IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT
AL-MUHAJIRIN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
ANIS NOVI SETIA DEWI
1111018200004
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
i
ABSTRAK
Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementasi Pendidikan
Karakter di SDIT Al-Muhajirin. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana pendidikan
karakter diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin. Metode yang digunakan
adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan
situasi-situasi atau kejadian yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan
objek penelitian.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan cukup baik karena aspek
nilai-nilai yang dituju tercapai dan diimplemantasikan oleh siswa baik dalam
kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar. Pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin diimplementasikan melalui kegiatan (1) Integrasi ke dalam mata
pelajaran, (2) kegiatan olah hati yakni kegiatan mengelola aspek spiritual siswa
sesuai dengan Al-Qu’ran dan Sunnah, (3) kegiatan olah pikir diantaranya market
day, wisata ilmiah, pendalaman materi, keputraan dan keputrian, (4) kegiatan
olah raga diantaranya kepramukaan, outbond dan ektrakurikuler, (5) olah karsa
yakni kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlakul karimah dalam pergaulan
terhadap teman guru dan orang tua.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan
dasar dan menjadi sumber informasi bagi penyedia layanan maupun pengguna
layanan pendidikan.
Kata Kunci: Pendidikan, Karakter
ii
ABSTRACT
Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementation of Character
Education (Case Study: SDIT Al-Muhajirin). Education Management
Studies Program, Faculty of Science and teaching Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta.
This study aims to explain how character education is implemented in
SDIT Al-immigrants. The method used is descriptive analysis with a qualitative
approach to describe situations or events that naturally occur in the environment
and the real object of study.
The results of this study describe that implementation of character
education in SDIT Al-immigrants already performing quite well as aspects of the
target values achieved communicated and implemented by students both inside
and outside learning activities and learning activities. SDIT character education
in Al-Muhajirin implemented through activities (1) Integration into subjects, (2)
activities of the liver if the activities of managing the spiritual aspects of students
according to Al-Qu'ran and Sunnah, (3) if the activities of thought among market
day , scientific tourism, deepening of the material, sonship and keputrian, (4)
sports activities including scouting, outbound and ektrakurikuler, (5) if the
intention that concern for the environment as well as berakhlakul karimah in the
association of the friends of teachers and parents.
This research is expected to provide knowledge, especially with regard to
the implementation of character education at the basic education level and be a
source of information for service providers and users of educational services.
Keyword: Education; Character.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu
persyaratan kelulusan studi Strata 1 (S1), Jurusan Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Dalam Penulisan dan penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan motivasi baik moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA selaku dosen pembimbing, terima kasih
yang tak terhingga atas saran, kritik serta masukan serta telah
memberikan pengarahan dan membimbing penulisan dengan penuh
kesabaran, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
4. Dr. Fauzan, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis.
5. Seluruh dosen Dosen dan Staff Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuannya dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Sutrisno, M.Pd selaku kepala SDIT Al-Muhajirn beserta guru-guru yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi
dalam penyusunan skripsi ini..
7. Kedua orang tua tercinta Bapak Wagino dan Ibu Sulastri yang tiada
henti memberikan motivasi, semangat serta doa dan limpahan kasih
iv
saying yang tak terhingga serta bantuan moril maupun materil hingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Ketiga Adik-adik tersayang (Khoirul Fatah, Aziz Fatul Haq dan Insan
Safitiri) yang selalu memberikan support sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat Puspa Tresna Hana Yuga, Madyana Nur Azizah, S.Pd.,
Ari Handiningsih, S.Pd., Dede Syukrillah, S.Pd., Bahrul Alam, S.Pd.,
Sastria Dewantara, S.Pd., Gilang Putra Prasetyo, S.Pd., Widya Ningsih,
S.Pd., Mar’atus Sholiha, S.Pd. yang telah banyak membantu
memberikan motivasi dan dukungan tiada henti berkenaan dengan
skripsi ini. Kehadiran kalian membuat hidup ini jadi berwarna dengan
semangat serta keceriaan.
10. Serta rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2011 yang telah membantu
dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.
11. Siti Mardiyah, Ima Nirwana, Putri Marantika, Suherningsih dan Rian
Arifandi kalian sebagai kakak sekaligus adik yang menambah kecerian
dalam hidup ini. Kehadiran kalian sangat berarti.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian
materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat
menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya kepada Allah SWT. penulis berserah diri, tiada daya dan upaya
melainkan dengan izin dan kekuasaan-Nya dan memohon taufik serta hidayahnya,
serta berdoa semoga skripsi ini bermanfaat.
Jakarta, 24 Oktober 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR .................................................. 9
A. Kajian Teori ...................................................................................................... 9
1. Pendidikan Karakter ................................................................................... 9
a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter ....................................... 9
b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter ...................................... 13
c. Ciri-ciri Karakter yang Baik ................................................................. 21
d. Cara Membentuk Akhlak .................................................................... 30
2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar ....................... 35
a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar ............................. 35
b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter ....................................... 37
B. Penelitian yang relevan .................................................................................... 40
C. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 43
B. Metode Penelitian ............................................................................................. 43
C. Sumber Data ..................................................................................................... 43
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 44
vi
E. Teknik Analisa Data ......................................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 50
A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin ........................................................................ 50
1. Profil SDIT Al-Muhajirin .................................................................................... 50
2. Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan SDIT Al-Muhajirin ........................................... 49
3. Deskripsi Guru ..................................................................................................... 52
4. Deskripsi Siswa-siswi .......................................................................................... 54
5. Standar Kompetensi Lulusan ............................................................................... 55
6. Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................................... 55
7. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ............................................................................ 55
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 57
1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin ............................................. 57
2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-
Muhajirin............................................................................................................... 61
3. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pendidikan Karakter di
SDIT Al-Muhajirin ............................................................................................... 71
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 74
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 74
B. Saran ................................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi ........................................................................ 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Kegiatan Implementasi Pendidikan
Karakter ........................................................................................................... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................................... 44
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen ............................................................... 46
Tabel 4.1 Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin ................................................................... 51
Tabel 4.2 Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ......................................................... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dengan
memiliki banyak sekali kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Salah satu
kesempurnaan itu terletak pada akal dan hati yang Allah berikan.
Dengan akal dan hati yang Allah berikan manusia dapat mengontrol kemauan,
perasaan, fantasi dan lainnya sehingga dapat membentuk karakter yang kuat
dalam diri sebagai kontrol perbuatannya. Karakter baik merupakan suatu modal
untuk mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahtera. Karakter adalah dasar
yang paling utama untuk manusia berkualitas.
Dalam masyarakat berbangsa, karakter menjadi salah satu instrument penting
yang mempengaruhi maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan
maju bukan karena umur dan lamanya merdeka, bukan juga karena jumlah
penduduk serta kekayaan alam, tetapi lebih disebabkan oleh karakter yang
dimiliki bangsa tersebut1. Hal ini menunjukkan bahwa karakter menjadi sesuatu
hal yang sangat penting bagi kehidupan individu.
Dalam hadis Nabi yang artinya “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan
(membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),
maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi.(HR.Bukhori)”2 Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa pada
dasarnya manusia terlahir dengan fitrahnya yaitu sifat yang cenderung terhadap
kebenaran namun aktualisasi dari sifat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh
interaksinya dengan lingkungan. Sifat atau karakter yang benar tersebut dapat
dibentuk melalui media pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang
paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaannya.
Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan
1Zubaedi., Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga Pendidikan.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 6
2 Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada) 2014. h. 145
2
budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan pikir, kecekatan raga dan memiliki
kesadaran penciptaan dirinya.3 Pendidikan dapat membantu manusia dalam
menjalankan tugasnya sebagai kholifah fil ard yang ditunjuk Allah untuk
mengelola bumi berserta isinya.
Pendidikan juga merupakan media yang sangat ampuh dalam membangun
kecerdasan sekaligus kepribadian manusia yang bertakwa dan beriman kepada
Tuhan yang Maha Esa serta memiliki akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “ Tujuan pendidikan nasional yaitu
untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”4 Untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut pendidikan senantiasa selalu
dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah
munculnya gagasan mengenai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh
pemerintah pada tanggal 02 Mei 2010 dalam peringatan Hari Pendidikan
Nasional.
Dengan bertumpu pada tujuan pendidikan nasional maka dapat dikatakan
pendidikan karakter bertujuan agar generasi bangsa memiliki keimanan serta
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta berkepribadian yang mulia
sehingga diharapkan generasi bangsa memiliki bekal yang cukup untuk
menghadapi zaman yang terbuka dan semakin dinamis ini. Keadaan zaman yang
demikian sedikit banyak telah merubah cara hidup manusia, dengan memudahnya
seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari berbagai media sehingga
peluang untuk mengikuti trend sangatlah besar. Hal ini juga yang menyebabkan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif. Film, buku-buku, tempat-
tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak. Demikian pula
30pcit., h. 13
4Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal III
3
produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup hedonistik dan
materialistik semakin menggejala.5
Kemajuan zaman dengan arus globanya tentunya tidak dapat mempengaruhi
kehidupan generasi bangsa jika saja dalam hati mereka telah tertanam iman yang
kuat. Dengan iman inilah manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk menurut norma dan nilai yang berlaku, dengan iman pula manusia
mengontrol segala sesuatu yang bertentangan dengan keinginan hatinya. Kontrol
seperti ini yang nantinya akan menjadi karakter mulia yang menjadi benteng bagi
pikiran dan hati sehingga tidak mudah dikendalikan oleh nafsu yang hanya
mementingkan kesenangan dunia tanpa peduli lingkungan sekitar dan
pertanggungjawaban di akhirat.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak yang tujuannya untuk
membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seseorang agar ia dapat
menjalankan amanahnya sebagai khalifah fil ardh. Kepribadian yang utuh
mencakup tiga ranah yaitu cerdas dalam akal, cerdas dalam bersikap, serta cerdas
dalam berperilaku. Oleh karena itu pendidikan karakter yang diterapkan di
sekolah harus memenuhi ke tiga ranah tersebut. Tapi pada kenyataannya
implementasi pendidikan karakter di sekolah hanya sampai pada tercapainya
ranah kognitif (akal). Nilai-nilai kebaikan yang diajarkan kepada siswa hanya
sebatas ilmu pengetahuan yang diajarkan di dalam ruang kelas itu pun dengan
cara menghafal, apa itu jujur, bagaimana ciri orang jujur, dsb. Karena nilai-nilai
tersebut hanya diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas hasilnya
saat ujian sekolah masih banyak siswa yang mencontek, masih banyak kasus-
kasus ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari yang pelakunya adalah
manusia-manusia terpelajar. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang
diterapkan pada saat ini dirasa telah gagal dalam membentuk manusia berkarakter.
Kasus lain yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah makin maraknya
tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar serta kasus-kasus amoral lainnya,
seperti penggunaan narkoba dan minuman keras, pelecehan seksual, demo
anarkis mahasiswa, menurunnya minat belajar siswa dikarenakan gadget (sosmed
5opcit., Abuddin Nata . h. 135
4
/games), dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang terjadi diakibatkan adanya
degadrasi moral yang terjadi pada generasi penerus bangsa. Lalu siapakah yang
bertanggung jawab atas degradasi moral yang terjadi serta terlaksananya
pendidikan karakter?
Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang berdekatan
dengan generasi penerus bangsa. Baik itu pihak pemerintah, sekolah, keluarga
ataupun masyarakat. Pendidikan karakter di sekolah adalah tanggung jawab
semua warga sekolah, yaitu kepala sekolah selaku manajer sekolah, seluruh guru,
staff administrasi, petugas kebersihan petugas kantin serta masyarakat yang
tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Warga sekolah yang harus memberikan
teladan, pembiasaan, penerapan peraturan, menciptakan iklim dan budaya sekolah
serta motivasi yang tinggi bagi terbentuknya karakter siswa-siswi yang notabene
nya adalah generasi penerus bangsa.
Tujuan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar yaitu
membentuk pondasi yang kokoh bagi terbentuknya karakter mulia dalam setiap
diri generasi muda bangsa Indonesia. pembentukan karakter tersebut harus
ditanamkan sejak usia anak memasuki masa keemasan. Pada anak usia sekolah
antara 6 s/d 9 tahun adalah mulai berkembangya kepribadian yang nyata pada
anak, serta mulai bertambahnya pengetahuan tentang aturan-aturan akhlak6.
Apabila kepribadian serta akhlak seorang anak sudah terbentuk sejak dini, ketika
dewasa tidak akan berubah meski banyak problematika yang akan dihadapinya
nanti. Ia juga akan menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermartabat.
Dalam Islam pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan. Allah
mengutus Rasulullah SAW sebagai figur yang sempurna akhlaknya dan
menjadikannya panutan adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dalam firman
Allah yang berbunyi:
6Abu Amr Ahmad Sulaiman diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode Pendidikan Anak
Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. (Jakarta: Darul Haq) 2005. h. 145
5
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” QS. Al-Ahzab :
33 ayat 21.
Oleh karenanya jika anak sejak kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk
mengenal karakter mulia dengan figur Rasullah dan sunnahnya maka ketika
dewasa ia akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, jujur, amanah,
bertanggung jawab dan berkarakter kuat.
Lembaga pendidikan di Indonesia khususnya di Jakarta mulai memberikan
respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab tersebut. Banyak
bermunculan sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan karakter, seperti
yang diterapkan oleh SDIT Al- Muhajirin yang terletak di Koja Jakarta Utara.
Dengan mengambil model sekolah sehari penuh atau full day school sekolah ini
sangat memperhatikan pembinaan karakter bagi siswa dalam seluruh kegiatan di
sekolah. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin berpedoman pada kurikulum Depag yang
dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar dan diolah sesuai dengan visi, misi
SDIT Al-Muhajirin. Berdo’a bersama dan muroja’ah yaumiyah (sebelum)
kegiatan pembelajaran dimulai menjadi salah satu kebiasaan yang ditanamkan
kepada peserta didik. Shalat dhuha setiap pagi, shalat dzuhur berjama’ah, kegiatan
keputraan dan keputriaan setiap minggunya, penerapan pembelajaran fiqh, al-
qur’an dan hadis merupakan rutinitas yang diterapkan oleh SDIT Al-Muhajirin
sebagai upaya pembentukan karakter yang kuat bagi siswanya.7 Setiap anak
mendapatkan bimbingan tahfidz di mana semua siswa dibimbing untuk
menghafalkan Al-Qur’an yang ditargetkan setelah lulus mereka dapat menghafal
7Hasil wawancara dengan Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15
Desember 2015 pukul 08.30 WIB
6
minimal 2 juz Al-Qur’an, terutama juz ke-30 dan juz 29. Kegiatan di luar jam
pembelajaran guna pembentukan karakter siswa selalu ditingkatkan oleh SDIT Al-
Muhajirin kegiatan-kegiatana itu meliputi: Pramuka, Pesantren Ramadhan,
Peringatan Hari Besar Islam, Perjusami, Outbond, Outing Class (Wisata Ilmiah)
yang dilakukan setiap semesternya untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak di
dapat dalam proses KBM serta lebih mengenalkan tata cara ibadah yaumiyah
kepada peserta didik.
Menurut pengamatan penulis implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin sudah berjalan dengan baik namun ada beberapa kegiatan yang tidak
berjalan secara maksimal yaitu pada kegiatan ektrakurikuler yang bertujuan untuk
mengolah aktivitas kognisi dan afeksi siswa. Beberapa hal yang menjadi kendala
diantaranya menurunnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler,
hal ini di buktikan dengan rendahnya absensi kehadiran pada kegiatan
ekstrakurikuler. Selain itu kurangnya dukungan dari orang tua juga menjadi
kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Dari uraian di atas, untuk mengetahui lebih detail mengenai bagaimana
implementasi pendidikan karakter bagi siswa di SDIT Al-Muhajirin dan apa saja
faktor yang mempengaruhinya, maka perlu adanya penelitian yang lebih lanjut.
Oleh sebab itu penulis bermaksud melaksanakan penelitian mengenai
“Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin” menjadi judul
penelitian penulis.
B. Identifikasi Masalah
Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah, yaitu:
1. Banyaknya permasalahan karakter yang terjadi dikalangan anak bangsa
2. Lemahnya pengelolaan dalam pelaksanaan implementasi pendidikan
karakter di sekolah
3. Kurangnya efektivitas pada proses pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah
4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif
7
5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter
6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan yang dipaparkan penulis dapat terfokus dan tidak
meluas pada hal-hal yang seharusnya tidak dibahas, maka penulis membatasi
permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan pendidikan karakter
bagi siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin dalam upaya internalisasisi nilai-nilai
karakter mulia dalam diri peserta didik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah ditulis di
atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT Al-
Muhajirin dalam upaya internalisasi nilai-nilai karakter mulia?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Muhajirin?
3. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan yang
muncul dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin?
E. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya, penulis sangat berharap hasil penelitian
ini:
1. Dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis
tentang penerapan dan pelaksaan pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin dalam membentuk nilai-nilai karakter mulia pada diri peserta
didik.
2. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan oleh
lembaga yang bersangkutan yaitu SDIT Al-Muhajirin untuk lebih
memaksimalkan sumber daya yang ada dalam upaya tercapainya tujuan
pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa-siswinya.
8
3. Dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai metode atau model yang dapat digunakan dalam
implementasi pendidikan karakter bagi pihak lain yang membaca.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Pada bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berkaitan
dengan implementasi pendidikan karakter, diantaranya ialah pengertian
dan tujuan pendidikan karakter, dimensi dan substansi pendidikan
karakter, ciri-ciri karakter yang baik dan cara membentuk akhlak, nilai
karakter utama pada jenjang pendidikan dasar, tahapan impelemntasi
pendidikan karakter
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh sebuah ilmu yang akan dijadikan sebagai dasar dalam bersikap
dan berperilaku. Dalam keseluruhan proses pendidikan yang dialami oleh
manusia, terjadi proses pendidikan yang akan membentuk sikap, watak
kepribadian atau karakternya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan
menurut Undang-undang No 20 tahun 2003, dikatakan Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekukatan spiritual keagamaan, kepribadian,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan di atas
dengan tegas menggariskan “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia…”
berkembangnya potensi yang dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah
kapasitas bawaan (fitrah) manusia yang perlu diaktualisasikan melalui ranah
1 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. h. 2. (http://www.setneg.go.id)
10
pendidikan. Artinya hanya dengan pendidikanlah seluruh potensi yang
dimiliki manusia berkembang sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.
Dari sinilah dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan karakter telah
lama dianut bersama secara tersirat dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional. Hal ini menujukkan betapa pentingnya pendidikan karakter harus
diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan nasional demi tercapainya tujuan
pendidikan yang mulia tersebut.
