implementasi program jaminan sosial rakyat banten...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL
RAKYAT BANTEN BERSATU (JAMSOSRATU) DI
KECAMATAN KASEMEN
KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
ETIN KURNIA
NIM. 6661121720
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, NOVEMBER 2016
ABSTRAK
Etin Kurnia, NIM. 6661121720, Skripsi. Implementasi Program Jaminan
Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen
Kota Serang. Pembimbing I: Abdul Hamid, Ph.d dan Pembimbing II:
Gandung Ismanto, S.Sos., MM
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten (JAMSOSRATU)
adalah salah satu Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Pemerintah Provinsi
Banten untuk menjamin rakyat yang berasal dari kelompok rumah tangga
menengah tidak mampu kebawah berdasarkan data PPLS yang telah divalidasi
dan diverifikasi sebagai RTS serta mendapat Bantuan Sosial Tunai Bersyarat dan
Santunan Pertanggungan Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimanakah Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat
Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Penelitian ini bertitik tolak dari teori implementasi kebijakan publik dari Van
Metter dan Van Horn (1975), yang terdiri dari ukuran dan tujuan kebijakan
publik, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap atau kecenderungan,
komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi,
sosial dan politik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian
ini menemukan bahwa implementasi Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen
Kota Serang secara umum sudah berjalan dengan baik. Namun masih ada
beberapa hal yang masih perlu diperbaiki seperti, investasi dalam bentuk tabungan
uang belum tercapai, pembagian RTS dampingan setiap pendamping belum
merata, masih ada pendamping yang kurang bisa untuk melakukan pendekatan
dengan RTS nya, masih kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh pendamping
dengan pihak terkait dilapangan, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah hanya pada tingkat SKPD.
Kata Kunci: Program Jamsosratu, Implementasi.
ABSTRACK
Etin Kurnia, NIM. 6661121720, Skripsi. Implementation of the Social Security
the people banten unite (JAMSOSRATU) Program in the district Kasemen of
Serang City. Advisor I: Abdul Hamid, Ph.D dan Advisor II: Gandung Ismanto,
S.Sos., MM
Social security the people Banten united in banten (Jamsosratu) is one of the
programs protection and social insurance the government Banten to ensure the
people who come from the households medium not capable of down based on the
data BPS that have been validated and verified as RTS and make social assistance
conditional cash and donation reckoning social welfare (Sankesos). Research
aims to understand how the implementation of social security program the people
Banten unite (Jamsosratu) in districk Kasemen of Serang city. This research
dotted turning of the theory of policy public of van metter and van horn ( 1975 ) ,
consisting of size and the purpose of public policy, resources, characteristic of
implementing agent, attitude or a tendency, communication between organization
and activity implementing, and economic environment, social and political.
Research methodology used is qualitative. This study discovered that the
implementation of program Jamsosratu in districk kasemen of city Serang have
generally been going well. But still some of the things that still needs to be
improved as, investment in the form of savings money has yet to be reached, the
division of RTS cooperate every a companion has not been spread evenly, there
are still a mentor less get to do the approach to RTS his, there is a lack of
communication done by mentors with related parties he , socialization done by
each local government only on the SKPD level
Keyword: Jamsosratu Program, Implementation.
Alhamdulillahi Robbil’lamin . . .
Terimakasih ya Allah . . .
Karena semua perjuangan tidak akan ada yang sia-sia.
“Jangan pernah berhenti dan menyerah untuk melakukan sesuatu yang baik,
Karena mengerjakan kebaikan itu BAIK”
Untuk mereka yang selalu menyayangiku dan mensupportku
yaitu Mamah, Papah, dan adikku. And especially my dear husbi
Moch. Redi Septiana, S.Ikom yang sangat menyayangiku.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti untuk dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Jaminan
Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota
Serang”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi kebijakan publik program studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu secara
moril maupun materil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran skripsi ini.
Sehubungan dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I sekaligus selaku Dosen
Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iii
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Riswanda S.Sos., M.PA., P.hD, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Abdul Hamid, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang mengarahkan,
memberikan masukan atau kritikan yang membangun, memberikan
semangat dan motivasi.
9. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang
selalu mengarahkan, memberikan masukan atau kritikan yang membangun,
memberikan semangat, dan motivasi.
10. Terima kasih kepada para informan. Karena dengan adanya mereka, skripsi
ini dapat dirampungkan dengan baik.
11. Segenap pegawai Dinas Sosial Provinsi Banten, pegawai Dinas Sosial Kota
Serang, pegawai kecamatan Kasemen, Pendamping Jamsosratu Kecamatan
Kasemen dan seluruh RTS penerima Jamsosratu Kecamatan Kasemen.
12. Kedua Orang Tua tercinta dan adik-adikku deella dan demila, yang selalu
tulus dan tidak pernah henti-hentinya memberikan do’a, dukungan, kasih
sayang, dan perhatiannya selama ini kepada penulis.
iv
13. Untuk mama papah Myhun, terimakasih atas doa dan perhatiannya
kepadaku.
14. Especially Myhun Moch. Redi Septiana, S.Ikom, yang selalu memberikan
dukungan berupa moral maupun moril, dan perhatiannya selama ini kepada
penulis.
15. Terima kasih kepada para alay Family (Utut Wulandari, Dian P
Dhamayanti, Fani Andiani, Dilon I Yuansyah, Galih Hidayat), kemudian
terima kasih juga untuk sahabat yang satu ini, Nur Laila Sari. Terima kasih
yang sangat dalam untuk kalian semua untuk 4 (empat) tahun ke belakang
pertemanan kita yang banyak diisi oleh suka duka yang tetap indah bila
bersama. I Love u all, sukses terus untuk kita semua.
16. Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas
Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTIRTA 2012 yang telah mengajarkan
banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah dan telah memberikan
ilmu mengenai kebersamaan dan saling berbagi. Semua kenangan tentang
kita akan selalu di kenang.
17. Terima Kasih kepada kawan-kawan KKM 54 Desa Lambangsari Kecamatan
Bojonegara, Kabupaten Serang tahun 2015, yang pernah memberikan warna
dalam hidup peneliti, makna kebersamaan dan jiwa kemandirian.
18. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku, teman-teman bermain, teman
diskusi, adik tingkat, kakak tingkat dan semua yang selalu memberikan
support dan motivasi. Thanks a lot for you all.
v
19. Serta semua pihak yang telah membantu, mendoakan, dan memberikan
dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna sempurnanya skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk peneliti.
Serang, November 2016
Penulis
ETIN KURNIA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORSINILITAS ............................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 21
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 22
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 22
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 22
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 23
vii
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................... 24
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 27
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik................................................................ 27
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ......................................... 35
2.1.3 Model-model pendekatan Implementasi .............................................. 41
2.1.4 Pengertian Jaminan Sosial (Social Security)........................................ 49
2.1.5 Pengertian Jamsosratu .......................................................................... 57
2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 58
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................................... 60
2.4 Asumsi Dasar ................................................................................................. 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .......................................................................................... 63
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian .................................................................. 64
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 65
3.4 Fenomena yang diamati ................................................................................. 65
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................................... 65
3.4.2 Definisi Operasional ............................................................................ 65
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 66
viii
3.6 Informan Penelitian ........................................................................................ 67
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 68
3.7.1 Teknik Pengumpula Data ..................................................................... 68
3.7.2 Teknik Analisis Data............................................................................ 73
3.7.3 Uji Keabsahan Data ............................................................................. 76
3.8 Jadual Penelitian ............................................................................................ 77
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................ 78
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kasemen ............................................. 78
4.1.2 Gambaran Umum Jamsosratu ............................................................. 83
4.2 Deskripsi Data ................................................................................................ 97
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 97
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian........................................................... 100
4.3 Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 102
4.3.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan ......................................................... 102
4.3.2 Sumberdaya ...................................................................................... 117
4.3.3 Karakteristik Agen Pelaksana ........................................................... 123
4.3.4 Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana ....................... 127
4.3.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana ...................... 129
4.3.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ........................................ 134
ix
4.4 Pembahasan .................................................................................................. 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 153
5.2 Saran ........................................................................................................... 156
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 RTS Jamsosratu Provinsi Banten Tahun 2015 ........................... 10
Tabel 1.2 Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten/
Kota Se- Provinsi BantenTahun 2006-2014 …………………... 12
Tabel 1.3 Pencapaian Indikator Angka Kematian Bayi (AKB)
Kabupaten/ Kota Se- Provinsi BantenTahun 2006-2014 …........ 13
Tabel 1.4 RTS Jamsosratu Kota Serang Tahun 2015 ……………………. 16
Tabel 1.5 RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen Tahun 2015 …………... 17
Tabel 3.1 Informan Penelitian …………………………………………… 68
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara …………………………………………. 70
Tabel 3.3 Jadual Penelitian ………………………………………………. 77
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Kasemen Tahun 2014 .................................................................
79
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Kasemen ................... 80
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk dan Mata
Pencaharian Sebagian Besar Penduduk di Kecamatan Kasemen
Tahun 2014 .................................................................................
81
Tabel 4.4 Banyaknya Pemeluk Agama di Kecamatan Kasemen
Tahun 2014 .................................................................................
82
Tabel 4.5 Sebaran RTS penerima JAMSOSRATU Tahun 2015 ................ 96
Tabel 4.6 Daftar Informan .......................................................................... 101
Tabel 4.7 Data Pendamping dan Jumlah RTS Dampingannya ................... 120
Tabel 4.8 Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga Sejahtera
Di Kota Serang Tahun 2014 .......................................................
136
xi
Tabel 4.9 Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga Sejahtera Di
Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015..................................
141
Tabel 4.10 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) . 143
Tabel 4.11 Angka Partisipasi Murni (APM) Kecamatan Kasemen Tahun
2014 dan 2015 ...............................................................................
144
Tabel 4.12 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kecamatan Kasemen Tahun
2014 dan 2015 ...............................................................................
145
Tabel 4.13 Hasil Kegiatan Kunjungan Bumil Kecamatan Kasemen tahun
2014 dan 2015 ............................................................................... 145
Tabel 4.14 Kunjungan Ibu Nifas Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015
........................................................................................................ 146
Tabel 4.15
Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di
Puskesmas Kasemen Tahun 2014 dan 2015 .................................
146
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2015 .. 5
Gambar 1.2 Struktur Kelembagaan Program Jamsosratu ……………….. 8
Gambar 2.1 Model Pendekatan A Framework fot Implementation
Analiysis menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier …..
43
Gambar 2.2 Model Pendekatan Direct and Indirect on Implementation
oleh George Edward III …………………………………….
45
Gambar 2.3 Model Pendekatan The Policy Implementation Process oleh
Donald S. Van Metter dan Carl Van Horn
49
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ………………………………………….. 61
Gambar 3.1 Aktifitas Dalam Analisis Data ……………………………… 74
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1.1 Struktur Kelembagaan Jamsosratu ......................................... 8
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Izin Penelitian
2. Member Check
3. Matriks Sebelum Reduksi Data
4. Matriks Setelah Reduksi Data
5. Catatan Bimbingan Skripsi
6. Dokumentasi Foto
7. Pergub Jamsosratu
8. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan
jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehingga tingkat
kesejahteraan rakyatnya masih jauh dibawah tingkat kesejahteraan negara-negara
maju. Kemiskinan seyogyanya digambarkan dengan kondisi seseorang yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti, sandang, pangan, dan papan.
Kurangnya pendapatan mengakibatkan seseorang memiliki kualitas hidup yang
rendah. Hal ini disebabkan orang miskin tidak memiliki biaya untuk mengakses
berbagai layanan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kemiskinan telah
membatasi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mendapatkan
pekerjaan yang memadai, dan mengakses kesehatan yang terjamin.
Negara yang merdeka pada tahun 1945 ini masih harus banyak membenahi
diri agar masyarakatnya dapat terhindar dari ketidak sejahteraan, dan tidak
termasuk kedalam golongan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sehingga
masyarakat bisa hidup layak dan sejahtera dapat terwujud, dan agar tujuan Bangsa
Indonesia yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi
segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa bisa tercapai. Maka
untuk itu diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, agar masalah
2
kesejahteraan sosial dan masalah-masalah lain yang dapat menghambat bangsa
Indonesia untuk menjadi Negara yang sejahtera dapat diminimalisir.
Masalah kemiskinan merupakan akar dari masalah sosial lainnya. Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM) sangat rentan terhadap goncangan internal seperti
kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan mengalami jatuh sakit,
menganggur dan meninggal maupun goncangan eksternal seperti terjadi bencana
alam, konflik sosial dan lain-lain. Kerentanan yang cukup, karena pada umumnya
mereka tidak memiliki mata pencaharian yang pasti.
Mengutip dari buku Petunjuk Teknis JAMSOSRATU (Jaminan Sosial
Rakyat Banten Bersatu) Provinsi Banten Tahun 2015, terdapat lima masalah yang
ada pada kehidupan RTSM. Pertama, masalah kemiskinan itu sendiri. Masalah
kemiskinan RTSM ditunjukan dengan tidak mempunyai sumber mata pencaharian
tetap dan tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-
hari seperti tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan makanan, pakaian,
perumahan, air bersih, kesehatan dasar dan pendidikan. Kedua, masalah
kelemahan fisik. Akibat tidak mempunyai kemampuan dan tidak mempunyai
akses dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan, pakaian, perumahan dan
kesehatan dasar menyebabkan fisik anggota RTSM menjadi lemah dan rentan
terhadap penyakit. Ketiga, masalah keterbatasan kondisi ketersaingan anggota
RTSM dalam kegiatan kemasyarakatan. Kondisi ketersaingan ini tidak hanya
terbatas pada lokasi RTSM, tetapi juga berkaitan dengan adanya sikap menarik
diri dari lingkungan masyarakat karena mempunyai keterbatasan dalam hal
pendidikan dan kemampuan sosial. Keempat, keterentanan ataupun kerapuhan.
3
Kerentanan ataupun kerapuhan RTSM dapat dilihat dari ketidak mampuan
anggota RTSM untuk menyediakan sesuatu dalam menghadapi keadaan yang
secara tiba-tiba terjadi pada salah satu anggota keluarganya. Kelima, tidak
berdaya. Ketidakberdayaan RTSM seringkali menjadi objek bagi kepentingan
orang lain. Mereka juga tidak berdaya dalam menjalankan hubungan kerjasama
baik secara sosial, ekonomi maupun politik.
Secara faktual, tingkat kemiskinan RTSM terkait dengan tingkat kesehatan
dan tingkat pendidikan. Tingkat kemiskinan RTSM juga berkaitan dengan tidak
adanya investasi dalam bentuk tabungan uang untuk memenuhi kebutuhan yang
mendesak dan munculnya secara tak terduga. Untuk meningkatkan efektivitas
penanggulangan kemiskinan, memutuskan budaya kemiskinan, penciptaan
lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat, maka penanganan masalah RTSM
harus diarahkan pada; pertama, pemenuhan kebutuhan bahan makanan, pakaian
dan perumahan. Kedua, peningkatan tingkat kesehatan anggota keluarga RTSM
dan ibu hamil. Ketiga, peningkatan kondisi kesehatan bayi yag dilahirkan dan
optimalisasi tumbuh kembang anak 0-6 tahun. Keempat, meningkatkan partisipasi
anak usia sekolah dari RTSM sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA/ sederajat). Kelima, meningkatkan investasi dalam bentuk tabungan uang.
Keenam, adanya jaminan sosial untuk pengganti penghasilan jika kepala keluarga
RTSM mengalami kecelakaan, sakit atau meninggal dunia. Dengan penanganan
masalah RTSM penigkatan keberdayaan RTSM dapat terwujud, sehingga
diharapkan nantinya dapat mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
4
Undang-Undang dasar 1945 mengamatkan bahwa setiap individu termasuk
kelompok rentan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) berhak
memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar untuk hidup yang layak sebagai
perwujudan dari perlindungan sosial yang harus diberikan oleh Negara. Atas dasar
itu, menjadi kewajiban Negara untuk melaksanakan dan mengembangkan suatu
sistem Jaminan Sosial. Bentuk sistem jaminan sosial yang ditawarkan oleh
pemerintah adalah memberikan bantuan sosial tunai bersyarat dan santunan
pertanggungan kesejahteraan sosial (Sankesos)/ Asuransi Kesejahteraan Sosial
(Aksesos), yang merupakan amanat pasal 9 dan 10 UU nomor 11 tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial. Pada saat ini pemerintah pusat melalui kementrian
sosial RI telah melaksanakan kedua jenis perlindungan sosial tersebut melalui
program Bantuan Langsung Berkelanjutan Bersyarat melalui Program Keluarga
Harapan (PKH), dan melalui program Asuransi Kesejahteraan Sosial Pekerja
Sektor Internal (Aksesos PSI).
Negara yang memiliki jumlah Provinsi sebanyak 34 Provinsi, 416
Kabupaten, dan 98 Kota, selain memiliki keanekaragaman suku, bahasa dan
agama Indonesia juga memiliki begitu banyak permasalahan-permasalahan sosial
yang terjadi dimasyarakat termasuk di Provinsi Banten. Banten adalah salah satu
Provinsi di Pulau Jawa, yang dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat
namun telah terpisah dan menjadi Provinsi sejak tahun 2000. Provinsi yang
memiliki 4 kabupaten dan 4 kota, Provinsi yang baru berdiri selama 16 tahun ini
memiliki masalah kemiskinan dan kesejahteraan sosial.
5
Berdasarkan data Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Banten Tahun 2015,
selang periode Maret 2011 sampai Maret 2015, jumlah penduduk miskin di
Provinsi Banten cukup berfluktuasi. Pada September 2013, jumlah penduduk
miskin mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,86 persen dibandingkan Maret
2013. Hal ini disebabkan inflasi umum yang relatif tinggi akibat kenaikan harga
BBM pada bulan Juli 2013. Namun, pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu dari sebesar 677,51 ribu jiwa pada
September 2013 menjadi 622,84 ribu jiwa. Setelah turun pada Maret 2013, angka
kemiskinan Banten terus meningkat di periode-periode selanjutnya. Pada
September 2014 penduduk miskin di Provinsi Banten mengalami kenaikan
sebesar 4,23 persen. Peningkatan penduduk miskin kembali terjadi pada Maret
2015 yaitu bertambah sebesar 53,21 ribu jiwa. Pada periode pengamatan yaitu
September 2015, jumlah penduduk miskin di Banten berkurang sebesar 11,73 ribu
jiwa atau sekitar 1,67 persen. Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1
Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2015.
Sumber: Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Banten, 2015.
6
Itu artinya masih banyak masyarakat di Provinsi Banten yang kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti untuk biaya pendidikan dan
kesehatan, apalagi seperti sekarang ini harga-harga kebutuhan bahan pokok yang
semakin hari semakin meningkat harganya, hal tersebut semakin memperparah
kondisi masyarakat. Untuk itu masyarakat di Provinsi Banten ini sangat
memerlukan bantuan maupun program yang bisa meminimalisir permasalahan
kesejahteraan sosial, khususnya kemiskinan yang terus bertambah dari hari ke
hari. Namun karena keterbatasan APBN, masih banyak RTSM di Provinsi Banten
yang memang belum tersentuh dan terjangkau oleh program perlindungan sosial
yang digulirkan pemerintah pusat.
Maka untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di
provinsi Banten dalam hal ini pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Sosial
dibawah Supervisi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(TKPKD) pada 26 maret 2013, menetapkan dan melaksanakn program untuk
mengatasi masalah kemiskinan yaitu dengan membuat program Jaminan Sosial
Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) yang ditunjukan bagi RTSM di Provinsi
Banten.
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu disingkat JAMSOSRATU adalah
skema yang terpadu dalam kelembagaan untuk menjamin rakyat yang berasal dari
kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang telah ditetapkan sebagai
peserta Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu untuk mendapatkan bantuan sosial
tunai bersyarat dan mendapatkan Santunan pertanggungan Kesejahteraan Sosial
(Sankesos). Jamsosratu memadukan program Kementerian Sosial, yakni Program
7
Keluarga Harapan (PKH) dengan program Asuransi Kesejahteraan Sosial
(Askesos). Tujuannya untuk meningkatkan keberdayaan sosial Rumah Tangga
Sangat Miskin (RTSM) melalui sektor pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.
Untuk RTSM yang menjadi sasaran dari Jamsosratu ini mengacu pada Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, yang dilaksanakan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), dan dipublikasikan oleh Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), untuk menentukan klasterisasi tingkat
kesejahteraan sosial individu maupun rumah tangga, sebagai sasaran penerima
program perlindungan sosial. Pemprov Banten meluncurkan program Jamsosratu
sebagai wujud komitmennya dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan sosial.
Program Jamsosratu dilaksanakan dengan berpedoman kepada Peraturan
Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan
Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten, yang diperbaharui dengan
Peraturan Gubernur Banten Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten. Dan yang terbaru
Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
Dengan adanya payung hukum berupa Pergub tersebut, maka Jamsosratu
dinyatakan sah dan legal sebagai sebuah kebijakan Pemprov Banten. Hal ini
sejalan dengan upaya Pemerintah Pusat dalam percepatan penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial. Visi sebagai sebuah
8
perlindungan sosial, program Jamsosratu sangat ideal dilaksanakan di Provinsi
Banten mengingat dengan berjalannya Jamsosratu maka RTSM di Provinsi
Banten dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Hal ini sesuai dengan visi
Provinsi Banten yakni “Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera
Berlandaskan Iman dan Takwa”.
Dalam pelaksanaannya, program Jamsosratu memiliki sistem kelembagaan.
sebagai berikut:
Bagan 1.1
Struktur Kelembagaan Program Jamsosratu
Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi Banten, 2016.
Program Jamsosratu merupakan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga
Sangat Miskin (RTSM) dengan catatan mengikuti persyaratan yang diwajibkan.
Persyaratan itu terkait dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu
Pemerintah Provinsi Banten cq. Dinas Sosial
(Tim Pengendali JAMSOSRATU Provinsi (TPJ-Provinsi))
Dinas Instansi Sosial
Kabupaten/Kota
(Tim Pengendali JAMSOSRATU
Kabupaten/Kota (TPJ-Kab./Kota))
Lembaga Pelaksanaan Askesos
Jamsosratu (LPA -JAMSOSRATU)
(Administrator JAMSOSRATU pada
tingkat komunitas)
Pendamping JAMSOSRATU Operator JAMSOSRATU (OP-JAMSOSRATU)
Kelompok JAMSOSRATU
(Mobilisator)
9
kesehatan dan pendidikan. Sasaran dari program ini yakni ibu hamil, ibu
menyusui, memiliki anak balita dan anak usia sekolah setingkat SD-SMA.
Penerima bantuan ini adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan. RTSM diberikan bantuan Jamsosartu untuk
meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan sosial berupa:
1. Bantuan Sosial Tunai Bersyarat Jamsosratu sebesar Rp. 2.250.000 per
tahun dibayarkan setiap 4 (empat) bulan satu kali atau sebanyak 3 (tiga)
kali dalam satu tahun.
2. Santunan Pertanggungan Kesejahteraan Sosial (Sankesos):
a. Sankesos Kecelakaan Kerja (SKK)
b. Sankesos Kematian (SK)
c. Sankesos Kumulatif (perpaduan SK dan SKK).
Peserta Jamsosratu juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu:
pertama, kewajiban yang berkaitan dengan kesehatan. Kedua, kewajiban yang
berkaitan dengan pendidikan. Ketiga, kewajiban yang berkaitan dengan investasi
dalam bentuk Takesos (Tabungan Kesejahteraan Sosial) sebesar Rp 10.000 setiap
bulannya, dan kewajiban lainnya. Dan adapula sanksi-sanksi BSTB (Bantuan
Sosial Tunai Bersyarat) Jamsosratu, yang apabila RTS tidak memenuhi
komitmen/ kewajiban baik itu pendidikan maupun kesehatan dalam satu tahap
pembayaran Jamsosratu, maka BSTB akan dikurangi sebesar 5% dari BSTB tahap
berjalan atau sebesar Rp 75.000.
Program ini tergolong berhasil menurunkan angka kemiskinan, karena
program ini berusaha untuk mengubah perilaku hidup RTSM dengan cara
10
memberikan bantuan tunai untuk membiayai kebutuhan. Akan tetapi namun
penerimaannya menyaratkan melakukan pemeriksaan kesehatan di posyandu atau
layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita, dan meningkatkan kehadiran
sekolah secara rutin/ teratur bagi anak-anak RTSM yang memiliki usia SD-SMA.
(sumber: Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten).
Program Jamsosratu dilaksanakan di 6 kabupaten/ kota di Provinsi Banten
sebanyak 49.000 RTS, yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Serang, Kabupaten Lebak, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang
Selatan. Yang secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
RTS Jamsosratu Provinsi Banten Tahun 2015
NO KAB/ KOTA JUMLAH RTS
1 Kab. Pandeglang 15.157
2 Kab. Serang 11.402
3 Kab. Lebak 14.291
4 Kota Serang 4.200
5 Kota Cilegon 2.950
6 Kota Tangerang Selatan 1.000
7 Kab. Tangerang -
8 Kota Tangerang -
Jumlah 49.000
Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi Banten, 2016.
11
Dilihat dari table 1.1, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang belum
tersentuh atau terjangkau oleh bantuan Jamsosratu. Melihat berdasarkan ketentuan
didalam Petunjuk Teknis JAMSOSRATU (Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu) di Provinsi Banten Tahun 2015, ada faktor-faktor yang diperhatikan
dalam pemilihan lokasi pelaksanaan JAMSOSRATU, diantaranya:
1. Keberagaman karakteristik daerah (Tingkat kemiskinan tinggi/ sedang/
rendah).
Jika dilihat berdasarkan data BPS provinsi Banten, persentase
penduduk miskin menurut kabupaten/ kota, tahun 2014 Kab. Tangerang
berada diperingkat 4 yaitu sebesar 5,26 persen, itu berarti tingkat kemiskinan
di Kab. Tangerang masuk kedalam kategori sedang. Dan Kota Tangerang
diperingkat 5 yaitu sebesar 4,91 persen, yang artinya sudah masuk kedalam
kategori sedang.
2. Tingginya jumlah RTS di Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, jumlah penduduk miskin di
Kab. Tangerang tahun 2014 sebanyak 173.10 ribu jiwa, dan merupakan
paling banyak se- provinsi Banten, dan di Kota Tangerang sebanyak 98.80
ribu jiwa yang berada diperingkat ke 4 paling banyak se- provinsi Banten.
3. Angka Kematian Ibu (AKI). Bisa dilihat pada tabel 1.2 berikut:
12
Tabel 1.2
Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten/ Kota Se-
Provinsi BantenTahun 2011-2014
Sumber: Laporan Kematian Ibu dan Kematian Bayi Kab/ Kota Se-Provinsi
Banten; Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016.
Dilihat dari tabel diatas bahwa Kab. Tangerang pada tahun dimulainya
program Jamsosratu sampai tahun 2014/ 2013-2014, AKI masih cukup tinggi.
Dan untuk Kota Tangerang memang cukup rendah meskipun tahun 2014
mengalami kenaikan.
NO KAB/KOTA ANGKA KEMATIAN IBU
2011 2012 2013 2014
1 Kota Tangerang 0 13 9 13
2 Kota Serang 6 12 17 6
3 Kab. Lebak 49 44 33 47
4 Kab. Tangerang 23 37 39 47
5 Kab. Pandeglang 38 47 35 48
6 Kota Cilegon 11 18 12 12
7 Kab. Serang 43 57 57 50
8 Kota Tangerang
Selatan 13 12 14 10
PROVINSI 183 240 216 233
13
4. Angka Kematian Bayi (AKB). Bisa dilihat pada table 1.3 berikut:
Tabel 1.3
Pencapaian Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten/ Kota Se-
Provinsi BantenTahun 2011-2014
Sumber: Laporan Kematian Ibu dan Kematian Bayi Kab/ Kota Se-Provinsi
Banten; Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016.
Dilihat dari tabel diatas bahwa Kab. Tangerang pada tahun dimulainya
program Jamsosratu sampai tahun 2014/ 2013-2014, AKB sangat tinggi. Dan
untuk Kota Tangerang cukup rendah pada tahun 2013, meskipun tahun 2014
mengalami kenaikan.
5. Angka Gizi Buruk.
Berdasarkan Buku Profil Kesehatan 2012 Kabupaten /Kota Se-Provinsi
Banten, angka gizi buruk Kab. Tangerang berada diperingkat ke 4 paling banyak
dengan jumlah 2.421, dan untuk Kota Tangerang berada diperingkat ke 6 dengan
jumlah 143.
NO KAB/ KOTA
ANGKA KEMATIAN
BAYI
2011 2012 2013 2014
1 Kota Tangerang 10 4 10 12
2 Kota Serang 14 14 2 29
3 Kab. Lebak 43 63 53 32
4 Kab. Tangerang 6 15 27 25
5 Kab. Pandeglang 25 39 31 28
6 Kota Cilegon 9 14 29 6
7 Kab. Serang 16 21 32 19
8 Kota Tangerang
Selatan 12 20 5 11
PROVINSI 135 190 433 143
14
6. Angka Drop Out Sekolah Dasar/ Sekolah Menegah Pertama/ Sekolah
Menengah Atas.
Berdasarkan data dari Buku Profil Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2015.
Bisa disimpulkan bahwa Angka Putus Sekolah dilihat dari keseluruhan tingkatan
sekolah SD-SMA/ sederajat, untuk Kab. Tangerag masih cukup tinggi yaitu
sebanyak 498. Dan untuk Kota Tangerang Angka Putus Sekolah tingkat sekolah
SD-SMA/ sederajat cukup tinggi yaitu sebanyak 373.
7. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan data Buku Profil Kesehatan 2012 Kabupaten /Kota Se-
Provinsi, dapat disimpulkan bahwa fasilitas kesehatan di Kab. Tangerang berupa
Rumah Sakit, Puskesmas dan Posyandu masih cukup rendah yaitu sebanyak 1347,
sedangkan untuk Kota Tangerang Cukup Tinggi yaitu sebanyak 2305.
Untuk fasilitas pendidikan sendiri, berdasarkan Buku Profil Dinas
Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa fasilitas
pendidikan tingkat TK-SMA/ Sederajat negeri maupun swasta di Kab. Tangerag
sudah tinggi/ banyak yaitu sebanyak 2986 ditambah jumlah Pendidikan Luar
Biasa (PLB) sebanyak 12 sekolah, begitu juga untuk Kota Tangerang fasilitas
pendidikan tingkat TK-SMA/ Sederajat negeri maupun swasta sudah cukup tinggi
yaitu sebanyak 1685 ditambah Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebanyak 11
sekolah.
Berdasarkan data-data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dilihat
dari ke 7 faktor yang diperhatikan dalam pemilihan lokasi pelaksanaan
Jamsosratu, Kab. Tangerang hanya memiliki kelebihan dari fasilitas pendidikan
15
nya saja yang memang sudah tinggi/ banyak, sedangkan faktor yang lainnya
masih cukup buruk. Dan untuk Kota Tangerang dari ke 7 faktor yang diperhatikan
dalam pemilihan lokasi pelaksanaan jamsosratu, ada 4 faktor yang sudah baik, dan
selebihnya masih buruk seperti angka kemisikinannya, jumlah RTS nya, AKB,
dan Angka Putus Sekolah. Maka menurut peneliti seharusnya Kab. Tangerang dan
Kota Tangerang seharusnya bisa di jangkau oleh program Jamsosratu. Namun
berdasarkan wawancara peneliti dengan pihak Dinas Sosial Provinsi Banten
sebagai yang mempunyai program, alasan kenapa Kab. Tangerang dan Kota
Tangerang tidak tercakup oleh Program Jamsosratu dikarenaka memang dari
pihak merekanya sendiri yang memang belum siap untuk mengimplementasikan
atau melaksanakan Program Jamsosratu di daerahnya karena alasan beberapa hal.
Akan tetapi peneliti tidak membahas hal itu, dikarenakan cakupannya terlalu
luas dan keterbatasan peneliti, dan peneliti cakupannya hanya tingkat kecamatan
saja.
Pelaksanaan Jamsosratu rencananya akan dilaksanakan di wilayah Provinsi
Banten secara berkelenjutan selama 5 tahun yang dimulai pada tahun 2013 sampai
tahun 2017, dan akan dilanjutkan apabila berdasarkan hasil evaluasi dipandang
perlu serta terbukti memiliki peran dan manfaat yang signifikan dalam upaya
mengatasi kemiskinan. (sumber: Operator Jamsosratu Provinsi Banten, Bapak
Hikmat, tanggal 25 Februari 2016).
Di Kota Serang sendiri penerima program Jamsosratu sebanyak 4200 RTS.
Data selengkapnya per kecamatan disajikan pada tabel 1.4.
16
Tabel 1.4
RTS Jamsosratu Kota Serang Tahun 2015
NO KECAMATAN
JUMLAH Rumah
Tangga Sasaran
(RTS)
1 Cipocok Jaya 415
2 Curug 600
3 Kasemen 1,618
4 Serang 801
5 Taktakan 432
6 Walantaka 334
Grand Total 4,200
Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi, 2016.
Program ini telah berjalan sesuai yang diharapkan, namun demikian tidak
terlepas dari hambatan/ hal-hal yang tidak sesuai dengan program Jamsosratu ini.
Di dalam penelitian ini, peneliti memusatkan tempat penelitian di Kecamatan
Kasemen Kota Serang, dimana Kota Serang merupakan wilayah terdekat dengan
pusat pemerintahan provinsi Banten, sehingga aksesnya lebih dekat, dan lebih
mudah dalam kepentingan apapun seperti pelaporan atau koordinasi bagi
pelaksana program Jamsosratu. Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan yang
paling banyak terdapat RTS Jamsosratu diantara kecamatan yang lainnya di Kota
Serang, yaitu sebanyak 1618 RTS. Data selengkapnya per kecamatan disajikan
pada tabel 1.5.
17
Tabel 1.5
RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen tahun 2015
NO DESA/ KEL JUMLAH RTS
1 Margaluyu 235
2 Banten 177
3 Sawah luhur 217
4 Warung jaud 237
5 Kasemen 167
6 Bendung 61
7 Mesjid priyayi 99
8 Kilasah 156
9 Terumbu 165
10 Kasunyatan 104
Grand total 1618
Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi, 2016.
Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 56,36 Km2 yang terdiri dari 10
kelurahan/ desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 91.852 orang. Kecamatan
Kasemen juga memiliki jumlah fakir miskin yang cukup banyak berdasarkan data
terakhir yaitu sebanyak 5934 KK.
Di dalam pelaksanaannya program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota
Serang terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan dari
Program Jamsosratu itu sendiri. Adapun permasalahan tersebut di antaranya
sebagai berikut:
Pertama, kurangnya sosialisasi mengenai program Jamsosratu
menyebabkan banyaknya masyarakat yang memang belum mengetahui mengenai
18
program ini, hal tersebut menyebabkan pengawasan dari masyarakat mengenai
program ini masih sangat kurang, karena memang masyarakat sendiri banyak
yang belum mengetahui program jamsosratu itu sendiri baik itu tujuan, sasaran
serta besaran yang diterima oleh masyarakat. Hal ini dibenarkan oleh Pak Ahmad
Hujair selaku salah satu pendamping Jamsosratu di Kecamatan Kasemen yang
mengatakan bahwa sosialisasi hanya dilakukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu
perwakilan dari pihak kecamatan, perwakilan dari pihak kelurahan, pendamping
Jamsosratu dan RTS Jamsosratu. (sumber: Wawancara dengan Pendamping
Jamsosratu Kec.Kasemen, Pak Ahmad Hujair, Jumat, 22 Januari 2016, di Kantor
Kec.Kasemen).
Kedua, berdasarkan observasi awal, peneliti masih menemukan RTS
Jamsosratu yang tidak sesuai dengan kriteria RTSM yang ditentukan oleh BPS,
yang memang peneliti lihat masih ada Rumah Tangga Sasaran penerima
Jamsosratu yang keadaan fisik rumahnya memiliki luas lebih dari 8M2, dengan
dinding dari tembok, dari cirik fisik rumah tersebut tidak masuk kedalam
indikator dari kriteria RTSM. Seperti contoh Ibu Sunarsih, salah satu RTS
Jamsosratu kecamatan Kasmen.
Ketiga, terjadinya data ganda. Dimana dalam satu RTS menerima bantuan
PKH dan JAMSOSRATU. Sedangkan seharusnya menurut ketentuan jika sudah
tercover oleh PKH tidak berhak untuk mendapatkan bantuan Jamsosratu. Hal ini
terjadi kepada Ibu Eneng, RTS Kp.Sukadana Kec.Kasemen. Beliau menerima
double bantuan yaitu PKH dan JAMSOSRATU. (sumber: Wawancara dengan
19
RTS, Ibu Eneng, Kamis, 21 Januari 2016 di kediaman Ibu Sunarsih). Hal ini juga
dibenarkan oleh Pak Ahmad Hujair selaku pendamping.
Keempat, program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen belum merata. Tidak
semua masyarakat miskin di Kecamatan Kasemen menerima bantuan Jamsosratu
dikarenakan keterbatasan anggaran sehingga masih diberi kapasitas yang terbatas
perkecamatan. Sehingga menyebabkan timbulnya rasa kecemburuan sosial yang
terjadi antara warga yang menerima bantuan Jamsosratu dengan warga yang tidak
menerima program Jamsosratu. Tidak sedikit warga yang tidak menerima bantuan
program Jamsosratu yang keadaannya tergolong miskin, dan tidak sedikit pula
penerima bantuan Jamsosratu justru perekonomiannya jauh lebih stabil, ketidak
sesuaian bantuan yang didapatkan oleh masyarakat menyebabkan terjadinya
kecemburuan sosial diantara warga-warga. Begitu juga menurut Pak. Ahmad
Hujair, “banyak masyarakat yang menuntut untuk dapat program Jamsosratu
ini”. (sumber: Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kec.Kasemen,
Pak.Ahmad Hujair, Jum’at, 22 Januari 2016 di Kantor Kec.Kasemen).
Kelima, adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya, yaitu
nominal bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah dalam satu RTS.
Contohnya Ibu Sunarsih dengan Ibu Eneng, Ibu Sunarsih memiliki dua anak yang
sekolah (kelas 1 SD dan Kelas 3 SD), sedangkan Ibu Eneng Tuti memiliki 4 anak
yang sekolah (Kelas 1 SMP, Kelas 6 SD, Kelas 3 SD, dan PAUD), akan tetapi
mereka sama-sama menerima bantuan sebesar Rp. 2.250.000,- /tahunnya.
Tentunya uang sebesar 2.250.000,- akan sangat berbeda manfaatnya bagi Ibu
Sunarsih dengan Ibu Eneng Tuti, karena beban tanggungan mereka berbeda.
20
(sumber: Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kec.Kasemen, Ibu Sunarsih dengan
Ibu Eneng Tuti, Kamis, 21 Januari 2016 di Kediaman Ibu Sunarsih dan Ibu Eneng
Tuti).
Keenam, akses yang ditempuh oleh penerima Jamsosratu untuk mengambil
dana pencairan cukup jauh. Hanya dipusatkan pada satu tempat yaitu di kantor
POS Serang untuk RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen. Contohnya seperti Ibu
Enok yang harus menempuh jarak sejauh kurang lebih ± 9 KM, dan harus
mengeluarkan uang untuk menggunakan kendaraan umum seperti angkot.
Sehingga mempersulit RTS untuk mengambil dana pencairan. Karena, seperti Ibu
Enok terkadang tidak memiliki uang sepeserpun untuk ongkos naik angkot,
sehingga harus meminjam dulu. Selain itu pencairan dana tidak boleh di wakilkan
oleh anggota keluarga manapun. Sehingga mempersulit RTS Jamsosratu dalam
mencairkan dana bantuan. Contohnya seperti saat sakit atau sedang ada halangan,
apabila diwakilkan harus menggunakan surat keterangan dari dokter atau pihak
kecamatan, itupun pihak PT POS masih meragukan kebenarannya. (sumber:
Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kec.Kasemen, Ibu Enok, Kamis, 21 Januari
2016, di kediaman Ibu Enok).
Dengan adanya program Jamsosratu di Kota Serang diharapkan tingkat
kemiskinan di Kota Serang akan dapat diatasi. Sehingga kesejahteraan masyarakat
di Kota Serang dapat terwujud khususnya bagi kecamatan Kasemen. Serta dengan
adanya program Jamsosratu diharapkan akses bagi kesehatan dan pendidikan di
Kota Serang khususnya di Kecamatan Kasemen akan lebih baik, sehingga angka
21
partisipasi sekolah bagi anak-anak akan lebih meningkat dan kesehatan bagi anak
dan ibu hamil/ nifas bisa di akses dengan mudah.
Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti sebagai bahan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI
PROGRAM JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU
(JAMSOSRATU) DI KECAMATAN KASEMEN, KOTA SERANG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas maka
identifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi Jamsosratu yang kurang menyeluruh untuk masyarakat
sehingga masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui
mengenai program Jamsosratu.
2. Validitas data penerima Jamsosratu yang kurang transparan, sehingga
menyebabkan tidak sesuainya dengan kriteria yang ditetapkan BPS.
3. Terjadinya data ganda. Dimana dalam satu RTS menerima double
bantuan (PKH dan JAMSOSRATU), hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan.
4. Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang belum
merata, tidak semua masyarakat miskin di kecamatan Kasemen
menerima bantuan Jamsosratu. Sehingga menyebabkan kecemburuan
sosial yang terjadi antara warga penerima program Jamsosratu dengan
warga yang tidak menerima program Jamsosratu.
22
5. Adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya, yaitu
nominal bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah dalam satu
RTS.
6. Proses pencairan bantuan yang menyulitkan penerima Jamsosratu.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah, peneliti dalam penelitian ini
membatasi masalah pada “Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat
Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
disampaikan di atas maka perumusan masalah yang akan di kaji adalah sebagai
berikut:
“Bagaimanakah Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka maksud dan tujuan di dalam
penelitian ini adalah untuk “mengetahui bagaimanakah Implementasi Program
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen,
Kota Serang”.
23
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat di dalam penelitian ini baik secara teroitis dan praktis
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian
diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang
dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam program Jaminan
Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) agar pelaksanaannya
dapat berjalan optimal, sehingga tujuan umum dari program Jamsosratu
dapat tercapai, yaitu meningkatkan kondisi kesejahteraan sosial bagi
RTSM; mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan;
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; dan berubahnya perilaku
yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari RTSM di
Provinsi Banten.
2. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang
dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi
pengembangan Ilmu Administrasri Negara khususnya.
24
b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam mengenai Implementasi program Jaminan Sosial Rakyat
Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota
Serang.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti, dari lingkup yang paling umum sehingga menukik ke
masalah yang paling spesifik. Kemudian yang selanjutnya yaitu identifikasi
masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/
topik/ judul penelitian atau dengan masalah. Pembatasan masalah dan perumusan
masalah yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Maksud
tujuan penelitian, dalam hal ini mengungkapkan tentang sarana yang ingin di
capai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan
penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian yang akan diteliti dan yang
terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan isi dari bab per bab yang
ada dalam penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR
Terdapat deskripsi teori dalam kerangka berpikir. Deskripsi teori mengkaji
tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan, sedangkan kerangka
25
berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian. Dan asumsi dasar
yaitu dugaan sementara peneliti mengenai penelitian yang sedang peneliti
lakukan.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Terdiri dari metode penelitian yang menjelaskan tentang penggunaan
metode yang digunakan. Terdapat definisi konsep dan definisi oprasional yang
digunakan sebagai bahan pedoman dilakukannya wawancara. Instrumen
penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan
data. Teknik pengumpulan dan analisis data menjelaskan tentang teknik analisis
beserta rasionalisasinya. Terakhir tentang tempat dan waktu penelitian tersebut
berlangsung.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi, kemudian deskripsi data yang menjelaskan tentang hasil
penelitian yang telah diolah dari data yang peneliti dapatkan melalui observasi dan
wawancara, dan kemudian dilakukan pembahasan lebih lanjut terhadap pesoalan
yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu
menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah
di pahami dan saran yang berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti.
26
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang
mutakhir.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang
penyusunan skripsi, seperti lampiran tabel-tabel, lampiran grafik, instrumen
penelitian, riwayat hidup peneliti, dll.
63
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Sugiyono (2012:43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep,
asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat
kegunaan teori di dalam penelitian yaitu (Sugiyono, 2012:43):
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan
3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan
4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Implementasi Kebijakan
Publik untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah dalam melaksanakan suatu
kebijakan, serta penjelasan mengenai jaminan sosial dan Jamsosratu itu sendiri.
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Sebelum menjelaskan tentang evaluasi kebijakan publik terlebih dahulu
harus dimengerti apa yang dimaksud dengan kebijakan publik. Menurut Dye
28
dalam Nugroho mendefiniskan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang
dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat
sebuah kehidupan bersama tampilan berbeda (1992, 2-4) (Nugroho, 2003: 3).
Menurut Laswell (dalam Nugroho, 2003:4) mendefiniskan kebijakan publik
sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu nilai-
nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu (1979, 4).
Sedangkan menurut Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, di mana kebijakan
yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus
mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu (1963, 79).
