implementasi good governance kelurahan sungai...
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE KELURAHAN SUNGAI LEKOP
KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
DORIS TIARA ANDI
NIM. 110565201006
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE KELURAHAN SUNGAI LEKOP
KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
Doris Tiara Andi
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Dalam pelaksanaan otonomi daerah tidak lepas dari bagaimana
menciptakan pemerintahan yang baik atau sering disebut dengan good governance.
Secara keseluruhan di Kabupaten Bintan, penerapan Good Governance diturunkan
ke tingkat kecamatan hingga kelurahan. Dan hal ini menjadi suatu kewajiban dari
pemerintah daerah agar menerapkan prinsip good governance diseluruh kelurahan
dan kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan.
Dengan dilakukannya penelitian mengenai implementasi good governance
di Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan prinsip-prinsip
good governance di Kelurahan Sungai Lekop.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat digambarkan
bahwasanya Kelurahan Sungai Lekop telah melaksanakan prinsip-prinsip good
governance dalam pelayanan publik kepada masyarakat. Prinsip-prinsip good
governance tersebut dalam berbagai sektor dengan penerapan pola interaksi dan
kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat yang disebut
kemitraan. Penerapan prinsip-prinsip good governance yang telah dilaksanakan
Kelurahan Sungai Lekop harus di tingkatkan. Penulis berharap agar Kelurahan
Sungai Lekop dapat mempertahankan dan meningkatkan prinsip-prinsip good
governance yang telah dijalankan.
Kata kunci: Implementasi, Good Governance
3
ABSTRACT
The implementation of regional autonomy can not be separated from how
to create a good governance. In general, the implementation of good governance in
Bintan district was relegated to sub district level to the village level. This issue
becomes an obligation for the local government to implement good governance all
over the sub district and village in Bintan district.
The study about good governance implementation in Sungai Lekop village,
East Bintan sub district, Bintan district was expected could describe how the
principles of good governance was implemented in Sungai Lekop village.
The result shows that Sungai Lekop village has implemented the principles
of good governance in public service. The principle in many sector implemented
collaboration and interaction pattern among government, private and community
which called partnerships. The implementation of good governance principle that
have been done in Sungai Lekop village must be improved. We hope Sungai Lekop
village can maintain and improve principles of good governance that have been
implemented.
Keywords: Implementation, Good Governance
A. LATAR BELAKANG
Lahirnya otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah berarti
sebagian besar kewenagan telah diserahkan yang tadinya berada di pemerintah
pusat kini diserahkan kepada daerah otonom untuk mengatur daerahnya secara
mandiri. Sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon
tuntutan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan
membuat kebijakan sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan
otonomi daerah pelaksanaan tugas umum menjadi lebih cepat.
4
Dalam pelaksanaan otonomi daerah tidak lepas dari bagaimana
menciptakan pemerintahan yang baik atau sering disebut dengan good governance.
Good governance sebagai norma pemerintahan, adalah suatu sasaran yang akan
dituju dan diwujudkan dalam pelaksanaan pemerintahan yang baik dan asas-asas
umum pemeritahan yang layak sebagai norma mengikat serta serta menuntun
pemerintah dalam mewujudkan good governance. Sinergitas antara Good
Governance dengan asas-asas umum pemerintahan yang layak menciptakan
pemerintahan yang bersih (clean Government) dan pemerintahan yang berwibawa.
Pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan isu yang menonjol
dalam pengelolaan administrasi publik yang muncul sekitar dua dasa warsa yang
lalu. Tuntutan kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan adalah sejalan dengan kemajuan tingkat pengetahuan serta pengaruh
globalisasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good
governance merupakan landasan bagi penyusunan dan penerapan kebijakan negara
yang demokratis. Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi
tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai
dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani. Tata kepemerintahan yang
baik terkait erat dengan kontribusi, pemberdayaan, dan keseimbangan peran antara
tiga pilarnya (pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat). Tata
kepemerintahan yang baik juga mensyaratkan adanya kompetensi birokrasi sebagai
pelaksana kebijakan politik/publik atau sebagai perangkat otoritas atas peran-peran
negara dalam menjalankan amanat yang diembannya.
