implementasi model pembelajaran somatic-...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC-
AUDITORY-VISUALIZATION-INTELLECTUALLY (SAVI)
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA KONSEP IBADAH SHOLAT BERJAMAAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Highscope Indonesia Alfa Indah)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh:
MUHAMMAD DIDIN WAHIDIN
208011000051
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRTPSI
Skripsi berjudul Implementasi Model Pembelajaran Soruefiic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada Konsep Ibadah Sholat Berjamaah
disusun oleh Muhammad Didin wahidin, NIM. 208011000051, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 12 Juli2015
Yang mengesahkan,
Pembimbing
NrP. 19700127 199703 2 004
I
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Implementasi Model Pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAYI) dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa pada Konsep Ibadah Sholat Berjamaah disusun oleh Muhammad Didin
Wahidin Nomor Induk Mahasiswa 208011000051, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan
lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 27 Juli 2015 di hadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Sl (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,30 Juli 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)Dr. H. Abdul Majid Khon, M.AgNrP. 19580707 198703 t 005
Sekertaris Jurusan
Marhamah Saleh, Lc, MANIP. 19720313 200801 2010
Penguji IHeny Narendrany Hidayati, M.PdNIP. 19710512199603 2 002
Penguji IIDr. Sapiudin Shidik, M.AgNrP. 19670328 200003 1 001
Mengetahui
Dekan Faku Keguruan
UIN S
3of?feot
'? /t^ o
!'ft1
1rf1-wts
KEMENTERIAN AGAMAUlN JAKARTAFITKJl lr. H Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
Ha 1tlSURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Dosen Pembimbing
Muhammad Didin Wahidin
Bandung,2l Juni 1986
20801 1000051
Pendidikan Agama IslamImplernentasi Model P emb el aj ar an S o m a ti c -Audi t oryVis ualiz ation-Int ellectually (S AYI) pada KonsepIbadah Sholat Berj amaah
Siti Khadijah, MA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,3O Juli 2015Mahasiswa Ybs,
Muhammad Didin WahidinNrM. 2080110000s1
Nama
Tempat/Tgl.Lahir
NIMJurusan/ ProdiJudul Skripsi
i
ABSTRAK
Muhammad Didin Wahidin. 208011000051. Implementasi Model Pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dalam Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada Konsep Ibadah Sholat Berjamaah.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VII
dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah. Penelitian ini
dilaksanakan di Sekolah Highscope Indonesia Alfa Indah selama bulan Mei 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas
(PTK). Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui penerapan
model pemebelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada konsep ibadah sholat berjamaah.
Perolehan data dilakukan dengan menggunakan instrumen non tes berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa, lembar wawancara aktivitas guiru dan siswa,
catatan lapangan dan dokumentasi selama kegiatan pembelajaran. Analisis data
untuk aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan nilai persentase.
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah kriteria nilai aktivitas belajar
siswa dengan kategori baik dan sangat baik. Dari hasil penelitian, kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I sebesar 75,13 yang termasuk
kedalam kategori cukup baik dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar
78,62 yang termasuk kedalam kategori baik. Kemudian, didapatkan aktivitas
belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai sebesar 78,33 yang termasuk
kedalam kategori baik dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 86,82
yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada konsep ibadah sholat berjamaaah.
Kata kunci: SAVI, Aktivitas Belajar Siswa
ii
ABSTRACT
Muhammad Didin Wahidin. 208011000051. Model Learning Implementation of
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) in Improving Student
Learning Activity on the Concept of Woship Congregation.
The aim of this research is to improve students' learning activities in class VII by
applying the learning model Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) on the concept of worship pray. This research was conducted at the
School Highscope Alfa Indah Indonesia during the month of May 2015. The
method used is a method of classroom action research (PTK). This method
involves four stages, namely planning, implementation, observation, and
reflection. Results of research conducted shows that learning Islamic education
through the application of models pemebelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) can increase student learning activities of Islamic education
on the concept of worship pray. Data acquisition is done by using the non-test
instruments in the form of sheets of teacher and student activity observation,
interview sheets guiru and student activities, field notes and documentation for
learning activities. Analysis of the data for the activities of teachers and students'
learning activities conducted by a percentage value. Indicators of success in this
study is the criterion value student learning activity with both categories. From the
research, the ability of teachers to manage learning in the first cycle of 75.13 were
included into the category quite well and has increased in the second cycle of
78.62 were included in both categories and good category. Then, obtained
learning activities of students in the first cycle to obtain a value of 78.33 were
included in both categories and has increased in the second cycle of 86.82 were
included in the very good category. Based on these results it can be concluded that
the application of learning models Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) can increase student learning activities on the concept of worship pray.
Keywords: SAVI, Student Activities
iii
KATA PENGANTAR
بسماهللالرحمنالرحيم
Segala puji dan syukur bagi Allah swt Pengatur Jagad Raya. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin peradaban sepanjang
zaman, Muhammad Saw.
Salam cinta penulis persembahkan kepada almarhumah Ibunda dan
almarhum Ayahanda. Kepada mereka, penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya dan sedalam-dalamnya, disertai doa “Ya Rabb, limpahkanlah
rahmat-Mu kepada mereka berdua di akhirat. Amin”.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran,
kebaikan dan kemurahan hati beliau memberikan bimbingan dan semangat
selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
5. Ibu Kepala Sekolah Highscope Unit Alfa Indah Joglo Jakarta Barat, Amelia
Boedi Santoso, M.Pd., yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
6. Istri tercinta Chaerani Azizah yang selalu memberikan penulis bantuan dalam
hal apapun, semangat, inspirasi, dan nasehat-nasehatnya dengan penuh
cintanya kepada penulis.
iv
7. Ibu dan Bapak Mertua yang selalu memberikan penulis semangat. Semoga
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya untuk keduanya di dunia dan
akhirat. Aamiin.
8. Kakanda tercinta ‘aa dan teteh’ yang selalu memberikan penulis semangat.
Semoga Kakanda sehat selalu dan diberikan kesuksesan oleh Allah SWT di
dunia dan akhirat. Aamiin.
9. Sahabat-sahabat perjuangan di Pendidikan Agama Islam: Keluarga besar
BONTOT dan sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga Allah swt. membalas segala kebaikan mereka.
Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya. Aamiin.
Jakarta, 14 Juli 2015
Penulis
Muhammad Didin Wahidin
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti.................................. 8
1. Tinjauan Tentang Belajar, Pembelajaran,
dan Hasil Belajar ..................................................................... 8
a. Belajar ................................................................................ 8
b. Pembelajaran ...................................................................... 9
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan
Hasil Belajar ..................................................................... 10
2. Aktivitas Belajar Siswa ......................................................... 11
vi
3. Model Pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) ........ 12
a. Pengertian Model Pembelajaran ...................................... 12
b. Model Pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).... 13
1) Somatic (Learning by Doing)………………………...14
2) Auditory (Learning by Hearing)……………………..16
3) Visual (Learning by Seeing)………………………….18
4) Intellectual (Learning by Thinking)…………………..20
c. Tipe Pembelajar Somatic, Auditory, dan Visual………....22
4. Ibadah Sholat Berjamaah……………………………………24
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 30
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 33
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ................ 33
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 37
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................ 38
E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................... 38
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................. 41
G. Data dan Sumber Data ............................................................... 41
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 41
I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ............................................ 43
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ........................................... 44
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..................................... 45
vii
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................... 47
B. Analisis Data ............................................................................. 48
1. Penelitian Pendahuluan ......................................................... 48
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ............................................. 50
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ............................................ 62
C. Pembahasan ............................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 96
B. Implikasi .................................................................................... 96
C. Saran .......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….100
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Intervensi Tindakan Siklus I ................................................ 39
Tabel 3.2 Desain Intervensi Tindakan Siklus II ............................................... 40
Tabel 3.3 Tingkat Aktivitas Guru dan Aktivitas Belajar Siswa ....................... 45
Tabel 4.1 Format Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I dan SiklusII ........... 56
Tabel 4.2 Format Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ....................................... 58
Tabel 4.3 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I .............................................. 59
Tabel 4.4 Perbedaan Signifikan Hasil Observasi Aktivitas Guru .................... 66
Tabel 4.5 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ............................................. 67
Tabel 4.6 Perbedaan Signifikan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ...... 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ..... 10
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat ....... 37
Gambar 4.1 Aktivitas Guru selama Kegiatan Pembelajaran ........................... 70
Gambar 4.2 Aspek Somatic ............................................................................. 73
Gambar 4.3 Aspek Auditory ............................................................................ 74
Gambar 4.4 Asperk Visual .............................................................................. 75
Gambar 4.5 Aspek Intellectual ....................................................................... 76
Gambar 4.6 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ......................................... 78
Gambar 4.7 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ........................................ 79
Gambar 4.8 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Somatic ............................. 81
Gambar 4.9 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Auditory ............................ 83
Gambar 4.10 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Visual ................................ 84
Gambar 4.11 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Intellectual ........................ 86
Gambar 4.12 Aktivitas Belajar Siswa (SAVI) .................................................. 89
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 100
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ....................................................... 106
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Guru ............................................. 110
Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ............................... 114
Lampiran 5 Lembar Wawancara teradap Guru ............................................. 116
Lampiran 6 Lembar Wawancara terhadap Siswa.......................................... 121
Lampiran 7 Catatan Lapangan Selama Proses Pembelajaran ....................... 124
Lampiran 8 Perhitungan Nilai Aktivitas Guru .............................................. 128
Lampiran 9 Perhitungan Nilai Aktivitas Belajar Siswa ................................ 129
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Selama Proses Pembelajaran....................... 133
Lampiran 11 Surat Izin Observasi................................................................... 134
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian................................................................... 135
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mendidik atau melatih anak termasuk urusan yang paling penting.
Sudah menjadi keharusan bagi orang-orang yang berhati ikhlas untuk
menyingsingkan lengan baju dan bekerja dengan tulus tanpa mengenal lelah
guna membentuk generasi baru. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya
pendidikan profesional yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah,
serta dosen di perguruan-perguruan tinggi.
Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Ihya ’Ulumuddin
menyebutkan bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan
yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang
lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan
kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat
berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia
akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia
dan akhirat.1
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari pendidikan
nasional memiliki peran yang penting dalam mewujudkan pilar-pilar
pendidikan. Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.
Paradigma dunia pendidikan diperlukan untuk membangun
masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas akan membawa pendididkan
sebagai proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Paradigma
pembelajaran mengembangkan pengertian bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar, peserta didik yang menjadi fokus perhatian (learner centered).
1Jamaal ‘Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 2005), h. 19.
2
Pengajar hanyalah salah satu faktor eksternal pembelajaran.2 Dalam hal ini,
kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat bergantung pada
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Hal
ini dikarenakan, tugas guru bukan semata-mata mengajar (teacher centered),
tapi lebih kepada membelajarkan siswa (children centered).
Terkait dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa
pada umumnya pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru
(teacher centered). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini masih
mempertahankan cara-cara lama (tradisional), seperti ceramah, menghafal,
demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering.3 Dari situasi
pembelajaran yang semacam ini hampir tidak ada kesempatan bagi siswa
untuk menuangkan kreatifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Dengan
pembelajaran seperti ini, siswa cenderung pasif dan pembelajaran menjadi
monoton sehingga siswa pun merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam
menerima pelajaran, yang mengakibatkan siswa tidak fokus dalam belajar dan
tidak memahami pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan kreatif
dalam mengembangkan model pembelajarannya dengan berpusat pada siswa
(student centered), yang lebih banyak melibatkan siswa dan mengaktifkan
siswa. Dengan begitu, siswa akan tertantang untuk dapat memahami pelajaran
dan suasana pun akan lebih menyenangkan.
Pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pun masih
dijumpai adanya kecenderungan siswa tidak mau bertanya pada guru
meskipun sebenarnya belum memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Beberapa siswa hanya diam ketika guru menanyakan apa saja yang belum
mereka pahami. Selain itu, ketika guru melakukan tanya jawab kepada siswa
terkait materi yang disampaikannya, siswa yang menjawab pertanyaan yang
disampaikan guru adalah siswa yang memang dari awal sudah aktif selama
2Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 4. 3Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:Rasail,
2008), hal. 3.
3
kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa, masih ada beberapa
siswa yang tidak melakukan pembelajaran aktif dalam kelasnya.
Secara umum banyak faktor yang mempengaruhi kualitas proses
pembelajaran. Keberhasilan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi faktor
siswa saja, ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
faktor internal yang meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), aspek
psikologis diantaranya kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi, faktor
eksternal yang meliputi lingkungan sosial dan nonsosial, dan faktor
pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.4 Kegiatan pembelajaran, dalam
implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara
mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam
strategi, metode ataupun model pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran
di dalam kelas, sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi
para siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya.
Seperti yang telah kita ketahui, dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses
pembelajaran berlangsung. Pengelolaan proses pembelajaran yang baik dapat
memfokuskan siswa kepada tujuan pembelajaran dengan hasil yang optimal.
Dalam pembelajaran dikenal berbagai model pembelajaran.
Keragaman model pembelajaran selalu bermula dari keinginan untuk
memenuhi kebutuhan siswa. Salah satu diantaranya adalah model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
Pengembangan model-model pembelajaran merupakan suatu upaya yang
harus dipersiapkan dan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
hal ini, membelajarkan Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 137-138.
4
akan memberikan ruang kepada siswa untuk dapat belajar aktif serta
mengekspresikan diri secara bebas.5 Dengan begitu, peneliti mempercayai
bahwa model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran, karena model pembelajaran ini melibatkan semua indera
dengan menggabungkan keempat aspek SAVI (Somatic-Auditory-Visual-
Intellectual) dalam satu peristiwa pembelajaran.
Dalam hal ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada konsep
ibadah sholat berjamaah yang melibatkan aktivitas intelektual dan seluruh
anggota tubuh serta alat indera digabungkan dalam satu peristiwa
pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang
membuat siswa mudah dalam pemahaman materi dan pengasaan konsep
melalui model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI). Pembelajarannya dilakukan dengan aktivitas (learning by doing),
belajar dengan mendengarkan (learning by hearing), belajar dengan
memperhatikan (learning by seeing), dan belajar dengan berpikir (learning by
thinking). Pembelajaran yang memberikan ruang kepada siswa untuk dapat
belajar aktif dan mengekspresikan diri secara bebas. Secara teori, mampu
membuat siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik
dari waktu ke waktu.6 Implementasi model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) dapat memberi kesan pembelajaran yang
kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa dengan menggabungkan keempat
aspek SAVI, yakni somatic, auditory, visual, dan intellectual selama kegiatan
pembelajaran. Adapun pengertian implementasi adalah penerapan dan
pelaksanaan. Implementasinya adalah harus melakukan sesuai dengan
5Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, (New York: Mc GrawHill
Companies, Inc., 2000), pp. 44. 6Ibid.
5
petunjuk. Sedangkan, mengimplementasikan adalah menerapkan dan
melaksanakan.7
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menganggap perlu
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Implementasi
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Konsep Ibadah Sholat
Berjamaah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kemudian muncul
berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut
1. Pembelajaran Agama Islam yang selama ini diberikan masih cenderung
berpusat pada guru (teacher centered).
2. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
3. Kurangnya variasi guru dalam memilih model, strategi, dan metode dalam
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
C. Pembatasan Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penelitian dibatasi pada usaha untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat berjamaah terhadap siswa kelas VI Highscope Indonesia
Alfa Indah.
7Umi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yoshiko
Press, 2006), h. 298.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut: ”Apakah dengan implementasi model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada konsep ibadah sholat berjamaah
terhadap siswa kelas VI di Highscope Indonesia Alfa Indah?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas VI Highscope Indonesia Alfa Indah melalui implementasi model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat berjamaah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang
bersifat teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran Pendidikan Agama
Islam utamanya pada implementasi model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang positif kepada strategi pembelajaran di sekolah serta
mampu mengoptimalkan kemampuan siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Memberikan wawasan kepada guru tentang keberagaman model
pembelajaran, khususnya dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
7
Intellectually (SAVI) yang dapat dipilih untuk melaksanakan
pembelajaran yang kreatif dan efektif.
2) Guru lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) Menggali kemampuan siswa dalam aspek Somatic-Auditory-Visual-
Intellectual.
2) Membangun keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pada
konsep ibadah sholat berjamaah.
3) Membangun siswa untuk menggunakan potensi dirinya lebih kreatif
dalam mengembangkan kemampuan siswa sebagai bekal menjalani
kehidupan sehari-hari mengenai arti apa yang telah dipelajarinya.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Tinjauan tentang Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar mengajar
memegang peranan yang sangat penting. Terdapat beberapa teori dalam
belajar, diantaranya:1
1) Teori Behavioristik
Teori behavioristik yaitu teori belajar yang mengobservasi
perilaku individu dalam belajar, baik perilaku eksternal maupun
internal. Dalam teori ini dikenal beberapa teori belajar:
a) Teori Koneksionisme
Teori ini dikemukakan oleh Edward L Thorndike, ia berpendapat
bahwa belajar ialah hubungan stimulus dan respon atau disebut
pula “S-R Bond Teory”. Stimulus dan respon dibentuk oleh suatu
kepuasan sehingga asosiasi akan semakin meningkat. Adanya
stimulus dan respon yang telah diberikan dalam hal ini siswa,
sehingga terjadilah proses berpikir dalam diri siswa terhadap
materi yang dipelajarinya.
b) Teori Pembiasan Perilaku Respons
Teori ini dikemukakan oleh Burhus Frederic Skinner, ia
berpendapat bahwa perilaku operant conditioning yaitu perilaku/
respon yang berefek sama terhadap lingkungannya dimana studi
Skinner ini berpusat antara hubungan perilaku dan konsekuensi-
konsekuensinya.
1Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 118-119.
9
2) Teori Kognitif
Teori ini dipelopori oleh ahli psikologi Gelstalt, Piaget, Vygotsky,
Gagne, Bruner, dan Ausebel. Menurut mereka dalam proses
pembelajaran siswa membentuk struktur kognitif dalam ingatannya.
Setiap individu yang belajar akan menyusun pengalaman yang
dipelajari dan menyimpannya dalam ingatan.
3) Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivistik dipelopori J. Piaget dan Vygotsky.
Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang
berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang
menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan
tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada
dari hasil perolehan sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan
siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Dari uraian definisi belajar di atas, belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk mendapatkan perubahan pada diri seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan sesuai dengan
kemampuan masing-masing untuk memperoleh pengetahuan baru.
b. Pembelajaran
Dua definisi yang cukup mewakili berbagai perspektif teoritis
terkait dengan praktik pembelajaran:2
1) Pembelajaran sebagai perubahan perilaku. Salah satu contoh
perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya tidak
begitu perhatian dalam kelas ternyata berubah menjadi sangat
perhatian.
2) Pembelajaran sebagai perubahan kapasitas. Salah satu contoh
perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya takut
2Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2013), h. 5.
10
pada pelajaran tertentu ternyata berubah menjadi seorang yang
sangat percaya diri dalam menyelesaikan pelajaran tersebut.
Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Dalam istilah
pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara
fisik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi
tersebut antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik
dengan guru, siswa lainnya, media, atau sumber lainnya sebagai proses
yang menjadikan seseorang atau mahluk hidup untuk belajar.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
pada setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut:3
Alam
Lingkungan
Sosial
Luar
Kurikulum/ Bahan pelajaran
Instrumental Guru/ Pengajar
Sarana dan Fasilitas
Administrasi/ Manajemen
Faktor
Kondisi Fisik
Fisiologi
Kondisi Panca Indera
Dalam
Bakat
Psikologi Minat
Kecerdasan
Motivasi
Kemampuan Kognitif
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
3M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 107.
11
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa
model pembelajaran sebagai faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
yakni faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasikan guna
menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (instrumental input).
Dala hal ini, faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau
bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran meliputi strategi,
metode, dan model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di
sekolah yang bersangkutan.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
sangat menentukan hasil belajar siswa. Menurut Paul D. Dierich membagi
kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu sebagai berikut:4
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
4Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet.
XIV, h. 172-173.
12
f. Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Dalam hal ini, asas aktivitas digunakan dalam semua jenis
metode mengajar, hanya saja penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk
yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan
disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan
itu.
3. Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
“Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya”.5
Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang
telah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang telah
disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu model
ataupun metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan.
5Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. III, h. 133.
13
b. Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
Proses pembelajaran yang digariskan oleh kurikulum
sekarang lebih menitikberatkan peran aktif siswa dalam kegiatan
belajar, seorang pendidik hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran yang
menerapkan peran aktif siswa adalah model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
Dave Meier merupakan pendidik, trainer, sekaligus
penggagas model accelerated learning. Salah satu strategi
pembelajarannya adalah apa yang dikenal dengan Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI). Berikut ini adalah cara-cara yang
bisa menjadi starting point guru dalam melaksanakan pembelajaran
SAVI.6
Dalam hal ini, Model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua indera yang
dimiliki oleh siswa baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
menggerakan tubuh, dan sebagainya. Dave Meier mengemukakan
bahwa “The Body Is the Mind; The Mind Is the Body”. Pikiran dan
tubuh tidak terpisahkan. “If your body don't move, your brain don't
groove”, jika siswa ketika belajar tidak menggerakkan tubuhnya maka
akan menghalangi pikiran untuk berfungsi secara optimal.7
Menggabungkan gerakan tubuh dengan aktivitas intelektual akan
berpengaruh besar pada pembelajaran karena menggunakan semua
indera. Model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) sangat sesuai digunakan untuk proses
pembelajaran yang bebas dan aktif.
Di bawah ini, paparan mengenai setiap unsur Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI):
6Huda, op. cit., h. 283-287.
7Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, (New York: Mc GrawHill
Companies, Inc., 2000), pp. 36.
14
1) Somatic (Learning by Doing)
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh
(seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatic berarti belajar
dengan menggunakan indera peraba, kinestetis, yang melibatkan
fisik dengan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dave Meier
mengungkapkan bahwa tidak semua pembelajaran memerlukan
aktivitas belajar fisik, tetapi dengan bergantian menjalankan aktivitas
belajar aktif dan pasif secara fisik dapat membantu pembelajaran
siswa.8
Aspek somatic yakni belajar dengan bergerak dan beruat
tercermin dalam surat At-Taubah ayat 105.
.
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. At-Taubah: 105)
Dengan bekerja sungguh-sungguh dan senantiasa diiringi
doa kepada Allah, kebaikan di dunia berupa kemuliaan, kewibawaan
dan kemakmuran akan diperoleh sebagai anugerah kebaikan
dariNya. Secara otomatis, kebaikan di akhirat tentu saja akan
dianugerahkan Allah bagi orang yang berbuat tepat menurut jalan
yang telah ditetapkanNya dan meneladani Nabi Muhammad SAW.
Penjelasan tersebut berkaitan dengan aspek somatic atau kinestetik
yang menekankan pada kegiatan untuk melakukan aktivitas/ gerak.
Dalam hal ini, aktivitas yang dapat dilakukan agar siswa
dapat bergerak, yaitu:9
8Ibid., p. 44.
9Ibid., p. 45.
15
a) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.
b) Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu
proses atau system.
c) Menciptakan bagan, diagram, dan pictogramMemeragakan suatu
proses, system, atau seperangkat konsep.
d) Mendapatkan pengalaman, kemudian membicarakannya dan
merefleksikannya.
e) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik.
f) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar,
dan lain-lain).
g) Mewawancarai orang di luar kelas.
h) Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi
seluruh kelas.
