iii. metode penciptaan a. implementasi teoritik a. sejarah … · 2018-11-07 · putranya yang...

25
19 III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik a. Sejarah Minuman Teh di Jepang Sepanjang sejarah, Jepang telah banyak menyerap gagasan- gagasan dari berbagai negara lain, seperti teknologi, adat-istiadat, dan kebudayaan lainnya, begitu pula kebiasaan meminum teh yang dipercaya berasal dari China yang kemudian diserap oleh Jepang. Pada kajian wawancara pada tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema Budiarto menjelasakan bahwa terdapat dua keyakinan mengenai asal usul tradisi menyeduh teh ini, pertama masayarakat meyakini bahwa tradisi meminum teh berasal dari Rahib Budda China yang datang ke Jepang. Kedua, masyarakat meyakini asal usul tradisi meminum teh ini berasal dari rahib Buddha Jepang yang datang ke negeri China dan membawa kebiasaan meminum teh tersebut sampai ke Jepang. Dengan kata lain, rahib Buddha Jepang mempelajari dan menyerap kebudayaan China yang kemudian diterapkan di Jepang yang pada awalnya hanya untuk keperluan medis kemudian berkembang sebagai kegemaran di kalangan bangsawan dan samurai. Buku berjudul Pedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural “Perasaan Kepribadian“ Orang jepang)” yang ditulis Mattulada mengungkapkan bahwa setelah tradisi meminum teh ini menjadi

Upload: dangnhan

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

19

III METODE PENCIPTAAN

A Implementasi Teoritik

1 Tematik

a Sejarah Minuman Teh di Jepang

Sepanjang sejarah Jepang telah banyak menyerap gagasan-

gagasan dari berbagai negara lain seperti teknologi adat-istiadat dan

kebudayaan lainnya begitu pula kebiasaan meminum teh yang

dipercaya berasal dari China yang kemudian diserap oleh Jepang

Pada kajian wawancara pada tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema

Budiarto menjelasakan bahwa terdapat dua keyakinan mengenai asal

usul tradisi menyeduh teh ini pertama masayarakat meyakini bahwa

tradisi meminum teh berasal dari Rahib Budda China yang datang ke

Jepang Kedua masyarakat meyakini asal usul tradisi meminum teh

ini berasal dari rahib Buddha Jepang yang datang ke negeri China dan

membawa kebiasaan meminum teh tersebut sampai ke Jepang

Dengan kata lain rahib Buddha Jepang mempelajari dan menyerap

kebudayaan China yang kemudian diterapkan di Jepang yang pada

awalnya hanya untuk keperluan medis kemudian berkembang sebagai

kegemaran di kalangan bangsawan dan samurai

Buku berjudul ldquoPedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural

ldquoPerasaan Kepribadianldquo Orang jepang)rdquo yang ditulis Mattulada

mengungkapkan bahwa setelah tradisi meminum teh ini menjadi

20

kebiasaan para bangsawan dan samurai untuk menjamu para tamunya

tata cara meminum teh menjadi tidak teratur dan mengalami

penurunan karena seperti dijadikan pesta dengan sake sebagai

minuman pendamping selain teh Oleh karena itu Murata Juko

mencoba menata kembali tatanan tradisi meminum teh sehingga

menjadi religius dan penuh makna Setelah itu tradisi meminum teh

disempurnakan oleh Sen no Rikyu dan diangkat sebagai sebuah

kesenian

Pakar upacara minum teh di Jepang yang melanjutkan tradisi

sadō mempunyai keturunan dan murid Mereka kemudian mendirikan

berbagai aliran dan mengabdikan diri pada para bangsawan maupun

kalangan biasa seperti pada film berjudul Ask This of Rikyu tahun

2013 Film tersebut mengisahkan Rikyu seorang pakar teh yang

mengabdikan dirinya pada seorang bangsawan Rikyu seringkali

mendapatkan permintaan untuk mengadakan ritual sadō Tentu Rikyu

menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh dan teliti

mengenai perasaan tamu yang dijamunya mulai dari tulisan kaligrafi

yang menempel di dinding ruangan khusus upacara minum teh yang

disesuaikan situasi dan kondisi tamunya Hanya dengan menyeduh teh

tanpa percakapan dan beberapa syair puitis yang dilontarkan Rikyu

pada tamunya dapat menyentuh hati sehingga tamu sampai bercucuran

air mata inilah yang menarik karena tanpa mencurahkan seluruh

masalahnya hanya dengan melakukan upacara minum teh yang

21

suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu

dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu

dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh

putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena

kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian

mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan

Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari

kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling

terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)

Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang

Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500

tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan

dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode

pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk

teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode

Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja

seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20

minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan

ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)

Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran

Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum

teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar

22

mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau

membersihkan mangkuk teh dan sebagainya

Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō

sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang

(casual)