5
Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dalam wujud
pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab telah
menjadikan Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-
tugas pemerintahan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka perlu adanya penataan ulang
berbagai elemen dalam sistem penyelengggaraan pemerintahan dalam rangka
manifestasi pelaksanaan otonomi daerah. Karena pada dasarnya tujuan pelaksanaan
otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berangkat dari pengantar tentang good governance diatas, maka sudah
seharusnya setiap daerah menerapakan prinsip good governance tersebut. Hal ini
diharuskan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat lebih maksimal.
Salah satu daerah yang telah menerapkan prinsip good governance adalah
Kabupaten Bintan. Dimana penerapannya diturunkan ke tingkat kecamatan hingga
kelurahan. Dan hal ini menjadi suatu kewajiban dari pemerintah daerah agar
menerapkan prinsip good governance diseluruh kelurahan dan kecamatan yang ada
di Kabupaten Bintan. Dan hal ini terbukti, pada tahun 2014 yang lalu, salah satu
Kelurahan yang berada di wilayah Kabupaten Bintan mendapatkan peringkat ke
tiga tingkat nasional dalam ajang lomba kelurahan. Sungguh suatu kemajuan yang
baik yang ditunjukkan oleh kinerja kelurahan dan kecamatan yang ada di
Kabupaten Bintan.
Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur, telah ditetepkan
sebagai Kelurahan terbaik tingkat Kabupaten Bintan dan tingkat Provinsi Kepri
6
tahun 2014 dan keluar sebagai peringkat III Lomba Kelurahan Terbaik Tingkat
Nasional Pada Tahun 2014
Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur merupakan kelurahan yang
berhasil meraih juara ke tiga dalam perlombaan kelurahan tingkat nasional. Dari
keberhasilan Kelurahan Sei Lekop tersebut antara lain berhasil menerapkan konsep
good governance dibeberapa bidang antara lain;
a. Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana dibidang pendidikan
Kelurahan Sungai Lekop yang baru dimekarkan menjadi daerah kawasan
pendidikan Kabupaten Bintan Sejak Tahun 2009. hal itu dibuktikan dengan
pembangunan sarana pendidikan dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
sampai tungkat SMA/Sederajat. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,
Lurah telah mengedarkan Surat Keputusan tentang Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
serta jam wajib belajar. Kebijakan itu bertujuan untuk menekan angka buta aksara.
b. Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana dibidang kesehatan
Keunggulan yang di punyai oleh Kelurahan Sungai Lekop ini adalah
menurunnya angka kematian ibu hamil dan angka kematian bayi melalui program
Keluarga Berencana (KB) dan Posyandu Holistik. Dan memiliki kelompok Donor
Sukarela (KDDS). Pada program ini setiap warga wajib melaporkan jenis golongan
darahnya ke kantor kelurahan. Dari data tersebut, para kader dengan sukarela
mendonorkan darahnya guna ditabing di bank darah. Sehingga setiap ada warga
yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit yang membutuhkan darah, bisa
menghubungi petugas kelurahan. Menariknya, bank darah ini disediakan bukan
7
sekedar diperuntukan warga Sungai Lekop saja, akan tetapi seluruh warga Bintan
dan TanjungPinang yang berkebutuhan darah bisa mendapatkan stok darah di bank
darah Sungai Lekop. Labih Inovatif lagi, tanpa perlu datang ke bank darah, warga
bisa memiliki stok darah yang tersedia di media online www.seilekop.com disitu
semuanya sudah tercantum.
c. Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana dibidang ekonomi
Keunggulan dari segi Ekonomi bisa dilihat dari program pengembangan
ekonomi pemberdayaan masyarakat. Program itu berjalanan melalui
Pengembangan kelompok usaha bersama (kube). Kelurahan Sungai Lekop juga
telah mengelola bank sampah masyarakat. Penjualan sampah rumah tangga
itujustru menjadi tabungan kesehatan dan tabungan pendidikan masyarakat.
d. Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana dibidang keamanan dan ketertiban
serta pemberdayaan kesejahteraan keluarga pada masyarakat.