Literatur yang lain menjelaskan lebih rinci mengenai hal
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sarana somatic dalam
belajar diantaranya adalah:10
a) Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk
bergerak di tempat-tempat yang berbeda.
b) Sediakanlah tape yang bisa didengarkan oleh siswa selama
mereka berjalan, berlari, berlompatan kecil, atau bekerja.
c) Berikan waktu break sesering mungkin ketika siswa tengah
belajar, lalau ajaklah mereka untuk segera bergerak ketika sedang
menemukan gagasan baru.
d) Biarkan siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah
mendengarkan, menonton, atau berpikir.
e) Berikanlah sesuatu yang bisa mereka mainkan selama melakukan
aktivitas ini (tetapi pastikan benda itu tidak menimbulkan
kekacauan).
10
Huda, op. cit., h. 284-285.
16
f) Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa
yang mereka pelajari, misalnya flash card yang bisa digunakan
untuk mencocokkan item-item yang sama.
g) Sesekali mintalah mereka memperagakan gagasan mereka dalam
bentuk teater, mimik, atau sentuhan (tanpa harus mengucapkan
kata apapun).
h) Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap
mereka membaca teks tertulis.
Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran yang
menggunakan aktivitas fisik membuat siswa dapat berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
2) Auditory (Learning by Hearing)
Aktivitas auditory dapat direfleksikan melalui belajar
berbicara dan mendengar. Pikiran auditory manusia lebih kuat
daripada yang disadari. Telinga terus menerus menangkap dan
menyimpan informasi auditory bahkan tanpa disadari. Dan ketika
seseorang membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area
penting di otak menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam
pembelajaran pendidik hendaknya mengajak siswa membicarakan
apa yang sedang dipelajari, mengajak berbicara saat memecahkan
masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja atau menciptakan makna pribadi bagi diri sendiri.
Aspek auditory yakni belajar dengan mendengarkan dan
berbicara tercermin dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
17
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S. Al-Alaq:1-5)
Dalam surat ini, Nabi Muhammad SAW diperintahkan
untuk membaca disertai adanya penjelasan tentang kekuasaan Allah
SWT terhadap manusia dan penjelasan sifat-sifatnya. Awal surat ini
menjadi ayat pertama yang turun dalam Al-Qur’an sebagai rahmat
dan petunjk bagi manusia. Wahyu pertama yang sampai kepada Nabi
Muhammad SAW adalah perintah membaca dan pembicaraan
tentang pena dan ilmu. Tidakkah kaum muslimin menjadikan ini
sebagai pembelajaran untuk menebarkan ilmu. Membaca dapat
diartikan sebagai belajar, membaca, menelaah situasi, belajar dengan
ilmu pengetahuan, berkarya, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini terkait aspek auditory, belajar
dengan berbicara dan mendengarkan merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk menuntut ilmu. Dengan begitu, ilmu yang
telah didapatkan selama kegiatan pembelajaran dari hasil
mendengarkan dapat disebarkan ke orang lain.
Aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
sarana auditory dalam belajar diantaranya adalah:11
a) Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran
yang terkandung di dalam buku yang dibaca mereka.
b) Mintalah pembelajar berpasang-pasangan membicarakan secara
terperinci apa yang baru saja mereka dan bagaimana
menerapkannya.
c) Mintalah pembelajar memmpraktikan suatu ketrampilan
memeragakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara sangat
terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.
11
Meier, op. cit., p. 47.
18
d) Ajaklah pembelajar membuat hafalan dari yang sedang mereka
pelajari.
e) Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara nonstop saat
sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana
jangka panjang.
Berdasarkan uraian di atas, gaya belajar auditory akan
mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun
diingat, seperti musik, dialog internal, dan suara.
3) Visual (Learning by Seeing)
Visual yaitu belajar dengan mengamati dan
menggambarkan. Ketajaman visual, meskipun lebih menunjukkan
pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang, alasannya
adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.
Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah
belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan oleh
seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer.
Pembelajar visual paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari
dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran
dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dan kadang mereka
dapat belajar lebih baik lagi jika mereka menciptakan peta gagasan,
diagram, ikon, dan citra mereka sendiri dari hal-hal yang sedang
mereka pelajari.
Aspek visual yakni belajar dengan melihat, mengamati,
dan memperhatikan tercermin dalam surat Al-Maidah ayat 31.
.
19
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-
gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil)
bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya,
berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia
seorang diantara orang-orang yang menyesal.” (Q.S. Al-
Maidah: 31)
Diriwayatkan ayat ini turun setelah Qobil membunuh
saudaranya Habil. Ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya
terhadap mayat saudaranya. Karena ini pembunuhan pertama yang
terjadi di kalangan manusia. Maka Allah menyuruh seekor burung
gagak mengali-gali di bumi lalu menguburkan sesuatu untuk
memperlihatkan kepada Qobil.
Di antara sumber-sumber yang lain, alam juga bisa
digunakan sebagai sumber media dan sarana belajar untuk memetik
ilmu pengetahuan. Dipahami dari ayat ini bahwa manusia banyak
pula mengambil pelajaran dari alam bahkan mengambil pelajaran
dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya. Segala sesuatu
yang terjadi di dunia ini dan segala yang ada di dalamnya merupakan
sumber ilmu. Oleh karena itu, kita harus peka terhadap sesuatu yang
ada tersebut dan tidak meremehkan hal-hal yang kecil untuk diambil
pelajarannya.
Teknik lain, yang dapat dilakukan semua orang terutama
orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat adalah meminta
mereka mengamati situasi dunia nyata, lalu memikirkan serta
membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau
makna yang dicontohkan.12
Aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
sarana visual dalam belajar diantaranya adalah:13
12
Ibid., p. 48. 13
Huda, op. cit., h. 285-286.
20
a) Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraph,
kemudian mintalah mereka untuk membuat synopsis singkat
tentang apa yang dibacanya. Terus ulangi proses ini.
b) Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting
yang disampaikan di ruang kelas.
c) Ajaklah siswa untuk membuat semacam mural, gambar, atau
lukisan tentang gagasan mereka, lalu tempellah mural-mural itu di
dinding kelas.
d) Sebarkan teks materi pelajaran dan pastikan teks tersebut sudah di
highlight dengan warna yang berbeda-beda pada konsep-konsep
pentingnya.
e) Buatlah semacam versi ikon atas setiap konsep yang dijelaskan,
lalu pastikan bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk
materi selanjutnya.
f) Gambarlah mindmap di papan tulis dan mintalah siswa untuk
memperhatikannya dengan seksama.
Berdasarkan uraian di atas, gaya belajar visual akan
mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat, seperti
warna dan gambar.
4) Intellectual (Learning by Thinking)
Intellectual yaitu belajar dengan memecahkan masalah.
Menurut Meier, intellectual adalah pencipta makna dalam pikiran,
sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan
pengalaman, penciptaan jaringan saraf baru, dan belajar ketika dalam
proses belajar mengajar. Intellectual menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna
baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
21
Aspek intellectual yakni belajar dengan merenungkan,
memaknai, dan memecahkan masalah tercermin dalam surat Qaaf
ayat 6.
“Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di
atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan
menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak
sedikitpun?.” (Q.S. Qaaf: 6)
Manusia yang punya kecerdasan akal adalah yang
senantiasa menggunakan akalnya dalam posisi dan kondisi apa saja
sepanjang waktu dalam keadaan duduk, berdiri, berbaring, yang daya
fikirnya itu menemukan ujung kearifan dan terucaplah ucapan yang
terlahir dari pengakuannya akan kebesaran Allah SWT. Penjelasan
tersebut berkaitan dengan aspek intellectual yang menekankan pada
kegiatan pembelajaran dengan merenungkan, menmaknai, dan
memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat memicu siswa agar
memaksimalkan aspek intellectual mereka adalah:14
a) Pemecahan masalah.
b) Menganalisis pengalaman atau kasus.
c) Mengerjakan rencana strategis.
d) Melahirkan gagasan kreatif.
e) Mencari dan menjaring informasi.
f) Merumuskan pertanyaan.
g) Menciptakan model mental.
h) Membuat ide baru untuk pekerjaan.
i) Menciptakan makna pribadi.
j) Meramalkan implikasi suatu gagasan.
14
Meier, op. cit., p. 50.
22
Literatur yang lain menjelaskan lebih rinci mengenai hal
yang dapat memicu siswa agar memaksimalkan aspek intellectual
mereka, yaitu:15
a) Setiap menyelesaikan suatu pengalaman belajar, mintalah siswa
untuk duduk sejenak merefleksikan apa yang telah dipelajari dan
menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui.
b) Mintalah mereka untuk membuat semacam diagram, flowchart,
atau pictogram yang bisa menggambarkan apa yang mereka
refleksikan.
c) Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probing mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan dan mintalah siswa untuk
berpikir tentang pemecahannya.
d) Sesekali buatlah analogi-analogi dan metafor-metafor untuk
merangsang siswa berpikir tentang apa yang terkandung di
dalamnya.
e) Buatlah semacam daftar materi atau pokok-pokok pelajaran yang
memungkinkan siswa untuk menyusunnya dalam kategori-
kategori.
Berdasarkan uraian di atas, gaya belajar intellectual
menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam menggunakan
kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dalam
menciptakan makna.
c. Tipe Pembelajar Somatic, Auditory, dan Visual
Ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar dominan
somatic atau kinestetikal antara lain:
1) Banyak melakukan aktivitas fisik ringan saat berpikir atau bekerja,
misalnya suka memainkan bolpoin.
2) Kadang suka menyentuh lawan bicara untuk menyakinkannya.
15
Huda, op. cit., h. 286-287.
23
3) Mengingat sesuatu menjadi lebih mudah apabila sambil
menggerakkan bagian tubuh, misalnya sambil menjetikkan jari-jari.
4) Lebih suka trial and error saat mengoperasikan sesuatu.
5) Suka olahraga atau aktivitas fisik lain.
6) Bola mata cenderung bergerak-gerak ke bagian bawah saat berpikir
keras.
7) Intonasi suara berat.
8) Tutur katanya pendek-pendek dan suka berhenti di tengah-tengah.
9) Tulisan tangannya cenderung kurang bagus.
Ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar dominan
auditory antara lain:
1) Lebih suka dibacakan daripada membaca sendiri.
2) Jarang mencatat saat seminar atau diskusi.
3) Lebih suka musik daripada lukisan.
4) Kadang-kadang suka menggumam ketika membaca.
5) Sering berbicara sendiri saat bekerja atau berpikir.
6) Menyukai diskusi langsung dengan lawan bicara daripada menulis
surat.
7) Nada bicaranya cenderung berirama (naik turun).
8) Bola mata sering bergerak-gerak kea rah tengah saat berpikir.
Ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar dominan visual
antara lain:
1) Suka membaca.
2) Lebih suka membaca daripada dibacakan.
3) Lebih menyukai lukisan daripada music.
4) Tutur katanya cenderung cepat.
5) Nada bicaranya cenderung meninggi.
6) Bola mata sering bergerak-gerak ke arah atas saat berpikir.
Model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) dapat mengatasi gaya belajar siswa yang
beragam dalam satu kelas. Maksudnya, siswa yang gaya belajarnya
24
cenderung somatic, auditory, maupun visual dapat sama-sama
menyerap pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru. Selain
itu, menekankan pada intellectual yang mendorong siswa untuk berpikir
kritis dalam memecahkan suatu masalah.
Model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) akan optimal apabila dalam proses pembelajaran
menggabungkan keempat aspek SAVI tersebut, yaitu pembelajarannya
dilakukan dengan aktivitas (somatic), belajar dengan mendengarkan
(auditory), belajar dengan memperhatikan (visual), dan belajar dengan
berpikir (intellectual), sehingga menciptakan proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, dinamis, dan menyenangkan. Penggabungan aspek
somatic, auditory, dan visual akan membentuk intelektualitas lebih
kritis serta lebih melekat dalam ingatan dan daya nalar siswa.
Dalam model pembelajaran ini mempresentasikan bahwa
guru sebaiknya tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu
aspek SAVI saja, tetapi mengombinasikan semua aspek tersebut untuk
memberi kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan yang
dimiliki masing-masing siswa.
4. Ibadah Sholat Berjamaah
Di bawah ini dijelaskan mengenai pengertian sholat berjamaah,
hukum sholat berjamaah, ketentuan sholat berjamaah, dan keutamaan
sholat berjamaah, yakni:16
a. Pengertian Sholat Berjamaah
Sholat berjamaah adalah sholat yang dikerjakan bersama-
sama; seorang menjadi imam (pemimpin), yang lain menjadi makmum
(pengikut). Dengan demikian, sholat berjamaah minimal dilakukan oleh
dua orang. Semakin banyak anggota jamaah, semakin utama pula sholat
jamaah tersebut.
16
Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
SMP/MTs Kelas VII, (Semarang: Erlangga, 2013), h. 50.
25
b. Hukum Sholat Berjamaah
Sholat boleh dilakukan dengan cara berjamaah maupun
munfarid (sendiri-sendiri). Namun demikian, seperti telah dijelaskan
bahwa sholat berjamaah memiliki keutamaan di hadapan Allah SWT.
“Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan sholat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata
mereka …” (Q.S. An-Nisa: 102)
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum sholat
berjamaah. Ada yang berpendapat hukumnya sunnah muakadah dan
sebagian yang lain berpendapat hukumnya fardu kifayah.
1) Sunah muakadah (sunah yang sangat dianjurkan) karena Rasulullah
SAW selalu melaksanakannya.
2) Fardu kifayah, yaitu kewajiban yang bersifat kolektif. Apabila
sebagian umat Islam sudah menjalankannya, kewajiban bagi yang
lain menjadi gugur.
c. Ketentuan Sholat Berjamaah
1) Pengaturan Saf
Adapun pengaturan saf yang benar, yakni sebagai berikut.
a) Saf laki-laki dewasa berada di saf paling depan pada jamaah laki-
laki.
b) Saf anak laki-laki berada di saf belakang pada jamaah laki-laki.
c) Saf perempuan dewasa berada di saf paling belakang pada jamaah
perempuan.
d) Saf anak perempuan berada di saf depan pada jamaah perempuan.
Sementara itu, ketentuan imam dan makmum dalam sholat
berjamaah yang benar, yaitu sebagai berikut.
26
a) Jika imamnya laki-laki, makmumnya boleh laki-laki dan
perempuan.
b) Jika imamnya perempuan, makmumnya hanya boleh perempuan.
2) Ketentuan Imam dan Makmum
Syarat menjadi imam
a) Lebih fasih dalam membaca Al-Qur’an.
b) Lebih banyak hafalan ayat-ayat Al-Qur’annya.
c) Lebih luas wawasannya tentang agama Islam.
d) Diutamakan yang lebih tua usianya.
e) Lebih saleh atau banyak amal salehnya.
f) Sehat akalnya.
g) Berniat menjadi imam.
h) Tidak mengikuti gerakan orang lain (makmum).
i) Mengikuti ketentuan imam laki-laki/ perempuan sebagai berikut.
Bila makmumnya laki-laki, imam harus laki-laki dan bila
makmumnya perempuan semua, imam boleh laki-laki atau
perempuan.
j) Imam bukanlah orang yang dibenci para makmum.
k) Imam berdiri paling depan dan mengetahui keberadaan
makmumnya.
l) Imam merapihkan dan meluruskan saf makmum.
Syarat menjadi makmum
a) Berniat menjadi makmum (mengikuti imam).
b) Makmum mengetahui segala gerak gerik imam dan tidak boleh
mendahului gerakan imam.
c) Berada satu lingkungan sholat dengan imam.
d) Mengetahui setiap gerakan imam, baik langsung atau mengikuti
gerakan makmum di saf depannya.
e) Harus berada pada posisi di belakang imam.
f) Makmum tidak boleh berdiri di tempat yang lebih depan dari
imam.
27
g) Sholat yang dikerjakan makmum sama dengan sholat yang
dikerjakan imam.
h) Makmum tidak boleh melambatkan diri dari imam lebih dari dua
rukun sholat.
i) Apabila imam batal, makmum tepat di belakangnya yang menjadi
pengganti.
j) Jika imam melakukan kesalahan atau lupa dalam gerakan sholat,
makmum hendaknya memberitahu imam dengan mengucapkan
tasbih (subhanallah) bagi makmum laki-laki dan menepuk tangan
bagi makmum perempuan.
k) Apabila imam melakukan kesalahan atau lupa dalam membaca
ayat-ayat Al-Qur’an, makmum harus membenarkan bacaan itu.
d. Keutamaan Sholat Berjamaah
Sholat berjamaah mempunyai banyak keutamaan, anatara lain sebagai
berikut.
1) Dilipatgandakan pahalanya hingga 27 derajat. Hal ini sesuai
dengan hadis Rasulullah SAW.
}
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW
bersabda, “keutamaan sholat jamaah itu melebihi sholat
sendirian sebanyak 27 derajat.” (H.R. Muslim)
2) Bagi seorang mukmim yang sholat Isya berjamaah maka seolah-
olah dia telah sholat malam selama separuh malam. Sementara bagi
yang sholat Subuh berjamaah, maka seolah-olah dia telah sholat
seluruh malamnya. Hal ini sesuai hadis Rasulullah SAW.
28
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan RA, Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa yang sholat isya‟ berjamaah
maka seolah-olah dia telah sholat malam selama separuh
malam. Dan barang siapa yang sholat Subuh berjamaah,
maka seolah-olah dia telah sholat seluruh
malamnya.”(H.R. Muslim)
3) Setiap langkah kakinya ketika berjalan menuju masjid diangkat
kedudukannya satu derajat dan dihapuskan baginya satu dosa serta
senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda, “Sholat seseorang dengan berjamaah itu
melebihi sholatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua
puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila
seseorang berwudu dan menyempurnakan wudunya
kemudian pergi ke masjid dengan tujuan semata-mata untuk
sholat, maka setiap kali ia melangkahkan kaki diangkatlah
kedudukannya satu derajat dan dihapuskan satu dosa. Dan
apabila dia mengerjakan sholat, maka para malaikat selalu
memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di
tempat sholat selagu belum berhadas, mereka memohon,
29
„Ya Allah, limpahkanlah keselamatan atasnya, ya Allah,
limpahkanlah rahmat untuknya.‟ Dan dia telah dianggap
sedang mengerjakan sholat semenjak menantikan tiba
waktu sholat.” (H.R Bukhari-Muslim)
4) Membebaskan diri dari belenggu atau pengaruh setan.
Diriwayatkan dari Abu Darda RA, Rasulullah SAW
bersabda, “Tiada tiga orang pun di dalam sebuah desa
atau lembah yang tidak diadakan di sana sholat berjamaah,
melainkan nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh
setan. Karena itu, hendaklah kamu sekalian membiasakan
sholat berjamaah sebab serigala itu hanya menerkam
kambing yang terpencil dari kawanannya.” (H.R. Nasa’i)
5) Memancarkan cahaya di hari kiamat.
Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira
orang-orang yang rajin berjalan ke masjid dengan cahaya
yang sempurna di hari kiamat.” (H.R Ibnu Majah)
6) Sebagai sarana silaturahmi untuk saling mengenal dan saling tolong
menolong apabila ada kesulitan.
7) Dapat mengokohkan persaudaraan sesama muslim.
8) Membiasakan diri untuk hidup teratur dan disiplin. Hal ini karena
sholat berjamaah telah ditentukan waktunya agar ditepati sehingga
apabila dibiasakan, seseorang akan menjadi disiplin, serta
kehidupan dunia dan akhiratnya menjadi seimbang.
30
9) Wujud dari kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
.
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan
zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada
Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. At-Taubah: 18)
10) Menampakkan syiar Islam dan izah (kemuliaan/ kejayaan) kaum
muslim.
11) Kesempatan menimba ilmu dari para jamaah lain.
12) Hidup dan mati dalam keadaan baik. Ini merupakan tujuan setiap
manusia dan salah satu kuncinya adalah sholat berjamaah di
masjid.
13) Di dalam sholat berjamaah terdapat saling mendoakan agar diberi
keselamatan. Ketika mengucapkan salam ke kanan dank ke kiri,
para jamaah saling mendoakan. Oleh karena jumlah jamaah di
masjid lebih banyak, doa yang akan diterimanya jauh lebih banyak.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini membahas tentang penerapan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dan berdasarkan kajian
pustaka yang dilakukan peneliti didapatkan hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1. Reni Susanti yang berjudul “Implementasi Pendekatan Somatis, Audiotory,
Visual, Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran Fiqih”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
31
bahwa pendekatan SAVI dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran Fiqih.
2. Sri Wahyuni Kusumawati yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
SAVI untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah di Sekolah
Dasar”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah siswa dengan rata-rata nilai yang diperoleh di siklus I
sebesar 70%, siklus II sebesar 77%, dan siklus III sebesar 85%.
3. Helmy Fauzi Awaliyah yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar Al
Kitabah dengan model Accelereted Learning menggunakan SAVI
(Somatos, Audiotori, Visual, Intelektual) pada siswa kelas VIII A MTs
Negeri Sleman Kota Tahun Ajaran 2012/ 2013”. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
Accelereted Learning menggunakan pendekatan SAVI dapat
meningkatkan prestasi belajar Al-Kitabah.
Ketiga penelitian tersebut menerapkan model pembelajaran
Somatis, Audiotory, Visual, Intelektual (SAVI) pada kegiatan pembelajaran
dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Perbedaan dari ketiga
penelitian tersebut adalah pada sampel penelitian dan konsep/ materinya.
Penelitian yang dibuat oleh Reni Susanti menggunakan sampel kelas VII B
MTs N Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran Fiqih dengan penerapan SAVI dan mengetahui peningkatan
partisipasi setelah penerapan SAVI. Penelitian yang dibuat oleh Sri Wahyuni
Kusumawati menggunakan sampel siswa Sekolah Dasar dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Sedangkan penelitian yang
dibuat oleh Helmy Fauzi Awaliyah menggunakan sampel kelas VIII A MTs
Negeri Sleman Kota Tahun Ajaran 2012/ 2013 dengan tujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar Al Kitabah.
32
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka
hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada konsep ibadah sholat berjamaah terhadap siswa kelas VI
Highscope Indonesia Alfa Indah.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Highscope Indonesia Alfa Indah
yang beralamat di Jalan Taman Alfa Indah, Blok A9 Joglo - Jakarta Barat.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015 sampai 20 Mei 2015.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VI Highscope
Indonesia Alfa Indah, sebanyak 15 siswa pada tahun ajaran 2014/ 2015.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan menggunakan PTK
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik
dalam menangani proses pembelajaran, sehingga kualitas proses
pembelajaran semakin meningkat. Penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) memiliki peranan sangat penting dan strategis untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan
benar.1
Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa.2 Penelitian ini diawali dengan melakukan
penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan
pelaksanaan penelitian dengan beberapa siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan siklus adalah suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke
langkah semula, dimana tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ada
1Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 41. 2Suharsimi Arikuntp, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 3.
34
empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan,
3) Pengamatan, dan 4) Refleksi.3
Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah
siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah
satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus
dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.4
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan beberapa
siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan. Keempat langkah
penting tersebut dapat diuraikan secara singkat seperti berikut.
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati
kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.5
Sebelum dilakukan perlakuan terhadap siswa, peneliti
melakukan observasi situasi dan kondisi siswa, guru dan proses
pembelajaran agar mengetahui akar permasalahan dan bentuk perlakuan
yang cocok untuk dilaksanakan. Hal ini penting dilakukan agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu, perencanaan juga
penting sebab dapat memandu dan memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitiannya.
Adapun beberapa perencanaan yang dilakukan untuk penelitian
ini antara lain:
3Ibid., h. 16.
