illegal fishing di kawasan perairan kepulauan …

16
ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (STUDI KASUS PENANGKAPAN IKAN TANPA DOKUMEN YANG SESUAI) Departemen Kriminologi Fakultas Imu Ssosial dan Ilmu Politik UI [email protected] ABSTRAK Setiap nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan harus memiliki lisensi memancing. Namun, dokumen keberadaan seharusnya dimiliki oleh nelayan kadang-kadang tidak diperhatikan melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen yang sesuai. Kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen menjadi salah satu modus operandi dalam kegiatan illegal fishing. Penelitian tentang kegiatan penangkapan ikan ilegal yang terjadi di Kepulauan Bangka Belitung menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan kejahatan korporasi, teori pilihan rasional dan kejahatan terorganisir. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan penangkapan ikan ilegal yang terjadi di wilayah perairan Kepulauan Bangka Belitung menggunakan jaring trawl dan tidak dilengkapi dengan dokumen yang sesuai. Kegiatan penangkapan ikan ilegal menggunakan jaring trawl menjadi pelanggaran hukum yang terpola oleh perusahaan. Ada juga hubungan antara pemilik perusahaan dengan instansi pemerintah yang berpartisipasi dalam melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tujuan pelaku melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan jaring trawl untuk mendapatkan keuntungan dari hasil tangkapan ikan. Kata Kunci: Illegal Fishing, Jaring Trawl, Kejahatan korporasi, Teori pilihan rasional, Kejahatan Organisasi. Illegal Fishing in waterworks area of Bangka Belitung Island (case studi fishing without appropriate documents) ABSTRACT Every fisherman who performs the activity of fishing must have license fishing. However, existence document supposed to be possessed by fisherman sometimes not reck do the activity of fishing without documents accordingly. The activity of fishing without documents being one modus operandi in illegal fishing activity.Research on illegal fishing activities occurring in Bangka Belitung island using qualitative approach and type research descriptive. To analyze, researchers used corporate crime, rational choice theory and organized crime in the theory. This research result concluded that illegal fishing activity which occurred in the area waters Bangka Belitung island used a trawl gear and not furnished with documents accordingly. Illegal fishing activities uses a trawl gear be a statutory offense has patern by company. There is also the relation between company owner with a government agency which certainly should participate in do theft fish in area waters Bangka Belitung island.In addition, this research also found that the purpose of an offender conducting any activity of fishing with the trawl gear to get the profit from the catch fish. Key words: corporate crime, trawl gear, illegal fishing, rational choice theory, organized crime Pendahuluan Di perairan Indonesia setidaknya terdapat tiga wilayah yang sangat rawan terhadap kegiatan illegal fishing. Ketiga perairan tersebut adalah perairan Natuna, perairan Arafuru dan Perairan Sulawesi Utara. Perairan Natuna merupakan wilayah yang paling sering terjadi kegiatan illegal fishing (www.kabarbisnis.com, Kamis 8 November 2012, pukul 15:30). Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG (STUDI KASUS PENANGKAPAN IKAN TANPA

DOKUMEN YANG SESUAI) Departemen Kriminologi Fakultas Imu Ssosial dan Ilmu Politik UI

[email protected]

ABSTRAK

Setiap nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan harus memiliki lisensi memancing. Namun, dokumen keberadaan seharusnya dimiliki oleh nelayan kadang-kadang tidak diperhatikan melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen yang sesuai. Kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen menjadi salah satu modus operandi dalam kegiatan illegal fishing. Penelitian tentang kegiatan penangkapan ikan ilegal yang terjadi di Kepulauan Bangka Belitung menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan kejahatan korporasi, teori pilihan rasional dan kejahatan terorganisir. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan penangkapan ikan ilegal yang terjadi di wilayah perairan Kepulauan Bangka Belitung menggunakan jaring trawl dan tidak dilengkapi dengan dokumen yang sesuai. Kegiatan penangkapan ikan ilegal menggunakan jaring trawl menjadi pelanggaran hukum yang terpola oleh perusahaan. Ada juga hubungan antara pemilik perusahaan dengan instansi pemerintah yang berpartisipasi dalam melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tujuan pelaku melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan jaring trawl untuk mendapatkan keuntungan dari hasil tangkapan ikan.

Kata Kunci: Illegal Fishing, Jaring Trawl, Kejahatan korporasi, Teori pilihan rasional, Kejahatan Organisasi.

Illegal Fishing in waterworks area of Bangka Belitung Island (case studi fishing without appropriate documents)

ABSTRACT

Every fisherman who performs the activity of fishing must have license fishing. However, existence document supposed to be possessed by fisherman sometimes not reck do the activity of fishing without documents accordingly. The activity of fishing without documents being one modus operandi in illegal fishing activity.Research on illegal fishing activities occurring in Bangka Belitung island using qualitative approach and type research descriptive. To analyze, researchers used corporate crime, rational choice theory and organized crime in the theory. This research result concluded that illegal fishing activity which occurred in the area waters Bangka Belitung island used a trawl gear and not furnished with documents accordingly. Illegal fishing activities uses a trawl gear be a statutory offense has patern by company. There is also the relation between company owner with a government agency which certainly should participate in do theft fish in area waters Bangka Belitung island.In addition, this research also found that the purpose of an offender conducting any activity of fishing with the trawl gear to get the profit from the catch fish.

Key words: corporate crime, trawl gear, illegal fishing, rational choice theory, organized crime

Pendahuluan

Di perairan Indonesia setidaknya terdapat tiga wilayah yang sangat rawan terhadap

kegiatan illegal fishing. Ketiga perairan tersebut adalah perairan Natuna, perairan Arafuru dan

Perairan Sulawesi Utara. Perairan Natuna merupakan wilayah yang paling sering terjadi

kegiatan illegal fishing (www.kabarbisnis.com, Kamis 8 November 2012, pukul 15:30).

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 2: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Rentannya wilayah perairan tersebut menjadi kegiatan illegal fishing tidak terlepas dari

potensi perikanan yang cukup besar yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dijelaskan

dari Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 45 Tahun 2011

tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan Di WPP-RI yang menyatakan bahwa perairan di

WPP 711 (Perairan Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) memiliki potensi

sumber daya ikan terbesar yaitu 1,059 ton/tahun.

Perairan Kepulauan Bangka Belitung berada di salah satu WPP 711 yang juga

bersama provinsi Jambi, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat dapat melakukan

pengelolaan dan pemanfaatan akan sumber daya ikan yang terkandung didalamnya. Oleh

karena itu, memunculkan armada perikanan terutama perusahaan perikanan untuk melakukan

penangkapan ikan secara legal maupun ilegal. Selain itu adanya kegiatan perikanan ini juga

membuat munculnya industri perikanan yang juga berarti menimbulkan kompetisi diantara

indsutri tersebut dan menyebabkan sumber perikanan menjadi semakin langka (Yumiko, dkk,

2004: 85).

Situasi demikian memunculkan ancaman terhadap kegiatan pencurian ikan.

Kegiatan illegal fishing yang paling banyak ditemui yaitu penggunaan alat tangkap jaring

trawl untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Penggunaan jaring trawl dalam

setiap kegiatan penangkapan ikan ini sangat sering digunakan nelayan terutama oleh nelayan

yang menggunakan kapal berukuran besar. Tidak heran maraknya penggunaan trawl dalam

kegiatan penangkapan ikan dikarenakan alat trawl ini merupakan alat tangkap yang produktif

untuk berbagai jenis ikan dasar, terutama udang (Tribawono, 2002: 68). Penggunaan jaring

trawl selain bisa menghasilkan banyak ikan, namun juga dapat menimbulkan masalah.

Masalah yang ditimbulkan yakni berkurangnya hasil tangkapan ikan bagi nelayan lain yang

hanya menggunakan alat tangkap tradisional. Selain itu penggunaan trawl ini juga dapat

merusak terumbu karang dan juga habitat ikan karena ikan-ikan kecil juga ikut terangkat.

Penelitian mengenai kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan pernah

dilakukan oleh Pondra Novara pada tahun 2007 di kawasan Kepulauan Seribu, yang

menjelaskan bahw a pelaku dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan menggunakan Bom

sehingga menghasilkan ikan dalam jumlah besar. Namun akibat yang ditimbulkan

menyebabkan rusaknya terumbu karang dan keseimbangan ekosistem. (Novara, 2007)

Selain itu, penelitian mengenai kegiatan penangkapan ikan juga dilakukan Mariah

Deborah Sumual (1997) yang menjelaskan beberapa teknik penangkapan ikan yang merusak

Terumbu Karang di kawasan Kepulauan Seribu. Teknik penangkapan ikan yang merusak

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 3: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

tersebut antara lain, penggunaan Potasium Sianida, Muro Ami dan penggunaan Bagan

Tancap.(Sumual, 1997).

Illegal fishing memberikan dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dampak langsung dari kegiatan illegal fishing yaitu rusaknya lingkungan karena hilangnya

habitat di dasar laut akibat penggunaan alat penangkap ikan. Sedangkan, dampak secara tidak

langsung meliputi perubahan potensi dalam perubahan materi dan energi ekosistem perairan

dan perubahan keseimbangan proses produksi primer, konsumsi, dan produksi sekunder

terhadap nilai ekonomis (John, dkk, 2002: 19). Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis

mengangkat permasalahan kegiatan illegal fishing yang terjadi di kawasan perairan

Kepulauan Bangka Belitung dalam studi kasus penangkapan ikan tanapa dokumen yang

sesuai.

Kerangka Pemikiran

Perusahaan perikanan sebagai suatu unit ekonomi yang melakukan kegiatan

penangkapan/budidaya binatang/tanaman air dengan tujuan sebagian/seluruhnya untuk dijual

(Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, 1975: 6). Perusahaan Perikanan sebagai

sumber modal dapat menggunakan barang modal yang dimiliki seperti kapal penangkap ikan,

alat penangkap ikan sebagai alat untuk menangkap ikan dengan memperkerjakan suatu

kelompok nelayan kecil. Nelayan kecil ini merupakan orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan utnuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5 tahun 2008, dalam pasal 1

ayat 21 menyebutkan bahwa Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya disebut SIPI,

adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan

ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIU (Surat Izin Usaha Perikanan). Surat

Perusahaan

Perikanan

Nelayan

S

I

P

I

Corporate Crime

Rational Choice Theory

Illegal fishing Organized Crime

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 4: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Izin Penangkapan Ikan (SIPI) merupakan hal yang utama dalam setiap kegiatan perikanan dan

harus dimiliki oleh setiap nelayan. Hal ini dikarenakan di dalam SIPI tercantum ketentuan

mengenai wilayah penangkapan ikan, alat penangkapan ikan, dan kapal penangkap ikan.

Dalam membahas penelitian ini, peneliti menggunakan konsep corporate crime yang

dikemukakan oleh Clinard dan Yeager 1980 yang menyatakan bahwa kejahatan korporasi

adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh korporasi yang bisa diberikan sangsi hukuman

oleh negara, baik dibawah hukum administrasi negara, hukum perdata maupun hukum pidana.

(Clinard & Yeager, 1980: 16). Tujuan korporasi selain memaksimalkan keuntungan dapat

juga terkait dengan tujuan selain keuntungan. Korporasi dapat berkembang dengan cara

mengendalikan kondisi lingkungan ekonomi dan politik. Oleh karena itu dalam usahanya

untuk mengembangkan perusahaannya korporasi mungkin dapat melakukan pelanggaran

hukum.

Selain menggunakan konsep corporate crime, peneliti juga menggunakan konsep

Rational Choice Theory untuk mejelaskan pertimbangan pelaku sebelum melakukan kegiatan

illegal fishing di kawasan perairan Kepulauan Bangka Belitung. Konsep Rational Choice

Theory yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada Clarke dan Cornish (1985)

yang didasarkan pada dua pendekatan teoritis. Pertama, asumsi bahwa seseorang membuat

suatu keputusan dengan tujuan untuk memaksimalisasi keuntungan dan meminimalisasi

kerugian. Kedua, basis teori pilihan ekonomis tradisional yang menyatakan bahwa seseorang

mempertimbangkan pilihan dan memilih apa yang mereka yakini akan memenuhi kebutuhan

mereka. (Adler, dkk, 1998: 239-240). Peneliti juga menggunakan konsep organized crime

yang nantinya digunakan untuk menjelaskan hubungan pelaku dengan lembaga pemerintah

dalam melakukan kegiatan illegal fishing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan suatu bentuk pelanggaran

hukum terpola yang dilakukan oleh perusahaan perikanan untuk mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya.

Metode Penelitian.

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian deskriptif

untuk menggambarkan bagaimana bentuk kegiatan illegal fishing yang terjadi di kawasan

perairan Kepulauan Bangka Belitung. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti

melakukan wawancara dengan anggota lembaga pemerintah yang memiliki kekuasaan

terhadap aturan kegiatan perikanan seperti Kepolisian Perairan, Kejaksaan dan Dinas

Kelautan dan Perikanan. Sementara itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada pemilik

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 5: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

usaha perikanan, nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring trawl dan nelayan yang tidak

menggunakan jaring trawl dalam kegiatan penangkapan ikan. Lokasi penelitian yang dipilih

yaitu Desa Suka Damai, Kabupaten Bangka Selatan.

Hasil penelitian

Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring trawl merupakan suatu

kegiatan ilegal yang dapat digolongkan sebagai kejahatan korporasi atau corporate crime. Hal

ini ditandai dengan pelaku yang memiliki usaha perikanan berbentuk CV (commanditaire

vennootschap) atau persekutuan komanditer yang merupakan badan usaha perikanan yang

ingin mendapatkan keuntungan dengan cara melanggar hukum. Sebagaimana dalam

pemahaman definisi pelaku white-collar crime yang dikemukakan oleh Sutherland yang

menyebutkan pelaku white-collar crime merupakan orang dari kelas sosial ekonomi tinggi

yang melakukan pelanggaran terhadap hukum, hal tersebut juga sama dengan pelaku

kejahatan korporasi dalam usaha perikanan memiliki kekayaan dan memegang kekuasaan

terhadap para nelayan dan dipandang sebagai orang terhormat di kalangan masyarakat

setempat. Sebutan ‘Bos’ merupakan panggilan kepada pelaku karena kekuasaan dan

pengaruhnya yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di desa setempat.

Salah satu cara yang digunakan pelaku untuk mencapai tujuannya yaitu dengan cara

melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl. Alat tangkap

jaring trawl merupakan alat yang sangat efektif karena ukuran serta bagian-bagian dari alat

tersebut yang dapat menangkap ikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, hasil

tangkapan ikan jaring trawl memiliki kualitas ikan yang baik dibandingkan dengan alat

tangkap lain. Sehingga tidak mengherankan jika alat tangkap jaring trawl menjadi pilihan

utama pelaku usaha perikanan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang besar dan memiliki

kualitas ikan yang baik sehingga dapat terus melangsungkan usaha perikanannya.

Bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan dengan penggunaan alat tangkap

trawl menjadi salah satu strategi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

menjadi salah satu tujuan korporasi (Setiyono, 2002: 47). Atas adanya dorongan tersebut

pelaku memutuskan untuk melakukan penyalahgunaan surat izin penangkapan ikan.

Keputusan pelaku untuk melakukan penangkapan ikan tanpa memiliki SIPI tentunya untuk

mendapatkan hasil tangkapan ikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, menurut John

Braithwaite (1984), pelanggaran yang dilakukan oleh korporasi berbeda dari pelaku kriminal

yang berasal dari kelas sosial-ekonomi rendah terutama dalam prosedur administrasi yang

sering digunakan untuk kepentingan pelaku (Simpson, 2002: 7). Dengan demikian kejahatan

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 6: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

korporasi tidak hanya mencakup tindakan yang melanggar hukum pidana saja, tetapi hukum

perdata dan administrasi. Braithwaite juga menjelaskan bahwa perusahaan sebagai badan

hukum dan anggota dari perwakilannya dipercaya sebagai aktor ilegal dan tindakan-tindakan

ilegal dilakukan bukan dalam rangka keuntungan individu melainkan untuk tujuan organisasi.

Faktor struktur organisasi koporasi menjadi peranan penting dalam menjalankan usaha

perikanan dan mendapatkan keuntungan. Penggunaan alat tangkap jaring trawl telah menjadi

pilihan strategi utama pelaku untuk mendapatkan keuntungan lebih dari usaha perikanan.

Namun, bos atau pelaku korporasi tentunya membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan

dan mengoperasikan kapal dan alat tangkap trawl yang dimilikinya. Tanpa adanya tenaga

kerja usaha perikanan tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan tidak akan dapat dicapai. Ketersediaan tenaga kerja menjadi suatu kebutuhan

perusahaan untuk menghadapi kebijakan perusahaan untuk memenangkan persaingan dan

mengurangi resiko (Mustofa, 2010: 48). Selain itu, adanya tenaga kerja dapat menjadi

pelaksana instruksi pelaku usaha dalam mencapai tujuan memperoleh keuntungan.

Nelayan yang bekerja kepada Bos mengakui bahwa ada atau tidak adanya surat izin

penangkapan ikan sebagai suatu hal yang tidak diperdulikannya karena Ia hanya mengikuti

aturan atau perintah dari Bos dan Ia menilai bagian penting dari surat-surat tersebut hanya

dianggap sebagai keringanan ketika berada di laut. Nelayan yang menggunakan alat tangkap

jaring trawl hanya bertugas untuk mencari ikan dan membawa hasil tangkapannya kepada Bos

dan mendapatkan gaji dari hasil tangkapan ikan tersebut. Alasan Nelayan yang hanya sebagai

pembawa dan mencari ikan, sebenarnya dirinya juga melaksanakan suatu tuntutan peran

dalam pekerjaannya sebagai nelayan. Menurut Katz dan Kahn (1966) arti “peran” mencakup

sejumlah harapan yang preferensi mengenai tindakan, karakter pribadi maupun gaya-gaya

tertentu yang diharapkan ditampilkan oleh seseorang dalam kelompok (Meliala, 1993: 108),

sehingga dalam kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl,

nelayan mengalami penyesuaian dalam tuntutan perannya sebagai pekerja bos. Jika menolak

memainkan peran tersebut tentu saja akan kehilangan pekerjaannya sebagai pembawa alat

tangkap jaring trawl.

Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl tentu saja

merupakan suatu pelanggaran dan dapat saja ditangkap oleh pihak kepolisian perairan.

Namun, Bos sebagai pemilik kapal dan anak buah (nelayan) melakukan suatu upaya untuk

mempertahankan para pekerjanya agar terlepas dan tidak menjalani proses pidana. Dengan

kekuasaan yang dimiliki oleh Bos sebagai pemilik usaha perikanan dapat melakukan

penyuapan kepada pejabat publik, sehingga dapat melemahkan hukum dan proses hukum

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 7: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

tidak dapat terlaksana. Usaha Bos untuk mempertahankan pekerjanya bertujuan untuk agar

usaha perikanannya dapat terus berjalan dan mengurangi hilangnya keuntungan.

Hubungan antara Bos dengan lembaga pemerintah seperti Kepolisian Perairan terjadi

karena adanya transaksi antara Bos dengan Kepolisian Perairan, dimana Bos melakukan suatu

pembayaran untuk alasan keamanan atas kegiatan penangkapan ikan dengan jaring trawl.

Kepolisian Perairan juga mengetahui nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring trawl

merupakan suatu pelanggaran akan tetapi dengan adanya hubungan yang bersifat

transaksional membuat Kepolisian melakukan suatu pembiaran dan tidak melakukan upaya

pengawasan terhadap kegiatan illegal fishing tersebut. Adanya pembiaran yang dilakukan

pihak kepolisian ini juga dapat dilihat melalui organized crime, yaitu, memunculkan

pemahaman bahwa selain untuk mendapatkan keuntungan, kegiatan tersebut juga bertujuan

untuk mendapatkan perlindungan atau immunity atas kegiatan ilegal yang dilakukannya,

sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Bos membentuk suatu tindakan korupsi

Selain dengan pihak Kepolisian Perairan, Bos juga melakukan interkasi dengan

lembaga pemerintah lainnya seperti Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas Kelautan dan

Perikanan merupakan lembaga yang mengurus perizinan mengenai kegiatan usaha perikanan.

Bos pemilik usaha perikanan memiliki izin usaha, namun para pekerja yang berperan sebagai

penangkap ikan tidak disertai dengan surat izin penangkapan ikan (SIPI). Hal ini

memunculkan persoalan dimana Dinas Kelautan dan Perikanan tidak melakukan pengawasan

terhadap para nelayan, sehingga Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan pembiaran

terhadap kegiatan penangkapan ikan yang tidak disertai surat izin. Bos melakukan transaksi

dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan agar kegiatan penangkapan ikan dengan alat

tangkap jaring trawl tidak dilakukan pengawasan maupun diberlakukan surat izin

penangkapan ikan.

Selain itu, Bos juga memiliki hubungan dengan PT sebagai perusahaan perikanan

besar. Hasil tangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan jaring trawl

dibawa kepada Bos, kemudian Bos memilih ikan-ikan yang memiliki kualitas baik untuk

dikumpulkan dan di jual ke PT di Pangkalpinang untuk di ekspor. Sementara itu, ikan-ikan

yang kurang memiliki nilai kemudian di jual di pasar.

Bos memiliki 3-4 orang pekerja yang bertugas untuk memilih-milih ikan yang

memiliki kualitas bagus. Kemudian, setelah dilakukan pemisahan ikan-ikan yang bagus

tersebut dimasukan ke dalam fiber yang telah berisi es. Setelah itu, fiber-fiber yang telah

berisi ikan di bawa dengan menggunakan mobil truk untuk di bawa ke PT di pangkalpinang.

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 8: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Dengan pemahaman lain, hasil tangkapan ikan yang dibawa ke PT juga berasal dari

kegiatan ilegal dan PT dapat dikatakan juga terlibat dalam kegiatan illegal fishing. Namun,

peneliti tidak sampai mengetahui sejauh mana hubungan dan peran PT dalam kegiatan illegal

fishing yang terjadi di kawasan perairan Kapulauan Bangka Belitung. Hal ini di karenakan

peneliti tidak melakukan penelitian di PT.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Clinard dan Yeager ditemukan bebrapa

alasan pembenaran pelaku melakukan kegiatan illegal fishing, antara lain:

a. Peraturan pemerintah berat sebelah karena adanya aturan tambahan biaya dan rumitnya

prosedur dari birokrasi yang mengurangi keuntungan.

Peraturan pemerintah dalam upaya melarang penggunaan alat tangkap terlarang dalam

kegiatan penangkapan ikan melalui Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan,

tidak mampu menghentikan kegiatan nelayan dalam aktivitas menangkap ikan dengan alat

tangkap jaring trawl. Hal ini dikarenakan pemerintah tidak dapat mengganti alat tangkap

jaring trawl dengan alat tangkap lain. Selain itu, walaupun pemerintah dapat menyediakan

alat tangkap lain sebagai pengganti jaring trawl tentu saja biaya yang dikeluarkan pemerintah

sangat besar dan kemungkinan jumlah hasil tangkapan ikan tidak sama dengan hasil

tangkapan dengan jaring trawl.

b. Peraturan yang dibuat pemerintah tidak dapat dipahami dan terlalu rumit.

Banyaknya peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kegiatan usaha perikanan

dianggap sebagai suatu hal yang sulit dipahami. Pemerintah tidak membuat peraturan secara

rinci sehingga kemungkinan untuk terjadi pelanggaran sangat besar. Peraturan-peraturan yang

dibuat oleh pemerintah membuat kegiatan perikanan bagi nelayan menjadi terhambat karena

semakin banyak aturan yang berikan pemerintah semakin memunculkan ketidakjelasan dari

peraturan itu sendiri. Sehingga nelayan tidak dapat memahami dan menganggap bahwa

peraturan tersebut hanya akan membuat ruang kegiatan usaha perikanan mereka menjadi

semakin terbatas.

c. Peraturan menjadi percuma karena banyak hal yang tidak penting diatur dalam aturan

tersebut.

Banyak aturan yang tercantum di dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan memang bertujuan untuk mengatur perilaku korporasi agar bertindak sesuai dengan

aturan. Namun, dalam kegiatan usaha perikanan kebanyakan tidak sesuai dengan aturan

perikanan yang mengakibatkan peraturan tersebut menjadi tidak penting. Misalnya aturan

mengenai Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dimana aturan tersebut tidak dapat menyentuh

nelayan tradisional yang menggunakan kapal kecil. Nelayan tradisional yang tidak

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 9: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

diberlakukan SIPI dapat melakukan penangkapan ikan secara bebas di wilayah perairan.

Selain itu dengan tidak diberlakukannya SIPI tersebut dapat memungkinkan nelayan secara

bebas menggunakan alat tangkap tanpa ada aturan yang mengancam kegiatan mereka.

d. Jika pemerintah tidak dapat mencegah kegiatan-kegiatan sejenis yang melanggar hukum,

maka korporasi dapat juga mengambil keuntungan dari tindakan ilegal tersebut.

Pemerintah mengetahui bahwa sebenarnya penggunaan alat tangkap jaring trawl dalam

kegiatan penangkapan ikan merupakan alat tangkap terlarang dan pemerintah sebenarnya juga

dapat melaksanakan penghukuman terhadap pelaku. Namun, kekuasaan yang dimiliki oleh

pelaku korporasi dapat melemahkan penegakan hukum bahkan para pekerja yang melakukan

penggunaan alat tangkap jaring trawl tidak mengalami proses pidana. Hal ini merupakan

salah satu upaya untuk mengurangi resiko kerugian yang akan diterima oleh korporasi,

bahkan dengan melakukan tindakan penyuapan kepada pihak Kepolisian maka tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh korporasi dalam usaha perikanan tidak mendapatkan

pengawasan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

e. Meskipun benar, seperti dalam kasus penetapan harga, misalnya bahwa beberapa

pelanggaran perusahaan yang berjumlah jutaan dolar kerugian sangat terasa, tetapi bagi

konsumen individual kerugiannya kecil.

Dampak yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan secara ilegal dengan menggunakan

alat tangkap jaring trawl tidak dapat diketahui secara langsung bahkan masyarakat yang

bergantung kepada hasil perikanan tidak menyadari bahwa telah menjadi korban dari kegiatan

penangkapan ikan tersebut. Pelanggaran yang dilakukan oleh korporasi berbeda dengan

kejahatan konvensional. Pelaku pencurian hasil perikanan ini dalam kurun waktu yang lama

pastinya mendapatkan hasil keuntungan yang besar akan tetapi akibat dari penangkapan ikan

secara ilegal tersebut membuat potensi perikanan semakin berkurang. Hal ini yang kemudian

menimbulkan kecemasan dan ketakutan dari nelayan karena dalam jangka waktu yang lama

berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan sehingga nelayan mengalami kerugian dan

penghasilan yang menurun.

f. Jika tidak ada kenaikan tambahan keuntungan dalam korporasi, maka pelanggaran yang

dilakukan adalah tidak salah.

Pada dasarnya bahwa pelanggaran-pelangaran yang dilakukan oleh korporasi sebetulnya

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, namun secara sederhana dapat

dipahami bahwa tindakan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan korporasi adalah untuk

mencegah hilangnya keuntungan. Hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan pelaku

korporasi dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Pelaku lebih mengutamakan

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 10: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

kepentingan usahanya dibandingkan mendapatkan resiko kerugian yang besar. Kepentingan

yang dimiliki oleh pelaku kemudian digunakan untuk mempengaruhi aparat kepolisian dalam

menjalankan proses pidana terhadap pekerja yang menggunakan alat tangkap jaring trawl

agar tidak menjalani proses pidana. Keputusan yang diambil oleh pelaku korporasi untuk

mempertahankan pekerjanya merupakan pilihan yang baik untuk menjaga kestabilan usaha

perikanan agar tetap berjalan dan mendapatkan keuntungan.

g. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi disebabkan oleh kebutuhan ekonomi, seperti:

melindungi nilai stok, pengembalian yang sesuai kepada stockholder, menjaga keamanan

kerja karyawan yang semuanya berasal dari keuangan korporasi).

Tujuan utama korporasi yaitu memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan

tersebut seringkali dipandang sebagi suatu syarat yang mutlak harus dipenuhi. Namun dalam

pelaksanaannya sering menghadapai tantangan sehingga segala cara dapat digunakan untuk

mencapai tujuan tersebut yaitu dengan cara melanggar hukum. Hal ini merupakan hasil

keputusan dari pelaku korporasi yang menginginkan keuntungan dengan atau tanpa tekanan

sehingga kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan tiungkah laku etis dan bertentangan

dengan moralitas agar dapat mencapai target yang diinginkan.

Jaring trawl merupakan suatu alat tangkap produktif yang menjadi pilihan utama

nelayan di Desa Suka Damai unutk menangkap ikan. Jaring trawl atau yang lebih sering

dikenal dengan pukat harimau memiliki bagian spesifikasi yang penting dalam kegiatan

penangkapan ikan. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan No:

IK.340/DJ.10106/97, yang menjadi spesifikasi jaring trawl yaitu, menggunakan Otter Boad

(papan pembuka), menggunakan Bobbin (bola gelinding), menggunakan rantai pengejut, mata

kantong dibawah 5 (lima) cm atau 2,5 inch, dioperasikan di dasar perairan dan kecepatan

kapal pada saat melakukan operasi penangkapan dibawah 3 (tiga) knot.

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 11: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Gambar

Jaring Trawl milik pelaku yang digunakan pada saat kegiatan penangkapan ikan

(Sumber data: Dokumentasi Peneliti)

Bagian yang sangat berperan penting dalam kegiatan penangkapan ikan yaitu papan

pembuka yang berfungsi sebagai pembuka mulut jaring dan mempertahankan agar mulut

jaring tetap terbuka. Setelah itu, ukuran mulut jaring yang sangat kecil mengakibatkan ikan-

ikan yang masuk ke dalam jaring tidak dapat keluar. Permasalahan berikutnya yaitu kecepatan

kapal ketika sedang beroperasi dibawah 3 knot. Jika dioperasikan di atas 3 knot maka jaring

trawl yang ditarik oleh kapal akan berada di tengah permukaan perairan, sedangkan jika

dioperasikan di bawah 3 knot maka jaring berada di dasar perairan yang mengakibatkan

seluruh ikan maupun terumbu karang dapat masuk ke dalam jaring.

  Clarke dan Cornish (1987) menjelaskan sebelum melakukan kejahatan pelaku

memperhitungkan motivasi dan faktor situasi lingkungan sehingga akhirnya dapat

menghasilkan suatu keputusan yang rasional. Setidaknya terdapat tujuh aspek yang pada

umumnya menjadi bahan pertimbangan pelaku sebelum melakukan kejahatan yang digunakan

untuk membahas kegiatan penangkapan ikan secara ilegal.

a. Jumlah Target dan Aksesnya.

Aspek ini merupakan bagian dari karakteristik korban yang akan menjadi sasaran

kejahatan. Pelaku mengetahui bahwa untuk jumlah potensi perikanan yang terkadung di

perairan Bangka Selatan memiliki jumlah perikanan sangat besar dan memiliki tingkat

pertumbuhan yang sangat cepat. Selain itu, target yang menjadi sasaran memiliki nilai

ekonomis tinggi. Sementara itu, dengan tidak adanya surat perizinan yang dimiliki oleh

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 12: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Nelayan penangkap ikan maka aturan mengenai wilayah penangkapan menjadi tidak ada.

Sehingga membuat nelayan pengguna jaring trawl dapat mengambil ikan di sepanjang

wilayah perairan Bangka Selatan sesuai dengan target yang dibutuhkan.

b. Metode pilihan yang familiar.

Metode pilihan yang nantinya digunakan oleh pelaku untuk melakukan kejahatan tentu

dengan cara yang efektif, cepat dan menghasilkan target dalam jumlah yang besar. Cara yang

paling efektif untuk melakukan pencurian ikan yaitu menggunakan alat tangkap jaring trawl.

Dengan spesifikasi dan bagian-bagian yang terdapat dalam alat tangkap jaring trawl sangat

mendukung untuk mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah besar. Terlebih lagi dengan

alat tangkap jaring trawl hasil pekerjaan nelayan sendiri dapat memudahkan dalam

pengoperasian penangkapan ikan. Sehingga pelaku dapat melakukan pemilihan terhadap ikan-

ikan yang memiliki kualitas nilai ekonomis dan tidak memiliki nilai.

c. Hasil Keuntungan per Kejahatan.

Pelaku menuturkan ketika dulu bekerja di sebagai penangkap ikan di perairan Jawa,

biaya operasi untuk sekali penangkapan ikan sangat besar bisa mencapai 15 sampai 20 juta

akan tetapi hasil dari penangkapan ikan yang diperoleh sangat kecil hanya Rp. 500.000,- yang

dilakukan dalam waktu satu minggu. Sedangkan di perairan Bangka Selatan, pelaku

menuturkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan untuk sekali trip melakukan penangkapan

ikan hanya mencapai 2 sampai 3 juta. Namun, dengan potensi perikanan yang banyak juga

mendukung dalam pendapatan yang diperoleh. Pelaku mengakui rata-rata untuk sekali trip

menangkap ikan dapat menghasilkan Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,- dan pernah

memperoleh pendapatan Rp. 1.000.000,- untuk satu kali trip menangkap ikan.

d. Keahlian yang dibutuhkan.

Untuk melakukan kegiatan pencurian terhadap perikanan ini, pelaku harus memiliki

keahlian khusus agar mendapatkan hasil yang menguntungkan. Keahlian dalam melakukan

kegiatan ini diperlukan dalam pengoperasian alat tangkap jaring trawl. Pengalaman pelaku

yang sebelumnya juga pernah menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring

trawl dan bekerja di kapal penangkap ikan dengan alat tangkap pukat besar dapat dijadikan

pelajaran ketika Ia sekarang bekerja di perairan Bangka Selatan. Pengalaman selama bekerja

di kapal besar membuat pelaku mengetahui bagaimana cara-cara membuat alat tangkap jaring

trawl.

Keahlian khusus yang dimiliki oleh pelaku dalam membuat jaring trawl dapat

dijadikan modal penting dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Alat tangkap jaring

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 13: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

trawl yang telah dirancang sesuai dengan ukuran kapal tentunya lebih memudahkan dalam

pengoperasian pada saat kegiatan penangkapan ikan sehingga bisa memungkinkan

mendapatkan hasil yang sesuai dengan target.

e. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kejahatan.

Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan kejahatan merupakan pertimbangan dapat

melakukan kejahatan dalam waktu yang cepat dan mendapatkan hasil keuntungan yang besar.

Pelaku menuturkan untuk proses dalam usaha perikanan di desa Suka Damai, Kabupaten

Bangka Selatan sangat cepat. Dalam satu minggu, pelaku dapat melakukan penangkapan ikan

sebanyak 2 sampai 3 kali trip dan untuk satu kali trip dapat menghabiskan waktu dua hari dan

paling lama dapat menghabiskan waktu sampai tiga hari melakukan penangkapan ikan.

Namun, jika target telah tercapai, pelaku bisa melakukan penangkapan ikan hanya dalam

waktu 1 hari.

f. Ancaman Fisik

Ancaman fisik merupakan bahaya yang akan dialami pelaku ketika melakukan

kejahatan. Dalam hal ini ancaman yang akan dihadapi pelaku yaitu bertemu dengan nelayan

setempat yang sedang mencari ikan namun tidak menggunakan alat tangkap jaring trawl.

Pertimbangan pelaku jika bertemu dengan nelayan lain maka dapat menyebabkan konflik

diantara nelayan tersebut. Konflik yang mungkin terjadi diakibatkan alat tangkap jaring trawl

yang digunakan oleh pelaku merusak alat tangkap nelayan lain, sehingga nantinya pelaku

harus mengeluarkan biaya untuk mengganti alat tangkap nelayan lain. Kemudian ancaman

fisik yang dihadapi pelaku yaitu bertemu dengan sesama nelayan pengguna jaring trawl. hal

ini dapat mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah besar.

Selain itu, faktor situasi yang melindungi target dari sasaran kejahatan. Karena perairan yang

memiliki potensi perikanan sangat rawan untuk terjadinya kejahatan maka sudah menjadi

pekerjaan pemerintah, salah satunya Kepolisian Perairan dan Dinas Kelautan dan Perikanan

untuk menjaga wilayah perairan dari kegiatan penangkapan ikan secara ilegal.

Pelaku pencurian ikan mengetahui bahwa di dalam kegiatan penangkapan ikan yang

dilakukan selama ini tidak mendapatkan pengawasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan

tidak ada Kepolisian yang mengawasi selama kegiatan berlangsung. Terlebih lagi aktivitas

nelayan menangkap ikan lebih banyak dilakukan pada malam hari dan jumlah nelayan yang

menangkap ikan pada malam hari tentu sangat banyak. Selain itu, pihak Kepolisian Perairan

dalam melakukan kontrol terhadap aktivitas nelayan di perairan hanya memungkinkan

menggunakan satu atau dua kapal saja. Jika dibandingkan dengan banyaknya kapal nelayan

yang menangkap ikan secara ilegal dan tersebar di perairan Bangka Selatan dengan jumlah

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 14: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Kepolisian yang sedikit maka kemungkinan pelaku untuk tertangkap pihak Kepolisian sangat

kecil walaupun kapal yang digunakan pihak Kepolisian lebih canggih dari kapal nelayan.

Bahkan jika tidak adanya kontrol dari pihak Kepolisian Perairan maka dapat memudahkan

pelaku untuk mengambil ikan dengan sebanyak-banyaknya.

g. Resiko

Aktivitas penangkapan ikan secara ilegal memiliki resiko yang sangat besar, terlebih

lagi dengan tidak dilengkapi dokumen resmi dari Dinas Kelautan dan Perikanan, resiko

tertangkap oleh pihak Kepolisian selalu ada. Jika tertangkap oleh pihak Kepolisian tentu saja

tidak dapat melakukan penangkapan ikan dan tidak mendapatkan penghasilan. Akan tetapi

untuk dapat terus melakukan kegiatan penangkapan ikan maka upaya yang dilakukan jika

tertangkap oleh pihak Kepolisian yaitu melakukan negosiasi dengan pihak Kepolisian agar

tidak tertangkap dan menjalani proses pidana.

Upaya yang dilakukan oleh pelaku agar tidak menjalani proses pidana dengan

pertimbangan biaya yang dikeluarkan setidaknya masih mendapatkan keuntungan. Namun,

jika biaya yang dikeluarkan sangat besar, maka pelaku tidak akan melakukan kegiatan

kejahatan tersebut.

Kesimpulan.

Penangkapan ikan secara ilegal atau illegal fishing yang terjadi di perairan Kepulauan

Bangka Belitung merupakan suatu pelanggaran hukum yang terpola. Kegiatan penangkapan

ikan yang dilakukan oleh nelayan menggunakan alat tangkap jaring trawl untuk mendapatkan

hasil keuntungan yang sebesar-besarnya. Bos sebagai pemilik usaha mempertahankan anak

buah agar tidak menjalani proses pidana. Bos sebagai pemilik usaha perikanan dapat

dikategorikan sebagai orang yang memiliki status sosial yang tinggi dan dipandang terhormat

di kalangan masyarakatnya. Dengan adanya status sosial yang dimiliki oleh Bos membuat

dirinya melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya untuk tetap menjaga keuntungan

yang diperolehnya.

Kekuasaan yang dimiliki oleh Bos kemudian dijadikan cara untuk menjalin hubungan

dengan lembaga pemerintah seperti Kepolisian Perairan dan Dinas Kelautan dan Perikanan

yang mengatur tentang kegiatan perikanan. Adanya hubungan Bos dengan lembaga

pemerintah terjadi dalam bentuk transaksi yang membuat lembaga tersebut melakukan

pembiaran terhadap kegiatan nelayan yang menggunakan jaring trawl dalam kegiatan

penangkapan ikan di perairan Bangka Selatan. Selain itu dengan adanya hubungan antara Bos

dengan lembaga pemerintah membuat penegakan hukum menjadi lemah bahkan tidak dapat

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 15: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

dilaksanakan sehingga tujuan pelaku usaha perikanan untuk mendapatkan keuntungan akan

terus berjalan.

Saran.

Perampasan aset menjadi pilihan yang baik untuk mencegah tindakan-tindakan

pelanggaran hukum terlebih dalam tindakan penangkapan ikan secara ilegal yang

menghasilkan keuntungan besar dari hasil kejahatan tersebut. Hukuman administrasi terhadap

korporasi yang hanya terkadang berupa peringatan dan hukuman fisik terhadap pelaku yang

dirasakan kurang efektif menjadi pertimbangan bahwa perampasan aset pelaku dapat

membuat pelaku mempertimbangkan untuk mengulangi kejahatannya. Perampasan aset

pelaku dapat dilakukan dengan merampas properti yaitu perahu dan alat tangkap jaring trawl

yang digunakan pelaku dalam melakukan pencurian ikan. Dengan upaya tersebut pelaku dapat

mempertimbangkan untuk melakukan kejahatannya kembali karena biaya yang dikeluarkan

untuk membuat atau membeli perahu dan alat tangkap jaring trawl sangat besar.

Daftar Pustaka.

Abadinsky, Howard. 2010. Organized Crime. Ninth Edition. USA: Wadswroth.Adler,

Freda., Gerhard O.W. Mueller, & William S. Laufer. 1991. Criminology (4th ed.). New York:

McGraw-Hill

Clinard and Yeager. 1980. Corporate Crime. New York: The free Press. A Division of

Macmillan Publishing Co, Inc.

Djalal, Hasjim. 2011. Kekuatan Hukum Negara Kepulauan. Membangun Laut

Membangun Kejayaan Dulu, Kini dan Masa Depan., Jakarta: Dewan Kelautan

Jakarta.

John, et al. 2002. Effects of Trawling and Dredging on Seafloor Habitat. Washington DC:

National Academy Press

Kura, Yumiko, dkk. 2004. Fishing for Answers Making Sense of The Global Fish Crisis.

Washington DC: World Recourse Institute.

Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan.

Yogyakarta: LKIS

Mustofa, Muhammad. 2010. Kleptokrasi. Persengkokolan Birokrat-Korporat sebagai Pola

White Collar Crime di Indonesia. Jakarta: Kencana

Mustofa, Muhammad. 2007. Kriminologi. Kajian Sosiologis terhadap Kriminalitas,

perilaku menyimpang dan pelanggaran hukum. Fisip UI Press.

Meliala, Adrianus. 1993. Menyingkap Kejahatan Krah Putih. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013

Page 16: ILLEGAL FISHING DI KAWASAN PERAIRAN KEPULAUAN …

Setiyono, H. 2002. Kejahatan Korporasi. Analisis Viktimologis dan

Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia. Malang: Bayu

Media Publishing

Siegel, Larry. 1999. Criminology-7th Edition. USA: Wadsworth.

Simpson, Sally S. 2002. Corporate Crime, Law, and Social Control. USA: Cambridge

University Press.

Slapper and Tombs. 1999. Corporate Crime. London: Longman Criminology Series.

Tappan, Paul W. 1960. Crime, Justice and Correction. New York: McGraw-Hill.

Tribawono, Djoko. 2002. Hukum Kelautan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Skripsi

Sumual, Deborah Maria. Penggunaan Teknik Penangkapan Ikan yang merusak Terumbu

Karang oleh nelayan dan faktor-faktor yang melatarbelakangi. (Studi Kasus pada

nelayan di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara). (Skripsi Sarjana Kriminologi,

Universitas Indonesia. Depok, 1997)

Priyono, Novara Pondra. Perusakan Terumbu Karang akibat Penangkapan Ikan dengan

menggunakan Bom. (Studi kasus di kawasan Kepulauan Seribu). (Skripsi Sarjana

Kriminologi, Universitas Indonesia, Depok 2007).

Illegal Fishing..., Bob Ivan, FISIP UI, 2013