problematika implementasi kurikulum 2013 pada mata

25
PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan) Machbub Ainurrofiq STIT Miftahul ulum Al Islami Bangkalan Email: [email protected] ABSTRAK Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman dan tantangan zaman. Dari perkembangan kurikulum yang terjadi kemungkinan tidak terlepas dari problem atau masalah-masalah dalam implementasinya antara KTSP dan Kurikulum 2013, maka dalam hal ini perlu diadakan pengkajian.Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah: (1) Bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?, (2) Apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al- Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus, lokasi penelitian ini di Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan: pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific sudah bisa dikatakan cukup maksimal karena siswa dan guru bisa bekerjasama dengan baik. Problematika Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, penilaian hasil belajar yang masih belum jelas karena formatnya berubah-ubah, serta kurangnya buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat. Kata kunci: Problematika Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam PENDAHULUAN Kurikulum merupakan salah satu alat yang penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit untuk mencapai tujuan atau sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Kurikulum juga merupakan sarana bagi pencapaian tujuan pendidikan yang berorientasi bukan hanya pada materi pengetahuan semata tapi harus menjadi penguasaan kecakapan, baik

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan)

Machbub Ainurrofiq

STIT Miftahul ulum Al Islami Bangkalan

Email: [email protected]

ABSTRAK Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman dan tantangan zaman. Dari perkembangan kurikulum yang

terjadi kemungkinan tidak terlepas dari problem atau masalah-masalah dalam

implementasinya antara KTSP dan Kurikulum 2013, maka dalam hal ini perlu

diadakan pengkajian.Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah: (1) Bagaimana

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?, (2) Apa saja problematika dan solusi

penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-

Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus, lokasi penelitian ini di Al-Khatibiyah

Patereman Modung Bangkalan. Dalam proses pengumpulan data peneliti

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan: pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific sudah

bisa dikatakan cukup maksimal karena siswa dan guru bisa bekerjasama dengan baik.

Problematika Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan,

penilaian hasil belajar yang masih belum jelas karena formatnya berubah-ubah, serta

kurangnya buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat.

Kata kunci: Problematika Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan salah satu alat yang penting dalam mencapai

keberhasilan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit

untuk mencapai tujuan atau sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Kurikulum juga

merupakan sarana bagi pencapaian tujuan pendidikan yang berorientasi bukan hanya

pada materi pengetahuan semata tapi harus menjadi penguasaan kecakapan, baik

Page 2: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

kecakapan dasar manual (psychomotoric), penguasaan konsep dasar keilmuwan

(cognitive) maupun penguasaan nilai dan sikap (afektive), serta aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari.1

Lazimnya kurikulum dipandang sebagai satu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah

atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.2 Dalam perubahan kurikulum

seharusnya merupakan upaya perbaikan dalam tataran konsep pendidikan, perundang-

undangan, peraturan dan pelaksanaan pendidikan serta menghilangkan praktik-praktik

pendidikan di masa lalu yang tidak sesuai atau kurang baik sehingga aspek pendidikan

di masa mendatang lebih baik. Kurikulum senantiasa berubah dan bersifat dinamis.

Suatu kurikulum mampu berperan sebagai alat pendidikan jika sanggup merubah

dirinya dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan. 3

Fenomena perubahan kurikulum di Indonesia mengalami pasang surut sesuai

dengan kebijakan pemerintah yang berlaku. Seperti halnya fenomena pada saat ini,

pemerintah yang diwakili oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan

kebijakan implementasi Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan setingkat

SD, SMP, dan SMA. Namun, pada tahun 2014 kebijakan implementasi kurikulum

2013 pada akhirnya mengalami pro dan kontra tentang implementasinya. Melalui

beberapa pakar pendidikan yang menelaah implementasi Kurikulum 2013 memberikan

pernyataan bahwa Kurikulum 2013 belum siap untuk diimplementasikan di semua

tingkat pendidikan setingkat SD, SMP, dan SMA. Sehingga dari keputusan tersebut

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan keputusan bahwa tidak semua

sekolah menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 hanya diterapkan oleh sekolah

yang siap dan mempunyai kriteria khusus, sehingga penunjukan sekolah diputuskan

oleh pemerintah.

Kurikulum 2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satu dari segi

persiapan, kurikulum 2013 membutuhkan anggaran mencapai 2,5 triliun. Kurang

optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana di lapangan membuat para guru masih

banyak yang kebingungan terhadap kurikulum 2013.4

1 Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum

2013 (Kata Pena, 2013), 13 2 S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 5 3 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),

261 4 Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), 35-36

Page 3: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Pemerintah menganggap kurikulum ini lebih berat dari pada kurikulum-

kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum 2013

sedangkan guru yang tidak profesional hanya dilatih beberapa bulan saja untuk

mengubah pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Selain penguatan dan

pendampingan terhadap guru, siswa juga membutuhkan penguatan dan pendampingan

dalam mengembangkan sikap dan karakter siswa yang ditekankan dalam kurikulum

2013. Perubahan yang terdapat pada kurikulum 2013 salah satunya adalah

penggabungan mata pelajaran.

Selain itu pemerintah juga berencana menambah jam pelajaran agar

pembelajaran lebih mengedepankan karakter siswa.5 Terkait dengan kurikulum 2013

Muhammad Nuh sebagai mantan menteri pendidikan menegaskan bahwa kurikulum

2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi indonesia 2045 yaitu tepatnya

100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang

jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana

demografi.

Namun dengan banyaknya lembaga, organisasi maupun perseorangan yang

terlibat dalam perubahan kurikulum 2013 ini, belum ada jaminan bahwa kurikulum

tersebut mampu membawa bangsa dan negara ini ke arah kemajuan.