Kemudian, Easton melukiskannya sebagai pengaruh (impact) dari aktivitas
pemerintah (1965, 212) (dalam Nugroho, 2003: 4).
Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik
dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yang dipahami
oleh Nugroho sebagai (Nugroho, 2003: 3):
“suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan
berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan
di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan
sanksi”.
Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai
kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan
tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh
29
dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang
perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang
berwenang dan ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu
kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah, termasuk pula
Peraturan Walikota maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang
harus ditaati.
Definisi tentang kebijakan (policy) tidak ada pendapat yang tunggal, tetapi
menurut konsep demokrasi modern, kebijakan negara tidaklah hanya berisi
cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini
publik juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan dalam kebijakan
negara, misalnya kebijakan negara yang menaruh harapan banyak agar pelaku
kejahatan dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya, dari sisi lain sebagai abdi
masyarakat haruslah memperhatikan kepentingan publik (Islamy, 2007: 10).
Menurut Easton, beliau mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah
(Sunggono, 1997: 39):
“policy is the authoritative allocation of value for the whole society”.
(pengalokasian nilai-nilai secara paksa/ syah pada seluruh anggota
masyarakat), di mana melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-
komitmen masyarakat yang acapkali masih kabur dan abstrak sebagaimana
tampak dalam nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh
para aktor politik ke dalam komitmen-komitmen yang lebih spesifik
menjadi tindakan-tindakan dan tujuan-tujuannya konkrit.
Menurut Anderson (1984:3) (dalam Agustino, 2012: 7), memberikan
pengertian atas definisi kebijakan publik sebagai berikut:
30
“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/ tujuan tertentu yang
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang
berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan”.
Menurut Thomas R. Dye (dalam Islamy, 2007: 18), Kebijakan publik adalah
“public policy is whatever government choose to do or not to do”, yaitu
bahwa apa pun pilihan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintahan itulah yang merupakan public policy atau kebijakan
pemerintah.
Menurut Charles Lindblom, pembuatan kebijakan publik (public policy
making) pada hakikatnya merupakan proses politik yang amat kompleks dan
analitis di mana tidak mengenal saat dimulai dan diakhirinya, dan batas-batas dari
proses itu sesungguhnya tidak pasti. Serangkaian kekuatan-kekuatan itu agak
kompleks yang kita sebut sebagai pembuatan kebijakan publik, itulah yang
selanjutnya membuahkan hasil yang disebut kebijakan (dalam Islamy, 2007: 35).
Sedangkan menurut Amitai Etzioni, kebijakan publik dijelaskan sebagai
kebijakan yang melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-komitmen
masyarakat yang acap kali masih kabur dan abstrak sebagai mana tampak dalam
nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh para aktor (politik)
ke dalam komitmen-komitmen yang lebih spesifik, menjadi tindakan dan tujuan-
tujuan yang konkrit (dalam Islamy, 2007: 95).
Menurut Chief J.O. Udoji (dalam Islamy, 2007: 16-17), merumuskan
tentang kebijakan:
“Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian
masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam
bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut ke
dalam sistem politik, pengupayaan pengenaan sanksi-sanksi atau legitimasi
dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan, monitoring
dan peninjauan kembali.”
31
Ada tiga alasan mempelajari kebijakan negara menurut Anderson dan
Thomas R. Dye (dalam Islamy, 2007: 12-13), yaitu:
1. Dilihat dari alasan ilmiah (Scientific reason)
Kebijakan negara dipelajari dengan maksud memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan negara, berikut
proses-proses yang mengantarkan perkembangannya serta akibat-akibatnya
pada masyarakat.
2. Dilihat dari alasan profesional (Professional reason)
Maka studi kebijakan negara dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan
ilmiah dibidang kebijakan negara guna memecahkan masalah sosial sehari-
hari. Sehubungan dengan ini, terkandung sebuah pemikiran bahwa apabila
kita mengetahui tentang faktor yang membentuk sebuah kebijakan negara,
atau memberikan atau mengevaluasi kebijakan tersebut agar tepat sasaran.
3. Dilihat dari alasan politis (Political reason)
Mempelajari kebijakan negara dimaksudkan agar pemerintah dapat
menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula. Dari
uraian di atas, dapat diketahui bahwa kebiajakn publik memiliki implikasi
sebagai berikut:
a. Bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan
pemerintah;
b. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk
teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan
secara nyata;
c. Kebijakan publik harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak,
baik jangka panjang maupun jangka pendek, yang telah dipikirkan
secara matang terlebih dahulu;
d. Pada akhirnya, segala proses yang ada di atas adalah diperuntukkan
bagi pemenuhan kepentingan masyarakat.
Sedangkan Friedrick (dalam Islamy, 2007: 12-13) menyatakan:
“Public policy is a proposed course of action of a person, group, or
government within a given environment providing obstacles and
opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in an
effort to reach a goal or realize an objective or purpose”
(Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan
menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap
pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
tertentu).
32
Menurut Laswell (dalam Nugroho, 2003: 4) salah seorang pakar kebijakan
yang telah mendirikan think-tank awal di Amerika yang dikenal dengan nama
American Policy Commission mendefiniskan:
“Public policy is a projected program of goals, values and practices”.
(kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-
tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu).
Menurut Dwiyanto Indiahono dalam bukunya Kebijakan Publik,
mendefinisikan Kebijakan publik dalam kerangka substantif adalah segala
aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah publik yang
dihadapi. Dengan membawa kebijakan publik dalam ranah upaya memecahkan
masalah publik maka warna administrasi publik akan lebih terasa kental.
Kebijakan publik diarahkan untuk memecahkan masalah publik untuk memenuhi
kepentingan dan penyelenggaraan urusan-urusan publik. Kebijakan publik sejauh
mungkin diupayakan berada dalam rel kebijakan yang beraras pada sebesar-besar
kepentingan publik. Kebijakan publik memang masuk dalam ranah kepentingan
dengan banyak aktor yang berkepentingan di dalamnya. Nilai-nilai rasional yang
dikembangkan dalam analisis kebijakan publik sejauh mungkin didekatkan
kepada kepentingan publik. Sampai titik ini memang diperlukan komitmen aktor
politik untuk memperjuangkan nilai-nilai kepentingan publik (Indiahono, 2009:
18-19).
Di sisi lain, kebijakan publik sangat berkaitan dengan administrasi negara
ketika public actor mengkoordinasi seluruh kegiatan berkaitan dengan tugas
dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat dan negara. Untuk itu,
diperlukan suatu administrasi yang dikenal dengan “administrasi negara”.
33
Kebutuhan masyarakat tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh individu atau
kelompoknya melainkan diperlukan keterlibatan pihak lain yang dibentuk oleh
masyarakat itu sendiri. Pihak lain inilah yang kemudian disebut dengan
administrasi negara.
Berdasarkan pengertian kebijakan publik diatas, dapat disimpulkan
mengenai makna dari kebijakan publik, yakni keputusan badan, lembaga atau
negara dalam memecahkan masalah publik melalui intervensi berupa tindakan
untuk melakukan suatu kebijakan dengan berbagai konsekuensinya, termasuk
tindakan untuk tidak melakukan apapun.
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Sebuah kebijakan publik, jika hanya ada wacana dan rencana saja tanpa
adanya tindakan pemerintah untuk mewujudkannya, maka hal itu sia-sia
direncanakan. Suatu tindakan pemerintah baru dikatakan sebagai suatu kebijakan
apabila tindakan tersebut dilaksanakan, bukan hanya suatu keinginan semata.
Suatu keinginan saja yang belum dilakukan pemerintah belum dapat dianggap
sebagai kebijakan. Pelaksanaan kebijakan tersebutlah yang kemudian disebut
sebagai implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pada umumnya memang
lebih sulit dari sekadar merumuskannya sehingga tidak semua kebijakan berhasil
diimplementasikan. Berikut ini beberapa definisi implementasi menurut beberapa
tokoh.
Setelah melewati dari tahapan kebijakan publik, maka implementasi adalah
salah satu tahapan penting dalam kebijakan publik. Jika kebijakan tanpa ada
implementasi, hal tersebut tidak akan ada efeknya bagi masyarakat. Implementasi
34
dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy maker untuk mempengaruhi
perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur
perilaku kelompok sasaran (Subarsono, 2010:87). Kamus Webster (Wahab,
2005:64) merumuskan implementasi secara pendek bahwa yaitu “to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out;
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu)”. Menurut Metter dan Horn
dalam Wahab (2005:65) merumuskan proses implementasi sebagai:
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan”.
Hal ini tak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Grindle (1980) dalam
Agustino (2008:139):
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya
ditentukan dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai
dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari
individual proyek dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam
keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan
secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya
pencapaian tujuan. Hal ini dipertegas oleh Udoji (1981) dalam Agustino
(2008:140) bahwa:
“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh
lebih penting daripada pembuatan kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar
berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau
tidak diimplementasikannya”.
35
Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk mempengaruhi apa
yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan
atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target gorup). Untuk kebijakan yang
sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai
implementor. Sebaliknya, untuk kebijakan makro maka usaha-usaha implementasi
akan melibatkan berbagai institusi, seperti birokrasi kabupaten, kecamatan,
pemerintah desa (Subarsono, 2010:88).
Implementasi kebijakan publik menurut Nugroho dalam Public Policy
(2011:618) bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan. Sementara itu, Abidin (2012:163)
menjelaskan bahwa:
“Implementasi suatu kebijakan pada dasarnya merupakan transformasi yang
multiorganisasi. Oleh karena itu, strategi implementasi mengaitkan
kepentingan yang terakomodasikan, semakin besar kemungkinan suatu
kebijakan berhasil diimplementasikan”.
Dari beberapa definisi diatas dapat dirumuskan definisi implementasi
kebijakan sebagai tindakan atau usaha untuk melaksanakan keputusan yang telah
ditetapkan pada perumusan kebijakan dan kebijakan tersebut dilaksanakan oleh
individu, pejabat atau kelompok tertentu seperti pemerintah atau swasta.
2.1.3 Model-model Pendekatan Implementasi
Menurut Nugroho dalam Public Policy (2011:625), rencana adalah 20%
keberhasilan, implementasi adalah 60% sisanya, 20% sisanya adalah bagaimana
kita menegendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang
paling berat, karena di sisni masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam
36
konsep, muncul di lapangan.Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi
implementasi.
Sebagaimana yang dikemukakan deLeon & deLeon (2001) dalam Nugroho
(2011:626), pendekatan-pendekatan dalam implementasi kebijakan publik dapat
dikelompokkan menjadi tiga generasi.
Generasi pertama, yaitu pada tahun 1970-an, memahami implementasi
kebijakan sebagai masalah-masalah yang terjadi antara kebijakan dan
eksekusinya. Peneliti yang mempergunakan pendekatan ini antara lain Allison
dengan studi kasus misil kuba (1971, 1999). Pada generasi ini implementasi
kebijakan berhimpitan dengan studi pengambilan keputusan di sektor publik.
Generasi kedua, tahun 1980-an, adalah generasi yang mengembangkan
pendekatan implementasi kebijakan yang bersifat ”dari atas ke bawah” (top-down
perspective). Perspektif ini lebih fokus pada tugas birokrasi untuk melaksanakan
kebijakan yang telah diputuskan secara politik. Para ilmuwan sosial yang
mengembangkan pendekatan ini adalah Mazmanian dan Sabatier (1983),
Nakamura dan Smallwood (1980), dan Berman (1980). Pada saat yang sama,
muncul pendekatan bottom-upper yang dikembangkan oleh Lipsky (1971, 1980)
dan Hjern (1982, 1983).
Dalam bahasa Lester dan Steward (2000:108) dalam Agustino (2008:140),
istilah top-down dinamakan dengan the command and control approach
(pendekatan kontrol dan komando), dan bottom-up dinamakan the market
approach (pendekatan pasar). Masing-masing pendekatan mengajukan model-
model kerangka kerja dalam bentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya.
37
Sedangkan dalam pendekatan top-down, misalnya, dapat disebut sebagai
pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan,
walaupun demikian di antara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-
perbedaan, sehingga memerlukan pendekatan bottom-up, namun pada dasarnya
mereka bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam mengembangkan
kerangka analisis tentang studi implementasi.
Dalam pendekatan top-down, implementasi kebijakan yang dilakukan
tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil
dari tingkat pusat. Pendekatan top-down bertititk-tolak pada perspektif bahwa
keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat
kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-
birokrat pada level di bawahnya. Jadi inti pendekatan top-down adalah
sejauhmana tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan
prosedur dan tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di tingkat
pusat.
Generasi ketiga, 1990-an, dikembangkan oleh ilmuwan sosial Goggin
(1990), memperkenalkan pemikiran bahwa variabel perilaku aktor pelaksana
implementasi kebijakan lebih menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.
Pada saat yang smaa, muncul pendekatan kontijensi atau situasional dalam
implementasi kebijakan yang mengemukakan bahwa implementasi kebijakan
banyak didukung oleh adaptabilitas implementasi kebijakan tersebut. Para
ilmuwan yang mengembangkan pendekatan ini antara lain Matland (1995),
Ingram (1990-an), dan Scheberle (1997).
38
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai berbagai variabel yang
terlibat di dalam implementasi kebijakan melalui teori-teori implementasi sebagai
berikut.
a). Implementasi Kebijakan Model Donald S. Van Metter dan Carl Van
Horn
Agustino dalam Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2008:141) menjelaskan
bahwa model pendekatan yang dirumuskan oleh Metter dan Horn disebut dengan
A Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan
sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada
dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan
publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan variabel. Model ini
mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari
keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.
Ada enam variabel menurut Metter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut (Agustino, 2008:142).
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-
dan hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-
kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau
tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level
warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang
dapat dikatakan berhasil.
39
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan
sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi
menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan
yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi
ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumberdaya-sumberdaya itu nihil, maka
kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.
Tetapi di luar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang
perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu.
Karena, mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel
telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka
menjadi perosalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh
kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumberdaya waktu, saat
sumberdaya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi
terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat
menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan. Karena itu
sumberdaya yang diminta dan dimaksud oleh Metter dan Horn adalah ketiga
bentuk sumberdaya tersebut.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal
40
ini sangat penting karena kinerja kebijakan (publik) akan sangat banyak
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.
Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga
diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas
cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang
dilibatkan.
4. Sikap atau Kecenderungan
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja kebijakan publik. Hal ini sangat
mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil
formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang
mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah
kebijakan ”dari atas” (top-down) yang sangat mungkin para pengambil
keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh)
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan
akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna memenuhi kinerja
implementasi kebijakan publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Metter dan
41
Horn adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik
yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dalam kegagalan kinerja
implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan
harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh karakteristik agen pelaksana yang
mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi
dalam birokrasi; pemenuhan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun
sumberdaya non-manusia; sikap atau kecenderungan implementor mencakup
respons, pemahaman, dan preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor,
komunikasi antarorganisasi terkait dalam artian koordinasi; serta kondisi
lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
b). Implementasi Kebijakan Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Model implementasi kebijakan publik yang ditawarkan Mazmanian dan
Sabatier disebut dengan A framework for Policy Implementation Anlysis. Kedua
ahli kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan
publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kategori besar, yaitu sebagai berikut (Agustino, 2008:144):
1. Mudah atau Tidaknya Masalah yang Akan Digarap
a. Kesukaran-kesukaran teknis
42
b. Kebergaman perilaku yang diatur
c. Presentase totalitas penduduk yang
d. Tercakup dalam kelompok sasaran
e. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki
2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat.
Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya
untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:
a. Kecermatan dan kejelasan perjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan
dicapai
b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan
c. Ketetapan alokasi sumberdana
d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan di antara lembaga-lembaga atau
instansi-instansi pelaksana
e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana
f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-
undang
g. Akses formal pada pihak luar
3. Variabel-variabel diluar Undang-Undang yang mempengaruhi Implementasi
a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi
b. Dukungan publik
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat
d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan pejabat pelaksana.
43
Gambar 2.1
Model Pendekatan A Framework fot Implementation Analiysis menurut
Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Sumber: Agustino, 2008:149.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
implementasi suatu kebijakan terlebih dahulu harus menganalisis masalah yang
ada untuk mengetahui mudah atau tidaknya masalah tersebut untuk diselesaikan.
Setelah itu, suatu kebijakan dianalisis kemampuannya untuk menstruktur proses
implementasi dengan beberapa cara tertentu, dengan tetap memperhitungkan
Mudah atau tidaknya Masalah Dikendalikan 1. Dukungan teori dan teknologi 2. Keragaman perilaku kelompok sasaran 3. Tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki
Kemampuan Kebijakan Untuk Menstruktur Proses Implementasi:
1. Kejelasan dan konsistensi tujuan 2. Dipergunakannya teori kausal 3. Ketepatan alokasi sumberdana 4. Keterpaduan hirarki antar lembaga pelaksana 5. Aturan pelaksanaan dari lembaga pelaksana 6. Perekrutan pejabat pelaksana 7. Keterbukaan terhadap pihak luar
Variabel Diluar Kebijakan yang Mempengaruhi Proses Implementasi:
1. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi 2. Dukungan politik 3. Sikap dan sumberdaya konstituen 4. Dukungan pejabat yang lebih tinggi 5. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana
Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan
Output
Kebijakan dari
Lembaga Pelaksana
Kepatuhan Target untuk
Mematuhi Output
Kebijakan
Hasil Nyata Output
Kebijakan
Diterimanya Hasil
Tersebut
Revisi Undang-Undang
44
variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan
tersebut.
c). Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III
Edward III dalam Agustino (2008:149) menemakan implementasi kebijakan
publiknya dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam
pendekatan yang diteoremakan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1. Komunikasi
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut diatas, yaitu:
a. Transmisi;
b. Kejelasan;
c. Konsistensi.
2. Sumberdaya
Sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
a. Staf;
b. Informasi;
c. Wewenang;
d. Fasilitas.
3. Disposisi
Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut
George C.Edward III, adalah :
45
a. Pengangkatan Birokrat;
b. Insentif.
4. Struktur Birokrasi
Dua karakteristik, menurut Edward III, yang dapat mendongkrak kinerja
struktur birokrasi/ organisasi ke arah yang lebih baik, adalah:
a. Melakukan Standar Operating Prosedurs (SOP);
b. Melaksanakan Fragmentasi.
Gambar 2.2
Model Pendekatan Direct and Indirect on Implementation
oleh George Edward III
Sumber: Agustino, 2008:150.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
implementasi suatu kebijakan sangat dipengaruhi oleh adanya komunikasi yang
baik dan jelas antara individu maupun lembaga terkait, baik yang menjadi
pelaksana maupun sasaran kebijakan; pemenuhan sumberdaya yang dibutuhkan;
sikap atau perilaku para implementor yang baik; serta struktur birokrasi yang
dinamis dan fleksibel dalam artian tidak kaku atau berbelit-belit.
komunikasi
sumberdaya
struktur birokrasi
implementasi
disposisi
46
d). Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle
Pendekatan implemetasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle dalam
Agustino (2006:167) yang dikenal dengan Implementation as A political and
administrative Process. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat
diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya
tujuan yang ingin diraih. Hal ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran
keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
(Agustino, 2006:167)
1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan
kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi
kebijakannya.
2) Apakah tujuan kebijakan tercapai? Dimensi diukur dengan melihat dua
faktor, yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu atau kelompok.
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan
perubahan yang terjadi.
Selanjutnya menurut Grindle, keberhasilan implementasi kebijakan juga
sangat ditentukan oleh tingkat implementability itu sendiri, yaitu yang terdiri dari
isi kebijakan (Content of Policy) dan lingkungan kebijakan (Context of Policy).
Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Isi kebijakan (Content of Policy) menurut Grindle adalah:
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi (Interest Affected)
b. Tipe Manfaat (Type of Benefit)
47
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai (Extent of change Envision)
d. Letak pengambilan keputusan (Site of Decision Making)
e. Pelaksana Program (Program Implementer)
f. Sumber-sumberdaya yang digunakan (Resources Committed)
2. Lingkungan kebijakan (Context of Policy)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang
terlibat (Power, interest and strategy of actor involved)
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa (Institution and Regime
Characteristic)
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana (Compliance and
Responsiveness).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam dalam
mengimplementasikan suatu kebijakan harus dilihat dari isi kebijakan itu sendiri,
sehingga akan dapat terlihat bagaimana impak atau efek yang dialami oleh
pelaksana dan penerima kebijakan
e). Implementasi Kebijakan Model L. Weimer dan Aidan R. Vining
Menurut Weimer dan Vining (Subarsono, 2010:103), ada tiga kelompok
variabel besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
program, yakni:
1. Logika dari suatu kebijakan yang dimaksudkan agar suatu kebijakan yang
ditetapkan masuk akal (reasonable) dan mendapat dukungan teoritis.
48
2. Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan mempengaruhi
keberhasilan implementasi yang mencakup lingkungan sosial, politik,
ekonomi, hankam, dan fisik atau geografis.
3. Kemampuan implementor artinya keberhasilan suatu kebijakan dapat
dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari para
implementor kebijakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
implementasi suatu kebijakan harus sesuai dengan logika artinya kebijakan itu
masuk akal atau tidak untuk diterapkan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat
di lingkungan tempat kebijakan tersebut diimplementasikan atau oleh publik
sebagai sasaran penerima kebijakan. Oleh karena itu lingkungan juga dapat
mempengaruhi proses implementasi. Selain itu juga harus didukung oleh
sumberdaya manusia yang berkualitas dalam artian implementor harus
berkompeten dalam menjalankan suatu kebijakan.
Pada umumnya model-model implementasi kebijakan yang telah
dikemukakan di atas, secara garis besar menjelaskan hal yang sama yakni
variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
kebijakan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Model implementasi
kebijakan yang menurut Metter dan Hon yang disebut dengan A Model of The
Policy Implementation. Karena berdasarkan observasi awal, teori tersebut sesuai
dengan fokus penelitian ini dengan melihat permasalahan-permasalahan yang ada
dalam Implementasi Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
49
Adapun gambar model implementasinya yaitu sebagai berikut.
Gambar 2.3
Model Pendekatan The Policy Implementation Process
oleh Donald S. Van Metter dan Carl Van Horn
Sumber: Agustino, 2008:144.
2.1.4 Pengertian Jaminan Sosial (Social Security)
Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The
Social Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah- masalah pengangguran,
manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun
penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju belakangan ini mengalami
perubahan, pada dasarnya penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada
hakekatnya dipahami sebagai bentuk nyata perlindungan negara terhadap
rakyatnya.
Kecenderungan / Disposisi dari
Pelaksana
KINERJA KEBIJAKAN
PUBLIK
Aktivitas Implementasi
dan Komunikasi Antarorganisasi
Kondisi Ekonomi,
Sosial, dan Politik
KEBIJAKAN PUBLIK
Standar dan Tujuan
Standard dan Tujuan
Karakteristik dari Agen Pelaksana
50
Internatinal Labour Organization (ILO) dalam konvensi nomor 102 tahun
1952 menganjurkan semua negara di dunia memberi perlindungan dasar kepada
setiap warga negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang hak
jaminan sosial. Konvensi ini merupakan satu-satunya instrumen internasional
untuk penyelenggaraan jaminan sosial, mengatur kesepakatan di antara negara-
negara anggota tentang standar minimal untuk penyelenggaraaan sembilan
program jaminan sosial. Sembilan program tersebut mencakup:
Pelayanan kesehatan (medical care);
Santunan selama sakit (sickness benefit);
Santunan pengangguran (unemployment benefit);
Jaminan hari tua (old-age benefit);
Jaminan kecelakaan kerja (employment injury benefit);
Santunan/ pelayanan bagi anggota keluarga (family benefit);
Perawatan kehamilan dan persalinan (maternity benefit);
Santunan kecacatan (invalidity benefit); dan
Santunan bagi janda dan ahli waris (survivors' benefit).
Walaupun Konvensi no. 102 mencakup sembilan program, namun tiap
negara hanya diwajibkan untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya tiga
program.
Konvensi tidak mengatur dengan detil tata kelola dan mekanisme
penyelenggaraan jaminan sosial. ILO memberikan keleluasaan kepada masing-
masing negara untuk mengatur sendiri dan mengembangkan program secara
bertahap sesuai dengan kemampuan. Tujuan penyelenggaraan jaminan sosial
dapat dicapai dengan berbagai mekanisme, antara lain program cakupan semesta,
asuransi sosial yang dibiayai melalui iuran yang proporsional terhadap pendapatan
51
atau iuran tetap untuk semua tingkatan penghasilan, bantuan sosial atau kombinasi
dari model-model ini.
Konvensi No. 102 menyepakati prinsip-prinsip penyelenggaraan jaminan
sosial, yaitu:
Manfaat yang diberikan pasti
Penyelenggaraan melibatkan partisipasi tri-parti untuk menjamin
terselenggaranya dialog antara pemerintah, pekerja dan pemberi kerja
Negara bertanggungjawab atas penyelenggaraan yang benar dan hak
jaminan
Pembiayaan program oleh pajak atau kontribusi
Tinjauan aktuaria berkala untuk menjamin kesahehan program.
Hingga saat ini 41 negara telah meratifikasi Konvensi ILO No. 102.
Indonesia belum meratifikasi Konvensi ini ke dalam UU. Negara-negara
tergabung dalam Uni Eropa telah mengimplementasikan Konvensi ini dengan
menetapkan Undang-Undang Jaminan Sosial Eropa (the European Code of Social
Security) namun dengan manfaat yang jauh lebih tinggi dari yang ditetapkan
dalam Konvensi ILO No. 102.
ILO Convension no 102 mendefinisikan jaminan sosial sebagai:
“Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah untuk masyarakat melalui
seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi dan sosial yang
diakibatkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan akibat
berbagai resiko yang diakibatkan oleh sakit, kehamilan, persalinan,
kecelakaan kerja, kecacatan, pengangguran, pensiun, usia tua, kematian dini
penghasil utama pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian
santunan kepada anggota keluarga termasuk anak-anak”.
Jaminan sosial dapat diwujudkan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
52
1. Bantuan sosial adalah bentuk dukungan pendapatan kepada penduduk yang
tidak mampu, baik dalam bentuk uang tunai atau pelayanan. Pembiayaan
bantuan sosial dapat bersumber dari anggaran negara atau dari masyarakat,
yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan negara atau masyarakat.
Bantuan sosial diberikan kepada masyarakat yang betul-betul
membutuhkan, seperti penduduk berusia lanjut, korban bencana atau mereka
yang terpaksa menganggur. Berbagai negara menetapkan uji kebutuhan
(means test) untuk menegakkan keadilan dengan tujuan menyaring mereka
yang betul-betul membutuhkan dari mereka yang mampu.
2. Asuransi sosial adalah bentuk dukungan pendapatan bagi masyarakat
pekerja yang dibiayai oleh iuran wajib pekerja atau pemberi kerja atau
secara bersama-sama. Asuransi sosial merupakan upaya negara untuk
melindungi pendapatan warga negara agar mampu memenuhi kebutuhan
dasar hidup dengan mengikutkannya secara aktif dalam program jaminan
sosial dengan membayar iuran. Kepesertaan wajib ditujukan sebagai solusi
dari ketidakmampuan penduduk melihat risiko masa depan dan
ketidakdisiplinan menabung untuk masa depan.
Adanya perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi melalui asuransi sosial
dipandang dapat mengurangi beban negara dalam penyediaan dana bantuan sosial.
Melalui prinsip kegotong-royongan, asuransi sosial dapat merupakan sebuah
instrumen negara yang kuat dalam penanggulangan risiko sosial ekonomi yang
setiap saat dapat terjadi. (sumber: http:// www.jamsosindonesia.com /cetak
/printout /247, 14 januari 2016).
53
Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari konsep perlindungan
sosial (social protection), dimana perlindungan sosial sifatnya lebih luas.
Perbedaan keduanya adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan
sosial bagi individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala, sedangkan
perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam memberikan
perlindungan baik kepada individu, keluarga atau komunitas dari berbagai risiko
kehidupan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis ekonomi, atau
bencana alam.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat BAPPENAS yang telah mengadakan
Kajian awal Tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan dalam kajian
tersebut dikemukakan pendapat bahwa jaminan sosial mencakup dua hal yaitu (a)
Asuransi Sosial (social insurance) dan (b) Bantuan Sosial (Social Assistance).
Asuransi sosial mempunyai konsep sebagaimana asuransi pada umumnya, dimana
pembayaran premi menjadi tanggungan bersama antara pemberi kerja (yaitu
pemerintah atau pengusaha) dan pekerja (Pegawai Negeri Sipil (PNS),
ABRI/POLRI atau pegawai swasta) oleh karena adanya hubungan kerja.
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Agusmindah, bahwa jaminan sosial
adalah:
“Bentuk perlindungan bagi pekerja/ buruh yang berkaitan dengan
penghasilan berupa materi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
dalam hal terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan yang menyebabkan
seseorang tidak dapat bekerja, ini diistilahkan juga sebagai perlindungan
ekonomis”.
54
Pengertian ini mencerminkan konsep asuransi sosial yang ditujukan bagi
pekerja di sektor formal dengan rumus yang telah ditentukan yaitu berdasarkan
partisipasi pekerja dan majikan yang menyetorkan porsi iuran secara berkala yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh PT JAMSOSTEK.
Ahli lain yang mempertahankan konsep asuransi sosial sebagai dasar teknik
jaminan sosial adalah Vladimir Rys, yang mengatakan bahwa:
“Jaminan sosial adalah seluruh rangkaian langkah wajib yang dilakukan
oleh masyarakat untuk melindungi mereka dan keluarga mereka dari segala
akibat yang muncul karena gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena
berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan
taraf hidup yang layak”.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa:
“Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak”.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga
jika disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan
bagi seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib.
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem
pemberian uang dan/ atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko
55
tidak memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker (1995) dan MHLW
(1999), memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan sosial sebagai berikut:
The term “social security” is mainly now related to financial assistance, but
the general sense of the term is much wider, and it is still used in many
countries to refer to provisions for health care as well as income. Although
the benefits of security are not themselves material, they do have monetary
value; people in Britain, where there is a National Health Service, are
receiving support which people in the US have to pay for through private
insurance or a Health Maintenance Organisation. (Spicker, 1995:60).
Social security systems mean the systems to enable every citizen to lead a
worthy life as a member of cultured society. Social security systems provide
countermeasures against the causes for needy circumstances including
illness, injury, childbirth, disablement, death, old age, unemployment and
having a lot of children by implementing economic security measures
through insurance or by direct public spending. (MHLW, 1999:2).
(sumber: https://www.academia.edu/10203759/tugas_makalah_jaminan_sosial, 14
Januari 2016).
ILO (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan:
“Bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk
masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan
keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran,
kecacatan, lanjut usia, ataupun kematian”.
Lebih jauh dijelaskan bahwa jaminan sosial terdiri dari asuransi sosial,
bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds, dan skema yang
diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter
lainnya.
Michael von Hauff dalam “The Relevance of Social Security for Economic
Development” mengutip kesepakatan dari the World Summit for Social
Development di Kopenhagen tahun 1995, bahwa:
56
“sistem jaminan sosial merupakan komponen esensial dari perluasan
pembangunan sosial dan dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Lebih
rinci, deklarasi summit tersebut antara lain mencanangkan “to develop and
implement policies which ensure that all persons enjoy adequate economic
and social protection in the event of unemployment, sickness, during
motherhood and child-rearing, in the event of widowhood, disability and in
old age.”
Selain untuk penanggulangan kemiskinan, jaminan sosial juga berfungsi
sebagai perlindungan bagi individual dalam menghadapi kondisi kehidupan yang
semakin memburuk yang tidak dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri (von
Hauff dan de Haan; 1997).
Barrietos dan Shepherd (2003) menjelaskan bahwa:
“Jaminan sosial lebih sempit dibandingkan perlindungan sosial. Jaminan
sosial umumnya dihubungkan dengan hal-hal yang menyangkut kompensasi
dan program kesejahteraan yang lebih bersifat „statutory schemes‟”.
(sumber: www.bappenas.go.id/files/1913/5029/1452/spjs.doc, 14 januari 2016).
Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jaminan sosial
mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal
bagi tenaga kerja serta keluarganya.
2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau
seluruh penghasilan yang hilang.
3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap
resiko ekonomi maupun sosial.
57
4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan kerja akan
berdampak meningkatkan produktifitas kerja.
5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung
kemandirian dan harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko
sosial ekonomi.
2.1.5 Pengertian Jamsosratu
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten selanjutnya
disingkat Jamsosratu adalah salah satu program Perlindungan dan Jaminan Sosial
Pemerintah Provinsi Banten untuk menjamin rakyatnya yang berasal dari
kelompok rumah tangga menengah tidak mampu kebawah berdasarkan data PPLS
yang telah divalidasi dan diverifikasi sebagai RTS (Rumah Tangga Sasaran) serta
mendapat bantuan sosial tunai bersyarat dan Santunan Pertanggungan
Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Jamsosratu merupakan skema terpadu dan
melembaga yang bertujuan agar RTS mampu meningkatkan keberfungsian dan
keberdayaan sosialnya. (sumber: Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun
2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di
Provinsi Banten).
58
2.2 Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Edwin Satria Permana yang
berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan
Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2010. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010. Hasil dari penelitian ini adalah Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010 telah berjalan dengan baik, karena hasil uji hipotesis mencapai angka
69,80% dari angka yang telah peneliti hipotesiskan sebelumnya, yaitu 60%.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Edwin dan peneliti yaitu sama-sama
membahas tentang implementasi atau pelaksanaan dari suatu kebijakan program
dari pemerintah. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh Edwin
menggunakan metode penelitian kuantitatif, dan lebih luas dalam pembahasan
karena melakukan evaluasi tingkat pelaksanaan Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun
2010.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hasbi Iqbal yang berjudul
Impementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Di
Kabupaten Kudus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
implementasi kebijakan program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus dan
menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat keberhasilan
pelaksanaan program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus. Hasil dari penelitian
59
ini adalah Impementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008
Di Kabupaten Kudus belum berjalan optimal, karena masih banyak aspek-aspek
pendukung yang harus diperbaiki. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Hasbi dengan peneliti yaitu Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
yang dilakukan peneliti, sama-sama membahas tentang implementasi atau
pelaksanaan dari suatu kebijakan program dari pemerintah. Perbedaannya
Penelitian yang dilakukan Hasbi bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi
kebijakan program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus, dan menganalisis
faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat keberhasilan pelaksanaan
program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus.
Dari berbagai penelitian yang terdahulu di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Adapun, persamaan skripsi ini dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas tentang
implementasi atau pelaksanaan dari suatu kebijakan program dari pemerintah.
Sedangkan, perbedaannya yaitu terletak pada lokus dan fokus penelitian serta
tujuan dari masing-masing peneliti.
60
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang diteliti. Sementara Uma Sekaran dalam Sugiyono
(2008:65) mengemukakan bahwa: “Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting”.
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan
informasi melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta
melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan dengan retribusi parkir
dikota Serang.Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori implementasi
kebijakan publik menurut Metter dan Hon, karena ada kesesuaian antara masalah
yang terdapat pada identifikasi masalah dengan apa yang dijabarkan dalam teori
tersebut.
Ada enam variabel menurut Metter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut (Agustino, 2008:142).
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik Agen Pelaksana
4. Sikap atau Kecenderungan
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Kesesuaian yang muncul antara lain dilihat dari indikator yang terdapat
dalam proses implementasi kebijakan publik khususnya implementasi Program
61
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) Di Kecamatan Kasemen
Kota Serang. Karena pelaksanaan kebijakan tersebut harus dilihat dari isi
kebijakan dan lingkungan kebijakan. Adapun kerangka berfikir yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
Sumber: Peneliti, 2016.
Identifikasi Masalah, (Peneliti, 2016):
1. Sosialisasi Jamsosratu yang kurang menyeluruh untuk masyarakat sehingga masih banyaknya
masyarakat yang belum mengetahui mengenai program Jamsosratu.
2. Validitas data penerima Jamsosratu yang kurang transparan, sehingga menyebabkan tidak
sesuainya dengan kriteria yang ditetapkan BPS.
3. Terjadinya data ganda. Dimana dalam satu RTS menerima double bantuan (PKH dan
JAMSOSRATU), hal ini tidak sesuai dengan ketentuan.
4. Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang belum merata, tidak semua masyarakat
miskin di kecamatan Kasemen menerima bantuan Jamsosratu. Sehingga menyebabkan
kecemburuan sosial yang terjadi antara warga penerima program Jamsosratu dengan warga yang
tidak menerima program Jamsosratu.
5. Adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya, yaitu nominal bantuan disesuaikan
dengan jumlah anak sekolah dalam satu RTS.
6. Proses pencairan bantuan yang menyulitkan penerima Jamsosratu.
Keberhasilan Implementasi menurut Van Metter dan Van Horn (Agustino, 2008:142);
6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Publik 4. Sikap atau Kecenderungan
2. Sumberdaya 5. Komunikasi antar Organisasi dan aktivitas
pelaksana
3. Krakteristik Agen Pelaksana 6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan politik.
Output:
Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Outcome:
Tujuan dari Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang tercapai.
62
2.4 Asumsi Dasar
Menurut Arikunto (2002:61). Asumsi dasar adalah anggapan dasar yakni
suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang dirumuskan secara jelas.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti rumuskan adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan pada kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi
bahwa Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang belum berjalan optimal.
Karena masih banyak masalah-masalah yang perlu diselesaikan seperti berikut:
Sosialisasi Jamsosratu yang kurang menyeluruh untuk masyarakat sehingga
masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui mengenai program
Jamsosratu; validitas data penerima Jamsosratu yang kurang transfaran dan tidak
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan BPS; terjadinya data ganda. Dimana dalam
satu RTS menerima double bantuan (PKH dan JAMSOSRATU), hal ini tidak
sesuai dengan ketentuan; program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota
Serang belum merata, sehingga menyebabkan kecemburuan sosial yang terjadi
antara warga penerima program Jamsosratu dengan warga yang tidak menerima
program Jamsosratu; adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya,
yaitu nominal bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah dalam satu RTS;
proses pencairan bantuan yang menyulitkan penerima Jamsosratu.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif,
untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Beragam cara berpikir yang
digunakan dalam penelitian ilmiah, seperti cara berpikir deduktif, induktif hingga
cara berpikir reflektif (reflective thinking), sebagai sintesis dari berpikir deduktif
dan induktif. Ketiga cara berpikir ini adalah sebagai usaha manusia dalam
menemukan kebenaran ilmu atau ilmiah. Beragam cara berpikir ini lahir dari
ketidakpuasan manusia dalam mencari jawab tentang kebenaran melalui cara-cara
yang tidak ilmiah sebelumnya, sebagai mana kata Bungin (2004), yakni seperti
cara kebetulan, pengalaman atau kebiasaan, trial and error atau melalui otoritas
seseorang (Mukhtar, 2013: 9).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,
karena berdasarkan pengamatan atau observasi awal yang peneliti lakukan,
ternyata masalah yang sedang dihadapi lebih sesuai untuk diteliti dengan metode
kualitatif. Karena, metode penelitian kualitatif adalah cara melakukan penelitian,
dan ini ditentukan oleh paradigma penelitian yang dipilih (Hidayat, 2000). Metode
penelitian untuk menjadi sebuah ilmu harus mampu menjawab tiga dimensi yaitu
dimensi ontologism, epistimologis dan aksiologis (Yuyun, 2000). Aspek
ontologism menjawab apa yang dijelaskan, aspek epistimologis menjawab metode
64
untuk menjelaskan dan aspek aksiologis menjawab manfaat apa dari yang
dijelaskan (Fuad dan Sapto Nugroho, 2014: 53).
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis
(Sugiyono, 2012: 2).
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan sebagai dasar pengumpulan data sehingga tidak
terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman dan cara
pandang terhadap karya ilmiah ini, maka fokus penelitian terhadap penulisan
karya ilmiah ini adalah Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
65
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang peneliti pilih yaitu Kecamatan Kasemen Kota serang.
Dimana Kota Serang merupakan wilayah terdekat dengan pusat pemerintahan
provinsi Banten, sehingga lebih memudahkan bagi pelaksana program Jamsosratu
dalam hal pelaporan kegiatan maupun koordinasi. Kecamatan Kasemen
merupakan kecamatan yang paling banyak terdapat RTS Jamsosratu diantara
kecamatan yang lainnya di Kota Serang, yaitu sebanyak 1618 RTS. Selain itu
menurut Dinsos Kota Serang, Kecamatan Kasemen sudah jauh lebih bagus dalam
pelaksanaannya. Sehingga peneliti pun tertarik untuk melakukan penelitian di
Kecamatan Kasemen.
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu, pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tecapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan dalam implementasi program Jamsosratu dengan studi
kasus di Kecamatan Kasemen.
3.4.2 Definisi Operasional
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan diamati
dalam penelitian ini adalah mengenai Implementasi Program Jaminan Sosial
Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Beberapa hal penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan
66
peneliti nilai dengan menggunakan teori model Implementasi Metter dan Horn,
yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut
(Agustino, 2008:142).
1. Ukuran dan tujuan kebijakan, yakni mengamati fenomena mengenai ukuran
dan tujuan Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
2. Sumberdaya, yakni mengamati fenomena terkait sumberdaya dalam
implementasi Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang,
baik sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, maupun sumberdaya
waktu.
3. Karakteristik agen pelaksana, yakni meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat implementasi Program Jamsosratu di
Kecamatan Kasemen Kota Serang.
4. Sikap/ kecenderungan (disposition) para pelaksana, yakni meliputi respon,
pemahaman, dan preferensi nilai yang dimiliki implementor Program
Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, yakni koordinasi
antarorganisasi dan stakeholder yang terlibat dalam Program Jamsosratu di
Kecamatan Kasemen Kota Serang.
6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik, yakni mengamati fenomena
kondisi ekonomi lingkungan, dukungan kelompok-kelompok kepentingan
dan elite politik, karakteristik para partisipan, serta opini publik mengenai
pelaksanaan Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian mengenai implementasi program Jamsosratu di
Kecamatan Kasemen Kota Serang, yang menjadi instrument utama penelitian
adalah peneliti sendiri. Menurut Irawan, dalam sebuah penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri (Irawan, 2006: 17).
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas semuanya.
67
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian mengenai Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat
Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang,
penentuan informannya menggunakan teknik Purposive, yaitu merupakan metode
penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan
dengan informasi yang dibutuhkan.
Menurut Burhan Bungin (dalam Bungin, 2007:53), prosedur sampling yang
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan informan
kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang serat informan sesuai dengan
fokus penelitian. Menurut Norman Denzim (dalam Denzim, 2009:290) bahwa
penentuan key informan disebut pemilihan partisipasi pertama (the primary
selection), yaitu pemilihan secara langsung memberi peluang bagi peneliti untuk
menentukan sampel dari sekian informan yang ditemui. Sedangkan, jika peneliti
tidak dapat menentukan partisipasi secara langsung, secara alternatif peneliti dapat
melakukan pemilihan informan kedua (secondary informan).
Melihat pada kepentingan data yang dibutuhkan peneliti maka informan
dibagi menurut kelompok dan tidak dibatasi pada jumlah tertentu. Ada pun yang
menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
68
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Kode
Informan Kategori Informan Peran dan Fungsi Keterangan
1. I1
Kepala Bidang Perlindungan
dan Jaminan Sosial
(Linjamsos) Dinas Sosial
Provinsi Banten.
Tim Pengendali Jamsosratu
Provinsi (TPJP) dan Tim
Pengelola Santunan Kesos
Provinsi (TPSP)
Key Informan
2. I2 Kepala Bidang Bantuan
Jaminan Sosial (Banjamsos)
Dinas Sosial Kota Serang.
Tim Pengendali Jamsosratu
Kota Serang (TPJPK) dan
Tim Pengelola Santunan
Kesos Kab. / Kota (TPSK)
Key Informan
3. I3-1 Pendamping Program
Jamsoratu Kecamatan
Kasemen.
Pendampingan terhadap
peserta Jamsosratu
Kecamatan Kasemen
Key Informan
4. I3-2 Pendamping Program
Jamsoratu Kecamatan
Kasemen.
Pendampingan terhadap
peserta Jamsosratu
Kecamatan Kasemen
Key Informan
5. I4-1 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
6. I4-2 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
7. I4-3 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
8. I4-4 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
9. I4-5 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
10. I4-6 RTS Program Jamsosratu
Kecamatan Kasemen RTS Penerima jamsosratu Key Informan
11. I5 Kasi Kesejahteraan Sosial
Kecamatan Kasemen
Pihak Kecamatan yang punya
wilayah Kec. Kasemen
Secondary
Informan
12. I6 Lembaga Swadaya Masyarakat Menilai dari sudut pandang
masyarakat
Secondary
Informan
Sumber: Peneliti, 2016.
69
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisi Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah :
1. Observasi
Menurut Hadi (Prastowo, 2011:22), pengamatan (observasi) diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang
tampak pada objek penelitian. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan
melalui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta (non
partisipan). Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu
fungsi, yaitu mengadakan pengamatan saja, sedangkan pengamat berperan serta
melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi
anggota resmi dari kelompok yang di amati (Moleong, 2006:176).
Pada penelitian ini, peneliti tidak terlibat untuk membantu pekerjaan dinas
sosial dalam melaksanakan Program Jamsosratu. Serta tidak terlibat dalam
aktivitas pelaksanaan Program Jamsosratu. Peneliti hanya melakukan observasi
saja untuk mengetahui kondisi objek penelitian
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2007:72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanyajawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indepth
interview). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstuktur,
70
dimana wawancara dilakukan secara bebas untuk menggali informasi lebih dalam
dan bersifat dinamis, namun tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara yang
telah peneliti buat terlebih dahulu dan tidak menyimpang dari konteks yang akan
dibahas dalam fokus penelitian.
Dalam sebuah wawancara tentu dibutuhkan suatu pedoman. Pedoman
wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan dan
memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan
informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah disusun yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Teori Dimensi Kisi-kisi Pertanyaan Kode
Informan
Ind
ikat
or
teo
ri V
an H
orn
dan
Van
Met
er
Ukuran dan Tujuan
Kebijakan
a. Meningkatkan status kesejahteraan
sosial serta daya beli RTS
b. Terpenuhinya kebutuhan dasar
pangan, sandang, dan papan RTS
c. Meningkatkan taraf pendidikan
anak-anak RTS
d. Meningkatkan status kesehatan dan
gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita
RTS
e. Meningkatkan aksesbilitas dan
motivasi RTS terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan
memberikan perlindungan dan
jaminan bagi RTS yang penafkahnya
notabene bekerja pada sektor
informal
f. Adanya jaminan dalam kehidupan
I1. I2,
I4-1, I4.1, I4.2
I5
71
masa depan RTS karena adanya
investasi dalam bentuk pendidikan
bagi anak-anaknya
g. Meningkatkan kemampuan RTS
dalam mengahadapi masalah yang
mendesak melalui investasi dalam
bentuk tabungan
h. Membangun dan mengembangkan
modal sosial (social capital), seperti
kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok
dan pendampingan Prosedur
Pencairan Jamsosratu
Sumber Daya a. Bagaimana aparatur pemerintahaan
dikerahkan
b. Anggaran program Jamsosratu
c. Dukungan terhadap pendamping
maupun operator program
Jamsosratu
I1
I2
I3, I3.1
I4, I4.1, I4.2
I5
Karakteristik Agen
Pelaksana
a. habataPeran dari Stake holder dalam
Program Jamsosratu Sosialisasi yang
dilakukan
a.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari
Program Jamsosratu
c. Validitas Data
d. Prosedur Pencairan Jamsosratu
I1
I2
I3, I3.1
I4, I4.1, I4.2
I5
Sikap/
Kecenderungan
(Disposisi) para
implementor
a. Respon agen pelaksana terhadap
program Jamsosratu di kecamatan
kasemen kota serang.
b. Tanggungjawab aktor pelaksana
kebijakan
c. Bentuk dukungan dan persetujuan
I1
I2
I3
I4, I4.1, I4.2
I5
72
dari implementor terhadap
implementasi Jamsosratu
Komunikasi antar
organisai dan
aktivitas pelaksana
a. Koordinasi antarorganisasi yang
terlibat dalam implementasi
program Jamsosratu
b. Sosialisasi
I1
I2
I3, I3.1
I4, I4.1, I4.2
I5
Lingkungan
Ekonomi, sosial dan
politik
a. Kondisi ekonomi lingkungan dalam
implementasi Program Jamsosratu
di kecamatan kasemen kota serang
b. Kondisi sosial lingkungan dalam
Program Jamsosratu di kecamatan
kasemen kota serang
c. Dukungan kelompok-kelompok
kepentingan dan elite politik dalam
implementasi Program Jamsosratu
di kecamatan kasemen kota serang
d. Dukungan para partisipan Kebijakan
Program Jamsosratu di kecamatan
kasemen kota serang (stakeholder),
yakni menolak atau mendukung
e. Sifat opini publik yang ada di
lingkungan implementasi Program
Jamsosratu di kecamatan kasemen
kota serang
I1
I2
I3, I3.1
I4, I4.1, I4.2
I5
Sumber: Dikembangkan dari teori Donald S. Van Metter dan Carl Van Horn
(Agustino, 2008:142) dan Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten
3. Studi kepustakaan
Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli,
diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis,
dan tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk
73
pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan
dengan topik penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum
seperti: mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka, analis
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam
hal ini peneliti melakukan studi kepustakaan melalui hasil penelitian sejenis yang
pernah dilakukan, buku-buku, maupun artikel atau yang memuat konsep atau teori
yang dibutuhkan terkait dengan Program Jamsosratu.
4. Studi dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan
lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009:240).
3.7.2 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,
yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data dalam penelitian
kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
dilapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalan penelitian adalah dengan
menggunakan teknik analisis data mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles
dan Huberman. Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktifitas dalam analisa data
74
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh.
Gambar 3.1
Aktifitas Dalam Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman.
Berdasarkan gambar diatas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berkelanjutan, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran dari keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegaiatan analisis yang saling susul menyusul. Namun dua hal
lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.
Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya, data-data yang berupa data variabel dari
hasil wawancara diubah menjadi bentuk tulisan.
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstarakan, dan transformasi data „kasar‟ yang muncul
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Penyajian Data
Pengumpulan Data
75
dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya kembali bila diperlukan.
3. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data,
penyajian data, penyajian data yang paling sering dilakukan dalam penelitian
kualitatif pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Tetapi ada beberapa bentuk
penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan bagan. Maka
dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk naratif.
Mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ini yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan peneliti untuk
dijadikan suatu kesimpulan penelitian yang dikemukakan diawal masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
76
Oleh karena itu, kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
3.7.3 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data atau bisa juga disebut uji validitas dan realiabilitas data
memiliki keterkaitan antara deskripsi dan eksplanasi. Tedapat dua macam
validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitaas internal adalah penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu
hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang sesuai dengan fakta
dilapangan. Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut
transferabilitas. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas tinggi
bilamana pembaca memperoleh gambaran/ pemahaman yang jelas tentang
konteks dan fokus penelitian.
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek kembali suatu informasi
yang diperoleh. Selain itu, penelitipun melakukan membercheck, yaitu proses
pengecekan data-data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya adalah
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh informan.
77
3.8 Jadual Penelitian
Tabel 3.3
Jadual Penelitian
Nama Kegiatan
Waktu Penelitian
Bulan
‘Tahun
12
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
‘15 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16
Proses Bimbingan √ √ √ √ √
√ √ √ √
Observasi Awal √
Penggantian Topik √
Penyusunan Proposal √ √ √
Seminar Proposal √
Revisi Proposal √
Acc Lapangan
√
Wawancara
√ √ √
Penyusunan Hasil
Penelitian √ √ √ √ √
Sidang Skripsi
√
Sumber: Peneliti, 2016
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kasemen
Kecamatan Kasemen merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota
Serang. Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 56,36 Km2, dengan batas-
batas Kecamatan sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kecamatan Serang
Barat : Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang
Timur : Kecamatan Pontang Kabupaten Serang
Secara Administrasi wilayah Kecamatan Kasemen terbagi menjadi 70
Dusun, 70 Rukun Warga (RW), 247 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah
penduduk 92.988 jiwa yang terdiri dari 48.299 jiwa laki-laki, dan 44.689 jiwa
perempuan. (Sumber: Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2015).
Di wilayah Kecamatan Kasemen melintas sebuah sungai yang cukup besar
dan terkenal yaitu Sungai Cibanten yang bermuara di Karangantu yang ada di
wilayah Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan Kasemen juga terdapat Cagar
Budaya Banten Lama dan Cagar Alam Pulau Dua. Cagar Budaya Banten Lama ini
merupakan tempat ziarah yang banyak dikunjungi oleh peziarah baik dari daerah
Banten sendiri maupun dari luar daerah Banten, serta masih banyak peninggalan
sejarah di masa Kesultanan Banten yang ada di wilayah Kecamatan Kasemen.
79
Kecamatan kasemen memiliki 10 desa/ kelurahan yaitu, Kasemen, Warung
Jaud, Mesjid Priyayi, Bendung, Terumbu, Sawah Luhur, Kilasah, Margaluyu,
Kasunyatan, dan Banten. Mata pencaharian di Kecamatan Kasemen yaitu disektor
perdagangan dan pertanian.
A. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Kasemen
1. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Kasemen tahun 2014 tercatat sebanyak:
92.988 jiwa, terdiri dari laki-laki: 48.299 jiwa dan perempuan: 44.689 jiwa.
Berikut lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Kecamatan Kasemen Tahun 2014
Desa/
Kelurahan Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
1. Kasemen 7.659 7.239 14.898
2. Warung Jaud 4.986 4.752 9.738
3. Mesjid
Priyayi 3.761 3.459 7.220
4. Bendung 3.352 3.135 6.487
5. Terumbu 4.536 4.135 8.671
6. Sawah
Luhur 4.543 4.139 8.682
7. Kilasah 3.963 3.552 7.515
8. Margaluyu 3.263 2.948 6.211
9. Kasunyatan 4.669 4.244 8.913
10. Banten 7.567 7.086 14.653
Kasemen 48.299 44.689 92.988
Sumber : Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2015.
80
Dilihat dari berbagai aspek, maka Kecamatan Kasemen yang
wilayahnya seluas 56,36 Km2
dengan jumlah penduduk 92.988 jiwa dan
merupakan wilayah pembangunan bagian utara dari kota Serang yang
diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam,
pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum,
tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya. Serta
didukung dari sarana dan prasarana pendidikan dari tingkat Taman Kanak-
Kanak (TK) sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi.
Tabel 4.2
Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Kasemen
Tingkat Sekolah/ Tahun Jumlah Sekolah Jumlah
Negeri Swasta Guru Murid
TK/ 2013 - 7 23 220
SD/ 2014 39 - 447 11.856
SLTP/ 2014 4 1 169 3.226
SMU/ SMK/ 2014 2 1 129 1.791
Perguruan Tinggi/ Akademik/
2012 1 - 21 227
Program Kejar Paket A, B, C/
2012 - -
Paket A: 6
Paket B: 38
Paket C: 20
Paket A: 37
Paket B: 174
Paket C: 70
Raudhatul Atfal/ 2014 4 19 163
Madrasah Diniyah/ 2014 40 236 3.472
Madrasah Ibtida’iyah/ 2014 2 33 680
Madrasah Tsanawiyah/ 2014 3 59 544
Madrasah Aliyah/ 2014 1 18 127
Sumber : Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2015.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian
penduduk dan merupakan jantung kehidupan bagi manusia, setiap orang
senantiasa berusaha mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang dan
81
keahlian masing-masing, dari jumlah penduduk 92.988 jiwa. Secara umum
dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Kasemen bermata pencaharian mayoritas
petani, dan pedagang relatif kecil.
Tingkat perekonomian masyarakat di Kecamatan Kasemen termasuk ke
dalam masyarakat tingkat bawah dengan mayoritas mata pencaharian sebagai,
petani, pedagang yang sebagian besar pendapatannya hanya dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan mutlak.
Tabel 4.3
Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk dan Mata Pencaharian
Sebagian Besar Penduduk di Kecamatan Kasemen Tahun 2014
Desa/Kelurahan Kepadatan
Penduduk per Km2
Mata Pencaharian
(1) (4) (5)
1. Kasemen 2.223
Perdagangan
2. Warung Jaud 2.164
Pertanian
3. Mesjid Priyayi 2.560
Pertanian
4. Bendung 1.508
Pertanian
5. Terumbu 1.535
Pertanian
6. Sawah Luhur 731
Pertanian
7. Kilasah 1.070
Pertanian
8. Margaluyu 1.478
Pertanian
9. Kasunyatan 2.475
Pertanian
10. Banten 2.570
Pertanian
Kasemen 1.649 -
Sumber : Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2015.
82
3. Kondisi Sosial Budaya
Rumah adalah tempat berlindung dan berkumpul bagi keluarga setelah
melakukan aktivitas sehari-hari, maka rumah yang baik adalah rumah yang
memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat. Dari jumlah penduduk 92.988
jiwa penduduk yang mayoritas beragama islam, suasana kehidupan beragama
bagi masyarakat Kecamatan Kasemen cukup baik, rukun, tenang dan tentram,
saling menghormati, tolong-menolong, dalam menghadapi permasalahan yang
timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan bermasyarakat,
sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya.
Tabel 4.4
Banyaknya Pemeluk Agama di Kecamatan Kasemen
Tahun 2014
Desa/Kelurahan Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kasemen 14.815 15 57 1 10 14.898
2. Warung
Jaud 9.738 - - - - 9.738
3. Mesjid
Priyayi 7.220 - - - - 7.220
4. Bendung 6.487 - - - - 6.487
5. Terumbu 8.671 - - - - 8.671
6. Sawah
Luhur 8.682 - - - - 8.682
7. Kilasah 7.515 - - - - 7.515
8. Margaluyu 6.211 - - - - 6.211
9. Kasunyatan 8.894 - 9 10 - 8.913
10. Banten 14.547 43 36 8 19 14.653
Kasemen 92.780 58 102 19 29 92.988
Sumber : Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2015.
Sikap dan pola hidup masyarakat Kecamatan Kasemen merupakan
cermin dan nilai-nilai kehidupan beragama. Sebagai masyarakat yang
83
beragama, tentunya memerlukan sarana peribadatan sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing, antara lain:
a) Masjid : 199 Unit
b) Vihara : 1 Unit
4.1.2 Gambaran Umum Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(JAMSOSRATU)
1) Pengertian Jamsosratu
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten selanjutnya
disingkat JAMSOSRATU adalah salah satu Program Perlindungan dan
Jaminan Sosial Pemerintah Provinsi Banten untuk menjamin rakyat yang
berasal dari kelompok rumah tangga menengah tidak mampu kebawah
berdasarkan data PPLS yang telah divalidasi dan diverifikasi sebagai RTS
serta mendapat Bantuan Sosial Tunai Bersyarat dan Santunan Pertanggungan
Kesejahteraan Sosial (Sankesos).
2) Landasan Yuridis Utama Jamsosratu
1. Undang-Undang Dasar 1945. Amandemen IV Undang-Undang Dasar
1945 pasal 34 ayat 1, 2 dan ayat 3;
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
4. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan
Berkeadilan;
5. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pengentasan Kemiskinan;
84
6. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Daerah Provinsi
Banten Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Banten Nomor 30);
7. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah 2012-2017
(Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 4 Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 42);
8. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor
8);
9. Peraturan Gubernur Banten Nomor 56 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Banten (Berita Daerah
Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor 56).
3) Tujuan Jamsosratu
Secara umum Jamsosratu dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kondisi kesejahteraan sosial bagi RTS, mengurangi angka dan memutus rantai
kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta berubahnya
perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan RTS di Provinsi
Banten. Secara khusus tujuan Jamsosratu adalah:
1. Meningkatkan status Kesejahteraan Sosial serta daya beli RTS;
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar pangan, sandang, dan papan RTS;
3. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS;
4. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak
balita RTS;
5. Meningkatkan aksesibilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan;
6. Memberikan perlindungan dan jaminan bagi RTS yang penafkah nya
notabene bekerja pada sektor informal dalam menghadapi
85
“goncangan, dan tekanan” (shocks and stresses) atau resiko yang
terjadi untuk mengganti penghasilan yang hilang atau menurun selama
kurun waktu tertentu akibat pencari nafkah utama mengalami
kecelakaan, sakit, cacat dan atau meninggal dunia sehingga usaha dan
kehidupan keluarga tetap dapat terjamin, bahkan terjadi peningkatan
kesejahteraan keluarga;
7. Adanya jaminan dalam kehidupan masa depan RTS karena adanya
investasi dalam bentuk pendidikan bagi anak-anaknya;
8. Meningkatkan kemampuan RTS dalam menghadapi masalah yang
mendesak melalui investasi dalam bentuk tabungan (takesos);
9. Membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital),
seperti kepercayaan, jaringan, dan kegotong-royongan melalui
kelompok dan pendampingan.
4) Manfaat Jamsosratu
Manfaat Jamsosratu untuk jangka pendek adalah memberikan income
effect kepada RTS dengan pengurangan beban pengeluaran melalui Bantuan
Sosial Tunai Bersyarat, sedangkan untuk jangka panjang yaitu :
1. Memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui:
a. Peningkatan kualitas kesehatan atau nutrisi, pendidikan dan
kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price effect anak
keluarga miskin).
b. Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya
(insurance effect).
86
2. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang
besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya serta mengurangi
pekerja anak.
3. Mempercepat pencapaian MDG’s (melalui peningkatan akses
pendidikan, peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian
balita, peningkatan kesetaraan gender, dan pemberantasan
kemiskinan).
4. Perlindungan bagi pencari nafkah utama pada RTS peserta Jamsosratu
atas kecelakaan yang terjadi pada saat yang bersangkutan melakukan
aktivitas sesuai dengan pekerjaannya (profesinya) yang tercantum
pada saat pendaftaran (maksimal 2 jenis pekerjaan), termasuk saat
tenaga kerja berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang
kembali ke rumah.
5) Ketentuan Peserta
Persyaratan
1. Penafkah yang telah disepakati RTS secara otomatis berhak
mendapatkan Sankesos. Penetapan siapa yang menjadi Penafkah dalam
setiap RTS ditentukan permufakatan oleh RTS tersebut dengan
pertimbangan dan bimbinga pendamping masing-masing RTS.
2. RTS yang terdapat dalam data PPLS, disesuaikan antara tahun
penyelenggaraan Jamsosratu dengan periodisasi PPLS.
3. RTS yang dalam keluarganya terdapat:
a. ibu hamil/ menyusui/ nifas; dan atau
87
b. anak balita; dan atau
c. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SD/ sederajat; dan
atau
d. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMP/ sederajat; dan
atau
e. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMA/ sederajat.
4. Dalam 1 (satu) RTS hanya 1 (satu) orang penafkah yang berhak
mendapat Sankesos. Apabila Penafkah pada RTS meninggal dunia
maka hak mendapatkan Sankesos dapat dialihkan kepada ahli waris
yang ditunjuk sebagai Penafkah oleh RTS tersebut.
5. Bersedia menabung pada rekening Takesos masing-masing sebesar
minimal Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per bulan.
6. RTS peserta Sankesos wajib memiliki Kartu Keluarga dan KTP/ Surat
Keterangan Domisisli.
6) Kewajiban Peserta
A. Kewajiban yang berkaitan dengan Kesehatan
1. RTS yang mempunyai ibu hamil/ nifas.
a. Memeriksakan kehamilannya minimal 4 (empat) kali selama
kehamilan nya.
b. Proses kelahiran ditangani tenaga medis.
c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/ diperiksa kesehatannya
setidaknya minimal 2 (dua) kali setelah melahirkan.
2. RTS yang mempunyai anak balita (0-6 tahun).
88
a. Usia 0-11 bulan melakukan imunisasi komplit (BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B) dan pemantauan tumbuh kembang anak setiap
bulan di Posyandu atau Puskesmas.
b. Usia 6-11 bulan melakukan pemberian Vitamin A (2 kali setahun:
Februari dan Agustus).
c. Usia 12-59 bulan melakukan imunisasi dan pemantauan tumbuh
kembang setiap bulan;
d. Pemantauan tumbuh kembang anak usia prasekolah (5-6 tahun).
e. Seluruh kewajiban diatas pada point “a” sampai dengan “d” diatas
wajib dibuktikan oleh kelengkapan administrasi yang sudah
ditetapkan oleh petugas kesehatan.
B. Kewajiban yang berkaitan dengan pendidikan
1. RTS yang mempunyai anak usia SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/
sederajat (6-18 tahu).
a. Mendaftarkan anak usia 6-18 tahun di SD/ sederajat, SMP/ sederajat,
SMA/ sederajat dengan kehadiran minimal 85% setiap bulan selama
tahun ajaran berlangsung.
b. RTS yang mempunyai anak usia lebih dari 15 tahun namun belum
menyelesaikan pendidikan universal (SD sampai SMA), dapat
menerima bantuan apabila anak tersebut bersekolah atau mengikuti
pendidikan kesetaraan (Paket A-B-C) dan memenuhi ketentuan yang
berlaku.
89
2. RTS yang mempunyai anak usia SMA (15-18 tahun), mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan anak usia 15-18 tahun di SMA/
sederajat dengan kehadiran minimal 85% dari hari sekolah dalam
sebulan selama tahun ajaran berlangsung.
C. Kewajiban yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk Takesos
a. Setiap RTS diwajibkan untuk menabung sebesar minimal RP. 10.000,-
setiap bulan pada rekening Takesos masing-masing RTS;
b. Pelaksanaan kewajiban RTS pada huruf “a” diatas dibuktikan dengan
tanda bukti setoran Takesos pada PT. Pos;
c. Takesos dimaksud pada point “a” baru diperkenankan untuk dilakukan
pengambilan setelah minimal 10 bulan terhitung sejak dibukanya
rekening atas nama RTS;
d. Maksimal pengambilan uang tunai oleh RTS sebesar 30% dari jumlah
total tabungan;
e. Pembatasan dimaksud pada huruf “c” bukan dimaksudkan sebagai
pembatasan saldo minimal namun untuk memberikan edukasi
mengenai pentingnya tabungan.
D. Kewajiban Lain
a. Setiap RTS wajib hadir apabila diundang untuk mengikuti pembinaan
dan pengembangan kapasitas sebagai peserta Jamsosratu yang
dilakukan oleh Dinas selaku TPJP dan atau oleh Dinas Kabupaten/
Kota selaku TPJK dalam bentuk Community Development Session
(Sesi Pengembangan Kapasitas), maupun dalam bentuk lainnya.
90
b. Setiap RTS mempunyai kewajiban untuk secara terus menerus
mengembangkan usaha yang dikelola untuk peningkatan
kesejahteraan keluarga.
c. Setiap RTS mempunyai kewajiban bekerjasama dengan Pendamping
dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Jamsosratu.
d. Setaip RTS mempunyai kewajiban harus mematuhi peraturan dan
ketentuan Jamsosratu.
7) Hak Peserta Jamsosratu
1. Setiap RTS yang telah melaksanakan kewajiban sebagai syarat penerima
program berhak untuk mendapatkan Bantuan Sosial Tunai Bersyarat
(BSTB) Jamsosratu sebesar maksimal Rp. 2.250.000,- setiap tahun. BSTB
diberikan kepada RTS secara bertahap sebanyak 3 kali dalam satu tahun
dengan rincian maksimal Rp. 750.000,- per satu tahap pencairan.
2. Setiap Penafkah RTS (berdasarkan verifikasi dan validasi Pendamping)
berhak mendapatkan Sankesos bila mengalami kecelakaan kerja, sakit
karena kerja, cacat dan atau kematian. Santunan dalam bentuk uang tunai
sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Setiap RTS berhak mendapat pelayanan pendampingan sosial dalam
rangka keberhasilan pelaksanaan Jamsosratu.
4. Setiap RTS berhak memanfaatkan dana Sankesos yang diperoleh untuk
peningkatan kesejahteraan sosial keluarga atau untuk keperluan apapun
sepanjang tidak melawan hukum, jadi tidak ada pembatasan terhadap
penggunaan uang BSTB tersebut.
91
8) Mekanisme Realisasi Bantuan
A. Mekanisme Pembayaran Bantuan Sosial Tunai Bersarat (BSTB)
Jamsosratu
Prosedur Teknis Pembayaran BSTB Jamsosratu yaitu:
1. Pendamping Jamsosratu setelah melakukan verifikasi dan validasi
komitmen memberikan data hasil verifikasi komitmen RTS kepada
Operator, hasil verifikasi tersebut diketahui/ disetujui oleh Dinsos
Kabupaten/ Kota selaku TPJK.
2. Operator Kabupaten/ Kota merekapitulasi hasil verifikasi Pendamping,
hingga diperoleh total BSTB yang akan disalurkan kepada RTS pada
tahap pencairan tersebut dan menyampaikan kepada Dinas Sosial
Provinsi Banten selaku TPJP melalui Dinsos Kabupaten/ Kota selaku
TPJK.
3. Dinsos Kabupaten/ Kota selaku TPJK berdasarkan hasil verifikasi dan
validasi komitmen RTS dan total bantuan yang akan dibayarkan kepada
RTS, menyampaikan data penyaluran BSTB jamsosratu kepada Dinas
Sosial Provinsi Banten selaku TPJP.
4. Dinas Sosial Provinsi Banten selaku TPJP berdasarkan hasil verifikasi
dan validasi komitmen RTS serta total bantuan yang akan dibayarkan
tersebut mengajukan pencairan BSTB Jamsosratu kepada Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten selaku
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
92
5. PPKD berdasarkan pengajuan Dinas Sosial Provinsi Banten selaku
TPJP mencairkan BSTB Jamsosratu kemudian melalui Bendahara
Pengeluaran Pembantu PPKD (Hibah dan Bansos) pada Dinas Sosial
Provinsi Banten menyetorkan dan atau mentransfer dana tersebut
kepada PT. Pos Indonesia di wilayah Provinsi Banten yang telah
ditunjuk dan disepakati bersama oleh TPJP dengan PT. Pos Indonesia.
6. PT. Pos Indonesia pada kesempatan pertama wajib menyalurkan BSTB
Jamsosratu tersebut kepada RTS Jamsosratu berdasarkan data by name
by address yang telah lengkap dengan rekapitulasi jumlah BSTB pada
tahap berjalan.
7. Pembayaran BSTB hanya akan diberikan kepada RTS yang telah
ditetapkan sebagai peserta dan mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan oleh SK Gubernur.
8. Bukti kepesertaan Jamsosratu adalah kepemilikan kartu jamsosratu
yang sekaligus merupakan kartu giro online dimana pada kartu tersebut
selain tercantum nama pengurus rumah tangga sebagai penerima BSTB
juga tercantum nama Penafkah sebagai penerima Sankesos pada RTS
tersebut.
9. Kartu jamsosratu dikirim kepada setiap peserta oleh PT. Pos melalui
pendamping sebelum pembayaran pertama dilakukan. Pembayaran
BSTB dilakukan oleh PT. Pos Indonesia tiga kali dalam satu tahun pada
tanggal yang ditentukan oleh masing-masing kantor pos untuk masing-
93
masing RTS. Dalam pelaksanaannya tanggal dan waktu pembayaran di
kantor POS kepada RTS.
B. Mekanisme Pengajuan Sankesos
1. Kecelakaan Kerja (Sakit dan atau Cacat karena Kecelakaan Kerja)
a. Pemohonan Sankesos selaku Penafkah RTS mengajukan permohonan
kepada Gubernur Banten melalui Kepala Dinas Sosial Prov. Banten
selaku Ketua TPJP dan melengkapi permohonan tersebut dengan:
1. Pengantar dan kelengkapan berkas dari TPJK.
2. Kartu peserta Jamsosratu yang bersangkutan.
3. Surat keterangan kecelakaan dari kelurahan atau kepolisian
diketahui oleh Pendamping di Kecamatan domisili Pemohon.
4. Surat Keterangan Sakit dari Dokter Pemerintah yang juga berisi
lamanya yang bersangkutan sakit.
5. Fotocopy KTP/ SIM dan Kartu Keluarga Peserta yang masih
berlaku.
6. Persetujuan dan penilaian besarnya Sankesos dari Tim Pengelola
Sankesos Kabupaten/ Kota (TPS Kab/ Kota) diketahui oleh ketua
TPJK.
b. Setelah berkas lengkap TPSK membawa berkas kelengkapan tersebut
kepada TPSP untuk diproses lebih lanjut.
c. TPSP menindaklanjuti dengan memeriksa kembali kelengkapan
berkas, bila kurang lengkap maka dikembalikan kepada TPSK bila
telah lengkap maka TPSP membuat lembar verifikasi yang telah
94
tersedia dan langsung memproses pengajuan tersebut kepada TPJP
untuk direalisasikan secara tunai apabila santunan dibawah Rp.
5.000.000,- dan direalisasikan melalui rekening RTS apabila santunan
diatas Rp. 5.000.000,-.
2. Jaminan Kematian
a. Ahli waris Penafkah RTS peserta Sankesos yang meninggal dunia
mengajukan permohonan kepada Gubernur Banten melalui Kepala
Dinas Sosial Prov. Banten selaku Ketua TPJP dan melengkapi
permohonan tersebut dengan:
1. Pengantar dan kelengkapan berkas dari TPJK.
2. Kartu peserta Jamsosratu yang bersangkutan.
3. Identitas Peserta Sankesos yang meninggal dunia (fotocopy KTP/
SIM dan Kartu keluarga).
4. Identitas ahli waris (fotocopy KTP/ SIM dan Kartu keluarga).
5. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/ Kepolisian/
Kelurahan/ Desa.
6. Surat Kuasa dari ahli waris bermaterai dan fotocopy KTP yang
diberi kuasa (apabila pegambilan Sankesos dikuasakan: harus
merupakan pilihan terakhir dalam pengambilan santunan.
b. Setelah berkas lengkap TPSK membawa berkas kelengkapan tersebut
kepada TPSP untuk diproses lebih lanjut.
c. TPSP menindaklanjuti dengan memeriksa kembali kelengkapan
berkas, bila kurang lengkap maka dikembalikan kepada TPSK bila
95
telah lengkap maka TPSP membuat lembar verifikasi yang telah
tersedia dan langsung memproses pengajuan tersebut kepada TPJP
untuk direalisasikan secara tunai apabila santunan dibawah Rp.
5.000.000,- dan direalisasikan melalui rekening RTS apabila santunan
diatas Rp. 5.000.000,-.
3. Santunan Kumulatif
Persyaratan santunan kumulatif merupakan gabungan dari kelengkapan
pengajuan dua jenis santunan pada no. 1 dan 2. Namun dilengkapi
dengan surat keterangan dari TPSP diketahui oleh TPJK bahwa
santunan kumulatif terjadi pada penafkah bersangkutan.
9) Lokasi Pelaksanaan Jamsosratu
Jamsosratu dilaksanakan berkelanjutan sejak tahun 2013, pada tahun 2015
dilaksanakan di 6 (enam) Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan
Kota Tangerang Selatan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.5 sebagai
berikut.
96
Table 4.5
Sebaran RTS penerima JAMSOSRATU Tahun 2015
No Kabupaten/Kota RTS per Kab/Kota
1 Kabupaten Lebak 14.291
2 Kabupaten Pandeglang 15.157
3 Kabupaten Serang 11.402
4 Kota Serang 4.200
5 Kota Cilegon 2.950
6 Kota Tangerang Selatan 1.000
JUMLAH 49.000
Sumber: Dinas Sosial Kota Serang, 2016.
10) Kelembagaan Jamsosratu
1. Pemerintah Provinsi Banten cq. Dinas Sosial sebagai Tim Pengendali
Jamsosratu Provinsi (TPJ-Provinsi) mempunyai fungsi sebagai pembuat
kebijakan, regulasi, pedoman, pengendalian dan penyediaan anggaran
pelaksanaan Jamsosratu.
2. Dinas Instansi Sosial Kabupaten/ Kota sebagai Tim Pengendali
Jamsosratu Kabupaten/ Kota (TPJ-Kab./Kota) mempunyai fungsi
pelaksana sosialisasi, koordinasi dan pengendalian di daerah masing-
masing.
3. Tim Pengelola Sankesos Kabupaten/ Kota (Jamsosratu) sebagai
administrator Jamsosratu pada tingkat komunitas.
4. Pendamping Jamsosratu mempunyai fungsi fasilitasi, verifikasi data
RTS dalam rangka keberhasilan pelaksanaan Jamsosratu.
97
5. Operator Jamsosratu mempunyai fungsi pendataan melalui fasilitas
Teknologi Informasi yang tersedia.
6. Kelompok Jamsosratu sebagai mobilisator
a. Dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan Jamsosratu, RTS
peserta Jamsosratu diharuskan membentuk kelompok yang
beranggotakan 50 sampai 500 peserta yang difasilitasi oleh seorang
ketua, seorang sekretaris dan sisanya anggota. Pembentukan juga
harus dituangkan dalam Berita Acara dan disetujui/ diketahui oleh
Kecamatan setempat.
b. Pembentukan Kelompok Jamsosratu dimaksudkan sebagai media
pembinaan peserta Jamsosratu dalam rangka saling berkomunikasi,
silaturahmi, saling tukar pengalaman dan saling memotivasi
sehingga tujuan Jamsosratu dapat terwujud secara optimal.
c. Kelompok Jamsosratu terdiri dari 50-500 RTS peserta Jamsosratu
dengan susunan kepengurusan 1 orang Ketua, dan Sekretaris yang
dipilih secara musyawarah oleh peserta.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses
penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini, mengenai implementasi program
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
98
Peneliti menggunakan teori implementasi menurut S. Van Metter dan Carl Van
Horn. Teori tersebut memberikan gambaran atas strategi implementasi (dalam
Agustino, 2008:142), yaitu:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan;
2. Sumberdaya;
3. Karakteristik agen pelaksana;
4. Sikap/ kecenderungan (disposition) para pelaksana;
5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana; dan
6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Mengingat banwa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh berbentuk kata dan kalimat dari
hasil wawancara, observasi, serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Dalam
penelitian ini kata-kata dan tindakan orang yang di wawancara merupakan sumber
utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
menggunakan catatan tertulis. Berdasarkan teknik analisa data kualitatif, data-data
tersebut dianalisa selama penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka kemudian dilakukan ke
bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode-kode pada aspek-
aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam
menyusun jawaban penelitian penulis kode-kode, yaitu :
1. Kode Q untuk menunjukkan item pertanyaan;
2. Kode A untuk menunjukkan item jawaban;
99
3. Kode I.1, menunjukkan daftar informan dari Tim Pengendali
Jamsosratu Provinsi (TPJP) cq. Dinas Sosial Provinsi Banten;
4. Kode I.2, Tim Pengendali Jamsosratu Kab/ Kota (TPJK) Dinas
Sosial Kota Serang;
5. Kode I.3-1, menunjukkan daftar informan dari Pendamping
Jamsoratu Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen;
6. Kode I.3-2, menunjukkan daftar informan dari Pendamping
Jamsoratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen;
7. Kode I.4-1, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu 1
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen;
8. Kode I.4-2, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu 2
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen;
9. Kode I.4-3, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu
Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen;
10. Kode I.4-4, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu 1
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen;
11. Kode I.4-5, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu 2
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen;
12. Kode I.4-6, menunjukkan daftar informan dari RTS Jamsosratu 3
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen;
13. Kode I.5, menunjukkan daftar informan dari Kasi Kesejahteraan
Sosial Kecamatan Kasemen;
100
14. Kode I.6, Lembaga Swadaya Masyarakat JP3B (Jaringan Pemuda
Peduli Pembangunan Banten).
Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi
berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian di lapangan dengan
membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Analisa data yang akan
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kategori dengan beberapa
dimensi yang dianggap sesuai dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori
yang telah diuraikan sebelumnya.
4.2.2 Daftar Informan Penelitian
Pada penelitian mengenai Implementasi Program Jaminan sosial rakyat
Banten Bersatu (JAMSOSRATU), peneliti menggunakan teknik purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang memahami fokus penelitian.
Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key informan
dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama yang lebih
mengetahui situasi fokus penelitian, sedangkan secondary informan sebagai
informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi.
Informan dalam penelitian ini adalah semua pihak, baik aparatur pelaksana
kebijakan program dan pihak-pihak lain yang terlibat. Aparatur pelaksana sebagai
key informan adalah Tim Pengendali Jamsosratu Provinsis cq. Dinas Sosial
Provinsi Banten, Tim Pengendali jamsosratu Kab./ Kota (TPJK) Dinas Sosial
Kota Serang, Pendamping dan masyarakat.
101
Adapun sebagai secondary informan adalah Kasi Kesejahteraan Sosial
Kecamatan Kasemen dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Tabel 4.6
Daftar Informan
No Kode
Informan Kategori Informan
Jenis Kelamin/
Usia Keterangan
1. I1
Tim Pengendali Jamsosratu Provinsi
(TPJP) cq. Dinas Sosial Provinsi
Banten.
Perempuan/ 41th Key Informan
2. I2 Tim Pengendali Jamsosratu Kab./ Kota
(TPJK) Dinas Sosial Kota Serang. Laki-Laki/ 27
th Key Informan
3. I3-1 Pendamping Jamsoratu Kelurahan
Kasemen Kecamatan Kasemen. Laki-Laki/ 26
th Key Informan
4. I3-2 Pendamping Jamsoratu Kelurahan
Margaluyu Kecamatan Kasemen. Laki-Laki/ 25
th Key Informan
5. I4-1 RTS Jamsosratu 1 Kelurahan
Kasunyatan Kecamatan Kasemen Perempuan/ 55
th Key Informan
6. I4-2 RTS Jamsosratu 2 Kelurahan
Kasunyatan Kecamatan Kasemen Perempuan/ 45
th Key Informan
7. I4-3 RTS Jamsosratu 3 Kelurahan
Margaluyu Kecamatan Kasemen Perempuan/ 51
th Key Informan
8. I4-4 RTS Jamsosratu 4 Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen
Perempuan/
38th
Key Informan
9. I4-5 RTS Jamsosratu 5 Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen
Perempuan/
54th
Key Informan
10. I4-6 RTS Jamsosratu 6 Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen
Perempuan/
56th
Key Informan
11. I5 Kasi Kesejahteraan Sosial Kecamatan
Kasemen Laki-Laki/ 39
Secondary
Informan
12. I6 LSM JP3B (Jaringan Pemuda Peduli
Pembangunan Banten) Laki-Laki/ 31
Secondary
Informan
Sumber: Peneliti, 2016.
102
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu menggunakan teori implementasi menurut Van Metter dan Van
Horn (Agustino, 2008: 142).
Dalam teori Van Metter dan Van Horn, proses implementasi ini
merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang
pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi
kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai
variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan
publik.
4.3.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan tidak terlepas dari sebuah peraturan sebagai landasan
pelaksanaan kebijakan. Suatu implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dan
sesuai dengan sosio kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas
kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal dan terlalu
manis untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan
kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
103
Dalam implementasi Jamsoratu sendiri tidak semudah wacana pemerintah,
dimana pemerintah memiliki tujuan umum sebagai upaya untuk meningkatkan
kondisi kesejahteraan sosial bagi RTS, mengurangi angka dan memutus rantai
kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta berubahnya
perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan RTS di provinsi
Banten. Tentunya hal itu tidak mudah di wujudkan dalam waktu yang singkat.
Akan tetapi sejauh ini berjalannya program Jamsosratu tentunya sedikit membawa
perubahan terhadap kehidupan masyarakat.
Seperti tujuan untuk meningkatkan status Kesejahteraan Sosial serta daya
beli RTS, berdasarkan hasil wawancara dengan I1, menyebutkan sebagai berikut:
“Kalau dilihat dari data kemiskinan sih ada penurunan yah, yang artinya
berarti ada peningkatan kesejahteraan, berapa persennya kurang tau ya,
ada diberita waktu itu, bisa teteh cek ya. Ada penurunan terlihatlah sangat
signifikan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial
Provinsi banten).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sejauh ini program
jamsosratu sudah sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat,
karena dengan adanya bantuan Jamsosratu secara tidak langsung pemasukan
untuk RTS bertambah. Sama halnya dengan yang diungkapkan I2 sebagai berikut:
“Dengan adanya program jamsosratu kesejahteraan dan daya beli
masyarakat pasti meningkat, karena mereka jelas dapat bantuan masing-
masing RTS sebesar Rp. 750.000.- per triwulan, otomatis kebutuhan dasar
khususnya mereka sudah masing-masing ada sumber-sumbernya, misalkan
jamsosratu dari aspek pendidikan kesehatan di tujukan seperti itu, mereka
juga selain dapat program jamsosratu juga dapat program-program
bantuan lain”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16
Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka dapat disimpulkan bahwa memang program Jamsosratu ini sudah
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh I4-1,
104
“Allhamdulillah cukup ngebantu, buat nambah-nambah biaya sehari-hari”
(Wawancara dengan RTS Jamsosratu 1 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-1).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Nya allhamdulillah ngabantu kangge meser seragam sakola sareng
nyukupan kabutuhan sahari-hari, da rumah geh bedah rumah abdi mah
neng”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kelurahan Margaluyu
Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Berdasarkan wawancara diatas beliau mengungkapkan bahwa jamsosratu
cukup membantu dalam pemenuhan kebutuhannya. Begitu pula yang diungkapkan
oleh I4-4 sebagai berikut:
“Ya.. untuk anak sekolah yah, allhamdulillah buat tambah-tambah, buat
beli sepatunya kalau udah jebol, beli tasnya kalau sudah robek, buat LKS
dan keperluan sekolah lainnya”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu 1
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-
4).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa sejauh ini
dengan adanya program Jamsosratu sudah cukup membantu kebutuhan RTS.
Akan tetapi manfaat tersebut tidak semua dirasakan oleh RTS, karena
program Jamsosratu ini tidak seperti program PKH dimana bantuannya di
sesuaikan dengan jumlah anak sekolah per RTS, sedangkan Jamsosratu per RTS
dan tidak menghitung berapa banyak jumlah anak yang sekolah, sehingga manfaat
yang di rasakan oleh RTS berbeda. Uang sebesar Rp. 750.000,- per triwulannya
akan sangat bermanfaat untuk RTS yang hanya memiliki anak sekolah 1 atau 2
anak saja, beda dengan RTS yang memiliki anak lebih dari itu. Seperti yang
dirasakan oleh I4-5 yang memiliki anak sekolah sebanyak 5, beliau
mengungkapkan:
105
“Gak yaa, gak cukup.. Kemarin kan datang lagi LKS, SD juga kan harus
beli, paling ya uangnya buat memenuhi kebutuhan yang kecil-kecil dulu.
Makanya saya nyuci buat nambah-nambah”. (Wawancara dengan RTS 2
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-
5).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
RTS benar-benar merasakan manfaat dari program Jamsosratu, tergantung jumlah
anak sekolah yang mereka punya, semakin banyak anak sekolah per RTS semakin
banyak beban yang harus di tanggung, dan bantuan Jamsosratu hanya sedikit
mengurangi beban mereka. Begitupun sebaliknya untuk RTS yang hanya
memiliki satu atau dua anak sekolah mungkin bantuan Jamsosratu sangat
dirasakan manfaatnya untuk mengurangi beban mereka. Sehingga upaya
pemerintah untuk meningkatkan status kesejahteraan serta daya beli RTS belum
tercapai seluruhnya. Meskipun daya beli RTS sudah pasti meningkat, akan tetapi
untuk tingkat kesejahteraannya belum tercapai, karena masih ada RTS yang masih
merasakan kekurangan dan harus masih kerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Selain itu, Jamsosratu juga memiliki tujuan terpenuhinya kebutuhan dasar
pangan, sandang, dan papan RTS. Untuk mengetahui apakah tujuan ini sudah
tercapai atau belum, peneliti mulai melakukan wawancara dengan I1 sebagai
berikut:
“Tentunya membaik yah, karena kan bantuan Jamsosratu ini memberikan
bantuan berupa uang sebesar Rp. 750.000,- per triwulan, dan juga ada
uang jaminan buat kepala keluarganya yang sebagai pencari nafkah,
sehingga mereka bisa memanfaatkan uang tersebut untuk kebutuhan
apapun, dan juga untuk pencari nafkah bisa lebih fokus bekerja karena
mereka punya jaminan kecelakaan kerja”. (Wawancara dengan TPJP, 19
April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
106
Hal senada juga di ungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti meningkat, harus. Jangan sampai sudah dapat proram jamsosratu,
sandang pangan dan papan nya tidak terpenuhi, berarti ada maslah dalam
RTS nya, karena kan semua kebutuhan dasarnya sudah di jamin, dari
kesehatannya, ekonomi dan pendidikan anaknya. Di tambah lagi mereka ini
kan dapat bantuan lainnya seperti KKS, raskin, anaknya dapat BSM,
keluarganya masing-masing individu dapat jaminan kesehatan. Jadi
terbantu juga dengan program yang lain”. (Wawancara dengan TPJK Dinas
Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
program Jamsosratu, seharusnya kebutuhan sandang, pangan dan papan RTS
sudah terpenuhi.
Maka agar peneliti dapat jawaban yang pasti, peneliti juga melakukan
wawancara langsung dengan I4-4 sebagi berikut:
“Allhamdulillah sih teh ya, kalau buat saya uang dari Jamsosratu ini
membantu, karena selain untuk kebutuhan sekolah anak saya, terkadang
saya pakai juga buat beli kebutuhan lainnya, kaya beli beras”. (Wawancara
dengan RTS 1 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016,
di Kediaman I4-4).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-2 sebagai berikut:
“Uangnya buat beli baju seragam, biasa buat apa aja namanya juga
keluarga, buat makan sehari-hari, sambilan”. (Wawancara dengan RTS 2
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-
2).
Berdasarkan wawancara dengan kedua penerima Jamsosratu diatas, dapat
disimpulkan bahwa bantuan Jamsosratu sudah bisa membantu untuk memenuhi
kebutuha sehari-hari RTS.
Maka untuk lebih memastikan lagi, peneliti melakukan wawancara dengan
I4-3. Beliau mengungkapkan.
“Uangnya pake belanja sehari hari, bapak kan buruh kadang dapet kadang
gak cukup ngebantu, kadang gak punya beras ya buat beli beras uangnya”.
107
(Wawancara dengan RTS Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 15
Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Namun pernyataan diatas bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan
oleh I4-5. Sebagai berikut:
“Uangnya cuma cukup buat bayar sekolah anak-anak aja neng, itu aja
masih kurang”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-5).
Maka berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, tujuan
program Jamsosratu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan RTS
sudah tercapai sebagian, karena mayoritas RTS dapat menggunakan uang tersebut
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, meskipun masih ada yang belum
terbantu oleh uang dari program Jamsosratu tersebut.
Selain tujuan tersebut, Jamsosratu juga memiliki tujuan meningkatkan taraf
pendidikan anak-anak RTS. Tujuan ini tentunya tidak bisa dilihat hasilnya dengan
waktu yang singkat, perlu beberapa tahun untuk melihat apakah taraf pendidikan
RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu. Akan tetap memang RTS
juga diwajibkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang sudah ditetapkan
yaitu anaknya yang sekolah tingkat kehadirannya tidak boleh kurang dari 85%,
sehingga pasti akan jadi tuntutan untuk RTS juga untuk lebih memperhatikan
pendidikan anaknya lagi. Seperti hal nya yang diungkapkan oleh I1 sebagai
berikut:
“Pastinya yah teh, karena tentunya program ini berpengaruh meskipun
hanya sedikit. Karena disini kan RTS memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi, dimana anak-anak mereka yang sekolah tingkat kehadirannya
tidak boleh kurang dari 85%, karena nanti akan dapat sanksi berupa
potongan premi jika tidak memenuhi syarat yang tadi. Maka pasti itu akan
jadi tuntutan mereka juga untuk tidak membiarkan anaknya tidak
sekolah”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinasi Sosial
Provinsi Banten).
108
Hal senada juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti yah, soalnya kan memang ada kewajiban RTS untuk lebih
memeperhatikan anak-anak sekolahnya agar tingkat kehadirannya tidak
kurang dari persyaratan yang sudah di tentukan, selain itu kan ada
pengawasan juga yang dilakukan oleh pendamping”. (Wawancara dengan
TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota
Serang).
Maka dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan, bahwa dengan adanya
kewajiban RTS untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan seperti
kehadiran anak sekolahnya tidak boleh kurang dari 85%, serta adanya pengawasan
dari pendamping, maka seharusnya taraf pendidikan anak-anak RTS meningkat.
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan I4-6, agar
mendapatkan jawaban yang pasti. Sebagai berikut:
“Iya kan suruhnya gitu ya, anaknya gak boleh bolos katanya, kalau gak
nanti dipotong bantuannya”. (Wawancara dengan RTS 3 Kelurahan
Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-6).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-2 sebagai berikut:
“Kan suka di cek gitu ke sekolah, diperiksa daftar hadir anaknya, kalau
kurang katanya bantuannya di potong, jadi anaknya gak boleh bolos
sekolahnya”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-2).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Kan dari awalnya udah dikasih tau sama pendampingya, kalau anaknya
gak boleh bolos, soalnya nanti ada pemotongan katanya, terus nanti di cek
juga ke sekolahnya”. (Wawancara dengan RTS Kelurahan Margaluyu
Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya kewajiban RTS untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan
seperti kehadiran sekolah anaknya tidak boleh kurang dari 85% menjadi tuntutan
109
tersendiri bagi RTS untuk memperhatikan sekolah anak-anaknya lagi, serta adanya
pengawasan dari pendamping yang juga berpengaruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika RTS terus memperhatikan sekolah anak-
anaknya makan taraf pendidikan anak RTS akan meningkat, karena sebagai
motivasi juga agar bantuan mereka tidak dipotong.
Selain itu, Jamsosratu juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi
ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS. Maka untuk mengetahui apakah tujuan
tersebut sudah tercapai atau tidak, peneliti mulai wawancara dengan I1. Beliau
mengungkapkan:
“Sama kaya jawaban sebelumnya ya teh, disini kan ada kewajiban
penerima Jamsosratu yah, memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak balita,
ibu menyusui itu minimal 4 kali ke pos pelayanan posyandu maupun
puskesmas, dan faskes lainnya. Karena kita juga kerjasama dengan para
pemberi layanan disana, jadi kelihatan disitu seberapa sering si penerima
itu melakukan pemeriksaan. Kan nanti ada pemotongan kalau misalkan
tidak memenuhi persyaratan, jadi uang bantuan sebesar Rp. 2.250000,- itu
tidak full kalau hasil verifikasi persyaratannya tidak memenuhi seperti
pendidikan dan kesehatannya 85% minimal 4 kali selama tahun ajaran
berlangsung. Jadi pasti ada peningkatan”. (Wawancara dengan TPJP, 19
April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga diungkapkan oleh I2 yang mengatakan bahwa Jelas
meningkat, karena di jamsosratu ada pengawasan di masing-masing pendamping,
karena ada hak dan kewajiban. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota
Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa
memang memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak balita maupun ibu nifas sudah
menjadi kewajiban bagi RTS, karena jika tidak mereka mendapatkan potongan
dalam menerima bantuannya. Dan hal itu menjadi motivasi tersendiri untuk RTS-
110
RTS Jamsosratu yang memiliki anak balita. Seperti yang diungkapkan oleh I4-4
yang memiliki anak balita, menungkapkan:
“Iya kan kata pendampingnya selain anaknya gak boleh bolos juga, karena
saya kan punya bayi juga, jadi katanya harus sering periksa ke posyandu,
nanti ada pengecekan lagi sama pendampingya”. (Wawancara dengan RTS
1 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 januari 2016, di Kediaman
I4-4).
Hal senada juga diungkakan oleh yang juga memiliki balita, sebagai berikut:
“Iya kalau udah waktunya periksa saya suka ke posyandu, kaya kemarin kan
dede nya baru di timbang sama dikasih vitamin, soalnya suruh
pendampingnya gitu”. (Wawancara dengan RTS 1 Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-2).
Maka berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan, bahwa
memeriksakan kesehatan sudah menjadi kewajiban bagi RTS. Sehingga hal itu
berpengaruh terhadap pencapaian dari tujuan meningkatkan kesehatan ibu hamil,
ibu nifas dan anak balita RTS yang sudah pasti meningkat.
Pencapaian ini pun berkaitan dengan salah satu tujuan dari program
Jamsosratu yaitu meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan. Dengan adanya kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh RTS, seperti kehadiran anak sekolahnya tidak boleh kurang dari 85% dan
tidak boleh kurang dari 4 kali pemeriksaan kesehatan dalam setahun untuk ibu
hamil, ibu nifas, dan RTS yang memilki balita. Hal ini dikarenaka jika tidak
memenuhi syarat kedua tersebut, maka bantuan akan dipotong, sehingga hal ini
juga menjadikan motivasi untuk RTS. Hal ini juga diungkapkan oleh I1 sebagai
berikut:
“Tentu, karena ya seperti jawaban sebelumnya tadi, sudah menjadi
kewajiban mereka untuk mengakses pelayanan pendidikan maupun
kesehatan. Karena ada hak ada kewajiban. Hak mereka menerima bantuan,
111
kewajibannya ya itu tadi”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di
Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti meningkat yah, karena itu kan kewajiban RTS, dan menjadi motivasi
RTS juga agak tidak mendapatkan potongan”. (Wawancara dengan TPJK
Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka dapat disimpulkan bahwa aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap
pelayanan pendidikan dan kesehatan meningkat. Hal ini juga bisa dilihat dari data
saat pendamping melakukan verifikasi. Seperti yang diungkapkan oleh I3-2 sebagai
berikut:
“Sejauh ini RTS yang saya dampingi selalu memenuhi syarat yah saat
verifikasi, anaknya bisa lihat tingkat kehadirannya bagus”. (Wawancara
dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen,
27 April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I3-1 sebagai berikut:
“Sampai sekarang sih belum ada RTS yang dapat potongan bantuannya,
soalnya saat verifikasi datanya selalu memenuhi persyaratan”. (Wawancara
dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen,
20 April 2016, di Kediaman I3-1).
Maka berdasarkan wawancara dengan para pendamping, dapat disimpulkan
bahwa aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan dan
kesehatan meningkat.
Selain itu program jamsosratu juga memiliki tujuan dengan adanya program
Jamsosratu RTS punya perlindungan dan jaminan bagi penafkahnya notabene
bekerja pada sektor informal. Hal ini tentunya memang sudah termasuk kepada
bantuan Jamsosratu itu sendiri, dimana selain mendapatkan Bantuan Tunai Sosial
Bersyarat (BSTB), RTS juga mendapatkan bentuk jaminan sosial yaitu Santunan
Kesejahteraan Sosial (Sankesos) yang bersifat santunan namun dapat memberi
112
social secure feeling pada RTS, karena memberi jaminan sosial bagi penafkah
RTS yang notabene bekerja di sektor informal, apabila mengalami musibah
kecelakaan, sakit, cacat maupun meninggal dunia. Hal ini juga diungkapkan oleh
I1 sebagai berikut:
“Oh iya.. karena Jamsosratu itu kan selain memberikan uang Rp.
2.250.000,- per tahunnya, juga ada jaminan kecelakan kerja untuk pencari
nafkahnya, notabene nya yang bekerja di sektor informal”. (Wawancara
dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Maka tentunya dengan adanya Sankesos tersebut, pencari nafkah RTS dapat
lebih fokus bekerja tanpa memikirkan hal-hal yang lain. Seperti yang diungkapkan
oleh 12 sebagai berikut:
“Itu kan sudah termasuk didalam program jamsosratu ini yah, jadi sudah
pasti ada jaminan kecelakaan kerja untuk Penafkah. Sehingga penafkah bisa
focus bekerja tanpa memikirkan hal-hal lain” (Wawancara dengan TPJK
Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
jamsosratu untuk memberikan perlindungan dan jaminan bagi yang penafkahnya
sudah pasti tercapai karena sudah termasuk dalam program Jamsosratu itu sendiri.
Selain itu, Jamsosratu juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kemampuan RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak melalui investasi
dalam bentuk tabungan. Dalam hal ini, Jamsosratu telah mewajibkan kepada RTS
agar bersedia menabung, yang besaranya menurut buku Petunjuk Teknis
Jamsosratu (Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu) Provinsi Banten Tahun 2015
yaitu sebesar Rp. 10.000,- setiap bulannya pada rekening takesos masing-masing
RTS. Dan kewajiban itu dibuktikan dengan tanda bukti setoran takesos pada PT.
POS. Baru diperkenankan untuk dilakukan pengambilan setelah minimal 10 bulan
113
terbilang sejak dibukanya rekening atas nama RTS. Dan untuk pengambilan uang
tunai oleh RTS sebesar 30% dari jumlah total tabungan. Hal itu bukan
dimaksudkan sebagai pembatasan saldo minimal namun untuk memberikan
edukasi mengenai pentingnya tabungan. Hal ini juga dibenarkan oleh I1,
mengungkapan:
“Kalau itu pasti ya teh, soalnya kan itu merupakan salah satu kewajiban
mereka untuk menabung per bulannya yaitu Rp. 10.000,-“. (Wawancara
dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang memiliki
tabungan diwajibkan untuk RTS jamsosratu per bulannya, karena hal itu sudah
tertuang didalam Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 16 Tahun 2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi
Banten yang sudah diperbaharui sebelumnya.
Akan tetapi peneliti menemukan hal yang berbeda dilapangan, dimana RTS
tidak memiliki tabungan seperti halnya yang diwajibkan diatas. Seperti yang
diungkapkan I4-2 sebagai berikut:
“Boro-boro buat nabung nong, uangnya pas-pasan aja buat beli kebutuahn
sehari-hari, jadi ya gak bisa nabung”. (Wawancara dengan RTS 2
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-
2).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa RTS tidak
memiliki tabungan. Dan RTS juga tidak tahu adanya kewajiban untuk menabung.
Seperti yang diungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Kalau sisa di tabung, kalau gak mah ya gak nabung, di sekolahan tapi
nabungnya”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kelurahan Margaluyu
Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
114
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, RTS tidak
mengetahui adanya kewajiban menabung seperti yang di bahas di buku Juknis
Jamsosratu. Karena RTS menabung disekolah, serta tergantung ada tidaknya sisa
uang, tidak menabung khusus ke rekening yang diwajibkan perbulannya. Dapat
disimpulkan bahwa ketentuan untuk mewajibkan RTS menabung per bulannya
tidak terlaksana dilapangan.
Selain tujuan yang sudah dibahas diatas, jamsosratu juga memiliki tujuan
untuk membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti
kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan
pendampingan. Dimana dalam hal ini pendamping memang mempunyai tugas
untuk selalu memberikan motivasi kepada RTS-RTS Jamsosratu. Seperti yang
diungkapkan oleh I1:
“Oiya teh pastinya yah, soalnya kan itu gunanya pendamping dan kenapa
harus di bentuk kelompok-kelompok RTS. Memang dibentuk agar tercipta
seperti itu, juga untuk pendamping memang sudah kewajibanya untuk selalu
memberikan motivasi dan masukan kepada RTS”. (Wawancara dengan
TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa peran pendamping dalam hal ini
sangat dibutuhkan, dimana pendamping bukan hanya sekedar mendampingi RTS
saja, tapi juga memberikan motivasi dan masukan maupun arahan kepada RTS,
agar RTS mempunyai kepercayaan untuk bisa lebih baik dalam kehidupannya.
Seperti yang diungkapkan oleh I2:
“Jelas, melalui pembentukan kelompok itu, bisa tercipta gotongroyong
maupun saling membantu antar RTS, karena terjalin sillaturahmi dalam
satu kelompok tersebut yang menjadikan komunikasi yang baik antar RTS”.
(Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas
Sosial Provinsi Banten).
115
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membangun
dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan,
dan kegotongroyongan bisa terwujud melalui kelompok dan pendampingan.
Peneliti juga memasukan informan LSM sebagai sosial kontrol untuk
mendapatkan pandangan dari segi yang berbeda mengenai tujuan dari Jamsosratu
berikut ungkapan dari I6:
“Kalau tujuan itu kan sudah di amanat kan di pergub itu yah, mudah-
mudahan ya tercapai, dengan Banten mendapatkan penghargaan dari
kementerian sosial, itu kan salah satu indikator bahwa program itu berjalan
dengan baik, bahwa setiap tahun pemerintah Provinsi Banten
menganggarkan anggaran APBD untuk kegiatan itu, artinya kegiatan itu
memberikan dampak positif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat”.
(Wawancara dengan LSM JP3B, 14 Juni 2016, di Sekretariat LSM JP3B).
Selain tujuan-tujuan program jamsosratu yang sudah tertuang dalam Pergub
tentang petunjuk teknis Jamsosratu, juga tertuang mengenai proses/ mekanisme
pencairan, yang dimana RTS langsung ke Pos terdekat untuk pencairan dana
bantuan. Hal ini tentunya sudah dipertimbangkan oleh pemerintah kenapa harus
melalu PT. Pos. Seperti yang diungkapkan oleh I1 bahwa relatif aman ketika ada
lembaga yang tugasnya dibidang penyaluran, seperti kantor pos. Selain itu
diharapkan penerima menerima haknya sesuai, karena yang menerima langsung
mereka, tidak melalui beberapa orang. Juga meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan, meskipun mungkin ada wilayah yang cukup jauh dari kantor Pos, tapi
kenapa di pilih kantor pos pilosopinya seperti itu, tidak semua lembaga keuangan
masuk kepelosok daerah hanya kantor Pos saja, jadi akses mereka untuk nerima
bantuan itu lebih mudah. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas
Sosial Provinsi Banten).
116
Dari penjelasan diatas memang tujuan permerintah kenapa memilih Pos
sebagai penyalur bantuan memang sudah baik, akan tetapi hal ini juga
menyulitkan RTS. Karena untuk RTS kecamatan kasemen sendiri harus
mencairkan dana bantuannya ke Pos Serang dekat alun-alun yang jaraknya cukup
jauh. Sehingga butuh kendaraan dan biaya. Seperti yang diungkapkan oleh I4-6:
“Paling naik angkot teh yah, rombongan sama yang lain. Itu juga kadang
bayarnya belakangan soalnya saya kadang gak punya uang buat ongkos”.
(Wawancara dengan RTS 3 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21
Januari 2016, di Kediaman I4-6 ).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-1:
“Pake angkot bareng yang lain, soalnya kalau sendiri ongkosnya kan lebih
mahal, kalau banyakan kan di carter”. (Wawancara dengan RTS 1
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-
1).
Selain akses yang jauh dalam pencairan, RTS juga disulitkan karena
pengambilan dana bantuan tidak boleh di wakilkan, meskipun di wakilkan butuh
persyaratan yang cukup ribet, dan itupun harus jadi pilihan terakhir. Seperti yang
diungkapkan I4-2:
“Kan gak boleh di wakilkan ya teh, jadi kemarin juga saya ngambil uang ke
Pos bawa si dede bayi sambil keujanan”. (Wawancara dengan RTS 2
Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-
2).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Gak boleh diwakilin katanya teh, jadi harus saya aja yang ngambil
soalnya kalau diwakilin harus ngurus-ngurus persyaratannya ke
kelurahan”. (Wawancara dengan RTS Kelurahan Margaluyu Kecamatan
Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
117
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa proses pencairan
menyulitkan RTS, meskipun memang tujuan nya sudah baik agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
Dari hasil paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran dan tujuan
kebijakan program jamsosratu sudah realistis, melihat terealisasinya program
jamsosratu di level masyarakat. Serta tercapainya sebagain besar tujuan-tujuan
dari adanya program Jamsosratu, meskipun masih ada tujuan yang belum tercapai
dalam pelaksanaannya. Namaun secara umum sudah berjalan dengan baik.
4.3.2 Sumberdaya
Sumberdaya sangat berperan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan.
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia
(human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resources).
Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi karena sebagai implementor suatu kebijakan
tersebut. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut
adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang
diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi ketika
kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu nihil, maka kinerja
kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.
Akan tetapi selain sumberdaya manusia, sumber-sumberdaya lain yang
perlu diperhitungkan juga seperti sumberdaya financial. Karena, mau tidak mau,
ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan
118
kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan
pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.
Karena itu sumberdaya yang diminta dan dimaksud oleh Van Metter dan Van
Horn adalah kedua bentuk sumber daya tersebut. Maka bila dilihat dari
sumberdaya yang dimaksud tersebut, dalam pelaksanaan program Jamsosratu di
Kecamatan Kasemen Kota Serang kedua bentuk sumberdaya tersebut sangat
berpengaruh.
Yang pertama adalah sumberdaya manusia, dalam proses pelaksanaan
program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang unsur sumberdaya
manusia yang paling berperan adalah pendamping, karena pendamping berperan
penting sebagai pengawasan, verifikasi dan mendampingi para penerima manfaat
dalam memenuhi komitmennya. Pendamping Jamsosratu dipilih diluar dari staff
pemerintahan, dimana orang-orangnya murni masyarakat yang melalui tahapan
rekruitmen dan kualifikasi pendidikannya diutamakan Sarjana (S1). Hal ini sudah
diatur dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1 bahwa rekruitmen pendamping
setiap tahun ketika ada penambahan perluasan penerima/ penambahan kuota, dan
memerlukan pendamping yang lebih banyak. Dimana proses rekruitmennya,
pertama menyampaikan ke dinas kabupaten/ kota, lamaran melalui kabupaten/
kota, di rekap dan di masukan ke Dinas Sosial provinsi. Terus di rekap, setelah itu
baru di verifikasi layak tidaknya, misal min- D3, diutamakan untuk operator dari
background komunikasi atau komputer imformatika, pendamping diutamakan dari
119
sosial min- D3. Untuk usia tidak lebih dari 40 tahun. Setelah di verifikasi baru di
tetapkan calon yang layak, setelah itu seleski berupa ujian tertulis dan interview.
(Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal ini senada juga dengan pernyataan I2 yang menyatakan bahwa
rekrutmen Pendamping baru dilakukan oleh dinas sosial provinsi jika ada
penambahan kuota penerima Jamsosratu. (Wawancara dengam TPJK Dinas Sosial
Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka dari hasil wawancara diatas bisa dilihat bahwa dalam perekrutan
pendamping di sesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. Akan tetapi
kenyataannya dilapangan para pendamping merasa kuota RTS Jamsosratu yang
mereka dampingi melibihi kuota yang seharusnya, yaitu 100-200 RTS, seperti
halnya yang dinyatakan oleh I3-2 sebagai berikut:
“Saya untuk 2015 pegang 235 RTS”. (Wawancara dengan Pendamping
Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27 April 2016, di
SD Negeri Kasemen).
Berdasarkan hasil wawancara diatas melihat beban pendamping yang
melebihi batas maksimal maka peneilit melihat data yang di dapat saat dilapangan
sebagai berikut:
120
Tabel 4.7
Data Pendamping dan Jumlah RTS Dampingannya
Ade Maulana
KASEMEN
Margaluyu 235
Gemala Citra Banten 177
Dedi Sunardi Sawah Luhur 217
Haryadi Warung Jaud 237
Akhmad Khuzairi Kasemen 167
Husni Mubarak Bendung 61
Mesjid Priyayi 99
Jamhadi Kilasah 156
Kholista Ayadilanopa Terumbu 165
Rizky Fahrul Firdaus Kasunyatan 104
Kasemen Total 1618
Sumber: Operator Jamsosratu Kota Serang, 2016.
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa memang terdapat beberapa pendamping
yang jumlah RTS nya melebihi batas maksimal, tapi disisi lain juga ada beberapa
pendamping yang jumlah RTS nya sangat sedikit. Maka perlu adanya pembagian
jumlah RTS yang merata setiap pendamping, agar kuota yang di dampingi setiap
pendamping tidak melebihi batas maksimal, karena tugas pendamping cukup berat
dilapangan.
Selain pendamping ada juga operator sebagai pelaksana teknis dalam proses
pengolahan database peserta jamsosratu. Operator berada pada tingkat provinsi
maupun kabupaten/ Kota. Seperti yang di katakana I1 sebagai berikut:
“Ada bagian yang mengurus masalah data, yaitu operator tingkat provinsi
mupun kabupaten/ kota”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di
Dinas Sosial Provinsi banten).
Dalam hal ini, untuk operator sudah memenuhi. Karena setiap kabupaten/
kota mempunya satu operator, dan beda lagi untuk tingkat provinsi yang memiliki
dua operator.
121
Kedua adalah sumberdaya finansial, terkait sumberdaya finansial tidak
terlepas dari anggaran APBD. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Banten Nomor
16 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu di Provinsi Banten, pelaksanaan Jamsosratu dianggarkan dalam APBD
provinsi Banten Tahun Anggaran 2015.
Seperti yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Anggarannya sendiri kan di ambil dari APBD. Untuk bantuanya sendiri 3
tahap setiap tahapnya Rp. 750.000,- per triwulan setaip RTS, jadi total kali
3 jadi Rp,- 2.250.000,- per RTS. Kalau untuk tahun kemarin 49.000 RTS x
Rp. 2.250.000,- = Rp. 110.250.000.000,- untuk tahun 2015, itu untuk dana
bantuannya sendiri. Tapi disamping itu ada dana dampingan juga, jadi ada
honor pendamping dan operasional pendamping, ada juga operator. Cuma
untuk bantuannya karna disesuaikan dengan jumlah RTS, pendamping yang
tiap tahun pasti bertambah”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di
Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal ini juga di ungkapkan oleh I2, yang mengatakan bahwa untuk anggaran
Jamsosratu semua dari provinsi yaitu dari APBD. (Wawancara dengan TPJK
Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Berdasarkan wawancara diatas bisa dilihat bahwa pelaksanaan Jamsosratu
memang sudah dipersiapkan dan direncanakan dalam segi anggarannya, yaitu
jelas dianggarkan dalam APBD, termasuk biaya honor untuk para pendamping
maupun operator di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. dan jumlahnya pun
per tahun selalu meningkat disesuaikan jumlah kuota RTS yang selalu di tambah
dan diperluas.
Begitu juga menurut pernyataan I6 yang mengatakan bahwa sumberdaya
Jamsosratu sudah diperisapkan baik dari pelaksana maupun anggarannya.
(Wawancara dengan LSM JP3B, 14 Juni 2016, di Sekretariat JP3B).
122
Berdasarkan dari kedua sumberdaya tersebut diatas saling berkaitan antara
sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu. Sumberdaya
manusia dalam pelaksanaan Jamsosratu di Kecamatan Kasemen ini tidak
meratanya dalam pembagian jumlah RTS dalam hal pendamping, dimana ada
beberapa pendamping melebihi batas maksimal dalam mendampingi RTS,
sehingga pada waktu-waktu tertentu mereka keteteran dalam melaksanakan
tugasnya yang cukup berat dimana dalam hal ini pendamping harus mengawasi,
memverifikasi/ validasi penerima Jamsosratu. Sedangkan dalam sumberdaya
finansial sangat berkaitan dengan sumberdaya waktu. Dimana dalam pelaksanaan
Jamsosratu pada awal tahun 2013 hanya di laksanakan di 2 kabupaten/ kota yaitu
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, karena program Jamsosratu
memang di laksanakan bertahap dan juga dikarenakan keterbatasan APBD,
sehingga tidak bisa langsung dilaksanakan menyeluruh. maka butuh waktu yang
panjang dalam mencapai target Jamsosratu.
Maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya program Jamsosratu baik
sumberdaya manusia, financial, maupun waktu secara keseluruhan sudah baik,
meskipun dalam hal pembagian RTS setiap pendamping tidak merata, sehingga
sumberdaya manusia yang ada tidak bisa di manfaatkan secara maksimal, karena
masih ada beberapa pendamping yang merasa bebannya lebih besar dengan
pendamping yang lain.
123
4.3.3 Karakteristik Agen Pelaksana
Agen Pelaksana ikut menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
sebuah implementasi. Dalam salah satu indikator teori Van Metter dan Van Horn
ini pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat
penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.
Misalnya, implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk merubah perilaku
atau tindaklaku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah
berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila
kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat
saja agen pelaksana yang diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada
gambaran yang pertama.
Dilihat dari pengertian di atas bahwa untuk mewujudkan tujuan umum dari
program Jamsosratu yaitu, meningkatkan kondisi kesejahteraan sosial bagi RTS,
mengurangi angka dan memtus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, serta berubahnya perilaku yang kurang mendukung
peningkatan kesejahteraan RTS di provinsi banten bukanlah hal yang mudah,
karena program jamsosratu itu merupakan sinergitas program pusat dan daerah
yang di danai APBD dan melibatkan instansi terkait, dengan tugas masing-
masing, seperti dinsos selain sebagai leading sector juga sebagai tim pengendali
jamsosratu provinsi. Maka dengan demikian perlu adanya dukungan dari berbagai
124
pihak terkait, maupun dari segi koordinasi ataupun komunikasi. Seperti yang
diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Hambatannya sih sejauh ini, seperti mengenai koordinasi antar lembaga
terkait yang harus lebih diperbaiki, dan mungkin untuk dilapangan agar
pihak-pihak seperti sekolah dan posyandu atau faskes lainnya agar tidak
mempersulit pendamping dalam hal memberikan data di saat validasi data,
karena kami sering mendapatkan keluhan dari pendamping mengenai
kesulitan dilapangan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 april 2016, di Dinas
Sosial Kota Serang).
Seperti hal nya yang diungkapkan oleh I3-1, sebagai berikut:
“Hambatannya dilapangan terkadang ada pihak sekolah yang susah untuk
di minta tanda tangan sebagai bukti kami sudah validasi data ke sekolah
itu, selain itu banyaknya komplen dari masyarakat yang tidak mendapatkan
bantuan ingin dapet juga”. (Wawancara dengan Pendamping Jamosratu
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 april 2016, di Kediaman I3-1).
Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa selain koordinasi, yang
menjadi hambatan dalam implementasi program jaminan sosial rakyat banten
bersatu, di Kecamatan Kasemen perlu adanya dukungan yang lebih dari pihak-
pihak terkait seperti sekolah, posyandu atau faskes lainnya dalam mendukung
pendamping melaksanakan tugasnya, selain itu banyaknya masyarakat yang
cemburu sosial dimana mereka yang tidak dapat bantuan ingin mendapatkan
bantuan juga.
Dalam hal ini peneliti melihat bahwa sosialisasi bukan masalah yang di
prioritaskan, kurangnya sosialisasi menyebabkan terjadinya cemburu sosial di
masyarakat, karena mereka tidak tahu bantuan Jamsosratu itu seperti apa. Seperti
yang pernyataan dari I1 bahwa sosialisasi bukan hanya tanggung jawab dinsos
provinsi saja, tapi dinas sosial Kab/ Kota juga seharusnya melakukan sosialisasi,
karena ini untuk keseluruhan, maka diperlukan koordinasi yang bagus. Serta
125
tingkat kepedulian kab/ kota nya untuk mendukung berjalannya Program
Jamsosratu. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi
Banten).
Berdasarakan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas
sosialisasi adalah tugas semua pihak yang terkait terutama untuk kabupaten/ kota
juga harus mengadakan program yang mendukung berjalannya program
Jamsosratu ini seperti sosialisasi tingkat kab/ kota, pembinaan maupun kegiatan
lainnya. Seperti hal nya yang di ungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Satu tahun anggaran itu ada beberapa macam kegiatan, Sosialisasi dan
pemantaun kelapangan juga. Sosialisasi juga harusnya dilakukan oleh
pihak pendamping dilapangan yang terjun langsung ke masyarakat”.
(Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di
Dinas Sosial Kota Serang).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang sosialisasi
yang paling harus di lakukan yaitu oleh pendamping kepada masyarakat yang
tidak memahami program Jamsosratu. Karena itu lah salah satu tugas penting
pendamping bagimana memberikan penjelasan kepada masyarakat yang komplen
atupun cemburu sosial. Seperti yang diungkapkan oleh I3-2 yang mengungkapkan
bahwa sosialisasi dilakukan kemasyarakat seandainya ada masyarakat yang
komplen saja. (Wawancara Dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan
Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27 April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Hal ini juga diungkapkan oleh I3-1 sebagai berikut:
“paling pendekatan saja dengan masyarakat yang komplen, diajak ngobrol
dan diberikan penjelasan dam pemahaman mengenai Jamsosratu itu
126
sendiri”. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen, 20 April 2016, di Kediaman I3-1).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi kepada
masyarakat hanya dilakukan oleh pendamping itu juga hanya kepada masyarakat
yang komplen langsung kepada pendamping tidak ada sosialisasi khusus yang
memang diadakan untuk masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa program
jamsosratu masih dikenal di level SKPD saja, belum di kalangan masyarakat. Hal
ini dikarenakan lebih kepada lemahnya sosialisasi, terutama di tingkat kecamatan
atau kelurahan.
Dalam menganalisis dimensi karakteristik agen pelaksanana, cakupan atau
luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak
menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan,
maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
Dalam pelaksanaan Program Jamsosratu, agen pelaksananya yaitu
pendamping sudah sesuai dengan luas cakupan kebijakannya. Sebagaimana yang
disampaikan oleh I1 sebagai berikut:
“Kalau jamsosratu relatif sesuai ya, tinggal keterampilan pendamping,
kemampuan mereka di maksimalkan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April
2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Dari hasil wawancara di atas peneliti mengkonfirmasi kepada salah satu
informan, yaitu kepada I3-2, beliau mengungkapkan:
“Saya untuk tahun 2015 pegang 235 RTS”. (Wawancara dengan
Pendamping Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27
April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
kesesuaian luas cakupan masih belum sesuai, masih ada pendamping yang
127
melebihi batas maksimal jumlah RTS yang seharusnya di dampingin yaitu 100-
200 RTS. Sehingga perlu adanya evaluasi dalam hal pembagian RTS per
pendamping agar tidak ada pendamping yang merasakan bebannya lebih berat
dibandingkan yang lain.
Maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik agen
pelaksana dari program jamsosratu belum terlaksana dengan baik. Dimana masih
ada nya hambatan dilapangan seperti kurangnya dukungan dari pihak terkait
seperti pihak sekolah saat pendamping melakukan verifikasi, hal itu juga
dikarenakan koordinasi yang masih kurang dari pendamping dengan pihak
sekolah.
4.3.4 Sikap/Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana
Keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik akan
ditentukan dengan sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana. Maka
dari itu sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan
yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah
kebijakan ”dari atas” (Top Down) yang sangat mungkin para pengambil
keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh)
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.
Sikap penerimaan dalam pelaksanaan program Jamsosratu dengan ikut
menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan petunjuk teknis nya. Dimulai
dari pendamping menjalankan tugasnya sesuai petunjuk teknis Jamsosratu, juga
128
operator yang mengolah bagian database. Seperti yang disampaikan oleh I1
sebagai berikut:
“Sejauh ini agen pelaksana sudah menjalankan tugasnya sesuai tupoksi
masing-masing, diharapkan kedepan lebih baik, mereka lebih meningkatkan
kinerja”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi
Banten).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksana khususnya
pendamping dan operator sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksinya
masing-masing sesuai petunjuk teknis Jamsosratu. Karena memang jika keluar
dari ranah tersebut itu artinya menyalahi aturan. Seperti yang di katakana oleh I2,
sebagai berikut:
“Jelas, kalau mereka diluar juknis, itu sama saja melangar kode etik,
konsekuensi nya dikeluarkan atau mendapatkan teguran, bahkan bisa
dikeluarkan sebagai pendamping maupun operator”. (Wawancara dengan
TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang
pendamping maupun operator sudah pasti melaksanakan tugasnya mengikuti
prosedur sesuai juknis nya. Karena konsekuensinya sangat berat jika keluar dari
ranah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh I3-2 sebagai berikut:
“Awal sih kita bentuk kelompok, karena kelompok ini memudahkan kita
untuk koordinasi melalui ketua, kelompok di bentuk gimana
pendampingnya, mau per rt kampunng maunpun di kuota atau gimana pun
teknisnya”. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan
Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27 April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Hal yang sama juga diungkakan oleh I3-1 selaku Pendamping di kecamatan
kasemen juga:
“Pertama turun kelapangan sih kalau saya, yang pasti izin ke pihak
kecamatan maupun kelurahan, setelah itu koordinasi dengan RT/ RW
setempat yang kemudian saya melakukan verifikasi, validasi dan
129
pembentukan kelompok”. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 april 2016, di Kediaman I3-1).
Dari hasil wawncara diatas dapat disimpulkan bahwa, respon agen
pelaksana terhadap program Jamsosratu di kecamatan kasemen kota serang sudah
bagus, dimana mereka sudah melaksanakan tugasnya sesuai juknisnya.
Hal itu juga bisa dikaitkan dengan tanggung jawab aktor pelaksana, dimana
dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab dari aktor pelaksana sudah
dilaksanakan sesuai juknisnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa sikap/ kecenderungan para pelaksana
program Jamsosratu sudah baik, karena implementor Jamsosratu sudah
melaksanakan tugas pokok dan fungsi nya sesuai petunjuk teknsi yang sudah ada,
yang artinya implementor program jamsosratu sudah tanggung jawab atas
tugasnya. Meskipun dalam hal sosialisasi ditingkat bawah/ masyarakat masih
belum menyeluruh.
4.3.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Manusia sebagai pelaku kebijakan akan butuh komunikasi dalam
menjalankan suatu kebijakan. Komunikasi atau sering juga disebut koordinasi di
instansi pemerintah merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan
akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya. Dalam pelaksanaan
program jamsosratu, koordinasi merupakan peran penting dari setiap pihak yang
terkait dengan kebijakan tersebut. Karena, Kebijakan Program Jamsosratu
130
merupakan kebijakan dari pemerintah Provinsi Banten yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan melibatkan semua elemen, mulai dari
pemerintah setempat, seperti dinas sosial kabupaten/ kotas, dinas pendidikan, dan
dinas kesehatan.
Bila dilihat dari hal tersebut, jelas koordinasi sangat dibutuhkan agar
pelaksanaan program Jamsosratu dapat berjalan, ini semua agar tidak ada tumpang
tindih tugas dari masing-masing sehingga tugas pokok dan fungsi dari tiap pihak
yang terkait harus sudah memahami. Sejauh ini komunikasi antar pelaksana
program jamsosrtau sudah baik, hal ini di ungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Untuk dilapangan sendiri sudah berjalan ya teh, yang pertama antar
pendamping dengan tugas dilapangan misalnya dengan kesehatan, bidan
atau dokter dilapangan sudah terjalin dengan baik, dengan adanya laporan
dari mereka ke pendamping juga kan menunjukan bahwa mereka peduli
dengan program ini ada kontribusinya. Demikian juga dengan pihak
sekolah, mereka memberikan laporan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April
2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal ini juga senada dengan yang disampaikan oleh I2 sebagai berikut:
“Pendamping itu diwajibkan berkoorodinasi dengan UPT pendidkan di
sekolah, pendamping juga wajib berkooridnasi dengan puskesmas/ faskes
yang ada di wilayah masing-masing. Pendamping juga wajib berkoordinasi
dengan kecamatan dan kelurahan. Karena kewajiban-kewajiban RTS yang
berkaitan dengan lembaga tersebut. Sejauh ini pendamping allhandulilah
sudah berjalan baik”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang,
16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Namun lain halnya dengan kondisi dilapangan, seperti yang diungkapkan
oleh I3-1 bahwa terkadang ada pihak sekolah yang mempersulit untuk memberikan
ttd saat verifikasi data. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan
Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 April 2016, di Kediaman I3-1).
131
Hal itu terjadi dikarenakan kurang baiknya koordinasi pendamping dengan
pihak sekolah. Seperti keterbukaan data sehingga pihak sekolah juga terbuka dan
mempermudah tugasnya. Seperti yang di ungkapkan oleh I3-2 sebagai berikut:
“Allhamdulillah sekolah yang saya datangi tidak mempersulit dengan
catatan kita juga terbuka data. Karena di form verifikasi harus ada ttd
kepala sekolah sama stempel buat bukti kalau kita sudah datang ke sekolah
itu. Sejauh ini allhamdulilah sudah baik”. (Wawancara dengan
Pendamping Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27
April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa, program jamsosratu
berjalan karena komunikasi yang baik antar lembaga yang terkait khususnya
pendamping sebagai pelaksana dilapangan, tanpa komunikasi yang baik
Jamsosratu tidak akan terlaksana dengan baik.
Komunikasi tercipta karena pasti ada tupoksi yang dijalankan oleh setiap
lembaga terkait sehingga saat pelaksanaanya dibutuhkan komunikasi untuk
membicarakan hal-hal terkait program kerja.
Dalam aktivitas pelaksanaan program jamsosratu, pendamping memilki
tugas untuk sosialisasi, pengawasan, verifikasi dan membantu melaksanakan
rekruitmen dan verifikasi calon peserta jamsosratu. Seperti yang sampaikan oleh
I1 sebagai berikut:
“Proses verifikasi peserta jamsosratu itu salah satu tugas dari
pendamping”. (Wawancara dengan TPJP, 19 april 2016, di Dinas Sosial
Provinsi Banten).
Hal senada juga diungkapkan oleh I2 bahwat verifikasi jamsosratu idealnya
3 bulan sekali, karena jamsosratu merupakan data hidup. Sehingga pendamping
wajib door to door untuk mengawasi perkembangan RTS nya. Jangan sampai
132
kecolongan di saat ada perubahan data di lapangan. (Wawancara dengan TPJK
Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Dapat disimpulkan bahwa tugas pendamping merupakan tanggung jawab
yang besar, karena melalui pendampinglah RTS bisa di tentukan layak atau
tidaknya mendapatkan program jamsosratu. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti contohnya saat peneliti observasi awal menemukan RTS
yang mendapatkan double bantuan , yang dialami oleh I4-5, beliau mengungkapkan
bahwa mendapatkan program jamsosratu dan PKH, berikut pernyataannya:
“Iya saya dapat jamsosratu sama PKH”. (Wawancara dengan RTS 2
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 januari 2016, di Kediaman I4-
5).
Hal ini juga dibenarkan oleh pendampingnya sendiri yaitu I3-1, berikut
pernyataannya:
“Keputusannya tergantung sama si ibu nya, milih pkh apa jamsosratu,
karena dia anaknya sudah banyak, dia lebih tertarik ke pkh, karena itu tadi
pkh ngitungnya per anak yang sekolah”. (Wawancara dengan Pendamping
Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 April 2016, di
Kediaman I3-1).
Dapat disimpulkan bahwa hal ini terjadi karena pendamping yang tidak teliti
disaat melakukan verifikasi sehingga terjadi data ganda. Seperti yang di
ungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“karena kemarin itu ada perluasan PKH jadi ranah Jamsosratu ketarik,
jadi dia sudah menerima jamsosratu tapi masuk lagi ke PKH. Sementara
ini sebetulnya lebih kepada fokusnya pendamping yah, kelalaian yah,
harusnya mereka lebih teliti, misal pendamping PKH dia berkoordinasi
dengan pendamping jamsosratu atau operator jamsosratu”. (Wawancara
dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
133
Peneliti juga mengkroscek langsung terhadap I3-2, salah satu Pendamping di
Kecamatan Kasemen mengungkapkan:
“Faktor kesalahan sih, kelalayan pendamping yah yang tidak di kroscek
kembali, yang kedua tidak ada kejujuran dari warganya saat verifikasi”.
(Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Margaluyu
Kecamatan Kasemen, 27 April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Peneliti juga menanyakan langsung kepada pendamping yang dimana RTS
nya ada yang mendapatkan double bantuan yaitu I3-1:
“Untuk validasi kan kita mentahan dapet datanya, udah dapet data dari
pihak operator dinsos provinsi, kemudian kita cari orangnya punya anak
sekolah gak, kalau gak ya udah gak masuk. Kalau masalah double itu
karena ketidak jujuran dari RTS nya saat verifikasi, karena mungkin siapa
yang gak mau dapat bantuan lagi”. (Wawancara dengan Pendamping
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 April 2016, di Kediaman I3-1).
Dapat disimpulkan bahwa pendamping harus lebih teliti mengenai
verifikasi, karena dampaknya fatal jika hal seperti diatas. Karena ketentuannya
yang sudah mendapatkan bantuan PKH tidak boleh mendapatkan jamsosratu.
Seperti yang diungkapkan I6 bahwa pemerintah untuk lebih cermat dan
obyetif lagi dalam melakukan verifikasi data penerima. Agar tidak ada kejadian
dimana masyarakat yang seharusnya berhak dan layak menerima malah tidak
dapat, begitupun sebaliknya justru ada RTS jamsosratu yang sebenarnya mampu
tapi dapat bantuan. (Wawancara dengan LSM JP3B, 14 Juni 2016, di Sekretariat
LSM JP3B).
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa aktifitas
pendamping sangatlah penting dalam verifikasi, sehingga komunikasi yang
dilakukanpun tidak pasti kapan dilakukan dalam satu waktu. Maka dari itu mereka
134
melakukan komunikasi disaat komunikasi itu dibutuhkan dimana saja dan kapan
saja tanpa terbentur hari kerja dan ruang kerja. Hal ini juga dapat membangun
kekeluargaan pelaksana program jamsosratu, sehingga terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan.
4.3.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah
sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik
yang telah ditetapkan. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak
kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi
kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula
memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. Dalam hal ini peneliti
akan melihat dari Lingkungan ekonomi dan sosial di Kecamatan Kasemen yang
menjadi locus penelitian dalam skripsi ini. Berikut penjelasannya.
Kecamatan kasemen merupakan wilayah yang rawan akan bencana, seperti
banjir, kebakaran, angin topan dan lainnya dibandingkan wilayah lainnya dikota
serang. Hal ini tentunya menyebabkan banyaknya kerugian yang dialami
masyarakat kecamatan kasemen atas bencana tersebut. Seperti banyaknya yang
menderita, kerusakan rumah, serta sawah/ ladangnya. Seperti pada tahun 2014
yang menderita atas bencana alam tersebut sebanyak 56 orang, sedangkan yang
mengalami kerusakan rumah sebanyak 588 unit, dan yang mengalami kerusakan
lading sebanyak 267 Ha. Kerugian yang cukup besar dibandingkan dengan
135
wilayah lainnya di kota serang. Hal ini tentunya akan berdampak kepada
kehidupan masyarakat Kecamatan Kasemen.
Sedangkan untuk permasalahan sosial lainnya, pada tahun 2014 kecamatan
kasemen memiliki 216 lansia/ jompo, untuk korban narkotikan sebanyak 5 orang,
penyandang cacat sebanyak 70 orang, gelandangan 26 orang, pengemis sebanyak
41 orang, dan fakir miskin/ keluarga miskin sebanyak 1542 orang. Dalam hal ini
kecamatan kasemen memiliki permasalahan sosial paling tinggi yaitu gelandangan
dan pengemis dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Selain itu kecamatan kasemen juga merupkan wilayah yang memiliki luas
panen dan ladang terbesar di kota serang yaitu sebanyak 7420, 00 Ha, hal ini
berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat kecamatan kasemen yang
memang mayoritas pertanian. Hal ini juga tentunya menjadikan kecamatan
kasemen wilayah terbesar dalam produksi padi sawah dan ladang dikota serang
yaitu sebanyak 40. 772, 90 ton per tahun. Dan itu menjadikan keunggulan
tersendiri untuk kecamatan kasemen. Meskipun tidak sebesar produksi padi,
kecamatan kasemen juga penghasil tanaman palawijaya seperti, jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah, dan untuk tanaman sayurnya seperti bawang merah, sawi,
dan kacang panjang, tomat, terung, ketimun dan cabe merah, kangkung, dan cabe
rawit. Selain produksi padi terbesar dikota serang, kecamatan kasemen juga
penghasli bawang merah dan sawi yang di kecamatan lain tidak ada.
