implementasi pp no. 6 tahun 2008 tentang pedoman evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah

15
Isu Kebijkan dan Otonomi Daerah Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Disusun Oleh : Niki Taurisa Detasih 1110843010 Dini Purnama Sari 1110843012 Elfa Indra 1110843013 Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas 2013

Upload: heru-fernandez

Post on 14-Jul-2015

266 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Isu Kebijkan dan Otonomi Daerah

Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Disusun Oleh :

Niki Taurisa Detasih 1110843010

Dini Purnama Sari 1110843012

Elfa Indra 1110843013

Jurusan Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

2013

Page 2: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan reformasi disegala bidang telah merubah tatanan mendasar manajemen

pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut diantaranya diwujudkan dalam Tap MPR RI

No. XI/MPR/1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme, dan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas

dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Kedua peraturan perundangan ini, tidak lain bertujuan

untuk mewujudkan good governance di Indonesia. Mustopadidjaja (2000) menyebutkan

bahwa kegagalan dalam mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan

pembangunan merupakan salah satu penyebab krisis nasional di Indonesia pada akhir abad 20

2. Krisis nasional multi dimensional yang terjadi belum dapat dibendung hingga kini dan

tampaknya akan terus berlanjut selama Tap MPR RI No. XI/MPR/1999 dan UU No. 28

Tahun 1999 belum membumi dan dapat diimplementasikan secara memadai pada level

makro Indonesia. Hal demikian secara implisit mengisyaratkan bahwa seluruh pelaku-pelaku

pemerintahan -dari staf paling rendah hingga (terutama) pejabat- dituntut untuk melakukan

perubahan-perubahan sejalan dengan pemikiran good governance yang pada saat ini tengah

menjadi issue populer. Hal ini juga mengisyaratkan, bahwa pelaku- pelaku Pemerintahan

Daerah di Indonesia pun dituntut untuk mewujudkan good local governance. Dalam rangka

memfasilitas good local governance itulah lahir sebuah peraturan perundangan yaitu UU No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang lebih dikenal dengan istilah undang-

undang otonomi daerah. Pengumuman Hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (EKPPD) Terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun

2010 merupakan langkah strategis Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Dalam

Negeri untuk menilai keberhasilan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya, sekaligus

sebagai bentuk bahan kebijakan untuk meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintah

daerah.Evaluasi yang merupakan amanat PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

daerah otonom berhak, berwenang, dan sekaligus berkewajiban mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah,

dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,menyediakan pelayanan umum,

dan meningkatkan daya saing daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah

yang dikelola secara demokratis, transparan dan akuntabel.Untuk mencapai hasil yang

maksimal, pemerintahan daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan harus dapat

memproses dan melaksanakan hak dan kewajiban berdasarkan asas-asas kepemerintahan

yang baik (Good Governance) sesuai dengan asas umum penyelenggaraan negara

Page 3: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Apabila daearah diberi hak dan wewenang untuk itu, tugas tersebut dapat timbul

karena inisiatif sendiri dari alat perlengkapannya,yang disebut tugas bebas.

Kebebasan yang diberikan kepada daerah untuk mengurusi rumah tangga daerahnya

sendiri agar daerah lebih mampu mandiri dan juga bertanggung jawab terhadap kebebasan

yang telah dilimpahkan pusat kepada daerah. Daerahlah yang mengerti dan paham akan

kekuatan dan kelemahannya masing-masing, Daerah lah yang mampu merespon secara baik

apa yang menjadi tuntutan dan keinginan dari masyarakatnya.

.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pentingnya Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

2. Dasar dari Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut PP no 6 tahun

2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

3. Contoh kasus implementasi dari pp no 6 tahun 2008

1.3 Tujuan Penulisan

1Menjelaskan Pentingnya Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

2. Menjelaskan Dasar dari Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut PP no

6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

3. Menaparkan contoh adanya implementasi dari pp no 6 tahun 2008

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini akan memberi manfaat, diantaranya:

1. Menambah wawasan pembaca tentang Pentingnya Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah

Page 4: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Desentralisasi yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001 di Indonesia

melibatkan semua administrasi pemerintah daerah dan serangkaian wewenang dan tanggung

jawab yang luas. Secara keseluruhan, hal-hal tersebut hampir mencapai 40 persen dari total

belanja pemerintah di tahun 2006. Peran pemerintah daerah dalam memberikan layanan dan

mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan negara semakin besar dibandingkan sebelumnya.

