addendum akad murabahah di bri syariah kantor cabang...

167
ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG MALANG DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA SKRIPSI Oleh : Nur Fitriani NIM 13220002 JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2017

Upload: vuxuyen

Post on 08-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR

CABANG MALANG DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI

SYARIAH DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS

ULAMA INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

Nur Fitriani

NIM 13220002

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2017

Page 2: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

i

ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR

CABANG MALANG DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI

SYARIAH DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS

ULAMA INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

Nur Fitriani

NIM 13220002

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2017

Page 3: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

ii

Page 4: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

iii

Page 5: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

iv

Page 6: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

v

MOTTO

قوى وال ت عاونوا على اإلث والعدوان وت عاونوا على الب والت

Artinya : “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. ...”(Al-Maidah: 2)

Page 7: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

Revolusioner Islam, karena dengan syafaat-Nya kita tetap diberi kemudahan dan

kesehatan.

Adapun penyusunan skripsi yang berjudul ADDENDUM AKAD

MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG MALANG

DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

ini dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat kelulusan

pada program studi jurusan Hukum Binis Syariah, Fakultas Syariah, Univesitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang-orang

yang telah membantu, dan menemani dalam segala proses. Dengan segala daya

dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun pengarahan dan hasil diskusi dari

berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada batas kepada :

Page 8: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

vii

1. Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Dr. H. Roibin, M.HI., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. H. Mohamad Nur Yasin, S.H. M.Ag., selaku Ketua Jurusan Hukum

Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang. Penulis sampaikan terimakasih atas bimbingan, saran,

arahan, serta motivasi kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

4. Dr. Suwandi, MH,. selaku dosen wali penulis selama menempuh kuliah di

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

atas arahan dan bimbingan yang selalu diberikan kepada penulis.

5. Dr. H. Abbas Arfan, Lc, M.H,. selaku dosen pembimbing penulis. Terima

kasih banyak penulis haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk

bimbingan, arahan, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran, mendidik,

membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah

SWT selalu memberikan pahala-Nya kepada beliau semua.

7. Staf serta karyawan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, penulis ucapkan terimakasih atas partisipasinya

selama ini, selama masa perkuliahan umumnya.

8. Ucapan terima kasih kepada orang tua saya Bpk. Misnadi dan Ibu Maisaroh,

S.Pd yang tak pernah letih memberi motivasi, doa dan juga semangat dalam

Page 9: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

viii

setiap langkah penulis. Mereka yang menjadi penyemangat dalam mengejar

impian saya, tak lupa pula kepada kakak tercinta Muhammad Mahfud yang

juga menjadi salah satu semangat saya dalam menempuh pendidikan ini.

9. Sahabat-sahabat di Fakultas Syariah UIN Malang, sahabat-sahabat yang telah

memberi motivasi, juga orang terdekat yang telah mendukung saya secara

penuh, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian.

10. Tak lupa pula ucapan terima kasih pada sahabat-sahabati saya di PMII Rayon

“Radikal” Al-Faruq, Forum Kajian Ekonomi Syariah (ForKES), FoSSEI

Nasional, Pengurus PMII Komisariat Sunan Ampel Malang, Sharia Lawyers

Club dan LKP2M yang telah memberikan saya pengalaman dan pengetahuan

sangat banyak, baik dalam hal akademik dan organisasi. Tanpa kalian

mungkin saya tidak akan pernah mengerti tentang keorganisasian dan arti

keteguhan berproses. Khususnya kepada Angkatan Achilles yang telah

berjuang bersama dalam organisasi.

11. Ucapan terimakasih juga pada sahabat-sahabat, kawan-kawan, rekan-rekan,

dan lain-lain di Gubuk Justice dan Korps PMII Puteri yang telah mengajarkan

saya tentang arti perjuangan perempuan.

12. Saya ucapkan beribu terima kasih kepada mereka yang saya anggap sebagai

keluarga di kota perantauan ini, yang telah memberikan warna dalam

perantauan ini, mengajari saya hidup dengan kemandirian, kesederhanaan,

dan kesabaran. Sahabat Pondok Putri Al-Azkiya (Irfa‟ Ira Mazidah, Wiwik

Sakinah, Hilda Ayu Devi, Nurul Tarimana, Siti Sariroh, Dewi Mustirah) tidak

Page 10: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

ix

lupa juga ucapan teriamakasih kepada orang yang paling keras mengajarkan

kemandirian Kak Abdul Rouf, S.HI

13. Yang terakhir saya ucapkan banyak terima kasih kepada Nawang Styanda

Iswanto, Hanik Munasyiroh, dan Mea Aulia yang telah menemani saya

selama empat tahun lebih dalam suka duka.

Semoga apa yang telah saya peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, bisa bermanfaat

bagi agama, nusa dan bangsa. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga

penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis pribadi khususnya dan pembaca umumnya.

Malang, 19 April 2017

Penulis,

Nur Fitriani

Page 11: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari

1998, No. 158 tahun 1987 dan no. 0543.b/U/1987 yang secara besar dapat

diuraikan sebagai berikut:

A. Konsonan

q = ق z = ز a = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy = ش t = ت

m = م sh = ص ts = ث

n = ن dl = ض j = ج

w = و th = ط h = ح

’ = ء zh = ظ kh = خ

y = ي „ = ع d = د

gh = غ dz = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal Panjang

Vokal [a] panjang = â

Vokal [i] panjang = î

Vokal [u] panjang = û

C. Vokal Diftong

aw = أو

ay = أي

û = أو

î = إي

Page 12: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xi

C. Ta’ marbuthah (ة(

Ta‟ marbuthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah

kalimat, tetapi apabila ta‟ marbuthah tersebut berada di akhir kalimat,

maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h”.

D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalalah

Kata sandang berupa “al” (ال( ditulis dengan huruf kecil, kecuali

terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jalalah yang berada

di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.

Page 13: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL. ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. . xvi

ABSTRAK ..................................................................................................... xvii

ABSTRACT………………………………………………………………... xviii

xix .........………………...…………………………… ملخص البحث

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan Masalah .................................................................... 7

C. Rumusan Masalah ................................................................. 7

D. Tujuan Penelitian .................................................................. 8

E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

Page 14: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xiii

F. Definisi Operasional .............................................................. 9

G. Sitematika Pembahasan ......................................................... 10

BAB II : Kajian Pustaka

A. Penelitian Terdahulu ............................................................ 13

B. Akad dalam Islam ................................................................ 19

C. Bank .................................................................................... 27

1. Bank Konvensional ........................................................ 28

2. Bank Syariah .................................................................. 28

D. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ................................... 31

E. DSN-MUI ............................................................................ 33

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 36

B. Pendekatan Penelitian ........................................................... 37

C. Lokasi Penelitian ................................................................... 38

D. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 38

E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 39

F. Metode Pengolahan Data ...................................................... 40

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kondisi Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah Kantor Cabang Malang ............................................ 42

1. Profil Bank ...................................................................... 44

2. Sejarah Bank ................................................................... 45

3. Visi dan Misi Bank ......................................................... 47

Page 15: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xiv

4. Struktur Organisasi ......................................................... 47

5. Statistik Jumlah Nasabah ................................................ 54

B. Penyebab Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor

Cabang Malang Mengeluarkan Addendum .......................... 56

C. Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dan

Fatwa DSN-MUI terhadap Addendum di Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang ................. 66

1. Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ............... 67

2. Tinjauan Fatwa DSN-MUI .............................................. 71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 79

B. Saran ...................................................................................... 81

DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………….. 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 16: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 18

4.1 Struktur Organisasi Cabang ................................................................................. 48

4.2 Jumlah Nasabah 2016 .......................................................................................... 54

4.3 Jumlah Nasabah yang Mengajukan Pembiayaan ................................................. 55

Page 17: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Penelitian

2. Instrumen Penelitian

3. Daftar Hasil Wawancara Pak Agus

4. Daftar Hasil Wawancara Bu Neno

5. Fatwa DSN MUI No.04 Tahun 2000

6. Gambar Penelitian

7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/18/PBI/2008

8. Akad Murabahah (contoh)

9. Akad Wakalah (contoh)

10. Addendum (contoh)

11. Daftar Riwayat Hidup

Page 18: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xvii

ABSTRAK

Nur Fitriani, 13220002, Addendum Akad Murabaha di BRI Syariah Kantor

Cabang Malang ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

dan Fatwa DSN-MUI. Skripsi, jurusan Hukum Bisnis Syari‟ah,

Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang, Pembimbing: Dr. H. Abbas Arfan, Lc, M.H.

Kata Kunci: Addendum, Murabahah, KHES, Fatwa DSN-MUI

Kegiatan bisnis semakin berkembang pesat, pelaku bisnis semakin

bertambah dan kegiatan jual beli semakin beragam. Modal merupakan kebutuhan

dari jual beli, bank sebagai penyedia dana menjadi tempat yang tepat bagi

pebisnis untuk mencari dana, dan bank syariah akan menyalurkan dana untuk

bisnis yang halal dengan menggunakan produk akad murabahah. Bisinis identik

dengan kontrak, resiko pembuatan kontrak selalu ada dan oleh karena itu

dibentuklah addendum. Addendum layak dikaji dengan tinjauan KHES dan Fatwa

DSN-MUI, karena dalam hukum Islam kegaitan jual-beli tidak hanya

mendatangkan keuntungan semata, namun harus berdasarka syariat dan untuk

menghindari resiko.

Dalam penelitian ini, terdapat rumusan masalah yaitu: 1) Mengapa BRI

Syariah Kantor Cabang Malang mengeluarkan addendum? 2) Bagaimanakah

tinjauan KHES dan Fatwa DSN-MUI terhadap addendum di BRI Syariah Kantor

Cabang Malang?. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian lapangan

(field research) atau disebut sebagai penelitian empiris, penelitian ini termasuk

penelitian empiris yang meneliti fenomena hukum. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data primer dan

sekunder yang digunakan adalah wawancara langsung, kepustakaan, dan

dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah

analisis data kualitatif. Metode pengolahan data dengan melakukan upaya sebagai

berikut; editing, clasifiying (pengelompokan), verifiying (pemeriksaan

data),analisis data dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) karena nasabah melakukan

sesuatu tidak sesuai dengan kontrak (pembelian barang yang tidak sesuai dengan

kesepakatan) dan addendum dilakukan sebagai upaya bank untuk menghindari

resiko keuangan, dan menjaga kelangsungan usaha nasabah pembiayaan. 2)

Addendum di BRI Syariah Kantor Cabang Malang diperbolehkan karena adanya

kesepakatan antara kedua belah pihak, untuk menghindari kerugian, dan

pengeluaran addendum telah sesuai dengan KHES serta Fatwa DSN-MUI.

Page 19: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xviii

ABSTRACT

Nur Fitriani, 13320002, The Addendum of Islamic Financing Contract in

the Branch Office of BRI Sharia Malang reviewed from

Islamic Economic Law (KHES) Compilation and DSN-MUI

Fatwa. Thesis, Islamic Business Law Department, Sharia

Faculty, Islamic State University of Maulana Malik Ibrahim

Malang, Advisor: Dr. H. Abbas Arfan, Lc, M.H.

Keywords: Addendum, Islamic Finanacing, KHES, DSN-MUI Fatwa

Nowadays, business activity grows rapidly, businessmen keep increasing

along with sale and purchase activity that become more various. Financial

capital is a necessity in sale and purchase progress, bank as the provider of

funds becomes the right place for businessmen in gaining funds, and sharia

bank will distribute the fund for kosher business by using the product of

islamic financing contract. Business identicals with contract, the risk of

contract making is always exist, therefore, addendum is created. Addendum

is worth investigating with KHES and DSN-MUI Fatwa review. It is because

in islamic law, sale and purchase activity is not only bring in profit, but also

it should be based on the sharia to avoid the risk.

In this research, two research questions are used. 1) Why does branch

office of BRI sharia Malang release addendum? 2) How does KHES and

DSN-MUI Fatwa review through the addendum in the branch office of BRI

sharia Malang?. This research uses field research or it commonly known as

empirical research. This research is including into empirical research that

investigates law phenomena. The approach used in this research is juridical

sociology. The method used to collect the primary and secondary data are

live interview, literary, and documentation. The method in analysing the data

is qualitative research method. The data processing method done by doing

editing, classifying, verifying, data analysing and making conclusion.

The result of this research shows that: 1) The customers do something

which is not accordance with the contract (doing purchase that is not

appropriate with the agreemnet) and addendum is done as the bank‟s effort to

to avoid financial risk, and keep the business continuity of the customer‟s

financing. 2) addendum in the branch office of BRI sharia Malang is allowed

due to the agreement between both parties to avoid loss, and the addendum

release is accordant with KHES and DSN-MUI Fatwa.

Page 20: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

xix

ملخص البحث

(BRI) ( لعقد المرابحة في بنك راكيات إندونيسياAddendumاإلضافة )، نور فرتياين، ( والفتاوى منKHESمدونة األحكام اإلقتصادية الشرعية )الشريعة فرع ماالنج في نظرية

حبث جامعي، شعبة .(DSN-MUIمجلس العلماء اإلندونيسيا )-مجلس اإلسالمي الوطنيكلية الشريعة جبامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنج، اإلسالمي، ون اإلقتصادي القان

ادلشرف: الدكتور عباس عرفان، ادلاجستري.

(DSN-MUI) (، والفتوىKHESاألحكام اإلقتصادية الشرعية ) مدونة: اإلضافة، عقد ادلراحبة، الكلمة الرئيسية

من احلاجة رأس ادلال هو أكثر ادلتنامية واألنشطة التجارية أكثر ادلتنوعة. تاجرالو النشاط التجاري ينمو بسرعة، توزيع األموال جلمع األموال، والبنوك اإلسالمية س جرالبنوك كما مقدمي األموال مكانا مناسبا عاىل تاالشراء والبيع، كانت

ادلخاطر، فلذالك أنشأت اإلضافة د، كانت يف التعاقد للتجارة ادلشروعة باستعمال منتجات ادلراحبة. التجارة مرادفا للعق(Addendum) مجعية األحكام اإلقتصادية الشرعية يف نظرية مستحقا أن يبحثها . كانت اإلضافة(KHES)

البيع ألن يف حكم اإلسالمي، (. DSN-MUI)جملس العلماء اإلندونيسيا -جملس اإلسالمي الوطين والفتاوى من .الربح وحده، ولكن جيب أن يستند إىل القانون وإىل جتنب ادلخاطر والشراء ال جتلب سوى

اإلضافة؟. الشريعة فرع ماالنج (BRI) بنك راكيات اندونيسيا( دلاذا صنع يف هذا البحث، ادلسألتني مها: بنك اإلضافة يف على (DSN-MUI) والفتاوى من( KHES)مجعية األحكام اإلقتصادية الشرعية ( كيف نظرية

الظواهر القانونية. التجريبية اليت تبحث هذا البحث من البحوثالشريعة فرع ماالنج؟. (BRI) كيات اندونيسيا را الطريقة ادلستخدة يف مجع البيانات األساسي والثناوي هي ادلقابالت، ادلكتبة، والتوثيق. التقريب مستخدم بالقضائي

طريقة معاجلة البيانات وهي التحرير، .ث هي حتليل البيانات النوعيةمنهج حتليل البيانات ادلستخدمة يف البحاالجتماعي. وتصنيف، والتحقق، وحتليل البيانات و اخلالصة.

جهود للحفاظ على احدى مناإلضافة العميل يعمل مل يناسب بالعقد، و ( بأن النتيجة من هذا البحث، أو القدرة على /افة إىل العمالء الذين لديهم فرص األعمال وإض البنوك االسالميةقد تكون ، العمالء متويلاستمرار أعمال

الشرعية فرع ماالنج، ألن يوجد اتفاق بني اجلانبني، من أجل جتنب وقوع BRI( اإلباحة على اإلضافة يفالدفع. -ينجملس اإلسالمي الوط والفتاوى من (KHES)األحكام اإلقتصادية الشرعية خسائر، واإلضافة قد تناسب مبدونة

.(DSN-MUI)جملس العلماء اإلندونيسيا

Page 21: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Problematika ekonomi merupakan tantangan bagi umat Islam, ketika

sistem ekonomi kontemporer yang bebas nilai yakni sistem ekonomi kapitalis,

sosialis dan komunis dihadapkan dengan prinsip ekonomi Islam yang sangat

berlawanan, sebab sistem ekonomi Islam mengandung nilai-nilai serta norma-

norma illahiah yang secara keseluruhan mengatur kepentingan ekonomi individu

dan masyarakat.

Page 22: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

2

Kegiatan perekonomian dalam Islam selalu diawali dengan sebuah akad,

akad menjadi sangat penting dalam transaksi ekonomi. Umumnya aspek dan

materi tentang muamalah berkaitan dengan masalah akad (perjanjian, kontrak)

atau transaksi. Akad atau aqd‟ adalah transaksi yang di dalam fiqh didefinisikan

dengan “irtibath ijab bi qabulin „ala wajhin masyru‟ yatsbutu atsaru-hu fi

mahallihi” yaitu pertalian ijab dengan qabul menurut cara-cara yang disyari‟atkan

yang berpengaruh terhadap objeknya.1 Akad dalam kehidupan umat manusia

menjadi hal yang penting, karena akad merupakan salah satu faktor menjadi halal

atau haramnya sesuatu bagi mereka. Penggunaan akad terjadi dalam berbagai

interaksi kehidupan manusia, terutama dalam bidang mu‟amalah, seperti: jual beli,

sewa menyewa dan lain sebagainya, yang menjadikan kontrak (akad) atau

perjanjian sebagai landasan hukumnya. Misalnya dalam akad jual beli, untuk

mendapatkan beras yang halal maka kita harus membelinya dari penjual dengan

akad yang jelas, sehingga akibat hukum yang muncul dari pembelian beras itu

adalah beras yang halal untuk di konsumsi. Allah SWT memerintahkan kepada

hamba-Nya untuk tidak melakukan hal yang batil dalam segala kegiatan termasuk

dalam ber-muamalah, seperti dalam firman Allah QS. Al-Nisa ayat 29:2

1 Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Total Media, 2009), h.14

2 QS. al-Nisa (4): 29

Page 23: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

3

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Akad yang dilakukan di bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan

ukhrawi karena dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani

melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum hanya

berdasarkan hukum positif, tapi tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki

pertanggung jawaban hingga akhirat.3 Realitanya, banyak pihak melakukan

kontrak (perjanjian) belum memahami hak dan kewajiban yang harus mereka

penuhi, sehingga walaupun menggunakan sistem perjanjian hukum Islam, tetapi

nilai yang ada dalam konsep tersebut belum dijalankan sepenuhnya. Misalnya,

perjanjian akad dalam perbankan masih ditemukan bahwa hanya pihak bank yang

memahami kontrak tersebut sementara pihak nasabah belum memahami

sepenuhnya tentang hak dan kewajibannya dalam kontrak, sehingga tidak bisa

memenuhi perjanjian awal yang telah disepakati.4

Adanya ketidakpahaman nasabah mengenai kewajiban dalam kontrak

dapat menyebabkan munculnya pembuatan addendum dan potensi munculnya

wanprestasi. Addendum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah; jilid

tambahan (pada buku); lampiran; ketentuan atau pasal tambahan, misal dalam

akta. Pada umumnya, istilah addendum dipergunakan saat ada tambahan atau

3 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2011),

h.29. 4 Agus Iwan Sudaryanto, pra wawancara, (Malang: 08 Oktober 2016).

Page 24: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

4

lampiran pada perjanjian pokoknya namun merupakan satu kesatuan dengan

perjanjian pokoknya. Meskipun jangka waktu perjanjian tersebut belum berakhir,

para pihak dapat menambahkan addendum sepanjang disepakati oleh kedua belah

pihak.5.

Addendum tidak bisa lepas dari perjanjian pokok, tanpa adanya perjanjian

pokok maka tidak ada pula addendum. Addendum sangat menguntungkan kedua

belah pihak karena meminimalisir akan adanya wanprestasi, namun jika

addendum dilakukan berulang kali maka akan timbul ketidakpastian hukum dari

kontrak yang dibuat, seperti yang terjadi antara PT Semen Padang dengan PT

Adhi Karya (Persero) Tbk dalam perjanjian kerjasama, dan addendum dilakukan

setelah jangka waktu kontrak berakhir, berdasarkan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fauzan Prasetya menyatakan bahwa pembuatan addendum selepas

jangka waktu telah memenuhi unsur essensialia, naturalia dan aksidentalia dari

suatu perjanjian. Dari penelitian addendum sebelumnya menjelaskan bahwa

addendum adalah penambahan aturan baru dari kontrak yang menguntungkan

kedua belah pihak, namun dalam pelaksanaan addendum harus tetap mengandung

unsur hukum dan dalam addendum perbankan syariah, pelakasanaan addendum

harus sesuai dengan aturan syariah karena berakibat hukum pada halal atau

haramnya suatu produk tersebut.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa akad sangatlah

penting dalam kegiatan bertransaksi dan menjadi penentu halal atau tidaknya

5 Diana Kusumasari, “Addendum atau Perpanjangan Kontrak?”, http://hukumonline.com, diakses

08 Oktober 2016.

Page 25: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

5

objek tersebut. Addendum bisa merubah hukum ketetapan awal sebagaimana

dalam asas pacta sun servanda, menganalisis dari kasus yang pernah terjadi

terkait dengan addendum, dapat ditarik kesimpulan bahwa addendum sangat

berpengaruh dan menimbulkan akibat hukum yang besar bagi kedua belah pihak.

Menyikapi dengan adanya addedum pada sebuah kontrak (akad) di BRI Syariah

Kantor Cabang Malang Kawi pada akad murabahah karena perbedaan pembelian

barang dengan kontrak yang telah disepakati, maka kontrak dalam akad

murabahah pun harus berubah (addendum) atau terjadi wanprestasi, hal ini bisa

disebabkan karena adanya perubahan kesepakatan dalam akad, seperti

penggantian jaminan, reschedule jangka waktu pembiayaan atau perubahan

lainnya yang telah disepakati antara bank dengan nasabah berkaitan dengan

kontrak sebelumnya.6 Namun, dalam pelaksanaan akad murbahah produktif, bank

memberikan kuasa (wakalah) kepada nasabah untuk membeli keperluan modal

kerja, sehingga tidak jarang terjadi perbedaaan spesifikasi pembelian barang

antara nasabah dan spesifikasi barang yang telah disepakati diawal.

Istilah murabahah berasal dari kata ribhu yang berarti keuntungan,

keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan dalam jual beli. Secara

terminologi, pengertian akad murabahah adalah jual beli barang dengan harga

pokok ditambah keuntungan tertentu yang disepakati.7 Jual beli mempunyai syarat

sah yang berkaitan dengan ijab qabul, ijab qabul merupakan pernyataan kehendak

diantara pihak penjual dengan pembeli sebagai bentuk tercapainya kesepakatan.

6 Agus Iwan Suryanto, pra wawancara, (Malang, 08 Oktober 2016)

7 Burhanuddin, Hukum Kontrak Syariah, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2009). h.82

Page 26: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

6

Hal inilah yang akan disoroti oleh peneliti, persyaratan ijab qabul tersebut dalam

perbankan diaplikasikan dalam kontrak. Pada akad murabahah di BRI Syariah

Kantor Cabang Malang ada 3 tujuan yaitu pembiayaan konsumtif, produktif dan

investasi, pada pembiayaan konsumtif seperti pembelian sepeda motor, mobil,

rumah dan sebagainya, sedangkan pembiayaan produktif adalah untuk modal

kerja, selanjutnya investasi, dan penelitian ini akan difokuskan kepada murabahah

dengan tujuan produktif.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pasal 26 menyebutkan

tentang kategori hukum akad yang terdiri dari 4 hal yakni; Syariat Islam,

Peraturan perundang-undangan, Ketertiban umum; dan/atau kesusilaan. Pasal 26

huruf a dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 29 yang menjelaskan bahwa akad yang

sah sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 huruf a adalah akad yang disepakati

dalam perjanjian, tidak mengandung unsur ghalath atau khilaf, dilakukan di

bawah ikrah atau paksaan, taghrir atau tipuan, dan ghubn atau penyamaran. Hal

ini dikaitkan dengan pembuatan addendum di BRI Syariah Kantor Cabang

Malang, apakah hal tersebut terjadi karena khilaf dari salah satu pihak?

Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti tertarik untuk membahas lebih

dalam mengenai Addendum Akad Murabahah di BRI Syariah Kantor Cabang

Malang Ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN-MUI.

Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul dari adanya addendum tersebut, dan

hukum dari objek yang telah dibeli sebelum adanya addendum.

Page 27: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

7

B. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya akan membatasi permasalahan Addendum di Bank

Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang analisis dari segi

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dan Fatwa DSN-MUI yang

berkaitan dengan akad murabahah dan addendum, agar dalam penelitian yang

akan dilakukan lebih terarah dan tidak terlalu melebar ke pembahasan lainnya.

Sehingga permasalahan-permasalahan mengenai Addendum dari akad murabahah

Bank Syariah lain tidak dibahas dalam penelitian ini.

Selain dilihat dari sisi perundang-undang, penelitian ini diteliti dengan

tinjauan hukum islam terhadap kontrak akad murabahah beserta addendum yang

dikeluarkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang.

Penelitian ini hanya terfokus pada sudut pandang Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah Kantor Cabang Malang terhadap addendum akad murabahah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penyusun tertarik

untuk meneliti tentang:

1. Mengapa BRI Syariah Kantor Cabang Malang mengeluarkan addendum?

2. Bagaimanakah tinjauan KHES dan Fatwa DSN-MUI terhadap addendum

di BRI Syariah Kantor Cabang Malang?

Page 28: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipilih peneliti, maka dapat

diambil tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan alasan BRI Syariah Kantor Cabang Malang

mengeluarkan addendum.

2. Untuk menjelaskan tinjauan KHES dan Fatwa DSN-MUI yang berkaitan

dengan akad murabahah dan addendum terhadap addendum di BRI

Syariah Kantor Cabang Malang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

manfaat, antara lain:

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat menjadi sumbangan yang

bernilai ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara akademik bagi

masyarakat, khususnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan Addendum dalam tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah (KHES) dan Fatwa DSN-MUI. Sebagai bahan banding dan refrensi

yang bermanfaat apabila diperlukan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat

dalam rangka mengadakan penelitian lebih lanjut.

Page 29: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

9

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan saran aplikatif bagi

penulis dan pembaca dalam praktik ber-muamalah khususnya tentang

addendum pada akad murbahah yang dikeluarkan oleh bank syariah.

F. Definisi Operasional

1. Adddendum

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam kontrak, dan bisa

dilakukan secara musyawarah untuk mufakat mengenai hal yang belum

diatur tersebut. Untuk itu ketentuan atau hal-hal yang belum diatur

tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis seperti kontrak yang telah

dibuat.8

2. Akad Murabahah

Akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan

dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian

barang kepada pembeli, kemudian disyaratkan atsanya laba/keuntungan

dalam jumlah tertentu.9

3. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

Kumpulan peraturan tentang ekonomi syariah yang dibukukan,

sebagai efek dari lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan

8 Salim, Pengertian Definisi Addendum, (online) http://mediainformasill.blogspot.com, diakses 18

Oktober 2016 9 Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan

Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah), (Yogyakarta, UII Press, 2009), h. 57

Page 30: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

10

Agama telah membawa perubahan besar terhadap kedudukan dan

eksistensi Peradilan Agama di Indonesia.10

Addendum Akad Murabahah yang ada di BRI Syariah Kantor Cabang

Malang merupakan addendum dari kontrak murabahah produktif dengan

penyerahan kuasa bank kepada nasabah untuk membeli barang yang diperjanjikan

dalam kontrak, namun terdapat perbedaan pembelian dengan spesifikasi yang

telah disepakati sebelumnya oleh pihak bank dan nasabah.

Peninjauan masalah dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah bertujuan

untuk mengetahui akibat hukum dari addendum tersebut, apakah sesuai dengan

syariah atau tidak.

G. Sistematika Pembahasan

Sub bab ini menguraikan tentang logika pembahasan yang akan digunakan

dalam penelitian ini dimulai bab pertama pendahuluan sampai bab penutup,

kesimpulan dan saran.11

Peneliti akan menguraikan sedikit tentang gambaran

pokok pembahasan yang nantinya akan disusun dalam sebuah laporan penelitian

secara sistematis. Penjelasan tentang logika pembahasan ini dimaksudkan agar

peneliti dan pembaca mempunyai konstruk pemikiran yang sesuai dan runtut,

sehingga hasil dari penelitian mudah dipahami.

10

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah; Sejarah Singkat Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah Mahkamah Agung RI

11 Tim Penyusun,Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, h.24

Page 31: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

11

Dalam pembahasan penelitian yang berjudul “Addendum Akad

Murabahah di BRI Syariah Kantor Cabang Malang ditinjau dari Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN-MUI” ini disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan elemen dasar penelitian ini, yakni latar

belakang masalah yang menguraikan gambaran mengenai judul yang

dipilih, selanjutnya rumusan masalah yang berisikan spesifikasi penelitian

yang akan dilakukan, kemudian tujuan penelitian mengenai tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian, serta manfaat penelitian menjelaskan

manfaat yang didapat dari penelitian ini, dan yang terakhir sistematika

pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustakan, dalam sub bab ini berisikan penelitian

terdahulu dan kerangka teori. Dimana penelitian terdahulu ini memberikan

informasi tentang penelitian-penelitian yang telah dilakuakan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Kemudian kerangka teori berisi tentang teori yang dapat membantu dalam

penelitian ini yang berjudul “Addendum Akad Murabahah di BRI Syariah

Kantor Cabang Malang ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

dan Fatwa DSN-MUI”. dengan tujuan agar dapat digunakan untuk

membantu menganalisis data yang diperoleh.

Page 32: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

12

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian, yang didalamnya menjelaskan tentang metode

penelitian. Dalam bab ini akan dibahas tentang tata cara penelitian yang

digunakan dalam penelitian, terdiri dari jenis penelitian yaitu

menggunakan jenis penelitian empiris, kemudian pendekatan penelitian

yang disesuaikan dengan judul yang dipilih, sumber data yang disesuaikan

dengan jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data

mengenai cara dalam memperoleh data dalam penelitian, dan teknik

analisis data untuk menemukan jawaban dalam penelitian yang dilakukan.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Hasil Penelitian dan Analisis, hasil penlitian ini berisikan tentang

data-data yang diperoleh dari sumber data, kemudian analisis ini

merupakan proses menganalisa data-data yang diperoleh sehingga

didapatkan jawaban dari penelitian yang diangkat penulis.

BAB V: PENUTUP

Penutup berisikan kesimpulan yang menguraikan secara singkat

jawaban dari permasalahan yang diangkat peneliti, selanjutnya berisikan

saran yang berisikan beberapa saran/anjuran akademik baik bagi lembaga

terkait maupun bagi peneliti selanjutnya untuk perbaikan dimasa yang

akan datang.

Page 33: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Ahmad Kholiqul Rohman12

Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Kholiqul Rohman dari

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2012

dengan judul Tinjauan Yuridis-Normatif terhadap Sengketa Akad

Mudarabah di Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus atas Putusan

Pengadilan Agama Bantul Nomor: 0463/PDT.G/2011/PA.BTL).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Pertama, Hakim Pengadilan

Agama Bantul dalam menyelesaikan sengketa akad mudharabah telah

12

Ahmad Kholiqul Rohman, Tinjauan Yuridis-Normatif terhadap Sengketa Akad Mudarabah di

Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus atas Putusan Pengadilan Agama Bantul Nomor:

0463/PDT.G/2011/PA.BTL), Skripsi SH (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012).

Page 34: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

14

cukup komprehensif dalam pemenuhan prosedur beracara di antaranya

sudah memenuhi prosedur berdasarkan pada Peraturan Perundang-

undangan yang saling terkait, seperti Undang-Undang Pengadilan Agama,

KUHPerdata, Yursprudensi, Peraturan Mahkamah Agung, dan telah

memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa, akan

tetapi catatan dari penyusun hakim dirasa belum memenuhi aspek

keadilan karena dalam pertimbangan hukumnya, hakim nampak

mengenyampingkan alat-alat bukti yang terungkap dipersidangkan.

Kedua, Pengadilan Agama Bantul dalam menangani sengketa akad

pembiayaan mudarabah sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, al-

Quran, al-hadis serta Qowaidul Fiqhiyyah.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Kholiqul

Rohman adalah dalam segi objek, pada penelitian ini menggunakan objek

akad mudarabah sedangkan peneliti menggunakan objek addendum

murabahah, sedangkan persamaannya terletak pada pisau analisis yang

menggunakan tinjauan yuridis yang dilihat dari segi hukum Islam.

2. Penelitian Fauzan Prasetya13

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Fauzan

Prasetya. dari Universitas Andalas pada tahun 2014 dengan judul

Kedudukan Hukum Addendum Perjanjian Pemborong Kerja yang

Berlaku Setelah Jangka Waktu Perjanjian Pokoknya Berakhir (Studi

13

Fauzan Prasetya, Kedudukan Hukum Addendum Perjanjian Pemborong Kerja yang Berlaku

Setelah Jangka Waktu Perjanjian Pokoknya Berakhir (Studi Kasus: Addendum I Perjanjian

Kerjasama PT. Semen Padang No. 428/PJJ/PJS10.9/05.13), Skripsi SH, (Padang:Universitas

Andalas, 2014)

Page 35: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

15

Kasus: Addendum I Perjanjian Kerjasama PT. Semen Padang No.

428/PJJ/PJS10.9/05.13). Kesimpulan dari penelitian ini adalah; Pertama,

kedudukan hukum Addendum I No: 581/ADD/PJS10.9/06.14 yang dibuat

setelah masa berlaku perjanjian pokoknya berakhir adalah pada

prinsipnya Addendum I No: 581/ADD/PJS10.9/06.14telah memenuhi

unsur essensilia, naturalia dan aksidentalia dari suatu perjanjian dan telah

memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur pada 1320

KUHPerdata, akan tetapi Addendum I No: 581/ADD/PJS10.9/06.14

belum memberikan perlindungan hukum kepada PT Semen Padang

karena Perjanjian ini belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa

Konstruksi dan mengenyampingkan prinsip kepastian hukum. Perjanjian

kerjasama No. 428/PJJ/PJS10.9/05.13 masih memiliki kekuatan mengikat

berdasarkan Pasal 1603f KUH Perdata yang mengatur tentang dalam hal

hubungan kerja, setelah waktunya habis diteruskan oleh kedua belah

pihak tanpa bantahan, maka hubungan kerja itu dianggap diadakan lagi

untuk waktu yang sama.

Perbedaan penelitian antara Fauzan Prasetya, dengan peneliti

terletak pada spesifikasi atau titik fokus dari objek penelitian. Sedangkan

persamaannya terletak pada objek umum dari penelitian yaitu addendum,

namun Fauzan Prasetya meneliti addendum dari sebuahk kontrak

kerjasama, dan peneliti mengambil bagian dari addendum akad

Page 36: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

16

murabahah produktif yang dianalisis menggunakan KHES (Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah).

3. Penelitian M. Haris Fikri14

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan M. Haris

Fikri dari Universitas Lampung Bandar Lampung pada tahun 2016

dengan judul Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Prinsip

Hukum Ekonomi Syariah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah;

Pertama, Pelaksanaan pembiayaan akad murabahah pada Bank Muamalat

Cabang Bandar Lampung menggunakan akad wakalah yaitu memberikan

kuasa kepada nasabah atas nama Bank Muamalat Cabang Bandar

Lampung untuk membeli obyek atau barang yang telah disepakati dalam

akad. Nasabah berkewajiban membayar sisa harga jual yang belum

dilunasi, pembayaran ini dilakukan secara angsuran sesuai dengan jangka

waktu kemampuan bayar calon nasabah yang telah disepakati, sehingga

pelaksanaan akad murabahah pada Bank Muamalat Cabang Bandar

Lampung tidak bertentangan atau melanggar regulasi/ketentuan yang ada.

Kedua, upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah pada

Bank Muamalat Cabang Bandar Lampung meneliti nasabah apabila

beritikad baik maka upaya penyelamatan pembiayaan murabahah

bermasalah dilakukan melalui restrukturasi pembiayaan dengan cara

rescheduling (penjadwalan kembali), reconditioning (pensyaratan

14

M. Haris Fikri, Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Prinsip Hukum Ekonomi

Syariah, Skripsi SH, (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2016) .

Page 37: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

17

kembali), dan restructuring (penataan kembali). Dengan adanya

restrukturisasi pembiayaan, maka nasabah mampu melaksanakan

kewajibannya kembali dan risiko kerugian bank syariah pun dapat

terhindari.

Perbedaan penelitian dari M. Haris Fikri dengan peneliti terletak

pada aspek peninjauannya, dari penelitian M. Haris Fikri peninjauan dari

praktik akad murabahah atau implikasinya, sedangkan dalam penelitian

ini ditinjau dari aspek yuridisnya. Dan persamaan dari penelitian ini

terletak pada objek akad murabahah dan teori yang dipakai menganalisa

adalah teori dari hukum ekonomi islam.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa

penelitian tentang addendum belum ada yang meneliti dengan keterkaitan antara

KHES dan fatwa DSN MUI.

Page 38: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

18

NO NAMA JUDUL TAHUN PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Ahmad

Kholiqul

Rohman

Tinjauan Yuridis-Normatif terhadap

Sengketa Akad Murabahah di

Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus

atas Putusan Pengadilan Agama Bantul

Nomor: 0463/PDT.G/2011/PA.BTL)

2012 - pisau analisis yang

menggunakan tinjauan dari

segi hukum Islam dalam

menganalisa akad

- objek penelitian, penelitian

yang dilakukan oleh Ahmad

Kholiqul Rohman

menggunakan akad

mudharabah sedangkan

peneliti menggunakan akad

murabahah

2. Fauzan

Prasetya

Kedudukan Hukum Addendum

Perjanjian Pemborong Kerja yang

Berlaku Setelah Jangka Waktu Perjanjian

Pokoknya Berakhir (Studi Kasus:

Addendum I Perjanjian Kerjasama PT.

Semen Padang No.

428/PJJ/PJS10.9/05.13)

2014 - objek penelitian, yaitu

addendum

- cara menganalisa, yaitu

analisa dari segi hukum

- Fokus objek penelitian,

peneliti fokus terhadap

addendum dari produk akad

murabahah

- Peneliti menganalisa dengan

hukum islam juga (KHES)

3. M. Haris

Fikri

Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan Prinsip Hukum Ekonomi

Syariah

2016 - Objek penelitian, yaitu akad

murabahah

- Metode analisis yaitu dari

segi hukum ekonomi Islam

- Fokus objek penelitian,

M.Haris Fikri fokus pada

praktik akad murabahah atau

implikasinya, sedangkan

peneliti fokus pada

addendum dari akad

murabahah.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Page 39: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

19

B. Akad dalam Islam

Kata akad berasal dari bahasa Arab, yaitu ar-rabtu yang berarti

menghubungkan atau mengkaitkan, atau mengikat antara beberapa ujung sesuatu.

Suhendi mengemukakan pengertian akad secara etimologis, sebagai berikut:15

1. Mengikat (ar-rabtu), atau mengumpulkan dalam dua ujung tali dan

mengikat salah satunya dengan jalan lain sehingga tersambung,

kemudian keduanya menjadi bagian dari sepotong benda.

2. Sambungan („aqdatun), atau sambungan yang memegang kedua ujung

dan mengikatnya.

3. Janji (al-„ahdu), sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:16

Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji

(yang dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertakwa.

Perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah salah satunya

terletak pada akad. Adanya akad dapat menimbulkan ikatan, keputusan, dan

penguatan, kesepakatan atau transaksi sehingga masing-masing pihak

berkomitmen dengan bingkai nilai-nilai syariah. Akad dalam bank syariah sangat

penting, sebab akad dapat digunakan untuk menentukan jenis transaksi yang

15

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h.19 16

QS. Ali Imron (3): 76

Page 40: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

20

digunakan antara pihak bank dan calon nasabah, selain itu untuk menentukan

keterkaitan akad dengan produk, sebab dalam bank syariah setiap produk berjalan

sesuai dengan akad yang dianut. 17

Pelaksanaan akad harus memenuhi syarat dan rukunnya, berbagai syarat

dan rukun pembentukan akad dijelaskan sebagai berikut:18

1. Syarat akad

Zuhaily mengungkapkan pendapat Madzhab Hanafi bahwa syarat yang

ada dalam akad dapat dikategorikan menjadi syarat sah (shahih), rusak

(fasid) dan syarat batal (bathil) dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Syarat shahih adalah syarat yang sesuai dengan substansi akad,

mendukung, memperkuat substansi akad dan dibenarkan oleh

syara‟, sesuai dengan kebiasaan masyarakat („urf).

b. Syarat fasid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu

kriteria yang ada dalam syarat shahih.

c. Syarat batil adalah syarat yang tidak mempunyai kriteria syarat

sahih dan tidak memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak atau

lainnya, akan tetapi menimbulkan dampak negatif.

Syarat pembentukan akad dibedakan menjadi: syarat terjadinya akad,

syarat sahnya akad, syarat pelaksanaan akad, dan syarat kepastian hukum, sebagai

berikut:19

17

Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di BankSyariah,(Yogyakarta: UII Press, 2009), h.

16 18

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h.20-25

Page 41: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

21

1. Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang dipersyaratkan

untuk terjadinya akad secara syariah. Jika tidak memenuhi syarat

tersebut maka akad menjadi batal, syarat ini dibagi menjadi dua

sebagai berikut:

a. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap akad. Syarat

tersebut meliputi:

1) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak;

2) Objek akad;

3) Akad itu diizinkan oleh syariah selama dilakukan oleh orang

yang mempunyai hak melakukan walaupun dia buka aqid yang

memiliki barang;

4) Tidak boleh melakukan akad yang dilarang oleh syariah;

5) Akad dapat memberi faedah;

6) Ijab tidak boleh dicabut sebelum terjadinya qabul. Jika orang

yang berijab menarik kembali ijabnya sebelum qabul maka

ijabnya batal;

7) Ijab dan qabul harus bersambung sehingga bila orang yang

berijab sudah berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab

tersebut menjadi batal.

b. Syarat khusus adalah akad yang harus ada pada sebagian akad dan

tidak disyariatkan pada bagian lain. Syarat khusus ini bisa disebut

19

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h.21

Page 42: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

22

syarat tambahan yang harus ada di samping syarat-syarat umum,

seperti adanya saksi dalam pernikahan.

2. Syarat sahnya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syariah

untuk menjamin dampak keabsahan akad, jika tidak terpenuhi maka

akadnya rusak.

3. Syarat pelaksanaan akad, dalam pelaksanaan akad ada dua syarat, yaitu

pemilikan dan kekuasaan. Pemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh

seseorang sehingga bebas dengan apa dimiliki sesuai dengan aturan

syariah, sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam

bertasharruf (membelanjakan), sesuai dengan ketetapan syariah, baik

dengan ketetapan asli yang dilakukan dirinya sendiri maupun sebagai

pengganti (mewakili seseorang). Hal ini disyaratkan antara lain:

a. Barang yang dijadikan objek akad itu harus miliknya orang yang

berakad, tergantung dari izin pemilik aslinya.

b. Barang yang dijadikan objek akad tidak berkaitan dengan

pemilikan orang lain.

4. Syarat kepastian hukum, karena dalam setiap akad yang dibentuk harus

ada kepastian hukum.

Rukun akad dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bisa

digunakan untuk mengungkapkan kesepakatan atas dua kehendak atau sesuatu

Page 43: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

23

yang bisa disamakan dengan hal itu dari tindakan isyarat atau korespondensi,

rukun akad sebagai berikut:20

1. Subjek/pelaku akad, pihak-pihak yang bertransaksi (aqid). Aqid adalah

orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu

orang atau lebih.

2. Objek akad (ma‟qud „alaih) ialah benda-benda yang menjadi objek

akad.

3. Substansi akad (maudhu‟ ul „aqd) ialah tujuan atau maksud pokok dari

pengaduan akad.

Serah-terima (ijab-qabul), ialah permulaan penjelasan yang keluar dari

salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan

akad, sedangkan qabul ialah perkataan yang keluar dari pihak berakad, yang

diucapkan setelah adanya ijab. Jenis akad yang digunakan dalam penelitian ini

adalah akad Murbahah.

Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan

penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan

tambahan profit yang diinginkan dan akan tercermin dari harga jual. Syarat dan

rukun jual beli sebagai berikut:21

20

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h.22-24

21 21

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h. 91

Page 44: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

24

a. Mengetahui harga pokok (harga beli), harga beli harus diketahui oleh

pembeli kedua, karena hal itu merupakan syarat mutlak bagi keabsahan

murabahah, penjual kedua harus menerangkan harga beli kepada pihak

pembeli kedua. Akad jual beli ini didasarkan pada kejelasan informasi

tentang harga beli, jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli

kedua dan ia telah meninggalkan majlis, maka akad jual beli

dinyatakan batal.

b. Adanya kejelasa keuntungan (margin) yang diinginkan penjual kedua,

keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli kedua atau

dengan menyebutkan presentase dari harga beli. Margin juga

merupakan bagian dari harga, karena harga pokok plus margin

merupakan harga jual, dan mengetahui harga jual merupakan syarat

sahnya jual beli.

c. Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus

merupakan barang mitsli, dalam arti terdapat padanannya di pasaran.

d. Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh

berupa barang ribawi.

e. Akad jual beli harus sah adanya, artinya transaksi yang dilakukan

penjual pertama dan pembeli harus sah.

f. Murabahah merupakan jual beli yang disandarkan pada sebuah

kepercayaan, karena pembeli percaya atas informasi yang diberikan

penjual tentang harga beli yang diingkan, sehingg apenjual tidak boleh

berkhianat.

Page 45: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

25

Akad tersebut akan dituangkan dalam bentuk kontrak oleh lembaga

keuangan. Akad atau kontrak diartikan sebagai kesepakatan atau komitmen

bersama baik lisan, isyarat, meupun tulisan antara dua pihak atau lebih yang

memiliki implikasi hukum mengikat untuk melaksanakannya. Kontrak juga

diartikan sebagai iakatan atau hubungan diantara ijab dan qabul yang memiliki

akibat hukum terhadap hal-hal yang dikontrakkan. Pengertian kontrak

mendasarkan pada kesepakatan atau kerelaan bersama, kontrak dan perjanjian

diartikan sama yaitu seperti akad yang dipahami dalam hukum Islam, pengertian

ini menandakan bahwa dalam ijab-qabul terjadi kesepakatan bersama, baik lisan,

isyarat, maupun tulisan antara dua pihak atau lebih yang mengikat semua pihak

untuk melaksanakan apa yang telah menjadi kesepakatan. Sah tidaknya kontrak

bermuamalah ditentukan oleh obyek, cara transaksi dan tujuannya, karena itu

legalitas kontrak terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Legalitas yang berkaitan dengan subyek kontrak

Bagian utama kontrak terkait dengan kehalalan benda/barang yang

ditransaksikan.

2. Eksistensi barang

Barang yang ditransaksikan berada dalam suatu tempat yang

memungkinkan untuk diambil dan dikirimkan kepada pembeli, barang

yang tidak pasti atau sulit diperkirakan adanya tidak bisa

ditransaksikan.

Page 46: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

26

3. Kepastian pengiriman

Setelah kontrak disepakati, barang yang ditransaksikan diketaui

dengan jelas pengiriman atau penerimannya.

4. Barang tertentu

Obyek barang yang disepakati jelas dan spesifik. Untuk memastikan

barang itu jelas dan spesifik, maka perlu dilakukan pengecekan,

penjelasan rinci karakteristiknya (bentuk, jumlah, kualitas, dan

seterusnya).

5. Legalitas obyek dan kegunaannya

Barang yang ditransaksikan dapat digunakan untuk tujuan kebaikan

dan kemaslahatan.

Legalitas atau kekuatan hukum kontrak ditentukan oleh kapasitas pelaku

kontrak, kontrak yang sah dapat terjadi jika pelaku kontrak memenuhi syarat

untuk membuat suatu kontrak, berikut persyaratan para pihak uang terlibat dalam

kontrak:

1. Kemampuan untuk melaksanakan

Kemampuan dalam hal ini adalah tindakan dan ucapan terkait dengan

pelaksanaan kontrak. Kriteria umum tentang mampu dan bertanggung

jawab dalam tindakan juga ucapannya yaitu berakal dan kemampuan

memutuskan perkara. Pihak yang terlibat dalam kontrak dapat disebut

ammpu melaksanakan ketentuan:

a. Orang yang melakukannya menjadi bagian dari pertanggung

jawaban hukum jika terjadi pelanggaran.

Page 47: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

27

b. Kemampuan yang telah memenuhi persyaratan unsur pelaksanaan

ibadah.

c. Orang yang dianggap mampu dan layak dalam pelaksanaan

tindakan muamalah.

C. Bank

Menurut Undang Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

yang dimaksud dengan bank adalah:

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dikenal dengan istilah dalam perbankan adalah funding,

pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari

dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Setelah memperoleh dana dalam

bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diptarkan

kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit

(lending).22

Jenis-jenis bank berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, maka jenis perbankan sendiri terdiri dari bank umum dan bank

perkreditan rakyat:23

22

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), h.24-25 23

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Page 48: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

28

1. Bank umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa

yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh

jasa perbankan yang ada. Wilayah operasional bank dapat dilakukan

diseluruh wilayah, bank umum juga sering disebut bank komersil

(commercial bank).24

a. Bank Konvensional

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank

Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran.

b. Bank Syariah

Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan

Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan

pemerataan kesejahteraan rakyat.

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam

ditentukan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep.

24

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), h.33.

Page 49: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

29

Bersumber dari kelima konsep inilah ditemukan produk-produk

lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan syariah

untuk dioperasionalkan. Kelima konsep tersebut adalah:25

1) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi‟ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh

Bank Syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang

kelebihan dana untuk menyimpannya dalam bentuk al-Wadi‟ah.

Fasilitas ini diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan

keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

2) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian

hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Pembagian hasil

usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun

antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih

jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar, baik

untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun

pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual

beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang

dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk

25

Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2009),

h.7-9.

Page 50: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

30

melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual

barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli

ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis, yakni;

a. Ijarah, sewa murni, seperti halnya sewa traktor dengan alat-alat

produk lainnya (operating lease). Teknis dalam perbankan, bank

dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah

kemudian menyewakan dalam waktu yang disepakati.

b. Bai al-takriji atau ijarah al-muntahiya bit tamlik merupakan

penggabungan sewa dan beli, penyewa mempunyai hak untuk

memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

5) Prinsip fee/jasa

Prinsip ini meliputi seluruh pelayanan non-pembiayaan yang

diberikan bank, bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain

Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa Transfer.

Larangan bagi Bank Umum Syariah, meliputi:26

1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah;

2. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;

3. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 20 ayat (1) dalam huruf b dan huruf c, dan

26

Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2009),

h. 14-15

Page 51: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

31

4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran

produk asuransi syariah.

Kegiatan usaha bank syariah dan/atau produk dan jasa syariah wajib

tunduk kepada prinsip syariah. Prinsip syariah yang diikuti oleh bank syariah

didasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Fatwa

tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia, dalam rangka

penyusunan Peraturan Bank Indonesia, Ban Indonesia membentuk komite

perbankan syariah. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan,

keanggotaan dan tugas komite perbankan syariah diatur dengan Peraturan Bank

Indonesia.27

D. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah28

Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah membawa

perubahan besar terhadap kedudukan dan eksistensi Peradilan Agama di

Indonesia. Selain kewenangan yang telah diberikan dalam bidang hukum keluarga

islam, peradilan agama juga diberi wewenang untuk menyelesaikan perkara dalam

bidang ekonomi syariah yang meliputi perbankan syariah, lembaga keuangan

mikrosyariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi

syariah, dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah,

27

Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2009),

h.15-16 28

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.253-254

Page 52: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

32

pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiunan lembaga keuangan

syariah dan bisnis syariah.

Mahkamah Agung RI dalam merealisasikan kewenangan baru peradilan

agama tersebut telah menetapkan beberapa kebijakan antara lain; Pertama,

memperbaiki sarana dan prasarana lembaga peradilan agama baik hal-hal yang

menyangkut fisik gedung maupun hal-hal yang menyangkut peralatan. Kedua;

meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia (SDM) peradilan agama

dengan mengadakan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi untuk mendidik

para aparat Peradilan Agama, terutama para hakim dalam bidang ekonomi

syariah. Ketiga; membentuk hukum formil dan materiil agar menjadi pedoman

bagi aparat peradilan agama dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan

perkara ekonomi syariah. Keempat; membenahi sistem dan prosedur agar perkara

yang menyangkut ekonomi syariah dapat dilaksanakan secara sederhana, mudah

dan biaya ringan.

Kegiatan yang menyangkut hukum formil dan materiil ekonomi syariah,

Ketua Mahkamah Agung RI telah membentuk tim Penyusunan Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah berdasarkan Surat Keputusan Nomor KMA/097/SK/X/2006

tanggal 20 Oktober 2006 yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH.,

S.IP., M. Hum.

Page 53: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

33

E. DSN-MUI29

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di Indoenesia

berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi masing-masing

lembaga tersebut. Beragamnya DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah

adalah suatu hal yang mencerminkan perkembangan dari kemajuan ekonomi

syariah, namun hal tersebut juga perlu diwaspadai, kewaspadaan tersebut

berkaitan dengan adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berbeda dari

masing-masing DPS dan hal itu akan membingungkan umat dan nasabah. Oleh

karena itu, MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di

Indonesia, menganggap perlu dibentuknua satu dewan syariah yang bersifat

nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk bank syariah,

lembaga ini dikenal dengan Dewan Syariah Nasional atau DSN.

Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil

rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama,

lembaga ini merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia

dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan sekretaris (ex-officio),

kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh Badan Pelaksana

Harian dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa anggota.

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk

lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam, untuk keperluan

29

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

h. 32

Page 54: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

34

pengawasan tersebut Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan produk

syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam, garis panduan ini menjadi

dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga-lembaga

keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya. Fungsi

lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi

produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk-

produk tersebut harus diajukan oleh manajemen setelah direkomendasikan oleh

Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang bersangkutan. Dewan Syariah

Nasional bertugas memberikan rekomendasi kepada para ulama yang akan

ditugaskan sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan

syariah. Dewan Syariah Nasional juga dapat memberi teguran kepada lembaga

keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis

panduang yang telah ditetapkan, hal ini dilakukan jika Dewan Syariah Nasional

telah menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang

bersangkutan mengenai hal tersebut, jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak

mengindahkan teguran yang diberikan, maka Dewan Syariah Nasional dapat

mengusulkan kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan

Departemen Keuangan untuk memberikan sanksi agar perusahaan tersebut tidak

mengembangkan lebih jauh tindakan-tindakannya yang tidak sesuai dengan

syariah.

Page 55: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam kajian metodologi penelitian hukum dan penerapannya dalam

proses pembelajaran di Fakultas Hukum maupun Fakultas Syariah, terdapat dua

paradigma secara makro yang memberikan landasan kuat bagi pengembangan

epistemologi penelitian hukum walaupun di beberapa tempat terdapat perubahan

atau modifikasi yang tidak begitu signifikan.30

Paradigma sangat mempengaruhi dalam pembentukan tipe metodologi

penelitian hukum, dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma

Epistemologi Yuridis Sosiologis yang melahirkan Penelitian Yuridis Sosiologis

atau disebut juga dengan Penelitian Empiris.

30

Saifullah, Tipologi Penelitian Hukum (Kajian Sejarah, Paradigma, dan Pemikiran Tokoh),

(Malang: Intelegensia Media, 2015)

Page 56: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

36

Metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan

pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara

mencari,mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.31

Metode penelitian yang akan dilakukan meliputi: jenis penelitian, pendekatan

penelitian, lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data,metode pengolahan data. Dengan penjelasan sebagai

berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan jenis atau macam

penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini.32

Penelitian ini merupakan

jenis penelitian lapangan (field research) atau biasa disebut juga penelitian

empiris. Penelitian empiris artinya penelitian yang melihat fenomena hukum

masyarakat atau fakta sosial yang terdapat di masyarakat.33

Penelitian ini akan melihat fenomena hukum dalam pembuatan addendum

dan penyebab dikeluarkanya addendum oleh BRI Syariah dengan

membandingkan fakta yang terjadi di masyarakat tentang kepahaman addendum,

dari hasil pengamatan tersebut akan dianalisis menggunakan KHES (Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah) dan Fatwa DSN-MUI.

31

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 1. 32

Tim penyusun, pedoman penulisan karya ilmiah fakultas syariah,(Malang:UIN Press,2012),

h.39 33

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008), h. 124.

Page 57: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

37

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian meruapakan suatu bentuk metode atau cara

mengadakan penelitian agar peneliti mendapatkan informasi dari berbagai aspek

untuk menemukan isu yang dicari jawabannya, pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan Yuridis Sosiologis.

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud pendekatan Yuridis

Sosiologis adalah bahwasanya suatu sistem hukum merupakan

pencerminan dari sistem sosial, oleh karena itu suatu hukum akan berlaku

apabila hukum tersebut terbentuk melalui prosedur-prosedur tertentu dan

oleh lembaga-lembaga tertentu serta hukum tersebut dapat dipaksakan

berlakunya terhadap masyarakat yang terkena oleh hukum tersebut.34

Pendekatan Yuridis Sosiologis terhadap hukum dapat dialkukan dengan

cara:35

1. Mengidentifikasi masalah sosial secara tepat agar dapat menyusun

hukum formal yang tepat untuk mengaturnya. Dari penelitian ini dapat

diperoleh bahwa addendum tidak dikeluarkan oleh pihak Bank secara

sembarangan.

2. Memahami kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan

kontrol sosial secara spontan terhadap pelanggaran hukum formal

tertentu. Sesuai dengan penelitian ini bahwa adanya ketidaksesuaian

antara teori dan praktik yang dilakukan di Bank Syariah karena

beberapa alasan yang disebutkan.

34

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press,1986), h. 151. 35

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008), h.130.

Page 58: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

38

Peneliti terjun ke BRI Syariah Kantor Cabang Malang untuk memperoleh

data yang akurat, dan menganalisis addendum yang dikeluarkan oleh BRI Syariah

Kantor Cabang Malang.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Cabang BRI Syariah Kota Malang

yang beralamatkan di Jl. Kawi No. 37 Kota Malang.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian empiris berasal dari data

primer, yakni data yang langsung diperoleh dari masalah melalui wawancara dan

dokumentasi untuk penelitian kualitatif atau penyebaran angket untuk penelitian

kuantitatif.36

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka jenis dan

sumber data berasal dari data primer dan sekunder.

Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Legal

Officer dan Customer Service Bank BRI Syariah Kantor Cabang Malang,

dilakukan melalui wawancara kepada Legal Officer BRI Syariah Kantor Cabang

Malang untuk memperoleh informasi tentang penerapan addendum di BRI

Syariah Kantor Cabang Malang, selanjutnya wawancara kepada Customer Service

untuk mengetahui tentang penjelasan awal akad kepada nasabah. Data sekunder

merupakan informasi yang diperoleh dari buku-buku atau dokumen tertulis, Serta

dari artikel, jurnal maupun ensiklopedia yang berhubungan dengan obyek

penelitian tersebut. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari draft kontrak

36

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis... h.28

Page 59: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

39

dan addendum Murabahah di BRI Syariah Kantor Cabang Malang, buku-buku

hukum bisnis syariah, artikel, jurnal maupun ensiklopedi tentang ekonomi Islam.

E. Metode Pengumpulan Data

Peneliti dapat memperoleh data yang akurat karena dilakukan dengan

mengumpulkan data dari sumber data, baik sumber data primer maupun sekunder.

Teknik pengumpulan data primer dan data sekunder yang digunakan adalah :

1. Wawancara langsung

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka, ketika

seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah

penelitian kepada responden.37

2. Kepustakaan

Mencari data dari literature yang berhubungan dengan judul

penelitian baik dari buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya yang

sejenis. Digunakan untuk mendapatkan teori-teori yang relevan.

3. Dokumentasi

Mengumpulkan berkas dan arsip penting yang berhubungan

dengan addendum di BRI Syariah Kantor Cabang Malang untuk

mendapatkan data yang valid.

37Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 82.

Page 60: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

40

F. Metode Pengolahan Data

Setelah data diproses dengan proses yang telah disebutkan di atas, maka

tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Menghindari terjadinya banyak

kesalahan dan mempermudah pemahaman maka peneliti dalam menyusun

penelitian akan melakukan beberapa upaya diantaranya sebagai berikut:

1. Editing

Editing merupakan proses penelitian kembali kepada catatan,

berkas, informasi yang telah dikumpulkan oleh pencari data.38

Peneliti

menganalisis kembali hasil penelitian yang didapatkan, seperti

wawancara, observasi maupun dokumentasi. Proses editing diharapkan

mampu meningkatkan kualitas data yang hendak diolah dan dianalisis,

karena bila data yang dihasilkan berkualitas maka informasi akan

berkualitas.

2. Clasifiying (pengelompokan)

Clasifiying adalah mereduksi data yang ada dengan cara menyusun

dan mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu

atau permasalahan tertentu untuk mempermudah dalam menganalisa.

3. Verifiying (pemeriksaan data)

Setelah diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah verifikasi

(pemeriksaan) data, yaitu mengecek kembali data-data yang sudah

terkumpul untuk mengetahui keabsahan data. Tahap ini peneliti

38

Amiruddin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h.45

Page 61: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

41

memeriksa kembali keabsahan data mulai dari responden, hingga

dokumentasi.

4. Analisis data

Menganalisis data yang sudah terkumpul dari proses pengumpulan

data yang didapat melalui wawancara dan dokumentasi dengan sumber

data seperti undang-undang, buku, jurnal, dan lain sebagainya untuk

memperoleh hasil yang efisien dan sempurna sesuai yang diharapkan.

Metode analisis yang dipakai adalah deskriptif kualitatif, yaitu

analisa yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan

kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.39

5. Kesimpulan

Setelah proses analisis selesai, maka dilakukan kesimpulan dari

analisis, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu jawaban dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

39

LKP2M, Research Book For LKP2M, (Malang: UIN Malang, 2005), h.60

Page 62: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kondisi Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah

Kantor Cabang Malang

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat.40

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.41

40

UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 41

UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Page 63: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

43

Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang Malang adalah bank

yang menggunakan sistem syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya,

terdaftar sebagai bank peserta penjaminan LPS (Lembaga Penjamin

Simpanan) serta menaungi beberapa Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang

berada dalam wilayahnya.

Jenis-jenis kantor bank diklasifikasikan menjadi empat (4) kantor,

yaitu kantor pusat, kantor cabang penuh, kantor cabang pembantu dan kantor

kas, dijelaskan sebagai berikut;42

1. Kantor Pusat

Merupakan kantor di mana semua kegiatan perencanaan sampai

kepada pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki

satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan

operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi

mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap

cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegaiatan kantor

pusat tidak melayani jasa bank kepada masayarakat umum.

2. Kantor Cabang Penuh

Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank

paling lengkap. Dengan kata lain, semua kegiatan perbankan ada

di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh

membawahi kantor cabang pembantu.

42

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.43

Page 64: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

44

3. Kantor Cabang Pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor cabang

penuh di mana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian

saja. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh

dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi

kriteria sebaai cabang penuh dari kantor pusat.

4. Kantor Kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil di mana kegiatannya

hanya meliputi teller/kasir saja. Dengan kata lain, kantor kas

hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan

berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan

sekarang ini banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan

sering disebut kas kelililng.

1. Profil Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang

Malang

a. Nama Lembaga Keuangan :Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah Cabang Kota Malang

b. Alamat

Jalan : Kawi No. 37

Desa : Bareng

Kecamatan : Klojen

Kota : Malang

c. Kode Pos : 65116

Page 65: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

45

d. Telepon : (0341) 347925

e. Fax. : (0341) 347 926

f. Website : www.BRI Syariah.co.id

2. Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang

Malang

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah

mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui

suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17

November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi.

Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang

semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi

kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan

sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service

excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan

nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di

tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna

pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini

menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah

bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani

Page 66: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

46

masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang

digunakan merupakan turunan dar warna biru dan putih sebagai

benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesi (Persero),

Tbk., Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam

PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada

tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak

Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama

PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga

terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat

baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak

ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank

BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka

dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan

visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan

jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai

Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus

Page 67: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

47

kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan

konsumer berdasarkan prinsip Syariah43

.

3. Visi dan Misi Bank

Visi BRI Syariah Cabang Kota Malang mengacu pada visi BRI

Syariah pusat, yaitu:44

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan -

finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk

kehidupan lebih bermakna.

Misi BRI Syariah Cabang Kota Malang mengacu pada misi BRI

Syariah pusat, yaitu:45

a) Memahami keberagaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

b) Menyediakan produk dan layanan yang mnegedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun

dan diaman pun.

d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup

dan menghadirkan ketentraman pikiran.

4. Struktur Organisasi Cabang

Berikut adalah nama-nama dari pegawai Bank Rakyat Indonesia

(BRI) Syariah beserta jabatannya:46

43

http://brisyariah.co.id 44

http://brisyariah.co.id 45

http://brisyariah.co.id

Page 68: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

48

NO NAMA JABATAN

1 Miftahul Ulum Pimpinan Cabang

2 Anang Fauzi Financing Risk Manager

3 M. Khoirul Huda Area Financing Officer

4 Baud Susilo Unit Head

5 Alfian Indra W MMM

6 Dhanie F

Vekky Saputra

Dwi Lasmanto

Ony S

AOM

7 Danang Collection Officer

8 Kristanti Marketing Manager

9 Akhmad Ridho

Nasikh M

W. Ari Wibisono

M. Risksa Praba

Windi P

AO

10 Vicky Sri Rahayu Funding Officer

12 Gunawati Manager Operational

13 Nur Baiti Branch Operation

Supervisior

14 Kurniawan R

Anindya Dyah R.

Teller

46

Dokumen Struktur Organisasi Cabang BRI Syariah Kantor Cabang Malang

Page 69: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

49

15 Neno W

Fevi Candra P

Shindi K. P

Customer Service

16 Wahyu A. W Back Up Frontliner

17 Gigih Budi L

Raden Dana

Back Office & Kliring

18 Irawan Budi Financing &Support

Manager

19 Sofyan Djunaedi General Affair

20 Richa Mardiana Penaksir Muda

21 Tomy S Area Support

22 Agus Iwan S Legal Officer

23 Aggraini Indah

Ika Febrianti

Dwiky Pradipta

Financing Administration

24 Yusron Falah Appraisal& Investigation

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Cabang

Berikut ini adalah penjelasan tentang tugas-tugas jabatan di Kantor

Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Malang;

Pimpinan Cabang

Merncanakan, mengawasi kerja seluruh unit di cabang, monitoring

pelaksanaan pelaporan, memberi keputusan operasional, melakukan

review atau evaluasi dan bertanggung jawab perkembangan atau

perubahan hal yang berkaitan dengan kewenangan Kantor Cabang.

Financing Risk Manager

Page 70: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

50

Melakukan analisa lingkungan untuk menetapkan konteks yang

ada hubungannya dengan risiko, menetapkan atau mengkaji toleransi

risiko, melakukan penilaian atas resiko, menetapkan aktifitas

pengendalian. Mengomunikasikan risiko dan manajemen risisko.47

Area Financing Officer

Melakukan analisa kelayakan pembiayaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, membawahi dan memimpin Unit Financing Officer.48

Unit Head

Memahami bisnis serta pengetahuan perbankan mikro, analisa

pembiayaan dan penilaian jaminan. Merencanakan, mengkoordinasi dan

mensupervisi kegiatan Unit Mikro Syariah untuk menjamin tercapainya

target.49

Collection Officer

Melakukan penagihan dan upaya penyelesaian pembiayaan

bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.50

Marketing Manager

Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan

dan strategi konsumen, membuat analisa pangsa pasar dan menentukan

47

“Kenali Profesi Risk Management Officer”, http://careernews.id/site/index diaksestanggal 02

Maret 2017 48

Informasi Lowongan Kerja BRI Syariah 49

Informasi Lowongan Kerja BRI Syariah 50

Informasi Lowongan Kerja BRI Syariah

Page 71: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

51

strategi penjualan. Bertanggung jawab terhadap perolehan hasil penjualan

dan penggunaan dana promosi.51

Account Officer (AO)

Melayani nasabah dalam permohonan kredit, membuat analisa

kredit termasuk analisis keuangan, memantau perkembangan usaha

debitur.52

Funding Officer

Melakukan kegiatan pengumpulan dana pihak ketiga (tabugan,

deposito, dan giro) untuk nasabah individual dan institusi. Melakukan

kegiatan open table. Melakukan maintenance dan relationship.53

Manger Operasional

Membantu dan mendukung Pimpinan Cabang, mengkoordinasi dan

mengawasi semua bawahannya, memastikan pengelolaan kas dan surat-

surat berharga yang berlaku untuk menjaga asset bank. melayani seluruh

kebutuhan unit kerja dibawa Kantor Cabang.54

51

“Marketing Manajer”, http://marketingdreamfinance.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02 Maret

2017 52

Medi Vitrawanto, “Mengenal Lebih Jauh Account Officer dalam Dunia Perbankan”,

http://medivitrawanto.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02 Maret 2017 53

Informasi Lowongan Kerja BRI Syariah 54

“Gambaran Tugas dan Wewenang Operasional”, https://jobdeskripsi.blogspot.co.id/ diakses

tanggal 02 Maret 2017

Page 72: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

52

Branch Operation Supervisior

Mengawasi dan memeriksa aplikasi seluruh operasional perbankan

di kantor cabang dan pelaporannya.55

Teller

Melakukan pembayaran non tunai/tunai kepada nasabah yang

bertransaksi non tunai/tunai di counter bank, dan melakukan update data

transaksi di sistem komputer bank. Bertanggung jawab terhadap keseuaian

antara jumlah kas di sistem dengan kas di terminalnya.56

Customer Sevice

Menerima, melayani dan mengatasi permsalahan yang

disampaikan nasabah. Mengadministrasikan daftar hitam Bank Indonesia

dan daftar rehabilitasi nasabah serta file nasabah, mengadministrasikan

resi permintaan, informasi saldo dan mutasi, buku cek, bilyet giro, buku

tabungan dan memperkenalkan produk dan jasa yang ada dan baru sesuai

dengan kebutuhan nasabah.57

55

“Perbankan Deskripsi Kerja”, http://www.job-desc.com/ diakses tanggal 02 Maret 2017 56

“Pengertian dan Tugas Teller Bank”, http://www.jobdesc.net/category/job-desc diakses 02

Maret 2017 57

“Pelatihan Perbankan”, https://pelatihanbank.wordpress.com/ diakses tanggal 02 Maret 2017

Page 73: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

53

Back Up Frontliner

Memberikan informasi dengan jelas dan lengkap kepada nasabah

maupun calon nasabah. Posisi yang dikategorikan sebagai frontliner

adalah teller dan customer service.58

Back Office & Kliring

Mengurusi dokumen yang berkaitan dengan transaksi nasabah.

Pembuatan produk bank seperti cek/giro.59

Financing & Support Manager

Merencanakan dan mengkoordinasikan pelaporan pembayaran

kewajiban pajak perusahaan, mengontrol arus kas perusahaan, penyusunan

anggaran perusahaan, analisa keuangan.60

General Affair

Mengurus kebutuhan kantor, fisik ATM, brosur, bangunan kantor,

absensi karyawan serta vendor outsourcing.61

Legal Officer

Melakukan analisis yuridis, pemeriksaan dan penilaian jaminan,

menyiapkan perjanjian kredit, melakukan pengikatan jaminan, melakukan

58

“Tugas dan Tanggung Jawab Frontliner Bank”, http://www.lokerbandaaceh.com/ diakses

tanggal 02 Maret 2017 59

“Tugas Back Office”, http://kangom.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02 Maret 2017 60

“Finance Manager: Tugas & Tanggung Jawab”,

https://jobdeskripsi.blogspot.co.id/2013/03/finance-manager-tugas-tanggung-jawab.html diakses

tanggal 02 Maret 2017 61

“Tugas Seorang Back Office”, http://kangom.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02 Maret 2017

Page 74: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

54

penyimpanan legal dokumen, melakukan pengawasan kredit, serta

melakukan kredit bermasalah.62

Financing Administration

Melayani pendaftaran calon nasabah, menyiapkan realisasi

kredit/financing, simpan dokumen, dll.63

5. Statistik Jumlah Nasabah

Selama tahun 2016 Bank BRI Syariah kota Malang telah menerima

beberapa nasabah dari golongan Mikro dengan rincian sebagai berikut:64

NO BULAN JUMLAH NASABAH

1 JANUARI 32

2 FEBRUARI 40

3 MARET 71

4 APRIL 70

5 MEI 92

6 JUNI 105

7 JULI 48

JUMLAH 458

Tabel 4.2 Jumlah Nasabah 2016

62

“Tugas Legal Officer”, https://lawandhuman.wordpress.com/ diakses tanggal 02 Maret 2017 63

“Apa Tugas dari Financing Administration Staff pada Bank”, https://id.answers.yahoo.com/

diakses tanggal 02 Maret 2017 64

Dokumen Statistik Jumlah Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Malang

Page 75: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

55

Dari nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk golongan mikro dan

bulan januari sampai Juli tahun 2016 sebanyak 458 nasabah termasuk pencairan di

tahun ini. Adapun masalah yang mengajukan pembiayaan tersebut dari berbagai

cabang BRI Syariah yang ada di malang, berikut jumlah masing-masing nasabah

yang mengajukan pembiayaan tersebut dari berbagai cabang BRI Syariah di

malang.65

NO CABANG BRI SYARIAH MALANG JUMLAH NASABAH

1 KC UMS MALANG KAWI 27

2 KCP UMS MALANG BATU 85

3 KCP UMS MALANG BULULAWANG 71

4 KCP UMS MALANG KEPANJEN 37

5 KCP UMS MALANG LAWANG 43

6 KCP UMS MALANG PAKIS 65

7 KCP UMS MALANG PANDAAN 42

8 KCP UMS MALANG TUREN 64

9 KCP UMS PASURUAN SUDERMAN 22

JUMLAH 458

Tabel 4.3 Jumlah Nasabah yang Mengajukan Pembiayaan

65

Dokumen Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang

Page 76: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

56

B. Penyebab Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang

Mengeluarkan Addendum

Addendum merupakan upaya yang dilakukan oleh bank dalam rangka

perbaikan dalam kegiatan pembiayaan terhadap nasabah yang kesulitan untuk

memenuhi kewajibannya. Jadi tujuan dari addendum adalah:66

a. Menghindari resiko kerugian, karena bank syariah berkewajiban menjaga

kualitas pembiayaanya;

b. Salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah pembiayaan,

bank syariah dapat melakukan addendum kepada nasabah yang

mempunyai prospek usaha dan/atau kemampuan membayar.

Addendum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang belum

diatur dalam akad bersama yang akan ditentukan secara musyawarah mufakat

oleh para pihak dan untuk perubahan akan dituangkan dalam addendum dan

merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari akad pertama. Namun istilah

addendum dalam Peraturan Bank Indonesia tidak ditemukan, tetapi ditemukan

istilah restrukturisasi yang mempunyai arti dan maksud sama dengan addendum

tersebut, Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/18/PBI/2008 tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut

mengatur hal-hal prinsipil tentang ketentuan umum mengenai restrukturisasi

pembiayaan, kriteria pembiayaan yang dapat dilakukan restrukturisasi, intensitas

berapa kali restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan dan pengaturan interval

66

Lembar Negara PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah

Page 77: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

57

waktu restrukturisasi, kebijakan dan prosedur restrukturisasi, penetapan kualitas

pembiayaan yang direstrukturisasi, tata cara restrukturisasi pembiayaan, laporan

restrukturisasi pembiayaan.67

Pasal 1 angka 7 dalam PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi

Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah menjelaskan,

restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka

membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, dan lebih

dispesifikasikan dalam pasal 15 ayat (1) bahwa dalam pembiayaan dalam bentuk

piutang murabahah dapat direstrukrisasi dengan 3 cara; penjadwalan kembali

(reschduling), persyaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali

(restructuring).68

Addendum merupakan perjanjian atau kesepakatan tambahan antara dua

pihak, namun tidak terlepas dari akad pertama yang telah dibuat. Pembuatan

addendum harus didasarkan kesepakatan kedua belah pihak (bank dan nasabah),

addendum tidak sah jika salah satu pihak tidak mengetahui dan menyepakati

pembuatannya, dengan adanya addendum maka bank dan nasabah harus

melakukan apa yang telah disepakati bersama dalam addendum tanpa

mengesampingkan kontrak pertama yang telah dibuat bersama.

Addendum bisa dilakukan untuk semua kontrak jika setelah pembuatan

dan kesepakatan kontrak tersebut kedua belah pihak menginginkan untuk

67

Lembar Negara PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah 68

Lembar Negara PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah

Page 78: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

58

melakukan addendum, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa addendum tidak

bisa dibuat jika tidak ada alasan yang membenarkan, bisa dilakukan jika ada

perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya,

perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan

jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan

sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarakan

kepada bank, tidak hanya terbatas pada hal itu saja tetapi bisa juga karena

konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah

waktu menengah dan konversi pembiayaan menjadi pernyertaan model sementara

pada perusahaan nasabah.69

Addendum dilaksanakan atas kesapakatan kedua

belah pihak (bank dan nasabah), hal ini dilakukan sebagai usaha bank untuk

membantu nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya dan bertujuan untuk

menghindari risiko kerugian hingga kedua belah pihak diuntungkan atas adanya

addendum.

Seperti halnya pada bank syariah lain yang mempunyai kewenangan untuk

melakukan addendum dengan nasabahnya, maka Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah pun mempunyai kewenangan untuk melakukan addendum dengan

nasabah. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Cabang Malang sering

mendapatkan permohonan pembiayaan terutama dalam pembiayaan murabahah,

pembiayaan murabahah di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah terbagi menjadi

dua macam yaitu pembiayaan produktif dan konsumtif, dalam pembiayaan

69

Lembar Negara PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah

Page 79: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

59

produktif meliputi pembiayaan usaha dan pengembangan modal nasabah,

selanjutnya untuk pembiayaan konsumtif misalnya dalam pembelian rumah,

sepeda motor, mobil dan lain sebagainya. Addendum sering terjadi dalam

pembiayaan murabahah produktif, hal ini terjadi karena adanya ketidaksamaan

antara pembelian barang dan perjanjian diawal, sebagaimana penuturan dari

Bapak Agus Iwan Sudaryanto sebagai Legal Office di Bank Rakyat Indonesia

(BRI) Syariah Kantor Cabang Malang:

“Penyebab addendum dalam stock barang kebanyakan terjadi karena

kekhilafan dari pihak nasabah. Nasabah seharusnya membeli barang yang

telah diperjanjikan diawal ketika bank sudah menguasakankan kepada

nasabah melalui akad wakalah, namun nasabah tidak melakukan apa yang

telah diperjanjikan tadi, maka harus dilakasanakan addendum. Tidak ada

prosedur khusus dalam pembuatan addendum, pembuatan addendum

dilakukan jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian diawal

maka harus dilakukan addendum.”70

Berdasarkan petikan wawancara tersebut menunjukkan bahwa penyebab

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengeluarkan addendum pada pembiayaan

murabahah karena kekhilafan dari pihak nasabah yang tidak melaksanakan yang

telah diperjanjikan diawal. Oleh karena itu bank mengeluarkan addendum seseuai

dengan aturan yang berlaku di Indonesia untuk menghindari kerugian.

Pihak penjual dalam murabahah dapat mengadakan perjanjian khusus

dengan pembeli untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan akad.71

Berdasarkan bunyi pasal di atas diketahui bahwa pembuatan addendum

diperbolehkan untuk mencegah terjadinya kerugian maupun penyalahgunaan

70

Agus Iwan Sudaryanto, Wawancara, (Malang, 08 Februari 2017) 71

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 118, h.46

Page 80: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

60

akad. Maksud dari perjanjian khusus setelah dilakukan kontrak (akad) adalah

addendum, perjanjian tersebut mengikat bagi nasabah dan bank. Sebelum

menganalisa lebih lanjut maka perlu diketahui hak dan kewajiban bagi bank

maupun nasabah ketika melakukan kontrak (akad), karena kontrak dan addendum

merupakan satu kesatuan.

Kontrak menyebabkan akibat hukum yang masing-masing pihak

mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik, yaitu:72

1. Pihak pembeli

a. Wajib menyerahkan uang pembelian yang besarnya sesuai

dengan kesepakatan.

b. Berhak menerima penyerahan barang obyek perjanjian jual beli.

2. Pihak penjual

a. Wajib menyerahkan barang kepada pembeli sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat.

b. Wajib menanggung barang terhadap cacat tersembunyi.

c. Berhak menerima uang pembayaran.

Dengan demikian jika salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya,

maka ia berada dalam kondisi wanprestasi. Jika wanprestasi terjadi masih dalam

batas kemampuan manusia, seperti berprestasi wama sekali, berprestasi tetapi

tidak sempurna, berprestasi tidak tepat waktu, atau melakukan segala sesuatu yang

dilarang dalam perjanjian. Tetapi jika resiko terjadi karena keadaan/situasi dimana

72

Abdul Ghafur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi, dan

Implementasi), (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2009), h.47-48

Page 81: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

61

seorang debitur sulit bahkan mustahil untuk memenuhi prestasi, atau tidak

dipenuhinya prestasi oleh debitur tersebut disebabkan faktor eksternal. Maka hal

itu disebut dengan force majeur/overmacht, baik yang bersifat absolut maupun

yang bersifat relatif, adapun yang dimaksud dengan resiko menurut Subekti

adalah suatu kewajiban memikul kewajiban yang disebabkan karena suatu

kejadian di luar kesalahan salah satu pihak.73

Adanya resiko tersebut

menimbulkan konsekuensi pihak yang harus bertanggung jawab, dalam jual beli

mungkin menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak, sebagai tawaran solusi

untuk menghindari kerugian tersebut maka dikeluarkannya addendum.

Sebelum addendum dikeluarkan, nasabah harus memahami aturan, hak

dan kewajibannya agar mengerti dan tidak melakukan kesalahan, untuk lebih

jelasnya peneliti melakukan wawancara kepada Customer Service untuk

mengetahui aturan nasabah sebelum pembuatan addendum:

“Murabahah itu jual beli kan ya, kalau pendanaan sih nggak ada,

pendanaan lebih ke wadiah sama mudharabah. Murbahah itu

pembiayaan, tapi seandainya nasabah tanya tentang pembiayaan ya kita

jelaskan murabahah secara umum ja, tidak detail, yang penting nasabah

tau, kan pasti nasabah nanya bedanya sama konven itu apa, jadi otomatis

kita jelasin kalau di syariah pasti pakai akad. Untuk pembuatan akad

murabahah langsung kemarketing, Jadi antara marketing, notaris, legal

dan nasabah. Customer Service hanya mengarahkan ke marketing, dari

awal itu customer service hanya memberi info saja, seperti brosur, sedikit

penjelasan mengenai akad jual beli, tapi setelah itu ya marketing yang

proses jadi langsung kita arahkan ke marketing. Marketing yang

menangani juga tergantung pembiayaannya, kalau mikro ya AOM, kalau

regular ya AO, tapi untuk eksekusi pencairan dananya itu di proses sama

bagian ADP dan Back Office, jadi setelah berkas beres, sama AO atau

AOM diserahkan ke ADP atau Financing Support. Sedangkan dalam

wakalah yang buat adalah legal, tapi pada prakteknya kalau lagi overload

73

Abdul Ghafur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia.... h, 48

Page 82: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

62

yang bikin marekting dengan sepengetahuan legal, dan dicek lagi sama

petugas legal.”74

Pembuatan addendum murabahah tersebut atas persetujuan kedua belah

pihak, dan hanya jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian diawal, dan

addendum merupakan akta dibawah tangan, sebagaimana kutipan wawancara dari

Bapak Agus Iwan Sudaryanto selaku Legal Office di Bank Syariah Indonesia

(BRI) Syariah Cabang Malang yang menyatakan:

“Tidak ada prosedur khusus untuk pembuatan addendum, pembuatan

addendum dilakukan jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian

diawal maka harus dilakukan addendum.”75

Petikan wawancara diatas menggambarkan bahwa addendum di Bank

Rakyat Indonesia (BRI) Syariah tidak bisa dilakukan sesuka hati, namun harus

ada penyebab dari dibuatnya addendum tersebut, dalam addendum murabahah

dilakukan jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian diawal.

Adanya ketidaksesuaian antara perlakuan nasabah dan perjanjian awal

yang telah dibuat, muncul pertanyaan bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian

dalam menyikapi hal ini, hal ini dijelaskan dalam kutipan wawancara dengan

Bapak Agus Iwan Sudaryanto selaku Legal Officer;

“Penerapan sikap bank dari prinsip kehati-hatian adalah dengan

pembuatan addendum itu sendiri, karena jika tidak dilakukan addendum

maka akad menjadi batal, akibat dari batalnya akad itu pendapatan yang

disebut margin atau keuntungan tidak boleh masuk dalam pendapatan

bank. Untuk nasabah yang tidak mau membuat addendum maka harus

melunasi uang yang telah digunakan, tidak memakai akad baru lagi tetapi

74

Neno Wahyuningtyas, Wawancara, (Malang, 26 Februari 2017) 75

Agus Iwan Sudaryanto, Wawancara, (Malang, 08 Februari 2017)

Page 83: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

63

hal itu sudah diperjanjikan diawal sehingga secara otomatis nasabah

harus membayar.”76

Pada dasarnya prisnip kehati-hatian merupakan salah satu dari prinsip

perbankan sendiri, prinsip perbankan tersebut disebutkan secara konkrit dalam

Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang

Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sedangkan prinsip kehati-

hatian merupakan asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi

dan kegiatannya harus menerapkan prinsip kehati-hatian untuk melindungi dana

masyarakat yang telah dipercayakan kepadanya. Hal ini disebutkan sebagai

berikut dalam Undang-Undnag Perbankan:77

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi

ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Dengan diberlakukannya prisnip kehati-hatian tersebut, diharapakan

kepercayaan masyarakat terhdapa perbankan semakin tinggi. Prisnip kehati-hatian

mengandung unsur 5C, yang dimaksud dengan 5C adalah sebagai berikut:78

1. Character

Sifat atau watak dari calon nasabah yang akan bekerjasama dengan bank,

hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik dari latar belakang

pekerjaan, gaya hidup, keadaan keluarga dan sebagainya.

76

Agus Iwan Sudaryanto, Wawancara, (Malang, 08 Februari 2017) 77

Lembar Negara Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 78

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), h. 95-96

Page 84: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

64

2. Capacity

Kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan

pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuan dalam

memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran sperti

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.

4. Colleteral

Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun

non fisik, jaminan juga diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu

masalah jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Menilai kondisi ekonomi politik sekarang dan yang akan datang sesuai

sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan.

Prinsip kehati-hatian ini bisa tercermin dalam prosedur pembiayaan bank,

seperti dalam akad murabahah di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Cabang

Malang, namun ada beberapa hal prosedur di Bank Rakyat Indonesia Syariah

Cabang Malang yang tidak sesuai dengan aturan, yakni waktu pembuatan akad.

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Agus Iwan Sudaryanto sebagai Legal Office:

“Akad wakalah dan murabahah dibuat sebelum nasabah membeli barang,

dibuat akad wakalah terlebih dahulu kemudian akad murabahah.

Harusnya jika sesuai ketentuan memang akad wakalah dahulu setelah

mendapatkan barang, baru akad murabahah, tapi praktiknya anatara

akad wakalah dan murabahah itu dilakukan berjangka sekitar 3 hari.

Page 85: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

65

Ketidaksesuaian teori dengan praktik disebabkan untuk efisiensi waktu,

karena nasabah tidak mau bolak-balik ke kantor, hal ini disebabkan

adanya masalah waktu dan tempat tinggal dari nasabah tersebut.”79

Hal ini tidak sesuai dengan aturan di Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

yang menyatakan bahwa sebelum pembuatan akad murabahah, barang harus

dimiliki sepenuhnya oleh pihak bank, namun bank melakukan prosedur yang

sudah dijelaskan dengan persutujuan nasabah dan hal itu dilakukan untuk tidak

memberatkan nasabah.

Pada dasarnya penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris

yang menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, sehingga peneliti tidak

melakukan wawancara kepada seluruh karayawan Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah Kantor Cabang Malang.

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa addendum adalah salah

satu upaya untuk menghidari kerusakan akad dan kerugian dikedua belah pihak,

disusun sesuai dengan prosedur hukum dan dilaksanakan dengan kesepakatan

bersama.

79

Agus Iwan Sudaryanto, Wawancara, (Malang, 08 Februari 2017)

Page 86: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

66

C. Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dan Fatwa DSN-

MUI terhadap Addendum di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah

Kantor Cabang Malang

KHES dan Fatwa DSN-MUI adalah salah satu rujukan hukum bagi pelaku

ekonomi syariah, lembaga yang menjalankan sistem ekonomi keuangan ekonomi

syariah adalah bank syariah yang dalam pengoprasiannya menggunakan prinsip

syariah, prinsip syariat Islam atau hukum Islam. Dalam ketentuan Pasal 1 angka

13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 telah dirumuskan pengertian prinsip

syariah, sebagai berikut:

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan

syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain

(ijarah wa iqtina).80

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah juga telah dirumuskan pengertian tentang prinsip syariah:

Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

80

Lembar Negara Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Page 87: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

67

Pasal di atas menjelaskan bahwa dalam kegiatan penghimpunan dana

maupun penyaluran dana serta pelayanan jasa lainnya bagi bank syariah harus

mendasarkan pada aturan perjanjian tertulis (akad) menurut hukum Islam atau

sesuai dengan syariah sebagaimana difatwakan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah, yaitu fatwa DSN-MUI dan

aturan ekonomi syariah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). Bagi

bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana

termuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran

Dana serta Pelayanan Jasa bagi Bank Syariah. Selain itu, kejelasan akad

penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah akan membantu operasional

bank sehingga menjadi lebih efisien dan meningkatkan kepastian hukum para

pihak/pelaku dalam industri perbankan syariah, termasuk bagi pengelola

bank/pemilik dana/pengguna dana, otoritas pengawas, dan auditor bank syariah.81

1. Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

Kompilasi Hukum Ekonomi Islam (KHES) merupakan Peraturan

Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 Tahun 2008, yang diawali dari

lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

telah membawa perubahan besar terhadap kedudukan dan eksistensi

Peradilan Agama di Indonesia, karena selain kewenangan dalam bidang

81

Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Bandung: Citrra Aditya

Bakti, 2009), h.16-17

Page 88: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

68

hukum keluarga Islam, peradilan agama juga diberi wewenang untuk

menyelesaikan perkara dalam bidang ekonomi syariah.

Mahkamah Agung RI dalam merealisasikan kewenangan baru

peradilan agama tersebut menetapkan beberapa kebijakan, salah satunya

adalah pembuatan KHES, dengan membentuk hukum formil dan materiil

agar menjadi pedoman bagi aparat peradilan agama dalam memeriksa,

mengadili dan memutuskan perkara ekonomi syariah. Pada kegiatan yang

menyangkut hukum formil dan materiil ekonomi syariah, ketua

Mahkamah Agung RI telah membentuk tim Penyusunan Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah Berdasarkan Surat Keputusan Nomor

KMA/097/SK/X/2006 tanggal 20 Oktober 2006 yang diketuai oleh Prof.

Dr. H. Abdul Manan, SH., S.IP., M.Hum.82

Pengertian kontrak (akad) umumnya diartikan sebagai penawaran

dan penerimaan yang berakibat pada konsekuensi hukum tertentu.

Kontrak berarti suatu kesepakatan yang bersandar pada penawaran dan

pemerimaan (ijab-qabul) antara para pihak yang terlibat dalam kontrak

dengan prinsip hukum dalam suatu urusan (obyek). Walaupun dalam

hukum islam dan konvensional mempunyai pandangan yang sama dalam

hal tersebut, tetapi perbedaan yang muncul ada di dalam perlakuan

mereka dalam ajakan untuk melakukan sesuatu (bertransaksi). Hal ini

dikarenakan dalam hukum konvensionaldilakukan untuk menciptakan

sebuah penawaran, sebaliknya hukum Islam justru mengenal sebuah

82

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Sejarah Singkat Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah Mahkamah Agung RI.

Page 89: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

69

ajakan untuk melakukan sesuatu tersebut sebagai penawaran yang sah

atau valid (ijab) dimana pihak yang menerima (qabu) akan terikat oleh

hukum yang telah disetujui pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian

atau transaksi.83

Dalam praktik kontrak hukum ekonomi Islam di

Indonesia dapat ditemukan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

buku II pasal 20, akad diartikan sebagai berikut:

Kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih

untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan hukum

tertentu.84

Akad dalam hukum Islam terkait dengan janji, kewajiban,

tanggung jawab, dan amanah, karena itu pelaku harus terkait dengan

kemampuan (kapasitas) dan kesadaran para pihak dalam kondisi obyektif.

Akad diartikan sebagai perikatan dan permufakatan, secara syar‟i akad

berhubungan dengan ijab dan qabul dalam hal seuatu sesuai dengan

kehendak syariat yang menimbulkan akibat hukum pada obyek akad. Ijab

qabul diartikan adanya niat dan kerelaan para pihak yang terlibat dalam

akad sehingga mengakibatkan hak dan kewajiban atas akad yang

disepakati.85

Sebagaimana yang tercantum dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah Pasal 22:

Rukun Akad terdiri atas:86

a. Pihak-pihak yang berakad

b. Objek akad

83

Asep Saepudin Jahar dkk, Hukum Pidana Keluarga, Pidana & Bisnis, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2013), h.259-260 84

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.15 85

Asep Saepudin Jahar dkk, Hukum Keluarga, Pidana & Bisnis, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2013), h. 260 86

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.22

Page 90: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

70

c. Tujuan pokok akad; dan

d. Kesepakatan

Unsur kesepakatan tersebut dijelaskan lebih lanjut pada pasal 29

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah:

Akad yang disepakati harus memuat ketentuan:87

a. Kesepakatan mengikatkan diri;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Terhadap sesuatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal menurut Syariat Islam

Akad yang dibuat tersebut mempunyai akibat hukum yang berlaku

mengikat bagi pihak yang terlibat dalam akad (kontrak) tersebut,

sebagaiamana termuat dalam pasal 44 Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah:

Semua akad yang dibuat secara berlaku sebagai nash syariah bagi

mereka yang mengadakan akad. (dikaji ulang) kembali ke rujukan

asal.88

Addendum secara fisik memang terpisah dengan kontrak, tapi

secara substansi tidak terlepas dari kontrak itu sendiri, yang mengartikan

bahwa aturan maupun prinsip dari addendum sama dengan prinsip dan

aturan dari kontrak tersebut. Pelakasanaan addendum dalam akad

murbahah termuat dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

Pasal 118:

87

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.24. 88

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.46.

Page 91: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

71

Pihak penjual dalam murabahah dapat mengadakan perjanjian

khusus dengan pembeli untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan akad.

Perjanjian khusus yang dimaksud dalam pasal 118 adalah

perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak antara nasabah dan

bank. Karena addendum merupakan bagian dari kontrak yang berarti tidak

terlepas dari akad tersebut, maka pembuatan addendum harus memenuhi

kriteria akad yang sah, sebagaimana dijlaskan dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah (KHES) pasal 26 dan 29:

Akad tidak sah apabila bertentangan dengan:89

a. Syariat Islam;

b. Peraturan Perundang-undangan;

c. Ketertiban Umum; dan/atau

d. Kesusilaan;

Akad yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a

adalah akad yang disepakati dalam perjanjian, tidak mengandung

unsur ghalath atau khilaf, dilakukan di bawah ikrah atau paksaan,

taghrir atau tipuan, dan ghubn atau penyamaran.90

2. Tinjauan Fatwa DSN-MUI

Fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

keputusan atau pendapat yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah

dengan kata lain yaitu nasihat orang alim.91

Sedangkan yang dimaksud

dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menurut Peraturan Presiden

Nomor 151 Tahun 2014 Tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan Majelis

Ulama Indonesia adalah wadah musyawarah para ulama, pemimpin dan

89

Pasal 26 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.23. 90

Pasal 29 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.24. 91

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 92: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

72

cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan

kehidupan yang Islami serta meningkatkan partisipasi umat Islam dalam

pembangunan nasional.92

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

dibentuk dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam mengenai

masalah perekonomian dan mendorong penerapan ajaran Islam dalam

bidang perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan

tuntutan syariat Islam. Pembentukan DSN-MUI merupakan langkah

efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang

berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan. Berbagai

masalah/kasus yang memerlukan fatwa akan ditampung dan dibahas

bersama agar diperoleh kesamaan pandangan dalam penanganannya oleh

masing-masing Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada di lembaga

keuangan syariah.93

Fatwa DSN-MUI dalam penelitian ini dikerucutkan kepada fatwa

ekonomi syariah yang dikeluarkan MUI. Fatwa DSN-MUI merupakan

hukum positif yang mengikat, sebab keberadaanya sering dilegitimasi

lewat peraturan perundang-undangan oleh lembaga pemerintah, sehingga

harus dipatuhi pelaku ekonomi syariah. Demikian salah satu kesimpulan

disertasi Yeni Salma Barlinti berjudul Kedudukan Fatwa DSN dalam

92

Peraturan Presiden Nomor 151 Tahun 2014 Tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan Majelis

Ulama Indonesia 93

http://dsnmui.or.id/

Page 93: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

73

Sistem Hukum Nasional yang telah dipertahankan dalam ujian program

doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).94

Menurut Yeni Salma Barinti dalam disertasinya mengatakan

bahwa pembentukan fatwa bidang ekonomi syariah oleh DSN yang

dibentuk lewat SK MUI No. Kep-754/MUI/II/99 untuk menghindari

perbedaan kekuatan kegiatan tertentu yang dibuat Dewan Pengawas

Syariah (DPS) di masing-masing LKS. Dalam disertasi versi lengkapnya,

Yeni Salma Barinti juga membandingkan secara detail Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah (KHES) dengan fatwa DSN, bahwa ada sekitar 98 pasal

dalam KHES yang sama dengan fatwa DSN. Fatwa DSN bersifat

mengikat berdasarkan peraturan perundang-undangan, seperti UU No. 19

Tahun 2008 Surat Berharga Syariah Negara dan UU Perbankan Syariah

yang mengakui peran Fatwa DSN, selain PBI, Keputusan Menkeu, dan

peraturan yang dibuat pejabat berwenang.95

Jadi fatwa MUI itu tidak

mengikat bagi warga negara, tetapi bisa saja bersifat mengikat selama

diserap ke dalam peraturan perundang-undangan.

Keabsahan addendum sendiri telah dijelaskan oleh DSN-MUI

melalui fatwanya No. 04 tahun 2000 tentang Murabahah, sebagai berikut:

Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

94

Fatwa DSN Merupakan Hukum Positif Mengikat, http://hukumonline.com, diakses 26 Februari

2017 95

Fatwa DSN Merupakan Hukum Positif Mengikat, http://hukumonline.com, diakses 26 Februari

2017.

Page 94: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

74

Addendum sendiri dilakukan sebagai aplikasi dari sikap kehati-

hatian bank untuk mencegah kerusakan akad. Prosedur pengeluaran

addendum di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang

Malang pun sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN-MUI, namun ada

beberapa perbedaan dari pelaksanannya, yakni di Bank Rakyat Indonesia

(BRI) Syariah Kantor Cabang Malang setelah akad wakalah disetujui dan

selang beberapa hari (biasanya 3 hari) akad jual beli murabahah dibuat,

padahal secara prinsip belum menjadi milik dari penjual atau Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang, secara prosedural hal ini

diatur dalam ketentuan Murabahah kepada Nasabah di Fatwa DSN-MUI

No. 04 tahun 2000 tentang Murabahah:

Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:96

1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu

barang atau aset kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3. Bank kemudian menwarkan aset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang

telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat;

kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

Addendum adalah istilah yang digunakan dalam dunia perbankan

untuk perubahan akad yang tidak terlepas dari akad awalnya. Istilah

addendum tidak mudah untuk ditemukan dalam undang-undang, karena

96

Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang Murabahah

Page 95: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

75

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN-MUI menyebutnya

sebagai perjanjian khusus, bukan addendum. Berbeda istilah pula

penyebutannya dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang menyebut

addendum sebagai restrukturisasi, addendum dan restrukturisasi dalam

PBI mempunyai pengertian, tujuan dan maksud yang sama dengan

addendum dalam dunia perbankan, oleh karena itu peneliti mengkaji dari

PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah sebagai penguat analisis.

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 dalam PBI No. 10/18/PBI/2008

tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah menjelaskan pengertian dan jenis dari restrukturisasi tersebut:97

Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan

Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

kewajibannya, antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan

sebagaian atau seluruh persyaratan Pembiayaan, antara lain

perubahan jadwal pembayaran,jumlah angsuran, jangka waktu

dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa

kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank;

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau

reconditioning, antara lain meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

2) Konversi akad Pembiayaan;

3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah

berjangka waktu menengah;

97

Lembar Negara Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi

Pembiayan bagi Bank syariah dan Unit Usaha Syariah

Page 96: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

76

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

pada perusahaan nasabah.

Ketidaksesuaian antara teori dengan praktik addendum ini diakui

oleh pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang,

hal ini dilakukan atas kesepakatan kedua belah pihak (nasabah dan bank)

disebabkan keterbatasan waktu dan jarak tempuh nasabah tersebut dengan

kantor cabang bank. Teori maupun aturan dalam KHES dan Fatwa DSN-

MUI yang mengahruskan barang harus dimiliki bank terlebih dahulu

sebelum dibuat akad murabahah, namun dalam praktiknya pihak bank

mempertimbangkan kondisi yang terjadi, seperti efisiensi waktu dan

jauhnya tempat tinggal nasabah, sehingga atas kesepakatan bersama maka

dibuatlah akad murabahah terlebih dahulu. Pembuatan akad murbahah

diawal menimbulkan potensi adanya perubahan akad atau addendum, dan

addendum juga dikeluarkan oleh pihak bank dengan kesepakatan kedua

belah pihak.

Sedangkan asas-asas kontrak yang berakibat hukum dan bersifat

khusus adalah:98

a. Asas Konsensualisme atau Asas Kerelaan

Asas ini tercantum dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 29,

selain itu asas ini terdapat dalam pasal 1320 ayat (1)

KUHPerdata. Pasal tersebut menjelaskan bahwa salah satu

98

Lukman Santoso, Hukum Perikatan, (Malang: Setara Press, 2016), h.57-59

Page 97: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

77

syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah

pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan

bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak,

yang merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan

yang dibuat oleh kedua belah pihak.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk

melakukan kontrak, apabila telah disepakati bentuk dan isinya

maka kontrak tersebut mengikat para pihak yang

menyepakatinya, harus dilaksanakan hak dan kewajibannya

selama tidak bertentangan dengan syari‟ah Islam.

c. Asas Perjanjian Mengikat

Setiap orang yang melakukan kontrak, maka orang tersebut

terikat kepada isi kontrak, sehingga seluruh isi kontrak wajib

dilakukan.

d. Asas Keseimbangan

Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara

pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian Islam

menekankan perlunya keseimbangan tersebut, baik

keseimbangan antara apa yang diberikan dan yang diterima,

maupun keseimbangan dalam menanggung resiko.

Page 98: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

78

e. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum ini terkait dengan akibat perjanjian.

f. Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan kontrak hanya untuk

kepentingan perseorangan. Dengan demikian asas kepribadian

dalam perjanjian dikecualikan apabila perjanjian tersebut

dilakukan seseorang untuk orang lain yang memberikan kuasa

bertindak hukum untuk dirinya atau orang tersebut berwenang

atasnya.

Berdasarkan penjelasan asas kontrak diatas, ketentuan yang ada dalam

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN-MUI menyatakan

kesepakatan bersama adalah aturan yang mengikat dalam kontrak, dan dalam hal

ini kontrak merupakan pengaplikasian akad dalam perbankan. Addendum adalah

bagian dari kontrak yang secara fisik terlepas dari kontrak tersebut, namun secara

substansi tetap berhubungan dengan kontrak. Pembuatan addendum bertujuan

untuk menghindari rusaknya akad dan kerugian dari kedua belah pihak.

Addendum sah secara hukum jika tidak bertentangan dengan syariat Islam dan

kesepakatan kedua belah pihak.

Page 99: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karena nasabah melakukan sesuatu tidak sesuai dengan kontrak

(pembelian barang yang tidak sesuai dengan kesepakatan) dan

addendum dilakukan sebagai upaya bank untuk menghindari resiko

keuangan, dan menjaga kelangsungan usaha nasabah pembiayaan.

Prosedur pengeluaran addendum telah diatur dalam Fatwa DSN-MUI

No.04 Tahun 2000 tentang Murabahah, Kompilasi Hukum Ekonomi

Page 100: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

80

Syariah dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/18/PBI/2008

tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah. Namun keterangan berbeda peneliti peroleh setelah

melakukan wawancara langsung kepada Legal Officer Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang yang menjelaskan

adanya ketidaksesuaian prosedur praktik addendum di Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Syariah dengan teori yang tercantum dalam aturan-

aturan yang berlaku di Indonesia.

2. Tinjaun Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) terhadap

addendum dilihat melalui perjanjian khusus yang diatur dalam pasal

118 KHES, karena addendum merupakan bagian dari kontrak yang

berarti tidak terlepas dari akad tersebut, maka pembuatan addendum

harus memenuhi kriteria akad yang sah, sebagaimana dijelaskan dalam

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pasal 26 dan 29.

Sedangkan jika ditinjau dari fatwa DSN-MUI yang dilihat dari

prosedur dikeluarkannya addendum pada ketentuan murabahah,

meskipun addendum pada praktiknya tidak sesuai dengan teori tetapi

karena dalam akad terdapat kesepakatan kedua belah pihak, maka hal

tersebut diperbolehkan.

Page 101: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

81

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti paparkan

maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk meminimalisir resiko kerugian yang terjadi, maka sebaiknya

pelaksanakan akad murabahah disesuaikan dengan yang telah

disebutkan dalam Fatwa DSN-MUI, sehingga addendum bisa dicegah,

namun jika memang kondisi mendesak dan sangat tidak

memungkinkan maka akad murabahah didasarkan kesepakatan kedua

belah pihak, sehingga resiko kerugian ditanggung bersama.

2. Istilah addendum yang jarang dipahami oleh masyarakat pada

umumnya, maka hal tersebut harus dijelaskan secara detail dengan

aturannya, agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari.

Page 102: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

82

DAFTAR RUJUKAN

Buku

Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2006.

Anshori, Abdul Ghafur. Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi,

dan Implementasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009.

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani, 2011.

Burhanuddin, Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2009.

Dwi, Suwiknyo. Kamus Lengkap Ekonomi Islam. Yogyakarta: Total Media,

2009.

Jahar, Asep Saepudin dkk. Hukum Keluarga, Pidana & Bisinis. Jakarta:

Prenadamedia, 2013.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2014.

LKP2M. Research Book For LKP2M. Malang: UIN Malang, 2005.

Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis

Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah).

Yogyakarta: UII Press, 2009.

Page 103: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

83

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara, 2003.

Nasution, Bahder Johan. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: Mandar Maju,

2008.

Nawawi, Ismail. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2012.

Saifullah, Tipologi Penelitian Hukum (Kajian Sejarah, Paradigma, dan

Pemikiran Tokoh). Malang: Intelegensia Media, 2015.

Santoso, Lukman. Hukum Perikatan. Malang: Setara Press, 2016.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press,1986.

Usman, Rachmadi. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia. Bandung:

Citrra Aditya Bakti, 2009.

Tim Penyusun,Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah

Page 104: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

84

Peraturan Presiden Nomor 151 Tahun 2014 Tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan

Majelis Ulama Indonesia

Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang Murabahah .

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Skripsi/Tesis/Disertasi

Rohman, Ahmad Kholiqul. Tinjauan Yuridis-Normatif terhadap Sengketa Akad

Mudarabah di Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus atas Putusan

Pengadilan Agama Bantul Nomor: 0463/PDT.G/2011/PA.BTL),

Skripsi SH . Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Prasetya, Fauzan. Kedudukan Hukum Addendum Perjanjian Pemborong Kerja

yang Berlaku Setelah Jangka Waktu Perjanjian Pokoknya Berakhir

(Studi Kasus: Addendum I Perjanjian Kerjasama PT. Semen Padang

No. 428/PJJ/PJS10.9/05.13), Skripsi SH. Padang:Universitas Andalas,

2014.

Fikri, M. Haris. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Prinsip

Hukum Ekonomi Syariah, Skripsi SH. Bandar Lampung: Universitas

Lampung, 2016.

.

Page 105: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

85

Website

Kusumasari, Diana. Addendum atau Perpanjangan Kontrak?,

http://hukumonline.com, diakses 08 Oktober 2016.

Medi Vitrawanto, Mengenal Lebih Jauh Account Officer dalam Dunia

Perbankan. Http://medivitrawanto.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02

Maret 2017.

Salim. Pengertian Definisi Addendum. Http://mediainformasill.blogspot.com,

diakses 18 Oktober 2016.

Salim. Pengertian Definisi Addendum. Http://mediainformasill.blogspot.com,

diakses 18 Oktober 2016.

Kenali Profesi Risk Management Officer”, http://careernews.id/site/index diakses

tanggal 02 Maret 2017

Marketing Manajer. Http://marketingdreamfinance.blogspot.co.id/ diakses tanggal

02 Maret 2017

Gambaran Tugas dan Wewenang Operasional.

https://jobdeskripsi.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02 Maret 2017

Perbankan Deskripsi Kerja. http://www.job-desc.com/ diakses tanggal 02 Maret

2017

Pengertian dan Tugas Teller Bank. http://www.jobdesc.net/category/job-desc

diakses 02 Maret 2017

Page 106: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

86

Pelatihan Perbankan. https://pelatihanbank.wordpress.com/ diakses tanggal 02

Maret 2017

Tugas dan Tanggung Jawab Frontliner Bank. http://www.lokerbandaaceh.com/

diakses tanggal 02 Maret 2017

Finance Manager: Tugas & Tanggung Jawab.

https://jobdeskripsi.blogspot.co.id/2013/03/finance-manager-tugas-

tanggung-jawab.html diakses tanggal 02 Maret 2017

Tugas Seorang Back Office”, http://kangom.blogspot.co.id/ diakses tanggal 02

Maret 2017

Tugas Legal Officer, https://lawandhuman.wordpress.com/ diakses tanggal 02

Maret 2017

Apa Tugas dari Financing Administration Staff pada Bank”,

https://id.answers.yahoo.com/ diakses tanggal 02 Maret 2017

Fatwa DSN Merupakan Hukum Positif Mengikat, http://hukumonline.com,

diakses 26 Februari 2017

http://dsnmui.or.id/

http://brisyariah.co.id

Informasi Lowongan Kerja BRI Syariah

Hasil Wawancara

Agus Iwan Sudaryanto, pra wawancara, (Malang: 08 Oktober 2016)

Agus Iwan Sudaryanto, Wawancara, (Malang, 08 Februari 2017)

Page 107: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

87

Neno Wahyuningtyas, Wawancara, (Malang, 26 Februari 2017)

Dokumen Struktur Organisasi Cabang BRI Syariah Kantor Cabang Malang

Dokumen Statistik Jumlah Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang

Malang

Dokumen Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Malang

Kitab Suci (al-Qur’an)

QS. al-Nisa (4): 29

QS. Ali Imron (3): 76

Page 108: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

LAMPIRAN

Page 109: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 110: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

INSTRUMEN PENELITIAN

No KHES DSN-MUI Keterangan

1 √ - Pasal 118

2 √ √ Pasal 29, Fatwa DSN-MUI No. 04

tahun 2000 tentang Murabahah

3 √ - Pasal 21

4 √ √ Pasal 119, Fatwa DSN-MUI No. 04

tahun 2000 tentang Murabah

Page 111: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

HASIL WAWANCARA

Nama : Agus Iwan Sudaryanto

Lembaga : BRI Syariah Cabang Malang

Jabatan/Bagian : Legal Office

Tanggal : 08 Februari 2017

T : Bagaimana prosedur pembuatan addendum?

J : Tidak ada prosedur khusus untuk pembuatan addendum, pembuatan addendum

dilakukan jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian diawal maka harus

dilakukan addendum.

T : Apa penyebab BRI Syariah mengeluarkan addendum?

J : Penyebab dikeluarkannya addendum di BRI Syariah ada tiga jenis yaitu; penjadwalan

kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali

(restructuring). Sedangkan penyebab addendum dalam pembelian barang terjadi side

streaming. Nasabah seharusnya membeli barang yang telah diperjanjikan diawal ketika

bank sudah menguasakankan kepada nasabah melalui akad wakalah, namun nasabah

tidak melakukan apa yang telah diperjanjikan tadi, maka harus dilakasanakan addendum.

T : Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam akad murabahah ini?

J :Penerapan sikap bank dari prinsip kehati-hatian adalah dengan pembuatan addendum itu

sendiri, karena jika tidak dilakukan addendum maka akad menjadi batal, akibat dari

batalnya akad itu pendapatan yang disebut margin atau keuntungan tidak boleh masuk

dalam pendapatan bank. Untuk nasabah yang tidak mau membuat addendum maka harus

melunasi uang yang telah digunakan, tidak memakai akad baru lagi tetapi hal itu sudah

diperjanjikan diawal sehingga secara otomatis nasabah harus membayar.

T :Jika pembelian barang diwakilkan kepada nasabah, apakah dilakukan akad murabahah

terlebih dahulu atau tidak?

J :Akad wakalah dan murabahah dibuat sebelum nasabah membeli barang, dibuat akad

wakalah terlebih dahulu kemudian akad murabahah. Harusnya jika sesuai ketentuan

Page 112: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

memang akad wakalah dulu setelah mendapatkan barang baru akad murabahah, tapi

praktiknya antara akad wakalah dan murabahah itu dilakukan berjangka sekitar 3 hari.

Ketidaksesuaian teori dengan praktik disebabkan untuk efisiensi waktu, karena nasabah

tidak mau bolak-balik ke kantor, hal ini disebabkan adanya masalah waktu dan tempat

tinggal dari nasabah tersebut.

Narasumber

Agus Iwan Sudaryanto

Page 113: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

HASIL WAWANCARA

Nama : Neno Wahyuningtyas

Lembaga : BRI Syariah Cabang Malang

Jabatan/Bagian : Customer Service

Tanggal : 26 Februari 2017

T : Apakah Customer Service menjelaskan kepada nasabah tentang addendum

murabahah?

J :Murabahah itu jual beli kan ya, kalau pendanaan sih nggak ada, pendanaan lebih ke

wadiah sama mudharabah. Murbahah itu pembiayaan, tapi seandainya nasabah tanya

tentang pembiayaan ya kita jelaskan murabahah secara umum ja, tidak detail, yang

penting nasabah tau, kan pasti nasabah nanya bedanya sama konven itu apa, jadi

otomatis kita jelasin kalau di syariah pasti pakai akad.

T : Apakah nasabah yang akan melakukan akad murabahah ke Customer Service dahulu?

J : Langsung ke marketing. Jadi antara marketing, notaris, legal dan nasabah. Customer

Service hanya mengarahkan ke marketing, dari awal itu customer service hanya

memberi info saja, seperti brosur, sedikit penjelasan mengenai akad jual beli, tapi setelah

itu ya marketing yang proses jadi langsung kita arahkan ke marketing. Marketing yang

menangani juga tergantung pembiayaannya, kalau mikro ya AOM, kalau regular ya AO,

tapi untuk eksekusi pencairan dananya itu di proses sama bagian ADP dan Back Office,

jadi setelah berkas beres, sama AO atau AOM diserahkan ke ADP atau Financing

Support

Page 114: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

T : Pelaksanan akad wakalah apakah alurnya sama mbak?

J : Akad wakalah yang buat adalah legal, tapi pada prakteknya kalau lagi overload yang

bikin marekting dengan sepengetahuan legal, dan dicek lagi sama petugas legal.

Narasumber

Neno Wahyuningtyas

Page 115: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 116: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 117: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 118: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 119: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 120: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Gambar Penelitan (wawancara dengan Legal Officer)

Page 121: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR: 10/18/PBI/2008

TENTANG

RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

DAN UNIT USAHA SYARIAH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa untuk menghindari risiko kerugian, Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaannya;

b. bahwa salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha

nasabah pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat

melakukan restrukturisasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki

prospek usaha dan/atau kemampuan membayar;

c. bahwa restrukturisasi pembiayaan harus memperhatikan prinsip

syariah dan prinsip kehati-hatian;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu diatur kembali ketentuan

mengenai Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia.

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Page 122: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

4. Bank ...

-2-

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG RESTRUKTURISASI

PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA

SYARIAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Syariah dan Unit Usaha syariah.

2. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

3. Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank

Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Page 123: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

7. Restrukturisasi ...

-3-

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS

adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam

Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

5. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja

dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang

dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau

unit syariah.

6. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan

istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan

atau bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Page 124: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

7. Restrukturisasi ...

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Page 125: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

mengatasi ...

-4-

7. Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank

dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

kewajibannya, antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan Pembiayaan, antara lain perubahan

jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau

pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban

nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank;

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

Pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau

reconditioning, antara lain meliputi:

1) penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

2) konversi akad Pembiayaan;

3) konversi Pembiayaan menjadi surat berharga

syariah berjangka waktu menengah;

4) konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

pada perusahaan nasabah.

8. Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah adalah surat

bukti investasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim

diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal berjangka

waktu 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan menggunakan

akad mudharabah atau musyarakah .

9. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal BUS atau

UUS, antara lain berupa pembelian saham dan/atau konversi

Pembiayaan menjadi saham dalam perusahaan nasabah

Page 126: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

mengatasi ...

untuk

Page 127: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-5-

Pasal 5 ...

mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau piutang dalam jangka

waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang berlaku.

Pasal 2

(1) Bank dapat melaksanakan Restrukturisasi Pembiayaan

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

(2) Bank wajib menjaga dan mengambil langkah-langkah agar kualitas

Pembiayaan setelah direstrukturisasi dalam keadaan Lancar.

BAB II

RESTRUKTURISASI

Pasal 3

Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan

untuk menghindari:

a. penurunan penggolongan kualitas Pembiayaan;

b. pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih

besar; atau

c. penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual.

Pasal 4

Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar

permohonan secara tertulis dari nasabah.

Page 128: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-6-

BAB III ...

Pasal 5

(1) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

b. nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu

memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.

(2) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk

Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

(3) Restrukturisasi Pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan

bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik.

Pasal 6

(1) Restrukturisasi Pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga)

kali dalam jangka waktu akad Pembiayaan awal.

(2) Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling

cepat 6 (enam) bulan setelah Restrukturisasi Pembiayaan

sebelumnya.

Pasal 7

Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki beberapa

fasilitas Pembiayaan dari Bank, dapat dilakukan terhadap masing-masing

Pembiayaan.

Page 129: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-7-

(4) Pelaksanaan ...

BAB III

PERLAKUAN AKUNTANSI

Pasal 8

Dalam pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan, Bank wajib

menerapkan perlakuan akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia yang berlaku.

BAB IV

PRINSIP SYARIAH

Pasal 9

Restrukturisasi Pembiayaan dilaksanakan dengan memperhatikan fatwa

Majelis Ulama Indonesia yang berlaku.

BAB V

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Pasal 10

(1) Bank wajib memiliki kebijakan dan Standard Operating Procedure

tertulis mengenai Restrukturisasi Pembiayaan.

(2) Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib disetujui oleh Komisaris.

(3) Standard Operating Procedure Restrukturisasi Pembiayaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dikinikan dan disetujui

oleh Direksi dan Dewan Pengawas Syariah.

Page 130: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-8-

(3) Dalam ...

(4) Pelaksanaan kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan wajib diawasi

secara aktif oleh Komisaris.

(5) Kebijakan dan Standard Operating Procedure Restrukturisasi

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih

lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB VI

PENETAPAN KUALITAS PEMBIAYAAN

Pasal 11

(1) Kualitas Pembiayaan setelah dilakukan restrukturisasi ditetapkan

sebagai berikut:

a. paling tinggi Kurang Lancar untuk Pembiayaan yang sebelum

dilakukan restrukturisasi tergolong Diragukan atau Macet;

b. kualitas Pembiayaan tidak berubah untuk Pembiayaan yang

sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong Kurang Lancar.

(2) Kualitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:

a. menjadi Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan selama 3 (tiga)

kali periode pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi

hasil/fee/ujrah secara berturut-turut sesuai dengan perjanjian

Restrukturisasi Pembiayaan; atau

b. menjadi sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan

Restrukturisasi Pembiayaan atau menjadi lebih buruk, jika

nasabah tidak memenuhi kriteria dan/atau syarat-syarat dalam

perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dan/atau pelaksanaan

Restrukturisasi Pembiayaan tidak didukung dengan analisis dan

dokumentasi yang memadai;

Page 131: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

(2) Untuk ...

-9-

(3) Dalam hal periode pembayaran angsuran pokok dan/atau

margin/bagi hasil/fee/ujrah kurang dari 1 (satu) bulan, peningkatan

kualitas menjadi Lancar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

a dapat dilakukan paling cepat dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak

dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan;

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat

(3) berlaku juga untuk Restrukturisasi Pembiayaan yang kedua dan

ketiga.

Pasal 12

Pembiayaan yang direstrukturisasi lebih dari 3 (tiga) kali, digolongkan

Macet sampai dengan Pembiayaan lunas.

Pasal 13

Pembiayaan yang direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu

pembayaran (grace period) ditetapkan memiliki kualitas sebagai berikut:

a. selama grace period, kualitas mengikuti kualitas Pembiayaan

sebelum dilakukan restrukturisasi; dan

b. setelah grace period berakhir, kualitas Pembiayaan mengikuti

penetapan kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Pasal 14

(1) Untuk BUS dan UUS, kualitas Pembiayaan yang telah

direstrukturisasi wajib dinilai berdasarkan prospek usaha, kinerja

(performance) nasabah dan/atau kemampuan membayar, sesuai

dengan penggolongan nasabah, setelah 1 (satu) tahun sejak

penetapan kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1);

Page 132: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

(5) Pembiayaan ...

-10-

(2) Untuk BPRS, kualitas Pembiayaan yang telah direstrukturisasi wajib

dinilai berdasarkan ketepatan dan/atau kemampuan membayar

kewajiban nasabah.

BAB VII

TATACARA RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

Pasal 15

(1) Pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah atau piutang istishna’

dapat direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(2) Pembiayaan dalam bentuk piutang qardh dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling); dan

b. persyaratan kembali (reconditioning).

(3) Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah dapat

direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(4) Pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah muntahiyyah bittamlik

dapat direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

Page 133: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

(5) Pembiayaan ...

c. penataan kembali (restructuring).

Page 134: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-11-

BAB VIII ...

(5) Pembiayaan multijasa dalam bentuk ijarah dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling); dan

b. persyaratan kembali (reconditioning).

(6) Pembiayaan dalam bentuk piutang salam dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(7) Tata cara Restrukturisasi Pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam

Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 16

Restrukturisasi Pembiayaan dengan cara penataan kembali

(restructuring) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dalam bentuk

konversi Pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu

Menengah dan Penyertaan Modal Sementara tidak berlaku bagi BPRS.

Pasal 17

(1) Bank wajib melepaskan Penyertaan Modal Sementara apabila:

a. telah sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun; atau

b. perusahaan nasabah tempat Penyertaan Modal Sementara telah

memperoleh laba kumulatif.

(2) Bank wajib menghapus buku Penyertaan Modal Sementara apabila

telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun.

Page 135: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-12-

(5) Pelaporan ...

BAB VIII

LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

Pasal 18

Bank wajib melaporkan Restrukturisasi Pembiayaan kepada Bank

Indonesia.

Pasal 19

Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 bagi BUS dan UUS mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai Laporan Berkala Bank Umum.

Pasal 20

(1) Laporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18, untuk BPRS wajib disampaikan setiap bulan paling lambat

tanggal 14 pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

(2) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila BPRS

menyampaikan laporan melampaui batas waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sampai dengan tanggal 21 pada bulan

berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

(3) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila BPRS belum

menyampaikan laporan sampai dengan batas waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) jatuh pada hari Sabtu, Minggu

atau hari libur maka laporan disampaikan pada hari kerja berikutnya.

Page 136: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-13-

Pasal 24 ...

(5) Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB IX

SANKSI

Pasal 21

Bank yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana diatur

dalam Pasal 4, Pasal 5 ayat (3), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 ayat (1) sampai

dengan ayat (4), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18 dikenakan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) Undang–

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Pasal 22

(1) BPRS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi berupa denda

uang sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari

keterlambatan dan paling banyak seluruhnya sebesar Rp700.000,00

(tujuh ratus ribu rupiah).

(2) BPRS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (3) dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar

paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 23

Pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan Pasal 12,

tidak mengurangi pengenaan sanksi dalam ketentuan Bank Indonesia

mengenai Laporan Bulanan Bank Umum Syariah dan Laporan Bulanan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Page 137: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-14-

Pasal 24

Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) tidak

mengurangi kewajiban Bank untuk menyampaikan Laporan

Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

Restrukturisasi Pembiayaan yang telah dilakukan Bank sebelum

berlakunya ketentuan ini tidak dihitung sebagai Restrukturisasi

Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia

ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Dengan dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia ini maka:

a. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR

tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit;

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni

2000 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang

Restrukturisasi Kredit;

c. Pasal 47 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5

Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang

Melaksanakan ...

Page 138: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-15-

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah;

d. Pasal 46 dan Pasal 46A Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah;

e. Pasal 23 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/24/PBI/2006 tanggal 5

Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank

Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27

Ketentuan pelaksanaan tentang Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini akan diatur lebih lanjut

dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 28 ...

Page 139: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-16-

Pasal 28

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Tanggal 25 September 2008

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BOEDIONO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 25 September 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 138

DPbS

Page 140: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-17-

Page 141: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

kebutuhan ...

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 10/18/PBI/2008

TENTANG

RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

DAN UNIT USAHA SYARIAH

I. UMUM

Dalam rangka memelihara kesinambungan usahanya, Bank harus mengelola

risiko kredit dari aktivitas Pembiayaan (credit risk), sehingga dapat meminimalkan

potensi kerugian yang akan terjadi. Penurunan kegiatan usaha dan/atau kemampuan

pembayaran nasabah dapat mempengaruhi kelancaran pemenuhan kewajiban

nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko kredit bagi Bank.

Untuk menurunkan risiko kredit dalam aktivitas Pembiayaan, Bank dapat

melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah

pembiayaan. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan melakukan

Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang masih memiliki prospek usaha

dan/atau kemampuan membayar.

Kebutuhan dan penggunaan dana nasabah pada prinsipnya berbeda-beda

sehingga Bank menyediakan fasilitas Pembiayaan kepada nasabah dalam beragam

akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Masing-masing akad Pembiayaan

memiliki karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan Bank dalam

pengelolaan Pembiayaan.

Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan pada Bank selain memperhatikan

prinsip syariah juga harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Ketentuan

Restrukturisasi Pembiayaan yang berlaku saat ini belum sepenuhnya memenuhi

Page 142: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

kinerja ...

-2-

kebutuhan Bank. Oleh karena itu, diperlukan suatu ketentuan khusus yang

mengatur tentang pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Angka 1 sampai dengan angka 9

Cukup Jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Restrukturisasi Pembiayaan untuk nasabah Pembiayaan non produktif

antara lain didasarkan pada ada tidaknya sumber pembayaran angsuran

yang jelas dari nasabah setelah dilakukan restrukturisasi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “bukti-bukti yang memadai” antara lain adalah

adanya laporan keuangan nasabah yang menunjukkan perbaikan

Page 143: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-3-

Pasal 8 ...

kinerja perusahaan, adanya kontrak kerja yang diperoleh nasabah atau

adanya sumber pembayaran lain yang jelas.

Pasal 6

Ayat (1)

Pembatasan frekuensi restrukturisasi dimaksudkan agar Bank tidak

melakukan restrukturisasi dalam rangka menghindari penurunan

penggolongan kualitas Pembiayaan.

Yang dimaksud dengan “jangka waktu akad Pembiayaan awal” adalah

jangka waktu yang disepakati oleh Bank dan nasabah dalam akad

Pembiayaan sebelum dilakukan restrukturisasi.

Contoh :

Bank dan nasabah pada tanggal 1 September 2008 melakukan akad

Pembiayaan dengan jangka waktu selama 3 (tiga) tahun. Pada tanggal

1 September 2009, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan

pertama dengan cara memperpanjang jangka waktu menjadi 5 (lima)

tahun. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan

paling lambat pada tanggal 1 September 2011.

Ayat (2)

Contoh :

Berdasarkan contoh pada ayat (1), Restukturisasi Pembiayaan kedua

paling cepat dilakukan pada tanggal 1 Maret 2010 dan apabila

dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan ketiga maka Restrukturisasi

Pembiayaan paling cepat dilakukan pada tanggal 1 September 2010.

Pasal 7

Cukup jelas.

Page 144: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-4-

Pasal 12 ...

Pasal 8

Cukup Jelas.

Pasal 9

Yang dimaksud dengan “fatwa Majelis Ulama Indonesia” adalah fatwa yang

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

Pasal 10

Ayat (1)

Kebijakan dan Standard Operating Procedure Restrukturisasi

Pembiayaan merupakan bagian dari kebijakan manajemen risiko Bank

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Pokok-pokok yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara

lain satuan kerja atau petugas khusus Restrukturisasi Pembiayaan,

limit wewenang memutus Restrukturisasi Pembiayaan, dan sistem

informasi manajemen Restrukturisasi Pembiayaan.

Pasal 11

Cukup jelas.

Page 145: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Pasal 17 ...

-5-

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Yang dimaksud dengan “grace period” adalah masa tenggang yang diberikan

Bank kepada nasabah untuk tidak melakukan pembayaran angsuran pokok

dan margin untuk akad Murabahah atau Istishna’ atau angsuran Ijarah untuk

akad Ijarah dan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik.

Pasal 14

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “penggolongan nasabah” adalah

pengelompokkan nasabah yang didasarkan pada:

a. besar kecilnya jumlah penyediaan dana yang diberikan oleh Bank

kepada nasabah,

b. Usaha Kecil dan Menengah dengan mempertimbangkan Sistem

Pengendalian Risiko, Kondisi Tingkat Kesehatan dan Rasio

Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Bank.

Ayat (2)

Kualitas Pembiayaan bagi BPRS dinilai berdasarkan ketepatan

dan/atau kemampuan membayar kewajiban nasabah.

Pasal 15

Cukup Jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Page 146: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-6-

Pasal 17

Pelepasan Penyertaan Modal Sementara pada prinsipnya harus segera

dilakukan walaupun belum mencapai 5 (lima) tahun.

Pasal 18

Cukup Jelas.

Pasal 19

Cukup Jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Ayat (5)

Hal-hal yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara lain

format laporan dan tata cara pelaporan.

Pasal 21

Cukup Jelas.

Page 147: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

-

7

-

Pasal 22

Cukup Jelas.

Pasal 23

Cukup Jelas.

Pasal 24

Cukup Jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Page 148: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4898

Page 149: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH Nomor: 0000/ MRBH/LEGAL/I/2017

Akad Pembiayaan Murabahah ini dibuat dan ditandatangani pada hari Jumat

tanggal 21-04-2017 (Dua puluh satu april dua ribu tujuh belas), yang diadakan

oleh dan antara pihak-pihak :

1. Abdul Rouf, Lahir di Bojonegoro, pada tanggal 15 Oktober 1993 (Lima Belas

Oktober Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tiga) bertempat tinggal di

Malang ,RT 03 RW 08, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor: 09876454738393, Warga Negara

Indonesia, dalam hal ini bertindak dalam jabatanya selaku Pemimpin Cabang PT.

BANK BRISYARIAH berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. BANK

BRISYARIAH KCP. Pandaan Tanggal 15 (Lima Belas) Januari 2015 (dua ribu lima

belas) Nomor NOKEP : 64748292101918 dan Surat Kuasa Subtitusi Pemimpin Cabang

PT BANK BRISYARIAH MALANG No.B. 13242098468 Tanggal 12 Juni 2009

serta Akta Kuasa Direksi PT. BANK BRISYARIAH tanggal 23-05-2011 (dua puluh

tiga Mei dua ribu sebelas) Nomor 75 yang dibuat dihadapan Pudji Redjeki Irawati, S.H.,

Notaris di Jakarta, dengan demikian berwenang bertindak untuk dan atas nama

PT. BANK BRISYARIAH berkedudukan di Jakarta Pusat yang anggaran dasarnya

telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 28-05-1971

(duapuluh delapan Mei seribu sembilan ratus tujuh puluh satu) Nomor: 43

Tambahan Nomor: 242, dan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan

angggaran dasar dimuat dalam Akta tertanggal 31-08-2016 (tiga puluh satu

agustus dua ribu enam belas) Nomor: 52 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi S.H

Notaris di Jakarta, dan telah mendapat persetujuan sebagaimana ternyata dalam Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tertanggal

01-09-2016 (satu september dua ribu enam belas) nomor : AHU- AH.01.03-

0075875 Tahun 2016

- Untuk selanjutnya disebut “BANK”

2. Wina Subagyo , pekerjaan pedagang, beralamat dan bertempat tinggal di

Petungasri, Kec Pandaan , Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur,

pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 87645382927 ; dan untuk melakukan

perbuatan hukum dalam Akad ini telah mendapat persetujuan dari suaminya

Wawan Subagyo, pekerjaan buruh pabrik, beralamat dan bertempat tinggal

sama dengan istrinya,pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 78466272882

yang turut hadir serta menandatangani Akad ini;

-Untuk selanjutnya disebut "NASABAH

BANK dan NASABAH, selanjutnya bersama-sama disebut Para Pihak dan masing-masing pihak sebagaimana kedudukannya tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa NASABAH telah mengajukan permohonan Fasilitas Pembiayaan Murabahah (untuk selanjutnya disebut Fasilitas Murabahah) kepada BANK untuk membeli

Page 150: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Barang (sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Akad ini) dan sebagaimana ternyata dari Surat/Aplikasi Permohonan Pembiayaan, permohonan mana telah disetujui oleh BANK melalui Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan Nomor B. .....-KCP-PSRN/KMG/01/2017 tertanggal 10 Februari 2017 (selanjutnya disebut “Surat Persetujuan Prinsip”) yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

- Bahwa menurut ketentuan Syariah, pembiayaan oleh BANK kepada NASABAH berlangsung sebagai berikut:

1. NASABAH untuk dan atas nama BANK telah melaksanakan kewajibannya berdasarkan Akad Wakalah nomor 99/WAKALAH/LEGAL/I/2017 tanggal 18 April 2017 sehingga secara prinsip Barang telah menjadi milik BANK.

2. Selanjutnya BANK memberikan pembiayaan atas dasar Akad ini kepada NASABAH selama jangka waktu tertentu dan karenanya NASABAH berhutang kepada BANK.

Selanjutnya Para Pihak pihak setuju menuangkan kesepakatan ini dalam Akad Pembiayaan Murabahah (selanjutnya disebut “Akad”) untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh Para Pihak, dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1 BARANG

Para Pihak sepakat bahwa spesifikasi Barang dalam Akad ini adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 Akad ini;

PASAL 2

FASILITAS PEMBIAYAAN DAN HARGA

1. BANK menyediakan Barang melalui pemberian Fasilitas Pembiayaan sesuai permintaan NASABAH dan NASABAH dengan ini mengakui dengan sebenarnya dan secara sah menerima pemberian Fasilitas Pembiayaan dari BANK dan karenanya berhutang kepada BANK dengan rincian sebagai berikut:

Harga Beli : Rp 30.000.000,-

Margin : Rp. 5.000.000,-

Harga Jual BANK : Rp.31.000.000,-

Uang muka NASABAH : Rp.10.000.000,-

Total Hutang/Kewajiban NASABAH : Rp 35.000.000,-

(Tiga Puluh Lima Juta Rupiah ).

2. Total Hutang/Kewajiban NASABAH kepada BANK sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini telah disepakati pada saat ini dan oleh karena itu tidak dapat berubah.

3. Total Hutang/Kewajiban NASABAH kepada BANK sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini tidak termasuk biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pembuatan Akad ini, seperti biaya administrasi, Notaris/PPAT, meterai dan biaya-biaya lainnya, yang oleh Para Pihak telah disepakati dibebankan sepenuhnya kepada NASABAH.

4. Dalam hal terdapat Diskon Pemasok setelah akad ini ditandatangani, maka diskon tersebut akan dibagi antara BANK dan NASABAH berdasarkan kesepakatan yang akan diatur kemudian oleh Para Pihak.

PASAL 3 PENGAKUAN HUTANG DAN PENYERAHAN BARANG JAMINAN

1. Berkaitan dengan Akad ini, selama pembayaran kewajiban / hutang sehubungan

Page 151: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

dengan Fasilitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud Pasal 2 Akad ini belum dilunasi seluruhnya oleh NASABAH kepada BANK, maka NASABAH dengan ini mengaku secara sah berhutang kepada BANK sebagaimana BANK menerima pengakuan hutang tersebut dari NASABAH sebesar kewajiban dan/atau hutang yang belum dibayar lunas oleh NASABAH.

2. Bila dikehendaki oleh BANK, maka NASABAH setuju dan mengikat diri untuk menandatangani Surat Pengakuan Hutang secara Notaril atas setiap kewajiban / hutang NASABAH kepada BANK, yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Akad ini. NASABAH setuju bahwa Surat Pengakuan Hutang tersebut, setelah ditandatangani akan menjadi alat bukti yang sah dan mengikat atas kewajiban pembayaran NASABAH kepada BANK

3. Guna menjamin tertib pembayaran atau pelunasan hutang sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini tepat pada waktu yang telah disepakati oleh Para Pihak berdasarkan Akad ini, maka NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membuat dan menandatangani akta pengikatan jaminan dan dengan ini menyerahkan Barang Jaminan/daftar tagihan atau daftar barang yang dijaminkan

kepada BANK berupa : BPKB

4. NASABAH setuju untuk membuat akta pengikatan jaminan secara di bawah tangan sebagaimana dipersyaratkan oleh BANK dan menyerahkan asli dari dokumen jaminan dan/atau bukti kepemilikan barang jaminan kepada BANK.

5. Apabila berdasarkan pertimbangan BANK, nilai dari barang-barang jaminan sebagaimana dimaksud dalam Dokumentasi Jaminan tidak lagi cukup untuk menjamin pembayaran kewajiban/hutang NASABAH kepada BANK, maka atas permintaan pertama dari BANK, NASABAH wajib menambah barang jaminan lainnya yang disetujui BANK.

6. Setelah seluruh kewajiban pembayaran NASABAH dinyatakan lunas oleh BANK atau dalam hal berdasarkan pertimbangan BANK, barang-barang jaminan sudah tidak diperlukan lagi sebagai jaminan, maka BANK akan mengembalikan bukti kepemilikan dan barang jaminan tersebut kepada NASABAH/PENJAMIN.

PASAL 4

JANGKA WAKTU, PEMBAYARAN DAN DENDA

1. Fasilitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Akad ini yang disertai dengan adanya Surat Permohonan Realisasi Pencairan Dana (SPRDP) sebagai mana dimaksud pada Lampiran 2 dan Surat Sanggup (Lampiran 3) serta dokumen lainnya, wajib dibayar lunas seluruhnya secara mengangsur oleh NASABAH kepada BANK dalam jangka waktu 48 ( Empat puluh delapan) bulan.

2. NASABAH wajib membayar angsuran atas Fasilitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini pada setiap bulannya sebagaimana diuraikan dalam Jadwal Angsuran (Lampiran 4) Akad ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Akad ini. Angsuran tersebut harus dilakukan pada setiap tanggal yang sama dengan tanggal yang ditentukan BANK sampai dengan dilunasinya seluruh kewajiban oleh NASABAH.

3. Dalam hal pembayaran Fasilitas Pembiayaan jatuh bukan pada Hari Kerja Bank dimana pembayaran harus dilaksanakan, maka NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan dana atau melakukan pembayaran tersebut pada tanggal sebelumnya yang merupakan Hari Kerja Bank.

4. Atas keterlambatan kewajiban pembayaran NASABAH kepada BANK, maka BANK akan mengenakan denda sebesar Rp. 0,- (Nol rupiah) per hari, terhitung sejak pembayaran itu jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran tersebut dilunasi seluruhnya dan denda tersebut akan disalurkan oleh BANK untuk dana sosial.

5. NASABAH wajib membayar kepada BANK, biaya Administrasi sebesar Rp.0- pada saat Akad ini ditandatangani.

Page 152: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

6. NASABAH akan melakukan pembayaran Fasilitas Pembiayaan dan ganti rugi atas biaya-biaya lain jika ada secara tertib dan teratur.

7. Dalam hal NASABAH akan melakukan pelunasan yang dipercepat maka kewajiban NASABAH yang harus dilunasi adalah sebesar sisa hutang/kewajiban NASABAH sebagaimana tertera dalam catatan/administrasi yang ada pada BANK.

PASAL 5

HUKUM YANG BERLAKU

Pelaksanaan Akad ini tunduk kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan ketentuan syariah yang berlaku bagi BANK, termasuk tetapi tidak terbatas pada Peraturan Bank Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

PASAL 6 PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila di kemudian hari terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang tercantum di dalam Akad ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan Akad ini, Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Dalam hal, penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini tidak mencapai kesepakatan, maka Para Pihak bersepakat, dan dengan ini berjanji serta mengikatkan diri satu terhadap yang lain, untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan Agama ditempat Akad ini dibuat dengan kemudian tidak mengurangi hak Bank untuk memilih Pengadilan Agama lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia..

PASAL 7 JANGKA WAKTU AKAD

Akad ini berlaku untuk jangka waktu 48 (empat puluh delapan ) bulan terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Akad ini ditambah dengan selisih hari antara tanggal ditandatanganinya Akad ini dengan tanggal realisasi fasilitas pembiayaaan.

PASAL 8 PEMBERITAHUAN

1. Setiap pemberitahuan dan komunikasi lainnya sehubungan dengan Akad ini dianggap telah disampaikan secara baik apabila dikirim per-surat tercatat, berperangko atau disampaikan pribadi dengan tanda terima kepada, alamat di bawah ini dan sewaktu-waktu dapat diubah oleh salah satu pihak dan memberitahukan kepada pihak lainnya.

BANK / Pemberi Kuasa

Nama : PT BANK BRISYARIAH KCP PANDAAN Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 89 Telp./Fax : (0343) 637188 NASABAH / Penerima Kuasa

Nama : Wina Subagyo Alamat : Petungasri Pandaan Telp./Fax : 085707604502

Page 153: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

2. Surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan dianggap telah diterima

berdasarkan bukti pengiriman pos tercatat atau bukti penerimaan yang ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berhak mewakili BANK atau NASABAH.

3. Dalam hal terjadi perubahan alamat dari alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang tercatat pada masing-masing pihak, maka perubahan tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam Akad ini selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum terjadinya perubahan alamat yang dimaksud. Jika perubahan alamat tersebut tidak diberitahukan, maka surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan berdasarkan Akad ini dianggap telah diberikan sebagaimana mestinya dengan dikirimnya surat atau pemberitahuan itu dengan pos “tercatat’’ atau melalui perusahaan ekspedisi (kurir) yang ditujukan ke alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang diketahui/tercatat pada masing-masing pihak.

PASAL 9 KETENTUAN PENUTUP

1. BANK dan NASABAH dengan ini, sepakat dan setuju untuk memberlakukan seluruh

ketentuan-ketentuan yang diatur di Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan

Nomor B. 99-KCP-PSRN/KMG/01/2017 tertanggal 10 Februari 2017 karenanya dokumen/surat tersebut mengikat NASABAH yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Akad ini.

2. Seluruh Lampiran dari Akad ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

3. Sebelum Akad ini ditandatangani oleh NASABAH, NASABAH mengakui dengan sebenarnya dan menjamin BANK, bahwa NASABAH telah membaca dengan cermat atau dibacakan kepadanya seluruh isi Akad ini berikut semua surat dan/atau dokumen dan/atau Syarat-Syarat dan Ketentuan-Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah PT BANK BRISYARIAH yang telah diterima oleh NASABAH dan menjadi Lampiran Akad sehingga Akad ini berlaku pula sebagai tanda terimanya, oleh karena itu NASABAH memahami sepenuhnya segala yang akan menjadi akibat hukum setelah NASABAH menandatangani Akad ini.

4. Akad ini mengikat Para Pihak yang sah, para pengganti atau pihak-pihak yang menerima hak dari masing-masing Para Pihak.

5. Akad ini memuat, dan karenanya menggantikan semua pengertian dan kesepakatan yang telah dicapai oleh Para Pihak sebelum ditandatanganinya Akad ini, baik tertulis maupun lisan, mengenai hal yang sama.

6. Jika salah satu atau sebagian ketentuan-ketentuan dalam Akad ini menjadi batal atau tidak berlaku, maka tidak mengakibatkan seluruh Akad ini menjadi batal atau tidak berlaku seluruhnya.

7. Kelalaian atau keterlambatan BANK dalam melaksanakan haknya berdasarkan Akad ini atau dokumen-dokumen lain yang dibuat berdasarkan Akad ini tidak boleh ditafsirkan bahwa BANK telah melepaskan hak-hak tersebut.

8. Para Pihak mengakui bahwa judul pada setiap pasal dalam Akad ini dipakai hanya untuk memudahkan pembaca Akad ini, karenanya judul tersebut tidak memberikan penafsiran apapun atas isi Akad ini.

9. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Akad ini, maka BANK dan NASABAH akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat dalam suatu Akad tambahan (Addendum) yang ditandatangani oleh Para Pihak.

10. Tiap Akad tambahan (Addendum) dari Akad ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

Page 154: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas serta dilandasi dengan itikad baik, maka Akad ini dibuat dan ditanda tangani oleh Para Pihak, bermeterai cukup, di Pasuruan, pada hari dan tanggal yang telah disebutkan di awal Akad ini.

BANK `` NASABAH

Meterai Rp. 6.000,-

ABDUL ROUF WINA SUBAGYO WAWAN SUBAGYO

Pemimpin KCP PANDAAN Nasabah Suami

Page 155: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

AKAD WAKALAH Tentang

PEMBELIAN BARANG DALAM RANGKA PEMBIAYAAN MURABAHAH No: 99 /WAKALAH/LEGAL/I/2017

Akad Pembiayaan Murabahah ini dibuat dan ditandatangani pada hari Selasa

tanggal 18 April 2017 (delapan belas April dua ribu tujuh belas), yang

diadakan oleh dan antara pihak-pihak :

3. Abdul Rouf, Lahir di Bojonegoro, pada tanggal 15 Oktober 1993 ( Lima Belas

Oktober Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tiga) bertempat tinggal di

Malang ,RT 03 RW 08, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor: 09876454738393, Warga Negara

Indonesia, dalam hal ini bertindak dalam jabatanya selaku Pemimpin Cabang PT.

BANK BRISYARIAH berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. BANK

BRISYARIAH KCP. Pandaan Tanggal 15 (Lima Belas) Januari 2015 (dua ribu lima

belas) Nomor NOKEP : 64748292101918 dan Surat Kuasa Subtitusi Pemimpin Cabang

PT BANK BRISYARIAH MALANG No.B. 13242098468 Tanggal 12 Juni 2009 serta

Akta Kuasa Direksi PT. BANK BRISYARIAH tanggal 23-05-2011 (dua puluh tiga Mei

dua ribu sebelas) Nomor 75 yang dibuat dihadapan Pudji Redjeki Irawati, S.H., Notaris

di Jakarta, dengan demikian berwenang bertindak untuk dan atas nama PT. BANK

BRISYARIAH berkedudukan di Jakarta Pusat yang anggaran dasarnya telah

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 28-05-1971

(duapuluh delapan Mei seribu sembilan ratus tujuh puluh satu) Nomor: 43

Tambahan Nomor: 242, dan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan

angggaran dasar dimuat dalam Akta tertanggal 31-08-2016 (tiga puluh satu

agustus dua ribu enam belas) Nomor: 52 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi S.H

Notaris di Jakarta, dan telah mendapat persetujuan sebagaimana ternyata dalam Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tertanggal

01-09-2016 (satu september dua ribu enam belas) nomor : AHU- AH.01.03-

0075875 Tahun 2016

- Untuk selanjutnya disebut “BANK”

4. Wina Subagyo , pekerjaan pedagang, beralamat dan bertempat tinggal di

Petungasri, Kec Pandaan , Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur,

pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 87645382927 ; dan untuk melakukan

perbuatan hukum dalam Akad ini telah mendapat persetujuan dari suaminya

Wawan Subagyo, pekerjaan buruh pabrik, beralamat dan bertempat tinggal

sama dengan istrinya,pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 78466272882

yang turut hadir serta menandatangani Akad ini;

-Untuk selanjutnya disebut "NASABAH/Penerima Kuasa”.

BANK / Pemberi Kuasa dan NASABAH / Penerima Kuasa selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pihak dan masing-

Page 156: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

masing pihak sebagaimana kedudukannya tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : a. Bahwa BANK merupakan Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak

dalam kegiatan usaha jasa perbankan dengan prinsip Syariah yang salah satu usahanya adalah menyalurkan fasilitas pembiayaan.

b. Bahwa NASABAH telah mengajukan permohonan Pembiayaan Murabahah untuk pembelian Barang dengan spesifikasi sebagaimana diuraikan dalam Pasal 3 Akad ini.

Bahwa dalam rangka pembelian Barang, BANK bermaksud untuk menunjuk NASABAH selaku Penerima Kuasa untuk bertindak untuk dan atas nama BANK dalam membeli Barang dari Pemasok berkaitan dengan pemberian fasilitas Pembiayaan Murabahah yang akan diberikan BANK selaku Pemberi Kuasa.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Para Pihak yang bertandatangan di bawah ini sepakat untuk mengikatkan diri dalam Akad ini dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1 DEFINISI

Kecuali ditentukan lain, maka definisi dari istilah-istilah berikut ini adalah: 1. Barang : adalah barang-barang yang dibeli BANK dengan

spesifikasi dan jenis sebagaimana diuraikan dalam pasal 3 dari Akad ini/ Formulir Spesifikasi Barang yang merupakan Lampiran dari Akad ini dan karenanya merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Akad ini.

2. Dana Pembelian : adalah sejumlah dana BANK yang diserahkan kepada Penerima Kuasa untuk membeli Barang.

3. Hari Kerja BANK : adalah hari dimana BANK Indonesia beroperasional dan BANK-BANK di Indonesia melakukan transaksi kliring.

4.Jangka Waktu Penyerahan : adalah Jangka waktu bagi Penerima Kuasa untuk

menyerahkan Barang berikut dokumen bukti kepemilikan Barang kepada BANK secara prinsip yaitu selambat-lambatnya 3 (tiga) Hari Kerja BANK sejak ditandatanganinya Akad ini atau jangka waktu lain yang disepakati oleh Para Pihak.

5. Pemasok : adalah pihak ketiga yang ditunjuk atau disetujui oleh BANK untuk menyediakan Barang.

6. Pembiayaan Murabahah : Fasilitas Pembiayaan Pembelian Barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

11. Wakalah : Pemberian kuasa dan kewenangan oleh BANK selaku Pemberi Kuasa kepada Penerima Kuasa untuk melakukan pembelian Barang dengan syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Akad ini.

PASAL 2 MAKSUD DAN TUJUAN

Page 157: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

BANK dengan ini memberikan kuasa dan kewenangan kepada Penerima Kuasa tanpa hak substitusi untuk membeli Barang dan Penerima Kuasa dengan ini menerima baik pemberian kuasa dan kewenangan dari BANK untuk membeli Barang untuk kepentingan BANK.

PASAL 3 BARANG

Para Pihak sepakat bahwa spesifikasi Barang dalam Akad ini adalah “Pembelian Peralatan Rumah Tangga”.

PASAL 4 DANA PEMBELIAN BARANG

1. Untuk dapat mencapai maksud dan tujuan Akad sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 Akad ini, BANK memberikan kuasa kepada NASABAH untuk membeli Barang dengan Dana Pembelian sebesar Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

2. Dengan telah diterimanya Dana Pembelian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, maka Akad ini berlaku pula sebagai tanda terima uang yang telah diterima oleh Penerima Kuasa dari BANK.

3. Para Pihak senantiasa menjaga agar penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini sesuai dengan maksud dan tujuan Akad sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Akad ini.

PASAL 5 KUASA DAN KEWENANGAN PENERIMA KUASA

Sehubungan dengan maksud dan tujuan Akad ini, BANK memberikan kuasa dan kewenangan kepada Penerima Kuasa khusus untuk dan atas nama BANK melakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut: 1. melakukan analisa atas kondisi Barang sehingga Barang dibeli sesuai dengan

spesifikasi yang diharapkan BANK dan dalam keadaan yang baik tanpa cacat baik tersembunyi atau tidak tersembunyi.

2. Melakukan dan mengamankan transaksi pembelian Barang kepada pihak pemilik Barang (Pemasok) sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku.

3. Mencantumkan identitas Penerima Kuasa dalam setiap dokumen-dokumen terkait dengan pembelian barang.

4. Memberikan pembayaran, menerima Barang, menerima kwitansi, dokumen pemilikan Barang dan dokumen perijinannya, dan menerima dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Barang, serta menandatangani dokumen-dokumen berkaitan dengan pembelian Barang serta perbuatan hukum lain yang dianggap perlu oleh Penerima Kuasa.

5. Menyerahkan Barang dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelian Barang kepada BANK dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak ditandatanganinya Akad ini atau jangka waktu lain yang disepakati oleh Para Pihak.

4. Memberikan laporan tertulis mengenai perkembangan pembelian dan penyediaan

Page 158: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Barang bilamana terdapat kesulitan dalam hal penyediaan Barang.

PASAL 6 SANKSI

1. Dalam hal Penerima Kuasa tidak dapat menyediakan dan menyerahkan Barang

dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Akad ini, maka pemberian kuasa berdasarkan Akad ini menjadi berakhir dan Penerima Kuasa dengan ini setuju untuk menerima sanksi dari BANK baik sebagian maupun seluruh sanksi berupa: a. Mengembalikan seluruh dana yang telah diterima Penerima Kuasa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 Akad ini kepada BANK secara sekaligus dan seketika atas permintaan pertama dari BANK.

b. Memberi ganti rugi atas seluruh biaya yang telah dikeluarkan BANK berkaitan dengan pembelian Barang.

2. Dalam hal menurut pertimbangan BANK sendiri, hal mana cukup dibuktikan dengan lewatnya Jangka Waktu Penyerahan Barang, pihak Penerima Kuasa tidak dapat menyediakan dan menyerahkan Barang kepada BANK dan Penerima Kuasa tidak juga mengembalikan dana yang telah ditermanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Akad ini dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja BANK sejak lewatnya jangka waktu penyerahan Barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 5, maka BANK berhak untuk : a. Melakukan teguran baik secara tertulis maupun melalui media massa kepada

Penerima Kuasa untuk segera memenuhi kewajibannya. b. Melakukan tindakan hukum apapun kepada Penerima Kuasa oleh karena

Penerima Kuasa dianggap telah melakukan tindak pidana dan/atau wanprestasi.

PASAL 7 PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila di kemudian hari terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal

yang tercantum di dalam Akad ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan Akad ini, Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Dalam hal, penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini tidak mencapai kesepakatan, maka Para Pihak bersepakat, dan dengan ini berjanji serta mengikatkan diri satu terhadap yang lain, untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan Agama ditempat Akad ini dibuat dengan kemudian tidak mengurangi hak Bank untuk memilih Pengadilan Agama lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

PASAL 8

KETENTUAN PENUTUP 1. Setiap perubahan dan/atau penambahan dan/atau Lampiran atas Akad ini harus

dibuat dan disetujui oleh Para Pihak, dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh masing masing Pihak serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

2. Akad ini berakhir bilamana segala hak dan kewajiban BANK dan Penerima Kuasa telah dilaksanakan seluruhnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Akad ini.

3. Setiap pemberitahuan permintaan atau pemberian persetujuan antara kedua belah pihak yang dapat dilakukan menurut Akad ini harus dilakukan secara tertulis melalui korespodensi dengan alamat Para Pihak sebagai berikut :

BANK / Pemberi Kuasa

Nama : PT BANK BRISYARIAH KCP PANDAAN

Page 159: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 89 Telp./Fax : (0343) 637188 NASABAH / Penerima Kuasa

Nama : Wina Subagyo Alamat : Petungasri Pandaan Telp./Fax : 085707604502

Surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan dianggap telah diterima berdasarkan bukti pengiriman pos tercatat atau bukti penerimaan yang ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berhak mewakili BANK atau NASABAH.

Dalam hal terjadi perubahan alamat dari alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang tercatat pada masing-masing pihak, maka perubahan tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam Akad ini selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum terjadinya perubahan alamat yang dimaksud. Jika perubahan alamat tersebut tidak diberitahukan, maka surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan berdasarkan Akad ini dianggap telah diberikan sebagaimana mestinya dengan dikirimnya surat atau pemberitahuan itu dengan pos “tercatat’ atau melalui perusahaan ekspedisi (kurir) yang ditujukan ke alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang diketahui/tercatat pada masing-masing pihak. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas serta dilandasi dengan itikad baik dari Para Pihak, maka Akad ini dibuat dan ditanda tangani oleh Para Pihak bermeterai cukup, di Pasuruan, pada hari dan tanggal yang telah disebutkan di awal Akad ini. BANK / Pemberi Kuasa NASABAH / Penerima Kuasa Menyetujui Meterai Rp.6000,-

ABDUL ROUF WINA SUBAGYO WAWAN

SUBAGYO

Pemimpin KCP PANDAAN Nasabah

Suami

Page 160: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

ADDENDUM AKAD PEMBIAYAAN

Nomor : /KC – MLG-Kawi/ADD-MRBH/II/2017

Addendum Akad Pembiayaan ini (Selanjutnya disebut Addendum) dibuat dan

ditandatangani pada hari Senin tanggal 01 bulan Mei tahun dua ribu tujuh

belas (01-05-2017), yang dibuat oleh dan antara:

1. Abdul Rouf, lahir di Bojonegoro, pada tanggal 15 Oktober 1993 (Lima

Belas Oktober Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tiga),

bertempat tinggal di Malang, RT 03 RW 08, Kelurahan Merjosari,

Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Propinsi Jawa Timur Pemegang

Kartu Tanda Penduduk Nomor : 09876454738393; dalam hal ini bertindak

dalam jabatannya selaku Pemimpin Cabang Pembantu PT. BANK

BRISYARIAH Malang berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. BANK

BRISYARIAH 15 (Lima Belas) Januari 2015 (dua ribu lima belas) Nomor

NOKEP : 64748292101918 dan Akta Kuasa Direksi PT. BANK

BRISYARIAH tanggal 23-05-2011 (dua puluh tiga Mei dua ribu sebelas)

Nomor 75 yang dibuat dihadapan Pudji Redjeki Irawati, S.H., Notaris di

Jakarta, dengan demikian berwenang bertindak untuk dan atas nama PT.

BANK BRISYARIAH berkedudukan di Jakarta Pusat yang anggaran

dasarnya telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia

tanggal 28-05-1971 (duapuluh delapan Mei seribu sembilan ratus tujuh

puluh satu) Nomor: 43 Tambahan Nomor: 242, dan telah mengalami

beberapa kali perubahan, perubahan angggaran dasar dimuat dalam Akta

tertanggal 31-08-2016 (tiga puluh satu agustus dua ribu enam belas)

Nomor: 52 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi S.H Notaris di Jakarta,

dan telah mendapat persetujuan sebagaimana ternyata dalam Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

tertanggal 01-09-2016 (satu september dua ribu enam belas) nomor :

AHU- AH.01.03-0075875 Tahun 2016, Untuk selanjutnya disebut

“BANK”, untuk selanjutnya disebut “BANK/Pemberi Kuasa” . -------------

----------------------------------Untuk selanjutnya disebut “BANK”-----------------

------------------

Page 161: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

3. Nyonya Wina Subagyo, beralamat di Petungasri, Kec Pandaan , Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 87645382927 dalam melakukan tindakan hukum dalam akad ini mendapat persetujuan dari suami Tuan Wawan Subagyo yang beralamat sama dengan suaminya pemegang Kartu Tanda Penduduk No. 78466272882;-------------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------Untuk selanjutnya disebut “NASABAH”-----------------

------------------

Bahwa BANK dan NASABAH dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal

sebagai berikut :

5. Bahwa oleh dan antara BANK dan NASABAH telah ditandatangani Perjanjian Murabahah No. 31 tanggal 21 April 2017, dengan Plafon Rp 800.000.000,- ( Delapan ratus juta rupiah) yang dibuat dihadapan Nur Fitriani,S.H.M.Kn, Notaris di Malang berikut dengan segenap perubahan, penambahan, pembaruan dan pelengkap dari padanya.

6. Bahwa oleh dan antara BANK dan NASABAH telah ditandatangani Perjanjian

Addendum Persyaratan kembali Murabahah No. 103 tanggal 01 Mei 2017, dengan Plafon Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) yang dibuat secara bawah tangan di Malang berikut dengan segenap perubahan, penambahan, pembaruan dan pelengkap dari padanya.

7. Bahwa NASABAH dan BANK menyetujui untuk melakukan pengubahan

ketentuan - ketentuan) pada Jangka Waktu Akad terkait: 4. Spesifikasi barang

8. Bahwa Nasabah dalam hal ini atas pembiayaan sebagaimana tertuang dalam akad tersebut diatas mengajukan permohonan persyartan kembali spesifikasi barang

9. Bahwa terhadap maksud Nasabah tersebut di atas, Bank menyetujui maksud tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3) No B. tanggal 20-03 2009 tentang persyaratan kembali spesifikasi barang

10. Bahwa kecuali ditentukan lain dalam Addendum ini, maka semua istilah,

pengertian dan definisi yang dipergunakan dalam Addendum ini mempunyai arti dan maksud yang sama dengan Akad dan Addendum ini.

Page 162: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas PARA PIHAK dengan ini sepakat dan setuju

untuk melakukan perubahan terhadap syarat dan ketentuan dalam Akad

Pembiayaan ke dalam Addendum Akad dengan ketentuan dan syarat-syarat

sebagai berikut :

BANK dan NASABAH telah saling setuju untuk:

12. Merubah ketentuan dalam Pasal 1 ayat 2 Pada Akad terkait menjadi :

Pasal 1 ayat 2

“Jangka waktu Fasilitas Pembiayaan ini diperpanjang dalam jangka waktu 1

(bulan) bulan terhitung sejak tanggal Akad ini ditandatangani ditambah

selisih waktu antara tanggal ditandatanganinya Akad ini dengan tanggal

realisasi Fasilitas Pembiayaan”.

Sehingga akad akan berakhir pada tanggal 11 Juli 2016

13. Addendum ini merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisah dari Akad Musyarakah dan atau Akad dan Semua ketentuan-ketentuan dalam Akad yang tidak diubah dengan Addendum ini dinyatakan tetap berlaku dan dengan demikian tetap mempunyai kekuatan hukum yang mengikat terhadap BANK dan NASABAH.

Demikian, Akad ini dibuat dan ditandatangani di Malang oleh BANK dan NASABAH di atas kertas yang bermeterai cukup dalam dua rangkap, yang masing-masing disimpan oleh BANK dan NASABAH, dan masing-masing berlaku sebagai aslinya.

BANK NASABAH

Materai

Page 163: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

…......................................... ..............................

Pemimpin cabang Pembantu

Mengetahui dan Menyetujui

….............................

Page 164: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

BERITA ACARA PENGIKATAN

Nama nasabah : PULIH HERBIANTO

Alamat Kantor : Jl Beji RT 001 RW 004 Beji Jenu

Plafon Perpanjangan: Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah)

Tanggal : 10 Juni 2016

NO. NAMA Tanda Tangan

1. PULIH HERBIANTO

2. Sukesi Listiawati

3. RACHMAT WIBISONO

4. Adita Pratiwi

5. Agus Iwan S

6.

7.

Page 165: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan
Page 166: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

SURAT KUASA DEBET

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tawwabin

Alamat : Jl Beji RT 001 RW 004 Beji Jenu

Dengan ini memberi kuasa kepada PT. Bank BRISYARIAH untuk melakukan

pendebetan rekening saya nomor : 1013307373, untuk keperluan membayar

angsuran per bulan yang tercantum di jadwal angsuran dan biaya – biaya yang

telah disepakati pada Perjanjian Addendum Musyarakah Restrukturisasi No

025/KCP-WIYUNG/ADD-MUSY/11/2015 tanggal 30 November 2015 dan besar

pendebetan sebagai berikut :

No. Untuk Keperluan Jumlah (Rp)

1. Pembayaran Angsuran per bulan Berdasarkan Jadwal Angsuran yang

di sepakati.

2. Biaya Asuransi Jiwa Rp. 0 ,-

3. Biaya Asuransi Kerugian Rp. 850.000,-

4. Biaya Percetakan & Administrasi Rp. 0,-

5. Biaya Materai @ Rp. 6.000,- Rp. 0,-

6. Biaya Notaris Rp. 250.000 ,-

7. Blokir 1x Angsuran Rp. 0 ,-

JUMLAH Rp. 1.100.000 ,-

Surabaya, 30 November 2015

Nasabah

meterai 6000

Tawwabin

Page 167: ADDENDUM AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG ...etheses.uin-malang.ac.id/6925/1/13220002.pdf · cabang malang ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi syariah dan fatwa dewan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Fitriani

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 29 Maret 1995

Alamat : Jl. Bypass 02/09 Perungasri

Pandaan Pasuruan

Domisili : Pondok Pesantren Al-Azkiya (Jl.

Joyousko Metro Gang 2 no.48

Lowokwaru Malang)

Riwayat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Sekolah/Universitas

SD SD Inovatif Pandaan

SMP SMP Maarif Pandaan

SMA SMA Maarif Pandaan

S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Riwayat Organisasi

Organisasi Jabatan

Tim Redaksi Majalah Dinding SMP Maarif Editor

KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) QUANTUM Ketua

Himpunan Mahasiswa Alumni SMARIFDA Bendahara

Korps PMII Putri Rayon “Radikal” Al-Faruq Ketua

Korps PMII Putri Komisariat Sunan Ampel Ketua