implementasi konsep humanis dalam pembelajaran...
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI KONSEP HUMANIS
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
( STUDI KASUS DI SMP MUHAMADIYAH 01
PROGRAM KHUSUS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017 )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR ARIFIN
NIM : 11113260
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2017
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini saya persembahkan
kepada :
1. Kedua orang tua (Ayahku Mahmudi dan Ibuku Basiroh) yang selama ini
telah memberikan segalanya kepada ku, berupa kasih sayang, do‟a,
nasihat, saran, semangat, materi, dan pengorbanan hingga aku bisa seperti
sekarang ini.
2. Adik ku tersayang Tri Mulyani yang sangat sabar dan tiada henti
memberikan dukungan dan bantuan atas terselesainnya skripsi ini. Dan
semua keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan padaku.
3. Bapak Sutrisna, M. Pd selaku dosen pembimbing Skripsi saya, yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing saya menyelesaikan
karya kecil ini.
4. Kawan-kawan ku seperjuang skripsi yang di bimbing Bapak Sutrisna,
M.Pd, yang telah berjuang bersama menyelesaikan skripsi masing-masing.
Seluruh saudara, sahabat, kawan, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebut
satu persatu, yang telah memotivasi dan memberikan segenap semangat dan
dukungan atas terselesaikannya karya kecil ini.
vii
MOTTO
“ING NGARSA SUNG TULADHA
ING MADYA MANGUN KARSA
TUT WURI HANDAYANI”
“ di depan memberi contoh, di tengah membangun prakarsa dan semangat,
di belakang memberi dorongan semangat”. ( Ki Hajar Dewantara )
viii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم الله
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali. Skripsi ini sebagai salah satu syarat dari IAIN Salatiga
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Untuk
mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Tidak lupa sholawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafa‟atnya di dunia maupun di
akhirat kelak.
Dalam penelitian skripsi ini penulis telah dibantu banyak pihak, maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga
4. Bapak Sutrisna, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberi bimbingan, dorongan, motivasi, dan inspirasi dalam skripsi
ini
5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu memberi nasehat, arahan, dan motivasi kepada
penulis selama proses perkuliahan
6. Ibu Eka Purwatiningsih, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali yang telah memberi izin
untuk penelitian
7. Ibu Widi Puji Rahayu, S.Pd.I, selaku Guru Pendidikan Agama Islam
yang telah membantu proses penelitian
ix
8. Bapak/Ibu Guru SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
9. Bapak/Ibu Karyawan dan Staff SMP Muhammadiyah 01 Program
Khusus Boyolali
10. Segenap Siswa Siswi SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali
11. Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya
Jurusan PAI angkatan 2013
12. Segenap Anggota Tim Futsal Rebonan Fc
Akhirnya dengan kerendahan hati diharapkan agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa penyususnan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis menharapkan kritik dan sasaran yang bersifat
membangun.
Salatiga, 15 September 2017
Nur Arifin
111-13-260
x
ABSTRAK
Arifin, Nur. 2017. Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali).
Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.
Kata Kunci: Konsep Humanisme , Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Penelitian ini dilatarbelakangi dari banyaknya siswa yang bersekolah di
lembaga pendidikan ini yang berasal dari anak-anak kurang beruntung, seperti:
yatim piatu, anak dari broken home, anak yang sengaja dititipkan orangtuanya di
panti asuhan dan anak-anak kurang mampu yang memang tinggal di panti asuhan.
Dalam tatanan pendidikan tidak boleh membeda-bedakan siswa baik dari segi
apapun. Siswa harus memperoleh haknya sebagai peserta didik dan diperlakukan
sebagai manusia seutuhnya, yang terpenuhi akan hak dan kewajibannya.
Berdasarkan hal itu penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan
masalah berikut: 1) bagaimana implementasi konsep humanisme dalam
pembelajaran PAI?, 2) apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran PAI? Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang
telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode triangulasi.
Implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran agama Islam berupa
diskusi, pendampingan, dan pembinaan. Masing-masing dari ketiga hasil tersebut
terintegrasi dengan indikator konsep humanisme dan pendidikan agama Islam.
sedangkang faktor pendukungnya adalah, kekreatifitasan dan kemajuan anak
berfikir mengikuti perkembangan zaman dan perhatian serta dukungan dari
komite sekolah. Adapun faktor penghambatnya ialah kurang jumlah guru
pendidikan agama Islam, kurangnya pemahaman mengenai konsep humanisme,
dan kurangnya sarana dan prasarana penunjang pembelajaran.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... .. i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... . ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... . v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... . x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
E. Penegasan Istilah ......................................................................... 11
F. Metode Penelitian ........................................................................ 15
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................. 15
2. Kehadiran Peneliti ................................................................... 15
3. Lokasi Penelitian ..................................................................... 16
xii
4. Waktu Penelitian ..................................................................... 16
5. Sumber Data ............................................................................ 17
6. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 19
7. Tahap-tahap Penelitian ............................................................ 21
8. Teknik Analisis Data ............................................................... 21
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 24
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Humanisme ..................................................................... 26
1. Pengertian Konsep Humanisme .............................................. 26
2. Pengertian Konsep Humanisme Religius ................................ 31
3. Ruang Lingkup Konsep Humanisme ...................................... 33
B. Konsep Pendidikan Agama Islam ................................................ 42
1. Pendidikan ............................................................................... 42
2. Pendidikan Agama Islam ........................................................ 43
3. Indikator Pendidikan Islam ..................................................... 44
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................ 48
5. Dasar Pendidikan Agama Islam .............................................. 51
6. Komponen Pendidikan Agama Islam ..................................... 53
C. Hubungan Konsep Humnisme dan Pendidikan Islam ................. 61
D. Implementasi Konsep Humanisme Dalam Pendidikan Islam ...... 62
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali ........................................................................................ 68
xiii
1. Sejarah dan Perkembangan .................................................... 68
2. Letak Gegrafis Objek Penelitian ............................................ 71
3. Identitas Sekolahan ................................................................ 71
4. Struktur Organisasi ................................................................ 72
5. Kurikulum .............................................................................. 73
6. Keadaan Siswa ....................................................................... 73
7. Keadaan Guru dan Karyawan ................................................ 74
8. Sarana dan Prasarana ............................................................. 74
B. Temuan Data ................................................................................ 76
1. Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam .....................................................76
2. Faktor Pendukung Implementasi Konsep Humanisme dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................................ 81
3. Faktor Penghamabat dalam Penerapan Konsep Humanisme
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..................... 83
BAB IV PEMBAHASAN
A. Konsep Humasnisme Dalam Pembelajaran Agama
Islam .................................................... ........................................ 84
B. Konsep Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam .................................................... ........................................ 77
C. Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali ............................................... ........................................ 77
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................... ........ ................. 143
B. Saran-saran ...................................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1.1 Daftar Identitas Responden atau Informan (Guru)
1.2 Daftar Identitas Responden atau Informan (Siswa)
3.1 Daftar Sarana dan Prasarana
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Surat Tugas Pembimbing
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian
Daftar Nilai SKK
Pendik SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali
Struktur Organisasi Sekolah SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali
Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara soal pendidikan adalah sesuatu yang tak berujung.
Karena pendidikan sendiri merupakan proses tanpa akhir (never ending
process), ada pula ungkapan pendidikan sepanjang hidup (long life
education). Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya
pendidikan bagi seseorang. Orang dapat hidup dengan layak di dunia ini
manakala mempunyai pendidikan yang cukup baik, dan orang akan hidup
menderita manakala tingkat pendidikannya rendah.
Pendidikan juga merupakan suatu wadah untuk melahirkan
manusia yang berpengetahuan. Pendidikan memberikan andil besar bagi
kemajuan masyarakat, bangsa dan bernegara. Pendidikan terjadi dalam
berbagi tempat, di antaranya di rumah, masyarakat dan lembaga
pendidikan (sekolah). Di rumah yang dididik oleh orang tuanya, di
masyarakat terdidik oleh lingkungan pergaulan seorang anak tersebut,
kemudian pendidikan formal di sekolah (madrasah) dididik oleh guru.
Pendidikan di rumah terbatas karena kesibukan dari orang tuanya yang
harus bekerja untuk mencari nafkah keluarga, sedangkan pendidikan di
lingkungan masyarakat sering terbatas pada pengekoran pada arus
pergaulan. Sehinggga pendidikan yang paling efektif adalah pendidikan
formal untuk mendidik anak hingga usianya menginjak dewasa.
2
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan undang-undang sisdiknas diatas, maka salah satu
tujuan di selenggarakannya sebuah pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi dalam diri anak agar menciptakan kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan yang lainnya. Pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut
haruslah mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Pemerintah
tidak akan bisa mewujudkan tujuan tersebut jika dalam peningkatan mutu
pendidikan mengalami beberapa hambatan. Adapun salah satu hambatan
itu adalah kurang seimbangnya pengembangan antara pendidikan umum
dan pendidikan agama. karena pada dasarnya pendidikan umum dan
pendidikan agama harus berjalan secara seimbang.
Pendidikan umum dan pendidikan agama merupakan dua hal yang
harus dikuasai oleh setiap manusia agar mampu menghadapi berbagai
tantangan di era globalisasi. Dalam penyelengaraan pendidikan hendaknya
mampu melaksanakan proses pembelajaran yang mampu memberikan
kesadaran kepada peserta didik untuk berlajar (learning know or learning
3
to learn). Materi pembelajaran hendaknya dapat memberikan suatu
pelajaran alternatif kepada peserta didiknya (learning to do) dan mampu
memberikan motifasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki
orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak cukup
hanya diberi dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi juga
keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, tidak ada perbedaan
diantaranya (learning to live together).
Keempat pilar diatas harus senantiasa di kembangkan dalam
pembelajaran umum maupun pembelajaran agama. Jika dapat
memecahkan hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan, maka
niscaya pendidikan akan mampu menciptakan manusia yang unggul dan
menguasai IPTEK dan IMTAQ.
Berkaitan pengembangan IMTAQ dan akhlak mulia maka perlu
dikaji lebih lanjut peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan
dalam Undang- Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 bahwa :
Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan menjadi ahli agama.
Pendidikan agama Islam di sekolah pada umumnya masih pada
tataran penyampaian materi agama Islam saja. Itu semua dapat dilihat dari
metode yang digunakan oleh guru yang berupa ceramah. Dimana metode
ini hanyalah bermodalkan papan tulis dan spidol serta kekreatifitasan guru
dalam menyampaikan materi. Tidak melibatkan peserta didik secara
4
langsung dalam proses penyampaian materi atau saat proses belajar
mengajar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
senantiasa selalu mendapatkan kritik dan selalu diragukan efektifitas
pembelajarannya oleh berbagai pihak, antara lain : orang tua, sekolah
maupun masyarakat pada umumnya. Padahal Pendidikan Agama Islam
merupakan suatu mata pelajaran yang diyakini oleh semua pihak sebagai
salah satu mata pelajaran yang berfungsi untuk memperbaiki kondisi
moral generasi masa depan. Selain itu pendidikan agam Islam merupakan
mata pelajaran yang mampu mewujudkan peserta didik yang
berkepribadian baik sesuai nilai-nilai ajaran Islam.
Sesungguhnya esensi dari pendidikan agama Islam terletak pada
kemampuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai
kholifatullah fi al ardh, dan esensi ini menjadi acuan terhadap metode
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Selama ini metodologi pendidikan agama Islam yang diterapkan
masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah,
menghafal, yang masih tampak kering dengan daya kritis siswa. Cara-cara
seperti itu diakui telah membuat siswa menjadi bosan, jenuh, dan kurang
bersemangat dalam belajar agama. Indikasinya adalah timbul rasa`tidak
simpati siswa terhadap guru agama, dan lama kelamaan akan timbul sikap
acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah
5
demikian, sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan
ajaran agama.
Oleh karena itu, kita harus mulai melaksanakan strategi pendidikan
agama Islam dengan menggunakan metode penyampaian yang
menyenangkan dan tidak mengekang serta tidak melupakan “belajar
berfikir” pada peserta didik, agar materi yang disampaikan pun dapat
mengenai sasaran. Selain itu, materi-materi yang disampaikan kepada
peserta didik juga tidak boleh keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam
yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri.
Maka dari itu sudah saatnya kita harus membongkar model
pendidikan agama Islam yang masih mengikuti “gaya lama” yang hanya
menuntut peserta didik untuk “selalu patuh” dan tidak memberikan
kebebasan untuk bersikap kritis dan rasional menuju kepada pendidikan
agama Islam yang mencerdaskan, memerdekakan, dan memanusiakan,
sehingga pendidikan agama Islam yang humanis akan terwujud.
Sebenarnya tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah untuk
mengembangkan potensi anak didik (manusia) secara optimal, sehingga
dalam hal ini pendidikan mampu berfungsi sebagai proses memanusiakan
manusia (humanisasi). Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi
setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama peserta didik untuk
mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal,
dengan harapan pendidikan agama Islam dapat kembali mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan humanisasi.
6
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali ini adalah
suatu lembaga pendidikan yang sebagian besar muridnya adalah anak-anak
yang tinggal di panti asuhan (yayasan). Ada yang berasal dari anak yang
ditinggal orang tuanya berpisah (broken home), anak yatim piatu, dan yang
lainnya. anak-anak seperti inilah yang harus mendapatkan perlakuan
khusus dari pendidik yang ada di suatu lembaga pendidikan (dalam hal ini
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali), notabennya anak
seperti itu cenderung untuk melawan, membrontak dan susah di atur. Di
karenakan sebelum anak mengenal suatu lembaga pendidikan, anak hanya
di suguhi dengan kejadian-kejadian yang seharusnnya mereka belum patut
unuk mengetahuiinya. Misalnya ; anak yang berasal dari keluarga yang
tidak harmonis (broken home), setiap hari anak selalu di hadapkan pada
suatu pertengkaran kedua orang tuannya, yang terkadang juga melakukan
adegan fisik. Itu semua adalah konsumsi anak yang seharusnya anak
belum waktunya untuk mengatahuiinya. Berawal dari itulah pola pikir
anak tersimpan sebuah memori yang berupa kekerasan yang terjadi
keluarganya adalah suatu hal yang selalu dia ingat dalam benak
pikirannya, bukan kasih sayang.
Dari latar belakang yang berbeda-beda inilah anak panti asuhan
(yayasan) yang bersekolah di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali juga meiliki sikap, watak, perilaku, dan karakter yang berbeda-
beda pula. Karena sebelum mereka masuk ke panti asuhan (yayasan) hidup
dijalanan. Maka pendidikan mereka pun juga masih sangat rendah dan
7
kurang bisa menerapkan sosialisasi yang baik terhadap orang-orang di
sekitarnya. Anak-anak yang seperti ini sering di jadikan sasaran orang
menjulukinya sebagai orang yang nakal dan tidak baik. Dari julukan-
julukan inilah yang kemudian menjadikan anak-anak ini menjadi kurang
menghargai dan menghoramati orang lain di sekelilingnya, serta dari
kurannya perhatian orang tua dan kurangya pendidikan anak-anak ini
belum bisa memaksimalkan potensi dirinya sendiri.
Terlepas dari itu semua anak-anak yang hidup di panti asuhan
tersebut juga memerlukan sebuah pendidikan, baik pendidikan umum
maupun pendidikan keagamaan. Sebab dikhawatirkan jika anak-anak itu
tidak medaptkan sebuah pendidikan, maka akan menjadi anak yang lemah.
Baik lemah dalam pendidikannya maupun lemah dalam sikap sosialnya.
Seperti firman Allah SWT berikut ;
QS. An – Nisa‟ [4] : 9
قوا الله وليخش الذين لو ت ركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم ف ل يت
ولي قولوا ق ولا سديدا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Oleh karena itulah, pendampingan dan pemberian pendidikan
kepada siswa-siswi SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
yang berasal dari panti asuhan sangatlah penting untuk menjawab
8
persoalan ini. Terutama dalam bimbingan agama harus diberikan secara ,
agar menjadi pribadi yang baik.
Sifat dan karakter anak yang berbeda-beda juga akan menghasilkan
tindakan yang berbeda pula, entah itu di tingkah laku sosial maupun
tingkah laku pribadinya. Tingkah laku sosial anak yang berasal dari
lingkungan yang kurang baik (broken home dan jalanan ) akan berbeda
dengan tingkah laku anak yang berasal dari lingkungan yang baik.
Tingkah laku sosial anak, seperti saling menghormati, tolong menolong,
menjunjung tinggi hak dan kewajiban seseorang, dan yang lainnya itu juga
harus di kembangakan. Oleh karena itu, pendidikan yang di berikan
kepada anak-anak di sekolahan ini tidak hanya pendidikan umum saja.
Namun, juga di berikan pendidikan agama dan pendidikan humanistik.
Dengan demikian, dengan adanya pendidikan humanistik yang
dijelaskan bahwasannya konsep humanisme religius menurut
Abdurrrahman Mas‟ud adalah sebuah konsep keagamaan yang
menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu
dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan
hablum minannas. Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam praktek
dunia pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (common sense),
individualisme (menuju kemandirian), tanggung jawab (responsible),
pengetahuan yang tinggi (fhirst for knowledge), menghargai orang lain
(pluralisme), kontektualisme (hubungan kalimat), lebih mementingkan
fungsi dari simbol, serta keseimbangan antara reward dan punishment.
9
Pada dasarnya guru sudah sangat berusaha untuk menanamkan
konsep humanis dalam pendidikan agama Islam pada diri siswa. Namun
karena perbedaan dari latar belakang dari setiap anak mungkin guru di
tuntut untuk mengembangkan cara ataupun metode supaya konsep hmanis
itu bisa diterapkan oleh setiap anak tanpa melihat dari mana dia berasal.