Pendidikan karakter itu sendiri dimaknai dengan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dri sendiri sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manusia menjadi insan kamil2.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menjadikan manusia menjadi
insan kamil atau manusia yang sempurna yaitu manusia yang memiliki
pengembangan potensial intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat,
fitrah dan lainnya sehingga dengan begitu manusia dapat berhubungan
dengan Allah SWT sebagai penciptanya dan dengan makhluk lainnya secara
benar menurut akhlak islami3.
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter mulia (good character) dari peserta didik dengan
mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun
dengan Tuhannya4. Oleh karena itu pada dasarnya pendidikan karakter
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan perserta didik agar mereka
mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan dapat mengamalkan kebaikan
dalam kehidupannya sehari hari secara reflek dan dengan sepenuh hati
2 Muchlas Samani dan hariyanto., Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2011) h 46.
3Opcit., Abuddin Nata. h. 227.
4opcit., Muchlas Samani h. 44
11
sehingga nantinya setiap manusia dapat hidup berdampingan dengan
kedamaian.
Dalam lingkup sekolah, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
pendidikan budi pekerti plus yang merupakan program pengajaran di sekolah
dengan yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin dan kerjasama
yang menekankan ranah afektif (feeling) tanpa meninggalkan ranah
pengetahuan (cognitive) dan tindakan (action).5 Tanpa ketiga aspek ini
(feeling, cognitive, action) pendidikan karakter tidak akan berhasil, karena
dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lalu melakukan
tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. Hai ini karena pendidikan
karakter terkait dengan nilai dan norma yang berlaku, oleh karena itu juga
harus melibatkan perasaan.
Menurut Thomas Lickona Pendidikan Karakter adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan
sebagainya.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah pendidikan yang bukan hanya mengajarkan mana yang benar
dan yang salah kepada siswa, lebih dari itu pendidikan karakter adalah
pendidikan yang menanamkan kebaikan sebagai suatu kebiasaan sehingga
siswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan tidak, dapat
merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukan (psikomotorik)
kebaikan sebagai suatu kebiasaan yang dipraktekkan secara terus menerus.
Sehingga akan terbentuk manusia yang berkepribadian insan kamil yang
memiliki potensi intelektual, ruhaniah, serta akhlak mulia yang siap hidup
berdampingan dengan aman damai dan tentram.
5Zubaedi, Desain Pendidikan Krakter KOnsepsi dan Aplikasinya dalamLembaga
Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 25
6 Mahmud, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.(Bandung:Alfabeta)2012. H. 23
12
Tujuan pendidikan karakter tidak akan lepas dari tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam pasal III bahwa Pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab7.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang tertuang dalam
panduan pelaksanaan pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter
bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa, yaitu
pancasila, yang meliputi; 1) mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik; 2)
membangun bangsa yang berkarakter pancasila; 3)mengembangkan potensi
warga negara agar memiliki sikap pecaya diri, bangga pada bangsa dan
negaranya serta mencintai umat manusia8.
Menurut Mahmud pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.9
Dari sini disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam diri siswa agar menjadi manusia
yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, mengetahui dan dapat
mengamalkan hal-hal yang baik dalam diri dan kehidupannya serta dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang
seutuhnya yang berbudi luhur dan berjiwa pancasila sehingga dapat bertahan
dalam kehidupannya dimasa sekarang dan yang akan datang.
7 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional BAB II Pasal 3. h. 4. (http://www.setneg.go.id)
8 Panduan pelaksanaan pendidikan karakter, pusat kurikulum dan perbukuan,2011. H. 7
9Opcit., Mahmud, h. 30
13
Olah Pikir
Olah Hati
Olah Raga Olah Karsa
Nilai-nilai luhur dan
perilaku
berkarakter
Gambar 2.1
b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter
Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi yang dimilikinya (kognitif, afektif, psikomotorik) yang
berinteraksi dengan lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat10
.
Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan Kemendiknas
sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan karakter yang meliputi:
olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa. Keempat dimensi ini memiliki
keterikatan satu sama lain yang digambarkan dalam empat lingkaran yang saling
mengikat. Lihat gambar 2.1. dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah
saling memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu bidang,
bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur dan
perilaku berkarakter yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Hal ini bermakna
karakter individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan
berkembang dalam diri seseorang.
Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai
beriukut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan.
Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan
10 Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Alfabeta: Bandung) 2012.
H. 23
14
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga
berkenaan dengan proses , kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan
aktivitas baru disertai dengan soprtivitas. Olah karsa/rasa berkenaan
dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin dalam
kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.11
Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang dapat
dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas, yaitu:12
Olah Pikir Cerdas (cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri,
berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan
eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka), kreatif
(produktif, inovatif, dan ber-iptek)
Olah Rasa Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati,
tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong
royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum,
beradab, sopan santun, nasionalis.
Olah Hati Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab,
integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa
besar, teguh pendirian.
Olah Raga Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria,
gigih, bekerja keras dan berdaya saing.
Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi
Dalam implementasinya disekolah, karakter-karakter di atas dapat
ditambahkan atau dikurangkan seseuai kebutuhan masyarakat, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar dan bahan suatu mata pelajaran.
Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak manusia atau waraga Negara Indonesia agar berpikiran
11 Opcit. Muchlas Samani dan hariyanto. 2011. h. 24
12
Muhammad Yaumin.Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi.,
(Prenadamedia Group: Jakarta) 2014. h. 59
15
baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan pancasila.13
Pendidikan
karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan karakter dasar. Kesembilan
karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter ialah:
1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3. Jujur
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.14
Kesembilan nilai karakter dasar di atas dikembangkan berdasarkan pada
ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya serta nilai-nilai yang dirumuskan
dalam tujuan pendidikan nasional.
Dalam Pandangan Islam karakter sama halnya dengan al- Akhlak. Ibn
Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.15
Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa
akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang menetap dan dari padanya muncul
semua perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa perlu pemikiran dan
penelitian.16
Dari dua pendapat para ulama besar islam mengenai akhlak
tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya akhlak adalah kepribadian yang
telah mendarah daging di dalam diri seseorang sehingga setiap perbuatan
yang dilakukannya adalah perbuatan yang secara spontan dilakukan dan tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. Jika seseorang berakhlak baik
maka sikap dan perilaku yang timbul dalam dirinya adalah perbuatan-
perbuatan baik yang dilakukannya secara sadar dan tanpa paksaan, begitu
13Desain induk pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010. h. 5
14
opcit. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. h.72
15
Opcit., Abuddin Nata., h. 3
16
Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2. h. 1034
16
juga berlaku sebaliknya. Sehingga akhlak ini dapat menjadi identitas
seseorang saat ia menjalankan kehidupannya.
Akhlak merupakan bentuk plural dari al-khuluq. Ar-Ragib menyatakan
bahwa kata al-kholqu, al-khuluq dan al-khuluqu memiliki makna yang sama.
Namun al-kholqu dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilihat dengan panca
indera, sedangkan al-khuluqu untuk kekuatan dan tabiat yang dapat ditangkap
oleh mata hati (bersumber dari ajaran islam).17
Ungkapan tersebut
menyiratkan bahwa orang yang memiliki akhlak yang baik adalah orang yang
senantiasa tunduk dan patuh pada ajaran islam yang diterapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang paling sempurna, Islam mengatur semua
kegiatan manusia dari hal-hal terkecil sampai yang terkompleks. Semua itu
sudah terkandung dalam al-Qur‟an sebagai petunjuk umat Muslim yang dapat
mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia
maupun diakhirat. Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian
pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok dan perbuatan dapat dijumpai di
dalam al-Qur‟an18
. Akhlak dalam ajaran islam mencakup beberapa aspek,
yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap terhadap Rasullah, akhlak
terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesame makhluk hidup, berikut
penjelasannya:
a. Akhlak terhadap Allah
Sebagai manusia yang beriman sudah sepatutnya kita ber-akhlak
terhadap Allah SWT tiada Tuhan selain Dia yang memiliki kerajaan di
langit dan di bumi, yang menciptakan manusia dengan keadaan yang
paling sempurna dan segala keistimewaannya. Lalu bagaimana cara
manusia agar berakhlak terhadap Allah SWT.
17Mahmud al- Mishri. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. (Jakarta: Pena Pundi Aksara)
2011. h.4
18
opcit., Abuddin Nata. h.58
17
1. Beriman hanya kepadaNya. Meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa Allah itu ada dengan segala keesaanNya.19
Qs. Al-Ikhlas [112]
ayat 1.
2. Rajin beribadat.20
Allah menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepadaNya (Qs.Adz-Dzariat [51] ayat 56 maka sudah
sepatutnya manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah
dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya
agar mendapat keridlaan Allah SWT.
3. Ikhlas dan khusyu21
. Kewajiban manusia adalah untuk beribadah
hanya kepada Allah dengan ikhlas dan khusyu serta tidak
menyekutukanNya dengan apapun.
4. Raja‟ (berharap) dan Khauf (takut). Manusia dalam hatinya harus
menanamkan sifat Raja‟ atau selalu berharap kepada Allah. Hanya
Allah lah yang dapat mengabulkan segala do‟a dan permohonannya.
Namun selain berharap juga dalam hati manusia harus ada rasa Khauf
atau takut akan laknat Allah dengan begitu sebagai manusia akan
selalu berusaha untuk instrospeksi diri untuk menjadi hamba yang
lebih baik lagi dihadapanNya.
5. Ash-Shobru (bersabar)22
dan Husnudzon (berbaik sangka)23
. Allah
berfirman dalam Qs. Al-Baqarah ayat 155 yang artinya “Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”.
Dalam ayat tersebut menyiratkan bahwa kehidupan manusia tidak
akan lepas dari cobaan. Oleh sebab itu hendaknya seseorang itu harus
sabar dengan segala cobaan yang diberikan serta selalu berbaik sangka
kepada Allah SWT. Manusia harus percaya bahwa hanya Allah lah
yang dapat menjadi penolong, hanya Allah yang memberikan rahmat
dan petunjuk bagi hambanya yang bertakwa serta tidak akan
19 Opcit. Heri Gunawan h. 8
20
Moh. Ardani. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”
(Jakarta: Karya Mulia) 2005. h. 67
21
Opcit., Heri Gunawan. h. 8
22
Ibid., h. 70
23
Opcit., Heri Gunawan. h. 8
18
membiarkan kesengsaraan dan penderitaan yang kekal menimpa
hambanya. (Qs. Al-Baqarah [2] ayat 155-157)
6. Bertawakal. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah
berusaha semaksimal mungkin.24
Allah akan selalu memberikan
pertolongan kepada hambanya yang mengalami kesulitan, namun
pertolongan Allah tidak serta merta turun dari langit. Allah
menginginkan hambanya untuk berusaha terlebih dahulu dengan
usaha yang sungguh. Misalnya seseorang kekurangan dalam ekonomi,
tanpa usaha ia tidak akan mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu ia harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya dengan bekerja keras, melalui jalan tersebut Allah
penuhi kebutuhannya.
7. Bersyukur dan Qana‟ah (merasa cukup dengan nikmat yang
diberikan).25
Bersyukur atas segala pemberianNya serta merasa cukup
dengan pemberianNya. (Qs. Ibrahim [14] ayat: 7)
b. Akhlak terhadap Rasullah
Rasullah SAW diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu dan
risalah yang berisi pokok-pokok akidah, ibadah dan akhlak.26
Hal ini
dipertegas oleh Rasul dalam sabdanya yang berbunyi “Aku diutus (oleh
Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. “ (HR Ahmad)27
.
Sebagai umatnya wajib bagi setiap muslim untuk ikhlas beriman kepada
Rasullah SAW dengan sebenarnya, yaitu mengikrarkan dengan lidah
tentang adanya Rasullah (membaca dua kalimat syahadat), dan hatinya
membenarkan apa yang diikrarkan dengan lidah, kemudian anggota
tubuhnya melaksanakan dengan perbuatan. Melaksanakan dengan
perbuatan dilakukan dengan cara, menghidupkan sunnahnya, membaca
shalawat kepadanya, serta taat dan cinta kepada Rasullah Saw serta para
sahabat dan pewarisnya.28
24Opcit., Moh. Ardini. h. 70
25
Opcit., Heri Gunawan. h. 9
26
Opcit., Moh. Ardini. h. 71
27
Opcit., Abuddin Nata.h.65
28
Opcit., Moh. Ardani. h. 74
19
c. Akhlak terhadap diri sendiri
Setiap apa yang ada di dunia adalah kepunyaan Allah SWT,
termasuk juga manusia. Allah menciptakan manusia dengan bentuk
yang sebaik-baiknya yaitu kelengkapan jasmaniah dan rohaniah yang
kesemuanya itu harus dijaga sebaik-baiknya karena akan dimintai
pertanggung jawabannya.
Berakhlak pada diri sendiri dapat diartikan dengan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-
baiknya, karena sadar bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah yang
harus dipertanggung jawabkan.29
Lalu bagiamana cara manusia untuk
berakhlak kepada diri sendiri? Diantaranya yaitu dengan menjaga
kesucian dan kesehatan diri baik rohani dan jasmani dengan tidak
meminum-minuman keras, tidak menyakiti diri sendiri, mengobati
penyakit yang diderita, tidak melupakan kebaikan untuk diri sendiri,
menjaga kehormatan dengan menutup aurat serta terus belajar
(menuntut ilmu).
d. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaan di dunia
membutuhkan manusia lain untuk dapat bertahan hidup. Oleh sebab itu
setiap manusia harus menjaga hubungannya dengan yang lain, yaitu
dengan cara berakhlak yang baik terhadap sesama manusia. Nabi SAW
berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
يؤمن ال" قال وسلم عليه هللا صلى هللا رسول خادم– عنه هللا رضي الكم بن أنس حمزة أبي عن
لنفسه يحب ما ألخيه يحب حتى أحدكم
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik, pelayanan Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai
saudaranya seperti apa yang ia cintai bagi dirinya. (HR. Bukhori
29ibid., Moh. Ardani. h. 55
20
Muslim).30
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan
kecintaan seseorang terhadap saudaranya diantaranya dengan memenuhi
hak muslim lainnya, yaitu: 1) Jika bertemu ucapkan lah salam, 2) Jika di
undang maka penuhi, 3) Jika dimintai nasihat maka berilah, 4) Jika bersin
seraya memuji Allah maka do‟akanlah, 5) Jika sakit maka jenguklah dan,
6) Jika meninggal maka hantarkanlah. (HR. Bukhori)31
Pendidikan karakter sebenarnya sudah lama di implementasikan
dalam dunia pendidikan oleh para founding father bangsa Indonesia.
Dulu pendidikan karakter lebih dikenal dengan nama pendidikan moral
pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama. Mengapa
dinamakan demikian? Karena semuanya itu bersumber pada empat
sumber nilai, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi 18
nilai karakter hasil kajian empiric Pusat kurikulum yang harus
diintegrasikan dalam setiap jenjang dan jalur pendidikan. Ke-18 nilai
karakter tersebut, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras,
Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,
Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta
Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,dan
Bertanggung Jawab.32
Implementasi ke-18 nilai karakter tersebut dapat disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah. Sekolah dapat menambahkan atau mengurangi nilai-
nilai karakter tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah, masyarakat
sekitar, standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) atau bahasan
dalam materi. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan
dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana dan mudah
30 Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam
Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis
Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 31
31
Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad
32
Retno Listyarti. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. (Erlangga:
Jakarta) 2012. h. 5-8
21
dilaksanakan, seperti: bersih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.33
Sekolah dapat menciptakan iklim dan budaya sekolah seperti di atas
dengan cara menyediakan tempat sampah disetiap sudut dan ruang kelas,
menyediakan taman serta sarana dan prasarana bagi siswa, menerapkan
budaya disiplin, sopan dan santun dengan memberikan teladan kepada
siswa-siswinya misalnya datang tepat waktu, berpakaian rapi,
menggunakan tutur kata yang baik terhadap sesama guru, atas, staff
sekolah atau bahkan terhadap murid.
c. Ciri-ciri Karakter yang Baik
Perbuatan manusia yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan
adanya pilihan dapat diberi nilai baik atau buruk. Untuk menetapkan
perbuatan itu termasuk perbuatan baik atau buruk ada beberapa tolak
ukurnya, diantaranya dari segi tujuan, agama, serta adat istiadat yang berlaku.
Menurut Abuddin Nata baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai
manusia.34
Dengan begitu manusia yang baik adalah manusia yang menjalani
hidup dengan budi pekerti baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Dengan budi pekerti baik terhadap diri sendiri maka kita memiliki kontrol
atas diri sehingga dapat melakukan hal yang baik pula terhadap orang lain.
Filosof Yunani Arsitoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai
hidup dengan tingkah laku yang benar yang berhubungan dengan diri sendiri
dan orang lain.35
Karakter yang dimiliki seseorang sering dijadikan patokan
untuk menilai seberapa baik orang tersebut. Dengan kata lain seseorang yang
menampilkan kualitas personal yang baik dan cocok dengan yang diinginkan
masyarakat dalam kesehariannya maka dapat dikatakan seseorang itu
berkarakter baik.
33Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan perbukuan, 2011. h. 8
34
Opcit. Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia h. 88
35
Jody Palmour on Moral Character dalam Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan
Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa Media) 2011. h. 71
22
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the
good) mencintai yang baik (loving the good) dan melakukan yang baik
(acting the good).36
Knowing the Good terwujud dalam pengetahuan moral
(kognitif) Loving the Good terwujud dalam perasaan moral (afektif)
sedangkan Acting the Good terwujud dalam tindakan moral (psikomotorik).
Ketiga komponen di atas akan selalu saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
a. Moral Knowing (Pengetahuan Moral)
Berikut ini merupakan enam tahapan yang harus dilalui dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan pengetahuan moral pendidikan.
1. Moral Awarness (kesadaran moral)
Untuk membentuk kesadaran moral sangat diperlukan informasi yang
cukup kuat dalam menentukan bahwa suatu tindakan itu baik atau buruk.
Pendidikan karakter dapat menjadi sebuah alternatif dalam memberikan
informasi tersebut dengan mengajarkan siswa cara memastikan fakta terlebih
dahulu sebelum membuat pertimbangan moral.
Menurut Ahmad Charris Zubair yang dikutip oleh Abuddin Nata
kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan
manusia selalu bermoral, berperilaku susila dan perbuatannya selalu sesuai
norma yang berlaku.37
2. Knowing Moral Values (pengetahuan nilai-nilai moral)
Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana
menerapkannya dalam berbagai situasi.38
Hal ini berarti anak mempunyai
kemampuan untuk menerjemahkan nilai-nilai moral ke dalam perilaku
moral yang nyata.
Dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang pantang
menyerah, peduli sesama, suka bergotong royong, sopan santun dan
36Ajat Sudrajat , “Mengapa Pendidikan Karaker?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I,
Nomor 1,2011, h. 48
37
Opcit. Abuddin Nata. h. 79
38
opcit. Thomas Lickona. h. 77
23
ramah. Nilai-nilai tersebut ditujukkan oleh para pahlawan bangsa saat
memperebutkan kemerdekaan bangsa. Dengan gigihnya mereka bersatu
padu tanpa memandang suku, agama, ras dan perbedaan lainya demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nilai-nilai inilah merupakan
warisan dari generasi masa lampau untuk masa depan, maka nilai-nilai ini
pula yang harus diwariskan kepada generasi masa depan.
3. Perspective-taking (Pengambilan Perspektif)
Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil
pelajaran dari peristiwa yang menimpa atau terjadi pada orang lain,
melihat situasi dan kondisi dari sudut pandang orang lain seperti seakan-
akan mereka melihatnya sendiri. Seseorang tidak dapat berlaku adil jika
terhadap orang lain jika tidak memahami kebutuhan orang lain. Tujuan
dari pendidikan moral adalah untuk membuat siswa merasakan dunia dari
sudut pandang orang lain, khususnya mereka yang berbeda.39
4. Moral Reasoning (alasan moral)
Alasan moral merupakan pemahaman mengenai apa itu perbuatan
moral dan alasan mengapa harus melakukan perbuatan yang bermoral.
5. Decision making (pengambilan Keputusan)
Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan ketika dihadapkan
dengan suatu masalah moral adalah suatu keahlian yang reflektif. Hal ini
di dapat jika seseorang telah mengetahui betul alasan-alasan dari nilai-nilai
moral yang telah diajarkan, dan seharusnya pengambilan keputusan moral
itu harus sudah diajarkan sejak taman kanak-kanak40
.
6. Self-Knowing (memahami diri sendiri)
Mengenal diri sendiri atau mengukur diri sendiri merupakan tindakan
moral yang sangat sulit. Karena di antara sejumlah kelemahan yang
dimiliki manusia adalah cenderung untuk melakukan apa yang diinginkan
dan mencari pembenaran atas tindakannya tersebut. untuk menjadi orang
39opcit. Ajat Sudrajat. h. 50
40
opcit. Thomas Lickona. h. 79.
24
yang yang bermoral diperlukan kemampuan untuk mengulas perilaku diri
sendiri (muhasabah)dan mengevaluasinya secara kritis.
Konsep pegetahuan moral bermula dari menanamkan kesadaran anak
dalam melihat nilai-nilai moral yang tersembunyi secara eksplisit dalam
suatu peristiwa, lalu meningkatkan kemampuan anak untuk mengetahui
nilai moral dengan pengetahuan nilai moral yang diajarkan, selanjutnya
mengajak anak untuk memahami perasaan sebagaimana orang lain
mengalaminya, hal ini bertujuan agar anak dapat menghargai dan
bertanggung jawab terhadap orang lain sehingga akan terbangun penalaran
moral anak yang akan memudahkannya dalam pengambilan keputusan.
Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut akan timbul dalam diri anak
sikap reflek dalam pengambilan putusan nilai lengkap dengan konsekuensi
yang sudah terkaji secara baik.
b. Moral Feeling (Perasaan Moral)
Moral feeling merupakan sisi afektif dari pendidikan karakter yang
dalam implementasinya kurang menjadi perhatian. Padahal sisi ini
merupakan hal yang sangat penting. Karena memiliki pengetahuan tentang
suatu kebenaran saja sangatlah tidak menjamin seseorang itu akan
melakukan tindakan benar. Banyak orang yang dengan mudah
menyebutkan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang benar dan
mana yang salah namun sangat sedikit orang yang mengetahui kebenaran
dan melaksanakan kebenaran. Kebanyakan orang mengetahui kebenaran
namun justru mereka melakukan perbuatan yang salah. Berikut ini
beberapa aspek moral emosional yang menjadi fokus dalam memberi
pengajaran tentang karakter yang baik.
1. Hati nurani
Hati nurani ialah tempat biasa seseorang memperoleh saluran ilham
dari Tuhannya yang selalu diyakini cenderung kepada kebaikan.41
41 Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf. h. 114
25
Seseorang yang memiliki hati nurani sudah pasti mempunyai
kesadaran yang tinggi mengenai perilaku bermoral. Hati nurani
memiliki dua aspek yaitu sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang
baik) dan sisi emosional (merasa wajib melakukan yang baik).42
Banyak orang yang mengetahui tentang hal yang benar namun merasa
tidak memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu dengan
pengetahuan kebenarannya tersebut. Misalnya saja orang mengetahui
untuk selalu berbuat jujur dalam setiap keadaan namun masih saja ada
orang yang melakukan penipuan.
Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, mereka akan
berkomitmen terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupannya, karena
nilai-nilai tersebut mengakar kuat dalam diri mereka, bahkan mereka
tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai moral
tersebut, mereka merasa keluar dari karakter apabila mereka melakukan
hal yang bertentangan dengan nilai moral. Oleh sebab itu sangat
diharapkan sekali pendidikan karakter yang diterapkan dalam sekolah
dapat menyentuh hati nurani anak. Wahfiudin seorang pakar pendidikan
islam berpendapat bahwa mendidik anak harus menyentuh dimensi
moral yang bermuara dalam hati nurani karena pada dasarnya manusia
itu digerakkan oleh hati nuraninya.43
2. Penghargaan diri
Jika seseorang mampu memandang positif dirinya ia akan
cenderung memperlakukan orang lain secara positif pula. Begitu juga
jika seseorang kurang menghargai dirinya maka akan sulit baginya
untuk memberikan rasa hormat kepada orang lain.
Penghargaan diri yang tinggi tidak serta merta selalu memunculkan
karakter yang baik. Hal ini terjadi jika penghargaan diri tidak sama
42Dhama Kesuma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah. (Bandung:
Remaja Rosdakarya) 2012. h. 75
43
Rahmat Rosyadi. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia Dini (Jakarta:
Raja GRafindo Persada) 2013. h.13
26
sekali berhubungan dengan karakter baik, misalnya kekayaan, kondisi
fisik, popularitas atau kekuasaan44
. Hal ini yang menjadi tantangan bagi
pihak sekolah dalam membantu siswa untuk mengembangkan
penghargaan diri yang berdasarkan karakter baik, misalnya tanggung
jawab, kedisiplinan, kejujuran serta keyakinan terhadap diri mereka
untuk menjadi orang baik.
3. Empati
Empati adalah memahami dan mengerti perasaan orang lain.45
Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya dan masuk dalam
diri orang lain seperti seakan-akan dialah yang mengalaminya.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang terjadinya penurunan rasa empati.
Semakin banyak remaja yang melakukan kriminalitas yang mengarah
pada tindakan-tindakan brutal. Mereka pada dasarnya memiliki rasa
empati terhadap sesuatu yang mereka ketahui dan peduli, namun
mereka tidak dapat menunjukkan rasa empati mereka terhadap orang
yang menjadi korban dari kekerasannya. Misalnya kasus tawuran
pelajar yang terjadi karena membela sekolah atau teman satu kelompok.
Inilah yang menjadi tugas para pendidik untuk membangun empati
yang mampu melihat sampai kebalik perbedaan dan merespon pada
sesama manusia. Untuk menanamkan rasa empati pada anak bisa
dilakukan dengan mengajak anak untuk saling membantu satu sama
lain, misalnya meminjamkan pensil kepada teman sebangku yang tidak
membawanya atau saling bekerja sama untuk membersihkan kelas.
4. Mencintai kebaikan
Bentuk karakter yang paling tinggi diperlihatkan dengan sikap tulus
pada kebaikan.46
Ketika seseorang mencintai yang baik maka dengan
senang hati ia akan melakukan kebaikan dengan suka rela tanpa dibuat-
buat.
44 opcit. Ajat Sudrajat. h. 51
45
Opcit., Rahmat Rosyadi. h. 66
46
Opcit., Dharma Kesuma dkk. h. 76
27
Setiap manusia sudah memiliki potensi mencintai kebaikan dalam
dirinya sejak lahir yang harus dilakukan hanya mengembangkan
potensi yang sudah ada tersebut melalui pengalaman-pengalaman yang
bermakna serta lingkungan yang mendukung baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
5. Kontrol diri
Emosi dapat mengalahkan akal. Itulah mengapa control diri
merupakan pekerti moral yang penting. Seseorang memerlukan control
diri untuk kebaikan moral. Kontrol diri juga diperlukan untuk
mengekang keterlenaan diri terhadap sesuatu. Di dalam Islam sendiri
kontrol diri atau emosi menjadi salah satu wasiat dari nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori “Sesungguhnya ada seorang
laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam: “Berilah aku
sebuah wasiat!” Maka Rasullah bersabda: “Janganlah engkau
emosi/marah-marah!” Nabi saw mengulang-ulang perkataan itu
beberapa kali (yaitu) ucapan “jangan engkau selalu marah-marah” [HR.
Bukhori]47
dalam hadis lain dikatakan “Jangan marah maka bagimu
surga”. Hal ini menunjukkan bahwasanya menahan emosi memiliki
banyak sekali keuntungan dan bermuara pada kebaikan baik dunia
maupun akhirat (surga).
6. Kerendahan hati
Rendah hati berarti sikap menyadari keterbatasan kemampuan dan
ketidaksempurnaan diri sehingga terhindar dari sifat keangkuhan
(sombong).48
Rendah hati merupakan sikap pertangahan dari sombong
dan rendah diri. Jika seseorang memiliki kerendahan hati ia akan
bersedia menggunakan potensi yang Allah berikan (mata, telinga, hati)
untuk melihat kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari orang
yang lebih muda darinya.
47Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam
Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis
Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 34
48
Lanny Oktavia dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. (Jakarta: ReneBook)
2014. h. 252
28
Kerendahan hati merupakan sisi yang efektif dari pengetahuan diri.
Kerendahan hati dan pengetahuan diri merupakan sikap berterus terang
bagi kebenaran dan keinginan untuk memperbaiki kelemahan diri.49
Untuk membangkitkan moral feeling anak diperlukan lebih dari
sekedar tataran teoritis yang diajarkan dikelas namun lebih kepada
pemberian teladan kepada anak-anak karena moral feeling merupakan
penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter.
Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus
dirasakan sendiri oleh anak agar tujuan dari penguatan sikap ini bisa
tercapai secara maksimal.
c. Moral Acting (tindakan moral)
Morl Acting atau tindakan moral merupakan hasil dari dua bagian
karakter lainnya, yaitu moral knowing dan moral feeling. Apabila
seseorang memiliki kualitas moral knowing dan moral feeling (intelektual
dan emosi) maka sangat dimungkinkan orang tersebut melakukan tindakan
yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka benar. Dalam suatu
keadaan, terkadang seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan, dan
merasa harus melakukannya, namun belum bisa menerjemahkan perasaan
dan pikiran tersebut dalam tindakan. Oleh sebab itu untuk memahami apa
itu sebenarnya moral acting dan apa yang sebenarnya menggerakkan atau
bahkan menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan bermoral, mari
kita lihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya, yaitu kompetensi,
kehendak dan kebiasaan.
1. Kompetensi
Kompetensi moral adalah kemampuan untuk mengubah
pertimbangan dan perasaan moral kedalam tindakan yang efektif.50
Misalnya untuk memecahkan suatu konflik maka diperlukan keahlian-
keahlian praktis, seperti mendengarkan, mengkomunikasikan
49Opcit. Ajat Sudrajat. h. 52
50
opcit. Thomas Lickona, h. 86
29
pendapat dengan tanpa menyinggung perasaan pihak lain, dan dapat
mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak.
2. Kehendak
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali
oleh akal. Kehendak yang kuat untuk melakukan perilaku bermoral
dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban dibandingkan
kesenangan semata. Kehendak yang kuat merupakan inti dari
dorongan moral.
3. Kebiasaan
Dalam banyak hal sesuatu yang dilakukan secara terus menerus
akan menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging, dan kebiasaan
itu akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Begitu juga untuk
dalam menanamkan karakter yang baik akan dimulai dengan
kebiasaan yang baik pula. William Bennett mengatakan bahwa orang-
oarang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan sungguh-
sungguh, loyal, berani, berbudi dan adil tanpa banyak tergoda oleh
hal-hal sebaiknya.51
Untuk alasan inilah sebagai pendidik moral, anak-anak harus
diberi kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan
banyak berlatih untuk menjadi orang baik dalam kondisi apapun.
Dengan begitu mereka akan terbiasa melakukannya sehingga nantiya
akan menjadi suatu kebiasaan kuat yang mendarah daging dan tak
akan tergoda dengan hal-hal yang buruk yang bersifat kesenangan
sesaat.
Setelah moral knowing dan moral feeling terwujud maka moral
acting sebagai outcome akan muncul dengan mudah dalam diri anak
sebagai perwujudan dari akhlak atau karakter yang baik. Seperti yang
dikatakan oleh Imam al-Gazali bahwa akhlak iadalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan berbgai macam perbuatan dengan mudah
51 William Bennet, The Teacher, the Curriculum, and Values Education Development dalam
Mary Louise MCBee, Dalam Thomas Lickona Pendidikan Karakter.. h. 87
30
tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.52
Maka ketiga tahapan moral
harus disuguhkan kepada anak melalui cara-cara yang logis, rasional dan
demokratis sehingga perilaku yang berkarakter benar-benar timbul dan
mendarah daging dalam diri anak bukan hanya topeng (anak berperilaku
baik jika diawasi).
d. Cara Membentuk Akhlak
Secara bahasa Akhlak adalah bentuk jama‟ dari khulk yang artinya budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.53
Menurut Asmaran akhlak adalah
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga menimbulkan berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran.54
Dengan begitu akhlak merupakan seseuatu yang melekat pada kepribadian
seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Setiap
manusia dilahirkan dengan potensi akhlak yang baik, dan potensi ini akan
berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya.
Untuk memberikan pengalaman belajar tersebut diperlukan usaha-usaha
pembinaan akhlak yang diharapkan akan membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi muslim yang berkahlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya,
hormat kepada ibu-bapak dan sayang terhadap sesamanya.
Abuddin Nata mengatakan bahwa pembentukan akhlak merupakan usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan
sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.55
Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa akhlak seseorang dapat dibina dengan usaha yang
sungguh-sungguh dari segi kemauan yang kuat dalam diri seseorang atau
dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram.
52 Opcit. Abuddin Nata., h. 3
53
Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah. Dalam Asmaran As.
Pengantar Studi Akhlak.(Raja Grafindo Persada: Jakarta)2002. h. 1
54
ibid,. h.3
55
Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf, h. 135
31
Imam al-Ghazali dalam kitabnya ”Ihya ulum al-din” menyebutkan bahwa
pembinaan akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara
menyucikan diri atau sering disebut dengan tazkiyah al-nafs yang secara
bahasa dapat bermakna penyucian pribadi.56
Tazkiyah al-nafs dapat dilakukan
dengan metode mujahadat (kesungguhan) dan riyadhah al-nafs (latihan
kepribadian)57
. Untuk mencapai keberhasilan dalam mujahadah dan riydhah
al-nafs diperlukan kesungguhan untuk meninggalkan semua perbuatan jelak
lau menggantinya dengan adat kebiasan yang baik. Seperti dalam firman
Allah dalam Qs. Al-baqarah[2] ayat 45 yang artinya “Sesungguhnya shalat itu
berat selain bagi orang-orang yang khusyu” dalam ayat tersebut tersirat
bahwasanya untuk mencapai kesungguhan atau menanamkan kebiasaan shalat
(ibadah) diperlukan kesungguhan dengan hati yang bersih, tunduk dan patuh
pada perintah Allah SWT. Begitu juga dengan perilaku-perilaku terpuji
lainnya. Pada fase awal riyadhah al-nafs merupakan beban yang berat dalam
melakukan perbuatan baik, namun di fase akhir akan menjadi sebuah
kebiasaan yang dapat dilaksanakan dengan mudah serta tanpa paksaan karena
sudah menjadi kebiasaan.
Berikut ini beberapa metode lain yang dapat digunakan dalam
pembentukan akhlak, yaitu:
1. Hiwar atau Percakapan
Metode percakapan ini dilakukan melalui Tanya jawab mengenai
suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang
dikehendaki. Metode percakapn bertujuan untuk memberikan dampak
yang sangat dalam kepada pendengar dengan cara membangkitkan
berbagai perasaan dan kesan seseorang yang akan melahirkan dampak
paedagogis sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak,
sikap dalam berkomunikasi dengan orang lain, menghargai pendapat
orang lain, cara mengungkapkan pendapat sendiri dan sebagainya.
2. Qishah atau Cerita
56Opcit. Heri Gunawan. h. 83
57
Anon e-book Terjemah Ihya Ulum Al-din. Edisi ke-2 h. 1046
32
Qishah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau
mengikuti jejak.58
Qishah dapat diartikan menceritakan kembali kisah-
kisah yang telah lalu untuk diambil pelajaran. Dalam metode qishah
pendidik dapat memberikan potongan berita atau kisah kejadian masa
lalu yang mempunyai makna mendalam serta terdapat berbagai keteladan
dan edukasi. Kisah-kisah yang diceritakan bisa berupa kisah tentang para
nabi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan
setiap ummat yang kesemuanya itu dapat bersumber dari al-Qur‟an.
Mengapa kisah Qur‟ani yang harus diperdengarkan? Karena di dalam al-
Qur‟an terdapat kisah-kisah yang nyata dan bukan khayalan59
(fiktif)
sehingga dapat mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya
serta merenungkan maknanya dan makna-makna itu dapat menimbulkan
kesan yang mendalam. Kisah qur‟ani yang diperdengarkan oleh pendidik
dapat membangun keimanan kepada Allah dengan cara membangkitkan
berbagai perasaan khauf, ridlo, dan cinta.
3. Amtsal atau Perumpamaan
Amtsal adalah bentuk jamak dari masal yang artinya ialah
menonjolkan seseutu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi
agar menjadi indah dan menarik.60
Amtsal banyak ditemukan di dalam al-
Qur‟an, diantaranya firman Allah mengenai orang munafik yang
diumpamakan seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi
sekelilingnya namun Allah hilangkan cahayanya sehingga mereka berada
dalam keadaan gelap gulita dan tidak bisa melihat (QS. Al-Baqarah[2]
ayat 17-20). Metode amtsal atau perumpaan dapat digunakan seperti
metode qishah yaitu bercerita atau membacakan kisah. Membuat
perumpamaan diperlukan agar dapat menggambarkan seseuatu yang
tidak nyata menjadi nyata supaya mudah dipahami dan dimengerti61
. Hal
ini bertujuan untuk mendekatkan makna pada pemahaman,
58Manna‟ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh DRs. Mudzakir
AS dengan judul Studi ilmu haditsn. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa) cet: 8 2004. h.435
59
Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 437
60
Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 403
61
Opcit. Mahmud al- Mishri. h.914
33
menumbuhkan perasaan ketuhanan, mendidik akal supaya berpikir logis
dan sehat serta menghidupkan nurani yang selanjutnya dapat menggugah
kehendak dan mendorong anak agar melakukan amal yang baik dan
menjauhi yang mungkar.62
4. Uswah atau Keteladanan
Menurut kamus Landak keteladanan adalah making something as an
example, providing, a model. Yang artinya menjadikan seseuatu sebagai
contoh, meyediakan suatu model.63
Dengan model ini pendidik harus
bersedia menjadi model yang akan ditiru perkataannya, perbuatannya,
atau sikap dan perilakunya oleh siswa dengan begitu maka setiap
pendidik berkewajiban untuk menjaga akhlaknya.