Pola pembelajaran baru di sekolah menggunakan kurikulum 2013 merubah

pola fikir dari terpusat kepada guru menjadi kepada siswa. Jadi guru yang pada

awalnya sebagai sumber informasi sekarang siswa yang aktif untuk mencari informasi

terlebih dahulu. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, siswa dapat

memperoleh sumber belajar dengan sangat mudah, akses internet dan kecanggihan

teknologi mendominasi perkembangan siswa untuk aktif mencari. Pada dasarnya

teknologi dan informasi menjadi sarana wajib dalam pembelajaran kurikulum 2013

yang diterapkan pada saat proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, maka peneliti mengadakan

penelitian dengan judul “Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan)”. Maka digunakanlah rumusan-rumusan untuk memudahkan

menjawab fokus masalah. Antara lain: (1) Bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman

5 Loeloek Endah Poerwanti dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Prestasi

Pustakaraya, 2013), 282-283

Page 4: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Modung Bangkalan?, (2) Apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan?.

METODE

Penelitian ini adalah tergolong penelitian lapangan (field reseearch) dengan

membangun makna berdasarkan data-data lapangan. peneliti menganalisa

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model pendekatan fenomenologi,

yakni melibatkan pengujian yang teliti dan seksama dalam beberapa fenomena yang

muncul.6 Menurut Best sebagaimana dikutip oleh sukardi adalah sebuah pendekatan

penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa

adanya.7, Hal ini sejalan dengan pendapatnya Prasetya bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menjelaskan fakta apa adanya8.Tujuan dari penelitian ini

adalah berusaha untuk mengetahui secara mendalam mengenai pelaksanaan sekaligus

apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang di implementasikan di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan. Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.. Lokasi penelitian ini adalah di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan yakni lembaga yang berada dalam naungan pesantren yang telah

menerapkan kurikulum 2013. Penelitian ini berawal dari pelaksanaan kurikulum 2013

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya menelusuri apa saja

problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan. Namun, fokus

dalam penelitian ini akan berkembang setelah peneliti berada di lokasi penelitian dan

melakukan rangkaian kegiatan lapangan.

KEHADIRAN PENELITI dan LOKASI PENELITIAN

Peneliti memiliki peran yang sangat dalam penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti memiliki kedudukan yang cukup rumit. Artinya ia sebagai

perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia

6 Jonathan A Smith.(ed). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset, terjemahan Qualitatif

Psychology A Practical Guide to Research Method (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 11. 7 Sukardi, Metode Penelitian Guruan: Kompetensi dan Prakteknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 157. 8 Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian Pengantar Teori Dan Panduan Praktis Penelitian

Sosial Bagi Peserta Didik Dan Peneliti Pemula (Jakarta: STAIN, 1999), 59.

Page 5: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

menjadi pelapor hasil penelitiannya.9 Peneliti berperan sebagai pengamat partisipan

karena peneliti tidak berdomisili di lokasi penelitian. Akan tetapi, selain bersetatus

sebagai peneliti, peneliti juga sebagai salah satu pengurus di lokasi penelitian.

Sehingga informan dan subyek telah mengetahui kehadiran peneliti di lokasi

penelitian. Menurut Moeleong ciri dalam penelitian kualitatif manusia adalah

berperan sebagai alat (instrumen) pengumpul data. Maka, dalam penelitian ini

peneliti adalah sebagai alat penelitian atau instrumen yang siap terjun memasuki

lapangan untuk menetapkan fokus penelitian, menetapkan informan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Penelitian kali ini difokuskan di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung

Bangkalan, yang berlokasi di Jalan KH. Ach. Dahlan No. 374 Congaban Patereman

Modung Bangkalan Jawa Timur. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena disamping

lokasinya yang mudah untuk dijangkau juga karena berada di kawasan Pondok

Pesantren tempat peneliti mengajar, selain itu peneliti juga sebagai warga masyarakat

Congaban Patereman. Sementara SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan

merupakan lembaga yang berada dalam naungan pesantren yang telah menerapkan

kurikulum 2013.

DATA dan SUMBER DATA

Ada beberapa jenis data dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Patton yang dikutip oleh Newman dan Benz,10 “detailed

descriptions of situations, events, people, interactions, observed, behaviors, direct

quotations from people about their experiences, attitudes, beliefs, and thoughts and

excerpts or entire passages from documents, correspondence, records, and case

histories”. Maksudnya adalah data dalam penelitian kualitatif berupa data deskripsi

tentang situasi, kejadian, orang, interaksi, prilaku, cerita langsung dari pengalaman

seseorang, prilaku, kepercayaan, dan pemikiran. Selain itu juga bisa berupa kutipan

dari berbagai dokumen, korespondensi, rekaman, dan data sejarah.Penelitian kualitatif

berisi data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat

9 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2014), 168. 10 Isadore Newman dan Carolyn R. Benz, Qualitaive-Quantitative Research Methodology : Exploring

the Interactive Continuum (USA: Southern Illinois University Press, 1998), 16.

Page 6: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

diamati melalui berbagai setting, berbagai sumber (primer maupun sekunder) dan

berbagai cara (wawancara, observasi dan dokumentasi).

Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan proses dari penelitian yang

melakukan observasi secara langsung serta menggali data yang bersumber dari santri.

Selain itu, penulis juga akan menentukan informan utama (main informan) dan

informan pendukung (support informan). Informan utama dalam penelitian ini adalah

santri, sedangkan informan pendukung adalah dewan pengasuh dan pengurus.