Dengan adanya pengimplementasian mengenai konsep humanis ini
guru sangat berharap peserta didiknya bisa memaknai dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Bisa menunjukan rassa tanggung jawab
terhadap sesama, bisa saling menghormati dan menjunjung nilai-nilai
pluralisme adalah sebuah keuntungan yang di munculkan dalam
pengimplemetasian konsep humanis ini. Namun juga dapa menimbulkan
kekurangan berupa kesulitan dalam upaya pengimplementasian konsep ini
terhadap anak yang sulit di atur dan egois terhadap dirinya.
Berangkat dari permasalahan itu maka penulis berkeinginan untuk
mengamati lebih dekat tentang bagaimana Implementasi Konsep Humanis
Dalam Pembelajran Pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali tersebut. Oleh karena itu dari hal tersebut
penulis mengadakan sebuah penelitian dengan judul “IMPLEMNTASI
KONSEP HUMANIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (STUDI KASUS DI SMP MUHAMMADIYAH 01
PROGRAM KHUSUS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
2016/2017”
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok latar belakang di atas, maka penulis dapat
memfokuskan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi konsep humanis dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implmentasi
konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali tahun 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Konsep Humanis Dalam
Pembelajran Pendidikan agama Islam pada di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat
implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
Tahun Pelajaran 2016/2017.
11
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
Sekolah tempat penulis mengadakan penelitian dalam mengatasi
permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan bagi guru
PAI di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali, dapat
memberikan bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi guru tentang
konsep pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk mempertegas pengertian tentang judul “Implementasi Konsep
Humanis Dalam Pembelajran Pendidikan agama Islam (Studi Kasus Di
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali)”, dan demi
terarahnya pembahasan dalam penulisan ini maka terlebih dahulu
dirumuskan istilah kunci yang digunakan dalam judul tersebut.
12
1. Implementasi
Implementasi secara sederhana diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapam (Poerwadarminto, 1985:374). Dalam konteks kurikulum,
implementasi merupakan desain yang mencakup aktifitas pengajaran
dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa dibawah naungan
sekolah (Nurdin dan Usman, 2003:72).
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap (mulyasa, 2003: 93).
Implementasi dalam hal ini adalah penerapan konsep humanis
dalam pendidikan agama Islam.
2. Humanis
Humanis berasal dari kata “human” (Echols dan Sadly, 1992:313)
(Inggris) yang berarti manusiawi. Menurut Budiona dalam Kamus
Ilmiah Populer Internasional, menyebutkan bahwa human berarti
mengenai manusia, cara manusia. Sedangkan humanis berarti seorang
yang human, penganut ajaran humanisme. Humanisme adalah suatu
doktrin yang menekankan kepentingan kemanusiaan (Budiona,
2005:228).
Humanisme adalah keyakinan bahwa manusia mempunyai
martabat yang sama, yang beradab dan adil, dan sebagai kesediaan
untuk solider, senasib, sepenanggungan tanpa perbedaan (Shofan,
13
2004:142). Kaitannya dengan hal tersebut, penulis ingin
mempergunakan nilai-nilai humanisme dalam pendidikan agama
Islam yang selama ini masih terkesan jarang digunakan dalam dunia
pendidikan kita. Dalam pendidikan kita lebih banyak melihat
bagaimana manusia hanya dijadikan sebagai seseorang yang tidak
tahu apaapa, sedangkan dalam Islam sendiri diajarkan bagaimana
manusia harus menghormati hak orang lain termasuk dalam
pendidikan.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
pembelajaran siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan
memproses pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (Dimyati dan
Mudjiono, 1999:157).
Sedangkan menurut Sutikno, (2007: 50) Pembelajaran adalah
segala upaya atau kegiatan yang dilakukanoleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah
membelajarkan siswa.
4. Pendidikan agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
sehingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur'an
dan Al Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
14
penggunaan pengalaman, dibarengi tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional (Majid dan Andayani, 2004:130).
Pendidikan agama Islam adalah upaya membuat peserta didik
dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar dan tertarik untuk
menerus mempelajari agama Islam baik untuk kepentingan
mengetahui bagaimana cara beragama yang benar, maupun
mempelajari Islam sebagai pengetahuan (Tafsir, 2001:18). Jadi
pembelajaran PAI yang dimaksud penulis dalam skripsi ini adalah
usaha berupa bimbingan dan asuhan dengan sadar terhadap seseorang,
baik perkembangan jasmani maupun rohani berdasarkan ajaranajaran
Islam, agar kelak setelah memperoleh pembelajaran PAI, setiap
peserta dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta
terbentuknya kepribadian muslim yang memiliki sikap dan perbuatan
berdasarkan nilai-nilai Islam serta sebagai way of life.
Dalam penelitian ini Pendidikan Agama Islam sebagai mata
pelajaran yang meliputi aspek al-Qur‟an, Hadits, Aqidah, Akhlaq,
Fiqih/Ibadah, dan Tarikh.
5. SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali adalah sebuah
lembaga pendidikan yang dinaungi oleh yayasan Muhammadiyah
15
yang berada di daerah Pusung, Kelurahan Banaran Kecamatan
Boyolali, Kabupaten Boyolali
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada
obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang
atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)
Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha
mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai
faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki
kehadiran Peneliti.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data,
dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-
data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan
dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung dilokasi peneliti.
16
Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia
adalah berbagai bentuk alat-alat dan berupa dokumen-dokumen
lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil
penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh karena
itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur
keberhasilan memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan
peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber
data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali yang berada di Jalan
Kemuning No. 32 Pusung, Boyolali, Jawa Tengah. Adapun peneliti
memilih lokasi penelitian tersebut di karenakan di lokasi ini banyak
siswanya yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan
mempunyai tingkah laku serta sifat yang berbeda-beda pula. Sehingga
sangat cocok untuk menjadi bahan penelitian. Selain itu di lokasi
penelitian ini juga terdapat mata pelajaran agama Islam secara khusus,
yang terbagi menjadi beberapa sub mata pelajaran, yang di antaranya
Tarikh, Aqidah Akhlak, Ibadah, dan Al Qur‟an.
4. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah di mulsi pada
tanggal 17 April 2017 Sampai tanggal 06 Mei 2017
17
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a. Data primer
Menurut Sugiyono data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian dan juga
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. (2006: 137). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan
tindakan yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewancarai. Data Primer Penenliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi tentang Implementasi Konsep Humanis
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.
Adapun data primer dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, dewan guru dan guru PAI. Adapaun daftar
responden/narasumbernya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Identitas Responden atau Informan
No Nama Jabatan Ket
1 EP Kepala Sekolah
+ Gurur BP/BK
-
2 WPR Guru Mapel PAI
-
3 YHD Wali kelas VII -
18
4 KSJ Wali kelas VIII -
5. SGY Wali Kelas IX -
b. Data sekunder
Adalah jenis data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan
kepustakaan. Data ini berupa dokumen, buku, majalah, jurnal, dan
yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui studi pustaka dan wawancara langsung
kepada siswa, yang bersinggungan dengan Implementasi Konsep
Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah perwakilan
siswa kelas VII, VIII, IX sebagai berikut:
Tabel 1.2
Daftar Identitas Responden atau Informan
1 ATD Siswa Kelas VII
2 NTR Siswa Kelas VII
3 SA Siswa Kelas VII
4 AYW Siswa Kelas VIII
5 WKN Siswa Kelas VIII
6 FS Siswa Kelas VIII
7 MF Siswa Kelas IX
8 AD Siswa Kelas IX
19
9 FAA Siswa Kelas IX
6. Teknik Pengumpulan Data
Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :
a. Metode observasi
Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatn
dengan sistematika tentang fenomena-fenomena yang diselidiki,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut
(Arikunto, 1998:146).
Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui strategi pembelajaran guru dalam
melakukan kegiatan yang berkaitan
b. Metode wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secara lisan pula (Arikunto, 1998:145). Adapun instrumen yang
penulis gunakan dalam teknik ini adalah berupa pedoman
wawancara yang berupa kumpulan pertanyaan, yang kemudian
penulis gunakan dengan cara mewawancari kepala sekolah, waka
kurikulum, guru yang bersangkutan dan para siswa. Dengan penulis
20
mewawancari beberapa komponen pendidikan tersebut, penulis
berharap bisa mendapatkan data yang penulis inginkan.
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
terstruktur yakni peneliti melakukan wawancara dengan membawa
sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci sesuai dengan
informasi yang ingin didapatkan kepada para narasumber atau
responden.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa buku, majalah,
notulen rapat, kitab, undang-undang, dan lain-lainnya. Dokumen
sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena
dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong,
2011: 217). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang
kondisi dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran
secara umum tentang obyek penelitian tentang pengimplementasian
konsep humanis dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah
01 Program Khusus Boyolali.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ini tidak
hanya berupa tulisan-tulisan secara sistematik namun juga dengan
dokumentasi foto dan yang lainnya (Arikunto, 1998:149).
21
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan
perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi
penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal
yang berkaitan dengan penelitian.
c. Tahap analisis data
Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang
sudah diperoleh.
8. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian data, mengurutkan
data, kedalaman pola atau kategori dan uraian satuan dasar sehingga
lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan (Moelong, 2001:30).
Analisis data bertujuan untuk menelaah data secara sistematik yang
diperoleh dari berbagai tehnik pengumpulan data yang telah
digunakan. Antara lain : observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah data terkumpula barulah semua data diklasifikasikan menurut
sebuah penelitian kualitatif deskriptif yang berupaya menggambarkan
22
kondisi latar belakang penelitian secara menyeluruh dan data tersebut
ditarik suatu temuan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan dua strategi analisis
data yang sering digunakan bersama-sama atau terpisah, strategi
tersebut adalah analisis deskriptif kualitatif dan verifikasi kualitatif.
Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atu paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai
peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam lokasi penelitian. Dalam
analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program
Khusus Boyolali.
Adapun langkah-langkah teknik analisis deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pengumpulan data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dimulai setelah
peneliti memahami fenomena-fenomena yang sedang diteliti dan
setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.
b. Reduksi data
Adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
23
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutmya, dan mencarinya bila
diperlukan (Sugiyono, 2015:338).
c. Penyajian data
Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan
kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami tentang berbagai
hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk membuat analisis
atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.
d. Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu upaya untuk
berusaha mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari
data penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta
menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang
telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197).
e. Triangulasi data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan
temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan
tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini antara lain :
1. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
24
Triangulasi sumber data juga membandingkan data-data yang
diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan
mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi
(Meleong, 2009 :330).
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong,
2009:331).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mrndaptakn uraian secara jelas, maka penulis menyususn
skripsi ini menjadi lima bagian (bab), yang secara sistematis adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pada bab ini penulis mendiskripsikan secara umum dan
menyeluruh tentang skripsi ini, di mulai dari Latar Belakang Masalah,
fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penengasan
Istilah, Metode Penelitian (mencakup : jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan), dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini penulis membahas tentang kajian teoritis
yang memaparkan tentang konsep humanisme dalam pendidikan agama
Islam (humanisme religius) , dan tentang pendidikan agama Islam.
25
BAB III : Pada bab ini penulis akan memparkan hasil penelitian
lapangan yang meliputi gambaran umum tentang objek penelitian, dan
metode penelitian.
BAB IV : Pada bab ini membahas mengenai paparan data yang
diperoleh dan analisis data mengenai implementasi konsep humanis pada
pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali.
BAB V : Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian, daftar pustaka, lampiran
26
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Humanisme
1. Pengertian Konsep Humanisme
Humanis berasal dari kata Human (Echols, 1998: 326) (Inggris) yang
berarti manusia. Menurut Budiono, dalam Kamus ilmiah populer
Internasional, menyebutkan bahwa Human berarti mengenai manusia,
cara manusia, sedangkan humanis sendiri berarti seorang yang human,
penganut ajaran humanisme. Sedangkan Budiono (2005: 228)
memaparkan, humanisme sendiri adalah suatu doktrin yang menekankan
kepentingan manusia dan ideal (humanisme di zaman Renaissan
didasarkan pada peradaban Yunani purba. Sedangkan humanisme modern
menempatkan manusia secara eksklusif). Sedangkan dalam kamus besar
Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa human : bersifat manusiawi, (seperti
manusia yang dibedakan dengan binatang jin, dan malaikat)
berperikemanusiaan, baik budi, dan sebagainya.
Assegaf (2011: 164) menjelaskan manusia adalah makhluk yang dapat
mendidik dan di didik, sedang makhluk lain tidak. Pada dimensi ini
manusia memiliki potensi yang dapat menjadi objek dan subjek
pengembangan diri. Pendidikan pun harus berpijak pada potensi yang
dimiliki manusia, karena potensi manusia tidak akan bisa berkembang
tanpa adanya ransangan dari luar berupa pendidikan. Dalam pengertian di
atas dapat di fahami bahwa manusia adalah hamba Allah SWT yang
27
berhak mendapatkan perlakuan yang santun dan manusia tidak boleh
merusak.
Sedangkan Baedhowi (2008: 79) menjelaskan, aliran humanisme
mengajarkan bahwa manusia adalah sama, bagian dari dunia dan ciptaan
Tuhan. Tidak ada perbedaan antara golongan kaya dan miskin, atasan dan
bawahan, laki-laki dan perempuan. Semua manusia adalah saudara,
karenanya harus saling mengasihi.
KBBI (1994: 361), Humanis adalah orang yang mendambakan dan
memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik
berdasarkan asas-asas kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat
manusia (1), penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek
terpenting (2), penganut paham humanisme (3).
Baharudin (2007: 107) mengungkapkan, karena sesungguhnya
manusia dilahirkan dengan membawa banyak potensi yang bisa
dikembangkan (fitrah) seperti yang kita ketahui bahwa manusia dilahirkan
dalam keadaan suci dan tanpa mengetahui sesuatu apapun. Namun
demikian, manusia dibekali alat untuk mencapai pengetahuan, seperti
indra pendengaran, indra pengelihatan, dan hati.
Sedangkan menurut Ali Syariati dalam Basri (2009: 111) mengartikan
Humanisme berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran
filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah
demi kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia
adalah makhluk yang mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukan
28
untuk memperbaiki spesiesnya. Ali Syariati dalam Basri, (2009: 116)
Sejalan dengan pandangan berbagai aliran pemikiran mengenai manusia
yang berkembang dewasa ini, yang menganggap manusia sebagai jati diri
atau sejenis itu, dan itu diklaim sesuai dengan pandangan aliran masing-
masing, kita bisa menghimpun suatu definisi dengan menganggapnya
sebagai dasar yang telah disepakati bersama guna memulai pembahasan
kita.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa definisi humanisme
diatas, yaitu, humanisme adalah sutu konsep atau teori yang membahas
mengenai manusia dan tujuan hidup manusia serta hak dan kewajiban
manusia di muka bumi ini. Karena manusia dilahirkan di bumi ini dengan
membawa potensi dirinya, dan potensi itulah yang nantinya di
kembangkan dalam diri manusia untuk menjadikan manusia yang
sebenarnya. Pengemabngan potensi yang di miliki manusia seyogyanya
melalui sebuah pendidikan, agar potensi itu terarah dalam
perkembangannya.
Oemar Hamalik, ( 1992: 41-42) mengemukakan dalam etika keilmuan
yang dibangun di atas paham humanisme seharusnya berpandangan bahwa
ilmu pengetahuan digali dan dikembangkan agar manusia dimanusiakan
dan memanfaatkan ilmu pengetahuan sepenuhnya untuk kehidupan
manusia. Selain itu dalam paradigma humanis, manusia dipandang sebagai
makhluk Allah yang memilki fitrah-fitrah tertentu yang harus
dikembangkan secara optimal. Dan fitrah manusia ini hanya bisa
29
dikembangkan melalui pendidikan yang benar-benar memanusiakan
manusia (pendidikan humanis). Tujuan utamanya adalah kemanusiaan,
yang bersifat normatif dan berkepribadian. Kepribadian yang
dikembangkan adalah kepribadian yang utuh, terintegrasi dan terpadu
dengan nilai sosio-kultural. Dan kepribadian itu sendiri dapat diamati dari
tingkah laku dan pengalamannya. Sasaran pokok pendidikan humanis
adalah membantu keluarga, masyarakat, dan warga negara yang baik, yang
memiliki jiwa demokratis, bertanggung jawab, meiliki harga diri, kreatif,
rasional, objektif, tidak berprasangka, mawas diri terhadap perubahan dan
pembaharuan serta mampu memanfaatkan waktu senggang secara efeektif.
Rahman (2011: 78) menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses
pemanusiawian manusia (humanisasi) bersumber dari pemikiran
humanisme. Hal ini sejalan dengan makna dasar humanisme sebagai
pendidikan manusia. Sistem pendidikan dalam Islam yang dibangun atas
dasar nilai-nilai humanistik sejak awal kemunculannya sesuai dengan
esensinya sebagai agama kemanusiaan. Islam menjadikan dimensi
kemanusiaan sebagai orientasi pendidikannya. Sangatlah naif kalau
dikatakan bahwa konsep pendidikan humanistik Islam merupakan konsep
pendidikan barat yang diberi label Islam.
Humanisme juga merupakan refleksi timbal balik antara kepentingan
individu dengan masyarakat. Karenanya pendidikan harus diselenggarakan
dengan memusatkan perhatian pada keduanya. Kemudian mengingat
masyarakat itu selalu berkembang dan berubah, nilai-nilai yang dianggap
30
baik dan buruk bagi individu juga mengalami perkembangan dan
perubahan. Maka perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon
dengan baik oleh pendidikan humanisme.
Pendidikan yang terimplementasi konsep humanisme adalah suatu
proses pendidikan atau pembelajaran penganut aliran humanisme, yang
berarti pendidikan yang mengedepankan manusia sebagai objek terpenting
dalam sebuah pendidikan. Namun, objek di sini bukan sebagai penderita,
melainkan menempatkan manusia sebagai subjek (pelaku) yang
sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan humanisme
itu sendiri adalaha suatu pendidikan yang selalu mengutamakan
kepentingan manusia sebagai seorang yang merdeka, yang mempunya hak.
Yang dimaksut hak di sini adalah manusia yang di hargai oleh orang lain
dan manusia yang mempunya potensi untuk berkarya, dan hak untuk
diperlakukan sebagai amnusia yang merdeka.
Dan sesungguhnya manusia memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupannya. dalam hal ini manusia merupakan pemegang
kebebasan dalam menentukan dan melakukan sesuatu yang terbaik bagi
hidup dan dirinya saat ini, dan juga masa depannya yang akan datang.
Sehingga bisa dikatakan bahwa kedudukan manusia dalam dunia ini
sangatlah tinggi. Karena dibekali dengan potensi-potensi kebebasan dalam
melakukan hal yang terbaik bagi dirinya.
31
2. Pengertian Humanisme Religius
Mas‟ud (2002: 1993) mendefinikan, Humanisme religius adalah
sebuah konsep keagamaan yang memanusiakan manusia, serta upaya
humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggungjawab
hablum minallah dan hablum minannas. Makna kemanusiaan adalah
proses memanusiakan manusia melalui interaksi antar manusia dengan
konteks dan tantangan yang selalu berkembang. Sebagai makhluk yang
multidimensional manusia mempunyai potensi insaniah, serta
bersosialisasi dengan nilai-nilai keterampilan yang dimilikinya guna
mengembangkan pola kehidupannya. Dalam mengembangkan potensi
tersebut perlu adanya sebuah praktek kegiatan pendidikan yang
menjunjung sebuah nilai kemanusiaan (humanistik)
Pendidikan Islam humanistik adalah pendidikan yang memandang
manusia sebagai manusia, yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah
fitrah tertentu, untuk dikembangkan secara maksimal dan optimal.
Rasulullah SAW bersabda : ”Tidak seorangpun dilahirkan kecuali dengan
fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
dan Majusi”. (HR. Bukhari Muslim).
Hadist diatas telah menjelaskan bahwa seorang manusia lahir dalam
keadaan fitrah, yakni dibekali dengan naluri keagamaan tauhid. Fitrah
merupakan potensi yang baik yang perlu diasah dan dikembangkan.
Dengan demikian manusia dibekali alat untuk mencapai pengetahuan
seperti indra pendengaran, penglihatan, dan hati.
32
Oleh karenanya usaha-usaha pendidikan (tarbiyah) bagi manusia
menjadi suatu kebutuhan pokok guna menunjang pelaksanaan yang
dilimpahkan oleh Allah kepadanya. Inilah merupakan kebutuhan manusia
terhadap pendidikan yang bersifat individu.
Dengan adanya konsep humanisme religius, dalam kegiatan
pendidikan yang diharapkan ketika dalam proses pengisian ilmu
pengetahuan yang bersifat kognitif dan juga dalam proses pengisian hati,
agar memperteguh potensi keimanan serta memberi kebebasan kepada
manusia (peserta didik) untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab.
Manusia (peserta didik) diberi kesempatan untuk mengembangkan
dirinya sendiri sesuai kodratnya secar bebas dan merdeka, tetapi harus
diinsyafi bahwa itu bukan kebebasan yang leluasa, melainkan kebebasan
terbatas. damainya hidup bersama, kebebasan itu diberikan kepada anak
didik dalam hal bagaimana cara dia berfikir, dengan demikian, peseta
didik jangan terlalu dipelopori (dipaksa mengikuti) atau disuruh membeo
buah pikiran orang lain. Perlakuan yang demikian membuat otak peserta
didik ibarat kaset yang barus merekam suara- suara tanpa menghiraukan
apakah kaset itu masih peka atau tidak, akibat yang lebih parah tampak
pada prilaku intelektual anak didik. Mereka tidak lagi memiliki keberanian
mengeluarkan ide- ide pribadinya. Pada proses yang demikian pendidikan
berarti tidak mampu memanusiakan manusia.
Oleh karena itu dengan adanya konsep pendidikan humanisme religius
peserta didik diharapkan untuk mencari sendiri segala pengetahuan dengan
33
mempergunakan pemikirannya sendiri, dengan demikian anak didik dirasa
benar-benar diakui eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai
kholifatullah yakni pendidikan Islam humanistik pendidikan yang
memandang manusia sebagai manusia, yaitu makhluk ciptaan Tuhan
dengan fitrah- fitrah tertentu untuk dikembangkan secara maksimal dan
optimal. Sehingga akan melahirkan peserta didik sesuai dalam tujuan dan
maksud dalam pendidikan Islam humanistik, yaitu insan manusia yang
memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai insan
manusia individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya
bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki
tanggung jawab moral kepada lingkungannya berupa keterpanggilannya
untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan masyarakatnya.
3. Ruang Lingkup Konsep Humanisme Religius
Humanisme religius adalah sebuah konsep keagamaan yang
memanusiakan manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap
memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan hablum minannas.
Konsep ini jika di implementasikan dalam praktek dunia pendidikan Islam
akan berfokus pada akal sehat (common sense), menuju kemandirian
(individualisme), tanggung jawab (responsibility), pengetahuan yang
tinggi (thirs for knowledge), menghargai masyarakat (pluralisme),
kontekstualisme (mementingkan fungsi dari pada simbol), dan
keseimbangan antara reward dan punishman ( Mas‟ud, 2002 : 193).
34
a) Akal Sehat (Common Sense)
Manusia adalah makhluk yang mulia, makhluk yang berbudaya.
Manusia adalah makhluk pedagogik dan juga sebagai kholifah Allah di
muka bumi. Dalam memanfaatkan akal sehat secara proporsional,
dalam Islam, al-alim lebih utama dari al-’abid, yang notabene
dibedakan dari akal sehatnya. Akal sendiri memiliki pengertian adalah
suatu alat rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat,
menyimpulkan, dan menganalisis serta menilai apakah sudah sesuai
benar atau salah (Wikipedia.com). Dalam firman Allah dijelaskan
bahwasannya orang-orang yang berilmu ditinggikan derajatnya oleh
Allah dengan beberapa tingkatan.
Seperti yang di firmankan Allah swt dalam Al qur‟an surah al
mujadilah ayat 11.
ي رفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.
Arti dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya akal sehat dan
pendengaran. Oleh karena itu rugilah mereka yang tidak
mengembangkan kemampuan akal sehat dan pendengarannya sehingga
dalam ayat itu dikategorikan sebagai ashab al-sya’ir (Mas‟ud, 2002:
159).
Dengan demikian jelaslah sudah di dalam konsep pendidikan
humanisme religius sangat ditekankan, karena dengan demikian dalam
35
proses pembelajaran ruang berfikir bagi peserta didik sangatlah luas
untuk menganalisis hal-hal yang ada di sekitarnya (peserta
didik/pendidik). Artinya hal-hal yang berhubugan dengan daya fikir
sangat diminati baik oleh guru ataupun oleh peserta didik (murid)
b) Menuju Kemandirian (Individualisme)
Pengembangan individu menjadi individu yang saleh, ”insan
kamil” dengan berbagai keterampilan dan kemampuan serta mandiri
adalah sasaran utama pendidikan Islam. Kemandirian adalah suatu
sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat atau bertindak
sesuai keadaanya yang tanpa meminta atau tergantung kepada orang
lain ( Kartini Kartono, 1985: 21) Self-reliance atau kemandirian adalah tujuan utama dalam konsep
individualisme. Dalam Islam, individualisme bukanlah sebuah
larangan. Jika penekanannya pada kemandirian dan tanggung jawab
pribadi, justru menjadi seruan dalam Islam. Dalam Qs. Yasin ayat 65
di firmankan Allah SWT bahwa :
الي وم نتم على أف واههم وتكلمنا أيديهم وتشهد أرجلهم با كانوا
يكسبون
Yang artinya : “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah
kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”.
Bahwasannya semua anggota badan manusia akan dimintai
pertanggung jawabannya di depan sang pencipta, tentunya harus
36
ditafsirkan sebagai tugas pendidikan dalam mengembangkan tanggung
jawab, pribadi, sosial dan keagamaan individu (Mas‟ud, 2002: 114).
Individualisme dalam Islam memang harus dikembangkan melalui
pada ajaran dasar kesalehan. Kesalehan yang berangkat dari kesalehan
pribadi kemudian berkembang pada kesalehan sosial dan lingkungan.
Dalam firman Allah Qs At Tahrim ayat 6;
يا أي ها الذين آمنوا قوا أن فسكم وأهليكم ناراyang artinya : ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”,
telah dijelaskan disana mengandung nuansa responsibility (tanggung
jawab).
Oleh karena itu berangkat dari tanggung jawab dan tugas mulia
individu. Dalam konsep indivualisme Islam adalah pribadi yang
beriman dan bertakwa, dinamis, progresif, serta tanggap terhadap
lingkungan, perubahan dan perkembangan.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan humanisme bermaksud
membentuk insan manusia yang memiliki komitmen. Humaniter sejati
yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, beriman dan
bertakwa, dinamis, progresif serta tanggung jawab terhadap lingkungan
perubahan dan perkembangannya.
c) Pengetahuan Yang Tinggi (Thirs For Knowledge)
Islam adalah agama yang dengan jelas menempatkan ilmu
pengetahuan dalam posisi khusus. Pengetahuan adalah suatu keadaan
yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara
37
(www.alhassanain.com). Allah akan mengangkat mereka yang beriman
dan yang berillmu diantara manusia pada posisi mulia. Firman Allah
Q.S. Al-Mujadalah : 11.
حوا ف المجالس فافسحوا يا أي ها الذين آمنوا إذا قيل لكم ت فس
ي فسح الله لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا ي رفع الله الذين آمنوا منكم
والذين أوتوا العلم درجات والله با ت عملون خبي
Yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Mas‟ud, (2002: 162) mengungkapkan bahwasannya disana telah
dijelaskan, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang berilmu,
derajat yang lebih tinggi dengan beberapa tingkatan. Berangkat dari
konseptual bahwasannya manusia merupakan makhluk pedagogik,
makhluk yang sejak lahir membawa potensi dapat dididik sekaligus
mendidik. Oleh karena itu potensi dasar (fitrah) yang insaniah, perlu
dikembangkan serta sosialisasi dalam nilai- nilai keterampilan. Selain
itu konsep humanisme religius manusia memang merupakan makhluk
”curious” yang senantiasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu diolah
dan diterapkan dalam kebaikan.
38
d) Menghargai Orang lain (Pluralisme)
Dalam KBBI Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang
majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya). Dan
kebudayaan yang berbeda-beda dalam masyarakat. Menurut Mas‟ud
(2002: 167), sebagaimana yang telah dipahami bersama, Islam sangat
menghargai dan menghormati keberagaman dan kebhinekaan, salah
satu ajaran Islam akan musnahlah jika kalian berseragam. Artinya
dalam konsep pendidikan humanisme menghargai dan menghormati
adanya perbedaan yang ada di sekitarnya baik dari segi sosial,
ekonomi, budaya dan keragamannya dengan tujuan ketika dalam
proses pembelajaran tercipta lingkungan yang kondusif, damai serta
mengajarkan kepada peserta didik untuk selalu menghargai pendapat
orang lain.
Seperti dalam Firman Allah SWT Qs Ar Ruum, ayat 22
يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل
لت عارفوا إن أكرمكم عند الله أت قاكم إن الله عليم خبي Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia di ciptakan di muka bumi
ini tidak dalam keadaan dan kondisi yang sama. Manusia di ciptakan
39
memang berbeda-beda agar saling mengenal dan saling menghormati
satu sama lain.
e) Mementingkan Fungsi Dari Pada Simbol
Dalam realitas, sering dijumpai orang yang memiliki kualifikasi
keilmuan yang bagus. Namun tidak dapat berbuat banyak dalam
mengatasi berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya. Disisi
lain, juga melihat ada orang yang kualitas keilmuannya tidak begitu
menakjubkan tetapi dalam riil kehidupannya mereka begitu tangkas
menjawab permasalahan hidupnya.
Untuk itu dalam konsep kontektualisme yang dimaksud dalam
konsep humanisme religius ini merupakan konsep belajar yang
membantu seorang guru dalam mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupannya nyata sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil belajar atau prestasi belajar peserta didik tidak
hanya dilihat dari tampilan kualitatif, melainkan lebih dilihat dari sisi
kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan yang nyata.
Dengan adanya konsep yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan
sekedar wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus
membumi dan lebih bermakna bagi peserta didik (siswa). Dalam
proses pembelajaran ini berlangsung secara alamiah (natural), berupa
40
kegiatan bekerja dan mengalami. Bukan hanya sebuah transfer
pengetahuan dari guru ke peserta didik (siswa).
Baharudin, dkk, (2007: 210) Menjelaskan, dalam kontek yang
demikian, peserta didik perlu memahami apa sesungguhnya makna
belajar itu bagi peserta didik, serta dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik
perlu memiliki komprehensi mengenai tiga konsep yaitu : how to know
(bagaimana mengetahui, how to do (bagaimana mengerjakan atau
melaksanakan), dan how to be (bagaimana menjadi dirinya).
Dengan demikian dalam konsep humanisme religius merupakan
sebuah strategi pembelajaran yang menghendaki keterkaitan antara
pengetahuan dan kehidupan nyata. Maka hal itu akan mempermudah
peserta didik untuk membuat sebuah formulasi atau batasan-batasan
mengenai pengetaahuan yang dipelajari. Hal ini sangat relevan dengan
prinsip pendekatan kontektual yaitu : student learn best by antiviety
contructing their own understanding (Baharudin, dkk, 2007: 211).
f) Keseimbangan Antara Reward dan Punishman
Reward (penghargaan) adalah sesuatu yang di berikan kepada
seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang
dikehendaki, yakni mengikuti peraturan yang sudah ditentukan
(Arikunto, 1990:182). Sedangkan punishmen adalah penderitaan yang
diberikan atau di timbulkan dengan sengaja oleh pendidik sesudah
terjadi suatu pelanggaran aturan (Purwanto, 1955:186)
41
Dalam kehidupan sehari- hari kita mengenal adanya ”hadiah”
orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah atau gaji,
orang yang menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adalah
ijazah, membuat prestasi dalam satu bidang olah raga hadiahnya
adalah medali atau uang. tepuk tangan memberi salam pada dasarnya
adalah suatu hadiah juga. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis
akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya.
Demikian juga dengan hukuman (punisment) yang diberikan seseorang
karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang
terlambat, menipu dan lain- lain yang pada dasarnya juga akan
berpengaruh terhadap tingkah laku orang yang menerima hukuman.
Baik pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan
respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja
dalam pemberian hadiah (reward) merupakan respon yang positif,
sedangkan pada pemberian hukuman merupakan respon yang negatif.
Namun, Bahridjamarah, (2005:) menjelaskan kedua respon tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku
seseorang (anak didik). Respon positif bertujuan agar tingkah laku
yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi) itu
frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedangkan respon negatif
(punisment) bertujuan agar tingkah laku yang kurang itu frekuensinya
berkurang atau hilang. Pemberian respon yang demikian dalam proses
interaksi edukatif disebut ”pemberian penguatan”. Oleh karena itu
42
dalam konsep pendidikan humanisme religius keseimbangan antara
punishment dan reward harus ditetapkan dalam proses belajar
mengajar. Karena hal tersebut akan membantu sekali dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan
tingkah laku siswa (behavior modification) dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan.
B. Konsep Pendidikan Agama Islam
1. Pendidikan
Ada banyak definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli.
Sebagai satu tolak ukur dari definisi-definisi itu, Kamus Besar Bahasa
Indonesia memberikan penjelasan yang cukup memadai tentang makna
pendidikan, yaitu:
Pendidikan sari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi
awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memlihara
dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan
(Mahmud, 2011: 19)
Adapun hal yang dapat di tarik dari definisi diatas adalah pendidikan
merupakan proses pendewasaan diri melalui pengajaran dan pelatihan.
Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan
dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama untuk
memperkenalkan warga masyarakat baru (generasu muda) pada
pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah
masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas ketimbang proses yang
berlangsung di sekolah semata.
43
Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang penting yang berfungsi
untuk mentrasformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang
lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangatlah erat,
sehingga pendidikan mungkin mengalami proses spesialisasi dan
institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan
modern. Namun, peoses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa
dilepaskan dari proses pendidikan informal yang berlangsung di sekolah
(Mahmud, 2011: 19).
Sedangkan menurut Ihsan (2003: 2) pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna
pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mngembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
(Fuad, 2003)
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dalam
pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara maksimal. Pendidikan adalah usaha sadar bagi anak didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya melalui kegiatan
44
bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan
datang. (Zahrotul „Uyun, Pendidikan Humanis,: Studi atas Keluarga WeEs
Ibnu Sayy, dalam skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Hlm. 1)
Istilah pendidikan dalam konteks islam telah banyak dikenal
dengan menggunakan term yang beragam, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan
at-ta’dib. Setiap isltilah itu tentunya mempunyai makna dan pemahaman
yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal tentu memiliki kesamaan
makna.(Mahmud, 2011:22)
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Wahhab, (2004: 23-24) mengemukakan, sejalan dengan pemikiran
pada konsep humanisme, pendidikan agama Islam pun juga mempunyai
banyak penafsiran dari beberapa tokoh-tokoh yang menganalisims
mengenai pendidikan agama Islam, secara garis besar ajaran Islam
meliputi tiga hal pokok, yaitu:
a. Aqidah (Iman)
Aqidah adalah sistem kepercayaan islam yang dibangun diatas enam
dasar keimanan yang lazim, yang disebut rukun Iman. Rukun Iman
meliputi keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir,
dan qada serta qodar (Drajat : 1991), sebagaimana firman Allah dalam Qs.
