul and Michael Garman, Language Acquisition Studies

in First Language Acquisition, New York: Cambridge

University Press, 2nd

Edition, 1997.

Giggs, Robert M., Leslir J. Briggs, dan Walter W. Wager,

Princeples of Instructional Design, New York:

Harcourt Brace Jovanovich College Publishers, 1992.

Gleason, Jean Berko, Nan Bernstein Ratner., The Development

Language., USA: Pearson Education, 2009.

Gorys Keraf, Linguistik Bandingan Tipologis, Jakarta: Gramedia,

1990.

Guasti, Maria T., Language Acquisition The Growth of Grammar,

London: A Bradford Book The MIT Press Cambridge,

2002.

Page 153: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

128

Hahn, Sara Leigh Anne, “Developing The English Language

Vocabulary of Native Korean Speaking Students

Throught Guided Language Acquisition Design”, A

Dissertation of The Department of Educational

Leadership and The Graduate School of University of

Oregon in Partial Fulfillment of The Requirements for

The Degree of Doctor of Education, 2009.

Hall, Lindzey, Theories of Personality-4th

Edition, Hohn Wiley &

Sons, CN, 1998.

Hardinata, Vanda, Dasar-dasar Psikolinguistik, 10. E-Book.

Accesed:

http://vanda.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/psikolinguisti

k-vandaUB.pdf pada tanggal 9 September 2013 12.48

WIB.

Henton, Wendow W., Iver H. Iversen, Classical Conditioning and

Operant Conditioning A Response Pattern Analysis,

New York: Springer-Verlag, 1978.

Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Ibra>hi>m ‘Abdu al-‘Ali>m, Muwajjih al-Fanny li Mudarrisi al-

Lughah al-‘Arabiyah, Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, tt.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Johnson, Marysia, A Philosophy of Second Language Acquisition,

London: Yale University Press, 2004.

Jordan, Geoff, Theory Construction in Second Language

Acquisition, Amsterdam: John Benjamins, 2004.

Jos Daniel Parera, Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif

dan Tipologi Struktural, Jakarta: Erlangga, 1991.

Page 154: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

129

Jung, Carl G., Psychological Types, accesed at www.Abika.com

pada tanggal 11 Februari 2014, 13.45.

________, Psychology and Religion, London: Yale University

Press, 1966.

Kahar, Hazmida, Studi Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa

Arab, Jakarta: Beringin Mulya, 2008.

Krashen, Stephen D., Second Language Acquisition and Second

Language Learning, Pergamon Press Inc, 1981.

________, Principle and Practice in Second Language Acquisition,

Pergamon Press Inc, 2009.

Kristian, Denhan, Anne Lobeck., Linguistics at School Language

Awareness in Primary and Secondary Education.,

USA: Cambridge University Press, 2010.

Larsen, Diane., Techniques and Principles in Language Teaching.,

New York: Oxford University Press, 2000.

Lieberson, Stanley, Language Diversity and Language Contact,

California: Standford University, 1981.

Lier, Leo Van, The Ecology and Semiotics of Language Learning a

Sociocultural Perspective, Boston: Kluwer Academic

Publisher, 2004.

Leonard Bloomfield, Language, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1990.

Markee, Numa, Conversation Analysis Second Language

Acquisition Research, Lawrence Erlbaum Associates,

Inc, 2000.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2000.

Mujib, Fathul, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab, Yogyakarta:

PT Bintang Pustaka Abadi, 2010.

Page 155: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

130

Muttaqin, Pentingnya Belajar Bahasa dalam Majalah Gontor.

Diunduh: http://www.majalahgontor.net, tanggal 09

September 2013 12.56 WIB.

Myers-Briggs Type Indicator, Interpretive Report, Report Prepared

For Jane Sample, Oktober 2009.

Parera, Jos Daniel., Linguistik Edukasional Metodologi

Pembelajaran Bahasa Analisis Konstrastif

Antarbahasa Analisis Keslahan Berbahasa, Jakarta:

Erlangga, 1997.

Parera, J.D., Dasar-Dasar Analisis Linguistik, Jakarta: Erlangga,

2009.

Pervin, Lawrence A., The Science of Personality, New York:

Oxford University Press, 2003.

Purwanto M. Ngalim, Psikologi Pendidikan (edisi ke-16),

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Quenk, Naomi L., Essentials of MBTI Assessment (2nd

Edt), John

Wiley & Sons, Inc., 2009.

