implementasi kebijakan retribusi parkir ditepi...
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN
UMUM DI KOTA KIJANG KECAMATAN BINTAN TIMUR
KABUPATEN BINTAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
RIA ASYUNA
NIM : 100565201381
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN
UMUM DI KOTA KIJANG KECAMATAN BINTAN TIMUR
KABUPATEN BINTAN
RIA ASYUNA
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
A B S T R A K
Apabila retribusi parkir tepi jalan umum dikelola dengan serius dan strategi yang
tepat, maka peneriman retribusi parkir di tepi jalan umum akan memberikan
kontribusi yang besar bagi penerimaan retribusi daerah secara khusus dan
pendapatan asli daerah secara umum. Namun pencapaian penerimaan retribusi
parkir di tepi jalan umum yang diperoleh akan berkurang apabila petugas
pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum tidak bekerja maksimal. Oleh sebab
itu kemampuan petugas pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum sangat di
butuhkan untuk bisa melakukan penerimaan secara maksimal, serta meminimalisir
penyelewengan penyelewengan dalam penerimaan retribusi parkir di tepi jalan
umum. Misalnya ada petugas pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum yang
nakal, dengan tidak menyetorkan hasil penerimaan retribusi parkir di tepi jalan
umum yang dipungut pada jalan-jalan tertentu.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui implementasi
kebijakan pelaksanaan parkir di Kota Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten
Bintan. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif
Kualitatif yang mana nantinya akan mengambarkan tentang kampanye politik.
Dalam penelitian ini informan terdiri dari 5 orang. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Setelah dilakukan penelitian bahwa implementasi kebijakan retribusi parkir di
tepi jalan umum di Kota Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan
belum berjalan dengan baik. Adapun faktor penghambat adalah sebagai berikut
penyampaian informasi sudah dilakukan kepada masyarakat dan pihak terkait.
Namun masih ada masyarakat yang belum mengetahuinya karena sosialisasi
hanya sebatas memberikan spanduk atau panflet tanpa penjelasan lebih lanjut.
Dari dimensi sumber daya belum berjalan dengan baik karena petugas juru parkir
resmi yang ada selama ini tidak sesuai dengan lingkup wilayah yang ditetapkan
sehingga target dari pemungutan retribusi parkir tidak dapat terealisasi dengan
baik. Sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan)
berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka
tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Di wilayah Kijang sangat butuh
perhatian berkaitan dengan perbaikan sarana dan prasana nya. Karena tidak hanya
petugas yang menjadi ukuran dalam pelaksanaan retribusi parkir yang baik.
Tindakan nyata di Kijang dengan membuat dan melengkapi sarana prasana
penunjang juga menjadi hal penting.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Retribusi.
2
PARKING POLICY IMPLEMENTATION STREET FRONT GENERAL
LEVY IN THE CITY KIJANG BINTAN EAST DISTRICT
DISTRICT BINTAN
RIA ASYUNA
Science Student Government, Faculty of Social UMRAH
A B S T R A C T
If the edge of the public road parking fees are managed by serious and the
right strategy, the acceptance of curbside parking fees in general will make a
major contribution to the acceptance of special levies and local revenues in
general. However, the achievement of revenue, general-street parking obtained
will be reduced if the officer collector curbside parking fees in general does not
work optimally. Therefore, the ability of officers collector curbside parking fees in
general is in need to be able to perform to the maximum acceptance, and
minimize diversion fraud in revenue, public parking on the roadside. For
example, there are attendant collector roadside parking fees in general are
mischievous, by not depositing the proceeds of roadside parking fees levied on the
public certain roads.
The purpose of this study is basically to determine the implementation of
policy implementation in the City parking Deer District of East Bintan Bintan
regency. In this study the authors used qualitative descriptive type of research
which will be a portrait of a political campaign. In this study informants consisted
of 5 people. Data analysis techniques used in this research is descriptive
qualitative data analysis techniques.
After doing the research that the implementation of policies on the edge of
a public street parking charges in the city of Deer District of East Bintan Bintan
regency has not been going well. The limiting factor is as follows delivery of
information has been made to the public and other interested parties. But there
are still people who do not know because socialization merely provide banners or
panflet without further explanation. From the dimensions of the resources have
not been going well for the officer's official parking attendants who have so far
not in accordance with the scope of the designated areas so that the target of
collecting parking fees can not be realized well. Human resources are not
memadahi (number and capacity) result in the implementation of the program can
not be perfect because they can not control well. Deer in the area desperately
need attention with regard to the improvement of its facilities and infrastructures.
Because not only officers who are the size of the implementation of good parking
fees. The real action in Kijang with build and equip a means of supporting
infrastructures also be important
Keywords: Policy Implementation, Retribution.
3
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN
UMUM DI KOTA KIJANG KECAMATAN BINTAN TIMUR
KABUPATEN BINTAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun semakin
memperlihatkan perubahan terhadap pola hidup masyarakat hal ini berpengaruh
pada sektor kepemilikan kendaraan di Kabupaten Bintan yang makin meningkat
dimana setiap pemilik kendaraan menginginkan kemudahan untuk menjalankan
aktifitasnya. Meningkatnya penggunaan kendaraan serta aktivitas masyarakat dari
satu tempat ke tempat lain maka meningkatnya pula kebutuhan masyarakat akan
lahan atau ruang parkir. Kendaraan tidak selamanya bergerak, ada saatnya
kendaraan itu berhenti, menjadikan tempat parker sebagai unsure terpenting dalam
transportasi. Tidak seimbangnya pertambahan ruas jalan dengan pertambahan
volume kendaraan dan menyusul banyaknya ruko, minimarket, pusat perbelanjaan
dan jenis bangunan lainnya yang didirikan tanpa lahan parkir yang representatif,
bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan parkir.
Seperti kita ketahui pertumbuhan volume kendaraan dan lahan parkir harus
tumbuh seimbang karena bertambahnya jumlah kendaraan begitu pula kebutuhan
ruang parkir akan bertambah. Kebutuhan akan ruang parkir akan semakin
bertambah apabila sebagian besar dari kendaraan tersebut digunakan untuk
bepergian sehingga dibutuhkan lebih dari satu unit ruang parkir.
Pemungutan Retribusi Parkir adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang dimaksud dalam
undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah merupakan
4
upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah
dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan daerah.
Perparkiran adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan
jalan penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka
meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang perparkiran,
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Perparkiran secara umum juga diartikan sebagai suatu usaha untuk
melancarkan arus lalu lintas dan meningkatkan produktifitas sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara. Dengan demikian
perparkiran pada dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk
meningkatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia.
Peraturan Daerah yang mengatur Parkir Tepi Jalan Umum adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum Bab VI Tentang Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum. Dalam
rangka terwujudnya pelaksanaan pengelolaan parkir tepi jalan umum secara lebih
berdaya guna dan berhasil guna serta untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat Kabupaten Bintan. Dalam peraturan daerah No 3 tahun 2011, pasal 15
Ayat 2 menyatakan Objek Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum
sebagaimana disebut dengan Ayat 1 Adalah Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
ditentukan oleh pemerintah daerah dengan ketentuan perundang-undangan. Secara
hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namum parkir di sisi jalan
5
umumnya diperbolehkan. Parkir tepi jalan umum adalah menempati pelataran
parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu dibangunan khusus parkir ataupun
dihalaman terbuka.
Berdasarkan kewenangan yang telah diterima oleh Dinas Perhubungan,
maka instansi ini diwajibkan untuk melakukan pemungutan retribusi parkir di tepi
jalan umum semaksimal mungkin. Dari data yang diperoleh bahwa pemungutan
retribusi parkir di tepi jalan umum dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan
yang signifikan. Frekuensi penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Karena
salah satu kriteria penetapan target penerimaan retribusi daerah adalah ber-
dasarkan target pada tahun sebelumnya yang memperhitungkan kenaikan target
setiap tahunnya ± 5 %. Salah satunya dengan mengevaluasi pelaksanaan
penerimaan yang selama ini sudah dilakukan, dalam upaya menemukan
hambatan-hambatan yang ditemukan dalam proses penerimaan retribusi daerah.
