implementasi pendidikan karakter di sdit al...

118
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-MUHAJIRIN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: ANIS NOVI SETIA DEWI 1111018200004 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Upload: dangmien

Post on 20-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT

AL-MUHAJIRIN

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

ANIS NOVI SETIA DEWI

1111018200004

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M/1437 H

i

ABSTRAK

Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementasi Pendidikan

Karakter di SDIT Al-Muhajirin. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana pendidikan

karakter diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin. Metode yang digunakan

adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan

situasi-situasi atau kejadian yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan

objek penelitian.

Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan cukup baik karena aspek

nilai-nilai yang dituju tercapai dan diimplemantasikan oleh siswa baik dalam

kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar. Pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin diimplementasikan melalui kegiatan (1) Integrasi ke dalam mata

pelajaran, (2) kegiatan olah hati yakni kegiatan mengelola aspek spiritual siswa

sesuai dengan Al-Qu’ran dan Sunnah, (3) kegiatan olah pikir diantaranya market

day, wisata ilmiah, pendalaman materi, keputraan dan keputrian, (4) kegiatan

olah raga diantaranya kepramukaan, outbond dan ektrakurikuler, (5) olah karsa

yakni kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlakul karimah dalam pergaulan

terhadap teman guru dan orang tua.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang

berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan

dasar dan menjadi sumber informasi bagi penyedia layanan maupun pengguna

layanan pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan, Karakter

ii

ABSTRACT

Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementation of Character

Education (Case Study: SDIT Al-Muhajirin). Education Management

Studies Program, Faculty of Science and teaching Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta.

This study aims to explain how character education is implemented in

SDIT Al-immigrants. The method used is descriptive analysis with a qualitative

approach to describe situations or events that naturally occur in the environment

and the real object of study.

The results of this study describe that implementation of character

education in SDIT Al-immigrants already performing quite well as aspects of the

target values achieved communicated and implemented by students both inside

and outside learning activities and learning activities. SDIT character education

in Al-Muhajirin implemented through activities (1) Integration into subjects, (2)

activities of the liver if the activities of managing the spiritual aspects of students

according to Al-Qu'ran and Sunnah, (3) if the activities of thought among market

day , scientific tourism, deepening of the material, sonship and keputrian, (4)

sports activities including scouting, outbound and ektrakurikuler, (5) if the

intention that concern for the environment as well as berakhlakul karimah in the

association of the friends of teachers and parents.

This research is expected to provide knowledge, especially with regard to

the implementation of character education at the basic education level and be a

source of information for service providers and users of educational services.

Keyword: Education; Character.

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu

persyaratan kelulusan studi Strata 1 (S1), Jurusan Manajemen Pendidikan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat

serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Dalam Penulisan dan penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan dan motivasi baik moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA selaku dosen pembimbing, terima kasih

yang tak terhingga atas saran, kritik serta masukan serta telah

memberikan pengarahan dan membimbing penulisan dengan penuh

kesabaran, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

4. Dr. Fauzan, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

arahan dan masukan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Dosen dan Staff Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Sutrisno, M.Pd selaku kepala SDIT Al-Muhajirn beserta guru-guru yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi

dalam penyusunan skripsi ini..

7. Kedua orang tua tercinta Bapak Wagino dan Ibu Sulastri yang tiada

henti memberikan motivasi, semangat serta doa dan limpahan kasih

iv

saying yang tak terhingga serta bantuan moril maupun materil hingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Ketiga Adik-adik tersayang (Khoirul Fatah, Aziz Fatul Haq dan Insan

Safitiri) yang selalu memberikan support sehingga terselesaikannya

skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Puspa Tresna Hana Yuga, Madyana Nur Azizah, S.Pd.,

Ari Handiningsih, S.Pd., Dede Syukrillah, S.Pd., Bahrul Alam, S.Pd.,

Sastria Dewantara, S.Pd., Gilang Putra Prasetyo, S.Pd., Widya Ningsih,

S.Pd., Mar’atus Sholiha, S.Pd. yang telah banyak membantu

memberikan motivasi dan dukungan tiada henti berkenaan dengan

skripsi ini. Kehadiran kalian membuat hidup ini jadi berwarna dengan

semangat serta keceriaan.

10. Serta rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2011 yang telah membantu

dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.

11. Siti Mardiyah, Ima Nirwana, Putri Marantika, Suherningsih dan Rian

Arifandi kalian sebagai kakak sekaligus adik yang menambah kecerian

dalam hidup ini. Kehadiran kalian sangat berarti.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian

materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati

menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat

menjadi lebih baik lagi.

Akhirnya kepada Allah SWT. penulis berserah diri, tiada daya dan upaya

melainkan dengan izin dan kekuasaan-Nya dan memohon taufik serta hidayahnya,

serta berdoa semoga skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 24 Oktober 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................ i

ABSTRACT ...................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 7

D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR .................................................. 9

A. Kajian Teori ...................................................................................................... 9

1. Pendidikan Karakter ................................................................................... 9

a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter ....................................... 9

b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter ...................................... 13

c. Ciri-ciri Karakter yang Baik ................................................................. 21

d. Cara Membentuk Akhlak .................................................................... 30

2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar ....................... 35

a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar ............................. 35

b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter ....................................... 37

B. Penelitian yang relevan .................................................................................... 40

C. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 43

B. Metode Penelitian ............................................................................................. 43

C. Sumber Data ..................................................................................................... 43

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 44

vi

E. Teknik Analisa Data ......................................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 50

A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin ........................................................................ 50

1. Profil SDIT Al-Muhajirin .................................................................................... 50

2. Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan SDIT Al-Muhajirin ........................................... 49

3. Deskripsi Guru ..................................................................................................... 52

4. Deskripsi Siswa-siswi .......................................................................................... 54

5. Standar Kompetensi Lulusan ............................................................................... 55

6. Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................................... 55

7. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ............................................................................ 55

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 57

1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin ............................................. 57

2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-

Muhajirin............................................................................................................... 61

3. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pendidikan Karakter di

SDIT Al-Muhajirin ............................................................................................... 71

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 74

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 74

B. Saran ................................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi ........................................................................ 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Kegiatan Implementasi Pendidikan

Karakter ........................................................................................................... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................................... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen ............................................................... 46

Tabel 4.1 Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin ................................................................... 51

Tabel 4.2 Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ......................................................... 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dengan

memiliki banyak sekali kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Salah satu

kesempurnaan itu terletak pada akal dan hati yang Allah berikan.

Dengan akal dan hati yang Allah berikan manusia dapat mengontrol kemauan,

perasaan, fantasi dan lainnya sehingga dapat membentuk karakter yang kuat

dalam diri sebagai kontrol perbuatannya. Karakter baik merupakan suatu modal

untuk mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahtera. Karakter adalah dasar

yang paling utama untuk manusia berkualitas.

Dalam masyarakat berbangsa, karakter menjadi salah satu instrument penting

yang mempengaruhi maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan

maju bukan karena umur dan lamanya merdeka, bukan juga karena jumlah

penduduk serta kekayaan alam, tetapi lebih disebabkan oleh karakter yang

dimiliki bangsa tersebut1. Hal ini menunjukkan bahwa karakter menjadi sesuatu

hal yang sangat penting bagi kehidupan individu.

Dalam hadis Nabi yang artinya “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan

(membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),

maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani

atau Majusi.(HR.Bukhori)”2 Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa pada

dasarnya manusia terlahir dengan fitrahnya yaitu sifat yang cenderung terhadap

kebenaran namun aktualisasi dari sifat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh

interaksinya dengan lingkungan. Sifat atau karakter yang benar tersebut dapat

dibentuk melalui media pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang

paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaannya.

Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan

1Zubaedi., Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga Pendidikan.

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 6

2 Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. (Jakarta: Raja Grafindo

Persada) 2014. h. 145

2

budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan pikir, kecekatan raga dan memiliki

kesadaran penciptaan dirinya.3 Pendidikan dapat membantu manusia dalam

menjalankan tugasnya sebagai kholifah fil ard yang ditunjuk Allah untuk

mengelola bumi berserta isinya.

Pendidikan juga merupakan media yang sangat ampuh dalam membangun

kecerdasan sekaligus kepribadian manusia yang bertakwa dan beriman kepada

Tuhan yang Maha Esa serta memiliki akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “ Tujuan pendidikan nasional yaitu

untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”4 Untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut pendidikan senantiasa selalu

dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah

munculnya gagasan mengenai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh

pemerintah pada tanggal 02 Mei 2010 dalam peringatan Hari Pendidikan

Nasional.

Dengan bertumpu pada tujuan pendidikan nasional maka dapat dikatakan

pendidikan karakter bertujuan agar generasi bangsa memiliki keimanan serta

ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta berkepribadian yang mulia

sehingga diharapkan generasi bangsa memiliki bekal yang cukup untuk

menghadapi zaman yang terbuka dan semakin dinamis ini. Keadaan zaman yang

demikian sedikit banyak telah merubah cara hidup manusia, dengan memudahnya

seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari berbagai media sehingga

peluang untuk mengikuti trend sangatlah besar. Hal ini juga yang menyebabkan

bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif. Film, buku-buku, tempat-

tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak. Demikian pula

30pcit., h. 13

4Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal III

3

produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup hedonistik dan

materialistik semakin menggejala.5

Kemajuan zaman dengan arus globanya tentunya tidak dapat mempengaruhi

kehidupan generasi bangsa jika saja dalam hati mereka telah tertanam iman yang

kuat. Dengan iman inilah manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang

buruk menurut norma dan nilai yang berlaku, dengan iman pula manusia

mengontrol segala sesuatu yang bertentangan dengan keinginan hatinya. Kontrol

seperti ini yang nantinya akan menjadi karakter mulia yang menjadi benteng bagi

pikiran dan hati sehingga tidak mudah dikendalikan oleh nafsu yang hanya

mementingkan kesenangan dunia tanpa peduli lingkungan sekitar dan

pertanggungjawaban di akhirat.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak yang tujuannya untuk

membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seseorang agar ia dapat

menjalankan amanahnya sebagai khalifah fil ardh. Kepribadian yang utuh

mencakup tiga ranah yaitu cerdas dalam akal, cerdas dalam bersikap, serta cerdas

dalam berperilaku. Oleh karena itu pendidikan karakter yang diterapkan di

sekolah harus memenuhi ke tiga ranah tersebut. Tapi pada kenyataannya

implementasi pendidikan karakter di sekolah hanya sampai pada tercapainya

ranah kognitif (akal). Nilai-nilai kebaikan yang diajarkan kepada siswa hanya

sebatas ilmu pengetahuan yang diajarkan di dalam ruang kelas itu pun dengan

cara menghafal, apa itu jujur, bagaimana ciri orang jujur, dsb. Karena nilai-nilai

tersebut hanya diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas hasilnya

saat ujian sekolah masih banyak siswa yang mencontek, masih banyak kasus-

kasus ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari yang pelakunya adalah

manusia-manusia terpelajar. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang

diterapkan pada saat ini dirasa telah gagal dalam membentuk manusia berkarakter.

Kasus lain yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah makin maraknya

tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar serta kasus-kasus amoral lainnya,

seperti penggunaan narkoba dan minuman keras, pelecehan seksual, demo

anarkis mahasiswa, menurunnya minat belajar siswa dikarenakan gadget (sosmed

5opcit., Abuddin Nata . h. 135

4

/games), dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang terjadi diakibatkan adanya

degadrasi moral yang terjadi pada generasi penerus bangsa. Lalu siapakah yang

bertanggung jawab atas degradasi moral yang terjadi serta terlaksananya

pendidikan karakter?

Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang berdekatan

dengan generasi penerus bangsa. Baik itu pihak pemerintah, sekolah, keluarga

ataupun masyarakat. Pendidikan karakter di sekolah adalah tanggung jawab

semua warga sekolah, yaitu kepala sekolah selaku manajer sekolah, seluruh guru,

staff administrasi, petugas kebersihan petugas kantin serta masyarakat yang

tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Warga sekolah yang harus memberikan

teladan, pembiasaan, penerapan peraturan, menciptakan iklim dan budaya sekolah

serta motivasi yang tinggi bagi terbentuknya karakter siswa-siswi yang notabene

nya adalah generasi penerus bangsa.

Tujuan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar yaitu

membentuk pondasi yang kokoh bagi terbentuknya karakter mulia dalam setiap

diri generasi muda bangsa Indonesia. pembentukan karakter tersebut harus

ditanamkan sejak usia anak memasuki masa keemasan. Pada anak usia sekolah

antara 6 s/d 9 tahun adalah mulai berkembangya kepribadian yang nyata pada

anak, serta mulai bertambahnya pengetahuan tentang aturan-aturan akhlak6.

Apabila kepribadian serta akhlak seorang anak sudah terbentuk sejak dini, ketika

dewasa tidak akan berubah meski banyak problematika yang akan dihadapinya

nanti. Ia juga akan menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermartabat.

Dalam Islam pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan. Allah

mengutus Rasulullah SAW sebagai figur yang sempurna akhlaknya dan

menjadikannya panutan adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dalam firman

Allah yang berbunyi:

6Abu Amr Ahmad Sulaiman diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode Pendidikan Anak

Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. (Jakarta: Darul Haq) 2005. h. 145

5

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” QS. Al-Ahzab :

33 ayat 21.

Oleh karenanya jika anak sejak kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk

mengenal karakter mulia dengan figur Rasullah dan sunnahnya maka ketika

dewasa ia akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, jujur, amanah,

bertanggung jawab dan berkarakter kuat.

Lembaga pendidikan di Indonesia khususnya di Jakarta mulai memberikan

respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab tersebut. Banyak

bermunculan sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan karakter, seperti

yang diterapkan oleh SDIT Al- Muhajirin yang terletak di Koja Jakarta Utara.

Dengan mengambil model sekolah sehari penuh atau full day school sekolah ini

sangat memperhatikan pembinaan karakter bagi siswa dalam seluruh kegiatan di

sekolah. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin berpedoman pada kurikulum Depag yang

dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar dan diolah sesuai dengan visi, misi

SDIT Al-Muhajirin. Berdo’a bersama dan muroja’ah yaumiyah (sebelum)

kegiatan pembelajaran dimulai menjadi salah satu kebiasaan yang ditanamkan

kepada peserta didik. Shalat dhuha setiap pagi, shalat dzuhur berjama’ah, kegiatan

keputraan dan keputriaan setiap minggunya, penerapan pembelajaran fiqh, al-

qur’an dan hadis merupakan rutinitas yang diterapkan oleh SDIT Al-Muhajirin

sebagai upaya pembentukan karakter yang kuat bagi siswanya.7 Setiap anak

mendapatkan bimbingan tahfidz di mana semua siswa dibimbing untuk

menghafalkan Al-Qur’an yang ditargetkan setelah lulus mereka dapat menghafal

7Hasil wawancara dengan Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15

Desember 2015 pukul 08.30 WIB

6

minimal 2 juz Al-Qur’an, terutama juz ke-30 dan juz 29. Kegiatan di luar jam

pembelajaran guna pembentukan karakter siswa selalu ditingkatkan oleh SDIT Al-

Muhajirin kegiatan-kegiatana itu meliputi: Pramuka, Pesantren Ramadhan,

Peringatan Hari Besar Islam, Perjusami, Outbond, Outing Class (Wisata Ilmiah)

yang dilakukan setiap semesternya untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak di

dapat dalam proses KBM serta lebih mengenalkan tata cara ibadah yaumiyah

kepada peserta didik.

Menurut pengamatan penulis implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin sudah berjalan dengan baik namun ada beberapa kegiatan yang tidak

berjalan secara maksimal yaitu pada kegiatan ektrakurikuler yang bertujuan untuk

mengolah aktivitas kognisi dan afeksi siswa. Beberapa hal yang menjadi kendala

diantaranya menurunnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler,

hal ini di buktikan dengan rendahnya absensi kehadiran pada kegiatan

ekstrakurikuler. Selain itu kurangnya dukungan dari orang tua juga menjadi

kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

Dari uraian di atas, untuk mengetahui lebih detail mengenai bagaimana

implementasi pendidikan karakter bagi siswa di SDIT Al-Muhajirin dan apa saja

faktor yang mempengaruhinya, maka perlu adanya penelitian yang lebih lanjut.

Oleh sebab itu penulis bermaksud melaksanakan penelitian mengenai

“Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin” menjadi judul

penelitian penulis.

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah, yaitu:

1. Banyaknya permasalahan karakter yang terjadi dikalangan anak bangsa

2. Lemahnya pengelolaan dalam pelaksanaan implementasi pendidikan

karakter di sekolah

3. Kurangnya efektivitas pada proses pelaksanaan pendidikan karakter di

sekolah

4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif

7

5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter

6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan yang dipaparkan penulis dapat terfokus dan tidak

meluas pada hal-hal yang seharusnya tidak dibahas, maka penulis membatasi

permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan pendidikan karakter

bagi siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin dalam upaya internalisasisi nilai-nilai

karakter mulia dalam diri peserta didik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah ditulis di

atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT Al-

Muhajirin dalam upaya internalisasi nilai-nilai karakter mulia?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Muhajirin?

3. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan yang

muncul dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin?

E. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya, penulis sangat berharap hasil penelitian

ini:

1. Dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis

tentang penerapan dan pelaksaan pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin dalam membentuk nilai-nilai karakter mulia pada diri peserta

didik.

2. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan oleh

lembaga yang bersangkutan yaitu SDIT Al-Muhajirin untuk lebih

memaksimalkan sumber daya yang ada dalam upaya tercapainya tujuan

pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa-siswinya.

8

3. Dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai metode atau model yang dapat digunakan dalam

implementasi pendidikan karakter bagi pihak lain yang membaca.

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berkaitan

dengan implementasi pendidikan karakter, diantaranya ialah pengertian

dan tujuan pendidikan karakter, dimensi dan substansi pendidikan

karakter, ciri-ciri karakter yang baik dan cara membentuk akhlak, nilai

karakter utama pada jenjang pendidikan dasar, tahapan impelemntasi

pendidikan karakter

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh sebuah ilmu yang akan dijadikan sebagai dasar dalam bersikap

dan berperilaku. Dalam keseluruhan proses pendidikan yang dialami oleh

manusia, terjadi proses pendidikan yang akan membentuk sikap, watak

kepribadian atau karakternya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan

menurut Undang-undang No 20 tahun 2003, dikatakan Pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekukatan spiritual keagamaan, kepribadian,

pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan di atas

dengan tegas menggariskan “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia…”

berkembangnya potensi yang dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah

kapasitas bawaan (fitrah) manusia yang perlu diaktualisasikan melalui ranah

1 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. h. 2. (http://www.setneg.go.id)

10

pendidikan. Artinya hanya dengan pendidikanlah seluruh potensi yang

dimiliki manusia berkembang sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.

Dari sinilah dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan karakter telah

lama dianut bersama secara tersirat dalam penyelenggaraan pendidikan

nasional. Hal ini menujukkan betapa pentingnya pendidikan karakter harus

diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan nasional demi tercapainya tujuan

pendidikan yang mulia tersebut.

Pendidikan karakter itu sendiri dimaknai dengan suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dri sendiri sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manusia menjadi insan kamil2.

