implementasi pemanfaatan buku kia di wilayah kerja

176
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019 TESIS Oleh YULIANA NIM. 177032024 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERPENCIL

KABUPATEN BIREUEN

TAHUN 2019

TESIS

Oleh

YULIANA

NIM. 177032024

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERPENCIL

KABUPATEN BIREUEN

TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat

dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

YULIANA

NIM. 177032024

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Judul Tesis : Implementasi Pemanfaatan Buku KIA di

Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil Kabupaten

Bireuen Tahun 2019

Nama Mahasiswa : Yuliana

Nomor Induk Mahasiswa : 177032024

Program Studi : S2 llmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing:

Ketua A nggota

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.) (Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D.)

NIP. 196205291989032001 NIP. 197112251995012001

Ketua Program Studi Dekan

(Ir. Etty Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)

NIP. 196509011991032003 NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 30 Juli 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 Juli 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.

Anggota : 1. Sri Rahyu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D.

2. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

3. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul

“Implementasi Pemanfaatan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas

Terpencil Kabupaten Bireuen Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar

karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siapa menanggung risiko atau sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Yuliana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Abstrak

Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu program untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak sehingga dapat

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bireuen pelaksanaan

pemanfaatan buku KIA telah dilakukan di semua wilayah. Data pemanfaatan buku

KIA di Kabupaten Bireuen tahun 2018 jumlah kunjungan ibu hamil 10.047

dengan jumlah buku KIA yang terdistrubusi 10.043 Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pelaksanaan pemanfaatan buku KIA dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan melakukan

wawancara mendalam terhadap informan yang terlibat dalam penelitian ini.

Informan dalam penelitian ini adalah ibu hamil, ibu bayi dan ibu balita sebagai

penerima layanan, bidan desa dan kader posyandu sebagai pemberi layanan

langsung, Koordinator KIA Gizi sebagai bagian dari Pembina program, kepala

puskesmas dan Kasie KIA Gizi sebagai pejabat pendukung dalam pelaksanaan

kegiatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pemanfaatan buku

KIA masih belum efektif, karena ketersediaan dan pendistribusian buku KIA

terkendala soal waktu sehingga menghambat pelayanan dalam pemanfaatkan buku

KIA, kurangnya motivasi tenaga kesehatan dalam penggunaan buku KIA sebagai

media KIE kepada keluarga dan masyarakat, kurangnya pengawasan dan evaluasi

pengelola program, serta minat membaca dari masyarakat yang masih kurang.

Perlunya koordinasi terhadap ketersediaan buku KIA, serta pengawasan dan

pembinaan pada penggunaan buku KIA, dan perlu kerja sama dengan lintas sektor

terkait hal yang mendukung dalam keberhasilan pemanfaatan buku KIA.

Kata kunci : Buku KIA, pemanfaatan, puskesmas terpencil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Abstract

The maternal and child health (MCH) Handbook is one of the programs to

improve the quality of health services for mothers and children so that they can

realize community health degrees. In Bireuen District the implementation of the

use of the MCH handbook has been carried out in all regions. Data on utilization

of MCH handbooks in Bireuen District in 2018 number of visits of pregnant

women 10,047 with the number of MCHhandbooks distributed in 10,043 This

study aims to analyze the implementation of the use of MCH handbooks by using

qualitative research methods with phenomenology approach, is to directly see the

process of activities and conduct in-depth interviews with informants involved in

implementing activities for the MCHhandbooks. Informants in this study were

pregnant women, infants and mothers of children under five as service recipients,

village midwives and posyandu cadres as direct service providers, Nutrition MCH

Coordinators as part of program coaches, puskesmas heads and MCH Head of

Nutrition Section as supporting officials in carrying out activities. The results

showed that the implementation of the use of MCH handbooks was still not

effective, due to 1) infrastructure, 2) human resources, 3) organizations and 4)

communities. Bireuen District Head through the Bireuen District Health Office

must enforce regulations to improve the effectiveness of the use of MCH

handbooks through regent regulations, namely revising the POMA contract

(Manternal Obstetrics Service) by entering MCHhandbooks as one of the things

that must be kept by health professionals in charge of maternal health issues and

children, and coordination with other cross-sectors that have relevance in

maternal and child health efforts.

Keywords : MCH, utilization, remote health center

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunianya-Nya sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Implementasi

Pemanfaatan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil Kabupaten

Bireuen Tahun 2019”. Tesis ini ditulis sebagai persyaratan melakukan penelitian

di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini dapat selesai karena banyak mendapat dukungan dan masukan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang tinggi kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Pejabat Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara serta sebagai Dosen Penguji I yang memberikan

merekomendasi dalam membangun dan meningkatkan kualitas tesis.

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. sebagai Dosen Pembimbing I yang

memberikan saran dan bimbingan baik moril, spiritual yang mendorong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

penulis untuk menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu.

6. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing II

yang membimbing di setiap waktu sekaligus memberikan saran, masukan dan

arahan serta motivasi selama proses penulisan tesis ini.

7. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes sebagai Dosen Penguji II yang sangat aktif

dalam memberikan penguatan dan saran yang konstruktif pada tesis ini.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dan Staf Dinas Kesehatan serta

Kepala Puskesmas wilayah terpencil yang telah memberi izin serta semangat

untuk penulis dalam mengumpulkan data yang objektif.

9. Penanggung Jawab Program KIA Gizi Puskesmas Terpencil serta bidan desa

yang banyak memberikan informasi dan kesempatan untuk tukar pendapat

mengenai program kesehatan ibu dan anak.

10. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan doa yang tiada putusnya

untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Keluarga tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangat hidup

meskipun terpisah oleh jarak yang jauh selama menyelesaikan tesis ini,

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

12. Rekan-rekan angkatan Tahun 2017 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

yang selalu memberi dukungan semangat dalam belajar, semoga perjuangan

kita bersama dapat menjadi bekal dalam meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat di tempat masing-masing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

13. Seluruh pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tesis ini yang

namanya tak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga kebaikan, bimbingan dan dukungan yang sudah diberikan semua

pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Peneliti juga sadar bahwa

masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh sebab itu,

penulis sangat berharap saran yang dapat melengkapi kesempurnaan tesis ini dari

setiap pihak yang membaca tesis ini.

Medan, Juli 2019

Yuliana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan KeaslianTesis iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 11

Implementasi Pemanfaatan Buku KIA 11

Manfaat buku KIA 11

Indikator penggunaan buku KIA 11

Isi buku KIA 13

Penerapan buku KIA di Indonesia 13

Standar pelayanan antenatal 16

Standar pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita 17

Pusat Kesehatan Masyarakat 18

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil 19

Hambatan dalam Pemanfaatan Buku KIA 19

Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan 21

Konsep Implementasi Program/Kebijakan 31

Landasan Teori 41

Kerangka Pikir 42

Metode Penelitian 44

Jenis Penelitian 44

Lokasi dan Waktu Penelitian 44

Lokasi penelitian 44

Waktu penelitian 45

Informan Penelitian 45

Sabjek penelitian 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Teknik penarikan informan 45

Definisi Konsep 46

Metode Pengumpulan Data 47

Tehnik Pengumpulan Data 47

Instrumen Penelitian 48

Metode Analisis Data 48

Pengolahan data 48

Analisis data 49

Hasil dan Pembahasan 50

Gambaran Umum Kabupaten Bireuen 50

Lokasi dan geografis 50

Batas wilayah 50

Kependudukan dan kepadatan 51

Sarana kesehatan 52

Tenaga kesehatan 53

Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) 53

Gambaran umum puskesmas 56

Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian 56

Gambaran umum informan dan pengalaman peneliti 57

Karakteristik informan 57

Gambaran Pemanfaatan Buku KIA 57

Sarana dan Prasarana 60

Ketersediaan buku KIA 62

Kondisi tempat pelayanan 66

Sumber Daya Manusia 68

Motivasi tenaga kesehatan 70

Kompetensi tenaga kesehatan 74

Peran Puskesmas 76

Evaluasi program 79

Dukungan pimpinan 82

Supervisi 84

Hambatan dalam Implementasi Pemanfaatan Buku KIA 86

Karakteristik masyarakat 88

Implikasi Penelitian 90

Implikasi kepada ibu hamil, bayi, balita dan masyarakat 90

Implikasi kepada tenaga kesehatan 90

Implikasi kepada organisasi dan capaian program 90

Keterbatasan Penelitian 91

Kesimpulan dan Saran 93

Kesimpulan 93

Saran 95

Daftar Pustaka 99

Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jumlah Sarana Kesehatan 52

2 Jumlah Rasio Jenis Tenaga Kesehatan 53

3 UPTD Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen 54

4 Gambaran Umum Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil 56

5 Karakteristik Informan 58

6 Matrik Informan yang Menyatakan Ketersedian Buku KIA dan

Kondisi Tempat Pelayanan 61

7 Ketersediaan Buku KIA di Wilayah Puskesmas Terpencil 65

8 Jumlah Bidan Desa beserta Sarana Kesehatan 70

9 Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam

Mempersiapkan Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA 71

10 Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan

Pimpinan dan Supervisi 77

11 Sasaran Ibu Hamil dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Bayi dan

Balita Tahun 2018 81

13 Matrik Informasi tentang Rencana Kegiatan untuk Mengatasi

Persoalan Buku KIA 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Landasan teori 42

2. Kerangka pikir 43

3 Peta Wilayah Kabupaten Bireuen 51

4. Jarak tempuh Puskesmas Wilayah Kabupaten Bireuen 55

5. Skema hasil penelitian 59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 102

2 Transkrip Wawancara 103

3 Dokumentasi Kegiatan 138

4. Surat Izin Survei Awal 152

5 Surat Izin Penelitian 153

6 Surat Selesai Penelitian 154

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Istilah

AKB Angka Kematian Bayi

AKI Angka Kematian Ibu

ANC Antenatal Care

Bides Bidan Desa

Depkes Departemen Kesehatan

GPPH Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif

K1 Kunjungan Pertama

K4 Kunjungan Lengkap Empat kali

KEMENKES Kementerian Kesehatan

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

KIBBLA Kesehatan Ibu Hamil, Bayi Baru Lahir danAnak

KIE Komunikasi Informasi dan Edukasi

KLBI Kamus Besar Bahasa Indonesia

KMPE Kuesioner Masalah Perilaku Emosional

KMS Kartu Menuju Sehat

KPSP Kuisioner Pra Skrining Perkembangan

LILA Lingkar Lengan Atas

M-CHAT Modified Chechlis for Autism in Toddler

OR Odd Ratio

PKH Program Keluarga Harapan

POMA Penanganan Obsetri Maternal Antenatal

PONED Penanganan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar

Poskesdes Pos Kesehatan Desa

Pustu Puskesmas Pembantu

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RS Rumah Sakit

SDIDTK Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang

TDD Tes Daya Dengar

TDL Tes Daya Lihat

TT Tetanus Toxoid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Riwayat Hidup

Penulis bernama Yuliana, perempuan berumur 43 tahun, agama Islam,

lahir pada tanggal 15 bulan Juli 1976 di Bireuen tinggal di Desa Cot Gapu

Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penulis merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara

dari pasangan H.Mdiah Idris dan Alm Hj. Asmawati.

Jenjang pendidikan formal penulis, mulai dari Sekolah Dasar Negeri Cot

Gapu Kecamatan Kota Juang tamat pada tahun 1998. Pada tahun 1992, penulis

menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Swasta di Pasantren Madrasah

Ulumul Quran Bustanul „Ulum Langsa Kabupaten Aceh Timur, tahun 1995

penulis menyelesaikan pendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan) Pemda

di Lhokseumawa, tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan kebidanan satu

tahun (PBB-A) di SPK Pemda Lhokseumawe, tahun 2006 penulis menyelesaikan

pendidikan AKBID (Akademi Kebidanan) D III di SPK Pemda Lhokseumawa,

selanjutnya tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan S.K.M. (Sarjana

Kesehatan Masyarakat) peminatan Bidan Komunitas di FKM UI (Univesitas

Indonesia) Jakarta. Pada tahun 2017-2019, penulis menempuh pendidikan di

Program S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman bekerja, tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 penulis

bekerja sebagai Bidan desa di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 penulis bekerja di Puskesmas Kota Juang

Kabupaten Bireuen, selanjutnya tahun 2013 sampai sekarang penulis bekerja di

Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.

Medan, Juli 2019

Yuliana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah Kesehatan ibu dan anak masih menjadi fokus di Kabupaten

Bireuen. Data lima tahun terakhir menunjukkan perlunya upaya yang sungguh-

sungguh dan serius untuk menanggulangi persoalan kesehatan ibu dan anak.

Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Oktober 2018 di Kabupaten Bireuen

diperoleh, jumlah kematian ibu dan bayi lima tahun terakhir adalah tahun 2013

jumlah kematian ibu 13 orang karena Hipertensi dan perdarahan karena anemia

selama kehamilan, untuk Lahir mati terdapat 95 lahir mati dari 8326 kelahiran

kasar, kematian bayiterdapat 134 kasus. Tahun 2014 kematian ibu terdapat tujuh

kasus dan kematian lahir mati adalah 94 kematian dari 9.099 kelahiran kasar,

sedangkan kematian bayi terdapat 113 kasus,tahun 2015 kematian ibu 11 kasus,

untuk kematian lahir mati terdapat 76 kasus dan kematian bayi 88 kasus,tahun

2016 terdapat 11 kasus kematian ibu, untuk lahir mati 68 kasus dan kematian bayi

106 kasus, pada tahun 2017 jumlah kematian ibu terdapat 10 kasus, untuk lahir

mati terjadi penurunan yaitu 35 kasus, kematian bayi terdapat 108 kasus (Dinkes

Bireuen, 2017).

Pada data cakupan kunjungan ibu hamil pertama (K1) dan kunjungan ibu

hamil empat kali (K4) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tercatat tahun 2015

kujungan K1 adalah 98 persen dan kunjungan K4 89.39 persen, tahun 2016

kunjungan K1 97.41 persen dan kunjungan K4 78.27 persen, tahun 2017

kunjungan K1 98.72 persen dan kunjungan K4 adalah 88.43 persen dan sampai

Oktober 2018 tercatat kunjungan K1 73 persen dan kunjungan K4 62 persen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

(Dinkes Bireuen, 2018).

Kesimpulan dari data kesehatan ibu dan bayi di Kabupaten Bireuen

dengan melihat padadata kematian ibu dan bayi dan cakupan kunjungan ibu hamil

pada lima tahun terakhir adalah kematian ibu masih menjadi persoalan serius di

sebabkan jumlah kematian ibu masih pada angka yang sama dengan penyebab

kematian disebabkan karena hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan karena

anemia selama kehamilan, hal ini seharusnya dapat terdeteksi secara dini dalam

melakukan asuhan pelayanan antenatal pada ibu selama kehamilan sehingga dapat

di lakukan upaya penanganan untuk mengatasinya. Untuk data kematian bayi

memang sudah terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian

diperlukan juga perhatian pada kasus kematian neonatus (0-28) hari dan lahir mati

karena ini erat kaitannya dengan kondisi ibu selama kehamilan salah satunya

adalah keadaan anemia ibu selama kehamilan.

Banyak faktor penyebab tidak langsung yang tenjadi pada kasus kematian

ibu diantaranya adalah pertama profil wanita (terlalu tua, terlalu pendek, jarak

kehamilan terlalu dekat atau jumlah anak terlalu banyak), kedua pelayanan

kesehatan (asuhan antenatal care, penanganan persalinan dan nifas, faktor

keterlambatan seperti keterlambatan mendapatkan pertolongan yang adekuat di

pusat rujukan atau pusat rujukan belum siap menerima rujukan karena kekurangan

personil, kekurangan fasilitas medis atau personil kurang terampil), ketiga faktor

status wanita (pendidikan rendah, kemiskinan, sosial ekonomi yang

mengakibatkan status gizi rendah, anemia ibu hamil, keterlambatan merujuk dari

faktor masyarakat karena memerlukan musyawarah dan juga terlambat karena

ketiadaan biaya danjarak yang jauh) (Manuaba, dkk 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Untuk menyikapi hal tersebut berbagai upaya yang telah dilakukan oleh

pemerintahan Kabupaten Bireuen dalam bidang kesehatan yaitu dalam

menanggulangi permasalahan ibu dan anak dalam tujuan untuk menurunkan AKI

dan AKB. Penempatan bidan desa di seluruh desa dan tersedianya fasilitas

kesehatan (Polindes/Poskesdes) dengan tujuan untuk mendekatkan akses

pelayanan pada ibu hamil dan anak. Selanjutnya penguatan regulasi untuk

memaksimalkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak melalui Qanun

kesehatan untuk ibu hamil, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA) pada tahun 2012

yang merupakan perwujudan dari keseriusan Kabupaten Bireuen untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dan terlebih lagi adalah pembenahan

terhadap fasilitas kesehatan emergensi persalinan di puskesmas, rumah sakit untuk

dapat menangani persoalan penyulit yang terjadi pada ibu dan anak. Selanjutnya

Penyediaan Rumah Tunggudan pembiayaan jaminan kesehatan untuk ibu hamil

yang bersumber dari dana Jaminan kesehatan Aceh dan Jampersal untuk

mengatasi persoalan biaya yang dihadapi oleh masyarakat (Dinkes Bireuen, 2017)

Untuk mengatasi persoalan kesehatan ibu dan anak tentu diperlukannya

langkah yang konkrit agar dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Salah satu

upaya nyata dan bentuk kepedulian pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB

adalah dengan penerapan penggunaan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai

program dari kementerian kesehatan yang telah di laksanakan mulai tahun 1993

yang di kembangkan pertama kali di Salatiga Jawa Teungah dan selanjutnya telah

terlaksana di 33 Provinsi di Indonesia (Depkes RI, 2009).

Buku KIA atau yang lebih dikenal oleh ibu hamil dengan sebutan buku

pink merupakan salah satu alat bantu yang dijadikan sebagai media komunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

informasi dan edukasi (KIE) yang penting bagi ibu hamil, keluarga, tenaga

kesehatan dan masyarakat yaitu untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil dan

tumbuh kembang balita melalui dokumentasi riwayat kesehatan, deteksi dini

resiko kesehatan serta adanya informasi kesehatan ibu dan anak sebagai panduan

serta mendidik keluarga dan masyarakat agar dapat mengevaluasi dan mengambil

keputusan bila ada tanda-tanda yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak

(Depkes RI, 2016).

Tujuan pengunaan buku KIA adalah untuk mewujudkan kemandirian

masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Kendala

pada perubahan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan ibu dalam penggunaan

buku KIA adalah ibu hamil masih menganggap buku KIA hanya sebagai buku

pencatatan kesehatan bagi petugas kesehatan sehingga pengetahuan tentang

pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, memahami tentang tanda bahaya

kehamilan secara dini, serta pentingnya minum tablet Fe secara teratur selama

kehamilan masih kurang di fahami oleh ibu hamil (Depkes RI, 2016).

Pemanfaatan terhadap buku KIA tidak secara langsung membantu dalam

upaya penurunkan AKI/AKB. Namun turunnya AKI/AKB dapat terjadi karena

adanya perubahan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat kearah lebih baik

sehingga melalui pemanfaatan buku KIA yang maksimal diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2015).

Pengukuran tingkat keberhasilan dalam pendistribusian buku KIA adalah

dengan jumlah kunjungan ibu hamil (K1) dan kunjungan lengkap (K4). Data

Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2015 untuk kunjungan K1 adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

9.883 ibu dengan distribusi buku KIA sebanyak 8.691 sedangkan tahun 2016

kunjungan K1 adalah 9.810 dengan distribusi buku KIA sebanyak 8.911 buku,

sedangkan tahun 2017 kunjungan K1 adalah 9.844 ibu hamil dengan distribusi

buku KIA sebanyak 9.264 buku KIA, untuk tahun 2018 sampai dengan bulan

Oktober terdapat 6.499 buku KIA dengan kunjungan K1 sebanyak 7.430 (Dinkes

Bireuen, 2017).

Optimalisasi pelaksanaan penggunaa buku KIA di masyarakat bisa terjadi

bila tenaga kesehatan dan kader kesehatan juga pemerhati kesehatan ibu dan anak

lain mau mendukung dalam upaya pemanfaatan buku KIA kepada keluarga,

masyarakat dengan memberi penjelaskan dan dapat memastikan ibu/keluarga

faham tentang buku KIA dan mau melaksanakan isi dari buku KIA. Pelaksanaan

pemanfaatan buku KIA dilakukan mulai prosea pra pelayanan (penentuan sasaran

buku KIA), pelayanan (peran tenaga kesehatan dalam penggunaan buku KIA),

dan paska pelayanan (pembinaan dan pemantauan penggunaan buku KIA)(Depkes

RI, 2015).

Gambaran yang diperoleh dari data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

untuk kematian ibu dan bayi adalah terdapat 169 kasus kematian ibu dengan

proporsi kematian pada ibu nifas terdapat 76 kasus, kematian ibu karena bersalin

sebanyak 65 kasus dan kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 28 kasus. Untuk

kematian bayi di Provinsi Aceh tahun 2016 adalah 813 (Dinkes Provinsi Aceh,

2016)

Data Provinsi Aceh untuk cakupan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil

dinyatakan belum mencapai dari target rencana strategis (Renstra) tahun 2016

yaitu 95 persen, diketahui persentase cakupan K1 pada tahun 2012 adalah 94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

persen dan K4 83 persen, tahun 2013 K1 90 persen dan K4 81 persen, tahun 2014

K1 91 persen dan K4 83 persen, tahun 2015 K1 87 persen dan K4 79 persen,

sedangkan tahun 2016 cakupan K1 87 persen dan cakupan K4 78 persen atau

7.430 kunjungan ibu hamil (Profil Dinkes Aceh, 2017).

Di Indonesia peningkatan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak masih

menjadi tujuan utama dalam bidang kesehatan dan tertuang dalam agenda

Nawacita pemerintah, sehingga pemantauan status kesehatan dan pemantauan

kinerja pelayanan kesehatan menjadi sasaran prioditas untuk menjamin

peningkatan status derajat kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2015).

Upaya yang dilakukan kementerian kesehatan dalam peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak adalah dengan program buku KIA

sebagai alat bantu bagi tenaga kesehatan dan masyarakat untuk memantau status

kesehatan ibu dan anak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 284/MENKES

/SK/III/2004 tentang buku kesehatan ibu dan anak (KIA) menerangkan

kegunaannya sebagai pelayanan yang kompehensip dan berkesinambungan mulai

dari rumah ibu hamil/bayi/balita, posyandu, poskesdes, pustu, puskesmas, serta

rumah sakit, yang bermakna bahwa dengan menggunakan buku KIA pemeriksaan

bisa ibu hamil/bayi dan balita dapatkan di mana saja (Kemenkes RI, 2004).

Penerapan buku KIA secara benar akan berdampak pada peningkatan

pengetahuan ibu dan keluarga tentang kesehatan ibu dan anak, sehingga dapat

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat yang memberi

dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2015).

Pemanfaatan buku KIA yang tepat dapat menjadi catatan dalam memantau

kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi dini masalah yang terjadi pada ibu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dan anak dan memastikan terpenuhinya hak mendapat pelayanan kesehatan ibu

dan anak secara lengkap dan berkesinambungan disamping juga sebagai sarana

komunikasi antara pemberi layanan kesehatan dalam sistem rujukan (Kemenkes,

2015)

Data Riskesdas (2018) tentang Proporsi kepemilikan buku KIA di

Indonesia diketahui 30 persen tidak memiliki buku KIA, 60 persen kepemilikan

buku KIA dengan 40 persen adalah memiliki dan dapat menunjukkan buku KIA,

dan 10 persen memiliki buku KIA tetapi tidak dapat menunjukkannya (Kemenkes,

2018).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2018

di Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen bahwa penerapan buku KIA pada ibu

hamil sudah dilakukan, namun masih belum optimal ini terlihat bahwa ditemukan

ibu hamil yang belum memiliki buku KIA. Selanjutnya untuk pengetahuan ibu

hamil tentang materi kesehatan ibu dan anak juga masih rendah seperti pentingnya

pemeriksaan Antenatal selama kehamilan, pengetahuan tentang tanda bahaya pada

ibu hamil, melahirkan, dan juga pentingnya akan mengkonsumsi tablet tambah

darah selama kehamilan pada ibu hamil.

Penelitian ini memilih lokus di empat Puskesmas dengan katagori

terpencil dan sangat terpencil di wilayah Kabupaten Bireuen. Pemilihan lokus ini

dengan alasan bahwa pada survey awal penelitian di bulan Oktober 2018 yang

dilakukan di beberapa Puskesmas Kabupaten Bireuen tentang pemanfaatan buku

KIA pada ibu hamil dan balita masih kurang maksimal. Hal tersebut berdasarkan

hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil bahwa masih ada persepsi ibu hamil

hanya berkunjung memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan yang dirasakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

saja, sedangkan di wilayah tersebut sudah melakukan penerapan buku KIA.

Selanjutnya hal yang menarik dijadi sebagai tempat penelitian adalah hasil

wawancara dengan salah satu kepala puskesmas di wilayah terpencil bahwa

kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan buku KIA disana adalah 1) mayoritas

penduduk berpendidikan rendah bahkan masih ada yang buta huruf, 2) penduduk

rata-rata mata pencaharian sebagai petani dan dengan status sosial rendah, 3)

terletak di daerah pegunungan dengan masih ada desa yang sulit untuk mengakses

ke pusat layanan masyarakat. Dan untuk lebih melengkapi data awal dalam lokus

penelitian ini adalahcakupan pelayanankesehatan bayi dan balita masih berada di

bawah 50 persen danjuga masih tinggi jumlah kematian janin dan bayi pada bulan

Januari sampai dengan Oktober tahun 2018 yaitu dari total 89 kematian bayi

terdapat 14 kematian berada di wilayah puskesmas tersebut.

Maka lokus penelitian dalam penelitian ini penulis lakukan pada 4

Puskemas dengan katagori terpencil dan sangat terpencil yang jauh dengan

fasilitas kesehatan Tk II dan dengan status rawat inap dengan Penanganan Obstetri

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan telah melakukan penerapan buku KIA

(SK Bupati Bireuen, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) tentang determinan

pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta

Kabupaten Karawang tahun 2015, bahwa terdapat hubungan antara dukungan dari

kader kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA adalah nilai OR=2.32

yang berarti ibu hamil yang mendapatkan dukungan tinggi dari kader kesehatan

memiliki peluang 2,32 kali untuk memanfaatkan buku KIA, sedangkan dukungan

tenaga kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA adalah nilai OR=3,07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dengan arti bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan tinggi dari tenaga

kesehatan memiliki peluang 3,07 kali memanfaatkan buku KIA.