Selain daerah pertanian, kecamatan kasemen juga merupakan wilayah
produksi ikan di laut dikota serang karena adanya pelabuhan perikan nusantara
136
karangantu yang pertahunnya dapat menghasilkan 2917, 75 ton, selain itu ada dari
tambak, kolam, dan laut. Hal ini juga merupakan keunggulan tersendiri untuk
kecamatan kasemen karena menjadi penyumbang hasil ikan untuk kota serang.
(Sumber: Analisis Kota Serang Dalam Angka 2015).
Jika melihat dari sumberdaya alam yang dihasilkan dan yang dimiliki
Kecamatan Kasemen sudah seharusnya bisa menjadikan masyarakat Kecamatan
Kasemen punya taraf kesejahteraan yang baik.
Akan tetapi hal ini tidak sesuai harapan, karena berdasarkan data yang
peneliti dapat tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Kasemen masih
rendah. Peneliti melihat berdasarkan data jumlah keluarga menurut status tahapan
keluarga sejahtera di kota serang tahun 2014. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.8
Jumlah Rumah Tangga dan Individu, menurut status kesejahteraan *)
Kota Serang
Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, 2015.
Nama
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Jumlah Individu
Desil 1
*)
Desil 2
*)
Desil 3
*)
Desil 4
*) TOTAL
Desil 1
*)
Desil 2
*)
Desil 3
*)
Desil 4
*) TOTAL
Cipocok Jaya 207 803 940 729 2679 1593 4906 4696 3374 14569
Curug 47 417 709 680 1853 345 2294 3201 2550 8390
Kasemen 839 2641 2502 1612 7594 6137 14233 10564 5533 36467
Serang 366 1132 1220 955 3673 2637 6281 5548 3663 18129
Taktakan 209 753 716 492 2170 1639 4324 3405 1964 11332
Walantaka 124 637 908 854 2523 870 3396 3972 3370 11608
Grand Total 1792 6383 6995 5322 20492 13221 35434 31386 20454 100495
1.792 6.383 6.995 5.322 20.492 13.221 35.434 31.386 20.454 100.495
137
Basis Data Terpadu berisikan kelompok Desil 1, Desil 2, Desil 3 dan Desil 4
karena memuat 40% rumah tangga dengan peringat kesejahteraan terendah.
Seperti berikut:
1. Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
2. Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 10-20% terendah
3. Desil 3 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 20-30% terendah dan
4. Desil 4 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 30-40% terendah.
Maka jika dilihat dari data diatas, Kecamatan Kasemen merupakan wilayah
paling banyak memiliki rumah tangga dalam kelompok 10-40% terendah. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di kecamatan
kasemen masih sangat rendah, dibandingkan kecamatan yang lain dikota serang.
Taraf ekonomi masyarakat yang cenderung rendah memicu rendahnya juga
tingkat pendidikan masyarakat. Taraf ekonomi masyarakat yang cenderung rendah
memicu rendahnya juga tingkat pendidikan masyarakat. Seperti pernyataan I5.
Beliau mengatakan bahwa:
“Komposisi masyarakat Kasemen sendiri, tingkat pendidikannya realtif
rendah. Hal ini berdampak pada mata pencaharian masyarakat kasemen
yang mayoritas bertani karena mereka tidak punya keahlian lagi selain
bertani”. (Wawancara dengan Kasi Kesejahteraan Sosial Kecamatan
Kasemen, 13 Januari 2016, di Kantor Kecamatan Kasemen).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat yang
cenderung rendah secara tidak langsung berdampak pada rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat, sehingga cukup sulit memberikan pemahaman kepada
masyarakat.
138
Rendahnya tingkat pendidikan dikecamatan kasemen memicu rendahnya
pula mindset mereka terhadap pendidikan. Hal ini berdampak pada tingkat
kemiskinan di kecamatan kasemen yang tinggi. Seperti yang di ungkapkan oleh I2
sebagai berikut:
“Kondisi masyarakatnya jika dilihat dari segi pendidikan relatif rendah,
sehingga memicu rendahnya juga perekonomian mereka, karena mereka
tidak punya keterampilan maupun kemampuan yang cukup untuk bekerja di
sektor lain selain bertani. Sehingga masyarakat memang perlu adanya
bantuan yang memang bisa merubah mindset mereka ke arah yang lebih
baik, guna meningkatkan taraf perekonomian mereka sendiri”. (Wawancara
dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota
Serang).
Berdasarkan data Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga
Sejahtera Di Kota Serang Tahun 2014 yang peneliti dapat dan wawancara diatas,
terlihat bahwa kemiskinan di kecamatan kasemen yang relatif tinggi. Sehingga
memang program Jamsosratu sudah sesuai untuk dilaksanakan di kecamatan
kasemen guna merubah perilaku yang kurang menudukung terhadap peningkatan
kesejahteraan. Dengan demikian, kondisi ekonomi dan sosial lingkungan di
kecamatan Kasemen dalam beberapa aspek mendukung untuk dilaksanakan
program Jamsosratu guna merubah mindset mereka yang kurang baik.
Lingkungan politik juga yang tidak terlepas dari pemerintahan daerah.
cukup mendukung jalannya program jamsosratu ini. Karena selain dengan adanya
program jamsosratu pemerintah juga memberikan program lain kepada
masyarakat seperti KKS, raskin, dan juga bsm dari segi pendidikannya. Sehingga
cukup membantu jalannya program jamsosratu khususnya di kecamatan kasemen.
Pandangan lain diungkapkan oleh I6 bahwa muatan politis pasti ada, dari
namanya saja bisa dilihat. Terlepas dari itu ketika memang tujuannya untuk
139
masyarakat kelas bawah kenapa tidak. Bahkan saya sempat baca di media bahwa
program jamsosratu yang ada di Provinsi Banten dijadikan contoh bagi provinsi
lain, bahkan mahasiswa-mahasiswa diluar banten pun yang tertarik menjadikan ini
jadi bahan skripsi maupun makalah. Selain itu Jamsosratu juga adalah program
bantuan yang memang mendasar dimana merupakan salah satu upaya pemerintah
Provinsi Banten dalam membantu Pemerintah Pusat seperti PP NO 15 Tahun
2010 tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan. Dan tentunya program ini
bermanfaat untuk RTSM di Provinsi Banten khususnya di Kecamatan Kasemen.
(Wawancara dengan LSM JP3B, 14 Juni 2016, di Sekretariat LSM JP3B).
Selain dukungan elit politik, dukungan para partisipan kebijakan seperti
stakeholder dan masyarakat juga dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan suatu
kebijakan publik. Bentuk dukungan partisipan kebijakan oleh pihak masyarakat
bisa dilihat dari kesediaan masyarakat untuk selalu memenuhi persayaratan/
kewajiban yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga komitmen itu
mendukung dan mempercepat tercapainya tujuan dari program Jamsosartu.
Di samping itu, sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi
suatu kebijakan publik juga turut berpengaruh pada keberhasilan suatu kebijakan.
Opini publik terkait program Jamsosratu, mulai dari stakeholder sampai ke objek
dari kebijakan publik itu sendiri yakni masyarakat penerima jamsosratu secara
umum baik dan tentunya senang mendapatkan bantuan.
140
4.4 Pembahasan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu disingkat JAMSOSRATU adalah
skema yang terpadu dalam kelembagaan untuk menjamin rakyat yang berasal dari
kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang telah ditetapkan sebagai
peserta Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu untuk mendapatkan Bantuan Sosial
Tunai Bersyarat (BSTB) dan mendapatkan Santunan pertanggungan
Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Jamsosratu memadukan program Kementerian
Sosial, yakni Program Keluarga Harapan (PKH) dengan program Asuransi
Kesejahteraan Sosial (Askesos). Tujuannya untuk meningkatkan keberdayaan
sosial Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui sektor pendidikan,
kesehatan, dan jaminan sosial.
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian,
dimana berdasarkan model pendekatan Top Down yang dirumuskan oleh Meter
dan Horn disebut dengan A model of The Policy Implementation. Ada enam
variabel, menurut Meter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik
tersebut (Agustino, 2008: 142), yaitu: mengenai ukuran dan tujuan kebijakan,
sumberdaya; karakteristik agen pelaksana, sikap/ kecenderungan para pelaksana,
komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, dan yang terakhir yaitu
lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Berikut merupakan hasil temuan lapangan dari peneliti temukan.
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dimana di dalam dimensi ini ada beberapa indikator yang sebagai berikut:
1. Meningkatkan Status Kesejahteraan Sosial Serta Daya Beli RTS
141
Berikut data Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga
Sejahtera Di Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Sumber: Kota Serang Dalam Angka 2015 dan Basis Data Terpadu untuk Program
Perlindungan Sosial Tahun 2015.
Data diatas menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan di Kecamatan
Kasemen mengalami peningkatan, hal ini tentunya hal yang positif. Akan
tetapi, meski kenyataannya tercapai tapi faktanya dilapangan masih banyak
RTS yang belum cukup, seperti khususnya RTS yang memiliki banyak anak.
Sama hal nya dengan daya beli RTS, dengan adanya bantuan berupa
uang tunai, tentunya daya beli RTS meningkat meskipun tidak siginifikan.
Akan tetapi, bantuan jamsosratu tidak lantas meningkatkan ekonomi
RTS, karena contohnya untuk RTS yang memiliki banyak anak sekolah masih
sangat kekurangan karena beban mereka lebih banyak, beda halnya dengan
RTS yang memiliki anak sedikit yang cukup terbantu dengan adanya
jamsosratu. Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk Meningkatkan
Status Kesejahteraan Sosial Serta Daya Beli RTS sudah berhasil, hal ini
berdasarkan indikator sebagai berikut: a. Tingkat kemiskinan berkurang
b. Daya beli meningkat
2. Terpenuhinya Kebutuhan Dasar Pangan, Sandang, dan Papan RTS
Tahun
Keluarga
Pra
Sejahtera
Keluarga
Sejahtera I
Keluarga
Sejahtera II
Keluarga
Sejahtera
III
Keluarga
Sejahtera
III Plus
Jumlah
Keluarga
2014 5.014 5.571 8.054 1.984 790 21.413
2015 6.137 14.233 10.564 5.533 36.467
142
Pada Indikator ini mayoritas RTS dapat menggunakan uang tersebut
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, meskipun masih ada yang belum
terbantu oleh uang dari program Jamsosratu di karenakan beban tanggungan
yang lebih banyak seperti RTS yang memiliki banyak anak, dan kebutuhan
mereka lebih banyak, sehingga bantuan jamsosratu masih sangat kurang
dalam pemenuhan kebutuhan hidup RTS.
Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk terpenuhinya
Kebutuhan Dasar Pangan, Sandang, dan Papan RTS sudah berhasil, hal ini
berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu, bantuan tunai bersyarat dari
Jamsosratu digunakan RTS unutk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Selain itu UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa: “Jaminan Sosial
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak”. Itu artinya
Program Jamsosratu sudah sesuai dengan isi dari Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS
Orang tua jadi termotivasi menyekolahkan anaknya karena adanya
kewajiban dalam pemenuhan verifikasi data dimana RTS wajib
menyekolahkan anaknya, jika tidak ada potongan untuk jumlah bantuan yang
mereka terima. Karena adanya kewajiban dalam pemenuhan verifikasi data
dimana RTS wajib menyekolahkan anaknya, jika tidak ada potongan untuk
jumlah bantuan yang mereka terima. Orang tua juga jadi mampu untuk
143
membeli kebutuhan sekolah anaknya seperti seragam, sepatu, dan LKS. Maka
secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan taraf pendidikan anak-
anak RTS sudah berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu,
melihat kepada data APM dan APK tingkat SD sampai SMA yang selalu meningkat
dari tahun 2014 ke tahun 2015 (Tabel 4.11 dan 4.12).
4. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS
Adanya tuntutan untuk para RTS agar memeriksakan kesehatannya bagi
ibu hamil maupun RTS yang punya anak balita, karena dalam pemenuhan
persyaratan verifikasi agar bantuannya tidak dipotong. Sehingga RTS menjadi
termotivasi untuk melakukan hal itu. RTS juga jadi mampu membayar untuk
membawa balitanya ke Posyandu, puskesmas, ataupun faskes lainnya. Akan
tetapi jika dilihat dari data Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) yang di dapat dari puskesmas-puskesmas di Kecamatan
Kasemen sebagai berikut.
Tabel 4.10
Tahun
Angka
Kematian
Ibu (AKI)
Angka
Kematian
Bayi (AKB)
2014 3 9
2015 7 5
Sumber: Puskesman Kasemen, Sawah Luhur dan Kilasah, 2016.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa AKI mengalami peningkatan,
sedangkan AKB mengalami penurunan. Hal ini tentunya hal yang positif dan
juga negatif, dimana jamsosratu baru mampu menurunkan angka kematian
bayi saja.
144
Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan status
kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS belum sepenuhnya
berhasil hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu, melihat kepada data
AKI tahun 2015 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan
untuk data AKB mengalami penurunan.
5. Meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan
dan kesehatan
Dengan adanya kewajiban yang menjadi tuntutan untuk RTS dalam
memenuhi syarat saat verifikasi data, sehingga RTS selalu memperhatikan
anak sekolahnya untuk tidak bolos, dan memeriksakan kesehatannya untuk
ibu hamil.
Hal ini juga didukung oleh data dari Dinas Pendidikan sebagai berikut.
Tabel 4.11
Angka Partisipasi Murni (APM) Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Serang, 2016.
Jika dilihat dari data diatas dimana Angka Partisipas Murni (APM)
tahun 2014 mengalami kenaikan di tahun 2015. Selanjutnya juga didukung
oleh data sebagai berikut.
Tahun
SD/MI/PAKET A SMP/MTS/PAKET B SMA/MA/SMK/PAKET C
Jumlah
siswa usia
7-12 th
yang
bersekolah
di jenjang
SD/MI/PA
KET A
Jumlah
pendudu
k
kelompok
usia 7-12
thn
APM
Jumlah
siswa
usia 13-15
th yang
bersekola
h di
jenjang
SMP/MT
S/PAKET
B
Jumlah
pendud
uk
kelomp
ok usia
13-15
thn
APM
Jumlah
siswa usia
16-18 th
yang
bersekola
h di
jenjang
SMA/MA
/SMK/PA
KET C
Jumlah
pendud
uk
kelomp
ok
usia
16-18
thn
APM
2014 10.731 10.732 100 5.298 5.626 94,17 5.022 6.732 74,60
2015 9.206 9.121 100,9 3.769 3.938 95,71 4.354 5.316 81,90
145
Tabel 4.12
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan
2015
Tahun
SD/MI/PAKET A SMP/MTS/PAKET B SMA/MA/SMK/PAKET C
Jumlah
siswa yang
bersekolah
di jenjang
SD/MI
Jumlah
pendudu
k
kelompok
usia 7-12
thn
APK
Jumlah siswa
yang
bersekolah di
jenjang
SMP/MTS/P
AKET B
Jumlah
pendud
uk
kelomp
ok usia
13-15
thn
APK
Jumlah
siswa yang
bersekolah
di jenjang
SMA/MA/S
MK/PAKE
T C
Jumlah
pendud
uk
kelomp
ok usia
16-18
thn
APK
2014 11.850 10.731 110,43 4.455 5.626 79,19 2404 6.732 35,71
2015 12.850 9.121 140,88 4.755 3.938 120,75 4.719 5.316 88,77
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Serang, 2016.
Berdasarkan diatas menunjukan bahwa APK juga mengalami peningkatan
pada tahun 2015.
Selain data-data diatas yang mendukung bahwa meningkatnya aksesbilitas
dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan, berikut juga data-data
yang mendukung meningkat atau menurunnya aksesbilitas dan motivasi RTS
terhadap kesehatan.
Tabel 4.13
Hasil Kegiatan Kunjungan Bumil Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan
2015
Tahun Sasaran KI K4
2014 2.084 1.757 1.364
2015 2.292 1.277 1.053
Sumber: Puskesmas Kasemen, 2016
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa kunjungan ibu hamil
mengalami penurunan di tahun 2015. Itu artinya aksesbilitas dan motivasi ibu
hamil untuk memeriksakan kesehatannya menurun.
146
Selain data kunjungan ibu hamil, berikut juga data kunjungan ibu nifas.
Tabel 4.14
Kunjungan Ibu Nifas Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015
Tahun Sasaran
KF 1 KF 3
ABS ABS
2014 1.989 1.758 1.525
2015 2194 1.191 1.059
Sumber: Puskesmas Kasemen, Kilasah dan Sawah Luhur, 2016.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan ibu nifas
mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun sebelumnya. Selanjutnya
data banyaknya bayi yang diimunisasi menurut jenis imunisasi di Puskesmas
Kasemen.
Tabel 4.15
Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Puskesmas
Kasemen Tahun 2014 dan 2015
Tahun Sasaran
BCG DPT 1 DPT 2 DPT 3 CAMPAK FOLIO
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
2014 1 861 1664 89,41 1 578 84,79 1 518 81,57 1 612 86,62 1 518 81,57 1 612 86,62
2015 2.603 92,83 68,76 68,76 74,43
Sumber: Kota Serang Dalam Angka 2015.
Dari data diatas bisa dilihat jika banyaknya bayi yang diimunisasi
menurun di tahun 2015, seperti DPT 3, campak dan polio. Maka secara umum
tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS
terhadap pelayanan pendidikan sudah berhasil berdasarkan indikator sebagai
147
berikut yaitu, meningkatnya Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi
Kasar di tahun 2015. Sedangkan untuk aksesbilitas dan motivasi RTS
terhadap kesehatan tidak berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai
berikut:
a. Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil
b. Menurunnya jumlah kunjungan ibu nifas
c. Menurunya Bayi yang di imunisasi
6. Memberikan perlindungan dan jaminan bagi RTS yang penafkahnya notabene
bekerja pada sektor informal
Karena adanya Santunan Kesejahteraan Sosial (Sankesos) dalam
Program Jamsosratu, yaitu jaminan kecelakaan kerja yang diperuntukan bagi
pencari nafkah RTS notabene bekerja di sektor informal.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Jamsosratu untuk memberikan
perlindungan dan jaminan bagi RTS yang penafkahnya notabene bekerja pada
sektor informal tentu berhasil.
7. Adanya jaminan dalam kehidupan masa depan RTS karena adanya investasi
dalam bentuk pendidikan bagi anak-anaknya
Adanya kewajiban untuk RTS agar selalu memperhatikan pendidikan
anak sekolahnya agar kehadirannya tidak kurang dari 85%, sehingga tidak
dikenakan potongan pada premi yang dibayarkan kepada RTS. Sehingga RTS
lebih termotivasi untuk selalu menyekolahkan anaknya.
8. Meningkatkan kemampuan RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak
melalui investasi dalam bentuk tabungan
148
Dalam Petunjuk Teknis Jamsosratu tahun 2015 telah di jelaskan bahwa
adanya kewajiban yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk Takesos,
yaitu setiap RTS diwajibkan untuk menabung sebesar minimal RP. 10.000,-
setiap bulan pada rekening Takesos masing-masing RTS.
Namun faktanya dilapangan belum terlaksana, berdasarkan keterangan
dari Pak Slamet selaku pelaksana di tingkat provinsi, hal ini disebabkan
karena belum jelasnya akan pengelola Takesos, akan tetapi pada tahun
berikutnya kemungkinan Takesos akan dikelola oleh pihak PT. POS,
pernyataan ini juga peneliti konfirmasi langsung kepada pihak PT. POS itu
sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan untuk meningkatkan kemampuan
RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak melalui investasi dalam
bentuk tabungan belum berhasil karena tidak terlaksana.
9. Membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti
kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan
pendampingan
Tidak semua pendamping dekat dengan RTS, karena masih ada RTS
yang bahkan tidak tahu siapa pendamping mereka. Hal itu dikarenakan
pendamping kurang melakukan pendekatan dengan RTS. Sehingga tidak
terjadi silturahmi yang kedepannya dapat menjadikan kekeluargaan antar
RTS dan terciptanya gotongroyong dan saling membantu. Sehinggan tujuan
ini pun belum berhasil.
149
2. Sumberdaya
Dalam dimensi ini terdapat 2 indikator sebagai berikut.
1. Kondisi sumberdaya manusia
Secara Kuantitas sumberdaya manusia yang ada sudah cukup, akan
tetapi pembagian jumlah RTS setiap pendamping belum merata. Dilihat dari
jumlah pendamping dan RTS, masih ada pendamping yang memegang
jumlah RTS melebihi batas maksimal yang sudah ditentukan, yaitu 100-200.
Hal ini juga bisa dilihat pada tabel 4.7.
Sedangkan secara kualitas, sumberdaya manusia sebagian tidak bisa
melakukan pendekatan dengan masyarakat. Karena dilapangan RTS banyak
yang tidak tahu sama sekali dengan pendampingnya.
2. Kondisi sumberdaya non-manusia
Dana jamsosratu, honor dan biaya Operasional pendamping dan
operator berasal dari dana APBD yang sudah di anggarkan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
1. Perhatian agen pelaksana dalam pelaksanaan Program Jamosratu
Kurangnya dukungan dari pihak-pihak terkait. Contohnya: dari pihak
sekolah yang kadang mempersulit mengenai verifikasi data yang dilakukan
pendamping. Contohnya saat diminta TTD di surat verifikasi, terkadang ada
kepala sekolah yang meminta bagian atau fee.
Selain itu koordinasi yang belum terlaksana dengan baik, contohnya
saat melakukan verifikasi data masih terjadinya data ganda. Hal ini
disebabkan karena pendamping Jamsosratu kurang koordinasi dengan
150
pendamping PKH, sehingga terjadi data ganda dimana RTS tercouver di
Jamsosratu dan PKH.
Sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat kecamatan
kasemen masih kurang karena hanya dilakukan ditingkat SKPD saja.
2. Agen pelaksana yang dilibatkan
a. Dinas Sosial sebagai leading sector
b. Dinas pendidikan
c. Dinas kesehatan
d. Pendamping dan Operator >> pihak kecamatan, kelurahan, dan RT/RW
e. PT. POS
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition)
1. Sikap pelaksana dalam menjalankan Program Jamsosratu
Melaksanakan tupoksi nya masing-masing sesuai dengan petunjuk teknis
Jamsosratu.
2. Respon agen pelaksana terhadap Program Jamsosratu
Belum dilakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat ditingkat
kecamatan maupun kelurahan, hanya tingkat SKPD saja.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
1. Koordinasi Dinas Sosial dengan Lembaga terkait (Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, PT. Pos).
a. Koordinasi dilakukan Rutin ditingkat provinsi maupun kabupaten/ kota.
b. Ada jadwal khusus untuk dilakukan rapat koordinasi yaitu satu tahun
sekali.
151
2. Koordinasi antar Pendamping dengan Dinas Sosial
a. Komunikasi dilakukan saat dibutuhkan, kapanpun dan dimanapun bisa
dilakukakan komunikasi akan tetapi tidak ada waktu pasti.
b. Waktu yang digunakan saat komunikasi fleksibel, tidak terbentur ruang
dan waktu.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, Dan Politik
1. Kondisi ekonomi lingkungan dalam implementasi Kebijakan Program
Jamsosratu
Tingkat kesejahteraan masyarakat kecamatan Kasemen yang masih rendah
berdasarkan data Kota Serang Dalam Angka 2015, sehingga program
jamsosratu sudah tepat dilaksanakan di kecamatan kasemen dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Kasemen.
2. Kondisi sosial lingkungan dalam implementasi Kebijakan Program
Jamsosratu
a. Masyarakat mendukung jalannya program Jamsosratu.
b. Di kalangan masyarakat merasakan kurang sosialisasi dari pemerintah.
3. Kondisi politik lingkungan dalam implementasi Kebijakan Program
Jamsosratu
Tidak ada unsur politk, terlepas dari namanya Jamsosratu yang sama dengan
nama Gubernur Banten Ratu Atut yang sekarang sudah digantikan oleh Rano
Karno. Jamsosratu adalah program bantuan yang memang mendasar dimana
merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi Banten dalam membantu
Pemerintah Pusat seperti PP NO 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
152
Pengentasan Kemiskinan. Dan tentunya program ini bermanfaat untuk RTSM
di Provinsi Banten khususnya di Kecamatan Kasemen.
4. Sifat opini publik
a. Agar lebih disosialisasikan lagi.
b. Agar lebih di perbanyak kuota RTS Jamsosratunya.
c. Agar lebih obyektif lagi dalam hal verifikasi RTS Jamsosratu.
d. Untuk RTS sangat senang mendapatkan bantuan Jamsosratu
153
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka
penyimpulan akhir tentang implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang secara umum
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya tujuan khusus
dari program Jamsosratu, meskipun ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki.
Tujuan khusus dari program Jamsosratu sudah tercapai dengan adanya
Bantuan Sosial Tunai Bersyarat (BSTB) dan Santunan Pertanggungan
Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Seperti meningkatkan kesejahteraan RTS, jika
dilihat dari data BPS Kota Serang Dalam Angka 2015 dan Basis Data Terpadu
untuk Program Perlindungan Sosial Tahun 2015 mengalami penigkatan dari tahun
2014 ke tahun 2015. Daya beli RTS juga meningkat meskipun tidak signifikan,
karena RTS dapat menggunakan uang tersebut untuk pemenuhan kehidupannya.
RTS juga terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dan jika melihat
kepada data APM dan APK tingkat SD sampai SMA yang mengalami
peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015. Jamsosratu juga mampu menurunkan
Angka Kematian Bayi. Selain itu dengan adanya program Jamsosratu RTS punya
perlindungan dan jaminan bagi penafkahnya yaitu berupa Sankesos, juga
mempunyai investasi dalam bentuk pendidikan bagi anak-anaknya.
157
Meskipun demikian, program Jamsosratu juga masih ada kekurangan-
kekurangan dalam pelaksanaannya jika dilihat dari 6 (enam) variabel yang
mempengaruhi kinerja kebijakan publik menurut Van Metter dan Van Horn dalam
buku Agustino (2008: 142) sebagai berikut:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan, meskipun tujuan khusus dari program
Jamsosratu sebagian besar sudah tercapai, akan tetapi masih ada beberapa
dari tujuan Jamsosratu yang belum tercapai atau berjalan dengan baik,
contohnya seperti Angka Kematian Ibu yang masih mengalami peningkatan,
selain itu aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap kesehatan yang masih
kurang, hal ini berdasarakan menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil, ibu
nifas dan bayi yang diimunisasi. Selanjutnya tujuan jamsosratu yang
menginginkan RTS nya memiliki investasi dalam bentuk tabungan uang
atau Takesos juga belum tercapai karena tidak berjalan dilapangan, hal ini
disebabkan masih belum jelasnya siapa yang harus mengelola Takesos
tersebut. Dan tujuan Jamsosratu untuk membangun dan mengembangkan
modal sosial, yang belum berjalan dengan baik. Karena masih ada
pendamping yang kurang pendekatan dengan RTS nya sendiri.
Untuk prosedur pencairan seperti penyalur bantuan dipilih lembaga
yang memang sesuai dengan bidangnya seperti PT. POS, selain itu POS
termasuk lembaga yang sudah banyak terdapat disetiap daerah, dan juga
meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan jika penyaluran
bantuan melibatkan banyak pihak. Dan tidak boleh diwakilkan karena agar
157
RTS langsung menerima hak nya tanpa melalui orang, juga menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Sumberdaya, meskipun sumberdaya non manusia sudah mendukung seperti
anggaran yang berasal dari APBD. Akan tetapi untuk sumberdaya manusia
yang ada dalam pelaksanaan program Jamsosratu ini secara kuantitas sudah
mencukupi, karena dalam setiap penambahan kuota RTS di iringi dengan
penambahan kuota pendamping. Akan tetapi dalam hal pembagian RTS
dampingan setiap pendamping yang dilakukan TPJP belum merata, yang
artinya setiap pendamping ada yang kurang dari batas minimal dan ada pula
yang lebih dari batas maksimal, sehingga beban yang berat untuk
pendamping yang melebihi batas maksimal. Idealnya pendamping
mendampingi RTS sebanyak 100-200 RTS seperti yang sudah di tentukan
dalam Petunjuk Teknis Jamsosratu. Sedangkan dari segi kualitas, masih ada
pendamping yang kurang bisa untuk melakukan pendekatan dengan RTS
nya.
3. Karakteristik Agen Pelaksana, masih kurangnya komunikasi yang dilakukan
oleh pendamping dengan pihak terkait dilapangan, seperti dengan pihak
sekolah saat verifikasi data anak sekolah RTS, serta komunikasi dengan
pendamping PKH saat melakukan validasi. Sosialisasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah hanya pada tingkat SKPD saja, sedangkan kepada
masyarakat masih kurang dan tidak ada sosialisasi khusus untuk
masyarakat, sehingga masyarakat tidak banyak mengetahui dan mengerti
157
mengenai Jamsosratu itu seperti apa dan ditujukkan untuk siapa, sehingga
menyebabkan konflik sosial di mayarakat seperti kecemburuan sosial.
4. Sikap/ Kecenderungan, dalam hal ini implementor jamsosratu seperti Dinas
Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/ Kota, Operator, Pendamping dan
PT. POS sudah melaksanakan tupoksinya sesuai Petunjuk Teknis
Jamsosratu.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana, dalam hal ini
koordinasi yang dilakukan antara Dinas Sosial dengan Lembaga/ pihak
terkait sudah berjalan dengan baik, karena ada jadwal rutin untuk setiap
rakornya. Sedangkan untuk koordinasi antar pendamping dengan Dinas
Sosial Kota Serang belum berjalan dengan baik, contohnya saat laporan
bulanan pendamping kadang tidak memberikan tembusan kepada Dinas
Sosial Kota Serang, karena idealnya selain memberikan laporan bulanan
kepada Dinas Sosial Provinsi, pendamping juga melakukan tembusan
kepada Dinas Sosial Kota Serang.
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik, dalam hal ini sudah mendukung
dan tidak ada hambatan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa
rekomendasi yaitu sebagai berikut.
157
1. Agar disesuaikan lagi dalam pembagian RTS setiap pendamping, agar
setiap pendamping jumlah RTS nya sama, sehingga tidak terjadi
perbedaan beban tugas di setiap pendamping.
2. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang lebih baik lagi antar
pihak-pihak terkait khusunya untuk pendamping, agar dalam pelaksanaan
tugasnya berjalan lancar dan tidak menemukan kesulitan. Khususnya saat
melakukan validitas agar tidak terjadi data ganda/ double bantuan.
3. Melakukan sosialisasi lebih intensif lagi agar masyarakat bisa mengetahui
dan mengerti program Jamsosratu yang dilaksanakan oleh pemerintah itu
seperti apa dan untuk siapa, sehingga tidak ada salahpaham antara
masyarakat dan pendamping. Dan tidak menjadi konflik sosial di
masyarakat.
4. Perlu adanya pengkajian ulang mengenai prosedur pencairan yang tidak
boleh diwakilkan, agar tidak menyulitkan RTS saat mau melakukan
pencairan.
5. Perlu adanya penambahan kriteria penerima Jamsosratu, yaitu nominal
bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah per RTS, agar semua
RTS merasakam manfaat yang sama dari program Jamsosratu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika.
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta.
. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.
. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2005. Manajemen Strategi (Manajemen Strategi Konsep) Buku I.
Jakarta: Salemba Empat.
Denzim, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of qualitative
research. Terjemahan oleh Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: DIA FISIP UI.
Islamy, M. Irfan. 2007. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:
Bumi Aksara.
Moleong, J. Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi
(GP Press Group).
Nugroho D, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta : Gramedia.
. 2003. KEBIJAKAN PUBLIK Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta:
Bandung.
. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunggono, Bambang. 1997. Hukum dan Kebijakan Publik. Jakarta: Insan
Cendekia.
Subarsono, AG. 2010. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Wahab, Abdul Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumber Peraturan:
Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten.
Petunjuk Teknis JAMSOSRATU (Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu) di
Provinsi Banten Tahun 2015.
Undang-undang dasar 1945.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Sumber Skripsi dan Tesis:
Iqbal, Hasbi. Impementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun
2008 Di Kabupaten Kudus. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Program Studi Magister Ilmu Administrasi. Semarang: 2008.
Permana, Edwin Satria. Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010. SKRIPSI. Program Sarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu
Administrasi Negara. Serang: 2012.
Sumber Lain:
Banten.bps.go.id.
http://www.academia.edu/10203759/tugas_makalah_jaminan_sosial.
http:// www.jamsosindonesia.com /cetak /printout /247.
Profil Kecamatan Kasemen.
Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2015.
Profil Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2015.
www.bappenas.go.id/files/1913/5029/1452/spjs.doc.
LAMPIRAN
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA :
UMUR :
JABATAN :
INSTANSI :
KODE INFORMAN :
Benar Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama:
Nama : Etin Kurnia
NIM : 6661121720
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Telah melakukan wawancara mengenai Implementasi Program Jaminan Sosial
Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Serang, ………………...2016
(……………………….)
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1
Pelaksana di Tingkat Provinsi
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 19 April
2016 di kantor Dinas Sosial Provinsi Banten
Q I I1
Q1
Menurut Ibu apakah tingkat kesejahteraan sosial serta daya beli
RTS di Provinsi Banten meningkat setelah adanya program
Jamsosratu?
“Kalau dilihat dari data kemiskinan sih ada penurunan yah, yang
artinya berarti ada peningkatan kesejahteraan, berapa persennya
kurang tau ada diberita waktu itu, bisa teteh cek ada penurunan
terlihatlah sangat signifikan.”
Q2
Menurut Ibu bagaimana kebutuhan dasar pangan, sandang, dan
papan RTS setelah adanya program Jamsosratu?
“Tentunya membaik yah, karena kan bantuan Jamsosratu ini
memberikan bantuan berupa uang sebesar Rp.750.000,- per
triwulan, dan juga ada uang jaminan buat kepala keluarganya yang
sebagai pencari nafkah, sehingga mereka bisa memanfaatkan uang
tersebut untuk kebutuhan apapun, dan juga untuk pencari nafkah
bisa lebih fokus bekerja karena mereka punya jaminan kecelakaan
kerja.”
Q3
Menurut Ibu apakah taraf pendidikan anak-anak RTS
meningkat setelah bergulirnya program Jamsosratu?
“Pastinya yah teh, karena tentunya program ini berpengaruh
meskipun hanya sedikit. Karena disini kan RTS memiliki kewajiban
yang harus dipenuhi, dimana anak-anak mereka yang sekolah tingkat
kehadirannya tidak boleh kurang dari 85%, karena nanti akan dapat
sanksi berupa potongan premi jika tidak memenuhi syarat yang tadi.
Maka pasti itu akan jadi tuntutan mereka juga untuk tidak
membiarkan anaknya tidak sekolah.”
Q4
Menurut Ibu apakah kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas,
anak balita RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu?
“Sama kaya jawaban sebelumnya, disini kan ada kewajiban
penerima Jamsosratu, memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak
balita, ibu menyusui itu minimal 4 kali ke pos pelayanan posyandu
puskesmas, dan faskes lainnya. Karena kita juga kerjasama dengan
para pemberi layanan disana, jadi kelihatan seberapa sering si
penerima itu melakukan pemeriksaan, kan nanti ada pemotongan
kalau misalkan tidak memenuhi persyaratan, jadi uang bantuan
sebesar Rp.2.250000,- itu tidak full kalau hasil verifikasi
persyaratannya tidak memenuhi seperti pendidikan dan kesehatannya
85% min 4 kali dalam setahun. Jadi pasti ada peningkatan.”
Q5
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu
aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan
dan kesehatan meningkat?
“Tentu, karena ya seperti jawaban sebelumnya tadi, sudah menjadi
kewajiban mereka untuk mengakses pelayanan pendidikan maupun
kesehatan. Karena ada hak ada kewajiban, hak mereka menerima
bantuan, kewajibannya ya itu tadi.”
Q6
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
punya perlindungan dan jaminan bagi yang penafkahnya?
“Oh iyaa.. Karena Jamsosratu itu kan selain memberikan uang
Rp.2.250.000,- per tahunnya juga ada jaminan kecelakan kerja untuk
pencari nafkahnya, notabene nya yang bekerja di sektor informal.”
Q7
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
punya jaminan dalam kehidupan masa depan?
“Tentu ya teh, karena kan selain adanya investasi dalam bentuk
pendidikan untuk anak-anaknya, kami juga akan tetap memberikan
bantuan yang nantinya mendukung RTS dalam pembentukan embrio-
embrio usaha. Jadi tidak kami biarkan begitu saja.”
Q8
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
punya investasi dalam bentuk tabungan uang?
“Kalau itu pasti ya teh, soalnya kan itu merupakan salah satu
kewajiban mereka untuk menabung per bulannya yaitu Rp. 10.000,-.”
Q9
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu ini
dapat membangun dan mengembangkan modal sosial, seperti
kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok
dan pendamping?
“Oiya teh pastinya yah, soalnya kan itu gunanya pendamping dan
kenapa harus di bentuk kelompok-kelompok RTS. Memanng dibentuk
agar tercipta seperti itu, juga untuk pendamping memang sudah
kewajibannya untuk selalu memberikan motivasi dan masukan
kepada RTS.”
Q10
Bagaimana dengan aparatur pemerintahan, apa sudah
dikerahkan dalam pelaksanaan program Jasmosratu, seperti
pihak kecamatan dan kelurahan?
“Itu dia tugas pendamping, salah satunya kan dia mampu koordinasi
dengan pihak terkait ditingkat bawah yah, dari kelurahan kecamatan,
idealnya sih seorang pendamping itu awal dia turun kelapangan
sosialisasi, kulu nuhun lah dengan yang punya wilayah misalnya pak
lurah, camat. Jadi untuk memudahkan mereka melakukan tugasnya
koordinasi, ketika mereka melakukan verifikasi kelapangan juga
kalau mereka misalnya dekat dengan yang punya wilayah yang tau
percis yah dibantu kan biar mereka gak ada kesulitan, justru
membantu mereka untuk mempercepat tugasnya dilapangan. Jadi
mengantisipasi juga adanya komplen dari masyarakat, dengan
adanya persetujuan dari pihak yang berwenang diwilayah itu juga
kan, idealnya pihak yang berwenang tau/ dilibatkan lah disetiap
kegiatan dimasyarakat, itu tergantung kepada teknik para
pendamping yah, manajemen tugas mereka dilapangan, lebih kepada
seni manajemen pendamping.”
Q11
Bagiaman dengan anggaran dalam menunjang program
Jamsosratu, apakah sudah memenuhi semua kebutuhan dalam
pelaksanaan Jamsosratu?
“Anggarannya sendiri kan di ambil dari APBD. Untuk bantuanya
sendiri kan ada 3 tahap setiap tahapnya itu kan Rp.750.000,- per
triwulan setaip RTS, jadi total kali 3 jadi Rp,- 2.250.000,- per RTS.
Nah.. kalau untuk tahun kemarin 49.000 RTS x Rp.2.250.000,- = Rp.
110.250.000.000,- untuk tahun 2015, itu untuk dana bantuannya
sendiri. Tapi disamping itu ada dana dampingan juga teh, jadi ada
honor pendamping dan operasional pendamping, ada juga operator.
Cuma untuk bantuannya karna disesuaikan dengan jumlah RTS,
untuk tahun 2016 sendiri ada peningkatan 14.000 penerima jadi
otomatis lebih tinggi lagi untuk bantuan tunainya sendiri,
pendamping juga bertambah, otomatis anggaran honor maupun
operasional dampingan bertambah juga. Yang pasti anggarannya
sudah diperisapkan dan ada perencanannya. Kan anggaran tahun ini
sudah direncanakan ditahun sebelumnya. Jadi sudah masuk
dianggaran SKPD, atau unutuk dana bantuannya sendiri di dinas
pendapatan Provinsi Banten.”
Q12
Bentuk dukungan apa saja yang diberikan kepada pendamping
selain honor?
“Jadi ada berupa kegiatan pembinaan, disamping mereka secara
materi dari kualitas SDM nya juga terus ditingkatkan, ada beberapa
program utnuk meningkatkan kapasitas baik untuk pesertanya sendiri
maupun untuk para pendamping dan operator, kegiatan seperti
bimbingan teknis pendamping operator atau pembinaan dan
pembekalan para pendamping untuk di awal.”
Q13
Bagaimana kesiapan implementor dalam pelaksanaan
Jamsosratu?
“Seharusnya sudah siap yah, karena mereka juga kan kami berikan
pembekalan bimbingan teknis dan cara menangani permasalahan-
permasalahan di lapangan, jadi insyaallah mereka sudah siap.”
Q14 Bagaimana peran stakeholder dalam program Jamsosratu?
“Sudah cukup mendukung yah.”
Q15
Bagaimana pelaksanaan program Jamsosratu sejauh ini?
“Kalau untuk dilapangan, berkaitan dengan tugas pendamping
mungkin lebih ke pendamping yah, untuk penyaluran sendiri kan
langsung melalui pos yah, jadi disni kan antisipasi untuk hal-hal
yang tidak diinginkan, dengan melalui pos ini otomatis penerima
langsung menerima uang dengan persyaratan yang ditentukan
seperti KTP dan wesel, sejauh ini sudah relative aman dan sudah
sesuai harapan sih.”
Q16 Bagaimana proses/ mekanisme validasi data?
“Itu kan tugasnya pendamping yah.”
Q17
Kenapa terjadi double bantuan?
“Makanya kemarin kita bikin surat agar peserta Jamsosratu ini tidak
diganggu gugat, karena yang jadi ranah Jamsosratu ketarik, kemarin
sih kasusunya seperti itu, jadi dia sudah menerima jamsosratu tapi
masuk lagi ke PKH. Itu pusat yah, seharusnya kan tidak terjadi bisa
di antisipasi. Sementara ini sebetulnya lebih kepada fokusnya
pendamping yah, kelalaian, harusnya mereka lebih teliti, misal
pendamping PKH dia berkoordinasi dengan pendamping jamsosratu
atau operator jamsosratu. Harusnya sih tidak terjadi, cuma mungkin
karena kemarin itu ada perluasan PKH, insyaallah ini hanya
sementara yah yang ada double gitu. Kalau jamsosratu sih ada
usulan, dikroscek sebisa mungkin tidak ada di PKH, jadi dari yg
PKH kita tidak cairkan tidak diusulkan.”
Q18
Mengenai pencairan kenapa harus ke POS saja, kenapa tidak
memberdayakan pihak kecamatan?
“Nah itu dia, kenapa, karena kan bukannya apa yah, insyaallah
relative aman ketika ada lembaga yang tugasnya dibidang itu ya,
dsini kan tugasnya kantor pos. Kita melibatkan berbagai instansi
disini diantaranya kantor pos yang tugas nya sebagi penyalur,
mengantisipasi juga seperti itu, disini diharapkan penerima
menerima haknya sesuai, karena yang menerima lansgung mereka,
tidak melalui beberapa orang. Meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan. Meskipun mungkin ada wilayah yang cukup jauh dari
kantor pos, tapi kenapa kita memilih kantor pos pilosofinya seperti
itu, tidak semua lembaga keuangan itu masuk kepelosok daerah
hanya kantor pos yang baru yah, kantor pos kan hampir disetiap
wilayah ada, dikecamatan pasti ada. Kalau lembaga keuangan lain
belum tentu ada, jadi akses mereka untuk nerima bantuan itu lebih
mudah.”
Q19
Sejauh ini apasajakah hambatan dalam pelaksanaan
dilapangan?
“Hambatannya sih sejauh ini, seperti mengenai koordinasi
antar lembaga terkait yang harus lebih diperbaiki, dan mungkin
untuk dilapangan agar pihak-pihak seperti sekolah dan
posyandu atau faskes lainnya agar tidak mempersulit
pendamping dalam hal memberikan data di saat validasi data,
karena kami sering mnedapatkan keluhan dari pendamping
mengenai kesulitan dilapangan.”
Q20
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Kalau jamsosratu relative sesuai ya teh, di banding program pusat,
karena satu pendamping bisa di bebani dengan 200 lebih RTS, kalau
jamsosratu 100-200 saja, kalau jamsosratu insyaallah sebanyak itu
tercover dan tertangani, tinggal keterampilan pendamping,
kemampuan mereka di maximalkan, karena inikan koordinasi nya
bagus mereka di bantu oleh pihak-pihak terkait, terus lebih kepada
sosial, itu kan jiwa sosialnya harus dari hati yah, ketika kita ada
evaluasi pendamping dimana kegiatan mereka dilapangan,
sepertianya mereka ada kepuasan tersendiri bisa membantu mereka,
jadi memang harus punya jiwa sosial. Kita juga ada rekruitmen
pendamping setiap tahun ketika ada penambahan perluasan
penerima/ penambahan kuota, dan memerlukan pendamping yang
lebih banyak. Ada proses rekruitmen, pertama kita sampaikan ke
dinas kabupaten/ kota, lamaran itu ke kabupaten/ kota, di rekap dan
di masukan ke kita. Terus kita rekap, setelah itu baru kita verifikasi
layak tidaknya si calon pendamping ini, misal min- D3, diutamakan
untuk operator dari background komunikasi atau komputer
imformatika, pendamping diutamakan dari sosial min- D3. Untuk
usia tidak lebih dari 40 tahun. Setelah di verifikasi baru di tetapkan
calon yang layak, nanti seleski berupa ujian tertulis interview juga”
Q21
Bagaimana respon agen pelaksana terhadap program
Jamsosratu, apakah sudah mengikuti prosedur sesuai juknis?