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menjadikan manusia menjadi

insan kamil atau manusia yang sempurna yaitu manusia yang memiliki

pengembangan potensial intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat,

fitrah dan lainnya sehingga dengan begitu manusia dapat berhubungan

dengan Allah SWT sebagai penciptanya dan dengan makhluk lainnya secara

benar menurut akhlak islami3.

Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang

mengembangkan karakter mulia (good character) dari peserta didik dengan

mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan

keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun

dengan Tuhannya4. Oleh karena itu pada dasarnya pendidikan karakter

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan perserta didik agar mereka

mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan dapat mengamalkan kebaikan

dalam kehidupannya sehari hari secara reflek dan dengan sepenuh hati

2 Muchlas Samani dan hariyanto., Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2011) h 46.

3Opcit., Abuddin Nata. h. 227.

4opcit., Muchlas Samani h. 44

11

sehingga nantinya setiap manusia dapat hidup berdampingan dengan

kedamaian.

Dalam lingkup sekolah, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai

pendidikan budi pekerti plus yang merupakan program pengajaran di sekolah

dengan yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara

menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral

dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin dan kerjasama

yang menekankan ranah afektif (feeling) tanpa meninggalkan ranah

pengetahuan (cognitive) dan tindakan (action).5 Tanpa ketiga aspek ini

(feeling, cognitive, action) pendidikan karakter tidak akan berhasil, karena

dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lalu melakukan

tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. Hai ini karena pendidikan

karakter terkait dengan nilai dan norma yang berlaku, oleh karena itu juga

harus melibatkan perasaan.

Menurut Thomas Lickona Pendidikan Karakter adalah pendidikan untuk

membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang

hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang

baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan

sebagainya.6

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah pendidikan yang bukan hanya mengajarkan mana yang benar

dan yang salah kepada siswa, lebih dari itu pendidikan karakter adalah

pendidikan yang menanamkan kebaikan sebagai suatu kebiasaan sehingga

siswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan tidak, dapat

merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukan (psikomotorik)

kebaikan sebagai suatu kebiasaan yang dipraktekkan secara terus menerus.

Sehingga akan terbentuk manusia yang berkepribadian insan kamil yang

memiliki potensi intelektual, ruhaniah, serta akhlak mulia yang siap hidup

berdampingan dengan aman damai dan tentram.

5Zubaedi, Desain Pendidikan Krakter KOnsepsi dan Aplikasinya dalamLembaga

Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 25

6 Mahmud, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.(Bandung:Alfabeta)2012. H. 23

12

Tujuan pendidikan karakter tidak akan lepas dari tujuan pendidikan

nasional yang tertuang dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam pasal III bahwa Pendidikan

Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab7.

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang tertuang dalam

panduan pelaksanaan pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter

bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa, yaitu

pancasila, yang meliputi; 1) mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik; 2)

membangun bangsa yang berkarakter pancasila; 3)mengembangkan potensi

warga negara agar memiliki sikap pecaya diri, bangga pada bangsa dan

negaranya serta mencintai umat manusia8.

Menurut Mahmud pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang

tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong

royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu

pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.9

Dari sini disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan

untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam diri siswa agar menjadi manusia

yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, mengetahui dan dapat

mengamalkan hal-hal yang baik dalam diri dan kehidupannya serta dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang

seutuhnya yang berbudi luhur dan berjiwa pancasila sehingga dapat bertahan

dalam kehidupannya dimasa sekarang dan yang akan datang.

7 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional BAB II Pasal 3. h. 4. (http://www.setneg.go.id)

8 Panduan pelaksanaan pendidikan karakter, pusat kurikulum dan perbukuan,2011. H. 7

9Opcit., Mahmud, h. 30

13

Olah Pikir

Olah Hati

Olah Raga Olah Karsa

Nilai-nilai luhur dan

perilaku

berkarakter

Gambar 2.1

b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter

Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari

seluruh potensi yang dimilikinya (kognitif, afektif, psikomotorik) yang

berinteraksi dengan lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat) dan

berlangsung sepanjang hayat10

.

Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan Kemendiknas

sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan karakter yang meliputi:

olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa. Keempat dimensi ini memiliki

keterikatan satu sama lain yang digambarkan dalam empat lingkaran yang saling

mengikat. Lihat gambar 2.1. dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah

saling memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu bidang,

bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur dan

perilaku berkarakter yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Hal ini bermakna

karakter individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan

berkembang dalam diri seseorang.

Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai

beriukut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan.

Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan

10 Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Alfabeta: Bandung) 2012.

H. 23

14

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga

berkenaan dengan proses , kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan

aktivitas baru disertai dengan soprtivitas. Olah karsa/rasa berkenaan

dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin dalam

kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.11

Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang dapat

dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas, yaitu:12

Olah Pikir Cerdas (cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri,

berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan

eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka), kreatif

(produktif, inovatif, dan ber-iptek)

Olah Rasa Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati,

tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong

royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum,

beradab, sopan santun, nasionalis.

Olah Hati Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab,

integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa

besar, teguh pendirian.

Olah Raga Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria,

gigih, bekerja keras dan berdaya saing.

Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi

Dalam implementasinya disekolah, karakter-karakter di atas dapat

ditambahkan atau dikurangkan seseuai kebutuhan masyarakat, Standar

Kompetensi, Kompetensi Dasar dan bahan suatu mata pelajaran.

Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak manusia atau waraga Negara Indonesia agar berpikiran

11 Opcit. Muchlas Samani dan hariyanto. 2011. h. 24

12

Muhammad Yaumin.Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi.,

(Prenadamedia Group: Jakarta) 2014. h. 59

15

baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan pancasila.13

Pendidikan

karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan karakter dasar. Kesembilan

karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter ialah:

1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya

2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri

3. Jujur

4. Hormat dan santun

5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama

6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah

7. Keadilan dan kepemimpinan

8. Baik dan rendah hati

9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.14

Kesembilan nilai karakter dasar di atas dikembangkan berdasarkan pada

ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya serta nilai-nilai yang dirumuskan

dalam tujuan pendidikan nasional.

Dalam Pandangan Islam karakter sama halnya dengan al- Akhlak. Ibn

Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan.15

Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa

akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang menetap dan dari padanya muncul

semua perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa perlu pemikiran dan

penelitian.16

Dari dua pendapat para ulama besar islam mengenai akhlak

tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya akhlak adalah kepribadian yang

telah mendarah daging di dalam diri seseorang sehingga setiap perbuatan

yang dilakukannya adalah perbuatan yang secara spontan dilakukan dan tanpa

memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. Jika seseorang berakhlak baik

maka sikap dan perilaku yang timbul dalam dirinya adalah perbuatan-

perbuatan baik yang dilakukannya secara sadar dan tanpa paksaan, begitu

13Desain induk pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010. h. 5

14

opcit. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. h.72

15

Opcit., Abuddin Nata., h. 3

16

Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2. h. 1034

16

juga berlaku sebaliknya. Sehingga akhlak ini dapat menjadi identitas

seseorang saat ia menjalankan kehidupannya.

Akhlak merupakan bentuk plural dari al-khuluq. Ar-Ragib menyatakan

bahwa kata al-kholqu, al-khuluq dan al-khuluqu memiliki makna yang sama.

Namun al-kholqu dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilihat dengan panca

indera, sedangkan al-khuluqu untuk kekuatan dan tabiat yang dapat ditangkap

oleh mata hati (bersumber dari ajaran islam).17

Ungkapan tersebut

menyiratkan bahwa orang yang memiliki akhlak yang baik adalah orang yang

senantiasa tunduk dan patuh pada ajaran islam yang diterapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Islam adalah agama yang paling sempurna, Islam mengatur semua

kegiatan manusia dari hal-hal terkecil sampai yang terkompleks. Semua itu

sudah terkandung dalam al-Qur‟an sebagai petunjuk umat Muslim yang dapat

mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia

maupun diakhirat. Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian

pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok dan perbuatan dapat dijumpai di

dalam al-Qur‟an18

. Akhlak dalam ajaran islam mencakup beberapa aspek,

yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap terhadap Rasullah, akhlak

terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesame makhluk hidup, berikut

penjelasannya:

a. Akhlak terhadap Allah

Sebagai manusia yang beriman sudah sepatutnya kita ber-akhlak

terhadap Allah SWT tiada Tuhan selain Dia yang memiliki kerajaan di

langit dan di bumi, yang menciptakan manusia dengan keadaan yang

paling sempurna dan segala keistimewaannya. Lalu bagaimana cara

manusia agar berakhlak terhadap Allah SWT.

17Mahmud al- Mishri. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. (Jakarta: Pena Pundi Aksara)

2011. h.4

18

opcit., Abuddin Nata. h.58

17

1. Beriman hanya kepadaNya. Meyakini dengan sungguh-sungguh

bahwa Allah itu ada dengan segala keesaanNya.19

Qs. Al-Ikhlas [112]

ayat 1.

2. Rajin beribadat.20

Allah menciptakan jin dan manusia melainkan

untuk beribadah kepadaNya (Qs.Adz-Dzariat [51] ayat 56 maka sudah

sepatutnya manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah

dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya

agar mendapat keridlaan Allah SWT.

3. Ikhlas dan khusyu21

. Kewajiban manusia adalah untuk beribadah

hanya kepada Allah dengan ikhlas dan khusyu serta tidak

menyekutukanNya dengan apapun.

4. Raja‟ (berharap) dan Khauf (takut). Manusia dalam hatinya harus

menanamkan sifat Raja‟ atau selalu berharap kepada Allah. Hanya

Allah lah yang dapat mengabulkan segala do‟a dan permohonannya.

Namun selain berharap juga dalam hati manusia harus ada rasa Khauf

atau takut akan laknat Allah dengan begitu sebagai manusia akan

selalu berusaha untuk instrospeksi diri untuk menjadi hamba yang

lebih baik lagi dihadapanNya.

5. Ash-Shobru (bersabar)22

dan Husnudzon (berbaik sangka)23

. Allah

berfirman dalam Qs. Al-Baqarah ayat 155 yang artinya “Dan sungguh

akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”.

Dalam ayat tersebut menyiratkan bahwa kehidupan manusia tidak

akan lepas dari cobaan. Oleh sebab itu hendaknya seseorang itu harus

sabar dengan segala cobaan yang diberikan serta selalu berbaik sangka

kepada Allah SWT. Manusia harus percaya bahwa hanya Allah lah

yang dapat menjadi penolong, hanya Allah yang memberikan rahmat

dan petunjuk bagi hambanya yang bertakwa serta tidak akan

19 Opcit. Heri Gunawan h. 8

20

Moh. Ardani. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”

(Jakarta: Karya Mulia) 2005. h. 67

21

Opcit., Heri Gunawan. h. 8

22

Ibid., h. 70

23

Opcit., Heri Gunawan. h. 8

18

membiarkan kesengsaraan dan penderitaan yang kekal menimpa

hambanya. (Qs. Al-Baqarah [2] ayat 155-157)

6. Bertawakal. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah

berusaha semaksimal mungkin.24

Allah akan selalu memberikan

pertolongan kepada hambanya yang mengalami kesulitan, namun

pertolongan Allah tidak serta merta turun dari langit. Allah

menginginkan hambanya untuk berusaha terlebih dahulu dengan

usaha yang sungguh. Misalnya seseorang kekurangan dalam ekonomi,

tanpa usaha ia tidak akan mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhannya. Oleh sebab itu ia harus berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya dengan bekerja keras, melalui jalan tersebut Allah

penuhi kebutuhannya.

7. Bersyukur dan Qana‟ah (merasa cukup dengan nikmat yang

diberikan).25

Bersyukur atas segala pemberianNya serta merasa cukup

dengan pemberianNya. (Qs. Ibrahim [14] ayat: 7)

b. Akhlak terhadap Rasullah

Rasullah SAW diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu dan

risalah yang berisi pokok-pokok akidah, ibadah dan akhlak.26

Hal ini

dipertegas oleh Rasul dalam sabdanya yang berbunyi “Aku diutus (oleh

Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. “ (HR Ahmad)27

.

Sebagai umatnya wajib bagi setiap muslim untuk ikhlas beriman kepada

Rasullah SAW dengan sebenarnya, yaitu mengikrarkan dengan lidah

tentang adanya Rasullah (membaca dua kalimat syahadat), dan hatinya

membenarkan apa yang diikrarkan dengan lidah, kemudian anggota

tubuhnya melaksanakan dengan perbuatan. Melaksanakan dengan

perbuatan dilakukan dengan cara, menghidupkan sunnahnya, membaca

shalawat kepadanya, serta taat dan cinta kepada Rasullah Saw serta para

sahabat dan pewarisnya.28

24Opcit., Moh. Ardini. h. 70

25

Opcit., Heri Gunawan. h. 9

26

Opcit., Moh. Ardini. h. 71

27

Opcit., Abuddin Nata.h.65

28

Opcit., Moh. Ardani. h. 74

19

c. Akhlak terhadap diri sendiri

Setiap apa yang ada di dunia adalah kepunyaan Allah SWT,

termasuk juga manusia. Allah menciptakan manusia dengan bentuk

yang sebaik-baiknya yaitu kelengkapan jasmaniah dan rohaniah yang

kesemuanya itu harus dijaga sebaik-baiknya karena akan dimintai

pertanggung jawabannya.

Berakhlak pada diri sendiri dapat diartikan dengan menghargai,

menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-

baiknya, karena sadar bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah yang

harus dipertanggung jawabkan.29

Lalu bagiamana cara manusia untuk

berakhlak kepada diri sendiri? Diantaranya yaitu dengan menjaga

kesucian dan kesehatan diri baik rohani dan jasmani dengan tidak

meminum-minuman keras, tidak menyakiti diri sendiri, mengobati

penyakit yang diderita, tidak melupakan kebaikan untuk diri sendiri,

menjaga kehormatan dengan menutup aurat serta terus belajar

(menuntut ilmu).

d. Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaan di dunia

membutuhkan manusia lain untuk dapat bertahan hidup. Oleh sebab itu

setiap manusia harus menjaga hubungannya dengan yang lain, yaitu

dengan cara berakhlak yang baik terhadap sesama manusia. Nabi SAW

berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:

يؤمن ال" قال وسلم عليه هللا صلى هللا رسول خادم– عنه هللا رضي الكم بن أنس حمزة أبي عن

لنفسه يحب ما ألخيه يحب حتى أحدكم

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik, pelayanan Rasulullah Shallallahu

„alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam, beliau

bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai

saudaranya seperti apa yang ia cintai bagi dirinya. (HR. Bukhori

29ibid., Moh. Ardani. h. 55

20

Muslim).30

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan

kecintaan seseorang terhadap saudaranya diantaranya dengan memenuhi

hak muslim lainnya, yaitu: 1) Jika bertemu ucapkan lah salam, 2) Jika di

undang maka penuhi, 3) Jika dimintai nasihat maka berilah, 4) Jika bersin

seraya memuji Allah maka do‟akanlah, 5) Jika sakit maka jenguklah dan,

6) Jika meninggal maka hantarkanlah. (HR. Bukhori)31

Pendidikan karakter sebenarnya sudah lama di implementasikan

dalam dunia pendidikan oleh para founding father bangsa Indonesia.

Dulu pendidikan karakter lebih dikenal dengan nama pendidikan moral

pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama. Mengapa

dinamakan demikian? Karena semuanya itu bersumber pada empat

sumber nilai, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan

nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi 18

nilai karakter hasil kajian empiric Pusat kurikulum yang harus

diintegrasikan dalam setiap jenjang dan jalur pendidikan. Ke-18 nilai

karakter tersebut, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras,

Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,

Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta

Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,dan

Bertanggung Jawab.32

Implementasi ke-18 nilai karakter tersebut dapat disesuaikan dengan

kebutuhan sekolah. Sekolah dapat menambahkan atau mengurangi nilai-

nilai karakter tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah, masyarakat

sekitar, standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) atau bahasan

dalam materi. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan

dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana dan mudah

30 Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam

Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis

Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 31

31

Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad

32

Retno Listyarti. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. (Erlangga:

Jakarta) 2012. h. 5-8

21

dilaksanakan, seperti: bersih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.33

Sekolah dapat menciptakan iklim dan budaya sekolah seperti di atas

dengan cara menyediakan tempat sampah disetiap sudut dan ruang kelas,

menyediakan taman serta sarana dan prasarana bagi siswa, menerapkan

budaya disiplin, sopan dan santun dengan memberikan teladan kepada

siswa-siswinya misalnya datang tepat waktu, berpakaian rapi,

menggunakan tutur kata yang baik terhadap sesama guru, atas, staff

sekolah atau bahkan terhadap murid.

c. Ciri-ciri Karakter yang Baik

Perbuatan manusia yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan

adanya pilihan dapat diberi nilai baik atau buruk. Untuk menetapkan

perbuatan itu termasuk perbuatan baik atau buruk ada beberapa tolak

ukurnya, diantaranya dari segi tujuan, agama, serta adat istiadat yang berlaku.

Menurut Abuddin Nata baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai

manusia.34

Dengan begitu manusia yang baik adalah manusia yang menjalani

hidup dengan budi pekerti baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

Dengan budi pekerti baik terhadap diri sendiri maka kita memiliki kontrol

atas diri sehingga dapat melakukan hal yang baik pula terhadap orang lain.

Filosof Yunani Arsitoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai

hidup dengan tingkah laku yang benar yang berhubungan dengan diri sendiri

dan orang lain.35

Karakter yang dimiliki seseorang sering dijadikan patokan

untuk menilai seberapa baik orang tersebut. Dengan kata lain seseorang yang

menampilkan kualitas personal yang baik dan cocok dengan yang diinginkan

masyarakat dalam kesehariannya maka dapat dikatakan seseorang itu

berkarakter baik.

33Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan perbukuan, 2011. h. 8

34

Opcit. Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia h. 88

35

Jody Palmour on Moral Character dalam Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan

Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa Media) 2011. h. 71

22

Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the

good) mencintai yang baik (loving the good) dan melakukan yang baik

(acting the good).36

Knowing the Good terwujud dalam pengetahuan moral

(kognitif) Loving the Good terwujud dalam perasaan moral (afektif)

sedangkan Acting the Good terwujud dalam tindakan moral (psikomotorik).

Ketiga komponen di atas akan selalu saling berkaitan dan saling

mempengaruhi satu sama lainnya.

a. Moral Knowing (Pengetahuan Moral)

Berikut ini merupakan enam tahapan yang harus dilalui dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan pengetahuan moral pendidikan.

1. Moral Awarness (kesadaran moral)

Untuk membentuk kesadaran moral sangat diperlukan informasi yang

cukup kuat dalam menentukan bahwa suatu tindakan itu baik atau buruk.

Pendidikan karakter dapat menjadi sebuah alternatif dalam memberikan

informasi tersebut dengan mengajarkan siswa cara memastikan fakta terlebih

dahulu sebelum membuat pertimbangan moral.

