implementasi peraturan daerah no. 20 tahun 2001 …

129
IMPLE TAH BA FAK UNVER EMENT HUN 200 ANGUN DI Diajuk Pa KULTAS RSITAS S TASI PE 01 TENT NAN PA I KABU kan sebagai sa Gelar ada Program S AS ILMU S SULTAN ERATUR TANG I ADA SEK UPATEN SKRIPSI alah satu syar r Sarjana Ilm Studi Ilmu Ad Oleh : SIH MUDIY 061496 SOSIAL N AGENG 2010 RAN DA IZIN ME KTOR I N SERA I rat untuk mem u Sosial dministrasi Ne YAH DAN ILM G TIRTA AERAH ENDIR INDUST ANG mperoleh egara MU POL AYASA S H NO. 20 RIKAN TRI LITIK SERANG 0 G

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

IMPLETAH

BA

FAKUNVER

EMENTHUN 200ANGUN

DI

Diajuk

Pa

KULTASRSITAS S

TASI PE01 TENTNAN PAI KABU

kan sebagai saGelar

ada Program S

AS

ILMU SSULTAN

ERATURTANG I

ADA SEKUPATEN

SKRIPSI

alah satu syarr Sarjana IlmStudi Ilmu Ad

Oleh : SIH MUDIY

061496

SOSIAL N AGENG

2010

RAN DAIZIN MEKTOR IN SERA

I

rat untuk memu Sosial

dministrasi Ne

YAH

DAN ILMG TIRTA

AERAHENDIRINDUST

ANG

mperoleh

egara

MU POLAYASA S

H NO. 20RIKAN TRI

LITIK SERANG

0

G

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

i  

ABSTRAK

Asih Mudiyah. NIM 061496. Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Pada Sektor Industri di Kabupaten Serang. Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Izin Mendirikan Bangunan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh persoalan tata bangunan yang ada di Kabupaten Serang yang kurang baik. Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB), merupakan suatu peraturan yang dibuat untuk dapat menata bangunan pada prinsipnya IMB bertujuan agar terjadinya keserasian antara lingkungan dan bangunan. Namun, pemahaman mengenai IMB kurang dipahami oleh para pemohon, terlebih masalah penambahan bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industry di Kabupaten Serang. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang membuat kisi-kisi pertanyaan yang didasarkan pada indikator Merille S. Grindle. Indikatornya terdiri dari Isi kebijakan dan Konteks kebijakan. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis interaktif menurut Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini adalah dalam implementasinya sudah berjalan dengan baik, namun untuk masalah IMB penambahan bangunan belum berjalan dengan baik. Kurangnya sosialisasi mengenai IMB penambahan bangunan membuat pemohon kurang memahami peraturan tersebut. Peneliti memberikan saran agar sosialisasi mengenai IMB penambahan bangunan harus lebih diperjelas dan tidak hanya mensosialisasikan kepemilikan IMB saja.

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

ii  

ABSTRACT

Asih Mudiyh, NIM 061496. Implementation of local regulation No. 20 year 2001 on building permits of industrial sector in Serang regency. Public administration department, faculty of social and political sciences. Sultan Ageng Tirtayasa University.

Key words: the policy implementation, building permit

Background of the research is a bad issue of building arrangement in Serang Regency. Local Regulation No. 20 Year 2001 on Building Permits (IMB) is made to be able to arrange a good building layout. In principle, IMB is purposed to harmonize between environment and building. However, the applicants do not understand well about IMB, particularly building addition. Objective of the research is to know how the Implementation of local regulation No. 20 year 2001 on building permits of industrial sector in serang regency is. Method of the research is using descriptive with qualitative approaching. Instrument of the study is the researcher who made the question that based on merilee S. Grindle indicator, content and context of policy. Interactive analysis by Miles and Huberman is used in data analysis. The result of this research told that the implementation was run well, but for building addition did not run well. Lack socialization about the IMB of Building addition made the applicants did not understand the regulation well. The researcher suggests that the socialization about IMB of building addition should be clarified well not only to the owner but also to the employee and society.

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya bagi kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat

serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas untuk menjadi

umatnya. Dan berkat Rahmat, Karunia, dan Ridho-Nya pula peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul

“Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin

Mendirikan Bangunan Pada Sektor Industri di Kabupaten Serang”.

Hasil penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang

selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,

peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua

Orang tuaku tercinta yang selalu memberikan do’a dan kasih sayangnya yang tak

pernah ada habisnya.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof.DR.Ir.Rahman Abdullah, M.Sc. Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. DR. A Sihabudin, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

iv

3. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si. Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Rahmi Winangsih, S.Sos. M.Si. Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Idi Dimyati, S.Ikom. Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNTIRTA.

6. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Rina Yulianti S.Sos, M.Si. Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang

membekali penulis dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

9. Bapak Hasuri Waseh, SE, M. Si, Dosen Pembimbing I, yang selalu

memberikan arahan serta petunjuk kepada penulis selama pengerjaan skripsi

ini.

10. Bapak Deden M. Haris, S. Sos, M. Si. Dosen Pembimbing II, yang selalu

membantu penulis dalam memberikan masukan dan arahan dalam pengerjaan

skripsi ini

11. Untuk kakakku Ulia Riana Wati, SE., SS., adikku Rachmat Hardiyanto serta

kepeda seluruh keluarga besar ku yang telah banyak membantu penulis untuk

menggapai semua cita-citaku

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

v

12. Sahabat-sahabat ku ANE 06 C, yang ”kompak, lucu, aneh dan seru” terima

kasih atas semua kokompakan, persaudaraan, canda tawa yang telah kalian

berikan selama 4 tahun ini. Kepada Ujang Supriatna terima kasih atas

bantuanmu selama ini yang selalu menemani, mengantar dan mendengarkan

setiap keluhan ku selama ini, Azhar Rachmansyah terima kasih untuk canda,

tawa dan persaudaraan yang selalu kau berikan selama ini, Jevira Dona atas

semangat, kebersamaan dan canda tawanya, Nina Arfiani atas kebersamaan dan

semangatnya selama ini, Ratna Farly Adzani untuk semangatnya, Nursanti

Pratiwi atas canda tawanya, Indah Musnianti, Evi Fitria, Nadia Fatima, Jane

Tiffani Pohan, Nusman Bundru, Eko Setiawan, Edah Jubaedah, Nurfaiqoh,

Pepi Novia Hidayah, Rohmatunnisa, Marisa Syarli, Desi Marlina, Stephani

Juwita, Lutfia Merryana, Muhammad ihsan, dan Suher, aku akan selalu

merindukan kalian semua, love u all.

13. Mba Ratna dan Mba wie, atas persaudaraan dan dukungannya selama ini

kepada penulis.

14. X OSIS 13, atas kebersamaan dan motivasi yang selalu kalian berikan, terima

kasih atas pengertian yang telah kalian berikan selama ini.

15. Ardi Nugroho, untuk semangat serta kasih sayang yang selalu diberikan kepada

peneliti, terima kasih karena mau menjadi pendengar yang baik dari setiap

keluhan ku.

16. Pak Oyok, Pak Nanang dan Pak Djoko atas kerjasama, bantuan dan

dukungannya dalam mencari data hingga peneliti dapat menyelsaikan skripsi

ini selesai

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

vi

17. Seluruh Staff Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan atas kerja samanya.

Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang

telah coba dipaparkan dan dibahas dalam peneliti ini. Maka dari itu peneliti dengan

segala keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada, bersedia

menerima segala masukan baik itu saran dan kritik yang dapat membangun peneliti

dalam melangkah dan memutuskan, serta membuat karya lebih baik dan lebih

bermanfaat lagi untuk kemudian hari.

Serang, oktober 2010

Peneliti

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 11

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................... 12

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 13

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 13

1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................... 14

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

viii

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ..................................................... 15

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik ................................................. 21

2.1.3 pengertian Konsep Dasar Perizinan .......................................... 32

2.1.4 Izin Mendirikan Bangunan ........................................................ 33

2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................... 37

2.3 Asumsi Dasar ..................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 42

3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................... 43

3.3 tekhnik Penelitian ............................................................................... 45

3.4 Informan Penelitian ............................................................................ 47

3.5 Teknik Analisi Data ............................................................................ 48

3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ................................................... 52

3.7 Lokasi Penelitian ................................................................................ 54

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .............................................................. 55

4.2 Gambaran Umum Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

Kabupaten Serang ............................................................................... 58

4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan Kabupaten Serang .................................................. 59

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

ix

4.2.2 Susunan Organisasi Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan................................................................................. 60

4.3 Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan

Bangunan ............................................................................................. 63

4.4 Deskripsi Data ..................................................................................... 66

4.4.1 Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 66

4.4.2 Daftar Informan ........................................................................ 71

4.5 pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 74

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 110

5.2 Saran .................................................................................................. 113

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Industri di Kabupaten Serang Kabupaten Serang ....................... 4

Tabel 1.2 relialisasi retribusi IMB sektor industri Kabupaten Serang ...................... 7

Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................................ 48

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ................................................................................... 54

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Serang ................... 56

Tabel 4.2 Jumlah Industri Besar di Kabupaten Serang ........................................... 58

Tabel 4.3 Data Informan ......................................................................................... 72

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model segitiga perumusan kebijakan ................................................. 17

Gambar 2.2 Gambaran kebijakan publik ............................................................... 19

Gambar 2.3 Kejelasan makna kebijakan publik .................................................... 24

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir .............................................................................. 40

Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ..................................... 50

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan ..... 62

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 2 Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 4 Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data

LAMPIRAN 5 Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data

LAMPIRAN 6 Catatan Lapangan

LAMPIRAN 7 Member Check

LAMPIRAN 8 Peraturan Daerah No.20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan

LAMPIRAN 9 Peraturan Daerah No.17 Tahun 2001 Tentang Garis Sempadan

Bangunan

LAMPIRAN 10 Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2001 Tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan

LAMPIRAN 11 Keputusan Bupati No. 24 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan

Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

LAMPIRAN 12 Contoh Persyaratan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan

LAMPIRAN 13 Riwayat Hidup Peneliti

LAMPIRAN 14 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa

dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945.

Tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur yang merata, spiritual dan material

berdasarkan kepada pancasila didalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat. Pada prinsipnya,

pembangunan yang dilaksanakan mengandung arti sebagai suatu usaha yang

dilakukan dengan sengaja guna merubah suatu keadaaan menjadi lebih baik

dari keadaan yang sebelumnya.

Keberhasilan pembangunan nasional terletak pada peran aktif

masyarakat serta dilandasi pula oleh sikap mental, tekad dan kedisiplinan para

penyelenggara Negara, oleh karena itu semua kekuatan sosial politik,

organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu ambil

bagian dalam penyusunan program pembangunan sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Salah satu misi yang diemban dalam proses pembangunan

adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh

meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat. Pembangunan

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

2

pula memberi perhatian yang utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu

sandang, pangan, papan, kesehatan, dan lapangan kerja. Oleh karena itu

pembangunan diarahkan untuk dapat dinikmati secara lebih merata dan adil

oleh seluruh masyarakat.

Sejalan dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, dimana daerah diberi kebebasan untuk

menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Maka hal-hal yang

menjadi dasar dari undang-undang ini adalah adanya upaya yang kuat untuk

memberdayakan dan mengembangkan kreatifitas masyarakat untuk ikut peran

aktif dalam membangun dan mengembangkan daerahnya. Dengan adanya

otonomi daerah ini, maka pemerintah daerah harus mampu menjawab

berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah, baik menyangkut

aspek administrasi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta

berbagai hal yang menyangkut pelayanan publik didaerahnya.

Kegiatan pembangunan yang kita ketahui saat ini, lebih mengacu pada

pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Tidak

sedikit jumlah lingkungan yang mengalami kerusakan akibat dari pelaksanaan

pembangunan, terutama pembangunan yang bersifat fisik. Keseimbangan

lingkungan tersebut perlu direhabilitasi agar fungsinya kembali seperti semula

demi kesejahteraan masyarakat.

Selama ini pembangunan ekonomi di Indonesia mengarah pada sektor

industrialisasi, yang mana dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Industri merupakan suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

3

mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai

tambah untuk mendapatkan keuntungan. Klasifikasi industri berdasarkan cara

pengorganisasiannya dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya adalah:

a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,

teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari

kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya

masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri

makanan ringan.

b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif

besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200

orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relatif lebih luas

(berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri

mainan anak-anak.

c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal sangat besar,

teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam

jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau

internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri

otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan

Kabupaten Serang merupakan daerah industri yang memiliki 28

kecamatan dan masing – masing daerahnya memiliki sektor industri, baik

industri yang berskala besar, sedang maupun kecil. Hal ini dapat terlihat pada

data terakhir yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Serang

pada tahun 2008.

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

4

Tabel 1.1 Jumlah Industri di Kabupaten Serang Tahun 2008

No Kecamatan Industri

Besar Sedang Kecil 1 Cinangka - - 134 2 Padarincang - 1 335 3 Ciomas - - 386 4 Pabuaran 1 - - 5 Gunungsari - - 1.010 6 Baros - - 285 7 Petir - 98 8 Tunjung Teja - 1 82 9 Cikeusal - - 88 10 Pamarayan - - 583 11 Bandung - - 381 12 Jawilan 6 - - 13 Kopo 3 12 77 14 Cikande 18 3 339 15 Kibin 18 26 105 16 Kragilan 4 36 435 17 Waringinkurung - 1 104 18 Mancak - - 705 19 Anyar - - 468 20 Bojonegara 1 - 1.640 21 Pulo Ampel 9 2 165 22 Kramatwatu - 3 317 23 Ciruas 3 - 535 24 Pontang - 3 179 25 Carenang - - 1.260 26 Binuang - - 1.108 27 Tirtayasa - - 346 28 Tanara - - 162

Jumlah 63 88 11.347 Sumber : Serang Dalam Angka, BPS Kabupaten Serang

Sejalan dengan pembangunan industri di wilayah Kabupaten Serang

yang semakin berkembang, industri juga memiliki dampak yang sangat

signifikan, diantaranya adalah terjadinya peningkatan pencemaran yang

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

5

dihasilkan dari proses produksi industri yang akan berpengaruh pada

pencemaran lingkungan sekitar. Penataan ruang hingga bentuk bangunan yang

berkualitas merupakan bagian terpenting untuk menjaga keserasian

lingkungan dan keselamatan jiwa yang menggunakan bangunan tersebut. Hal

ini sesuai dengan Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 pada BAB II tentang

Asas dan Tujuan Penataan Ruang dimana dijelaskan bahwa Penyelenggaraan

penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan terwujudnya keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam

penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan

memperhatikan sumber daya manusia dan terwujudnya pelindungan fungsi

ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang. Hal ini pula dapat mewujudkan keseimbangan

kepentingan kesejahteraan dan kenyamanan bagi penghuni dan pengguna

ruang atau bangunan.

Mengikuti laju perkembangan pembangunan kabupaten Serang yang

menuju pada perkembangan yang lebih baik disegala bidang, maka yang

dilakukan pemerintah maupun masyarakat, sangatlah berpengaruh kepada

tatanan dan wajah kabupaten Serang di masa mendatang. Sejalan dengan hal

ini maka perlu adanya peningkatan kegiatan pemerintah untuk mengatur dan

menata bangunan. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan pemerintah

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

6

Kabupaten Serang untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan adanya

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan.

IMB atau Izin Mendirikan Bangunan, adalah izin untuk mendirikan,

memperbaiki, menambah, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan,

termasuk izin kelayakan menggunakan bangunan (untuk bangunan yang sudah

berdiri) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Pada prinsipnya, IMB

bertujuan agar terjadi keserasian antara lingkungan dan bangunan. Selain itu,

dengan IMB diharapkan agar bangunan yang akan dibangun aman bagi

keselamatan jiwa penghuninya. Sebab dalam pemberian IMB, dilakukan

analisis terhadap desain bangunan tersebut, apakah sudah memenuhi

persyaratan bangunan dan lingkungan. Persyaratan lingkungan meliputi

penentuan garis sempadan (jarak maksimum bangunan terhadap batas jalan),

jarak bebas muka samping dan belakang bangunan, batas-batas persil

pembangunan dan jarak antar bangunan, keadaaan tanah tempat bangunan,dan

lain-lain. Sedangkan persyaratan bangunan antara lain meliputi luas denah

bangunan, tinggi bangunan, ukuran-ukuran ruang, pencahayaan dan

pengudaraan.

Industri merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Serang. Sumber Daya Manusia,

sarana dan prasarana yang berkualitas akan memperlancar jalannya proses

industri yang baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dilihat dari

pentingnya keberadaan industri, maka segala aspek harus diperhatikan dalam

penggunaannya. Dari segi sarana dan prasarana, bentuk bangunan perlu

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

7

diperhatikan, hal ini terkait dengan keselamatan bagi para penghuni atau

tenaga kerja yang menggunakan bangunan tersebut. Maka diharuskan setiap

bangunan memiliki IMB agar bangunannya kuat, layak dan ramah terhadap

lingkungan, khususnya pada sektor industri besar.

Kontribusi retribusi IMB pada sektor Industri merupakan salah satu

faktor yang penting dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Serang. Hal ini terlihat dari realisasi retribusi pada sektor industri

di Kabupaten Serang.

Tabel 1.2 Realisasi retribusi IMB sektor Industri Kabupaten Serang

Industri

Target Realisasi Realisasi seharusnya

Kelebihan /Kekurangan

Rp Rp Rp Rp % 2.405.000.000 638,234,050 2.204.583,333 1.566.349.283 65

Sumber : laporan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah retribusi izin

Mendirikan bangunan

Dilihat dari tabel diatas, retribusi IMB pada sektor industri tidak dapat

mencapai target yang telah ditentukan, yaitu sebesar 65% dari target yang ada.

Retribusi IMB pada sektor industri pula memberikan kontribusi sebesar 0,57%

dari dana PAD yaitu Rp. 110.418.711.358,00 .

Industri besar merupakan industri yang memiliki ciri-ciri: modal

sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja

dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau

internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif,

industri transportasi, dan industri persenjataan. Kepemilikan IMB bagi

Industri besar sangat dibutuhkan, karena merupakan pencerminan kekuatan

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

8

bangunan dan bangunan itu diharapkan ramah terhadap lingkungan dan aman

bagi para penghuninya. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya

penambahan bangunan yang dilakukan oleh industri besar yang tidak diikuti

oleh pembuatan IMB yang baru. Penambahan bangunan yang tidak diikuti

dengan pembuatan IMB yang baru merupakan suatu pelanggaran. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan

Banguan pada BAB VI dimana “Izin Mendirikan Bangunan berlaku selama

bangunan berdiri dan tidak ada perubahan bentuk dan fungsi bangunan”, maka

penambahan bangunan tanpa memiliki atau mengubah IMB sebelumnya akan

mendapatkan sanksi sesuai dengan peraturan tersebut.

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, peneliti

menemukan beberapa masalah mengenai Implementasi Peraturan tentang Izin

Mendirikan Bangunan pada sektor industri di Kabupaten Serang. Diantaranya

adalah sebagai berikut:

Pertama, kurangnya pengawasan dan kurang yang dilakukan oleh

dinas terkait, hal ini terlihat masih banyaknya bangunan yang melewati garis

sempadan jalan, dan evaluasi atau pengawasan dilakukan setiap satu tahun

sekali dan biasanya pengawasan ini dilakukan untuk bangunan yang

mempunyai fungsi industri dalam lingkup yang besar saja, seperti pabrik,

perkantoran, dan lain sebagainya, yang kapasitas luas tanah atau bangunannya

luas. (wawancara pada tanggal 25, 29, dan 31 maret 2010).