“Disini pendamping kan bertugas sebagai fasilitator antara
penerima dengan pihak-pihak terkait untuk mempermudah mereka
menerima hak dan menjalankan kewajibannya, jamsosratu itu kan
sinergitas program pusat dan daerah yg di danai APBD dan
melibatkan instansi terkait, dengan tugas masing-masing, seperti
dinsos selain sebagai leading sector juga sebagai tim pengendali.
Pelaksananya banyak yah tidak berjalan sendiri. Mekanisme nya
juga kan melibatkan beberapa instansi terkait, untuk Dinsos
Provinsi, Kab/ Kota sebagai tim pengendali di provinsi dan Kab/
Kota, itu tugas selain melakukan pembinaan kepada pendamping
juga pengembangan kapstias peserta, kita danai juga dari APBD
provinsi dan kab/ kota sebagai dana bantuan untuk mendukung
program jamsosratu. Kantor pos lembaga penyalur, dinas
pendidikan pemberi layanan pendidikan, kesehatan pemberi layanan
kesehatan. Sebagai mitra para pendamping juga koordinasi terus
selain pendamping juga fasilitator operator, juga berkitan dengan
data yaitu merekap data. Sejauh ini agen pelaksana sudah
menjalankan tugasnya sesuai tufoksi masing-masing, diharapkan
kedepan lebih baik, mereka lebih meningkatkan kinerjanya.”
Q22
Bagaimana tanggung jawab implementor program Jamsosratu?
“Untuk kantor pos sejauh ini sih kita kerja sama sudah terjalin
dengan baik, karena mereka sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik melaksanakan kewajiban mereka sebagai lembaga penyaluran
dana, memberikan hasil laporan ke provinsi, itu sebagai bahan
laporan ke gubernur juga dan ke DPKD Provinsi Banten. Untuk hal-
hal lainnya misalkan kooridnasi antara PT. Pos dengan pihak
pendamping juga sudah berjalan dengan baik, misal persiapan
pencairan, menentukan jadwal pencairan dikoordinasikan dengan
para pendamping dinas kab/ kota, selama ini sih sudah berjalan
normal, mudah-mudahan kedepan jauh lebih baik lagi. untuk
pendamping sendiri lebih konsilidasi.”
Q23
Bagaimana bentuk dukungan dari implmentor?
“Ada timbal balik ya teh, ada hak ada kewajiban, konsekuensi dari
mereka itu kan ketika mereka memilih jadi pendamping berarti
mereka sudah siap dengan tanggung jawab mereka.”
Q24
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Untuk dilapangan sendiri sebetulnya sudah berjalan ya teh, yang
pertama antar pendamping dengan tugas dilapangan misalnya
dengan kesehatan, bidan atau dokter dilapangan mereka sudah
terjalin dengan baik, dengan adanya laporan dari mereka ke
pendamping juga kan menunjukan bahwa mereka peduli dengan
program ini ada kontribusinya. Demikian juga dengan pihak sekolah,
mereka memberikan laporan, karena selama ini ada peningkatan
dari segi kehadiran, mereka kan ada ketakutan sendiri. Selama ini
hasil verifikasi menunjukan relative 0 yang bolos. Sejauh ini
koordinasi sudah berjalan dengan sangat baik.”
Q25
Bagaimana sosialisasi dilakukan?
“Sosialisasi kita lebih untuk program ini pertama dari awal. Kita
untuk kab/ kota dengan instansi terkait ke dinas teknis juga
sosialisasi di kab/ kota, tugas kab/ kota juga sama mensosialisasikan,
itu tanggung jawabnya agar terbangun sinergi jadi bukan hanya
tanggung jawab Dinsos Provinsi saja sebetulnya, karena kan ini
untuk keseluruhan, makanya diperlukan koordinasi yang bagus,
ketika tanggung jawab itu muncul dengan sendrinya konsekuensi itu.
Sama hal ketika kita mengadakan pembinaan kepada pendamping,
kab/ kota juga mengadakan program dengan didanain APBD kab/
kota untuk pembinaan pendamping juga. Peserta ada pengembangan
kapasitas seserta tingkat provinsi seluruh RTS. Makanya kita kirim
surat ke kab/ kota agar mereka juga turut mendukung program ini
agar keberlangsungan program ini terus berjalan sykur-syukur ada
peningkatan. Di harapkan sih terus meningkat lah ya program ini
jadi keberlangsungan nya benar terjadi karena banyak dukungan
dari berbagai instansi. Kita juga mengrim surat agar mereka
memberikan kontribusi koshering anggaran untuk dana dampingan
program jamsosratu, nantikan mereka juga direkomendasikan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung program ini. Jadi
tergantung kab/ kota tingkat kepeduliannya. Makanya kita tidak bisa
bekerja sendiri tanpa dukung di bawahnya, agar bisa berjalan
lancar.”
Q26
Apakah ada sosialisasi khusus untuk masyarakat?
“Sosialisasi di masyarakat adalah salah satu tugas pendamping,
ketika ada komplen, pendamping harus bisa menjelaskan kepada
masyarakat. Mereka lah sebagai corong di lapangan, sangat
menentukan tugas mereka dilapangan.”
Q27
Bagaimana dukungan kelompok-kelompok kepentingan dan elite
politk dalam implementasi program Jamsosratu?
“Kalau ditingkat provinsi dinas-dinas terkait relaitve mendukung,
dinas pendidikan dinas kesehatan yaitu terlihat dilapangan sangat
membantu ketika ada verifikasi komitmen berjalan dengan baik,
untuk tingkat provinsi sendiri perlu adanya peningkatan koordinasi
dengan pihak terkait khusunya dinas pendidikan dan kesehatan.”
Q28
Bagaimana dukungan para partisipan kebijakan program
jamsosratu (stakeholder) yakni menolak atau mendukung?
“Sangat mendukung sekali, masyarakat terutama sangat mendukung
adanya program jamsosratu ini.”
Q29
Bagaimana sifat opini publik terhadap program jamsosratu?
“Kita tidak bisa ngjudge juga sih ya, kalau dari kacamata kita,
sejauh ini khususnya untuk penerima manfaatnya sendiri mereka
sangat berterimkasih dengan adanya program ini sangat terbantu
paling tidak mereka notabennya sangat kesulitan dari segi ekonomi,
dengan adanya program ini mereka terbantu untuk anak-anak
mereka yang tadinya tidak sekolah, lebih rajin ada motivasi untuk
lebih rajin sekolah atau ke posyandu, awalnya mungkin karena
program tapi lama-lama jadi kebiasaan yang positif. Karena salah
satu tujuan jamsosratu merubah perilaku RTS yang kurang baik.”
Q30
Kenapa nama program ini jamsosratu?
“Jamsosratu karena program ini progam jaminan sosial rakyat
banten bersatu, kebetulan aja namanya sama kaya gubernur.
Buktinya ketika pak Rano memimpin gak jadi jamsosrano. Karena
singkatanynya ternyata seperti itu, jadi orang mengkaitkannya kesitu.
Ketika seorang pimpinan punya ide atau gagasan dan ternyata itu
bagus, kenapa tidak? Dan buktinya sampai sekarang program ini
berlangsung tidak dihapuskan dan didanai sampai semuanya
tercover, ada peningkatan juga nanti kita arahkan ke program lain,
karena program ini tidak selamanya, hanya berlangsung 3-4 tahun.
Mudah-mudahan bisa terlepas atau naik status RTS nya.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2
Staff Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 16 Mei
2016 di kantor Dinas Sosial Kota Serang
Q I I2
Q1
Menurut Bapak apakah tingkat kesejahteraan sosial serta daya
beli RTS di Kota Serang meningkat setelah adanya program
Jamsosratu?
“Dengan adanya program jamsosratu itu masyarakat daya belinya
pasti meningkat, karena mereka jelaskan dapat bantuan masing-
masing RTS sebesar Rp.750,000,- per triwulan, otomatis kebutuhan
dasar khususnya mereka sudah masing-masing ada sumber-
sumbernya, misalkan jamsosratu dari aspek pendidikan kesehatan di
tujukan seperti itu, mereka selain dapat program jamsosratu juga
dapat program bantuan lain, contohnya kaya KKS per 3 bulan yang
600 ribu. Jadi selain jamsosratu juga mereka dapet program lain.
Karena kenapa, bukan berarti orang yang satu aja, sistemnya kan
presiden merencanakan program keroyokan, jadi satu orang supaya
meningkat taraf hidupnya, yang tadi nya ada dibawah garis
kemiskinan bisa meningkat punya usaha, makanya segala sesuatu
nya dijalankan dengan berbagai aspek kesehatan pendidikan sampai
aspek-aspek kemajuan ekonomi, asalkan RTS ini tercantum atau
terdapat di data PPLS.”
Q2
Menurut Bapak bagaimana kebutuhan dasar pangan, sandang,
dan papan RTS Kota Serang setelah adanya program
Jamsosratu?
“Pasti, harus. Jangan sampai sudah mengikuti program jamsosratu
sandang pangan dan papan nya tidak terpenuhi, berarti ada
masalah dalam RTS nya, karena kan semua kebutuhan dasar itu
sudah di jamin, dari kesehatannya ekonominya pendidikan anaknya.
Di tambah lagi mereka dapat bantuan KKS, raskin, anaknya dapat
BSM, keluarganya dapat masing-masing individu jaminan kesehatan.
Jadi terbantu juga dengan program yang lain.”
Q3
Menurut Bapak apakah taraf pendidikan anak-anak RTS
meningkat setelah bergulirnya program Jamsosratu?
“Pasti yah, soalnya kan memang ada kewajiban RTS untuk lebih
memeperhatikan anak-anak sekolahnya agar tingkat kehadirannya
tidak kurang dari persyaratan yang sudah di tentukan, selain itu kan
ada pengawasan juga yang dilakukan oleh pendamping.”
Q4
Menurut Bapak apakah kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas,
anak balita RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu?
“Jelas meningkat, karena di jamsosratu itu ada pengawasan di
masing-masing pendamping, ketika si ibu hamil ini maupun ibu yg
memiliki balita tidak memeriksakan ke posyandu maupun faskes yang
ada di masing-masing wilayahnya, itu maka di kenakan sanksi,
pengenaan premi. Sama juga seperti yang diterapkan kepada anak
sekolahnya, kalau misalkan kehadirannya kurang 85% maka premi
nya di potong, makannya kalau di tanyakan ada peningkatan atau
tidak, pasti soalnya itu kewajiban mereka. karena ada hak dan
kewajiban.”
Q5
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
aksesbilitas dan motivasi RTS Kota Serang terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan meningkat?
“Pasti, ya tadi itu masih satu pertanyaan, pasti meningkat.”
Q6
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
RTS Kota Serang punya jaminan dalam kehidupan masa depan?
“Harus, jadi gak selamanya juga dia di bantu oleh jamsosratu. Ada
tahap kalo kita bilang wisuda, ketika mereka dianggap sudah
memiliki ekonomi mandiri, tapi pemerintah tidak sampai begitu saja,
untuk membantu meningkatkan kesejaheraan ketika diputus bantuan,
mereka juga di bekali modal usaha agar bisa membantu membuat
embrio-embrio usaha. Jadi tidak dilepas begitu saja, dikawal dengan
bantuan kelompok usaha bersama.”
Q7
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
RTS Kota Serang punya investasi dalam bentuk tabungan uang?
“Iya kan setiap pencairan wajib nabung, kalau tabungan ini bisa
berbentuknya gotong royong antar RTS itu, jadi mereka diwajibkan
menabung setiap pencairan itu 10 ribu, bentuknya bukan hanya
mereka menabung tapi untuk membantu RTS lain ketika saling
membutuhkan, bisa meminjam kesitu. Jadi tabungannya gimana
kesepakatan mereka ada yang ke ketua kelompok ada yang ke
pendamping. Nah.. mulai tahun ini mereka kan ada kartunya
sekarang kartu jamsosnya itu mereka wajib nabungnya di pos
langsung.”
Q8
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu ini
dapat membangun dan mengembangkan modal sosial, seperti
kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok
dan pendamping?
“Jelas, tadi itu kan melalui kelompok, jelas ada gotongroyong.
Bentuknya itu misalkan dalam satu wiayah saling membantu antar
RTS dengan adanya tabungan tadi atau kas.”
Q9
Bagaimana dengan aparatur pemerintahan, apa sudah
dikerahkan dalam pelaksanaan program Jasmosratu, seperti
pihak kecamatan dan kelurahan?
“Pasti, namanya program jamsosratu kan replikasi dari program
pkh melibatkan berbagai instansi, dan lembaga-lembaga terkait itu
wajib mendukung.”
Q10
Bagaimana dengan Kecamatan dan Kelurahan, apakah mereka
ikut dilibatkan?
“Tetap pengendali juga, ya sama dengan yang lain, apalagi
kecamatan yang punya wilayah mereka yang memantau jadi bukan
hanya kewajiban pendamping saja yang tahu, tapi pihak kecamatan
juga yang punya wilayah yang tahu karakteristik wilayah.”
Q11
Bentuk dukungan apa saja yang diberikan kepada pendamping
Kota Serang selain honor?
“Kalau dari Dinsos Kota Serang bentuk dukungannya hanya
sosialisasi dan bintek jamsosratu, masing-masing kabupaten kota itu
diwajbkan mendukung jalannya program jamsosratu bentuknya ya
tadi itu. Kalau untuk kota serang dalam satu tahun itu ada berbagai
kegiatan yang behubungan dengan jamsosratu, bintek, sosialisasi
sama masyarakat, dan memotivasi pendamping, jadi binteknya itu
masing-masing stakeholder, sosialisasinya itu eksternal kaya tokoh
masyarakat, kecamatan kelurahan sampai para pendamping itu
sendiri. Selain itu juga ada uang perbulannya, tapi tidak besar,
hanya untuk bensin saja.”
Q12
Bagaimana peran stakeholder dalam program Jamsosratu?
“Semuanya berperan, dari mulai dinkes, dindik, semua yang terlibat
dalam program jamsosratu, soalnya semuanya saling berkaitan dan
mendukung.”
Q13
Bagaimana pelaksanaan program Jamsosratu sejauh ini?
“Mungkin kalau dibilang setiap tahun berkembang, sekarang
Indonesia saja meningkatkan 1,15% masyarakat misikin
membutuhkan dana ratusan triliun untuk menangguhkan masyarakat
miskin dari 1,15% saja. Sedangkan jamsosratu 2% angka kemsikinan
itu sudah bisa dipotong dengan anggaran APBD, tentunya sudah
cukup membantu. Gimana gak meningkat setiap tahunnya. Hanya
kendalanya mungkin dari kebudayaan dan karakteristik
masyarakatnya yang mungkin belum paham, atau belum bisa
menerima/ kecemburuan sosial.”
Q14
Bagaimana proses/ mekanisme validitas data?
“Validasi jamsosratu itu idealnya 3 bulan sekali, karena jamsosratu
itu kan data hidup jadi tentunya dilapangan terus berkembang.
Pendamping wajib door to door untuk mengawasi perkembangan
RTS nya. Jangan sampai nanti kecolongan di saat ada perubahan
data di lapangan.”
Q15
Bagaimana respon agen pelaksana terhadap program
Jamsosratu, apakah sudah mengikuti prosedur sesuai juknis?
“Jelas, kalau mereka diluar juknis itu kan sama saja melanggar
kode etik, konsekuensi nya dikeluarkan atau mendapatkan teguran.”
Q16
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Sudah berjalan sih, cuma mungkin kekurangnya di pendamping
sama operataor ketika pelaporannya kadang-kadang mereak ngerasa
dinas kota ini suka dilewat saja, tidak semua hanya sebagian saja.
Harusnya memberikan tembusan. Idealnya karena kita juga sebagai
pengendali.”
Q17
Bagaimana koordinasi pendamping dengan pihak-pihak terkait
di lapangan?
“Baiklah, pendamping itu diwajibkan berkoordinasi dengan upt
pendidikan di sekolah, pendamping juga wajib berkooridinasi
dengan puskesmas faskes yang ada di wilayah masing-masing.
Pendamping juga wajib berkoordinasi dengan kecamatan dan
kelurahan. Kenapa? Karena ya tadi itu ada kewajiban-kewajiban
RTS yang berkaitan dengan lembaga tersebut, ketika mereka
dibayarkan preminya akan disesuaikan dengan premi yang
seharusnya dibayarkan, contohnya kalau misalkan anak didiknya
kurang 85% daftar hadirnya itu akan diberikan sangsi dengan
potongan premi. itu koordinasi di lapangannya seperti itu. Sejauh ini
pendamping allhamdulilah sudah berjalan baik, bagaimana dia mau
validasi kalau kurang baik koordinasinya dengan pihak terkait
tersebut karena pendamping juga btutuh data dari mereka.”
Q18
Bagaiamana Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Sosial
Kota Serang?
“Satu tahun anggara itu ada beberapa macam kegiatan, jadi tidak
sosialisasi saja pemantauan kelapangan saja. Sosialisasi ya jelas
ada. Ada bentuknya langsung ada tidak langsung, kalau untuk
kecemburuan sosial di lapangan tugas pendamping yang harus
memberikan penjelasan, makanya kita adakan pembekalan untuk
pendamping agar bisa mengatasi permasalahan-permasalahan
dilapangan.”
Q19
Bagaimana kesiapan dari implementor program jamsosratu
terutama pendamping?
“Seharusnya sih udah siap ya, tapi itu kembali lagi ke individu
masing-masing, kesiapannya seperti apa, karena setiap tahun kan
diberikan pembekalan oleh Dinsos Provinsi, mengenai dilapangan
tantangannya seperti apa kendalanya seperti apa, jadi sudah dikasih
pembekalan, dan seharusnya udah siap.”
Q20
Kenapa terjadi data ganda/ double bantuan?
“Ya itu pendamping, ketika double itu masing-masing. Jadi, data
jamsosratu sama PKH itu kan satu data yaitu PPLS, PPLS itu
berasal di BPS yang dikelola oleh TNP2K, di PPLS itu ada 3 cluster
dimana cluster 1 sangat miskin, cluster 2 miskin, cluster 3 hampir
miskin. Pemerintah pusat melalui PKH itu sudah menanggulangi
cluster 1, tapi kan program PKH bisa di tingkatkan dari jumlah RTS
nya, jika cluster 1 suda habis maka bisa ngambil dari cluster 2.
Provinsi Banten melalui dinas sosial itu mengcover cluster 2 dan 3.
Ketika pemerintah pusat itu meluncurkan penambahan kuota RTS,
pastikan ngambil dari cluster 2. Adanya Pendamping PKH dan
Jamsosratu yang gunanya untuk koordinasi juga, karena
menghindari terjadinya data ganda tersebut.”
Q21
Bagaimana Kondisi sosial lingkungan dalam Program
Jamsosratu di kecamatan kasemen kota serang?
“Kondisi masyarakatnya jika dilihat dari segi pendidikan relatif
rendah, sehingga memicu rendahnya juga perekonomian mereka,
karena mereka tidak punya keterampilan maupun kemampuan yang
cukup untuk bekerja di sektor lain selain bertani. Sehingga
masyarakat memang perlu adanya bantuan yang memang bisa
merubah mindset mereka ke arah yang lebih baik, guna meningkatkan
taraf perekonomian mereka sendiri.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3-1
Pendamping Jamsosratu Kec. Kasemen
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jum’at, Tanggal 22
Januari 2016 di Kediaman I3-1
Q I I3-1
Q1
Tau ada recruitment Pendamping Jamsosratu dari mana?
“Di umumin dari dinsos provinsi lanjut ke dinsos kota, jadi melalui
dinsos kota, tidak semua tau.”
Q2 Dari kapan jadi Pendamping Jamsosratu?
“2014 sampai sekarang.”
Q3
Bagaimana mekanisme rekruitment pendamping?
“D3/ S1 semua jurusan. Tes tulis, di gedung PKP bulan November.
Tes kemampuan kebangsaan, kemampuan dasar wawasan
kebangsaan, lebih di tekankannya memang wawasan kebangsaannya,
karena kita program provinsi jadi lebih arah ke provinsi,
pengumuman di tempatkan nya dari Dinas Sosial Provinsi
selanjutnya dapet SK.”
Q4
Apakah ditempatkan sesuai asal pendamping?
“Gak.. gimana Dinas Sosial Provinsinya.”
Q5
Untuk pembekalan sendiri seperti apa?
“Setelah penerimaan ada pembekalan, tahap 2014 itu di anyer di
nuansa bali, terus 2015 merekrut pendamping baru lagi di tangerang
di hotel yasmin, pembekalaannya sama kaya yang udah-udah, kalau
yang pembekalan ini ya itu tadi pembekalan terkait dengan siapa aja
yang terlibat dalam program jamsosratu ini, instansi apa aja.”
Q6
Apa yang dibahas saat pembekalan?
“Pembekalan ngomongin masalah tapi tergantung dengan siapa saja
kita bekerjasma seperti dinas pendidikan kesehatan dan pihak terkait
perwakilan menyampaiakn materi, khusus pendamping.”
Q7 Kapan terakhir rekrutmen?
“Terakhir perekrutan desember 2014”
Q8
Apakah ada kantor untuk para pendamping?
“Kami punya sekertariat, khusus untuk pendamping Jamsosratu,
karena kami belum punya sekertariat jadi ikut sama sekertariat PKH,
di belakang Balai Dinsos provinsi. Tapi tidak setiap hari kalau ada
kegiatan baru ada sms masuk, baru kumpul di sekertariat.”
Q9
Bagiamana validasi data dilakukan?
“Validasi data nanti, karena kami baru berjalan 3 tahun jadi
orangnya itu aja yang dapet, tapi pemutakhiran data disitu kami
mengecek kehadiran siswanya terus kelapangan juga masih ada anak
sekolahnya gak, kalau sudah gak ada anak sekolahnya sudah di
noneligibelkan atau di putuskan dicoret sudah tidak mendapatkan
bantuan dari jamsosratu, nanti datanya keluar lagi dari PPLS
2011.”
Q10
Bagaimana kondisi di lapangan jika menggunakan data PPLS
2011, kan tidak update?
“Karena acuannya data PPLS 2011, karena pendataan itu 5 tahun
sekali.”
Q11
Berarti kemungkinan tidak tepat sasaran, itu bagaimana?
“Ya itu tergantung kebijakan pendampingnya, misalnya kalau saya
pribadi yang penting masih ada krterianya si no problem yang
penting masih ada kriterianya.”
Q12
Apakah pernah terjadi double bantuan?
“Pernah, kaya kemarin saja kejadian karena pendamping PKH baru
di rekrutmen terasuk Kota Serang baru lagi lima pendamping,
karena validasinya juga masih yaitu tadi sistemnya masih PPLS
2011, belum terbaru, banyak yang ada yang jamsosratu ada PKH itu
22 nya diambil, kebijakan tergantung kepada si penerima bantuan
mau pilih PKH atau jamsosratu, kalau sekali dapet PKH artinya
harus terus, tidak boleh ke jamsosratu karena jamsosratu itu kan di
bawah PKH, terjadi sama ibu neng, yang tercouver oleh jamsosratu
kemudian masuk PKH juga. Akhirnya baru-baru ini masuk ke PKH.”
Q13
Selama jadi pendamping apakah ada hambatan?
“Yaitu tadi serahkan aja sama allah, yang pasti saat pencairan,
ribetnya itu saat pencairan, sudah dibilangin tidak bisa diwkailkan,
karena kalau mau di wakilkan karena dua alasan yang pertama
karena meninggal ataupun kerana sakit, itu pun harus ada surat
keterangan kematian sama surat keterangan dari dokter. Untuk surat
keterangan kematian masih bisa di goalin sama pihak pos, tapi kalau
surat keterangan dari dokter masih di ragukan. Kemarin aja saat
pencairan tahap 3 si ibunya baru ngelahirin 2 hari, kemudian di
wakilkan oleh suaminya, tetep tidak bisa harus sama ibunya kata pt
pos. Kalau gak di ambil tidak hangus cuma nanti di ravel, tapi harus
di ambil hari itu juga. Boleh lebih 1-2 hari saja.”
Q14
Itukan diambil di pos terdekat, dan disini lumayan jauh itu
gmna?
“Kalau kecamatan kasemen di pos serang deket alun-alun. harus di
pos yang sudah ditentukan.”
Q15 Apakah ada kartu jamsosratu?
“Ada, ada kartunya.”
Q16
Kapan kartu jamsosratu di bagikan?
“Baru kemarin, baru-baru ini belum lama ditahap 3, yang ngebagiin
pendamping.”
Q17
Jadwal pencairan kapan?
“Kalau di jamsosratu setaun 3 kali, awalnya di rencanakan bulan
april, agustus, dan desember, tapi mungkin pihak dinsos bulan-bulan
itu tidak terlalu pusing, takutnya meleset. Selama saya jadi
pendamping bulan pencairan bulan juli agustus oktober.”
Q18 Persayaratan pencairan?
“Bawa kartu, KTP asli.”
Q19
Alasan bantuan di ravel?
“Data pertama kali dari dinsos, terus kita validasi, setelah validasi,
jika ada data yang di noneligibelkan maka ada data baru lagi sesuai
yang di eligibelkan kemudian validasi lagi terus ya baru kemungkinan
di pastikan data ini keluarnya uangnya di akhir tahun.”
Q20
Kapan Verifikasi dilakukan?
“Verifikasi perbulan dilakukan, dicek, formulir ferivikasi Cuma
dikasih 4 jadi bulan pertama gimana di selanjutnya.”
Q21
Setau bapak berapa anggaran yang di keluarkan oleh Dinsos
Provinsi untuk program ini?
“Kurang tau, tidak disebutkan. Kalau untuk yang pendamping saya
kemrain 163 juta. tahap 1 dan 2 tahap 3 167 juta.”
Q22
Bagaimana sitem koordinasinya?
“Pihak dinsos prov, dinsos kota tapi tidak terlalu, lebih ke dinsos
provinsi.”
Q23
Bagaimana bentuk laporannya?
“Bentuknya/ laporan bulanan, langsung ke dinsos provinsi tidak ke
kecamatann, operator provinsi.”
Q24
Laporannya mengenai apa aja?
“Laporan pertama latar belakang di bentuknya jamsosratu itu apa,
kedua manfaat, maksud dan tujuan, bab ii kegiatan selama satu
bulan, kegiatanya verifikasi pendidikan dan kesehatan kelapangan,
bab iii kesimpulan dan saran, sudah itu aja. Per pendamping satu
laporan.”
Q25
Apakah pihak kecamatan dilibatkan?
“Waktu saya pas RTS ada yang meninggal minta surat keterangan
ahli waris, saat pencairan tidak dilibatkan karena kita langsung face
to face sama orang yang dapat bantuan. Tapi itu tergantung
pendampingnya kalau saya lebih face to face.”
Q26
Apakah ada ketua kelompok?
“Ketua kelompok ada, untuk melaporkan saja kondisi di lapangan
RTS. Ketua perkampung. Di tunjuk langsung sama pendamping.
Dipilih yang aktif dan ngerti.”
Q27
Bagimana mengenai asuransi yang di adakan jamsosratu?
“Di 2014 itu bekerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan, si kepala
keluarganaya dapat asuransi kecelakaan kerja sama kematian, tidak
bayar premi. Di 2015 di bulan agustus sudah tidak kerja sama lagi
karena BPJS ketenagakerjaan terlalu ribet, mentang-mentang kita
gak bayar premi, kaya dipersulit gitu. Di ganti dengan sankesos tapi
jumlah nominalnya jauh lebih rendah dari BPJS, karena kalau BPJS
21 juta kalau kematian. Kalau kecelakan kerja disesuaikan nominal
yang di habiskan keluarga biaya perawatan. Nominalnya kira-kira 5-
7 juta per kepala keluarga. Dicariin langsung dari dinsos setelah
persayaratan dilengkapi oleh RTS.”
Q28 Apa Bentuk dukungan dari Dinsos Provinsi?
“Gaji dari dinsos provinsi per bulan atau di ravel kadang.”
Q29
Jika terjadi double bantuan bagaimana?
“Keputusannya tergantung sama si ibu nya, milih PKH apa
jamsosratu, karena dia anaknya sudah banyak, dia lebih tertarik ke
PKH, karena itu tadi PKH ngitungnya per anak yang sekolah.”
Q30
Kenapa terjadi double bantuan?
“Saya juga tidak tahu, datanya kan dari sana ya dari pusat PPLS
2011, udah dapet datanya itu kita udah gak tau lagi kesananya.”
Q31
Kapan ketauan terjadi double bantuan?
“Pas validasi, disaat validasi ditanya dulu ibu dapet PKH gak, kalau
misalkan dapet udah gak dapet bantuan saya, kalau belum dapet,
dapet bantuan jamsosratu.”
Q32
Bagaimana dengan Sosialisasi tentang jamsosratu?
“Kalau jamsosratu kan sosialisasi tergantung dari pihak dinsos, ya
itu tadi, kiat mah nunggu disuruh, kalau disuruh ya udah kalau gak
ada kerjaan ya kita free free aja, tapi jangan kebanyakan free juga
karena kita harus ngontrol ke lapangan nya, mengecek apakah si
pencari nafkah nya masih bisa bekerja apa gak, atau dalam artian
meninggal, soalnya kan kalo ada apa-apa ke saya.”
Q33
Seperti apa menanggapi masyarakat yang komplen?
“Yaa itu tadi, kan kita gak bisa menambahkan apalagi mengurangi.
Pernah ya kecamatan serang sampe demo ke dinsos kota gara-gara
gak dapet bantuan, karena yang dapet bantuan itu-itu saja. Karena
kita ngacunya pada PPLS 2011 jadi susah yah.”
Q34
Bagaimana bentuk koordinasi dengn pihak kecamatan maupun
kelurahan?
“Pertama kita izin dulu ke kecamatan paling perwakilan, terus lanjut
kekelurahan minta data nya segala macem, langsung door to door.”
Q35
Bentuk dukungan dari pihak dinsos prov?
“Dana operasional setaun 2 juta, harus habis untuk keperluan segala
macem untuk laporan ATK segala macem.”
Q36
Bagaimana Respon dari RTS setelah mendapatkan jamsosratu?
“Yaa pasti seneng lah kalau dia dapet bantuan pastinya, ya karena
itu tadi . kalau effect nya ke saya yah, jadi si warga miskin itu saling
mendoakan yaa semoga bapa sehat cepet dapet jodoh , saya suka
amiin aja.”
Q37
Perubahan di masyarakat seperti apa setelah mendapatkan
jamsosratu?
“Kehadiran sekolahnya udah mulai rajin kalo biasanya belang
betong, ke posyandunya juga. Kalau kehidupannya dengan uang 750
ribu per 4 bulan sekali apa dia membuat si penerima menjadi kaya,
gak mungkin kan kata pihak sana juga ngomomnya gitu katanya,
dengan uang 2250 ribu per tahun apakah membuat si RTS menjadi
kaya, gak kan. Paling tidak untuk memotivasia aja, memotivasi
siswanya supaya rajin sekolahnya, rajin ke posyandunya.”
Q38
Sejauh ini seperti apa kordianasi pelaksana jamsosratu dengan
stakeholder yang lain?
“Dengan pihak sekolah udah berjalan dengan baik, cuma ada aja
kalau sekolah-sekolah tertentu susah buat diminati ttd doang. Karena
gara-gara itu tadi kepala sekolahnya kayanya pengen dapet honor
juga jadi kadang dipersulit, jadi ada aja yang rese biasanya susah.
Kalau kesehaatan biasanya lebih mudah, jadi sudah tau program ini.
Tapi ada beberapa juga bidannya yang biasanya susah malah nyuruh
ke kader padahal di form nya suruhnya bidan desa ataupun kepala
puskesmas. Karena kalau lewat kader legalitasnya kurang mengena
karena tidak ada stempel. Kalau dipuskesmas kan pasti ada.”
Q39
Siapa yang menentukan jadwal pencairan?
“Dari dinsos prov, jadi dinsos prov kerjasama dengan pihak pos,
kira- kira kapan ni timenya yang pas, pas puasa biasanya karena
kebutuhan juga. Jadi memang di rundingin dengan pihak pos
takutnya pos juga ada acara sendiri seperti pencairan pensiunan.
Jadi sudah di tentuin jadwalnya terus masuk ke sekrenya, udah gitu
kita muter, harus ada ttd materai juga kan oleh si RTS nya diumumkn
kapan pencairannya.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3-2
Pendamping Kecamatan Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 27 April
2016 di SD Negeri Kasemen
Q I I3-2
Q1
Mulai kapan Bapak jadi pendamping?
“Mulai dari 2014, untuk seleksinya dari 2013, waktu itu ada
pembukaan saya masukan lamaran, ada panggilan terus tes satu
provinsi, pas keterimanya sekitar bulan oktober, desember ada
hasilnya bulan januari kita dapet sk langsung pembekalan 2014.”
Q2
Tahapan seleksi nya seperti apa?
“Tahapannya sih memang pas tau ada lowongan dari koran
pertama, kedua kebetulan memang orang tua di dinsos kota, jadi
saya dikasih tau kalau ada lowongan dan suruh di cari dikoran ini,
akhirnya nyari terus ngumpulin persyaratan. Mungkin sudah
jodohnya akhirnya dapet.”
Q3
Bentuk seleksinya apa aja?
“Seleksinya sih testertulis, wawancara juga. Setelah tes ada
pengumuman di pampang di mading setiap dinsos kab/ kotanya,
setelah itu di bagiin wilayah sesuai domisili stelah pembekalan di
anyer nuansa bali januari 2014.”
Q4 Berapa RTS yang bapak tangani?
“Saya untuk 2015 pegang 259 RTS.”
Q5
Apakah ada batasan untuk jumlah RTS per pendamping?
“Kalau batasan sih waktu pembekalan pernah di bahas, ya idealnya
satu pendamping itu 100-200, saya juga pernah bilang ke bagian tpj
dinsos provinsi kalau saya lebih dari 200, dan jawab beliau “udah
sih jalanin aja”, ya tapi kan beban yang harus saya datangin lebih
banyak lagi, tapi ya udah lah gak apa-apa, karena di kelurahan
margaluyu datanya segitu adanya.”
Q6
Sejauh ini bagaimana implemntasi jamsosratu di lapangan?
“Kalau dilihat dari respon masyarakat antusiasnya sangat baik,
kedua ya memang perhatian dari pemerintah setempat juga baik itu
staf desa kelurahanya RT RW nya mereka, karena memang pas awal
kita terbuka.”
Q7
Bagaimana menangani kecemburuan sosial di masyarakat?
“Kita luruskan, karena kita juga membantu program pemerintah,
kita jelasin juga ini program pemerintah replika dari PKH jadi bagi
RTSM ini yang tidak tercover pkh kita cover jamsosratu dengan
persayaratan yang 14 kategori, tapi kan 14 kategori yang sangat
miskin kita juga kasian lah, kalau saya sih patokannya dari
penghasilan dulu, usaha nya bagaimana sih, ada pekerjaan apa
tidak, kedua melihat dari rumah, kalau rumah sih saya tidak terlalu
jadi patokan.”
Q8
Seperti apa awal pertama turun ke lapangan?
“Awal sih kita bentuk kelompok, pertama karena memang yang
syarat harus dilakukan pendamping tuh membentuk kelompok, ya
karena kelompok ini memudahkan kita untuk koordinasi melalui
ketua, kelompok di bentuk gimana pendampingnya, mau per RT
kampunng maunpun di kuota atau gimana pun teknisnya.”
Q9
Bagimana bentuk koordinasi dengan pihak kecamatan/
kelurahan selaku yang punya wilayah?
“Kalau yang biasa kita lakukan kalau sesuai juknis, kita di masing-
masing kab/ kota itu ada kordinatornya. Untuk jalur koordinasi
dengan pemerintah kota baik itu pemerintah kota pemda nya sendiri
pak wali kota maupun dinas-dinas terkait, tugasnya koodrinator kota.
untuk tingkat kecamatan ada kordinator kecamatan, jadi di
kecamatan kasemen ini kita bentuk kordinator kecamatanya. Bentuk
koordinasinya, kita ketemu dengan pak camat kita ngobrol dan
menjelaskan program jamsosratu dan menjelaskan kita selaku
pendamping, kita kumpulin juga stakeholder yang ada, pak camat,
kepala upt, upt pendidikan, sama puskesams. Kita koordinasikan di
kecamatan kasemen ada berapa pendamping, kelurahannya mana
aja, kita undang juga lurahnya, kita perkenalan. Selanjutnya
diserahkan kepada pendamping masing-masing. Karena takutnya
ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.”
Q10
Kalau laporan perbulan apa pihak kecamatan dilibatkan?
“Kalau pihak kecamatan tidak terlibat. Kecuali untuk pihak
kelurahan mereka kan hanya ingin tau, jadi kalau untuk saya bisanya
memerikan datanya. Biar tau juga siapa aja dan berapa jumlah RTS
nya. Pelaporan untuk provinsi saja perbulan, hanya buat copyan
untuk dinsos kota juga, formatnya kegiatan perbulan.”
Q11
Seperti apa menanggapi masyarakat yang komplen?
“Biasanya kalau ada komplen dari masyarakat saya coba buat ajak
ngobrol dan jelasin seperti apa.”
Q12
Bagaimana dengan Sosialisasi tentang jamsosratu?
“Kalau ditingkat provinsi stakeholder memang sudah luar biasa
jamsosratu ini, Cuma memang di masyarakat bawah memng minim
informasi tentang jamsosratu itu apa, di situlah letak tugas
pendamping yang harus dijelaskan. Karena mereka kaya gitu karena
mereka tidak tahu.”
Q13
Bagaimana bentuk dukungan dari dinsos prov?
“Kalau dukungan sih allhadmulilah yah setiap kita koordinasi
kebutuhan apapun selalu di permudah, kalau untuk penunjang ada
biaya operasional dan honor tiap bulan juga ada, selain dari itu
tidak ada, yang penting mau koordiansi butuhnya apa, contoh saya
pernah usulkan bantuan lain seperti bantun usha bersama saya
usulkan ke dinsos prov. Dukungan yang lain selalu dimudahkan.”
Q14
Biaya operasional digunakan untuk apa saja?
“Digunakan untuk koordinasi ke kecamatan, mengumpulkan pak
camat pak lurah kan butuh makan minumnya, pokonya setiap
kegiatan yang berhubugan dengan jamsosratu mau ditingkat
kecamatan maupun kelurahan.”
Q16
Bagaimana dukungan dari pihak-pihak terkait?
“Kalau dukungan secara materi sih gak ada, cuma ya itu mereka sih
welcome, allhamdulillah diterima baik, ya intinya mah koordinasi aja
lah, allhamdulilah gak dipersulit yang penting kita kordinasi.”
Q17
Bagaimana koordinasi dengan pihak kecamatan?
“Setiap mau turun kelapangan saya selalu minta izin ke kecamatan
maupun kelurahaan atau RT RW nya karena takut disangkanya gak
sopan, dan biar di bantu juga kalau ada apa-apa.”
Q18
Bagaimana untuk mekanisme validitas?
“Kalau validasi setiap tahun yah, karena anggarannya kan per
tahun, jadi setelah SK kita terima baru kita turun kelapangan, mau
kegiatanya nya apa koordinasi segala macem, nah ketika data
masuk, kita kan sudah punya data ini kita kroscek dulu ke oprerator,
dikasih lembar veriifikaisnya, kita verifikasi ke warga, sebelum
datang ke warga kita harus lakasanakan dulu kooridnasinya mulai
dari kota kecamatan maupun kelurahan, izin dulu maksudnya apa
tujuannya apa, setelah itu baru datang ke masing-masing warga.
Biasanya saya di anter sama pak RT dan di diskusikan sama pak RT
dulu seblum langsung ke masyarakatnya.”
Q19
Indicator apa sajakah yang bapak lihat dari RTS?
“Indicator, penghasilan dulu usahanya apa, kondisi rumah juga.
Setelah semua indicator inti terpenuhi yang dirundingi sama pak RT,
setelah itu baru verifikasi ke masyarakat, biar cepet dan gak terlalu
berat saat turun kelapangan.”
Q20
Kenapa terjadi double bantuan?
“Faktor kesaalahan sih kelalayan pendamping yah yang tidak di
kroscek, yang kedua tidak ada kejujuran dari warganya saat
verifikasi.”
Q21
Bagaimana untuk prosedur pencairan?
“Itu kan langsung dari dinsos prov nya, pendamping kan hanya
mendampingi dan mengawasi, kalau teknis pencairan oleh dinsos
prov sepenuhnya, dari operator memberikan jadwal kepada
pendampinng, biasanya jangka waktunya sabtu minggu, per
kecamatan dan perkelurahan.”
Q22
Apasajakah persyaratan untuk pencairan?
“Persyaratan warga hanya bawa ktp asli, tidak bisa di wakilkan
ataupun surat kuasa, kecuali urgent.”
Q23
Apakah ada kartu jamsosratu?
“Kalau kartu ada kemarin uji coba, tapi belum kemarin hanya
kecamatan serang, karena kan butuh anggaran yah.”
Q24
Apakah di lapangan ada hambatan saat melakukan verifikasi?
“Allhamdulillah sekolah yang saya datangi tidak mempersulit dengan
catatan kita juga terbuka data. Karena di form verifikasi harus ada
ttd kepala sekolah sama stempel buat bukti kalau kita sudah data
sekolah itu.”
Q25
Bagaimana untuk sosialisasi?
“Kalau jamsosratu senidri sih yang saya lihat di media tv radio
Koran sudah ada sih, cuma kalau untuk kalangan bawah yang minim
informasi. Itu di pembekalan biasanya. Pembekalan setiap tahun
dikuhususkan ntuk pendamping baru. Dinsos prov yang ngadain.
Kalau kita hanya koordinasi saja, saat pembekalan kab kota juga ikut
partisipasi.”
Q26
Kegiatan Apasaja yang diadakan oleh dinsos kota?
“Selain pembekalan sih biasaya family gathering, dinsos prov saja
yang nagadain. Karena kalau dinas kab kota kan tidak ada
anggarannya untuk mengadakan kegiatan itu. Kalau kegiatan
silaturhami aja mah ada.”
Q27
Sejauh ini perubahan apa aja yang di rasakan oleh RTS?
“Saya pengen ngerubah mendset mereka, antar tadinya yang biasa
menerima supaya menolak, tapi alhamdulillah warga saya tuh ada
yang menolak karena malu usaha juga sudah jalan, kerena saya juga
waktu itu menggerakan agar uang ini diguankan untuk usaha
disisikan atau disimpan. Tapi itu juga hanya ada 4, yang lainnya mah
lumayan, kalau maslah sekolah allhadmulillah sebelumnya juga udah
bagus karena mereka sebelumnya juga sudah sadar kalau sekolah ini
penting. yang ibu hamil punya anak kecil allhamdulillah rajin ke
posyandu.”
Q28
Seperti apa kondisi ekonomi dikasemen?
“Kalau menurut saya, ekonomi di kasemen memang masih minim
banget yah, dari rumah, kadang saya juga suka miris banget yah saat
turun kelapangan, ada warga yang hanya rumahnya satu petak, gak
ada mck nya, suka mris lihatnya. Tapi allhamdulillah ke sini-sini di
bantu sama program lain seperti RTLH rumah tidak layak huni,
kelompok usaha bersama dan program-program pemerintah yang
lainnya yang sangat menunjang alhamdulilah 2015 2016 rumah tuh
udah ada peningkatan, sosial lingkungan sendiri sudah, tapi memang
ada beberapa titik yang masih layak banget buat jadi perhatian
pemerintah.”
Q29
Bagaimana Respon dari RTS setelah mendapatkan jamsosratu?
“Respon masyarakat sangat allhamdulilah bersyukur, cuma memang
ada beberpa pihak yang tidak dapat yang bahasanya kurang enak di
dengar.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-1
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Minggu, tanggal 15 Mei
2016 di Kediaman I4-1
Q I I4-1
Q1
Sudah berapa lama ibu mendapatkan jamsosratu?
“Pire yah, patang bale (empat kali).”
Q2 Pekerjaan ibu apa?
“Tandur sawah, nanem padi”
Q3
Punya berapa anak?
“Anaknya sing ada empat, sing masih ragem (yang masih bareng),
sing roro masih sekolah SMK karo SD.”
Q4 Uang dari jamsosratu pake apa aja?
“Pake jajan sehari-hari, pake beli pakean sekolah.”
Q5
Bisa nabung gak dari uang jamsosratu?
“Mboh yah, kadang-kadng ntak. Saking lakahna yah (pas pasan).”
Q6 Dengan adanya jamsosratu ngebantu gak?