An-Nisa ayat 136
45
يا أي ها الذين آمنوا آمنوا بالله ورسوله والكتاب الذي ن زل على رسوله
والكتاب الذي أن زل من ق بل ومن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله والي وم
الآخر ف قد ضل ضلالا بعيدا
yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”.
Berdasarkan fondasi yang enak tersebut, maka keterkaitan setiap
muslim kepada Islam yang semestinya ada pada jiwa muslim adalah :
1) Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, yamg
mengandung syariat yang menyempurnakan syariat-syariat yang
diturunkan Allah sebelumnya.
2) Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar
disisi Allah karana Islam adalah agama yang dianut oleh para Nabi
sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SWT.
3) Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal dan berlaku
untuk semua manusia, serta mampu menjawab segala persoaln
yang muncul dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengan
tuntutan budaya manusia sepanjang zaman .
Selain itu, yang wajib kita tanamkan dalam hati kita mengenai
keimanan adalah mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Dengan menanamkan kedua
46
pondasi itu dalam diri seseorang dengan kokoh maka akan berdampak
positif bagi seseorang tersebut. Contohnya, ketika seseorang di hadapkan
pada sebuah masalah pada kehidupannya, seseorang akan meminta
pertolongan hanya kepada Allah SWT. Sehingga seseorang akan terhindar
dari sifat menyekutukan Allah SWT atau syirik.
Sedangkan dampak keyakinan seseorang meyakini bahwa nabi
Muhammad SAW adalah Rasul utusan Allah SWT adalah penghargaan
objektifitas informasi. Yaitu hanya yang akurat kebenarannya sajalah yang
dijadikan perbuatan kita sebagai manusia yang bisa berfikir.
b. Syariah (Islam)
Abudin Nata (2010) menyebutkan komponen Pendidikan Islam yang
kedua adalah syraiat, syariat berisi peraturan dan perundang-undangan
yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan dari yang tidak boleh
dikerjjakan manusia. syariat adalah sistem nilai Islam yamg ditetpakn Oleh
Allah sendiri dalam kaitan ini Allah disebut sebagai Syaari’ atau pencipta
hukum.
Syari‟ah adalah segala peraturan Allah SWT untuk umat Islam, baik
dari Al Qur‟an maupun dari sunnah Rasullullah SAW, yang diberikan
kepada manusia melalui para Nabi agar manusia hidup selamat di dunia
maupun di akhirat.
Dalam firman Allah SWT di Qs. An Nahk ayat 90
47
هى عن الفحشاء إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القرب وي ن
رون والمنكر والب غي يعظكم لعلكم تذكArtinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Dalam kehidupan sehari-hari syari‟ah dapat kita kerjakan melalui
beberapa ibadah. Ibadah itupun ada yang bersifat vertikal
(hablumminallah) dan ada juga yang bersifat horisontal
(hablumminannas). Contohnya, thaharah, sholat wajib lima waktu, puasa,
zakat, dst. itu semua termasuk contoh ibadah kepada Allah SWT.
Sedangkan ibadah kepada manusia, tolong menolong, jual bel, pernikahan.
c. Akhlak (Ihsan)
Sedangkan akhlak, adalah merupakan komponen dasar Islam yang
ketiga yang berisi ajaran tentang sebuah perilaku atau moral. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut pandangan Islam, akhlak adalah
cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang
baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Inilah misi di utusnya Nabi
Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an Surah An Nahl ayat 90
48
هى عن الفحشاء إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القرب وي ن
رون والمن كر والب غي يعظكم لعلكم تذك Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Ahmad Amin (1988), mendifinisikan akhlak sebagai perbuatan yang
diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk melakukannya dan tidak
perlu berfikir lagi bagaimana melakukannya. Contohnya adalah seperti
sholat tahajud pada malam pertama mungkin akan sedikit berat bangun
malam. Namun, bila hal itu dilakukan berulang-ulang itu akan menjadi
sangat mudah. Kita tidak perlu berfikir lagi bagaimana melakukannya.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam Mahmud (2011:115) menyatakan bahwa para ahli pendidikan
Islam berbeda-beda dalam menentukan tujuan pendidikan Islam. namun,
Ahmad D. Marimba dalam Mahmud mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan Islam terdiri atas dua macam tujuan , yaitu tujuan sementara
dan tujuan akhir.
Tujuan sementara adalah suatu sasaran yang harus dicapai oleh umat
Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. tujuan sementara di sini
adalah tercapainnya berbagai kemampuan, seperti kecakapan jasmaniah,
pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan,
kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani, dan sebagainya.
Kedewasaan rohaniah tercapai apabila orang mencapai kedewasaan
49
jasmani. Kalau dalam islam seseorang yang telah mencapai dewasa
jasmaniah apabila ia telah baligh. Adapun kedewasaan rohaniah, bukanlah
merupakan sesuatu yang satis, melainkan merupakan suatu proses. Oleh
karena itu, sangatlah sulit ditentukan kapan seseorang mencapai dewasa
rohanoah dalam arti kata yang sesungguhnya, menurut Mahmud
(2011:116).
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian
muslim yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan
ajaran agama Islam. menurut Ahmad D. Marimba Dalam Mahmud
(2011:116) aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal
a. Aspek-aspek kejasmanian: meliputi tingkah laku luar yang mudah
tampak dan ketahuian dari luar. Misal cara berbuat atau tingkah
laku, cara bicara, dan sebagainnya.
b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak dapat
dilihat dan diketahui dari luar, misalnya cara-cara berfikir,
bersikap, dan minat
c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur; meliputi aspek-aspek
kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.
Ringkasnya, yang dimaksut dengan kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya, baik tingkah laku luarnya,
kegiatan-kegiatan jiwannya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya
menunjukan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepad-Nya.
50
T.S. Eliot dalam Tafsir (1992: 46) mengemukakan bahwa pendidikan
sangat penting dilakukan dan tujuannya diambil dari pandangan hidup.
Jika pandangan hidup Anda adalah Islam, tujuan pendidikan Anda
haruslah diambil dari ajaran Islam. Berkenaan dengan ini, Sanusi Uwes
dalam Mahmud (2011: 117) , mengemukakan bahwa kegiatan pendidikan
adalah kegiatan khas manusia. Secara kronologis, dapat diungkapkan
bahwa hakikat pendidikan merupakan produk langsung dari pengertian
manusia mengenai dirinya dan alam. Dari situlah, lahir tujuan hidup yang
kemudian secara beruntun melahirkan tujuan pendidikan materi
pendidikan, metode pendidikan, dan cara-cara mengukur keberhasilan
pendidikan.
Sedang kan menurut Imam Al-Ghazali dalam Mahmud (2011:119)
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembetukan insan
puripurna. Menurutnya, manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila
mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadhilah
melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadhilah ini selanjutnya
dapat membawanya untuk dekat dengan Allah dan akhirnya
membahagiakan hidupnya di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itulah, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah mengarahkan dan membimbing manusia melalui proses pendidikan
sehingga menjadi orang deawasa yang berkepribadian muslim yang taqwa,
berilmu pengetahuan, dan berketrampilan melaksanakan ibadah kepada
Allah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. tujuan umum pendidikan
51
Islam adalah muslim yang sempurna, atau manusia yang taqwa, atau
manusia yang beriman atau manusia yang beribadah kepada Allah SWT.
5. Dasar Pendidikan Islam
a. Dasar Pendidikan
Dasar bermakna sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar
merupakan landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar
sesutau kokoh berdiri. Fungsi dasar ialah memberikan arah pada tujuan
yang akan dicapai.
Sedangkan pendidikan adalah sebagai proses timbal balik antara
pendidik dan anak didik dengan melibatkan berbagai faktor pendidikan
lainnya, diselenggarakan guna mencapai tujuan pendidikan, dengan
senantiasa didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang
kemudian disebut dengan dasar pendidikan Islam (Zuhairini, 1993:
18).
Adapun dasar-dasar pendidikan Islam dibagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya adalah:
1) Dasar yuridis atau hukum
Yaitu dasar-dasar pendidikan agama Islam yang berdasarkan
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam
di sekolah ataupun lembaga-lembaga tertentu (Zuhairini, 1993:
19).
52
2) Dasar religius
Yang dimaksut dasar religius adalah dasar-dasar yang
bersumber ajaran Islam yang tertera dalam Al- Qur‟an maupun
Haadist. Karena dalam Al- Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat
yang menjelaskan tentang pelaksanaan pendidikan agama yang
merupakan perintah dari Allah SWT dan ibadah bagi yang
melakukannya (Zuhairini, 1993: 20).
3) Dasar psikologis
Yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan masyarakat. Dalam kehidupannya khususnya dalam
jiwa seseorang memerlukan pegangan hidup yang disebut
agama. manusia merasakan dalam jiwannya terdapat suatu
perasaan yang mengakui adanya zat yYang Maha Kuasa.
Adapun cara mereka mengabdi kepada Allah dengan cara yang
berbeda-beda sesuai dengan agama yang mereka anut
(Zuhairini, 1993: 22).
b. Tujuan pendidikan
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam
kaitannya dengan tujuan pendidikan, ada beberapa istilah yang hampir
identik dengan istilah tersebut yaitu tujuan, sasaran, dan maksud.
Sedangkan yang dimaksut dengan tujuan pendidikan adalah hasil-
hasil yang ingin dicapai melalui proses pendidikan. Adapun besar atau
53
kecil dan ruang lingkup yang ingin dicapai hasil pendidikan, hal
tersebut ditentukan dan dibatasi oleh klasifikasi tujuan pendidikan
(Mahmud: 2011. Hal 104).
6. Komponen-komponen pembelajaran agama Islam
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri atas berbagai komponen atau
faktor pendidikan. Nawawi (1993) mengemukakan faktor tersebut adalah
pendidik, anak didik, relasi (alat pendidikan), tujuan pendidikan, dan
sosiokultural. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bawani (1987) dalam
Mahmud (2011: 101), mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendidikan
minimal harus ada tiga unsur : yang mendidik, yang didik, dan tujuan yang
hendak dicapai. Adapun Muhaimin dan Abdul Mujib (1993)
mengemukakan bahwa komponen-komponen dasar pendidikan Islam
adalah pendidik, anak didik, kurikulum, metode, dan evaluasi.
Dalam Mahmud (2011: 102), komponen-komponen dalam pendidikan
ada 6 bagian penting, yaitu: dasar dan tujuan pendidikan, pendidik, anak
didik, materi pendidikan (kurikulum), metode pendidilan, dan alat.
1. Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar anak
tersebut bisa menujuke arah kedewasaan. Pendidik merupakan orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasarannya adalah anak didik. Anak didik mengalami pendidikannya
dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itulah, yang bertanggung
54
jawab dalam terjadinya suatu pendidikan anak didik di lingkungan
masing-masing menjadi tanggung jawab masing-masing orang.
Misalnya di lingkungan keluarga, yang bertanggung jawab masalah
pendidikan anak adalah orang tua, dala lingkungan sekolah, yang
bertanggung jawab kalau dalam lingkungan sekoalh adalah guru, kalau
dalam lingkungan masyarakat, yang bertanggung jawab adalah semua
orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan (Sadulloh, 2014: 128).
Lengeveld dalam Sadulloh (2014: 128) mengemukakan tiap-tiap
pergaulan antara orang dewasa (orang tua, guru, dsb.). dengan anak
merupakan lapangan atau suatu tempat dimana perbuatan mendidik
berlangsung.
Pendidik harus orang dewasa karena seorang pendidik akan
membawa anak-anak kepada kedewasaan, bukan hanya lewat nasihat,
anjuran, perintah, dan larangan pendidik mengajak anak-anak ke dalam
kedewasaannya, melainkan yang pertama-tama ialah dengan
gambaran kedewasaan yang senantiasa dibayangkan oleh anak dalam
pendidikannya, di dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik,
dalam istilah Langeved disebut situasi pendidikan.
Selain beberapa peran pendidik yang telah dijelaskan diatas,
pendidik juga masih punya peran sebagai berikut.
a) Pendidik sebagai pembimbing. Sebagai seorang pembimbing
akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Sehungga guru
haruslah benar-benar memiliki yang saleh dan mampu
55
memperlakukan para siswa dengan menghormati dan
menyayangi.
b) Peran sebagai model (uswah). Peran guru sebagai model
(uswah) sangat mempengaruhi pembentukan akhlak bagi para
siswa, karena segala tingkah laku dan gerak gerik seorang guru
akan dapat ditiru oleh anak didiknya.
c) Peran sebagai penasihat. Sebagai penasihat, guru sudah
seharusnya memberi nasihat secara ikhlas demi para siswa di
masa yang akan datang (Zuharini, 1993 : 93-95)
2. Anak Didik
Anak ddidik merupakan seseorang yang sedang berkembang,
memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia
mengembangkan potensinya tersebut secara optimal. Untuk
mengatahui siapa anak didik perlu difahami bahwa, ia sebagai
manusia yang sedang berkembang menuju ke arah kedewasaan
memiliki beberapa karakteristik. Tirtarahadja dalam Sadulloh (2014:
135) mengemukakan 4 karakteristik yang dimaksudkan, yaitu;
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan makhluk yang unik.
b) Individu yang sedang berkembang
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
56
3. Materi Pendidikan (Kurikulum)
Mahmud, (2011: 107) menjelaskan bahwa materi pendidikan
Adalah suatu komponen operasional pendidikan sebagai suatu sistem
adalah materi. Materi pendidikan adalah semua bahan pelajaran yang
disampaikan kepada peserta didik. Materi pendidikan juga sering
disebut dengan istilah kurikulum.
Kurikulum dalam makna materi pelajaran, seperti yang
dikemukakan diatas, sesungguhnya merupakan pandangan tradisional
yang masih dianut sampai sekarang (juga di Indonesia). Kurikulum
adalah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. S. Nasution
mengemukakan sebagai berikut. Istilah kurikulum yang berasal dari
bahasa latin curiculum semula berarti a running course, or race course,
expecially a chariot race course dan terdapat pula dalam bahasa
Prancis courier artinta to run, berlari. Kemudian, istilah ini di gunakan
untuk sejumlah couses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu gelar atau ijazah (Mahmud, 2011: 107).
4. Metode Pendidikan
Keberhasilan suatu proses pendidikan dalam mengantarkan peserta
didik mencapai tujuan pendidikan, tidak terlepas dari metode yang
digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran. Menurut
Mahmud (2011 : 109) Metode, secara harfiah, berasal dari bahasa
Yunani, yaitu kata depan meta dan kata benda hodos. Kata meta berarti
57
menuju, melalui, mengikuti, dan kata hodos berarti cara, jalan, dan
arah.
Secara terminologi pengertian metode menurut Zuharini (1983: 80)
metode adalah segala sesuatu usaha ynag sistematis dan pragmatis
untuk mencapai tujuan dengan melalui berbagai aktifitas, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah. Jadi, metode
adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh seorang guru agar
tercapainya suatu tujuan.
Ada beberapa metode yang sering digunakan oleh seorang guru
dalam proses belajar mengajarnya. Diantaranya:
a) Metode ceramah
b) Metode diskusi
c) Metode tanya jawab
d) Metode demonstrasi dan eksperimen
e) Metode kerja kelompok
f) Metode sosio drama dan kerja kelompok
g) Metode karya wisata
h) Metode sistem regu
i) Dan masih banyak lahi metode-metode yang digunakan oleh
seorang guru.
Dari masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan dan
kelemahan, maka sebaiknya dalam kegiatan belajar mengajar
digunakan lebih dari satu metode.
58
Abdul Majid dan Dian Andayani (2004: 101) menambahkan
beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI, yaitu:
a) Metode antisipatif, yaitu sebuah cara mengantisipasi
permasalahan anak didik yang langsung muncul dikalangan
mereka
b) Metode dialaog kreatif, yaitu salah satu cara untuk melibatkan
siswa secara langsung berdialog dengan guru tentang suatu
permasalhan yang sedang dihadapi
c) Metode studi kasus, yaitu metode mengangkat suatu contoh
permasalhan untuk dijadikan rujukan atau teladan sebagai
solusi alternatif yang bisa diambil
d) Metode pelatihan, yaitu cara pelibatan fisik dan mental untuk
melakukan serangkaian latihan beribadah
e) Metode merenung, yaitu metode melatih anak didik untul
memikirkan permasalahan yang mereka miliki
f) Metode lawatan, yaitu merupakan cara lawatan/kunjungan ke
daerah-daerah dalam rangka meningkatkan rasa ukhuwah
sesama muslim
g) Metode taubat, yaitu metode yang merupakan cara agar siswa
menyesali diri atas perbuatan-perbuatan yang telah merekan
lakukan dan memohon ampun kepada ALLAH SWT.
59
5. Alat
Yang dimaksud alat disini adalah alat pendidikan, yang dimana alat
pendidikan merupakan suatu tindakan/perbuatan atau situasi yang
dengan sengaja dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
yaitu kedewasaan. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang
diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik
secara pedagogis (edukatif). Apabila perbuatan dalam situasi tersebut
tidak disengaja untuk mencapai tujuan pendidikan, maka perbuatan
tersebut disebut faktor pendidikan. Secara lahiriah sukar untuk
membedakan antara alat pendidikan dengan faktor pendidikan.
Kadang-kadang akibat dari alat maupun faktor pendidikan bisa sama
(Sadulloh, 2014 : 87).
Sedangkan menurut Mahmud ( 2011 : 110 ) menjelaskan, alat
pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan oleh pelaksana
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. pada
garis besarnya, ada dua macam alat pendidikan, yaitu alat fisik dan alat
nonfisik.
a) Alat fisik, berupa sesuatu perlengkapan pendidikan berupa
sarana dan fasilitas dalam bentuk konkret, seperti bangunan,
alat-alat tulis dan baca, dan sebagainnya.
b) Alat nonfisik, berupa kurikulum, pendekatan, metode, dan
tindakan berupa hadiah dan hukuman serta uswatun hasanah
atau contoh teladan yang baik bagi pendidik.
60
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan dalam pengertian umum berarti situasi di sekitar kita,
dalam pendidikan, lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di
luar diri anak. Lingkungan yang merupakan tempat mendapatkan
pendidikan disebut lingkungan pendidikan (Sadullah; 2014. Hlm 94).
Sejak lahir anak lahir di dunia, anak secara langsung berhadapan
dengan lingkungan, maka dari itu proses pendidikan selalu dipengaruhi
oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan itu menunjang
maupun menghambatproses pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan
yang mempengaruhi proses pendidikan. Yaitu sebagai berikut:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah/lembaga pendidikan
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan
berkembang disekitar lembaga pendidikan.
5) Lingkungan budaya, yaitu nilai-nilai budaya yang hidup dan
berkembang disekitar alam, baik keadaan iklim maupun
geografinya.
Semua lingkungan tersebut selalu ikut serta memengaruhi proses
pendidikan sehingga apabila keadaan lingkungan di seluruh lembaga
pendidikan itu baik, akan berpengaruh positif dan menunjang terhadap
kelancaran dan keberhasilan pendidikan Islam (Mahmud, 2011: 111).
61
Dari penjelasan diatas diterangkan bahwa dari konsepdasar, faktor
ataupun komponen pendidikan, berinteraksi secara berkesinambungan
dan saling melengkapi dalam sebuah proses pendidikan guna mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan pada hakikatnya proses pendidikan
adalah sebuah interaksi komponen tertentu dalam sebuah proses
pencarian, pembentukan, dan pengembang sikap, serta perilaku anak
didik hingga mencapai batas optiimal.
C. Hubungan Antara Humanisme dan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang sangat penting, satu
hal yang tak bisa dipisahkan dari masyarakat, terutama pada masing-
masing manusia. Semuanya harus saling berkaitan dan terlibat dalam arus
perubahan. Keterlibatannya tidak hanya terbatas pada kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri terhadap perubahan, tetapi harus lebih pada
bagaimana pendidikan itu mampu menjadi agen perubahan sosial (agent of
social change).
Dengan itu, maka perubahan yang diinginkan merupakan hal yang
tinggal menunggu waktu saja, baik itu perubahan dalam dunia pendidikan
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (Adzim, 2004:39-40).
Dalam berbagai hal, pendidikan memang merupakan aspek terpenting
dalam melakukan perubahan. Dengan kata lain, dengan pendidikan yang
cukup serta kualitas manusia yang memadai maka akan tercipta produk
manusia yang bermutu, atau dalam Islam di sebut sebagai Ulul Albab. Dan
hal itu tidak akan mudah terwujud manakala pendidikan sendiri sebagai
62
sarana serta proses untuk melakukan hal tersebut belum mempunyai satu
paradigma jelas dalam perkembangannya. Sehingga dibutuhkan satu
paradigma yang mampu untuk menjawab semua itu.
Banyak sekali paradigma pendidikan yang telah dilontarkan oleh
beberapa orang. Namun, paradigma mana yang relevan untuk masa depan
pendidikan terutama bagi masa depan pendidikan Islam dan terkhusus lagi
bagi pendidikan di Indonesia perlu analisis spekulatif berdasarkan keadaan
obyektif masyarakat kita masa depan, yakni masyarakat madani yang
kedudukannya di tengah masyarakat global. Menurut Gibson, masa depan
memiliki kreteria khusus yang ditandai dengan adanya hiperkompetisi,
suksesi revolusi teknologi serta dislokasi dan konflik sosial, yang akan
menghasilkan satu keadaan yang non linier dan sangat tidak dapat
diperkirakan dari keadaan masa lampau dan masa kini. Masa depan hanya
dapat dihadapi dengan kreativitas meskipun posisi keadaan sekarang
memiliki peranan penting untuk memicu kreativitas kita itu (Djohar, 2003:
85). Dan semua itu dalam pencapaiannya tentunya tak bisa dilepaskan dari
peran pendidikan, sehingga diperlukan satu konsep yang matang dalam
merealisasikannya.
D. Implemtasi konsep humanis dalam pendidikan Islam
Kedudukan manusia dalam Islam dan lebih lagi dalam kajian
spiritual Islam, merupakan pencerminan dari kekuasaan Allah SWT.
Manusia mempunyai kedudukan yang tinggi bukan saja karena dia
dimuliakan oleh Allah, tetapi lebih dari itu yaitu karena manusia dutus
63
oleh Allah sebagai “khalifah di bumi ini‟. Dan tidak diberikan kepada
malaikat. Kedudukan manusia tersebut terumuskan dalam eksistensinya
yaitu tidak lain adalah menjadi manusia. Lebih jelasnya ia harus menjadi
manusia ideal, yaitu manusia yang mampu mewujudkan berbagai
potensinya secara optimal, sehingga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, berperasaan, berkemauaan,
mampu berkarya dan masih banyak lagi potensi yang dimiliki manusia.
Dengan mewujudkan manusia yang ideal, Islam sebagai sebuah
agama sekaligus sebuah sistem nilai telah mengajarkan adanya
penghargaan terhadap eksistensi manusia yang merupakan makhluk
beradab, berfikir, dan memiliki kesadaran. Dalam konteks inilah Islam
memandang penting kedudukan manusia dalam proses pembentukan
sejarah, yang tidak lain merupakan aktualisasi dimensi kritis manusia iu
sendiri. Terdapat asas penting genera manusia dalam humanisme. Seperti
yang disampaikan oleh Ali Syari‟ahi ( 1992 : 92 ). Yaitu:
a) Manusia adalah makhluk asli, Artinya mempunyai kedudukan
yang mulia dan memiliki kemandirian diantara makhluk yang
lain.
b) Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas.
c) Manusia adalah makhluk yang sadar untuk berfikir dan ini
adalah salah satu potensi yang menonjol.
d) Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, ia
mengetahui segala hal tentang dirinya.
64
e) Manusia adalah makhluk yang memiliki kreatifitas.
f) Manusia adalah makhluk yang memiliki cita-cita dan
keinginan.
Untuk mewujudkan manusia yang seperti itu, diperlukan sebuah
cara yang melalui pendidikan. Pendidikan dalam arti yang tidak mengikat
dan membebani manusia sebagai makhluk yang berpotensi. Pendidikan
pembebasan yang merupakan refleksi dari kemanusiaan, manusia
ditempatkan Islam dalam konfigurasi sistem prndidikan Islam yang sangat
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi (Ali Syari‟ahi, (
1992 : 47-49)
Seiring dengan pernyataan tersebut, pendidikan adalah usaha
terpadu untuk memanusiakan manusia muda, membentuk karakter
sehingga peserta didik menjadi pribadi yang berkeutamaan, terpandang
karena memiliki keutamaan tinggi dan intelektual. Dengan kata lain
pendidikan adalah humanisasi, dalam arti mengolah potensi-potensi yang
dimiliki seseorang untuk menjadi lebih manusiawi. Pendidikan juga
dipahami bahwa melalui pendidikan peserta didik mengalami proses
emansipasi dan dibebaskan dari segala bentuk dogmatisme dan fatalisme
yang melumpuhkan ( Tarpin, 2008 : 343 ). Melalui pendidikan terpadu dan
holistik diharapkan terbentuk manusia yang mampu menggali makna,
menemukan jati diri, menyadari dan mengembangkan potensi yang
dimiliki, mengendalikan naluri, membentuk hati nurani, menumbuhkan
rasa kekaguman, dan mampu mengekspresikan perasaan dan pemikirannya
65
secara tepat dan benar. Upaya membentuk manusia yang utuh dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a) Learning to know, membantu peserta didik untuk memiliki
pemikian yang kritis dan sistematis.
b) Learning to do,membantu peserta didik untuk mampu
menerarpkan apa yang dipahami dan diketahui dalam hidup
sehari-hari.
c) Learning to be, membantu peserta didik menjadi diri sendiri
yang mandiri, berpegang pada prinsip dan tidak mudah
digoyahkan oleh kepentingan pribadi
d) Learning to live together, membantu peserta didik memahami
perbedaan dan keuniukan, memahami dunia orang lain, dan
mampu bersikap secara terbuka dan toleran.
e) Learning to learn, menstimulasi peserta didik untuk terus
belajar dan mampu memaknai setiap peristiwa dan pengalaman
hidup.
f) Learning to love, membantu peserta didik untuk mencintai diri
sendiri, sesama, Tuhan dan Lingkungan, serta mampu
menghayati kebenaran dan kebijaksanaan ( Tarpin. 2008: 344-
345)
Ma‟arif (2007 : 105) menjelaskan pada era glonalisasi ini, kita
harus bisa menerima bahwa pembangunan manusia seutuhnya melalui
pendiidikan dan pelatihan dengan beragam jenis jenjang, sifat an
66
bentuknya yang merupakan proses yang tidak akan pernah selesai.
Pendidikan manusia Inndonesia seutuhnya diidealisasikan menjadi titik
puncak tercapainya pendidikan nasional yang hingga saat ini masih
menjadi dambaankita, kita sosok yang sebenarnya instrume utama untuk
menjalankan proses kemanusiaan dan pemanusiaan terus di sorot tajam
oleh masyarakat. Akhirnya mungkin kita masih pantas untuk menyatakan
bahwa kita menjadi amnusia dalam hal yang sesungguhnya.
Bagaiaman mungkin bisa menjadi manusia yang seutuhnya, jika
konsep pendidikan telah dipaksa untuk menuruti konsep development
kapitalis yang berati yang terelaborasi sedemikian rupa, demi memnuhi
kebutuhan industrialisasi. Kondisi tersebut sekarang diperparah dengan
kurikulum pendidikan (termasuk pendidikan Islam) yang diarahakan untuk
mendapatkan pekerjaan dan menghasilakn pendapatan yang besar. Kini,
pandangan umat manusia tentang nilai-nilai kemanusiaan telah bergeser
menuju sesuatu yang bersifat materialistik. Sehunga sangat wajar apabila
nilai-nilai tersebut hampir punah.
Tugas utama pendidikan aalah mengubah potensi dalam diri
manusia menjadi kemampuan dan keterampilan yang berdaya guna bagi
alam semesta. Dalam potensi intelektual misalnya, akan sia-sia bila hanya
disimpan di kepala. Potensi intelekyual menjadi berguna jika ia di ubah
melalui proses pendidikan misalnya menjadi penemuan ilmiah di berbagai
bidang. Dengan melihat berbagai kenyataan ini Abdullah Adi. Dkk ( 2006
: 61-62 ) menjelaskan, bahwa pendidikan Islam sesunggunya adalah solusi
67
bagi penyakit yang menimpa manusia modern. Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang dibangun atas dasar fitrah manusia, yang senantiasa
bertujuan menumbuhkan kepribadian total manusia secara seimbang
melalui latihan spritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan
tubuh manusia. Pendidikan Islam memotivasi semua aspek tersebut untuk
mencapai kebaikan dan kesemournaan hidup manusia.
Pendidian Islam yang berorientasi menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sebenarnya sudah terwujud dalam konsep Islam itu sendiri.
Dimana Islam sangat menghormati kedudukan manusia sebagai makhluk
yang memiliki martabat yang tinggi jika di bandingkan dengan makhluk-
makhluk Tuhan yang lainnya. mereka dibekali dengan karunia yang tak
ternilai harganya, di bekali kebebasan untuk memilih, untuk menaati atau
mengingkari perintah-Nya. Dengan demikian, diharapkan pendidikan
Islam dapat mengasah, dan mengoptimalkan segala fitrah dan potensi
dalam diri manusia untuk mewujudkan manusia yang ideal untuh,
humanis, dan unth untuk mencapai kebahagian hidup.
68
BAB III
PAPARAN DAN TEMUAN DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Smp Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
1. Sejarah dan Perkembangan
Keberadaan SMP Muhammadiyah 1 Program Khusus (PK) Boyolali
bermula dari kepedulian pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kec.
Boyolali untuk menghidupkan kembali sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang telah mati khususnya di Kecamatan Boyolali. Setelah tahun 2004
berhasil menghidupkan kembali SD Muhammadiyah 1 Boyolali yang
berubah nama menjadi SD Muhammadiyah Program Khusus Boyolali atas
dasar kebutuhan masyarakat yang sudah mulai sadar akan pentingnya
pendidikan agama sebagai pondasi utama perkembangan putra/putrinya,
Pada tahun 2009 tepatnya bulan April, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Kec. Boyolali menghidupkan kembali SMP Muhammadiyah 1 Boyolali
yang berubah nama menjadi SMP Muhammadiyah Program Khusus
Boyolali sebagai sekolah yang dipersiapkan untuk mewadahi lulusan dari
SD Muhammadiyah Program Khusus Boyolali.
Tetapi dalam perjalanannya, SMP Muhammadiyah Program Khusus
Boyolali selain jenis kekhususannya adalah sebagai sekolah full day dan
mengedepankan pendidikan akhlak, sebagaian besar siswa yang masuk
sekolah di SMP Muhammadiyah Program Khusus Boyolali adalah siswa-
siswa ari Sekolah Dasar regular/umum.
69
Hingga hari ini, SMP Muhammadiyah Program Khusus Boyolali selalu
bermetamorfosa menuju lebih baik dari segi sarana prasarana , manajemen
maupun pelayanan.
a. Visi
“Membentuk generasi Islami yang Cerdas, Berakhlakul Karimah,
Mandiri, Kreatif dan Terampil”
b. Misi
1. Mencetak Peserta Didik Cerdas,
2. Mencetak Peserta Didik Berakhlakul Karimah,
3. Mencetak Peserta Didik Mandiri,
4. Mencetak Peserta Didik Kreatif
5. Mencetak Peserta Didik Terampil
6. Menciptakan Pembelajaran yang terpadu dan Islami bagi peserta
didik
7. Mencetak Lulusan yang soleh, berprestasi, dan berkwalitas
Menyiapkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran yang memenuhi
Standard Mutu.
c. Tujuan Sekolah
Tujuan Pendidikan SMP Muhammadiyah 1 Program Khusus
Boyolali mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar, yaitu
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan akhlak
mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lanjut.
70
Sedangkan secara khusus, sesuai dengan visi dan misi sekolah,
tujuan SMP Muhammadiyah 1 Program Khusus Boyolali sampai
dengan empat tahun kedepan sampai dengan tahun pelajaran
2018/2019 dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada
TuhanYangMaha Esa yang diwujudkan dengan amalan ibadah
sholat dhuha secara ikhlas dan konsisten ditunaikan oleh seluruh
warga sekolah di awal jam pelajaran.
2. Meningkatkan kepribadian dan akhlakul karimah serta
keterampilan hidup untuk dapat hidup mandiri siswa diwujudkan
dengan pengembangan mata pelajaran ketrampilan yang
terintegrasi dengan kemampuan siswa menghasilkan karya yang
bernilai jual dan karya- karya siswa diperkenalkan pada
masyarakat sekitar dalam kegiatan Bazar Sekolah.
3. Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan siswa untuk
mengikuti pendidikan yang baik dengan terselenggaranya study
banding/outing class kesekolah maupun instansi terkait tentang
ilmu pengetahuan dan pendidikan setiap tahun.
4. Mengembangkan daya piker kritis siswa untuk menyiapkan
regenerasi yang mandiri, cerdas, dan berbu dipekerti yang santun
dengan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler dan Karya
Ilmiah Remaja.
71
5. Pemenuhan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
pembelajaran siswa dengan pengadaan peralatan TIK yang
memadai.
2. Letak Geografis
SMP Muhammadiyah Program Khusus Boyolali terletak di Jl.
Kemuning No. 32 Boyolali. Berada di dusun Pusung RT 4 RW 7
Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali. Secara letak
geografis, keberadaan SMP Muhammadiyah Program Khusus Boyolali
tergolong kondusif untuk diadakannya kegiatan pembelajaran karena
berada jauh dari jalan raya, tetapi mudah dijangkau karena jalan depan
sekolah dilewati oleh sarana angkutan umum.
3. Identitas Sekolahan
a. Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 1 Program
Khusus Boyolali
b. NPSN : 20351288
c. Alamat : Jl. Kemuning No. 32 Pusung, Kel.
Banaran, Kec. Boyolali Kab. Boyolali
d. No. Telp/HP : (0276) 322980/ 085867329901
e. Email : [email protected]
f. Nama Yayasan (bagi swasta) : Muhammadiyah
g. Nama Kepala Sekolah : Eka Purwatiningsih, S.Pd
h. No. Telepon/HP : 08567329901
i. Kategori Sekolah : SMP Reguler Terakreditasi
72
j. Tahun didirikan/Th. Beroperasi : 1953
k. Kepemilikan Tanah/Bangunan : Hak Milik Yayasan
Muhammadiyah
l. Luas Tanah/Status : 900 M2 / Hak Milik Yayasan
m. Luas Bangunan : 430 M2
4. Struktur Organisasi
a. Kepala Komite : H. Sudarno HS, M. Pd
b. Kepala sekolah : Eka Purwatiningsih, S. Pd
c. Kepala Tata Usaha : Maylani Ambarwati, S.Kom
d. Guru BK/BP : Eka Purwatiningsih, S. Pd
e. Wali Kelas VII : M.Yahuddin ND
f. Wali Kelas VIII : Drs. Kusmiadji
g. Wali Kelas IX : Sugiyanto
h. Dewan Guru : 1. Eka Purwatininsgih, S.Pd
2. Widi Puji Rahayu, S.Pd
3. Nugroho Edi Raharjo, S.Pd
4. Ratih Rosari, S.Pd
5. Bety Dwi Hapsari, S.Pd
6. Ery Sholichah, S.Pd
7. Dra. Siti Rahayu
8. Joko Triyanto, S.Kom, M.Pd
9. Nasihin Aziz Raharjo, S.Sos
10. Arief Samudiyanto, S.E
73
5. Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 01 Program
Khusus Boyolali adalah kurikulum yang berdasarkan kurikulum Diknas
dan ditambah dengan kurikulum pendidikan Depag. Selain itu, juga
ditambah dengan muatan lokal SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali serta kegiatan pengembangan diri, bakat dan minat. Kurikulum
tersebut dimodifikasi dari berbagai sumber dan disusun bersama oleh guru
melalui rapat kerja tahunan sekolah yang kemudian tersusunlah kurikulum
tingkat satuan pendidikan SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali. Kurikulum tersebut disusun dengan memperhatikan kebutuhan
lokal para pengguna jasa pendidikan SMP Muhammadiyah 01 Program
Khusus Boyolali menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan pendekatan Active Learning (AL) dengan dilengkapi
berbagai media pembelajaran baik visual maupun audio visual dan
berbagai laboratorium.
6. Keadaan Siswa
Keadaan siswa di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
sebagian berlatar belakang dari Panti Asuhan yang berada di bawah
naungan Ormas Islam yaitu Muhammadiyah. Dilihat dari kondisi di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali, bahwa sekolahan tersebut
mempunya jumlah siswwa sebanyak 55 siswa-siswi. Adapun jumlah
tersebut dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas 1 terdiri dari 15 siswa, kelas 2
terdiri dari 18 siswa, kelas 3 terdiri dari 22 siswa. Jumlah siswa di
74
sekolahan tersebut memnag tergolong sedikit, di bandingkan dengan
sekolah-sekolah lainnya yang berada di sekitar sekolahan tersebut.
7. Keadaan Guru dan Karyawan
Berdasarkan salah satu dokumen yang diberikan oleh Ibu Kepala
Sekolah SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali saat ini
tahun 2016/2017. SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
memiliki guru sebanyak 12 orang, semua guru yang mengajar di
sekolahan tersebut merupakan guru yang diangkat dari lembaga yang
menaungi sekolahan tersebut. Dilihat dari jumlah guru yang demikian
maka tugas seorang guru tidak hanya menjadi pendidik saja, namun juga
ada yang merangkap menjadi kepala Tata Usaha (TU) dan menjadi
Oprator Sekolah (OPS).
8. Saran dan Prasarana
Dalam melaksanakanproses belajar mengajar tidak lepas dari
fasilitas, dimana fasilitas tersebut dibutuhkan siswa untuk menunjang
tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
Adapun sarana prasarana yang yang dimiliki oleh SMP IT Nurul
Islam Tengaran utuk menunjang tercapainya tujuan belajar mengajar
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Sarana dan Prasarana
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
No. Jenis Jumlah
1. Ruang Teori Kelas 3 Ruang
75
2. Lab. IPA Belum ada
3. R. UKS 1 Ruang
4. R. BP/BK 1 Ruang
5. R. Kepala Sekolah 1 Ruang
5. R. Guru 1 Ruang
6. R. TU 1 Ruang
7. Kamar mandi/WC Guru 1 Ruang
8. Kamar mandi/WC Siswa 1 Ruang
11. Gudang 1 Ruang
12. R. Ibadah 1 Masjid
16. Kantin Belum ada
19. Lapangan 1 tempat
20. Parkir Motor 1 Tempat
Sumber: Dokumentasi SMP Muhammadiyah 01 PK
B. Temuan Data
1. Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Sekolah SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus ini adalah
sekolah yang peduli akan nasib putra putri penerus bangsa yang memiliki
nasib kurang baik. Oleh karena itu, program khusus di SMP ini buka
program khusus yang seperti sekolah lainnya, berupa hafidz qur‟an,
murotal al qur‟an, dan yang lainnya. Program khusus di sekolah ini adalah
76
upaya memberbaiki perilaku, karakter dan mental peserta didik agar bisa
bersaing sama dengan peserta didik dari sekolah manapun.
Konsep humanisme di tataran suatu pendidikan, beranggapan
peserta didik harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan peserta
didik yang lain tanpa melakukan diskriminasi satu sama lain. Harus
terpenuhi hak dan kewajibannya dan memperlakukan selayaknya manusia.
sebelum membahas lebih jauh mengenai penerapan konsep humanisme
dalam pendidikan. Seyogyangya kita harus mengetahui pengertian konsep
humanisme. Pengertian konsep humanisme menurut ibu EP Selaku kepala
sekolah adalah:
“menurut saya humanisme memanusiakan manusia dengan sesuai
kebutuhannya. Karena setiap orang mempunya kebutuhan yang berbeda-
beda maka cara memanusiakan orangpun juga berbeda-beda” (Wawancara
Ibu EP pada tanggal 05-05-2017).
Sama halnya dengan ibu EP, bapak YHD pun berpendapat bahwa
humanisme:
“sepengetahuan saya ya mas, humanisme itu adalah suatu konsep yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi potensi
dirinya dan kemampuannya serta bakatnya untuk mencapai tujuan hidup
yang sesungguhnya” (Wawancara bapak YHD pada tanggal 05-05-2017)
Pernyataan yang samapun juga di ungkapakn oleh ibu WPR, selaku
guru agama Islam:
“Konsep humanis adalah konsep yang mengandung unsur kemanusiaan.
Yang memanusiakan manusia karena manusia memiliki kompetensi.” (Wawancara Ibu WPR pada tanggal 05-05-2017).
Pemahaman mengenai konsep humanisme sebenarnya sudah sangat
benar, yaitu konsep yang membahas mengenai manusia. Dengan
77
bermodalkan pemahaman tersebut sekolah ini berusaha untuk menerapkan
konsep humanis dalm pembelajaran, khususnya pembelajaran pendidikan
agama Islam. Seperti yang di sampaikan oleh Ibu EP:
“Sudah, wujud penerapannya berupa melatih siswa untuk menjadi lebih
mandiri, bertanggung jawab, menghargai orang lain, dan yang lainnya. Itu
semua di wujudkan dalam perilaku sehari-hari berupa mengerjakan tugas
mandiri, mengerjakan PR mandiri, dan selalu memberikan perhatian dan
nasihata atas apa yang di lakukan siswa”. (Wawancara Ibu EP pada tanggal
05-05-2017).
Melatih siswa untuk bertanggung jawa, mandiri dan menghargai
perbedaan, merupak indikator humanisme yang sebenarnya. Dengan kata
lain sekolahan ini sudah menerapkan konsep humanis dengan benar. Selain
siswa di ajari untuk bertanggung jawab, mandiri dan menghargai sesama
manusia siswa juga di ajari untuk berfikir aktif dan percaya diri. Seperti
yang di sampaikan oleh bapak KSJ:
“wujud penerapannya adalah dengan memberikan kebebasan kepada siswa
untuk selalu aktif dan kreatif di dalam pembelajaran dan selalu menghargai
pendapat orang lain”(wawancara bapak KSJ pada tanggal 05-05-2017).
Pada dasarnya dalam konsep humanisme memuat enam indikator
tolak ukur pencapaian konsep humanisme. Diantaranya adalah: akal sehat,
pengetahuan yang tinggi, menuju kemandirian, pluralisme, mementingkan
fungsi daripada simbol, dan keseimbangan antara reward dan punishmant.
Di sekolah ini pada dasarnya sudah menerapkan keenam indikator
tersebut. Sebagaimana di katakan oleh ibu WPR:
“ya, di sekolah ini sudah menerapkan konsep humanis, dengan
mengajarkan siswa untuk mandiri, percaya diri, bertanggung jawab, saling
menghormati dan lainnya, adalah upaya penerapan konsep
humanis”(wawancara ibu WPR pada tangga 05-05-2017)
78
Penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran tidak akan
menemui hasil yang di inginkan jika tidak di lakukan dengan perbuatan
yang nyata. Maka dari itu di sekolah ini banyak kegiatan yang
mencerminkan dari masing-masing indikator humanisme. Seperti yang di
katakan bp SGY:
“ setau saya, anak-anak setiap pagi di ajak untuk melaksanakan solat
dhuha berjamaah. Dan siangnya melaksanakan solat dzuhur berjamaah. Itu
semua adalah rangkaian agar anak bertanggung jawab atas kewajibannya”
(wawancara bpk SGY pada tangga 05-05-2017)
Tidak hanya melaksanakan solat wajib dan solat sunah, namun
anak-anak yang melakukan pelanggaran seperti datang terlambat,
mencoret-coret dinding dan membuat gaduh di kelas juga mendapatkan
hukuman. Hukuman tersebut adalah upaya guru agar siswa bertanggung
jawab atas apa yang di perbuatnya. Seperti yang di kemukakan oleh ibu
WPR:
“Iya, seyogyanya reward dan punishmen selalu di gunakan dalam
pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran PAI. Karena dari tujuan di
berikan reward dan punishmen itu adalah wujud apresiasi dari apa yang di
lakukan peserta didik. Namun reward dan punishmen itu juga harus yang
mendidik. Misalanya di sekolah ini reward berupa pemberian bintang dan
cendramata bagi siswa yang berprestasi agar semakin meningkatkan
prestasinya. Dan punishmennya adalah berupa pemberian tugas atau
tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.” (wawancara ibu WPR
pada tangga 05-05-2017)
Selain siswa di ajarkan diajarkan untuk bertanggung jawab dengan
apa yang di lakukannya. Anak juga di ajak untuk mandiri. Misalnya
seperti yang di sampaikan oleh bapak KSJ:
79
“Adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis problem solving,
dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah dengan caranya
sendiri” (wawancara bapak KSJ pada tangga 05-05-2017)
Sejalan dengan bapak KSJ, siswa yang bisa melakukan tugasnya
dan memecahkan masalahnya sendiri termasuk siswa yang tidak
bergantung pada orang lain. Supaya kemandirian tersebut tidak
menimbulkan sikap individualis, maka harus di barengi dengan
penggunaan akal sehat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Seperti
yang di kemukakan ibu WPR:
“ya, menurut saya akal sehat sangatlah penting dalam kehidupan karena
akallah yang membedakan kita dengan hewan, dengan akal kita bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk”. (wawancara bapak
KSJ pada tangga 05-05-2017)
Namun, semua yang ada di muka bumi ini tidak semuanya bisa di
fikirkan dengan akal, ada juga yang tidak bisa di fikirkan dengan akal.
Seperti yang di sampaikan ibu WPR
“Tidak selalu, karena dalam materi Pendidikan agama Islam ada yang
tidak bisa di rasionalkan. Seperti Allah itu seperti apa, malaikat itu
wujudnya bagaimana, dan seperti apa wujud pahala dan dosa. Maka dari
itu, tidak semua dalam pembelajaran agama islam bisa di rasionalkan.
Namun di ganti dengan perumpamaan. Dan sebab akibat yang di
timbulkan dari suatu perbuatan” (wawancara Ibu WPR pada tangga 05-05-
2017)
Jadi, keistimewaan belajar agama Islam adalah di situ, tidak bisa di
rasionalkan tapi harus diyakini dan diterapkan dalam kehidupan kita.
Selanjutnya, agar siswa bisa memahami ajaran-ajaran yang ada dala agama
Islam dan terimplementasikan dengan konsep humanisme adalah dengan
mendiskusikan materi pembelajaran. Seperti yang di tuturkan oleh ibu
WPR:
80
“Dengan menerapkan berbagai indikator konsep humanis yang di kaitkan
dengan indikator pendidikan agama Islam. sebagai contoh di adakannya
kegiatan sholat dhuha berjama‟ah, konseling (pembinaan), Diskusi
bersama, pendampingan terhadap siswa-siswi.” (wawancara Ibu WPR
pada tangga 05-05-2017)
Dengan diskusi siswa akan lebih berani mengemukakan pendapat
dan memupuk rasa percaya diri pada diri siswa. Seperti yang di sampaikan
KSJ:
“Dengan guru sebagai fasilitator bagi anak-anak. Jadi guru memfasilitasi
untuk anak-anak yang bertanya. Dengan seperti itu akan menumbuhkan
keberanian anak untuk berpendapat” (wawancara bapak KSJ pada tangga
05-05-2017)
Sejalan dengan apa yang di sampaikan bapak KSJ, bapak SGY pun
berpendapat:
“Dengan menggunakan metode pembelajaran contohnya diskusi,
merupakan penerapan konsep humanis dalam pembelajaran. Karena anak
di ajari untuk saling bertukar pendapat dan berfikir bersama” (wawancara
bapak SGY pada tangga 05-05-2017)
Penulis dapat menggaris bawahi bahwa yang telah dilaksanakan
oleh pihak sekolah tersebut, semua itu benar adanya dan benar-benar di
terapkan guna menerapkan konsep humanis dalam pembelajaran.
2. Faktor Pendukung Implementasi Konsep Humanisme dalam
Pembelejaran Pendidikan Agama Islam
Konsep humanisme yang diterapkan oleh guru dapat berhasil tidak
lepas dari adanya faktor pendukung. Faktor tersesbut dapat berasal dari
faktor internal siswa maupun faktor eksternal siswa itu. Bahkan konsep
humanisme yang diterapkan oleh guru dapat juga tidak berhasil karena
adanya faktor penghambat.
81
Beberapa faktor pendukung dalam menerapkan konsep humanis
dalam pembelajaran pendidikan islam itu diantaranya adalah dari faktor
pola fikir siswa. Pola fikir siswa terutama semanagat berfikir dan kemauan
berfikir mengikuti perkembangan zaman adalah suatu faktor pendukung
yang harus di miliki siswa untuk mengembangkan konsep humanisme
dalam pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
maju, jika siswa tidak mengikutinya dengan baik maka mereka akn
tertinggal dengan zaman semakin maju ini.. Hal itu sesuai dengan
ungkapan kepala SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali EP:
“Dengan adanya kemauan anak untuk maju, kemauan anak untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dan di dukung oleh semangat guru maka
anak tidaka akan tertingggal dengan kemajuan zaman sekarang ini,
mungkin itu menjadi faktor pendukung tersendiri agar penerapan konsep
humanis lebih mudah di terapkan” (wawancara Ibu EP pada tangga 05-05-
2017)
Pernyataan di atas di perkuat dengan pernyataan ibu WPR selaku
guru agama Islam:
“Adanya semangat siswa untuk belajar merupakan faktor
pendorong utama untuk di terapkannya konsep humanis di dalam
pembelajaran” (wawancara Ibu EP pada tangga 05-05-2017)”
Faktor pendukung untuk menerapkan konsep humanisme dalam
pembelajaran agama Islam yang paling sesuai dengan konsep kemanusiaan
adalah faktor yang berasal dari komite sekolah. Karena apabila komite
sekolah memperhatikan keberlangsungan kegiatan pembelajaran dan
kegiatan ekstrakulikuler atau yang lainnya di sekolah tersebut, mungkin
akan ada nilai tambah tersendiri bagi pihak sekolah. Mungkin karena di
rasa di perhatikan pihak sekolah akan lebih mengemabangkan kualitas dan
82
kauntitas sekolah melalui penerapan konsep humanisme yang lebih baik
lagi. Seperti yang di kemukakan oleh ibu kepala sekolah, EP ;
“Adanya perhatian dan dukungan dari wali murid ataupun komite dengan
wujud memperhatikan kemajuan sekolah dan kemajuan siswa, dan
memberikan kontribusinya berupa bantuan materi maupun nonmateri”
(wawancara bapak YHD pada tangga 05-05-2017)
Pernyataan diatas selaras dengan pernyataan bapak KSM selaku
wali kelas VIII.
“Adanya perhatian dari komite sekolah untuk membantu kelancaran proses
belajar mengajar juga memperngaruhi dalam penerapan konsep
humanisme dalam pembelajaran” (wawancara bapak KSM pada tangga
05-05-2017)
Berbagai hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor pendukung dalam menerapkan konsep humanisme dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam diantaranya yaitu dari pribadi siswa
atau internalnya berupa, adanya kemauan berfikir maju dan berfikir
mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan faktor eksternalnya atau
faktor dari sekolah adalah adanya perhatian komite dan dukungan komite
dalam kegiatan pembelajara khususnya pembelajaran pendidikan agama
Islam.
3. Faktor Penghambat dalam Penerapan Konsep Humanis dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam penerapan konsep humanisme pada pendidikan agama
Islam diatas tadi adanya faktor pendukung untuk mempermudahkan
seorang pendidik untuk menerapkan konsep humanisme pada siswa lewat
pembelajaran pendidikan agama Islam. Tentunya pada saat menerapkan
83
konsep humanis, seorang pendidik mengalami kesulitan atau menemukan
faktor penghambatnya.
Faktor penghambat itu juga dapat datang dari dalam diri pendidik
maupun dari lembaga pendidikan atau sekolah. Faktor dari diri sendiri
antaranya kurangnya pemahaman mengenai konsep humanisme.
Sedangkan faktor yang berasal dari lembaga pendidikan adalah kurangnya
jumlah guru atau pendidik agama Islam dan kurangnya sarana dan
prasarana yang mendukung terselenggaranya pembelajaran pendidikan
yang baik dan sesuai yang di inginkan konsep humanisme yang ada. Hal
seperti sesuai dengan yang di paparkan oleh kepala madrasah yaitu ibu EP:
“Faktor prnghambat antara lain kurangnya sarana dan prasarana untuk
mengembangkan konsep humanisme tersebut. Misalnya kurangnya ruang
untuk pembinaan” (wawancara ibu EP pada tangga 05-05-2017)
Selain ibu EP yang menyampaikan seperti itu, ibu guru agama
Islam, ibu WPR pun memamaparkan hal yang sama:
“Kurangnya guru agama Islam yang berada di sekolah dari pagi, karena
kebanyakan guru-guru di SMP muhammadiyah adalah Guru yang
mengampu lebih dari satu sekolah yang dimana untuk memenuhi jam
mengajar. Dan juga Sarana dan prasarana yang kurang memenuhi untuk
pembelajaran. Di sekolah ini hanya terdapat gedung kelas dan mushola.
Musholapun harus bergantian dengan SD Muhammadiyah. Dan yang
lainnya adalah perlengkapan pembelajaran. Seperti LCD, Proyrktor yang
masih sedikit jumlahnya.” (wawancara ibu WPR pada tangga 05-05-2017)
Beberapa hasil dari wawancara diatas penulis dapat menggaris
bawahi bahwa faktor penghambat untuk menerapkan konsep humanisme
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam berasal dari faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsikya yaitu berupa kurangnya pemahaman konsep
84
humanis. Dan faktor ekstrinsiknya adalah kurangnya jumlah guru dan
kurangnya sarana dan prasarana.
Penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran pendidikan agama
Isalam ini daapt dilihat hasillnya melalui beberapa kegiatan dengan cara guru
memantau dari kejahuan perilaku dan perbuatan siswa selama siswa masih
berada di lingkungansekolah. Pihak sekolah menbuat strategi atau cara agar
siswa selalu berperilaku positif dan menerapkan konsep humanisme yang di
sampaikan oleh guru di kelas dengan perbuatannya. Penerapan konsep
humanisme tersebut di aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari melalui
kegiatan sholat dhuha berjama‟ah, solat dhuhur berjama‟ah, menyapa
bapak/ibu guru setiap bertemu dan membaca al qur‟an.
Selain itu, juga anak-anak diharapkan dapat menumbuhkan sikap
kemandiriannya melalui perbuatan berupa mengerjakan tugas, bertanggung
jawab setiap perbuatannya,dan juga menghargai sesama kawannya tanpa
melihat latar belakang dan stata sosialnya. Namun, jika semua itu hanya
mengandalakan beberapa guru saja tanpa adanya dukungan dari berbagai
pihak maka konsep humanis tersebut tidak akan teraplikasikan dengan baik.
85
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Humanisme Dalam Pembelajaran Agama Islam
Konsep humanisme adalah suatu konsep yang membahas mengenai
manusia, yang meliputi tujuan hidup manusia, hak dan kewajiban manusia,
serta potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia. dalam tataran pendidikan
Islam konsep humanisme dsangat di junjung tinggi, karena konsep
humanisme sangat berkaitan erat dengan agam Islam yang menganggap
manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, di
bandingkan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Dengan adanya
konsep humanisme hak dan kewajiban manusia bisa lebih di perhatikan oleh
manusia yang lainnya. Sama halnya dengan potensi manusia, mungkin jika
konsep humanisme ini tidak diterapkan dalam pembelajaran maupun
pendidikan, manusia tidak akan bisa mengembangkan potensi yang milikinya.
Pada dasarnya potensi manusia sangatlah banyak, sampai-sampai
Allah menunjuk dan menjadikan manusia sebagai khalifatul fil ardhi
(pemimpin dimuka bumi). Itu semua adalah salah satu bukti bahwa manusia
mempunyai sebuah potensi yang dibawa sejak lahir, yang bila dikembangkan
secara benar bisa bermanfaat bagi sekelilingnya. Yang tidak menutup
kemungkinan juga menimbulkan kerugian.
Dalam penerapan konsep humanisme juga harus memperhatikan
acuan yang di gunakan, atau sering di sebut dengan indikator konsep
humanisme. Indikator tersebut berguna untuk menjadikan dasar seorang guru
86
dalam menerapkan konsep humanisme dalam pmebelajaran, khususnya disini
pembelajaran pendidikan agama Islam. indikator tersebut meliputi: akal
sehat, kemandirian, pengetahuan yang tinggi, pluralisme, mementingkan
fungsi daipada simbol, dan keseimbangan antara reward dan punishmen.
Akal sehat, adalah suatu alat rohaniah yang berguna untuk berfikir,
menganalisis dan menyimpulkan sesuatu hal, masuk dalam kategori baik atau
dalam kategori buruk. Manusia dibedakan dengan makhluk-mahkluk yang
lainnya dari ciptaan Allah adalah juga dari akal. Sehingga manusia adalah
makhluk Allah yang paling sempurna, yang memiliki akal, hawa nafsu dan
perasaan. Dengan akal pula manusia akan di angkat derajatnya oleh Allah,
karena akal yang di manfaatkan dengan sebaik-bainya dan sesuai ajaran Allah
SWT akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat.
Kaitanyya dengan pendidikan agama Islam, ada pembelajaran dalam
pendidikan agama Islam yang bisa di fikirkan dengan akal/rasio dan ada juga
yang tidak. Contohnya seperti, wujud Allah, wujud pahala, wujud dosa, dan
seterusnya. Itu semua adalah hal-hal abstrak,yang tidak bisa mengetahu
bagaimana wujud nyatanya. Namun, hal-hal yang tidak bisa kita cerna dengan
akal tersebut dapat kita qiyaskan dengan hasilnya, karena suatu hasil tidak
akan ada jika tidak ada perbuatan/usaha. Contohnya: kita bersedekah kepada
pengemis Rp. 500,-, sesuai janji Allah SWT akan di ganti menjadi 700 kali
lipat, tanpa kita sangka, kita mendaptkan rejeki di kemudian hari lebih banyak
dari itu, bahkan beribu-ribu kali lipat. Jadi dapat kita tarik kesimpulan,
87
sesuatu hal yang tadinya tidak bisa kita ketahui wujudnya, pada saatnya nanti
akan kita ketahui wujudnya dalam bentuk yang berbeda-beda.
Indikator yang kedua adalah kemandirian, kemandirian adalah bekal
yang utama yang harus ditanamkan pada pribadi peserta didik. Dengan
kemandirian peserta didik tidak akan mudah tergantung dengan orang lain,
tidak mudah putus asa, dan berusa dengan kemampuannya terlebih dahulu.
Kemandirian ini akan berjalan seimbang dengan dimilikinya pengetahuan
yang tinggi oleh peserta didik. Pengetahuan yang tinggi tersebut akan didapat
siswa jika siswa bisa memahami fungsi daripada simbol, maksutnya adalah
belajar tidak harus di bangku sekolah atau di dalam kelas, belajar bisa
dilaksanakan dimana saja. Misalnya dengan memahami alam sekitar kita juga
termasuk belajar, dengan ikut dalam suatu organisasi di sekitar tempat tinggal
kita juga belajar. Berarti jika kita bisa memanfaatkan kejadia-kejadian yang
terjadi di sekeliling kita dengan benar, kemungkinan besar kita bisa belajar
kapanpun dan dimanapun.
Jika memang pembelajaran dilaksanakn didalam kelas, maka
pembelajaran itupun harus di sangkut pautkan dengan kejadian sehari-hari
yang dialami siswa. Karena dengan pendidik menyangkut pautkan
pembelajaran dengan kegiatan atau kejadia sehari-hari yang dialami oleh
siswa, maka materi yang disampaikan itu akan mudah di cerna dan di
aplikasikan oleh siswa dalam kehidupannya. Dan tujuan kita agar ssiswa
meniru apa yang kita sampaikan akan tersalurkan dengan baik. Di SMP
Muhammadiyah ini kemandirian siswa bisa tercermin dari tingkahlaku siswa,
88
diantaranya: merapikan tempat duduk, mengerjakan ulangan dengan baik,
berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri dulu. Karena anak-anak di SMP
Muhammadiyah ini juga tinggal di panti asuhan, mereka pun terbiasa
melaksanakan apa-apa sendiri. Ini mempermudah pendidik dalam
menerapkna konsep humanisme dalam indikator kemandirian. Tinggal
bagaimana guru mengkreasi pengetahuan-pengetahuan yang ada di luar sana
bisa dicerna dengan mudah oleh anak-anak SMP Muhammadiyah ini.
Oleh karena itulah, sebagai pendidik selain memahami akan ilmu
pedagogik, juga harus menguasai bagaiman caranya menata siswa agar kaut
dan siap mengghadpai masa depannya. Pengetahuan yang tinggi dan
kemandirian akan berjalan beriringan, karena dengan pengetahuan yang tingi
sikap atau sifat kemandirian dalam diri siswa akan muncul dengan sendirinya.
Sebagai contoh, jika siswa diberikan keleluasaan untuk berekspresi mungkin
pengetahuan-pengetahuan yang baru akan di temukannya. Dan dari
pengetahuan tersebuat siswa akan mencoba-coba hal baru juga. Mencoba hal-
hal yang baru tersebut pastinya dilaksanakn secara mandiri atau sendiri.
Setelah kemandirian itu muncul dari dalam diri siswa akibat di
dapatkannya pengetahuan yang baru, maka sebagai pendidik kita harus juga
menerapkan sikap pluralisme atau saling menghormati dan saling memhami
antar perbedaan yang ada. Apalgi di SMP Muhammadiyah ini banyak sekali
perbedaan, ntah dari perbedaan latar belakang, strata sosial, keturunan,
financial, dan yang lainnya. Sudah sewajarnyalah kita harus saling
menghormati dan memahami perbedaan itu.di SMP Muhammadiyah
89
pluralisme sangat terjalin dan teraplikasikan dengan baik. Tanpa melihat latar
belakang keluarga, ras, dan suku siswa-siswa disini bersahabat dengan baik
tanpa ada diskriminasi. Sama halnya dengan guru-guru disini, dalam
memberikan pengajaran guru tidak pernah membeda-bedakan murid dengan
murid yang lainnya.
Setelah pluralisme atau sikap saling menghormati tersebut muncul dan
bisa di aplikasikan oleh siswa-siswa di SMP Muhammadiyah 01 Program
Khusus boyolali ini, maka guru-guru disisni akan memberikan hadiah atau
reward serta hukuman atau punishmen bagi siswa-siswa yang taat akan aturan
dan bagi siswa yang melanggar. Atau dalam konsep humanisme dikenal
dengan isitilah keseimbangan antara reward dan punishmen. Dalam
lingkungan SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali ini reward dan punihment
telah di aplikasikan secara seimbang. Misalnya, bagi anak yang mendapat
nilai bagus dan taat akan segala peraturan yang ada atau bahkan yang telah
mengharumkan al mamater sekolah ini, maka akan mendaoatkan hadiah, bisa
berupa alat tulis, peralatan sekolah, bahkan uang. Namun, bagi yang
melanggar juga mendapatkan hukuman, hukuman ini adalah hukuman yang
medidik,untuk pemberian hukuman itu mengikuti kebijakan dari bapak atau
ibu guru yang bersangkutan. Namun, jika anak yang berusaha memperbaiaki
kesalahannya dan menyesal serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi,
anak tersebut juga akan mendapatkan hadiah atas usahanya. Disinlah
keseimbangan antara hadiah dan hukuman mulai nampak. Ada perhatian
90
khusus bagi setiap anak, baik yang berperilaku baik, buruk atau yang
berusaha meperbaiki keburukan atau kesalahannya.
B. Konsep Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Isalm
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali adalah lembaga
pendidikan yang berada dalam naungan organisasi Islam Muhammadiyah.
Sudah pasti jelas pembelajaran agamanya lebih baik dan tentunya menjadi
makanan sehari-hari. Dalam Islam, untuk mempelajari nya mempunyai tiga
aspek inti yang harus di fahami terlebih dahulu, yaitu:Iman (Aqidah), Islam
(Syariah), Ihsan (akhlak atau perbuatan). Di sekolahan ini tentunya sudah
sangat memhami tentang ketiga hal tersebut, karena terlepas dari sekolah
yang berlatar belakangkan Islam siswanyapun juuga beragama islam semua.
Maka akan lebih baik dan mudah untuk menerapkan tiga konsep dasar islam
ini dalam Pendidikan Agama Islam.
Keimanan, siswa-siswi yang berada dilingkungan ini seyogyanya
memahami tentang keimanan. Yang lebih mudah untuk memahami keimanan
setaraf SMP adalah melalui rukun Iman yang enam. Yaitu iman kepada
Allah, iman kepada malaikat, iman kepada rasulullah, iman kepada kitab
Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir.
Keimanan hanya bisa di yakini dengan hati di katakan dengan lisan
dan di amalkan dengan perbuatan. Jika di integrasikan dengan konsep
humanisme, masuk dalam indikator akal sehat. Karena yang namanya
keimanan tidak bisa ketahu wujud konfkridnya. Dengan kata lain hanya bisa
kita rasakan dan fahamai. Di SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali ini,
91
sebagaui wujud keimanan manusia dengan sang pencipta (ALLAH SWT)
yaitu melalui kegiatan sholat dhuha berjamaah, yang dilaksanakan setia pagi
menjelang pelajaran di mulai, sholat dzuhur berjamaah. Dan membaca al
qur‟an. Itu semua merupakan wujud dari keimanan kepada Allah dan kitab-
kitabnya.hal lain yang di lakukan oleh siswa-siswa untuk menerapkan
keyakinan tersebut daalm kegiatan sehari-hari adalah selalu berbuat baik dan
selalu merasa mereka di awasi. Dengan begitu siswa akan berusaha
berperilaku sebaik-baiknya. Karena setiap perbuatan buruk sekecil apapun
akan di ganjar oleh Allah SWT.
Dengan di terapkannya perilaku sedemikian tadi oleh para siswa, guru
akan lebih mudah dalam mengarahkan siswa agar selalu dijalan Allah, selalu
menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah
SWT.
Setelah keimanan tersebut bisa teraplikasikan dengan baik maka
selanjutnya adalh keimanan (syariah) menurut bahasa adalah peraturan-
peraturan yang harus di taati dalam agama Islam bagi pemeluk agam Islam.
peraturan-peraturan yang di terapkan dalam Agama Islam, tidak terlepas dari
kitab suci Al Qur‟an, karena di dalam Al Qur‟an semua peraturan-peraturan
bagi umat Islam sudah tertera dengan jelas. Manusia tinggal
melaksanakannya.
Di SMP Muhammadiyah 01 ini cara menerapkan peraturan-peraturan
atau hukum-hukum Islam tersebut dengan melalui pembelajaran agam Islam
dalam mata pelajaran fiqih. Melalui mata pelajaran ini hukum-hukum Islam
92
dari mulai bersuci atau thaharah, zakat, sodaqoh, puasa di jelaskan di situ.
Pembeljaran ini jika di integrasikan dengan kontekstualisme atau
mementingkan fungsi daripada simbol. Dengan cara menyampaiakan
pembelajaran fiqih atau hukum-hukum Isalm tersebut dengan di kaitkan
dalam kegiatan sehari-hari maka siswa akan lebih memahaminya dengan
cepat. Dan untuk pengaplikasiannya sendiri juga akan mudah, karena siswa
tinggal menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalanya, di SMP
Muhammadiyah ini saat puasa tidak sama dengan pemerintah, lantas ketidak
samaan tersebut tidak harus menjadi polemik, tapi harus di fahamai.
Perbedaan penentuan tanggal 1 Romadhon ada dua cara, yaitu hilal dan hisab.
Yaitu di lihat dan di hitung, kalau kita orang awam sudah bisa di prediksi
bahwa metode tersebut jelas berbeda. Pasti akan lebih yang di hitung karena
itu pasti. Jadi yang namanya perbedaan tidak selalu menjadikan polemik jika
kita memahami secara benar dan berdasar.
Sama halnya dengan siswa SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali.
Mereka puasa dahulu tidak sama dengan pemerintah, tapi mereka mengetahui
dasarnya. Maka pembelajaran akan lebih mudah jika di terapkan dengan
kegiatan sehari-hari.
Setelah syariah di pahami dan keimanan di tanamkan dalam hari siswa
dan gurunya khususnya, maka sekarang tinggal bagaiman berbuat dan
bertingkah laku sesuai perintah Allah SWT. Dalam bertingkah laku tentunya
ada tataran dan batasan yang harus diperhatikan. Tidak langsung berbuat
semaunya. Seyogyanya sebagai manusia yang berakhlak dan beragama kita
93
harus bertingkahlaku yang sesuai dengan pedoman yang ada atau aturan yang
ada. Sesuai dengan siswa-siswi SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus
Boyolali. Dengan menanamkan perasan bahwa kita selalu di awasi hisup di
dunia ini dan akan mendapatkan balasan bagi amal perbuatan kita baik
maupun buruk, akan menjadikan kita pribadi yang soleh danselalu berada di
jalan yang benar.
C. Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali adalah sekolah
menengah pertama yang bisa dikatakan berbasis agama Islam, karena
sekolahan tersebut berada di bawah naungan organisasi Islam
Muhammadiyah. Karena berada di bawah naungan organisasi Islam, maka
pendidikan agama Islamnya pun juga tak kalah dengan sekolah-sekolah lain
yang berbasis agama Islam. Yang membuat sekolahan ini sedikit istimewa
dengan sekolah lainnya adalah banyaknya siswa yang bersekolah di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali berasal dari keluarga yang
kurang beruntung, seperti anak dari panti asuhan, anak yatim piatu, anak dari
keluarga broken home dan anak jalanan. Dalam tatanan pendidikan, tidak
boleh membeda-bedakan siswa baik dari segi apapun, siswa harus
memperoleh haknya sebagai peserta didik dan diperlakukan sebagai manusia
seutuhnya, yang terpenuhi akan hak dan kewajibannya.
Dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban peserta didik, maka SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali ini menerapkan konsep
94
humanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Konsep humanis yang
diterapkan di sekolah ini memili enam indikator sebagai tujuan suapya
penerapan konsep humanisme ini teraplikasikan dengan benar. Keenam
indikator tersebut adalah: akal sehat, pengetahuan yang tinggi, menuju
kemandirian, tanggung jawab, pluralisme (saling menghargai dan
menghormati, mementingkan fungsi daripada simbol, dan keseimbangan
antara reward dan punishman.
