berita no.13/th ke-2/iii/2001 - kontras · 2005. 8. 31. · beritakontras no.13/th ke-2/iii/2001 3...

20

Upload: others

Post on 24-Apr-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,
Page 2: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

2 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Dapur redaksi, itulah nama baru yang masih tentatif (karena masih membuka diri untuk di amandemen) untukkolom ini. Perubahan ini diputuskan pada rapat “dewan redaksi” Berita Kontras (Jum’at pagi, 29 Juni 2001). RapatRedaksi kali ini menjadi “agak istimewa” karena berangkat dari keprihatinan & kegelisahan serta harapan Munarman(yang akrab kami panggil bang Maman), Koordinator KontraS atas mandegnya penerbitan bulanan buletin KontraS.Ketelatan ini sudah dapat diduga, karena memang tidak ada staf yang khusus bekerja menggarap buletin ini.selama ini kawan-kawan dari berbagai divisi yang ada selalu keroyokan untuk menghadirkan Berita KontraS ditangan anda. Persoalan yang kemudian muncul ketika kawan-kawan terkonsentrasi pada kesibukan kerja divisi dankesulitan meluangkan waktu untuk membantu penyelesaian buletin.

Dua hari sebelumnya, saya yang selama ini menjadi Distributor (Edwin) dipanggil oleh Koordinator danDewan Redaksi, “Win, Dino udah tidak bisa aktif lagi jadi Redaktur Pelaksana. Karena kau di Divisi OpiniPublik, kau ditunjuk jadi penggantinya. Bisa…?” Dengan rasa terkejut dan gugup yang saya tutupi (karenadarurat dan tidak banyak waktu untuk menimbang-nimbang) saya jawab dengan nada datar “Bisa…”

Rapat Jum’at pagi, adalah rapat darurat yang tidak dihadiri seluruh Dewan Redaksi. Lagi-lagi karena kesibukanUsman, dan Gian yang seharusnya hadir dalam Sidang Redaksi absen. Jadilah rapat darurat antara saya (Edwin),bang Maman, Mouvty, dan Islah. Rapat ini intinya kembali membicarakan format dan materi buletin untuk edisiyang terlewat. Nah, nama dapur yang di sebut diatas lahir dari pembicaraan disini. Berangkat dari ketidakakrabanbang Maman dan Redaktur Pelaksana (baru) dengan kata Selasar (mirip nama hari) dalam edisi sebelumnya yangberarti teras, dicarilah nama baru. Sempat bolak-balik Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia, tapi kemudiandipilihlah untuk sementara nama Dapur. Usul lain “Kompor aja…”, kata Islah berikut argumentasinya, aku punsempat mengusulkan nama Tungku, ujung-ujungnya karena semua masih berkaitan dengan peralatan dapur makadapur ditetapkan sebagai nama penggantinya. Dipilih Dapur karena dapur merupakan kata yang akrab di telingamasyarakat kita, sehingga kami berharap buletin ini akan menjadi milik masyarakat.

Pembicaraan selanjutnya menyangkut format Berita Utama, Berita Daerah, dan Rempah-Rempah. Dua kolomterakhir menjadi diskursus untuk ditentukan perbedaannya. Akhirnya diputuskan bahwa Berita Daerah terfokuspada problem HAM di daerah yang tidak atau belum ter-cover secara nasional, sedangkan Rempah-rempah menjadicatatan kelanjutan pelanggaran HAM yang masih saja terjadi atau pernah di muat dalam Berita Utama dan beritaterkait soal penegakan HAM dan Demokrasi. Kolom Amandemen diganti dengan nama yang sudah konvensional,Artikel, untuk memberikan ruang opini yang lebih ‘bebas’ dibandingkan hanya sekedar membicarakan persoalanperundangan-undangan. Kolom Suara Korban, diusahakan menjadi kolom yang memang benar-benar milik korban.“Kita kan banyak terima pengaduan tuh…” ujar Koordinator, “kita harus masukkan, biar masyarakat tahu, dansemoga aja tergerak untuk membantu”. Kami berharap kita dapat membantu, mendukung (baik materiil maupunmoril) pada korban, misalnya dengan sehelai surat atau dering telpon kepada instansi-instansi negara yangberkewajiban memberikan rasa aman, keadilan, serta kesejahteraan bagi rakyat. Seandainya, dua ratus pembacaKontras mengirimkan surat kepada Kapolda (tadinya mau disebut Kapolri, tapi nggak sreg sebab lagi sensitif)tentang penyiksaan yang dilakukan aparaturnya terhadap masyarakat sipil, bisa saja ini menjadi pressure terhadapsang Kapolda untuk menindak bawahannya.

Semoga perubahan yang terjadi dalam Berita Kontras ini dalam jangka pendek dapat membayar hutangketelatan kehadiran buletin kami di meja diskusi pembaca, dan dapat menjadi media yang efektif dalam menyuarakanpenegakan Hak Asasi Manusia. Amiin…!(Edwin)

Page 3: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

3berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Puji syukur kami haturkan.20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu, KontraS di Deklarasikan. Di tengahtanggungjawab dan tuntutan yang semakin bertambah, hanya ucapan syukurlah yang mampukami haturkan pada-Nya. Ucapan syukur bahwa kami senantiasa diberi kekuatan bersama-samadengan elemen masyarakat sipil yang ada untuk terus memperjuangkan penegakan HAM diIndonesia.

anah airmata... tanah tumpah darah kami... airmata darah... tanah air kami...”. Sebaitkalimat dari puisi Sutardji Calzoum Bachri yang biasa di musikalisasikan oleh Sanggar

Matahari, terasa memberi petunjuk negeri seperti apa yang kita pijak sampai hari ini.Bagaimana bisa seorang manusia berprofesi tentara atau polisi menangkap, menyiksa,

membunuh orang bagai memburu seekor musang. Bagaimana bisa seseorang atasnama suku, agama, kecemburuan sosial, membunuh, memperkosa, menjarah dan saling

memusnahkan. Tapi itulah kenyataan yang masih kita temukan di negeri ini entah untuk berapalama.

Sebagai laporan utama edisi ini kami turunkan hasil investigasi Tragedi Kemanusian di Sampit,Kalimantan Tengah. Sebuah tragedi yang terjadi akibat gumpalan kekecewaan yang terusmembesar dan akhirnya meledak (kekecewaan atas tidak jelasnya penegakan hukum,timpangnya keberpihakan sistem ekonomi dan masih banyak lagi), menunjukkan betapa rasisnyasebuah bangsa ditengah “ketidakbecusan negara” dalam memberikan perlindungan. Untuk itukami turunkan pula gugatan Warga Negara atas ketidakbecusan negara, disamping catatan laintentang meningkatnya jumlah korban setelah dilakukannya operasi militer di Aceh, IshlahTanjung Priok dan RUU Kepolisian.

Kami sajikan pula rekaman hasil diskusi terbuka tentang Evaluasi Kinerja Komnas HAM, yangdiselenggarakan KontraS, di ruang Adam Malik YLBHI. Pada diskusi tersebut tampil sebagaipembicara Amin Aryoso ( ketua komisi II DPR), Samsudin (Komnas HAM), Amirudin(ELSAM), Munarman (KontraS).

Selamat membaca, merenung (mengkonsep), dan terus berjuang menghentikan segala bentukkekerasan yang mengancam diri kita, keluarga, dan semua - sebagai sesama manusia. Karenatidak lah bertambah nilai kita sebagai manusia hanya karena jabatan, harta, dan kesenanganlainnya. Akan tetapi berkuranglah nilai kita sebagai manusia apabila kita tidak peduli dengannasib manusia lainnya yang hidup dalam penderitaan dan penindasan!

Salam Demokrasi dan Rebut Hak Anda!!Redaksi

KONTRAS (Komisi untukOrang Hilang dan Korban

Tindak Kekerasan) dibentuk untuk menangani

persoalan penculikanbeberapa aktivis yangdiduga berhubungan

dengan kegiatan politikyang mereka lakukan,

Selanjutnya KONTRASbanyak menerima

pengaduan dari orang-orang yang kehilangankeluarga, bukan karenapersoalan politik tetapi

karena persoalan lain, danjuga mereka yang hilangsetelah kerusuhan 13-24Mei 1998, KONTRAS diprakarsai oleh beberapaLSM dan satu organisasi

mahasiswa, dian taranya :KIPP, PIP HAM, CPSM,LPHAM, AJI, ELSAM,

YLBHI dan PMII

Dewan Pengurus:Ketua : Munir, SH.Anggota : Dadang

Trisasongko, RobertusRobet, Ezky Suyanto

Badan Pekerja:Kordinator : Munarman, SH.

Tim Badan Pekerja:Abusaid Pellu, Ahmad

Hambali, Ali Subur,Cahyadi Satriya, DanielHutagalung, Gian Moko,

Hardini, Haris Azhar,Haryono, Indra.P, Indria

Fernida A, IkravanyHilman, Lukman Amin,Mouvty M. Al-Akhlaq,

M.Basori, Nining Nurhaya,Ori Rahman, Ola Siahaan,

Sri Suparyati, T. MarlasPanggabean, UsmanHamid, Udi Husodo,

Umar Atamimi, Victor daCosta. Pieter Ell (Papua),Agus Wandi (Aceh), Oslan

Purba (Medan). BadanPekerja dibantu oleh

relawan-relawan mudayang tersebar di seluruh

Indonesia.

Berita KontraS Diterbitkan oleh: KontraS ( Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)

Penanggung Jawab : Munarman. Pemimpin Umum: Ikravany Hilman, Sidang Redaksi: Usman Hamid, Gian Moko, Mouvty. M. Al-AkhlaqRedaktur Pelaksana: Edwin Partogi Staf Redaksi: Ali Subur, Cahyadi Satriya, Haris Azhar, Indria Fernida. A, M. Islah, Nining Nurhaya, Ori Rahman, Sri Suparyati,Sekretaris Redaksi: M Harits, Tata Letak: M. Islah, Foto/Desain Grafis:Udi H, Bendahara: Hardini, Distributor: Lukman AminAlamat Redaksi Jalan Mendut 03 Menteng Jakarta Pusat, Telp: (021) 3145940-3153865, Fax:3153881, e-mail: [email protected]

Salam dari Mendut 03

Page 4: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

4 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Berita Utama

Pada 18 Februari 2001 Kota Sampitmenjadi arena konflik sosial terbesar diKalimantan Tengah. Kultur pluralisme yangterbentuk bertahun-tahun dalam waktusingkat menjadi tidak bermakna. Hubunganyang harmonis antar kelompok masyarakatmenjadi hancur, disertai hancurnya struktursosial masyarakat. Kondisi ini diperparahdengan buruknya penanganankonflik yang berimplikasi padaterus berjatuhannya korban jiwadan harta benda masyarakat diSampit, terutama akibatpanjangnya masa konflik danmeluasnya wilayah kerusuhan.

Tim investigasi Kontrasmencatat beberapa hal pentingberkaitan dengan konflik 18Februari 2001 yang kemudianberlangsung selama beberapahari dan bergerak meluas hinggake daerah di sekitar wilayahSampit.