Survey yang dilakukan Nugroho (2017) pada kepatuhan ibu hamil pada

kunjungan antenatal dengan tingkat pengetahuan terhadap isi buku KIA di

Puskesmas Rapak Mahang bahwa, terdapat hubungan yang dengan nilai p=0.000,

dan hasil analisis nilai OR adalah 25.000 kali ibu dengan pengetahuan baik

mempunyai peluang untuk melakukan kepatuhan pada kunjungan antenatal.

Dilihat berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Implementasi pemanfaatan Buku KIA di

wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

yaitupentingnya buku KIA sebagai media KIE, pemantauan status kesehatan,

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan rendahnya pemanfaatan buku KIA,

sehingga dirumuskan masalahnya adalah Bagaimana implementasi pemanfaatan

buku KIA dan hambatannya di wilayah kerja Puskesmas terpencil Kabupaten

Bireuen tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi pemanfaatan

buku KIA dan hambatannya di wilayah Kerja Puskesmas terpencil Kabupaten

Bireuen tahun 2019.

Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat memberi informasi tentang pelaksanaan dalam

pemanfaatan buku KIA serta hambatannya di wilayah kerja Puskesmas Terpencil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

di Kabupaten Bireuen sehingga dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi

program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tinjuan Pustaka

Implementasi Pemanfaatan Buku KIA

Implementasi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan, sedangkan pemanfaatan merupakan

suatu proses dalam memanfaatkan suatu objek atau benda (KLBI, 2008).

Buku KIA merupakan buku ajar yang berisi informasi kesehatan tentang

cara memelihara dan merawat kesehatan bagi ibu, anak serta catatan kesehatan ibu

(hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai anak berusia 6 tahun)

(Depkes, 2015). Implementasi pemanfaatan buku KIA adalah proses dalam

pelaksanaan atau penerapan kegiatan dengan memanfaatkan buku KIA sebagai

alat bantu dalam kegiatan program kesehatan ibu dan anak.

Manfaat buku KIA. Buku KIA pertama merupakan media KIE yang

utama dan pertama dan utama yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman

keluarga akan kesehatan ibu dan anak sampai dengan umur enam tahun,

keduasebagai pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh

dan berkesinambungan yang dipegang oleh keluarga, semua pelayanan mulai dari

kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, sampai dengan pelayanan bayi mulai dari,

imunisasi, SDIDTK, serta catatan penyakit dalam masalah perkembangan anak

harus tercatat dengan lengkap dan benar sebagai bahan bukti, ketiga terkait

dengan tugas dan fungsi pokok tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan

pelayanan sesuai dengan standar (Kepmenkes, 2015)

Indikator penggunaan buku KIA. Pelaksanaan buku KIA bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA sehingga dapat meningkatkan derajat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kesehatan ibu dan anak, serta sebagai buku pegangan bagi keluarga untuk

memudahkan dan memahami kesehatan ibu dan anak (Depkes, 2015).

Petunjuk teknis penggunaan buku KIA terdapat peran tenaga kesehatan

dalam penggunaan buku KIA dengan menginformasikan pelayanan kesehatan

yang menjadi hak bagi ibu dan anak, dan juga menggunakan buku KIA sebagai

media KIE bagi ibu dan keluarga dengan cara menjelaskan secara bertahap isi

buku KIA dan sesuai dengan kondisi ibu dan anak dan juga memastikan ibu,

keluarga dan pengasuh telah memahaminya dengan cara meminta kembali mereka

menyampaikan pesan tersebut dengan bahasa mereka (Depkes, 2015).

Indikator dalam penggunaan buku KIA adalah:

1) Kepatuhan dalam membawa buku KIA ke fasilitas kesehatan.

2) Kelengkapan pengisian buku KIA.

3) Persentase institusi pelayanan kesehatan yang menerapkan Buku KIA

Pemanfaatan buku KIA pada ibu dan bayi akan maksimal jika ibu hamil,

ibu balita membaca dan menerapkan isi buku KIA serta mengerti cara

pengisiannya. Petugas kesehatan wajib menjelaskan isi buku KIA secara bertahap

sesuai dengan kondisi ibu dan bayi, kemudian memberi tanda () memakai pinsil

atau balpoin pada bagian yang telah dibaca dan diterapkan. Setiap kali ibu hamil

atau ibu bayi melakukan pemeriksaan kesehatan maka buku KIA wajib dibawa

dan ibu wajib mengisi tanda () sesuai dengan pelayanan yang baru saja di

dapatkan ibu atau bayinya. Pelayanan tersebut mencakup, pemeriksaan kehamilan

(hal 1-3), pelayanan kesehatan ibu hamil (hal 4- 9), persiapan persalinan (hal 10-

12), pelayanan kesehatan ibu nifas (hal 13-17)), Keluarga Berencana (KB) (hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

18), catatan ibu hamil (hal 19-23), catatan ibu bersalin, ibu nifas, dan BBL (hal

24-27), keterangan kelahiran (hal 29-31), pelayanan kesehatan neonatal (hal 32-

36), catatan kesehatan BBL (hal 37), imunisasi dasar anak (hal 38-39) pemantauan

tumbuh kembang anak 0-6 tahun (hal 40-79) dan catatan penyakit dan masalah

tumbuh kembang anak (hal 80-83) serta materi perlindungan anak (hal 84-88)

(Depkes RI, 2016)

Buku KIA bukan saja wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil dan ibu balita

namun lebih dari itu adalah dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku

sehat ibu/keluarga untuk menjadi lebih baik dalam memelihara kesehatan ibu dan

anak. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, oleh sebab itu

tenaga kesehatan dan kader kesehatan diharapkan menjelaskan guna Buku KIA

kepada keluarga dan meminta untuk dapat menerapkannya.

Isi buku KIA. Pada dasarnya buku KIA terdiri dari dua bagian, yaitu

pertama bagian untuk ibu selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi

tentang identitas keluarga, kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga

berencana, catatan kesehatan ibu hamil, catatan kesehatan ibu bersalin,ibu nifas

dan bayi baru lahir, cara mencuci tangan pakai sabun dan keterangan kelahiran.

Bagian untuk anak berisi tentang kesehatan anak, bayi baru lahir/neonatus

(0-28 hari), catatan imunisasi anak, pelayanan anak usia 29 hari s/d 6 tahun,

pemenuhan kebutuhan Gizi dan perkembangan anak, Kartu Menuju Sehat (KMS),

Pemeriksaan Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), serta

perlindungan terhadap anak (Depkes RI, 2016).

Penerapan buku KIA di Indonesia. Didalam petunjuk teknis

penggunaan buku KIA dijelaskan secara jelas untuk menerapkan buku KIA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dengan baik oleh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota

bekerja sama dengan stekholder yang terkait. Penerapan buku KIA di Indonesia

masih belum sesuai dengan harapan, dikarenakan penggunanaan buku KIA hanya

masih pada tingkat keterisian buku pada batas pelayanan masa kehamilan sampai

melahirkan saja padahal kebijakan tentang penggunaan Buku KIA sudah sejak

tahun 1993 di terapkan di Indonesia. Hasil cakupan terhadap penggunaan buku

KIA di Indonesia sudah tinggi yaitu 81,5 persen namun itu belum memuaskan

terbukti dengan hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2016 dari 81,5 persen ibu

hamil yang memiliki buku KIA tetapi hanya 60,5 persen yang dapat menunjukkan

itupun dengan tingkat keterisian buku KIA paling banyak pada pelayanan masa

kehamilan dan bayi baru lahir.

Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh direktorat kesehatan

keluarga pada Sembilan kabupaten/kota yaitu Toba Samosir, Ogan Komering Ilir,

Kota Bandar Lampung, Kota Tanggerang, Jakarta Timur, Kota Bogor, Sukoharjo,

Nganjuk dan Gowa pada tahun 2016 bahwa menunjukkan hanya 18 persen buku

KIA diisi lengkap. Hal ini sangat disayangkan mengingat di dalam buku KIA

banyak sekali terdapat informasi-informasi penting yang diperlukan oleh ibu dan

anak, yang tidak hanya diisi dengan lengkap oleh tenaga kesehatan, namun juga

harus memberikan penjelasan dan pemahaman untuk lebih memanfaatan buku

KIA kepada ibu dan keluarga sehingga mereka memahami pesan-pesan yang ada

di dalam buku KIA dan dapat mengaplikasikannya. (Kemenkes, 2018)

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan buku KIA perlu dilakukan

langkah-langkah dalam penerapan penggunaan buku KIA, meliputi perencanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dan anggaran kegiatan buku KIA, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi setiap

tahunnya dengan cara:

1. Analisis data (pra pelayanan)

Melalui kajian kebutuhan, sumberdaya dan prasarana yang tersedia meliputi:

a. Data sasaran ibu hamil, bayi dan balita

b. Data jumlah seluruh fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta

di wilayah kerja.

c. Data ketenagaan yang ada di kabupaten/kota di pemerintah maupun

swasta (RS, RS Bersalin, Klinik swasta, Puskesmas, pustu, bidan didesa,

poskesdes, dan bidan/dokter praktek swasta, dll)

d. Data kader di wilayah kerja puskesmas.

e. Inventarisasi sumberdaya

f. Cakupan distribusi buku KIA di masing-masing wilayah

g. Menganalisis dan menentukan kabupaten/kota dan atau wilayah kerja

puskesmas yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

h. Menginventarisasi ketersediaan buku KIA serta menentukan jumlah

buku KIA yang dibutuhkan.

i. Analisis hasil monitoring evaluasi penggunaan buku KIA.

2. Pelaksanaan (pelayanan)

a. Sosialisasi dan advokasi buku KIA.

b. Orientasi buku KIA bagi kader dan pemerhati ibu dan anak

c. Orientasi buku KIA kepada tenaga kesehatan

d. Pengadaan, distribusi, pencatatan dan pelaporan penggunaan buku KIA

e. Promosi penggunaan buku KIA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

3. Monitoring dan evaluasi dengan indikator keberhasilan:

a. Indikator cakupan buku KIA

100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah

KIA buku memiliki yang hamilibu Jumlah

b. Indikator penggunanan buku KIA

1) kepatuhan membawa buku KIA

100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah

KIA buku membawa datang yangbersalin hamil,ibu Jumlah

2) Kelengkapan pengisian buku KIA

100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah

KIA buku membawa datang yangbersalin hamil,ibu Jumlah

Standar pelayanan antenatal. Didalam peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu

pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan tertera bahwa

setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang diberikan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kualitas dalam memberikan pelayanannya

seperti dokter, dokter spesialis kebidanan, bidan atau perawat.

Standar pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu meliputi:

1) Standar kuantitas adalah kunjungan empat kali selama periode kehamilan

dengan satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan

dua kali pada trimester ketiga.

2) Standar kualitas adalah pelayanan yang meliputi 10T yaitu:

a. Pengukuran tinggi badan (cukup satu kali)

b. Pengukuran tekanan darah (tensi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

c. Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA)

d. Pengukuran tinggi Rahim

e. Penentuan letak janni dan perhitungan denyut jantung janin

f. Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)

g. Pemberian tablet tambah darah

h. Tes laboratorium

i. Konseling atau penjelasan

j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan.

Penilaian capaian kinerja pemerintah kabupaten/kota didalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada ibu hamil dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan

ibu hamil sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun

dengan cara:

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal

100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah

kerja wilayah distandar sesuai

Ibu hamil dianggap tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar bilasalah

satu dari standar pelayanan tidak di berikan kepada ibu hamil (Depkes, 2019)

Standar pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita. Pemeriksaan

Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada bayi dan

balita dilakukan melalui:

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

1) Status gizi

2) Stunting

3) Makro/microcephali dan normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.

1) Kuesioner pra skinning perkembangan (KPSP)

2) Tes daya dengan (TDD)

3) Tes daya lihat (TDL)

c. Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional.

1) KMPE (Kuesioner masalah perilaku emosional)

2) M-CHAT (modified-checlist for autism in toddler)

3) Gannguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

Pusat Kesehatan Mayarakat

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas merupakan

salah satu jenis fasilitas pelayana kesehatan tingkat pertama yang memiliki peran

penting dalam system kesehatan nasional khususnya substansi upaya kesehatan.

Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Mayarakat mengatur dan mengkatogorikan puskesmas berdasarkan

kebutuhan dan kondisi masyarakat dan pengkatagorian tersebut berdasarkan

karakteristik wilayah kerja kemampuan untuk penyelenggaraan. Katogori

puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerja dibagi kepada:

1. Puskesmas kawasan perkotaan.

2. Puskesmas kawasan perdesaan

3. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil. Kriteria puskesmas

kawasan terpencil dan sangat terpencil dijelaskan sebagai berikut:

a. Berada diwilayah yang sulit dijangkau, atau rawan bencana, pulau kecil, gugus

pulau atau pesisir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

b. Akses transport umum rutin satu kali dalam satu minggu dengan jarak tempuh

pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari enam jam

c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh puskesmas terpencil

dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi

tenaga kesehatan.

b. Dalam layanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan wewenang

tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan.

c. Pelayanan UKM terselenggara dengan memperhatikan kearifan lokal.

d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan kehidupan

masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil.

e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan puskesmas dan

jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gusus

pulau/cluster, dan atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan

aksesibilitas.

Hambatan dalam Pemanfaatan Buku KIA

Meskipun dari beberapa penelitian terdahulu belum ada yang menjelaskan

tentang faktor-faktor yang menjadi hambatan pada pelaksanaan penggunaan buku

KIA, namun bila di tinjau dari laporan (Riskesdas 2018) pada proporsi

kepemilikan buku KIA yang hanya 60 persen memiliki dan dapat menunjukkan

buku KIA, selanjutnya 10 persen memiliki tapi tidak dapat menunjukkan,

sedangkan 30 persen tidak memiliki buku KIA, ini menunjukkan masih terdapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

banyak hambatan dalam pelaksanaan buku KIA dengan waktu dimulainya

pelaksanaan yaitu pada tahun 1993 sebagai upaya untuk menurunkan AKI/AKB.

Bila melihat dari manfaat buku KIA sebagai media informasi dan media

pencatatan (monitoring) di keluarga dan masyarakat, sehingga ketersediaan dan

penggunaan buku KIA yang tepat akan mengintegrasikan beberapa pencatatan

kesehatan ibu dan anak dari awal ibu hamil sampai dengan anak berusia enam

tahun sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustikawati dkk

pada penggunaan alat kontrasepsi implant bahwa, ketersediaan alat kontrasepsi

dapat mendukung dalam pelayanan KB sehingga mereka akan lebih termotivasi

untuk mengakses ke pelayanan kesehatan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Sari, dkk. 2013) pada

program pengembangan kesehatan olahraga untuk lansia diketahui bahwa

hambatan yang terjadi pada pelaksanaan program tersebut adalah kesiapan tenaga

kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas, penyediaan dana untuk

pelaksanaan program sangat di butuhkan, sarana prasarana untuk menunjang

pelaksanaan program, sertaperlunya sosialisasi dan kerja sama dengan organisasi

masyarakat.

Dukungan sarana prasarana dan kapasitas sumber daya baik manusia

maupun finansial sangat dibutuhkan dalam menjamin terlaksananya proses

pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai hasil akhir yang diharapkan, seperti

pendapat (Ayungnityas, 2014) dalam penjabaran tentang memastikan proses

pengembangan suatu kebijakan agar berlangsung secara baik, salah satunya

adalah perlunya dukungan dan kapasitas sumber daya yang memadai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Winangsih pada

pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja di ketahui bahwa ada faktor yang

menghambat didalam pemanfaatan layanan PKPR yaitu sarana prasarana yang

kurang lengkap seperti tidak adanya ruang konseling khusus, kapasitas ruangan

yang tidak memenuhi, minimnya tenaga kesehatan dan dana untuk kegiatan serta

sikap petugas yang kurang ramah.

Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Banyak faktor yang dapat menjadi penentu dalam penggunaan pelayanan

kesehatan oleh masyarakat. Dari banyak penelitian kesehatan terkait penggunaan

pelayanan kesehatan seperti yang di kemukakan oleh (Anderson dan Anderson,

1979) yang dikutip oleh Notoatmojo (2010) adalah faktor penentu yang diganakan

sebagai determinan penggunaan pelayanan kesehatan adalah:

1. Model Demografi yaitu variabel yang biasa digunakan pada umumnya seperti

usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan jumlah keluarga.

2. Model Sosial Psikologis yaitu variabel yang digunakan adalah pada sikap dan

keyakinan.

3. Model Sumber keluarga yaitu variabel yang digunakan adalah penghasilan

keluarga, asuransi keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan,

untuk mengukur tingkat kemampuan keluarga dalam memperoleh pelayanan

kesehatan.

4. Model Sumber Daya Masyarakat adalah penyediaan pelayanan kesehatan

yang disediakan oleh masyarakat dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan

yang bersumber dari masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

5. Model sistem kesehatan yaitu penggabungan semua model seperti: demografi,

struktur sosial, keyakinan individu dan keluarga, sumber daya dalam

masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan yang ada serta di hubungkan

dengan kebijakan dan struktur ekonomi masyarakat luas.

6. Model keyakinan kesehatan yaitu munculnya model ini karena banyaknya

kegagalan dalam mengatasi masalah kesehatan untuk menerima usaha

pencegahan dan penyembuhan penyakit yang di selenggarakan oleh pihak

providersehingga di kembangkan model kepercayaan kesehatan.

7. Model sistem kesehatan berupa kepercayaan kesehatan yang terdiri dari

karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik

kebutuhan.

Dari berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan

implemantasi buku KIA, model sistem kesehatan yang digabungkan dengan

model kepercayaan sistem kesehatan merupakan model yang tepat dipilih untuk

melihat penggunaan pelayanan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai

penggabungan dari tiga karakteristik yaitu karakteristik predisposisi, karakteristik

pendukung dan karakteristik kebutuhan.

Karakteristik predisposisi. Karakteristik menurut Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia (KLBI) adalah mempunyai sifat khas tertentu sesuai dengan

perwatakan tertentu. Menurut Notoatmojo (2010) bahwa Karakteristik individu

mempunyai kecendrungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan akan

berbeda-beda. Hal tersebut di sebab oleh:

a. Ciri-ciri demografi antara lain, jenis kelamin, usia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

b. Struktur sosial, seperti, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

kesukuan, ras dan lain-lain.

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ingin tahu dari individu dengan menggunakan

pancaindra terhadap suatu objek serta sangat tergantung oleh perhatian dan

pandangan terhadap objek tersebut (Notoatmojo, 2010).

Dalam proses pengetahuan untuk mendapatkan pemahaman

(understanding) dari objek dilakukan melalui proses membaca. Membaca

merupakan salah satu manfaat bagi semua orang dalam menambah ilmu

pengetahuan.Pemanfaatan buku KIA bertujuan untuk memudahkan komunikasi

antara petugas kesehatan, ibu dan keluarga dalam kegiatan peningkatan

pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak yang menjadi sasaran utama dalam

peningkatan derajat kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2017), tentang hubungan

pengetahuan ibu hamil tentang isi buku KIA dengan kepatuhan kunjungan ANC

di kelurahan Timbau wilayah kerja puskesmas Rapak Mahang tahun 2017

diperoleh hasil adalah hasil Odds Rasio(OR) 25.000 kali ibu dengan pengetahuan

baik mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan

ibu yangmempunyai pengetahuan kurang.

b) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu interaksi belajar mengajar baik dalam

bentuk formal, nonformal maupun informal dengan harapan terjadinya perubahan

perilaku yang dapat di ukur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Definisi pendidikan menurut (Hasbullah, 2013) adalah merupakan suatu

proses yang di sengaja dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengalaman

dalam memahami suatu objek tertentu secara spesifik dengan tidak ada batasan

usia.

c) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen organisasi

karena motivasi merupakan suatu kekuatan, arah dan juga ketekunan dari

seseorang dalam upaya mencapai tujuannya (Robbin, 2015).

Bentuk upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi adalah

melalui konsitensi pada tujuan organisasi sehingga ketekunan dari individu dalam

mempertahankan upayanya diperlukan waktu untuk mengukurnya. Ada beberapa

teori motivasi yang dijadikan sebagai landasan oleh para pimpanan dalam

pelaksanaan di lapangan, meskipun ada yang sebagaian ragu dengan keabsahan

teori tersebut, namun teori tersebut sudah dirumuskan semenjak tahun 1950,teori

motivasi tersebut diantaranya adalah:

1) Teori X dan Teori Y dari Douglas McGroger

Teori ini memberi pandangan pada dua sudut pandang yang berbeda yaitu

sudut positif adalah teori X dan sudut negatif adalah teori Y. Dibawah teori X di

yakini bahwa pada dasarnya mereka tidak menyukai pekerjaannya sehingga

dibutuhkan arahan ataupun paksaan untuk melakukan pekerjaanya, sebaliknya

dibawah teori Y menyatakan bahwa para pekerja memandang pekerjaannya

sebagai hal yang alamiah sehingga rata-rata mereka dapat belajar dan bekerja

untuk menerima dan bahkan bertanggung jawab atas pekerjaanya tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

2) Teori dua Faktor oleh Hertzberg

Teori dua faktor oleh Hertzberg mengarah pada kepuasan dan

ketidakpuasan pekerjaan. Konsep teori menunjukkan bahwa lawan dari kepuasan

adalah ketidakpuasan, sehingga konsep ini bila menghapus karakteristik

ketidakpuasan dari pekerjaan tidak lantas membuat pekerjaan menjadi

memuaskan. Karena menurut Hertzberg bahwa faktor-faktor yang mengarah pada

kepuasan pekerjaan adalah terpisah atau berbeda dengan faktor-faktor yang

mengarah kepada ketidakpuasan pekerjaan. Sehingga faktor kondisi seperti mutu

pengawasan, gaji, kebijakan, kondisi fisik kerja, hubungan dengan orang lain dan

keamanan dalam pekerjaan di jadikan sebagai faktor murni, sehingga ketika

faktor-faktor tersebut memadai maka orang tersebut tidak akan tidak puas, tetapi

juga mereka tidak akan dipuaskan.

Selanjutnya Hertzberg memberi saran dan menekankan pada faktor-faktor

yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil yang secara

langsung dapat diperoleh dari pekerjaannya, seperti kesempatan naik pangkat,

peluang pertumbuhan pribadi, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian.

Penelitian yang dlakukan oleh Elly Nur pada pemanfaatan buku KIA

sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal yang dilakukan oleh bidan

puskesmas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna variabel

motivasi dengan pemanfaatan buku KIA oleh bidan puskesmas.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2015)

bahwa pengaruh motivasi yang kuat dari tenaga kesehatan akan memberikan

dorongan yang besar kepada ibu hamil sebesar 2,5 kali dalam memanfaatkan buku

KIA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Dilihat secara teori bahwa faktor motivasi merupakan faktor potensial

dalam mempengaruhi kinerja organisasi dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat termasuk pelayanan kesehatan karena berbicara tentang motivasi

bukan saja sebagai bagaian dari upaya kerja keras namun motivasi lebih melihat

kepada sudut padang terhadap kemampuan diri dan kepercayaan diri dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan (Robbins, 2015)

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nawawi pada pengaruh

motivasi tenaga kesehatan terhadap capaian kinerja puskesmas adalah besar

pengaruhnya secara signifikan yaitu sebesar 0.60 (standar deviasi). Selaras juga

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) bahwa dukungan

tenaga kesehatan yang baik akan mendorong ibu 2.5 kali besar dalam

pemanfaatan buku KIA. Sedangkan penelitian pada faktor motivasi bidan desa

dalam kepatuhan pengisian buku KIA menjadi kendala dalam rendahnya

pemanfaatan buku KIA yaitu hanya 2.2 persen di manfaatkan oleh tenaga

kesehatan (bidan desa) dalam pemanfaatan buku KIA (Sistiarani, 2014)

Karakteristik pendukung. Karakteristik ini terlihat bahwa meskipun

faktor predisposisidalam peggunakan pelayanan kesehatan sudah benar namun

tidak akan serta merta dia menggunakannya, karena ada faktor lain dalam

penggunaan pelayanan kesehatan yaitu faktor sumber daya manusia, kemampuan

individu untuk membayarnya serta sarana dan prasarana yang mendukung dalam

pelaksanaan pemanfaatan buku KIA.

a. Sumber Daya manusia (tenaga kesehatan dan kader posyandu)

Sumber daya manusia menurut Bangun (2012) merupakan salah satu

sumber daya penting dalam organisasi untuk mencapai tujuannya yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

menjadikan peran manusia sebagai daya kompetitif yang dapat membedakannya

dengan organisasi lainnya.Sumber daya manusia terrsebut diantaranya dalah

tenaga kesehatan dan kader kesehatan.

1) Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan (nakes) merupakan sumber daya manausia yang penting

dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seorang Bidan

merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai hubungan emosional yang paling

kuat dengan seorang ibu hamil bila di bandingkan dengan tenaga kesehatan

lainnya dalam hal pemberian pelayanan kesehatan pada ibu hamil, di karenakan

seorang bidan merupakan pihak tenaga kesehatan terdekat ibu pada saat melalui

masa kehamilan, persalinan dan nifas.

2) Kader posyandu

Kader posyandu merupakan tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat

yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan

anak. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di tingkat desa, kader posyandu

merupakan pilar utama yang merupakan mitra kerja tenaga kesehatan untuk

melakukan pelayanan kesehatan desa, karena merekalah yang paling memahami

masyarakat diwilayahnya.

b. Status sosial masyarakat

Status sosial secara tidak langsung dapat menentukan derajat kesehatan

seseorang, karena ini berhubungan dengan seseorang untuk membiayayinya

dengan adanya kenaikan daya beli diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Stratifikasi sosial adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya

perbedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara

bertingkat (Abdullah dan Safarina, 2011) yang di kelompokkan pada:

1. Sosial rendah adalah keluarga ekonomi lemah: seperti buruh, tani pedagang

kecil, karyawan harian, berpendidikan formal rendah, tempat tinggal

sederhana dan kurang baik.

2. Sosial menengah adalah penghasilan melebihi kebutuhan hidup, bisa

menabung terpelajar, pendidikan sebagia alat kemajuan, masa depan lebih

baik, dapat memberikan pendidikanan kepada anak dalam jangka yang

panjang dan sekolah bermutu tinggi.

3. Strata sosial tinggi adalah kelompok lapisan atas dengan ciri: kehidupan

ekonomi sangat baik, kaya raya, berwibawa, tidak khawatir kehidupan

ekonomi dikemudian hari, mempertahankan status, pendidikan formal tidak

dipandang sebagai alat mencapai kemajuan.

Sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh (Puluhulawa, 2013) di

Kecamatan Palu Selatan terhadap pendapatan kepala keluarga yang dihubungkan

dengan status kesehatan ternyata responden yang berpendapatan rendah akan lebih

sering mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan responden yang

berpendapatan tinggi, walaupun tidak menjamin semakin tinggi pendapatan

kepala keluarga akan tidak mengalami status kesehatan buruk

Demikian juga Penelitian yang dilakukan oleh Widodo dkk (2013) tentang

faktor sosial ekonomi dan budaya setempat terhadap perilaku persalinan ibu pada

daerah dengan angka kematian ibu rendah dan tinggi di Kabupaten Bantul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Provinsi Yogyakarta di ketahui bahwa pada daerah dengan AKI tinggi masih ada

ibu yang melakukan persalinan di rumah dan masih ditolong oleh dukun di

sebabkan karena biaya yang mahal meskipun mereka sudah memiliki kartu untuk

mendapatkan petolongan persalinan gratis namun mereka tetap memilih untuk

melahirkan di rumah, dan hal tersebut disebabkan karena status sosial ibu hamil

dalam keluarga yang tidak setara dalam keluarga yang berdampak pada perilaku

ibu dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Kuatnya status sosial istri/ibu dalam

keluarga yang setara dengan suami pada daerah dengan jumlah kematian rendah

berdampak terhadap perilaku persalinan aman.

c. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam

pencapaian tujuan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan akan terlaksana sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan apabila tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai dan disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara optimanal.

Sarana dan prasarana dalam implemantasi buku KIA berupa penyediaan buku, dan

penerapannya sesuai dengan petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, serta

tempat pelayanan untuk mendapatkan layanan dalam pemanfaatan buku KIA.

Penyediaan sarana dan prasaran untuk menunjang standar pelayanan

dalam kebidanan yang terdiri dari standar identitas ibu hamil, pemeriksaan

antenatal, pemeriksaan fundus uteri, penanganan anemia pada kehamilan,

penanganan dini hipertensi pada kehamilan dan persiapan persalinan seperti

tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang

Standar Pelayanan Kebidanan yang semua dibutuhkannya sarana dan prasarana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

untuk pelaksanaan pelayanan yaitu,Sfigmomanometer, pita ukur lengan atas,

Stetoskop Monoral/dopler untuk mengetahui denyut jantung janin, Vaksin

Tetanus Toxoid (TT), serta Tablet Tambah Darah (TTD).

Selanjutnya dalam peraturan MenteriKesehatan RI No 4 tahun 2019

tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan

minimal bidang kesehatan tertera bahwa standar kualitas barang pada pelayanan

kesehatan ibu hamil adalah:

a. Pemberian vaksin Tetanus 1 ampul kali sejumlah sasaran ibu hamil.

b. Tablet tambah darah 90 tablet kali jumlah ibu hamil.

c. Alat deteksi resiko ibu hamil, seperti tes kehamilan, pemeriksaan Hb,

pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan glukoprotein.

d. Kartu ibu/rekam medis ibu

e. Buku KIA

Karakteristik kebutuhan. Faktor predisposisi dan faktor pendukung

untuk mencari pelayanan kesehatan dapat di wujudkan bila itu akan dirasakan

manfaatnya bagi individu, dengan artinya adalah faktor kebutuhan merupakan

dasar dari penyebab langsung bagi konsumen untuk mencari pelayanan kesehatan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan buku KIA

diantaranya adalah, penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2015) di

Puskesmas Martapura terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

hamil tentang tanda bahaya dalam kehamilan terhadap pemanfaatan buku KIA

dengan selalu membawa buku KIA setiap mereka berkunjung ke pelayanan

kesehatan ibu hamil dan anak serta melakukan anjuran dan saran dari tenaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kesehatan berdasarkan informasi dan komunikasi yang berikan oleh tenaga

kesehatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Elly dkk pada pemanfaatan

buku KIA sebagai materi penyuluhan antenatal oleh bidan puskesmas di kota

Bengkulu di ketahui adalah ada hubungan yang bermakna dengan tingkat

hubungan kuat pada motivasi bidan desa dengan pemanfaatan buku KIA dengan

nilai (r=0.689) dan variabel iklim kerja dengan nilai (r=0.638), sedangkan untuk

variabel masa kerja, kepemimpinan dan supervisi menpunyai tingkat hubungan

sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2015) diketahui bahwa

untuk meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil terhadap pelayanan antenatal

di perlukannya sumber daya, dana, sarana dan prasana yang cukup untuk

mendukung pelaksaaan kegiatan tersebut serta perlunya perencanaan yang tepat

untuk penggerakan dan penilaian yang dilakukan oleh bidan desa dalam upaya

meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas pelayanan antenatal

Penelitian yang dilakukan oleh Oktariana dkk (2015) menyatakan bahwa

penyedian buku KIA sebagai alat bantu untuk pemantauan, dokumentasi dan

peningkatan pengetahuan kesehatan bagi ibu hamil sangat penting. Buku KIA

akan di bawa oleh ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal dan

hasilpemeriksaan akan dicatat didalam buku KIA secara lengkap untuk

mengetahui risiko tinggi pada ibu hamil.

Konsep Implementasi Program/Kebijakan

Analisis Implementasi program perlu dilakukan untuk memahami

fenomena implementasi suatu kebijakan seperti mengetahui mengapa suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kebijakan tidak maksimal di implmentasikan pada suatu wilayah (Ayuningtyas,

2018)

Pengimplementasian merupakan cara agar program atau kebijakan dapat

mencapai tujuannya secara luas. Untuk pelaksanaan kebijakan maupun program

harus dilibatkan seluruh komponen yang menjadi aktor dalam pelaksanaan

kegiatan seperti, komponen organisasi, prosedur, dan tehnik–tehnik untuk

mewujudkan tujuan yang diharapkan (Ayuningtyas, 2014)

Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah sesuatu hal

yang terjadi setelah peraturan ditetapkan yang memberi keluaran pada otoritas

program, kebijakan, keuntungan, atau suatu output yang nyata (Winarno, 2008).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi merupakan bagian dari pernyataan

tantang maksud dan tujuan-tujuan program yang diharapkan oleh pemerintah

ataupun pejabat. Lebih jelasnya implementasi pada sisi yang lain merupakan suatu

fenomena yang komplek yang dapat difahami sebagai suatu proses yang

menghasilkan suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

Lahirnya sebuah kebijakan diketahui melalui tiga tahapan proses yaitu

proses formulasi, implementasi dan evaluasi. Ada beberapa teori implemetasi dari

para ahli kebijakan publik tentang implementasi diantaranya adalah:

1) Teori Gorge C. Edwards III (1990)

Pada teori implementasi ini lebih mengedepankan pada perspektif top-

down dengan menetapkan empat variabel yang sangat menentukan dalam

keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu 1) komunikasi, 2) sumberdaya,

3) disposisi dan 4) struktur birokrasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

a. Komunikasi menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

implementasi kebijakan publik, dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan

sehingga semua keputusan kebijakan harus di komunikasikan agar mereka

tahu apa yang harus mereka kerjakan, dan selanjutnya kebijakan yang

dikomunikasikan juga pun harus tepat, akurat dan konsisten.

b. Sumber daya yang dimaksud dalam mengefektifkan implementasi kebijakan

ini adalah 1) sumber daya manusia yang memadai dan berkompeten

dibidangnya, 2) informasi yang terdiri dari informasi yang berhubungan

dengan cara melaksanakan kebijakan dan informasi tentang kepatuhan para

pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan,

selanjutnya 3) wewenang merupakan otoritas atau legitimasi bagi para

pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik,

ketika wewenang nihil maka kekuatan para implementator dimata publik tidak

terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses, 4) fasilitas, fasilitas fisik

juga memiliki faktor penting dalam implementasi kebijakan, untuk

melaksanakan tugasnya tanpa adanya fasilitas yang mendukung (sarana dan

prasarana) maka kebijakan implementasi tersebut tidak akan berhasil.

c. Disposisi. Jika pelaksanaaan kebijakan ingin efektif maka para pelaksana

kebijakan bukan harus mengetahui apa hanya yang harus dilakukan tetapi

harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sehingga dalam

prakteknya tidak terjadi bias.

d. Struktur birokrasi. Meskipun sumber daya untuk melaksanakan suatu

kebijakan tersedia, ataupun para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

seharusnya mereka kerjakan dan mempunyai keinginan untuk melakukan,

kemungkinan kebijakan tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapat

kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang komplek menuntut

adanya kerjasama yang banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif

maka akan menghambat sumber-sumber daya untuk menjadi lebih efektif.

2) Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut teori ini dipengaruhi oleh dua variabel

yaitu 1) isi kebijakan, 2) lingkungan implementasi. Variabel isi kebijakan adalah

1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target termuat dalam isi

kebijakan, 2) jenis manfaat yang diterima oleh target, 3) sejauh mana perubahan

yang diinginkan dari sebuah kebijakan, dan yang ke 4) apakah letak sebuah

program sudah tepat. Sedangkan variabel lingkungan adalah 1) mencakup

seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor

yang terlibat dalam implementasi, 2) karateristik institusi dan rejim yang sedang

berkuasa dan 3) tingkat kepatuhan dalam responsive kelompok sasaran.

3. Rantai nilai (valeu chain).

Konsep rantai nilai merupakan peta pemikiran strategis untuk menilai

lingkungan internal organisasi dari serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk

mengklasifikasi, menganalisis kebutuhan sumber daya dalammendukung dan

menghasilkan produk-produk, layanan-layanannya atau jasa(Swayne, et al, 2006).

Dalam pelaksanaan konsep rantai nilai terdiri dari dua unsur utama yaitu:

aktifitas langsung dan aktifitas penunjang yaitu:

Aktifitas langsung. Kegiatan yang terlibat langsung dalam memastikan

aksesnya ke penyediaan dan tindak lanjut untuk pelayanan sehingga memenuhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

perannya dalam rantai nilai. Kegiatan-kegiatan tersebut terbagi atas pra pelayan,

pelayanan dan paska pelayanan.

a. Pra pelayananmenentukan layanan yang dapat menciptakan nilai sebelum

pemberian pelayanan yang sebenarnya, yang terdiri dari:

1) Market/Marketing yaitu menentukan target atau sasaran yang tepat dari

pelayanan.

2) Services offered/Branding yaitu layanan yang ditawarkan dari pelayanan

kesehatan.

3) Promotionmerupakan kegiatan yang memastikan semua elemen yang

diperlukan memberikan layanan kesehatan tersedia di tempat yang tepat

pada waktu yang tepat

4) Distribution/logistic adalah kegiatan dan system yang memfasilitasi

masuknya pasien/pelanggan ke dalam system pelayanan termasuk barang

dan janji pelayanan

b. Pelayanan merupakan Penyediaan pelayanan yang sebenarnya untuk setiap

pasien yang terdiri dari:

1) Clinical Oprerations Quality yaitu kegiatan yang mengkonversi sumber

daya manusia ke dalam pelayanan. Bagi organisasi yang bergerak dibidang

jasa, kualitas pelayanan merupakan faktor yang sangat penting, karena

terjadi langsung kondisi aktivitas jasa yang memenuhi atau melebihi

kebutuhan dari pelanggan (pasien).

2) Patient Satisfaction yaitu kegiatan yang di rancang untuk menentukan

efektifitas atau kepuasan pasien dengan layanan kesehatan yang diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Kepuasan konsumen/pelanggan/pasien merupakan tingkat perasaan setelah

membandingkan antara yang diterima dengan harapannya.

c. Paska pelayanan yang terdiri dari:

1) Follow –up atau tindak lanjut merupakan proses tindak lanjut untuk

melihat sejauh mana kegiatan mencapai tujuan, yang biasanya proses ini di

mulai dari bagian ini kebawah yang melakukan kegiatan follow up adalah

mereka yang mempersiapkan kegiatan dan yang di follow up adalah orang

yang ikut dalam kegiatan dan mempersiapkan kegiatan tersebut melalui,

melalui angket, wawancara/sharing atau dengan mengadakan kegiatan

lanjutan.

2) Billing (penagihan) merupakan system dalam meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pelayanan kesehatan melalui pembayaran dari pihak konsumen

(pasien) kepada penyedia layanan.

Aktifitas penunjang. Kegiatan dalam rantai nilai yang dirancang untuk

membantu efisien dan efektif pelayanan kesehatan meliputi budaya organisasi,

struktur organisasi dan sumber daya.

a. Budaya Organisasi

Pendapat Wibowo (2010) yang mengutip pendapat Robert (1995) tentang

budaya organisasi adalah menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan

keyakinan dan perasaan bersama yang harus diajarkan kepada seluruh anggota

organisasi agar dapat berperilaku teratur dalam organisasi melalui tata nilai-nilai

dan norma-norma. Menurut Robbins dan Judge (2008) budaya organisasi adalah

sebuah system dengan makna yang dianut bersama oleh para anggota yang dapat

membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Budaya organisisi dalam konsep rantai nilai terbagi kepada persepsi

bersama, nilai bersama dan norma perilaku.

1) Persepsi bersama

Menurut pendapat Kreitner dan Kinicki (2010) yang di kutip Wibowo

(2013) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang dapat untuk

memahami dan menginterpretasikan lingkungan sekitar kita.

Menurut Robbins dan Judge (2011) berpendapat bahwa persepsi

merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan mengintepretasikan

tanggapan mereka dengan maksud untuk memberi makna pada lingkungan sekitar

mereka, meskipun yang dirasakan akan berbeda secara substansi dengan realitas

objektifitas.

2) Nilai bersama

Dalam organisasi pandangan terhadap nilai-nilai perlu di pertimbangkan

karena memahami nilai dalam organisasi akan berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam organisasi, karena dengan nilai akan meletakkan dasar untuk

memahami sikap, motivasi serta pengaruh terhadap persepsi manusia.

Nilai merupakan keinginan, atau hasrat seseorang yang dapat ditunjukkan

dengan perilaku mereka menurut Gibson dan Donnelly (2000) yang dikutip dalam

Wibowo (2013)

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun

kelompokyang di lakukan secara bersama-sama selalu membutuhkan

kepemimpinan untuk sukses dan efisiensi suatu kerja. Menurut Rober Hogan

dalam Riani (2011) menyatakan bahwa nilai-nilai dalam kepemimpinan akan

menentukan nilai-nilai budaya dalam suatu organisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Didalam mencapai tujuan Organisasi diperlukannya kepemimpinan yang

kuat dan manajemen yang kuat untuk efektifitas yang optimal. Sifat dari

kepemimpinan efektif adalah cenderung emosional, sehingga kecerdasan

emosional seseorang memerlukan pelatihan yang luar biasa, sehingga bila

seseorang naik dalam suatu organisasi komponen utama yang harus dalam konsep

kecerdasan emosional adalah adalah empati (Robbins, 2015)

3) Norma perilaku

Pemahaman tentang perilaku dalam organisasi yang dapat menciptakan

nilai bagi pasien. Perilaku merupakan semua kegiatan yang dilakukan seseorang

baik berupa mendengarkan, berbicara, berbicara, mendokumentasi laporan,

pegolahan data, membaca buku dan lain-lain (Rivai dan Mulyadi, 2003).

b. Struktur Organisasi

Menurur Robbins dan Judge (2008) struktur organisasi adalah menentukan

pembagian pekerjaan yang dilakukan secara formal melalui pengekelompokkan

danpengkoordinasian.

Struktur organisasi dalam konsep rantai nilai adalah terdiri dari fungsi

organisasi, dan bagian organisasi.

1) Fungsi Organisasi

Dalam Robbin (2001) yang dikutip oleh Sutrisno (2011) menjelaskan

bahwa pertama, fungsi budaya organisasi dapat membedakan antara satu

organisasi dengan organisasi lainnya, kedua, akan dapat memberi satu rasa

indentitas kepada anggotanya, ketiga dapat menumbuhkan komitmen bersama

untuk kepentingan yang lebih luas dan keempat, dapat meningkatkan kemantapan

dalam sistem sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Selanjutnya fungsi organisasi adalah sebagai planning (perencanaan),

Organizing (pengaturan), Accunting (pelaporan) dan Controlling (pengawasan).

Controlling merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi,

untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi

tercapainnya tujuan yang telah di tetapkan. Tanpa ada pengawasan yang baik

tentunya tidak akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula.

Didalam suatu organisasi atau kelompok pengawasan disertai dengan

pembinaan dari posisi yang lebih tinggi kepada tingkat bawahan yang lebih

rendah sangat perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan organisasi kearah yang

lebih baik.

Berbagai penelitian tentang supervisi yang dilakukan menunjukkan bahwa

ada pengaruh supervisi yang dilakukan oleh atasan atau pihak yang mempunyai

posisi tertinggi dalam melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap pencapaian

tujuan kegiatan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan olehTampilang

dkk tentang hubungan supervisi kepala ruangan dengaan kepuasan perawat

pelaksana di RSUD Liunkendage Tahuna bahwa ada hubungan supervisi dengan

kepuasan perawat pelaksana yang di supervisi. Demikian juga penelitian yang

dilakukan oleh Sihotang dkk pada fungsi supervisi kepala ruangan dengan

produktivitas kerja perawat pelaksana di di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi

Medan terdapat ada hubungan yang tinggi antara supervisi yang dilaksanakan

dengan baik oleh kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana.

2) Bagian Organisasi

Beberapa bagian organisasi yang di jelaskan dalam Robbin dan Judge

(2008) adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

a. Struktur sederhana, struktur ini tidak rumit dengan memiliki

departementalitas yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang

tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalitas. Kekuatan dalam

struktur ini adalah kesederhanaan, cepat, fleksibel, tidak mahal untuk

dikelola dan akuntabilitasnya jelas.

b. Birokrasi, dicirikan dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang

dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal,

tugas-tugas di kelompokkan kedalam berbagai departemen fungsional,

wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan

keputusan yang mengikuti rantai komando.

c. Strategi Sumber Daya

Strategi sumber daya merupakan unsur yang sangat penting untuk

mencapai tujuan organisasi. Sumber daya yang menjadi pembahasan dalam

penulisan ini adalah keuangan, tehnolong, informasi dan sumberdaya manusia:

1) Keuangan, diperlukan untuk menyediakan fasilitas, peralatan dan

kompetensi khusus yang diminta oleh pemberi pelayanan kesehatan

2) Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan Individu dengan keterampilan khusus dan berkomitmen

untuk memberikan pelayanan kesehatan.Potensi manusiawi dapat

dijadikan sebagai penggerak dalam organisasi untuk mewujudkan

eksistensinya.

3) Informasi merupakan suatu data yang telah di proses dan diubah menjadi

konteks yang berarti sehingga memiliki makna dan nilai bagi penerimanya

dan bisa digunakan untuk mengambil keputusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

4) Tehnologi dapat berupa Hardware, software, dan system pengolahan

informasi yang diperlukan untuk mendukung pelayanan kesehatan. Istilah

tehnologi dalam Robbin dan Judge (2008) adalah cara sebuah organisasi

mengubah input menjadi output.

Sehingga dari beberapa teori implementasi kebijakan diatas, teori konsep

rantai nilai dapat dijadikan sebagai salah satu konsep implementasi program yang

dianggap tepat untuk melihat pelaksanaan dan dukungan penunjang dalam

kegiatan penggunaan buku KIA sebagai konsep strategi internal organisasi dalam

melakukan pelayanan (Swayne, et al, 2006).

Landasan Teori

Implemantasi merupakan pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan.

Pengimlementasi program atau kebijakan untuk mencapai tujuannya dapat di

sebabkan oleh Karakteristik pengguna pelayanan dalam mencari pelayanan

kesehatan seperti pendapat (Anderson dan Anderson, 1979) yang di kutip oleh

Notoatmojo (2010), yaitu 1) karakteristik predisposisi, 2) krakteristik pendukung,

dan 3) karakteristik kebutuhan). Selanjutnya strategi internal organisasi dari

serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk dapat memahami perubahan sumber

daya melalui proses untuk menghasilkan produk atau jasa sesuai dengan tujuan

organisasi seperti 1) aktifitas langsung yang terdiri dari pelayanan, pelayanan dan

paska pelayanan, 2) aktifitas penunjang yang terdiri dari budaya organisasi,

struktur organisasi dan sumber daya yang di populerkan oleh (Porter, 1985) dalam

(Swayne, 2006). Untuk menjelaskan landasan teori dari implementasi

pemanfaatan buku KIA melalui skema landasan teori seperti diuraikan di bawah

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Input Proses Output OutCome

Gambar 1. Landasan teori

Sumber: (Anderson dan Anderson, 1979) dalam Notoatmojo (2010), Porter (1985)

dalam Swayne (2006)

Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini untuk melihat proses implementasi

dalam pemanfaatan buku KIA mulai dari input yang terdiri dari pemanfaatan buku

KIA, selanjutnya proses pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari aktifitas langsung

(pra pelayanan, pelayanan dan paska pelayanan) serta aktifitas penunjang dalam

Pemanfaatan

buku KIA

Cakupan

Kunjungan ibu

hamil, bayi dan

balita

Strategi internal organisasi

dalam Proses pelayanan

kesehatan.

1. Aktifitas Langsung

Pra Pelayanan

Pelayanan

Paska pelayanan

2. Aktifitas Penunjang

Budaya Organisasi

Struktur organisasi

Sumber daya

Faktor yang

mempengaruhi

penggunaan layanan

kesehatan

1. Karakteristik

predisposisi

a. Umur

b. Pengetahuan

c. Pekerjaan

d. Sosial ekonomi

2. Karakteristik

pendukung

a. Tenaga kesehatan

b. Sarana prasarana

c. Sumber daya

masyarakat

d. Organisasi

pelayanan

3. Karakteristik

kebutuhan

AKI /AKB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

untuk mendukung pelaksanaan kegiatan (dukungan kepala puskesmas, supervisi

penanggung jawab program dan sarana prasarana), kemudian melihat output

dalam kegiatan adalah cakupan kunjungan ibu hamil, bayi dan balita serta

outcome adalah AKI/AKB. Maka dibuatlah gambaran kerangka pikir seperti

gambar di bawah ini:

Input Proses Output

Gambar 2. Kerangka pikir

Pemanfaatan

buku KIA

1. Sumber

Daya

Manusia

2. Sarana/

prasarana

Cakupan

Kunjungan ibu

hamil, bayi dan

balita

Strategi internal organisasi dalam

Proses pelayanan kesehatan

1. Aktifitas Langsung

a. Pra

Pelayanan(sasaran,distribusi/

logistik, promosi, persiapan

kelas ibu hamil kelas ibu

balita, posyandu)

b. Pelayanan (Standar ANC,

Pelayanan bayi/balita,

pencatatan)

c. Paska pelayanan (kunjungan

ibu hamil/balita)

2. Aktifitas Penunjang

a. Dukungan kepala Puskesmas

b. Supervisi penanggung jawab

program

c. Sarana prasarana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi penelitian kualitatif

fenomenologi yang bertujuan untuk mengaplikasikan dan mengungkapkan

kesamaan makna yang menjadi esensi dari sebuah konsep atau fenomena, berupa

pengalaman subjektif dan kesadaran dari perpektif seseorang dalam pelaksanaan

pemanfaatan buku KIA yang terdiri dari aktifitas langsung dalam pemberian

pelayanan pada pemanfaatan buku KIA melalui kegiatan pra pelayanan,

pelayanan, paska pelayanan serta aktifitas penunjang dalam pelaksanaan kegiatan

meliputi budaya organisasi, struktur organisasi dan sumber di wilayah kerja

Puskesmas terpencildi Kabupaten Bireuen.

Berdasarkan pendapat diatas maka dalam penelitian fenomenologi, peneliti

harus menuju ke lokasi penelitian yakni wilayah kerja Puskesmas terpencil di

Kabupaten Bireuen yang terdiri dari Puskesmas Makmur, Puskesmas Peusangan

Siblah Krueng, Puskesmas Peusangan Selatan dan Puskesmas Juli satu untuk

mengamati fenomenologi dalam pelaksanaan pemanfaatan buku KIA. Peneliti

berperan sebagai key instrument yang langsung ke lokasi penelitian untuk

melakukan wawancara mendalam (indepthinterview) dengan ibu hamil, ibu balita,

Bidan desa, Koordinator KIA Puskesmas, Kepala Puskesmas, Kader Posyandu

dan Kasie KIA/GIZI Kabupaten Bireuen, atau sumber lain yang mendukung

dalam penelitian ini serta observasi pada kegiatan implementasi buku KIA.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di empat puskesmas terpencil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

di wilayah Kabupaten Bireuen yaitu Puskesmas Peusangan Selatan, Puskesmas

Siblah Krueng, Peusangan Makmur dan Puskesmas Juli satu yang juga merupakan

Puskesmas dengan rawat inap dengan PONED dengan pertimbangan: mayoritas

karakteristik ibu hamil berpendidikan dan sosial ekonomi rendah,akses pelayanan

yang jauh dari fasilitas kesehatan tingkat dua.

Waktu penelitian. Penelitian ini akan berlangsung mulai tanggal

dikeluarkan surat keputusan pembimbing tanggal 05 November 2018 sampai

dengan Agustus 2019 dengan kegiatan mulai dengan pengajuan judul,

penelusuran perpustakaan, seminar proposal, penyusunan hasil penelitian, seminar

hasil dan ujian komprehensif

Informan Penelitian

Subjek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

informan yang terdiri dari ibu hamil/ibu balita sebagai penerima layanan

kesehatan, kader Posyandu dan bidan desa sebagai pemberi pelayanan langsung

dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA, Koordinator KIA, Kepala Puskesmas dan

Kepala Seksi (Kasie) KIA GIZI Kabupaten Bireuen sebagai bagian dalam

organisasi kesehatan yang mendukung pelaksanaan kegiatan.

Teknik pemilihan informan. Pemilihan informan-informan dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, purposive sampling

(bertujuan) yaitu teknik pengambilan sampel sumber daya dengan pertimbangan

tertentu. Dipilih informan tersebut dengan pertimbangan dapat memberikan

informasi yang dibutuhkan untuk hasil penelitian dengan jumlahnya adalah 21

informan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Definisi Konsep

1. Pra pelayanan adalah seluruh persiapan sebelum pelaksanaan pelayanan yang

digunakan dalam proses penyelenggaraan pemanfaatan buku KIA mulai dari

menentukan sasaran ibu hamil, bayi dan balita, menentukan kebutuhan buku

KIA, persiapan layanan yang diberikan kepada ibu hamil, bayi dan balita

(Posyandu, kelas ibu hamil dan kelas ibu balita), dan kegiatan promosi.

2. Pelayanan adalah pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA meliputi

kualitas pelayanan ANC, dan pelayanan kesehatan bayi dan balita (SDIDTK)

serta pencatatan pelayanan dalam buku KIA.