Peneliti mengklasifikasikan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan

sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata atau

ucapan lisan (verbal) dan perilaku dari subjek (informal) berkaitan dengan

pelaksanaan sekaligus apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sumber data sekunder adalah data

yang diperoleh dari informasi yang telah diolah oleh pihak lain.11 Sedangkan data

sekunder berasal dari dokumen yang berupa tulisan, rekaman, gambar atau foto dan

benda yang dapat digunakan sebagai pelengkap data primer.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLING

Teknik pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah Snowball

Sampling. Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini di suruh memilih temannya untuk dijadikan

sampel begitu seterusnya.12 Disini peneliti mengambil sampel tiga orang santri.

Karena dirasa cukup, maka tidak membutuhkan sampel lagi.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Ada tiga teknik yang banyak digunakan dalam pengumpulan data, yaitu

observasi, wawancara, dan analisis dokumen.13 Dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan ketiga teknik tersebut guna mempermudah peneliti dalam pengumpulan

data. Yakni:

a. Observsi

Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional

11 Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal Dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan

Kualitatif Dan Kuantitatif; Skripsi, Tesis, Dan Disertasi (Malang: UM Press, 2008), 41 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 61. 13 Dan Alpert (ed), Research Metholog (USA: Wadsworth Group, 2002), 82.

Page 7: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi

buatan untuk mencapai tujuan tertentu. 14

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi yang dilakukan

oleh peneliti adalah observasi partisipasi aktif terhadap obyek yang berupa tempat

pelaku dan aktifitas, mulai dari tahap mendeskripsi, mereduksi sampai pada

menyeleksi. Dalalam penelitian ini, peneliti megamati secara mendalam tentang

pelaksanaan sekaligus apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Peneliti juga terlibat dalam proses

jalannya kegiatan yang dilakukan oleh narasumber tapi belum sepenuhnya

lengkap.

b. Wawancara (Interview)

Interview merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui

percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan

responden untuk mrncapai tujuan tertentu.15 Demikian pula, Djam’an Satori dan

Aan Komariah, mengemukakan bahwa jenis wawancara dalam penelitian

kualitatif ada dua, yaitu wawancara mendalam dan wawancara bertahap.16 Maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara mendalam sebagai salah

satu teknik pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa

pihak yang mempunyai keterkaitan dengan fokus penelitian, dalam hal ini penulis

meminta data (Interview) kepada siswa, kepala sekolah, wali kelas, guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dalam melakukan wawancara wali kelas dan guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam peneliti menggunakan metode wawancara tidak

terstruktur, yang mana siswa, wali kelas dan guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah berperan sebagai tokoh kunci, dengan informasi dari tokoh

kunci akan ditemukan informasi atau deskripsi. Jawaban yang dikemukakan oleh

informan kunci tersebut akan menjadi titik pengembangan pertanyaan. Dalam

melakukan wawancara kepada kepala sekolah, sebagai informan pendukung

terkumpulnya inforamasi dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur.

14 Zainal arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradikma Baru(Bandung: Rosda Karya, 2011),

231. 15 Arifin, Penelitian Pendidikan ., 233. 16 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), 137.

Page 8: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

c. Dokumentasi

Menurut Amir Hamzah, selain dari wawancara dan observasi, informasi

juga bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat , catatan

harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya.17

Dokumentasi merupakan salah metode pengumpulan data yang tak kalah penting,

meskipun merupakan metode yang tidak terlalu sulit. Karena yang diamati adalah

bukan benda hidup, tetapi benda mati, sehingga apabila terjadi kesalahan, sumber

data masih tetap.18 Dokumentasi yang dilakukan peneliti meliputi bentuk tulis.

Yakni, berisi data santri, sarana dan prasarana, organisasi, manajemen, proses,

serta sejarah yang berkaitan dengan fokus pada penelitian ini, yang berfungsi

sebagai data penguat.

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang

disarankan oleh data.19 Teknik analisis data kualitatif bersifat nonstatistik, melainkan

dengan analisis kualitatif yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan.

Anlisis data kualitatif dilakukan terus-menerus sampai pengumpulan data berakhir

karena telah dianggap cukup. Kecukupan data tergantung pada peneliti karena

dianggap sudah tidak ditemukan data baru.20

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam melakukan analisis data.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, bahwa analisi data

setidaknya mengandung tiga aspek, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data

sesuai dengan pendekatan penelitian.21 Selain pendapat Arikunto, Miles dan

Huberman yang dikutip oleh Mardiyah juga mengemukakan pendapat bahwa analisis

data dalam penelitian kualitatif mencakup tiga aspek, yaitu:22

17 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Literasi Nusantara, 2019), 78. 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-14 (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), 274. 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 280. 20 Imron Rosidi, Sukses Menulis Karya Ilmiah Suatu Pendekatan Teori dan Praktik (Pasuruan: Pustaka

Sidogiri, 2007), 33. 21 Arikunto, Prosedur Penelitian,278. 22 Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Disertai yang dipublikasikan,

(Malang: Aditya Media Publishin, 2013)., 114.

Page 9: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

a. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mencakup aspek

identifikasi, klasifikasi, dan kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan

menyeleksi kelayakan data. Data yang tidak dibutuhkan dibuang sedangkan yang

dibutuhkan dicatat. Klasifikasi data adalah kegiatan peneliti dalam memilah dan

mengelompokkan data, sedangkan kodefikasi data adalah kegiatan memberi

identitas pada data penelitian yang terpilih.

b. Penyajian data (Data Display)

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan memahami apa

yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

difahami. Penyajian data terbagi menjadi dua, yaitu penyajian data dalam bentuk

teks naratif dan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Dalam

penelitian ini, data yang disajikan adalah dalam bentuk teks naratif.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat guna mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

merupakan kesimpulan yang kredibel.

TEHNIK KEABSAHAN DATA

1. Trianggulasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama secara serempak. Dengan

demikian berarti peneliti menerapkan teknik trianggulasi.