PEMATANGAN SENTIMENRentannya masyarakat di Sampit

terhadap konflik kekerasan, berawal darikegagalan aparat keamanan dalammenangani kriminalitas yang terjadi selamaini. Terutama dalam kasus-kasus yangkerapkali melibatkan beberapa etnisberbeda.

Sebelum meletusnya pecah konflikSampit pada 18 Februari 2001, Kontrasmencatat beberapa kasus kriminal yangmemicu kerusuhan dan mengakibatkanjatuhnya korban, yaitu kerusuhanTumbang Samba (17 September 1999),kerusuhan Kumai, (5 Juli 2000) dankerusuhan Kereng Pangi (17 Desember2000).

Setelah Kerusuhan Kereng Pangi,hampir di seluruh wilayah KalimantanTengah beredar isu-isu dan selebaranberkaitan dengan kerusuhan yang akan

terjadi di Sampit. Selebaran dan isu dalambentuk provokasi dan ancaman terhadapkelompok-kelompok masyarakat tertentumenunjukkan adanya upaya pengkondisianmasyarakat ke arah konflik. Pada awal No-vember 2000, beredar selebaran gelap diPalangkaraya yang berisi ancamanpengusiran terhadap kelompok masyarakat

tertentu. Pasca peristiwa Kereng Pangi,beredar isu perluasan konflik hingga kePalangkaraya, isu akan ada penyeranganoleh kelompok masyarakat tertentu, isupenyerangan terhadap kelompokmasyarakat tertentu di Tangkiling malam,isu akan terjadi kerusuhan di Sampit, danisu adanya ratusan bom yang dimiliki olehkelompok masyarakat tertentu di Sampitdan sekitarnya.

Isu-isu yang berkembang danmeresahkan ini sempat direspon oleh Pemdalewat media massa dalam bentuk anjuranuntuk tidak mempercayai selebaran dan isu-isu yang menghasut masyarakat. Namuntidak ada upaya antisipasi konkret atasberedarnya isu yang berkembang luas.

Ketidakpuasan terhadap penanganankasus-kasus tersebut terakumulasi dalam

kekesalantanpa jawaban , sehinggamasyarakat cenderung menyelesaikankasus-kasus tersebut dengan ‘cara’nyasendiri dan dengan melibatkankelompoknya masing-masing.

Satu hal dicatat Kontras, pascakerusuhan Kereng Pangi, YayasanPendidikan Islam bernama Al-Miftah yang

berpusat di Pamekasan Maduradan memiliki cabang di KerengPangi --yang juga menjadisasaran amuk massa-- telahmelaporkan kejadian tersebutdan memohon penanganansegera serta antisipasi kepadapemerintah Pusat dan Daerah,namun tidak mendapat responpositif, sampai denganterjadinya konflik 18 Februari2001.

KONFLIK FISIK TERBUKABeberapa temuan Kontras

pada saat berlangsung konflikmembuktikan adanya

pengorganisiran kekerasan seperti,Mobilisasi massa untuk melakukanpenyerangan, perusakan dan pembakaranrumah-rumah, disertai dengan pemilikansenjata-senjata tradisional di kota Sampitdan sekitarnya. Pada hari pertama dankedua, mobilisasi terjadi terhadap massayang tinggal di dalam kota. Mereka praktismenguasai hampir seluruh kota. Hari-hariberikutnya, terjadi pergerakan massa yangsistematis dan cepat menuju kota Sampitmelalui Kasongan, Cempaga dan Kotabesi.Massa yang menguasai kota terusbergerak ke Kuala Kuayan, Samuda danParenggean. Massa berdatangan ke kotaSampit dengan menggunakan truk,melakukan konvoi di pusat kota atauberkumpul di pos-pos penjagaansepanjang jalan menuju kota. Saatkedatangan massa dari luar kota inilah arus

KONFLIK SAMPIT :Kegagalan Penyelenggara Pemerintahan

dok. Hantantiring

Peran aparat keamanan terlihat tidak maksimal dan serius dalam upaya-upaya mengantisipasi maupun menuntaskan kasus-kasus pertikaian antar

kelompok masyarakat yang telah terjadi di Sampit dan sekitarnya

Page 5: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

5berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Berita Utama

ang pengungsi beserta 7 buah mobil.Dalam selebaran itu tertulis lengkap No.Pol. kendaraan yang hilang diiringi denganhimbauan kepada masyarakat untukmelapor.

INTERNALISASI KONFLIK APARATUSKE DALAM SENTIMEN BARU KONFLIK

Seiring meredanya konflik munculinternalisasi konflik aparatus ke dalamsentimen baru konflik, yaitu antara aparatusnegara dan masyarakat. Hal itu terlihat dariberedarnya selebaran yangmengatasnamakan masyarakatKotawaringain Timur dan Palangkarayayang berisi catatan kebencian terhadapaparat kepolisian dari Brimob Kelapa Dua,Jakarta.

Pada 8 dan 9 Maret 2001, terjadipenyerangan aparat keamanan terhadapmassa yang melakukan unjuk rasa di kotaPalangkaraya bersamaan dengankunjungan Presiden Abdurrahman Wahid.Tindakan penembakan aparat keamananterhadap masyarakat menyebabkan 4 or-ang meninggal dunia dan 6 orang luka-luka.kejadian ini semakin menumbuhkansentimen terhadap adalam bentukprovokasi yang disertai dengan ancamanterhadap kelompok-kelompok masyarakattertentuparat.

POLITIK SENTIMEN PENGUNGSIDampak konflik lainnya adalah

masalah pengungsi. Mereka yang

pengungsian menuju Palangkaraya dandaerah sekitarnya atau keluar dari Sampitmelalui Kuala Pembuang menuju Jawameningkat. Rangkaian penyerangan iniberlangsung dalam waktu sepuluh hari,tanpa adanya tindakan apa pun dari aparat.

Di kota Sampit terdapat pusatkomando yang memanfaatkan bangunan-bangunan besar (Hotel) untuk mengaturdan mengkoordinir arus pergerakan massadalam melakukan aksi-aksinya. PusatKomando tersebut menjadi tempatpertemuan tokoh-tokoh kelompokmasyarakat tersebut dan menjadi pusatlogistik. Pusat komando ini kemudiandiserang oleh aparat kepolisian, danbeberapa orang yang berada di dalamnyaditahan dan tidak jelas tindak lanjut aparatdari penahanan ini.

Dalam waktu singkat massa juga telahmenggunakan simbol dan tanda-tandakhusus yang seragam sebagai tandakelompok atau tanda daerah kekuasaankelompok, berupa kain dengan warnatertentu atau rumah-rumah yang dipasangsimbol khusus. Massa dengan tanda-tandakhusus ini bebas berkeliaran.

Aparat keamanan menemukan bahanpeledak saat konflik berlangsung di rumah-rumah kosong yang ditinggalkanpenghuninya .

MASUKNYA KONFLIK TERBUKAAPARATUS NEGARA

Setelah kerusuhan berlangsungsekitar + 10 hari, situasi mulai mereda.Namun dalam situasi ini, Kontras mencatatada beberapa hal yang justru kontraproduktif dengan situasi colling downyang terbentuk, yaitu adanya konflikterbuka aparatus negara.

Tanggal 27 Februari 2001, terjadikontak senjata antara pasukan Brimob danTNI AD di pelabuhan Sampit yang menjadilokasi pemberangkatan pengungsi. Hal inimenimbulkan keresahan baru dimasyarakat, khususnya para pengungsi.Insiden ini juga menyebabkan korbantewas dan luka-luka. kondisi Ini diperburukdengan pernyataan Danrem 102/PanjuPanjung tentang hilangnya 6 pucuk senjataotomatis dan 80 stel pakaian loreng saatterjadi bentrokan antara Brimob dan TNI dipelabuhan Sampit, diser tai isu danselebaran bahwa pakaian loreng tersebuthilang bersama kaburnya sekitar 200-an or-

Pengungsi Sampit : hidup harus terus dijalani

Kontras/IP

ketakutan dan kehilangan rasa aman harusmeninggalkan rumah dan tinggal ditempatyang tak layak. sebagian pengungsitingga1 di Polres serta rumah jabatan bupatiSampit. Persediaan logistik yang tidakmemadai menimbulkan dampak traumapsikologis tersendiri bagi korban.

Sementara itu banyak aparat TNI dankepolisian justru melakukan bisnis ilegal,Memaksa pengungsi menjua1 kendaraanmiliknya dengan harga murah, ataumenekan pengungsi untuk memilih antarapemberangkatan orang atau barang adalahcontoh tindakan tersebut. Terjadinyapemihakan atas keberangkatan pengungsiyang mampu membayar lebih banyak jugamenjadi problem tersendiri.

Politik sentimen pengungsi ini munculditengah perdebatan-perdebatan tingkatlokal dan nasiona1 dalam upaya mengatasimasalah pengungsi. Upaya-upaya relokasidan rehabilitasi harta serta tempat tingga1menjadi ajang adu kekuatan dan kekuasaanbagi kelompok masyarakat yang bertikaisehingga menimbulkan beban bagi konflikdan korban sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, makakerusuhan Sampit membuktikan bahwanegara telah gagal menjalankan fungsinyauntuk menjamin hak hidup dan hak atasrasa aman rakyat. Peran aparat keamananterlihat tidak maksimal dan serius dalamupaya-upaya mengantisipasi maupunmenuntaskan kasus-kasus pertikaian antarkelompok masyarakat yang telah terjadi diSampit dan sekitarnya.(BK/MMA/Ndrie)

Page 6: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

6 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Berita Utama

Gugatan perbuatan melawan hukumatas peristiwa pelanggaran HAM yangterjadi di Sampit bulan Februari 2001ditujukan terhadap penyelenggarapemerintahan RI yang terdiri dari PresidenRI, Kepolisian RI, Kepolisian DaerahKalimantan Tengah, Kepolisian ResortKotawaringin Timur, Gubernur/KepalaDaerah Tingkat IKalimantan Tengah,dan Bupati/KepalaDaerah Tingkat IIKotawaringin Timur.Gugatan tersebutdidaftarkan diPengadilan NegeriJakarta Pusat padatanggal 28 Mei 2001.

Gugatan diajukansebagai salah satubentuk advokasi litigasiyang dilakukan Kontrasmelihat fakta-fakta yangm e n u n j u k k a nkegagalan parap e n y e l e n g g a r apemerintahan dalammenjamin danmenciptakan rasaaman di masyarakatserta adanya pembiaran terjadinya konflikdi masyarakat.

Hak Gugat OrganisasiGugatan seperti ini sudah pernah

dilakukan, misalnya dalam bidanglingkungan. Pernah diajukan pula gugatandalam kasus penyalahgunaan AnggaranPembangunan dan Belanja Daerah baru-baru ini. Dalam bidang HAM, advokasiseperti ini pernah diajukan oleh beberapaLSM yaitu pada kasus kerusuhan Meitahun 1998.

Hak gugat Organisasi/legal standing(gugatan NGO/LSM) adalah gugatandimana penggugat tidak tampil dipengadilan sebagai penderita (aggrievedparty), dan juga bukan sebagai kuasa parapenderita. Akan tetapi sebagai organisasimewakili kepentingan publik yaitukepentingan mengupayakan penegakan,

perlindungan dan pembelaan HAM.Pengakuan standing selama ini sudahdiakui keberadaannya seperti dalam pasal37 ayat (1) UU no. 23 tahun 1997 tentangpengelolaan lingkungan hidup dan pasal46 UU no. 8 tahun 1999 tentangperlindungan konsumen. Perlu diketahuibahwa pengakuan standing diakui hanyaterbatas sebagai “tiket masuk” ke dalamarena pertarungan, yang efektifitasnyajuga ditentukan oleh jaminan kebebasan/kemandirian pengadilan, pro-aktifismehakim dan prinsip pembuktian dan

pertanggungjawaban yang lebihmemberikan keadilan bagi masyarakat.

Kedudukan dan kepentingan hukumpenggugat

Para penggugat adalah LSM yangtumbuh dan berkembang secara swadayaatas kehendak dan keinginan sendiri,

bergerak serta intensdalam melaksanakankegiatan-kegiatanp e n e g a k a n ,perlindungan danpembelaan HAM,mengikutsertakananggota masyarakatd a l a mmemper juan gkanpenghargaan danpenghormatan nilai-nilai HAM. Haltersebut tercantumdalam pasal 44 UUno. 39 tahun 1999tentang HAM yangmenyatakan bahwasetiap orang baiks e n d i r i - s e n d i r imaupun bersama-sama berhak untuk

mengajukan pendapat, permohonan,pengaduan dan atau usulan kepadapemerintah dalam rangka pelaksanaanpemerintahan yang bersih, efektif, baikdengan lisan maupun tulisan sesuaidengan ketentuan perundang-undangan.Pasal 7 pada UU yang sama danpenjelasannya lebih lanjut menyatakanbahwa setiap orang berhak menggunakanupaya hukum nasional maupuninternasional seperti misalnya pengadilan.

Mekanisme “legal standing” inilahyang merupakan perwujudan dari pasal 44

WARGA NEGARA MENGGUGATSebagai salah satu tindak lanjut dari investigasi yang dilakukan Kontras di Sampit,maka Kontras bersama beberapa LSM yang tergabung dalam Tim Advokasi untuk

Kasus Sampit yaitu YLBHI, PBHI, ELSAM dan APHI mengajukan gugatan perbuatanmelawan hukum atas peristiwa pelanggaran HAM

yang terjadi di Sampit bulan Februari 2001.

Kontras/IP

Page 7: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

7berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Berita Utama

tersebut di atas dan diatur lebih lanjut padapasal 100 UU no. 39 tahun 1999 yangmenyatakan bahwa setiap orang, kelompok,organisasi politik, organisasi masyarakat,Lembaga swadaya masyarakat ataulembaga kemasyarakatan lainnya berhakberpartisipasi dalam perlindungan,penegakan dan pemajuan HAM.

Fakta-faktaSebelum terjadinya kerusuhan di

Sampit tanggal 18 Februari 2001, telahterjadi kerusuhan Kereng Pangi padaDesember 2000. Kerusuhan itumenyebabkan terjadinya arus pengungsianyang besar dan kerugian harta benda,sehingga pada sekitar bulan Januari 2001sebuah yang mempunyai cabang di KerengPangi, Yayasan Al-Miftah telahmengingatkan kepada para penyelenggarapemerintah RI tersebut di atas untuk segeramengambil langkah-langkah yangsignifikan untuk mencegah terjadinyakonflik yang lebih besar lagi.

Kerusuhan yang lebih besar terjadilagi pada tanggal 18 Februari 2001 yangmenewaskan 391 orang meninggal duniadan pengungsi yang berjumlah + 55.323orang. Pecahnya kerusuhan disertaiperusakan, pembakaran, penganiayaan danpembunuhan antar penduduk satu samalain dalam jumlah besar (massal). Aruspengungsian yang awalnya dilakukanuntuk menghindari wilayah pertikaian,selanjutnya dilegalkan Pemda setempatdengan mengevakuasi terhadap warga

pendatang dari Sampit. Ini dinyatakanWahyudi, Bupati Kotim kepada JPNN.

Para penyelenggara pemerintahantidak melakukan tindakan preventifmencegah meluasnya kerusuhan. Sebelumdan saat terjadinya kerusuhan, tidak adaupaya-upaya untuk mencegah dan ataumemberikan keamanan, melakukantindakan dan perlindungan hukum.

Sifat perbuatan melawan hukumPenyelenggara pemerintahan

tersebut telah melanggar beberapaperaturan perundang-undangan baiknasional maupun internasional, sepertiUniversal Declaration of Human Rights,Konvensi Hak-hak Sipil dan Politik, UUNo. 39 Tahun 1999 tentang HAM, UUNo.5, Tahun 1998 tentang pengesahanKonvensi Menentang Penyiksaan danPerlakuan yang Kejam, Tidak Manusiawiatau Merendahkan Martabat Manusia,TAP MPR no. VII/MPR/2000 tentangperan TNI dan peran kepolisian RI, UUno. 28 tahun 1997 tentang kepolisiannegara RI, UU no. 8 tahun 1981 tentanghukum acara pidana, pasal 1365 dan 1366KUH Perdata

Atas akibat hukum yang ditimbulkan,maka para tergugat harus mengajukanpermohonan maaf secara terbuka kepadarakyat Indonesia, memberikan biayapemulihan kesehatan, santunan korbanyang meninggal dunia serta biayapemulangan pengungsi. (BK/SPRYT)

sejarah membuktikan bahwa negara yang akhirnya melayanirakyatnya dengan baik, adalah negara yang awalnya sering

mendapat gugatan dari rakyatnya.....................

Rakyat menggugat

berbagai konflik terjadi,begitu banyak korbanberjatuhantak ada yang merasabertanggungjawabdan mereka,anak-anak itu....hanya bisa memandang dengantatapan kosongtidak mengerti dengan apayang terjaditidak tahu harus berbuat apatidak tahu mau jadi apamereka nanti

Page 8: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

8 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

iB c a r a

ejak empat tahun terakhir, kita banyak melihatberbagai peristiwa kerusuhan dan konflik dinegara ini. Mulai dari kerusuhan kecil yang

KERUSUHANDAN KONFLIKPotret Indonesia....

Munarman, S.H.Koordinator KontraS S bertanggung jawab atas konflik horizontal yang

banyak terjadi sekarang ini. Dari segi bahasa OrdeBaru menggunakan istilah kerusuhan untuk konflik-konflik yang terjadi semasa Rezim berkuasa.

Ada dua hal yang harus mendapat perhatiandari kita semua, bahwa antara kerusuhan dankonflik terdapat perbedaan yang tajam. Kerusuhanbukan berarti konflik atau penyebab konflik, tetapikonflik dapat merupakan salah satu faktorpenyebab kerusuhan dan konflik tidak berarti harusselalu diikuti dengan kerusuhan. Dalam konteks In-donesia kerusuhan telah digunakan oleh para elitpolitik sebagai salah satu cara untuk mencapaitujuan-tujuan politik mereka, hal inilah yang haruskita sadari sebagai satu bentuk dari kesadaran kita,agar tidak mudah termakan oleh jargon dan sentimenpolitik yang dilakukan oleh elit politik terutama sisa-sisa Orde Baru yang masih bercokol di kekuasaan.Dalam kenyataannya sekarang ini, isu-isu yangbersifat vertikal-struktural telah berhasildimanipulasi dan dieksploitasi oleh elit pemimpinyang opotunistik (sisa-sisa Orde Baru dipemerintahan, institusi milter, parlemen danyudikatif) menjadi konflik horizontal dalam eskalasiyang tinggi.

Kalau kita perhatikan dengan cermat maka ciri-ciri pokok dari kerusuhan adalah bersifat spontandan sporadis, temporer atau tidak memakan waktulama dan tidak mempunyai tujuan serta tidakterpimpin baik secara ideologis, politis ataupunmanejerial.

Sedangkan konflik mempunyai karakter yanglebih dalam. Sekarang marilah kita lihat akar-akardari konflik yang tengah terjadi saat ini. Dalamsejarahnya jenis-jenis konflik yang pernah adadidunia adalah;

pertama; konflik antar negara dalam bentukperang antar negara, seperti yang pernah kitasaksikan perang besar yang terjadi adalah mulaidari perang dunia I dan perang dunia II hingga keperang teluk. Konflik antar negara yang mengambilbentuk lain adalah perang ideologi seperti yang kitakenal dengan perang dingin, yang terjadi antaratahun 1920-an hingga ke awal 1990-an.

Kedua; konflik dalam negara, yang mengambilbentuk perang saudara, pemberontakan bersenjata,gerakan separatis, dan peperangan domestik

bersifat sporadik seperti Ketapang, Pontianak,Banjarmasin, Banyuwangi, Jember, Situbondo,kasus 27 Juli 96, hingga memuncak pada kerusuhanMei 1998. Tragedi Mei 98 ini merupakan puncakdari kerusuhan-kerusuhan sebelumnya, yangbanyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda,serta menyebabkan terpuruknya citra Indonesia didunia Internasional.

Dalam dimensi lain berbagai bentuk kekerasanjuga terus terjadi di berbagai wilayah Indonesiasetelah Mei 98 tersebut. Sejak kerusuhan Mei 98tersebut karakter konflik di Indonesia bergeser darikonflik yang bersifat vertikal-struktural menjadikonflik yang bersifat horizontal-struktural. Konflik-konflik horizontal-struktural tersebut merebak diberbagai wilayah Indonesia, mulai dari Aceh,Sampit, Pangkalan Bun, Ambon, Maluku Utara,Poso hingga Papua.

Kalau kita perhatikan dengan cermat,perubahan karakter konflik tersebut ternyatamengikuti situasi dan kondisi politik pada tingkatelit. Apa yang terjadi Ketapang, Pontianak,Banjarmasin, Banyuwangi, Situbondo dan Jemberdan berpuncak pada peristiwa 13 –15 Mei 98 adalahkonflik-konflik yang terjadi bertepatan dengan mo-mentum Pemilu 97 hingga menjelang pergantianSoeharto sebagai Presiden. Perkembangan libidopolitik pada level arus bawah yang begitu kuatmelakukan penolakan terhadap rezim Orde Barupada masa itu, telah dibelokkan dan di rekayasamenjadi isu-isu yang bersifat horizontal. Kasus 27Juli 96, penyerbuan kantor PDI di Jl. Diponegoroadalah bukti paling nyata dari pembelokkan isutersebut.

Rezim militeristik Orde Baru dengan lihainyatelah membelokkan berbagai isu ketimpanganstruktural yang disebabkan dan melekat pada rezimmenjadi isu yang bersifat horizontal, seperti etnis,agama dan suku. Sekolah politik yang diberikanrezim Orde Baru kepada rakyat adalah adu dombadan pertikaian antara sesama kelompok masyarakat.Rezim Orde baru-lah (yang hingga saat ini masihtersisa di tubuh pemerintahan dan parlemenmaupun lembaga yudikatif) yang paling

Hinggasaat inikonflik-konflik in-ternalyangterjadi diIndonesiabelumsatu punyangberhasildikelolasecarapositifolehpemerintah.

Page 9: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

9berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

lainnya, seperti yang pernah kita saksikan disemenanjung Balkan, daratan Afrika, Fiji.Konflik jenis inilah yang sekarang initengah merebak di Indonesia.

Hingga saat ini konflik-konflikinternal yang terjadi di Indonesiatersebut belum satu pun yangberhasil dikelola secara positifoleh pemerintah sekarang ini.Pada masa pemerintahan yanglalu di bawahrezim otoriterSoeharto potensimasyarakat untuk mengeloladan meyelesaikan konflik telahdimatikan dan ditutup ruangpolitiknya.

Aparatus negara melaluimesin birokrasi sipil dan militer dibawah rezim yang lalu, selalumelakukan intervensi negatif terhadapsetiap konflik yang ada pada masyarakat,sehingga sekarang ini masyarakat tidak terlatihuntuk mengelola konflik. Konflik dianggap sebagaibarang haram yang harus dilenyapkan. Padahal kalaukita sadari konflik adalah keniscayaan, yang akan tetapada sepanjang peradaban manusia. Bahwa konflik sampaiberdarah-darah dan mengorbankan nyawa dan harta benda, hal itulahyang harus dicegah.

Karakteristik Konflik Yang MengakarKembali pada konflik, mengambil model yang dikemukakan oleh

David Bloomfield dan Ben Reilly, ada dua eleman kuat yang menjadidasar dari konflik, adalah;

Identitas ; mobilisasi orang dalam kelompok-kelompok identitaskomunal yang didasarkan atas ras, agama, kultur, bahasa danseterusnya.

Distribusi ; cara untuk membagi sumber daya ekonomi, sosialdan politik dalam sebuah masyarakat. Hal ini biasanya berhubunganerat dengan mekanisme formal demokrasi yang dibangun dalam suatunegara. Artinya negara menjadi pemeran utama dari elemen ini.

Dari kedua elemen tersebutlah biasanya konflik yang mengakarterjadi. Ketika distribusi yang dianggap tidak adil bertepatan denganperbedaan identitas (dimana satu kelompok kekurangan sumber dayadibanding kelompok lain), maka kita telah menemukan potensi konflik.Dua elemen dasar dari konflik ini disebut dengan problem atau faktor-faktor struktural dari konflik.

Sedangkan model lain dari analisis konflik adalah yangberhubungan dengan, (1) masalah kepentingan: yaitu kebutuhandan cara untuk memenuhi kebutuhan dan yang menyangkut denganpersoalan mental dan psikologi, (2)Perbedaan nilai-nilai yangdiperjuangkan, (3)Perdedaan data dan informasi, komunikasi,perbedaan interpretasi, stereotype, (4) Aktor-aktor yang bermaindalam konflik :yang terdiri dari elit pemimpin, pemimpin formalmaupun informal baik lokal maupun nasional, dan massa. Ke-empatkondisi ini dikategorikan sebagai faktor-faktor yang membakarkonflik, atau disebut dengan faktor pembakar.

Kedua faktor (struktural dan pembakar)tersebut apabila bertemu satu sama lainnya

akan menyebabkan konflik menjadiperang fisik terbuka seperti yang

dialami oleh banyak wilayah di tanahair dan muncul dalam berbagaibentuk baik yang kita kenaldengan konflik horizontal (karenanegara aktor-aktor negara

berhasil membelokkandan memanipulasipotensi konflik),misalnya Ambon,

Sampit, Pontianak maupunkonflik vertikal (karena

kegagalan aktor-aktor negaramembelokkan dan memanipulasi

konflik) seperti misalnya Aceh danPapua.

Apabila kita gambarkan dalambentuk lingkaran keseluruhan faktor-

faktor tersebut apabila digabungkan, makaakan terlihat model untuk melakukan analisis

terhadap konflik. Lingkaran luar dari gambar yangberisikan faktor-faktor pembakar (baik secarakeseluruhan maupun salah satu) dapat bertemu padaseluruh kwadran (I,II,III,dan IV) dari lingkaran dalam yang

berisi faktor-faktor struktural dari konflik. Pertemuan darai berbagaifaktor inilah yang akan mempengaruhi tingkat kedalaman konflik.Pada kondisi riel tentu problemnya akan jauh lebih rumit dankompleks, akan tetapi paling tidak kita dapat mengabstraksi faktor-faktor yang ada dalam konflik..

Skema Analisis Lingkaran KonflikDari gambaran skema kwadaran diatas kita dapat melihat bahwa

implikasi dari faktor distribusi sumber-sumber daya politik danekonomi apabila di silangkan dengan pengelompokan berdasarkanidentitas maka akan melahirkan kondisi-kondisi tertentu dalammasyarakat. Dalam kwadran I, akan tercapai ketahanan sosial ataustabilitas sosial yang sesungguhnya apabila sumber-sumber dayapolitik dan ekonomi didistribusikan secara berkeadilan danpengelompokan berdasarkan identitas dikelola secara positif. Dalamkwadran II, ketika sumber daya politik dan ekonomi distribusinyatidak berkeadilan akan tetapi pengelompokan berdasarkan identitasbersifat positif maka konflik tersebut akan bersifat vertikal-strukturaldan konflik tersebut berkecenderungan melahirkan maknisme-mekanisme demokrasi yang baru.

Pada kwadran III, kita akan melihat karakter konflik yang demikiandalam dan mengakar karena telah melibatkan unsur-unsur emosionalindividual. Mereka yang bertikai langsung menusuk kedalam intisesuatu yang memberi orang kesadaran akan dirinya sendiri,mendefenisikan ikatan seseorang dengan komunitasnya danmendefenisikan sumber kepuasan bagi kebutuhan akan identitas.Konflik yang berkarakter seperti pada kwadran III tersebut, jauhlebih rumit, bertahan sangat awet dan sulit dikelola. Konflik sepertiini melibatkan klaim hak-hak kelompok, baik yang berdasarkan etnis,suku, bangsa maupun agama. ................................... ke halaman 19

Li

ngka

ran Faktor Problem Faktor Strukturtal

Lingkaran Faktor Pembakar

Stabilitassosialtinggi

Berkeadilan

Negatif Positif

Tidak berkeadilan

Stabilitassosial

rendah

Potensi konflikmulai ada

(isu-isu vertikal-struktural)

IV

IIIII

Konflik horizontalmenjadi manifest,

berlarut-larut,rumit,

sulit dikelola

Akt

or-a

ktor

: e

lit Pimpinan

iB c a r a

Page 10: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

10 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Kabar Daerah

Operasi Militer : hanya menambah jumlah janda dan anak yatim

Perpanjangan Jeda Kemanusiaantelah terlewatkan, meninggalkan catatankekerasan, kontak senjata dan segala bentukpelanggaran HAM yang terus berlangsunghingga akhir-akhir ini. Fakta-fakta kekerasanyang dilakukan oleh aparat keamananmenunjukkan bahwa pemerintah Indonesiatelah kehilangan keseriusannya, bahkansepertinya akan kembali memberlakukansegala bentuk kekerasan sebagai solusipersoalan ketidak adilan di Aceh.

Dalam bulan Januari 2000 hingga Februari2001 lalu misalnya, Kontras mencatat dari 1023kasus kekerasan dan pelanggaran HAMyangmenelan korban 1531 jiwa, 764 kasusmelibatkan aparat Kepolisian sebagai pelaku,30 kasus melibatkan Aparat TNI, dan 90 kasusmelibatkan aparat TNI dan Polri sebagai pelakubersama. Besarnya angka pelanggaran HAMini cukup menjelaskan bentuk solusipemerintah Indonesia yang tidak efektifbahkan cenderung menambah catatan

kekerasan di Aceh.Pernyataan Panglima

Kostrad Letjen RyamizardRyacudu bahwa persoalanGAM di Aceh akandiselesaikan secara militer,dengan alasan bahwaKepolisian tidak akansanggup menghadapigerombolan tersebut,membuktikan bahwa Aparatkeamanan tidak berkeinginanmenyelesaikan konflik Acehdengan jalan damai melaluidialog.

Berdasarkan hal-hal diatas Kontras menilai bahwa:

Pertama, ada upaya dangagasan untuk menyeretpersoalan Aceh menjadipersoalan sparatisme semata-mata. Persoalan substansialyang selama ini menghambatproses penyelesaian atas

persoalan kekerasan dan pelanggaran HAMdi Aceh tidak lagi diperhatikan. Pemulihankeamanan tentu saja menjadi penting dalampe nanganan masalah Aceh, akan tetapikepentingan untuk melindungi masyarakatmerupakan kewajiban yang seharusnyadiutamakan dan tidak bisa dihindari.Penanganan masalah Aceh pada masa OperasiMiliter (status DOM) harus menjadipertimbangan dalam mengambil kebijakanlebih dalam soal Aceh.Kedua, gagasan penyelesaian militer sebagaisolusi persoalan Aceh kembali memposisikanmasyarakat Aceh sebagai pelakupemberontakan (makar). Kenyataan bahwamasyarakat Aceh merupakan korban darisegala bentuk kekerasan ekonomi politiknegara menjadi tidak diakui. Lagi-lagi negaraberusaha menutupi kejahatan-kejahatannyapada masa lalu dengan membuat kejahatanbaru.Ketiga, gagasan tersebut jelas merupakanlangkah mundur pemerintah Indonesia,terutama setelah adanya kesepakatan Jedadan upaya-upaya perundingan antara pihak

MILITER KEMBALI KE ACEHmemperpanjang kontrak dosa ?

Panglima KostradLetjen Ryamizard

Ryacudumenyatakan bahwapersoalan GAM di

Aceh akandiselesaikan secara

militer, denganalasan bahwa

Kepolisian tidakakan sanggupmenghadapi

gerombolan tersebut.

Page 11: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

11berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Kabar Daerah

pemerintah Indonesia dengan elemen-elemensipil Aceh (Moratorium). Jeda Kemanusiaanyang merupakan solusi alternatif yangmoderat, nampaknya tidak akan menemuitindak lanjut yang positif.

Oleh karena itu Kontras menyatakan :

1. Menolak secara tegas penyelesaiansecara militer terhadap persoalan diAceh, mengingat pengalaman masa lalu(penerapan Daerah Operasi Militer diAceh) yang telah menelan biayakemanusiaan yang cukup besar.Penyelesaian secara militer tidakmenjamin penyelesaian sepanjangmekanisme penyelesaian yang dibangunpemerintah belum menyentuh substansipersoalan.

2. Meminta kepada militer untuk tidakmemaksakan upaya-upaya penyelesaiansecara militer dengan alasanketidakmampuan fungsi-fungsi polisionildalam menangani persoalan keamanan di

Aceh. Pemerintah dalamhal ini harus tetapkonsisten menempuhpendekatan-pendekatanyang lebih manusiawiberdasarkan prisnsip-prinsip HAM.

3. M e n g h a r a p k a npemerintah untuk mulaiterbuka membahas danmenyelesaikan persoalan-persoalan substansial diAceh. Ketidakterbukaanpemerintah untukmenuntaskan pembahasanpersoalan-persoalan Acehsebenarnya merupakanfaktor utama ketidakjelasan(disorientasi) sikap dantanggungjawab Negaradalam menangani persoalan Aceh.

4. Mengharapkan penyelesaian persoalankekerasan dan pelanggaran HAM masaDOM dan pasca DOM tetap menjadi

Gagasanpenyelesaian

militer sebagaisolusi

persoalanAceh kembalimemposisikan

masyarakatAceh sebagai

pelakupemberontakan

(makar).

adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengansengaja sehinga menimbulkan kesakitan ataupenderitaan yang hebat, baik jasmani maupunrohani, pada seseorang untuk memperolehimformasi atau suatu pengakuan dari padanyaatau orang ketiga, dengan menghukumnya atassuatu perbuatan yang telah dilakukan oleh diaatau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yangdidasarkan pada setiap bentuk diskriminasi,apabila kesakitan atau penderitaan tersebutditimbulkan oleh atau atas hasutan dari, ataudengan persetujuan atau dibiarkan oleh seorangpejabat pemerintah atau orang lain yangbertindak dengan kapasitas resmi. haltersebuttidak termasuk kesakitan atau penderitaan yangtimbul hanya dari, atau melekat pada atauberkaitan dengan sanksi-sanksi hukum.

pointer penting (entry point)untuk dituntaskan. Karenausaha penyelesaian persoalanselama ini hanya terpaku padausaha negara mempertahankanwilayah (integrasi teritorial)tanpa memperhatikan nilaikemanusiaan masyarakat(integrasi sosial) yang telahdirampas, tanpa penuntasansecara hukum yang memenuhikeadilan rakyat. Bila pola initerus dijalankan pemerintah,maka dapat dikatakan bahwanegara telah melindungi parapelaku pelanggaran HAMdengan mengecilkan fungsipenghormata, pemenuhan danjaminan perlindungan terhadap

hak-hak dan kebebasan dasarrakyatnya (Aceh). (BK/MMA)

Konvensi MenentangPenyiksaan danPerlakuan atau

Hukuman Lain yangKejam, tidak

Manusiawi danMerendahkan

Martabat Manusia

Penyiksaan

PASAL 1

Page 12: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

12 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Jauh di sebuah pelosok kota Sampit yang berjarak 130 kilometer, saya dengan keluarga tinggal danmencari nafkah sebagai petani. Tanah yang saya miliki merupakan tanah transmigrasi yang subur.Lokasi tersebut berdekatan dengan perkampungan masyarakat asli suku Kalimatan, di lokasitransmigrasi itu selain suku kami juga ada banyak suku lain yang ditempatkan sebagai transmigrasi.Semejak kecil dan sampai saya berkeluarga, kami hidup penuh persaudaraan dan keakraban yangterjalin dengan baik, baik sesama suku pendatang maupun dengan suku asli orang Kalimatan. Halsederhana saja saya ceritakan, ada tetangga keluarga penduduk asli suku Kalimatan yang suaminyabekerja di sebuah instansi pemerintah dan istrinya bidan pukesmas, sewaktu mereka pergi bekerjaanaknya dititipkan kekeluarga kami. Meski beda suku dan agama kita saling membantu, merekasering mengirimi kami makanan dan sebaliknya sayapun melakukan hal yang sama.

Setelah pecah kerusuhan di Kereng Pangi dan Sampit, tersiar isu kami akan diserang dan diusir olehsuku asli. Namun kami sedikit merasa aman dengan anjuran tokoh masyarakat asli Kalimatan(Demang) di kampung saya dan saudara-saudara suku lainnya yang mengatakan akan memberipengamanan dan bila tidak memungkinkan kami diminta untuk mengungsi sementara ke hutan. Dia(demang) berpesan, kalo terjadi kerusuhan, mengungsi saja sementara ke hutan, cari tempat yangaman, selamatkan dulu keluarga kalian. Karena yang melakukan kerusuhan itu orang-orang di luarkampung kami dari berbagai tempat, termasuk mereka yang ada di pedalaman dengan jumlah ratusandan dia tidak dapat lagi mengendalikan mereka.

Dua hari setelah terjadi kerusuhan di kota Sampit, desa di sebelah kampung kami di serang, Telahterjadi pembakaran dan suara hiruk pikuk yang menakutkan. Kami langsung meninggalkan rumahdengan istri dan anak- anak, tidak satu pun yang sempat saya bawa kecuali pakaian yang melekat dibadan. Di antara rombongan itu juga ada suku asli dan suku lainnya, mereka juga takut. Setelahmelewati perjalanan sekitar 6 kilometer di kaki bukit, di kampung kami telah terjadi pembakaran. Darikejauhan terlihat rumah kami habis terbakar, ada perasaan begitu sedih dan yang bisa kami lakukanhanyalah mengurut dada, rumah yang saya bangun dari hasil keringat bertahun-tahun habisterbakar dalam waktu sekejap. Terbayang dimanakah kami akan tinggal dan membesarkan anak-anaknanti.

Selama 12 hari di hutan kami hanya makan apa adanya, ada pisang makan pisang,.........................................................................................................................dari Badri(35) salah seorang pengungsi

Sekitar tengah malam jam 01.00 Wib, saya mendengar suara teriakan dari dalam komplek pemukiman masyarakat Madura di jalanPerumnas Jaya Wijaya II, menurut perkiraan saya telah terjadi penyerangan ke komplek tersebut. keesokan harinya sayamendapatkan berita bahwa penyerangan itu telah mengakibatkan terbunuhnya 5 orang suku Madura.

Menurut saya, kebencian terhadap masyarakat pendatang adalah akumulasi kebencian yang terjadi selama ini, banyaknya kasus-kasus kekerasan seperti curamor, perkelahian yang berakhir di ujung pisau, penjambretan dan persaingan dalam memperebutkanbidang ekonomi yang tidak sehat. Kejadian di Sampit ini merupakan lanjutan kejadian di Kereng Pangi karena masyarakat tidakpuas dengan penyelesaian kasus itu. Terhadap aparat kepolisian ini pun kepercayaan masyarakat Dayak sudah tidak ada,banyaknya kasus-kasus yang tidak ditangani secara baik. Upaya perdamaian yang dilaksanakan sebulan yang lalu dalam meresponkejadian di Kereng Pangi yang diikrarkan di kota Sampit itupun tidak kekal, buktinya kejadian barusan di Sampit ini.

Dengan kejadian pada saat itu, saya yang masih berada di Sampit bersama keluarga merasa ketakutan, saat itu saya hanya dapatberdoá karena sudah tidak berdaya lagi.

...........................................................dari Titan, warga Sampit.

“Sudah turun-temurun kamidisini, tidak

sekalipun sayapulang ke

Madura karenasaya sudahtidak punyakeluarga lagidisana, hartabenda yang

kamikumpulkansedikit demi

sedikitbertahun-tahunhabis terbakaroleh kebencianyang tidak saya

mengerti”

jeritan dari Sampit

Page 13: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

13berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

ARTIkel

Sebagaimana diamanatkan oleh TAPMPR No VI/MPR/2000 dan TAP No VII/MPR/2000, secara garis besar dapatdikatakan bahwa dalam rangka profesionalisasi soal keamanan danpertahanan maka diadakanpemisahan antara TNI denganPolri, berikut dengan peranmasing-masing.

Kehadiran dua TAP MPRini cukup melegakan karenaselama ini landasan yuridis yangdigunakan hanyalah statementPanglima TNI dan Keppres yangmengarah kepada soal-soalpemisahan tersebut. Di sisi lainpara petinggi MPR masihbersikap ambigu denganmembiarkan TNI/Polri “berlalulalang” sebagai anggota MPRsampai tahun 2009. TNI dan Polriyang duduk dalam satu Fraksi(fraksi TNI/Polr i)menggambarkan bahwapemisahan di atas sekedarmemenuhi tuntutan suara rakyat,tanpa landasan kesadaran ideal.

Sesuai dengan ketentuanTAP III/MPR/2000 tentanghirarki peraturan per-Undang-Undanganuntuk memberi landasan yang semakin jelasdalam tertib negara hukum, maka ketentuan-ketentuan dalam TAP MPR tersebut harusdiperjelas lagi dengan suatu UU.

Saat ini, ada dua RUU yang diajukan,yaitu RUU tentang Pertahanan Negara danRUU tentang Kepolisian. RUU PertahananNegara lebih terfokus pada pengaturanmengenai mempertahankan negara dankedudukan TNI. Sedangkan RUU kepolisian-yang akan banyak dibahas dalam tulisan

RUU KEPOLISIAN :Memfungsikan Polisi sebagai Polisi

ini- terfokus pada pengaturanpenyelenggaraan keamanan dan ketertibannegara, dan kedudukan Polisi.

Di dalam RUU Kepolisian, kesadaranpolisi akan cita-citamasyarakat madani yang adil,makmur dan beradab,masyarakat Indonesia yangberdasarkan Pancasila danUUD 1945 secara tegasdicantumkan di awal halmenimbang, ditambahkesadaran mengenaipemeliharaan keamanan danketertiban masyarakat,penegakan hukum, pengayomdan pelayan bagi masyarakat.RUU juga memasukkanperubahan paradigmaketatanegaraan yangmenuntut adanya pemisahanTNI dengan Polri.

Hal di atas menjadilandasan filosofis bagi pihakkepolisian untuk melakukanperubahan kerja, status danstigma . Tentunya perludisesuaikan dengan aksi-aksidi lapangan agar tidak kembali

mengulang aksi-aksi yang selama inidilakukan oleh kepolisian terutama dengantingginya tingkat kekerasan yang dilakukan,setelah berpisah dari TNI, 1 Juli 2000.

Beberapa isi/pasal yang patutdiperhatikan adalah isi pasal yang berkaitandengan proses demokratisasi, civilisasi danprofesionalisasidan pertanggungjawabanberdasarkan peran dan wewenangKepolisian, seperti:

1. Keamanan dan ketertiban masyarakat

yang harus ditegakkan kembali sebagaisyarat proses pembangunan nasional.Hal ini tentu dibenarkan dan harusdidukung, dalam hal menjaga keamanan danketertiban terhadap peristiwa-peristiwapelanggaran dan kejahatan yang bernuansakriminal, baik yang bersifat tradisionalkonvensional, maupun teknologi canggihseperti white colour crime.Masalah keamanan dan ketertiban masihperlu di sosialisaikan agar tidak terjadipenafsiran secara sepihak dari eksekutor (R)UU ini terhadap pola dan aksi yangdilakukan oleh masyarakat, terutama jikaeksekutor tersebut telah menjadi bagian darikepentingan kelompok atau golongan.

2. Keamanan dan ketertiban juga menjadisyarat untuk mencapai tujuan nasionalyang ditandai -salah satunya- dengantegaknya hukum. Dalam hal ini perlu kiranyadilihat proses reformasi hukum yang masihberjalan dan langkah-langkah kecil untuksegera mengisi kekosongan dan kekurangansubstansi hukum di masa transisi ini.Apalagi banyak “pekerjaan” dan “kondisi”akibat dari kejahatan-kejahatan di masa lalu.Maka kepolisian dituntut untuk segeramengambil tindakan sesuai denganfungsinya dalam negara hukum.Jadi Polisi selain memikirkan polapenegakkan hukum (integrated criminaljustice system) juga perlu banyak memberimasukkan dan melakukan diskusi denganpihak pembuat UU. walaupun padaprinsipnya, polisi juga perlu tetapakomodatif terhadap usulan masyarakat,sebab untuk merekalah polisi ada.