3. Paska pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan

(kader, bidan desa, koordinator KIA) dalam rangka menetapkan hasil

kegiatan, berupa evaluasi dari pelayanan yang telah di berikan meliputijumlah

kunjungan ibu hamil, bayi dan balita yang hadir serta hasil pelayanan yang di

temukan dalam kegiatan dan menentukan perencanaan kegiatan lanjutan

untuk pelayanan selanjutnya.

4. Budaya organisasi melalui dukungan kepala puskesmas dalam pelaksanaan

kegiatan pemanfaatan buku KIA untuk menciptakan keyakinan dan harapan

dalam pencapaian tujuan pelayanan.

5. Struktur organisasi adalah pembagian pekerjaan menurut kompetensi dan

memiliki rantai komando dalam pengambilan keputusan terhadap

pelaksanaan pemanfaatan buku KIA, melalui supervisi pemegang program

(KIA/GIZI/PROMKES/IMUNISASI) dalam kegiatan posyandu/kelas ibu

hamil/kelas ibu balita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

6. Sumber daya manusia adalah pelaksana dalam pemanfaatan buku KIA,

melalui motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan ANC

dan kepatuhan pencatatan buku KIA.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data. Jenis data dalam penelitian ini di gunakan

dua sumber data yaitu:

1. Data primer

Pada penelitian ini data primer yang diperoleh melalui:

a. Observasi/pengamatan tentang apa yang diperoleh terkait pelaksanaan

kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA pada ibu hamil, bayi dan balita

untuk mendukung pengumpulan data yang mungkin ada kekeliruan

dengan data yang sudah didapatkan seperti persiapan pelaksanaan kegiatan

pelayanan (posyandu/kelas ibu hamil) yang terdiri dari perencanaan

kegiatan dan ketersediaan alat yang mendukung dalam kegiatan, pelayanan

ANC yang sesuai standar, pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita,

serta pencatatan dengan menggunakan buku KIA.

b. Wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan kepada informan yang dijadikan objek penelitian

menggunakan pedoman wawancara (interview Guideline) untuk

mendapatkan informasi tentang aktifitas langsung dalam proses

pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari pra pelayanan, pelayanan dan paska

pelayanan, serta aktifitas penunjang yang mendukung pelaksanaan

pelayanan.

2. Data sekunder

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui dokumentasi yaitu

pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada

dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian

seperti peraturan, pernyataan suatu lembaga masyarakat, pengumuman, instruksi,

laporan, memo dan lain sebagainnya.

Intrumen penelitian. Sesuai dengan karakteristik penelitian Kualitatif

yaitu instrument penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam

(Indepth Interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur

disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang

disampaikan menggunakan alat bantu berupa voice recorder, notes, alat tulis, dan

juknis buku KIA.

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Data yang terkumpul dari hasil wawancara mendalam

selanjutnya di buat dalam bentuk transkrip, yang selanjutnya disederhanakan

dalam bentuk matriks. Matriks ini kemudian di cari kata kuncinya. Kunci

keabsahan dilakukan dengan tehnik triangulasi data. Proses triangulasi yaitu

melakukan dengan crosscheck. Crosschech yang dilakukan terdiri dari data

observasi dan telaah dokumen, kemudian dilakukan triangulasi sumber yaitu

crosscheck dengan informan lain dengan melibatkan teman sejawat atau tokoh

masyarakat yang tidak ikut dalam penelitian ini untuk menelaah validasi data.

Proses triangulasi dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah

tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu di konformasi

kepada informan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Analisis data. Analisis data adalah proses mengorganisasikan data dan

menguraikan data dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Aktifitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber (observasi, wawancara, dokumentasi).

Komponen dalam analisis data menurut Miles dan Hurberman (1992) dalam

Sugiono (2016) adalah:

Reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan membuat rangkuman hal-

hal yang pokok, inti, proses dan pernyataan-pernyataan untuk menajamkan,

mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

Paparan data (data display). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif yang mudah di

fahami.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dari temuan semua data yang

diperoleh sebagai hasil penelitian untuk mencari atau memahami arti, ketentuan,

penjelasan dan alur sebab. Verifikasi dilakukan pada kegiatan-kegiatan

sebelumnya untuk meyakinkan peneliti dalam penarikan kesimpulan yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi

jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan dari

penelitian yang mencakup gambaran umum wilayah penelitian dan gambaran

implementasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja puskesmas terpencil di

Kabupaten Bireuen

Gambaran Umum Kabupaten Bireuen

Gambaran umum tentang wilayah penelitian diperlukan untuk memberikan

pemahaman tentang lokasi dan permasalahan yang akan di teliti. Berikut akan

diberikan gambaran mengenai wilayah kerja Kabupaten Bireuen berserta

puskesmas terpencil yang menjadi lokus dalam penelitian ini.

Lokasi dan geografis. Kabupaten Bireuen merupakan salah satu

kabupaten yang terletak di daerah wilayah Provinsi Aceh dengan letak antara 960

19‟BT-960 54‟Bt dan 40 53‟LU-50 16‟LU dengan luas wilayah 1.901,2 Km2

yang terdiri dari 18 kecamatan, 20 UPTD Puskesmas dan 609 desa.

Batas wilayah. Batas wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebelah utara

berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Pidie Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah.

Peta wilayah Kabupaten Bireuen dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Bireuen

Kependudukan dan kepadatan. Salah satu masalah kependudukan di

Kabupaten Bireuen adalah penyebaran yang tidak merata, karena berkaitan

dengan daya dukungan lingkungan (luas wilayah) yang tidak seimbang antara

kota dengan perdesaan. Jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen tahun 2018

adalah 461.726 jiwa berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bireuen dengan

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 225.920 jiwa dan

perempuan sebanyak 235.806 jiwa.

Kabupaten Bireuen yang luas wilayahnya sekitar 1.901,21 km persegi

dengan jumlah penduduk yang terbanyak adalah kecamatan Peusangan sebanyak

56.110 Jiwa. Kepadatan penduduk ada di Kecamatan Kota Juang dengan 1.677,12

per km2

dan daerah yang terendah adalah kecamatan Peudada yaitu sekitar 72.77

per km2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Sarana kesehatan. Keberadaan sarana kesehatan dapat mempengaruhi

derajat kesehatan di suatu daerah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan sebagai

alat tempat untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif

maupun preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dan masyarakat.

Sarana kesehatan tingkat primer (primary care) atau disebut pelayanan

tingkat pertama yang melayani pelayanan kesehatan dengan kasus-kasus ringan

seperti saranan Puskesmas, praktek dokter dan sebagainya. Sarana pelayanan

tingkat dua (secondary care) merupakan pelayanan kesehatan rujukan tingkat dua

yang merupakan pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus penyakit dari pelayanan

primer, yang mencakup puskesmas rawat inap, RS Kabupaten, RS Tipe C atau RS

Tipe D serta RS Bersalin. Sarana prasaranan tingkat tiga (tertiary care) yang

merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-

penyakit dari pelayanan kesehatan tingkat dua.

Tabel 1

Jumlah Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan Jumlah Keterangan

Primary care

Posyandu pratama

Madya

Purnama

Mandiri

53

453

112

3

Secondary care

Puskesmas

RS Tipe

20

6

Tertiary care

RS Tipe B

1

Data: Dinkes Bireuen Tahun 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah seseorang yang

mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan di bidangnya untuk dapat melakukan tugasnya dan memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan menurut UU nomor 36 tahun

2014 tentang tenaga kesehatan.

Tabel 2

Jumlah Rasio Jenis Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan Jumlah

tenaga

(orang)

Rasio per 100.000

penduduk

Target rasio per

100.000

penduduk

Dokter spesialis 39 7.943 11

Dokter umum 116 25.59 45

Dokter Gigi 22 4,854 13

Perawat 735 162,17 180

Bidan 665 146,7 120

Perawat Gigi 44 9,708 18

Apoteker 32 6,839 12

Asisten Apoteker 93 20,519 24

SKM 124 27,5192 16

Sanitarian 50 11,03 18

Gizi 50 11,031 14

Keterampilan Fisik 48 10,59 5

Keteknisan Medis 144 31,77 16

Data: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2017

Jumlah rasio tenaga bidan di Kabupaten Bireuen adalah 665 orang dengan

rasio 146,7 per 100.000 penduduk, ini lebih tinggi dari standar UU Kesehatan

tahun 2014 tentang ketenaga kerjaan yaitu 120 per 100.000 penduduk.

Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD). Menurut Qanun Kabupaten

Bireuen Nomor 3 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat Daerah

Kabupaten Bireuen. Unit Pelaksanan Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) yang berada langsung dibawah koordinasi Dinas Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan dibidang

kesehatan masyarakat dan melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas)

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen berdasarkan kriterianya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3

UPTD Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen

Puskesmas Status Puskesmas Ket

Puskesmas Samalanga

Puskesmas Simpang Mamplam

Puskesmas Pandrah

Puskesmas Jeunieb

Puskesmas Plimbang

Puskesmas Peudada

Puskesmas Jeumpa

Puskesmas Kota Juang

Puskesmas Kuala

Puskesmas Juli-2

Puskesmas Juli

Puskesmas Peusangan

Peusangan Selatan

Puskesmas Peusangan Siblah Krueng

Puskesmas Jangka

Puskesmas Cot Iju

Puskesmas Kuta Blang

Puskesmas Makmur

Puskesmas Gandapura

Puskesmas Mon Keulayu

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Biasa

Terpencil

Terpencil

Terpencil/Sgt Terpencil

Terpencil

Terpencil/Sgt Terpecil

Terpencil/Sgt Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil

Terpencil/Sgt Terpencil

Terpencil

Terpencil

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

PONED

Sumber. Renstra 2018-2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen Tahun 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar4. Jarak Tempuh Puskesmas Wilayah Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambaran umum puskesmas. Puskesmas terpencil dan sangat terpencil

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen terrdiri dari empat

puskesmas yaitu Puskesmas Makmur, Puskesmas Peusangan Siblah Krueng,

Puskesmas Peusangan Selatan dan Puskesmas Juli yang merupakan lokus dari

penelitian ini. UPTD puskesmas terpencil dan sangat terpencil yang berada di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dapat digambarkan melalui

tabel di bawah ini:

Tabel 4

Gambaran Umum Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil

Puskesmas Jarak ke

Pusat Kota

(km)

Luas

wilayah

(km2)

Jumlah

penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(km2)

Makmur

Peusangan Siblah

Krueng

Peusangan Selatan

Juli 1

33,2

24.2

15.2

16.2

66.5

76.6

106.3

226,0

16.481

12.399

15.523

34.103

247.72

161.82

145.99

160.80

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2018

Keempat puskesmas terpencil dan sangat terpencil tersebut adalah

mempunyai karakteristik yang dapat di generalisasikan yaitu perekonomian

masyarakat melalui aktifitas pertanian, rata-rata sumber daya manusia dengan

tingkat pendidikan rendah di karenakan sarana prasarana pendidikan yang kurang

maksimal, letak geografis yang sulit yaitu daerah pegunungan, unsur kebudayaan

yang masih kental, serta sangat menjunjung tinggi kekeluargaan dan religius.

Penyajiaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis implementasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

pemanfaatan buku KIA dan hambatannya di wilayah Kerja Puskesmas terpencil

Kabupaten Bireuen, maka pada sub bab ini akan di sajikan hasil penelitian berupa

karakteristik informan dan data hasil penelitian yang diperoleh baik melalui

wawancara langsung dan observasi (data primer) serta melalui studi dokumentasi

(data skunder). Hasil penelitian dari kegiatan wawancara direkam lalu dicatat

dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan

menfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih

tajam. Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambaran umum informan dan pengalaman peneliti. Hasil penelitian

yang dilakukan di 4 wilayah kerja puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen ini

di sajikan dalam penjabaran di bawah ini.

Karakteristik Informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari

informan penerima layanan yaitu ibu hamil dan ibu balita, informan pemberi

pelayanan langsung yaitu bidan desa, koordinator KIA Gizi, dan informan

pendukung yaitu Kepala Puskesmas dan Kasie KIA Gizi Kabupaten, karakteristik

informan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Gambaran pemanfaatan buku KIA. Sebagaimana tujuan dalam

penelitian ini, peneliti ingin melihat langsung pelaksanaan kegiatan dan menggali

pengalaman dari informan mengenai pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil, ibu

bayi, ibu balita, serta peran tenaga kesehatan, dukungan pimpinan dan apa saja

yang menjadi hambatan dalam kegiatan tersebut yang telah terangkum dari semua

tahapan dalam alur desain penelitian yang terdiri dari input proses dan output.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 5

Karakteristik Informan

Nama Informan Pendidikan Pekerjaan/status

Informan (A)

Informan (B)

Informan (C)

Informan (D)

Informan (E)

Informan (F)

Informan (G)

Informan (H)

Informan (J)

Informan (K)

Informan (L)

Informan (M)

Informan (N)

Informan (O)

Informan (P)

Informan (Q)

Informan (R)

Informan (S)

Informan (T)

Informan (U)

Informan (V)

Informan (W)

SMP

SMA

SMP

SMP

SMA

SMP

SMP

SMP

D III

D III

D III

D III

D III

D III

D III

SKM

Dokter

SKM

S2

SKM

D III

D III

Ibu hamil (Desa Suka Ramai)

Ibu hamil (Desa Abeuk Budi)

Ibu hamil (Desa Cot Awe Bate)

Ibu hamil (Desa Balee Panah)

Ibu hamil (Desa Uteuen Raya)

Ibu Bayi (Desa Cot Awe Bate)

Ibu bayi (Desa Uteuen Raya)

Kader (Desa Suka Ramai)

Bides (Bale Panah)

Bides (Abeuk Budi)

Bides (Cot Awe Bate)

Bides (Mata Ie)

KoorKIA (Juli)

KoorKIA (Psgn Siblah Krueng)

PJ gizi (Kabupaten)

Kapus (Psgn Selatan)

Kapus (Makmur)

Kapus (Psgn Siblah Krueng)

Kasie KIA/GIZI (Kabupaten)

Kapus (Juli)

KoorKIA (Psgn Selatan)

Bides (Uteuen Raya)

Sumber: Data Hasil Penelitian 2019

Implementasi pemanfaatan buku KIA di Kabupaten Bireuen terlihat

masih belum Optimal. Ini berdasarkan dari temuan-temuan hasil penelitian di

lapangan baik berupa hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi

dilapangan. Buku KIA belum dijadikan sebagai media utama KIE bagi kesehatan

ibu dan anak, selanjutnya pengisian buku KIA hanya terbatas pada kelengkapan

informasi indentitas ibu hamil, pencatatan pemeriksaan antenatal care, dan

pencatatan informasi melahirkan, serta pencatatan pada identitas bayi baru lahir,

sedangkan untuk pencatatan kesehatan balita masih belum maksimal seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

pencatatan pemantauan Skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

Untuk memudahkan penjelasan hasil penelitian ini, peneliti membuat

skema dalam mengoptimalisasikan implementasi pemanfaatan buku KIA di

wilayah kerja puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen yang dapat dilihat pada

gambar 4 di bawah ini.

Gambar 5. Skema hasil penelitian

Selanjutnya akan dijabarkan tentang skema hasil penelitian yang terdiri

dari empat tema yaitu pertama sarana dan prasarana yang terdiri dari ketersediaan

buku KIA dan kondisi tempat pelayanan, kedua sumber daya manusia yang terdiri

dari kompetensi dan motivasi tenaga kesehatan, ketiga peran puskesmas yang

terdiri dari evaluasi program, dukungan pimpinan dan supervisi dan yang keempat

Optimalisasi

Implementasi

Pemanfaatan buku

KIA

Sumber daya manusia

1. Motivasi tenaga kesehatan

2. Kompetensi tenaga kesehatan

Peran Puskesmas

1. Evaluasi Program

2. Dukungan Pimpinan

3. Supervisi

Sarana prasarana

1. Ketersediaan Buku KIA

2. Kondisi Tempat pelayanan

Masyarakat

1. Karakteristik

2. Motivasi kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

adalah masyarakat yang terdiri dari karakteristik masyarakat dan motivasi

kebutuhan.

Sarana dan Prasarana

Berikut ini adalah penjelasan mengenai sarana dan prasarana yang terdiri

dari keterrsediaan buku KIA dan kondisi tempat pelayanan yaitu posyandu dan

kelas ibu hamil. Yang dimaksud dengan ketersediaan buku KIA adalah

penyediaan buku KIA yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan

dicetak oleh kementerian kesehatan RI tahun 2016 yang lebih dikenal oleh ibu

hamil dengan sebutan buku pink.

Pertanyaan yang digunakan untuk sub tema ketersediaan buku KIA

adalah “bagaimana tentang logistik dan pendistribusian dalam kegiatan

penggunaan buku KIA”. Selanjutnya pertanyaan untuk subtema kondisi tempat

pelayanan adalah melalui observasi tentang ketersediaan dan kondisi tempat

pelayanan dalam mendukung pelayanan kesehatan seperti tersedianya tempat dan

alat untuk pemeriksaan ibu hamil berupa ruangan pemeriksaan antenatal, alat

pemeriksaan timbangan berat badan, spignomonometer, tablet tambah darah,

vaksin toksoid tetanus, alat pemeriksaan protein urine, dan Hb dan peralatan untuk

tumbuh kembang bayi seperti pita ukur lingkar kepala, bahan permainan deteksi

tumbuh kembang, dacin, mocrotois.

Hasil penelitian yang terkait dengan tema sarana dan prasarana yang

terdiri dari ketersediaan buku KIA dan tempat pelayanan dapat dilihat pada tabel 6

dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 6

Matrik Informan yang Menyatakan Ketersediaan Buku KIA dan Kondisi Tempat

Pelayanan

Tema Sub tema Pernyataan informan

Sarana

Ketersediaan

dan

pendistribusi

an buku KIA

belum tepat

waktu

Buku KIA kurang penyediaannya disebabkan

memang dari kementerian kesehatan yang

kurang buku KIA yang kami terima, data tahun

2017 permintaan buku KIA dari Dinkes Bireuen

sebanyak 9.971 buah sedangkan yang kami

terima hanya 7.810 untuk tahun 2018

permintaan buku KIA 10.043 yang di terima

11.089. itu pun di terima pada bulan oktober

2018 sehingga pendistribusian di berikan kepada

ibu hamil tahun 2018, sedangkan sisanya adalah

untuk tahun 2019, bila stok buku KIA dilapangan

tidak mencukupi, maka sementara difotocopi

supaya data tidak hilang dan nanti akan

dipindahkan kebuku sesuai standar bila sudah

ada, bisa menggunakan dana desa (informan T)

Buku KIA yang telah kami terima kemarin di bulan

oktober 2018 kami berikan kepada ibu hamil

yang terhutang buku KIA, sehingga sisa dari

penyediaan buku KIA akan di berikan kepada

ibu hamil pada sasaran tahun 2019, namun bila

buku KIA tidak cukup maka kami akan

melaporkan ke kepala puskesmas dan kami akan

fotokopikan sejumlah ibu hamil yang belum

mendapatkan buku (informan N)

Persediaan buku KIA cukup untuk sasaran tahun

2018 yang di terima pada bulan oktober 2018 ,

untuk sasaran 2019 di gunakan sisa dari stok

tahun 2018, bila stok habis maka buku KIA

terhutang dan difotocopi dengan dana

puskesmas (informan O)

Stok buku KIA mencukupi, karena jumlah ibu hamil

sudah terdata, dan tidak ada laporan tentang

kekurangan buku KIA (informan S)

Tidak mempunyai masalah pendistribusian buku

KIA, karena di antisipasi dengan meminta ke

dinas bila memang buku kurang persediaannya

(informan R)

Tidak mungkin dilakukan pemeriksaan ANC karena

tidak ada ruangannya (informan L)

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 6

Matrik Informan yang Menyatakan Ketersediaan Buku KIA dan Kondisi Tempat

Pelayanan

Tema Sub tema Pernyataan informan

Kondisi Tempat

pelayanan

yang belum

memadai

untuk

mengopimal

kan

pelayanan

Hana mungken di lakukan pemeriksaan bak ibu

hamil karena di meunasah lagi pula hana

sampiran dan ruangan (tidak mungkin dilakukan

pemeriksaan pada ibu hamil karena di meunasah,

lagi pula tidak ada rungan ataupu sampiran

penutup) (informan O)

Ibu hamil kami periksa di sini, namun untuk

pemeriksaan SDIDTK tidak kami lakukan,

karena itu dilakukan oleh penanggung jawab

SDIDTK Kabupaten (informan W)

kegiatan sudah terintegrasi dengan desa, seperti

persediaan mikrotois, timbangan, media KIE

anak, bisa menggunakan dana desa karena

dinkes tidak lagi menyediakan (informan P)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan di atas terkait tema

sarana dan prasarana selanjutnya dibahas lebih lengkap berikut ini dengan

menambahkan hasil observasi di lapangan selama mengikuti pelayanan kegiatan.

Ketersediaan buku KIA. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada

kegiatan di posyandu maupun kelas ibu sebagai salah satu tempat pelayanan

dalam pemanfaatan buku KIA terlihat bahwa ketersediaan buku KIA masih

menjadi masalah. Hal tersebut di benarkan dengan fakta yang di temui di lapangan

berdasarkan wawancara dan dokumentasi bahwa penyediaan buku KIA untuk

tahun 2018 baru tersedia dan di bagikan kepada ibu hamil yaitu pada bulan

Oktober 2018.

Padahal ketersediaan Buku KIA merupakan salah satu hal mutlak untuk

pelaksananan kegiatan tersebut meskipun ada dari informan yang tenyatakan

bahwa tidak ada masalah pada ketersediaan buku KIA ini hanyalah semata tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

ada laporan dari pihak pengelola program keterkaitan pengadaan buku KIA.

Namun menyikapi persoalan ketersediaan buku KIA dari hasil wawancara

dengan beberapa informan terkait stok buku KIA tidak menjadi sebuah masalah

dikarena mereka bisa menanggulanginya dengan menfotokopi buku KIA sejumlah

buku yang kurang pada ibu hamil, dan akan di ganti dengan buku KIA yang

sesuai dengan standar bila buku KIA sudah ada.

Hal tersebut bisa menjadi solusi terdapat masalah pada ketersediaan buku

KIA untuk mencegah kehilangan pencatatan data kesehatan ibu hamil. Namun

apakah hal tersebut menjadi efisien mengingat pencacatan akan dicatat kembali

kedalam buku KIA yang terstandar bila buku KIA tersedia dari kementerian

kesehatan.

Selanjutnya kementerian kesehatan melalui peraturan menteri Nomor

284/MENKES/SK/III/2004 tentang buku KIA dijelaskan bahwa penyediaan buku

KIA dalam pengadaan dan pendistribusian buku KIA selain tanggung jawab

pemerintah pusat juga merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota

oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bireuen juga mempunyai tanggung jawab

untuk penyediaan buku KIA. Sehingga perlu menjadi pertimbangan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Bireuen untuk mengusulkan pada Rencana Usulan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Melihat akan pentingnya buku KIA maka sangatlah tepat bila buku KIA di

jadikan sebagai media yang utama dan murah dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam

mengenal dan mewaspadai akan kesakitan dan kegawatdaruratan pada ibu hamil,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

bayi baru lahir dan balita, sehingga pada akhirnya dengan penggunaan buku KIA

yang tepat dapat menyumbang penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.

Buku KIA secara garis besar terdapat dua elemen penting yaitu sebagai

media informasi dan media pencatatan (monitoring) di keluarga dan masyarakat,

sehingga dengan penggunaan buku KIA yang tepat akan mengintegrasikan

beberapa pencatatan kesehatan ibu dan anak dari awal ibu hamil sampai dengan

anak berusia enam tahun.

Belajar dari pengalaman negara lain seperti Jepang yang menjadikan buku

KIA sebagai alat promosi kesehatan sehingga dapat menekan angka kematian bayi

di negara mereka menjadi 2.6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan

masih terus menurut dari angka 76 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1947,

angka ini bahkan di bawah tingkat angka kematian di Amerika Serikat yaitu 6.8

per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

Penerapan buku KIA di negara Jepang di gunakan secara efektif yaitu,

pertama buku KIA sebagai buku catatan bersama oleh kedua orang tua dan

penyedia layanan kesehatan untuk memantau kesehatan ibu dan anak yang berisi

record informasi kondisi ibu selama hamil seperti ukuran tubuh, tekanan darah,

gula kemih, protein urea dan data lainnya serta catatan vaksinasi dan riwayat

kesehatan seluruh anak balita. Kedua informasi untuk menambah pengetahuan

orang tua untuk membaca dan mengikuti selama kehamilan dan awal dari

pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan peran dari tenaga kesehatan untuk

memberi panduan serta mendidik orang tua dapat mengevaluasi dan mengambil

keputusan bila ada tanda-tanda awal penyakit sehingga dapat mencari bantuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

medis lebih cepat, sehingga memungkinkan untuk pengobatan lebih cepat dari

anak-anak yang sedang sakit.

Sebagai gambaran untuk kebutuhan dan ketersediaan buku KIA tahun

2018 di wilayah kerja puskesmas terpencil dapat di lihat pada tabel di bawah ini

Tabel 7

Ketersediaan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil

Puskesmas Stok Buku

KIA

(Jumlah)

Jumlah sasaran Ibu

hamil (orang)

Puskesmas Juli

Puskesmas Makmur

Peusangan Selatan

Puskesmas Peusangan Siblah Krueng

335

350

338

270

329

358

329

244

Sumber. Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen 2018

Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa persediaan buku KIA pada

tahun 2018 hanya cukup untuk sejumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2018 saja,

selanjutnya untuk persediaan ibu hamil pada tahun 2019 hanya tersedia dari sisa

persediaan tahun 2018.

Pelaksanaan kebijakan dalam hal ini adalah program penggunaan buku

KIA akan optimal bila di dukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana maka hal

tersebut perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatan kualitas

pelayanan ibu dan anak kedepan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Oktariana

dkk (2015) tentang penyediaan buku KIA sebagai alat bantu yang sangat penting

untuk pemantauan, dokumentasi dan peningkatan pengetahuan bagi kesehatan

bagi ibu dan anak.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2013)

tentang kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

melakukan perawatan kehamilan, bahwa secara statistik terdapat hubungan yang

signifikan terhadap kepemilikan buku KIA terhadap pengetahuan dan sikap ibu

hamil dalam melakukan perawatan kehamilan dengan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Gustikawati dkk pada

penggunaan alat kontrasepsi implant bahwa, ketersediaan alat kontrasepsi dapat

mendukung dalam pelayanan KB sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk

mengakses ke pelayanan kesehatan.

Tersedianya buku KIA dan dimanfaatan secara optimal di harapkan dapat

meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang kesehatan ibu dan

anak, di samping juga sebagai media monitoring pencatatan riwayat kesehatan ibu

hamil dan anak balita dengan tujuan utamanya adalah dapat menurunkan angka

kematian ibu dan anak.

