implementasi peraturan daerah kabupaten...

Download IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · wawancara dan pada tahap akhir dengan menarik kesimpulan. ... (Pedoman

If you can't read please download the document

Upload: vuongnhan

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

    NOMOR 1 TAHUN 2014

    TENTANG

    PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014-2015

    NASKAH PUBLIKASI

    Oleh

    ARI SUSANTO

    1. Pembimbing Utama : Bismar Arianto., S. Sos., M. Si

    2. Pembimbing Kedua : Handrisal., S. Sos., M. Si

    PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

    TANJUNGPINANG

    2017

  • i

    SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi

    Mahasiswa yang disebut dibawah ini :

    Nama : ARI SUSANTO

    Nim : 100565201151

    Jurusan/Prodi : ILMU PEMERINTAHAN

    Alamat : Jl. Nusantara Km.17 Kijang, RT004/001

    No Telfon : 081365563129

    Email : [email protected]

    Judul Naskah : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH

    KABUPATEN BINTAN NOMOR 1 TAHUN

    2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

    PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014-2015

    Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis

    naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan

    Tanjungpinang, 3 Agustus 2017

    Yang menyatakan

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    BISMAR ARIANTO., S.Sos.,M.Si HANDRISAL, S.Sos.,M.Si

    NIDN. 1029058002 NIDN. 1020028802

    mailto:[email protected]

  • ii

    IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

    NOMOR 1 TAHUN 2014

    TENTANG

    PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014-2015

    ARI SUSANTO

    Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Maritim Raja Ali Haji

    ABSTRAK

    Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga

    negaranya, termasuk perlindungan terhadap anak yang merupakan hak asasi

    manusia. Kabupaten Bintan sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan

    Riau yang sedang berkembang juga ditemui kasus-kasus kekerasan terhadap anak,

    dari kekerasan fisik hingga pelecehan seksual yang kini semakin meningkat dan

    menjadi sorotan bersama.

    Sebagai upaya memberikan perlindungan terhadap anak, maka Pemerintah

    Daerah Kabupaten Bintan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

    tentang Perlindungan Anak mengimplementasikan sebuah kebijakan dalam

    Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan

    Anak di Kabupaten Bintan. Khususnya pada pasal 9 pada pasal tersebut

    menjelaskan kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah. Penelitian ini

    menggunakan metode deskriptif kualitatif dan didukung dengan data sekunder dan

    data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan dari pengolahan data dan

    observasi. Teknik analisis data dimulai dari pengumpulan informasi melalui

    wawancara dan pada tahap akhir dengan menarik kesimpulan.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaa Peraturan Daerah

    Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak di Kabupaten

    Bintan Tahun2014-2015 yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Badan

    Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan

    belum terlaksana secara maksimal. Masih banyak kekurangan dari segi

    pelaksanaannya, misalnya dari segi sumber daya manusia dan sumber daya

    finansial yang belum memadai. Dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten

    Bintan sendiri yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil. Sehingga proses

    sosialisasi kepada masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui tentang

    perlindungan terhadap anak.

    Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi, Anak

  • iii

    ABSTRACT

    Unitary Republic of Indonesia ensuring the welfare of each of its citizens,

    including the protection of children is a basic human right. Bintan district as one

    of the regencies in Riau Islands Province burgeoning also encountered cases of

    violence against children from physical abuse to sexual harassment is increasing

    and the spotlight together.

    In an effort to provide protection to children, the District Government Bintan

    based on Law No. 23 of 2002 on Child Protection implemented a policy in the

    Regional Regulation No. 1 Year 2014 on the Implementation of Child Protection in

    Bintan regency. Specifically in article 9 in the aforementioned article explains the

    obligations and responsibilities of local government. This study uses qualitative

    descriptive and supported by secondary data and primary data obtained from

    interviews and data processing and observation. The data analysis technique

    starting from the collection of information through interviews and at the final stage

    to draw conclusions.

    The results showed that deploy Regional Regulation No. 1 Year 2014 on the

    Implementation of Child Protection in Bintan District Tahun2014-2015 which

    happen to be carried out by the Agency for Community Empowerment Women and

    Family Planning Bintan. District have not been implemented to the fullest District

    have not been implemented to the fullest. There are still many shortcomings in terms

    of execution, for example in terms of human resources and financial resources are

    inadequate. Compared with an area of Bintan regency itself is composed of many

    small islands. So the process of socialization to people who beleum was fully aware

    of the protection of children.

    Key Word: Public Policy, implementation, child

  • 1

    1. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Negara Kesatuan Republik

    Indonesia menjamin kesejahteraan

    tiap-tiap warga negaranya, termasuk

    perlindungan terhadap anak yang

    merupakan hak asasi manusia.

    Maraknya pemberitaan mengenai

    kekerasan terhadap anak semakin

    sering kita lihat melalui media cetak

    dan media elektronik. Anak bisa

    menjadi korban ataupun pelaku

    kekerasan dengan lokasi kasus

    kekerasan yaitu di lingkungan

    keluarga, di lingkungan sekolah dan

    di lingkungan masyarakat.