Keunggulan lainnya yang dimiliki oleh Kelurahan Sungai Lekop iyalah,
Pelayanan Satu Pintu (PTSP), pembentukan Forum RT/RW sampai dengan pola
pembangunan infrastruktur dan fisik sarana dan prasarana PNPM dan DAK yang
melibatkan seluruh komponen Masyarakat. Kelurahan Sungai Lekop juga telah
mengelola Babul Khairat yang dibentuk dalam ruang lingkup yang cukup luas.
Oleh karena itu, beranjak dari keberhasilan Kelurahan Sei Lekop
Kecamatan Bintan Timur dalam menerapkan good governance dalam kinerja nya,
maka penulis tertarik untuk mengangkat ini sebagai sebuah penelitian dengan judul
8
“Implementasi Good Governance Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan
Timur Kabupaten Bintan Tahun 2014.”
B. KERANGKA TEORI
1. Tinjauan Umum Tentang Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Dwijowijoto,
2003:70). Harsono (2002: 67) mengatakan implementasi adalah suatu proses untuk
melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program.
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier (1979)
sebagaimana dikutip dalam Coleman M. & Bush T. (2006: 65), mengatakan bahwa:
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata
pada masyarakat atas kejadian-kejadian”.
Implementasi secara sederhana diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Browne dan Wildavsky (dalam Diana A. & C. Tjipto, 2003:7) mengemukakan
bahwa:
“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa
9
yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan
pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).
Sedangkan menurut Susilo (2007:174), implementasi merupakan suatu
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan
maupun nilai, dan sikap.
Implementasi kebijakan menurut Edward III dalam Budi Winarno
(2012:177), Edward menyarankan untuk memperhatikan empat faktor agar
implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu Communication, Resources,
Disposition, Bureucratic Structure. patut diperhatikan disini implementasi
kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, yang mencakup banyak interaksi
dari banyak variabel. Oleh karena itu, tidak ada variabel tunggal dalam proses
implementasi, sehingga perlu dijlaskan keterkaitannya antar satu variabel ke
variabel yang lain, dan bagaiman variabel-variabel ini mempengaruhi proses
implementasi kebijakan.
Berdasarkan uraian mengenai pendapat tentang pengertian implementasi
diatas, maka peneliti perlu memberikan batasan. Implementasi adalah pelaksanaan
dari apa yang telah ditetapkan dan menerima segala akibat/dampak setelah
dilaksanakan tersebut. Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
10
2. Pemahaman Good Governance
a. Pengertian Good Governance
Dalam penyelenggaraan pemerintah dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma rule government menjadi good governance. Dalam paradigma rule
government penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik
senantiasa menyandarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu paradigma good governance tidak hanya terbatas pada penggunaan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi juga menerapkan prinsip
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang tidak hanya melibatkan pemerintah
atau negara semata, tetapi harus melibatkan internal maupun eksternal birokrasi
(Hari Sabarno, 2007: 16).
Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses
interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang
yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-
mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga Negara
mengartikulasi kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan- perbedaan
mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka.
Governance merupakan proses lembaga-lembaga pelayanan, mengelola
sumber daya publik dan menjamin realita hak azasi manusia. Dalam konteks ini
good governance memiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan
wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak yang berlandaskan pada
pemerintahan hukum.