Kondisi tempat pelayanan. Prasarana lainnya untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan dalam mengoptimalisasi pemanfaatan buku KIA

adalahkondisi tempat pelayanan sebagai bagian dari tempat pemeriksaan antenatal

untuk ibu hamil.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan dapat di ketahui

bahwa belum maksimalnya pelayanan ibu hamil, bayi dan balita yang di berikan

pada kegiatan posyandu maupun kelas ibu dikarenakan kondisi tempat pelayanan

yang tidak memungkinkan untuk melakukan pelayanan pada ibu hamil. Tempat

pelayanan mayoritas dilakukan di meunasah di ruangan terbuka tanpa di lengkapi

dengan ruangan tempat untuk pemeriksaan bagi ibu hamil, ataupun tidak ada

tersedianya penutup (kain pembatas) sebagai ruangan tempat pemeriksaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

menjadi salah satu hambatan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan

sesuai standar kepada ibu hamil.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak diperlukan

sebagai bentuk upaya dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

anak, salah satunya adalah dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang

mendukung dalam pelaksanaan kegiatan.Kelengkapan sarana dan prasarana

merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan Kualitas pelayanan

kesehatan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiani bahwa besarnya

pengaruh sarana dan prasarana terhadap kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pasien memberi gambaran bahwa dengan pendayagunaan sarana prasarana secara

efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga akan

menciptakan kepuasan pada pasien.

Selanjutnya untuk persediaan alat maupun bahan yang mendukung dalam

pelaksanaan kegiatan posyandu dan kelas ibuseharusnya semua desa harus

terpenuhi karena pihak dinas kesehatan sudah menyediakannya semua

perlengkapan untuk kebutuhan pelayanan baik itu di posyandu maupun kelas ibu.

Bila melihat pada pernyataan dari pengelola program gizi kabupaten dapat

diambil kesimplan bahwa tidak ada lagi alasan bagi desa dalam pelaksanaan

kegiatan dan solusi untuk menanggulangi permasalahan yang bisa mereka lakukan

adalah melalui penggunaan dana desa, sehingga mestilah mengintegrasikan

seluruh kegiatan didesa dengan kepala desa sebagai bagian penanggung jawab

dana desa agar dapatmeningkatan kualitas pelayanan bagi ibu dan anak.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winangsih pada

pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja di ketahui bahwa ada faktor yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

menghambat didalam pemanfaatan layanan PKPR yaitu sarana prasarana yang

kurang lengkap seperti tidak adanya ruang konseling khusus, kapasitas ruangan

yang tidak memenuhi, minimnya tenaga kesehatan dan dana untuk kegiatan serta

sikap petugas yang kurang ramah.

Ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan kegiatan

sangat perlu di perhatikan. Sarana merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat

untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana adalah segala yang

menunjang untuk terlaksananya suatu proses kegiatan sehingga hasil akhirnya

adalah untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tema kedua dalam pengoptimalan pemanfaatan buku KIA adalah SDM.

SDM merupakan salah satu sumber daya penting dalam organisasi untuk

mencapai tujuannya yang menjadikan peran manusia sebagai daya kompetitif

yang dapat membedakannya dengan organisasi (Bangun, 2012).

Subtema SDM dalam pembahasan adalah ini terdiri dari motivasi dan

kompetensi tenaga kesehatan didalam melakukan pelayanan kesehatan kepada ibu

hamil dalam memanfaatkan buku KIA sebagai pegangan dan media bagi ibu,

keluarga dan tenaga kesehatan.

Pertanyaan yang digunakan untuk sub tema motivasi adalah ”apasaja

persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan dan apasaja yang dilakukan

untuk menumbuhkan minat bagi ibu hamil dalam penggunaan buku KIA”.

Sedangkan untuk pertanyaan kompetensi tenaga kesehatan adalah dengan

“bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu, bayi dan balita,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dan apasaja yang dilakukan selama ini, dan bagaimana pelayanan yang diberikan

bila tidak sesuai dengan juknis buku KIA, yaitu setiap ibu hamil wajib membawa

buku KIA bila ke fasilitas pelayanan”.

Maka tema pada SDM dapat dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

Ketersedian jumlah tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa dapat di

jelaskan melalui tabel 8 berikut ini:

Tabel 8

Jumlah Bidan Desa Beserta Sarana Kesehatan

Saranan/prasarana PKM

Makmur

PKM Psgn

Siblah Krueng

PKM Psgn

Selatan

PKM

Juli

Jumlah desa 27 21 21 17

Jumlah bidan desa 27 16 20 17

Jumlah poskesdes 17 13 15 10

Jumlah Posyandu 27 21 23 22

Sumber. Data profil Dinkes Bireuen tahun 2018

Dari tabel di atas terlihat bahwa keberadaan bidan desa secara jumlah tidak

menjadi masalah yaitu hampir pada seluruh desa adanya bidan desa, hal ini senada

dengan pernyataan dari informan T seperti berikut ini

”… untuk jumlah bidan desa di wilayah Kabupaten Bireuen tidak menjadi

masalah, karena hampir di setiap desa sudah di tempatkan bidan desa, serta

bila di lihat dari jumlah rasio bidan desa sudah mencukupi bahkan lebih,,,”

Hal tersebut dapat membantu dalam pelaksanaan program KIA dengan

kecukupan proporsi dari jumlah bidan desa di wilayah kerja puskesmas terpencil.

Ketersediaan jumlah tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa

menjadi modal utama dalam keberhasilan pelaksanan program, ini senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk (2013) pada program pengembangan

kesehatan olahraga untuk lansia di ketahui bahwa kesiapan tenaga kesehatan baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

secara kuantitas dan kualitas akan dapat mendukung dalam pelaksanaan program

tersebut.

Selanjutnya pendapat dari Ayungnityas (2014) bahwa pengembangan

suatu kebijakan agar berlangsung dengan baik salah satunya adalah perlunya

dukungan dan kapasitas dari sumber daya yang memadai untuk proses

pelaksanaan kegiatan agar mencapai hasil akhir yang di harapkan.

Namun lebih lanjut dalam menentukan keberhasilan kegiatan tidak hanya

di tuntut kepada jumlah tenaga kesehatan namun juga perlunya tambahan optimis

dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya yaitu berupa motivasi dan

kompetensi tenaga kesehatan.

Motivasi tenaga kesehatan. Optimalisasi pelaksanaan kegiatan terjadi

seiring dengan adanya motivasi serta kompetensi dari sumber daya manusia dalam

hal ini adalah tenaga kesehatan. Motivasi yang kuat akan memberikan dorongan

dan semangat dalam mengubah pengetahuan dan perilaku seseorang. Selanjutnya

motivasi juga diartikan sebagai arah untuk mencapai tujuan.

Motivasi dari tenaga kesehatan didalam mengoptimalisasikan pemanfaatan

buku KIA dimulai dari mempersiapakan kegiatan seperti menentuan sasaran ibu

hamil, logistik buku KIA, serta persiapan dalam promosi dalam penggunaan buku

KIA serta jadwal kegiatan kelas ibu dan posyandu.

Secara teoritik bahwa faktor motivasi dan kompetensi merupakan faktor

potensial mempengaruhi kinerja organisasi dalam memberikan pelayanan publik

termasuk pelayanan kesehatan. Berbicara tentang motivasi bukan hanya

merupakan bagian dari kerja keras namun motivasi juga mencerminkan sudut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

pandang terhadap kemampuan diri dan kepercayaan diri dalam mencapai tujuan

organisasi (Robbins, 2015).

Berikut wawancara dan observasi terhadap motivasi tenaga kesehatan pada

mempersiapkan kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA yang dapat dilihat dapa

tabel 9 di bawah ini:

Tabel 9

Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Mempersiapkan

Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA

Tema Sub tema Pernyataan

Sumber

daya

Manusia

Motivasi

tenaga

kesehata

n

Kompetensi

tenaga

kesehata

n

Melakukan pengumuman sehari sebelum kegiatan,

dan mengundang langsung ke rumah ibu bagi

mereka yang tidak hadir pada kegiatan kelas

ibu bulan sebelumnya (informan K)

Persiapan dilakukan satu hari sebelum

pelaksanaan dengan cara di umumkan dan hari

H di ingatkan kembali kepada ibu-ibu bila hari

ini ada kegiatan kelas ibu (informan M)

Sudah tau bila hari ini ada kegiatan kelas ibu

(informan J)

kegiatan akan posyandu akan maksimal bila

persiapan (-) H yaitu satu hari sebelum

kegiatan yaitu ‘halo-halo” bahwa besok akan di

lakukan kegiatan, dan bila ada yang tidak hadir

sudah 2 kali, maka akan di datangi langsung ke

rumah ibu untuk mengundang secara langsung

(informan P)

Motivasi bidan desa menurut karakter masing-

masing, ada yang aktif, terlihat dengan kegiatan

pelaksanaan akan aktif termasuk kegiatan

promosi (informan O)

Kendalanya adalah faktor bosan untuk menjelaskan

karena itu-itu saja (informan L)

untuk buku KIA memberikan informasi hanya

sekilas saja, tapi saya ada menyarankan pada

ibu hamil untuk membaca buku KIA, dan juga,

kemauan dari masyarakat untuk membaca buku

KIA kurang, hanya perlu untuk PKH saja maka

buku KIA di bawa (informan J) pelayanan

dalam memanfaatkan buku KIA

(bersambung

) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 9

Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Mempersiapkan

Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA

Tema Sub tema Pernyataan

terlihat masih kurang, seperti belum

lengkapnya pencatatan di buku KIA (informan

S)

selama ini buku KIA tidak menjadi media KIE

untuk Ibu hamil, karena kami memakai modul

kelas ibu.(informan O)

Buku KIA tetap di jadikan media utama dalam

pelaksanaan kegiatan, meskipun dilapangan

kurang maksimal (informan T)

Lon hana meuphom pu yang geu tuleh nyo..”

(saya tidak faham apa yang di tulis di sini)

sambil menunjukkan buku KIA (informan K)

informasi wate hamil manteng yang geu pegah

oleh ureung kesehatan, leuh melahirkan hana

lee, cuma geu timang dan geu uko berat

badan yang laen hana…” (informasi pada

saat hamil saja yang diberikan oleh pihak

tenaga kesehatan, setelah melahirkan tidak

ada lagi penjelasan mengenai tumbuh

kembang bayi, terkecuali pada pengukuran

berat badan, apakan naik atau tidak, selainnya

tidak ada (informan G)

Hasil observasi dan wawancara pada informan dilapangan perihal

bagaimana mempersiapkan kegiatan dengan maksimal sehingga akan

menghasilkan output kegiatan yang optimal di peroleh gambaran bahwa, akan

terlaksananya kegiatan dengan baik dan maksimal didukung oleh motivasi yang

kuat dari bidan desa dalam melakukan promosi.

Bila dilihat dari teori motivasi X dan Y dari Douglas McGroger bisa

disimpulkan bahwa ada keterkaitan seseorang didalam melakukan pekerjaannya

yaitu unsur arahan maupun paksaan dari orang lain sehingga seseorang mau

melakukan sesuatu. Ini di gambarkan dalam hasil penelitian di lapangan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

paksaan maupun arahan dari orang lain dapat menjadi motivasi dari seseorang

untuk melakukan sesuatu, seperti yang terjadi terhadap kunjungan pada kelas ibu

hamil harus diarahkan secara paksa sehingga mereka mau datang ke pelayanan

kesehatan.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan kegiatan

diperlukannya konsitensi berupa ketekunan dari individu untuk dapat

mempertahankan upaya ini dan ini membutuhkan waktu untuk menilainnya.

Ketekunan dalam mempertahankan upaya merupakan sikap yang dapat dinilai

pada saat melakukan suatu pekerjaan yang bersfat rutinitas sehingga timbul rasa

bosan dan jenuh sehingga berakibat kepada kurang maksimalnya pelayanan yang

diberikan. Untuk menyikapi hal tersebut diperlukannya rangsangan yang

berdampak langsung terhadap hasil yang telah dilakukannya baik itu berupa

penghargaan, pengakuan, apresiasi atau lain sebagainya seperti yang dijelaskan

pada teori Hertzberg.

Penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2015) pada ibu hamil dalam

pemanfaatan buku KIA bahwa dukungan berupa motivasi yang kuat dari tenaga

kesehatanakan memberikan dorongan kepada ibu 2.5 kali lebih besar dalam

memanfaatkan buku KIA.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Nawawi pada

pengaruh motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan terhadap kinerja bahwa,

motivasi tenaga kesehatan berpengaruh signifikan terhadap kinerja puskesmas

dengan besaran pengaruhnya adalah 0.60 (standar deviasi) sedangkan untuk

variabel kompetensi tenaga kesehatan memberi efek pengaruhnya adalah 0.45

(standar deviasi).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Kompetensi tenaga kesehatan. Memberikan pelayanan langsung dalam

kegiatan pemanfatan buku KIA adalah merupakan hal yang harus di fahami dan di

kuasai oleh bidan desayaitu melakukan pelayanan antenatal care pada ibu hamil

yang mayoritasnya ibu hamil bisa dapatkan pada saat kepelayanan kesehatan baik

itu di posyandu maupun kelas ibu hamil. Selanjutnya kompetensi lainnya yang

harus dikuasai oleh bidan desa adalah memberikan konseling kepada ibu hamil

dan balita seperti yanga telah dicantumkan dalam buku KIA.

Standar pelayanan di dalam buku KIA merupakan kompetensi yang harus

di miliki oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan

kebutuhan yang di alami oleh ibu hamil maupun balita pada saat dia berkunjung.

Melakukan pencatatan sesuai dengan apa yang telah di lakukan oleh tenaga

kesehatan dan memberikan penjelasan tentang kondisi kesehatan yang di alami

oleh ibu hamil dan balita merupakan salah satu bagian dari petunjuk teknis dari

penggunaan buku KIA.

Berdasarkan wawancara pada informan diatas terkait dengan kompetesi

tenaga kesehatan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai media untuk peningkatan

pengetahuan ibu hamil belum terlihat maksimal, karena dari hasil observasi

dilapangan buku KIA lebih dijadikan sebagai buku pencatatan oleh bidan desa, ini

terlihat dengan hanya di lakukan pencatatan tanpa memberi penjelasan terhadap

apa hasil catatan yang dilakukan di buku KIA sebagai media KIE bagi ibu hamil,

ibu bayi dan ibu balita seperti yang diungkapkan oleh informan-informan pada

tabel di atas.

Memberikan pelayanan sesuai Standar kepada pada ibu hamil yang harus

didapatkan oleh ibu hamil adalah pelayanan 10 T yang terdiri dari pemeriksaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Timbang BB, TB, TFU, Tensi, Tablet Besi, TT, DJJ, Temu wicara dan

Tatalaksana kasus. Hal ini semuanya telah tertera didalam buku KIA sebagai

standar pelayanan yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil sebagai

pegangan keluarga dan tenaga kesehatan.

Untuk pelayanan kesehatan anak balita adalah dilakukannya Skrining

tumbuh kembang bayi atau balita meliputi pengukuran lingkar kepala,

penimbangan BB dan pengukuran TB, skrining TDD maupun skrining TDL

disana, yang dilakukan hanya penimbangan BB dan pengukuran TB. SDIDTK

perlu dilakukan pada bayi dan balita untuk mendeteksi secara dini kemungkinan

adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita.

Pelayanan SDIDTK tidak dilakukan pada saat peneliti melakukan

observasi dengan alasannya bahwa, kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas

SDIDTK puskesmas, dan mereka melakukannya sesuai dengan jadwal pelayanan

dari pihak puskesmas saja. Untuk pelaksanaan standar pelayanan kesehatan bayi

adalah dilakukannya pemeriksaan tumbuh kembang bayi yaitu 4 kali sebelum bayi

berusia 1 tahun, yang meliputi, imunisasi dasar lengkap, penimbangan BB,

pengukurang TB, dan skrining perkembangan.

Seyogyanya bidan desa juga harus mempunyai kompetensi untuk

melakukan skrining SDIDTK tersebut mengingat informasi dan pengetahuan

tentang tatacara pemeriksaaan SDIDTK sudah di sosialisasikan oleh pihak

penanggung jawab program Puskesmas dan juga lengkap di jelaskan di dalam

buku KIA.

Menggunakan media yang benar dan tepat merupakan salah satu unsur

dari keberhasilan suatu kegiatan, demikian juga dalam pemanfaatan buku KIA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kepada ibu hamil dan ibu balita dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan

perubahan sikap ibu kearah yang lebih baik.Selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Elly dkk pada pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan

antenatal oleh bidan puskesmas di Kota Bengkulu di ketahui bahwa ada hubungan

yang bernakna dengan tingkat motivasi yang kuat dari bidan desa di dalam

memanfaatkan buku KIA yaitu dengan nilai (r=0.689).

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspaningtyas dkk

terhadap kinerja bidan dalam pemanfaatan buku KIA, bahwa kinerja bidan dalam

pemanfaatan buku KIA sangat berhubungan dengan pengetahuan, dengan nilai p

0.012, sehingga bidan dengan pengetahuan yang baik akan didukung kinerja yang

baik pula.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahlevi dkk pada

pengaruh kompetensi petugas terhadap kinerja pelayanan kesehatan bahwa, ada

pengaruh antara pengetahuan petugas kesehatan terhadap kinerja pelayanan, yaitu

pengetahuan petugas yang baik cenderung memberikan akan meningkatkan

kualitas pekerjaanya.

Perlunya motivasi dan kompetensi dari tenaga kesehatan untuk

memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat melalui

peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai betapa pentingnya

memanfaatkan buku KIA secara maksimal agar terwujudnya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat.

Peran Puskesmas

Tema ketiga dalam penelitian ini adalah peran puskesmas yang terdiri dari

evalusi program, dukungan pimpinan dan supervisi. Ketiga sub tema ini akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dijabarkan selanjutnya. Peran Puskesmas dalam mendukung pelaksanaan kegiatan

menjadi hal yang harus diperhatikan, karena tujuan untuk keberhasilan kinerja

puskesmas akan tercapai bila di dukung oleh pihak-pihak yang menunjang pada

pelaksanaan kegiatan.

Pertanyaan yang diajukan didalam subtema evaluasi program adalah

sebagai berikut ”apasaja yang dilakukan setelah pelayanan dilakukan”. Dan untuk

pertanyaan dukungan pimpinan dengan pertanyaan “bagaimana peran,

koordinataor KIA, kepala puskesmas dan dinas kesehatan pada pelaksanaan

kegiatan pelayanan buku KIA”, dan terakhir untuk pertanyaan supervisi

ditanyakan adalah “bagaimana supervisi yang dilakukan dalam kegiatan

pelaksanaan pemanfaatan buku KIA, apasaja yang menjadi hambatan dalam

melakukan supervisi tersebut”.

Selanjutkan akan dijelaskan satu persatu dari subtema organisasi terrsebut,

Tabel 10

Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan

Supervisi

Tema Subtema Pernyataan

Organisasi Evaluasi

program belum

terlihat

maksimal dalam

pelaksanaan

kegiatan

Melihat administrasinya, dan ada sebagian

bidan desa mereview kembali kegiatan

saat itu untuk pelayanan ke depan, seperti

pembagian tugas kadet (informan 0)

Melihat pencatatan bidan desa dan refres

kembali apakah sesuai tidak dengan

langkah-langkah dalam pelaksanaan

kelas ibu, namun permasalahannya

karena kurang alat bantu untuk

mendukung kegiatan yang tidak di

siapkan bidan desa seperti pantom

ASI.(informan N)

bahan demontrasi tidak disediakan hanya

menggunakan ceramah saja (informan L

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 10

Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan

Supervisi

Tema Subtema Pernyataan

Dukungan

pimpinan

masih belum

menjalankan

fungsinya

sebagai

pimpinan

Supervisi yang

masih lemah

dalam

melakukan

pembinaan dan

pengawasan.

saya lansung pulang juga (informan J)

Kehadiran kepala dalam pelaksanaan

kegiatan akan menambah motivasi bagi

pelaksana kegiatan baik bides maupun

kader, karena mereka di perhatikan dan

akan memberikan pelayanan (informan P)

sudah baik, dan peduli dengan cara bila

setiap kegiatan mau mendukung melalui

ikut serta hadir dalam kegiatan dan

sesekali memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat (informan L)

Kepala puskesmas mendukung dalam

kegiatan pemanfaatan buku KIA, dengan

cara ikut serta dalam kegiatan tersebut

dengan melihat dan menyatakan bahwa

pelasksanaan kegiatan sudah baik,

bahkan ada mantan kapus yang mengikuti

pelaksanaan kegiatan dari awal akhir,

dengan melihat langsung bagaimana cara

memberikan imunisasi kepada bayi

(informan N)

Pemantauan buku KIA ada dalam POA BOK

kegiatan tahun kami, namun karena

keterbatasan dari tenaga dan waktu,

maka kami hanya dapat melakukan 7

desa untuk tahun ini

DAN PERNYATAAN SELANJUTNYA

kendalanya adalah beberapa tahun

dimonitoring, peningkatan pengetahuan

ibu hamil tidak meningkat

SELANJUTNYA

masalahnya mungkin tahap sosialisasi

kurang efektif, sehingga pemberian

informasi isi buku KIA kurang efektif

pada saat distribusi buku KIA oleh bidan

desa ke sasaran, sedangkan dari pihak

penanggung jawab program (informan O)

Lemahnya peran koordinator KIA dalam

melalukan monitoring dan evaluasi

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 10

Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan

Supervisi

Tema Subtema Pernyataan

pemanfaatan buku KIA, yaitu pada kualitas

pembinaan (informan T)

pihak puskesmas seperti koordinator KIA,

dan penanggung jawab Gizi, imunisasi

sudah baik (informan J)

dipantau pelaksanaan oleh pj, dengan

melihat kegiatan yang saya lakukan, dan

ditambahkan bila ada yang kurang

(informan L)

banyak buku KIA yang tidak sinkron

pengisiannya dengan laporan survalens

KIA, seperti HPHT ibu di kohor dengan

di buku KIA tidak sama, demikian juga

dengan umur kehamilannya (informan T)

Hal ini kembali lagi karena kurangnya

monitoring dari koordinator dalam

melakukan verifikasi dalam pengisisan

buku KIA (informan T)

Evaluasi program. Evalusi program merupakan suatu proses yang

dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan sebagai bentuk upaya untuk memantau

kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan perencanaan yang telah di

rencanakan ataupun tidak. Melakukan evaluasi dalam kegiatan pemanfaatan buku

KIA adalah dengan melihat jumlah kunjungan ibu hamil, bayi dan balita dalam

penggunaan buku KIA serta kepatuhan dalam membawa dan mengisi buku KIA.

Kegiatan tersebut biasanya dilakukan sehari setelah pelayanan, berupa

pencatatan dan pelaporan, sehingga dapat diketahui berapa persentase jumlah

kunjungan pada pelaksanaan kegiatan. Untuk evaluasi cakupan kunjungan ibu

hamil adalah jumlah kunjungan selama hamil minimal empat kali dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

disertakan pemberian pelayanan antenatal sesuai standar, sedangkan untuk

kunjungan bayi adalah empat kali kunjungan dalam satu tahun yang meliputi

skrining penimbangan BB, ukur TB, serta pemberian imunisasi dasar lengkap dan

juga pelayanan SDIDTK, dan untuk evaluasi kunjungan balita adalah dua kali

dalam satu tahun dengan pelayanan yang diberikan sama seperti pada bayi yaitu

SDIDTK dan kelengkapan imunisasi dasar pada waktu bayi.

Dalam kegiatan dimana peneliti ikut serta terlihat, memang tidak semua

jumlah sasaran hadir pada saat pelayanan yang dilakukan. Seperti pelaksanaan

kelas ibu yang dilakukan di desa Abeuk Budi, sasaran ibu hamil delapan orang

yang hadir enam orang, sedangkan di desa Bale Panah sasaran ibu hamil enam

orang yang hadir dua orang. Untuk pelaksanaan kegiatan posyandu juga demikian

yaitu jumlah kunjungan bayi dan balita hanya 30 persen dari jumlah sasaran bayi

dan balita.

Sehingga bila melihat pada pelaksanaan kegiatan tersebut dapat

digambarkan terhadap proporsi cakupan kegiatan tahunan melalui data dinas

kesehatan tahunan untuk jumlah kunjungan ibu hamil, kunjungan bayi dan

kunjungan balita seperti dalam tabel 10 di bawah ini.

Evalusi program merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pelaksanan kegiatan untuk menilai bagaimana keberhasilan dan masalah kegiatan

yang dihadapai. Melihat pelaksanaan kegiatan posyandu maupun kelas ibu dalam

melakaukan pelayanan dalam pemanfaatan buku KIA bukanlah kegiatan program

yang baru di lakukan yang seharusnya ini sudah menjadi hal rutin bagi pelaksana

kegiatan. Berikut ini adalah evaluasi program pada cakupan kunjungan ibu hamil,

bayi dan balita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Tabel 11

Sasaran Ibu Hamil dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Bayi dan Balita Tahun

2018

Puskesmas

Sasaran

ibu

hamil

Sasaran

bayi/bal

ita

Jumlah

buku

KIA

Cakupan

KI / K4

(%)

Cakupan

Kunjungan

Bayi/Balita

(%)

Juli

Makmur

Peusangan Selatan

Peusangan Siblah

Krueng

353

358

338

271

326

245

307

300

367

350

329

380

95 / 84

98 / 82

97 / 73

102 /88

56 / 54

119/ 62

61 /11

48/ 33

Sumber: Data Dinas Kesehatan 2018

Dari data di atas terlihat bahwa Cakupan pelayanan pelayanan bayi dan

balita yaitu hanya 50 persen, bahkan pada dua puskesmas yaitu Puskesmas

Peusangan Selatan dan Puskesmas Peusangan Siblah Krueng cakupan pelayanan

balita terdapat di bawah 50 persen.

Seharusnya data cakupan kunjungan ibu hamil, kunjungan bayi dan

kunjungan balita dijadikan bahan evaluasi program untuk membuat perencanaan.

Permasalahan yang dihadapi pada cakupan pelayanan bayi dan balita adalah

terkendala pada pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, dengan berbagai

isu maupun persoalan yang dihadapi terkait program imunisasi.

Melakukan integrasi dengan program lain seperti program GIZI dan

Imunisasi di dalam kegiatan karena mengingat salah satu indikator cakupan

kesehatan bayi dan balita adalah lengkapnya imunisasi dasar pada bayi baru lahir

dan pemantauan paa bayi balita lebih dititik beratkan oleh pemegang program

Gizi sehingga, buku KIA juga perlu disosialisasikan kepada petugas imunisasi dan

gizi mengingat mereka juga mempunyai kontribusi didalam keberhasilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

pemanfaatan buku KIA.