Menurut Ahmad Charris Zubair yang dikutip oleh Abuddin Nata

kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan

manusia selalu bermoral, berperilaku susila dan perbuatannya selalu sesuai

norma yang berlaku.37

2. Knowing Moral Values (pengetahuan nilai-nilai moral)

Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana

menerapkannya dalam berbagai situasi.38

Hal ini berarti anak mempunyai

kemampuan untuk menerjemahkan nilai-nilai moral ke dalam perilaku

moral yang nyata.

Dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang pantang

menyerah, peduli sesama, suka bergotong royong, sopan santun dan

36Ajat Sudrajat , “Mengapa Pendidikan Karaker?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I,

Nomor 1,2011, h. 48

37

Opcit. Abuddin Nata. h. 79

38

opcit. Thomas Lickona. h. 77

23

ramah. Nilai-nilai tersebut ditujukkan oleh para pahlawan bangsa saat

memperebutkan kemerdekaan bangsa. Dengan gigihnya mereka bersatu

padu tanpa memandang suku, agama, ras dan perbedaan lainya demi

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nilai-nilai inilah merupakan

warisan dari generasi masa lampau untuk masa depan, maka nilai-nilai ini

pula yang harus diwariskan kepada generasi masa depan.

3. Perspective-taking (Pengambilan Perspektif)

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil

pelajaran dari peristiwa yang menimpa atau terjadi pada orang lain,

melihat situasi dan kondisi dari sudut pandang orang lain seperti seakan-

akan mereka melihatnya sendiri. Seseorang tidak dapat berlaku adil jika

terhadap orang lain jika tidak memahami kebutuhan orang lain. Tujuan

dari pendidikan moral adalah untuk membuat siswa merasakan dunia dari

sudut pandang orang lain, khususnya mereka yang berbeda.39

4. Moral Reasoning (alasan moral)

Alasan moral merupakan pemahaman mengenai apa itu perbuatan

moral dan alasan mengapa harus melakukan perbuatan yang bermoral.

5. Decision making (pengambilan Keputusan)

Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan ketika dihadapkan

dengan suatu masalah moral adalah suatu keahlian yang reflektif. Hal ini

di dapat jika seseorang telah mengetahui betul alasan-alasan dari nilai-nilai

moral yang telah diajarkan, dan seharusnya pengambilan keputusan moral

itu harus sudah diajarkan sejak taman kanak-kanak40

.

6. Self-Knowing (memahami diri sendiri)

Mengenal diri sendiri atau mengukur diri sendiri merupakan tindakan

moral yang sangat sulit. Karena di antara sejumlah kelemahan yang

dimiliki manusia adalah cenderung untuk melakukan apa yang diinginkan

dan mencari pembenaran atas tindakannya tersebut. untuk menjadi orang

39opcit. Ajat Sudrajat. h. 50

40

opcit. Thomas Lickona. h. 79.

24

yang yang bermoral diperlukan kemampuan untuk mengulas perilaku diri

sendiri (muhasabah)dan mengevaluasinya secara kritis.

Konsep pegetahuan moral bermula dari menanamkan kesadaran anak

dalam melihat nilai-nilai moral yang tersembunyi secara eksplisit dalam

suatu peristiwa, lalu meningkatkan kemampuan anak untuk mengetahui

nilai moral dengan pengetahuan nilai moral yang diajarkan, selanjutnya

mengajak anak untuk memahami perasaan sebagaimana orang lain

mengalaminya, hal ini bertujuan agar anak dapat menghargai dan

bertanggung jawab terhadap orang lain sehingga akan terbangun penalaran

moral anak yang akan memudahkannya dalam pengambilan keputusan.

Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut akan timbul dalam diri anak

sikap reflek dalam pengambilan putusan nilai lengkap dengan konsekuensi

yang sudah terkaji secara baik.

b. Moral Feeling (Perasaan Moral)

Moral feeling merupakan sisi afektif dari pendidikan karakter yang

dalam implementasinya kurang menjadi perhatian. Padahal sisi ini

merupakan hal yang sangat penting. Karena memiliki pengetahuan tentang

suatu kebenaran saja sangatlah tidak menjamin seseorang itu akan

melakukan tindakan benar. Banyak orang yang dengan mudah

menyebutkan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang benar dan

mana yang salah namun sangat sedikit orang yang mengetahui kebenaran

dan melaksanakan kebenaran. Kebanyakan orang mengetahui kebenaran

namun justru mereka melakukan perbuatan yang salah. Berikut ini

beberapa aspek moral emosional yang menjadi fokus dalam memberi

pengajaran tentang karakter yang baik.

1. Hati nurani

Hati nurani ialah tempat biasa seseorang memperoleh saluran ilham

dari Tuhannya yang selalu diyakini cenderung kepada kebaikan.41

41 Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf. h. 114

25

Seseorang yang memiliki hati nurani sudah pasti mempunyai

kesadaran yang tinggi mengenai perilaku bermoral. Hati nurani

memiliki dua aspek yaitu sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang

baik) dan sisi emosional (merasa wajib melakukan yang baik).42

Banyak orang yang mengetahui tentang hal yang benar namun merasa

tidak memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu dengan

pengetahuan kebenarannya tersebut. Misalnya saja orang mengetahui

untuk selalu berbuat jujur dalam setiap keadaan namun masih saja ada

orang yang melakukan penipuan.

Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, mereka akan

berkomitmen terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupannya, karena

nilai-nilai tersebut mengakar kuat dalam diri mereka, bahkan mereka

tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai moral

tersebut, mereka merasa keluar dari karakter apabila mereka melakukan

hal yang bertentangan dengan nilai moral. Oleh sebab itu sangat

diharapkan sekali pendidikan karakter yang diterapkan dalam sekolah

dapat menyentuh hati nurani anak. Wahfiudin seorang pakar pendidikan

islam berpendapat bahwa mendidik anak harus menyentuh dimensi

moral yang bermuara dalam hati nurani karena pada dasarnya manusia

itu digerakkan oleh hati nuraninya.43

2. Penghargaan diri

Jika seseorang mampu memandang positif dirinya ia akan

cenderung memperlakukan orang lain secara positif pula. Begitu juga

jika seseorang kurang menghargai dirinya maka akan sulit baginya

untuk memberikan rasa hormat kepada orang lain.

Penghargaan diri yang tinggi tidak serta merta selalu memunculkan

karakter yang baik. Hal ini terjadi jika penghargaan diri tidak sama

42Dhama Kesuma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah. (Bandung:

Remaja Rosdakarya) 2012. h. 75

43

Rahmat Rosyadi. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia Dini (Jakarta:

Raja GRafindo Persada) 2013. h.13

26

sekali berhubungan dengan karakter baik, misalnya kekayaan, kondisi

fisik, popularitas atau kekuasaan44

. Hal ini yang menjadi tantangan bagi

pihak sekolah dalam membantu siswa untuk mengembangkan

penghargaan diri yang berdasarkan karakter baik, misalnya tanggung

jawab, kedisiplinan, kejujuran serta keyakinan terhadap diri mereka

untuk menjadi orang baik.

3. Empati

Empati adalah memahami dan mengerti perasaan orang lain.45

Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya dan masuk dalam

diri orang lain seperti seakan-akan dialah yang mengalaminya.

Masyarakat Indonesia saat ini sedang terjadinya penurunan rasa empati.

Semakin banyak remaja yang melakukan kriminalitas yang mengarah

pada tindakan-tindakan brutal. Mereka pada dasarnya memiliki rasa

empati terhadap sesuatu yang mereka ketahui dan peduli, namun

mereka tidak dapat menunjukkan rasa empati mereka terhadap orang

yang menjadi korban dari kekerasannya. Misalnya kasus tawuran

pelajar yang terjadi karena membela sekolah atau teman satu kelompok.

Inilah yang menjadi tugas para pendidik untuk membangun empati

yang mampu melihat sampai kebalik perbedaan dan merespon pada

sesama manusia. Untuk menanamkan rasa empati pada anak bisa

dilakukan dengan mengajak anak untuk saling membantu satu sama

lain, misalnya meminjamkan pensil kepada teman sebangku yang tidak

membawanya atau saling bekerja sama untuk membersihkan kelas.

4. Mencintai kebaikan

Bentuk karakter yang paling tinggi diperlihatkan dengan sikap tulus

pada kebaikan.46

Ketika seseorang mencintai yang baik maka dengan

senang hati ia akan melakukan kebaikan dengan suka rela tanpa dibuat-

buat.

44 opcit. Ajat Sudrajat. h. 51

45

Opcit., Rahmat Rosyadi. h. 66

46

Opcit., Dharma Kesuma dkk. h. 76

27

Setiap manusia sudah memiliki potensi mencintai kebaikan dalam

dirinya sejak lahir yang harus dilakukan hanya mengembangkan

potensi yang sudah ada tersebut melalui pengalaman-pengalaman yang

bermakna serta lingkungan yang mendukung baik di lingkungan

keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

5. Kontrol diri

Emosi dapat mengalahkan akal. Itulah mengapa control diri

merupakan pekerti moral yang penting. Seseorang memerlukan control

diri untuk kebaikan moral. Kontrol diri juga diperlukan untuk

mengekang keterlenaan diri terhadap sesuatu. Di dalam Islam sendiri

kontrol diri atau emosi menjadi salah satu wasiat dari nabi Muhammad

SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori “Sesungguhnya ada seorang

laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam: “Berilah aku

sebuah wasiat!” Maka Rasullah bersabda: “Janganlah engkau

emosi/marah-marah!” Nabi saw mengulang-ulang perkataan itu

beberapa kali (yaitu) ucapan “jangan engkau selalu marah-marah” [HR.

Bukhori]47

dalam hadis lain dikatakan “Jangan marah maka bagimu

surga”. Hal ini menunjukkan bahwasanya menahan emosi memiliki

banyak sekali keuntungan dan bermuara pada kebaikan baik dunia

maupun akhirat (surga).

6. Kerendahan hati

Rendah hati berarti sikap menyadari keterbatasan kemampuan dan

ketidaksempurnaan diri sehingga terhindar dari sifat keangkuhan

(sombong).48

Rendah hati merupakan sikap pertangahan dari sombong

dan rendah diri. Jika seseorang memiliki kerendahan hati ia akan

bersedia menggunakan potensi yang Allah berikan (mata, telinga, hati)

untuk melihat kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari orang

yang lebih muda darinya.

47Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam

Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis

Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 34

48

Lanny Oktavia dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. (Jakarta: ReneBook)

2014. h. 252

28

Kerendahan hati merupakan sisi yang efektif dari pengetahuan diri.

Kerendahan hati dan pengetahuan diri merupakan sikap berterus terang

bagi kebenaran dan keinginan untuk memperbaiki kelemahan diri.49

Untuk membangkitkan moral feeling anak diperlukan lebih dari

sekedar tataran teoritis yang diajarkan dikelas namun lebih kepada

pemberian teladan kepada anak-anak karena moral feeling merupakan

penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter.

Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus

dirasakan sendiri oleh anak agar tujuan dari penguatan sikap ini bisa

tercapai secara maksimal.

c. Moral Acting (tindakan moral)

Morl Acting atau tindakan moral merupakan hasil dari dua bagian

karakter lainnya, yaitu moral knowing dan moral feeling. Apabila

seseorang memiliki kualitas moral knowing dan moral feeling (intelektual

dan emosi) maka sangat dimungkinkan orang tersebut melakukan tindakan

yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka benar. Dalam suatu

keadaan, terkadang seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan, dan

merasa harus melakukannya, namun belum bisa menerjemahkan perasaan

dan pikiran tersebut dalam tindakan. Oleh sebab itu untuk memahami apa

itu sebenarnya moral acting dan apa yang sebenarnya menggerakkan atau

bahkan menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan bermoral, mari

kita lihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya, yaitu kompetensi,

kehendak dan kebiasaan.

1. Kompetensi

Kompetensi moral adalah kemampuan untuk mengubah

pertimbangan dan perasaan moral kedalam tindakan yang efektif.50

Misalnya untuk memecahkan suatu konflik maka diperlukan keahlian-

keahlian praktis, seperti mendengarkan, mengkomunikasikan

49Opcit. Ajat Sudrajat. h. 52

50

opcit. Thomas Lickona, h. 86

29

pendapat dengan tanpa menyinggung perasaan pihak lain, dan dapat

mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak.

2. Kehendak

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali

oleh akal. Kehendak yang kuat untuk melakukan perilaku bermoral

dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban dibandingkan

kesenangan semata. Kehendak yang kuat merupakan inti dari

dorongan moral.

3. Kebiasaan

Dalam banyak hal sesuatu yang dilakukan secara terus menerus

akan menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging, dan kebiasaan

itu akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Begitu juga untuk

dalam menanamkan karakter yang baik akan dimulai dengan

kebiasaan yang baik pula. William Bennett mengatakan bahwa orang-

oarang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan sungguh-

sungguh, loyal, berani, berbudi dan adil tanpa banyak tergoda oleh

hal-hal sebaiknya.51

Untuk alasan inilah sebagai pendidik moral, anak-anak harus

diberi kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan

banyak berlatih untuk menjadi orang baik dalam kondisi apapun.

Dengan begitu mereka akan terbiasa melakukannya sehingga nantiya

akan menjadi suatu kebiasaan kuat yang mendarah daging dan tak

akan tergoda dengan hal-hal yang buruk yang bersifat kesenangan

sesaat.

Setelah moral knowing dan moral feeling terwujud maka moral

acting sebagai outcome akan muncul dengan mudah dalam diri anak

sebagai perwujudan dari akhlak atau karakter yang baik. Seperti yang

dikatakan oleh Imam al-Gazali bahwa akhlak iadalah sifat yang tertanam

dalam jiwa yang menimbulkan berbgai macam perbuatan dengan mudah

51 William Bennet, The Teacher, the Curriculum, and Values Education Development dalam

Mary Louise MCBee, Dalam Thomas Lickona Pendidikan Karakter.. h. 87

30

tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.52

Maka ketiga tahapan moral

harus disuguhkan kepada anak melalui cara-cara yang logis, rasional dan

demokratis sehingga perilaku yang berkarakter benar-benar timbul dan

mendarah daging dalam diri anak bukan hanya topeng (anak berperilaku

baik jika diawasi).

d. Cara Membentuk Akhlak

Secara bahasa Akhlak adalah bentuk jama‟ dari khulk yang artinya budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.53

Menurut Asmaran akhlak adalah

suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian hingga menimbulkan berbagai macam perbuatan dengan cara

spontan dan mudah tanpa dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran.54

Dengan begitu akhlak merupakan seseuatu yang melekat pada kepribadian

seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Setiap

manusia dilahirkan dengan potensi akhlak yang baik, dan potensi ini akan

berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya.

Untuk memberikan pengalaman belajar tersebut diperlukan usaha-usaha

pembinaan akhlak yang diharapkan akan membawa hasil berupa terbentuknya

pribadi muslim yang berkahlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya,

hormat kepada ibu-bapak dan sayang terhadap sesamanya.

Abuddin Nata mengatakan bahwa pembentukan akhlak merupakan usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan

sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.55

Dengan begitu dapat

disimpulkan bahwa akhlak seseorang dapat dibina dengan usaha yang

sungguh-sungguh dari segi kemauan yang kuat dalam diri seseorang atau

dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram.

52 Opcit. Abuddin Nata., h. 3

53

Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah. Dalam Asmaran As.

Pengantar Studi Akhlak.(Raja Grafindo Persada: Jakarta)2002. h. 1

54

ibid,. h.3

55

Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf, h. 135

31

Imam al-Ghazali dalam kitabnya ”Ihya ulum al-din” menyebutkan bahwa

pembinaan akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara

menyucikan diri atau sering disebut dengan tazkiyah al-nafs yang secara

bahasa dapat bermakna penyucian pribadi.56

Tazkiyah al-nafs dapat dilakukan

dengan metode mujahadat (kesungguhan) dan riyadhah al-nafs (latihan

kepribadian)57

. Untuk mencapai keberhasilan dalam mujahadah dan riydhah

al-nafs diperlukan kesungguhan untuk meninggalkan semua perbuatan jelak

lau menggantinya dengan adat kebiasan yang baik. Seperti dalam firman

Allah dalam Qs. Al-baqarah[2] ayat 45 yang artinya “Sesungguhnya shalat itu

berat selain bagi orang-orang yang khusyu” dalam ayat tersebut tersirat

bahwasanya untuk mencapai kesungguhan atau menanamkan kebiasaan shalat

(ibadah) diperlukan kesungguhan dengan hati yang bersih, tunduk dan patuh

pada perintah Allah SWT. Begitu juga dengan perilaku-perilaku terpuji

lainnya. Pada fase awal riyadhah al-nafs merupakan beban yang berat dalam

melakukan perbuatan baik, namun di fase akhir akan menjadi sebuah

kebiasaan yang dapat dilaksanakan dengan mudah serta tanpa paksaan karena

sudah menjadi kebiasaan.

Berikut ini beberapa metode lain yang dapat digunakan dalam

pembentukan akhlak, yaitu:

1. Hiwar atau Percakapan

Metode percakapan ini dilakukan melalui Tanya jawab mengenai

suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang

dikehendaki. Metode percakapn bertujuan untuk memberikan dampak

yang sangat dalam kepada pendengar dengan cara membangkitkan

berbagai perasaan dan kesan seseorang yang akan melahirkan dampak

paedagogis sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak,

sikap dalam berkomunikasi dengan orang lain, menghargai pendapat

orang lain, cara mengungkapkan pendapat sendiri dan sebagainya.

2. Qishah atau Cerita

56Opcit. Heri Gunawan. h. 83

57

Anon e-book Terjemah Ihya Ulum Al-din. Edisi ke-2 h. 1046

32

Qishah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau

mengikuti jejak.58

Qishah dapat diartikan menceritakan kembali kisah-

kisah yang telah lalu untuk diambil pelajaran. Dalam metode qishah

pendidik dapat memberikan potongan berita atau kisah kejadian masa

lalu yang mempunyai makna mendalam serta terdapat berbagai keteladan

dan edukasi. Kisah-kisah yang diceritakan bisa berupa kisah tentang para

nabi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan

setiap ummat yang kesemuanya itu dapat bersumber dari al-Qur‟an.

Mengapa kisah Qur‟ani yang harus diperdengarkan? Karena di dalam al-

Qur‟an terdapat kisah-kisah yang nyata dan bukan khayalan59

(fiktif)

sehingga dapat mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya

serta merenungkan maknanya dan makna-makna itu dapat menimbulkan

kesan yang mendalam. Kisah qur‟ani yang diperdengarkan oleh pendidik

dapat membangun keimanan kepada Allah dengan cara membangkitkan

berbagai perasaan khauf, ridlo, dan cinta.