    Komisi Nasional Perlindungan

    Anak (Komnas Anak) mencatat

    dalam kurun waktu lima tahun ini

    Indonesia berada pada posisi darurat

    kekerasan terhadap anak dengan

    21.689.987 data pelanggaran hak

    anak yang tersebar di 33 propinsi dan

    202 kabupaten/kota.

    Berdasarkan hasil monitoring

    Lembaga Perlindungan Anak (LPA)

    menunjukan 58% dari jumlah kasus

    tersebut merupakan tindak kejahatan

    seksual (Pedoman Pencegahan

    Kekerasan Terhadap Perempuan dan

    Anak di Indonesia, 2016:17)

    Kementerian Pemberdayaan

    Perempuan dan Perlindungan Anak

    Republik Indonesia (2014:1)

    mendefinisikan anak sebagai karunia

    dan amanah Tuhan Yang Maha Esa

    yang karena ketidakmatangan

    jasmani dan mentalnya, memerlukan

    perlindungan dan perawatan khusus,

    termasuk perlindungan hukum yang

    layak sebelum dan sesudah kelahiran

    (Deklarasi Hak Anak). Undang-

    Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia dalam pasal 28B ayat (2)

    dijelaskan bahwa Setiap anak berhak

  • 2

    atas kelangsungan hidup, tumbuh,

    dan berkembang serta berhak atas

    perlindungan dari kekerasan dan

    diskriminasi.

    Membedakan antara anak dan orang

    dewasa dapat diketahui dari

    karakteristik utamanya adalah usia.

    Sebagaimana diketahui bahwa usia

    anak adalah mulai dari 0 tahun sampai

    dengan 18 tahun. Karakterisktik usia

    secara jelas mendefinisikan

    perbedaan yang memisahkan antara

    anak dari orang dewasa. Anak adalah

    karunia yang terbesar bagi keluarga,

    agama, bangsa dan negara. Dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara,

    anak adalah penerus cita-cita bagi

    kemajuan suatu bangsa.

    Berdasarkan sudut pandang

    anak sebagai aset, anak merupakan

    salah satu sumber daya manusia, jika

    dipenuhi kebutuhan pangan, sandang,

    papan, pendidikan, kesehatan dan

    kebutuhan sosial ekonomi lainnya.

    Pemenuhan kebutuhan ini akan

    membentuk anak tumbuh menjadi

    manusia berkualitas. Sebaliknya jika

    kebutuhan anak tidak terpenuhi,

    dikhawatirkan akan menurunkan

    kualitas hidup anak atau sebagian

    besar dari mereka akan menimbulkan

    masalah bagi keluarga, masyarakat,

    maupun negara.

    B. Tujuan dan Kegunaan

    Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk

    menjelaskan bagaimana

    Implementasi Peraturan Daerah

    Kabupaten Bintan No. 1 Tahun 2014

    Tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak tahun 2014-2015.

    Fokus penelitian pada pasal 9 dimana

    pada pasal tersebut dijabarkan

    kewajiban dan tanggungjawab

    Pemerintah Daerah.

  • 3

    2. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan yang dihasilkan dari

    penelitian adalah:

    1. Secara teoritis, penelitian

    ini diharapkan menjadi

    bahan studi dan menjadi

    sumbangsih pemikiran

    ilmiah dalam melengkapi

    kajian-kajian yang

    mengarah pada

    pengembangan ilmu

    pemerintahan.

    2. Secara praktis, hasil

    penelitian ini diharapkan

    dapat menjadi bahan

    masukan bagi semua pihak

    terkait khususnya

    pemerintah Kabupaten

    Bintan sebagai dasar untuk

    meningkatkan program

    perlindungan anak

    berdasarkan fenomena yang

    terjadi.

    C. Konsep Teoritis

    1. Kebijakan Publik

    Istilah kebijakan atau policy

    secara umum digunakan untuk

    menunjukan perilaku seorang aktor

    misalnya seperti seorang pejabat,

    suatu kelompok, maupun suatu

    lembaga pemerintah atau sejumlah

    aktor dalam suatu bidang kegiatan

    tertentu (Winarno, 2012:19). David

    Easton (Ndraha, 2003:492)

    mendefinisikan publik policy sebagai

    authoritative allocation of value for

    the whole society, sementara

    Anderson menyatakan bahwa

    Pemegang authority tersebut tidak

    lain adalah pemerintah: Public

    policy is whatever governments

    choose to do or not to do.

    Muklis Hamdi (2014:79)

    menjelaskan bahwa proses kebijakan

    publik dapat dipahami sebagai

    serangkaian tahap atau fase kegiatan

  • 4

    untuk membuat kebijakan publik.

    Umumnya proses pembuatan

    kebijakan dapat dibedakan ke dalam

    lima tahap berikut:

    a. Penentuan agenda

    (agenda setting)

    b. Perumusan

    alternatif

    kebijakan (policy

    formulation)

    c. Penetapan

    kebijakan (policy

    legitimation)

    d. Pelaksanaan atau

    implementasi

    (policy

    implementation)

    e. Penilaian atau evaluasi

    kebijakan (policy

    evaluation)

    Peraturan Daerah Kabupaten

    Bintan Nomor 1 Tahun 2014 tentang

    Penyelenggaraan Perlindungan Anak,

    Pasal 9 menyatakan bahwa

    Pemerintah Daerah bertanggung

    jawab:

    a. Membuat kebijakan-

    kebijakan yang

    memperhatikan kepentingan

    terbaik bagi anak.

    b. Memberikan dukungan

    sarana dan prasarana dalam

    menyelenggarakan

    perlindungan anak.

    c. Menyediakan pusat

    rehabilitasi yang repsentatif.

    d. Menjamin perlindungan,

    pemeliharaan, dan

    kesejahteraan anak dengan

    memperhatikan hak dan

    kewajiban orangtua, wali

    atau orang lain yang secara

    hukum bertanggungjawab

    terhadap anak.