Kedua, mekanisme yang berbelit-belit, hal ini lebih kepada hierarki

yang memerlukan kepentingan - kepentingan organisasi atau badan lain yang

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

9

terkait, banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi memerlukan banyak pihak

turut andil dalam pelaksanaannya, misalnya Badan Lingkungan Hidup untuk

menganalisis mengenai dampak lingkungan hidup, Bank untuk pembayaran

retribusi dan lain-lain. Jika persyaratan yang diperlukan tidak lengkap maka

data pemohon akan dikembalikan kepada pemohon. Hal ini membuat

lambatnya proses pembentukan IMB. Belum lagi banyaknya prosedur dan

banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dalam mengurus pwmbuatan IMB

ini. (wawancara pada tanggal 25 dan 29 Maret 2010).

Ketiga, kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dalam badan

atau dalam dinas terkait, hal ini terlihat minimnya jumlah pegawai yang

menangani IMB itu sendiri, dari bagian lapangan saja seharusnya memerlukan

beberapa orang untuk mengukur dan mengolah data, bagian administrasi yang

harus mengecek segala persyaratan yang harus dipenuhi, dan bagian teknis

yang harus menggambar dengan kemampuan yang harus memadai. Dengan

kapasitas pegawai kurang lebih 12 orang dalam bidang IMB. Hal ini belum

dapat mewakili jumlah pemohon dalam lingkup kabupaten Serang.

Keempat, kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti

halnya transportasi untuk mengevaluasi atau mendata setiap pemohon yang

akan disurvey oleh pegawai. Minimnya fasilitas komputer yang dimiliki dinas

terkait, karena dalam pembuatan IMB ada persyaratan untuk memberikan

denah atau gambar secara terperinci. Dalam hal ini pembuatan gambar secara

manual akan menghabiskan waktu dalam prosesnya, dan akan menghambat

persyaratan persyaratan yang lain.

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

10

Kelima, kurangnya tingkat kepatuhan pemohon terhadap peraturan

daerah No 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor

industri. kurangnya komunikasi antara pemohon yang sudah menerima IMB

dan Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan, dimana bangunan dengan

fungsi industri biasanya sering menambah bangunan tanpa pemberitahuan

lebih lanjut, biasanya bangunan dengan fungsi industri terkadang menambah

bangunan dan menambah luas bangunan dari bangunan yang sudah dibangun

sebelumnya. hal ini biasaya akan terlihat pada saat Dinas terkait mengadakan

survey. Sesuai Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 mengenai IMB pada BAB

VI dimana ”Izin Mendirikan Bangunan berlaku selama bangunan berdiri dan

tidak ada perubahan bentuk dan fungsi bangunan”. Jadi seharusnya, jika ada

penambahan bangunan maka IMB sebelumnya tidak berlaku lagi, dan harus

membuat IMB yang baru sesuai dengan luas, bentuk dan fungsi bangunan.

Belum lagi jumlah bangunan dan luas bangunan yang sesuai dengan ketetapan

IMB terkadang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Komposisi

bangunan yaitu 60% untuk sarana dan 40% untuk area industri, terkadang

tidak sesuai dengan implementasinya.

Permasalahan penambahan bangunan ini biasanya terjadi karna

banyaknya prosedur yang harus dipenuhi, jika pemohon menambah bangunan

diatas area yang sudah ber-IMB, maka pemohon dapat mengurus

bangunannya dengan IMB fungsi bangunannya saja dengan menggunakan

IMB sebelumnya sebagai persyaratan permohonan penambahan bengunan.

Namun, jika penambahan bangunan dilakukan di luar area yang belum ber-

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

11

IMB di daerah sekitar area IMB maka pemohon harus membuat permohonan

pembuatan IMB dari awal dengan persyaratan awal sesuai dengan prosedur

yang berlaku yaitu sesuai dengan Peraturan Daerah No 20 Tahun 2001 tentang

Izin Mendirikan Bangunan. Hal ini biasanya membuat para pemohon enggan

untuk melaporkan penambahan bangunannya karena memakan waktu yang

cukup lama dan akan memakan iaya yang cukup besar. (wawancara pada

tanggal 8 April dan 5 Mei 2010)

Keenam, kurang tegasnya aparatur Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan terkait pemberian sanksi yang diberikan kepada bangunan yang

tidak memiliki IMB dan bangunan yang dibangun dan tidak sesuai dengan

peraturan yang telah ditentukan. Hal ini terkait dengan masih banyaknya

bangunan yang tidak memiliki IMB dan tidak adanya sanksi yang diberikan

secara nyata dari Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan

mengambil judul tentang ”Implementasi Peraturan Daerah No 20 Tahun

2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri di

Kabupaten Serang”

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui dalam Implementasi

peraturan Daerah No 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

sektor indusri di Kabupaten Serang, yaitu sebagai berikut:

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

12

1. Kurangnya monitoring yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang, Bangunan

dan Perumahan terhadap peraturan daerah tentang Izin Mendirikan

Bangunan pada sektor industri

2. Prosedur yang masih rumit dan banyaknya persayaratan dalam pembuatan

Izin Mendirikan Bangunan yang harus dipenuhi pemohon.

3. Sumber Daya Manusia yang dimiliki masih belum memenuhi kualifikasi

pekerjaan untuk menangani pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di

Kabupaten Serang

4. Masih banyaknya sarana dan prasarana pendukung yang belum memadai

dalam menunjang proses pembuatan Izin Mendirikan Bangunan

5. pemahaman tentang prosedur IMB penambahan bangunan pada sektor

industri masih rendah

6. Kurang tegasnya aparatuar Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

terkait pemberian sanki yang diberikan terhadap bangunan yang tidak

memiliki IMB

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan dana, maka peneliti mencoba memberi

batasan pada penelitian ini, yaitu hanya pada ” Implementasi Peraturan

Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor

industri di Kabupaten Serang”. Sedangkan lokus penelitiannya adalah di

Kabupaten Serang. Berdasarkan batasan masalah diatas, maka perumusan

masalahnya adalah

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

13

Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001

Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri di Kabupaten

Serang?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

Untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun

2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri di Kabupaten

Serang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian Implementasi Peraturan

Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor

industri di Kabupaten Serang adalah:

1. Secara Teoritis

Dilihat secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan

teori-teori yang telah ada serta dapat mengembangkan khazanah ilmu

pengetahuan yang ada khususnya yang berkaitan dengan implementasi

kebijakan.

2. Secara Praktis

Secara praktis maksudnya adalah memberikan dan menambah ilmu

pengetahuan bagi peneliti khususnya, kemudian memberi masukan yang

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

14

berguna bagi Dinas terkait tentang pelaksanaan pembangunan dalam Izin

Mendirikan Bangunan

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini dibagi dalam tiga bagian yang masing-masing

terdiri dari sub-bagian, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Pada bab II dijelaskan mengenai:deskripsi teori, kerangka berfikir dan

asumsi dasar penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen

Penelitian, Informen Penelitian, Tekhnis Analisis Data, dan Pengujian

Validitas dan Reliabilitas Data.

BAB 1V HASIL PENELITIAN

Pada bab IV dipaparkan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian,

Deskripsi Data, Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab V dipaparkan tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

15

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam Bab II ini akan dijelaskan

beberapa teori terkait dengan “Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001

Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada Sektor Industri di Kabupaten Serang”,

yaitu beberapa pengertian dari para ahli mengenai pengertian kebujakan publik,

Implementasi Kebijakan Publik dan pengertian mengenai Izin Mendirikan

Bangunan. Teori merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian karena

sebagai landasan teoritis dan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Apabila mendengar kata “Kebijakan” maka yang terlintas dalam

fikiran sebagian besar orang (terutama yang berasal dari kalangan non

Akademi) adalah sesuatu yang baik, sesuatu yang bertujuan untuk

memberikan kemudahan bagi orang-orang yang susah dan bahkan

memberikan keringanan hukuman bagi orang yang bersalah. Orang-orang

yang cukup taat dalam menjalankan ibadah agama yang dianutnya mungkin

akan mengartikan “Kebijakan” sebagai ‘suatu’ amanat dari Yang Maha Kuasa

untuk membawa pesan-pesan kebaikan bagi umat dan ámanat tersebut

disampaikan melalui orang-orang ‘terpilih’ yang telah teruji kesalehannya.

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

16

Kata Kebijakan untuk banyak masyarakat lemah, miskin dan berpendidikan

rendah mungkin akan membawa harapan, bahwa mereka akan memperoleh

kehidupan yang lebih baik tetapi mungkin juga untuk sebagian besar dari

mereka kata Kebijakan tidak mempunyai arti apa-apa.

Konsep dasar pemerintahan adalah melakukan berbagai upaya untuk

memenuhi harapan dan kebutuhan rakyat. Upaya-upaya tersebut berkaitan

dengan manajemen dan politik yang diterapkan oleh kepala pemerintahan.

Pendekatan manajemen dijalankan agar implementasi itu berlangsung secara

sistematis. Apabila kita cermati kebijakan publik merupakan keniscayaan

pemerintahan yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Kebijakan publik

merupakan unsur penting dalam politik, dan dapat diartikan sebagai usaha

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu menurut pada waktu tertentu.

Kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi

orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh

pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka

kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang

menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu

proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.

Menurut Dye dalam Agustino (2006:105) kebijakan publik merupakan

apapun yang dipilih pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu itu atau tidak

mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu, (whatever government choose to do

or not to do). Melalui definisi ini kita mendapat pemahaman bahwa terdapat

perbedaan antara apa yang akan dikerjakan oleh pemerintah. Definisi lain

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

17

mengenai kebijakan publik pun ditawarkan oleh Friderich dalam Agustino

(2006: 41) yang mengatakan bahwa kebijakan adalah:

”Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.”

Anderson dalam Agustino (2006: 41) memberikan pengertian atas

definisi kebijakan publik, yaitu sebagai ”serangkaian kegiatan yang

mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh

seseorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu

permasalahanatau suatu hal yang dipehatikan.” konsep kebijakan ini

menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang

diusulkan atau dimaksud. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari

suatu keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang

ada.

Menurut Suharto (2006: 78) Dalam bukunya Analisis kebijakan Publik

bahwa dalam merumuskan suatu kebijakan dapat dikelompokan melalui tiga

tahap yaitu

Gambar 2.1

Model segitiga Perumusan Kebijakan

Sumber : Suharto (2006:78) buku: Analisis Kebijakan Publik

IDENTIFIKASI

IMPLEMENTASI EVALUASI

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

18

1. Tahap Identifikasi a. Identifikasi masalah dan kebutuhan : tahap pertama perumusan

kebijakan sosial adalah mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi.

b. Analisis Masalah dan kebutuhan : yaitu mengolah, memilah dan memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan di transformasikan kedalam laporan yang terorganisasi.

c. Penginformasian rencana kegiatan d. Perumusan tujuan kebijakan e. Pemilihan model kebijakan f. Penentuan indikator sosial g. Membangun dukungan dan legitimasi publik

2.Tahap Implementasi a. Perumusan Kebijakan rencana kebijakan yang sudah disepakati

bersama dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan pelaksannya.

b. Perancangan dan Implementasi Program : kegiatan utama pada tahap ini adalah mengoperasioanalkan kebijakan kedalam usulan-usulan Program atau proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program

3.Tahap Evaluasi a. Evaluasi dan tindak lanjut : Evaluasi dilakukan baik terhadap

proses maupun hasil implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses kebijakn difokuskan pada tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar tahapan, serta sejauh mana program dan pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang telah ditetapkan.”

Sedangkan menurut Nugroho (2004 : 51) dalam bukunya

kebijakan publik bahwa gambaran kebijakan publik yaitu sebagai

berikut:

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

19

Gambar 2.2 Gambaran Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho (2003:51) buku Kebijakan Publik “Formulasi, Implementasi dan implementasi”

Dari gambar diatas bahwa ”kebijakan publik adalah mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan”. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila(ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan) dan UUD 1945 (Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum dan tidak semata-mata kekuasaan), maka kebijakan publik adalah seluruh prasarana dan sarana untuk mencapai tempat tujuan tersebut. Dan dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik mudah untuk dipahami, karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional dan kebijakan publik adalah mudah diukur karena ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.”

Maka peneliti dapat memberikan pendapat bahwa dalam proses

pembangunan akan dilalui beberapa tahap yaitu mulai dari masyarakat yang

dulunya tradisional kemudian melakukan perubahan ke tahap masyarakat pada

masa transisi (mulai sifat terbuka pada pembangunan secara perlahan), yang

kemudian akan melakukan perubahan secara perlahan sampai pada proses

tujuan dari pemerintah itu sendiri. Yaitu terciptanya pembangunan fisik dan

non fisik yang telah dicita-citakan dalam tujuan suatu negara.

Hogwood dan Gunn (Suharto, 2007:4) menyatakan bahwa kebijakan

publik adalah “seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk

mencapai hasil-hasil tertentu.” Mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh

Masyarakat yang dicita-

citakan Masyarakat Pada Masa

Awal

Masyarakat Pada Masa

Transisi

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

20

hogwood dan gunn, kebijakan publik mencakup beberapa hal, diantaranya

yaitu:

1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai

2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih

3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah

4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan sumberdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan

5. Keluaran (output), yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah sebagai produk dari kegiatan tertentu

Pada tataran lain, Dunn dalam Wicaksono (2006:64) memberikan

pengertian pada definisi tentang kebijakan publik, yaitu “kebijakan publik

adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang

saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang

dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.” Sedangkan pada tataran lain

Dewey dalam Wicaksono (2006:63) mendefinisikan bahwa “kebijakan publik

menitik beratkan pada publik (umum) dan problem-problemnya.”

Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai kebijakan publik,

maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan

yang dibuat oleh pemerintah yang berisi berbagai pilihan untuk dilakukan

melalui tiga kegiatan pokok yaitu formulasi, implementasi dan evaluasi

kebijakan yang pada akhirnya untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka

menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

21

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik

Suatu implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan

untuk mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Implementasi kebijakan

merupakan suatu pelaksanaan program yang berwujud pada pelaksanaan

kebijakan yang ada di masyarakat untuk pelaksanaan pembangunan yang

dibutuhkan di dalam masyarakat.

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses

yang kompleks dan rumit. Untuk dapat melukiskan kerumitan dalam proses

implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari definisi implementasi

kebijakan yang berbeda diungkapkan oleh Bardach dalam Agustino (2006:54)

mengemukakan bahwa implementasi kebijakan, sebagai :

”Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata – kata dan slogan- slogan yang kedengaranya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakanya dalam bentuk yang memuaskan orang”.

Kerangka lain mengatakan pendapat bahwa implementasi adalah

tindakan yang dilakukan baik oleh kelompok pemerintah maupun swasta

agar tujuan yang telah digariskan dapat tercapai sebagaimana

diungkapkan oleh Metter dan Horn (1975) ( Wahab, 2005:65 ):

”Implementasi ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

22

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting dalam

keseluruhan struktur dan proses kebijakan, karena melalui tahap ini

dapat diketahui berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan. Didalam Implementasi

kebijakan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang hendak

dicapai melalui berbagai cara dalam mengimplementasikannya

sebagaimana yang diungkapkan Mazmanian dan Sabatier (1983:61)

(Agustino, 2006:139) implementasi kebijakan adalah :

” Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yamg ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”

Dari tiga definisi yang telah dikemukanan dari beberapa tokoh

mengenai implementasi kebijakan tersebut diatas dapat diketahui bahwa

implementasi kebijakan menyangkut ( minimal ) tiga hal yaitu:

1) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

2) Adanya aktifitas atau kegiatan pencapain tujuan

3) Adanya hasil kegiatan

Dari beberapa rangkaian definisi diatas maka dapat diartikan bahwa

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksana kegiatan melakukan suatu kebijakan terdahulu, yang kemudian

pelaksanaan kebijakan itu dilaksanakan untuk mengatasi pembangunan yang

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

23

dibutuhkan masyarakat yang kemudian pada akhirnya akan mendapatkan

suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan

Stewart (2000:104) dalam Agustino (2006:139) menyatakan bahwa

”Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output) keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.”

Namun paparan lain mengatakan tentang studi impelmentasi

menurut Jenkins (Parsons, 2006:463) adalah:

”studi perubahan, bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik, bagaimana organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain, apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda.”

Peneliti dapat menyimpulkan, bahwa studi Implementasi kebijakan

publik merupakan suatu kajian mengenai pelaksanaan dari suatu kebijakan

pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan disetujui, langkah

berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat mencapai

tujuannya. Menurut Nugroho (2008:433) dalam Bukunya Kebijakan Publik

bahwa Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Adapun untuk mengimplementasikan

kebijakan publik dalam bentuk program-program atau melalui formulasi

kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

24

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kejelasan Makna Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho (2008:433) buku publik policy

Rangkaian di atas mermperlihatkan bahwa kebijakan Publik dalam

bentuk Undang-Undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang

memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering di istilahkan sebagai

peraturan pelaksana. Sedangkan peraturan publik yang bisa langsung

operasional antara lain keppres, inpres, keputusan-keputusan kepala daerah,

keputusan kepala dinas dan lainnya. Adapun rangkaian implementasi

kebijakan Yaitu dimulai dari program, ke Proyek dan kekegiatan. Tujuan dari

kebijakan publik pada prinsipnya melakukan intervensi. Oleh karena itu,

implementasi kebijakan sebenarnya adalah tindakan (action) intervensi itu

sendiri.

Dari beberapa definisi implementasi Kebijakan dapat disimpulkan

bahwa implementasi Kebijakan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan

Kebijakan Publik

Program Intervensi Kebijakan Publik

Proyek Intervensi

Kegiatan Intervensi

Publik/masyarakat

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

25

dari kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan guna mengatasi setiap permasalahan yang terjadi

di masyarakat. Dimana kebijakan tersebut telah digariskan dalam sebuah

bentuk peraturan atau keputusan.

Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah

perkembangan studi implementasi kebijakan yakni pendekatan top down dan

bottom up. Dalam bahasa Lester dan Stewar (2000) istilah itu dinamakan “The

command and control approach (pendekatan kontrol dan komando, yang

mirip dengan top down approach) dan the market approach (pendekatan

pasara, yang mirip dengan bottom up approach)” (Agustino, 2006:140).

Dua model pendekatan implementasi kebijakan ini terdiri dari:

1. Pendekatan Top Down. Dalam pendekatan Top Down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkatpusat, dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan Top Down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti pendekatan Top Down adalah sejauh mana tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan ditingkat pusat.

2. pendekatan Bottom Up. Dalam pendekatan Bottom Up, memandang bahwa implementasi kebijakan tidak dirumuskan oleh lembaga yang tersentralisir dari pusat, akan tetapi berpangkal dari keputusan-keputusan yang ditetapkan pada level warga atau masyarakat yang merasakan sendiri persoalan dan permasalahan yang dialami oleh masyarakat tersebut. Jadi intinya pendekatan Bottom Up adalah modelimplementasi kebijakan dimana formulasi kebijakan beada ditingkat warga, sehingga mereka dapat lebih memahami dan mampu menganalisis kebijakan-kebijakan apa yang cocok dengan sumberdaya yang tersedia didaerahnya, sistem sosio-kultur yang mengada agar kebijakan tersebut agar tidak kontraproduktif, yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri. (Agustino, 2006: 140-156).

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

26

Dari kedua pendekatan tersebut diatas, masing-masing memiliki

model-model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan antara kebijakan

dan hasil. Diantaranya adalah: (Agustino, 2006:140-156 dan

Nugroho,2003:165-177)

1. Model Pendekatan Top Down

1.1 Implementasi kebijakan publik model Van Metter dan Van Horn

(1975) disebut jugs dengan A model of the policy. Model

pendekatan ini menjelaskan bahwa proses implementasi

merupakan abstraki suatu implementasi kebijakan yang pada

dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja

implemntasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam

hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa

implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan

politik/kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan

publik. Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan

publik tersebut, yaitu:

2. ukuran dan tujuan kebijakan, 3. sumberdaya, 4. karakteristik agen pelaksana, 5. sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, 6. komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, 7. lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

1.2 Implementasi kebijakan publik model Mazmanian dan Sabatier

(1983) disebut juga dengan A Frame for policy implementation.

Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

27

kebijakan publik adalah kemampuannya dalam

mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi

tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses

implementasi, variabel -variabel tersebut adalah:

1. mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi: kesukaran-kesukaran teknis, keberagaman perilaku yang diatur, presentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran, serta tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.

2. kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat, meliputi: kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai, keterandalan teori kausalitas yang diperlukan, ketetapan alokasi sumber dana, keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana, aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana, kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang, serta akses formal pihak-pihak luar.

3. Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi, meliputi: kondisi sosial ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat serta kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

1.3 Implementasi kebijakan publik model Edward III disebut juga

dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam

pendekatan yang diteorikan oleh Edward III, terdapat empat

variable yang sangat menentukan keberhasilan implementasikan

suatu kebijakan, yaitu:

1. komunikasi, terdapat tiga indikator yang dipakai yaitu: tranmisi, kejelasan dan konsistensi,

2. sumberdaya, terdapat empat indikator yang dipakai, yaitu: staf, informasi, wewenang dan fasilitas,

3. disposisis, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: pengangkatan birokrat, dan inisiatif,

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

28

4. struktur birokrasi, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: standar operating prosedurs (SOP) dan fragmentasi.

1.4 Implementasi kebijakan publik model Grindle (1980). Pendekatan

dikenal dengan Implementation as a Political and administrative

Proses. Menurut Grindle, ada dua variable yang mempengaruhi

implementasi kebijakan publik. Keberhasilan implementasi suatu

kebijakan publik, dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir

(outcome) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai

dengan melihat pada proses serta pencapaian tujuan kebijakan

yaitu pada dampak atau efek pada masyarakat secara individu dan

kelompok serta tingkat perubahan yang terjadi dan penerimaan

kelompok sasaran. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan

juga di tentukan oleh tingkat Implementabilty kebijakan itu sendiri,

yang terdiri atas isi kebijakan (Content of Policy) dan konteks

implementasinya (Context of Policy).

1. isi kebijakan (Content of Policy) terdiri dari: kepentingan yang mempengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, dan sumberdaya yang digunakan.

2. konteks implementasi kebijakan (Context of Policy), terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa, serta tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

1.5 Implementasi kebijakan publik model Hoogwood dan Gun (1978).

Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi kebijakan

diperlukan beberapa syarat:

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

29

1. Jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan tidak akan menimbulkan masalah yang besar,

2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai, termasuk sumberdaya waktu.

3. Apakah keterpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada.

4. Apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal,

5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi, 6. Apakah hubungan saling ketergantungan kecil, 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan, 8. Bahwa tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan

yang benar.

2. Model Pendekatan Bottom Up

Model pendekatan bottom up ini disusun oleh Elmore (1979),

Lipsky (1971), Hjren dan O’Porter (1981). Model ini dimulai dari

indentifikasi jaringan aktor yang terlibat didalam proses pelayanan dan

menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-kontak

yang mereka miliki. Model implementasi kebijakan ini didasarkan kepada

jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan

sendiri implementasi kebijakannya atau masih melibatkan pejabat

pemerintah, namun hanya tataran bawah. Oleh karena itu, kebijakan yang

dibuat harus sesuai dengan harapan, keinginan publik yang menjadi target

atau kliennya dan sesuai pula dengan pejabata eselon rendah yang menjadi

pelaksananya. Kebijakan model ini diprakarsai oleh masyarakat baik

secara langsung ataupun melalui lembaga-lembaga nirlaba

kemasyarakatan (LSM).

Berdasarkan beberapa teori dan model pendekatan implementasi

kebijakan public yag telah dipaparkan oleh beberapa tokoh di atas, maka

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

30

peneliti menggunakan teori dan model pendekatan kebijakan publik yang di

ungkapkan oleh Grindle. Peneliti memilih model Grindle berdasarkan sub

variabel yang terdapat dalam model pendekatan ini yang mampu menjawab

permasalahan yang terjadi dalam Implementasi Peraturan Daerah No. 20

Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan Pada Sektor Industri di

Kabupaten Serang.

Berdasarkan model yang di ungkapkan oleh Grindle, dijelaskan

bahwa keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik ditentukan oleh

tingkat implemtability kebijakan itu sendiri yang terdiri dari dua sub variabel

yaitu :

1. Isi Kebijakan (content of policy) terdiri dari beberapa indicator

yaitu:

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi), berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Type of Benefits (Tipe manfaat), pada point ini berupaya menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang akan dilaksanakan.

c. Extent of Change Envision (derajat perubahan yang inigin dicapai), setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dijelaskan pada indicator adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan) Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan di mana letak pengambilan

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

31

keputusan dari suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e. Program implementer (pelaksana program), dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan.

f. Resources Commited (sumber-sumber daya yang digunakan) Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

2. Konteks implementasinya (Context of Policy), terdiri dari beberapa

indicator yaitu:

a. Power, Interest and Strategi of Actor Involved (kekuasaan,kepentingan, dan strategi yang terlibat) dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan tidak berjalan dengan baik.

b. Institution and regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa), lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dapat dilaksanakan juga berpengaruh terdapat keberhasilannya. Maka pada bagian ini akan dijelaskan karakteristik suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Compliance and Responsiveness ( tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana). Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon adri para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang diharapkan terjadi.

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

32

2.1.3. Pengertian Konsep Dasar Perizinan

Dalam menjalankan fungsinya hukum memerlukan berbagai perangkat

dengan tujuan agar hukum memiliki kinerja yang baik. Salah satu kinerja yang

membedakan dengan yang lain adalah bahwa hukum memiliki kaidah yang

bersifat memaksa, artinya apabila kaidah hukum dituangkan kedalam sebuah

perundang-undangan maka setiap orang harus melaksanakannya.

Izin merupakan pengendali setiap kegiatan atau perilaku individu

kolektif yang sifatnya preventif. Izin sendiri memiliki arti sebagai suatu

keputusan administrasi Negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang

pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat kongkrit.

Syafrudin (Ridwan dan Sudrajat, 2009:91) mengatakan bahwa “izin

bertujuan dan berarti menghilangkan halangan di mana hal yang dilarang

menjadi boleh. Penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan

limitatif.” Kemudian Yusuf (Ridwan dan Sudrajat, 2009:91) mengatakan

bahwa “izin sebagai suatu instrument pemerintah yang bersifat yuridis

preventif, yang digunakan sebagai sarana hokum administrasi untuk

mengendalikan prilaku masyarakat.”. Sejalan dengan hal tersebut, Syafrudin

(Ridwan dan Sudrajat, 2009:91) membedakan perizinan menjadi empat

macam, yaitu diantaranya adalah:

a. Izin, bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal dilarang menjadi boleh penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan yang limitatif

b. Dispensasi, bertujuan untuk menembus rintangan yang sebenarnya secara formal tidak diizinkan, jadi dispensasi hal yang khusus.

c. Lisensi, adalah izin yang memberikan hal untuk menyelenggarakan suaru perusahaan.

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

33

d. Konsesi, merupakan suatu izin sehubungan dengan pekerjaan besar berkenaan dengan kepentingan umum yang seharusnya menjadi tugas pemerintah, namun oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada pemegang izin yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktusl, atau bentuk kombinasi atau lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu.

Izin disini dimaksudkan untuk menciptakan kegiatan yang positif

terhadap aktivitas pembangunan. Suatu izin yang dikeluarkan pemerintah

dimaksudkan untuk memberikan keadaan yang tertib dan aman sehingga yang

menjadi tujuannya akan sesuai dengan yang menjadi peruntukannya pula.

Dalam hal ini Basah ((Ridwan dan Sudrajat, 2009:92) memberi

pengertian tentang izin, yaitu:

“Izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal kontrol berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.”

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa izin adalah peangkat hukum

administrasi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan warganya agar

berjalan dengan teratur dan untuk tujuan ini diperlukan perangkat

administasi.salah satu perangkat administrasi adalah organisasi, dan agar

organisasi ini berjalan dengan baik, perlu dilakukan berbagai tugas. Sendi

utama dalam pembagian tugas adalah adanya koordinasi dan pengawasan.

2.1.4. Izin Mendirikan Bangunan

IMB atau Izin Mendirikan Bangunan, adalah izin untuk mendirikan,

memperbaiki, menambah, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan,

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

34

termasuk izin kelayakan menggunakan bangunan (untuk bangunan yang sudah

berdiri) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Menurut Susanta (2009:6)

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah:

“ Izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pribadi, sekelompok orang atau badan untuk membangun dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai dengan izin yng diberikan karena telah memenuhi ketentuan, tekhnis, perencanaan serta lingkungan.”

Dari pengertian diatas maka pada prinsipnya, IMB bertujuan agar

terjadi keserasian antara lingkungan dan bangunan. Selain itu, dengan IMB

diharapkan agar bangunan yang akan dibangun aman bagi keselamatan jiwa

penghuninya.

Menurut Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan

Bangunan dimana pada BAB II pasal 2 menyebutkan “seiap mendirikan

bangunan dan atau bangunan-bangunan, baik perorangan atau badan wajib

memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah.”. IMB diterbitkan dengan tujuan menciptakan tertib bangunan dan

penataan bangunan agar sesuai dengan keperuntukannya. Setiap orang tidak

bias dengan leluasa membangun meskipun bangunan yang didirikan itu berada

diatas tanah haknya jika tidak sesuai dengan peraturan. Setiap IMB akan

diikuti dengn retribusi IMB, yaitu pungutan darah atas pemberian Izin

Mendirikan Bangunan kepada pribadi atau badan yang besarnya berbeda-beda

dalam setiap daerah. Besar retribusi diatur dalam peraturan daerah dan secara

rinci dijelaskan dalam keputusan kepala daerah, peraturan walikota, peraturan

bupati.

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

35

Untuk memelihara lingkungan secara umum, biasanya space (area)

antara jalan dan bangunan (GSB), antara jalan dan pagar (GSJ) dan antara

sungan dan bangunan (GSS) dipergunakan sebagai ruang hijau dan daerah

resapan air hujan. Apabila ternyata didaerah tersebut didirikan bangunan,

maka akan dikategorikan “melanggar” atau dinilai sebagai bangunan liar.

Dari segi administrasi, IMB sangat diperlukan karena secara legal

bangunan yang ber-IMB akan berbeda dengan bangunan tanpa surat. Menurut

Susanta (2009:8) manfaat pemilikan IMB adalah bangunan diharapkan telah

memenuhi aspek-aspek, antara lain:

1. Aspek pertanahan 2. Aspek planologis 3. Aspek tekhnis bangunan 4. Aspek kesehatan 5. Aspek keselamatan, dan 6. Aspek kenyamanan

Jika dilihat dari manfaat diatas, maka IMB seharusnya menjadi suatu

hal yang wajib dimiliki oleh setiap bangunan yang dibangun. Karena hal ini

akan menjadikan keserasian antara lingkungan dan bangunan. Menurut

Prosedur pembuatan IMB pada Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan

di Kabupaten Serang, ada beberapa keuntungan dan kerugian dari pembuatan

Izin Mendirikan Bangunan itu sendiri. Diantaranya adalah:

Keuntungan memiliki IMB :

a. memberikan keuntungan kepada pemilik bangunan bahwa bangunan

tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara kontruksi

b. bangunan diakui sebagai bukti sah yang kuat secara hukum

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

36

c. bangunan menciptakan lingkungan yang tertib dan teratur serta

terpeliharanya keseimbangan ruang yang berdampak positif yang dapat

dirasakan manfaatnya kepada masyarakat

Kerugian tidak memiliki IMB :

a. bangunan tidak mempunyai kekuatan hukum

b. bangunan tanpa memiliki IMB dikenakan sanksi penyegelan atau

pembongkaran.

Dilihat dari pentingnya IMB, maka ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dan diselesaikan sebelum dan sesudah IMB diterbitkan, dan

sebelum bangunan dibuat. Nama jenis perizinan ini berbeda-beda disetiap

daerah. Berikut ini beberapa perizinan yang terkait IMB, diantaranya adalah:

1. Izin Pendahuluan (IP), Izin yang dikeluarkan sebelum IMB terbit, yang

meliputi Izin sebagian dan menyeluruh.

2. Izin Pemanfaatan ruang (IPR), adalah izin yang diajukan sebelum IMB

sebagai bukti bagi seseorang dalam menggunakan haknya untuk

memanfaatkan ruang.

3. Izin Lokasi (IL), adalah izin yang diajukan untuk menggunakan kawasan

sebelum IMB diajukan.

4. Izin Prinsip (IP), adalah izin perubahan pemanfaatan ruang kota.

5. Advice planning (fatwa rencana)/keterangan rencana kota (KRK)dan

rencana tata letak bangunan (RTLB), adalah izin yang diajukan untuk

mengetahui rencana penggunaan wilayah/kawasan tertentu sebelum IMB

diperoleh.

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

37

6. Izin peruntukan lahan (IPL), adalah izin yang diterbitkansebagai bukti

kepemilikan dalam mempergunakan lahan yang digunakan sesuai dengan

keperuntukannya.

7. Izin pengeringan lahan, adalah izin menggunakan lahan untuk perumahan

dari lahan pertanian (sebelum mengajukan IMB)

8. izin perubahan penggunaan tanah (IPPT), adalah izin yang diurus sebelum

mengajukan IMB karena terjadi perubahan peruntukan tanah dari

pertanian ke peruntukan lain

9. surat izin peruntukan dan penggunaan tanah (SIPPT), adalah izin yang

diberikanuntuk penggunaan tanah dijalur jalan utama atau yang

menggunakan lahan lebih dari 500m2

10. Izin pembangunan (IPB), adalah izin yang diterbitkan sebelum bangunan

digunakan sementara bangunan telah ber-IMB .

2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian,

untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan

permasalahan penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah

Implementasi Peraturan Daerah No 20 tentang Izin Mendirikan Bangunan

pada sektor Industri di Kabupaten Serang. Pada prinsipnya, IMB bertujuan

agar terjadi keserasian antara lingkungan dan bangunan. Selain itu, dengan

IMB diharapkan agar bangunan yang akan dibangun aman bagi keselamatan

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

38

jiwa penghuninya, terlebih lagi pada sektor industri. Bangunan dengan fungsi

industri seharusnya memiliki tingkat keamanan baik dari segi bangunan,

lingkungan dan fasilitas-fasilitas yang ada.

Namun berdasarkan observasi awal peneliti menemukan beberapa

permasalahan seperti Sosialisasi tentang Peraturan mengenai Izin Mendirikan

Bangunan yang dilakukan baik Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan

maupun masih rendah, kurangnya pengawasan atau evaluasi yang dilakukan

oleh Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan, birokrasi yang berbelit –

belit, banyaknya prosedur atau persyaratan yang harus dipenuhi pemohon,

minimnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas untuk menangani

pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Serang, kurangnya

sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sehingga menghambat jalannya proses

pembuatan Izin Mendirikan Bangunan, kurangnya tingkat kepatuhan pemohon

terhadap peraturan daerah No 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan

Bangunan pada sektor industri.

Penelitian ini melihat kesesuaian permasalahan Implementasi

Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan Pada

Sektor Industri di Kabupaten Serang dengan menggunakan model

implementasi kebijakan Merilee S. Grindle, yaitu model Implementation as A

Political and Administration Process. Dimana keberhasilan suatu

implementasi kebijakan publik amat ditentukan oleh tingkat implementability

yang terdiri atas Content of Policy dan Context of Policy.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

39

1. Isi kebijakan ( Content Of policy ) terdiri dari beberapa indikator, yaitu:

a. Interest Affected ( kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi )

b. Type of Benefits ( tipe manfaat )

c. Extent of Change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )

d. Site of Decision Making ( letak pengambilan keputusan )

e. Program Implementer ( pelaksana program )

f. Resources Comitted ( sumber–sumber daya yang digunakan )

2. Konteks Kebijakan ( Context of policy ) terdiri dari beberapa indikator,

yaitu:

a. Power, interest, and strategy of Actor Involved (kekuasaan,

kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat )

b. Institution and Regime Characteristis ( Karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa )

c. Compliance and Responsiveness ( tingkat kepatuhan dan adanya

respon dari pelaksana )

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

40

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir

Observasi masalah dilapangan

1. Kurangnya monitoring yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan terhadap peraturan daerah tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri

2. Prosedur yang masih rumit dan banyaknya persayaratan dalam pembuatan Izin Mendirikan Bangunan yang harus dipenuhi pemohon.

3. Sumber Daya Manusia yang dimiliki masih belum memenuhi kualifikasi pekerjaan untuk menangani pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Serang

4. Masih banyaknya sarana dan prasarana pendukung yang belum memadai dalam menunjang proses pembuatan Izin Mendirikan Bangunan

5. Prosedur pemahaman tentang IMB masih rendah, terlebih masalah penambahan bangunan pada sektor industri

6. Kurang tegasnya aparatuar Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan terkait pemberian sanki yang diberikan terhadap bangunan yang tidak memiliki IMB

Implementasi Peraturan daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan

Teori Merilee S. Grindle

Context of Policy 1. Kekuasaan,

kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat.

2. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Content of Policy 1. Kepentingan-

kepentingan yang mempengaruhi

2. Tipe manfaat 3. Derajat

perubahan yang ingin dicapai

4. Letak pengambilan keputusan

5. Pelaksana

Terciptanya keserasian antara lingkungan dan bangunan.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

41

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa keberhasilan

implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan dapat diukur dengan berbagai indikator yang terdapat pada teori

Merilee S Grindle tersebut.

2.3 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka

peneliti berasumsi bahwa Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001

tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor Industri Kabupaten Serang belum

sesuai dengan pasal-pasal yang terkandung dalam Peraturan Daerah No. 20 Tahun

2001.

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Soehartono (2004:9) adalah cara atau strategi

menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Hal ini

sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sugiono (2008:2) bahwa metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian mengenai ”Implementasi

Peraturan Daerah No.20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan pada sektor Industri

di Kabupaten Serang” ini, peneliti menggunakan metode penelitian dengan

pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong (2007:6) Metode penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain,

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagi metode

ilmiah. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:1) Metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

43

Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini bertujuan untuk untuk mengetahui lebih

dalam tentang bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dalam penelitian

“Implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun 20021 tentang Izin Mendirikan

Bangunan pada sektor industri di Kabupaten Serang”. Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan penelitian.

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun

2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor Industri Kabupaten Serang

yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut

Sugiyono (2008:222) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Menurut Nasution (Sugiyono, 2007:61) peneliti sebagai instrumen

penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

44

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul

seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan

atau pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat

kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantitatifkan agar

dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak

dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang

menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain,

bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan

dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

45

3.3 Tekhnik Penelitian

Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2008:224). Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini

diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(Soehartono, 2004:69).

2. Wawancara

Wawancara (Sugiyono, 2007:72) adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara

dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (in-dept interview).

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak

berstruktur (unstructed interview). Wawancara tak berstruktur

(unstructed interview) adalah wawancara yang bebas di mana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2007:74).

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

46

Selanjutnya, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik,

dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada

informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat sebagai berikut:

a. Buku catatan :berfungsi untuk mencatat semua

percakapan dengan sumber data.

b. Tape Recorder :berfungsi untuk merekam semua

percakapan atau pembicaraan.

c. Camera :untuk memotret kalau peneliti sedang

melakukan pembicaraan dengan

informan/sumber data. Dengan adanya foto

ini, maka dapat meningkatkan keabsahan

penelitian akan lebih terjamin, karena

peneliti betul-betul melakukan

pengumpulan data (Sugiyono, 2007:81).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi (Soehartono, 2004:70) merupakan tekhnik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seorang (Sugiyono, 2007:82).

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

47

3.4 Informan penelitian

Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun

2010 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor Indutri di Kabupaten Serang,

penentuan informannya menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel

bertujuan). Menurut Morse dalam Denzin K (2009:289), seorang informan yang

baik adalah seorang yang mampu menangkap, memahami, dan memenuhi

permintaan peneliti, memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif,

meluangkan waktu untuk wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta

dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian mengenai Implementasi

Peraturan Daerah No. 20 tahun 2010 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

sektor Indutri di Kabupaten Serang, menggunakan teknik Purposive Sampling

(sampel bertujuan). Menurut Denzin bahwa Purposif atau purposeful sering juga

diistilahkan dengan interactional, theoretical, atau emergent yakni bukan

representative sampling. Menurut Patton, alasan logis di balik teknik sampel

bertujuan dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang

dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information).

