implementasi kebijakan badan pertanahan nasionaljurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity... ·...

26
1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : NESFRIANTI NIM : 100565201067 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: ngokhue

Post on 02-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN

DI KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

NESFRIANTI

NIM : 100565201067

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN

NESFRIANTI

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan

mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang

berkualitas. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan daerah

yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu Peraturan

Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan

kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan

mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran

pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dan

partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun

2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. Adapun teori

yang digunakan untuk mengetahui implementasi kebijakan yaitu menggunakan

teori Agustino (2006:139). Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3

orang pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala

sekolah. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

kualitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan maka dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten

Bintan masih banyak mengalami hambatan seperti masih kurangnya kerjasama

antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak

kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau ruang yang

dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak lengkap

untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benar-benar

sesuai dengan bidangnya

Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi Kebijakan, Pendidikan

3

GOVERNMENT POLICY IMPLEMENTATION BINTAN DISTRICT NUMBER 9

IN 2012 THE ORGANIZATION OF EDUCATION IN THE DISTRICT BINTAN

NESFRIANTI

Science Student Government, Faculty of Social UMRAH

In order to guarantee equal educational opportunities, improving the quality

of education, and the improvement of human resources, in order to make the

education system as a social institution that is strong and authoritative to

empower citizens of Indonesia develop into a human quality. Therefore Bintan

regency create a local regulation that specifically regulates the provision of

education, namely the Regional Regulation Bintan District No. 9 of 2012 on the

Implementation of Education which aims to develop the potential of students,

equal educational opportunities, improve the quality of teaching and learning

activities, and developing education management rests on education budget

transparency and accountability of the overall education and community

participation in Bintan regency.

The purpose of this study is basically to determine the District Government

Implementation Bintan No. 9 of 2012 on the Implementation of Education in

Bintan regency. The theory is used to determine the implementation of the policy

is to use the theory Agustino (2006: 139). In this study the number of 3 people

informant was an employee in charge of monitoring the school, as well as the two

principals. The analysis used in this research is the analysis of qualitative data.

Based on the results of the discussion in this study can be concluded that the

implementation of Local Government in Bintan District No. 9 of 2012 on the

Implementation of Education in Bintan regency are still many obstacles such as

the lack of cooperation between the District Education Office Bintan to school,

because there are still many shortcomings such as schools still limitations of

space, or space owned unfit for teaching and learning, which means incomplete

for learning support teacher then limitations that really fit with the field

Keywords: Policy, Implementation, Education

4

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki keterbelakangan

dalam semua bidang kehidupan menuju suatu kehidupan yang lebih baik dari

sebelumnya salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Pendidikan pada

hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi

penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus

untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka

diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa

lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik

kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya.

Mutu dalam pendidikan bukanlah merupakan barang akan tetapi

merupakan layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan

keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta

didik. Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil

pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat

pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan sekolah yang efektif

dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh

kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan

penggunaan peralatan dan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus

5

didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses

yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat.

Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat

dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi. Maka keberhasilan dari

pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan

partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil

akhirnya. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam mengusahakan peningkatan

mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih dalam kerangka acuan

kebijakan pendidikan yayasan, nasional dan daerah.

Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan

upaya-upaya konkrit dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Upaya ini

juga dimaksudkan untuk mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai

Kota Ilmu, dengan melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia

pendidikan.

Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan

mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang

berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah, maka diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan pendidikan di

Kabupaten Bintan. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan

6

daerah yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta

didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar

mengajar, dan mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada

transparansi anggaran pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan

secara keseluruhan dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bintan dijelaskan bahwa Pendidikan

diselenggarakan sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang.

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik, terbuka,

demokratis, dan adil melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakat

meliputi penyelenggaraan dan pengendalian layanan mutu pendidikan. Pendidikan

diselenggarakan untuk memberi keteladanan, nilai-nilai kebenaran, membangun

kemauan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

lingkungan dan kemajemukan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat.

Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis

dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pengelolaan pendidikan harus

berdasarkan penerapan prinsip-prinsip manajemen pendidikan yang aktual.

Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun

2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa Anak-anak Bintan

yang usia sekolah tidak boleh putus pendidikannya. Paling tidak lulus SMA.

untuk menghadapi tantangan saat ini, pendidikan bisa dijadikan senjata andalan.

Pendidikan itu harus diselenggarakan secara maksimal untuk meningkatkan mutu

7

serta relevansi dan efisiensi menajemen pendidikan. Diperlukan juga pendidikan

yang inovatif, sehingga bisa sesuai dengan zamannya, serta peran serta

pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan.

Memandang pentingnya peranan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bintan mewujudkan dalam menentukan keberhasilan pendidikan di

Kabupaten Bintan. Pemerintah Kabupaten Bintan sepertinya tidak ingin generasi

muda ketinggalan dibidang pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama

dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Bahkan peningkatan mutu

pendidikan akan melahirkan generasi yang berkualitas, mandiri dan mampu

bersaing.

Data yang diperoleh dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bintan minim akan

tenaga pengajar. Kemudian belum meratanya fasilitas pendidikan di Kabupaten

Bintan. Hal ini berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bintan, kecamatan-kecamatan di Bintan Utara memiliki jumlah

sekolah, baik negeri maupun swasta yang jauh lebih banyak dibandingkan

kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Bintan. Selain itu jenjang pendidikan

mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi juga ada di Bintan

Utara hingga Januari 2011, Kecamatan Bintan Utara, Seri Kuala Lobam, Teluk

Sebong dan Teluk Bintan memiliki 1 TK Negeri, 12 TK swasta, 4 TK Islam atau

Raudhatul Anfal (RA), 38 SD Negeri, 2 SD swasta, 10 SMP Negeri, 3 SMA

Negeri, 1 SMA swasta, 1 SMK Negeri, 2 SMK swasta, 2 Akademi Pariwisata di

KPIB Lagoi. Banyak daerah di Kabupaten Bintan yang belum memiliki sekolah

8

yang layak, bahkan tidak ada sekolah sama sekali di daerahnya sehingga anak-

anak harus menyebrang untuk mendapatkan pendidikan seperti salah satunya

adalah Desa Glubi, Desa Dendun, atau Desa Kelong.

Mewujudkan masyarakat Bintan yang cerdas itu, bisa dimulai dari upaya

konkret dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan

masyarakat. Baik itu masyarakat pesisir maupun masyarakat terpencil. Maka dari

itu, Bintan selalu melahirkan macam-macam kebijakan yang berpihak pada dunia

pendidikan. Sementara itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora)

Kabupaten Bintan menjelaskan bahwa sosialisasi Perda Nomor 9 Tahun 2012

merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah

dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta

profesionalisme dari seluruh pihak terkait, akan terjadi perubahan serta

peningkatkan mutu pendidikan Bintan berskala nasional.

Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa peranan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sangat dibutuhkan secara

maksimal Sehingga penulis mencoba untuk mengangkat sebuah judul penelitian

mengenai : “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN”

9

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi masalah dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Bintan, maka peneliti menarik

kesimpulan “Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten

Bintan?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan penelitian

a. Mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di

Kabupaten Bintan.

b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna memperkaya

hasil-hasil penelitian ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9

Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

b. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan

kepada Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan

10

Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten

Bintan.

D. Konsep Operasional

Dalam penelitian ini teori yang digunakan menurut Agustino (2006:139),

implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu :

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. Suatu kebijakan mempunyai tujuan

maupun sasaran untuk apa peraturan atau kebijakan ini dibuat. Dalam

Perda Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

di Kabupaten Bintan, dapat dilihat dari indikator :

a. Tujuannya yaitu mengembangkan potensi peserta didik,

pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan

belajar mengajar.

b. Mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada

transparansi anggaran pendidikan

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, seperti dilakukan

sosialisasi untuk menyampaikan isi dan tujuan dari Perda Nomor 9 Tahun

2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan,

hal ini dapat dilihat dari indikator:

a. Adanya sosialisasi dari pihak dinas pendidikan

b. Adanya kerjasama antara pihak dinas dengan pihak sekolah di

Kabupaten Bintan.