Islam mengenal Uswah atau keteladan sebagai salah satu cara
membentuk akhlak yang diajarkan dan dianjurkan langsung oleh Nabi
Muhammad Saw. Beliau menggunakan metode ini untuk memperbaiki
kondisi akhlak umatnya. seperti yang tercantum dalam firman Allah pada
surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya “ Sungguh pada diri Rasullah itu
terdapat contoh-teladan yang baik bagi kamu sekalian… “. Pemberian
teladan sangat cocok dilakukan pada anak usia sekolah dasar dan
menengah karena pada umumnya anak seusia mereka secara psikologis
cenderung meneladani atau meniru guru atau pendidiknya, bukan hanya
hal-hal yang baik namun terkadang juga hal yang buruk. Oleh karena itu
guru atau pendidik perlu memberikan keteladanan yang baik kepada
siswanya agar pembentukan akhlak menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-
ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.64
Metode ini berintikan
pengalaman, semakin sering anak diberikan pengalaman untuk berbuat
baik maka dengan sendirinya anak dapat melakukannya tanpa disuruh.
Al-Qur‟an juga memberikan pendidikan melalui kebiasaan yang
dilakukan secara bertahap untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan
62opcit., Heri Gunawan h. 91
63
opcit., Muhammad Yaumin. 2014. h. 148
64
Opcit., Heri Gunawan. h. 93
34
negatif.65
Misalnya terdapat petunjuk Nabi dalam menasihati orang tua
untuk memyuruh anak menunaikan shalat pada usia tujuh tahun
selanjutnya diperbolehkan memukul jika sampi usia 10 tahun anak belum
juga meaksanakan shalat.66
Dalam dunia pendidikan, pembiasaan dapat
dilaksanakan secara terprogram dalam kegiatan pembelajaran atau
dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan
pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan
dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, sedangkan
kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram dalam
kegiatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan kegiatan rutin (shalat,
berjama‟ah, upacara bendera, senam), kegiatan yang dilakukan secara
spontan (pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada
tempatnya, dll), kegiatan keteladanan ( berpakaian rapih, berbahasa baik
dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, dll)
6. Memberi Nasihat
Nasihat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati hati untuk
mengarahkan manusia kepada yang dikehendaki. Pemberian nasihat
dapat dibarengi dengan teladan dari pemberi nasihat.67
Hal ini dilakukan
agar pemberian nasihat dapat berpengaruh besar terhadap orang yang
dinasehati apalagi jika yang menasehati merupakan orang yang disuka
maka pemberian nasihat itu tidak akan sia-sia. Mengapa demikian? Pada
dasarnya secara psikologis seseorang kurang senang jika dinasehati
karena biasanya orang yang menasehati berada di posisi yang lebih
tinggi daripada yang dinasehati. Oleh sebab itu sangat dianjurkan oleh
Nabi agar kita saling memberi nasihat terhadap orang-orang terdekat kita
(berwasiat dalam kebenaran) seperti hadis Nabi yang berbunyi “
Seseorang akan mengikuti agama (adat dan perilaku) teman dekatnya
karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian memerhatikan orang
yang teman dekatnya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad). 68
65Abuddin Nata., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama) 2005. H. 153
66
Ibid., h. 154
67
Opcit., Abuddin Nata. h. 150
68
Opcit., Mahmud al- Mishri h. 916
35
7. Targhib dan Tarhib ( Janji dan Ancaman)
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang
disertai dengan bujukan. Sedangkan tarhib ialah ancaman karena dosa
yang dilakukan. Keduanya bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah.
Targib dan tarhib memiliki penekanan yang berbeda, jika targib
dilakukan agar seseorang melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah,
sedangkan Tarhib dilakukan agar seseorang menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah. 69
Targib dan tarhib dapat dikatakan sebagai teori yang menyatakan
bahwa orang yang melakukan pelanggaran akan mendapat ancaman atau
dampak dari perbuatan dosa yang dilakukannya sedangkan yang berbuat
baik akan mendapat kenikmatannya. Dalam pelaksanaannya targib dan
tarhib diwujudkan dalam hukuman dan ganjaran (pelaksanaan ancaman),
namu pelaksanaan metode hukuman ini di tempuh sebagai jalan terakhir
jika seseorang sudah tidak bias dinasehati dan diberi teladan lagi seperti
yang dikatakan oleh Muhammad Quthb dalam Abuddin Nata “Bila
teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan
tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar.
Tindakan tegas itu adalah hukuman”. 70
Pemberian hukuman dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan jika
hukuman itu tidak mengandung emosi atau unsur “balas dendam” dari
yang memberi hukuman. Hukuman diberikan harus memiliki tujuan dan
memberikan efek insyaf dan taubat (tidak akan mengulangi lagi) bagi
yang melanggar. Sedangkan ganjaran yang diberikan dapat berupa
hadiah, cibderamata atau bonus yang diberikan bagi seseorang yang
berprestasi dalam kebaikan.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar
a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar
69Opcit. Heri Gunawan. h. 88-96
70
Opcit. Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. h. 155
36
Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak dini.
Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-
nilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan keluarga
sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam pendidikan
karakter.
Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting
untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional, sekolah
dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang
menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi
kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak pada
kehidupan individu.
Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral
yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang
mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk mengatakan
adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada
jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:71
1) Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran terhadap
pelaksaan ibadah agama lain
2) Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membuthkan
3) Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-bedakan
antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki kesempatan
yang sama.
4) Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dengan orang lain
5) Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya
sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan.
71Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Malang:
Bumi Aksara). 2007. H.46-50
37
6) Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas
7) Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam belajar
8) Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya terhadap diri
sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan yang maha Esa.
9) Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir
Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam
pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah (1) karakter
personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, (2) karakter
social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai perbedaan
serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap nasionalisme.72
Dari kedua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang
ditanamkan dalam implementasi pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan dasar adalah nilai religius, kejujuran, tanggung jawab baik
terhadap diri sendiri maupun lingkungan, menghargai pendapat orang
lain, keadilan dan nasionalisme.
b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter
Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang dengan
sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan faktor lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan (habit).73
Perkembangan
karakter seseorang tidak sebatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
72Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017,
(www.radarbangka.co.id)
73Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan.(Jakarta:Kencana). 2011. H.110
38
memiliki pengetahuan tentang belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan pengetahuannya jika ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan.
Hal tersebut dikarenakan karakter lebih kepada kebiasaan diri seseorang.
Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam
internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta
didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri
dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal
tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya.
Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar
melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.74
Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan
berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan
pemantapan.
1. Tahap penanaman nilai
Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-nilai
kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak dibiasakan
berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan keteladanan dari orang-
orang yang dekat dengan peserta didik. Faktor keteladanan ini
menjadi landasan fundamental bagi anak dalam internalisasi nilai-
nilai yang sedang atau telah diterima dari lingkungan.
2. Tahap penumbuhan nilai
Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak
ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan
tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat
tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat.
3. Tahap pengembangan nilai
74 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta:
Araksa). 2014.h. 54
39
Pengajaran Makna Nilai
Hukuman
Pembinaan
Menyimpang
Keteladanan
Penghargaan
Sesuai Nilai
Penguatan Pembiasaan
Pengontrolan
Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak perlu
dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang sudah ada
menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin dalam sikap dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tahap pemantapan nilai
Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangka
kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak diberikan
kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang
berhibungan langsung dengan kehidupan dalam masyarakat. Dengan
pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah siap untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 75
Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan strategi
implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.76
Strategi implementasi pendidikan karakter dimulai dengan
pengajaran makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan
melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai
75Ibid., 59-61
76
Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua dan
Guru. (Bekasi: Duta Media Tama).2013. h.137
Gambar 2.2
Strategi implementasi pendidikan karakter berkelanjutan
40
dapat melalui keteladanan dari orang tua ataupun guru. Selain dengan
keteladanan, nilai-nilai yang telah diajarkan ditumbuhkan dengan
penguatan dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai yang diajarkan.
Setelah diberikan keteladanan dan penguatan nilai, kemudian
dimantapkan dengan melakukan pengontrolan. Jika yang dilakukan anak
sesuai dengan nilai yang sudah diajarkan maka anak perlu diberikan
penghargaan. Tahap ini dilakukan sebagai penguatan nilai. Jika perilaku
yang dilakukan anak tidak sesuai dengan nilai atau menyimpang maka
perlu diberi hukuman atau pembinaan. Setelah dilakukan hukuman anak
perlu dikembalikan pada tahapan pengajaran makna nilai.
Strategi tersebut perlu dikembangkan dalam implementasi
pendidikan di sekolah, dengan diterapkannya strategi di atas diharapkan
implementasi pendidikan karakter di sekolah akan efektif dan mampu
menjadikan siswa-siswi menjadi anak-anak yang memiliki karakter mulia
bukan sebatas pengetahuan saja melainkan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi sesuatu yang tertanam kokoh dalam diri sebagai
bekal bagi kehidupannya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan adalah kajian atau review dari laporan
hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema
pokok yang diajukan penelitin. Adapun kajian penelitian yang akan dibahas
adalah :
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nurazizah dengan judul
“Implementasi Pendidikan Karakter Bagsa bagi Anak Terlantar di Panti
Asuhan Nurul Qur‟an Bekasi”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan dekriptif. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan
bahwa, proses implementasi pendidikan karakter bagi anak terlantar
diintegrasikan melalui beberapa tahapan yaitu proses penanaman nilai melalui
pengajaran dan pengenalan tata tertib, proses penumbuhan dilakukan dengan
menerapkan nilai-nilai dalam kegiatan sehari-hari, tahap pengembangan
41
dilaksanakan dengan memberikan tanggung jawab kepada anak asuh untuk
melaksanakan tugas mereka.77
Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Risman Munawar
dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian lapangan bersifat kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh
pada penelitian ini yaitu implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran
akidah akhlak tercantum dalam RPP guru yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran dengan metode tanya jawab/percakapan, metode keteladanan,
metode pembiasaan, dan metode targhib dan tahrib.78
Penelitian yang dilakukan oleh Ana Subekti dengan judul penelitian
“Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter
Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakarta”.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan
evaluative deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu: Proses pelaksanaan
pendidikan nilai dan penanaman nilai-nilai karakter islami melalui
keteladanan, berbagai permainan, lagu dan cerita. Dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran 5 sentra utama yaitu sentra bermain peran, sentra
balok, sentra bahan alam, sentra imtaq serta sentra seni dan kreatifitas.79
77
Nurazizah, Ayu, Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti
Asuhan Nurul Qur‟an. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Syarifhidayatullah Jakarta: 2014.
78
Munwar, Risman, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
MTs Negeri Godean. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: 2013
79
Subekti, Ana, Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter
Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakar. Yogyakarta: 2012
42
C. Kerangka Berfikir
Input Proses Output
Kondisi Awal Masalah Strategi Hasil Yang
Diharapkan
1. Banyaknya permasalahan karakter yang terjadi
dikalangan anak bangsa
2. Lemahnya pengelolaan dalam pelaksanaan
implementasi pendidikan karakter di sekolah
3. Kurangnya efektivitas pada proses pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah
4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada
ranah kognitif
5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi
pendidikan karakter
6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter
Belum
optimalnya
internalisasi
nilai-nilai
karakter mulia
dalam diri
peserta didik
pada
pelaksanaan
implementasi
pendidikan
karakter
1. Mensosialisasikan nilai
visi, misi dan tujuan
sekolah
2. Meningkatkan
program-program
pembinaan karakter
siswa
3. Memberikan
keteladanan kepada
siswa
4. Internalisasi pendidikan
karakter kedalam KBM
dan ekstrakulikuler
5. Meningkatkan
pelatihan dan
pembiasaan karakter
yang telah terbentuk
dalam diri siswa
Terciptanya
nilai-nilai
luhur dan
perilaku
berkarakter
dalam diri
siswa yang
teraktualisasi
dalam
kehidupannya
Feed Back
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al- Muhajirin yang berlokasi di Jl.
Tunda No. 20-21 Komplek Perum PT. (Persero) Pelindo II Walang Jaya-
Jakarta Utara. Waktu penelitian terhitung sejak Desember tahun 2015 s/d Juli
tahun 2016.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu “metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
interpretasiterhadap data yang ditemukan di lapangan”1 dalam bentuk metode
deskriptif. Menurut Bugin , metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas social dengan yang ada di masyarakat yang menjadi objek
penilaian, dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri
karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun
fenomena tertentu.2 Maka metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini
diarahkan untuk menganalisis kondisi dan sitasi yang terdapat pada
implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.
C. Sumber Data
Ada tiga jenis sumber data, yaitu : place (tempat), person (orang), paper
(kertas). Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, berikut
penjelasannya:
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) h.7-
8
2 Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hdayatullah
Jakartaa, 2013, h. 62-63
44
1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung yang
ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.3 Dalam penelitian ini sumber data
berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan wawancara di
SDIT Al-Muhajirin, yakni sebagai berikut:
a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik, dan kependidikan,
buku rencana tahunan, laporan prestasi akademik dan non akademik
sekolah)
b. Hasil wawancara dari kepala SDIT Al-Muhajirin, Wakasek bid.
Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, guru bidang studi.
c. Hasil observasi (lingkungan sekolah, lingkungan kelas, pelaksanaan
program sekolah dan fasilitas)
2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari
sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.4 Adapun
data sekunder dari penelitian ini adalah berasal dari buku dan jurnal yang
terkait dengan pendidikan karakter.
D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan
sehingga diperoleh suatu informasi. Untuk memperoleh data yang signifikan,
maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.5 Pengumpulan
data dengan teknik observasi dimaksudkan untuk mengamati objek yang
diteliti untuk mendapatkan data di lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan
pengamatan langsung ke SDIT Al-Muhajirin dalam rangka memperoleh data
mengenai lingkungan sekolah, pelaksanaan program sekolah, kegiatan
3 Opcit., Sugiyono. h. 225.
4 Ibid.
5 Sudaryono, Educational Research Methodology. (Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta) 2014. H.
97
45
ekstrskulikuler dan fasilitas sekolah. Di bawah ini merupakan kisi-kisi
instrument observasi yang penulis gunakan.
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen Observasi
No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan
1. Kegiatan merencanakan program-
program implementasi pendidikan
karakter
2. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi
kognitif siswa
3. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi
afektif siswa
4. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi
psikomotorik siswa
5. Intervensi semua pihak terkait
implementasi pendidikan karakter di
SDIT Al-Muhajirin
6. Evaluasi program implementasi
pendidikan karakter
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Oberservasi Sarana dan Prasarana Sekolah
No
.
Sarana dan
prasarana sekolah
Status Keadaan
Ket Ada
Tidak
ada Baik Sedang
Tidak
baik
1. Ruang kelas Penulis melakukan pengamatan langsung
terhadap sarana dan prasarana yang ada
disekolah dan melaksanakan penelitian
2. Tempat ibadah
3. Sarana olah raga
46
4. Perpustakaan berdasarkan status dan kondisi sarana dan
prasarana
5. Lab.Komputer
6. UKS
7. Alat esenian
8. Alat olah raga
9. Alat kebersihan
10. Kantin
11. Tong sampah
12. Rak sepatu
13. Loker siswa
14. Gudang
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara
pewawancara dengan informan secara langsung.6 Penulis melakukan
wawancara dengan menggunakan teknik depth interview (wawancara
mendalam). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
implementasi pendidikan karakter di sekolah secara mendalam. Berikut kisi-
kisi instrument wawancara yang penulis gunakan.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Interviewee Dimensi Indikator
Kepala Sekolah
SDIT Al-
Muhajirin
Perencanaan dan
pengontrolan program
penanaman karakter
1. Visi, misi dan tujuan
sekolah
2. Penanaman karakter
siswa
3. Peran serta orang tua
siswa
4. Pembinaan karakter
6Ibid., h. 91
47
yang telah dibentuk
5. Nilai karakter yang
diutamakan
Wakasek
Bid.Kurikulum
Pengorganisasian
program penanaman
karakter
1. Kegiatan ko-
kurikuler dan
ekstrakurikuler
2. Prestasi siswa
dibidang akademik
maupun non-
akademik
3. Standar Kompetensi
Lulusan SDIT Al-
Muhajirin
4. Proses rekrutmen
guru dan siswa
5. Kurikulum yang
digunakan
6. Kondisi guru dan
staff sekolah
7. Kebiasaan serta
program penanaman
karakter siswa
8. Faktor pendukung
dan pengambat
implementasi
pendidikan karakter
9. Cara mengatasi
hambatan
Koordinator
tahfidz
Pelaksanaan program
penanaman karakter
1. hakikat pendidikan
karakter
2. Standar kelulusan
48
tahfidz di SDIT
3. Pelaksanaan
pembelajaran tahfidz
4. Faktor pendukung
implementasi
pendidikan karakter
3. Studi Dokumen
Data dari studi dokumen ini berkaitan dengan data pendidik/tenaga
Kependidikan, buku rencana kerja tahunan, dan laporan hasil prestasi
akademik dan non akademik. Adapun penjelasan kisi-kisi pedoman studi
dokumen dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen
No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan
1. Organisasi Profil SDIT, Visi,misi dan
tujuan SDIT.
2. Kegiatan
implementasi
Petunjuk teknik pelaksanaan
program implementasi
pendidikan karakter
E. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.7
Setelah semua data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut
dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang
7Sugiyono, Metodologi Penelitian: Pedekatan , Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 224
49
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam
sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas.
Dalam teknik analisa data kualitatif, penulis mengemukakan tiga proses
analisis data yakni sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.8
Penulis melakukan reduksi terhadap segala informasi yang diperoleh
dengan cara merangkum, memilih data yang penting, kemudian
mengkategorikan data sesuai dengan fokus penelitian. Data yang
direduksi tersebut akan memberikan gambaran yang lebih mendalam
mengenai implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data maka dilakukan penyajian data.