Sebab apabila penerimaan retribusi daerah selalu mengalami penurunan akan
memberikan dampak negatif bagi penerimaan PAD dan APBD. Jenis retribusi
daerah yang perlu ditingkatkan penerimaannya adalah retribusi parkir di tepi
umum.
6
Tabel. 1
Penerimaan Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum Kabupaten Bintan
NO TAHUN TARGET REALISASI
1 2011 Rp. 72.000.000 Rp. 75.000.000
2 2012 Rp. 77.950.000 Rp. 67.430.000
3 2013 Rp. 84.000.000 Rp.79.000.000
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Bintan Tahun 2013
Artinya apabila retribusi parkir tepi jalan umum dikelola dengan serius dan
strategi yang tepat, maka peneriman retribusi parkir di tepi jalan umum akan
memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan retribusi daerah secara khusus
dan pendapatan asli daerah secara umum. Namun pencapaian penerimaan retribusi
parkir di tepi jalan umum yang diperoleh akan berkurang apabila petugas
pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum tidak bekerja maksimal. Oleh sebab
itu kemampuan petugas pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum sangat di
butuhkan untuk bisa melakukan penerimaan secara maksimal, serta meminimalisir
penyelewengan dalam penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum. Misalnya
ada petugas pemungut retribusi parkir di tepi jalan umum yang nakal, dengan
tidak menyetorkan hasil penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum yang
dipungut pada jalan-jalan tertentu.
Dengan mengamati gejala-gejala dimaksud maka hal ini menunjukkan
bahwa implementasi kebijakan memang suatu masalah yang sangat perlu
mendapat perhatian semua pihak. Disatu sisi implementasi kebijakan didasarkan
pada perumusan-perumusan masalah yang terjadi namum di sisi lain masih
7
adanya ketidak sesuaian dalam mengiimplementasikan kebijakan guna mencapai
tujuan yang di harapkan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat digambarkan adanya kinerja atau
tindakan mengenai kebijakan pemerintah Kabupaten Bintan terhadap pengelolaan
parker yang tidak maksimal, oleh karena itu peneliti menganggap perlu untuk
mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan kebijakan tersebut. Penulis
menganggap penting dan tertarik untuk menjadi bahan penelitian bagaimana
kebijakan tersebut diimplementasikan ditengah masyarakat sehingga mendorong
penulis memilih judul penelitian: “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM DI KOTA KIJANG
KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014”
B. Landasan Teoritis
Agustino (2012:138), menjelaskan tentang implementasi bahwa
implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah
pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi
kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang
bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Selain hal
tersebut, menurut Eugene Bardach (Agustino 2012:138) melukiskan kerumitan
dalam proses implementasi, yaitu :
“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang
kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam
kata-kata dan slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para
pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang
termasuk mereka anggap klien.”
8
Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2008:43) merumuskan tentang
implementasi yang menyatakan bahwa :
“Proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijaksanaan.“
Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2008:43), menjelaskan makna
implementasi yaitu :
“Memahami apa yang senyatanya terjadi, sesudah suatu program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah
disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik
usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan
akibat/dampak nyata pada masyarakat atau suatu peristiwa.”
Jadi berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa
implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan setelah adanya suatu
keputusan, dimana suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran
tertentu, dengan melakukan serangkaian aktivitas.
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan
yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Daniel
Mazmanian dan Paul Sabatier (1983:61) mendefinisikan Implementasi kebijakan
sebagai pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang -
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusanbadan peradilan. Lazimnya
keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,
9
menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai
cara untuk menstruktur atau mengatur proses implementasinya.
Menurut Van Meter dan Van Horn (Agustio, 2012: 35) mendefinisikan
implementasi kebijakan, sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat- pejabat atau kelompok- kelompok pemerintah
atau swasta yang di arahkan pada tercapainya tujuan -tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan. Nawawi (2007:138) mengemukakan
beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, yaitu:
a. Teori George C. Edward III. Dalam pandangan Edward III, implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
1) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan
agar implmentor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target groups), sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi.
2) Sumber daya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan
secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber
daya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif.
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
3) Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oeh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, dll. Apabila implementor memiliki disposisi
yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan
10
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward
III menyatakan bahwa sikap dari pelaksana kadangkala menyebabkan
masalah apabila sikap atau cara pandangnya berbeda dengan pembuat
kebijakan. Oleh karena itu, untuk mengantispasinya, dapat
mempertimbangkan/ memperhatikan aspek penempatan pegawai
(pelaksana) dan insentif.
4) Struktur birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam
organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya
kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian
laporan. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pegawasan dan menimbulkan red-tape yakni prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi
tidak fleksibel. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating
Procedure (SOP) dan fregmentasi.
C. Hasil Penelitian
1. Komunikasi
Penyampaian informasi sudah dilakukan kepada masyarakat dan pihak terkait.
Namun masih ada masyarakat yang belum mengetahuinya karena sosialisasi
hanya sebatas memberikan spanduk atau panflet tanpa penjelasan lebih lanjut.
Padahal Retribusi tersebut adalah bentuk pelayanan parkir di tepi jalan umum
11
yang ditentukan oleh pemerintah daerah yang harus dipatuhi oleh seluruh
masyarakat.
2. Sumber Daya
Dari dimensi sumber daya belum berjalan dengan baik karena petugas juru
parkir resmi yang ada selama ini tidak sesuai dengan lingkup wilayah yang
ditetapkan sehingga target dari pemungutan retribusi parkir tidak dapat terealisasi
dengan baik. Sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan
kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna
karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf
pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan
skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu
adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program
retribusi parkir. Di wilayah Kijang sangat butuh perhatian berkaitan dengan
perbaikan sarana dan prasana nya. Karena tidak hanya petugas yang menjadi
ukuran dalam pelaksanaan retribusi parkir yang baik. Tindakan nyata di Kijang
dengan membuat dan melengkapi sarana prasana penunjang juga menjadi hal
penting. Dari hasil observasi juga ditemukan hal yang sama bahwa memang di
Kijang sangat memiliki keterbatasan dalam hal sarana dan prasana.Parkir
merupakan salah satu potensi utama pendapatan daerah yang potensial sehingga
perlu dikelola dengan baik.
12
3. Disposisi
Dimensi ketiga adalah disposisi, dimana diukur dari insentif yang diberikan
dari pemerintah kepada juru parkir agar pekerjaan mereka dilapangan lebih baik
dan bertanggungjawab. Namun sangat disayangkan fenomena yang terjadi adalah
gaji di terima adalah ketentuan umum dari pemerintah, sesuai dengan kemampuan
dan tingkat golongan ruang lingkup yang harus mereka terima, tapi kalau insentif
petugas juru parkir tidak ada.
4. Struktur birokrasi
struktur birokrasi terlihat bahwa sebenarnya sudah ada SOP, namun belum
semua mengetahuinya secara baik Standar pelaksanaan kerja atau SOP juga
memberikan penjelasan mengenai proses ini juga menyangkut kepada penentuan
para juru pungut parkir dan juru pungut kepada petugas parkir yang berada ditepi
jalan umum. Selain itu juga kepatuhan dapat ditinjau dari pembayar retribusi
parkir di tepi jalan umum, dimana kepatuhan ini dilihat dari keinginan masyarakat
untuk membayar retribusi parkir ditepi jalan umum dan juga kepatuhan petugas
parkir dalam meminta retribusi parkir yang dibebankan kepada masyarakat.
Proses ini tentunya dilakukan melalui pengawasan terhadap petugas pemungut
parkir ditepi jalan umum yang sudah ditunjuk dalam upaya untuk melakukan
evaluasi terhadap pemungutan retribusi parkir ditepi jalan umum.
13
D. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
bahwa implementasi kebijakan retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota
Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan belum berjalan dengan
baik. Hal ini diketahui dari beberapa faktor dalam implementasi kebijakan
belum berjalan dengan baik, seperti komunikasi, sumber daya disposisi
dan struktur birokrasi.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pemerintah khususnya
Dinas Perhubungan Kabupaten Bintan selaku implementor dalam
kebijakan ini, kemudian juru parkir yang ada di lapangan serta masyarakat
adalah :
1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai Peraturan Daerah mengenai
retribusi parkir tentang isi dan tujuan dibuatnya aturan tersebut sehingga
semua pihak berkepentingan memahami mengenai permasalahan tersebut.