Mathinson mengemukakan bahwa “the value of trianggulation lies in

providing evidence – wheter convergent, inconsistent, or contracdictory”. Nilai dari

pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang meluas

(Convergent), tidak konsisten atau kontradiksi.23 Trianggulasi akan meningkatkan

kekuatan data yang diperoleh peneliti, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitativ Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 252.

Page 10: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Peneliti bisa melakukan chek and recheck hasil temuannya, dengan membandingkan

sumber, metode, dan teori.24

Berikut adalah teknik trianggulasi yang akan peneliti gunakan:

a. Trianggulasi dengan sumber, yaitu: membandingkan data hasil pendekatan

dengan data hasil wawancara. Mebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat yang sering berinteraksi dengan santri.

b. Trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan drajat kepercayaan penemuan

hasil penelitian dengan beberapa tehnik pengumpulan data. Pengecekan drajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Trianggulasi dengan teori, yaitu bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu teori atau lebih.

2. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti kualitatif adalah instrumen. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan

dalam pengumpulan data, dan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

butuh perpanjangan keikutsertaan latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti

peneliti tinggal di lokasi penelitian yaitu, sampai mencapai kejenuhan dalam

pengumpulan data. Hal ini dilakukan peneliti,dengan memfokuskan pengujian

terhadap data yang telah diperoleh, dalam perpanjangan keikutsertaannya, akan

banyak mempelajari kebudayaan, juga dapat menguji ketidak benaran informasi yang

diperlakukan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri peniliti ataupun informan, dan

membangun kepercayaan subyek. Dengan demikian, penting sekali perpanjangan

keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi sekaligus memastikan konteks

itu dengan dipahami dan dihayati.25 Bila setelah dicek kembali ke lapangan data

sudah benar berarti data tersebut kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan

dapat diakhiri. Perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan peneliti terbuka

terhadap pengruh ganda, yaitu faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti

dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.

3. Ketekunan/Keajengan Pengamatan

Keajengan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.

24 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2012), 322-323. 25Al Manshur, Metode Penelitian, 320.

Page 11: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Mencari suatu usaha dan membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat

diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan. Sedangkan ketekunan

pengamatan bermaksud menemukan ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan hal tesebut

secara rinci. Artinya, apabila perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup,

ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.26

HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan Kurikulum 2013 adalah kegiatan

dimana guru berintegrasi dengan siswa dalam upaya menyajikan materi pembelajaran.

Proses ini diperlukan kemampuan guru untuk mengelola suasana belajar menjadi

hidup, menyenangkan, kondusif dan interaktif, sehingga siswa menjadi tertarik dan

termotivasi di dalam belajar.

Guru memiliki peran dominan di kelas terutama dalam penggunaan metode dan

tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam metode ceramah masih sangat dominan dan diperlukan dalam penyampaian

materi. Sedangkan metode yang dapat diterapkan di kelas disesuaikan dengan

kurikulum 2013 yaitu Jigsaw (model tim ahli), mind mapping, role playing, group

investigation, bertukar pasangan. Dan dalam pelaksanaannya terkadang tidak sesuai

dengan RPP yang telah di susun sehingga dalam hal ini kreatifitas guru sangat

diperlukan.Hal tersebutr menuntut guru untuk memiliki kemampuan mengkondisikan

situasi kelas menjadi hidup sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Terutama dalam

menggunakan metode-metode pembelajaran.

Pada pelaksanaan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sama dengan

pelaksanaan dalam pembelajaran lainnya yang merupakan implementasi dari RPP.

Sementara pada kurikulum 2013 pelaksanaan pembelajaran melalui 5M, yakni,

mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi,dan mengkomunikasikan.

Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan WAKA Kurikulum,

beliau menjelaskan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan di kelas VII di

SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan mulai tahun pelajaran 2013/2014

26 Ibid., 321.

Page 12: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

yang hanya diterapkan satu semester saja kemudian di hentikan dan kembali ke KTSP

lagi. Pada tahun 2016/2020 baru di terapkan kembali dan masih hanya di kelas VII

saja, untuk yang kelas VIII dan IX masih menggunakan KTSP. Pelaksanaan

Kurikulum 2013 itu sendiri sesuai dengan struktur Kurikulum 2013 dimana mata

pelajaran PAI diajarkan 3 jam pelajaran perminggu.

Hasil Observasi menunjukkan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran di kelas

tidak sesuai dengan hasil wawancara yang saya dapatkan dari guru Pendidikan Agama

Islam. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, yakni

dengan metode ceramah. Metode tersebut masih sangat dominan dan dijadikan modal

yang utama oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.

Lebih lanjut WAKA Kurikulum menambahkan bahwa sebelum guru PAI

merealisasikan Kurikulum 2013 para guru terlebih dahulu diikutkan dalam pelatihan-

pelatihan dan workshop yang berkaitan dengan tekhnik pelaksanaan Kurikulum 2013.

Setelah itu WAKA Kurikulum membagikan KI dan KD beserta materi dan referensi

buku PAI Kurikulum 2013 kepada guru PAI untuk selanjutnya diolah dengan

memperhatikan silabus dan pedoman yang ada menjadi RPP yang dijadikan acuan

dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

Menurut guru PAI segala bentuk tekhnik dan langkah-langkah dalam

melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 semuanya dituangkan dalam RPP dengan

memperhatikan indikator yang ada. Selain itu guru dalam melaksanakan pembelajaran

di kelas mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya,

menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas

siswa. Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan

melalui collaborative learnimg.

Dari observasi peneliti, dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 para guru PAI

dalam membuat RPP masih perlu disempurnakan walaupun sudah baik. Para guru

selain tepat dalam penempatan kompetensi inti dan kompetensi dasar juga harus lebih

memahami dan mendalami indikator untuk menentukan langkah-langkah dalam

pembelajaran dan pembuatan penilaian sehingga seluruh kompetensi inti yang ada

pada indikator dapat terserap dalam RPP.

Menurut Irma siswa kelas VII, dalam pelaksanaan kurikulum 2013 guru PAI

hanya menjelaskan inti dari materi kemudian siswa dibentuk small group discussion

untuk mengembangkan sendiri materi yang telah diberikan guru dengan membuat

jaring-jaring dan menjabarkannya.

Page 13: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Inti dari Kurikulum 2013 adalah menuntut bagaimana peserta didik bekerja

lebih aktif sementara guru hanya digunakan untuk fasilitator selama pembelajaran

yang fungsinya hanya memantau kegiatan peserta didik dan meluruskan pandangan

peserta didik atau aktivitas peserta didik yang dianggap kurang tepat. Sama halnya

dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum 2013 hanya sebagai

fasilitator saja. Karena semuanya sudah disediakan oleh pemerintah, guru hanya

mengamati, memantau dan meluruskan saja.

Hal ini jelas, berarti status guru pada proses pembelajaran menurut Kurikulum

2013 hanya menjadi fasilitator sebagai pelengkap dan pembelajaran tidak terpusat

pada guru.

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini guru melakukan interaksi belajar-

mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran, serta

pemanfaatan seperangkat media. Sesuai dengan acuan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) pada kurikulum 2013, ada tiga tahapan kegiatan pelaksanaan

pembelajaran yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal disini merupakan kegiatan pendahuluan sebelum

memasuki inti pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan terutama untuk

menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa

memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan

baik. Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran yang dilakukan guru PAI

selalu dimulai dengan apersepsi, motivasi serta persiapan bahan pembelajaran

baik oleh guru maupun siswa. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru PAI

berkaitan dengan kegiatan awal sebelum memasuki pelajaran berupa apersepsi

dan motivasi, disamping itu siswa diminta untuk menyiapkan bahan yang akan

di pelajari.

b. Kegiatan inti

Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

PAI SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, sudah sesuai dengan

standar proses pada Kurikulum 2013 yang disebut dengan pendekatan saintific

dalam pembelajaran, yang meliputi: mengamati, menanya, mengasosiasi,

mengeksplorasi, dan mengkomunikasi. Hal ini terlihat ketika proses

pembelajaran di kelas berlangsung.

Page 14: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Namun, untuk menerapkan pendekatan saintific masih dirasa belum

maksimal disebabkan waktu yang kurang memadai serta guru PAI masih

terbawa dengan kebiasaan lama yaitu model pembelajaran KTSP. hal tersebut

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru PAI,

c. Kegiatan Penutup

Di akhir pembelajaran guru PAI SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan menyimpulkan hasil dari pembelajaran secara umum

terhadap peserta didik serta menyampaikan materi yang harus dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

Problematika dan Solusi Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan

Dalam setiap kegiatan proses pembelajaran tidak akan lepas dari yang namanya

permasalahan atau problematika sehingga nantinya dapat menghambat jalannya proses

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Adapun problematika dan solusi penerapan

Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah

Patereman Modung Bangkalan sejauh pengamatan penulis itu sendiri, yakni:

a. Faktor kesiapan gurunya

Dengan penerapan kurikulum 2013 ini guru harus benar-benar siap

dalam menerapkannya, mulai dari membuat administrasi pembelajaran di kelas

seperti salah satunya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat hendaknya disesuaikan

dengan kondisi siswa yang ada. permasalahan yang ada guru membuat RPP

tidak mempertimbangkan dari aspek kondisi siswa. Jadi dalam pelaksanaannya

di kelas memang tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. Guru dituntut untuk

mengemas pembelajaran dengan sebaik mungkin dan semenarik mungkin agar

murid-murid tidak bosan di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.

Solusinya, guru dianjurkan untuk mengikuti semacam pelatihan-pelatihan dan

juga worksop demi mencapai tujuan belajar seperti yang diharapkan.

b. Guru sebagai manajer di kelas belum memahami dengan maksimal

implementasi kurikulum 2013 yang seharusnya.

Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terhadap guru, tetapi

belum semua guru memahaminya secara baik. Bahkan dari beberapa guru

yang telah mengikuti pelatihan belum semua informasi terkait dengan

Page 15: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

implementasi kurikulum 2013 terserap dengan baik. Faktanya ada dari

beberapa guru yang masih bingung dengan penerapannya di kelas itu sendiri.

Solusinya, harus sering-sering diadakan pendampingan kurikulum 2013 itu

sendiri, karena dengan pendampingan itu akan memudahkan guru yang

bersangkutan tersebut untuk berbenah diri terutama pola pikir mereka yang

masih menganggap bahwa kurikulum 2013 itu ribet dan njlimet.

c. Masalah arah dan tujuan

Masalah yang terjadi dalam hal ini adalah penentuan arah dan tujuan

pembelajaran, yang rumusan masalah ataupun tujuan pembelajaran yang dibuat

oleh guru sebagaimana yang terangkum dalam RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) terlalu luas dan tidak operasional, sehingga sulit diukur dan di

obsevasi yang berakibat tujuan pembelajaran tidak dipahami oleh siswa. Hal

ini berakibat, siswa lebih banyak mencoba dan menduga-duga tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Solusinya, Guru PAI

hendaknya membuat RPP yang tidak terlalu meluas sehingga arah dan tujuan

pembelajaran bisa tercapai dengan baik.

d. Ketersediaan buku

Buku yang dikirim dari pusat jumlahnya masih belum sesuai dengan

jumlah siswa yang ada. Buku siswa yang idealnya juga dimiliki siswa dengan

komposisi satu buku satu siswa masih belum dapat disediakan dengan cukup.