11
Menurut Mardiasmo (2005:114) mengemukakan bahwa orientasi
pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana
pengertian dasarnya adalah tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut OECD
dan World Bank (Sedarmayanti, 2009:273), Good Governance sebagai
penyelenggaraan manajemen pembangunan solid dan bertanggungjawab yang
sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi yang langka, dan pencegahan korupsi secara politik dan administrasi,
menjalankan disiplin anggaran serta pendiptaan kerangka kerja politik dan hukum
bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
Dalam implementasinya, governance meliputi tiga institusi yang satu
dengan yang lainnya berkaitan, yaitu negara (state), sektor swasta (private sector),
dan lembaga swadaya masyarakat (civil society). Negara menciptakan lingkungan
politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan pekerjaan dan
pendapatan, dan lembaga swadaya masyarakat berperan positif dalam interaksi
sosial, ekonomi, dan politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat
untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.
Kata Good Governance terdiri dari dua kata “good” dan “governance”.
Dalam buku Leo Agustino (2007: 182) dijelaskan bahwa arti good dalam good
governance mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, nilai-nilai yang
menjunjung tinggi keinginan/ kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan (nasional)
kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; serta kedua, aspek-
aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
12
tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan Governance atau
kepemerintahan dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai “ the act, fact, manner of
governing” atau “tindakan, fakta, pola cara-cara penyelenggaraan pemerintahan”.
Konsepsi good governance muncul dalam pemahaman mengenai perlunya
perubahan wacana pemerintahan, yaitu dari konsep yang selama ini dipakai
(pemerintah atau government) menjadi pemerintahan (governance). Konsep
governance lebih bermakna dinamis dan akan sulit dimanipulasi, sedangkan
government lebih statis sehingga, dengan demikian, akan mudah dimanipulasi oleh
pihak yang mengendalikannya (Koirudin, 2005: 159).
United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan istilah
governance sebagai suatu exercise dari kewenangan politik, ekonomi, dan
administrasi untuk menata, mengatur dan mengelola masalah-masalah sosialnya.
Istilah “governance” menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur
ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya, tidak hanya
dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi
dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian jelas sekali, bahwa
kemampuan suatu negara mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat
tergantung pada kualitas tata kepemerintahannya di mana pemerintah melakukan
interaksi dengan organisasi-organisasi komersial dan civil society (Miftah Thoha,
2003: 63).
Sedangkan World Bank (dalam Koirudin, 2005: 160) mendefinisikan good
governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
13
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
Ditinjau dari aspek pemerintahan (government), Good Governance dapat
dilihat melalui aspek-aspek :
1. Hukum/kebijakan. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan
kebebasan sosial, politik dan ekonomi.
2. Administrative competence and transparency. Kemampuan membuat
perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model
administrative, keterbukaan informasi.
3. Desentralisai. Desentralisasi regional dan dekonsentrasi didalam
departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta,
deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan
ekonomi makro (LAN dalam AKIP, 2001).
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan
bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui
pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada
14
kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan
kebijakan.
Dapat disimpulkan bahwa good governance adalah suatu proses
pengelolaan berbagai bidang kehidupan (sosial, politik, ekonomi) di suatu negara
atau daerah dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
dalam penggunaan sumber daya (alam, manusia dan keuangan) dengan cara yang
sesuai dengan prinsip keadilan, efisiensi, partisipasi, transparansi, predictability,
akuntabilitas publik dan hak-hak asasi manusia.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Good Governance
merupakan tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan tersebut mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembagalembaga
dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan
mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka.
b. Prinsip-Prinsip Good Governance
Kunci utama untuk memahami kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya.
Selain itu, penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bertanggungjawab baru
akan tercapai apabila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi
ketiga komponen good governance tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang
setara.
15
Menurut United Nation Development Program (UNDP) prinsip-prinsip
yang dikembangkan dalam Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance) adalah sebagai berikut :
1) Partisipasi
Setiap orang atau warga Negara memiliki hak suara yang sama dalam
proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lembaga
perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasi masing-masing.
Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan
berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara
konstruktif.
2) Kepastian Hukum (Rule Of Law)
Kerangka aturan hukum dan prundangan-undangan haruslah
berkeadilan dan dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh
(impartialy), terutama tentang atuaran hukum dan hak azasi manusia.
3) Transparansi
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran
informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat di
akses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya dan harus dapat
disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat
digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.
4) Tanggung Jawab (Responsiveness)
16
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk
melayani berbagai pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan
dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut akan
semakin baik. Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan
ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi dalam mewujudkan
misi dan tujuan organisasi publik.
5) Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintahan yang Baik (Good Governance) akan bertindak sebagai
penengah (mediator) bagi berbagai kpentingan ang berbeda untuk
mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan
masing-masing pihak, jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap
berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapakan pemerintah.
6) Berkeadilan (Equity)
Pemerintah yang Baik akan memberikan kesempatan yang sama baik
terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.
7) Efektifitas dan Efisiensi
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan
sesuatu yang benar-benar seusai dengan kebutuhan melalui
pemanfaatan yang sebaik- baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.
17
8) Akuntabilitas
Para pengambil keputusan (Decision Maker) dalam organisasi sektor
pelayanan dan warga Negara madani memiliki pertanggungjawaban
(akuntabilitas) kepada public sebagaimana halnya kepada para pemilik
(stakeholder).
9) Visi Strategis (Strategic Vision)
Para pemimpin dan warga Negara memiliki perspektif yang luas dan
jangka panjang tentang penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik
(Good Governance) dan pembangunan manusia, bersamaan dengan
dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik hanya dapat
dilakukan apabila terjadi keseimbangan peran ketiga pilar yaitu pemerintah, dunia
usaha swasta, dan masyarakat. Ketiganya mempunyai peran masing-masing.
Pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) memainkan peran menjalankan
dan menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur
lain dalam governance. Dunia usaha swasta berperan dalam penciptaan lapangan
kerja dan pendapatan. Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial,
ekonomi dan politik. Ketiga unsur tersebut dalam memainkan perannya masing-
18
masing harus sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
tata kepemerintahan yang baik.
Beberapa gambaran situasi dan kondisi yang terjadi bilamana tata
kepemerintahan yang baik diterapkan antara lain sebagai berikut:
1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi.
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang
bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel, serta semakin
baiknya hasil kerja organisasi/institusi dan prestasi pegawai.
3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat.
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
yang ditunjukkan dengan berjalannya mekanisme dialog dan musyawarah
terbuka dengan masyarakat dalam perumusan program dan kebijakan
layanan publik (seperti forum konsultasi publik).
Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan
perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian,
hukum menjadi landasan bertindak bagi aparatur pemerintah dan masyarakat untuk
mewujudkan pelayanan publik prima. Di samping itu, kalangan dunia usaha swasta
akan merasa lebih aman dan terjamin ketika menanamkan modal dan menjalankan
usahanya karena ada aturan main (rule of the game) yang tegas, jelas, dan mudah
dipahami oleh masyarakat. Aspek positif lainnya adalah tidak akan ada
kebingungan di kalangan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya serta
19
berkurangnya konflik antarpemerintah daerah serta antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.
C. HASIL PENELITIAN
Sesuai konsep operasional dalam penelitian ini adalah mengacu pada teori
implementasi dari Edward III (2012:177), untuk memerhatikan empat isu pokok
agar implementasi kebijakan good governance menjadi lebih efektif yaitu,
communication, resource, despotition or ottitudes, dan bureaucratis structures.
Adapaun konsep tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi (Communication)
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebiajakan publik, termasuk juga dalam implementasi good
governance. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang
mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga
setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus dikomunikasikan
kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan
pun harus tepat, akurat, dan konsisten.
