implementasi program gerakan desa

24

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA
Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi 2020, 9 (1): 42-64 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2020

IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

MEMBANGUN (GERDEMA) DALAM

MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT DI DESA NAWANG

BARU KECAMATAN KAYAN HULU KABUPATEN

MALINAU Reffendy Kule 1

Abstrak

Latar belakang penelitian ini ada pada implementasi pada Gerakan Desa

Memabangun yang dilakukan oleh tim pelaksana yang merupakan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) serta aparatur desa Nawang Baru dalam

mensejahterkan masyarakat desa. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Fokus

penelitian adalah program implementasi GERDEMA. Teknik pengumpulan data:

wawancara, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data

dengan mendeskripsikan serta menganalisis data yang telah diperoleh dan

selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan sebenarnya, dalam penelitian ini

penulis akan mengunakan landasan teori implementasi dan kebijakan. Penelitian

ini menunjukan mengenai peran serta upaya dari pihak, Kabupaten Malinau,

Kecamatan Kayan Hulu, perangkat desa Nawang Baru dan masyarakat desa

Nawang Baru dalam membantu implementasi GERDEMA, serta menunjukan

faktor-faktor pendukung dan penghambat dari implementasi GERDEAMA dalam

melakukan program dari GERDEMA yaitu Peningkatan Pembangunan

Infrastruktur Desa, Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM) dan Peningkatan Pembangunan melalui Pertanian,

yang akan disajikan melalui wawancara dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa,

selain itu dalam penelitian ini membahas mengenai kesejahteraan masyarakat desa

dalam implementasi program dari GERDEMA yang menunjukan adanya

peningkatan dari implementasi yang dilakukan.

Kata Kunci: Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), Implementasi, Desa

Nawang Baru.

Pendahuluan

Terbentuknya suatu daerah tentunya memiliki tujuan dalam pemerintahan,

seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 telah menyebutkan bahwa pembagian daerah di Indonesia terdiri atas

daerah besar dan daerah kecil, dengan susunan pemerintahannya ditetapkan

1 Mahasiswa Program S1 Sosiatri-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Mulawarman. Email: [email protected]

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

43

dengan undang-undang. Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dijelaskan bahwa wilayah Indonesia dibagi lagi

menjadi daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi pula menjadi daerah

yang lebih kecil (Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Kelurahan/Desa).

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah, yang mana memberikan kewenangan kepada daerah secara luas, nyata,

dan bertanggung jawab hal ini agar setiap daerah di Indonesia dapat leluasa

mengatur dan melaksanakan fungsi-fungsinya atas prakarsa bersadarkan dengan

kepentingan serta preferensi publik setempat dalam mengambil kebijakan bagi

masyarakat yang bearada di daerahnya, hal itu kemudian yang membuat

munculnya isu-isu dalam sebuah kebijakan pemberdayaan masyarakat salah

satunya adalah semakin besarnya jumlah penduduk maka semakin besar juga

jumlah penduduk miskinnya.

Munculnya penduduk miskin ditandai dengan kerentaan,

ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan masyarakat dalam menyampaikan

aspirasi, kondisi tersebut mengakibatkan tingginya beban sosial ekonomi

masyarakat, rendahnya kualitas dan produktifitas sumber daya manusia, serta

rendahnya partisipasi aktif masyarakat, sehingga dibutuhkan kebijakan dari setiap

daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Kebijakan yang diperlukan dalam

penanganan isu kemiskinan ini adalah perubahan yang bersifat sistematik dan

menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan sebagaimana yang

disebutkan dalam lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Salah satu daerah yang memiliki isu kemiskinan adalah Kabuaten Malinau

Kalimantan Utara, yang pada tahun 2005 menyusun Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) hingga tahun 2025, penyusunan Rencanaan

Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan pedoman dalam menentukan

arah dan prioritas pembangunan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat

yang adil, makmur sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam mewujudkan pembangunan yang

lebih merata dan berkeadilan, maka kapasitas Pemerintah Daerah terus

dikembangkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, peningkatan

akses pada modal usaha dan sumber daya alam, pemberian kesempatan yang luas

untuk menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut

kehidupan, serta peningkatan kesempatan dan kemauan untuk mengelola usahan

ekonomi produktif yang mendatangkan kemakmuran terutama diwilayah

pedesaan.

Sesuai dengan Undang-Udang RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

yang terdapat dalam pasal 1 ayat 1 mengatakan desa adalah desa dan desa adat

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

44

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakasa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang di akui

dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya, pasal 1 ayat 3 mengatakan bahwa pemerintah desa adalah

kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai

unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam rangka mengatur urusan

masyarakat setempat tersebut desa dapat membuat peraturan desa. Peraturan desa

adalah bentuk regulasi yang dikeluarkan pemerintah desa sebagaimana kabupaten

membuat peraturan daerah. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa bersama

BPD, peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa

dan peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang

undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan sosial budaya masyarakat desa

setempat.

Perencanaan pembangunan pemerintah desa sebagaimana disusun oleh

pemerintah desa ini di jalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan Undang-Undang yang di akui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan di Negeri ini. Pemerintah desa atau yang di sebut

dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

Kabupaten Malinau merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

Kalimantan Utara dengan luas wilayah 39.799,90 km2 dan memiliki 12

Kecamatan di tahun 2010 yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Selatan, Sungai

Boh, Kayan Hilir, Pujungan, Bahau Hulu, Malinau Kota, Malinau Selatan,

Malinau Barat, Malinau Utara, Mentarang, dan Mentarang Hulu, dengan jumlah

total desa ada 108 desa, dari jumlah kecamatan tersebut yang masih tergolong desa

tertinggal sebanyak 92 desa atau 85%, sehingga diperlukannya pengembangan

disetiap desa agar desa tersebut dapat maju.

Kecamatan Kayan Hulu merupakan salah satu kecamatan yang memiliki

desa yang tertinggal, menurut Badan Pusat Statistik Indonesia tingkat kemiskinan

di Kayan Hulu mencapai 81% jumlah ini melalui survei keluarga miskin ditahun

2010, Kecamatan Kayan Hulu memiliki lima desa yaitu desa Nawang Baru, Desa

Long Betao, Desa Long Nawang, Desa Long Temuyat dan desa Long Payau,

kelima desa tersebut merepresentasikan tingkat kemiskinan yang terjadi di setiap

desa, dan menjadikan nya sebagai desa tertinggal.

Salah satu desa di Kecamatan Kayan Hulu yang mengalami ketertinggalan

dan memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi adalah desa Nawang Baru,

desa Nawang Baru termasuk desa terpencil yang berbatasan dengan wilayah

Sarawak Malaysia sehingga transportasi sulit untuk menjangkau ke desa Nawang

Baru, walaupun akses jalan sudah ada menuju wilayah Kecamatan Kayan Selatan,

Kayan Hilir sampai pada Kecamatan Sungai Boh namun transportasi menuju ke

daerah lainnya tetap susah dan sangat terbatas karena jalannya belum diaspal dan

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

45

jembatan penghubung sering putus serta longsor yang merupakan dampak dari

kondisi alam yang selalu membatasi akses masyarakat untuk berpergian keluar

daerah.

Pembangunan infrastruktur yang belum merata disetiap desa, sehingga

masih banyak akses jalan didaerah perdesaan belum dibenahi, hal ini memberikan

dampak terhadap masyarakat desa seperti desa Nawang Baru untuk menerima

sosialisasi dan pelatihan untuk mengembangkan sumberdaya manusia desa dalam

meningkatkan kualitas masyarakat desa yang mengakibatkan keadaan ekonomi

yang masih rendah dan berdampak terhadap angka kemiskinan di desa Nawang

Baru yang sulit untuk terselesaikan, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan atau upah

petani yang diterima yang tidak sebanding dengan biaya dalam menghidupi

keluarga mereka.

Dalam menangani permasalahan kemiskinan dan ketertinggalan di setiap

desa pemerintah Kabupaten Malinau mengeluarkan program Gerakan Desa

Membangun (GERDEMA) yang merupakan media pembelajaran dan

pengembangan kemampuan para prilaku pembangunan serta media mewujudkan

masyarakat sebagai penggagas dalam sebuah kegiatan pembangunan dengan

memberikan wewenang dan kepercayaan kepada masyarakat untuk menentukan

sendiri kebutuhannya serta menyediakan dukungan lingkungan yang kondusif

untuk mewujudkan peran masyarakat dalam pembangunan, khususnya dalam

upaya peningkatan kesejahtraan mereka sendiri.

Upaya komprehensif dalam rangka pemberdayaan masyarakat (Termasuk

masyarakat miskin) harus difokuskan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat,

yakni pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan

aspek politik dan lingkungan serta pemantapan penyelengaraan pemerintah sebagi

jajaran pemerintahan terdepan dalam upaya pemberdayan masyarakat. Sehingga

pemerinth daerah Kabupaten Malinau mengeluarkan kebijakan untuk

penanggulangan kemiskinan melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA),

didalam pelaksanaan GERDEMA ini dimulai Tahun 2011, yang berdasarkan

keputusan dari bupati Malinau, Yansen, TP.

Melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) dirumuskan kembali

mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur

masyarakat, muli dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pemantapan dan

evaluasi. Melalui pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian

masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat tumbuh kembangkan sehingga

mereka bukan objek melainkan subjek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Desa Nawang Baru merupakan suatu Desa yang berada dilingkup Kabupaten

Malinau dan Ibu kota dari Kecamatan Kayan Hulu. Dilihat dari kondisi ekonomi,

masyarakat bermata pencaharin yang bermacam-macam yaitu petani, wiraswasta,

buruh, pegawai negeri, dan pedagang. Namun disisi lain keadaan ekonomi

mengalami penurunan tentu masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

46

dan buruh, karena pekerjaan dan upah mereka yang tidak tetap sehingga

mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat perekonomian khususnya

masyarakat Desa Nawang Baru.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dan relevansi

fenomena yang terjadi pada objek penelitian maka penulis menetapkan judul,

“Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) Dalam

Mensejahterakan Masyarakat Di Desa Nawang Baru Kecamatan Kayan Hulu

Kabupaten Malinau Tahun 2018-2020”.

Kerangka Dasar Teori

Implementasi

Menurut Grindle dalam (Mulyadi, 2015:47) menyatakan bahwa,

“implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti

pada tingkat program tertentu”. Sementara itu menurut Webster Dictionary

(Syahida, 2014:8) mengenai pengertian implementasi menyatakan bahwa:

“Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata “implementation”, berasal

dari kata kerja “to implement”, kata to implement berasal dari bahasa latin

“implementatum” dari asal kata “impere” dimaksudkan “to fill up”, “to fill in”

yang artinya mengisi penuh, melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to fill”,

yaitu mengisi. Selanjutnya kata “to implement” dimaksudkan sebagai: “(1) to

carry into effect, to fulfill, accomplish. (2) to provide with the means for carrying

out into effect or fullfling, to gift pratical effect to. (3) to provide or equip with

implement. Pertama, to implement dimaksudkan “membawa ke suatu hasil

(akibat), melengkapi dan menyelesaikan”. Kedua, to implement dimaksudkan

“menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang

bersifat praktis terhadap sesuatu”. Ketiga, to implement dimaksudkan

menyediakan atau melengkapi dengan alat.

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Dalam pembuatan kebijakan pemerintah harus mengkaji terlebih dahulu

apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang baik atau buruk bagi

masyarakat.

Kebijakan

Menurut Amara Raksasatya (dalam M. Solly Lubis 2007:7) Menurut Amara

kebijakan adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu

tujuan, ada tiga (3) unsur dalam teori kebijakan menurut Amara:

1) Identifikasi tujuan yang akan dicapai.

2) Strategi untuk mencapainya.

3) Penyediaan berbagai input atau masukan yang memungkinkan

pelaksanaannya.

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

47

Ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan mengandung

arti:

1) Hasil produksi keputusan yang diambil dari komitmen bersama.

2) Adanya Formulasi.

3) Pelaksanaannya adalah orang-orang dalam organisasi.

4) Adanya perilaku yang konsisten bagi para pengambil keputusan dan

pelaksanaanya.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah keputusan

yang dibuat pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk memecahkan

masalah atau mewujudkan tujuan yang di inginkan masyarakat, tujuan itu akan

terwujud jika ada faktor-faktor pendukung (input).

Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Gerdema merupakan suatu model pembangunan perdesaan ala Kabupten

Malinau. Model pembangunan ini dilatarbelakangi oleh kuatnya keinginan untuk

mewujudkan visi dan misi serta kebijakan Pemerintaha Kabupaten Malinau ke

arah pemberdayaan masyarakat untuk menjadikan desa-desa di wilayah Kabupaten

Malinau menjadi desa yang mandiri. Dalam tahun 2004, rumusan Visi Kabupaten

Malinau adalah: “Menjadikan desa-desa di Kabupaten Malinau menjadi Desa

Mandiri pada tahun 2010 lewat Gerakan Pembangunan Desa Mandiri”. Visi ini

kemudian mengalami perubahan rumusan dalam tahun 2008, sebagai berikut:

“Melanjutkan dan mempertajam Program Gerbang Dema untuk mesejahtrakan

masyarakat yang berkeadilan”. Dari rumusan ini, terlihat cukup kuat konsistensi

dari pemerintah daerah untuk terus membangun Malinau melalui model Gerbang

Dema. Sangat nampak ada suatu keyakinan akan “Kebenaran” model

pembangunan ini, baik secara konseptual maupun dalam tataran implementasinya.

Sudah barang tentu hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk suatu

“pembuktian”, apakah model yang secara konseptual baik, akan baik pula

implementasinya di lapangan. Yansen, TP ( 2013: 351)

Sebagai bentuk implementasi dari GERDEMA, maka pemerintah Kabupaten

Malinau menetapkan skala prioritas pembangunan yang meliputi tiga pilar, yaitu:

1) Meningkatkan pembangunan (infrastuktur);

2) Meningkatkan pembangunan masyarakat (sumberdaya manusia);

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi kerakyatan (pertanian).

Hakikat gerakan desa membangun (GERDEMA)

Paradigma gerakan desa membangun (GERDEMA), yaitu suatu model yang

bertumpu pada kekuatan rakyat dengan dijiwai oleh rasa persatuan, kesetaraan,

kerjasama, dan kebersamaan dengan niat yang tulus dan tekat yang kuat untuk

mensejahateraan rakyat dan kemajuan daerah. GERDEMA didasarkan pada

semboyan atau tekad malinau berubah maju sejahatra yang mengandung semangat

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

48

untuk mengajak seluruh masyarakat kabupaten malinau bersama-sama berubah

dalam meraih kemajuan dan kesejahteraan.