Dalam penyajian data kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.9 Hal ini akam
memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan
fakta dan data yang ditemukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah yang terakhir dilakukan adalah penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pada instrument wawancara, pernyataan-pernyataan dari observasi dan
dari rumusan masalah.
8 Ibid., h.247
9Ibid., h. 249
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-MUHAJIRIN
A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin
1. Profil SDIT Al-Muhajirin
Pendidikan merupakan sebuah indikator dalam menentukan keberhasilan
suatu negara untuk mencapai kemajuannya, dalam proses pendidikan juga
diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, karena maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat berdasarkan
pendidikan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut serta berupaya memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam hal pembentukan akhlaqul karimah dan
pendidikan bernuansa islami bagi anak-anak di kecamatan koja dan
sekitarnya, ditambah dengan kemerosotan akhlaq dan moral yang semakin
memprihatinkan, sehingga mengetuk hati para tokoh masyarakat untuk
mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang memiliki visi “Mencetak
generasi muslim berakhlak Imtaq dan berwawasan Iptek”. SDIT Al-Muhajirin
berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Muhajirin Bahari. Selain SDIT Al-
Muhajirin , yayasan tersebut juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan
islam lainnya diantaranya RA Al-Muhajirin, MTs Al-Muhajirin Serta SMA
Al-Muhajirin.1
Sejak tahun 2006 Yayasan Al-Muhajirin mendirikan SDIT Al-Muhajirin
bertujuan untuk menyelenggaran pendidikan berlandaskan islam sebagai
usaha untuk mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif pada perilaku
anak sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, sehingga dalam
perkembangannya nanti dapat menjadi dasar bagi anak untuk hidup dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai agama islam.2
1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember 2015
2Ibid.,
51
Bangunan sekolah berdiri diatas tanah Pelindo seluas ±2.400 m2 dengan
luas bangunan ±1.680 m2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin
berlokasi di Jalan Tunda No. 20-21 Komplek Perum Pelindo II kelurahan
Rawa Badak Selatan Kec. Koja Jakarta Utara.3
Siswa SDIT Al-Muhajirin angkatan pertama berjumlah 64 orang (2
kelas). Sedangkan jumlah setiap tahunnya mengalami penambahan yang
signifikan, sehingga menjadikan SDIT Al-Muhajirin sebagai sekolah favorit.
Gedungnya terdiri dari dua lantai yakni terdiri dari 26 ruangan yakni 18 ruang
kelas berukuran 4x4 meter yang dilengkapi kamar mandi didalamnya, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang
TU, 1 ruang gudang, 1 ruang serba guna, 1 ruang laboratorium komputer.
Serta masjid yang berada di samping bangunan sekolah. 4
Jumlah siswa yang ada di SDIT Al-Muhajirin 522 yang terdiri dari kelas 1
berjumlah 115, kelas 2 berjumlah 114, kelas 3 berjumlah 98, kelas 4
berjumlah 88, kelas 5 berjumlah 51, kelas 6 berjumlah 56.5 Hampir semua
siswa yang berada di SDIT adalah hasil seleksi yang ketat sehingga siswa
siswinya memiliki daya saing yang sangat tinggi. Rata-rata siswa yang masuk
di SDIT Al-Muhajirin 30% berasal dari RA Al-MUhajirin dan 70% dari luar.
Para siswa SDIT Al-Muhajirin rata-rata mempunyai prestasi akademik yang
bagus sehingga daya saing mereka lebih tinggai. Selain berprestasi dalam
bidang akademik, siswa siswi juga mampu membaca dan menghafal Al-
Qur‟an standar minimal yang ditetapkan sekolah adalah juz 29 dan juz 30.
Sehingga menjadikan sekolah ini diminati oleh para orang tua dan ingin
menyekolahkan anak mereka di SDIT Al-Muhajirin.
3 Dokumen SDIT Al-Muhajirin
4Dokumen SDIT Al-Muhajirin
5Ibid.,
52
2. VISI, MISI, STRATEGI PROGRAM , DAN TUJUAN SDIT AL
MUHAJIRIN
Visi
“MENCETAK GENERASI MUSLIM YANG BERAKHLAK IMTAQ DAN
BERWAWASAN IPTEK”
Misi
1. Memberikan pendidikan yang terbaik dengan metode modern
2. Menciptakan siswa yang berakhlakul karimah, cerdas, kreatif dan
inovatif
3. Mengedepankan kapabiliti dan ebiliti tenaga edukatif
4. Mengedepankan mutu proses pembelajaran dalam menciptakan siswa
yang berwawasan iptek
5. Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan.6
Strategi
1. Meningkatkan profesionalisme guru
2. Mengadakan sarana dan prasarana sekolah
3. Memotifasi siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler
4. Melaksanakan tata tertib baik waktu, disiplin, administrasi, proses KBM,
ibadah, dan lingkungan sekolah
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan
sekolah.7
Tujuan SDIT Al Muhajirin
1. Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan
keagamaan
2. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis
pendidikan karakter.
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga
dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi
6Dokumen SDIT Al-Muhajirin 17 Desember 2015 (Buku Penghubung)
7Ibid.,
53
4. Menyelenggarakan kegiatan kemandirian melalui pembiasaan dan
pengembangan diri.
5. Menyelenggarakan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga
sekolah sebagai bagian masyarakat global.8
2. Deskripsi Guru
Tugas utama guru adalah mendidik dan mengarahkan siswa untuk
menjadi seseorang yang berakhlak mulia yang berpedoman pada Al-Qur‟an
dan hadits nabi. Disamping itu guru juga bertanggung jawab atas
pengemalan-pengamalan nilai-nilai karakter siswa yang ada di sekolah.
Guru pengajar di SDIT Al-Muhajirin lulusan S1 dari jurusan ilmu
kependidikan yang berasal dari berbagai universitas. Dengan modal ilmu
pendidikan dan keguruan yang dimiliki tidak mengherankan mereka memiliki
sifat pendidik yang mampu menjadi teladan dan dapat menggali potensi yang
dimiliki siswa secara optimal. Untuk menjadi guru di SDIT Al-Muhajirin
memiliki daya saing yang tinggi, hal ini dilihat dari proses seleksi penerimaan
yang ketat dengan melalui beberapa tahapan tes, yaitu test hafalan Al-Qur‟an
dengan kriteria minimal 1 juz untuk guru bidang studi dan minimal 2 juz
untuk guru tahfidz, tes membaca Al-Qur‟an dengan tartil (fashohah dan
tajwid), tes micro teaching serta wawancara dengan kepala sekolah dan
yayasan Al-Muhajirin, tentu saja guru-guru yang diterima adalah lulusan S1.9
Jumlah guru yang ada di SDIT Al-Muhajirin adalah 40 orang. Guru-guru
di bagi menjadi dua yaitu ada 8 guru bidang studi dan 32 wali kelas serta
assisten yang kesemuanya itu terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan yang
diadakan setiap tahun di awal semester.10
8 Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember
2015.
9 ibid.,
10
Ibid.,
54
3. Deskripsi Siswa-siswi SDIT Al_Muhajirin
Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap siswa siswi di SDIT Al-
Muhajirin yang berasal dari latar belakang pendidikan keluarga yang berbeda
serta suku dan budaya yang berbeda, secara keseluruhan siswa-siswi tersebut
terbagi menjadi enam level kelas, dan setiap levelnya terbagi menjadi 4, 3 dan
2 kelas, berikut data siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin:
Tabel 4.1
Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin11
No Nama Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. I Abu Bakar Ash-Shidiq 15 14 29
2. I Umar bin Khathab 15 14 29
3. I Amr bin „Ash 15 14 29
4. I Thalhah bin Ubaidillah 15 14 29
5. II Usman bin Affan 15 14 29
6. II Ali bin Abi Thalib 16 13 29
7. II Mus‟ab 15 14 29
8. II Ubay bin Ka‟ab 16 13 29
9. III Bilal bin Rabah 15 15 30
10. III Zubair bin Awwam 16 14 30
11. III Zaid bin Tsabit 16 14 30
12. IV Abdullah bin Abbas 15 15 30
13. IV Abdurrahman bin “Auf 15 15 30
14. IV Salman Al-Farisyi 15 14 29
15. V Khalid bin Walid 15 13 28
16. VI Hamzah bin Abdul Mutholib 18 13 28
17. VI Sa‟ad bin Abi Waqash 16 12 28
18. VI Abdullh bin Rawahah 16 12 28
11Ibid., Dokumen SDIT Al-Muhajirin
55
4. Standar Kompetensi Lulusan SDIT Al-Muhajirin
a. Hafal 2 Juz Al-Qur‟an (Juz 30 dan Juz 29)
b. Berakhlaqul karimah
c. Salimul Aqidah
d. Shohihul Ibadah
e. Berbakti kepada orang tua dan guru
f. Gemar membaca
g. Disiplin dan bertanggung jawab.12
5. Kegiatan Ekstrakulikuler
a. Pramuka
b. Marching Band
c. Tari tradisional
d. Marawis
e. Pencak Silat
f. Futsal
g. Taekwondo
h. Paskibra.13
6. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin
Kurikulum yang diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin adalah
kurikulum Depag (Departemen Agama) yang di padukan dengan kurikulum
pendidikan dasar serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-
Muhajirin.14
Dengan demikian siswa-siswinya akan mendapat porsi
pendidikan agama seperti siswa madrasah dan mendapatkan pelajaran umum
seperti siswa pada sekolah dasar (sekolah umum)
Dengan implemenasi kurikulum yang dipadukan itulah diharapkan
lulusan SDIT Al-Muhajirin akan mendapatkan ilmu pengetahuan serta ilmu
agama yang berimbang (menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta dekat
kepada Allah SWT). Program-program penanaman dan penguatan nilai-nilai
karakter islami sejak dini sudah diterapkan dan senantiasa terus ditingkatkan.
Kegiatan ini dengan dilakukan dengan cara-cara antara lain : mengucapkan
12Wanwancara Wakasek bid.Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015
13
Dokumen SDIT Al-Muhajirin
14 Wawancara Wakasek.bid.Kurikulum pada tanggal 15Desember 2015
56
salam setiap bertemu dengan guru, membaca do‟a setiap sebelum
melaksanakan aktivitas, melakukan muroja‟ah hafalan setiap sebelum
melaksanakan pembelajaran, berwudhu dengan tertib dan sempurna,
melaksanakan sholat wajib dan sunnah, membiasakan shalat di awal waktu,
shalat dhuha, pelaksanaan shalat berjama‟ah,membiasakan makan dan minum
yang halal serta tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, adab terhadap guru, adab terhadap orang tua serta adab terhadap
teman sebaya, serta praktek ibadah lainnya yang terdapat dalam al-qur‟an dan
sunnah.15
Dengan pembiasaan yang terus dilakukan secara kontinyu
diharapkan anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan ibadah
dengan kesadaran serta tidak menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan
beban.
Tabel 4.3
Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin16
No Komponen
Kelas dan Alokasi
Waktu
1 s.d 3 4 s.d 5
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 6 6
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 7 7
4. Matematika 8 8
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2
B. Muatan Lokal
1. Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta 2 2
15Ibid.,
16
Dokumen SDIT Al-Muhajirin
57
2. Bahasa Inggris 2 2
3. Bahasa Arab 2 2
4. Tahfidz 8 8
5. Tahsin 8 8
6. Teknologi Informasi Komunikasi 2 2
C. Pengembangan Diri *2 *2
Jumlah 59 59
Pengembangan diri
1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Pengembangan Kehidupan Pribadi
b. Pengembangan Kehidupan Sosial
c. Pengembangan Kemampuan Belajar
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Krida : Pramuka
b. Latihan/Lomba/Prestasi : Seni Budaya, Mata Pelajaran, Keterampilan
Olahraga, Keagamaan
c. Kegiatan Lapangan : Kunjungan ke objek tertentu
B. Analisis dan Pembahasan hasil Penelitian
1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin
Pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan
perwujudan dari keseluruhan potensi manusia (kognitif,afektif dan
psikomotorik) dalam konteks interaksinya dalam keluarga, satuan pendidikan
dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat. Perwujudan tersebut
dapat dikelompokan ke dalam empat elemen, yaitu: Olah hati (Spiritual and
Emotional development), Olah pikir (Intellectual development), Olah raga
(Physical and Kinesthetic development), dan Olah karsa (Affective and
Creativity development). Keempat elemen tersebut secara keseluruhan saling
memiliki keterkaitan dan saling melengkapi dan menuju pada pembentukan
karakter yang menjadi perwujudan nilai-nilai luhur.
Untuk mengoptimalkan potensi siswa SDIT Al-Muhajirin
mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan yang
58
diprogramkan, baik kegiatan kurikuler siswa maupun non kurikuler. Kegiatan
kurikuler merupakan kegiatan yang di masukkan ke dalam kurikulum dan ada
dalam jadwal pelajaran sekolah, di antara kegiatan kurikuler yang
dilaksanakan siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin adalah:
1. Pelajaran Umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan)
2. Hafalan 2 Juz Al-Qur‟an (Tahfidz)
3. Pendidikan Agama Islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur‟an
Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam).
4. Baca tulis Al-Qur‟an (Tahsin) dengan metode Qiro‟ati.
Sedangkan program non kurikuler adalah program yang
diimplementasikan oleh sekolah, namun tidak dimasukkan secara khusus ke
dalam KBM hanya saja menjadi kebiasaan (Hidden Curriculum) yang selalu
dilakukan sehingga menjadi budaya yang akan membentuk karakter seluruh
warga sekolah terutama siswa siswi SDIT. Program non kurikuler terhadap
pendidikan karakter, meliputi:
1. Olah Hati (Spiritual and Emotional development)
Menurut pandangan agama hati merupakan segumpal daging yang
ada dalam diri manusia serta merupakan tempat bermuaranya segala
kebaikan dan keburukan. Olah hati merupakan upaya mengelola aspek-
aspek spiritual yang dapat membentuk karakter seseorang. Diantara olah
hati yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, yaitu:
a. Membiasakan wudhu dengan tertib dan sempurna
b. Membiasakan sholat wajib dan Sunnah
c. Membiasakan shalat diawal waktu
d. Membiasakan berdo‟a setiap akan melaksanakan kegiatan
e. Membiasakan menjaga kebersihan dan kerapihan diri dan
lingkungan
f. Membiasakan makan makanan yang halal
g. Adab makan dan minum
59
h. Adab terhadap guru, teman dan orang tua17
Olah hati yang di implementasikan di SDIT mengajarkan kepada
siswa untuk menyadari pentingnya hati yang bersih dalam kehidupan,
dan untuk mendapatkan hati yang bersih seseorang harus dekat dengan
Tuhannya yaitu dengan cara-cara yang diajarkan oleh rasulullah SAW.
Dari pengamatan yang penulis lakukan sejak bulan Januari sampai
September penulis melihat siswa sudah terbiasa dengan rutinitas
keagamaan di sekolah, seperti halnya ketika jam 09.00 sudah memasuki
waktu istirahat siswa lebih memilih untuk mengerjakan shalat sunnah
dhuha baru kemudian istirahat. Ini merupakan satu hal yang sangat baik
bahwa siswa terbiasa dengan hal-hal yang sunnah, begitu juga dengan
shalat dzuhur, sebelum adzan berkumandang siswa level atas
berbondong-bondong pergi ke masjid sedangkan level bawah
melaksanakan shalat di kelas. Dapat dikatakan SDIT Al-Muhajirin telah
berhasil menanamkan sikap religius pada siswa-siswinya melalui
pembiasaan-pembiasan yang terus menerus dilakukan secara kontinyu.
2. Olah Pikir (Intellectual development)
Berpikir merupakan aktivitas intelektual seseorang yang melibatkan
kesadaran subjektif individu yang menghasilkan suatu konsep, ide-ide,
atau gagasan. Diantara olah pikir yang di implementasikan di SDIT Al-
Muhajirin adalah:
a. Kegiatan Market Day
b. Wisata Ilmiah
c. Pendalaman Materi
d. Keputraan dan Keputrian
e. Lomba-lomba (menulis cerpen, tahfidz, ceramah dll)18
Kegiatan olah pikir yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin
bertujuan untuk menanamkan karakter rasa ingin tahu, kemandirian,
cerdas serta kreatif. Hal tersebut terlihat saat penulis melakukan
17 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015
18
Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015
60
observasi pada kegiatan Market Day siswa level 1. Para siswa tidak
hanya berjualan makanan tetapi juga minuman, pin, gelang,
gantungan kunci dan lain-lain. Barang yang ingin dijual di temtukan
sendiri oleh siswa serta penjualnya juga mereka, walaupun masih
kelas satu tapi tidak terlihat rasa takut dalam wajah mereka melayani
pembeli yaitu kakak-kakak kelas mereka.
3. Olah Raga (Physical and Kinesthetic development)
Olah raga merupakan pembelajaran untuk jasadiyah (tubuh) manusia
yang terencana dan terstruktur bertujuan untuk meningkatkan kebugaran
tubuh. Olah raga bukan hanya melibatkan aktivitas fisik (psikomotorik)
saja, olah raga juga melibatkan aktivitas kognisi dan afeksi seseorang.
Diantara olah raga yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin
adalah:
a. Kepramukaan
b. Outbond
c. Ekstrakurikuler (Tari, Silat,Taekwondo, Futsal, Marching Band,
Marawis)19
.
Bentuk pendidikan karakter yang di implementasikan di SDIT
Al-Muhajirin bertujuan untuk menanamkan sifat disiplin yang
didapat dari kegiatan kepramukaan, berdaya tahan tubuh yang kuat
di dapat dari kegiatan outbond, sedangkan sifat lain seperti sportif,
tangguh, ceria, gigih dan bekerja keras terlihat dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Hal ini dapat penulis simpulkan dari hasil observasi
saat para siswa melaksanakan latihan ketika sepulang sekolah.
Mereka dengan tekun dan semangat melaksanakan latihan walaupun
waktu pelaksanaannya setelah pulang sekolah. Selain berlatih para
siswa yang mengikuti ekskul juga sering diikutsertakan dalam
lomba-lomba kejuaran. Sedangkan untuk melatih keberanian mereka
tim ekskul terkadang diminta untuk tampil saat muroja‟ah usbu‟iyah
di depan seluruh warga sekolah.
19 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015
61
4. Olah Karsa (Affective and Creativity development)
Olah karsa atau olah rasa merupakan kekuatan seseorang untuk
mengelola kekuatan perasaan. Dalam pendidikan karakter olah karsa
melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan kata lain siswa
bukan saja mengetahui tentang karakter-karakter yang baik namun juga
memiliki kesadaran untuk melaksanakannya. Diantara olah karsa yang di
implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, ialah:
a. Kepedulian terhadap lingkungan
b. Ber-Akhlaqul karimah dalam pergaulan20
Itulah bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Al-Muhajirin
dalam mengoptimalkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa serta
menjaga kualitas dan output sekolah. Secara keseluruhan siswa-siswi SDIT
sudah menerapkan bentuk-bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di
SDIT, seperti yang penulis lihat saat observasi pada waktu istirahat jika ada
teman nya yang makan sambil berdiri yang lain tidak segan untuk
mengingatkan dengan hadits yang telah diajarkan. Ketika setelah istirahat
siswa merapihkan sendiri tempat makan dan sampah sisa-sisa makanan.