  • 5

    e. Mengawasi

    penyelenggaraan

    perlindungan anak.

    f. Menjamin anak untuk

    mempergunakan haknya

    dalam menyampaikan

    pendapat sesuai dengan usia

    dan tingkat kecerdasan.

    g. Memfasilitasi terwujudnya

    peran serta masyarakat dan

    sektor swasta dalam

    penyelenggaraan

    perlindungan anak.

    2. Implementasi

    Edwards (Winarno, 2012:177)

    menyatakan bahwa implementasi

    kebijakan adalah salah satu tahap

    kebijakan publik, antara

    pembentukan kebijakan dan

    konsekuensi-konsekuensi kebijakan

    bagi masyarakat yang

    dipengaruhinya. Dalam mengkaji

    suatu kebijakan memerlukan empat

    faktor atau variabel krusial yang

    terdiri atas:

    a. Komunikasi;

    b. Sumber-sumber;

    c. Kecenderungan-

    kecenderungan;

    d. Struktur birokrasi.

    Van Meter dan Van Horn

    (Agustino, 2012) beberapa variabel

    yang mempengaruhi kebijakan publik

    adalah sebagai berikut:

    a. Ukuran dan Tujuan

    Kebijakan.

    b. Sumberdaya.

    c. Karakteristik Agen

    Pelaksana.

    d. Sikap/ Kecenderungan

    (Disposition) para

    Pelaksana.

    e. Komunikasi Antar

    Organisasi dan Aktivitas

    Pelaksana.

  • 6

    f. Lingkungan Ekonomi,

    Sosial, dan Politik.

    3. Perlindungan Anak

    Latar belakang dikeluarkannya

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2002 tentang Perlindungan Anak,

    karena negara Indonesia menjamin

    kesejahteraan tiap-tiap warga

    negaranya, termasuk perlindungan

    terhadap anak (Saraswati, 2009:24).

    Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 28B

    ayat (2) menyatakan bahwa Setiap

    anak berhak atas kelangsungan hidup,

    tumbuh kembang serta berhak atas

    perlindungan dari kekerasan dan

    diskriminasi, kemudian Pasal 52

    ayat (1 dan 2) UU No. 39 Tahun 1999

    tentang Hak Asasi Manusia

    menyatakan bahwa Setiap anak

    berhak atas perlindungan oleh orang

    tua, keluarga, masyarakat dan negara

    dan Hak anak adalah hak asasi

    manusia dan untuk kepentingannya

    hak anak itu diakui dan dilindungi

    oleh hukum bahan sejak dalam

    kandungan.

    Pasal 59 menyatakan bahwa

    Pemerintah dan lembaga negara

    lainnya berkewajiban dan

    bertanggungjawab untuk memberikan

    perlindungan khusus kepada anak

    dalam situasi darurat, anak yang

    berhadapan dengan hukum, anak dari

    kelompok minoritas dan terisolasi,

    anak yang tereksploitasi secara

    ekonomi dan/atau seksual, anak yang

    diperdagangkan, anak yang menjadi

    korban penyalahgunaan narkotika,

    alkohol, psikotropika dan zat adiktif

    lainnya (napza), anak korban

    penculikan, penjualan dan

    perdagangan, anak korban kekerasan

    baik fisik atau mental, anak yang

  • 7

    menyandang cacat dan anak korban

    perlakuan salah dan penelantaran.

    D. Kerangka Berfikir

    Fokus utama penelitian ini

    adalah persoalan yang erat kaitannya

    dengan implementasi kebijakan.

    Penelitian dilakukan untuk melihat

    bagaimana pemberlakuan Peraturan

    Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1

    Tahun 2104 tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak dimana pada

    pasal 9 menjabarkan kewajiban dan

    tanggungjawab pemerintah daerah

    sehingga mampu menekan jumlah

    kasus yang terjadi pada anak di

    Kabupaten Bintan.

    E. Konsep Operasional

    Konsep dalam penelitian

    memang penting dan berguna sebagai

    sarana untuk menjembatani antara

    dunia rasional dengan dunia empiris.

    Konsep itu harus dimengerti secara

    umum dan digunakan secara

    konsisten, didefinisikan sacara

    konkret, dan harus merujuk ke suatu

    objek tertentu. Dalam penelitian

    lapangan konsep yang relevan dan

    berkedudukan sentral dalam

    penelitian terlebih dahulu harus

    dibuat operasionalnya (Bagong

    Suyanto dan Sutinah, 2008:50).

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan

    penelitian kualitatif dengan metode

    diskriptif.), Penelitian kualitatif

    (Moleong, 2012:6) adalah penelitian

    yang bermaksud untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami

    oleh subjek penelitian misalnya

    perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

    dan lain-lain secara histolik, dan

    dengan cara diskripsi dalam bentuk

    kata-kata dan bahasa, pada suatu

    konteks yang alamiah. Sedangkan

    metode diskriptif merupakan salah

  • 8

    satu ciri dari karakteristik penelitian

    kualitatif dimana data yang

    dikumpulkan adalah berupa kata-

    kata, gambar, dan bukan angka-

    angka. Data tersebut mungkin berasal

    dari naskah wawancara, catatan

    lapangan, foto, videotape, dokumen

    pribadi, catatan atau memo, dan

    dokumen resmi lainnya (Moleong,

    2012:11). Penulis menggunakan teori

    Van Meter dan Van Horn untuk

    menganalisa data yaitu dengan

    menggunakan teori implementasi.

    2. Lokasi Penelitian

    Berdasarkan judul penelitian

    yaitu Implementasi Peraturan Daerah

    Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun

    2014 tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak Tahun 2014-

    2015, maka penelitian ini

    dilaksanakan di Kabupaten Bintan

    yaitu pada Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Perempuan dan Keluarga

    Berencana (BPMPKB) Kabupaten

    Bintan, dimana melalui Badan

    Pemberdayaan Masyarakat

    Perempuan dan Keluarga Berencana

    (BPMPKB) Kabupaten Bintan inilah

    di peroleh data serta informasi yang

    berkaitan dengan upaya-upaya apa

    saja yang dilakukan oleh pemerintah

    daerah Kabupaten Bintan dalam

    memberikan perlindungan terhadap

    anak di Kabupaten Bintan.

    3. Jenis Data

    Lofland dan Lofland (Moleong,

    2012:157) menyatakan bahwa sumber

    data utama dalam penelitian kualitatif

    adalah kata-kata, dan tindakan,

    selebihnya adalah data tambahan

    seperti dokumen dan lain-lain. Jenis

    data yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah data primer dan data

    sekunder.

    4. Informan

  • 9

    Bungin (2009:76) menjelaskan

    bahwa informan penelitian adalah

    subjek yang memahami informasi

    objek penelitian sebagai pelaku

    maupun orang lain yang memahami

    objek penelitian. Untuk menunjang

    penelitian ini maka ada beberapa

    informan yang akan dimintai

    informasinya terkait kajian yang

    dilakukan agar kesimpulan yang

    nantinya peneliti sampaikan

    merupakan kesimpulan yang objektif.

    Penelitian ini menggunakan teknik

    wawancara dalam mendapatkan

    informasi dan data.

    5. Teknik dan Alat Pengumpulan

    Data

    Teknik dan alat pengumpulan

    data yang digunakan dalam

    penelitian ini diantaranya:

    1. Wawancara

    Mashud (Bagong Suyanto dan

    Sutinah, 2008:69) mengemukakan

    bahwa teknik wawancara merupakan

    salah satu cara pengumpulan data

    dalam suatu penelitian. Karena

    menyangkut data, maka proses

    wawancara merupakan salah satu

    elemen penting dalam proses

    penelitian.

    2. Observasi

    Secara luas, observasi

    atau pengamatan berarti setiap

    kegiatan untuk melakukan

    pengukuran. Akan tetapi,

    observasi atau pengamatan

    yang peneliti lakukan di sini

    diartikan lebih sempit, yaitu

    pengamatan dengan

    menggunakan indera

    penglihatan yang berarti tidak

    mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan.

    Observasi yang peneliti

    gunakan adalah takpartisipan,

    dimana pengamat berada diluar

  • 10

    subjek yang diamati dan tidak

    ikut dalam kegiatan-kegiatan

    yang mereka lakukan sehingga

    akan lebih mudah mengamati

    kemunculan tingkah laku yang

    diharapkan (Soehartono,

    2008:69-70).

    3. Dokumen

    Dokumen sudah lama

    digunakan dalam penelitian

    sebagai data karena dalam

    banyak hal dokumen

    dimanfaatkan untuk menguji,

    menafsirkan, bahkan untuk

    meramalkan. Sugiyono

    (2011:240), menyatakan bahwa

    dokumen merupakan catatan

    peristiwa yang sudah berlalu.

    Dokumen bisa berbentuk

    tulisan, gambar, atau karya-

    karya monumental dari

    seseorang. Dokumen yang

    berbentuk gambar misalnya

    foto, gambar hidup (video),

    sketsa dan lain-lain.

    4. Triangulasi

    Untuk menjaga

    validitasi data dan menguji hasil

    penelitian kualitatif, digunakan

    uji validitasi data, triangulasi

    yang digunakan dalam

    penelitian ini mengacu pada

    pendapat Sugiyono (2011:274)

    yaitu Triangulasi teknik

    pengumpulan data. Triangulasi

    teknik pengumpulan data

    berguna untuk menguji

    kredibilitas dan dilakukan

    dengan cara mengecek data

    kepada sumber yang sama

    dengan tenik yang berbeda.

    Misalnya data diperoleh dengan

    wawancara, lalu dicek dengan

    observasi, dokumentasi, atau

    kuisioner.

    G. Teknik dan Analisis Data

  • 11

    Penelitian ini menggunakan

    teknik analisis data kualitatif dimana

    menurut Bondan dan Biklen

    (Moleong, 2012:248), analisis data

    kualitatif adalah upaya yang

    dilakukan dengan jalan bekerja

    dengan data, mengorganisasikan data,

    memilah-milahnya menjadi satuan

    yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan

    menemukan pola, menemukan apa

    yang penting dan apa yang dipelajari,

    dan memutuskan apa yang dapat

    diceriterakan pada orang lain.

    Janice Mc Drury (Moleong,

    2012:248) tahapan analisis data

    kualitatif adalah sebagai berikut:

    1. Membaca/mempelajari data,

    menandai kata-kata kunci

    dan gagasan yang ada dalam

    data.

    2. Mempelajari kata-kata kunci

    itu, berupaya menemukan

    tema-tema yang berasal dari

    data.

    3. Menuliskan model yang

    ditemukan.

    4. Koding yang telah

    dilakukan.

    2. Pembahasan

    Implementasi Peraturan Daerah

    Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun

    2014 dimana peneliti memfokuskan

    penelitian pada Pasal 9 dan

    sebelumnya juga telah penulis

    jelaskan bahwa penelitian ini

    dilakukan pada Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Perempuan dan Keluarga

    Berencana (BPMPKB) Kabupaten

    Bintan yang terlibat langsung dalam

    pengimplementasian kebijakan

    tentang penyelenggaraan

    perlindungan anak di Kabupaten

    Bintan pada tahun 2014-2015 yang

    pada kenyataannya semakin banyak

  • 12

    kasus di Bintan yang melibatkan anak

    baik yang menjadi korban maupun

    sebagai pelaku.

    Penelitian ini dilakukan dengan

    menganalisa hasil wawancara yang

    telah penulis lakukan terhadap

    narasumber utama yaitu Kepala

    Badan Pemberdayaan Masyarakat

    Perempuan dan Keluarga Berencana

    (BPMPKB) Kabupaten Bintan.

    Wawancara juga dilakukan terhadap

    pihak-pihak terkait dalam hal ini

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) Kabupaten Bintan yang

    mengesahkan kebijakan, pihak

    penegak hukum dalam hal ini

    Kepolisian Resort Bintan Bidang

    Perlindungan Perempuan dan Anak

    serta tokoh masyarakat yang diwakili

    oleh petugas P2TP2A (Pusat

    Pelayanan Terpadu Perlindungan

    Perempuan dan Anak) di Kabupaten

    Bintan.

    Proses implementasi

    kebijakan merupakan proses

    pelaksanaan suatu kebijakan yang

    dalam hal ini Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Perempuan dan Keluarga

    Berencana (BPMPKB) Kabupaten

    Bintan sebagai

    pelaksana/implementor dan sebagai

    pengawas dari Peraturan Daerah

    Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun

    2014 Tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Terhadap Anak Tahun

    2014-2015.

    Terdapat syarat-syarat

    implementasi Perlindungan Anak,

    berikut akan penulis paparkan

    bagaimana persyaratan yang

    mempengaruhi proses implementasi

    kebijakan tersebut. Masing-masing

    bagian ini akan dibahas berdasarkan

    fenomena penelitian yang diamati dan

    hasil wawancara dengan informan

    berdasarkan indikator-indikator

  • 13

    implementasi kebijakan sebagai

    berikut:

    1. Ukuran-ukuran Dasar dan

    Tujuan-tujuan Kebijakan

    Variabel ini didasarkan pada

    kepentingan utama terhadap faktor-

    faktor yang menentukan kinerja

    kebijakan. Dalam hal ini, apakah

    implementasi Peraturan Daerah

    tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Terhadap Anak ini

    sudah berhasil atau tidak.

    Berdasarkan jumlah kasus yang

    terjadi di Kabupaten Bintan yang

    cangkupan daerahnya meliputi

    beberapa pulau yang letaknya cukup

    jauh. Hal ini yang menjadi kendala

    Badan Pemberdayaan Masyarakat

    Perempuan dan Keluarga Berencana

    (BPMPKB) Kabupaten Bintan untuk

    mengetahui berhasil atau tidak

    pelaksanaan kebijakan ini

    dikarenakan masih dalam tahapan

    proses sosialisasi.

    2. Sumber Daya

    Suatu kebijakan tentu sudah

    memiliki tujuan yang telah ditetapkan

    secara jelas, namun bukan hanya hal

    tersebut yang mempengaruhi

    pengimplementasian suatu program.

    Ketersedian sumber daya dalam

    pelaksanaan sebuah program juga

    merupakan salah satu faktor yang

    harus diperhatikan. Dalam hal ini

    sumber daya yang penulis maksud

    adalah sumber daya manusia,

    finansial dan waktu guna menunjang

    jalannya implementasi program

    perlindungan anak di Kabupaten

    Bintan. Berikut ini indikator sumber

    daya yang terdiri dari:

    a. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia (staf)

    merupakan sumber daya yang utama

    dalam implementasi sebuah program.

  • 14

    Keberhasilan atau kegagalan dalam

    implementasi kebijakan bisa

    disebabkan oleh manusia (staf) yang

    tidak memahami bidangnya.