Kondisi tersebut memaksa sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut

dengan penggandaan yang tentunya membutuhkan biaya tambahan. Solusinya,

Kepala sekolah mengadakan rapat dengan dewan guru, yang selanjutnya

mengundang wali murid untuk di musyawarahkan bersama-sama. Kemudian

atas persetujuan bersama, wali murid bersedia untuk mengganti biaya

tambahan tersebut demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Solusi yang lainnya,

akhirnya sekolah memutuskan untuk menggunakan buku pendamping

pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau biasa disebut LKS, yang LKS

tersebut bisa dipergunakan untuk mengerjakan latihan-latihan soal untuk

mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

e. Penilaian Hasil Belajar

Belum jelasnya model Raport pada awal-awal pelaksanaan bahkan

hingga sekarang. Khusus tentang penulisan raport semester, terdapat beberapa

perbedaan pendapat antara pengawas sekolah dan sebagian kepala sekolah

Page 16: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

tentang penulisan deskripsi setiap penilaian. Solusinya, guru dan kepala

sekolah berusaha sambil mempersiapkan macam-macam antisipasi penilaian.

Kemudian untuk mengatasi adanya perbedaan pendapat tersebut maka sebagian

sekolah akan mencetak sendiri format buku raport yang lebih sesuai menurut

sekolah masing-masing, karena memang dari pusat tidak ada arahan untuk

penulisan format raport itu sendiri.

f. Minimnya penguasaan teknologi komputerisasi para guru

Guru pada generasi-generasi terdahulu (atau yang disebut sebagai guru-

guru yang berusia tua) rata-rata gagap akan teknologi komputerisasi. Segala

pekerjaan yang menyangkut penyusunan kata-kata dalam suatu teks, termasuk

dalam RPP, akan sangat mudah jika dikerjakan dengan bantuan komputer

maupun laptop. Bayangkan saja jika RPP yang kini bisa dicopy-paste dari file

buku guru harus ditulis manual dengan tangan. Pasti akan memakan waktu

yang cukup lama, dan pastinya akan menjadi permasalahan yang menyulitkan

guru. Solusinya, para guru yang sudah berusia tua hendaknya tidak malu dan

tidak malas untuk belajar mengenai teknologi komputerisasi, agar nantinya

pembelajaran semakin membaik. Karena semakin berkembangnya tahun

semakin canggih pula teknologinya. -permasalahan tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut:

g. Kesiapan Siswa Belajar

Siswa kelas VII adalah siswa yang baru saja meninggalkan bangku

Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar, sebagian besar guru menekankan pada siswa

untuk mencatat dan menghafal dengan alasan menurut taksonomi Bloom siswa

usia Sekolah Dasar baru mampu ke tingkat kognitif mengetahui dan memahami

saja. Ketika di SMP, kebiasaan mencatat dan menghafal masih melekat pada

siswa. Siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan penalaran.

Sementara di kurikulum 2013 itu sendiri ditekankan bahwa pembelajaran

dengan student center bukan lagi teacher center seperti di kurikulum-

kurikulum sebelumnya.

Solusinya, Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah menghendaki

siswa agar terbiasa mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat

jejaring semua mata pelajaran. Dengan demikian ada kesenjangan mendasar

antara kesiapan siswa dengan pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013.

Artinya penerapan Kurikulum 2013 membutuhkan waktu yang cukup panjang

Page 17: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

untuk membuahkan hasil. Mengubah kebiasaan, adalah hal yang tidak mudah

dan membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup.

Dengan demikian kesiapan belajar siswa, dalam hal ini pola fikir dan

kebiasaan siswa, perlu dicermati dan difahami terlebih dahulu sebelum

menerapkan pendekatan ilmiah yang diamanatkan Kurikulum 2013. Guru

hedaknya penuh dengan inovasi dan kreativitas selalu bisa memunculkan ide-

ide baru yang tentunya membuat peserta didik selalu tertarik dan semangat

dalam belajar.

Secara umum pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan maksimal

manakala ada kesiapan dari sekolah. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, beliau menegaskan bahwa

awalnya cukup keberatan dengan adanya kurikulum tersebut. Hal ini dikarenakan,

bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 terbilang mendadak dan guru-guru baru

memahami KTSP. Hal inilah yang mendasari kinerja kepala sekolah dan seluruh

warga sekolah untuk bekerja secara maksimal.

Tidak hanya kesiapan sekolah yang menjadi Problematika pelaksanaan 2013,

namun kendala kurangya dana menjadi daftar problematika yang harus diselesaikan

sendiri oleh pihak sekolah, diantaranya pengadaan buku dan LCD. selain itu dalam

menjalankan ataupun menerapkan suatu kurikulum yang baru, munculnya informasi

yang simpang siur dapat menjadikan masalah bagi kelancaran pelaksanaan suatu

program yang telah direncanakan sebelumnya.

Untuk mengetahui berhasil tidaknya sebuah proses, maka diperlukan evaluasi.

Fungsi evaluasi ini sebagai acuan untuk proses yang lebih baik lagi. Dalam hal ini,

untuk mengevaluasi keberhasilan kurikulum 2013 maka Kepala Sekolah memiliki cara

tersendiri dengan mereview rekaman video cara mengajar guru pai dengan mengambil

1 tema sekaligus RPP, media pembelajaran dan perangkat lainnya. Menurut Waka

Kurikulum, evaluasi juga dilakukan dengan koordinasi antar mata pelajaran.

Untuk menanggulangi semua kendala atau problematika tersebut, upaya yang

dilakukan oleh Waka Kurikulum adalah mengikut sertakan guru dalam sosialisasi

penerapan kurikulum 2013 adapun sosialisasi yang sudah pernah dilakukan yaitu

mengikuti sosialisasi dari K3M, LKP2i, MGMP dan masih banyak lagi, serta

pengadaan LCD di setiap kelas yang sampai saat ini masih dalam proses pelengkapan.