Hal yang tidak bisa diabaikan untuk efisien dan efektif pelaksanaan

kegiatan adalah perlunya dukungan pimpinandan supervisi dari penanggung

jawab program untuk tercapainya kinerja puskesmas.

Dukungan pimpinan. Memberikan dukungan oleh atasan dalam

pelaksanaan kegiatan sangatlah penting, karena dapat menciptakan keyakinan dan

harapan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dukungan yang diberikan bisa

berupa kunjungan maupun merespon permasalahan yang ada di lapangan.

Didalam budaya organisasai ada bagian yang dinamakan nilai bersama

yaitu merupakan pandangan yang merupakan dasar untuk memahami sikap,

motivasi serta pengeruh terhadap persepsi seseorang. Lebih lanjut untuk

menggerakkan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok

dibutuhkannya kepemimpinan yang mampu memberi aspek berupa kepedulian

dan empati terhadap organisasi yang dipimpinnya seperti menurut (Rober Hogan

dan Riani, 2011.

Bila melihat dari pernyataan pernyataan informan diatas tentang dukungan

pimpinan terlihat bahwa, mereka merasa bahwa bentuk dukungan baik yang

diberikan oleh kepala puskesmas dengan ikut serta pada setiap kegiatan pelayanan

yang dilakukan dilapangan. Namun bila melihat fenomena tentang pengoptimalan

buku KIA pada saat observasi penelitian dilakukan bahwa seperti permasalahan

pada ketersediaan dan pendistribusian buku KIA dan manfaat apa yang dapat

diterima oleh ibu hamil, bayi dan balita terhadap penggunaan buku KIA seperti

tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk hasil yang dicapai yaitu

peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Menggunakan buku KIA sebagai media KIE antara tenaga kesehatan dan

masyarakat, peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku sehat

masyarakat, dan adanya peningkatan status derajat kesehatan ibu dan anak

merupakan tujuan utama dalam dikeluarkannya kebijakan buku KIA oleh

pemerintah.

Menyikapi hal tersebut adanya jiwa kepemimpinan yang peduli dan peka

untuk dapat melihat secara keseluruhan persoalan yang dihadapi diwilayah kerja

yang dipimpinnya baik itu yang tersirat maupun yang tersurat, sehingga nilai-nilai

bersama dalam sebuah wadah organisasi yang dipimpinnya yang dapat membawa

organisasinya kearah tujuan yang telah ditetapkan.

Dukungan pimpinan lainnya yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan

kegiatan ini adalah pihak Dinas Kesehatan. Banyak hal yang telah dilakukan

dalam upaya meningkatkan pemanfaatan buku KIA, seperti dilakukannya parade

buku KIA, pada bulan April 2019 berupa pengecekan pengisian buku KIA

meliputi kelengkapan pengisian dan kecocokan data ibu di buku KIA dengan data

di Kohor ibu hamil, dimulai dengan enam puskesmas di wilayah kerja Dinas

kesehatan Kabupaten Bireuen. Selanjutnya ditutur kembali oleh kasie KIA/GIZI

dengan merevisi kembali Qanun KIBBLA (Kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir)

yang telah dilakukan sejak tahun 2012 dengan menguatkan pemanfaatan buku

KIA didalam Qanun tersebut.

Demikian juga pendapat dari Robbins (2015) yang menyatakan bahwa

faktor kepemimpinan sangat mempengaruhi suatu kelompok dalam menuju

capaian visi misi dan tujuan organisasi. Memperlihatkan keramahan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

membangun struktur perilaku dari kepemimpinan akan lebih efektif di dalam

meningkatkan kepuasan dari pengikutnya dalam pekerjaan mereka.

Supervisi. Bagian penting dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah

melakukan monitoring dan evalusi dalam bentuk supervisi pada pelaksanaan

kegiatan. Supervisi seyogyanya dilakukan kepada mereka pelaksana kegiatan

yaitu bidan desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dan kelas ibu sebagai

tempat dalam pemanfaatan buku KIA.

Dari intisari pernyataan tentang supervisi menyangkut dalam penggunaan

buku KIA, terlihat belum maksimal, meskipun pernyataan dari bidan desa yang

menyatakan sudah dilakukan supervisi oleh penanggung jawab program, namun

bila di lihat dari pelaksanaan kegiatan dilapangan tidak terlihat adanya kualitas

dari pelayanan yang di berikan oleh bidan desa dalam hal pemanfaatan buku KIA

seperti belum menggunakan buku KIA sebagai media KIE.

Supervisi yang dilakukan oleh pengelola program KIA dalam pemantauan

pemanfaatan buku KIA yang tertera dalam planning of action (POA) koordinator

KIA adalah melihat bagaimana pemanfaatan buku KIA dengan menanyakan

pengetahuan kesehatan KIA kepada ibu hamil, ibu bayi dan ibu balita, serta

memantau penempelan stiker P4K, sebagai bagian dari pemantauan rencana

persalinan aman bagi ibu hamil dimana ini merupakan bagian dari kompetensi

tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bayi

dan balita.

Dinas kesehatan sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan Kesehatan

Ibu dan Anak di wilayah kerja puskesmas, telah melakukan supervisi dalam

kegiatan peningkatan kesehatan ibu dan anak namun mereka juga tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

memungkiri bahwa memang banyak kendala dan hambatan yang di temukan

dilapangan.

Diakui bahwa pentingnya peranan pemegang program dalam melakukan

pembinaan kepada bidan desa dalam hal pemanfaatan buku KIA kepada

masyarakat, mengingat buku KIA merupakan media yang mudah dan murah dan

telah di lakukan beberapa kali perubahan dalam percetakannya di mulai sejak di

keluarkan program penggunaan buku KIA yaitu menampilkan dengan warna dan

gambar yang menarik sehingga dengan mudah akan dapat difahami oleh

masyarakat.

Keterlibatan supervisor yaitu penanggung jawab KIA puskesmas dan dinas

kesehatan dalam membina bidan desa untuk memanfaatan buku KIA secara

optimal diharapkan akan mampu meningkatkan kemauan dan motivasi

masyarakat dalam pemanfaatan buku KIA, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku kesehatan masyarakat kearah

yang lebih baik.

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait supervisi untuk meningkatkan

kualitas dan produktivitas kerja dari yang di supervisi adalah seperti penelitian

yang dilakukan oleh kepala ruangan di RSUD Liunkendage Tahuna kepada tenaga

perawat di RS tersebut bahwa hasil yang di temukan diketahui bahwa ada

hubungan antara supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan kepuasan

tenaga perawat yang di supervisi.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Sihotang pada perawat di

RSU Pirngadi Medan tentang produktivitas kerja perawat pelaksana yang

dilakukan oleh kepala ruangan, bahwa ada hubungan yang bermakna antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat

yang berada di RSU Pirngadi Medan.

Melihat dari beberapa penelitian dan hasil temuan dilapangan bahwa

ternyata supervisi yang di lakukan oleh atasan diharapkan dapat meningkatkan

motivasi tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa dalam melaksanakan

tugasnya, meskipun tidak dapat di pungkiri bahwa supervisi yang dilakukan tanpa

disertai dengan pembinaan yang sunggung-sungguh oleh pemegang program

kepada bidan desa maka hal tersebut hanya menjadi sebatas supervisi saja tanpa

memberi dampak yang berarti.

Hambatan dalam Implementasi Pemanfaatan Buku KIA

Pelaksananan pemanfaatan buku KIA yang sudah dilakukan di kabupaten

Bireuen sejak tahun 2010. Namun tentu pasti ada kendala dan hambatan yang di

temukan pada saat pelaksanaannya. Penyediaan buku KIA yang masih kurang,

lemahnya peran bidan koordinator KIA dalam melakukan monitoring dan evaluasi

pemanfaatan buku KIA, berupa kualitas dalam melakukan pembinaan kepada

bidan desa, dan juga seringnya pergantian koordinator- koordinator KIA baru

sehingga menambah persoalan dalam peningkatan kapasitas koordinator KIA.

Untuk mewujudkan terlaksananya sebuah program tentunya diperlukan

dukungan dari semua pihak dengan menempatkan mereka diposisinya masing-

masing sesuai dengan tugas dan fungsinya. Namun lebih lanjut didalam teori

implementasi dengan mengedepankan pada perspektif top-down perlu juga

memperhatikan hal-hal untuk menentukan keberhasilan suatu kebijakan, yaitu

perlunya komunikasi yang efektif dengan semua keputusan kebijakan

dikomunikasikan agar mereka tahu apa yang harus mereka kerjakan. Oleh sebab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

itu pihak Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen telah merencakanan kegiatan-

kegiatan kedepan untuk mengatasi persoalan dan kendala tersebut melalui

beberapa kegiatan seperti pernyataan informan di bawah ini.

Tabel 12

Matrik Informasi tentang Rencana Kegiatan untuk Mengatasi Persoalan

Pemanfaatan Buku KIA

Sub Tema Pernyataan

Hambatan dalam

pemanfaatan

buku KIA

Kami sudah melakukan berbagai upaya dalam peningkatan

pemanfaatan buku KIA, seperti telah dilakukan

peningkatan kapasitas petugas baik tenaga kesehatan

maupun kader dalam penggunaan buku KIA, sebagai

media informasi dan pencatatan kepada ibu dan bayi.

Namun kembali lagi ke motivasi tenaga kesehatan dalam

hal ini adalah koordinator KIA di dalam membina bidan

desa dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan (informan

T)

Bentuk kepedulian kami dalam pemanfaatan buku KIA

adalah kami sudah merencanakan kegiatan peningkatan

kapasitas bidan desa yanga di adakan pada anggaran

tahun 2020, sedangkan kegiatan pendampingan ibu

hamil yang dilakukan oleh kader sudah kami lakukan

pada tanggal 29 Maret 2019, dan pengawasan ASI

Eklusif kami lakukan pada tanggal 1 April 2019 kemarin

(informan T)

Lebih lanjut didalam teori implementasi yang dipopulerkan oleh Edwards

III dinyatakan bahwa strukutur birokrasi juga menjadi kendala meskipun semua

unsur dalam pelaksanaan kebijakan tersedia seperti sumber daya tersedia,

pelaksanana program tahu dan mau melakukan apa yang menjadi kebijakanan

tetapi karena kebijakan yang komplek menuntut perlunya kerjasama dengan

banyak orang, sehingga bila struktur birokrasi tidak kondusif maka akan

menghambat sumber-sumberdaya untuk menjadi efektif. Selanjutnya tema

keempat pada optimalisasi pemanfaatan buku KIA adalah faktor masyarakat yang

meliputi karakteristik masyarakat dan motivasi kebutuhan. Masyarakat adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kumpulan orang-orang dalam satu wilayah yang melakukan aktifitas bersama-

sama. Persoalan masyarakat juga menjadi perhatian penting dalam keberhasilan

menjalankan suatu kebijakan karena mereka merupakan bagian dari kebijakan

untuk melihat keberhasilan tujuan kebijakan menurut pendapat Ripley dan

Franklin.

Karakteristik masyarakat. Karakteristik dari masyarakat juga menjadi

persoalan tersendiri, sepertistatus ekonomi, status pekerjaan, tingkat pendidikan,

sarana prasarana yang kurang memadai, budaya masyarakat, sifat kekeluargaan

dan kepercayaan, serta motivasi dan minat membaca dari masyarakat juga

menjadi kendala dalam upaya peningkatan pengetahuan kesehatan.

Salah satu hal yang mendasar bagi masyarakat terpencil adalah faktor

ekonomi dan tingkat pendidikan, sehingga memenuhi kebutuhan mereka sehari-

hari merupakan motivasi mereka untuk melakukan sesuatu, seperti adanya

program keluarga harapan(PKH) sebagai bagian yang terintegrasi antara lintas

sektor dalam peningkatan pemanfaatan buku KIA yang dapat meningkatkan

motivasi masyarakat dalam upaya untuk hidup sehat.

Permasalahan kebutuhan masyarakat yang di kaitkan antara program dana

PKH dan pelayanan kesehatan dengan bukti fisiknya adalah pencatatan atau

dokumentasi pelayanan dalam buku KIA yang di berikan oleh tenaga kesehatan

yang menjadikan syarat untuk di keluarkannya dana tersebut. Sehingga ini

menjadi persoalan tersendiri dari pihak tenaga kesehatan dalam memaksimalkan

pelayanan kesehatan melalui pencatatan buku KIA, di sebabkan pihak pemberi

dana PKH hanya melihat pencatatan dalam buku KIA untuk di keluarkannya dana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

tersebut. Di pihak lain tenaga kesehatan tidak akan melakukan pencatatan bila

tidak ada pelayanan yang di berikan kepada masyarakat (ibu hamil, bayi dan

balita), namun masyarakat terkadang meminta kepada tenaga kesehatan untuk

memberikan pencatatan tersebut meskipun mereka tidak dilayani, seperti

pencatatan pemberian imunisasi pada bayi, dengan ketidak mauan untuk di

imunisasi pada bayi, namun mereka membutuhkan pencatatan tersebut untuk

mendapatkan dana PKH.

Keterkaitan faktor kebutuhan masyarakat dalam penelitian ini sejalan

dengan konsep model penggunaan pelayanan oleh Notoatmojo (2010) bahwa,

model sistem kesehatan berupa karakteristik kebutuhan merupakan salah satu

faktor dari individu dalam mencari pelayanan kesehatan. Selanjutnya bila di

kaitkan antara status social masyarakat dengan derajat kesehatan seseorang secara

tidak langsung berhubungan, hal ini menjadi persoalan tersendiri karena

pengaruhnya dengan daya beli masyarakat.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Puluhulawa pada kepala keluarga di

Kecamatan palu selatan bahwa terdapat kepala keluarga yang berpenghasilan

rendah akan lebih sering mengalami masalah kesehatan di bandingkan dengan

kepala keluarga yang berpendapatan tinggi, meskipun lanjut beliau bahwa tidak

menjamin semakin tinggi pendapatan kepala keluarga akan tidak mengalami

status kesehatan buruk.

Demikian juga bila dilihat dari manfaat buku KIA itu sendiri sebagai

media untuk pengintegrasian di antara berbagai sektor lain di luar sektor

kesehatan seperti mempermudah mendapatkan akte kelahiran, sebagai buku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

pegangan pendampingan program keluarga harapan (PKH), sebagai media

pemantauan tumbuh kembang anak-anak di PAUD, Bina Keluarga Balita dan

lain-lain. Oleh sebab itu untuk mencapai pemanfaatan buku KIA yang optimal,

tenaga kesehatan tidak dapat bekerja sendiri, melainkan merangkul pihak lain

yang terkait dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak

seperti, komponen masyarakat, tim penggerak PKK dan pihak-pihak lain yang

mempunyai kepentingan dalam kesehatan ibu dan anak.

Implikasi Penelitian

Implikasi kepada ibu hamil dan balita dan masyarakat. Peningkatan

pengetahuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarkat kearah lebih baik

merupakan upaya dari pemerintah dalam mewujudkan masyarkat sehat. Salah satu

upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan buku KIA sebagai media KIE

yang utama dan murah untuk meningkatkan pemahaman dan kesehatan ibu anak

dan memberikan pelayanan yang menyeluruh serta berkesinambungan mulai dari

ibu hamil, bersalin, nifas dan sampai anak berumur enam tahun.

Implikasi kepada tenaga kesehatan. Peran tenaga kesehatan sangat di

butuhkan yaitu sebagai upaya kepedulian untuk meningkatkan derajat kesehatan

manusia, melalui pelayanan yang sesuai standar. Memberikan pelayanan yang

berkualitas sesuai dengan kompetensi yang di miliki untuk dapat mengatasi secara

dini bila ada penyulit ataupun penyimpangan yang terjadi pada kesehatan ibu dan

anak.

Implikasi kepada organisasi dan capaian program. Fungsi dari

organisasi adalah sebagai perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Masalah-masalah kesehatan dapat di atasi dengan adanya sebuat perencanaan

sehingga di formulasi sebuah kebijakan dan lahirlah sebuah program untuk

mendukung impelemtasi kegiatan. Baik buruknya suatu program sangat di dukung

dari faktor organisasi yang terlibat di dalamnya untuk tercapainya suatu program.

Selanjutnya pendapat dari Ayuningtyas (2014) terhadap implementasi atau

kebijakan suatu program harus melibatkan seluruh komponen yang menjadi actor

dalam pelaksanaan kegiatan seperti, komponen organisasi, prosedur dan teknik-

teknik untuk mewujudakan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya.

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi, yaitu

untuk mengungkapkan kesamaan makna yang menjadi esensial dari sebuah

konsep atau fenomena, yang berupa pengalaman subjek dan kesadaran dari

perpekstif seseorang pada saat di lakukan observasi dan ini mutlak merupakan

perasaan dan pengalaman dari individual, oleh sebab itu metode ini tidak

dapat memberikan gambaran generalisasi terhadap fenomena di tempat

lainnya.

2. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam optimalisasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja

puskesmas terpencil yang tidak diteliti oleh peneliti seperti ekonomi, budaya

setempat, kepercayaan, peran keluarga, dukungan dari tokoh masyarakat,

dukungan lintas sektor terkait, sehingga berpengaruh terhadap hasil penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

3. Ketika melakukan penelitian dalam hal mengekplor pendapat informan dari

ibu hamil dan balita karena keterbatasan SDM informan untuk memahami

pertanyaan-pertanyaan peneliti, sehingga jawaban-jawaban yang di utarakan

informan tidak sesuai dengan harapan peneliti, sehingga terkadang

menimbulkan pertanyaan-pertanyan yang berulang agar memperoleh jawaban

yang akurat.

4. Penguasaan ilmu dan pengetahuan peneliti tentang implementasi pemanfaatan

buku KIA masih kurang, serta masih kurangnya dalam mengekplor hal-hal

yang tidak terlihat dalam implementasi buku KIA, disamping keterbatasan

dana, sarana dan waktu yang dimiliki peneliti menyebabkan masih banyaknya

kekurangan dan kesempurnaan dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut:

1. Implementasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja puskesmas terpencil

masih belum optimal yaitu buku KIA lebih dijadikan sebagai pencatatan oleh

bidan desatanpa memperhatikan manfaat lain dari penggunaan buku KIA

yaitu sebagai media KIE untuk ibu dan keluarga dan sebagai acuan standar

pelayanan kepada ibu dan bayi oleh tenaga kesehatan.

2. Ketersediaandan pendistribusian buku KIA masih belum tepat waktu yaitu

tersedian dan didistribusikan pada akhir tahun sehingga terjadi permasalahan

dalam pemanfaatan buku KIA dilapangan meskipun dapat diatasi dengan

menfotokopikan dulu buku KIA dan akan dibagikan sesuai standar setelah

buku tersedia, sehingga dipastikan terjadinya kehilangan data karena

membutuhkan waktu untuk mencatat ulang.

3. Kondisi tempat pelayanan yang belum memadai seperti tempat pelayanan

dilakukan di meunasah tanpa dilengkapi dengan tempat ataupun kain

pembatas untuk pemeriksaan antenatal kepada ibu hamil, sehingga

menghambat pada pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan.

4. Motivasi tenaga kesehatan masih kurang maksimal didalam mempersiapakan

kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA baik itu di posyandu maupun kelas

ibu yaitu kurangnya promosi didalam menjadikan buku KIA sebagai media

KIE antara tenaga kesehatan dengan ibu dan keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

5. Kompetensi tenaga kesehatan didalam memanfaatkan buku KIA masih

kurang optimal seperti yang tertuang didalam juknis buku KIA yaitu tenaga

kesehatan memberikan pelayanan menggunakan panduan buku KIA dengan

mencatat, melakukan semua bagian sesuai dengan kebutuhan dan

menjelaskannya kepada ibu dan keluarga dengan mengecek ulang

pemahaman mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

6. Evaluasi program sudah dilakukan oleh semua pihak seperti dinas kesehatan,

puskesmas bahkan bidan desa, namun masih menjadi kendala didalam

melakukan evaluasi program yaitu belum terintegrasinya program KIA

dengan program lain yang mendukung dalam peningkatan kualitas pelayanan

seperti program GIZI maupun Imunisasi.

7. Pengawasan dari kepala puskemas terhadap program pemanfaatan buku KIA

masih belum maksimal yaitu tidak dapat mengetahui secara pasti

permasalahan yang sedang dihadapi dilapangan perihal pemanfaatan buku

KIA baik itu ketersediaan dan pendistribusian buku KIA diwilayah kerjanya

dengan semata-mata tidak adanya laporan dari pemegang program.

8. Lemahnya pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemegang

program KIA sehingga mengakibatkan kurang optimal pelayanan yang

diberikan oleh bidan desa didalam pemanfaatan buku KIA terbukti dengan

temuan dari hasil parade buku KIA oleh pihak Dinas Kesehatan Bireuen

beberapa waktu yang lalu bahwa terdapat ketidak sesuaian pencatatan buku

KIA dengan laporan yang tertera didalam kohor ibu hamil.

9. Karakteristik masyarakat juga memberikan dampak terhadap pemanfaatan

buku KIA, seperti minat membaca yang kurang dan faktor kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

ekonomi menjadi alasan mereka dalam penggunaan buku KIA yaitu adanya

program PKH untuk masyarakat miskin tanpa melihat apakah cukup efektif

penggunaan dana tersebut bila mengintegrasikan laporan pencatatan

kesehatan bagi ibu dan anak sebagai dasar pengeluaran dana PKH dengan

dilema yang dihadapi dilapangan oleh tenaga kesehatan yang mengharuskan

kelengkapan pencatatan imunisasi dasar pada bayi sedangkan masalah

imunisasi ini masih menjadi kendala terkait dengan isu-isu imunisasi di

masyarakat.

Saran

1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen melalui puskesmas

untuk melakukan monitoring dan evaluasi kepada bidan desa didalam

memanfaatkan buku KIA sebagai media KIE antara tenaga kesehatan dan

masyarakat.

2. Disarankan kepada Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen untuk dapat

melakukan koordinasi dengan kementerian kesehatan RI didalam penyediaan

dan pendistribusian buku KIA untuk dapat diadakan diawal tahun mengingat

kebutuhan buku KIA merupakan kunci utama dalam program pelaksanaan

buku KIA, sehingga bisa menjadi langkah bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Bireuen untuk merencanakan usulan anggaran penyediaan buku KIA

kedalam APBD Kabupaten Bireuen bila memang terjadi permasalahan dalam

hal persediaan dan pendistribusian oleh pihak kementerian kesehatan RI.

3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan melalui kepala Puskesmas dan

Pengelola Program KIA untuk dapat mengatasi permasalahan pada kondisi

tempat pelayanan melalui pengusulan alat dan bahan kepada kepala desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dengan menggunakan dana desa melalui rapat musyawarah desa di tingkat

kabupaten maupun tingkat kecamatan.

4. Disarankan untuk melakukan pembinaan kepada bidan desaoleh pihak

puskesmas yaitu pengelola program KIA melalui rapat rutin dengan bidan

desa untuk memberikan motivasi kerja kepada mereka dengan memberikan

apresiasi ataupun peringatan yang menyangkut kemajuan kinerja mereka.

5. Disarankan kepada koordinator KIA untuk terus menerus mengawasi dan

membina bidan desa didalam melakukan pelayanan melalui refres kembali

kompetensi yang harus dimiliki oleh bidan desa dalam melakukan pelayanan

antenatal care maupun SDIDTK, melalui pertemuan rutin di puskesmas dan

mengatur jadwal dan materi apa yang akan dibahas perpertemuan.

6. Disarankan kepada kepala puskesmas untuk dapat melakukan integrasi dalam

evaluasi setiap program di puskesmas seperti integrasi laporan program KIA

dengan program gizi dan juga program Imunisasi, mengingat kesemuanya ini

mempunyai keterkaitan satu sama lain untuk keberhasilan program maupun

kegiatan.

7. Melakukan monitoring dan evaluasi oleh pihak dinas kesehatan kabupaten

maupun puskesmas didalam pencapaian pelaksanaan suatu kebijakan

melakukan pertemuan lokakarya di tempat masing-masing pertriwulan untuk

melihat kemungkinan adanya permasalahan yang terjadi, sebagai bentuk

tanggung jawab dari seorang pimpinan.

8. Melakukan pengawasan dan pembinaan oleh pengelola program KIA/GIZI

kabupaten dan pengelola program KIA/GIZI kecamatan kepada bidan desa

melalui melihat langsung dalam pelayanan yang diberikan oleh bidan desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

terkait pemanfaatan buku KIA dan hal lainnya yang menjadi tupoksi kerja

bidan desa.

9. Melakukan koordinasi lintas sektor terkait oleh pihak dinas kesehatan dalam

mendukung pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak seperti dinas sosial,

dinas pendidikan, dinas pemberdayaan perempuan dan masyarakat, PKK dan

lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Daftar Pustaka

Abdullah, I. (2011). Sosiologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abdullah, I., & Safarina. (2011). Sosiologi pendidikan individu, masyarakat, dan

pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, R. (2016). Metodelogi penelitian kualitatif. Yogyakarta: AR Ruzz

Media.

Ayuningtyas, D. (2014). Kebijakan kesehatan prinsip dan praktek. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Ayuningtyas, D. (2018). Analisis kebijakan kesehatan prinsip dan aplikasi.

Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Bangun, W. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2009). Pedoman umum manajemen

penerbitan Buku KIA. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/MASTER%20

BUKU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf

Depkes, RI. (2016a). Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/MASTER%20BU

KU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf

Depkes, RI. (2016b). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2016.pdf

Dinas Kesehatan (Dinkes). (2016). Profil Dinkes Provinsi Aceh 2016. Diakses

dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_

PROVINSI_2016/01_Aceh_2016.pdf

Dinas Kesehatan. (2017a). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen 2017.

Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/

Profil_Kab_Kota_2015/1110_Aceh_Kab_Bireuen_2018.pdf

Dinkes Provinsi Aceh. (2017b). Profil Dinkes Provinsi Aceh. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN

SI_2016/01_Aceh_2018.pdf

Dinkes Bireuen. (2018). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen. Diakses dari

file:///C:/Users/JAGAT/Downloads/Documents/1110_Aceh_Kab_Bireuen_2

019.pdf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Elly, N., Kristiani, & Werdati, S. (2013). Pemanfaatan Buku KIA sebagai materi

penyuluhan dalam pelayanan antenatal oleh bidan puskesmas di kota

bengkulu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 6(3), 155-162.

Farida, N. (2016). Determinan pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA)

oleh ibu hamil di puskesmas wanakerta kabupaten karawang tahun 2015.

The Southeast Asian Jurnal of Midwifery, 2(1), 33-41.

Fahlevi, I. M. (2017). Pengaruh kompetensi petugas terhadap kinerja pelayanan

kesehatan di Puskesmas Peureumue Kabupaten Aceh Barat. Proseding

Seminar Nasional 1Kakesmada, p 259-265, ISSN 978-979-3812-41-0.

Gustikawati, N., Wulandari, L.P, & Dyah, P. D. (2014). Faktor penghambat dan

pendukung penggunaan alat kontrasepsi implant di wilayah Puskesmas I

Denpasar Utara. Jurnal Public Health and Preventive Medicine Archive,

2(2), 181-188.

Hasbullah. (2013). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Hanifah, A. N. (2013). Hubungan kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan

dan sikap ibu hamil tentang perawatan kehamilan di Puskesmas

Fatukanutu Kabupaten Kupang tahun 2013. Jurnal Midwifery Medical,

1(1), 50-63.

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus groups sebagai

instrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ivancevich, J.M., Konopaske, R., & Matteson, M.T. (2006). Perilaku dan

manajemen organisasi (Jilid 2, hasil terjemahan dalam bahasa Indonesia).

Jakarta: Erlangga.

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2015). SK Menteri Kesehatan

tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Diakses dari

http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/KEPMEN%20284%20buku%2

0kia%202015.pdf

Kemenkes RI. (2015). Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan

Anak. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-

terkini/JUKNIS%20BUKU%20KIA%202015_FINAL.pdf

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-

terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf

Zul, F, & Senja, R.A. (2008). Kamus lengkap bahasa indonesia (Cetakan Ketiga).

Surabaya : Aneka Ilmu Difa Publisher.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Manuaba I.B.G., Manuaba I.A.C., & Manuaba I.B.G.F. (2008). Gawat darurat

obsetetri ginekologi &obtetri ginekologisocial untuk profesi bidan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Moleong, L.J. (2005). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, M. (2012). Pengaruh motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan

terhadap kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Jurnal Mimbar, XXVIII(1),

93-102.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, H., Milanti, I., & Fransiska, N. (2017). Hubungan pengetahuan ibu

hamil tentang isi buku KIA dengan kepatuhan kunjungan ANC di

kelurahan timbau wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang tahun 2017.

Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam, 5(2), 47-54.

Oktaviana., & Mugeni. (2015). Hubungan pengetahuan, sikap, kepatuhan ibu

hamil dan ibu balita dalam penggunaan buku KIA di Puskesmas Geger

dan kidung Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Jurnal Buletin Penelitian

Sistem Kesehatan, 18(2), 141-150.

Puspaningtyas, M, Meikawati, R.P, & Masyunah, Y. (2017). Analisis kinerja

dalam pemanfaatan buku KIA oleh bidan di Puskesmas Kabupaten

Pekalongan. Jurnal Kajen, 1(1), 15-24.

Puluhulawa, I. (2013). Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap status kesehatan

masyarakat di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal Katalogis, 1(3), 15-25

Rahayu, Y.P., Mahpolah, & Panjaitan, F.M. (2015). Hubungan pengetahuan dan

sikap ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan terhadap pemanfaatan

buku KIA di UPT Puskesmas Martapura. Jurnal Dinamika Kesehatan,

6(1), 146-152.

Rivai, V., & Mulyadi, D. (2012). Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008). Perilaku organisasi, organizational

behavior (Buku Edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, S.P., & Judge, T.A.(2011). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba

Empat.

Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2015). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba

Empat.

Riani, A. L. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Swayne, L.E., Duncan, W.J., & Ginter, P.M. (2006). Strategic manajemen of

health care organization. Hongkong: Blackwell Publishing.

Sari, A., Ratag, G.A.E., & Kandau, G.D. (2013). Tantangan dan hambatan

program pengembangan kesehatan olahraga untuk lansia di Puskesmas

Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 1(3), 113-119.

Sutrisno, E. (2011). Budaya organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Suyono & Budiman. (2010). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:

Alfabeta.

Sistiarani, C., Gamelia, E., & Hariyadi, B. (2014). Analisis kualitas

pengembangan buku kesehatan ibu dan anak. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional, 10(1), 14-20.

Sihotang, H., Santosa, H., & Salbiah. (2016). Hubungan fungsi supervisi kepala

runagan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit

Umum Pirngadi Medan. Jurnal Idea Nursing Jurnal, VII(1), 13-19.

Tampilang, R. M., Tuda, J.S.B., & Waraow, H. (2013). Hubungan supervisi

kepala ruangan dengan kepuasan perawatn pelaksana di RSUD

Lingkendage Tahun. Jurnal e-Ners, 1(1), 21-29.

Wibowo. (2010). Budaya organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wibowo. (2013). Perilaku dalam organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Widodo, Y., Amanah, S., Panjaitan, N.K., & Susanto, J. (2017). Pengaruh faktor

sosial ekonomi dan budaya terhadap perilaku persalinan di perdesaan

daerah angka kematian ibu rendah dan tinggi. Jurnal kesehatan

Reproduksi, 8(1), 77-88.

Winarno, B. (2008). Kebijakan publik teori dan proses. Jakarta. PT Buku Kita.

Wulandari, A., Wigati. P.A., & Sriatmi, A. (2015). Analisis pelayanan antenatal

dan faktor-faktor yang berkaitan dengan cakupan pelayanan antenatal oleh

bidan desa di Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 14-

23.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliana

NIM : 177032024

Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan

melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)

Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap

pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan

informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk

penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh

anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu

penulisan Tesis yang berjudul:

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018

Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

BIDAN DESA

I. Identitas responden

No respondes :

Umur :

Pendidikan :

Lama bekerja :

Desa :

Puskesmas :

II. Pertanyaan wawancara

1. Pra pelayanan

a. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana tentang

petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?

Jawab:

b. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan buku

KIA?

Jawab:

c. Pada pelaksanaan penggunaan buku KIA, apa saja persiapan sebelum

pelaksanaannya (penentuanan sasaran, kebutuhan buku KIA, persiapan

pelaksanaan posyandu, kelas ibu hamil/kelas ibu balita) dan apa saja

hambatannya?

Jawab:

d. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan pelayanan

posyandu/kelas ibu hamil?

Jawab:

2. Pelayanan

a. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu

hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?

Jawab:

b. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk teknis

dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita lupa

membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

3. Paska Pelayanan

a. Apasaja yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan?

Jawab:

4. Dukungan Pimpinan

a. Bagaimana peran koorKIA dan dukungan kepala puskesmas dalam

pelaksanaan pelayanan buku KIA?

Jawab:

5. Supervisi

a. Bagaimana supervisi yang dilakukan oleh penanggung jawab program

KIA dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA?

Jawab?

6. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi

hambatannya?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliana

NIM : 177032024

Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan

melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)

Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap

pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan

informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk

penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh

anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu

penulisan Tesis yang berjudul:

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018

Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

IBU HAMIL/IBU BALITA

III. Identitas responden

No respondes :

Umur Ibu :

Pendidikan Ibu : 1 ( ) SD 4 ( ) DIII

2 ( ) SMP 5 ( ) S1

3 ( ) SMP 6 ( ) S2

Jumlah anak :

Pekerjaan ibu :

Pekerjaan Suami :

IV. Pertanyaan wawancara

7. Kepemilikan dan pengetahuan ibu hamil/ibu bayi/ibu balita tentang kesehatan

KIA.

a. Apakah ibu memiliki buku KIA?

Jawab:

b. Bagaimana ibu mendapatkan buku KIA?

Jawab:

c. Apakah ibu mengerti isi buku KIA?

Jawab:

d. Bagaimana pengalaman tentang penggunaan buku KIA?

Jawab:

e. Adakah ada bagian dari isi buku KIA yang ibu pedomani untuk ibu

lakukan?

Jawab:

f. Mengapa ibu melakukannya?

Jawab:

8. Pra pelayanan

a. Apakah ibu tercatat dalam registrasi ibu hamil/bayi/balita di desa?

Jawab:

b. Bagaimana cara memperoleh informasi kesehatan KIA

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

9. Pelayanan

a. Bagaimana pelayanan yang di berikan dalam pelayanan KIA (ibu

hamil/bayi/balita)

Jawab:

b. Apasaja pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap

pelayanan ibu hamil/bayi/balita

10. Paska Pelayanan

a. Selama mengunjungi pelayanan kesehatan, apa saja yang di berikan

informasi oleh tenaga kesehatan?

Jawab:

11. Dukungan Organisasi

a. Kapan terakhir koordinator KIA/kepala Puskesmas hadir dalam

pelaksanaan kegiatan posyandu/kelas ibu hamil.

Jawab:

b. Apa saja yang dilakukan pada saat kunjungan dari pihak puskesmas?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliana

NIM : 177032024

Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan

melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)

Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap

pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan

informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk

penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh

anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu

penulisan Tesis yang berjudul:

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018

Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

KADER

V. Identitas responden

No respondes :

Umur :

Pendidikan : 1 ( ) SD 4 ( ) DIII

2 ( ) SMP 5 ( ) S1

3 ( ) SMP 6 ( ) S2

Pekerjaan :

Desa :

Puskesmas :

VI. Pertanyaan wawancara

12. Pra pelayanan

c. Apakah ibu hamil/bayi/balita semua tercatat dalam registrasi ibu

hamil/bayi/balita di desa?

Jawab:

d. Bagaimana cara memperoleh data tersebut?

Jawab:

e. Bagaiman perannya dalam pelaksanaan buku KIA dana pa saja yang

menjadi tugasnya?

Jawab:

13. Pelayanan

c. Bagaimana pelayanan yang di berikan dalam pelayanan KIA (ibu

hamil/bayi/balita)

Jawab:

d. Apasaja pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap

pelayanan ibu hamil/bayi/balita

14. Paska Pelayanan

b. Apa saja yang dilakukan setelah pelayanan posyandu/kelas ibu selesai

dilaksanakan?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

15. Dukungan Organisasi

c. Kapan terakhir koordinator KIA/kepala Puskesmas hadir dalam

pelaksanaan kegiatan posyandu/kelas ibu hamil.

Jawab:

d. Apa saja yang dilakukan pada saat kunjungan dari pihak puskesmas?

Jawab:

16. Sarana prasaana

a. Bagaiman tentang persedian alat dalam pelayanan kegiatan dalam

pemanfaatan buku KIA dana pa saja yang menjadi hambatannya?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliana

NIM : 177032024

Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan

melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)

Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap

pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan

informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk

penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh

anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu

penulisan Tesis yang berjudul:

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018

Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

KEPALA PUSKESMAS

VII. Identitas responden

No respondes :

Umur :

Jenis Kelamin : 1 ( ) Laki-laki 2. ( ) Perempuan

Pendidikan :1 ( ) SKM 2 ( ) Dokter

2 ( ) S2

Lama Jabatan (kapus) :

Puskesmas :

VIII. Pertanyaan wawancara

17. Pra Pelayanan

a. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana

tentang petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?

Jawab:

b. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan

buku KIA?

Jawab:

c. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan

pelayanan posyandu/kelas ibu hamil?

Jawab:

18. Pelayanan

c. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu

hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?

Jawab:

d. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk

teknis dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita

lupa membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?

Jawab:

19. Paska Pelayanan

b. Apasaja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah pelaksanaan

kegiatan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Jawab:

20. Dukungan Pimpinan

b. Bagaimana peran koorKIA pada pelaksanaan kegiatan pelayanan buku

KIA?

Jawab:

c. Kapan terakhir melakukan kunjungan supervisi pada pelaksanaan

kegiatan

Jawab:

21. Supervisi

b. Bagaimana supervise yang dilakukan oleh penanggung jawab program

KIA dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA, dan apa hambatannya?

Jawab?

22. Sarana dan prasarana

b. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi

hambatannya?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliana

NIM : 177032024

Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan

melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)

Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap

pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan

informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk

penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh

anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu

penulisan Tesis yang berjudul:

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018

Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)

KOOR KIA

IX. Identitas responden

No respondes :

Umur :

Pendidikan :

Lama bekerja :

Puskesmas :

X. Pertanyaan wawancara

23. Pra Pelayanan

d. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana

tentang petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?

Jawab:

e. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan

buku KIA?

Jawab:

f. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan

pelayanan posyandu/kelas ibu hamil?

Jawab:

24. Pelayanan

e. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu

hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?

Jawab:

f. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk

teknis dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita

lupa membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?

Jawab:

25. Paska Pelayanan

c. Apasaja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah pelaksanaan

kegiatan?

Jawab:

26. Dukungan Pimpinan

d. Bagaimana peran kepala Puskesmas pada pelaksanaan kegiatan

pelayanan buku KIA?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Jawab:

e. Kapan terakhir melakukan kunjungan supervisi pada pelaksanaan

kegiatan

Jawab:

27. Supervisi

c. Bagaimana supervise yang dilakukan dalam kegiatan pelaksanaan buku

KIA, dan apa hambatannya?

Jawab?

28. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi

hambatannya?

Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Lampiran 2. Transkrip Wawancara

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 09.00 Wib

Hari/Tanggal : Kamis/ 18April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : Santi Armiati

UMUR :34 tahun

PEKERJAAN :PJ GIZI Kabupaten

HP : 085260100874

Pertanyaan Fakta di

Lapangan

Jawaban

Sarana prasarana

Pra Pelayanan

Peran kader dan bidan desa

di posyandu

Pemanfaatan buku KIA dilapangan sebagai

pedoman, sudah dilakukan namun selama ini

buku KIA hanya sebagai catat timbang,

Untuk alat-alat yang mendukung pelaksananan

kegiatan seperti timbangan, mikrotoa itu wajib

di sediakan oleh swadaya masyarakat (dana

desa), termasuk uang insentif kader.

Kader sebagai pelaksana kegiatan salah

satunya di meja 4 yaitu penyuluhan.

Peran bidan juga sangat penting, karena

bidanlah yang berkuasa mengatur dari (-) H,

sampai (+) H, (-) H itu halo, halo, PMT kah

atau mengajak kumpulkah, atau apa itu peran

bidan dalam mengajak kader.

hari H posyandu, dari balita nya datang,

berjalannya system 5 meja sampai ke

pelayanan kesehatannya itu tugas bidan yang

pantau,

Program yang turun kelapangan hanya

memantau kegiatan tersebut tidak membina

kembali karena itu sudah lewat pada saat

melakukan pembinaan. Apabila terjadi

kesenjangan silahkan konsul ke puskesmas

tolong bina kami, seperti permintaan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pelayanan KIA

Paska pelayanan

Hambatan dalam

pelaksanaan

membina.

(+) H pencatatan pelaporan

Peran kordes, untuk membina bidan desa

Pelayanan sudah berjalan, dengan peran kader

di semua meja, kecuali di meja 5 yaitu

pelayanan yang dilakukan bidan desa

Motivasi kader kuat dalam menjalankan

kegiatan posyandu didukung oleh adanya

pemberian SK sebagai kader dari Desa.

Indikator dalam akreditasi pelayanan adalah

apa yang dikerjakan di catat, dicatat apa yang

dikerjakan.

Penguatan dalam pemberian pelayanan oleh

kader dilapangan di kuatkan dengan

pemakaian seragam bagi kader, karena dia

akan percaya diri dalam memberikan

pelayanan, bahwa saya hari ini berposisi

sebagai kader.

Pencatatan dan pelaporan yang dlaporakan ke

kecamatan dan langsung di kirim ke

kementerian kesehatan melalui EPPGBM

(Elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis

masyarakat).

Percaya diri kader dalam memberikan

pelayanan, tidak menganggap bahwa

pelayanan yang diberikan karena tidak adanya

rasa memiliki dari kegiatan tersebut.

Rasa bosan karena itu-itu saja yang selalu

dikerjakan

Seperti ibu balita untuk apa saya datang hanya

timbang-timbang

Motivasi bidan desa yang kurang, karena

beranggapan saya hanya menolong persalianan

saja, untuk pelayanan lainnya fifty-fifty

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Dukungan pimpinan,

supervisi. Sarana prasarana

Komunikasi yang kurang efektif dari

penyampaian pesan (bidan desa) maupun yang

menerima pesan (kader) untuk melaksanakan

tupoksi kerja mereka. Sehingga infomasi tdak

tepat sasaran.

Kehadiran kepala dalam pelaksanaan kegiatan

akan menambah motivasi bagi pelaksana

kegiatan baik bides maupun kader, karena

mereka di perhatikan dan akan memberikan

pelayanan yang terbaik.

Namun ibarat anak yang banyak dengan ibu

yang satu, maka tidak akan dapat memberikan

perhatian penuh kepada semua anak2,

sehingga di perlukan pihak pengelola program

sebagai perpanjangan tangan dari dinas.

Menyadari bahwa kesalahan terletak pada

semua bagian dari dinas kesehatan, pengelola

program puskesmas, bidan desa, sampai ke

kader.

Salah satu permasalahan tersebut karena

jumlah pengelola program di puskesmas

kurang, di tambah dengan motivasi bidan desa

yang kurang dalam pelaksanaan kegiatan.

Sebaik ada inovasi inovasi baru dan di

motivasi, yang menitik beratkan kepada

pemegang program kecamatan serta bidan desa

dalam memberikan hal tersebut.

Komunikasi yang baik dari kader dan bidan

desa kepada ibu hamil dan balita.

Pemanfaatan buku KIA, akan baik bila

dilakukan langsung tatap muka dalam memberi

penyuluhan, dengan tidak hanya menyuruh ibu

hamil untuk membaca buku, karena pasti

mereka tidak akan mau membaca.

Supervisi dari pihak puskesams dalam

pemanfaatan buku KIA hasrus dilakukan

karena mereka merasa dipedulikan sehingga

akan melakukan hal yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 10.00 Wib

Hari/Tanggal : Jum‟at/ 12 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : RAHMI, Amd.Keb

UMUR :30 Th

PEKERJAAN : BIDAN DESA (DESA BALEE PANAH)

PUSKESMAS : JULI 1

HP : 0852 6002 6909

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra Pelayanan

Bagaimana tentang petunjuk teknis

dalam penggunaan buku KIA, apakah

sudah jelas

Logistik buku KIA

Persiapan kegiatan kelas

ibu/posyandu dalam pelaksanaan

penggunaan buku KIA

Tidak tersedia alat yang mendukung

Informan tidak tahu tentang juknis

dalam penggunaan buku KIA, tentang

apa saja yang menjadi ketentuan dalam

penggunaan buku KIA, dengan ekpresi

wajah bingung dan tertawa malu.

Persediaan buku KIA tidak menjadi

masalah, dengan permintaan buku KIA

sejumlah sasaran ibu hamil per tahun di

desa, namun bila buku KIA sudah habis

dan ibu hamil masih ada, maka buku KIA

di anjurkan untuk di fotokopi

Persiapan yang dilakukan hanya

mengumpulkan ibu hamil saja melalui

pengumuman dari meunasah bahwa hari

ini ada dilakukan pelaksanaan kegiatan

posyandu.

Tidak ada persiapan lainnya seperti

penyediaan alat bantu untuk mendukung

kegiatan. Karena metode yang dilakukan

hanya berupa ceramah.

Seperti kegiatan pada saat dilakukan

pengamatan (penyuluhan tentang

persiapan menghadapi persalianan) ada

materi tentang IMD (Inisiasi menyusui

Dini), Cara memberi Asi yang Benar,

Rencana KB paska salin, tidak ada alat

yang mendukung dalam memberi

pengetahuan kepada ibu hamil (buku

KIA, Pantom Payu dara, Alat KB)

Tidak faham bahwa alat tersebut sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

kegiatan

Kegiatan untuk meningkatkan minat

ibu hamil/ibu balita ke pelayanan

(Posyandu, kelas Ibu)

Pelayanan

Apasaja kegiatan yang dilakukan

untuk ibu hamil/bayi dan balita

Bila buku KIA tidak di bawa oleh ibu

hamil/ibu bayi/ibu balita

Pada saat kegiatan tidak ada ibu

hamil yang membawa buku KIA

Paska pelayanan

Apasaja yang dilakukan setelah

pelaksanaan kegiatan

Dukungan Pimpinan

butuh untuk kegiatan yang telah

terlaksana cukup lama, dengan alasan

bahwa alat tersebut tidak di sarankan

oleh pihak puskesmas untuk disediakan.

Minat kunjungan ibu hamil dan ibu balita

dilakukan melalui pemberian PMT

Pelayanan untuk ibu hamil dilakukan

pemeriksaan seperti pengukuran tekanan

darah, pengukuran lingkar lengan,

timbang berat badan, pengukuran tinggi

fundus uteri.

Untuk pelayanan balita dilakukan

pemeriksaan lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan dan timbang berat badan

Pencatatan hasil pemeriksaan hari

pelayanan akan di catat di buku bidan

desa, yang selanjutnya akan di catatat ke

dalam buku KIA pada saat kunjungan

selanjutnya.namun ”ada juga yang lupa

untuk di catat”. Merasa bersalah namun

sambal tersenyum

Tidak ada buku KIA karena, buku KIA

ada sama kader disebabkan waktu

kemaren di ambil semua buku KIA dari

ibu hamil untuk melakukan kroscek

kelengkapan pencatatan yang ada di buku

KIA, karena ada pemeriksaan dari Dinas

kesehatan disebabkan ada kematian ibu

di wilayah Kabupaten Bireuen dan pihak

dinas kesehatan menduga bahwa ada

kaitannya dengan kelengkapan informasi

pencatatan kesehatan ibu hamil di buku

KIA

Bidan desa juga langsung pulang dengan

jawaban yang begitu polos, dan bingung

dengan menyatakan “pulang juga”

Sudah baik, dan peduli dengan cara bila

setiap kegiatan mau mendukung melalui

ikut serta hadir dalam kegiatan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Peran koor KIA/Kapus dalam

kegiatan

Supervisi

Hambatan dalam pemanfaatan buku

KIA

Apa Guna buku KIA bagi bidan desa

Dokumentasi tentang pelayanan

kegiatan buku KIA di kelas ibu

sesekali memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat

Pihak dari puskesmas seperti koordinator

KIA, penanggung jawab Gizi, Imunisasi

sudah baik namun merasa masih

kewalahan di bagian Imunisasi, di

sebabkan informasi seputaran vaksin, dan

pihak aparatur desa seperti kepala desa

juga tidak mampu memberi keyakinan

bagi warganya dalam hal klarifikasi

seputaran isu vaksin yang sebenarnya.

Bidan desa menyatakan jujur belum

maksimal dalam pemanfaatan buku KIA

di wilayah kerja dia, dengan

“memberikan informasi hanya sekilas

saja” namun dia ada menyarankan pada

ibu hamil untuk membaca buku KIA.

Dan juga menyatakan bahwa “kemauan

dari masyarakat untuk membaca buku

KIA kurang” karena hanya perlu untuk

keperluan ”PKH SAJA”.

Pelayanan dalam penggunaan buku KIA

yang dilakukan selama ini tidak tidak

maksimal, di karenakan dilakukan di

posyandu dan kelas ibu hamil, yang di

hadiri oleh banyak ibu hamil dan ibu

balita sehingga tidak bisa memberikan

informasi dan edukasi secara benar

kepada mereka dan menyadari bahwa

bahwa sebaiknya dilakukan dengan

tatap muka langsung hadap hadapan

dengan ibu hamil

Namun juga masih kurang dilakukan

pemanfaatan buku KIA oleh bidan

desa pada pertemuan lainnya di luar

kegiatan posyandu/kelas ibu seperti pada

saat ibu periksa antenatal di poskesdes,

Untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dia tentang buku KIA.

Ibu hamil tdak ada membawa buku KIA

disebabkan buku KIA berada sama kader,

dengan jumlah kunjungan ibu hamil yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

hadir pada kegiatan tersebut adalah 2 ibu

hamil dari jumlah 6 orang ibu hamil di

wilayah kerja desa tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 11.30 Wib

Hari/Tanggal : Senin/ 22April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : ERLINA, Amd.Keb

UMUR :29 Th

PEKERJAAN : BIDAN DESA (DESA COT AWE BATE)

PUSKESMAS : PEUSANGAN SIBLAH KRUENG

HP : 0852 77740133

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra Pelayanan

Logistik buku KIA

Bahan demontrasi

Persiapan kegiatan kelas

ibu/posyandu dalam pelaksanaan

penggunaan buku KIA

Kendala dilapangan dalam

pelaksanaan kegiatan

Stok buku KIA, sesuai dengan jumlah

ibu hamil.

Dan selalui pas, namun bila buku tidak

tersedai maka akan ditunda dulu

pemberian buku KIA kepada ibu hamil.

Tidak disediakan hanya menggunaan

media ceramah saja.

Hanya menyiapkan vaksin imunisasi.

Kunjungan poyandu dan kelas ibu telah

terjadwal dan di umumkan bila ada

perubahan jadwal.

Tidak semua sasaran yang hadir ke

pelayanan, walaupun demiakian

dilakukan kunjungan ke rumah ibu

hamil dan rumah bayi bagi yang tidak

hadir.

Jumlah kader mencukupi, dan

melakukan tugas dan fungsinya.

Namun di meja pemyuluhan kader yang

melakukan, di bantu oleh bidan desa

untuk bagian penyuluhan bagi ibu hamil.

Kader kurang memahami tentang

informasi kehamilan, sehingga kader

kurang percaya diri dalam memberikan

penyuluhan

Kader kurang maksimal dalam

pelaksanaan kegiatan, seperti pencatatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pelayanan

Apasaja kegiatan yang dilakukan

untuk ibu hamil/bayi dan balita

Paska pelayanan

Apasaja yang dilakukan setelah

pelaksanaan kegiatan

Dukungan Pimpinan

Peran koor KIA/Kapus dalam

kegiatan

Supervisi

pelaporan.

Kendalanya faktor bosan, untuk

menjelaskan karena hal itu-itu saja.

Insentif kader tidak masalah.

Di posyandu dan kelas ibu hanya

dilakukan pelayanan informasi

kesehatan saja.

Untuk pemeriksaan ibu hamil dilakukan

di polindes, dengan pemeriksaan sesuai

standar antenatal.

Membuat laporan, dan menentukan

materi apa yang disiapkan untuk bulan

depan.

Dukungan kapus baik dalam

pelaksanaan kegiatan, dengan sering

ikut hadir kepus kegiatan dan langsung

memberi penyuluhan kepada

masyarakat.

Dipantau pelaksanaan oleh pj, dengan

melihat kegiatan yg saya lakukan, dan di

tambah bila ada yang kurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 09.03 Wib

Hari/Tanggal : Senin/ 15April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : Mukarramah

UMUR :29 tahun

ANAK KE : 2

PEKERJAAN :Ibu Balita

PUSKESMAS : Peusangan Selatan (desa Uteuen Raya)

HP : 085260429262

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Kepemilikan dan pengetahuan

Pra Pelayanan

Tercatat dalam registrasi balita

Ibu memiliki Buku,

Namun tidak mengerti tentang perihal

tumbuh kembang bayi. Seperti tidak

mengetahui perkembangan pada bayi

berumur 8 bulan apa saja yang bayi

dapat lakukan seperti dapat menerima

respon panggilan bila di panggil.