Menurut Zulkarnain (2002:21) good governance merupakan sesuatu yang
baru bagi masyarakat Indonesia, dimana aplikasi daripada konsep ini seringkali
tergantung pada kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk mencapai dua tujuan
yaitu pemerintah yang bersih dan demokratis. Penerapan dari good governance
sendiri sudah seharusnya melibatkan semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat
20
maupun pihak swasta. Seperti yang dijelaskan oleh Lurah Sungai Lekop beliau
mengatakan pasti ada komunikasi antara Kelurahan (pemerintah), masyarakat dan
pihak swasta. Hal ini diperlukan agar penerapan good governance dapat berjalan
sesuai semestinya.
Kelurahan Sungai Lekop mencoba menerapkan prinsi transparansi dalam
pemerintahannya. Hal ini dilihat dari komunikasi dan informasi yang dijalin antara
masyarakat dan pihak swasta. Secara konseptual, transparansi dibangun atas dasar
arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan
informasi perlu dapat di akses oleh pihak-pihak yang berkepentingan,dan informasi
yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Dengan prinsip
transparansi yang benar-benar diimplementasikan pada setiap aspek dan fungsi
pemerintahan di daerah, apalagi bila di lengkapi dengan penerapan prinsip merit
system dan reward and punishment dan keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan didaerah.
Kelurahan Sungai Lekop membangun kerjasama baik itu dengan
masyarakat maupun dengan membangun komunikasi yang baik antara ke tiga
elemen tersebut. Bapak Rahmat salah satu masyarakat Kelurahan Sungai Lekop
menjelaskan bahwa kelurahan selalu menjalin komunikasi yang baik terhadap
masyarakat. Setiap kegiatan selalu disosialisasikan ke masyarakat melalui ketua-
ketua RT. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat peneliti katakana bahwasanya
komunikasi yang dibangun antara kelurahan dan masyarakat sudah berjalan cukup
baik. Sebagaimana ditambahkan pula oleh Lurah Sei Lekop yang mengatakan
bahwa Kelurahan juga memiliki forum RT/RW setiap tanggal 5, disitu setiap kritik,
21
saran masukan untuk kelurahan semua dibahas. Jadi jika misalnya ada
permasalahan yang terjadi di bulan ini, bulan depan bisa terselesaikan.
Hal ini dipertegas juga oleh ketua RT 01 / RW 02, beliau mengatakan setiap
bulannya kita ada Forum RT/RW untuk membahas permasalahan-permasalahan di
kelurahan sei lekop dan mencari solusinya yang pasti. Jika ada kritik dan saran serta
masukan untuk Kelurahan Sungai Lekop, bisa disampaikan juga pada forum
tersebut.
Berdasarkan informasi dari beberapa narasumber diatas, dapat dikatakan
bahwasanya Kelurahan Sungai Lekop telah membangun kemitraan yang baik
dengan elemen masyarakat. Tidak hanya dengan masyarakat saja, tapi juga dengan
pihak swasta seperti yang dijelaskan oleh Lurah Sei Lekop ada beberapa perusahaan
di wilayah kelurahan Sungai Lekop seperti PT Tirtamadu, PT Philips Bintan, PT.
Tenaga Listrik Bintan dan lain sebagainya.
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat penulis katakan bahwasanya
Kelurahan Sungai Lekop telah menjalin kemitraan dengan pihak swasta maupun
dengan masyarakat. Hal ini sangat baik karena implementasi prinsi good
governance sangat dibutuhkan semua elemen saling membantu untuk
mensukseskan good governancei di kelurahan Sungai Lekop.
2. Sumber daya (Resource)
Sumber daya yang utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau
pegawai. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah
satunya disebabkan oleh staf atau pegawai yang tidak mencukupi, kurang memadai,
atau tidak kompeten dibidangnya. Dalam hal penerapan good governance di
22
Kelurahan Sungai Lekop, pemerintah kelurahan juga harus menyiapkan staff atau
pegawai agar implementasi good governance dapat berjalan dengan baik.
Hasil wawancara dengan Bapak M. Ridwan, Lurah Sungai Lekop
menerangkan bahwa masalah sumber daya khususnya sumber daya manusia di
Kelurahan Sungai Lekop terdapat 18 staff. 4 diantaranya di nota dinaskan di kantor
kecamatan.
Lebih lanjut, Bapak M. Ridwan juga menerangkan mengenai kapasitas staff
yang dimiliki Kelurahan Sungai Lekop, rata-rata staff di Kelurahan Sungai Lekop
adalah tamatan S1. Ada juga yang tamatan SD/SMP tapi harus sesuai dengan
pekerjaannya.
Dari keterangan Lurah Sungai Lekop tersebut, dapat kita lihat bahwa
Kelurahan Sei Lekop memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang pastinya menjalankan prinsip-
prinsip dari good governance.
3. Disposisi atau sikap (Despotition or ottitudes)
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimilik oleh implementer,
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementer memiliki
disposisi yang baik, maka pelaksana akan menjalankan tugas dengan baik seperti
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementer memiliki sikap yang
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga
menjadi tidak efektif.
Komitmen dari aparatur pelaksana sebuah kebijakan dapat menunjang
berjalannya kebijakan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan. Sebuah
23
kebijakan tidak bisa berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan jika
para aparatur pelaksananya tidak memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya sebagai pelaksana kebijakan.
Terkait pelaksanaan good governance di Kelurahan Sungai Lekop,
Pemerintah kelurahan telah berupaya dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip-
prinsip good governance kedalam pemerintahan. Seperti yang dikatakan bapak M.
Ridwan, Lurah Sungai Lekop bahwasanya Kelurahan selalu berkomitmen untuk
menerapkan prinsi-prinsip good governance dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Semua pegawai juga kami telah beri arahan agar melakukan tugas dan
fungsinya sebagai pelayan masyarakat.
Berdasarkan keterangan dari Lurah Sungai Lekop tersebut dapat kita lihat
bagaimana komitmen kelurahan Sungai Lekop untuk menerapkan prinsip-prinsip
good governance dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. Dengan prinsip
good governance yang benar-benar diimplementasikan pada setiap aspek dan
fungsi pemerintahan di daerah, apalagi bila di lengkapi dengan penerapan prinsip
merit system dan reward and punishment dan keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan didaerah. Secara konkrit, penerapan salah satu prinsip transparansi
yang dilaksanakan di Kelurahan Sungai Lekop dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Adanya arus informasi dan komunikasi yang akurat bagi masyarakat umum
dalam kaitannya dengan program-program pemerintahan yang dilakukan
oleh pemerintah Kelurahan Sungai Lekop.
b) Adanya keterbukaan dalam hal pengambil keputusan publik dan dalam
proses implementasi atau pelaksanaannya.
24
Penerapan prinsip good governance adalah mereka yang merasakan bahwa
berbagai proses penyelenggaraan pemerintahan daerah telah berjalan secara
transparan/terbuka dan dapat diakses oleh berbagai pihak, termasuk elemen
masyarakat yang membutuhkan informasi. Realitas hasil penelitian ini senada
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lurah Sungai Lekop bahwa salah satu
bentuk penerapan prinsip transparansi yang diterapkan oleh pemerintah Kelurahan
antara lain dengan melakukan fungsi pelayanan komunikasi kepada masyarakat,
unsur pers; serta fungsi koordinasi dengan instansi terkait berkaitan dengan tugas-
tugas pemerintahan yang hasilnya kemudian di sosialisasikan secara langsung
kepada masyarakat dan swasta.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti melihat ada komitmen dan
sikap yang jelas dari Kelurahan Sungai Lekop untuk melaksanakan dan
menerapkan prinsip-prinsip good governance disetiap pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat.
4. Struktur birokrasi (Bureaucratis structures)
Dari segi struktur birokrasi Kelurahan Sungai Lekop, dapat kita lihat
penerapan good governance sesuai prinsip akuntabilitas. Kelurahan Sungai Lekop
telah memiliki bagian-bagian dari struktur organisasi yang jelas serta pembagian
tugas yang memudahkan kegiatan operasional kantor maupun lapangan. Setiap
bagian telah melaksanakan tugasnya dengan baik karena koordinasi yang baik pula,
serta adanya peranan dari seorang pemimpin yaitu Lurah. Sebagaimana penjelasan
Lurah Sungai Lekop yang mengatakan bahwa Kelurahan Sungai Lekop telah
25
memiliki struktur birokrasi yang sudah diatur, masing-masing posisi dan jabatan
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing.
Berdasarkan wawancara diatas, dapat kita lihat bahwasanya Kelurahan
Sungai Lekop sudah memiliki struktur birokrasi untuk menjalankan
pemerintahannya. Hal ini dapat kita lihat dari sudah adanya struktur organisasi dan
pembagian tugas dan fungsi setiap perangkat pemerintahannya.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa pada Bab IV diatas, maka penulis
mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini:
1. Kelurahan Sei Lekop telah melaksanakan prinsip-prinsip good
governance dalam pelayanan publik kepada masyarakat. Prinsip-prinsip
good governance tersebut dalam berbagai sektor dengan penerapan pola
interaksi dan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan
masyarakat yang disebut kemitraan.
2. Kelurahan Sei Lekop membangun kerjasama dan mejalin komunikasi
baik dengan masyarakat maupun pihak swasta. Kelurahan Sei Lekop
berusaha dengan mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan
sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi.
26
3. Kelurahan Sei Lekop juga telah berkomitmen untuk melaksanakan
prinsip-prinsip good governance tersebut dalam setiap pelayanan publik
yang diberikan kepada masyarakat.
4. Dalam pelaksanaanya, Kelurahan Sei Lekop juga mendapati hambatan-
hambatan untuk menerapkan prinsip good governance di lingkungan
Kelurahan Sei Lekop. Namun pelaksanaannya, hambatan tersebut dapat
diatasi perlahan-lahan dengan kerjasama semua pihak.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat penulis berikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Kelurahan Sei Lekop diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan prinsip-prinsip good governance yang telah dijalankan.
Karena mempertahankan yang baik itu lebih sulit, oleh karena itu penulis
menyarankan agar pihak kelurahan mampu memperthankan apa yang sudah
baik, dan kalau perlu di tingkatkan kembali.
2. Masyarakat Sei Lekop diharapkan untuk mendukung, memantau serta
mengawasi Kelurahan Sei Lekop dalam menerapkan prinsip-prinsip good
governance yang ada. Saran dan kritik yang membangun sudah seharusnya
masyarakat berikan kepada Kelurahan Sei Lekop.
3. Kepada pihak swasta di Kelurahan Sei Lekop, supaya mampu menciptakan
suasana yang aspiratif serta mampu bermitra dengan baik kepada
masyarakat maupun kelurahan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adi, Tarwiyah Tuti. 2005. Kebijakan pendidikan Era 0tonomi Daerah.Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Agustino, Leo. 2007. Perihal Politik, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bush, T., dan Coleman, M. 2006. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.
Yogyakarta: IRCiSod.
Diana, A dan C. Tjipto. 2003. Pengantar Kebijakan Negara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Fadhli, Muhammad. 2011. Implementasi Good Governance dalam Struktur dan
Kultur Lokal. Jurnal.
Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi Di Indonesia Format Masa Depan
Otonomi Menuju Kemandirian Daerah, Malang: Averroes Press.
Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.
Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pattilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Prasetijo. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance. Jakarta: Total
Media.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta.
28
Sabarno, Hari. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa,
Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Thoha, Mifthah. 2003. Birokrasi dan Politik Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Widodo, Joko.2010. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik. Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogjakarta: Media Presindo.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Dokumen dan Undang-Undang
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). 2007. Penerapan Tata
Kepemerintahan yang Baik. Jakarta: Sekretariat Tim Pengembangan
Kebijakan Nasional.
Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.