3. Adanya hasil kegiatan. Bahwa keberhasilan suatu implementasi Perda

Nomor 9 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan mengacu dan

11

mengarah pada implementasi dan dampaknya yang dikehendaki dari

semua program-program yang dikehendaki Hal ini dapat dilihat dari

indikator:

a. Adanya dampak baik dari Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah Kabupaten Bintan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

Deskriptif kualitatif. Menurut Umar (2001:92), jenis penelitian deskritif adalah

Jenis penelitian yang merugikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena

tertentu dengan kata lain, penelitian deskritif merupakan penelitian yang

menggambarkan secara cermat karakteristik dari masyarakat, individu, kelompok,

gejala, keadaan dengan apa, siapa, bilamana, dan bagaimana gejala itu terjadi serta

menentukan frekuensi adanya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain.

Dalam hal ini maka penelitian ini menguraikan fakta fakta yang terjadi

pada Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi daerah atau lokasi penelitian adalah Dinas

Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Bintan. Hal ini karena melihat

fenomena yang terjadi saat ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan

diharapkan peran serta guru-guru, namun jika dilihat jumlah tenaga guru yang

12

masih minim, sangat diragukan peningkatan pendidikan di Bintan dapat tercapai.

Untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik di Bintan, pemerintah Bintan harus

merekrut tenaga guru, jika hal ini tidak segera dilaksanakan maka dikawatirkan

peningkatan pendidikan di Kabupaten Bintan tidak akan terealisasi. Sementara

sarana pendidikan di Bintan, APBD siap membangun fasilitas gedung sekolah.

Namun yang paling utama saat ini yaitu perekrutan tenaga-tenaga pengajar.

Karena mengingat jumlah tenaga guru-guru di Bintan masih relatif kurang.

Kekurangan tenaga pengajar di Bintan disebabkan karena jumlah siswa setiap

tahunnya terus meningkat.

3. Informan

Informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu teknik pengumpulan data dimana jumlah informan ditentukan

berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan. Teknik pengambilan sampel adalah

dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Menurut Arikunto (2006:139)

Purposive Sampling adalah sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil

subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas

adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3 orang

pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala sekolah

yang dipilih secara acak untuk memperoleh informasi mengenai implementasi

Perda Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 di sekolahnya masing-masing.

Dasar mengambil 5 orang tersebut adalah 3 orang pegawai bagian pengawas

adalah orang yang ditugaskan dinas pendidikan untuk langsung turun kelapangan

sehingga mengetahui secara baik tentang keadaan setiap sekolah di Kabupaten

13

Bintan, serta 2 orang kepala sekolah ini adalah 1 kepala sekolah yang termasuk

sekolah berprestasi dan 1 lagi adalah sekolah yang selalu mendapat bantuan dari

Dinas karena kekurangan sarana prasarana maupun kesediaan guru.

Tabel 1.1

Informan

No. Jabatan Jumlah

1. Bagian Pengawasan Dinas Pendidikan

Kabupaten Bintan

3 orang

2. Kepala sekolah di Kabupaten Bintan 2 orang

Jumlah 5 orang

Sumber: Data Penelitian, 2015.

4.Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

yaitu data yang diterima atau diperoleh langsung dilapangan melalui

wawancara terhadap responden yang meliputi data tentang Kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten

Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan

b. Data Sekunder

yaitu data yang deperoleh dari pihak kedua dan sudah diolah melalui

laporan, dokumen yang meliputi: Struktur organisasi dan tata kerja, Sarana

dan prasarana yang dimiliki Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bintan.

14

5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.Observasi.

Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pengamatan secara langsung agar mendapat data yang lengkap dan akurat

mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Menurut Sugiyono

(2005 : 166) teknik observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan

sulit, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan proses psikologis

diantaranya yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian

ini, observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur yang telah dirancang

secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya,

dengan alat pengumpul data yaitu chek list.

b.Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan informan kunci

dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun terlebih

dahulu. Wawancara merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data

dengan melalui wawancara. Dimana dua orang atau lebih secara fisik yang

saling berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini akan dilakukan Tanya jawab

secara langsung kepada informan yang dianggap sudah mengetahui secara

baik bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bintan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012

Tentang Penyelenggaraan Pendidikan selama ini. Wawancara dilakukan

secara langsung dengan informasi kunci yaitu Kepala Dinas Pendidikan

15

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bintan mengenai kualitas pendidikan di

Kabupaten Bintan

6. Teknik Analisis Data

Dalam rangka memberikan gambaran yang jelas,logis dan akurat

mengenai hasil pengumpulan data, maka teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisa data Deskriptif, Kualitatif dan Teknik Triangulasi.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Sedangkan teknik analisa Triangulasi moleong

(2000:178) menyebutkan pengertian triangulasi adalah teknik keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan

atau pembandingan terhadap data informasi yang di peroleh melalui waktu

dan alat yang berbeda.

II. LANDASAN TEORITIS

Salah satu unsur penting dalam siklus kebijakan publik adalah menyangkut

implementasi kebijakan yang memegang peran penting bagi keberhasilan

kebijakan publik. Tugas pokok pemerintah adalah menciptakan kebijakan melalui

berbagai kebijakan publik. Kebijakan akan tercapai jika kebijakan yang dibuat

dapat terimplementasikan atau dapat dilaksanakan secara baik. Keberhasilan

implementasi suatu kebijakan ditentukan oleh banyak variable atau faktor, baik

menyangkut isi kebijakan yang diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan,

16

maupun lingkungan di mana kebijakan tersebut diimplementasikan (kelompok

sasaran).

Abidin (2002:186) menyatakan bahwa: “Implementasi atau pelaksanaan

kebijakan terkait dengan identifikasi permasalahan dan tujuan serta formulasi

kebijakan sebagai langkah awal dan monitoring serta evaluasi sebagai langkah

akhir”.

Menurut Winarno (2007:144) Implementasi dipandang secara luas

mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan

dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Implementasi pada sisi yang

lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai

suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

Pendapat lain dikemukakan oleh Dunn (2000:109) menjabarkan bahwa

implementasi kebijakan merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih

hubungan (termasuk keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan

pejabat pemerintah yang diformulasikan ke dalam bidang-bidang kesehatan,

kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan

implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau

lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan progam

yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dampak menimbulkan dampak

terhadap tercapainya tujuan.

17

Implementasi kebijakan merupakan tahap kedua setelah pembuatan atau

pengembangan kebijakan. Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa:

“implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah

bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan

dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan

kebijaksanaan.”

Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari

kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi

kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan.

Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2007:146) mengatakan bahwa :

“implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-

individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk

mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam

kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk

mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-

keputusan kebijakan”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agar kebijakan itu berhasil

dalam pencapaian tujuannya, maka serangkaian usaha perlu dilakukan diantaranya

18

perlu dikomunikasikan secara terbuka, jelas, dan transparan kepada sasaran.

Perlunya sumber daya yang berkualitas untuk pelaksanaannya dan perlunya

dirampungkan struktur pelaksana kebijakan.

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan adalah perangkat daerah yang

bertanggungjawab untuk melaksanakan otonomi daerah, desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas perbantuan bidang pendidikan di daerah. Berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 12 Tahun 2005 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Kepulauan Riau, Dinas

Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi : Melaksanakan urusan otonomi

daerah dibidang penyelenggraaan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Dinas

Pendidikan menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang penyelenggaraan pendidikan;

2. Penyelenggaraan pelayanan umumpenyelenggaraan pendidikan;

3. Pembinaan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pendidikan;

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas

Dalam masa perkembangannya, pada tahun 2009 Dinas Pendidikan

Kabupaten Bintan berubah nama menjadi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bintan, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

2007 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 7

Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bintan.