“Primen yah, lumayan bae.”
Q7
Ada pengecheckan gak dari pendamping?
“Lakee, ari sing keliling mah belum pernah, kumpulan ning
kelurahan.”
Q8 Ibu tau gak jamsosratu itu apa?
“Kartu ne sing gambar rano karno warna abang.”
Q9 Dimana ngambil uang jamsosratunya?
“Ke pos serang, barengan.”
Q10
Tau gak sama pendamping Ibu?
“Mboh, ora kelingan. Pendampingnya mboh siape. Ora weruh.”
Q11 Persyaratanya apa aja kalau mau ngambil uang jamsosratunya?
“Jadi kalau mau dapet ngumpulin persyaratanya langsung ke RT.”
Q12
Punya kartu jamsosratunya gak?
“Punya.”
Q13
Berapa dapat uang nya?
“Biasane pitung atus seket, yang dikasih 700 yang 50 dikasih
petugas.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-2
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Minggu, tanggal 15 Mei
2016 di Kediaman I4-2
Q I I4-2
Q1
Dari kapan ibu dapat jamsosratu?
“Baru satu kali tapi dapetnya sekalian 2.250.000,-.”
Q2 Ada kartunya gak?
“Gak dikasih ja belum nong.”
Q3
Punya anak berapa?
“Ibu punya anaknya 6, yang sekolah 2 yang satu SMP kelas 3 yang 1
kelas 4 SD sama anak bayi umur 9 bulan.”
Q4
Uangnya dipakai apa aja?
“Uangnya buat beli baju seragam, biasa buat apa aja namanya juga
keluarga, buat makan sehari-hari sambilan, buat periksa ke
posyandu punya anak bayi mah, kaya kemarin kan dede nya baru di
timbang sama dikasih vitamin, soalnya suruh pendampingnya gitu.””
Q5 Uangnya cukup gak?
“Gak cukup nong, anak banyak nong.”
Q6
Bisa nabung gak dari uang jamsosratu?
“Boro-boro buat nabung nong, uangnya pas-pasan aja buat beli
kebutuahn sehari-hari, jadi ya gak bisa nabung.”
Q7 Tau pendampinya gak?
“Gak tau, gak pernah ada yang kesini.”
Q8
Persyaratanya apa aja kalau mau ngambil uang jamsosratunya?
“Dikasih tau sama pak RT suruh bawa KTP, ibunya langsung ke
kelurahan nong, ttd.”
Q9
Ada potongan gak uang jamsosratunya?
“Kalau bantuannya gak ada langsung dapet 2.250.000,-, kalau
potongan pas ttd ada 150 soalne ibu mah dapet ne sekalian, satu
orang 50 tu ama RT, tapi ibu mah kan sekalian jadi 150 di potong,
gak tau buat apa nong. Sebelumnya dikasih tau suruh bawa uang pas
ttd sebelum uangnya cair. Biasane 2 hari sebelum cair , Ibu mah gak
rewel-rewel.”
Q10 Bapaknya kerja apa?
“Kerja nong ning pabrik padi, negejrmu padi ngegiling padi.”
Q11 Ibunya kerja apa?
“Ibunya kuli tandur ngoyos.”
Q12
Dimana ngambil uang jamsosratunya?
“Ning serang di pos, kan gak boleh di wakilkan ya teh, jadi kemarin
juga saya ngambil uang ke Pos bawa si dede bayi sambil keujanan”
Q13 Ibu tau gak jamsosratu itu apa?
“Gak tau, taunya dapet duit.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-3
RTS Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Minggu, tanggal 15 Mei
2016 di Kediaman I4-3
Q I I4-3
Q1
Dari kapan Ibu dapat Jamsosratu?
“Udah berapa kali yah.. Udah lama.. Dikasih kartu merah, Ieu nu
enggal nembe dipasihanna, tadina teu kieu gambarna bu ratu.”
Q2 Punya anak berapa?
“Satu, sekolah kelas Satu.”
Q3
Ibu kerja apa?
“IRT, lamun ka tani tani bapak mah material kuli buruh neng.”
Q4
Tau pendampinya gak?
“Pak ade, itu kumpulna di pak RT nanang.”
Q5
Ada potongan gak uang jamsosratunya?
“Gak gak ada, allhamdulillah teu aya, dapetnya 750.000,- ribu full
sadayana nageh full teua aya potongan.”
Q6
Uangnya pake apa aja?
“Abi mah tos sabara kali kening geh sok pake ieu bae sakola, buku
seragam, tah kamari pake beli baju batik olahraga. Da saur pak ade
cenah teu kenging pake ka dieu kaditu cenah. Uangnya pake belanja
sehari hari, bapak kan buruh kan kadang dapet kadang gak cukup
ngebantu, kadang gak punya beras beli buat beras.”
Q7
Uangnya cukup gak?
“Nya allhamdulillah ngebantu kangge meser seragam sakola sareng
nyukupan kabutuhan sahari-hari, da rumah geh bedah rumah abi
mah, da gubuk tadina mah neng.”
Q8
Bisa nabung gak dari uang jamsosratu?
“Kalau sisa di tabung, kalau gak mah gak, di sekolahan tapi
nabungna.”
Q9
Dimana ngambil uang jamsosratunya?
“Ke pos serang, barengan berapa mobil, didieu ieh sabarah tilu
mobil serang.”
Q10
Persyaratanya apa aja kalau mau ngambil uang jamsosratunya?
“Persyaratannya KTP sama KK, kumpulannya di pak RT.”
Q11
Ibu tau gak jamsosratu itu apa?
“Nya uang nya kangge ieu bae kabutuhan sakola.”
Q12
Berapa dapat uang nya?
“Yang pertama dapet 1.500.000,-, ke sininya 750.000,-.”
Q13
Anaknya rajin sekolah gak?
“Kan dari awalnya udah dikasih tau sama pendampingya, kalau
anaknya gak boleh bolos, soalnya nanti ada pemotongan katanya,
terus nanti di cek juga ke sekolahnya.”
Q14
Bagaimana Prosedur Pencairan Jamsosratu?
”Gak boleh diwakilin katanya teh, jadi harus saya aja yang ngambil
soalnya kalau diwakilin harus ngurus-ngurus persyaratannya ke
kelurahan.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-4
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis tanggal 21 Januari
2016 di Kediaman I4-4
Q I I4-4
Q1
Sudah berapa kali ibu mendapatkan bantuan jamsosratu?
“Periode 2 udah 4 kali, cuma pas pertama saya di double 3.
Masalahnya kan periode 1 2 itu belum keluar ya, terus penerimaan
pertama itu 1.500.000,- langsung 3 kali. Terakhir nerima bulan
desember 2015 750.000. satu tahun 3 kali.”
Q2 Punya anak sekolah?
“Punya, satu kelas 3 SD sama balita.”
Q3 Suami kerja apa?
“Buruh bangunan, saya ibu rumah tangga.”
Q4
Bagaiamana proses pencairannya?
“Nanti kata pendampingnya sudah ada infromasi hari sabtu misal,
jumat tuh ngumpulin persyaratan.”
Q5
Persayaratannya apa saja?
“Fotocopy KTP 3 lembar dikasih ke pendamping terus di kasih
arahan, udah. Langsung nagmbil kesana , kan gak bisa di wakilkan.
Sama pendamping sudah diurusin tinggal ngasih KTP asli di tukar
sama uang.”
Q6 Bagaimana jarak pengambilannya?
“Luamayan jauh lah, rombongan naik angkot, naik motor juga ada.”
Q7
Menurut ibu uang segitu cukup tidak?
“Ya untuk anak sekolah yah, allhamdulillah buat tambah-tambah,
buat beli sepatunya kalau sudah jebol, beli tasnya kalau sudah robek,
buat lks keperluan sekolah.”
Q8
Apakah kebutuhan dasar pangan, sandang, dan papan ibu
terpenuhi?
“Allhamdulillah sih teh ya, kalau buat saya uang dari Jamsosratu ini
membantu, karena selain untuk kebutuhan sekolah anak saya,
terkadang saya pakai juga buat beli kebutuhan lainnya, kaya beli
beras.”
Q9
Apa ada arahan dari pendamping?
“Iya, persyaratannya harus rajin sekolah, gak boleh bolos, terus
yang pasti mah.”
Q10 Kapan verifikasi di lakukan?
“Kayanya abis pencairan.”
Q11
Bayinya suka di periksa ke posyandu gak?
“Iya kan kata pendampingnya selain anaknya gak boleh bolos juga,
karena saya kan punya bayi juga, jadi katanya harus sering periksa
ke posyandu, nanti ada pengecekan lagi sama pendampingya.”
Q12
Sekolah apa ada verifikasi?
“Iya, pendamping juga kan ngecek ke sekolahan, kan misalnya sudah
dapet nanti anakanya di tanya dsana dapat bantuan gak makannya
orang tua harus ngasih tau anaknya kalau dapat bantuan, makanya
sama kepala sekolah harus ngomong. nanti pendamping minta ttd
dari sekolah, kalau sekolahnya sering bolos bisa di kurangi ada
pertimbangan lagi lanjut gak nya. Poko utamanya harus rajin sekolah
gak boleh males. Sama ngecek ke posyanduu, rajin gak anaknya di
periksa kesehatannya. Banyak yang ngotot ingin tetap dapat bantuan
setelah dicoret, padahal anaknya sudah gak sekolah, terus ada yang
pura-pura hamil biar dapet terus, sampe pendampingya di musuhin.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-5
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 21
Januari 2016 di Kediaman I4-5
Q I I4-5
Q1
Ibu dapat jamsosratu berapa kali?
“Udah berapa kali yah, lupa.”
Q2
Berapa jumlah uang yang diterima?
“Tujuh setengah.”
Q3
Ibu punya akan sekolah?
“Punya, ada 5, yang pertama sudah keluar yang 2 SMP kelas 1, yang
ketiga SD kelas 6, kelas 4, yang paling kecil paud.”
Q4
Suami kerja apa?
“Yaa apa aja lah, buruh. kalau saya nyuci di setiap tetangga
sampingan buat jajan.”
Q5
Uangnya buat apa?
“Buat anak-anak aja buat beli buku, soalnya kalau di pake yang lain
kan suka ada pengontrolan, dari jamsosratu datang kesekolah, jadi
nanti di tanya anaknya dapet bantuan gak, jadi ibunya harus
ngomong sama anaknya biar anaknya tau. Takutnya di tanya anaknya
gak tau. Kadang-kadang kalau belum lunas, bayar dulu
kesekolahan.”
Q6
Uangnya cukup gak?
“Gak yaa, gak cukup.. kemarin kan datang lagi LKS, SD juga kan
harus beli, paling buat yang kecil-kecil dulu. Makanya saya nyuci
buat nambah-nambah. Uangnya cuma cukup buat bayar sekolah
anak-anak aja neng, itu aja masih kurang”
Q7
Kapan dilakukan verifikasi?
“Pas sudah pencairan, 2 hari pencairan.”
Q8 Bagiamana jarak pengambilannya?
“Luamayan jauh lah, bareng-bareng rombongan naik angkot.”
Q9
Persayaratnya apa saja kalau mau pencairan?
“Biasanya rapat dulu di rumah pendamping, ngumpulin KTP, terus
ke pos langsung bawa KTP asli sama kartunya.”
Q10 Bener gak Ibu mendapatkan PKH dan jamsosratu?
“Iya saya dapat jamsosratu sama PKH”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I4-6
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 21
Januari 2016 di Kediaman I4-6
Q I I4-6
Q1
Ibu dapet jamsosratu berapa kali?
“Baru 3 kali, penyusulan soalnya pertama mah belum dapat, tahap 2
baru dapet 1.500.000,-, keduanya 750.000,-. Terakhir kemarin
desember.”
Q2 Ibu punya anak berapa?
“3, yang sekolah satu anak ke dua SMP kelas 1.”
Q3 Bapa kerja apa?
“Serabutan, tani apa aja, kalau saya kuli ngasuh.”
Q4
Uangnya untuk apa aja?
“Kemarin pake daftar ulang 200, Beli sepatu yang murah cepet
rusak. Beli buku, puguh ini juga pengen beli seragam, can kabeli.
Alllhmdulillah ya neng dapet bantuan, ada anak sudah gede belum
kerja, kalau kerja mah ada yang bantuin. Saya kuli ngasuh buat
nambah-nambah, itu juga buat bayar utang mingguan.”
Q5
Bagiamana jarak pengambilannya?
“Ada rombongan naik angkot, nanti kalau pulang ditagiihin tuh,
kadang gak bawa uang gak punya uang, ongkosnya 12 ribu pulang
pergi, kalau sendiri mah 16 ribu. Nanti bayarnya pas pulang abis
dapet uang.”
Q6
Biasanya ada pengeceakan gak dari pendamping?
“Langsung kesini kemarin tuh, abis dapet terakhir tuh suruh
ngumpulin bslm, kk , ktp sama rapot anak sekolah kemarin bagi rapot
tuh, suruh dikumpulin buat di cek bener gak sekolah.”
Q7
Anaknya rajin sekolah gak?
“Iya kan suruhnya gitu ya, anaknya gak boleh bolos katanya, kalau
gak nanti dipotong bantuannya.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I5
Kasi Kesejahteraan Sosial (kesos) Kec. Kasemen
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin, Tanggal 18
Januari 2016 di Kantor Kec. Kasemen
Q I I5
Q1
Apakah ada tembusan mengenai kegiatan pendamping
dilapangan kepada pihak kecamatan?
“Tembusannya ke kecamatan, nanti kita evaluasi, dari evaluasi itu
nanti kita kasih masukan, karena kan ada posisi-posisi yang misalkan
Jamsosratu itu tidak tepat sasaran, kita mungkin lebih berdasarkan
data-data yang kita punya kita kasih ke mereka, melalui TKSK
namanya abdul syukur, dia nanti yang langsung ke provinsinya.”
Q2
Apakah ada sosialisasi Jamsosratu?
“Ada, langsung dari provinsi kalau sosialisasi, biasanya kan rakor
mereka dapat pemberitahuan, nanti akan ada yang namanya
pencairan jamsosratu, nanti dari itu kita kontrol ketika pencairan
biasanya kita diundang, sekalian untuk perisapan monitoring
mungkin sama evaluasi, tapi kalau pelaporan nanti dari pendamping
masing-masing. Tapi nanti mereka buat laporan dalam arti tembusan
ke kita, nanti harus ada SOP nya.”
Q3
Kapan sosialisasi dilakukan?
“Kalau tahun kemarin saya mendapatkan undangan itu ada 2 kali,
kalau gak salah dalam satu tahun, jadi sosialisasinya tidak
kemasyarakat, tapi biasanya sosialisasi lurah-lurah dipanggil, untuk
pendamping masing-masing kecamatan nanti mereka memberikan
arahan untuk yang penerima nantinya, (sosialisasi tingkat kecamatan
langsung kepeserta Jamsosratu).”
Sosialisai dilakukan dimana?
“Waktu itu biasa kita diundang, sempat di gedung korpri, kebetulan
memang yang diundang camat, cuma saya yang mewakili, terus
lurah-lurah yang wilayahnya mendapatkan jatah Jamsosratu, sama
pengurusnya, secara keseluruhan bukan hanya kecematan kita.
Kemudian ada juga di gedung rapat bappeda, tapi langsung waktu itu
rapat evaluasi. Satu lagi kemarin pas di Marbella, itu tujuannya
langsung pemberitahuan pendamping-pendamping Jamsosratu
perkenalannya sekalian program-program nya yang di usung oleh
provinsi, sama kenaikan honor pendamping, kalau kita hanya
mendengarkan saja.”
Q4
Apa peran Kecamatan?
“Kita fungsinya cuma koordinasi, bukan koordinasi juga ya tapi sub
koordinasi bahasanya.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I6
Sekjen LSM JP3B (Jaringan Pemuda Peduli Pembangunan
Banten)
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Selasa, Tanggal 14 juni
2016 di sekretariat JP3B
Q I I6
Q1
Menurut Bapak bagaimana pelaksanaan Jamsosratu sejauh ini?
“Sepengetahuan saya ya yang namanya program jamsosratu itu kan
salah satu amanat yang di pergub kan, artinya jamsosratu ini kan
salah satu program pemerintah provinsi banten yang bertujuan
memmbantu mengentaskan permasalah sosial, baik itu kemisikinan,
kesehatan maupun hal-hal lain. Menurut pemantauan saya secara
langsung maupun berdasarkan sumber-sumber pemberitaan, setiap
tahu jumlah RTS jamsosratu terus bertambah, tahun 2016 aja kan
hampir 54 ribu RTSM kalau tidak salah di ekspos oleh dinas sosial.
Artinya patut kita pertanyakan apakah peningkatan jumlah RTSM itu
berdasarkan program bergilir, artinya apakah yang mendapatkan
bantuan jamsosratu ini setiap tahunnya dapat atau bergulir. Berarti
kan secara tidak langsung program jamsosratu itu tidak berjalan
dengan baik kalau menurut saya ya, artinya setiap tahun selalu ada
peningkatan. Apakah itu memang bergulir ataupun apa mekanisme
nya seperti apa karena yang saya tau langsung ke kantor pos ya
pengambilannya itu. Karena untuk jamsosratu ini bergandengan
dengan PKH. Dan menurut saya sudah berjalan dengan baik ya
program jamsosratu ini, dimana untuk setiap tahunnya untuk
penerima itu mendapatkan kenaikan jumlah Bantuannya. Selain itu
program jamsosratu pun mendapatkan penghargaan dari
kementerian sosial, artinya di situ sudah dilakukan survey ataupun
penilaian oleh pusat bagaimana program jamsosratu ini berjalan,
berrati artinya sudah berjalan dengan baik, itu seagai salah satu
program pemerintah daerah sebagaimana dimahatkan di UU untuk
melakukan program ataupun upaya-upaya dalam rangka
mengentaskan kemiskinan, artinya yang setiap tahunnya bertambah
jumlah RTS nya berarti kan ada rolling penerima dan setiap tahun
kan dilakukan verifikasi ataupun pendataan yang dilakukan oleh
pihak dinas sosial kabupaten kota yah. Artinya saya melihat dari
kacamata saya sebagai sosial control, program ini sudah sangat baik
dilaksanakan, bisa dilihat mungkin dari indeks angka kemiskinan
yang di BPS sudah semakin menurun, mungkin itu salah satu dampak
dari program jamsosratu itu ya, terlepas indikatornya apa saya
kurang tahu. Pas ekspos pertama mengenai kemiskinan oleh BPS
saya juga diundang.”
Q2
Apakah itu berarti tujuan dari program jamsosratu tercapai?
“Kalau tujuan itu kan sudah ada di amanat kan dipergub itu yah,
mudah-mudahan ya tercapai, dengan banten mendapatkan
penghargaan dari kementerian sosial, itu kan salah satu indicator
bahwa program itu berjalan dengan baik, bahwa setiap tahun
pemerintah provinsi banten menganggarkan anggaran APBD untuk
kegiatan itu, artinya kegiatan itu memberikan dampak positif untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.”
Q3
Apakah ada muatan politk dalam program jamsosratu?
“Kalau muatan politis sih awal juga kan udah pasti yah, dari
namanya saja kan. Tapi kita lepaskan lah dari nama itu ketika
memang tujuannya untuk masyarakat apalagi masyarakat kelas
bawah ya kenapa tidak, karena dari nama saja itu kadang bisa
menciptakan daya tarik, mudah di ingat ataupun apa masyarakat
sebagai salah satu icon juga buat di banten sendiri bahkan di
nasional. Bahkan saya sempat baca di media bahwa program
jamsosratu yang ada di provinsi banten ini dijadikan contoh bagi
provinsi lain, bahkan mahasiswa-mahasiswa diluar banten pun
univeristas lain banyak yang tertarik menjadikan ini jadi bahan
skripsi maupun makalah, dari universitas erlangga itu salah satunya
ya kalau gak salah. Kita memang tidak terlalu focus dalam program
jamsosratu ini, tapi kita mengamati, artinya dengan adanya program
jamsosratu itu terlepas adanya muatan politis atau tidak berdampak
baik untuk masyarakat. Artinya disini bisa dijadikan program
pemerintah daerah maupun skpd yaitu dinas sosial. Dengan adanya
atau semakin banyaknya program-program sosial yang dilakukan
oleh pemerintah daerah itu akan berdampak baik dan positif kepada
masyarakat. Tapi disisi lain, kadang fakta dilapangan tidak obyektif.
Memang sudah rahasia umum. Kadang penerima yang tidak layak
menerima. Dan masyarakat tidak bisa berupaya apapun ketika
masyarakat yang berhak tidak mendapatkan hak nya kadang harus
mengacu ke verifikasi, dia tidak terdaftar sebagai penerima.
Secara garis besar sudah berjalan dengan baik, jika dilihat dari
menurunnya angka kemiskinan, selain itu kan bantuan itu bisa
dijadikan untuk usaha-usaha ataupu modal dan untuk uang sekolah
dan lainnya. Karena saya pernah berdampingan dengan dinas sosial
kabupaten untuk PKH di situ juga berdampingan dengan jamsosratu
yah, contohnya untuk kabupaten serang itu sudah berjalan dengan
baik program PKH dan Jamsosratu. Memang awalnya muatan
politis, walaupun bermuatan politis tapi berdasar, artinya ada
amanat UU yang mengamanatkan pemerintah daerah provinsi itu
melakukan program dalam upaya pengentasan masalah sosial itu.”
Q4
Menurut bapak apa kekurangan dan kelebihan dari program
jamsosratu?
“Kalau kekurangannya menurut saya, cuma di verifikasi data
penerima, artinya ketika memang masyarakat itu berhak ataupun
sesuai menerima program jamsosratu itu, ya kenapa tidak dia di
daftarkan. Itu harus lebih obyektif lagi melihat masyarakat yang
memang berhak. Kegiatannya berjalan tapi tidak merata,
anggarannya keluar tapi tidak merata. Untuk data ppls juga
seharusnya lebih update yah setiap tahun kalau bisa. Kelebihannya
mungkin untuk jamsosratu ini, mungkin bukan kelebihan yah artinya
tujuan yang dicapai itu sudah berjalan dengan baik kalau menurut
saya. Karena pertama misal adanya perluasan cakupan penerima
seperti Kota Tangerang selatan dan Kota Tangerang, karena
ternyata disana masih banyak rakyat miskin artinya memang dikota
besar itu ada ketimpangan sosial.”
Q5
Apa masukan yang harus dilakukan oleh pemerintah?
“Masukan saya untuk pemerintah yah, artinya untuk lebih cermat
lagi melakukan verifikasi data penerima, yang kedua harus dilakukan
hasil kajian dari pencapaian jamsosratu ini harus lebih di ekspos
lagi kepada masyarakat, intinya masyarakat harus tahu apakah
program ini sudah tepat sasaran atau tidak, karena ada UU
mengenai keterbukaan informasi juga yah. Karena untuk di web
dinas sosial sendiri kan tidak ada. Jangan sampai program yang
bertujuan untuk mengentaskan permasalahan sosial menjadi gejolak
sosial di masyarakat. Pencapaiannya dan hasil akhirnya masyarakat
juga perlu tahu, memang sudah dibantu oleh media yah untuk
memblow up atau mempublikasikan, tapi tidak cukup dengan itu saja,
karena masyarakat juga kan terbatas dalam mengakses informasi.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
I
Q Pertanyaan/ Jawaban
I1
Menurut Ibu apakah tingkat kesejahteraan sosial serta daya beli
RTS di Provinsi Banten meningkat setelah adanya program
Jamsosratu?
“Kalau dilihat dari data kemiskinan sih ada penurunan yah, yang
artinya berarti ada peningkatan kesejahteraan, berapa persennya kurang
tau ya, ada diberita waktu itu, bisa teteh cek ya. Ada penurunan
terlihatlah sangat signifikan.”
Menurut Ibu bagaimana kebutuhan dasar pangan, sandang, dan
papan RTS setelah adanya program Jamsosratu?
“Tentunya membaik yah, karena kan bantuan Jamsosratu ini
memberikan bantuan berupa uang sebesar Rp. 750.000,- per triwulan,
dan juga ada uang jaminan buat kepala keluarganya yang sebagai
pencari nafkah, sehingga mereka bisa memanfaatkan uang tersebut
untuk kebutuhan apapun, dan juga untuk pencari nafkah bisa lebih fokus
bekerja karena mereka punya jaminan kecelakaan kerja.”
Menurut Ibu apakah taraf pendidikan anak-anak RTS meningkat
setelah bergulirnya program Jamsosratu?
“Tentunya program ini berpengaruh meskipun hanya sedikit. Karena
disini kan RTS memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, dimana anak-
anak mereka yang sekolah tingkat kehadirannya tidak boleh kurang dari
85%, karena nanti akan dapat sanksi berupa potongan premi jika tidak
memenuhi syarat yang tadi. Maka pasti itu akan jadi tuntutan mereka
juga untuk tidak membiarkan anaknya tidak sekolah.”
Menurut Ibu apakah kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak
balita RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu?
“Sama kaya jawaban sebelumnya ya teh, disini kan ada kewajiban
penerima Jamsosratu yah, memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak
balita, ibu menyusui itu minimal 4 kali ke pos pelayanan posyandu
maupun puskesmas, dan faskes lainnya. Karena kita juga kerjasama
dengan para pemberi layanan disana, jadi kelihatan disitu seberapa
sering si penerima itu melakukan pemeriksaan. Kan nanti ada
pemotongan kalau misalkan tidak memenuhi persyaratan, jadi uang
bantuan sebesar Rp. 2.250000,- itu tidak full kalau hasil verifikasi
persyaratannya tidak memenuhi seperti pendidikan dan kesehatannya
85% minimal 4 kali selama tahun ajaran berlangsung. Jadi pasti ada
peningkatan.”
Menurut Ibu apakah kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak
balita RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu?
“Tentu, karena ya seperti jawaban sebelumnya tadi, sudah menjadi
kewajiban mereka untuk mengakses pelayanan pendidikan maupun
kesehatan. Karena ada hak ada kewajiban. Hak mereka menerima
bantuan, kewajibannya ya itu tadi.”
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
punya perlindungan dan jaminan bagi yang penafkahnya?
“Oh iya.. karena Jamsosratu itu kan selain memberikan uang Rp.
2.250.000,- per tahunnya, juga ada jaminan kecelakan kerja untuk
pencari nafkahnya, notabene nya yang bekerja di sektor informal.”
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
punya investasi dalam bentuk tabungan uang?
“Kalau itu pasti ya teh, soalnya kan itu merupakan salah satu kewajiban
mereka untuk menabung per bulannya yaitu Rp. 10.000,-.”
Menurut Ibu apakah dengan adanya program Jamsosratu ini dapat
membangun dan mengembangkan modal sosial, seperti kepercayaan,
jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan
pendamping?
“Oiya teh pastinya yah, soalnya kan itu gunanya pendamping dan
kenapa harus di bentuk kelompok-kelompok RTS. Memang dibentuk agar
tercipta seperti itu, juga untuk pendamping memang sudah kewajibanya
untuk selalu memberikan motivasi dan masukan kepada RTS.”
Mengenai pencairan kenapa harus ke POS saja, kenapa tidak
memberdayakan pihak kecamatan?
“Insyaallah relatif aman ketika ada lembaga yang tugasnya dibidang itu
ya, disini kan tugasnya kantor pos. Kita melibatkan berbagai instansi
disini diantaranya kantor pos yang tugas nya sebagi penyalur.
Mengantisipasi juga seperti itu, disini diharapkan penerima menerima
haknya sesuai, karena yang menerima lansgung mereka, tidak melalui
beberapa orang. Meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, meskipun
mungkin ada wilayah yang cukup jauh dari kantor Pos, tapi kenapa kita
memilih kantor pos pilosopinya seperti itu, tidak semua lembaga
keuangan itu masuk kepelosok daerah hanya kantor Pos aja, kantor Pos
kan hampir disetiap wilayah ada, dikecamatan pasit ada. Kalau lembaga
keuangan lain belum tentu ada, jadi akses mereka untuk nerima bantuan
itu lebih mudah.”
I2
Menurut Bapak apakah tingkat kesejahteraan sosial serta daya beli
RTS di Kota Serang meningkat setelah adanya program
Jamsosratu?
“Dengan adanya program jamsosratu kesejahteraan dan daya beli
masyarakat pasti meningkat, karena mereka jelas dapat bantuan masing-
masing RTS sebesar Rp. 750.000.- per triwulan, otomatis kebutuhan
dasar khususnya mereka sudah masing-masing ada sumber-sumbernya,
misalkan jamsosratu dari aspek pendidikan kesehatan di tujukan seperti
itu, mereka juga selain dapat program jamsosratu juga dapat program-
program bantuan lain.”
Menurut Bapak bagaimana kebutuhan dasar pangan, sandang, dan
papan RTS Kota Serang setelah adanya program Jamsosratu?
“Pasti meningkat, harus. Jangan sampai sudah dapat proram
jamsosratu, sandang pangan dan papan nya tidak terpenuhi, berarti ada
maslah dalam RTS nya, karena kan semua kebutuhan dasarnya sudah di
jamin, dari kesehatannya, ekonomi dan pendidikan anaknya. Di tambah
lagi mereka ini kan dapat bantuan lainnya seperti KKS, raskin, anaknya
dapat BSM, keluarganya masing-masing individu dapat jaminan
kesehatan. Jadi terbantu juga dengan program yang lain.”
Menurut Bapak apakah taraf pendidikan anak-anak RTS meningkat
setelah bergulirnya program Jamsosratu?
“Pasti yah, soalnya kan memang ada kewajiban RTS untuk lebih
memeperhatikan anak-anak sekolahnya agar tingkat kehadirannya tidak
kurang dari persyaratan yang sudah di tentukan, selain itu kan ada
pengawasan juga yang dilakukan oleh pendamping.”
Menurut Bapak apakah kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak
balita RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu?
“Jelas meningkat, karena di jamsosratu itu ada pengawasan di masing-
masing pendamping, ketika si ibu hamil ini maupun ibu yg memiliki
balita tidak memeriksakan ke posyandu maupun faskes yang ada di
masing-masing wilayahnya, itu maka di kenakan sanksi, pengenaan
premi. Sama juga seperti yang diterapkan kepada anak sekolahnya,
kalau misalkan kehadirannya kurang 85% maka premi nya di potong,
makannya kalau di tanyakan ada peningkatan atau tidak, pasti soalnya
itu kewajiban mereka. karena ada hak dan kewajiban.”
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
aksesbilitas dan motivasi RTS Kota Serang terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan meningkat?
“Pasti meningkat yah, karena itu kan kewajiban RTS, dan menjadi
motivasi RTS juga agak tidak mendapatkan potongan.”
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu RTS
Kota Serang punya jaminan dalam kehidupan masa depan?
“Itu kan sudah termasuk didalam program jamsosratu ini yah, jadi sudah
pasti ada jaminan kecelakaan kerja untuk Penafkah. Sehingga penafkah
bisa focus bekerja tanpa memikirkan hal-hal lain.”
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu ini
dapat membangun dan mengembangkan modal sosial, seperti
kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan
pendamping?
“Jelas, melalui pembentukan kelompok itu, bisa tercipta gotongroyong
maupun saling membantu antar RTS, karena terjalin sillaturahmi dalam
satu kelompok tersebut yang menjadikan komunikasi yang baik antar
RTS.”
I3-1
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
aksesbilitas dan motivasi RTS Kota Serang terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan meningkat?
“Sampai sekarang sih belum ada RTS yang dapat potongan bantuannya,
soalnya saat verifikasi datanya selalu memenuhi persyaratan.”
I3-2
Menurut Bapak apakah dengan adanya program Jamsosratu
aksesbilitas dan motivasi RTS Kota Serang terhadap pelayanan
pendidikan dan kesehatan meningkat?
“Sejauh ini RTS yang saya dampingi selalu memenuhi syarat yah saat
verifikasi, anaknya bisa lihat tingkat kehadirannya bagus.”
I4-1
Bagaimana setelah mendapatkan bantuan Jamsosratu?
“Allhamdulillah cukup ngebantu, buat nambah-nambah biaya sehari-
hari.”
Bagiamana pengambilan uang nya?
“Pake angkot bareng yang lain, soalnya kalau sendiri ongkosnya kan
lebih mahal, kalau banyakan kan di carter.”
I4-2
Uangnya dipakai apa aja?
Uangnya buat beli baju seragam, biasa buat apa aja namanya juga
keluarga, buat makan sehari-hari, sambilan, buat periksa ke posyandu
punya anak bayi mah.”
Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS?
“Kan suka di cek gitu ke sekolah, diperiksa daftar hadir anaknya, kalau
kurang katanya bantuannya di potong, jadi anaknya gak boleh bolos
sekolahnya.”
Uangnya dipakai apa aja?
“Iya kalau udah waktunya periksa saya suka ke posyandu, kaya kemarin
kan dede nya baru di timbang sama dikasih vitamin, soalnya suruh
pendampingnya gitu.”
Bisa nabung gak dari uang jamsosratu?
“Boro-boro buat nabung nong, uangnya pas-pasan aja buat beli
kebutuahn sehari-hari, jadi ya gak bisa nabung.”
Bagaimana Prosedur Pencairan Jamsosratu?
“Kan gak boleh di wakilkan ya teh, jadi kemarin juga saya ngambil uang
ke Pos bawa si dede bayi sambil keujanan.”
I4-3
Uangnya cukup gak?
“Nya allhamdulillah ngabantu kangge meser seragam sakola sareng
nyukupan kabutuhan sahari-hari, da rumah geh bedah rumah abdi mah
neng.”
Uangnya pake apa aja?
“Uangnya pake belanja sehari hari, bapak kan buruh kadang dapet
kadang gak cukup ngebantu, kadang gak punya beras ya buat beli beras
uangnya.”
Anaknya rajin sekolah gak?
“Kan dari awalnya udah dikasih tau sama pendampingya, kalau
anaknya gak boleh bolos, soalnya nanti ada pemotongan katanya, terus
nanti di cek juga ke sekolahnya.”
Bisa nabung gak dari uang jamsosratu?
“Kalau sisa di tabung, kalau gak mah ya gak nabung, di sekolahan tapi
nabungnya.”
Bagaimana Prosedur Pencairan Jamsosratu?
“Gak boleh diwakilin katanya teh, jadi harus saya aja yang ngambil
soalnya kalau diwakilin harus ngurus-ngurus persyaratannya ke
kelurahan.”
I4-4
Menurut ibu uang segitu cukup tidak?
“Ya.. untuk anak sekolah yah, allhamdulillah buat tambah-tambah, buat
beli sepatunya kalau udah jebol, beli tasnya kalau sudah robek, buat LKS
dan keperluan sekolah lainnya.”
Apakah kebutuhan dasar pangan, sandang, dan papan ibu
terpenuhi?
“Allhamdulillah sih teh ya, kalau buat saya uang dari Jamsosratu ini
membantu, karena selain untuk kebutuhan sekolah anak saya, terkadang
saya pakai juga buat beli kebutuhan lainnya, kaya beli beras.”
Bayinya suka di periksa ke posyandu gak?
“Iya kan kata pendampingnya selain anaknya gak boleh bolos juga,
karena saya kan punya bayi juga, jadi katanya harus sering periksa ke
posyandu, nanti ada pengecekan lagi sama pendampingya.”
I4-5
Uangnya cukup gak?
“Gak yaa, gak cukup.. Kemarin kan datang lagi LKS, SD juga kan harus
beli, paling ya uangnya buat memenuhi kebutuhan yang kecil-kecil dulu.
Makanya saya nyuci buat nambah-nambah. Uangnya cuma cukup buat
bayar sekolah anak-anak aja neng, itu aja masih kurang.”
I4-6
Anaknya rajin sekolah gak?
“Iya kan suruhnya gitu ya, anaknya gak boleh bolos katanya, kalau gak
nanti dipotong bantuannya.”
Bagiamana jarak pengambilannya?
“Paling naik angkot teh yah, rombongan sama yang lain. Itu juga
kadang bayarnya belakangan soalnya saya kadang gak punya uang buat
ongkos.”
I6
Apakah itu berarti tujuan dari program jamsosratu tercapai?
“Kalau tujuan itu kan sudah di amanat kan di pergub itu yah, mudah-
mudahan ya tercapai, dengan Banten mendapatkan penghargaan dari
kementerian sosial, itu kan salah satu indikator bahwa program itu
berjalan dengan baik, bahwa setiap tahun pemerintah Provinsi Banten
menganggarkan anggaran APBD untuk kegiatan itu, artinya kegiatan itu
memberikan dampak positif untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.”
2. Sumberdaya
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Kita juga ada rekruitmen pendamping setiap tahun ketika ada
penambahan perluasan penerima/ penambahan kuota, dan
memerlukan pendamping yang lebih banyak. Ada proses rekruitmen,
pertama kita sampaikan ke dinas kabupaten/ kota, lamaran itu ke
kabupaten/ kota, di rekap dan di masukan ke kita. Terus kita rekap,
setelah itu baru kita verifikasi layak tidaknya si calon pendamping
ini, misal min- D3, diutamakan untuk operator dari background
komunikasi atau komputer imformatika, pendamping diutamakan dari
sosial min- D3. Untuk usia tidak lebih dari 40 tahun. Setelah di
verifikasi baru di tetapkan calon yang layak, nanti seleski berupa
ujian tertulis interview juga.”
Bagaimana aparatur pemerintahaan dikerahkan?
“Ada bagian yang mengurus masalah data, yaitu operator tingkat
provinsi mupun kabupaten/ kota.”
Bagaimana dengan anggaran dalam menunjang program
Jamsosratu, apakah sudah memenuhi semua kebutuhan dalam
pelaksanaan Jamsosratu?
“Anggarannya sendiri kan di ambil dari APBD. Untuk bantuanya
sendiri 3 tahap setiap tahapnya Rp. 750.000,- per triwulan setaip
RTS, jadi total kali 3 jadi Rp,- 2.250.000,- per RTS. Kalau untuk
tahun kemarin 49.000 RTS x Rp. 2.250.000,- = Rp. 110.250.000.000,-
untuk tahun 2015, itu untuk dana bantuannya sendiri. Tapi disamping
itu ada dana dampingan juga, jadi ada honor pendamping dan
operasional pendamping, ada juga operator. Cuma untuk bantuannya
karna disesuaikan dengan jumlah RTS, untuk tahun 2016 sendiri ada
peningkatan 14.000 penerima jadi otomatis lebih tinggi lagi untuk
bantuan tunainya sendiri, pendamping juga bertambah, otomatis
anggaran honor maupun operasional dampingan bertambah juga.
Yang pasti anggarannya sudah diperisapkan, ada perencanannya.
Kan anggaran tahun ini sudah direncanakan ditahun sebelumnya.
Jadi sudah masuk dianggaran SKPD, atau unutuk dana bantuannya
sendiri di dinas pendapatan Provinsi Banten.”
I2
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Untuk Pendamping biasanya ada rekrutmen baru oleh dinas sosial
provinsi jika ada penambahan kuota penerima Jamsosratu, karena
pastinya jika penerima bertambah makin banyak, pendamping juga di
butuhkan semakin banyak untuk mendampingi penerima baru
nantinya.”
Bagaimana dengan anggaran dalam menunjang program
Jamsosratu, apakah sudah memenuhi semua kebutuhan dalam
pelaksanaan Jamsosratu?
“Kalau untuk anggaran semua dari provinsi yaitu dari APBD, jadi
biaya honor pendamping maupun operator kabupaten/ kota sudah di
termasuk di dalamnya.”
I3-2
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Saya untuk 2015 pegang 235 RTS, waktu pembekalan pernah di
bahas ya, idealnya satu pendamping itu 100-200, saya juga pernah
bilang ke bagian TPJP kalau saya lebih dari 200, dan jawab beliau
“udah sih jalanin aja”, ya tapi kan beban yang harus saya datangin
lebih banyak lagi, tapi ya udah lah gak apa-apa, karena di Kelurahan
Margaluyu datanya segitu adanya.”
I6
Bagaimana dengan anggaran dalam menunjang program
Jamsosratu, apakah sudah memenuhi semua kebutuhan dalam
pelaksanaan Jamsosratu?
“Dengan adanya perluasan penerima Jamsosratu setiap tahunnya,
juga dana Jamsosratu yang memang sudah dianggarkan setiap
tahunnya dalam APBD. Artinya sumberdaya Jamsosratu ini sudah
diperisapkan baik dari pelaksana maupun anggarannya.”
3. Karakteristik Agen Pelaksana
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Sejauh ini apasajakah hambatan dalam pelaksanaan dilapangan?
“Hambatannya sih sejauh ini, seperti mengenai koordinasi antar
lembaga terkait yang harus lebih diperbaiki, dan mungkin untuk
dilapangan agar pihak-pihak seperti sekolah dan posyandu atau
faskes lainnya agar tidak mempersulit pendamping dalam hal
memberikan data di saat validasi data, karena kami sering
mnedapatkan keluhan dari pendamping mengenai kesulitan
dilapangan.”
Bagaimana sosialisasi dilakukan?
“Sosialisasi kita lebih untuk program ini pertama dilakukan di awal,
untuk kabupaten/ kota dengan instansi terkait. Kabupaten/ kota juga
sama mensosialisasikan, itu tanggung jawabnya agar terbangun
sinergi, jadi bukan hanya tanggung jawab dinsos provinsi saja
sebetulnya, karena kan ini untuk keseluruhan, makanya diperlukan
koordinasi yang bagus, ketika tanggung jawab itu muncul dengan
sendirinya itu konsekuensi. Sama hal ketika kita mengadakan
pembinaan kepada pendamping, kabupaten/ kota juga mengadakan
program dengan didanain APBD kabupaten/ kota untuk pembinaan
pendamping juga. Peserta ada pengembangan kapasitas seserta
tingkat provinsi seluruh RTS. Makanya kita kirim surat ke kab/ kota
agar mereka juga turut mendukung program ini agar
keberlangsungan program ini terus berjalan syukur-syukur ada
peningkatan. Di harapkan sih terus meningkat lah ya program ini
jadi keberlangsungan nya benar terjadi karena banyak dukungan
dari berbagai instansi. Kita juga mengirim surat agar mereka
memberikan kontribusi koshering anggaran untuk dana dampingan
program jamsosratu, nantikan mereka juga direkomendasikan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung program ini. Jadi
tergantung kab/ kota tingkat kepeduliannya. Makanya kita tidak bisa
bekerja sendri tanpa dukung di bawahnya, agar bisa berjalan
lancar.”
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Kalau jamsosratu relatif sesuai ya, di banding program pusat,
karena satu pendamping bisa di bebani dengan 200 lebih RTS, kalau
jamsosratu 100-200 saja, kalau jamsosratu insyaallah sebanyak itu
tercover dan tertangani, tinggal keterampilan pendamping,
kemampuan mereka di maksimalkan.”
I2
Bagaimana sosialisasi dilakukan?
“Satu tahun anggaran itu ada beberapa macam kegiatan, jadi tidak
sosialsiasi saja pemantaun kelapangan juga. Sosialisasi jelas ada.
Ada bentuknya langsung dan ada tidak langsung. Sosialisasi juga
harusnya dilakukan oleh pihak pendamping dilapangan yang terjun
langsung ke masyarakat, dimana pendamping harus memberikan
pemahan jika ada masyarakat yang komplen atau tidak mengerti,
karena kita juga memberikan pembekalan kepada pendamping utntuk
bisa mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dilapangan.”
I3-1
Sejauh ini apasajakah hambatan dalam pelaksanaan dilapangan?
“Hambatannya dilapangan terkadang ada pihak sekolah yang susah
untuk di minta tanda tangan sebagai bukti kami sudah validasi data
ke sekolah itu, selain itu banyaknya komplen dari masyarakat yang
tidak mendapatkan bantuan ingin dapet juga.”
Bagaimana sosialisasi dilakukan?
“Kalau saya sih yah, paling pendekatan saja dengan masyarakat
yang komplen, terus diajak ngobrol dan diberikan penjelasan dam
pemahaman mengenai Jamsosratu itu sendiri.”
I3-2
Bagaimana sosialisasi dilakukan?
“Kalau sosialisasi kemasyarakat sih paling saya lakukan kalau
seandainya ada masyarakat yang komplen kepada saya, kenapa gak
dapat bantuan, paling saya memberikan penjelasan mengenai apa itu
program Jamsosratu, dan ditujukan untuk siapa sampai mereka
mengerti, walaupun terkadang tetap mereka tidak paham dan tidak
mau tau.”
Apakah luas cakupan jamsosratu sudah sesuai dengan SDM yang
ada?
“Saya untuk tahun 2015 pegang 235 RTS, waktu pembekalan pernah
di bahas ya, idealnya satu pendamping itu 100-200, saya juga pernah
bilang ke bagian TPJP kalau saya lebih dari 200, dan jawab beliau
“udah sih jalanin aja”, ya tapi kan beban yang harus saya datangin
lebih banyak lagi, tapi ya udah lah gak apa-apa, karena di kelurahan
margaluyu datanya segitu adanya.”
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Bagaimana respon agen pelaksana terhadap program
Jamsosratu, apakah sudah mengikuti prosedur sesuai juknis?
“Disini pendamping kan bertugas sebagai fasilitator antara
penerima dengan pihak-pihak terkait untuk mempermudah mereka
menerima hak dan menjalankan kewajibannya, jamsosratu itu kan
sinergitas program pusat dan daerah yg di danai APBD dan
melibatkan instansi terkait, dengan tugas masing-masing, seperti
dinsos selain sebagai leading sector juga sebagai tim pengendali
Jamsosratu. Pelaksananya banyak yah tidak berjalan sendiri.
Mekanisme nya juga kan melibatkan beberapa instansi terkait, untuk
dinsos provinsi, kab/ kota sebagai tim pengendali di provinsi dan
kab/ kota, itu tugas selain melakukan pembinaan kepada pendamping
juga pengembangan kapstias peserta, kita danai juga dari APBD
provinsi dan kab/ kota sebagai dana bantuan untuk mendukung
program jamsosratu. Kantor pos lembaga penyalur, dinas pendidikan
pemberi layanan pendidikan, kesehatan pemberi layanan kesehatan.
Sebagai mitra para pendamping juga koordinasi terus selain
pendamping juga fasilitator operator, juga berkitan dengan data
yaitu merekap data. Sejauh ini agen pelaksana sudah menjalankan
tugasnya sesuai tupoksi masing-masing, diharapkan kedepan lebih
baik, mereka lebih meningkatkan kinerja.”
I2
Bagaimana respon agen pelaksana terhadap program
Jamsosratu di kota serang?
“Jelas, kalau mereka diluar juknis, itu sama saja melangar kode etik,
konsekuensi nya dikeluarkan atau mendapatkan teguran, bahkan bisa
dikeluarkan sebagai pendamping maupun operator.”
I3-1
Bagaimana respon bapak terhadap program Jamsosratu di
kecamatan kasemen kota serang?
“Pertama turun kelapangan sih kalau saya, yang pasti izin ke pihak
kecamatan maupun kelurahan, setelah itu koordinasi dengan RT/ RW
setempat yang kemudian saya melakukan verifikasi, validasi dan
pembentukan kelompok.”
I3-2
Bagaimana respon bapak terhadap program Jamsosratu di
kecamatan kasemen kota serang?
“Awal sih kita bentuk kelompok, pertama karena memang yang
syarat harus dilakukan pendamping tuh membentuk kelompok, ya
karena kelompok ini memudahkan kita untuk koordinasi melalui
ketua, kelompok di bentuk gimana pendampingnya, mau per rt
kampunng maunpun di kuota atau gimana pun teknisnya.”
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Untuk dilapangan sendiri sebetulnya sudah berjalan ya teh, yang
pertama antar pendamping dengan tugas dilapangan misalnya
dengan kesehatan, bidan atau dokter dilapangan mereka sudah
terjalin dengan baik, dengan adanya laporan dari mereka ke
pendamping juga kan menunjukan bahwa mereka peduli dengan
program ini ada kontribusinya. Demikian juga dengan pihak sekolah,
mereka memberikan laporan, karena selama ini ada peningkatan ya
dari segi kehadiran, mereka kan ada ketakutan sendri. Selama ini
hasil verifikasi menunjukan relatf 0 (nol) yang bolos. Sejauh ini
koordinasi sudah berjalan dengan sangat baik.”
Bagaimana proses/ mekanisme verifikasi data?
“Proses verifikasi peserta jamsosratu itu salah satu tugas dari
pendamping.”
Kenapa terjadi double bantuan?
“Makanya kemarin kita bikin surat agar peserta Jamsosratu ini tidak
diganggu gugat, karena yang jadi ranah Jamsosratu ketarik, kemarin
sih kasusunya seperti itu, jadi dia sudah menerima jamsosratu tapi
masuk lagi ke PKH. itu pusat yah, seharusnya kan tidak terjadi bisa
di antisipasi. Sementara ini sebetulnya lebih kepada fokusnya
pendamping yah, kelalaian yah, harusnya mereka lebih teliti, misal
pendamping PKH dia berkoordinasi dengan pendamping jamsosratu
atau operator jamsosratu. Harusnya sih tidak terjadi, cuma mungkin
karena kemarin itu ada perluasan PKH, insyaallah ini hanya
sementara yah yang ada double gitu. Kalau jamsosratu sih ada
usulan, dikroscek sebisa mungkin tidak ada di PKH, jadi dari yang
PKH kita tidak cairkan dan tidak diusulkan.”
I2
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Pendamping itu diwajibkan berkoorodinasi dengan UPT pendidkan
di sekolah, pendamping juga wajib berkooridnasi dengan puskesmas/
faskes yang ada di wilayah masing-masing. Pendamping juga wajib
berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan. Kenapa? Karena ya
tadi itu ada kewajiban-kewajiban RTS yang berkaitan dengan
lembaga tersebut, ketika mereka diabayarkan preminya itu akan
disesuaikan dengan premi yang seharusnya dibayarkan, contohnya
kalau misalkan anak didiknya kurang 85% daftar hadirnya itu akan
diberkan sanksi dengan potongan premi. Sejauh ini pendamping
allhandulilah sudah berjalan baik, bagaimana dia mau validasi kalau
kurang baik koordinasinya dengan pihak terkait tersebut karena
pendamping juga butuh data dari mereka.”
Bagaimana proses/ mekanisme verifikasi data?
“Verifikasi jamsosratu itu kan idealnya 3 bulan sekali, karena diliat
jamsosratu itu kan data hidup. Pendamping wajib door to door untuk
mengawasi perkembangan RTS nya. Jangan sampai nanti
kecolongan di saat ada perubahan data di lapangan.”
I3-1
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Ada saja sekolah-sekolah yang terkadang kepala sekolahnya susah
buat tanda tangan doang di lembar validasi, sehingga kadang
menghambat juga. Karena tandatangan dari kepala sekolah bukti
kalau saya sudah melakukan validasi data ke sekolah itu.”
Bagaimana proses/ mekanisme verifikasi data?
“Keputusannya tergantung sama si ibu nya, milih pkh apa
jamsosratu, karena dia anaknya sudah banyak, dia lebih tertarik ke
pkh, karena itu tadi pkh ngitungnya per anak yang sekolah.”
Bagaimana proses/ mekanisme validasi data?
“Untuk validasi kan kita mentahan dapet datanya, udah dapet data
dari pihak operator dinsos provinsi, kemudian kita cari orangnya
punya anak sekolah gak, kalau gak ya udah gak masuk. Kalau
masalah double itu karena ketidak jujuran dari RTS nya saat
verifikasi, karena mungkin siapa yang gak mau dapat bantuan lagi.”
I3-2
Bagaimana koordinasi antarorganisasi yang terlibat dalam
implementasi program Jamsosratu?
“Allhamdulillah sekolah yang saya datangi tidak mempersulit
dengan catatan kita juga terbuka data. Karena di form verifikasi
harus ada ttd kepala sekolah sama stempel buat bukti kalau kita
sudah datang ke sekolah itu. Sejauh ini allhamdulilah sudah baik.”
Bagaimana proses/ mekanisme verifikasi data?
“Faktor kesalahan sih, kelalayan pendamping yah yang tidak di
kroscek kembali, yang kedua tidak ada kejujuran dari warganya saat
verifikasi.”
I4-5 Bener gak Ibu mendapatkan PKH dan jamsosratu?
“Iya saya dapat jamsosratu sama PKH.”
I6
Bagaimana proses/ mekanisme verifikasi data?
“Masukan saya untuk pemerintah, untuk lebih cermat dan obyetif
lagi dalam melakukan verifikasi data penerima. Agar tidak ada
kejadian dimana masyarakat yang seharusnya berhak dan layak
menerima malah tidak dapat, begitupun sebaliknya justru ada RTS
jamsosratu yang sebenarnya mampu tapi dapat bantuan.”
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I2
Bagaimana Kondisi sosial lingkungan dalam Program
Jamsosratu di kecamatan kasemen kota serang?
“Kondisi masyarakatnya jika dilihat dari segi pendidikan relatif
rendah, sehingga memicu rendahnya juga perekonomian mereka,
karena mereka tidak punya keterampilan maupun kemampuan yang
cukup untuk bekerja di sektor lain selain bertani. Sehingga
masyarakat memang perlu adanya bantuan yang memang bisa
merubah mindset mereka ke arah yang lebih baik, guna
meningkatkan taraf perekonomian mereka sendiri.”
I5
Bagaimana Kondisi sosial lingkungan dalam Program
Jamsosratu di kecamatan kasemen kota serang?
“Kondisi masyarakatnya jika dilihat dari segi pendidikan relatif
rendah, sehingga memicu rendahnya juga perekonomian mereka,
karena mereka tidak punya keterampilan maupun kemampuan yang
cukup untuk bekerja di sektor lain selain bertani. Sehingga
masyarakat memang perlu adanya bantuan yang memang bisa
merubah mindset mereka ke arah yang lebih baik, guna
meningkatkan taraf perekonomian mereka sendiri.”Komposisi
masyarakat Kasemen sendiri, tingkat pendidikannya realtif rendah.
Hal ini berdampak pada mata pencaharian masyarakat kasemen
yang mayoritas bertani karena mereka tidak punya keahlian lagi
selain bertani.”
I6
Bagaimana Kondisi sosial lingkungan dalam Program
Jamsosratu?
“Kalau muatan politis sih awal juga kan udah pasti yah, dari
namanya saja kan. Sudah bisa dilihat. Tapi kita lepaskan lah dari
nama itu ketika memang tujuannya untuk masyarakat apalagi
masyarakat kelas bawah ya kenapa tidak, karena dari nama saja itu
kadang bisa menciptakan daya tarik, mudah di ingat. Sebagai salah
satu icon juga buat di Banten sendiri bahkan di Nasional. Bahkan
saya sempat baca di media bahwa program jamsosratu yang ada di
Provinsi Banten ini dijadikan contoh bagi provinsi lain, bahkan
mahasiswa-mahasiswa diluar banten pun univeristas lain banyak
yang tertarik menjadikan ini jadi bahan skripsi maupun makalah,
dari universitas erlangga itu salah satunya ya kalau gak salah. Selain
itu Jamsosratu juga adalah program bantuan yang memang
mendasar dimana merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi
Banten dalam membantu Pemerintah Pusat seperti PP NO 15 Tahun
2010 tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan. Dan tentunya
program ini bermanfaat untuk RTSM di Provinsi Banten khususnya di
Kecamatan Kasemen.”
Lampiran 6
DOKUMENTASI FOTO
Wawancara dengan Ibu Agustin
Heryanti, S.IP., M.M selaku pelaksana
di tingkat provinsi
Wawancara dengan Reiza Rusman
Wijaya selaku Staff Kepala Bidang
Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas
Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Akhmad Huzairi
selaku Pendamping Jamsosratu Kelurahan
Kasemen Kecamatan Kasemen
Wawancara dengan Bapak Ade Maulana, SE
selaku Pendamping Jamsosratu Kelurahan
Kasemen Kecamatan Kasemen
Wawancara dengan Ibu Sunarsih selaku
RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen
Wawancara dengan Ibu Tuti selaku RTS
Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen
Wawancara dengan Ibu Enok selaku RTS
Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen
Wawancara dengan Ibu Junariyah selaku
RTS Jamsosratu Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen
Wawancara dengan Ibu Mundiyah selaku RTS
Jamsosratu Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen
Wawancara dengan Ibu Cucum selaku RTS
Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan
Kasemen
Wawancara dengan bang Badru
Tamami sekjen LSM JP3B
(Jaringan Pemuda Peduli
Pembangunan Banten)
Wawancara dengan Bapak Pasha selaku Kasi
Kesejahteraan Sosial Kecamatan Kasemen
- 1 -
PERATURAN GUBERNUR BANTEN
NOMOR 16 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL
RAKYAT BANTEN BERSATU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BANTEN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan penanggulangan
kemiskinan sebagai implementasi rencana
pembangunan jangka menengah daerah, Pemerintah
Provinsi Banten perlu melakukan langkah-langkah
untuk mensejahterakan rakyat;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan taraf
kesejahteraan sosial bagi rumah tangga tidak
mampu di Provinsi Banten, Pemerintah Provinsi
Banten memberikan bantuan sosial tunai bersyarat
dan santunan pertanggungan kesejahteraan sosial
yang dilaksanakan secara berkelanjutan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4456);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5235);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5657);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5294);
7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan Berkeadilan;
9. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2010
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Banten Nomor 30);
10. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun
2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah 2012-2017 (Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 4 Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 42);
11. Peraturan Gubernur Banten Nomor 56 Tahun 2014
tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan
Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
- 3 -
dan Belanja Daerah Provinsi Banten (Berita Daerah
Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor 56).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN
BERSATU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Banten.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Banten.
4. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Daerah di
Kabupaten/Kota lokasi pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten
Bersatu di Provinsi Banten.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Banten.
6. Dinas Sosial adalah Dinas Sosial Provinsi Banten.
7. Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten selanjutnya disebut Kepala
Dinas.
8. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas/Instansi pelaksana Fungsi
Sosial Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang menjadi lokasi
pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
9. Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas/Instansi
pelaksana Fungsi Sosial Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang
menjadi lokasi pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kota
selanjutnya disingkat APBD Kab/Kota adalah APBD Pemerintah
Kab/Kota di Provinsi Banten yang menjadi lokasi pelaksanaan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
- 4 -
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5
(lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
kepala daerah yang memuat arah kebijakan keuangan, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
13. Pendataan Program Perlindungan Sosial selanjutnya disebut PPLS
adalah pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik,
dilakukan terhadap rumah tangga menengah ke bawah dan
menghasilkan Basis Data Terpadu Nasional yang diterbitkan oleh
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) atau
nama lainnya, selanjutnya harus dipergunakan oleh seluruh
instansi/lembaga pemerintah pusat maupun daerah khususnya
untuk berbagai program perlindungan dan jaminan sosial bagi
rumah tangga menengah kurang mampu kebawah.
14. Rumah Tangga Sasaran Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
selanjutnya disingkat RTS adalah keluarga yang menjadi sasaran
dari Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu dan mengacu pada
PPLS.
15. Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten
selanjutnya disingkat JAMSOSRATU adalah salah satu Program
Perlindungan dan Jaminan Sosial Pemerintah Provinsi Banten
untuk menjamin rakyat yang berasal dari kelompok rumah
tangga menengah tidak mampu ke bawah berdasarkan data PPLS
yang telah divalidasi dan diverifikasi sebagai peserta serta
mendapat bantuan sosial tunai bersyarat dan santunan
pertanggungan kesejahteraan sosial JAMSOSRATU.
16. Bantuan Sosial Tunai Bersyarat JAMSOSRATU selanjutnya disingkat
BSTB adalah pemberian uang tunai kepada RTS dimana RTS
dipersyaratkan untuk melakukan pemeriksaan anggota keluarganya
ke fasilitas kesehatan dan/atau menyekolahkan anaknya dengan
tingkat kehadiran yang telah ditentukan.
17. Santunan Pertanggungan Kesejahteraan Sosial JAMSOSRATU
selanjutnya disebut Sankesos adalah bentuk Asuransi Kesejahteraan
Sosial (Askesos) yang dibedakan dari mekanisme pengelolaan
keuangannya, namun filosofi ASKESOS tetap dipedomani oleh
- 5 -
Sankesos, dimana santunan ini diberikan untuk menjamin Pencari
Nafkah Utama RTS bila mendapatkan musibah. Sankesos merupakan
bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan berupa uang tunai
bagi RTS dari alokasi belanja tidak langsung bantuan sosial uang
yang tidak dapat direncanakan pada APBD.
18. Tabungan Kesejahteraan Sosial selanjutnya disebut Takesos adalah
bentuk tabungan yang wajib dilaksanakan RTS sebesar minimal
Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per satu bulan dengan
menggunakan fasilitas rekening giro on line (gol) yang disediakan oleh
PT Pos Indonesia, dimana Takesos ditujukan untuk menumbuhkan
kembali budaya menabung RTS sekaligus memberikan edukasi
peningkatan peran masyarakat dalam dunia perbankan (financial
inclusion).
19. Tim Pengendali JAMSOSRATU Provinsi yang selanjutnya disingkat
TPJP adalah tim penunjang yang bertugas untuk mengendalikan dan
mengelola JAMSOSRATU di tingkat Provinsi.
20. Tim Pengendali JAMSOSRATU Kabupaten/Kota selanjutnya disingkat
TPJK adalah tim pengendali JAMSOSRATU tingkat Kabupaten/Kota.
21. Tim Pengelola Santunan Kesos Provinsi yang selanjutnya disingkat
TPSP adalah Tim yang dibentuk oleh ketua TPJ Provinsi dan bertugas
untuk mengelola administrasi dan verifikasi Sankesos di tingkat
Provinsi.
22. Tim Pengelola Santunan Kesos Kabupaten/Kota selanjutnya
disingkat TPSK adalah Tim yang dibentuk oleh ketua TPJ-Kab/Kota
dan bertugas untuk mengelola administrasi dan verifikasi Sankesos
tingkat Kabupaten/Kota.
23. Pendampingan Sosial JAMSOSRATU adalah suatu proses menjalin
dan membangun hubungan sosial antara pendamping sosial dengan
peserta JAMSOSRATU dalam rangka memperlancar pelaksanaan dan
pelayanan sehingga dapat lebih bermanfaat dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial pesertanya.
24. Pendamping JAMSOSRATU selanjutnya disebut Pendamping adalah
pekerja sosial yang direkrut dan ditetapkan oleh Dinas Sosial selaku
TPJP melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas
pendampingan sosial RTS sebagai peserta JAMSOSRATU.
25. Operator JAMSOSRATU selanjutnya disebut Operator adalah pekerja
sosial yang direkrut oleh Dinas Sosial selaku TPJP melalui proses
seleksi dan pelatihan komputerisasi, untuk melaksanakan tugas
verifikasi dan validasi data dan informasi peserta JAMSOSRATU
- 6 -
serta memiliki sertifikat atau ijazah keahlian bidang Teknologi dan
Informasi.
26. Pencari Nafkah Utama selanjutnya disebut Penafkah, adalah anggota
RTS yang menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah
pada sektor informal.
27. Kecelakaan Penafkah adalah suatu kondisi atau perisitiwa yang
terjadi pada Penafkah RTS baik diluar kemampuan peserta maupun
tidak, yang mengakibatkan Penafkah tersebut kehilangan
penghasilan hingga pendapatan dan tingkat kesejahteraan RTS
menurun karena Penafkahnya mengalami kecelakaan.
28. Sakit Penafkah adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagi
tubuh Penafkah RTS sehingga menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial, yang
mengakibatkan Penafkah kehilangan penghasilan hingga pendapatan
dan tingkat kesejahteraan RTS menurun karena Penafkah nya
mengalami sakit.
29. Cacat Penafkah adalah kerusakan pada tubuh Penafkah, baik badan
maupun anggota badan, baik kehilangan fisik, ketidaknormalan
bentuk maupun berkurangnya fungsi karena penyakit dan gangguan
lain sehingga timbul keterbatasan yang nyata untuk melaksanakan
pekerjaan dan tugas hidup, yang mengakibatkan penafkah tersebut
kehilangan penghasilan hingga pendapatan dan tingkat
kesejahteraan RTS menurun karena Penafkah nya mengalami cacat
baik sementara maupun tetap.
30. Kematian Penafkah adalah akhir dari kehidupan baik karena
penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami
seperti kecelakaan kerja yang terjadi pada Penafkah RTS baik di luar
kemampuan maupun tidak, yang mengakibatkan keluarganya
kehilangan nafkah sehingga pendapatan dan tingkat kesejahteraan
RTS tersebut menurun karena Penafkah meninggal dunia.
31. Ahli Waris Penafkah adalah suami/istri/ayah/ibu/anak dari
Penafkah RTS.
Pasal 2
(1) Petunjuk Pelaksanaan JAMSOSRATU dimaksudkan sebagai acuan
bagi para pemangku kepentingan, Dinas atau SKPD di lingkungan
- 7 -
Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota dalam mewujudkan
keberhasilan Program JAMSOSRATU.
(2) Petunjuk Pelaksanaan JAMSOSRATU bertujuan untuk memberikan
payung hukum, pedoman dalam menyinergikan pelaksanaan
JAMSOSRATU baik dengan program serupa maupun dengan program
lainnya.
BAB II
KEBIJAKAN DAN SASARAN
Pasal 3
(1) Kebijakan Pemerintah Daerah dalam penanggulangan kemiskinan
dan peningkatan kesejahteraan sosial rakyat mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun
2012-2017.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salah satunya
dilaksanakan melalui program perlindungan dan jaminan sosial
JAMSOSRATU.
Pasal 4
Sasaran Program JAMSOSRATU diperuntukkan bagi RTS yang berasal
dari masyarakat tidak mampu agar dapat meningkatkan keberfungsian
dan keberdayaan sosial melalui sektor pendidikan, kesehatan dan untuk
meringankan beban hidup RTS.
Pasal 5
(1) Realisasi kebijakan Program JAMSOSRATU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2), dalam bentuk:
a. BSTB; dan
b. Sankesos.
(2) Sasaran BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan
kepada RTS yang ada dalam data PPLS kepada:
a. Istri/ibu sebagai pengurus rumah tangga; atau
b. Duda/janda pengurus rumah tangga.
(3) Sasaran Sankesos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diberikan untuk menjamin Penafkah RTS yang bekerja di sektor
informal.
- 8 -
BAB III
KRITERIA UNTUK MEMPEROLEH BSTB DAN SANKESOS
Pasal 6
(1) Kriteria untuk memperoleh BSTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1) huruf a, adalah RTS tersebut harus ada dalam hasil
pendataan PPLS yang berlaku.
(2) PPLS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Badan
Pusat Statistik dan dikeluarkan secara resmi oleh Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Pasal 7
Untuk menjadi penerima BSTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
selain ada dalam data PPLS, RTS harus memiliki:
a. ibu hamil/menyusui/nifas; dan/atau
b. anak balita; dan/atau
c. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SD/MI; dan/atau
d. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMP/MTs; dan/atau
e. anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMA/MA atau
sederajat.
Pasal 8
Kriteria memperoleh Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b adalah bagi Penafkah yang:
a. telah disepakati RTS bersangkutan sebagai Penafkah; dan
b. bekerja mencari nafkah di sektor informal.
BAB IV
PENERIMA, BENTUK, BESARAN BSTB DAN SANKESOS
Bagian Kesatu
Penerima BSTB
Pasal 9
Penerima BSTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a,
adalah RTS yang berasal dari masyarakat tidak mampu berdasarkan data
PPLS yang telah divalidasi dan diverifikasi.
Bagian Kedua
Bentuk dan Besaran BSTB
- 9 -
Pasal 10
(1) BSTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diberikan sebagai
tambahan pendapatan kepada RTS, selama tiga periode dalam satu
tahun atau empat bulan satu kali.
(2) BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan untuk
memotivasi RTS dalam meningkatkan keberdayaan dan
keberfungsian sosial melalui sektor pendidikan dan kesehatan.
(3) BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara
bertahap dalam 3 (tiga) tahap penyaluran dalam 1 (satu) tahun atau
setiap 4 (empat) bulan sekali.
(4) BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan paling banyak
Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per tahap atau
paling banyak Rp2.250.000,00 (dua juta dua ratus lima puluh ribu
rupiah) per tahun per RTS, tergantung hasil verifikasi Pendamping
terhadap komitmen RTS akan syarat yang diberlakukan
JAMSOSRATU.
(5) BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas
Sosial selaku TPJP dan disalurkan melalui PT. Pos Indonesia
terdekat.
Bagian Ketiga
Penerima Sankesos
Pasal 11
(1) Penerima Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf b, adalah Penafkah RTS atau ahli warisnya yang mengalami
kecelakaan kerja dan atau kematian akibat kecelakaan kerja maupun
hubungan kerja.
(2) Bentuk sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf
b, dalam bentuk santunan uang tunai.
Pasal 12
Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diberikan apabila
Penafkah pada RTS mengalami :
a. kecelakaan kerja; dan/atau
b. meninggal dunia.
Bagian Keempat
Bentuk Sankesos
- 10 -
Pasal 13
Bentuk dan besaran maksimal santunan pada Sankesos yaitu :
a. Sankesos Kecelakaan Kerja berbentuk uang tunai diberikan kepada
Penafkah bila :
1. sakit karena kecelakaan kerja dapat memperoleh santunan paling
banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
2. cacat karena kecelakaan kerja dapat memperoleh santunan paling
banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
b. Sankesos Kematian berbentuk uang tunai diberikan kepada ahli waris
bila Penafkah mengalami:
1. kematian alami bukan kecelakaan kerja dapat memperoleh
santunan paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
2. kematian akibat kecelakaan kerja dan atau hubungan kerja dapat
memperoleh santunan paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah).
c. Sankesos Kumulatif berbentuk uang tunai diberikan pada ahli waris
apabila Penafkah pada RTS ahli waris mengalami 2 (dua) atau 3 (tiga)
musibah sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, dalam
waktu bersamaan maupun tidak, dapat memperoleh santunan paling
banyak Rp35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah).
Pasal 14
Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), dilaksanakan
oleh Dinas selaku TPJP melalui TPSP berdasarkan rekomendasi serta
pertimbangan TPJK dan TPSK dan disalurkan melalui PT. Pos
berdasarkan besaran santunan yang telah ditentukan.
Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerima, bentuk, besaran BSTB dan
Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 13,
diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Dinas selaku Ketua TPJP.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak RTS
Pasal 16
Setiap RTS mempunyai hak sebagai berikut:
a. memperoleh kartu peserta;
b. mendapatkan BSTB;
- 11 -
c. mengajukan Sankesos bila Penafkahnya memenuhi syarat;
d. menerima uang Sankesos; dan
e. mendapat pelayanan pendampingan sosial.
Bagian Kedua
Kewajiban RTS
Pasal 17
RTS yang mempunyai ibu hamil atau nifas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a, berkewajiban untuk :
a. memeriksakan kehamilannya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan
dan mendapatkan tablet suplemen ferium;
b. proses kelahiran ditangani tenaga medis;
c. ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya
setidaknya minimal 2 (dua) kali setelah melahirkan.
Pasal 18
RTS yang mempunyai anak balita usia 0 (nol) tahun sampai dengan usia 5
(lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, berkewajiban
untuk:
a. usia 0 (nol) bulan sampai dengan 11 (sebelas) bulan melakukan
imunisasi komplit (BCG, DPT, Polio, Cam pak, Hepatitis B) dan
pemantauan tumbuh kembang anak setiap bulan di Posyandu atau
Puskesmas;
b. usia 6 (enam) bulan sampai dengan 11 (sebelas) bulan melakukan
pemberian Vitamin A (2 (dua) kali setahun pada bulan Februari dan
bulan Agustus);
c. usia 12 (dua belas) bulan sampai dengan 59 (lima puluh sembilan)
bulan melakukan imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang setiap
bulan; dan
d. pemantauan tumbuh kembang anak usia prasekolah (5 (lima) tahun
sampai dengan 6 (enam) tahun).
Pasal 19
RTS yang mempunyai anak sedang menjalani jenjang pendidikan sekolah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, huruf c sampai dengan huruf e,
berkewajiban memenuhi kehadiran minimal 85% (delapan puluh lima
persen) dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran
berlangsung.
Pasal 20
- 12 -
(1) RTS yang mempunyai anak usia paling rendah 15 (lima belas) tahun
dan belum menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar/sederajat sampai
Sekolah Menengah Atas/sederajat), berkewajiban untuk :
a. mendaftarkan Sekolah.
b. mengikuti pendidikan kesetaraan (Paket A-B-C).
(2) Kehadiran sekolah maupun pendidikan kesetaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen)
dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung.
Pasal 21
(1) RTS selain meliliki kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
sampai dengan Pasal 20, juga berkewajiban untuk :
a. Membuka Rekening Takesos pada lembaga yang telah ditentukan
TPJP;
b. rekening sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus merupakan
rekening yang bebas biaya administrasi dan kewajiban saldo
minimal;
c. menabung dalam rekening Takesos masing-masing paling sedikit
sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan pada
lembaga yang telah ditentukan TPJP dan memberikan foto copy
bukti setor tabungan kepada Pendamping;
d. mengikuti pembinaan dan pengembangan kapasitas yang
dilaksanakan Dinas Sosial Provinsi maupun Kabupaten/Kota;
e. mengembangkan usaha yang dikelola secara terus menerus untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga;
f. meningkatkan kerjasama dengan Pendamping dalam rangka
pelaksanaan JAMSOSRATU;
g. memiliki Kartu Keluarga dan KTP/Surat Keterangan Domisili; dan
h. mematuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB VI
LARANGAN
Pasal 22
(1) Penggunaan BSTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf
a, dilarang untuk digunakan dalam hal perbuatan yang bertentangan
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
- 13 -
(2) Setiap penerima JAMSOSRATU yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberi sanksi berupa:
a. pengurangan BSTB;
b. pencabutan hak atas Sankesos;
c. penghentian sementara sebagai peserta JAMSOSRATU;
d. diberhentikan sebagai penerima JAMSOSRATU.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang larangan dan sanksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dan ayat (2) diatur dalam Petunjuk Teknis
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas selaku Ketua TPJP.
BAB VII
PELAKSANAAN JAMSOSRATU
Pasal 23
(1) JAMSOSRATU sebagai bagian Program Perlindungan dan Jaminan
Sosial dilaksanakan secara berkelanjutan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun, dimulai sejak Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 serta
dimungkinkan untuk dilanjutkan kembali.
(2) JAMSOSRATU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan di
wilayah Pemerintah Kabupaten/Kota yang meliputi:
a. Kabupaten Lebak;
b. Kabupaten Pandeglang;
c. Kabupaten Serang;
d. Kota Serang;
e. Kota Cilegon; dan
f. Kota Tangerang Selatan.
(3) Kabupaten/Kota lokasi pelaksanaan JAMSOSRATU serta alokasi
jumlah RTS per Kabupaten/Kota dapat bertambah maupun berkurang
berdasarkan permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota atau
kemampuan keuangan daerah.
Pasal 24
(1) JAMSOSRATU sebagai sebuah Program Perlindungan dan Jaminan
Sosial dilaksanakan oleh:
a. TPJP;
b. TPJK;
c. TPSP;
d. TPSK;
e. Pendamping; dan
- 14 -
f. Operator.
(2) Selain dibantu Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
pelaksanaan JAMSOSRATU, Dinas selaku TPJP juga melakukan
kegiatan berupa:
a. sosialisasi dan publikasi;
b. rekrutmen, pelatihan serta pembinaan pendamping dan operator;
c. rapat-rapat TPJ Provinsi maupun TPJK;
d. peningkatan kapasitas pendamping, operator dan Peserta
JAMSOSRATU;
e. pembinaan teknis pendamping dan operator serta penyedia layanan
kesehatan dan pendidikan;
f. penyediaan honor dan bantuan operasional bagi pendamping,
operator, TPJP, TPJ Kab/Kota, TPSP, TPSP Kabupaten/Kota;
g. persiapan menuju tahap exit strategy skema JAMSOSRATU;
h. monitoring dan evaluasi; dan
i. lain-lain kegiatan penunjang yang dianggap perlu dengan
memperhatikan efektifitas dan efisiensi anggaran.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), difasilitasi
dan dilaksanakan oleh Dinas dan Dinas Kabupaten/Kota selaku TPJP
dan TPJK baik melalui APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota.
Pasal 25
Tahapan pelaksanaan JAMSOSRATU, meliputi:
a. permohonan dan rekomendasi Pemerintah Kabupaten/Kota mengenai
penetapan lokasi dan peserta;
b. validasi;
c. pengajuan;
d. verifikasi kelayakan; dan
e. pembayaran BSTB dan Sankesos.
Pasal 26
(1) TPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a,
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(2) TPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas melaksanakan,
mengelola, dan mengendalikan pelaksanaan JAMSOSRATU.
(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TPJP
mempunyai fungsi:
a. merumuskan kebijakan berupa pedoman; dan
- 15 -
b. melaksanakan pengendalian dan penyediaan anggaran
pelaksanaan JAMSOSRATU.
(4) TPJP dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), perlu pengintegrasian pelaksanaan JAMSOSRATU melalui
koordinasi dengan TPJ-Kabupaten/Kota.
Pasal 27
(1) TPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1),
mendapat honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali.
(2) TPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
memperoleh biaya operasional lapangan dengan memperhatikan
prinsip asas kepatutan, efektifitas dan efisiensi keuangan daerah.
(3) Besaran honorarium dan biaya operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), ditentukan dan dilaksanakan
oleh Dinas dan disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
Pasal 28
(1) TPJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b, wajib
dibentuk disetiap Pemerintah Kabupaten/Kota lokasi JAMSOSRATU.
(2) TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk dalam rangka
koordinasi, sinergitas, dan efektifvitas pelaksanaan program
JAMSOSRATU.
(3) Pembentukan TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Keputusan Bupati/Walikota dan/atau Sekretaris
Daerah/Sekretaris Kota dan atau Kepala Dinas/Instansi Pelaksana
Fungsi Sosial atas nama Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dan
bertugas untuk membantu pelaksanaan JAMSOSRATU di wilayah
masing-masing.
(4) TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (3), mempunyai fungsi:
a. mengajukan usulan Kepesertaan RTS JAMSOSRATU dari wilayah
masing-masing berdasarkan data PPLS;
b. mengintegrasikan pelaksanaan JAMSOSRATU di wilayah masing-
masing; dan
c. melaksanakan sosialisasi, koordinasi dan pengendalian di wilayah
masing-masing.
Pasal 29
(1) TPJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1),
mendapat honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali.
- 16 -
(2) TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
memperoleh biaya operasional lapangan bila kemampuan keuangan
memadai dengan memperhatikan prinsip asas kepatutan, efektifitas
dan efisiensi keuangan daerah.
(3) Besaran honorarium dan biaya operasional melalu APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditentukan dan
dilaksanakan oleh Dinas yang disesuaikan dengan kemampuan
Keuangan Daerah.
(4) Honorarium dan biaya operasional TPJK dapat
dianggarkan melalui APBD Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan
kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 30
(1) TPSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf c,
bertugas melaksanakan, mengelola dan mengendalikan pelaksanaan
Sankesos di tingkat Provinsi.
(2) TPSP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh Kepala
Dinas selaku Ketua TPJP.
(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TPSP
mempunyai fungsi:
a. Pengelolaan administrasi Santunan Kesos JAMSOSRATU tingkat
Provinsi;
b. melaksanakan verifikasi lanjutan terhadap pengajuan Sankesos
yang telah diverifikasi oleh TPSK.
Pasal 31
(1) TPSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1),
mendapat honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali.
(2) TPSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memperoleh biaya operasional lapangan dengan memperhatikan
prinsip asas kepatutan, efektifitas dan efisiensi keuangan daerah.
(3) Besaran honorarium dan biaya operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditentukan dan dilaksanakan
oleh Dinas disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
Pasal 32
(1) TPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d,
bertugas untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan
pelaksanaan Sankesos di tingkat Kabupaten/Kota.
- 17 -
(2) TPSK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibentuk dan
ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku Ketua TPJK.
(3) TPSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi:
a. pengelolaan administrasi Sankesos JAMSOSRATU tingkat
Kabupaten/Kota;
b. melaksanakan verifikasi terhadap pengajuan Sankesos dari RTS
JAMSOSRATU.
Pasal 33
(1) TPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1),
mendapat honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali.
(2) TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
memperoleh biaya operasional lapangan dengan memperhatikan
prinsip asas kepatutan, efektifitas dan efisiensi keuangan daerah.
(3) Besaran honorarium dan biaya operasional melalui APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditentukan dan
dilaksanakan oleh Dinas disesuaikan dengan kemampuan Keuangan
Daerah.
(4) Honorarium dan biaya operasional TPJK juga dapat
dianggarkan melalui APBD Kabupaten/Kota disesuaikan dengan
kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota.
Pasal 34
(1) Dana operasional TPSP dan TPSK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 dibebankan pada APBD sesuai
kemampuan keuangan daerah.
(2) Dinas Kabupaten/Kota sesuai kemampuan keuangan daerahnya
diwajibkan melaksanakan serta menganggarkan melalui APBD
Kabupaten/Kota dalam kegiatan yang mendukung kelancaran dan
keberhasilan JAMSOSRATU di wilayahnya (cost sharing APBD).
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut tentang Pelaksanaan JAMSOSRATU diatur lebih
lanjut dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Dinas selaku Ketua TPJP.
- 18 -
BAB VIII
PENDAMPING DAN OPERATOR JAMSOSRATU
Pasal 36
(1) Pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf e,
berasal dari unsur masyarakat dengan persyaratan akademis tertentu
yang direkrut oleh Dinas selaku TPJP.
(2) Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
melakukan pendampingan sosial, validasi dan verifikasi data dan
komitmen RTS.
(3) Setiap Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendapat
honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali dan biaya
operasional satu kali dalam satu tahun.
(4) Besaran honorarium dan biaya operasional pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ditentukan dan dilaksanakan oleh Dinas dan
disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
Pasal 37
Pendampingan terhadap RTS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1), bertujuan untuk :
a. meningkatkan kemampuan dan kemauan RTS dalam meningkatkan
keberdayaan dan keberfungsian sosial.
b. meningkatkan kemampuan berorganisasi bagi RTS yang diwujudkan
dalam kelompok JAMSOSRATU;
c. meningkatkan akses RTS dalam mengembangkan kegiatan serta
kelompok usaha; dan
d. memotivasi RTS untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
JAMSOSRATU.
Pasal 38
(1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf f,
berasal dari unsur masyarakat dengan persyaratan akademis tertentu
yang direkrut oleh dinas selaku TPJP.
(2) Operator sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki fungsi
melakukan pengolahan data base RTS melalui fasilitas teknologi
informasi yang tersedia.
(3) Operator sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas :
a. menerima data hasil verifikasi, pengawasan RTS dari para
Pendamping;
b. melakukan verifikasi data untuk kepentingan pemberian BSTB;
- 19 -
c. berdasarkan data dari para Pendamping, operator menyediakan
nominatif data RTS berdasarkan pemenuhan kewajiban/komitmen
mereka sebagai bahan pertimbangan kelanjutan kepesertaan dan
besarnya BSTB tahap berikutnya.
Pasal 39
(1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), mendapat
honorarium yang dibayarkan setiap bulan satu kali dan biaya
operasional satu kali dalam satu tahun.
(2) Besaran honorarium dan biaya operasional pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditentukan dan dilaksanakan oleh Dinas dan
disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
Pasal 40
Ketentuan lebih lanjut tentang Pendamping dan Operator JAMSOSRATU
diatur dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Dinas selaku Ketua TPJP.
BAB IX
MEKANISME REALISASI BSTB DAN SANKESOS
Bagian Kesatu
Mekanisme Realisasi BSTB
Pasal 41
(1) Dinas Kabupaten/Kota atau TPJK mengajukan permohonan BSTB
kepada Gubernur melalui Dinas selaku TPJP.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu
wajib diverifikasi dan divalidasi oleh TPJK.
Pasal 42
(1) Berdasar hasil verifikasi dan validasi komitmen RTS dan total BSTB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), Dinas mengajukan
permohonan pencairan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.
(2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mencairkan BSTB dengan mentransfer melalui Bendahara
Pengeluaran Pembantu Dinas kepada rekening PT. Pos Indonesia di
wilayah Provinsi Banten yang telah ditunjuk dan disepakati bersama
antara TPJP dengan PT. Pos Indonesia.
- 20 -
(3) PT. Pos Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyalurkan
BSTB kepada RTS berdasarkan rekapitulasi daftar penerima BSTB
dan besaran yang diserahkan TPJP kepada PT. Pos Indonesia setiap
periode pencairan.
Bagian Kedua
Mekanisme Realisasi Sankesos
Pasal 43
(1) Atas permohonan realisasi Sankesos dari RTS, TPSK melalui Dinas
Kabupaten/Kota selaku TPJK mengajukan permohonan Sankesos
kepada Gubernur melalui Dinas selaku TPJP dan TPSP .
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu
wajib diverifikasi dan divalidasi oleh TPSP dan TPSK.
Pasal 44
(1) Berdasarkan hasil verifikasi, validasi TPSK dan TPSP serta analisa
besaran Sankesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2),
Dinas merekomendasikan permohonan tersebut kepada Gubernur
melalui Ketua TPJP.
(2) Setelah mendapat persetujuan Gubernur melalui Ketua TPJP,
realisasi Sankesos akan ditransfer ke rekening milik RTS bila diatas
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan dapat diberikan langsung
tunai pada pemohon bila besar Sankesos dibawah Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).
(3) PT. Pos Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyalurkan
Sankesos kepada RTS berdasarkan pemberitahuan yang disampaikan
TPJP tentang penerima dan besaran Sankesos.
(4) Besaran Sankesos sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibayarkan
sesuai dengan jenis Santunan Pertanggungan Kesejahteraan
Sosialnya berdasarkan penilaian dan verifikasi TPSK dan TPSP.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan, penyaluran
BSTB dan Santunan Kesos diatur dengan Petunjuk Teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas selaku Ketua TPJP.
- 21 -
BAB X
PENDELEGASIAN
Pasal 45
Gubernur dapat mendelegasikan kepada Kepala Dinas selaku Ketua TPJP
untuk :
a. penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Provinsi dengan
PT. Pos Indonesia (Persero) mengenai :
1. distribusi BSTB serta pembiayaannya; dan
2. jenis serta bentuk Rekening Takesos milik RTS.
b. membuat dan menandatangani Keputusan tentang penetapan
penerima santunan pertanggungan Sankesos berdasarkan hasil
verifikasi dan rekomendasi TPSK dan TPSP.
c. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penetapan penerima
santunan pertanggungan Sankesos diatur dengan Petunjuk Teknis
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas selaku Ketua TPJP.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 46
(1) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan
BSTB dan Sankesos serta pelaksanaannya.
(2) Pembiayaan BSTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersumber
dari Belanja tidak langsung bantuan sosial uang yang direncanakan
pada APBD.
(3) Pembiayaan Sankesos sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bersumber dari belanja tidak langsung bantuan sosial uang yang
tidak direncanakan pada APBD.
(4) Pembiayaan kegiatan penunjang pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bersumber dari Belanja langsung Dinas.
(5) Dalam hal kemampuan keuangan daerah memadai maka dukungan
APBD Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan JAMSOSRATU wajib
dianggarkan pada APBD Kabupaten/Kota masing-masing.
- 22 -
BAB XII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 47
(1) Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap pencapaian
keberhasilan JAMSOSRATU sebagai Program Perlindungan dan
Jaminan Sosial.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1), Gubernur didampingi
Kepala Bappeda selaku Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah melalui TPJP.
Pasal 48
(1) Pelaksanaan fungsi audit terhadap pelaksanaan JAMSOSRATU
dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi.
(2) Pelaksanaan fungsi audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Inspektorat Provinsi dibantu oleh Inspektorat Kabupaten/Kota.
Pasal 49
(1) TPJK menyampaikan laporan kepada TPJP secara berjenjang pada
setiap tingkatan Kabupaten/Kota.
(2) Laporan TPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai bahan
laporan TPJP kepada Gubernur.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 50
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka:
a. Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu Di Provinsi
Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 2); dan
b. Peraturan Gubernur Banten Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu Di
Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor 5),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 23 -
Pasal 51
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Banten.
Ditetapkan di Serang
pada tanggal
Plt. GUBERNUR BANTEN,
RANO KARNO
Diundangkan di Serang
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI BANTEN,
KURDI
BERITA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 NOMOR ……
- 24 -
NOTA DINAS
Kepada : Yth. Plt Gubernur Banten
Melalui : Yth. Sekretaris Daerah
Dari : Kepala Biro Hukum
Nomor : 188.44/ -Birhuk/2015
Tanggal :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Penetapan Rancangan Peraturan Gubernur
Sehubungan dengan Surat dari Kepala Dinas Sosial Provinsi
Banten Nomor : 460/0309-DINSOS/III/2015 tanggal 2 Maret 2015 Perihal
Pengantar Revisi Draft Rapergub Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(Jamsosratu), setelah kami teliti sesuai dengan ketentuan, bersama ini
kami sampaikan dengan hormat Rancangan Peraturan Gubernur Banten
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.
Demikian mohon menjadi periksa.
KEPALA BIRO HUKUM,
H. SAMSIR, SH. M.Si
Pembina Utama Muda
NIP. 19611214 198603 1 008
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Etin Kurnia
NIM : 6661121720
Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 01 Juli 1994
Agama : Islam
Alamat : Komplek Citra Gading, Block Q2 No. 28 Kel.
Cilaku Kec. Curug Kota Serang-Banten
No Telepon : 08568944555
Email : [email protected]
RIWAYAT
PENDIDIKAN
1999-2000 : TK Sejahtera 8 Bolang
2000-2006 : SDN 1 Bolang
2006-2009 : SMPN 1 Malingping
2009-2012 : SMAN 1 Malingping
2012 s.d Sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ORGANISASI
2006-2008 : OSIS SMPN 1 Malingping
2006-2008 : PMR SMPN 1 Malingping
2009-2010 : English Club SMAN 1 Malingping
2009-2011 : OSIS SMAN 1 Malingping
2010-2011 : Wakil Ketua PMR SMAN 1 Malingping
2012-2013 : Serikat Eksekutif Muda Untirta (SEMUT)