    Penambahan staf yang memiliki

    kemampuan yang sesuai untuk

    menjalankan program. Berdasarkan

    hasil pantauan penulis dilapangan

    bahwasanya jumlah pegawai yang

    berada di Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Perempuan dan Keluarga

    Berencana (BPMPKB) Kabupaten

    Bintan sudah mencukupi dengan

    bukti lampiran struktur organisasi

    Badan Pemberdayaan Masyarakat

    Perempuan dan Keluarga Berencana

    (BPMPKB) Kabupaten Bintan.

    Dengan jumlah pegawai yang ada dan

    ditambah petugas di lapangan atau

    yang ada ditiap Kecamatan

    seharusnya penerapan Perda

    Perlindungan Anak ini sudah

    mencapai tujuan yang diinginkan,

    baik oleh pemerintah daerah maupun

    dari masyarakat.

    b. Sumber daya finansial

    Selain pentingnya

    sumber daya manusia, sumber daya

    finansial juga termasuk pokok utama

    dalam menentukan berhasil atau

    tidaknya sebuah program. Sebuah

    program biasanya memerlukan

    budget yang banyak untuk

    menghasilkan program yang

    berkualitas sesuai dengan tujuan.

    Terkait dengan proses implementasi

    Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

    2014 tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak di Kabupaten

    Bintan oleh Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Perempuan dan Keluarga

    Berencana (BPMPKB) Kabupaten

    Bintan, dari manakah biaya

    operasional dalam setiap kegiatan.

    Sementara itu, untuk melihat kondisi

    lapangan ketika ada kasus terjadi para

  • 15

    agen pelaksana terkadang harus turun

    langsung ke lokasi untuk penanganan

    kasus anak. Hal ini tidak menutup

    kemungkinan harus menggunakan

    biaya oprasional yang besar.

    3. Karakteristik Agen

    Pelaksana

    Mengimplementasikan suatu program

    kebijakan, pusat perhatian pada agen

    pelaksana meliputi organisasi formal

    dan organisasi informal yang akan

    terlibat pengimplementasian

    kebijakan publik. Hal ini sangat

    penting karena kinerja implementasi

    kebijakan (publik) akan sangat

    dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat

    dan cocok dengan para agen

    pelaksananya. Dalam hal penerapan

    Perda tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak, para

    implementor dituntut ketegasannya

    dalam menangani kasus yang terjadi.

    Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan penulis, dalam penanganan

    kasus para agen pelaksana (staf) jika

    ada kasus yang terjadi di luar pulau

    tidak menutup kemungkinan para

    agen langsung turun ke lokasi

    kejadian.

    Berdasarkan penjelasan diatas dan

    melihat kondisi Kabupaten Bintan

    yang terdiri banyak pulau maka

    penulis menyimpulkan bahwa

    karakter para agen pelaksana

    kebijakan ini sudah cukup baik, hal

    tersebut dapat dilihat dari kesiapan

    para agen pelaksana dalam

    menangani kasus-kasus yang terjadi.

    Berdasarkan dokumentasi kegiatan

    agen pelaksana untuk menangani

    kasus sudah membuktikan kesiapan

    para agen dalam melaksanakan tugas

    walaupun lokasi kasus sangat jauh.

  • 16

    1. Sikap/ Kecenderungan

    (Disposition) para

    Pelaksana.

    Faktor yang juga mempengaruhi

    keberhasilan implementasi adalah

    sikap implementor terhadap

    kebijakan. Apabila agen pelaksana

    atau implementor menyetujui dan

    menerima kebijakan maka mereka

    akan melaksanakan dengan senang

    hati, tetapi apabila padangan mereka

    berbeda dengan pembuat kebijakan

    maka proses implementasi akan

    mengalami banyak masalah.

    Sikap para agen yang ada di

    BPMPKB sudah sesuai dengan

    prosedur dan penempatan agen sudah

    pada keahliannya masing-masing,

    hanya saja koordinasi antara

    Legislatif dan Eksekutif belum

    terlaksana dengan baik dikarenakan

    pihak legislatif sendiri hanya

    melakukan pembahasan dan

    pengesahan Perda tetapi tidak ikut

    melakukan kontroling terhadap

    pelaksanaan Perda.

    Berdasarkan data dan

    pengamatan penulis, Perda yang

    dibuat dan disahkan belum dilakukan

    perbaikan , masih terdapat kesalahan

    pengetikan dan masih berupa

    tumpukan dokumen yang belum

    tersusun rapi. Hal ini membuktikan

    sikap kurang pedulinya para

    pelaksana Perda.

    4. Komunikasi

    Antarorganisasi dan

    Aktivitas Pelaksana.

    Komunikasi dan koordinasi

    merupakan mekanisme yang ampuh

    dalam menentukan keberhasilan

    pencapaian tujuan dari implementasi.

    Semakin baik koordinasi dan

    komunikasi antara pihak-pihak yang

    terlibat maka kesalahan-kesalahan

  • 17

    atau kegagalan suatu kebijakan akan

    semakin kecil. Selain itu, kebijakan

    yang dikomunikasikan harus tepat,

    akurat dan konsisten. Komunikasi

    diperlukan agar para pembuat

    kebijakan dan agen pelaksana

    kebijakan akan semakin konsisten

    dalam melaksanakan setiap program

    yang akan diterapkan kepada sasaran

    kebijakan tersebut.

    Peraturan Daerah tentang

    Penyelenggaraan Perlindungan Anak

    yang diterapkan pemerintah pada

    dasarnya bertujuan untuk mengurangi

    jumlah kasus-kasus kekerasan yang

    terjadi terhadap anak. Yang paling

    penting dalam pelaksanaan Perda ini

    adalah bahwa masyarakat sadar akan

    pentingnya kesejahteraan bagi anak-

    anak mereka, namun kenyataan

    dilapangan informasi tentang

    perlindungan anak belum sampai

    merata kepada masyarakat.

    1. Lingkungan Ekonomi,

    Sosial, dan Politik

    Kondisi lingkungan eksternal

    mempunyai pengaruh yang penting

    dalam mendorong keberhasilan

    kebijakan publik yang telah

    diterapkan. Lingkungan eksternal

    dalam hal ini lingkungan Ekonomi,

    Sosial dan politik turut mendorong

    keberhasilan kebijakan publik.

    Lingkungan Sosial, Ekonomi dan

    Politik yang tidak kondusif dapat

    menjadi faktor kegagalan kinerja

    implementasi.

    Dalam hal ini, keterlibatan

    politik haruslah lebih nyata. Karena

    secara tidak langsung keterlibatan

    politik juga menetukan hasil

    pencapaian Perda Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak ini. Namun

    kenyataan dilapangan yang

    memunculkan pandangan bahwa

  • 18

    keterlibatan politik atau ikut sertanya

    politik dalam mencapai tujuan Perda

    masih sangat kurang.

    3. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian hasil

    penelitian dan pembahasan, dapat

    ditarik kesimpulan sehubungan

    dengan permasalahan penelitian yang

    diajukan sebagai berikut:

    1. Dari hasil penelitian penulis

    dilapangan bahwa

    Implementasi Peraturan

    Daerah Kabupaten Bintan

    Nomor 1 Tahun 2014

    Tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak Tahun

    2014-2015 sudah mencapai

    tujuan hanya saja masih

    belum maksimal

    dikarenakan kurangnya

    informasi dan sosialisasi

    kepada masyarakat dan

    banyak kinerja yang harus

    diperbaiki.

    2. Implementasi Peraturan

    Daerah Kabupaten Bintan

    Nomor 1 tahun 2014

    Tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak Tahun

    2014-2015 belum optimal.

    Hal ini terutama dilihat dari

    :

    a. Ukuran dan tujuan

    kebijakan, setelah

    melakukan penelitian

    bahwa, tujuan dari

    pelaksanaan perda

    penyelenggaraan

    perlindungan anak ini

    sudah tercapai namun

    dalam hal

    pencapaiannya belum

    terlalu maksimal karena

    masih dalam tahap

    sosialisasi dan masih

  • 19

    banyak tahapan

    peningkatan yang harus

    dilakukan.

    b. Sumber daya, bahwa

    sumber daya baik

    sumber daya manusia

    maupun sumber daya

    finansial sudah cukup

    baik hanya saja dari

    sumber daya

    manusianya agar lebih

    ditingkatkan lagi

    pemahaman dan

    mensosialisasikan Perda

    harus dengan merata

    agar mencapai tujuan

    dengan sempurna.

    c. Karakteristik agen

    pelaksana sudah cukup

    baik dengan

    kesiapannya dalam

    menangani kasus, hanya

    saja perlu penambahan

    agen pelaksana agar

    kinerja lebih mudah dan

    lebih cepat.

    d. Sikap/kecenderungan

    agen pelaksana, dari

    segi penerapan dan

    sikap para agen

    pelaksana yang

    menerima dan bekerja

    secara efektif sesuai apa

    yang di tugaskan sudah

    cukup baik. Hanya saja

    sikap pemerintah dalam

    hal ini legislatifnya

    kurang peduli dengan

    penerapan praturan

    daerah dan perlu

    ditingkatkan lagi tingkat

    kepedulian dari pihak

    pemerintah.

    e. Komunikasi antar

    organisasi dan aktifitas

    pelaksana, bahwa

  • 20

    perlunya peningkatan

    koordinasi antar

    pemerintah dengan

    pemerintah. Kinerja

    agen pelaksana yang

    selalu berkoordinasi

    dengan lembaga-

    lembaga terkait sudah

    cukup bagus dan harus

    makin ditingkatkan lagi.

    Informasi yang

    diberikan kepada agen

    pelaksana baik dari

    BPMPKB sampai

    kepada petugas di tiap-

    tiap kecamatan haruslah

    lebih merata dan perlu

    melakukan penyuluhan

    rutin.

    f. Lingkungan ekonomi,

    sosial dan politik,

    keterlibatan pihak

    masyarakat dan swasta

    yang turut mendukung

    baik secara moril dan

    materil sudah cukup

    baik. Namun,

    keterlibatan unsur

    politik yang masih

    sangat kurang.