3. Amtsal atau Perumpamaan

Amtsal adalah bentuk jamak dari masal yang artinya ialah

menonjolkan seseutu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi

agar menjadi indah dan menarik.60

Amtsal banyak ditemukan di dalam al-

Qur‟an, diantaranya firman Allah mengenai orang munafik yang

diumpamakan seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi

sekelilingnya namun Allah hilangkan cahayanya sehingga mereka berada

dalam keadaan gelap gulita dan tidak bisa melihat (QS. Al-Baqarah[2]

ayat 17-20). Metode amtsal atau perumpaan dapat digunakan seperti

metode qishah yaitu bercerita atau membacakan kisah. Membuat

perumpamaan diperlukan agar dapat menggambarkan seseuatu yang

tidak nyata menjadi nyata supaya mudah dipahami dan dimengerti61

. Hal

ini bertujuan untuk mendekatkan makna pada pemahaman,

58Manna‟ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh DRs. Mudzakir

AS dengan judul Studi ilmu haditsn. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa) cet: 8 2004. h.435

59

Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 437

60

Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 403

61

Opcit. Mahmud al- Mishri. h.914

33

menumbuhkan perasaan ketuhanan, mendidik akal supaya berpikir logis

dan sehat serta menghidupkan nurani yang selanjutnya dapat menggugah

kehendak dan mendorong anak agar melakukan amal yang baik dan

menjauhi yang mungkar.62

4. Uswah atau Keteladanan

Menurut kamus Landak keteladanan adalah making something as an

example, providing, a model. Yang artinya menjadikan seseuatu sebagai

contoh, meyediakan suatu model.63

Dengan model ini pendidik harus

bersedia menjadi model yang akan ditiru perkataannya, perbuatannya,

atau sikap dan perilakunya oleh siswa dengan begitu maka setiap

pendidik berkewajiban untuk menjaga akhlaknya.

Islam mengenal Uswah atau keteladan sebagai salah satu cara

membentuk akhlak yang diajarkan dan dianjurkan langsung oleh Nabi

Muhammad Saw. Beliau menggunakan metode ini untuk memperbaiki

kondisi akhlak umatnya. seperti yang tercantum dalam firman Allah pada

surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya “ Sungguh pada diri Rasullah itu

terdapat contoh-teladan yang baik bagi kamu sekalian… “. Pemberian

teladan sangat cocok dilakukan pada anak usia sekolah dasar dan

menengah karena pada umumnya anak seusia mereka secara psikologis

cenderung meneladani atau meniru guru atau pendidiknya, bukan hanya

hal-hal yang baik namun terkadang juga hal yang buruk. Oleh karena itu

guru atau pendidik perlu memberikan keteladanan yang baik kepada

siswanya agar pembentukan akhlak menjadi lebih efektif dan efisien.

5. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-

ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.64

Metode ini berintikan

pengalaman, semakin sering anak diberikan pengalaman untuk berbuat

baik maka dengan sendirinya anak dapat melakukannya tanpa disuruh.

Al-Qur‟an juga memberikan pendidikan melalui kebiasaan yang

dilakukan secara bertahap untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan

62opcit., Heri Gunawan h. 91

63

opcit., Muhammad Yaumin. 2014. h. 148

64

Opcit., Heri Gunawan. h. 93

34

negatif.65

Misalnya terdapat petunjuk Nabi dalam menasihati orang tua

untuk memyuruh anak menunaikan shalat pada usia tujuh tahun

selanjutnya diperbolehkan memukul jika sampi usia 10 tahun anak belum

juga meaksanakan shalat.66

Dalam dunia pendidikan, pembiasaan dapat

dilaksanakan secara terprogram dalam kegiatan pembelajaran atau

dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan

pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan

dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, sedangkan

kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram dalam

kegiatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan kegiatan rutin (shalat,

berjama‟ah, upacara bendera, senam), kegiatan yang dilakukan secara

spontan (pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada

tempatnya, dll), kegiatan keteladanan ( berpakaian rapih, berbahasa baik

dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, dll)

6. Memberi Nasihat

Nasihat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati hati untuk

mengarahkan manusia kepada yang dikehendaki. Pemberian nasihat

dapat dibarengi dengan teladan dari pemberi nasihat.67

Hal ini dilakukan

agar pemberian nasihat dapat berpengaruh besar terhadap orang yang

dinasehati apalagi jika yang menasehati merupakan orang yang disuka

maka pemberian nasihat itu tidak akan sia-sia. Mengapa demikian? Pada

dasarnya secara psikologis seseorang kurang senang jika dinasehati

karena biasanya orang yang menasehati berada di posisi yang lebih

tinggi daripada yang dinasehati. Oleh sebab itu sangat dianjurkan oleh

Nabi agar kita saling memberi nasihat terhadap orang-orang terdekat kita

(berwasiat dalam kebenaran) seperti hadis Nabi yang berbunyi “

Seseorang akan mengikuti agama (adat dan perilaku) teman dekatnya

karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian memerhatikan orang

yang teman dekatnya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad). 68

65Abuddin Nata., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama) 2005. H. 153

66

Ibid., h. 154

67

Opcit., Abuddin Nata. h. 150

68

Opcit., Mahmud al- Mishri h. 916

35

7. Targhib dan Tarhib ( Janji dan Ancaman)

Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang

disertai dengan bujukan. Sedangkan tarhib ialah ancaman karena dosa

yang dilakukan. Keduanya bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah.

Targib dan tarhib memiliki penekanan yang berbeda, jika targib

dilakukan agar seseorang melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah,

sedangkan Tarhib dilakukan agar seseorang menjauhi perbuatan yang

dilarang Allah. 69

Targib dan tarhib dapat dikatakan sebagai teori yang menyatakan

bahwa orang yang melakukan pelanggaran akan mendapat ancaman atau

dampak dari perbuatan dosa yang dilakukannya sedangkan yang berbuat

baik akan mendapat kenikmatannya. Dalam pelaksanaannya targib dan

tarhib diwujudkan dalam hukuman dan ganjaran (pelaksanaan ancaman),

namu pelaksanaan metode hukuman ini di tempuh sebagai jalan terakhir

jika seseorang sudah tidak bias dinasehati dan diberi teladan lagi seperti

yang dikatakan oleh Muhammad Quthb dalam Abuddin Nata “Bila

teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan

tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar.

Tindakan tegas itu adalah hukuman”. 70

Pemberian hukuman dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan jika

hukuman itu tidak mengandung emosi atau unsur “balas dendam” dari

yang memberi hukuman. Hukuman diberikan harus memiliki tujuan dan

memberikan efek insyaf dan taubat (tidak akan mengulangi lagi) bagi

yang melanggar. Sedangkan ganjaran yang diberikan dapat berupa

hadiah, cibderamata atau bonus yang diberikan bagi seseorang yang

berprestasi dalam kebaikan.

2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar

a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar

69Opcit. Heri Gunawan. h. 88-96

70

Opcit. Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. h. 155

36

Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak dini.

Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-

nilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan keluarga

sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam pendidikan

karakter.

Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting

untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional, sekolah

dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang

menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi

kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak pada

kehidupan individu.

Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral

yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang

mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk mengatakan

adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada

jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:71

1) Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran terhadap

pelaksaan ibadah agama lain

2) Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membuthkan

3) Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-bedakan

antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki kesempatan

yang sama.

4) Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dengan orang lain

5) Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya

sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

71Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Malang:

Bumi Aksara). 2007. H.46-50

37

6) Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas

7) Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam belajar

8) Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya terhadap diri

sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan yang maha Esa.

9) Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan

yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir

Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam

pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah (1) karakter

personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, (2) karakter

social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai perbedaan

serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap nasionalisme.72

Dari kedua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang

ditanamkan dalam implementasi pendidikan karakter pada jenjang

pendidikan dasar adalah nilai religius, kejujuran, tanggung jawab baik

terhadap diri sendiri maupun lingkungan, menghargai pendapat orang

lain, keadilan dan nasionalisme.

b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter

Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang dengan

sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh

faktor bawaan dan faktor lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),

pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan (habit).73

Perkembangan

karakter seseorang tidak sebatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang

72Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017,

(www.radarbangka.co.id)

73Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan.(Jakarta:Kencana). 2011. H.110

38

memiliki pengetahuan tentang belum tentu mampu bertindak sesuai

dengan pengetahuannya jika ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan.

Hal tersebut dikarenakan karakter lebih kepada kebiasaan diri seseorang.

Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam

internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta

didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri

dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal

tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan

selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya.

Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar

melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.74

Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan

berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan

pemantapan.

1. Tahap penanaman nilai

Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-nilai

kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak dibiasakan

berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan keteladanan dari orang-

orang yang dekat dengan peserta didik. Faktor keteladanan ini

menjadi landasan fundamental bagi anak dalam internalisasi nilai-

nilai yang sedang atau telah diterima dari lingkungan.

2. Tahap penumbuhan nilai

Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak

ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan

dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan

tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat

tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat.

3. Tahap pengembangan nilai

74 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta:

Araksa). 2014.h. 54

39

Pengajaran Makna Nilai

Hukuman

Pembinaan

Menyimpang

Keteladanan

Penghargaan

Sesuai Nilai

Penguatan Pembiasaan

Pengontrolan

Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak perlu

dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang sudah ada

menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin dalam sikap dan

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tahap pemantapan nilai

Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangka

kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak diberikan

kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang

berhibungan langsung dengan kehidupan dalam masyarakat. Dengan

pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah siap untuk memasuki

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 75

Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan strategi

implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.76

Strategi implementasi pendidikan karakter dimulai dengan

pengajaran makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan

melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai

75Ibid., 59-61

76

Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua dan

Guru. (Bekasi: Duta Media Tama).2013. h.137

Gambar 2.2

Strategi implementasi pendidikan karakter berkelanjutan

40

dapat melalui keteladanan dari orang tua ataupun guru. Selain dengan

keteladanan, nilai-nilai yang telah diajarkan ditumbuhkan dengan

penguatan dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai yang diajarkan.

Setelah diberikan keteladanan dan penguatan nilai, kemudian

dimantapkan dengan melakukan pengontrolan. Jika yang dilakukan anak

sesuai dengan nilai yang sudah diajarkan maka anak perlu diberikan

penghargaan. Tahap ini dilakukan sebagai penguatan nilai. Jika perilaku

yang dilakukan anak tidak sesuai dengan nilai atau menyimpang maka

perlu diberi hukuman atau pembinaan. Setelah dilakukan hukuman anak

perlu dikembalikan pada tahapan pengajaran makna nilai.

Strategi tersebut perlu dikembangkan dalam implementasi

pendidikan di sekolah, dengan diterapkannya strategi di atas diharapkan

implementasi pendidikan karakter di sekolah akan efektif dan mampu

menjadikan siswa-siswi menjadi anak-anak yang memiliki karakter mulia

bukan sebatas pengetahuan saja melainkan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari dan menjadi sesuatu yang tertanam kokoh dalam diri sebagai

bekal bagi kehidupannya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan adalah kajian atau review dari laporan

hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema

pokok yang diajukan penelitin. Adapun kajian penelitian yang akan dibahas

adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nurazizah dengan judul

“Implementasi Pendidikan Karakter Bagsa bagi Anak Terlantar di Panti

Asuhan Nurul Qur‟an Bekasi”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan dekriptif. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan

bahwa, proses implementasi pendidikan karakter bagi anak terlantar

diintegrasikan melalui beberapa tahapan yaitu proses penanaman nilai melalui

pengajaran dan pengenalan tata tertib, proses penumbuhan dilakukan dengan

menerapkan nilai-nilai dalam kegiatan sehari-hari, tahap pengembangan

41

dilaksanakan dengan memberikan tanggung jawab kepada anak asuh untuk

melaksanakan tugas mereka.77

Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Risman Munawar

dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian lapangan bersifat kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh

pada penelitian ini yaitu implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran

akidah akhlak tercantum dalam RPP guru yang dilaksanakan dalam proses

pembelajaran dengan metode tanya jawab/percakapan, metode keteladanan,

metode pembiasaan, dan metode targhib dan tahrib.78

Penelitian yang dilakukan oleh Ana Subekti dengan judul penelitian

“Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter

Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakarta”.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan

evaluative deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu: Proses pelaksanaan

pendidikan nilai dan penanaman nilai-nilai karakter islami melalui

keteladanan, berbagai permainan, lagu dan cerita. Dengan menerapkan

pendekatan pembelajaran 5 sentra utama yaitu sentra bermain peran, sentra

balok, sentra bahan alam, sentra imtaq serta sentra seni dan kreatifitas.79

77

Nurazizah, Ayu, Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti

Asuhan Nurul Qur‟an. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Syarifhidayatullah Jakarta: 2014.

78

Munwar, Risman, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di

MTs Negeri Godean. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: 2013

79

Subekti, Ana, Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter

Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakar. Yogyakarta: 2012

42

C. Kerangka Berfikir

Input Proses Output

Kondisi Awal Masalah Strategi Hasil Yang

Diharapkan

1. Banyaknya permasalahan karakter yang terjadi

dikalangan anak bangsa

2. Lemahnya pengelolaan dalam pelaksanaan

implementasi pendidikan karakter di sekolah

3. Kurangnya efektivitas pada proses pelaksanaan

pendidikan karakter di sekolah

4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada

ranah kognitif

5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi

pendidikan karakter

6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan

pendidikan karakter

Belum

optimalnya

internalisasi

nilai-nilai

karakter mulia

dalam diri

peserta didik

pada

pelaksanaan

implementasi

pendidikan

karakter

1. Mensosialisasikan nilai

visi, misi dan tujuan

sekolah

2. Meningkatkan

program-program

pembinaan karakter

siswa

3. Memberikan

keteladanan kepada

siswa

4. Internalisasi pendidikan

karakter kedalam KBM

dan ekstrakulikuler

5. Meningkatkan

pelatihan dan

pembiasaan karakter

yang telah terbentuk

dalam diri siswa

Terciptanya

nilai-nilai

luhur dan

perilaku

berkarakter

dalam diri

siswa yang

teraktualisasi

dalam

kehidupannya

Feed Back

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDIT Al- Muhajirin yang berlokasi di Jl.

Tunda No. 20-21 Komplek Perum PT. (Persero) Pelindo II Walang Jaya-

Jakarta Utara. Waktu penelitian terhitung sejak Desember tahun 2015 s/d Juli

tahun 2016.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu “metode

interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan

interpretasiterhadap data yang ditemukan di lapangan”1 dalam bentuk metode

deskriptif. Menurut Bugin , metode deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai

fenomena realitas social dengan yang ada di masyarakat yang menjadi objek

penilaian, dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri

karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun

fenomena tertentu.2 Maka metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini

diarahkan untuk menganalisis kondisi dan sitasi yang terdapat pada

implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.

C. Sumber Data

Ada tiga jenis sumber data, yaitu : place (tempat), person (orang), paper

(kertas). Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah

subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari

dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, berikut

penjelasannya:

1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) h.7-

8

2 Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hdayatullah

Jakartaa, 2013, h. 62-63

44

1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung yang

ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.3 Dalam penelitian ini sumber data

berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan wawancara di

SDIT Al-Muhajirin, yakni sebagai berikut:

a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik, dan kependidikan,

buku rencana tahunan, laporan prestasi akademik dan non akademik

sekolah)

b. Hasil wawancara dari kepala SDIT Al-Muhajirin, Wakasek bid.

Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, guru bidang studi.

c. Hasil observasi (lingkungan sekolah, lingkungan kelas, pelaksanaan

program sekolah dan fasilitas)

2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari

sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.4 Adapun

data sekunder dari penelitian ini adalah berasal dari buku dan jurnal yang

terkait dengan pendidikan karakter.

D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan

sehingga diperoleh suatu informasi. Untuk memperoleh data yang signifikan,

maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.5 Pengumpulan

data dengan teknik observasi dimaksudkan untuk mengamati objek yang

diteliti untuk mendapatkan data di lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan

pengamatan langsung ke SDIT Al-Muhajirin dalam rangka memperoleh data

mengenai lingkungan sekolah, pelaksanaan program sekolah, kegiatan

3 Opcit., Sugiyono. h. 225.

4 Ibid.

5 Sudaryono, Educational Research Methodology. (Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta) 2014. H.

97

45

ekstrskulikuler dan fasilitas sekolah. Di bawah ini merupakan kisi-kisi

instrument observasi yang penulis gunakan.

Tabel 3. 1

Kisi-kisi Instrumen Observasi

No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan

1. Kegiatan merencanakan program-

program implementasi pendidikan

karakter

2. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan potensi

kognitif siswa

3. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan potensi

afektif siswa

4. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan potensi

psikomotorik siswa

5. Intervensi semua pihak terkait

implementasi pendidikan karakter di

SDIT Al-Muhajirin

6. Evaluasi program implementasi

pendidikan karakter

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Oberservasi Sarana dan Prasarana Sekolah

No

.

Sarana dan

prasarana sekolah

Status Keadaan

Ket Ada

Tidak

ada Baik Sedang

Tidak

baik

1. Ruang kelas Penulis melakukan pengamatan langsung

terhadap sarana dan prasarana yang ada

disekolah dan melaksanakan penelitian

2. Tempat ibadah

3. Sarana olah raga

46

4. Perpustakaan berdasarkan status dan kondisi sarana dan

prasarana

5. Lab.Komputer

6. UKS

7. Alat esenian

8. Alat olah raga

9. Alat kebersihan

10. Kantin

11. Tong sampah

12. Rak sepatu

13. Loker siswa

14. Gudang

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara

pewawancara dengan informan secara langsung.6 Penulis melakukan

wawancara dengan menggunakan teknik depth interview (wawancara

mendalam). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

implementasi pendidikan karakter di sekolah secara mendalam. Berikut kisi-

kisi instrument wawancara yang penulis gunakan.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

Interviewee Dimensi Indikator

Kepala Sekolah

SDIT Al-

Muhajirin

Perencanaan dan

pengontrolan program

penanaman karakter

1. Visi, misi dan tujuan

sekolah

2. Penanaman karakter

siswa

3. Peran serta orang tua

siswa

4. Pembinaan karakter

6Ibid., h. 91

47

yang telah dibentuk

5. Nilai karakter yang

diutamakan

Wakasek

Bid.Kurikulum

Pengorganisasian

program penanaman

karakter

1. Kegiatan ko-

kurikuler dan

ekstrakurikuler

2. Prestasi siswa

dibidang akademik

maupun non-

akademik

3. Standar Kompetensi

Lulusan SDIT Al-

Muhajirin

4. Proses rekrutmen

guru dan siswa

5. Kurikulum yang

digunakan

6. Kondisi guru dan

staff sekolah

7. Kebiasaan serta

program penanaman

karakter siswa

8. Faktor pendukung

dan pengambat

implementasi

pendidikan karakter

9. Cara mengatasi

hambatan

Koordinator

tahfidz

Pelaksanaan program

penanaman karakter

1. hakikat pendidikan

karakter

2. Standar kelulusan

48

tahfidz di SDIT

3. Pelaksanaan

pembelajaran tahfidz

4. Faktor pendukung

implementasi

pendidikan karakter

3. Studi Dokumen

Data dari studi dokumen ini berkaitan dengan data pendidik/tenaga

Kependidikan, buku rencana kerja tahunan, dan laporan hasil prestasi

akademik dan non akademik. Adapun penjelasan kisi-kisi pedoman studi

dokumen dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen

No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan

1. Organisasi Profil SDIT, Visi,misi dan

tujuan SDIT.

2. Kegiatan

implementasi

Petunjuk teknik pelaksanaan

program implementasi

pendidikan karakter

E. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.7

Setelah semua data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut

dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang

7Sugiyono, Metodologi Penelitian: Pedekatan , Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2009), h. 224

49

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam

sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas.