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 132. 5Suharsimi Arikuntp, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 18.
35
a. Pengamatan kondisi awal siswa sebelum siklus serta wawancara guru
dan siswa guna memberi gambaran permasalahan yang mendasar dalam
penguasaan materi.
b. Merumuskan tindakan sebagai alternatif solusi yaitu melalui model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
c. Membuat rencana pembelajaran yang berisi tentang langkahlangkah
pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI).
d. Menyusun evaluasi.
e. Menyusun lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2. Tindakan (Acting)
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus
ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan,
tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.6 Dalam pelaksanaan ini,
peneliti harus mengikuti apa yang sudah direncanakannya. Keterkaitan
antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama
agar sinkron dengan maksud semula.
3. Pengamatan (observing)
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh
tindakan terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang,
memberikan dasar bagi refleksi sekarang. Observasi yang cermat
diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh keadaan realitas dan
semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu
yang lalu. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan
keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. Observasi
dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses
perubahan kinerja proses belajar mengajar.7
6Ibid.
7Kunandar, op. cit., h. 73.
36
a. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran
siswa dan guru di kelas sesuai perencanaan.
b. Observasi keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung.
c. Menelaah aktivitas belajar siswa untuk menilai keempat aspek SAVI
(Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual) yang ditunjukkan siswa
selama kegiatan pembelajaran.
d. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan
persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam
tindakan strategis. Refleksi biasanya dibantu oleh diskusi di antara peneliti
dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar perbaikan
rencana pada pelaksanaan siklus berikutnya.
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.8
Berdasarkan penjelasan di atas, setiap siklusnya terdiri dari
empat tahapan, biasanya berlangsung selama dua siklus. Namun, sebelum
tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh
suatu tahapan pra penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis
masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus
penelitian tindakan kelas akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah
tercapai.
8Arikunto, op. cit., h. 20.
37
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat
C. Subjek Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penulis
menetapkan yang menjadi subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini
adalah guru Pendidikan Agama Islam yang berperan sebagai pelaku
penelitian dan pengamat, peneliti sebagai pengamat/ pengawas. dan siswa
kelas VI Highscope Indonesia Alfa Indah yang terdiri dari 15 siswa.
Pengamatan
Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS I Refleksi
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Refleksi
?
38
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat
sekaligus pengawas dan berkolaborasi dengan guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam sebagai guru (pelaku penelitian) selama kegiatan pembelajaran
untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam. Sebagai pelaku penelitian, guru Pendidikan Agama Islam
bekerja sama dengan peneliti dalam hal membuat rancangan pembelajaran,
melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus
selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap guru dalam
mengajar dengan mengimplementasikan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dan mengamati aktivitas belajar
siswa selama kegiatan pembelajaran.
Kerja sama antara guru Pendidikan Agama Islam dan peneliti
menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam
pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dimana masing-masing memiliki peran
dan tanggung jawab yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian
atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang
berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis
dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II.
Jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan
kembali pada tindakan III dan seterusnya.
39
Tabel 3.1 Desain Intervensi Tindakan Siklus I
Penelitian
Pendahuluan
a. Observasi kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Analisis penyebab masalah kemudian dapat
dijadikan informasi untuk perencanaan dalam
kegiatan pembelajaran.
SIKLUS I
1. Tahap
Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi
guru dan siswa, lembar wawancara guru dan siswa,
dan catatan lapangan).
2. Tahap
Pelaksanaan
a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana
pembelajaran yang telah disusun.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI).
3. Tahap
Observasi
a. Kolaborator mengobservasi kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4. Tahap
Refleksi
Peneliti bersama guru Pendidikan Agama Islam yang
berperan sebagai kolaborator dan observer menganalisis
sekaligus mengevaluasi kegiatan pembelajaran pada
siklus I, apakah tindakan yang telah diberikan sudah
sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil
penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator
keberhasilan. Apabila belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan ke
siklus II. Kemudian peneliti dan kolaborator berdiskusi
untuk merencanakan tindakan yang tepat pada kegiatan
pembelajaran di siklus II.
SIKLUS II dan Seterusnya
Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus II dan seterusnya apabila belum
mencapai indicator keberhasilan. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan
pelaksanaan alur siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus I.
Penulisan Laporan Penelitian
40
Tabel 3.2 Desain Intervensi Tindakan Siklus II
Siklus I Setelah dilakukan refleksi terhadapa sikuls I.
SIKLUS II
1. Tahap
Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi
guru dan siswa, lembar wawancara guru dan siswa,
dan catatan lapangan).
c. Merancang pembelajaran berdasarkan siklus I.
2. Tahap
Pelaksanaan
a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana
pembelajaran yang telah disusun.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI).
3. Tahap
Observasi
a. Kolaborator mengobservasi kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4. Tahap
Refleksi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran siklus II. Apabila
indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila belum tercapai maka
penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Jika belum
berhasil maka dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai
indikator keberhasilan tercapai.
SIKLUS III dan Seterusnya
Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus III dan seterusnya apabila belum
mencapai indikator keberhasilan. Pelaksanaan alur siklus III sama dengan
pelaksanaan alur siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus II.
Penulisan Laporan Penelitian
41
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dengan mengimplementasikan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat bejamaah yaitu seluruh siswa mengalami peningkatan
aktivitas belajar siswa dan mampu mencapai skor aktivitas belajar siswa yang
optimal sesuai kriteria yang diharapkan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung di sekolah tesebut.
G. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Data kualitatif
Hasil observasi guru selama kegiatan pembelajaran, hasil wawancara
responden siswa, hasil wawancara guru Pendidikan Agama Islam, hasil
observasi aktivitas belajar siswa, dan catatan lapangan.
2. Data kuantitatif
Nilai aktivitas belajar siswa yang mengunakan keempat aspek SAVI
(Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual). Sumber data dalam penelitian
ini adalah siswa dan guru Pendidikan Agama Islam, dan peneliti.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Lembar Observasi (Pengamatan)
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan obyek pengamatan.9
Lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI), apakah terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar
9H. Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT
Grasindo, 2008), h. 20.
42
observasi aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran digunakan
untuk mengamati aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran di kelas,
serta mengamati apa saja yang harus diperbaiki pada saat pembelajaran
berlangsung.
2. Lembar Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya
jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, maupun dengan arah
serta tujuan yang telah ditentukan.10
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa sebelum dan
setelah proses pembelajaran dengan memenerapkan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI). Wawancara pada
saat observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai
pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.
Wawancara setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) terhadap aktivitas belajar siswa.
3. Dokumentasi
Kajian dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data kegiatan
pembelajaran melalui foto-foto yang diambil gambarnya selama kegiatan
pembelajaran untuk memberikan gambaran mengenai aktivitas belajar
siswa.
4. Catatan Lapangan
Catatan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan
pembelajaran. Berbagai pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas,
pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan aspek lainnya yang
perlu dicatat.
10
Ibid., h. 20.
43
I. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Observasi aktivitas guru dilakukan untuk mengamati jalannya proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI). Sedangkan observasi aktivitas siswa
dilakukan untuk mengamati penerapan keempat aspek SAVI yakni
Somatic, Auditory, Visual, Intellectual selama proses pembelajaran.
2. Wawancara terhadap guru dan siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI).
3. Dokumentasi dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa
melalui catatan lapangan dan foto-foto selama kegiatan pembelajaran
untuk menggambarkan secara visual kondisi pembelajaran yang sedang
berlangsung.
4. Catatan lapangan dilakukan dengan mencatat semua temuan selama
kegiatan pembelajaran yang tidak teramati dalam lembar observasi.
Bentuk temuan ini berupa aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang
dihadapi selama kegiatan pembelajaran.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan
instrumen yang kualitasnya baik pula. Instrumen yang baik dapat ditinjau dari
validitas. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.11
Validasi instrumen dilakukan
kepada dosen ahli, yaitu dosen pembimbing skripsi dan guru agama di
sekolah tempat pelaksanaan penelitian. Bila hasilnya belum valid maka
instrumen tersebut diperbaiki dan divalidasi kembali.
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
Cet. IX, h. 65.
44
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui implementasi model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat berjamaah selama kegiatan pembelajaran yang tertuang
dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Pada penelitian ini data
yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Lembar observasi dalam penelitian ini berupa tabel pengamatan
yang memuat informasi tentang semua aktivitas guru dan aktiitas belajar
siswa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode
analytic, para penskor yang memberikan penilaian (skor) pada berbagai
aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat
menggunakan checklist dan rating scale.12
Pengolahan data yang
digunakan di lembar observasi pada penelitian ini dengan menggunakan
rating scale.
b. Mengubah skor mentah kedalam nilai persentase
Mengubah skor mentah yang didapatkan kedalam nilai
persentase berdasarkan rumus.13
Kemudian dilakukan penggolongan
tingkat kemampuan siswa berdasarkan kriteria.14
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
12
Abdul Majid, Pernecanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 201. 13
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102. 14
Ibid., h. 103.
45
c. Mengelompokkan nilai kedalam kriteria
Hasil penilaian tersebut dapat diketahui seberapa besar
keterampilan atau kemampuan guru dan siswa dalam aktivitasnya dengan
menggunakan kategori yang dapat digolongkan pada kelompok sangat
baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.
Tabel 3.3 Tingkat Aktivitas Guru dan Aktivitas Belajar Siswa
Skor Kriteria
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup
55 – 59 Kurang
≤ - 54 Sangat Kurang
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pada siklus I selesai dan hasil yang diharapkan
belum mencapai kriteria keberhasilan/indikator pencapaian maka ditindak
lanjuti dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran sebagai
berikut:
1. Perencanaan tindakan
Identifikasi terhadap permasalahan pembelajaran yang dijumpai dalam
siklus I serta penentuan dalam alternatif pemecahan atas permasalahan
tersebut. Kemudian dilakukan pengembangan skenario tindakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan sesuai skenario yang tecantum dalam pengajuan
konseptual.
3. Observasi tindakan
Kegiatan observasi ini untuk mengumpulkan data-data penelitian dengan
mengguanakan instrument yang telah disusun.
46
4. Refleksi tindakan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah dari tindakan yang telah
dilakukan menghasilkan suatu perubahan kearah yang lebih baik dari
siklus I. Jika hasil yang diperoleh sesuai targer yang diharapkan, maka
penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua ini.
Setelah penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan
hasil yang diharapkan tercapai yaitu meningkatnya aktivitas belajar siswa,
maka penelitian akan dihentikan. Penelitian yang dilakukan melakukan
perencanaan dan persiapan yang matang, sehingga sangat diharapkan
penelitian ini tidak hanya dilakukan pada kelas yang diteliti saja. Peneliti
berharap agar pembaca dan guru dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menerapkan model-model pembelajaran yang dapat membuat siswa semakin
aktif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
47
BAB IV
DESKRIPSI, ANALIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Letak Geografis Highscope Indonesia Alfa Indah
Sekolah Highscope Indonesia Alfa Indah beralamat di Jl. Taman
Alfa Indah Blok A9 Joglo, Jakarta Barat 11640. Telepon: (021) 584 1059,
584 0731. Email: [email protected]
2. Sejarah Singkat Berdirinya Highscope Indonesia
Sekolah Highscope Indonesia Alfa Indah adalah salah satu
cabang dari sekolah Highscope Indonesia. Bahwasanya Sekolah
Highscope Indonesia adalah sebuah sekolah internasional yang berpusat di
kawasan Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan. Sekolah tersebut
didirikan pada tahun 1996 di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang
ideologinya sekarang digagaskan oleh Ibu Antarina SF Amir, pemilik
sekolah tersebut. Kurikulum High/Scope Indonesia yang dipegang saat ini,
dimulai pada tahun 1974 di Amerika Serikat, namun baru dibawa ke
Indonesia sekitar 22 tahun kemudian. Pada tahun 2000, dibukalah program
Elementary, tepatnya dikampus utamanya yang saat itu masih berada di
sebuah rumah di Jalan Intan, di kecamatan yang sama. Pada bulan Juni
2002, kampus tersebut pindah ke lokasinya sekarang, dikarenakan
ekspansi besar-besaran, yang ditandai pada tahun 2005 dengan dibukanya
program Middle School. Pada tahun yang sama, sekolah ini membangun
gedung ke-2 di belakang gedung lama, untuk mempersiapkan
bertambahnya jumlah siswa di sekolah tersebut.
Berdasarkan filosofi Amerika Serikat tersebut. Kurikulum yang
dianut adalah:
1. Semua yang dikerjakan oleh siswa adalah jenis student centered-
approach
2. Semua difokuskan di usaha siswa dengan proyek sekolah tertentu.
48
3. Semua siswa adalah unik dan spesial, menjelaskan mengapa dua kelas
dicampur dalam satu kelas.
3. Visi dan Misi
Visi Sekolah Highscope Indonesia:
Menjadikan pemimpin dunia yang terdepan dan sebagai tolak ukur dalam
pendidikan di Indonesia.
Misi Sekolah Highscope Indonesia:
Membantu mengembangkan akademis, intra personal, inter personal dan
fisik anak-anak Indonesia secara menyeluruh serta bisa bersaing secara
internasional.
B. Analis Data
1. Penelitian Pendahuluan
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa Highscope Indonesia
Alfa Indah kelas VI sebanyak 15 orang. berdasarkan hasil observasi baik
melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara dengan siswa,
peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Highscope Indonesia Alfa Indah selama ini sudah cukup baik, dimana guru
berupaya untuk membuat siswa aktif. Namun, upaya yang dilakukan tidak
menerapkan beragam model pembelajaran, hanya fokus kepada siswa
untuk aktif dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam, pembelajaran yang biasanya dilakukan hanya
melakukan satu kegiatan, misalnya dilakukan pembelajaran dengan diskusi
kelas ataupun kelompok dan streategi lainnya seperti tanya jawab. Dalam
hal ini, guru kurang optimal dalam upaya mengaktifkan selama kegiatan
pembelajaran. Siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran cenderung
siswa yang sama, siswa yang memang sudah aktif di kelas. Masih
ditemukan siswa yang kurang aktif, jika ditanya oleh guru mengenai
materi yang kurang dipahaminya, tidak menjawab dan hanya diam. Hal ini
terjadi dikarenakan siswa kurang memahami beberapa konsep pada materi
49
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa jarang berani bertanya
ketika tidak memahami materi yang disampaikan guru.
Pada saat dilakukan observasi awal, siswa melakukan
pembelajaran dengan diskusi kelompok. Berdasarkan hasil observasi awal,
siswa lebih banyak duduk dan mendengarkan penjelasan yang
disampaikan guru Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran cenderung lebih
banyak menempatkan siswa pada aktivitas mencatat, mendengar, atau
menjawab pertanyaan guru. Siswa kurang bergerak dan berekspresi bebas
selama kegiatan pembelajara.
Hasil wawancara dengan guru menjelaskan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran, siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda
satu sama lain, jadi ada siswa yang memperhatikan dengan baik selama
kegiatan pembelajaran adapula siswa yang tidak fokus memperhatikan
pembelajaran.1 Guru mengupayakan strategi pembelajaran untuk membuat
pembelajaran terasa menyenangkan, namun strategi yang digunakan tidak
menggunakan variasi model pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan
lebih sering menggunakan diskusi kelompok.
Berdasarkan kenyataan di atas, pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang dikembangkan guru Pendidikan Agama Islam belum mampu
mengoptimalkan siswa untuk melakukan pembelajaran aktif di dalam
kelas, kurang mampu membangun semangat belajar siswa. Pembelajaran
ini harus diperbaiki agar menjadi pembelajaran yang lebih baik dan
optimal untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, peneliti menerapkan
model yang belum pernah digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam,
yakni model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk bergerak
dan berekspresi secara bebas selama kegiatan pembelajaran, yaitu model
pembelajaran Somatic-Auditrory-Visualization-Intellectually (SAVI). Oleh
sebab itu, objek penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran
1Aulia Darma. Wawancara. Jakarta Barat., 4 Mei 2015.
50
Somatic-Auditrory-Visualization-Intellectually (SAVI) dan aktivitas
belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Penelitian dilakukan
sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Sebelum menyusun rencana pembelajaran, peneliti melakukan
identifikasi masalah terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dengan
melakukan diskusi dan wawancara kepada guru Pendidikan Agama
Islam, dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan
pada siklus I.
2) Peneliti yang berperan sebagai pengamat/ pengawas dan guru
Pendidikan Agama Islam sebagai pelaku penelitian menentukan
konsep pembelajaran yang akan digunakan pada tindakan siklus I,
yaitu konsep „Ibadah Sholat Berjamaah‟ dengan menggunakan
model pembelajaran Somatic-Auditrory-Visualization-Intellectually
(SAVI).
3) Setelah mengetahui masalah dan langkah-langkah yang akan
dilakukan pada siklus I, guru Pendidikan Agama Islam kemudian
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
persiapan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
4) Menyiapkan media pembelajaran dan bahan belajar untuk
mendukung kelancaran selama kegiatan pembelajaran, yakni lembar
kerja siswa (LKS).
5) Peneliti menyiapkan lembar observasi untuk aktivitas guru dan
aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Selain itu,
menyiapkan pedoman wawancara untuk guru dan siswa terkait
pembelajaran sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
Somatic-Auditrory-Visualization-Intellectually (SAVI).
51
6) Peneliti menyiapkan catatan lapangan selama kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui bagaimana kegitatan pembelajaran berlangsung
dan untuk mengetahui sejauh mana siswa aktif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
7) Peneliti menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk
mendokumentasikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
selama kegiatan pembelajaran.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan, yaitu tindakan yang dilakukan
secara sadar dan terkendali yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada siklus I
pelaksanaan pembelejaran dilakukan pada tanggal 6 Mei 2015
berlangsung selama 2x45 menit. Guru Pendidikan Agama Islam hadir
untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan mengamati aktivitas belajar siswa dan aktivitas peneliti dalam
mengelola pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang diterapkan guru selama kegiatan
pembelajaran pada siklus I dan II, terbagi kedalam tiga langkah
pembelajaran, yakni pendahuluan/ kegiatan awal (waktu 15 menit),
kegiatan inti (waktu 70 menit), dan penutup/ kegiatan akhir (waktu 5
menit). Pada saat pelaksanaan pembelajaran, guru menerapkan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
pada konsep ibadah sholat berjamaah selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Kegiatan awal pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam
(pelaku penelitian) memastikan kondisi ruangan kelas bersih, psosisi
duduk siswa rapih, dan memastikan ruangan kelas kondusif. Kemudian
guru menyampaikan kompetensi pembelajaran yang akan dicapai dan
dilanjutkan dengan guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan
52
membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap pokok
bahasan mengani ibadah sholat berjamaah. Guru telah memberikan
apersepsi yang cukup baik kepada siswa dengan membangkitkan rasa
keingintahuan siswa pada konsep ibadah sholat berjamaah yang
dikaitkan dengan pengalaman siswa selama melakukan ibadah sholat
berjamaah. Berdasarkan hasil observasi, guru dan siswa terjadi interaksi
tanya jawab mengenai konsep ibadah sholat berjamaah yang dikaitkan
oleh guru kedalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti pembelajaran. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok kecil untuk melakukan diskusi kelas dan kelompok. Anggota
kelompok kecil masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa.
Pembentukkan kelompok ini bertujuan untuk membuat lingkungan
belajar aktif dengan memberi siswa kesempatan untuk bergerak secara
fisik, berbagi pendapat, dan perasaan secara terbuka, dan mencapai
sesuatu yang bisa mereka banggakan.
Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka
tugas yang menuntut mereka untuk bergantung satu sama lain dalam
mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan
kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih terlibat dalam
kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama teman-
teman.2
Berdasarkan hasil observasi, selama proses pembelajaran
guru telah mengarahkan siswa untuk melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) yakni menjelaskan secara singkat proses
pembelajaran dengan menngunakan model pembelajaran SAVI.
Pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk belajar aktif, yakni
belajar dengan bergerak dan berbuat (somatic) contohnya siswa
diberikan demonstrasi/ peragaan gerakan sholat berjamaah pada saat
2 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Nusamedia dan Nuansa, 2010), h. 30.
53
berperan sebagai imam ataupun makmum, belajar dengan
mendengarkan dan bebicara (auditory) contohnya pada saat siswa
diberikan penjelasan mengenai konsep ibadah sholat berjamaah dan
adanya tanya jawab mengenai ibadah sholat berjamaah, siswa dilatih
untuk aktif berbicara dan mendengarkan. Belajar dengan melihat,
mengamati, dan memperhatikan (visual) pada saat siswa
memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan mengamati
demonstrasi/peragaan ibadah sholat berjamaah. Selain itu, belajar
dengan merenungkan, memaknai, dan memecahkan masalah
(intellectual) contohnya pada saat siswa melakukan diskusi aktif dalam
kelompoknya.
Selain adanya diskusi kelompok, Siswa juga diberikan
lembar kerja siswa (LKS) sebagai sarana untuk meningkatkan belajar
aktif. “Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah
dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil
siswa”.3 Adanya dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat,
pengetahuan, serta keterampilan siswa akan membantu menjadikan
belajar bersama sebagai bagian berharga dari suasana belajar di kelas.
Dalam hal ini, guru mampu menuntun siswa menggunakan media
pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) untuk mengarahkan
siswa ke arah pembelajaran SAVI.
Namun, pada saat pembelajaran berlangsung pada siklus I
masih ditemukan siswa yang kurang siap mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, beberapa siswa yang kurang aktif melakukan
tanya jawab, dan ada siswa yang asik mengobrol dengan teman
kelompoknya. Hal ini terjadi dikarenakan, guru kurang optimal
memusatkan perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
berlangsung.
Kegiatan akhir pembelajaran. Guru meminta siswa untuk
membuat rangkuman terkait pembelajaran yang telah berlangsung
3Ibid., h. 163.
54
mengenai konsep ibadah sholat berjamaah. Kemudian, guru meminta
siswa untuk memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran yang
telah dilakukan. Siswa dari perwakilan kelompoknya memberikan
kesimpulan terkait konsep ibadah sholat berjamaah. Siswa lain
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan terkait
kesimpulan akhir selama melakukan pembelajaran di kelas.
c. Tahapan Observasi
1) Catatan Lapangan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Dalam hal ini, pengamatan dilakukan oleh guru Pendidikan
Agama Islam (pelaku penelitian) dan dibantu oleh peneliti.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui cara guru Pendidikan
Agama Islam mengelola pembelajaran dalam kelas dan melihat
reaksi siswa selama kegiatan pembelajaran.
Dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran yang
tertuang dalam catatan lapangan pada saat siklus I diketahui bahwa
pengelolaan kelas yang cukup baik, guru sudah melaksanakan
pembelajaran ke arah SAVI dengan melakukan apersepsi yakni,
membangkitkan rasa keingintahuan siswa terhadap materi yang akan
dipelajarinya dengan tanya jawab. Namun masih ditemukan siswa
yang tidak melaksanakan belajar aktif, karena ketika diberikan
pertanyaan oleh guru, siswa hanya diam dan tidak berani
mengutatarakan jawabanyya.
Pada saat guru membagi kedalam diskusi kelompok,
masih ditemukan siswa yang tidak fokus melaksanakan perintah
guru untuk berkelompok dengan temannya, siswa masih asik
mengobrol dengan temannya. Hal ini terjadi dikarenakan guru
kurang mampu merangsang siswa untuk memusatkan perhatiannya
terhadap kegiatan pembelajaran. Selain itu, pada saat
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, masih ada siswa
55
perwakilan dari kelompoknya yang kurang siap untuk melakukan
presentasi di depan kelas. Selebihnya siswa sudah mampu
menyampaikan pendapat dan hasil diskusi kelompoknya.
Pada saat melaksanakan praktik ibadah sholat berjamaaah,
masih ditemukan siswa yang kurang tepat melakukan gerakan dan
bacaan sholat. Dengan begitu, guru melakukan klarifikasi terhadap
persepsi siswa yang kurang tepat.
Mengenai waktu yang digunakan selama kegiatan
pembelajaran di siklus I, guru belum mampu mengelola waktu
dengan baik. Walaupun guru sudah menerapkan pembelajaran sesuai
dengan scenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun
guru melakukan pembelajaran terkesan terburu-buru untuk mencapai
target dalam menyelesaikan pembelajaran. Hal ini teramati ketika
guru terburu-buru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
mencakup adanya kegiatan praktik ibadah sholat berjamaah, diskusi
kelompok, dan presentasi hasil diskusi.
2) Aktivitas Guru
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah
diobservasi peneliti dengan menggunakan lembar observasi.
Pengamatan ini dilakukan dalam upaya melihat keberhasilan
pembelajaran ditinjau dari prosesnya.
Untuk memperoleh data mengenai kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
konsep ibadah sholat berjamaah melalui model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) digunakan
instrumen berupa lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dibawah ini, format penilaian aktivitas
guru selama kegiatan pembelajaran.
56
Tabel 4.1 Format Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I dan II
No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4 5
Kompetensi Pedagogik
1. Persiapan tertulis (RPP) :
a. Kualitas pengembangan indikator ke arah SAVI
b. Kualitas pengembangan materi ke arah SAVI
c. Kualitas pemilihan metode/teknik pembelajaran ke arah
SAVI
d. Kualitas pengembangan skenario pembelajaran ke arah SAVI
e. Kualitas pemilihan media ke arah SAVI
f. Ketepatan pemilihan alat evaluasi ke arah SAVI
2. Keterampilan membuka pelajaran
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kelas ke arah SAVI
b. Apersepsi untuk ke arah SAVI
c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa (ke arah SAVI)
d. Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin dicapai untuk ke
arah SAVI
3. Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran
a. Kejelasan suara (Auditory)
b. Gerakan badan tidak mengganggu siswa (Visual)
c. Adanya interaksi dengan siswa (Somatic)
d. Pemusatan perhatian dan indera (Visual)
4. Kegiatan pembelajaran
a. Keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran
(SAVI)
b. Kejelasan dalam menerangkan, menuntun dan memberikan
contoh kepada siswa (Visual)
c. Dapat memanfaatkan waktu dengan baik (SAVI)
d. Menuntun siswa dengan demonstrasi dan menggunakan
media (SAVI)
e. Tanggap/antusias terhadap respon siswa (SAVI)
5. Penggunaan media/alat bantu pembelajaran
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaanya (SAVI)
b. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, indikator dan materi ajar
(SAVI)
c. Membantu meningkatkan proses pembelajaran (SAVI)
6. Evaluasi (Intellectual Siswa)
a. Ketepatan alat evaluasi sesuai indikator
b. Ketepatan penilaian terhadap evaluasi siswa
7. Keterampilan menutup pelajaran (Intellectual Siswa)
a. Meminta siswa merangkum kembali bahan pelajaran yang
disampaikan
b. Mengadakan tindak lanjut yang dilakukan untuk siswa
Kompetensi Profesional
8. Kualitas penguasaan materi menunjang SAVI
a. Kesesuaian materi dengan yang diajarkan
b. Hubungan dengan pengetahuan yang relevan atau
kontekstual
9. Kualitas penjelasan materi (menunjang SAVI)
a. Bahasa
b. Sistematis
c. Penggunaan contoh/ilustrasi/media
Kompetensi Kepribadian dan Sosial
57
10. Memimpin dan membimbing siswa dalam penyampaian isi
materi pembelajaran (Intellectual Siswa)
11. Bertanggung jawab membina siswa dalam proses pembelajaran
ke arah SAVI
12. Memiliki kematangan emosi ketika menghadapai suatu
permasalahan dalam proses pembelajaran (SAVI)
13. Bersosialisasi dengan siswa dalam proses pembelajaran (SAVI)
14. Disiplin mengajar (SAVI)
15. Memiliki kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan isi materi
pembelajaran (SAVI)
16. Berbusana rapih, bersih, dan memiliki etika mengajar
Kompetensi Keagamaan
17. Memiliki akhlak yang mulia/ akhlaqiyya (santun baik budinya)
Lembar observasi atau lembar pengamatan pengelolaan
model pembelajaran ini dibuat berdasarkan sintaks (tingkah laku
mengajar/langkah-langkah), lingkungan belajar, dan sistem
pengelolaan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
pada konsep ibadah sholat berjamaah. Hasil observasi yang
didapatkan diolah kedalam nilai persentase, kemudian
dikelompokkan kedalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang,
dan sangat kurang (Lampiran 8).
Berdasarkan dari hasil observasi aktivitas guru selama
kegiatan pembelajaran pada siklus I, secara keseluruhan
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat
berjamaah diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,13 yang termasuk
kedalam kategori cukup baik. Perolehan data tersebut didapatkan
dari hasil pengamatan pada lembar observasi aktivas guru selama
kegiatan pembelajaran.
3) Aktivitas Belajar Siswa
Setelah diterapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat
berjamaah, didapatkan data mengenai aktivitas belajar siswa yang
58
menggabungkan keempat aspek SAVI selama kegiatan
pembelajaran. Sebanyak 15 siswa yang memiliki gaya belajar
berbeda-beda satu sama lain menggabungkan keempat aspek SAVI
dalam satu kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi terlihat siswa
mana yang memiliki aspek somatic/auditory/visual/intellectual
tertinggi atau sebaliknya (Lampiran 9).
Adapun format penilaian aktivitas belajar siswa selama
kegiatan pembelajaran yang digunakan peneliti pada siklus I dan II:
Tabel 4.2 Format Penilaian Aktivitas Belajar Siwa
Model
Pembelajaran Aspek yang Diamati Penialaian
So
mat
ic (
Bel
ajar
den
gan
ber
ger
ak d
an b
erbu
at)
1. Siswa mengenakan sarung dengan baik dan rapih.
Siswi mengenakan mukena dengan baik dan rapih.
1 2 3 4 5
2. Siswa memperagakan praktik ibadah sholat
berjamaah sesuai petunjuk guru.
3. Siswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan
oleh guru.
4. Siswa menjalankan pelatihan belajar aktif, baik
individu maupun kelompok.
5. Setelah mendapat pengalaman, siswa lalu
merefleksikannya. Dilihat dari kelancaran dan
kebenarannya bacaan sholat dan keserasian antara
bacaan dan gerakan sholat.
Au
dit
ory
(B
elaj
ar d
ebg
an
men
den
gar
kan
dan
ber
bic
ara)
1. Siswa mendengarkan semua penjelasan yang
disampaikan oleh guru.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru pada saat pembelajaran.
3. Siswa bertanya kepada guru.
4. Pada saat berdiskusi dengan kelompoknya, siswa
berpartisipasi dalam diskusi aktif dengan aktif
berbicara
5. Siswa menanggapi pernyataan yang diungkapkan
oleh guru dan siswa lain
6. Siswa menjelaskan secara terperinci apa yang baru
saja dipelajari dan bagaimana menerapkannya.
Vis
ua
l (B
elaj
ar d
eng
an m
elih
at,
men
gam
ati
dan
mem
per
that
ikan
) 1. Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan guru.
2. Siswa melihat dengan seksama peragaan praktik
sholat yang ditunjukkan oleh guru.
3. Siswa mengamati peragaan praktik ibadah sholat
kemudian memaknainya.
4. Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh siswa lain pada saat
pembelajaran.
5. Siswa memperhatikan penjelasan mengenai
konsep ibadah sholat dalam diskusi kelompok.
59
Inte
llec
tua
l (B
elaj
ar
den
gan
mer
enu
ngk
an,
mem
akn
ai, d
an
mem
ecah
kan
mas
alah
)
1. Siswa mampu merumuskan pertanyaan.
2. Siswa menganalisis pertanyaan yang diberikan
oleh guru dalam bentuk soal.
3. Siswa mampu memecahkan masalah dalam
diskusi kelompok.
4. Siswa mengeluarkan pendapat/ ide kreatif dalam
diskusi kelompok.
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
6. Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
guru secara individu
Selanjutnya disajikan data hasil observasi aktivitas belajar
siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
pada konsep ibadah sholat berjamaah.
Pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan diskusi
kelompok dan praktik ibadah sholat berjamaah di siklus I dan II.
Dalam setiap siklus melakukan praktik sholat berjamaah yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok siswa dengan pembagian
peran sebagai imam dan makmum. Pengamatan aktivitas belajar
siswa selama kegiatan pembelajaran untuk setiap siswa berdasarkan
indikator yang terdapat pada lembar observasi (Lampiran 4).
Di bawah ini adalah data nilai aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran pada siklus I.
Tabel 4.3 Aktivitas Belajar Siswa pada siklus I
Aktivitas Belajar Siswa Nilai
Siklus I
Somatic (learning by doing) 73,07
Auditory (learning by hearing) 74,67
Visualization (learning by seeing) 86,93
Intellectually (learning by thinking) 78,67
Rata-rata 78,33
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran yang tertuang
dalam lembar observasi pada keempat aspek model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI), yakni pada
60
aspek Somatic pada siklus I sebesar 73,07; Auditory sebesar 74,67;
Visual sebesar 86,93; dan Intellectually sebesar 78,67. Secara
keseluruhan, nilai aktivitas belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran yang menggabungkan keempat aspek SAVI pada
siklus I sebesar 78,33 yang termasuk kedalam kategori baik.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I
menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa sudah cukup baik
dalam melakukan pembelajaran aktif. Siswa yang cenderung
memiliki gaya belajar auditory/ kinestetik/ visual saja, mampu
mengikuti pembelajaran dikarenakan adanya penggabungan keempat
aspek SAVI tersebut, sehingga siswa mampu menciptakan suasana
belajar aktif dan menyenangkan walaupun ada beberapa siswa yang
kurang aktif melakukan tanya jawab, kurang siap melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas, dan kurang fokus
memperhatikan penjelasan yang diampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi awal sebelum diterapakan
model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) telah diketahui bahwa siswa kurang bergerak dan
berekspresi secara bebas selama kegiatan pembelajaran. Dalam hal
ini, guru kurang optimal dalam melakukan pembelajaran aktif di
kelas. Namun, dengan diterapkannya model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah
sholat berjamaah, siswa secara keseluruhan dapat bergerak dan
berkspresi secara bebas. Hal ini dikarenakan selama kegiatan
pembelajaran menggunakan keempat aspek SAVI, yakni siswa
belajar bergerak dan berbuat (somatic); siswa belajar dengan
mendengarkan dan berbicara (auditory); siswa belajar dengan
melihat, mengamati, dan memperhatikan (visual); dan siswa belajar
dengan merenungkan, memaknai, dan memecahkan masalah
(intellectual).
61
d. Tahap Refleksi dan Keputusan Siklus I
Tahapan refleksi pada siklus I ini bahwa kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) sudah mampu
memberikan peningkatan aktivitas belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada konsep ibadah sholat
berjamaah. Meskipun masih ditemukan beberapa kekurangan-
kekurangan yang harus tercapai pada setiap aspek SAVI yang
dilakukan.
Dikarenakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada konsep ibadah
sholat berjamaah. Maka dari hasil dari observasi aktivitas belajar siswa
pada siklus I yang kurang optimal tersebut, pembelajaran akan
diperbaiki pada siklus berikutnya yakni siklus II.
Berdasarkan hasil aktivitas belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I perlu diadakan perbaikan
pembelajaran, diantaranya:
1) Keberanian siswa untuk menjawab dan bertanya terkait
pembelajaran yang dilakukan perlu ditingkatkan.
2) Mengatur dan mengelola waktu pembelajaran dengan baik, yakni
mempersiapkan semua yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan
baik guna waktu yang digunakan dapat efektif dan efisien.
3) Memperhatikan siswa secara menyeluruh agar siswa dapat fokus
selama kegiatan pembelajaran
4) Berusaha membuat siswa untuk aktif dalam melakukan tanya jawab
selama kegiatan pembelajaran.
5) Memberikan penjelasan terkait praktik ibadah sholat berjamaah
dengan gerakan dan bacaan yang tepat agar siswa tidak salah
persepsi mengenai gerakan dan bacaan sholat yang kurang tepat.
62
6) Berusaha membuat siswa untuk tidak asik sendiri mengobrol dengan
teman kelompoknya. Dalam hal ini maksud dari obrolan adalah
pembicaraan diluar dari pembelajaran yang sedang dibahas.
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Setelah peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam mengetahui
masalah dan langkah-langkah yang akan dilakukan pada siklus II,
peneliti dan guru kemudian membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas pada siklus II.
2) Menyiapkan media pembelajaran dan bahan belajar untuk
mendukung kelancaran selama kegiatan pembelajaran, yakni lembar
kerja siswa (LKS) pada pembahasan selanjutnya mengenai ibadah
sholat berjamaah.
3) Peneliti menyiapkan lembar observasi untuk aktivitas guru dan
aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran, catatan
lapangan, dan alat dokumentasi.
4) Mengatur alokasi waktu agar sesuai dengan target yang telah
direncanakan.
5) Memberikan pengarahan kepada siswa secara terperinci mengenai
penerapan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) yang akan dilakukan selama kegiatan
pembelajara pada siklus II.
6) Guru harus memiliki sikap tegas terhadap siswa yang cenderung
tidak fokus selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II pelaksanaan pembelejaran dilakukan pada
tanggal 11 Mei 2015 berlangsung selama 2x45 menit. Pada siklus II ini,
guru telah memberikan apersepsi yang lebih baik dari siklus I yang
63
telah dilakukan. Kegiatan awal pembelajaran, guru mampu
mengkondisikan kesiapan siswa dan kelas ke arah SAVI dan mampu
memberikan apersepsi pembelajaran ke arah SAVI dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi, guru dan siswa terjadi interaksi tanya
jawab mengenai konsep ibadah sholat berjamaah yang dikaitkan oleh
guru kedalam kehidupan sehari-hari. Bahkan siswa dengan siswa saling
mengutarakan pendapat.
Untuk membangkitkan keingintahuan siswa terhadap konsep
ibadah sholat berjamaah, guru memberikan contoh yang relavan dengan
topik seperti seseorang yang melakukan sholat dengan cara munfarid
dengan seseorang yang melakukan sholat dengan cara berjamaah, akan
mendapatkan pahala yang berbeda. Seseorang yang melakukan sholat
berjamaah akan dilipatgandakan pahalanya hingga 27 derajat. Melalui
contoh kontekstual tersebut, guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi
siswa.
Kegiatan inti pembelajaran. Guru masih membagi siswa ke
dalam kelompok kecil untuk melakukan diskusi kelas dan kelompok.
Anggota kelompok kecil masing-masing sesuai dengan kelompok pada
siklus I. Dalam hal ini, pembelajaran dilakukan kembali dengan
membentuk kelompok ini bertujuan untuk membuat lingkungan belajar
aktif melakukan diskusi pembelajaran satu sama lain.
Berdasarkan hasil observasi, selama proses pembelajaran
guru telah mengarahkan siswa untuk melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) yakni menjelaskan secara terperinci proses
pembelajaran dengan menngunakan model pembelajaran SAVI. Hal ini
dilakukan sebagai upaya guru untuk menjelaskan secara detail maksud
dari penerapan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
64
Intellectually (SAVI) yang menekankan kepada aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran.
Pengarahan mengenai penerapan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) yang
disampaikan guru kepada siswa secara terperinci, menyebabkan siswa
lebih memahami model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan
pembelajaran. Sehingga siswa lebih antusias untuk melakukan
pembelajaran aktif dan siswa pun menikmati pembelajaran yang
dilakukan dibandingkan pada siklus I. Hal ini menyebabkan
pembelajaran terasa menyenangkan.
Pada saat guru menjelaskan konsep ibadah sholat berjamaah,
secara keseluruhan siswa memperhatikan dan mengamati penjelasan
dan demonstrasi/ peragaan ibadah sholat berjamaah yang disampaikan
oleh guru. Hal ini terjadi dikarenakan guru telah menguasai kelas.
Dalam hal ini, guru mampu mengelola pembelajaran dengan baik.
Pada pelaksanaan pembelajaran, siswa terlihat lebih aktif dan
antusias dibandingkan pada siklus I, hal ini ditunjukkan oleh siswa
selama kegiatan pembelajaran aktif melakukan tanya jawab dengan
guru maupun siswa, siswa yang sebelumnya tidak berani melakukan
presentasi di depan kelas menjadi berani dalam mengutarakan
pendapatnya dan hasil diskusinya dengan teman kelompoknya.
Kemudian, suasana belajar sudah tertib dan kondusif. Siswa secara
tertib dan teratur duduk bersama teman kelompoknya dan melakukan
diskusi kelompok dengan aktif.
Pembelajaran pada siklus II, baik guru dan siswa sudah
mampu melakukan pembelajaran aktif dengan menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI).
Guru mampu dan terampil menyampaikan pembelajaran kepada siswa
dan guru menguasai konsep pelajaran mengenai ibadah sholat
berjamaah. Jika guru menguasai konsep pelajaran, diharuskan juga
menguasai metode/ model pembelajaran. Jika metode/ model
65
pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi
tidak maksimal.4 Dengan begitu, guru mempu dengan baik menguasai
model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) selama kegiatan pembelajaran pada konsep ibadah sholat
berjamaah.
Kegiatan akhir pembelajaran. Siswa dari perwakilan
kelompoknya memberikan kesimpulan terkait konsep ibadah sholat
berjamaah. Semua siswa yang mewakili kelompoknya mampu dengan
baik dan berani mengutarakan pendapatnya di depan kelas. Siswa lain
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan temannya.
c. Tahapan Observasi
1) Catatan Lapangan
Dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran yang
tertuang dalam catatan lapangan pada saat siklus II diketahui bahwa
pengelolaan kelas sudah baik, guru Pendidikan Agama Islam (pelaku
penelitian) sudah mampu melaksanakan pembelajaran ke arah SAVI
dengan melakukan apersepsi yakni, membangkitkan rasa
keingintahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajarinya dengan
melakuakn tanya jawab. Semua siswa aktif memeberikan pertanyaan
terkait konsep ibadah sholat berjamaah dan aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru seputar pemahaman ibadah
sholat berjamaah yang dilakukan sehari-hari.
Pada saat guru membagi kedalam diskusi kelompok,
semua siswa fokus melaksanakan perintah guru untuk berkelompok
dengan temannya dengan tidak menimbulkan kegaduhan, siswa
secara tertib dan teratur duduk bersama teman kelompoknya. Hal ini
terjadi dikarenakan guru sudah mampu memusatkan perhatian siswa
terhadap kegiatan pembelajaran. Selain itu, pada saat
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setiap siswa
4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 64.
66
perwakilan dari kelompoknya sudah siap dan berani untuk
melakukan presentasi di depan kelas.
Pada saat melaksanakan praktik ibadah sholat berjamaaah,
masih ditemukan sedikit siswa yang kurang tepat melakukan gerakan
dan bacaan sholat. Guru pun segera melakukan klarifikasi terhadap
persepsi siswa yang kurang tepat. Pada saat pelaksanaan praktik,
sswa sangat tertib dan kondusif melakukan pergaan ibadah sholat
berjamaah. Siswa terlihat antusias dan aktif melakukan
pembelajaran.
Mengenai waktu yang digunakan selama kegiatan
pembelajaran di siklus II, guru sudah mampu dengan baik mengelola
waktu yang ada selama kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Aktivitas Guru
Berdasarkan dari hasil observasi aktivitas guru selama
kegiatan pembelajaran pada siklus II, secara keseluruhan
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat
berjamaah diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,62 yang termasuk
kedalam kategori baik. Perolehan nilai aktivitas guru pada siklus II
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Di bawah ini adalah data dari hasil observasi aktivitas
guru selama kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II.
Tabel 4.4 Perbedaan Signifikan Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Aspek SAVI
Aktivitas Guru Nilai
Pertemuan Pertama 75,13
Pertemuan Kedua 78,62
67
Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa, guru
semakin baik dalam mengelola pembelajaran di kelas. Dari setiap
aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru, nilai yang
diperoleh guru pada siklus II lebih baik dibandingkan kemampun
guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I. Guru terlihat
lebih terampil dalam menerapkan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah
sholat berjamaah, guru melakukan pembelajaran secara sistematis
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat, guru semakin baik dalam merangsang siswa untuk
melakukan tanya jawab atau menyampaikan pendapat terkait konsep
ibadah sholat berjamaah, kondisi kelas cukup baik dan tercipta
pembelajaran aktif dalam kelas.
3) Aktivitas Belajar Siswa
Di bawah ini adalah data nilai aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran pada siklus II.
Tabel 4.5 Aktivitas Belajar Siswa pada siklus II
Aktivitas Belajar Siswa Nilai
Siklus II
Somatic (learning by doing) 81,87
Auditory (learning by hearing) 82,22
Visualization (learning by seeing) 92,53
Intellectually (learning by thinking) 90,67
Rata-rata 86,82
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran yang tertuang
dalam lembar observasi pada keempat aspek model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI), yakni pada
aspek Somatic pada siklus II sebesar 81,87; Auditory sebesar 82,22;
Visual sebesar 92,53; dan Intellectually sebesar 90,67. Secara
keseluruhan, nilai aktivitas belajar siswa selama kegiatan
68
pembelajaran yang menggabungkan keempat aspek SAVI pada
siklus II sebesar 86,82 yang termasuk kedalam kategori sangat baik.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II
menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa sudah mampu dengan
baik melakukan pembelajaran aktif. Siswa yang cenderung memiliki
gaya belajar auditory/ kinestetik/ visual saja, mampu mengikuti
pembelajaran dikarenakan adanya penggabungan keempat aspek
SAVI tersebut, sehingga siswa mampu menciptakan suasana belajar
aktif dan menyenangkan.
Guru dan siswa sangat optimal dalam melakukan
pembelajaran aktif di kelas. Namun, dengan diterapkannya model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
pada konsep ibadah sholat berjamaah, siswa secara keseluruhan
dapat bergerak dan berkspresi secara bebas. Hal ini dikarenakan
selama kegiatan pembelajaran menggunakan keempat aspek SAVI.
Dengan begitu, siswa yang cenderung memiliki gaya belajar berbeda
satu sama lain dapat belajar dengan optimal pada konsep ibadah
sholat berjamaah.
d. Tahapan Reflesi dan Keputusan Siklus II
Tahapan refleksi pada siklus II ini bahwa kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat
berjamaah sudah efektik. Siswa mulai terbiasa menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
selama kegiatan pembelajaran. Siswa mampu memberikan peningkatan
aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada konsep ibadah sholat berjamaah. Nampak lebih aktif
selama kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan keadaan kelas
yang lebih efektif dibandingkan dengan siklus I.
69
Diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas belajar siswa yang
menggabungkan keempat aspek SAVI selama kegiatan pembelajaran
pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I, yakni dari
nilai rata-rata sebesar 78,33 yang termasuk kategori baik menjadi 86,82
yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Dengan rincian untuk tiap
aspek SAVI yang mengalami peningkatan dibandingkan siklus I, yakni
aspek somatic yang nilainya meningkat dari 73,07 menjadi 81,87; aspek
auditory dari 74,67 menjadi 82,22; aspek visual dari 86,93 menjadi
92,53; dan aspek intellectual dari 78,67 menjadi 90,67. Hasil dari siklus
II sudah mencapai nilai rata-rata aspek SAVI kedalam kategori sangat
baik sesuai dengan kriteria yang diharapkan, berarti tindakan sudah
dapat dihentikan dan tidak perlu dilanjutkan kepada siklus berikutnya.
Tabel 4.6 Perbedaan Signifikan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas Belajar Siswa Nilai
Siklus 1 Siklus 2
Somatic (learning by doing) 73,07 81,87
Auditory (learning by hearing) 74,67 82,22
Visualization (learning by seeing) 86,93 92,53
Intellectually (learning by thinking) 78,67 90,67
Rata-rata 78,33 86,82
Berdasarkan hasil refleksi siklus II yang diperoleh dari
aktivitas belajar siswa selama kagiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah
menunjukkan hasil yang positif yang ditunjukkan oleh keaktifan siswa
selama kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan
lagi ke siklus berikutnya.
70
C. Pembahasan
Pada penelitian ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
sudah dikembangkan ke arah pembelajaran SAVI diimplementasikan oleh
guru (peneliti). Penelitian dilakukan di Highscope Indonesia Alfa Indah yang
beralamat di Joglo - Jakarta Barat pada kelas VI dengan
mengimplementasikan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah.
Seperti yang telah kita ketahui, guru merupakan salah satu
indikator yang menentukan kualitas pendidikan. Bagus tidaknya kualitas
pendidikan akan terlihat dari kinerja guru. Oleh sebab itu, diharapkan guru
memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan
pembelajaran adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran, bagaimanapun cara dan bentuknya.5
Aktivitas guru yang tertuang dalam lembar observasi dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1 Aktivitas Guru Selama Kegiatan Pembelajaran
5Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar dan Mengajar yang Efektif,
(Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 21.
71
Berdasarkan Gambar 4.1 dari hasil observasi yang dilakukan
terhadap guru dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah
pada siklus I dan II memperoleh nilai sebesar 75,13 dan 78,62. Hal yang
diperhatikan oleh peneliti yakni, penerapan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) selama kegiatan pembelajaran ke arah SAVI,
keterampilan guru selama kegiatan pembelajaran, penguasaan konsep yang
diajarkan, kemampuan guru dalam membimbing siswa selama kegiatan
pembelajaran, dan aktivitas lainnya (Lampiran 3).
Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan pembelajaran
diketahui bahwa guru telah menggunakan teknik komunikasi dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam pada konsep ibadah sholat berjamaah.
Semua itu terlihat dari bagaimana cara guru mengajar di kelas. Guru tersebut
cukup menguasai teknik komunikasi dalam menyampaikan pemahaman
konsep ibadah sholat berjamaah. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang
terlihat siswa senang mengikuti proses pembelajaran. Beberapa teknik yang
telah digunakan oleh guru tersebut, diantaranya:
1. Teknik Informatif
Pada pelaksnaan pembelajaran, guru menyampaikan informasi baru
kepada siswa terkait dengan konsep ibadah sholat berjamaah. Secara
umum, guru sudah menyesuaikan cara berkomunikasi dengan siswanya.
Hal ini terlihat pada saat guru menyampaikan penjelasan mengenai konsep
ibadah sholat bejamaah dengan baik dan jelas. Siswa dengan mudah
mengikuti peragaan praktik ibadah sholat berjamaah sesuai dengan
petunjuk yang disampaikan oleh guru.
2. Teknik Persuasif
Pada saat melakukan diskusi kelompok dan diskusi dalam kelas, guru
sudah mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif melakukan tanya jawab
dengan memberikan umpan pertanyaan selama kegiatan pembelajaran.
3. Teknik Pervasif
72
Pada saat pemberian lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap siswa dalam
kelompoknya, guru sudah mengupayakan materi yang disampaikan
mampu diresapi oleh siswa, yakni dengan cara mendatangi siswa ke
tempat duduknya dan mendatangi siswa yang membutuhkan penjelasan
lebih mendalam.
4. Teknik Koersif
Pada saat guru menjelaskan konsep mengenai ibadah sholat berjamaah,
guru berusaha memaksa siswa untuk sungguh-sungguh dalam memahami
materi yang diajarkan. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan, guru tersebut
berupaya mengulang pertanyaan yang diajukan atau mengulang penjelasan
yang disampaikan, jika ada siswa yang masih kurang memahami apa yang
telah disampaikan guru. Adanya tanya jawab antara siswa dan guru untuk
memastikan sejauh mana siswa memahami apa yang telah guru sampaikan.
5. Teknik Instruktif
Selama proses pembelajaran, guru memberikan perintah kepada siswa
untuk melakukan peragaan praktik ibadah sholat berjamaah bersama teman
kelompoknya. Selain itu, guru juga memberikan perintah kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya.
Dalam proses pembelajaran guru melakukan peragaan praktik
ibadah sholat berjamaah, kemudian siswa pun melakukan praktik ibadah
sholat berjamaah sesuai dengan permintaan guru. Hal ini menciptakan
pemusatan perhatian siswa (visual) dan menimbulkan interaksi siswa
terhadap pembelajaran (somatic). Ketika proses pembelajaran berlangsung,
kegiatan praktik berjalan dengan lancar pada siklus I dan II. Sehingga siswa
dapat melakukan diskusi kelompok dan praktik ibadah sholat berjamaah
dengan baik. Jika ada siswa yang kurang tepat dalam gerakan dan bacaan
ketika melaksanakan praktik ibadah sholat berjamaah, guru segera melakukan
klarifikasi atau pembenaran kepada siswa tersebut.
Aspek SAVI yang meliputi Somatic, Auditory, Visual, Intellectual
tertuang selama proses pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang
terjadi dalam kelas dapat dilihat dari foto di bawah ini:
73
Gambar 4.2 Aspek Somatic
(siswa aktif memperagakan praktik ibadah sholat berjamaah sesuai petunjuk guru)
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat aspek somatic yang
ditunjukkan siswa pada saat memperagakan praktik ibadah sholat berjamaah
sesuai petunjuk yang diberikan oleh guru. Siswa tersebut satu sama lain
berdiri bersama teman kelompoknya untuk memperagakan praktik ibadah
sholat berjamaah dengan tetap memperhatikan penjelasan yang disampaikan
oleh guru, yakni guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk membagi
peran antara siswa yang berperan sebagai imam dan siswa yang berperan
sebagai makmum.
Selain itu, aspek somatic yang terlihat ketika siswa diberikan
penjelasan oleh guru dan diminta untuk melakukan praktik ibadah sholat
berjamaah adalah sebagai berikut: 1) Siswa menenakan sarung dan siswi
mengenakan mukena dengan baik, 2) Siswa memperagakan praktik ibadah
sholat berjamaah sesuai petunjuk guru, 3) Siswa mencatat hal-hal penting
yang disampaikan oleh guru, 4) Siswa menjalankan pelatihan belajar aktif,
baik individu maupun kelompok, dan 5) Setelah mendapat pengalaman, siswa
lalu merefleksikannya. Dilihat dari kelancaran dan kebenarannya bacaan
sholat dan keserasian antara bacaan dan gerakan sholat.
74
Gambar 4.3 Aspek Auditory (siswa aktif berbicara, berpartisipasi dalam diskusi aktif
dengan teman kelompoknya)
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat aspek auditory yang
ditunjukkan siswa pada saat melakukan diskusi kelompok. Siswa tersebut
satu sama lain berdiskusi bersama teman kelompoknya untuk menyelesaikan
tugas kelompok dalam lembar kerja siswa (LKS) dengan tetap
memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, yakni guru
memberikan penjelasan kepada siswa untuk berdiskusi bersama teman
kelompoknya sesuai dengan batas waktu yang diberikan. Pada saat
melakukan diskusi kelompok, siswa belajar berbicara dan berpartisipasi
dalam diskusi aktif dengan teman kelompoknya.
Selain itu, aspek auditory yang terlihat selama kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Siswa mendengarkan penjelasan
yang disampaikan oleh guru, 2) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru, 3) Siswa bertanya kepada guru, 4) Siswa berpartisipasi dalam
diskusi aktif, 5) Siswa menanggapi pernyataan yang diungkapkan oleh guru
dan siswa, dan 6) siswa menjelaskan secara terperinci apa yang baru saja
dipelajarinya.
75
Gambar 4.4 Aspek Visual (siswa aktif memperhatikan penjelasan guru dan
demonstrasi gerakan sholat yang disampaikan guru)
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat aspek visual yang
ditunjukkan siswa pada saat guru memberikan peragaan/ demonstrasi ibadah
sholat berjamaah. Siswa tersebut memperhatikan peragaan sholat berjamaah.
Siswa yang lain pun mengamati praktik ibadah sholat berjamaah yang
ditunjukkan kelompok lain pada saat mencontohkan gerakan sholat, bacaan
sholat, atau mencontohkan peran sebagai imam dan makmum.
Selain itu, aspek visual yang terlihat selama kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut: 1) Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru, 2) Siswa melihat dengan seksama peragaan praktik
ibadah sholat berjamaah yang ditunjukkan oleh guru, 3) Siswa memaknai
praktik ibadah sholat berjamaah, 4) Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh siswa lain pada saat pembelajaran, 5) Siswa memperhatikan
penjelasan yang disampaikan dalam diskusi kelompok.
76
Gambar 4.5 Aspek Intellectual (siswa menganalisis pertanyaan yang diberikan guru
dalam bentuk soal pada lembar kerja siswa/ LKS)
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat aspek intellectual yang
ditunjukkan siswa pada saat melakukan diskusi kelompok. Siswa tersebut
satu sama lain berdiskusi bersama teman kelompoknya untuk menyelesaikan
tugas kelompok dalam lembar kerja siswa (LKS), kemudian menganalisis
pertanyaan yang diberikan guru dalam bentuk soal yang tertuang dalam
lembar kerja siswa (LKS).
Selain itu, aspek intellectual yang terlihat selama kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Siswa mampu merumuskan
pertanyaan, 2) Siswa menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru
dalam bentuk soal, 3) Siswa mampu memecahkan masalah dalam diskusi
kelompok, 4) Siswa mengeluarkan pendapat/ ide kreatif dalam diskusi
kelompok, 5) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan 6) siswa
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru secara individu.
Berdasarkan dari hasil observasi terhadap guru, secara umum sudah
baik dalam menyampaikan konsep mengenai ibadah sholat berjamaah,
melakukan interaksi dengan siswa yang beragam gaya belajarnya melalui
model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI),
77
dan melakukan pendekatan kepada siswa yang kurang aktif atau kurang fokus
selama kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran dengan model Somatic-Auditrory-Visualization-
Intellectually (SAVI) sesuai dengan karakteristik pada konsep ibadah sholat
berjamaah yang membutuhkan pemahaman konsep dan penerapannya.
Selama proses pembelajaran, siswa dengan bantuan guru akan menjadi
terbiasa menemukan konsep sendiri. Konsep yang diperoleh cenderung
mudah diingat dan dipahami dengan melakukan kegiatan praktik ibadah
sholat berjamaah. Dari konsep yang diperoleh akan memudahkan siswa untuk
menjawab persoalan-persoalan terkait dengan materi yang dipelajarinya.
Dalam hal ini, hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa
yang didapatkan sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
berpengaruh positif pada pembelajaran.
Belajar secara konvensional cenderung membuat orang tidak aktif
secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Terjadilah kelumpuhan
otak dan belajar pun melambat layaknya merayap atau bahkan
berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak
secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran
darah dan otak, dan dapat berpengaruh positif pada pembelajaran.6
Selanjutnya, mengkaji dari hasil observasi aktivitas belajar siswa
untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung melalui model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI). Dapat dilihat bahwa semua
siswa menggabungkan keempat aspek SAVI selama proses pembelajaran,
yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata keempat aspek SAVI pada
pertemuan pertama sebesar 78,33 dengan kategori baik dan pada pertemuan
kedua sebesar 86,82 dengan kategori sangat baik. Perolehan tersebut didapat
dari Somatic (Belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditory (belajar dengan
mendengarkan dan berbicara), Visual (belajar dengan melihat, mengamati,
6Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, (New York: Mc GrawHill
Companies, Inc., 2000), pp. 41.
78
dan memperhatikan), dan Intellectual (belajar dengan merenungkan,
memaknai, dan memecahkan masalah), yang ditunjukkan pada Lampiran 9.
Aktivitas belajar siswa yang tertuang dalam lembar observasi dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.6 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
Berdasarkan pada Gambar 4.6 dapat dilihat nilai aktivitas belajar
siswa dalam menggabungkan keempat aspek SAVI pada siklus diperoleh nilai
dengan urutan dari yang paling besar hingga yang terkecil yaitu pada aspek
visual sebesar 86,93; kemudian diikuti dengan aspek intellectual sebesar
78,67; aspek auditory sebesar 74,67; dan nilai terkecil terdapat pada aspek
somatic sebesar 73,07. Secara keseluruhan, rata-rata nilai aktivitas belajar
siswa pada siklus I sebesar 78,33 yang termasuk kedalam kategori baik.
79
Sedangkan, aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.7 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
Berdasarkan pada Gambar 4.7 dapat dilihat nilai aktivitas belajar
siswa dalam menggabungkan keempat aspek SAVI pada siklus II diperoleh
nilai dengan urutan dari yang paling besar hingga yang terkecil yaitu pada
aspek visual sebesar 92,53; kemudian diikuti dengan aspek intellectual
sebesar 90,67; aspek auditory sebesar 82,22; dan nilai terkecil terdapat pada
aspek somatic sebesar 81,87. Secara keseluruhan, rata-rata nilai aktivitas
belajar siswa pada siklus II sebesar 86,82 yang termasuk kedalam kategori
sangat baik.
Dalam hal ini, Model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) yang diterapkan pada konsep ibadah
sholat berjamaah dapat memberikan ruang kepada siswa untuk dapat belajar
aktif serta mengekspresikan diri secara bebas dan mampu membuat siswa
merasa senang terhadap pembelajaran.
Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya siswa memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik
hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini
menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan
80
apa yang dikatakan guru. Siswa visual ini berbeda dengan siswa auditory,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang
dikerjakan oleh guru dan membuat catatan. Mereka mengandalkan
kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Siswa somatic terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Mereka cenderung impulsif, sesuka
hatinya, dan kurang sabaran.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memilik satu jenis
cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 di
antaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan
kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik.
Namun, 8 siswa sisanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran
dibanding dua lainnya, sehingga mereka mesti berupaya keras untuk
memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran
sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini,
pengajaran harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.7
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan menggunakan aspek
SAVI secara keseluruhan pada konsep ibadah sholat berjamaah. Keempat
aspek SAVI diantaranya somatic, auditory, visual, dan intellectual. Selama
proses pembelajaran berlangsung tidak hanya belajar berdasarkan teori saja,
namun dilakukannya praktik ibadah sholat berjamaah. Menggabungkan
keempat aspek SAVI selama kegiatan pembelajaran sejalan dengan pendapat
yang menyatakan bahwa belajar dengan menggabungkan keempat aspek
SAVI, maka belajar akan berlangsung optimal.8 Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang berbeda antara aspek Somatic,
Auditory, Visual, dan Intellectual yang diterapkan oleh siswa.
Aspek Somatic (belajar bergerak dan berbuat). Pada
pelaksanaannya, hampir semua siswa selama kegiatan pembelajaran bergerak
aktif. Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi selama kegiatan
pembelajaran melakukan praktik ibadah sholat berjamaah, kebanyakan siswa
7Silberman, op. cit., h. 28.
8Meier, op. cit., p. 42.
81
melakukan aktivitas fisik ringan saat berpikir, yakni didapatkan siswa
mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Siswa selama pembelajaran
melakukan note-making bukan note-taking. “Proses note-making adalah
proses mencatat yang jauh lebih aktif dibandingkan proses note-taking”.9
Mencatat dengan menerima runtutuan kata-kata yang didiktekan oleh guru
disebut note-taking (mengambil catatan) membuat siswa tidak mengerti apa
yang dicatatnya, sedangkan note-making (membuat catatan) dapaat membuat
siswa lebih fokus dan memahami apa yang dicatat.
Ada juga siswa yang aktif memberikan contoh gerakan sholat
disertai bacaan sholat kepada temannya. Siswa memperagakan gerakan sholat
ketika menjadi imam, makmum, dan makmum masbuk sesuai dengan apa
yang dilihat selama guru memberikan demonstrasi/ peragaan dalam sholat
berjamaah. Bahkan secara keseluruhan siswa tanggap segera mengenakan
mukena/ sarung disaat praktik ibadah sholat berjaamaah akan dimulai.
Gambar 4.8 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Somatic
Dalam hal ini, aspek somatic terlaksana dengan baik berdasarkan
perolehan nilai aspek somatic pada siklus I sebesar 73,07 yang termasuk
kedalam kategori cukup baik dan mengalami peningkatan pada siklus II
9Sutanto Windura, 88 Cemilan Otak Sehat, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012),
h. 49.
82
sebesar 81,87 yang termasuk kedalam kategori baik. Terjadi peningkatan
dikarenakan siswa mampu menciptakan susasana belajar aktif selama
pembelajaran berlangsung dengan melakukan aktivitas gerak baik melakukan
gerakan praktik ibadah sholat maupun hanya sekedar mencatat apa yang
disampaikan guru dan pendapat siswa lain.
Aspek Auditory (belajar dengan mendengarkan dan berbicara)
terlihat ketika siswa mendengarkan penjelasan baik dari guru maupun teman
sebaya tentang hal-hal yang terkait dengan ibadah sholat berjamaah. Selama
kegiatan pembelajaran, siswa dan guru melakukan tanya jawab terkait materi
ibadah sholat berjamaah. Di awal pembelajaan, diberikan pertanyaan kepada
siswa terkait pengetahuan awal mengenai ibadah sholat berjamaah. Dari
pembelajaran yang telah dilakukan, terlihat bahwa tercipta suasana belajar
yang aktif. Siswa yang satu dan lainnya saling memberikan pendapat pada
saat pertanyaan diajukan. Berikut cuplikan pembelajaran yang terjadi.
Guru : Apa yang dimaksud dengan sholat berjamaah?
Siswa 1 : Sholat yang dikerjakan paling sedikit oleh dua orang.
Guru : Ada yang bisa menambahkan lebih jelas lagi?
Siswa 2: Sholat yang dikerjakan secara bersama-sama, paling
Sedikit dua orang. Satu menjadi makmum. Satunya lagi
menjadi imam.
Selain itu, aspek auditory tercipta pada saat diskusi kelompok
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan pada saat
pembelajaran. Adanya diskusi kelompok membuat siswa satu sama lain aktif
mengeluarkan pendapatnya masing-masing selama berdiskusi. Sebagian
siswa dalam satu kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Setiap siswa dalam kelompoknya harus siap dan bisa
menjelaskan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas disaat namanya
disebut untuk segera mempresentasikan hasil diskusinya.
Pembelajaran yang terjadi di dalam kelas diharapkan mampu
menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan siswa.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya
komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam
pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
83
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik,
dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik.10
Adanya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran berpengaruh
pada nilai aspek auditory. Dalam melakukan diskusi kelompok, semakin
banyak orang yang terlibat dalam diskusi (tentunya dalam batas wajar),
semakin banyak pendapat lisan yang keluar, maka akan didapatkan
pemahaman yang semakin baik dari komunikasi tersebut.
Gambar 4.9 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Auditory
Dalam hal ini, aspek auditory terlaksana dengan baik berdasarkan
perolehan nilai aspek auditory pada siklus I sebesar 74,67 yang termasuk
kedalam kategori cukup baik dan pada siklus II sebesar 82,22 yang termasuk
kedalam katergori baik. Aspek auditory mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan siswa melakukan diskusi aktif dalam kelas atau dalam kelompok
selama pembelajaran berlangsung.
10
Sutirman, “Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran”, Artikel Efisiensi, FISE UNY, Vol.
VI No. 2 Agustus 2006, h. 109.
84
Aspek Visual (belajar dengan melihat, mengamati dan
memperhatikan) terlihat ketika siswa mengamati dan memperhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh guru dan temannya dalam diskusi
kelompoknya. Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi selama
kegiatan pembelajaran, aspek visual paling tinggi diterapkan oleh siswa.
Hampir keseluruhan siswa sangat antusias melakukan pengamatan suatu
demonstrasi/ peragaan sholat yang disampaikan oleh guru. Selain itu,
didapatkan beberapa siswa yang tengah aktif mencoba memperagakan
gerakan sholat dengan melihat dari peragaan yang disampaikan guru. Siswa
tersebut bersama teman kelompoknya memaknai apa yang mereka lihat
dengan mencoba memperagakan gerakan sholat, berperan sebagai imam atau
makmum, maupun memperagakan sebagai makmum yang melihat imam saat
memimpin sholat melakukan kesalahan dalam gerakan sholat maupun dalam
bacaan ayat Al-Qur‟an ketika melaksanakan sholat berjamaah.
Kemudian selama kegiatan diskusi kelompok, tercipta suasana
aktif dalam kelas. Didapatkan kebanyakan siswa memperhatikan penjelasan
yang disampaikan oleh guru dan memperhatikan penjelasan atau pendapat
yang disampaikan oleh siswa yang lain. Namun, berdasarkan hasil observasi
didapatkan siswa sibuk memainkan bolpoinnya, bukan untuk mencatat
melainkan mencorat coret di kertas kosong miliknya. Siswa tersebut adalah
ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar dominan somatic atau kinestetik.
Gambar 4.10 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Visual
85
Dalam hal ini, aspek visual terlaksana dengan baik berdasarkan
perolehan nilai aspek visual pada siklus I sebesar 86,93 yang termasuk
kedalam kategori sangat baik dan pada siklus II sebesar 92,53 yang termasuk
kedalam katergori sangat baik. Perolehan nilai pada aspek visual di setiap
pertemuan selalu paling tinggi dibandingkan dengan aspek yang lain, yakni
aspek somatic, auditory, dan intellectual. Hal ini terjadi disebabkan siswa
senang dan antusias memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru
disertai peragaan dengan melakukan praktik ibadah sholat berjamaah. Nilai
yang tinggi pada aspek visual sejalan dengan pendapat Meier yang
mengatakan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.11
Aspek Intellectual (belajar dengan merenungkan, memaknai, dan
memecahkan masalah) terlihat ketika siswa mampu merumuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru dalam bentuk soal,
memecahkan masalah dengan melakukan diskusi kelompok bersama
temannya, mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok,
mempresentasikan hasil diskusi kelompok kepada guru dan teman kelompok
lain, dan terlihat ketika mampu mengerjakan soal-soal test hasil belajar
dengan baik dan benar.
Pada saat melakukan praktik ibadah sholat berjamaah, siswa sudah
dapat memaknai pembelajaran yang telah dilakukan dengan memberikan
contoh gerakan sholat disertai bacaan sholat kepada temannya. Siswa
memperagakan gerakan sholat ketika menjadi imam, makmum, dan makmum
masbuk sesuai dengan apa yang dilihat selama guru memberikan demonstrasi/
peragaan dalam sholat berjamaah. Sebagian siswa mampu merumuskan
pertanyaan mengenai ibadah sholat berjamaah. Rata-rata siswa dalam
kelompoknya mampu memberikan pendapat dalam memecahkan masalah.
Selain itu, siswa secara bergantian mampu mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya kepada guru dan teman kelompok lain.
11
DaveMeier, The Accelerated Learning Handbook, (New York: Mc GrawHill
Companies, Inc., 2000), p. 48.
86
Gambar 4.11 Aktivitas Belajar Siswa pada Aspek Intellectual
Aspek intellectual terlaksana dengan baik berdasarkan perolehan
nilai aspek intellectual pada siklus I sebesar 78,67 yang termasuk kedalam
kategori baik dan pada siklus II sebesar 90,67 yang termasuk kedalam
katergori sangat baik. Terjadinya peningkatan nilai pada aspek intellectual
dikarenakan siswa sudah mampu menjelaskan atau mengeluarkan
pendapatnya kepada teman dan guru disaat diskusi kelompok atau kelas
berlangsung, siswa dapat menyimpulkan dan memecahkan soal-soal yang
diberikan dalam lembar kerja siswa (LKS), dan siswa pun mampu
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada guru dan teman
kelompok lain.
Pada saat pembelajaran, siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS)
untuk mengasah kemampuannya selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, siswa mampu menganalisis
pertanyaan yang diberikan oleh guru yang tertuang dalam lembar kerja siswa
(LKS). Hal ini terbukti dengan pencapaian siswa berupa keaktifan siswa
dalam melaksanakan diskusi kelompok selama kegiatan pembelajaran
berlangsung (Lampiran 7 dan 9).
87
Dalam hal ini, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dengan menggunakan semua indra dapat melibatkan siswa
sepenuhnya dalam pembelajaran, sehingga berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa. “Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar
terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri”.12
Model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) akan
mengakomodir semua gaya belajar siswa dalam satu peristiwa pembelajaran.
Pada penelitian ini, siswa dapat belajar sedikit dengan mengamati penjelasan
yang disampaikan oleh guru atau siswa dapat menyaksikan presentasi hasil
diskusi kelompok (visual), tetapi siswa dapat belajar jauh lebih banyak jika
dapat melakukan sesuatu ketika penjelasan atau presentasi sedang
berlangsung (somatic), membicarakan apa yang mereka pelajari (auditory),
dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam penjelasan/ presentasi
trsebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada (intellectual).
Pendapat lain, Magnesan menyatakan bahwa persentase
keberhasilan penyerapan semua yang dipelajari oleh siswa dengan masing-
masing gaya belajar dapat dilihat sebagai berikut: 1) 10% kita belajar dari apa
yang kita baca, 2) 20% kita belajar dari apa yang kita dengar, 3) 30% kita
belajar dari apa yang kita lihat, 4) 50% kita belajar dari apa yang kita lihat
dan kita dengar, 5) 70% kita belajar dari apa yang kita katakana, dan 6) 90%
kita belajar dari apa yang kita katakana dan kita lakukan.13
Hal ini dapat
disimpulkan bahwa, pemberdayaan yang optimal dari seluruh indra siswa
dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesab bagi diri siswa tersebut. Itulah
sebabnya, belajar dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) sangat menunjang dalam menciptakan
susasana belajar aktif. Siswa dapat belajar dengan melibatkan semua indra,
baik indra pendengaran maupun penglihatan. Siswa dapat berbicara, bekerja,
dan dapat melibatkan emosi positif yang tercipta pada saat diskusi kelompok.
12
Bruce Joyce, Models of Teaching Edisi 8 Terjemahan oleh Ahmad Fawaid,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 4. 13
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Alawiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2009), h. 94.
88
Jurnal penelitan terkait dengan penerapan model pembelajaran
yang menggunakan aspek auditory, visual, dan kinestetik menjelaskan bahwa
hasil belajar siswa yang optimal akan dicapai jika pendekatan mengajar,
metode mengajar, teknik mengajar, dan materi ajar mengakomodasi gaya
belajar siswa.14
Oleh karena itu, model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) yang diterapkan mampu mengoptimalkan
kemampuan belajar siswa selama kegiatan pembelajaran.
Jika siswa dan gaya mengajar guru sejalan, maka banyak hal-hal
positif yang bisa dicapai secara optimal seperti suasana belajar yang
menyenangkan, motivasi dan minat siswa meningkat, dan hasil belajar siswa
meningkat. Sebaliknya, jika siswa dan guru tidak sejalan, maka keduanya
akan mendapati kebuntuan.
Davis (1989) believes that only if the teachers’and lecturer’s
teaching style are adjusted with the students’ learning styles, the
productive and conducive learning environment will be created. In
conclusion, there will be more that can be obtained both of the
students and the lecturers. However, if the students’ learning styles
are not appropriate to the teacher’s and lecturer’, there will be
problems and frustrations in both sides15
Jelas sekali bahwa menerapkan keempat aspek SAVI dapat
menghasilkan banyak hal positif dalam pembelajaran. Selain itu, pada saat
penelitian berlangsung dengan memadukan keempat aspek SAVI, yakni
Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual dapat memberikan ruang gerak
kepada siswa untuk dapat belajar aktif dan mengekspresikan diri secara
bebas, serta mampu membuat siswa merasa senang terhadap pembelajaran.16
Hal ini sejalan dengan pengamatan yang didapatkan selama pembelajaran
berlangsung, yakni kegiatan proses belajar mengajar jauh lebih hidup, siswa
14
Havid Ardi, “Profil Gaya Belajar Bahasa Inggris”, Jurnal Bahasa Sastra dan Seni Vol.1
Edisi Januari-April, 2007. 15
Marisi Debora, “The Effect of Explicit, Implicit Instructions and Learning Styles on
Students‟ Sentence Structure Achievement”, Jurnal Bahasa Sastra dan Seni Edisi Juli-September
2010. 16
Riana Irawati, “Alternatif Pembelajaran Dengan Pendekatan SAVI”, Jurnal Pendidikan,
14 Oktober 2010.
89
dapat bergerak aktif, siswa dapat mengeluarkan pendapat dan merumuskan
pertanyaan, siswa dapat mengamati serta dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada pada saat pembelajaran berlangsung.
Pada saat pembelajaran, adanya pemberian lembar kerja siswa
(LKS), pembagian diskusi kelompok dalam kelas, dan kegiatan siswa dalam
mempraktikan ibadah sholat berjamaah dengan pembagian peran sebagai
imam dan makmum secara bergantian telah membuat suasana belajar aktif
dengan memadukan keempat aspek SAVI, yakni Somatic, Auditory, Visual,
dan Intellectual. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas belajar
siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan keempat aspek
SAVI tersebut (Lampiran 9).
Dari data yang dihasilkan, aktivitas belajar siswa yang menerapkan
keempat aspek SAVI dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar
78,33 yang termasuk kedalam kategori baik mengalami peningkatan pada
siklus II sebesar 86,82 yang termasuk kedalam kategori sangat baik dengan
rincian yang ada pada Tabel 4.6.
Gambar 4.12 Aktivitas Belajar Siswa (SAVI)
90
Model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) pada penelitian ini dapat menuntut siswa aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat membangun siswa untuk menggunakan potensi
dirinya lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuannya, baik
kemampuannya dalam beraktivitas, menyampaikan pendapat, merumuskan
pertanyaan, mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru atau teman,
mengamati dan memperhatikan peragaan ibadah sholat berjamaah, dan
kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dari pembelajaran diatas diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) ini
efektif dalam proses pembelajaran ibadah sholat berjamaah karena dapat
mempermudah siswa menyerap bahan pelajaran, serta menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.
Kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat bergantung
pada perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru.
“Pembelajaran yang berkualitas memerlukan pengembangan model-model
pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien”.17
Dalam hal ini, tugas guru bukan semata-mata mengajar (teacher
centered), tapi lebih kepada membelajarkan siswa (student centered). Seperti
yang terjadi dalam penelitian ini, semua siswa antusias dalam melakukan
pembelajaran, melakukan kegiatan praktik ibadah sholat berjamaah, dan kerja
kelompok antar siswa yang baik dalam memecahkan masalah.
Informasi tambahan didapatkan dari hasil wawancara terhadap guru
Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas VI Highscope Indonesia Alfa
Indah, catatan lapangan dan photo-photo selama kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI). Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga
dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan
17
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. III, h. 5.
91
dokumen-dokumen.18
Berbagai informasi ini menjadi bahan tambahan untuk
melakukan pengukuran hasil pembelajaran terhadap siswa (Lampiran 5, 6, 7
dan 10 ).
Wawancara terhadap guru Pendidikan Agama Islam dilakukan
sebelum dan sestelah diterapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) untuk mengetahui aktivitas biasanya yang
guru lakukan selama mengajar Pendidikan Agama Islam. Pertanyaan diajukan
kepada guru, meliputi sejauh mana guru mengetahui model-model
pembelajaran, cara guru menyampaikan materi pembelajaran, kondisi atau
suasana kelas saat pembelajaran berlangsung, hambatan-hambatan dalam
pembelajaran, dan hasil belajar siswa selama belajar pendidikan Agama Islam
(Lampiran 5).
Selanjutnya, pertanyaan yang diajukan guru setelah diterapkan
model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
yakni seputar hasil yang didapatkan dari proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI, baik kondisi kelas yang tercipta,
sikap siwa selama pembelajaran, kelebihan dan kelemahan model SAVI,
hambatan-hambatan selama menerapkan model pembelajaran SAVI, dan
ketertarikan guru untuk dikemudian hari menggunakan model SAVI pada
materi yang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa
kegiatan pembelajaran yang sehari-harinya menerapkan active learning
selama proses pembelajaran. Maksud apa yang disampaikan guru tersebut
adalah, setiap belajar menerapkan teknik/cara untuk membuat siswa aktif,
baik dengan tanya jawab, diskusi kelas/ kelompok, atau bahkan menonton
video terkait materi yang saya berikan. Guru tersebut kurang mendalami
jenis-jenis model pembelajaran. Namun, setiap pembelajaran yang dilakukan
guru selalu berupaya membuat siswa aktif melaui teknik apapun. Seperti yang
dikutip dari salah satu pertanyaan hasil wawancara yang dilakukan.
18
H. Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo, 2008), h. 23.
92
Peneliti :Apa saja hambatan-hambatan Bapak selama mengajar?
Guru :Saya harus membuat pembelajaran aktif dengan
menerapkan berbagai macam teknik pembelajaran. Karna
kalau tidak begitu, siswa tidak akan belajar dengan
senang. Pembelajaran bagi mereka akan terasa
membosankan”.
Setelah guru menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah,
diketahui bahwa model SAVI yang telah dilakukan mampu membuat aktif
siwa dan menciptakan suasa belajar yang menyenangkan. Seperti yang
dikutip dari salah satu pertanyaan hasil wawancara yang dilakukan.
Peneliti :Bagaimana pendapat Bapak mengenai model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) ini?
Guru :Pembelajaran yang menyenangkan dengan
menggabungkan keempat aspek SAVI (Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually), sehingga menciptkan suasana
belajar yang aktif dan kreatif. Siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda, ada yang auditory, kinestetik, dan
visual. Namun, dengan menggabungkan keempat aspek
SAVI selama proses pembelajaran dapat mengupayakan
semua siswa ikut serta aktif dalam pembelajaran dengan
berbagai tipe gaya belajar yang mereka miliki.
Hanya saja ada satu kesulitan dan kelemahan yang disampaikan
guru dalam hasil wawancara yang dilakukan, yakni kesulitannya ada dalam
pengelolaan kelas. Guru harus pintar-pintar membuat siswa aktif dengan
melakukan stimulus pertanyaan atau stimulus pendapat yang bisa
disampaikan tiap siswa. Sedangkan kelemahannya ada di waktu,
membutuhkan waktu lebih lama untuk proses pembelajarannya, karna adanya
kegiatan praktik, diskusi kelas, kelompok, tanya jawab, bahkan
menyampaikan hasil diskusi dengan melakukan presentasi.
Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap siswa mengenai hasil
pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat berjamaah. Wawancara dilakukan kepada semua siswa,
93
namun diambil hasil wawancara dari siswa yang sangat aktif, cukup aktif, dan
kurang aktif di kelas. Pertanyaan yang diberikan seputar pendapat siswa
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan (Lampiran 6).
Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa
pembelajarannya begitu menyenangkan. Mereka berpendapat model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) yang
telah dilakukan memberikan kebebasan siswa untuk bergerak, bebas
menyampaikan pendapat, dan bebas mengekspresikan diri. Selain itu,
pendapat siswa lain mengatakan dengan menggunakan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dapat menggunakan
semua indera, mulai dari melakukan aktivitas, mengeluarkan pendapat,
memperhatikan dan menciptakan ide-ide baru. Di bawah ini salah satu
kutipan hasil wawancara dengan siswa.
Peneliti : Apakah keuntungan yang Anda dapatkan dengan cara
belajar seperti itu?
Siswa : Pembelajarannya sangat menyenangkan, menambah
wawasan kita mengenai tata cara ibadah sholat berjamaah.
Diskusi yang dilakukan juga membuat aktif satu sama
lain, karena adanya presentasi hasil diskusi. Apa yang
dipelajari mudah diingat karena semuanya dilakukan
dengan menggunakan semua indera yang kita miliki.
Selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada
konsep ibadah sholat berjamaah yang menitikberatkan pada peran aktif siswa
(student centered), bukan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered). Guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator dan
motivator. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa:
Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk
mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya
sendiri. Artinya pendidik tidak perlu melakukan intervensi yang
berlebihan atau terlalu banyak turut campur mengatur anak,
biarkan dia belajar sendiri, yang penting bagi guru adalah perlu
diciptakan situasi belajar yang permissive (rileks), menarik dan
bersifat alamiah.19
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 41.
94
Adapun kesulitan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI), kebanyakan siswa mengatakan tidak ada kesulitan pada
saat pembelajaran. Namun, sedikit siswa mengatakan adanya kesulitan pada
saat melakukan diskusi kelompok, karena ada pendapat yang diajukan teman
kelompoknya kurang dimengerti oleh siswa tersebut. Selain itu, kesulitannya
ada pada keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dan menyampaikan pendapat dari setiap
siswa.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru sebelum
dan sesudah menerapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah
diketahui bahwa keaktifan siswa dan kepemahaman siswa terhadap suatu
pembelajaran bergantung dari cara guru dalam mengajar (Lampiran 5).
Adanya model pembelajaran sangat menunjang keberhasilan
pembelajaran untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan
pembelajaran. Model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) yang diterapkan dalam pembelajaran menjadikan siswa
belajar aktif selama proses pembelajaran. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk
ikut serta aktif menyampaikan pendapat, memberikan pertanyaan,
memberikan jawaban, melakukan diskusi aktif, dan mengekspresikan diri
secara bebas.
Guru sudah mampu menerapkan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat
berjamaah. Walaupun, ada pernyataan yang disampaikan oleh guru mengenai
kesulitan yang dihadapinya, yakni harus mampu mengelola kelas dengan baik
untuk mengupayakan siswa melakukan tanya jawab. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa tantangan bagi guru adalah bagaimana
dapat menjelaskan materi dengan baik, memberikan yang esensial dengan
cara yang menarik, percaya diri, membangkitkan motivasi para siswanya,
95
mendorong siswa bernalar dan melakukan kegiatan ilmiah.20
Guru yang
menjelaskan, siswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi
silih berganti, semuanya itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan.
Selain itu, hasil wawancara dengan guru juga diketahui bahwa
pembelajaran yang menggabungkan keempat aspek SAVI mampu
menghasilkan pembelajaran yang optimal. Hal ini terlihat dari siswa dapat
melakukan pembelajaran aktif. Siswa satu sama lain dapat belajar dengan hati
senang. Siswa yang cenderung memilik gaya belajar auditory mampu
melakukan aktivitas lainnya dengan melakukan kegiatan kinestetik dan
visualnya. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui
bahwa secara keseluruhan siswa menyukai pembelajaran yang diberikan guru
tersebut. Siswa juga juga merasa semakin paham dengan adanya kegiatan
praktik ibadah sholat berjamaah, diskusi kelompok, dan adanya tanya jawab
antara siswa dan guru. Siswa mengatakan tidak ada kesulitan yang signifikan
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Ada satu siswa yang
mengatakan, kesulitan ada pada saat siswa lain kurang persiapan dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sehingga penjelasannya pun
kurang dimengerti oleh siswa lain yang mendengarkannya.
Secara keseluruhan, siswa menilai positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung, proses pembelajaran pendidikan Agama
Islam pada konsep ibadah sholat berjamaah di kelasnya sudah bisa dikatakan
efektif. Dikarenakan guru telah menggunakan teknik-teknik komunikasi
dengan siswa yang menyebabkan informasi yang disampaikan guru diterima
dengan baik oleh siswa. Siswa dalam hasil wawancara mengatakan bahwa
pembelajarannya sangat menyenangkan, mudah memahami pembelajaran
dengan baik. Adanya peragaan praktik ibadah sholat berjamaah, diskusi
kelompok dan kelas, tanya jawab, dan kebebasan dalam menyampaikan
pendapat membuat mereka memahami konsep yang diberikan oleh guru
(Lampiran 6).
20
Kurikulum 2004, loc. cit.
96
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
pada konsep ibadah sholat berjamaah mendapatkan nilai rata-rata pada
siklus I sebesar 75,13 yang termasuk kedalam kategori cukup baik dan
mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 78,62 yang termasuk
kedalam kategori baik.
2. Setelah diterapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah, didapatkan
data mengenai aktivitas belajar siswa yang menggabungkan keempat aspek
SAVI selama kegiatan pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata pada
siklus I sebesar 78,33 yang termasuk kedalam kategori baik dan
mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 86,82 yang termasuk
kedalam kategori sangat baik.
3. Wawancara terhadap guru dan siswa, yang membuktikan bahwa
implementasi model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) pada konsep ibadah sholat berjamaah memberikan
ruang gerak kepada siswa untuk dapat belajar aktif dan mengekspresikan
diri secara bebas. Sehingga menciptakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, dinamis, dan menyenangkan.
B. Implikasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan model
pembelajaran somatic-auditory-visualization-intellectually (SAVI) dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya dari
sudut permasalahan yang berbeda. Selain itu dapat diimplementasikan
97
sebagai bahan kajian model pembelajaran bagi guru untuk diterapkan di
Sekolah Highscope Indonesia Alfa Indah Joglo.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti
sampaikan beberapa implikasi bagi siswa, yakni model pembelajaran
somatic-auditory-visualization-intellectually (SAVI) ternyata mampu
meningkatkan aktvitas belajar siswa. Oleh karena itu dalam upaya
meningkatkan kualitas belajar Pendidikan Agama Islam, model pembelajaran
ini dapat dipakai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam selanjutnya
yang sesuai dengan konsep/ materi pembelajaran. Bagi guru, yakni model
pembelajaran somatic-auditory-visualization-intellectually (SAVI) dapat
dijadikan alternatif pilihan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil
aktivitas belajar siswa. Kemudian, bagi peniliti sendiri agar lebih giat
memberikan pembelajaran kepada siswa dengan variasi model pembelajaran
lainnya yang tentunya sesuai dengan konsep Ibadah Sholat Berjamaah dan
konsep Pendidikan Agama Islam pada umumnya.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut, diantaranya adalah bagi:
1. Pembaca atau guru untuk menerapkan keseluruan aspek SAVI kepada
siswa diperlukan pengamatan yang baik oleh peneliti. Oleh sebab itu
dalam melakukan suatu riset dengan jumlah siswa yang lebih banyak
diperlukan observer yang banyak pula agar asil lebih optimal.
2. Bagi pendidik atau guru, diarapkan dapat menerapkan keseluruhan aspek
SAVI pada proses pembelajaran, karena membantu siswa untuk aktif
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dinamis, dan
menyenangkan.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, Muammad, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
SMP/MTs Kelas VII, Semarang: Erlangga, 2013.
Abdur Rahman, Jamaal, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah,
Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005.
Ardi, Havid, Profil Gaya Belajar Bahasa Inggris, Jurnal Bahasa Sastra
dan Seni Vol.1 Edisi Januari-April, 2007.
Chulsum, Umi dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Yoshiko Press, 2006.
Debora, Marisi, The Effect of Explicit, Implicit Instructions and Learning
Styles on Students’ Sentence Structure Achievement, Jurnal Bahasa Sastra dan
Seni Edisi Juli-September, 2010.
DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike, Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Alawiyah Abdurrahman,
Bandung: Kaifa, 2009.
Djaali, H., dan Muljono, Pudji, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Grasindo, 2008.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Huda, Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013.
Joyce, Bruce, Models of Teaching Edisi 8 Terjemahan oleh Ahmad
Fawaid, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.
Kadir, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, 2011.
L. Silberman, Melvin, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,
Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2010.
Majid, Abdul, Pernecanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Meier, Dave. The Accelerated Learning Handbook. New York: Mc
GrawHill Companies, Inc., 2000.
99
Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar dan Mengajar
yang Efektif, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003.
Prawiradilaga, Dewi Salma, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,
2011.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Sutirman, Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran, Artikel Efisiensi, FISE
UNY, Vol. VI No. 2 Agustus, 2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Windura, Sutanto, 88 Cemilan Otak Sehat, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012.
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009.
100
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Mata Pelajaran : Agama Islam
Kelas/ Semester : VI/ Genap
Tahun Ajaran : 2014/2015
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 Pertemuan)
Model Pembelajaran : Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
A. Kompetensi Dasar (KD)
1. Memahami ketentuan sholat berjama’ah.
2. Mempraktikkan sholat berjama’ah.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian Sholat wajib berjamaah dan dasar hukumnya.
2. Menjeaskan syarat sah Sholat berjamaah.
3. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
4. Menyebutkan halangan Sholat berjamaah.
5. Menyebutkan keutamaan Sholat berjamaah.
6. Menunjukkan tata cara Sholat berjamaah.
7. Mempraktikkan Sholat berjamaah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Materi Pembelajaran
1. Materi Pokok
Ibadah Sholat Berjama’ah
2. Sub Materi Pokok
a. Pengertian sholat berjama’ah
b. Hukum sholat berjama’ah
c. Ketentuan sholat berjama’ah
d. Keutamaan sholat berjama’ah
3. Uraian Materi (terlampir)
101
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan (waktu 15 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberi salam.
Guru mengkondisikan
para siswa untuk belajar ke
arah SAVI.
Guru menjelaskan
kompetensi yang akan di
capai ke arah SAVI (auditory
dan visual).
Pengenalan topik
pembelajaran kepada siswa.
(Apersepsi ke arah SAVI)
Membangkitkan minat dan
keingintahuan siswa terhadap
pokok bahasan tentang sholat
berjama’ah ke arah SAVI.
Mengkaitkan pokok bahasan
sholat berjama’ah dengan
pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
Guru memberikan pertanyaan
mengenai pengetahuan awal
siswa tentang sholat
bejama’ah ke arah SAVI
(auditory dan somatic).
Siswa menjawab salam.
Siswa mengkondisikan untuk
belajar.
Siswa mendengarkan dengan
seksama kompetensi yang
akan dicapai.
Kegiatan sumbang saran
Mengembangkan minat dan
rasa ingin tahu terhadap
pokok bahasan.
Berusaha mengingat
pengalaman sehari-hari dan
menghubungkannya dengan
pokok bahasan.
Siswa menjawab pertanyaan
guru dengan mengacungkan
jari.
Mengormati
orang yang
lebih tua.
Menghormati
orang yang
sedang bicara.
Berani
mengemukakan
pendapat.
Rasa ingin tahu
Kreatif.
Jujur dan teliti.
2. Kegiatan Inti (waktu 70 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Membentuk kelas ke
dalam beberapa kelompok
ke arah SAVI (somatic).