Secara keseluruhan bentuk-bentuk implementasi pendidikan karakter di SDIT
Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan baik namun evaluasi serta pengawasan
tetap harus dilakukan guna menigkatkan kualitas siswa dan sekolah.
2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT
Al-Muhajirin
SDIT Al-Muhajirin adalah lembaga pendidikan yang hakikatnya adalah
sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memadukan pendidikan Aqliyah, ruhiyah
dan jasadiyah.21
Dengan ketiga konsep pendidikan tersebut berarti SDIT Al-
Muhajirin berupaya mendidik siswa menjadi anak yang berkembang
kemampuan akalnya intelektualnya, meningkat kualitas iman dan taqwa
20 Ibid.,
21
Wawancara Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin Bpk. Sutrisno, M.Pd Tanggal 15 Desember 2015
62
kepada Allah SWT, terbinanya akhlaqul karimah serta memiliki kesehatan
dan kebugaran jasmani serta terampil dalam kehidupan sehari-harinya.
Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan output yang diharapkan
sekolah, SDIT Al-Muhajirin menyusun beberapa kegiatan dalam
pembentukan karakter siswa untuk diimplementasikan dan dilaksanakan oleh
semua warga sekolah (siswa, kepala sekolah, guru, serta seluruh staff dan
karyawan sekolah) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Berwudhu dengan tertib sebelum shalat
Berwudhu merupakan syarat sah shalat karena pentingnya berwudhu
maka siswa yang akan melaksanakan shalat harus berwudhu terlebih dahulu
dengan tertib dan sempurna. Dalam pelaksanaan berwudhu dilaksanakan
secara bergantian, perempuan berwudhu di kamar mandi di dalam kelas,
sedangkan laki-laki berwudhu di luar kelas.Pengawasannya dilakukan oleh
wali kelas dan asisten. Jika ditemukan ada siswa atau siswi yang tidak tertib
dalam mengambil wudhu maka guru yang mengawas akan mengarahkan
untuk mengulangi lagi wudhu dengan tujuan agar anak terbiasa wudhu
dengan tertib dan sempurna. Adapun tata cara wudhu yang benar dan
sempurna yaitu, niat, mencuci tangan, berkumur-kumur sebanyak 3 kali,
menghirup dan mengeluarkan air dari dalam hidung, membasuh muka,
membasuh tangan kanan kemudian tangan kiri sampai siku-siku, membasuh
rambut, membasuh telinga dan yang terakhir kaki sampai mata kaki,
dilanjutkan membaca do‟a sesudah wudhu.
Dalam pengamatan yang peneliti lakukan, sebagian besar siswa-siswi
SDIT sudah dapat menerapkannya. Karena pelajaran serta tata cara wudhu
sudah diajarkan sejak kelas 1 dan dipraktekkan setiap hari. Selain itu akan
dibahas lagi pada materi Ubudiyah sejak kelas 4. Seperti terlihat pada gambar
di bawah ini. Siswa SDIT Al-Muhaijirn melaksanakan wudhu di keran
khusus yang disediakan untuk para siswa-siswi berwudhu sebelum
melaksanakan shalat.22
22Hasil observasi pada tanggal 10 Mei 2016
63
2. Shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjama‟ah
Setiap hari siswa dilatih dan dibiasakan untuk shalat berjama‟ah baik
sholat dhuha maupun shalat dzuhur. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan
dikelas masing-masing secara berjama‟ah didampingi wali kelas dan asisten
kelas. Waktu shalat dhuha pukul 08:45-09:00 sebelum istirahat pertama.
Kegiatan shalat dhuha bertujuan untuk membiasakan siswa melaksanakan
sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.
Sama halnya dengan shalat dhuha, shalat dzuhur juga dilaksanakan
berjama‟ah didampingi oleh wali kelas dan asisten yang akan membimbing,
mengarahkan dan membina siswa agar melaksanakan shalat dengan benar,
tertib dan khusyu‟. Jika ada siswa yang tidak khusyu‟ dalam shalat dan
dzikirnya maka pendamping mengarahkan siswa tersebut untuk mengulang
lagi shalat atau dzikirnya. Pelaksanaan shalat dzuhur untuk kelas 1-3
dilaksanakan dikelas masing-masing secara berjama‟ah, sedangkan kelas 4-6
dilaksanakan di masjid Al-Muhajirin bersamaan dengan jama‟ah yang lain
dan diawasi oleh wali kelas dan guru laki-laki bidang studi.
Gambar 4.1 Wudhu sebelum melaksanakan sholat
64
Gambar diatas menunjukkan kegiatan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan shalat berjama‟ah dikelas 1 Thalhah bin Ubaidillah. Wali kelas
sedang memberikan pengajaran tentang kesempurnaan dalam gerakan shalat.
Terlihat dari gambar di atas siswa dengan seksama memperhatikan dan
mempraktekkan gerakan yang diajarkan oleh wali kelasnya.23
Sedangkan
terlihat pada gambar di bawah kelas 3 bilal bin rabah sedang melaksanakan
shalat dzuhur berjama‟ah dikelas nya yang di pimpin oleh teman mereka
sendiri. 24
Kebiasaan shalat berjama‟ah diajarkan untuk memperkenalkan
kepada siswa bahwa shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala yang lebih
banyak dibandingkan dengan shalat sendiri, selain itu dalam shalat
berjama‟ah siswa diajarkan agar patuh pada imam atau pemimpin.
23 Hasil observasi pada tanggal 01 Agustus 2016
24
Ibid.,
Gambar 4.2
Menyempurnakan gerakan shalat
Gambar 4.3
Pelaksanaan Shalat dzuhur berjama’ah di kelas
65
3. Hafalan Qur‟an, hadits serta do‟a sehari-hari
Standar Kelulusan SDIT Al-Muhajirin menetapkan bahwa setiap
siswa-siswinya minimal menghafalkan 2 juz dari 30 juz Al-qur‟an, yaitu
juz 29 dan juz 30.25
Hafalan Al-qur‟an, hadits dan do‟a sehari-hari
dimasukkan kedalam mata pelajaran sehari-hari, yaitu Tahfidz dan
Pendidikan Agama Islam. Untuk memperkuat hafalan-hafalan siswa
setiap pagi sebelum KBM dimulai diadakan Muroja’ah (pengulangan).
Kegiatan Muroja’ah terbagi menjadi dua, yaitu muroja’ah yaumiyah atau
muroja’ah harian (senin-kamis) yang dilakukan dikelas masing-masing
dipimpin oleh wali kelas dan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah
mingguan (Jum‟at) dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan. Muroja’ah usbu’iyah di ikuti oleh seluruh
siswa dan guru-guru bertempat dilapangan sekolah. Setelah kegiatan
Muroja’ah usbu’iyah siswa-siswi diberikan nasehat-nasehat mengenai
adab-adab dalam islam yang berlandaskan hadits nabi, misalnya adab
saat makan dan minum, adab bergaul kepada teman sebaya dan guru,
adab dalam marah, adab dalam berpakaian, adab dalam menjaga
kebersihan,kepribadian seorang muslim, dll.26
Gambar diatas menunjukkan seorang siswa menyetorkan hafalannya
kepada guru tahfidz nya. Setoran hafalan ini dilaksanakan setiap
25 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015
26
Hasil obbservasi pada tanggal 15 April 2016
Gambar 4.4
Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz
66
seminggu sekali. Alokasi waktu untuk pembelajaran tahfidz dalam
seminggu yaitu 8x35 menit dan setiap minggunya siswa wajib
menyetorkan hafalannya yang telah dihafal pada pertemuan sebelumnya.
Berkaitan dengan cara menanamkan karakter mulia kepada anak
melalui hafalan al-Qur‟an, Do‟a dan hadits, Bapak Maulid Rokhim,
S.Pd.I mengatakan bahwa:
Menghafal Al-qur‟an berpengaruh dalam pembentukan karakter
mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan
kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di
hafal, dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak
dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang
akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga
dengan hadits-hadits dan do‟a-do‟a pilihan yang di ajarkan di SDIT
Al-Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah
dipahami anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam
kehidupan.27
Gambar diatas menunjukan kegiatan muroja‟ah „Usbuiyah atau
muroja‟ah mingguan yang diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru
SDIT Al-Muhajirin. Selain muroja‟ah atau mengulang kembali hafalan
juga diadakan penyampaian hadis-hadis yang berkenaan dengan akhlaqul
karimah, misalnya adab dalam berbicara, adab dalam makan dan minum,
adab pergaulan antara sesama.
4. Pembiasaan Akhlaqul karimah
27 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015
Gambar 4.5
Kegiatan Muroja’ah ‘Usbuiyah pada hari Jum’at
67
SDIT Al-Muhajirin menjadikan Akhlaqul karimah sebagai budaya
yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dari
mulai kepala sekolah, guru, siswa-siswi, para staff kepegawaian, komite
serta wali murid dalam pergaulan sehari-hari terutama saat berada dalam
lingkungan sekolah. Diantara peraturan-peraturan untuk menumbuhkan
budaya dan kebiasaan tersebut menyebutkan dalam berperilaku social di
SDIT harus menerapkan:
a. Membiasakan mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebelum
masuk dan keluar kantor, ruang guru atau ruang kelas
b. Membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan (salaman) jika
bertemu dengan guru
c. Membiasakan izin kepada guru jika ingin keluar kelas
d. Membiasakan sopan dan santun dalam berperilaku kepada guru
maupun teman sebaya
e. Membiasakan tidak berkata jorok dan mengolok-olok teman.
f. Bersikap baik terhadap teman (tidak main dengan kasar dan
memaksa)
g. Tidak boleh makan dan minum sambil berdiri dan jalan-jalan
h. Makan dan minum secukupnya dan menggunakan tangan kanan
i. Makan dan minum dengan rapi dan tertib
j. Membiasakan menyisihkan uang jajannya untuk amal jariyah
k. Membiasakan bersikap mandiri dan bertanggung jawab
l. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya28
28 Observasi pada tanggal 15 April 2016
68
Suasana yang terlihat pada gambar di atas berlangsung ketika jam
istirahat, siswa makan dengan tertib menggunakan tangan kanan dan
duduk di bangkunya masing-masing. Setelah semua siswa menghabiskan
makanannya barulah diperbolehkan untuk bermain di luar kelas atau
melaksanakan aktivitas lain seperti membaca buku cerita.29
5. Outbond dan Wisata Ilmiah
Kegiatan Outbond dan Wisata Ilmiah dilaksanakan oleh SDIT Al-
Muhajirin selama satu tahun sekali. Outbond dilaksanakan setiap awal
semester ganjil, sedangkan wisata ilmiah dilaksanakan setiap awal
29 Observasi pada tanggal 01 Agustus 2016
Gambar 4.6
Peraturan kelas yang dibuat untuk menanamkan akhlak karimah
Gambar 4.7
Suasana makan saat jam istirahat
69
semester genap. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih psikomotorik
serta sensorik anak agar mereka memiliki pengalaman langsung dalam
belajar. Selain itu kegiatan outbond dan wisata ilmiah juga dapat
membentuk karakter disiplin, tangguh, kerjasama bekerja keras dan
menumbuhkan daya saing yang positif.30
Gambar 4.8 Keceriaan saat kegiatan outbond dan wisata ilmiah
6. Market Day
Kegiatan market day bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa
tentang nilai mata uang, selain itu kegiatan ini bertujuan membangun
jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Market Day diagendakan
terlaksana setiap hari Jum‟at pada minggu ke-1 dan ke-3 dalam setiap
bulan nya, yang perserta nya adalah seluruh siswa-siswi SDIT Al-
Muhajirin digilir berdasarkan level kelas.
Suasana ceria saat pelaksanaan market day di hari jum‟at terlihat
jelas pada gambar diatas. Selain mengajarkan nilai mata uang kepada
siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kegiatan ini berhasil membangun jiwa
30 Dokumen SDIT Al-Muhajirin tahun 2015
Gambar 4.9
Keceriaan saat market day
70
wirausaha yang ada dalam diri siswa. Hal ini terbukti dengan kepiawaian
siswa dalam melayani pembeli. Selain itu diharapkan siswa juga dapat
menghargai setiap jerih payah orang tuan nya dalam mencari uang
sehingga mereka akan lebih menghargai dan menjaga yang mereka
miliki.31
7. Keputraan dan Keputrian
Kegiatan keputraan dan keputrian diterapkan untuk siswa kelas 4
sampai 6 dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal
ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam bergaul antara laki-laki
dan perempuan ketika mereka sudah baligh nanti, diharapkan mereka
dapat menjaga kesucian diri dalam pergaulannya. Setiap kelas
mendapatkan jadwal keputraan dan kepturian sekali dalam satu
minggu,keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari
kamis, sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jum‟at saat para
siswa sedang melaksanakan shalat jum‟at. Materi yang diberikan adalah
pendalaman materi agama islam dengan materi Aqidah, Fiqh, dan
Akhlaq, diantara materinya adalah Rukun Iman, Kaifiyah wudhu,
kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama‟ah, adab di masjid, adab
kepada orang tua, guru dan sesama.32
Program keputraan dan keputrian
mendapatkan support penuh dari pihak atasan namun sangat disayangkan
ada beberapa kendala yang muncul selama pelaksanaannya. Seperti yang
di paparkan oleh koordinator ubudiyah bahwa:
kendala adalah kurangnya dukungan dari guru-guru yang dimintai untuk
menjadi narasumber dengan alasan waktu kegiatan tersebut bentrok
dengan jam mengajar, selain itu waktu yang terbatas juga menjadi
kendala khususnya pada program keputrian yang hanya memiliki durasi
sekitar 30 menit saat shalat jum‟at belum lagi dipotong dengan shalat
dzuhur berjama‟ah.33
31 Observasi pada tanggal 15 April 2016
32
Hsil wawancara Koordinator Ubudiyah pada tangga 24 Juni 2016
33 Ibid., wawancara kordinator ubudiyah
71
3. Faktor Pendukung dan Penghmbat Implementasi Pendidikan
Karakter Di SDIT Al-Muhajirin
Berikut ini merupakan pemaparan mengenai factor prndukung dan
penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin serta
upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan implementasi
pendidikan karakter.
1. Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin
Diantara factor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter di
SDIT Al-Muhajirin menurut koordinator tahfidz Maulid Rohim, S.Pdi,
beliau mengatakan bahwa:34
Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang
mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter
islami, karena dalam islam semua sudah jelas aturannya,
bagaimana seorang muslim harus bersikap baik pada diri sendiri,
dengan orang lain bahkan pada lingkungannya. Seperti misalnya
bersikap pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan dirinya
dengan tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan
bentuk tubuhnya, hal-hal seperti itu yang harus diperbaiki oleh
pendidikan.
Pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam
pengetahuan melainkan secara cerdas secara sikap dan perilaku.
Untuk melaksanakan pendidikan seperti itu tidak bisa dilakukan
oleh satu pihak saja (sekolah) tapi membutuhkan kerjasama semua
pihak terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Ketika
disekolah anak akan berpanutan pada guru nya di sekolah
sedangkan ketika anak berada dirumah orang tua nya lah yang
menjadi panutan, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus
dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan pengaruh
dalam pendidikan anak.
Sedangkan saat wawancara dengan Wakasek bid.kurikulum Ridwan
Malik,S.Pd berkaitan dengan factor pendukung implementasi pendidikan
karakter anak di SDIT Al-Muhajirin, beliau mengatakan:35
Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan
Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
merupakan visi SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah
lulus siswa dapat mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh.
34 Wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015
35
Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2016
72
Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin menerapkan konsep full day
school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa mengembangkan
kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak mengenal
istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya
adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak,
yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan tidak menggunakan
tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri serta
pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami
serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam
hidup bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi.
Oleh karena itu disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun
orang tua yang mengantar dan menjemput anak harus membiasakan
dan mempraktekkan karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT
selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan karakter islami
dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar
dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun
orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi dengan
pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk
menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.
2. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter.
Pada saat wawancara dengan wakasek bid. Kesiswaan mengenai
faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin, beliau menyampaikan:
Factor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di
SDIT Al-Muhajirin diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal
dan eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya
terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan
teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan
perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal
juga dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua
nya suka berbicara kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-
iming imingi anak namun tidak dilaksanakan, hal ini dapat
berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak. Kedua faktor
ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya
bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang
setiap hari ia lihat.
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi
pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.
73
Wakasek bid. Kurikulum saat diwawancarai mengenai upaya yang
dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dalam implementasi
pendidikan karakter mengatakan:
Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk
menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru
maupun siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara
kontinyu, seperti yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi
Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah
dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan
dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi
hal yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya
perbaikan pun selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah
pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat salah
juga merupakan sarana dalam memperbaiki implementasi
pendidikan karakter.
SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah
disepakati bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa,
diantaranya yaitu: 1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan
diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin komunikasi
dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)
Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan,
4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT
Al-Muhajirin juga dengan tangan terbuka menerima masukan dari
orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau
pihak sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
individu baik guru maupun pihak sekolah.36
36 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015
74
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana terdapat pada beberapa
bab tersebut di atas dapat dikemukakan kesimpulan dan saran-saran
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. SDIT Al-Muhajirin mengimplementasikan pendidikan karakter ke
dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik kegiatan kurikuler maupun
non kurikuler. Program kurikuler dimasukkan kedalam pelajaran
umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) serta
pendidikan agama islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur’an
Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang mampu menanamkan
karakter dalam diri siswa-siswinya. Untuk program kegiatan non
kurikuler meliputi: a) Olah hati berupa kebiasaan wudhu dengan
tertib, sholat wajib dan sholat sunnah, sholat diawal waktu, berdo’a
setiap akan melaksanakan kegiatan, menjaga kebersihan dan
kerapihan diri serta lingkungan, beradab terhadap guru, orang tua dan
sesama. b) Olah pikir berupa kegiatan market day, wisata ilmiah,
pendalaman materi, kegiatan keputraan dan keputrian serta lomba-
lomba ilmiah yang diadakan setiap peringatan hari besar Negara
maupun hari besar islam.c) Olah raga berupa kegiatan outbond,
kepramukaan serta kegiatan ekstrakurikuler (tari, silat, taekwondo,
futsal, marching band dan marawis). d) Olah karsa berupa kepedulian
terhadap lingkungan serta berakhlaqul karimah dalam pergaulan
terhadap guru, orang tua dan teman.
2. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin meliputi keterpaduan antara kurikulum pendidikan umum
dan pendidikan agama dengan menggunakan konsep full day school
sehingga SDIT dapat dengan leluasa mengatur dan mengembangkan
kurikulumnya, program-program yang dilaksanakan secara kontinyu
dengan terus melakukan evaluasi serta perbaikan, dan dukungan
75
penuh serta partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah baik itu
yayasan, komite sekolah, guru dan staff sekolah serta orang tua siswa-
siswi SDIT Al-Muhajirin. Faktor penghambat implementasi
pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin meliputi faktor internal dan
eksternal. aktor internal bersal dari guru dan orang tua siswa yang
terkadang memberikan contoh tidak baik baik dari ucapan maupun
perbuatan. Faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat tempat
siswa-siswi tinggal, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari
ditonton.
3. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi
pendidikan karakter, SDIT Al-Muhajirin melakukan usaha-usaha
sebagai berikut : 1). Melakukan evaluasi secara kontinyu, 2). Saling
mengingatkan dalam kebaikan dan tidak segan untuk menegur yang
berbuat salah, 3). Membuat kesepakatan antara pihak sekolah dan wali
murid berkenaan aturan yang ditetapkan di SDIT Al-Muhajirin, 4).
Menjalin komunikasi dengan wali murid melalui buku penghubung
atau pun via telepon, 5). Pertemuan dengan wali kelas yang
didampingi oleh pihak atasan, 6). Home visit (kunjungan guru atau
wali kelas ke rumah), 7). Menerima saran dan masukan dari berbagai
pihak sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik
guru maupun sekolah.
B. Saran
Berdasarkan analisis danpembahasan implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Muhajirin, maka saran yang direkomendasikan
penulis antara lain sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah, hendaknya dalam melakukan perekrutan serta
pembinaan guru, akhlaqul karimah dapat dijadikan sebagai orientasi
utama dengan tidak mengabaikan kompetensinya.
2. Kepada para guru hendaknya selalu meningkatkan suri teladan yang
baik di hadapan siswa-siswinya serta meningkatkan kompetensinya
untuk meningkatkan kualitas SDIT Al-Muhajirin
76
3. Para orang tua diharapkan untuk mempertahankan komunikasi serta
kerja sama yang baik kepada SDIT Al-Muhajirin dalam mendidik anak-
anak nya, serta membimbing dan memberi contoh yang baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah.
4. Kepada para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kalian adalah genarasi
penerus bangsa yang nantinya akan memimpin bangsa. Masa depan
bangsa ada di tangan kalian. Ketika kalian memiliki karakter yang
mulia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kalian akan
mampu mengeksplorasi potensi yang kalian miliki dengan menjaga
nilai-nilai yang tidak melanggar agama.
Daftar Pustaka
Al- Mishri, Mahmud. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2011.
Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad.
Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2, 2012.
Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A,Salam, Membumikan Pendidikan
Karakter. Jakarta :Suri Tatu’uw, 2015.
Ardani, Moh. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005.
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002.
Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Araksa, 2014.
e-book KBBI Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hdayatullah. Pedoman
Penulisan skripsi. Jakarta, 2013.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Julian, James dan John Alfred. Belajar KepribadianThe Accelerated Learning for
Personality. Yogyakarta: Pustaka Baca, 2008.
Kementerian Pendidikan Nasional. Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010.
Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang
Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama, 2013.
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar
dan Baik. Bandung: Nusa Media, 2011.
Listyarti, Retno. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif.
Jakarta: Erlangga, 2012.
Mahmud. Pendidikan karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta,
2011.
Manna’ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh Drs.
Mudzakir AS dengan judul Studi ilmu hadits. cet: 8. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2004.
Mulyasa, Ahmad. Kurikulum berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Munwar, Risman. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.
Nata , Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
-------. Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014.
Nurazizah, Ayu. “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar
di Panti Asuhan Nurul Qur‟an”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014.
Oktavia, Lanny dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. Jakarta:
Rene Book, 2014.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
2011.
Raka, Gede, dkk. Pendidikan Karakter Di sekolah dari Gagasan Ke Tindakan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011.
Rivai, Viethzal dan Sylviana Murni, Education management Analisis Teori dan
Praktik. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2010.
Rosyadi, Rahmat. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia
Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011.
Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. (http://www.setneg.go.id)
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional,
dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi
Aksara, 20016.
Subekti, Ana.“Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan
Karakter Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban
Yogyakarta”. Yogyakarta, 2012.
Sudaryono. Educational Research Methodology. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia,
2014.
Sudrajat, Ajat. Mengapa Pendidikan Karaker?. Jurnal Pendidikan Karakter.
Tahun I, Nomor 1,2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Sulaiman, Abu Amr Ahmad. diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode
Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. Jakarta: Darul
Haq, 2005.
Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy
dalam Judul Asli “Arba’in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-
Nawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh
H.M. Mundar. Jakarta: Wangsamerta, 2011.
Tim Direktorat Jenderal manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan karakter kumpulan
pengalaman inspiratif. 2010.
Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi.
Jakarta:Prenadamedia Group, 2014.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Lampiran 1
Transkip Wawancara
Narasumber : Sutrisno, M.Pd
Jabatan : Kepala SDIT Al-Muhajirin
Waktu : 15 Desember 2015, 08:30 WIB
Pewawancara : Bagaimana latar belakang berdirinya SDIT Al-Muhajirin?
Narasumber : SDIT berdiri tahun 2006. Dilatarbelakangi oleh antusias wali
murid RA yang ingin melanjutkan sekolah anaknya di sekolah islam.Selain itu
melihat kondisi moral dan akhlaq anak-anak dilingkungan sekitar juga
memprihatinkan, sehingga muncul kesadaran YAMB untuk membangun SDIT.
Pada awal beririnya SDIT Al-Muhajirin dilingkungan koja belum ada, maka dari
pembangunan SDIT mendapat dukungan yang lumayan bagus dari masyarakat
sekitar.
Pewanwancara: Apa visi, misi, serta tujuan SDIT Al-Muhajirin?
Narasumber : Visi SDIT Al-Muhajirin “Mencetak generasi muslim berakhlaq
Imtaqbdan berwawasan Iptek”, sedangkan beberapa misi nya “Memberikan
pendidikan yang terbaik dengan metode modern, Menciptakan siswa yang
berakhlaqul karimah, cerdas, kreatif dan inovatif”. SDIT Al-Muhajirin bertujuan
mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan,
semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis pendidikan
karakter, menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, Bahasa, olahraga
dan seni budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.
Pewanwancara : Konsep apa yang diterapkan di SDIT pada keseluruhan proses
pembelajaran?
Narasumber : SDIT merupakan sekolah dasar islam yang mengimplementasikan
konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
memadukan antara pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan Jasadiyah. Diharapkan agar
keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa berkembang, baik akal
intelektualnya, perilaku serta kualitas iaman dan takwa nya ke pada Allah SWT.
Seseuai dengan visi SDIT Al-Muhajirin.
Pewawancara : Bagaimana sekolah memperkenalkan dan menanamkan karakter
pada siswa?
Narasumber : Mengenalkan karakter-karakter yang baik itu pertama dengan
menyampaikan hadits-hadits yang berkaitan dengan adab seorang muslim baik
dalam bergaul maupun dalam kesehariannya. Kedua dengan mengenalkan
karakter-karakter rosul serta para sahabat. Kedua cara ini disampaikan kepada
seluruh siswa saat muroja’ah usbuiyyah atau muroja’ah mingguan setiap hari
jum’at dilapangan. Untuk lebih mendalam lagi biasanya guru menyampaikan
kembali ke anak-anak saat mengajar di kelas. Untuk nilai-nilai karakter yang ingin
ditanamkan ke pada anak adalah nilai-nilai karakter islami, kenapa karakter islami
yang diutamakan. Karna dalam islam semua sudah aturannya, dari seseorang
membuka mata nya (bangun tidur) sampai tidur lagi semua ada aturannya. Nah
penanaman karakter-karakter nya sendiri dengan menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik sesuai aturan al-qur’an dan sunnah. Misalnya mengucapkan
salam, makan dan minum dengan tangan kanan dan tidak sambil beridiri,
menjalankan ibadah sunnah seperti shalat dhuha, sholat di awal waktu, wudhu
dengan tertib dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang kami
harapkan dapat ternaman dalam diri siswa sehingga nantinya akan menjadi
karakter yang melekat.
Pewawancara : Bagaimana peran serta orang tua dalam implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Muhajirin?
Narasumber : Selama ini orang tua siswa selalu mendukung apa yang
diprogramkan sekolah walaupun kadang ada kendala, tapi lebih banyak yang
mendukung karena mereka sadar bahwa yang dilakukan sekolah untuk kebaikan
anak-anaknya. Misalnya, setiap anak dari kelas 1-6 diberikan form pembiasaan
sholat 5 waktu dan pembiasaan mengaji yang harus diawasi dan di tanda tangani
orang tua, selama ini tidak ada yang mengeluhkan masalah itu malah banyak
orang tua yang berterimakasih karena dengan kedua form tersebut anak mereka
jadi rajin shalat dan mengaji dirumah. Jika ada anak yang sulit diatur oleh orang
tuanya mereka malah mengadu ke pihak sekolah (wali kelas) minta agar anaknya
dinasehati, setelah itu anak ada perubahan, yang tadinya suka melawan jadi
berkurang, yang malas shalat jadi rajin. Intinya orang tua siswa selalu menjalin
komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait dengan perkembangan
anaknya dirumah.
Pewawancara : Nilai karakter apa yang diutamakan dalam implementasi
pendidikan karakter?
Narasumber: Nilai yang diutamakan diterapkan tentunya nilai-nilai karakter
islami. Karena saat kita bicara karakter islami semua itu sudah ada aturannya.
Mulai dari adab pergaulan, kebersihan, adab makan dan minum dll. Diharapkan
dengan mengenalkan karakter islami pada anak sejak dini akan dapat menjadi
pedoman dan bekal hidup untuk anak saat ia dewasa nanti agar berpegang teguh
pada nilai-nilai agama yang dianutnya, yaitu agama islam.
Berdasarkan analisis yang ada, beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari
wawancara di atas adalah, SDIT Al-Muhajirin merupakan sekolah dasar islam
yang menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam setiap proses
pembelajarannya dengan memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.
Ketiga aspek tersebut diharapkan dapat berkembang dalam diri peserta didik
sehingga bukan hanya intelektualnya saja yang matang, namun akhlaq serta iman
dan ketakwaan nya kepada Allah SWT juga meningkat.
Pendidikan karakter merupakan tujuan utama SDIT Al-Muhajirin, nilai-nilai
krakter yang diterapkan adalah nilai-nilai karakter islami yang berpedoman pada
al-qur’an dan sunnah. Cara yang ditempuh untuk mengenalkan karakter islami
dengan mendengarkan hadits-hadits singkat pada setiap hari jum’at (muroja’ah
yaumiyah) sertamenceritakan kepada anak kisah-kisah teladan pada zaman rosul
dan sahabat, kedua cara ini diperkuat dengan pengulangan oleh wali kelas dan
guru yang mengajar. Karakter islami dipilih sebagai dasar dalam implementasi
pendidikan karakter karena nilai-nilai yang terkandung sudah mencakup
keseluruhan aspek kehidupan manusia. jika dibandingkan dengan 18 nilai karakter
dari pemerintah karakter islami sudah sangat lengkap.
Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015
Narasumber
Sutrisno, M.Pd
Pewawancara nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Narasumber : Ridwan Malik, S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Waktu : 15 Desember 2015
Pewawancara : Kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin?
Narasumber : Kurikulum yang digunakan di SDIT adalah kurikulum
Departemen Agama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar serta
diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-Muhajirin. Dengan menggunakan
model fullday school atau sekolah sehari penuh agar siswa mendapat porsi yang
seimbang antara pendidikan agama serta pendidikan umum seperti sekolah dasar.
Pewawancara : Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin? Apakah ada buku pedoman dalam implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT sudah terintegrasi
kedalam seluruh mata pelajaran serta kegiatan sekolah, Ada juga pelajaran yang
dikhususkan untuk pendidikan karakter (kurikuler) diantaranya Tahfidz, Tahsin,
dan Pendidikan Agama Islam. Ekstrakurikuler juga termasuk program untuk
membentuk karakter anak. Diantaranya ekskul yang terdapat di SDIT ialah:
marawis, marching band, tari daerah, pramuka, bela diri taekwondo,paskibra, dan
futsal. Untuk siswa-siswi kelas 4-5 setiap minggunya ada program keputraan dan
keputrian, program ini mengkaji tentang materi-materi fiqh serta tata cara bergaul
sesama muslim. Hal ini dianggap penting karena untuk mempersiapkan siswa-
siswi terjun ke dalam masyarakat. Selain ekskul dan kegiatan keputrian serta
keputraan untuk menanamkan karakter islami dalam diri siswa juga SDIT
mengadakan MABIT (malam bina iman dan taqwa), pesantren romadhon yang
dibarengi dengan santunan anak yatim serta peringatan hari besar islam.
Sedangkan untuk membentuk karakter kerja sama, cinta lingkungan serta cinta
tanah air SDIT mangadakan outbond serta wisata ilmiah. Untuk menanamnkan
karakter mandiri serta entrepreneurship dalam diri siswa diadakan Market day
setiap hari jum’at di minggu pertama dan ketiga.
Pewawancara : Kegiatan ko-kurikuler dan non-kurikuler apa saja di SDIT Al-
Muhajirin yang menunjuang implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Kegiatan kurikuler yaitu kegiatan yang masuk dalam proses
belajar mengajar, diantaranya pelajaran umum, tahfidz, pendidikan agama islam
dan tahsin. Sedangkan non-kurikuler diantaranya seluruh kegiatan yang
dilaksanakan sekolah dan sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi budaya
sekolah yang islami, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, adab
terhadap sesama dan lingkungan, adab makan dan minum serta kegiatan-kegiatan
ibadah yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin, temasuk juga peringatan hari
besar islam atau peringatan 17 agustus.
Pewawancara : Standar kompetensi lulusan yang diharapkan sekolah?
Narasumber : Standar kompetensi lulsan yang diharapkan diantaranya hafal 2
Juz (Juz 30 dan 29) jika hafal akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti, lalu
berakhlakul karimah, salimil aqidah serta shohibul ibadah, berbakti kepada orang
tua, gemar membaca, memiliki disiplin serta tanggung jawab yang tinggi
menguasai ilmu pengetahuan.
Pewawancara : Nilai-nilai apa saja yang di terapkan dalam implementasi
pendidikan karakter di SDIT?
Narasumber : nilai-nilai yang diterapkan dalam implementasi pendidikan
karakter tentunya nilia-nilai karakter islami, seperti mengajarkan kepada anak
untuk berwudhu sebelum shalat dengan wudhu yan sempurna, melaksanakan
shalat berjama’ah baik sunnah maupun shalat wajib, adab makan dan minum,
adab terhadap guru, orang tua dan teman, kewajiban untuk menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
Pewawancara : Bagaimana proses rekrtumen guru dan penerimaan siswa?
Narasumber : Guru serta seluruh staf dan stake holder sekolah dijadikan role
model bagi terbinanya karakter dalam diri anak, oleh sebab itu dalam proses
rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan
seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz
30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes
wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan
diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak
serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya.
Sedangkan penerimaan siswa melali seleksi Tes Potensi Akademik (TPA) yang
beerja sama dengan Fakultas Psikologi UI jadi instrument yang buat mereka. Hal
ini mejadikan daya saing yang tinggi dalam penerimaan siswa baru. Siswa banyak
berasal dari RA Al-Muhajiri dan dari TK sekitar yang memiliki daya saing yang
tinggi juga.
Pewawancara : Kondisi guru dan siswa SDIT?
Narasumber : Jumlah guru di SDIT 36 orang secara keseluruhan adalah lulusan
S1 bidang pendidikan dari universitas dalam dan luar negeri. Sedangkan siswa
berjumlah kurang lebih 523 siswa dengan latar belakang keluarga dan kondisi
ekonomi yang berbeda-beda.
Pewawancara : Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter?
Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan
Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi
SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban
amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin
menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa
mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak
mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya
adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan
makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum
tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter
islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup
bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu
disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan
menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter
islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan
karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar
dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa.
Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang
tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.
Factor yang menghabat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin
diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam
bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan
dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal juga
dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara
kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-iming imingi anak namun tidak
dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak.
Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya
bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia
lihat.
Pewawancara : Cara mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi
pendidikan karakter?
Narasumber : Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya
untuk menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun
siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang
diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang
tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu
kerapihan dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal
yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun
selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika
ada guru yang berbuat salah juga merupakan saranan dalam memperbaiki
implementasi pendidikan karakter.
SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati
bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1)
Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2)
Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)
Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit
(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan
tangan terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan
langsung ke wali kelas atau pihak sekolah sebagai uapaya perbaikan dan
peningkatan kualitas individu baik guru maupun pihak sekolah.
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah, kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin adalah
kurikulum dari DepartemenAgama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan
dasar serta diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Muhajirin. Dalam
implementasi pendidikan karakter ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
SDIT Al-Muhajirin, yaitu kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan
kurikuler diantaranya, kegiatan belajar mengajar dikelas yang terbagi menjadi
beberapa mata pelajaran yaitu pelajaran umum seperti matematika, bahasa
Indonesia, bahasa inggris, IPA, IPS, PKN PLBJ dan SBK. Pendidikan agama
islam seperti aqidah akhlak, fiqih ibadah, al-qur’an hadit dan sejarah kebudayaan
islam. Pelajaran tahfidz dan tahsin dengan metode qiro’ati. Sedangkan kegiatan
non-kurikuler yaitu kebiasaan-kebiasan yang telah dilaksanakan secara terus
menerus sehingga menjadi budaya sekolah yang religius, seperti berdo’a sebelum
melaksanakan aktifitas, muroja’ah yaumiyah dan muroja’ah usbu’iyah,
membiasakan shalat sunnah dan shalat wajib, membiasakan makan dan minum
yang halal dan makan tidak dengan berdiri serta menggunakan tangan kanan,
sikap menghormati guru, bergaul yang baik dengan teman, kewajiban menjaga
kebersihan diri serta kebersihan lingkungan.
Selain kegiatan kurikuler dan non-kurikuler ada juga kegiatan yang dijadwalkan
oleh SDIT Al-Muhajirin seperti kegiatan Market day, outing class (outbond dan
wisata ilmiah), peringatan hari besar nasional dan hari besar islam, kegiatan
keputraan dan keputrian. Iselain itu juga ada kegiatan ektrakurikuler yang dapat
menanamkan nilai-nilai karakter positif dalam diri siswa, seperti kepramukaan,
marawis, marching band, pencak silat, taekwondo, dan futsal.
Proses implementasi pendidikan karakter di SDIT sangat bergantung dengan
komitmen yang kuat dari seluruh guru. Guru menjadi contoh sekaligus pengawas
dalam implementasi pendidikan karakter. Oleh sebab itu yang dilakukan guru
harus sesuai dengan peraturan serta program sekolah. Maka dari itu proses
rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan
seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz
30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes
wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan
diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak
serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Begitu juga dengan
siswa siswi SDIT. Sebelum di terima menjadi siswa-siswa SDIT terlebih dulu
melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA) yang di buat oleh fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Adapun factor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Muhajirin adalah komitmen yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Kedua pihak
harus saling kerjasama dan menjalin komunikasi untuk keberhasilan implementasi
pendidikan karakter. Apa yanga= sudah diajarkan di sekolah harus di terapkan
juga dirumah tentunya dengan pengawasan orang tua. Sedangkan yang menjadi
penghambat iaah lingkungan tempat anak tinggal dan dibesarkan. Karena sekolah
menyadari pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses implementasi
pendidikan karakter yang telah di ajarkan maka sekolah melakukan beberapa
upaya untuk mengatasinya, diantaranya yaitu: 1) Menerapkan aturan-aturan yang
harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin
komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)
Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit
(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan
tangan terbuka menerima kritik dan saran dari orang tua siswa maupun pihak lain
yang dapat disampaikan kepada wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya
perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah.
Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015
Narasumber
Ridwan Malik, S.Pd
Pewawancara nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Narasumber : Maulid Rokhim, S.PdI
Jabatan : Koordinator Tahfidz
Waktu : 15 Desmber 2016
Pewawancara : Hakikat pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang
mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami. Karena
dalam islam semua sudah jelas aturannya,. Islam mengatur bagaimana seseorang
harus bersikap baik pada diri, dengan orang lain bahkan lingkungan. Seperti
misalnya bersikap baik pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan diri dengan
tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal hal
seperti itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya
mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan cerdas secara sikap
dan perilaku.
Pewanwancara: Standar kelulusan tahfidz di SDIT Al-Muhajirin ?
Narasumber : SDIT menentapkan standar kelulusan untuk tahfidz yaitu 2 Juz (
juz 29 dan juz 30) yang akan di tes saat kelas 6 yaitu menjelang kelulusan. Jika
siswa sudah mampu menghafal 2 juz maka ia berhak mendapat surat keterangan
(semacam sertifikat) hafal 2 Juz. Alhamdulilah banyak dari siswa-siswi SDIT
sebelum kelas 6 sdh hamper menyelesaikan hafalan 2 Juz, dengan begitu saat
lulus bias lebih dari 2 Juz.
Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz?
Narasumber : Pembelajaran tahfidz setiap minggunya dialokasikan waktu 3-4
kali tatap muka (8x35 menit). Selain pembelajaran dikelas ayat-ayat yang sudah
dhafal siswa akan di muroja’ah (diulang) setiap harinya pada awal sebelum KBM
di mulai yaitu 06.30 sampai 07.30. sedangkan saat hari jum’at diadakan
Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan, tempatnya dilapangan. Jadi pada
hari jum’at setiap siswa berkumpul dilapangan untuk muroja’ah hafalan yang
telah dihafalkannya selama satu minggu, selain hafalan ayat al-qur’an saat
muroja’ah Usbu’iyah siswa diberikan hafalan hadits-hadits pendenk berkaitan
dengan akhlak, misalnya larangan makan dan minum sambil berdiri, menutup
aurat, adab terhadap orang tua dan teman dll. Selain itu terkadang juga ada kisah
inspiratif para tabi’in.
Pewawancara : Mengapa pelajaran tahfidz menjadi pelajaran pokok da nada di
dalam KBM?
Narasumber : Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter
mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-
kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya
akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan
lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu
juga dengan hadits-hadits dan do’a-do’a pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-
Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar
anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan
Pewawancara : Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan yang sempurna bukan hanya mengajarkan anak untuk
cerdas dalam pengetahuan, namun haurs cerdas dalam sikap dan perilaku.
Keberhasilan pendidikan yang seperti itu tidak akan dapat dicapai jika hanya
dilaksanakan oleh pihak sekolah saja, tapi membutuhkankerja sama semua pihak
terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Saat disekolah anak
akanmencontoh pada gurunya, sedangkan saat anak dirumah orang tua nya yang
akan menjadi contoh, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab
orang tua yang baik akan memberikan pengaruh baik dalam pendidikan anak
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah, pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang
mengedepankan perbaikan karakter dengan menjadikan karakter islami sebagai
landasannya. Karena islam sudah mengatur semua aspek kehidupan manusia,
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan lingkungan semua sudah ada aturannya.
Ketentuan standar kelulusan tahfidz yaitu 2 juz, diantaranya juz 30 dan juz 29
yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas 6 dan di tes pada saat kelulusan kelas 6.
Jika sudah tercapai target hafalannya maka akan diberikan sertifikat dari sekolah
sebagai bukti telah menyelesaikan dan memenuhi persyaratan untuk lulus tahfidz.
Pembelajaran tahfidz dilaksanakan seminggu 8 jam (8x35 menit) dan waktunya 3-
4 hari. Selain menghafal saat pelajaran tahfidz, ayat-ayat yang diajarkan di ulang
setiap pagi hari pada kegiatan muroja’ah yaumiyah (harian) dan usbu’iyah
(mingguan). Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter
mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-
kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya
akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan
lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya.
Mengetahui, Jakarta, 15 Desember 2015
Narasumber
Maulid Rokhim, S.PdI
Pewawancara nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Narasumber : Harmino Nurbi, S.PdI
Jabatan : Kordinator Ubudiyah
Waktu : 24 Juni 2016
Pewawancara : Apa tujuan pelaksanaan kegiatan keputraan dan keputrian?
Narasumber : Tujuannya adalah pendalaman materi agama islam bagi siswa
dengan materi aqidah, fiqh ibadah,akhlak.1l
Pewawancara : Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut?
Narasumber : Prosedur keputraan adalah siswa kelas 4, 5 dan 6. Setiap kelas
mendapat giliran satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kelas 4 hari selasa,
kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan keputrian dilaksanakan setiap
hari jum’at saat siswa ikhwan melaksanakan shalat jum’at
Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tersebut?
Narasumber : Diantara materinya adalah kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun
islam, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap
guru, orang tua, sesama dan lingkungan
Pewawancara : Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
tersebut?
Narasumber : Faktor pendukungnya ialah support penuh dari pimpinan sekolah
serta antusias tinggi dari anak-anak. Sedangkan factor penghambatnya ialah
kurang nya dukungan dari guru yang guru dimintai menjadi narasumber serta
waktu yang terbatas.
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah kegiatan keputraan dan keputrian dilaksanakan setiap
seminggu sekali. Siswa yang menjadi target pelaksanaan adalah siswa kelas 4-6
dengan jadwal sebagai berikut, kegiatan keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari
rabu, dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan kegiatan keutrian dilaksanakan setiap
hari jum’at saat siswa ikhwan sedang melaksanakan shalat jum’at.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah pendalaman materi pendidikan
agama islam untuk siswa-siswi kelas 4-6 dengan materi sebagai berikut (aqidah,
fiqh dan akhlak) kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu
dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan
lingkungan. Selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat beberapa hambatan
yaitu kurang nya dukungan dari guru yang dimintai menjadi narasumber serta
waktu yang terbatas. Selain hambatan kegiatan keputraan dan keputrian ini
emndapat dukungan yang peuh dari pimpinan sekolah dan antusias yang tinggi
dari para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin.
Mengetahui, Jakarta, 24 Juni 2016
Narasumber
Harmino Nurbi, S.PdI
Pewawancara nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 5
Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin
No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan
1. Kegiatan merencanakan
program-program
implementasi pendidikan
karakter
√
Kegiatan merencanakan program-
progam penanaman karakter dilakukan
setiap awal semester II tahun ajaran
sebelumnya pada RAKER (rapat
kerja) . Gunanya agar sekolah sudah
benar-benar siap dalam pelaksanaan
program-program serta kegiatan
penenaman karakter siswa. Diantara
yang menjadi pembahasan pokok
adalah; Kurikulum, keagamaan, sarana
dan prasarana, ekstrakurikuler, serta
keuangan. Rapat kerja dihadiri oleh
pihak yayasan, komite serta seluruh
guru SDIT Al-Muhajirin.
2. Pelaksanaan program
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi
olah pikir √
Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah pikir
terdiri dari kegiatan belajar mengajar
di kelas (KBM), kegiatan Pendalaman
mater (PM) untuk kelas 6 serta
pendalaman materi dan remedial bagi
siswa-siswi yang dalam pembelajaran
dirasa belum memenuhi syarat KKM
3. Pelaksanaan program
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi
olah hati √
Pelaksanaan progam untuk
mengoptimalkan olah hati siswa terdiri
pembiasaan akhlakul karimah siswa
dalam setiap kegiatan, diantaranya
pembiasaan adab yang terhadap guru
dan orang tua, adab terhadap teman
sebaya, adab terhadap adik kelas dan
kaka kelas, adab makan dan minum.
Keberhasilan program dapat dilihat
salah satu nya pada waktu istirahat,
penulis melihat siswa-siswi menegur
teman nya yang makan dan minum
sambil berdiri dengan mengucapkan
salah satu hadits “Laa yasrobanna
ahadukum qooiman”, lalu saat ada
teman yang rambut nya terlihat
mereka berkata “Al haya u minal
iman” dan teman yang diingatkan
tidak marah mereka langsung
menuruti teman yang mengingatkan.
4. Pelaksanaan program
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi
olah raga
√
Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah raga
anak terdiri dari mata pelajaran seni
budaya dan keterampilan, penjasorkes,
serta kegiatan outing class (outbond
dan wisata ilmiah) serta market day
setiap hari jum’at. Penulis melihat saat
kegiatan Market Day mereka sangat
terampil dan penuh antusia dalam
melayani pembeli yang terdiri dari
siswa-siswi dan guru SDIT.
5. Pelaksanaan program
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi
olah karsa √
Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah karsa
siswa terdiri dari pembiasaan
berakhlakul karimah terhadap guru,
orang tua, dan teman. Hal ini terlihat
dari adanya peraturan-peraturan kelas
yang dibuat oleh wali kelas dan
disepakati bersama dan harus ditaati
oleh seluruh siswa, diantara
peraturannya adalah, izin jika ingin
keluar kelas, mengucapkan salam
ketika masuk, tidak bertengkar dengan
teman, berbicara dengan teman
menggunakan bahasa yang baik dan
lembut, tidak bermain kasar, dll.
Selain itu kewajiban menjaga
kebersihan lingkungan juga diterapkan
dengan baik, hal ini terlihat adanya
kelompok piket setiap harinya serta
masing-masing siswa sudah
bertanggung jawab merapihkan serta
membuang sampah atau sisa-sisa
makanannya sendiri.
6. Intervensi semua pihak
terkait implementasi
pendidikan karakter di
SDIT Al-Muhajirin
√
Intervensi semua pihak terkait tentu
ada. Hal ini dibuktikan dengan turut
andil nya semua guru dalam
merencanakan,pelakasanaan serta
evaluasi program pendidikan karakter.
6. Evaluasi program
implementasi pendidikan
karakter
√
Bentuk evaluasi program
implementasi pendidikan karakter
berupa buku catatan siswa, serta
evaluasi setiap program yang
dilaksanakan. Semua itu akan dibahas
saat rapat KBM yang diadakan setiap
satu minggu sekali yaitu pada hari
kamis pukul 14.30.rapat ini dihadiri
oleh seluruh guru SDIT
Lampiran 6
Hasil Observasi Studi Dokumen
No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan
1. Organisasi Profil SDIT, Visi,misi dan
tujuan SDIT.
Ada
2.
Kegiatan
implementasi
Petunjuk teknik pelaksanaan
program implementasi
pendidikan karakter
Tidak Ada. SDIT tidak memiliki
petunjuk teknis pelaksaan setiap
program pendidikan karakter,
pelaksaan kegiatan dilaksanakan
berdasarkan hasil raker dan
teknis nya telah menjadi budaya
yang dilakukan secara terus
menerus.
3.
Siswa Catatan kejadian penting
Ada. Catatan jadian penting
setiap siswa di buat oelh wali
kelas masing-masih siswa serta
guru Pendidikan Agama Islam
dan guru Bimbingan Konseling
Lampiran 7
Hasil Observasi Sarana Prasarana SDIT Al-Muhajirin
No
. Sarana dan
prasarana
Sekolah
Status Keadaan
Ket Ada
Tidak
Ada
Baik Sedang Tidak
Baik
1. Ruang Kelas √ √
Terdapat 21
ruang kelas
cukup untuk
keseluruhan
jumlah siswa.
Setiap kelas
dilengkapi AC
2. Tempat ibadah √ √
Masjid Al-
Muhajirin
terdiri dari dua
lantai dengan
kondisi yang
sangat baik dan
fasilitas yang
lengkap cukup
untuk
menampung
jama’ah dari
siswa SDIT,
Mts, Aliyah,
serta warga
sekitar.
3. Sarana olah raga √ √
Kondisi
lapangan sangat
baik dan
dilengkapi
dengan gawang
bola, ring
basket serta net.
Luas lapangan
cukup untuk
menampung
seluruh siswa.
4. Perpustakaan √ √
Letak
perpustakaan di
lantai 2 gedung
sekolah.
Kondisinya
baik dan koleksi
bukunya
lengkap. Tapi
masih sedikit
untuk koleksi
buku
pengetahuan
umum.
5. Lab. Komputer √ √
Letaknya
dilantai satu.
Digunakan
secara
bergiliran.
Computer yang
tersedia cukup
untuk siswa.
Tapi ada
beberapa
computer yang
mati dan masih
dalam
perbaikan.
6. UKS √ √
UKS belum
memiliki
ruagan khusus.
Letak UKS
didalam ruang
guru dan
disekat
menggunakan
lemari. Namun
kasur serta
obat-obatan
lainnya sudah
tersedia.
7. Alat kesenian √ √
Alat kesenian
berupa alat-alat
marawis,
marching band
dan property
tari.
8. Alat olahraga √ √
Alat olahraga
tersedia dalam
jumlah yang
cukup. Seperti
bola basket,
bola sepak, net
badminton,
pembatas
lapangan,
matras dan
sarung tangan
dan jaket untuk
taekwondo.
9. Alat kebersihan √ √
Setiap kelas
dilengkapi
dengan alat-alat
kebersihan
seperti, sapu,
kain pel, lap
tangan dan
sabun cuci
tangan serta
tissue
10. Kantin √ √
Terdapat dua
kantin di SDIT
Al-Muhajirin,
satu letaknya
dibelakang dan
satu lagi di
depan.
11. Tong sampah √ √
Tong sampah
tersedia di
setiap kelas dan
dilapangan
dengan kondisi
baik dan ukuran
yang besar.
12. Rak sepatu √ √
Setiap kelas di
berikan rak
sepatu yang
diletakkan di
depan kelas
masing-masing.
13. Loker siswa √ √
Setiap siswa
mendapatkan
satu loker untuk
menyimpan
buku-bukunya.
Kondisinya ada
beberapa loker
yang pintunya
rusak.
14. Gudang √ √
Letak gudang di
bawah tangga
sekolah dengan
kondisi yang
baik
Daftar Guru dan Karyawan
SDIT Al-Muhajirin
Tahun ajaran 2015-2016
No. Nama Jabatan
1. Sutrisno, M.Pd Kepala Sekolah
2. Safrudin, S.Ag -
3. Dikdik Iwan Setiawan, S.Pdi Wakasek. Bid kesiswaan dan humas
4. Ridwan Malik, S.Pd Wakasek. Bid. Kurikulum
5. Thia Utami, S.Pd Wali Kelas VI B
6. Haning Nurbaiti, S.pd Asst. Wali Kelas I C
7. Irawati MADSL, S.Pd Wali Kelas IV A
8. Maulid Rakhim, S.Pdi Koord. Tahfidz
9. Lulu Faridah, S.Pd Wali Kelas VI A
10. Mashudi, S.Pdi Wali Kelas IV C
11. Poetri Nyndhita, S.Sos.I Wali Kelas IV B
12. Siti Robiyah, S.Pd ASS.Walas III A
13. Nurhayati, M.Pd Wali Kelas III B
14. Nunik Murtini, S.Pd Wali Kelas VA
15. Siti Wanti, S.Pd Wali Kelas I D
16. Siti Sholeha, S.Hi Wali Kelas II D
17. Misbah, S.Pd Wali Kelas III A
18. Fitriana, S.Pdi Ass.Walas III B
19. Siti Nihayatunnajah, Lc Ass.Walas III C
20. Khoeron Asnafi, S.Pdi Wali Kelas V B
21. Nurdin Hidayatullah, S.Kom.i Guru Bidang Studi
22. Mufrodi, S.Pdi Wali Kelas II A
23. Ervina, S.Pd Wali KElas I A
24. Erna Susianti, S.Pd Wali Kelas I B
25. Evi Nur’aini, S.Pdi Wali Kelas III C
26. Fitriasih, S.Pd Wali Kelas II B
Lampiran 8
27. Rizka Hairunnisa, S.Pd Wali Kelas II C
28. Jamaludin, S.Pdi Ass.Walas II C
29. Abdul Syukur, S.Pdi Ass.Walas I A
30. Muhammad Yamin, S.Pd Guru bidang Studi
31. Agi Yuwilayani, S.Pdi Ass.Walas B
32. Fitiriana Aulia, S.Pdi Walas I C
33. Harmino Nurby, S.Ag Guru Bidang Study
34. Elwin Nurmansyah, S.Or Guru Bidang Studi
35. Nurul Qo’idah, S.Pdi Ass.Walas II A
36. Siti Marhamah, S.Pdi Guru Bidang Studi
37. Subaha, S.Pdi Ass.Walas I B
38. Sri Rudiyati, S.Pd Ass.Walas Kelas II D
39. Burhanudin TU
40. Ahmad Mulyana Fahmi TU
Struktur Kurikulum
SDIT Al-Muhajirin
Tahun Pelajaran 2015-2016
No Komponen
Kelas dan Alokasi
Waktu
1 s.d 3 4 s.d 5
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 6 6
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 7 7
4. Matematika 8 8
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2
B. Muatan Lokal
1. Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta 2 2
2. Bahasa Inggris 2 2
3. Bahasa Arab 2 2
4. Tahfidz 8 8
5. Tahsin 8 8
6. Teknologi Informasi Komunikasi 2 2
C. Pengembangan Diri *2 *2
Jumlah 59 59
Pengembangan diri
1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Pengembangan Kehidupan Pribadi
b. Pengembangan Kehidupan Sosial
c. Pengembangan Kemampuan Belajar
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Krida : Pramuka
Lampiran 9