Bagaimanakah kinerja mereka enam tahun setelah penerapan desentralisasi tersebut Dengan

tidak adanya sistem pemantauan, evaluasi, dan, pengukuran kinerja yang sistematis,

pertanyaan penting tersebut tidak dapat dijawab secara akurat. Oleh karena itu, implikasi

kebijakan desentralisasi yang lebih luas tetap tidak jelas.

Semua pemangku kepentingan telah menyadari pentingnya pemantauan dan evaluasi

kinerja pemerintah daerah. Sementara sejumlah latihan percobaan oleh instansi-instansi

pemerintah serta organisasi-organisasi nasional dan internasional telah dilakukan, tidak ada

perangkat evaluasi komprehensif yang telah diterapkan di tingkat nasional. Perangkat yang

diterapkan di tingkat nasional tidak hanya akan mendorong semangat kompetisi yang sehat,

akan tetapi juga dapat digunakan oleh warga negara untuk membandingkan kinerja

pemerintah daerah mereka dengan praktik-praktik terbaik di kabupaten-kabupaten lainnya.

Pemerintah pusat juga akan dapat memantau kinerja dengan lebih akurat, mendorong

perbaikan melalui insentif keuangan, serta meningkatkan dan menyempurnakan kebijakan

desentralisasinya.

Suatu indeks yang luas yang mengukur kemajuan pemerintah daerah dalam dimensi-

dimensi inti manajemen keuangan publik, kinerja fiskal, penyediaan layanan, dan iklim

investasi dapat menjadi indikator utama bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan

meningkatkan kinerja mereka. Tujuan keseluruhan dari prakarsa tersebut adalah untuk

mencapai tujuan desentralisasi, yaitu untuk meningkatkan penyediaan layanan umum dan

kesejahteraan masyarakat melalui pemerintahan yang baik.

Dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, telah dilakukan Evaluasi Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) Tahun 2011 terhadap Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2010 secara nasional.

EKPPD dilakukan oleh evaluator yang terdiri wakil-wakil dari Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, Lembaga Administrasi Negara, Badan

Pusat Statistik, Badan Kepegawaian Negara, Sekretariat Militer, dan Sekretariat Kabinet. Yang

melaksanakan tugas evaluator dari Kantor Sekretariat Kabinet adalah Asisten Deputi Bidang Politik

dan Hubungan Internasional, Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

Page 5: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Proses pelaksanaan evaluasi menggunakan sistem pengukuran kinerja yang mencakup:

1. Indikator Kunci Keberhasilan (IKK);

2. Pengumpulan data kinerja Provinsi dan Kabupaten/Kota;

3. Metodologi pengukuran kinerja;

4. Analisis, pembobotan, dan interpretasi kinerja;

5. Penilaian Desk Evaluation berdasarkan data capaian kinerja yang dimuat dalam LPPD Tahun

2010, dilanjutkan dengan verifikasi dan dilengkapi dengan cara common sense survey;

6. Status kinerja dan skore masing-masing disusun berdasarkan total indeks kinerja 33 Provinsi,

346 Kabupaten dan 86 Kota termasuk diantaranya 103 daerah otonom baru hasil pemekaran

yang telah berusia diatas 3 sampai dengan di bawah 10 tahun dan/atau yang telah wajib

menyampaikan LPPD kepada pemerintah.

Laporan Hasil EKPPD secara nasional yang dilakukan dan telah disepakati oleh Tim Teknis Nasional EPPD, menghasilkan Total Indeks Prestasi Kinerja dan Peringkat Kinerja Pemda dengan status dikelompokkan Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang dan Rendah, dengan pengelompokkan sebagai berikut:

a. Peringkat kinerja seluruh daerah Provinsi secara Nasional dikelompokkan berprestasi Tinggi dan Sedang;

b. Peringkat kinerja seluruh daerah Kabupaten secara Nasional dikelompokkan berprestasi Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang dan Rendah;

c. Peringkat kinerja seluruh daerah kota secara Nasional dikelompokkan berprestasi Sangat Tinggi, Tinggi, dan Sedang;

Berdasarkan Hasil Evaluasi dan Pemeringkatan Kinerja Pemerintahan Daerah dimaksud, sesuai ketentuan Pasal 27 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 ditetapkan:

1) Tiga provinsi yang berprestasi terbaik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

2) Sepuluh kabupaten yang berprestasi terbaik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

3) Sepuluh Kota yang berprestasi terbaik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pengumuman hasil Evaluasi Tim, diumumkan pada tanggal 25 April 2012 di Jakarta, di Hotel Borobudur. Acara peringatan tersebut dibuka oleh Wakil Presiden yang memberikan sambutan dengan tema “Kita Tingkatkan Kualitas Otonomi Daerah Untuk Efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Menuju Kesejahteraan Masyarakat”.