Sama halnya dengan konsep humanis, pendidikan agama Islam pun
juga mempunyai indikator sebagai tujuan pembelajarannya. Indikator
pendidikan agama Islam meliputi: Iman (akidah), Islam (Syariah), Ihsan
(Akhlak).
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan kemudian peneliti simpulkan
bahwasanya di dalam Implementasi Konsep Humanisme Dalam Pendidikan
agama Islam dapat di terapkan melalui beberapa kegiatan. Dimana dalam
penelitian ini dibuktikan melalui beberapa kegiatan yang di lakukan setiap
hari dalam proses belajar mengajar.
a) Diskusi
Diskusi adalah suatu metode yang biasanya digunakan oleh sebagian
besar pendidik untuk meningkatkan keberanian dan keaktifan serta
kepercayaan diri siswanya. Karena melalui diskusi tersebut biasanya
siswa di tuntut untuk berani mengeluarkan pendapatnya dan
mempertanggungjawabkannya. Guru/pendidik disini hanya berposisi
sebagai fasilitator, yang apa bila menemui kendala atau kesulitan dalam
95
menentukan pilihan guru memberikan acuan untuk di sepakati bersama.
Ini semua, sesuai dengan indikator humanisme. Yaitu Diskusi yang
dilakukan pelajar di setiap kesempatan yang ada pada waktu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, melatih anak untuk berfikir dan
menyampaikan ide maupun gagasan mereka kepada orang lain. Dengan
arena diskusi yang tidak hanya terdiri dari pelajar saja, akan tetapi para
pendamping yaitu guru juga ikut di dalamnya. Mereka akan bisa bertukar
pendapat antara satu dengan yang lain. Materi keagamaan yang disajikan
sebagai pokok pembahasan diskusi juga bervariasi, mulai materi
mengenai ibadah yang meliputi solat dan puasa, zakat, tanda-tanda hari
kiamat dan materi yang meliputi pendidikan Islam seperti keimanan dan
aturan atau hukum dalam agama Islam.
b) Pendampingan siswa
Pendampingan terhadap siswa di terapkan si sekolah ini, untuk
membantu siswa memcahkan masalah yang dihadapi. Adanya
pendampingan kepada siswa ini juga tak lepas dari tujuan humanisme
yaitu memanusiakan manusia. dengan memberikan mendampingi siswa
dalam memcahkan masalah maka siswa akan merasa di perhatikan oleh
guru. Dengan keberadaan pendamping yang berfungsi sebagai fasilitator,
maka keputusan pun diserahkan kepada siswa. Akan tetapi jika terjadi
kebuntuan maka pendamping akan memberikan sedikit jawaban sebagai
rangsangan (stimulant) untuk mempertajam analisa siswa dalam
memcahkan masalah.
96
Pendampingan disini selain bertujuan untuk membantu siswa
memecahkan masalah yang sedang di hadapinya,, juga bermaksut untuk
mendampingi siswa agar siswa mau semangat untuk belajar. Karena dari
semangat untuk belajar itulah nantinya siswa akan memulai berfikir
postif, kreatif dan berfikir mengikuti perkembangan zaman. Adanya
pendampingan juga untuk membuktikan bahwa seluruh siswa di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali ini diperhatikan oleh guru.
Dengan cara seperti itu siswa akan lebih semangat dalam belajar dalam
mencari ilmu.
c) Pembinaan (konseling)
Melalui pembinaan ini, para guru dapat mengetahui secara detail
dan mendalam persoalan maupun kesulitan yang di hadapi oleh siswa.
Pemahaman tentang persoalan yang di hadapi oleh siswa akan
mempermudah pendamping untuk memberikan masukan atau nasihat
untuk menentukan langkah-langkah terkait pemecahan masalah yang di
hadapinya.
Pembinaan yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali ini dirasa sangat perlu dilakukan. Karena anak
berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan karakter anak yang
berbeda-beda. Untuk memudahkan guru dalam mengatur anak dan
memperbaiki karakter anak maka pembinaan ini dirasa perlu dilakukan
oleh pihak sekolah.
97
Dalam melaksanakan pembinaan guru tidak langsung memnaggil
siswa, tidak seperti momok dahulu bahwa kalo di adakan pembinaan pasti
siswa melakukan pelanggaran. Sekarang tidak seperti itu, namun sekarang
yang dinamakan pembinaan, adalah usaha mengenal siswa lebih dalam
dengan tujuan merubah pribadi siswa dan menumbuhkan karakter siswa
serta untuk menggali potensi-potensi siswa yang bisa di kembangkan.
Dalam pembinaan ini, guru juga sering memberikan motivasi agar siswa
mau untuk rajin sekolah rajin belajar, rajin beribadah, dan menyemangati
untuk keberlangsungan hidup siswa, agar tidak mudah putus asa.
D. Faktor Pendukung Implementasi Konsep Humanisme di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
Penerapan konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali sangat baik.
Dengan adanya konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
peserta didik bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya tanpa takut-takut
lagi. Sesuai dengan pengertian humanisme yang di sampaikan oleh WPR
bahwa humanisme adalah suatu konsep yang membahas mengenai potensi-
potensi manusia. yang dimana potensi tersebut di kembangkan melalui
beberapa program-program pembelajaran. Di sekolahan ini penerapan konsep
humanis bisa dikatakan berjalan dengan lancar, sebab ada faktor pendukung
yang mengiringi kesuksesan penerapan konsep humanisme di sekolahan ini.
Walapun pada awalnya konsep humanisme ini agak sulit diterapkan di
98
sekolahan ini, namun setelah beberapa waktu bisa di rasakan keberhasilan
penerapan konsep humanisme tersebut.
Faktor pendorong penerapan konsep humanisme diantaranya adalah
adanya kemauan siswa berfikir modern atau berfikir maju. Berfikir maju
mempunyai pengertian berfikir mengikuti perkembangan zaman yang selalu
berubah-ubah. Berubah-ubahnya zaman tersebut di sebabkan karena dampak
globalisasi dan modernisasai yang tak kenal batas. Pada zaman modern
seperti ini, jika peserta didik tidak bisa mengikuti perkembangan zaman yang
semakin canggih ini, mereka akan tertinggal jauh dengan peradabannya.
Selain itu faktor pendukung di terapkannya konsep humanisme di
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali adalah adanya dukungan
dari komite atau adanya perhatian dari komite. Dengan adanya perhatian dari
komite sekolah menjadi nilai tambah tersendiri bagi pihak sekolah karena
selain diperhatikan berarti komite menginginkan SMP Muhammadiyah ini
menjadi sekolah yang sama dengan sekolah lain yang ada di Boyolali
khususnya.
Faktor pendukung implementasi konsep humanisme dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam ini tidaak akan terealisasi mendukung
[enerapan konsep humanisme jika tidak di fahami benar-benar.maka dari itu
SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali mulai berbenah agar
penerpan konsep humanisme ini teraplikasikan dengan baik.
99
E. Faktor Penghambat Implementasi Konsep Humanis di SMP
Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali
Dalam penerapan konsep humaisme di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali, selain ditemukan faktor pendukung juga di
temukan faktor penghambat penerapan konsep humanisme dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam.
Menurut kepala sekolah ibu EP, faktor penghambat penerapan konsep
humanis muncul dari beberapa lini, di antaranya muncul dari faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor penghambat yang muncul dari lini internal
diantaranya kurangnya guru pendidikan agama yang ada di SMP
Muhammadiyah 01 Program Kghusus Boyoalali.
Guru pendidikan agama Islam adalah suatu komponen yang paling
utama dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran agama Islam
di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali, jika guru yang sebagai
pentransfer pengetahuna dan ilmu saja kurang, maka penerapan konsep
humanisme dalam pembelajaran agama Islam pun juga akan terganggu, tidak
akan maksimal, bahkan tidak bisa di terapkan. Sesuai dengan yang di
ungkapkan MF,
“hanya ibu WPR yang mengajarkan tentang agama Islam, kalaupun itu ada
hanya beberapa menit saja, dan itu langsung pergi, karena mengajarnya tidak
hanya di sekolahan ini saja”
Jadi, guru agama Islam menjadi elemen terpenting dalam penerpan
konsep humanisme khususnya di dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam. akan lebiih maksimalnya lagi jika guru yang mengampu pelajaran
100
tersebut konsen terhadap satu lembaga pendidikan saja, sesuai yang dikatakan
ibu EP:
“guru disini memang sedikit setiap harinya mas, sebab mengapa? Karena
guru-guru disini banyak guru ampu, atau guru yang menambah jam untuk
keperluan sertivikasi”
Jadi, karena guru merupakan elemen terpenting dalam penerapan
konsep humanisme dalam implemnetasi oonsep humanisme dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam maka guru harus penuh mengajar di
satu lembaga pendidikan saja.
Selain kurangnya jumlah guru yang ada di SMP Muhammadiyah
faktor penghambat yang lainnya adalah kurangnya pemahaman guru
mengenai konsep humanisme. Sebenarnya guru sudah memahami konsep
humanisme, namun pemahaman guru terhadap konsep humanisme hanya
sebatas mengerti saja, belum memahami sampai kedalam-dalamnya. Padahal
disini guru sebagai pentransfer pengetahuan atau ilmu mnengenai konsep
humanisme, namun guru belum faham secara keseluruhan mengenai konsep
humanisme.
Faktor penghambat yang selanjutnya adalah mengenai sarana dan
prasarana. Sarana dan prasarana adalah suatu hal yang mendukung dalam
penyampaian pembelalajaran, namunsesuai keadaan yang peneliti lihat sarana
dan prasarana di SMP Muhammadiyah masih sangatlah kurang. Belum bisa
di katakan membantu dalam terselenggaranya kesuksesan implementasi
konsep humanisme. Sebab mengapa? Mungkin karena kurangnya perawatan
saja, di perbaiki dan dirawat mungkin sarana maupun prasarananya akan
101
menjadi berfungsi kembali dan mendukung untuk terimplementasikannya
konsep huanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Jadi dapat di simpulkan bahwa faktor pendukung konsep humanisme
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01
Boyolali meliputi: adanya perhatian dan dukungan dari komite sekolah dan
adanya kemauan siswa berfikir maju mengikuti perkembangan zaman. Dan
yang merupakan faktor penghambat implementasi konsep humanisme adalah:
kurangnya jumlah guru agama Islam yang ada di SMP Muhammadiyah 01
Program Khusus Boyolali, kurangnya pemahaman mengenai konsep
humanisme, dan kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang
keberhasilan dan kenyamanan dalam proses pembelajaran.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi konsep humanis dalam pembelajaran agama Islam di
SMP Muhammadiyah 01 program khusus boyolali dilaksanakan dalam
kegiatan berikut:
1. Diskusi, kegiatan diskusi ini terintegrasikan oleh indikator humanisme
dan pendidikan agama Islam, yang bertujuan melatih keberanian siswa
dalam mengemukakan pendapat dan aspirasinya.
2. Pendampingan, sama halnya dengan diskusi pendampingan juga
terintegrasikan dengan indikator humanisme dan pendidikan agama
Islam, yang bertujuan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah
yang di hadapinya.
3. Pembinaan, dalam pembinaan juga terintegrasi dengan indikator
konsep humanisme dan pendidikan agama Islam, yang mempunyai
tujuan mengurangi kenakalan siswa dan membentuk karakter yang ada
dalam diri siswa, serta untuk meningkatkan prestasi siswa.
Faktor pendukung penerapan konsep huamnisme di SMP
Muhammadiyah 01 Boyolali antara lain,
1. Kekreatifitasan peserta didik dalam berfikir dengan mengikuti
perkembangan zaman.
2. Adanya dukungan dan perhatian dari komite sekolah.
103
Faktor Penghambat penerapan konsep humanisme di SMP
Muhammadiyah 01 Boyolali, meliputi:
1. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam yang ada di SMP
Muhammadiyah 01 boyolali.
2. Kurangnya pemaham mengenai konsep humanisme, serta kurang
mendukungnya sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar.
B. Saran
1. Untuk para siswa diharapkan terus bersemangat dalam mecari llmu
melalui belajar dan berfikir kreatif serta minimal berusaha menerapkan
konsep humanis tersebut seperti yang telah di terapakan guru di
sekolah.
2. Untuk guru PAI di harapkan bisa menambah pengetahuannya
mengenai konsep humanisme dalam lingkup pendidikan dan juga bisa
mengimplementasikan dengan sebenar-benarnya konsep humanisme
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya.
3. Untuk sekolah diharapakan bisa mengupayakan penyelesaian yang di
hadapai oleh guru agama Islam Khususnya dalam rangka memahami
dan menerapkan konsep humanis dalam pembelajaran agama Islam.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Abdullah, Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA
Baedhowi. 2008. Humanisme Islam. Yogyakarta : Pustaka Karya
Baharudin, Moh. Makin. 2007. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori dan
Aplikasi dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007
Bahridjamarah, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Budiono. 2005. Kamus Ilmiah Populer Internasional. Surabaya: Alumni
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajarta. Jakarta:
Depdikbud bekerjasama dengan Rineka Cipta
Drajat, Zakiah. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Freire, Paulo. 2002. Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan
Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan
Read, 2002
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ismail SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
Semarang: LSIS dan RaSAIL
J. Moloeng , Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Ma‟arif, Syamsul. 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : CV. Pustaka
Setia
105
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi, konsep dan implementasi kurikulu 2004.
Bandung : Remaja Rosdakarya,
Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : CV. Pustaka
Setia
Makin, Baharudin Moh. 2007. Pendidikan Humanistik. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media
Mas‟ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Non
Dikotomik Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Gamma Media
M. Echols, Jhons dan Hasan Sadily. 1992 Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta: Gramedia
Muhammad bin Abdul Wahhab. 2004. Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,
Riyadh: Darussalam
Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam, Jakarta : Rajawali Press
Nurdin, Syafrudin dan Basyiruddin Usman. 2003. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Mandar Maju
Poerwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. P. N. Balai
Pustaka, Jakarta
Rahman, Mustafa. 2011. Humanisasi Pendidikan Islam Plus Minus Sistem
Pendidikan Pesantren. Semarang : Walisongo Press
Sadulloh, Uyoh. 2014. PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung : Alfabeta
Shofan, Moh. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik, Yogyakarta:
IRCiSoD
Sobri Sutikno. 2007. Menggagas Pembelajar Efektif dan Bermakna.
Mataram: NTP Press
Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya
106
Syari‟ahi, Ali. 1992. Humanisme Antara Islam dan Barat. Jakarta: Pustaka
Hidata
___________. 1996. Humanisme: antara Islam dan Mazhab Barat, terj.
Afif Muhammad, cet. 2, Bandung: Pustaka Hidayah
Tafsir, Ahmad. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Tarpin, Laurentius. 2008. Humanisme Dan Reformulasi Praksis
Pendidikan” dalam Humanisme Dan Humaniora Relevansinya
Bagi pendidikan. Yogyakarta: Jalasutra
Zuharini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Islam. Malang : Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang
____________. 1993. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Solo:
Ramadhani
www.alhassanain.com/Indonesian/artcles/Philosophy_andgratitude_library
/definisi_penegtahuan/001.html
107
LAMPIRAN
108
109
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Nur Arifin
NIM : 111-13-260
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agma Islam
Dosen PA : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Nilai
1. Sertifikat OPAK STAIN Salatiga
2013.
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2. Sertifikat OPAK Tarbiyah STAIN
Salatiga 2013.
29 Aguatus 2013 Peserta 3
3. Sertifikat User Education UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga.
16 September 2013 Peserta 2
4. Sertifikat Training Pembuatan
Makalah oleh LDK Darul Amal
STAIN Salatiga
18 September 2013 Peserta 2
5. Seminar Nasional ITTAQO STAIN
Salatiga “Upaya Menjaga
Eksistensi dan Masa Depan
Pembelajaran Bahasa Arab”
09 Oktober 2013 Peserta 8
6. Piagam Penghargaan Dalam Acara
Musabaqoh Tilawatil Qur‟an
(MTQ) Mahasiswa V Dengan
Tema “MTQ Sarana Apresiasi
Untuk Mencetak Insan Qur‟ani”
23 Oktober 2013 Peserta
8. Sertifikat Gebyar Seni Qur‟aniyy
(GSQ) Umum ke VI Se- Jawa
Tengah dengan tema “ Aktualisasi
05 November 2014 Peserta
110
Makna dan Syi‟ar Al Qur‟an
Sebagai Sumber Inspirasi”
9. Sertifikat Seminar Nasional Racana
STAIN Salatiga
“Enterpreneurship”
16 November 2014 Peserta 8
10. Sertifikat Bedah Buku “Muda 7
Warna” oleh HMJ PAI IAIN
Salatiga
23 September 2015 Peserta 2
11.
Sertifikat Seminar Nasional
Kewirausahaan “ Jiwa Muda,
Berani Berwirausaha”
30 Oktober 2015 Peserta 8
12. Sertifikat Seminar Nasional DEMA
FTIK “ PENINGKATAN
PROFESIONALISME GURU
SEBAGAI DALAM
PEMBELAJARAN DI ERA
GLOBALISASI”
23 November 2015 Peserta 8
13. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
PAI IAIN Salatiga “PENDIDIKAN
AGAMA MENJADI PELOPOR
KEBANGKITAN NASIONAL DI
ERA MODERN”
21 Mei 2016 Peserta 8
14. Sertifikat Seminar Nasional LDK
IAIN Salatiga “Esesnsi Dakwah
Kontemporer”
21 Mei 2016 Peserta 8
15. Sertifikat Seminar Nasional LPM
Dinamika IAIN Salatiga
“Memandang Jurnalisme Dari
Perspektif Gender”
24 September 2016 Peserta 8
111
16. Sertifikat National Achievement
Motivation Training LDK IAIN
Salatiga “ Solusi Cerdas, Sukses
Akademis dan Organisasi”
01 Oktober 2016 Peserta 8
112
113
114