    B. Saran

    Berdasarkan uraian kesimpulan

    diatas, dapat direkomendasikan

    saran-saran dari penulis sebagai

    berikut:

    1. Pentingnya peran

    pemerintah Kabupaten

    Bintan dan lembaga-

    lembaga terkait untuk

    mengoptimalkan

    implementasi Peraturan

    Daerah Kabupaten Bintan

    Nomor 1 Tahun 2014

    tentang Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak

  • 21

    Tahun2014-2015 sesuai

    dengan tujuan, visi, misi,

    dan tepat sasaran dalam

    rangka terwujudnya

    keluarga yang berkualitas,

    sejahtera dan mandiri. Perlu

    juga meningkatkan

    sosialisasi lebih mendalam

    hingga sampai pada para

    orang tua agar tingkat

    pemahaman tentang

    pentingnya perlindungan

    terhadap anak mereka, serta

    meningkatkan

    kesejahteraan terhadap anak

    baik itu kesejahteraan di

    bidang pendidikan,

    kesehatan dan perlindungan

    khusus yang diberikan

    kepada anak pada usia 0-18

    tahun agar anak sebagai

    penerus bangsa dapat

    bermain, belajar dan

    beraktifitas tanpa merasa

    terancam akan tindak

    kejahatan di lingkungannya.

    2. Diharapakan pada

    pemerhati, lemabaga

    swadaya masyarakat,

    organisasi-organisasi,

    penguasa, stakeholder dan

    elemen masyarakat lainnya

    untuk mengambil peran

    yang lebih intens dan lebih

    sering berpatisipasi dalam

    mendukung tercapainya

    penyelenggaraan

    perlindungan terhadap anak

    di Kabupaten Bintan.

    3. Diharapkan kepada

    masyarakat khususnya

    orang tua yang masih

    memiliki anak diusia dini

    agar dapat diberi

    pemahaman dan sosialisasi

    yang lebih mendalam dari

  • 22

    lembaga-lembaga terkait

    dalam hal ini BPMPKB

    sebagai pelaksana dari

    pemberlakuan Peraturan

    Daerah tentang

    Perlindungan Anak,

    diharapkan dari sosialisasi

    yang diberikan membuat

    orang tua akan lebih paham

    tentang pentingnya

    perlindungan terhadap

    anak.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Buku

    A, Black, James, Dean J. Champion,

    2008, Metode & Masalah Penelitian

    Sosial.

    Agustino, Leo, 2012, Dasar-Dasar

    Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

    Anggara, Sahya, 2014, Kebijakan

    Publik, Bandung: CV Pustaka Setia

    Bugin, Burhan. 2009. Penelitian

    Kualitatif: Komunikasi,

    Ekonomi, Kebijakan Publik,

    Dan Ilmu Sosial Lainnya.

    Jakarta: Kencana.

    Dunn, William N. 2003. Pengantar

    Analisis Kebijakan Publik Edisi

    Kedua. Yogyakarta: Gadjah

    Mada University Press

    Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan

    Publik :Proses, Analisis Dan

    Partisipasi. Bogor: Ghalia

    Indonesia

    J. Moleong, Lexy. 2012. Metode

    Penelitian Kualitatif Edisi

    Revisi. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya

    Kementerian Pemberdayaan

    Perempuan dan Perlindungan

    Anak Republik Indonesia.

    2013. Petunjuk Teknis

    Pelaksanaan Kebijakan

    Partisipasi Anak Dalam

    Pembangunan.

    Kementerian Pemberdayaan

    Perempuan dan Perlindungan

    Anak dengan Rifka Anisa.

    2016. Pedoman Pencegahan

    Kekerasan Terhadap

    Perempuan dan Anak di

    Indonesia. Rifka Anisa

    Makmur. 2007. Efektivitas Kebijakan

    Kelembagaan Pengawasan.

    Bandung: PT Refika Aditama.

    Ndaha, Taliziduhu. 2003.

    Kybernologi (Ilmu

    Pemerintahan Baru). Jakarta:

    PT Rineka Cipta.

    Nugroho, Riant. 2012. Public policy.

    Jakarta: PT Gramedia.

    Ridwan. 2010. Metode & Teknik

    Menyusun Proposal Penelitian.

    Bandung: Alfabeta.

    Parsons, Wayne. 2006 Cetakan ke-2.

    Publik Policy: Teori & Praktek

    Analisis Kebijakan. Jakarta:

    Kencana.

    Saraswati, Rika. 2009. Hukum

    Perlindungan Anak di

    Indonesia. Bandung: PT Citra

    Aditya Bakti.

  • 24

    Suyatno, Bagong. 2008. Metode

    Penelitian Sosial: Berbagai

    Alternatif Pendekatan, Jakarta:

    Kencana.

    Sugiyono, 2011. Metode Penelitian

    Kuantitatif Kualitatif dan

    R&D, Bandung: Alfabeta

    Widodo, Joko. 2007. Analisis

    Kebijakan Publik, Konsep dan

    Aplikasi Analisis Proses

    Kebijakan Publlik. Malang:

    Bayu Media Publishing

    Winarno, Budi. 2012. Kebijakan

    Publik (Teori, Proses, dan Studi

    Kasus). Yogyakarta: CAPS

    2. Peraturan Perundang-

    Undangan

    Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945.

    Undang-Undang Nomor 39 Tahun

    1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2002 tentang Perlindungan Anak.

    Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

    2014 Tentang

    Penyelenggaraan

    Perlindungan Anak

    Kabupaten Bintan.

  • 25