Disisi lain Pemerintah Daerah juga dituntut mampu menemukan sarana-sarana atau sumber daya alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi harapan para stakeholdernya. Melihat tuntutan ini maka Pemerintah Daerah perlu menata kembali peran dan fungsinya melalui model siklus kebijakan yang lebih berorientasi pada kepekaan terhadap lingkungan (environment sensibility) dan

pertanggungjawaban yang kuat terhadap kepada siapa kebijakan tersebut akan pertanggungjawabkan.

Wujud good governance menurut UNDP sebagaimana dikutip oleh LAN-BPKP (2000) dapat

dicermati melalui pola penyelenggaraan pemerintahan yang bercirikan:

Page 6: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

1. Participation.

Proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan bahkan hingga evaluasi harus memberikan

akses sebesar-besarnya bagi partisipasi masyarakat.

2. Rule of Law.

Perancangan peraturan hukum harus adil dan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa

pandang bulu.

3. Transparency.

Suatu mekanisme yang terbuka dalam menetapkan kebijakan, baik yang menyangkut

penggunaan sumber daya maupun alokasinya. Pembuatan kebijakan, program atau kegiatan pelayanan

harus bersifat terbuka dan mampu memberikan arus informasi yang bebas dan jelas. Hal ini telah

merubah paradigma lama, dimana penetapan kebijakan publik merupakan suatu mekanisme yang

tertutup (black box

4. Responsiveness.

Peka terhadap kebutuhan masyarakat dan stakeholder (pegawai, wakil rakyat, dan pengguna).

Oleh karenya, pemberian otorisasi untuk mengambil suatu kebijakan pada level terendah. Hal ini

dikarenakan pada level tersebut terdapat interaksi langsung dengan masyarakat pengguna jasa, dimana

pada saat sekarang ini cenderung lebih dinamis. Dengan otorisasi seperti ini staf akan terbiasa

menelurkan ide-ide dan bersikap inovatif dalam mencermati permasalahan dan mengambil tindakan.

5. Consensus Orientation.

Berbagai kepentingan yang berbeda dalam masyarakat harus diakomodir melalui proses mediasi

agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat luas.

6. Equity.

Seluruh komponen dalam masyarakat yang berbeda dalam arti agama, ras, etnik, jender, suku,

keadaan ekonomi, harus memiliki kesempatan yang sama atas manfaat yang akan didapat dari suatu

kebijakan.

7. Effectiveness and efficiency.

Proses untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh pemerintah harus mampu

memberikan hasil yang maksimal dan menggunakan sumber daya seefisien mungkin.

8. Accountability.

Kebijakan yang dibuat dan para pelaksananya, pemerintah, swasta atau masyarakat

harus mampu mempertanggung jawabkan tindakannya kepada masyarakat luas. Bentuk

pertanggungjawaban pemerintah terhadap apa yang dilakukan dan yang tidak dilakukan,

tingkat keberhasilan dan kegagalan. Pada dasarnya, akuntabilitas bagi pemerintah bukanlah

semata-mata managerial accountability melainkan juga public accountability, mengingat

masyarakatlah yang pada dasarnya memberikan mandat kepada pemerintah.

9. Strategic Vision.

Para pimpinan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki perspektif good

governance dan berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia yang memiliki

cakrawala jauh ke depan menembus batas-batas yang tidak tertentu.

Evaluasi digambarkan sebagai suatu upaya dimana didalamnya mencakup beberapa

pendekatan alternatif dan kegiatan-kegiatan (Weiss, 1998). Dalam konteks public policy,

maka evaluasi merupakan sebuah landasan atau alasan untuk menciptakan (secara tidak

langsung) perbaikan atau kemajuan sosial.

Page 7: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Empat tujuan dari evaluasi, yaitu:

1. Assessment of merit and worth

Pengembangan pendapat-pendapat yang menjamin -bagi level individu dan sosial-

atas nilai sebuah program atau kebijakan.