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, guru sebagai pendidik tidak

bisa dilepaskan perannya. Sebagai seorang pendidik yang memiliki peran dalam

Page 18: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

melaksanakan kurikulum 2013 seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan.

Permasalahan

ANALISIS

Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan,

Kurikulum menurut Oemar Hamalik berasal dari bahasa latin, yakni Curicule

artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian

kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang

bertujuan memperoleh ijazah.27 Lebih dijabarkan lagi mengenai Kurikulum 2013

merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu,

sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap

seperangkat kompetensi tertentu, kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar

dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan

penuh tanggung jawab.28

Kurikulum 2013 pada kompetensi inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi

(organizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi

inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal

kompetensi dasar. Organisasi Vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara

konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/ jenjang di

atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang

berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal

adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten

kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan

dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu

berkenaan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2),

pengetahuan (kompetensi inti 3), Dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).

Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan

dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integrative. Kompetensi yang berkenaan

27 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara), 16. 28 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 12.

Page 19: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect

teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi

kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi kelompok 4).

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap

kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau

kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber

pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut

dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,

serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Menurut guru PAI segala bentuk teknik dan langkah-langkah dalam

melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 semuanya dituangkan dalam RPP dengan

memperhatikan indikator yang ada. Selain itu guru dalam melaksanakan pembelajaran

di kelas mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya,

menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas

siswa, disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan

melalui collaborative learning.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 mapel PAI di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan,dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada baik mengenai SKL,

jam tatap muka perminggu, materi, RPP yang didalamnya ada penerapan KI – KD,

dan penilaian yang ditetapkan.

Menurut salah satu guru PAI di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung

Bangkalan,menjelaskan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 pada standar kompetensi

meliputi: standar kompetensi inti, yaitu: KI-1. Menerima dan menjalankan ajaran

agama yang dianutnya, KI-2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru,

KI-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan

Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah sekolah, dan KI-

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis,

dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Guru dalam

melakukan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan penilaian yang

diberikanpun dengan penilaian autentik, dimana seorang guru dalam memberi

Page 20: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

penilaian tidak hanya pada akhir materi tetapi pada proses pembelajaranpun

memberikan penilaian kepada siswa.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mapel PAI SMP Al-Khatibiyah

Patereman Modung Bangkalan, mulai dari perencanaan guru menyusun RPP

berpedoman pada permendikbud 81A, dan RPP disusun tidak untuk setiap pertemuan

tetapi untuk 2 sampai 3 kali pertemuan. Dalam proses pembelajaran guru sudah

menggunakan pendekatan scientific dengan tekhnik mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, eksperimen/mengasosiasi dan dalam melakukan penialain

guru sudah menerapkan penilaian autentik. Dalam evaluasi guru juga sudah

melakukan: a) Penilaian sikap dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian teman

sejawat, dan jurnal; b) penilaian pengetahuan dengan melakukan penilaian tertulis,

penilaian lisan, penilaian penugasan, Ulangan tengah semester, dan Ulangan akhir

semester; c) penilaian ketrampilan melalui penilaian praktek, penilaian proyek dan

penilaian portofolio. Proses pembelajaranpun dilaksanakan dengan pembelajaran

PAIKEM.

Pelaksanaan kurikulum 2013 harus diawali dengan penentuan SKL,

kemudian Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau perasionalisasi SKL

dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan

pendidikan pada satuan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang

pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke

dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor)

yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata

pelajaran.

Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara

pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur

pengorganisasi (organisasing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur

pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah

keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang diatasnya sehingga

memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara

konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara

konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan

mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Sedangkan

Page 21: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

diturunkan dari kompetensi inti.

Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus

dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Kompetensi Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih memiliki

waktu lebih luas yaitu sesuai struktur kurikulum yang ada diajarkan 3 jam per

minggu.

Menurut Slameto, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

menggunakan kurikulum 2013 tentunya banyak faktor yang mempengaruhi berhasil

atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan

menjadi dua golongan yaitu: faktor intern dan ekstern (Slameto, 2003). Faktor intern

adalah faktor yang ada dari dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Yang termasuk faktor intern antara

lain: faktor-faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis

(faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat dan rohani). Sedangkan faktor ekstern

antara lain: Faktor keluarga (relasi antar anggota keluarga, ekonomi keluarga, latar

belakang kebudayaan) dan faktor sekolah (metode mengajar, kurikukum, relasi guru

dan siswa, alat pengajaran, dan tugas rumah).

Sedangkan Menurut Muhaimin beliau menjelaskan bahwasanya Pendidikan

Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam

meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.29 Zakiah Darajat juga

mendefinisikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai bimbingan

dan asuhan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk

mencapai tingkat dewasa sesuai dengan ajaran Agama Islam dalam negara Republik

Indonesia yang berdasarkan pancasila.30

29 Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah &

Madrasah (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 23. 30 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 173

Page 22: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Pada Kurikulum 2013 khusunya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) siswa lebih dituntut untuk aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar,

siswa tidak lagi semata-mata sebagai objek dalam pembelajaran namun bisa berpesan

sebagai subjek dengan melakukan discovery dan pembelajaran scientific. Kurikulum

2013 bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang: beriman dn bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; berilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif;

sehat, mandiri, dan percaya diri; dan toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung

jawab.

Kesulitan terpenting dari pelaksanaan Kurikulum 2013 masih ada beberapa

guru yang belum mampu melakukan perubahan, maka dalam

mengimplementasikannyapun kesulitan untuk mencapai maksimal. Satu contoh

kecilnya saja harus ada penunjang media dalam penerapan riilnya di lapangan, agar

pembelajaran lebih mengena dan lebih terarah. Dengan media pembelajaran tentunya

siswa lebih tertarik dan lebih antusias dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas.Menurut Daryanto, Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan penekanan

pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan scientific.31

Jika dilihat dari faktor kesiapan gurunya, ketidak siapan guru itu tidak hanya

terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi juga berkaitan dengan masalah

kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat

disosialisasikan oleh Pemerintah. Sehingga,guru-guru yang mengajar di daerah dan di

pedalaman akan sulit mengikuti kurikulum baru dalam waktu singkat. Untuk masalah

arah dan tujuan, hendaknya lebih difokuskan pada tujuan pembelajaran agar tidak

meluas kemana-mana.

Menurut Hendayat Soetopo, Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan

nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya

dengan lingkungan, kebutuhan pengembangan nasional, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-

masing satuan pendidikan.32

Kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari sebuah problematika, tidak terkecuali

pada aspek pendidikan. Proses pendidikan selalu bergerak maju dan mengikuti

31 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava media), 56. 32 Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bina

Aksara), 27

Page 23: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

perkembangan zaman. Di dalam proses berjalannya suatu perkembangan pendidikan

disitulah terkadang muncul berbagai problem yang dihadapi. Dengan demikian, suatu

problem hendaknya segera dapat terselesaikan agar apa yang dikehendaki dapat

terwujud.

Begitu juga dengan berubahnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi

kurikulum 2013, pastinya bukan persoalan yang mudah. Dalam proses penerapan

kurikulum 2013 ini tentunya akan terjadi banyak masalah yang timbul dalam proses

pelaksanaannya, dikarenakan kurikulum ini merupakan kurikulum yang tergolong

masih baru dan pasti banyak pihak-pihak yang masih kebingungan dengan

pelaksanaannya sehingga akan menimbulkan sebuah problem-problem yang terjadi

didalamnya.

Dari hasil penelitian di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan.

Pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan dengan sangat mendadak. Menurut Kepala

sekolah SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, pada awalnya merasa

keberatan dengan pelaksanaan kurikulum 2013. hal ini dikarenakan bahwa para guru

baru saja memahami kurikulum KTSP. Sehingga ketidak siapan sekolah dipertaruhkan

dalam pelaksanaannya. Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai pillot project oleh

pemerintah, sekolah ini berupaya semaksimal mungkin melaksanakan kurikulum 2013

diatas ketidak siapan tersebut. Bisa dipastikan bahwa dalam pelaksanaan kurikulum

2013 di sekolah ini dilakukan dengan kerja keras dari semua pihak sekolah. Hal ini

merupakan bentuk tanggung jawab yang telah diamanatkan dari pemerintah kepada

SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan

Problematika dalam penerapan Kurikulum 2013 ini, tidak hanya dirasakan oleh

pihak sekolah saja namun juga dirasakan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Karena

memang seorang guru merupakan sentral penting dalam suatu proses pembelajaran

yang berhadapan langsung pada objek (siswa) dalam menerapkan Kurikulum 2013.

Selain dari problematika guru, Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi

kurangnya buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat, selain itu juga dilihat dari

kesiapan siswa belajar, dan juga terkait dengan sistem raport.

Kan tetapi, Berdasarkan analisis saya pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah diterapkan dengan optimal, akan tetapi

konsep yang ada pada Kurikulum 2013 belum sepenuhnya berjalan karena

pelaksanaan Kurikulum 2013 ini baru berjalan satu tahun ini, yang sebelumnya pada

tahun 2013/2014 sudah diterapkan dan hanya berlangsung selama 1 semester saja. Dan

Page 24: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

kemudian diterapkan kembali pada tahun 2016/2020 ini. Pelaksanaan pembelajarannya

tergantung pada masing-masing kreativitas guru yang mengajarkan, baik dari segi

pendekatan, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran.

Dari situ, bila di lihat secara keseluruhan dengan berdasarkan data dan

penjelasan diatas, pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman

Modung Bangkalan sudah berjalan dengan baik khususnya untuk mata pelajaran PAI.,

dan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 sekolah sudah mempersiapkan

persiapan yang matang dengan diberikannya pelatihan-pelatihan tentang kurikulum

2013 pada guru, baik yang pelatihannya dilakukan oleh sekolah maupun Dinas

Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Alpert, Dan (ed). 2002. Research Methology, USA: Wadsworth Group.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-14,

Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat, Zakiah. 1995. MetodikKhususPengajaran Agama Islam. Jakarta:

BumiAksara.

Daryanto.PendekatanPembelajaranSaintifikKurikulum 2013. Yogyakarta: Gava

Media.

E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung PT.

RemajaRosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Literasi Nusantara.

Mardiyah. 2013. Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Disertai

yang dipublikasikan, Malang: Aditya Media Publishin.

Moleong, Lexy J. 2014. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung:

RemajaRosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama. Surabaya: Citra Media.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Page 25: PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA

Muhaimin. 2007. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:Pada

Sekolah Dan Madrasah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, Enco. 2013. Pengembangan Dan ImplementasiKurikulum 2013. Bandung:

PT. RemajaRosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Poerwanti, LoeloekEndahdanSofanAmri. 2013. PanduanMemahamiKurikulum 2013.

Jakarta: PrestasiPustakaraya.

Rosidi, Imron. 2007. Sukses Menulis Karya Ilmiah Suatu Pendekatan Teori dan

Praktik, Pasuruan: Pustaka Sidogiri.

S. Nasution. 2009. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:

Alfabeta, 2011

Smith, Jonathan A (ed.). 2009. Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset.

Terjemahan dari Qualitatif Psychology A Practical Guide to Research Method,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitianGuruan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. MetodologiPenelitianPendidikanKompetensi Dan Praktiknya. Jakarta:

BumiAksara.