1 Sadō sebagai ritual

Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh

yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-

simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus

dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang

terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan

Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh

penghormatan

Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api

mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut

mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar

yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh

disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang

digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik

kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi

Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga

empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan

dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka

23

lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut

dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang

sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum

teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat

awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan

mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di

ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air

Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di

dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen

berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu

tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan

tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah

meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali

dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku

(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup

ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)

Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan

sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu

mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan

menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan

ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku

diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

20

kebiasaan para bangsawan dan samurai untuk menjamu para tamunya

tata cara meminum teh menjadi tidak teratur dan mengalami

penurunan karena seperti dijadikan pesta dengan sake sebagai

minuman pendamping selain teh Oleh karena itu Murata Juko

mencoba menata kembali tatanan tradisi meminum teh sehingga

menjadi religius dan penuh makna Setelah itu tradisi meminum teh

disempurnakan oleh Sen no Rikyu dan diangkat sebagai sebuah

kesenian

Pakar upacara minum teh di Jepang yang melanjutkan tradisi

sadō mempunyai keturunan dan murid Mereka kemudian mendirikan

berbagai aliran dan mengabdikan diri pada para bangsawan maupun

kalangan biasa seperti pada film berjudul Ask This of Rikyu tahun

2013 Film tersebut mengisahkan Rikyu seorang pakar teh yang

mengabdikan dirinya pada seorang bangsawan Rikyu seringkali

mendapatkan permintaan untuk mengadakan ritual sadō Tentu Rikyu

menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh dan teliti

mengenai perasaan tamu yang dijamunya mulai dari tulisan kaligrafi

yang menempel di dinding ruangan khusus upacara minum teh yang

disesuaikan situasi dan kondisi tamunya Hanya dengan menyeduh teh

tanpa percakapan dan beberapa syair puitis yang dilontarkan Rikyu

pada tamunya dapat menyentuh hati sehingga tamu sampai bercucuran

air mata inilah yang menarik karena tanpa mencurahkan seluruh

masalahnya hanya dengan melakukan upacara minum teh yang

21

suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu

dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu

dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh

putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena

kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian

mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan

Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari

kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling

terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)

Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang

Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500

tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan

dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode

pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk

teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode

Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja

seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20

minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan

ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)

Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran

Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum

teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar

22

mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau

membersihkan mangkuk teh dan sebagainya

Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō

sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang

(casual)

1 Sadō sebagai ritual

Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh

yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-

simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus

dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang

terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan

Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh

penghormatan

Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api

mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut

mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar

yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh

disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang

digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik

kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi

Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga

empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan

dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka

23

lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut

dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang

sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum

teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat

awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan

mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di

ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air

Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di

dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen

berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu

tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan

tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah

meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali

dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku

(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup

ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)

Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan

sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu

mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan

menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan

ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku

diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

21

suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu

dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu

dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh

putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena

kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian

mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan

Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari

kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling

terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)

Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang

Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500

tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan

dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode

pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk

teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode

Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja

seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20

minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan

ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)

Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran

Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum

teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar

22

mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau

membersihkan mangkuk teh dan sebagainya

Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō

sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang

(casual)

1 Sadō sebagai ritual

Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh

yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-

simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus

dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang

terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan

Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh

penghormatan

Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api

mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut

mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar

yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh

disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang

digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik

kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi

Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga

empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan

dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka

23

lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut

dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang

sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum

teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat

awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan

mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di

ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air

Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di

dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen

berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu

tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan

tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah

meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali

dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku

(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup

ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)

Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan

sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu

mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan

menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan

ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku

diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

22

mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau

membersihkan mangkuk teh dan sebagainya

Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō

sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang

(casual)

1 Sadō sebagai ritual

Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh

yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-

simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus

dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang

terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan

Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh

penghormatan

Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api

mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut

mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar

yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh

disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang

digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik

kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi

Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga

empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan

dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka

23

lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut

dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang

sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum

teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat

awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan

mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di

ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air

Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di

dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen

berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu

tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan

tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah

meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali

dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku

(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup

ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)

Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan

sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu

mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan

menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan

ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku

diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

23

lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut

dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang

sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum

teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat

awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan

mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di

ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air

Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di

dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen

berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu

tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan

tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah

meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali

dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku

(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup

ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)

Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan

sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu

mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan

menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan

ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku

diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

24

dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan

menggunakan chakin

Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan

menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh

yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan

dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air

tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi

cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan

dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan

mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu

sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan

berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh

tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan

membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat

keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang

terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai

wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang

diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu

selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu

utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut

mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas

Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para

tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

25

Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe

V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)