2. Program and organizational improvement

Usaha untuk menggunakan informasi guna memodifikasi secara langsung dan

pelaksanaan program.

3. Oversight and compliance

Penilaian sejauhmana program mengikuti arah status, peraturan, standar perintah atau

harapan formal yang lainnya.

4. Knowledge development

Penemuan atau menguji teori-teori umum, preposisi dan hipotesis dalam konteks

kebijakan dan program. Tahap selanjutnya, setelah menentukan tujuan evaluasi adalah

memilih model yang tepat dalam evaluasi yang bersangkutan.

2.2 Dasar Evaluasi

Evaluasi yang merupakan amanat PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah untuk memotret kinerja penyelenggaraan pemerintahan

daerah terutama dari aspek Manajemen Pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai pelayanan masyarakat.

Esensi dari evaluasi adalah untuk perbaikan sosial Dalam konteks evaluasi

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, maka berikut ini akan diuraikan beberapa instrumen

yang berlaku dalam upaya evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Instrumen

tersebut diantaranya adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah/LAKIP

(Inpres No. 7/1999); dan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (PP No. 108/2000). Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan bentuk dan atau media

pertanggungjawaban sebuah unit organisasi atau instansi kepada unit organisasi atau instansi

pemberi mandat atau amanah.

2.3 Pentingnya Evaluasi

Pengumuman Hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)

Terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2010 merupakan

langkah strategis Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri untuk menilai

keberhasilan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya, sekaligus sebagai bentuk bahan

kebijakan untuk meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintah daerah.

Dalam rangka implementasi otonomi daerah, dilakukan pula evaluasi penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Ini merupakan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah—hasil revisi atas UU Nomor 22/1999 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Evaluasi menyangkut tiga elemen, yaitu :

Page 8: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

1. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD),

2. Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD),

3. Evaluasi Daerah Otonom Baru (EDOB).

Evaluasi kinerja dilaksanakan setiap tahun oleh pemerintah dan diberlakukan pada

seluruh daerah otonom. Kepala daerah telah diwajibkan menyampaikan

laporannya.Tujuannya adalah agar pemerintah memperoleh umpan balik sebagai dasar bagi

pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Hasil evaluasi kemampuan daerah akan menjadi bahan dasar bagi

Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dalam memberikan pertimbangan kepada Presiden RI

dalam hal perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta pembentukan, penghapusan, dan

penggabungan daerah.Adapun evaluasi daerah baru dilaksanakan hanya kepada daerah

otonom yang baru berusia tiga tahun ke bawah.Tujuannya untuk melihat tingkat

perkembangan daerah tersebut dalam mempersiapkan elemen-elemen dasar pemerintahan

daerah, yaitu pembentukan perangkat daerah, pengisian personel, pengisian DPRD,

pelaksanaan kewajiban daerah induk dan provinsi memberi alokasi pembiayaan, penetapan

batas, pelaksanaan pelayanan dasar kepada masyarakat.

Langkah strategis lain yang perlu dilakukan adalah pembenahan sistem pemerintahan

daerah yang dimaksudkan untuk membangun suatu sistem pemerintahan dengan sub-sub-

sistem sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling menopang. Dengan demikian,

jalannya pemerintahan nasional dengan sub-sistem pemerintahan provinsi, dan sub-sistem

pemerintahan kabupaten/kota, dapat bersinergi dan tidak saling menghambat.

Selanjutnya, perlu menggeser orientasi pelaksanaan otonomi daerah dari sekadar

membagikan kewenangan atau urusan pemerintahan (kewenangan wajib dan pilihan) menjadi

memberikan kewenangan atau urusan pemerintahan berdasarkan prinsipprinsip efisiensi dan

efektivitas sehingga pelaksanaan urusan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penting juga menyerasikan beban kewenangan atau urusan yang menjadi tanggung-

jawab pemerintahan daerah dengan dukungan anggaran yang disediakan melalui mekanisme

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam APBN. Berbagai upaya pembenahan

tersebut berimplikasi pada perlunya dilakukan revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Di samping itu, perlu diberlakukan pemberian sanksi yang tegas dalam hal suatu sub-

sistem pemerintahan tidak mematuhi regulasi dan menghambat pencapaian tujuan-tujuan

nasional dan daerah. Sebaliknya, perlu ditingkatkan pemberian reward bagi suatu sub-sistem

pemerintahan yang mematuhi peraturan perundang-undangan dan berprestasi dalam

mendukung pencapaian tujuan nasional dan daerah.

