menyelidiki modus -...

43
KINERJA UTAMA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 Edisi II Tahun 2015 www.itjen.kkp.go.id Peluang dan Tantangan ASEAN Economic Community bagi Auditor Internal Peran Penyuluh Dalam Keberhasilan Program Kelautan dan Perikanan Pemutusan Kontrak Oleh Pejabat Pembuat Komitmen Bonus Sinergi Perpres, Kepmen & Permen KP tentang Tunjangan Kinerja Kemen KP Edisi II / 2015 Menyelidiki Modus IMPOR KAPAL IKAN ASING Audit Pelayanan Publik dan Kepercayaan Masyarakat

Upload: dokien

Post on 30-May-2019

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Kinerja UTaMa ..........................

1Edisi II Tahun 2015

ww

w.it

jen.

kkp.

go.id

Peluang dan TantanganASEAN Economic Community bagi Auditor Internal

Peran Penyuluh Dalam KeberhasilanProgram Kelautan dan Perikanan

Pemutusan KontrakOleh Pejabat Pembuat Komitmen

Bonus Sinergi

Perpres, Kepmen &

Permen KP tentang

Tunjangan Kinerja

Kemen KP

Edisi II / 2015

Menyelidiki Modus IMPOR KAPAL IKAN ASING

Audit Pelayanan Publik dan Kepercayaan Masyarakat

PelindungInspektur Jenderal

Pembina Sekretaris Itjen, Inspektur I, Inspektur II

Inspektur III, Inspektur IV, Inspektur V

Penanggung JawabIr. Soma Somantri, ME

Pemimpin RedaksiDrs. Cipto Hadi Prayitno

Wakil Pemimpin Redaksi Ir. Dasril Munir, MM

Redaktur PelaksanaSetyawati, S.Sos. M.Ak

Penyunting (Editor)Ir. Raymond RM Bako, MA

Ir. Lina Herlina Tengku Sonya Nirmala Hayati, S.Pi

Riyan Ramadian, S.PiFarida Farid, S.Pi, M.T., M.P.P

FotograferAfdi Nurdiansyah

Sekretariat Tim Pelaksana KegiatanDra. Andrijati Isnaini

Wiwit Roza, SH Kurniawan, SH

Ari Purwandari, S.PsiSigit Pratama, A.Md

Alamat RedaksiSekretariat Itjen KKP

Gedung Mina Bahari 3 Lt. 4 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16

Jakarta 10110Telp. (021) 3522310, 3520336

Fax : (021) 3520336http: www.itjen.kkp.go.id

Media Informasi Pengawasan SinergiDiterbitkan Itjen KKP bekerjasama dengan

PT. Laksmi Mitra Mandiri

Pembaca Tercinta

Waktu demikian cepat bergulir. Mengiring langkah kita diantara musim dan tahun yang silih berganti. Masih lekat diingatan, tahun 2014 Ibu Susi Pudjiastuti dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Presiden RI. Masih lekat

pula di ingatan, tahun 2015 Ibu Susi Pudjiastuti hadir di acara peringatan setahun berkarya di kementerian ini. Tak terhitung berapa banyak media yang menjunjung kinerjanya yang tegas dan berintegritas. Penenggelaman kapal asing pencuri ikan, contohnya, telah menjadi headline dan fokus media nasional dan internasional. Benang merah upayanya dalam memberangus Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing ini dilakukan dalam rangka penegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan amanah Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.

Itjen sebagai aparat pengawas internal dan katalisator pembaharuan kinerja mendukung upaya pemberangusan praktik-praktik IUU Fishing tersebut dengan ragam kegiatan. Selain melalui pengawasan, juga melalui kerjasama keamanan laut dengan pihak terkait, melalui studi banding dengan aparat pengawasan kementerian lain, hingga melalui monitoring dan evaluasi periodik fisik kapal dan dokumen kapal Indonesia dan asing. Sajian tulisan IUU Fishing dapat pembaca temukan di terbitan buletin ini.

Selain tulisan tentang IUU Fishing, pembaca juga dapat menikmati sajian Kinerja Utama tentang Pembangunan pulau-pulau kecil dan terluar. Dari 17.504 pulau yang ada di Indonesia, terdapat 13.466 pulau yang sudah bernama dan terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dari pulau yang bernama dan terdaftar itu, terdapat 92 pulau di kawasan perbatasan yang berpenghuni (31 pulau) dan tidak berpenghuni (61 pulau). Secara bertahap, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan 31 pulau kecil dan terluar yang berpenghuni tersebut terangkat perekonomiannya. Dengan dana dan program terpadu, pulau-pulau tersebut di masa mendatang diharap dapat semakin kuat, mandiri dan maju.Selamat tahun baru 2016. Selamat berkarya….

Redaksi

SALAM SINERGI

ww

w.it

jen.

kkp.

go.id

Peluang dan TantanganASEAN Economic Community bagi Auditor Internal

Peran Penyuluh Dalam KeberhasilanProgram Kelautan dan Perikanan

Pemutusan KontrakOleh Pejabat Pembuat Komitmen

Bonus Sinergi

Perpres, Kepmen &

Permen KP tentang

Tunjangan Kinerja

Kemen KP

Edisi II / 2015

Menyelidiki Modus IMPOR KAPAL IKAN ASING

Audit Pelayanan Publik dan Kepercayaan Masyarakat

DAFTAR ISI ..........................

Kinerja UTaMa

Itjen selaku instansi pengawasan fungsional internal, dapat memberi peran dalam mengantisipasi potensi terjadinya penyalahgunaan kapal-kapal ikan asing yang akan diimpor, apakah akan di Skrap atau Rekondisi untuk tujuan perikanan atau non perikanan.

4

Coaching Clinic Bioflok bagi Auditor di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi

73

Peluang dan Tantangan ASEAN Economic Community Bagi Auditor Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38Strategi PeningkatanPerforma Internal Auditor . . . . . . . . . . . . 42Big Data Modal Emas Analisa Data Pengawasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47

Pulau-pulau Terluar Dalam Teropong . . . 50

aUDiTOria

LinTaS SinerGi

Expo Integritas Pada Festival Anti Korupsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

Keberhasilan suatu program/kegiatan ditingkat masyarakat Kelautan dan Perikanan, merupakan gambaran keberhasilan Penyuluh Perikanan dan Kelautan dalam pendampingan dan melaksanakan penyuluhan kepada kelompok sasarannya.

Peran Penyuluh Dalam Keberhasilan Program KP 12

3Edisi II Tahun 2015

TaFaKUr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83

Menyelidiki Modus Impor Kapal Ikan Asing

Road to QIA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63On Site Learning DAP & IAS Philippines . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

Pemutusan Kontrak Oleh Pejabat Pembuat Komitmen . . . . . . . . . 16

Telaah Laporan Keuangan Sebagai Langkah Untuk Mereviu Laporan Keuangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

Audit Pelayanan Publik dan Kepercayaan Masyarakat . . . . . . . . . . . . 28

Kinerja

Penerapan Akun Belanja Barang Persediaan untuk Menyajikan Kewajaran Sistem Akuntansi . . . . . . . . . 32

Outbond Yang Penuh Semangat 77

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

4 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 5Edisi II Tahun 2015

Kapal ikan asing ditengarai banyak menjarah kekayaan Laut Natuna. Kerugian yang diakibatkan dari

penjarah tersebut ditaksir mencapai Rp. 5,2 triliun per tahun. Aksi illegal ter-sebut mengundang keprihatinan Wartawan Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. “Kalau malam di wilayah Laut Nanuta gemerlap lampu dari ratusan kapal ikan asing seperti sebuah kota, mereka terus menjarah kekayaan laut dengan rata-rata satu kapal mampu meraup 40 ton ikan sekali berlayar,” kata Riky Rinovsky, Ketua Cabang PWI-Reformasi Natuna di Jakarta, (Kamis 24 April 2013, Jakarta Greater, National Guard).

Demikian ungkap salah satu wartawan dari Natuna. Kenapa bisa terjadi demikian, sudah melempemkah aparat penegak hukum di Laut kita, atau kurangnya sarana dan prasarana pengawasan di laut, padahal sudah ada Angkatan Laut, Polair, Bakamla, dan KKP sendiri dengan armada kapal-kapal pengawasnya.

Luas Laut teritorial Natuna menurut berbagai sumber seluas 262,156 km2, berbatasan dengan Laut negara Malaysia, Philipina, Vietnam dan Thailand, dengan potensi perikanan tangkap di Laut Natuna diperkirakan mencapai 1.057,05 ribu ton per tahun, merupakan kekayaan sumberdaya hayati yang

sangat menggiurkan para peminat usaha penangkapan ikan, khususnya untuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 2. Potensi perikanan tangkap yang demikian kaya belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh pelaku usaha perikanan tangkap dalam negeri, yang diawaki oleh WNI dan berbendera Indonesia. Bahkan sebelum era moratorium, di WPP2 Laut Natuna terdapat lebih kurang 101 kapal eks asing berbendera Indonesia dengan awak kapal multi bangsa (Vietnam, Thailand, dan Laos), mereka mengeksploitasi sumber daya perikanan tangkap selama bertahun tahun. Sejak diberlakukannya moratorium eks kapal asing dengan diberlakukannya Permen KP No 56 Tahun 2014, menurut data Satgas Penanggulangan Ilegal Fishing di 11 WPP Indonesia sekitar 1.132 kapal eks asing yang dimiliki dan dioperasikan oleh 187 badan usaha/perorangan dengan sendirinya telah kandas. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan hasil tangkapan nelayan tradisional dan pesisir di hampir seluruh Indonesia, namun demikian melimpahnya hasil tangkapan nelayan belum didukung oleh lumbung penyimpanan ikan di pusat-pusat pen-daratan ikan. Hal ini menyebabkan ikan-

ikan tersebut mengalami penurunan kualitas dan berdampak pada menurunnya harga jual. Regulasi yang tidak mem-bolehkan adanya transhipment di laut pun kian menambah biaya pengangkutan hasil tangkapan dari Fishing Ground ke tempat-tempat pendaratan ikan. Potensi peluang bisnis dari gap melimpahnya hasil tangkapan nelayan dengan ketiada-an armada kapal pengangkut tentu memberi dampak tersendiri bagi para nelayan penangkap ikan untuk lebih menyeleksi hasil tangkapannya. Hal yang memprihatinkan adalah kesiapan industri strategis shipyard dan para pengusaha perikanan tangkap dalam mengganti posisi kekosongan armada penangkapan/pengangkutan ikan di dalam negeri.

Khusus untuk posisi laut Natuna yang banyak berbatasan dengan laut teritorial

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA..........................

..........................

Oleh : Hendrawan SB (Auditor Muda)

KINERjA UTAMA..........................

Menyelidiki Modus Impor Kapal Ikan Asing

4 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 5Edisi II Tahun 2015

Kerugian yang diakibatkan dari penjarah ditaksir mencapai 5,2 triliun rupiah per tahun.

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

6 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 7Edisi II Tahun 2015

negara-negara lain, dan Laut bebas, kecenderungannya adalah bahwa peluang praktik-praktik IUU Fishing masih mungkin terjadi. Modusnya antara lain :1. Para pelaku usaha penangkapan ikan

asing akan menggunakan kelengahan dari minimnya armada pengawasan, terlebih adanya intervensi negara asing yang memiliki pengaruh dan dominasi militer di laut China Selatan.

2. Aturan dilarangnya transhipment di Laut, akan menimbulkan biaya mahal untuk penyediaan BBM, kemungkinan ada peran ganda dari kapal-kapal pengangkut BBM yang dimodif pula untuk mengangkut ikan untuk kemudian di jual ke luar negeri;

3. Dampak moratorium mengakibatkan mangkraknya hampir 1.132 kapal ikan eks asing, akan memberi peluang bisnis di bidang jual beli kapal ikan asing dan skrap.Untuk modus point 3 (tiga) tersebut,

penulis ingin memberikan curah pengetahuan dan pengalaman selaku Auditor yang pernah ditugaskan dalam keterkaitan dengan permasalahan tersebut.

Bermula dari kegusaran Ibu Menteri KP, melihat adanya 3 (tiga) kapal ikan asing berada pada galangan kapal di

Batam, yang sekalipun bukan melakukan aktifitas penangkapan ikan. Kegusaran tersebut menjadi rasa cemas karena tidak ada satupun Pejabat ataupun Personil KKP yang mampu menjelaskan keberadaan dan status kapal-kapal ikan asing tersebut. Selaku Auditor, dengan naluri sebagai seorang pengawas, menangkap bahwa kegusaran Pimpinan tentu beralasan dan tidak main-main atas kecurigaan terhadap aktivitas di galangan tersebut.

Argumentasi mendasar adalah apakah kapal-kapal tersebut akan kembali dioperasikan untuk melakukan aktivitas penangkapan/pengangkutan ikan di WPP Indonesia. Pasca moratorium diperpanjang dari 1 Nopember 2014 hingga berakhir 31 Oktober 2015. Posisi Batam memang sangat strategis dalam kegiatan praktik-

praktik IUU Fishing, utamanya dalam hal kegiatan awal pendaftaran kapal, yaitu alih kebangsaan kapal, didukung dengan posisi ekonomi di jalur pelayaran internasional, dan relatif dekat dengan WPP2 Laut Natuna yang cukup potensial sumberdaya ikannya.

Terhadap kapal-kapal ikan asing yang berlabuh di galangan kapal di Batam, perlu dipertanyakan keberadaannya, antara lain untuk di skrap atau direkondisi untuk tujuan perikanan atau non perikanan, karena dua hal tersebut sudah diatur dengan ketentuan pada masing-masing instansi terkait. Sebagai bahan rujukan kriteria, ada beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar untuk mengetahui posisi kapal itu sebagai kapal dengan kategori kapal berlayar, kapal sebagai barang impor, kapal ikan asing untuk skrap atau rekondisi dan posisi satgas IIlegal Fishing pasca moratorium berakhir, melalui telaah terbatas, sebagai berikut :1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008,

tentang pelayaran yang dimaksud pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perair-an, kepelabuhan, keselamatan dan ke-amanan serta perlindungan lingkung-

an maritim, selanjutnya sebuah kapal dikatakan berlayar adalah memiliki persyaratan kelaik lautan, yaitu memiliki persyaratan laik Laut dan keselamatan, antara lain laik mesin dan kemudi, laik navigasi, dan diawaki, serta dapat diandalkan keselamatannya. Pada kasus di 3 (tiga) kapal ikan asing tersebut bila berlayar dari perairan di luar yurisdiksi laut kita maka harus ada ijin dari pihak Administratur Perhubungan Laut (Port Harbour), namun demikian berdasarkan hasil konfirmasi kepada instansi terkait, ketiga kapal tersebut masuk ke galangan dalam kondisi terikat dan ditarik oleh pandu Tugboat dan tidak memiliki persyaratan sebagai kapal yang berlayar;

2. Undang-Undang No 17 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, menyatakan bahwa kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar; selanjutnya Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya di bawah pengawasan Ditjen Bea dan Cukai. Hal ini berarti bila ketiga kapal ikan asing tersebut datang dari perairan di luar wilayah pabean dengan cara ditarik/diikat dengan Tugboat, berarti kapal

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMAju

rnal

patr

olin

ews.

com

Dua buah kapal asing berbendera Papua Nugini yang ditenggelamkan oleh TNI mengangkut 72 ABK berkewarganegaraan Thailand dan Kamboja serta 7 WNI.

Galangan Kapal, Tanjung Uncang - Batam

skys

crap

erci

ty.c

om

6 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 7Edisi II Tahun 2015

Posisi Batam sangat strategis dalam kegiatan praktik-praktik IUU Fishing, yaitu alih kebangsaan.

Bila kapal ikan asing datang dari perairan di luar wilayah pabean dengan cara ditarik/ diikat dengan Tugboat, berarti kapal tersebut dikategorikan sebagai barang impor, karena sarana kemudi dan mesin, navigasi dan komunikasi kapal sudah tidak berfungsi.

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

8 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 9Edisi II Tahun 2015

tersebut dapat dikategorikan sebagai barang impor, karena sarana kemudi dan mesin, navigasi dan komunikasi kapal sudah tidak berfungsi;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75/M.DAG/PER/12/2013 tentang ketentuan Impor Barang Modal bukan baru, menyatakan bahwa barang modal bukan baru adalah barang sebagai modal usaha atau untuk menghasilkan sesuatu yang masih layak pakai, atau untuk rekondisi, remanufakturing, digunafungsikan kembali dan bukan skrap. Hal ini dapat diartikan bahwa memang dimungkinkan adanya impor kapal bekas untuk tujuan rekondisi sebagai barang modal. Kapal yang di galangan tersebut bisa digunafungsikan untuk tujuan perikanan ataupun non perikanan setelah segala persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi dan mendapat pengesahan dari Biro Klasifikasi Indonesia.

4. Permen KP No 56/2014 sebagaimana diubah oleh Permen KP No 10/Permen-KP/2015 tentang penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan di Negara Republik Indonesia; Peraturan menteri tersebut telah berakhir pada 31 Oktober 2015. Hal ini berarti pasca berakhirnya moratorium,

ada potensi risiko kapal-kapal eks asing akan digunafungsikan kembali, meskipun dalam berbagai kesempatan dan jumpa pers kebijakan tersebut tetap dilanjutkan oleh MKP.

5. Bahkan sejak ditetapkannya Perpres Nomor 115 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara illegal (Illegal Fishing), posisi Satgas Penanggulangan illegal Fishing makin diperkuat kewenangannya. Pasal 2 dinyatakan, Satgas bertugas

mengembangkan dan melaksanakan ope-rasi penegakan hukum dalam upaya pem-berantasan Penangkapan Ikan secara ilegal di wilayah laut yurisdiksi Indonesia secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil dan peralatan operasi, meliputi kapal, pesawat udara, dan teknologi lainnya yang dimiliki oleh KKP, TNI-AL, Kepolisian Negara RI, Bakamla, Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PT Pertamina dan Instansi terkait lainnya;

Selanjutnya dalam Pasal 3, Satgas melakukan koordinasi dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan sebagai upaya penegakan hukum dengan instansi terkait tetapi tidak terbatas pada KKP, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, TNI-AL, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung, Bakamla, PPATK dan BIN.

Pada Pasal 4, ayat (1) a. disebutkan bahwa Komandan Satgas adalah Menteri Kelautan dan Perikanan, ayat (2) membentuk tim gabungan yang dipimpin oleh Komandan Sektor (on Scane Commander) di Laut dan melaksanakan operasi penegakan hukum pemberantasan penangkapan ikan secara illegal berdasarkan data intelijen.

Dengan demikian, posisi menteri KP sebagai komandan satgas sangat strategis hingga di luar institusi kewenangannya, bahkan dapat mengakses data intelijen terkait hubungannya dengan pelaku illegal fishing.

Dari suatu sumber, diperoleh informasi pada bulan Desember 2015 kemungkinan ada Pejabat Kementerian Perikanan Tiongkok yang akan berkunjung ke Indonesia, menjajaki ekspor kapal ikan yang berusia tua > 15 -20 tahun. Kebijakan di RRC adalah tidak akan menerbitkan perijinan kapal penangkap ikan yang baru sebelum kapal lama/berusia tua telah di beli atau di skrap, setelah dibeli atau di skrap baru dibuatkan sertifikat penghapusan (deletion certificate).

Inspektorat Jenderal selaku instansi pengawasan fungsional internal, dapat memberi peran dalam mengantisipasi potensi terjadinya penyalahgunaan kapal-kapal ikan asing yang akan di impor, apakah akan di Skrap atau rekondisi untuk tujuan perikanan atau non perikanan, antara lain melalui pengujian dengan menggunakan teknis chequelist Ya/tidak (√/X), yang berarti √ itu baik dan berfungsi dan tanda X berarti rusak dan tidak berfungsi:

1. Pengecekan Dokumen, meliputi :a. Dokumen penghapusan (deletion

certificate), harus dipastikan bahwa deletion certificate dikeluarkan oleh lembaga pemerintah yang resmi/mewakili negara; (√/X)

b. Surat Ukur (Gross Akte), dikeluarkan oleh kementerian yang membidangi pelayaran; (√/X)

c. Sertifikat Keselamatan dan Pencegah-an pencemaran, dikeluarkan oleh lembaga resmi pemerintah; (√/X)

d. Surat ijin Penangkapan Ikan, dikeluar-kan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dalam mengeluarkan surat ijin penangkapan ikan. (√/X)

Bila pengujian secara chequelist mem-berikan pendapat bahwa Ya, maka kapal ikan asing tersebut memang adalah kapal resmi dan terdaftar di negara asal serta sudah dihapus. Untuk lebih cermat menentukan kapal ikan asing, perlu juga dilakukan crosscek data, nama kapal dengan data perijinan yang berada pada DJPT, apakah termasuk dalam 1.132 kapal yang di moratorium, dan juga kepada Ditjen PSDKP untuk melihat catatan ada tidaknya tindak pidana perikanan dari

Kapal Pengawas Hiu Macan 001 berhasil menangkap empat kapal perikanan ilegal asal Vietnam di perairan ZEE Indonesia, Laut Cina Selatan, Natuna, Kepulauan Riau.

beri

tatr

ans.

com

Penenggelaman Kapal Ikan Asing pelaku Illegal Fishing di Perairan Batam yang dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan tanggal 20 Oktober 2015.

8 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 9Edisi II Tahun 2015

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

10 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 11Edisi II Tahun 2015

kapal dimaksud. Hal ini untuk menghindari adanya duplikasi atau penggantian nama kapal.

2.PengecekanfisikKapal, meliputi :a. Sistem Navigasi berupa pengecekan

terhadap fungsi-fungsi Gyro Compass, Radar, Sonar, Kemudi otomatis, Kemudi manual, apakah masih berfungsi atau tidak; (√/X)

b. Sistem Kemudi dan Mesin Utama, apakah masih dapat mengolah gerakkan kapal; (√/X)

c. Sistem Pendingin, apakah masih dapat berfungsi, yang terlihat dari masih adanya bunga es di bagian mesin atau pipa-pipa evaporasi pada dinding palka; (√/X)

d. Sistem Alat dan Sarana Bantu Penangkapan, apakah masih berfungsi dan bertempat sesuai dengan alur operasional penangkapan saat setting maupun hauling; (√/X)

e. Sistem Jangkar dan Keselamatan, masih terawat dengan segel-segel rantai yang masih dalam keadaan standby dan dilumasi; (√/X)

f. Konstruksi lambung, di atas dan di bawah garis air, terlihat ada atau tidaknya bocor lambung. Baja yang masih tebal atau menipis; (√/X)

g. Ruang palka, masih dapat atau tidak untuk digunakan sebagai ruang penyimpan; (√/X)

h. Anjungan (Bridge) masih baik atau tidak untuk dioperasikan (√/X)

Bila hasil pengecekan fisik mesin dan kasko kapal banyak yang masih berfungsi berarti kapal tersebut dapat direkondisi/diperbaiki untuk tujuan perikanan. Bila alat tangkap dan sarana bantu penangkapan, mesin pendingin, palka dalam kondisi rusak atau sudah dibongkar pipa-pipa evaporasi dan mesin pendingin berarti kapal tersebut akan direkondisi untuk kapal non perikanan.

3. Pengecekan awak, meliputi penge-cekan terhadap kewarganegaraan Nahkoda, Perwira dan ABK dengan mem-perlihatkan bukti bukti Buku Paspor, Buku Pelaut, dan sijil awak kapal. Untuk kapal-kapal yang sudah

dihapus, biasanya dokumen pengawakan

kapal sudah sulit diperoleh, bukti yang masih dapat diperoleh adalah nama Nahkoda terakhir yang mempimpin kapal tersebut. Selanjutnya, untuk memperkuat simpulan yang akan dilaporkan, kita perlu melakukan klarifikasi terhadap pemilik kapal, kelanjutan dari penempatan kapal di galangan, apakah untuk tujuan skrap atau rekondisi. Tanyakan dokumen-dokumen yang mendukung, terlebih untuk kasus kapal-kapal asing dari RRC, kebijakan mereka berbeda dari negara negara lain, yaitu menerbitkan deletion certificate setelah kapal itu dibeli atau di skrap, hal ini dapat berpotensi terjadi satu kapal dengan 2 (dua) bendera, sehingga praktik-praktik IUU Fishing dapat terulang kembali. Hal ini bisa saja terjadi, karena fungsi klass sebagaimana di emban oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dapat melakukan per-ubahan kegunafungsian kapal dengan dasar dokumen-dokumen awal, bila terjadi demikian kemungkinan besar praktik-praktik IUU Fishing dalam hal pendaftaran kapal akan terulang kembali.

Untuk itu Itjen, dapat mengambil perannya sebagai katalisator pembaharuan

kinerja, yaitu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait antara lain melalui pelatihan-pelatihan pengecekan fisik kapal dan administrasi dokumen kapal dengan Perhubungan Laut; Pihak galangan kapal; Biro Klasifikasi Indonesia; serta melakukan studi banding dengan aparat pengawasan fungsional kementerian Perhubungan, Perdagangan dan Bea Cukai. Melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik terhadap personil dan dokumen perijinan penangkapan ikan khususnya kapal asing.

Jalesveva Jaya Mahe....Jalaniditah Sarva Jivitam (justru di lautan kita Jaya)

Kapal ikan di galangan akan direkondisi jadi kapal angkut niaga.

Peralatan Radar laut untuk navigasi kapal.

Ruang navigasi di anjungan (bridge) dalam kondisi layak. dj

psdk

p.kk

p.go

.id

Kapal ikan asing berbendera Malaysia KM. SLFA 2675 ditangkap oleh Kapal Pengawas (KP) Perikanan Hiu 004 saat melakukan kegiatan penangkapan ikan ilegal dengan muatan sebanyak ± 300 kg, di perairan Selat Malaka, sekitar perairan Sumatera Utara tanggal 13 Desember 2015.

10 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 11Edisi II Tahun 2015

Bila hasil pengecekan mesin dan kasko kapal banyak yang masih berfungsi berarti kapal tersebut dapat direkondisi/ diperbaiki untuk tujuan perikanan.

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

12 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 13Edisi II Tahun 2015

Dalam rangka mendukung pem-bangunan Kelautan dan Per-ikanan yang berkedaulatan dan

berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat Kelautan dan Perikanan, diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang handal dan kompeten. Salah satu dukungan melalui peran dari Penyuluh yang keberadaannya sangat strategis ditengah masyarakat khususnya untuk pelaku utama dan pelaku usaha di bidang Kelautan dan Perikanan.

Penyuluh dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan suatu program/kegiatan di-tingkat lapangan, dan seharusnya menjadi perhatian Pemerintah Pusat dan Pemerin-tah Daerah agar tugas dan fungsinya dapat berjalan sesuai dengan arah kebijakan nasional, terutama secara penuh (full out) dapat mengkawal kebijakan prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini sejalan dengan amanah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014 bahwa perlunya

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis dan administrasi bagi Penyuluh yang direkrut guna meningkatkan kapasitas dan kompetensinya dalam melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada masyarakat Kelautan dan Perikanan.

Penyuluhan sesuai UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan/SP3K adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Lebih lanjut, penyu-luhan yang diselenggarakan oleh petugas Penyuluh dalam rangka untuk: •Memfasilitasi proses pembelajaran pe-

laku utama dan pelaku usaha; •Mengupayakan kemudahan akses pelaku

utama dan pelaku usaha ke sumber in-

Program Kelautan dan Perikanan

Foto Bersama Jajaran PUSLUHDAYA KP Dalam Rangka Menyambut Tahun 2016formasi, teknologi, dan sumber daya lain-nya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;

•Meningkatkan kemampuan kepemimpin-an, manajerial, dan kewirausahaan pe-laku utama dan pelaku usaha;

•Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;

•Membantu menganalisis dan memecah-kan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama;

•Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan

•Melembagakan nilai-nilai budaya pem-bangunan perikanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara ber-kelanjutan.

Melihat beban tugas dan fungsi Penyuluh yang sangat besar dan mulia ini, sudah sepatutnya Penyuluh di bidang Kelautan dan Perikanan memiliki kelembagaan yang mandiri agar lebih fokus dalam mengawal program/kegiatan bidang Kelautan dan Perikanan, mengingat sebaran Penyuluh Perikanan selama ini ada di Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh), Badan Penyuluhan (Bapeluh), Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) dan Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinas KP) Provinsi/Kabupaten/Kota.

Seiring dengan telah diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Urusan Pemerintah Daerah, maka perlu kiranya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Kementerian/Instansi terkait men-dukung penuh kelancaran pelaksanaan tindaklanjut Undang-Undang tersebut dalam hal percepatan pengalihan Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana, dan Dokumen (P3D) Penyuluhan Perikanan, yang telah ditargetkan selesai pada Oktober 2016. Disamping itu perlunya penyiapan regulasi yang mengatur lebih lanjut mengenai Penyuluh Perikanan dan Penyuluh Non Perikanan Bidang Kelautan.

Disisi lain terdapat persoalan yang mendasar yang menjadi kendala dalam pendampingan dan penyuluhan kepada kelompok sasaran, yaitu ketersediaan tenaga Penyuluh dibidang Kelautan dan Perikanan yang masih sangat terbatas. Disamping itu distribusi/penempatan penyuluh pada kawasan potensial atau di sentra-sentra produksi belum dapat terpenuhi dengan rasio proposional. Menurut catatan data yang tersedia di BPSDMP KP, bahwa jumlah Penyuluh Perikanan PNS di Indonesia sebanyak 3.281 orang, sedangkan jumlah pelaku utama perikanan sebagai sasaran penyuluhan sebanyak 26.782.780 orang, masih ditemukan ketimpangan. Rasio antara jumlah Penyuluh perikanan dan

Blusukan KAPUSLUHDAYA KP Ke Lapangan

Oleh : Iriawanti (Auditor Madya)

12 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

Percepatan pengalihan Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana, dan Dokumen (P3D) Penyuluhan Perikanan, ditargetkan selesai pada Oktober 2016.

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

14 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 15Edisi II Tahun 2015

Penyuluh Perikanan Sebagai Agen Perubahan (Agents Of Change)

sasarannya adalah 3.281 berbanding 26.782.780 orang, yang artinya satu orang Penyuluh Perikanan PNS harus membina dan mendampingi sebanyak 8.163 orang pelaku utama/usaha perikanan. Kondisi tersebut belum teridentifikasikan untuk penyuluh non perikanan bidang Kelautan.

Memperhatikan persoalan tersebut, dan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program/kegiatan prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan pada periode tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan upaya perekrutan formasi Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK), Tenaga Pendamping, dan sejenisnya. Namun belum seluruh Penyuluh tersebut melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.

Berdasarkan hasil pengawasan itjen KKP pada periode tahun sebelumnya, ditemukan Penyuluh yang penempatannya di kantor daerah, cenderung melaksanakan tugas sehari-hari sebagai tenaga adminis-trasi dan keuangan bahkan ada yang sebagai “supir”. Sedangkan tugas pokoknya tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Sangat ironis ketika di negeri ini dihadapi dengan kekurangan jumlah tenaga Penyuluh kelautan dan perikanan, dilain pihak dijumpai Penyuluh perikanan, selain sebagai tenaga administrasi dan keuangan kantor, juga dalam kedudukannya difungsikan sebagai anggota Tim Teknis

yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas KP. Hal ini menjadi rancu ketika Penyuluh Perikanan difungsikan sebagai anggota Tim Teknis, sehingga tugas pokok dan fungsi Penyuluh untuk membantu/memfasilitasi/mendampingi dan menyuluh kelompok masyarakat KP tidak dilaksanakan dengan tepat dan benar, karena secara fisik Penyuluh tersebut tidak berada ditengah-tengah masyarakat secara full time atau mengagendakan kegiatannya dengan tertib untuk membantu fasilitasi kelompok penerima bantuan antara lain untuk mengakses kemudahan pemasaran hasil produksi atau membangun jejaring pasar dari sentra-sentra produksi atau antar sentra produksi hingga kepada pelaku usaha, sehingga diperoleh harga jual produk yang saling menguntungkan. .

Persoalan yang mendasar ini, sudah seharusnya dibenahi dengan menatakelola kembali Penyuluh Perikanan sebagai tindaklanjut dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, sekaligus mengakomodir kejelasan Penyuluh Non Perikanan bidang kelautan yang porsinya relatif masih sedikit dibandingkan Penyuluh Perikanan (+ 80%). Dalam masa transisi untuk penerapan undang-undang tersebut, BPSDMP KP masih berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait di daerah dalam hal pengelolaan dana/kegiatan dekonsentrasi di Dinas KP Provinsi/Kabupaten/Kota,

Bakorluh, BKPP, dan Bapeluh untuk keperluan operasional Penyuluh Kelautan dan Perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2016 telah merekrut kembali formasi Penyuluh Bantu dengan target tambahan tenaga Penyuluh Bantu sebanyak 3.000 orang. Diharapkan Penyuluh Bantu yang direkrut ini dapat berperan penuh untuk melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada masyarakat Kelautan dan Perikanan di wilayah kerjanya. Tentunya perekrutan Penyuluh Bantu ini dapat memenuhi kualifikasi akademik dan lulus dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 62 Tahun 2014.

Mengingat program prioritas Kementeri-an Kelautan dan Perikanan juga berkaitan dengan kegiatan/usaha di bidang Kelautan, diharapkan perekrutan Penyuluh Bantu ini dapat mengakomodir Penyuluh Bantu Non Perikanan bidang Kelautan guna kegiatan penyuluhan terkait dengan konservasi perairan, pergaraman, pengelolaan pesisir dan lautan, serta kegiatan jasa kelautan lainnya.

Penyuluh Bantu ini diharapkan dapat berfungsi: •Sebagai motivator, fasilitator, mediator,

dan dinamisator dalam proses pem-berdayaan pelaku utama dan usaha perikanan;

•Sebagai agen pemberdayaan masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha perikanan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan di bidang penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasaran ikan, garam, dan konservasi; serta

•Sebagai agen perubahan masyarakat pelaku utama dan usaha perikanan dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan melalui fasilitasi akses terhadap sumber informasi, pasar, teknologi, dan pembiayaan.

Keberhasilan suatu program/kegiatan ditingkat masyarakat Kelautan dan Perikanan, merupakan gambaran keber-hasilan Penyuluh Perikanan dan Kelautan dalam pendampingan dan melaksanakan penyuluhan kepada kelompok sasarannya. Semua itu sangat dapat dicapai, manakala Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk membantu menguatkan kapasitas dan peran Penyuluh, semata untuk kepentingan masyarakat Kelautan dan Perikanan dalam mengelola kegiatan/usahanya menuju pada kemandirian usaha dalam menyambut masuknya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2016. Oleh karena itu, masyarakat Kelautan dan Perikanan khususnya para pelaku utama dan pelaku usaha bidang Kelautan dan Perikanan harus siap dan mampu untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan inovatif, sehingga tertap survive bersaing dengan “mereka” dari belahan negara asean yang secara bebas masuk dan berbisnis di negeri ini.

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA

Dekonsentrasi di Dinas KP Provinsi/Kabupaten/Kota, Bakorluh, BKPP, dan Bapeluh untuk keperluan operasional Penyuluh Kelautan dan Perikanan. Kementerian KP pada Tahun 2016 telah merekrut Penyuluh Bantu yang berperan penuh untuk melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada masyarakat Kelautan dan Perikanan di wilayah kerjanya.

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

16 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 17Edisi II Tahun 2015

melaksanakan kewajibannya secara sempurna sesuai dengan yang telah dituangkan dalam kontrak. Hal tersebut dapat berakibat dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK.

Dalam hal kontrak diputuskan oleh PPK secara sepihak, maka bagian pekerjaan atau prestasi yang telah dikerjakan oleh penyedia barang/jasa tetap dibayarkan kepada penyedia. Untuk melanjutkan penyelesaian sisa pekerjaan yang belum selesai, PPK dapat meminta kepada Pokja ULP untuk mencari penyedia baru dengan cara menunjuk langsung pemenang cadangan pada pelelangan yang sama atau menunjuk penyedia lain yang memenuhi syarat. Alasan pemutusan kontrak secara sepihak PPK adalah kesalahan/kelalaian penyedia dalam memenuhi kewajibannya maka PPK harus mengenakan sanksi kepada penyedia dengan memasukkan penyedia dalam daftar hitam (blacklist).

Kondisi saat ini banyak sekali terjadi pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai

dengan pelaksanaan kontrak antara lain ketidaksesuaian waktu pelaksanaan di lapangan dengan waktu yang ditetapkan/diperjanjikan dalam kontrak. Dalam aturan pengadaan barang/jasa Pemerintah, nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan jasa lainnya lebih dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), atau nilai pengadaan jasa konsultansi lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), maka pelaksanaannya harus menggunakan kontrak.

Kontrak pengadaan barang/jasa merupakan kesepakatan antara PPK dan Penyedia barang/jasa yang memuat kewajiban dan hak para pihak dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa. Dalam pelaksanaan kontrak sering kali penyedia barang/jasa tidak

Oleh: Irwan (Auditor Madya)Kontrak

Dari segi pembidangan hukum, kontrak termasuk dalam bidang hukum perdata karena isi kontrak mengatur hak dan kewajiban para pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak secara perorangan. Isi kontrak menyatakan kesediaan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pernyataan kesediaan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimaksud harus didasarkan pada persetujuan dari orang bersangkutan. Karena itu kontrak tidak boleh membebankan kewajiban bagi orang lain tanpa persetujuan dari orang tersebut.

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mendefenisikan perjanjian atau kontrak adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dalam konteks pengadaan barang/jasa pemerintah pengertian resmi tentang kontrak disebutkan dalam pasal 1 Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015 yang berbunyi “Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola”. Pasal tersebut membatasi pengertian kontrak pengadaan barang/jasa sebatas perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal istilah untuk perjanjian dan perikatan untuk mengambarkan adanya kesepakatan atau deal antar para pihak dalam pencapaian kesepakatan yang mengakibatkan adanya hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Menurut pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata supaya terjadi persetujuan yang sah perlu dipenuhi empat syarat yaitu: •kesepakatan mereka yang mengikatkan

dirinya; •kecakapan untuk membuat suatu per-

ikatan;

•suatu pokok persoalan tertentu; dan •suatu sebab yang tidak terlarang.

Syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri dan syarat kecakapan untuk membuat suatu perikatan meru-pakan syarat subjektif yang berhubung-an langsung dengan pembuat perikatan atau penandatangan kontrak. Adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan diri dalam kontrak mengandung makna bahwa para pihak yang menandatangani kontrak telah mengetahui seluruh isi kontrak dan setuju untuk melaksanakan semua kewajiban yang diatur dalam kontrak. Dalam pengertian ini berarti tidak boleh ada penipuan dan/atau paksaan oleh salah satu pihak terhadap pihak lainnya atau oleh siapapun juga. Syarat kecakapan untuk membuat perikatan mengandung makna bahwa orang yang mengikatkan diri dalam

Pemutusan Kontrak Oleh Pejabat Pembuat KomitmenOleh Pejabat Pembuat Komitmen

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA..........................

..........................

16 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 17Edisi II Tahun 2015

Alasan pemutusan kontrak secara sepihak PPK adalah kesalahan/kelalaian penyedia dalam memenuhi kewajibannya. PPK harus mengenakan sanksi kepada penyedia dengan memasukkan penyedia dalam daftar hitam (blacklist).

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

18 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 19Edisi II Tahun 2015

pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa yang menggunakan kontrak pelaksanaan kontrak oleh penyedia berupa penyelesaian pekerjaan harus diawasi dengan ketat oleh PPK. Untuk itu, PPK dapat menunjuk konsultan pengawas dan/atau tim pendukung lainnya yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia. Tujuan pengawasan ini agar dapat mengendalikan jalannya proses penyelesaian pekerjaan dari waktu ke waktu. Penyimpangan yang terjadi seharusnya dapat segera diatasi sedini mungkin sebelum terjadi penyimpangan yang terlalu jauh.

Dengan menerapkan fungsi pengawasan secara efektif niscaya tidak akan terjadi

kontrak atau menandatangani kontrak adalah orang yang memang memiliki kewenangan untuk melakukan itu. Ini berarti tidak boleh ada penyalahgunaan wewenang dalam penandatanganan kontrak. Tidak terpenuhinya persyaratan subjektif dalam kontrak menyebabkan kontrak dapat dibatalkan atau dimintakan pembatalannya ke pengadilan.

Syarat adanya suatu pokok persoalan tertentu dan syarat suatu sebab yang tidak terlarang merupakan syarat objektif yang berhubungan dengan objek perjanjian. Adanya pokok persoalan tertentu berarti isi kontrak harus mengatur sesuatu. Ada kewajiban dan/atau hak para pihak yang diatur dalam kontrak. Contohnya dalam kontrak pengadaan barang/jasa harus disebutkan uraian mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Syarat suatu sebab yang tidak terlarang berarti hal yang harus dikerjakan oleh para pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Tidak ter-penuhinya persyaratan objektif dalam kontrak menyebabkan kontrak tidak perlu dilaksanakan dan dinyatakan batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada.

Perlunya Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Mengapa kontrak diperlukan dalam pengadaan barang/jasa?. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan memahami pasal 55 Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015. Pasal tersebut menyebutkan kontrak sebagai salah satu bukti perjanjian. Pasal 55 ayat (1) berbunyi “Tanda bukti Perjanjian terdiri atas: a. bukti pembelian; b. kuitansi; c. Surat Perintah Kerja (SPK); d. surat perjanjian; dan e. surat pesanan.

Pasal 55 ayat (5) berbunyi “Surat Per-janjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Ini berarti diperlukan kontrak karena nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan melebihi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau nilai pengadaan jasa konsultansi lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Jika dikaji lebih jauh perlunya kontrak dalam pengadaan barang/jasa bukan disebabkan oleh nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan, tetapi karena pelaksanaan pekerjaan yang diatur dalam kontrak itu sendiri tidak dapat dilaksanakan secara seketika dan memerlukan waktu yang relatif lama. Pelaksanaan pekerjaan yang diatur dalam kontrak membutuhkan waktu yang relatif lama, maka banyak kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi selama waktu berlakunya kontrak yang dapat menyebabkan para pihak tidak dapat memenuhi seluruh kewajibannya dengan baik (wanprestasi). Untuk menja-min bahwa para pihak yang berkontrak akan melaksanakan seluruh kewajibannya diperlukan suatu perjanjian tertulis yang

disebut kontrak. Sebagai contoh dalam pengadaan pem-

bangunan sebuah gedung kantor yang memerlukan masa penyelesaian pekerjaan selama 4 (empat) bulan, pihak PPK perlu diyakinkan bahwa pada waktu empat bulan yang akan datang pembangunan gedung yang dijanjikan akan terwujud sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Demikian juga pihak penyedia yang akan mengerjakan pembangunan gedung tersebut harus yakin bahwa atas prestasi pekerjaan yang dilaksanakannya pasti mendapat pembayaran sesuai dengan yang disepakati dalam kontrak. Andaikan saja pekerjaan pembangunan gedung tersebut dapat diselesaikan dalam satu hari oleh penyedia dan PPK sudah dapat melunasi biaya pembangunan gedung tersebut pada hari itu juga, maka keberadaan kontrak dalam hal ini tidak terlalu penting kecuali hanya sekedar formalitas untuk melengkapi syarat pembayaran. Perlunya kontrak dalam pengadaan barang/jasa bukan sebatas sebagai bukti perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 55 Perpres nomor 4 tahun 2015 melainkan sebagai alat pengendalian pelaksanaan pekerjaan dimana PPK harus memastikan bahwa seluruh pekerjaan dikerjakan oleh penyedia sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak dan dokumen lain yang merupakan bagian dari kontrak.

Pemutusan Kontrak Mengapa terjadi pemutusan kontrak?

Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah pemutusan kontrak terpaksa dilakukan jika penyedia tidak memenuhi kewajibannya dan kelalaian penyedia tersebut telah berada diluar batas yang dapat diterima oleh PPK. Hal yang perlu dipahami oleh semua pihak bahwa pemutusan kontrak bukan suatu yang diharapkan. Para pihak yang berkontrak harus berupaya sedapat mungkin agar kontrak tidak diputuskan di tengah jalan. Oleh karena itu, dalam

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA..........................

..........................

18 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 19Edisi II Tahun 2015

Untuk menjamin bahwa para pihak yang berkontrak akan melaksanakan seluruh kewajibannya diperlukan suatu perjanjian tertulis yang disebut kontrak.

Kinerja UTaMaKinerja UTaMa..........................

..........................

20 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 21Edisi II Tahun 2015

penyimpangan dalam pelaksanaan pekerja-an sehingga penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan rencana dan hasil pekerjaan dapat diserahkan pada waktu yang tepat dengan tetap mempertahankan kualitas teknis sesuai yang dipersyaratkan dalam kontrak. Perbedaan-perbedaan kecil di lapangan sangat mungkin terjadi, tetapi hal itu seharusnya telah diperhitungkan oleh penyedia pada saat mengajukan penawaran teknis dan harga, sehingga tidak dapat dijadikan alasan untuk mangkir dari kewajiban menyelesaikan pekerjaan.

Prosedur Pemutusan Kontrak

Pemutusan kontrak akan merugikan para pihak, apabila terjadi pemutusan kontrak PPK dan penyedia sama-sama menderita kerugian. Bagi PPK pemutusan kontrak akan berimplikasi pada penilaian kinerja PPK yang diakibatkan kegagalan pekerjaan dan rendahnya realisasi anggar-an. Bagi penyedia pemutusan kontrak berimplikasi pada kinerja perusahaan, kerugian material dan sanksi lainnya seperti dimasukkan dalam daftar hitam.

Pemutusan kontrak dapat berakibat perselisihan atau sengketa antara penyedia dengan PPK yang memerlukan penyelesaian melalui arbitrase atau memrlukan penyelesaian oleh pengadilan.

Untuk mengantisipasi timbulnya seng-keta kontrak yang diakibatkan oleh pe-mutusan kontrak, prosedur pemutusan kontrak harus dicantumkan dengan jelas dalam kontrak seperti: a) tahapan apa saja yang harus dilalui

sebelum sampai pada tahap pemutusan kontrak; dan

b) langkah apa yang harus ditempuh pada setiap tahapan tersebut. Pencantuman aturan tentang prosedur

pemutusan kontrak kedalam pasal-pasal kontrak diharapkan dapat menjadi rambu-rambu bagi para pihak untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pemutusan kontrak.

Akibat Pemutusan Kontrak Salah satu asas kontrak adalah itikad

baik dari para pihak yang berarti pada saat penandatanganan kontrak masing-masing pihak memiliki itikad baik untuk melaksanakan semua kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Pemu-tusan kontrak hanya akibat dari adanya kenyataan yang ditemui di lapangan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pada saat penandatanganan kontrak. Pemutusan kontrak bukan suatu yang diharapkan oleh para pihak dengan sendirinya akibat dari pemutusan kontrak tentu merupakan suatu hal yang juga tidak diharapkan. Bahkan akibat dari pemutusan kontrak sangat mungkin adanya para pihak yang merasa dirugikan. Dalam kasus tertentu pemutusan kontrak dapat berlanjut menjadi sengketa antara PPK dan penyedia.

Terlepas dari apakah pemutusan kon-trak berkembang menjadi perkara serius antara PPK dan penyedia, pemutusan kontrak berkibat penyelesaian pekerjaan

dan pembayaran sebagai berikut: 1) Pekerjaan tidak selesai 100% sehingga

harus diusahakan untuk mencari penyedia lain yang dapat melanjutkan penyelesaian pekerjaan;

2) Bagian pekerjaan yang telah diselesai-kan oleh penyedia tetap harus dilakukan pembayaran, sehingga perlu dilakukan perhitungan bersama atas prestasi yang telah diselesaikan;

3) Penetapan sanksi kepada penyedia, berupa pencairan jaminan dan blacklist. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak

secara sepihak oleh PPK, Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015 telah memberi peluang kepada Pokja ULP untuk melakukan pemilihan penyedia yang akan melanjutkan sisa pekerjaan yang belum selesai dengan cara penunjukan langsung. Penunjukan langsung dimaksud dapat dilakukan kepada pemenang cadangan pada pelelangan yang sama atau dapat menunjuk penyedia lain yang memenuhi syarat. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, apakah pemenang cadangan pada pelelangan yang sama yang akan ditunjuk harus menggunakan surat penawaran yang diajukan pada pelelangan yang sama atau dapat mengajukan surat penawaran yang baru. Terhadap pertanyaan ini dapat dipahami bahwa adanya perbedaan waktu yang cukup lama antara proses pelelangan dengan saat pemutusan kontrak, sehingga surat penawaran yang bersangkutan sudah tidak berlaku. Dengan demikin pemenang cadangan yang akan ditunjuk memiliki kebebasan untuk menyusun surat penawaran baru untuk sisa pekerjaan yang harus dikerjakan. Kesepakatan tentang harga dalam penunjukan langsung penyedia oleh Pokja ULP dilakukan dengan cara negosiasi. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara Pokja ULP dengan pemenang cadangan Pokja ULP dapat menunjuk penyedia lain yang memenuhi syarat.

Pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK harus diikuti dengan penyelesaian kewajiban para pihak. PPK berkewajiban untuk melakukan pembayaran atas prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan namun pada saat yang sama penyedia juga harus melunasi seluruh kewajibannya. Karena itu PPK harus memotong dari pembayaran seluruh kewajiban penyedia seperti pajak, denda, dan pelunasan uang muka. Selain itu PPK harus mencairkan jaminan pelaksanaan untuk disetor ke rekening kas negara serta memasukkan penyedia dalam daftar hitam (blacklits).

DAftAr PuStAkA :

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

2. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

KINERjA UTAMAKINERjA UTAMA..........................

..........................

20 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 21Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

22 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 23Edisi II Tahun 2015

Telaah Laporan Keuangan kedengar-annya masih asing di telinga kita. Sejak penyusunan Laporan Ke-

uangan menggunakan aplikasi pada tahun 2005, yang familiar terdengar di telinga kita adalah verifikasi dan reviu Laporan Keuangan. Telaah Laporan Keuangan diperkenalkan pada Desember 2014 oleh Kementerian Keuangan karena kebutuhan kita terhadap Laporan Keuangan yang handal dan berkualitas, terutama setelah seluruh entitas akuntansi dan pelaporan diharuskan mengubah basis akuntansinya dari Kas Menuju Akrual menjadi Basis Akuntansi Akrual sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK. 05/2014 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Aktual pada Pemerintah Pusat.

Kita menyadari bahwa dengan basis akuntansi yang baru tersebut, komponen Pokok Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga pun bertambah dari sebelumnya hanya tiga komponen yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), menjadi lima komponen dengan menambah dua komponen lagi yaitu Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Dengan ber-tambanya komponen Laporan Keuangan tersebut, maka tata cara dan standar untuk melakukan reviu Laporan Keuangan bagi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (antara lain Inspektorat Jenderal) juga seharusnya menyesuaikan dengan per-ubahan basis akuntansi tersebut.

Oleh : Fredy Haryanto (Auditor Muda)

Telaah Laporan Keuangan Sebagai Langkah Untuk Mereviu Laporan Keuangan

Telaah atas Laporan Keuangan di Kementerian Kelautan dan Perikanan

Pada tanggal 31 Desember 2015, Pemerintah menerbitkan Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang baru, yaitu Per-aturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 255/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, untuk menggantikan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010. Dalam peraturan yang baru tersebut, kita bisa menganalogikan bahwa telaah atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari penelusuran LK K/L ke catatan akuntansi dan dokumen sumber. Jadi bisa dikatakan bahwa telaah atas Laporan Keuangan sebagai salah satu langkah untuk mereviu Laporan Keuangan. Telaah Laporan Keuangan mempermudah seorang pereviu untuk memahami cara mereviu Laporan Keuangan, dikarenakan metode tersebut sangat simpel, praktis dan mudah dipahami alur logika berpikirnya.

Telaah Laporan Keuangan telah diper-kenalkan oleh Kementerian Keuangan kepada beberapa auditor Inspektorat Jenderal pada tanggal 11 Desember 2015 melalui Workshop Telaah Awal Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Negara/Lembaga, dan telah disosialisasikan kepada Auditor yang akan melakukan Reviu Laporan Keuangan pada awal Januari 2015 sebelum dilakukan reviu Laporan Keuangan Tahunan 2015 tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, dan sudah diterapkan pada saat mereviu Laporan Keuangan TingkatEselon I. Namun demikian, penerapan telaah atas Laporan Keuangan tersebut masih belum maksimal karena kurangnya frekuensi sosialisasi dan pemahaman terhadap substansi materi yang belum seragam. Tulisan berikut ini bermaksud untuk menguraikan lebih lanjut mengenai telaah Laporan Keuangan agar dapat diterapkan

secara maksimal pada saat reviu Laporan Keuangan periode berikutnya.

Telaah Laporan KeuanganTelaah Laporan Keuangan dilakukan

dengan dua cara yaitu pertama, penelaahan komponen Laporan Keuangan dilakukan secara parsial satu persatu terhadap komponen Laporan Keuangan meliputi Saldo Awal, LRA, Neraca Percobaan, LO, LPE, Neraca dan CaLK; kedua penelaahan Laporan Keuangan dilakukan antar akun dalam satu komponen Laporan Keuangan. Penelaahan Komponen Laporan Keuangan secara parsial dan antar akun kami sajikan sebagai berikut:

1. Saldo AwalSaldo akhir 2014 auditedakan di-

migrasi-kan menjadi saldo awal tahun 2015 melalui aplikasi Sistem Akuntansi BerBasis Akrual (SAIBA). Migrasi tersebut akan mengklasifikasikan kembali akun-akun saldo awal 2014 audited yang berbasis Kas Menuju Akrual menjadi Basis Akrual. Neraca pada akuntansi Basis Akrual tidak mengenal lagi akun Pendapatan yang Ditangguhkan, Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Invenstasi, dan Ekuitas Dana Lainnya. Akun-akun tersebut akan di-migrasi-kan menjadi Ekuitas.

22 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

KinerjaKinerja ..........................

..........................

24 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 25Edisi II Tahun 2015

2. Laporan Realisasi Anggaran Unsur-unsur yang perlu ditelaah

meliputi Pendapatan dan Belanja. Pada akun Pendapatan, pastikan Pendapatan yang ada di LRA merupakan pendapatan PNBP yang memang ada di Kementerian/Lembaga bersangkutan dengan cara memeriksa semua akun enam digit yang ada di Laporan Realisasi Pendapatan. Jika terdapat pendapatan yang janggal maka arus dilakukan penelusuran kebenarannya pada dokumen sumber, misalnya pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak mungkinada pendapatan SIM/STNK, jika terdapat PNBP dari jenis tersebut, Tim Reviu harus menelusuri ke buku besar dan dokumen sumber untuk memastikan bahwa tidak terjadi kekeliruan pencatatan akun.

Pada akun Belanja pastikan tidak ada pagu minus di semua akun enam digit, termasuk akun gaji, apabila ada, segera dilakukan langkah-langkah penyelesaiannya, misalnya dengan memeriksa apakah ada salah input kode dari dokumen SPM/SP2D, apabila ada maka harus diperbaiki penginputannya. Langkah berikutnya adalah memeriksa apakah ada dokumen SPM/SP2D yang telah terbit, namun salah kode, jika ada

maka harus segera dilakukan ralat SPM/SP2D di KPPN.

3. Neraca Percobaan3.1. Pengecekan Akun-Akun

Pada Neraca Percobaan tidak boleh ada akun-akun berikut yaitu: akun 41 (Pendapatan Perpajakan), akun 42 (PNBP), danAkun 43 (Pendapatan Hibah)seharusnya tidak ada di Kementerian/Lembaga teknis dan hanya ada di Kementerian Keuangan (BA 999.02). Jika terdapat akun 'null', ada kemungkinan pada saat migrasi ada akun yang tidak ikut terbawa, namun nilainya masuk sebagai saldo awal.

3.2. Pengecekan Saldo Tidak NormalSaldo normal adalah klasifikasi

terhadap suatu kode perkiraan (akun) yang merupakan salah satu bagian dari prinsip pembukuan berpasangan. Suatu akun dapat memiliki saldo normal debit (D) atau kredit (K). Akun dengan saldo normal debit akan bertambah nilainya jika terjadi transaksi pada sisi debit. Sebaliknya, untuk meningkatkan nilai akun dengan saldo normal kredit, harus ditambahkan transaksi pada sisi kredit.Jika pada Neraca Akrual terdapat akun dengan saldo yang tidak normal, maka harus ditelusuri apakah terjadi kesalahan menjurnal akun pada saat melakukan penginputan data atau pada saat melakukan penyesuaian jurnal.

3.3. Pembandingan Saldo-SaldoPembandingan saldo-saldo adalah mem-

bandingkan nilai akun tertentu dengan akun lainnya pada Neraca Percobaan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa nilai akun tersebut sudah sesuai. Pada Satker Kementerian/Lembaga tanpa Badan Layanan Umum (BLU) kita harus mengetahui bahwa nilai Akun Ditagihkan ke Entitas Lain (313111) harus sama dengan Total Belanja Netto di LRA face, nilai akun Diterima dari Entitas Lain (313121) harus

sama dengan Total Pendapatan Netto DI LRA face. Pada unit akuntansi wilayah/eselon I/kementerian/lembaga, apabila ada transfer aset yang terjadi hanya antar entitas di lingkup jenjangnya, maka Transfer Keluar (313211) harus sama dengan Transfer Masuk (313211).

4. Laporan OperasionalBeberapa hal yang harus diperhatikan

pada saat melakukan telaah Laporan Operasionaladalah:•Pada Akun Pendapatan tidak boleh ada

Pendapatan Perpajakan dan tidak boleh ada Pendapatan Hibah. Akun tersebut hanya menjadi milik Kementerian Keuangan.

•Pada Akun Beban, tidak boleh ada Beban Bunga dan Beban Lain-Lain, karena bukan akun Kementerian Kelautan dan Perikanan.

•Seluruh Saldo pada LO (baik Pendapatan maupun beban) harus bersaldo Positif, termasuk pada Kegiatan Non Operasional (Khusus Beban Penyisihan Piutang berdasarkan PMK Nomor 270 Tahun 2014 masih dimungkinkan bersaldo negatif, namun perlu dikonfirmasi penyebab saldo

negatif tersebut).•Nilai Surplus/(Defisit) LO di LO harus

sama dengan Surplus/(Defisit) LO di LPE.•Jika dikaitkan dengan Akun Neraca,

maka bila di Neraca ada Akun Persediaan, maka di LO pada umumnya ada Beban Persediaan, di Neraca ada Aset Tetap/Lainnya, maka di LO ada Beban Penyusutan, di Neraca ada Piutang, maka di LO ada Beban Penyisihan Piutang, dan sebaliknya.

•Jika terjadi penjualan Aset Nonlancar, maka nilai PNBP hasil lelang dicatat pada Akun Pendapatan Pelepasan Aset Nonlancar, Nilai Buku aset yang dijual dicatat pada Beban Pelepasan Aset Nonlancar. Jika sudah dilelang, namun belum disetorkan ke Kas Negara, maka dilakukan jurnal sebagai berikut: Piutang (D),Pendapatan Pelepasan Aset Nonlancar (K).

•Pastikan semua Pendapatan memang telah terjadi dan sudah merupakan hak pada tahun berjalan. Jika Pendapatan tersebut merupakan hak tahun berikutnya, maka harus masuk sebagai Pendapatan Diterima Dimuka pada Neraca (Bukan Pendapatan LO). Jika

Telaah atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari penelusuran LK K/L ke catatan akuntansi dan dokumen sumber. Telaah atas Laporan Keuangan menjadi salah satu langkah untuk mereviu Laporan Keuangan.

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

KinerjaKinerja ..........................

..........................

26 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 27Edisi II Tahun 2015

Pendapatan tersebut untuk membayar tahun sebelumnya, maka dicatat dalam Neraca sebagai Pembayaran Piutang (bukan Pendapatan LO).

•Pastikan Entitas Akuntansi telah meng-input semua pendapatan yang telah terjadi yang belum diterima pembayarannya sebagai akun Pendapatan Yang Masih Harus Diterima. Jika ada kontrak sewa lintas tahun anggaran, maka harus diteliti karena kemungkinan harus dilakukan jurnal penyesuaian.

•Pastikan semua beban memang telah terjadi dan sudah merupakan kewajibanpada tahun berjalan. Jika beban hak tahun berikutnya, harus diinput sebagai Beban Dibayar Dimuka.

•Jika Pendapatan LRA > Pendapatan LO, maka pastikan bahwa terdapat penerimaan Pembayaran Piutang (Pendapatan YMHD), dan terdapat penambahan akun Pendapatan Diterima Dimuka, jika tidak terdapat hal tersebut, maka harus ditelusuri kebenaran angka-angka tersebut.

•Jika Pendapatan LRA<Pendapatan LO, maka pastikan bahwa terdapat Piutang/Pendapatan YMHD baru, dan terdapat pengurangan akun Pendapatan Diterima Dimuka, jika tidak terdapat hal tersebut, maka harus ditelusuri kebenaran angka-angka tersebut.

•Jika Belanja LRA > Beban LO, maka pastikan bahwa terdapat pembayaran Piutang (Belanja/Beban YMHD) dan terdapat penambahan akun Beban Dibayar Dimuka, jika tidak terdapat hal tersebut, maka harus ditelusuri kebenaran angka-angka tersebut.

•Jika Belanja LRA < Beban LO, maka pastikan terdapat Utang (Belanja/Beban Yang Masih Harus Dibayar) baru, dan terdapat pengurangan akun Beban Dibayar Dimuka, jika tidak terdapat hal tersebut, maka harus ditelusuri kebenaran angka-angka tersebut.

5. Laporan Perubahan EkuitasBeberapa hal yang harus diperhatikan

pada saat melakukan telaah Laporan Perubahan Ekuitas adalah:•Nilai Surplus/(Defisit) LO di LPE harus

sama dengan Surplus/(Defisit) LO di LO.•Untuk Laporan Keuangan Tahunan 2015,

berlaku Ekuitas Akhir di Neraca 2014 Audited +Pendapatan yang Ditangguhkan di Neraca 2014 Audited = Ekuitas Awal di LPE.

•Jika terdapat Akun Penyesuaian Nilai Aset, maka seharusnya diperiksa kebenarannya, karena Akun ini jarang digunakan dan hanya untuk mencatat penyesuaian nilai persediaan disebabkan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat menggunakan Metode Penilaian Persediaan “Harga Perolehan Terakhir.

•Akun Revaluasi Aset Tetapdigunakan hanya bila ada Inventarisasi dan Penilaian dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), bila terdapat akun ini, maka harus dikonfirmasikan apakah benar-benar sudah ada Inventarisasi dan Penilaian.

6. NeracaBeberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan telaah Neraca adalah:•Saldo Awal Neraca 2015 harus sama

dengan Saldo Audited 2014.•Akun Kas di Bendahara Pengeluaran

harus sama dengan akun Uang Muka dari KPPN.

•Tidak boleh ada Akun Pendapatan yang Ditangguhkan, bila ada kemungkinan karena salah memilih kode akun, yaitu memilih akun: 2196XX (Hibah yang Belum Disahkan), apabila ada maka Lakukan koreksi ke akun yang sebenarnya yaitu 218211 Hibah Langsung yang Belum Disahkan.

•Telusuri apakah pada tanggal neraca masih terdapat Kas di Bendahara Penerimaan (kas yang diterima dari PNBP) yang belum disetor ke kas Negara,

jika ada maka pasangan akun tersebut adalah Pendapatan PNBP terkait, bukan lagi Akun Pendapatan yang Ditangguhkan.

•Saldo Aset di Neraca harus sama dengan Saldo Aset di Laporan Barang Milik Negara.

•Pada Laporan Keuangan Tahunan tidak boleh ada.Akun “Belum Diregister”, hanya boleh di Laporan Keuangan Interim. Akun ini terjadi disebabkan oleh transaksi pembelian Persediaan/Aset yang menggunakan Dana Uang Persediaan (UP), yang pada periode tersebut belum diajukan/diterbitkan SPM/SP2D GUP-nya, salah input, salah menu, belum terima dari SIMAK/Persediaan, dan lain-lain.

•Saldo Ekuitas di Neraca harus sama dengan Saldo Ekuitas Akhir di LPE.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)Hal yang harus diperhatikan pada saat

melakukan telaah Neraca adalah kita harus memastikan bahwa angka-angka pada LRA, LO, LPE, Neraca harus sama dengan penjelasan pada CaLK.

Hasi Reviu atas Laporan Keuangan Tahunan 2015

Sebagai bahan referensi pelaksanaan reviu, berikut contoh catatan hasil reviu Laporan KeuanganTahunan 2015 pada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap bahwa komponen-komponen yang banyak mengalami koreksi adalah:a. Laporan Operasional, pada akun Pen-

dapatan Negara Bukan Pajak, Beban Pegawai, Beban Persediaan, Beban Barang untuk Diserahkan Kepada Masyarakat, dan Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih.

b. Laporan Perubahan Ekuitas, pada akun Ekuitas Awal, Defisit LO, Transaksi Antar Entitas, Kenaikan/Penurunan Entitas, dan Ekuitas Akhir.

c. Neraca, pada Kas di Bendahara Pengeluaran, Piutang PNBP, Persediaan, Konstruksi Dalam Pengerjaan, Utang Pada Pihak Ketiga, dan Ekuitas.Tulisan di atas hanya merupakan

sedikit ilmu untuk menelaah/mereviu Laporan Keuangan berbasis Akrual. Untuk membentuk Tim Reviu Laporan Keuangan yang handal dan berkualitas harus dilakukan langkah-langkah yang komprehensif dan didukung oleh institusi APIP itu sendiri, misalnya dengan mengadakan Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) dengan Nara Sumber yang kompten di bidangnya dan mengirimkan Auditor-Auditor untuk mendapatkan pendidikan/pelatihan Reviu Laporan Keuangan dikaitkan dengan aplikasi penyusunannya.

DAftAr PuStAkA :1. PeraturanMenteri Keuangan Nomor 270/PMK.05

/2014 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Aktual pada Pemerintah Pusat;

2. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 255/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu atas Lapo-ran Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

3. Presentasi Telaah Laporan Keuangan-Persiapan Reviu Laporan Keuangan Tahunan 2015 pada Acara Workshop Telaah Awal Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Negara/Lembaga di Kementerian Keuangan.

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

KinerjaKinerja ..........................

..........................

28 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 29Edisi II Tahun 2015

Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar bukan hanya untuk membuat dan menjalankan hukum,

namun ada peran yang lebih luas lagi yakni untuk menyelenggarakan kepentingan umum dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Pemerintah harus aktif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan penyelenggaraan ke-pentingan umum seperti pemenuhan pangan, ikan, kesehatan dan lain-lain. Seiring dengan itu, masyarakat semakin sadar bahwa pemerintah bukanlah pemilik negara tetapi pemerintah itu adalah pelayan masyarakat dan penyelenggara negara yang mempunyai tugas ketata-laksanaan yang berorientasi pada ke-sejahteraan masyarakat.

Guna melaksanakan tugas dan me-nyelesaikan berbagai macam kebutuhan masyarakat tersebut, Pemerintah menye-lenggarakan dalam kegiatan Pelayan-an Publik. Sudah menjadi icon saat ini bahwa Presiden sangat memperhatikan penyelenggaraan atas kegiatan Pelayan-an Publik. Hal ini tertuang dalam sembilan program prioritas yang disebut NAWACITA bahwa Pemerintah ke depan akan terus berusaha membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, terpercaya dan transparan. Keseluruhannya dapat diwujudkan melalui peningkatan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Pemerintahan baik Pusat, maupun Daerah, serta reformasi birokrasi dan restrukturisasi

kelembagaan terus diupayakan dalam rangka peningkatan pelayanan publik.

Namun demikian, semangat Presiden tersebut belum mengakar dalam level Birokrasi. Hal ini tercermin berdasarkan hasil suvey Lembaga Klimatologi Politik (LKP) menerangkan bahwa dalam hasil survey mengenai satu tahun Pemerintahan dengan sebutan Kabinet Kerja yang dilakukan pada tahun 2015 di 34 Provinsi mencatat bahwa sebanyak 44,3% responden mempersepsikan bahwa Pelayanan Publik yang dilakukan oleh Birokrasi menunjukkan semakin membaik setelah satu tahun Pemerintahan berjalan, sebesar 42,8% mempersepsikan sama saja dengan Pemerintahan sebelumnya, dan sebesar 10,5% menganggap "semakin buruk" dari Pemerintahan sebelumnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan responden terhadap Pelayanan Publik belum menggembirakan karena masih ada yang menganggap sama dan justru semakin buruk dibandingkan Pemerintahan sebelumnya. Hal ini merupa-kan tantangan bagi Aparat Birokrasi

dalam hal pelayanan kepada masyarakat pada tahun-tahun mendatang. Buruknya Pelayanan Publik dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat tehadap institusi publik dan dapat mengakibatkan negara menjadi tidak berwibawa.

Kepercayaan Publik dalam Zaman Yang Penuh Tantangan

Kita hidup dalam jaman yang penuh tantangan. Kepercayaan publik terhadap Pemerintah tidak selamanya mengalami peningkatan. Sebagai contoh, berdasarkan survey oleh Gallup diketahui bahwa di negara-negara Uni Eropa hanya 36% yang mempercayai Pemerintah. Di Inggris, kepercayaan publik terhadap anggota parlemen hanya berkisar 26% (berdasarkan Panitia Standar kehidupan publik), sedangkan di Amerika Serikat menurut jajak pendapat Gallup menunjukkan bahwa terjadi penurunan kepercayaan juga.

Seiring dengan meningkatnya komplek-sitas Pemerintahan dalam memenuhi harapan masyarakat dan serta tantangan ekonomi, lingkungan sosial dan ekologi, hal

SENTRA

LAYANAN PUBLIK

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

28 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 29Edisi II Tahun 2015

Oleh : Lutfi (Auditor Madya)

Audit Pelayanan Publik dan Kepercayaan Masyarakat

KinerjaKinerja ..........................

..........................

30 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 31Edisi II Tahun 2015

itu menjadi perhatian yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Kepercayaan merupakan komponen penting dalam kepercayaan publik di Pemerintah. Penyelenggara negara (lembaga-lembaga publik) harus dapat dipercaya untuk melaksanakan tugas-tugas dengan efesien, efektif dan tanpa mengambil keuntungan pada posisi yang didudukinya. Namun demikian seringkali sulit bagi warga masyarakat untuk mengetahui bahwa semua lembaga-lembaga publik tersebut melakukan tugas seperti di atas. Seperti kita ketahui dengan baik bahwa penyimpangan informasi merupakan suatu yang menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mengetahui kegiatan pada lembaga lembaga publik.

Kita menyadari bahwa kepercayaan publik merupakan hal yang penting dalam rangka melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efesien, untuk itu maka kita harus memahami atas kondisi yang dapat menyebabkan kepercayaan tersebut yaitu: pertama, kepercayaan adalah hal yang penting yang merupakan suatu komitmen atas pejabat publik yang terpilih

untuk memberikan pelayanan yang baik. Pelayanan tentunya harus memenuhi efesiensi, tetapi juga harus mencakup tentang kepatuhan terhadap standar etika dan norma-norma keadilan. Kedua, institusi-institusi yang bergerak pada sektor publik harus memberikan penjelasan bahwa mereka tidak bertanggung jawab kepada pegawainya tetapi bertanggungjawab kepada masyarakat. Mereka harus berkomitmen dalam pelayanan publik melalui penegakkan aturan dan kode etik yang transparan. Ketiga, setiap keadaan yang diperlukan harus didasarkan pada pencapaian efektifitas dan audit yang terpercaya, ketaatan terhadap peraturan dan pengawasan yang sesuai. Auditor sektor publik harus berlaku independen dari organisasi yang diaudit. Auditor sektor publik harus melakukannya dengan cakupan yang luas. Selain itu audit publik harus difokuskan pada ketaatan terhadap peraturan dan dengan kepatuhan atau standar kejujuran. Auditor sektor publik harus juga melaksanakan audit kinerja untuk memberikan analisis dan temuan yang independen yang menghasilkan

nilai uang atau dapat menilai tingkat efesiensi. Auditor sektor publik harus juga menyampaikan laporan akhir dari yang dikerjakannya tanpa adanya pembatasan. Bila kita melaksanaan pekerjaan sesuai dengan norma dan standar maka publik akan mempercayai birokrasi dan akhirnya pemerintahan yang baik dapat diraih.

Audit Publik dan KepercayaanPemerintahan dengan kabinet kerja

telah menekankan bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan harus langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Inspektorat Jenderal sebagai lembaga pengawas yang melaksanakan pengawasan terhadap Kementerian dengan mengawal program-program yang ditujukan untuk masyarakat. Inspektorat Jenderal sebagai pengawas internal Pemerintah harus dapat memberikan kontribusi dalam pelayanan masyarakat melalui audit. Setiap tahun selalu ada masyarakat yang menyampaikan pengaduan atas buruknya pelayanan yang diberikan oleh birokrasi, kelakuan yang tercela yang dilakukan oleh Aparat Birokrat dan kegiatan korupsi dari penyelenggara negara, serta kegiatan yang tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pengaduan-pengaduan tersebut setiap tahun terus meningkat. Hal ini terlihat pada peningkatan pengaduan yang ditujukan kepada Inspektorat Jenderal, apakah hal ini mengindikasikan bahwa Inspektorat Jenderal dipercaya oleh masyarakat? Mungkin saja jawabnya ya, namun demikian yang perlu diketahui bahwa masyarakat melakukan pengaduan diiringi dengan harapan bahwa akan ditindaklanjuti, dan masyarakat juga ingin mengetahui apakah pengaduannya mereka mendapatkan jawabannya.

Apabila Inspektorat Jenderal ingin mendapatkan kepercayaan dari publik, maka pengaduan-pengaduan ini harus ditanggapi dengan serius dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Auditor yang

ditunjuk untuk melaksanakan audit harus independent. Auditor harus bekerja sesuai dengan standar audit termasuk dengan cakupan yang luas. Dengan penerapan standar audit, maka kepercayaan masya-rakat terhadap auditor akan meningkat.

Guna mendapatkan kepercayaan masya-rakat, maka tindak lanjut pengaduan harusnya disampaikan kepada masyarakat. Laporan hasil tindak lanjut terhadap pengaduan harus secara transparan di-sampaikan kepada masyarakat. Apabila hanya disampaikan kepada Pimpinan institusi, maka kepercayaan masyarakat akan berkurang. Dalam pelaksanaan audit, jika diperlukan dapat diikutsertakan Auditor dari luar institusi, sehingga kepercayaan masyarakat dapat meningkat, dan akuntabilitas dapat dilakukan.

Membangun kepercayaan masyarakat merupakan modal sosial yang dapat meningkatkan efektifitas auditor publik dan kontribusi terhadap kepercayaan publik dalam pemerintahan yang baik.

PUSTAKA :Tribunnew oktober 2015, Solace foundation april 2012, Robert Black.

PELAYANAN PUBLIK

ADALAH HAK KITA

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

30 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 31Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

32 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 33Edisi II Tahun 2015

Penggunaan beberapa akun seperti pada paragraf di atas mengandung inkonsistensi dengan definisi persediaan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Definisi persediaan pada SAP yaitu aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Aset lancar itu sendiri didefinisikan sebagai aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau berupa kas dan setara kas.

Dengan demikian, maka seharusnya persediaan adalah berbentuk barang yang

Kebutuhan Akun PersediaanPada mulanya, pelaporan keuangan dan

Barang Milik Negara (BMN) dalam neraca Laporan Keuangan mengelompokkan aset lancar persediaan dari belanja barang yang menghasilkan Barang Milik Negara (BMN), yaitu dari Mata Anggaran dan Kegiatan (MAK) 521111 (Keperluan Perkantoran), 521116 (Belanja Keperluan Perkantoran Atase Pertahanan Luar Negeri), 521119 (Belanja Barang Operasional Lainnya), 521211 (Belanja Bahan), 521219 (Belanja Barang Non Operasional Lainnya), dan dari MAK 526 (Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda). Sedangkan akun belanja barang yang menghasilkan persediaan sampai dengan November 2014 belum dibuat tersendiri.

Oleh : Agus Saptono (Auditor Madya)

masih ada, berasal dari akun belanja bahan dan pada umumnya adalah bahan habis sekali pakai. Bertolak dari definisi tersebut, maka diperlukan suatu akun tersendiri terhadap belanja barang yang menghasilkan persediaan sehingga definisi persediaan dalam SAP dapat terpenuhi.

Penyajian Persediaan dalam Sistem Akuntansi Berbasis Akrual

Kebutuhan akun persediaan difasilitasi dengan diberlakukannya Sistem Akuntansi Berbasis Akrual sejak 1 Januari 2015. Yaitu dengan diterbitkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

S-9070/PB/2014 tanggal 29 Desember 2014 perihal Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan. Selain itu diterbitkan pula Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar. Dalam ketentuan tersebut ditetapkan 13 akun yang tergabung dalam dua kelompok akun yaitu MAK 5218 (Belanja Barang Persediaan), dan Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan. Kedua kelompok akun tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Janurai 2015. Selengkapnya rincian 13 akun tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Kode Akun

521811

521812

521813

521821

521822

521831

521832

523112

523123

523134

523135

523136

523191

Uraian Akun

Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi

Belanja Barang Persediaan Amunisi

Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges

Belanja Barang Persediaan bahan baku

Belanja Barang Persediaan barang dalam proses

Belanja Barang Persediaan untuk tujuanstrategis/berjaga- jaga

Belanja Barang Persediaan Lainnya

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Irigasi

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Lainnya

Penjelasan

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa barang konsumsi, seperti:- ATK;- Bahan cetakan;- Alat- alat rumah tangga;- dan lain-lain.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa amunisi.

Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan LegesDigunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa Pita Cukai, Meterai dan Leges.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa bahan untuk proses produksi berupa bahan baku.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa barang dalam proses produksi.

Belanja Barang Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga jaga

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan lainnya.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan gedung dan bangunan.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan peralatan dan mesin.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan jalan dan jembatan

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan irigasi.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan jaringan.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan lainnya.

Tabel 1. Akun Belanja Barang yang Menghasilkan Persediaan

No.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Penerapan Akun Belanja Barang Persediaan Untuk Menyajikan Kewajaran Sistem Akuntansi

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

32 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 33Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

34 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 35Edisi II Tahun 2015

Kode Akun

521811

521812

521813

521821

521822

521831

521832

523112

523123

523134

523135

523136

523191

Uraian Akun

Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi

Belanja Barang Persediaan Amunisi

Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges

Belanja Barang Persediaan bahan baku

Belanja Barang Persediaan barang dalam proses

Belanja Barang Persediaan untuk tujuanstrategis/berjaga- jaga

Belanja Barang Persediaan Lainnya

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Irigasi

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan

Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Lainnya

Penjelasan

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa barang konsumsi, seperti:- ATK;- Bahan cetakan;- Alat- alat rumah tangga;- dan lain-lain.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa amunisi.

Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan LegesDigunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa Pita Cukai, Meterai dan Leges.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa bahan untuk proses produksi berupa bahan baku.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa barang dalam proses produksi.

Belanja Barang Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga jaga

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan lainnya.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan gedung dan bangunan.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan peralatan dan mesin.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan jalan dan jembatan

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan irigasi.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan jaringan.

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaanberupa bahan untuk pemeliharaan lainnya.

Tabel 1. Akun Belanja Barang yang Menghasilkan Persediaan

No.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Kelompok Akun Belanja Barang Persediaan, khususnya MAK 5218 tidak menghilangkan akun belanja barang konsumsi pada MAK 521111, 521116, 521119, 521211, dan 521219. Hanya saja, jika sebelumnya termasuk dalam barang konsumsi MAK 521, karena menghasilkan barang persediaan maka dicatat pada kelompok akun Belanja Barang Persediaan (MAK 5218). Akun belanja barang konsumsi pada MAK 521111, 521116, 521119, 521211, dan 521219 tetap digunakan untuk mencatat belanja yang tidak menghasilkan barang persediaan.

Konsekuensi yang Harus Dilakukan Satuan Kerja

Konsekuensi yang harus dilakukan satuan kerja (Satker) terhadap berlakunya akun Belanja Barang Persediaan sejak 1 Januari 2015 adalah melakukan revisi dan atau koreksi jurnal sesuai ketentuan sebagai berikut :

a. Revisi DIPA/RKA-K/LJika Satker belum mengalokasikan akun Belanja Barang Persediaan atau Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan (MAK 5218) sampai dengan akhir Januari 2015, maka Satker harus melakukan

revisi DIPA/RKA-KL sesuai dengan PMK Nomor 257/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2015. Selanjutnya untuk belanja tersebut, Satker memproses pertanggungjawaban keuangannya menggunakan akun Belanja Barang Persediaan (MAK 5218).

b. Melakukan Koreksi JurnalApabila sampai dengan akhir Semester

I 2015, belum terdapat realisasi belanja barang persediaan karena belum dilakukan revisi DIPA/RKA-KL, maka pada Laporan Operasional sebagai penyajian realisasi belanja tidak akan muncul Beban Persediaan. Belanja barang persediaan tersebut akan tercatat sebagai persediaan belum diregister. Apabila atas realisasi akun Belanja Barang Non Operasional (MAK 5212) menghasilkan persediaan, maka atas perolehan persediaan tersebut harus dicatat ke dalam aplikasi persediaan. Selanjutnya pada aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dilakukan jurnal koreksi beban aset dengan jurnal Debet pada Persediaan Belum Diregister, dan Kredit pada Beban 5212. Pada Semester II 2015, harus dilakukan revisi DIPA/RKA-KL menggunaan akun yang sesuai (MAK 5218).

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

34 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 35Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

36 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 37Edisi II Tahun 2015

Penerapan Riil Pelaksanaan Akun Belanja Barang Persediaan

Penerapan riil Akun Belanja Barang Persediaan berpedoman pada Surat Edaran Direktur Akuntansi dan Pelaporan Nomor S-6478/PB.6/2015, tanggal 3 Agustus 2015, perihal Penggunaan Akun Belanja yang Menghasilkan Persediaan yang menyatakan bahwa :a. Pada prinsipnya, persediaan tidak

dapat dilihat dari bentuk barangnya, melainkan niat awal (intention) pada saat penyusunan perencanaan kegiatan dan penyusunan RKA-KL. Sehingga untuk barang-barang yang memang direncanakan habis pada suatu kegiatan

tidak dialokasikan dari Belanja Barang Persediaan, dan tidak menjadi barang persediaan. Suatu barang dapat digolong-kan sebagai barang persediaan apabila perencanaan pengadaan barang tersebut bersifat kontinu atau berkelanjutan, tidak hanya untuk satu kali kegiatan saja.

b. Suatu barang dapat dikategorikan sebagai persediaan bukan terbatas hanya pada satu output layanan perkantoran saja, namun bisa terdapat pada output lain sepanjang memenuhi kriteria sebagaimana tersebut pada paragraf di atas. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Uraian

Pengadaan seminar kit untuk peserta diklat oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang dapat dipakai untuk beberapa kali kegiatan diklat.

Pengadaan seminar kit untuk kegiatan sosialisasi Aplikasi SAIBA oleh KPPN Jakarta II.

Pengadaan perlengkapan gedung seperti engsel pintu, kunci, lampu, dan lain-lain untuk pemeliharaan gedung kantor oleh KPPN Klaten.

Service rutin dan ganti oli untuk kendaraan dinas di bengkel resmi oleh Sekretariat Ditjen SDPPI.

Pembelian oli pelumas dan BBM untuk peralatan genset oleh pengelola Gedung Kantor BPS Provinsi.

Klasifikasi

Belanja Barang Persediaan Konsumsi (521811)

Belanja Bahan (521211)

Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Gedung dan Bangunan (523121)

Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523121)

Belanja Persediaan untuk Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523123)

Keterangan

• Perencanaan pengadaan secara kontinu/berkelanjutan;

• Tidak habis dalam sekali kegiatan diklat.

• Perencanaan pengadaan hanya untuk satu kali kegiatan saja;

• Habis dalam sekali kegiatan sosialisasi.

Tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau berjaga-jaga.

Habis dalam sekali pakai.

Tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau berjaga-jaga.

Tabel 2. Ilustrasi Penggunaan Akun Belanja Barang Persediaan

No.

1

2

3

4

5

Sumber: Surat Edaran Direktur Akuntansi dan Pelaporan No. S-6478/PB.6/2015, tanggal 3 Agustus 2015

Beberapa contoh penerapan akun Belanja Barang Persediaan antara lain:a. Pembelian sapu, pembersih lantai, alat

pel menggunakan MAK 523112, karena alat-alat tersebut digunakan untuk kegiatan pemeliharaan, sedangkan untuk pembelian tinta printer dicatat dengan MAK 521811.

b. Akun yang digunakan untuk pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan penunjang komputer untuk kegiatan workshop/sosialisasi yang diadakan sekali setiap tahun dan tidak kontinu, adalah untuk pembelian ATK dan supplies komputer penunjang kegiatan dapat menggunakan MAK 521211 atau MAK 521219.

c. Belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat adalah termasuk belanja yang menghasilkan persediaan, sehingga harus dimasukkan ke dalam aplikasi persediaan. Perlakukan akuntansi untuk belanja ini adalah pada saat diperoleh maka akan dicatat sebagai persediaan,

kemudian saat diserahkan akan diakui sebagai beban barang untuk diserahkan ke masyarakat bukan sebagai beban persediaan.

DAftAr rEfErENSI

1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2015.

3. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar.

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-9070/PB/2014, tanggal 29 Desember 2014, Perihal Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan.

5. Surat Edaran Direktur Akuntansi dan Pelaporan Nomor S-6478/PB.6/2015, tanggal 3 Agustus 2015, perihal Penggunaan Akun Belanja yang Menghasilkan Persediaan.

6. Website helpdesk Akuntansi dan Pelaporan Keuangan: http://helpdeskapk.wikiapbn.org/artikel/perubahan-akun-belanja-barang-persedi-aan.

UNIT LAYANAN PENGADAANBARANG/jASA

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

36 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 37Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

38 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 39Edisi II Tahun 2015

Bangkok, Thailand berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Dalam rangka mempererat integrasi dalam menghadapi perkembangan konste-lasi politik internasional, diperlukan penyesuaian cara pandang dalam meng-hadapi permasalahan internal dan eksternal. Karena itulah pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada Januari 2007, tercetuslah komitmen untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015”.

Negara-negara ASEAN kemudian memproklamirkan tiga pilar pendukung yang akan menjadi paradigma baru dalam menggerakkan kerjasama ASEAN ke

Empat dekade lebih ASEAN (Asso-ciation of Southeast Asian Nations) berdiri. Telah banyak perubahan

dan perkembangan positif yang dialami kawasan Asia Tenggara ini. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang bertujuan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, tenaga terampil dan aliran modal yang lebih bebas. Keterlibatan semua pihak di seluruh negara anggota mutlak diperlukan. Apa peran kita sebagai auditor internal pemerintah?

ASEAN CommunityASEAN merupakan organisasi negara-

negara di kawasan Asia Tenggara yang didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di

Oleh: Agus Purnawan (Auditor Madya)

Peluang dan Tantangan ASEAN Economic Community

Bagi Auditor Internal

arah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat, yaitu Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).

Pilar AEC Pembentukan AEC akan memberikan

peluang bagi negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan, serta memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping itu, pembentukan AEC juga memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik.

Untuk pembentukan AEC, ASEAN telah menyepakati cetak biru AEC (AEC Blueprint) yang memuat empat pilar utama yaitu ASEAN sebagai : 1. Pasar tunggal dan basis produksi yang

didukung aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal;

2. Kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan peraturan kompetisi, per-

lindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruk-tur, perpajakan, dan e-commerce;

3. Kawasan dengan pengembangan eko-nomi merata pada pengembangan usa-ha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam (CMLV);

4. Kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan pendekatan koheren pada hubungan ekonomi di luar kawasan, dan peningkatan peran serta dalam jejaring produksi global.Dalam cetak biru tersebut juga

ditetapkan 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan. Tujuh diantaranya adalah sektor barang, yaitu industri agro, perikanan, industri berbasis karet, industri tekstil dan produk tekstil, industri kayu dan produk kayu, peralatan elektronik, dan otomotif. Sisanya adalah lima sektor jasa, yakni transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, serta industri teknologi informasi atau e-ASEAN.

Persaingan Ekonomi KawasanAEC bukanlah satu-satunya kerjasama

ekonomi. Ada kerjasama integrasi ekonomi lain yang lebih besar, diantaranya ASEAN+6 Regional Comprehensive Economic Partnership (ASEAN+6 RCEP), dan the US-Led Trans Pacific Partnership (TPP). ASEAN+6 RCEP adalah kerjasama sepuluh negara anggota ASEAN akan memperluas integrasi ekonominya dengan enam negara yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India. Sedang The US-Led TPP adalah perjanjian perdagangan antara dua belas negara di pasifik terkait kawasan ekonomi, yaitu AS, Brunei, Cile, Selandia Baru, Singapura, Australia, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, dan Vietnam.

Selain itu, aroma persaingan pengaruh ekonomi lain di kawasan Asia Pasifik

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

38 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 39Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

40 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 41Edisi II Tahun 2015

menguat dengan munculnya APEC-FTAAP (Asia Pacific Economic Cooperation - Free Trade Area of the Asia-Pacific). Pembentukan kawasan ini ditengarai sebagai upaya menyaingi gagasan Amerika Serikat dalam pembentukan TPP. Seluruh anggota APEC memiliki keinginan sama dalam meningkatkan perdagangan dan bisnis antarnegara di kawasan.

Peran Auditor InternalBerdasar ADB - The Institute of

Southeast Asian Studies (ISEAS) study, 55% responden tidak menyadari adanya AEC, dan diperkirakan seperlima dari pe-rusahaan-perusahaan di negara anggota ASEAN yang mempunyai rencana me-nyiapkan AEC hingga akhir tahun 2015. Langkah kritis yang harus terus dicermati segera adalah pemenuhan target-target blueprint AEC di akhir tahun 2015 dan komitmen negara anggota ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015.

Pemberlakukan AEC menuntut semua segmen profesi untuk memiliki kualitas dan

daya saing tinggi, termasuk diantaranya internal auditor. Salah satu upaya untuk bisa menghadapi AEC 2015 atau pun era globalisasi adalah peningkatan kualitas, kompetensi dan profesionalisme dengan cara mengikuti pendidikan, dan pelatihan berkelanjutan skala nasional dan internasional, serta kepatuhan terhadap standar profesi, standar kode etik organisasi kerja.

Selain itu, terwujudnya AEC juga membuka tantangan atas munculnya resiko-resiko baru yang semakin kompleks. Penerapan Enterprise Risk Management dan good governance (tata kelola pemerintah yang baik) harus lebih ditingkatkan agar tujuan suatu kegiatan dapat tercapai, dan mampu meningkatkan kepercayaan dan keyakinan stakeholders karena meminimalkan kemungkinan kerugian yang dapat terjadi.

Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu proses untuk mengelola risiko secara menyeluruh (firm-wide basis) yang menjangkau berbagai jenis risiko, lokasi

dan aktivitas bisnis.Terdapat beberapa beberapa standar

manajemen risiko dengan definisi masing-masing. Beberapa standar itu antara lain :1. COSO (Committee of Sponsoring Organi-

zations of the Treadway Commission), suatu himpunan dari beberapa organisasi profesi di negara AS, yaitu American Accounting Association, American Insti-tute of Certified Public Accountants, Financial Executives International, Insti-tute of Management Accountants, The Institute of Internal Auditors.

Manajemen Risiko adalah suatu proses yang dirancang untuk mengidentifikasi potensi kejadian-kejadian yang bisa

mempengaruhi perusahaan dan mengelola risiko-risiko itu untuk menjamin secara rasional pencapaian tujuan.

2. ISO 31000 - Risk management -Principles and guidelines.

Manajemen risiko adalah aktivitas-aktivitas yang terkoordinasi untuk meng-arahkan dan mengendalikan sebuah organisasi yang berkaitan dengan risiko.Manajemen resiko terhadap kegiatan

atau program pemerintah diharap dapat menjadi salah satu peluang bagi internal auditor dalam menghadapi tantangan AEC di masa mendatang. Dengan demikian resiko kekurangan, kerugian dan kegagalan suatu kegiatan atau program yang melemahkan pondasi perekonomian Indonesia dapat segera diantisipasi.

DAftAr PuStAkA :

1. Towards an ASEAN Economic Community (AEC) : Progress in Key Pillars and Remaining Challenges, Jayant Menon, Lead Economist Asian Development Bank, Breakout Session 4, Track 4, ACIIA Conference & On-site Learning, Manila, Philippines, 5 Nov 2015;

2. Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC (Asean Economic Community) 2015, Sholeh, ejournal.hi.fisip-unmul.org, 2013.

Langkah Strategis Indonesia dalam AEC 2015

Bagi Indonesia, AEC mendatangkan tantangan sekaligus peluang. Perlu langkah strategis dalam menghadapi AEC, antara lain :1. Peningkatan partisipasi pemerintah maupun swasta dalam AEC Blueprint;2. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan;3. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi (reformasi regulasi);4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik birokrasi maupun dunia usaha;5. Penguatan posisi usaha kecil dan menegah;6. Penguatan kemitraan sektor publik dan swasta;7. Penciptaan iklim usaha yang mengurangi ekonomi biaya tinggi;8. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan;9. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses;10. Perbaikan infrastruktur transportasi, telekomunikasi, tol, dan pelabuhan.

KINERjAKINERjA ..........................

..........................

40 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 41Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

42 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 43Edisi II Tahun 2015

Tak mudah menjadi seorang internal auditor. Selain audit, internal auditor juga melaksanakan tugas

lain yang kompleks, mulai dari evaluasi, reviu hingga pemantauan. Untuk mencapai performa dan kinerja optimal, strategi apa yang dapat dilakukan?

Setuju atau tidak, suatu organisasi pasti mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan kegiatan. Pemerintah misalnya, mempunyai tujuan untuk menyejahterakan masyarakat, sedang perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Untuk memastikan pencapaian tujuan, Internal Auditor (IA) harus mempunyai strategi dan pengendalian dalam bertugas, diantaranya dengan melaksanakan manajemen resiko dan pengendalian intern sesuai COSO 2013.

Tanggung Jawab ke Audit Comitee

IA saat ini berperan sebagai consulting partner suatu manajemen, IA bekerja sama dengan manajemen untuk lebih memahami hal-hal mendasar terkait bidang kerjanya. Karena itu, IA memahami pekerjaan suatu manajemen dari level atas hingga terbawah. Meski demikian, IA suatu perusahaan tidak di bawah kendali seseorang dengan posisi tertentu. IA tidak di bawah kendali Chief Accountant (CA) atau Chief Financial Officer (CFO) karena tugasnya tidak hanya memastikan laporan keuangan sesuai aturan. Tugas IA lebih kompleks dari itu, karenanya IA bertanggungjawab kepada sebuah tim yang disebut Audit Comitee (AC). Anggota AC adalah para IA selaku pelaksana, serta para eksekutif (board of

Strategi Peningkatan Performa Internal Auditor

Oleh: Farida Farid (Auditor Pertama)

directors) selaku pembina dan pengawas (Chief Executife Officer/CEO, CFO, dan Financial Controller/FC).

AC bekerja secara “collective collegial”, setiap keputusan yang diambil selalu atas nama komite setelah melalui koordinasi. Tidak ada keputusan yang sifatnya otoritas personal. Di tengah kesibukan eksekutif, pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh mereka biasanya dilimpahkan kepada salah satu AC. Audit, ada yang dilakukan secara terjadwal untuk wilayah-wilayah yang dianggap tidak terlalu rawan penyimpangan, ada juga yang dilakukan secara dadakan sewaktu-waktu untuk wilayah-wilayah yang dianggap rawan terhadap ketidakpatuhan.

Apapun hasil verifikasi dan investigasi-nya, akan dituangkan ke dalam laporan hasil audit untuk dilaporkan, yang selanjutnya dibahas di dalam rapat AC. Di rapat AC, setiap penyimpangan yang dilengkapi bukti dan fakta akan dibahas. AC akan mengambil keputusan, apakah perlu revisi prosedur yang telah ada atau tidak. Jika tidak, eksekutif tinggal menentukan apakah masalah tersebut perlu dibawa ke rapat dewan direksi (board

of directors) guna ditindaklanjuti oleh direktur yang bertanggungjawab di bagian dimana ketidakpatuhan terjadi, atau tidak. Di titik ini internal auditor sudah tidak berperanan lagi. Namun, internal auditor dapat memberikan masukan dan saran spesifik terhadap temuan dan wajib melakukan pemantauan untuk mendeteksi dan mencegah potensi ketidakpatuhan di semua wilayah operasional perusahaan. Termasuk memberikan petunjuk, arahan, hingga training agar pegawai menjalankan prosedur dan aturan.

IA di suatu perusahaan diharapkan mampu berpikir seperti CEO, dengan pandangan tertuju ke keberhasilan masa depan, dengan mengetahui hampir semua aspek operasional hingga prosedur suatu perusahaan. Cakupan wilayah kerjanya yang sangat luas ini, membutuhkan daya mobilisasi yang tinggi yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Meski tidak langsung melakukan pekerjaan tertentu, namun IA mengetahui prosedur, standar dan aturan yang harus dipenuhi di wilayah tersebut sehingga mempermudah pembuatan mana-jemen resiko dan pengendalian intern perusahaan.

Audit Comitee

KINERjA ..........................

42 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

KinerjaKinerja ..........................

..........................

44 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 45Edisi II Tahun 2015

Tanggung Jawab ke MasyarakatBagaimana dengan IA di pemerintahan?

Berdasar Peraturan Menteri Pendaya-gunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN&RB) Nomor 51 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Pertauran Menteri Negara Pendayagunaan Apartur Negara Nomor: PER/200/M.Pan/7/2008 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, Pejabat Fungsional Auditor (PFA) atau biasa disebut auditor adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah.

AI pemerintah berkedudukan pada instansi dan lembaga pemerintah yang sesuai perundang-undangan, berada di bawah pimpinan organisasi dalam melaksanakan tugas dan pertanggung jawabannya. Unit kerja yang menaungi auditor internal pemerintah terdapat pada:•Badan Pengawas Keuangan Pembangun-

an (BPKP). BPKP dipimpin oleh Kepala BPKP, pejabat pemerintah setingkat menteri, yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Presiden.

• Inspektorat Jendral (Itjen) suatu Kemen-terian. Itjen dipimpin oleh Inspektur Jendral (irjen) dan bertanggung jawab kepada Menteri terkait.

• Inspektorat Daerah / Badan Pengawas Daerah (Bawasda). Dipimpin oleh Inspektur yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota).

Dalam hal pembinaan JFA berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 Pasal 1, BPKP ditunjuk sebagai instansi pembina di lingkungan APIP (BPKP, Itjendep/LPND, dan Inspektorat / Bawasda). Pelaksanaan tugas pengawasan dilaksanakan mandiri yaitu melakukan tugas dalam suatu tim pengawas mandiri yang merupakan kerja bersama, tetapi tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas tetap melekat kepada

masing-masing PFA tersebut. Peran dalam tim mandiri adalah sebagai Anggota Tim, Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu. Untuk memudahkan PFA dalam melaksanakan pengawasan, ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang meliputi ketentuan umum, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, peraturan, hingga pedoman telah ada standar bakunya.

Jenis Manajemen ResikoMeski berbeda instansi kerja dan per-

tanggungjawabannya. IA sama-sama men-jadi profesi yang terus berkembang meng-ikuti perubahan zaman. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, mengayun aktivitas IA ke ranah globalisasi yang semakin kompleks. Pendekatan terbaik atas eksposur risiko yang semakin besar ini adalah penggunaan pendekatan audit berbasis resiko. Dengan demikian, IA akan berfokus pada resiko signifikan dalam suatu kegiatan sehingga penugasannya akan memberikan kontribusi terbaik untuk pencegahan dan minimalisasi kekurangan.

Resiko, dalam manajemen resiko, memiliki beberapa tingkatan (derajat resiko / risk degree), yaitu resiko besar dan kecil. Resiko besar dan kecil itu kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa resiko, yaitu resiko operasional, resiko bahaya, resiko finansial dan resiko strategik. Resiko operasional yaitu jenis resiko yang muncul akibat tidak berfungsinya suatu bagian, seperti human error, ataupun kegagalan pada sistem atau kegiatan operasional, misal pada sistem informasi manajemen, sistem teknologi informasi, dan sistem manajemen sumber daya manusia (HRM).

Resiko hazard / resiko bahaya, yaitu sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi berbagai akibat yang timbul akibat suatu peristiwa. Kerugian yang dialami merupakan contoh penyimpangan yang tentunya tidak diinginkan oleh semua perusahaan. Adapun beberapa faktor yang diklaim sebagai sumber alias kerugian yang

dialami oleh suatu perusahaan, antara lain resiko sosial, resiko ekonomi, dan resiko fisik. Sangat penting bagi manajer resiko untuk mengidentifikasi sumber resiko yang ada pada sebuah perusahaan agars manajer dapat langsung mengambil langkah tepat untuk menanganinya.

Resiko finansial, yaitu suatu resiko yang umumnya dialami oleh investor. Resiko ini muncul sebaagi akibat saham dan obligasi emiten yang tidak mampu mampu membayar deviden atau bunga, atau pokok pinjaman beserta bunganya.

Resiko strategis, yaitu resiko yang biasanya muncul akibat terjadi suatu rangkaian peristiwa atau kondisi yang tak diduga di mana kejadian atau peristiwa tersebut dapat menurunkan kemampuan seorang manajer untuk mengaplikasikan ide atau strateginya.

Kepatuhan Manajemen ResikoMeski telah diketahui resiko suatu

aktifitas kerja, namun resiko itu tidak ada artinya tanpa kepatuhan terhadap manajemen resiko yang telah ditetapkan. Untuk mencapai keberhasilan tujuan, IA harus mengawal implementasi manajemen resiko tersebut di segala lini kerja. Berikut beberapa kunci penentu keberhasilan (key success factor) dalam kepatuhan men-jalankan manajemen resiko :

KINERjAKINERjA

44 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 45Edisi II Tahun 2015

KinerjaKinerja ..........................

..........................

46 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 47Edisi II Tahun 2015

1. Komitmen Pucuk Pimpinan Perlu adanya kesungguhan dan komit-

men dari pucuk pimpinan untuk melak-sanakan manajemen resiko. Kebijakan, standar, aturan dan prosedur yang telah ditetapkan, semaksimal mungkin dilaksanakan seluruh jajaran manajemen sesuai tugas, tanggung jawab dan wewenangnya masing-masing.

2. Budaya Kepatuhan Kepatuhan terhadap manajemen resiko

jika belum membudaya, dilakukan dengan inisiasi kesepakan tertulis ber-bagai ketentuan internal yang berlaku, antara lain dalam kode etik, kebijakan dan prosedur lainnya.

3. Prosedur Kepatuhan Keberadaan kebijakan dan prosedur

kepatuhan merupakan kunci keberhasil-an karena hal tersebut mencerminkan kesiapan dan kesungguhan suatu organisasi untuk menerapkan fungsi kepatuhan. Di dalam kebijakan dan prosedur kepatuhan tersebut harus jelas tergambar uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang fungsi kepatuhan dalam mengelola risiko yang dihadapi oleh organisasi, termasuk tata cara pengelolaan isu-isu utama risiko yang mencakup proses identifikasi, peng-ukuran, penilaian dan mitigasi risiko kepatuhan.

4. SDM dan Infrastruktur Faktor kunci keberhasilan penerapan

fungsi kepatuhan di suatu organisasi pada akhirnya akan bertumpu pada keberadaan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur lainnya seperti teknologi sistem informasi baik untuk pelaporan maupun penyimpanan data. Perlu SDM yang memiliki multi-talent atau skills mengingat isu-isu kepatuhan yang demikian luas cakupannya dan senantiasa berubah secara dinamis.Meski demikian, perlu diingat bahwa

tidak terdapat satu pun strategi standar atau umum yang berlaku agar fungsi kepatuhan dapat bersinergi dengan baik.

Sebab, masing-masing organisasi bersifat unik dan memiliki perbedaan budaya, tujuan, dan aktivitas. Yang terpenting, tetap laksanakan kerja terbaik, sama-sama kerja dan kerja sama-sama.

DAftAr PuStAkA:

1. Linking Strategies & Performance To Ia Review, Dharshana de Silva, IIA Sri Lanka, Breakout Session 1, Track 1, ACIIA Conference, Manila, Philippines, 5 Nov 2015.

2. Keberadaan Direktur Kepatuhan Serta Peran Dan Kontribusi Mereka Dalam Penerapan Enterprise Risk Management Di Perusahaan oleh Denny Susanto - Associate Researcher CRMS Indonesia.

Persaingan usaha yang semakin ketat menyebabkan perusahaan mencari inisiatif dalam meningkatkan

keuntungan dan daya saing. Salah satu program yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan dan daya saing adalah penggunaan big data analytics. Ketersediaan data historis suatu perusahaan sebagai benchmark dan tawaran tools data analytics yang semakin terjangkau dari penyedia aplikasi, menjadikan penggunaan big data analytics ini semakin populer. Big data adalah modal emas untuk mencapai tujuan di era modern ini. Karena itu, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya ini sangatlah vital. Modal emas ini tidak hanya dimanfaatkan oleh perusahaan, namun juga oleh pemerintah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Data AnalyticsAparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP) dapat memanfaatkan teknologi informasi melalui penggunaan data analytics (analisa data) saat melaksakan tugas. Dalam tahap perencanaan, auditor dapat mengumpulkan data yang handal dan relevan untuk mendukung

kegiatannya. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dan bentuk, misal dari laporan kegiatan, survei, wawancara dan pengamatan langsung maupun tidak langsung. Kumpulan data (big data) yang diperoleh kemudian dianalisa, diteliti, dan diperiksa untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kumpulan data. Berdasarkan hasil analisanya, terdapat tiga jenis analisis data (data analytics), yaitu analytics descriptive, analytics predictive, dan analytics preskriptif, dengan rincian sebagai berikut :1. Analisis deskriptif (descriptive analytics)

adalah proses analisis data yang paling sederhana dan umum dijumpai. Analisis ini tidak menggunakan machine learning untuk mendapatkan gambaran umum dari data yang sudah dikumpulkan. Biasanya, analisa ini digunakan sebagai benchmark untuk analisa lebih lanjut. Contoh hasil analisa ini adalah mengetahui output anggaran publikasi pada suatu satuan kerja (satker) dengan melihat jumlah visitor pada website resminya.

2. Analisis prediktif (predictive analytics) adalah data analisis yang memberikan prediksi tentang sesuatu yang akan

Modal Emas Analisa Data PengawasanOleh : Lestari Tirtohening (Auditor Muda)

KINERjAKINERjA ..........................

46 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 47Edisi II Tahun 2015

Big Data

KinerjaKinerja ..........................

..........................

48 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 49Edisi II Tahun 2015

datang. Analisis ini setingkat lebih tinggi dari analytics deskriptif karena prosesnya yang kompleks dan melalui penafsiran data yang telah dikumpulkan. Contoh analisa ini adalah prediksi halaman apa yang akan dikunjungi pengunjung berikutnya atau alasan mengunjungi suatu halaman pada website resmi suatu satker.

3. Analisis preskriptif (prescriptive analytics) adalah proses analisis yang menghasilkan jawaban atas pertanyaan serta saran terhadap kemungkinan di masa yang akan datang. Analisis ini sangat diperlukan oleh top-level manajemen dalam mengambil keputusan. Analisis prediktif hanya mampu menjawab what will happen, sedangkan prescriptif mampu menjawab how can we make it happen.

Analytics ApplicationDalam melaksanakan analisis data,

terdapat analytics application atau aplikasi analisis yang dibuat untuk mengukur, menganalisa dan mengoptimalkan kinerja organisasi. Aplikasi analisis merupakan aplikasi untuk analisis data tertentu seperti keuangan, pemasaran, dan penjualan yang

digunakan untuk mendukung Business Intelligence (BI). BI merupakan gabungan dari tools/alat, metode, aplikasi dan database yang dapat membantu organisasi dalam membuat keputusan yang lebih baik.

Terdapat lima aplikasi analisis yang digunakan untuk mempercepat pengambilan keputusan yaitu human capital analytics; operations/production analytics; financial analytics; customer analytics; dan sales and marketing analytics. Dari lima aplikasi tersebut, terdapat tiga aplikasi yang paling banyak digunakan di dunia bisnis dan dapat dimanfaatkan di bidang pengawasan, yaitu :1. Financial Analytics Aplikasi ini digunakan untuk mengukur

dan mengoptimalisasi kinerja keuangan seperti kegiatan penyusunan dan evaluasi anggaran, serta evaluasi rencana strategi suatu satker, contohnya cash flow projection, budgeting optimi-zation, portfolio optimization, fraud and anomalies detection, and strategic finance.

2. Operations/Production analytics Aplikasi ini digunakan untuk mengukur

dan mengoptimalisasi operasi/produksi sebuah kegiatan, program, produk, atau

jasa dari suatu satker. Contoh aplikasi ini adalah procurement governance ana-lytics, procurement efficiency analytics, and Logistics optimization.

3. Customer analytics Aplikasi ini digunakan untuk mengukur

dan mengoptimalisasi kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan. Dalam bidang pengawasan, analisis ini mampu melihat outcome suatu kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, misal customer relationship, product/client profitability, dan customer lifetime value analytics.Proses analisa data dengan berbagai

metoda dan perangkat merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan

keahlian khusus. Karena itu diperlukan pendidikan dan latihan terus menerus, serta standar operasional prosedur (SOP) khusus mengenai tata cara, waktu, dan keamanan data agar auditor yang bertugas semakin terlatih dan berpengalaman di bidang analisis data dan hasilnya terverifikasi valid.

DAftAr PuStAkA :

1. Big Data Ready To Take OFF, Bill Lee, Managing Director, Azendian Solutions, Breakout Session 1, Track 2, ACIIA Conference, Manila, Philippines, 5 Nov 2015.

2. Peraturan Irjen Kemenkeu Nomor Per-10/IJ/2014 tentang Pedoman Teknik Audit Berbantuan Komputer.

Analisis Dataa. Big data adalah lumbung emas untuk analisis data.b. Analisis data adalah produktivitas, bukan hanya tools dari suatu teknologi.c. Analisis data adalah mencakup keseluruhan sumberdaya manusia, sistem operasi,

dan teknologi.

Online Analytical Processing Analisa data dengan online sistem disebut Online Analytical Processing (OLAP). Istilah ini kemudian sering digunakan untuk menggambarkan suatu teknologi yang menggunakan kumpulan data multidimensi untuk menyediakan akses cepat untuk analisa mendalam. OLAP mampu menyediakan informasi just-in-time (JIT), yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan efektif suatu perusahaan.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

50 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 51Edisi II Tahun 2015

Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan

Penduduk pulau Sebatik sebagian besar mata pencaharian petani dan nelayan Sektor perikanan, di Pulau Sebatik kegiatan perikanan terbagi atas dua subsektor yaitu, subsektor perikanan tangkap dan subsektor perikanan budidaya. Sementara ,Sektor perikanan tangkap digerakkan oleh para nelayan yang terbagi atas dua kategori yaitu nelayan tradisional dan nelayan post-tradisional.

Subsektor perikanan tangkap merupa-kan sumber devisa terbesar dari sektor perikanan. Sebagai sumber devisa terbesar, subsektor ini mampu menyerap tenaga kerja terbesar dari sektor perikanan. Nelayan-nelayan di Pulau Sebatik pada umumnya bergerak di subsektor perikanan tangkap, sangat sedikit nelayan yang bergerak di luar aktivitas kenelayanan.

Nelayan-nelayan Sebatik selalu menjual tangkapannya langsung ke Kota Tawau yang siap menampung hasil tangkapan dari

Tak kenal maka tak sayang, tak datang maka tak tahu....Dalam edisi kali ini, majalah Sinergi akan mengulas beberapa informasi atas potensi Pulau-Pulau Terluar yang diperoleh dari hasil kunjungan Auditor dalam tugas yaitu Pulau Sebatik, Kepulauan Mentawai, dan Pulau Simeulue. Pulau-Pulau Terluar saat ini menjadi objek pengembangan ekonomi dan sosial yang masuk dalam program strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan pilar kesejahteraan.

nelayan-nelayan Sebatik, ikan dan udang hasil tangkapan nelayan Sebatik terpaksa dipasarkan ke Tawau dengan alasan di Sebatik belum ada pengusaha yang mau menampung ikan perolehan nelayan.

Nelayan di pulau yang berbatasan dengan Negeri Sabah, Malaysia, ini mengalami kerugian bila harus menyimpan sendiri ikannya tanpa cold storage. Tidak ada pengusaha di Sebatik ini yang bersedia membeli ikan hasil tangkapan nelayan, Kalau disimpan terlalu lama, nelayan rugi karena ikannya membusuk. Sementara itu, harga jual ikan segar di Tawau lebih mahal dibandingkan dengan penawaran pengusaha lokal mendorong nelayan Sebatik menjual hasil tangkapan ikan ke Kota Tawau tidak ada pilihan lain.

Faktor lain yang mendorong nelayan Sebatik menjual hasil ikan ke Tawau bukan tidak ada pengusaha lokal yang berminat tetapi pertimbangan ketersediaan listrik yang belum memadai di pulau itu. Sesungguhnya banyak pengusaha disini yang mau menampung ikan hasil laut cuma sarananya tidak mendukung seperti listrik dan cold storage.

Pelabuhan ikan, adalah suatu wilayah yang mencakup daratan dan lautan yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas seperti tambat dan labuh kapal, bongkar muat, pendaratan hasil tangkapan serta

aktivitas perikanan lainnya kemudian keberadaan pelabuhan ikan juga membantu nelayan, pedagang ikan, pengolah hasil perikanan dan pengusaha perikanan meningkatkan pendapatan dan menghemat biaya usaha.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pulau Sebatik dari subsektor perikanan budidaya. Kegiatan budidaya rumput laut, Sebagian besar produksi rumput laut masih dijual dalam bentuk mentah karena minimnya industri pengolahan. Tidak semua komoditas perikanan unggulan bisa digenjot produksinya sesuai target. Pasar untuk menyerap hasil produksi juga belum sepenuhnya terbangun. Upaya

Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan

Faktor lain yang mendorong nelayan Sebatik menjual hasil ikan ke Tawau bukan tidak ada pengusaha lokal yang berminat tetapi pertimbangan ketersediaan listrik yang belum memadai di pulau itu.

Oleh : Irwan (Auditor Madya), Iriawanti (Auditor Madya) & Rachmad FST Manurung (Auditor Muda)

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

52 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 53Edisi II Tahun 2015

menggenjot produksi perikanan tanpa diimbangi pemasaran dikhawatirkan men-jadi bumerang bagi produksi. Kondisi saat ini pemerintah Pusat maupun Daerah menganggarkan untuk membangun tempat lantai jemur dan gudang rumput laut, namun demikian yang dihadapi nelayan harga jual dari rumput laut tersebut pada saat panen turun drastis sekitar Rp 3.500 s.d. Rp 4.000, sehingga kurang menutup modal yang digunakan.

Selanjutnya kami juga melihat kawasan konservasi yang belum difungsikan sebagaimana mestinya, antara lain gedung pusat informasi, pagar kawasan, papan informasi, pos jaga yang menggunakan DAK 2011, hal ini dikarenakan belum ada penetapan Menteri KKP, sesuai Permen KKP Nomor 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan dan saat ini kewenangan tersebut pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara bukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014.

Dari kondisi diatas diharapkan instansi terkait untuk dapat bersinergi mengem-bangkan potensi perikanan di pulau sebatik berupa sarana dan prasarana yaitu berupa masterplan kawasan perikanan yang bisa menampung hasil nelayan berupa hasil penangkapan ikan dan budidaya rumput laut, antara lain penambahan armada kapal perikanan yang sesuai dengan ketentuan,

pelabuhan perikanan, pengolahan ikan, cold storage yang didukung dengan listrik yang memadai dan penetapan Kawasan Konservasi Perairan. (@rachmad)

Kepulauan Mentawai, Selayang Pandang

Wilayah Kabupaten Mentawai merupa-kan gugusan pulau yang terdiri dari empat pulau besar yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan serta beberapa pulau kecil disekitarnya, yang terletak sekitar 120 mil di sebelah barat pantai Padang, Sumatera Barat. Gugusan pulau-pulau tersebut dikenal sebagai Kepulauan Mentawai yang dahulu secara administratif masuk kedalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Namun seiring dengan perkembangan otonomi daerah, kini kepulauan tersebut berkembang menjadi kabupaten sendiri yaitu Kabupaten Mentawai dengan ibukota kabupaten di Tua Pejat yang berada di Pulau Sipora.

Pusat pemerintahan dari kabupaten Kepulauan Mentawai adalah berada di Tuapejat, sebelah utara dari pulau Sipora. Pada tahun 2010 secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 202 dusun.

Kepulauan Mentawai secara geografis berada di Samudera Hindia sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan karakteristik massa air

yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia. Kecepatan arus berkisar antara 0,21-0,67 m/detik. Arus permukaan bergerak dari arah utara menuju selatan yang terjadi sepanjang tahun. Suhu perairan berkisar antara 28-31 0C, dengan salinita berkisar 15-38 permil, dan pH berkisar 7-7,5.

Mata pencaharian umumnya sebagai petani dan nelayan. Namun pekerjaan sebagai petani (terutama cengkeh dan kelapa) lebih dominan. Selain itu, masyarakat Mentawai membudidayakan pisang, talas dan sagu. Hal ini berhubungan dengan makanan pokok mayoritas penduduk asli Mentawai, dimana 87% berbahan talas dan sagu. Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Mentawai saat ini juga menanam padi di persawahan. Sementara itu, kegiatan sebagai nelayan hanya dilakukan apabila harga ikan relatif mahal. Potensi Perikanan Jenis ikan yang terdapat di sekitar Kepulauan Mentawai terdiri dari famili, yaitu Acanthuridae, Holocentridae, Labridae, Lutjanidae, Scolopsidae, Siganidae, Chatodontidae, Apogontidae, Caesionidae, Pomaconthidae, Pomacentridae, Scaridae, dan Serranidae.

Pemerintah Kab. Kepulauan Mentewai

sedang berbenah untuk pembangunan di pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan type C sudah lama dibangun yaitu PPP Sikakap, dan saat ini telah beroperasional untuk melayani tambat labuh kapal kapal penangkap ikan, sedangkan pelabuhan pelabuhan lainnya sedang perbaikan dan penambahan sarana pelabuhan seperti pelabuhan perikanan Tua Jabat sedang dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Cold Storage, SPDN dan fasilitas lainnya. Sedangkan untuk Perikanan Budidaya, Kab. Kepulauan Mentawai hasil laut merupakan salah potensi yang terus dikembangkan di kabupaten ini terutama

Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

Potensi Budidaya Laut di Kab. Mentawai terdiri dari KJA Budidaya sebanyak 2.760 Ha, Rumput Laut sebanyak 280 Ha, Kerang Mutiara sebanyak 175 Ha.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

54 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 55Edisi II Tahun 2015

ikan kerapu yang laku untuk di ekspor.Potensi Budidaya Laut di Kab. Mentawai

terdiri dari KJA Budidaya sebanyak 2.760 Ha, Rumput Laut sebanyak 280 Ha, Kerang Mutiara sebanyak 175 Ha. Memperhatikan data tersebut diatas, potensi untuk pengebangan Budidaya melalui KJA sangatlah besar, terutama Budidaya Ikan Kerapu, dan yang belum tersentuh dan perlu dikembangkan sampai saat ini adalah budidaya rumput laut.

Luas tutupan terumbu karang sebesar 35.218 Ha, dimana terdapat sejumlah genus terumbu karang seperti monthipora, pocillopora, seriatopora, dan favites. sementara itu perairan Sumatera Barat memiliki lebih kurang 20 jenis spesies ikan hias laut spesifik dan tidak ditemukan di perairan lain, sebagai habitat hidup berbagai jenis spesies ikan hias laut spesifik perairan Sumatera Barat seperti Balong Padang, Anjiel Doreng Padang dan lain-lain. (@irwan)

Pulau Simeulue, AcehAwal Nopember 2015, langkah kaki ini

akhirnya mendarat juga di Kota Sinabang Kabupaten Simeulue yang sebelumnya sempat tidak ada aktivitas penerbangan karena langit biru bertabur asap pekat dampak hasil bakaran hutan di Pulau

Sumatera. Kali pertama melangkah, terkesan sejuk suasana alam Kota Sinabang baru saja diguyur hujan, indah bentangan alam lautnya, terasa aman dan nyaman, mengingatkan kembali ketika penulis dilahirkan dan sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di suatu pulau di Indonesia bagian Timur. Seramah itu pula sambutan pimpinan Kepala Daerah Kabupaten Simeulue Drs. H Riswan NS, MSc beserta jajarannya ketika disapa untuk bersama melakukan pembangunan kawasan potensial dengan kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Apabila ditengok dari peta Indonesia, keberadaan Kabupaten Simeulue kurang lebih 150 km dari lepas pantai Barat Aceh, merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1999. Sebagai salah satu pulau yang posisi geografisnya terisolasi dari pulau Sumatera, nyaris tak terdengar hiruk pikuk konflik di Aceh daratan berimbas di kawasan ini, demikian pula ketika sunami melanda Aceh (rujukan ensiklopedia). Kehadiran program/kegiatan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Simeulue membawa angin segar dan menaruh harapan besar untuk meningkatnya pembangunan di kawasan ini. Beberapa fasilitas/sarana di bidang

Pulau Simeulue, Aceh

kelautan dan perikanan telah terbangun dari APBN dan sumber pembiayaan lainnya yang sah secara berkelanjutan, diantaranya Balai Benih Ikan Pantai (BBIP), dan Pelabuhan Perikanan/PPI yang dilengkapi dengan berbagai sarana pokok dan sarana penunjang. Seperti di PPI Lugu terdapat dermaga, Tempat Pelelangan Ikan/TPI, pabrik es, dan cold storage, namun secara faktual belum berfungsi optimal sesuai dengan tujuan pembangunan/pengadaannya. Potensi perikanan di wilayah perairan tersebut lumayan besar, dan apabila digarap secara bertanggungjawab sangat besar membawa dampak pada peningkatan perekonomian daerah setempat, sekaligus dapat mensejahterakan masyarakat perikanan daerah yang bersangkutan. Mengapa tidak..., dari data dan informasi yang tersedia, lebih dari jutaan ekor Lobster keluar dari Simeulue, ratusan ikan Kerapu dan jenis lainnya dipasarkan keluar pulau Simeulue dalam keadaan hidup dan segar, belum lagi yang luput dari perhitungan karena luasnya jangkauan. Sudah sepantasnya pulau-pulau kecil diberanda terdepan Samudera Hindia ini menjadi perhatian pemerintah dan pemerintah daerah agar tidak kehilangan sumber daya alam lautnya kepada pihak asing atau terjual dengan harga murah karena kendali harga ditentukan sepihak oleh pembeli.

Berdasarkan hasil pengawasan ditingkat lapangan dan menggali berbagai persoalan yang menjadi kendala operasional BBI Pantai (BBIP) dan PPI Lugu di Simeulue, adalah ketidakjelasan status kelembagaan dan pengelolaannya. Berikut antara lain hasil teropong tim Itjen selama beberapa hari di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), dengan sasaran lokasi on the spot salah satunya adalah di Kabupaten Simeulue. BBIP Simeulue merupakan aset Provinsi NAD, dibangun melalui APBN Tahun 2005, organisasinya belum ditetapkan, dikelola oleh 1 (satu) PNS

yang masih aktif sebagai pegawai Dinas KP Kabupaten Simuelue, dan dibantu oleh 10 orang tenaga kontrak. BBIP tersebut sempat sukses pada tahun 2011 s.d 2013 dengan menghasilkan benih ikan Kerapu sebanyak 10.000 ekor/siklus atau 40.000 ekor/tahun yang didistribusikan untuk kebutuhan pembudidayaan/pembesaran ikan oleh Pembudidaya. Hal ini sangat membantu masyarakat pembudidaya setempat, terutama dapat menekan biaya pembelian (ongkos kirim) benih ikan Kerapu yang selama ini diperoleh dari luar pulau Simeulue. Namun demikian, succes story yang pernah diraih BBIP tidak berlanjut, sejumlah aset yang telah dibangun dalam kondisi memprihatinkan tidak terawat/terpelihara dengan baik, sehingga sebagian fasilitas tidak berfungsi lagi dan memerlukan perbaikan/rehab/revitalisasi. Permasalahan tersebut di-sebabkan dukungan biaya pemeliharaan aset dan operasional kegiatan yang telah dialokasikan melalui DAK provinsi dan sumber pembiayaan lain dari daerah provinsi tidak lancar direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan teknis operasional BBIP sesuai waktunya, sehingga berdampak pada aktivitas kegiatan pembenihan yang tak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Optimalisasi fungsi BBIP menjadi penting, sejalan dengan berkembangnya kegiatan budidaya ikan, namun demikian diperlukan komitmen yang serius oleh Pemda Provinsi Nangroe Aceh untuk

Bandara Lasikin, Simeulue

hello

aceh

ku.c

om

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

56 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 57Edisi II Tahun 2015

pengembangan perikanan budidaya yang berbasis pada pengembangan komoditas ikan unggul yang menjadi primadona pasar lokal maupun pasar dunia. Hal ini juga sangat diperlukannya peran serta sektor/instansi terkait seperti Dinas PU dan Dinas Perhubungan untuk penyediaan infrastruktur dasar dan untuk kelancaran transportasi/akses distribusi produk per-ikanan dari sentra-sentra produksi, serta Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi untuk kelancaran penanganan pasca panen sekaligus penyediaan dan menjamin pasar produksi perikanan di dalam dan luar negeri, agar meningkat semangat pelaku usaha/Pembudidaya untuk berusaha dalam menyambut masuk-nya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ditahun 2016.

Sedangkan PPI Lugu yang merupakan aset Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue, dihadapi dengan persoalan yang berbeda dengan BBIP. PPI Lugu yang

telah ditetapkan sebagai UPT Dinas KP Kabupaten Simeulue pada tahun 2013, belum diikuti dengan penetapan pejabat pengelolanya sehingga PPI tidak dapat dikelola secara optimal sebagaimana layaknya ‘suatu pelabuhan perikanan. Pemanfaatan ruang perairan di sekitar PPI belum tertib, karena belum berjalannya pengendalian izin usaha di lokasi pelabuhan perikanan, sehingga sebagian ruang perairan dekat area depan pelabuhan digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dengan alat bagan.

Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI, diantaranya cold storage yang dibangun pada Tahun 2014 oleh Islamic Development Bank (IDB) berkapasitas ruang pembekuan 5 ton dan ruang penyimpanan 8 ton yang sempat dikelola oleh LSM (Aceh Ocean Coral bekerjasama dengan pihak “pengusaha”), hanya mampu operasional selama 2 tahun (2010 s.d awal tahun 2012), dengan alasan suply bahan baku yang tidak kontinu dan besarnya beban biaya operasional sehingga merugi. Pada tahun 2015 dilakukan upaya revitalisasi cold storage dengan penambahan Air Blast Frezeer berkapasitas 3 ton, namun pihak Dinas KP Kabupaten Simeulue belum menyusun rencana strategi pengelolaan dan penetapan calon pengelola cold storage.

Disamping itu, Pabrik Es yang diadakan melalui bantuan Masyarakat Perancis pada tahun 2005 berupa container kapasitas 8 ton, dilengkapi dengan bangunan rumah pabrik es melalui DAK tahun 2009, dan tahun 2010 pernah dilakukan rehab/perbaikan, sempat operasional/dikelola oleh pihak ketiga (Sdr Saiful Abubakar/Sdr. Labay), namun tidak berlanjut. Hal ini disebabkan kapasitas mesin kecil dan boros dalam operasionalnya sehingga merugi. Pelayanan kebutuhan es pada waktu itu masih relatif sedikit, karena penangkapan ikan oleh Nelayan setempat pada umumnya dilakukan secara “one day fishing”. Melihat permasalahan tersebut, pada tahun 2015 melalui APBN (Ditjen

Peningkatan Daya Saing KKP) dilakukan upaya untuk menambah kapasitas mesin pabrik es menjadi 15 ton, namun dalam waktu yang bersamaan sedang berlangsung pula pembangunan rumah mesin (dari APBK Simeulue) yang menyesuaikan dengan kapasitas mesin. Namun pening-katan kapasitas mesin pabrik es dari 8 ton menjadi 15 ton, masih diperlukan penambahan daya listrik +10 KVA yang belum diperhitungkan secara proposional untuk kebutuhan listrik seluruhnya di PPI. Tentunya hal ini diperlukan dukungan pihak PT PLN (Pesero) Tbk Cabang Simeulue untuk memberikan kemudahan penambahan daya listrik sesuai kebutuhan teknis operasional di Pelabuhan Perikanan.

Kebutuhan dasar terkait BBM untuk operasional kapal penangkap ikan Nelayan setempat juga menjadi persoalan pokok, mengingat belum tersedianya SPDN di lokasi strategis Pelabuhan Perikanan/PPI, sehingga pelabuhan perikanan yang sudah terbangun sepi dari aktivitas kapal penangkap ikan (untuk bongkar muat ikan hasil tangkapan) dan sekaligus dapat mengisi bahan bakar guna pemenuhan kebutuhan operasional kapal penangkap ikan pada trip selanjutnya.

Hal penting yang tak luput dari perhatian adalah terkait dengan pendataan statistik di bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Simeulue yang memerlukan peran BPS setempat, mengingat pendataan statistik oleh BPS selama ini dengan pendekatan sensus yang dilakukan 10 tahun sekali, dipandang tak lagi tepat untuk menyajikan data-data faktual, sehingga sangat diperlukan survey-survey berkala untuk menghasilkan data terkini terkait masyarakat miskin, jumlah Rumah Tangga Perikanan/RTP (Nelayan, Pembudidaya Ikan, Pengolah/Pemasar hasil perikanan), jumlah dan jenis armada perikanan, jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan, jumlah dan luas lahan budidaya ikan (di laut dan darat), jenis usaha perikanan budidaya

dan hasil produksi, guna perencanaan kegiatan yang selektif dan tepat sasaran untuk pembangunan di bidang kelautan dan perikanan.

Singkat kata, banyak hal yang perlu menjadi perhatian untuk membangun bersama Kabupaten Simeulue sebagai kawasan potensial yang produktif sebagai penopang ekonomi rakyat setempat sekaligus untuk menjaga kedaulatan pangan dan kedaulatan NKRI.

Keterpaduan dan berkelanjutan merupa-kan kata kunci suksesnya pembangunan bidang kelautan dan perikanan di P2KT, sangat mengandalkan peran serta berbagai pihak/sektor/instansi terkait sesuai ke-wenangan tugas dan fungsinya untuk “gotong royong” memajukan kawasan prioritas nasional yang sudah ditentukan, salah satunya adalah di Kabupaten Simeulue. Oleh karenanya penyusunan roadmap, dan action plan yang berbasis pada master plan pembangunan kelautan dan perikanan di kawasan tersebut, hendaknya dapat dilaksanakan secara konsisten dan dipantau pelaksanaannya secara berkala agar seminimal mungkin dapat mengeliminir potensi risiko yang dapat menghambat kelancaran pembangunan pulau-pulau kecil terluar secara terpadu.

Urun rembuk melalui pertemuan yang

Keindahan pantai di Kabupaten Simeulue

Keterpaduan dan berkelanjut-an merupakan kata kunci suksesnya pembangunan bidang kelautan dan perikanan di P2KT, sangat mengandalkan peran serta berbagai pihak/sektor/instansi terkait sesuai kewenangan tugas dan fungsinya untuk “gotong royong” memajukan kawasan prioritas nasional yang sudah ditentukan, salah satunya adalah di Kabupaten Simeulue.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

58 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 59Edisi II Tahun 2015

dilakukan secara terintegrasi dengan instansi terkait di Kabupaten Simeulue, yang difasilitasi Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Simeulue diperoleh beberapa catatan untuk dapat diselesaikan, diantara-nya yaitu : •Pemenuhan kebutuhan listrik bagi

operasional PPI akan dihitung ulang oleh PLN;

•Pemenuhan kebutuhan air bersih di PPI akan dihitung kembali oleh PDAM;

•Sarana pengolahan limbah dan saluran drainase di TPI dan sekitar PPI akan di dukung oleh PU/Lingkungan;

•Pemanfaatan Kios Nelayan dan penangan-an pasca panen melalui kemitraan usaha oleh Disperindagkop;

•Pendataan melalui survey-survey untuk keperluan statistik bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Siemelue oleh BPS;

•Penambahan quota angkut untuk produksi perikanan oleh Dinas perhubungan;

•Pembangunan SPDN akan dialokasikan kembali oleh Pemda/Pemerintah Pusat;

•Penataan kembali pemanfaatan ruang laut disekitar PPI dan pengendalian ijin usaha bagi Nelayan Bagan oleh Pemda setempat;

•Pembinaan/pelatihan/bimbingan teknis/penyuluhan oleh Dinas KP bersama dengan UPT Pusat (BP3 Belawan);

•Penambahan sarana docking untuk kapal bagan oleh Pemda melalui DAK/Otsus;

•Penyiapan payung hukum kerjasama kemitraan antara pihak pengelola pabrik es, cold storage dan fasilitas lain serta kemitraan usaha hasil perikanan dengan kelompok usaha perikanan (Nelayan, Pembudidaya, dan Unit-unit Pengolahan Ikan);

•Penertiban pencatatan aset aset yang telah dihibahkan / diserahterimakan sebagai aset daerah, serta penghapusan aset yang tidak layak teknis dan in-ekonomis;

•Perencanaan kegiatan oleh masing-

masing SKPD terkait, di Kabupaten Simeulue diharapkan dapat saling disinergikan oleh Bappeda setempat guna mendorong percepatan pembangunan kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar (P2KT) bidang kelautan dan perikanan yang mengacu pada program prioritas Nasional.

Memperhatikan cakupan pengawasan terhadap pembangunan kawasan P2KT bidang kelautan dan perikanan cukup besar rentang kendalinya apabila dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal KKP semata, oleh karena itu diperlukan pelaksanaan pengawasan yang saling bersinergi dengan Inspektorat Daerah Provinsi NAD dan Inspektorat Daerah Kabupaten Simeulue terutama terkait dengan pengelolaan DAK agar anggaran yang dikelola tidak hanya menghasilkan out put saja tetapi bagaimana berfungsinya suatu out put untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan perekonomian masyarakat perikanan daerah khususnya, sekaligus meningkatnya perekonomian daerah guna menopang ekonomi secara nasional. (@Iriawanti)

Suasana di salah satu pedesaan di Kabupaten Simeulue, setelah 10 tahun lalu gempa dan tsunami

mon

gaba

y.co

.id

Ruang Auditorium Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di kompleks kampus Institut Teknologi Bandung

(ITB) menjelang waktu pembukaan telah dipenuhi lebih dari 1.500 orang peserta dan undangan.

Di setiap kursi telah tersedia gift bag perlengkapan acara pembukaan, termasuk di dalamnya sebuah angklung. Setengah jam sebelum acara dibuka secara resmi, pemandu permainan angklung dari Sanggar Angklung Udjo memimpin gladi resik dan seluruh peserta yang berada dalam ruangan diminta berpartisipasi bermain angklung. Pada gilirannya nanti permainan angklung seluruh hadirin akan menjadi bagian dalam acara pembukaan.

Pembukaan dimulai tepat pukul 10.00 WIB diawali dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dengan khidmat. Lagu

kebangsaan dipandu oleh Paduan Suara Institut Teknologi Bandung. Festival Anti Korupsi mengambil tema "Berbagi Peran Memberantas Korupsi, Berbagi Peran Bangun Negeri".

Hadir diantara peserta para petinggi pimpinan kementerian/lembaga negara, diantaranya Ketua KPK Taufikurrahman Ruki, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM, Ketua DPD-RI, Kepala Kepolisian RI, Ketua Komisi Pemilihan Umum, Gubernur Jawa Barat, Menteri Kesehatan, Menteri Perindustrian, Menteri Hukum dan HAM, Walikota Bandung, Rektor ITB, Direksi BUMN/BUMD, Inspektur Wilayah, Pimpinan SKPD lingkup Kota Bandung, anggota Forum Koordinasi Pemerintah Daerah Jawa Barat, organisasi kemasyarakatan dan media massa.

Kata sambutan selamat datang di-

Oleh: Lina Herlina (Auditor Madya)

Expo IntegritasPada Festival Anti Korupsi

59Edisi II Tahun 2015

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

60 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 61Edisi II Tahun 2015

sampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang merasa sangat terhormat dijadikannya Kota Bandung sebagai tuan rumah penyelenggaraan hajat berskala nasional ini. Gubernur menggarisbawahi bahwa tema harus menjadi prinsip masyarakat Jawa Barat. Untuk itu lah pada festival kali ini Gubernur mewajibkan seluruh pelaku pendidikan lingkup Kota Bandung untuk berperan serta dalam acara ini. Tujuannya agar dalam dunia pendidikan khususnya bagi pelajar sejak tingkat dasar telah tertanam pemahaman tentang bahaya dan kejahatan korupsi.

Upaya pembenahan sistem tata laksana dalam pemberantasan korupsi salah satunya adalah dengan meningkatkan pencegahan terjadinya korupsi. Penerapan pencegahan tindakan korupsi di wilayah Jawa Barat juga ditempuh melalui pemberian insentif berbasis kinerja, pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) secara online, peningkatan aspek pelayanan publik, pembenahan pelaporan keuangan, Samsat online dan banyak lagi. Tidak

mengherankan bila Pemda Kota Bandung mendapat opini WTP dalam empat tahun terakhir.

Simbol yang digunakan untuk festival anti korupsi kali ini adalah dengan himbauan ‘Prung-Hidup Jujur’. Prung berarti ajakan dalam bahasa Sunda yang dilanjutkan dengan Hidup Jujur. Jadi himbauan untuk hidup dengan jujur. Logo yang digunakan adalah wajan dengan sinduk/sutil (panggorengan dengan centong dalam bahasa Sunda). Barang-barang tersebut sebagai perlambang bahwa anti korupsi bermula dari rumah, dari dapur. Semua yang dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga berasal dari rezeki yang halal bukan berasal dari hasil korupsi.

Pada kesempatan berikutnya Ketua KPK Taufikurrahman Ruki mengingatkan bahwa tahun 2015 in merupakan peringatan hari anti korupsi sedunia yang ke-10. Namun meskipun usianya yang sudah mencapai satu dasawarsa, pergerakan anti korupsi di Indonesia masih dirasakan seperti menggantang asap.

Ruki menyampaikan bahwa dalam

pemberantasan korupsi termuat aspek manusia, budaya dan sistem. Dari ketiga hal tersebut, aspek sistem merupakan aspek terpenting dan perlu mendapat perhatian lebih. Caranya yaitu dengan membangun sistem dan sub sistem di setiap kementerian dan lembaga. Sampai sejauh ini KPK dalam menjalankan fungsinya masih memegang teguh prinsip kehati-hatian, profesionalisme dan independensi.

Pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan hanya oleh KPK, diperlukan sinergi dengan seluruh komponen pembangun bangsa; kementerian/lembaga, DPR, dan masyarakat luas.

Saat membacakan puisi yang ditulis oleh Taufik Ismail dengan judul ‘Kami Muak dan

Bosan’, ada sepenggal anekdot yang diberi penekanan oleh Ruki, yaitu: Pelaku korupsi di Tiongkok dihukum potong kepala, pelaku korupsi di Arab Saudi dihukum potong tangan, sedangkan pelaku korupsi di Indonesia dipotong masa tahanan. Kalimat terakhir yang digaungkan oleh Ruki adalah: BERANTAS KORUPSI MULAI DARI DIRI SENDIRI.

Sisipan acara yang sangat menarik pada pembukaan Expo Integritas tersebut,

yaitu pembacaan Deklarasi Anti Korupsi yang dipandu oleh empat pentolan grup musik Slank : Bimbim, Kaka, Abdee, dan Ivan. Pembacaan deklarasi didampingi oleh seniman yang mewakili Pergerakan Komunitas Seniman Kota Bandung diikuti oleh seluruh peserta. Deklarasi mengambil judul ‘Ikrar Merdeka dari Korupsi’, diakhiri dengan himbauan bekerja keras sampai titik darah penghabisan untuk memutus mata rantai korupsi.

Sedianya, acara Expo Integritas akan dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo. Namun sangat disayangkan beliau tidak dapat hadir pada acara tersebut. Sambutan dari Presiden RI dibacakan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan yang selanjutnya membuka secara resmi Expo Integritas.

Dalam sambutannya, Menko Polhukam menyampaikan amanat dari Presiden yang sangat keras dalam memberantas korupsi. Melawan korupsi bukan hanya karena korupsi merugikan keuangan negara, tapi juga karena korupsi merupakan kejahatan terhadap manusia. Korupsi mengakibatkan kemiskinan, ketidakadilan

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

60 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 61Edisi II Tahun 2015

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

62 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 63Edisi II Tahun 2015

dan ketimpangan sosial dan ekonomi. Korupsi menghambat bangsa kita untuk dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Untuk melawan korupsi hanya di-perlukan dua keberanian, yaitu pencegahan dan penegakan hukum. Presiden juga menegaskan perlunya perbaikan sistem atau reformasi birokrasi, terutama dalam pelayanan publik, penyelenggaraan e-governance, e-catalog, e-purchasing, e-ticket, e-recruitment dan pelayanan lainnya secara online.

Pemberantasan korupsi memerlukan upaya bersama secara bahu-membahu antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Presiden juga menghimbau seluruh elemen bangsa untuk mengukuhkan semangat mewujudkan integritas, bebas

dari korupsi. Program pemberantasan korupsi di Indonesia akan didukung penuh oleh pemerintah Indonesia.

Acara puncak pembukaan Expo Inte-gritas ditandai dengan pembubuhan cap telapak tangan kanan dan kiri yang memberi simbol pada sepuluh nilai integritas, yaitu Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja Keras, Sederhana, Bersih dan Adil, disingkat dengan jargon ‘Jupe Mandi Tangker Sebedil’. Pembubuhan cap dua telapak tangan dilakukan secara simbolis oleh Ketua KPK, Menko Polhukam, Gubernur Jawa Barat, Walikota Bandung dan Rektor ITB.

Cap dua telapak tangan dibubuhkan pada potongan Perca Integritas, yang kemudian dijahitkan bersama hingga gabungan perca tersebut dapat menutupi alun-alun Kota Bandung. Perca Integritas terdiri dari 20.000 kain sambungan yang berasal dari 41 kabupaten/kota di Indonesia. Selesai pembubuhan cap telapak tangan ditayangkan siaran live pagelaran tari kolosal di alun-alun Kota Bandung yang membentangkan Perca Integritas berisi himpunan tanda tangan masyarakat dari berbagai kalangan yang mendukung pemberantasan korupsi.

Pagelaran tari dipersembahkan oleh sekitar 6.000 relawan yang berasal dari pelajar, guru, seniman, aktivis, dan musisi komunitas kota Bandung diiringi dengan musik perkusi. Seluruh seniman perkusi dan penari menggunakan kostum daerah Jawa Barat dilengkapi dengan celemek, wajan dan sutil yang melambangkan ikon perhelatan Festival Hari Anti Korupsi di Kota Bandung ini.

Sebagai penutup rangkaian acara pembukaan Expo Integritas seluruh undangan menunjukkan kemampuannya bermain angklung dengan semangat dipimpin oleh seniman Sanggar Angklug Udjo dengan lagu ‘Bagimu Negeri’. Terakhir dilantunkan sebuah doa dan harapan untuk terus mempertahankan kekuatan dan kesabaran dalam memberantas korupsi.

MengenalSertifikasiProfesiQIA Sertifikasi profesi adalah suatu bentuk

pengakuan atas profesionalisme seseorang terhadap bidang yang digelutinya. Beberapa sertifikasi profesi yang dikenal di Indonesia, yaitu: Certified Public Accountant (CPA) yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Certified Internal Auditors (CIA) yang dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA), Certified Risk Management Professional (CRMP) yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Manajemen Risiko (LSPMR), maupun sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), serta masih banyak lagi beberapa sertifikasi profesi lainnya.

Setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh suatu lembaga disertai juga gelar profesional yang dapat disandang di belakang nama pemegang sertifikat tersebut. Sebagai contoh bila seorang memiliki sertifikat Qualified Internal Auditor (QIA), maka orang tersebut berhak menyandangkan gelar QIA di belakang namanya.

Sertifikasi profesi merupakan standar baru untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan di bidang tertentu. Dalam dunia kerja, seseorang yang memiliki sertifikasi internal auditor tentu akan lebih dipercaya untuk dipekerjakan mengaudit unit kerja, dengan tingkat kualitas yang lebih baik dibanding orang lain yang tidak memiliki sertifikasi internal auditor.

ROAD TO QIA

LINTAS SINERGI ..........................

62 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

LINTAS SINERGI ..........................

63Edisi II Tahun 2015

Oleh : Dicky Rahmanzah (Auditor Muda)

Sertifikat QIA merupakan pengakuan bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi auditor internal tingkat internasional.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

64 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 65Edisi II Tahun 2015

Salah satu sertifikasi profesi dalam bidang audit internal yang menunjukkan kualitas dan profesionalisme individu adalah sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA). Sertifikat QIA merupakan pengakuan bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi auditor internal tingkat internasional. Sampai saat ini, pemegang sertifikat QIA di seluruh Indonesia hampir mencapai 4.000 orang, mulai dari staf, hingga direksi dari berbagai instansi BUMN, BUMD, Kementerian/lembaga, perguruan tinggi, LSM, perusahaan, maupun para individu. Program Sertifikasi QIA dapat diikuti oleh seseorang yang memiliki pendidikan formal minimal D3 dan berprofesi sebagai internal auditor, dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun.

Mulai Oktober 2002, Sertifikat QIA diakui organisasi profesi internasional yaitu The Institute of Internal Auditors (IIA) yang berpusat di Florida, Amerika Serikat. Ini berarti Sertifikat QIA sejajar dengan sertifikat di 36 (tiga puluh enam) negara di dunia. Kelebihan lainnya, saat ini pemegang Sertifikat QIA mendapatkan

manfaat lebih melalui adanya kerjasama DS-QIA dan LSPMR, yaitu dengan diakuinya beberapa modul sertifikasi QIA, sehingga para QIA yang ingin mendapatkan Sertifikat Certified Risk Management Professional (CRMP) waktunya menjadi lebih singkat dengan biaya yang lebih terjangkau.

Sertifikat QIA diberikan oleh suatu lembaga yaitu: Dewan Sertifikasi Quali-fied Internal Auditor (DS-QIA) yang keanggotaannya meliputi unsur-unsur: •Forum Komunikasi Satuan Pengawasan

Intern (FKSPI), •Pemerintah/Sektor Publik, • Institute of Internal Auditors (IIA)-

Indonesia, •Yayasan Pendidikan Internal Audit

(YPIA), •Perhimpunan Auditor Internal Indonesia

(PAII), •Akademisi/Perguruan Tinggi, •Praktisi Audit Internal, dan •Klien Internal Audit (Anggota Board of

Director). Bekerja sama dengan Yayasan Pendidik-

an Internal Audit (YPIA), program Serti-fikasi QIA diselenggarakan melalui proses

pendidikan audit intern yang berjenjang, yaitu: Tingkat Dasar 1, Tingkat Dasar 2, Tingkat Lanjutan 1, Tingkat Lanjutan 2, dan Tingkat Manajerial, sebagaimana skema berikut ini:

Perjalanan Menuju SertifikasiQIA

Pada bulan September s.d. November 2015, Penulis bersama tiga rekan lain dari Inspektorat Jenderal KKP berkesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) sertifikasi QIA. Pelaksanaan Diklat dimulai dari Tingkat Dasar 1 hingga Tingkat Manajerial, bertempat di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Beberapa instansi dan perusahaan yang turut bergabung dan menjadi rekan kami selama pelaksanaan Diklat diantaranya yaitu: 1) Kementerian/Lembaga : Bank Indonesia,

Lembaga Sandi Negara, KPPU, Kemenko

Perekonomian RI, Kementerian Hukum dan HAM RI, Kementerian Pemuda dan Olahraga Timor Leste, Kementerian Pariwisata Timor Leste, Kementerian Pertahanan Timor Leste, Kementerian Kehakiman Timor Leste, serta Kemen-terian Pertanian dan Perikanan Timor Leste.

2) BUMN/BUMD : Jasa Marga, Pelindo I, PLN, Indonesia Power, RSUD Bumi Asih, PJB, PT ASABRI, dan Pupuk Kaltim

3) Perbankan : BRI Syariah, BPD Kalteng, dan Bank Ekonomi

4) Lembaga Pendidikan : Universitas Padjajaran dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

5) Perusahaan Swasta : Astra Daihatsu Motor, Tirta Investama-Danone Aqua, Kalbe Farma, United Tractor, dan Media Group.Selama pelaksanaan diklat, terdapat

27 materi pelatihan yang diberikan secara berjenjang pada setiap tingkatan

Dasar 1

Fondasi Audit Internal

Standar Profesi Audit Internal

Akuntansi Keuangan

Manajemen Keuangan

Perilaku Organisasi

-

Dasar 2

Pengendalian Internal & Manajemen Risko

Perencanaan & Perangkat Penugasan Audit

Teknologi Informasi I

Perpajakan

Ketrampilan Manajemen

-

Tabel 1. Materi Sertifikasi QIA

No.

1

2

3

4

5

6

Lanjutan 1

Pelaksanaan Penugasan

Perencanaan Audit Tahunan

Audit Sampling

Manajemen Operasi

Ekonomi Mikro & Makro

Teknologi Informasi II

Lanjutan 2

Audit Kecurangan

Komunikasi Penugasan Audit

Audit Operasional dan Kinerja

Akuntansi Manajemen

Teknologi Informasi III

-

Manajerial

Corporate Governance dan Kebijakan Audit

Peran Internal Auditor sebagai Konsultan & Katalis

Manajemen Fungsi Audit Internal

Manajemen Stratejik

Teknik Presentasi

Komunikasi Audit

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

66 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 67Edisi II Tahun 2015

pendidikan. 5 (lima) materi diberikan pada Tingkat Dasar 1, lima materi pada Tingkat Dasar 2, enam materi pada Tingkat Lanjutan 1, lima materi pada Tingkat Lanjutan 2, dan enam materi pada tingkat manajerial, sebagaimana terdapat Tabel 1.

Berkat bantuan segenap pengajar YPIA yang telah mentransfer pemahaman tentang ilmu audit internal, serta rekan-

rekan peserta pelatihan QIA yang banyak mengadakan diskusi, maka satu demi satu ujian sertifikasi dari setiap materi pelatihan terlewati dengan predikat lulus. Perjalanan ini hampir mencapai puncaknya pada tanggal 23 November 2015 ketika pada tingkat manajerial, ujian diberikan secara komprehensif untuk seluruh materi pelatihan.

Nama Peserta Diklat

Dicky Rachmanzah

Irman Suwandi

Maria Elizabeth

Octa Agung Nugroho

Judul Makalah

Penyusunan Rencana Audit Tahunan Berbasis risiko Melalui Implementasi Metode Weighted Risk Factors pada Itjen KKP

Peningkatan Akuntabilitas Kinerja melalui Pengelolaan Kinerja Berbasis BSC pada Itjen KKP

Meningkatkan kapabilitas APIP melalui Self Assessment Model IACM di Itjen KKP

Penerapan Telaah Sejawat pada APIP Kemenkeu RI oleh Tiga APIP Eksternal

Tabel 2. Judul Makalah Peserta Diklat QIA dari Itjen KKP

No.

1

2

3

4

Penguji

• Prof Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA, CRMP, CA (DS-QIA)

• Ir. Slamet Soedarsono, MPP, QIA (Bapenas RI)

• Prof Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA, CRMP, CA (DS-QIA)

• Henny E. Wirawan, MHum, Psi,Psikoterapis, CGA, CGI, FGI, QIA, CRMP

• Prof Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA, CRMP, CA (DS-QIA)

• Ir. Slamet Soedarsono, MPP, QIA (Bapenas RI)

• Prof Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA, CRMP, CA (DS-QIA)

• Ir. Slamet Soedarsono, MPP, QIA (Bapenas RI)

Lebih lanjut, sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi QIA, para peserta Diklat juga diwajibkan untuk menyusun makalah sesuai dengan pengalaman dan kondisi organisasi/perusahaan tempat bekerja, dengan pilihan topik sebagaimana ditentukan oleh DS-QIA. Tabel 2 mendeskripsikan judul makalah yang kami susun dan kami presentasikan di hadapan Penguji dan anggota DS-QIA.

Pada akhirnya, Sertifikasi QIA dapat diberikan kepada peserta yang telah lulus dari seluruh materi ujian, telah menyusun makalah yang original sesuai dengan pengalaman dan kondisi organisasi/perusahaan tempat bekerja, serta mampu mempresentasikan makalah tersebut di hadapan Penguji atau anggota DS-QIA. Direncanakan, perhelatan Wisuda QIA akan dilaksanakan di Bali pada bulan April 2015, bersamaan dengan pelaksanaan Seminar Nasional Tahunan.

Namun tentu saja perjalanan QIA tidak

berhenti disitu, guna memelihara kualitas pelaksanaan tugasnya, pemegang sertifikat QIA wajib mematuhi standar dan kode etik profesi yang dikeluarkan DS-QIA, dan wajib mengembangkan dirinya melalui Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL), yaitu sekurang-kurangnya 180 jam dalam 3 (tiga) tahun. Pemegang sertifikat QIA yang tidak menyampaikan pendidikan professional berkelanjutan, dapat dikena-kan sanksi berupa penonaktifan status QIA sementara waktu. Dan bagi pemegang sertifikat QIA yang selama 2 (dua) tahun tetap dalam status tidak aktif, akan dicabut status QIA nya secara permanen.

Untuk dapat memberikan manfaat bagi organisasi tempat kami bernaung yakni Inspektorat Jenderal KKP, dalam kesempatan penulisan berikutnya, kami akan berusaha menuangkan materi-materi pelatihan yang kami dapat selama mengikuti pelatihan Sertifikasi QIA, insya Allah.

SAKIP KKP 2015 Masuk Kategori A dengan Nilai 80,76Dalam acara penyerahan Laporan Evaluasi Kinerja kementerian/lembaga dan Pemerintah Provinsi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

(PANRB) di Istana Wakil Presiden, tanggal 15 Desember 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) memperoleh predikat memuaskan dengan nilai di atas 80. KKP menjadi satu dari empat kementerian/lembaga dan 2 (dua) pemerintah provinsi yang memperoleh predikat ini, yaitu Kementerian Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pemeriksa Keuangan, Pemerintah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

68 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 69Edisi II Tahun 2015

On site learning merupakan kon-sep pembelajaran langsung yang dilakukan suatu kelompok ter-

tentu di suatu lokasi dan lingkungan yang berbeda dengan biasanya. Suatu kelompok kepentingan tertentu akan datang mengunjungi atau menemui obyek yang sudah ditentukan dan dijadwalkan untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan, perbaikan sistem, hingga penentuan dan perbaikan kebijakan serta peraturan perundangan.

Dalam rangka tukar informasi dan pengamalan mengenai internal auditor di Asia Tenggara, Itjen KKP beberapa waktu lalu melakukan kegiatan on site learning di sela-sela kegiatan Asian Confideration

of Institute of Internal Auditors (ACIIA) Conference di Manila, Philippina.

Kegiatan on-site learning yang di-selenggarakan di St Giles Makati, Kelayaan Avenue Corner, Makati City, tanggal 4 November 2015 ini dibuka oleh Rebecca G. Sarmenta (Board of Trustees IIA Philippines). Dalam kata sambutannya, Rebecca menyatakan bahwa kegiatan on site learning ini merupakan ajang tukar informasi pertama yang melibatkan delegasi terbanyak. Acara selanjutnya diisi dengan paparan dan diskusi oleh delegasi Indonesia, hingga perwakilan Development Academy of the Philippines (DAP) dan Internal Audit Service of the Philippines (IAS of the Philippines).

On Site Learning DAP & IAS Philippines

Ada berbagai cara untuk mempelajari sesuatu. Mulai dari belajar di kelas hingga di alam terbuka, mulai dari membaca buku hingga bertanya langsung pada guru. Kombinasi dari berbagai cara itu menjadi resep ampuh dalam menimba ilmu.

Development Academy of the Philippines (DAP)

Mike Douglas (Director of Internal Auditor Development Academy of the Philip-pines/DAP) menyatakan bahwa organisasi ini telah dirintis lebih dari 4 dekade yang lalu. Tanggal 1 Februari 1973, Leonides S. dan Onofre D. Corpuz, para pioner DAP ini bertemu di Tagaytay City dan sepakat untuk membangun pusat pelatihan yang berorientasi pembangunan untuk birokrat sipil. Mereka menyadari bahwa akan banyak generasi pemimpin baru yang harus berpikir dan berbicara tentang pembangunan. Mereka harus didukung. Beberapa profesional muda direkrut saat itu untuk merintis DAP dan bersepakat dengan ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MOA) pada tanggal 11 Mei 1973 untuk pendirian DAP.

Presiden Philippina saat itu pun kemudian mendukung penuh pembentukan DAP, dengan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 2015, pada tanggal 7 Juni 1973. Tiga minggu setelah itu, Presiden Filipina juga melakukan kunjungan langsung ke fasilitas pelatihan DAP yang baru dibangun saat itu, yaitu di Tagaytay City pada 23 Juni 1973.

Sebagai suatu institusi independen terintegrasi yang mendukung pemerintah Philippina dalam melaksanakan pem-bangunan, DAP melakukan berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan penelitian, pelatihan, pendidikan dan konsultasi. DAP berperan sebagai salah satu Organisasi Produktifitas Nasional/National Produktivity Organization (NPO). Di tingkat Asia, organisasi ini tergabung dalam Asian Productivity Organization (APO), dengan keanggotaan hingga 20 negara Asia (Indo-nesia, Bangladesh, Kamboja, China, Fiji, India, Iran, Jepang, Korea Selatan, Laos, Korea Utara, Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Philipina, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam). APO menjadi organisasi regional antar pemerintah dengan tujuan memberikan konstribusi terhadap pembangunan sosial ekonomi di

kawasan Asia Pasifik melalui pengembangan produktivitas, yang dituangkan dalam agenda pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Anggota APO dapat mencontoh, meng-adopsi dan mengembangkan program, konsep, teknik, dan metode peningkatan produktivitas dalam rangka mendukung program prioritas yang dalam implementa-sinya dilakukan dalam kerangka gerakan produktivitas nasional.

Sebagai anggota APO, DAP mengadopsi serangkaian aktivitas APO, yaitu : pelatihan dan kursus, seminar, workshop, studi banding, konferensi internasional, e-Learning, publikasi dan penelitian, percontohan dan diskusi. Sedang, beberapa program yang diadopsi DAP, diantaranya: ISO 9001 dalam Pengembangan Sistem

Gedung DAP di Ortigas Center, Filipina

Oleh : Farida Farid (Auditor Pertama)

68 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

Sebagai katalis perubahan dan pembangun, DAP telah membangun kapasitas dan kemitraan antara sektor-sektor kunci masyarakat Philpipina, untuk menghasilkan inovasi, nilai tambah, dan solusi sinergis nasional dan lokal.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

70 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 71Edisi II Tahun 2015

Manajemen Kualitas; Efisiensi Energi; Manajemen Produktifitas Rantai Nilai; Promosi Energi Terbarukan; serta Mana-jemen Kualitas dan Produsi.

Selain itu, DAP juga membuka program pasca sarjana (S2) dan doktoral (S3) untuk peningkatan produktifitas dan pengembangan kompetensi, yaitu :• Pasca Sarjana Manajemen Publik.• Pasca Sarjana Manajemen Kualitas dan

Produktifitas• Doktor di bidang Kepemimpinan Pen-

didikanOrganisasi yang hadir dengan misi

utama memenuhi kerjasama sinergis antara pemerintah dan masyarakat untuk pembangunan ini mempunyai mandat dalam : 1. Menghasilkan perintis yang bernilai

tambah, mempunyai ide sinergis, konsep, prinsip, teknik dan teknologi untuk mengatasi masalah pembangunan yang signifikan di tingkat lokal, nasional dan internasional;

2. Melakukan pengembangan individu dan organisasi pemangku kepentingan di pemerintahan, sektor swasta, masyarakat sipil, akademisi, dan organisasi inter-nasional untuk melakukan peran masing-masing dan mandat dalam pengembangan pembangunan yang lebih efisien dan efektif; dan

3. Mempromosikan kemitraan dan mem-fasilitasi integrasi kebijakan, rencana, program, dan sistem terhadap perspektif

holistik, melalui pelaksanaan pelatihan, pendidikan, kebijakan / penelitian ber-orientasi aksi, konsultasi / bantuan teknis, dan publikasi di pemerintahan yang baik dan peningkatan produktivitas .Sebagai katalis perubahan, DAP memain-

kan peran penting bagi pemerintah. Banyak program DAP dan teknologi sosialnya yang telah dilembagakan. Sebagai katalis perubahan dan pembangun, DAP telah membangun kapasitas dan kemitraan antara sektor-sektor kunci masyarakat Phiilpipina, untuk menghasilkan inovasi, nilai tambah, dan solusi sinergis nasional dan lokal; dan berusaha untuk mempromosikan pembangunan manusia berkelanjutan dan daya saing global, dengan tujuan utama peningkatan kualitas hidup dan penurunan kemiskinan di Philippina.

Pada kegiatan on site learning ini, juga disampaikan fokus area DAP yang sudah tercantum dalam Rencana Strategis DAP Tahun 2011-2016, yaitu:1. Tata Kelola yang Akuntabel (Accountable

Governance)a. Pengembangan kompetensi untuk

peruubahan yang lebih baik dan peningkatan mutu.

b. Pencegahan korupsi dan peningkatan integritas.

2. Peningkatan Kualitas dan Produktifitas (Productivity and Quality Improvement) a. Fokus kepada masyarakat dan layanan

yang berkualitas.b. Pengembangan kapasitas untuk

manajemen reformasi kebijakan dan implementasinya.

Di usianya yang menginjak kepala empat ini, telah banyak organisasi yang dibantu DAP, mulai dari organisasi internasional, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) / Non-Governmental Organizations (NGO), perusahaan, peme-rintah pusat (Kementerian/Lembaga/Badan), dan pemerintah daerah. Terdapat beberapa sumber pembiayaan DAP untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya, mulai dari kesepakatan kerjasama, pembiayaan non rutin dari pemerintah, dan keuntungan

dari proyek, kontrak, penggunaan fasilitas, laba pendapatan, donasi hingga hibah. Dengan demikian, DAP dapat terus mewujudkan aktivitasnya untuk membantu seluruh komponen masyarakat dalam rangka mendukung pembangunan.

Internal Audit Service (IAS)Layanan Audit Internal / Internal Audit

Service (IAS) of Philippines merupakan suatu lembaga pengawas yang menjadi bagian integral dari kantor pemerintahan /lembaga/ perusahaan yang membantu manajemen dalam efektifitas pelaksanaan kegiatan audit internal. Hal ini sesuai dengan mandat pemerintah Philippina yang menginginkan negara ini mampu menempatkan kerangka kebijakan pengarusutamaan audit internal dalam aktivitas kepemerintahnya.

Atty. Antonette L. Fernandes (Asisstant Vive President IAS Philippines) saat kegiatan on site learning menyatakan bahwa IAS memiliki visi yaitu memastikan keandalan dan integritas informasi keuangan, operasional, dan sarana yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, meng-klasifikasikan dan melaporkan. Sedang tujuan dari kegiatan audit internal IAS, yaitu: 1. Memastikan tingkat kepatuhan dan

meninjau sistem yang dibentuk untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijak-an pemerintah, rencana dan prosedur, hukum dan peraturan yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan;

2. Memastikan sejauh mana aset dan sumber daya lainnya dari suatu lembaga dicatat dan dijaga dari semua jenis kerugian;

3. Meninjau dan mengevaluasi kecukupan dan penerapan akuntansi, kontrol operasi keuangan dan mempromosikan pengawasan yang paling efektif dengan biaya yang wajar;

4. Meninjau operasi atau program untuk memastikan apakah atau tidak hasil yang konsisten dengan tujuan yang ditetapkan dan tujuan dan apakah atau tidak program tersebut sedang dilakukan seperti yang direncanakan;

5. Mengevaluasi kualitas kinerja kelompok / individu dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan; dan

6. Merekomendasikan tindakan perbaikan pada suatu kelemahan atau kekurangan pelaksanaan kegiatan.Sesuai dengan Institute of Internal

Auditors (IIA), tujuan dari audit internal di IAS adalah untuk mengevaluasi kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian internal. IAS harus mendapat dukungan yang cukup dari manajemen puncak untuk melakukan kerja sama dan mendapat kepercayaan auditan. Dalam melakukan fungsi mereka, auditor internal harus :1. Menggunakan kebebasan untuk membuat

keputusan yang tidak memihak. audit. 2. Mengumpulkan bukti yang cukup untuk

mendukung temuan dan rekomendasi.3. Memberikan jaminan bahwa kemampuan

teknis dan latar belakang pendidikan auditor internal sesuai untuk audit yang akan dilakukan.

4. Memiliki / memperoleh pengetahuan, keterampilan dan disiplin yang dibutuh-kan untuk melaksanakan tanggung jawab audit IAS.

5. Melakukan audit sesuai dengan standar profesi audit internal.

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

72 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 73Edisi II Tahun 2015

Setelah melaksanakan audit, internal auditor IAS membuat laporan yang antara lain berisi tujuan dan ruang lingkup, periode audit dan nama auditor. Audit dilaksanakan melalui observasi, analisis, reviu, inspeksi dan konfirmasi. Selain itu juga dilaksanakan melalui pemahaman terhadap laporan, buku instruksi dan manual, serta observasi dan diskusi dengan pegawai terkait tema audit.

Sebelum melaksanakan tugas, auditor harus mengenali terlebih dahulu perbedaan sistem, prosedur dan tugas auditan. Selanjutnya menguji berbagai macam struktur kontrol dan resikonya.

Rekomendasi temuan dibangun melalui 4 C, yaitu : Criteria (kriteria), Condition (kondisi), Conclution (kesimpulan), dan Cause (penyebab). Tindak lanjut audit dilakukan melalui monitoring implementasi dari rekomendasi audit yang telah disepakati. Auditor akan mengidentifikasi dan memberi perhatian pada kasus-kasus implementasi rekomendasi temuan yang sulit ditindaklanjuti auditan karena sebab internal maupun eksternal. Dengan demikian bisa dibuat rencana aksi dan solusinya.

Pada umumnya, apa yang dilaksanakan internal auditor di IAS, sama dengan yang dilakukan di Itjen KKP. Laporan hasil pengawasan Itjen KKP meliputi : kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi. Tindak lanjut dari rekomendasi senantiasa dipantau untuk mencegah berulangnya temuan dan diselesaikannya rekomendasi demi perbaikan kinerja.

Dalam menjalankan profesinya, seorang auditor dituntut untuk se-lalu meningkatkan pengetahuan-

nya baik melalui pendidikan/pelatihan secara formal maupun non formal. Hal ini sebagai bagian pemenuhan tanggung jawab seorang auditor yang dimuat dalam Standar Atribut yang dikeluarkan oleh The Institute of Auditor (IIA) dalam skala internasional dan di Indonesia diatur oleh AAIPI sebagai Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia dalam Standar Umum.

Dalam Kode Etik tersebut diatur bahwa seorang auditor wajib meningkatkan kompetensi dan kecermatan profesinya, yaitu dengan terus-menerus meningkatkan keahlian serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya, baik yang diper-oleh dari pendidikan formal, pelatihan, sertifikasi, maupun pengalaman kerja. Peningkatan kompetensi auditor dimaksud-kan agar auditor dapat menjaga mutu hasil pengawasan yang dilaksanakannya.

Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia mengatur mengenai prinsip etika, aturan perilaku auditor intern pemerintah baik dalam organisasi, sesama auditor maupun hubungan dengan auditi. Ketentuan perilaku tersebut harus dipatuhi oleh setiap mereka yang menjalankan tugas profesi tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan pengawasannya, seorang Auditor dapat memberikan keyakinan yang memadai, atas efisiensi dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola unit yang diawasi.

AUDITORIA ..........................

73Edisi II Tahun 2015

Layanan Audit Internal / Internal Audit Service (IAS) of Philippines merupakan suatu lembaga pengawas yang menjadi bagian integral dari kantor pemerintahan /lembaga/ perusahaan yang membantu manajemen dalam efektifitas pelaksanaan kegiatan audit internal.

Oleh : Lina Herlina (Auditor Madya)

Coaching Clinic Bioflok Di BBPBAT Sukabumi

LINTAS SINERGI LINTAS SINERGI ..........................

..........................

74 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 75Edisi II Tahun 2015

Dalam melakukan pengawasan ter-hadap proses dan tata kelola unit yang diawasi sudah barang tentu pemahaman akan proses dan tata kelola pihak auditi harus dikuasai oleh seorang Auditor. Untuk memahami proses dan tata kelola pihak auditi, maka diperlukan pembelajaran bagi Auditor akan hal tersebut. Salah satunya adalah dengan mempelajari teknis operasi bidang tugas yang dilaksanakan oleh unit kerja yang diawasinya.

Menuju Produksi Budidaya Ikan Dua Kali Lipat Tahun 2019

Pada Renstra Pembangunan Perikanan Budidaya Tahun 2015-2019 ditetapkan target produksi perikanan budidaya tahun 2015 sebesar 17,90 juta ton atau naik sebesar 23,28% dari produksi tahun 2014 sebesar 14,52 juta ton dan sampai dengan akhir periode Renstra produksi ditargetkan naik dua kali lipat menjadi sebesar 31,32 juta ton.

Pencapaian produksi perikanan budi-daya dilakukan melalui pengembangan 4 (empat) komoditas unggulan, yaitu Udang, Bandeng, Patin dan Rumput Laut. Di samping melalui pengembangan budidaya keempat komoditas unggulan tersebut, pencapaian produksi budidaya dilakukan melalui program Quick Wins Ditjen Perikanan budidaya. Program ini merupakan bentuk kegiatan yang diharapkan dapat secara efektif dan efisien untuk mencapai target. Salah satu paket teknologi anjuran dalam kerangka Quick Wins adalah budidaya Lele dengan sistem bioflok.

Budidaya Lele dengan sistem bioflok dinilai dapat menghasilkan produksi besar dalam waktu yang relatif singkat. Sistem ini menggunakan sirkulasi air tertutup, artinya penggunaan air bisa sehemat mungkin, sehingga sistem bioflok dapat diterapkan di daerah dalam kondisi air terbatas. Penggunaan peralatan pun relatif sederhana, dalam arti hanya menggunakan bak-bak yang bisa ditempatkan di halaman rumah. Sehingga dalam areal sempit pun budidaya sistem bioflok dapat dilakukan. Hal-hal tersebut membuat budidaya sistem bioflok populer karena dapat dilakukan pada lahan yang sempit, dengan peralatan sederhana, bahkan dalam kondisi air terbatas.

Keuntungan sistem bioflok lainnya ada-lah dilakukan dengan padat tebar tinggi sehingga meningkatkan produktivitas. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa teknologi sistem bioflok dipilih menjadi program Quick Wins peningkatan produksi perikanan budidaya.

Warta dalam Republika.co.id tertanggal 23 November 2015 menurunkan berita berjudul Budidaya Lele Bersistem Bioflok Hasilnya 10 Kali Lipat. Di dalamnya disampaikan informasi mengenai ke-unggulan budidaya bioflok lainnya, yatu penggunaan pakan yang efisien, sehingga menekan biaya produksi. Penyediaan pakan pada sistem bioflok dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang justru bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dipicu dengan cara mem-berikan kultur bakteri probiotik/non pathogen berupa minyak dari tepung ikan yang difermentasi dan molase (tetes tebu) ke dalam air kolam. Dalam sistem sirkulasi tertutup tersebut, kualitas air ditingkatkan menggunakan mesin aerator yang memasok oksigen dalam air.

Dengan berbagai keunggulan seperti

tersebut di atas itulah yang menjadikan sistem bioflok ini dipilih sebagai strategi teknologi budidaya untuk peningkatan produksi secara massal serta untuk melipat-gandakan produksi budidaya perikanan di tanah air. Dalam kerangka strateginya, komoditas yang dikembangkan melalui budidaya sistem bioflok difokuskan pada Lele, Nila dan Patin.

Quality Assurance Pelaksanaan SistemBioflok

Untuk menyukseskan pencapaian produksi budidaya ikan melalui sistem bioflok secara efisien dan lebih efektif, Inspektorat Jenderal sebagai unit peng-awasan yang memberikan layanan quality assurance harus siap dan mampu mengawal hingga tercapainya target tersebut.

Bentuk layanan quality assurance berupa pengawasan baik terhadap tata kelola administratif maupun pada pelaksanaan operasional kegiatan untuk memastikan bahwa seluruh ketentuan dan aturan telah dipenuhi. Tujuannya adalah untuk memberikan jaminan agar tujuan setiap kegiatan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Selain itu untuk memastikan bahwa tidak ada penyimpangan antara pelaksanaan dengan yang seharusnya.

Untuk mengawal kegiatan bioflok di lingkungan KKP, tentunya pemahaman akan segala sesuatu yang terkait dengan bioflok mutlak dipahami oleh setiap Auditor Itjen KKP yang melakukan pengawasan terhadap kegiatan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membekali keterampilan dan pengetahuan Auditor Itjen KKP dalam budidaya sistem bioflok adalah dengan mengikutsertakan Auditor Itjen KKP dalam Coaching Clinic yang dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tanggal 8 - 10 Oktober 2015.

Pelaksanaan Coaching Clinic tersebut dimaksudkan agar pembelajaran teknik budidaya sistem bioflok dapat diperoleh

Auditor secara menyeluruh, mengingat pelaksanaan kegiatan dilakukan langsung di lokasi tempat budidaya. Selain itu pembelajaran juga dipimpin oleh personil yang menangani dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan budidaya dengan sistem bioflok di BBPBAT Sukabumi.

Komoditas yang dikembangkan di BBPBAT Sukabumi untuk budidaya sistem bioflok adalah Ikan Lele. Pemilihan komoditas tersebut didasarkan pada popularitas Lele yang relatif digemari masyarakat dan relatif mudah dipelihara,

Dalam pembelajaran budidaya Lele dengan sistem bioflok, Auditor Itjen KKP mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Selain dapat terlibat langsung dalam melakukan teknik budidaya Lele, juga karena dipimpin oleh tenaga-tenaga terlatih dan berpengalaman dari BBPBAT Sukabumi, antara lain Juansyah Rasidik,

AUDITORIAAUDITORIA..........................

..........................

74 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 75Edisi II Tahun 2015

Pelaksanaan Coaching Clinic dimaksudkan agar pembelajaran teknik budidaya sistem bioflok dapat diperoleh Auditor secara menyeluruh, mengingat pelaksanaan kegiatan dilakukan langsung di lokasi tempat budidaya.

AUDITORIA ..........................

77Edisi II Tahun 2015

LINTAS SINERGI ..........................

76 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

S.P., Rushadi, S.ST., Haryo Sutomo, A.Pi., dan Adi Sucipto, S.Pi., M.Si.

Pada kesempatan tersebut, tidak hanya teknik budidaya Lele dengan sistem bioflok yang dipelajari. Kesempatan ini digunakan pula untuk lebih mengetahui teknik perbenihan beberapa komoditas yang

dibudidayakan di BBPBAT Sukabumi, di antaranya Nila dan Mas.

Sungguh sangat berharga pengalaman yang diperoleh Auditor Itjen KKP di BBPBAT Sukabumi. Hal-hal yang tidak terlupakan adalah secara langsung dapat melakukan penghitungan benih, penyeleksian ukuran ikan (grading), penebaran benih dan pemanenan.

Diharapkan metode Coaching Clinic seperti ini dapat memberikan nilai tambah bagi Auditor dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sebagai bekal dalam menjalankan tugas pengawasannya. Sehingga, pada gilirannya dapat memberikan layanan quality assurance untuk mencapai tujuan pembangunan perikanan nasional.

Dalam rangka menumbuhkembang-kan semangat Jiwa Korsa dan sinergitas pada pegawai struk-

tural, auditor dan calon auditor lingkup Inspektorat Jenderal, maka telah dilaksanakan kegiatan outbond yang berlokasi di Mansion Pine, Bandung tanggal 27-29 Desember 2015. Kegiatan outbound ini dimaksudkan untuk memupuk rasa kebersamaan, saling percaya dan hubungan kerja sesama antar pegawai, melatih kemampuan analisa dan pola pikir dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, serta memperkuat nilai-nilai Inspektorat Jenderal (Integritas, Profesionalitas, dan Inovasi).

Berdasarkan evaluasi dari hasil pe-laksanaan kegiatan outbond sesuai pem-

bagian kelompok, menurut Tim Penilai dan Tim Fasilitator diketahui bahwa perilaku sehari-hari dari masing-masing anggota kelompok tercermin dalam penyelesaian permainan. Kekompakan dan kerja sama dalam menuntaskan seluruh permainan berhasil dicapai dengan baik oleh masing-masing kelompok. Secara umum, salah satu tujuan outbond untuk meningkatkan kebersamaan diantara keluarga besar Itjen berhasil dicapai, dan pencapaian kinerja oleh masing-masing anggota kelompok secara substansi sudah cukup baik, namun masih perlu diciptakan budaya kerja yang lebih baik lagi.

Ditambahkan lagi oleh Tim Penilai bahwa nilai-nilai positif sudah ada di dalam diri masing-masing anggota, namun

Suasana dingin Bandung menjadi tempat terpilih dalam pelaksanaan kegiatan Outbond untuk menambah erat rasa kebersamaan dan kekeluargaan lingkup Itjen, sehingga kedepan diharapkan terciptanya harmonisasi antar Pegawai Itjen untuk menghadapi permasalahan.

AUDITORIA

..........................

76 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

AUDITORIA ..........................

77Edisi II Tahun 2015

Outbond Yang Penuh Semangat

Secara terminology kata Bioflok berasal dari dua suku kata yaitu “bio” yang berarti biologi atau hidup, serta “floc” yang berarti gumpalan. Dengan demikian, Bioflok secara umum diartikan sebagai flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air.

Teknologi bioflok ini memanfaatkan akti-vitas mikroorganisme yang mem-bentuk flok. Aplikasi BFT (Bio Floc Technology) banyak digunakan di system pengolahan air limbah industry dan mulai diterapkan di system pengolahan air media aquakultur.

Bioflok tersusun dari beberapa komponen yaitu : exopolisakarida, bakteri pembentuk flok dan bakteri siklus fungsional. Exopolisakarida adalah senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk flok. Exopolisakarida ini bersifat seperti “glue” atau “lem” yang menjadi tempat penempelan bakteri menjadi satu kesatuan bioflok. Bakteri lain dapat ikut membentuk bioflok seperti misalnya Bacillus circulans, Bacillus coagulans, Bacillus licheniformis, Bacillus subtilli. Bakteri yang ikut membentuk flok ini mempunyai fungsi dalam siklus nutrisi didalam system bioflok. Bakteri ini disebut sebagai bakteri siklus fungsional, misalnya Bacillus licheniformis yang berperan dalam siklus nitrogen.

Mengenal BioflokOleh : Tengku Sonya (Auditor Muda)

AUDITORIAAUDITORIA..........................

..........................

78 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 79Edisi II Tahun 2015

masih diperlukan internalisasi lebih mendalam dan perlu perbaikan sistem di lingkup Itjen. Salah satunya menggunakan metode revolusi mental melalui sosialisasi dan Internalisasi untuk seluruh pegawai Itjen menuju suatu perubahan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Adanya perubahan mental oleh seluruh jajaran Itjen diperlukan komitmen menyeluruh, yang dimulai dari Pucuk Pimpinan sampai kepada staf jajaran terendah.

Arahan Irjen atas hasil evaluasi kegiatan outbond yakni banyak hal yang harus diperbaiki didalam Inspektorat Jenderal agar dapat menjadi pengawas internal yang handal, memperbaiki tata kelola kinerja pengawasan, meningkatkan kompetensi aparatur Inspektorat Jenderal, harus dapat menilai diri kita sendiri dan dapat mengidentifikasi kelemahan kita untuk selanjutnya kita perbaiki, dan harus cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan/zaman.

Kedepannya, seluruh pegawai Itjen diharapkan dapat meningkatkan kinerja mengikuti cara kerja Menteri Kelautan dan Perikanan dengan merubah pola kerja dari business as usual menjadi pribadi-pribadi yang profesional, berintegritas, dan berinovasi. Disamping itu diperlukan pengaturan/rambu-rambu yang boleh atau tidak boleh diterima dalam penugasan, penerapan sistem reward dan punishment, penyusunan PKPT berdasarkan risiko dan dilaksanakan secara konsisten, menyiapkan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai, serta perlu penjabaran lebih rinci dari revolusi mental untuk proses internalisasinya.

.

AUDITORIA

Bimbingan Teknis Audit Manajemen Sistem

Kepala Bagian Sistem Informasi Peng-awasan Itjen KKP membuka sekaligus memberikan arahan dalam acara Bimbingan Teknis Audit Manajemen Sistem. Bimtek AMS dihadiri oleh 150 pegawai lingkup Itjen KKP tanggal 23-25 November 2015 di Jakarta.

Dalam rangka penerapan e-dalwas untuk mendukung program pembangunan kelautan dan perikanan, Itjen KKP menyelenggarakan acara sosialisasi e-Dalwas di Jakarta, tanggal 16 November 2015.

Sosialisasi e-dalwas Lingkup KKP

79Edisi II Tahun 2015

AUDITORIA..........................

78 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

AUDITORIAAUDITORIA..........................

..........................

80 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 81Edisi II Tahun 2015

AUDITORIA

Sekretaris Inspektorat Jenderal memberikan arahan acara Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) sosialisasi KepMen No.20 tahun 2015 tentang Penanganan Benturan Kepentingan pada hari Jum’at, 26 Juni 2015 di Ruang Rapat Itjen Lantai 4 dengan narasumber Kepala Bagian Perundang-Undangan Lintas Sektor dan Pengembangan Hukum Laut, Biro Hukum dan Organisasi KKP.

Sosialisasi Kepmen No. 20 Tahun 2015

Itjen KKP menyelenggarakan Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) dengan materi e-tendering, e-catalog, dan e-purchasing di Ruang Rapat Itjen Lantai 4, GMB III, Jakarta, tanggal 14 April 2015.

AUDITORIA

Pelatihan e-tendering, e-catalogue, e-purchasing

Sosialisasi Permen KP No. 15 Tahun 2015

Sekretaris Itjen membuka acara PKS Sosialisasi PerMen KP No.15 tahun 2015 tentang Pemberian, Pengurangan, dan Penambahan Tunjangan Kinerja Pegawai KKP pada tanggal 26 Juni 2015, dengan narasumber Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal KKP.

Pelatihan Quick Wins & Program Lanjutan

Inspektur II Itjen KKP yaitu Ir. Nur Arif Azizi, MM memberikan arahan dalam acara PKS tentang Quick Wins dan program lanjutan terkait Kelautan dan Perikanan pada tanggal 7 Mei 2015 di Ruang Rapat Itjen Lantai 4.

Sosialisasi PUPNS, Bimtek Pengisian Data PNS

Dalam rangka memperlancar proses pengisian PUPNS, Itjen KKP menye-lenggarakan Sosialisasi dan Bimtek Pengisian Data PUPNS di Jakarta, 16 - 17 November 2015.

80 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 81Edisi II Tahun 2015

KILAS SINERGI ..........................

83Edisi II Tahun 2015

AUDITORIA..........................

82 Media Infomasi Pengawasan SINERGI

AUDITORIA ..........................Seorang ahli hikmah, ketika ditanya tentang pekerjaan apa yang paling penting dan menentukan menjawab

“memilih”. Disebut paling penting, karena hampir tiap detik, kita dihadapkan kepada pekerjaan memilih. Disebut menentukan, karena baik buruk, gagal dan sukses hidup kita tergantung pada ketepatan memilih. Baru bangun tidur saja kita sudah dihadapkan kepada pilihan, mau segera bangun dan terus berjamaah di masjid atau meneruskan tidur sejenak?.

Bahkan sejak semula ketika baru di-ciptakan ole ALLAH SWT, manusia telah dihadapkan kepada 3 (tiga) pilihan penting, Pilihan Pertama : Apakah mau mengakui ALLAH sebagai Tuhannya atau tidak (Al-A’raf: 172), Kedua : Ketika ALLAH menawarkan anamat berupa beban-beban keagamaan kepada langit, bumi, gunung-gunung, dan manusia semua menolak karena kuatir mengkhianatinya, kecuali manusia, ia memilih menerima untuk memikul amanat itu (Al-Ahzab: 72), Ketiga : ketika mengajarkan tentang jalan hidup yang benar (baca Islam) ALLAH menawarkan dua pilihan, bersyukur atas petunjuk jalan hidup itu atau ingkar (Al-Insan: 2-3).

ALLAH bercerita dalam surat Al Insan ayat 2-3, bahwa ketika mencipta manusia dari setetes sel buah, ALLAH lalu menciptakan bashiroh (mata hati) dan sama (pendengaran) sebagai sarana utama kesadaran dan kebebasan. Baru setelah itu ALLAH menyediakan petunjuk jalan hidup yang benar. Manusia tidak dipaksa tetapi dipersilahkan memilih: apakah bersyukur atas adanya petunjuk itu atau memilih ingkar (Al-Insan : 3), Kasus dalam dua ayat tersebut memberi isyarat bahwa memilih berkaitan

erat dengan kebebasan dan kesadaran. Tanpa Kesadaran dan Kebebasan, memilih tak akan pernah terjadi. Memilih itu kegiatan sadar dan kegiatan kehendak bebas, itulah sebabnya ALLAH menjadikan penciptaan bashiroh dan sama sebagai alasan untuk menguji manusia. Kalau ALLAH saja tidak menguji manusai dengan pilihan kecuali setelah memberi alat dan sarana kebebasan, maka sungguh kejam bila ada manusia memberi pilihan tanpa kebebasan.

Karena memilih adalah kegiatan sadar dan kehendak bebas, maka manusia bertanggung jawab atas segala hal yang timbul karena pilihannya, baik dalam arti dalam arti menjalankan segenap kewajiban yang ditimbulkan oleh pilihan itu, maupun bertanggung jawab atas segala resiko negatif yang lahir karenanya.

Karena memilih menjadi penabat negara berarti kita telah sanggup memikul kewajiban untuk menjadi “abdi” yang siap melayani kebutuhan masyarakat, bukan “majikan” yang minta dilayani oleh masyarakat, dan siap memikul risiko untuk lebih bisa melihat kepentingan masyarakat banyak lebih utama dan pertama dari pada kepentingan keluarga apalagi pribadi.

Karena itu agar manusia tidak salah pilih, ALLAH memberi: instink/naluri, alat alat indera (sebuah alat yang mampu menangkap pengalaman-pengalaman empirik), akal (sebuah alat yang mampu memproses pengalaman empirik menjadi pengetahuan rasional), dan terakhir agama (sebagai alat pelurus akal). Dan secara teknis ALLAH juga menganjurkan agar terbiasa melakukan musyawarah dan shalat Istikharah pada setiap kita dihadapkan pada pilihan yang pelik.

Oleh : Irwan (Auditor Madya)

MemilihTAFAKUR

Let the coming year be a glorious one that rewards all your future

endeavors with success.

Happy New Year

2016Semoga asa dan cita menjadi nyata

82 Media Infomasi Pengawasan SINERGI 83Edisi II Tahun 2015

Visi Kami

Misi Kami

Nilai Kami

Menjadi Katalisator Pembaharuan Kinerja Kementerian Kelautan

dan Perikanan

Memberikan Pengawasan Terbaik untuk Meningkatkan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan

Integritas Profesionalitas

Inovasi

Makna KamiBangga Sebagai Mitra Peningkatan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Menuju Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

INSPEKTORAT JENDERALKEmENTERIAN KELAuTAN & PERIKANAN