2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)

Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala

Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival

kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival

kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang

khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan

di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada

festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang

karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia

tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya

pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh

secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh

secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai

pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari

upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan

bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan

penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di

Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan

visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang

sesungguhnya

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

26

b Peralatan Upacara Minum Teh

Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-

peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah

upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan

dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang

lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa

hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-

komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō

Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh

(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)

a Kama

Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara

minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama

biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang

akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

27

Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas

kecil

Gambar 15 Kama

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)

b Furo

Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu

besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini

dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya

adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama

Gambar 16Furo

(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

28

c Futaoki

Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci

maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari

bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk

(lihat Gambar 17)

Gambar 17Futaoki

(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134

303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)

d Kensui

Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam

atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk

membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui

Gambar 18Kensui

(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

29

e Hishaku

Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan

panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air

panas maupun dingin selama proses upacara minum teh

Gambar 19Hisaku

(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)

f Mizusashi

Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan

digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air

untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik

dan kayu (lihat Gambar 20)

Gambar 20 Mizusashi

(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b

8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

30

g Chawan

Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk

menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim

dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan

yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk

menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif

pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam

prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang

terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar

motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan

penghormatan kepada tuan rumah

Gambar 21 Chawan

(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501

matcha_onshino_bowl-594x415jpg)

h Fukusa

Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume

dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa

digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

31

tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau

oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat

Gambar 22)

Gambar 22 Fukusa

(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA

AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)

i Chakin

Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk

teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat

dari kain katun putih (lihat Gambar 23)

Gambar 23 Chakin

(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

32

j Chasen

Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk

teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar

24)

Gambar 24 Chasen

(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)

k Chasaku

Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung

digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan

Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada

juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang

18 cm

Gambar 25 Chasaku

(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp

contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

33

l Natsume

Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara

Gambar 26 Natsume

(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)

c Pakaian Tradisional Jepang

Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō

secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival

kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia

seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara

minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan

tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang

belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat

serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

34

Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata

(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674

bc3c90beaa4c7409_hqjpg)

Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti

pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun

baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta

kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang

Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal

sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita

lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar

lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

35

kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua

lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang

bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja

Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono

memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk

pita

Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian

tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan

Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata

pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah

dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan

3 Konsepsi

A Corak lukisan

Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang

cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau

pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias

Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume

ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan

karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna

Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau

datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda

aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

36

Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo

(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)

B Perubahan Bentuk Karya Seni

Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai

dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan

yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan

hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang

sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi

Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau

penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi

atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto

2011 98)

Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan

bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental

yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

37

penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk

lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis

telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya

Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang

penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis

meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi

dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada

hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam

httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-

rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)

C Unsur-Unsur Visual

a Garis

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar

Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang

pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah

yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi

yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-

tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal

meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto

2011 148)

Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-

garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

38

objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan

kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada

lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan

bentuk objek yang dibuat

b Tekstur

Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang

ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi

menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara

visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang

berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)

Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut

terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada

bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan

ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini

c Warna

Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan

terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya

maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna

merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya

cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)

Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-

warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder

membentuk warna-warna yang harmonis dan segar

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

39

d Bidang

Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value

warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur

Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-

obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini

menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek

visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape

geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk

yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari

ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang

segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu

bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad

Hakim 2000 56)

Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring

atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya

memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas

menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai

e Value

Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada

sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value

sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah

gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

40

dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan

ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya

karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)

Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan

obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar

menimbulkan kesan memiliki massa

B Implementasi Rupa

1 Media

Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas

berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas

berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur

dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional

2 Proses

Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman

yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang

belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar

kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis

langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner

thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu

mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan

beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

41

menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah

untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap

selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan

dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang

disesuaikan dengan warna background

3 Penyajian

Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō

atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya

a Information (pesan)

Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud

simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni

upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini

mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran

Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap

menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga

keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh

menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya

yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai

permasalahan duniawi

b Emotion (perasaan)

Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat

menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana

penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

42

seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban

kehidupan

c Image (citra)

Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan

berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh

yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti

umumnya

Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa

upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa

seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu

seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol

yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat

Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang

dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan

berbeda

Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini

mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut

1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan

kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya

kepada tamu

2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan

keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat

43

3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol

keanggunan para wanita Jepang

4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat

serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu

teh

5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan

menggambarkan suatu penghormatan

6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna

primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan

penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat

berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder

yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih

diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius

serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa

yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap

warna-warna yang biasa dilihat