3. Peraturan yang dikeluarkan olehkepolisian RI dinyatakan sebagai peraturanyang mengikat seluruh warga masyarakatsetelah susunan organisasi dan tata kerjakepolisian RI diatur berdasarkan Keppres.Hal ini tidak dapat dibenarkan, karena padaprinsipnya semua hal-hal dan bentukperaturan --perundang-undangan-- yangmenyangkut dan akan diberlakukan padamasyarakat harus melalui saluran dewanPerwakilan Rakyat sebagai bentukdemokratisasi dan anti otoritarianisme yang

Setelah berpisah dari TNI pada 01 Juli 2000,banyak harapan terhadap lembaga kepolisian untukmewujudkan polisi yang memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,pengayom dan pelayan bagi masyarakat. Akankah

harapan ini terwujud dengan hadirnya UU Kepolisian?

Beberapaisi/pasal

yang patutdiperhatikanadalah yang

berkaitandenganproses

demokratisasi,civilisasi danprofesionalisasi

Page 14: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

14 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

ARTIkel

menjalankan segala sesuatunya secarasepihak karena merasa paling tahu dan pal-ing benar.4. Adanya pemisahan kedudukan antarakepentingan bangsa dan negara, dengankepentingan masyarakat. Secarakontekstual pemisahan dilakukan gunatercapainya tujuan nasional (keamanan,ketertiban, tegaknya hukum dan terbinanyaketentraman). Artinya mungkin saja nantikepentingan masyarakat dilihat sebagaiancaman terhadap kepentingan bangsa dannegara, tetapi kepentingan bangsa dannegara tidak dilihat sebagai ancamanterhadap kepentingan masyarakat.Penyudutan terhadap masyarakat masihberlanjut dengan pencantuman ‘penyakitmasyarakat’ yang tidak jelas arti definisinya.Dalam Ketatanegaraan, secarateoritik syarat mutlak suatunegara adalah adanyamasyarakat. Di negara yangdemokratis, masyarakat menjadipemegang kekuasaan yanghakiki, menjadi cikal bakal dantujuan distribusi keadilan olehpenguasa, termasuk kepolisian.Hal di atas menunjukkan bahwaaparat kepolisian kita masihberpikiran kedaulatan negarabukan kedaulatan rakyat.(lihatpasal 1:7)

5. Dalam mengembankantugasnya polisi dibantu olehbeberapa elemen, salah satunyaadalah bentuk-bentukpengamanan swakarsa. DalamRUU ini tidak dijelaskan apa dansiapa pengamanan swakarsatersebut. Jika dilihat daripengalaman selama ini, yangdimaksud swakarsa tersebutadalah pengamanan yangdilakukan oleh masyarakat. Di sini jelasKepolisian melepaskan tanggungjawabpengamanannya untuk daerah-daerahtertentu untuk diserahkan kepada pihakmasyarakat sendiri. Sementara anggotamasyarakat yang di beri wewenang tersebut--biasanya-- akan menjadi lebih “polisi” daripolisi. Karena mereka mendapatkanwewenang dan alat untuk “merasa lebih” darianggota masyarakat lainnya, yang bukananggota swakarsa.

Bisa-bisa malah justru akan membentukkonflik baru antar anggota masyarakat (antarayang swakarsa dengan yang bukan) karenadi satu pihak merasa punya wewenang danalat sementara pihak lain tidak.

6. Pencantuman HAM dalam RUU belumditindaklanjuti dengan perubahan prilaku dilapangan, pola pendidikan, penghormatandan pemahaman. Penghormatan terhadapHAM sendiri tidak atau belum diatur lebihlanjut manakala polisi melakukan serangkaianpelanggaran HAM. Polisi melalui RUU inisengaja memisahkan antara (penegakkan)hukum dengan masalah HAM.

7. Peran dan fungsi Kepolisian disesuaikanmenurut kepentingan dalam daerah

hukumnya masing-masing.Hal ini terlihat positif manakaladiartikan sebagai tindakan-tindakan persuasif terhadapdaerah-daerah dengan karaktertertentu.

Namun jika melihatrealitas, dimana sistem hirarkikekuasaan masih kuat dalamorganisasi kepolisian -dimanaperintah pimpinanmengalahkan peraturanperundang-undangan- makaserangkaian tindakan yangdilakukan di daerah masihmungkin atas perintah pusatyang notebene kurangmengetahui situasi lapangan didaerah, atau hanya sebatas diatas kertas hasil laporanbawahan.

8. RUU ini meperlihatkanmasih kerasnya kemauanpolisi untuk turut serta secaraaktif dalam rangkaian

intervensi dan hegemoni aspirasi, wacana,ideologi yang yang merupakan hasilkebebasan azasi seseorang. Sepertimelakukan pengawasan terhadap ideologidan aliran kepercayaan.

Jadi ada beberapa substansi yangkrusial yang tidak aspiratif terhadap atmosferdemokratisasi-transisi di Indonesia,diantaranya adalah :a). Masih luasnya wewenang dan klaim atas

tugas dan tindakan pembenaran polisidibalik alasan-alasan menjaga ketertibandan keamanan, dalam rangka penegakkanhukum, terbinanya ketentraman,kepentingan administrasi dan pencapaiantujuan nasional. Wewenang tersebutterlukis dalam :• wewenang membentuk pengamanan

swakarsa• membuat dan mengeluarkan peraturan

yang mengikat warga masyarakat• pelebaran-pelebaran wewenang yang

ada di peraturan per-UU-an lain• membina ketentraman masyarakat

dalam wilayah negara• membimbing masyarakat• membina ketaatan diri warga

masyarakat terhadap hukum danperaturan per-UU-an

• turut serta dalam pembinaan hukumnasional dan pembinaan kesadaranhukum masyarakat

• mengawasi aliran kepercayaan yangdapat menimbulkan perpecahan ataumengancam persatuan dan kesatuan

• mengeluarkan surat izin dan atausurat keterangan yang diperlukandalam rangka pelayanan masyarakat

Celah untuk menyalahgunakanwewenang ini terbuka lebar, karena tidakdisertai dengan keterbukaan dan akseskontrol masyarakat terhadap pola perilakupolisi yang mungkin dilakukan dan ataudilegalisasi oleh RUU ini. Padahalkepolisian RI segala bebanpembiayaannya dibebankan kepadaAnggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.

b) Masih kaburnya definisi-definisi atauprosedur atas serangkaian tema, namadan bentuk-bentuk kegiatan yang adadalam RUU ini. Seperti definisi Tujuannasional, definisi Ketentraman danketertiban, definisi dan prosedur Bentukpenegakkan hukum, definisiBentuk-bentuk gangguan, prosedurPemberhentian kapolri dalam (definisi)keadaan mendesak, definisi Tertib hukum,definisi Penyakit masyarakat, definisi danprosedur Pemeriksaan khusus, definisidan prosedur Melakukan penilaiansendiri dalam melaksanakan tugas danwewenangnya untuk kepentingan umum.

Penghormatanterhadap

HAMsendiri tidakatau belumdiatur lebih

lanjutmanakala

polisimelakukanserangkaianpelanggaran

HAM.

Page 15: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

15berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

ARTIkel

c). RUU mencoba untuk menjadi suatukonstitusi atau UUD karena dari RUUini terlihat masih mengaburkan beberapamasalah yang substantif dan perludijelaskan akan tetapi dialih dandikaburkan kepada UU, PP, Keppres ataukeputusan kapolri, seperti pengembanfungsi polisi, susduk kepolisian RI,susunan organisasi dan tata kerjakepolisian RI, tanggung jawab hirarki,tata cara pengusulan dan pengangkatankapolri, tugas dan wewenang kepolisian,ketentuan mengenai anggota kepolisian,ketentuan mengenai pengambilansumpah, ketentuan mengenai ikatandinas, ketentuan mengenai susunan,sebutan, dan keselarasan jabatan ataupangkat, ketantuan mengenai gaji danhak-hak, ketentuan mengani peraturandisiplin, tunduk terhadap peradilanumum, diberhentikan dan usia pensiun,pembinaan kemampuan profesi, kodeetik profesi, susunan organisasi dan tatakerja komisi kode etik profesi, bentukukuran, pengeluaran, pemakaian, danpenggunaan tanda pengenal, komisikepolisian nasional, pengangkatan danpemberhentian anggota komisikepolisian nasional, bantuan kepolisian

kepada TNI dalam keadan darurat dankepada PBB dalam pemeliharaankeamanan dunia, hubungan kerjasamakepolisian dengan kepolisian negara lain/lembaga lain yang berada di dalammaupun luar negeri dalam bentukpencegahan kejahatan, dll.

Dengan RUU ini ternyata kepolisianbukan saja masih akan tetapi mencoba untukmengembangkan sayap-sayap kekuasaandengan serangkaian perilaku yang bisa dijustifikasi lewat RUU ini. Oleh karena itu maka kami menghimbauuntuk menolak RUU kepolisian ini secarasubstansif. Beberapa alternative yang dapatdiberikan disini :a. RUU kepolisian kelak harus menjadi alat

screening terhadap anggota-anggotakepolisian, didalam menunjangprofesionalitas dan ke-aspiratif-anterhadap masyarakat

b. Ruu ini harus mencantumkan secara jelaswewenang, hak dan kewajiban Kepolisiandan anggotanya baik dalam susunanorganisasi, maupun kerja-kerjanya(pengaman, penyelidikan, penyidikan)

c. Mencantumkan secara jelas (jugamengatur formalitas/prosedur)kedudukan kepolisian di dalam sistem

ketatanegaraan Indonesiad. Harus menjamin (hukum dan keamanan)

keterbukaan yang sedang hidup di dalammasyarakat

e. Tidak melakukan klaim-klaim secara sepihak (mis; penegak hukum, penjaga keamanan) tanpa mengindahkan pendapatmasyarakat sebagai control.

f. Harus mengagendakan faham demiliterisasi, pendidikan keamanan sosial, pendidikan budaya. (bk/HA)

Tidak ada keadaan pengecualian apapun,apakah keadaan perang atau ancamanperang, ketidak-stabilan politik dalamnegeri atau keadaan darurat lainnya,yang dapat digunakan sebagai pembenaranuntuk penyiksaan.

PASAL 2 : 2

(Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atauHukuman Lain yang Kejam, tidak Manusiawi danMerendahkan Martabat Manusia)*

*catatan : Konvensi ini telah diratifikasi oleh Negara Indonesia.

Page 16: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

16 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

Komnas HAM;Posisi, Dilema Pemajuandan penegakan HAM di Indonesia(Diskusi terbuka Posisi Komnas HAM negara versus Rakyat)

Amin Aryoso menyoroti peran DPRuntuk mendorong fungsi KOMNAS HAM.Ketua Komisi II DPR ini menyatakan, di tubuhDPR masih ada persoalan-persoalan“pemerintahan lama”. Dalam membentukperaturan HAM dan berbagai upayapenyelesaian persoalan pelanggaran HAM,sering terjadi kompromi antar berbagaiperwakilan partai politik dengankepentingannya masing-masing. Aminmengharapkan masyarakat berpartisipasimenyampaikan permasalahan nya pada DPRdan Komnas HAM. Ia juga menekankanpentingnya pendidikan dan sosialisasi HAMkepada seluruh masyarakat, seperti yangsudah dilakukan Komnas HAM denganmenerbitkan pendidikan populer dan panduanpelatihan HAM.

Sementara itu Amiruddin (Elsam)membahas kapasitas KOMNAS HAM dalampenegakan dan perlindungan HAM. Amirmenilai, terbentuknya Komnas HAM melaluiKepres No. 50 tahun 1993 bukan merupakananugerah Presiden Soeharto yang diberikanbegitu saja. bukan saja merupakan prestasipara komisionernya, melainkan hasil dariperjuangan para korban dan orang-orangyang menginginkan kehadiran demokrasi danpenegakan hak asasi manusia di Indonesia.

KOMNAS HAM lahir sebagai bentengperlindungan HAM di Indonesia. Ketikakemudian ditegaskan kembali tugas danfungsinya dalam UU No. 39 tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia serta UU No. 26tahun 2000 tentang Pengadilan HAM makakedudukan dan legitimasi Komnas HAMsemakin kuat sebagai lembaga penyelidikpelanggaran HAM di Indonesia.

Elementer yang mendasar dari KomnasHAM adalah perlindungan hak-hak korbanmelalui kapasitas dan kemampuan yangmemadai (baik anggota maupun staf) sertadukungan dana yang cukup. Permintaanuntuk meningkatkan kapasitas Komnas HAMharus dipahami sebagai dukungan politikterhadap lembaga ini, yang berasal darimasyarakat dan lembaga-lembaga negarasebagai lembaga perjuangan HAM. Yangpenting juga menurut Amiruddin adalahdukungan TNI/Polrim, sehingga lembaga inimemiliki kewenangan dan kewibawaan dalammenjalankan tugas-tugasnya secarakonstitusional berdasarkan UU. Mengenaidukungan dana, putra Maluku Utara iniberpendapat bahwa dana Komnas adalahdana yang berasal dari anggaran negara karenalembaga ini untuk rakyat. Negara harusmembiayainya lewat pajak yang dibayarkan

rakyat kepada negara selama ini. sebagaibagian dari jaminan sosial warga negara.

Sejalan dengan pembenahan lembaga,secara resmi Komnas HAMharus bersifat lebihnasional. Berdasarkan sifat institusionalnya,ada persoalan pada perangkat keras darikelembagaan ini. Kedudukan sekretariatKomnas HAM akan berada di bawahSekretariat Negara sehingga anggota KomnasHAM adalah pegawai negeri. Persoalanlainnya dalam kelengkapan kelembagaan,yaitu kemampuan dan jumlah staf Komnas.Dengan jumlah staf 50 orang tentu sangattidak memadai untuk menangani kasus-kasuspelanggaran HAM yang terjadi diantara 200juta jumlah penduduk Indonesia. PekerjaanKomnas HAM yang terkesan tidak jelas dansering tak tertangani, menunjukkanketidakmampuan dalam membangunkredibilitas. Komnas HAM tidak bisamengemukakan suatu pemikiran atau strategiyang lebih baik untuk menyelesaikanpersoalan-persoalan HAM.

Amiruddin juga menyoroti keanggotaanKomnas HAM dari segi jumlah dan komitmenanggota terhadap lembaga dan korban.Jarangnya waktu komunikasi dan pertemuandengan seluruh anggota menyebabkanterbengkalainya penanganan kasus-kasuspelanggaran HAM yang masuk. Selain ituperspektif HAM dan latar belakang anggotamempengaruhi setiap keputusan yangdiambil. Menurutnya, Imparsialitaskeanggotaan harus diperhitungkan agar tidakterjadi masuknya kepentingan-kepentinganpribadi maupun partai politik dalam setiappengambilan keputusan. Jika hal ini terusdibiarkan maka Komnas HAM akan menjadisebuah perkumpulan orang-orang dan tidakmenjadi sebuah institusi yang memiliki wibawauntuk menjalankan hal-hal yang humanitar-ian.

Berkenaan dengan pembaharuankeanggotaan sesuai UU No. 39 tahun 1999,dimana penetapan anggota Komnas HAMdipilih oleh DPR dengan usul dari KomnasHAM dan diresmikan oleh Presiden, makaDPR memiliki peranan yang penting. DPRharus memiliki visi yang jelas dalam masalahHAM dan tidak menjadikannya sebagai politikdagang sapi semata. Komnas HAM dapatmenjadi ajang perebutan partai politik dalammenempatkan personilnya, sehingga tujuanutamanya untuk mendedikasikan pada korbandikesampingkan dengan menggunakanpersoalan-persoalan HAM untuk bargainingpolitik. Untuk itu Amiruddin mengarapkan

Di tengah sorotan dan kritikan keras kepada KOMNASHAM atas kerja-kerjanya sebagai lembaga penyelidik kasus-kasus pelanggaran HAM, KONTRAS mengadakan diskusiterbuka bertema “Posisi Komnas HAM : Negara VersusRakyat”, pada 28 Maret 2001 di Ruang Adam Malik,YLBHI. Diskusi ini bertujuan untuk memperbincangkanformat ideal KOMNAS HAM, sehingga memiliki perangkathukum dan personal yang memadai untuk menghasilkansebuah keputusan yang berpihak pada keadilan. Diskusi inimenghadirkan pembicara Amin Aryoso (Ketua Komisi IIDPR RI), Syamsudin (Komnas HAM), Munarman (Kontras)dan Amiruddin (Elsam).

Page 17: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

17berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

adanya dorongan dari berbagai lapisanmasyarakat agar Komnas HAM menjadilembaga yang memiliki kapasitas dan wibawauntuk menjalankan tugasnya guna memperkuat peranan civil society dimana kebijakanatau rekomendasi yang dibuatnya tidakmendapat halangan dari pihak-pihak lain.Untuk itu DPR memiliki tanggung jawab secarapolitik untuk membangun KOMNAS HAMmenjadi institusi resmi negara yangmenjalankan kewajiban konstitusional yangdibuat oleh DPR.

Menanggapi Amin Aryosodan Amiruddin, AnggotaKomnas HAM Syamsudinmenyatakan bahwa KomnasHAM merupakan lembagamandiri yang memiliki tujuanuntuk mengembangkan kondisiyang kondusif untukpelaksanaan HAM danmeningkatkan serta melindungipenegakan HAM. Sedangkanfungsi dari Komnas HAMadalah melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,pemantauan dan mediasi HakAsasi Manusia.

Menurut PurnawirawanAngkatan Darat ini, keanggotaanKomnas HAM, memiliki duasyarat yang harus dipenuhi.Berdasarkan UU No. 39 tahun1999, anggota Komnas HAMharus memenuhi syarat kualitatifdimana anggota Komnas HAMharuslah tokoh masyarakat yangprofesional dan mempunyai integrasi dandedikasi yang tinggi. Ia juga harus menghayatinegara hukum dan menghormati HAM.Sedangkan syarat kuantitatif yang ditentukanoleh Komnas HAM adalah bahwa anggotaKomnas HAM harus WNI yang memilikipengalaman memajukan dan melindungikelompok yang dilanggar HAM-nya. Ia jugaharus memiliki pengalaman sebagai hakim,jaksa, polisi, pengacara atau profesional dibidang hukum. Selain itu ia harusberpengalaman sebagai anggota eksekutifatau legisislatif atau merupakan tokoh agama,masyarakat maupun LSM. Dalam prosespengajuan usulan kepada DPR, KomnasHAM akan membuat suatu panitia seleksiyang terdiri dari 13 anggota. Panitia itu terdiridari 3 orang dari Komnas HAM, 2 orang dariperguruan tinggi, 2 orang dari kalangan LSM,1 orang dari Komisi Hukum Nasional, 1 orang

dari Komnas Perempuan, 1 orang dari KomnasPerlindungan Anak, 1 orang dari Komisi Om-budsman dan 2 orang dari media massa.Kemudian ditambah lagi persyaratanmengenai keseimbangan gender. Hal inilahyang harus disosialisasikan kepadamasyarakat.

Syamsudin juga menyatakan, konsepHAM adalah konsep universal. Berkenaandengan kasus-kasus pelanggaran HAM yangditangani Komnas HAM, pihak KomnasHAM sudah berusaha semaksimal mungkin

dengan memberikanrekomendasi-rekomendasiseperti yang diamanatkan KepresNo. 50 tahun 1993 maupunpenyelidikan yang diamanatkanoleh UU No. 39 tahun 1999.Komnas HAM mengakui belumdapat memuaskan semua pihak.Hal ini dikarenakan KomnasHAM harus mandiri dan objektifsehingga kedua belah pihakharus tidak diuntungkan, baikTNI/Polri maupun masyarakat.Dari berbagai kasus yangditangani mulai dari Kasus TimorTimur, Tanjung Priok, Aceh,Ambon, Papua hinggaKalimantan dilakukanpenanganan yang berbeda-beda.Misalnya kasus Timor Timur danTanjung Priok dengan membuatKomisi Penyelidik PelanggaranHAM, Aceh melalui jalankompromi dan Kalimantan Baratdengan membuat konsep

perdamaiannya. Hal itu yang akhirnyamembuat Komnas HAM cukup banyakmendapat serangan keras baik berupa hujatansampai pada perusakan gedung tempatdimana mereka bekerja, lalu digugat dalamhal hasil temuan kerja Komnas HAM yangtidak dapat melahirkan keadilan dalam sebuahproses keadilan yan dicari oleh masyarakatyang pada periode lalu mendapat perlakuankesewenang-wenangan dari negara.

Syamsudin menilai, ada beberapaperaturan perundang-undangan mengenaiHAM yang harus diperbaiki, yaknipemberlakuan asas retroaktif (berlaku surut)bagi penyelesaian pelanggaran HAM di masalalu. Dalam pasal 28 I Amandemen Kedua UUD1945 azas retroaktif tidak berlaku. Namundalam UU No. 39 tahun 1999 maupun UU No.26 tahun 2000 diberlakukan azas tersebut,karena hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan

berbagai penafsiran dalam pemberlakuannyasehingga akan menghambat prosespenegakan hukum dan HAM di Indonesia.Banyak hal yang harus terus diresponKomnas HAM dalam upaya penegakan HAM.Pertama, menempatkan azas demokrasi dalammemberlakukan azas retroaktif sehinggaupaya penyelesaian pelanggaran HAM masalalu dapat dilakukan. Kedua, Komnas HAMharus membuat usulan kepada DPR yangmemberi kewenangan kepada Komnas HAMuntuk menggugat jika rekomendasinya tidakdiperhatikan. Ketiga mengenai makna danpengertian dari pelanggaran HAM berat dalamUU No. 26 tahun 2000, yakni genosida dankejahatan kemanusiaan. Yang tidak sesuaidengan Statuta Roma. Hal ini karenaberdasarkan Statuta Roma 2, jenis pelanggaranHAM berat lainnya adalah kejahatan perangdan agresi yang dalam konteks Indonesia kitajumpai pada kasus Aceh.

Sementara itu, Koordinator KontraSMunarman, SH menyatakan, berdasarkaninformasi yang didapatnya, KOMNAS HAMsejak bulan Maret akan melakukan perubahan-perubahan komposisi keanggotaan gunamemenuhi persyaratan berdasarkan UU No.39tahun 1999 yang mengamanatkan bahwaanggota Komnas HAM dipilih oleh DPR.Komnas HAM sudah mulai melakukan seleksikriteria calon-calon anggota yang akandiajukan ke DPR bulan September 2001.Anggota Komnas HAM hasil pemilihan danpenetapan, mendapat pengesahan daripresiden dan akan bertugas selama lima tahun.

Munarman juga menilai, kritik bertubi-tubi terhadap Komnas HAM saat inidikarenakan ketidakjelasan posisi KomnasHAM dalam satu struktur atau sistem yangada di Indonesia sekarang. Ketika terjadisuatu pelanggaran HAM dimana sistempolitiknya tidak demokratis, Komnas HAMharus berani mengkoreksi negara, dalam halini pemerintah maupun struktur politik yanglain. Kalangan LSM menempatkan ataumemposisikan Komnas HAM sebagaiinstitusi atau lembaga yang mewakili korbandalam berhadapan dengan negara, dalamberhadapan dengan pemerintah. Namunposisi ini seringkali tidak dijalankan olehKomnas HAM sehingga ia banyakmendapatkan kritikan tajam.

Melihat posisi Komnas HAM ke depan,Munarman menekankan secara institusionaldalam UU No.39 tahun 1999, posisi Komnas

Ketika terjadisuatu

pelanggaranHAM dimana

sistem politiknyatidak

demokratis,Komnas HAMharus beranimengkoreksinegara, dalam

hal inipemerintah

maupun strukturpolitik yang lain.

bersambung ke hal. 19

Page 18: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

18 berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

stilah Ishlah kembali mencuat akhir-akhir ini. namun yang menjadipertanyaan adalah Mengapa istilah

ISHLAH

proses hukum dapat terhenti dengan adanyaIshlah ? apakah cocok ishlah di gunakan dalampenyelesaian kedua kasus tersebut dan apasebenarnya Ishlah itu ?

Perintah untuk meng-ishlah(mendamaikan) turun berkenaan denganadanya dua orang dari kaum anshor yangberselisih, salah satu pihak memaksakankehendaknya karena ia banyak pengikutnya,sementara pihak yang lain mengajak agarmenemui Nabi untuk menyelesaikan perkara

tersebut. pihak pertama tetap menolakserta memukul dengan tangan dansandalnya, namun belum sampaimenggunakan pedangnya. Maka turunlahperintah ini.

Ahmad al-Maraghi dalam tafsirnyamengartikan kalimat Faashlihu (makadamaikanlah) dengan kalimat takaffu(hentikanlah) dari perbuatan aniaya.

Sayid Qutb dalam tafsir fijilalil qur’anmengatakan bahwa perintah tersebutdibebankan kepada kaum muslimin (diluarkelompok yang bertikai tentunya). Hal inidimaksudkan agar kelompok tersebutmenyeru untuk menyelesaikan pertikaiandengan jalan damai, kembali pada hukumKitabullah sehingga tercapai keridhoankedua belah pihak dengan adil.

Qurtuby dalam tafsir jami’ al bayanmengutip perkataan Zaid bin Harits yangmengatakan bahwa kewajiban melakukanIshlah dibebankan kepada pemimpin kaummuslimin. Mempertemukan kedua belahpihak dan memutuskan perkara dengankebenaran, seperti yang telah ditetapkandalam Kitabullah. Melalui jalan Qishas, diyahdan pemaafan.

Jadi proses Ishlah adalahmenghentikan pertikaian, mencegah salahsatu atau kedua pihak saling berbuatkedzaliman dan setelah itu perkaranyadiputuskan sesuai yang tertera dalam hukumkitabullah (diadakan peradilan untuk kasus-kasus tersebut). Bila permasalahannyaadalah pembunuhan maka pembunuhnyaharuslah di qishash (diperlakukan seperti iamemperlakukan orang yang terbunuh). Ataubila permasalahannya karena salah satupihak mengambil harta pihak lain maka iaharus mengembalikan sebanyak yang iaambil. Atau dengan pemaafan danpembayaran diyat.

Dalam hukum Islam tidak ada impunityterhadap siapapun yang melakukankejahatan, menterikah, kepala negarakahatau bahkan terhadap Rasulullah sekalipunhukum harus ditegakan. Sejarah mencatatbahwa rasulullah pernah memerintahkan

IIshlah yang dipakai untuk menggambarkankesepakatan antara pihak korban dan pelakupada kasus Priok dan Lampung, padahalkata perdamaian atau Rekonsiliasi yang saatini tengah digagas, juga menggambarkan halyang sama. Ada beberapa alasan,

Pertama: Dalam konteks hukum Indo-nesia saat ini belum ditemukan celah untukmenyelesaikan masalah ini diluar prosesperadilan. Apalagi kejahatan yang merekaperbuat dapat dikategorikan sebagaikejahatan terhadap kemanusian “crimesagaints humanity”. Kewajiban menegakankeadilan bukan saja menjadi tanggungjawab negara bersangkutan tapi juga semuamanusia di muka bumi. Dan sebenarnya bilapelaku pelanggaran HAM tersebut maubersabar maka proses perdamaian/rekonsiliasi tetap bisa dilakukan melaluikomisi kebenaran dan keadilan yang saatini sedang digarap. Tentunya dengankonsekuensi menerima syarat-syarat bagiterjadinya rekonsiliasi dimaksud.

Kedua : Berbeda dengan hukum pidanamodern, hak tuntutan pidana yang dimilikimasyarakat telah dilimpahkan pada negara,sementara dalam hukum pidana Islam hakmengajukan tuntutan pidana dalam kasusjarimah qishash dan diyat (pembunuhansengaja, semi sengaja, karena kehilapan,penganiayaan sengaja, tidak sengaja,penghilangan anggota tubuh danpenyiksaan) tidak terletak pada intitusinegara. Melainkan hak dari korban atau walikorban, oleh karena itu jika korban/walikorban memberi maaf al-afwa maka batal-lah qishash. Dan pelaku dikenakan diyat(harta benda yang wajib dibayarkan olehsebab tindak kejahatan dan dibayarkankepada korban atau wali korban).

Ketiga : Korban pelanggaran HAMPriok dan Lampung adalah orang-orang Is-lam. Sehingga penggunaan “cara islami”untuk “menyetop” proses hukum yangakan berlangsung (dalam kasus lampung)

dan sedang berlangsung (dalam kasus Priok). Halini dianggap bisa diterima oleh pihak korban yangidentik dengan kepatuhan terhadap hukum Islam.Walaupun pada era 80-an mereka dianggap fanatik,ekstrim dan harus dimusnahkan karena menolakhegemoni idiologi negara dalam kehidupan sosialdan politik mereka, sehingga terjadi keduaperistiwa tersebut.

Terlepas dari alasan-alsan diatas, benarkah

Dalam hukumIslam tidak ada

impunity terhadapsiapapun yang

melakukankejahatan,

menterikah,kepala negarakah

atau bahkanterhadap

Rasulullahsekalipun “hukumharus ditegakan”

Page 19: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,

19berita KontraS No.13/Th ke-2/III/2001

qishas terhadap dirinya, yakni ketika adaseorang laki-laki yang tiba-tiba terjatuhkepada rasulullah sehingga ia tertusuk olehpelepah kurma yang berada dalamgenggaman rasulullah sehingga laki-lakitersebut menjerit. Atau khalifah Umar bin

Sedangkan pada kwadran IV, konflikakan bersifat laten dan dibawah permukaan,akan tetapi tetap menghawatirkan karenasewaktu-waktu dapat meledak menjadikonflik terbuka. Kondisi ini juga akansangat tergantung dari sejauh mana parapemimpin memanipulasi kondisi yang ada.

Kondisi yang ada di Indonesiakiranya telah berada pada kwadran III,sehingga problem-problem seperti yangterjadi di Aceh, Kalimantan (sampit dan

sambungan dari hal 9

Khatab yang akan mengqishas setiappenguasa (pejabat pemerintah yang beradadibawahnya) yang terbukti menyiksarakyat.

Lalu bagaimana dengan pelakupelanggaran HAM pada kasus Priok dan

lampung yang menghindari penegakanhukum dan berlindung dalam kata ishlahsetelah melakukan kejahatan berat(membunuh, menyiksa, menghilangkanagouta badan) dan menutupi fakta sekianlama ?. (BK/isl)

pontianak), Ambon dan Maluku utara sertaposo sepertinya sulit untuk diselesaikan.Belum lagi aktor-aktor yang bermain dalamkonflik tersebut melibatkan para elitpemimpin di Republik ini, yang memangsecara sengaja me-maintenence danmemanipulasi material yang tersedia untukkepentingan kekuasaaan. Dan bahkanfaktor elit pemimpin –baik lokal maupunnasional yang bersekutu dengan aparatmiliter- yang menjadi aktor yang bermain

dalam setiap konflik adalah menjadi prob-lem tersendiri.

Kesadaran rakyat untuk tidakgampang dipermainkan oleh elit pemimpininilah yang dapat menjadi faktor untukmengeliminasi konflik-konflik yang tengahterjadi di Indonesia. Sudah saatnya untukmenyatakan dan bersikap Hentikanpertikaian.(mnm).

Posisi Komnas HAM..........

Kerusuhan dan Konflik.........

sambungan dari halaman 13

HAM ke depan justru bukan diposisikanuntuk mewakili kepetingan-kepentingankorban dan kepentingan masyarakat yangberhadapan dengan pemerintah. Tetapijustru dikongsi dengan politik kontrolkeuangan, karena Sekjen Komnas HAM ituharus pegawai negeri. Dengan demikian,maka Komnas HAM akan dijadikan sebagaiunit-unit administrasi dalam biro-biro. Hal

ini tentu akan menyulitkan Komnas HAMmengalokasikan anggaran-anggranoperasional dalam melakukan perlindunganterhadap HAM. Selain itu, hal ini akanberdampak menyulitkan kerja-kerjaKomnas HAM baik secara kelembagaanmaupun personal. Oleh karena itu,kritikanterhadap Komnas adalah hal yang wajardan sah, sebagai bagian dari upayauntuk

terus mendorong Komnas, agar mampumemposisikan diri sebagai wakil dari korbanyang mampu mengkoreksi diri termasukinstrumen-instrumen dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh negarayang dianggap atau berpotensi melanggarHAM. (BK/Ndrie)

Page 20: berita No.13/Th ke-2/III/2001 - KontraS · 2005. 8. 31. · beritaKontraS No.13/Th ke-2/III/2001 3 Puji syukur kami haturkan. 20 Maret 2001, pada tanggal yang sama, tiga tahun lalu,