Radford, Andrew, et.al., Linguistics An Introduction., USA:

Cambridge University Press, 2010.

Richards, Jack C., Ricahrd Schmidt, Longman Dictionary of

Language Teaching & Applied Linguistics-Fourth

Edition, Pearson Education Limited, 2010.

Royce A., Singleton, Jr. and Bruce C. Straits, Approaches to Social

Research third edition, New York: Oxford University

Press, 1999.

Ryckman, Ricahrd M., Theories of Personality-Ninth Edition,

Thomson Higher Education, 2008.

Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rajawali Press, 2010.

Page 156: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

131

Singleton, D.M., The Age Factor in Second Language Acquisition:

A Critical Look at the Critical Periode Hypothesis

Multilingual Matters, Cromwell Press, 1995.

Singleton, David, et. al. Silence in Second Language Learning a

Psychoanalytic Reading, Cromwell Ltd Press, 2004.

Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia, Edisi Ketiga, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

Sukamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem

Instruksional, Jakarta: Inter Media, 1993.

Suryadimulya, Agus Suherman, Analisis Teori Monitor Dalam

Akuisisi Bahasa Kedua, Lembaga Pengabdian Kepada

Masyarakat Universitas Padjadjaran, 2008

Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Pemerolehan Bahasa,

Bandung: Angkasa, 2011 Edisi Revisi.

_________, Psikolinguistik, Edisi Revisi, Bandung: Angkasa,

2009.

T{u’aymah Rushdi Ah{mad, Ta’limu al-‘Arabiyah li Ghairi an-

Na>t{iqi>na Biha>, Mana>hijuhu wa Asa>li>buhu, Ribat 1989.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh

http://www.slideshare.net/dipa_234/uu-sisdiknas tgl 9

September 2013 13.19 WIB.

http://www.yaminsetiawan.com/cgi-bin/test05.pl tgl 9 September

2013 13.39 WIB, beserta instrument test MBTI.

www.antaranews.com/pribadi-ekstrovert Media online Indonesia,

One Click Away!, dimuat tanggal 21 April 2014.

Diunduh pada tanggal 14 Juli 2014.

Page 157: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

132

Jurnal Ilmiah

Bingjun, MA, “What is the Role of L1 in L2 Acquisition?”

CSCanada Studies in Literature and language, Vol. 7,

No. 2, 2013.

Campbell, Lyle, The History of Linguistics, The Handbook of

Linguistics, Blackwell Publishers,

www.blackwellpublishers.co.uk

Cazden, Courtney B., The Language of Teaching and Learning,

Harvard Graduate School of Education,

http://orange.schoolwires.com

DeGroot, Timothy and Janaki Gooty, “Can Nonverbal Cues be

Used to Make Meaningful Personality Attributions in

Employment Interviews?”, Journal of Business and

Psychology, Vol. 24, No. 2, June, 2009.

Dehbozorgi, Elham, “Effects of Attitude towards Language

Learning and Risk-taking on EFL Student’s

Proficiency”, International Journal of English

Linguistics, Vol. 2, No. 2, April 2012,

DeKeyser, Robert., “Implicit and Explicit Learning of L2

Grammar: A Pilot Study,” TESOL QUARTERLY,

Volume 28, No. 1, 1994.

Erton, Ismail, “Relations Between Personality Traits, Language

Learning Styles and Succes in Foreign Language

Achievment”, H.U Journal of Education, Volume 38,

2010.

Farghaly, Ali, Khaled Shaalan, Arabic Natural Language

Processing: Challenges And Solutions, acmtransactions

on asian language information processing, vol. 8, no.

4, article 14, pub. Date: december 2009.

Page 158: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

133

Forney, Michael, “Introverts and Extrovert: Close Encounters with

Communicators of a Different Kind”. Article was accessed

in http://www.austincc.edu/colangelo/1318/Introverts-

Extroverts.htm 6 September 2013 10:02 WIB.

Frost, Peter, Sarah Sparrow and Jennifer Barry, “Personality

Characteristics Associated with Susceptibility to False

Memories”, The American Journal of Psychology, Vol.

119, No.2, Summer, 2006.

Gan, Shengdong, “Extroversion and Group Oral Performance: A

Mixed Quantitative and Discourse Analysis Approach”,

Journal of The Hong Kong Institute of Education,

Volume 23, Number 3, 2008.

Ghani, Kamarulzaman Abdul, et.all., “Relationship between the

Usage of Language Learning Strategies and the Level

of Proficiency in Learning Arabic Ab Initio”, Asian

Social Science, Vol. 10, No. 9, 2014.

Genc, Bilal and Erdogan Bada, Culture In Language Learning And

Teaching, The Reading Matrix, Vol. 5, No. 1, April

2005.

Gholami, Reza, Reza Vaseghi, Hamed Barjasteh, Noreen Nordin,

“Extroversion is not a Benefit in a Task-Based

Language Classroom”, Singapore: IACSIT Press,

International Conference on Languages, Literature and

Linguistics IPEDR vol.26, 2011.

Golaghaei, Nassim, “Extroversion/Introversion and Breadth of

Vocabulary Knowledge”, Modern Journal of Language

Teaching Methods (MJLTM), vol. 1 Issue 3 Dec. 2001.

Hajimohammadi, Reza, “Impact of Self-Correction on Extrovert

and Introvert Students in EFL Writing Progress”,

Journal of English Language Teaching, vol. 4, no. 2;

June 2011.

Page 159: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

134

Krashen, Stephen D., Second Language “Standards For Succes”

Out of Touch With Language Acquisition, IJFLT The

International Journal of Foreign Language Teaching,

Volume 1, Number 2, Spring 2005.

Kickul, Jill and George Neuman, “Emergent Leadership Behaviors:

The Function of Personality and Cognitive Ability ini

Determining Teamwork Performance and Ksas”,

Journal of Business and Psychology, Vol. 15, No.1,

September, 2000.

Lincoln, Karen D., “Personality, Negative Interactions, and Mental

Health”, Social Service Review, Vol. 82, No.2, June,

2008.

Mahamod, Zamri., Mohamed Amin Embi, Penggunaan Strategi

Pembelajaran Bahasa untuk Menguasai Kemahiran

Membaca, Jurnal Teknologi, 42 (E) Jun. 2005 (diakses

12 Maret 2014).

Mobbs, Dean, et.all., “Personality Predicts Activity in Reward and

Emotional Regions Associated with Humor”,

Proceedings of the National Academy of Sciences of the

United States of America, Vol. 102, No.45, November.

8, 2005.

Mondak, Jeffery J. and Karen D. Halperin, “A Framework for the

Study of Personality and Political Behaviour”, British

Journal of Political Sciences, Vol. 38, No.2, April

2008.

Mueller, Gerrit and Erik Plug, “Estimating the Effect of Personality

on male and Female Earning”, Industrial and Labor

Relations Review, Vol. 60, No.1 October, 2006.

Nurjamin, Asep, “Pembelajaran Keterampilan Berbahasa”,

jurnal.stkipgarut.ac.id (diakses 07 April 2014).

Page 160: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

135

Nussbaum, E. Michael, “How Introverts Versus Extroverts

Approach Small-Group Argumantative Discussions”,

The Elementary School Journal, Vol. 102, No. 3,

January, 2002.

Revelle, William, Phyllis Amaral and Susan Turriff,

“Introversion/Extroversion, Time Stress, and Caffeine:

Effect on Verbal Performance”, Science, New Series,

Vol. 192, No. 4235, April. 9, 1976.

Saffran, Jenny R., et. al. “The Acquisition of Language by

Children”, PNAS, Volume 98, Number 23, 2001

(accessed September 6, 2013).

Schredl, Michael and Joelle Alexandra Schawinski, “Frequency of

Dream Sharing: the Effect of Gender and Personnality”,

The American Journal of Psychology, Vol. 123, No. 1,

Spring, 2010.

Shaalan, Khaled, “Rule-Based Approach in Arabic Natural

Language Processing,” International Journal on

Information and Communication Technologies, Vol. 3,

No. 3, June 2010. (accessed July 14, 2013)

Shahila, Zafar and Meenakshi, K., “A Study on The Relationship

between Extroversion-Introversion and Risk-Taking in

The Context of Second Language Acquisition”,

International Journal of Research Studies in Language

Learning, 2012, Volume 1 Number 1.

Sharp, Alastair, “Pesonality and Second Language Learning”,

Journal of Asian Social Science, Volume 4, Number

11, 2008.

Shojaee, Fatemeh and Rahman Sahragard, “The Effect of Risk-

Taking on Translation Quality of English Translation

Student”, accessed at 11th

July 2014.

Page 161: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

136

Wawancara:

Wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Modern

Assa’adah Pasirmanggu Cikeusal Serang Banten, (5

Maret 2014) .

Wawancara dengan seorang santri pondok pesantren modern

Assa’adah, (6 April 2014).

Wawancara dengan Bpk. Najmudin, salah seorang ustadz bagian

pengembangan bahasa, khususnya bahasa Arab, (12

Maret 2014).

Wawancara dengan Bpk. Abdurrahman, Ustadz mata pelajaran

bahasa Arab kelas I MMI. (12 Maret 2014).

Wawancara dengan Bpk. Tino, salah seorang ustadz bagian

pengembangan bahasa pada, (12 Maret 2014).

Wawancara dengan Bpk. Abdurrahman, Ustadz mata pelajaran

bahasa Arab kelas I MMI, (3 April 2014).

Wawancara dengan Ibu. Rahmawati, kepala sekolah SMP Plus

Assa’adah pondok pesantren modern Assa’adah, (10

April 2014).

Wawancara dengan bagian pengembangan bahasa di pondok

pesantren modern Assa’adah (14 Juni 2014).

Page 162: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

137

GLOSSARY

Akuisisi : Akuisisi secara etimologi adalah pemerolehan

Akuisisi Bahasa : Akuisisi bahasa berarti pemerolehan bahasa yaitu

proses manusia mendapatkan kemampuan untuk

menangkap, menghasilkan, dan menggunakan

kata untuk pemahaman dan komunikasi.

Implikasi : Implikasi dalam KBBI berarti keterlibatan atau

keadaan terlibat

Kepribadian : Keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan

berinteraksi dengan individu lain.

Kepribadian

Ekstrovert

: Kepribadian dengan tipe terbuka, cenderung

sociable (suka bergaul), senang berinteraksi

dengan banyak orang, penyuka pesta, sangat

membutuhkan kegembiraan, dan biasanya bekerja

pada situasi mendadak

Kepribadian

Introvert

: Kepribadian dengan tipe tertutup, cenderung

pendiam, lebih suka menyendiri dan membaca

buku dibandingkan dengan berinteraksi dengan

orang banyak, cenderung mengarahkan

pandangannya pada diri sendiri

Psikolinguistik : Merupakan gabungan dari dua kata yaitu

psikologi dan linguistik. Psikolinguistik

mempelajari faktor-faktor psikologis dan

neurobiologist yang memungkinkan menusia

mendapatkan, menggunakan, dan memahami

bahasa

Sosiolinguistik : Merupakan gabungan dari dua kata yaitu sosiologi

dan linguistik. Sosiolinguistik adalah kajian

interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya

terhadap cara suatu bahasa digunakan

Linguistik : Merupakan kajian ilmu bahasa

Bahasa Asing : Bahasa yang tidak digunakan oleh seseorang atau

sekelompok yang tinggal di sebuah tempat

tertentu

Page 163: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

138

Bahasa Ibu : Bahasa pertama yang pertama kali manusia

pelajari sewaktu lahir

Bahasa Kedua : Bahasa yang didapat setelah bahasa pertama atau

bahasa ibu

Interlanguage : Didefiniskan sebagai bahasa antara yaitu

kemampuan bahasa yang didapat pada proses

pemerolehan bahasa dari bahasa pertama ke

bahasa kedua

Pembiasaan

Operan

: Disebut juga operant conditioning yaitu adanya

penekanan pada hubungan dua kesatuan tingkah

laku

Kompetensi

Linguistik

: Kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan

yang baik terhadap kosa-kata, pelafalan, makna,

dan tata bahasa dengan baik

Interaksi

Edukatif : Interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan

untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Pada

dasarnya interaksi edukatif adalah komunikasi

timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak

yang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan

tertentu yaitu tujuan dari kegiatan belajar

mengajar

Fonetik : Fonetik adalah ilmu yang mengkaji bunyi bahasa

dari sudut ucapan (parole)

Semantik : Ilmu tentang makna kata dan kalimat;

pengetahuan mengenai seluk-beluk dan

pergeseran arti kata

Sintaksis : Pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau

dengan satuan lain yang lebih besar atau disebut

ilmu tata kalimat

Leksikologi : Cabang linguistic yang menyilidiki kosakata dan

maknanya

Santri : Orang yang mempelajari atau mendalami ilmu

agama islam atau orang yang belajar di pesantren

Pesantren : Asrama tempat santri atau tempat murid-murid

belajar mengaji

Nativisme : Sikap atau paham suatu Negara atau masyarakat

Page 164: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

139

terhadap kebudayaan sendiri berupa gerakan yang

menolak pengaruh, gagasan atau kaum pendatang

Akulturasi : Percampuran dua kebudayaan atau lebih yang

saling bertemu dan saling mempengaruhi

Progresif : Suatu hal yang condong ke arah kemajuan atau

bersifat ke masa depan atau maju

Page 165: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

140

Page 166: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

141

INDEKS ISTILAH DAN TOKOH

A

Aitchison, 27

Akuisisi, 1, 2, 3, 7, 15, 25, 26, 29,

30, 34, 36, 38, 39, 45, 104

Akuisisi Bahasa, 1, 2, 3, 7, 15, 25,

26, 29, 30, 34, 36, 39, 45, 104

Akulturasi, 7

Analisis, 1, 7, 21

B

Bahasa, 1, 2, 3, 4, 7, 8, 11, 14, 15,

17, 18, 19, 23, 25, 26, 27, 28, 29,

30, 31, 32, 33, 34, 36, 39, 45, 49,

50, 52, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62,

63, 64, 67, 68, 69, 74, 80, 81, 82,

83, 85, 86, 90, 93, 94, 95, 96, 97,

99, 100, 102, 104, 106, 107, 108,

109, 111, 112, 116

Bahasa Arab, 1, 2, 4, 11, 14, 17, 18,

23, 49, 58, 59, 61, 62, 64, 67, 68,

69, 74, 80, 81, 82, 83, 85, 93, 94,

95, 96, 97, 102, 104, 107, 108,

109, 111, 112

Bahasa Inggris, 8, 15

Bahasa Kedua, 1, 2, 3, 7, 15, 23, 26,

29, 30, 31, 32, 34, 36, 39, 45, 50,

104, 106, 107

Bakat, 101

Barlow, 3

Behaviorisme, 4, 31

Belajar, 3, 29, 32, 51, 92

Berbicara, 14, 26, 49, 80, 81, 82,

83, 101, 102, 104

Bitchener, 74

Brady, 32

C

Chomsky, 4, 6, 22, 27, 28, 33, 34,

35, 36, 52, 62, 77, 122

Avram Noam, 127

Conrad, 32

Crow, 41, 43

E

Ekstrovert, 8, 14, 15, 23, 42, 44, 49,

50, 55, 71, 74, 80, 81, 82, 83, 85,

94, 95, 96, 97, 100, 101, 102,

104, 109, 116, 117

Eysenck, 14, 37, 39, 40, 42, 44, 49

F

Fillmore, 13

G

Gagne, 104

Guru, 20, 65, 66, 67, 68, 73, 76,

104, 108

I

Implementasi, 101

Individu, 41, 42, 43, 44, 66, 100

Interaksi, 10, 23, 51, 62, 64, 65, 66,

67, 73, 76, 88, 92

Interaksi Edukatif, 23, 62, 65, 66,

67, 76

Interlanguage, 99

Introvert, 8, 14, 15, 23, 40, 55, 57,

72, 74, 75, 77, 79, 81, 82, 83, 94,

95, 96, 97, 109, 116, 117

Page 167: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

142

J

Jung, 21, 39, 41, 45, 46, 77

K

Kebudayaan, 36

Kelas, 17

Kemampuan, 21, 90, 102

Kepribadian, 6, 8, 14, 15, 21, 23,

36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,

45, 49, 66, 74, 76, 78, 80, 81, 82,

83, 94, 95, 96, 97, 98, 102, 104,

109, 116, 117, 121, 122

Keterampilan, 14, 49, 80, 81, 82,

83, 101, 102, 104

Keterampilan Berbicara, 14, 49, 80,

81, 82, 83, 101, 102, 104

Kompetensi, 25, 32

Kompetensi Linguistik, 25, 32

Komunikasi, 36

Kosakata, 114

L

Language Acquisition, 4, 6, 13, 25,

26, 27, 28, 33, 35, 36, 38, 41, 44,

49, 53, 54, 60, 68, 73, 85, 87, 88,

91, 104, 106, 107, 115, 116, 118,

121, 122

Language Acquisition Device, 27,

28, 53, 73, 121, 122

Learning, 6, 26, 27, 32, 35, 41, 44,

80, 81, 82, 83, 87, 88, 90

Lindzey, 40, 42, 43

Lingkungan, 23, 56, 66, 67, 70, 71,

72

Lingkungan Sosial, 23, 66

Linguistik, 8, 15, 25, 32

M

Mc. Donald, 91

Metode, 10, 18, 61

Model, 23, 61, 81

Modern, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 15, 16,

17, 20, 22, 23, 26, 39, 40, 49, 52,

53, 56, 60, 61, 63, 69, 70, 81, 99,

104, 108, 116

Motivasi, 51, 91, 92, 93, 94, 95, 96,

97, 109, 122

Myers, 21, 45, 46, 77, 81

N

Native Speaker, 49

Nativisme, 9

O

Observasi, 19, 61

P

Pavlov, 33

Pembelajaran, 1, 4, 14, 60, 61, 67,

68, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97,

104, 106, 107, 108, 109, 111,

112, 116

Pembiasaan Operan, 25, 28

Pemerolehan, 3, 7, 8, 14, 19, 23, 50,

51, 52, 56, 60, 62, 63, 74, 81, 85,

86, 104, 106, 107

Pemerolehan Bahasa, 7, 8, 14, 19,

23, 50, 52, 56, 60, 62, 63, 74, 81,

85, 86, 107

Personality, 14, 31, 37, 38, 41, 43,

49, 80, 81, 82, 83

Pesantren, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 15, 16,

17, 20, 22, 23, 26, 39, 49, 52, 53,

56, 60, 61, 63, 69, 70, 104, 108,

116

Pondok, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 15, 16,

17, 20, 22, 23, 26, 39, 49, 52, 53,

Page 168: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

143

56, 60, 61, 62, 63, 69, 70, 104,

108, 113, 116, 117

Psikolinguistik, 1, 6, 9, 26, 27, 28,

29, 30, 32, 33, 34, 35, 99

Psikologi, 36, 37, 38, 39, 40, 41,

42, 43, 44, 65, 74, 92, 93

R

Responden, 94, 95, 96, 97, 109,

116, 117

Risiko, 90

Risk-Taking, 6, 13, 41, 44, 86, 87,

88, 89, 90, 91, 118, 122

Rossier, 14, 49

S

Sampel, 17, 18

Santri, 23, 52, 53, 55, 59, 66, 79,

85, 93, 94, 95, 96, 97, 99, 101,

104, 108, 109, 114, 115, 116,

117, 118, 122

Saussure, 1

Second Language Acquisition, 6,

13, 25, 26, 27, 35, 36, 38, 41, 44,

49, 54, 60, 85, 87, 88, 91, 104,

116, 118

Skinner, 3, 4, 22, 28, 29, 30, 31, 32,

33, 34

Sociable, 86, 98, 122

Sosial, 23, 66

Speaker, 49

T

Teori, 1, 7, 29, 64, 77, 106, 122

V

Verbal, 19

W

Wager, 104, 105

Wakamoto, 13, 98

Weinreich, 7

Z

Zoltan, 38

Page 169: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

144

Page 170: IMPLIKASI KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Tesis ini sependapat dengan pemikiran Avram Noam Chomsky (2006) dalam Language

BIOGRAFI PENULIS

Ahmad Habibi Syahid, S.Pd.I dilahirkan di Serang Banten,

29 Januari 1990. Putera kedua dari pasangan H.A.Hidayat dan Hj.

Nur’aidah. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD

Negeri 21 Serang dan lulus tahun 2001, melanjutkan ke pondok

pesantren modern dan menempuh pendidikan selama 6 tahun

jenjang Mts dan SMA di Pondok Pesantren Modern Assa’adah.

Selama masa kuliah S1 penulis mengabdikan diri di Pondok

Pesantren Modern Al-Islam Cipocok jaya Serang dari tahun 2007

s/d 2012.

Penulis menamatkan pendidikan S1 di IAIN SMH Banten

masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2011. Kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang S2 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tepatnya di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.