Guru menjelaskan secara
singkat proses
pembelajaran dengan
menggunakan model
Para siswa mengkondisikan
untuk duduk sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
Para siswa menyimak
penjelasan yang diberikan oleh
guru dan bertanya apabila ada
hal yang tidak dimengerti.
Disiplin.
Menghormati
orang yang
sedang
berbicara.
102
pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI) yang
akan diterapkan di
pertemuan kesatu dan
kedua.
Guru mendemonstrasikan
tata cara sholat berjama’ah
ke arah SAVI dengan
media gambar mengenai
gerakan sholat (somatic,
auditory, dan visual).
Guu membagikan LKS
dan memberikan
kesempatan kepada setiap
siswa untuk menemukan
konsep ibadah sholat
bejama’ah ke arah SAVI
(somatic, auditory, visual,
dan intellectual).
Mengorganisasikan
kelompok secara tertib.
Meminta setiap siswa
dalam kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas
ke arah SAVI (somatic,
auditory, visual, dan
intellectual).
Memperhatikan praktik
sholat berjama’ah yang
dilakukan setiap
kelompoknya (visual).
Para siswa memperhatikan
dengan seksama tata cara sholat
berjama’ah.
Setiap siswa mengerjakan LKS
yang diberikan untuk
menemukan konsep ibadah
sholat berjama’ah. Apabila ada
siswa yang kurang paham, dapat
mendiskusikannya dengan
teman kelompoknya.
Kelompok siswa berdiskusi
secara aktif dan tertib.
Setiap siswa dari tiap
kelompoknya masing-masing
bergantian mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya ke
depan ke depan kelas.
Dengan cara ini, setiap siswa
akan mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam pembelajaran
dengan menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually
(SAVI).
Melakukan praktik sholat
berjama’ah dengan
kelompoknya.
Menghormati
orang yang
sedang
berbicara.
Kerjasama tim.
Menghormati
pendapat orang
lain.
Keberanian
untuk berbicara.
Meningkatkan
kecakapan.
103
Mengklarifikasi gerakan
dan bacaan sholat
berjama’ah yang masih
kurang tepat dilakukan
oleh siswa dalam
kelompoknya ke arah
SAVI.
Mencermati dan berusaha
memahami penjelasan guru.
Menghormati
orang yang
sedang
berbicara.
3. Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru meminta siswa
memberikan kesimpulan
akhir dari kegiatan
pembelajaran ke arah SAVI.
Kemudian guru melengkapi
kesimpulan yang diberikan
siswa.
Guru meminta siswa untuk
membuat rangkuman
pelajaran mengenai bahasan
yang telah dipelajarinya.
Guru memberi salam.
Siswa memberikan
kesimpulan akhir dan
menyimak apa yang
disampaikan oleh guru.
Siswa menyanggupi
permintaan yang diberikan
oleh guru.
Siswa menjawab salam.
Menghargai
orang yang
sedang
berbicara.
Menghargai
orang yang
sedang
berbicara.
Rasa hormat.
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberi salam.
Guru mengkondisikan
para siswa untuk belajar ke
arah SAVI.
Guru menjelaskan
kompetensi yang akan di
capai ke arah SAVI (auditory
dan visual).
Pengenalan topik
pembelajaran kepada siswa.
(Apersepsi ke arah SAVI).
Siswa menjawab salam.
Siswa mengkondisikan untuk
belajar.
Siswa mendengarkan dengan
seksama kompetensi yang
akan dicapai.
Kegiatan sumbang saran
Mengormati
orang yang
lebih tua.
Menghormati
orang yang
sedang bicara.
Berani
mengemukakan
pendapat.
104
Guru memberikan pertanyaan
mengenai pengetahuan awal
siswa tentang sholat
bejama’ah ke arah SAVI
(auditory dan somatic).
Siswa menjawab pertanyaan
guru dengan mengacungkan
jari.
Jujur dan teliti.
2. Kegiatan Inti (waktu 75 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Membentuk kelas ke
dalam beberapa kelompok
ke arah SAVI (somatic).
Guru mendemonstrasikan
tata cara sholat berjama’ah
ke arah SAVI dengan
media gambar mengenai
gerakan sholat (somatic,
auditory dan visual).
Guu membagikan LKS
dan memberikan
kesempatan kepada setiap
siswa untuk menemukan
konsep ibadah sholat
bejama’ah ke arah SAVI
(somatic, auditory, visual,
dan intellectual).
Mengorganisasikan
kelompok secara tertib.
Meminta setiap siswa
dalam kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas
ke arah SAVI (somatic,
auditory, visual, dan
intellectual).
Para siswa mengkondisikan
untuk duduk sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
Para siswa memperhatikan
dengan seksama tata cara sholat
berjama’ah.
Setiap siswa mengerjakan LKS
yang diberikan untuk
menemukan konsep ibadah
sholat berjama’ah. Apabila ada
siswa yang kurang paham, dapat
mendiskusikannya dengan
teman kelompoknya.
Kelompok siswa berdiskusi
secara aktif dan tertib.
Setiap siswa dari tiap
kelompoknya masing-masing
bergantian mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya ke
depan ke depan kelas.
Dengan cara ini, setiap siswa
akan mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam pembelajaran
dengan menggunakan model
pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually.
Disiplin.
Menghormati
orang yang
sedang
berbicara.
Kerjasama tim.
Menghormati
pendapat orang
lain.
Keberanian
untuk berbicara.
105
Memperhatikan praktik
sholat berjama’ah yang
dilakukan setiap
kelompoknya ke arah
SAVI (visual).
Mengklarifikasi gerakan
dan bacaan sholat
berjama’ah yang masih
kurang tepat dilakukan
oleh siswa dalam
kelompoknya ke arah
SAVI.
Melakukan praktik sholat
berjama’ah dengan
kelompoknya.
Mencermati dan berusaha
memahami penjelasan guru.
Meningkatkan
kecakapan.
Menghormati
orang yang
sedang
berbicara.
3. Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru meminta siswa
memberikan kesimpulan
akhir dari kegiatan
pembelajaran ke arah SAVI.
Kemudian guru melengkapi
kesimpulan yang diberikan
siswa.
Guru meminta siswa untuk
membuat rangkuman
pelajaran mengenai bahasan
yang telah dipelajarinya.
Guru memberi salam.
Siswa memberikan
kesimpulan akhir dan
menyimak apa yang
disampaikan oleh guru.
Siswa menyanggupi
permintaan yang diberikan
oleh guru.
Siswa menjawab salam.
Menghargai
orang yang
sedang
berbicara.
Menghargai
orang yang
sedang
berbicara.
Rasa hormat.
E. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat :
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media Gambar (penjelasan mengenai gerakan sholat)
2. Sumber :
Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga, 2013.
F. Penilaian
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
106
Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA
Materi pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian sholat wajib berjemaah dan
hukumnya
2. Menjelaskan syarat sah sholat berjemaah
3. Menjelaskan pengetian makmum masbuk
4. Mempraktikkan sholat berjemaah
Langkah Kerja
1. Memakai mukena/ sarung untuk melaksanakan sholat berjamaah.
2. Memilih salah satu diantara teman kelompok untuk berperan sebagai imam.
Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk menjadi imam secara
bergiliran.
3. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai makmum masbuk. Pada saat itu
imam sedang rukuk untuk rakaat pertama.
4. Melakukan sholat Magrib berjamaah dengan memperhatikan gerakan dan
bacaan sholat, serta penghayatan dalam melaksanakan sholat berjamaah.
Asah Kemampuan
1. Berdasarkan praktik ibadah sholat berjamaah yang dilakukan. Jelaskan dari
pengertian dan hukum dari ibadah sholat berjamaah!
2. Salah satu berperan sebagai imam dan satunya sebagai makmum. Sebutkan
syarat untuk menjadi imam dan makmum!
3. Apa yang dilakukan makmum masbuk pada saat ketinggalan dalam
melaksanakan sholat berjamaah?
Nama Kelompok :
Anggota:
1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..
Kelas :
Tanggal :
Ibadah Sholat Berjamaah
107
Analisis dan Kesimpulan
108
LEMBAR KERJA SISWA
Materi pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Indikator : 1. Menyebutkan keutamaan salat berjemaah
2. Menjelaskan tata cara salat berjemaah
3. Mempraktikkan salat berjemaah
Langkah Kerja
1. Memakai mukena/ sarung untuk melaksanakan sholat berjamaah.
2. Memilih salah satu diantara teman kelompok untuk berperan sebagai imam.
Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk menjadi imam secara
bergiliran.
3. Salah satu makmum (laki-laki/ perempuan) bertugas mengingatkan imam pada
saat melakukan kesalahan dalam gerakan sholat.
4. Melakukan sholat Subuh berjamaah dengan memperhatikan gerakan dan
bacaan sholat, serta penghayatan dalam melaksanakan sholat berjamaah.
Asah Kemampuan
1. Berdasarkan praktik ibadah sholat berjamaah yang dilakukan. Jelaskan
keutamaan dalam melaksanakan sholat berjamaah!
2. Apa yang dilakukan makmum laki-laki dan makmum perempuan apabila imam
melakukan kesalahan dalam gerakan sholat?
Nama Kelompok :
Anggota:
1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..
Kelas :
Tanggal :
Ibadah Sholat Berjamaah
109
Analisis dan Kesimpulan
110
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Tahun Pelajaran : 2014/ 2015
Materi Pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Mei 2015
Petunjuk:
Lembar ini digunakan selama kegiatan pengamatan
Berilah tanda √ pada kolom yang tersedia
No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4 5
Kompetensi Pedagogik
1. Persiapan tertulis (RPP) :
a. Kualitas pengembangan indikator ke arah SAVI
b. Kualitas pengembangan materi ke arah SAVI
c. Kualitas pemilihan metode/teknik pembelajaran ke arah SAVI
d. Kualitas pengembangan skenario pembelajaran ke arah SAVI
e. Kualitas pemilihan media ke arah SAVI
f. Ketepatan pemilihan alat evaluasi ke arah SAVI
√
√
√
√
√
√
2. Keterampilan membuka pelajaran
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kelas ke arah SAVI
b. Apersepsi untuk ke arah SAVI
c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa (ke arah SAVI)
d. Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin dicapai untuk ke
arah SAVI
√
√
√
√
3. Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran
a. Kejelasan suara (Auditory)
b. Gerakan badan tidak mengganggu siswa (Visual)
c. Adanya interaksi dengan siswa (Somatic)
d. Pemusatan perhatian dan indera (Visual)
√
√
√
√
4. Kegiatan pembelajaran
a. Keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran (SAVI)
b. Kejelasan dalam menerangkan, menuntun dan memberikan
contoh kepada siswa (Visual)
c. Dapat memanfaatkan waktu dengan baik (SAVI)
d. Menuntun siswa dengan demonstrasi dan menggunakan media
(SAVI)
e. Tanggap/antusias terhadap respon siswa (SAVI)
√
√
√
√
√
5. Penggunaan media/alat bantu pembelajaran
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaanya (SAVI)
b. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, indikator dan materi ajar
√
√
111
(SAVI)
c. Membantu meningkatkan proses pembelajaran (SAVI)
√
6. Evaluasi (Intellectual Siswa)
a. Ketepatan alat evaluasi sesuai indikator
b. Ketepatan penilaian terhadap evaluasi siswa
√
√
7. Keterampilan menutup pelajaran (Intellectual Siswa)
a. Meminta siswa merangkum kembali bahan pelajaran yang
disampaikan
b. Mengadakan tindak lanjut yang dilakukan untuk siswa
√
√
Kompetensi Profesional
8. Kualitas penguasaan materi menunjang SAVI
a. Kesesuaian materi dengan yang diajarkan
b. Hubungan dengan pengetahuan yang relevan atau kontekstual
√
√
9. Kualitas penjelasan materi (menunjang SAVI)
a. Bahasa
b. Sistematis
c. Penggunaan contoh/ilustrasi/media
√
√
√
Kompetensi Kepribadian dan Sosial
10. Memimpin dan membimbing siswa dalam penyampaian isi materi
pembelajaran (Intellectual Siswa)
√
11. Bertanggung jawab membina siswa dalam proses pembelajaran ke
arah SAVI
√
12. Memiliki kematangan emosi ketika menghadapai suatu
permasalahan dalam proses pembelajaran (SAVI)
√
13. Bersosialisasi dengan siswa dalam proses pembelajaran (SAVI) √
14. Disiplin mengajar (SAVI) √
15. Memiliki kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan isi materi
pembelajaran (SAVI)
√
16. Berbusana rapih, bersih, dan memiliki etika mengajar √
Kompetensi Keagamaan
17. Memiliki akhlak yang mulia/ akhlaqiyya (santun baik budinya) √ Keterangan penilaian :
1 = tidak memadai/ tidak pernah/ tidak baik
2 = kurang memadai/ jarang/ kurang baik
3 = cukup memadai/ kadang-kadang/ cukup baik
4 = memadai/ sering/ baik
5 = sangat memadai/ selalu/ sangat baik
Jakarta, 6 Mei 2015
Observer,
________________________
112
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Tahun Pelajaran : 2014/ 2015
Materi Pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
Petunjuk:
Lembar ini digunakan selama kegiatan pengamatan
Berilah tanda √ pada kolom yang tersedia
No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4 5
Kompetensi Pedagogik
1. Persiapan tertulis (RPP) :
a. Kualitas pengembangan indikator ke arah SAVI
b. Kualitas pengembangan materi ke arah SAVI
c. Kualitas pemilihan metode/teknik pembelajaran ke arah SAVI
d. Kualitas pengembangan skenario pembelajaran ke arah SAVI
e. Kualitas pemilihan media ke arah SAVI
f. Ketepatan pemilihan alat evaluasi ke arah SAVI
√
√
√
√
√
√
2. Keterampilan membuka pelajaran
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kelas ke arah SAVI
b. Apersepsi untuk ke arah SAVI
c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa (ke arah SAVI)
d. Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin dicapai untuk ke
arah SAVI
√
√
√
√
3. Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran
a. Kejelasan suara (Auditory)
b. Gerakan badan tidak mengganggu siswa (Visual)
c. Adanya interaksi dengan siswa (Somatic)
d. Pemusatan perhatian dan indera (Visual)
√
√
√
√
4. Kegiatan pembelajaran
a. Keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran (SAVI)
b. Kejelasan dalam menerangkan, menuntun dan memberikan
contoh kepada siswa (Visual)
c. Dapat memanfaatkan waktu dengan baik (SAVI)
d. Menuntun siswa dengan demonstrasi dan menggunakan media
(SAVI)
e. Tanggap/antusias terhadap respon siswa (SAVI)
√
√
√
√
√
5. Penggunaan media/alat bantu pembelajaran
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaanya (SAVI)
b. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, indikator dan materi ajar
√
√
113
(SAVI)
c. Membantu meningkatkan proses pembelajaran (SAVI)
√
6. Evaluasi (Intellectual Siswa)
a. Ketepatan alat evaluasi sesuai indikator
b. Ketepatan penilaian terhadap evaluasi siswa
√
√
7. Keterampilan menutup pelajaran (Intellectual Siswa)
a. Meminta siswa merangkum kembali bahan pelajaran yang
disampaikan
b. Mengadakan tindak lanjut yang dilakukan untuk siswa
√
√
Kompetensi Profesional
8. Kualitas penguasaan materi menunjang SAVI
a. Kesesuaian materi dengan yang diajarkan
b. Hubungan dengan pengetahuan yang relevan atau kontekstual
√
√
9. Kualitas penjelasan materi (menunjang SAVI)
a. Bahasa
b. Sistematis
c. Penggunaan contoh/ilustrasi/media
√
√
√
Kompetensi Kepribadian dan Sosial
10. Memimpin dan membimbing siswa dalam penyampaian isi materi
pembelajaran (Intellectual Siswa)
√
11. Bertanggung jawab membina siswa dalam proses pembelajaran ke
arah SAVI
√
12. Memiliki kematangan emosi ketika menghadapai suatu
permasalahan dalam proses pembelajaran (SAVI)
√
13. Bersosialisasi dengan siswa dalam proses pembelajaran (SAVI) √
14. Disiplin mengajar (SAVI) √
15. Memiliki kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan isi materi
pembelajaran (SAVI)
√
16.. Berbusana rapih, bersih, dan memiliki etika mengajar √
Kompetensi Keagamaan
17 Memiliki akhlak mulia/ akhlaqiyyah (santun dan baik budinya) √ Keterangan penilaian :
1 = tidak memadai/ tidak pernah/ tidak baik
2 = kurang memadai/ jarang/ kurang baik
3 = cukup memadai/ kadang-kadang/ cukup baik
4 = memadai/ sering/ baik
5 = sangat memadai/ selalu/ sangat baik
Jakarta, 11 Mei 2015
Observer,
_______________________
114
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Tahun Pelajaran : 2014/ 2015
Materi Pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Mei 2015
Petunjuk:
Lembar ini digunakan selama kegiatan pengamatan
Berilah tanda √ pada kolom yang tersedia
Model
Pembelajaran
Aspek yang Diamati
Penilaiain
1 2 3 4 5
Som
ati
c
(Bel
aja
r d
engan
ber
ger
ak
dan
ber
bu
at)
1. Siswa mengenakan sarung dengan baik
dan rapih. Siswi mengenakan mukena
dengan baik dan rapih.
2. Siswa memperagakan praktik ibadah
sholat berjamaah sesuai petunjuk guru.
3. Siswa mencatat hal-hal penting yang
disampaikan oleh guru.
4. Siswa menjalankan pelatihan belajar
aktif, baik individu maupun kelompok.
5. Setelah mendapat pengalaman, siswa
lalu merefleksikannya. Dilihat dari
kelancaran dan kebenarannya bacaan
sholat dan keserasian antara bacaan dan
gerakan sholat.
Au
dit
ory
(bel
aja
r d
engan
men
den
gark
an
dan
ber
bic
ara
)
1. Siswa mendengarkan semua penjelasan
yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru pada saat
pembelajaran.
3. Siswa bertanya kepada guru.
4. Pada saat berdiskusi dengan
kelompoknya, siswa berpartisipasi
dalam diskusi aktif dengan aktif
berbicara
5. Siswa menanggapi pernyataan yang
diungkapkan oleh guru dan siswa lain
6. Siswa menjelaskan secara terperinci apa
yang baru saja dipelajari dan bagaimana
menerapkannya.
115
V
isu
al
(bel
aja
r d
engan
mel
ihat,
men
gam
ati
, d
an
mem
per
hati
kan
)
1. Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan guru.
2. Siswa melihat dengan seksama peragaan
praktik sholat yang ditunjukkan oleh
guru.
3. Siswa mengamati peragaan praktik
ibadah sholat kemudian memaknainya.
4. Siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh siswa lain pada saat
pembelajaran.
5. Siswa memperhatikan penjelasan
mengenai konsep ibadah sholat dalam
diskusi kelompok.
Inte
llec
tual
(bel
aja
r d
engan
mer
enu
ngk
an
, m
emak
nai,
dan
mem
ecah
kan
masa
lah
) 1. Siswa mampu merumuskan pertanyaan.
2. Siswa menganalisis pertanyaan yang
diberikan oleh guru dalam bentuk soal.
3. Siswa mampu memecahkan masalah
dalam diskusi kelompok.
4. Siswa mengeluarkan pendapat/ ide
kreatif dalam diskusi kelompok.
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
6. Siswa mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru secara individu
*lembar observasi ini digunakan kembali untuk pertemuan berikutnya
Keterangan penilaian :
1 = tidak memadai/ tidak pernah/ tidak baik
2 = kurang memadai/ jarang/ kurang baik
3 = cukup memadai/ kadang-kadang/ cukup baik
4 = memadai/ sering/ baik
5 = sangat memadai/ selalu/ sangat baik
Jakarta, 6 Mei 2015
Observer,
__________________________
116
Lampiran 5
Hasil Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
(Observasi Pendahuluan)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Nama Guru : Aulia Darma, S.Pd
Hari/ Tanggal : Senin, 4 Mei 2015
1. Apa yang Bapak ketahui mengenai model pembelajaran?
Jawaban: Model pembelajaran menurut saya cara/ teknik penyampain ke
siswa yang digunakan pada pembelajaran. Ada yang menuntut
kerja sama, individu, demonstrasi, semuanya memberikan
informasi.
2. Biasanya Bapak mengajar dengan model pembelajaran apa saja?
Jawaban: Lebih seringnya saya menerapkan active learning.
3. Bagaimana cara Bapak menyampaikan materi pembelajaran ke siswa?
Jawaban: Menyampaikan pembelajaran dengan menjelaskan materi apa yang
akan disampaikan, kemudian dilakukan pemberian tugas individu
maupun kelompok. Bahkan seringnya saya melakukan diskusi
kelompok.
4. Apakah Bapak menggunakan model pembelajaran dengan bervariasi?
Jawaban: Ya itu, seringnya saya menerapkan active learning, siswa dilatih
aktif pada saat pembelajaran. Adanya penanaman rasa ingin tahu
untuk setiap siswa, supaya mereka berani untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat.
5. Model apa saja yang Bapak terapkan?
Jawaban: Mungkin lebih tepatnya, saya menerapkan model pembelajaran
yang yang membuat siswa aktif. Entah itu dengan teknik Tanya
jawab, diskusi kelas/ kelompok, atau bahkan menonton video
terkait materi yang saya berikan. Untuk jenis-jenis model
pembelajaran saya kurang mendalami modelnya ada apa saja.
117
6. Apakah ada kegiatan praktik selama proses pembelajaran?
Jawaban: Ada, sesuai materi yang akan saya sampaikan. Tapi lebih tepatnya
saya menggunakan demonstrasi ke siwa. Kemudian siswa
mencontohnya. Karna kalau praktik secara keseluruhan untuk tiap
siswa, waktunya kurang terpenuhi.
7. Bagaimana kondisi kelas/ siswa ketika pelajaran berlangsung?
Jawaban: Ya begitu. Masing-masing siswa kan memiliki gaya belajar yang
berbeda. Ada yang memperhatikan dengan baik selama
pembelajaran berlangsung, ada juga yang asik berdiskusi dengan
temannya. Tapi semuanya masih dalam koridor.
8. Apa saja hambatan-hambatan Bapak selama mengajar?
Jawaban: Saya harus membuat pembelajaran aktif dengan menerapkan
berbagai macam teknik pembelajaran. Karna kalau tidak begitu,
siswa tidak akan belajar dengan senang. Pembelajaran bagi mereka
akan terasa membosankan.
9. Bagaimana hasil belajar pendidikan Agama Islam siswa Bapak?
Jawaban: Hasilnya cukup memuaskan. Kadang ada materi tertentu yang saya
sampaikan, hampir sebagian siswa masih kurang pemahamannya.
10. Apa yang Bapak lakukan jika ada hasil belajar yang kurang memuaskan?
Jawaban: Biasanya, saya ulang kembali pembelajarannya di waktu
berikutnya.
118
Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penerapan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Nama Guru : Aulia Darma, S.Pd
Hari/ Tanggal : Rabu, 13 Mei 2015
1. Model pembelajaran apa yang biasanya Bapak gunakan dalam pembelajaran
sehari-hari?
Jawaban: Saya kurang memahami jenis-jenis model pembelajaran.
Hari-harinya saya hanya menerapkan active learning untuk setiap
materi yang akan saya sampaikan. Bisa dengan kerja kelompok,
tugas, diskusi kelas, diskusi kelompok, tanya jawab, dan lain
sebagainya.
