implementasi fatwa dewan syariah nasional (dsn)...

112
IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) NO.44/DSN-MUI/VIII/2004 TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA DI BPRS AL-SALAAM DAN BPRS PATRIOT BEKASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: YESSI RACHMA KHASANAH 11140460000058 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)

NO.44/DSN-MUI/VIII/2004 TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA DI

BPRS AL-SALAAM DAN BPRS PATRIOT BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

YESSI RACHMA KHASANAH

11140460000058

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)

NO.44/DSN-MUI/VIII/2004 TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA DI

BPRS AL-SALAAM DAN BPRS PATRIOT BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Yessi Rachma Khasanah

11140460000058

Pembimbing:

Dr.Muhammad Maksum., SH., MA., MDC

NIP. 197807152003121007

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Implementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN) No.44/DSN-MUI/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi” yang ditulis oleh Yessi Rachma Khasanah,

NIM 11140460000058, telah diujikan dalam sidang skripsi pada Selasa, 18

Desember 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2019

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. NIP. 19691216 199603 1 001

Panitia Sidang:

Ketua : AM. Hasan Ali, M.A. (..........................)

NIP. 19751201 200501 1 005

Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. (..........................)

NIP. 19731215 200501 1 002

Pembimbing : Dr. Muhammad Maksum., S.H., M.A., MDC

(..........................)

NIP. 19610304 199503 1 001

Penguji 1 : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. (........................)

NIP. 19731215 200501 1 002

Penguji 2 : Hidayatulloh, M.H (.........................)

NIP. 19870830 201801 1 002

Page 4: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Yessi Rachma Khasanah

NIM : 11140460000058

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Syariah dan Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

4. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin pemilik karya.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

memenuhi pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 11 Oktober 2018

Peneliti

Yessi Rachma Khasanah

Page 5: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

v

ABSTRAK

Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) NO.44/DSN-MUI/VIII/2004

TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA DI BPRS AL-SALAAM DAN BPRS

PATRIOT BEKASI. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2018

M.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan lembaga keuangan

yang berperan dalam menyimpan dana dan menyalurkan dana, dalam kegiatan

penyaluran dana BPRS ada yang menggunakan akad ijarah pada pembiayaan

multijasa. BPRS yang menggunakan akad tersebut adalah BPRS Patriot Bekasi

dan BPRS Al-Salaam. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sesuai atau

tidaknya akad ijarah pada pembiayaan multijasa di kedua BPRS tersebut dengan

Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa. Dalam

pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan normatif empiris dengan mengkaji peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan tema penelitian serta melakukan wawancara kepada pihak BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi mengenai pelaksanaan akad ijarah pada

pembiayaan multijasa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan akad ijarah pada

pembiayaan multijasa di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi berbeda

dalam penerapannya secara langsung kepada masyarakat dan belum sepenuhnya

memenuhi unsur-unsur yang terdapat di dalam Fatwa DSN No.44/DSN-

MUI/VIII/2004. Pembiayaan ijarah multijasa yang diteliti untuk biaya

pendidikan. Disini terjadi ketidak sesuaian antara kontrak perjanjian yang

diberikan kepada nasabah dengan hasil wawancara peneliti ke pihak BPRS.

Ketentuan mengenai ujrah tidak menjadi masalah untuk saat ini karena sudah ada

Fatwa terbaru yaitu Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 yang menjelaskan

bahwa ujrah bisa berbentuk nominal, maupun presentase.

Kata Kunci : BPRS, Ijarah, Pembiayaan Multijasa, Fatwa DSN

Pembimbing : Dr. Muhammad Maksum., SH., MA., MDC

Page 6: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirabil‟alamiin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat iman dan Islam serta melimpahkan rahmat dan

karuniaNya kepada seluruh umatnya sehingga dapat terselesaikannya skripi ini

dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan para

pengikutnya.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak

kekurangan di dalamnya. Namun, peneliti berharap semoga dengan adanya skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca dan khususnya bagi

peneliti. Tidak lupa juga ucapan terimakasih untuk semua pihak yang telah

memberikan bantuan tanpa pamrih baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, ucapan terimakasih ingin

penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.,. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. AM. Hasan Ali, MA. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Abdurrauf, Lc., MA. Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidatullah Jakarta.

4. Dr. Muhammad Maksum., SH., MA., MDC selaku dosen pembimbing

skripsi. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing peneliti, keikhlasan hati, kesabaran dan kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini, atas kritik maupun saran sehingga dapat

memotivasi peneliti.

Page 7: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

vii

5. Bapak Rifai selaku pihak BPRS Al-Salaam yang menjabat sebagai legal

officer yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan

informasi-informasi penting mengenai BPRS.

6. Ibu Atha, selaku pihak BPRS Al-Salaam yang menjabat sebagai SDM

yang telah bersedia meluangkan waktunya dan menerima peneliti untuk

melakukan penelitian di BPRS ini.

7. Bapak Asmawi, selaku pihak BPRS Patriot Bekasi yang menjabat sebagai

Direktur yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan

informasi-informasi penting mengenai BPRS.

8. Ibu Zakidiniyah, selaku pihak BPRS Patriot Bekasi yang menjabat sebagai

Sekretaris yang telah bersedia meluangkan waktunya, menerima peneliti

untuk melakukan penelitian dan membantu serta ramah sekali selama

melakukan penelitian di BPRS ini.

9. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, arahan dan masukannya, serta bersedia memberikan segala

data-data yang peneliti perlukan, sehingga penelitian ini terselesaikan.

10. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. Terimakasih banyak karena

dengan kesediaannya peneliti dapat mengambil berbagai macam referensi

dari buku, jurnal, maupun informasi lainnya.

11. Kedua orang tua, untuk Bapak, Mama, dan Fadli yang peneliti sangat

sayangi dan cintai, terimakasih selalu sabar dan selalu mensupport peneliti

dari dulu hingga sekarang sampai nanti. Terimakasih telah sabar

mengahadapi peneliti dan berusaha jerih payah untuk menyekolahkan

peneliti sampai ke jenjang perguruan tinggi ini. Serta do‟a yang selalu

diberikan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Terimakasih banyak untuk Wekaweka yaitu Fathur, Laila, Ammar, Cahya,

Huri, Inggil, Ghaffar, Jeki sahabat dari awal masuk kuliah sampai

sekarang yang telah menemani peneliti berjuang, menemani saat susah

maupun senang, yang selalu ada buat peneliti disaat dibutuhkan, yang

Page 8: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

viii

selalu mengerti apa maunya peneliti. Semoga kita bisa sukses bareng-

bareng, dan mencapai impian yang diinginkan.

13. Kepada teman-teman Hukum Ekonomi Syariah 2014 yang sudah sama-

sama berjuang selama 4 tahun. Khususnya HES kelas B, yang sudah

mewarnai hari-hari peneliti diperkuliahan.

14. Teman, Sahabat dan tempat cerita peneliti Kharisma Inggil Wekasane,

yang sama-sama berjuang dan menemani peneliti selama menyelesaikan

skripsi ini, yang selalu bertukar pikiran agar skripsi ini cepat selesai, yang

selalu mau direpotkan oleh peneliti, teman mengeluh disaat kita sama-

sama udah mau menyerah menyelesaikan skripsi ini tapi akhirnya kita bisa

menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman KKN 047 Kembang Desa, terimakasih telah mewarnai hari-

hari peneliti selama menjalani KKN dan setelah KKN serta pengalaman

baru yang tidak pernah terlupakan. Terkhusus untuk Tantri, sahabat dan

teman curhat dari KKN sampai saat ini yang selalu memberi semangat dan

doa untuk peneliti agar cepat menyusul wisuda seperti dia.

Semoga do‟a, motivasi dan bantuan yang telah diberikan oleh berbagai

pihak tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT,

dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 20 September 2018

Penulis

Page 9: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ..................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9

D. Metode Penulisan Skripsi ........................................................................... 10

E. Kerangka Teori dan Konseptual................................................................. 10

F. Rancangan Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 16

A. Akad ........................................................................................................... 16

1. Pengertian Akad ..................................................................................... 16

2. Perbedaan Akad dengan Wa‟d................................................................ 18

3. Syarat Sahnya Akad ............................................................................... 19

4. Berakhirnya Akad ................................................................................... 23

B. Akad Ijarah ................................................................................................ 24

1. Pengertian Ijarah .................................................................................... 24

2. Dasar Hukum Ijarah ............................................................................... 28

3. Rukun dan Syarat Ijarah ......................................................................... 29

Page 10: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

x

4. Jenis-Jenis Ijarah .................................................................................... 32

5. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah........................................................ 34

C. Pembiayaan Multijasa ................................................................................ 35

1. Pengertian Pembiayaan Multijasa .......................................................... 35

2. Dasar Hukum Pembiayaan Multijasa ..................................................... 36

D. Dasar Hukum dan Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) ............................................................................................................... 37

1. Dasar Hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ..................... 37

2. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) .................. 38

E. Review Studi Terdahulu ............................................................................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 43

A. Metode Penelitian....................................................................................... 43

B. Sejarah Singkat BPRS Al-Salaam .............................................................. 46

C. Sejarah Singkat BPRS Patriot Bekasi ........................................................ 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 51

A. Syarat Ujrah (Upah) menurut Pendapat Ulama ......................................... 51

B. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-

Salaam ............................................................................................................... 53

C. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS

Patriot Bekasi..................................................................................................... 57

D. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN-MUI) ....................................................................................................... 63

1. Analisa terhadap Akad ........................................................................... 64

2. Ketentuan Ujrah/fee dalam Pembiayaan Ijarah Multijasa ..................... 64

3. Ketentuan Objek Akad dalam Pembiayaan Multijasa ............................ 67

4. Hak dan Kewajiban dalam Pembiayaan Multijasa ................................. 69

5. Kesesuaian Syariah pada Pembiayaan Multijasa ................................... 70

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 75

Page 11: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

xi

A. Simpulan .................................................................................................... 75

B. Saran ........................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 81

Page 12: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pembiayaan Ijarah .............................................................................. 3

Gambar 1. 2 Kerangka Konseptual (sumber: Diolah Peneliti) ............................. 14

Gambar 2. 1 Skema Ijarah ................................................................................... 26

Gambar 3. 1 Manajemen BPRS Al-Salaam .......................................................... 48

Gambar 3. 2 Manajemen BPRS Patriot Bekasi ..................................................... 50

Page 13: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbedaan Akad dan Wa‟d ................................................................... 18

Page 14: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun 1992

kemudian diubah menjadi UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu bank umum

dan bank perkreditan rakyat. Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang

mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, dan juga

menganjurkan adanya dual banking system.

Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan adanya UU

No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, sehingga memperkuat

kedudukan bank syariah dalam perbankan di Indonesia. Perkembangan

perbankan syariah nasional mencapai kemajuan yang cukup pesat baik

dari segi aset maupun jumlah kantor cabang. Perbankan syariah nasional

di periode Februari 2017 masih tumbuh positif. Berdasarkan data Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) pertumbuhan rasio kecukupan modal bank umum

syariah (BUS) tercatat 1,64% secara tahunan yakni menjadi 17,04%.

Kemudian dari segi aset, perbankan syariah mencatatkan Rp 355,88

triliun.1 Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.2 Produk-produk bank

syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank

konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir.

Salah satu lembaga keuangan syariah yaitu Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) memiliki peranan penting dalam merealisasikan

akad yang disediakan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Menjelaskan

1https://m.detik.com/finance/moneter/d-3487471/bagaimana-kondisi-perbankan-syariah-

ri-ini-penjelasan-ojk pada tanggal 29 maret 2018 pukul 20:55

2UU No.21 Tahun 2008Tentang Perbankan Syariah

Page 15: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

2

akad yang akan digunakan nasabah sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Senantiasa memperbaiki kinerja, melakukan inovasi, dan memperbaiki

layanan sehingga nasabah merasa nyaman jika harus bertransaksi dengan

prinsip-prinsip yang ditawarkan. Tidak ada kerugian dari kedua belah

pihak.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menjadi salah satu

lembaga keuangan syariah selain Bank Umum Syariah yang berkembang

pesat dan populer di berbagai daerah di Indonesia. Secara operasional,

BPRS mempunyai kemiripan dengan Bank Umum Syariah, dimana kedua

lembaga ini menawarkan berbagai transaksi syariah. Berbagai produk

tabungan dan pembiayaan.

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.3

Dalam perkembangannya, bank syariah harus mengikuti kebutuhan

nasabah yang semakin hari semakin bervariasi, yang menyebabkan

munculnya jenis-jenis produk pembiayaan tersebut, salah satunya adalah

produk pembiayaan multijasa. Produk pembiayaan multijasa bisa

menggunakan akad ijarah dan kafalah.

Ijarah multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh lembaga

keuangan syariah kepada nasabah untuk memperoleh manfaat dan jasa.

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

memandang lembaga keuangan syariah perlu merespon kebutuhan

masyarakat yang semakin berkembang yang berkaitan dengan jasa

misalnya, bank memberikan pembiayaan sejumlah uang kepada nasabah

yang bisa digunakan untuk biaya pendidikan, biaya perawatan kesehatan,

biaya pernikahan, biaya bayar pajak kendaraan bermotor dan biaya bayar

3Adiwarman Karim A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h.78

Page 16: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

3

utang, sehingga perlu menetapkan suatu fatwa yang mengatur tentang

pembiayaan tersebut, yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa.

Bagan pembiayaan ijarah4:

Gambar 1. 1 Pembiayaan Ijarah

Keterangan:

1. Nasabah mendatangi Bank Syariah untuk mohon pengajuan objek

sewa.

2. Antara Bank Syariah dan Nasabah terjadi akad pembiayaan yaitu akad

Ijarah.

3. Untuk pemenuhan objek sewa tersebut, Bank Syariah bekerja sama

dengan suplier lalu menyewakan objek sewa tersebut kepada Nasabah.

4. Setelah nasabah mendapatkan objek sewa, nasabah mencicil biaya

sewa sesuai dengan kesepakatan di awal akad kepada Bank Syariah.

Pengertian fatwa secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah jawab (keputusan, pendapat) yang diberikan

oleh mufti tentang suatu masalah.5 Fatwa ialah suatu perkataan dari bahasa

4Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),

h.216 5Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h.20

1. BUTUH OBJEK SEWA

BANK SYARIAH

2. AKAD

PEMBIAYAAN

NASABAH

OBYEK

SEWA PENJUAL/SUPLIER

Page 17: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

4

Arab yang memberi arti pernyataan hukum mengenai sesuatu masalah

yang timbul kepada siapa yang ingin mengetahuinya.6 Dalam

penerapannya di perbankan syariah atau lembaga syariah, Fatwa DSN-

MUI mempunyai fungsi sebagai berikut:7

1) Pedoman bagi Dewan Pengawas Syariah dalam menjalankan tugas

pengawasan di masing-masing bank syariah;

2) Dasar hukum bagi bank syariah dalam melakukan kegiatan usahanya;

3) Landasan bagi peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

tentang perbankan syariah dan kegiatan usaha bank syariah.

Kedudukan Fatwa DSN-MUI menempati posisi yang strategis bagi

kemajuan ekonomi dan lembaga keuangan syariah. Karena dalam

pengembangan ekonomi dan perbankan syariah mengacu pada sistem

hukum yang dibangun berdasarkan Al-Quran dan Sunnah (Hadis) yang

keberadaannya berfungsi sebagai pedoman utama bagi mayoritas umat

Islam pada pada khususnya dan umat-umat lain pada umumnya.8

Pemahaman atau interpretasi BPRS dalam mengeluarkan produk

ijarah pembiayaan multijasa menimbulkan pertanyaan proses awalnya

melakukan pembuatan produk tersebut. Dalam pengawasannya, BPRS

mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai entitas bagian dari

afiliasi dari BPRS itu sendiri dalam melakukan pengawasan-pengawasan

dan mempunyai pengaruh besar terhadap pengaplikasian.

Penggunaan akad ijarah pada pembiayaan multijasa di BPRS ini

pada dasarnya adalah jenis pembiayaan sewa-menyewa dalam bentuk jasa.

Di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi terdapat pembiaayaan

multijasa dalam Dana Pendidikan yang menggunakan akad Ijarah. Praktek

sering digunakan oleh orang atau pihak yang tidak mampu memenuhi

6 Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2014), h.7 7Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah,h.24

8 Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2014), h.8

Page 18: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

5

kebutuhannya sendiri dalam bidang jasa. Sehingga dibutuhkan bantuan

orang lain berupa jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pihak

yang memenuhi jasa mendapatkan ujrah/fee (upah) dari pihak yang

menerima pemenuhan jasa.

Ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa

dengan membayar imbalan tertentu.9 Menurut Fatwa Dewan Syariah

Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau

jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa

diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.10

Secara praktik,

pembiayaan ijarah dalam bank syariah dijelaskan dalam Pasal 19 ayat 9

UU No.21 Tahun 2008 yang berbunyi “menyalurkan pembiayaan

penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah

berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah”.

Landasan hukum pembiayaan multijasa yaitu dalam surah Al-

Qashas 28:26 yang berbunyi:

ييالي قانثشجؤخاسيشيخ إشجؤخاسجباأاياذحإجانق

Artinya: Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata,

“Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita),

sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja

(pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”

Pendidikan merupakan barang konsumsi (consumtion goods)

menandakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan setiap insan dan

karenanya masyarakat membutuhkan terus-menerus, semakin tinggi

9Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2013), h.138. 10

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah.

Page 19: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

6

tingkat pendapatan masyarakat akibat pembangunan semakin besar

kebutuhan masyarakat akan pendidikan.11

Pendidikan merupakan barang investasi (investment goods) yang

berarti sejumlah pengeluaran untuk mendukung pendidikan yang

dilakukan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam jangka pendek

untuk mendapatkan manfaat dalam jangka panjang. Keluarga, masyarakat

dan pemerintah rela melakukan pengorbanan untuk kepentingan

pendidikan demi manfaat dimasa depan.12

Tidak semua orang memiliki cukup uang untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan dalam jangka pendek baik untuk diri sendiri

maupun untuk biaya pendidikan anaknya. Untuk itu dibutuhkan suatu

alternatif pembiayaan guna memenuhi kebutuhan akan biaya pendidikan

tersebut. Sebagai alternatif pembiayaan pendidikan dapat diperoleh dengan

mengajukan permohonan pembiayaan kepada BPRS Al-Salaam dan BPRS

Patriot Bekasi dengan skim pembiayaan Al-Ijarah Multijasa.

Besaran ujrah (fee) atas manfaat barang atau jasa harus disepakati

di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan presentase13

. Banyak

nasabah yang tidak memperhatikan hal mengenai ujrah tersebut. Ujrah

adalah kompensasi dari pertanggungan atau perwakilan. Ujrah ada karena

kerja yang dilakukan oleh bank pembiayaan rakyat syariah tersebut. Ujrah

harus dinyatakan jelas dalam akad agar tidak terjadi riba dan gharar dalam

mengambil ujrah. Saat saya melakukan penelitian ke salah satu BPRS

yaitu BPRS Al-Salaam, ujrah yang digunakan berbentuk presentase, maka

sudah tidak sesuai dengan Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004

tentang Pembiayaan Multijasa dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

No.37/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Pembiayaan

11

Mardhiyah Hayati, “Pembiayaan Ijarah Multijasa sebagai Alternatif sumber Pembiayaan

Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004

Tentang Pembiayaan Multijasa),ASAS, Vol.6, No.4, (Juli, 2014), h.83. 12

Mardhiyah Hayati, “Pembiayaan Ijarah Multijasa sebagai Alternatif sumber Pembiayaan

Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004

Tentang Pembiayaan Multijasa),ASAS,Vol.6, No.4, (Juli, 2014), h.83. 13

Lihat Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa.

Page 20: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

7

Rakyat Syariah yang didalamnya terdapat persyaratan besarnya ujrah

harus dinyatakan dalam bentuk nominal.

Beberapa bulan yang lalu sekitar bulan September, Majelis Ulama

Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa DSN terbaru mengenai Akad Ijarah

yaitu Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah. Setelah

penulis membaca fatwa terbaru tersebut, dibagian kedelapan ketentuan

terkait ujrah didalamnya disebutkan bahwa kualitas atau kuantitas ujrah

harus jelas baik berupa angka, nominal, ataupun persentase tertentu. Jika

dilihat dari Fatwa DSN terbaru tentang Akad Ijarah, maka ujrah berupa

presentase diperbolehkan. Mekanisme dalam memberikan pembiayaan

tidak boleh adanya reimbess (penggantian biaya), yang seharusnya pihak

BPRS yang melakukan pembayaran ke pihak pendidikan secara langsung.

Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti tentang BPRS dalam

implementasi pembiayaan ijarah multijasa.

Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka

peneliti merasa tertarik untuk membahas dan meneliti implementasi

pembiayaan multijasa dalam dana pendidikan di BPRS14

dan apakah

kedua BPRS tersebut sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Oleh karena

itu, dalam penulisaan skripsi ini, penulis mengangkat judul

“Impelementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO.44/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-Salaam dan

BPRS Patriot Bekasi”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebelum peneliti merumuskan masalah penelitian, hendaknya

terlebih dahulu peneliti melakukan identifikasi permasalahan yang

terkait sekitar judul yang diajukan, antara lain:

14

BPRS AL-SALAAM dan BPRS Patriot Bekasi.

Page 21: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

8

a. Bagaimana BPR Syariah di Indonesia mengalokasikan

pembiayaan dengan akad ijarah?

b. Bagaimana mekanisme pembiayaan pada akad ijarah di BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi?

c. Bagaimana implementasi pembiayaan ijarah multijasa di BPRS

Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi?

d. Bagaimana ketentuan hukum dalam menentukan ujrah pada akad

ijarah pembiayaan multijasa?

e. Bagaimana pengaturan pembiayaan ijarah multijasa dalam Fatwa

DSN?

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya akan lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang

diharapkan oleh peneliti. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya

akan membatasi penelitiannya pada pembiayaan ijarah multijasa di

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yaitu BPRS Al-Salaam dan

BPRS Patriot Bekasi. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu tentang

ketentuan ujrah/fee dalam pembiayaan multijasa, mekanisme dalam

pemberian dana pendidikan dari BPRS ke nasabah, dan kesesuaian

Syariah terhadap produk pembiayaan multijasa yang ada di BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi dengan hanya meneliti mengenai

akad ijarah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

ditulis di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaturan pembiayaan ijarah multijasa dalam Fatwa

DSN dan SEOJK No.37/SEOJK.03/2015?

Page 22: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

9

b. Bagaimana implementasi pembiayaan ijarah multijasa di BPRS

Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian

ini adalah:

a. Untuk menjelaskan pengaturan pembiayaan ijarah multijasa di

dalam Fatwa DSN-MUI dan SEOJK.

b. Untuk menjelaskan implementasi pembiayaan ijarah multijasa

dalam dana pendidikan di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot

Bekasi.

c. Untuk mengetahui apakah produk pembiayaan ijarah multijasa di

BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi sudah sesuai dengan

prinsip syariah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai

berikut:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi bagi penelitian

selanjutnya terutama dalam perbaikan praktek akad yang ada di

bidang Hukum Ekonomi Syariah.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan.

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

baru bagaimana menganalisis akad ijarah pada pembiayaan

multijasa dari segi penerapan dan mekanismenya di BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi.

Page 23: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

10

b) Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan yang akan diambil dalam mengeluarkan

produk baru ataupun mereview produk lama seperti

pembiayaan multijasa di BPRS sehingga sesuai dengan Fatwa

DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan

Multijasa.

D. Metode Penulisan Skripsi

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mengacu kepada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian ada beberapa yang harus penulis

jelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip syariah

Syariah (atau syari‟ah, sharia, atau shariah) adalah hukum

Islam. Syariah megatur semua aspek kehidupan umat yang terdiri

atas bukan saja menyangkut keimanan dan ibadah, tetapi juga

aspek-aspek ekonomi, politik, perkawinan, warisan, sosial, dan

budaya masyarakat. Prinsip syariah berlaku bagi semua spek

kehidupan seorang Muslim. Bagi Perbankan berlaku juga Prinsip

Syariah.

Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah,

prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan

perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang

memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Page 24: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

11

Pasal 24 ayat (1) huruf a, Pasal 24 ayat (2) huruf a, dan

Pasal 25 huruf a Undang-Undag No.21 tahun 20008 tentang

Perbankan Syariah menentukan dengan tegas bahwa bank syariah

dilarang melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan

Prinsip Syariah. Artinya, akad syariah yang dibuat antara bank

(Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah) dan nasabah tidak boleh berisi syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Prinsip Syariah.

Sesuai dengan asas hukum perjanjian, sebagaimana dimuat dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian tidak

boleh, antara lain, bertentangan dengan undang-undang. Apabila

isi suau perjanjian bertentangan dengan undang-undang, maka

perjanjian tersebut atau ketentuan (pasal atau ayat) yang

bertentangan dengan undang-undang menjadi batal demi hukum.

b. Pendapat berbagai ahli, menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldorn,

dalam bukunya “Inleding tot de studie van het Nederlandse

recht”, Apeldoorn menyatakan baha tujuan hukum adalah

mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

Untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat

yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan

yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus

memperoleh apa yang menjadi haknya.15

c. Akad Ijarah

Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak

atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan. Sedangkan

Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan

pembayaran.16

d. Pembiayaan Multijasa

15

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.57. 16

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 02 Tahun 2008, (Bandung: Fokusmedia, 2008), h.15

Page 25: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

12

Pembiayaan multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan

menggunakan akad ijarah berdasarkan persetujun atau kesepakatan

antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan

nasabah untuk melunasi hutang atau kewajiban sesuai dengan

akad.

Landasan hukum produk ini adalah sebagai berikut:

a) Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan

Multijasa.

b) Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Ijarah.

c) Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah.

d) Surat Edaran Jasa Keuangan No.37/SEOJK.03/2015 Tentang

Produk dan Aktivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

2. Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membuat

kerangka pemikiran yang bertujuan untuk membentuk suatu konsep

penelitian dari awal hingga akhir sebagai berikut:

Page 26: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

13

Akad Ijarah

Al-Qur‟an Hadist Fatwa DSN

Implementasi di

BPRS

BPRS Al-Salaam BPRS Patriot Bekasi

Observasi/Wawancara

Pembiayaan

Multijasa

(Dana Pendidikan)

Page 27: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

14

Gambar 1. 2 Kerangka Konseptual (sumber: Diolah Peneliti)

F. Rancangan Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi,

pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penulisan skripsi, review studi terdahulu, metode penelitian,

kerangka teori dan konseptual, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini diawali dengan pemaparan teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian agar tidak terjadi kerancuan pemahaman terhadap

istilah-istilah dan teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti teori

tentang akad, teori akad ijarah, teori pembiayaan multijasa, dan dasar

hukum BPRS serta kegiatan usaha BPRS.

Bagian kedua pada bab ini yaitu pemaparan tentang studi review

terdahulu yang bertujuan untuk melihat hasil penelitian terdahulu yang

pembahasannya sama dengan penelitian ini dan untuk mencari perbedaan

masalah yang diangkat.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian skripsi ini, dan sejarah singkat

dari masing-masing BPRS berupa visi, misi dan tujuan.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sesuai Tidak

Page 28: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

15

Pada bab ini peneliti akan menganalisis penerapan pembiayaan

multijasa menggunakan akad ijarah sesuai dengan beberapa point yang

terdapat di dalam Fatwa DSN maupun peraturan lainnya.

BAB V Penutup

Bab ini berisi Simpulan dan Saran.

Page 29: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Akad

1. Pengertian Akad

Suatu akad yang dibuat secara sah akan menimbulkan hukum yang

mengikat serta memberikan hak dan menimbulkan kewajiban kepada

para pihak yang membuatnya.1 Syarat yaitu sesuatu yang harus ada

sebelum akad tersebut dilakukan, sedangkan rukun yaitu sesuatu yang

harus ada pada waktu akad itu dilangsungkan. Tidak jarang karena

kesalahan dalam memilih akad atau kurang terpenuhinya syarat dan

rukun akad, transaksi yang dilakukan seseorang bisa dinilai tidak sah

(batal).

Dalam menjalankan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah

masalah akad (perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk

memperoleh harta dalam syariat Islam yang banyak digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan

harus ditegakkan isinya. Dalam Al-quran surat Al-Maaidah (5) ayat 1

menyebutkan: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad

itu”. Kata “akad” berasal dari bahasa Arab Al-aqdu dalam bentuk

jamak disebut al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali.

Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS

dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-

masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.2 Menurut para ulama

fiqh, kata akad didefinisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul

sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh

(akibat) hukum dalam objek perikatan. Akad ini diwujudkan pertama,

1Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2012), h.131 2Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008, Pasal 1 angka 13.

Page 30: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

17

dalam ijab dan kabul. Kedua, sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga,

adanya akibat hukum pada objek perikatan.3

Secara etimologi, akad adalah ikatan (انشبط), yang maksudnya

adalah “Menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan

mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya

bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu”. Secara

terminologi, akad berarti pertalian antara ijab (pernyataan melakukan

akad) dan kabul (pernyataan menerima akad) yang dibenarkan oleh

syara‟ yang menimbulkan akibat pada objek perikatan.4

Arti umum dari akad adalah “segala sesuatu yang dikehendaki

seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya

sendiri, seperti kehendak untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak,

dan sumpah, maupun yang membutuhkan pada kehendak dua pihak

dalam melakukannya seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan, dan

gadai/jaminan”.5

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yang dimaksud

dengan akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua

pihak atau lebih untuk melakukan dan tidak melakukan perbuatan

hukum tertentu.6 Akad akan terjadi jika ada kesepakatan dari kedua

belah pihak. Setiap akad harus dibangun di atas prinsip kerelaan.

Karena itu, segala yang menghalangi kerelaan, seperti adanya paksaan

(ikrâh), penipuan (tadlîs, ghalat, dan ghaban), ketidakpastian (gharar),

dan penawaran palsu (najsh) harus ditolak.7 Kerelaan dapat

diwujudkan dalam bentuk kalimat, pernyataan, dan tindakan. Bentuk-

bentuk kerelaan tersebut merupakan sarana untuk memenuhi syarat

3Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h.71.

4Isnawati Rais& Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasiannya pada Lembaga

Keuangan Syariah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.45. 5Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Ciputat: UIN Perss, 2005), h.60.

6Tim Redaksi, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia, 2008), h.14.

7Muhammad Maksum, Model-Model Kontrak dalam Produk Keuangan Syariah,

Al‟Adalah Vol.XII No.1, Juni 2014, h.55.

Page 31: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

18

akad, meskipun sarana itu bukan substansi dari kerelaan, dan kerelaan

merupakan sikap hati seseorang.

2. Perbedaan Akad dengan Wa’d

Dalam fiqh muamalah Islam dibedakan antara dua pengertian akad

dan wa‟d, yang merupakan dua model transaksi utama dalam sistem

ekonomi Islam. Akad (Kontrak/perjanjian yang mengacu pada

kesepakatan perkataan atau keinginan positif dari salah satu pihak yang

terlibat kontrak dan diterima oleh pihak yang lain sehingga

menjadikannya berlakunya suatu perbuatan, sedangkan model wa‟d

(janji) yang mengacu pada keinginan yang dibahasakan salah satu

pihak untuk bertanggung jawab akan sesuatu dalam rangka

memberikan keuntungan bagi pihak lain.8 Akad merupakan

kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan wa‟d hanya satu orang yang

bertanggung jawab. Kedua model ini mempunyai perbedaan yang

mendasar, yakni:

Tabel 2. 1 Perbedaan Akad dan Wa’d

„aqad (Kontrak/Perjanjian) Wa‟d (Janji)

Mengikat kedua belah pihak yang

saling bersepakat

Hanya mengikat salah satu

pihak, yakni yang berjanji

Keduanya memikul tanggungjawab

masing-masing sesuai kesepakatan

dalam perjanjian

Hanya pihak yang berjanji yang

berkewajiban untuk memenuhi

apa yang dijanjikan

Terms & Condition-nya sudah

ditetapkan secara rinci dan spesifik

(sudah welldefined)

Terms & conditionnya belum

ditetapkan secara rinci dan

spesifik (belum well-defined)

Harus sudah ada kewajiban yang Belum ada kewajiban yang

8Isnawati Rais& Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasiannya pada Lembaga

Keuangan Syariah, h.46

Page 32: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

19

ditunaikan oleh salah satu atau

kedua belah pihak ketika terms &

conditionnya sudah well-defined

ditunaikan oleh pihak manapun,

walaupun terms & condition-nya

sudah well-defined

Jika terjadi pelanggaran, maka

trdapat sanksi yang diberlakukan

sesuai kesepakatan dalam akad

Jika terjadi pelanggaran, maka

sanksi yang diterimanya lebih

merupakan sanksi moral

3. Syarat Sahnya Akad

Untuk sahnya suatu akad harus memenuhi hukum akad yang

merupakan unsur asasi dari akad, Rukun akad adalah:

a. Al-Aqid atau pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan,

atau badan usaha yang memiliki kecakapan dalam melakukan

perbuatan hukum. Karena itu, orang gila dan anak kecil yang

belum mumayyid tidak sah melakukan transaksi jual beli, kecuali

membeli sesuatu yang kecil-kecil atau murah seperti korek api,

korek kuping, dan lain-lain.

b. Shighat atau perbuatan yang menunjukkan terjadinya akad berupa

ijab dan kabul. Dalam akad jual beli ijab adalah ucapan yang

diucapkan oleh penjual, sedangkan kabul adalah ucapan setuju dan

rela yang berasal dari pembeli.

Semua pihak yang melakukan perjanjian ini harus memperhatikan

tiga syarat yang harus dipenuhi agar memiliki akibat hukum,

yaitu:9

a) Jala‟ul ma‟na, yaitu tujuan yang terkandung dalam

pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad

yang dikehendaki.

b) Tawaquf, yaitu adanya keseusaian antara ijab dan kabul.

9Isnawati Rais & Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasiannya pada Lembaga

Keuangan Syariah, h.48

Page 33: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

20

c) Jazmu iradataini, yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan

kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak

terpaksa.

Bentuk dari ijab dan kabul ini dapat diungkapkan dengan

beberapa cara yakni dengan:

a) Lisan, cara ini paling banyak dan biasa dilakukan

mayoritas orang dalam melaksanakan akad, sebab lebih

mudah dilakukan dan cepat diketahui oleh pihak yang

berakad.

b) Perbuatan, yaitu suatu perikatan yang menunjukan rasa

saling meridhai, atau biasa kita sebut dengan ta‟athi atau

mu‟athah (saling memberi dan menerima).

c) Isyarat, hal ini biasanya dilakukan bagi orang yang tidak

mampu untuk berbicara (cacat) atau lemah dalam

berbicara, sedangkan bagi orang yang bisa berbicara tidak

boleh berakad dengan menggunakan isyarat. Isyarat ini

dilakukan asalkan para pihak memahami perikatan yang

dilakukan.

d) Tulisan, cara ini biasa disebut dengan Surat Perjanjian,

yang berisikan identitas para pihak, objek perjanjian, hak

dan kewajiban para pihak, mulai dari permulaan hingga

berakhirnya perjanjian.

c. Al-Ma‟aqud alaih atau objek akad. Objek akad adalah amwal atau

jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan masing-masing pihak.

d. Tujuan pokok akad. Tujuan akad itu jelas dan diakui syara‟ dan

tujuan akad itu terkait erat dengan berbagai bentuk yang

dilakukan. Misalnya dalam akad ijarah, tujuannya adalah

pemilikan manfaat oleh pihak yang meminjam tanpa imbalan, dan

dalam ariyah tujuannya adalah pemilikan manfaat oleh pihak yang

meminjam tanpa imbalan. Oleh sebab itu, apabila tujuan suatu

akad berbeda dengan tujuan aslinya, maka akad itu menjadi tidak

Page 34: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

21

sah. Tujuan setiap akad, menurut para ulama fih, hanya diketahui

melalui syara‟ dan harus sejalan dengan kehendak syara‟. Atas

dasar itu, seluruh akad yang mmpunyai tujuan atau akibat hukum

yang tidak sejalan dengan kehendak syara‟, hukumnya tidak sah,

seperti berbagai akad yang dilangsunkan dalam rangka

mengahalalkan riba.10

Berdasarkan rukun-rukun akad sebagaimana disebutkan di atas,

para fuqaha menjelaskan bahwa ada beberapa syarat akad, yaitu

sebagai berikut:11

a. Syarat Terjadinya Akad (Syuruth Al-In‟iqad)

Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan

untuk terjadinya akad yang sesuai menurut syara‟. Apabila

tidak memenuhi syarat tersebut akad menjadi batal. Syarat ini

terbagi kepada dua bagian, yaitu yang pertama bersifat umum

(„ammah) adalah rukun-rukun yang harus ada pada setiap

akad, seperti orang yang berakad, objek akad, objek tersebut

bermanfaat dan tidak dilarang oleh syara‟. Yang kedua

bersifat tertentu (khassah) adalah syarat-syarat yang harus ada

pada sebagian akad dan tidak disyaratkan pada bagian

lainnya, seperti syarat harus adanya saksi pada akad nikah

(„aqd al-jawaz) dan keharusan penyerahan baran/objek akad

pada al-„uqud al‟ainiyyah.

b. Syarat Sah Akad (Syuruth Al-Shihah)

Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara‟

untuk menjamin keabsahan dampak akad (litarbi atsaril aqdi).

Apabila dampak akad tersebut tidak terpenuhi, maka akadnya

dinilai rusak (fasid) dan karenanya dapat dibatalkan. Menurut

ulama Hanafiyah, syarat sahnya akad tersebut apabila akad

tersebut terhindar dari enam hal, yaitu:

10

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h.73 11

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.41

Page 35: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

22

a) Al-jahalah (ketidakjelasan tentang harga, jenis dan

spesifikasinya, waktu pembayaran atau lamanya opsi, dan

penanggung atau yang bertanggung jawab).

b) Al-ikrah (keterpaksaan).

c) Attauqit (pembatasan waktu).

d) Al-ghararr (ada unsur ketidakjelasan atau fiktif).

e) Al-dharar (ada unsur kemudharatan), dan

f) Al-syarthul fasid (syarat-syaratnya rusak, seperti

pemberian syarat terhadap pembeli untuk menjual

kembali barang yang dibelinya tersebut kepada penjual

dengan harga yang lebih murah.

c. Syarat Pelaksanaan Akad (Syuruth An-Nafadz)

Dalam pelaksanaan akad ada dua syarat,yaitu kepemilikan (al-

milk) dan kekuasaan/kewenangan (al-wilayah). Kepemilikan

adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, sehingga ia

bebas melakukan aktivitas dengan apa yang dimilikinya

tersbut sesuai dengan aturan syara‟.

Adapun kekuasaan/kewenangan adalah kemampuan seseorang

dalam mendayagunakan (tashar-ruf) sesuatu yang dimilikinya

sesuai dengan ketetapan syara‟, baik secara langsung oleh

dirinya sendiri (ashliyyah) maupun sebagai kuasa dari orang

lain (wakil).

d. Syarat Kepastian Hukum (Syuruth Al-Luzum)

Dasar dalam akad adalah kepastian. Di antara syarat kepastian

(luzum) adalah terhindarnya dari beberapa opsi (khiyar),

seperti khiyar aib, khiyar syarat, dan lainnya.

Page 36: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

23

4. Berakhirnya Akad

Menurut hukum islam, akad berakhir karena beberapa unsur

sebagai berikut:12

a. Terpenuhinya tujuan akad

Suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai

tujuannya. Dalam akad jual beli, akad dipandang telah

berakhir apabila barang telah berpindah milik kepada pembeli

dan harganya telah menjadi milik penjual. Dalam akad gadai

dan pertanggungan (kafalah), akad dipandang telah berakhir

apabila utang telah dibayar.

b. Terjadinya Pembatalan/Pemutusan Akad (Fasakh)

Pembatalan atau pemutusan akad (fasakh) terjadi dengan

sebab-sebab sebagai berikut:

a) Adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syara‟, seperti

terdapat kerusakan dalam akad (fasad al-„aqdi).

Misalnya, jual beli barang yang tidak memenuhi

kejelasan (jahalah) dan tertentu waktunya (mu‟aqqat).

b) Adanya khiyar, baik khiyar rukyat, khiyar „aib, khiya

yarat atau khiyar majelis.

c) Adanya penyesalan dari salah satu pihak (iqalah). Salah

satu pihak yang berakad dengan persetujuan pihak lain

membatalkan karena merasa menyesal atas akad yang

baru saja dilakukan.

d) Adanya kewajiban dalam akad yang tidak dipenuhi oleh

pihak-pihak yang berakad (li‟adami tanfidz).

e) Berakhirnya waktu akad. Karena habis waktunya, seperti

dalam akad sewa-menyewa yang berjangka waktu

tertentu dan tidak dapat diperpanjang.

c. Salah Satu Pihak yang Berakad Meninggal Dunia

12

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, h.58

Page 37: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

24

Kematian salah satu pihak yang mengadakan akad

mengakibatkan berakhirnya akad. Hal ini terutama yang

menyangkut hak-hak perorangan dan bukan hak-hak

kebendaan. Kematian salah satu pihak menyangkut hak

perorangan mengakibatkan berakhirnya akad seperti

perwalian, perwakilan dan sebagainya.

d. Tidak Ada Izin dari yang berhak

Dalam hal akad mauquf (akad yang keabsahannya bergantung

pada pihak lain), seperti akad ba‟i fudhuli dan akad anak yang

belum dewasa, akad berakhir apabila tidak mendapat

persetujuan dari yang berhak.

B. Akad Ijarah

1. Pengertian Ijarah

Lafal Al-Ijarah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau

imbalan.13

Al-ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah

dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa,

kontrak, atau menjual jasa perhotelan dan lain-lain.

Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ijarah yang

dikemukakan para ulama fiqh:14

Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan:

ض عقذعهىيافعبع

“Transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan”.

Kedua, ulama Syafi‟iyah mendefinisikannya dengan:

وهعيةدصقيتعفعقذعهىي ضيعه اإلباحتبع يتيباحتقابهتنهبزل

13

Nasrun Haoen., Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007 ), h. 228 14

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.228

Page 38: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

25

“Transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat

mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu”.

Ketiga, ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya

dengan:

ضبوهعيةذ يتاحبيئيشعافيكيهح ع

“Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu

dengan suatu imbalan”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa ijarah

atau sewa-menyewa adalah akad atas manfaat dengan imbalan.15

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ijarah adalah akad

pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam

waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.16

Jadi bisa

disimpulkan dalam ijarah tidak hanya barang yang dapat menjadi

objek ijarah tetapi juga jasa. Dalam penjelasan Pasal 19 huruf f

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

akad ijarah didefinisikan sebagai akad penyediaan dana dalam rangka

memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa

berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

Selanjutnya, di dalam PBI No.9/19/PBI/2007 mendefinisikan

ijarah sebagai transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa

antara pemilik obyek sewa termasuk kepemilikan hk pakai atas objek

sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa

yang disewakan. Ijarah adalah akad unuk memanfaatkan jasa, baik

15

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), h.317 16

Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000

Page 39: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

26

jasa atas barang ataupun jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk

mendapatkan manfaat barang, maka disebut sewa-menyewa.

Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja,

disebut upah-mengupah.17

Metode yang digunakan DSN untuk

menghindari larangan pendapatan dari qardh adalah dengan

meneapkan upah berbasis jasa (ijarah).18

Dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah akad pengalihan hak

manfaat atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa

diikuti dengan pengalihan kepemilikan (ownership) atas barang itu

sendiri. Transaksi ijarah didasarkan pada adanya pengalihan hak

manfaat.

Skema dan pola pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Skema Ijarah

Keterangan:

17

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2014), h.74. 18

Muhammad Maksum, “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam

Merespon Produk-Produk Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011 (Studi Perbandingan dengan Fatwa

Majelis Penasihat Syariah Bank Negara Malaysia)” (Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013), h.272.

Page 40: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

27

1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.

2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh

nasabah sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.

3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank

mengenai barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan

biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah

ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan

yang dimiliki.

4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad

yag disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah

mengembalikan objek ijarah tersebur kepada bank.

5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah),

setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan

oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali.

Sedangkan bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-

ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel), setelah periode ijarah

berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada

supplier/penjual/pemilik.

Jenis Barang/Jasa yang dapat disewakan yaitu:19

a) Barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor,

ruko, dan lain-lain.

b) Barang produksi: mesin, alat-alat berat, dan lain-lain.

c) Barang kendaraan transportasi; darat, laut, dan udara.

d) Jasa untuk membayar ongkos uang sekolah/kuliah, tenaga

kerja, hotel, angkut transportasi dan sebagainya.

19

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014), h.147

Page 41: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

28

2. Dasar Hukum Ijarah

Dasar-dasar hukum atau rujukan ijarah adalah Al-Quran, Al-Hadis dan

Al-ijma. Dasar hukum ijarah dalam Al-Quran adalah:

a) Firman Allah surat al-Baqarah 2: 233:

خى سه إرا جاحعهيكى فل ذكىن أ ا أحسخشظع أسدح ى إ ...

ه حع ا ب ٱلل أ ا ٱعه ٱلل ٱح قا عشف بٱن ءاحيخى ا ي

شبصي

Artinya: “Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain,

maka tidak ada dosa bagimu memberikan ppembayaran dengan cara

yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

b) Firman Allah surat az-Zukhruf, 43: 32:

سح ةأىيقس عيشخىفىٱنحي ابيىي قس جسبكح

بععىبععا جنيخ خز قبعطدسج ف بععى سفعا يا ٱنذ

سخشيا...

Artinya: “Apakah mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami

telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam

kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian dari mereka

dapat mempergunakan sebagian yang lain...”

Dasar hukum ijarah dari Al-Hadis adalah:

اب عشقع يجف االجيشأجشقبما لهللا:أعط شقال:قالسس ع

Artinya: “Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah sallahuallaihiwassalam

bersabda, “Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering

Page 42: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

29

keringatnya!” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1980 dan Ibnu Majah

II: 817 no:2443).20

Landasan ijma‟nya adalah umat islam pada masa sahabat telah

sepakat membolehkan akad ijarah sebelum keberadaan Asham, Ibnu

Ulayyah, dan lainnya. Hal itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat

terhadap manfaat ijarah sebagaimana kebutuhan mereka terhadap

barang yang riil. Dan, selama akad jual beli barang diperbolehkan

maka akd ijarah manfaat harus diperbolehkan juga.21

3. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun ijarah menurut Hanafiyah adalah ijab dan qabul.

Sedangkan, rukun ijarah menurut mayoritas ulama ada empat, yaitu

dua pelaku akad (pemilik sewa dan penyewa), sighah (ijab dan qabul),

upah, dan manfaat barang.22

Rukun-rukun ijarah adalah sebagai berikut:23

1) Mu‟jir dan Musta‟jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-

menyewa atau upah mengupah. Mu‟jir adalah yang memberikan

upah dan yang menyewakan, musta‟jir adalah orang yang

menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa

sesuatu, disyaratkan pada mu‟jir dan musta‟jir adalah baligh,

berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta), dan

saling meridhai.

2) Sighat ijab dan kabul antara mu‟jir, ijab kabul sewa-menyewa dan

upah-mengupah, ijab kabul sewa-menyewa.

20 Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Al-Wajiz, (Jakarta Timur: Pustaka as-Sunnah,

2006), h. 683 21

Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.386

22Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.387

23Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h.117

Page 43: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

30

3) Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak,

baik dalam sewa-menyewa maupun dala upah-mengupah.

4) Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-

mengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan dengan

beberapa syarat berikut ini:

a) Hendaklah barang yang menjai objek akad sewa-menyewa dan

upah-menguah dapat dimanfaatkan kegunaanya.

b) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan

upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja

beriku kegunaannya (khusus dalam sewa-menyewa).

c) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah

(boleh) menurut syara‟ bukan hal yang dilarang (diharamkan).

d) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga

waktu yan ditentukan menurut perjanjian dalam akad.

Syarat-syarat ijarah terdiri atas empat jenis persyaratan, yaitu:

1) Syarat terjadinya akad

Syarat terjadinya akad berkaitan dengan aqid (mu‟jir dan

musta‟jir), akad, dan objek akad. Syarat yang berkaitan dengan

„aqid adalah berakal, dan mumayyiz menurut Hanafiah, dan baligh

menurut Syafi‟iyah dan Hanabilah.24

Jika syarat ini tidak terpenuhi

maka tidak terjadi akad ijarah.

2) Syarat kelangsungan akad

Untuk kelangsungan akad ijarah disyaratkan terpenuhinya hak

milik atau wilayah (kekuasaan).

3) Syarat sahnya ijarah

Untuk sahnya ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang

berkaitan dengan „aqid (pelaku), mauqud „alaih (objek), sewa atau

24

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h.321

Page 44: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

31

upah (ujrah) dan akadnya sendiri. Syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut:25

a) Persetujuan kedua belah pihak, sama seperti dalam jual beli.

Dasarnya adalah firman Allah dalam Surah An-Nisa‟ (4) ayat

29 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.

b) Objek akad yaitu manfaat harus jelas, sehingga tidak

menimbulkan perselisihan.

c) Objek akad ijarah harus dapat dipenuhi, baik menurut hakiki

maupun syar‟i.

d) Manfaat yang menjadi objek akad harus manfaat yang

dibolehkan oleh syara‟. Misalnya menyewa buku untuk

dibaca, dan menyewa rumah untuk tempat tinggal. Maka dari

itu, tidak boleh menyewakan rumah untuk tempat maksiat.

e) Pekerjaan yang dilakukan itu bukan fardhu dan bukan

kewajiban orang yang disewa (ajir) sebelum dilakukannya

ijarah.

f) Orang yang disewa tidak boeh mengambil manfaat dari

pekerjaannya untuk dirinya sendiri. Apabila ia memanfaatkan

pekerjaan untuk dirinya sendiri maka ijarah tidak sah.

g) Manfaat mauqud „alaih harus sesuai dengan tujuan

dilakukannya akad ijarah, yang biasa berlaku umum.

4) Syarat mengikatnya akad ijarah

Agar akad ijarah itu mengikat, diperlukan dua syarat:26

25

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h.322 26

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h.327

Page 45: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

32

a) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat („aib) yang

menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang

disewa itu. Apabila terdapat suatu cacat yang demikian

sifatnya, maka orang yang menyewa (mustajir) boleh memilih

antara meneruskan ijarah dengan pengurangan uang sewa dan

membatalkannya.

b) Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad

ijarah. Misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan

akad, atau pada sesuatu yang disewakan. Hanafiyah membagi

udzur yang menyebabkan fasakh kepada tiga bagian, yaitu

sebagai berikut:

1) Udzur dari sisi musta‟jir (penyewa). Misalnya musta‟jir

pailit atau pindah domisili.

2) Udzur dari sisi mu‟jir (orang yang menyewakan). Misalnya

mu‟jir memiliki utang yang sangat banyak yang tidak ada

jalan lain untuk membayarnya kecuali dengan menjual

barang yang disewakan dan hasil penjualannya digunakan

untuk melunasi utang tersebut.

3) Udzur yang berkaitan dengan barang yang disewakan atau

sesuatu yang disewa.

4. Jenis-Jenis Ijarah

Akad ijarah diklasifikasikan menurut objeknya menjadi dua

macam, yaitu ijarah terhadap manfaat benda-benda nyata yang dapat

diindera dan ijarah terhadap jasa pekerjaan. Jika pada jenis pertama

ijarah bisa dianggap terlaksana dengan penyerahan barang yang

disewa kepada penyewa untuk dimanfaatkan, seperti menyerahkan

rumah, toko, kendaraan, pakaian, perhiasan, dan sebagainya untuk

dimanfaatkan penyewa.

Page 46: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

33

Sedangkan pada jenis kedua, ijarah baru bisa dianggap terlaksana

kalau pihak yang disewa (pekerja) melaksanakan tanggung jawabnya

melakukan sesuatu, seperti membuat rumah yang dilakukan tukang,

memperbaiki komputer oleh teknisi komputer, dan sebagainya. Dengan

diserahkannya barang dan dilaksanakannya pekerjaan tersebut, pihak

yang menyewakan dan pihak pekerja baru berhak mendapatkan uang

sewa dan upah. Terdapat berbagai jenis ijarah antara lain sebagai

berikut:27

1) Ijarah „Amal

Ijarah „amal digunakan untuk memperoleh jasa dari seseorang

dengan membayar upah atas jasa yang diperoleh. Pengguna jasa

disebut mustajir dan pekerja disebut ajir, dan upah yang

dibayarkan kepada ajir disebut ujrahatau fee.

2) Ijarah „ain atau ijarah muthlaqah (Ijarah Murni)

Ijarah „ain adalah jenis ijarah yang terkait dengan penyewaan aset

dengan tujuan untuk mengambil manfaat dari aset itu tanpa harus

memindahkan kepemilikan dari aset itu. Dengan kata lain, yang

dipindahkan hanya manfaat. Ijarah „ain dalam bahasa inggris

adalah term leasing. Dalam hal ini, pemberi sewa disebut mu‟jir

dan penyewa adalah mustajir dan harga untuk memperoleh

manfaat tersebut disebut ujrah. Dalam akad ijarah „ain tidak

terdapat klausul yang memberikan pilihan kepada penyewa untuk

membeli aset tersebut selama masa sewanya di akhir masa

sewanya. Pada ijarah „ain yang menjadi objek akad sewa-

menyewa adalah barang.

3) Ijarah Muntahiya Bittamlik

Ijarah Muntahiya Bittamlik atau disingkat IMBT merupakan

istilah yang lazim digunakan di Indonesia, sedangkan di Malaysia

digunakan istilah al-ijarah thumma al-bai atau AITAB. Di

27

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.155

Page 47: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

34

sebagian Timur Tengah banyak menggunakan istilah al-ijarah wa

„iqtina atau ijarah bai‟ al-ta‟jiri. Yang dimaksud dengan Ijarah

muntahiya bittamlik adalah sewa-menyewa antara pemilik objek

sewa dengan penyewa untuk mendapat imbalan atas objek sewa

yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa

baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada saat sesuai akad

sewa. Dalam IMBT, pemindahan hak milik barang terjadi dengan

salah satu dari dua cara sebagai berikut:

a) Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang

disewakan terebut pada akhir masa sewa;

b) Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang

yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.

4) Ijarah Multijasa

Ijarah multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh bank

kepada nasabah untuk memperoleh manfaat atas suatu jasa.28

Ketentuan berkaitan dengan ijarah multijasa didasarkan kepada

Fatwa DN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan

Multijasa.

5. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah

Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut:29

1) Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan

penyewa;

2) Rusaknya barang yang disewakan, sehingga ijarah tidak mungkin

untuk diteruskan.30

Seperti rumah menjadi runtuh dan sebagainya;

3) Rusaknya barang yang diupahkan (ma‟jur „alaih), seperti baju

yang diupahkan untuk dijahitkan;

28

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014), h.275 29

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.122 30

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h.338

Page 48: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

35

4) Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang

telah ditentukan dan selesainya pekerjaan. Tenggang waktu yang

disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir. Apabila yang

disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada

pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasaa seseorang,

maka ia berhak menerima upahnya.31

5) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak,

seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya

ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu.

C. Pembiayaan Multijasa

1. Pengertian Pembiayaan Multijasa

Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan untuk memperoleh

manfaat atas suatu jasa.32

Menurut Fatwa Dewan Syariah No.44/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa, ketentuan pembiayaan

multijasa adalah sebagai berikut:

1) Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan

menggunakan akad ijarah atau kafalah.

2) Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti

semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.

3) Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus

mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah.

4) Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat

memperoleh imbalan jasa (ujrah/fee).

5) Besar ujrah atau feeharus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.

31

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.237 32

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad ijarah

Page 49: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

36

Dalam pelaksanaannya di perbankan syariah, kegiatan penyaluran

dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan ijarah untuk transaksi

multijasa berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:

1) Bank menggunakan akad ijarah untuk transaksi multijasa, antara

lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan dan kepariwisataan.

2) Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan akad

ijarah untuk transaksi multijasa, Bank memperoleh imbalan jasa

(ujrah) atau fee.

3) Besar ujrah atau fee disepakati di awal oleh para pihak.

2. Dasar Hukum Pembiayaan Multijasa

Didalam Al-Quran terdapat didalam surat Al-Qashas ayat 26:

اليي ي اسخؤجشثانق خيشي ايآءبجاسخؤجشإ قانجإحذ

Artinya: Salah seorang dari wanita itu berkata: “Wahai bapakku,

ambillah dia sebagai pekerja kita karena orangyang paling baik untuk

dijadikan pekerja adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya” (Al-

Qashas: 26)

Didalam hadis-hadis nabi terdapat di Hadis Riwayat „Abd Ar-Razzaq

dan Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda:

اجش اسخؤجشاجيشافهيعه ي

Artinya: “Barang siapa memperkerjakan pekerja, beritahukanlah

upahnya.”33

Hubungan hadits di atas dengan pembiayaan multijasa yaitu kewajiban

seseorang yang mempekerjakan pekerja agar memberitahukan upahnya

di awal akad sebelum terlaksananya pekerjaan tersebut. Karena

33 Ibnu Hajar Asqalani, Talkhis al-Habir, (Darul Kutub Ilmuyah), juz 3, h.143.

Page 50: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

37

pekerjaan yang dilakukan yaitu memanfaatkan suatu jasa dari

seseorang, lebih baik jika diberitahukan diawal akad upah nya.

D. Dasar Hukum dan Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS)

1. Dasar Hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.34

Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah melengkapi dan menyempurnakan Undang-Undang

No.7 Tahun 1992 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Menurut

Pasal 18 dalam Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 Bank Syariah

terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah adalah:35

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama

masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya

berada di daerah pedesaan.

b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan,

sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

c. Membina semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan

ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita

menuju kualitas hidup yang memadai.

Terdapat beberapa larangan di dalam Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah adalah:36

34 Lihat Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 9. 35 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonisia Yogyakarta, 2003), h.95. 36 Lihat Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 25.

Page 51: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

38

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip

Syariah.

b. Menerima Simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu

lintas pembayaran.

c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali

penukaran uang asing dengan izin Bank Indonesia.

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen

pemasaran produk asuransi syariah.

e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang

dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.

f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21.

2. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Kegiatan usaha yang dilakukan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) hampir sama dengan Bank Umum Syariah yaitu berupa

penghimpunan dana, penyaluran dana, dan kegiatan di bidang jasa.

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah dalam Pasal 21, kegiatan

usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:37

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1) Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan akad wadi‟ah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah; dan

2) Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

b) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

37 Lihat Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 21.

Page 52: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

39

1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau

musyarakah;

2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istisha‟;

3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh;

4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan

5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah;

c) Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi berdasarkan akad

mudharabah dan akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah;

d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum

Konvensional, dan UUS; dan

e) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah

lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan

persetujuan Bank Indonesia.

E. Review Studi Terdahulu

Dalam upaya menentukan fokus penelitian, peneliti telah

membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi

yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan

penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Ahmad Pahrudin

Penelitian ini berbentuk Skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan

Akad Ijarah pada Pembiayaan Ijarah di Koperasi Jasa Keuangan

Syariah Pekerja POS Indonesia” yang dilakukan pada Tahun 2014.

Penelitian tersebut membahas tentang Koperasi Syariah Pegawai dan

pensiun Pos Indonesia satu-satunya lembaga keuangan yang

Page 53: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

40

merealisasikan produk funding dan lending di lingkungan Pos dengan

prinsip syariah. Dalam penelitian tersebut, peneliti hanya meneliti

pembiayaan dengan akad ijarah yang terdapat di dalam KOSPPI.

Perbedaan penelitian Skripsi tersebut dengan penelitian ini terletak

pada tempat dan pembahasan penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi pembahasan peneliti yaitu implementasi Fatwa DSN

No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa di Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah dengan melakukan penelitian di 2 BPRS.

2. Dhea Rizkia

Penelitian ini berbentuk Skripsi yang berjudul “Aplikasi Produk

Ijarah pada Pembiayaan Multijasa di BMT Ubasyada – Ciputat” yang

dilakukan pada Tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui aplikasi Produk Ijarah pada pembiayaan Multijasa yang

diterapkan di BMT Ubasyada.

Perbedaan penelitian Skripsi tersebut dengan penelitian ini terletak

pada tempat dan peraturan yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini

yang menjadi tempat penelitian yaitu BPRS Al-Salaam dan BPRS

Patriot Kota Bekasi, lalu peraturan yang akan dianalisis yaitu Fatwa

DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa dan

SEOJK No.37/SEOJK.03/2015.

3. Indah Deliyani

Penelitian ini berbentuk Skripsi yang berjudul “Analisa terhadap

Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa pada BMT Al-Munawwarah”

yang dilakukan pada tahun 2008. Penelitian tersebut membahas

tentang penerapan pembiayaan multijasa di BMT Al-Munawwarah

dengan menggunakan dua akad yaitu akad Ijarah dan Wakalah. Lalu

mengenai ujrah nya ternyata di tempat penelitian tersebut lebih besar

dibandingkan di Bank Syariah.

Page 54: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

41

Perbedaan penelitian Skripsi tersebut dengan penelitian ini terletak

pada tempat penelitian dan objek yang ingin diteliti. Dalam penelitian

ini yang menjadi fokus penelitian yaitu implementasi Fatwa DSN

No.04/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan Multijasa di BPRS,

tapi berbeda dengan penelitian tersebut, kalau penelitian ini meneliti

di dua BPRS.

4. Ajeng Mar’atus Solihah

Penelitian ini berbentuk Jurnal yang berjudul “Penerapan Akad

Ijarah pada Pembiayaan Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam”

yang dilakukan pada Tahun 2014. Penelitian tersebut mengamati

tentang pelaksanaan akad ijarah yang diterapkan dalam pmbiayaan

multijasa seperti biaya pendidikan dan kesehatan yang ternyata kurang

sesuai dengan hukum Islam.

Perbedaan penelitian Jurnal tersebut dengan penelitian ini terletak

pada tempat penelitian yang di dalam penelitian ini dijelaskan dengan

pasti tempat penelitiannya sedangkan di penelitian tersebut, peneliti

hanya mengamati pelaksanaan akad ijarah pada pembiayaan multijasa

yang tempanya tidak dijelaskan.

5. Harun Santoso dan Anik

Penelitian ini berbentuk Jurnal yang berjudul “Analisis

Pembiayaan Ijarah pada Perbankan Syariah” yang dilakukan pada

Tahun 2015. Penelitian tersebut menganalisis pembiayaan ijarah di

perbankan syariah, dengan kesimpulan akhirnya bahwa produk

pembiayaan perbankan syariah berdasarkan akad sewa-menyewa

terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan pemindahan hak

kepemilikan atau dikenal dengan Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT)

pada dasarnya merupakan perpaduan antara sewa menyewa dengan

jual beli.

Page 55: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

42

Perbedaan penelitian Jurnal tersebut dengan penelitian ini yaitu

disini peneliti tidak meneliti akad Ijarah muntahia bit tamlik, tetapi

meneliti akad Ijarah Multijasa. Sehingga Fatwa yang akan menjadi

rujukannya berbeda. Untuk tempat penelitian, peneliti meneliti di

BPRS sedangkan di Jurnal tersebut tempatnya di Bank Syariah.

Page 56: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian skripsi sangatlah penting,

untuk menentukan berbagai upaya yang akan dilakukan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Metode penelitian ini mempunyai beberapa tahap, mulai dari cara dan

proses sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif, yaitu bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok

tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara sau

gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.1 Maksudnya adalah untuk

mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam

memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-

teori baru.2 Dalam hal ini peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan

kesesuaian pelaksanaan akad ijarah pada pembiayaan multijasa di

BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan normatif empiris

merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan

adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian

normatif empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif

(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu

1 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), h.25. 2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 2012), h.10.

Page 57: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

44

yang terjadi dalam suatu masyarakat.3 Maksudnya adalah melihat

kesesuaian syariah terhadap pembiayaan multijasa menggunakan Akad

Ijarah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

3. Sumber Data

Secara garis besar data dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama,

yakni perilaku warga masyarakat, melalui penelitian, sedangkan data

sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan.4 Data primer dan

sekunder yang peneliti gunakan yaitu:

a. Data Primer diambil langsung dari beberapa peraturan yaitu:

1) UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2) Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2014 tentang Pembiayaan

Multijasa.

3) Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Ijarah.

4) Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah.

5) SEOJK No.37/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

6) POJK No.31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha

Pembiayaan Syariah.

7) Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/14/DPbS perihal

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan Penghimpunan

Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

8) Wawancara kepada Pihak yang memahami Pembiayaan Ijarah

Multijasa di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi.

9) Hasil riset berupa tesis, jurnal, skripsi tentang Akad Ijarah dan

pembiayaan multijasa.

3 Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Artikel diakses pada 9 Januari 2019

dari https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/ 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 2012), h.12.

Page 58: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

45

b. Data Sekunder didapatkan dari membaca buku dan literature

lainnya yang terdiri dari buku-buku teks tentang akad ijarah dan

berita mengenai pembiayaan multijasa.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diberikan, kajian ini

dilakukan dengan cara:

a. Riset Kepustakaan, riset ini dimaksudkan untuk mendapatkan

acuan teori dalam melengkapi data yang ada. Dengan cara

membaca buku-buku, membaca peraturan hukum yang sesuai

dengan masalah yang dibahas, apa yang diperoleh benar-benar

memiliki landasan teori dan acuan yang jelas.

b. Riset lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer

penelitian sebagai teknik pengumpulan data utama dalam hasil

penelitian kelak yaitu dengan melakukan observasi terlibat, serta

melakukan wawancara dengan pejabat yang berwenang untuk

memperoleh data yang benar-benar akurat dan dapa dipertanggung

jawabkan kebenarannya.

c. Studi Dokumentasi yaitu mencari data-data pendukung mengenai

hal-hal atau variabel yang telah dipublikasi baik oleh perusahaan

terkait maupun sumber lain yaitu berupa catatan, transkip, buku,

majalah, surat kabar, dan sebagainya.

5. Teknik Pengolahan Data

Setelah penulis memperoleh data, selanjunya diadakan

penganalisaan sekaligus sebagai pembahasan. Data yang diperoleh

baik dari studi kepustakaan maupun dari penelitian lapangan dinalisis

secara deskriptif.-kualitatif. Analisis kualitatif yang bersifat deskriptif

merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi

atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung, tujuannya agar

dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian

sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian

Page 59: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

46

dianalisa berdasarkan peraturan perundang undangan dan Fatwa DSN-

MUI yang berlaku.5

B. Sejarah Singkat BPRS Al-Salaam

PT BPR Amal Salman yang dikenal dengan BPR Al Salaam,

didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991 atas inisiatif para alumni Institut

Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman. Modal Awal

Rp.69.800.000 dengan 40 pemegang saham. Kegiatan operasional BPR

Al-Salaam dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992 berdasarkan Akte No.

30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan akte No.14 tanggal

5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, yang telah

disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C2-

7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada

Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92

serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13

tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI

No.70 tanggal 1 September 2000.

Untuk mendukung pengembangan usaha pada RUPS tahun 2003

telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dari Rp. 1 milyar

menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui secara

hukum dengan SK Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor : C-04029

HT.01.04.TH.2004

BPR Al Salaam Bertransformasi menjadi Perbankan Syariah,

sesuai aspirasi dan idealisme para pemegang saham yang sejak awal

pendirian ingin menjadikan BPR Al Salaam sebagai lembaga keuangan

bagi masyarakat dengan pelayanan perbankan yang berazaskan keislaman,

maka alhamdulillah sejak tanggal 3 Juli 2006 BPRS Al Salaam berubah

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta;kencana,2010), cet6, h. 132.

Page 60: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

47

dari BPR konvensional menjad BPR Syariah. Hingga tahun 2017, jumlah

modal berjalan Rp.40.000.000.000 dengan 155 pemegang saham.6

BPRS Al-Salaam mempunyai visi yaitu menjadi Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Terbaik di Indonesia. Sedangkan, misinya yaitu menjadi

lembaga keuangan mikro syariah yang menghasilkan produk jasa

perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif

bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi

pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake

holder. BPRS Al-Salaam mempunyai beberapa tujuan yaitu:7

a) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan

kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam

hal kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam hal

berinvestasi

b) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan

c) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder

BPRS Al-Salaam berbadan hukum Keanggotaan dengan

No.Keanggotaan LPS PT.BPRS AL SALAAM AMAL SALMAN

41300003. Serta Izin Usaha Syariah BPRS Al-Salaam: KEPUTUSAN

DIREKTUR PERBANKAN SYARIAH BANK INDONESIA NOMOR:

81 1 lKEP.Dir.Pbsl2006 Tentang Perubahan Nama PT BPR AMAL

SALMAN menjadi PT BPR Syariah Al Salaam Amal Salman.

6 Artikel diakses pada 8 Agustus 2018 dari

https://bprsalsalaam.co.id/main/profile/tentang-al-salaam/sejarah-2 7Artikel diakses pada 8 Agustus 2018 https://bprsalsalaam.co.id/main/profile/tentang-

al-salaam/visi-misi-nilai

Page 61: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

48

Berikut tim manajemen BPRS Al-Salaam:

Gambar 3. 1 Manajemen BPRS Al-Salaam

Mohammad Yahya Dr. H. Muhammad

Choirin Lc., MA

Pemegang Saham

Pengendali

B. Munir

Sjamsoeddin

Mulya Soepardi Ir.Hari Utomo

Direksi

Ichawanda

Munir S. Azwar

Kiftiah

Hindun

Dewan Pengawas Syariah

Dewan Komisaris

Jajaran Manajemen

Bank Syariah Al-Salaam

Page 62: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

49

C. Sejarah Singkat BPRS Patriot Bekasi

BPRS Patriot Bekasi berdiri pada tanggal 30 November 2005

berdasarkan PERDA No.13 Tahun 2005. Ijin operasional berdasarkan SK

Gurbenur BI No.8/62/KEP.BGI/2006 Tanggal 31 Agustus 2006. Berubah

nama dan logo pada tanggal 01 Juni 2013 berdasarkan keputusan RUPS

dan SK Departemen Hukum dan HAM No.AHU-60797.AH.01.02 Tahun

2013.8

BPRS Patriot Bekasi mempunyai visi yaitu menjadi BPR yang sehat,

menguntungkan dan besar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Serta mempunyai beberapa misi yaitu:9

a) Menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi rayat.

b) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat.

c) Mengembangkan ekonomi rakyat sesuai syariah.

d) Memasyarakatkan dienul islam dalam bidang ekonomi dan dunia

usaha.

BPRS Patriot Bekasi memiliki beberapa badan hukum diantaranya:

1) Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 8/62/KEP.GBI/2006

Tanggal 31 Agustus 2006 Tentang Pemberian Izin Usaha PD. Bank

Perkreditan Rakyat Syariah Kota Bekasi.

2) Keputusan Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor:

12/1/KEP. Dir.PbS/2010 Tanggal 14 Mei 2010 Tentang Izin Usaha

PT.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.

3) ]Keputusan Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor:

15/2/KEP.DIR.PbS/2013 Tanggal 27 Desember 2013 Tentang Izin

Usaha PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot.

8Artikel diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 http://www.bprspatriot.com/profile/sejarah/

9Artikel diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 http://www.bprspatriot.com/profile/visi-

dan-misi/

Page 63: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

50

Berikut tim manajemen BPRS Patriot Bekasi:

Gambar 3. 2 Manajemen BPRS Patriot Bekasi

Jajaran Manajemen Bank

Syariah Patriot Bekasi

Komisaris Utama

M. Rowi Qohar

Komisaris

Bambang Heru S

Direktur Utama

Syahril T. Alam

Direktur

Mohammad Asmawi

Ketua

KH. Dr. Ahmad

Kusyairi Suhail

Anggota

KH. HB. Burhanuddin

Dewan Pengawas Syariah

Page 64: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syarat Ujrah (Upah) menurut Pendapat Ulama

Terdapat dua macam syarat mengenai upah yaitu sebagai berikut:1

1. Hendaknya upah tersebut harta yang bernilai dan diketahui

Syarat ini disepakati para ulama. Landasan hukum disyaratkan

mengetahui upah adalah sabda Rasulullah “Barangsiapa

mempekerjakan pekerja maka hendaklah ia memberitahu

upahnya”.Menurut Abu Hanifah, diharuskan mengetahui tempat

pelunasan upah jika upah itu termasuk barang yang perlu dibawa dan

membutuhkan biaya.

Syarat mengetahui upah ini memiliki beberapa bentuk masalah,

seperti jika seseorang menyewa orang lain dengan upah tertentu

ditambah makan, atau menyewa hewan dengan upah tertentu ditambah

makannya, maka akad itu tidak dibolehkan. Hal itu karena makanan

tersebut menjadi bagian dari upah, padahal ukurannya tidak jelas

sehingga membuat status upahnya tidak jelas. Namun berbeda dengan

ulama Malikiyah yang membolehkan menyewa seseorang untuk

melayani atau menyewa hewan ditambah makannya dan pakaian atau

sejenisnya untuk pembantu itu.

Upah yang menjadi bagian dari objek akad menurut mayoritas

ulama, akad ijarah menjadi batal apabila seseorang menyewa pengulit

dengan upah kulit hewan yang ia kuliti, menyewa penggiling dengan

upah sebagian biji-bijian yang digiling. Hal itu karena tidak dapat

diketahui apakah kulit itu bisa berhasil dilepas dengan baik sehingga

1Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.400

Page 65: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

52

hasilnya bagus atau tidak. Oleh karena itu, tidak sah akad ijarah

dengan upah yang tidak jelas.2

2. Upah tidak berbentuk manfaat yang sejenis dengan Ma‟quud Alaih

(Objek Akad)

Pengertian dari upah tidak berbentuk manfaat yang sejenis dengan

ma‟quud alaih (objek akad) yaitu seperti ijarah tempat tinggal dibayar

dengan tempat tinggal, jasa dibayar dengan jasa, penunggang dibayar

dengan penunggangan, dan pertanian dibayar dengan pertanian. Syarat

ini menurut ulama Malikiyah adalah cabang dari riba. Penerapan

prinsip dalam ijarah adalah bahwa akad ini menurut mereka terjadi

secara sedikit demi sedikit sesuai dengan terjadinya manfaat. Maka,

manfaat pada waktu akad itu tidak ada (seutuhnya), sehingga salah satu

pihak menjadi terlambat dalam menerima manfaat secara seutuhnya

maka terjadilah riba nasiah.3

Namun, berbeda menurut ulama Syafi‟iyah, kesamaan jenis saja

tidak dapat mengaharamkan akad dengan alasan riba, maka akad ini

boleh menurut mereka dan tidak disyaratkan syarat ini. Syarat kembali

pada rukun akad, yaitu akad harus terlepas dari syarat yang tidak sesuai

dengan akad. Jadi, jika pemilik menyewakan rumahnya dengan syarat

agar dia menempatinya selama satu bulan, kemudian

menyerahkannnya pada penyewa, maka ijarah seperti ini adalah tidak

sah. Karena, syarat ini tidak sesuai dengan akad, dalam syarat tersebut

terdapat manfaat lebih untuk salah satu pihak ang disyaratkan dalam

akad dan tidak ada imbalannya. Oleh karena itu, kelebihan manfaat itu

menjadi riba atau seperti tiba sehingga membuat akad menjadi tidak

sah.

2Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.40

3Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.404

Page 66: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

53

B. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS

Al-Salaam

Tempat penelitian yang pertama yaitu, Bank Syariah Al-Salaam

atau biasa disebut BPRS Al-Salaam. BPRS Al-Salaam merupakan salah

satu Lembaga Keuangan Syariah yang melaukan fungi Lembaga

Keuangan yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat

kepada masyarakat serta memberikan jasa keuangan lainnya. BPRS Al-

Salaam terdapat beberapa bentuk penyaluraan dana yang diberikan kepada

masyarakat, salah satunya adalah pembiayaan multijasa dengan akad

ijarah yang bisa digunakan untuk membiayai berbagai jenis layanan,

seperti untuk biaya umroh, biaya pendidikan dan membiayai pernikahan.

Layanan pembiayaan umroh digunakan untuk biaya perjalanan umroh bagi

nasabah. Layanan pendidikan digunakan untuk membiayai sekolah atau

kuliah, seperti biaya pendaftaran, biaya SPP, biaya uang gedung. Layanan

pernikahan digunakan untuk biaya alat-alat untuk pernikahan dan

pelaminan.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak BPRS Al-Salaam,

yaitu Bapak Rifai Hermawanto sebagai Kepala Bagian Admin, Legal,

Operasional, dan Motor Center. BPRS Al-Salaam sudah mempunyai

kantor cabang yang cukup banyak di beberapa daerah. Tempat yang

peneliti kunjungi dan melakukan penelitian yaitu Kantor Pusat BPRS Al-

Salaam, alamatnya di Jl. Limo Raya, RT02/04, Kota Depok, Jawa Barat.

Pembiayaan multijasa ini menggunakan akad ijarah, yang dimana

dalam pokok akad harus sesuai dengan ketentuan ijarah. BPRS Al-Salaam

mempunyai tujuan mengeluarkan produk pembiayaan multijasa yaitu:4

a. Untuk membantu orang-orang yang tidak mempunyai biaya untuk

masuk sekolah.

b. Untuk membantu orang-orang yang ingin umroh dengan segera tetapi

biaya nya belum terkumpul.

4Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

Page 67: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

54

c. Untuk membantu orang-orang yang ingin menikah tetapi tidak ada

biayanya

d. Untuk membantu membiayai jasa-jasa tukang membangun rumah.

Pembiayaan ijarah multijasa ini di BPRS Al-Salaam bisa

berjangka pendek maupun berjangka panjang minimal 12 bulan dan

maksimal 5 tahun tergantung permintaan nasabah serta keputusan dari

pihak BPRS Al-Salaam. Pembiayaan ijarah multijasa initermasuk dalam

kategori Pembiayaan Al Salaam Syariah (PAS) yaitu produk penyaluran

dana untuk kebutuhan multiguna. Produk ini merupakan fasilitas

pembiayaan konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah. Sumber

dana pembiayaan multijasa ini berasal dari tabungan nasabah, pembiayaan

dan saham.5Pembiayaan multijasa yang ingin diteliti yaitu untuk biaya

pendidikan, di BPRS Al-Salaam menggunakan akad Ijarah yang

mempunyai pengertian yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas

suau barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Praktik pembiayaan ijarah multijasa dilapangan adalah nasabah

datang ke BPRS Al-Salaam dan mengajukan pembiayaan multijasa untuk

dana pendidikan melanjutkan sekolah S1/S2 baik di dalam maupun diluar

negeri. Nasabah akan diminta untuk mengisi formulir pengajuan

pembiayaan dan melengkapi beberapa persyaratan yang telah ditentukan

oleh pihak BPRS Al-Salaam. Setelah nasabah memenuhi persyaratan

pembiayaan dan pembiayaan ini disetujui oleh pihak BPRS Al-Salaam,

maka pihak BPRS Al-Salaam memberikan manfaat agar nasabah bisa

melanjutkan pendidikan tersebut, dengan cara dibayarkan terlebih dahulu

dana yang dibutuhkan oleh pihak BPRS Al-Salaam ke pihak sekolah yang

dituju.6

5Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

6Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

Page 68: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

55

Sebelum pihak BPRS Al-Salaam melakukan pembayaran ke pihak

sekolah, pihak BPRS Al-Salaam memastikan terlebih dahulu ke sekolah

tersebut dengan syarat adanya surat pendaftaran disekolah tersebut, setelah

itu pihak BPRS Al-Salaam melihat biaya yang diperlukan oleh nasabah,

jika sudah direvifikasi dengan benar maka tahap selanjutnya melakukan

pengechekan bahwa nasabah tersebut mampu atau tidak melakukan

pembiayaan untuk membayar angsuran setiap bulannya, jika sudah benar

setelah itu dana yang dibutuhkan akan ditransfer ke pihak sekolah yang

bersangkutan. 7

Proses pencairan dana tersebut membutuhkan waktu 3-5 hari

karena melalui notaris terlebih dahulu. Untuk pengajuan dana, nasabah

bisa mengajukan pembiayaan multijasa dengan biaya minimal Rp.500.000

sampai Rp.7.000.000. Sejauh ini semenjak pembiayaan multijasa

dikeluarkan belum pernah terjadi sengketa antara nasabah dengan pihak

BPRS Al-Salaam. Tetapi, jika ada nasabah yang tidak mampu membayar

ada tenggang waktu yaitu dari waktu jatuh tempo, dan untuk denda

keterlambatan membayar angsuran dalam pembiayaan multijasa dana

pendidikan maka berlaku denda Rp.1000 per hari.8

Praktik di lapangan pembiayaan ijarah multijasa di BPRS Al-

Salaam adalah pihak BPRS Al-Salaam membiayai sewa manfaat jasa yang

diajukan nasabah (kebutuhan pendidikan). Nasabah yang memilih pihak

penyedia sewa barang atau jasa. Selanjutnya, pihak BPRS Al-Salaam

mentrasnfer dana atau pembayaran sewa ke pihak penyedia jasa. Jika

dilihat dari ketentuan objek ijarah yang terdapat pada Fatwa Dewan

Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah,

objek ijarah adalah mafaat dari penggunaan barang atau jasa dan

kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi manfaat barang

atau jasa yaitu berupa menyediakan barang atau jasa yang akan diberikan

7Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

8Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

Page 69: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

56

kepada nasabah. Objek ijarah yang berupa manfaat jasa dalam

pembiayaan ijarah multijasa di BPRS Al-Salaam sudah terpenuhi, karena

pihak BPRS Al-Salaam melakukan sewa kepada sekolah kemudian

menyewakan kembali kepada nasabah dengan pembayaran sewa secara

mengangsur.

Praktiknya di BPRS Al-Salaam untuk nasabah yang mengajukan

dana pendidikan tidak terlalu banyak, dalam waktu satu bulan sekitar 1-2

orang saja yang mengajukan dana pendidikan dengan menggunakan akad

multijasa, terkecuali untuk pembiayaan multijasa yang lain seperti biaya

umroh dalam sebulan bisa lebih banyak nasabah sekitar 3-4 orang yang

mengajukan dalam satu bulan.9

Ijarah pembiayaan multijasa sudah berkembang dari tahun 2012.

Untuk perkembangan pengajuan nasabah pembiayaan multijasa setiap

tahunnya masih stabil. Untuk perkembangan jumlah nasabah setiap

tahunnya dalam pembiayaanijarah multijasa terdapat dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 4. 1 Jumlah Nasabah Pembiayaan Multijasa

Tahun Jumlah Nasabah Hutang Pokok

2013 1 350.000.000

2014 1 25.000.000

2015 5 385.000.000

2016 14 844.000.000

2017 95 2.083.800.000

2018 432 2.609.697.962

Total 548 6.297.497.962

9Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

Page 70: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

57

Gambar 4. 1 Gambar Jumlah Nasabah

Setelah mengkaji pembahasan pembiayaan ijarah multijasa,

penerapan akad ijarah pada pembiayaan multijasa di BPRS Al-Salaam

yaitu: Pertama, pemberian pembiayaan multijasa berupa manfaat jasa.

Sehingga pihak BPRS Al-Salaam dengan pihak ketiga terjadi transaksi,

dengan cara BPRS Al-Salaam membayarkan langsung kepada pihak

ketiga. Kedua, jasa yang menjadi objek pembiayaan adalah jasa yang

dimiliki dan dilakukan oleh pihak BPRS Al-Salaam. Maka bisa dikatakan

sejauh ini bahwa penerapan pembiayaan ijarah multijasa di BPRS Al-

Salaam sudah sesuai dengan beberapa peraturan yang tercantum di dalam

Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa.

C. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS

Patriot Bekasi

Tempat penelitian yang kedua yaitu, Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Patriot Bekasi. BPRS Patriot Bekasi sama halnya dengan BPRS

Al-Salaam merupakan salah satu Lembaga Keuangan Syariah. BPRS Al-

Salaam terdapat beberapa bentuk penyaluraan dana yang diberikan kepada

masyarakat, salah satunya adalah pembiayaan multijasa dengan akad

Page 71: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

58

ijarah yang bisa digunakan untuk membiayai berbagai jenis layanan,

seperti untuk biaya pendidikan dan biaya kesehatan, pada prakteknya lebih

banyak nasabah yang mengajukan untuk biaya pendidikan, dan untuk

biaya kesehatan hanya sedikit. Peneliti melakukan wawancara dengan

Bapak Moh. Asmawi sebagai Direktur di BPRS Patriot Bekasi. Tempat

yang peneliti kunjungi dan melakukan penelitian yaitu beralamat di Kantor

Pusat, Jl.Ahmad Yani Ruko Sentral Niaga Kalimalang Blok C1, No.3,

Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan.

BPRS Patriot bekasi mengeluarkan pembiayaan ijarah multijasa

dengan tujuan awalnya untuk bisnis dan mencari keuntungan, selain itu

seiring meningkatnya nasabah yang mengajukan pembiayaan tersebut,

BPRS Patriot Bekasi memilki beberapa tujuan lainnya yaitu untuk

membantu perekonomian masyarakat dan untuk biaya pendidikan, yang

bertujuan agar bisa membantu anak-anak para nasabah tersebut

melanjutkan pendidikannya.10

Jika dilihat dari bentuk pembiayaan yang dikeluarkan yaitu

pembiayaan kesehatan dan pembiayaan pendidikan, maka pembiayaan

ijarah multijasa di BPRS Patriot Bekasi merupakan bentuk pembiayaan

konsumtif. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, baik itu kebutuhan primer atau

kebutuhan sekunder.

Praktif pembiayaan ijarah multijasa dilapangan adalah nasabah

mengambil formulir terlebih dahulu yang terdapat di BPRS Patriot Bekasi,

dan mengisi kebutuhannya untuk apa, misalnya untuk biaya sekolah, lalu

berapa biaya untuk sekolah tersebut, dan melengkapi beberapa pesyaratan

yang yang telah ditentukan oleh pihak BPRS Patriot Bekasi. Setelah

nasabah memenuhi persyaratan pembiayaan, dan pembiayaan ini disetujui

oleh pihak BPRS Patriot Bekasi, maka BPRS Patriot Bekasi memberikan

10

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018

Page 72: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

59

dana yang diajukan oleh nasabah untuk dibayarkan ke sekolah yang dituju.

Kemudian nasabah akan mengembalikan dana pinjaman tersebut kepada

pihak BPRS Patriot Bekasi dengan cara mengangsur.11

Pembiayaan ijarah

multijasa berdiri sejak tahun 2009 sampai sekarang. Seiring berjalannya

waktu, perkembangan pembiayaan ijarah multijasa di BPRS Patriot

Bekasi mengalami peningkatan. Dapat dilihat di dalam tabel laporan

keuangan dibawah ini:

Tabel 4. 2Laporan Keuangan Pembiayaan Multijasa

Tidak semua nasabah bisa membayar angsuran dengan tepat waktu,

misalnya untuk permasalahan keterlambatan nasabah dalam membayar

angsuran, terdapat denda yang menghitungnya dari biaya (ta‟zir) atas

biaya real nya jadi bukan dari presentase. Selanjutnya untuk permasalahan

sengketa, disana memakai cara persuasif atau kekeluargaan agar tidak

mengeluarkan banyak biaya jika harus ke jalur hukum.

Praktik di lapangan pembiayaan ijarah multijasa di BPRS Patriot

Bekasi adalah pihak BPRS Patriot Bekasi membiayai sewa manfaat jasa

11

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018.

Tahun Pembiayaan Multijasa

2009 1,620,688,591

2010 3,708,398,198

2011 3,844252,485

2012 4,890,530,255

2013 3,433,776,862

2014 3,438,656,901

2015 2,725,665,885

2016 3,201,351,796

2017 3,880,242,217

Page 73: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

60

yang diajukan nasabah (kebutuhan pendidikan). Dalam hal ini nasabah

yang memilih pihak penyedia sewa jasa. Selanjutnya, pihak BPRS Patriot

Bekasi menyerahkan dana atau pembayaran sewa kepada nasabah.

Nasabah membayarkan biaya persewaan kepada penyedia barang atau

jasa. Kemudian nasabah memberikan bukti nota atau kwintansi kepada

BPRS Patriot Bekasi.12

Sehingga antara pihak BPRS Patriot Bekasi dan

pemilik jasa tidak terjadi transaksi apapun. Dalam pelaksanaan

pembiayaan ijarah multijasa ini pihak BPRS Patriot Bekasi memberikan

kuasa penuh kepada nasabah. Dalam hal ini Pihak BPRS Patriot Bekasi

menggunakan akad wakalah sebagai akad pendukung.13

Jika peneliti lihat dari ketentuan objek ijarah yang terdapat pada

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 objek ijarah

adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa dan kewajiban Lembaga

Keuangan Syariah sebagai pemberi manfaat barang atau jasa yaitu berupa

menyediakan barang atau jasa yang akan diberikan kepada nasabah. Tetapi

ternyata dalam prakteknya, pemberian pembiayaan dengan akad ijarah

bukan dalam bentuk barang atau jasa yang disewakan, melainkan dalam

bentuk uang. Agar kewajiban tersebut terpenuhi, seharusnya pihak BPRS

Patriot Bekasi melakukan sewa kepada pihak sekolah kemudian

menyewakan kembali kepada nasabah dengan pembayaran sewa secara

mengangsur.

Selain itu, untuk pengajuan pembiayaan ijarah multijasa di BPRS

Patriot Bekasi, nasabah bisa mengajukan dengan kwintansi yang sudah

dibayarkan atau bukti pembayaran ke sekolah nanti setelah diproses uang

12

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018 13

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018

Page 74: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

61

yang tercantum didalam kwintansi tersebut bisa dicairkan atau diganti oleh

pihak BPRS Patriot Bekasi.14

Saat terjadi pengajuan untuk biaya pendidikan yang diberikan

dengan akad ijarah, dalam penyaluran pembiayaan multijasa ini tidak

terjadi sewa-menyewa antara pihak BPRS Patriot Bekasi dan penyedia

jasa, maka lebih idealnya pembiayaan ini diberikan dengan memakai akad

qardh (pinjam-meminjam). Selain itu, yang disediakan oleh BPRS Patriot

Bekasi adalah berupa uang, padahal dalam ketentuan akad ijarah adalah

berbentuk barang atau jasa yang disewakan.

Objek ijarah yang berupa manfaat jasa dalam pembiayaan ijarah

multijasa di BPRS Patriot Bekasi belum terpenuhi. Setelah mengkaji dari

pembahasan pembiayaan ijarah multijasa, penerapan akad ijarah pada

pembiayaan multijasa di BPRS Patriot Bekasi yaitu: Pertama, pemberian

pembiayaan ijarah multijasa berupa uang, sehingga dalam pemberian

pembiayaan ijarah multijasa, antara pihak BPRS Patriot Bekasi dengan

pihak ketiga tidak terjadi transaksi apapun. Agar praktik ijarah tidak sama

dengan leasingdiperbankan konvensioanl, maka dalam pemberian

pembiayaan tidak hanya menyerahkan uang kepada nasabah, melainkan

pihak BPRS Patriot Bekasi memberikan jasanya dengan cara menguruskan

kepada nasabah berupa pembiayaan pendidikan dengan cara pihak BPRS

Patriot Bekasi membayarkan langsung kepada pihak ketiga. Dengan BPRS

Patriot Bekasi membayarkan kepada pihak ketiga, maka pihak nasabah

akan mendapatkan manfaat dari hal tersebut.

Kedua, tentang jasa yang seharusnya diberikan oleh pihak BPRS

Patriot Bekasi kepada nasabah, yang menjadi objek pembiayaan adalah

jasa yang dimiliki dan dilakuan oleh pihak BPRS Patrio Bekasi, bukan jasa

yang dimiliki oleh pihak lain. Dalam hal BPRS Patriot Bekasi

mengeluarkan pembiayaan ijarah multijasa, BPRS Patriot Bekasi

14

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018

Page 75: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

62

mendapatkan ujrah. Mendapatkan ujrah disini kurang tepat karena BPRS

Patriot Bekasi hanya memberikan pinjaman dana kepada nasabah bukan

karena adanya persewaan barang atau jasa.

Setelah melihat dari pembahasan diatas, peneliti mencoba

memberikan masukan kepada BPRS Patriot Bekasi untuk menggunakan

akad qardh(pinjaman), karena pembiayaan multijasa termasuk dalam akad

tabarru (tolong-menolong). Tetapi dalam akad qardhtidak diberlakukan

adanya ujrah, maka untuk menyesuaikan dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa,

bahwa tertulis di dalamnya bahwa pembiayaan multijasa hukumnya boleh

(jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah. Menggunakan akad

ijarah disini kurang tepat dalam praktik dilapangan karena adanya

beberapa keterbatasan dari pihak BPRS Patriot Bekasi, maka peneliti

memberikan masukan kepada BPRS Patriot Bekasi untuk memakai akad

Kafalah bil ujrah.

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak

yang ditanggung (makful‟anhu).15

Dalam hal pembiayaan multijasa ini

BPRS Patriot Bekasi bertindak sebagai penjamin untuk membiayai dan

melunasi kewajiban nasabah dalam mendapatkan pelayanan pendidikan

kepada pihak sekolah, sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin

untuk jasa yang diberikan oleh BPRS Patriot Bekasi. Jika kebutuhan

nasabah sudah terpenuhi, maka nasabah dapat membayar tanggungan

hutang kepada BPRS Patriot Bekasi.

Adapun jenis kafalah yang dilaksanakan adalah kafalah bil mal

yaitu jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. Bentuk kafalah

ini merupakan sarana yang paling luas bagi bank dalam memberikan

15

Sutan Remy, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:

Prenadamedia Grup, 2014), h.378

Page 76: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

63

jaminan kepada nasabahnya dengan imbalan fee tertentu.16

Pengambilan

ujrah dalam akad kafalah yang berdasarkan proses wakalah

diperbolehkan, karena sebagai upah atas kegiatannya melakukan wakalah.

D. Analisa Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di BPRS

Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi Berdasarkan Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN-MUI)

Perkembangan pesat Lembaga Keuangan Syariah memerlukan

regulasi yang berkaitan dengan kesesuaian operasional Lembaga

Keuangan Syariah dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu,

dibentuklah Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah badan yang dibentuk

oleh Majelis Ulama Indonesia yang memiliki kompetensi dan otoritas

resmi sehingga berwenang mengeluarkan ketentuan-ketentuan syariah

dalam bentuk Fatwa Dewan Syariah Nasional. Dewan Syariah Nasional

mempunyai tugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah

dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada

khususnya, mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan,

mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah, serta

mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.17

Model akad yang

digunakan dalam produk keuangan syariah harus sesuai dengan fatwa

DSN-MUI.18

Pada dasarnya semua pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPRS Al-

Salaam dan BPRS Patriot Bekasi berpedoman pada Fatwa DSN-MUI,

termasuk pembiayaan ijarah multijasa yang peneliti bahas ini. Produk

pembiayaan multijasa ini berpedoman pada Fatwa DSN No.44/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa yang terdapat ketentuan-

ketentuannya sebagai berikut:

16

Sutan Remy, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:

Prenadamedia Grup, 2014), h.380. 17

A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2012), h.21. 18

Muhammad Maksum, Model-Model Kontrak dalam Produk Keuangan Syariah,

Al‟Adalah Vol.XII No.1, Juni 2014, h.60.

Page 77: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

64

1. Analisa terhadap Akad

Produk pembiayaan multijasa di BPRS Al-Salaam dan BPRS

Patriot Bekasi menggunakan akad ijarah. Seharusnya dalam

pelaksanaannya akad ijarah ini memberikan kewajiban kepada pihak

BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi untuk menyediakan barang

yang disewakan atau jasa yang diberikan kepada nasabah, tetapi dalam

pelaksanaannya salah satu dari kedua BPRS tersebut yaitu BPRS Patriot

Bekasi hanya menyediakan dana dan memberikan sejumlah uang kepada

nasabah untuk membiayai sekolah. Hal ini menurut peneliti kurang tepat

apabila menggunakan akad ijarah, karena BPRS Patriot Bekasi hanya

memberikan sejumlah uang atau pinjaman kepada nasabah bukan karena

adanya pemberian atau jasa yang dilakukan oleh BPRS Patriot Bekasi.

Bukan hanya itu, biaya atau dana sekolah tersebut tidak diserahkan

langsung oleh BPRS Patriot Bekasi kepada sekolah atau universitas yang

dituju, tetapi BPRS Patriot Bekasi menyerahkan dana kepada nasabah.

Dalam hal ini BPRS Patriot Bekasi menggunakan akad wakalah sebagai

akad pendukung, dengan cara memberikan dana tersebut kepada nasabah.

Akan tetapi, dalam perlimpahan pembayaran ini tidak ada bukti kuasa atau

surat kuasa dari BPRS Patriot Bekasi kepada nasabah untuk mewakili

pembayaran kepada pihak ketiga. Dari pelaksanaan pembiayaan ijarah

multijasa tersebut, penggunaan akad ijarah kurang sesuai di BPRS Patriot

Bekasi. Untuk menyesuaikan dengan pelaksanaan pembiayaan multijasa

dilapangan, peneliti memberi masukan untuk BPRS Patriot Bekasi

menggunakan akad kafalah.

2. Ketentuan Ujrah/fee dalam Pembiayaan Ijarah Multijasa

Ujrah atau upah dalam KBBI mempunyai arti yaitu uang dan

sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar

tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu,

imbalan.19

Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Page 78: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

65

nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat

dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam

Ijarah.20

Penentuan ujrah ini harus ditentukan diawal akad berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak yaitu antara BPRS dengan nasabah.

Terdapat beberapa peraturan yang di dalamnya tercantum

mengenai ujrah/fee. Pertama, di dalam Fatwa DSN No.44/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa yang di dalamnya

disebutkan mengenai ujrah/fee yaitu LKS (Lembaga Keuangan Syariah)

dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee, dan besaran ujrah/fee

harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan

dalam bentuk presentase.

Kedua, Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

No.37/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan aktivitas Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah terdiri dari penghimpunan dana, penyaluran dana,

penempatan pada bank lain dan aktivitas lainnya yang memuat berbagai

bentuk akad yang digunakan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),

dijelaskan didalamnya bahwa definisi pembiayaan multijasa adalah

penyediaan dana dalam rangka pemindahan manfaat atas jasa dalam waktu

tertentu dengan pembiayaan sewa (ijarah). Pada bagian pesyaratannya,

BPRS dapat memperoleh imbalan jasa/ ujrah/ fee. Besarnya imbalan jasa/

ujrah/ fee disepakati di awal akad dan dinyatakan dalam bentuk nominal

(bukan dalam bentuk presentase).

Ketiga, PBI No.10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas Peraturan

Bank Indonesia No.9//19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah

dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan

jasa Bank Syariah, dalam melakukan transaksi multijasa berlaku

persyaratan sebagai berikut:

20

Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

Page 79: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

66

a. Bank dapat menggunakan Akad Ijarah untuk transaksi multijasa dalam

jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan,

kesehatan, ketenaga kerjaan dan kepariwisataan;

b. Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan Akad Ijarah

untuk transaksi multijasa, Bank dapat memperoleh imbalan jasa

(ujrah) atau fee;

c. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal bukan dalam bentuk presentase

Keempat, Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad

Ijarah dijelaskan didalamnya bahwa ketentuan terkait ujrah yaitu:21

a. Ujrah boleh berupa uang, manfaat barang,jasa, atau barang yang boleh

dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Kuantitas dan/atau kualitas ujrah harus jelas, baik berupa angka

nominal, presentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan diketahui

oleh para pihak yang melakukan akad.

c. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh

berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

d. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat yang

belum diterima oleh Musta‟jir sesuai kesepakatan.

Jadi dapat peneliti simpulkan dari beberapa peraturan yang

mengatur didalamnya mengenai ujrah/fee, bisa dikatakan bahwa ujrah

adalah kompensasi atau upah yang diterima oleh musta‟jir setelah

melaksanakan tanggung jawabnya dalam hal ini untuk pembiayaan

multijasa. Terdapat perbedaan ketentuan mengenai ujrah tersebut, seperti

yang bisa dilihat sebelumnya, bahwa 3 dari 4 peraturan yang mengatur

mengenai pembiayaan multijasa, mengatur ketentuan ujrah harus berupa

nominal bukan presentase. Namun pada penerapannya di BPRS Patriot

21Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah.

Page 80: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

67

Bekasi ujrah/fee berupa presentase.22

Sama seperti di BPRS Al-Salaam,

ujrah juga berupa presentase.23

Keuntungan berdasarkan presentase dari

pinjaman memiliki potensi untuk jatuh ke dalam praktek riba, karena biaya

tambahan menjadi tidak jelas apakah itu dihasilkan dari wakalah atau

biaya tambahan (riba Fadhl).24

Ternyata ada pembaruan Fatwa mengenai ujrah yang awalnya

hanya bisa dengan nominal saat ini bisa menggunakan presentase.

Pembaruan Fatwa tersebut yaitu Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017,

dengan adanya kebolehan ini maka akan mengubah struktur upah di dalam

pembiayaan.

3. Ketentuan Objek Akad dalam Pembiayaan Multijasa

Dalam hukum perjanjian Islam rukun ketiga akad adalah adanya

objek akad. Apabila tidak ada objek, tentu akadnya menjadi sia-sia dan

percuma. Objek akad dimaksudkan sebagai suatu hal yang karenanya akad

dibuat dan berlaku akibat-akibat hukum akad. Objek akad dapat berupa

benda, manfaat benda, jasa atau pekerjaan, atau suatu lain yang tidak

bertentangan dengan Syariah.25

Apabila objek akad berupa perbuatan,

maka objek tersebut harus dapat ditentukan dan dapat diketahui oleh para

pihak.

Para ahli hukum Islam mensyaratkan beberapa syarat pada objek

akad, yaitu:

1) Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan;

2) Objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan;

3) Objek akad dapat ditransaksikan menurut syara‟.

22

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018. 23

Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018. 24

Muhammad Maksum, “The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in Islamic

Banking”, Advances in Social Cience, Education and Humanities Research, Vol.162, 2017, h.156 25

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

h.190

Page 81: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

68

Manfaat objek dalam akad ijarah harus diketahui secara jelas, yaitu

kejelasan tentang objek yang di ijarah atau jasa yang diberikan dan

kejelasan waktu untuk memanfaatkannya. Manfaat objek ijarah harus

memenuhi syarat-syarat yang tidak bertentangan dengan syariah. Dalam

hal objek ijarah adalah jasa seseorang, maka yang diperjualbelikan adalah

manfaah dari jasa itu.26

Peneliti melakukan penelitian di dua BPRS, yaitu

BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi. Untuk Objek ijarah dalam

pembiayaan sekolah di BPRS Patriot Bekasi, tidak terdapat manfaat

barang atau jasa. Hal ini kurang sesuai dengan Fatwa DSN No.09/DSN-

MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, yang didalamnya menyatakan

bahwa objek ijarah adalah manfaat barang atau jasa. BPRS Patriot Bekasi

hanya menyediakan sejumlah uang kepada nasabah dengan mewakilkan

pembayaran kepada nasabah. Objek ijarah dalam pembiayaan pendidikan

ini tidak diketahui secara jelas, karena tidak adanya manfaat barang atau

jasa yang diberikan. Ketentuan objek ijarah yaitu:27

a. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

b. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

c. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

d. Spesifikasi manfat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

Objek ijarah yang terdapat di BPRS Patriot Bekasi tidak diketahui

secara jelas, maka ijarah multijasa yang dilakukan di BPRS Patriot Bekasi

dengan nasabah tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No.09/DSN-

MUI/IV/2000.

26

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014) h.264 27

Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah

Page 82: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

69

4. Hak dan Kewajiban dalam Pembiayaan Multijasa

Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang

sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk

berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb),

kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat

atau martabat. Sedangkan, kewajiban adalah sesuatu yang wajib

dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).

Ada beberapa kewajiban bagi Lembaga Keuangan Syariah dan

nasabah di dalam pembiayaan ijarah yang terdapat di dalam Fatwa DSN

No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah yaitu sebagai

berikut:

1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat atau jasa:

a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat atau jasa:

a) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk

menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai

kontrak.

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian

pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak

bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Selain di dalam Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 kewajiban

BPRS tertuang juga di dalam SEOJK No.37/SEOJK.03/2015 tentang

produk dan aktivitas bank pembiayaan rakyat syariah sebagai berikut:

Page 83: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

70

1) BPRS dapat melakukan random checking setelah proses pencairan

untuk meyakinkan bahwa dana yang sudah dicairkan sesuai dengan

tujuan penggunaan yang disampaikan dalam aplikasi.

2) BPRS dapat meminta jaminan berupa cash collateral atau bentuk

jaminan lainnya.

3) BPRS dapat menetapkan jangka waktu tertentu.

Kewajiban nasabah dan LKS yang tercantum di dalam Fatwa DSN

No.09/DSN-MUI/IV/2000 pada kenyataannya tidak semua terpenuhi di

BPRS Patriot Bekasi. Pada point pertama, BPRS harus menyediakan

barang yang disewakan atau jasa yang diberikan. Sedangkan pada

praktiknya BPRS Patriot Bekasi tidak menyediakan jasa yang seharusnya,

karena BPRS Patriot Bekasi hanya memberikan sejumlah dana untuk

nasabah atau mencairkan dana dari kwintansi yang diberikan nasabah.

Berbeda hal nya dengan BPRS Al-Salaam yang memberikan dana

langsung ke pihak sekolah, sehingga point pertama mengenai kewajiban

LKS berarti sudah terpenuhi.

5. Kesesuaian Syariah pada Pembiayaan Multijasa

Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang

dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu kegiatan ekonomi bahwa

kegiatan ekonomi tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Sehubungan dengan ketentuan Undang-Undang No.21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah berkenaan dengan berlakunya Prinsip Syariah,

maka Peraturan Bank Indonesia No.11/15/PBI/2009 telah memberikan

pengertian apa yang dimaksud dengan Prinsip Syariah.

Menurut PBI tersebut, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan peraturan

tersebut, selama Prinsip Syariah tersebut telah difatwakan oleh DSN-MUI,

maka Prinsip Syariah demi hukum telah berlaku sebagai hukum positif

sekalipun belum atau tidak dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia.

Page 84: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

71

Pernyataan Kesesuaian Syariah dikeluarkan dengan mengacu ke

berbagai Fatwa yang terkait. Seperti halnya pembiayaan ijarah multijasa

ini mengacu kepada Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang

Pembiayaan Multijasa. Ada tiga parameter yang digunakan untuk

menentukan satu kebijakan atau produk ekonomi syariah itu sesuai atau

comply dengan syariah.28

Pertama, terbebas dari transaksi yang dilarang.

Transaksi yang dilarang itu meliputi riba, gharar, ikhtikar (rekayasa dalam

supply), bai‟ an-najasy (rekayasa dalam demand), maisir (judi), risywah

(suap), dan objek akadnya tidak halal.

Kedua, produk tersebut sesuai dengan akad atau transaksi syariah.

Transaksi syariah menjadi penting untuk memperjelas hak dan kewajiban

seluruh pihak yang terlibat dalam akad atau produk bisnis dan keuangan.

Ketentuan tentang akad atau transaksi ini sudah diatur dalam Fatwa

Dewan Syariah MUI dan regulasi terkait. Keiga, menjaga adab-adab

(akhlak) Islami dalam bermuamalah. Di antara adab-adab tersebut adalah

bekerja secara profesional karena itu tuntunan Islam. Selain itu, harus

amanah dalam menjalankan bisnis dengan berkomitmen sesuai janji dan

kesepakatan.

Selain dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan kontrak

perjanjian dari masing-masing BPRS yaitu dari BPRS Al-Salaam dan

BPRS Patriot Bekasi. Dilihat dari kedua kontrak perjanjian tersebut,

klausul kontrak yang lebih detail isinya yaitu BPRS Patriot Bekasi.

Berikut beberapa klausul yang terdapat di dalam kontrak perjanjian yaitu:

28

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/18/04/03/p6m3h4416-

konsultasi-syariah-parameter-kesesuaian-syariah diakses pada Hari Minggu, 26 Agustus 2018

pukul 19.50 wib.

Page 85: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

72

Tabel 4. 3 Klausul dalam Kontrak Perjanjian

Pasal BPRS Al-Salaam BPRS Patriot Bekasi

1 Transaksi Ijarah &

Pengakuan Hutang

Pengertian

2 Jangka Waktu &

Angsuran

Pembiayaan Ijarah

Multijasa

3 Biaya Administrasi Kegunaan Pembiayaan

4 Jaminan Imbalan Jasa

5 Asuransi Fasilitas

Pembiayaan

Jangka waktu &

Angsuran

6 Peristiwa Cidera Janji Biaya Administrasi

7 Pemberian Kuasa Pembayaran Angsuran

8 Penyelesaian

Perselisihan

Jaminan

9 Pernyataan Nasabah &

Domisili Hukum

Eksekusi Jaminan

10 Peristiwa Cidera Janji

11 Pelanggaran atas Syarat-

syarat Perjanjian

12 Force Majeure

13 Denda

14 Ganti Rugi

15 Hukum yang mengatur

16 Domisili Hukum

17 Ketentuan Tambahan

Pembiayaan multijasa merupakan pembiayaan yang diberikan oleh

bank untuk memperoleh manfaat atas suatu jasa. BPRS Al-Salaam dan

BPRS Patriot Bekasi menerapkan pembiayaan multijasa dengan

menggunakan akad ijarah. Yang seharusnya terjadi dimasyarakat yaitu

Page 86: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

73

dalam hal objek ijarah adalah jasa seseorang, maka yang diperjualbelikan

adalah manfaah dari jasa tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di BPRS Al-Salaam, jika

dilihat dari kesesuaian syariahnya, maka bisa dibilang sudah sesuai karena

implementasi yang dilakukan pihak BPRS Al-Salaam sudah sesuai dengan

Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa.

Di BPRS Al-Salaam dalam penerapan pembiayaan ijarah multijasa, pihak

BPRS Al-Salaam secara langsung yang membayar atau mentransfer ke

pihak sekolah yang dituju tanpa melalui perantara dari nasabah atau

melalui perwakilan. Berbeda halnya dengan BPRS Patriot Bekasi yang

dalam penerapan pembiayaan ijarah multiijasa, pihak nasabah yang

melakukan pembayaran ke pihak sekolah dengan cara pihak BPRS Patriot

Bekasi memberikan perwakilan kepada nasabah melalui akad wakalah

supaya nasabah bisa mewakilkan membayar ke pihak sekolah

menggunakan pembiayaan ijarah multijasa.

Jika penerapannya seperti yang dilakukan oleh BPRS Patriot

Bekasi, maka tidak terdapat objek ijarah yang dituju yaitu memberikan

manfaat atas suatu jasa dari BPRS. Karena memang pada kenyataannya

yang terjadi pihak BPRS Patriot Bekasi hanya memberikan sejumlah dana

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan, bukan

melakukan suatu jasa untuk nasabah tersebut.

Selain itu, setelah peneliti lihat dalam pengajuan pembiayaan

ijarah multijasa di BPRS Patriot Bekasi, nasabah bisa mengajukan

pembiayaan dengan cara memberikan bukti kwintansi pembayaran ke

pihak BPRS Patriot Bekasi, setelah itu pihak BPRS Patriot Bekasi

menggantikan biaya yang terdapat didalam kwintansi tersebut.29

Peneliti

29

Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi, Interview Pribadi, Bekasi, 19 Juli

2018.

Page 87: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

74

kurang setuju dengan cara seperti ini, karena cara seperti itu sama saja

dengan reimburse (penggantian biaya).

Bisa dilihat dari klausul yang terdapat di tabel sebelumnya, bahwa

di BPRS Patriot Bekasi terdapat 17 Pasal, sedangkan di BPRS Al-Salaam

hanya 9 Pasal yang tercantum di dalam kontrak perjanjian. Dalam kontrak

perjanjian antara nasabah dan pihak BPRS harusnya menjadi pedoman

dalam melakukan akad. Setelah peneliti membaca dari kedua kontrak

perjanjian tersebut, tidak terdapat tulisan bahwa pihak nasabah bisa

dengan cara membawa kwintansi ke BPRS Patriot Bekasi lalu mencairkan

dana tersebut. Ini telah terjadi ketidak sinkronan atau bisa dibilang tidak

sesuai antara hasil wawancara dengan kontrak perjanjian. Maka,

seharusnya yang diikuti adalah yang berlaku di dalam kontrak perjanjian

menurut Fatwa DSN.

Berbeda dengan yang diterapkan di BPRS Al-Salaam, salah

satunya dengan cara pihak BPRS Al-Salaam akan membayar biaya

kekurangannya jika ada nasabah yang hanya mampu membayar setengah

dari biaya tersebut. Tetapi dengan syarat bahwa biaya tersebut memang

benar dan pihak BPRS Al-Salaam akan melakukan pengechekan ke

sekolah tersebut mengenai biaya yang seharusnya dibayarkan.30

30

Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Interview Pribadi, Cinere, 8 Agustus 2018.

Page 88: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

75

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data yang peneliti

dapatkan selama melakukan penelitian terhadap implementasi Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan

multijasa di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi sebagaimana yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpukan bahwa:

1. Terdapat perbedaan ketentuan Fatwa DSN-MUI dan SEOJK

No.37/SEOJK.03/2015 terkait ujrah yang harus disepakati di awal akad

dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk presentase.

SEOJK No.37/SEOJK.03/2015 menyatakan bahwa harus berupa nominal,

sedangkan di dalam Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad

Ijarah menyatakan bahwa ketentuan terkait ujrah salah satunya yaitu

kuantitas atau kualitas ujrah harus jelas, baik berupa angka nominal,

presentase tertentu yang disepakati dan diketahui oleh para pihak yang

melakukan akad.

2. Terdapat perbedaan implementasi pembiayaan ijarah multijasa di BPRS

Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi. Perbedaan tersebut terjadi dalam tiga

hal yaitu, objeknya, ujrah, dan cara penyaluran dana ke nasabah, dalam

pelaksanaannya akad ijarah multijasa di BPRS Al-Salaam yaitu pihak

BPRS Al-Salaam melakukan pembayaran secara langsung kepada pihak

ketiga sehingga telah terjadi manfaat atas jasa tersebut. Berbeda dengan

pelaksanaannya di BPRS Patriot Bekasi yang seharusnya pihak penyedia

objek sewa dengan lembaga keuangan harus harus terlibat kerjasama atau

saling mengetahui, sedangkan di BPRS Patriot Bekasi pihak sekolah tidak

mengetahui bahwa dalam transaksinya ada pihak BPRS. Dana pembiayaan

tidak diserahkan langsung oleh BPRS Patriot Bekasi kepada pihak

sekolah, dalam hal ini telah terjadi perwakilan yang dilimpahkan kepada

Page 89: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

76

nasabah dan tidak ada bukti bahwa pelimpahan kuasa atau surat kuasa oleh

BPRS Patriot Bekasi kepada nasabah.

Objek yang digunakan dalam pembiayaan multijasa di BPRS Al-Salaam

sudah jelas yaitu manfaat dari suatu jasa, karena dalam pelaksanaannya

BPRS Al-Salaam membiayai secara langsung kepada pihak ketiga dengan

cara mentransfer. Sedangkan yang terjadi di BPRS Patriot Bekasi, objek

akad menjadi tidak jelas karena pihak BPRS Patriot Bekasi memakai akad

wakalah sebagai akad pendukung, sehingga pihak BPRS Patriot Bekasi

tidak menyerahkan secara langsung dana kepada pihak sekolah. Padahal

tercantum di dalam Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 bahwa objek

ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa.

Ketentuan ujrah di dalam Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004

dikatakan bahwa ujrah/fee harus berupa nominal bukan presentase. Maka,

yang tercantum di BPRS Al-Salaam dan BPRS Patriot Bekasi, tidak sesuai

dengan Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan

Multijasa, karena kedua BPRS tersebut menggunakan presentase. Namun

terdapat pembaharuan Fatwa mengenai ujrah tersebut, yaitu di dalam

Fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 sehingga mengubah struktur

dalam pemberian ujrah pada pembiayaan.

B. Saran

Setelah peneliti, melakukan penelitian di dua BPRS, saran-saran yang akan

peneliti sampaikan yaitu:

1. Untuk pihak BPRS Patriot Bekasi, karena peneliti tidak menemukan

kesesuaian dengan Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/20004 dalam

penerapan pembiayaan ijarah multijasa, peneliti menyarankan pihak

BPRS Patriot Bekasi menggunakan akad kafalah, agar BPRS Patriot

Bekasi bisa sebagai penjamin yang menjamin dengan cara membiayai

pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan dana pendidikan. Jika

BPRS Patriot Bekasi tetap ingin memakai akad ijarah dan wakalah

Page 90: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

77

sebagai akad pendukung, maka harus ada surat kuasa dari BPRS Patriot

Bekasi kepada nasabah.

2. Untuk pihak BPRS Al-Salaam pertahankan kesesuaian produk

pembiayaan ijarah multijasa karena sudah sesuai dengan Fatwa DSN

No.44/DSN-MUI/VIII/2004. Diharapkan bisa mengembangkan produk

nya lagi dengan lembaga pendidikan, agar lebih mudah melakukan

kerjasama dengan lembaga tersebut.

3. Untuk nasabah, agar lebih teliti dalam memilih produk yang akan

digunakan di Lembaga Keuangan Syariah, agar terhindar dari unsur

gharar dan hal yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Page 91: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

78

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2004.

Artikel diakses pada 8 Agustus 20018 dari

https://bprsalsalaam.co.id/main/profile/tentang-al-salaam/visi-misi-nilai

Artikel diakses pada tanggal 8 Agustus 2018

http://www.bprspatriot.com/profile/sejarah/

Artikel diakses pada tanggal 8 Agustus 2018

http://www.bprspatriot.com/profile/visi-dan-misi/

Az-Zuhali, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah.

Detik.com, “bagaimana kondisi perbankan syariah ini penjelasan ojk”, Artikel

diakses pada29 maret 2018 dari https://m.detik.com/finance/moneter/d-

3487471/bagaimana-kondisi-perbankan-syariah-ri-ini-penjelasan-ojk.

Djamil, Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di

Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan

Ijarah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan

Multijasa.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan

Ijarah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah.

Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Hayati, Mardhiyah, , “Pembiayaan Ijarah Multijasa sebagai Alternatif sumber

Pembiayaan Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional

Page 92: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

79

No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa), ASAS, Vol6,

No.4 (2014): 83.

Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2014.

Interview Pribadi dengan Mohammad Asmawi, Direktur BPRS Patriot Bekasi,

Bekasi, 19 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Rifai, Legal BPRS Al-Salaam, Cinere, 8 Agustus 2018.

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasiannya pada Lembaga

Keuangan Syariah, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2013.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Peraturan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 02 Tahun 2008, Bandung: Fokusmedia, 2008.

Lathif, Azharudin, Fiqh Muamalat, Ciputat: UIN Perss, 2005.

Maksum, Muhammad, Model-Model Kontrak dalam Produk Keuangan Syariah,

Al-adalah Vol.XII, No.1, Juni 2014.

Maksum, Muhammad, “The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in

Islamic Banking”, Advances in Social Science, Education and Humanities

Research, Vol.162, 2017.

Maksum, Muhammad “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

dalam Merespon Produk-Produk Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011 (Studi

Perbandingan dengan Fatwa Majelis Penasihat Syariah Bank Negara

Page 93: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

80

Malaysia)”, Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2013.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012.

Muslich, Wardi Ahmad, Fiqh Muamalah, Jakarta:Amzah, 2013.

Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Artikel diakses pada 9 Januari

2019 dari https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-

normatif/

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

Rais, Isnawati dan Hasanudin, Fiqh Muamalaha dan Aplikasiannya pada

Lembaga Keuangan Syariah, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Remy, Sutan, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,

Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 2012

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Tim Redaksi, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Bandung: Fokusmedia, 2008.

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Wangsawidjaja, A, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Umum, 2012.

Page 94: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 95: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

82

LAMPIRAN 1

Draft Wawancara

BPRS Al-Salaam

1. Akad Ijarah seperti apa yang di aplikasikan di BPRS Al-Salaam?

Ijarah multijasa yang terdapat di BPRS Al-Salaam

2. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan multijasa?

Pembiayaan yang diberikan untuk memperoleh manfaat atas suatu jasa.

3. Menggunakan akad apa dalam memberikan pembiayaan multijasa?

Menggunakan akad Ijarah

4. Untuk pembiayaan apakah menggunakan ijarah multijasa?

Untuk pembiayaan pendidikan, umroh, dan nikah.

5. Apa saja proses dan syarat untuk mengajukan pembiayaan multijasa di

BPRS Al-Salaam?

Pertama, terkait dengan nasabah yang ingin melanjutkan sekolah, misalnya S1

di dalam maupun diluar negri, tetapi uang nya tidak cukup. BPRS Al-Salaam

memberikan manfaat untuk melanjutkan pendidikan tersebut, dengan cara

dibayarkan terlebih dahulu dana nya oleh BPRS Al-Salaam. Manfaat jasa

yang diberikan oleh BPRS Al-Salaam. Pihak BPRS Al-Salaam yang

memberikan langsung biayanya ke sekolah tersebut. Sebelumnya harus

dibuktikan terlebih dahulu dengan cara surat pendaftaran siswa atau

mahasiswa tersebut, nanti dipastikan oleh BPRS Al-Salaam ke sekolah bahwa

nama anak tersebut terdaftar disekolah itu. Lalu ke nasabahnya, pihak BPRS

Al-Salaam melakukan pengechekan apakah nasabah mampu membayar

cicilannya. Pada saat pencairan dana, nanti akan di transfer dari pihak BPRS

Al-Salaam ke sekolah tersebut.

Page 96: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

83

6. Apa saja hak dan kewajiban Nasabah dalam menerima pembiayaan

multijasa?

Hak Nasabah yaitu:

a) Berhak untuk mendapatkan dana talangan, dibantu dengan ditransferkan

ke pihak sekolah.

Kewajiban Nasabah yaitu:

a) Harus mengembalikan dana talangan tersebut dengan jumlah waktu yang

sudah disepakati di awal akad.

7. Berapa jumlah nasabah yang sudah bergabung dalam pembiayaan

multijasa?

Rata-rata nasabah belum begitu banyak, lebih banyak ke umroh dan

pendidikan. Dalam satu bulan kurang lebih hanya 1 nasabah. Jumlahnya masih

sedikit terkhusus untuk pendidikan. Kecuali untuk ijarah multijasa yang lain

bisa lebih dari 1, kalau umrah bisa 2/3 per bulan.

8. Berapa minimal pengajuan pembiayaan multijasa?

Minimal dari 500rb – 7juta.

9. Apa yang dimaksud dengan ujrah? Lalu, Ujrah dalam pembiyaan

multijasa berupa nominal atau presentase?

BPRS Al-Salaam menggunakan nominal. Walaupun untuk memudahkan,

diatur presentasenya. Kalau untuk sewa tidak terpatok ke presentase,

walaupun penentuannya dengan presentase.

10. Berapa lama jangka waktu nasabah untuk pencairan dana?

Tergantung kerjasama dengan nasabahnya, jika nasabah bisa melengkapi

datanya dengan cepat, dan tergantung jaminan yang diajukan, biasanya 5 hari

kerja sudah bisa cair. Paling cepat 3 hari, tapi karena berhubungan dengan

notaris maka bisa lebih dari itu.

Page 97: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

84

11. Apa maksud dan tujuan BPRS Al-Salaam mengeluarkan pembiayaan

multijasa?

a) Untuk membantu orang-orang yang tidak mempunyai biaya bisa sekolah.

b) Untuk membantu orang-orang yang ingin berangkat umroh terkendala

biayanya.

c) Untuk membantu orang-orang yang ingin menikah tetapi tidak ada biaya,

misalnya untuk resepsi, dll.

Jadi latar belakangnya untuk membantu nasabah yang kekurangan dana untuk

dapat melanjutkan pembiayaannya.

12. Bagaimana perkembangan pembiayaan multijasa pada awal

peluncurannya sampai dengan sekarang?

Sudah berkembang sejak tahun 2012. Rata-rata stabil setiap tahunnya,

peningkatannya tidak signifikan.

13. Merujuk pada peraturan apakah pembiayaan multijasa di BPRS Al-

Salaam?

Merujuk pada peraturan Fatwa DSN 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang

Pembiayaan Multijasa.

14. Jika ada nasabah yang mengajukan pembiayaan multijasa untuk dana

pendidikan, lalu dia membawa kwintansi ke BPRS Al-Salaam, apakah

bisa menggunakan akad pembiayaan multijasa?

Bisa, yang penting jelas penggunaannya untuk apa dan dapat dibuktikan di

kertas putih atas hitam.

15. Apakah pernah terjadi sengketa pada pembiayaan multijasa? Kalau iya,

bagaimana cara penyelesaiannya?

Jika terkait dengan ijarah multijasa, belum pernah ada kasusnya. Tetapi untuk

pembiayaan lain ada, pasti yang telat tidak mampu membayar itu ada.

Page 98: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

85

16. Dalam hal keterlambatan pembayaran angsuran berapakah denda yang

harus dibayarkan?

1000 perhari dendanya jika telat membayar. Masa tenggang waktunya telat

membayar 3 hari dari jatuh tempo.

Page 99: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

86

LAMPIRAN 2

Draft Wawancara

BPRS Patriot Bekasi

1. Akad Ijarah seperti apa yang di aplikasikan di Patriot Bekasi?

Ijarah multijasa.

2. Menggunakan akad apa dalam memberikan pembiayaan multijasa?

Menggunakan akad ijarah multijasa.

3. Untuk pembiayaan apakah menggunakan multijasa?

Untuk biaya pendidikan yang paling banyak, untuk kesehatan hanya sedikit

paling 3 orang.

4. Sejak kapan pembiayaan multijasa dikeluarkan?

Sejak tahun 2009.

5. Apa saja proses dan syarat untuk mengajukan pembiayaan multijasa di

BPRS Patriot Bekasi?

Pertama, nasabah datang untuk mengajukan pembiayaan lalu mengambil

formulir dan mengisi kebutuhannya untuk apa, bukan berapa. Nanti jika sudah

ketauan kebutuhannya untuk apa, maka BPRS Patriot Bekasi akan menghitung

biayanya. Setelah itu langsung di proses.

Ada dua mekanismenya, kalau masih dekat dan memungkinkan maka akan ke

sekolah membayar bersama, tetapi jika jauh maka dititipkan ke nasabah

dengan menggunakan akad wakalah.

Page 100: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

87

6. Berapa jumlah nasabah yang sudah bergabung dalam pembiayaan

multijasa?

Sudah banyak, datanya ada di bab 4.

7. Berapa minimal pengajuan pembiayaan multijasa?

Biasanya 500rb tetapi tergantung besaran jaminannya.

8. Apa yang dimaksud dengan ujrah? Lalu, Ujrah dalam pembiyaan

multijasa berupa nominal atau presentase?

Ujrah nya berupa nominal, tetapi ngitungnya menggunakan presentase biar

tidak rugi.

9. Apa maksud dan tujuan BPRS Al-Salaam mengeluarkan pembiayaan

multijasa?

Tujuannya untuk bisnis, dan mencari keuntungan. Serta membantu yang

kekurangan agar tidak terjerat riba. Kalau pendidikan, agar anak-anak nasabah

bisa melanjutkan pendidikannya.

10. Bagaimana perkembangan pembiayaan multijasa pada awal

peluncurannya sampai dengan sekarang?

Perkembangannya meningkat dari tahun ke tahun, pembukaan awalnya tahun

2009.

11. Merujuk pada peraturan apakah pembiayaan multijasa di BPRS Al-

Salaam?

Merujuk pada peraturan Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang

Pembiayaan Multijasa.

Page 101: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

88

12. Jika ada nasabah yang mengajukan pembiayaan multijasa untuk dana

pendidikan, lalu dia membawa kwintansi ke BPRS Al-Salaam, apakah

bisa menggunakan akad pembiayaan multijasa?

Bisa, gapapa. Mengajukan pembiayaan dengan kwintansi yang sudah

dibayarkan. Nanti akan diganti dengan BPRS Patriot Bekasi. Misalnya, dia

meminjam uang tetangganya untuk membayar uang sekolah, lalu mengajukan

pembiayaan dengan kwitansi maka bisa digantikan menggunakan akad ijarah

multijasa. Beda hal nya dengan dia yang membeli kebutuhan sekolah seperti

tas, pensil, buku, pakaian maka akadnya murabahah.

13. Apakah pernah terjadi sengketa pada pembiayaan multijasa? Kalau iya,

bagaimana cara penyelesaiannya?

Pernah, tapi kami lebih banyak menggunakan cara persuasif. Tidak

menggunakan Pengadilan karena biaya nya terlalu mahal. Insyaallah bisa

diselesaikan tidak usah khawatir, karena butuh waktu saja. Pada intinya

nasabah yang bersengketa tersebut akan membayarnya.

14. Dalam hal keterlambatan pembayaran angsuran berapakah denda yang

harus dibayarkan?

Denda nya real, ngitungnya dari biaya (ta‟zir). Misalnya dia nunggak 100jt

maka dendanya bisa sama dengan yang nunggak 10jt.

Page 102: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

89

LAMPIRAN 3

SURAT KETERANGAN RISET DI BPRS Patriot Bekasi

Page 103: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

90

LAMPIRAN 4

Kontrak Perjanjian Pembiayaan Multijasa di BPRS Patriot Bekasi

Page 104: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

91

Page 105: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

92

Page 106: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

93

Page 107: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

94

Page 108: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

95

LAMPIRAN 5

Kontrak Perjanjian Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-Salaam

Page 109: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

96

Page 110: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

97

Page 111: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

98

Page 112: IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Yessi Rachma Khasanah. NIM 11140460000058. IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH

99