implementasi fungsi manajemen menurut robbins dan …

115
IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Disusun Oleh : Hajiah Nurdiani 1110053000015 MANAJEMEN ZAKAT INFAK SEDEKAH DAN WAKAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN

MENURUT ROBBINS DAN COULTER

PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK

SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Hajiah Nurdiani

1110053000015

MANAJEMEN ZAKAT INFAK SEDEKAH DAN WAKAF

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN

MENURUT ROBBINS DAN COULTER

PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH

MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Hajiah Nurdiani

1110053000015

Pembimbing

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.

NIP. 196606051994031005

MANAJEMEN ZAKAT INFAK SEDEKAH DAN WAKAF

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.

NIP. 196606051994031005

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SKRIPSI

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN

MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABOTATORIUM AMIL

ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)

Oleh :

Hajiah Nurdiani

1110053000015

Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juni 2016. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 30 Juni 2016

Sidang Munaqasah

Ketua, Sekretaris,

Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Drs. Sugiharto, MA.

NIP. 19630701 199803 1 003 NIP. 19660806 199603 1 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK., MA. Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA.

NIP. 19640428 199303 1 002

Pembimbing

Page 4: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2016

Hajiah Nurdiani

Page 5: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

v

ABSTRAK

Hajiah Nurdiani, NIM 1110053000015, Implementasi Fungsi Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

(Lazis) Manajemen Dakwah, Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah bimbingan Drs. Hasanuddin

Ibnu Hibban, MA.

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manejemen Dakwah -

awalnya bernama Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah),

merupakan organisasi amil zakat yang tengah merintis untuk menjadi organisasi

pengelola ZIS yang amanah dan profesional. Oleh karena itu, Lazis Manajemen

Dakwah perlu membentuk fungsi manajemen untuk mencapai tujuan, agar mampu

memecahkan konflik yang terjadi, meningkatkan kinerja manajerial dan non-

manajerial, dan menimbulkan berbagai kesempatan untuk tumbuh bersama.

Peneliti memperhatikan pentingnya implementasi fungsi manajemen pada

Lazis Manajemen Dakwah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan

masalah adalah: Bagaimana implementasi fungsi manajemen dengan teori Stephen

P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan pendekatan kualitatif. Peneliti melakukan teknik

pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dengan ketua umum

dan memanfaatkan dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu Lazis Manajemen Dakwah

telah menerapkan fungsi manajemen seperti teori yang diungkapkan Stephen P.

Robbins dan Mary Coulter sebagai acuan pustaka yang digunakan untuk melakukan

penelitian ini. Meskipun demikian, masih ada beberapa catatan untuk

dipertimbangkan agar Lazis Manajemen Dakwah menjalankan fungsi manajemen

agar dapat meningkatkan kinerjanya dan mampu membentuk para anggotanya

menjadi amil zakat yang amanah dan profesional.

Kata Kunci: Fungsi, Manajemen, Laboratorium, Amil Zakat

Page 6: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah SWT., atas segala

kuasa-Nya, atas segala pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “Implementasi Fungsi Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

Manajemen Dakwah (Lazis MD)”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada

qudwah hasanah, idola sepanjang masa, pejuang paling heroik, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beserta para sahabatnya dan semoga kita

senantiasa menjalankan sunnah-sunnahnya sehingga di yaumil akhir kelak berhak

mendapatkan syafaatnya. Dengan selesainya skripsi ini, peneliti sampaikan ucapan

terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku wakil dekan I, Ibu Dr.

Roudhonah, MA., selaku wakil dekan II, Bapak Dr. Suhaemi, MA., selaku

wakil dekan III.

2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku ketua jurusan Manajemen

Dakwah dan Bapak Drs. Sugiharto, MA., selaku sekretaris jurusan

Manajemen Dakwah.

3. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA., selaku dosen pembimbing dalam

penelitian ini, yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog

mengarahkan, mengoreksi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

menyampaikan ilmunya kepada peneliti dengan segala keterbatasan yang ada

pada diri saya sehingga sedikit banyak penulis telah memahami dinamika

pengetahuan yang ada.

5. Bapak Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA., selaku ketua umum Laboratorium

Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manajemen Dakwah yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan banyak informasi mengenai

penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

Page 7: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

vii

6. Kepada kakanda Jayadin, suami tercinta yang rajin mengingatkan untuk

menyelesaikan skripsi dan melanjutkan studi. Kepada orang tua tercinta,

Bapak Muhammad Nuh dan Ibu Mardiyah, yang tak pernah putus mendoakan

juga memotivasi penulis untuk terus belajar. Kepada ibu mertua dan kakak

ipar yang menjaga anak-anak tercinta ketika peneliti menyusun skripsi.

Kepada dua malaikat kecil, Ayeesha dan Uwais yang menjadi penyejuk mata

ketika peneliti mulai lelah dan kehilangan semangat, terima kasih guru

kecilku.

7. Kepada teman-teman Manajemen Dakwah 2010, yang lebih dulu

menyelesaikan studinya, yang tak bosan menanyakan kabar penelitian ini.

Teman-teman seperjuangan LDK Syahid, Pabrik Peradaban,

#IndonesiaTanpaJIL, Yayasan Rumah Iqro Insani, semoga Allah menjaga

kalian selalu dalam kebaikan dan ketaatan.

8. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu,

namun semoga Allah memberikan balasan kebaikan kalian dengan balasan

yang lebih baik.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini dapat memberikan

manfaat keilmuan terkhusus bagi penulis dan semoga pun bermanfaat bagi pembaca

yang berkenan membaca penelitian ini. Dan semoga karya tulis ini menjadi bagian

ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah bagi penulis, amin yaa rabbal ‘alamiin.

Jakarta, 24 Juni 2016

Penulis

Page 8: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4

D. Metodologi Penelitian.............................................................. 5

E. Tinjauan Pustaka Penelitian ................................................ 13

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS FUNGSI MANAJEMEN

(MENURUT ROBBINS DAN COULTER)

DAN LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH

A. Fungsi Manajemen

1. Pengertian Fungsi Manajemen ........................................ 17

2. Ruang Lingkup Fungsi Manajemen ............................... 18

a. Perencanaan

1) Definisi Perencanaan .......................................... 18

2) Dasar-Dasar Perencanaan ................................. 19

3) Alat dan Teknik Perencanaan ........................... 22

b. Pengorganisasian

1) Definisi Pengorganisasian .................................. 24

2) Keputusan Desain Organisasi ........................... 26

3) Desain Organisasi Yang Umum ........................ 28

4) Sumber Daya Manusia ....................................... 29

5) Mengelola Perubahan dan Inovasi .................... 32

c. Kepemimpinan

Page 9: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

ix

1) Definisi Kepemimpinan ...................................... 33

2) Gaya Kepemimpinan .......................................... 35

3) Dasar Perilaku Organisasi ................................. 37

4) Manajemen Konflik dan Pengambilan

Keputusan ........................................................... 38

5) Mengembangkan Kelompok Menjadi Tim Yang

Efektif .................................................................. 40

6) Motivasi Kerja .................................................... 42

d. Pengendalian

1) Definisi Pengendalian ......................................... 43

2) Tahap Pengendalian ........................................... 43

3) Jenis Pengendalian ............................................. 43

4) Ciri Pengendalian Efektif .................................. 44

5) Pengendalian Kinerja Organisasi ..................... 44

B. Laboratorium Amil Zakat Infak dan Sedekah

1. Pengertian Laboratorium Amil Zakat ........................... 46

2. Kedudukan Amil Zakat ................................................... 49

3. Tugas dan Fungsi Laboratorium Amil Zakat ............... 50

BAB III GAMBARAN UMUM LABORATORIUM AMIL ZAKAT

INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH

A. Sejarah Singkat...................................................................... 53

B. Visi, Misi dan Tujuan ............................................................ 54

C. Struktur Organisasi .............................................................. 55

D. Fungsi Manajemen ................................................................ 57

E. Sistem Keuangan ................................................................... 66

F. Muzaki dan Mustahik Lazis Manajemen Dakwah ............ 66

G. Program Kegiatan Lazis Manajemen Dakwah .................. 70

H. Hasil Karya Lazis Manajemen Dakwah ............................. 73

Page 10: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

x

BAB IV IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT

ROBBINS DAN COULTER PADA LAZIS MANAJEMEN

DAKWAH

A. Fungsi Perencanaan .............................................................. 75

B. Fungsi Pengorganisasian ...................................................... 79

C. Fungsi Kepemimpinan .......................................................... 82

D. Fungsi Pengendalian ............................................................. 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 86

B. Saran ....................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ramainya pertumbuhan lembaga pengelola zakat di Indonesia

memang patut diapresiasi, tetapi perlu juga dikritisi agar lembaga-lembaga

tersebut mampu menjalankan perannya dalam pengelolaan zakat. Bukan

sebatas menghimpun dan menyalurkan zakat, lembaga zakat juga

diharapkan menjadi pionir umat dalam rangka mengeksplorasi potensi zakat

untuk kemaslahatan yang lebih luas.

Jika kita melakukan pengelolaan zakat dengan kondisi lembaga

yang memiliki integritas, rekan kerja yang solid dan bersemangat, manajer

yang bersedia memotivasi dan menerima kritik dari bawahan, tiap orang

memahami deskripsi perkerjaannya dan hal-hal lain yang membuat suasana

organisasi atau perusahaan menjadi tempat yang menyenangkan dan

membanggakan. Situasi yang menyenangkan, dimana terjalin kerja sama

yang apik, komunikasi yang harmonis, penyelesaian masalah yang dinamis

dengan ketetapan standar kerja dengan kualitas terbaik tentu membutuhkan

peran serta dari berbagai pihak terkait dalam sebuah organisasi.

Mengelola sebuah organisasi memang bukan pekerjaan yang

mudah, sehingga banyak orang yang menganggap bahwa keberlangsungan

organisasi bisa berjalan seperti air yang mengalir. Sama sekali tidak. Sebab,

di lingkungan organisasi ada banyak kepala yang memiliki berbagai

pemikiran dan gagasan yang perlu disatukan menjadi bagian yang saling

melengkapi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Manajer, adalah pihak yang punya peranan krusial dalam sebuah

organisasi. Manajer harus berperan aktif dan fleksibel untuk menjamin

keberlangsungan dan perkembangan organisasi yang ia pimpin. Peranan

manajer dalam sebuah organisasi dapat menjadi penentu produktivitas

kinerja bawahannya, sehingga penting bagi seorang manajer untuk memiliki

perspektif bahwa segala bentuk nilai minus dari bawahan bukan untuk

Page 12: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

2

dicaci atau dipermalukan melainkan untuk dimotivasi, diarahkan agar dapat

mengerjakan tugasnya dengan baik.

Manajer dan pekerja perlu saling mempelajari satu sama lain

sehingga dapat menciptakan budaya kerja yang terbuka. Manajer yang

bijaksana memiliki keyakinan bahwa keterbukaan, integritas, pemberian

kesempatan bagi para pekerjanya merupakan bentuk dukungan terhadap

pertumbuhan dan perkembagan organisasi. Karena tujuan organisasi tidak

akan mampu dicapai oleh seorang manajer, ia memerlukan pekerja lain

untuk bekerja sama mewujudkan tujuan organisasi.

Di Indonesia sejarah kelahiran amil zakat telah digagas sejak Islam

mulai masuk ke bumi nusantara. Sejak itu cahaya Islam menerangi tanah air

yang membentang dari Aceh hingga Papua. Setahap demi setahap

masyarakat di berbagai daerah mulai mengenal, memahami dan akhirnya

mempraktekkan Islam. Namun dalam perjalanan yang telah melewati masa

berabad-abad tersebut, praktek pengelolaan zakat masih dilakukan dengan

sangat sederhana dan alamiah. Setelah melewati fase pengelolaan zakat

secara individual, sebagai kaum muslimin di Indonesia menyadari perlunya

peningkatan kualitas pengelolaan zakat. Masyarakat mulai merasakan

perlunya lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah.1

Setiap organisasi membentuk fungsi manajemen untuk mencapai

tujuan, agar mampu memecahkan konflik yang terjadi, meningkatkan

kinerja manajerial dan non-manajerial, dan menimbulkan berbagai

kesempatan untuk tumbuh bersama. Dalam istilah manajerial, keberhasilan

menghadapi berbagai elemen dari manajemen akan menghasilkan kepuasan

kerja, tingginya moral dan komitmen, luar biasanya kualitas pekerjaan,

bijak dalam penentuan keputusan, dan berbagai manfaat yang didapat.

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah

(Lazis MD), sebagai organisasi pengelola ZIS (Zakat Infak Sedekah) yang

1 Adiwarman A. Karim, Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya Lembaga Amil Zakat

(LAZ) Di Indonesia, (Jakarta:Jurnal Pemikiran dan Gagasan IMZ, 2009), Vol. I, hlm. 2.

Page 13: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

3

masih merintis, dibentuk dan dikembangkan dengan manajemen yang

bersifat umum.

Lazis Manajemen Dakwah memulai kiprahnya pada tanggal 14

Maret 2012 di Ciputat, dimana lembaga ini dinaungi oleh Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Legalitas untuk melakukan ekspansi

semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan

sebagai lembaga amil zakat berdasarkan SK no. 14 tahun 2012. Semangat

membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak

lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzaki dan

mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang

kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin

dikurangi jaraknya. Sehingga pada tanggal 3 juni 2012 Lazis MD

menyukseskan acara pertamanya melalui program BAZAR SHODAQOH,

dimana melalui acara tersebut Lembaga ini berhasil memberikan tunjangan

kepada 15 orang anak yatim piatu, serta menyumbang 243 buku untuk

Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pos Solidaritas Umat di daerah Ciputat dan

sekitarnya.2 Pada saat tahun 2013, Lazis MD telah menyalurkan dana

kepada 150 mustahik di bebeberapa daerah sekitar uin yang membutuhkan.

Diantaranya dhuafa, pemulung, anak yatim, janda dan lain sebagainya yang

berlokasi di sekitar kampus UIN.3

Fungsi manajemen memegang peranan penting dalam cara

masyarakat bekerja. Di dunia industri, pendidikan, pemeliharaan kesehatan,

tak terkecuali dalam pengelolaan zakat, manajemen telah menciptakan

peningkatan standar hidup manusia. Oleh karena itu, penulis bermaksud

untuk membuat penelitian di Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

Manajemen Dakwah (Lazis MD) dengan judul Implementasi Fungsi

Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil

Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD).

2 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012 3 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013

Page 14: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah bahwa Lazis Manajenen Dakwah dengan teori

fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter.

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan output yang sarat manfaat

sehingga dapat diimplementasikan dalam Lazis Manajemen Dakwah.

Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan penelitian,

maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada Lazis Manajemen Dakwah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Data yang diambil adalah dari tahun 2012-2015.

3. Pembahasan mengenai implementasi fungsi manajemen menurut

Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah.

4. Materi fungsi manajemen yang dibahas adalah teori dari Stephen P.

Robbins dan Mary Coulter.

Skripsi ini terkait dengan fungsi manajemen, dalam hal ini adalah

Lazis Manajemen Dakwah, sebagai lembaga ZIS yang tergolong baru dan

memerlukan perbaikan yang kontinyu. Agar penelitian terfokus, maka

penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi fungsi manajemen dengan teori Stephen P.

Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang

hendak penulis capai adalah:

a. Mengetahui implementasi fungsi manajemen Stephen P. Robbins

dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:

Page 15: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

5

a. Secara akademis, menambah cakrawala pengetahuan tentang

fungsi manajemen pada lembaga amil zakat, infak, dan sedekah di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

b. Secara praktis, menganalisa implementasi fungsi manajemen pada

Lazis Manajemen Dakwah dengan teori Stephen P. Robbins dan

Mary Coulter.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam

penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis

melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini

bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai faktor-faktor, sifat serta keterkaitan hal-hal tersebut dengan

fenomena yang diteliti.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), ‘Metodologi Kualitatif’

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.4 Selain itu, metode penelitian kualitatif juga dapat

didefinisikan sebagai cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Syaodih Nana,

2007).

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan

mengungkapkan implementasi fungsi manajemen di Lazis Manajemen

Dakwah. Dalam pengumpulan dan pengungkapan berbagai masalah

dan tujuan yang hendak dicapai makan penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa

4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 3.

Page 16: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

6

penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian berdasarkan

pada filsafat post positivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti

pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai

instrumen kunci.

Adapun penelitian deskriptif menurut Nawawi dan Martini

(1994:73) mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai metode yang

melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian

diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan

fakta-fakta historis tersebut.

Metode kualitatif dengan pendekatan studi analisis dekriptif

yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang diungkapkan

oleh Sugiyono, (2013:3) adalah metode kualitatif untuk mendapatkan

data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Metode

kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi substansi penelitian,

artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang hendaknya

menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian, sebagaimana

yang digagas oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) bahwa karakteristik

tersebut di antaranya adalah:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi

langsung sumber data

2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini lebih cenderung kepada kata-kata daripada angka

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada

proses tidak semata kepada hasil

4. Melalui analisis deskriptif, peneliti mengungkapkan makna dari

keadaan yang terjadi

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan

kualitatif

Page 17: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

7

Dari karakteristik tersebut di atas, maka dapat dikemukakan

bahwa dalam penelitian ini, penulis berlaku sebagai instrumen

utama yang melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif

mewawancarai, mengumpulkan berbagai bahan yang berkaitan

dengan implementasi fungsi manajemen di Lazis Manajemen

Dakwah.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah perorangan atau

sekelompok orang yang dapat memberikan informasi representatif,

mereka terdiri dari pengurus dan pembina Lazis Manajemen

Dakwah. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah fungsi

manajemen dari teori Stephen P. Robbins dan Mary Coulter di Lazis

Manajemen Dakwah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan jenis penelitian, di antaranya field research

(penelitian lapangan), penulis melakukan penelitian dengan

mendatangi langsung ke lapangan, yaitu di Laboratorium Amil

Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah. Dan data yang diperoleh

dari teknik pengumpulan data ini merupakan data primer dalam

penelitian. Penulis juga menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti.5 Merupakan metode

pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini.

Teknik observasi atau pengamatan yang penulis lakukan

bersifat langsung, dengan menganalisa objek yang diteliti, yaitu

5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Peneliitian Sosial, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, hlm. 53.

Page 18: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

8

terkait implementasi fungsi manajemen Stephen P. Robbins dan

Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah.

Observasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana

disebutkan oleh Sanapiah Faisal (2003:65) bahwa metode

observasi menjadi amat penting dalam penelitian kualitatif

karena melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian,

peristiwa, keadaan, tindakan yang berpola dari hari ke hari di

tengah masyarakat.

Terkait dengan penelitian tentang manajemen organisasi

Lazis Manajemen Dakwah, maka observasi yang dilakukan

terhadap pengurus, dan pembina Lazis Manajemen Dakwah

secara menyeluruh guna mengetahui deskripsi fungsi

manajemen. Observasi yang peneliti gunakan adalah obsevasi

non sistematis yaitu tidak menggunakan pedoman baku, akan

tetapi pengamatan dilakukan secara spontan dengan mengamati

bagaimana fungsi manajemen di Lazis Manajemen Dakwah.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian

kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai

informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat

memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan

wawancara, hal ini sebagaimana diungkapkan Nasution

(2009:69) bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif, observasi

saja belum memadai, oleh sebab itu, observasi harus dilengkapi

dengan wawancara. Wawancara atau interview, adalah

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada

pihak responden yang sekiranya mampu memberikan informasi

bagi penelitian ini, untuk kemudian dilakukan pencatatan

jawaban.6

6 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial:Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 67.

Page 19: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

9

Untuk itu, wawancara sangat diperlukan guna

mendapatkan data valid terkait dengan fungsi manajemen Lazis

Manajemen Dakwah. Adapun teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara semistruktur, yaitu percampuran

antara wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini

bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber

dalam menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan, akan tetapi

tetap mengarah kepada masalah yang telah dirumuskan.

Peneliti melakukan proses wawancara kepada pengurus

dan pembina Lazis Manajemen Dakwah. Wawancara kepada

pengurus dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

implementasi fungsi manajemen yang diterapkan untuk

melaksanakan berbagai fungsi manajemen dan wawancara

kepada pembina dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

peran para pengurus dalam melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi (library research), adalah

pengumpulan data dokumentasi terkait penerapan manajemen

organisasi. Dokumentasi merupakan pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen.7 Hal ini merupakan

metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk

mengungkapkan, mencari berbagai informasi dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sejalan

dengan itu, menurut Arikunto bahwa studi dokumentasi

merupakan suatu teknik yang digunakan dan mencari data

mengenai hal-hal atau catatan-catatan, buku-buku, surat kabar,

prasasti, kajian kurikulum dan sebagainya.8

7 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial:Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya., hlm. 73. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), hlm. 236

Page 20: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

10

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan pelengkap

observasi dan wawancara yang dilakukan. Proses pengumpulan

dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan berbentuk

catatan, buku, dokumentasi ataupun arsip-arsip milik Lazis

Manajemen Dakwah, ataupun sumber-sumber lain yang memiliki

keterkaitan dengan pembahasan fungsi manajemen.

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut,

penulis memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang

ditulis dengan memahami secara seksama, kemudian

memberikan interpretasi sesuai kecenderungan dan rumusan

masalah. Dalam teknik penyusunan skripsi ini, penulis

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.9

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret sampai

dengan Juni 2016. Adapun tempat penelitian adalah Sekretariat

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah

(Lazis MD), di ruang jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Teknis Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data

berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, ketika di lapangan dan

setelah meneliti di lapangan. Hal ini sebagaimana diungkapkan

oleh Sugiyono (2008:90) bahwa analisis telah dimulai sejak

dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan

dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian.

9 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),

(Jakarta: UIN Jakarta Press, CeQDA, 2007), Cet. Ke-1, hlm. 34.

Page 21: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

11

Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini dengan mengumpulkan dan menyusun secara teratur

data-data yang sudah didapatkan melalui proses observasi,

wawancara dan studi dokumentasi serta berbagai bahan lain yang

berkaitan dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah.

Untuk mempermudah proses analisis data, peneliti

menggunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Analisis sebelum di lapangan

Dalam penelitian kualitatif sebagaimana telah

diungkapkan oleh Sugiono di atas, bahwa penelitian ini sudah

dimulai sebelum peneliti terjun ke lapangan. Peneliti melakukan

analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan fungsi

manajemen Lazis Manajemen Dakwah, seperti misalnya

buletin, majalah dan sebagainya yang menyangkut Lazis

Manajemen Dakwah. Selain itu, juga menganalisis fenomena

yang terjadi dalam kepengurusan Lazis Manajemen Dakwah.

Agar didapat makna yang relevan maka proses analisis data

dilakukan secara terus-menerus, hal ini dimaksudkan untuk

mencari hal-hal penting untuk memudahkan penelitian. Namun,

analisis ini tentu masih bersifat sementara, hingga nantinya

dikembangkan dan disesuaikan dengan hasil analisis ketika

terjun ke lapangan penelitian.

b. Analisis selama di lapangan dengan menggunakan model Miles

dan Huberman

Miles dan Huberman (Burhan Bungin, 2003:69)

menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data pada penelitian

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas analisis data

sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur,

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1) Reduksi Data

Page 22: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

12

Reduksi data merupakan langkah awal dalam

menganalisa data dalam penelitian, hal ini bertujuan untuk

mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah

dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dari lapangan melalui

observasi, wawancara direduksi dengan cara merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, mengklasifikasikannya sesuai

rumusan masalah dalam penelitian. Proses reduksi

merupakan bagian dari analisis data untuk mempertajam,

menggolongkan, mengarahkan data sehingga kesimpulan

akhir yang didapat nantinya dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi

adalah hasil observasi maupun wawancara terkait fungsi

manajemen Lazis Manajemen Dakwah. Pemenuhan aspek-

aspek tersebut diharapkan dapat memudahkan penyajian

data dan penarikan kesimpulan akhir dari penelitian ini.

2) Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahapan kedua dari tiga

unsur analisis data interaktif. Dalam proses penyajian data,

peneliti menyajikan secara jelas dan rinci untuk

memudahkan dalam memahami rumusan masalah yang

diteliti. Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian

data dalam penelitian ini tidak terpisah dari analisis data. Hal

ini dilakukan untuk memberikan deskripsi secara umum

hasil penelitian fungsi manajemen Lazis Manajemen

Dakwah, serta bagaimana mengimplementasikan fungsi

manajemen dalam melaksanakan berbagai kegiatan

manajerial di Lazis Manajemen Dakwah.

3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah bagian akhir dari

rangkaian analisis data interaktif dalam penelitian kualitatif.

Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat

Page 23: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

13

berbagai fenomena yang terjadi dalam lingkungan Lazis

Manajemen Dakwah, mencari penjelasan terhadap berbagai

peristiwa yang muncul di Lazis Manajemen Dakwah, melihat

sebab-akibat yang terjadi sesuai dengan rumusan masalah

penelitian. Dari berbagai aktivitas tersebut, peneliti membuat

kesimpulan berdasarkan data-data awal yang ditemukan,

yang masih bersifat sementara. Untuk kemudian diolah

menjadi kesimpulan akhir yang akurat, relevan dan kredibel

karena proses pengumpulan data berdasarkan bukti-bukti

yang valid dan mendukung penelitian.

Kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan kemudian

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini

berupa pemikiran ulang yang melintas selama masa

penyusunan dan pengolahan data, tinjauan ulang pada

catatan-catatan selama masa penelitian di lapangan,

peninjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran

dengan para ahli (dosen pembimbing) untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif, serta

membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang

berkaitan dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen

Dakwah. Dengan demikian, proses reduksi dan penyajian

data serta penarikan kesimpulan merupakan rangkaian yang

dapat dilakukan untuk menganalisa penelitian kualitatif.

Analisis data dalam penelitian ini merupakan proses untuk

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan

mengolah data lebih jelas sehingga kesimpulan dengan

mudah dipaham

E. Tinjauan Pustaka Penelitian

Page 24: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

14

Setelah penulis melakukan penelusuran untuk mengetahui berbagai

hasil kajian dan penelitian terdahulu, memang sudah ada penelitian serupa

dengan objek penelitian yang berbeda dengan penelitian yang penulis

lakukan.

Akan tetapi, penulis menggunakan beberapa referensi sebagai

berikut:

1. Analisis Deskriptif Impelementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis

Ta’lim Majelis Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan, skripsi oleh

Dwi Satia (2011, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan

menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan Majelis

Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan mengimplementasikan

fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

dan pengawasan. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian

yang penulis lakukan adalah tentang fungsi manajemen dan yang

membedakan keduanya adalah objek penelitian dimana penulis

menjadikan teori Robbins dan Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah.

2. Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna, skripsi

oleh Dessy Eka Driani (2013, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang

dilakukan menyatakan bahwa objek penelitian (manajemen redaksi

Majalah Janna) menerapkan fungsi manajemen dalam prinsip

prencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,

pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan. Ada

kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan

yaitu berkenaan dengan fungsi manajemen. Sedangkan yang

membedakan antara keduanya terletak pada fungsi-fungsi manajemen

yang diimplementasikan.

3. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Perpustakaan Dan Arsip

Kota Adminitrasi Jakarta Barat, skripsi oleh Riko (2015, Fakultas

Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil

Page 25: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

15

penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen

yang diterapkan pada Kasubdid Pengadaan dan Pengolahan

Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Barat melaksanakan

fungsi organizing, staffing, actuating, budgeting, dan controlling.

Memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu tentang

penerapan fungsi manajemen. Akan tetapi adapun hal yang

membedakan keduanya, yaitu terletak pada fungsi manajemen yang

diterapkan pada objek penelitian.

4. Manajemen Bimbingan Manasik Haji Pada Kelompok Bimbingan

Ibadah Haji (KBIH) Multazam Tangerang, skripsi oleh Tuti Yuliyati

(2012, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan

bahwa penerapan fungsi manajemen pada KBIH Multazam Tangerang

melalui prinsip perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan. Penelitian ini memiliki hasil mengenai penerapan fungsi

manajemen secara umum, sedangkan penelitian yang penulis lakukan

berfokus pada fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter.

5. Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi Pada Republika Online, skripsi

oleh Ina Salmah Febriani (2010, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang

dilakukan menyatakan bahwa fungsi manajemen yang diterapkan di

Redaksi Republika Online adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,

kompensasi, integrasi dan pemeliharaan. Dengan penelitian ini, penulis

menemukan kesamaan pada pembahasan fungsi manajemen. Adapun

perbedaannya terletak pada fokus pembahasan fungsi manajemen yang

dijadikan objek penelitian.

Dari tinjauan pustaka tersebut, terdapat persamaan dengan penelitian

yang akan penulis lakukan yaitu berkenaan dengan fungsi manajemen. Jika

pada penelitian-penelitian sebelumnya pembahasan yang dilakukan ada

pada penerapan fungsi manajemen secara umum, maka objek penelitian

Page 26: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

16

yang penulis ambil difokuskan pada implemenasi fungsi manajemen

menurut Robbins dan Coulter berupa perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengendalian pada Lazis Manajemen Dakwah.

Dengan demikian, diharapkan dapat membantu penulis melakukan

penelitian dan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika

penulisan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini penulis menguraikan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI, penulis menguraikan teori dasar

yang melandasi penyusunan skripsi ini, yaitu meliputi pengertian

manajemen, fungsi manajemen, ruang lingkup fungsi manajemen

(perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian),

pengertian laboratorium amil zakat, kedudukan dan fungsi laboratorium

amil zakat.

BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI, terdiri dari

sejarah terbentuknya Lazis Manajemen Dakwah, visi, misi, struktur

organisasi, fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah, sistem keuangan,

muzaki dan mustahik Lazis Manajemen Dakwah, program kegiatan Lazis

Manajemen Dakwah, dan hasil karya Lazis Manajemen Dakwah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN, berisi tentang

pembahasan implementasi fungsi manajemen teori Robbins dan Coulter di

Lazis Manajemen Dakwah dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V PENUTUP, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 27: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

TENTANG FUNGSI MANAJEMEN

MENURUT STEPHEN P. ROBBINS DAN MARY COULTER

DAN TENTANG

LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH

A. Fungsi Manajemen

1. Pengertian Fungsi Manajemen

Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi untuk

mencapai sasaran secara efektif dengan efisiensi pemanfaatan sumber

daya.1

George Terry (1972) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah

proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan,

perngorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.2

Henry Fayol memberikan definisi yang hampir senada,

menurutnya, manajemen adalah proses menginterpretasikan,

mengkoordinasikan, sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber

lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerak, pengawasan, dan penilaian.3

Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen

sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran.4

1 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, Alih Bahasa T. Hermaya,

(Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 6. 2 Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 3. 3 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

hlm. 15. 4 Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2005), hlm. 59.

Page 28: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

18

Dari pengertian tersebut di atas, manajemen dapat dianggap

sebagai proses karena di dalamnya terjadi berbagai upaya perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian untuk mencapai

efektivitas yang diharapkan dengan efisiensi sumber daya yang dimiliki.

Dalam hal ini, efisiensi dan efektivitas seringkali disebutkan karena

keduanya merupakan upaya manajemen yang saling berkaitan. Dalam

organisasi yang sukses, efektivitas yang tinggi dapat dicapai dengan

efisiensi sumber daya yang tinggi pula.

2. Ruang Lingkup Fungsi Manajemen

Di awal abad ke-20, Henry Fayol (seorang industriawan asal

Prancis) membuat gagasan bahwa semua manajer melaksanakan lima

fungsi manajemen; mereka merancang, mengorganisasi, memerintah,

mengkoordinasi, dan mengendalikan. Di berbagai literatur manajemen,

disusun berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, akan tetapi dalam teori yang

dikemukakan Robbins dan Coulter,5 diringkas menjadi empat fungsi

dasar dan dianggap paling penting, yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Definisi Perencanaan

Perencanaan diartikan sebagai proses yang mencakup

pendefinisian sasaran organisasi, menetapkan strategi

menyeluruh untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun

serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi. Perencanaan

dilakukan untuk menentukan arah, mengurangi dampak

perubahan, meminimalisir pemborosan dan kegiatan ganda, dan

menjadi standar yang digunakan dalam melaksanakan fungsi-

fungsi manajemen yang lain.

Perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi

karena menentukan arah yang akan dituju organisasi. Dengan

mengetahui kemana arah tujuan organisasi, para manajer dan

5 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 7.

Page 29: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

19

pegawai lainnya dapat mengkoordinasikan kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan dapat

mengurangi ketidakpastian dengan mendorong para manajer

untuk berpirkir visioner, mengantisipasi berbagai hal yang akan

terjadi, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan

menyusun berbagai tanggapan yang tepat.

Perencanaan juga memperjelas akibat dari berbagai

tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan

organisasi. Oleh karena berbagai uraian tersebut, perencanaan

digunakan sebagai standar untuk melakukan fungsi-fungsi

manajemen lainnya.

2) Dasar-Dasar Perencanaan

a) Menentukan Sasaran/Tujuan Organisasi

Sasaran adalah hasil yang diharapkan organisasi,

dapat juga disebut sebagai tujuan, dan kedua istilah tersebut

sering digunakan secara bergantian. Sasaran menjadi arah

bagi semua keputusan manajemen dan membentuk kriteria

yang digunakan untuk mengukur hasil pencapaian kerja.6

Secara sekilas, organisasi hanya memiliki sasaran

tunggal, bagi organisasi bisnis maka sasarannya adalah

memperoleh laba dan jika organisasi tersebut adalah

organisasi nirlaba maka yang menjadi sasarannya adalah

memenuhi kebutuhan sejumlah kelompok yang dilayani.

Akan tetapi dalam prakteknya, organisasi memiliki lebih

dari satu sasaran.

Langkah dalam penetapan sasaran merupakan upaya

yang harus dilalui oleh manajer dalam menetapkan sasaran,

yaitu sebagai berikut:

(1) Mengkaji misi organisasi, yang menjadi alasan untuk

mencapai tujuan organisasi. Pernyataan yang luas

6 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 176.

Page 30: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

20

tentang apa tujuan organisasi dan apa yang diharapkan

untuk dicapai tersebut menjadi pedoman menyeluruh

mengenai apa yang dianggap penting oleh anggota

organisasi.

(2) Mengevaluasi sumber daya yang tersedia. Sasaran yang

ditetapkan harus realistis, sehingga ketersediaan sumber

daya menjadi hal yang harus ditentukan agar sasaran

yang sudah ditetapkan bisa tercapai.

(3) Tentukan sasaran secara individu atau dengan masukan

dari orang lain. Sasaran itu mencerminkan hasil yang

diharapkan dan harus sejalan dengan misi organisasi.

Sasaran harus dapat diukur, rinci dan meliputi kerangka

waktu pencapaiannya.

(4) Tulislah sasaran dan komunikasikan kepada semua

pihak yang perlu mengetahuinya untuk menyadarkan

pihak-pihak terkait tentang sasaran yang menjamin

mereka ada di lingkungan yang sama dan bekerja

dengan cara yang mampu menjamin pencapaian sasaran

organisasi.

(5) Kajilah hasil untuk melihat apakah sasaran telah

tercapai, ubahlah jika diperlukan.

b) Menyusun Rencana

Rencana adalah dokumen yang merangkum cara

pencapaian sasaran yang mencakup alokasi sumber daya,

penyusunan jadwal, dan tindakan yang diperlukan lainnya

untuk mencapai sasaran itu.7 Dari pengertian tersebut, tentu

dapat dengan mudah kita menentukan bahwa dalam proses

perencanaan, seorang manajer perlu menentukan sasaran

organisasi untuk kemudian menyusun rencana agar sasaran

7 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm..176.

Page 31: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

21

yang sudah ditentukan dapat tercapai. Berikut adalah jenis-

jenis rencana:

(1) Rencana strategis, adalah rencana yang berlaku bagi

organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran umum

organisasi, dan berusaha menetapkan organisasi

tersebut ke dalam lingkungannya.

(2) Rencana operasional, adalah rencana yang menjelaskan

secara detail cara mencapai sasaran yang telah

ditentukan secara menyeluruh. Rencana operasional

mendefinisikan berbagai cara untuk mencapai sasaran

dengan kerangka waktu yang lebih singkat, diperinci

dengan alokasi waktu harian, mingguan, dan bulanan.

(3) Rencana jangka panjang, rencana dengan kerangka

waktu lebih dari tiga tahun.

(4) Rencana jangka pendek, rencana yang mencakup satu

tahun atau kurang.

(5) Rencana pemerinci, rencana yang didefinisikan dengan

jelas dan tidak memberi ruang untuk penafsiran.

Rencana ini memiliki tujuan yang dinyatakan secara

detail, tidak ambigu.

(6) Rencana pengarah, rencana yang fleksibel dan menjadi

pedoman umum. Rencana ini digunakan apabila

ketidakpastian tinggi dan manajemen harus fleksibel

agar dapat menanggapi perubahan yang tidak terduga.

(7) Rencana sekali pakai, sesuai namanya, rencana ini

digunakan satu kali saja secara khusus dirancang untuk

memenuhi kebutuhan situasi yang unik.

(8) Rencana terus-menerus, rencana yang

berkesinambunganyang dilakukan secara berulang yang

mencakup kebijakan, peraturan, dan prosedur yang

telah disusun.

Page 32: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

22

Penyusunan rencana dipengaruhi oleh faktor

sebagai berikut:8

(1) Faktor kontingensi dalam perencanaan. Setidaknya ada

tiga hal yang mempengaruhi kontingensi dalam

perencanaan, yaitu tingkatan dalam organisasi, derajat

ketidakpastian lingkungan dan lamanya komitmen

masa yang akan datang. Ketida ketidakpastian tinggi,

rencana haruslah rinci tetapi tetap fleksibel agar para

manajer memiliki kesiapan untuk mengulang rencana

yang telah dilakukan atau mengubah dengan rencana

yang lebih relevan dan aplikatif untuk menyiasati

peristiwa yang terjadi dalam lingkungan organisasi.

(2) Pendekatan terhadap perencanaan. Faktor lain yang

mempengaruhi dalam proses perencanaan adalah

pendekatan yang dilakukan terhadap perencanaan, yaitu

pendekatan tradisional dimana perencanaan sepenuhnya

disusun oleh para manajer dan pendekatan

perencanaan yang melibatkan anggota organisasi ke

dalam proses perencanaan. Dalam pendekatan kedua,

rencana dibuat oleh anggota organisasi pada berbagai

tingkatan dan dalam berbagai unit kerja.

Perencanaan yang efektif dalam lingkungan yang dinamis

berarti membuat rencana yang khusus tetapi fleksibel, bersedia

mengubah arah jika kondisi lingkungan menjadi alasan untuk

berubah, senantiasa waspada terhadap perubahan teknologi yang

dapat berdampak pada efektivitas implementasi rencana dan membuat

perubahan jika diperlukan.

3) Alat dan Teknik Perencanaan

Dalam pembahasan ini, perlu diperhatikan teknik untuk

menilai lingkungan untuk kemudian mengkaji teknik mengalokasikan

8 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 184.

Page 33: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

23

sumber daya dan pada akhirnya akan diuraikan beberapa teknik

perencanaan kontemporer yang mencakup manajemen proyek dan

skenarionya.9

a) Teknik Menilai Lingkungan

(1) Pengamatan lingkungan, adalah penyaringan banyak

informasi untuk mengantisipasi dan menafsirkan

perubahan lingkungan

(2) Benchmarking, pencarian praktek-praktek terbaik

sejumlah pesaing atau bukan pesaing yang menghasilkan

keunggulan kinerja mereka atau dapat dikatakan sebagai

penilaian lingkungan organisasi sendiri berdasarkan

standar pihak lain. Ide dasar dari benchmarking adalah

bahwa para manajer dapat memperbaiki mutu dengan

menganalisis dan kemudian meniru metode para

pemimpin di berbagai bidang. Benchmarking lazimnya

mengikuti empat langkah:

(a) Organisasi menyusun tim perencanaan benchmarking,

dengan tugas awal untuk mengidentifikasi apa yang

akan dijadikan standar dari pihak lain,

mengidentifikasi organisasi yang sebanding, dan

menentukan cara pengumpulan data.

(b) Tim yang sudah dibentuk mengumpulkan data

internal mengenai metode kerja sendiri dan data

eksternal dari organisasi lain.

(c) Data tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi

perbedaan kinerja dan menentukan penyebab

perbedaan tersebut.

(d) Rencana tindakan dalam rangka menghasilkan

terpenuhinya atau terlampauinya standar pihak lain

tersebut disusun dan diimplementasikan.

9 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 222-227

Page 34: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

24

b) Teknik Pengalokasian Sumber Daya

Sumber daya adalah aset organisasi dan mencakup

keuangan, fisik, manusia, tak berwujud, dan struktural/budaya.

Bagaimana sumber daya itu dialokasikan dengan efektif dan efisien

sehingga sasaran organisasi dapat tercapai? Berikut adalah teknik

yang dapat dilakukan:10

(1) Penganggaran, anggaran adalah rencana numerik untuk

mengalokasikan sumber daya dalam kegiatan-kegiatan tertentu.

Anggaran merupakan salah satu alat perencanaan bagi

kebanyakan manajer. Bagaimana cara membuat anggaran yang

baik? Berikut yang dapat dilakukan:

(a) Bertindak fleksibel.

(b) Sasaran harus mendorong anggaran, bukan anggaran yang

menentukan sasaran.

(c) Koordinasikan pengganggaran di organisasi secara

keseluruhan.

(d) Gunakan software pengganggaran ketika diperlukan.

(2) Penjadwalan, menjelaskan secara rinci kegiatan-kegiatan mana

yang harus dilakukan, urutan penyelesaian kegiatan, siapa yang

harus mengerjakan dan kapan kegiatan tersebut harus selesai

dikerjakan.

b. Pengorganisasian

1) Definisi Pengorganisasian

Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses penciptaan

struktur organisasi yang mendukung dan memudahkan anggota

organisasi melakukan pekerjaannya dengan memiliki fleksibelitas

yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di lingkungan yang

dinamis. Lalu, apakah stuktur organisasi? Stuktur organisasi adalah

kerangka kerja formal yang dengan kerangka kerja itu, tugas-tugas

pekerjaan dibagi, dikelompokan, dan dikoordinasikan. Ketika para

10 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 229-230.

Page 35: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

25

manajer menyusun struktur organisasi, mereka terlibat dalam desain

organisasi, yaitu proses penyusunan dan pengubahan struktur

organisasi. Desain organisasi melibatkan enam unsur penting dalam

proses penyusunannya, yaitu sebagai berikut:11

a) Spesialisasi Kerja

Spesialisasi kerja adalah sejauh mana tugas-tugas dalam

organisasi dibagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri, atau

disebut juga dengan pembagian kerja. Hal ini dilakukan dengan

harapan dapat meningkatkan produktivitas seluruh pegawai.

b) Departementalisasi

Departementalisasi menggambarkan cara

pengelompokan pekerjaan untuk mencapai sasaran organisasi.

Setiap organisasi akan memiliki cara khas untuk

mengklasifikasikan berbagai kegiatan kerja. Departementalisasi

dilakukan setelah sejumlah pekerjaan dibagi melalui spesialisasi

kerja untuk kemudian dikelompokan lagi menjadi satu

kelompok.

c) Rantai Komando

Rantai komando adalah garis wewenang yang tidak

terputus, terbentang dari tingkatan atas organisasi hingga

tingkatan paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung

jawab kepada siapa. Dalam rantai komando terdapat tiga

konsep lain yaitu:

(1) Wewenang, mengacu kepada hak-hak yang melekat pada

posisi manajerial tertentu yang memberitahukan

bawahannya untuk melakukan apa yang diperintahkan.

(2) Tanggung jawab, kewajiban untuk melaksanakan tugas

yang diberikan. Berlaku bagi seluruh pimpinan maupun

bawahan dalam organisasi untuk memenuhi tugasnya, yang

11 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 254.

Page 36: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

26

membedakan adalah ketika melakukan pelaporan hasil

kerja.

(3) Kesatuan komando, prinsip manajemen yang menyatakan

bahwa tiap-tiap anggota harus melapor ke satu manajer saja.

d) Rentang Kendali

Rentang kendali menentukan jumlah tingkatan pegawai

dan manajer yang dimiliki organisasi. Pandangan kontemporer

mengenai rentang kendali mengakui bahwa ada banyak faktor

yang mempengaruhi jumlah pegawai yang memadai untuk

dapat dikelola seorang manajer secara efisien dan efektif.

Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi keahlian dan

kemampuan manajer serta pegawai dan juga sifat pekerjaan

yang dilakukan.

e) Sentralisasi dan Desentralisasi

Sentralisasi memperlihatkan sejauh mana pengambilan

keputusan terkonsentrasi pada satu titik dalam organisasi.

Apabila manajemen puncak mengambil keputusan penting,

organisasi tersebut dengan sedikit atau tanpa masukan dari

para pegawai tingkat bawah, maka itu tersentralisasi.

Sebaliknya, desentralisasi menjelaskan bahwa pegawai tingkat

bawah dilibatkan untuk menentukan pengambilan keputusan.

Perlu dipahami bahwa kedua konsep tersebut bersifat relatif,

bukan absolut.

f) Formalisasi

Formalisasi mengacu ke sejauh mana pekerjaan di

dalam organisasi memiliki standar dan sejauh mana perilaku

pegawai dibimbing oleh peraturan dan prosedur.

2) Keputusan Desain Organisasi

Bagaimana cara manajer memutuskan desain organisasi

yang akan digunakan? Dalam bagian ini, akan diuraikan dua

Page 37: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

27

model desain organisasi generik dan faktor-faktor kontingensi

yang mendukung model desain tersebut.12

a) Organisasi Mekanistik dan Organisasi Organik

Organisasi mekanistik adalah struktur organisasi yang

dikendalikan secara kaku dan ketat. Struktur model ini

dicirikan dengan tingkat spesialisasi kerja yang tinggi,

departementalisasi yang kaku, rentang kendali yang sempit,

formalisasi yang tinggi, terbatas jaringan informasi dan sedikit

partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh pegawai tingkat

bawah.

Dan sebaliknya, organisasi organis adalah desain

organisasi yang sangat fleksibel, mengikuti pergerakan

organisasi yang dinamis.

b) Faktor Kontingensi

Manajer puncak pada umumnya banyak memikirkan

desain struktur organisasi yang memadai dengan empat

variabel kontingensi:

(1) Strategi dan struktur, struktur organisasi yang disusun

harus membantu pencapaian sasaran, artinya struktur yang

menyesuaikan dengan strategi untuk mencapai sasaran

organisasi. Dalam kerangka kerja strategi berfokus pada

tiga elemen yaitu inovasi yang mencerminkan usaha

organisasi untuk melahirkan ide-ide yang berarti dan unik,

minimalisasi biaya yang mencerminkan usaha organisasi

untuk pengendalian biaya, dan imitasi yang

mendeskripsikan upaya organisasi untuk meminimalkan

resiko dan memaksimalkan peluang.

(2) Ukuran dan struktur, hubungan keduanya tidak bersifat

linear karena ukuran struktur mempengaruhi stuktur

dengan laju yang semakin menurun, yaitu dampak ukuran

12 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 261.

Page 38: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

28

menjadi semakin kecil ketika organisasi berkembang.

Mengapa demikian? Pada hakikatnya, dengan jumlah

pegawai yang banyak, organisasi sudah cukup mekanistis.

Penambahan pegawai tidak akan berpengaruh banyak.

Sebaliknya, perampingan struktur cenderung

menimbulkan pergeseran ke arah struktur yang lebih

mekanistis.

(3) Teknologi dan struktur. Studi-studi mengenai hubungan

teknologi dan struktur memperlihatkan bahwa organisasi

menyesuaikan diri dengan teknologi. Proses metode yang

mengubah input organisasi menjadi output berbeda

menurut tingkat rutinitasnya. Pada umumnya, semakin

rutin teknologi, semakin terstandarisasi dan mekanistis

struktur tersebut. Organisasi dengan teknologi yang jarang

akan cenderung mempunyai struktur yang organis.

3) Desain Organisasi Yang Umum

Dalam menyusun desain organisasi, para manajer

mempunyai sejumlah desain struktural umum yang dapat

dipilih. Ada desain organisasi tradisional dan desain organisasi

kontemporer.

a) Desain Organisasi Tradisional

(1) Struktur sederhana, desain organisasi dengan

departementalisasi rendah, rentang kendali luas,

pengambilan keputusan sentralisasi serta formalisasi

rendah. Desain model ini memiliki kekuatan yang cepat

dalam penyusunannya, fleksibel dalam pelaksanaannya,

murah biaya pemeliharaannya dan jelas

pertanggungjawabannya karena sentralisasi wewenang.

(2) Struktur fungsional, adalah desain organisasi yang

mengelompokan spesialisasi pekerjaan yang serupa atau

terkait ke dalam satu kelompok. Keunggulan desain ini

Page 39: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

29

terletak pada penghematan biaya dari spesialisasi dan

pegawai yang dikelompokan dengan yang lain memiliki

tugas serupa.

(3) Struktur divisional, merupakan struktur organisasi yang

terdiri atas sejumlah unit atau divisi yang terpisah.

Dengan kekuatan yang berfokus pada hasil, para manajer

bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada

produk dan jasa yang dihasilkan.

b) Desain Organisasi Kontemporer

Salah satu dilema seorang manajer adalah ketika desain

organisasi tradisional sudah tidak memadai karena lingkungan

organisasi terus berubah, oleh karena itu mereka menemukan

cara untuk menyusun struktur organisasi yang lebih sesuai

kebutuhan dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan.

Berikut adalah konsep desain struktur organisasi kontemporer:13

(1) Struktur berbasis tim, dimana keseluruhan organisasi

tersusun oleh sejumlah kelompok kerja atau tim. Dalam

desain ini pemberdayaan pegawai sangat menentukan

keberhasilan karena tidak ada garis wewenang manajerial

yang kaku. `

(2) Organisasi tanpa batas, organisasi yang desainnya tidak

didefinisikan oleh manajer atau terbatas pada batas-batas

horizontal, vertikal atau eksternal yang dipaksakan oleh

struktur yang telah ditentukan sebelumnya.

(3) Organisasi pembelajar, merupakan organisasi yang telah

mengembangkan kemampuan untuk terus-menerus

beradaptasi dan berubah karena para anggota berperan aktif

dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

terkait dengan pekerjaan.

4) Sumber Daya Manusia

13 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 266.

Page 40: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

30

Mutu organisasi, sebagian besar, hanyalah penjumlahan

mutu orang-orang yang dipekerjakan dan dipertahankan.

Memperoleh dan mempertahankan pegawai yang kompeten

menjadi penentu keberhasilan setiap organisasi. Oleh karena itu,

dalam proses pengorganisasian pun mencakup perihal manajemen

sumber daya manusia.

a) Proses Manajemen Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia, proses yang

dilakukan untuk menjamin bahwa mereka memiliki jumlah

dan jenis orang yang tepat untuk menyelesaikan sejumlah

tugas yang dibebankan secara efektif dan efisien. Proses

manajemen sumber manusia terdiri dari enam kegiatan, dapat

diuraikan sebagai berikut:14

(1) Perencanaan sumber daya manusia dilakukan dengan tiga

langkah berikut:

(a) Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi.

(b) Menilai kebutuhan sumber daya manusia di masa

depan.

(c) Menyusun program untuk memenuhi kebutuhan di

masa yang akan datang.

(2) Perekrutan dan pelepasan

Setelah para manajer mengetahui status sumber

daya manusia yang dimiliki dan melihat kebutuhan di

masa yang akan datang, ada dua hal yang perlu dilakukan,

yaitu:

(a) Perekrutan, yakni proses mencari, mengidentifikasi,

dan menarik calon yang berkemampuan.

(b) Pengurangan, merupakan upaya untuk mengurangi

jumlah pegawai dengan beberapa pertimbangan.

(3) Seleksi.

14 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 305-322.

Page 41: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

31

Seleksi adalah proses penyaringan calon pegawai

untuk memastikan bahwa kandidat yang paling layak

adalah yang akan dipekerjakan. Perangkat seleksi terdiri

dari beberapa hal yaitu validitas dan keandalan. Validitas

adalah hubungan yang dapat dibuktikan yang muncul

antara perangkat seleksi dan sejumlah kriteria kerja yang

relevan. Keandalan adalah kemampuan perangkat seleksi

mengukur hal yang sama secara konsisten.

(4) Orientasi

Orientasi adalah perkenalan pegawai baru dengan

pekerjaan dan organisasinya. Ada dua jenis orientasi,

orientasi unit kerja mengakrabkan pegawai dengan

sasaran unit kerja tersebut untuk memperjelas bagaimana

tugas dan mencakup perkenalan dengan rekan kerja yang

ada di unit tersebut. Kedua, orientasi organisasi

memberikan perkenalan pegawai baru mengenai tujuan

organisasi, sejarah, filosofi, prosedur, dan peraturan yang

berlaku di organisasi tersebut.

(5) Pelatihan

Para manajer bertanggung jawab untuk

memutuskan jenis pelatihan apakah yang dibutuhkan

pegawainya, kapan mereka membutuhkannya, dan bentuk

pelatihan apakah yang akan diambil. Keterampilan

pegawai dapat dikelompokan menjadi tiga kategori:

keterampilan teknis, keterampilan antar pribadi, dan

keterampilan penyelesaian masalah.

(6) Kompenasai dan Tunjangan

Para manajer harus menyusun sistem kompensasi

yang mencerminkan sifat pekerjaan dan tempat kerja yang

dinamis sehingga mampu memotivasi pegawainya.

Pengupahan dapat dilakukan berdasarkan keterampilan,

Page 42: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

32

dimana pengupahan diberikan sebagai imbalan kepada

pegawai berdasarkan keterampilan kerja yang mereka

kerjakan.

5) Mengelola Perubahan dan Inovasi

Perubahan organisasi merupakan perubahan apa saja yang

terkait dengan pekerja, struktur, atau teknologi dalam sebuah

organisasi. Perubahan merupakan realita organisasi yang

merupakan bagian integral pekerjaan setiap manajer. Berikut akan

diuraikan kekuatan-kekuatan yang mendorong perubahan:

a) Kekuatan Ekternal

Kekuatan eksternal yang menciptakan kebutuhan akan

perubahan berasal dari berbagai sumber, misalnya

perkembangan teknologi. Perkembangan dalam peralatan

yang canggih mampu meningkatkan efisiensi sumber daya

dan efektivitas sasaran organisasi.

b) Kekuatan Internal

Selain kekuatan eksternal seperti yang disebutkan di

atas, kekuatan internal juga berpengaruh terhadap perubahan.

Kekuatan internal cenderung berasal dari operasi internal

organisasi atau dampak dari perubahan eksternal. Hal yang

biasanya dilakukan melalui kekuatan internal adalah dengan

merumuskan kembali atau memodifikasi strategi organisasi.

Perubahan-perubahan di dalam organisasi

membutuhkan katalisator, orang yang berperan sebagai

katalisator dan memikul tanggung jawab bagi pengelolaan

proses perubahan itu disebut sebagai agen perubahan yang

tidak lain adalah seorang manajer. Namun, agen perubahan

juga dapat pula bukan seorang manajer. Bagi perubahan

besasr yang mencakup seluruh sistem, sering organisasi jasa

konsultan untuk memberikan nasehat dan bantuan gagasan.

c) Budaya Organisasi

Page 43: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

33

Pembentukan budaya organisasi membutuhkan

waktu lama dan setelah terbentuk, budaya tersebut cenderung

mengakar dalam organisasi sehingga akan sangat sulit ketika

harus mengalami perubahan. Berikut akan diuraikan sebagai

upaya menuju perubahan budaya organisasi:15

(1) Melakukan analisis budaya untuk mengenali unsur

budaya yang mengalami perubahan.

(2) Menjelaskan kepada para seluruh anggota organisasi

bahwa keberlangsungan hidup organisasi akan menjadi

lebih baik.

(3) Mengubah proses pemilihan dan sosialisasi serta sistem

evaluasi dan pemberian imbalan untuk mendukung nilai-

nilai baru.

Menumbuhkan dan mengembangkan inovasi, adalah

proses mencari ide kreatif dan mengubahnya menjadi

produk, jasa, atau metode kerja yang bermanfaat. Untuk

mendapatkan output yang diharapkan, kita harus melihat

input dan modifikasi input yang sudah diterima. Input

tersebut dapat berasal dari kalangan internal. Tetapi, sekadar

orang-orang kreatif di dalam organisasi tidaklah cukup.

Dibutuhkan lingkungan yang memadai agar proses inovasi

terus tumbuh.16

c. Kepemimpinan

1) Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok

menuju tercapainya sasaran. Pemimpin adalah orang yang

mampu mempengaruhi orang lain. Ada yang menarik ketika

istilah pemimpin disamakan dengan manajer, padahal ada hal

15 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, Alih Bahasa T. Hermaya,

(Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 14. 16 R.W. Woodman, et al., Toward a Theory of Organizational Creativity, (Academy Of

Management Review, 1993), hlm. 309.

Page 44: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

34

mendasar yang membedakan keduanya. Manajer posisinya

didasarkan pada wewenang formal yang melekat sedangkan

pemimpin dapat dimunculkan dalam kelompok dan mampu

mempengaruhi orang lain untuk bekerja meskipun tanpa posisi

dan wewenang formal.

Pendekatan teori perilaku tidak hanya memberikan

jawaban yang lebih pasti tentang sifat kepemimpinan tetapi juga

mempunyai implikasi nyata yang berbeda dari pendekatan ciri.

Ciri yang terkait dengan kepemimpinan yaitu:

a) Motivasi, pemimpin menunjukan tingkat usaha yang tinggi.

Mereka relatif memiliki kehendak yang tinggi terhadap

pencapaian prestasi dan menunjukan inisiatif yang tinggi.

b) Kehendak untuk memimpin, hal ini berkaitan dengan

kehendak untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain

serta mampu mengemban tanggung jawab.

c) Kejujuran dan integritas. Pemimpin membangun hubungan

saling mempercayai antara mereka sendiri dan

kelompoknya dengan berlaku jujur dan menunjukan

konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan.

d) Kepercayaan diri. Pemimpin harus memiliki kepercayaan

diri untuk meyakinkan bawahannya tentang kebenaran

sasaran dan keputusannya.

e) Kecerdasan. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan

menafsirkan banyak informasi, pemimpin harus cukup

cerdas agar mampu mentiptakan visi, memecahkan

masalah, dan membuat keputusan yang tepat.

f) Pengetahuan terkait pekerjaan. Pemimpin yang efektif

memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang

organisasi dan hal-hal teknis yang berkenaan dengan

organisasi. Pengetahuan yang mendalam akan

Page 45: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

35

memudahkannya untuk membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Gaya Kepemimpinan

Dalam bagian ini, akan dibahas empat teori tentang gaya

kepemimpinan, masing-masing memperlihatkan pendefinisian

gaya kepemimpinan dan situasi serta usaha untuk menjawab

kontingensi jika-maka.17

a) Model Fiedler

Model kontingensi ini disusun oleh Fred Fiedler,

mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif

tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya

interaksi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang

memungkinkan pemimpin mengendalikan dan

mempengaruhi.

Fiedler mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan

seseorang ada dua tipe: berorientasi pada tugas atau

berorientasi pada hubungan pemimpin dengan anggotanya.

Riset Fiedler menyingkap tiga dimensi yang menentukan

efektivitas pemimpin, yaitu:

(1) Hubungan pemimpin – anggota: tingkat kepercayaan,

keyakinan, dan rasa hormat bawahan terhadap pemimpin

mereka dengan ketentuan baik atau buruk.

(2) Struktur tugas: tingkat formalisasi dan prosedural tugas-

tugas kerja dengan ketentuan tinggi atau rendah.

(3) Kekuasaan posisi: tingkat pengaruh pemimpin terhadap

kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada kekuasaan

seperti mempekerjakan, memecat, mutasi kerja dengan

ketentuan kuat atau lemah kedudukan posisi

manajerialnya.

b) Model Hershey – Blanchard

17 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 133.

Page 46: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

36

Paul Hershey dan Ken Blanchard telah menyusun

teori kepemimpinan yang juga disebut sebagai teori

kepemimpinan situasional. Mengapa demikian? Karena gaya

kepemimpinan ini berfokus pada kesiapan anggotanya.

Fokus pada anggota mencerminkan bahwa para

anggotalah yang nantinya akan menerima atau menolak

pemimpinnya. Hal lain yang menjadi fokus gaya

kepemimpinan ini adalah tentang kesiapan yang didefinisikan

oleh Hershey dan Blanchard mengacu pada sejauh mana

orang mampu dan bersedia melaksanakan tugas tertentu.

c) Model Partisipasi Pemimpin

Model partisipasi pemimpin dikembangkan oleh Victor

Vroom dan Philip Yetton, yang menghubungkan perilaku

pemimpin dan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Gaya

kepemimpinan ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin

harus disesuaikan supaya dapat mencerminkan struktur

tugasnya.

Model kepemimpinan ini disebut juga model normatif

karena menyajikan serangkaian aturan tersusun yang harus

diikuti oleh pemimpin untuk menentukan bentuk dan jumlah

keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang

ditentukan oleh situasi yang berbeda-beda.18

d) Model Alur – Sasaran

Teori alur-sasasran, menyatakan bahwa tugas

pemimpin adalah membantu para anggotanya mencapai

sasaran organisasi dan memberikan arahan serta dukungan

guna menjamin sasaran mereka sesuai dengan sasaran

organisasi yang telah ditentukan.

18 Victor Vroom, Leadership and The Decision-Making Process, (Organizational

Dynamics, 2000), Vol. 28 No. 4, hlm. 84.

Page 47: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

37

Teori kepemimpinan ini dikembangkan oleh Robert

House yang mengambil unsur teori pengharapan tentang

motivasi. Istilah alur-sasaran diambil dengan keyakinan

bahwa pemimpin yang efektif memperjelas alur untuk

membantu anggotanya melaksanakan tugas untuk sasaran

organisasi dan meminimalkan hambatan selama pelaksanaan

tugas kerja tersebut.

3) Dasar Perilaku Organisasi

Perilaku organisasi yaitu tindakan sumber daya manusia

sewaktu bekerja dalam organisasi. Perilaku berfokus pada dua

bidang utama, perilaku individu dan perilaku kelompok.

a) Perilaku Individu

Dalam pembahasan ini, mencakup topik tentang sikap,

kepribadian, persepsi, pembelajaran, dan motivasi.

(1) Sikap, merupakan pernyataan evaluasi mengenai benda,

orang atau peristiwa. Sikap terdiri dari tiga komponen:

pemikiran, perasaanj, dan perilaku.19

(2) Kepribadian, gabungan unik ciri-ciri psikologis yang

menggambarkan seseorang. Ciri-ciri kepribadian yang

dapat mengidentifikasi kepribadian seseorang, yaitu:

interaksi sosial, intuitif mengumpulkan data, pikiran

mengambil keputusan, dan gaya menentukan keputusan.

(3) Persepsi, proses yang dilalui individu guna mendapatkan

arti atas lingkungan dengan cara mengorganisasi dan

menafsirkan kesan inderawi mereka.

(4) Pembelajaran, perubahan perilaku yang perubahannya

relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman.

b) Perilaku Kelompok

19 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 37.

Page 48: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

38

Perilaku organisasi dalam pembahasan ini berkenaan

tentang norma, peran, pembentukan tim dan konflik.

Kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang

berinteraksi dan saling ketergantungan yang berkumpul untuk

mencapai sasaran tertentu. Kelompok dapat bersifat formal

dan informal. Kelompok formal dibentuk oleh organisasi

dengan penugasan kerja tersusun dan spesifik, sedangkan

kelompok informal bersifat sosial, terbentuk alamiah di

tempat kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan

kepentingan bersama.

Oleh karena itu, perilaku kelompok bukan sekadar

kalkulasi perilaku individu, melainkan proses dinamis yang

berkembang melalui lima tahapan sebagai berikut:

(1) Pembentukan, tahap pertama pada pengembangan

kelompok dimana individu masuk ke kelompok dan

kemudian mendefinisikan maksud, struktur dan

kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

(2) Pergolakan, identik dengan konflik di dalam kelompok

yang merupakan tahap kedua dalam pengembangan

kelompok.

(3) Penormaan, tahap pertumbuhan hubungan erat antar

identitas dalam kelompok.

(4) Pelaksanaan, pada tahap ini struktur kelompok

sepenuhnya berfungsi dan dapat diterima,

memperlihatkan kinerja tugas.

(5) Pembubaran, tahap akhir pada pengembangan kelompok

temporer, yang pada tahap ini para anggota kelompok

lebih memperlihatkan penutupan kegiatan daripada

kinerja tugas.

4) Manajemen Konflik

Page 49: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

39

Konflik merupakan perbedaan mendasar yang terjadi

yang menghasilkan gangguan atau perlawanan.20 Konflik

cenderung kepada kejadian yang sifatnya dianggap mengganggu

keberlangsungan organisasi.

a) Teknik Penyelesaian Konflik

Ketika terjadi konflik, seorang manajer dapat

memilih dari lima hal penyelesaian konflik sebagai berikut:

penghindaran, pengakomodasian, negosiasi, pemaksaan,

negosiasi, dan bekerja sama.21

(1) Penghindaran,meminimalkan pemicu konflik.

(2) Pengakomodasian, memecahkan konflik dengan

menempatkan kebutuhan dan kepentingan organisasi di

atas kepentingan individu.

(3) Pemaksaan, memecahkan konflik dengan menarik atau

mengurangi sumber pemicu konflik, cenderung hanya

memuaskan satu pihak sedangkan pihak lain rugi.

(4) Negosiasi, memecahkan konflik dengan tiap pihak

untuk memberikan sesuatu yang bernilai.

(5) Kerja sama, pemecahan konflik dengan mencari solusi

yang menguntungkan semua pihak.

b) Pengambilan Keputusan Kelompok

Untuk membuat keputusan kelompok yang kreatif,

Robbins dan Coulter mendeskripsikannya dengan gambar

sebagai berikut:22

20 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 71. 21 L. M. Hough, Handbook of Industrial and Organizational Psychology Vol. 3, Palo

Alto: Consulting Psychologysts Press, 1992, h. 668. 22 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 75.

Page 50: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

40

Gambar 2.1 Teknik untuk membuat keputusan

kelompok

5) Mengembangkan Kelompok Menjadi Tim Yang Efektif

Tim kerja adalah kelompok formal yang terdisi dari

individu-individu yang saling-tergantung dan bertanggung

jawab atas tercapainya sasaran. Tim bukanlah alat pendorong

produktivitas otomatis, oleh karenanya perlu dikembangkan dan

dikelola agar menjadi lebih efektif. Ciri-ciri tim yang efektif

dapat dijelaskan pada uraian berikut:

a) Sasaran Jelas

Tim memahami secara jelas sasaran yang harus

dicapai dan juga keyakinan bahwa sasaran itu mengandung

hasil yang penting. Para anggota setia pada sasaran tim dan

bekerja sama mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

b) Keterampilan Relevan

Tiap individu dalam tim memiliki keterampilan

teknis dan keterampilan antar-pribadi yang kompeten.

Keterampilan teknis seringkali tidak disertakan dengan

keterampilan antar-pribadi yang baik, maka untuk

membentuk tim yang efektif diperlukan kedua hal tersebut.

c) Saling Percaya

Kepercayaan timbal-balik yang tinggi antar sesama

individu dalam tim. Setiap individu memahami dengan baik

Page 51: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

41

akan integritas, watak dan kemampuan satu sama lain. Hal

tersebut juga dipengaruhi oleh iklim kepercayaan di

organisasi yang bersangkutan dan budaya organisasi yang

berlaku.

d) Komitmen Disatukan

Setiap individu dalam tim menunjukan dedikasi dan

loyalitas yang tinggi terhadap timnya untuk mewujudkan

tim yang efektif. Komitmen yang disatukan dapat

ditentukan oleh dedikasi pada sasaran dan kerelaan untuk

memberikan kinerja terbaik untuk mencapainya.

e) Komunikasi Yang Baik

Para anggota mampu menyampaikan pesan satu

sama lain dengan mudah dan dapat dimengerti mencakup

pesan verbal maupun non verbal dan komunikasi tersebut

terjadi umpan balik positif sehingga komunikasi efektif

dapat tercapai.

f) Keterampilan Negosiasi

Salah satu kecenderungan dalam tim yang efektif

adalah fleksibilitas yang menuntut tiap anggota memiliki

keterampilan negosiasi yang memadai. Dengan demikian,

diharapkan dapat terjalin kerja sama yang solid antara satu

anggota dengan anggota yang lain.

g) Kepemimpinan Yang Memadai

Pemimpin memotivasi para anggotanya untuk

melalui sisuasi tersulit sekalipun, meningkatkan rasa

percaya diri para anggota dan menjadi perantara jika terjadi

konflik dalam tim. Dalam ciri ini, pemimpin berperan

sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih disenangi

para anggotanya dan diharapkan mampu memicu semangat

dan meningkatkan kinerja para anggotanya.

h) Dukungan Internal Dan Eksternal

Page 52: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

42

Secara internal, tim diberikan infrastruktur yang

mendukung pelaksanaan tugas kerja. Dalam hal ini,

mencakup juga pelatihan dan sistem pengukuran kinerja

yang dapat dipahami setiap anggotanya. Secara eksternal,

manajemen harus memberikan sumber daya yang

dibutuhkan untuk merampungkan tugas tersebut.

6) Motivasi Kerja

Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha guna

mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan

usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu.

Kebutuhan tersebut mengacu pada keadaan batin yang membuat

hasil-hasil tertentu tampak menarik. Berikut ini adalah hal-hal

yang perlu dilakukan untuk memotivasi kerja dari seorang

pimpinan kepada bawahannya:23

a) Mengakui perbedaan individu, setiap anggota memiliki

kebutuhan, sikap, kepribadian individu yang berbeda satu

dengan yang lainnya.

b) Mencocokan orang dengan pekerjaannya, sesuaikan

individu dengan kemampuan personalnya, misalnya dengan

melihat seberapa besar harapannya untuk menuntaskan kerja

dalam upaya pencapaian sasaran.

c) Gunakan sasaran dan pastikan bahwa sasaran dapat

dicapai, para anggota harus memiliki sasaran spesifik serta

umpan balik mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan

untuk mencapai sasaran tersebut.

d) Kaitkan imbalan dengan kinerja, para pimpinan membuat

imbalan yang bergantung pada kinerja anggotanya, dikaitkan

atas pencapaian sasaran yang telah dilakukan oleh setiap

anggota.

d. Pengendalian

23 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 119.

Page 53: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

43

1) Definisi Pengendalian

Pengendalian adalah proses memantau kegiatan untuk

menjamin kegiatan tersebut dilaksanakan seperti rencana dan

mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti.24 Sistem

pengendalian yang efektif menjamin kegiatan diselesaikan

dengan cara-cara yang membawa pada tercapainya sasaran

organisasi.

2) Tahap Pengendalian

Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah sebagai

berikut:

a) Mengukur Kinerja

Sumber informasi yang biasa digunakan para

manajer adalah pengamatan pribadi, laporan statistik,

laporan lisan dan tulisan dari anggota. Gabungan sumber

informasi tersebut memberikan berbagai pengukuran kinerja

yang dapat dilakukan pimpinan atas kinerja anggotanya.

b) Membandingkan Kinerja

Langkah perbandingan yang dilakukan untuk

menentukan derajat variasi antara kinerja di lapangan

dengan standar yang telah ditentukan organisasi.

c) Melakukan Tindakan Manajerial

Langkah terakhir dalam pengendalian adalah

mengambil tindakan manajerial. Dalam tahap ini, pimpinan

dapat melakukan beberapa tindakan seperti; tidak

melakukan apa-apa atas penyimpangan yang terjadi,

mengoreksi kinerja, atau merevisi standar yang dianggap

perlu perubahan.

3) Jenis Pengendalian

a) Pengendalian Umpan Depan

24 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 168.

Page 54: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

44

Jenis pengendalian umpan depan merupakan jenis

pengendalian yang paling didambakan, jenis pengendalian

ini berfokus pada pencegahan masalah untuk

meminimalkan konflik yang terjadi.

b) Pengendalian Sejalan

Pengendalian sejalan merupakan jenis pengendalian

yang terjadi sewaktu kegiatan kerja berlangsung. Pada

pengendalian ini, pimpinan secara langsung mengawasi

tindakan bawahan sekaligus mengoreksi ketika masalah

muncul.

c) Pengendalian Umpan Balik

Jenis pengendalian yang terjadi setelah kegiatan

kerja dilakukan disebut pengendalian umpan balik.

Pengendalian ini berlangsung setelah kegiatan kerja

terlaksana, oleh karena itu dalam pengendalian ini biasanya

bersifat otentik karena dapat berupa laporan kerja lisan

maupun tulisan sehingga pimpinan dan bawahan dapat

saling memberikan tanggapan atas hasil kerja.

4) Ciri Sistem Pengendalian Efektif

Sistem pengendalian yang efektif menurut Robbins dan

Coulter memiliki ciri sebagai berikut:

a) Keakuratan, dapat diandalkan dan menghasilkan data yang

valid.

b) Ketepatan waktu, sesuai dengan waktu yang ditentukan.

c) Fleksibel, dapat disesuaikan dengan perubahan dan peluang

yang ada di organisasi.

d) Tindakan prefentif dan solutif, upaya pencegahan dan

penyelesaian jika terjadi konflik dalam pelaksanaan

kegiatan kerja.

5) Pengendalian Kinerja Organisasi

Page 55: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

45

Kinerja organisasi adalah akumulasi hasil akhir semua

proses dan kegiatan kerja organisasi. Pengendalian kinerja

organisasi akan menghasilkan aset yang lebih baik,

meningkatkan kemampuan penyediaan nilai pelanggan dan

memperbaiki ukuran pengetahuan organisasi.

a) Menghasilkan aset yang lebih baik, aset organisasi

menjadi lebih bernilai jika dikelola dengan cara yang dapat

menangkap nilainya. Nilai yang diciptakan berasal dari

berbagai sumber daya yang ada di organisasi. Dengan

pemberdayaan segala sumber daya tersebut, dapat

memaksimalkan kinerja organisasi untuk mencapai sasaran

yang diharapkan.

b) Meningkatkan kemampuan penyediaan nilai pelanggan,

pimpinan memantau seberapa baik pelayanan yang

diberikan organisasi kepada pelannggannya. Hal tersebut

dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan

serta mengukur kemampuan organisasi memberikan nilai

pelanggan.

c) Memperbaiki ukuran pengetahuan organisasi, salah satu

keberhasilan organisasi adalah mampu mempelajari dan

merespon dengan cepat. Artinya, setiap organisasi harus

memahami bahwa pembelajaran adalah hal yang penting

diperhatikan agar organisasi dapat terus tumbuh dan

berkembang.

Para manajer memegang peranan penting dalam proses

pengendalian untuk mencapai kinerja terbaik, sehingga mereka

dituntut untuk memiliki kemampuan mengenali tanggung jawab

untuk mencapat tingkat kinerja yang dapat diteladani:25

a) Membantu anggota organisasi menentukan pilihan yang

tepat selama perubahan organisasi. Perubahan

25 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 240.

Page 56: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

46

merupakan hal yang sulit dihindari, oleh karena itu manajer

harus mampu memberikan arahan kepada anggotanya

tentang banyak hal yang mencakup perubahan. Dengan

memberikan arahan dan dorongan selama periode

perubahan, para manajer mampu mempengaruhi anggotanya

untuk menentukan pilihan tentang kegiatan kerja yang akan

mereka lakukan untuk mencapai kinerja yang tinggi.

b) Merancang sistem manajemen kinerja yang sesuai

dengan sumber daya yang ada di organisasi. Hal ini

dilakukan untuk memperkenalkan kepada anggotan

mengenai ukuran kinerja yang sesua dan mampu menjadi

solusi atas masalah-masalah pengendalian kinerja. Para

manajer dapat memecahkan masalah tersebut dengan

berfokus pada fakta-fakta yang mendukung pencapaian

sasaran organisasi dan melaporkannya dengan jelas, khusus

dan tepat waktu.

c) Membantu anggota merealisasikan ide dalam bentuk

tindakan nyata. Para manajer harus mendorong

anggotanya untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan

menjadikan ide tersebut menjadi sesuatu yang dilakukan.

Setiap SDM di dalamnya mampu memetakan keseluruhan

proses penerapan ide dari penyusunan sampai kepada

penyampaian hasil gagasan tersebut.

B. Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

1. Pengertian Laboratorium Amil Zakat

Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, diperlukan

laboratorium sebagai tempat berlatih dan mengadakan berbagai kegiatan

pembelajaran dari teori ke praktek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

laboratorium diartikan sebagai tempat atau ruang tertentu yang dilengkapi

dengan peralatan untuk mengadakan percobaan. Amin Soejitmo dalam

Page 57: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

47

Dentje Borman (1988: 90-91) menyebutkan bahwa laboratorium memiliki

arti dan fungsi sebagai berikut:

a. Laboratorium dapat merupakan wadah, yaitu tempat, gedung, ruang

dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan

ilmiah.

b. Laboratorium dapat merupakan sarana dimana terjadi kegiatan

pembelajaran.

c. Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat informasi dengan sarana

dan prasarana yang ada di dalamnya untuk melakukan berbagai

eksperimen pembelajaran.

d. Laboratorium merupakan tempat dimana dosen, mahasiswa, guru,

siswa dan orang lain melaksanakan kegiatan ilmiah dalam rangka

pembelajaran.

e. Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan kerja

untuk menghasilkan sesuatu.

f. Laboratorium dengan segala sarana dan prasarana di dalamnya dapat

dijadikan sumber pembelajaran.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa

laboratorium adalah tempat yang dilengkapi sarana dan prasarana untuk

melakukan pembelajaran agar dapat lebih memahami konsep dan

pelaksanaan teori dalam bentuk praktek kerja nyata.

Kata Amil berasal dari kata ً َ مَ مِ مَ َم مَ yang biasa diterjemahkan لاَم

dengan “yang berbuat, melakukan, pelayan”.26 Amil juga bisa diartikan

sebagai orang yang mengumpulkan dan mengupayakan zakat,27 juru

tulisnya, dan yang membagi-bagikannya.28

26 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-

Munawwir, 1984), hlm. 1045. 27 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1999), hlm. 622. 28 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir

Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, (Bandung: Sinar Baru, 1990), hlm. 786.

Page 58: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

48

Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan

atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat,

infak/sedekah.29 Muhammadiyah Ja’far memberi peringatan lebih singkat

lagi, yaitu orang-orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dari

orang yang berzakat, dan membagikannya kepada orang-orang yang

berhak.30

Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan amil

zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat,

mulai dari para penghimpun zakat sampai kepada bendahara dan para

penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang

mencatat keluar masuk dana zakat dan membagikannya kepada para

mustahik.31

Dalam Ensiklopedi Islam, yang dimaksud dengan amil adalah

orang atau badan yang mengurus soal zakat dan sedekah dengan cara

mengumpulkan, mencatat, dan menyalurkan atau membagikannya kepada

mereka yang berhak menurut ketentuan ajaran Islam.32

Sejalan dengan berbagai definisi amil tersebut di atas, dapat

dipahami bahwa amil adalah orang atau badan yang mengurus

serangkaian kegiatan terkait zakat mulai dari penghimpunan, pencatatan,

sampai kepada penyaluran atau pembagian zakat kepada para penerima

zakat yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Dari uraian mengenai laboratorium dan amil zakat tersebut di atas

dapat dipahami bahwa laboratorium amil zakat adalah ruang praktek bagi

dosen, mahasiswa, dan orang-orang terkait pembelajaran mengenai

29 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan

Infak/Sedekah 30 Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadah Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2003), hlm. 71. 31 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun, dkk., , (Bogor: PT. Pustaka Litera

Inter Nusa, 2004), Cet. Ke-5, hlm. 545. 32 M. Quraish Shihab (Ed), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,

1992), Jilid I, Cet. I, hlm. 134.

Page 59: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

49

manajemen zakat mulai dari kegiatan penghimpunan, pencatatan sampai

kepada kegiatan penyaluran dana zakat kepada para mustahik.

2. Kedudukan Amil Zakat

Amil dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat termasuk

kategori ketiga mustahik seperti yang disebutkan dalam surat At-Taubah

ayat 60:

Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, mualaf (yang dilembutkan hatinya), untuk

memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang

dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha

Mengetahui, Maha Bijaksana”.

Ayat tersebut di atas menjadi dalil yang mendasari hukum amil.

Yang menjadi penegasan di sini adalah “al-‘amilina ‘alaiha” atau para

petugas yang diangkat oleh yang berwenang untuk memungut zakat atau

pengurus lembaga dan organisasi pengelola zakat.33

Dalil lain yang menegaskan kedudukan amil untuk mengelola

zakat dikuatkan dengan surat At-Taubah ayat 103:

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

33 Teuku M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Masjid An-Nuur, (Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid 2, hlm. 1686.

Page 60: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

50

ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar

lagi Maha Mengetahui”

Yang menjadi subjek dalil tersebut di atas adalah kalimat “khudz

min amwaalikum” yaitu bentuk perintah: “Ambillah (zakat) dari harta

mereka”. Makna perintah di sini pada prinsipnya bermakna keharusan

atau kewajiban. Oleh karenanya, zakat harus dikelola oleh amil yang

diangkat atau diberikan amanah oleh pihak yang berwenang yaitu

pemimpin.34

Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa hendaknya amil memenuhi

beberapa syarat, yaitu:35

a. Hendaklah ia seorang muslim karena itu urusan kaum muslimin,

maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka kecuali tugas

yang tidak berkaitan dengan soal penghimpunan dan pembagian

zakat seperti penjaga gudang dan atau supir.

b. Hendaklah seorang mukalaf yaitu orang dewasa yang sehat akal dan

pikirannya.

c. Hendaklah ia seorang yang jujur karena diberi amanah untuk

mengelola harta kaum muslimin.

d. Memahami hukum-hukum zakat agar mampu melaksanakan tugas

sebagai amil.

e. Sebaiknya amil adalah seorang laki-laki.

f. Sebagian ulama mensyaratkan amil adalah seorang yang merdeka

bukan hamba sahaya.

3. Tugas dan Fungsi Laboratorium Amil Zakat

Pada garis besarnya, amil dikategorikan menjadi dua kelompok

besar yaitu penghimpun dan penyalur atau yang membagikan dana zakat.

Para penghimpun bertugas mengamati dan menetapkan muzaki (orang

yang mengeluarkan zakat), menetapkan jenis-jenis harta yang wajib

34 Abdul Bari Shoim, Zakat Kita, (Kendal: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal,

1978), hlm. 82. 35 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun, dkk.., hlm. 551-555.

Page 61: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

51

dizakati, dan jumlah yang harus dikeluarkan. Kemudian mengambil dan

menyimpannya untuk diserahkan kepada para penyalur zakat. Dengan

demikian, para penghimpun zakat harus memahami tentang hukum-

hukum zakat, misalnya yang berkaitan dengan kadar nishab, haul, dan

sebagainya.

Para penyalur atau yang membagikan zakat bertugas mengamati

dan menetapkan mustahik (orang yang berhak menerima zakat), hal ini

mencakup perkiraan kebutuhan mereka dan mempertimbangkan jumlah

zakat yang diterima.36

Sedangkan fungsi amil zakat adalah berperan serta memberantas

kemiskinan dan kefakiran umat Islam. Namun dengan situasi kehidupan

masyarakat yang semakin rumit maka fungi amil zakat perlu

dikembangkan menjadi lembaga atau organisasi pengelola zakat agar

manajemen pelaksanaan zakat lebih terjamin mulai dari kegiatan

penghimpunan sampai kepada penyaluran dana zakat.

Dengan adanya laboratorium, para mahasiswa diharapkan dapat

mengaktualisasikan pemahaman dari ruang kelas ke wilayah kerja nyata

yang tentunya akan memberikan mereka tambahan ilmu pengetahuan

yang tidak bisa didapatkan di ruang kelas. Ditambah dengan adanya

ketersediaan arahan dan bimbingan dari dosen mata kuliah juga dari

pihak-pihak lain yang lebih berpengalaman memberikan mahasiswa

tambahan pembelajaran.

Fungsi laboratorium seperti yang disebutkan Mohammad Amien

(1988: 54) bahwa laboratorium sebagai sarana penunjang untuk

melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam suatu bidang studi dan

mempersiapkan sarana penunjang lainnya untuk melaksanakan

penelitian.

Selanjutnya, Depdikbud (1979: 7) menambahkan penjelasan

bahwa laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk memecahkan

36 M. Quraish Shibah, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 328.

Page 62: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

52

masalah, mendalami suatu fakta, melatih keterampilan dan berpikir

ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, menentukan

masalah baru, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, diharapkan dosen, guru, mahasiswa dan orang-

orang yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium harus memahami

bahwa pembelajaran di laboratorium mampu mencapai tujuan

pembelajaran, yakni:37

a. Mengembangkan keterampilan (pengamatan dan pencatatan data

dan kemampuan menggunakan sarana yang tersedia.

b. Melatih peserta didik agar dapat bekerja cermat.

c. Melatih ketelitian mencatan dan kejelasan melaporkan hasil

percobaan peserta didik.

d. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab peserta didik.

e. Melatih peserta didik merencanakan dan melaksanakan percobaan

lebih lanjut.

37 Depdikbud, Petunjuk Pengelolaan Laboratorium IPA, (Bandung: CV. Rosda, 1979),

hlm. 8.

Page 63: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

53

BAB III

GAMBARAN UMUM

LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH

MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)

A. Sejarah Singkat

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manejemen Dakwah

(Lazis MD) -awalnya bernama Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah

Manajemen Dakwah), merupakan organisasi sosial yang bertujuan untuk

menyejahterakan umat, melalui penyaluran zakat, infak dan sedekah. Lazis

Manajemen Dakwah, merupakan organisasi amil zakat yang tengah merintis

untuk menjadi lebih profesional dan memberikan penyaluran-penyaluran

dalam program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi

kemasyarakatan.

Lazis Manajemen Dakwah memulai kiprahnya pada tanggal 14

Maret 2012 di Ciputat, dimana lembaga ini dinaungi oleh Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Legalitas untuk melakukan ekspansi

semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan

sebagai lembaga amil zakat berdasarkan SK No. 14 tahun 2012.1

Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial

membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan

muzaki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para

aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial

bisa semakin dikurangi jaraknya. Sehingga pada tanggal 3 juni 2012 Lazis

MD menyukseskan acara pertamanya melalui program BAZAR

SHODAQOH, dimana melalui acara tersebut Lembaga ini berhasil

memberikan tunjangan kepada 15 orang anak yatim piatu, serta

menyumbang 243 buku untuk Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pos Solidaritas

Umat di daerah Ciputat dan sekitarnya. Pada saat tahun 2013, Lazis MD

1 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012

Page 64: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

54

telah menyalurkan dana kepada 150 mustahik di bebeberapa daerah sekitar

uin yang membutuhkan. Diantaranya dhuafa, pemulung, anak yatim, janda

dan lain sebagainya yang berlokasi di sekitar kampus UIN.2

Lazis Manajemen Dakwah merupakan organisasi yang bermula dari

laboratorium yang disediakan untuk mahasiswa konsentrasi Manajemen

Zakat Infak Sedekah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Di masa pertumbuhannya, yaitu tahun 2014

Lazis Manajemen Dakwah mengalami pergantian nama dari yang

sebelumnya Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah dengan dikuatkan SK No.

12 tahun 2012, diubah menjadi Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

setelah mendapat arahan dan bimbingan dari pihak Badan Amil Zakat

Nasional (Baznas) yang diwakili oleh Teten Kustiawan (Direktur Pelaksana

Baznas) dan dari pihak Dompet Dhuafa yang diwakili oleh Ahmad Juwaini

(Presiden Direktur Dompet Dhuafa) pada studium general yang diadakan

Jurusan Manajemen Dakwah sekaligus penandatanganan MoU dengan

pihak Baznas dan Dompet Dhuafa.3

B. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi4

Menjadi organisasi amil zakat yang terpercaya dan memberdayakan

umat.

2. Misi

a. Mencetak amil yang profesional

b. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian bagi mahasiswa

c. Mengembangkan zakat sebagai instrumen pengurangan kemiskinan

d. Meningkatkan kemandirian mahasiswa melalui sumber daya

3. Tujuan

2 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013 3 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 4 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012

Page 65: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

55

a. Meningkatkan kepedulian sosial dan solidaritas terhadap

masyarakat

b. Meningkatkan kualitas hubungan baik secara vertikal maupun

horizontal

c. Mengamalkan sebagian ilmu yang diperoleh pada mata kuliah

Manajemen Fundrising ZIS

C. Struktur Organisasi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

Manajemen Dakwah

(Sumber: Laporan Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012)

Dari gambar struktur organisasi tersebut di atas, dapat

dideskripsikan pada uraian sebagai berikut:5

1. Lazis Manajemen Dakwah dipimpin oleh seorang ketua umum yang

berkoordinasi dengan penanggung jawab dan penasehat dalam

menentukan kebijakan yang akan diberlakukan pada Lazis Manajemen

5 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 66: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

56

Dakwah. Ketua umum memiliki kewenangan untuk melakukan

perannya sebagai pimpinan tertinggi di Lazis Manajemen Dakwah serta

melakukan pengendalian jika terjadi hal-hal yang menyimpang atau

tidak sesuai harapan selama proses pencapaian sasaran organisasi.

2. Ketua pelaksana harian diemban oleh seorang mahasiswa yang

ditentukan secara musyawarah seluruh anggota didampingi oleh ketua

umum. Ketua pelaksana harian bertugas sebagai penentu kebijakan

yang berkenaan dengan pelaksanaan yang dilakukan organisasi,

terutama yang menyangkut kegiatan yang dilakukan para amil zakat di

Lazis Manajemen Dakwah (semua anggota harian termasuk amil zakat

karena terlibat dalam kegiatan pengelolaan zakat).

3. Divisi penghimpunan, bagian yang melakukan pengumpulan dana

zakat, infak, sedekah (ZIS), melakukan pendataan muzaki dan

menyimpannya dalam database muzaki, melakukan koordinasi dengan

divisi pendayagunaan, serta meyelenggarakan beragam kegiatan untuk

menghimpun dana ZIS dari calon muzaki. Akan tetapi, setiap anggota

dan ketua pelaksana harian diharuskan menghimpun dana untuk

mencapai target yang telah disepakati bersama atas arahan dari ketua

umum.

4. Divisi pendayagunaan, pendistribusian dana ZIS yang telah

dikumpulkan divisi penghimpunan diteruskan kepada para mustahik

oleh tim divisi pendayagunaan dengan membuat program kerja

distribusi ZIS, melakukan pendataan mustahik dan menyimpannya

dalam database mustahik, melaksanakan pendistribusian ZIS. Sama

halnya dengan divisi penghimpunan, dalam divisi pendayagunaan pun

setiap anggota dan ketua pelaksana harian terlibat langsung ketika

pelaksanaan distribusi dana ZIS kepada mustahik. Target

pendayagunaan Lazis Manajemen Dakwah mencakup bantuan di

bidang pendidikan, bantuan sosial kepada dhuafa, bantuan dana usaha,

dan beberapa program lain yang nanti akan dijelaskan lebih rinci pada

program kegiatan Lazis Manajemen Dakwah.

Page 67: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

57

5. Divisi hubungan masyarakat (humas), melakukan kegiatan promosi,

sosialisasi dan marketing untuk menjaring muzaki baru, membuat

ragam instrumen publikasi mengenai Lazis Manajemen Dakwah dan

menyusun buletin di akhir kepengurusan.

Dalam penentuan susunan organisasi Lazis Manajemen Dakwah,

ketua umum memberikan kewenangan kepada para mahasiswa yang akan

menjalankan serangkaian fungsi manajemen sebagai pengurus. Masa

kepengurusan sangat singkat karena menyesuaikan dengan masa aktif

perkuliahan selama dua semester ketika para mahasiswa duduk di semester

6 sebagai masa praktikum mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan

Wakaf.6

D. Fungsi Manajemen Lazis Manajemen Dakwah

1. Perencanaan

a. Menentukan Sasaran Lazis Manajemen Dakwah

Penentuan sasaran yang dilakukan Lazis Manajemen

Dakwah didasarkan pada hal yang mencakup penghimpunan dana

ZIS. Perencanaan terkait target penghimpunan dana ditentukan

berdasarkan hasil musyawarah ketua umum dan seluruh anggota

Lazis Manajemen Dakwah yang menjabat sebagai pengurus aktif,

yaitu mahasiswa di semester 6 yang mengikuti perkuliahan dengan

mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan wakaf.

Setelah ditentukan target penghimpunan dana, langkah

selanjutnya dalam tahap perencanaan adalah menentukan jangka

waktu dan strategi marketing yang dilakukan oleh seluruh anggota

Lazis Manajemen Dakwah didampingi arahan dari ketua umum.

Dikarenakan masa jabatan yang sebentar, maka jangka waktu untuk

6 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 68: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

58

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

2012 2013 2014 2015

Penghimpunan Dana ZIS

2.1

52

.35

0

22

.14

9.5

00

27

.22

1.2

00

36

.46

7.5

00

penghimpunan sangat terbatas, yaitu sekitar satu bulan untuk

mencapai target nominal yang telah ditentukan.7

Strategi marketing dikemas dengan penyusunan program-

program kegiatan penghimpunan dana dengan beragam cara. Seperti

yang paling sering dilakukan adalah menyusun proposal organisasi

yang disebar ke berbagai organisasi lain seperti lembaga

pemerintahan, ada juga proposal yang diajukan ke sesama lembaga

pengelola zakat yang lebih besar skalanya, pengajuan proposal ke

perusahaan swasta pun pernah dilakukan oleh pengurus di tahun

2015, di bawah kepemimpinan Musyfiq dan mendapat total

penghimpunan dana sebesar Rp 36.467.500 (tiga puluh enam juta

empat ratus enam puluh tujuh ribu lima ratus rupiah).8 Berikut

adalah grafik peningkatan dana ZIS yang dihimpun Lazis

Manajemen Dakwah dari tahun 2012 –2015:9

7 Wawancara pribadi dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis

Manajemen Dakwah Periode 2015, Tangerang Selatan, 23 Oktober 2015 8 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2015 9 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012-2015

Gambar 3.2 Grafik Pencapaian Dana ZIS

Dari Tahun 2012-2015

Page 69: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

59

Dari gambar tersebut di atas, dapat diuraikan tentang

penghimpunan dana ZIS yang diperoleh Lazis Manajemen Dakwah

dari periode 2012 sampai 2015. Pada tahun 2012, kegiatan

penghimpunan masih berbentuk tim, sehingga target dana

penghimpunan bukan berdasarkan masing-masing anggota tetapi

berdasarkan kelompok yang telah dibentuk. Dana yang didapatkan

sebesar Rp 2.152.350. Pada tahun 2013, kegiatan penghimpunan

ditentukan targetnya atas setiap anggota sehingga setiap orang

memiliki semangat kerja yang tinggi untuk mencapai nominal yang

ditentukan, yaitu sebesar Rp 600.000/orang. Akan tetapi, ada

sebagian anggota yang mendapatkan dana lebih besar dari yang

ditargetkan sehingga total penghimpunan dana pada tahun 2013

sebesar Rp 22.149.500. Berlanjut ke tahun 2014, masih memakai

cara penghimpunan dana seperti yang dilakukan pada tahun 2013

dan mendapatkan total penghimpunan dana Rp 27.221.200 yang

kemudian didistribusikan kepada 250 mustahik di sekitar kampus

UIN Jakarta. Dan pada tahun 2015, peningkatan jumlah

penghimpunan dana cukup signifikan dan mencapai angka Rp

36.467.500 yang didistribusikan kepada 278 mustahik.

b. Menyusun Rencana Lazis Manajemen Dakwah

Seperti yang telah disebutkan di atas mengenai masa jabatan

di Lazis Manajemen Dakwah yang terbatas pada masa perkuliahan

yang hanya dua semester, maka dalam menyusun rencana, Lazis

Manajemen Dakwah mengandalkan rencana operasional untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Rencana operasional yang dimaksud adalah dengan

membuat kerangka waktu (time line) dilengkapi dengan hal-hal apa

saja yang dilakukan dalam rentang waktu tersebut.

c. Teknik Perencanaan Lazis Manajemen Dakwah

Teknik perencanaan yang dilakukan Lazis Manajemen

Dakwah adalah dengan melakukan pengamatan lingkungan,

Page 70: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

60

menyaring sebanyak mungkin informasi untuk memberikan ruang

praktek bagi para mahasiswa konsentrasi Manajemen Ziswaf di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa

dapat memahami teori dan praktek menjadi amil serta terlibat

langsung di organisasi pengelola ZIS.

Keberadaan sumber daya di Lazis Manajemen Dakwah juga

menjadi upaya dalam pelaksanaan teknik perencanaan dengan

mengalokasikan sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Sumber daya yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah hingga saat

ini terbatas pada anggaran warisan dari kepengurusan sebelum-

sebelumnya dan sumber daya manusia yang ditentukan dengan

jumlah mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf.

2. Pengorganisasian

a. Desain Organisasi

Lazis Manajemen Dakwah, melakukan kegiatan yang

dinamis dengan fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan

organisasi untuk mencapai sasaran. Dengan perpaduan desain

organisasi tradisional dan kontemporer, yang merupakan desain

organisasi yang sangat fleksibel mengikuti pergerakan organisasi

yang dinamis. Desain organisasi tradisional yang dilaksanakan

Lazis Manajemen Dakwah memiliki kekuatan yang cepat dalam

penyusunan struktur organisasi, fleksibel dalam pelaksanaan

deskripsi jabatan, jelas pertanggungjawabannya karena sentralisasi

wewenang. Selain itu, desain organisasi kontemporer berbasis tim

dan pembelajaran bagi para anggota yang terus mengembangkan

kemampuannya untuk beradaptasi dan berperan aktif dalam

melaksanakan tugas kerjanya.10

b. Manajemen Sumber Daya Manusia

10 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 71: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

61

Memperoleh dan mempertahankan anggota yang kompeten

menjadi salah satu penentu keberhasilan organisasi, oleh karena

itu, dalam proses pengorganisasian pun mencakup manajemen

sumber daya manusia. Dan hal itu pun dilakukan Lazis Manajemen

Dakwah, hal tersebut dilakukan untuk menjamin bahwa organisasi

ini memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat untuk

menyelesaikan sejumlah tugas kerja yang diberikan untuk

mencapai sasaran organisasi.

Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan Lazis

Manajemen Dakwah adalah sebagai berikut:

1) Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi, yaitu

mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf di

semester 6. Proses ini akan memudahkan ketua umum untuk

lebih objektif memberikan arahan kepada ketua pelaksana

harian dan atau seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah

mengenai tugas kerja yang akan mereka laksanakan.

Penilaian yang dilakukan ketua umum berdasarkan track

record anggota sebagai mahasiwa jurusan Manajemen

Dakwah, dari penilaian awal yang dilakukan adalah dengan

memberikan rekomendasi nama-nama yang memungkinkan

untuk menempati jabatan sebagai ketua pelaksana harian dan

koordinator divisi.11

2) Orientasi dan pelatihan, yaitu mengenalkan Lazis

Manajemen Dakwah kepada seluruh anggota dan

memberikan pelatihan untuk menunjang kegiatan mereka

selama kepengurusan. Orientasi yang diberikan ketua umum

disampaikan melalui pertemuan di kelas dengan memberikan

gambaran umum dan pencapaian-pencapaian yang dimiliki

Lazis Manajemen Dakwah untuk menjelaskan kepada para

11 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 72: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

62

anggota terkait berbagai hal yang menyangkut organisasi.

Sedangkan pelatihan diberikan dalam bentuk arahan selama

menjadi pengurus, yang disampaikan dua kali dalam satu

pekan pertemuan. Pelatihan tersebut diberikan untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan setiap anggota

untuk melaksanakan tugas kerjanya dengan efektif dan

efisien.

c. Budaya Organisasi

Pembentukan budaya organisasi relatif membutuhkan

waktu yang cukup lama, akan tetapi dari kemunculannya hingga

saat penelitian ini dilakukan, Lazis Manajemen Dakwah telah

melakukan dinamika budaya organisasi yang bersifat kekeluargaan

dan terus mengembangkan kemampuan kerja sama antar pengurus.

Diakui memang, ketika tahun 2012, kepengurusan dan tugas kerja

saling mengandalkan satu dengan yang lain sehingga terjadi

ketimpangan job description yang dikerjakan oleh sebagian orang

saja. Menginjak kepengurusan kedua di tahun 2013, ketua umum

yaitu Muhammad Zen mengubah budaya tersebut sehingga job

description lebih jelas dan detail. Hal ini tentu saja menjadi nafas

baru pergerakan Lazis Manajemen Dakwah dan menjadi core value

yang dimiliki yaitu kerja sama yang solid.12

Hal yang juga menjadi daya tarik dari Lazis Manajemen

Dakwah bagi peneliti adalah pertumbuhan dan pengembangan

inovasi yang selalu dikemas kreatif para pengurusnya untuk

mencapai sasaran organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari

beragam nama program kegiatan pendayagunaan untuk

menyalurkan hasil dana ZIS yang didapat dari proses

penghimpunan yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Kepemimpinan

12 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 73: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

63

Kepemimpinan yang berlangsung di Lazis Manajemen Dakwah

tergolong unik karena ketua umum dan ketua pelaksana harian

berkolaborasi untuk memotivasi dan mempengaruhi para anggotanya.

Ada pun yang menjadi ciri kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah,

adalah sebagai berikut:

a. Motivasi dan apresiasi, ketua umum memberikan dukungan

penuh terhadap kemampuan yang dimiliki para anggotanya dan

mengapresiasi setiap upaya mereka dalam melaksanakan tugas

kerja untuk mencapai sasaran organisasi. Mengapa demikian?

Karena para anggota memiliki semangat belajar dan

mengembangkan kemampuan yang tinggi serta menunjukan

dedikasi yang tinggi meskipun pada mulanya semangat dan

dedikasi tersebut hanya dikarenakan nilai pada mata kuliah

Manajemen Ziswaf. Akan tetapi, di akhir kepengurusan para

anggota cenderung memahami bahwa ada nilai-nilai lain yang

mereka dapatkan dengan menjadi bagian dari pengurus Lazis

Manajemen Dakwah, yaitu pengalaman menjadi amil dan

pembelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang serta

diharapkan mampu menjadi nilai tambah bagi mereka yang akan

melanjutkan terjun menjadi amil di organisasi lembaga zakat

dengan skala yang lebih besar.13 Dalam hal ini, pemimpin

berperan sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih

disenangi para anggotanya dan diharapkan mampu memicu

semangat dan meningkatkan kinerja para anggotanya.

b. Kejujuran dan integritas. Ketua umum membangun hubungan

saling mempercayai antar anggotanya dengan berlaku jujur dan

menunjukan konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan.

c. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan menafsirkan banyak

informasi, ketua umum berkoordinasi dengan pengasuh, yaitu

13 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Umum Lazis

Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 9 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB

Page 74: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

64

Drs. Cecep Castrawijaya, MA., agar mampu memecahkan

masalah dan membuat keputusan yang tepat jika terjadi hal-hal

yang tidak diharapkan selama pelaksanaan manajemen sasaran

Lazis Manajemen Dakwah.

d. Gaya kepemimpinan yang dilakukan ketua umum memadukan

interaksi langsung pimpinan dengan bawahan dan situasi yang

memungkinkan ketua umum mempengaruhi para anggotanya.

Dengan hal tersebut, gaya kepemimpinan Lazis Manajemen

Dakwah berorientasi pada hubungan pimpinan dengan

anggotanya, yang mencakup sikap saling percaya dan

menghormati pimpinan sebagai pihak yang berwenang untuk

menentukan arah kebijakan organisasi dengan mengedepankan

musyawarah seluruh anggota. Pada waktu tertentu, ketua umum

bekerja sebatas memberikan arahan dan motivasi kerja untuk

menjamin tercapainya sasaran organisasi. Hal ini dilakukan

untuk memperjelas alur kerja yang sesuai dengan job

description masing-masing anggota selama melaksanakan

tugasnya dan meminimalkan terjadinya konflik selama proses

pelaksanaan tugas kerja tersebut.

e. Manajemen konflik, ketika terjadi konflik, ketua umum

cenderung bekerja sama dengan seluruh anggota untuk

menyelesaikan masalah bersama. Namun ada kalanya ketua

umum juga berkoordinasi dengan pengasuh untuk mendapat

masukan dan arahan dalam menentukan arah kebijakan dan

keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Ketua umum

memotivasi para anggotanya untuk melalui sisuasi tersulit

sekalipun, meningkatkan rasa percaya diri para anggota dan

menjadi perantara jika terjadi konflik dalam tim.

f. Pengambilan keputusan, ketua umum mengarahkan para

anggotanya untuk terlibat dalam penentuan keputusan bersama.

Jika terjadi permasalahan selama proses manajemen, ketua

Page 75: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

65

umum memberikan kebebasan untuk terlibat langsung

memberikan solusi berdasarkan persepsi masing-masing untuk

kemudian didiskusikan bersama dengan anggota organisasi

yang lain. Dalam hal ini, setiap orang berhak menyampaikan

gagasannya dan menyajikan gagasan tersebut di hadapan ketua

umum dan anggota kelompok yang lain. Di sini, mahasiswa

dilatih untuk mengasah kemampuannya sebagai problem solver

sehingga terbiasa menghadapi dan siap jika terjadi masalah

dalam melaksanakan tugas kerja. Selain itu, mahasiswa terlatih

agar mampu berkomunikasi baik verbal maupun non verbal

untuk menyampaikan gagasannya.

4. Pengendalian

Pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen

Dakwah dilakukan dengan rincian sebagai berikut:14

a. Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja perlu dilakukan sebagai bagian awal

bagi seorang pimpinan untuk melakukan pengendalian pada

organisasi yang dipimpinnya, begitu pula dengan yang dilakukan

ketua umum Lazis Manajemen Dakwah. Penilaian atas setiap

kinerja anggota berdasarkan pengamatan pribadi dan laporan lisan

maupun tertulis dari setiap anggota. Dikarenakan laboratorium

amil zakat ini bermula dari mata kuliah Manajemen Fundrising

Ziswaf, maka nantinya penilaian kinerja selama menjadi pengurus

Lazis Manajemen Dakwah akan berpengaruh pada nilai yang

didapatkan pada mata kuliah tersebut.

b. Melakukan Tindakan Manajerial

Langkah lain dalam pengendalian yang dilakukan ketua

umum Lazis Manajemen Dakwah adalah mengambil tindakan

manajerial. Dalam tahap ini, ketua umum berwenang melakukan

14 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB

Page 76: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

66

tindakan jika terjadi penyimpangan yang dilakukan anggotanya,

biasanya berupa teguran secara langsung tanpa memberikan surat

peringatan. Hal lain yang menjadi wewenang ketua umum dalam

tahap ini adalah mengoreksi kinerja dan atau memperbaiki attitude

anggota yang tidak sesuai dengan standar etika profesi amil, yang

mengacu pada sifat kepemimpinan Rasulullah, yaitu jujur

(shiddiq), amanah, cerdas (fathonah), dan menyampaikan

(tabligh). Shiddiq bekerja secara lurus dan benar, amanah bekerja

secara jujur, cerdas bekerja dengan profesional dan menyampaikan

suatu hak yang memang harus disampaikan kepada yang berhak

menerimanya.

E. Sistem Keuangan

Dari hasil pengumpulan dan analisis data, diperoleh data yang

menunjukkan bahwa Lazis Manajemen Dakwah sudah menerapkan

akuntansi ZIS yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) Nomor 109 tentang akuntansi ZIS.15 Hal ini dapat dilihat dari

lampiran laporan keuangan Lazis Manajemen Dakwah yang disusun pada

akhir masa kepengurusan.16 Prosedur akuntansi yang diterapkan pada Lazis

Manajemen Dakwah adalah sebagai berikut:

1. Prosedur keuangan penerimaan ZIS

2. Prosedur keuangan penyaluran ZIS

3. Prosedur keuangan selain kas

F. Muzaki dan Mustahik Lazis Manajemen Dakwah

Kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan menjadi kegiatan inti

dari Lazis Manajemen Dakwah, dimana terjadi keterlibatan secara langsung

menjadi amil ZIS yang menerima dari muzaki dan mendistribusikannya

15 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen

Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 16 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012

Page 77: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

67

kepada para mustahik. Untuk melihat seberapa luas sumber dana dan

sebaran ZIS kepada mustahik pada Lazis Manajemen Dakwah, dapat

diperhatikan pada tabel berikut:

Periode Penghimpunan dari Muzaki Pendistribusian kepada

Mustahik

2012 Rp 2.152.350 60 orang

2013 Rp 22.149.500 120 orang

2014 Rp 27.221.200 250 orang

2015 Rp 36.467.500 278 orang

Tabel 3.1 Pencapaian Penghimpunan dan Pendistribusian ZIS

Tahun 2012-2015

Database Muzaki

No. Nama No. Nama

1. Bapak Sulaeman 51. Dompet Dhuafa

2. Kel. Rasidi 52. ZIS Indosat

3. Bapak Fajar 53. Ramadani Irawan

4. Ibu Sugiati 54. Yudi Yulfansyah

5. PT. Standard Pen 55. H. Suryo – Hj. Suharyati

6. Ririn Dyah Wati 56. Ibu Yuni

7. Lika Ruhma Hanifa 57. Bapak Jayadin

8. Zulkarnaen 58. Devi Ria

9. Futuh Ihsan Salsabil 59. Ibrahim Putera Agustian

10. Asep Saepudin 60. Nurhandayani

11. Bambang 61. Hj. Darni Pandi

12. Hilmi Hidayat 62. Bapak Amung

13. Indah Nurwasilah 63. Bapak Budi

14. Tami Chairunnisa 64. Bapak Ridwan

15. Abdurrahman Wahid 65. Bapak Haris

16. Amrina Rosyada 66. Pak Herizal

Page 78: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

68

17. Nourmalinda 67. Ibu Astuti

18. Dedi Warman 68. Ibu Herawati

19. Mulyani 69. Uday Baydoi

20. Tirsan Maulana 70. Bapak Marjuki

21. Wasiat Jakarta 71. Bapak Sudianto

22. H. Hasbullah 72. Ibu Nina

23. H. Syafei 73. Bapak Hulaefi

24. Hj. Neneng Kamalia 74. Pak Muhaimin

25. Rahmania 75. Hj. Maspupah

26. Hj. Rukoyah 76. H. Ilyas

27. Hutami 77. Hj. Tonah

28. Mawardi 78. Rifai Ahmad

29. Dwina Aura 79. Sofia

30. Eka Safitri 80. Drs. H. Riduan Syahrani

31. Rispa Fauziah 81. H. Yusrizal

32. Faizal Kamandan 82. H. Khairuzzaman

33. Mirdat 83. Dede Slamet Riyadi

34. Mayang Sari 84. Eriyansyah

35. Lukmanul Hakim 85. Musthafa Kamal

36. Ai Hernawati 86. Ibu Sopiah

37. M. Syarief 87. Direktur Bimbel Tridaya

38. Putri Jamilah Mardiyah 88. Travel Pulau Seribu

39. Sri Haryani 89. Hafidz Maulana

40. Melly Haryani 90. Susi Sofiatul Farida

41. PSM UIN Jakarta 91. Abdul Rosyid

42. Mega Rosalita 92. Ibu Khaerani

43. Panitia BICF The

Project 93. Siti Rohimah

44. Mia Nur Fauziah 94. Bapak Rohendi

45. Ikna Qanita 95. Abdul Rohman

Page 79: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

69

46. Panitia Olimpiade Al

Qur’an 96. Rohendi

47. Muhammad Syafe’i 97. Uswatun

48. Chaidir Ali 98. Ahmad Nirwan

49. Ust. Ahmad Romdhoni 99. Hasanah Hilmiyatul

50 Ust. Hakim Hanafi 100. Aminatuzzuhriyyah

101. Handoyo 102. Eka Nur Fitriana

103. Lathifah 104. Siti Wardah

105. Hj. Kandi 106. Hj. Ija

107. Ma Haji 108. Daroh

109. Bendi 110. Alit

111. Dewi Batang 112. Ajat Pamanukan

113. Kamal Mustafa 114. Masni Rengat

115. Fitri Mustafa 116. Ahmad Nurdin

117. Ratu Hassanah 118. Hasan

119. Hamdi Assidqi 120. Ayu Nurul Fitriana

121. Suci Lestari 122. Rizky Amalia

123. Benny Kus 124. Abdul Wahid

125. Isa benuh 126. Anis Mardianis

127. Nurul Aliyah 128. Khairul Umam

129. Lalu Heri 130. Harsin Hamid

131. Bu Indah 132. Satria

133. Fauziah 134. Khairul Arifin

135. Ibu Suwarni 136. Ibu Susan

137. Hj. Eva Suciati 138. Ibu Dedeh

139. Fatihatul Izzah 140. Ahmad Nizar

141. Suradianto 142. Samayanti P.

143. Muhammad Fikry 144. Suroyuddin

145. Lilianti Sukami 146. Warsito

147. Noval Kurniadi 148. Yuni Kartika

Page 80: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

70

149. Nita Listiana 150. Rizki Rangga

151. Husain 152. Bintaris

153. Umi Masadiah 154. Ibrahim

155. M. Hafidz A. 156. M. Fadhil

157. Ema Fatimah 158. A. R. Marzuki

159. Ilmawan 160. Pa Andi dan Bu Yuyun

161 Nasiroh

Tabel 3.2 Database Muzaki Tahun 2014-2015

G. Program Kegiatan Lazis Manajemen Dakwah

Program kegiatan yang dimaksudkan disini adalah tentang

pendayagunaan, kegiatan pendistribusian yang dilakukan Lazis Manajemen

Dakwah untuk menyampaikan dana ZIS dari para muzaki agar dapat

dimanfaatkan para mustahik. Setiap tahunnya, selalu terjadi peningkatan

seperti yang telah disebutkan dalam tabel 3.1 di atas.

Berlatar atas kepedulian warga kampus terhadap warga sekitar

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana masih ada orang-orang

yang memerlukan bantuan dan kepedulian dari pihak yang lebih

berkecukupan, maka program Lazis Manajemen Dakwah diperuntukan bagi

mereka yang berada di kategori fakir, miskin (yatim dan dhuafa). Berikut

adalah deskripsi program Lazis Manajemen Dakwah dari tahun 2012

sampai tahun 2015.17

17 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012-2015

Page 81: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

71

Periode Nama Program Deskripsi Program

2012

Gerakan 1000

Buku Untuk Anak

Jalanan

Donasi buku yang

disumbangkan kepada anak-anak

jalanan dalam upaya

pencerdasan anak bangsa

melalui zakat

Sepatu (Seribu

Untuk Yatim Piatu)

Penyaluran dana ZIS yang

diberikan kepada anak yatim di

sekitar kampus UIN dari donasi

Rp 1000/orang dalam

penghimpunan dananya

Sepeda (Sembako

untuk Pedagang

dan Dhuafa)

Bingkisa sembako yang

diberikan kepada pedagang dan

dhuafa

2013

Bantal (Bantuan

Anak Jalanan)

Bantuan kepada anak-anak

jalanan yang tinggal di daerah

Pisangan, Ciputat

Konami (Koin

Untuk Anak

Miskin)

Donasi yang diberikan kepada

anak-anak dari keluarga faqir

dan miskin

Sajada (Santunan

Janda dan Dhuafa)

Santunan berupa bantuan bahan-

bahan pokok kepada sejumlah

janda dan dhuafa

Bulan (Bingkisan

Untuk Lansia

Bingkisan yang diberikan

kepada orang lanjut usia

Galaksi (Gebyar

Lomba Anak

Islami)

Bantuan berupa alat tulis dan

perlengkapan sekolah dengan

mengadakan lomba tingkat anak

di TPA Jl. Semanggi, Ciputat

2014 Berkah Yatim Bantuan yang diberikan kepada

anak Yatim tingkat SD dan

Page 82: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

72

SLTP yang tergolong

masyarakat miskin

Sofa UIN

Pendistribusian dana ZIS berupa

bingkisan sembako dan sejumlah

uang untuk mahasiswa dan

karyawan (office boy) dan

petugas kebersihan UIN Jakarta

Sapa Lansia Penyaluran dana ZIS

diperuntukan bagi para lansia

PemDa (Pemberian

Modal Dagang)

Pendayagunaan pertama yang

tergolong upaya pemanfaatan

dana ZIS untuk kegiatan

produktif yaitu memberikan

bantuan modal dagang kepada

50 mustahik

Gibran (Gerakan

Infak Bagi Anak

Jalanan)

Pemberian bingkisan dan uang

santunan kepada 50 anak jalanan

di sekitar kampus UIN Jakarta

2015

Bingkay

(Bingkisan Untuk

Karyawan)

Bingkisan yang diberikan untuk

pegawai di gedung kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemuda Alim

(Pemberian Modal

Usaha Dagang

pada Majlis

Ta’lim)

Pemberian modal usaha dagang

kepada dhuafa di majlis ta’lim

sekitar kampus

Senja (Senyuman

Anak Jalanan)

Penyaluran dana ZIS kepada

anak-anak jalanan di sekitar

kampus UIN Jakarta

Page 83: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

73

Tabel 3.3 Program Kegiatan Tahun 2012-2015

H. Hasil Karya Lazis Manajemen Dakwah

1. Buletin Lazis Manajemen Dakwah

Buletin merupakan bentuk sederhana laporan kegiatan Lazis

Manajemen Dakwah sebagai amil zakat, berisi profil, susunan

kepengurusan dan program kegiatan pendayagunaan ZIS di setiap masa

kepengurusannya. Di dalam buletin pun terdapat artikel yang berkenaan

dengan ZIS, foto kegiatan dan laporan keuangan sederhana.

Gambar 3.3 Buletin Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013

(Sumber: Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013)

Bunaya (Bantuan

Anak Yatim dan

Dhuafa)

Bantuan berupa sembako kepada

anak yatim dan dhuafa di

kampung pemulung, Ciputat

Berbahasa (Berbagi

Bahagia Bersama

Lansia)

Santunan yang diberikan kepada

para lansia di sekitar kampus

UIN Jakarta

Page 84: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

74

2. Buku Laporan Pertanggungjawaban

Sebagai bentuk pertanggungjawaban di setiap kepengurusan

Lazis Manajemen Dakwah, maka diterbitkanlah Buku Laporan sebagai

bukti otentik yang tersusun dengan rinci mengenai kegiatan Lazis

Manajemen dakwah dalam satu tahun kepengurusan. Adapun cakupan

poin-poin dalam buku laporan tersebut meliputi profil Lazis

Manajemen Dakwah, struktur kepengurusan, database muzaki dan

mustahik, profil para amil, laporan keuangan dan uraian program

pendayagunaan dilengkapi dengan foto kegiatan tersebut.

3. Video Dokumenter

Beragam kegiatan Lazis Manajemen Dakwah ada juga yang

dirangkum dalam bentuk video dokumenter, dan dijadikan sebagai

salah satu aspek pengendalian bersama dengan buku laporan dan

buletin. Video dokumenter ini ditayangkan pengurus kepada sivitas

akademika UIN Jakarta seperti ketika penandatanganan MoU jurusan

Manajemen Dakwah dengan Dompet Dhuafa dan Baznas pada tahun

2014.

Page 85: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

75

BAB IV

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN

MENURUT ROBBINS DAN COULTER

PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH

MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)

Implementasi Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Lazis

Manajemen Dakwah

A. Fungsi Perencanaan

Perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi karena

menentukan arah yang akan dituju organisasi. Dengan mengetahui kemana

arah tujuan organisasi, para manajer dan pegawai lainnya dapat

mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi. Perencanaan dapat mengurangi ketidakpastian dengan

mendorong para manajer untuk berpirkir visioner, mengantisipasi berbagai

hal yang akan terjadi, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan

menyusun berbagai tanggapan yang tepat. Perencanaan juga memperjelas

akibat dari berbagai tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan

organisasi. Oleh karena berbagai uraian tersebut, perencanaan digunakan

sebagai standar untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Perencanaan yang efektif dalam lingkungan yang dinamis berarti

membuat rencana yang khusus tetapi fleksibel, bersedia mengubah arah jika

kondisi lingkungan menjadi alasan untuk berubah, senantiasa waspada

terhadap perubahan teknologi yang dapat berdampak pada efektivitas

implementasi rencana dan membuat perubahan jika diperlukan.

Penentuan sasaran yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah

didasarkan pada hal yang mencakup penghimpunan dana ZIS. Perencanaan

terkait target penghimpunan dana ditentukan berdasarkan hasil musyawarah

ketua umum dan seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah yang menjabat

Page 86: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

76

sebagai pengurus aktif, yaitu mahasiswa di semester 6 yang mengikuti

perkuliahan dengan mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan wakaf.

Setelah ditentukan target penghimpunan dana, langkah selanjutnya

dalam tahap perencanaan adalah menentukan jangka waktu dan strategi

marketing yang dilakukan oleh seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah

didampingi arahan dari ketua umum. Dikarenakan masa jabatan yang

sebentar, maka jangka waktu untuk penghimpunan sangat terbatas, yaitu

sekitar satu bulan untuk mencapai target nominal yang telah ditentukan.1

Seperti yang telah disebutkan di atas mengenai masa jabatan di Lazis

Manajemen Dakwah yang terbatas pada masa perkuliahan yang hanya dua

semester, maka dalam menyusun rencana, Lazis Manajemen Dakwah

mengandalkan rencana operasional untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan.

Rencana operasional yang dimaksud adalah dengan membuat

kerangka waktu (time line) dilengkapi dengan hal-hal apa saja yang

dilakukan dalam rentang waktu tersebut. Untuk lebih jelas mengenai

rencana operasional ini, dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Penanggung

Jawab Keterangan

Menentukan target

organisasi

1

minggu

Seluruh

anggota

Setiap anggota

diberikan

sejumlah target

nominal

penghimpunan

yang harus

dicapai

Membuat susunan

pengurus

1

minggu

Ketua

Pelaksana

Harian

Ketua Umum

memberikan

arahan

1 Wawancara dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis Manajemen

Dakwah Periode 2015, Tangerang Selatan, 23 Oktober 2015

Page 87: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

77

Tabel 4.1 Rencana Operasional Selama Satu Tahun Kepengurusan

Menyusun program

kegiatan untuk

penghimpunan dana,

mencari dan

menyusun database

muzaki

2-3

minggu

Ketua

Pelaksana

Harian

Didampingi dan

diarahkan ketua

umum

Melakukan

penghimpunan dana

dari program-program

yang sudah

direncanakan

4-6

minggu

Setiap

anggota

Dipantau ketua

umum dua kali

dalam sepekan

Menyusun program

kegiatan untuk

pendayagunaan dana,

mencari dan

menyusun database

mustahik

2-3

minggu

Ketua

Pelaksana

Harian

Didampingi dan

diarahkan ketua

umum

Melaksanakan

program kegiatan

pendayagunaan

4

minggu

Ketua

Pelaksana

Harian

Setiap anggota

terlibat dalam

kegiatan

pendayagunaan

Menyusun laporan

kegiatan

penghimpunan dan

pendayagunaan

4-6

minggu

Ketua

umum

Laporan kegiatan

berbentuk

laporan, buletin

dan slide show

yang berisi

dokumentasi

selama proses

kegiatan

berlangsung

Page 88: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

78

Teknik perencanaan yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah

adalah dengan melakukan pengamatan lingkungan, menyaring sebanyak

mungkin informasi untuk memberikan ruang praktek bagi para mahasiswa

konsentrasi Manajemen Ziswaf di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian,

diharapkan mahasiswa dapat memahami teori dan praktek menjadi amil

serta terlibat langsung di organisasi pengelola ZIS.

Keberadaan sumber daya di Lazis Manajemen Dakwah juga menjadi

upaya dalam pelaksanaan teknik perencanaan dengan mengalokasikan

sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya yang

dimiliki Lazis Manajemen Dakwah hingga saat ini terbatas pada anggaran

warisan dari kepengurusan sebelum-sebelumnya dan sumber daya manusia

yang ditentukan dengan jumlah mahasiswa yang memilih konsentrasi

Manajemen Ziswaf.

Dalam tinjauan teori halaman 16, Robbins dan Coulter menyatakan

bahwa pengertian manajemen adalah proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan kegiatan-kegiatan

organisasi untuk mencapai sasaran secara efektif dengan efisiensi

pemanfaatan sumber daya.2 Ada beberapa fungsi manajemen yang

disebutkan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengendalian yang diterapkan pada sebuah organisasi baik yang berorientasi

pada profit maupun organisasi nirlaba.

Pada dasarnya, setiap organisasi bebas menentukan fungsi

manajemen manakah yang akan diterapkan. Laboratorium Amil Zakat Infak

Sedekah (Lazis) Manajemen Dakwah yang baru berusia 4 (empat) tahun,

menerapkan fungsi manajemen yang disesuaikan dengan beragam hal

seperti lingkungan organisasi, sasaran, ketersediaan sumber daya hingga

kepada output yang dihasilkan dari organisasi nirlaba ini.

2 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 6.

Page 89: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

79

Lazis Manajemen Dakwah dalam perkembangannya sampai

penelitian ini dilakukan terus meningkatkan produktivitas dengan proses

manajemen yang mencakup pada perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengendalian untuk mencapai sasaran organisasi yang

telah ditentukan3.

B. Fungsi Pengorganisasian

Lazis Manajemen Dakwah merupakan organisasi yang bermula dari

laboratorium mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf yang disediakan

untuk mahasiswa konsentrasi Manajemen Zakat Infak Sedekah di Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di

masa pertumbuhannya, yaitu tahun 2014 Lazis Manajemen Dakwah

mengalami pergantian nama dari yang sebelumnya Lembaga Amil Zakat

Infak Sedekah dengan dikuatkan SK No. 12 tahun 2012, diubah menjadi

Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah setelah mendapat arahan dan

bimbingan dari pihak Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang diwakili

oleh Teten Kustiawan (Direktur Pelaksana Baznas) dan dari pihak Dompet

Dhuafa yang diwakili oleh Ahmad Juwaini (Presiden Direktur Dompet

Dhuafa) pada studium general yang diadakan Jurusan Manajemen Dakwah

sekaligus penandatanganan MoU dengan pihak Baznas dan Dompet

Dhuafa.

Struktur organisasi yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah

termasuk perpaduan desain organisasi tradisional dan kontemporer berbasis

tim, dimana terdapat rentang kendali yang dipegang oleh ketua umum,

membawahi ketua pelaksana harian dan anggota lainnya. Selain itu, juga

ada garis koordinasi antara ketua umum dengan penanggung jawab dan

pengasuh serta garis koordinasi antara anggota Lazis Manajemen Dakwah.

Terkait dengan pembagian jabatan diakui memang sudah memenuhi

standar desain organisasi akan tetapi belum adanya uraian job description

3 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB

Page 90: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

80

menjadikan setiap anggota berperan dan memegang tugas sebagai bagian

dari divisi penghimpunan dan pendayagunaan. Hal ini pun dikarenakan

keharusan para mahasiswa untuk mencapai target penghimpunan dana yang

akan mempengaruhi nilai mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf yang

mereka ikuti di semester 6.

Lazis Manajemen Dakwah, melakukan kegiatan yang dinamis dengan

fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan organisasi untuk mencapai

sasaran. Dengan perpaduan desain organisasi tradisional dan kontemporer,

yang merupakan desain organisasi yang sangat fleksibel mengikuti

pergerakan organisasi yang dinamis. Desain organisasi tradisional yang

dilaksanakan Lazis Manajemen Dakwah memiliki kekuatan yang cepat

dalam penyusunan struktur organisasi, fleksibel dalam pelaksanaan

deskripsi jabatan, jelas pertanggungjawabannya karena sentralisasi

wewenang. Selain itu, desain organisasi kontemporer berbasis tim dan

pembelajaran bagi para anggota yang terus mengembangkan

kemampuannya untuk beradaptasi dan berperan aktif dalam melaksanakan

tugas kerjanya.

Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan Lazis Manajemen

Dakwah adalah sebagai berikut:

1. Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi, yaitu

mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf di semester

6. Proses ini akan memudahkan ketua umum untuk lebih objektif

memberikan arahan kepada ketua pelaksana harian dan atau seluruh

anggota Lazis Manajemen Dakwah mengenai tugas kerja yang akan

mereka laksanakan. Penilaian yang dilakukan ketua umum

berdasarkan track record anggota sebagai mahasiwa jurusan

Manajemen Dakwah, dari penilaian awal yang dilakukan adalah

dengan memberikan rekomendasi nama-nama yang memungkinkan

untuk menempati jabatan sebagai ketua pelaksana harian dan

koordinator divisi.

Page 91: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

81

2. Orientasi dan pelatihan, yaitu mengenalkan Lazis Manajemen

Dakwah kepada seluruh anggota dan memberikan pelatihan untuk

menunjang kegiatan mereka selama kepengurusan. Orientasi yang

diberikan ketua umum disampaikan melalui pertemuan di kelas

dengan memberikan gambaran umum dan pencapaian-pencapaian

yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah untuk menjelaskan kepada

para anggota terkait berbagai hal yang menyangkut organisasi.

Sedangkan pelatihan diberikan dalam bentuk arahan selama menjadi

pengurus, yang disampaikan dua kali dalam satu pekan pertemuan.

Pelatihan tersebut diberikan untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan setiap anggota untuk melaksanakan tugas kerjanya

dengan efektif dan efisien.

Pembentukan budaya organisasi relatif membutuhkan waktu yang

cukup lama, akan tetapi dari kemunculannya hingga saat penelitian ini

dilakukan, Lazis Manajemen Dakwah telah melakukan dinamika budaya

organisasi yang bersifat kekeluargaan dan terus mengembangkan

kemampuan kerja sama antar pengurus. Diakui memang, ketika tahun 2012,

kepengurusan dan tugas kerja saling mengandalkan satu dengan yang lain

sehingga terjadi ketimpangan job description yang dikerjakan oleh sebagian

orang saja. Menginjak kepengurusan kedua di tahun 2013, ketua umum

yaitu Muhammad Zen mengubah budaya tersebut sehingga job description

lebih jelas dan detail. Hal ini tentu saja menjadi nafas baru pergerakan Lazis

Manajemen Dakwah dan menjadi core value yang dimiliki yaitu kerja sama

yang solid.4

Hal yang juga menjadi daya tarik dari Lazis Manajemen Dakwah

bagi peneliti adalah pertumbuhan dan pengembangan inovasi yang selalu

dikemas kreatif para pengurusnya untuk mencapai sasaran organisasi. Hal

tersebut dapat dilihat dari beragam nama program kegiatan pendayagunaan

4 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB

Page 92: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

82

untuk menyalurkan hasil dana ZIS yang didapat dari proses penghimpunan

yang telah dilakukan sebelumnya.

Manajemen SDM yang dilaksanakan Lazis Manajemen Dakwah

berorientasi pada pembelajaran disesuaikan dengan fungsinya sebagai

laboratorium bagi para mahasiswa sehingga tidak ada istilah perekrutan,

seleksi dan atau sebagainya. SDM yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah

adalah para mahasiswa yang termasuk mahasiswa aktif di jurusan

Manajemen Dakwah yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf. Adapun

orientasi dan pelatihan yang diberikan kepada para anggota sebatas

penjabaran bagaimana kepengurusan Lazis Manajemen Dakwah pada

periode-periode sebelumnya sehingga dapat dijadikan rujukan untuk

kepengurusan yang akan berlangsung. Budaya organisasi cenderung solid

karena berbasis tim dan kerja sama antar satu anggota dengan anggota

lainnya.

C. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang berlangsung di Lazis Manajemen Dakwah

tergolong unik karena ketua umum dan ketua pelaksana harian

berkolaborasi untuk memotivasi dan mempengaruhi para anggotanya. Ada

pun yang menjadi ciri kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah, adalah

sebagai berikut:

1. Motivasi dan apresiasi, ketua umum memberikan dukungan penuh

terhadap kemampuan yang dimiliki para anggotanya dan

mengapresiasi setiap upaya mereka dalam melaksanakan tugas kerja

untuk mencapai sasaran organisasi. Mengapa demikian? Karena para

anggota memiliki semangat belajar dan mengembangkan

kemampuan yang tinggi serta menunjukan dedikasi yang tinggi

meskipun pada mulanya semangat dan dedikasi tersebut hanya

dikarenakan nilai pada mata kuliah Manajemen Ziswaf. Akan tetapi,

di akhir kepengurusan para anggota cenderung memahami bahwa

ada nilai-nilai lain yang mereka dapatkan dengan menjadi bagian

Page 93: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

83

dari pengurus Lazis Manajemen Dakwah, yaitu pengalaman menjadi

amil dan pembelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang

serta diharapkan mampu menjadi nilai tambah bagi mereka yang

akan melanjutkan terjun menjadi amil di organisasi lembaga zakat

dengan skala yang lebih besar.5 Dalam hal ini, pemimpin berperan

sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih disenangi para

anggotanya dan diharapkan mampu memicu semangat dan

meningkatkan kinerja para anggotanya.

2. Kejujuran dan integritas. Ketua umum membangun hubungan saling

mempercayai antar anggotanya dengan berlaku jujur dan

menunjukan konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan.

3. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan menafsirkan banyak

informasi, ketua umum berkoordinasi dengan pengasuh, yaitu Drs.

Cecep Castrawijaya, MA., agar mampu memecahkan masalah dan

membuat keputusan yang tepat jika terjadi hal-hal yang tidak

diharapkan selama pelaksanaan manajemen sasaran Lazis

Manajemen Dakwah.

4. Gaya kepemimpinan yang dilakukan ketua umum memadukan

interaksi langsung pimpinan dengan bawahan dan situasi yang

memungkinkan ketua umum mempengaruhi para anggotanya.

Dengan hal tersebut, gaya kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah

berorientasi pada hubungan pimpinan dengan anggotanya, yang

mencakup sikap saling percaya dan menghormati pimpinan sebagai

pihak yang berwenang untuk menentukan arah kebijakan organisasi

dengan mengedepankan musyawarah seluruh anggota. Pada waktu

tertentu, ketua umum bekerja sebatas memberikan arahan dan

motivasi kerja untuk menjamin tercapainya sasaran organisasi. Hal

ini dilakukan untuk memperjelas alur kerja yang sesuai dengan job

description masing-masing anggota selama melaksanakan tugasnya

5 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 9 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB

Page 94: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

84

dan meminimalkan terjadinya konflik selama proses pelaksanaan

tugas kerja tersebut.

5. Manajemen konflik, ketika terjadi konflik, ketua umum cenderung

bekerja sama dengan seluruh anggota untuk menyelesaikan masalah

bersama. Namun ada kalanya ketua umum juga berkoordinasi

dengan pengasuh untuk mendapat masukan dan arahan dalam

menentukan arah kebijakan dan keputusan yang tepat dalam

penyelesaian masalah.6 Ketua umum memotivasi para anggotanya

untuk melalui sisuasi tersulit sekalipun, meningkatkan rasa percaya

diri para anggota dan menjadi perantara jika terjadi konflik dalam

tim.

6. Pengambilan keputusan, ketua umum mengarahkan para anggotanya

untuk terlibat dalam penentuan keputusan bersama. Jika terjadi

permasalahan selama proses manajemen, ketua umum memberikan

kebebasan untuk terlibat langsung memberikan solusi berdasarkan

persepsi masing-masing untuk kemudian didiskusikan bersama

dengan anggota organisasi yang lain. Dalam hal ini, setiap orang

berhak menyampaikan gagasannya dan menyajikan gagasan tersebut

di hadapan ketua umum dan anggota kelompok yang lain. Di sini,

mahasiswa dilatih untuk mengasah kemampuannya sebagai problem

solver sehingga terbiasa menghadapi dan siap jika terjadi masalah

dalam melaksanakan tugas kerja. Selain itu, mahasiswa terlatih agar

mampu berkomunikasi baik verbal maupun non verbal untuk

menyampaikan gagasannya.

D. Fungsi Pengendalian

Dalam pengendalian, Lazis Manajemen Dakwah belum memiliki

indikator dan standar untuk mengukur keberhasilan setiap aktivitas sebagai

organisasi pengelola ZIS. Pemantauan yang dilakukan ketua umum

6 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB

Page 95: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

85

berorientasi pada penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS yang

dilakukan setiap dua kali dalam sepekan, di waktu pertemuan jadwal kuliah

Manajemen Fundrising dan Praktikum Manajemen Ziswaf.7 Pengendalian

yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah dilakukan dengan

rincian sebagai berikut:8

Pengukuran kinerja perlu dilakukan sebagai bagian awal bagi

seorang pimpinan untuk melakukan pengendalian pada organisasi yang

dipimpinnya, begitu pula dengan yang dilakukan ketua umum Lazis

Manajemen Dakwah. Penilaian atas setiap kinerja anggota berdasarkan

pengamatan pribadi dan laporan lisan maupun tertulis dari setiap anggota.

Dikarenakan laboratorium amil zakat ini bermula dari mata kuliah

Manajemen Fundrising Ziswaf, maka nantinya penilaian kinerja selama

menjadi pengurus Lazis Manajemen Dakwah akan berpengaruh pada nilai

yang didapatkan pada mata kuliah tersebut.

Langkah lain dalam pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis

Manajemen Dakwah adalah mengambil tindakan manajerial. Dalam tahap

ini, ketua umum berwenang melakukan tindakan jika terjadi penyimpangan

yang dilakukan anggotanya, biasanya berupa teguran secara langsung tanpa

memberikan surat peringatan. Hal lain yang menjadi wewenang ketua

umum dalam tahap ini adalah mengoreksi kinerja dan atau memperbaiki

attitude anggota yang tidak sesuai dengan standar etika profesi amil, yang

mengacu pada sifat kepemimpinan Rasulullah, yaitu jujur (shiddiq),

amanah, cerdas (fathonah), dan menyampaikan (tabligh). Shiddiq bekerja

secara lurus dan benar, amanah bekerja secara jujur, cerdas bekerja dengan

profesional dan menyampaikan suatu hak yang memang harus disampaikan

kepada yang berhak menerimanya.

7 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 8 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah,

Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB

Page 96: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan implementasi fungsi manajemen menurut Stephen P.

Robbins dan Mary Coulter pada Laboratorium Amil Zakat Manajemen

Dakwah, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Penerapan fungsi manajemen pada Laboratorium Amil Zakat

Manajemen Dakwah yang dimulai dari perencanaan terlaksana dengan

adanya visi, misi dan tujuan organisasi sehingga Lazis Manajemen

Dakwah dapat melaksanakan berbagai fungsi manajemen lainnya untuk

mewujudkan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Dengan adanya

perencanaan yang dijalankan, Lazis Manajemen dakwah mengacu pada

visi, misi, dan tujuan dan fokus kepada sasaran organisasi yang hendak

dicapai. Kemudian dalam pengorganisasian, Lazis Manajemen Dakwah

memiliki struktur organisasi yang terdiri atas ketua umum yang

membawahi ketua pelaksana harian, divisi penghimpunan, divisi

pendayagunaan, dan divisi hubungan masyarakat dengan desain

organisasi tradisional yang dikombinasikan dengan desain organisasi

kontemporer berbasis tim. Dari struktur organisasi yang dimiliki Lazis

Manajemen Dakwah, ketua umum melakukan koordinasi dengan

penanggung jawab dan pengasuh organisasi untuk menentukan kebijakan

dan memberikan ruang kepada ketua pelaksana harian untuk memotivasi

anggota lainnya dengan harapan dapat terwujud kerja sama tim yang

solid sehingga membentuk budaya organisasi yang nyaman karena

laboratorium amil zakat ini adalah replika lembaga amil zakat setelah

mahasiswa menyelesaikan studinya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pengendalian, Lazis Manajemen Dakwah belum memiliki

indikator dan standar untuk mengukur keberhasilan setiap aktivitas

sebagai organisasi pengelola ZIS. Pemantauan yang dilakukan ketua

Page 97: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

87

umum berorientasi pada penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS

yang dilakukan setiap dua kali dalam sepekan, di waktu pertemuan

jadwal kuliah Manajemen Fundrising dan Praktikum Manajemen Ziswaf.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Laboratorium Amil Zakat

Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD) telah menerapkan

fungsi-fungsi manajemen menurut Robbin dan Coulter secara umum

meskipun masih terdapat teori-teori yang belum diimplementasikan ke

dalam manajemen yang berlaku pada Lazis Manajemen Dakwah.

2. Saran

1. Sebagai laboratorium amil zakat, Lazis Manajemen Dakwah harus lebih

percaya diri untuk menunjukan hasil kerjanya dan mengenalkan kepada

khalayak ramai (khususnya civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta) tentang keberadaan dan kinerja Lazis Manajemen Dakwah selama

4 (empat) tahun yang merupakan bekal perjalanan untuk kepengurusan

berikutnya.

2. Memberikan perhatian lebih kepada setiap anggotanya untuk terus

meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya tentang profesi sebagai

amil zakat sehingga melahirkan mahasiswa yang siap guna dan bangga

dengan profesi sebagai amil zakat setelah menyelesaikan masa studinya.

3. Lazis Manajemen Dakwah harus memiliki keyakinan bahwa setiap tahun

kepengurusannya dapat meningkatkan kinerja pada penghimpunan dan

pendayagunaan dana ZIS.

4. Lazis Manajemen Dakwah menyusun standar operasional prosedur untuk

menjadi acuan kerja, dan perlu untuk menyusun indikator untuk mengukur

standar keberhasilan setiap aktivitas di organisasi, serta melakukan evaluasi

secara berkala agar dapat terus meningkatkan produktivitas dalam rangka

menciptakan mahasiswa yang memiliki kompetensi sebagai amil zakat

yang amanah dan profesional.

Page 98: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Mohammad. 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum

Pendidikan IPA Umum untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Depdikbud Republik

Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Revisi

VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bogdan, R. C. dan Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Bungin, H. M. Burhan. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Depdikbud. 1979. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung: CV. Rosda.

Faisal, Sanapiah. 2003. Dasar dan Teknik Menyusun Angket dan Observasi.

Surabaya: Usaha Nasional.

Hough, L. M. 1992. Handbook of Industrial and Organizational Psychology. Palo

Alto: Consulting Psychologists Press.

Ja’far, Muhammadiyah. 2003. Tuntunan Ibadah Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta:

Kalam Mulia.

Mahalliy, Imam Jalaluddin. dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al. 1990. Terjemah

Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, Bandung: Sinar Baru.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pondok

Pesantren Al-Munawwir.

Nasuhi, Hamid, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi), Jakarta: UIN Jakarta Press, CeQDA.

Nasution, S. 2009. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, dan Martini Hadari, 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 99: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Qardhawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan

Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun,

dkk., Cet. 5, Bogor: PT. Pustaka Litera Inter Nusa.

Rifa’i, Muhammad Nasib, Ar. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Jakarta:

Gema Insani Press.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2004. Manajemen Jilid I. Alih Bahasa T.

Hermaya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

. 2004. Manajemen Jilid II. Alih Bahasa T. Hermaya. Jakarta: PT. Indeks

Kelompok Gramedia.

Shiddieqy, Teuku M. Hasbi, Ash. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Masjid An-Nuur. Jilid

2, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Shihab, M. Quraish. Ensiklopedi Islam Jilid I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.

. 1992. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Shoim, Abdul Bari. 1978. Zakat Kita, Kendal: Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Kendal.

Soehartono, Irwan. 2004. Metodologi Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Soejitno, Amin. 1983. Laboratorium dan Workshop. Jakarta: Depdikbud.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:

Alfabeta.

Usman, Husaini. 2003. Metodologi penellitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Vroom, Victor. 2000. Leadership and The Decision Making Process. Atlanta:

George State University.

Woodman, R., Sawyer, J. and Griffin, R. 1993. Toward a Theory of Organization

Creatifity. Academy of Manajement Review.

Page 100: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Skripsi

Satia, Dwi. 2011. Analisis Deskriptif Impelementasi Fungsi Manajemen Pada

Majlis Ta’lim Majelis Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan. Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Driani, Dessy Eka. 2013. Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah

Janna. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Riko. 2015. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Perpustakaan Dan Arsip

Kota Adminitrasi Jakarta Barat. Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Yulianti, Tuti. 2012. Manajemen Bimbingan Manasik Haji Pada Kelompok

Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Multazam Tangerang. Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Febriani, Ina Salmah. 2010. Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi Pada

Republika Online. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah

Buku Laporan Tahun 2012 – 2015, Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah

Manajemen Dakwah.

Buletin Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013 – 2015.

Video Dokumenter Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2014 – 2015.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA., selaku ketua umum

Lazis Manajemen Dakwah.

Wawancara Pribadi dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis

Manajemen Dakwah Periode 2015.

Page 101: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …
Page 102: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Daftar pertanyaan wawancara Lazis Manajemen Dakwah

Nama Responden : Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA.

Jabatan : Ketua Umum

Hari/tanggal : Kamis, 16 Juni 2016

1. Bagaimana proses manajemen di Lazis Manajemen Dakwah?

Perencanaan

2. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Lazis Manajemen Dakwah?

3. Apakah sasaran dan rencana yang ditetapkan oleh Lazis Manajemen

Dakwah?

4. Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh Lazis Manajemen Dakwah

dalam menentukan sasaran yang diharapkan?

5. Bagaimana proses pengambilan keputusan di Lazis Manajemen Dakwah?

Pengorganisasian

6. Bagaimana struktur dan desain organisasi Lazis Manajemen Dakwah?

7. Bagaimana manajemen sumber daya manusia di Lazis Manajemen

Dakwah?

8. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mengelola kreativitas dan inovasi

terhadap dinamika organisasi Lazis di sekitar Lazis Manajemen Dakwah?

9. Bagaimana budaya organisasi yang terjadi di Lazis Manajemen Dakwah?

Kepemimpinan

10. Bagaimana peran ketua Lazis Manajemen Dakwah memahami dan

memotivasi perilaku individu di dalam kepengurusan Lazis MD?

11. Bagaimana langkah ketua Lazis Manajemen Dakwah membentuk tim

kerja yang efektif?

12. Bagaimana tantangan sebagai ketua Lazis Manajemen Dakwah?

Page 103: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

13. Bagaimana manajemen konflik yang dilakukan pada Lazis Manajemen

Dakwah?

Pengendalian

14. Bagaimana proses pengendalian di Lazis Manajemen Dakwah?

15. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mengendalikan kualitas sebagai

organisasi nirlaba?

16. Bagaimana pengendalian kinerja organisasi yang dilakukan di Lazis

Manajemen Dakwah?

17. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mampu meningkatkan

produktivitas?

Page 104: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Dokumentasi Wawancara dengan Ketua Umum Lazis Manajemen Dakwah

Dokumentasi Wawancara dengan pengurus harian Lazis Manajemen Dakwah 2015

Page 105: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Periode Penghimpunan dari Muzaki Pendistribusian kepada

Mustahik

2012 Rp 2.152.350 60 orang

2013 Rp 22.149.500 120 orang

2014 Rp 27.221.200 250 orang

2015 Rp 36.467.500 278 orang

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

2012 2013 2014 2015

Penghimpunan Dana ZIS

Page 106: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Database Muzaki Tahun 2014-2015

No. Nama No. Nama

1. Bapak Sulaeman 51. Dompet Dhuafa

2. Kel. Rasidi 52. ZIS Indosat

3. Bapak Fajar 53. Ramadani Irawan

4. Ibu Sugiati 54. Yudi Yulfansyah

5. PT. Standard Pen 55. H. Suryo – Hj. Suharyati

6. Ririn Dyah Wati 56. Ibu Yuni

7. Lika Ruhma Hanifa 57. Bapak Jayadin

8. Zulkarnaen 58. Devi Ria

9. Futuh Ihsan Salsabil 59. Ibrahim Putera Agustian

10. Asep Saepudin 60. Nurhandayani

11. Bambang 61. Hj. Darni Pandi

12. Hilmi Hidayat 62. Bapak Amung

13. Indah Nurwasilah 63. Bapak Budi

14. Tami Chairunnisa 64. Bapak Ridwan

15. Abdurrahman Wahid 65. Bapak Haris

16. Amrina Rosyada 66. Pak Herizal

17. Nourmalinda 67. Ibu Astuti

18. Dedi Warman 68. Ibu Herawati

19. Mulyani 69. Uday Baydoi

20. Tirsan Maulana 70. Bapak Marjuki

21. Wasiat Jakarta 71. Bapak Sudianto

22. H. Hasbullah 72. Ibu Nina

23. H. Syafei 73. Bapak Hulaefi

24. Hj. Neneng Kamalia 74. Pak Muhaimin

25. Rahmania 75. Hj. Maspupah

26. Hj. Rukoyah 76. H. Ilyas

27. Hutami 77. Hj. Tonah

28. Mawardi 78. Rifai Ahmad

29. Dwina Aura 79. Sofia

30. Eka Safitri 80. Drs. H. Riduan Syahrani

Page 107: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

31. Rispa Fauziah 81. H. Yusrizal

32. Faizal Kamandan 82. H. Khairuzzaman

33. Mirdat 83. Dede Slamet Riyadi

34. Mayang Sari 84. Eriyansyah

35. Lukmanul Hakim 85. Musthafa Kamal

36. Ai Hernawati 86. Ibu Sopiah

37. M. Syarief 87. Direktur Bimbel Tridaya

38. Putri Jamilah Mardiyah 88. Travel Pulau Seribu

39. Sri Haryani 89. Hafidz Maulana

40. Melly Haryani 90. Susi Sofiatul Farida

41. PSM UIN Jakarta 91. Abdul Rosyid

42. Mega Rosalita 92. Ibu Khaerani

43. Panitia BICF The

Project 93. Siti Rohimah

44. Mia Nur Fauziah 94. Bapak Rohendi

45. Ikna Qanita 95. Abdul Rohman

46. Panitia Olimpiade Al

Qur’an 96. Rohendi

47. Muhammad Syafe’i 97. Uswatun

48. Chaidir Ali 98. Ahmad Nirwan

49. Ust. Ahmad Romdhoni 99. Hasanah Hilmiyatul

50 Ust. Hakim Hanafi 100. Aminatuzzuhriyyah

101. Handoyo 102. Eka Nur Fitriana

103. Lathifah 104. Siti Wardah

105. Hj. Kandi 106. Hj. Ija

107. Ma Haji 108. Daroh

109. Bendi 110. Alit

111. Dewi Batang 112. Ajat Pamanukan

113. Kamal Mustafa 114. Masni Rengat

115. Fitri Mustafa 116. Ahmad Nurdin

117. Ratu Hassanah 118. Hasan

119. Hamdi Assidqi 120. Ayu Nurul Fitriana

Page 108: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

121. Suci Lestari 122. Rizky Amalia

123. Benny Kus 124. Abdul Wahid

125. Isa benuh 126. Anis Mardianis

127. Nurul Aliyah 128. Khairul Umam

129. Lalu Heri 130. Harsin Hamid

131. Bu Indah 132. Satria

133. Fauziah 134. Khairul Arifin

135. Ibu Suwarni 136. Ibu Susan

137. Hj. Eva Suciati 138. Ibu Dedeh

139. Fatihatul Izzah 140. Ahmad Nizar

141. Suradianto 142. Samayanti P.

143. Muhammad Fikry 144. Suroyuddin

145. Lilianti Sukami 146. Warsito

147. Noval Kurniadi 148. Yuni Kartika

149. Nita Listiana 150. Rizki Rangga

151. Husain 152. Bintaris

153. Umi Masadiah 154. Ibrahim

155. M. Hafidz A. 156. M. Fadhil

157. Ema Fatimah 158. A. R. Marzuki

159. Ilmawan 160. Pa Andi dan Bu Yuyun

161 Nasiroh

Page 109: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Periode Nama Program Deskripsi Program

2012

Gerakan 1000

Buku Untuk Anak

Jalanan

Donasi buku yang

disumbangkan kepada anak-anak

jalanan dalam upaya

pencerdasan anak bangsa

melalui zakat

Sepatu (Seribu

Untuk Yatim Piatu)

Penyaluran dana ZIS yang

diberikan kepada anak yatim di

sekitar kampus UIN dari donasi

Rp 1000/orang dalam

penghimpunan dananya

Sepeda (Sembako

untuk Pedagang

dan Dhuafa)

Bingkisa sembako yang

diberikan kepada pedagang dan

dhuafa

2013

Bantal (Bantuan

Anak Jalanan)

Bantuan kepada anak-anak

jalanan yang tinggal di daerah

Pisangan, Ciputat

Konami (Koin

Untuk Anak

Miskin)

Donasi yang diberikan kepada

anak-anak dari keluarga faqir

dan miskin

Sajada (Santunan

Janda dan Dhuafa)

Santunan berupa bantuan bahan-

bahan pokok kepada sejumlah

janda dan dhuafa

Bulan (Bingkisan

Untuk Lansia

Bingkisan yang diberikan

kepada orang lanjut usia

Galaksi (Gebyar

Lomba Anak

Islami)

Bantuan berupa alat tulis dan

perlengkapan sekolah dengan

mengadakan lomba tingkat anak

di TPA Jl. Semanggi, Ciputat

2014 Berkah Yatim

Bantuan yang diberikan kepada

anak Yatim tingkat SD dan

SLTP yang tergolong

masyarakat miskin

Page 110: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Sofa UIN

Pendistribusian dana ZIS berupa

bingkisan sembako dan sejumlah

uang untuk mahasiswa dan

karyawan (office boy) dan

petugas kebersihan UIN Jakarta

Sapa Lansia Penyaluran dana ZIS

diperuntukan bagi para lansia

PemDa (Pemberian

Modal Dagang)

Pendayagunaan pertama yang

tergolong upaya pemanfaatan

dana ZIS untuk kegiatan

produktif yaitu memberikan

bantuan modal dagang kepada

50 mustahik

Gibran (Gerakan

Infak Bagi Anak

Jalanan)

Pemberian bingkisan dan uang

santunan kepada 50 anak jalanan

di sekitar kampus UIN Jakarta

2015

Bingkay

(Bingkisan Untuk

Karyawan)

Bingkisan yang diberikan untuk

pegawai di gedung kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemuda Alim

(Pemberian Modal

Usaha Dagang

pada Majlis

Ta’lim)

Pemberian modal usaha dagang

kepada dhuafa di majlis ta’lim

sekitar kampus

Senja (Senyuman

Anak Jalanan)

Penyaluran dana ZIS kepada

anak-anak jalanan di sekitar

kampus UIN Jakarta

Bunaya (Bantuan

Anak Yatim dan

Dhuafa)

Bantuan berupa sembako kepada

anak yatim dan dhuafa di

kampung pemulung, Ciputat

Berbahasa (Berbagi

Bahagia Bersama

Lansia)

Santunan yang diberikan kepada

para lansia di sekitar kampus

UIN Jakarta

Page 111: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Pamflet

Page 112: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Spanduk

Page 113: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Buletin

Page 114: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …
Page 115: IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN …

Laporan Selama Satu Tahun Kepengurusan