2. Bagaimana pendapat Bapak mengenai model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) ini?
Jawaban: Pembelajaran yang menyenangkan dengan menggabungkan
keempat aspek SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually), sehingga menciptkana suasana belajar yang aktif
dan kreatif. Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, ada
yang auditory, kinestetik, dan visual. Namun, dengan
menggabungkan keempat aspek SAVI selama proses pembelajaran
dapat mengupayakan semua siswa ikut serta aktif dalam
pembelajaran dengan berbagai tipe gaya belajar yang mereka
miliki.
3. Apakah model pembelajaran seperti ini bagus dan kondusif untuk
pembelajaran pendidikan Agama Islam?
Jawaban: Ya, sangat baik dan cukup kondusif untuk digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai
dengan skenario pembelajaran/ RPP.
4. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
Alasannya?
Jawaban: Dari hasil pembelajaran yang dilakukan, kemudian saya
memberikan test hasil belajar siswa, nilai-nilai siswa yang
119
didapatkan sangat baik. Dengan begitu, model ini berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa.
5. Apakah Bapak berniat dan tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) untuk mengajar?
Alasannya?
Jawaban: Ya, saya rasa saya akan terapkan di materi yang mungkin bisa
diterapkan model ini. Sebelumnya saya mengajar hanya ada satu
kegiatan, misalnya diskusi kelas ya diskusi kelas saja, kerja
kelompok saja, atau hanya sekedar tanya jawab saja. Intinya saya
membuat siswa aktif di kelas. Saya tidak meggabungkan keempat
aspek dalam satu kegiatan pembelajaran.
6. Apakah model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) yang diterapkan pada konsep ibadah sholat berjamaah sudah tepat?
Alasannya?
Jawaban: Ya sudah tepat, karena konsep ibadah sholat ini membutuhkan
kegiatan praktik ibadah sholat berjamaah. Dalam model SAVI ada
kegiatan kinestetik/ somatic yang diharapkan, sehingga adanya
kegiatan praktik ini cocok diterapkan model ini.
7. Kira-kira apa saja kesulitan dan kelemahan dalam model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)?
Jawaban: Kesulitannya ada dalam pengelolaan kelas. Kita harus pintar-pintar
membuat siswa aktif dengan melakukan stimulus pertanyaan atau
stimulus pendapat yang bisa disampaikan tiap siswa.
Kelemahannya ada di waktu. Saya membutuhkan waktu lebih lama
untuk proses pembelajarannya, karna adanya kegiatan praktik,
diskusi kelas, kelompok, tanya jawab, bahkan menyampaikan hasil
diskusi dengan melakukan presentasi.
8. Apa saja kelebihan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI)?
Jawaban: Kelebihannya siswa belajar dengan hati senang. Adanya kegiatan
praktik itu yang membuat siswa senang dan bebas berekspresi.
Siswa dapat bergerak bebas dengan diterapkannya model ini. Siswa
satu sama lain aktif saling memberikan masukan/ ide dalam proses
pembelajaran. Setiap siswa dengan gaya belajar yang mereka miliki
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
120
9. Menurut Bapak, apa yang membedakan model pembelajaran Somatic-
Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI) dengan model lainnya?
Jawaban: Perbedaannya ada pada cara pembelajarannya yang
menggabungkan keempat aspek SAVI. Masih banyak model
pembelajaran lain yang melakukan terpisah pada keempat aspek
SAVI. Hanya satu atau dua aspek SAVI yang diterapkan. Kalau
model ini, menggabungkan keempat aspek SAVI, sehingga mampu
menghasilkan pembelajaran yang optimal.
10. Bagaimana sikap/ aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)?
Jawaban: Siswa setelah diterapkan model pembelajaran Somatic-Auditory-
Visualization-Intellectually (SAVI) hasilnya sangat memuaskan,
secara keseluruhan siswa dapat melakukan pembelajaran aktif.
Siswa satu sama lain dapat belajar dengan hati senang. Siswa yang
cenderung memilik gaya belajar auditory mampu melakukan
aktivitas lainnya dengan melakukan kegiatan kinestetik dan
visualnya.
121
Lampiran 6
Hasil Wawancara Siswa
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Hari/ Tanggal : Rabu, 13 Mei 2015
1. Bagaimana cara mengajar guru Anda pada saat pembelajaran? Apa yang
kamu rasakan selama proses pembelajaran?
Siswa 1 : Baik sekali. Beliau sangat komunikatif dengan siswanya. Kita
diberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab, diberikan
kebebasn berekspresi, diberikan kesempatan untuk
menyampaikan adanya perbedaan pendapat. Saya sangat senang
belajar dengan cara ini.
Siswa 2 : Menyenangkan. Pak guru mampu mengelola kelas dengan baik.
Saat diskusi kelompok kita diarahkan dengan baik.
Siswa 3 : Penyampaiannya jelas, interaksi dengan siswa sangat baik.
Selalu bertanya jika ada yang kurang dimengerti oleh siswanya.
2. Apakah Anda senang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)?
Siswa 1 : Senang karena membuat semangat belajar, karna diberikan
kebebasan untuk bergerak.
Siswa 2 : Senang karena ada kegiatan praktiknya.
Siswa 3 : Senang karena bisa mengetahui pendapat teman yang lain.
3. Bagaimana diskusi kelompok yang Anda lakukan?
Siswa 1 : Sangat baik dan lancar. Dapat menambah wawasan kita
seputar ibadah sholat berjamaah. Apalagi kita bisa saling
diskusi dengan teman.
Siswa 2 : Sangat menyenangkan, karena bisa bekerja bersama.
Siswa 3 : Seru sekali, karena kita diberikan soal dalam LKS untuk
memperagakan praktik ibadah sholat berjamaah.
4. Apakah Anda menyukai belajar dengan cara belajar kelompok sepeti yang
telah dilakukan?
Siswa 1 : Suka sekali
Siswa 2 : Suka
Siswa 3 : Suka
122
5. Bagaimana praktik ibadah sholat berjamaah yang Anda lakukan?
Siswa 1 : Sangat seru. Saya menyukai kegiatan praktik saat pembelajaran.
Siswa 2 : Menyenangkan. Sangat membantu saya dalam kehidupan sehari
hari untuk selalu menjalankan sholat.
Siswa 3 : Berjalan dengan baik, semua siswa dalam kelompoknya
melakukan praktik ibadah sholat berjamaah.
6. Kesulitan apa yang Anda rasakan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-
Intellectually (SAVI)?
Siswa 1 : Tidak ada, saya sangat menyukai pembelajaran ini.
Siswa 2 : Tidak banyak, hanya sedikit ketika melakukan diskusi kelompok.
Ada siswa lain dalam kelompoknya, menyampaikan pendapatnya
kurang saya mengerti. Selain itu kurangnya persiapan siswa pada
saat mempresentasikan hasil diskusi.
Siswa 2 : saat setiap siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
hasil diskusi.
7. Pernahkan model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually
(SAVI) digunakan sebelumnya? Biasanya pembelajaran yang dilakukan
seperti apa?
Siswa 1 : Belum pernah dilakukannya. Sebelumnya, kalau ada diskusi
kelompok, ya itu hanya diskusi kelompok saja. Tidak ada kegiatan
lain. Kalau ini ada diskusi antar teman dalam kelompoknya, kelas,
tanya jawab, dan sebagainya.
Siswa 2 : Belum pernah. Pembelajaran lebih sering adanya Tanya jawab
yang aktif antara siswa dan guru.
Siswa 3 : Belum pernah, biasa saja pembelajaranya.
8. Apakah lebih paham dan lebih mudah memahami materi dengan cara tadi
(model pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually) atau
belajar dengan cara yang biasa dilakukan sehari-hari? Alasannya?
Siswa 1 : Lebih mudah memahami dengan cara belajar seperti ini. Karena
ada kegiatan demonstrasi dari guru, diskusi kelompok dan kelas,
dan tanya jawab siswa satu dengan yang lainnya.
Siswa 2 : Lebih paham dengan cara ini, karena siswa diberikan kebebasan
untuk saling berpendapat.
Siswa 3 : Lebih cepat dimengerti, karena ada diskusi kelompok untuk
melaksanakan praktik ibadah sholat berjamaah.
123
9. Apakah keuntungan yang Anda dapatkan dengan cara belajar seperti itu?
Siswa 1 : Pembelajarannya sangat menyenangkan, menambah wawasan
kita mengenai tata cara ibadah sholat berjamaah. Diskusi yang
dilakukan juga membuat aktif satu sama lain, karena adanya
presentasi hasil diskusi. Apa yang dipelajari mudah diingat karena
semuanya dilakukan dengan menggunakan semua indera yang
kita miliki.
Siswa 2 : Bisa berekspresi dengan bebas. Semua yang dilakukan begitu
begitu menyenangkan. Kita bebas mengeluarkan pendapat/ ide
yang ingin kita sampaikan.
Siswa 3 : Menyenangkan saat belajarnya.
10. Apa kesimpulan yang dapat Anda berikan setelah melakukan pembelajaran
ini?
Siswa 1 : Pembelajaran yang telah dilakukan memberikan kebebasan siswa
untuk bergerak, bebas menyampaikan pendapat, dan bebas
mengekspresikan diri.
Siswa 2 : Pembelajaran yang menggunakan semua indera kita, mulai dari
kita melakukan aktivitas, mengeluarkan pendapat, memperhatikan
dan menciptakan ide-ide baru.
Siswa 3 : Pembelajaran yang membuat saya bersemangat.
124
Lampiran 7
CATATAN LAPANGAN
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Tahun Pelajaran : 2014/ 2015
Materi Pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Mei 2015
1. Sebagian siswa mempelajari materi yang diajarkan sebelumnya
pembelajaran berlangsung, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan oleh guru.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi apa yang akandipelajari.
Semua siswa mendengarkan.
3. Memberikan pertanyaan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa
terhadap materi yang akan dipelajarinya. Masih ada siswa yang hanya diam
tidak berani memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.
4. Melakukan diskusi dengan membagi siswa menjadi 3/4 kelompok. Siswa
masih ada yang mengobrol sedangkan siswa lain sibuk mencari
kelompoknya.
5. Setelah duduk berkelompok, guru menjelaskan alur diskusi dan proses
pembelajaran dengan model SAVI. Suasana sudah tidak lagi ribut dan
berisik. Siswa secara tertib dan teratur duduk secara berkelompok.
6. Siswa mendiskusikan bersama tim kelompoknya dengan menyelesaikan
lembar kerja siswa yang diberikan guru. Kemudian setelah waktu diskusi
yang diberikan habis, perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusinya.
7. Siswa aktif melakukan praktik ibadah sholat berjamaah yang dipinta guru
melalu skenario dalam lembar kerja siswa.
8. Setelah diskusi selesai, guru meminta beberapa siswa untuk memberikan
kesimpulan akhir dari kegiatan pembelajaran.
125
9. Siswa yang mempresentasikan hasil diskusi dalam tiap kelompoknya sudah
baik dalam hal penyampaian pendapat dan hasil diskusinya. Namun, ada
satu siswa perwakilan dari kelompoknya yang kurang siap dalam
penyampaiannya.
10. Guru mengklarifikasi persepsi siswa yag masih kurang tepat pada saat
melakukan gerakan dan bacaan ibadah sholat berjamaah.
11. Banyak siswa yang aktif bertanya, aktif menjawab, aktif bergerak bebas
dan sangat antusias dalam pembelajaran. Ada dua siswa yang kurang aktif
melakukan tanya jawab.
12. Secara keseluruhan, siswa sudah mampu melakukan pembelajaran aktif.
Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar auditory/ kinestetik/ visual
saja, mampu mengikuti pembelajaran karna adanya penggabungan keempat
aspek SAVI tersebut, sehingga siswa mampu menciptakan suasana belajar
aktif.
13. Siswa melakukan praktik ibadah sholat berjamaah dengan sangat antusias.
Namun, masih ditemukan beberapa siswa yang asik mengobrol dengan
teman kelompoknya.
14. Guru memberikan tugas/PR sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran.
126
CATATAN LAPANGAN
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Nama Sekolah : Highscope Indonesia Alfa Indah
Tahun Pelajaran : 2014/ 2015
Materi Pokok : Ibadah Sholat Berjamaah
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
1. Sebagian siswa mempelajari materi yang diajarkan sebelumnya
pembelajaran berlangsung, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan oleh guru.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi apa yang akandipelajari.
Semua siswa mendengarkan.
3. Memberikan pertanyaan seputar ibadah sholat berjamaah yang telah
dibahas sebelumnya. Pengulangan sedikit materi.
4. Melakukan diskusi dengan membagi siswa menjadi 3/4 kelompok. Siswa
mulai antusias, karna mereka sudah menikmati pembelajaran.
5. Suasana sudah tidak lagi ribut dan berisik. Siswa secara tertib dan teratur
duduk secara berkelompok.
6. Siswa mendiskusikan bersama tim kelompoknya dengan menyelesaikan
lembar kerja siswa yang diberikan guru dengan bersemangat.
7. Siswa aktif melakukan praktik ibadah sholat berjamaah yang dipinta guru
melalu skenario dalam lembar kerja siswa.
8. Siswa mampu memberikan kesimpulan akhir dari kegiatan pembelajaran.
127
9. Siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik.
10. Guru memberikan tambahan penjelasan mengenai praktik ibadah sholat
berjamaah.
11. Banyak siswa yang aktif bertanya, aktif menjawab, aktif bergerak bebas
dan sangat antusias dalam pembelajaran.
12. Secara keseluruhan, siswa sudah mampu melakukan pembelajaran aktif.
Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar auditory/ kinestetik/ visual
saja, mampu mengikuti pembelajaran karna adanya penggabungan keempat
aspek SAVI tersebut, sehingga siswa mampu menciptakan suasana belajar
aktif.
13. Siswa melakukan praktik ibadah sholat berjamaah dengan sangat tertib.
14. Guru memberikan tugas/PR sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran.
Lampiran 8 128
1 2
Kompetensi Pedagogik
1. Persiapan tertulis (RPP) :
a. Kualitas pengembangan indikator ke arah SAVI 4 4
b. Kualitas pengembangan materi ke arah SAVI 4 4
c. Kualitas pemilihan metode/teknik pembelajaran ke arah SAVI 4 4
d. Kualitas pengembangan skenario pembelajaran ke arah SAVI 4 4
e. Kualitas pemilihan media ke arah SAVI 4 4
f. Ketepatan pemilihan alat evaluasi ke arah SAVI 3 4
2. Keterampilan membuka pelajaran
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kelas ke arah SAVI 4 4
b. Apersepsi untuk ke arah SAVI 3 4
c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa (ke arah SAVI) 4 4
d. Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin dicapai untuk ke arah SAVI 4 4
3. Sikap guru dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan suara (Auditory ) 4 4
b. Gerakan badan tidak mengganggu siswa (Visual ) 3 3
c. Adanya interaksi dengan siswa (Somatic ) 3 4
d. Pemusatan perhatian dan indera (Visual) 4 4
4. Proses pembelajaran
a. Keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran (SAVI) 3 4
b. Kejelasan dalam menerangkan, menuntun dan memberikan contoh kepada siswa 4 4
c. Dapat memanfaatkan waktu dengan baik (SAVI) 4 4
d. Menuntun siswa dengan demonstrasi dan menggunakan media (SAVI) 4 4
e. Tanggap/antusias terhadap respon siswa (SAVI) 3 4
5. Penggunaan media/alat bantu pembelajaran
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaanya (SAVI) 3 4
b. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, indikator dan materi ajar (SAVI) 4 4
c. Membantu meningkatkan proses pembelajaran (SAVI) 4 4
6. Evaluasi (Intellectual Siswa)
a. Ketepatan alat evaluasi sesuai indikator 3 4
b. Ketepatan penilaian terhadap evaluasi siswa 4 4
7. Keterampilan menutup pelajaran (Intellectual Siswa)
a. Meminta siswa merangkum kembali bahan pelajaran yang disampaikan 3 3
b. Mengadakan tindak lanjut yang dilakukan untuk siswa 4 4
95 102
Rata-rata Nilai Kompetensi Pedagogik 73.08 78.46
Kompetensi Profesioanal
8. Kualitas penguasaan materi menunjang SAVI
a. Kesesuaian materi dengan yang diajarkan 4 4
b. Hubungan dengan pengetahuan yang relevan atau kontekstual 3 3
9. Kualitas penjelasan materi (menunjang SAVI)
a. Bahasa 4 4
b. Sistematis 4 4
c. Penggunaan contoh/ilustrasi/media 4 4
19 19
Rata-rata Nilai Kompetensi Profesional 76.00 76.00
Kompetensi Kepribadian dan Sosial
10. Memimpin dan membimbing siswa dalam penyampaian isi materi pembelajaran 4 4
11. Bertanggung jawab membina siswa dalam proses pembelajaran ke arah SAVI 4 4
12. Memiliki kematangan emosi ketika menghadapai suatu permasalahan 3 4
13. Bersosialisasi dengan siswa dalam proses pembelajaran (SAVI) 3 4
14. Disiplin mengajar (SAVI) 4 4
15. Memiliki kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan isi materi pembelajaran (SAVI) 3 4
16. Berbusana rapih, bersih, dan memiliki etika mengajar 4 4
Skor total 25 28
Rata-rata Nilai Kompetensi Kepribadian dan Sosial 71.43 80
Kometensi Keagamaan
17 Memiliki akhlak yang mulia/ akhlaqiyyah (santun baik budinya) 4 4
Skor Total 4 4
80 80
Rata-rata Nilai Keseluruhan 75.13 78.62
AKTIVITAS GURU
MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC-AUDITORY-VISUALIZATION-INTELLECTUALLY (SAVI)
Rata-Rata Nilai Kompetensi Keagamaan
Skor Total
Skor Total
Skor
PertemuanAspek yang DiamatiNo.
Lampiran 9 129
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15
1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3
4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
17 16 18 16 17 19 21 17 18 20 20 20 20 17 18
68 64 72 64 68 76 84 68 72 80 80 80 80 68 72
1 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5
2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4
3 3 4 3 3 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4
18 20 19 19 19 22 23 19 19 23 22 22 21 20 21
72 80 76 76 76 88 92 76 76 92 88 88 84 80 84
1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 3 4 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
22 21 22 23 22 23 25 21 21 23 24 23 23 21 22
73.333 70 73.333 76.667 73.333 76.667 83.333 70 70 76.667 80 76.667 76.667 70 73.333
1 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4
2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
24 24 25 26 24 24 25 23 25 25 26 25 25 25 24
80 80 83.333 86.667 80 80 83.333 76.667 83.333 83.333 86.667 83.333 83.333 83.333 80
Skor
Nilai
Per
tem
uan
2
Per
tem
uan
1
Auditory
Belajar Siswa
Skor
Nilai
Per
tem
uan
1P
erte
mu
an 2
Aktivitas
Som
atic
Nama Siswa
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC-AUDITORY-VISUALIZATION-INTELLECTUALLY (SAVI)
Skor
Nilai
Skor
Nilai
1 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4
2 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 22 23 23 22 22 21 21 20 22 22 22 22 21 20
92 88 92 92 88 88 84 84 80 88 88 88 88 84 80
1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4
5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4
24 23 24 24 24 23 24 22 23 22 23 24 23 23 21
96 92 96 96 96 92 96 88 92 88 92 96 92 92 84
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 23 24 24 23 24 24 23 23 24 24 23 24 24 23
80 76.667 80 80 76.667 80 80 76.667 76.667 80 80 76.667 80 80 76.667
1 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4
2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4
6 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
29 30 29 29 26 26 26 25 26 28 28 27 28 26 25
96.667 100 96.667 96.667 86.667 86.667 86.667 83.333 86.667 93.333 93.333 90 93.333 86.667 83.333
Skor
Nilai
Inte
llec
tual
Per
tem
uan
1P
erte
mu
an 2
Skor
Nilai
Skor
Nilai
Skor
Nilai
Per
tem
uan
1P
erte
mu
an 2
Vis
ual
131
X1 X2 X1 X2
S1 17 18 68.00 72.00
S2 16 20 64.00 80.00
S3 18 19 72.00 76.00
S4 16 19 64.00 76.00
S5 17 19 68.00 76.00
S6 19 22 76.00 88.00
S7 21 23 84.00 92.00
S8 17 19 68.00 76.00
S9 18 19 72.00 76.00
S10 20 23 80.00 92.00
S11 20 22 80.00 88.00
S12 20 22 80.00 88.00
S13 20 21 80.00 84.00
S14 17 20 68.00 80.00
S15 18 21 72.00 84.00
73.07 81.87
Cukup Baik
S1 22 24 73.33 80.00
S2 21 24 70.00 80.00
S3 22 25 73.33 83.33
S4 23 26 76.67 86.67
S5 22 24 73.33 80.00
S6 23 24 76.67 80.00
S7 25 25 83.33 83.33
S8 21 23 70.00 76.67
S9 21 25 70.00 83.33
S10 23 25 76.67 83.33
S11 24 26 80.00 86.67
S12 23 25 76.67 83.33
S13 23 25 76.67 83.33
S14 21 25 70.00 83.33
S15 22 24 73.33 80.00
74.67 82.22
Cukup Baik
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Kategori
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
ASPEK
SAVI
(bel
ajar
den
gan
men
den
gar
kan
dan
ber
bic
ara)
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Som
ati
c
(Bel
ajar
den
gan
ber
ger
ak d
an b
erb
uat
)
Au
dit
ory
Skor NilaiNama Siswa
S1 23 24 92.00 96.00
S2 22 23 88.00 92.00
S3 23 24 92.00 96.00
S4 23 24 92.00 96.00
S5 22 24 88.00 96.00
S6 22 23 88.00 92.00
S7 21 24 84.00 96.00
S8 21 22 84.00 88.00
S9 20 23 80.00 92.00
S10 22 22 88.00 88.00
S11 22 23 88.00 92.00
S12 22 24 88.00 96.00
S13 22 23 88.00 92.00
S14 21 23 84.00 92.00
S15 20 21 80.00 84.00
86.93 92.53
Sangat Baik Sangat Baik
S1 24 29 80.00 96.67
S2 23 30 76.67 100.00
S3 24 29 80.00 96.67
S4 24 29 80.00 96.67
S5 23 26 76.67 86.67
S6 24 26 80.00 86.67
S7 24 26 80.00 86.67
S8 23 25 76.67 83.33
S9 23 26 76.67 86.67
S10 24 28 80.00 93.33
S11 24 28 80.00 93.33
S12 23 27 76.67 90.00
S13 24 28 80.00 93.33
S14 24 26 80.00 86.67
S15 23 25 76.67 83.33
78.67 90.67
Baik Sangat Baik
Keterangan:
X1 : Pertemuan pertama
X2 : Pertemuan kedua
Kategori
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
Inte
llec
tual
(bel
ajar
den
gan
mer
enu
ng
kan
, m
emak
nai
,
dan
mem
per
hat
ikan
)dan
mem
ecah
kan
mas
alah
)
Vis
ual
(bel
ajar
den
gan
mel
ihat
, m
eng
amat
i
132
Lampiran 10
DOKUMENTASI FOTO
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Saling memperagakan gerakan sholat Siswa memperhatikan penjelasan
bersama temannya dan demonstrasi yang disampaikan guru
Pada saat diskusi kelompok berlangsung Pada saat diskusi kelompok berlangsung
Pada saat diskusi kelompok berlangsung Pada saat diskusi kelompok berlangsung
133
Praktik ibadah sholat berjamaah Praktik ibadah sholat berjamaah
dengan satu makmum dengan satu makmum
Praktik ibadah sholat berjamaah Mengerjakan soal tes hasil belajar
dengan 3 makmum
Mengerjakan soal tes hasil belajar Mengerjakan soal tes hasil belajar