implementasi program pembelajaran pada mata...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI UNIVERSITAS TERBUKA PONDOK CABE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(SPd. I)
Di Susun Oleh:
ANA NUR WACHIDAH
1111011000099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul '6lmplementasi Program Pembelajaran Pada Mata KuliahPendidikan Agama Islam Di Universitas Terbuka Pondok Cabe"disusun oleh
Ana Nur Wachidah, NIM. 1111011000099. Diajukan kepada Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 24 Maret20l6
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
NrP. 19700727 199703 2 004
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Implementasi Program Pembelajaran Pada Mata Kuliah PendidikanAgama Islam Di Universitas Terbuka Pondok Cabe" disusun oleh ANA NURWACHIDAH Nomor Induk Mahasiswa 1111011000099, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulusdalam Ujian Munaqasah,12 Apil20l6 dthadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhakmemperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Panitia Ujian
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Dr. H. Abdul Majid Khon. M.AgNrP. 19580707 198703 t 00s
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI
Hj. Marhamah Saleh. Lc.. MANIP. 19720313 200801 2 010
Penguji 1
Drs. H. Achmad Gholib. M. AgNrP. 19541015 197902 I 001
Penguji 2
Heny Narendrany Hidayati. M.PdNrP. 197105t2 t99603 2 002
Jakarta,15 April2016
Munaqasah
Tanggal TandaTangan
vf , ' wr'6
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
t9ss042t
SURAT PERIIYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
Demikian surat
menerima segala
sendiri.
: Ana Nur Wachidah
: 1111011000099
: Pendidikan Agama Islam
: Jl. Pondok Cabe No,2Kel. Pondok Cabe Ilir, Kec. Pamulang
Tangerang Selatan, Banten.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Program Pembelajaran Pada Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam Di Universitas Terbuka Pondok Cabe
adalah benar karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Siti Khadijah, M.A
NIP :19700727 199703 2004
pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
Ana Nur Wachidah
NIM 1111011000099
Jakarta, 24 Maret 2016
i
ABSTRAK
Ana Nur Wachidah (NIM: 1111011000099). Implementasi Program
Pembelajaran Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Di Universitas
Terbuka Pondok Cabe
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program
pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka.
Program pembelajaran yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dant tindak lanjut pada mata kuliah PAI.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
bersifat kualitatif. Penelitian yang dilakukan adalah dengan cara wawancara dan studi
dokumenter. Dalam proses pemilihan informan, peneliti menggunakan proses
purposive sampling, yaitu peneliti memilih orang yang mengetahui secara jelas
permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini yang menurut peneliti memiliki
informasi berkaitan dengan Program pembelajaran yang dimaksud mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan tindak lanjut pada mata kuliah PAI di
Universitas Terbuka adalah dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dan
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka.
Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian berupa
perencanaan pembelajaran dengan menggunakan modul yang berpatok dari
Rancangan Mata Kuliah (RMK), pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
modul dan hasil evaluasi menggunakan modul berupa tes formatif.
Kata Kunci: Modul, Pembelajaran Jarak Jauh, Pendidikan Agama Islam.
ii
ABSTRACT
Ana Nur Wachidah (NIM :1111011000099) The Implementation of Learning
Program For Islamic Education Lesson at Universitas Terbuka Pondok Cabe.
This research is aimed to know how is the use of islamic education module in
distance learning for islamic education lesson at Universitas Terbuka. The use is
included the use of module for lecturer and students during the process of learning,
in both ; indirect and direct learning .
The methode of this research was descriptive qualitative. The data was collected
by using interview, and documentation. In choosing the interviewee, the researcher
used purposive sampling technic. The reseacrher choosed person who know clearly
the case of study. According to the researcher, those who had information that
related to the use of module in distance learning at Universitas Terbuka were the
tecturer of islamic education and the students who attended islamic education lesson
at Universitas Terbuka.
The result of the result describes the use of islamic education module for lecturer
and students in indirect and direct learning at UT . The module is arranged based on
RMK then the material id made by Dr. Ali Nurdin, M.Ag , Drs. Syaiful Midkar,
M.Pd, Drs. Wawan Suhermawan, M. Pd. Modul is effective learning aid that can be
used for independent learning.
Key words : module, distance learning, islamic education .
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tiada terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam, tiada yang mengatur segala urusan makhluk-Nya dan telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga pada saat ini penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Jarak
Jauh Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Universitas
Terbuka Pondok Cabe)”
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membimbing dan mengantarkan kita kepada jalan Allah SWT.
Semoga kita mendapatkan syafa’at di yaumul qiyyamah nanti. Amin
Disadari sepenuhnya kemapuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak, yaitu:
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Parmin dan Ibu Umi salamah yang telah
mendidik, merawat dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang
begitu luar biasa. Sehingga penulis bisa menjadi sekarang ini. Sekiranya
ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas segala jasa mu.
2. Kakek sekaligus guru tercinta Fima Yurdi (Alm.). Do’a terbaik selalu ku
panjatkan, semoga Allah senantiasa memberikan tempat terbaik untukmu
disana. Terima kasih telah membimbing penulis belajar selama ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
5. Hj. Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
iv
6. Siti Khadijah, M.A. Dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah
membimbing dan meluangkan waktu, memberikan masukan, nasihat dan
arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Dr. Jejen Musfah, MA. Selaku dosen Pembimbing Akademik yang setiap
kumpulan selalu memberikan arahan, nasihat dan motivasi.
8. Drs. H. Achmad Gholib, M. Ag dan Heny Narendrany Hidayati, M. Pd yang
telah berkenan menjadi penguji munaqasah dan memberi bimbingan untuk
revisi skripsi.
9. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
ilmunya yang sangat berguna bagi diri pribadi selama masa perkuliahan.
10. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang
membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi terselesaikannya skripsi ini.
11. Lembaga Penelitian Masyarakat Universitas Terbuka yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian tersebut sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
12. Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd dan Sriyono, M.Pd dosen Pendidikan Agama
Islam di Universitas Terbuka yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan
arahan. Sehingga skripsi ini dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca.
13. Mahasiswa Universitas Terbuka yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
14. Pimpinan Perpustakaan Universitas Terbuka beserta stafnya yang membantu
pelayanan fasilitas buku-buku demi terselesaikannya skripsi ini.
15. Satu-satunya adik tercinta Ridhwan Anang Ma’ruf dan satu-satunya sahabat
sekaligus kakak tercinta Yuniar Rudi Hermawan yang telah mendo’akan, dan
memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
16. Untuk sang inspirator dari skripsi ini, mas Imam Fitri Rahmadi. Ucapan
terima kasih saja mungkin belum cukup namun penulis hanya bisa
mendo’akan semoga selalu diberi rizki yang berkah dan segera bertemu jodoh.
v
17. Untuk sahabatku Anggun, Lina, Afifah, Nining, dan teman-teman
seperjuangan PAI angkatan 2011 umumnya, dan khususnya untuk teman kelas
PAI C Rena, Muta’aliyah, Uswah, Azizah, Azkaa, Neha, Syifa, Ayu, Ka Ami,
Irfan, Akmal, Firmansyah, Jaka, Haikal, Bang Ali, Aziz, Wiguna, Abda’u,
Widadi, Syauqi, Ja’far, Taufik A, Firman, Rohmat, Arvin, Taufik M, Syahrul,
yang telah membantu penulis dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini.
18. Untuk sahabat ku dari UIN Sunan Kalijaga, Maya Eka Widiastuti dan
Uswatun Khasanah alumnus IAIN Salatiga yang telah turut membantu dalam
penulisan dan setia menemani penulis untuk melewati segala rintangan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa untuk teman-teman
seperjuangan MAPK MAN 1 Surakarta, GATZLLE The Invincible Courage
yang tak bisa ku sebutkan satu per satu.
19. Terimakasih juga untuk keluarga Ikamaksuta Jakarta, sahabat sekaligus
keluarga ku, Karima, Ama, Hamidah Rosichah, Syafri, Ulul, Daus, Jamal dan
lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan
segala bimbingan, bantuan, dan do’a yang telah diberikan mendapat imbalan dari
Allah SWT. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis
khususnya dan bagi seluruh pembaca.
Jakarta, 12 April 2016
Ana Nur Wachidah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ................................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................. vi
DAFTAR TABEL..................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Modul dalam Pembelajaran Jarak Jauh ......................................... 9
1. Modul ...................................................................................... 9
a. Pengertian Modul .................................................. ............ 9
b. Karakteristik Modul ........................................................... 10
vii
c. Perbedaan Buku Teks dengan Buku Modul ...................... 11
d. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Modul ............... 12
e. Tujuan Pembelajaran Modul ............................................. 14
2. Pembelajaran Jarak Jauh ........................................................ 15
a. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh .................................. 15
b. Latar Belakang Diselenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh 17
c. Sejarah Pembelajaran Jarak Jauh........................................ 20
d. Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh ................... 22
3. Pendidikan Agama Islam ..........................………………..…. 22
a. Pengertian PAI .....................................………………..…. 23
b. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI......................................... 27
B. Penelitian Yang Relevan............... ................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
B. Metode Penelitian ........................……………………………... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ………............................................ 37
1. Studi Dokumenter ................................................................ 37
2. Wawancara .......................................................................... 37
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .....…………..…. 40
F. Tekhnik Analisis Data .............................................................…. 41
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Universitas Terbuka ...................................... 44
1. Visi dan Misi Universitas Terbuka ...................................... 44
2. Tujuan Diselenggarakannya Universitas Terbuka ............... 45
3. Sistem Pembelajaran di Universitas Terbuka ...................... 46
4. Modul di Universitas Terbuka ............................................. 48
5. Mata Kuliah PAI di Universitas Terbuka ............................ 50
viii
B. Program Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka .............................................................. 55
1. Perencanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Di
Universitas Terbuka.......................................................... 55
2. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Di
Universitas Terbuka ........................................................ 57
3. Evaluasi Dan Tindak Lanjut Pembelajaran Dengan Menggunakan
Modul Di Universitas Terbuka ......................................... 63
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................…….…………..…. 70
B. Saran .............................................................…….…………..…. 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 74
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Dosen
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mahasiswa
Lampiran 3 Berita Wawancara Koordinator Dosen PAI Sriyono, M. Pd.
Lampiran 4 Berita Wawancara Dosen PAI Drs. Syaiful Mikdar, M. Pd
Lampiran 5 Berita Wawancara Mahasiswa Rika Nur Dita
Lampiran 6 Berita Wawancara Mahasiswa Irma Rahma Suci
Lampiran 7 Berita Wawancara Mahasiswa Adi Nugroho
Lampiran 8 Berita Wawancara Mahasiswa Amalia Ulfa
Lampiran 9 Berita Wawancara Mahasiswa Ari Budiman
Lampiran 10 RMK Mata Kuliah PAI (MKDU 4221)
Lampiran 11 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari UIN Syahid Jakarta
Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian di Universitas Terbuka
Lampiran 14 Surat Pernyataan Penelitian
Lampiran 15 Uji Referensi
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Buku Teks Biasa dengan Modul
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Untuk Dosen
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Untuk Mahasiswa
Tabel 3.3 Pengkodean Data
Tabel 4.1 Substansi Kajian Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data
Gambar 4.1 Peta Kompetensi Pendidikan Agama Islam/MKDU4221/3sks
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan kita tengah menghadapi berbagai tantangan. Untuk
mengantisipasi era globalisasi, kita dituntut untuk dapat mempersiapkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang kompeten agar mampu bersaing di dunia global. Pada
era globalisasi, akan ditandai dengan adanya perubahan yang sangat cepat dalam
berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Perubahan tersebut dipacu dengan kemajuan Tekhnologi Informasi dan
Telekomunikasi (TIK) yang menuntut tersedia dan terjangkaunya layanan
pendidikan yang dapat memberikan kesempatan untuk belajar dimana saja, kapan
saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara apa saja dan sumber apa
saja yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.1
Mengingat tidak semua kebutuhan akan pendidikan dapat dipenuhi dengan
cara-cara yang konvensional. Disisi yang lain adanya berbagai ragam karakteristik
sasaran didik, kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis tidak mungkin pula
memberikan pendidikan kepada seluruh orang dengan cara yang lama, maka perlu
dikembangkan alternatif pendidikan yang dapat memberikan layanan pendidikan
tersebut melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang dalam proses pembelajarannya
juga dilaksanakan dengan model pembelajaran jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran dimana
aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pendidikan
jarak jauh merupakan pembelajaran yang menekankan pada kemandirian. Istilah
jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan
1 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.3.
2
menggunakan media, buku cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video,
komputer/internet, siaran radio dan televisi). 2
Pengembangan pendidikan jarak jauh bertujuan untuk menyediakan akses
pendidikan seluas-luasnya bagi peserta didik yang tidak memiliki kesempatan
untuk mengikuti pendidikan dengan cara tatap muka karena berbagai kendala.
Pendidikan jarak jauh berfungsi untuk memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka.3
Pendidikan Jarak Jauh adalah alternatif untuk mewujudkan pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Selain itu, Pendidikan Jarak Jauh merupakan suatu upaya untuk mewujudkan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 ayat 1 yang
mengamanatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.4
Pendidikan merupakan kebutuhan sekaligus hak dasar bagi setiap warga
negara, tanpa membedakan golongan, gender, usia, status sosial, maupun tempat
tinggal.5 Artinya setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan layanan
pendididkan. Kalau sampai tidak mendapatkan kesempatan karena kendala, maka
menjadi kewajiban pemerintah untuk mencarikan sistem pendidikan yang tepat
yang dapat melayani mereka. Sistem pendidikan jarak jauh merupakan alternatif
yang dapat memberikan layanan kepada setiap orang untuk mendapatkan
pendidikan.
2 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara), 2008, hlm. 34.
3 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.4.
4 “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional”, melalui web www.luk.staff.ugm.ac.id, 12 Oktober 2015.
5 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.2.
3
Pendidikan sebagai suatu aktivitas dalam mengembangkan kepribadian
individu sehingga dapat hidup optimal baik sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya.
Pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan aktivitas belajar.6
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu setiap
kesuksesan usaha pendidikan. Interaksi antara pendidik dan peserta didik
merupakan suatu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Interaksi
pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat interaksi ini berjalan
tanpa rencana tertulis dan bersifat non formal, sedangkan pendidikan dalam
lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan sekolah disebut pendidikan formal disebabkan ada unsur kesengajaan
yang diatur sedemikian rupa melalui tata cara dan mekanisme sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku untuk itu.
Dalam sistem pendidikan Jarak Jauh, peserta didik di tuntut untuk belajar
secara mandiri. Menurut Fatia Fatimah dan Andriyansah, belajar mandiri bukan
berarti belajar sendiri, mahasiswa PJJ dapat membentuk kelompok-kelompok
belajar baik kelompok belajar yang dapat berdiskusi langsung face to face
maupun membentuk kelompok belajar di dunia maya melalui internet.7 Artinya
belajar mandiri dengan menggunakan bantuan belajar yang telah dikembangkan,
dikemas dan disampaikan melalui media dalam berbagai jenis dengan
memanfaatkan TIK. Media teknologi tersebut dapat berupa media cetak, radio,
televisi, komputer, masyarakat awam, orang tua atau media lain yang dapat
digunakan untuk mengemas materi pembelajaran.
Bantuan belajar mandiri adalah berupa tutorial dan bahan ajar mandiri. Salah
satu bahan ajar mandiri tersebut adalah modul. Didalam kamus besar Bahasa
6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.32.
7 Fatia Fatimah & Andriyansah, Raih Sukses Belajar di Pendidikan Jarak Jauh, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013), h. 11.
4
Indonesia, tutorial adalah pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk
seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa.8 Bisa juga diartikan sebuah
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dengan dipandu oleh seorang tutor
secara jarak jauh tanpa tatap muka dan interaksi, penyampaian materi serta tugas,
sepenuhnya dilakukan secara online menggunakan internet. Menurut Drs. Syaiful
Mikdar, M.Pd, pembelajaran di Universitas Terbuka biasa disebut dengan tutorial
dan dilaksanakan dengan 2 tutorial. Bantuan berupa tutorial tersebut adalah
Tutorial Tatap Muka (TTM) dan Tutorial Online (tuton).9 Sedangkan modul
adalah bahan belajar yang sengaja disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan peserta didik belajar mandiri tanpa atau dengan bantuan
seminimal mungkin dari orang lain.10
Modul berfungsi sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran peserta didik.11
Dengan modul, peserta didik diharapkan dapat
belajar lebih terarah dan sistematis. Modul sebagai bahan belajar utama harus
memuat materi pembelajaran yang perlu dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan
standar kompetensi yang berlaku.
Modul berisi materi ajar yang harus dikuasai oleh mahasiswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) yang dikenal dengan sebutan bahan ajar lengkap. Hal ini
berarti bahwa mahasiswa cukup mempelajari modul tersebut untuk mencapai
tujuan belajar yang telah ditentukan.
Modul merupakan bahan ajar yang unik dikarenakan konsepnya yang berbeda
dengan buku teks biasa. Seperti yang dijelaskan oleh Yudhi Munadi mengenai
perbedaan antara keduanya bahwa modul merupakan program pembelajaran,
dirancang agar dapat digunakan secara mandiri, didalamnya mengandung tujuan,
bahan/kegiatan dan evaluasi, bahasa yang digunakan sangat komunikatif dan
8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), ed.3, cet.2, h.1230
9 Ww. D. PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
10
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h.99.
11
Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 111.
5
dapat menggantikan peran pengajar, cakupan pembahasannya terfokus dan
terstruktur. Sedangkan menurutnya, buku teks biasa tidak memiliki keunikan yang
dimiliki oleh modul.12
Mengenai perbedaan modul dan buku teks biasa, Drs. Syaiful Mikdar juga
menerangkan bahwa keduanya memiliki perbedaan terutama pada cara
penulisannya. Untuk menulis modul, yang pertama kali harus dipersiapkan adalah
sebuah Rancangan Mata Kuliah (RMK) sebagai patokan dalam penulisan modul.
Didalam RMK terdapat kebutuhan materi ajar modul yang kemudian dituangkan
didalam sebuah modul.13
Sedangkan untuk menulis buku teks biasa, tidak
dibutuhkan patokan apapun. Karena dalam penulisan ini, hanya bersandar pada
pemikiran dan pengetahuan penulis.
Bahan belajar cetak (modul) didesain tidak hanya memperhatikan segi
kebenaran materi, tetapi juga ketepatan komunikasi, cara penyajian dan
pedagodik. Penyajian uraian materi pada setiap modul ini harus jelas sehingga
mudah dipahami dan dimengerti. Oleh karena itu, cakupan bahasan materi
didalam modul lebih fokus, terukur serta lebih mementingkan aktivitas belajar
pembacanya, semua sajian di sampaikan melalui bahasa yang komunikatif.
Pada abad Ke-21 ini Teknologi Informatika dan Komunikasi berkembang
sangat pesat, dimana TIK menjadi sarana pembelajaran jarak jauh. Selain itu
lembaga penyelenggara telah menyiapkan modul yang merupakan bantuan belajar
paling populer dan dianggap terbaik saat ini sebagai bahan ajar mandiri dalam
sistem pembelajaran jarak jauh. Paradigma pembelajaran saat ini juga telah
berubah, pembelajaran bukan lagi hanya interaksi antara murid dengan guru
melainkan interaksi antara murid dengan guru, sumber belajar dan lingkungan
sekitar.
Dalam pembelajaran jarak jauh, sistem belajar mandiri di terapkan untuk
semua mata kuliah termasuk salah satunya adalah mata kuliah Pendidikan Agama
12 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h.99.
13 Ww. D. PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
6
Islam. Kompetensi dasar mata kuliah Pendidikan Agama Islam sebagaimana
disebutkan dalam keputusan Dirjen Dikti yaitu menjadikan ilmuwan dan
profesional yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, dan memiliki etos kerja serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan kehidupan. Namun masalah yang muncul dari fenomena tersebut, mampukah
mahasiswa memahami materi Pendidikan Agama Islam ini hanya melalui bahan
ajar modul mengingat sistem pembelajaran di Universitas Terbuka menganut
distance learning dengan ditandai adanya keterpisahan jarak, tempat serta waktu
antara peserta didik dan pendidik. Terlebih lagi pada mata kuliah PAI tidak ada
TTM dikarenakan kurangnya jumlah tutor, sehingga pada mata kuliah PAI
mahasiswa murni belajar hanya dengan bantuan modul.14
Maka berdasarkan pada rangkaian latar belakang permasalahan di atas,
penelitian ini di beri judul “Implementasi Program Pembelajaran Pada Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam Di Universitas Terbuka Pondok Cabe”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kelanjutan dari latar belakang masalah,
didalam latar belakang masalah sudah dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan
masalah. Secara umum, peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai
berikut:
a. Terpisahnya jarak, tempat, dan waktu antara pendidik dan peserta didik.
b. Interaksi secara langsung antara pendidik dan peserta didik sangatlah
minim.
c. Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca modul sebagai bahan ajar.
d. Perbedaan persepsi dalam memahami pendapat melalui bahasa tulisan.
14 Wawancara Koor.D.PAI/Sriyono/Jakarta, 02 Februari 2016
7
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus tidak melebar kemana-
mana, perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya penulis
hanya memfokuskan pada Pelaksanaan Program Pembelajaran pada Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka.