Dalam teknik analisa data kualitatif, penulis mengemukakan tiga proses

analisis data yakni sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.8

Penulis melakukan reduksi terhadap segala informasi yang diperoleh

dengan cara merangkum, memilih data yang penting, kemudian

mengkategorikan data sesuai dengan fokus penelitian. Data yang

direduksi tersebut akan memberikan gambaran yang lebih mendalam

mengenai implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data maka dilakukan penyajian data.

Dalam penyajian data kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.9 Hal ini akam

memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan

fakta dan data yang ditemukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah yang terakhir dilakukan adalah penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

pada instrument wawancara, pernyataan-pernyataan dari observasi dan

dari rumusan masalah.

8 Ibid., h.247

9Ibid., h. 249

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-MUHAJIRIN

A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin

1. Profil SDIT Al-Muhajirin

Pendidikan merupakan sebuah indikator dalam menentukan keberhasilan

suatu negara untuk mencapai kemajuannya, dalam proses pendidikan juga

diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT, karena maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat berdasarkan

pendidikan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut serta berupaya memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam hal pembentukan akhlaqul karimah dan

pendidikan bernuansa islami bagi anak-anak di kecamatan koja dan

sekitarnya, ditambah dengan kemerosotan akhlaq dan moral yang semakin

memprihatinkan, sehingga mengetuk hati para tokoh masyarakat untuk

mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang memiliki visi “Mencetak

generasi muslim berakhlak Imtaq dan berwawasan Iptek”. SDIT Al-Muhajirin

berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Muhajirin Bahari. Selain SDIT Al-

Muhajirin , yayasan tersebut juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan

islam lainnya diantaranya RA Al-Muhajirin, MTs Al-Muhajirin Serta SMA

Al-Muhajirin.1

Sejak tahun 2006 Yayasan Al-Muhajirin mendirikan SDIT Al-Muhajirin

bertujuan untuk menyelenggaran pendidikan berlandaskan islam sebagai

usaha untuk mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif pada perilaku

anak sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, sehingga dalam

perkembangannya nanti dapat menjadi dasar bagi anak untuk hidup dengan

berpegang teguh pada nilai-nilai agama islam.2

1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember 2015

2Ibid.,

51

Bangunan sekolah berdiri diatas tanah Pelindo seluas ±2.400 m2 dengan

luas bangunan ±1.680 m2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin

berlokasi di Jalan Tunda No. 20-21 Komplek Perum Pelindo II kelurahan

Rawa Badak Selatan Kec. Koja Jakarta Utara.3

Siswa SDIT Al-Muhajirin angkatan pertama berjumlah 64 orang (2

kelas). Sedangkan jumlah setiap tahunnya mengalami penambahan yang

signifikan, sehingga menjadikan SDIT Al-Muhajirin sebagai sekolah favorit.

Gedungnya terdiri dari dua lantai yakni terdiri dari 26 ruangan yakni 18 ruang

kelas berukuran 4x4 meter yang dilengkapi kamar mandi didalamnya, 1 ruang

kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang

TU, 1 ruang gudang, 1 ruang serba guna, 1 ruang laboratorium komputer.

Serta masjid yang berada di samping bangunan sekolah. 4

Jumlah siswa yang ada di SDIT Al-Muhajirin 522 yang terdiri dari kelas 1

berjumlah 115, kelas 2 berjumlah 114, kelas 3 berjumlah 98, kelas 4

berjumlah 88, kelas 5 berjumlah 51, kelas 6 berjumlah 56.5 Hampir semua

siswa yang berada di SDIT adalah hasil seleksi yang ketat sehingga siswa

siswinya memiliki daya saing yang sangat tinggi. Rata-rata siswa yang masuk

di SDIT Al-Muhajirin 30% berasal dari RA Al-MUhajirin dan 70% dari luar.

Para siswa SDIT Al-Muhajirin rata-rata mempunyai prestasi akademik yang

bagus sehingga daya saing mereka lebih tinggai. Selain berprestasi dalam

bidang akademik, siswa siswi juga mampu membaca dan menghafal Al-

Qur‟an standar minimal yang ditetapkan sekolah adalah juz 29 dan juz 30.

Sehingga menjadikan sekolah ini diminati oleh para orang tua dan ingin

menyekolahkan anak mereka di SDIT Al-Muhajirin.

3 Dokumen SDIT Al-Muhajirin

4Dokumen SDIT Al-Muhajirin

5Ibid.,

52

2. VISI, MISI, STRATEGI PROGRAM , DAN TUJUAN SDIT AL

MUHAJIRIN

Visi

“MENCETAK GENERASI MUSLIM YANG BERAKHLAK IMTAQ DAN

BERWAWASAN IPTEK”

Misi

1. Memberikan pendidikan yang terbaik dengan metode modern

2. Menciptakan siswa yang berakhlakul karimah, cerdas, kreatif dan

inovatif

3. Mengedepankan kapabiliti dan ebiliti tenaga edukatif

4. Mengedepankan mutu proses pembelajaran dalam menciptakan siswa

yang berwawasan iptek

5. Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan.6

Strategi

1. Meningkatkan profesionalisme guru

2. Mengadakan sarana dan prasarana sekolah

3. Memotifasi siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler

4. Melaksanakan tata tertib baik waktu, disiplin, administrasi, proses KBM,

ibadah, dan lingkungan sekolah

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan

sekolah.7

Tujuan SDIT Al Muhajirin

1. Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan

keagamaan

2. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis

pendidikan karakter.

3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga

dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi

6Dokumen SDIT Al-Muhajirin 17 Desember 2015 (Buku Penghubung)

7Ibid.,

53

4. Menyelenggarakan kegiatan kemandirian melalui pembiasaan dan

pengembangan diri.

5. Menyelenggarakan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga

sekolah sebagai bagian masyarakat global.8

2. Deskripsi Guru

Tugas utama guru adalah mendidik dan mengarahkan siswa untuk

menjadi seseorang yang berakhlak mulia yang berpedoman pada Al-Qur‟an

dan hadits nabi. Disamping itu guru juga bertanggung jawab atas

pengemalan-pengamalan nilai-nilai karakter siswa yang ada di sekolah.

Guru pengajar di SDIT Al-Muhajirin lulusan S1 dari jurusan ilmu

kependidikan yang berasal dari berbagai universitas. Dengan modal ilmu

pendidikan dan keguruan yang dimiliki tidak mengherankan mereka memiliki

sifat pendidik yang mampu menjadi teladan dan dapat menggali potensi yang

dimiliki siswa secara optimal. Untuk menjadi guru di SDIT Al-Muhajirin

memiliki daya saing yang tinggi, hal ini dilihat dari proses seleksi penerimaan

yang ketat dengan melalui beberapa tahapan tes, yaitu test hafalan Al-Qur‟an

dengan kriteria minimal 1 juz untuk guru bidang studi dan minimal 2 juz

untuk guru tahfidz, tes membaca Al-Qur‟an dengan tartil (fashohah dan

tajwid), tes micro teaching serta wawancara dengan kepala sekolah dan

yayasan Al-Muhajirin, tentu saja guru-guru yang diterima adalah lulusan S1.9

Jumlah guru yang ada di SDIT Al-Muhajirin adalah 40 orang. Guru-guru

di bagi menjadi dua yaitu ada 8 guru bidang studi dan 32 wali kelas serta

assisten yang kesemuanya itu terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan yang

diadakan setiap tahun di awal semester.10

8 Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember

2015.

9 ibid.,

10

Ibid.,

54

3. Deskripsi Siswa-siswi SDIT Al_Muhajirin

Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap siswa siswi di SDIT Al-

Muhajirin yang berasal dari latar belakang pendidikan keluarga yang berbeda

serta suku dan budaya yang berbeda, secara keseluruhan siswa-siswi tersebut

terbagi menjadi enam level kelas, dan setiap levelnya terbagi menjadi 4, 3 dan

2 kelas, berikut data siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin:

Tabel 4.1

Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin11

No Nama Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. I Abu Bakar Ash-Shidiq 15 14 29

2. I Umar bin Khathab 15 14 29

3. I Amr bin „Ash 15 14 29

4. I Thalhah bin Ubaidillah 15 14 29

5. II Usman bin Affan 15 14 29

6. II Ali bin Abi Thalib 16 13 29

7. II Mus‟ab 15 14 29

8. II Ubay bin Ka‟ab 16 13 29

9. III Bilal bin Rabah 15 15 30

10. III Zubair bin Awwam 16 14 30

11. III Zaid bin Tsabit 16 14 30

12. IV Abdullah bin Abbas 15 15 30

13. IV Abdurrahman bin “Auf 15 15 30

14. IV Salman Al-Farisyi 15 14 29

15. V Khalid bin Walid 15 13 28

16. VI Hamzah bin Abdul Mutholib 18 13 28

17. VI Sa‟ad bin Abi Waqash 16 12 28

18. VI Abdullh bin Rawahah 16 12 28

11Ibid., Dokumen SDIT Al-Muhajirin

55

4. Standar Kompetensi Lulusan SDIT Al-Muhajirin

a. Hafal 2 Juz Al-Qur‟an (Juz 30 dan Juz 29)

b. Berakhlaqul karimah

c. Salimul Aqidah

d. Shohihul Ibadah

e. Berbakti kepada orang tua dan guru

f. Gemar membaca

g. Disiplin dan bertanggung jawab.12

5. Kegiatan Ekstrakulikuler

a. Pramuka

b. Marching Band

c. Tari tradisional

d. Marawis

e. Pencak Silat

f. Futsal

g. Taekwondo

h. Paskibra.13

6. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin

Kurikulum yang diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin adalah

kurikulum Depag (Departemen Agama) yang di padukan dengan kurikulum

pendidikan dasar serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-

Muhajirin.14

Dengan demikian siswa-siswinya akan mendapat porsi

pendidikan agama seperti siswa madrasah dan mendapatkan pelajaran umum

seperti siswa pada sekolah dasar (sekolah umum)

Dengan implemenasi kurikulum yang dipadukan itulah diharapkan

lulusan SDIT Al-Muhajirin akan mendapatkan ilmu pengetahuan serta ilmu

agama yang berimbang (menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta dekat

kepada Allah SWT). Program-program penanaman dan penguatan nilai-nilai

karakter islami sejak dini sudah diterapkan dan senantiasa terus ditingkatkan.

Kegiatan ini dengan dilakukan dengan cara-cara antara lain : mengucapkan

12Wanwancara Wakasek bid.Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015

13

Dokumen SDIT Al-Muhajirin

14 Wawancara Wakasek.bid.Kurikulum pada tanggal 15Desember 2015

56

salam setiap bertemu dengan guru, membaca do‟a setiap sebelum

melaksanakan aktivitas, melakukan muroja‟ah hafalan setiap sebelum

melaksanakan pembelajaran, berwudhu dengan tertib dan sempurna,

melaksanakan sholat wajib dan sunnah, membiasakan shalat di awal waktu,

shalat dhuha, pelaksanaan shalat berjama‟ah,membiasakan makan dan minum

yang halal serta tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan diri dan

lingkungan, adab terhadap guru, adab terhadap orang tua serta adab terhadap

teman sebaya, serta praktek ibadah lainnya yang terdapat dalam al-qur‟an dan

sunnah.15

Dengan pembiasaan yang terus dilakukan secara kontinyu

diharapkan anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan ibadah

dengan kesadaran serta tidak menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan

beban.

Tabel 4.3

Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin16

No Komponen

Kelas dan Alokasi

Waktu

1 s.d 3 4 s.d 5

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 6 6

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 7 7

4. Matematika 8 8

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2

B. Muatan Lokal

1. Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta 2 2

15Ibid.,

16

Dokumen SDIT Al-Muhajirin

57

2. Bahasa Inggris 2 2

3. Bahasa Arab 2 2

4. Tahfidz 8 8

5. Tahsin 8 8

6. Teknologi Informasi Komunikasi 2 2

C. Pengembangan Diri *2 *2

Jumlah 59 59

Pengembangan diri

1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Pengembangan Kehidupan Pribadi

b. Pengembangan Kehidupan Sosial

c. Pengembangan Kemampuan Belajar

2. Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Krida : Pramuka

b. Latihan/Lomba/Prestasi : Seni Budaya, Mata Pelajaran, Keterampilan

Olahraga, Keagamaan

c. Kegiatan Lapangan : Kunjungan ke objek tertentu

B. Analisis dan Pembahasan hasil Penelitian

1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin

Pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan

perwujudan dari keseluruhan potensi manusia (kognitif,afektif dan

psikomotorik) dalam konteks interaksinya dalam keluarga, satuan pendidikan

dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat. Perwujudan tersebut

dapat dikelompokan ke dalam empat elemen, yaitu: Olah hati (Spiritual and

Emotional development), Olah pikir (Intellectual development), Olah raga

(Physical and Kinesthetic development), dan Olah karsa (Affective and

Creativity development). Keempat elemen tersebut secara keseluruhan saling

memiliki keterkaitan dan saling melengkapi dan menuju pada pembentukan

karakter yang menjadi perwujudan nilai-nilai luhur.

Untuk mengoptimalkan potensi siswa SDIT Al-Muhajirin

mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan yang

58

diprogramkan, baik kegiatan kurikuler siswa maupun non kurikuler. Kegiatan

kurikuler merupakan kegiatan yang di masukkan ke dalam kurikulum dan ada

dalam jadwal pelajaran sekolah, di antara kegiatan kurikuler yang

dilaksanakan siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin adalah:

1. Pelajaran Umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan)

2. Hafalan 2 Juz Al-Qur‟an (Tahfidz)

3. Pendidikan Agama Islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur‟an

Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam).

4. Baca tulis Al-Qur‟an (Tahsin) dengan metode Qiro‟ati.

Sedangkan program non kurikuler adalah program yang

diimplementasikan oleh sekolah, namun tidak dimasukkan secara khusus ke

dalam KBM hanya saja menjadi kebiasaan (Hidden Curriculum) yang selalu

dilakukan sehingga menjadi budaya yang akan membentuk karakter seluruh

warga sekolah terutama siswa siswi SDIT. Program non kurikuler terhadap

pendidikan karakter, meliputi:

1. Olah Hati (Spiritual and Emotional development)

Menurut pandangan agama hati merupakan segumpal daging yang

ada dalam diri manusia serta merupakan tempat bermuaranya segala

kebaikan dan keburukan. Olah hati merupakan upaya mengelola aspek-

aspek spiritual yang dapat membentuk karakter seseorang. Diantara olah

hati yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, yaitu:

a. Membiasakan wudhu dengan tertib dan sempurna

b. Membiasakan sholat wajib dan Sunnah

c. Membiasakan shalat diawal waktu

d. Membiasakan berdo‟a setiap akan melaksanakan kegiatan

e. Membiasakan menjaga kebersihan dan kerapihan diri dan

lingkungan

f. Membiasakan makan makanan yang halal

g. Adab makan dan minum

59

h. Adab terhadap guru, teman dan orang tua17

Olah hati yang di implementasikan di SDIT mengajarkan kepada

siswa untuk menyadari pentingnya hati yang bersih dalam kehidupan,

dan untuk mendapatkan hati yang bersih seseorang harus dekat dengan

Tuhannya yaitu dengan cara-cara yang diajarkan oleh rasulullah SAW.

Dari pengamatan yang penulis lakukan sejak bulan Januari sampai

September penulis melihat siswa sudah terbiasa dengan rutinitas

keagamaan di sekolah, seperti halnya ketika jam 09.00 sudah memasuki

waktu istirahat siswa lebih memilih untuk mengerjakan shalat sunnah

dhuha baru kemudian istirahat. Ini merupakan satu hal yang sangat baik

bahwa siswa terbiasa dengan hal-hal yang sunnah, begitu juga dengan

shalat dzuhur, sebelum adzan berkumandang siswa level atas

berbondong-bondong pergi ke masjid sedangkan level bawah

melaksanakan shalat di kelas. Dapat dikatakan SDIT Al-Muhajirin telah

berhasil menanamkan sikap religius pada siswa-siswinya melalui

pembiasaan-pembiasan yang terus menerus dilakukan secara kontinyu.

2. Olah Pikir (Intellectual development)

Berpikir merupakan aktivitas intelektual seseorang yang melibatkan

kesadaran subjektif individu yang menghasilkan suatu konsep, ide-ide,

atau gagasan. Diantara olah pikir yang di implementasikan di SDIT Al-

Muhajirin adalah:

a. Kegiatan Market Day

b. Wisata Ilmiah

c. Pendalaman Materi

d. Keputraan dan Keputrian

e. Lomba-lomba (menulis cerpen, tahfidz, ceramah dll)18

Kegiatan olah pikir yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin

bertujuan untuk menanamkan karakter rasa ingin tahu, kemandirian,

cerdas serta kreatif. Hal tersebut terlihat saat penulis melakukan

17 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015

18

Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015

60

observasi pada kegiatan Market Day siswa level 1. Para siswa tidak

hanya berjualan makanan tetapi juga minuman, pin, gelang,

gantungan kunci dan lain-lain. Barang yang ingin dijual di temtukan

sendiri oleh siswa serta penjualnya juga mereka, walaupun masih

kelas satu tapi tidak terlihat rasa takut dalam wajah mereka melayani

pembeli yaitu kakak-kakak kelas mereka.

3. Olah Raga (Physical and Kinesthetic development)

Olah raga merupakan pembelajaran untuk jasadiyah (tubuh) manusia

yang terencana dan terstruktur bertujuan untuk meningkatkan kebugaran

tubuh. Olah raga bukan hanya melibatkan aktivitas fisik (psikomotorik)

saja, olah raga juga melibatkan aktivitas kognisi dan afeksi seseorang.

Diantara olah raga yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin

adalah:

a. Kepramukaan

b. Outbond

c. Ekstrakurikuler (Tari, Silat,Taekwondo, Futsal, Marching Band,

Marawis)19

.

Bentuk pendidikan karakter yang di implementasikan di SDIT

Al-Muhajirin bertujuan untuk menanamkan sifat disiplin yang

didapat dari kegiatan kepramukaan, berdaya tahan tubuh yang kuat

di dapat dari kegiatan outbond, sedangkan sifat lain seperti sportif,

tangguh, ceria, gigih dan bekerja keras terlihat dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Hal ini dapat penulis simpulkan dari hasil observasi

saat para siswa melaksanakan latihan ketika sepulang sekolah.

Mereka dengan tekun dan semangat melaksanakan latihan walaupun

waktu pelaksanaannya setelah pulang sekolah. Selain berlatih para

siswa yang mengikuti ekskul juga sering diikutsertakan dalam

lomba-lomba kejuaran. Sedangkan untuk melatih keberanian mereka

tim ekskul terkadang diminta untuk tampil saat muroja‟ah usbu‟iyah

di depan seluruh warga sekolah.

19 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015

61

4. Olah Karsa (Affective and Creativity development)

Olah karsa atau olah rasa merupakan kekuatan seseorang untuk

mengelola kekuatan perasaan. Dalam pendidikan karakter olah karsa

melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan kata lain siswa

bukan saja mengetahui tentang karakter-karakter yang baik namun juga

memiliki kesadaran untuk melaksanakannya. Diantara olah karsa yang di

implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, ialah:

a. Kepedulian terhadap lingkungan

b. Ber-Akhlaqul karimah dalam pergaulan20

Itulah bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Al-Muhajirin

dalam mengoptimalkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa serta

menjaga kualitas dan output sekolah. Secara keseluruhan siswa-siswi SDIT

sudah menerapkan bentuk-bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di

SDIT, seperti yang penulis lihat saat observasi pada waktu istirahat jika ada

teman nya yang makan sambil berdiri yang lain tidak segan untuk

mengingatkan dengan hadits yang telah diajarkan. Ketika setelah istirahat

siswa merapihkan sendiri tempat makan dan sampah sisa-sisa makanan.

Secara keseluruhan bentuk-bentuk implementasi pendidikan karakter di SDIT

Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan baik namun evaluasi serta pengawasan

tetap harus dilakukan guna menigkatkan kualitas siswa dan sekolah.

2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT

Al-Muhajirin

SDIT Al-Muhajirin adalah lembaga pendidikan yang hakikatnya adalah

sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan

Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memadukan pendidikan Aqliyah, ruhiyah

dan jasadiyah.21

Dengan ketiga konsep pendidikan tersebut berarti SDIT Al-

Muhajirin berupaya mendidik siswa menjadi anak yang berkembang

kemampuan akalnya intelektualnya, meningkat kualitas iman dan taqwa

20 Ibid.,

21

Wawancara Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin Bpk. Sutrisno, M.Pd Tanggal 15 Desember 2015

62

kepada Allah SWT, terbinanya akhlaqul karimah serta memiliki kesehatan

dan kebugaran jasmani serta terampil dalam kehidupan sehari-harinya.

Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan output yang diharapkan

sekolah, SDIT Al-Muhajirin menyusun beberapa kegiatan dalam

pembentukan karakter siswa untuk diimplementasikan dan dilaksanakan oleh

semua warga sekolah (siswa, kepala sekolah, guru, serta seluruh staff dan

karyawan sekolah) diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Berwudhu dengan tertib sebelum shalat

Berwudhu merupakan syarat sah shalat karena pentingnya berwudhu

maka siswa yang akan melaksanakan shalat harus berwudhu terlebih dahulu

dengan tertib dan sempurna. Dalam pelaksanaan berwudhu dilaksanakan

secara bergantian, perempuan berwudhu di kamar mandi di dalam kelas,

sedangkan laki-laki berwudhu di luar kelas.Pengawasannya dilakukan oleh

wali kelas dan asisten. Jika ditemukan ada siswa atau siswi yang tidak tertib

dalam mengambil wudhu maka guru yang mengawas akan mengarahkan

untuk mengulangi lagi wudhu dengan tujuan agar anak terbiasa wudhu

dengan tertib dan sempurna. Adapun tata cara wudhu yang benar dan

sempurna yaitu, niat, mencuci tangan, berkumur-kumur sebanyak 3 kali,

menghirup dan mengeluarkan air dari dalam hidung, membasuh muka,

membasuh tangan kanan kemudian tangan kiri sampai siku-siku, membasuh

rambut, membasuh telinga dan yang terakhir kaki sampai mata kaki,

dilanjutkan membaca do‟a sesudah wudhu.

Dalam pengamatan yang peneliti lakukan, sebagian besar siswa-siswi

SDIT sudah dapat menerapkannya. Karena pelajaran serta tata cara wudhu

sudah diajarkan sejak kelas 1 dan dipraktekkan setiap hari. Selain itu akan

dibahas lagi pada materi Ubudiyah sejak kelas 4. Seperti terlihat pada gambar

di bawah ini. Siswa SDIT Al-Muhaijirn melaksanakan wudhu di keran

khusus yang disediakan untuk para siswa-siswi berwudhu sebelum

melaksanakan shalat.22

22Hasil observasi pada tanggal 10 Mei 2016

63

2. Shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjama‟ah

Setiap hari siswa dilatih dan dibiasakan untuk shalat berjama‟ah baik

sholat dhuha maupun shalat dzuhur. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan

dikelas masing-masing secara berjama‟ah didampingi wali kelas dan asisten

kelas. Waktu shalat dhuha pukul 08:45-09:00 sebelum istirahat pertama.

Kegiatan shalat dhuha bertujuan untuk membiasakan siswa melaksanakan

sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.

Sama halnya dengan shalat dhuha, shalat dzuhur juga dilaksanakan

berjama‟ah didampingi oleh wali kelas dan asisten yang akan membimbing,

mengarahkan dan membina siswa agar melaksanakan shalat dengan benar,

tertib dan khusyu‟. Jika ada siswa yang tidak khusyu‟ dalam shalat dan

dzikirnya maka pendamping mengarahkan siswa tersebut untuk mengulang

lagi shalat atau dzikirnya. Pelaksanaan shalat dzuhur untuk kelas 1-3

dilaksanakan dikelas masing-masing secara berjama‟ah, sedangkan kelas 4-6

dilaksanakan di masjid Al-Muhajirin bersamaan dengan jama‟ah yang lain

dan diawasi oleh wali kelas dan guru laki-laki bidang studi.

Gambar 4.1 Wudhu sebelum melaksanakan sholat

64

Gambar diatas menunjukkan kegiatan yang dilakukan sebelum

pelaksanaan shalat berjama‟ah dikelas 1 Thalhah bin Ubaidillah. Wali kelas

sedang memberikan pengajaran tentang kesempurnaan dalam gerakan shalat.

Terlihat dari gambar di atas siswa dengan seksama memperhatikan dan

mempraktekkan gerakan yang diajarkan oleh wali kelasnya.23

Sedangkan

terlihat pada gambar di bawah kelas 3 bilal bin rabah sedang melaksanakan

shalat dzuhur berjama‟ah dikelas nya yang di pimpin oleh teman mereka

sendiri. 24

Kebiasaan shalat berjama‟ah diajarkan untuk memperkenalkan

kepada siswa bahwa shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala yang lebih

banyak dibandingkan dengan shalat sendiri, selain itu dalam shalat

berjama‟ah siswa diajarkan agar patuh pada imam atau pemimpin.

23 Hasil observasi pada tanggal 01 Agustus 2016

24

Ibid.,

Gambar 4.2

Menyempurnakan gerakan shalat

Gambar 4.3

Pelaksanaan Shalat dzuhur berjama’ah di kelas

65

3. Hafalan Qur‟an, hadits serta do‟a sehari-hari

Standar Kelulusan SDIT Al-Muhajirin menetapkan bahwa setiap

siswa-siswinya minimal menghafalkan 2 juz dari 30 juz Al-qur‟an, yaitu

juz 29 dan juz 30.25

Hafalan Al-qur‟an, hadits dan do‟a sehari-hari

dimasukkan kedalam mata pelajaran sehari-hari, yaitu Tahfidz dan

Pendidikan Agama Islam. Untuk memperkuat hafalan-hafalan siswa

setiap pagi sebelum KBM dimulai diadakan Muroja’ah (pengulangan).

Kegiatan Muroja’ah terbagi menjadi dua, yaitu muroja’ah yaumiyah atau

muroja’ah harian (senin-kamis) yang dilakukan dikelas masing-masing

dipimpin oleh wali kelas dan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah

mingguan (Jum‟at) dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala

sekolah bagian kesiswaan. Muroja’ah usbu’iyah di ikuti oleh seluruh

siswa dan guru-guru bertempat dilapangan sekolah. Setelah kegiatan

Muroja’ah usbu’iyah siswa-siswi diberikan nasehat-nasehat mengenai

adab-adab dalam islam yang berlandaskan hadits nabi, misalnya adab

saat makan dan minum, adab bergaul kepada teman sebaya dan guru,

adab dalam marah, adab dalam berpakaian, adab dalam menjaga

kebersihan,kepribadian seorang muslim, dll.26

Gambar diatas menunjukkan seorang siswa menyetorkan hafalannya

kepada guru tahfidz nya. Setoran hafalan ini dilaksanakan setiap

25 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015

26

Hasil obbservasi pada tanggal 15 April 2016

Gambar 4.4

Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz

66

seminggu sekali. Alokasi waktu untuk pembelajaran tahfidz dalam

seminggu yaitu 8x35 menit dan setiap minggunya siswa wajib

menyetorkan hafalannya yang telah dihafal pada pertemuan sebelumnya.

Berkaitan dengan cara menanamkan karakter mulia kepada anak

melalui hafalan al-Qur‟an, Do‟a dan hadits, Bapak Maulid Rokhim,

S.Pd.I mengatakan bahwa:

Menghafal Al-qur‟an berpengaruh dalam pembentukan karakter

mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan

kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di

hafal, dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak

dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang

akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga

dengan hadits-hadits dan do‟a-do‟a pilihan yang di ajarkan di SDIT

Al-Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah

dipahami anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam

kehidupan.27

Gambar diatas menunjukan kegiatan muroja‟ah „Usbuiyah atau

muroja‟ah mingguan yang diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru

SDIT Al-Muhajirin. Selain muroja‟ah atau mengulang kembali hafalan

juga diadakan penyampaian hadis-hadis yang berkenaan dengan akhlaqul

karimah, misalnya adab dalam berbicara, adab dalam makan dan minum,

adab pergaulan antara sesama.

4. Pembiasaan Akhlaqul karimah

27 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015

Gambar 4.5

Kegiatan Muroja’ah ‘Usbuiyah pada hari Jum’at

67

SDIT Al-Muhajirin menjadikan Akhlaqul karimah sebagai budaya

yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dari

mulai kepala sekolah, guru, siswa-siswi, para staff kepegawaian, komite

serta wali murid dalam pergaulan sehari-hari terutama saat berada dalam

lingkungan sekolah. Diantara peraturan-peraturan untuk menumbuhkan

budaya dan kebiasaan tersebut menyebutkan dalam berperilaku social di

SDIT harus menerapkan:

a. Membiasakan mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebelum

masuk dan keluar kantor, ruang guru atau ruang kelas

b. Membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan (salaman) jika

bertemu dengan guru

c. Membiasakan izin kepada guru jika ingin keluar kelas

d. Membiasakan sopan dan santun dalam berperilaku kepada guru

maupun teman sebaya

e. Membiasakan tidak berkata jorok dan mengolok-olok teman.

f. Bersikap baik terhadap teman (tidak main dengan kasar dan

memaksa)

g. Tidak boleh makan dan minum sambil berdiri dan jalan-jalan

h. Makan dan minum secukupnya dan menggunakan tangan kanan

i. Makan dan minum dengan rapi dan tertib

j. Membiasakan menyisihkan uang jajannya untuk amal jariyah

k. Membiasakan bersikap mandiri dan bertanggung jawab

l. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya28

28 Observasi pada tanggal 15 April 2016

68

Suasana yang terlihat pada gambar di atas berlangsung ketika jam

istirahat, siswa makan dengan tertib menggunakan tangan kanan dan

duduk di bangkunya masing-masing. Setelah semua siswa menghabiskan

makanannya barulah diperbolehkan untuk bermain di luar kelas atau

melaksanakan aktivitas lain seperti membaca buku cerita.29

5. Outbond dan Wisata Ilmiah

Kegiatan Outbond dan Wisata Ilmiah dilaksanakan oleh SDIT Al-

Muhajirin selama satu tahun sekali. Outbond dilaksanakan setiap awal

semester ganjil, sedangkan wisata ilmiah dilaksanakan setiap awal

29 Observasi pada tanggal 01 Agustus 2016

Gambar 4.6

Peraturan kelas yang dibuat untuk menanamkan akhlak karimah

Gambar 4.7

Suasana makan saat jam istirahat

69

semester genap. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih psikomotorik

serta sensorik anak agar mereka memiliki pengalaman langsung dalam

belajar. Selain itu kegiatan outbond dan wisata ilmiah juga dapat

membentuk karakter disiplin, tangguh, kerjasama bekerja keras dan

menumbuhkan daya saing yang positif.30

Gambar 4.8 Keceriaan saat kegiatan outbond dan wisata ilmiah

6. Market Day

Kegiatan market day bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa

tentang nilai mata uang, selain itu kegiatan ini bertujuan membangun

jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Market Day diagendakan

terlaksana setiap hari Jum‟at pada minggu ke-1 dan ke-3 dalam setiap

bulan nya, yang perserta nya adalah seluruh siswa-siswi SDIT Al-

Muhajirin digilir berdasarkan level kelas.

Suasana ceria saat pelaksanaan market day di hari jum‟at terlihat

jelas pada gambar diatas. Selain mengajarkan nilai mata uang kepada

siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kegiatan ini berhasil membangun jiwa

30 Dokumen SDIT Al-Muhajirin tahun 2015

Gambar 4.9

Keceriaan saat market day

70

wirausaha yang ada dalam diri siswa. Hal ini terbukti dengan kepiawaian

siswa dalam melayani pembeli. Selain itu diharapkan siswa juga dapat

menghargai setiap jerih payah orang tuan nya dalam mencari uang

sehingga mereka akan lebih menghargai dan menjaga yang mereka

miliki.31

7. Keputraan dan Keputrian

Kegiatan keputraan dan keputrian diterapkan untuk siswa kelas 4

sampai 6 dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal

ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam bergaul antara laki-laki

dan perempuan ketika mereka sudah baligh nanti, diharapkan mereka

dapat menjaga kesucian diri dalam pergaulannya. Setiap kelas

mendapatkan jadwal keputraan dan kepturian sekali dalam satu

minggu,keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari

kamis, sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jum‟at saat para

siswa sedang melaksanakan shalat jum‟at. Materi yang diberikan adalah

pendalaman materi agama islam dengan materi Aqidah, Fiqh, dan

Akhlaq, diantara materinya adalah Rukun Iman, Kaifiyah wudhu,

kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama‟ah, adab di masjid, adab

kepada orang tua, guru dan sesama.32

Program keputraan dan keputrian

mendapatkan support penuh dari pihak atasan namun sangat disayangkan

ada beberapa kendala yang muncul selama pelaksanaannya. Seperti yang

di paparkan oleh koordinator ubudiyah bahwa:

kendala adalah kurangnya dukungan dari guru-guru yang dimintai untuk

menjadi narasumber dengan alasan waktu kegiatan tersebut bentrok

dengan jam mengajar, selain itu waktu yang terbatas juga menjadi

kendala khususnya pada program keputrian yang hanya memiliki durasi

sekitar 30 menit saat shalat jum‟at belum lagi dipotong dengan shalat

dzuhur berjama‟ah.33

31 Observasi pada tanggal 15 April 2016

32

Hsil wawancara Koordinator Ubudiyah pada tangga 24 Juni 2016

33 Ibid., wawancara kordinator ubudiyah

71

3. Faktor Pendukung dan Penghmbat Implementasi Pendidikan

Karakter Di SDIT Al-Muhajirin

Berikut ini merupakan pemaparan mengenai factor prndukung dan

penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin serta

upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan implementasi

pendidikan karakter.

1. Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin

Diantara factor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter di

SDIT Al-Muhajirin menurut koordinator tahfidz Maulid Rohim, S.Pdi,

beliau mengatakan bahwa:34

Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang

mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter

islami, karena dalam islam semua sudah jelas aturannya,

bagaimana seorang muslim harus bersikap baik pada diri sendiri,

dengan orang lain bahkan pada lingkungannya. Seperti misalnya

bersikap pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan dirinya

dengan tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan

bentuk tubuhnya, hal-hal seperti itu yang harus diperbaiki oleh

pendidikan.

Pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam

pengetahuan melainkan secara cerdas secara sikap dan perilaku.

Untuk melaksanakan pendidikan seperti itu tidak bisa dilakukan

oleh satu pihak saja (sekolah) tapi membutuhkan kerjasama semua

pihak terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Ketika

disekolah anak akan berpanutan pada guru nya di sekolah

sedangkan ketika anak berada dirumah orang tua nya lah yang

menjadi panutan, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus

dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan pengaruh

dalam pendidikan anak.

Sedangkan saat wawancara dengan Wakasek bid.kurikulum Ridwan

Malik,S.Pd berkaitan dengan factor pendukung implementasi pendidikan

karakter anak di SDIT Al-Muhajirin, beliau mengatakan:35

Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan

Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

merupakan visi SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah

lulus siswa dapat mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh.

34 Wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015

35

Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2016

72

Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin menerapkan konsep full day

school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa mengembangkan

kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak mengenal

istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya

adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak,

yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan tidak menggunakan

tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri serta

pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami

serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam

hidup bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi.

Oleh karena itu disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun

orang tua yang mengantar dan menjemput anak harus membiasakan

dan mempraktekkan karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT

selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan karakter islami

dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar

dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun

orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi dengan

pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk

menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.

2. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter.

Pada saat wawancara dengan wakasek bid. Kesiswaan mengenai

faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin, beliau menyampaikan:

Factor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di

SDIT Al-Muhajirin diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal

dan eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya

terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan

teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan

perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal

juga dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua

nya suka berbicara kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-

iming imingi anak namun tidak dilaksanakan, hal ini dapat

berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak. Kedua faktor

ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya

bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang

setiap hari ia lihat.

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi

pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.

73

Wakasek bid. Kurikulum saat diwawancarai mengenai upaya yang

dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dalam implementasi

pendidikan karakter mengatakan:

Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk

menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru

maupun siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara

kontinyu, seperti yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi

Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah

dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan

dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi

hal yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya

perbaikan pun selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah

pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat salah

juga merupakan sarana dalam memperbaiki implementasi

pendidikan karakter.

SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah

disepakati bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa,

diantaranya yaitu: 1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan

diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin komunikasi

dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)

Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan,

4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT

Al-Muhajirin juga dengan tangan terbuka menerima masukan dari

orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau

pihak sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas

individu baik guru maupun pihak sekolah.36

36 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015

74

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana terdapat pada beberapa

bab tersebut di atas dapat dikemukakan kesimpulan dan saran-saran

sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. SDIT Al-Muhajirin mengimplementasikan pendidikan karakter ke

dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik kegiatan kurikuler maupun

non kurikuler. Program kurikuler dimasukkan kedalam pelajaran

umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) serta

pendidikan agama islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur’an

Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang mampu menanamkan

karakter dalam diri siswa-siswinya. Untuk program kegiatan non

kurikuler meliputi: a) Olah hati berupa kebiasaan wudhu dengan

tertib, sholat wajib dan sholat sunnah, sholat diawal waktu, berdo’a

setiap akan melaksanakan kegiatan, menjaga kebersihan dan

kerapihan diri serta lingkungan, beradab terhadap guru, orang tua dan

sesama. b) Olah pikir berupa kegiatan market day, wisata ilmiah,

pendalaman materi, kegiatan keputraan dan keputrian serta lomba-

lomba ilmiah yang diadakan setiap peringatan hari besar Negara

maupun hari besar islam.c) Olah raga berupa kegiatan outbond,

kepramukaan serta kegiatan ekstrakurikuler (tari, silat, taekwondo,

futsal, marching band dan marawis). d) Olah karsa berupa kepedulian

terhadap lingkungan serta berakhlaqul karimah dalam pergaulan

terhadap guru, orang tua dan teman.

2. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin meliputi keterpaduan antara kurikulum pendidikan umum

dan pendidikan agama dengan menggunakan konsep full day school

sehingga SDIT dapat dengan leluasa mengatur dan mengembangkan

kurikulumnya, program-program yang dilaksanakan secara kontinyu

dengan terus melakukan evaluasi serta perbaikan, dan dukungan

75

penuh serta partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah baik itu

yayasan, komite sekolah, guru dan staff sekolah serta orang tua siswa-

siswi SDIT Al-Muhajirin. Faktor penghambat implementasi

pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin meliputi faktor internal dan

eksternal. aktor internal bersal dari guru dan orang tua siswa yang

terkadang memberikan contoh tidak baik baik dari ucapan maupun

perbuatan. Faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat tempat

siswa-siswi tinggal, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari

ditonton.

3. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi

pendidikan karakter, SDIT Al-Muhajirin melakukan usaha-usaha

sebagai berikut : 1). Melakukan evaluasi secara kontinyu, 2). Saling

mengingatkan dalam kebaikan dan tidak segan untuk menegur yang

berbuat salah, 3). Membuat kesepakatan antara pihak sekolah dan wali

murid berkenaan aturan yang ditetapkan di SDIT Al-Muhajirin, 4).

Menjalin komunikasi dengan wali murid melalui buku penghubung

atau pun via telepon, 5). Pertemuan dengan wali kelas yang

didampingi oleh pihak atasan, 6). Home visit (kunjungan guru atau

wali kelas ke rumah), 7). Menerima saran dan masukan dari berbagai

pihak sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik

guru maupun sekolah.

B. Saran

Berdasarkan analisis danpembahasan implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Muhajirin, maka saran yang direkomendasikan

penulis antara lain sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah, hendaknya dalam melakukan perekrutan serta

pembinaan guru, akhlaqul karimah dapat dijadikan sebagai orientasi

utama dengan tidak mengabaikan kompetensinya.

2. Kepada para guru hendaknya selalu meningkatkan suri teladan yang

baik di hadapan siswa-siswinya serta meningkatkan kompetensinya

untuk meningkatkan kualitas SDIT Al-Muhajirin

76

3. Para orang tua diharapkan untuk mempertahankan komunikasi serta

kerja sama yang baik kepada SDIT Al-Muhajirin dalam mendidik anak-

anak nya, serta membimbing dan memberi contoh yang baik dalam

kehidupan sehari-hari di rumah.

4. Kepada para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kalian adalah genarasi

penerus bangsa yang nantinya akan memimpin bangsa. Masa depan

bangsa ada di tangan kalian. Ketika kalian memiliki karakter yang

mulia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kalian akan

mampu mengeksplorasi potensi yang kalian miliki dengan menjaga

nilai-nilai yang tidak melanggar agama.

Daftar Pustaka

Al- Mishri, Mahmud. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. Jakarta: Pena Pundi

Aksara, 2011.

Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad.

Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2, 2012.

Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A,Salam, Membumikan Pendidikan

Karakter. Jakarta :Suri Tatu’uw, 2015.

Ardani, Moh. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan

Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005.

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002.

Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.

Yogyakarta: Araksa, 2014.

e-book KBBI Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hdayatullah. Pedoman

Penulisan skripsi. Jakarta, 2013.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta, 2012.

Julian, James dan John Alfred. Belajar KepribadianThe Accelerated Learning for

Personality. Yogyakarta: Pustaka Baca, 2008.

Kementerian Pendidikan Nasional. Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010.

Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang

Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama, 2013.

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar

dan Baik. Bandung: Nusa Media, 2011.

Listyarti, Retno. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif.

Jakarta: Erlangga, 2012.

Mahmud. Pendidikan karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta,

2011.

Manna’ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh Drs.

Mudzakir AS dengan judul Studi ilmu hadits. cet: 8. Bogor: Pustaka Litera

AntarNusa, 2004.

Mulyasa, Ahmad. Kurikulum berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Munwar, Risman. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.

Nata , Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

-------. Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2014.

Nurazizah, Ayu. “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar

di Panti Asuhan Nurul Qur‟an”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN

Syarifhidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014.

Oktavia, Lanny dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. Jakarta:

Rene Book, 2014.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.

2011.

Raka, Gede, dkk. Pendidikan Karakter Di sekolah dari Gagasan Ke Tindakan.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011.

Rivai, Viethzal dan Sylviana Murni, Education management Analisis Teori dan

Praktik. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2010.

Rosyadi, Rahmat. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia

Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011.

Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. (http://www.setneg.go.id)

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional,

dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi

Aksara, 20016.

Subekti, Ana.“Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan

Karakter Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban

Yogyakarta”. Yogyakarta, 2012.

Sudaryono. Educational Research Methodology. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia,

2014.

Sudrajat, Ajat. Mengapa Pendidikan Karaker?. Jurnal Pendidikan Karakter.

Tahun I, Nomor 1,2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009.

Sulaiman, Abu Amr Ahmad. diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode

Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. Jakarta: Darul

Haq, 2005.

Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy

dalam Judul Asli “Arba’in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-

Nawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh

H.M. Mundar. Jakarta: Wangsamerta, 2011.

Tim Direktorat Jenderal manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan karakter kumpulan

pengalaman inspiratif. 2010.

Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi.

Jakarta:Prenadamedia Group, 2014.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Lampiran 1

Transkip Wawancara

Narasumber : Sutrisno, M.Pd

Jabatan : Kepala SDIT Al-Muhajirin

Waktu : 15 Desember 2015, 08:30 WIB

Pewawancara : Bagaimana latar belakang berdirinya SDIT Al-Muhajirin?

Narasumber : SDIT berdiri tahun 2006. Dilatarbelakangi oleh antusias wali

murid RA yang ingin melanjutkan sekolah anaknya di sekolah islam.Selain itu

melihat kondisi moral dan akhlaq anak-anak dilingkungan sekitar juga

memprihatinkan, sehingga muncul kesadaran YAMB untuk membangun SDIT.

Pada awal beririnya SDIT Al-Muhajirin dilingkungan koja belum ada, maka dari

pembangunan SDIT mendapat dukungan yang lumayan bagus dari masyarakat

sekitar.

Pewanwancara: Apa visi, misi, serta tujuan SDIT Al-Muhajirin?

Narasumber : Visi SDIT Al-Muhajirin “Mencetak generasi muslim berakhlaq

Imtaqbdan berwawasan Iptek”, sedangkan beberapa misi nya “Memberikan

pendidikan yang terbaik dengan metode modern, Menciptakan siswa yang

berakhlaqul karimah, cerdas, kreatif dan inovatif”. SDIT Al-Muhajirin bertujuan

mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan,

semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis pendidikan

karakter, menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, Bahasa, olahraga

dan seni budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.

Pewanwancara : Konsep apa yang diterapkan di SDIT pada keseluruhan proses

pembelajaran?

Narasumber : SDIT merupakan sekolah dasar islam yang mengimplementasikan

konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan

memadukan antara pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan Jasadiyah. Diharapkan agar

keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa berkembang, baik akal

intelektualnya, perilaku serta kualitas iaman dan takwa nya ke pada Allah SWT.

Seseuai dengan visi SDIT Al-Muhajirin.

Pewawancara : Bagaimana sekolah memperkenalkan dan menanamkan karakter

pada siswa?

Narasumber : Mengenalkan karakter-karakter yang baik itu pertama dengan

menyampaikan hadits-hadits yang berkaitan dengan adab seorang muslim baik

dalam bergaul maupun dalam kesehariannya. Kedua dengan mengenalkan

karakter-karakter rosul serta para sahabat. Kedua cara ini disampaikan kepada

seluruh siswa saat muroja’ah usbuiyyah atau muroja’ah mingguan setiap hari

jum’at dilapangan. Untuk lebih mendalam lagi biasanya guru menyampaikan

kembali ke anak-anak saat mengajar di kelas. Untuk nilai-nilai karakter yang ingin

ditanamkan ke pada anak adalah nilai-nilai karakter islami, kenapa karakter islami

yang diutamakan. Karna dalam islam semua sudah aturannya, dari seseorang

membuka mata nya (bangun tidur) sampai tidur lagi semua ada aturannya. Nah

penanaman karakter-karakter nya sendiri dengan menanamkan kebiasaan-

kebiasaan yang baik sesuai aturan al-qur’an dan sunnah. Misalnya mengucapkan

salam, makan dan minum dengan tangan kanan dan tidak sambil beridiri,

menjalankan ibadah sunnah seperti shalat dhuha, sholat di awal waktu, wudhu

dengan tertib dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang kami

harapkan dapat ternaman dalam diri siswa sehingga nantinya akan menjadi

karakter yang melekat.

Pewawancara : Bagaimana peran serta orang tua dalam implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Muhajirin?

Narasumber : Selama ini orang tua siswa selalu mendukung apa yang

diprogramkan sekolah walaupun kadang ada kendala, tapi lebih banyak yang

mendukung karena mereka sadar bahwa yang dilakukan sekolah untuk kebaikan

anak-anaknya. Misalnya, setiap anak dari kelas 1-6 diberikan form pembiasaan

sholat 5 waktu dan pembiasaan mengaji yang harus diawasi dan di tanda tangani

orang tua, selama ini tidak ada yang mengeluhkan masalah itu malah banyak

orang tua yang berterimakasih karena dengan kedua form tersebut anak mereka

jadi rajin shalat dan mengaji dirumah. Jika ada anak yang sulit diatur oleh orang

tuanya mereka malah mengadu ke pihak sekolah (wali kelas) minta agar anaknya

dinasehati, setelah itu anak ada perubahan, yang tadinya suka melawan jadi

berkurang, yang malas shalat jadi rajin. Intinya orang tua siswa selalu menjalin

komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait dengan perkembangan

anaknya dirumah.

Pewawancara : Nilai karakter apa yang diutamakan dalam implementasi

pendidikan karakter?

Narasumber: Nilai yang diutamakan diterapkan tentunya nilai-nilai karakter

islami. Karena saat kita bicara karakter islami semua itu sudah ada aturannya.

Mulai dari adab pergaulan, kebersihan, adab makan dan minum dll. Diharapkan

dengan mengenalkan karakter islami pada anak sejak dini akan dapat menjadi

pedoman dan bekal hidup untuk anak saat ia dewasa nanti agar berpegang teguh

pada nilai-nilai agama yang dianutnya, yaitu agama islam.

Berdasarkan analisis yang ada, beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari

wawancara di atas adalah, SDIT Al-Muhajirin merupakan sekolah dasar islam

yang menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam setiap proses

pembelajarannya dengan memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.

Ketiga aspek tersebut diharapkan dapat berkembang dalam diri peserta didik

sehingga bukan hanya intelektualnya saja yang matang, namun akhlaq serta iman

dan ketakwaan nya kepada Allah SWT juga meningkat.

Pendidikan karakter merupakan tujuan utama SDIT Al-Muhajirin, nilai-nilai

krakter yang diterapkan adalah nilai-nilai karakter islami yang berpedoman pada

al-qur’an dan sunnah. Cara yang ditempuh untuk mengenalkan karakter islami

dengan mendengarkan hadits-hadits singkat pada setiap hari jum’at (muroja’ah

yaumiyah) sertamenceritakan kepada anak kisah-kisah teladan pada zaman rosul

dan sahabat, kedua cara ini diperkuat dengan pengulangan oleh wali kelas dan

guru yang mengajar. Karakter islami dipilih sebagai dasar dalam implementasi

pendidikan karakter karena nilai-nilai yang terkandung sudah mencakup

keseluruhan aspek kehidupan manusia. jika dibandingkan dengan 18 nilai karakter

dari pemerintah karakter islami sudah sangat lengkap.

Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015

Narasumber

Sutrisno, M.Pd

Pewawancara nnnn

Anis Novi Setia Dewi

Lampiran 2

Transkip Wawancara

Narasumber : Ridwan Malik, S.Pd

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Waktu : 15 Desember 2015

Pewawancara : Kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin?

Narasumber : Kurikulum yang digunakan di SDIT adalah kurikulum

Departemen Agama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar serta

diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-Muhajirin. Dengan menggunakan

model fullday school atau sekolah sehari penuh agar siswa mendapat porsi yang

seimbang antara pendidikan agama serta pendidikan umum seperti sekolah dasar.

Pewawancara : Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin? Apakah ada buku pedoman dalam implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT sudah terintegrasi

kedalam seluruh mata pelajaran serta kegiatan sekolah, Ada juga pelajaran yang

dikhususkan untuk pendidikan karakter (kurikuler) diantaranya Tahfidz, Tahsin,

dan Pendidikan Agama Islam. Ekstrakurikuler juga termasuk program untuk

membentuk karakter anak. Diantaranya ekskul yang terdapat di SDIT ialah:

marawis, marching band, tari daerah, pramuka, bela diri taekwondo,paskibra, dan

futsal. Untuk siswa-siswi kelas 4-5 setiap minggunya ada program keputraan dan

keputrian, program ini mengkaji tentang materi-materi fiqh serta tata cara bergaul

sesama muslim. Hal ini dianggap penting karena untuk mempersiapkan siswa-

siswi terjun ke dalam masyarakat. Selain ekskul dan kegiatan keputrian serta

keputraan untuk menanamkan karakter islami dalam diri siswa juga SDIT

mengadakan MABIT (malam bina iman dan taqwa), pesantren romadhon yang

dibarengi dengan santunan anak yatim serta peringatan hari besar islam.

Sedangkan untuk membentuk karakter kerja sama, cinta lingkungan serta cinta

tanah air SDIT mangadakan outbond serta wisata ilmiah. Untuk menanamnkan

karakter mandiri serta entrepreneurship dalam diri siswa diadakan Market day

setiap hari jum’at di minggu pertama dan ketiga.

Pewawancara : Kegiatan ko-kurikuler dan non-kurikuler apa saja di SDIT Al-

Muhajirin yang menunjuang implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Kegiatan kurikuler yaitu kegiatan yang masuk dalam proses

belajar mengajar, diantaranya pelajaran umum, tahfidz, pendidikan agama islam

dan tahsin. Sedangkan non-kurikuler diantaranya seluruh kegiatan yang

dilaksanakan sekolah dan sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi budaya

sekolah yang islami, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, adab

terhadap sesama dan lingkungan, adab makan dan minum serta kegiatan-kegiatan

ibadah yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin, temasuk juga peringatan hari

besar islam atau peringatan 17 agustus.

Pewawancara : Standar kompetensi lulusan yang diharapkan sekolah?

Narasumber : Standar kompetensi lulsan yang diharapkan diantaranya hafal 2

Juz (Juz 30 dan 29) jika hafal akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti, lalu

berakhlakul karimah, salimil aqidah serta shohibul ibadah, berbakti kepada orang

tua, gemar membaca, memiliki disiplin serta tanggung jawab yang tinggi

menguasai ilmu pengetahuan.

Pewawancara : Nilai-nilai apa saja yang di terapkan dalam implementasi

pendidikan karakter di SDIT?

Narasumber : nilai-nilai yang diterapkan dalam implementasi pendidikan

karakter tentunya nilia-nilai karakter islami, seperti mengajarkan kepada anak

untuk berwudhu sebelum shalat dengan wudhu yan sempurna, melaksanakan

shalat berjama’ah baik sunnah maupun shalat wajib, adab makan dan minum,

adab terhadap guru, orang tua dan teman, kewajiban untuk menjaga kebersihan

diri dan lingkungan.

Pewawancara : Bagaimana proses rekrtumen guru dan penerimaan siswa?

Narasumber : Guru serta seluruh staf dan stake holder sekolah dijadikan role

model bagi terbinanya karakter dalam diri anak, oleh sebab itu dalam proses

rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan

seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz

30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes

wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan

diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak

serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya.

Sedangkan penerimaan siswa melali seleksi Tes Potensi Akademik (TPA) yang

beerja sama dengan Fakultas Psikologi UI jadi instrument yang buat mereka. Hal

ini mejadikan daya saing yang tinggi dalam penerimaan siswa baru. Siswa banyak

berasal dari RA Al-Muhajiri dan dari TK sekitar yang memiliki daya saing yang

tinggi juga.

Pewawancara : Kondisi guru dan siswa SDIT?

Narasumber : Jumlah guru di SDIT 36 orang secara keseluruhan adalah lulusan

S1 bidang pendidikan dari universitas dalam dan luar negeri. Sedangkan siswa

berjumlah kurang lebih 523 siswa dengan latar belakang keluarga dan kondisi

ekonomi yang berbeda-beda.

Pewawancara : Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan

karakter?

Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan

Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi

SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban

amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin

menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa

mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak

mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya

adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan

makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum

tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter

islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup

bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu

disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan

menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter

islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan

karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar

dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa.

Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang

tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.

Factor yang menghabat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin

diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal

yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam

bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan

dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal juga

dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara

kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-iming imingi anak namun tidak

dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak.

Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya

bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia

lihat.

Pewawancara : Cara mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi

pendidikan karakter?

Narasumber : Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya

untuk menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun

siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang

diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang

tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu

kerapihan dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal

yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun

selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika

ada guru yang berbuat salah juga merupakan saranan dalam memperbaiki

implementasi pendidikan karakter.

SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati

bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1)

Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2)

Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)

Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit

(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan

tangan terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan

langsung ke wali kelas atau pihak sekolah sebagai uapaya perbaikan dan

peningkatan kualitas individu baik guru maupun pihak sekolah.

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah, kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin adalah

kurikulum dari DepartemenAgama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan

dasar serta diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Muhajirin. Dalam

implementasi pendidikan karakter ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh

SDIT Al-Muhajirin, yaitu kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan

kurikuler diantaranya, kegiatan belajar mengajar dikelas yang terbagi menjadi

beberapa mata pelajaran yaitu pelajaran umum seperti matematika, bahasa

Indonesia, bahasa inggris, IPA, IPS, PKN PLBJ dan SBK. Pendidikan agama

islam seperti aqidah akhlak, fiqih ibadah, al-qur’an hadit dan sejarah kebudayaan

islam. Pelajaran tahfidz dan tahsin dengan metode qiro’ati. Sedangkan kegiatan

non-kurikuler yaitu kebiasaan-kebiasan yang telah dilaksanakan secara terus

menerus sehingga menjadi budaya sekolah yang religius, seperti berdo’a sebelum

melaksanakan aktifitas, muroja’ah yaumiyah dan muroja’ah usbu’iyah,

membiasakan shalat sunnah dan shalat wajib, membiasakan makan dan minum

yang halal dan makan tidak dengan berdiri serta menggunakan tangan kanan,

sikap menghormati guru, bergaul yang baik dengan teman, kewajiban menjaga

kebersihan diri serta kebersihan lingkungan.

Selain kegiatan kurikuler dan non-kurikuler ada juga kegiatan yang dijadwalkan

oleh SDIT Al-Muhajirin seperti kegiatan Market day, outing class (outbond dan

wisata ilmiah), peringatan hari besar nasional dan hari besar islam, kegiatan

keputraan dan keputrian. Iselain itu juga ada kegiatan ektrakurikuler yang dapat

menanamkan nilai-nilai karakter positif dalam diri siswa, seperti kepramukaan,

marawis, marching band, pencak silat, taekwondo, dan futsal.