Menurut Bungin,burhan dalam bukunya analisis data penelitian kualitatif

(2007:53) Prosedur sampling yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah

bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu

yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Menurut Denzin K

(2009:290), bahwa Penentuan key informan menurut Morse disebut pemilihan

partisipan pertama (the primary selection), yaitu pemilihan secara langsung

memberi peluang bagi peneliti untuk menentukan sampel dari sekian informan

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

48

yang langsung ditemui. Sedangkan jika peneliti tidak dapat menentukan partisipan

secara langsung, sebagai cara alternatif peneliti dapat melakukan pemilihan

informan kedua (secondary selection). Adapun yang menjadi informan dalam

penelitian ini diantaranya adalah:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Keterangan

1 Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Kab. Serang

Key informan

2 Kepala Bagian Perizinan Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Kab. Serang

Key informan

3

Staf Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Bagian:

a. Administrasi b. Lapangan

Key informan Key informan

4 Tokoh atau Arsitek Key informan

5 Pemohon Pembuat Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri

Secondary selection

3.5 Tekhnik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen ( Irawan, 2006:73 ) analisis data adalah:

“proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda ( terhadap suatu fenomena ) dan membantu anda untuk mempersentasikan penemuan anda kepada orang lain”.

Dari penjelasan diatas maka proses analisis data terkait erat dengan

pengumpulan dan interpretasi data. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah

selesai di lapangan. Dalam hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Nasution

(Sugiyono, 2007:89)

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

49

“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif (grounded). Di

mana peneliti membangun kesimpulan penelitiannya dengan cara

mengabstraksikan data-data empiris yang dikumpulkannya dari lapangan dan

mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu, analisis

data dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses

pengumpulan data selesai dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara pararel

pada saat pengumpulan data, dan dianggap selesai manakala peneliti merasa telah

mencapai suatu “titik jenuh” dan telah menemukan pola aturan yang ia cari.

Maka tidak heran kalau dalam penelitian kualitatif dapat berlangsung sampai

berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun (Irawan, 2006:53).

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis

data dalam Model Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data ( data reduction

), penyajian data ( data display ), dan Kesimpulan-kesimpulan yang terdiri dari

penarikan/verfikasi (conclusion drawing/verification ). Proses dari analisis data

tersebut digambarkan sebagai berikut:

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

50

Gambar 3.1 Analisis data menurut Miles & Huberman

Sumber ( Huberman:1992 )

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan

melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu

tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan

sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam melakukan proses pengumpulan data dari berbagai sumber,

tentunya akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin

lama peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan

semakin kompleks dan rumit, sehingga51apabila tidak segera diolah akan

dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses analisis data pada tahap

ini juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian Data

Kesimpulan-kesimpulan :

Penarikan/Verivika

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

51

dilakukan reduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di

lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data

masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan

pengkodean, meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian) penyajian

cerita secara tertulis. Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan

akhir penelitian tersusun lengkap.

b. Penyajian Data ( Data Dispay)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif

adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Namun pada peneltian ini, penyajian data yang peneliti

lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi, hal ini seperti yang

dikatakan oleh Miles & Huberman, ”the most frequent form display data

for qualitative research data ini the past has been narrative text” (yang

paling sering digunakan untuk penyajian data kualitatif pada masa yang

lalu adalah bentuk teks naratif). Selain itu penyajian data dalam bentuk

bagan dan jejaring juga dilakukan pada penelitian ini. Penyajian data

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

52

bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan

merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles &

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan,

mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar

dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara,

dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus

berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh

bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di

lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

3.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Menurut Sugiono (2005:252), validitas adalah derajat ketepatan antara

data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh

peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara

data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek

penelitian. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang

berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan

validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian

dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

53

Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan yang

terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif reliabilitas

berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang melakukan

penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka

dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat

majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan

berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada

penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.

a. Triangulasi

Triangulasi data dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu (Sugiono, 2005:252). Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Namun dalam penelitian

ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi

teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan mengunakan

teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Mengadakan Membercheck

Langkah lainnya dalam proses kualitatif yaitu menggunakan

Memberchek. Membercheck adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiono, 2005:252). Kegiatan ini

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

54

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh sumber data. Setelah membercheck

dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan

yang beralamat di Jl. Sama’un Bakri Serang, No telp. (0254) 202521. Adapun

waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Oktober

2010, seperti tersebutkan dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Nama kegiatan Pelaksanaan Kegiatan

Februari 2010 – Oktober 2010 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept oktb

1 Observasi awal 2 Pengajuan

judul

3 Pengumpulan data

4 Penyusunan proposal

5 Seminar proposal

6 Revisi laporan 7 Pengolahan

dan analisis data

8 Sidang skripsi 9 Revisi

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Propinsi Banten, terletak diujung barat bagian utara Pulau Jawa dan

merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar pulau jawa dan

sumatera, juga sebagai daerah alternatif dan penyangga Ibu Kota Negara,

karena dari kota Jakarta hanya berjarak sekitar ± 70 km.

Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat

5°50’ sampai dengan 6°21’ Lintang Selatan dan 105°0’ sampai dengan

106°22’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara

keselatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur

adalah sekitar 90 km.

Sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan Sebelah

Utara dibatasi dengan Laut Jawa, Sebelah Timur dibatasi Kabupaten

Tangerang, Sebelah Barat dibatasi oleh kota Cilegon dan Selat Sunda, Sebelah

Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Luas wilayah secara administratif tercatat 1.467,35 Ha yang terbagi

atas 28 (dua puluh delapan) Wilayah Kecamatan, 308 desa, secara keseluruhan

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

56

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Serang

No Nama Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km2)

Jumlah Desa/ Kalurahan

1 Anyer Anyer 56,81 10 2 Bandung Bandung 25,18 8 3 Baros Baros 44,07 14 4 Binuang Binuang 26,17 7 5 Bojonegara Bojonegara 30,30 10 6 Carenang Panenjoan 36,40 10 7 Cikande Cikande 50,53 12 8 Cikeusal Cikeusal 88,25 15 9 Cinangka Cinangka 111,47 13

10 Ciomas Sukadana 48,53 10 11 Ciruas Citerep 40,61 16 12 Gunungsari Gunungsari 48,60 7 13 Jawilan Jawilan 38,95 9 14 Kibin Kibin 33,51 9 15 Kragilan Kragilan 51,56 14 16 Kramatwatu Kramatwatu 48,59 14 17 Kopo Kopo 44,69 10 18 Mancak Labuan 74,03 13 19 Pabuaran Pabuaran 79,14 7 20 Padarincang Padarincang 99,12 13 21 Pamarayan Pamarayan 41,92 9 22 Petir Petir 46,94 12 23 Pontang Pontang 64,85 15 24 Pulo Ampel Sumuranja 32,56 9 25 Tanara Cerukcuk 49,30 9 26 Tirtayasa Tirtayasa 64,46 14 27 Tunjung Teja Tunjung Teja 39,52 8 28 Waringin Kurung Waringin Kurung 51,29 11

Jumlah 1.467,35 308 Sumber: Serang Dalam Angka 2008

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

57

Dari jumlah wilayah sebanyak 28 Kecamatan tersebut terdapat didalamnya

pulau-pulau yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang yang tercatat

sebanyak 17 pulau diantaranya adalah Pulau Sangiang, Pulau Tunda, Pulau

Panjang, Pulau Pamujan Besar, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Tarahan, Pulau Lima,

Pulau Kubur dan lain-lain.

Kondisi Tofografi Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian

antara 0 sampai dengan 1778 diatas permukaan laut (dpl) dan pada umumnya

tergolong pada kelas tofografi lahan dataran dan bergelombang. Ketinggian 0 dpl

membentang dari Kecamatan Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka dipantai

barat selat Sunda dan ketinggian 1778 m dpl terdapat dipuncak Gunung Karang

yang terletak disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten pandeglang. Pada

umumnya (≥ 97,5 %) wilayah kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang

dari 500 dpl.

Kabupaten Serang merupakan daerah industri yang terdiri dari industri

besar, kecil dan menengah yang tersebar di 28 keamatan. Data Badan Pusat

Statistik (BPS) menyatakan, bahwa jumlah industri besar yang berada

dikabupaten serang berjumlah 63 industri. Jumlah industri ini tidak tersebar secara

merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Serang. Dari 28 kecamatan,

hanya 9 kecamatan saja yang terdapat industri besar. Hal ini dapat terlihat pada

tabel dibawah ini:

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

58

Tabel 4.2 Jumlah Industri Besar di Kabupaten Serang 2008

No Kecamatan Industri 1 Pabuaran 1 2 Jawilan 6 3 Kopo 3 4 Cikande 18 5 Kibin 18 6 Kragilan 4 7 Bojonegara 1 8 Pulo Ampel 9 9 Ciruas 3

Jumlah 63 Sumber : Serang Dalam Angka, BPS Kabupaten Serang

Menurut Staff Tata Bangunan bagian lapangan DTRBP Kabupaten Serang

mengatakan, bahwa jumlah bangunan pada sektor industri besar terhitung mulai

dari bulan Januari sampai dengan September tahun 2010 terdapat 46 bangunan

industri yang sedang menambah bangunan. Jumlah tersebut sama dengan 73%

dari jumlah industri besar yang ada di Kabupaten Serang.

4.2 Gambaran Umum Dinas Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

Kabupaten Serang

Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Kabupaten Serang berada di

Jl Sama’un Bakri Serang. Dasar hukum pembentukan Dinas Tata Ruang,

Bangunan dan Perumahan adalah Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3

Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang.

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

59

4.2.1 Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan Kabupaten Serang

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

diatur dalam Keputusan Bupati Serang Nomor 24 Tahun 2001 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan Kabupaten

Serang.

Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Tata Ruang, Bangunan dan

perumahan Kabupaten Serang, adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan

Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan merupakan unsur

pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui

sekretaris daerah.

b. Tugas Pokok

Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang tata ruang,

perijinan, bangunan, serta permukiman berdasarkan asas otonomi daerah

dan tugas pembantuan.

c. Fungsi

Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan Kabupaten Serang

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Merencanakan pelaksanaan pengaturan tata ruang, perijinan,

dan bangunan serta pemukiman

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

60

b) Merencanakan teknis operasional di bidang tata ruang,

perijinan, dan bangunan serta permukiman

c) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang tata

ruang, perijinan, dan bangunan serta permukiman

d) Pengelolaan prasarana lingkungan, fasilitas umum, dan fasilitas

sosial

e) Melaksanakan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan

4.2.2 Susunan Organisasi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

Susunan organisasi Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan

berdasarkan Keputusan Bupati Serang Nomor 24 Tahun 2001 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Kabupaten

Serang adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

2. Bagian Tata Usaha, membawahkan :

a. Sub Bagian Perencanaan;

b. Sub Bagian Umum;

c. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Dinas Tata Ruang membawahkan:

a. Seksi Survey dan Pemetaan;

b. Seksi Perencanaan Tata Ruang;

c. Seksi Perijinan Tata Ruang

4. Sub Dinas Perijinan dan Bangunan membawahkan :

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

61

a. Seksi Tata Bangunan;

b. Seksi Perijinan;

c. Seksi Pengawasan;

5. Sub Dinas Permukiman membawahkan :

a. Seksi Perencanaan Teknis;

b. Seksi Permukiman;

c. Seksi Penyehatan Lingkungan;

6. Cabang Dinas

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

62

Struktur organisasi digambarkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 4.1 Struktur organisasi Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan

SEKRETARIS

SEKRETARIS

Adapun Seksi yang menangani Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah

Kepala dinas

sekertaris

Kasie perencanaan tekhnik

Kepala sub bag. Program evaluasi

Kasie pembangunan

Kepala sub bag. keuangan

Kasie perizinan

Kasie penata pemukiman

Kasie perencanaan tata ruang

Kasie pemanfaatanruang

Kepala sub bag. Umum dan kepegawaian

Kasie pengendalian pemanfaatan ruang

Kepala bidang tata ruang

Kelompok jabatan fongsional

Kepala bidang perumahan

Kasie penataan pedesaan dan perkotaan

Kasie pengelolaan persampahan

Kasie pengembangan kawasan

Kasie pembiayaan perumahan

Kepala bidang tata bangunan

Kepala bidang tata kota

Kasie perumahan swadaya dan

perumahan formal

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

63

Seksi Tata Bangunan Sub Dinas Perijinan dan Bangunan yang memiliki

tugas pokok melaksanakan pemeriksaan dan keselamatan tata letak bangunan,

perhitungan struktur izin mendirikan bangunan dan bangunan umum serta

mengadakan pemeriksaan permohonan izin layak huni. Untuk melaksanakan

tugas pokok tersebut, Seksi Tata Bangunan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pemeriksaan dan penentuan tata letak bangunan

permohonan IMB;

b. Pelaksanaan pemeriksaan persyaratan perhitungan struktur Ijin

mendirikan bangunan;

c. Pelaksanaan pemberian bantuan teknis, perhitungan struktur bangunan

umum

d. Pelaksanaan pemeriksaan permohonan ijin layak huni.

4.3 Peraturan Daerah No 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan

Menurut Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan

Bangunan dimana pada BAB II pasal 2 menyebutkan “setiap mendirikan

bangunan dan atau bangunan-bangunan, baik perorangan atau badan wajib

memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah.”. IMB diterbitkan dengan tujuan menciptakan tertib bangunan dan

penataan bangunan agar sesuai dengan keperuntukannya. Setiap orang tidak bisa

dengan leluasa membangun meskipun bangunan yang didirikan itu berada diatas

tanah haknya jika tidak sesuai dengan peraturan. Setiap IMB akan diikuti dengan

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

64

retribusi IMB, yaitu pungutan daerah atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan

kepada pribadi atau badan yang besarnya berbeda-beda dalam setiap daerah.

Besar retribusi diatur dalam peraturan daerah dan secara rinci dijelaskan dalam

keputusan kepala daerah, peraturan walikota, peraturan bupati.

Dalam Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB, didalamnya

terdapat beberapa penjelasan, diantaranya adalah mengenai tata cara dan

persyaratan untuk mengajukan permohonan pembuatan IMB. Adapun tata cara

untuk penerbitan Surat Izin Mendirikan Bangunan bagi bangunan industri adalah

sebagai berikut:

a) dinas mengadakan penelitian kelengkapan persyaratan pemohon

b) jika persyaratan telah lengkap dan benar, permohonan diterima dan

diberikan tanda bukti penerimaan berkas

c) dalam jangka waktu 3 hari kerja setelah permohonan diterima, pejabat

yang berwenang menetapkan besarnya retribusi yang wajib dibayar

dalam bentuk Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)

d) berdasarkan ketetapan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pemohon

membayar retribusi pada Kas Daerah

e) setelah membayar retribusi sesuai dengan yang ditetapkan pada Surat

Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), pemohon dapat melaksanakan

pembangunan bangunan secara fisik

f) setelah bangunan selesai dibangun, pemohon wajib menyampaikan

laporan secara tertulis dilengkapi dengan:

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

65

- Berita Acara Pemeriksaan dan Pengendalian oleh Tim Gabungan

yang dibentuk dinas

- Gambar Pelaksanaan Bangunan /aswidrawing

- Serah terima pelaksanaan pekerjaan dari pelaksana kepada pemilik

- Rekaman Bukti Pembayaran Retribusi

g) Berdasarkan laporan dan Berita Acara Pemeriksaan, Kepala Dinas atas

nama Bupati menerbitkan Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)

h) Jangka waktu penerbitan Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)

ditetapkan selambat-lambatnya 12 hari kerja sejak disampaikannya

laporan Berita Acara lapangan dan pembangunan sesuai dengan

permohonan yang diajukan

Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi untuk bangunan

industri adalah sebagai berikut:

a) Mengisi formulir permohonan

b) Surat pernyataan permohonan tentang kesanggupan mematuhi persyaratan

tekhnis bangunan sesuai dengan peraturan yang berlaku

c) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

d) Surat Kuasa apabila permohonan bukan dilakukan pemilik sendiri

e) Foto copy sertifikat hak atas tanah atau bukti perolehan tanah

f) Foto copy tanda pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun

terakhir

g) Foto copy Surat Izin Lokasi untuk luas tanah lebih dari 10.000 M2 atau

surat keterangan persetujuan lokasi untuk luas tanah dibawah 10.000 M2

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

66

h) Foto copy Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)

i) Foto copy Akte Pendirian Perusahaan atau Koperasi

j) Gambar Rencana Tata Letak Bangunan atau Site Plan yang disetujui oleh

Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan untuk bangunan yang

berlokasi diluar kawasan industri, dan untuk bangunan yang berlokasi

dikawasan industry, cukup melampirkan Site Plan yang telah disetujui

Bupati dengan menunjukkan lokasi bangun yang disetujui kawasan

k) Gambar Rencana Bangunan (Denah, Tampak, Potongan) yang memenuhi

standar perencanaan

l) Perhitungan kontruksi untuk bangunan bertingkat dan bangunan tidak

bertingkat yang menggunakan kontruksi beton, baja, kayu atau bangunan

yang terkena penelitian khusus

m) Foto copy Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi

perusahaan yang wajib Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

n) Persyaratan lain yang diperlukan sesuai dengan perundang-undangan

o) Membayar Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

4.4 Deskripsi Data

4.4.1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan

dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri menggunakan

teori M. Grindle. Teori tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan Implementasi

Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

67

sektor Industri Kabupaten Serang adalah melihat dari context of policy dan

content of policy mengenai keberhasilan suatu implementasi kebijakan dalam

peraturan daerah. Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data-data yang diperoleh bersifat

deskriptif yang berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara dan hasil

observasi dilapangan, serta data atau hasil dokumentasi lainnya yang didapat

dilapangan.

Dengan menggunakan tekhnik analisis data kualitatif mengikuti konsep

yang diberikan oleh Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis selama

proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan

melalui wawancara, dokumentasi, maupun observasi dilakukan reduksi untuk

dapat mencari tema dan polanya dan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu

berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah

penelitian serta dilakukan kategori. Dalam penyusunan jawaban dari penelitian

ini, peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu, diantaranya adalah:

1. Kode QA,B, …. dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan

2. Kode I1-6… dan seterusnya menandakan daftar urutan informan

3. Kode I1,A,B … dan seterusnya menandakan daftar informan pemohon

Stelah peneliti memberikan kode-kode pada setiap aspek tertentu yang

berkaitan dengan masalah penelitian sehingga dapat ditemukan tema dan polanya,

maka peneliti melakukan kategorisasi berdasarkan jawaban–jawaban yang telah

ditemukan peneliti dilapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban

tersebut dan mencari data penunjang lain yang akan memperkuat hasil penelitian

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

68

dilapangan. Mengingat hal ini merupakan penelitian kualitatif dengan tidak

menggeneralisasikan jawaban penelitian, maka semua jawaban yang telah

dikemukakan oleh informan dalam pembahasan penelitian yang telah disesuaikan

dengan teori Merilee S Grindle. Berdasarkan teori M. S Grindle, maka berikut ini

merupakan kategori yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian

dilapangan:

1) Isi kebijakan (content of policy) terdiri dari beberapa indikator:

A. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi (interest affected),

dengan kategori:

1. Yang melatar belakangi adanya Peraturan Daerah No 20 tahun

2001 adalah untuk menata tata ruang dan kondisi Kabupaten

Serang ini agar tertata rapih dan tertib.

2. Adanya kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Implementasi Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin

Mendirikan Bangunan pada sektor industri di Kabupaten Serang.