D. Perumusan Masalah
Setelah diidentifikasi dan ditentukan pembatasan masalahnya maka perlu
adanya perumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan diatas, peneliti hanya merumuskan
masalah tentang bagaimana implementasi program pembelajaran mata kuliah PAI
di Universitas Terbuka?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi program pembelajaran mata
kuliah PAI di Universitas Terbuka.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
bagaimana bagaimana implementasi program pembelajaran mata kuliah PAI di
Universitas Terbuka. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi peneliti berikutnya.
8
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi
pendidikan khususnya dilingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritis
1. MODUL
a. Pengertian Modul
Modul adalah suatu paket pengajaran yang berkenaan dengan suatu unit
terkecil bertahap dari mata pelajaran tertentu.15
Dalam bukunya, Vembrianto
menjelaskan bahwa modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit
konsep dari pada bahan pelajaran. 16
Pengajaran modul itu merupakan usaha
penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa mampu
menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
Menurut Dr. H. Ali Mudlofir, “modul adalah bahan ajar yang disususn secara
sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat
digunakan secara mandiri.” 17
Sedangkan menurut Bambang, modul adalah bahan
belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan
dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dapat
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. 18
Setelah beberapa pendapat diatas Yudi Munadi berpendapat bahwa modul
merupakan bahan belajar yang dapat di gunakan oleh siswa untuk belajar secara
mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. 19
Dikatakan
demikian karena modul dibuat berdasarkan program pembelajaran yang utuh dan
sistematis serta dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.
15 Oemar Hamalik, Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan,(Bandung: Trigenda
Karya, 1993), h.145
16
Vembrianto, Pengantar Pengajaran Modul, (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita,
1981), h.20
17 Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar
dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.149
18
Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.110
19 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h.99
10
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul
adalah sumber belajar berisikan petunjuk, materi pembelajaran, alat evaluasi yang
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasan yang terfokus dan terukur
sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri.
b. Karakteristik Modul
Pembelajaran dengan menggunakan modul memiliki ciri-ciri yang unik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hamalik berpendapat bahwa
ciri-ciri tersebut adalah:
1) Belajar mandiri (self instructional)
2) Berdasarkan prinsip perbedaan individual
3) Tujuan instruksional dirumuskan dalam bentuk TIU dan TIK.
4) Asosiasi, strukturisasi, dan urutan pengetahuan.
5) Penggunaan multimedia, artinya kombinasi bermacam-macam media
pembelajaran secara bervariasi.
6) Partisipasi siswa aktif sesuai dengan pendekatan cara belajar siswa aktif.
7) Penguatan(reinforcement) atas respons, sehingga terjadi hubungan
stimulus respons yang kuat pada hasil belajar.
8) Strategi evaluasi berpijak pada penilaian oleh diri sendiri (self
evaluation) sehingga siswa langsung memperoleh umpan balik atas hasil
belajarnya. 20
Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan, bahwasanya karakteristik dari
modul menekankan kepada belajar mandiri (self intructional) baik itu dari teknik
belajar maupun evaluasi hasil belajar dengan mengikuti petunjuk yang ada
didalam modul. Sehingga pengguna modul dapat bebas memilih teknik dan waktu
belajar sendiri serta dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya dengan
cara melakukan penilain sendiri sesuai standar yang ada.
20 Oemar Hamalik, Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan,(Bandung: Trigenda
Karya, 1993), h.145
11
c. Perbedaan Buku Teks dengan Buku Modul.
Modul merupakan bahan ajar yang unik karena keberadaannya sengaja
dirancang untuk dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri. Karena
keunikannya ini, tentunya terdapat perbedaan antara keduanya. Menurut Yudhi
Munadi, perbedaan tersebut dapat kita amati pada tabel berikut21
:
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Buku Teks Biasa dengan Modul
No Buku Teks Biasa Modul
1 Untuk Keperluan umum,
tatap muka
Dirancang untuk sistem pembelajaran
mandiri
2 Bukan merupakan bahan
belajar terprogram
Program pembelajaran yang utuh dan
sistematis
3 Lebih menekankan sajian
materi ajar
Mengandung tujuan, bahan/kegiatan &
evaluasi
4 Cenderung informatif,
searah Disajikan secara komunikatif, dua arah
5 Menekankan fungsi
penyajian materi/informasi
Dapat menggantikan beberapa peran
belajar
6 Cakupan materi lebih
luas/umum Cakupan bahasan terfokus dan terukur
7 Pembaca cenderung pasif Mementingkan aktifitas belajar pemakai
Setelah melihat tabel di atas, maka dapat kita lihat bahwa perbedaan
keduanya terletak pada tujuan penulisan buku tersebut. Buku teks biasa hanya
berperan sebagai sumber informasi, sedangkan buku modul memiliki peran ganda.
21 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h.99.
12
Selain dapat menjadi bahan belajar, fungsinya dapat merangkap sebagai pengganti
pengajar.
d. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Modul
Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, selain siswa dapat
bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan
modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai
dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran yang seperti ini dirasa
semakin efektif dan efisien. Beberapa kelebihan yang diperoleh dalam
pembelajaran dengan menggunakan modul adalah sebagaimana yang diuraikan
berikut ini22
:
1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas
pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar,
pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul
yang mana mereka belum berhasil.
3) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
4) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut
jenjang akademik.
Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar
mandiri. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa modul memiliki
beberapa kelebihan dibanding pembelajaran konvensional, namun suatu hal yang
dirancang oleh manusia tentunya tak luput dari kekurangan. Setelah beberapa
kelebihan dalam penggunan modul yang telah diuraikan diatas, maka beberapa
kekurangan dari pembelajaran dengan menggunakan modul pun dapat kita lihat
keberadaanya sebagaimana yang telah diuraikan oleh M Basyirudin Usman
berikut ini23
:
22 Vocational Learning, melalui web http://vocational-
learning.blogspot.com/2012/01/pengertian- pentingnya-modul.html di akses pada tanggal 11
Januari 2015 pukul 15.23 23 M Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.69-70
13
1) Kesulitan Bagi Siswa
a) Belajar sendiri melalui modul memerlukan disiplin yang tinggi (self
dicipline). Dalam hal ini, peserta didik harus sanggup mengatur
waktu untuk belajar.
b) Kebiasaan siswa belajar tatap muka dikelas melalui guru yang
cenderung membuat mereka menjadi pasif, akan tetapi mengalami
kesulitan-kesulitan untuk beralih kepada situasi baru yang sangat
berbeda dengan pengajaran dikelas yang menuntut peserta didik
banyak belajar secara aktif dan mandiri.
2) Kesulitan Bagi Pengajar
a) Pengajar mendapat kesulitan dalam menyiapkan modul, sebab tidak
semua guru dapat membuat modul yang memenuhi persyaratan.
Modul yang baik memerlukan keahlian dan keterampilan yang
profesional, disamping penyusunannya yang memerlukan waktu
cukup lama.
b) Pengajar akan dihadapkan pada hal-hal biasa yang terjadi dalam
pengajaran konvensional, sehingga menjadi pertanyaan bagi siswa-
siswa, terutama menyangkut fase keseluruhan materi yang akan
disampaikan.
c) Pengajar sulit mengontrol aktivitas siswa yang seketika dan tidak
dapat mengendalikannya sebagaimana dalam sistim klasikal, karena
modul menekankan proses belajarnya yang didasarkan pada
kecepatan dan lamanya waktu yang digunakan oleh masing-masing
peserta didik.
3) Kesulitan Bagi Administrator
a) Pengajaran modul terlalu banyak memerlukan fasilitas dan besarnya
pembiayaan untuk menggandakan modul tersebut.
b) Diperlukan tenaga-tenaga untuk menyiapkan hal-hal yang berkenaan
dengan uji coba modul.
14
c) Sulit bagi personalia untuk menyususn jadwal pengajaran yang
fleksibel.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang
mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan
waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan
membutuhkan ketekunan tinggi dari pendidik maupun peserta didik untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.
e. Tujuan Pembelajaran Modul
Para pendidik dalam pembelajaran jarak jauh yakin bahwa modul sangat
efektif digunakan untuk membantu peserta didik dalam belajar mandiri tanpa
banyak campur tangan dari pendidik. Menurut Zakiah Daradjat, tujuan pengajaran
sistem modul adalah untuk mengorganisasi kegiatan belajar murid agar mereka
dapat: (1) menguasai tujuan pokok pelajaran, dan (2) memajukan pelajaran secara
berkesinambungan pada suatu kadar yang sesuai dengan kemampuan murid
secara individual.24
Sedangkan menurut S. Nasution menyebutkan dalam
pengajaran modul terdapat 4 tujuan, yaitu:
1) Modul memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan
masing-masing. Para ahli beranggapan bahwa para siswa memiliki
kesanggupan yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu dan berbeda-
beda pula dalam penggunaan waktu belajarnya.
2) Modul memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara
mereka masing-masing. Karena mereka memiliki teknik tersendiri dalam
memecahkan suatu masalah menurut latarbelakang pengetahuan dan
kebiasan mereka masing-masing.
3) Dalam pengajaran modul terdapat alternatif atau pilihan dari sejumlah
topik bidang studi atau disiplin ilmu lainnya, bila kita bahwa siswa tidak
mempunyai pola atau minat yang sama.
24 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.316
15
4) Pengajaran modul memberikan kesempatan terhadap murid untuk
mengenal kelebihan dan kekurangannya dalam belajar, dan memperbaiki
kelemahannya melalui remedial, ulangan atau variasi dalam belajar. sebab
dalam pengajaran modul terdapat banyak evaluasi untuk mendiagnosis
kelemahan siswa secepat mungkin untuk memperbaiki dan memberikan
kesempatan yang luas kepada mereka untuk mencapai suatu hasil yang
setinggi-tingginya. 25
2. PEMBELAJARAN JARAK JAUH
a. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses belajar agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan memperoleh ilmu,
pengetahuan, kemahiran serta pembentukan sikap. Suatu kegiatan dapat
dinamakan sebagai pembelajaran apabila memenuhi beberapa syarat berikut ini26
:
1) Kegiatan yang dimaksudkan sebagai pembelajaran harus dilakukan
dengan sengaja dan terencana. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak
bisa dilaksanakan secara spontan atau refleks, jadi memang harus
direncanakan dan terjadwal sejak awal. Dalam pembelajaran sudah ada
program yang akan diajarkan, serta persiapan kearah terjadinya situasi
pembelajaran.
2) Dilakukan oleh pihak yang mempunyai kualifikasi dan profesionalitas
yang diakui. Dalam kegiatan ini dilakukan oleh guru, widyaiswara,
instruktur atau tutor yang diakui kualifikasinya, sehingga dalam expert
pengetahuan maupun ketrampilan dapat dipertanggung jawabkan.
3) Terdapat interaksi edukasional didalam pembelajaran, baik interaksi yang
menempatkan kegiatan tersebut saling sharing pengetahuan, pengalaman
sehingga unsur mendidik sangat dominan dalam interaksi yang terjadi.
25 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.64 26 Jumali dkk, Landasan Pendidikan,(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), h.30
16
4) Kegiatan dilandasi dengan metodologi pembelajaran, artinya mekanisme
kegiatan tersebut memang didesain dengan mengikuti pola pedagogik
yang sudah divalidasikan.
5) Mempunyai tujuan intruksional. Kegiatan ini mengandung tujuan
pembelajaran yang diprogramkan dalam kerangka tujuan pendidikan
bukan tujuan lain.
6) Ada verivikasi baik dalam proses maupun akhir kegiatan sehingga dapat
diperoleh feed back untuk penilaian kegiatan pembelajaran maupun
untuk remedial teaching.
7) Terdapat program yang direncanakan, dipresentasikan dalam interaksi
edukasional yang disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mewujudkan
terselenggaranya sebuah pendidikan dengan memberikan keleluasaan kepada
pembelajar untuk mengembangkan strategi belajarnya. Dilihat dari metode
penyampaian materi pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung melahirkan sistem pendidikan konvensional dengan cara tatap muka
dan sistem pendidikan jarak jauh.
Dalam pendidikan konvensional, pendidik dan peserta didik berada pada satu
ruang dan waktu yang sama. Selama proses pembelajaran berlangsung,
pengelolaan kelas sepenuhnya adalah tanggung jawab pendidik. Mulai dari
membuka pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, melakukan tanya
jawab, sampai mengadakan penilaian dan sebagainya. Sedangkan dalam
pembelajaran jarak jauh, pendidik dan peserta didik tidak berada dalam tempat
dan waktu yang sama karena terpisah secara geografis. Karena adanya jarak
tersebut, pengawasan atau kontrol antara pendidik dan perilaku peserta didik bisa
dibilang sangat minim. Apalagi jika pendidik membatasi interaksi dengan peserta
didik. “Pembelajaran jarak jauh (distance learning) adalah pembelajaran dengan
menggunakan suatu media yang memungkinkan terjadi interaksi antara guru dan
17
siswa.”27
Dalam pembelajaran jarak jauh, komunikasi antara pendidik dan peserta
didik dilakukan melalui media. Dari sinilah pendidik dapat mengetahui kemajuan
peserta didiknya apabila peserta didik tersebut memberikan respon terhadap
pembelajaran, tugas atau ujian yang telah diberikan.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh adalah
kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya keterpisahan jarak, tempat, dan
waktu antara pendidik dan peserta didik. Keduanya melakukan interaksi melalui
media seperti komputer, radio, internet, tv dan lain sebagainya.
Perbedaan pembelajaran konvensional dan pembelajaran jarak jauh terletak
pada bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik, karakteristik peserta
didik, jenis program, peran sumber daya manusia, manajemen, teknologi dan
sebagainya. Namun perbedaan tersebut tidak menjadi penghalang untuk
mengembangkan pembelajaran jarak jauh dalam meningkatkan kualitasnya.
b. Latar Belakang Diselenggarakannya Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh diselenggarakan atas beberapa dasar yang telah di
urai sebagai berikut29
:
1) Untuk mengatasi batasan jarak, tempat dan waktu.
Pembelajaran jarak jauh dirancang untuk melayani peserta didik yang
mempunyai latar belakang yang berbeda baik itu pendidikan, usia maupun tempat
tinggal. Oleh karena itu, pembelajaran jarak jauh memiliki karakteristik atau ciri
khas dalam mengatasi perbedaan latar belakang peserta didiknya. Tentunya
karakteristik disini berbeda dengan karakteristik pembelajaran konvensional yang
dilaksanakan dengan tatap muka. Karakteristik itu adalah adanya jarak antara
pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini keduanya berada pada tempat dan waktu
yang terpisah karena letak geografis antara pendidik, peserta didik dan lembaga.
27 Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.5 28 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 16 29 Ibid, h. 7-10
18
Hal ini memudahkan bagi mereka yang tidak bisa datang untuk mengikuti kelas
tatap muka.
Untuk mengatasi keterbatasan yang ada, maka pembelajaran jarak jauh
dilengkapi dengan menggunakan media yang memungkinkan adanya interaksi
antara pendidik dan peserta didik sehingga memungkinkan terjadinya
pembelajaran yang efektif dan efisien. Awalnya bantuan pembelajaran utama pada
pembelajaran jarak jauh ini hanyalah modul, namun seiring dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, muncul media pembelajaran lain seperti
komputer, audio, video, media noncetak, multimedia, internet, dan lain-lain.
2) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Aset yang sangat penting bagi kehidupan adalah sumber daya manusia yang
berkualitas. Perbedaan kualitas manusia dapat dilihat dari penguasaan ilmu
pengetahuan, sikap, teknologi dan keterampilan seseorang. Meningkatkan kualitas
sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan pendidikan. Pendidikan
menciptakan kualitas sumber daya manusia yang unggul, kreatif dan berdaya
saing tinggi. Untuk mencapai tujuan itu, maka dapat dilakukan pendidikan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan bagian dari pendidikan,
maka perkembangan ini mempunyai peran dalam memberikan arah
perkembangan dunia pendidikan. Pada awalnya berkembang teknologi percetakan
seperti buku cetak, hingga media telekomunikasi seperti televisi, vedeo,
audio,yang direkam pada kaset atau pada CD (compact disk). Teknologi informasi
dan telekomunikasi sebagai sarana penunjang pembelajaran jarak jauh imi
ditandai dengan adanya pembelajaran online, dengan menggunakan fasilitas
internet, baik dalam pendidikan formal maupun non-formal. Hal ini memberikan
kesempatan kepada siapa saja untuk mengikuti berbagai pendidikan kapan saja
dan dimana saja.
Terdapat keuntungan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada saat ini.
Menurut Ariesto Hadi Mustopo, keuntungan tersebut adalah keefektifan biaya,
19
penggunaan yang mudah, dan interaktif. Sedangkan kekurangannya adalah
kurangnya informasi visual, kualitas audio dan video yang sangat tergantung
dengan jaringan, dan kurangnya pengalaman dalam menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.30
3) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan.
Sistem pembelajaran jarak jauh merupakan alternatif pemerataan kesempatan
dalam bidang pendidikan. Pembelajaran jarak jauh muncul karena sekolah atau
perguruan tinggi daya tampungnya sangat terbatas. Tidak semua anak bangsa
yang ingin melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi tercapai.
Apalagi, jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat banyak dan tersebar di
berbagai pulau sehingga menjadi penghalang bagi peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan yang diinginkan.
Atas dasar uraian di atas, sangat tepat untuk melaksanakan pembelajaran
jarak jauh online ini, penduduk memanfaatkan komputer dengan membuka
internet, sehingga ilmu pengetahuan dan informasi dari berbagai sumbernya dapat
diperoleh.
4) Memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan tingkat pendidikan.
Pada bebrapa negara di dunia, terutama di negara-negara yang berkembang
dan berpenduduk banyak, masih memiliki tingkat buta huruf yang
mengkhawatirkan. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk
memperoleh pendidikan dan pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan
warga negaranya.
Pembelajaran jarak jauh memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang
belum mengecap pendidikan yang lebih tinggi atau anak yang sempat putus
sekolah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu,
30 Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.6
20
pembelajaran jarak jauh memberi peluang yang terbuka lebar bagi pengajar untuk
mendapatkan pendidikan dalam upaya mengembangkan kompetensinya namun
memiliki keterbatasan tempat karena kondisi tempat bertugas di daerah terpensil,
atau terbatas dari segi waktu karena sibuk mengajar atau melakukan kegiatan
lainnya. Maka dengan pembelajaran jarak jauh ini, peserta didik dapat belajar
kapan pun, dimana pun dengan biaya dan waktu yang efisien.
2. Sejarah Pembelajaran Jarak Jauh
Di Indonesia, pembelajaran jarak jauh (distance learning) merupakan bagian
dari pendidikan jarak jauh (distance education). Dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan jarak jauh yaitu
pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui tekhnologi komunikasi, informasi
dan media lain. 31
Rumusannya tertulis dalam BAB IV Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan
tentang pendidikan jarak jauh pasal 31 pada bagian ke sepuluh yang berbunyi32
:
1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan
jenis kependidikan.
2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau reguler.
3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus
dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan yang menjamin mutu lulusan
sesuai dengan standar pendidikan nasional.
31 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003), Pasal 1 ayat 15
32 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 12-14
21
4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Di dalam bukunya Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi informasi
dan Komunikasi, Munir menjelaskan bahwa diselenggarakannya pendidikan jarak
jauh sebagai upaya pemerintah membenahi sitem pendidikan yang tepat,
terencana, simultan, dan optimal dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.33
Sebenarnya pendidikan jarak jauh ini sudah lama berada di Indonesia, yaitu
semenjak awal kemerdekaan yang tujuannya untuk mengisi kekosongan tenaga
yang diperlukan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Pada tahun
1950 pemerintah membentuk sebuah lembaga Balai Kursus Tertulis Pendidikan
Guru (BKTPG) yang mendapat tugas untuk meningkatkan kemampuan pengajar
dalam mengajar. Proses pembelajarannya dengan menyediakan berbagai paket
belajar tertulis dalam bidang profesi kependidikan. Pengembangan dari lembaga
ini, sekarang dikenal dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis
(PPPGT). Pengembangan jarak jauh berikutnya dengan adanya kebijakan dalam
GBHN untuk digunakannya siaran radio dan televisi dalam memeratakan
pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Selanjutnya pemerintah
membangun sistem komunuikasi dengan satelit domestik yang terkenal dengan
sebutan SKSD Palapa yang salah satu manfaatnya untuk pelaksanaan pendidikan
jarak jauh.
Selanjutnya, pada tahun 1974 Direktorat Pendidikan Masyarakat pada
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga mulai mengembangkan
paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa yang disebut KEJAR
(Kelompok Belajar atau Bekerja dan Belajar) Paket A, B dan C. Setelah itu, pada
tahun yang sama diselenggarakan siaran radio pendidikan untuk penataran guru
SD dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1979
33 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.13
22
diselenggarakan perintisan SMP Terbuka pada 5 lokasi yaitu di Lampung Selatan,
Cirebon,Tegal, Jember, dan Lombok Barat. Hasil evaluasi secara komprehensif
menunjukkan bahwa pada sitem SMP Terbuka memenuhi indikator kualitatif
meliputi fleksibilitas, kelayakan, efisiensi, dan efektifitas. Pada tahun 2000-an
pendidikan jarak jauh dapat kita jumpai baik itu lewat buku-buku, CD-ROM,
Video langsung ke alamat peserta pembelajaran jarak jauh. Perkembangan
teknologi yang pesat di zaman yang modern ini, khususnya perkembangan
teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak
jauh.