Proses implementasi pendidikan karakter di SDIT sangat bergantung dengan

komitmen yang kuat dari seluruh guru. Guru menjadi contoh sekaligus pengawas

dalam implementasi pendidikan karakter. Oleh sebab itu yang dilakukan guru

harus sesuai dengan peraturan serta program sekolah. Maka dari itu proses

rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan

seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz

30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes

wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan

diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak

serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Begitu juga dengan

siswa siswi SDIT. Sebelum di terima menjadi siswa-siswa SDIT terlebih dulu

melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA) yang di buat oleh fakultas Psikologi

Universitas Indonesia.

Adapun factor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Muhajirin adalah komitmen yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Kedua pihak

harus saling kerjasama dan menjalin komunikasi untuk keberhasilan implementasi

pendidikan karakter. Apa yanga= sudah diajarkan di sekolah harus di terapkan

juga dirumah tentunya dengan pengawasan orang tua. Sedangkan yang menjadi

penghambat iaah lingkungan tempat anak tinggal dan dibesarkan. Karena sekolah

menyadari pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses implementasi

pendidikan karakter yang telah di ajarkan maka sekolah melakukan beberapa

upaya untuk mengatasinya, diantaranya yaitu: 1) Menerapkan aturan-aturan yang

harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin

komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)

Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit

(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan

tangan terbuka menerima kritik dan saran dari orang tua siswa maupun pihak lain

yang dapat disampaikan kepada wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya

perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah.

Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015

Narasumber

Ridwan Malik, S.Pd

Pewawancara nnnn

Anis Novi Setia Dewi

Lampiran 3

Transkip Wawancara

Narasumber : Maulid Rokhim, S.PdI

Jabatan : Koordinator Tahfidz

Waktu : 15 Desmber 2016

Pewawancara : Hakikat pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang

mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami. Karena

dalam islam semua sudah jelas aturannya,. Islam mengatur bagaimana seseorang

harus bersikap baik pada diri, dengan orang lain bahkan lingkungan. Seperti

misalnya bersikap baik pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan diri dengan

tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal hal

seperti itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya

mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan cerdas secara sikap

dan perilaku.

Pewanwancara: Standar kelulusan tahfidz di SDIT Al-Muhajirin ?

Narasumber : SDIT menentapkan standar kelulusan untuk tahfidz yaitu 2 Juz (

juz 29 dan juz 30) yang akan di tes saat kelas 6 yaitu menjelang kelulusan. Jika

siswa sudah mampu menghafal 2 juz maka ia berhak mendapat surat keterangan

(semacam sertifikat) hafal 2 Juz. Alhamdulilah banyak dari siswa-siswi SDIT

sebelum kelas 6 sdh hamper menyelesaikan hafalan 2 Juz, dengan begitu saat

lulus bias lebih dari 2 Juz.

Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz?

Narasumber : Pembelajaran tahfidz setiap minggunya dialokasikan waktu 3-4

kali tatap muka (8x35 menit). Selain pembelajaran dikelas ayat-ayat yang sudah

dhafal siswa akan di muroja’ah (diulang) setiap harinya pada awal sebelum KBM

di mulai yaitu 06.30 sampai 07.30. sedangkan saat hari jum’at diadakan

Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan, tempatnya dilapangan. Jadi pada

hari jum’at setiap siswa berkumpul dilapangan untuk muroja’ah hafalan yang

telah dihafalkannya selama satu minggu, selain hafalan ayat al-qur’an saat

muroja’ah Usbu’iyah siswa diberikan hafalan hadits-hadits pendenk berkaitan

dengan akhlak, misalnya larangan makan dan minum sambil berdiri, menutup

aurat, adab terhadap orang tua dan teman dll. Selain itu terkadang juga ada kisah

inspiratif para tabi’in.

Pewawancara : Mengapa pelajaran tahfidz menjadi pelajaran pokok da nada di

dalam KBM?

Narasumber : Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter

mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-

kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya

akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan

lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu

juga dengan hadits-hadits dan do’a-do’a pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-

Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar

anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan

Pewawancara : Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan yang sempurna bukan hanya mengajarkan anak untuk

cerdas dalam pengetahuan, namun haurs cerdas dalam sikap dan perilaku.

Keberhasilan pendidikan yang seperti itu tidak akan dapat dicapai jika hanya

dilaksanakan oleh pihak sekolah saja, tapi membutuhkankerja sama semua pihak

terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Saat disekolah anak

akanmencontoh pada gurunya, sedangkan saat anak dirumah orang tua nya yang

akan menjadi contoh, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab

orang tua yang baik akan memberikan pengaruh baik dalam pendidikan anak

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah, pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang

mengedepankan perbaikan karakter dengan menjadikan karakter islami sebagai

landasannya. Karena islam sudah mengatur semua aspek kehidupan manusia,

hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan lingkungan semua sudah ada aturannya.

Ketentuan standar kelulusan tahfidz yaitu 2 juz, diantaranya juz 30 dan juz 29

yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas 6 dan di tes pada saat kelulusan kelas 6.

Jika sudah tercapai target hafalannya maka akan diberikan sertifikat dari sekolah

sebagai bukti telah menyelesaikan dan memenuhi persyaratan untuk lulus tahfidz.

Pembelajaran tahfidz dilaksanakan seminggu 8 jam (8x35 menit) dan waktunya 3-

4 hari. Selain menghafal saat pelajaran tahfidz, ayat-ayat yang diajarkan di ulang

setiap pagi hari pada kegiatan muroja’ah yaumiyah (harian) dan usbu’iyah

(mingguan). Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter

mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-

kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya

akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan

lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya.

Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015

Narasumber

Maulid Rokhim, S.PdI

Pewawancara nnnn

Anis Novi Setia Dewi

Lampiran 4

Transkip Wawancara

Narasumber : Harmino Nurbi, S.PdI

Jabatan : Kordinator Ubudiyah

Waktu : 24 Juni 2016

Pewawancara : Apa tujuan pelaksanaan kegiatan keputraan dan keputrian?

Narasumber : Tujuannya adalah pendalaman materi agama islam bagi siswa

dengan materi aqidah, fiqh ibadah,akhlak.1l

Pewawancara : Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut?

Narasumber : Prosedur keputraan adalah siswa kelas 4, 5 dan 6. Setiap kelas

mendapat giliran satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kelas 4 hari selasa,

kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan keputrian dilaksanakan setiap

hari jum’at saat siswa ikhwan melaksanakan shalat jum’at

Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tersebut?

Narasumber : Diantara materinya adalah kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun

islam, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap

guru, orang tua, sesama dan lingkungan

Pewawancara : Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam kegiatan

tersebut?

Narasumber : Faktor pendukungnya ialah support penuh dari pimpinan sekolah

serta antusias tinggi dari anak-anak. Sedangkan factor penghambatnya ialah

kurang nya dukungan dari guru yang guru dimintai menjadi narasumber serta

waktu yang terbatas.

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah kegiatan keputraan dan keputrian dilaksanakan setiap

seminggu sekali. Siswa yang menjadi target pelaksanaan adalah siswa kelas 4-6

dengan jadwal sebagai berikut, kegiatan keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari

rabu, dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan kegiatan keutrian dilaksanakan setiap

hari jum’at saat siswa ikhwan sedang melaksanakan shalat jum’at.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah pendalaman materi pendidikan

agama islam untuk siswa-siswi kelas 4-6 dengan materi sebagai berikut (aqidah,

fiqh dan akhlak) kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu

dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan

lingkungan. Selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat beberapa hambatan

yaitu kurang nya dukungan dari guru yang dimintai menjadi narasumber serta

waktu yang terbatas. Selain hambatan kegiatan keputraan dan keputrian ini

emndapat dukungan yang peuh dari pimpinan sekolah dan antusias yang tinggi

dari para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin.

Mengetahui, Jakarta, 24 Juni 2016

Narasumber

Harmino Nurbi, S.PdI

Pewawancara nnnn

Anis Novi Setia Dewi

Lampiran 5

Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin

No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan

1. Kegiatan merencanakan

program-program

implementasi pendidikan

karakter

Kegiatan merencanakan program-

progam penanaman karakter dilakukan

setiap awal semester II tahun ajaran

sebelumnya pada RAKER (rapat

kerja) . Gunanya agar sekolah sudah

benar-benar siap dalam pelaksanaan

program-program serta kegiatan

penenaman karakter siswa. Diantara

yang menjadi pembahasan pokok

adalah; Kurikulum, keagamaan, sarana

dan prasarana, ekstrakurikuler, serta

keuangan. Rapat kerja dihadiri oleh

pihak yayasan, komite serta seluruh

guru SDIT Al-Muhajirin.

2. Pelaksanaan program

pendidikan karakter untuk

mengoptimalkan potensi

olah pikir √

Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah pikir

terdiri dari kegiatan belajar mengajar

di kelas (KBM), kegiatan Pendalaman

mater (PM) untuk kelas 6 serta

pendalaman materi dan remedial bagi

siswa-siswi yang dalam pembelajaran

dirasa belum memenuhi syarat KKM

3. Pelaksanaan program

pendidikan karakter untuk

mengoptimalkan potensi

olah hati √

Pelaksanaan progam untuk

mengoptimalkan olah hati siswa terdiri

pembiasaan akhlakul karimah siswa

dalam setiap kegiatan, diantaranya

pembiasaan adab yang terhadap guru

dan orang tua, adab terhadap teman

sebaya, adab terhadap adik kelas dan

kaka kelas, adab makan dan minum.

Keberhasilan program dapat dilihat

salah satu nya pada waktu istirahat,

penulis melihat siswa-siswi menegur

teman nya yang makan dan minum

sambil berdiri dengan mengucapkan

salah satu hadits “Laa yasrobanna

ahadukum qooiman”, lalu saat ada

teman yang rambut nya terlihat

mereka berkata “Al haya u minal

iman” dan teman yang diingatkan

tidak marah mereka langsung

menuruti teman yang mengingatkan.

4. Pelaksanaan program

pendidikan karakter untuk

mengoptimalkan potensi

olah raga

Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah raga

anak terdiri dari mata pelajaran seni

budaya dan keterampilan, penjasorkes,

serta kegiatan outing class (outbond

dan wisata ilmiah) serta market day

setiap hari jum’at. Penulis melihat saat

kegiatan Market Day mereka sangat

terampil dan penuh antusia dalam

melayani pembeli yang terdiri dari

siswa-siswi dan guru SDIT.

5. Pelaksanaan program

pendidikan karakter untuk

mengoptimalkan potensi

olah karsa √

Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah karsa

siswa terdiri dari pembiasaan

berakhlakul karimah terhadap guru,

orang tua, dan teman. Hal ini terlihat

dari adanya peraturan-peraturan kelas

yang dibuat oleh wali kelas dan

disepakati bersama dan harus ditaati

oleh seluruh siswa, diantara

peraturannya adalah, izin jika ingin

keluar kelas, mengucapkan salam

ketika masuk, tidak bertengkar dengan

teman, berbicara dengan teman

menggunakan bahasa yang baik dan

lembut, tidak bermain kasar, dll.

Selain itu kewajiban menjaga

kebersihan lingkungan juga diterapkan

dengan baik, hal ini terlihat adanya

kelompok piket setiap harinya serta

masing-masing siswa sudah

bertanggung jawab merapihkan serta

membuang sampah atau sisa-sisa

makanannya sendiri.

6. Intervensi semua pihak

terkait implementasi

pendidikan karakter di

SDIT Al-Muhajirin

Intervensi semua pihak terkait tentu

ada. Hal ini dibuktikan dengan turut

andil nya semua guru dalam

merencanakan,pelakasanaan serta

evaluasi program pendidikan karakter.

6. Evaluasi program

implementasi pendidikan

karakter

Bentuk evaluasi program

implementasi pendidikan karakter

berupa buku catatan siswa, serta

evaluasi setiap program yang

dilaksanakan. Semua itu akan dibahas

saat rapat KBM yang diadakan setiap

satu minggu sekali yaitu pada hari

kamis pukul 14.30.rapat ini dihadiri

oleh seluruh guru SDIT

Lampiran 6

Hasil Observasi Studi Dokumen

No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan

1. Organisasi Profil SDIT, Visi,misi dan

tujuan SDIT.

Ada

2.

Kegiatan

implementasi

Petunjuk teknik pelaksanaan

program implementasi

pendidikan karakter

Tidak Ada. SDIT tidak memiliki

petunjuk teknis pelaksaan setiap

program pendidikan karakter,

pelaksaan kegiatan dilaksanakan

berdasarkan hasil raker dan

teknis nya telah menjadi budaya

yang dilakukan secara terus

menerus.

3.

Siswa Catatan kejadian penting

Ada. Catatan jadian penting

setiap siswa di buat oelh wali

kelas masing-masih siswa serta

guru Pendidikan Agama Islam

dan guru Bimbingan Konseling

Lampiran 7

Hasil Observasi Sarana Prasarana SDIT Al-Muhajirin

No

. Sarana dan

prasarana

Sekolah

Status Keadaan

Ket Ada

Tidak

Ada

Baik Sedang Tidak

Baik

1. Ruang Kelas √ √

Terdapat 21

ruang kelas

cukup untuk

keseluruhan

jumlah siswa.

Setiap kelas

dilengkapi AC

2. Tempat ibadah √ √

Masjid Al-

Muhajirin

terdiri dari dua

lantai dengan

kondisi yang

sangat baik dan

fasilitas yang

lengkap cukup

untuk

menampung

jama’ah dari

siswa SDIT,

Mts, Aliyah,

serta warga

sekitar.

3. Sarana olah raga √ √

Kondisi

lapangan sangat

baik dan

dilengkapi

dengan gawang

bola, ring

basket serta net.

Luas lapangan

cukup untuk

menampung

seluruh siswa.

4. Perpustakaan √ √

Letak

perpustakaan di

lantai 2 gedung

sekolah.

Kondisinya

baik dan koleksi

bukunya

lengkap. Tapi

masih sedikit

untuk koleksi

buku

pengetahuan

umum.

5. Lab. Komputer √ √

Letaknya

dilantai satu.

Digunakan

secara

bergiliran.

Computer yang

tersedia cukup

untuk siswa.

Tapi ada

beberapa

computer yang

mati dan masih

dalam

perbaikan.

6. UKS √ √

UKS belum

memiliki

ruagan khusus.

Letak UKS

didalam ruang

guru dan

disekat

menggunakan

lemari. Namun

kasur serta

obat-obatan

lainnya sudah

tersedia.

7. Alat kesenian √ √

Alat kesenian

berupa alat-alat

marawis,

marching band

dan property

tari.

8. Alat olahraga √ √

Alat olahraga

tersedia dalam

jumlah yang

cukup. Seperti

bola basket,

bola sepak, net

badminton,

pembatas

lapangan,

matras dan

sarung tangan

dan jaket untuk

taekwondo.

9. Alat kebersihan √ √

Setiap kelas

dilengkapi

dengan alat-alat

kebersihan

seperti, sapu,

kain pel, lap

tangan dan

sabun cuci

tangan serta

tissue

10. Kantin √ √

Terdapat dua

kantin di SDIT

Al-Muhajirin,

satu letaknya

dibelakang dan

satu lagi di

depan.

11. Tong sampah √ √

Tong sampah

tersedia di

setiap kelas dan

dilapangan

dengan kondisi

baik dan ukuran

yang besar.

12. Rak sepatu √ √

Setiap kelas di

berikan rak

sepatu yang

diletakkan di

depan kelas

masing-masing.

13. Loker siswa √ √

Setiap siswa

mendapatkan

satu loker untuk

menyimpan

buku-bukunya.

Kondisinya ada

beberapa loker

yang pintunya

rusak.

14. Gudang √ √

Letak gudang di

bawah tangga

sekolah dengan

kondisi yang

baik

Daftar Guru dan Karyawan

SDIT Al-Muhajirin

Tahun ajaran 2015-2016

No. Nama Jabatan

1. Sutrisno, M.Pd Kepala Sekolah

2. Safrudin, S.Ag -

3. Dikdik Iwan Setiawan, S.Pdi Wakasek. Bid kesiswaan dan humas

4. Ridwan Malik, S.Pd Wakasek. Bid. Kurikulum

5. Thia Utami, S.Pd Wali Kelas VI B

6. Haning Nurbaiti, S.pd Asst. Wali Kelas I C

7. Irawati MADSL, S.Pd Wali Kelas IV A

8. Maulid Rakhim, S.Pdi Koord. Tahfidz

9. Lulu Faridah, S.Pd Wali Kelas VI A

10. Mashudi, S.Pdi Wali Kelas IV C

11. Poetri Nyndhita, S.Sos.I Wali Kelas IV B

12. Siti Robiyah, S.Pd ASS.Walas III A

13. Nurhayati, M.Pd Wali Kelas III B

14. Nunik Murtini, S.Pd Wali Kelas VA

15. Siti Wanti, S.Pd Wali Kelas I D

16. Siti Sholeha, S.Hi Wali Kelas II D

17. Misbah, S.Pd Wali Kelas III A

18. Fitriana, S.Pdi Ass.Walas III B

19. Siti Nihayatunnajah, Lc Ass.Walas III C

20. Khoeron Asnafi, S.Pdi Wali Kelas V B

21. Nurdin Hidayatullah, S.Kom.i Guru Bidang Studi

22. Mufrodi, S.Pdi Wali Kelas II A

23. Ervina, S.Pd Wali KElas I A

24. Erna Susianti, S.Pd Wali Kelas I B

25. Evi Nur’aini, S.Pdi Wali Kelas III C

26. Fitriasih, S.Pd Wali Kelas II B

Lampiran 8

27. Rizka Hairunnisa, S.Pd Wali Kelas II C

28. Jamaludin, S.Pdi Ass.Walas II C

29. Abdul Syukur, S.Pdi Ass.Walas I A

30. Muhammad Yamin, S.Pd Guru bidang Studi

31. Agi Yuwilayani, S.Pdi Ass.Walas B

32. Fitiriana Aulia, S.Pdi Walas I C

33. Harmino Nurby, S.Ag Guru Bidang Study

34. Elwin Nurmansyah, S.Or Guru Bidang Studi

35. Nurul Qo’idah, S.Pdi Ass.Walas II A

36. Siti Marhamah, S.Pdi Guru Bidang Studi

37. Subaha, S.Pdi Ass.Walas I B

38. Sri Rudiyati, S.Pd Ass.Walas Kelas II D

39. Burhanudin TU

40. Ahmad Mulyana Fahmi TU

Struktur Kurikulum

SDIT Al-Muhajirin

Tahun Pelajaran 2015-2016

No Komponen

Kelas dan Alokasi

Waktu

1 s.d 3 4 s.d 5

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 6 6

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 7 7

4. Matematika 8 8

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2

B. Muatan Lokal

1. Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta 2 2

2. Bahasa Inggris 2 2

3. Bahasa Arab 2 2

4. Tahfidz 8 8

5. Tahsin 8 8

6. Teknologi Informasi Komunikasi 2 2

C. Pengembangan Diri *2 *2

Jumlah 59 59

Pengembangan diri

1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Pengembangan Kehidupan Pribadi

b. Pengembangan Kehidupan Sosial

c. Pengembangan Kemampuan Belajar

2. Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Krida : Pramuka

Lampiran 9

b. Latihan/Lomba/Prestasi : Seni Budaya, Mata Pelajaran, Keterampilan

Olahraga, Keagamaan

c. Kegiatan Lapangan : Kunjungan ke objek tertentu