Program gerakan desa membangun (GERDEMA) juga merupakan

pembaruhan dari paradigma pembangunan sebelumnya, sebagai wujud dalam

konsistensi dalam penetapan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah yang menempatkan desa ditempatkan sebagai suatu daerah

otonom. Penetapan gerakan desa membangun (GERDEMA) sebagai paradigma

baru pembangunan kabupaten Malinau mengesahkan dan sekaligus meluruskan

cita-cita otonomi desa, melalui prinsip dasar dari Gerakan Desa Membangun,

yaitu:

a. Masyarakat desa sebagai unit wilaya kecil dalam pemerintahan NKRI

adalah penentu keberhasilan pembangunan;

b. Kepercayaan sepenuhnya dilimpahkan kepada pemerintahan desa;

c. Semangat dan inisiatife pembangunan dating dari masyarakat desa

d. Desa bebas menyusun perencanaan pembangunan desanya;

e. Penguatan dan pemanfaatan potensi dan kearifan local di desa;

f. Terbangunyan desa-desa sesuai karaterstik potensi dan kearifan localnya;

g. Terwujudnya anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes)

Selanjutnya masyarakat di harapkan mampu menjadi peran utama dalam

konsep gerdema karena didalamnya masyarakat memiliki unsur penting dalam

melaksanakan program tersebut. Maka dalam mencapai tujuan serta jawaban prlu

di susun kebijakan dan kometmen serta dasar yang memuat unsur pokok dalam

menciptakan sebuah keberhasilan masyarakat dalam konsep tersebut.

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa

Prencanaan program pembangunan desa dilaksanakan berdasarkan prinsip

perencanaan dari bawah ke atas. Rencana dalam rangka pembangunan desa

disusun oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dengan bimbingan

camat yang dibantu oleh kepala urusan pembangunan desa kecamatan yang

selanjutnya diajukan oleh Kepala Desa.

Dalam hal ini, adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

perencanaan pembangunan desa menurut pendapat dari Suwigyo dalam bukunya

berjudul “Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber Pendapatan Desa”

sebagai berikut:

a. Menghimpun/ menginventarisir masalah-masalah yang berkembang

dalam masyarakat, gagasan pemecahan masalah yang sangat

membutuhkan penyelesaiannya.

b. Menyusun dan mensistematiskan masalah tersebut dalam urutan

(rankung) prioritas.

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

49

c. Mendiskusikan (musyawarah) masalah tersebut yang selanjutnya hasil

musyawarah dibawa oleh Kepala Desa dan musyawaran Badan

Perwakilan Desa (BPD) untuk dapat ditetapkan menjadi keputusan desa.

Setelah menerima daftar perincian anggaran sektoral, maka selanjutnya

diadakan rapat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dengan Badan

Perwakilan Desa (BPD) guna mengambil langkah-langkah dalam

pelaksanaannya dengan bimbingan dan petunjuk camat atau Kepala Urusan

Pembangunan Desa Kecamatan. Hal-hal yang perlu dibahas antara lain sebagai

berikut:

a. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek khususnya

apabila proyek tersebut adalah proyek gabungan. Bagi proyek yang tidak

bergabung sesuai dengan Intruksi Menteri Dalam Negeri, Kepala Desa

yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.

b. Bagaimana cara pelaksanaannya, mana yang dapat dilaksanakan secara

gotong royong dan mana yang memerlukan keterampilan.

c. Bahan-bahan apa yang diperlukan dan bagaimana cara mengadakannya,

gotong royong atau melalui pembelian karena tidak mungkin dengan

jalan gotong royong karena sifat dari bahan tersebut.

d. Bagaimana pembiayaannya, terutama pembiayaan yang berasal dari

swadaya masyarakat.

e. Kapan proyek itu dimulai atau dilaksanakan agar dapat selesai tepat pada

waktunya. (Suwigyo, 1986 : 85).

Apabila yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari

pelaksanaan dari proyek desa adalah menyusun kalender kerja pelaksanaan

proyek. Dalam menyusun kalender kerja hendaknya diperhatikan kemampuan

tenaga, kerja, biaya dan waktu.

Desa Nawang Baru

Desa Nawang Baru, Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau, Provinsi

Kalimantan Utara merupakan salah satu desa yang terletak didaerah perbatasan

dengan Malaysia, Serawak. Desa nawang baru adalah desa pisahan dari desa long

temuyat, yang awalnya dari desa tersebut adalah long nawang kecamatan kayan

hulu apau kayan, awalnya desa tersebut di bangun karena pelarian dari masyarakat

yang takut dengan penjajahan belanda dan jepang yang menyerang apau kayan,

semua masyarakat Long Nawang berpencar, sehingga membuat desa baru di hulu

sungai desa Long Nawang yang di sebut desa Long Temuyat dan kemudian

masyarakat desa Long Temuyat semakin banyak sehingga dibuatlah daerah baru

yang disebut desa Nawang Baru, sampai sekarang jumlah penduduk nya terus

bertambah, dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun nya yang mencapai 1186

jiwa, sedangkan luas wilayah desa Nawang Baru adalah 1.594.93 km2, dengan

mayoritas mata pencaharian masyarakat disana adalah pertanian dan perkebunan.

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

50

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan

instrument penelitian lapangan. Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah

metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data

dekriptif berupa kata-kata atau gambar yang tertulis atau lisan dari orang-orang

atau prilaku yang diamati (Moleong, 2011). Metode atau rancangan deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksploitasi, mengklarifikasi,

menggambarkan keadaan obyek atau subyek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu

fenomena atau kenyataan sosial, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Basrowi, 2013).

Dalam penelitian ini yang menjadi bahan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Implementasi dari GERDEMA di desa Nawang Baru di Kecamatan Kayan

Hulu Kabupaten Malinau yang terbagi atas :

a. Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Desa,

b. Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber Daya

Manusia (SDM),

c. Peningkatan Pembangunan melalui Pertanian

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Nawang Baru Kecamatan Kayan Hulu

Kabupaten Malinau, Desa Nawang Baru memiliki luas wilayah 1.594.93 km2

dengan jumlah penduduk sebanyak 1.168 jiwa pada tahun 2010, Kantor Desa

Nawang Baru berada di wilayah yang lebih tinggi (perbukitan) dari rumah

masyarakat, hal ini dikarenakan komplek perkantoran harus ditempatkan

diwilayah yang cukup luas.

Desa Nawang Baru merupakan desa perpecahan dari desa Long Temuyat

sehingga letak dari desa Nawang Baru berada di pertengahan dan dikelilingi oleh

beberapa desa yaitu:

1. Desa Long Betaoh (dari sebelah Kiri)

2. Desa Long Nawang (dari atas)

3. Desa Metulang (dari kanan)

4. Desa Long Temuyat (dari bawah)

Desa Nawang Baru juga dilewati oleh sungai Kayan seperti desa lainnya,

kebanyakan dari masyarakat desa tinggal di dekat sungai karena desa dikelilingi

oleh bukit dan gunung yang memiliki tingkat kemiringan hingga 15-45%,

mayoritas (90%) mata pencaharian masyarakat desa adalah pertanian dan

perkebunan, masyarakat menanam nanas dan singkok di wilayah perbukitan,

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

51

sedangkan ditempat yang landai atau menurun masyarakat memilih menanam

pisang dan bermacam sayuran, tidak banyak juga warga desa yang bekerja di

kantor Kecamatan dan Kantor Desa serta menjadi guru.

Desa Nawang Baru dapat dikatakan sebagai desa tertinggal, hal ini

dikarenakan kemiskinan yang terjadi, menurut data pada tahun 2008 tingkat

kemiskinan di desa Nawang Baru adalah 75% dengan jumlah warga miskin

mencapai 232 Kepala Keluarga (KK) dari 309 KK.

Kemiskinan yang terjadi di desa Nawang Baru diakibatkan beberapa hal

seperti letak geografis yang sangat jauh dari Kabupaten telebih lagi ditambah

dengan tidak adanya infrastruktur jalan yang bagus bahkan untuk menuju

kecamatan dan desa-desa terdekat sekalipun.

Perjalanan menunju desa Nawang Baru sangat jauh, setiap orang harus

melalui sungai atau melewati penerbangan dari Kecamatan Kayan Selatan ke

Kecamatan Kayan Hulu dan untuk menunju desa diberi pilihan untuk melewati

darat dengan jarak tempuh yang tidak bisa ditentukan karena jalan transportasi

yang masih didominasi oleh bebatuan serta jalanan yang curam atau melalui

sungai dengan jarak tempuh selama 1 jam 15 menit, hal ini kemudian yang

menyebabkan susah nya masyarakat desa untuk melakukan penjualan hasil

pertanian atau perkebunan, sehingga kebanyakan dari masyarakat desa hanya

menkonsumsi sendiri hasil pertanian dan perkebunan mereka.

Keadaan masyarakat yang berada di desa Nawang Baru ini kemudian

menjadikannya sebagai desa tertinggal, hal ini kemudian yang membuat

pemerintah Kabupaten Malinau mulai mengeluarkan kebijakan yang bernama

GERDEMA pada tahun 2011 dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat

pedesaan

Hasil Wawancara

Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Desa

Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembangunan jalan di desa

Nawang Baru, penulis melakukan wawancara dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa.

Dalam wawancara yang dilakukan, penulis mewawancari pertama kali

adalah ketua pelaksanaan yaitu LPM beliau mengatakan bahwa:

“GERDEMA ini menjadi salah satu bantuan yang sangat dibutuhkan oleh

warga desa Nawang Baru yang tertutup dan terpencil bahkan merupakan

desa baru, jalanan yang dibangun berhasil di lakukan tapi memang belum

maksimal karena wilayah yang terjal dan perbukitan ini, terlebih lagi

sebagian warga ada yang masih susah untuk melepaskan tanah mereka yang

kena jalur pembangunan jalan, jadi jalanan yang jadi baru jalanan menuju

satu desa saja” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua LPM tersebut implementasi program GERDEMA dalam

melakukan pembangunan infrastruktur jalanan sudah cukup baik dilaksanakan

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

52

bahkan sudah dapat menghubungkan salah satu desa dengan desa Nawang Baru,

walaupun terdapat kendala berupa masyarakat desa yang cukup sulit melepaskan

tanahnya, pendapat tersebut kemudian juga diperkuat dengan wawancara kepada

Ketua Adat Desa Nawang Baru yang mengatakan:

“GERDEMA ini sudah bagus, apalagi jalanan yang dibangun kan untuk

warga juga, dan untuk meningkatkan kesejahteraan warga sini, walaupun

terkadang muncul masalah itu sudah biasa di desa” (Wawancara, 21 Oktober

2020)

Selain pembangunan jalanan, implementasi GERDEMA juga melakukan

pembangunan lapangan bola untuk berkumpulnya masyarakat dan sebagai sarana

masyarakat untuk berolahraga, lapangan bola menjadi salah satu implementasi

pembangunan infrastruktur karena banyak dari masyarakat yang mengharapkan

pembangunan ini dilakukan sebagai tempat untuk menghibur diri dalam segala

kekurangan yang ada di desa.

Implementasi pembangunan lapangan bola di desa Nawang Baru, merupakan

bagian terpenting bagi masyarakat desa sehingga penulis melakukan wawancara

dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua

Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa.

Dalam wawancara yang pertama, penulis melakukannya dengan ketua

pelaksanaan yaitu LPM, beliau mengatakan bahwa:

“pembangunan lapangan bola ini dilakukan atas permintaan dari masyarakat,

sarana olahraga memang masih tidak ada disini, jadi lapangan bola menjadi

pilihan utama untuk sarana tersebut” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Ketua LPM mengatakan bahwa implementasi program GERDEMA dalam

melakukan pembangunan infrastruktur lapangan bola sangat dibutuhkan sebagai

sarana olahraga masyarakat desa Nawang Baru, pendapat tersebut kemudian juga

diperkuat dengan wawancara kepada Ketua Adat Desa Nawang Baru yang

mengatakan:

“warga desa banyak yang semangat setelah mendengar pembangunan

lapangan bola, tidak ada yang menolak, warga semua memang butuh

hiburan” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua adat, pembangunan lapangan bola sangat menarik perhatian

masyarakat desa Nawang Baru sehingga implementasi pemabangunan

infrastruktur lapangan bola menjadi salah satu yang membuat masyarakat senang.

Pembangunan lainnya yang dilakukan dalam program GERDEMA adalah

implementasi renovasi kantor desa Nawang Baru, hal ini dilakukan sebagai bentuk

pembaharuan perangkat desa, sehingga perangkat desa memiliki kenyamanan

dalam menjalankan administrasi desa.

Dalam renovasi kantor desa Nawang Baru yang dilakukan, merupakan

bagian terpenting bagi perangkat desa dalam meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat serta kenyamanan bagi perangkat desa dalam memberikan pelayanan,

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

53

untuk itu penulis melakukan wawancara dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa.

Wawancara yang pertama, penulis lakukan dengan ketua pelaksanaan yaitu

LPM, beliau mengatakan bahwa:

“kantor desa nawang baru dulunya sangat kecil dan mungkin cuman cukup

beberapa tempat duduk dan bahkan beberapa kayu pada bangunan kantor

desa sudah rapuh dan tidak layak huni, program GERDEMA ini merupakan

kesempatan bagi renovasi kantor desa jadi terlihat bagus dan seperti kantor

desa pada umumnya” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Pada renovasi ini ketua LPM mengatakan bahwa implementasi GERDEMA

untuk merenovasi kantor desa merupakan pilihan tepat karena hal tersebut untuk

memperbaiki keadaan kantor desa yang sudah tidak layak dan memperluas kantor

desa agar dapat melakukan administrasi desa, yang kemudian juga diperkuat

dengan wawancara penulis dengan Ketua Adat Desa Nawang Baru yang

mengatakan:

“kantor desa ini kan juga bagian dari desa, jadi renovasi yang dilakukan juga

demi tujuan agar segala yang dilakukan di desa seperti administrasi dan

dokumen yang diperlukan untuk keperluan desa dapat disimpan dengan

baik” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Ketua adat berpendapat bahwa renovasi kantor desa sangat baik bagi

perkembangan desa Nawang Baru, sehingga implementasi GERDEMA sendiri

sangat membantu perangkat desa untuk meningkatkan pelayanan nya.

Setiap informan yang diwawancari memberikan pendapat yang berbeda dari

implementasi renovasi kantor desa melalui program GERDEMA, sehingga

implementasi tersebut tidak bisa dikatakan berhasil ataupun gagal, dari setiap

informan ada yang mengatakan bahwa implementasi GERDEMA dalam

melakukan renovasi kantor desa tidak berhasil memberikan kesejahteraan

masyarakat, karena pemberian pelayanan yang tidak berubah, namun informan

lain mengatakan bahwa renovasi tersebut memberikan kenyamanan kepada

perangkat desa serta membuat masyarakat mudah mengenali kantor desa tersebut.

Dalam wawancara yang dilakukan dalam peningkatan pembangunan

infrastuktur desa melalui GERDEMA untuk mensejahterakan masyarakat lebih

terlihat pada pembangunan jalan yang memberikan akses serta kemudahan bagi

masyarakat desa dalam melakukan aktifitasnya, bahkan pembangunan jalan ini

juga memberikan peningkatan ekonomi masyarakat melalui penjualan hasil

pertanian atau perkebunan, walaupun pembangunan lapangan juga memberikan

dampak bagi masyarakat yaitu berupa kesenangan dan peningkatan hubungan

sosial antar masyarakat namun tidak memiliki nilai secara ekonomis, sedangkan

untuk renovasi kantor desa memiliki berbagai tanggapan yang berbeda dari negatif

hingga positif.

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

54

Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber Daya

Manusia (SDM)

Dalam mengetahui bagaimana implementasi Peningkatan Pembangunan

Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa Nawang

Baru, penulis melakukan wawancara dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa.

Wawancara pertama kali dilakukan penulis dengan ketua pelaksanaan

GERDEMA yaitu LPM beliau mengatakan bahwa:

“dalam peningkatan sumber daya manusia kami memberikan pelatihan

seperti kursus menjahit, kursus membuat kursi rotan, sama kami melakukan

pengadaan mesin lampu ya supaya menunjang kurusus nya, terus kami juga

ada kursus mekanik biar warga bisa bangun bengkel atau untuk keperluan

sendiri, yang penting dasarnya ada, dan menurut saya sudah sangat baik ini

diberikan kepada warga, biar ada kemampuan lebih dari bertani gitu”

(Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua LPM tersebut implementasi program GERDEMA dalam

melakukan Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber

Daya Manusia (SDM) ini terbagi atas pemberian pelatihan atau kursus seperti

kursus menjahit, kursus membuat kursi rotan dan kursus mekanik, serta untuk

menunjang pelatihan tersebut dari tim pelaksana melakukan pengadaan mesin

lampu, menurut ketua LPM implementasi GERDEMA sudah cukup baik

dilaksanakan di desa Nawang Baru, pendapat dari ketua LPM tersebut diperkuat

dengan wawancara penulis kepada Ketua Adat Desa Nawang Baru yang

mengatakan:

“kalo peningkatan itu ya ada, bentuknya kaya pelatihan kepada warga, biar

warga ada barang lain lagi buat dijual, kan lumayan untuk mensejahterakan

warga yang penghasilannya cuman dari bertani, tapi ini tuh kurang maksimal

soalnya ada juga warga yang jauh dipedalaman gitu tidak dapat kabar

mengenai ini” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua adat desa Nawang Baru implementasi pembangunan jalanan

yang dilakukan sudah sangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

walaupun masalah dalam pembangunan jalan tersebut masih terjadi namun dapat

di selesaikan dengan baik.

Setiap informan yang di wawancarai mengatakan bahwa implementasi

program GERDEMA dalam peningkatan pembangunan masyarakat melalui

peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sudah terimplementasikan, namun

dalam program ini masyarakat desa lebih terfokus kepada satu pelatihan saja, yaitu

pelatihan mekanik atau bengkel, sedangkan pelatihan seperti menjahit dan

menganyam rotan kebanyakan dilakukan oleh ibu-ibu namun hal ini hanya untuk

keperluan rumah tangga mereka saja.

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

55

Peningkatan Pembangunan Ekonomi Melalui Pertanian

Program ini kemudian dilakukan dengan melakukan penambahan lahan

pertanian dan perkebunan warga, serta mencari alternatif pertanian yang lain

seperti pemeliharaan tanaman nenas, persawahan, pemeliharaan kebun teh,

pembentukan lembaga penampungan hasil produk unggulan desa dan budi daya

madu.

Agar mengetahui implementasi GERDEMA dalam Peningkatkan

Pembangunan Ekonomi Melalui Pertanian di desa Nawang Baru, penulis

melakukan wawancara dengan Ketua Pelaksanaan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM), Ketua Adat Desa dan 3 Masyarakat Desa.

Penulis melakukan wawancara yang pertama dengan ketua pelaksanaan

GERDEMA yaitu ketua LPM beliau mengatakan bahwa:

“program peningkatkan pembangunan ekonomi melalui pertanian

sebenarnya untuk memperluas pengetahuan warga desa dan juga sebagai

sarana untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa Nawang Baru, dalam

peningkatan pembangunan pertaninan ini kita tim pelaksana menjalankan

ada 5 program yaitu pemeliharaan tanaman nenas, persawahan,

pemeliharaan kebun teh, pembentukan lembaga penampungan hasil produk

unggulan desa dan budi daya madu, untuk pembentukan lembaga

penampungan ini dilakukan supaya hasil pertanian desa ini bisa di jual ke

desa lain atau ke kecamatan dan kelurahan lain kita anggap nya ke jual ke

kota ya, biasanya yang kami ambil itu yang tahan hingga beberapa hari

seperti buah nenas, yang lainnya masih proses ya, kaya kebun teh ini sendiri

kan baru di tanam tahun 2008 dan juga tidak banyak warga yang mengerti

dalam pengelolaan ini jadi masih terus kami proses, karena alokasi dana

untuk kebun teh ini lumayan besar, kalo persawahan ya pasti itu juga kami

perhatikan karena itu juga yang biasa untuk pemasukan di desa ini, kalo

bicara kesejahteraan dalam program ini itu pasti ya karena itu tujuannya,

untuk tingkat keberhasilan dalam program ini cukup terlihat ya, apalagi

dalam pemeliharaan tanaman nenas dan budi daya madu,” (Wawancara, 21

Oktober 2020)

Ketua pelaksana GERDEMA yaitu ketua LPM mengatakan bahwa

implementasi program GERDEMA dalam melakukan Peningkatkan Pembangunan

Ekonomi Melalui Pertanian ini terbagi atas 5 program kerja yaitu tanaman nenas,

persawahan, pemeliharaan kebun teh, pembentukan lembaga penampungan hasil

produk unggulan desa dan budi daya madu, menurut ketua LPM implementasi

GERDEMA program ini juga memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat

desa Nawang Baru, pernyataan ini juga di perkuat dengan wawancara penulis

dengan Ketua Adat desa Nawang Baru yang mengatakan:

“wilayah desa kita ini kan banyak pengunungan dan juga lembab tempatnya

jadi peningkatkan pembangunan ekonomi melalui pertanian ini jelas tepat,

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

56

apalagi banyak warga yang ngerti nya cuman bertani aja, namanya juga

didesa, cuman tanah aja yang bisa di andalkan untuk pendapatan, yang

unggulan dalam program ini itu penambahan lahan untuk perkebunan nenas

dan sawah ya, ada juga kebun teh yang rencananya di bangun di gunung, tapi

perlu pembukaan jalan lagi untuk ke kebunnya, jadi masih proses, ketua

LPM kan warga kami juga jadi dia pasti mengerti program ini bagus untuk

kesejahteraan, saya sependapat untuk itu” (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua adat desa Nawang Baru implementasi GERDEMA dalam

program peningkatkan pembangunan ekonomi melalui pertanian sangat tepat

dilakukan di desa Nawang Baru, karena wilayah desa yang berada di pegunungan

dan lebih lemabab dari tempat lain sehingga untuk bertani dan berkebun sangat

cocok dilakukan, ketua ada juga mengatakan bahwa program ini berdampak dalam

peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat desa Nawang Baru.

Dalam program Peningkatkan Pembangunan Ekonomi Melalui Pertanian,

implementasi GERDEMA menurut setiap informan yang diwawancara

mengatakan bahwa program ini sangat membantu dalam meningkatkan tambahan

pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Nawang Baru,

terlebih lagi kebanyakan dari masyarakat desa Nawang Baru merupakan petani,

sehingga implementasi ini dapat dikatakan berhasil memberikan dampak kepada

masyarakat desa, walaupun dalam implementasinya masih terdapat beberapa

program yang kurang meyakinkan masyarakat seperti pembangunan kebun teh di

desa Nawang Baru.

Faktor Pendukung Implementasi Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Faktor pendukung dalam implementasi GERDEMA adalah hal-hal yang

menjadi pendukung dalam proses identifikasi dalam mengukur atau menilai upaya

dalam melakukan implementasi GERDEMA di desa Nawang Baru, hal ini

dikarenakan faktor pendukung ini sangat mempengaruhi dalam proses program

dari awal hingga berjalan. Dalam implementasi GERDEMA di desa Nawang Baru

ditemui faktor pendukung yang ditemukan oleh penulis melalui wawancara

dengan informan dari LPM, Ketua Adat, dan masyarakat.

Wawancara dengan informan pertama merupakan ketua LPM selaku ketua

pelaksana dalam GERDEMA, beliau mengatakan bahwa:

“Faktor pendukung dalam pelaksanaan GERDEMA di desa Nawang Baru adalah

upaya setiap aktor dari pemerintah kabupaten Malinau, kecamatan Kayan Hulu,

dan tentu saja yang terpenting adalah masyarakat desa Nawang Baru yang terlibat

dalam setiap program yang dilakukan dalam GERDEMA, namun ya pasti tidak

semuanya ikut, karena kan wilayah desa Nawang Baru yang seperti ini jelas warga

ada yang lebih memilih kerja dibandingkan ikut program, jadi kita selaku tim

pelaksana yang kadang mendatangi warga langsung kerumah nya kalo bisa, upaya

yang dilakukan oleh kabupaten seperti memberikan dana pelaksanaan, kalo dari

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

57

kelurahan itu yang menyalurkan dana pembangunannya dan juga menyediakan

kebutuhan dari program yang akan dijalankan, jadi semuanya memiliki peran

tersenidiri dalam pelaksana program”. (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Selain itu ada pula pendapat dari Ketua Adat Desa Nawang Baru yang

mengatakan bahwa:

“Pendukung dalam gerakan ini jelas adalah kelurahan, kecamatan dan juga warga

desa yang tinggal disini sebagai partisipan dari setiap program yang dijalankan,

jadi jalannya gerakan ini bisa bagus dan lancar berkat hubungan antar yang itu”.

(Wawancara, 21 Oktober 2020)

Dari uraian wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor

pendukungnya adalah :

1. GERDEMA merupakan program yang di keluarkan oleh pemerintah

Kabupaten Malinau, yang kemudian dijalankan oleh kecamatan dan

kelurahan yang berupaya untuk selalu berkoordinasi sehingga

GERDEMA dapat berjalan dengan baik.

2. Adanya dukungan dari masyarakat desa untuk tetap mengimplementasikan

program GERDEMA ini kepada setiap desa yang memerlukan.

3. Peran aktif dari LPM dalam menjalankan setiap program yang dijalankan

melalui GERDEMA

5. Peran aktif Ketua Adat Desa Nawang Baru dalam berjalannya program

GERDEMA.

6. Bantuan dari masyarakat dalam pembangunan desa melalui GERDEMA

Faktor Penghambat Implementasi Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Faktor penghambat dalam implementasi GERDEMA di desa Nawang Baru

adalah hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses identifikasi untuk

mengukur atau menilai implementasi GERDEMA dalam menjalankan program

nya di desa Nawang Baru, untuk mengetahui faktor tersebut penulis melakukan

wawancara dengan ketua LPM, Ketua Adat dan masyarakat.

Hasil wawancara dengan ketua LPM selaku tim pelaksana ini memberikan

pendapat bahwa faktor penghambat dari implementasi GERDEMA adalah:

“faktor penghambat implementasi GERDEMA ini biasanya terjadi saat

melakuakan program, terbagi dua, ada dari lapangannya ada juga pas teknisnya,

kalo dalam pembangunan infrastruktur itu yang bermasalah biasanya pelepasan

lahan warga, karena kan kita buat jalan, terus untuk pembangunan yang lain nya

juga, padahal kan pembangunan nya juga untuk mereka, selain itu juga laporan

pembangunan dan permohonan dana yang kadang telat kami berikan karena jalan

yang jauh dan juga sinyal yang kurang mendukung jadi susah kalo membutuhkan

barang atau keperluan dalam implementasi progam GERDEMA nya, itu

pengahambatnya”. (Wawancara, 21 Oktober 2020)

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

58

Sedangkan menurut ketua adat desa Nawang Baru faktor penghambat dari

implementasi GERDEMA, mengatakan bahwa:

“penghambat dalam gerakan ini beragam, mulai dari keadaan wilayah kita sendiri

sampai ke keadaan warga yang masih menganggap tidak ada perubahan yang

diberikan dalam implementasi gerakan ini, apalagi kalo sudah masalah lahan,

kadang itu hambatan paling berat menurut saya, kalo masalah laporan dan jaringan

itu saya rasa desa lain juga merasakan kok, dan pasti dimaklumi saja”.

(Wawancara, 21 Oktober 2020)

Menurut ketua LPM dan ketua adat desa Nawang Baru hambatan yang di

hadapi dalam menjalankan program implementasi ini terbagi menjadi dua yaitu

hambatan dari ketika berjalannya program yang biasanya permasalahan ini

diberikan oleh masyarakat sekitar dan ketikan menyelesaikan program yaitu

ketikan memberikan laporan penyelesaian program dan proposal pengajuan dana

program.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor penghambat dari

implementasi GERDEMA adalah:

1. Kurangnya komunikasi dan kurangnya koordinasi antar pihak instansi

pemerintah yang terlibat kepada warga desa sehingga menimbulkan

kesalahpahaman.

2. Warga desa yang tidak percaya dengan adanya GERDEMA.

3. Adanya program yang kurang mendukung kesejahteraan masyarakat

sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat desa.

4. Aparatur desa yang kurang proaktif mensosialisasikan program

GERDEMA.

Pembahasan

Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Desa

Dalam implementasi Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Desa melalui

GERDEMA ini memiliki tiga prirotas pembangunan yaitu Membangunan Badan

Jalan Desa, Membangun Lapangan Bola dan Merenovasi Kantor Desa, yang

dimana total pendanaan dari ketiga pembangunan tersebut adalah sebesar Rp. 90

juta dan dalam pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam melakukan aktifitas ekonomi, pada implementasi ini kemudian

disediakan berupa; Penyediaan alat berat yang digunakan untuk meratakan gunung

dan tanah, Penyediaan Dana Awal pembangunan yang digunakan untuk

persediaan kebutuhan seperti transportasi menuju desa serta gaji pekerja sebesar

Rp. 90.500.000 dan Alat Tulis Kantor (ATK) yang Digunakan untuk membuat

proposal, surat dan laporan implementasi pembengunan melalui GERDEMA.

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

59

Dalam melakukan implementasi program GERDEMA pemerintah

Kabupaten Malinau memberikan dana awal yang kemudian diteruskan kepada

kecamatan Kayan Hulu untuk menyediakan alat berat serta gaji atau upah bagi tim

pelaksana dan aparatur desa Nawang Baru, namun dana ini belum termasuk

pembebasan lahan, karena pembebesan lahan merupakan upaya dari Kecamatan

Kayan Hulu. Pada pembangunan ini kebanyakan masih dalam proses atau masih

dalam keadaan tanah merah dan belum disemenisasi atau diaspal, tapi

pembangunan yang sudah dilakukan cukup membantu masyarakat desa Nawang

Baru, pada program GERDEMA pembangunan jalan dilakukan sebagai

penghubung dengan desa lain, selain itu pembangunan jalan ini juga dilakukan

didalam desa, jalanan yang dibangun merupakan jalanan aspal yang masih berbatu

dan masih belum bagus.

Pembangunan melalui program GERDEMA ini juga dilakukan pada

pembangunan lapangan bola yang dilakukan dengan meratakan tanah, setelah

dilakukan nya proses tersebut selanjutnya masyarakat desa menggunakan nya

untuk bermain bola, berlomba dan berkumpul, pembangunan ini tidak mengalami

permasalahan, namun pembangunan ini tidak menunjukan kesejahteraan secara

ekonomis kepada masyarakat, namun menjadi alternatif mecari kesenangan bagi

masyarakat.

Pembangunan terakhir yang dilakukan dalam program GERDEMA

selanjutnya adalah renovasi kantor desa yang sudah di renovasi dengan

menggunakan dana dari GERDEMA, dan juga untuk pengadaan kebutuhan kantor

desa seperti meja, kursi, lemari, ATK serta perabotan untuk menunjang kantor

desa, dalam renovasi kantor desa ini masyarakat desa Nawang Baru banyak yang

tidak setuju karena tidak diikuti dengan pelayanan yang diberikan, terlebih lagi

renovasi yang dilakukan memakan dana yang cukup besar, sehingga tidak

menunjukan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber Daya

Manusia (SDM)

Dalam implementasi Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui GERDEMA ini di

implementasikan dengan memberikan kursus dan pelatihan kepada masyarakat

desa Nawang Baru, hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan

serta soft skill masyarakat desa Nawang Baru yang memiliki pendapatan yang

hanya melalui pertanian dan perkebunan.

Adapun masyarakat yang mengikuti kurusus dan pelatihan ini kebanyakan

merupakan pemuda desa yang mengikuti pelatihan tenaga mekanik sehingga dapat

melakukan perbaikan atau memodifikasi motor yang digunakan didalam desa

ataupun keluar desa seperti berkebun dan kehutan, hal ini dilakukan karena

kebanyakan wilayah desa Nawang baru merupakan daerah pegunungan dan hutan,

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

60

implementasi GERDEMA dalam Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) ini sendiri banyak masyarakat desa

yang tidak tertarik hal ini dikarenakan kebanyakan warga sibuk untuk bertani dan

berkebun terlebih lagi bagi ibu-ibu yang berada di desa Nawang Baru.

Dalam program ini sendiri telah terlaksana dan mendapatkan pendanaan

sebesar Rp. 140 juta, yang dibagi atas; Kurus Menjahit Rp. 40.000.000, Kursus

membuat kursi Rotan Rp. 40.000.000, Pengadaan Mesin Lampu Rp. 20.000.000,

Pelatihan Tenaga Mekanik Rp. 40.000.000, dana yang digunakan untuk

Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber Daya

Manusia (SDM) sendiri cukup besar namun dalam implementasinya tidak cukup

efektif terhadap masyarakat desa, selain itu pembagian dana tersebut sudah

mencakup transportasi, dana untuk penunjang kegiatan seperti rotan, kain dan

perlengkapan mekanik, dana untuk administrasi yang diberikan kepada tim

pelaksana implementasi GERDEMA yaitu Kepala desa Nawang Baru, ketua LPM

selaku tim pelaksana, biaya Alat Tulis Kantor (ATK), dan juga honor bagi warga

yang ikut membantu dalam program tersebut.

Peningkatan Pembangunan melalui Pertanian

Implementasi GERDEMA dalam program Peningkatan Pembangunan

melalui Pertanian merupakan implementasi yang tepat sasaran, hal ini dikarenakan

mayoritas dari masyarakat desa Nawang Baru merupakan petani dan berkebun

yang sudah menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa sejak lama,

sehingga dikeluarkannya program Peningkatan Pembangunan melalui Pertanian

melalui GERDEMA ini jelas dapat meningkatan pendapatan dari masyarakat desa

demi kesejahteraan ekonomi keluarga nya.

Dalam implementasi ini kemudian diperlukan pendanaan, yang kemudian

diberikan atas perminataan dari kantor desa dan tim pelaksana, program ini

menggunakan dana sebesar Rp. 309 juta, yang dibagi atas; Pemeliharaan tanaman

Nenas Rp.21.500.000, Persawahan Rp. 75.000.000, Pembangunan Kebun The Rp.

70.000.000, Pembentukan Lembaga Penampungan hasil Produk Unggulan Desa

Rp. 93.000.000 dan Budi daya Madu Rp. 50.000.000.

Dana yang digunakan kepada setiap program yang dijalankan, dana ini

kemudian digunakan untuk membeli keperluan awal dalam membantu masyarakat

desa seperti pemberian bibit nenas, pupuk pemberian dana kepada masyarakat

yang ingin meluaskan lahan pertaniannya serta memberikan pengadaan kayu dan

dana untuk masyarakat yang melakukan budi daya madu.

Selain itu dalam program ini terdapat salah satu gerakan yang

mendapatkan alokasi dana paling besar yaitu pembentukan lembaga penampungan

hasil produk ungulan desa yaitu sebanyak Rp. 93 juta, hal ini dikarenakan

pembentukan ini diperuntukan untuk tiga kegiatan yaitu: pembuatan kios dan

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

61

gudang, pengadaan alat timbang serta modal usaha pertanian bagi masyarakat desa

Nawang Baru.

Selain itu pendanaan dalam budi daya madu memberikan dampak yang

cukup besar terhadap masyarakat, hal ini dikarenakan menurut informan

pembangunan ini juga banyak di ikuti dan dilakukan oleh masyarakat karena

mudah dipahami, diikuti dan dilakukan, terlebih lagi wilayah desa kebanyakan

merupakan hutan sehingga untuk melakukan budi daya madu terbilang mudah

bagi masyarakat desa.

Faktor Pendukung Implementasi Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Dalam implementasi GERDEMA disetiap program yang dilakukan banyak

menemui faktor pendukung, faktor pendukung ini kemudian yang menjadikan

implementasi GERDEMA dapat berjalan dengan baik, faktor pendukung ini

kemudian diawali dengan munculnya Gerakan Desa Memabangun (GERDEMA)

yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Malinau, kebijakan ini dikeluarkan

dengan tujuan untuk mensejahterkan masyarakat desa secara menyeluruh.

Selanjutnya faktor pendukung ini juga ada karena keterlibatan dari

kelurahan, aparatur desa dan masyarakat desa sendiri sehingga dalam

implementasi setiap program GERDEMA ini dapat berjalan dengan baik dan

setiap masalah yang terjadi dapat di selesaikan dengan baik juga.

Selain itu dukungan dari masyarakat desa terhadap setiap program GERDEMA ini

juga ditunjukan dalam kehadiran serta partisipasi yang dilakukan, sehingga

implementasi ini dapat dirasakan dampaknya secara menyeluruh.

Faktor Penghambat Implementasi Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Implementasi GERDEMA ini kemudian juga memiliki faktor penghambat

yang membuat implementasi terganggu disetiap program nya, faktor penghambat

ini kebanykan terjadi akibat dari masyarakat sendiri dan dari aparatur desa yang

menjalankan program ini.

Selanjutnya faktor penghambat ini terjadi akibat dari kurangnya

komunikasi dan kurangnya koordinasi antar pihak instansi pemerintah yang

terlibat kepada warga desa sehingga menimbulkan kesalahpahaman seperti

pelepasan lahan warga, selain itu ada juga warga desa yang tidak percaya dengan

adanya GERDEMA, setelah itu juga terdapat program yang kurang mendukung

kesejahteraan masyarakat sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat desa.

Hambatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terjadi akibat dari

sebagian warga yang tidak mengikuti program dari GERDEMA, sehingga

kesejahteraan hanya dirasakan bagi sebagian dari penduduk saja, hal ini

dikarenkan kurangnya sosialisasi aparatur desa di plosok-plosok desa Nawang

Baru.

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

62

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dalam hasil penelitian, penyajian data dan pembahasan, maka dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan dari implementasi GERDEMA sebagai

berikut:

1. Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Desa, dalam pembangunan ini

terbagi atas tiga pembangunan yaitu perbaikan jalanan, pembangunan

lapangan bola dan renovasi kantor desa, dari ketiga pembangunan ini

yang memberikan dampak kesejahteraan adalah perbaikan jalanan, serta

pembangunan lapangan bola yang memberikan kesenangan bagi

masyarakat desa Nawang Baru,

2. Peningkatan Pembangunan Masyarakat Melalui Peningkatan Sumber

Daya Manusia (SDM), dalam program ini terdapat empat yang di

implemantasikan Kurus Menjahit, Kursus membuat kursi Rotan,

Pengadaan Mesin Lampu dan Pelatihan Tenaga Mekanik, dari keempat

tersebut, salah satu yang memberikan dampak adalah pelatihan tenaga

mekanik yang banyak diikuti oleh masyarakat desa Nawang Baru,

sedangkan minat masyarakat untuk pelatihan yang lain masih kurang,

karena ibu-ibu di desa Nawang Baru lebih tertarik untuk bekerja,

3. Peningkatan Pembangunan melalui Pertanian, dalam program ini

diimplementasikan lima gerakan desa yaitu Pemeliharaan tanaman

Nenas, Persawahan, Pembangunan Kebun Teh, Pembentukan Lembaga

Penampungan hasil Produk Unggulan Desa dan Budi daya Madu, dari

kelima gerakan tersebut yang memiliki dampak terhadap kesejahteraan

masyarakat adalah Pemeliharaan Tanaman Nenas karena tanaman ini

merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan dirawat, Pembentukan

Lembaga Penampungan hasil Produk Unggulan Desa karena hal ini

sangat dibutuhkan warga untuk menjual hasil pertanian dan

perkebunannya dan Budi daya Madu karena menurut masyarakat desa

Nawang Baru budi daya ini termasuk yang mudah untuk diikuti,

Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi GERDEMA dalam

menjalankan setiap program nya, yang terbagi atas faktor pendukung dan

penghambat, yang diklasifikasikan menjadi:

1. Faktor Pendukung Implementasi Gerakan Desa Membangun

(GERDEMA), faktor yang sangat mendukung dalam implementasi ini

adalah upaya dari Pemerintah Kabupaten Malinau, Kecamatan Kayan

Hulu dan aparatur desa Nawang Baru dalam menjalankan setiap program

dalam GERDEMA, terlebih lagi upaya ini dalam pengadaan dana untuk

GERDEMA.

2. Faktor Penghambat Implementasi Gerakan Desa Membangun

(GERDEMA) kurangnya komunikasi dan koordinasi antar pihak instansi

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

Implementasi Program Gerakan Desa Membangun (Gerdema) (Reffendy Kule)

63

pemerintah yang terlibat dengan masyarakat sehingga timbulnya

masalah dalam pemabangunan dan kurangnya partisipasi masyarakat

desa dalam setiap program pelatihan.

Saran

Setelah melalui beberapa macam penelitian, dengan rendah hati penulis

merasa perlu untuk memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat kepada

semua pihak. Adapun saran-saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Malinau untuk bisa datang ke setiap desa

yang mendapatkan implementasi GERDEMA sehingga masyarakat

dapat lebih percaya terhadap setiap program dari GERDEMA.

2. Bagi Pemerintah tim pelaksana GERDEMA yaitu ketua LPM, seharunya

lebih melihat lagi kebutuhan masyarakat desa Nawang Baru, sehingga

tidak melakukan program yang kurang berguna bagi wilayah desa

Nawang Baru.

3. Sebaiknya aparatur desa Nawang Baru lebih terbuka lagi terhadap

masyarakat desa Nawang Baru dengan cara sosialisasi atau lebih

transparansi lagi terhadap anggaran desa sehingga dapat memunculkan

rasa percaya mayarakat dengan aparatur desa.

4. Bagi masyarakat desa Nawang Baru seharusnya dapat datang atau

mengikuti setiap program yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan ekonomi masyarakat desa.

Daftar Pustaka

Abdul Wahab, Solichin. 2014. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Effendi, Sofian. 1997. Metode Penelitian Sorvai. Jakarta: LP3ES.

HAW, Widjaja. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli Bulat dan Utuh

PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Hazmi, Berliana. 2005. Komunikasi Pemerintahan, Raja Grafindo: Jakarta.

J, Lexy. 2001. Metodeologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda karya: Jakarta.

M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung, 2007.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi, Deddy, 2015, Study Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik, Bandung :

Alfabeta.

Nawawi, Ismail, 2009. Perilaku Administrasi, Kajian Paradigma, Konsep, Teori

dan Pengantar Praktik. Surabaya: ITS Press.

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA

eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2020: 42-64

64

Pasolong, Harbani. 2016. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung:

Alfabeta

Persada Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Metodologi Penelitian Masyarakat:

Gramedia, Jakarta.

Solichin, Abdul, Wahab, 1997. Analisis Kebijakan, Dari Formulasike

Implementasi Kebijaksanaan Negara, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Suwignyo. 1986. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber

Pendapatan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

T.P, Yansen. 2013. Gerakan Desa Membangun Sebuah Ide Inovatif Tentang

Pembangunan Desa.Universitas Brawijaya, Malang.

Tahir, Arifin. 2015. Kebijakan Publik Dan Transparansi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Med

Press.

Kartika Ratri, Dewi. 2014. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 36 Tahun

2013 Tentang Kebijakan Kota Layak Anak. http://administrasipublic.student

journal.ub.ac.id

Syahida, Agung, Bayu. 2014. Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009 Tentang

Pengelolaan Sampah Di Kota Tanjungpinang (Study Kasus Di Kelurahan

Tanjung Unggat).

Arsip Desa Nawang Baru, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau berupa

data program GERDEMA tahun 2011-2018.

Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Malinau Tahun 2005-2025.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa 2005, Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Citra Umbara, Bandung.

Undang-Undang Dasar Nomor 18 Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan jangka