2. Sebaiknya juru parkir di wilayah Kota Kijang kembali di data dan
ditambah sesuai dengan kebutuhannya sehingga antara target dan realisasi
dapat dicapai.
3. Sebaiknya ada perbaikan sarana dan prasarana untuk lahan parkir,
kemudian petugas parkir diberikan karcis agar pihak dari Dinas
Perhubungan dapat mengkontrol pemasukan retribusi parkir setiap
harinya.
14
4. Sebaiknya ada insentif yang sesuai untuk diberikan kepada petugas juru
parkir agar para juru parkir dapat bekerja dengan tanggungjawab.
5. Sebaiknya SOP harus dibuat dalam perda pemungutan retribusi parkir agar
ada kejelasan dalam pelaksanaan kerja.
6. Sebaiknya juru parkir yang ada juga diberikan pembekalan agar
memahami tentang pentingnya retribusi parkir untuk Kota Kijang.
7. Masyarakat juga harus memahami tentang tanggungjawabnya dalam
memberikan retribusi parkir saat menggunakan fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah.
15
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku Sumber
Abidin, Said Zaenal. 2004. Kebijakan Publik. Edisi Revisi Cetakan kedua.
Jakarta: Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta.
Aminullah, Erman. 2004. Berpikir Sistemik Untuk Pembuatan Kebijakan Publik,.
Bisnis dan Ekonom. Jakarta: Penerbit PPM
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Badjuri, Abdulkahar dan Yuwono, Teguh. 2002. Kebijakan Publik: Konsep dan
Strategi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Raja
Grafindo.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1995. Rekayasa dan Manajemen Lalu
Lintas. Departemen Perhubungan, Jakarta
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto, Indiahono.2009. Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gava Media.
Harsoyo. 1977. Manajemen Kinerja. Jakarta: Persada.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Salemba Humanika. Jakarta.
16
Hill, Michael.(ed). 1994. The Policy Process: A Reader. New York: Haverster
Wheatsheaf
Iskandar, Wirjokusumo dan Soemardji Ansori.2009. Metode Penelitian Kualitatif
“Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora (Suatu Pengantar)”, Surabaya :
UNESA University Press.
Islamy, M. Irfan, 2004. Kebijakan Publik, Jakarta: Penerbit Karunika.
Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata, Bandung : Alfabeta.
Mazmanian, David A,and Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public
Policy.USA: Scott, Foreman Company
Moleong, Lexy J., 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Nawawi, Barda Arif. 2007. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta : Kencana.
Ndraha, Taliziduhu.2003. Kybernologi: Ilmu Pemerintahan Baru 1 dan 2. Jakarta:
Rineka Cipta
Nugroho, Riant. D, 2003, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Formulasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Parsons, Wayne. 2008. Public Policy: An Introduction to the Theory and Practice
of Policy Analysis (Tri Wibowo Budi Santoso, Penerjemah). Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
17
Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Sugiantoro, Ronny. 2000. Pariwisata : Antara Obsesi dan Realita Yogyakarta :
Mitra Gama Widya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D”. Bandung : Alfabeta.
Suharno. (2010). Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Kajian Proses & Analisis
Kebijakan. Yogyakarta : UNY Press.
Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji
Masalah dan Kebijakan Sosial”, Bandung : Alfabeta.
Surbakti, A. Ramlan. 1984. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia..
Umar, Husain. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Bisnis. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Wahab, Solichin Abdul, 2008. Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi Ketujuh, Jakarta: Bumi
Aksara.
Wardoyo, 1980, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Warpani S. 1988. Rekayasa Lalu Lintas. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Warpani, S. 1990. Merencanakan sistem pengangkutan. Bandung: Penerbit ITB
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Jakarta : Media
Pressindo.
18
B. Sumber Lainnya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Jasa Umum
Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Retribusi Jasa Usaha.
Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Retribusi Jasa Umum.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah