penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap...
TRANSCRIPT
ARTIKEL E-JOURNAL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERNEGOSIASI
SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NURHARITA MANDASARI
NIM 110388201080
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
ABSTRAK
Mandasari, Nurharita 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah terhadap Keterampilan Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah
Menengah Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Drs. Abdul
Malik, M.Pd., Pembimbing 2: Drs. Wagiman, M.Pd.
Kata kunci : Model pembelajaran berbasis masalah dan keterampilan bernegosiasi
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan
Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan
Tanjungpinang.”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan
Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan
Tanjungpinang. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan
metode pre-eksperimental dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-postest design, yaitu
rancangan penelitian melalui hasil pretes ( , sebelum diberi perlakuan dan
dibandingkan dengan hasil postes ( setelah diberi perlakuan, yakni dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan
bernegosiasi siswa.
Hasil pengujian hipotesis memperoleh temuan ada perbedaan
keterampilan bernegosiasi antara siswa yang dilatih dengan model pembelajaran
berbasis masalah (setelah perlakuan) dengan siswa yang keterampilan
bernegosiasi tidak diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah
dengan hitung 8,73. Dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh
dalam hitungan ( = 8,73) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nilai t
( = 2,02) maka dapat diketahui bahwa adalah lebih besar daripada ; yaitu:
2,02 < 8,73.
Kesimpulan yang dapat ditarik ialah, berdasarkan hasil uji tersebut di atas,
secara meyakinkan dapat dikatakan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis
Masalah telah menunjukkan pengaruh yang nyata, artinya dapat diandalkan
sebagai teknik yang baik untuk mengajarkan bidang studi bahasa Indonesia pada
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan.
Berdasarkan beberapa temuan tersebut ada beberapa saran untuk para
(siswa, guru, sekolah, dan pihak lain) pada saat proses pembelajaran siswa bisa
memupuk rasa kreativisas dan keaktifan serta memiliki tanggung jawab terhadap
teman sebaya dalam kelompok masing-masing.
ABSTRACT
Mandasari, Nurharita 2015, 2015. Influncy of Implementation Problem Based
Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior
High School Pembangunan Tanjungpinang. Scription. Teacher dan
Education Science Mayor. Maritim Raja Ali Haji University. Advisor 1:
Dr. Abdul Malik, M.Pd., Advisor 2: Drs. Wagiman, M.Pd.
Key words: Problem Based Learning Method and Capibility of Negosiation
This problem in this research is How Influncy of Implementation Problem
Based Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior
High School Pembangunan Tanjungpinang? This research is to know how
Influncy of Implementation Problem Based Learning Method to Capibility of
Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan Tanjungpinang.
This research had used method pre-experiement with quantitative nearby
and used one group pretest-postest design. By hipotesis result got difference of
result studied Indonesia Languange between students had trained with Problem
Based Learning Method by Capibility of Negosiation and student had practice that
method with counted 8,73. Compared the big “t” we had gotten in counting
( = 8,73) and total “t” on the Table Nilai t ( = 2,02) so, count bigger
more than ; is : 2,02 < 8.73.
By result of analysis, Implementation Problem Based Learning Method to
Capibility of Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan
Tanjungpinang had gotten influncy and better to teached Indonesia Language in
Senior High School.
According to description above, it can be suggestion for students, teacher,
and another reacher in studying proses to prepared and condition to much reading
the books and teachers could used Problem Based Learning Method, lets students
could rised consept and understanding, and thinking creativitas.
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas. Dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi
dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Oleh karena itu,
dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multi kompetansi, manusia harus
melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, proses pembelajaran hendaknya bisa mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak manusia sehingga tercipta pendidikan yang
berkualitas.
Berdasarkan pengalaman peneliti di sekolah praktikkan, hasil belajar
peserta didik tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran
yang dominan dengan pembelajaran tradisional, artinya pembelajaran yang
dilakukan hanya guru yang menjadi pusat belajar sehingga siswa menjadi pasif di
kelas. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami
bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak
dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas.
Satu hal lagi, dalam proses belajar di kelas, siswa hanya menghafal
konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah
dalam kehidupan nyata yang berhungan dengan konsep yang dimiliki.
Penumpukan informasi atau konsep pada peserta didik kurang bermanfaat bahkan
tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunkasikan oleh guru
kepada peserta didik melalui satu arah, seperti menuang air ke dalam sebuah gelas
(Rampengan dalam Trianto, 2007:65). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskan masalah di dalam pembelajaran. Hal ini
berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut
siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa
seharusnya menyelesaikan masalah.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat keterampilan
berbahasa yang menjadi sasaran pokok, salah satunya, yaitu keterampilan
berbicara. Pengajaran keterampilan berbicara di sekolah belum mendapatkan hasil
yang maksimal seperti yang diharapkan. Salah satu kajian materi dalam
keterampilan berbicara adalah negosiasi. Para siswa belum sepenuhnya
mempunyai kemampuan komunikatif. Mereka masih takut, malu dan ragu ketika
harus berbicara di depan umum dan menyampaikan gagasan-gagasannya. Padahal
salah satu tujuan dari bernegosiasi adalah untuk menyelesaikan masalah.
Pada dasarnya keterampilan berbicara harus dimiliki oleh semua orang
yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu
arah maupun yang sifatnya timbal balik atau keduanya. Seseorang yang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam pergaulan,
baik di rumah, di kantor maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala
pesan yang disampaikan akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat berjalan
lancar dengan siapa saja.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di tabel pada bab IV, hasil pretes dan
postes akan dibahas seperti yang tertera di bawah ini.
a. Pembahasan Hasil Pretes
1. Angelin
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘kurang’.
2. Anggi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘kurang’.
3. Blansius Ma
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto
(2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
4. Charles
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 10 dengan jumlah nilai 40. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘gagal’.
5. Christina
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
6. Dedi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘cukup’.
7. Dewi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
8. Eryka
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
9. Febri Yanti
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
10. Fendi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5,
kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi
bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria
‘baik sekali’.
11. Fiona
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5,
kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi
bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria
‘baik sekali’.
13. Franky
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’.
14. Helen
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
15. Hendeka
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’.
16. Heriyanto
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 13 dengan jumlah nilai 52. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 52 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘kurang’.
17. Justine
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
18. Kelsen
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘kurang’.
19. Lenny Marlina
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
20. Michelle
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto
(2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
b. Pembahasan Hasil Postes
1. Angelin
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
2. Anggi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 3. Skor total berjumlah 19 dengan jumlah nilai 76. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 76 dengan interval 75-85 tergolong kriteria ‘baik’.
3. Blansius Ma
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
4. Charles
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
5. Christina
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto
(2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
6. Dedi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 56. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘cukup’.
7. Dewi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
8. Eryka
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
9. Febri Yanti
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5,
kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi
bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria
‘sangat baik’.
10. Fendi
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
11. Fiona
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5,
kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi
bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria
‘baik sekali’.
13. Franky
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’.
14. Helen
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
15. Hendeka
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5,
kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi
bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 85-100 tergolong kriteria
‘sangat baik’.
16. Heriyanto
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
17. Justine
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi
bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
18. Kelsen
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria
‘cukup’.
19. Lenny Marlina
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3,
kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 2. Skor total berjumlah 13 dengan jumlah nilai 52. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 52 dengan interval 50-64 tergolong kriteria
‘kurang’.
20. Michelle
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4,
kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi
bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut
Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
3. Simpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan bernegosiasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Pembangunan sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis
masalah tergolong kurang dengan nilai rata-rata 62.
Keterampilan bernegosiasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Pembangunan setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis
masalah tergolong cukup dengan nilai rata-rata 71,6.
Ada pengaruh perlakuan berupa model pembelajaran berbasis masalah
terhadap keterampilan bernegosiasi siswa kelas X SMK Pembangunan yang
diberikan dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam hitungan
( = 8,73) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nilai t ( = 2,02) maka
dapat diketahui bahwa adalah lebih besar daripada ; yaitu: 8,73> 2,02.
Kemahiran membaca pemahaman siswa kelas X Sekolah Menengah
Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang, Tahun pelajaran 2014/2015 belum
maksimal. Oleh karena itu, peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi siswa, khususnya pada saat proses pembelajaran diharapkan serius untuk
memperhatikan materi yang sedang dipelajari dan mempersiapkan diri untuk
menerima materi dari guru. Salah satu cara untuk menyiapkan diri adalah
membaca banyak sumber buku.
2. Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas dan aktivitas siswa. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan, yaitu model pembelajaran
berbasis masalah dimana siswa bisa memupuk rasa kreativitas dan inisiatif
serta memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi pembaca yang ingin melanjutkan penelitian ini, perlu penguasaan kelas
dan kemampuan membina kelompok kecil yang baik untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa dan karena desain yang digunakan peneliti saat ini
masih lemah (one group pretes-posttest), penelitian serupa ini perlu
dilanjutkan dengan menggunakan desian penelitian yang lebih kuat yaitu
dengan menggunakan kelas pembanding dan kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar.Yogyakarta: Diva
Press.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan
Guru: Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Dahlan. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: cv. DIPONEGORO.
Dian, Budi Hartanto, dkk., 2013. Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem
Based Learning di Sekolah Dasar Negeri 20 Kurao Pagang, Fakultas Ilmu
Pendidikan: Universitas Bung Hatta.
Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Iswanti, Sri. 2013. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Graha Pustaka.
Kosasih, Engkos. 2013. Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nur. 2002. Psikologi Pendidikan: Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya:PSMS
Program Pascasarjana Unesa.
Pujiastuti, Leni. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Teknik Tari Bambu pada
Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Yas
Bandung”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan).
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Aglesindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
Sujana, Asep ST. 2004. Retail Negotiator Guidance. Jakarta : PT SUN Printing.
Sutikno, Sobry. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran. Mataram:
Holistica.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.
Wagiran, dkk. 2010. Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based
Leraning dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam
Matadiklat Measuring bagi Peserta Didik SMK (Hibah Bersaing
Perguruan Tinggi), Fakultas Teknik:Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyuni, Sri dan Ibrahim, Syukur. 2012. Asesmen Pembalajaran Bahasa.
Bandung: PT Refika Aditama.