Pembelajaran Jarak Jauh diselenggarakan pula pada pendidikan tinggi.
Pendidikan jarak jauh pada jenjang perguruan tinggi di Indonesia dimulai pada
tahun 1984 dengan dibukanya Universitas Terbuka di Jakarta. Pada tahun 1990-an
telah dibuka kemungkinan bagi perguruan tinggi lain untuk menyelenggarakan
pendidikan tinggi jarak jauh.bagi perguruan tinggi di Indonesia yang akan
melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka dengan sistem pembelajaran jarak
jauh secara bersamaan (dual mode instructional system) perlu pemikiran yang
matang. Hal ini dapat dipahami, karena untuk membuka suatu sistem
pembelajaran jarak jauh dibutuhkan investasi yang cukup tinggi karena suatu
sistem pembelajaran jarak jauh harus didukung sistem yang canggih dan akurat
serta penyediaan materi pembelajaran dan proses pembelajaran secara penuh
sebelum mulai dioperasikannya sistem pembelajaran jarak jauh tersebut.
3. Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh.
Sasaran ialah hasil yang akan di capai secara nyata dalam rumusan yang lebih
spesifik. Sedangkan tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah
mengupayakan melalui suatu kegiatan. Munir34
menjelaskan dalam bukunya
Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi mengenai
sasaran program pembelajaran jarak jauh. Sasaran yang dimaksud dalam program
ini adalah pengajar dalam berbagai level dan jenjang, dengan tujuan, antara lain:
34 Ibid, h.115
23
1) Meningkatkan kualifikasi atau kemampuan pengajar. Dalam dunia
pendidikan sekarang ini, upaya peningkatan mutu pengajar terus
ditingkatkan, misalnya meningkatkan pengajar yang belum berkualifikasi
S-1.
2) Kurangnya kesadaran pengajar untuk selalu meningkatkan
kompetensinya dengan alasan keterbatasan waktu untuk kegiatan
tersebut. Pengajar yang sedang sedang dalam proses menempuh
perkuliahan S-1 untuk memperoleh kemampuan pengayaan (enrichment)
penguasaan kompetensinya selain untuk memperkaya pengetahuannya
serta membantu menyelesaikan studinya.
3) Meningkatkan keprofesionalisme pengajar yang sudah S-1. Pengajar
perlu dikembangkan kemampuannya sehingga layak untuk memperoleh
sertifikasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sasaran dan tujuan ini ditujukan
kepada pengajar baik dari kemampuannya dalam mengajar, peningkatan
kompetensi dan peningkatan keprofesionalisme pengajar.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian PAI
Sering kali kita mendengar istilah Pendidikan Agama Islam, namun taukah
pengertian dari istilah tersebut? Sebelum mengartikan secara keseluruhan,
alangkah lebih baik apabila kita cari arti dari perkata terlebih dahulu, agar
mendapat pengertian yang komprehensif.
Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari kata “didik” yang
mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”. Sebagaimana dijelaskan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, kata “pendidikan” memiliki arti perbuatan (hal, cara,
dan sebagainya) mendidik. Dalam Pendidikan Agama Islam, kata umum yang
digunakan adalah bahsa Arabnya yaitu tarbiyah, dengan kata kerja rabba.
Pengertian ini menunjukkan bahwa kata tarbiyah lebih mengacu pada cara
melakukan suatu perbuatan dalam hal ini mendidik. Selain kata tarbiyah kita juga
24
sering mendengar kata ta’lim. Arti kata ta’lim sendiri berbeda dengan tarbiyah.
Jika tarbiyah memiliki arti mendidik, ta’lim sendiri memiliki arti mengajar.
Mendidik berarti tidak hanya memberikan ilmu, akan tetapi juga membentuk
sebuah kepribadian. Sedangkan, mengajar hanyalah sebatas proses transfer ilmu
semata.
Beberapa tokoh pendidikan memiliki pendapat mengenai terminologi
pendidikan. Ki Hajar Dewantara, menjelaskan pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia. Pendidikan merupakan sebuah perjuangan, memelihara
hidup tumbuh ke arah kemajuan, dan pendidikan adalah usaha kebudayaan
berasas peradaban yang memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan bukanlah sekedar mengajar.
Menurutnya pendidikan merupakan sebuah usaha/kegiatan dalam membentuk
kepribadian seseorang, baik itu tingkah laku maupun akhlaknya agar menjadi
sosok pribadi yang muslim.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 1 mendefinisikan “pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.35
Jadi bisa diambil kesimpulan dari beberapa uraian di atas, pendidikan
merupakan sebuah upaya pendidik yang telah direncanakan untuk mempengaruhi
peserta didik dalam proses pendewasaan diri, dan pengembangan potensi. Setiap
individu dapat memperoleh pendidikan baik itu dari setiap pengalaman maupun
institusi pendidikan.
35 “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional”, melalui web www.luk.staff.ugm.ac.id, 12 Oktober 2015.
25
Setelah beruntun mengartikan pendidikan secara etimologis maupun
terminologis. Kata selanjutnya adalah “agama”. Kamus Umum Bahasa Indonesia
mendefinisikan agama sebagai segenap kepercayaan kepada Tuhan, Dewa, dan
sebagainya, serta dengan ajaran, kebaktian, dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.
Agama muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan
sejarahnya. Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkup manusia.
Maka tak mudah mendefinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang
apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkis seseorang dianggap
termasuk pengikut suatu agama tetapi mengingkarinya. Dan mungkin saja
seseorang mengaku memeluk agama, padahal sebagian besar pemeluk agama
tersebut mengingkarinya.
Dalam bahasa Al-qur’an “din” diartikan sebagai agama. Kata din yang
berasal dari akar bahasa Arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu:
keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan bijaksana, dan kecenderungan alami atau
tendensi. Biasanya sebuah agama melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:
a. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
b. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya.
c. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya
atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut. 36
Setelah melihat sedikit penjelasan diatas, maka definisi agama adalah sebuah
kepercayaan/keyakinan kepada Tuhan. Definisi agama disini berlaku untuk
seluruh umat agama, dan tuhan yang dimaksud di sini adalah tuhan mereka
masing-masing.
36 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, h. 31.
26
Selanjutnya adalah kata “Islam”. Apabila dicari dari asal katanya, Islam
berasal dari kata salama yang berarti patuh atau menerima. Kata dasarnya salima
yang berarti sejahtera, tidak tercela dan tidak cacat. Dari kata tersebut terbentuk
kata salamat yang kemudian menjadi selamat dalam Bahasa Indonesianya.37
Dari
asal kata tersebut dapat diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci,
bersih, sempurna dan selamat.
Abuddin Nata menjelaskan dari segi bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab
salima yang kemudian dibentuk menjadi aslama. Dari kata inilah kemudian
dibentuk menjadi kata Islam. Dengan demikian Islam dari segi bahasa adalah
bentuk ism mashdar (infinitif) yang berarti berserah diri, selamat sentosa atau
memelihara diri dalam keadaan selamat. Sedangkan secara terminologi, islam
adalah agama yang di tutunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasulnya yang
berisi tentang hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Pengertian tersebut
telah memperlihatkan bahwa Islam berkaitan dengan sikap berserah diri kepada
Allah SWT dalam upaya memperoleh keridhaan-Nya. Seseorang yang bersikap
sebagaimana dimaksud oleh perkataan Islam tersebut disebut Muslim, yaitu orang
yang telah menyatakan dirinya untuk ta’at, berserah diri, patuh, dan tunduk
dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Selain itu, Zakiyah Daradjat juga menjelaskan didalam bukunya yang
berjudul Ilmu Pendidikan Islam bahwa pendidikan agama Islam adalah
pendidikan melalui ajaran islam berupa bimbingan terhadap anak didik agar dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah
di yakininya secara menyeluruh dan menjadikan ajaran agama islam tersebut
sebagai pandangan hidup demi keselamatan di dunia maupun di akhirat.38
Setelah mengartikan secara beruntun dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, serta mengimani ajaran agama Islam.
37 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 49 38 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.63
27
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang mampu memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya baik itu
hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia lainnya, dan
manusia dengan alam semesta.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI
Tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila juga merupakan
Tujuan Pendidikan Agama Islam, karena peningkatan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dapat dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif.
Zakiah Daradjat39
menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai
tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang
pada dasarnya berisi:
1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap
positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan
anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi
intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu
pengetahuan (agama dan umum) maka anak akan menyadari bagaimana
menjadi Hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Karenanya, ia tidak berhenti mencari ilmu dan teknologi baru dalam
mencari ridha Allah. Dengan kata lain, tujuan pada aspek ini adalah
pengembangan pengetahuan Agama.
3) Menumbuh dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan
hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan mengkhayati ajaran
agama islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman hidup, baik hubungan dirinya dengan Allah
SWT, hubungan sdengan sesama manusia, maupun hubungan dirinya
39 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.89
28
dengan alam melalui cara pemeliharaan dan pengelolaan alam serta
pemanfaatan hasilnya.
Pada intinya, tujuan pendidikan agama Islam secara umum itu menuju ke
satu tempat yaitu kepada sang khaliq, dzat maha segalanya. Yaitu menjadikan
pribadi yang senantiasa taat kepada Allah dalam segala aspek kehidupannya.40
Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas,
memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia. Maka pendidikan agama Islam sebenarnya harus berarti pengajaran
tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia
dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupan
yang sejahtera di akhirat nanti. Zakiah Darajat menjelaskan ruang lingkup
pendidikan agama Islam meliputi pengajaran pada seluruh aspek kehidupan
sebagai berikut.41
1) Pengajaran Keimanan
Iman berarti percaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan disebut juga ilmu
tauhid, karena di dalamnya membahas tentang aqidah Islam, sehinga seringkali
ilmu keimanan biasa disebut dengan istilah lain yaitu Ilmu Aqidah atau Aqaid
yang membahas tentang kepercayaan, keimanan kepada wujud dan keesaan Allah.
Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yaitu
percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada para Malaikat, kepada
Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para rasul Allah, kepada Hari Kiamat,
dan kepada Qada dan Qadar.
2) Pengajaran Akhlak
Dalam bahasa Indonesia, secara umum akhlak diartikan dengan “tingkah
laku” atau “budi pekerti”. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin
40 H. Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.11
41 Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet. IV, h. 63-117.
29
seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya,
pengajaran akhlak berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan
supaya yang diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu
memiliki bentuk batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran Islan, dan bentuk
batin ini hendaknya kelihatan dalam tindak tanduknya sehari-hari. Pembentukan
ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik dan buruk,
melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau
senang berbuat.
3) Pengajaran Ibadat
Dalam pengertian yang luas, ibadat itu ialah segala bentuk pengabdian yang
ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Sedangkan Ibadat dalam
arti khusus adalah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syari’at
Islam, baik bentuk, cara, waktu, syarat, dan rukunnya.42
Contohnya seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat
dalam ilmu Fiqih.
4) Pengajaran Fiqih
Fiqih (fiqhu) artinya paham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para
ahli Fiqih (Fuqaha’), Fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum
syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Sedangkan dilihat dari segi
ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam,43
Fiqih adalah
ilmu pengetahuan yang membicarakan, membahas, dan memuat hukum-hukum
Islam yang bersumber pada Al-qur’an, Sunnah, dan dalil-dalil Syar’i lain.
Pengajaran fiqih itu luas cangkupannya, apabila diperinci lagi dapat
dikembangkan menjadi delapan topik pembahasan, yaitu ibadat, ahwalusy
syakhshiyyah, mu’amalat madaniyat, mu’amalat maliyat, jinayat dan ‘uqubat,
murafat’at, ahkamud dusturiyyah, dan ahkamud dualiyah. Atas dasar ini mata
42 Ibid, h.65 43 Ibid, h.68
30
pelajaran Fiqih itu dikembangkan menjadi beberapa mata pelajaran yang berdiri
sendiri, karena memang cakupannya sangat luas.
5) Pengajaran Ushul Fiqih
Kata “Ushul Fiqih” adalah kata yang berasal dari bahasa Arab “Ushulul
Fiqih” yang berarti asal-usul Fiqih. Maksudnya yaitu bahwasannya pengetahuan
Fiqh itu lahir melalui proses pembahasan yang digariskan dalam ilmu Ushul
Fiqih. Pengetahuan Fiqih adalah formulasi dari nash Syari’at yang berbentuk Al-
qur’an dan Sunnah Nabi dengan cara-cara yang disusun dalam pengetahuan Ushul
Fiqih. Sedangkat menurut para ahli Ushul Fiqih, mendefinisikan Ushul Fiqih
sebagai suatu ilmu yang membicarakan berbagai ketentuan atau kaidah yang dapat
digunakan dalam menggali dan merumuskan hokum syari’at Islam dari
sumbernya. Objek utama dalam pembahasan Ushul Fiqih adalah Adillah
Syar’iyah (dalil-dalil syar’i) yang merupakan sumber hokum dalam ajaran
Islam.44
6) Pengajaran Qira’at Qur’an
Qira’at Qur’an artinya membaca Al-qur’an. Membaca Al-qur’an tidak sama
dengan membaca buku atau Kitab Suci lain. Al-qur’an sendiri merupakan wahyu
Allah yang dibukukan, diturunkan kepana Nabi Muhammad saw, sebagai suatu
mukjizat, membacanya dianggap ibadat, dan merupakan sumber utama ajaran
Islam.
7) Pengajaran Tafsir
Pengajaran Tafsir maksunya adalah pengajaran Tafsir Al-qur’an. Tafsir yang
dalam bahasa Arab adalah Tabyin memiliki arti sebagi sebuah penjelasan. Maksud
dari Tafsir Al-qur’an adalah uraian arti Al-qur’an, penjelasan makna dan
penjelasan apa yang dimaksud oleh teks, isyarat, atau rahasia yang terkandung di
dalamnya. Pengajaran Tafsir ini bukan berarti pengajar bagaimana menafsir, tetapi
lebih kepada dan bagaimana tafsirnya.
44 Ibid, h.70
31
8) Pengajaran Ilmu Tafsir
Ilmu Tafsir adalah sekelompok teori (ilmu) yang dapat digunakan untuk
menafsirkan Al-qur’an. Dalam ilmu ini dibicarakan masalah uslub ayat Al-qur’an,
(rangkaian kata dan kalimat serta pengaruhnya), kaidah-kaidah untuk menafsir,
syarat-syarat untuk menafsir, istilah-istilah yang digunakan dalam menafsir,
macam-macam tafsiran, ayat muhkam dan mutasyabih, penamaan surat dan
tahapan turun ayat dan banyak lagi yang berhubungan dengan berbagai ketentuan
dan cara menafsir. Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiatan belajar mengajar
yang berisi bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori
atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk
menafsirkan Al-qur’an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar
orang dapat menafsir Al-qur’an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para
mufassir menafsirkan Al-qur’an setelah membaca buku-buku Tafsir yang ada.
9) Pengajaran Hadis
Arti asli dari “hadis” ialah “baru”. Di dalam Al-qur’an, kata hadis ini berarti
berita (kabar). Hadis Nabi berarti berita dari Nabi. Menurut pandangan para ahli
Ilmu Hadis, Hadis ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad
SAW, baik dari perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat fisik
kepribadiannya. Dalam bentuk seperti ini para ahli Hadis menyamakan antara
Hadis dengan Sunnah. Sebagai sumber sumber hukum Islam, sesudah Al-qur’an
diikuti dengan Hadis, sesudah Al-kitab diiringi dengan As-sunnah. Tujuan yang
akan dicapai dengan dengan pengajaran hadis adalah mengerti akan ajaran Islam
yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan.
10) Pengajaran Ilmu Hadis
Ilmu Hadis ialah sekelompok teori ilmu yang dapat digunakan untuk
mempelajari Hadis, baik dari segi wurud, matan, dan maknanya, dari segi riwayat
dan dirayahnya, dari segi sejarah dan tokoh-tokohnya, dari segi dapat dianggap
menjadi dalil atau tidaknya, dan dari istilah-istilah yang digunakan dalam
32
menilainya ataupun dari segi syarat-syarat dan berbagai ketentuan dalam
mamahaminya. Pengajaran Ilmu Hadis artinya proses belajar mengajar yang
materinya berisi bagaimana menilai sesuatu teks hadis untuk dijadikan sumber
hokum dalam ajaran Islam. Apakah hadis itu kuat dan memenuhi syarat untuk
dijadikan hujjah, baik dari segi matan, makna, wurud, dan dalalahnya, atau tidak
dapat dijadikan hujjah baik karena lemah atau palsunya suatu hadis.
11) Pengajaran Tarikh Islam
Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran Tarikh Islam sebenarnya
pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam. Karena itu dapat juga kita sebut Sejarah Umat Islam.
Dilihat dari segi yang umum, sejarah ini merupakan salah satu aspek dari agama
Islam. Islam lahir dan terus hidup berkembang melalui garis lintas sejarah. Islam
hadir dalam kehidupan di gelanggang sejarah sejak kondisi sebelum Islam yang
berkaitan dengan lingkungan awal mula Islam, dan kemudian sejak orang pertama
mulai menganut ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Tujuan
dari pengajaran sejarah Islam supaya tahu dan mengerti pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam sejak dari awalnya, sampai zaman di mana ia hidup.
Selain itu, tujuan yang lebih luas adalah untuk mengenal dan mencinyai Islam
sebagai agama pegangan hidup.
12) Pengajaran Tarikh Tasyri’
Tarikh Tasyri’ atau lengkapnya Tarikh Tasyri’ Islami artinya adalah sejarah
pensyari’atan Ajaran (hukum) Islam atau sejarah resminya berlaku ajaran Islam.
Pengajaran Tarikh Tasyri’ Islami sebenarnya pengajaran sejarah yang sudah
dikembangkan yang materinya khusus mengenai ajaran atau hukum Islam.
Pengajaran khusus dibicarakan karena erat hubungannya dengan mata pelajaran
lain seperti Tafsir, Hadis, Fiqih, dan pengetahuan agama lainnya.45
Namun yang
paling dominan dalam Tarikh Tasyri’ Islami adalah sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ajaran (hukum) Islam. Meskipun terdapat berbagai pendapat
45 Ibid, h.117
33
tentang kapan isi Tarikh Tasyri’ itu dimulai, namun pendapat mayoritas ulama
Syari’at mengatakan bahwa isi Tarikh Tasyri’ itu dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad SAW.
Secara garis besar, dapat di ambil kesimpulan bahwa ruang lingkup agama
islam mencakup 3 hal yaitu:
1. Aspek keyakinan yang di sebut aqidah, yaitu keimanan terhadap Allah
dan semua yang di firmankan-Nya untuk diyakini.
2. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah,yaitu aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam
semesta.
3. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap atau perilaku yang
nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan menyatu,
membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim.
B. Penelitian yang Relevan
Belum ada penelitian deskriptif kualitatif yang secara khusus membahas
tentang penggunaan modul dalam pendidikan jarak jauh pada mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Namun ketika melakukan pencarian referensi untuk
penelitian ini, penulis menemukan skripsi yang di tulis oleh Imam Fitri Rahmadi
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, skripsi
karyanya adalah Penerapan e-learning Dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh Pada
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan yang didapat dari judul
skripsi ini adalah perencanaan pelaksanaan tutorial online di Universitas Terbuka
dimana perencanaannya dibuat Rancangan Aktivitas Tutorial (RAT). Selain itu,
pelaksanaan tutorial online dilakukan setiap 8 inisiasi atau pertemuan. Untuk
evaluasi pada tutorial online ini di bagi menjadi dua yaitu formatif dan sumatif.
Selain skripsi tersebut di atas, penulis juga menemukan karya Nurul Fitri
Febrianti yang diberi judul Peranan e-learning pada Pendidikan Jarak Jauh
Terhadap Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan dari skripsi ini
34
adalah peranaan e-learning sebagai bantuan belajar, sumber belajar dan sebagai
sarana komunikasi.
Letak persamaan dari kedua skripsi ini dengan judul yang akan di teliti adalah
sama-sama penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Sedangkan perbedaannya
terletak pada objek yang akan di teliti. Untuk itu demi menambah wawasan
tentang Sistem Pendidikan Jarak Jauh, maka peneliti tertarik meneliti sesuai
dengan judul yang telah di ajukan.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian dan mendapatkan sumber yang otentik,
penelitian ini langsung dilakukan di Universitas Terbuka pusat yang beralamatkan
di Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Ciputat, Tangerang. Alasan peneliti memilih
Universitas Terbuka adalah Universitas Terbuka merupakan universitas yang
menerapkan pembelajaran jarak jauh dimana dalam pelaksanaannya menggunakan
modul sebagai bantuan belajar.
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, yaitu bulan November, Desember,
Januari, februari dan Maret. Dalam waktu lima bulan inilah penulis menggunakan
waktu untuk penelitian yang dimulai dari tahap persiapan, tahap pengumpulan
data, tahap pengolahan data, dan yang terakhir adalah tahap penulisan laporan dari
data yang telah diolah.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah rangkaian kegiatan yang pelaksanaanya dilakukan
secara ilmiah, untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.46
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu
suatu metode yang hasilnya berupa data deskriptif melalui pengumpulan fakta-
fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrument dari peneliti
sendiri.47
Pada penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen aktif
dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Peneliti adalah alat instrumen
yang kehadirannya tidak bisa digantikan oleh alat lain. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet
ke-18, h.2
47
Lexy Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.4
36
1. Penelitian lapangan atau field research adalah penelitian yang berbasis
pada data dilapangan langsung.48
Dalam penelitian ini peneliti mencoba
menganalisa data dilapangan kemudian menghubungkan dengan teori
yang ada sehingga dapat mengetahui relevansi dari keduanya.
2. Penelitian kepustakaan yaitu dengan menelaah buku-buku yang ada
kaitanya dengan masalah yang penulis bahas pada skripsi ini sebagai
bahan teoritis.
Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya berjudul Metode Penelitian
Pendidikan, penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tidak menggunakan manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas agar menggambarkan suatu fenomena-
fenomena yang sebenarnnya, baik itu sedang berlangsung maupun telah terjadi
dimasa lampau.49
Dalam proses pemilihan informan, peneliti menggunakan proses snowball
sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel sumber data pada awalnya
jumlahnya sedikit, tapi kemudian menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari
jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang
memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber
data. Dari sinilah data yang tadinya sedikit kemudian bertambah menjadi lebih
bnayak.50
Pada penelitian ini yang menurut peneliti memiliki informasi berkaitan
dengan penggunaan modul dalam pembelajaran jarak jauh di Universitas Terbuka
adalah dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam bapak Sriyono, M.Pd dan
bapak Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd dan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka.
Dengan metode analisis deskriptif yang bersifat kualitatif, dijelaskan dalam
penelitian ini penggunaan modul dalam sistem pembelajaran jarak jauh pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka. Penelitian ini berfokus
48 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013),
h.20
49
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 54
50
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet
ke-18, h.219
37
pada bagaimana dosen dan mahasiwa menggunakan modul dalam pembelajaran
jarak jauh maupun pembelajaran tatap muka pada mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif menurut Taylor dan Bogdan berbentuk deskriptif, berupa kata-
kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati. Demi
menghasilkan data yang autentik, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dan dianalisis
berupa buku modul mata kuliah Pendidikan Agama Islam tahun 2015, buku
perkembangan Universitas Terbuka serta dokumen yang lainnya.
2. Wanwancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan
data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Lexy J. Moleong menjelaskan wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jabatan atas pertanyaan.51
Dalam penelitian ini digunakan wawancara bebas terpimpin yaitu
pewawancara membawa kerangka pertanyaan, akan tetapi bagaimana pertanyaan
itu diajukan, dengan gaya dan intonasi penyampaian yang seperti apa itu
diserahkan pada pewawancara untuk mendapatkan informasi tentang
implementasi program pembelajaran pada mata kuliah pendidikan agama islam di
Universitas Terbuka.
51 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.
186.
38
Adapun kisi-kisi wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tebel 3.1
Kisi-kisi wawancara untuk Dosen
No Pertanyaan Sub Pertanyaan
1
Bagaimana perencanaan
pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan menggunakan
modul?
Apa saja yang direncanakan dalam
pelaksanakan pembelajaran jarak
jauh PAI berbasis modul di
Universitas Terbuka?
Bagaimana perencanaan penilaian
dalam modul?
Kendala apa yang di temui dalam
merencanakan pembelajaran PAI
berbasis modul dan bagaimana cara
mengatasi kendala tersebut?
2
Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan
menggunakan modul
Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran PAI berbasis modul
di Universitas Terbuka?
Bagaimanakah konsep modul yang
digunakan dalam pembelajaran
PAI?
Apa yang membedakan antara
bahan ajar modul dengan buku teks
biasa?
Bagaimana dosen menggunakan
modul dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran mata kuliah
PAI di Universitas Terbuka?
39
Bagaimana dosen dan mahasiswa
berinteraksi selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran PAI di
Universitas Terbuka?
Keuntungan apa yang didapat
dengan menggunakan modul dalam
pembelajaran PAI?
Adakah kendala dalam
menggunakan modul dalam
pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh mata kuliah PAI dan
bagaimana cara mengatasinya?
2
Bagaimana evaluasi hasil
pembelajaran PAI dengan
menggunakan modul
Bagaimana evaluasi hasil belajar
dengan menggunakan modul PAI
di UT?
Apabila terdapat nilai mahasiswa
dibawah standar, bagaimana cara
dosen menindak lanjutinya?
Adakah kendala dan bagaimana
cara mengatasi kendala dalam
evaluasi dan menindak lanjuti hasil
belajar dengan menggunakan
modul?
40
Tabel 3.2
Kisi-kisi wawancara untuk mahasiswa
NO Pertanyaan Sub Pertanyaan
1
Bagaimana
penggunaan modul
oleh mahasiswa
UT?
Bagaimana tanggapan Anda tentang
pembelajaran PAI dengan menggunakan
modul?
Manfaat apa yang Anda dapat dari modul
dalam pembelajaran PAI?
Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran
PAI?
Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh maupun
pembelajaran tatap muka?
Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas
yang diberikan? Dan apa pengaruh tugas tersebut
bagi Anda?
apa saja kendala yang ditemukan selama
pembelajaran PAI dengan menggunakan
modul?
bagaimana cara Anda mengatasi kendala-
kendala yang ada?
apakah modul membantu dalam pembelajaran
jarak jauh pada mata kuliah PAI?
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan kepada kriteria-kriteria untuk
menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian
41
kualitatif, keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan derajat
kepercayaan data.
Agar data yang digunakan dalam penelitian ini terjamin kepercayaanya dan
validitasnya, maka pengecekan data yang peneliti gunakan adalah triangulasi.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Trianggulasi merupakan suatu pendekatan dalam
pengumpulan data, dengan cara mengumpulkan bukti dengan cara seksama dari
berbagai sumber.52
Ada empat macam triangulasi sebagai tekhnik pemeriksaan
sumber, metode, penyidik dan teori. Adapun tekhnik triangulasi yang peneliti
gunakan adalah sebagai berikut:
a. Triangulasi Sumber
Peneliti melakukan tekhnik ini dengan cara membandingkan data hasil
wawancara dari pihak lembaga dengan data hasil pengamatan, data hasil
wawancara dari mahasiswa, serta dari hasil pengamatan terhadap dokumen
yang berkaitan. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas serta hubungan
antara berbagai data sehingga kesalahan analisis dapat dihindari.
b. Triangulasi metode.
Peneliti melakukan tekhnik ini dengan dua cara, yaitu:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa tekhnik pengumpulan data.
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian kualitatif, ada berbagai cara untuk menganalisis data. Namun
secara garis besar, analisis data dimulai dari reduksi data, display data,
pengambilan keputusan dan verifikasi. Dalam mengolah dan menganalisis data
yang diperoleh dari penelitian, peneliti menggunakan analisis data model air yang
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
52 Boy S Sabarguna, analisis data pada penelitian kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2004), h.27
42
pengumpulan data. Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini, yakni
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1
Komponen-komponen Analisis Data (Model Alir)53
Masa Pengumpulan Data
REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA ANALISIS DATA
Selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI DATA
Selama Pasca
Dari gambar tersebut terlihat dengan jelas bahwa penelitian kualitatif, analisis
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Dimulai dengan reduksi data, display
data, hingga penarikan kesimpulan/verifikasi data. Bahkan ada juga yang memulai
analisis data sejak penelitian belum dilaksanakan. Analisis dilakukan terhadap
data hasil pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk fokus
penelitian.
1. Reduksi Data
Data yang didapat dilapangan begitu banyak, untuk itu data yang didapat
dilapangan langsung diketik atau ditulis dengan rapi, terinci, serta sistematis
setiap selesai mengumpulkan data. Setiap harinya, data yang terkumpul akan
bertambah semakin banyak. Oleh karena itu, laporan tersebut harus dianalisis
sejak dimulainya penelitian. Laporan-laporan tersebut perlu di reduksi, yaitu
53 Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet2, h.87
43
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.54
Dengan demikian, data-data yng telah
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu dibutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data dan
mengkode data. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengkodean Data
No Aspek Pengkodean Kode
1
Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Ww
b. Dokumentasi Dok
2
Sumber Data
a. Koordinator Dosen
PAI Koord. D. PAI
b. Dosen PAI D. PAI
c. Mahasiswa PAI M. PAI
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah display data.
Data yang semakin bertumpuk kurang dapat memberikan ganbaran yang
menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan display data. Display data ialah
menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart, grafik, dan
sebagainya. Melalui data penyajian tersebut, maka data menjadi
terorganisasikan dan lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan pengumpulan data dan bukti-bukti
yang ditemukan yang mendukung dalam pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan tidak akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya.
54 Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet2, h.84
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Universitas Terbuka
Universitas Terbuka (UT) adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia
yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden
RI Nomor 41 Tahun 1984. UT memiliki 4 Fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi
(FEKON), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) dan satu Program Pascasarjana. Pada tahun 2015 UT menyelenggarakan
34 program studi yang terdiri dari 28 Program Sarjana Non Pendas (25 Program
Sarjana dan 3 Program Diploma), 2 Program Sarjana Pendas, dan 4 Program
Magister.55
1. Visi dan Misi Universitas Terbuka
Sebagai perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas Terbuka memiliki
visi dan misi. Visi UT adalah “Universitas Terbuka menjadi salah satu institusi
PTJJ unggulan di Asia pada tahun 2010 dan dunia pada tahun 2020”56
Untuk mencapai visi tersebut, Universitas Terbuka memiliki misi sebagai
berikut:
1) Memperluas kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi yang
bermutu bagi masyarakat melalui sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ)
2) Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan/
profesional yang mampu bersaing secara global.
55 Tentang UT melalui web http://www.ut.ac.id/sejarah-ut, di akses 1 Desember 2015
56
Asnah said, dkk, Perkembangan Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).
Cet. Pertama
45
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat pengguna dalam pendidikan
berkelanjutan guna mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based society)
4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan
sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ, khususnya Pendidikan Tinggi Jarak
Jauh (PTJJ)
5) Menyebrluaskan dan berbagi informasi tentang PJJ, khususnya PTJJ
secara inovatif dan berkesinambungan
6) Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui pelayanan
pendidikan tinggi secara luas dan merata
7) Meningkatkan pemahaman lintas budaya dan jaringan kerjasama melalui
kemitraan pendidikan pada tingkat lokal, nasional dan global.
8) Menghasilkan produk-produk akademik bidang PJJ, khususnya PTJJ dan
bidang keilmuan lainnya.
2. Tujuan Diselenggarakannya Universitas Terbuka
Untuk mencapai Visi dan menjalankan Misi, Tujuan penyelenggaraan UT
dirumuskan sebagai berikut.
a. Menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas dunia bagi
seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan berbagai program
PTTJJ.
b. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan/atau
profesional yang mampu bersaing secara global.
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan
guna mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based
society).
d. Menghasilkan produk-produk akademik dalam bidang PJJ, khususnya
PTTJJ, dan bidang keilmuan lainnya.
46
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan
sistem PJJ, khususnya PTTJJ.
f. Memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan
kelembagaan untuk menjawab tantangan kebutuhan pembangunan
nasional.
g. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui pelayanan
pendidikan tinggi secara luas dan merata.
h. Meningkatkan pemahaman lintas budaya dan jaringan kerja sama melalui
kemitraan pendidikan pada tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Sistem Pembelajaran di Universitas Terbuka
UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak
jauh berarti pembelajaran dilaksanakan secara tidak bertatap muka, melainkan
menggunakan perantara media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak
(audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi).57
Makna dari
terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu
registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap
mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas
(SMA atau yang sederajat) untuk Program Sarjana dan Diploma.
a. Cara Belajar
Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri
menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar
mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam
kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial. UT menyediakan bahan ajar
yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri. Selain menggunakan bahan
ajar yang disediakan oleh UT, mahasiswa juga dapat mengambil inisiatif untuk
memanfaatkan bahan bacaan lain diperpustakaan mengikuti tutorial, baik secara
57 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2014 Program Pendas, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2014)
47
tatap muka maupun melalui internet, radio, dan televisi; serta memanfaatkan
sumber belajar lain seperti bahan ajar berbantuan komputer dan program
audio/video. Apabila mengalami kesulitan belajar, mahasiswa dapat meminta
informasi tentang bantuan belajar kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh
Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) setempat.
Belajar mandiri dalam banyak hal ditentukan oleh kemampuan belajar secara
efektif. Kemampuan belajar bergantung pada kecepatan membaca dan
kemampuan memahami isi bacaan. Untuk dapat belajar mandiri secara efektif,
mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang
kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien,
sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang ditentukan
sendiri. Oleh karena itu, agar dapat berhasil belajar di UT, calon mahasiswa harus
siap untuk belajar secara mandiri.
b. Sistem Kredit Semester
UT seperti halnya perguruan tinggi yang lain, menerapkan Sistem Kredit
Semester (SKS) untuk menetapkan beban studi mahasiswa. Dalam sistem ini,
beban studi yang harus diselesaikan dalam satu program studi diukur dengan
satuan kredit semester (sks). Setiap mata kuliah diberi bobot 1-6 sks. Satu
semester adalah satuan waktu kegiatan belajar selama kurang lebih 16 minggu.
Dalam pendidikan tinggi tatap muka, mahasiswa yang mengambil beban studi
satu sks harus mengikuti perkuliahan selama satu jam per minggu di kelas dan
satu jam untuk praktek, praktikum, atau belajar di rumah, sehingga dalam satu
semester mahasiswa harus mengalokasikan waktu belajar sekitar 32 jam. Untuk
menempuh mata kuliah yang berbobot 3 sks dibutuhkan waktu belajar sekitar 96
jam per semester.58
Dalam sistem pendidikan jarak jauh, mahasiswa juga harus mengalokasikan
waktu yang sama dengan mahasiswa tatap muka (2 jam per minggu per sks).
58 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2014 Program Pendas, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2014)
48
Hanya saja kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan secara mandiri (belajar
sendiri, belajar berkelompok, atau tutorial).
Dengan sistem belajar seperti ini mahasiswa UT diharapkan mengalokasikan
waktu belajar sesuai dengan beban sks yang diambil, atau mengambil beban sks
setiap semester sesuai dengan waktu belajar yang dapat dialokasikan, serta
mempertimbangkan kemampuan akademik masing-masing
4. Modul di Universitas Terbuka.
Pada sebagian besar institusi PJJ di berbagai negara, media cetak merupakan
media utama yang digunakan dalam pembelajarannya. Walaupun ada sebagian
PJJ yang menggunakan media non-cetak, namun presentase dengan menggunakan
media cetak lebih besar jumlahnya. Melihat presentase penggunaan jenis media
cetak ini, UT dikategorikan sebagai universitas jarak jauh yang berbasis pada
media cetak.59
Media cetak yang dikenal di UT adalah modul atau biasa disebut
dengan Buku Materi Pokok (BMP). Dimana dari waktu ke waktu mengalami
perbaikan baik dari aspek pola tim pengembangannya, format isi, maupun
kemasannya.
Dalam pengembangan modul, sejak awal UT menggunakan pola tim penulis-
editor. Pola ini melibatkan dua profesi yaitu penulis dan editor. Penulis memiliki
keahlian dalam bidang materi yang akan disampaikan dan editor memiliki
keahlian dalam mengemas materi dalam format sajian yang telah ditetapkan.
Untuk menunjang proses pengembangan bahan ajar, UT di bantu oleh para ahli
materi/pengajar dari berbagai perguruan tinggi negeri yang terbaik di tanah air
sebagai penulis, seperti UI, UGM, IPB UNAIR, UPI, dan lain-lain.60
Hingga saat
ini jumlah tenaga ahli dari PTN lain yang terlibat dalam penulisan modul/BMP
UT hampir mencapai 97% dari seluruh modul yang pernah dan sedang
dikembangkan oleh UT.
59 Asnah said, dkk, Perkembangan Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).
Cet. Pertama, h.85
60
Wawancara. D.PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
49
Dengan menggunakan tenaga-tenaga pengajar dari universitas ternama
tersebut, bahan ajar UT memiliki nilai akademik yang tinggi dan berkualitas,
sehingga tidak heran kalau modul tersebut tidak hanya digunakan oleh mahasiswa
UT tetapi juga digunakan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi lain baik itu
negeri maupun swasta.
Modul berisi materi ajar yang harus dikuasai oleh mahasiswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) yang dikenal dengan sebutan bahan ajar lengkap. Hal ini
berarti bahwa mahasiswa cukup mempelajari modul tersebut untuk mencapai
tujuan belajar yang telah ditentukan. Format isi modul secara umum memiliki
beberapa komponen yaitu: Pendahuluan, Tujuan Intruksional Umum (TIU),
Tujuan Intruksional Khusus (TIK), Kegiatan Belajar (yang meliputi: uraian dan
contoh, Latihan, Petunjuk Jawaban Latihan, Rangkuman, Tes Formatif, Umpan
Balik dan Tindak Lanjut, serta buku kerja), Kunci Jawaban Formatif, dan Daftar
Kepustakaan.
Modul merupakan bahan ajar yang unik dikarenakan konsepnya yang berbeda
dengan buku teks biasa. Seperti yang telah dibahas pada kajian teori sebelumnya,
Yudhi Munadi telah menjelaskan mengenai perbedaan antara keduanya bahwa
modul merupakan program pembelajaran, dirancang agar dapat digunakan secara
mandiri, didalamnya mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi, bahasa
yang digunakan sangat komunikatif dan dapat menggantikan peran pengajar,
cakupan pembahasannya terfokus dan terstruktur. Sedangkan menurutnya, buku
teks biasa tidak memiliki keunikan yang dimiliki oleh modul.
Buku pada umumnya dibuat dengan berdasarkan pemikiran dari penulis dan
beberapa rujukan buku lainnya. Untuk menambahkan pengetahuan tentang
perbedaan modul dan buku teks biasa, setelah dilakukan penelitian modul dibuat
dari berbagai sumber buku dengan berpatok kepada Rancangan Mata Kuliah
(RMK)61
sebagai fokus pembahasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syaiful
Mikdar kepada peneliti bahwa dilihat dari sistematika penulisan sangatlah
61 Dok.D.PAI/Syaiful Mikdar/Jakarta.02 Februari 2016
50
berbeda. Modul ditulis dengan pola yang merujuk pada RMK. Sedangkan buku
teks biasa merupakan hasil pikiran penulis yang cara penulisannya tidak
menggunakan patokan apapun.
5. Mata Kuliah PAI Di Universitas Terbuka
Di Universitas Terbuka, mata kuliah PAI merupakan mata kuliah dasar
umum yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa UT yang beragama Islam. Hal
ini didasarkan pada Surat Keputusan Nomor: 43/ DIKTI/ Kep/ 2006 tentang
rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di
perguruan tinggi, bahwa mata kuliah PAI termasuk kedalam kelompok MPK.
Untuk semua jurusan, mata kuliah PAI di UT diselenggarakan dengan beban
3 sks dan dilaksanakan pada semester pertama. Hal ini seperti yang dijelaskan
oleh bapak Syaiful Mikdar selaku dosen mata kuliah PAI kepada peneliti:
“Berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 43/ DIKTI/ Kep/ 2006 tentang rambu-
rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di
perguruan tinggi, bahwa mata kuliah PAI termasuk kedalam kelompok
MKDU. Oleh karena itu, bobot sks yang dibebankan pada mata kuliah PAI
sebanyak 3 sks, dimana mata kuliah ini dilaksanakan pada semester
pertama.”62
Hal ini juga sesuai dengan pengamatan peneliti dilapangan ketika peneliti
mengumpulkan data dari beberapa mahasiswa Universitas Terbuka yang
menyatakan bahwa mata kuliah PAI diselenggarakan pada semester awal dengan
bobot 3 sks.63
Adapun tujuan mata kuliah PAI yang akan dicapai oleh Universitas Terbuka
secara umum adalah mahasiswa diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai ajaran
agama Islam untuk menumbuhkan kerukunan antar umat beragama kehidupan
secara individual, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
62 Wawancara.D.PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
63
Lihat lampiran observasi berita wawancara dengan mahasiswa UT
51
Secara khusus setelah mahasiswa mempelajari materi mata kuliah ini
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Menjelaskan hakikat, martabat, dan tanggung jawab manusia.
3. Menjelaskan pengertian masyarakat beradab, peran umat beragama, HAM
dan demokrasi,
4. Menumbuhkan kesadaran untuk taat terhadap hukum dan fungsi agama.
5. Menjelaskan pengertian moral dan akhlak mulia.
6. Menjelaskan budaya akademik, etos kerja, sikap terbuka dan keadilan.
7. Menjelaskan tentang IPTEKS dan IMTAQ.
8. Menjelaskan peran agama dalam kehidupan berpolitik untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa, nilai-nilai ajaran agama Islam sebaga
rahmat Tuhan YME, dan
9. Mewujudkan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan prularistik
di Indonesia.
Peta kompetensi mata kuliah pendidikan agama Islam di UT dijelaskan pada
Buku Materi Pokok (BMP), sebaga berikut64
:
64 Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suhermawan, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2013), h.iii
52
Gambar 4.1
Peta Kompetensi Pendidikan Agama Islam/MKDU4221/3 sks
Berdasarkan rambu-rambu materi yang sudah diberikan oleh dikti dan telah
dikembangkan oleh tim dosen pendidikan agama islam di Universitas Terbuka
melalui Rancangan Mata Kuliah (RMK), kemudian baru dibuat materi tersebut
9. Menerapkan Kerukunan antar Umat Beragama
8. Menjelaskan Tentang Politik
9. Menerapkan Kerukunan antar Umat Beragama
7. Menjelaskan Tentang Budaya
6. Menjelaskan Tentang IPTEKS
5. Menjelaskan Tentang Moral
4. Menjelaskan Tentang Hukum
2. Menjelaskan Tentang Manusia
3. Menjelaskan Tentang Masyarakat
1. Menjelaskan Tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
53
yang selanjutnya akan dituangkan dalam sebuah modul.65
Setiap sks disetarakan
dengan 3 modul, oleh sebab mata kuliah PAI termasuk MKDU dan dibebani
dengan 3 sks, maka jumlah modul yang ada sebanyak 9 modul. Kemudian dari 9
modul tersebut dirangkum menjadi satu buku yang kemudian disebut dengan
Buku Materi Pokok (BMP). Dalam satu modul minimal terdapat 2 kegiatan
belajar dan maksimal terdapat 4 kegiatan belajar. Pada modul UT, setiap kegiatsn
belajar adalah satu sub materi. Jadi setiap materi bisa terdapat 2 sampai 4 sub
materi tergantung berapa kegiatan belajar yang ada pada setiap materinya.
Pembahasan materi mata kuliah ini lebih mengarah kepada pemahaman
ajaran agama islam yang menuntut untuk diterapkan dalam berkiprah sebagai
warga negara yang religius dalam kondisi bangsa yang prularistik yang bersifaat
universal. Untuk lebih jelasnya, berikut penulis paparkan substansi kajian mata
kuliah pendidikan agama islam yang ada pada modul PAI di Universitas Terbuka.
Tabel 4.2
Substansi Kajian Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
No Materi Sub Materi
1 Tuhan Yang Maha Esa dan
Ketuhanan
Keimanan dan ketakwaan
Filsafat ketuhanan
2 Hakikat, martabat dan
tanggung jawab manusia
Hakikat manusia
martabat manusia
tanggung jawab manusia
3
Masyarakat beradab, peran
umat beragama, hak asasi
manusia dan demokrasi.
Masyarakat beradab dan
sejahtera
Peran umat beragama dalam
mewujudkan masyarakat
beradab dan sejahtera
65
Lihat Lampiran
54
Hak asasi manusia dan
demokrasi
4 Hukum
Menumbuhkan kesadaran untuk
taat terhadap hukum Allah
SWT
Fungsi profetik agama
(kerasulan nabi Muhammad
SAW) dalam hukum Islam
5
Agama sebagai sumber
moral dan akhlak mulia
dalam kehidupan.
Agama sebagai sumber moral
Akhlak mulia dalam kehidupan
6 Ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni
Iman, ipteks, dan amal sebagai
kesatuan
Kewajiban menuntut dan
mengamalkan ilmu
Tanggung jawab ilmuwan dan
seniman
7
Budaya akademik dan
budaya kerja (etos) dalam
islam
Memahami makna budaya
akademik dalam islam
Etos kerja, sikap terbuka, dan
keadilan dalam Islam
8 Politik
Kontribusi agama dalam
kehidupan politik
Peranan agama dalam
mewujudkan persatuan dan
kesatuan
55
9 Kerukunan antar umat
beragama
Agama adalah rahmat dari
Allah SWT bagi seluruh
Hamba-Nya
Kerukunan antar umat
beragama
Setelah mengamati tabel diatas, dapat kita lihat bahwasanya materi pada
modul PAI di UT masih bersifat sangat umum. Di UT, materi Pendidikan Agama
Islam lebih menekankan kepada kewarganegaraan dan kerukunan antar umat
beragama. Apabila dibandingkan dengan ruang lingkup materi Pendidikan
Agama Islam yang telah dijelaskan oleh Zakiyah Daradjat pada bab 2 maka
sangat sempit cakupannya. Zakiah Darajat dalam teorinya menjelaskan
bahwasanya ruang lingkup PAI meliputi seluruh aspek kehidupan. Aspek
kehidupan yang dimaksud antara lain: pengajaran keimanan, pengajaran akhlak,
pengajaran ibadah, pengajaran fiqh, pengajaran ushul fiqh, pengajaran qira’at
qur’an, pengajaran tafsir, pengajaran ilmu tafsir, pengajaran hadits, pengajaran
ilmu hadits, pengajaran tarikh islam dan pengajaran tasyri’.
B. Program Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas
Terbuka
1. Perencanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Di Universitas
Terbuka.
Sebelum melaksanakan sebuah pembelajaran, pertama kali yang harus
dipersiapkan agar program pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran
hendaknya dibuat sebuah perencanaan terlebih dahulu. Begitu banyak
perencanaan yang harus dibuat, namun perencanaan yang harus dibuat
pertama kali dalam pembelajaran menggunakan modul adalah penyusunan
modul itu sendiri. Pembuatan modul dilakukan dengan prosedur yang telah
dirancang sedemikian rupa. Dimulai dari menentukan kebutuhan materi
dengan melihat jumlah sks yang dibebankan pada mata kuliah PAI, sampai
56
pembuatan materi yang berpatokan kepada RMK. Seperti yang dijelaskan
oleh Sriyono M. Pd kepada peneliti:
“Jadi awal mula proses pembuatan modul itu dengan RMK. Didalamnya
terdapat point-point penting yang dikemas dalam GBPP. Dari GBPP itu
kemudian menjadi modul. Proses pembuatan RMK yaitu ditulis oleh teman-
teman di UT, kemudian di review oleh pakar yang ahli dibidangnya
minimal bergelar S3. Kalau sudah dilakukan review baru dibuatlah sebuah
modul.”66
Senada dengan itu, Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd menjelaskan:
“Sangat banyak perencanaan dalam pembuatan modul. Yang pertama
adalah kebutuhan mata kuliah, kemudian dibuatkan Rancangan Mata
Kuliah (RMK). Kemudian disesuaikan dengan bobot SKS. Sesuai
keputusan DIKTI, PAI mendapatkan bobot 3 sks dan setiap sks nya ditulis
dalam 3 modul. Setiap modul terdapat rancangannya, yang pertama
membuat tujuan kompetensi umum (TKU). Kemudian dirinci ke dalam
tujuan kompetensi khusus (TKK). Beberapa kompetensi yang harus dicapai
dalam modul itu yang diketahui kapasitasnya dari RMK. Selanjutnya dibuat
kegiatan belajar. Setiap modulnya minimal terdapat 2 kegiatan belajar dan
maksimal 4 kegiatan belajar.”67
Setelah dibuat kegiatan belajar, kemudian diberikan tes formatif yang
perencanaannya disesuaikan dengan materi ajar. Tes formatif ini berfungsi
sebagai alat evaluasi sekaligus penentu apakah mahasiswa sudah layak untuk
mempelajari materi selanjutnya atau masih harus mempelajari ulang materi yang
diujikan pada tes fomatif. Didalam tes formatif ada 10 soal, kunci jawaban dari
soal-soal tersebut terdapat pada bagian belakang modul. Apabila nilai diatas 80%
maka mahasiswa diperbolehkan untuk melanjutkan kepada materi selanjutnya.
66 Wawancara Koor.D.PAI/Sriyono/Jakarta, 02 Februari 2016
67
Wawancara.D.PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
57
Namun apabila nilai dibawah 80% maka mahasiswa tidak diperbolehkan untuk
melanjutkan materi selanjutnya dan wajib mengulang hingga memenuhi standar.68
2. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Di Universitas
Terbuka.
Pembelajaran di UT dilaksanakan dengan dua cara yaitu Tutorial
Online(Tuton) dan Tutorial Tatap Muka (TTM). Tuton terdiri atas Tuton mata
kuliah dan Tuton Tugas Akhir Program (TAP) serta Tuton Pembimbingan Karya
Ilmiah. Hampir semua mata kuliah tersedia tutorial online-nya, pada kegiatan
Tuton tidak jauh berbeda dengan Tutorial Tatap Muka, pada intinya mata kuliah
meliputi 8 inisiasi dan 3 tugas yang dilaksanakan selama 8 minggu, mahasiswa
cukup memiliki perangkat komputer atau alat komunikasi yang tersambung
dengan internet yang cukup baik.
Selain Tuton, UT juga menyediakan bantuan belajar berupa Tutorial Tatap
Muka(TTM). TTM bukanlah sebuah perkuliahan. Dalam waktu delapan kali
pertemuan, tidak semua kompetensi dan materi mata kuliah dapat dibahas dalam
TTM. Oleh karena itu, TTM hanya akan membahas dan mendiskusikan hal-hal
yang dianggap sulit dan sangat penting dikuasai oleh mahasiswa. Dua jawaban ini
juga sesuai dengan paparan dosen Universitas Terbuka bahwa pembelajaran di
Universitas Terbuka dilaksanakan dengan dua cara yaitu, tutorial online (tuton)
dan tutorial tatap muka (TTM).69
Sebenarnya, TTM bukanlah sebuah perkuliahan. Pada TTM dosen tidak
direpotkan dengan mencari dan menuliskan materi dipapan tulis atau mendikte
materi belajar kepada mahasiswanya. Dalam waktu delapan kali pertemuan, tidak
semua kompetensi dan materi mata kuliah dapat dibahas dalam TTM. Oleh karena
itu, TTM hanya akan membahas dan mendiskusikan hal-hal yang dianggap sulit
dan sangat penting dikuasai oleh mahasiswa. Namun setelah dilakukan penelitian,
ternyata khusus mata kuliah PAI tidak ada TTM dikarenakan banyaknya jumlah
68 Wawancara.D.PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
69
Lihat lampiran wawancara dosen
58
mahasiswa ketimbang jumlah tutor tatap muka. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan dari bapak Sriyono kepada peneliti.
“.... khusus mata kuliah PAI tidak ada pembelajaran tatap muka. Hal ini
dikarenakan jumlah mahasiwa lebih banyak dari pada jumlah dosen PAI.
Kelas yang saya tangani itu ada 42 kelas untuk mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Sedangkan untuk mata kuliah Pendidikan Agama non-Islam
kira-kira 10 kelas. Setiap kelas terdiri dari 140-150 mahasiswa.”70
Selain itu, peneliti juga mendapatkan data dari beberapa mahasiwa UT
bahwasannya pada mata kuliah ini memang tidak ada TTM. 71
Oleh sebab itu,
mahasiswa sangat mengharapkan diadakannya kelas TTM pada mata kuliah ini.
Karena meskipun mata kuliah PAI terlihat mudah dipahami, namun mahasiswa
tak jarang menemukan kesulitan dalam mempelajarinya.
Untuk mengatasi hal ini, apabila mahasiswa menginginkan untuk diadakan
pembelajaran tatap muka, mahasiswa dapat mengajukan permintaan (ATPEM)
dengan syarat mahasiswa yang akan mengikuti TTM minimal 20 orang per kelas,
apabila syarat tidak terpenuhi maka tidak dapat diadakan TTM.72
Selain bantuan belajar yang disediakan oleh UT berupa TTM, UT juga
menyediakan fasilitas belajar berupa Tutorial online (Tuton). Tuton terdiri atas
Tuton mata kuliah dan Tuton Tugas Akhir Program (TAP) serta Tuton
Pembimbingan Karya Ilmiah. Hampir semua mata kuliah tersedia tutorial online-
nya, pada kegiatan Tuton tidak jauh berbeda dengan Tutorial Tatap Muka, pada
intinya mata kuliah meliputi 8 inisiasi dan 3 tugas yang dilaksanakan selama 8
minggu, mahasiswa cukup memiliki perangkat komputer atau alat komunikasi
yang tersambung dengan internet yang cukup baik. Pada kegiatan tuton, dosen
pun tidak perlu repot melaksanakan pengajaran seperti TTM. Tidak perlu bertemu
dengan mahasiswa dalam satu tempat, tetapi tuton ini bisa dilaksanakan kapan
pun, dan dimana pun.
70 Wawancara Koor.D.PAI/Sriyono/Jakarta, 02 Februari 2016
71
Lihat lampiran berita wawancara mahasiswa UT
72
Wawancara D.PAI/Syaiful Mikdar/ Jakarta, 16 Desember 2015
59
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, bahwasannya
penggunaan modul oleh dosen dalam pembelajaran jarak jauh adalah dengan
menggunakan internet. Pembelajaran jarak jauh di UT biasa dikenal dengan istilah
tuton, dalam kegiatan tuton dapat diakses melalui situs UT (elearning.ut.ac.id)
dengan cara mengakses alamat www.ut.ac.id, setelah masuk dihalaman utama
website UT, klik di menu UT ONLINE > TUTORIAL ONLINE. Maka akan
muncul halaman muka UT online. Atau mahasiswa bisa langsung mengakses
melalui alamat www.student.ut.ac.id, pada alamat ini akan langsung menuju ke
muka UT online tanpa harus memasuki halaman utama UT. Untuk mengikuti
tutorial online, mahasiswa harus sudah melakukan aktivasi agar mendapatkan
username dan password sebagai syarat masuk ke UT online kemudian masuk ke
aplikasi tutorial online.
Berdasarkan uraian sebelumnya, bahwa TTM merupakan salah satu
pembelajaran di UT. TTM bukanlah perkuliahan, melainkan kegiatan belajar yang
diisi dengan membahas dan diskusi mengenai hal-hal yang dianggap sulit selama
melaksanakan pembelajaran mandiri. Tutorial tatap muka adalah kegiatan belajar
yang ditandai dengan adanya pertemuan secara langsung antara tutor dengan
mahasiswa. Untuk lebih jelas dalam kegiatan TTM, materi yang akan dibahas
pada kegiatan tersebut mengenai:
a. Masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul.
b. Kompetensi atau konsep esensial mata kuliah.
c. Persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktek/ praktikum) mahasiswa
didalam/ diluar kelas TTM.
d. Masalah yang ditemukan ketika menjalankan tugas sehari-hari.73
Sebelum melaksanakan TTM mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya dengan cara mempelajari, merangkum, dan membuat pertanyaan
tentang materi modul. Dengan cara seperti itulah mahasiswa dapat berperan aktif
73 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2014 Program Pendas, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2014), h.36
60
dan memanfaatkan kelas TTM secara maksimal dalam memahami materi modul
yang ditutorialkan.
Sayangnya pada mata kuliah PAI tidak diadakan kelas TTM, sesuai hasil
wawancara dengan Syaiful Mikdar dan Sriyono, hal ini disebabkan oleh
kurangnya jumlah tutor untuk melaksanakan kelas TTM. Terkait dengan hal ini,
salah seorang mahasiswa UT memberikan tanggapannya:
“untuk kedepan mudah2an dalam penggunaan modul PAI ini bisa
mendapatkan tutor jadi selain kita bisa memahami isi modul PAI itu sendiri
dengan membaca kita jga bisa lebih memahaminya jika dibantu juga dengan
penjelasan dari seorang tutor.”74
Oleh sebab itu, agar bantuan TTM dapat dirasakan oleh mahasiswa pada
semua mata kuliah maka alangkah baiknya apabila jumlah tutor yang sesuai
dengan bidang Pendidikan Agama Islam ditambah. Hal ini dapat menambah
sarana dan dapat mengurangi beban dosen yang menggarap kelas terlalu banyak.
Selain pembelajaran tatap muka sebagai salah satu bantuan belajar di UT,
terdapat pula bantuan dalam pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh
adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan ditandai terpisahnya dosen dan
mahasiswa secara geografis. Walaupun pembelajaran jarak jauh menuntut untuk
belajar mandiri, tetapi UT sendiri tidak begitu saja melepaskan mahasiswanya
dalam belajar. UT menyediakan beberapa bantuan belajar dengan berbagai macam
Tutorial. Dalam Pembelajaran Jarak Jauh, bentuk bantuan pembelajarannya
adalah berupa tutorial online. Tutorial online adalah bantuan belajar yang
disediakan oleh universitas Terbuka berupa bimbingan melalui internet untuk
memacu dan memicu mahasiswa UT dalam belajar. Meskipun begitu, kegiatan
tuton maupun pembelajaran mandiri tidak lepas dari modul yang menjadi bahan
ajar utama yang digunakan oleh mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh.
Dengan menggunakan modul mahasiswa dapat belajar mandiri, belajar
74 Wawancara M.PAI/Rika Nurdita Purwanti/ via email, 14 Desember 2015.
61
mendalami materi sendiri dan belajar mengevaluasi atau mengukur kemampuan
dalam mendalami materi dengan mandiri.
Seperti yang telah dipaparkan dalam buku panduan akademik UT, dalam
mempelajari modul maka mahasiswa diharuskan untuk:
a. Mengkaji modul tersebut.
b. Menggaris bawahi, membuat catatan tentang materi yang penting atau
konsep esensial, atau merangkum isi modul.
c. Mencatat masalah dan kesulitan yang dialami pada saat mempelajari
bahan ajar baik berupa istilah, konsep, formula, gambar, maupun grafik
sebagai bahan diskusi dalam kelompok belajar kecil atay kegiatan
tutorial.
d. Mengerjakan latihan dan tes formatif dalam modul.
Selain itu, setelah melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti
mendapatkan informasi dari Rika Nurdita Purwanti.
“Penggunaan modul dalam melaksanaan pembelajaran jarak jauh diluar kelas
kita bisa membaca, mengkaji, membuat resume dan mengisi tes formatif yang
ada didalam modul itu sendiri dirumah atau diwaktu-waktu senggang.”75
Pernyataan ini senada dengan pernyataan mahasiswa lainnya yang peneliti
pilih sebagai nara sumber bahwa dalam menggunakan modul pada pembelajaran
jarak jauh dengan cara membaca, meringkas, memahami materi dan kemudian
mengevaluasi tentang apa yang telah dipelajari secara mandiri.
Selain bantuan belajar berupa modul yang telah dibukukan, setelah diadakan
penelitian ternyata UT juga menyediakan bantuan modul online atau biasa di
sebut Modul Ruang Baca Virtual (RBV). Cara mengaksesnya pun sangat mudah
yaitu dengan cara mengakses web www.ut.ac.id > online > layanan mahasiswa >
tutorial Online > perpustakaan digital > fakultas > prodi > kode mata kuliah
75 Lihat lampiran berita wawancara mahasiswa.
62
kemudian akan Anda akan menemukan modul RBV.76
RBV ini dibuat agar
memudahkan mahasiswa dalam memilikinya. Jadi,
Meskipun modul sudah dirancang dengan sedemikian rupa, tapi tidak
menutup kemungkinan mahasiswa mengalami kendala dalam belajar seperti
materi dalam modul maupun fasilitas pendukung dalam mempelajari modul.
Seperti yang dinyatakan oleh mahasiswa UT kepada penulis.
“Saya menemui kendala dengan beberapa hafalan surat pendek dan
terjemahannya. Namun untuk saya antisipasi dengan cara mengulang kembali,
mempelajarinya dengan teliti.”77
Terkait kendala dalam mempelajari modul pada pembelajaran jarak jauh,
Amalia Ulfa memberikan pernyataan yang lain.
“Kalau kuliah di UT sebenarnya enak apalagi kalau ada TTM itu lebih enak
dapat nilainya, kalau tuton itu kita harus aktif di diskusinya, kendalanya sih ya
di nilai itu kalau tuton, kalau TTM sih udah pasti ip 3,00.”
Melanjutkan pengakuannya itu, Lia menjelaskan bahwa apabila sudah
mengikuti TTM maka bisa tidak mengikuti tuton. Nilai kontribusi TTM memang
besar, tapi bukan berarti apabila hanya mengikuti tuton lantas nilai yang didapat
selalu kecil. Hal ini tergantung oleh mahasiswanya, apakah mahasiswa aktif
mengikuti diskusi pada tuton atau tidak. Senada dengan hal ini, Sriyono selaku
koordinator mata kuliah PAI memberi penjelasan kepada penulis.
“Benar adanya bahwa TTM memiliki kontribusi nilai yang cukup besar, namun
tidak demikian apabila hanya mengikuti tuton nilai yang akan diperoleh
mahasiswa berjumlah kecil. Semua itu tergantung dengan keaktifan mahasiswa
sendiri, aktif apa tidak selama melaksanakan tuton.”78
76 Ww.Koor.D.PAI/ Sriyono/ Jakarta, 02 Februari 2016
77
Ww. M.PAI/ Irma Rahma Suci/ via email, 27 Desember 2015
78
Ww. Koor.D.PAI/ Sriyono,/Jakarta, 02 Februari 2016
63
Kendala tidak hanya ditemui dalam modul berbentuk buku saja, bahkan
belajar menggunakan modul berbentuk online pun juga ada kendala sendiri.
Menurut Amalia Ulfa, modul berupa RBV tidak bisa dibuka melalui HP, tetapi
hanya bisa dibuka dengan menggunakan laptop. Jadi untuk mengatasinya, RBV
tersebut harus di download melalui laptop kemudian di pindahkan ke memori hp,
dan kemudian dibuka menggunakan aplikasi Kingsoft Office.79
3. Evaluasi Dan Tindak Lanjut Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Di
Universitas Terbuka.
Evaluasi yang digunakan pada modul adalah berupa tes formatif yang
didalamnya terdapat 10 soal pilihan ganda. Selain itu juga terdapat tugas-tugas
lain yang disampaikan pada saat melaksanakan tuton.80
Tes formatif ini berfungsi
sebagai penentu apakah mahasiswa layak untuk melanjutkan/mengulang materi
pada modul. Seperti yang dijelaskan oleh Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd kepada
peneliti:
“Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perencanaan penilaian di
sesuaikan dengan materi ajar. Tes formatif ada 10 soal, terdapat jawaban
dari soal-soal tersebut dibagian belakang. Apabila nilai diatas 80% maka
mahasiswa diperbolehkan untuk melanjutkan kepada materi selanjutnya.
Namun apabila nilai dibawah 80% maka mahasiswa tidak diperbolehkan
untuk melanjutkan materi selanjutnya dan wajib mengulang dengan cara
mempelajari materi tersebut kemudian mengerjakan ulang 10 butir soal
yang telah dikerjakan sebelumnya.”81
Meskipun telah dibuat perencanaan pada pembelajaran dengan menggunakan
modul, terdapat kendala dalam melaksanakan evaluasi padaa pembelajaran ini.
Kendalanya adalah, pada saat mahasiswa mengerjakan tes formatif dosen tidak
dapat memantau langsung. Oleh karena hal itu dosen tidak bisa mengetahui
79 Lihat Berita Wawancara
80 Wawancara Koor.D.PAI/Sriyono/Jakarta, 02 Februari 2016 81 Wawancara.D.PAI/ Syaiful Mikdar/ Jakarta,16 Desember 2015
64
apakah mahasiswa melaksanakan evaluasi dengan mengikuti aturan yang ada atau
tidak.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Universitas Terbuka berdiri pada tanggal 14 September 1984 berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 1984. Universitas Terbuka menerapkan
sistem pembelajaran jarak jauh dan terbuka. Jarak jauh berarti pembelajaran
dilaksanakan dengan cara tidak bertemu langsung antara pengajar dan mahasiswa,
melainkan dengan bantuan media, baik itu media cetak (modul/BMP) maupun
media non cetak; audio, video, komputer, internet, televisi, dan siaran radio.
Sedangkan makna terbuka adalah belajar di UT tidak dibatasi dengan usia, tahun
ijazah, masa belajar, waktu registrasi dan frekuensi mengikuti ujian. Yang
menjadi batasan di UT hanyalah setiap mahasiswa harus sudah menamatkan
jenjang pendidikan menengah atas, SMA/MA/ yang sederajat.
Pembelajaran jarak jauh sejatinya telah lama berada di Indonesia, sejak awal
kemerdekaannya. Namun mulai dikenal luas di Indonesia sejak awal tahun 1996.
Tian Belawati selaku rektor Universitas Terbuka pada periode saat ini
menjelaskan salah satu institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang telah
menerapkan pembelajaran jarak jauh adalah Universitas Terbuka yang memiliki
lebih dari 300 ribu mahasiswa yang tersebar diseluruh pelosok tanah air.
Penerapan pembelajaran jarak jauh di Universitas Terbuka ditujukan untuk
meningkatkan interaktivitas mahasiswa dengan materi ajar, dengan tutor, maupun
mahasiswa lainnya.82
Dalam pembelajaran jarak jauh mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri,
salah satunya dengan memanfaatkan bantuan yang ada berupa modul. Modul
merupakan sumber belajar berisikan petunjuk, materi pembelajaran, alat evaluasi
yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasan yang terfokus dan
terukur sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri.
82 Tian Belawati, Penerapan e-learning dalam pendidikan jarak jauh di Indonesia, dalam Duri
Andriani, Cakrawala Pendidikan: e-learning dalam pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), h. 408-409
65
Setelah dilakukan penelitian, maka penulis memperoleh hasil penelitian
berupa informasi mengenai program pembelajaran mata kuliah PAI di Universitas
Terbuka. Di Universitas Terbuka, mata kuliah PAI merupakan Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU) yang diselenggarakan pada semester pertama dengan bobot 3
sks. Karena mata kuliah PAI dibebankan dengan 3 sks, maka terdapat 9 modul
yang terangkum dalam 1 buku yang ditulis oleh Syaiful Mikdar, Wawan
Suhermawan, dan Ali Nurdin. Untuk melengkapi pengetahuan dari modul,
mahasiswa dapat mempelajari materi PAI melalui tutorial online.
Pembelajaran PAI di UT dilaksanakan dengan bantuan belajar tuton dan
TTM. Adapun terkait dengan implementasi program pembelajaran di Universitas
Terbuka, setelah melakukan wawancara kepada dosen PAI di UT peneliti
menemukan bahwa yang pertama, perencanaan yang harus disiapkan pertama kali
adalah Rancangan Mata Kuliah (RMK) sebagai kebutuhan materi ajar. Setelah itu
baru dibuatkan modul kemudian di review oleh pakarnya sampai modul tersebut
layak digunakan. Kedua, di Universitas Terbuka pembelajarannya dilaksanakan
dengan 2 cara yaitu Tutorial Online (tuton) dan Tutorial Tatap Muka (TTM).
umumnya pada pembelajaran tatap muka modul digunakan sebagai sumber
belajar utama. Dimana ketika melaksanakan pembelajaran tatap muka, dosen tidak
perlu menuliskan, membacakan dan mendikte materi melainkan hanya membahas
hal-hal yang dianggap sulit oleh mahasiswa dalam belajar. Dalam pembelajaran
jarak jauh, penggunaan modul oleh dosen melalui internet dengan bantuan
tutorial online. Dalam pembelajaran jarak jauh, dosen tidak perlu repot
melaksanakan pembelajaran dengan bertemu mahasiswa pada tempat dan waktu
tertentu, melainkan cukup menggunakan komputer dan internet dimana pun,
kapan pun.
Selain melakukan wawancara dengan dosen, penulis juga melakukan
wawancara dengan mahasiwa UT mengenai penggunaan modul baik itu dalam
pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh. Dari hasil wawancara
tersebut peneliti menemukan dua hal. Pertama, tutorial tatap muka tidak seperti
perkuliahan tatap muka pada umumnya. Pada TTM hanya perlu mempersiapkan
pertanyaan yang tidak ditemukan kejelasannya terkait dengan materi yang ada
66
dalam modul. Mahasiwa hanya perlu menambahkan penjelasan dari dosen dengan
menuliskan pada modul. Kedua, melalui pembelajaran tatap muka mahasiswa
dapat mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari dosen terkait materi yang
sedang dibahas. Namun sayangnya khusus mata kuliah PAI tidak ada
pembelajaran tatap muka. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah tutor
dibanding dengan mahasiswa yang jumlahnya sangat banyak. Ketiga, dalam
pembelajaran jarak jauh mahasiswa melakukan pembelajaran mandiri. Dalam
pembelajaran ini, mahasiswa sangat mengutamakan modul sebagai bahan belajar.
Karena sebagian besar mahasiswa UT sudah bekerja, maka mahasiswa sangat
memanfaatkan waktu luang untuk membaca, meringkas, dan mengisi tes formatif
yang ada dalam modul. Karena tidak ada pembelajaran tatap muka, ketika
menemukan pertanyaan pada suatu materi, mahasiswa dapat meminta bantuan
kepada teman sejawat, alumni yang lebih paham, dan bisa juga ditanyakan kepada
dosen melalui email.
Selanjutnya, setelah melakukan wawancara mengenai evaluasi dan tindak
lanjut pada modul, peneliti menemukan bahwa evalusi didalam modul
menggunakan tes formatif berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal.
Apabila dalam mengerjakan tes formatif hasil yang didapat oleh mahasiswa >80%
maka mahasiswa dinyatakan layak untuk melanjutkan pembelajaran pada materi
selanjutnya. Namun apabila hasil belajar mahasiswa <80% maka mahasiswa
dinyatakan tidak bisa melanjutkan pembelajaran pada materi selanjutnya dan
harus mengulang pembelajaran pada materi tersebut, dan mengulang mengerjakan
tes formatif sampai hasil evaluasi menunjukan >80%.
Selain itu, menganalisis isi materi ajar PAI di Universitas Terbuka lebih
menekankan kepada kewarganegaraan dan kerukunan antar umat beragama.
Materi ajar tersebut sangat sempit cakupannya apabila dibandingkan dengan
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam dimana mencakup seluruh aspek
kehidupan , yaitu pengajaran keimanan, pengajaran akhlak, pengajaran ibadah,
pengajaran fiqh, pengajaran ushul fiqh, pengajaran qira’at qur’an, pengajaran
tafsir, pengajaran ilmu tafsir, pengajaran hadits, pengajaran ilmu hadits,
67
pengajaran tarikh islam dan pengajaran tasyri’. Alangkah lebih baik apabila materi
ajar lebih diperluas, sehingga modul sendiri menjadi sangat kompetitif.
Setelah dilakukan penelitian maka dapat diketahui kelebihan dan kekurangan
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan modul. Beberapa kelebihan
tersebut antara lain:
5) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, karena setiap kali
mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan.
6) Setelah dilakukan evaluasi, dosen dan mahasiswa mengetahui benar,
pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang
mana mereka belum berhasil.
7) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut
jenjang akademik
8) Untuk mahasiswa belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,
karena pada umumnya mahasiswa UT adalah orang-orang yang telah
memiliki kesibukan dalam pekerjaan, jadi belajar bisa dilaksanakan
disela-sela waktu bekerja atau kapan pun mereka mau.
9) Untuk dosen pembelajaran bisa melaksanakan pembelajaran dimana saja,
bisa juga dilaksanakan dengan mengerjakan hal lain yang juga sama
pentingnya. Karena pada pembelajaran jarak jauh ini, dosen hanya
bertugas sebagai sarana. Mahasiswa belajar dengan mandiri, dan dosen
akan membantu ketika ada mahasiswa yang mengalamai kesulitan dalam
belajar mandiri.
Selain kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan modul, terdapat
juga beberapa kekurangan, antara lain:
c) Belajar sendiri melalui modul memerlukan disiplin yang tinggi (self
dicipline). Dalam hal ini, peserta didik harus sanggup mengatur waktu
untuk belajar. Apabila peserta didik tidak dapat mengelola waktu dalam
belajar, maka akan berdampak saat ujian tiba.
68
d) Kebiasaan siswa belajar tatap muka dikelas melalui guru yang cenderung
membuat mereka menjadi pasif, akan tetapi mengalami kesulitan-
kesulitan untuk beralih kepada situasi baru yang sangat berbeda dengan
pengajaran dikelas yang menuntut peserta didik banyak belajar secara
aktif dan mandiri.
e) Khusus untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam di UT, tidak ada
tutorial TTM. Meskipun mata kuliah PAI terlihat mudah dipahami,
namun tak jarang mahasiwa yang kesulitan dalam memahami materi
untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
f) Dalam pembelajaran jarak jauh, dosen kesulitan dalam mengontrol kelas.
Tidak seperti kelas konvensional dimana dosen dan mahasiswa bertemu
disatu tempat dengan waktu yang sama, sehingga memudahkan dosen
mengontrol kondisi mahasiswa ketika melaksanakan kegiatan belajar.
Melihat kekurangan dari pembelajaran jarak jauh yang ada, maka penulis
berpendapat bahwa:
1. Hendaknya dalam belajar mahasiswa bisa mengelola waktu belajar
dengan baik.
2. Mahasiswa harus mulai belajar aktif, yaitu dengan melaksanakan
pembelajaran diwaktu yang telah ditentukan, memahami setiap materi
yang ada, dan apabila menemukan kesulitan hendaknya menanyakan
kepada yang lebih tau seperti, dosen, teman, kakak kelas,
alumni/siapapun yang mahir dalam hal tersebut.
3. Hendaknya menambah jumlah tutor agar dapat diadakan kelas TTM di
mata kuliah PAI. Penambahan jumlah tutor akan sangat menguntungkan
baik mahasiswa maupun dosen. Untuk mahasiswa, apabila jumlah tutor
memadahi maka dapat dilaksanakan TTM pada mata kuliah ini, itu
artinya setiap terdapat kesulitan mahasiswa akan mudah bertanya dan
akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang materi PAI yang
tidak diketahui. Sedangkan untuk dosen, dengan adanya penambahan
jumlah tutor maka dosen akan dengan sangat mudah memantau kelas
69
mata kuliah PAI. Evaluasi bisa dilaksanakan setiap TTM agar benar-
benar mengetahui apakah mahasiswa telah memahaminya atau belum.
Selain itu, dosen tidak terlalu keberatan karena dengan bertambahnya
jumlah tutor maka dosen yang biasa memegang banyak kelas akan
terkurangi bebannya dengan membagi tugasnya dengan tutor lain.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas Terbuka tentang
implementasi program pembelajaran dengan menggunakan modul oleh dosen dan
mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh pada mata kuliah pendidikan agama
islam, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan Program Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Pada Mata
Kuliah PAI di Universitas Terbuka.
Sangat banyak perencanaan dalam pembuatan modul. Yang pertama adalah
kebutuhan mata kuliah, kemudian dibuatkan Rancangan Mata Kuliah (RMK)
yang disesuaikan dengan bobot SKS. Sesuai keputusan DIKTI, PAI mendapatkan
bobot 3 sks dan setiap sks nya ditulis dalam 3 modul. Setiap modul terdapat
rancangannya, yang pertama membuat tujuan kompetensi umum (TKU).
Kemudian dirinci ke dalam tujuan kompetensi khusus (TKK). Beberapa
kompetensi yang harus dicapai dalam modul itu yang diketahui kapasitasnya dari
RMK. Selanjutnya dibuat kegiatan belajar. Setiap modulnya minimal terdapat 2
kegiatan belajar dan maksimal 4 kegiatan belajar. Setelah dibuat kegiatan belajar,
kemudian diberikan tes formatif yang perencanaannya disesuaikan dengan materi
ajar.
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Pada Mata
Kuliah PAI di Universitas Terbuka.
Di Universitas Terbuka, pembelajaran dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu
Tutorial online (tuton) dan Tutorial Tatap Muka (TTM). Tuton adalah bantuan
belajar yang disediakan dalam pembelajaran jarak jauh. Pada kegiatan ini dosen
dan mahasiswa melaksanakan pembelajaran dengan bantuan internet. Sedangkan
71
TTM adalah bantuan belajar yang dilaksanakan dengan cara dosen dan mahasiswa
melaksanakan pembelajaran bertemu langsung dengan waktu dan tempat yang
sama. Namun setelah diadakan penelitian ternyata pada mata kuliah PAI tidak
disediakan TTM dikarenakan banyaknya jumlah mahasiswa dibandingkan dengan
jumlah dosen. Dalam mata kuliah ini hanya disediakan bantuan belajar berupa
tutorial online saja. Apabila mahasiswa membutuhkan kelas tatap muka, maka
mahasiswa bisa mengajukan TAP dengan syarat minimal terdapat 20 mahasiswa
yang mengikuti kelas tersebut dengan biaya tertentu.
Pembelajaran jarak jauh merupakan ciri khas dari pembelajaran di UT.
Pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan dengan cara belajar mandiri dimana
saja kapan saja, tentunya dengan bantuan belajar yang telah disediakan berupa
modul. Dalam pembelajaran jarak jauh, dosen menggunakan modul dengan
bantuan internet. Karena jaringan internet memudahkan bagi dosen untuk
melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Jadi pada pembelajaran ini, tidak perlu
dosen dan mahasiswa bertemu langsung untuk melaksanakan pembelajaran
namun cukup melalui jaringan internet yang tersedia.
Selain modul digunakan oleh dosen dengan bantuan internet, modul sangat
mudah digunakan oleh mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh. Karena telah
disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, maka modul dapat dicerna oleh
pembacanya. Memang terdapat beberapa kata yang bahasanya tinggi. Namun itu
menjadi motivasi untuk mahasiswa dalam belajar mandiri agar mencari arti kata
tersebut dari sumber mana pun. Dalam pembelajaran jarak jauh mahasiswa hanya
perlu memahami poin-poin dari materi dalam modul, kemudian mengisi beberapa
tes sebagai alat ukur pemahaman mahasiswa pada suatu materi. Setelah itu baca
rangkuman dan selanjutnya mengisi tes formatif.
3. Evaluasi Program Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Pada Mata
Kuliah PAI di Universitas Terbuka.
Dalam melaksanakan evaluasi pada modul, alat evaluasi yang digunakan
berupa tes formatif. Tes formatif ini berfungsi sebagai alat evaluasi sekaligus
72
penentu apakah mahasiswa sudah layak untuk mempelajari materi selanjutnya
atau masih harus mempelajari ulang materi yang diujikan pada tes fomatif.
Didalam tes formatif ada 10 soal, kunci jawaban dari soal-soal tersebut terdapat
pada bagian belakang modul. Apabila nilai diatas 80% maka mahasiswa
diperbolehkan untuk melanjutkan kepada materi selanjutnya. Namun apabila nilai
dibawah 80% maka mahasiswa tidak diperbolehkan untuk melanjutkan materi
selanjutnya dan wajib mengulang hingga memenuhi standar.
B. Saran
Pada mata kuliah PAI, hadirnya modul sangat membantu mahasiswa dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Meski terdapat bantuan belajar berupa
tutorial online, namun bantuan belajar tersebut tidak menyediakan materi seperti
modul. Oleh karena itu, pemahaman mahasiswa berawal dari membaca modul.
Untuk pertanyaan yang ditemukan selama melaksanakan belajar mandiri, dapat
ditanyakan ketika melaksanakan tutorial online. Namun meskipun sudah dibantu
dengan tutorial online, pembelajaran ini tetap terasa kurang apabila tidak ada
layanan bantuan belajar berupa tutorial tatap muka. Oleh karena itu, agar
pembelajaran jarak jauh dalam pelaksanaannya menjadi lebih baik maka ada
beberapa hal yang bisa segera disempurnakan.
1. Mengadakan penambahan tutor
Mengingat setiap kelas terdapat sekitar 150 mahasiswa, sedangkan setiap
tutor dapat jatah mengatasi 2-3 kelas maka tidak bisa dibayangkan bagaimana hal
ini sangat membebani para tutor. Tentunya hal ini menyebabkan tutor kurang
maksimal dalam mengajar setiap mahasiswa. Tugas tutor tidak hanya menjawab
pertanyaan mahasiswa, melainkan memberi tugas sekaligus mengecek tugasnya.
Oleh karena itu, hal ini dirasa kurang efektif.
73
2. Menyediakan Tutorial Tatap Muka pada Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam
Selain menambahkan tutor agar lebih efektif membimbing mahasiswa,
penambahan tutor juga dapat mewujudkan adanya pembelajaran tatap muka.
Mengingat TTM khusus mata kuliah PAI tidak ada dikarenakan kurangnya
personil tutor, maka penambahan tutor sangat dibutuhkan. Hal ini dapat
menambah bantuan belajar kepada mahasiswa sekaligus dapat membantu dosen
dalam mengurangi beban membimbing mahasiswa yang terlalu banyak.
Alasan lain mengapa harus ditambahkan tutor adalah salah satu kelemahan
belajar dengan menggunakan modul terletak pada evalusi. Dosen tidak dapat
memantau langsung mahasiswa pada saat melaksanakan evaluasi apakah
mahasiswa benar-benar jujur telah melaksanakan evaluasi dengan hasil <80%
sehingga mahasiswa dapat melanjutkan pada materi selanjutnya. Atau malah
mahasiswa tetap melanjutkan pembelajaran pada materi selanjutnya dengan
mengabaikan berapa pun hasil dari tes formatif. Untuk mengatasi hal ini, maka
dosen dapat mengadakan tes setiap TTM, jadi dosen dapat memantau langsung
evaluasi mahasiswanya.
3. Memperluas Materi pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Seperti yang telah diuraikan pada bab IV, materi Pendidikan agama islam
disini sangat sempit cakupannya. Di UT, materi PAI hanya meliputi
kewarganegaraan dan kerukunan antar umat beragama. Melihat pada zaman
sekarang sangat minimnya pemahaman masyarakat mengenai agama, maka
alangkah lebih baiknya apabila materi PAI di UT ditambah wawasannya
mengenai ibadah dan akhlak. Hal ini sangat dibutuhkan masyarakat, agar pada
zaman yang serba bertekhnologi ini masyarakat bisa mengendalikan tekhnologi,
bukan sebaliknya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Daradjat, Zakiah, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Fatimah, Fatia & Andriyansah, Raih Sukses Belajar di Pendidikan Jarak Jauh,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013
Hamalik, Oemar, Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan,
Bandung: Trigenda Karya, 1993
Idrus, Muhammad, Metodelogi Penelitian Ilmu Sosial, (akarta: Erlangga, 2009
Jumali dkk, Landasan Pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2008
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009
Moore, Michael G., dan Gerg Kearsley, Distance Education a System View,
United States: Wadsworth Publishing Company, 1996
Mudlofir, Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: GP Press
Group, 2013
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2012
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Bandung: Alfabeta, 2012
Pannen, Paulina, “Pengertian Sistem Terbuka dan Jarak Jauh”, dalam Tian
Belawati (ed.), Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999
Sabarguna, Boy S, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 2004
75
Said, Asnah, dkk , Perkembangan Universitas Terbuka, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2013
Sutopo, Ariesto Hadi, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2008
Usman, M Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, akarta: Ciputat
Pers, 2002
Utomo, Tjipto, Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1991
Vembrianto, Pengantar Pengajaran Modul, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita, 1981
Warsita, Bambang, Pendidikan Jarak Jauh, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011
Yaniawati, R. Poppy, dan Indrawan, Rully, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan campuran untuk manajemen, pembangunan dan pendidikan,
Bandung: PT Reflika aditama, 2014
PEDOMAN WAWANCARA DOSEN
A. DATA UMUM
Nama :
Jabatan :
Masa Kerja :
Tanggal Wawancara :
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam di Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. PERENCANAAN
a. Apa saja yang direncanakan dalam pelaksanakan pembelajaran
jarak jauh PAI berbasis modul di Universitas Terbuka?
b. Bagaimana perencanaan penilaian dalam modul?
c. Kendala apa yang di temui dalam merencanakan pembelajaran
PAI berbasis modul dan bagaimana cara mengatasi kendala
tersebut?
2. PELAKSANAAN
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis modul di
Universitas Terbuka?
b. Bagaimanakah konsep modul yang digunakan dalam pembelajaran
PAI?
c. Apa yang membedakan antara bahan ajar modul dengan buku teks
biasa?
d. Bagaimana dosen menggunakan modul dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran mata kuliah PAI di Universitas Terbuka?
e. Bagaimana dosen dan mahasiswa berinteraksi selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran PAI di Universitas Terbuka?
f. Keuntungan apa yang didapat dengan menggunakan modul dalam
pembelajaran PAI?
g. Adakah kendala dalam menggunakan modul dalam pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh mata kuliah PAI dan bagaimana cara
mengatasinya?
3. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
a. Bagaimana evaluasi hasil belajar dengan menggunakan modul PAI
di UT?
b. Evaluasi seperti apa yang digunakan dalam menilai hasil belajar
dalam modul PAI?
c. Apabila terdapat nilai mahasiswa dibawah standar, bagaimana cara
dosen menindak lanjutinya?
d. Adakah kendala dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam
evaluasi dan menindak lanjuti hasil belajar dengan menggunakan
modul?
Mengetahui,
Penulis Pembimbing
Ana Nur Wachidah Siti Khadijah, MA
PEDOMAN WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama :
Fakultas/ Jurusan :
Semester :
Asal Daerah :
Tanggal Wawancara :
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang
diambil?
Jawaban:
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan menggunakan modul?
Jawaban:
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban:
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban:
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban:
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang
digunakan mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi
PAI?
Jawaban:
Bahasa yang digunakan modul mata kuliah PAI sangat membantu
sekali sehingga membantu sekali dalam memahami isi dari modul PAI
itu sendiri.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan?
Jawaban:
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda
mengerti?
Jawaban:
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi
kehidupan Anda sehari-hari?
Jawaban:
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan
modul dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban:
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan
modul PAI?
Jawaban:
Mengetahui,
Penulis Pembimbing
Ana Nur Wachidah Siti Khadijah, MA
BERITA WAWANCARA DOSEN
A. DATA UMUM
Nama : Sriyono, M.Pd
Jabatan : Kaprodi PPKn/Koordinator Mata Kuliah PAI
Tanggal Wawancara : 02 Februari 2016
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam di Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. PERENCANAAN
a. Apa saja yang direncanakan untuk melaksanakan pembelajaran
jarak jauh PAI berbasis modul di Universitas Terbuka?
Jawab:
Banyak sekali perencanaan yang harus disiapkan dalam
pembelajaran jarak jauh menggunakan modul. Hal yang paling
utama yang harus dipersiapkan, karena ini mengenai pembelajaran
menggunakan modul jadi modul itu yang harus kita siapkan.
Bagaimana cara menyajikan materi agar pembaca mudah dalam
memahami. Jadi awal mula proses pembuatan modul itu dengan
RMK. Didalamnya terdapat point-point penting yang dikemas
dalam GBPP. Dari GBPP itu kemudian menjadi modul. Proses
pembuatan RMK yaitu ditulis oleh teman-teman di UT, kemudian
di review oleh pakar yang ahli dibidangnya minimal bergelar S3.
Kalau sudah dilakukan review baru dibuatlah sebuah modul. Nah
setelah dibuat modul itu, kemudian di review lagi dan memang
panjang prosesnya.
b. Bagaimana perencanaan penilaian dalam modul?
Jawab:
Penilaian, kami beri tes formatif didalam modul. Terkadang kami
beri tugas yang sekiranya bisa menambah skill mahasiswa,
khususnya mahasiswa di FKIP yang notabenenya adalah sudah
menjadi guru. Jadi langsung dipraktekkan pada saat melakukan
kegiatan belajar.
c. Kendala apa yang di temui dalam merencanakan pembelajaran
PAI berbasis modul dan bagaimana cara mengatasi kendala
tersebut?
Jawab:
Tidak ada kendala.
2. PELAKSANAAN
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis modul di
Universitas Terbuka?
Jawab:
Di UT terdapat Tutorial online, Tutorial Tatap Muka atau bisa
juga dengan Tutorial Atas Permintaan.
b. Bagaimanakah konsep modul yang digunakan dalam pembelajaran
PAI?
Jawab:
Konsep modul yang digunakan, haruslah sesuai dengan RMK.
Setiap modul harus ada Tujuan Intruksional Umum dan Tujuan
Kompetensi Khusus. Kemudian didalamnya dibuat kegiatan
belajar, materi belajar, latihan, kemudian dibuatkan rangkuman,
yang terakhir ada tes formatif.
c. Bagaimana dosen menggunakan modul dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran mata kuliah PAI di Universitas Terbuka?
Jawab:
Kalo khusus mata kuliah PAI, tidak ada TTM. Tetapi pada
umumnya TTM. Pada TTM tutor harus membuat Rancangan
Acuan Tutorial (RAT) dan Satuan Acuan Tutorial (SAT). Jadi
tutorial ini ada 8 kali pertemuan berdasar RAT - SAT yang telah
dibuat. Pertemuan 3 tugas 1, pertemuan 5 tugas 2 dan pertemuan 7
tugas 3. Kalau tutorial online mahasiswa kita kasih panduan. Jadi
melalui Tutorial online saya bikin panduan. Anda punya modul
atau tidak? Apabila tidak memiliki maka silahkan buka web
www.ut.ac.id > online > layanan mahasiswa > tutorial Online >
perpustakaan digital > fakultas > prodi > kode mata kuliah
kemudian akan ketemu modul RBV.
d. Bagaimana dosen dan mahasiswa berinteraksi selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran PAI di Universitas Terbuka?
Jawab:
Melalui internet, atau bisa lewat telfon.
e. Apa kelebihan dari mengajar dengan menggunakan modul dalam
pembelajaran PAI?
Jawab:
Kelemahanya adalah karena tidak ada tatap muka. Karena kalau
ada tatap muka kan perkembangan selalu di upgrade. Kalau
modul untuk mengcover mangakomodasi perkembangan dibantu
suplemen. Di UT juga tidak mengenal kasih sayang. Kalau
mahsiswa sering ikut TTM tetapi tidak aktif didiskusi ya sama
saja. Kelebihannya banyak, dalam melaksanakan pembelajaran ini
dosen tidak perlu ceramah menjabarkan panjang lebar materi.
Dosen hanya menjelaskan yang belum dipahami oleh mahasiswa
saja.
f. Adakah kendala dalam menggunakan modul dalam pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh mata kuliah PAI dan bagaimana cara
mengatasinya?
Jawab:
Tidak ada kendala.
3. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
a. Bagaimana evaluasi hasil belajar dengan menggunakan modul PAI
di UT?
Jawab:
Evaluasi yang digunakan dalam modul adalah dengan tes formatif
dan tugas-tugas yang diberikan saat melaksanakan tuton.
b. Apabila terdapat nilai mahasiswa dibawah standar, bagaimana cara
dosen menindak lanjutinya?
Jawab:
Kita beri tugas dan kita pantau sampai mahasiswa tersebut
mengalami peningkatan dalam belajar.
c. Adakah kendala dalam evaluasi dan menindak lanjuti hasil belajar
dengan menggunakan modul? Bagaimana mengatasi kendala
tersebut?
Jawab:
Tidak ada kendala dalam evaluasi.
Mengetahui,
Interviewer Interviewee
Ana Nur Wachidah Sriyono, M.Pd
BERITA WAWANCARA DOSEN
A. DATA UMUM
Nama : Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd
Jabatan : Dosen
Tanggal Wawancara : 16 Desember 2015
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam di Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. PERENCANAAN
a. Apa saja yang direncanakan untuk melaksanakan pembelajaran
jarak jauh PAI berbasis modul di Universitas Terbuka?
Jawab:
Yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan pembelajaran jarak
jauh dengan menggunakan modul ya terutama pembuatan modul
itu sendiri. Sangat banyak perencanaan dalam pembuatan modul.
Yang pertama adalah kebutuhan mata kuliah, kemudian dibuatkan
Rancangan Mata Kuliah (RMK). Kemudian disesuaikan dengan
bobot SKS. Sesuai keputusan DIKTI, PAI mendapatkan bobot 3
sks karena PAI merupakan Mata Kuliah Dasar Umum. Modul
yang dikenal mahasiswa itu disebut Buku Materi Pokok (BMP),
setiap sks nya ditulis dalam 3 modul. Setiap modul terdapat
rancangannya, yang pertama membuat tujuan intruksional umum
yg sekarang disebut tujuan kompetensi umum (TKU). Kemudian
dirinci ke dalam tujuan kompetensi khusus (TKK). Beberapa
kompetensi yang harus dicapai dalam modul itu yang diketahui
kapasitasnya dari RMK. Selanjutnya dibuat kegiatan belajar.
Setiap modulnya minimal terdapat 2 kegiatan belajar dan
maksimal 4 kegiatan belajar. setelah dibuat kegiatan belajar maka
dibuatlah uraian. Kemudian dilakukan pelatihan yang disebut tes
formatif.
b. Bagaimana perencanaan penilaian dalam modul?
Jawab:
Perencanaan penilaian di sesuaikan dengan materi ajar. Tes
formatif ada 10 soal, terdapat jawaban dari soal-soal tersebut dibagian
belakang. Apabila nilai diatas 80% maka mahasiswa diperbolehkan
untuk melanjutkan kepada materi selanjutnya. Namun apabila nilai
dibawah 80% maka mahasiswa tidak diperbolehkan untuk
melanjutkan materi selanjutnya dan wajib mengulang hingga
memenuhi standar.
c. Kendala apa yang di temui dalam merencanakan pembelajaran
PAI berbasis modul dan bagaimana cara mengatasi kendala
tersebut?
Jawab:
Sejauh ini tidak ada kendala. Karena dalam pembuatan modul, kita
sudah ada tim sendiri. Dan tim ini tidak hanya berasal dari UT saja
tetapi berasal dari beberapa universitas ternama di Indonesia.
2. PELAKSANAAN
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis modul di
Universitas Terbuka?
Jawab:
Pelaksanaannya dilaksanakan dengan 2 cara yaitu tutorial jarak
jauh dan tutorial online.
b. Bagaimanakah konsep modul yang digunakan dalam pembelajaran
PAI?
Jawab:
Konsep modul yang digunakan, haruslah sesuai dengan RMK.
Setiap modul harus ada Tujuan Intruksional Umum dan Tujuan
Kompetensi Khusus. Kemudian didalamnya dibuat kegiatan
belajar, materi belajar, latihan, kemudian dibuatkan rangkuman,
yang terakhir ada tes formatif.
c. Apa yang membedakan antara bahan ajar modul dengan buku teks
biasa?
Jawab:
Jelas beda, dari sistematika penulisan sangatlah beda. Modul
ditulis dengan pola yang merujuk pada RMK. Sedangkan buku
teks biasa merupakan hasil pikiran penulis yang cara penulisannya
tidak menggunakan patokan apapun.
d. Bagaimana dosen menggunakan modul dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran mata kuliah PAI di Universitas Terbuka?
Jawab:
Penggunaan modul oleh dosen dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah dengan menggunakan jaringan internet. Karena jaringan
internet memudahkan bagi kami untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Jadi pada pembelajaran ini, tidak perlu
dosen dan mahasiswa bertemu langsung untuk melaksanakan
pembelajaran namun cukup melalui jaringan internet yang
tersedia.
e. Bagaimana dosen dan mahasiswa berinteraksi selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran PAI di Universitas Terbuka?
Jawab:
Dengan cara melakukan pembelajaran tatap muka, melalui email,
dan media sosial lainnya. Tetapi khusus mata kuliah PAI tidak ada
pembelajaran tatap muka. Hal ini dikarenakan jumlah mahasiwa
lebih banyak dari pada jumlah dosen PAI sendiri.
f. Apa kelebihan dari mengajar dengan menggunakan modul dalam
pembelajaran PAI?
Jawab:
Kelebihannya banyak, dalam melaksanakan pembelajaran ini
dosen tidak perlu repot-repot masuk kelas. Tidak repot untuk
mencari kelas juga. Tutor hanya menulis bahan ajar, kemudian
dicetak dan dipakai oleh mahasiswa untuk belajar mandiri. Setelah
itu lepas saja karena ini pembelajaran mandiri. Kami hanya
memantau menggunakan internet. Jadi enak bisa dimana saja kita
mengajar, tidak terikat oleh ruang dan waktu.
g. Adakah kendala dalam menggunakan modul dalam pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh mata kuliah PAI dan bagaimana cara
mengatasinya?
Jawab:
Tidak ada kendala.
3. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
a. Bagaimana evaluasi hasil belajar dengan menggunakan modul PAI
di UT?
Jawab:
Evaluasi yang digunakan dalam modul itu ya dengan tes formatif
berupa pilihan ganda tadi. Bisa juga melalui tugas-tugas yang
diberikan saat melaksanakan tuton.
b. Apabila terdapat nilai mahasiswa dibawah standar, bagaimana cara
dosen menindak lanjutinya?
Jawab:
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perencanaan
penilaian di sesuaikan dengan materi ajar. Tes formatif ada 10
soal, terdapat jawaban dari soal-soal tersebut dibagian belakang.
Apabila nilai diatas 80% maka mahasiswa diperbolehkan untuk
melanjutkan kepada materi selanjutnya. Namun apabila nilai
dibawah 80% maka mahasiswa tidak diperbolehkan untuk
melanjutkan materi selanjutnya dan wajib mengulang dengan cara
mempelajari materi tersebut kemudian mengerjakan ulang 10 butir
soal yang telah dikerjakan sebelumnya.
c. Adakah kendala dalam evaluasi dan menindak lanjuti hasil belajar
dengan menggunakan modul? Bagaimana mengatasi kendala
tersebut?
Jawab:
Tidak ada kendala dalam evaluasi.
Mengetahui,
Interviewer Interviewee
Ana Nur Wachidah Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd
WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama : Rika Nurdita Purwanti
Fakultas/ Jurusan : FKIP/ PGSD
Semester : IX
Asal Daerah : Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.
Tanggal Wawancara : 14 Desember 2015
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang
diambil?
Jawaban:
Saya mendapatkan mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada
semester 5, mata kuliah itu mempunyai bobot 3 sks, serta disajikan
kedalam sebuah modul.
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan menggunakan modul?
Jawaban:
Menurut saya, dengan adanya modul itu sangat membantu sekali
apalagi mata kuliah PAI tidak mempunyai tutor, jadi tidak ditutorkan
melainkan kita belajar sendiri dengan cara membaca dan membuat
sebuah resume agar sedikit demi sedikit bisa membantu ketika UAS
tiba.
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban:
Pembahasan materi mata kuliah itu lebih mengarah kepada
pemahaman ajaran agama Islam yang menuntut untuk diterapkan
dalam berkiprah sebagai warga negara yang religius dalam kondisi
bangsa yang prularistik yang bersifat universal. Modul mata kuliah
PAI itu membahas tentang Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan,
manusia, masyarakat, hukum, moral, Ilmu Pengetahuan dan Seni
Budaya, Politik dan Kerukunan Antar Umat beragama.
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban:
Penggunaan modul pelaksanaan pembelajaran jarak jauh diluar kelas
kita bisa membaca, mengkaji, membuat resume dan mengisi tes
formatif yang ada didalam modul itu sendiri dirumah atau diwaktu-
waktu senggang.
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban:
Untuk penggunaan modul dalam pembelajaran tatap muka, yang
dilakukan didalam kelas ini sangat membantu sekali selain membaca
kita juga dapat penjelasan-penjelasan modul mata kuliah dari seorang
tutor. Tidak perlu menulis kecuali hal-hal yang dianggap penting kita
cukup memberikan tanda pada modul tersebut.
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang
digunakan mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi
PAI?
Jawaban:
Bahasa yang digunakan modul mata kuliah PAI sangat membantu
sekali sehingga membantu sekali dalam memahami isi dari modul PAI
itu sendiri.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan?
Jawaban:
mengenai tugas yang diberikan bisa membuat resume,mengisi tes
formatif lengkap dengan isi dan halaman,dan ada jga yang menuntut
untuk diperaktekkan tergantung modul apa dan tergantung keinginan
tutornya juga mau seperti apa tentunya.
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda
mengerti?
Jawaban:
jika ada materi didalam modul ya kita biasanya menanyakan kepada
tutor dari modul itu tanpa kecuali yang modul tidak ada tutor itu kita
belajar sendiri saja
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi
kehidupan Anda sehari-hari?
Jawaban:
ada, pengaruhnya sangat baik dalam kehidupan sehari-hari apalagi
saya mengambil jurusan PGSD dan ngajar juga di SD jadi secara tidak
langsung kita bisa mempraktekkan hasil dari semua modul yang sudah
dipelajari.
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan
modul dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban:
Untuk kendala sih tidak terlalu banyak karena dengan adanya modul
dalam kegiatan pembelajaran di perkuliahan itu benear-benar sangat
membantu sekali dan jika kita mendapat kendala yang sulit kita bisa
bertanya langsung kepada tutor melalui tatap muka,email atau
telpon,bisa jga kita bertanya kepada para alumni yang sudah
berpengalaman di UT.
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan
modul PAI?
Jawaban:
ya untuk kedepan mudah2an dalam penggunaan modul PAI ini bisa
mendapatkan tutor jadi selain kita bisa memahami isi modul PAI itu
sendiri dengan membaca kita jga bisa lebih memahaminya jika dibantu
juga dengan penjelasan dari seorang tutor.
Narasumber
Rika Nurdita Purwanti
WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama : Irma Rahma Suci
Fakultas/ Jurusan : FEKON / Akuntansi
Semester : 3
Asal Daerah : Bekasi
Tanggal Wawancara : 15 Desember 2015
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Jarak
Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan atau saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang diambil?
Jawaban: Semester 1 (2015.1) , 3 SKS.
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan menggunakan modul?
Jawaban: Sangat membantu.
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban: Cukup praktis.
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan pembelajaran
jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban: Diskusi melalui tuton.
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan pembelajaran
tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban: Saya tidak ikut TTM.
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang digunakan
mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi PAI?
Jawaban: Beberapa kata dan contoh dalam modul tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan? Jawaban:
Diskusi melalui tuton.
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda mengerti?
Jawaban: Bertanya dengan teman sejurusan atau menanyakan langsung dosen
tuton via email.
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi kehidupan Anda
sehari-hari?
Jawaban: Pastinya ada.
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan modul dan
bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban: Beberapa hafalan Surat pendek dan terjemahannya. Dengan cara
mengulang kembali, mempelajarinya dengan teliti.
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan modul PAI?
Jawaban:Penyeleksian contoh kehidupan sehari-hari dengan materi di dalam
modul harus yang lebih Islami.
Narasumber
Irma Rahma Suci
WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama : Adi Nugroho
Fakultas/ Jurusan : FEKON / Manajemen
Semester : 1
Asal Daerah : Tegal
Tanggal Wawancara : 27 Desember 2015
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Jarak
Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan atau saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang diambil?
Jawaban:
Saya mendapat mata kuliah PAI pada semester 1 ini. Jumlah sks nya 3 sks.
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan menggunakan modul?
Jawaban:
Sangat membantu, tetapi saya masih keteteran karena saya sambil kerja. Dan ini
pengalaman pertama saya, kerja sambil kuliah. Kalau tidak ada modul bisa repot
sekali saya, untuk semester awal ini oke lah dapat nilai rendah. Kedepannya saya
akan memanfaatkan betul modul ini.
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban:
seperti buku pada umumnya, tetapi bahasanya lebih enak. Seperti dosen ngobrol
sama kita.
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan pembelajaran
jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban:
Saya biasa menggunakan modul untuk memahami materi dan melakukan tes.
Tetapi saya hanya baca sekilas saja, yang penting pada ujiannya saya bisa
menjawab.
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan pembelajaran
tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban:
Saya belum pernah ikut TTM.
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang digunakan
mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi PAI?
Jawaban:
Iya, sangat mudah bahasanya jadi sangat membantu dalam memahami materi.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan? Jawaban: tugas
yang diberikan berupa soal esay dan tes formatif.
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda mengerti?
Jawaban:
Bertanya kepada teman atau alumni yang lebih tau. Biasanya kalau ada pertanyaan
saya tanyakan pada grup FB Universitas Terbuka.
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi kehidupan Anda
sehari-hari?
Jawaban:
Sejujurnya tidak terlalu berpengaruh, tetapi minimal saya dapat wawasan baru.
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan modul dan
bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban:
Agak susah menghafal surat pendek dan mengingat poin-poin penting dalam
materi. Dengan cara mengulang terus-menerus.
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan modul PAI?
Jawaban:
Kalau bisa modul dibuat lebih praktis lagi agar mudah digunakan sambil kerja.
Narasumber
Adi Nugroho
WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama : Amalia Ulfa
Fakultas/ Jurusan : FKIP/ Sosiologi
Semester : 2
Asal Daerah : Sintang, Kalimantan Barat.
Tanggal Wawancara : 08 Januari 2016
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang
diambil?
Jawaban:
Mata kuliah PAI saya dapat pada semester lalu, semester satu. Sks
yang dibebankan pada mata kuliah tersebut sebanyak 3 sks.
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan menggunakan modul?
Jawaban:
Bagus, sangat membantu proses belajar saya sebagai mahasiswa UT.
Tetapi saya tidak menggunakan modul buku, saya menggunakan
Ruang Baca Virtual (RBV). RBV ini adalah modul online.
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban:
Modul yang dipakai disini jelas beda dengan buku teks biasa ya. Kalau
menurut saya, modul seperti ini lebih efektif digunakan dalam belajar
mandiri. Apalagi apabila digunakan dalam belajar oleh pelajar tingkat
menengah ke atas. Karena menurut saya sebagai guru, anak seumuran
mereka tidak butuh diceramahi. Tetapi butuh membaca dan mencoba
sendiri.
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban:
Dalam sehari saya menyempatkan membaca di pagi hari. Biasanya
saya membaca sebelum anak saya bangun tidur. Karena kalau sudah
bangun waktu saya cuma buat ngurus anak. Jadi memang saya harus
pandai mengatur waktu untuk belajar.
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban:
Ini yang ditanyakan khusus mata kuliah PAI apa secara umum mbak?
Kalau semester lalu mata kuliah PAI sepertinya tidak ada TTM, tetapi
kalau secara umum adanya modul sangat membantu. Pada saat TTM
saya sudah ada pemahaman mengenai materi yang akan dibahas. Jadi
ketika TTM hanya berdiskusi, dan mencatat hasil diskusi.
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang
digunakan mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi
PAI?
Jawaban:
Bicara tentang bahasa, menurut saya tidak ada yang jadi masalah ya.
Cuma terkadang memang ada beberapa kata yang saya kurang
familiar. Tapi itu bisa saya atasi dengan mencari kata lainnya. Dan
menurut saya, sejauh ini modul sangat membantu dan mudah
dipahami.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan?
Jawaban:
Kalau tugas yang ada dalam modul, setelah penjabaran materi biasanya
ada beberapa pertanyaan soal essay. Setelah itu ada tes formatif berupa
pilihan ganda. Nah, tes formatif ini sebagai penentu kemampuan kita
memahami materi yang di ujikan.
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda
mengerti?
Jawaban:
Kalau saya, biasa menanyakan kepada suami mbak. Kalau tidak, bisa
lihat di grup kelompok belajar. terkadang di grup tersebut ada hasil
diskusi dari pertanyaan mahasiswa lain, yang pertanyaannya sama
dengan yang menjadi kendala saya. Atau kadang saya posting yang
ingin saya tanyakan. Tinggal nanti melihat teman-teman yang
merespond postingan saya.
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi
kehidupan Anda sehari-hari?
Jawaban:
Ada, tetapi tidak terlalu banyak. Karena menurut saya memang
materinya tidak terlalu mencakup kepada seluruh aspek kehidupan.
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan
modul dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban:
Saya pribadi terkadang kesulitan dalam membuka RBV. Karena RBV
tidak bisa dibuka melalui HP, tetapi hanya bisa dibuka dengan
menggunakan laptop. Jadi untuk mengatasinya, RBV tersebut saya
download melalui laptop kemudian saya copy ke memori hp, dan saya
membuka menggunakan aplikasi Kingsoft Office.
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan
modul PAI?
Jawaban:
Apa ya? Ya..semoga UT lebih meningkatkan segala sarana dan
prasarananya. Sehingga untuk daerah yang termasuk terpencil dapat
menikmati dan mendapat bantuan belajar yang sama seperti di Ibu
Kota.
Narasumber
Amalia Ulfa
WAWANCARA MAHASISWA
A. DATA UMUM
Nama : Ari Budiman
Fakultas/ Jurusan : FISIP/ Ilmu Pemerintahan
Semester : V
Asal Daerah : Cikarang, Jawa Barat.
Tanggal Wawancara : 30 Desember 2015
B. TEMA WAWANCARA
Tema dalam wawancara ini adalah “Penggunaan Modul dalam
Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Terbuka.”
C. PETUNJUK WAWANCARA
1. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaannya
diwawancarai.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik dan tujuan wawancara
dilakukan.
3. Menjelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat,
pengalaman, harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Merekam dan mencatat poin-poin penting wawancara.
5. Mengucapkan terima kasih atas berlangsungnya wawancara.
D. PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan Anda mendapat mata kuliah PAI? Berapa bobot sks yang
diambil?
Jawaban:
Pada semester pertama, bobotnya 3 sks.
2. Bagaimana respon dan tanggapan Anda terhadap pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan menggunakan modul?
Jawaban:
Sangat membantu, jadi saya bisa belajar dimanapun sambil
mengerjakan apapun.
3. Bagaimana bentuk modul dalam pembelajaran PAI?
Jawaban:
Modul itu buku yang isinya materi, dan ada soal sekaligus kunci
jawabannya. Jadi di UT itu belajar sendiri, ujian sendiri, di koreksi
sendiri.
4. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh (di luar kelas)?
Jawaban:
Dengan cara mengikuti petunjuk pada buku.
5. Bagaimana cara Anda menggunakan modul dalam melaksanakan
pembelajaran tatap muka (di dalam kelas)?
Jawaban:
Saya tidak pernah ikut TM.
6. Dengan adanya modul dalam pembelajaran PAI, apakah bahasa yang
digunakan mudah dipahami dan membantu dalam memahami materi
PAI?
Jawaban:
Bahasanya sangat mudah dipahami, jadi mudah juga bagi saya untuk
memahami materinya.
7. Terkait tugas dalam modul, seperti apakah tugas yang diberikan?
Jawaban:
Biasanya soal essay yang bersangkutan dengan materi yang sedang
dibahas.
8. Bagaimana jika ada materi atau tugas dalam modul yang belum Anda
mengerti?
Jawaban:
Biasanya saya bertanya kepada tuton atau bertanya kepada orang
disekitar saya yang lebih memahaminya.
9. Setelah memahami materi dari modul, adakah pengaruh bagi
kehidupan Anda sehari-hari?
Jawaban:
Pastinya ada, saya jadi bisa menjalani kehidupan ini sesuai ketentuan
agama seperti yang sudah saya pelajari.
10. Kendala apa yang Anda temui selama belajar dengan menggunakan
modul dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban:
Sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu mendalam, seperti
saat saya sekolah di MAN. Tetapi tetap saja saya kesusahan saat
menghafal surat pendek, dan saya tipe orang yang sulit dengan hafalan.
11. Untuk kedepannya, apa yang Anda harapkan dalam pengembangan
modul PAI?
Jawaban:
Saya berharap isi materi bisa lebih dikaitkan dengan fenomena masa
kini.
Narasumber
Ari Budiman
RANCANGAN MATA KULIAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PPKN
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
KODE/ NAMA MATA KULIAH : MKDU4221/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUMLAH SKS : 3 sks
PENULIS INSTITUSI : DRS. SYAIFUL MIKDAR, M.PD/UT
PENELAAH DAN INSTITUSI : DR. ALI NURDIN, MA/PTIQ
PONDOK CABE, 20 JUNI 2013
MENGETAHUI Ketua Program Studi
Ketua Jurusan IPS,
Pendidikan PPKn,
Peta Kompetensi
9
Menerapkan Nilai-nilai Ajaran Agama Islam
sebagai Rahmat Tuhan YME dan Mewujudkan
Kerukunan Antar Umat Beragama dalam
Kehidupan Pluralistik di Indonesia.
7
Menjelaskan Peran Ipteks
dan Imtaq
8
Menjelaskan Peran Agama dalam
Kehidupan Berpolitik untuk Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa
6
Menjelaskan Budaya Akademik, Etos
Kerja, Sikap Terbuka dan Keadilan
2
Menjelaskan Hakikat,
Martabat dan Tanggung
Jawab Manusia
3
Menjelaskan Pengertian
Masyarakat Beradab, Peran
Umat Beragama, HAM dan
Demokrasi
4
Menumbuhkan Kesadaran
untuk Taat Terhadap
Hukum dan Fungsi Agama
5
Menjelaskan Pengertian
Moral dan Akhlak Mulia
1
Menjelaskan tentang
Ketuhanan Yang Maha Esa
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penulis & Institusi : DRS. Syaiful Mikdar, M.Pd
Penelaah & Institusi : Dr. Ali Nurdin, MA
Kode Mk/SKS : MKDU4221/3 sks
Tujuan Mata Kuliah :
Kompetensi yang diharapkan setelah menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini, agar mahasiswa mampu memahami
materi dan menerapkan dalam kehidupan dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
Deskripsi Mata Kuliah :
Pendidikan Agama Islam pada modul ini menjelaskan tentang : Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan, Manusia, Masyarakat,
Hukum, Moral, Budaya, Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni, Politik dan Kerukunan Antar Umat Beragama.
Kompetensi Umum : mahasiwa mampu menerapkan nilai-nilai dasar ajaran agama islam untuk menumbuhkan kerukunan antar
umat beragama kehidupan secara individual, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kompetensi Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat, martabat dan tanggung jawab manusia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian masyarakat beradab, peran umat beragama, HAM dan demokrasi
4. Mahasiswa mampu menumbuhkan kesadaran untuk taat terhadap hukum dan fungsi agama
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian moral dan akhlak mulia
6. Mahasiswa mampu menjelaskan budaya akademik, etos kerja, sikap terbuka dan keadilan
7. Mahasiswa mampu menjelaskan peran IPTEKS dan IMTAQ
8. Mahasiswa mampu menjelaskan peran agama dalam kehidupan berpolitik untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa
9. Mahasiswa mampu menjelaskan nilai-nilai ajaran agama islam sebagai rahmat Tuhan YME dan mewujudkan kerukunan antar
umat beragama dalam kehidupan pluralistik di Indonesia
No Kompetensi
Khusus
Pokok
Bahasan
Sub Pokok
Bahasan
Nomor dan
Judul Modul Judul Kegiatan Belajar
Bahan Ajar* Tutorial* Evaluasi* Daftar
Pustaka Ceta
k
Non
Cetak TTM
TUT
ON
Lain-
lain
Obje
ktif Esai
Lain-
lain
1
Mahasiwa
mampu
menjelaskan
tentang
Ketuhanan
Yang Maha
Esa dan
Ketuhanan
Ketuhanan
Yang Maha
Esa dan
Ketuhanan
1. Keimanan
dan
Ketakwaan
2. Filsafat
Ketuhanan
1
Ketuhanan
Yang Maha
Esa dan
Ketuhanan
1. Keimanan dan
Ketakwaan
2. Filsafat Ketuhanan
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
2
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
hakikat,
martabat dan
tanggung
jawab
manusia
Hakikat,
martabat
dan
tanggung
jawab
manusia
1. Hakikat
Manusia
2. Martabat
Manusia
3. Tanggung
Jawab
Manusia
2
Hakikat,
martabat dan
tanggung
jawab
manusia
1. Hakikat Manusia
2. Martabat Manusia
3. Tanggung Jawab
Manusia
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
3
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
pengertian
masyarakat
beradab,
peran umat
beragama,
HAM dan
demokrasi
Masyarakat
beradab,
peran umat
beragama,
HAM dan
demokrasi
1. Masyarakat
beradab dan
sejahtera
2. Peran umat
beragama
dalam
mewujudkan
masyarakat
beradab dan
sejahtera
3. HAM dan
Demokrasi
3
Masyarakat
beradab,
peran umat
beragama,
HAM dan
demokrasi
1. Masyarakat beradab
dan sejahtera
2. Peran umat
beragama dalam
mewujudkan
masyarakat beradab
dan sejahtera
3. HAM dan
Demokrasi
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
No Kompetensi
Khusus
Pokok
Bahasan
Sub Pokok
Bahasan
Nomor dan
Judul
Modul
Judul Kegiatan
Belajar
Bahan Ajar* Tutorial* Evaluasi* Daftar
Pustaka Cetak Non
Cetak TTM
TUT
ON
Lain-
lain
Objek
tif Esai
Lain-
lain
4
Mahasiswa mampu
menumbuhkan
kesadaran untuk
taat terhadap
hukum dan fungsi
agama
Hukum
1. Menumbuhkan
kesadaran untuk
taat hukum
Allah SWT
2. Fungsi Profetik
agama dalam
hukum Islam
4
Hukum
1. Menumbuhkan
kesadaran untuk
taat hukum
Allah SWT
2. Fungsi Profetik
agama dalam
hukum Islam
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
5
Mahasiwa mampu
menjelaskan
tentang Pengertian
Moral dan akhlak
mulia
Moral
1. Agama sebagai
sumber moral.
2. Akhlak mulia
dalam
kehidupan
5 Agama
sebagai
sumber
moral dan
akhlak
mulia
dalam
kehidupan
1. Agama sebagai
sumber moral
2. Akhlak mulia
dalam
kehidupan
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
6
Mahasiswa mampu
menjelaskan
budaya akademik,
etos kerja, sikap
terbuka dan
keadilan
Ilmu
pengetahuan
tekhnologi
dan seni
1. Iman IPTEKS
dan amal
sebagai
kesatuan.
2. kewajiban
menuntut dan
mengamalkan
ilmu
3. Tanggung
jawab ilmuwan
dan seniman.
6 Ilmu
pengetahua
n
tekhnologi
dan seni
1. Iman, Ipteks
dan amal
sebagai
kesatuan
2. kewajiban
menuntut dan
mengamalkan
ilmu
3. Tanggung
jawab ilmuwan
dan seniman
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
No Kompetensi
Khusus
Pokok
Bahasan
Sub Pokok
Bahasan
Nomor dan
Judul Modul
Judul Kegiatan
Belajar
Bahan Ajar* Tutorial* Evaluasi*
Daftar
Pustaka Cetak Non
Cetak TTM
TUT
ON
Lain-
lain
Obje
ktif Esai
Lain-
lain
7
mahasiswa
mampu
menjelaskan
peran IPTEKS
dalam IMTAQ
Budaya
akademik
dan
Budaya
Kerja
(Etos)
dalam
Islam
1. Makna
budaya
akademik
dalam
Islam
2. Etos kerja,
sikap,
terbuka dan
Keadilan
dalam islam
7 Ilmu
Pengetahuan
tekhnologi
dan seni
1. Makna
budaya
akademik
dalam Islam
2. Etos Kerja,
Sikap
terbuka dan
Keadilan
dalam Islam
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
8
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
peran agama
dalam kehidupan
berpolitik untuk
mewujudkan
persatuan dan
kesatuan bangsa,
nilai-nilai ajaran
agama Islam
sebagai rahmat
Tuhan YME
Politik
1. Kontribusi
agama
dalam
kehidupan
politik
2. Peran
agama
dalam
mewujudka
n persatuan
dan
kesatuan
bangsa
8 Politik
1. Kontribusi
agama dalam
kehidupan
politik
2. Peran agama
dalam
mewujudkan
persatuan
dan kesatuan
bangsa
DIHARAP
KAN
MENGGU
NAKAN
BUKU-
BUKU
RUJUKAN
TERBARU
No Kompetensi
Khusus
Pokok
Bahasan
Sub Pokok
Bahasan
Nomor dan
Judul Modul
Judul Kegiatan
Belajar
Bahan Ajar* Tutorial* Evaluasi*
Daftar Pustaka Cetak
Non
Cetak TTM TUTON
Lain-
lain Objektif Esai
Lain-
lain
9
Mahasiswa
mampu
mewujudkan
kerukunan antar
umat beragama
dalam
kehidupan
pluralistik di
Indonesia.
Kerukunan
Antar Umat
Beragama
1. Agama
merupakan
rahmat dari
Allah SWT
bagi
seluruh
hamba-
Nya
2. Kerukunan
Antar
Umat
Beragama
Kerukunan
Antar Umat
Beragama
1. Agama
merupakan
rahmat dari
Allah SWT
bagi seluruh
hamba-Nya
2. Kerukunan
Antar Umat
Beragama
DIHARAPKAN
MENGGUNAKAN
BUKU-BUKU
RUJUKAN
TERBARU
*Diberi tanda contreng ( ) sesuai dengan karakteristik kompetensi pada mata kuliah
UJI REFERENSI
Nama : Ana Nur Wachidah
NIM :1111011000099
Judul Skripsi : Penggunaan Modul Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di
Universitas Terbuka).
Pembimbing : Siti Khadijah, MA.
NO REFERENSIPARAF
PEMBIBING
BAB I1. Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung:
PT Remaia Rosdakarya,20ll), h.3. 11 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta:Bumi
Aksara),2008, hlm. 34.3. Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung:
PT Remaia Rosdakaryu2011), h.4.4. Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,20Il), h.25. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT
Remaia Rosdakarya, 2010), h.326. Fatia Fatimah & Andriyansah, Raih Sul<ses Belajar di
Pendidikan Jarak Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2013), h. 11
7. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GaungPersada Press, 2012), hS9 ,w
8. Bamb-ang Warsita, Pendidiknn Jarak Jauh, (Bandung:PT Remai a Rosdakary a, 2011 ). h. I 1 1 .
BAB II9. Oemar Hamalik, Pembelajaran Jarak Jauh dan
Pembinaan Ketenagaan,(Bandung: Trigenda Karya,1993), h.145
10. Vembrianto, Pengantar Pengajaran Modul,(Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita, 1981),h.20
11. Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalamPendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raia Grafindo I
Persada. 2011). h.14912. Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh, (Bandung:
PT Remaia Rosdakarya, 2011), h.l1013. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2012), h.99
14. Oemar Hamalik, Pembelajaran Jarak Jauh dan
Pembinaan Ketenagaan,(Bandung: Trigenda Karya,1993). h.14s
15. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (lakarta: Gaung
Persada Press, 2012). h.99.16. M Basyirudin lJsman, Metodologi Pembelajaran
Asama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),h.69-7017. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.316
18. M. Basyiruddin lJsman, Metodologi PembelaiaranAgama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),h.64
19. Jumali dkk, Landasan Pendidikan,(Surakarta:Muhammadiyah University Press, 2008), h.30
20. Ariesto Hadi Sutopo, Telcnologi InformasiKomunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Ilmu.2012). h.5
danGraha
trfr21. Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Telmologi
Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta,2012\.h.16
\
'r1 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Tel*tologiInformasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta,2012\.h.7-10
23. Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: GrahaIlmu. 2012). h.6
24. Undang-undang Republik lndonesia Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Pemerintah Republik lndonesia, 2003), Pasal I ayat 15
25. Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Telcnologi
Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta,20t2).h.12-14
26. Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TehtologiInformasi dan Komuniknsi, (Bandung: Alfabeta,2012). h.13
27. Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TeknologiInformasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta,2012\- h.115
28. Direktorat Jenderal Kelernbagaan Agama IslamDepartemen Agama RI, Buku Telu PendidikanmAsama Islam Pada Persuruan Tinggi Umum, h. 31'
\
)
29. Mohammad Daud Ali, Pendidiknn Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.49 1
30. Zaloah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
H. Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, MetodologiPengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: pT.Raja Grafindo Persada, 1995), h.1l
31. Zakiah Darajat, dk&, Metodik Khusus pengajaranAgama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet. IV, h.63-1t7.
BAB III32. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2Ol3), cet ke-l8, h.233. Lexy Moelong, Metode penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2OO4), h.434. Mukhtar, Metode Praktis penelitian Deskriptif
Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2}l3),h.2035. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian
Pendidikan, (Bandung: Rernaja Rosdakarya, 2010), h.54 4
36. Rully Indrawan dan RP enelitian kuantitatif,manaj emen, p emb an gunan dan p endidikan (Bandung:PT Reflika Aditama, 2014),h.72
37. Muhammad Idrus, Metodelogi penelitiqn Ilmu Sosial,(Jakarta: Erlangga, 2009), cet 2, h.61.
38. Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),h. I 86.
39. Sabarguna, Boy S, analisis data pada penelitiankualitatif (Jakarta: Universitas Indonesia press, 2OO4),h.27
40. Husaini Usman, dan Pumomo Setiady Akbar,Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), Cet2,h.87
41. Husaini lJsman, dan Pumomo Setiady Akbar,Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),CeA,h.84