Sebagai mana tugas Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga yang melaksanakan

19

sebagian urusan rumah tangga Daerah di Bidang Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga dalam rangka kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi, Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga mempunyai fungsi sebagai SKPD yang

melalukan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Program dan

Kegiatan yang berkaitan dengan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

IV. PEMBAHASAN

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa

bahwa upaya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sudah

baik, karena mereka sudah banyak mengupayakan kebijakan yang meningkatkan

mutu pendidikan anak. Termasuk dalam melengkapi sarana prasarana sekolah.

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu objek yang sangat vital dalam

mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan mengajar.

Didaerah sekarang ini berbagai macam cara telah di lakukan praktisi pendidikan

untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan pemenuhan

sarana dan prasarana pendidikan. Kemampuan guru dan lembaga dalam

memenuhi sarana dan prasarana pendidikan akan sangat mempengaruhi

efektivitas pembelajaran.

Sarana dan prasarana pendidikan ada yang berfungsi tidak langsung

(kehadirannya tidak sangat menentukan dan ada yang berfungsi langsung

(kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar. Prasarana

pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan),

20

termasuk dalam prasarana pendidikan ini adalah tanah, halaman, pagar, tanaman,

bangunan sekolah, jaringan jalan, air, lestrik, telepon, serta perabot/mobiler.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat

menentukan) terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat peraga,

alat praktek dan media pendidikan.

Dapat dianalisa bahwa Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan

sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa

pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,

transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu

mendapat penekanan. Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di

bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan.

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan,

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa sosialisasi pernah

dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari

kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini

merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah

dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta

profesionalisme dari seluruh pihak terkait, pemerintah meyakini akan terjadi

perubahan serta peningkatan mutu pendidikan Bintan berskala nasional.

Dapat dianalisa bahwa masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak

kekurangan dari sekolah yang ada di Bintan namun luput dari pengawasan Dinas

21

Pendidikan ini, seperti banyak sekolah yang masih membutuhkan guru, tidak

seimbang antara guru dengan murid, kurangnya fasilitas pembelajaran, kemudian

ruang kerja yang masih tidak layak. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas

profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan

guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih

dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah

pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru

secara financial dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang

pendidikan. Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program pelatihan

mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk meningkatkan pendidikan

guru. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan guru sebagai

tenaga yang terampil (skill labour) atau dengan istilah lain guru yang memiliki

kompetensi.

3. Adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa dalam Perda

Nomor 9 Tahun 2012 membawa dampak baik bagi penyelenggaraan pendidikan

di Kabupaten Bintan walaupun saat ini belum sepenuhnya berjalan dengan

optimal. Peran pemerintah dalam mengembangkan pendidikan dan

mengalokasikan anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan

peran guru dan staf pengajar yang kompeten. Untuk mewujudkan masyarakat

Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan upaya-upaya konkrit dalam menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan

efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan

22

tuntutan perkembangan zaman. Upaya-upaya ini juga dimaksudkan untuk

mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai ”Kota Ilmu”, dengan

melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Untuk

mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah-langkah antara lain meningkatkan

profesionalisme sumber daya manusia kependidikan yang berbudaya, religius dan

berorientasi pada teknologi dan perekonomian; menerapkan metode pembelajaran

secara profesional yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik peserta didik secara proporsional; menyelenggarakan pendidikan

sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah

pengembangan; meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan

memasuki pasar kerja; dan meningkatkan partisipasi belajar melalui jalur sekolah

dan luar sekolah dalam rangka pementasan wajib belajar pendidikan dasar 12 (dua

belas) tahun. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan perlu untuk membentuk Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan.

Hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

Dapat diketahui bahwa hambatan dalam implementasi selalu ada. Edward III

(dalam Subarsono, 2005) lebih lanjut mengemukakan dua premis untuk keperluan

studi implementasi kebijakan yaitu prakondisi-prakondisi apakah yang diperlukan

untuk keberhasilan implementasi kebijakan serta hambatan-hambatan apa yang

dihadapi dalam penerapannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kemudian

23

diidentifikasikan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi implementasi

kebijakan sebagai variabel independen yang mempengaruhi kinerja dari

implementasi. Faktor-faktor tersebut meliputi empat variabel, yaitu: Komunikasi;

Sumber daya; Disposisi; dan Struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut tidak

hanya secara langsung mempengaruhi implementasi, akan tetapi juga tidak secara

langsung masing-masing faktor berpengaruh terhadap faktor lainnya.

Dalam implementasi perda tersebut jelaslah bahwa hambatan yang dialami

oleh Dinas pendidikan adalah komunikasi yang belum efektif seperti sosialisasi

kesetiap sekolah kemudian kesiapan sumberdaya seperti guru-guru yang ada di

sekolah di wilayah Kabupaten Bintan.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab sebelumnya maka dalam penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di

Kabupaten Bintan masih banyak mengalami hambatan, walaupun secara garis

umum sudah dapat dilaksanakan dengan baik hal ini diketahui dari salah satu

upaya dari Dinas Pendidikan dalam mengembangkan potensi anak adalah

membuka banyak sekolah kejuruan yang outputnya adalah siswa yang siap

bekerja, kemudian juga melihat kesiapan guru. Bintan merupakan salah satu

daerah yang luas dan masih ada desa-desa tertinggal, kemudian untuk

meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa serta dalam rangka pemerataan

24

pendidikan maka pihak Kabupaten Bintan membuat sebuah sekolah dengan

beasiswa, sehingga semua anak yang ada di Kabupaten Bintan bisa tetap

bersekolah.

Setiap sekolah juga saat ini sudah menerapkan manajemen sekolah yang baik

dengan melakukan transparansi dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti

RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) disusun bersama

guru/sekolah dan diketahui oleh Komite Sekolah kemudian diajukan ke Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. Sosialisasi pernah dilakukan

oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari kepala

sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahuun 2012 ini merupakan

bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman

masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam

menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Kemudian dampak dari adanya

perda ini juga sudah dirasakan baik oleh pihak sekolah walaupun saat ini belum

sepenuhnya berjalan dengan optimal.

Namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa masih kurangnya

kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena

masih banyak kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau

ruang yang dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak

lengkap untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benar-

benar sesuai dengan bidangnya. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas

profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan

guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih

25

dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah

pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru

secara finansial seperti mengeluarkan biaya untuk melanjutkan sekolah atau

mengikuti pelatihan/seminar secara pribadi dalam pengembangan SDM melalui

peningkatan jenjang pendidikan.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini agar

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun

2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan dapat berjalan

lebih baik lagi, berikut petikan wawancara yang dilakukan :

1. Sebaiknya pihak Dinas sering melakukan pengawasan kepada pihak

sekolah untuk dapat mengetahui penghambat dari implementasi kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Pendidikan di masing-masing sekolah di Kabupaten

Bintan

2. Sebaiknya sering dilakukan sosialisasi mengenai Peraturan Pemerintah

Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan agar seluruh masyarakat, dan warga sekolah mengetahui

tentang penyelenggaraan pendidikan serta tugasnya masing-masing untuk

mensukseskan jalannya kebijakan ini.

26

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha

Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dunn, W William. 2000. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dwijowijoto, R. N, 2003, Kebijakan publik formulasi, implementasi dan

evaluasi, Jakarta : PT.elex media komputindo.

Islamy, Irfan M. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:

Bumi Aksara

Nugroho, Riant D. 2008. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press.

Syafarudin. 2008. Efectivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Wahab. Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijaksanaan: dari Formula ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku

Kita.

Perundang-undangan :

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun

2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan