iklim investasi di indonesia oktober 2014 prof dadjim

24
1 MATERI SEMINAR SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IBBI-MEDAN PENTINGNYA IKILIM INVESTASI YANG KONDUNSIP, UNTUK KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI GLOBAL. I. PENDAHULUAN. Hadirin yang terhormat, Pembangunan itu sendiri pada intinya merupakan seperangkat usaha yang terencana, terintegrasi dan terarah dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki suatu Negara. Tujuannya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraaan masyarakatnya pada saat ini dan dimasa-masa mendatang. Pembangunan tersebut selain terpusatkan pada mobilisasi modal, juga menyangkut pembangunan yang berimbang, pemerataan dan kualitas hidup tanpa batas waktu. Hal ini berarti pembangunan ekonomi suatu negara harus dilakukan secara berkelanjutan atau dikenal dengan istilah PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN (Sustainable development). Pada KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil (1992}, telah tercapai kesepakatan global mengenai pemahaman dan pentingnya semua negara peserta melaksanakan PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN, yaitu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksanan, efisien, dan dengan memperhatikan keberlangsungn pemanfaatannya untuk generasi masa kini dan generasi yang akan datang. Bertitik tolak pada kesepakatan global yang dimaksud, dan memperhatikan keterbatasan relatif sumber daya yang dimiliki oleh setiap negara termasuk Indonesia, dapat disimpulkan bahwa sasaran PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN (Sustainable Development) yang dilaksanakan Pemerintah, pada intinya harus bertujuan untuk terwujudnya empat hal (Sustamiharja, 2004), yaitu : a. Pemerataan manfaat hasil – hasil pembangunan inter generation equity. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya alam untuk pertumbuhan ekonomi harus memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan, dan diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable serta menekan serendah mungkin eksploitasi sumberdaya alam yang unreplaceable. b. Safeguarding, yaitu pengamanan terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungn hidup yang ada, pencegahan terjadinya gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi mendatang. c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, dilakukan semata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatannya antar generasi, atau lestari manfaat pembangunan jangka panjang tetap dapat dipertahankan. d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan, yaitu masa kini dan masa datang, dan menjaga kualitas kehidupan manusia antar generasi. Strategi pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan tersebut harus memperhatikan hal-hal diatas, sehingga pemenuhan kebutuhan masa kini terpenuhi, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan–kebutuhan generasi seterusnya. Mengenai keberhasilan pembangunan serta kestabilan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang dilaksanakan pemerintah dalam lingkungan ekonomi global yang dinamis, pemerintah dihadapkan pada tiga (3) faktor yang merupakan pilar utama yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu:

Upload: abdurrahman

Post on 18-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ekonomi

TRANSCRIPT

  • 1

    MATERI SEMINAR SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IBBI-MEDAN

    PENTINGNYA IKILIM INVESTASI YANG KONDUNSIP, UNTUK KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN DALAM PERSPEKTIF

    EKONOMI GLOBAL.

    I. PENDAHULUAN. Hadirin yang terhormat,

    Pembangunan itu sendiri pada intinya merupakan seperangkat usaha yang terencana, terintegrasi dan terarah dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki suatu Negara. Tujuannya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraaan masyarakatnya pada saat ini dan dimasa-masa mendatang. Pembangunan tersebut selain terpusatkan pada mobilisasi modal, juga menyangkut pembangunan yang berimbang, pemerataan dan kualitas hidup tanpa batas waktu. Hal ini berarti pembangunan ekonomi suatu negara harus dilakukan secara berkelanjutan atau dikenal dengan istilah PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN (Sustainable development).

    Pada KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil (1992}, telah tercapai kesepakatan global mengenai pemahaman dan pentingnya semua negara peserta melaksanakan PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN, yaitu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksanan, efisien, dan dengan memperhatikan keberlangsungn pemanfaatannya untuk generasi masa kini dan generasi yang akan datang.

    Bertitik tolak pada kesepakatan global yang dimaksud, dan memperhatikan keterbatasan relatif sumber daya yang dimiliki oleh setiap negara termasuk Indonesia, dapat disimpulkan bahwa sasaran PEMBANGUNAI YANG BERKELANJUTAN (Sustainable Development) yang dilaksanakan Pemerintah, pada intinya harus bertujuan untuk terwujudnya empat hal (Sustamiharja, 2004), yaitu : a. Pemerataan manfaat hasil hasil pembangunan inter generation equity. Oleh

    karena itu pemanfaatan sumberdaya alam untuk pertumbuhan ekonomi harus memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan, dan diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable serta menekan serendah mungkin eksploitasi sumberdaya alam yang unreplaceable.

    b. Safeguarding, yaitu pengamanan terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungn hidup yang ada, pencegahan terjadinya gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi mendatang.

    c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, dilakukan semata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatannya antar generasi, atau lestari manfaat pembangunan jangka panjang tetap dapat dipertahankan.

    d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan, yaitu masa kini dan masa datang, dan menjaga kualitas kehidupan manusia antar generasi.

    Strategi pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan tersebut harus memperhatikan hal-hal diatas, sehingga pemenuhan kebutuhan masa kini terpenuhi, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhankebutuhan generasi seterusnya.

    Mengenai keberhasilan pembangunan serta kestabilan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang dilaksanakan pemerintah dalam lingkungan ekonomi global yang dinamis, pemerintah dihadapkan pada tiga (3) faktor yang merupakan pilar utama yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu:

  • 2

    1. Ketersediaan sumberdaya. 2. Penataan pembangunan ekonomi berdasarkan skala prioritas (karena

    keterbatasan sumber daya alam dan dana pembiayaan), terintegrasi dan terarah disegala sektor kehidupan ekonomi keterkaitan dengan pemerintahan stabil., dan

    3. Iklim investasi dan bisnis yang kondunsif. Mengenai ketersediaan sumber daya yang dimiliki, secara universal dapat

    dikatakan semua negara dibelahan bumi ini mengalami keterbatasan sumberdaya yang dimaksud, baik jenis dan jumlahnya.

    Menyoroti keterbatasan yang dimaksud, bagi Pemerintah Indonesia salah satu masalah crusial yang dihadapai sampai saat ini, yaitu keterbatasan dana atau modal yang dimiliki untuk pembiayaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sedangkan mengenai sumber daya lainnya, Indonesai secara relative lebih menggembirakan dibandingkan dengan beberapa Negara di Asean. Mengenai keterbatasan dana yang dimaksud, dilihat dari sudut pandang perekonomian global, hal tersebut sebenarnya dapat diatasi pemerintah dengan memanfaatkan modal swasta, khusunya modal asing melalui investasi di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan, karena investasi modal sudah merupakan suatu commodity goods yang telah disepakati pada Uruguay Around 1994, dalam arti modal sebagai komoditi yang diperdagangkan dipasar global.

    Kesepakatan yang dimaksud dituangkan dalam General Agreement on Tarif and Trade dikenal dengan WTO, dan mengenai pengaturan perdagangan modal diatur dalam Trade Investment Measure (TRIMs). Dalam TRIMs tersebut dinyatakan bahwa setiap negara tidak boleh membedakan antara modal dalam negeri dan modal asing (harus diperlakukan sama). Hal tersebut dapat dikatakan merupakan cikal awal terjadinya arus investasi modal secara besar-besaran dan maupun percepatan perkembangan globalisasi ekonomi dunia.

    Menyoroti perdagangan modal itu sendiri melaui investasi, dalam hal ini harus disadari oleh setiap Negara yang membutuhkan dana pemmbiayaan pembangungan, bahwa bentuk persaingannya berada dan terjadi diantara negara - negara yang membutuhkan dana tersebut ( host country ) dan bukan pada pemilik modal. Persaingan yang dimaksud melalui daya tarik investasi dan atau kondisi lingkungan bisnis yang kondusif bagi pemilik modal (Investor). Dapat disimpulkan untuk mengatasi masalah keterbatasan dana pembiayaan pembangunan yang dihadapai Pemerintah sampai saat ini, serta keberhasilan pembangunan itu sendiri, pada intinya terletak pada dua hal: (1) Bagaimana menciptakan daya tarik bagi pemilik modal melalui iklim investasi

    dan lingkungan bisnis yang kondusif, agar arus jumlah modal asing yang masuk ke Indonesia ditahun-tahun mendatang terus meningkat.

    (2) Selain tetap memperhatikan kepentingan pemilik modal, investasi tersebut harus diarahkan pemerintah pada sektorsektor riil, dalam arti investasi yang menciptakan spread effect yang positif dalam pembangunan ekonomi, baik dalam jangka pendek, menengah dan maupun jangka panjang.

    Nampaknya modal asing sebagai suatu commodity goods dipasar global telah dimanfaatkan oleh beberapa negara ASEAN dan negara lainnya di Asia (Cina, Singapore, Taiwan, Korea Selatan dan Malaysia, dan lain lain) untuk pembiayaan pembangunan ekonomi mereka. Indikator tersebut ditunjukkan oleh beberapa diantara negara tersebut, yang dulunya termasuk negara berkembang, sekarang sudah termasuk negara industri maju (Newly Industrial Countries - NICs) seperti Korea Selatan, Singapore dan Taiwan. Hal ini dapat terjadi, karena selama ini negara yang bersangkutan telah dapat menciptakan suasana iklim investasi dan

  • 3

    lingkungan bisnis yang kondusif dan iklim pemerintahan yang stabil, sehingga penataan perekonomiannya dapat dilakukan secara professional dan berkelanjutan.

    Bertitik tolak pada uraian dimuka, yang menjadi fokus kajian pembahasan, dalam hal ini mencakup emjpat (4 )hal utama, yaitu : Pertama : Ekonomi global dan efek yang ditimbulkan, Kedua : Pengaruh globalisasi ekonomi terhadap perdagangan modal, siklus-

    bisnis dilihat dari iklim investasi dan bisnis. Ketiga : Peluang dan Tantangan yang dihadapi. Keempat : Kesimpulan dan Saran.

    Pembahasan ke empat hal tersebut, diharapkan akan dapat menjawab mengapa investor asing membatasi investasinya dan atau kurang tertarik melakukan investasi di Indonesia, sedang disisi lain dilihat dari fundamental ekonomi dan maupun potensi pasar, sangat mendukung untuk melakukan investasi modal di Indonesia, dibandingkan dengan Negara Asean lainnya.

    II. EKONOMI GLOBAL dan EFEK YANG DITIMBULKAN. 1. Ekonomi global.

    Dikatakan ekonomi global, karena keterbukaan ekonomi setiap Negara terhdap dunia luar, sehingga barang /jasa bebas masuk setiap saat tampak adanya hambatan artificial yang berarti. Ekonami global itu sendiri telah menciptakan globalisasi ekonomi, suatu penyebaran inovasi ekonomi keseluruh dunia, disertai penyesuaian politis dan sosial budaya di seluruh segmen-segmen pasar yang dimasuki produk/jasa dari setiap perusahaan dari Negara manapun. Perkembangan Ekonomi global tersebut sangat cepat, karena didorong oleh faktor politik, ekonomi dan kemajuan teknologi.

    Dalam usaha menarik investasi modal asing untuk dana pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan, serta usaha meningkatkan siklus bisnis di Indonesia, Pemerintah tidak lepas dari pentingnya pemahaman mengenai efek ekonomi global itu sendiri, serta pengaruhnya terhadap tatanan perekonomian dunia termasuk Indonesia, khususnya dibidang investasi modal. Penting hal tersebut, agar pelaksanaan strategi pembangunan sudah memperhatikan pengaruh faktor-faktor eksternal (minimilisasi pengaruh negatif), agar sasaran pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang ingin dicapai, dapat terlaksana sesuai dengan harapan Pemerintah.

    2. Efek yang ditimbulkan ekonomi global .

    Pada intinya, secara universal efek ekonomi global itu sendiri telah

    menciptakan tiga (3) hal penting, yaitu: a. Telah terjadi ketidakseimbangan relatif pertumbuhan ekonomi antara

    negara maju dengan negara berkembang, begitu juga diantara negara berkembang itu sendiri.

    b. Persaingan dipasar global bersifat hiperkompetitif (Hypercompetitiveness) c. Arus modal, barang dan jasa, tenaga kerja, dan keahlian bebas masuk

    kenegara manapun dalam waktu yang relatif singkat dan tanpa suatu hambatan yang berarti. Hal ini disebabkan penggunaan kemajuan teknologi komunikasi dalam pemasaran global (E-Commerce), penggunaan kemajuan teknologi dalam proses produksi (High-technology), sehingga perusahaan dapat berproduksi secara efesiensi ekonomis.

  • 4

    d. Akibatnya pasar dunia secara relatif sudah menyatu (market integrated), dan pasar global bergerak secara dinamis dan bersifat hyper competitive. Dikatakan hyper competitive, karena persaiangan yang terjadi di pasar global terus berkembang dari waktu kewaktu, dan hal ini dapat disebabkan salah satu dan atau sekaligus dari beberapa factor penyebab, antara lain factor harga, kualitas dan disain produk, pelayanan dan penggunaan teknologi.

    e. Campur tangan pemerintah setiap Negara mengenai kebijakan pengaturan dibidang ekonomi dan perdagangan terus meningkat sampai saat ini. Hal ini ditandai dengan semakin banyak muncul lembaga- lembaga baru dibidang kerjasama ekonomi dan perdagangan dalam lembaga dunia yang sudah ada, baik secara regional dan maupun antar regional. Contohnya pasar bersama Eropa dalam rangka European Economic Community (EEC), dan telah diperluas dengan masuknya negara anggota baru dari Eropa Timur dan Tengah, Norh American Free Trade Area (NAFTA). Di Asia, muncul Asia Pasific Economic Coorporatioan (APEC), dengan tujuan pada tahun 2020 dapat terwujud perdagangan bebas diwilayah Asia Pasific berdasarkan syarat syarat yang disepakati bersama. AFTA (ASEAN Free Trade Association) yang berada dibawah naungan ASEAN, dan pada tahun 2015 dapat di implementasikan/direalissikan ASEAN Economic Community (AEC, 2015).

    Secara umum dapat disimpulkan, bahwa tujuan utama kerja sama tersebut pada intinya untuk dapat saling menguntungkan dengan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi diantara Negara anggota, juga agar produk/jasa yang dihasilkan memiliki kemampuan berdaya saing tinggi dipasar global.

    III. GLOBALISASI EKONOMI dan PENGARUHNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN MODAL DAN SIKLUS BISNIS DI INDONESIA .

    Pada uraian dimuka telah dikemukakan ekonomi global itu sendiri sekaligus telah menciptakan globalisasi ekonomi dunia. Akibatnya apa-apa yang terjadi disuatu negara besar, dan atau dibeberapa Negara secara regional, baik yang menyangkut masalah makro ekonomi dan atau politik, dalam hal ini cepat atau lambat dan atau langsung maupun tidak langsung (tergantung pada kuat tidaknya fundasi ekonomi suatu Negara) akan tetap berpengaruh baik secara negative, dan atau positif terhadap ekonomi suatu negara dan maupun tatanan perekonomian secara regional atau global.

    Salah satu pengaruh / efek globalidasi ekonomi tersebut dapat kita lihat dari arus FDI (FDI flows) secara global dan khususnya di Indonesia, yaitu pada saat terjadi krisis ekonoimi dunia tahun 1999 2000, dan juga krisis keuangan yang dialami USA pertenghan tahun 2007.

    Krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 2000 dipicu oleh lemahnya mata uang dollar, sedangkan krisis ekonomi keuangan yang di alami Amerika Serikat pertengahan tahun 2007 disebabkan oleh kemacetan pengembalian kredit (sub mortgate credit) yang akhirnya menciptakan krisis moneter dunia.

    Kedua krisis tersebut selain berpengaruh terhadap perkembangan arus total investasi dunia, dan sekaligus berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan siklus bisnis itu sendiri (business cycle termasuk Indonesia), sebagaimana diuraikan dibawah ini.

  • 5

    1. Arus investasi modal. 1.1. FDI Inflows in the World (US $ Billions).

    Berdasarkan data UNTAGWorld Invesment Reports, menunjukkan arus pergerakan investasi modal diseluruh dunia menunjukkan ketidakstabilan sejak krisis ekonomi global dan keuangan di AmerikaSerikat.

    World FDI inflows tahun 2000 sebesar US $ 1401, dan sesudah krisis ekonomi global tahun. 2000, jumlah tersebut terus mengalami penurunan sampai pada tingkat sebesar US$ 566 pada tahun 2003 (turun 40% dari tahun 2000). Kemudian sejak tahun 2004 mengalami kenaikan dari tahun ketahun, dan pada tahun 2007 telah mencapai total US $ 1971 (naik 348% dari tahun 2003). Kemudian sejak krisis keuangan terjadi pertengahan tahun 2007 di Amerika Serikat, arus investasi dunia juga terus mengalami penurunan dari tahun ketahun, dan pada thun 2009 sebesar US $ 1198 (turun 61% dari tahun 2007). Kemudian tahun 2010 naik mencapai US $ 1409, tahun 2011 sebesar US $ 1652, dan tahun 2012 turun menjadi US $ 1351. --Grafik tabel 1.

    Table 1. Sumber: UNCTAD, Word Investment Report (WIRs ) , 2008, 2011,2012,2013

    Krisis keuangan yang dialamai Amerika Serikat pertengahan tahun 2007, (sub mortgate credit) selain menyebabkan depresiasi dollar, juga telah menggoncangkan pasar modal diseluruh dunia dan akhirnya menimbulkan masalah kesulitan likuidatas bagi perusahaan multinasional, ditambah lagi demand aggregate dipasar global yang semakin menurun.

    Dari segi makro ekonomi, pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dari tahun ketahun akan mengalami penurunan secara signifikan. Dampak selanjutnya akan terjadi penurunan demand dipasar global (aggregate demand), likuidatas perusahaan terganggu dan pada akhirnya akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan, dan besarnya tingkat profit yang diperoleh perusahaan multinasional/transnasional terus akan menurun. Akhirnya kemampuan perusahaan untuk membentuk akumulasi capital asset untuk diinvestasikan diluar negeri akan menurun (berpengaruh

    Global FDI Flows (2000-2012)

    1401

    566

    1971

    1198 1409

    1652

    1351

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    annual average

    Billion $

    2003 2000 2007 2009 2011 2010 2012

  • 6

    negative terhadap prospek foreign direct investment). IMF dan World Bank menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2007 (sebelum krisis keuangan di Amerika Serikat) yaitu sebesar +/- 5,4 %, dan sejak krisis tersebut sampai dengan tahun 2012 hanya bergerak +/- 2 % /tahun .

    1.2. FDI inflows ke Indonesia ( US$ Million) .

    Krisis ekonomi global tahun tahun 1998-2000 dan kemudian disusul dengan krisis keuangan di Amerika Serikat pertengahan tahun 2007, telah mempengaruhi perkembangan realisasi investasi modal asing di Indonesia yang tidak menggembirakan, dan sekaligus telah menciptakan krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia. Berdasarkan WIR, indikator perkembangan investasi yang tidak menggembirakan tersebut, ditunjukkan oleh nilai realisasi jumlah investasi sejak tahun 1997 s/d 2007 jauh lebih rendah dari nilai yang telah disetujui pemerintah dengan investor asing. Tahun 1997 ( pertengahan 1997 krisis ekonomi dunia mulai muncul dan sudah mulai merambat ke ASEAN), realisasi investasi US $ 3,4, atau 10% dari total komitmen sebesar US $ 33,7. Kemudian pada tahun 1998 s/d tahun 2006, jumlah komitmen investasi yang disetujui turun sangat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu hanya bergerak antara 40 % - 49 % dilihat dari total komitmen tahun 1997. Dari segi realisasi investasi, juga dalam kurun waktu yang sama menunjukkan tetap berada dibawah jumlah komitmen investasi tiap tahun, yaitu bergerak antara 21% - 78% dari total komitmen. Dengan kata lain, secara rata-rata realisasi tersebut US $ 5.9 /tahun atau 45 % dari jumlah komitmen investasi yang telah disetujui pemerintah. Pada tahun 2007 jumlah komitmen investasi menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan (senilai US$ 36,7), dibandingkn dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi realisasinya tetap jauh berada dibawah jumlah yang telah disetujui, yaitu hanya sebesar US $ 6,9 atau 19 % dari total komitmen.

    Sesudah krisis keungan tahun 2007 di Amerika Serikat, masuknya investasi modal asing ke Indonesia bergerak naik sekalipun perkembangan-nya masih tetap tidak stabil. Tahun 2008 sebesar US $ 9,3, tahun 2009 sebesar US $ 4,9. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar US $ 13,8 dan pada tahun 2011 dan 2012, masing-masing sebesar US $ 19,2 dan US $ 19,7.

    Untuk jelasnya arus netto investasi modal yang masuk ke Indonesia sejak 1997 s/d 2012 dan grafik perkembangan investasi tersebut, sebagaimana terlihat pada Tabel 2 dan Grafik 1 dan 2 dibawah ini.

    Tabel 2 FDI Inflows ke Indonesia US $ (millions)

    Tahun Komitmen/ Realisasi 1997 33,7/3,4 1998 13,6/ 4,9 1999 10,9/8,2 2000 16,0/9,9 2001 16,4/3,5 2002 10,0/3,1 2003 14,4/5,5 2004 10,5/4,6 2005 13,7/8,9 2006 15,6/5,9

  • 7

    2007 36.8/6,9 2008 9,3 2009 4,9 2010 13,7 - 16,1* 2011 19,2 - 19,4* 2012 19,8 - 24,5* 2013 28,5*

    Catatan : * = Sumber dari B,K,P,M , April 2914, Grafik 1

    Trend FDI inflows 1997-2007 (US$M)

    Grafik 2 Trend FDI inflow ( Millions of dollars)

    Sumber: UNCTAD, Word Invesment Report 2013

    Sumber: Website BKPM http//www.bkpm.go.id, Okt 2007

  • 8

    Secara umum dapat disimpulkan, krisis ekonomi global dan maupun krisis ekonomi keuangan tersebut mengakibatkan ketidakstabilan arus investasi modal secara keseluruhan, termasuk di Indonesia.

    2. Pertumbuhan ekonomi dan business cycle (perputaran usaha)

    Krisis ekonomi dunia dan maupun krisis keuangan selain berpengaruh pada FDI flows, juga sekaligus mempengaruh pertumbuhan ekonomi dunia dan maupun siklus bisnes sebagai akibat akitifitas bisnis terganggu.

    Krisis keuangan yang dialamai Amerika Serikat pertengahan tahun 2007, (sub mortgate credit) selain menyebabkan depresiasi dollar, juga telah menggoncangkan pasar modal diseluruh dunia, dan akhirnya menimbulkan masalah kesulitan likuidatas bagi perusahaan multinasional, ditambah lagi aggregate demand dipasar global yang semakin menurun. Akibatnya dari segi makro ekonomi, krisis keuangan tersebut akan menghmbat pertumbuhan ekonomi dunia secara signifikan, karena likuidatas perusahaan terganggu. Menurut IMF ( World Economic 0utlook April 2013) berdasarkan pelaksanaan kegiatan ekonomi dunia baik secara regional, pada umumnya menunjukkan bahwa hampir semua negara maju masih terus berjuang untuk mengatasi kehancuran ekonomi mereka sebagai akibat krisis keuangan dunia, Selain itu mereka masih dihadapkan pada tantangan khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang tepat mengenai kebijakan fiscal dan moneter yang akan dilaksanakan. Akibatnya tingkat pertumbuhan yang dimaksud relative rendah , yaitu tahun 2007- 2010 rata rata 1,8% , tahun 2011 , 2012 dan 2013 masing- masing 2,8% , 2,4% , 2.1%. Oleh IMF, diperkirakan aktifitas ekonomi dunia akan mulai membaik kembali pada tahun 2014 sesudah mengalami penurunan ( slowdown) sejak tahun 2912. Menurut United Nations ( World Economic Situation and Prospects 2014) memperkirakan pertumbuhan tersebut diperkirakan pada tahun 2014 dan 2015 akan berada pada kisaran 3 % dan 3,3%. Hal ini didasarkan pada beberapa factor yang dapat mendorong dan maupun kendala kendala yang memperlambat pertumbuhan tersebut , yaitu antara lain : a. Inflation outlook remain begin (inflasi yang mulai ramah). b. Tingginya tingkat pengangguran masih tetap merupakan tantangan utama

    bagi banyak Negara c. Arus modal investasi untuk menciptakan kegiatan ekonomi masih menurun

    selama tahun 2013. d. Mata uang Negara-negara berkembang berada dalam tekanan depresiasi, e. Harga-harga dari komoditi utama relatif berada pada tren penurunan f. Arus perdagangan dunia masih tetap lambat (sluggish) g. Ketidakseimbangan global atas neraca perdagangan melalui kegiatan ekono-

    mi, yang semakin mengecil dalam menuju tingkat pertumbuhan ekonomi yang ramah.

    Rendahnya tingkat pertumbuhan tersebut pada akhirnya akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan dan besarnya tingkat profit yang diperoleh perusahaan akan menurun, sehingga kemampuan perusahaan untuk membentuk akumulasi capital asset untuk diinvestasikan diluar negeri akan menurun, yang berarti berpengaruh negative terhadap prospek foreign direct investment.

    Krisis ekonomi tersebut juga sekaligus berakibat pada siklus bisnis (perputaran usaha) yang menurun tajam dan bervariasi disetiap Negara, tergantung pada kuat tidaknya fundasi ekonoml dan kestabilan politik Negara yang bersangkutan. Sebagai gambaran, hasil Survei OECD Perekonomian Indonesia (Sept. 2012)

  • 9

    mengenai siklus bisnis tersebut di beberapa Negara Asean dan OECD, sebagaimana terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.

    Menurut OECD, siklus bisnis di Indonesai menurun tajan setelah krisis Asia, dan tetap realtif rendah sejak saat itu. Sebaliknya Malaysia dan Thailand mengalami peningkatan sejak 2002. Ketidakstabilan juga meningkat di negaranegara anggota OECD pada bagian kedua tahun 2000 namun tetap tidak stabil.

    Gambar 2 Business cycle.

    3. Iklim investasi dan bisnis di Indonesia. Iklim investasi disuatu Negara mencerminkan sejumlah faktor yang

    berkaitan dengan suatu Negara, dimana factor tersebut membentuk kesempatan dan daya tarik bagi pemilik modal untuk melakukan bisnis dan/ atau investasi dinegara tersebut dengan aman dan menguntungkan. Oleh karena itu, setiap negara yang membutuhkan dana pembiyaan pembangunan dari pemilik modal luar negeri dan dalam negeri, perlu menciptakan adanya iklim investasi yang koodunsif, yaitu iklim berusaha yang mendorong pemilik modal (investor) melakukan investasi dengan biaya dan risiko serendah mungkin, serta dapat menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin dalam jangka panjang.

    Memperhatikan perkembangan investasi modal asing di Indonesia yang menunjukkan perkembangan yang tidak stabil sejak tahu 1997 s/d 2012, serta jumlah realisasi investasi dari tahun 1997 s/d 2007 jauh dibawah jumlah komitmen, yaitu rata-rata 45 % dari jumlah komitmen investasi yang telah disetujui pemerintah (lihat Grafik 1 dimuka), merupakan indicator betapa iklim

    Standard deviation of gap---Avarage Absolut deviation of

  • 10

    investasi di Indonesia tidak kondunsif bagi investor. Betapa buruknya iklim investasi tersebut di Indonesai, ditunjukkan oleh arus investasi yang negatif, dengan kata lain beberapa perusahaan multinasional yang sudah melakukan bisnis di Indonesai memindahkan modalnya keluar negeri.

    Menurut Indonesia Financial Statistics 2005 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (2005), dalam kelompok arus PMA di ASEAN, Indonesia satu-satunya yang mengalami arus investasi negatif lihat table 3.

    Tabel 3 Arus PMA ke Indonesia (Re-alokasi invesatasi)

    Tahun Nilai (US $ juta) 1998 1999 2000 2001 2002 2003

    (356) (2.745) (4.455) (2.978) (145) (597)

    Catatan ; () Modal yang keluar dari Indonesia

    Berdasarkan table 3 tersebut, berarti terjadi re-alokasi investasi modal oleh pemilik modal dari Indonesia keluar negeri, serta privatisasi BUMN kepada pihak asing melalui penjualan asset BUMN kepada investor asing.

    Adapun faktor penyebab dimata investor, mengapa iklim investasi dan berbisnis di Indonesia tidak kondunsip dimata investor, karena berbagai factor utama penyebab sebagaimana diuraikan dibawah ini.

    3.1. Ketidakstabilan geopolitik (Geopolitical instability) dan konflik.

    Gejala krisis politik sejak awal pertengahan tahun 1997, dan ditambah lagi munculnya krisis ekonomi global, merupakan suatu indikator yang mencerminkan suatu pemerintahan yang tidak stabil. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya konflik didaerah-daerah (seperti di Poso, Palu, Ambon dan Aceh). Indikator lainnya ditunjukkan oleh hasil survey WIR tahun 2004 berdasarkan 12 variabel penilaian dan politik (Kompas, 23 September 2004), Indonesia berada pada urutan ke 139 dari 144 negara yang diminati modal asing untuk melakukan investasi di Indonesia. Sebagai pembanding, China berada diposisi ke 37, Vietnam di urutan ke 38, Malaysia urutan ke 75, Myanmar ke 85, Thailand ke urutan 87 dan Pilipina berada pada urutan ke 96, yang berarti posisi Indonesia jauh lebih buruk dimata investor.

    3.2. Ancaman keamanan terhadap perorangan dan berusaha di Indonesia.

    Beberapa indikator mengenai ancaman keamanan tersebut, yaitu ; Adanya peledakan bom secara seporadis dikota kota besar di Indonesia

    sejak tahun 2000 s/d 2001, disusul dengan peledakan bom di Bali, yang dikenal dengan Bom Bali 1 bulan Oktoer 2002 dan Bom Bali 2 pada Oktober 2004, dan terakhir di hotel Mariot dan Kedutaan Australia di Jakarta. Peledakan bom Bali I dan II merupakan ancaman tingkat nasional, dan juga bersifat regional dan global. Dikatakan bersifat global, karena pasca bom Bali tersebut sejumlah negara di dunia telah memberlakukan Travel Bon, yaitu suatu bentuk pelarangan kepada warga negaranya untuk tidak berkunjung ke Indonesia (berpengaruh langsung terhadap bisnis parawisata di Indonesia).

  • 11

    Hasil survey majalah bisnis dunia Forbes (Media Indonesia-Juni 2008) terhadap 120 negara didunia yang berfokus pada penilaian iklim bisnis dilihat dari bagaimana perlindungan terhadap penanam modal, penanganan korupsi, dukungan kebijakan ekonomi untuk perdagangan bebas, serta tekanan inflasi, menempatkan Indonesia berada pada peringkat 81 sebagai negara tujuan bisnis, Singapore dan Hongkong berada pada peringkat delapan dan Sembilan. Malaysia dan Thailand berada pada peringkat 38 dan 53. Srilangka dan China pada peringkat 67 dan 79, yang berarti Indonesia jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara - negara tersebut.

    Hasil survey tahunan Word Economic Forum (WEF, 2007) yang

    dipublikasikan dalam The Global Competitiveness Report 2007-2008, dari 131 negara sebagai sampel penelitian, Indonesia termasuk peringkat ke 93 untuk pertanyaan: Apakah responden bisa mengandalkan pelayanan dari polisi untuk melindungai usahanya dari kriminalitas, dan Singapore berada pada peringkat ke 4, yang berarti masalah keamanan berusaha di Indonesia belum mendukung iklim investasi yang kondunsif Tabel 4.

    Tabel 4 Peringkat Indonesia mengenai perlindungan bisnis oleh polisi

    menurut WEF. Peringkat Negara

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 93 131

    Finlandia Denmark Jerman

    Singapore Swiss

    Irlandia Hongkong Norwegia Australia

    Uni Emirat Arab Indonesia Venezuela

    Sumber : Word Economic Forum (WEF), 2007

    3.3. Pemerintahan yang tidak efektif. Indikator mengenai pemerintahan yang tidak efektif, diindikasikan pada

    hal hal sebagai berikut, yaitu: a. Korupsi.

    Maraknya korupsi dilingkungan pemeritahan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah di Indonesia, pelaksanaan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bisnis tidak jelas, birokarasi pemerintahan yang menyebabkan perusahaan tidak dapat berusaha secara efesiensi ekonomis akibat hal tersebut, produk yang dihasilkan dan dijual dipasar global tidak mampu bersaing dengan produk sejenis, ditambah lagi demand dalam negeri sangat rendah.

    Transparancy Internatioanl mengenai persepsi korupsi yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 134 (yang terkorup didunia) dari 163 negara (Bank Indonesia 2008).

  • 12

    b. Kepercayaan kepada pejabat Hasil survey Word Economic Forum (WEF 2006, 2007) mengenai

    kepercayaan kepada pejabat, Indonesia berada pada peringkat ke 63. Sebagai pembanding Philippines ke 119, Kamboja ke 67, Thailand ke 60, Vietnam ke 52, Malaysia ke 18 dan Singapore ke 1.

    3.4. Doing business.

    Mengurus perijinan bisnis di Indonesia melalui investasi dibidang usaha memerlukan waktu yang lama dan biaya pengurusan yang mahal .

    Hasil survey Bank Dunia (Bank Indonesai,2008) mengenai kemudahan berusaha (doing business) di beberapa negara di dunia, menunjukkan Indonesia termasuk peringkat ke 123. Sebagai pembanding Singapore peringkat ke 1, Thailand ke 15 dan Malaysa peringkat ke 24. Buruknya melakukan bisnis di Indonesai karena selain banyaknya prosedur yang harus dilalui untuk proses perizinan berusaha, juga waktu penyelesaian yang lama dan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi untuk memulai usaha di Indonesia.

    Sebagai gambaran menurut World Bank (2005), untuk mengurus semua perizinan usaha melalui 12 prosedur dan memerlukan waktu 151 hari, dan biaya yang diperlukan 130,7 % dan 125,6% dari pendapatan perkapita di Indonesia. Singapore, Malasya, Filipina hanya 8 hari, 30 hari dan 50 hariTabel 5 dibawah ini.

    Tabel 5 Indicator kemudahan melakukan bisnis di beberapa negara

    Negara Jml prosedur Jml hari Biaya* Modal Minimum*

    Bangladesh 8 35 91,0 0,0 Kamboja 11 94 480,1 394,0

    China 12 41 14,5 1.104,2 Hongkong 5 11 3,4 0,0

    India 11 89 49,5 0,0 Indonesia 12 151 130,7 125,6

    Korea Selatan 12 22 17,7 332,0 Laos 9 198 18,5 28,5

    Malaysia 9 30 25,1 0,0 Filipina 11 50 19,5 2,2

    Singapura 7 8 1,2 0,0 Sri Lanka 8 50 10,7 0,0 Taiwan 8 48 6,3 224,7

    Thailand 8 33 6,7 0,0 Vietnam 11 56 28,6 0,0

    Catatan:*= sebagai % dari pendapatan per kapita Sumber: World Bank (2005) , di kutip dari Purwanto (2006).

    Laporan World Economic Forum tentang The Global Competitiveness Report 2012-2013, masalah utama yang dihadapi untuk melakukan bisnis (doing business) di Indonesia berada pada basic requariment (Institusion, Infrastructure, Macro economic, Health and primary eduction). Untuk jelasnya masalah utama tersebut dapat dilihat pada table 6 dibawah ini.

  • 13

    Tabel 6. The Most Problematic Factors for doing Business ( %)

    Masalah Thailand Malaysia Singapura Philippines Vietnam Indonesia Inefficient government bureaucracy 14,7 13,8 2,5 17,2 4,7 15,4 Corruption 16,7 12,7 0,3 19,3 5,0 14,2 Inadequate supply of infrastructure 4,0 3,4 5,1 16,2 13,3 8,7 Poor work ethic in national labor force 4,0 9,2 4,4 1,3 5,9 7,2 Restrictive labor regulation 1,2 8,4 20,2 6,0 0,0 6,8 Inflation 4,7 7,6 24,7 3,0 14,5 5,6 Access to financing 2,0 5,8 5,5 1,7 18,2 5,4 Policy instability 15,8 4,3 1,5 9,2 8,8 5,4 Foreign currency regulations 0,6 1,8 3,8 1,3 3,5 5,2 Tax regulation 1,9 6,6 2,0 7,7 6,0 5,1 Governments instability/coup 18,6 2,2 0,9 2,0 1,6 5,0 Cime and theft 1,9 4,5 0,1 3,2 0,4 4,3 Inadequately educated workforce 6,5 9,2 11,2 2,5 11,3 4,1 Tax rate 1,8 6,6 3,3 6,0 5,5 3,3 Insufficient capacity to innovate 5,9 5,2 14,3 2,4 0,9 2,3 Poor public health 0,6 1,1 0,5 0,8 0,5 2,0 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

    3.5. Kebijakan dibidang investasi yang sering berubah-ubah, tumpang tindih, serta

    implikasi teknis pelaksanaannya yang tidak jelas. Pada tahun 1967 Pemerintah mengeluarkan undang-undang PMA No.1

    tahun 1967, kemudian menyusul Paket deregulasi, yang dikenal dengan PP.No. 24 Tahun 1994 yang merupakan penyempurnaan terhadap peraturan PMA No.1, Tahun 1967, dalam rangka usaha Pemerintah untuk lebih menarik bagi pemilik modal untuk melakukan investasi di Indonesia.

    Kemudian oleh Pemerintah dikeluarkan Kepres No. 29 tahun 2004 (Bab II, Pasal 5), mengenai pelayanan satu atap melalui Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan terakhir adalah Undang-undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007.

    Bila kita simak lebih lanjut, beberapa pasal dalam undang-undang yang dimaksud, selain membingunkan pihak investor asing karena belum adanya penjelasan mengenai implikasi teknis pelaksanaannya, juga masih terdapat kelemahan dan atau kekurangan didalamnya, antara lain: Pelayanan dan tata cara pelaksanaan pelayanan terpadu melalui satu pintu

    (Bab I Ketentuan Umum, pasal 1 ayat 10 dan Bab XI Pasal 26 ayat ayat (3) ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu, diatur dengan peraturan Presiden, yang sampai saat ini belum ada. Kemudian keluar Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2008 (Tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009), yang memuat salah satu diantaranya mengenai instruksi perbaikan iklim investasi yang berkaitan dengan kelembagaan, penyederhanaan perizinan usaha dan pendaftaran tanah.

    Fasilitas penanaman modal. Bab X, mengenai perluasan usaha dan atau penanaman modal baru

    (Pasal 18 ayat (4), (5), (6) dan (7) dan Pasal 19). Ayat (4), (5) dan (6) mengenai bentuk/jenis fasilitas fiscal yang diberikan, pada ayat (7) penentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiscal tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, dan Pasal 19, bahwa fasilitas yang dimaksud dalam ayat (4) dan (5) diberikan berdasarkan kebijaksanaan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  • 14

    Mengenai teknis pelaksanaan dan jenis fasilitas fiscal yang diberikan, sampai saat ini belum ada pengaturan mengenai teknis pelaksanaannya.

    Mengenai izin berusaha selama 30 tahun.

    Dalam ketetapan UU PMA No. 1 tahun 1967 dan dalam Paket Deregulasi PP No. 24 Tahun 1994, mengenai izin berusaha ditetapkan selama 30 tahun, tetapi dalam UU NO. 25 tahun 2007 mengenai hal tersebut tidak tercantum, sedangkan di dalam Bab XVIII (Pasal 38) menyatakan dengan berlakunya UU NO. 25 tahun 2007, maka UU No.1 Tahun 1967 (PMA) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Masalahnya bagaimana jangka waktu izin usaha bagi PMA baru, dalam hal ini tidak jelas, misalkan Bab XI, Pasal 25 ayat (4).

    Menurut pasal ini, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha, wajib memperoleh izin dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Hal ini akan dapat menimbulkan suatu peraturan yang tumpang tindih sehingga membingungkan investor apabila dalam implikasi teknis teknis pelaksanaan tidak secara tegas dinyatakan dalam hubungannya dengan perusahaan-perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari instansi lain. Contohnya Undang-undang Migas No. 22 Tahun 2001, menyatakan investasi disektor Migas melalui tiga pintu: izin dari Dit. Jen Migas, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Migas (BP Migas) dan Dir. Jen Bea Cukai (Dp.Keuangan), demikian juga dengan UU Ketenagkerjaan No.13 tahun 2003, yang mengatur mengenai penggunaan tenaga kerja asing oleh perusahaan PMA.

    Masalah mergers dan acquisisi (M & A). Pengaturan mengenai investasi modal melalui merger dan akuisisi yang

    pada akhir akhir ini terus menigkat, juga tdak disinggung dalam undang - undang yang dimaksud.

    Bertitik tolak pada uraian diatas, masalah usaha untuk menciptakan iklim investasi dan lingkungan berusha yang kondusif dimasa-masa datang akan jauh dari harapan, apabila implikasi teknis pelaksanaan undang-undang yang diamaksud tetap tidak tuntas, dan akan menjadi lebih buruk lagi apabila nantinya muncul kebijakan kebijakan baru yang dilakukan oleh Penguasa baru sesudah pemilu 2014.

    3.6. Daya saing global (Global Competitivess).

    Dilihat dari index kemampuan daya saing global (World Economic Forum , 2012-2013) bagi perusahaan yang melakukan bisnis di Indonesia, daya saingnya dipasar global relative rendah dibandingkan dengan beberapa Negara ASEAN. Perhitungn index daya saing tersebut didasarkan pada 12 pillar utama . Keduabelas pillar yang dimasuk meliputi :

    a. Faktor kunci utama untuk mendoromg perekonomian ( Key for factor- driven economies) :

    a.1.Institutions a.2.Infrastructure a.3.Macroeconomic environment- inflasi, defisit anggaran dll a.4.Healh and primary education kesehatan dan dasar pendidikan.

    b. Kunci utama efesiensi untuk mendorong perekonomian ( Key for effediancy-driven economies) :

  • 15

    b.1.Higher education and training. b.2.Goods mrket efficiency. Memproduksi berbagai produk dan jasa

    dengan baik sehubungan dengan kondisi supply dan demand, dan juga terjaminnya semua produk yang diperdagangkan secara efisien tidak ada intrfensi pemerintah.

    b.3.Labour market efficiency flukktuasi pengupahan dll. b.4Financial market development b.5Technological readiness b.6.Marketsize.

    c. Kunci utama inovasi untuk mendorong perekonomian ( Key for Innovation driven economies).:

    c.1 Busniss sophistication. c.2.Innovation.

    Menurut Word Economic Forum, hasil perhitungan index daya saing

    global tersebuut menunjukkan bahwa Indonesai pada 2012- 2013 berada pada ranking ke 50 dari 144 negara. Sebagai pembanding index daya saing Korea Selatan, Malasya , Thailand dan Singapore masing masing berada pada index urutan 19, 25, 38 dan 2. Hal ini beararti lemahnya daya saing tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat profit yang diperoleh perusahaan , dan akhirnya mempengaruhi minat untuk tidak tertarik melaukan bisnis di Indonesia.

    IV.PELUANG DAN TANTANGAN DIMASA DATANG. 1.Peluang. Bagi Indonesia peluang untuk pertumbuhan ekonom dimasa datang cukup besar dibandingakn dengan beberapa Negara di ASEAN, berarti minat / peluang investor untuk berbisnis di Indonesia sebenarnya cuiup besar ., dilihat dari beberapa factor utama, yaitu : 1.1.Dari segi sumber daya alam, Indonesia memiliki jenis dan jumlah yang relative

    jauh lebih baik dengan beberapa Negara di ASEAN 1.2.Potensi pasar yang cukup besar dibandingkan dengan Negara negara ASEAN

    lainnya, dilihat dari jumlah penduduk , yaitu -/+ 40% dari total penduduk ASEAN ( 615 juta ).

    1.3.Tingkat pertumbuhan ekonomi yang relative stabil pada beberapa tahun terakhir ini sa/ d 2013. Pertumbuhan ekonomi trsebut stabil , yaitu tetap berada diatas 5 % / tahun, dan diperkirkan sesudah pemilu 2014 dan tahun tahun berikutnya pertumbuhan tersebut akan lebih besar lagi . Begitu juga perkembangan inflasi di Indonesai masih tetap berada dalam satu digit.

    1.4.Dengn dilaksanakannya ASEAN Ecomic Community ( AEC) pada tahun 2015, merupakan peluang bagi Indonesa untuk memanfaatkan keadan tersebut.

    1.5.Hasil survey World Investment Report 2012, berdasarkan seleksi atas prospek perekonomian Indonesai tahun 2012- 2014, dari seluruh Negara berkembang, Indonesai termasuk ranking ke 6 dari 10 negara utama yang menjadi tujuan investasi modal asing.

    2.TANTANGAN YANG DIHADAPI.

    Indonesia menghadapi banyak tantangan ditahun tahun mendatang sehubungan dengan usaha Pemerintah menarik modal asing ke Indonesia untuk membiayai pembangunaan ekonomi yang berkelanjutan. Apabila tantangan yang dimaksud tidak diatasi Pemerintah dengan segera, akan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap arus masuk modal dari luar negeri ditahun tahun mendatang, dan

  • 16

    bahkan mungkin dapat terjadi re- alokasi modal keluar oleh perusahaan perusahaan asing yang sudah melakukan investasi di Indonesia (Contoh : perusahaan elektronik S0NY pada tahun 2002 memindahkan usaha bisnisnya kesalah satu negara Asean dan re- alokasi modal keluar, sebagaimana dikemukakan sebelumnya dimuka. Tantangan yang dimaksud dapat bersumber dari dalam dan luar negeri ,sebagaimanan diuraikan dibawah ini. 2.1. Dari dalam negeri. 2.1.1. Adanya berbagai keterbatasan yang meliputi pemodalan, sumberdya manusia

    (skill) dan kemampuan teknologi. Disisi lain Indonesia harus dapat memenuhi target target pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pendapatan masyarakat, penurunan tingkat pengangguran, peningkatan jumlah ekspor, penurunan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dan lain lain.

    2.1.2. Iklim investasi dan iklim lingkungan berusaha yang belum kondusif dilihat dari ketidakstabilan politik, keamanan berusaha, ketidakefektifan pemerintahan, serta peraturan peraturan yang berkaitan dengn kebijakan dibidang penanaman modal asing dan perturan yang berkaitan dengn pelaksanaan bisnis tidak jelas dan sering berubah ubah. Akibatnya kemampuan daya saing dipasar global sangat lemah, menurut World Ecomic Forum : The Global Competitiveness Report 2012-2013, index daya daya saing berada pada rangking ke 50 dri 144 negara, sedangkan Korea Selatan, Malasya , Thailand dan Singapore masing masing berada pada index urutan 19, 25, 38 dan 2.

    Hasil survey tersebut juga menunjukkan , bagi Indonesia kendala yang paling dominan berada pada basic requariment dan atau kunci factor utama yang mendorong perekonomian Indonesia.

    2.1.3. Kemampuan bernegoisasi dengan pihak investor asing masih lemah, karena kurangnya penguasaan materi atas masalah-masalah oleh pejabat yang ditugaskan untuk itu. Hal ini dapat terjadi karena penempatan orang orang pada suatu posisi dilembaga pemerintahan sering lebih banyak didasarkan pada faktor pertimbangan politis daripada berdasarkan pertimbangan latar belakang pengalaman serta knowledge seseorang.

    2.1.4. Masalah pelaksanaan Pemerintahan Otonomi Daerah. Bertitik tolak pada UU No, 22 Tahun 1999 yo UU No.32 thn 2004 yaitu

    tentang Pemerintahan Otonomi Daerah, telah diatur dalam undang undang tersebut bahwa Pemerintah Kota dan Kabupaten dapat langsung mengadakan perjanjian dalam rangka penanaman modal baik antar daerah maupun dengan pihak asing. Yang menjadi permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan Pemerintahan otonomi daerah, yaitu mampukah daerah dengan cepat berbenah diri dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi, agar dapat langsung mengundang modal asing untuk menanamkan modalnya didaerah yang bersangkutan. Hal ini erat kaitannya dengan keterbatasan sumberdaya manusia yang memiliki skill dan knowledge yang diperlukan untuk mendukung suatu kegiatan investasi, ditambah lagi kompleksitas permasalahan yang berkaitan dengan pemerintahan otonomi derah tersebut, antara lain; Penataan politik lokal dan menguatnya daerahisme. Problematika hubungan antar daerah yang menambah ruwet kompleksitas

    pemerintahan otonomi daerah. Problematika hubungan eksekutif dan legislatif didaerah, maupun antara

    pusat dan daerah.

  • 17

    Persoalan yang berkaitan dengan penataan institusi dan mekanisme lokal, dan lain sebagainya.

    Masalah kebijakan yang sering tumpang tindih antara pusat dan daerah. Misalkan kebijakan penetapan lokasi dan penggunaan lahan untuk suatu investasi dimana pemerintah daerah mempunyai kebijakan sendiri yang tidak sejalan dengan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah pusat. Hal ini disebabkan karena undang-undang penanaman modal yang dimaksud belum jelas sehubungan dengan impikasi teknis pelaksanaannya, sedangkan pelaksanaan investasi tersebut berada didaerah. Kompleksitas permasalahan tersebut akan dapat menjadi suatu penghambat bagi Pemerintah pusat dan daerah, dikaitkan dengan konteks peraturan kebijakan investasi dan penciptaan iklim investasi serta lingkungan bisnis yang kondusif dimasa mendatang.

    2.2. Dari luar negeri. 2.2.1. Pada abad ke 21 ini, perekonomian dunia semakin bersifat global,

    persaiangan dalam mengisi pangsa pasar dunia berada dalam kondisi hiperkompetitif, dan arus modal bebas masuk kenegara manapun. Disisi lain terjadi Technical gap diantara Negara-negara maju dengan Negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini akan semakin melebar apabila Negara Indonesia tidak segera mempersiapkan diri dengan mempercepat pengembangan SDM dan IPTEK. Sadar atau tidak arus investasi yang umumnya dibungkus dengan perjanjian alih teknologi, skill dan knowledge, oleh pemilik modal asing tetap berdasarkan pertimbangan profit. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia tanpa meningkatkan SDM dan IPTEK sendiri , pasti tidak dapat mempersempit technological gap yang dimaksud.

    2.2.2 Kedua, perubahan-perubahan yang begitu cepat terjadi dikawsan Asia dan Asia Pasifik sebagai akibat semakin cepat terlaksannanya kesepakatan multilateral beberapa negara, seperti AFTA dan APEC disektor perdagangan dan investasi. Nampaknya peluang tersebut tidak akan dapat dimanfaatkan Indonesia, apabila tidak berbenah diri dengan cepat dibidang yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat menarik minat modal asing untuk berinvestasi di Indonesia.

    2.2.3. Ketiga, adanya ketidak seimbangan hubungan antara negara maju (sebagai pembawa modal) dengan negara berkembang sebagai penerima modal asing. Hubungan ketidak seimbangan tersebut disebabkan oleh berberapa hal utama (Streeten, 1980 : 251), yaitu : a. Pemodal asing selalu mencari keuntungan (profit oriented), sedangkan

    negara penerima modal mengharapkan bahwa modal asing tersebut dapat membantu tujuan pembangunan ekonomi Nasional atau sebagai pelengkap dana pembangunan.

    b. Pemodal asing memiliki posisi yang lebih kuat, sehingga mereka

    mempunyai kemampuan berusaha dan kemampuan berunding yang lebih baik. c.Pemodal asing biasanya memiliki jaringan usaha yang kuat dan luas, yaitu dalam bentuk Multinational Corporatioan. Perusahaan ini pada dasarnya lebih mengutamakan melayani kepentingan negara dan pemilik saham dinegara asal dari pada kepentingan negara penerima modal.

  • 18

    Bertitik tolak pada hal hal yang telah disampaikan dalam uraian dimuka , maka adapun kesimpulan serta saran yang dapat dikemukakan , adalah sebagai berikut. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN . Dilihat dari perkembangan realisasi investasi di Indonesia selama ini, Indonesia belum dapat secara maksimal memanfaatkan modal asing untuk pembiayaan pembangunan. Beberapa indikator utama penyebab hal tersebut, yaitu : 1.1. Pemerintahan yang birokratif, sehingga perusahaan sulit untuk berusaha

    berdasarkan efesiensi ekonomis, hal ini sangat mempengaruhi tingkat kemampuan daya saing produk perusahaan dipasar global berkurang.

    1.2. Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang sering berubah ubah dan tumpang tindah. Hal ini disebabkan lemahnya kordinasi antar Departemen / Lembaga yang terkait dan maupun antara Pusat dan Daerah, sehubungan dengan pelakasanaan rencana investasi baik yang bersifat lintas sektoral dan yang tidak bersifat lintas sektoral. Undang-undang Penanama Modal no 25 tahun 2007 masih bersifat umum, sering berubah ubah dan implikasi teknis pelaksanaan undang-undang yang dimaksud belum jelas sehingga tetap membingungkan para investor luar negeri.

    1.3. Masalah keamanan yang belum dapat menjamin keamanan perorangan dan maupun terhadap keamanan berusaha.

    1.4. Masalah infrastrukur perekonomian yang belum mendukung untuk berusaha secara efesiensi ekonomis (Energy yang belum tersedia dengan cukup, sarana jalan dan pelabuhan, transportasi dan lain lain ).

    1.5. Minat perusahaan-perusahaan besar / Transnational untuk melakukan investasi

    di Indonesia cukup besar, terutama dilihat dari faktor ketersedian tenaga kerja dan upah buruh yang murah, ketersediaan bahan baku, kemudahan akses untuk berinvestasi dibidang industri primer (pengelolaan sumber daya alam), dan pertumbuhan pasar dan luasnya pasar. Dapat diduga minat tersebut tidak terlaksana, disebabkan alasan faktor tingginya risiko berusaha di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN.

    2. SARAN KEPADA PEMERINTAH. Adapun saran yang dapat kami sampaikan kepada Pemerintah dalam rangka usaha memanfaatkan peluang bisnis dan menarik modal asing untuk melakukan investasi di Indonesia, dalam hal ini Pemerintah mau tidak mau, suka atau tidak suka harus segera melakukan dan atau menciptakan lima ( 5 ) hal utama , yaitu : 2.1. Terciptanya geopolitical stability dalam rangka terlaksananya kepastian hukum

    dan keamanan berusaha di Indonesia, karena sampai saat ini dunia luar masih menganggap tidak amannya berusaha di Indonesia (high risk country). Diharapkan hal ini akan dapat terlaksanan sesudah pemilu 2014 oleh pemerintahan baru. Kestabilan geopolitik terlakasana, apabila tercipta tiga ( 3 ) hal utama, yaitu : 2.1.1. Setiap pergantian penguasa yang terjadi (proses demokrasi melalui

    pemilihan umum), secara prinsipil tidak akan merubah kebijakan pembangunan ekonomi yang telah ditetapkan dan yang dilaksanakan oleh penguasa sebelumnya, sehingga terjamin adanya konsistensi arah dan kebijakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena

  • 19

    itu setiap penguasa harus memiliki latar belakang prinsip dan atau filosofi yang sama, yaitu bagaimana meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat (walfare economic), dan kalaupun mungkin ada perbedaannya, perbedaan tersebut hanya terletak pada penekanan implikasi teknis pelaksanaann.

    2.1.2. Kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah yang berkuasa, harus berdasarkan undang-undang dan atau peraturan peraturan yang berlaku dan bukan untuk kepentingan golongan tertentu. Suatu pemerintahan yang benar dalam mejalankan roda pemerintahan berdasarkan undang-undang yang berlaku, akan terhindar dari masalah birokrasi dan korupsi yang selama ini merupakan suatu faktor utama momok penyebab tingginya biaya ekonomi perusahaan, sehingga para pemilik modal tidak tertarik berusaha di Indonesia.

    2.1.3. Baik undang-undang maupun peraturan-peraturan yang telah ditetapakan pemerintah harus jelas arah tujuannya dan maupun teknis pelaksanaannya, serta tidak cepat berubah-ubah dari waktu kewaktu. Hal ini akan menciptakan adanya kejelasan untuk berusaha bagi pemilik modal, sehingga mereka dapat berusaha berdasarkan efesiensi ekonomis dalam usaha menghadapai serta meningkatkan daya saing dipasar global.

    Dengan tercipta serta terlaksananya ketiga hal tersebut diatas, secara otomatis akan dapat mencegah munculnya gejolak sosial dimasyarakat (dalam negeri) yang dapat mengganggu arah pemanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah seluruh penggunaan sumberdaya yang dimiliki, maupun dana yang berasal dari luar dalam melaksanakan pembanguan ekonmi yang sudah direncanakan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut menjadi sangat penting, karena pembangunaan ekonomi Indonesia berada dalam lingkungan ekonomi global, sehingga efek yang ditimbulkan oleh ekonomi global itu sendiri akan dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila tidak diwaspadai secara cermat (akurat).

    2.2. Melakukan berbagai langkah deregulasi yang bertujuan untuk menciptakan iklim berusaha yang semakin kondusif dalam usaha menarik minat investor untuk melaksankan investasi di Indonesia. Dengan kata lain komitmen pada reformasi regulasi sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Hal ini menyangkut masalah yang berorientasi pada hal-hal pokok sebagai berikut : 2.2.1. Pembuatan undang-undang penanaman modal serta peraturan-

    peraturan kebijakan-kebijakan lainnya harus dilihat secara komprehensif, agar tidak terjadi tumpang tindih didalam pelaksanaannya.

    2.2.2. Undang undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007, selain harus segera dijabarkan implikasi teknis pelaksanaannya termasuk dalam kaitannya dengan UU No.32 thn 2004 yaitu tentang Pemerintahan Otonomi Daerah, sehingga tidak membingungkan pihak investor asing. Intinya undang- undang yang dimaksud harus dapat menjamin perusahaan perusahaan dalam berusaha di Indonesia berdasarkan efesiensi ekonomis, keamanan berusaha dan jaminan terhadap investasi sehubungan dengan perlindungan hukum terhadap hak milik investor.

    2.3. Tersedianya infrastruktur yang diperlukan Tersedianya infrastruktur perekonomian yang cukup dan memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dimasa masa tahun medatang. Yang

  • 20

    dimaksud dengan infrastruktur perekonomian , meliputi listrik, telekomunikasi , air dan pembuangan limbah, (water and sewage), kelancaran transportasi (meliputi lapangan terbang, jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan laut), sarana perbankkan dan perasuransian.

    2.4. Dengan tetap mengakomodasi profit oriented pemilik modal asing, maka kebijakan penggunaan modal asing dan maupun modal dalam negeri, harus diarahkan pada sektor sektor ekonomi yang merupakan fundasi dasar pembangunan ekonomi dan sekaligus dapat mendorong pertumbuhan disektor kegiatan ekonomi lainnya baik dalam jangka menengah dan maupun jangka panjang, yaitu disektor pertaniaan dan industri agro bisnis yang berbasiskan ekspor oriented. Untuk ini pemerintah sudah harus memilki skala prioritas proyek proyek pembangunan ekonomi yang dimaksud untuk ditawarkan kepada investor.

    2.5. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dan IPTEK, agar penggunaan kemajuan teknologi yang begitu cepat dapat dimanfaatkan untuk memperkuat dan mempercepat pembangunan ekonoami Indonesia dimasa masa datang.

    Jakarta, Oktober 2014.

  • 21

    Daftar rujukan.

    Abdul Rahman. Peluang dan Tantngn Indonesia dalam mendorong ASEAN sebagai kekuatn baru Asia, Yogyakarta, Oktober 2013.

    Anoraga, Panji. Perusahaan Multi Nasional dan Penanaman Modal Asing, Pustaka, Yaya ,Jakarta.

    Bank Indonesia . Indonesia Finanancial Statistics , terbitan berturut turut s/d Febr.2005

    Chen, Edward, KY., Hongkong Multinational In Asia . Trends , Patterns and Objectives , dalam Sumantoro , Perusahaan Modal Asing dan Pembangunan di Harin Media Indonesia , 17 Juni 2008, DAN 12 Maret 2009.

    IMF , World Economic Outlook , April 2013. Kajian 0ECD mengenai : Reformasi, Regulasi Indonesia. , Memperkuat koordinasi

    dan menghubungkn pasar ( Ringkasan Eksekutif) , September 2012. Nindyo Prmono, Magister Hukum Bisnis UGM. Perkembangan arus investsi ditinjau

    dari Perspektif Hukum Bisnis, www.legalitas .org Purwanto, Antonius (2006). Pengurusan Izin Rumit dan Mahal, Kompas, Bisnis dan

    Keuangan, Selasa, 21 Februari, halaman 21. Streeten , Paul , Tanpa Tahun. Cost and Benefits of MNE in Less Developed

    Countries , in Duming. The Multinational Entreprise , George Allen and Union Ltd.

    Undang undang No.32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Undang undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007. Tentang Penanaman

    Modal UNCTD ( 2007 ). Word Investment Prospect Survey ( WIPS ), 2007-2009, New

    York dan Geneve . UNCTAD ( September 2008 ). Word Investment Prospect Survey ( WIPS ), 2008,

    2011, 2013, New York dan Geneve. -------- Word Invesment Report 2007 : http// www.untad .org -------- World Investmen Report 2011, www.yased.org.tr . July 26 2011 Istanbul.

    -------- World Investmen Report.2013. Global Value Chains : Investment and Trade for Development, UNITED NATIONS , New York and Geneva , 2013.

    Zaidun, Mohamad (2005). Penerapan prinsip prinsip Hukum Internasional. World Economic Forum (2006) . The Global Competitiveness Report 2006-2007,

    Geneve . Website BKPM ; Http // wwwbkpm,go.id , October 2007 World Economic Forum (2007). The Global Competitiveness Report 2007-2008,

    Geneve. -------- (2013 ). The Global Competitiveness Report 2012-2013. World Bank ( 2008 ) ,Doing Business 2008, Indonesia , Washington, DC.

    World Economic Situation and Prospecs 2014, United Nations, New York ,2014.

    DAFTAR ISI

  • 22

    Hal.

    I. Pendahuluan ........................................................................................... 1

    II. Ekonomi Global Dan Efek Yang Ditimbulkan .......................................... 3

    1. Ekonomi Global .................................................................................... 3

    2. Efek yang ditimbulkan ekonomi global .................................................. 4

    III. Globalisasi Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap

    arus perdagangan modal dan siklus bisnis di Indonesia ........................... 4

    1. Arus Investasi Modal ............................................................................. 5

    1.1 FDI Inflows in the world ................................................................... 5

    1.2 FDI Inflows Indonesia ..................................................................... 6

    2. Pertumbuhan Ekonomi dan Business Cycle ......................................... 8

    3. Iklim Investasi dan Bisnis Indonesia ..................................................... 10

    IV. Peluang dan Tantangan dimasa datang ................................................. 16

    1. Peluang ................................................................................................. 16

    2. Tantangan yang dihadapi ..................................................................... 16

    V. Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 19

    1. Kesimpulan ........................................................................................... 19

    2. Saran kepada Pemerintah .................................................................... 19

    VI. DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ 22

    CURICULUM VITAE

  • 23

    CURRICULUM VITAE

    I. Nama : : Prof.DR.Dadjim Sinaga, MM

    2. Jenis Kelamin : Laki Laki 3. Tempat /Tanggal Lahir : Simalungun, tgl 5 Mei 1940 4. Status : Sudah Berkeluarga 5. Agama : Kristen Protestan 6. Tempat tinggal : Jl. Pancoran Timur II A, Komplek Migas No. 20 Tel. 021 791 99079 7.Alamat Kantor : Kantor Y.A.I .

    Jln. Proklamsi No. 84 Telp. 021 3141329 , ext. 111 H.p : 081314621846 II.Pendidikan

    1. 1954 : Lulus S.D.Negeri , Pematang Raya /Simalungun 2. 1957 : Lulus S.M.E.P Negeri , P.Siantar 1. 1960 : Lulus SMEA Negeri, Medan 2. 1965 : Lulus Progam S-1 Fak. Ekonomi, UGM Jogyakarta 3. 1993 : Lulus S- 2 Magister Manajemen , INSTITUT Labora, Jakarta 4. 2006 : Lulus Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi ( S-3 ), UPI Y.A.I. Jakarta ( Doktor Ekonomi). 5. 2008 : 1 Oktober 2008 , ditetapkan Pemerintah sebagai Guru Besar di F.Ekonomi , U.P.I.Y.A.I.

    III Pendidikan diluar negeri :

    1. Thn. 1971 : Studi mengenai: Oil distribution optimization ( selama 4 bulan di BEICIP Paris )

    2. Thn.1984 : Energy management training progam for Developing Countries di State Unersity of New York, USA ( 2 bulan

    kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat) 3. Thn. 1986 : Geothermal study and Evaluation project ( 2 bulan di

    Wellington University Mew Zeland - Kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Selandia Baru).

    IV.Pengalaman kerja :

    1. Thn. 1966-1996 : PNS di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Dept. Pertambangan dan Energi .

    Jabatan trakhir ; Kepala Sub Direktorat Distribusi BBM dan Pemasaran Luar negeri Migas, ( Pensiun : Gol.4C ).

    2. Pengalaman diluar negeri selama aktif sebagai PNS: a. Thn. 1973 : Menghadiri Word Oil Symposium di Quito, Equador

    Amerika Latin ( sebagai wakil Pemerintah Dept.Pertambangan dan Energi).

  • 24

    b. Thn.1974-1990: Anggota tetap untuk Steering Committe Economic Commision Board (ECB) OPEC Wina dari Pemerintah Indonesia / Dept. Pertambangan dan Energi ( Sidang Economic Commision Board (ECB) OPEC Wina yang diselenggarakan minimal dua kali setahun di kantor pusat OPEC, Wina- Austria ).

    c. Anggota delegasi Indonesia dan merangkap wakil Ketua Organizing Committee OPEC Conference, pada Konferensi OPEC tahun 1976 dan 1980 di Bali-Indonesia.

    d. Thn. 1991 : Mewakili pemerintah pada: Asean Geothermal Workshop di Manila.

    e. Februari 1994 : Mewakili Pemerintah Indonesia / Dept. Pertambangan dan Energi, pada : Seminar on Oil & Oil Stockpiling policy, di Tokyo,dengan judul makalah yang disampaikan pada seminar : Word Oil Outlook & Indonesias stockpiling policy.

    V.Pengalaman mengajar dan lain lain di LPT YAI :

    1. Thn. 1977-1985, Dosen tidak tetap . 2. Thn. 1986 sampai dengan sekarang , Dosen tetap di UPI YAI . 3. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Pembantu Dekan II

    Ekonomi UPI YAI, Pelaksana harian Pembantu Rektor I UPI YAI,Direktur Lembaga majemen LPT YAI , Kepala LPPM STIE YAI (1987 2000 ).

    4. Tahun 1988 s /d 1992 : Ketua Panitia Ujian Negara , Program Studi Manajemen S-!, untuk seluruh Fak. Ekonomi / STIE untuk PTS yang statusnya masih terdaftar, diakui di Kopertis Wilayah III, DKI Jakarta.

    5. Jabatan sekarang : Wakil Kordinator Jenjang Kepangkatan Akademik Dosen, LPT YAI..

    6. Sampai saat ini : a.Jabatan Akademi Dosen : Guru Besar pada Pasca Sarjana ,,

    F.Ekonomi UPI YAI, Jakarta b.Jabatan fungsional di YAI : Wakil Kordinataro Bidang Jenjang

    Kepangkatan Dosen , LPT Y.A.I

    VI. Piagam Penghargaan : 1. Tahun 1992 : Satyalencana Karya Satya dari Presiden RI. 2. Tahun 2000 : Satyalencana Karya Satya dari Yayasan Administrasi

    Indonesia. Jakarta , Oktober 2014.