Page 9: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

2.4 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)

Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa EKPPD dilaksanakan setiap tahun oleh

pemerintah dan diberlakukan kepada seluruh daerah otonom yang kepala daerahnya telah

diwajibkan menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dengan

tujuan untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

memanfaatkan hak yang diperoleh daerah sesuai capaian keluaran dan hasil yang telah

direncanakan, sebagai umpan balik dan rekomendasi bagi daerah untuk mendorong

peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai bahan Dewan

Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) dalam memberikan pertimbangan kepada Presiden

terhadap kebijakan nasional dalam hal perimbangan keuangan Pusat dan daerah, penataan

daerah, pembinaan dan pengawasan daerah. Tujuan lainnya adalah sebagai bahan masukan

kepada kementerian dan lembaga untuk melakukan pembinaan lebih lanjut dalam rangka

peningkatan kinerja daerah melalui program pengembangan kapasitas daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 54 PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, juga sebagai bahan evaluasi lebih lanjut dalam pemberian peringkat

kinerja pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota.

EKPPD dilaksanakan oleh Tim Nasional yang terdiri dari Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian PAN & RB, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM,

Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Kementerian Bappenas, BPKP, BKN, BPS, dan

LAN. Tim Nasional dibantu oleh Tim Daerah yang terdiri dari unsur pemda provinsi, BPKP

perwakilan, dan Kanwil BPS. Sumber informasi utama yang digunakan untuk melakukan

EKPPD adalah LPPD provinsi, kabupaten/kota. Daerah yang wajib menyampaikan LPPD

sampai dengan saat ini berjumlah 474 Daerah Otonom Baru dari 524 Daerah Otonom.

Metodologi EKPPD menggunakan Sistem Pengukuran Kinerja Daerah, dengan Indikator

Kinerja Kunci (IKK), teknik pengukuran data, analisis pembobotan dan interpretasi kinerja

pemda pada masing-masing indikator dan membandingkan antara satu daerah dengan daerah

lainnya. IKK terdiri dari 22 variabel pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana

kebijakan dengan menghasilkan Total Indeks Kinerja Pemda dan dengan status prestasi

kinerja sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.

EKPPD dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Tim Daerah melaksanakan penilaian terhadap LPPD kabupaten/kota di wilayah

provinsi.

b. Tim Nasional melaksanakan penilaian terhadap LPPD provinsi. Tim Nasional

melakukan pemeringkatan capaian kinerja secara nasional.

Hasil evaluasi dan peringkat kinerja yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap 474

daerah otonom berdasarkan LPPD tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Page 10: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

No. Hasil Evaluasi LPPD

Pemda tahun 2008

Peringkat & Status Tidak

diberi nilai

Jumlah

Sangat

Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

1. Provinsi 3 25 5 0 0 33

2. Kabupaten 0 242 94 15 3 354

3. Kota 0 71 10 6 0 87

Jumlah 3 338 109 21 3 474

Sedangkan hasil evaluasi dan peringkat kinerja yang dilakukan pada tahun 2010

terhadap 158 daerah otonom baru (DOB) usia di atas 3 (tiga) tahun sampai dengan 10 tahun

(pembentukan periode tahun 1999 – 2004) berdasarkan LPPD tahun 2008 adalah sebagai

berikut:

No. Hasil Evaluasi LPPD

Pemda tahun 2008

Peringkat & Status Tidak

diberi nilai

Jumlah

Sangat

Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

1. Provinsi Pemekaran - 7 - - - 7

2. Kabupaten Pemekaran - 58 54 8 3 123

3. Kota Pemekaran - 23 4 1 - 28

Jumlah - 88 58 9 3 158

Tindak lanjut dari pelaksanaan EKPPD adalah:

a. Pemerintah dan pemerintah daerah menindaklanjuti hasil EKPPD dengan program

pengembangan kapasitas untuk meningkatkan kinerja.

b. Dalam rangka pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah

mempersiapkan pemberian penghargaan (award) kepada daerah yang mempunyai prestasi

kinerja tertinggi secara nasional sesuai ketentuan PP 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU

No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Penghormatan.

c.Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dan mendorong kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian untuk menerbitkan norma, standar, prosedur dan kriteria

(NSPK) sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kementerian yang bersangkutan untuk

diimplementasikan oleh pemerintah daerah.

d.Pemerintah mempersiapkan pembinaan dan fasilitasi secara khusus bagi daerah-

daerah yang mempunyai prestasi kinerja rendah.

Page 11: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

2.5 Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD).

EKPOD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap

kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat,

pelayanan umum dan daya saing daerah, atau dalam menilai kemampuan daerah dalam

mencapai tujuan otonomi daerah, dengan parameter peningkatan kualitas manusia dengan

indikator indeks pembangunan manusia. Penilaian EKPOD terdiri dari 3 (tiga) aspek, dengan

masing-masing aspek terdiri dari 9 fokus, dan masing-masing fokus terdiri dari 199 IKK.

Untuk mendukung pelaksanaan EKPOD, Kemendagri bersama-sama dengan Tim

Nasional EPPD dengan dukungan dari Tenaga Ahli konsultan telah melakukan studi terhadap

42 kabupaten/kota di 10 provinsi yang menghasilkan Toolkit EKPOD sebagai panduan

pengumpulan data EKPOD.

Tindak lanjut dari EKPOD adalah melakukan pembinaan dan fasilitasi kepada daerah-

daerah secara berjenjang agar pemerintah daerah dapat menyiapkan dan menyusun data

EKPOD yang handal serta akurat, dan melakukan penyusunan Permendagri tentang Tata

Cara Pelaksanaan EKPOD dengan menerapkan fokus dan IKK secara selektif dan bertahap.

2.6 Evaluasi Daerah Otonom Baru (EDOB)

Terkait dengan EDOB, Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa EDOB dilaksanakan hanya

pada daerah otonom baru yang berusia 3 (tiga) tahun ke bawah, dengan tujuan untuk melihat

tingkat perkembangan daerah tersebut dalam mempersiapkan 10 aspek persiapan

penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu:

1. Pembentukan organisasi perangkat daerah.

2. Pengisian personil . 3. Pengisian keanggotaan DPRD. 4. Penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan.

5. Pembiayaan. 6. Pengalihan aset, peralatan dan dokumen.

7. Pelaksanaan penetapan batas wilayah. 8. Penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan. 9. Penyiapan rencana umum tata ruang wilayah.

10.Pemindahan ibu kota bagi daerah yang ibu kotanya dipindahkan.

Sampai dengan September 2010 terdapat 57 Daerah Otonom Baru yang berusia di

bawah 3 (tiga) tahun (pembentukan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009). Dari hasil

EDOB hanya 22,8% (13 DOB) yang perkembangannya baik (berhasil).

Sebagai tindak lanjut dari EDOB, Kementerian Dalam Negeri melakukan pembinaan

dan Fasilitasi Khusus terhadap DOB yang meliputi: (1) penyususnan perangkat daerah

dengan pada PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, (2) pengalihan

personil (P3D) hingga selesainya penyerahan, (3) penyusunan program dan keuangan

(APBD) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya rencana alokasi

Page 12: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

anggaran terutama untuk bidang pendidikan, kesehatan, aadministrasi kependudukan dan

infrastruktur, (4) percepatan penyelesaian tata batas sesuai Permendagri Nomor 1 Tahun 2006

tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, (5) penyelesaian Rencana Umum Tata Ruang

Wilayah mengacu pada UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan (6)

percepatan penyelesaian penyediaan sarana dan prasarana perkantoran.ss

Selanjutnya Gamawan Fauzi juga menjelaskan bahwa Kementerian Dalam Negeri telah

melakukan evaluasi yang bersifat khusus sebagai berikut:

1. EDOHP sebagaimana diamanatkan oleh Permendagri No. 21 Tahun 2010 tentang

Evaluasi Daerah Otonom Hasil Pemekaran (EDOHP) sejak berlakunya UU No. 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan evaluasi yang spesifik, tematik, dan berbeda

dengan ketiga jenis evaluasi sebagaimana di atas (EKPPD, EKPOD dan EDOB).

2. EDOHP ini sedang dalam proses penyelesaian yang dilakukan terhadap daerah-daerah

hasil pemekaran sejak tahun 1999 sampai dengan 2008 yang berjumlah 205 daerah otonom.

Proses penyelesaian hasil EDOHP meliputi cleaning data, validasi dan verifikasi, analisis

data dan finalisasi hasil evaluasi. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama telah

diperoleh hasil akhir evaluasi berupa “Peta Kapasitas”.

3. EDOHP dilakukan oleh tim evaluasi yang terdiri dari unsur Kementerian Dalam Negeri

dengan melibatkan pakar bidang otonomi daerah.

2.7 Contoh dari pemingplemntasian pp no 6 tahun 2008

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Padangpanjang, Sumatera

Barat menempati posisi pertama dalam evaluasi kinerja 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pengelola pendapatan per Desember 2011 dengan klasifikasi sangat baik.

Peringkat kedua ditempati Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, diikuti Rumah

Sakit Umum Daerah. Sedangkan untuk dua posisi terakhir ditempati Dinas Pertanian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kesbangpol dengan klasifikasi sedang.

Pada peringkat evaluasi kinerja 15 SKPD non pengelola pendapatan, posisi pertama ditempati Sekretariat DPRD diikuti Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Kantor Pemberdayaan

Masyarakat, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, Kecamatan Padangpanjang Barat dan Padangpanjang Timur.

Sedangkan pada posisi dua terakhir ditempati Dinas Pendidikan dan Kantor Lingkungan

Hidup dengan klasifikasi sangat kurang.

Sementara hasil evaluasi kinerja pendapatan semester II 2011 yang ditempai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dengan nilai 600, diikuti Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dengan nilai 591,93, Dinas Porbubpar

nilai 588,76. Dengan posisi terkahir ditempati Dinas Pekerjaan Umum.

Page 13: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Untuk SKPD non Pengelola Pendapatan pada posisi pertama di tempati Badan Kepegawaian Daerah, diikuti Kecamatan Padangpanjang Barat, Kecamatan Padangpanjang

Timur dan pada posisi terakhir ditempati Dinas Pendidikan.

Pemkot Padangpanjang memberikan penghargaan kepada masing-masing SKPD yang menempati posisi pertama, baik dari non pengelola pendapatan maupun tidak berupa uang

sebesar Rp15 juta untuk posisi pertama, Rp12 untuk posisi kedua, dan Rp10 juta untuk posisi ketiga.

Page 14: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan salah satu tahap penting. Evaluasi sebagai

suatu tahap dalam siklus kebijakan perlu direncanakan sejak awal formulasi kebijakan.

Artinya bahwa ‘evaluasi’ bukanlah suatu tahap yang baru dirancang hanya ketika sebuah

kebijakan atau program tengah dilakukan. Hal ini berlaku pula bagi evaluasi

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan PP No 6 tahun 2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Tujuan akhir suatu evaluasi yaitu untuk mencapai

perbaikan sosial . Rancangan evaluasi yang ditawarkan Pemerintah Pusat merupakan sebuah

instrumen evaluasi yang komprehensif, yang mampu mengevaluasi kebijakan/ program/

kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (termasuk DPRD-nya), sehingga tujuan

akhir evaluasi dapat tercapai yaitu terwujudnya perbaikan sosial yang kita harapkan. Apakah

instrumen evaluasi tersebut bisa diwujudkan? Tentu semua tergantung pada komitmen para

aktor yang akan merancangnya.

Pengukuran kinerja organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah, yang

berorientasi hasil (outcome) merupakan salah satu bagian reformasi. Indikator kinerjanya

adalah masukan (input), keluaran (output), hasil, manfaat (benefit), dan dampak (impact). Di

masa lalu, pengukuran kinerja terfokus pada input dan output, ketimbang pengukuran

outcome, benefit, dan impact. Tetapi, evaluasi kinerja menunjukkan hasil yang belum

memuaskan. Padahal, hasilnya menjelaskan kemajuan pemerintah daerah mengemban

tugasnya.

Page 15: Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

DAFTAR PUSTAKA

UU NO 32 TAHUN 2004

PP NO 6 TAHUN 2008

Soejito,Irawan.1984.Sejarah Pemerintahan Daerah Di Indonesia. PT. Pradnya

Paramita.Jakarta

http://www.setkab.go.id/artikel-4287-hasil-evaluasi-kinerja-pemerintahan-daerah-provinsi-

kabupaten-dan-kota-tahun-2011.html. Di akses tanggal 18/9/2013 pukul 10.35

http://www.dpd.go.id/artikel-kinerja-pemerintah-daerah-menjelaskan-kemajuan diakses

tanggal 18/9/2013 pukul 10.46

http://www.padangpanjangkota.go.id di akses tanggal 18/9/2013 pukul 15.40