3. Ruang lingkup pengelolaan dan pengawasan Izin Mendirikan

Bangunan yang dilakukan oleh pihak dinas adalah dengan

mengadakan survey lapangan, pendataan, dan pemutakhiran pada

sektor industri

B. Tipe manfaat (type of benefit), dengan kategori:

1. Manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001

tentang izin mendirikan bangunan bagi para pelaksana pembuat

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

69

kebijakan adalah dengan adanya kontribusi retribusi IMB terhadap

kas Negara

2. Manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah No 20 tahun 2001

tentang Izin Mendirikan Bangunan bagi para pemohon adalah

adanya kepastian hukum, terciptanya keadaan lingkungan yang

nyaman, aman dan tertib. IMB pula dapat dijaminkan untuk

peminjaman terhadap BANK

C. Derajat perubahan yang ingin dicapai (extent of change envision),

dengan kategori:

Dengan adanya Peraturan Daerah No 20 tentang Izin Mendirikan Bangunan,

diharapkan dapat menata bangunan-banguanan yang ada di Kabupaten Serang ini.

D. letak pengambilan keputusan (site decision making), dengan kategori:

Letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan

pemohon dalam proses penambahan bangunan pada sektor industri adalah dengan

adanya penyegelan, dengan tahapan tiga kali peringatan.

E. Pelaksana program (Program Implementor), dengan kategori:

Koordinasi antara pelaksana kebijakan berjalan dengan baik, setiap bagian wajib

melaporkan setiap permasalahan yang terjadi terhadap tasannya.

F. Sumber daya yang digunakan (reseorces commited), dengan kategori:

1. Sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan kurang, dilihat

dari jumlah pegawai dan keahlian yang dimiliki pegawai.

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

70

2. Kurangnya Sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran

Implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang IMB.

Seperti alat transportasi dan perlengkapan tekhnis lainnya.

2) Konteks kebijakan (content of policy) terdiri dari:

A. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari actor yang

terlibat (power, interest, and strategy of actor involved), dengan

kategori:

1. Adanya kepentingan badan lain yang mempengaruhi pelaksanaan

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB, seperti BPLH

untuk mengurus AMDAL

2. Strategi yang dilakukan pihak Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan dalam meningkatkan kepatuhan pemohon IMB dalam

penambahan bangunan adalah dengan cara pendataan dan

mengadakan survei langsung ke lapangan

B. Karakteristik lambaga dan rezim yang berkuasa (institution and regime

characteristic), dengan katagori:

Karakteristik dinas tata ruang, bangunan dan perumahan sebagai pelaksana

kebijakan yan ikut serta dalam menata kota, bangunan, izin dan lain sebagainya

C. Kepatuhan dan respon dari para pelaksana (compliance and

responsiveness), dengan kategori:

1. Tingkat kepatuhan yang dimiliki pemohon dalam mematuhi

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB pada sektor

industri dikatakan baik. Perusahan diwajibkan memiliki IMB,

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

71

karena IMB akan berpengaruh dengan kepentingan-kepantingan

lain.

2. Kepatuhan pemohon pembuatan IMB dalam penambahan

bangunan disektor industri masih dikatakan kurang. Sebenarnya

mereka mengerti, namun karena beberapa masalah, mereka enggan

untuk melapor dan memproses pembuatan IMB yang baru.

Kebanyakan dari mereka mengurus IMB ini jika mendapatkan

teguran dari pihak dinas atau pada saat orang dinas datang ke

perusahan mereka pada saat pelaksanaan survey dilapangan.

Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matriks agar data

yang didapat dari hasil kategorisasi diatas dapat dipahami secara keseluruhan oleh

para pembaca. Setelah dilakukan kegiatan tersebut kemudian peneliti mencoba

menganalisis kembali untuk mendapatkan kesimpulan yang signifikan selama

adanya sisa waktu penelitian dengan mencari kembali data dan informasi dari

berbagai sumber. Setelah data dan informasi yang dipaparkan bersifat jenuh,

artinya telah ada pengulangan informasi yang sama atas setiap jawaban sehingga

tidak ada lagi yang dapat dipertanyakan. Maka kesimpulan tersebut dapat diambil

untuk dijadikan jawaban dalam pembahasan masalah dalam penelitian.

4.4.2 Daftar Informan

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder dalam Implementasi

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

72

sektor industri di Kabupaten Serang. Berikut ini akan dipaparkan daftar informan

yang berkaitan dengan penelitian.

Table 4.3 Daftar Informan

No Kode

Informan Status sosial Umur (Tahun)

Jenis kelamin

1 11 Kepala Bidang Tata

Bangunan DTRBP kabupaten serang

52 Laki-laki

2 12 Kepala seksi perijinan

DTRBP kabupaten serang 42 Laki-laki

3 13 Staf tata bangunan bagian

lapangan DTRBP Kabupaten Serang

35 Laki-laki

4 14 Staf Tata Bangunan Bagian

Administrasi DTRBP Kabupaten Serang

44 Perempuan

5 15 Staf Tata bangunan bagian

perencanaan (arsitek) DTRBP Kabupaten Serang

28 Perempuan

6 16 Pemohon pembuat IMB

sektor Industri (perusahaan dalam penambahan bangunan)

- -

Keterangan Informan:

1. JH, Laki-laki, 52 Tahun (I1), kepala bidang DTRBP Kabupaten Serang

2. NN, Laki-laki, 42 Tahun (12), kepala seksi perizinan DTRBP Kabupaten

Serang

3. NS, Laki-laki, 35 Tahun (I3), Staf tata bangunan bagian lapangan

DTRBP Kabupaten Serang.

4. YY, Perempuan, 44 Tahun (I4), Staf Tata Bangunan Bagian

Administrasi DTRBP Kabupaten Serang

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

73

5. SI, Perempuan, 28 Tahun (I5), Staf Tata bangunan bagian perencanaan

(arsitek) DTRBP Kabupaten Serang

6. Para pemohon IMB, Dalam lingkup perusahaan yang sedang

menambah bangunan (I6) di Kabupaten Serang yang terdiri atas:

A. DS, Laki-laki, 42 Tahun (I6,A), Kepala Personalia PT. Mulia Spindo

Mills yang bergerak dibidang pemintalan benang di daerah Kibin

Kabupaten Serang.

B. FD, Laki-laki, 40 Tahun (I6,B), Staff bagian umum PT. Sari Pakan

yang bergerak dibidang makanan ternak di daerah Kragilan Kabupaten

Serang.

C. NP, Perempuan, 28 Tahun (I6,C), Industrial Relation PT Gema Graha

Sejahtera yang bergerak dibidang pembuatan perlengkapan kantor,

seperti kursi, sekat kantor, box station di daerah Cikande Kabupaten

Serang.

D. SM, Laki-laki, 35 Tahun (I6,D), kepala gudang PT. Jackson

Niagatama, perusahaan ini bergerak dibidang pengelolaan kayu dan

makanan ternak di daerah Desa Kareo, kecamatan Jawilan Kabupaten

Serang.

E. MT, Laki-laki, 36 Tahun (I6,E), kepala personalia PT Himalaya

Nabeya Indonesia yang bergerak dibidang kimia di daerah Cikande

Kabupaten Serang.

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

74

F. DS, Laki-laki, 38 Tahun (I6,F), Kepala pabrik PT Sejahtera Mitra

Lestari yang bergerak dibidang pembuatan bahan baku karet di daerah

Cikande Kabupaten Serang.

G. EL, Perempuan, 28 Tahun (I6,G), staff bagian umum PT. PA. Rubber

Indonesia Jaya yang berada di daerah Kibin Kabupaten Serang.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah No 20 Tahun

2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Pada Sektor Industri di Kabupaten

Serang meliputi beberapa indikator, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Indikator Isi Kebijakan (context of policy)

Peraturan Derah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan

merupakan landasan hukum yang didalamnya terdapat beberapa ketentuan

pelaksanaan mengenai Izin Mendirikan Bangunan (IMB), bagaimana tata cara

pembuatannya, persyaratan apa saja yang harus dimiliki dan adanya sanksi-sanksi

yang di tetapkan jika terjadi pelanggaran dalam pelaksanaanya. Adapun konteks

dari isi kebijakan yaitu sebagai berikut:

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi (Interest Affected)

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah peraturan daerah,

yang didalam pelaksanaannya akan melibatkan kepentingan-kepentingan dari

pihak-pihak terentu dan kepentingan tersebut akan membawa pengaruh terhadap

implementasi peraturan daerah tersebut. Kepntingan-kepentingan yang

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

75

mempengaruhi menyangkut pada pelaksana kebijakan maupun kepentingan

masyarakat (dalam hal ini industri). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai

indikator kepentingan yang mempengaruhi pada tahap implementasinya.

Diantaranya adalah:

1) Yang melatar belakangi adanya Peraturan Daerah No 20 tahun 2001

adalah untuk menata tata ruang dan kondisi Kabupaten Serang ini agar tertata

rapih dan tertib.

Pembangunan Kabupaten Serang yang menuju pada perkembangan yang

lebih baik di segala bidang khususnya dalam bidang fisik atau bangunan, maka

akan berpengaruh kepada tatanan dan tata ruang Kabupaten Serang. Peraturan

Daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan merupakan suatu

bentuk alat dimana peraturan tersebut dibuat untuk dapat menata bangunan. Pada

prinsipnya, IMB bertujuan agar terjadinya keserasian antara lingkungan dan

bangunan. Seperti halnya hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan I1Q1

bahwa:

“setiap kabupaten memiliki rencana umum detail tata ruang perencanaan wilayah. Seperti, kenapa disitu ada perindustrian, harus ada resapan airnya, IMB ini dibuat agar bangunan tidak acak-acakan, dan dapat tertata dengan rapih. Jangan sampai tercampur antara industri dengan perumahan berada di tempat yang berdekatan, karena resapan airnya akan berpengaruh”

Setiap daerah memiliki rencana umum detail tata ruang. IMB bertujuan untuk

menciptakan tatanan daerah agar dapat tertata dengan rapih, IMB memperhatikan

lingkungan sekitar dengan melihat daya resapan air dari lingkungan tersebut agar

dapat menjaga daerah disekitarnya.Hal diatas diperkuat kembali dengan hasil

wawancara yang diungkapkan oleh I2Q1, yaitu:

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

76

“Yang melatar belakangi perda ini adalah untuk menata tata ruang dan kondisi kabupaten serang biar tertata rapih, perda ini juga mengatur GSB (Garis Sempadan bangunan), intinya agar kabupaten serang ini bisa tertata dengan rapih dan aman.”

Dilihat dari hasil wawancara diatas maka dapat dilihat, bahwa yang

melatar belakangi Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB adalah untuk

menata tata ruang Kabupaten Serang khususnya untuk menata bangunan agar

tertata rapih dan tertib dalam pembangunannya. Selain bertujuan untuk menata

bangunan, peraturan ini pula memperhatikan GSB (Garis Sempadan Bangunan).

Dalam Peraturan Daerah No 17 Tahun 2001, dijelaskan bahwa GSB merupakan

jarak minimal untuk mendirikan bangunan. GSB ini dimaksudkan sebagai upaya

agar kegiatan perlindungan, pengembangan, pengawaan dan pengendalian sumber

daya yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Penjelasan ini pun

senada dengan hasil wawancara dengan I4Q1, yaitu:

“yang melatar belakangi perda ini adalah untuk menata kondisi Kabupaten Serang agar tertata rapih, didalam IMB diatur bahwa jika kita membangun suatu bangunan tidak diperkenankan sembarangan, hal ini agar tertata rapih, dan tidak bahaya karena ada GSBnya (Garis Sempadan Bangunan), hal itu sudah diatur dalam perda.”

Selain untuk menata tata ruang dan bangunan yang ada di Kabupaten

Serang ini, IMB memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Serang.

Retribusi IMB merupakan aset bagi bagi kas Kabupaten Serang, karena retribusi

IMB memberikan kontribusi didalamnya. Hal senada diungkapkan pada hasil

wawancara dengan I3Q1, yaitu:

“ Dengan adanya perda No 20 tahun 2001 tersebut, maka bangunan dapat tertib. Jadi misalnya pemohon perusahaan tidak boleh membangun ditempat ini, saoalnya kita punya rencana umum tata ruang wilayah kalau di sini khusus untuk wisata, semuanya kita lihat kegunaannya, oleh sebab

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

77

itu ada peraturan ini. Yang kedua karena kabupaten serang ini membutuhkan kas daerah, salah satu asetnya adalah retribusi IMB yang nantinya dapat disalurkan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan lain.”

Dari pernyataan diatas serta hasil observasi dilapangan, peneliti melihat

bahwa yang melatar belakangi terbentuknya Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001

tentang Izin Mendirikan Bangunan adalah agar Kabupaten Serang ini dapat tertata

dengan rapih, baik dalam segi bangunan maupun dalam segi tata ruangnya.

Peraturan IMB sendiri memperhatikan lingkungan sekitar, seperti dampak limbah,

daya resapan air, GSB, maupun letak bangunan.

Dilihat dari keadaan di lapangan peneliti mengamati masih banyaknya

lahan terbuka yang belum dimanfaatkan dengan baik, sedangkan disisi lain

terdapat banyak bangunan yang padat. Ketidak seimbangan antara tata ruang kota

dengan bangunan mengakibatkan kepadatan penduduk yang tidak merata disetiap

kecamatan, belum lagi peneleliti banyak menemukan bangunan yang dibangun di

dekat tepi jalan dan tidak sesuai dengan peraturan didalam ruang lingkup

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang pelaksanaan Izin Mendirikan

bangunan dan peraturan daerah No 17 tahun 2001 tentang Garis Sempadan.

2) Adanya kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi Implementasi

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

sektor industri dikabupaten serang.

Adanya suatu kepentingan didalam pelaksanaan kebijakan yang berkaitan

dengan Implementasi Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 tentang Izin

Mendirikan Bangunan pada sektor industri adalah kepentingan bagi pelaksana

kebijakan itu sendiri seperti masyarakat, lurah, camat, BPLH dan badan-badan

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

78

lain. Badan atau lembaga-lembaga tersebut sangat mendukung dalam

Implementasi Peraturan No. 20 tentang Izin Mendirikan Bangunan. Adapun

penjelasan ini dikemukakan dalam hasil wawancara peneliti dengan I1 Q2, yaitu:

“Adanya kepentingan badan lain, karena hal ini akan berhubungan dengan air, udara dan tanah. Hal ini akan berhubungan dengan BPLH, kita juga banyak tim, pihak lain seperti lurah, camat, dinas dan badan lain semuanya ikut andil”

Peneliti menganalisa bahwa IMB memperhatikan lingkungan, dimana setiap

bangunan pada sektor industri akan menghasilkan suatu limbah, baik itu padat

maupun cair. Keterlibatan BPLH dalam prosedur IMB ini adalah untuk meneliti

dan menganalisa dampak dari limbah itu terhadap lingkungan, yang sering disebut

dengan kata AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Pernyataan diatas

diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan I2 Q2, yaitu:

“ adanya kepentingan badan lain, seperti LH, camat, lurah. Mereka semua ikut andil dalam pembuatan IMB ini, terkadang pemohon juga menggunakan pihak ketiga untuk perantara”

Dilihat dari pernyataan diatas banyak badan atau pihak lain yang

mempengaruhi pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut. Pernyataan yang

mengatakan masyarakat dapat mempengaruhi jalannya Peraturan mengenai IMB

ini adalah karena dalam pengajuan pembuatan IMB pada sektor industri, terdapat

persyaratan dimana adanya izin lokasi, hal ini terkait dengan harus adanya

persetujuan dari masyarakat sekitar baik dari depan, belakang, samping kanan dan

kiri yang natinya diketahui oleh pihak Lurah dan camat. Dalam pernyataan adanya

kepentingan BPLH terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001

adalah adanya keterkaitan AMDAL yang menjadi persyaratan dalam IMB.

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

79

AMDAL ini dikelola oleh BPLH. Penjalasan tersebut senada dengan hasil

wawancara peneliti dengan I3 Q2, yaitu:

“ada juga kepentingan badan lain, karena dalam salah satu persyaratan dalam kelengkapan dokumen ada dokumen dukungan salah satunya adalah terlihat dari jenis industrinya. Kalau industri itu wajib AMDAL maka IMB belum bisa kita terbitkan sebelum dia memiliki dokumen lingkungan yang telah ditahan oleh badan lain, Seperti Badan lingkungan hidup.setelah LH melakukan rekomendasi apakah dampak positif atau negatifnya yang lebih besar, kalau dampak positifnya yang lebih besar maka kita keluarka SKnya, tetapi kalau lebih banyak dampak negatifnya, maka kita tidak keluarkan SKnya.”

Banyaknya keterlibatan badan atau pihak lain, membuat pemohon

beranggapan bahwa untuk mengajukan permohonan IMB, pemohon akan

melewati birokrasi yang panjang, sehingga biasanya pemohon banyak yang

menggunakan perantara atau orang ketiga seperti konsultan, lurah setempat, orang

pusat ataupun yang lainnya sebagai perantara mereka dengan Dinas terkait untuk

mempermudah pembuatan perizinan, dalam hal ini untuk mendapatkan SIMB.

Pihak ketiga merupakan perantara bagi pemohon kepada pihak dinas dengan

tujuan agar pemohon dapat dengan mudah mendapatkan SIMB, selain itu juga

pemohon menggunakan pihak ketiga dikarenakan waktu mereka yang tidak cukup

untuk mengurus IMB. Banyaknya pemohon yang menggunakan pihak ketiga

terlihat dari hasil wawancara peneliti terhadap beberapa informan, diantaranya

adalah hasil wawancara peneliti dengan I6,B, yaitu:

“ya, kita menggunakan orang ketiga, kita juga ada AMDAL yang berkaitan dengan LH, dan kita menggunakan konsultan sebagai perantara”

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

80

peneliti menganalisa bahwa dalam proses pembuatan SIMB, pemohon

menggunakan pihak ketiga atau pihak pendukung untuk memperlancar dan

mempermudah pembuatan SIMB tersebut, keterlibatan BPLH dalam proses

pembuatan SIMB adalah sebagai persyaratan untuk pembuatan AMDAL. Hal ini

senada dengan wawancara peneliti dengan I6,D :

“ Kita ada AMDAL, dan pastinya kita menghubungi pihak-pihak terkait”

Keterkaitan BPLH terkait AMDAL sangat dibutuhkan, karena AMDAL

merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pemohon, hal ini sama dengan

adanya kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi dari suatu pelaksanaan

kebijakan. Selain menggunakan pihak ketiga, ada pula pemohon yang melakukan

proses pengajuan permohonan pembuatan IMB dilakukan oleh perusahaannya

sendiri, seperti hasil wawncara peneliti dengan I6,B,Q2, yaitu:

“ya, langsung perusahaan sendiri, kita Memasukkan permohonan ke Dinas Tata Ruang, setelah itu kita membayar retribusi berdasarkanb ukuran yang telah ditetapkan. Dan nanti SK IMB akan keluar.”

Jika dilihat dari keadaan di lapangan, sebenarnya proses pembuatan IMB

ini dapat berjalan dengan mudah dan cepat apabila semua persyaratan dapat

dipenuhi dan data yang diperlukan lengkap. Pemohon yang menggunakan pihak

ketiga, biasanya kurang memahami alur dan proses dari IMB itu sendiri, hal ini

terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan I6.C,Q, yaitu:

“saya kurang mengerti ya kalo masalah IMB itu seperti apa, soalnya yang ngurusin orang legal ya.”

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

81

Sebenarnya alur IMB sendiri yang dikemukakan oleh Kabid Tata

Bangunan DTRBP Kabupaten Serang dirasakan cukup mudah dengan alur

pemohon datang ke dinas untuk mengajukan permohonan, setelah pemohon

datang ke dinas untuk mengajukan permohonan, pihak dinas akan mengarahkan

pemohon dan menjelaskan bagaimana prosesnya, dan data apa saja yang harus

dilengkapi pemohon sebagai persyaratan pembuatan IMB. Namun yang peneliti

lihat pada saat melakukan observasi ke Dinas Tata Ruang, Bangunan dan

Perumahan untuk melihat alurnya secara langsung, ternyata terdapat banyak sekali

birokrasi. Persyaratan yang ada dalam pembuatan IMB mengharuskan pemohon

mengurus permohonan-permohonan lain yang cukup memakan waktu dan biaya

yang harus dikeluarkan, karana persyartan-persyaratan ini berkaitan dengan badan

lain.

Hasil beberapa wawancara peneliti dengan Kabid Tata Bangunan DTRBP

Kabupaten Serang, menjelaskan bahwa alur pembuatan yang dilakukan oleh pihak

dinas merupakan alur terakhir, karena untuk mengajukan permohonan banyak

persyaratan yang harus dipenuhi dan berkaitan langsung dengan pihak lain, seperti

AMDAL, Izin Peruntukan Ruang, izin lokasi dan lain sebagainya. Mungkin

inilah yang membuat pemohon enggan mengurus IMB secara langsung. Adapun

hasil wawancara yang dilakukan peneliti terkait alur dan proses pembuatan IMB

oleh pihak dinas, diantaranya dengan I3,Q, yaitu:

“pertama pemohon datang, dia kita berikan formulir dengan persyaratan yang harus dilengkapi dalam persyaratan itu. Ada yang namanya izin lakasi, ada site plan yang disahkan, ada UPL-UKL, selain itu juga ada izin warga. sebelum yang lainnya, ketiga persyaratan ini juga repot. seperti UPL-UKL persyaratannya ada lagi, izin lokasi juga harus ada dananya lagi, biaya untuk IPPT, dari IPT muncul ke site plan , site plan

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

82

yang disahkan akan mengeluarkan dana, penelitian, mengeluarkan waktu. Jadi persyaratan IMB sendiri banyak persyaratan-persyaratan lain yang membutuhkan biaya, yang kadang kala biayanya lebih besar dari IMB, padahal tujuannya IMB yang dibutuhkan oleh perusahaan. Misalnya pembayaran hanya 20 juta, tetapi untuk yang menempuh 20juta itu harus ada izin lokasi, site plan, UPL-UKL, membutuhkan biaya yang kadang kala lebih dari 20juta itu sendiri, ya mungkin perusahaan itu enggan unutuk mengurus IMB, yah sedikit menghambat.”

Peneliti menganalisa bahwa prosedur dalam pembuatan IMB memerlukan

hierarki yang panjang, banyak persyaratan-persyaratan lain yang harus dipenuhi

pemohon dalam pelaksanaannya. Persyaratan untuk memdapatkan SIMB

memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hal ini lah yang membuata pemohon

beranggapan bahwa persyaratan pembuatan IMB rumit dan banyak memakan

biaya. Persyaratan pembuatan IMB dikemukakan kembali pada hasil wawancara

peneliti oleh I3,Q,yaitu:

Yang pertama, pemohon kan kita kasih formulir, ada formulir IMB nya, diisi dan diketahui oleh Lurah, Camat dan nanti persyaratannya dibawa oleh pemohon, seperti Surat Tanah, Lunas PBB, sama gambar bangunan. Kalo dia itu bangunannya bertingkat berarti harus ada perhitungan kontruksi, kalo bangunan itu untuk ruko, berarti itu harus ada SIPPTnya (Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah) itu aja si persyaratannya.”

Banyaknya badan atau pihak-pihak lain yang terlibat akan memakan

waktu dan biaya yang banyak. Banyaknya persyaratan tersebut akan melahirkan

suatu anggapan bahwa pembuatan IMB itu rumit dan berkepanjangan. Hal senada

diperkuat kembali dengan hasil wawancara peneliti dengan I1,Q, yaitu:

“ alurnya sebenarnya biasa saja, pemohon memberikan persyaratan-persyaratan yang kita minta, kalau persyaratan telah lengkap, kita lihat semua, GSPnya, dan sebagainya. sebenarnya alurnya pemohon datang, kita lihat, kita ajukan ke Dinas, dalam hal ini atasanharus tahu, seperti persetujuan untuk diproses, tetus turun kesaya, ke Kasie, lalu ke staf dan

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

83

balik lagi kesaya, saya cek, lalu ada pembayaran yang harus ditagih dan saya kasih kepala dinas, bukti-bukti dan bilang, pak ini telah selesai ya sudah kita keluarkan SKnya, karena kita hanya dikasih waktu 12 hari kerjanya”

Dari beberapa hasil wawancara diatas, maka peneliti menganalisa bahwa

proses IMB melewati birokrasi yang cukup panjang. Sebenarnya yang membuat

proses ini sulit adalah banyaknya persyaratan yang harus dilengkapi dan berkaitan

dengan pihak-pihak lain yang akan banyak memakan waktu. Pembuatan SIMB

nya sendiri sebenarnya hanya memakan waktu 12 hari masa kerja, dimana dalam

12 hari masa kerja tersebut pihak dinas sudah melakukan pendataan, pengukuran,

dan survey kelapangan secara langsung. 12 hari masa kerja itu dilakukan setelah

persyaratan yang diberikan pemohon dinyatakan lengkap oleh pihak dinas bagian

administrasi. Setelah itu, pihak dinaslah yang akan mengurus sampai SIMB

dikeluarkan.

3) Ruang lingkup pengelolaan dan pengawasan Izin Mendirikan Bangunan

yang dilakukan oleh pihak dinas adalah dengan mengadakan survey lapangan,

pendataan, dan pemutakhiran pada sektor industri

Pelaksanaan pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah suatu

pelaksanaan yang telah ditetapkan masih sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya atau telah berubah. Pengawasan yang dilakukan pihak

dinas adalah dengan melakukan survey lapangan, pendataan dan pemutakhiran.

Pendataan yang dilakukan oleh pihak dinas dimaksudkan untuk melihat apakah

suatu perusahaan telah memiliki IMB atau belum, biasanya pendataan ini

dilakukan pada saat pihak dinas melakukan survey lapangan.

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

84

Dalam pelaksanaan pengawasan di lapangan juga dilakukan pemutakhiran.

Pemutahiran ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan memiliki

IMB, jika mereka telah memiliki IMB, maka pihak dinas akan mengaudit dan

mengechek ulang, apakah luas bangunan dan jumlah bangunan masih sesuai

dengan SIMB yang ada, jika terdapat ada tambahan bangunanan atau penambahan

luas bangunan yang tidak terdata, maka pihak dinas akan menegur, karena hal

tersebut masuk ke dalam masalah pengembangan dan perusahaan tersebut harus

memiliki SIMB yang baru untuk penambahannya. Sesuai Peraturan Daerah No 20

tahun 2001 mengenai IMB pada BAB VI dimana ”Izin Mendirikan Bangunan

berlaku selama bangunan berdiri dan tidak ada perubahan bentuk dan fungsi

bangunan”, maka seharunya IMB yang sebelumnya tidak berlaku lagi dan harus

membuat IMB yang baru sesuai dengan luas, bentuk dan fungsi bangunan.

Pelaksanaan proses pengawasan dijelaskan dalam hasil wawancara peneliti

dengan I3QC, yaitu:

“kita mengadakan pengawasan tetap. secara global, pertama kita mengadakan pemutahiran, pemutahiran ini kita lakukakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan memiliki Izin Mendirikan Bangunan. Kalau mereka telah memiliki Izin Mendirikan Banguanan, kita audit dan cek, apakaah masih sama tidak luas bangunan yang didapat pada SK IMB yang ada dengan pelaksanaan dilapangan, kalau memang pelaksanaan dilapangan masih sama dengan SK IMB itu tidak ada masalah, tetapi misalnya di SK IMB yang bangunannya dari bangunan A,B, sampai Z misalnya ada bangunan yang tidak tercover dalam SK IMB itu, berarti dia masuk ke pengembangan, maka kita tagih, kita tegur dan mereka harus urus. Yang kedua untuk pengawasan dalam pembangunan, setelah perusahaan mengajukan permohonan IMB, kita itung berdasarkan data yang diajukan, berapa retribusi yang harus dia. Setelah mereka bayar baru kita keluarkan izin pelaksanaan pembangunan. Setelah pelaksanaan izin pelaksanaan bangunan itu kita keluarkan, maka perusahaan itu baru membangun. Dalam tahapan membangun sampai selesai. Kita adakan pengawasan untuk pencocokan apakah yang dibangun sama tidak dengan yang dibayar. Jadi kita melakukan pengawasan dilapangan. Misalkan

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

85

yang dia ajukan yang kemarin yang dibayar hanya bangunan A dan B, maka kita akan awasi kelapangan, benar tidak yang mereka bangun hanya A dan B saja. Kalau misalnya pada saat bagunan itu menapai 90% kita audit lagi terakhir 2 kali yang pertama padsa saat dia mau ngebangun dan yang terakhir pada saat dia selesai kalau industry. Kalau sudah selesai, dan titak ada bangunan tambahan dari yang dia bayar , maka kita keluarkan izin mendirikan bangunan. Kalau terbukti ada tambahan bangunan dan dia memenuhi persyaratan ya tidak apa-apa. Misalnya seperti ini walaupun dia ada penambahan bangunan tetapi tidak memenuhi persyaratan, misalnya yang dia bangun ditanah yang dia miliki hanya 20 ha misalnya, dalam perda ada ketentuan KDB (koefisian ddasar bangunan), yang mengharuskan dibangun untuk bangunan permanen itu 40%, dan sisanya ruang terbuka hijau, jalan, lahan parkir. Setelah kita lihat, kita audit tambahan bangunan-bangunan semuanya ada tidak yang belum dibayar, kita lihat dulu apakah masih dalam memenuhi komposisinya yaitu 40%. kalau itu masuk, mereka harus bayar dulu tambahan yang belum dibayar pada penambahannya dan retribusinya. Kalau sudah bayar nanti baru kita keluarkan SK IMBnya”

Selain melihat adanya penambahan bangunan dan perubahan luas,

pengawasan ini juga melihat apakah bangunan ini masih sesuai dengan KDB

(koofesien Dasar Bangunan) atau tidak. KDB adalah bilangan pokok atau

perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas kavling tanah atau

perkarangan. Untuk industri KDB nya adalah 40:60, dimana 40% merupakan

komposisi untuk bangunan dapat dibangun dan 60% untuk RTH (Ruang Terbuka

Hijau). Pernyataan ini diperjelas dengan hasil wawancara dengan I1QC, yaitu:

“Untuk pengwasan kita lihat mengenai tata ruangnya , benar tidak disitu, kalau benar maka kita keluarkan izinnya. Setelah perizinan kita proses dan semua data telah lengkap, maka kita awasi prosesnya. Kita lihat prosesnya ada penyimpangan tidak dengan rencana semula. Kita memiliki KDB (Koofesien Dasar Bangunan) untuk rumah tinggal itu 60 untuk dibangun dan 40 untuk RTH. Sedangkan untuk industri 40 untuk dibangun dan 60 untuk RTH.” Selain pengawasan untuk pendataan, pihak dinas pula mengadakan

pengawasan untuk pemohon yang mengajukan permohonan pembuatan IMB

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

86

untuk penambahan. Dalam prosedur pembuatan IMB pihak dinas harus

melakukan pengechekan ulang setelah pemohon memberikan sketsa gambar

penambahan bangunan. Pengecekan ini dilakukan dengan mengukur luas

bangunan dan sebagainya, apakah ukurannya sesuai atau tidak dengan gambar

yang ada. Jika telah suesuai maka prosedur pembatan SIMB terus dilaksanakan,

namun jika ukuran itu tidak sesuai dengan yang ukuran yang ada pada gambar,

maka pihak dinas akan memberikan sanksi lagi.

Pada saat peneliti melakukan survey lapangan, peneliti mendapatkan

temuan dimana masih banyaknya bangunan industri yang sedang melakukan

penambahan bangunan tidak diikuti dengan peraturan dalam komposisi Koofesien

Dasar Bangunan (KDB) yaitu 60:40 (60% untuk RTH, dan 40% untuk bangunan).

Penambahan bangunan yang dilakukan industri terkadang tidak diikuti dengan

ketentuan tersebut. Hal inilah yang seharusnya dijadikan bahan untuk pengawasan

pihak dinas, karena komposisi RTH sangat dibutuhkan untuk resapan air.

b. Tipe manfaat (type of benefit)

Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program maupun

peraturan atau Undang-Undang sebagai landasan hukumnya, harus memiliki

manfaat dan dampak positif dari Implementasinya. Tipe manfaat dalam suatu

kebijakan seperti dalam Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 adalah untuk menata

bangunan dan tata ruang kabupaten serang. Manfaat yang terdapat dari sebuah

kebijakan harus dapat bermanfaat untuk pembuat kebijakan maupun pemohon.

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

87

Kategori manfaat dari Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang IMB pada

sektor industri adalah sebagai berikut:

1) manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang

izin mendirikan bangunan bagi para pelaksana pembuat kebijakan adalah

dengan adanya kontribusi retribusi IMB terhadap kas Negara

Suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk peraturan

daerah maupun program kebijakan senantiasa mengandung manfaat di dalam

pelaksanaannya, baik manfaat terhadap pemerintah maupun stakeholder. Manfaat

ini sebenarnya tidak hanya dirasakan hanya kepada para pelaku kebijakan tetapi

juga masyarakat ikut merasakannya. Manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah

No. 20 tahun 2001 tentang izin mendirikan bangunan bagi para pelaksana

pembuat kebijakan dan masyarakat adalah dengan adanya kontribusi retribusi

IMB terhadap Kas Negara. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan

I3,QC, yaitu:

“kalau manfaat untuk dinas manfaatnya adalah kabupaten Serang membutuhkan PAD, salah satunya dengan adanya IMB, maka pemohon akan memberikan retribusi, dan retribusinya akan masuk kedalam kas daerah. Kas daerah digabungkan dengan pendapatan dari yang lain, dari retribusi, juga dari pajak menjadi PAD. Yang kedua bukan hanya retribusinya saja tetapi penataannya juga jadi lebih baik, jadi kabupaten serang ini tertata sedemikian rupa” Manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang

izin mendirikan bangunan bagi para pelaksana pembuat kebijakan adalah dengan

adanya kontribusi retribusi IMB terhadap Kas Negara. Hal ini pula terdapat dalam

Peraturan Daerah No 21 tahun 2001 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

88

dimana Retribusi IMB ini akan masuk kedalam kas Negara. Hal Senada

diungkapkan oleh I4,QC, yaitu:

“Manfaatnya untuk pemerintah mungkin larinya nanti ke PAD (Pendapatan Asli Daerah), Karena retribusi IMB masuk kedalam PAD. Kalau untuk dinas diharapkan dengan adanya IMB, lingkungan akan tertata rapih, tidak acak-acakan.

Selain untuk PAD, peraturan mengenai IMB diharapkan terciptanya

keserasian antara lingkungan dan bangunan. Dengan IMB bangunan dapat tertata

rapih dan lingkunganpun akan terjaga, sedangkan dengan mengenai retribusi IMB

yang masuk kedalam PAD, diharapkan keberadaanya dapat dimanfaatkan untuk

pembangunan yang lain, dan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar, seperti

jalan atau sarana dan prasarana lainnya.

2) manfaat yang didapat dari Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang izin

mendirikan bangunan bagi para pemohon adalah adanya kepastian hukum,

terciptanya keadaan lingkungan yang nyaman, aman dan tertib. IMB pula

dapat dijaminkan untuk peminjaman terhadap BANK

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan

merupakan kebijakan yang dibuat dengan tujuan uutuk menata bangunan. Selain

bermanfaat untuk pemerintah dan pembuat kebijakan, peraturan ini pula

bermanfaat bagi para pemohon (dalam hal ini bangunan pada sektor industri).

Manfaat yang didapat dari Peraturan ini adalah adanya kepastian hukum yang

didapat oleh bangunan yang dibangun, terciptanya keadaan lingkungan yang

nyaman, aman dan tertib. Selain manfaat tersebut, IMB pula dapat dijadikan

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

89

sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman kepada pihak BANK untuk

mendapatkan modal. Pernyataan tersebut diutarakan oleh I1QE, yaitu:

“Terciptanya kenyamanan, aman, dan ada izin, IMB pula dapat dijadikan untuk pengajuan BANK, kalau untuk persyaratan atau jaminan untuk BANK , dilihat dulu IMB nya benar atau tidak luasnya sekian. IMB biasanya dijadikan jaminan keBANK untuk mendapatkan modal.”

Hal senada dipaparkan kembali pada hasil wawancara peneliti dengan I1 QE, yiatu:

“kalau keuntungan untuk pemohon dari perorangan, pertama, dia itu memiliki kepastian hukum, bahwa bangunan memiliki izin, kalau tanah memiliki sertifikat ada kepastian hukum jadi dia itu ngebangun tidak sembarangan dan punya semacam surat yang resmi, yang kedua dia memiliki keuntungan untuk dijaminkan. Apabila tanah saja yang dijaminkan kepada BANK, itu tidak cakup, karena investnya industri kepada modal. Kalau dia itu tidak memiliki IMB maka dari BANK itu mencairkan suatu pinjaman nilainya kecil. Tetapi kalau diperusahaan itu memiliki IMB maka BANK juga akam mengeluarkan pinjaman yang sangat besar, karena ada bangunannya.”

Dengan adanya peraturan ini setiap bangunan yang memiliki IMB, sudah

dipastikan memiliki kepastian hukum, dimana bangunannya sudah memiliki izin

dari berbagai pihak. Disisi lain, biasanya IMB dijadikan pihak perusahaan untuk

dijaminkan kepada BANK pada saat perusahan mengajukan pinjaman modal. Hal

ini dilakukan karena IMB memiliki nilai jual yang lebih tinggi, jika hanya

sertifikat tanahnya saja biasanya BANK tidak memberikan pinjaman yang besar,

dengan IMB, BANK akan menilai bahwa jaminan yang diberikan bernilai tinggi

dengan kepastian tanah dan bangunannnya, IMB juga dijadikan gambaran dan

bukti ketepatan luas tanah, bangunan dan lain sebagainya.

Selain untuk jaminan BANK ada pula manfaat lain yang diberikan IMB

terhadap perusahaan. Setelah peneliti melakukan observasi langsung kelapangan,

menurut beberapa perusahan (dalam hal ini pemohon), IMB bermanfaat untuk

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

90

mendapatkan kepastian hukum (legalitas), dan juga IMB akan berpengaruh

dengan kepentingan-kepentingan lainnya. Seperti jika mengerus sesuatu, biasanya

perusahaan akan ditanyakan IMB nya. Hal ini lah yang biasanya menjadikan IMB

itu penting. Hasil wawancara peneliti dengan 16.C, QE, yaitu:

“saya kurang paham masalah IMB, kalau masalah izin-izin itu saya kurang paham, tetapi biasanya kalau kita mengurusi surat-surat seperti kemarin saya mengurus AMDAL, saya ditanya IMBnya seperti luas bangunannya, sepertinya IMB akan menyambung dengan kepentingan lain.”

Dari hasil wawancara diatas, maka penulis menganalisis bahwa IMB akan

mempengaruhi beberapa kegiatan yang berhubungan dengan legalitas atau

kepastian hukum mengenai fungsi bangunan. Seperti untuk mengurus

pengechekan AMDAL, biasanya IMB awal dijadikan suatu prasyarat untuk

melihat AMDAL yang sebelumnya.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai (exten of change envision),

Dalam suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan dari adanya suatu target

atau suatu perubahan yang ingin dicapai. Derajat perubahan yang ingin dicapai

dari Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan,

diharapkan dapat menata bangunan-banguanan yang ada di Kabupaten Serang ini

agar tertata dengan rapih. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan I1,

QF, yaitu:

“Untuk menata bangunan-bangunan yang ada dikabupaten Serang agar tertata rapih”

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

91

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti di lapangan pada saat

observasi, peneliti melihat bahwa belum adanya perubahan yang berarti dalam

tatanan tata bangunan yang ada di Kabupaten Serang ini. Banyak bangunan yang

letaknya berada dipinggiran jalan dan letaknya tidak sesuai dengan GSB (Garis

Sempadan Bangunan). Selain untuk menata bangunan, IMB pula diharapkan

memberikan kontribusi kepada kas Negara, pemanfaatan dari PAD ini pula

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum, yang berupa

sarana dan prasarana publik. Hal ini dikemukakan oleh 16,B, QF, yaitu:

“Karena IMB memberikan kontribusi kepada kas Negara, maka diharapkan pemanfaatan dari uang itu harus dapat menyentuh untuk masyarakat umum, seperti jalanan dan lain-lain. IMB menyengkut PAD yang diterima dari retribusi, hal ini agar dapat dimanfaatkan untuk pembangunan agar tertata” Selama peneliti melakukan observasi dilapangan, peneliti banyak

menemukan ketidak seimbangan dalam tata bangunan di Kabupaten Serang. Di

satu daerah peneliti menemukan daerah yang dijadikan pemukiman yang padat

sehingga tidak tersisa Ruang Terbuka Hijau (RTH) di daerah tersebut. Disisi lain

peneliti juga menemukan daerah yang memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH)

yang luas, dan sedikit terdapat bangunan.

d. Letak Pengambilan Keputusan (Site Decision Making)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting

pada tahap implementasinya, agar suatu kebijakan dapat terlaksana dengan baik

dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pada tahap ini, peneliti akan

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

92

menjelaskan letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran yang

dilakukan pemohon dalam proses penambahan bangunan pada sektor industri.

Dalam Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB dijelaskan bahwa sanksi

yang diberikan pihak dinas terhadap pelanggaran penambahan adalah dengan

adanya penyegelan, dengan tahapan tiga kali peringatan. Adapun hasil wawancara

peneliti dengan I3 QG, yaitu:

“kalau mengikuti aturan didalam perda yang berbunyi sanksi, apabila bangunan dibangun tanpa memiliki IMB, maka akan dikenakan sanksi seperti penyegelan, penyegelan ini dilakukan dengan tata cara diberikan suatu teguran 3 kali berturut-turut apabila pemohon tidak menghiraukan teguran 3 kali berturur-turut, maka dikenakan sanksi penyegelan atau pembongkaran. Setelah penyegelan atau pengosongan tidaak dihiraukan, maka bupati yang berhak memberikan suatu surat penertiban denga izin dan trantib dengan pembongkaran, mungkin kalau sekarang kesbang polingmas yang menertibkan atau membongkar bangunan tersebut. Kalau kita hanya sebatas teguran saja, selebihnya bupati kalau terkait dengan masalah pembongkaran.”

Menurut analisa peneliti, jika sanksi ini dilaksanakan sesuai dengan kaidah

yang ada, implementasi ini akan berjalan dengan lancar. Hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti diatas sesuai pula dengan Peraturan Daerah No. 20 tahun

2001 tentang IMB pada BAB IV bagian kedua tentang pelanggaran, bahwa setiap

yang dibangun tanpa izin IMB dari Pemerintah Daerah dan atau tidak sesuai

dengan ketentuan tekhnis serta peruntukannya akan dikenakan sanksi dengan tata

cara sebagai berikut:

a. teguran secara tertulis dari dinas berturut-turut sebanyak-banyaknya tiga kali

dengan selang waktu satu minggu

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

93

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas tidak diindahkan,

maka bupati dapat memerintahkan penyegelan (pengosongan) atau

pembongkaran terhadap bangunan yang melanggar ketentuan tersebut.

Pada saat peneliti melakukan observasi di beberapa daerah, peneliti tidak

menemukan bangunan dalam bentuk penyegelan. Hal ini dikarenakan bangunan

pada sektor industri patuh terhadap kepemilikan IMB. Pemberian sanksi biasanya

hanya sampai pada tingkatan peneguran, hal ini dikarenakan pihak industri

biasanya takut jika terjadi penyegelan. Pernyataan ini sesuai dengan hasil

wawancara peneliti dengan I1Q, yaitu:

“tidak, Karena kalau disegel saja mereka sudah takut, jika kita memberikan teguran, mereka biasanya langsung mengurus, mereka biasanya takut, karena jika ada penyegelan, kegiatan juga tidak ada, karena kita tutup dan mereka akan rugi.” Pernyataan diatas menunjukkan bahwa sanksi yang tegas membuat para

pemohon (industri) terdorong untuk tidak melakukan suatu pelanggaran, karena

hal ini akan bepengaruh pada seluruh kegiatan industri. Menurut Staff Tatata

Bangunan bagian lapangan DTRBP Kabupaten Serang mengatakan bahwa

pemberian sanksi terhadap industri yang tidak memiliki IMB biasanya jarang

terjadi, namun biasanya pemberian sanksi dilakukan pada saat pihak dinas

melakukan survey di lapangan. Pihak dinas banyak menemukan bangunan industri

yang sedang melakukan penambahan bangunan dan pelaksanaan tersebut belum

memiliki izin dari dinas terkait. Pemberian sanksi ini berupa teguran terhadap

pihak industri yang didalamnya menghimbau agar pihak industri melapor dan

mengurus IMB penambahan bangunannya.

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

94

e. Pelaksana program (program implementor)

Dalam menjalankan suatu kebijakan, harus didukung dengan adanya

pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu

kebijakan. Dalam menjalankan suatu kebijakan para pelaksana kebijakan

membutuhkan suatu koordinasi yang baik dari setiap bagian pelaksana kebijakan.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengemukakan bahwa koordinasi

antara pelaksana kebijakan berjalan dengan baik. Setiap bagian wajib melaporkan

permasalahan yang terjadi kepada atasannya. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara peneliti dengan I1, I2, QH, yaitu:

“dalam dinas Alhamdulillah baik, kalau disini ada yang menyimpang biasanya saya tegur langsung. Selama ini atasan selalu memberikan arahan, dan harus lapor setiap ada masalah, agar kita mengetahui setiap ada permasalahan. Yang terpenting adalah laporan agar tetap terkoordini,.biar kita tahu, nanti baru kita kasih arahan. Tapi yah namanya juga manusia yah pasti ada kesalahan. Yang penting selalu laporan kalau ada masalah, kita bahas biar tetap terkoordinir, laporan pemohon harus ke saya dulu, kalau ada yang salah nanti bisa kita proses.”

Koordinasi yang dilakukan oleh pihak dinas berjalan dengan baik. Setiap

permasalahan yang terjadi biasanya dibahas secara langsung. Koordinasi

berkaitan dengan hierarki yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dari hasil

penelitian, peneliti melihat secara langsung bahwa proses atau alur dalam

pelaksanaan pembuatan SIMB berjalan secara hierarki, yaitu dari bawah sampai

keatas, yaitu sampai kepada kepala dinas.

f. Sumber Daya Yang Digunakan (reseorces commited)

Dalam suatu pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya

yang dapat memberikan pengaruh yang signifkan agar pelaksanaannya dapat

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

95

berjalan dengan lancar. Sumber daya yang memadai akan membantu pelaksanaan

kebijakan agar tidak terhambat. Kategori sumber daya yang bermanfaat dari

Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang IMB pada sektor industri adalah

sebagai berikut:

1) Sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan kurang, dilihat dari

jumlah pegawai dan keahlian yang dimiliki pegawai.

Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila

didalam pelaksanaannya dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani IMB bagian tata

bangunan di Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan dinilai kurang. Pada

saat peneliti melakukan survey langsung ke dinas, peneliti menemukan hanya

terdapat kurang lebih 12 pegawai yang berada di bidang tata bangunan yang

menangani IMB. Jumlah pegawai yang berada di bidang tata bangunan ini dirasa

kurang, hal ini dikarenakan dengan jumlah 12 pegawai tidak akan sebanding

dengan luas Kabupaten Serang yang sangat luas, baik dalam hal pendataan,

pemutahiran dan pengawasan kelapangan. Hasil wawancara peneliti dengan I3 QI

“SDM juga kurang. Terutama dari tekhnisi kita juga kekurangan SDM yang mengerti tentang tekhnik-tekhnik tertentu. Seperti tekhnik sipil, arsitek, tata wilayah dan lain-lain. Kurangnya personil yang ada kurang mampu dalam mengawasi Kabupaten Serang yang begitu luas.”

Hal senada diungkapkan pula oleh I2 QI

“Sebenarnya pegawai kita bagian tata bangunan hanya 12 orang. itu juga tidak semuanya mengerti tentang izin, belum tentu bisa melobi atau mengarahkan pemohon . Untuk sumber daya manusianya kita kurang”

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

96

Hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa tidak hanya kurangnya

jumlah pegawai yang ada di bagian tata bangunan Dinas tata ruang bangunan dan

perumahan, tetapi juga kualitas dari pegawainya sendiri masih rendah. Hanya

sedikit pegawai yang mengetahui dan mengerti tentang perizinan, melobi

pemohon atau pihak-pihak tertentu, dan hanya sedikit pegawai yang memiliki

kemampuan menggunakan program auto cad. Dalam pelaksanaan pembuatan

IMB, program auto cad sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan program ini

digunakan untuk mendesain rancangan gambar yang dibutuhkan sebagai

persyaratan pembuatan IMB. Kurangnya pegawai yang mengerti program ini

membuat pegawai-pegawai yang mengerti memiliki tugas yang merangkap.

Kurangnya kualitas pegawai seharusnya menjadi perhatian khusus bagi atasan,

karena hal ini akan berpengaruh terhadap jalannya proses pembuatan IMB itu

sendiri.

2) Kurangnya Sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran

Implementasi Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 tentang IMB. Seperti alat

transportasi dan perlengkapan tekhnis lainnya.

Dalam proses suatu kebijakan pemerintah seperti Peraturan Daerah No. 20

tahun 2001 tentang IMB pada sektor industri pastinya membutuhkan sarana dan

prasarana pendukung baik dalam hal pelaksanaan pendataan, administrasi, dan

survey lapangan untuk pengawasan. Sarana pendukung seperti alat-alat ukur,

komputer, kendaraan dan lain sebagainya sangat dibutuhkan dalam mendukung

pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

97

Pada saat peneliti mengadakan penelitian di Dinas tata ruang bangunan

dan perumahan, Dari hasil observasi peneliti melihat masih kurangnya fasilitas

pendukung seperti komputer yang terdapat di bidang tata bangunan dinas tata

ruang bangunan dan perumahan. Rata-rata para pegawai membawa fasilitas lain

seperti laptop milik pribadi untuk membantu pekerjaan mereka. Peneliti melihat

hanya terdapat 3 komputer dan 2 mesin ketik yang terdapat pada bidang tata

bangunan dinas tata ruang bangunan dan perumahan.

Dalam pelaksanaan pengawasan, sarana pendukung seperti kendaraan

sangat dibutuhkan. Namun pada kenyataannya pihak dinas tidak memiliki fasilitas

ini untuk memndukung jalannya pelaksanaan pengawasan. Para pegawai bagian

lapangan biasanya melakukan survey ke berbagai perusahan yang berada di

Kabupaten Serang ini menggunakan kendaraan milik pribadi. Hal ini diungkapkan

oleh I2 QJ, yaitu:

“Sarana dan prasarana seperti kendaraaan kurang. kita biasanya menggunakan kendaraan pribadi untuk survey, biasanya kita hanya mendapat dana transportasi untuk kendaraan kita, seperti komputer kita juga masih kurang”

Pihak dinas biasanya hanya memberikan biaya transportasi bagi pegawai

bidang lapangan sebagai pengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh pegawai

selama mereka di lapangan. Pernyataan tentang kurangnya fasilitas ini dipertegas

kembali dengan hasil wawancara peneliti dengan I3QJ :

“sarana dan prasaranan terutama itu kendaraan kurang. Bagaimana kita bisa mengawasi bangunan-bangunan, baik bangunan yang sudah memiliki IMB maupun yang belum kalau kebutuhan saja tidak ada. Dengan wilayah Kabupaten Serang yang begitu luas”

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

98

Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan, menurut analisa

peneliti, jika fasilitas pendukung seperti kendaraan kurang, maka akan

bepengaruh terhadap efisiensi dari pengawasan. Setiap pengawasan yang

dilakukan pihak dinas bagian lapangan selalu menggunakan kendaraan

pribadinya, hal ini sebenarnya dirasakan tidak sebanding dengan dana transportasi

yang diberikan pihak dinas kepada mereka. Pada saat peneliti mengikuti survey

lapangan dengan pihak dinas, sebenarnya fasilitas-fasilitas seperti kendaraan

memang sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan, tidak hanya lingkup Kabupaten

Serang saja yang mereka datangi, namun tempat-tempat lain biasanya sering

dijadikan tempat pertemuan pihak dinas dengan para pemohon, baik kontraktor,

konsultan maupun pemohon itu sendiri yang menginginkan perjanjian atau

pertemuan diadakan di luar daerah Kabupaten Serang, maka jika pihak dinas tidak

menggunakan fasilitas kendaraan seperti mobil, ini akan memakan waktu yang

cukup lama karena untuk mempercepat biaya dan waktu, sarana seperti jalan tol

harus ditempuh untuk efisiensi waktu. Seharusnya hal ini dijadikan suatu

permasalahan yang nantinya dibahas oleh pihak pemerintah agar ke depannya bisa

lebih baik.

2. Indikator Konteks Kebijakan (Context Of Policy)

Berdasarkan teori Merille S. Grindle, konteks kebijakan merupakan hal

yang menentukan bagi keberhasilan suatu implementasi kebijakan termasuk

kebijakan Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

99

pada sektor industri di Kabupaten Serang. Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai konteks kebijakan tersebut:

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat (power, interest, and strategy of actor involved)

Pelaksanaan dari suatu kebijakan akan dipengeruhi oleh kekuasaan,

kepentingan-kepentingan dan strategi yang dilakukan para aktor pembuat

kebijakan. Didalam implementasi Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang

Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri di Kabupaten Serang, terdapat

beberapa kategori penjelasan indikator tersebut. diantaranya adalah:

1) Adanya kepentingan badan lain yang mempengaruhi pelaksanaan

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB, seperti BPLH untuk

mengurus AMDAL

Dalam Peraturan Daerah ini terdapat kepentingan badan lain yang

mempengaruhi pelaksanaan Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB,

seperti BPLH untuk mengurus AMDAL. Hasil wawancara peneliti dengan I3 QK,

yaitu:

“ada yang berkepentingan dalam IMB ini, karena dalam salah satu persyaratan dalam kelengkapan dokumen ada dokumen dukungan, salah satunya dia tergantung dari jenis utamanya. Kalau industri, dia wajib AMDAL dan IMB belum bisa kita terbitkan sebelum dia memiliki dokumen lingkungan yang telah ditahan oleh badan lain. Setelah badan lingkungn hidup memberikan rokumendasi bahwa industri ini sesuai. Maka IMB kita proses. Dilihat dampaknya apakah dampak positif atau negatif. Semua industry memiliki dampak, apakah lebih besar dampak positif atau lebih besar dampak negatifnya. Kalau dampak negatifnya lebih besar dari pada dampak positifnya, maka kita keluarkan IMBnya. Tetapi kalau sebaliknya dampak negatif lebih besar dari dampak positif, kita tidak akan mengijinkan.Perda no 20 ini memperhatikan pula lingkungan. Seperti AMDAL kita lihat UPL-UKL, luas lahannya atau kita juga bisa lihat dari jenis perusahaannya.”

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

100

Keterkaitan BPLH terhadap pelaksanaan pembuatan IMB ini adalah

sebagai badan yang memberikan surat pernyataan resmi mengenai permasalahan

lingkungan seperti limbah, baik itu limbah padat, cair maupun udara. BPLH ini

yang akan mengeluarkan SK AMDAL yang merupakan persyaratan dari IMB itu

sendiri. Selain BPLH, ada pula badan atau perangkat daerah lain yang

mempengaruhi pelaksanaan peraturan daerah ini, diantaranya adalah seperti

camat, lurah maupun masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2

QK

“ada kepentingan, seperti LH, camat, lurah, mereka semua ikut andil, terkadang pemohon juga menggunakan pihak ketiga untuk perantara.”

menurut analisa penulis dari hasil wawancara diatas, pelaksanaan dari

peraturan ini akan berkaitan dengan pihak-pihak lain, dan banyak kepentingan

pula yang mempengaruhinya. Dengan adanya bangunan industri yang telah

memiliki IMB maka bangunan tersebut diharapkan akan membantu tata bangunan

dan tata ruang kabupaten Serang, di sisi lain yang berkaitan dengan lingkungan,

dengan adanya AMDAL, diharapkan lingkungan akan terjaga, karena limbah

yang dihasilkan dari industri akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa

pencemaran limbah dan akan mengganggu kenyamanan hidup masyarakat dan

lingkungan sekitar.

2) Strategi yang dilakukan pihak Dinas Tata Ruang Bangunan dan

Perumahan dalam meningkatkan kepatuhan pemohon IMB dalam

penambahan bangunan adalah dengan cara pendataan dan mengadakan survey

langsung ke lapangan

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

101

Strategi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh aktor pelaksana

kebijakan agar mampu menyampaikan dan mengawasi pelaksanaan dari suatu

kebijakan. Strategi tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan agar kebijakan

tersebut dapat berjalan dengan lancar baik untuk pemohon maupun bagi para

pelaksana.

Strategi yang dilakukan pihak dinas tata ruang bangunan dan perumahan

dalam menangani Peraturan Daerah No 20 Tentang Izin Mendirikan Bangunan

adalah dengan cara mensosialisasikannya terhadap masyarakat. Sosialisasi yang

dilakukan pihak dinas tidak langsung disampaikan kepada masyarakat, namun

pelaksanaannya dengan cara sosialisasi yang dilakukan di setiap kecamatan, dan

pihak kecamatan yang nantinya akan menyalurkan kembali kepada masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh I1Q, yaitu:

“awalnya dari kita, kemudian kecamatan memberitahu kepada setiap lurah, dari lurah kemasyarakat, jadi ya mereka harusnya tahu”

Dari hasil wawancara diatas, peneliti menganalisis bahwa sosialisasi yang

dilakukan pihak dinas dengan cara pemberitahuan kepihak ke Camatan tidak

efisien, hal ini dikarenakan pihak kecamatan belum tentu mengerti bagaimana

lingkup pemahaman IMB secara detail dan masyarakat sebagai pemohonpun

belum tentu mengerti karena yang diundang hanya para tokoh masyarakat saja.

Hal lain yang menjadikan sosialisasi ini tidak efektif adalah pemohon pada sektor

industry kurang dilibatkan dalam proses sosialisasi yang dilakukan pihak

kecamatan, sasialisasi yang dilakukan untuk sektor industry biasanya hanya

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

102

dilakukan pada plang-plang yang ada dijalanana atau dengan menggunakan

brosur.

Selain dengan cara sosialisasi, pihak dinas melakukan pendataan agar

dapat mengetahui bangunan mana saja yang belum memiliki IMB. Pendataan ini

pelaksanaannya pada saat pihak dinas melakukan survei lapangan. Pernyataan ini

disampaikan oleh I3 QL, yaitu:

“yang pertama kita mengadakan pendataan, pendataan dilakukan pada saat kita mengadakan survey langsung ke wilayah Kabupaten Serang khususnya yang berpotensi. Misalnya kita survey ke wilayah cinangka, ke anyer, jadi misalnya seepanjang jalan itu ada yang sedang membuat pondasi atau membuat plang, kalau kita menemukan biasanya langsung kita tegur, apakah bangunan itu sudah memiliki IMB atau belum kalau mereka belum memiliki IMB, kita adakan pendataan ke dalam agenda teguran. Kita ajukan panggilan kepada mereka sampai 3 kali atau sampai mereka datang. Ya langsung kita menegur, kita langsung mendatanya”

Bardasarkan hasil wawancara diatas, maka peneliti menganalisis bahwa

pelaksanaan ini sama dengan pelaksanaan yang dilakukan pada saat pengawasan.

Peneliti melihat dengan cara seperti ini, para pemohon lebih mengerti dan patuh.

Karena sifatnya nanti akan berupa teguran langsung yang diberikan pihak dinas.

Pendataan ini pula lebih efektif karena jika ada penambahan bangunan ditemukan,

maka IMB yang sebelumnya tidak berlaku lagi dan pembayaran retribusinya pun

akan berubah. Hal ini disampaikan pula pada hasil wawancara peneliti dengan I4

QL, yaitu:

“kita kesana untuk mengechek, jika ada bangunan yang baru diluar yang ada di SK itu, kita adakan pengechekan lagi, kalau ada bangunan itu harus membuat IMB lagi dan harus dibayar”

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa

pendekatan dan strategi yang dilakukan oleh pihak dinas merupakan salah satu

Page 116: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

103

bentuk komunikasi yang baik untuk memperlancar Implementasi Peraturan

Daerah No 20 tahun 2001 tentang IMB ini, maka akan lebih baik jika didalamnya

terdapat suatu timbal balik dari pihak-pihak terkait untuk saling mengerti satu

sama lain, bahwa pelaksanaan ini dilakukan untuk kepentingan bersama dan

bukan semata-mata untuk kepentingan salah satu pihak saja.

b. Karakteristik lambaga dan rezim yang berkuasa (Institution And

Regimecharacteristic)

Dalam implementasi kebijakan yang telah dibuat, maka pelaksanaanya

tidak akan terlepas dari karakteristik dari pelaksana kebijakan itu sendiri.

Karakteristik Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan adalah sebagai

pelaksana kebijakan yang ikut serta dalam menata kota, bangunan, izin dan lain

sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan

I2 QM, yaitu:

“…, kita selaku dinas yang ikut melaksanakan perda ini, dinas ikut serta dalam menata kota dalam hal bangunan, izin dan lain sebagainya”

Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan merupakan dinas yang salah

satu tugasnya adalah untuk menangani IMB. Dinas tata ruang bangunan dan

perumahan pula ikut serta dalam penataan tata bangunan di Kabupaten Serang,

karena setiap perizinan yang bersifat untuk membangun bangunan dilaksanakan

dengan persetujuan dinas ini. Dinas ini akan memberikan suatu pengarahan dan

penjelasan terhadap pemohon yang mengajukan permohonan untuk membangun,

Page 117: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

104

agar bangunan yang mereka bangun dapat tertata dengan rapih. Pernyataan

tersebut senada dengan hasil wawancara peneliti dengan I1 QM, yaitu:

“Baik, kita selalu mengarahkan para pemohon agar bangunan itu tertib dengan adanya peraturan IMB ini”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, menurut analisa penulis bahwa

Dengan adanya Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan diharapkan, dinas ini

mampu mengarahkan dan membantu menata tata bangunan dikabupaten serang

ini dengan baik dan menciptakan keseimbangan yang baik antara lingkungan

dengan bangunan.

c. Kepatuhan dan respon dari para pelaksana (compliance and

responsiveness)

Hal lain yang penting dalam proses implementasi dari suatu kebijakan

adalah tingkat kepatuhan dan respon dari pelaksana kebijakan serta masyarakat

(pemohon) penerima kebijakan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa

kategori yang akan dijelaskan mengenai kepatuhan dan respon dari para

pelaksana, diantaranya adalah:

1) Tingkat kepatuhan yang dimiliki pemohon dalam mematuhi Peraturan

Dearah No 20 tahun 2001 tentang IMB pada sektor industri dikatakan baik.

Perusahan diwajibkan memiliki IMB, karena IMB akan berpengaruh dengan

kepentingan-kepantingan lain.

Tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh para penerima kebijakan disini

adalah pemohon pada sektor indusrtri. Kepatuhan yang dimiliki pemohon pada

Page 118: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

105

sektor industri dapat dikatakan sangat patuh, karena setiap industri diwajibkan

memiliki IMB. IMB akan berpengaruh kepada kepentingan-kepentingan lain,

seperti yang diungkapkan oleh I1 QN, yaitu:

“Untuk industri patuh sekali, karena dia takut, IMB terkadang dipakai jika ada laporan dengan pihak-pihak lain yang menyangkut bangunan” Semua bangunan diwajibkan untuk memiliki IMB, tingkat kepatuhan yang

dimiliki bangunan pada sektor industri sangatlah tinggi, ini dikarenakan industri

merupakan bangunan yang keberadaannya akan mempengaruhi lingkungan di

sekitarnya, baik dalam hal lingkungan, kesejahteraan masyarakat maupun

kontribusinya terhadap daerah. IMB menjadikan bangunan industri tersebut

memiliki kepastian hukum dan keberadaannya pun akan diakui dan tidak bisa

diganggu gugat karena telah memiliki izin langsung dari dinas terkait.

Kepemilikan IMB pula sangatlah dibutuhkan karena IMB sering digunakan untuk

kepentingan-kepentingan lain, terlebih masalah bangunan.

Pada saat peneliti melakukan penelitian di lapangan, peneliti mendapatkan

beberapa industri yang belum memiliki SIMB, beberapa dari mereka mengatakan

bahwa mereka tetap akan melakukan permohonan pembuatan IMB, namun

mungkin setelah bangunan mereka setengah jadi atau setelah bangunan mereka

telah jadi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan biaya. Biaya

pembuatan IMB bukanlah biaya yang kecil, untuk melengkapi persayaratnnya pun

cukup memakan waktu, hal inilah yang menjadi kendala utama bagi mereka. Hal

ini diperkuat pula dari hasil wawancara peneliti dengan I4 QN, yaitu:

“Ada yang mengerti tetapi ada juga yang tidak. sebenarnya mereka mengerti hanya masalah di waktu saja, ada yang begitu dibangun langsung ada, ada juga yang ditunda karena tersendat biaya.”

Page 119: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

106

Kepatuhan pembuatan IMB pada sektor industri sudah dikatakan baik,

karena rata-rata bangunan pada sektor industri telah memiliki IMB. hal ini

diharapkan agar pemanfaatannya dapat dilakukan dengan baik pula. Komunikasi

dari pihak industri dan pihak dinas harus tetap terjaga agar setiap pelaksanaan

tetap terkontrol dan tertib lingkungan. Jangan sampai setiap pelaksanaan tidak ada

konfirmasi ulang terhadap pihak-pihak terkait, seperti penambahan bangunan atau

pun yang lainnya.

2) Kepatuhan pemohon pembuatan IMB dalam penambahan bangunan

disektor industri masih dikatakan kurang.

Kepatuhan pembuatan IMB pada sektor industri memang sudah dikatakan

baik, namun dalam kenyataan di lapangan banyak industri yang melakukan

penambahan bangunan dan mereka belum memiliki IMB yang baru. Sebenarnya

mereka mengerti, namun karena beberapa masalah, mereka enggan untuk melapor

dan memproses pembuatan IMB yang baru. Kebanyakan dari mereka mengurus

IMB ini jika mendapatkan teguran dari pihak dinas atau pada saat orang dinas

datang ke perusahan mereka pada saat pelaksanaan survey lapangan. penambahan

bangunan yang dilakukan oleh pihak industri biasanya dilakukan terlebih dahulu

namn untuk laporan kepada pihak dinas biasanya mereka menyusul setelah

bnguan mereka setengah jadi atau bahkan bangunannya telah jadi. Hal ini pun

sangat sedikit yang melaksanakannya. Sebagian dari mereka lebih memilih untuk

menunggu pihak dinas yang langsung mendatangi industri mereka.

Kepatuhan dalam pembuatan awal IMB pada sektor industri sebenarnya

patuh, namun pada saat pihak dinas melakukan pengawasan dan pendataan ulang

Page 120: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

107

ternyata banyak sekali adanya penambahan bangunan di beberapa industri. Seperti

yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa IMB tidak akan berlaku apabila luas

bangunan dan fungsinya berubah, maka dapat dikatakan jika ada bangunan

penambahan, maka bangunan itu tidak punya kepastian hukum dan tidak memiliki

IMB karena IMB yang sebelumnya tidak berlaku lagi.

Pemahaman mengenai izin bagi penambahan bangunan oleh pihak industri

dapat dikatakan kurang, karena masih banyak industri yang kurang memahami

permasalahan tersebut. I2 QM mengatakan bahwa

“kalau penambahan bangunan, terkadang mereka langsung lapor, tetapi terkadang juga kita yang mencari dan mensurvey, apakah ada penambahan bangunan atau tidak di perusahaan itu, kalau ada penambahan kita chek, apakah sudah ada IMB yang baru atau belum, kalau belum kita berikan peringatan. Banyak yang seperti ini terjadi.”

Hal senada dikatakan pula dari hasil wawancara peneliti dengan I3 QM, yaitu:

“Ada yang memohon kesini bangunan hanya A dan B saja tetapi pada saat pelaksanaannya setelah kita audit lagi ternyata sudah ada bangunan lain. Banyak yang seperti ini” Menurut analisa peneliti dari hasil wawancara diatas, kurangnya

komunikasi yang dilakukan antara pihak dinas dan pihak industri menjadikan

pelaksanaan kebijakan ini tidak berjalan dengan baik. Beberapa industri

mengatakan sebenarnya mereka mengerti, namun mereka enggan untuk mengurus

langsung kepihak dinas. Hal ini dikarenakan, mereka beranggapan akan lebih

mudah jika pihak dinas langsung datang untuk mengechek langsung, dan pihak

industri tidak harus jauh-jauh mengurusnya ke dinas, pihak industri hanya ke

dinas pada saat penyerahan berkas dan pada saat pengajuan SIMB diterbitkan.

Seperti yang dikemukakan 16,E QM pada saat wawancara, yaitu :

Page 121: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

108

“awalnya saya punya inisiatif tanya kekawasan, mereka mengatakan bangunan ini kecil, jadi lebih baik menunggu dari pihak dinas saja yang datang untuk mengechek.”

Jika setiap industri melakukan hal demikian, maka hal ini akan

menjadikan tugas pihak dinas menjadi lebih berat. Karena pihak dinas harus selalu

mengadakan pengawasan, sedangkan pihak dinas sendiri sudah kewalahan dengan

luas wilayah kabupaten yang tidak sebanding dengan jumlah pegawai bagian

lapangan yang hanya terdiri dari 3 sampai 4 orang saja, ditambah dengan sarana

dan prasarana yang kurang mendukung.

Persyaratan untuk penambahan bangunan sebenarnya sama saja dengan

IMB awal, hal ini diungkapkan oleh I3Q, yaitu:

“sebenarnya tidak ada yang membedakan antara bangunan awal dengan bangunan pengembangan, Cuma ada satu perbedaannya izin lokasi saja. Kalau dia mengadakan pembangunan pengembangan bangunan di dalam satu kawasan satu tanah yang dimiliki izin lokasinya sudah ada, berartikan persyaratannya dia tidak usah izin laokasi lagi. Izin lokasi yang lama. tetapi kalau yang namanya bangunan awal baru dia izin lokasi dulu. Tapi kalau misalnya ini tanah yang dia miliki sudah izin lokasi bangunan dulu baru ada 2 sampai 3 bangunan yang sudah dibangun dan sudah ada SK IMBnya dikemudian hari setelah 3 sampai 4 tahun dia mau mengadakan bangunan tambahan tapi di lokasi ini masih dalam lokasinya itu juga, itu tidak dikenakan lagi izin lokasi karena dia sudah kawasan, tapi kalau diluar itu ya beda lagi. Ya… itu dari awal lagi kalau diluar lokasi harus dari awal lagi harus ada. Kalau disini pengembangan tidak ada izin lokasi lagi. Izin lokasi hanya penambahan yang ini saja.” Pada saat peneliti melakukan observasi di lapangan, ada beberapa industri

yang didatangi oleh peneliti, tidak sedikit mereka enggan untuk diwawancarai

masalah penambahan bangunannya, jika ditelusuri lebih lanjut ternyata mereka

belum mengajukan IMB penambahan bangunan sehingga mereka takut untuk

diwawancarai.

Page 122: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

109

Kepatuhan dari industri itu sendiri untuk membuat IMB sebenarnya baik,

namun untuk pembuatan IMB pada penambahan bangunan masih dikatakan

rendah, karena masih banyak industri yang melanggarnya. Mereka akan membuat

IMB penambahan bangunan jika pihak dinas telah datang untuk mensurvey atau

industri tersebut telah mendapat teguran. Hal ini terlihat pada hasil wawancara

peneliti dengan 16,G QM, yaitu:

“sudah, kita sudah memiliki IMB yang baru. sebelumnya saya belum mengerti, sampai saat kita ingin membangun ada orang dinas yang datang untuk menegur, akhirnya kita proses lagi pembuatan IMBnya.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, menurut analisa penulis pembuatan

IMB untuk penambahan bangunan seharusnya menjadi perhatian penting baik

bagi industri maupun pihak dinas, karena hal ini menyangkut pelaksanaan

Peraturan Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada

sektor industri. Komunikasi yang baik antara dinas dan pihak industri akan

membantu memperlancar jalannya peraturan mengenai IMB ini. Pengawasan

yang dilakukan pihak dinas pun jangan dijadikan suatu hal dimana pihak industi

lepas dari tanggung jawabnya untuk menjalani kewajiban mereka. Pihak industri

seharusnya mengerti akan kewajibannya untuk melapor setiap ada masalah dan

setiap ada penambahan bangunan sehingga pelaksanaan kebijakan ini dapat

berjalan dengan efektif.

Page 123: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

110

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengenai Implementasi Peraturan

Daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industri

dalam menciptakan keserasian antara lingkungan dan bangunan di Kabupaten

Serang, peneliti menyimpukan bahwa dalam Implementasinya sudah berjalan

dengan lancar, namun untuk masalah IMB dalam bentuk penambahan bangunan

belum berjalan dengan baik. Penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah

No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industry di

Kabupaten Serang ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori Merille S.

Grindle. Didalam teori Merille S. Grindle terdapat dua faktor yang saling

mempengaruhi dalam keberhasilan dari kebijakan ini. Kedua faktor tersebut

meliputi isi dari suatu kebijakan (content of policy) yang terdiri dari kepentingan-

kepentingan yang mempengaruhi (interests sffected), tipe manfaat (type of

benefit), derajat perubahan tang ingin dicapai (extent of change envision), letak

pengambilan keputusan (site of decision making), pelaksana program (program

imlementor), sumber-sumber daya yang digunakan (resources commited).

Sedangkan untuk kontek implemantasinya (context of policy), terdiri dari

kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat (power,

interest, and strategy of actor involved), karakteristik lambaga dan rezim yang

Page 124: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

111

berkuasa (institution and regime charactiristik), tingkat kepatuhan dan adanya

respon dari pelaksana (compliance andresponsivennes).

Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan pembuatan IMB pada sektor industri memang sudah dikatakan

baik, namun dalam kenyataan di lapangan banyak industri yang

melakukan penambahan bangunan dan mereka belum memiliki IMB yang

baru. Sebenarnya mereka mengerti, namun karena beberapa masalah,

mereka enggan untuk melapor dan memproses pembuatan IMB yang baru.

Kebanyakan dari mereka mengurus IMB ini jika mendapatkan teguran dari

pihak dinas atau pada saat orang dinas datang ke perusahan mereka pada

saat pelaksanaan survei lapangan

2. Dalam pelaksanaan mewujudkan jalanya Peraturan Daerah No 20 tahun

2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan, tidak diikuti dengan Sumber

Daya yang mendukung seperti Sumber Daya Manusia (SDM) yang

kurang, baik dalam segi jumlah maupun kualitas dan sarana yang tidak

menunjang seperti kendaraan atau fasilitas kantor yang ada di dalam Dinas

Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan.

3. Adanya kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi implementasi

peraturan daerah No 20 tahun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan

pada sektor industri di Kabupaten Serang seperti Bupati, BPLH,

konsultan, camat, lurah, masyarakat dan badan-badan lain yang saling

mempengaruhi.

Page 125: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

112

4. Banyaknya keterlibatan badan atau pihak lain, membuat pemohon

beranggapan bahwa untuk mengajukan permohonan IMB, pemohon akan

melewati birokrasi yang panjang, dan membuat mereka enggan untuk

mengurus IMB penambahan bangunan, sehingga biasanya pemohon

banyak yang menggunakan perantara atau orang ketiga seperti konsultan,

lurah setempat, orang pusat ataupun yang lainnya sebagai perantara

mereka dengan Dinas terkait untuk mempermudah pembuatan perizinan,

dalam hal ini untuk mendapatkan SIMB

5. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh piihak dinas dilakukan

untuk mengetahui apakah suatu pelaksanaan yang telah ditetapkan masih

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya atau telah

berubah. Pengawasan dilakukan dengan cara melakukan survey lapangan,

pendataan dan pemutakhiran. Pendataan yang dilakukan oleh pihak dinas

dimaksudkan untuk melihat apakah suatu perusahaan telah memiliki IMB

atau belum, biasanya pendataan ini dilakukan pada saat pihak dinas

melakukan survey lapangan. Dalam setiap melakukan pengawasan pihak

dinas sering kali menemukan bangunan yang sedang melakukan

penambahan bangunan, dan biasanya pihak dinas akan memberikan sanksi

berupa teguran kepada pihak industri. Namun sanksi ini dirasakan kurang

tegas, karena sanksi ini hanya berupa teguran dan terkadang dibiarkan

saja.

6. Untuk penambahan bangunan pada sektor industri, Komposisi KDB

(Koofesien Dasar Bangunan) adalah 60:40, namun pada kenyataan di

Page 126: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

113

lapangan peneliti melihat komposisi ini kurang diperhatikan, bahkan

banyak industri yang menambah bangunan diatas komposisi tersebut (di

area RTH)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Implementasi Peraturan Daerah No

20 taun 2001 tentang Izin Mendirikan Bangunan pada sektor industry di

Kabupaten Serang” maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Agar upaya kebijakan Peraturan Daerah mengenai IMB ini berjalan

dengan baik terutama dalam hal penambahan bangunan, peneliti

menyarankan agar pihak dinas dapat lebih sering mengawasi setiap

perusahaan dan lebih tegas dalam memberikan sanksi.

2. Sosialisasi mengenai penambahan bangunan harus lebih diperjelas dan

tidak hanya mensosialisasikan kepemilikan IMB awal saja.

3. Harus adanya komunikasi yang baik antara pihak dinas dan pihak industri

agar setiap pelaksanaan pengawasan dapat berjalan dengan baik sesuai

dengan prosedur yang ada.

4. Pihak dinas perlu memperhatikan kualitas yang dimiliki pegawai.

Kurangnya kualitas pegawai akan mempengaruhi efektifitas dalam

bekerja. Jumlah pegawai harus ditambah, karena jumlah pegawai yang

dimiliki saat ini kurang mampu untuk menangani semua permasalah

mengenai bangunan, pendataan maupun pengawasan di Kabupaten Serang

ini.

Page 127: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

114

5. Pihak dinas pun harus memperhatikan masalah sarana dan prasarana,

seperti komputer, alat ukur lapangan maupun kendaraan dinas. hal ini

dikarenakan sarana dan prasarana tersebut merupakan alat pendukung

yang utama dalam pelaksanaan dilapangan.

Page 128: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI

Denzin K, Norman dan Yvonna S Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta :

Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset. Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik “Formulasi, Implementasi, dan

Evaluasi”. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

. 2008. Public Policy. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Parsons, weynes. 2006. Public Policy “ Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan”. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Ridwan dan Sudrajat. 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan

Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa. Serang Dalam Angka Tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Serang

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2006. Analisis Kebijakan Publik. Bandung :ALFABETA

Susanta, Gatut. 2009. Mudah Mengurus IMB Di 55 kota dan Kabupaten Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses

Page 129: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 20 TAHUN 2001 …

Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

II. PERUNDANG – UNDANGAN

Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan

Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2001 Tentang Garis Sempadan Bangunan

Peraturan Daerah No. 24 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan

Peraturan Daerah No 21 Tahun 2001 Tentang Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan

III. SUMBER-SUMBER LAIN

http://www.ikm-sintang.com/berita-ikm-sintang/1-berita-ikm/2-industri-kecil-dan-menengah.html diunduh pada tanggal 04 mei 2010

http://upl-ikm.web.id/pengertian-umum diunduh pada tanggal 04 mei 2010