Tenaga kesehatan tidak menjelaskan

tentang bagian tumbuh kembang pada

balita seperti yang tertera didalam buku

KIA

Balita tercatat di register balita di desa

Pelayanan yang diberikan pada

kesehatan balita adalah hanya

penimbangan, pengukuran tinggi badan

yang lainnya tidak ada, “hanya nyan

mantong yang dilakukan yang laen hana

sapu”

Pelayanan SDIDTK pada balita tidak

dilakukan, seperti pengecekan

perkembangan menurut umur, tes daya

lihat ,aupun tes daya dengar.

Pihak tenaga kesehatan tidak ada

bertanya kepada ibu balita apa saja yang

mungkin yang dia belum mengerti,

sehingga ibu balita juga merasa tidak

berani untuk bertanya tentang hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Motivasi ke posyandu

Pengalaman dalam bulu KIA

Paska pelayanan

kesehatan yang mau dia Tanya.

Buku KIA tidak dijadikan media

edukasi dalam memberi pengetahuan

pada ibu balita tentang tumbuh

kembangnya.

Karena disuruh datang untuk timbang

berat badan, itu saja.

Buku KIA di bawa saja pada saat

pelayanan, pulang di bawa pulang dan di

bawa kembali pada saat mau bekunjung

pada posynadu selanjutnya.

Edukasi dan informasi pada saat hamil

saja pihak tenaga kesehatan memberikan

penjelasan mengenai hal yang seputaran

kehamilan, setelah melahirkan tidak ada

lagi penjelasan mengenai tumbuh

kembang bayi, terkecuali pada

pengukuran berat badan, apakan naik

atau tidak

Ibu balita merasa buku KIA sangat

penting, karena banyak gambar yang

menarik untuk dilihat. namun kurang

difahami lebih mendetil karena

kurangnya minat untuk membaca buku

KIA, hal tersebut karena tidak ada

pernyataan yang jelas dari tenaga

kesehatan untuk wajib membacanya.

Setalah pelayanan pemberian PMT dan

ibu balita langung pulang dan bulan

depan untuk hadir lagi ke posyandu.

Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 10.00 Wib

Hari/Tanggal : Sabtu/ 13 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : Nurul Husna

UMUR : 26 tahun

HAMIL KE : 2

PEKERJAAN : Ibu bayi

PUSKESMAS : Peusangan Siblah Krueng (desa Cot Awe Bate)

HP : 082362356218

Pertanyaan Fakta di

Lapangan

Jawaban

Kepemilikan dan

pengetahuan

Pengalaman dalam buku KIA

Pelayanan KIA (balita)

Ibu memiliki Buku KIAdari bidan desa.

Ibu merasa buku KIA bermanfaat, seperti

pada saat hamil mengalami perdarahan, dan

dari buku KIA lebih tau, karena bidan desa

suruh baca-baca, sehingga tahu bahwa hal

tersebut ada masalah dalam kehamilannya,

sehingga langsung bertanya ke bidan desa.

Bagian bayi yang dilihat adalah bagian

memandikan bayi, yang selama ini hanya tau

dari orang tau.

Hanya dilakukan penimbangan dan

pengukuran tinggi badan saja.

Di timbang berat badan, panjang badan,

imunisasi.

Lingkar kepaa bayi ada diukur, “tidak ada”,

tes motorik halus pada bayi “tidak dilakukan.

Disarankan oleh tenaga kesehatan untuk

membaca buku KIA, “beu sering baca-baca”.

Tidak dijelaskan perpoin menurut kebutuhan

yang diperlukan oleh bayi, “dijelaskan

perpoin hana, secara umum”

Peran kader setelah posyandu tidak

dimanfaatkan, Karena langsung ke bidan

desa, merasa lebih mudah untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Paska pelayanan

berkomunikasi dengan kader, tidak terfikir

untuk menanyakan ke kader.

Alasan ke bidan desa pun karena bila ada

kendala saja, selebihnya tidak juga

berkunjung ke bidan desa.

Kegiatan jam 10.00 sudah tutup, sehingga

balita yang terakhir datang tidak mendapatkan

informasi yang diberikan pada saat pelayanan

dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 10.00 Wib

Hari/Tanggal : Rabu/ 10 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : Tilawati

UMUR :34 tahun

HAMIL KE : 3

PEKERJAAN :Ibu Hamil

PUSKESMAS : Makmur

HP : 082364237173

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Kepemilikan dan pengetahuan

Pra Pelayanan

Tercatat dalam registrasi ibu

hamil

Pelayanan KIA

Paska pelayanan

Ibu memiliki Buku KIAdari bidan desa

Ibu menganggap penting buku KIA, karena

dapat menambah pengetahuan tentang

kesehatan selama kehamilan.

Buku KIA di pergunakan oleh ibu hamil

hanya pada saat ibu ke posyandu dan

puskesmas.

Banyak ilmu yang dapat di ketahui melalui

adanya buku KIA, seperti pengukuran tinggi

badan untuk ibu hamil (meskipun, jawaban

ibu kurang tepat bahwa beliau menyatakan

bahwa tinggi badan <145 normal), dan guna

minum tablet tambah darah.

Ibu tercatat di registrasi kohor ibu hamil

Pelayanan KIA sudah baik dilakukan, berupa

memberikan pemeriksaan tinggi fundus,

tekanan darah, lingkar lengan, dan diberikan

penjelasan yang ibu Tanya kepada bidan

(pemeriksaan dilakukan pada waktu lain di

luar posyandu, karena ketidak tersedianya

tenpat pemeriksaan antenatal)

Ibu diberikan penjelasan tentang hasil

pemeriksaan pada waktu dia ke posyandu.

Namun hasil pengamatan konseling yang

diberikan kepada ibu hamil hanya sekilas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Lampiran

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 10.00 Wib

Hari/Tanggal : Jum”at/ 12 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : Syarfida

UMUR : 33 tahun

PEKERJAAN : Kader Posyandu (desa suka ramai)

PUSKESMAS : Makmur

PENDIDIKAN : SMP

HP : 082295502474

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra Pelayanan

Sasaran ibu hamil dan balita

Pelayanan

Data sasaran di ketahui melalui data dari

bidan desa yang melaporkan bahwa dia

hamil, bila dia tidak memberitahu maka

tidak tau bahwa ada ibu hamil di desa.

Dilakukan pelayanan oleh kader,

dilakukan menurut tugasnya, di bagian

pendaftara, penimbangan, pencatatan.

Bila ada yang berhalangan hadir maka

kader pengganti kebingungan dalam

melaksanakan tugasnya di saat itu,

seperti biasanya di bagian penimbangan

berganti di bagian pencatatan.”agak

lama dalam mencari bagian yang di

catat”

Pelayanan untuk balita adalah timbang

berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala.

Untuk pelayanan ibu hamil dilakukan

langsung oleh bidan desa.

Konseling di meja 4 dilakukan sendiri

oleh bidan desa, kader tidak faham

bahwa itu menjadi tugasnya pada saat

posyandu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Paska pelayanan

Hambatan

Kader tidak faham tentang materi

kesehatan pada ibu hamil, karena tidak

ada pelatihan.

Buku KIA tidak dimanfaatkan oleh

kader dengan alasan bahwa anaknyas

sudah kelas 5 SD, sehingga buku KIA

tidak lagi di baca, dan lagi tidak pernah

kader memberikan penjelasan tentang

materi kesehatan seperti yang ada di

buku KIA.

Tugas kader setelah posyandu hanya

mengsisi data yang mungkin diperlukan

saja.

Hanya membantu bila ada hal tentang

BPJS, karena pengalaman informan

pada saat menanyakan data ibu hamil,

“peujet neu jak tanyong long hamil”

Tidak memahami tentang isi buku KIA

secara mendalam.

Kepercayaan ibu hamil kepada kader

kurang,

Bila ada yang bertanya seputaran

masalah kesehatan langsung di arahkan

ke bidan desa.

Kurang percaya diri kader.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 11.00 Wib

Hari/Tanggal : selasa / 23 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : FITRIANI, S.SiT, M.Keb

UMUR : 40 TAHUN

PEKERJAAN : KASIE KIA GIZI KABUPATEN BIREUEN

HP : 081361709503

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra pelayanan

Stok buku KIA

SDM (Bides)

hambatannya

Sarana prasarana dalam

pelayanan

Kendala dalam penggunaan buku

KIA

Stok buku KIA tidak cukup.

Tahun 2017 permintaan 9.971 yang di

berikan 7810, tahun 2018 permintaan 10.043

diterima 11.089.

Bila stok buku KIA dilapangan tidak

mecukupi, maka sementara di fotokopi

supaya data tidak hilang, dan nati akan

dipindahkan ke buku KIA sesuai standar bila

sudah ada. Bisa memakai dana desa.

Bila di hitung jumlah bides melalui

menghitung jumlah penduduk dengan bidan

desa itu sesuai. Lagi pula sasaran di lagangan

juga sedikit.

Bila ada desa binaan, bides menganggap itu

bukan wilayah tanggung jawab mereka.

Memakai modul kelas ibu.

Buku KIA tetap di jadikan media utama

dalam pelaksanaan kegiatan, meskipun

dilapangan kurang maksimal

Lemahnya peran bidan koordinator dalam

melakukan monitoring dan evalusi

pemanfaatan buku KIA.

Kualitas yang kurang dalam pembinaan.

Kurangnya manajemen dalam bekerja seperti

menitit suatu program.

Seringnya pergantian bikor-bikor baru,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Mungkin masalah dana

Solusinya

Sarana prasarana dalam

pelaksanaan kegiatan

Dukungan pihak dinkes

Hasil temuan dalam parade buku

KIA

sehingga menambah masalah untuk

pengetahuan bikor dalam KIA.

Bikor yang sudah dilatih tidak lagi

ditempatkan di tempat kerjanya.

Dana tidak menjadi masalah, terbukti dengan

dana yang sudah di sediakan tidak habis

dilaksanakan.

Seharusnya mereka melakukan refres oleh

koordinator di puskesmas, seperti setelah

dilakukan supervise maka akan terlihat mana

pelaksnaan kegiatan yang kurang baik, maka

dia akan bina bidan desa secara individu.

Kegiatan sudah terintegrasi dengan desa,

seperti persediaan mikrotois, timbangan,

media KIE anak, bisa menggunakan dana

desa, karena pihak dinkes tidak lagi

menyediakan dana desa.

Dan itu sudah ada peraturan dalam dana

desa, yang di bicarakan dalam musrembang.

Banyak yang kami lakukan, seperti

penguatan kepada petugas nya dulu seperti

penanggung jawab KIA juga bidan desa

dalam pemanfaatan buku KIA.

Kegiatan yang dilakukan:

Parade buku KIA, dengan menferif isi buku

KIA, bagaimana pengisian buku KIA, yang

sudah dilakukan 6 puskesmas.

Banyak buku KIA yang tidak sinkron isi nya

dengan laporan dari survailen KIA, yaitu

seperti tdk sikron HPHT ibu di kohor dengan

di isi buku KIA, umur kehamilan di kohor

lain di buku KIA lain, namun itu dalam

jumlah kecil saja.

Itu kembali lagi kurang monitoring dari

koordinator bidan desa dalam melakukan

verifikasi dalam pengisian buku KIA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Juknis buku KIA dan motivasi

koordinator KIS di puskesmas

Solusinya

Supervise

hambatan

Solusinya

Sudah jelas semua,

hanya saja mereka tidak melakukan brefing

ke bidan desa, tidak pernah memperkuat

bidan desanya bagaimana buku KIA betul-

betul di manfaatnkan dan bisa jalan.

Pelaksanaannya seperti air mengalir saja,

tidak ada upaya bahwa buku KIA semuanya

harus jalan, terbukti pada saat parade buku

KIA pada waktu lalu.

Kedepannya, dilakukan

Peninkatan kapasitas koordinator dan bidan

desa yang sudah di rencanakan dalam

anggaran tahun 2020

Dilakukan sekali satu tahun.

Dilakukan monitoring ke bikor, sedangkan

untuk pelaksanaan buku KIA dilakukan

dengan kegiatan monitoring MTBS-M, sebab

di buku KIA ada pencatatan tentang

manajmen terpadu bayi sakit, karena tidak

ada anggaran khusus untuk melakukan

monitoring buku KIA untuk pihak dinkes.

Yang dilihat pelaporan Kohor ibu hamil dan

PWS.

1. Pergantian bikor yang sering.

2. Kurangnya pengetahuan bikor sehubungan

pergantian.

3. Belum maskimal kerja sama dengan pihak

praktek mandiri swasta lain, seperti dokter

obgin, karena pasien ramai.

Kita akan buat kebijakan kembali dengan

pihak swasta yang sudah dilakukan pada

tahun 2012, namun tidak berjalan.

Jadi Kita akan refisi kembali pergup POM

ada poin-poin pentingn menurut kita sangat

urgen, salah satunya adalah buku KIA yang

akan kita masukkan dalam DPA tahun 2019.

Upaya lainnya.

Untuk rumah sakit dan instasi swasta agak

sulit bila di intervensi oleh dinkes, kecuali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Dampak terhadap kunjungan

bupati sendiri yang menetapakn peraturan

tantang standar pelayanan kesehatan ibu

hamil, dan ini akan di perkuat melalui revisi

perbup POMA.

Dan nanti akan di evalusi pada tahun yang

akan datang.

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan

pemanfaatan buku KIA telah dilakukan,

pendampingan ibu hamil dan pengawasan

ASI Eklusif yang dilakukan oleh kader, yang

dilaksanakan pada tangga 29 maret 2019

untuk pendampinagn ibu hamil dan tanggal 1

April 2019 untuk pengawasan ASI Eklusif.

Kegiatan langsung berupa pembekalan pada

semua puskesmas dengan mengirimkan satu

kader untuk setiap puskesmas. (untuk tahap

awal), selanjutnya kegiatan terus beranjut

dengan menggunakan dana desa, dan akan di

evalusi nantinya untuk melihat dampat

terhadap jumlah kunjungan ibu hamil,

cakupan ASI eklusif dan pemanfaatan buku

KIA.

Cakupan kunjungan ibu hamil sesuai SPM

harus 100 %, berbeda dengan indicator target

RPJMN dalam RESTRA, sesuai dengan

capaian yang akan kita capai.

Tidak tercapainya kunjungan 100 %

kunjungan lengkap ibu hamil, informasi

dilapangan bahwa banyak ibu hamil yang

pindah ke desa lain dalam pelayanan terakhir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Lampiran

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 10.00 Wib

Hari/Tanggal : Rabu/ 10 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN :

UMUR :

HAMIL KE :

PEKERJAAN : Kepala Desa

PUSKESMAS : Makmur

HP : 082364237173

Konsep Hasil Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Informasi tentang buku KIA

Hambatan dalam memberi

kepercayaan kepada warga dalam

ikut serta kegiatan posyandu

Tidak tau apa ibu buku KIA.

Karena itu bagian ibu hamil, jadi kurang

mengerti dan menguasai, karena itu ada

jalur masing-masing.

Masalah KIA lon hana meuphom.

Mana mungkin masalah ibu hamil kami

tau.

Kesehatan ibu hamil sangat penting.

Namun dari kabupaten tidak hadir

sekalipun ke lapangan. Bila dari desa

sudah di informasikan untuk warga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Dukungan dari pihak desa dalam

KIA

hadir, mereka enggan hadir dengan

alasan “untuk apa mendengar mereka

yang itu-itu saja yang datang memberi

pelayanan.

Bila tidak ada dorongan dari kecamatan,

kami pihak desa tetap diam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 09.00 Wib

Hari/Tanggal : Jum”at/ 11 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : UMMI KALSUM, Amd.Keb

UMUR :42 TAHUN

PEKERJAAN : KOORDINATOR KELAS IBU

PUSKESMAS : JULI 1

HP :085260328278

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra Pelayanan

Juknis, dan sasaran ibu hamil

Logistik buku KIA

Persiapan kegiatan kelas

ibu/posyandu dalam pelaksanaan

penggunaan buku KIA oleh pihak

puskesmas

Pelayanan

Apasaja kegiatan yang dilakukan

untuk ibu hamil/bayi dan balita

Juknis buku KIA sudah jelas, dan semua

tentang juknis Buku KIA sudah di

sosialisasikan ke bidan desa

Stok buku KIA tersedia sesuai dengan

jumlah sasaran ibu hamil

Bila dalam perjalanan buku KIA kurang,

maka di bicarakan dengan kepala

puskesmas bahwa buku KIA kurang dan

membicarakan dengan kepala desa atau

bidan desa menjumpai kepala desa,

minta tolong di fotokopikan sejumlah

ibu hamil dengaan menggunakan

anggaran desa, nanti bila buku KIA

lebih di berikan dari dinkes maka akan

meberikan ulang buku KIA ke ibu hamil

sesuai dengan satandar dari kemenkes.

Biasanya kegiatan posyandu maupun

kelas ibu sudah terjadwal.

Untuk kegiatan pelaksanaan kegiatan

tidak semua ibu hamil hadir ke kegiatan,

sehingga informasi kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan pada

kegiatan tersebut akan di sampaikan

oleh ibu hamil yang hadir kepada ibu

hamil yang tidak hadir.

Setelah di berikan materi kesehatan ibu

hamil, maka ibu hamil dilakukan

pemeriksaan antenatal dengan di bawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Paska pelayanan

Apasaja yang dilakukan setelah

pelaksanaan kegiatan

Dukungan Pimpinan

Peran koor KIA/Kapus dalam

kegiatan

Supervisi

Hambatan dalam pemanfaatan

buku KIA

ibu hamil ke poskesdes, namun untuk

pemeriksaan laboratorium dilakukan di

puskesmas.

Dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan

dengan standar pelayanan 10 T.

Bila hasil temuan dilapangan tidak

lakukan dengan standar 10 T maka akan

dilakukan refres mungkin mereka lupa,

kebanyakan dari bidan desa yang masih

baru bekerja dan belum PNS (magang)

ada yang bari 1tahun bekerja sehingga

pihak puskesmas harus ekstra

membimbing mereka. (Belum ada

pengalaman)

Melihat pencatatan bidan desa dan refres

kembali, apakah sesuai tidak dengan

langkah-langkah dalam pelaksanaan

kelas ibu.

Permaslahann dilapangan, karena

kekurangan alat bantu untuk mendukung

kegiatan yang tidak disiapkan oleh bidan

desa karena terkendala karena alat dan

bahan. Seperti pantom ASI.

Kepala puskesmas mendukung dalam

kegaiatan pemanfaatan buku KIA,

dengan cara ikut serta dalam kegiatan

tersebut dengan melihat dan menyatakan

bahwa pelasksanaan kegiatan sudah

baik,

Bahkan ada mantan kapus yang

mengikuti pelaksanaan kegiatan dari

awal akhir, dengan melihat langsung

bagaimana cara memberikan imunisasi

kepada bayi

Supervisi dilakukan oleh pemegang

program masing-masing dalam kegiatan

Kurang persiapan dari bidan desa dalam

menyiapkan kegiatan, kurang motivasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

dari bidan seperti dalam membawa

materi kurang menggali pengetahuan

dari ibu hamil.

Namun kendala tersebut akan di lakukan

dengan kegiatan refres kelas ibu (buku

KIA) 2 kali dalam satu tahun yang

bersumber dari dana BOK,

Tenpat dilakukan di meunasah.

Persentase penggunaan bukun KIA baru

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Lampiran

Transkrip hasil wawancara

Pukul : 09.30 Wib

Hari/Tanggal : Senin/ 22 April 2019

IDENTITAS INFORMAN :

NAMA INFORMAN : MARDALENA, Amd.Keb

UMUR : 42 TAHUN

PEKERJAAN : KOORDINATOR KIA

PUSKESMAS : PEUANGAN SIBLAH KRUENG

HP : 085275922199

Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban

Pra Pelayanan

Juknis, dan sasaran ibu hamil

Logistik buku KIA

Persiapan kegiatan kelas

ibu/posyandu dalam pelaksanaan

penggunaan buku KIA oleh pihak

puskesmas

Juknis buku KIA sudah jelas, dan semua

tentang juknis Buku KIA sudah di

sosialisasikan ke bidan desa, sudah di

jelaskan dan sudah di baca.

Sasaran ibu hamil 271 buku yang

diterima 380.

Stok buku KIA cukup untuk 2018 di

berikan pada bulan oktober 2018, dan

masih ada sisa untuk sasaran tahun

2019.

Bila stok habis maka buku KIA

terhutang, kemudian difotocopi dgn

dana puskesmas.

Namun biasa tidak ada masalah untuk

stok ibu hamil.

Biasanya kegiatan posyandu maupun

kelas ibu sudah terjadwal, dan

memastikan kembali jadwal kegiatan.

Mempersiapkan diri sebelum acara.

Harus peka bila ada sasaran yang tidak

hadir dengan mengundang secara resmi

yaitu ke rumah sasaran.

Persiapan oleh bidan desa, berupa tehnik

demontrasi, alat2 tulis , disiapkan oleh

bidan desa, dll,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Pelayanan

Apasaja kegiatan yang dilakukan

untuk ibu hamil/bayi dan balita

Media buku kia pada

pelaksanaaan kelas ibu

Contoh isi penyuluhan KB Paska

salin

Standar pelayanan antenatal

Motivasi ibu untuk datang ke

kembali ke pelayanan dalam

antenatal

Paska pelayanan

Apasaja yang dilakukan setelah

pelaksanaan kegiatan

Dukungan Pimpinan

Peran koor KIA/Kapus dalam

kegiatan

Pelaksanaan terlaksana seperti yang di

rencanakan, tetapi tidak sesuai dgn

standar yang diharapkan, cara

membawakan menfasilitasi, dan alat

demontrasi tidak ada., yang disediakan

hanya yang mungkin disediakan.

Selama ini tidak menjadi media Untuk

Ibu hamil, karena memakai modul kelas

ibu, namun buku KIA tetap di bawa.

tidak fokus menggunakan buku KIA,

karena sedang memahami ini, kemudian

disuruh membaca yang lain.

Tidak di fokuskan untuk melihat materi

KB Paska salin di buku KIA, karena

materi di modul lebih jelas.

Hanya saja ibu di suruh baca-baca di

rumah, tidak di kuatkan dengan buku

KIA.

Sesuai dengan standar dalam buku KIA,

Dan itu wajib dilakukan.

Pemeriksaan tidak dilaksanakan di

pelayanan kelas ibu, namun dilakukan di

harilain di polindes.

Hanya materi saja yang diberikan pada

kelas ibu.

Tidak masalah, meskipun dilakukan

diluar waktu kegiatan kelas ibu dan

poyandu.

Melihat administrasinya, ada sebagaian

bidan mereviwe kembali kegiatan saat

itu untuk pelayanan kedepan, seperti

pembagian tugas kader.

Responnya baik dari kapus. dengan dia

menayakan buku KIA, cukup tidak.

Kunjungan lapangan monitoring

kegiatan yang dilaksanakan.

Dan memberikan penyuluhan untuk di

suruh membaca buku KIA, bersama

dengan pemegang program KIA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Supervisi

Hambatan dalam pemanfaatan

buku KIA

Solusi dari pihak penanggung

jawab puskesmas terhadap

hambatan tersebut

Supervisi di jadwalkan pertahun 2 kali

dengan jumlah 7 desa yang telah

dijadwalkan, karena pelakasaan

pemanfaatan buku KIA bukan hal yang

baru, sudah bukan tahap sosialisasi lagi,

Kendalanya adalah beberapa tahun di

monitoring, peningkatan pengetahuan

ibu hamil tidak meningkat,

Masalahnya, mungkin, tahap

sosialisasinya kurang efektif sehingga

pemberian informasi isi buku KIA

kurang efektif pada saat distribusi buku

KIA oleh bidan desa ke sasaran

Sedangkan dari pihak penanggung

jawab program sudah memberi

penjelasan

Tingkat minat baca dari sasaran juga

jadi masalah.

Motivasi bidan desa menurut karakter

masing-masing, ada yang aktif, terlihat

dengan kegiatan pelaksanaan akan aktif

termasuk kegiatan promosi

Hasil evalusi di tindak lajuti oleh

pengelola program dengan cara di buat

pembinaan kembali kepada bidan desa,

saat lokmin dan di pertemuan bidan

desa.

Semua keberhasilan kegiatan tergantu

SDM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

GAMBAR KEGIATAN

Gambar 3. Wawancara dengan KASIE KIA GIZI Dinas Kesehatan Kabupaten

Bireuen

Gambar 4. UPTD Puskesmas Makmur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 5. Kapus Puskesmas Makmur (dr. Darmawanti)

Gambar 6. Wawancara dengan ibu hamil desa suka ramai (Puskesmas Makmur)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 7. UPTD Puskesmas Juli

Gambar 8. Wawancara dengan kapus Juli (Husaini, SKM)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 9. Wawancara dengan koordinator KIA Puskesmas Juli

Gambar 10. Kegiatan Kelas Ibu di Desa Bale Panah (Puskesmas Juli 1)

..\DCIM\KEGIATAN TESIS BUKU KIA\VID_20190412_094745.mp4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 167: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 168: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 11. Kegiatan Kelas Ibu Desa Abeuk Budi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 169: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 12. Pelayanan Antenatal care

Gambar 13. UPTD Puskesmas Peusangan Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 170: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 14. Wawancara dengan kapus Puskesmas Peusangan Selatan (Andian,

SKM)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 171: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 15. Kegiatan posyandu desa uteuen raya (PKM Peusangan Selatan)

Gambar 16. Wawancara dengan ibu hamil (desa uteun raya puskesmas Peusangan

Selatan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 172: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 17. Kegiatan kelas ibu Desa Mata Ie (Puskesmas Peusangan Selatan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 173: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 18. UPTD Puskesmas Peusangan Siblah Krueng

Gambar. 19. Wawancara dengan kapus Peusangan siblah krueng (Lisa Lita, SKM)

didampingi oleh KTU (Safriana, Amkl)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 174: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 20. Kegiatan posyandu desa Cot Aneuk Bate

..\DCIM\KEGIATAN TESIS BUKU KIA\VID_20190413_101317.mp4

Gambar 21. Wawancara dengan ibu balita desa Cot Aneuk Bate (Puskesmas

Peusangan Siblah Krueng)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 175: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 22. Wawancara dengan pengelola program KIA dan Gizi Puskesmas

Peusangan Siblah Krueng

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 176: IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA

Gambar 23. Wawancara dengan Bides Cot Aneuk Bate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA