pemikiran kiri dalam novel jejak sang pembangkang - … · cetusan yang tak pernah ... segala puji...

155
i PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG KARYA FRIGIDANTO AGUNG TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Paulus Yesaya Jati NIM: 034114013 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2008

Upload: tranquynh

Post on 17-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

i

PEMIKIRAN KIRI

DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG

KARYA FRIGIDANTO AGUNG

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Paulus Yesaya Jati

NIM: 034114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Juni 2008

Page 2: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

ii

Page 3: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

iii

Page 4: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

iv

“Revolusi hanyalah titik mendidih dari evolusi”

(Alexander Berkman)

Pada sore, akhir hari itu. Baru sadar jika manusia seperti sisa reruntuhan

kapal tenggelam, hanya tertinggal barang-barangnya yang mengapung di

lautan. Terombang-ambing sendirian. Berteriak teriak sendirian, tapi hanya

kesunyian yang terus menjawab. Yang selalu ada hanya langkahnya yang

pasti dicetuskan sendiri untuk selalu dipaksakan. Cetusan yang tak pernah

berasal dari orang lain. Hanya diri dan dari sendiri. Terus terlempar.

Namun, pada suatu malam, manusia terkadang menjadi komplotan

serangga. Serangga yang sia-sia membuyarkan kabut yang menggantung di

lampu-lampu penerang jalanan kota, seperti gula kapas putih tipis Berputar

dan terus berputar. Semakin cepat dan cepat hingga terpental kelelahan.

Yang tersisa hanya kejayaan kabut tipis itu untuk kembali lagi esok

malamnya.

Hingga pada awal pagi yang mendidih, tepat diakhir doa, pada satu hari

yang sendiri, di pesisir pantai yang masih belum disibukkan, seekor burung

camar melintas, terus terbang ke arah depan, tak menoleh, dan tak akan

sekali pun meninggalkan jejak. Hanya kepak sayapnya yang akan terus

membawanya berlalu untuk suatu tujuan…

Page 5: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, ……………………

Penulis

Paulus Yesaya Jati

Page 6: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

vi

ABSTRAK

Jati, Paulus Yesaya. 2008. Pemikiran Kiri dalam novel Jejak Sang PembangkangKarya Frigidanto Agung: Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pemikiran kiri antara tokoh utama dan tokoh tambahandalam novel Jejak Sang Pembangkang dengan pendekatan sosiologi sastra.Analisis struktur penceritaan dibatasi pada tokoh dan penokohan, serta latar yangterkait dengan kehidupan para tokoh. Metode yang dipakai dalam penelitian iniadalah metode deskriptif. Langkah-langkah yang ditempuh adalah menganalisisunsur tokoh, penokohan serta latar dan kemudian analisis itu digunakan untukmenganalisis pemikiran kiri dalam novel Jejak Sang Pembangkang.

Hasil penelitian ini berupa pembagian tokoh menurut peran dalamperkembangan plot menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan; pembagian latarmenjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial; serta analisis pemikiran kiridalam novel Jejak Sang Pembangkang.

Tokoh utama adalah tokoh Joni dan tokoh tambahan adalah tokoh Andi, tokohRahma, tokoh Ali, tokoh Jabar, tokoh Farid, tokoh Soni, dan tokoh ParaDemonstran.

Latar tempat adalah Ibukota Jakarta, rumah di gang 12 A, Universitas Trisakti,Jalan S. Parman, gedung perwakilan rakyat: DPR/MPR.Latar waktu adalah siang,sore, malam dan tahun 1998. Latar sosial berupa kehidupan para mahasiswa yangmerangkap aktivis Para aktivis memiliki komunitas bernama Kelompok Rumah12 A. Kehidupan mereka hanya dipenuhi oleh pengetahuan-pengetahuanmengenai keotoriteran penguasanya sehingga aktivitasnya selain berkuliah adalahberdemonstrasi.

Pemikiran kiri adalah pemikiran dan gerakan sosial yang senantiasa melawan,mengkritik, dan memang terkadang “nakal” untuk menghancurkan segala halyang berbau kemapanan, terutama kekuasaan otoriter. Pemikiran kiri munculkarena adanya penguasa yang otoriter di negaranya. Penguasa tersebut telahberbuat sewenang-wenang untuk melanggengkan kekuasaannya. Sikap otoriterdibuktikan dengan adanya peristiwa penghilangan tokoh Kemal dan para aktivisdi propinsi lain hingga tak diketahui keberadaannya. Hilangnya para aktivis itudisebabkan karena aktivitasnya yang kritis terhadap penguasa otoriter. Untuk itu,Kelompok Rumah 12 A menginginkan turunnya penguasa otoriter itu. Hal itudilakukan dengan cara, pertama, Kelompok Rumah 12 A mengklaim bahwapenguasa otoriter. Kedua, kelompok rumah 12 A mengadakan aksi jumpa persuntuk mengabarkan para aktivis yang hilang. Ketiga, kelompok Rumah 12 Amelakukan aksi demonstrasi terbesar di Jakarta. Di samping itu, pemikiran kirimereka ternyata terbukti rasional. Hal itu karena sikap otoriter tidak pantasdipraktekkan dalam negaranya. Artinya, negara mereka seharusnya menganut asasdemokrasi, dibuktikan dengan adanya gedung perwakilan rakyat, yaituDPR/MPR.

Page 7: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

vii

ABSTRACT

Jati, Paulus Yesaya , 2008. Left Thought in the Frigidanto Agung’s Jejak SangPembangkang: Literary Sociological Approach. Undergraduate Thesis.Yogyakarta: Indonesia Letters Department, Sanata Dharma University.

This research studies the left thought in the novel: Jejak Sang Pembangkangby using the literary sociological approach. The novel structure analysis is limitedin the character, the characterization, and also the setting which is related to thecharacter’s life. This research uses descriptive method. The steps to analyze thenovel adopted here are analyze the elements of the characters, characterization aswell as the setting, and next, the analyze it was used to analyze the left thought inthe novel, Jejak Sang Pembangkang..

The conclusion of this research is in the form of classification of the charactersbased on the character’s role in the plot development to be the main character andthe peripheral ones; the classification of the settings comprising the setting ofplace, setting of time and setting of social; and also the left thought analysis inthe novel.

The main character is Joni and the peripherals are Andi, Rahma, Ali, Jabar,Farid, Soni, and all the demonstrators. The setting of place is the capital City ofJakarta, the house in block 12 A, Trisakti University, located on S. Parman Street,and the House Representative building.

The setting of time is in the daylight, in the evening and night in the year of1998. The social setting is the life of the students who are also become activists.They have a community in the house 12 A. Their live are full of the knowledge ofauthoritarian on the rulers’ authoritarian so their activities not only attendinglectures but also having demonstrations.

Left thought is a social thinking and movement which always fight criticize,and of course, is naughty to destroy everything connecting with establishment,especially authoritharian power. The left thought arises because of the existenceof the authoritarian ruler in their country. The ruler act arbitrarily to prolong theirpower. It is proved with the loss of the character, Kemal and the activists in theother province being unknown of the existence. The loss of the activists areobvious because of their deeds opposing the authoritarian rulers. The result is thecritic group in the house 12 A want the rulers withdraw. That is done in thefollowing ways. First, the group in the house 12 A claim that the ruler is aauthoritarian. Secondly, the group in the house 12 a hold a press meeting (action)to report all the missing activist. Thirdly, the group in the house 12 A undergo abig demonstrations action in Jakarta. Besides that, their left thought proves to berational. That is because of authoritarian attitude is not worth practicing in theircountry. It means that their country should follow democratic principle. It must beproved with the exsistence of house o representative, MPR and DPR.

Page 8: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Paulus Yesaya Jati

Nomor Mahasiswa : 034114013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pemikiran Kiri Dalam Novel Jejak Sang Pembangkang Karya Frigidanto

Agung Tinjauan Sosiologi Sastra”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalandata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 13 September 2008

Yang menyatakan

(Paulus Yesaya Jati)

Page 9: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

Putranya, Yesus Kristus, atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka

menyelesaikan Program Strata Satu ( S1 ) pada Program Studi Sastra Indonesia,

Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai

beberapa kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan serta pengetahuan

penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian

skripsi ini. Pada lembar ini penulis ingin mengucapkan kepada:

1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum. Selaku pembimbing I yang telah

memberikan waktu untuk perhatian, pengarahan dan membimbing dengan

sabar dan teliti sehingga penulis akhirnya dapat menyelesikan skripsi ini.

2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum. Selaku pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum. Selaku pembimbing akademik

angkatan 2003 yang dengan perhatiannya selalu rajin menanyakan anak-

anaknya mengenai skripsinya untuk sesegera menyelesaikannya.

Page 10: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

x

4. Seluruh Dosen di Fakultas Sastra, terutama para dosen Program Studi

Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal-bekal pengetahuan untuk

melanjutkan pergerakan hidup ini. Terima kasih, penulis haturkan untuk

Bapak Heri Antono, Bapak Yoseph Yapi Taum, Bapak I. Praptomo

Baryadi, Bapak Ari Subagyo, dan Bapak F.X Santoso.

5. Segenap keluarga besar Program Studi Sastra Indonesia. Terima kasih

untuk keramahtamahannya kepada semua angkatannya “ Jaya di

sastra…Jaya di bahasa…!”

6. Segenap karyawan perpustakaan USD dan staf sekretariat Fakultas Sastra

untuk pelayanannya selama ini.

7. Bapak, Ibu, kakak, dan adik. Terima kasih atas dukungan doa, semangat,

cinta, dan memotivasi untuk penulis segera menyelesaikan skripsi.

8. Luchya Deashey P.S. Terima kasih atas waktu berupa kasih sayangnya,

perhatiannya selama ini, dan semoga Tuhan selalu membuat langkah kita

selalu bersama. Amin

9. Pemuda Indonesia harapan pemudi yang bernama Lek Rinto “Kepleh”,

Lek Anton “Lampung”, Lek Aji “Gondez”, Lek Simpli “Komeng”, Lek

Icha “ Big Bear”, Lek Riawan “ Binyong”, Lek Bayu, Lek Agus

Sungkalang, dan Lek Dista dan Rhea. Lalu, Pemudi Indonesia harapan

pemuda yang bernama Aik “Emak”, Aning, Astri, Firla “Srintil”, Tere,

Diar, Doan, Dhita, Bekti, Lia, Ratna, Vonny, Epita, Yenni, dan Suster.

Terima kasih untuk persahabatannya, petualangannya, suka-sukanya,

Page 11: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

xi

duka-dukanya, bosan-bosannya, mendidih-mendidihnya, dan membeku-

bekunya. “Stop Global Warming!…ha ha ha…ra masuk yo pesennne?”

10. Teman-teman Mudika Tridadi Gereja St. Aloysius Gonzaga, Paroki Mlati.

Terima kasih atas semangatnya…yeaaa!

11. Seluruh pemuda-pemudi Pedukuhan Dukuh Tridadi Sleman. Terima kasih

untuk semangatnya.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan

skripsi ini. Tidak ada yang sanggup menggantikan selain rasa terima kasih

yang mendalam.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah

diberikan. Kesempurnaan dan kekurangan skripsi ini semata-mata merupakan

tanggung jawab penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

Page 12: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………......................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii

MOTO ……………………………………………………………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v

ABSTRAK ……………………………………………………………….. vi

ABSTRACT.. ………………………………………………………………. vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 7

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 7

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….... 8

1.5 Landasan Teori ………………………………………………….. 9

1.5.1 Teori Pemikiran Kiri ………………………………… 9

1.5.2 Teori Struktural….…………………………………... 22

1.5.3 Teori Sosiologi Sastra...……………………………… 23

1.6 Metode Penelitian ……………………………………………….. 23

Page 13: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

xiii

1.6.1 Jenis Penelitian ………………………………….. 23

1.6.2 Pendekatan………………………………..……… 24

1.6.3 Prosedur Penelitian ………………………………. 26

1.6.3.1 Tahap Pengumpulan Data ……………….. 26

1.6.3.1.1 Wujud Data Penelitian ……….. 26

1.6.3.1.2 Sumber Data Penelitian ………. 26

1.6.3.1.3 Pembatasan Data Penelitian ….. 27

1.6.3.2 Tahap Analisis Data ……………………… 27

1.7 Sistematika Penyajian …………………………………………. 28

BAB II ANALISIS STRUKTUR PENCERITAAN

2.1 Pendahuluan …………………………………………………… 29

2.1.1 Sinopsis Jejak Sang Pembangkang ……………………… 31

2.2 Tokoh dan Penokohan ………………………………………… 36

2.2.1 Tokoh Utama ……………………………………………. 37

2.2.1.1 Tokoh Joni ……………………………………… 38

2.2.2 Tokoh Tambahan ………………………………………... 41

2.2.2.1 Tokoh Andi ……………………………………... 41

2.2.2.2 Tokoh Rahma ……………………………………. 43

2.2.2.3 Tokoh Ali ………………………………………… 44

2.2.2.4 Tokoh Jabar ………………………………………. 45

2.2.2.5 Tokoh Farid ………………………………………. 46

2.2.2.6 Tokoh Soni ……………………………………….. 47

2.2.2.7 Tokoh Para Demonstran ………………………….. 47

Page 14: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

xiv

2.2.3 Kesimpulan Analisis Tokoh dan Penokohan ………………. 48

2.3 Latar ……………………………………………………………. 50

2.3.1 Latar Tempat …………………………………………….. 51

2.3.2 Latar Waktu ………………………………………………. 51

2.3.3 Latar Sosial ……………………………………………….. 51

2.3.4 Kesimpulan Analisis Latar ……………………………….. 52

2.4 Kesimpulan Analisis Struktur Penceritaan………………………. 53

BAB III ANALISIS PEMIKIRAN KIRI ……………………………...……. 55

3.1 Pendahuluan ………………………………………………….... 55

3.2 Pemikiran Kiri Mengklaim Bahwa Penguasa Otoriter ...……….. 58

3.2.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran ………………. . 60

3.2.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial ………….. 79

3.3 Pemikiran Kiri Mengadakan Acara Jumpa Pers ……………… 88

3.3.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran …………….. .. 90

3.3.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial ………...... 93

3.4 Pemikiran Kiri Mengadakan Demonstrasi Terbesar di Jakarta… 107

3.4.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran ……………… ... 111

3.4.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial ………….... 119

3.5 Kesimpulan Analisis Pemikiran Kiri …………………………... 130

BAB IV KESIMPULAN ………………………………………………......... 131

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 138

BIOGRAFI ...……………………………………………………………….... 141

Page 15: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

1

BAB I

1.1 Latar Belakang

Kesusastraan adalah kumpulan tulisan yang indah, baik lisan maupun tulisan,

dengan hakikat imajinasi dan kreativitas ( Ratna, 2005: 613). Bagi penyair Toeti

Herati, fiksi atau puisi adalah “Sebuah moment yang unik dan khas”, bukan hanya

karena peristiwanya, tapi juga pemaknaan yang terjadi padanya (Dahana,

2001:59). Kemampuan menciptakan makna yang unik ini datang dari usaha

pengarang yang terus-menerus dalam mengambil “jarak” dengan pengalaman

yang ia dapatkan. Akibatnya, peristiwa yang bagi orang biasa umum adanya,

tetapi di tangan pengarang menjadi ” lain ” hasilnya. “Jarak” dari kenyataan

inilah yang disebut oleh, misalnya Simone De Beauvoir, filsuf dan pejuang

emansipasi wanita modern, sebagai transedensi, sedangkan sikap atau kemampuan

seseorang yang menerima begitu saja kenyataan hidupnya, disebut imanensi

(Dahana, 2001: 60).

Makna yang unik ini juga terdapat dalam novel Jejak Sang Pembangkang

karya Frigidanto Agung. Novel tersebut menceritakan jejak-jejak pembangkangan

mahasiswa kepada kekuasaan otoriter di Jakarta sekitar tahun 1998. Penghilangan

dan pembungkaman suara-suara kritik mahasiswa pun terjadi. Terbukti dengan

hilangnya para aktivis di ibukota maupun di daerah. Namun, karena dituntut dan

didesak melalui aksi demonstrasi, akhirnya rezim itu turun. Aksi perlawanan itu

memuncak di Kampus Trisakti sehingga terjadi bentrokan dengan aparat.

Bentrokkan itu menyebabkan beberapa mahasiswa terkena tembakan dari aparat.

1

Page 16: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

2

Perlawanan terhadap rezim otoriter hanya dapat ditempuh melalui jalan

pembangkangan dan perjuangan. Pembangkangan dan perjuangan ini

menyebabkan kita berada di sebelah kiri. Istilah ‘kiri’ seharusnya menjadi biasa

dalam perbincangan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, ‘kiri’ digunakan untuk

membedakan dengan yang kanan. Namun, akan menjadi berbeda jika istilah itu

diendapkan pada dimensi pemikiran. Hal ini karena ia menyimpan sejumlah

gagasan yang besar: menantang, melawan sekaligus merusak setiap tradisi yang

dianggapnya kemapanan (establishment), tetapi karena ia juga memainkan peran

signifikan atas munculnya ide-ide besar yang mengubah keadaan (Santoso, 2003:

15).

Dalam perspektif sejarah, terminologi “kiri” acapkali ditimpakan pada segala

hal (pemikiran dan gerakan sosial) yang berusaha melakukan pembacaan ulang

atas situasi-situasi mapan atau dimapankan oleh kekuasaan dan kekuatan

dominan. Menariknya terminologi ini kemudian menjadi “hantu” ketika ia

dilabelkan pada setiap pemikiran dan gerakan sosial yang mengusung simbol-

simbol revolusi sebagaimana, Marxisme, Komunisme, dan Sosialisme (Santosa,

2003: 15).

“Marxisme” tidak sama dengan “Komunisme”. “Komunisme” yang disebut

juga “komunisme internasional” adalah nama “gerakan kaum komunis”.

Komunisme adalah gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis sejak

Revolusi Oktober 1917 di Rusia, di bawah pimpinan W.I. Lenin menjadi kekuatan

politis dan ideologis internasional. Istilah “komunisme” juga dipakai untuk

“ajaran komunisme” atau “Marxisme-Leninisme” yang merupakan ajaran atau

Page 17: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

3

ideologi resmi komunisme. Istilah “komunisme” dipakai oleh Lenin untuk cita-

cita utopis masyarakat, di mana segala hak milik pribadi dihapus dan semuanya

dimiliki bersama (Suseno, 2001: 5).

Sedangkan, istilah “Marxisme” sendiri adalah sebutan bagi pembakuan ajaran

resmi Karl Marx yang terutama dilakukan oleh temannya Friederich Engels

(1820-1895) dan oleh tokoh teori Marxis, Karl Kautsky (1854-1938). Dalam

pembakuan ini ajaran Marx yang ruwet dan sulit dimengerti disederhanakan agar

cocok sebagai ideologi perjuangan kaum buruh. Jadi, Marxisme menjadi salah

satu komponen dalam sistem ideologis komunis. (Suseno, 2001: 5).

Pandangan-pandangan sosialis modern terbentuk antara 1789 (permulaan

Revolusi Prancis) dan 1848 (Revolusi Industri). Ada dua peristiwa yang menjadi

konteks kelahiran cita-cita sosialime modern itu : Revolusi Prancis (1789-1795)

dan Revolusi Industri. Keyakinan dasar para pemikir sosialis modern adalah

bahwa secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik

bersama dianggap sebagai tuntunan akal budi. Diyakini bahwa masyarakat akan

berjalan dengan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi. Istilah

“Sosialisme” sendiri muncul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata

“komunisme”. Dua kata ini semula sama artinya, tetapi segera “komunisme”

dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total

milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu

bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum

terhisap sendiri (Suseno, 2001: 18-19).

Page 18: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

4

Bahkan, dalam ruang kesadaran manusia sekarang ini telah terlanjur

melembaga stigmatisasi atas terminologi “kiri” sebagai sosialis dan yang

bersentuhan dengannya (Santoso, 2003: 15). Apalagi ketika ia dikontekskan pada

suatu keadaan yang terdapat luka sejarah akibat komunisme, semisal Indonesia.

Parahnya, “kiri” selalu diidentikkan dengan komunis(me). Dampaknya menjadi

wajar bila kesadaran masyarakat kita pernah disesaki oleh ide-ide ‘pembumi-

hangusan’ segala hal yang berbau kiri. Masih segar dalam ingatan ketika tanggal

19 April 2001 lalu di negeri ini telah terjadi pembakaran dan aksi sweeping atas

buku-buku yang dianggap kekiri-kirian. Ironisnya aksi tersebut lebih difokuskan

pada beberapa jenis buku yang berintikan sejumlah besar gagasan Marxis(me)

atau (parahnya) yang dianggap ‘mengganggu’ kemapanan kekuasaan pengetahuan

dominan (Santoso, 2003: 16).

Menurut Magnis-Suseno, fenomena membakar buku adalah tindakan fisik

untuk membungkam pikiran yang tidak mampu dilawan secara pikiran. Fenomena

tersebut, menunjukkan minimnya pemahaman masyarakat atas minimnya

pemahaman masyarakat atas berbagai bentuk (model) pemikiran, juga menjadi

fakta bahwa ada kesalahan (fatal) dalam pemahaman masyarakat atas terminologi

“kiri” (Santoso, 2003: 16).

Hal ini membuktikan bahwa ada beberapa golongan yang merasa takut akan

bangkitnya komunisme di Indonesia, terutama karena pernyataan Karl Marx

tentang agama sebagai candu masyarakat atau mengasingkan masyarakat dari

realitas dan gerakan radikal yang menginginkan berdiri negara komunis melalui

revolusi bersenjata. Secara sistematis pragmatis Marx menggambarkan bahwa

Page 19: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

5

hukum sosial bukanlah perwujudan akal manusia secara murni, melainkan

merupakan manifestasi kepentingan kelas dominan dalam periode bersejarah

tertentu (Ratna, 2005: 158). Kaitannya dalam novel JSP bahwa para

aktivis/mahasiswa dalam Kelompok Rumah 12 A menyakini bahwa rezim

pemerintahan yang berkuasa telah menjadi kelas dominan sehingga sering

bertindak otoriter atau sewenang-wenang terhadap kritikan dan dianggap

subversif karena menganggu stabilitas nasional. Dalam data sejarah, disebutkan

berbagai aksi penculikan menjelang detik-detik gerakan reformasi berhasil

menggulingkan Soeharto dari kursi kepresidenan, juga merupakan kisah buram

lain yang tergores dalam sejarah bangsa Indonesia (Adam, 2006: 270).

Padahal, wacana pemikiran kiri adalah pemikiran dan gerakan sosial yang

senantiasa melawan, mengkritik, dan memang terkadang “nakal” untuk

menghancurkan segala hal yang berbau establishment (kemapanan), terutama

kemapanan kekuasaan otoriter dan juga kapitalisme modern. Pembongkaran atas

situasi ‘mapan’ dari sebuah kekuasaan inilah yang menjadi spirit ilmiah gerakan

‘kiri’, terutama pembongkaran atas berbagai kekuasaan yang berlindung di balik

jubah ideologi-ideologi (Santoso, 2003: 17). Melihat kerangka dasar yang

digunakan oleh pemikiran dan gerakan ‘kiri’ tampak jelas jika ia memperoleh

inspirasi dari beberapa filsuf kontemporer yang fenomenal, semisal Karl Marx dan

filsuf yang tergabung dalam Mazhab Frankfurt (Santoso, 2003: 18).

Penelitian ini akan mengambil salah satu hasil pemikiran dari generasi kedua

Mazhab Frankfurt, Jurgen Habermas, yaitu rasionalisasi sebagai penggerak

evolusi sosial (perubahan masyarakat). Rasionalisasi yang dimaksud adalah

Page 20: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

6

perkembangan evolusi sosial masyarakat dapat terbentuk dari proses pembelajaran

masyarakat. Hal ini karena Habermas mengajukan kriteria proses belajar

masyarakat yang rasional. Proses belajar masyarakat tersebut memiliki unsur

pemikiran dan gerakan sosial yang senantiasa melawan, mengkritik, dan

menghancurkan kekuasaan otoriter.

Pemikiran kiri dalam teori rasionalitas Jurgen Habermas terletak pada proses

belajar masyarakat atau Rasionalisasi terutama pada Perbincangan Rasional

dalam komunikasi tanpa penguasaan yang menghasilkan komunikasi yang

emansipatoris kemudian tercipta konsensus untuk menginginkan perubahan dalam

masyarakat (evolusi sosial). Dalam perbincangan rasional tersebut terdapat

pemikiran kiri (pemikiran dan gerakan sosial) yang senantiasa, melawan,

mengkritik, dan memang terkadang ”nakal” untuk menghancurkan sesuatu yang

mapan (establish). Salah satunya, berbentuk kekuasaan otoriter. Maka, peneliti

menegaskan bahwa pemikiran kiri dalam penelitian ini bukan pemikiran kiri yang

komunis atau yang sosialis, melainkan kiri yang rasional. Selain itu, pemikiran

kiri ini tidak bertujuan mendirikan negara komunis atau negara sosialis.

Pemikiran kiri dalam penelitian ini terletak di dalam tindakan komunikatif

antara tokoh utama dan tambahan, saat mereka berdialog atau bercakap dalam

lingkup sebuah diskusi rasional lalu membuat kesepakatan, kesepahaman lalu

konsensus. Tindakan komunikatif itu dilakukan oleh tokoh utama dan tambahan

secara bersama-sama, bukan sendiri-sendiri. Menurut Jurgen Habermas, terletak

pada klaim-klaim, argumen, atau penyataan rasional sehingga perubahan dalam

masyarakat pun dapat terjadi. Dalam novel JSP, klaim-klaim rasional, argumen-

Page 21: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

7

argumen rasional, dan pernyataan rasional senantiasa dikemukakan untuk

melawan, mengkritik, dan merencanakan solusi terbaik yang nakal untuk segera

menghancurkan kemapanan (establishment) kekuasaan yang otoriteristik itu.

Di samping itu, penelitian ini akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Peneliti memilih tinjauan sosiologi sastra ini karena sangat tepat untuk

menganalisis bagaimana pemikiran kiri dapat terlahir dari masyarakat di dalam

novel JSP. Selain itu, untuk mendukung penelitian ini, peneliti akan menyisipkan

fakta sejarah. Di satu pihak, hal tersebut dilakukan untuk membuktikan adanya

keterkaitan antara fakta fiksi novel JSP dengan fakta sejarah sehingga kualitas

sosiologis maupun historis novel JSP akan terbukti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimanakah tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Jejak Sang

Pembangkang karya Frigidanto Agung?

1.2.2 Bagaimanakah pemikiran kiri dalam novel Jejak Sang Pembangkang karya

Frigidanto Agung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 22: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

8

1.3.1 Mendeskripasikan tokoh dan penokohan, dan latar dalam novel Jejak Sang

Pembangkang karya Frigidanto Agung.

1.3.2 Mendeskripsikan pemikiran kiri dalam novel Jejak Sang Pembangkang

karya Frigidanto Agung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di dunia sastra

mengenai pemikiran kiri yang digunakan untuk mengapresiasi suatu karya sastra.

Di samping itu, sebagai aktivitas kultural, novel sejarah memiliki kaitan dengan

sejarah umum (Ratna, 2005:351). Akibatnya, penelitian ini akan menggunakan

tinjauan sosiologi sastra sehingga harus mencari relevansinya dengan fakta

sejarah. Hal ini untuk membuktikan kualitas nilai-nilai sejarah maupun sosiologi

yang ada dalam novel tersebut. Maka, pembaca akan mendapatkan gambaran

keterkaitan antara dunia fiksi dengan dunia fakta.

Di sisi lain, novel sejarah tetap imajiner, sebab baik secara kualitatif dan

kuantitatif ruang-ruang fiksional tetap menjadi dominasi unsur-unsur faktualnya

(Ratna, 2005: 353). Selain itu, validitas unsur-unsur sejarah dalam karya sastra

jelas memiliki nilai rendah sebab pengarang biasanya mengambil fakta begitu

saja, tanpa pemahaman yang mendalam (Ratna, 2005: 358). Diharapkan penelitian

ini akan membantu para pembaca novel sejarah Jejak Sang Pembangkang untuk

dapat mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai nilai dan kualitas

pemikiran kiri beserta cerita sejarahnya. Efek lainnya, pembaca akan semakin

kritis menghadapi sebuah novel sejarah dan tidak ceroboh mengadili kebenaran

Page 23: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

9

fakta dalam novel sejarah sebagai kebenaran sejarah umum. Hal itu disebabkan

karena setiap pengarang mempunyai kepentingan-kepentingan subjektif yang

fiktif sehingga bisa menjerumuskan pembaca yang kurang berwawasan luas.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Pemikiran Kiri

Setiap tekanan (represi) dalam bidang apa pun akan selalu memunculkan

perlawanan (resistensi). Sebuah (dominasi) kekuasaan yang represif dalam realitas

sejarah selalu saja berimplikasi bagi munculnya perlawanan atas tipologi

kekuasaan tersebut. Artinya, sejarah selalu menjadi bukti betapa kekuasaan yang

melakukan prosesi dominasi atas yang dikuasai, terutama melalui tindakan

represif, akan menghadirkan pula berbagai bentuk resistensi yang dilakukan

seorang atau komunitas yang mendapat perlakuan represif dan hegemonik

kekuasaan (Santoso, 2003: 29).

Setiap dominasi selalu saja memunculkan kekuatan lain yang melawan

dominasi tersebut sehingga munculnya pemikiran yang melawan dari pemikiran

dominan haruslah dianggap keniscayaan sejarah yang boleh saja ada. Resistensi

pemikiran adalah simbol perlawanan dari mereka yang merasa tersisih atau

mereka yang selalu gelisah atas keadaan yang mapan. Itulah spirit dasar dasar dari

pemikiran dan gerakan kiri yang selalu saja gelisah untuk mempertanyakan

segala sesuatu, mengkritisi setiap bentuk kebenaran, dan menolak tunduk pada

setiap bentuk kebenaran yang bersifat monolitik. Istilah “kiri” adalah identitas

Page 24: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

10

yang melakukan resistensi terhadap segala hal yang berbau kanan (Santoso, 2003:

31).

Pemikiran kiri adalah pemikiran dan gerakan sosial yang senantiasa melawan,

mengkritik, dan memang terkadang “nakal” untuk menghancurkan segala hal

yang berbau establishment (kemapanan), terutama kemapanan kekuasaan otoriter

dan juga kapitalisme modern (Santoso, 2003: 16-17). Penelitian ini hanya akan

menelaah pemikiran kiri melawan kekuasaan otoriter bukan kapitalisme modern.

Pemikiran kiri dalam penelitian ini terletak di dalam rasionalisasi atau proses

belajar masyarakat sehingga terjadi evolusi sosial dari Jurgen Habermas. Hal ini

karena Habermas memiliki kriteria proses belajar masyarakat yang rasional.

Teori evolusi sosial, menurut Habermas, terbentuk melalui proses belajar

masyarakat (social learning process) atau proses rasionalisasi menuju terbentuk

masyarakat komunikatif (Santoso, 2003: 236). Habermas mengungkapkan bahwa

evolusi sosial berlangsung melalui proses belajar masyarakat (social learning

process) yang memungkinkan terjadi transformasi sosial. Ketika menggunakan

istilah “ rasional ” kita mengandaikan adanya suatu hubungan erat antara

rasionalitas dan pengetahuan. Pengetahuan kita memiliki struktur proposional; apa

yang diyakini dapat direpresentasikan dalam bentuk pernyataan. Habermas

memakai konsep pengetahuan ini tanpa klarifikasi lebih lanjut, karena rasionalitas

lebih berhubungan dengan bagaimana subjek yang berbicara dan bertindak,

memperoleh dan mempergunakan pengetahuan ketimbang dengan kepemilikan

pengetahuan (Habermas, 1981: 10).

Page 25: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

11

Proses belajar masyarakat terjadi dalam dua dimensi: pertama, dimensi

kognitif-teknis; dan kedua, dimensi moral praktis. Dimensi kognitif-teknis akan

membawakan penguasaan alam yang lebih besar dan peningkatan produktivitas

kerja, sedangkan dimensi moral-teknis membawakan proses-proses belajar

komunikatif yang menghasilkan perbaikan-perbaikan kualitas komunikatif dari

relasi-relasi di antara manusia (Santoso, 2003: 249). Menurut Habermas, kedua

macam proses belajar ini ditandai oleh logika tersendiri, artinya kemajuan dalam

penguasaan alam tidak secara otomatis membawakan kemajuan di bidang relasi-

relasi komunikatif, dan sebaliknya (Bertens, 2002: 249). Kedua dimensi tersebut

harus mendapatkan perhatian seimbang, tidak dapat direduksikan satu sama lain

(Hardiman, 1993: 115).

Proses-proses belajar masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan berjalan bila

prasyarat-prasyarat yang diperlukan dapat terpenuhi. Prasayarat tersebut adalah

tersedianya kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan manusia untuk

berbincang secara komunikatif. Menurut Habermas, mengacu pada terciptanya

suatu suasana berbincang yang membuka peluang bagi masing-masing individu

yang terlibat di dalamnya untuk mengajukan pendapat, kepentingan, dan

kekhawatirannya tanpa ada tekanan (Ankersmit, 1987:34).

Hubungan yang terjadi di sini adalah hubungan antara pihak-pihak yang

mempunyai kedudukan sama dan bukan hubungan kekuasaan. Hal ini dapat

terjadi apabila masing-masing pihak saling mengakui kebebasan lawan dialognya

dan saling percaya. Keadaan inilah yang disebut dengan perbicangan rasional

dalam komunikasi tanpa penguasaan (Santoso, 2003: 237).

Page 26: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

12

Proses belajar atau rasionalisasi merupakan faktor utama yang menjadi

pendorong bagi berlangsungnya evolusi sosial. Peran individu-individu dalam

proses belajar masyarakat mempunyai arti yang sangat penting. Karena justru

proses belajar masyarakat tergantung pada kompetensi individu-individulah yang

mempunyai peran penting dalam perubahan masyarakat. Tanpa kemauan individu

untuk berubah, maka masyarakat tidak akan berubah (Santoso, 2003: 237).

Teori evolusi sosial Habermas mengurai sistem sosial atas paradigma ganda,

yaitu paradigma ‘dunia kehidupan’ dan paradigma ‘sistem’. Sistem sosial sebagai

dunia kehidupan dipahami sebagai sebuah dunia yang dihayati oleh para

anggotanya yang terstruktur secara simbolis. Unsur-unsur itu meliputi struktur-

struktur normatif dalam bentuk nilai-nilai dan institusi-institusi sebuah

masyarakat. Adapun sistem sosial sebagai sebuah sistem lebih berkaitan dengan

pengendalian sistem sosial tersebut. Caranya adalah dengan mengatasi berbagai

masalah dari lingkungan yang berubah-ubah. Unsur-unsur sistem meliputi

mekanisme pengendalian dan perluasan kemungkinan-kemungkinan

perkembangan. Berkaitan dengan teori evolusi sosialnya ini, Habermas

memandang bahwa kekuatan-kekuatan perubahan masyarakat secara historis

terletak pada relasi-relasi yang berkembang antara perubahan-perubahan dalam

dunia kehidupan dan perubahan dalam sistem (Ankersmit, 1987:117).

Rasionalisasi Habermas terdapat dalam paradigma komunikasi, yaitu hubungan

antarmanusia yang sama-sama berkedudukan sebagai subjek (sifat dialogal),

sehingga terjadi pola ‘komunikasi emansipatoris’ (Santoso, 2003:238-239).

Paradigma kerja oleh Habermas diganti dengan ‘paradigma komunikasi’.

Page 27: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

13

Implikasinya adalah praxis emansipatoris sebagai dialog-dialog komunikatif dan

tindakan-tindakan komunikatif akan menghasilkan pencerahan (Hardiman,

1993:83).

Proses rasionalisasi sebagai motor evolusi sosial ini dapat terjadi jika terdapat

keadaan yang disebut oleh Habermas adalah perbincangan rasional dalam

komunikasi tanpa penguasaan. Perbincangan rasional dalam komunikasi tanpa

penguasaan adalah kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia untuk

berbincang secara komunikatif, yang menurut Habermas mengacu pada

terciptanya suatu suasana berbincang yang membuka peluang bagi masing-masing

individu yang terlibat di dalamnya untuk mengajukan pendapat, kepentingan, dan

kekhawatirannya tanpa ada tekanan. Hubungan yang terjadi di sini adalah

hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kedudukan sama dan bukan

kedudukan kekuasaan. Hal ini dapat terjadi apabila masing-masing pihak saling

mengakui kebebasan lawan dialognya dan saling percaya (Santoso, 2003:237).

Strategi Habermas untuk menjalankan proses belajar masyarakat atau

rasionalisasi dalam dimensi moral-teknis, yaitu dengan mengajukan konsep

tindakan komunikatif. Rasionalitas yang melekat pada praktik komunikatif

menjangkau spektrum yang lebih luas. Rasionalitas ini mengacu berbagai bentuk

argumentasi sebagai kemungkinan untuk meneruskan tindakan komunikatif

dengan cara-cara reflektif (Habermas, 1981: 12).

Dengan mengeluarkan pernyataan atau melakukan tindakan, keduanya

mengajukan klaim atau ekspresi simbolis. Klaim yang dapat dikritik dan dapat

diperdebatkan, yaitu klaim yang berdasar. Refleksi itu ingin mendasarkan

Page 28: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

14

rasionalitas ekspresi pada kemungkinannya untuk dikritik dan punya dasar: suatu

ekspresi dapat dikatakan memenuhi prasyarat rasionalitas jika dan selama dia

mengandung pengetahuan bisa salah dan punya kaitan dengan dunia objektif

(hubungan dengan fakta) serta terbuka terhadap penilaian objektif. Suatu penilaian

dapat bersifat objektif jika dilakukan berdasarkan klaim validitas yang trans-

subjektif yang memiliki arti sama bagi pengamat atau nonpartisipan (pihak luar

yang tidak terlibat) sebagaimana bagi subjek yang bertindak itu sendiri.

Kebenaran adalah contoh klaim yang valid ini (Habermas, 1981: 12).

Sementara konsep tindakan komunikatif mengacu pada interaksi dari paling

tidak dua orang subjek yang mampu berbicara dan bertindak membangun

hubungan antarpersonal (apakah dengan cara verbal ataukah ekstra verbal). Aktor

berusaha mencapai pemahaman tentang situasi tindakan dan rencana bertindak

untuk mengkoordinasikan tindakan mereka melalui kesepakatan. Konsep

interpretasi merujuk pada tawar-menawar tentang definisi situasi yang

memungkinkan terjadi konsensus. Bahasa sangat penting dalam model ini

(Habermas, 1981: 110).

Habermas pun memiliki pengertian sendiri mengenai tindakan. Dia

menggunakan istilah “tindakan” hanya untuk eskpresi-ekspresi simbolis yang

dengannya aktor menciptakan hubungan paling tidak dengan satu dunia

(sebagaimana juga dia selalu berhubungan dengan dunia objektif). Tentu saja, kita

dapat membedakan gerak yang digunakan seorang subjek ketika melakukan

intervensi ke dalam dunia (bertindak secara instrumental) yang darinya subjek

melekatkan suatu makna (mengekspresikan diri secara komunikatif). Di kedua

Page 29: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

15

kasus, gerak badaniah menyebabkan suatu perubahan fisik di dunia; dalam kasus

pertama dia memiliki relevansi secara kausal, dan pada kasus kedua, dia memiliki

relevansi semantik. Contoh yang berasal dari gerak badaniah yang relevan secara

semantik adalah gerak kerongkongan, lidah, bibir, dan lainnya dalam

pembentukan bunyi fonetik (Habermas, 1981: 125).

Bagi model tindakan komunikatif, bahasa hanya relevan dari sudut pandang

pragmatis bahwa pembicara dalam menggunakan kalimat yang dimaksudkan

untuk mencapai pemahaman, menciptakan hubungan dengan dunia, namun juga

secara reflektif (Habermas, 1981: 128-129).

Pencapaian pemahaman hanya berfungsi sebagai mekanisme untuk

mengkoordinasikan tindakan ketika partisipan interaksi mencapai suatu

kesepakatan terkait dengan klaim validitas terhadap tuturan yang mereka lakukan,

yaitu dengan cara mengenali secara intersubjektif klaim validitas yang mereka

ajukan secara timbal-balik. Seorang pembicara dapat mengajukan klaim yang

dapat dikritik ketika mengaitkan ujaran ini paling tidak dengan satu “dunia”;

dengan demikian dia menggunakan fakta bahwa relasi antara aktor dengan dunia

pada dasarnya terbuka bagi pemahaman objektif dalam rangka mengajak orang-

orang yang berseberangan dengannya untuk mengambil posisi yang didasarkan

secara rasional (Habermas, 1981 : 129).

Konsep tindakan komunikatif mengandaikan bahasa sebagai media bagi

tercapainya pemahaman, yang di dalamnya partisipan, ketika berhubungan dengan

dunia, secara timbal-balik mengajukan klaim validitas yang dapat diterima atau

ditentang (Habermas, 1981 : 129).

Page 30: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

16

Dengan model tindakan ini, kita mengandaikan bahwa partisipan dalam

interaksi ini dapat memobilisasi potensi rasionalitas-yang menurut analisis kita

sebelumnya terdapat di dalam tiga bentuk relasi aktor dengan dunia yang

diakukan secara ekspresif dengan mencapai pemahaman secara kooperatif. Jika

kita menerapkan kesempurnaan bentuk eskpresi simbolis yang digunakan kepada

satu sisi, maka dalam hal ini seorang aktor yang diorientasikan ke arah

pemahaman paling tidak harus mengemukakan tiga klaim validitas dengan

tuturannya, antara lain :

1. Bahwa pernyataan yang dikemukakan benar (atau bahwa pengandaian-

pengandaian ekstensial kandungan proporsional tersebut telah

memadai),

2. Bahwa tindak-wicara (speech-act) benar, berdasarkan konteks normatif

yang ada (atau bahwa konteks normatif yang dipenuhi sudah legitim

dengan sendirinya),

3. Bahwa maksud yang manifes dari pembicara sama dengan yang

diungkapkan (Habermas, 1981: 129-130).

Dengan demikian, klaim pembicara akan kebenaran pernyataan atau

pengandaian ekstensialnya, akan ketepatan tindakan-tindakan yang diatur secara

legitim serta konteks normatifnya, dan akan kejujuran dan ketulusan

pengejawantahan subjektifnya terbukti. Di dalamnya kita dapat dengan mudah

mengenali tiga bentuk relasi aktor dengan dunia yang diandaikan oleh para

ilmuwan sosial, namun dalam konsep tindakan komunikatif relasi tersebut

dilekatkan pada perspektif pembicara dan pendengar itu sendiri. Para aktorlah

Page 31: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

17

yang berusaha mencapai konsensus dan mengukurnya berdasarkan kebenaran,

ketepatan, dan ketulusan, yakni berdasarkan “kesesuaian” dan

“ketidakkesesuaian” antara tindak wicara (speech-act) , di satu sisi, dengan tiga

dunia yang kepadanya aktor mengaitkan tuturannya, di sisi lain. Relasi semacam

itu terjadi antara tuturan dengan :

1. Dunia objektif (sebagai totalitas entitas yang memungkinkan adanya

pernyataan yang benar),

2. Dunia sosial (sebagai totalitas seluruh relasi antarpribadi yang diatur

secara legitim),

3. Dunia subjektif (sebagai totalitas pengalaman pembicara yang hanya

dapat diakses olehnya) (Habermas, 1981: 130).

Proses pencapaian pemahaman terjadi dengan latar belakang prapemahaman

yang telah mengakar secara kultural. Secara keseluruhan pengetahuan yang

melatarbelakangi ini tetap tidak bermasalah; hanya bagian stok pengetahuan yang

digunakan dan ditematisasikan oleh para partisipan pada waktu tertentulah diuji

(dianggap bermasalah). Sejauh definisi-situasi dinegoisasikan oleh partisipan itu

sendiri, segmen tematik dunia-kehidupan ini siap menjadi pegangan dalam

negoisasi dengan setiap definisi-situasi yang baru (Habermas, 1981 : 129-130).

Habermas menggunakan istilah kebudayaan untuk mewakili stok pengetahun

yang darinya partisipan komunikasi membekali diri mereka dalam berbagai

interpretasi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang suatu di dunia ini

(Habermas, 1981 : 189).

Page 32: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

18

Stok pengetahuan memberi latar belakang keyakinan-keyakinan yang tak

problematik, umum, dan terjamin; dari stok pengetahuan inilah konteks proses

pencapaian pemahaman dapat terbentuk, proses di mana mereka yang terlibat

menggunakan definisi situasi yang telah teruji ataupun menawarkan definisi

situasi yang baru (Habermas, 1981: 171).

Definisi-situasi membentuk suatu tatanan. Melalui tatanan ini, partisipan

dalam komunikasi memadatkan elemen situasi tindakan kepada salah satu dari

tiga dunia tersebut, kemudian melibatkan situasi tindakan aktual ke dalam dunia

kehidupan yang belum ditafsirkan. Definisi–situasi pihak yang sepintas lalu

berbeda dari definisinya sendiri, muncul sebagai masalah yang khas; karena di

dalam proses penafsiran kooperatif tidak ada partisipan yang memonopoli

penafsiran yang benar. Bagi kedua belah pihak, tugas interpretatif terletak pada

proses melibatkan tafsiran orang lain tentang situasi ke dalam interpretasinya

sendiri sedemikian rupa sehingga versi revisi dunia eksternal ”nya” dan dunia

eksternal “saya” dapat-berdasarkan latar belakang dunia-kehidupan “kita”

direlatifkan dalam kaitan dengan dunia “tersebut,” dan definisi-situasi yang

berlainan dapat dipersatukan (Habermas, 1981: 130-131).

Situasi tidak “didefinisikan” secara kaku. Definisi-definisi tersebut selalu

memiliki cakrawala yang berubah seiring dengan temanya. Situasi adalah segmen

konteks relevansi dengan dunia kehidupan yang dipahatkan oleh tema (Habermas,

1981: 167). Situasi mempresentasikan segmen dunia-kehidupan yang terbatas

dalam kaitannya dengan tema. Sementara, tema berhubungan paling tidak dengan

kepentingan dan tujuan seorang partisipan; tema ini membatasi wilayah elemen-

Page 33: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

19

elemen situasi yang dapat ditematisasi, dan dia juga diaksentuasi oleh rencana

yang dibuat para partisipan berdasarkan interpretasi atas situasi tersebut dalam

rangka mewujudkan tujuan-tujuan mereka (Habermas, 1981:174).

Untuk menghindari kesalahpahaman, Habermas mengulangi bahwa model

tindakan komunikatif tidak menyamakan tindakan dengan komunikasi. Bahasa

adalah sarana komunikasi dalam mencapai pemahaman timbal balik, sementara

aktor yang berusaha mencapai pemahaman satu sama lain agar bisa menata

tindakan-tindakan mereka, mengejar tujuan-tujuan tertentu (Habermas, 1981:

131).

Dalam kasus tindakan komunikatif, upaya interpretif menjadi dasar proses

interpretasi kooperatif yang merepresentasikan mekanisme pengoordinasian

tindakan; tindakan komunikatif tidak diluluhkan oleh upaya mencapai

pemahaman secara interpretatif. Namun, tindakan komunikatif mengacu pada tipe

interaksi yang dikoordinasikan melalui tindak-berwicara (speech-act) dan tidak

berlangsung serentak dengannya (Habermas, 1981: 132). Akhirnya, tindakan

komunikatif tergantung pada konteks situasional, yang pada gilirannya

mempresentasikan segmen dunia-kehidupan partisipan di dalam interaksi

(Habermas, 1981:342). Hal ini berarti dunia-kehidupan sebagai konteks tindakan

komunikatif dan kesadaran kolektif (Habermas, 1981: 173).

Dunia-kehidupan, singkat kata, adalah kawasan transendental tempat

bertemunya pembicara dan pendengar, tempat mereka dapat saling mengajukan

klaim bahwa ucapan mereka cocok dengan dunia yang ada (objektif, sosial, atau

subjektif), dan tempat mereka dapat mengkritik dan mengukuhkan kevalidan

Page 34: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

20

klaim tersebut, mengemukakan ketidaksetujuan, dan mencapai kesepakatan

(Habermas, 1981: 172).

Dunia-kehidupan membentuk konteks tidak langsung dari apa yang dikatakan,

dibahas, dan dibicarakan dalam situasi yang ada; tentu saja, secara prinsipil hal ini

dapat diakses dan dimasuki, namun dia tidak menjadi bagian dari wilayah

relevansi situasi tindakan yang ditentukan secara tematis. Dunia-kehidupan adalah

sesuatu yang hadir secara intuitif, yakni sesuatu yang hadir secara intuitif, yakni

dalam pengertian sesuatu yang familiar dan transparan, dan pada saat yang sama

juga merupakan jejaring pengandaian yang begitu luas dan tidak dapat

diperhitungkan yang harus dipenuhi jika ucapan aktual ingin mengandung makna,

artinya dapat dinilai valid atau tidak valid. Dunia-kehidupan diterima sebagai

sesuatu apa adanya yang mengukuhkan diri pada keyakinan yang pada dasarnya

dapat dikritik (Habermas, 1981:179).

Dalam perbincangan rasional terdapat argumen-argumen rasional yang

berperan sebagai unsur emansipatoris (Hardiman, 1993:83). Argumen adalah cara

di mana pengakuan intersubjektif atas klaim validitas seseorang pendukung yang

dikemukakan secara hipotesis dapat dimunculkan dan opini yang timbul darinya

kemudian berubah menjadi pengetahuan (Habermas, 1981:32).

Selanjutnya, setelah tindakan komunikasi melalui perbincangan (diskursus)

dilakukan, akhirnya, argumen-argumen yang rasional ini kemudian disepakati

atau menjadi konsensus sosial. Mencapai sebuah kesepahaman berarti bahwa para

partisipan dalam komunikasi mencapai kesepakatan terkait dengan validitas

ucapan; kesepakatan adalah pengakuan intersubjektif atas klaim validitas yang

Page 35: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

21

dikemukakan pembicara. Konsensus tidak akan tercipta manakala, misalnya,

pendengar menerima kebenaran penyataan namun pada saat yang sama

meragukan kejujuran pembicara atau kesesuaian ucapannya dengan norma

(Habermas, 1981:165).

Jadi, aturan yang berlaku dalam tindakan komunikatif adalah bahwa ketika

pendengar menyetujui satu klaim validitas, secara implisit dia juga mengakui dua

klaim validitas yang lain, karena kalau tidak demikian, berarti dia

mengungkapkan ketidaksetujuannya (Habermas, 1981: 164-165). Maka,

konsensus adalah penerimaan pendengar terhadap kebenaran pernyataan,

kejujuran pembicara, dan kesesuaian dengan norma. Akibatnya, konsensus itu

sebagai langkah untuk transformasi atau evolusi sosial.

Konsep tindakan komunikatif memilih dua aspek dari sekian banyak aspek

perihal penataan situasi : aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian tujuan

seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek

komunikatif yang terdapat pada interpretasi atas situasi dan tercapainya

kesepakatan (Habermas, 1981: 173). Aspek teleologis menyakini adanya relasi

antara aktor dengan dunia keadaan yang terjadi. Dunia objektif didefinisikan

sebagai totalitas keadaan yang terjadi dapat diciptakan atau terjadi atau

diusahakan untuk terjadi lewat intervensi bertujuan (Habermas, 1981:111).

Intervensi bertujuan atau aspek telelologis dapat dilakukan melalui sebuah

gerakan sosial.

Menurut Mirsel, gerakan sosial disebut juga gerakan kemasyarakatan, yaitu

seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga (noninstitutionalised)

Page 36: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

22

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi

perubahan di dalam suatu masyarakat. Keyakinan dan tindakan-tindakan

(perilaku) yang tidak terlembaga mengandung arti bahwa mereka tidak diakui

sebagai sesuatu yang berlaku dan diterima umum secara luas dan sah di dalam

sebuah masyarakat (Mirsel, 2004: 6-7).

1.5.2 Teori Struktural

Analisis struktural adalah pendekatan melalui teori struktural terhadap karya

sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna.

Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik)

yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara

bersama membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995:36). Di dalam

penelitian ini, peneliti akan lebih memfokuskan kepada tokoh (tokoh utama dan

tambahan), penokohan, dan latar. Hal ini karena tokoh utama dan tokoh tambahan

adalah tokoh-tokoh yang menghasilkan pemikiran kiri.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 1995: 176). Tokoh

Tambahan adalah tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita,

dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro,

1995: 176). Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995 : 165).

Latar dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, latar tempat menyaran pada lokasi

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,

Page 37: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

23

1995: 227). Kedua, latar waktu berhubungan dengan masalah “ kapan ” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,

1995 : 230). Terakhir, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 1995 : 233).

1.5.3 Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan aspek kemasyarakatan, pemahaman terhadap totalitas karya

yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya,

atau pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat

yang melatarbelakanginya (Ratna, 2003: 2-3).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu 1.6.1 Jenis Penelitian,

1.6.2 Pendekatan atau sudut pandang penelitian, 1.6.3 Prosedur penelitian, yaitu

1.6.3.1 Tahap pengumpulan data dan 1.6.3.2 Tahap analisis data. Pada tahap

prosedur penelitian menggunakan metode dan teknik tertentu.

1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode

yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul

Page 38: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

24

analisis (Ratna, 2004:530). Metode deskripif analisis bukan hanya semata-mata

menguraikan, tetapi juga memberi pemahaman.

Di samping itu, penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan menghimpun dari berbagai literatur baik

perpustakaan atau tempat lain. Teknik pustaka dilakukan dengan cara studi

kepustakaan. Dalam studi tersebut dicari sumber-sumber tertulis yang digunakan

dan dipilih sesuai dengan masalah dalam tujuan penelitian (Ratna, 2004: 39). Oleh

sebab itu, penelitian ini berdasar tujuan disebut juga penelitian perpustakaan.

Penelitian perpustakaan dilakukan dalam kaitannya mencari fakta-fakta dalam

bentuk karya tertentu untuk mendukung penelitian ini.

1.6.2 Pendekatan

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi sastra,

dan pendekatan struktural. Peneliti menyakini bahwa kedua pendekatan tersebut

dapat memecahkan masalah penelitian yang ada dalam rumusan masalah.

Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menganalisis manusia dalam

masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu (Ratna,

2004:59). Untuk itu, pendekatan sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan, pemahaman

terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang

terkandung di dalamnya, atau pemahaman terhadap karya sastra sekaligus

hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakanginya (Ratna, 2003:2-3).

Ketiga definisi itu mempunyai makna sama, yaitu sama-sama mementingkan

Page 39: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

25

aspek masyarakat dalam memahami sebuah karya sastra. Grebstein membuat

kesimpulan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya

apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang

menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks yang telah menghasilkannya

(Damono, 1978:4). Dalam hal ini masyarakat yang melatarbelakangi karya sastra

bisa menjadi dua, yaitu masyarakat dalam karya sastra dan masyarakat yang nyata

di kehidupan tempat karya sastra itu dilahirkan. Sosiologi sastra juga termasuk

pemahaman interdisipliner tidak hanya melibatkan sosiologi dan sastra, tetapi juga

sejarah, psikologi, dan kebudayaan (Ratna, 2003:26). Maka penelitian ini juga

mencoba mencari relevansi fiksi dalam novel JSP dengan fakta sejarah. Artinya,

Peneliti akan mendeskripsikan fakta sejarah umum yang memiliki relevansi

dengan fakta fiksi dalam novel JSP sehingga adanya keterkaitan sosiologis dan

historis dapat terbukti.

Pendekatan struktural adalah pendekatan melalui teori struktural terhadap

karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna.

Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik)

yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara

bersama membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,1995:36). Tinjauan

struktural adalah teori yang digunakan untuk menganalisis karya sastra itu sendiri

yaitu, unsur-unsur pembangun strukturnya berupa tokoh, penokohan, tema, latar,

dan alur. Hal ini dikarenakan penelitian karya sastra dapat dimulai pertama kali

dengan menganalisis struktur novel yang berkaitan dengan masalah penelitian

Page 40: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

26

dalam rumusan masalahnya. Unsur struktural seperti tokoh dan penokohan: tokoh

utama dan tambahan dan latar akan dianalisis dalam penelitian ini.

1.6.3. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian, yaitu

1.6.3.1 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan penyelidikan, pencatatan,

analisis, penafsiran data yang mempunyai unsur-unsur pemikiran kiri yang

terdapat dalam novel JSP. Analisis data tersebut dapat berupa kutipan sebuah

paragraf, kutipan percakapan, kalimat, dan angka tahun yang tertera dalam novel

JSP. Penyediaan dan pengklasifikasian data disesuaikan dengan rumusan masalah

penelitian. Tahap pengumpulan data juga meliputi, 1.6.3.1.1 Wujud Data

Penelitian, 1.6.3.1.2 Sumber Data Penelitian, 1.6.3.1.3 Pembatasan Data

Penelitian.

1.6.3.1.1 Wujud Data Penelitian

Wujud data dalam penelitian ini adalah data-data berupa kutipan paragraf,

kutipan kalimat, dan kutipan penggalan percakapan dari novel JSP yang sesuai

dengan rumusan masalah penelitian ini.

1.6.3.1.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah asal data itu ditemukan, sesuai dengan wujud datanya

sumber data tersebut berupa sumber data tertulis :

Page 41: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

27

Karya : Frigidanto Agung

Judul buku : Jejak Sang Pembangkang

Penerbit : Buku Baik

Kota terbit : Yogyakarta

Tahun terbit : 2004

Cetakan : 1 (pertama)

Halaman : 306+ x

1.6.3.1.3 Pembatasan Data Penelitian

Pembatasan data penelitian ini adalah peneliti hanya mengambil dan

menggunakan data-data berupa kutipan paragraf, kalimat, dan percakapan dalam

novel Jejak Sang Pembangkang karya Frigidanto Agung yang berkaitan dengan

rumusan masalah penelitian ini.

1.6.3.2 Tahap Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode

yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul

analisis (Ratna, 2004:530). Metode deskripif analisis bukan hanya semata-mata

Page 42: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

28

menguraikan, tetapi juga memberi pemahaman. Dalam hal ini, peneliti meneliti

dengan metode deskriptif analisis pada data-data dari novel JSP karya Frigidanto

Agung.

1.7 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab satu adalah pendahuluan yang

berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

landasan teori, dan metode penelitian. Bab dua berisi uraian deskripsi mengenai

tokoh dan penokohan tokoh utama dan tambahan dan latar dalam novel Jejak

Sang Pembangkang karya Frigidanto Agung. Bab tiga berisi uraian deskripsi

pemikiran kiri dalam novel Jejak Sang Pembangkang karya Frigidanto Agung.

Bab empat adalah penutup berisi kesimpulan dan saran.

Page 43: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

29

BAB II

ANALISIS STRUKTUR PENCERITAAN

2.1 Pendahuluan

Pada hakikatnya, karya sastra adalah refleksi dari kehidupan masyarakat.

Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara riil

kehidupan masyarakat, akan tetapi memberikan pelajaran dan kemungkinan dari

sudut pandang estetis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam

masyarakat (Djojosuroto, 2006: 58). Melalui karya sastra, para pembaca akan

menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa, dan latar yang

disajikan.

Untuk menikmati realitas imajinasi pengarang, hal pertama yang

ditanyakan pembaca jika menghadapi karya sastra adalah siapa tokohnya? Atau

ini cerita tentang siapa? Pertanyaan ini akan selalu hadir atau muncul. Hal ini pun

akan terus bertambah dengan pertanyaan-pertanyaan lain, misalnya “Bagaimana

watak tokohnya?” atau “Protagonis ataukah antagonis?”. Cerita berkisah tentang

seseorang atau tentang beberapa orang (Sudjiman, 1988 : 16). Maka, tokoh cerita

adalah salah satu bagian fundamental yang mendukung sebuah cerita atau

membentuk keutuhan artistik cerita.

Apakah definisi tokoh? Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988 :

16). Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud

binatang atau benda yang diinsankan. Semua unsur cerita rekaan, termasuk

tokohnya, bersifat rekaan semata-mata. Bagaimanakah tokoh dapat diterima oleh

29

Page 44: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

30

pembaca? Hal ini dikarenakan tokoh memiliki kemiripan dengan individu tertentu

dalam hidup ini; artinya, tokoh memiliki sifat (-sifat) yang dikenal, tidak asing,

bahkan ada pada diri pembaca. Semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu

dalam hidup ini karena bahannya diambilkan dari pengalaman hidup (Sudjiman,

1988 : 12). Hal tersebutlah yang membuat tokoh dapat diterima oleh pembaca.

Penyebutan nama tokoh dan penokohan merupakan suatu kepaduan yang

utuh. Tak jarang menyebut tokoh tertentu, langsung mengisyaratkan perwatakan/

penokohan yang dimilikinya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995 :

165). Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan, atau

bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian, dan keinginan-

keinginan pengarang (Nurgiyantoro, 1995 : 167).

Peristiwa-peristiwa dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau

dalam rentang suatu waktu tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan

suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita

(Sudjiman, 1988 : 44). Fungsi latar memberikan informasi situasi (ruang dan

tempat) sebagaimana adanya (Sudjiman, 1988: 46).

Latar dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, latar tempat menyaran pada

lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi

(Nurgiyantoro, 1995 : 227). Kedua, latar waktu berhubungan dengan masalah “

kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi

(Nurgiyantoro, 1995 : 230). Terakhir, latar sosial menyaran pada hal-hal yang

Page 45: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

31

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 1995 : 233).

Analisis struktural ini bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

secermat, seteliti, sedetil, sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua

unsur, dan aspek karya sastra yang nantinya akan menghasilkan makna yang

menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Dalam penelitian ini tentunya, peneliti akan

membongkar unsur yang hanya mendukung penelitian ini, yaitu latar, dan

tokoh/penokohan.

Sedangkan dalam novel JSP, peneliti akan mengelompokkan tokoh-

tokohnya menjadi dua tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh

utama dan tokoh tambahan itu merupakan para mahasiswa yang merangkap

aktivis yang menginginkan perubahan atau reformasi terhadap pemerintahannya

yang otoriter. Mereka tergabung dalam Kelompok Rumah 12 A. Perlawanan

Kelompok Rumah 12 A pun tersalur melalui aksi unjukrasa atau demonstrasi.

Penokohannya pun menampilkan tokoh-tokoh yang selalu melawan dan kritis

terhadap kekuasaan otoriter di negaranya. Dan usaha perlawanan para tokoh-

tokoh itu pun berhasil menumbangkan rezim otoriter tersebut.

Untuk memudahkan dalam meneliti unsur tokoh / penokohan, dan latar.

Peneliti akan menceritakan novel Jejak Sang Pembangkang karya Frigidanto

Agung secara ringkas :

2.1.1 Sinopsis Jejak Sang Pembangkang

Seorang mahasiswa bernama Joni beserta kelompoknya, yaitu Kelompok

Rumah 12 A telah mengkritik, menentang, melawan, dan akan menghancurkan

Page 46: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

32

sebuah rezim otoriter. Mereka adalah sekumpulan para aktivis atau orang-orang

yang paling kritis terhadap lingkungan pemerintahnya. Hal itu karena rezim telah

merepresi yang dikuasainya. Akhirnya, gerakan sosial pun datang dari yang

dikuasainya, yaitu mahasiswa yang merangkap aktivis sebagai ujung tombaknya.

Berbagai macam aksi unjuk rasa atau demonstrasinya berulangkali telah

meramaikan Jakarta.

Ketika telah marak aksi perlawanan dari mahasiswa, keruntuhan rezim otoriter

tersebut hanya menunggu waktu. Keruntuhan untuk rezim itu berembrio dan

dilahirkan dari orang-orang kritis yang melihat realitasnya kurang begitu

bersahabat dan manusiawi, yaitu Kelompok Rumah 12 A. Hal ini dibuktikan

dengan hilangnya beberapa hak asasi manusia yang dirampas dari tangan si

otoriter, yaitu hilangnya tokoh Kemal dan beberapa aktivis di daerah.

Kelompok Rumah 12 A merupakan salah satu gerakan yang vokal terhadap

rezim otoriter itu. Protes dan perlawanan itu dilakukan dengan aksi demonstrasi.

Tujuan arahnya terutama gedung perwakilan rakyat. Hal ini agar aspirasi

Kelompok Rumah 12 A-nya dapat terdengar. Saat itu pula Kelompok Rumah 12

A telah kehilangan salah satu aktivis senior secara misterius, yaitu Kemal. Hal ini

terjadi saat berunjuk rasa di depan gedung perwakilan rakyat setelah berorasi.

Kejadian itu membuat api perlawanan semakin mendidih. Akibatnya, semangat

atau gelora untuk melawan rezim otoriter itu semakin hebat.

Pergerakan sosial para aktivis/demonstran ini dirapatkan di sebuah rumah di

gang 12 A. Hal ini membuat warga sekitar dan aktivis menamainya Rumah 12 A.

Kelompoknya pun memiliki nama Kelompok Rumah 12 A. Selain itu, rumah itu

Page 47: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

33

adalah ruang atau media tempat mereka merapatkan dan merencanakan gerakan

perlawanan. Di samping itu, Rumah 12 A juga sebagai tempat berkumpulnya para

aktivis. Untuk itu, kesempatan berdiskusi tentang perjuangan dan perlawanan

terhadap rezim otoriter bisa dilaksanakan dengan sangat mudah. Hal itu karena

orang-orang yang datang adalah sesama anggota dari kelompok para demonstran.

Mereka yang berkunjung di Rumah 12 A adalah orang-orang yang akrab dengan

aktivitas unjuk rasa dan sikap penguasa otoriter.

Joni merupakan penggerak aktivis Kelompok Rumah 12 A tersebut, atau

orang yang senior selain Kemal. Anggota Kelompok Rumah 12 A lainnya adalah

Andi, Rahma, Ali, Jabar, Soni (pemimpin kelompok aksi kota), Farid (kelompok

demonstran selatan), dan berbagai kesatuan aksi mahasiswa. Mereka semua yang

menyebarkan bahwa rezim yang berkuasa telah menjadi otoriter dan bertangan

besi.

Hilangnya Kemal merupakan salah satu upaya dari rezim otoriter untuk

menumpas setiap bentuk perlawanan atau resistensi. Hal ini karena dianggap

menganggu stabilitas kekuasaan rezim itu.

Konferensi pers atau jumpa pers pun telah dilakukan aktivis Kelompok Rumah

12 A untuk memberitakan hilangnya aktivis senior mereka, yaitu Kemal. Selain

itu, untuk membuka kesadaran masyarakat luas melalui media cetak dan

elektronik bahwa rezim yang sedang berkuasa adalah rezim tiranistik dan

otoriteristik. Kemudian setelah jumpa pers itu, Joni sengaja bersembunyi di rumah

kontrakannya untuk mencegah adanya pengejaran aparat dari rezim itu.

Page 48: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

34

Kegiatannya selain rapat dengan kelompoknya, Joni hanya membaca, menulis,

dan menonton tv. Rahasia tempat tinggalnya ini hanya diketahui Rahma.

Sebuah rapat telah dilaksanakan Kelompok Rumah 12 A untuk membicarakan

strategi demonstrasi besar-besaran yang akan digelar di Jakarta. Peserta rapat

sekitar lima belas orang. Mereka semua adalah kelompok aktivis yang telah berani

membuat aksi di tengah kota untuk melawan rezim otoriteristik itu. Rapat

Kelompok Rumah 12 A, pada dasarnya untuk mengatur bagaimana strategi aksi

tidak terlalu mencolok. Caranya, yaitu dengan mengumpulkan massa dari kampus

ke kampus. Sedangkan, pemberangkatannya dilakukan secara bergelombang

untuk menuju gedung dewan perwakilan. Ketika rapat selesai terjadi pengrebekan

yang dilakukan polisi tetapi Joni berhasil melarikan diri bersama Rahma. Namun,

Ali dan Jabar dipaksa ikut ke kantor, beberapa hari kemudian dibebaskan. Aksi

demonstrasi pertama telah dilakukan oleh Kelompok Rumah 12 A mengarah ke

bawah Semanggi menuju gedung DPR/MPR, tetapi jalan yang akan dilewati telah

ditutup sehingga tidak berhasil.

Di sebuah halte bus ketika Joni menunggu Andi pulang dari pengamatan ke

daerah-daerah yang sedang mengalami pergerakan melawan rezim, Joni bertemu

Sumbogo wartawan Berita Kota. Sumbogo menawari dana untuk membiaya

aksinya, tetapi Joni menolaknya karena dapat mengotori perjuangan. Ketika itu

pula Andi turun dari bus dan menceritakan bahwa ada juga orang-orang hilang di

berbagai daerah. Joni pun menceritakan niat Sumbogo kepada Andi. Lalu, Joni

dan Andi pun meninggalkan Sumbogo pergi. Kemudian, setelah dari warung

Page 49: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

35

makan Andi pamit pergi untuk ke Rumah 12 A, tetapi justru ke kantor Sumbogo

untuk menerima dana itu.

Riwayat Kelompok Rumah 12 A menjadi kacau setelah pengrebekan itu

sehingga memutuskan untuk berhenti menggunakan Rumah 12 A lagi. Hal itu

dilakukan demi keamanan para aktivis Kelompok Rumah 12 A. Ternyata Andi

adalah orang yang membocorkan adanya rapat itu kepada Sumbogo. Rahma

memutuskan untuk mengarahkan aksi turun ke jalanan karena sudah tidak ada

tempat lagi yang aman. Jabar pun juga memutuskan untuk menutup rangkaian

program Kelompok Rumah 12 A. Mereka pun menyetujuinya, tetapi pergerakan

perjuangan melawan rezim terus diperjuangkan. Gerakan Kelompok Rumah 12 A

kini sulit untuk terdeteksi. Jadi, tidak ada saksi atas gerak teman lainnya. Mereka

bertemu jika terjadi demonstrasi besar di kampus-kampus ibukota. Kelompok

Rumah 12 A kini menerapkan strategi penyusupan terhadap sebuah aksi

demonstrasi.

Puncak dari gerakan demonstrasi tersebut terjadi pada 9 Mei 1998, di Kampus

Trisakti, Grogol. Bentrokan para demonstran dan aparat keamanan pun terjadi

hingga menyebabkan beberapa mahasiswa tertembak. Aparat memberondongi

kampus Trisakti dengan peluru karet dan peluru tajam. Peristiwa Trisakti itu

sungguh berkesan bagi Joni dan juga memilukan hatinya. Setelah beberapa hari,

pergantian kursi kepresidenan pun terjadi. Penggulingan rezim itu telah berhasil.

Lalu, Joni juga menghilang tanpa ada yang tahu kabarnya. Rahma dan Ali

meyakini bahwa Joni diculik. Hal ini berdasarkan kesaksian Ibu Diro pemilik

Page 50: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

36

kontrakan yang ditempati Joni bahwa pagi-pagi ada dua orang intel menjemput

Joni.

Joni ternyata memang diculik oleh dua orang intel. Joni merasa telah

berpindah tiga kali hingga terakhir berada di Surabaya. Dua minggu berikutnya,

Joni telah berada di kantor polisi, ia tidak mengetahui mengapa dititipkan di situ.

Orang yang membawa pulang Joni ke Jakarta adalah Pak Dewabrata. Joni pun

tidak mengetahui hubungan antara penculikan dengan Pak Dewabrata. Pak

Dewabrata adalah Ayah Onik dan pemilik rumah di Gang 12 A. Ia juga paman

Rahma. Pak Dewabrata menyembunyikan Joni di rumahnya. Ia menyarankan Joni

pergi ke luar negeri, yaitu Australia, untuk dititipkan kepada rekannya di sana. Hal

ini dikarenakan masih adanya gerakan yang masih membahayakan jiwa Joni.

Akhirnya, Joni pun menyetujuinya.

Onik pun akhirnya mengetahui bahwa Joni telah berada di rumah ayahnya, Pak

Dewabrata. Hal ini diketahui melalui pesan tulisan dari buku yang diletakkan

seseorang di depan rumah kontrakannya. Rumah itu terletak bersebelahan dengan

kontrakannnya Joni. Onik merupakan sepupu Rahma karena Ayah Rahma adalah

adiknya Pak Dewabrata.

Selanjutnya, Joni memutuskan pulang kembali ke kontrakannya untuk melihat

kondisinya. Ketika itu pula, dia bertemu Rahma. Setelah berbincang, akhirnya

keduanya merencanakan ke Lenteng Agung; tempat teman-teman aktivisnya kini

tinggal, yaitu Andi, Ali, dan Jabar. Hal ini karena Rumah 12 A diminta kembali

oleh Ayah Onik. Joni hanya ingin meminta kepada teman-temannya itu

menyimpankan buku-bukunya dan berpamitan. Sekaligus, Joni ingin menanyakan

Page 51: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

37

asal sejumlah uang yang ada di rekeningnya. Sewa rumah di Lenteng Agung itu

ternyata biayanya berasal dari uang yang diberikan Sumbogo sebagai perantara

seseorang yang juga ingin menggulingkan penguasa otoriter itu. Ketiganya

merahasiakan agar tak diceritakan kepada siapa pun. Sebelumnya, Joni juga telah

bersaksi atas penculikan terhadap dirinya kepada Sumbogo, wartawan surat kabar

Berita Kota. Hal ini agar semuanya menjadi jelas, terbuka, dan apa adanya tentang

kebusukan penguasa otoriter itu. Akhirnya, Joni pergi ke Australia.

2.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu toh

utama dan tokoh tambahan. Berikut ini pembahasannya:

2.2.1 Tokoh Utama

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,

ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa

mendominasi sebagian besar cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan

ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita.

Tokoh itu disebut tokoh utama cerita (central character, main character)

(Nurgiyantoro, 1995 : 176).

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling

banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat

menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai

Page 52: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

38

pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi

perkembangan plot (Nurgiyantoro, 1995: 177).

2.2.1.1 Tokoh Joni

Tokoh Joni adalah tokoh utama dalam novel JSP. Hal ini karena tokoh Joni

adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel. Tokoh Joni, tokoh

yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian. Tokoh ini yang mempengaruhi alur cerita. Tokoh Joni adalah

mahasiswa. Dia seorang aktivis juga sekaligus demonstran sejati. Ia mengkritik,

memprotes, dan melawan kelakuan penguasa negaranya yang semakin otoriter

dan berbuat sewenang-sewenang. Baginya kehidupan adalah protes, apapun bisa

dijadikan alasan. Selain itu, dia juga sebagai motivator kelompoknya sesama

aktivis yang sering berkunjung di rumah 12 A. Dia juga merupakan anggota

Kelompok Rumah 12 A. Ia digambarkan oleh pengarangnya, orangnya tinggi,

berbadan tipis, dan penuh optimisme.

Penggalan kutipan berikut ini, penggambaran sikap tokoh Joni sebagai seorang

demonstran dan aktivis.

( 1 ) Joni berteriak-teriak. Mengobarkan semangat para demonstran. Orasiyang dilakukannya cukup membuat emosi orang terbakar. Sepertigelombang laut, suara itu menggema. Mencari sela untuk masuk padatelinga orang yang mendengarkan. Joni tidak menyadari orasinyamenghanyutkan pendengarnya. Cukup lama Joni berdiri di atas mobilyang dijadikan sebagai panggung untuk berdiri di depan parademonstran (Agung, 2004 : 9).

( 2 ) Joni memang salah seorang yang memberi semangat pada kelompokorang-orang yang berkunjung di rumah 12 A. Jadi, mereka merasaterpompa semangatnya ketika mendapat masalah dan ada orang yangmembantu ikut menyelesaikannya. Selain itu, Joni juga termasuk orangsenior dalam kelompok rumah 12 A (Agung, 2004 : 17).

Page 53: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

39

( 3 ) Joni juga bertambah sibuk. Melupakan statusnya sebagai mahasiswa.Meninggalkan bangku kuliah, meskipun dia masih sering berkunjung keuniversitas. Apa yang dilakukannya? Berkumpul dengan teman-temannya sesama aktivis, membuat rencana demonstrasi dan mencaridana atau orang yang siap membiayai aksi (Agung, 2004 : 10 - 11).

( 4 ) Demikian Joni mengisi hari-harinya. Seorang demonstran, hidup ditengah aksi. Seringkali, memimpin aksi di mana pun tempatnya.Bahkan, beberapa wartawan surat kabar mengenalnya, jugamenggunakan dirinya sebagai sumber berita. Kehidupan adalah protesbaginya, apapun bisa dijadikan alasan. Walaupun masalahnya sekecilatom, tinggal bagaimana menggunakan kipas untuk membuat masalahmembesar, membengkak, dan menjadi simbol yang bisa dijadikanprotes.” (Agung, 2004 : 10).

( 5 ) Ketidakpastian yang harus menuntut mereka waspada. Joni menjadiujung tombak bagi kelompok rumah 12 A itu. Sikapnya harus benar-benar tenang dan membawa ke arah jalur yang pasti atas arah kelompok(Agung, 2004 : 22).

Penggambaran ciri-ciri fisik tokoh Joni yang dituliskan oleh Frigidanto Agung

dalam novel JSP cukup jelas. Selain itu, tokoh Joni suka hal-hal yang terlihat

bersih. Ditunjukkan oleh penggalan kutipan berikut ini.

( 6 ) Joni seorang demonstrans sejati, orangnya tinggi, berbadan tipis. Jadikelihatan jangkung. Wajahnya penuh optimisme. Rambutnya hitam tidakpernah disisir. Pada punggungnya selalu tertempel tas ransel warnahitam. Joni selalu memakai kaos oblong. Celana jeans yang sedikitkumal.sepatu ket. Teman-temannya menganggap itulah identitas Joni(Agung, 2004 : 11).

( 7 ) Pemandangan yang kurang enak dilihat. Joni sangat sensitif terhadapkenyataan seperti itu. Kotor harus hilang, bersih harus terlihat. Salahsatu semboyan yang seringkali diterapkannya untuk memelihara rumahkontrakannya. Jadi, tidak jarang ketika orang masuk ke dalam rumahnyamenjadi sadar bahwa Joni adalah orang yang menyukai hidup bersih.(Agung, 2004 : 42).

Tokoh dan penokohan Joni adalah tokoh yang mempunyai sifat kritis dan

pengkritik terhadap rezim otoriter. Dengan kata lain, tokoh Joni adalah seseorang

Page 54: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

40

yang selalu berjuang, melawan, dan membangkang rezim tersebut. Keinginannya

sangat besar untuk menggulingkan rezim itu. Hal ini dibuktikan ketika tokoh Joni

berdemonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan penggalan kutipan di bawah ini.

( 8 ) “ Bukan berarti kita harus mengalah terus. Sudah lama kita diam. Tetapiapa yang kita dapatkan? semakin tidak dihargai diri kita. Segalakehidupan adalah haknya untuk menjadi ketetapannya juga. Suara kitatidak dianggap, suara kita hanya omong kosong. Kita seperti bendamati.” (Agung, 2004: 1).

Tokoh Joni memberikan bukti jika penguasanya otoriter. Hal ini dibuktikan

oleh tokoh Joni saat jumpa pers. Tokoh Joni mengucapkan pernyataan mengenai

aktivis yang hilang, yaitu tokoh Kemal. Selain itu, dia juga menjelaskan mengenai

gaya gerakan dan cita-cita dari Kelompok Rumah 12 A. Berikut ini penggalan

kutipannya:

( 9 ) “ Apa yang tidak diinginkan oleh semua orang terjadi di sini. Satu rekankita dijadikan tumbal untuk membuat sejarah peradapan negeri initerlihat mulus, tidak ada benjolan yang tumbuh sebagai bangkai yangmembusuk atas kejadian yang tidak menyenangkan atas rezim otoriter.Hilangnya Kemal sebagai aktivis pro demokrasi adalah satu buktidemokrasi masih menjadi bau mulut yang tak enak. Sedangkan,demokrasi yang sesungguhnya menuntut sikap otoriter untuk lebihdisadari sebagai sikap yang tidak pantas dibesar-besarkan.” (Agung,2004: 25).

( 10 ) “Aktivitas di rumah ini juga mempunyai aturan. Tidak sedikitpun kamimensia-siakan waktu untuk kerja yang tidak tahu arah dan tujuannya.Walaupun aktivitas kami adalah menentang dengan gaya demonstrasi.Tetap saja kami punya jalur yang harus dipatuhi, bukan sekedar protestanpa aturan. Demonstrasi kami memang selalu besar, para demonstranselalu memberi kesempatan serta memilih waktu yang tepat untukbergerak. Jadi di sinilah terdapat ketepatan kami membidik untukbergerak, maju tanpa harus dikomando dengan uang ataupun pejabatyang meminta. Di sini berjuang untuk ketulusan meraih cita-citademokrasi.” (Agung, 2004: 28).

Page 55: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

41

Perlawanan tokoh Joni tidak akan berhenti sebelum penguasa otoriter turun.

Hal ini dapat dibuktikan ketika tokoh Joni menanggapi pertanyaan dari seorang

wartawan saat jumpa pers mengenai hilangnya, Kemal, sahabatnya satu kontrakan

Joni, sesama aktivis.

(11) “Suatu pernyataan yang mungkin harus dijawab, dilihat perkembangannyaapa yang ada dalam kehidupan yang serba sama ini. Tapi untukpertanyaan yang nomor satu, perjuangan kami tidak berhenti hanyadengan kehilangan satu pejuang. Kaum otoriter harus berhenti sendiri,sesuai zaman yang telah berubah. Kami tidak mengubah zaman, tetapiotoriter sebagai sikap untuk waktu yang bergerak begitu cepat sudah taksesuai lagi. Hak kami untuk menghentikan itu.” (Agung, 2004: 29).

2.2.2 Tokoh Tambahan

Tokoh Tambahan adalah tokoh (-tokoh) yang hanya dimunculkan sekali atau

beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang

relatif pendek. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam

keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung maupun tak langsung

(peripheral character) (Nurgiyantoro, 1995:176-177).

2.2.2.1 Tokoh Andi

Tokoh Andi seorang aktivis dan anggota Kelompok Rumah 12 A. Tokoh Andi

adalah tokoh tambahan dalam novel JSP. Hal ini karena tokoh Andi ini hanya

dimunculkan beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini muncul jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama. Tokoh Andi ini digambarkan orang yang tak

peduli dengan keadaan tampilan luarnya. Namun, penokohan tokoh ini dalam

novel kurang begitu detail diceritakan oleh pengarangnya.

Page 56: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

42

(12) Seperti juga Andi aktivis bertubuh tambun dan rambutnya bergelombang,sulit untuk disisir. Hingga sehari-harinya terlihat kusut wajahnya olehkarena rambutnya (Agung, 2004: 13).

Tokoh Andi juga merupakan aktivis lapangan yang sering pergi ke daerah. Hal

ini untuk mencari bukti jika di daerah juga sedang terjadi pergolakan menentang

rezim otoriter yang sedang berkuasa. Hal ini dibuktikan saat tokoh Andi

menjawab pertanyaan dari seorang wartawan ibukota, yaitu Sumbogo. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(13) “ Keliling daerah. Melanjutkan pekerjaan kemarin. Orang hilang didaerah tertentu juga ada ternyata. Tidak saja di ibukota, setelahdiamati ternyata ada sesuatu yang menjadi benang merahnya,” jawabAndi (Agung, 2004: 111).

Tokoh Andi seorang aktivis yang realistis dan cerdik dalam membuat suatu

isyu untuk melawan rezim otoriter yang sedang berkuasa. Hal ini dibuktikan

ketika mengomentari omongan Joni mengenai hilangnya Kemal. Selain itu,

kecerdikannya juga dapat terlihat ketika menjawab pertanyaan tokoh Jabar

mengenai kepergiannya ke daerah-daerah. Berikut ini penggalan kutipannya:

(14) “ Lebih baik itu dijadikan isyu utama dalam rapat nanti. Jadi tidak usahmencari yang tidak nyata. Penghilangan paksa dengan cara culik tentukorbannya mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya. Siksa,tahan, mungkin juga dibunuh atau dibuang pada suatu tempat yangorang lain tidak mengenalnya (Agung, 2004: 116).

(15) “ Justru pergi ke daerah menjadi tahu seperti apa gerakan demonstrasiyang bisa dikembangkan di sini. Selain isyu, kesempatan memilihwaktu untuk mengumpulkan massa juga perlu menjadi perhatian. Inibukan bahasa buku, tetapi lapangan yang harus dikuasai (Agung, 2004:126 -127).

Selain itu, pengarang juga berkomentar mengenai Tokoh Andi yang sering

pergi ke daerah. Dibuktikan dengan penggalan berikut ini.

Page 57: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

43

(16) Ketika pergi ke daerah memang tempat tujuan Andi belajar tentangperilaku di daerah itu, bagaimana demonstrasi menjadi besar. Sertamemberi pengaruh pada pendukung gerakan isyu yang diangkat olehpenggerak demonstrasi (Agung, 2004: 127).

2.2.2.2 Tokoh Rahma

Tokoh Rahma adalah tokoh perempuan dalam Kelompok Rumah 12 A. Ia

adalah aktivis, mahasiswa, sekaligus sekretaris Kelompok Rumah 12 A. Hal ini

terlihat ketika Kelompok Rumah 12 A mengadakan jumpa pers untuk membuka

hilangnya salah satu aktivis senior mereka, Kemal. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(17) Setelah memasuki pintu gerbang, perempuan itu duduk di serambi depan.Sesekali pandangannya menuju jalan gang. Seperti ada yang ditunggu,agak lama dia duduk. Wajahnya terlihat resah. Mendadak muncul Andidari pintu gerbang.“Andi! Di mana teman-teman?” Tanya perempuan itu.“Rahma!” sahut Andi. “Aku tidak tahu,” lanjutnya (Agung, 2004: 15).

(18) Joni mulai berbicara di depan. Duduk di samping kanan Rahma yangbertindak sebagai pencatat (Agung, 2004: 25).

(19) Selesai Joni berbicara beberapa saat, Rahma mengambil kendalipertanyaan.“Lima pertanyaan untuk mengawali acara.”Tujuh orang mengacungkan tangan. Rahma menunjuk lima orang yangmengacungkan tangan (Agung, 2004: 26).

(20) Sedangkan, Rahma masih mengumpulkan kertas catatan yang dibuatnyatadi. Begitu hadirin sudah agak berkurang dalam ruangan, Jonimenghampiri Rahma (Agung, 2004: 30).

Selain itu, Tokoh Rahma yang juga sebagai aktivis dan demonstran

mempunyai sifat pengkritis, pengkritik, dan pembangkang. Untuk itu, tokoh

Rahma juga ingin segera mengakhiri rezim otoriter yang sedang berkuasa itu. Hal

Page 58: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

44

ini terlihat ketika acara jumpa pers, tokoh Rahma berbicara tentang hilangnya

salah satu aktivis, Kemal. Berikut ini penggalan kutipannya:

(21) Perjuangan kami adalah tulus, menganggap kebobrokan, sikap otoriterdan homogenitas menjadi barang usang yang harus siap ditinggalkan.”(Agung, 2004: 28).

2.2.2.3 Tokoh Ali

Tokoh Ali merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Dia juga aktivis dan

mahasiswa. Tokoh Ali adalah tokoh yang pintar, selalu penuh pertimbangan atau

perhitungan dan waspada. Hal ini terlihat ketika Joni, Rahma, dan Andi sedang

mempersiapkan jumpa pers untuk membuka berita tentang hilangnya, Kemal,

demonstran senior dalam Kelompok Rumah 12 A. Dibuktikan dalam kutipan

penggalan paragraf berikut ini.

(22) “ Selain itu, kita tetap waspada terhadap kondisi sekitar. Sebab banyakorang yang berkunjung ke sini. Sulit identitasnya diketahui. Jadi setiaprapat kita harus saring benar, mana aktivis mana bukan. Atau kita pilihdari setiap kampus yang berada di sekitar kota.” (Agung, 2004: 19).

(23) “ Keyakinan! Hanya satu itu yang bisa mengoyang kursi kekuasaan.Sebab tanpa keyakinan tidak ada semangat untuk bergerak,” kata Ali(Agung, 2004: 147).

Tokoh Ali merupakan tokoh yang cerdik dalam mengatur strategi, yaitu ketika

Kelompok Rumah 12 A akan dibubarkan oleh anggotanya sendiri, dia

memberikan ide agar menggunakan kampus. Selain itu, tokoh ini memiliki sifat

kritis terhadap penguasanya yang otoriter. Berikut ini penggalan kutipannya:

(24) “ Jalan termudah untuk menyelesaikannya : kampus. Tidak kentara jikamengadakan pergerakan semacam ini. Selain itu kekuatan yangmelindungi juga ada. Mencari massa juga mudah.” (Agung, 2004: 141).

(25) “ Strategi demonstrasi tidak ubahnya seperti strategi perang. Lapangan dimana aksi berlangsung sangat menentukan tingkat kemenangan.

Page 59: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

45

Apalagi menyangkut semangat juang anggota aksi. Kekuatan dilapangan menunjukkan keberanian mental mereka. Tempat di manaorang saling berhadapan secara nyata. Pada tempat itu pula adadiplomasi dan adu fisik, jika perlawanan terjadi.” (Agung, 2004: 142).

(26) “ Begitu juga kesempatan, kebebasan yang kita dapat saat ini hanyasebatas bagaimana mengangkat hegemoni kekuasaan menjadi lebihlama. Tidak adil. Bagi belahan kehidupan tertentu menjadi adil karenaada hasil yang bisa membuatnya berdiri tegak dalam kehidupanhegemoni yang atraktif.” (Agung, 2004: 144).

(27) “ Apa yang dihadapi bangsa ini, adalah mengambil kembali kekuasaansebagai hakekat untuk memunculkan sikap, bahwa hidup harusmengalirkan kesan, otoritas kekuasaan juga harus menghormati yangdikuasai.” (Agung, 2004: 145).

Tokoh Ali suka merokok dan mempunyai kebiasaan merenung. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(28) Ali duduk di beranda depan Rumah 12 A. Rokok yang menemaninyaberkhayal tak putus-putus asapnya mengepul. Sambil bersila di kursi,serta memandang keluar halaman. Pikirannya mengembara tidak tahu kemana, satu kesempatan untuk membebaskan khayalannya. Sebab tidakada seorang pun yang menjadi penghalang untuk menyendiri. Alimemang mempunyai kebiasaan merenung, di antara penghuni rumah(Agung, 2004: 140).

2.2.2.4 Tokoh Jabar

Tokoh Jabar merupakan anggota aktivis Kelompok Rumah 12 A. Hal ini

dibuktikan melalui penggalan kutipan berikut ini:

(29) Suasana Rumah 12 A tidak berubah. Satu orang datang lalu pergi danberganti yang lainnya datang. Mereka tidak lama, sekedar berkunjungdan memperhatikan aktivitas kelompok demonstran yang berpusat dirumah itu. Ali dan Jabar yang selalu menyambut kehadiran mereka,selalu terbuka dan menebarkan senyum. Menghindarkan kakunyasuasana di rumah (Agung, 2004 : 48).

Page 60: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

46

Tokoh Jabar seorang tokoh yang kritis. Hal ini dibuktikan ketika menanggapi

jawaban Tokoh Ali mengenai hegemoni rezim otoriter yang sedang bercokol.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(30) “ Kalau melihat dari sisi adil dari semacam apa yang kamu ungkapkanpasti terjadi pemberontakan yang tak habis-habisnya. Serta adamasyarakat tertentu yang sulit untuk dikendalikan. Oleh sebab jalanhidup yang mereka jalani. Mencari kemerdekaan memang realita yangharus dihadapi. Tapi kebebasan? Adalah sikap untuk berjuangmenunjuk pada jati diri tiap manusia. Hanya orang yang bisamempergunakan kemerdekaannya yang bisa menikmati kebebasan itu. ”(Agung, 2004 : 144 – 145).

(31) “ Tapi kekuasaan di sini adalah fenomena. Kekuatan di atas adalahhegemoni, penguasa adalah perangkai kehidupan politis dapat berbuatsegalanya. Jadi, bentuk apa pun kelakuannya dianggap sah. Karenauntuk mengamankan kursi kekuasaannya. Bahayanya di sini. Rakyatyang hidupnya paling bawah hanya korban, dalam sikap hidup bentukapapun.” (Agung, 2004 : 145).

2.2.2.5 Tokoh Farid

Tokoh Farid merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Tokoh ini juga ikut

merencanakan penggulingan penguasa otoriter dalam negaranya. Tokoh Farid

menjadi pemimpin kelompok para demonstran. Berikut ini penggalan kutipannya:

(32) Farid, pemimpin kelompok demonstran selatan (Agung, 2004: 60 ).

Selain itu, dari kesaksian tokoh Ali saat bertemu dengan Joni dan Rahma di

warung kampus membuktikan jika tokoh Farid memang pemimpin kelompok

demonstran selatan. Berikut penggalan kutipannya:

(33) “Farid mengadakan aksi. Ada saksi membawa berita, nanti jam dua akanbergerak ke istana. Mulai jam sembilan pagi sudah mengumpulkanorang.” (Agung, 2004: 86).

Page 61: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

47

Tokoh Farid termasuk tokoh yang sangat pertimbangan dalam merencanakan

aksi. Hal ini terbukti saat mengikuti rapat Kelompok Rumah 12 A. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(34) “ Sebaiknya dibuat rencana yang detil untuk gerak selanjutnya,” kataFarid mengajukan usul. “Karena kondisi sudah tidak menguntungkanlagi. Mungkin orang hilang akan bertambah lagi di antara kita. Caramenghadapi culik semacam itu tidak ada. Bahkan aktivis menjadi takutkalau tidak ada perlawanan yang bersifat massal. Atau, aksi besar,sekalian saja mengundang reaksi. Supaya keterdesakan aktivis tidakmemudarkan mental mereka untuk berjuang (Agung, 2004 : 61).

2.2.2.6 Tokoh Soni

Tokoh Soni juga merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Ia juga

memimpin sebuah kelompok demonstran. Berikut ini penggalan kutipannya:

(35) Di antara mereka ada Soni, pemimpin kelompok aksi kota. (Agung, 2004:

60)

Tokoh Soni juga cerdik dan cerdas. Hal ini dibuktikan ketika berbicara dalam

rapat Kelompok Rumah 12 A. Berikut ini penggalan kutipannya:

(36) “ Perlu juga membuat sikap untuk kegiatan semacam itu. Tetapi apakahperlu membuat gerakan pendahuluan, seperti sebuah leaflet atau lainnyayang bisa menghangatkan suasana.” (Agung, 2004 : 63).

2.2.2.7 Tokoh Para Demonstran

Tokoh Para Demonstran adalah tokoh-tokoh yang oleh pengarang

dikumpulkan menjadi satu, lalu diberi nama Para Demonstran. Namun, dapat

dipastikan jika kelompok ini adalah juga Kelompok Rumah 12 A. Hal ini

dibuktikan ketika tokoh ini menjadi pendukung aksi demonstrasi tokoh Joni di

depan gedung lembaga perwakilan rakyat. Berikut ini penggalan kutipannya:

Page 62: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

48

(37) Joni berteriak-teriak. Mengobarkan semangat para demonstran. Orasi yangdilakukannya cukup membuat emosi orang terbakar. Seperti gelombanglaut, suara itu menggema. Mencari sela untuk masuk pada telinga orangyang mendengarkan. Joni tidak menyadari orasinya menghanyutkanpendengarnya. Cukup lama Joni berdiri di atas mobil yang dijadikanpanggung untuk berdiri di depan para demonstran. Jalan yang semuladipakai untuk lalu lalang kendaraan menjadi macet. Penuh orang tidakbisa dilewati lagi.

“ Bukan berarti kita harus mengalah terus. Sudah lama kita diam. Tetapiapa yang kita dapatkan? Semakin tidak dihargai diri kita. Segalakehidupan adalah haknya untuk menjadi ketetapannya juga. Suara kitatidak dianggap, suara kita hanya omong kosong. Kita seperti benda mati.”Joni tambah panjang dalam orasinya. Tidak merasakan bagaimanamatahari siang itu menyengat wajahnya.

Rumah itu adalah tempat mereka bersatu, membuat pekerjaan tambahmudah untuk dilakukan. Kesempatan yang mereka dapatkan sangatmudah karena pergaulan dalam rumah rapat. Sebab, mereka yang datangadalah juga anggota kelompok aksi. Demikian juga dengan aksi Joni didepan gedung perwakilan rakyat waktu itu (Agung, 2004: 9-13).

2.2.3 Kesimpulan Analisis Tokoh dan Penokohan

Dalam penelitian ini tokoh berdasarkan peran dapat dibedakan menjadi tokoh

utama dan tokoh tambahan. Dalam novel JSP, tokoh utama adalah tokoh Joni dan

tokoh tambahan adalah tokoh Andi, tokoh Rahma, tokoh Ali, tokoh Jabar, tokoh

Farid, tokoh Soni, dan tokoh Para Demonstran.

Tokoh Joni adalah mahasiswa. Dia seorang aktivis dan seorang demonstran. Ia

memiliki sifat pengkritik, suka protes, dan selalu melawan keadaan penguasa

negaranya yang semakin otoriter. Baginya kehidupan adalah protes, apapun bisa

dijadikan alasan. Selain itu, dia juga sebagai motivator kelompoknya sesama

aktivis yang sering berkunjung di Rumah 12 A, yaitu Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Andi digambarkan orang yang tak peduli dengan keadaan tampilan

luarnya. Tokoh ini juga merupakan aktivis lapangan dari Kelompok Rumah 12 A

Page 63: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

49

yang sering pergi ke daerah. Hal itu untuk mencari bukti-bukti jika di daerah juga

terjadi pergolakan menentang rezim otoriter.

Tokoh Rahma adalah tokoh perempuan dalam Kelompok Rumah 12 A. Ia

adalah aktivis, mahasiswa, sekaligus sekretaris Kelompok Rumah 12 A. Selain

itu, tokoh wanita ini termasuk juga sebagai aktivis dan demonstran. Dia juga

mempunyai sifat pengkritik dan pembangkang. Untuk itu, tokoh Rahma ingin

segera mengakhiri rezim otoriter yang sedang berkuasa.

Tokoh Ali merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Dia juga aktivis dan

mahasiswa. Tokoh Ali adalah tokoh yang pintar, selalu penuh pertimbangan atau

perhitungan. Hal ini terlihat ketika Joni, Rahma, dan Andi sedang mempersiapkan

jumpa pers untuk membuka berita tentang hilangnya, Kemal, demonstran senior

dalam Kelompok Rumah 12 A. Tokoh ini suka merokok dan mempunyai

kebiasaan merenung.

Tokoh Jabar seorang tokoh yang kritis. Hal ini dibuktikan ketika menanggapi

jawaban Tokoh Ali mengenai hegemoni rezim otoriter yang sedang berkuasa.

Tokoh ini juga merupakan aktivis Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Farid merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Tokoh ini juga ikut

merencanakan penggulingan rezim otoriter. Tokoh Farid menjadi pemimpin

kelompok demonstran, yaitu pemimpin kelompok demonstran selatan. Ia juga

sering mengadakan aksi demonstrasi bersama kelompoknya.

Tokoh Soni juga merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Ia juga

memimpin sebuah kelompok demonstran, yaitu pemimpin Kelompok Aksi Kota.

Page 64: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

50

Tokoh ini juga cerdik dan cerdas. Hal ini dibuktikan ketika berbicara dalam rapat

Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Para Demonstran adalah tokoh-tokoh yang oleh pengarang

dikumpulkan menjadi satu diberi nama para demonstran. Namun, dapat dipastikan

jika kelompok ini adalah juga Kelompok Rumah 12 A. Salah satu buktinya, tokoh

ini menjadi pendukung aksi demonstrasi tokoh Joni saat melakukan aksi unjuk

rasa di depan gedung lembaga perwakilan rakyat.

Tokoh utama dan tokoh tambahan adalah mahasiswa yang merangkap aktivis.

Untuk itu, mereka mengetahui jika penguasanya telah menjadi otoriter. Aksi

demonstrasi pun dilancarkan tokoh utama dan tokoh tambahan untuk mengkritik

dan melawan penguasa tersebut. Akibatnya, penokohan tokoh utama dan tokoh

tambahan memiliki penokohan yang selalu mengkritik, melawan, dan

menghancurkan penguasa otoriter.

2.3 Latar

Latar dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, latar tempat menyaran pada lokasi

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,

1995 : 227). Kedua, latar waktu berhubungan dengan masalah “ kapan ”

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi

(Nurgiyantoro, 1995 : 230). Terakhir, latar sosial menyaran pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 1995 : 233). Latar yang paling

dominan dalam novel JSP adalah latar tempat dan latar sosial.

Page 65: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

51

2.3.1 Latar tempat

Latar tempat dalam novel Jejak Sang Pembangkang ini adalah kota Jakarta

sebagai ibukota negara, Kampus Trisakti, dan rumah di gang 12 A. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(38) Sore hari, Rahma berada di Rumah 12 A. Mereka berkumpul untukmembicarakan rencana demonstrasi yang akan digelar di Jakarta(Agung, 2004: 60).

(39) “Sudah. Bahkan tidak satupun kampus di wilayah ibukota terlewatkan,“jawab Rahma (Agung, 2004: 136).

(40) “Titik tujuan aksi yang perlu dicari. Mengapa? Ini bisa diajukan ke rapat.Tapi beberapa pilihan dapat diagendakan. Di antaranya istana, gedungperwakilan rakyat, dan jalan protokol kota.” (Agung, 2004: 138).

(41) Arus lalu lintas berputar setelah melewati Semanggi. Kendaraan berputarke bawah, menuju jalan Sudirman (Agung, 2004: 170).

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu novel JSP ini adalah tahun 1998. Pengarang menuliskan secara

detil. Hal tersebut dibuktikan dalam penggalan kutipan berikut ini:

(42) Seperti kejadian tangal 9 Mei 1998, saat demonstrasi terjadi di KampusTrisakti, Grogol. (Agung, 2004: 179).

2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan

(Nurgiyantoro, 1995:134). Latar sosial novel JSP ini adalah kehidupan para

mahasiswa yang menjadi aktivis atau demonstran untuk memprotes rezim otoriter

yang sedang bertahta di negaranya. Bahkan, Sindhunata menyebut mahasiswa

sebagai kekuatan dan subjek sejarah. Beralasan jika mahasiswalah yang terpilih

Page 66: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

52

oleh sejarah untuk menjebol kemandekan sebab mahasiswa adalah anak-anak

sejarah yang paling bisa dititipi oleh sejarah untuk menentukan dan mengurusi

masa depannya (Sindhunata, 2000: 103). Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan

para tokoh yang selalu bertujuan untuk menjungkir rezim otoriter yang sedang

berkuasa, misalnya dalam rapat-rapat Kelompok Rumah 12 A di Rumah 12 A.

Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(43) Sebenarnya rumah itu telah mereka gunakan untuk berkumpul selamalima bulan lamanya. Setiap orang yang berkunjung di rumah itu adalahorang-orang yang akrab dengan aktivitas demonstrasi. Sehingga diantara mereka saling kenal dan mempunyai jaringan kehidupan dalamaktivitasnya. Kesempatan yang mereka dapatkan sangat mudah karenapergaulan dalam rumah rapat. Sebab, mereka yang datang adalah jugaanggota suatu kelompok aksi (Agung, 2004: 13).

(44) Suasana Rumah 12 A agak ramai menjelang sore. Kedatangan paraaktivis membuat suasana bertambah ramai, mereka membuat sikapterhadap hilangnya teman mereka dengan datang pada acara tersebut(Agung, 2004: 25).

(45) Suasana Rumah 12 A tidak berubah. Satu orang datang lalu pergi danberganti yang lainnya datang. Mereka tidak lama, sekedar berkunjungdan memperhatikan aktivitas kelompok demonstran yang berpusat dirumah itu (Agung, 2004: 48).

(46) Sore hari, Rahma berada di Rumah 12 A. Mereka berkumpul untukmembicarakan rencana demonstrasi yang akan digelar di Jakarta(Agung, 2004 : 60).

2.3.4 Kesimpulan Analisis Latar

Latar tempat novel Jejak Sang Pembangkang adalah Jakarta sebagai ibukota

negara, rumah di gang 12 A atau Rumah 12 A, dan Kampus Trisakti. Latar waktu

novel ini adalah tahun 1998.

Latar sosial novel JSP ini adalah kehidupan para mahasiswa yang menjadi

aktivis/demonstran untuk memprotes rezim otoriter yang sedang menguasai

Page 67: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

53

negaranya. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan para tokoh yang selalu bertujuan

untuk menjungkir rezim otoriter yang sedang berkuasa, misalnya dalam rapat

Kelompok Rumah 12 A yang selalu bertujun melawan penguasa otoriter tersebut,

yaitu selalu merencanakan aksi-aksi demonstrasi dan aksi jumpa pers untuk

mengabarkan orang hilang.

2.3 Kesimpulan Analisis Struktur Penceritaan

Dalam peneltian ini tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan

tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh Joni dan tokoh tambahan adalah

tokoh Andi, tokoh Rahma, tokoh Ali, tokoh Jabar, Tokoh Farid, tokoh Soni, dan

tokoh Para Demonstran.

Tokoh utama dan tokoh tambahan adalah mahasiswa yang merangkap aktivis.

Untuk itu, mereka dapat mengetahui jika penguasanya telah menjadi otoriter atau

ada penguasa otoriter di dalam negaranya. Kehidupan sosial mereka pun hanya

berisi tentang ide atau pemikiran untuk melawan penguasa tersebut. Aksi

demonstrasi pun dilancarkan tokoh utama dan tokoh tambahan untuk mengkritik

dan melawan penguasa tersebut. Akibatnya, penokohan tokoh utama dan tokoh

tambahan memiliki penokohan yang selalu mengkritik, melawan, dan

menghancurkan penguasa otoriter.

Latar tempat novel Jejak Sang Pembangkang adalah Jakarta sebagai ibukota

negara, rumah di gang 12 A atau Rumah 12 A, dan Kampus Trisakti. Latar waktu

novel ini adalah tahun 1998.

Latar sosial novel JSP ini adalah kehidupan para mahasiswa (tokoh utama dan

tokoh tambahan) yang menjadi aktivis atau demonstran untuk memprotes rezim

Page 68: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

54

otoriter yang sedang berkuasa di negaranya. Para tokoh sadar bahwa penguasa

otoriter harus dihentikan karena tidak sesuai dengan sistem negaranya yang

seharusnya menganut sistem demokratis. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan

para tokoh utama dan tokoh tambahan yang selalu bertujuan untuk menjungkir

rezim otoriter, misalnya rapat Kelompok Rumah 12 A selalu berisi ide untuk

merencanakan aksi-aksi demonstrasi dari yang berskala kecil hingga paling besar

dan mengadakan aksi jumpa pers untuk mengabarkan orang hilang.

Maka, dari latar sosial novel JSP yang menceritakan tentang kehidupan para

mahasiswa yang merangkap aktivis dan tergabung dalam Kelompok Rumah 12 A,

pemikiran kiri dapat muncul. Di samping itu, latar sosial tersebut juga

mempengaruhi penokohan para tokoh sehingga para tokoh dalam novel ini

menjadi tokoh-tokoh yang kritis, yaitu bisa mengetahui dan memiliki kesadaran

bahwa penguasa atau pemerintah telah menjadi otoriter. Dalam Bab III analisis

pemikiran kiri akan dibahas lebih lanjut.

Page 69: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

55

BAB III

ANALISIS PEMIKIRAN KIRI

3.1 Pendahuluan

Karya sastra adalah curahan perasaan. Meskipun demikian, supaya dimengerti

oleh orang lain, maka karya sastra harus diungkapkan dengan bahasa yang logis

(Ratna, 2007: 162). Bahasa dalam novel terwujud dalam kalimat, paragraf, dan

dialog atau percakapan. Dalam berkisah, pencerita seringkali juga menyajikan

percakapan yang dilakukan tokoh-tokoh di dalam cerita; si pencerita menyajikan

cakapan atau dialog mereka. Selain itu cakapan sering mengandung informasi

yang memudahkan pembaca mengikuti lanjutan cerita (Sudjiman, 1988: 84).

Maka, pemikiran kiri dalam penelitian ini pun dapat terlacak melalui dialog-

dialog antara tokoh utama dan tokoh tambahan.

Menurut Mierson, rasionalitas komunikatif Habermas adalah tentang

tercapainya pemahaman bersama melalui bahasa dan sarana-sarana komunikasi

yang lain dan tentang sikap terbuka terhadap kritik dan mampu mengajukan

alasan-alasan yang baik bagi pelbagai keyakinan, keputusan, dan tindakan Anda.

Dalam teori Habermas, rasionalitas komunikatif memiliki “potensi” menciptakan

masyarakat lebih modern, dalam pengertian lebih terbuka. Habermas telah

menciptakan jalan baru untuk mengkritik masyarakat modern, di mana banyak

nilai dan ide yang dianggap terkait dengan politik dan pemikiran kiri

dikombinasikan dengan ide tentang komunikasi ( Mierson, 2003: 84-85).

Menurut Sudiarja, Habermas memperlihatkan kaidah praktis di luar bahasa

yang berlaku dalam komunikasi untuk memenuhi tiga macam tuntutan, yaitu

55

Page 70: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

56

kebenaran tuturan (truth claim): bahwa pernyataan yang dikemukakan benar (atau

bahwa pengandaian-pengandaian ekstensial kandungan proporsional tersebut telah

memadai), kejujuran pembicara (claim to veracity): bahwa maksud yang manifes

dari pembicara sama dengan yang diungkapkan, dan ketepatan atau kepantasan

(claim to rightness): bahwa tindak-wicara (speech-act) benar, berdasarkan konteks

normatif yang ada (atau bahwa konteks normatif yang dipenuhi sudah legitim

dengan sendirinya). Pemenuhan ketiga tuntutan ini akan menentukan kesahihan

suatu komunikasi yang diandalkan untuk mencapai hasil bersama. Masing-masing

tuntutan berhubungan dengan dunia objektif (the world), dunia subjektif (one’s

own world), dan dunia sosial (our world) (Sudiarja, 2004: 46).

Paragraf di atas adalah syarat-syarat yang ditentukan Habermas agar sebuah

klaim bisa dikatakan valid atau rasional. Tentu bisa saja syarat-syarat atau

tuntutan validitas atau kesahihan itu dilanggar, misalnya kalau si pembicara tidak

jujur dalam tuturannya, atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan

kenyataan objektif, dalam arti ini kiranya komunikasi tidak akan menghasilkan

nilai-nilai bersama yang sungguh-sungguh. Akibatnya, terjadi distorsi. (Sudiarja,

2004: 47).

Rasionalitas komunikatif diaplikasikan dalam tindakan komunikatif.

Sementara konsep tindakan komunikatif mengacu pada interaksi dari paling tidak

dua orang subjek yang mampu berbicara dan bertindak membangun hubungan

antarpersonal (apakah dengan cara verbal atau ekstra verbal) (Habermas, 1981:

110). Maka, setelah melalui tindakan komunikatif yang diskursif akan tercapai

kesepahaman, berlanjut ke arah kesepakatan lalu konsensus. Menurut, Habermas,

Page 71: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

57

bahasa sangat memegang sarana penting dalam model komunikasi seperti ini.

Melalui bahasa kita dapat memahami orang lain.

Selain itu, bahasa ialah ucapan pikiran dan perasaan manusia dengan teratur

memakai alat bunyi (Alisjahbana, 1981: 15). Di samping itu, menurut Paul

Chauchard, kelebihan manusia terletak pada kemampuan berbahasa yang

dimilikinya. Akibatnya, manusia memiliki kata-kata untuk mengungkapkan

pikiran. Dalam hal ini, bahasa menjadi sarana berpikir dan sarana mengungkapkan

pikiran (Baryadi, 2004: 11). Artinya, penulis akan dapat meneliti pemikiran kiri

dari dialog yang dilakukan oleh tokoh utama dan tambahan dalam novel JSP.

Dalam bab I telah dituliskan bahwa pemikiran kiri adalah pemikiran dan

gerakan sosial yang senantiasa melawan, mengkritik, dan memang terkadang

“nakal” untuk menghancurkan segala hal yang berbau establishment (kemapanan),

terutama kemapanan kekuasaan otoriter (Santoso, 2003: 16-17).

Pemikiran kiri dalam penelitian ini terletak pada tindakan komunikatif antara

tokoh utama dan tambahan, saat mereka berdialog atau bercakap dalam lingkup

sebuah diskusi rasional. Kemudian, mereka membuat kesepakatan, kesepahaman

lalu konsensus. Artinya, pemikiran kiri tersebut tidak akan tercipta bila tidak ada

dialog bersama antara tokoh utama dengan tokoh tambahan.

Dalam novel JSP pemikiran kiri terletak pada konsensus berupa klaim rasional,

argumen-argumen rasional, dan pernyataan rasional Kelompok Rumah 12 A

setelah melalui proses tindakan komunikatif rasional. Pemikiran kiri mereka

selalu mempunyai tujuan untuk melawan penguasa yang otoriter. Pemikiran kiri

itu juga digunakan sebagai kritik terhadap penguasa yang berbuat sewenang-

Page 72: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

58

wenang. Selain itu, pemikiran kiri mereka juga merencanakan solusi-solusi yang

nakal untuk segera menghancurkan kemapanan (establishment) kekuasaan yang

otoriteristik itu. Setelah para tokoh utama dan tambahan melakukan dialog

diskursif yang berisi klaim-klaim, argumen, dan pernyataan yang rasional, mereka

lalu membuat kesepahaman, kesepakatan, dan konsensus.

Pada prinsipnya, pemikiran kiri selalu disertai oleh gerakan sosial maka

Kelompok Rumah 12 A (tokoh utama dan tambahan) juga melakukan gerakan

sosial dalam aksi protes bernama demonstrasi atau unjuk rasa. Di satu pihak,

menurut peneliti, gerakan sosial tersebut termasuk dalam aspek teleologis apabila

dikaitkan dengan teori evolusi sosial Habermas. Aspek teleologis, yaitu

menyakini adanya relasi antara aktor dengan dunia keadaan yang terjadi. Dunia

objektif didefinisikan sebagai totalitas keadaan yang terjadi dapat diciptakan atau

terjadi atau diusahakan untuk terjadi, lewat intervensi bertujuan (Habermas,

1981:111).

Dalam penelitian ini, peneliti juga akan menyisipkan fakta-fakta sejarah untuk

mendukung pemikiran kiri dalam novel JSP ini. Selain itu, fakta sejarah tersebut

digunakan peneliti untuk membuktikan adanya keterkaitan antara fakta fiksi novel

JSP dengan fakta sejarah. Peneliti menggunakan fakta sejarah karena pendekatan

sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya

dengan masyarakat yang melatarbelakanginya (Ratna, 2003: 3).

3.2 Pemikiran Kiri Mengklaim Bahwa Penguasa Otoriter

Pemikiran kiri dalam penelitian ini adalah pemikiran kiri yang rasional. Dalam

hal ini, peneliti akan memakai kriteria ‘komunikasi rasional’ Habermas. Hal ini

Page 73: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

59

disebabkan karena Habermas memiliki kriteria-kriteria agar komunikasi bisa

menjadi sahih, valid, atau dianggap rasional.

Tokoh Joni sebagai tokoh utama dan tokoh Para Demonstran atau Kelompok

Rumah 12 A sebagai tokoh tambahan adalah aktivis dan mahasiswa yang selalu

berpikir kritis dan peka terhadap sesuatu yang telah salah terjadi di negerinya.

Melalui definisi situasi atau upaya interpretatif atas dunia kehidupan, Kelompok

Rumah 12 A menyatakan klaim otoriter terhadap penguasanya. Artinya, di dalam

dunia objektif novel JSP terdapat penguasa atau pemerintah yang otoriter.

Dalam dunia sosial novel JSP, tokoh Joni dan tokoh Para Demonstran adalah

mahasiswa yang merangkap aktivis. Untuk itu, dunia subjektifnya atau

pengalaman-pengalaman pribadinya hanya dipenuhi oleh pengetahuan-

pengetahuan mengenai masalah keotoriteran penguasanya. Oleh karena itu,

kegiatan mereka sehari-hari selain berkuliah hanya melakukan aksi unjuk rasa

atau demonstrasi melawan, mengkritik, bahkan terkadang nakal untuk

meruntuhkan rezim penguasa otoriter itu. Berikut ini penggalan kutipan:

(47) Joni berteriak-teriak. Mengobarkan semangat para demonstran. Orasi yangdilakukannya cukup membuat emosi orang terbakar.“Bukan berarti kita harus mengalah terus. Sudah lama kita diam. Tetapiapa yang kita dapatkan? Semakin tidak dihargai diri kita. Segalakehidupan adalah haknya untuk menjadi ketetapannya juga. Suara kitatidak dianggap, suara kita hanya omong kosong. Kita seperti benda mati.”Joni tambah panjang dalam orasinya. Tidak merasakan bagaimanamatahari siang itu menyengat wajahnya (Agung, 2004 : 9).

Dalam penggalan kutipan di atas, kita mengetahui bahwa tokoh utama, tokoh

Joni dan tokoh tambahan, tokoh Para Demonstran melakukan aksi demontrasi

disebabkan oleh penguasa yang mau menang sendiri, penguasa yang tidak

menghargai yang dikuasainya, dan penguasa yang tidak menganggap suara-suara

Page 74: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

60

rakyatnya. Dalam pembahasan sub bab berikut ini akan diketahui bahwa

pemerintah yang seharusnya demokratis itu menjadi otoriter dan klaim dari

Kelompok Rumah 12 A bahwa penguasa telah menjadi otoriter adalah rasional.

3.2.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran

Menurut penulis, tokoh utama dan tokoh tambahan pasti sudah melaksanakan

tindakan komunikatif atau diskusi rasional. Hal ini berarti mereka telah

melakukan suatu proses belajar atau rasionalisasi. Kemudian, mereka membuat

kesepakatan dan kesepahaman. Akhirnya, tercipta konsensus, yaitu mengklaim

bahwa kekuasaan atau penguasa negaranya telah menjadi otoriter. Otoriter adalah

suatu sikap atau perbuatan yang diperlihatkan seseorang terhadap orang lain untuk

memperlihatkan kekuatan, kewibawaan, atau kekuasaannya secara sepihak

(Ensiklopedi Nasional, 1990: 329).

Mereka tidak akan mengadakan aksi unjuk rasa atau demonstrasi di ibukota

jika tidak ada reaksi terhadap sesuatu hal yang keliru dari pemerintah. Tindakan

komunikatif diskusi rasional mereka termasuk dalam kategori pemikiran kiri ( ada

pemikiran dan gerakan sosialnya). Hal ini dikarenakan kesepakatan,

kesepahaman, lalu konsensus berupa klaim otoriter itu digunakan sebagai alasan

pembenaran untuk melawan dan mengkritik kekuasaan otoriter itu. Selain klaim

otoriter itu, mereka juga memiliki gerakan sosial berupa aksi demonstrasi untuk

menentang penguasa otoriter tersebut maka termasuk kategori pemikiran kiri.

Tokoh utama dan tokoh tambahan ini mempunyai kelompok bernama

Kelompok Rumah 12 A. Kelompok ini memiliki tempat tersendiri, yaitu rumah di

Page 75: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

61

Gang 12 A dan rumah itu adalah salah satu prasyarat bagi terjadinya proses

belajar atau rasionalisasi. Prasyarat terjadinya proses belajar adalah tersedianya

kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan manusia untuk berbincang secara

komunikatif. Menurut Habermas, mengacu pada terciptanya suatu suasana

berbincang yang membuka peluang bagi masing-masing individu yang terlibat di

dalamnya untuk mengajukan pendapat, kepentingan, dan kekhawatirannya tanpa

ada tekanan (Ankersmit, 1987:34). Artinya, syarat untuk terjadinya proses belajar

atau rasionalisasi telah dipenuhi kelompok 12 A, yaitu dengan menggunakan

Rumah 12 A.

Rumah 12 A adalah ruang Kelompok Rumah 12 A dalam membicarakan

praktik demonstrasi untuk melawan kekuatan rezim otoriter. Berikut ini bukti

penggalan kutipannya:

(48) Suasana rumah 12 A kembali sunyi. Hingar bingar pembicaraan tentangpraktek demonstrasi selesai. Semuanya masih menunggu, satu titik yangbisa dijadikan tonggak untuk gerak langkah mereka. Walaupun di jalanantelah berkali-kali demonstrasi dilakukan oleh berbagai pihak. Tetapi belumcukup untuk menghancurkan kekuatan rezim otoriter (Agung, 2004: 131).

Di samping itu, karena rumah itu ada di gang 12 A orang menamainya

Rumah 12 A sekaligus memberikan nama untuk kelompok aktivis yang sering ada

di rumah itu, yaitu Kelompok Rumah 12 A. Orang-orang dalam Kelompok

Rumah 12 A adalah para mahasiswa merangkap aktivis. Berikut ini bukti

penggalan kutipannya:

(49) Sebenarnya rumah itu telah mereka gunakan untuk berkumpul lima bulanlamanya. Setiap orang yang berkunjung di rumah itu adalah orang yangakrab dengan aktivitas demonstrasi. Sehingga di antara mereka salingkenal dan mempunyai jaringan dalam kehidupan dalam aktivitasnya.Rumah itu adalah tempat mereka bersatu, membuat pekerjaan tambahmudah untuk dilakukan. Kesempatan yang mereka dapatkan sangat

Page 76: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

62

mudah karena pergaulan dalam rumah rapat. Sebab mereka yang datangadalah juga anggota kelompok aksi. Demikian juga dengan aksi Joni didepan gedung perwakilan rakyat waktu itu (Agung, 2004: 13).

(50) Gang menuju rumah itu sering disebut gang dua belas. Kalau orang-orangsekitar rumah yang sering dijadikan anak-anak berkumpul mereka sebutRumah 12 A (Agung, 2004: 14).

Dalam penggalan di atas, rumah 12 A adalah tempat atau media Kelompok

Rumah 12 A untuk melakukan perbincangan rasional. Rumah 12 A digunakan

mereka untuk menciptakan suatu suasana berbincang yang membuka peluang bagi

masing-masing individu yang terlibat di dalam Kelompok Rumah 12 A untuk

mengajukan pendapat, kepentingan, dan kekhawatiran tanpa ada tekanan. Dengan

kata lain, rumah di gang 12 A adalah ruang terciptanya proses belajar atau

rasionalisasi. Salah satu hasil proses belajar Kelompok Rumah 12 A adalah

pemikiran berupa klaim otoriter untuk penguasanya.

Suatu klaim itu dianggap rasional jika sudah memenuhi tiga tuntutan:

kebenaran tuturan (truth claim), kejujuran pembicara (claim veracity), dan klaim

kepantasan atau ketepatan (claim to rightness). Selanjutnya, penulis masih harus

menghubungkannya dengan salah satu dunia atau dari tiga dunia yang ditawarkan,

yaitu dunia objektif sebagai totalitas fakta, “fakta” berarti suatu pernyataan

tentang eksistensi suatu keadaan (state of affairs), p, dapat dipandang benar.

Dunia sosial diartikan sebagai relasi antarpribadi yang oleh anggotanya dipandang

sesuatu yang sah dan dunia subjektif diartikan sebagai totalitas pengalaman, di

mana, pada tiap-tiap kasus, hanya orang yang mempunyai pengalaman itu sajalah

yang dapat mengaksesnya (Habermas, 1981: 66). Mengajukan klaim yang dapat

dikritik ketika mengaitkan ujaran ini paling tidak dengan satu “dunia”; dengan

Page 77: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

63

demikian dia menggunakan fakta bahwa relasi antara aktor dengan dunia pada

dasarnya terbuka bagi pemahaman objektif dalam rangka mengajak orang-orang

yang berseberangan dengannya untuk mengambil posisi yang didasarkan secara

rasional (Habermas, 1981: 129). Maka, melalui teori rasionalitas Habermas

tersebut, peneliti akan membuktikan bahwa klaim otoriter untuk penguasa atau

pemerintahnya adalah rasional. Berikut ini adalah analisisnya:

Pertama adalah kebenaran tuturan (truth claim). Klaim Kelompok Rumah 12 A

bahwa penguasanya atau pemerintahannya otoriter sudah memenuhi tuntutan

kebenaran tuturan. Kebenaran tuturan adalah kaitan antara tuturan dengan realita

dunia objektif yang ada dalam novel JSP. Kesahihan tuntutan berupa kebenaran

tuturan ini ditentukan dengan adakah faktanya atau tidak di dunia objektif dalam

novel JSP dan sudah terbukti. Bukti-bukti itu diambilkan dari dunia objektif novel

JSP. Penggalan kutipan berikutnya akan memperlihatkan suatu sikap atau

perbuatan yang diperlihatkan penguasa terhadap rakyatnya untuk memperlihatkan

kekuatan, kewibawaan, atau kekuasaannya secara sepihak, yaitu penghilangan

para mahasiswa merangkap aktivis.

Hal keotoriteran terbukti dari alasan tokoh Andi yang sering berkeliling ke

daerah-daerah. Alasannya, yaitu untuk membuktikan jika di daerah juga sedang

terjadi pergolakan melawan penguasa otoriter. Selain itu, kepergian tokoh Andi ke

daerah dapat membuktikan bahwa peristiwa orang hilang juga terjadi di daerah.

Orang yang hilang adalah para mahasiswa yang merangkap sebagai aktivis. Bukti

adanya orang hilang di daerah diungkapkan tokoh Andi ketika ditanyai oleh

seorang wartawan kota. Berikut ini kutipan penggalannya:

Page 78: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

64

(51) “Bagaimana kabarnya? Sudah lama tidak ketemu? Kemana kamu?”Tanya Sumbogo pada Andi bertubi-tubi.“Keliling daerah. Melanjutkan pekerjaan kemarin. Orang hilang didaerah tertentu juga ada ternyata. Tidak saja di ibukota, setelah diamatiternyata ada sesuatu yang menjadi benang merahnya, jawab Andi.(Agung, 2004: 111).

Dari penggalan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa orang hilang tidak

hanya terjadi di ibukota saja, tetapi juga terjadi di daerah. Berdasarkan bukti-bukti

yang di didapatkan di daerah tokoh Andi mengetahui bahwa aksi penculikan itu

memiliki benang merah. Benang merah itu adalah hanya para mahasiswa atau

aktivis yang krtitis terhdap penguasa otoriter saja yang menjadi korban penculikan

atau penghilangan paksa. Mereka yang hilang itu seluruhnya adalah orang-orang

kritis yang melawan pemerintahan otoriter.

Selain itu, bukti keotoriteran penguasa diungkapkan oleh tokoh Andi saat

datang ke Rumah 12 A, yaitu ketika ia ditanyai oleh tokoh Ali mengenai keadaan

di daerah. Berikut ini penggalan kutipannya:

(52) “Ada berita dari beberapa daerah, orang hilang di sana juga ada, sebagianmereka aktivis yang sering melakukan aksi. Benar tidak?” ujar Alimengejar berita pada Andi.“Benar. Berita pertama memang muncul dari sini. Tetapi beberapadaerah sudah terlebih dahulu kehilangan aktivis mereka. Hanya sajatidak dibuka di media massa. Jadi tidak tersebar berita itu. Kondisidaerah sama tegangnya dengan ibukota. Bahkan ada daerah yang lebihsensitif menanggapi isyu politis. Seringkali mereka mengadakan aksitiap satu minggu sekali. Serta mengumpulkan massa aksi dengan mudah.Kalau misalnya, cara di sana dipakai di sini. Keyakinan masyarakatibukota pasti bertambah juga untuk mengikuti tiap aksi yang diadakan.”

Andi memaparkan apa yang telah dipelajarinya dari perjalanankelilingnya. Andi melanjutkan dengan serius tentang ceritaperjalanannya.“Kondisi daerah tidak berbeda jauh, hanya di sana pergerakan untukmelakukan perlawanan terletak pada sekelompok mahasiswa yangbenar-benar berjuang untuk mengembangkan isyu. Sedangmasyarakatnya bergerak mengikuti, walaupun tidak sekaligus massaberkumpul tetapi selalu ada saja (Agung, 2004: 122-123).

Page 79: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

65

Dari penggalan di atas, keotoriteran menjadi semakin jelas. Pertama, di daerah

ditemukan fakta bahwa peristiwa aktivis hilang lebih dahulu terjadi daripada di

ibukota. Namun, karena tidak tersentuh media massa peristiwa penghilangan

aktivis itu tidak tersebar ke masyarakat. Kedua, di daerah juga ditemukan fakta

bahwa aksi demonstrasi telah menjadi kegiatan rutin, yaitu setiap seminggu sekali.

Keotoriteran penguasa diperkuat lagi oleh pernyataan tokoh Andi ketika dia

menanyakan keberadaan tokoh Kemal kepada tokoh Joni. Tokoh Kemal adalah

tokoh senior Kelompok Rumah 12 A. Berikut ini kutipan penggalannya:

(53) “ Tahu di mana Kemal?” tanya Andi yang muncul mendadak.“ Tidak.”‘‘Aku tidak pernah ketemu lagi. Setelah aksi terakhir di depan gedungperwakilan rakyat. Aku curiga. Ketika Kemal turun dari mimbar, dibawah dia ditarik seseorang. Mulai saat itu, dia tidak pernah muncullagi,” lanjut Andi (Agung, 2004:12).

Dari penggalan di atas, tokoh Andi menyakini bahwa tokoh Kemal diculik

setelah berdemonstrasi di depan gedung perwakilan rakyat. Keyakinan tokoh Andi

menjadi semakin kuat karena semenjak aksi demontrasi itu tokoh Kemal tak

pernah muncul lagi.

Keotoriteran itu dibuktikan lagi ketika tokoh Andi memulai berbicara dengan

tokoh Joni setelah memasuki warung. Pembicaraan itu mengarah kepada

hilangnya orang senior Kelompok Rumah 12 A yang menghilang tanpa ada yang

mengetahui kabarnya, yaitu tokoh Kemal, padahal tokoh ini tidak memiliki musuh

selain aktivitasnya gemar berdemonstrasi. Berikut ini kutipan penggalannya:

(54) “Apa yang terjadi dengan Kemal adalah penghilangan paksa. Adakemauan penguasa menghilangkan jejak orang-orang yang dianggapmusuh. Sebab tidak hanya terjadi pada satu tempat. Selain orang yanghilang adalah para aktivis.” (Agung, 2004:116).

Page 80: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

66

Dari penggalan di atas, diketahui bahwa Kelompok Rumah 12 A telah

kehilangan tokoh senior mereka, tokoh Kemal. Tokoh Joni dan tokoh Andi juga

meyakini bahwa penghilangan para aktivis terjadi karena ada kemauan penguasa

otoriter untuk menghilangkan jejak-jejak orang yang dianggap musuh.

Hilangnya tokoh Kemal memang disinyalir oleh kelompok 12 A karena

kegiatannya sebagai aktivis. Dugaan itu diperkuat melalui pernyataan ayah

Kemal, Pak Birowo, saat jumpa pers. Berikut ini penggalan kutipannya:

(55) “Keluarga kami tidak punya musuh. Atau orang-orang yang sengajamembuat permusuhan dengan pihak keluarga kami. Bahkan Kemaladalah seorang pendiam di lingkungan keluarga. Tidak menampakkandia mempunyai musuh (Agung, 2004: 26).

Dugaan ada campur tangan penguasa terhadap hilangnya Kemal diperkuat lagi

oleh Ayah Kemal, Pak Birowo, saat menjelaskan mengenai perilaku anaknya.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(56) “ Kebetulan sekali, saya mengetahui anak saya bersih. Tidak ada kegiatanyang disembunyikan dari kehidupannya. Pengalaman dia di sekolah selaludiceritakannya pada saya atau ibunya. Jadi, mana mungkin dia mempunyaikegiatan lain atau kegiatan bawah tanah. Seringkali dia pulang juga tepatwaktu dan jika menginap di rumah teman selalu pamitan dahulu. Tidakpernah sekalipun dia menghilang begitu saja, tanpa kami ketahui di manadia berada.” (Agung, 2004: 27-28).

Penggalan kutipan di atas adalah pernyataan dari ayah Kemal yang menyakini

anaknya bersih, tidak ada kegiatan bawah tanah lainnya, tidak mempunyai musuh,

dan mempunyai kebiasaan untuk selalu berpamitan bila berpergian. Untuk itu,

hilangnya tokoh Kemal tanpa ada kabar diyakini dilakukan oleh penguasa.

Penghilangan tokoh Kemal diyakini Kelompok Rumah 12 A karena aktivitasnya

Page 81: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

67

di dalam Kelompok Rumah 12 A sebagai aktivis yang menentang rezim otoriter

itu.

Selain itu, saat Kelompok Rumah 12 A mengadakan jumpa pers, kelompok ini

juga menyebarluaskan informasi bahwa penguasa telah menjadi otoriter. Dari

jumpa pers ini, penguasa yang otoriter menjadi begitu populer di telinga

masyarakat berkat bantuan media pers. Berikut ini penggalan kutipannya:

(57) “Apa yang tidak diinginkan oleh semua orang terjadi di sini. Satu rekankita dijadikan tumbal untuk membuat sejarah peradaban negeri initerlihat mulus, tidak ada benjolan yang tumbuh sebagai bangkai yangmembusuk di atas kejadian yang tidak menyenangkan atas rezimotoriter. Hilangnya Kemal sebagai aktivis prodemokrasi adalah satubukti demokrasi masih menjadi bau mulut yang tidak enak Sedangkan,demokrasi yang sesungguhnya menuntut sikap otoriter untuk lebihdisadari sebagai sikap yang tidak pantas lagi dibesar-besarkan.”(Agung, 2004: 25).

(58) Sebenarnya acara itulah yang membuat rumah 12 A menjadi awalberita di mana otoriterianisme berkembang dalam telinga masyarakat(Agung, 2004: 31).

Berpijak dari penggalan di atas, Kelompok Rumah 12 A melihat rezim

otoriter telah menghalalkan segala cara, termasuk penghilangan nyawa untuk

melanggengkan kekuasaannya. Selain itu, Kelompok Rumah 12 A juga menyakini

keotoriteran menyalahi sistem demokrasi karena pemerintah seharusnya

menjalankan sistem demokrasi.

Di samping itu, bukti penguasa otoriter juga terungkap ketika tokoh Rahma

menambahi pidato tokoh Joni saat jumpa pers kepada wartawan di Rumah 12 A.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(59) “Perjuangan kami adalah tulus, menganggap kebobrokan, sikap otoriterdan homogenitas menjadi barang usang yang harus siap ditinggalkan.”(Agung, 2004: 8)

Page 82: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

68

Dari penggalan di atas, penulis dapat mengetahui arah perjuangan Kelompok

Rumah 12 A, yaitu perjuangan untuk terus melawan sikap otoriter penguasanya.

Keotoriteran oleh Kelompok Rumah 12 A hanya dianggap membuat homogenitas

dan merupakan barang usang yang harus ditinggalkan.

Bukti penguasa otoriter pun diungkapkan lagi ketika tokoh Joni menanggapi

pertanyaan dari seorang wartawan saat jumpa pers di Rumah 12 A. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(60) “Suatu pertanyaan yang mungkin harus dijawab, dilihat perkembangannyaapa yang ada dalam kehidupan yang harus serba sama ini. Tapi untukpertanyaan nomor satu, perjuangan kami tidak berhenti hanya dengankehilangan satu pejuang. Kaum otoriter harus berhenti sendiri, sesuaizaman yang telah berubah. Kami tidak mengubah zaman, tetapi otoritersebagai untuk waktu yang bergerak begitu cepat sudah tak sesuai lagi. Hakkami untuk menghentikan itu.”.(Agung, 2004: 29)

Dari penggalan kutipan di atas, perjuangan tokoh Joni dan Kelompok Rumah

12 A dalam melawan penguasa otoriter tidak akan berhenti hanya karena

kehilangan satu pejuang. Dia dan Kelompok Rumah 12 A-nya akan terus

menghentikan rezim otoriter itu hingga penguasanya itu turun.

Dari penggalan-penggalan yang telah dipaparkan, membuktikan bahwa penguasa

dalam novel JSP adalah otoriter. Dengan kata lain, di dalam dunia objektif

terdapat penguasa yang otoriter. Jadi, klaim keotoriteran dari Kelompok Rumah

12 A telah memenuhi kebenaran tuturan (truth claim).

Kedua adalah kejujuran pembicara (claim veracity) Kelompok Rumah 12 A.

Klaim bahwa penguasa telah menjadi otoriter yang dikemukakan Kelompok

Rumah 12 A dalam novel JSP bukan merupakan klaim yang tidak mempunyai

bukti. Mereka yang mengklaim bahwa penguasa telah menjadi otoriter adalah

Page 83: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

69

golongan elite dalam masyarakat, yaitu mahasiswa atau kaum intelektual. Dalam

dunia sosial novel JSP, mereka adalah para mahasiswa merangkap sebagai aktivis.

Orang-orang itu akan selalu menggunakan akal pikirannya atau logikanya maka

klaim otoriternya tidak usah disangsikan lagi kebenarannya.

Kejujuran mereka telah memiliki bukti-bukti yang kuat, yaitu tokoh Kemal

yang hilang secara misterius dan aktivis-aktivis yang hilang di daerah. Bukti-bukti

itu didapatkan oleh tokoh Andi ketika berkeliling ke daerah-daerah. Hal tersebut

dibuktikan melalui kutipan penggalan (51), (52), dan (54). Selain itu, di dukung

oleh kegiatan mereka sebagai aktivis sehingga dunia subjektif mereka hanya

dipenuhi berbagai pengetahuan mengenai tingkah laku keotoriteran penguasanya.

Selain itu, mereka di kampus diajarkan untuk tidak akan pernah berbicara jika

tidak ada fakta atau buktinya. Mereka selalu dituntut berbakti pada kebenaran.

Untuk itu, klaim otoriter terhadap penguasanya pasti telah sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya sebagai aktivis. Artinya, mereka berbicara jujur

atau apa adanya.

Karena di dalam novel JSP tidak ada bukti kalimat yang mengatakan bahwa

mahasiswa adalah tipe manusia yang selalu mengutamakan kebenaran maka

peneliti mencarikan penggalan kutipan dari literatur lain yang menjelaskan bahwa

mahasiswa selalu dituntut untuk berbakti kepada kebenaran. Artinya, mereka

selalu menggunakan pikiran atau logikanya agar langkah yang diambil bisa selalu

rasional. Berikut ini bukti kutipan penggalannya:

(61) Mahasiswa yang juga sering dijuluki sebagai calon intelektual ataucendekiawan muda merupakan suatu lapisan elite di masyarakat,seringkali syarat dengan predikat “agent of change”, predikat semacamitu sesungguhnya tidak lain karena gambaran tentang harapan dan

Page 84: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

70

sekaligus tanggung jawab kesejarahan dalam kaitan peran masa depandalam kehidupan masyarakat. Motif peran cendekiawan adalah orang-orang yang mencari kebenaran. Keinginan, kegairahan, untuk berbaktipada kebenaran (Nasri, 1993: 107).

Berpijak dari penggalan kutipan di atas klaim kejujuran tokoh utama dan

tambahan dalam Kelompok Rumah 12 A tidak perlu disangsikan lagi. Di samping

itu, klaim kejujuran Kelompok Rumah 12 A juga telah didukung oleh kebenaran

tuturan pada pembahasan sebelumnya. Maka, penulis menyimpulkan bahwa klaim

otoriter untuk penguasanya dari tokoh utama, tokoh Joni dan tokoh tambahan,

tokoh Para Demonstran atau Kelompok Rumah 12 A sudah memenuhi tuntutan

kejujuran pembicara.

Ketiga adalah klaim ketepatan atau kepantasan (claim to rightness). Mereka

pun juga sudah memenuhi syarat ini. Artinya, klaim mereka tepat dan pantas

ketika klaim keotoriteran itu diajukan. Hal ini disebabkan karena klaim otoriter ini

sudah sesuai dengan konteks normatif yang ada atau sudah legitim dengan

sendirirnya. Keotoriteran itu pun tidak sesuai dengan konteks normatif yang telah

memiliki nilai legitim sendiri pada Pemerintah Indonesia dalam novel JSP.

Peneliti mengatakan Pemerintah Indonesia karena novel JSP merupakan novel

sejarah yang menceritakan rekaan fiksi bermuatan sejarah mengenai demonstrasi

mahasiswa di Jakarta sekitar tahun 1998. Selain itu, disebabkan juga karena

adanya kesamaan latar waktu dan nama latar tempat antara novel JSP dan fakta

sejarah maka peneliti akan mencarikan konteks normatif yang ada pada fakta

sejarah, yaitu ketentuan undang-undang yang berlaku di Indonesia agar terbukti

keotoriteran tidak sesuai dengan konteks nomatif hukum Indonesia. Hal ini

dilakukan karena di dalam novel JSP peneliti tidak mendapatkan bukti-bukti yang

Page 85: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

71

bisa dipakai untuk membuktikan bahwa klaim otoriter telah memenuhi klaim

ketepatan atau kepantasan.

Karena latar tempat novel JSP bernama Jakarta notabene ibukota Indonesia

penulis akan mencarikan bukti kutipan yang mengatakan bahwa Jakarta adalah

ibukota Indonesia. Hal itu dilakukan untuk semakin membuktikan bahwa nama

Jakarta memang merupakan ibukota negara Indonesia. Penggalan kutipan ini akan

diambilkan peneliti dari fakta sejarah. Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(62) Jakarta Raya, Daerah Khusus Ibukota, disingkat DKI Jaya adalahpropinsi terkecil, tetapi terpenting di Indonesia. Berdasarkan UU No10/1964, tgl 21 Agustus, Jakarta ditetapkan sebagai ibukota RepublikIndonesia (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989: 296).

Sedangkan, penggalan kutipan berikut ini merupakan bukti bahwa dalam novel

JSP terdapat latar bernama kota Jakarta.

(63) Sore hari, Rahma berada di rumah 12 A. Mereka berkumpul untukmembicarakan rencana demonstrasi yang akan digelar di Jakarta(Agung, 2004: 60).

Dari dua penggalan di atas, karena telah diketahui dan terbukti bila ada

kesamaan nama latar tempat antara dunia fiksi novel JSP dan dunia fakta sejarah

Indonesia maka penulis akan menggunakan fakta-fakta sejarah dari Indonesia

yang memiliki keterkaitan dengan fakta fiksi novel JSP atau menyebut nama

Indonesia untuk menyebut negara dalam novel JSP. Di samping itu, karena

penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra maka penulis disahkan

untuk memasukkan fakta sejarah guna mendukung penelitian ini sekaligus

membuktikan adanya keterkaitan fakta fiksi novel JSP dengan fakta sejarah. Hal

ini karena pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini

Page 86: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

72

menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra: landasannya

adalah gagasan bahwa karya sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini

beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari pelbagai segi struktur

sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini,

tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali

dan situasi-situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan

asal-usulnya (Saraswati, 2003: 4). Maka, penulis akan memakai dokumen fakta

sejarah.

Karena dalam novel JSP tidak ditemukan informasi mengenai konteks

normatif maka peneliti akan mencarikan konteks normatif hukum yang ada di

Indonesia. Berikut ini kutipan penggalannya:

(64) Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan dengan tegas, bahwa NegaraIndonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan ataskekuasaan belaka (machtsstaat) (Efendi,1994:130).

(65) Pasal 1 ayat 3, mengatakan Negara Indonesia adalah negara hukum.(Grafika, 2002: 3).

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia merupakan negara hukum

(pasal 1 ayat 3) dan bukan merupakan negara yang berdasar atas kekuasaan maka

penguasa otoriter tidak sesuai dengan konteks normatif Indonesia. Selain itu,

penghilangan aktivis secara sepihak merupakan pelanggaran hukum karena aktivis

dihukum tanpa melalui proses peradilan, yaitu dengan penculikan. Seharusnya

para aktivis harus diperlakukan sesuai dengan asas praduga tak bersalah

(presumption of innocence) sebelum pengadilan memutuskan bersalah kepada

aktivis maka belum boleh dijatuhi hukuman dalam bentuk apa pun. Faktanya, para

aktivis justru dihukum dengan diculik hingga tak diketahui keberadaannya.

Page 87: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

73

Selain itu, bentuk pemerintahan Indonesia adalah demokrasi atau dalam Orde

Baru berbentuk Demokrasi Pancasila. Berikut ini penggalan kutipannya:

(66) Tidak demikian halnya dengan Demokrasi Pancasila! Dalam bahasa kita“demokrasi” diterjemahkan dengan “kerakyatan” yang berarti kekuasaanrakyat, menurut contoh “ kerajaan ” yang berarti kekuasaan raja,“kelurahan” yang berarti kekuasaan lurah dan sebagainya (Hazairin,1981: 44).

Istilah demokrasi berasal dari kata “demos” berarti rakyat lalu “cratia” berarti

pemerintahan. Maka, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh

rakyat untuk rakyat (Boboy, 1994: 31). Pemerintah dalam novel JSP yang

menganut demokrasi atau dalam fakta sejarah Demokrasi Pancasila justru menjadi

keliru dalam melaksanakan demokrasi. Kedua pemerintah tersebut malah menjadi

otoriter atau kekuasaan di tangan pemerintah bukan di tangan rakyat yang terjadi.

Hal ini dibuktikan dengan pembungkaman suara-suara kritik terhadapnya, yaitu

penghilangan secara paksa para aktivis di ibukota, yaitu tokoh Kemal, maupun

aktivis di daerah.

Selain itu, baik dalam novel JSP maupun fakta sejarah, kedaulatan rakyat ini

dijelmakan dalam lembaga perwakilan rakyat yang disebut Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan perwakilan Rakyat (DPR). Berikut

ini penggalan kutipannya:

(67) “Posisi barat sangat strategis sekali. Dekat dengan Gedung DPR/MPR.Hingga gebrakan dari timur dihadang oleh pasukan huru-hara, biarkanberhenti sebelum semanggi. Tetapi kelompok barat harus masuk ke arahgedung sehingga kontrol pasukan huru-hara pecah.” (Agung, 2004: 152)

Dari penggalan di atas, diketahui bahwa dalam fakta fiksi novel JSP terdapat

lembaga perwakilan rakyat bernama MPR/DPR. Di Indonesia pun terdapat

lembaga perwakilan rakyat bernama MPR dan DPR. MPR sesungguhnya adalah

Page 88: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

74

pemegang kekuasaan rakyat tertinggi bahkan lebih tinggi dari presiden. Hal ini di

atur dalam UUD 1945, pasal 1 ayat 2. Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(68) Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh MajelisPermusyaratan Rakyat (Grafika, 2002: 32).

Selain itu, MPR dibantu oleh lembaga perwakilan rakyat, yaitu Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(69) Di dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang dasar 1945 dinyatakan:“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan

Perwakilan Rakyat di tambah dengan utusan-utusan dari daerah dangolongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”

Dari ketentuan tersebut di atas jelas, bahwa seluruh anggota DPRadalah juga anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).Dengan adanya keterikatan keanggotaan DPR dengan keanggotaanMPR, maka selain berfungsi sebagai pemegang kekuasaan legislatifbersama-sama dengan Presiden, yakni bersama-sama membuat undang-undang, juga DPR mempunyai kewenangan-kewenangan lain yangdiberikan oleh MPR.

Pengaturan akan hal tersebut terdapat pada pasal 7 ayat (1) ketetapanMPR No.III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata KerjaLembaga tertinggi negara atau antarlembaga tinggi negara, yangberbunyi sebagai berikut:

“Dewan Perwakilan Rakyat yang seluruhnya anggota majelis,berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalamrangka pelaksanaan haluan negara.” (Boboy, 1994: 98)

DPR adalah saluran resmi aspirasi rakyat. Namun, DPR hanya berdiam diri

saja ketika menanggapi aspirasi rakyat yang diwakili mahasiswa melalui aksi

demonstrasi. Artinya, lembaga perwakilan rakyat telah mengalami kemacetan.

Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(70) Cara menyalurkan aspirasi adalah dengan berunjuk rasa aliasdemonstrasi. Mengapa orang memilih cara demonstrasi sebagai alatmenyalurkan kehendak, pendapat, dan tuntutan? Jawabnya, karenasudah terbukti bahwa saluran parlemen, sebagaimana selaludipesankan oleh pemerintah, telah dirasakan macet. DPR tidakmencerminkan perwakilan rakyat, melainkan perwakilan rezim yangberkuasa (Hisyam, 2003: 58).

Page 89: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

75

Namun, dalam novel JSP kedaulatan atau kekuasaan negara justru berada di

tangan penguasa otoriter. Dibuktikan dengan hilangnya tokoh Kemal dan aktivis

di daerah. Hal ini semakin membuktikan bahwa pemerintah memang otoriter.

Penghilangan orang secara paksa ini merupakan bukti bahwa pemerintah

dalam novel JSP melanggar UUD 1945. Selain itu, penguasa otoriter juga

melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Penguasa otoriter melanggar

kemerdekaan, berkumpul, dan berserikat warganya. Penghilangan aktivis secara

paksa pun melanggar hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan hak untuk

diakui sebagai pribadi di depan hukum. Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(71) Pasal 28 mengatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainyaditetapkan dengan undang-undang (Grafika, 2002: 20).

(72) Bab X A UUD 1945 mengenai HAM, pasal 28 I ayat 1, mengatakan Hakuntuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hatinurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakuisebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atasdasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidakdapat dikurangi dalam keadaan apapun (Grafika, 2002: 23).

Penguasa otoriter itu pun melanggar pernyataan sedunia tentang Hak Asasi

Manusia (HAM), diantaranya melanggar pasal 3, pasal 5, pasal 9, dan pasal 11.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(73) Pasal 3Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan, dan keselamatan

seseorang.Pasal 5

Tiada seorang jua pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam,dengan tidak mengingat kemanusiaan ataupun jalan perlakuan atauhukum yang menghinakan.

Pasal 9Tiada seorang jua pun boleh ditangkap, ditahan, atau dibuang secara

sewenang-wenang ( Effendi, 1994: 154-156).

Page 90: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

76

Dari penggalan di atas, penguasa otoriter melakukan pelanggaran HAM

internasional. Pertama, menghilangkan secara sepihak kehidupan, kemerdekaan,

dan keselamatan tokoh Kemal, maupun para aktivis di daerah. Kedua, yaitu

menganiaya dan memperlakukan secara kejam tokoh Kemal dan para aktivis

hingga tak diketahui keberadaannya. Ketiga, yaitu melakukan penangkapan,

penahanan, dan pembuangan secara sewenang-wenang terhadap tokoh Kemal dan

para aktivis di daerah hingga tak diketahui keberadaannya tanpa proses hukum.

Maka, klaim otoriter terhadap penguasa dari tokoh utama, tokoh Joni dan tokoh

tambahan, tokoh Para Demonstran atau Kelompok Rumah 12 A telah memenuhi

kriteria klaim ketepatan dan kepantasan.

Di sisi lain, penulis juga memaparkan fakta sejarah khusus yang

mengindikasikan bahwa kekuasaan Orde Baru merupakan kekuasaan otoriter agar

terbukti bahwa fakta fiksi novel JSP memiliki keterkaitan atau merupakan cermin

peristiwa fakta sejarah di Indonesia, sekitar tahun 1998. Selain itu, fakta sejarah

itu digunakan untuk membuktikan kualitas sosiologi sastra novel JSP. Hal ini

dibuktikan dalam penggalan berikut:

(74) Dalam masa pemerintahannya yang otoriter, Soeharto jugamengembangkan kebijakan yang mengekang kebebasan pers sehinggapers tidak mungkin menjalankan peran pentingnya sebagai pengontrolkekuasaan (Miftahuddin, 2004: 63).

(75) Apapun istilah teknis ilmu politik yang bisa dan diberikan para pengamatOrde Baru yang jelas prosedur dan wacana yang “demokratis” Pemiluyang teratur, DPR, DPRD, presiden yang dipilih dan sebagainya, tetapisistem politik dan kekuasaan yang otoriter selamanya merupakan cirikhas Orde Baru (Hisyam, 2003: 38).

Page 91: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

77

Dari penggalan kutipan di atas, peneliti mengetahui pemerintahan yang

dipimpin oleh Presiden Soeharto adalah otoriter, yaitu salah satunya terhadap pers

hinggs pers tidak dapat menjalankan perannya sebagai pengontrol kekuasaan.

Selain itu, meskipun pemerintahan Orde Baru merupakan pemerintahan yang

legitim karena dipilih melalui pemilu dan mengusung demokrasi, yaitu dengan

adanya lembaga perwakilan rakyat: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Orde Baru tetap memiliki ciri kekuasaan

yang otoriter.

Keotoriteran Orde Baru juga diperkuat saat wartawan Tempo mewancarai

Munir, S.H., koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak

Kekerasan (Kontras), yaitu komisi yang menangani orang hilang menjelang

kejatuhan Orde Baru tahun 1998. Di dalam artikelnya yang berjudul “ Yang

Bertanggung Jawab Pemerintah cq ABRI; Tersangka Utama Polisi!” Munir

menyatakan bahwa penculikan terhadap aktivis terjadi karena aktivitas politiknya

dan penculikan itu dilakukan untuk membuat takut para aktivis sehingga

menghentikan aktivitasnya untuk menentang penguasa. Dia juga menegaskan

bahwa penculikan itu dilakukan penguasa untuk mengontrol suara-suara kritik

para aktivis. Berikut ini kutipan penggalannya:

(76) Apa tujuan penculikan itu?

“ Kontrol dan teror. Kontrol terhadap perilaku para aktivis, supaya merekatidak melakukan aktivitas-aktivitas politik. Kemudian kontrol itudilakukan dengan kemampuan rekayasa, artinya agar mereka hanyamelakukan A, B, C, sesuai dengan yang mereka kehendaki. Kemudianjuga sebagai teror terhadap para aktivis lainnya. Secara umum, merekaingin membangun ketakutan bahwa ada resiko yang sedemikian besarkalau para anggota melakukan upaya-upaya yang bersifat politikterhadap kekuasaan yang ada.

Page 92: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

78

Bagaimana dengan pelanggaran hukum dari tindak penculikan danpenyiksaan mereka?

“ Untuk penculikan, itu pelanggaran pasal 333 KUHP, yakni penghilangankemerdekaan orang. Itu tindak pidana, sehingga harus ada yangbertanggung jawab. Kalau orang yang diculik sampai mati, dikenai pasalpembunuhan berencana. Kalau penganiayaan saja, dikenai kasuspenganiayaan. Tetapi menurut saya, hanya ada dua pasal yang layakdisampaikan. Pasal tentang pembunuhan berencana, karena pasal iniadalah pasal paling berat di antara sekian pasal yang bisa dikenakan.Tetapi kalau orangnya tidak mati, dikenakan pasal 333, menghilangkankemerdekaan seseorang. Tetapi bentuk-bentuk kekerasannya memangbisa digunakan sebagai kumulatif hukuman yang bisa diancamkan(Munir, 1998: 40-41).

Dalam artikel yang berjudul “ Orang Hilang itu Bagian dari Pembungkaman ”

Munir menegaskan bahwa penculik para para aktivis adalah pemerintah. Munir,

S.H. adalah wakil Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Dia

juga menegaskan bahwa aparat pemerintah yang berada di balik berbagai macam

aksi penculikan tersebut. Berikut ini penggalan kutipannya:

(77) Artinya bukan menyembunyikan diri atau menghilangkan diri?

Tidak! Ini hilang. Dalam HAM itu ada dua kategori. Ada orang hilangdan ada orang melarikan diri karena ketakutan. Kedua-duanyapelanggaran HAM. Negara atau pemerintah, misalnya, melakukan terorkeras sehingga orang ketakutan lalu lari. Menghilangkan diri. Itu jugapelanggran HAM. Tapi dalam kategori yang kita umumkan ini adalahorang hilang. Orang yang diambil secara paksa bukan melarikan diri.

Kenapa yang hilang para aktivis?

Mereka ini adalah orang kritis terhadap kebijakan–kebijakan pemerintah.Cuma bentuk kritisnya macam-macam, sehingga kalau dilihat dariindikasi motif, kalau teori kejahatan itu kan siapa yang paling punyamotif…. Nah, yang paling punya motif terhadap daya kritis masyarakatitu siapa, aparat tentunya. Dengan begitu, orang menduga bahwamerekalah pelakunya. Kan tidak mungkin orang-orang yang tidakberkaitan dengan itu (Munir, 1998: 330).

Page 93: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

79

Dari dua penggalan kutipan (76) dan (77) diketahui dan terbukti bahwa ada

peristiwa penghilangan aktivis secara paksa ketika tahun 1998 menjelang

kejatuhan rezim Orde Baru, di bawah Presiden Soeharto. Tuduhan pun mengarah

kepada rezim Orde Baru sebagai penguasa dan dianggap otoriter. Alasannya,

kebanyakan korban orang yang dihilangkan adalah para mahasiswa atau aktivis

yang vokal terhadap penguasa otoriter itu. Penghilangan para aktivis pun juga

terjadi dalam novel JSP, yaitu tokoh Kemal dan para aktivis di daerah.

Berpijak dari penggalan kutipan (76), (77) dengan penggalan (52), (54),

peneliti melihat keterkaitan berupa kesamaan atau kemiripan antara fakta fiksi

novel JSP dan fakta sejarah yang terjadi sekitar tahun 1998, di Indonesia.

Kesamaan dan kemiripannya, yaitu pemerintah yang berjalan dalam dunia fiksi

novel JSP ataupun dalam fakta sejarah adalah pemerintah yang otoriter. Hal itu

dibuktikan dengan adanya kasus orang hilang, yaitu para aktivis di ibukota

maupun di daerah. Mereka diadili tanpa proses hukum. Dengan demikian, kualitas

sosiologi dan historis sastra novel JSP pun menjadi terbukti. Kualitasnya adalah

adanya mahasiswa yang merangkap aktivis baik di dunia sejarah maupun dunia

fiksi mempunyai keinginan untuk menggulingkan rezim otoriter dan ada peristiwa

penghilangan para aktivis, baik di dunia fiksi novel JSP maupun dunia sejarah.

Maka, dari uraian di atas peneliti telah membuktikan jika fakta fiksi novel JSP

memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah.

3.2.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial

Dalam sub bab 3.2.1.1 telah dibuktikan bahwa pemikiran berbentuk klaim

otoriter dari tokoh utama, tokoh Joni dan tokoh Para Demonstrans sebagai tokoh

Page 94: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

80

tambahan atau Kelompok Rumah 12 A adalah sudah valid atau rasional.

Pemikiran yang masih berbentuk klaim otoriter itu harus mempunyai gerakan

sosial agar memenuhi syarat pemikiran kiri.

Gerakan sosial adalah seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak

terlembaga (noninstitutionalised) yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk

memajukan atau menghalangi perubahan di dalam suatu masyarakat. Keyakinan

dan tindakan-tindakan (perilaku) yang tidak terlembaga mengandung arti bahwa

mereka tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku dan diterima umum secara luas

dan sah di dalam sebuah masyarakat.

Gerakan sosial Kelompok Rumah 12 A dalam novel JSP ini juga memiliki

keyakinan rasional, yaitu meyakini jika penguasanya telah menjadi otoriter dan

keotoriterannya pun telah terbukti. Kelompok Rumah 12 A adalah kelompok

mahasiswa yang bergerak di bawah tanah dan memiliki tujuan untuk selalu

melawan penguasa otoriter. Perlawanan kelompok itu tidak akan berhenti sebelum

penguasa otoriter berakhir.

Menurut peneliti, demonstrasi Kelompok Rumah 12 A termasuk dalam aspek

teleologis jika dihubungkan dengan teori evolusi sosial Habermas. Aspek

teleologis adalah menyakini adanya relasi antara aktor dengan dunia keadaan yang

terjadi. Dunia objektif didefinisikan sebagai totalitas keadaan yang terjadi dapat

diciptakan atau terjadi atau diusahakan untuk terjadi lewat intervensi bertujuan

(Habermas, 1981:111).

Kesepakatan, kesepahaman, dan konsensus pun telah diputuskan Kelompok

Rumah 12 A. Konsensus itu adalah untuk melaksanakan aksi demonstrasi sebagai

Page 95: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

81

salah satu cara melawan, mengkritik, dan menghancurkan penguasa otoriter.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(78) Joni berteriak-teriak. Mengobarkan semangat para demonstran. Orasiyang dilakukannya cukup membuat emosi orang terbakar. Sepertigelombang laut, suara itu menggema. Mencari sela untuk masuk padatelinga orang yang mendengarkan. Joni tidak menyadari orasinyamenghanyutkan pendengarnya. Cukup lama Joni berdiri di atas mobilyang dijadikan panggung untuk berdiri di depan para demonstran. Jalanyang semula dipakai untuk lalu lalang kendaraan menjadi macet. Penuhorang tidak bisa dilewati lagi.

“Bukan berarti kita harus mengalah terus. Sudah lama kita diam.Tetapi apa yang kita dapatkan? Semakin tidak dihargai diri kita. Segalakehidupan adalah haknya untuk menjadi ketetapannya juga. Suara kitatidak dianggap, suara kita hanya omong kosong. Kita seperti bendamati.”

Joni tambah panjang dalam orasinya. Tidak merasakan bagaimanamatahari siang itu menyengat wajahnya.

Rumah itu adalah tempat mereka bersatu, membuat pekerjaan tambahmudah untuk dilakukan. Kesempatan yang mereka dapatkan sangatmudah karena pergaulan dalam rumah rapat. Sebab, mereka yang datangadalah juga anggota kelompok aksi. Demikian juga dengan aksi Joni didepan gedung perwakilan rakyat waktu itu (Agung, 2004: 9-13).

Dari penggalan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa demonstrasi tokoh Joni

dan tokoh Para Demonstrans dilakukan untuk mengakhiri rezim penguasa otoriter.

Demonstrasi itu dilakukan di depan gedung perwakilan rakyat. Namun, DPR

ternyata tidak segera menanggapi aspirasi tokoh Joni dan tokoh Para Demonstran

atau Kelompok Rumah 12 A tersebut. Maka, klaim jika penguasa menjadi

otoriter semakin terbukti. Hal ini terlihat dari macetnya lembaga perwakilan

rakyat. DPR tidak memiliki keberanian untuk menurunkan penguasa otoriter.

Selain klaim otoriter, kini klaim bertambah satu lagi, yaitu klaim

ketidakpercayaan terhadap fungsi atau kinerja DPR. Kelompok Rumah 12 A

meyakini jika lembaga perwakilan rakyat lebih mewakili penguasa otoriternya.

Page 96: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

82

Hal ini terlihat dalam orasi tokoh Joni saat berdemonstrasi di depan gedung

perwakilan rakyat. Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(79) “Bukan berarti kita harus mengalah terus. Sudah lama kita diam. Tetapiapa yang kita dapatkan? Semakin tidak dihargai diri kita. Segalakehidupan adalah haknya untuk menjadi ketetapannya juga. Suara kitatidak dianggap, suara kita hanya omong kosong. Kita seperti bendamati.” (Agung, 2004 : 9).

Dari penggalan di atas, penulis menyimpulkan bahwa lembaga perwakilan

rakyat tidak memperhatikan suara aspirasi rakyat yang diwakili Kelompok Rumah

12 A. Dari orasi tokoh Joni itu kekecewaan tokoh Joni terlihat. Isi orasi tokoh Joni

adalah merasa kecewa karena aspirasinya tidak dihargainya lagi, merasa kecewa

karena suaranya hanya dianggap omong kosong oleh DPR, bahkan aktivis-aktivis

yang kritis hanya dianggap sebagai benda mati oleh lembaga wakil rakyat itu.

Klaim ketidakpercayaan tokoh Joni dan tokoh Para Demonstrans atau

Kelompok Rumah 12 A pun sudah rasional (terlihat dalam orasi Tokoh Joni).

Klaim ketidakpercayaan itu pun telah memenuhi kriteria kebenaran tuturan (truth

claim). Kini mereka tidak percaya lagi kepada pemimpin negara yang otoriter dan

lembaga DPR-nya. Kelompok Rumah 12 A mengganggap di bawah kekuasaan

otoriter lembaga perwakilan rakyat akan berperilaku sama dengan penguasanya

(seperti dua muka mata uang).

Kebenaran tuturan (truth claim) apabila lembaga perwakilan rakyat sebagai

saluran aspirasi masyarakat telah macet terbukti. Penggalan kutipan (79)

merupakan bukti adanya kemacetan dan ketidakpercayaan terhadap lembaga

perwakilannya. Selain itu, penulis akan mengambilkan bukti dari fakta sejarah

ketika menjelang kejatuhan rezim soeharto yang dikenal otoriter. Fakta sejarah itu

Page 97: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

83

digunakan untuk memperjelas alasan tokoh utama dan tokoh tambahan memilih

cara menyalurkan aspirasi melalui aksi berdemonstrasi turun ke jalan-jalan

ibukota. Berikut ini penggalan kutipannya:

(80) Cara menyalurkan aspirasi adalah dengan berunjuk rasa aliasdemonstrasi. Mengapa orang memilih cara demonstrasi sebagai alatmenyalurkan kehendak, pendapat, dan tuntutan? Jawabnya, karena sudahterbukti bahwa saluran parlemen, sebagaimana selalu dipesankan olehpemerintah, telah dirasakan macet. DPR tidak mencerminkan perwakilanrakyat, melainkan perwakilan rezim yang berkuasa (Hisyam, 2003: 58).

Penggalan kutipan fakta sejarah di atas merupakan bukti bahwa DPR tidak

sanggup membuat keputusan lalu tidak dapat mengadakan dialog dengan

mahasiswa. Apabila DPR mampu mengadakan dialog, pilihan menyalurkan

aspirasinya melalui unjuk rasa tak perlu terjadi. Aksi demonstrasi merupakan

bukti bila saluran parlemen telah macet. Artinya, apabila DPR berfungsi dengan

baik Kelompok Rumah 12 A tidak perlu melakukan aksi demonstrasi. Hal itu

merupakan bukti bahwa DPR tidak mencerminkan perwakilan rakyat melainkan

rezim penguasa otoriter.

Kejujuran pembicara (claim veracity) bila DPR telah mengalami kemacetan

pun telah terbukti. Kelompok Rumah 12 A sudah berkata jujur, karena dibuktikan

dengan sulitnya membangun komunikasi antara aktivis Kelompok Rumah 12 A

dengan DPR atau pemerintah hingga berkali-kali terjadi aksi demonstrasi ke jalan-

jalan kota. DPR pun belum mengambil tindakan terhadap penguasa otoriter,

walaupun aksi unjuk rasa telah terjadi berkali-kali. Hal ini dibuktikan dengan

penggalan kutipan berikut ini:

(81) Walaupun di jalanan telah berkali-kali demonstrasi dilakukan olehberbagai pihak. Tetapi belum cukup untuk menghancurkan kekuatanrezim otoriter. (Agung, 2004: 131).

Page 98: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

84

Dari penggalan kutipan di atas, penulis melihat bahwa legitimasi DPR sebagai

lembaga wakil rakyat sudah memudar. Hal itu dibuktikan oleh penulis dari

penggalan (81) yang mengatakan bahwa telah terjadi aksi demonstrasi berkali-

kali, tetapi belum juga dapat membuat penguasa otoriter turun. Sesungguhnya,

apabila DPR peka dan berfungsi dengan baik, lembaga perwakilan rakyat ini

sudah melakukan penyelidikan terhadap penguasanya, tapi justru lembaga ini

malah diam saja. Hal itu merupakan bukti bahwa DPR mengalami kemacetan dan

lebih mewakili penguasa otoriter. Legitimasi adalah penerimaan pemerintah yang

sah oleh masyarakat yang diperintah (Ensiklopedi Politik Pembagunan Pancasila,

1973: 112).

Klaim ketepatan atau kepantasan (claim to rightness) tokoh Joni dan tokoh

Para Demonstran mengenai kemacetan fungsi DPR pun sudah pantas dan tepat.

Alasannya adalah aksi demonstrasi yang berulangkali terjadi di ibukota

merupakan bukti bahwa DPR seakan menjadi tuli dan justru mengabdi kepada

penguasa otoriter daripada rakyat. Padahal, DPR adalah representasi dari

demokrasi dan harus mewakili rakyat. Namun, ketika DPR dikuasai sebuah rezim

otoriter aspirasi Kelompok Rumah 12 A hanya menjadi suara omong kosong yang

tak berguna. Penguasa otoriter tidak akan pernah ada di dalam novel JSP jika

DPR melakukan tugasnya sesuai dengan ketentuan.

Sesungguhnya, fungsi DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat adalah

mengawasi pemerintah. Berikut ini bukti penggalan kutipan konteks normatif dari

UUD 1945 bahwa DPR adalah lembaga perwakilan rakyat yang mempunyai tugas

mengawasi pemerintah.

Page 99: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

85

(82) Pasal 20 A mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsilegislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan (Grafika, 2002: 3).

Dari penggalan di atas, DPR memiliki salah satu fungsi sebagai pengawas

pemerintah maka seharusnya melalui fungsi itu DPR dapat menghentikan

pemerintahnya jika pemerintah itu telah menjadi otoriter. Salah satu cara

menghentikannya adalah dengan menggunakan hak meminta keterangan atau hak

interpelasi kepada presiden. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta

keterangan kepada presiden terhadap suatu kebijaksanaan pemerintah (Boboy,

1994: 72). Hak meminta keterangan ini sesungguhnya bisa digunakan untuk

meminta keterangan mengenai orang hilang yang telah disampaikan oleh

Kelompok Rumah 12 A. Namun, DPR seolah diam saja dan tak menggunakan hak

interpelasi ini sehingga bukti DPR lebih mewakili penguasa otoriter semakin

terbukti.

Selain itu, bila presiden terbukti melanggar hukum dan tidak bisa memberi

keterangan mengenai orang hilang, DPR dapat mengajukan usulan Sidang

Istimewa kepada MPR. Maka, bila di dalam Sidang Istimewa presiden sungguh-

sungguh terbukti melanggar hukum maka MPR dapat memberhentikannya.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(83) Suatu Sidang Istimewa MPR dapat diadakan apabila diminta olehDPR, jika Presiden nyata-nyata telah melanggar haluan negara atauapabila Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap, maka MPRharus memilih penggantinya.

Untuk menilai tindakan Presiden dalam pelaksanaan haluan negara,maka DPR mempunyai kewenangan-kewenangan sebagai berikut:

1. Apabila DPR menganggap Presiden sungguh-sungguh melanggarhaluan negara, maka DPR menyampaikan memorandum untukmengingatkan Presiden (pasal 7 ayat (2) Tap No.III/MPR/1978).

Page 100: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

86

2. Apabila dalam waktu 3 bulan Presiden tidak memperhatikanmemorandum DPR tersebut, maka DPR menyampaikanmemorandum yang kedua (Pasal 7 ayat (3)).

3. Apabila dalam waktu satu bulan memorandum yang keduatersebut tidak diindahkan oleh Presiden, maka DPR dapatmeminta Majelis mengadakan Sidang Istimewa untuk memintapertanggungjawaban Presiden.

Dengan demikian walaupun DPR secara langsung tidak dapatmemberhentikan Presiden, akan tetapi DPR dapat meminta kepada MPRuntuk mengadakan sidang istimewa untuk menilai Presiden dalammenjalankan haluan negara dan apabila Presiden sungguh-sungguh telahmelanggar haluan negara maka MPR-lah yang memberhentikan Presiden(Boboy, 1994: 98-100).

Ketidakpercayaannya kepada penguasa yang diklaim otoriter beserta

lembaganya pun muncul di dalam pernyataan tokoh Joni. Pernyataan tersebut

diungkapkan tokoh Joni ketika berbincang mengenai situasi negaranya dengan

tokoh Onik, adik tokoh Rahma, teman kontrakannya. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(84) “ Padahal berita koran lebih banyak berita tentang kondisi negara. Apayang bisa diperbuat negara jika orang-orang dalam negara itu telahbergerak sendiri-sendiri.”

“ Di situlah peran pemimpin dipertanyakan. Bisa atau tidak memberiarah pada keinginan orang banyak tersebut. Sedangkan, pemimpinsekarang sudah tidak dipercaya. Apa mau dikata? Negara lari, pemimpinhilang, dan orang kehilangan pegangan.” (Agung, 2004: 93).

Di samping itu, krisis kepercayaan terjadi bukan hanya terhadap DPR saja

sebagai lembaga perwakilan rakyat, melainkan terhadap semua lembaga

pemerintahan. Mereka meyakini adanya dugaan korupsi, kolusi, atau nepotisme

(KKN) di tubuh pemerintahan. Artinya, pemimpin negara dan lembaganya sudah

tidak dapat dipercayai mampu memimpin negaranya karena otoriter dan

melakukan KKN. Hal ini dibuktikan oleh fakta sejarah yang mencatat salah satu

Page 101: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

87

penyebab Orde Baru mengalami kejatuhan karena adanya KKN. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(85) Krisislah yang menyebabkan segalanya seperti tampak buruk. Yangmenjadi pemicu langsung, munculnya aksi mahasiswa berangkalimemang krisis moneter tidaklah berdiri sendiri. Banyak pihak yakin,krisis sektor ini muncul akibat adanya krisis kepercayaan. Perihalmunculnya krisis kepercayaan ini sendiri, kenyataan membuktikansebagai akibat merajalelanya kolusi, korupsi, dan nepotisme-populerdisingkat KKN- dalam tubuh pemerintahan dan lembaga kenegaraan.(Zamroni, 1998: 5).

Di samping itu, dari kutipan fakta sejarah di atas peneliti melihat kesamaan

antara fakta fiksi dengan fakta sejarah, yaitu ketika tahun 1998 sedang marak-

maraknya aksi mahasiswa menuntut perubahan atau reformasi kepada

pemerintahnya yang otoriter. Selain itu, kesamaan pelaku, yaitu dilakukan atau

dimotori oleh mahasiswa dan kesamaan dalam bentuk protesnya, yaitu melalui

aksi unjuk rasa atau demonstrasi.

Sebagai kesimpulan, menurut peneliti diskusi rasional hingga menghasilkan

konsensus berupa klaim otoriter untuk penguasanya dan ketidakpercayaan kepada

DPR termasuk kriteria pemikiran kiri. Hal ini karena selain ada pemikirannya

berupa klaim otoriter, ada pula gerakan sosialnya berupa aksi demonstrasi

sehingga memenuhi kriteria pemikiran kiri. Sehubungan dengan itu, klaim otoriter

dan ketidakpercayaan terhadap DPR hingga berbentuk aksi unjuk rasa adalah cara

yang digunakan Kelompok Rumah 12 A untuk:

1. Melawan penguasa yang otoriter. Klaim otoriter itu digunakan untuk

menghimpun dan menyakinkan aktivis Kelompok Rumah 12 A hingga

digunkan untuk merencanakan aksi demonstrasi di ibukota. Klaim otoriter

Page 102: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

88

itu digunakan untuk membenarkan aksi demonstrasi tokoh Joni dan tokoh

Para demonstran atau Kelompok Rumah 12 A.

2. Mengkritik penguasa yang otoriter. Hal ini karena penguasa otoriter

terbukti membenarkan dirinya atau menghalalkan segala cara untuk

melanggengkan kekuasaannya, yaitu dengan menghilangkan paksa para

aktivis.

3. Menghancurkan penguasa yang otoriter tersebut karena penguasa otoriter

sesungguhnya telah menyalahi konteks normatif yang ada di dalam novel

JSP. Selain itu, digunakan sebagai alasan yang rasional dan sumber

kekuatan untuk mengakhiri kekuasaannya karena sesungguhnya sistem

demokrasi yang dijalankan dalam novel JSP bukan sistem otoriter.

3.3 Pemikiran Kiri Mengadakan Aksi Jumpa Pers

Pemikiran kiri untuk melakukan aksi jumpa pers ini muncul dan dipicu karena

hilangnya tokoh Kemal, orang yang senior dalam Kelompok Rumah 12 A. Tokoh

ini menghilang secara misterius ketika berdemonstrasi di depan gedung wakil

rakyat. Hal ini diyakini juga oleh sesama teman aktivisnya Kelompok Rumah 12

A, tokoh Joni, tokoh Andi, dan tokoh Rahma bahwa tokoh Kemal telah diculik

oleh rezim otoriternya negaranya.

Prasangka curiga bahwa tokoh Kemal memang diculik rezim dinyatakan oleh

oleh tokoh Andi, saat berbicara dengan tokoh Joni di Rumah 12 A. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(86) “Aku tidak pernah ketemu lagi. Setelah aksi terakhir di depan gedungperwakilan rakyat. Aku curiga. Ketika Kemal turun dari mimbar, di

Page 103: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

89

bawah dia ditarik seseorang. Mulai saat itu, dia tidak pernah muncul lagi,“ lanjut Andi (Agung, 2004 : 12).

Bukti yang kuat juga diungkapkan tokoh Andi ketika bertemu dengan tokoh

Rahma di Rumah 12 A sepulang bersama-sama dengan tokoh Joni mencari tokoh

Kemal. Berikut ini penggalan kutipannya:

(87) Setelah Andi membuka pintu, Rahma mengikuti dari belakangnya.“Kau sendiri dari mana?” tanya Rahma.“Mencari Kemal bersama Joni.”“Kemal? Ke mana dia?”“Menghilang sejak demonstrasi terakhir kemarin.”“Bukannya dia pulang?”“Kalau dia pulang, aku tidak mencarinya.” (Agung, 2004: 15).

Kecurigaan tokoh Andi tersebut diperkuat lagi oleh keterangan-keterangan dari

tokoh Rahma. Hal ini dibuktikan sebagai berikut:

(88) “ Beberapa tempat sudah aku kelilingi bahkan ada tempat yang akukunjungi tiap hari karena Kemal biasa nongkrong di sana. Tetap sajadia tidak muncul. Aku tanya penjual bubur depan kampus, di mana diasering nongkrong juga, sudah tiga bulan dia tidak nampak batanghidungnya.” (Agung, 2004: 18).

Di samping itu, bukti kuat yang lain bahwa tokoh Kemal diculik adalah ketika

tokoh Rahma berusaha sekuat tenaga melacak jejaknya di kampus dan dengan

bertanya kepada teman-teman sekampusnya, namun hasilnya nihil. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(89) Setelah meninggalkan rumah itu. Rahma menelusuri jejak Kemal. Setiaptemannya dia kunjungi, bertanya keadaan Kemal. Setiap orang yangtelah dia kunjungi mengatakan tidak tahu. Beberapa kali dia datang ketempat kuliah Kemal tetap saja Kemal tidak muncul. Terakhir Rahmamengunjungi Joni.“Jon, kamu tahu ke mana Kemal?”“Aku tidak pernah bertemu setelah aksi di depan gedung perwakilanrakyat.”“Dia menghilang.”“Sudah dicari?”

Page 104: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

90

“Beberapa teman mencari dan tidak ada yang menemukannya.” (Agung,2004:16).

Padahal, berita hilangnya tokoh Kemal, orang senior Kelompok Rumah 12 A,

telah menyebar kepada sesama aktivis, tetapi tokoh ini juga tak kunjung segera

ditemukan. Berita kehilangan aktivis ini pun belum juga tersentuh media massa.

Maka, perilaku otoriter dari penguasa ini pun belum diketahui oleh masyarakat

luas. Berikut ini penggalan kutipannya:

(90) Berita tentang hilangnya Kemal sudah menyebar di kalangan aktivis.Belum tersentuh oleh, baik cetak atau televisi (Agung, 2004: 19).

3.3.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran

Pemikiran atau ide untuk membuka kabar tentang hilangnya salah satu aktivis

pun terjadi. Pemikiran itu tercetus ketika Joni memberikan ide kepada tokoh Andi

menanggapi hilangnya tokoh Kemal secara misterius. Selanjutnya, pemikiran

tokoh Joni itu adalah awal kesepakatan untuk membuka kabar orang hilang ke

masyarakat luas, terutama keluarga Kemal. Dibuktikan melalui penggalan kutipan

berikut ini:

(91) “Jangan terlalu mencolok! Kita cari secara diam-diam. Setelah tidak kitatemukan buat pemberitahuan.”“Ide bagus. Tapi mulai dari mana?”“Teman-teman dekat kita dulu. Satu dua hari kita jalan, setelah tidak kitatemukan. Buat pengumuman. Jangan lupa! Keluarganya.” (Agung,2004:12).

Dari penggalan kutipan di atas, kesepakatan untuk mulai mengabarkan tentang

orang hilang, yaitu Tokoh Kemal sebagai aktivis senior Kelompok Rumah 12 A

pun telah terjadi. Pencarian mula-mula akan dilakukan secara mandiri oleh

Kelompok Rumah 12 A. Selain itu, Kelompok Rumah 12 A akan memberi kabar

Page 105: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

91

mengenai hilangnya Kemal kepada keluarganya. Setelah itu, mereka membuat

pengumuman kepada seluruh aktivis Kelompok Rumah 12 A dan masyarakat agar

semakin mudah menemukan Kemal.

Ide untuk mengabarkan aktivis yang hilang menjadi lebih terang lagi ketika

tokoh Joni dikunjungi tokoh Rahma. Keperluan Rahma mendatanginya adalah

untuk menanyakan kabar tentang hilangnya tokoh Kemal. Lalu, Tokoh Joni justru

mencetuskan ide untuk memakai media pers, yaitu surat kabar. Berikut ini

kutipan penggalannya:

(92) “Dia menghilang.”“Sudah dicari?”“Beberapa teman mencari dan tidak ada yang menemukannya.”“Kalau begitu kita buat berita di surat kabar.”“Itu upaya terakhir.”“Secepatnya akan aku hubungi beberapa media untuk membuat jumpapers.”“Tapi itu tanggung jawabmu.”“Aku minta dukungan teman-teman. Tolong beritahukan mereka yangsering berkumpul di Rumah 12 A. Aku yang bertanggung jawab untukmemberi keterangan pada surat kabar tentang Kemal.”“Terima kasih sekali kalau begitu.” (Agung, 2004: 17).

Dari kutipan penggalan di atas, tokoh Kemal terbukti memang menghilang.

Beberapa teman aktivis sudah mencari tapi nihil. Untuk itu, Kelompok Rumah 12

A menjadi semakin berani untuk membuka suara jika aktivisnya telah hilang di

surat kabar. Tokoh Joni akan bertanggung jawab penuh terhadap jumpa pers itu.

Kemudian pada hari berikutnya, ide jumpa pers dirapatkan lebih matang lagi di

Rumah 12 A. Di rapatkan oleh tokoh Rahma, tokoh Andi, tokoh Ali, dan tokoh

Jabar. Jumpa pers akan dilaksanakan setelah tokoh Joni berhasil mengumpulkan

para wartawan. Peristiwa ini adalah kesepakatan membuka kabar mengenai

Page 106: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

92

aktivis hilang menjadi kesepahaman. Dibuktikan dalam kutipan penggalan

berikut:

(93) Hari berikutnya kunjungan Rahma ke Rumah 12 A. Di sana berkumpultiga orang teman, diantaranya Andi, Ali, dan Jabar. Andi, salahseorang yang mengetahui hilangnya Kemal, segera menyambutRahma. Sedangkan, Ali dan Jabar diam, memperhatikan pembicaraanmereka, walaupun mereka berdua berada beberapa langkah di depanAndi.“Lebih baik kita ke ruang rapat!” tegur Ali.Mereka hampir bersamaan melangkahkan kaki. Menuju ruang rapat.“ Kapan acara jumpa pers akan digelar?” tanya Jabar.“ Setelah Joni mengumpulkan teman-teman wartawan. Mereka akandibawa ke rumah ini. Mungkin juga jumpa persnya di sini, ” jawabRahma (Agung, 2004: 18).

Berpijak dari penggalan kutipan di atas, jumpa pers akan segera dilaksanakan

setelah tokoh Joni berhasil mengumpulkan teman-teman wartawannya. Selain itu,

jumpa pers akan diadakan di rumah gang 12 A telah disetujui. Maka,

kesepahaman untuk mengadakan jumpa pers semakin jelas.

Selanjutnya, rencana jumpa pers akan segera diadakan di Rumah 12 A. Dan

jumpa pers itu akan dilaksanakan setelah mendapat kepastian dari tokoh Joni.

Bagi Joni jumpa pers ini menjadi sangat penting karena pers adalah media yang

efektif dan efisien. Konsensus pun telah diputuskan untuk segera mengadakan

jumpa pers di Rumah 12 A. Berikut ini kutipan penggalannya:

(94) “ Untuk sementara program yang harus dijalankan adalah mengundangmedia massa dan kita buat acara jumpa pers. Semuanya harus dibukasesuai dengan apa adanya.”“Apakah itu penting?”Mereka diam. Joni menjawab dengan tegas.“Penting. Membuka suara bahwa kita telah kehilangan aktivis.”Mereka nampak mengangguk. Joni kembali dengan gaya bicaranya yangtegas.“Tolong dibantu persiapan untuk jumpa pers. Ruang rapat.” (Agung,2004: 21-24).

Page 107: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

93

Dari penggalan kutipan di atas, rencana aksi jumpa pers dengan mengundang

media massa sudah disepakati oleh Kelompok Rumah 12 A. Tokoh Joni

menginginkan acara jumpa pers itu untuk membuka peristiwa hilangnya aktivis

dengan apa adanya. Dan Kelompok Rumah 12 A pun menyetujuinya. Hal ini

berarti telah terjadi konsensus untuk mengadakan aksi jumpa pers.

3.3.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial

Akhirnya, jumpa pers itu dilaksanakan juga oleh Kelompok Rumah 12 A.

Acara ini dihadiri oleh banyak orang dan wartawan. Bahkan, jumlahnya melebihi

kapasitas ruangan Rumah 12 A. Sasaran terpenting yang diinginkan Kelompok

Rumah 12 A pun telah tercapai, yaitu banyak wartawan datang dari berbagai

media cetak. Berikut ini kutipan penggalannya:

(95) Suasana Rumah 12 A agak ramai menjelang sore. Orang berdatanganmengalir dalam satu jam. Berita orang hilang yang pengumumannyadilakukan oleh kelompok Kemal menjadi pusat berita, banyakwartawan media cetak datang. Alat-alat yang mereka bawa lengkap,mulai dari kamera, kertas untuk mencatat, dan tape kecil. Menurutperkiraan, orang yang datang melebihi kapasitas ruang, karena ruanganitu biasa dipakai untuk dua puluh lima orang, saat itu masih ada yangberdiri di luar (Agung, 2004: 24).

Dari penggalan kutipan di atas, jumpa pers itu diadakan ketika sore hari.

Banyak orang datang ke Rumah 12 A itu hanya dalam waktu satu jam. Tujuan

utama pun sudah terpenuhi, yaitu banyaknya wartawan media cetak yang datang

atau hadir. Untuk itu, rencana menyebarkan berita mengenai orang hilang

terutama aktivis kepada masyarakat akan segera terwujud sesuai harapan

Kelompok Rumah 12 A.

Page 108: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

94

Di samping itu, jumpa pers itu adalah pernyataan secara resmi dari Kelompok

Rumah 12 A, yaitu untuk memperjelas dan menyebarluaskan klaim bahwa

pemerintah yang berkuasa adalah otoriter. Dalam jumpa pers itu, mereka

berbicara tentang hilangnya salah satu aktivis Kelompok Rumah 12 A yang tak

ada kunjung kabarnya, tokoh Kemal. Berikut penggalan kutipannya:

(96) “Apa yang tidak diinginkan oleh semua orang terjadi di sini. Satu rekankita dijadikan tumbal untuk membuat sejarah peradapan negeri initerlihat mulus, tidak ada benjolan yang tumbuh sebagai bangkai yangmembusuk di atas kejadian yang tidak menyenangkan atas rezimotoriter. Hilangnya Kemal sebagai aktivitas prodemokrasi adalah satubukti demokrasi masih menjadi bau mulut yang tidak enak Sedangkandemokrasi yang sesungguhnya menuntut sikap otoriter untuk lebihdisadari sebagai sikap yang tidak pantas lagi dibesar-besarkan.” (Agung,2004: 25).

Dari penggalan di atas, selain mewartakan kehilangan aktivisnya, klaim

penguasa otoriter pun muncul untuk pertama kalinya ke masyarakat. Aksi jumpa

pers itu juga membuka kesadaran masyarakat mengenai sikap negaranya yang

sebenarnya tak pantas dilakukan. Selain itu, juga akan membuka kesadaran

masyarakat jika demokrasi di negaranya sebenarnya telah dibungkam oleh sikap

otoriter.

Di samping itu, keterangan dari pihak keluarga, Ayah Kemal semakin

memberikan bukti jika Kemal benar-benar diculik oleh rezim. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(97) “Keluarga kami tidak punya musuh. Atau orang-orang yang sengajamembuat permusuhan dengan pihak keluarga kami. Bahkan Kemaladalah seorang pendiam di lingkungan keluarga. Tidak menampakkandia mempunyai musuh (Agung, 2004: 26).

Akibat dari jumpa pers itu, keotoriteran rezim otoriter pun menjadi cepat

tersebar dan meluas ke penjuru negeri. Hal ini menyadarkan masyarakat untuk

Page 109: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

95

segera ikut berpartisipasi melakukan perubahan dalam negaranya. Dan jumpa pers

itu telah memberikan transparansi keadaan penguasa yang sebenarnya kepada

masyarakat. Berikut ini penggalan kutipannya:

(98) Sebenarnya acara itulah yang membuat rumah 12 A menjadi awal beritadi mana otoriterianisme berkembang dalam telinga masyarakat.Pembelaan terjadi di mana-mana. Bahkan tidak tanggung-tanggungbeberapa acara besar digelar oleh suatu kelompok untuk membicarakantentang sikap otoriter. Hingga hari berikutnya istilah itu tercetak dalamsurat kabar hingga berminggu-minggu (Agung, 2004:31).

Dari penggalan kutipan di atas, jika penguasa otoriter pun telah terbukti dan

keotoriteran pun segera tersebar ke telinga masyarakat. Bahkan, beberapa acara

besar digelar masyarakat untuk membicarakan sikap otoriter. Acara itu digunakan

untuk menggalang kekuatan melawan penguasa otoriter. Dan istilah otoriter itu

pun tercetak di media massa hingga berminggu-minggu. Dengan tersebarnya

keotoriteran dan informasi adanya kasus orang hilang akan dapat membuka

wawasan dan kesadaran masyarakat jika pemerintahannya telah menjadi otoriter.

Akibatnya, para aktivis akan mendapat dukungan dari masyarakat untuk bersama-

sama segera mengakhiri rezim otoriter tersebut.

Menurut penulis diskusi rasional hingga menghasilkan ide pemikiran berupa

rencana untuk menggunakan media pers hingga berbentuk aksi jumpa pers

sebagai pemikiran kiri. Alasannya adalah aksi jumpa pers itu mempunyai

pemikiran berupa argumen rasional untuk mengadakan aksi jumpa pers dan ada

gerakan sosialnya berupa aksi jumpa pers.

Kelompok Rumah 12 A telah menggunakan media pers pun telah memenuhi

kriteria gerakan sosial. Penggunaan media massa melalui jumpa pers itu adalah

ciri-ciri dari gerakan sosial. Aktivitas utama dari gerakan sosial adalah

Page 110: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

96

memobilisasi berbagai macam konstituent dengan aneka cara guna memperoleh

sumber-sumber daya yang dibutuhkan. Sumber-sumber daya dalam arti luas dapat

mencakupi waktu dan tenaga para aktivis, dana, senjata, dukungan media, dan

sebagainya (Mirsel, 2004: 56). Maka, menurut peneliti acara jumpa pers itu pasti

digunakan Kelompok Rumah 12 A untuk mencari dukungan dari media massa

dan masyarakat.

Selain itu, aksi jumpa pers itu adalah untuk melawan, mengkritik, dan

menghancurkan kekuasaan otoriter. Maka, argumen atau pernyataan berupa

rencana acara jumpa pers dan aksi jumpa pers itu termasuk pemikiran kiri karena

telah memenuhi kriteria pemikiran kiri, yaitu pertama memiliki pemikiran berupa

rencana aksi jumpa pers dan kedua memiliki gerakan sosial berupa acara jumpa

pers itu sendiri. Selanjutnya, pemikiran kiri berbentuk aksi jumpa pers itu adalah

langkah yang digunakan untuk:

1. Melawan penguasa yang otoriter. Melalui aksi jumpa pers informasi

tentang penguasa yang telah menjadi otoriter pun dapat tersebar dengan

cepat. Melalui dukungan media massa kebenaran mengenai adanya

penguasa otoriter dapat digunakan Kelompok Rumah 12 A untuk

meyakinkan, menghimpun dan menggerakkan masyarakat mengakhiri

rezim penguasa otoriter itu.

2. Mengkritik penguasa yang otoriter. Aksi jumpa pers itu dapat digunakan

untuk mengkritik penguasa yang otoriter secara efisien dan efektif karena

dapat membongkar pelanggaran hukum yang telah dilakukannya, yaitu

penghilangan para aktivis di ibukota maupun di daerah. Penghilangan para

Page 111: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

97

aktivis secara sepihak merupakan bukti sikap otoriter yang menyalahi

demokrasi.

3. Menghancurkan penguasa yang otoriter tersebut. Aksi jumpa pers yang

menyebarkan berita keotoriteran tersebut akan dapat digunakan untuk

memprovokasi masyarakat luas sehingga membuka kesadaran masyarakat

jika sikap otoriter sebenarnya tidak pantas untuk dijalankan di negeri yang

menganut demokrasi. Selain itu, penghilangan aktivis secara sepihak oleh

penguasa otoriter sesungguhnya tidak sesuai dengan ketentuan

perundangan-undangan hukum yang berlaku.

Selanjutnya, setelah aksi jumpa pers memenuhi syarat pemikiran kiri peneliti

akan membuktikan jika aksi jumpa pers itu sudah rasional. Berikut ini analisisnya:

Kejujuran tuturan (truth claim) bahwa kejujuran mereka mengenai keotoriteran

yang disebarkan melalui jumpa pers tidak perlu diragukan lagi. Hal itu terbukti

dari hilangnya, tokoh Kemal dan orang hilang di daerah. Mereka yang hilang ini

adalah para aktivis atau mahasiswa yang melakukan kritik terhadap pemerintah

otoriter. Selain itu, dalam dunia sosial novel JSP, mereka yang berbicara dalam

jumpa pers ini adalah para aktivis Kelompok Rumah 12 A. Mereka adalah para

mahasiswa yang fasih terhadap rezim penguasa otoriter dan selalu dituntut

berbicara tentang kebenaran. Akibatnya, dunia subjektif mereka hanya dipenuhi

pengalaman-pengalaman yang fasih mengenai bukti-bukti keotoriteran. Berikut

ini penggalan kutipannya:

(99) Berita tentang hilangnya Kemal sudah menyebar di kalangan aktivis.Belum tersentuh oleh, baik cetak atau televisi. (Agung, 2004: 19).

Page 112: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

98

(100) “Bagaimana kabarnya? Sudah lama tidak ketemu? Kemana kamu?”Tanya Sumbogo pada Andi bertubi-tubi.“Keliling daerah. Melanjutkan pekerjaan kemarin. Orang hilang didaerah tertentu juga ada ternyata. Tidak saja di ibukota, setelah diamatiternyata ada sesuatu yang menjadi benang merahnya, jawab Andi(Agung, 2004: 111).

Dua penggalan kutipan di atas adalah membuktikan bahwa dalam dunia

objektif memang benar ada orang hilang dan sekaligus membuktikan bahwa

pemerintah telah menjadi otoriter dengan bertindak sewenang-wenang.

Selain itu, penggalan (102) dan (103) juga telah membuktikan kebenaran

tuturan (truth claim) bahwa penguasa telah menjadi otoriter karena penggalan

tersebut secara tidak langsung telah membuktikan kebenaran tuturan mereka. Hal

ini berarti pemberitaan mengenai orang hilang dan kotoriteran telah terbukti di

dunia objektif novel JSP.

Mereka pun telah memenuhi klaim ketepatan atau kepantasan (claim to

rightness). Hal ini karena penghilangan orang secara paksa adalah melanggar hak

asasi manusia, terutama pasal 28 UUD 1945 mengenai kemerdekaan berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Selain itu juga pasal 28 A, yaitu setiap

orang berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya

(Grafika, 2002: 53-54). Hal ini berarti penguasa otoriter telah berhasil

membungkam kemerdekaan mengeluarkan berpendapat dan hak hidup tokoh

Kemal dan para aktivis di daerah yang dihilangkan.

Di samping itu, pilihan mereka untuk melakukan aksi jumpa pers telah

rasional. Maka, peneliti akan membuktikannya. Berikut ini uraiannya:

Kebenaran tuturan (truth claim) bahwa aksi jumpa pers dari Kelompok Rumah

12 A merupakan langkah yang rasional sudah terbukti. Melalui aksi jumpa pers,

Page 113: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

99

Kelompok Rumah 12 A mengharapkan agar masyarakat dapat terprovokasi dan

tersadarkan untuk melawan penguasa otoriter itu. Selain itu, aksi jumpa pers dapat

digunakan untuk memberikan peringatan dan mengontrol kepada penguasa

otoriter agar tidak sewenang-wenang. Hal ini karena tokoh utama dan tokoh

tambahan sebagai aktivis pasti memahami bahwa pers memang memiliki fungsi

informatif dan fungsi kontrol sosial ( baik dalam dunia objektif novel JSP maupun

dalam dunia objektif realita sejarah pers di Indonesia). Namun, karena dalam

novel JSP tidak ditemukan informasi yang mengatakan pers memiliki fungsi

informatif dan kontrol sosial secara lengkap, peneliti akan mencarikan informasi

dari literatur lain. Berikut ini bukti penggalan kutipannya:

(101) Fungsi pertama pers bertanggungjawab adalah fungsi informatif, yaitumemberikan informasi, atau berita, kepada khalayak ramai dengan carayang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna danpenting bagi orang banyak dan menuliskannya dalam kata-kata.

Fungsi kontrol pers yang bertanggung jawab adalah masuk ke balikpanggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah atauperusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidakberjalan baik. Fungsi watchdog atau fungsi kontrol ini harus dilakukandengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya(Kusumaningrat, 2005: 27).

Kejujuran pembicara (claim to veracity), kejujuran tokoh utama, tokoh Joni

dan tokoh tambahan, tokoh Rahma dan tokoh Andi mengenai fungsi pers

memiliki fungsi informatif dan fungsi kontrol sosial juga tidak mengada-ada. Hal

ini karena dalam kehidupan pers yang sesungguhnya bukan di dunia fiksi, pers itu

sendiri telah ditakdirkan memiliki fungsi informatif dan fungsi kontrol sosial. Hal

itu dibuktikan melalui penggalan (101). Di samping itu, mereka yang memiliki ide

tentang aksi jumpa pers dalam dunia sosial novel JSP adalah mahasiswa yang

Page 114: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

100

merangkap aktivis. Untuk itu, pilihan memakai media pers karena mereka

mengetahui jika pers adalah media yang tepat, cepat, efektif, dan efisien

mengabarkan informasi keotoriteran dan orang hilang sudah tepat.

Selain itu, apabila dihubungkan dengan fakta sejarah kondisi pers 1998, atau

memang Frigidanto Agung sebagai pengarang mengetahui atau tidak sama sekali

kondisi pers 1998 saat itu, ternyata alasan para tokoh utama, tokoh Joni dan tokoh

tambahan, tokoh Rahma dan tokoh Andi memilih aksi jumpa pers bisa diduga

karena melihat kesempatan atau merespon keadaan bahwa media pers ketika

tahun 1998 sudah mulai berubah dan berani menentang penguasa otoriter. Pers

saat itu sudah mulai bosan dengan represi dari rezim otoriter. Karena dalam novel

JSP tidak tercantum atau kurang mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara

detil maka peneliti akan mencarikan fakta sejarah.menjelang dan sesudah

pergeseran politik Mei 1998. Hal ini didukung juga oleh tahun yang digunakan

dalam novel JSP, yaitu 1998. Fakta sejarah membuktikan bahwa saat itu para

pengelola media memang sudah berani mencoba untuk melepaskan diri dari

struktur belenggu Orde Baru. Berikut ini penggalan kutipannya:

(102) Menjelang dan sesudah pergeseran politik Mei 1998, perubahansignifikan pada corak pemberitaan pers Indonesia secara umum dapatdisimpulkan sebagai hasil dari tindakan pengelola media yangmencoba melepaskan diri dari batasan-batasan yang sebelumnyamembelenggu kinerja mereka. Melalui corak pemberitaan yang baruitu, insan media bahkan kemudian diakui sebagai salah satu agenpelaku sosial yang memberikan kontribusi nyata pada gerakan untukmenumbangkan struktur politik otoritarian Orde Baru (Sudibyo, 2000:4).

(103) Seperti kata pepatah “ Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnyajatuh ke tanah”. Begitu pula pemerintah Orde Baru, pers yang selama32 tahun kebebasannya dan kemerdekaannya dipasung dan hanyadijadikan corong dan alat pemerintah, menjelang kejatuhan Soeharto

Page 115: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

101

dan Orde Baru, tiba-tiba bangkit, dan berani bersikap kritis danobjektif terhadap tindakan pemerintah, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan serta keserakahan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinanSoeharto (Hisyam, 2003: 417).

Struktur belenggu pers dari Orde Baru itu adalah SIUPP (Surat Ijin Usaha

Penerbitan Pers). SIUPP merupakan produk kebijakan Orde baru dalam rangka

membatasi atau membelenggu pers. Selain itu, Orde Baru juga menggunakannya

untuk mendukung pers Pancasila yang telah mereka konsepkan. Telah dikeluarkan

Peraturan Menteri Penerangan RI No. 01/Per/ Menpen/ 1984 tanggal 31 Oktober

1984 tentang Surat Izin Usahan Penerbitan pers dan Surat Keputusan Menteri

Penerangan RI No. 214A/Kep/ Menpen/1984 tentang Prosedur dan Persyaratan

memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (Sukarno, 1986:88). Sikap

keotoriteran penguasa pun tidak hanya berlaku terhadap para aktivis yang kritis,

melainkan juga kepada pers. Sikap otoriter terhadap pers itu dijelmakan melalui

monopoli informasi di bawah wewenang Departemen Penerangan saat Orde Baru

masih berkuasa. Berikut ini penggalan kutipannya:

(104) Dalam sistem totaliter, pelaksanaan kontrol meluas pada monopolihampir semua proses komunikasi di dalam masyarakat. Sementaradalam sistem otoriter kontrol mengenai akses kepada informasi, berita,pemilikan media komunikasi, atau media massa masih terbatas. Apayang dianggap sebagai critical aspect itu pasti bergantung kepadapertimbangan subjektif pemerintah, misalnya pembredelan pers yangmemakai sebutan pembatalan SIUPP oleh Pemerintah Indonesia cqDepartemen Penerangan (Bakhri, 2000: XX).

Salah satu tujuan pers Pancasila bahwa kebebasan pers yang bertanggung

jawab jelas harus memperhatikan batasan tertentu demi stabilitas nasional. Hal itu

karena pembangunan hanya mungkin dilaksanakan dan sukses, apabila terjamin

stabilitas nasional yang dinamis (Sukarno, 1986:97). Akibatnya, karena Orde

Page 116: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

102

Baru selalu ingin menonjolkan stabilitas nasional pers terkena dampak dari cita-

cita stabilitas nasional sehingga terjadi pembatasan pers, bahkan pembredelan.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(105) Obsesi ini menyebabkan pemerintah Orde Baru selama 32 tahun justrulebih menuntut tanggung jawab pers daripada kebebasannya.Karenanya pemerintah melakukan pembatasan pers dan bahkanpembredelan dengan dalih demi tercapainya stabilitas dan ketertibannasional, serta tujuan pembangunan nasional (Hisyam, 2003: 415).

Namun, dalam pelaksanaannya Orde Baru justru malah merepresif atau

membredel pers-pers yang mencoba memberi kritik terhadap kebijakannya. Surat

SIUPP-nya diambil. Berikut ini penggalan kutipannya:

(106) Berita SARA seakan-akan momok bagi wartawan Indonesia di jamanOrde Baru itu. Apalagi pada masa itu kelangsungan hidup sebuahmedia bisa dihentikan seketika oleh penguasa yang berhak mencabutSIUPP (Kusumaningrat, 2005: 79-70).

(107) Pengekangan atas kebebasan pers berpendapat juga dilakukan OrdeBaru terhadap media massa pada waktu umumnya. Pada September1983 kontrol pemerintah atas media massa dalam bentuk Surat Izinterbit (SIT) diganti dengan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan).SIUPP ini lebih kejam daripada SIT. Dalam hal SIT, jika misalnyasuatu koran memuat artikel yang dianggap merugikan pemerintah,pemerintah akan mencabut izin usaha dari koran itu. Dalam hal SIUPP,bila hal serupa terjadi yang dicabut izin usahanya bukan hanya korantersebut melainkan semua produk media massa milik perusahaan yangmenerbitkan koran itu (Adam, 2006: 31).

(108) Era kebebasan dan keterbukaan pers itu semakin surut ketika pada 21Juni 1994 tiga media mingguan terkemuka, Tempo, Editor, dan Detikdibredel pemerintah. Dalam pernyataan pencabutan SIUPP tigapenerbitan itu, Menteri penerangan tidak menjelaskan apa yang salahdalam pemberitaan mereka (Adam, 2006: 265).

Namun, ketika terjadi pemberdelan tersebut pers justru lebih menjadi berani

untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi kritis. Berikut bukti penggalan kutipannya:

(109) Keberanian pers nasional dalam menyuarakan aspirasi kritis danobjektif dimulai sejak peristiwa pembredelan majalah Tempo, Editor,

Page 117: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

103

dan tabloid Detik pada tahun 1994. dalam banyak aspek, pembredelanini memperlihatkan berbagai ketegangan di ujung era Orde Baru(Hisyam, 2003: 417).

Klaim ketepatan dan kepantasan (claim to rightness) untuk melakukan aksi

jumpa pers pun sudah terbukti. Pers harus bangkit kembali untuk menjadi bagian

utuh dari demokrasi, bukan hanya menjadi corong pemerintah. Pers untuk kembali

ke takdirnya, yaitu memiliki kebebasan untuk menjalankan fungsinya sebagai

media informasi dan media kontrol sosial sehingga keotoriteran tak perlu terjadi.

Hal itu di dukung oleh kriteria mengenai fungsi pers pada penggalan (101).

Berikut ini bukti penggalan kutipan jika pers merupakan salah satu unsur dari

demokrasi maka pers tidak boleh dibatasi karena pers adalah salah satu pilar yang

akan menegakkan demokrasi. Berikut ini kutipannya:

(110) Saat ini telah berkembang perangkat teoritis baru dari tegaknya unsurpilar demokrasi. Pilar lain setelah eksekutif, yudikatif, dan legislatifadalah pers. Peran pers yang bebas membuka informasi adalah pilaryang akan menegakkan konstruksi bangunan demokrasi dalam suatumasyarakat (Nurtjahjo, 2006:56).

Pers yang selama ini dibelenggu oleh struktur politik rezim Orde Baru dalam

fakta sejarah ternyata terbukti memiliki keterkaitan dengan rezim otoriter di dalam

novel JSP. Keterkaitannya adalah adanya penggunaan media pers baik di fakta

sejarah maupun fakta fiksi novel JSP untuk membuka sikap otoriter penguasa

ketika pers mulai berani melawan penguasa yang otoriter. Maka, peneliti

meyakini bahwa Kelompok Rumah 12 A pun juga memanfaatkan kesempatan itu,

yaitu ketika pers mulai bangkit. Akibatnya, perlawanan Kelompok Rumah 12 A

menjadi efektif sehingga dapat mempercepat jatuhnya status quo yang otoriter itu.

Page 118: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

104

Pada tahun 1999, akhirnya Indonesia memperbaharui undang-undang persnya.

Beberapa bunyi pasalnya adalah mengakui kemerdekaan pers adalah wujud

kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, terdapat pada bab II

mengenai asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranan pers, yaitu pasal 2, pasal 3 a,

4 b, dan pasal 6 b, c, d, dan e. Berikut ini penggalan kutipannya:

(111) Pasal 2Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang

berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3 aPers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

Pasal 4 bTerhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan,

atau pelarangan penyiaran.

Pasal 6 b

Menegaskan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnyasupremasi hukum, dan hak asasi manusia serta menghormatikebhinekaan.

Pasal 6 cMengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang

tepat, akurat, dan benar.

Pasal 6 dMelakukan pengawasan kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kepentingan umum.

Pasal 6 eMemperjuangkan kebenaran dan keadilan

(Kusumaningrat, 2005: 330-331).

Berpijak dari revisi UU Pers yang baru tersebut dapat diketahui bahwa pasal-

pasal yang baru itu merupakan bukti jika selama pemerintah Orde Baru berkuasa

telah membungkam pers. Sebab, kalau pemerintah Orde Baru tidak membatasi

Page 119: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

105

pers pasal-pasal baru tersebut tidak perlu lagi dimunculkan dalam revisi UU Pers.

Akhirnya, setelah reformasi kebebasan pers yang dibelenggu telah dapat direbut

kembali.

Dari penggalan (110) dan (111), dapat diketahui bahwa pers merupakan salah

satu pilar dari demokrasi. Untuk itu, pers harus selalu diberikan kebebasan untuk

membuka informasi yang sesungguhnya tanpa harus dibatasi oleh pembatalan

SIUPP dari Departemen Penerangan. Hal itu merupakan bukti jika Orde Baru

telah melanggar undang-undang dan HAM mengenai hak kebebasan mendapatkan

informasi. Berikut ini penggalan kutipannya:

(112) Perubahan zaman (gejolak arus reformasi) yang menuntut format barudi berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia juga menuntutpemahaman yang mendasar tentang hakikat pasal 28 UUD 1945, pasal19 mengenai pernyataan umum Hak Asasi Manusia (Fredoom ofInformation) dan ketetapan (Tap) XVII/MPR/1998 tentang HAMdalam kaitan kebebasan pers. Ketiga produk hukum tersebut tidakmembolehkan pihak mana pun untuk membatasi kebebasan mediamassa, khususnya pers (media cetak) dengan cara pencekalan (Bakhri,2000: 59).

Penggalan di atas dapat semakin membuktikan jika Orde Baru telah melanggar

ketentuan hukum, yaitu pasal 28 UUD 1945, pasal 19 mengenai Hak Asasi

Manusia tentang kebebasan manusia mendapatkan informasi, dan Tap

XVII/MPR/1998. Pelanggaran itu juga semakin membuktikan jika Orde Baru

telah menjadi orde yang otoriter.

Sebagai kesimpulan, menurut peneliti, diskusi rasional hingga

menghasilkan konsensus berupa argumen atau klaim untuk mengadakan aksi

jumpa pers sudah rasional. Pertama, penyebaran isi jumpa pers, yaitu informasi

tentang sikap otoriter penguasanya telah terbukti rasional. Kedua, pilihan

Page 120: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

106

penggunaan media pers sebagai sarana untuk menyebarkan informasi tentang

keotoriteran penguasa pun juga sudah rasional. Hal ini karena sebuah media pers

yang bertanggungjawab diatur untuk memiliki fungsi informatif, yaitu

memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang

teratur dan pers harus menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting

bagi orang banyak. Selain itu, fungsi kontrol sebuah pers yang bertanggung jawab

adalah masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan

pemerintah atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan

tidak berjalan baik. Fungsi watchdog atau fungsi kontrol ini harus dilakukan

dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya. Ketiga,

fakta sejarah yang dipaparkan oleh peneliti berfungsi untuk mendukung agar

pilihan Kelompok Rumah 12 A memilih media massa menjadi rasional. Di

samping itu, fakta sejarah tersebut digunakan oleh peneliti untuk memberikan

jawaban mengapa Kelompok Rumah 12 A memilih media pers sebagai sarana

menyebarkan sikap otoriter penguasa dan adanya aktivis hilang, padahal ketika itu

penguasa otoriter masih berkuasa.

Di satu pihak, fakta sejarah tersebut digunakan peneliti untuk menggambarkan

sikap keotoriteran Orde Baru terhadap pers, yaitu dengan adanya SIUPP yang

dapat digunakan untuk membredel sebuah penerbitan atau media pers dan dengan

adanya Departeman Penerangan yang memonopoli informasi sehingga kritik

terhadap penguasa otoriter pun niscaya tak akan pernah tersebar di kalangan

masyarakat. Namun, di dalam novel JSP, novel yang bercerita tentang

penggulingan rezim Orde Baru dan mengambil latar waktu sekitar 1998, telah

Page 121: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

107

diungkapkan adanya aksi jumpa pers yang dilakukan Kelompok Rumah 12 A

maka peneliti berusaha mengaitkannya dan menghubungkannya aksi jumpa pers

itu dengan peristiwa sejarah 1998 untuk mencari titik terangnya. Titik terangnya

adalah pers dalam fakta sejarah sedang bangkit dan sudah bosan dengan represi

dari Orde Baru maka peneliti mempunyai keyakinan bahwa Kelompok Rumah 12

A memilih menggunakan media pers karena melihat kesempatan itu. Maka,

apabila novel JSP memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah pun sudah terbukti.

3.4 Pemikiran Kiri Mengadakan Aksi Demonstrasi Terbesar Di Jakarta

Rencana untuk berdemonstrasi besaran-besaran di ibukota ini adalah

kelanjutan dari perlawanan Kelompok Rumah 12 A untuk menggulingkan rezim

yang otoriter. Pertama, yaitu aksi demonstrasi Kelompok Rumah 12 A yang masih

berskala kecil hingga turun ke jalan-jalan di ibukota dan ke gedung perwakilan

rakyat. Kedua, yaitu peristiwa jumpa pers untuk menyebarkan informasi

keotoriteran dan orang hilang ke seluruh masyarakat. Ketiga, yaitu lembaga wakil

rakyat, yakni DPR sudah tidak dapat dipercaya untuk melakukan perubahan dalam

novel JSP. Maka, ketika aksi-aksi demonstrasi dan penyebaran informasi

mengenai keotoriteran melalui aksi jumpa pers belum dapat meruntuhkan rezim

otoriter, tokoh utama, yaitu tokoh Joni dan tokoh tambahan dalam Kelompok

Rumah 12 A berencana untuk melakukan suatu aksi demonstrasi besar-besaran di

ibukota.

Berikut ini merupakan rapat cikal bakal untuk membahas demonstrasi besar-

besaran di Jakarta dalam rumah 12 A. Berikut ini penggalan kutipannya:

Page 122: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

108

(113) Sore hari, Rahma berada di rumah 12 A. Mereka berkumpul di sanauntuk membicarakan rencana demonstrasi yang akan digelar di Jakarta.Rahma terpaksa harus memimpin rapat tidak resmi itu. Merekaberkumpul memang tidak direncanakan. Jadi, apa yang menjadi bahanpembicaraan juga tidak satu titik. Sedangkan, orang yang berkumpuljuga datang dengan sendirinya tanpa diundang. Mereka memangberasal dari berbagai kesatuan aksi mahasiswa. Setiap aksi orang-orangitu yang berada di ujung barisan. Selain aktivis, kelompok aksi merekajuga menguasai massa di kampusnya. Bukan hambatan jika merekaharus mengumpulkan orang secara mendadak untuk mengadakandemonstrasi. Kehidupan mereka sebagai pemberi semangat untukmengerakkan suatu tujuan aksi, tidak bisa dianggap remeh.

Di antara mereka ada Soni, pemimpin kelompok aksi kota. Farid,kelompok demonstran selatan. Kedua orang itu mempunyai massayang banyak. Setiap ada demonstrasi yang bersifat serentak untukmengeluarkan maklumat terhadap pemerintah, mereka yangmenyulutnya. Walaupun rencana bukan mereka yang membuat. Tetapipelaksanaanya mereka yang paling depan, sebagai pasukan yangmilitan dalam setiap demonstrasi. Rahma yang mengenal mereka tidakmenyangsikan lagi. Gerakan kekuatan kelompok Joni dan kawan-kawan dari rumah 12 A terletak di sana. Kadang-kadang Rahmasendiri tidak membayangkan bahwa suatu aksi akan menjadi besar danberbenturan dengan polisi, jika terjadi benturan maka kekerasan tidakbisa dihindarkan (Agung, 2004: 60-61).

Selanjutnya, Rahma bertanya kepada mereka tentang persiapan rencana yang

telah diajukannya. Waktu itu pertanyaannya adalah membahas kekuatan

demonstrasi yang akan dibuat. Lalu, tokoh Farid yang mengungkapkan usul:

(114) “Karena kondisi sudah tidak menguntungkan lagi. Mungkin oranghilang akan bertambah lagi di antara kita. Cara menghadapi culiksemacam itu tidak ada. Bahkan aktivis menjadi takut kalau tidak adaperlawanan bersifat massal. Atau aksi besar, sekalian saja mengundangreaksi. Supaya keterdesakan aktivis tidak memudarkan mental untukberjuang.” (Agung, 2004: 61-62).

Kemudian, antara peserta rapat terjadi kesepakatan untuk melakukan aksi

demonstrasi bersifat massal. Berikut ini penggalan kutipannya:

(115) Rahma mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan Farid.Suasana juga berubah sunyi, tidak ada yang berbicara selain orangyang mengeluarkan pendapat. Antara mereka secara tidak sadar terjadikesepakatan, jika ada yang berbicara untuk masalah yang telah

Page 123: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

109

ditentukan sebelumnya yang lain harus mendengarkan. Kekuatansemacam itulah yang mereka bentuk (Agung, 2004: 61-62).

Lalu, tokoh Farid juga memberikan ide mengenai tata cara demonstrasi besar-

besaran atau massal yang akan digelar di Jakarta. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(116) “Sebelum bergerak dan membuat solusi ke arah mana demonstrasi.Semua aktivis yang mempunyai jaringan dikumpulkan dulu. Jadi, nantitidak kacau sewaktu turun di jalanan. Satu komando, tetapi jangandijadikan standar, sebab bisa terlihat seperti ada yang mengatur. Sampaijalanan biarkan massa lepas. Perlu diberi batasan juga, kesopananmenghadapi lawan. Tidak perlu menyerang secara frontal. Sebabkekerasan pasti diperlakukan pada kita. Mungkin dengan yel ataumenyanyi serta memberi semangat model yang lain yang membuatbarisan tidak putus di tengah jalan.” (Agung, 2004: 62).

Lalu, Tokoh Ali juga memberikan ide saat memotong pembicaraan tokoh

Farid. Berikut ini penggalan kutipannya:

(117) Mendadak Ali memotong pembicaraan.“Nanti akan diundang semua aktivis untuk membentuk kelompok aksikota yang lebih besar dan gerakannya lebih dahsyat. Waktu rapatbelum ditentukan. Sebab kondisi masih belum mengizinkan untukmengundang orang berkumpul. Jumpa pers di sini kemarin masihhangat.Mereka nampaknya setuju. Kesanggupan mereka untuk tetapmenunggu kapan aksi selanjutnya harus dijalankan tetap di tangansatu komando (Agung, 2004: 60-63).

Persetujuan telah terjadi di antara Kelompok Rumah 12 A. Persetujuan itu

adalah menunggu kepastian waktu untuk melakukan aksi unjuk rasa terbesar itu.

Selanjutnya, tokoh Jabar pun juga memberikan ide. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(118) “Koordinasi tetap di sini. Bila ada aksi yang tidak berasal dari komandodalam rumah ini biarkan saja. Jangan disulut!” (Agung, 2004: 63).

Page 124: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

110

Tokoh Soni hanya diam saat rapat tiba-tiba juga melontarkan idenya. Berikut

ini penggalan kutipannya:

(119) “Perlu juga membuat sikap untuk untuk kegiatan semacam itu. Tetapiapakah perlu membuat gerakan pendahuluan, seperti sebar leaflet ataulainnya yang bisa menghangatkan suasana.” (Agung, 2004: 63).

Tokoh Joni mendadak datang. Kedatangannya mengejutkan mereka. Lalu

ketika ditanya tokoh Rahma mengenai rencana membuat aksi yang besar, tokoh

Joni justru memberikan pendapat yang berasal dari tokoh Kemal sebelum hilang.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(120) “Biarkan saja masalah orang hilang. Konteksnya lain. Tetapi kalau inginmembuat aksi yang lebih besar. Rapat dulu. Koordinasinya dapatmelibatkan satu kota. Pengaruhnya juga terasa.” Sanggah Joni (Agung,2004: 64).

(121) Joni menjelaskan apa yang dikehendaki Kemal saat itu. Sesuatu yangtak bisa dihindarkan. Juga telah menjadi keputusan bersama untukmelaksanakan amanat Kemal. Bahwa aksi kota yang lebih besar harusdibuat untuk menghimpun kekuatan yang lebih besar (Agung, 2004: 65).

Dalam penggalan kutipan di atas, diketahui jika rencana Kelompok Rumah 12

A dalam merencanakan demonstrasi besaran-besaran di Jakarta adalah upaya

terakhir untuk secepatnya mengakhiri sebuah rezim otoriter. Selain itu, dari

penggalan (113) peneliti mendapatkan gambaran Kelompok Rumah 12 A adalah

sebuah kelompok aktivis yang sangat besar, terdiri berbagai kesatuan mahasiswa

dan mempunyai banyak jaringan kampus di kota. Dan kesatuan aksi mahasiswa

itu adalah kumpulan orang-orang yang telah sangat mengerti atau fasih mengenai

demonstrasi dan keotoriteran yang sedang terjadi. Jadi, rencana aksi demonstrasi

besar-besaran itu akan segera terjadi karena rencana itu telah memiliki dukungan

massa dari berbagai aksi kesatuan mahasiswa di Jakarta.

Page 125: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

111

3.4.1 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Pemikiran

Cikal bakal rencana rapat demonstrasi ini terjadi pertama kali ketika rapat yang

dipimpin oleh tokoh Rahma di rumah 12 A. Rencana itu dipicu oleh

ketidakpercayaan para aktivis Kelompok Rumah 12 A terhadap pemerintah yang

diklaim otoriter beserta lembaga perwakilan rakyatnya yang akan dapat membawa

negaranya menjadi lebih baik di masa mendatang. Selain itu, juga didukung

dengan adanya peristiwa orang hilang di ibukota, maupun di daerah. Agenda

rencana rapat untuk mengadakan demonstrasi besar-besaran di ibukota dirancang

oleh Tokoh Joni dan dicatat oleh tokoh Rahma. Hal ini terjadi ketika mereka

makan di kedai kampus, yaitu saat tokoh Joni menanyakan kepada Rahma

mengenai undangan kepada para aktivis di seluruh ibukota Jakarta lalu berlanjut

dengan merencanakan aksi demonstrasi besar-besaran itu. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(122) “Apakah undangan sudah tersebar?” tanya Joni pada Rahma ketikamereka makan bersama di kedai kampus.

“Sudah. Bahkan tidak satu pun kampus di wilayah ibukotaterlewatkan,” jawab Rahma.

“ Agenda rapat sudah dibuat?” tanya Joni.“Belum,” jawab Rahma.“ Bagaimana kalau sekarang dibuat? Waktu sudah terlalu dekat untuk

dibicarakan di depan teman lainnya,” kata Joni.“ Bisa saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika teman lain

mengajukan usulan diterima tanpa harus mempertimbangkan apa yangdibicarakan di sini,” ujar Rahma.

“ Silahkan! Bila corat-coret di sini lebih memberi dorongan untukberpikir, itu lebih baik. Selain itu mempersiapkan diri tidak adasalahnya.”

Selesai Joni mengatakan apa yang telah dipikirkannya, Rahmamengeluarkan kertas. Ballpoint dipegangnya (Agung, 2004: 136 -137).

Pada kutipan berikutnya ini, akan terlihat bagaimana tokoh Joni merancang

sebuah aksi demonstrasi besar-besaran di Ibukota dengan dibantu oleh tokoh

Page 126: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

112

Rahma. Aksi demonstrasi itu hanya bertujuan untuk melawan dan mengakhiri

rezim penguasa otoriter itu. Berikut ini penggalan kutipannya:

(123) “ Pada dasarnya kebutuhan terletak bagaimana strategi aksi tidak terlalumencolok. Serta mengembangkan massa aksi menjadi kekuatandemonstrasi besar.”

Joni mencoba membuka agenda pembicaraan. Mereka melakukannyaberdua, menuliskan apa yang perlu untuk rapat nantinya. Rahmamencoba menuliskan pikirannya pada kertas. Sesaat kemudian, Rahmamengungkapkannya.

“Strategi mengumpulkan massa dari kampus ke kampus. Sedangkanpemberangkatan bergelombang. Satu titik tujuan yang harus dibuatbelum ditentukan. Isyu yang harus dibangun untuk membakar semangatmassa aksi adalah kembalikan orang hilang. Tujuan akhir dari isu adalahtidak diakuinya legalitas penguasa. Walaupun dengan syah merekaberkuasa selama tiga puluh tahun lebih.”

Setelah pelayan itu berlalu meninggalkan tempat duduk mereka, Jonimemulai pembicaraan lagi.

“Titik tujuan aksi yang perlu dicari. Mengapa? Ini bisa diajukan kerapat. Tapi beberapa pilihan dapat diagendakan. Di antaranya istana,gedung perwakilan rakyat, dan jalan protokol.”Joni berhenti bicara. Pikirannya menerawang, seperti mencari sesuatuyang perlu dikeluarkannya dalam pembicaraan itu. Rahma memainkanballpointnya, Menunggu apa yang akan diungkapkan Joni.

“ Jaringan yang ada sudah cukup untuk membentuk kekuatan dijalanan. Perkiraan lainnya tidak ada. Farid bergerak dengan kekuatansendiri sudah membuat kota keruh. Apalagi seluruh jaringan dalam kotabergerak. Tentu menimbulkan masalah. Antisipasi supaya tidakmembuat kekacauan, bisa dicari masukannya pada rapat. Mungkin itusaja yang menjadi rencana.” (Agung, 2004: 136-139).

Pada penggalan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa strategi demonstrasi,

berupa kesepakatan atau kesepahaman untuk mengumpulkan massa dari kampus

ke kampus dan massa akan digerakkan secara bergelombang. Dan isu yang akan

digunakan untuk memprovokasi masyarakat adalah isu adanya penghilangan para

aktivis lalu berlanjut ke titik tujuan akhir, yaitu tidak diakuinya pemerintahan

yang diklaim otoriter. Selain itu, kesepahaman yang lainnya adalah aksi

Page 127: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

113

demonstrasi besar-besaran itu akan diarahkan di antaranya ke istana, gedung

perwakilan rakyat, dan jalan protokol.

Akhirnya, rapat untuk merencanakan demonstrasi besar-besaran di ibukota

telah terjadi. Dihadiri oleh 15 orang. Rapat itu adalah untuk yang terakhir kalinya

karena setelah kesepakatan, kesepahaman, dan konsensus disetujui, polisi

mengrebrek Rumah 12 A. Berikut ini penggalan kutipannya:

(124) Peserta rapat diikuti sekitar lima belas orang. Mereka kelompokaktivis yang telah berani membuat aksi di tengah Jakarta. Satu hinggatiga orang diantaranya menjadi langganan polisi jika ada aksi yangmenggunakan simbol kelompoknya.

“Rapat dimulai! Ada beberapa masalah yang harus diselesaikanmalam ini juga. Bagian yang paling mendesak sesuai dengan kebutuhan,dapat dibaca secara berurutan di sini: mencari jalan untuk menembusgedung perwakilan rakyat, jalan menembus Semanggi khususnya dariarah timur, mengumpulkan massa aksi sebanyak mungkin, mencari danauntuk membeli konsumsi massa aksi karena perkiraan aksi lebih dari tigahari untuk menembus gedung. Dipersilahkannya pada anggota rapatuntuk mengajukan usul, “ kata Joni membelah keriuhan ruangan.

“Keluarkan usulan Anda! Biar rapat berjalan cepat,” kata Joni.(Agung, 2004: 150)

Penggalan berikut ini adalah strategi demontrasi yang direncanakan Kelompok

Rumah 12 A. Di samping itu, penggalan kutipan itu merupakan kesepakatan dan

kesepahaman untuk mengarahkan aksi demonstrasi ke arah gedung perwakilan

rakyat, yaitu DPR/MPR. Berikut ini penggalan kutipannya:

(125) “Mungkin kelompok bisa dibagi menjadi empat mata arah angin.Serangan untuk menuju ke sana bisa memecah konsentrasi aparatkeamanan. Misalnya kelompok barat, dipimpin Soni. Kelompok timur,Farid. Sedangkan yang di tengah yang telah berada dalam kotadiserahkan Joni. Aksi tinggal menunggu waktu untuk bergerak. Sebabjika siang penjagaan menuju sasaran terlalu rapat. Hanya bisa dilakukanmalam hari di atas jam dua belas. Perlu menjadi catatan strategi inimenunggu kelengahan musuh,” usul Farid.

“Ada lagi?” kata Joni.“Menurut strategi pembagian kekuatan usulan Farid bisa diterima. Inipendapat yang harus diterima, maaf otoriter sedikit, sebab ada dua

Page 128: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

114

kampus besar di sebelah barat. Sedangkan, kampus kecil atau kelompokpendukung untuk menggerakkan massa juga sudah ada. Hal ini tidakperlu diungkap di sini karena terlalu panjang nantinya. Mulai dari sinipembentukan kekuatan. Kampus Trisakti bisa dijadikan pusatnya.Mungkin Soni lebih tahu, dia bisa mengupas tentang massa aksi di sana,karena memang kampusnya. Sedangkan jalinan massa aksi di luarkampus bisa memanfaatkan pedagang yang ada di sekeliling kampusuntuk mendukung gerak aksi. Ini yang disebut kelompok pendukung.Singkatnya, strategi dari barat berpusat di situ, akan dibawa ke manamassa aksi? Terserah orang di sana.”

Kemudian Joni mengangkat kepala dan memandang sekeliling. Laluberkata, “ Apakah usul tadi disetujui?” semuanya saling memandang.Farid melihat ke kanan dan ke kiri.

“Setuju!” teriak Farid sendirian.Pandangan mereka tertuju pada Farid. Melihat semua orang

tatapannya menuju ke arahnya, Farid melanjutkan bicaranya.“Posisi barat sangat strategis sekali. Dekat dengan Gedung

DPR/MPR. Hingga gebrakan dari timur dihadang oleh pasukan huru-hara, biarkan berhenti sebelum semanggi. Tetapi kelompok barat harusmasuk ke arah gedung sehingga kontrol pasukan huru-hara pecah.”

Semua peserta bertepuk tangan. Farid tersipu-sipu, kepalanyamerunduk. Menutup malu karena pujian dari peserta rapat tersebut(Agung, 2004: 152).

Dalam pengalan kutipan di atas, telah terjadi kesepahaman untuk mengarahkan

aksi ke gedung perwakilan rakyat. Ide ini berasal dari tokoh Farid. Tokoh Farid

menggunakan Kampus Trisakti sebagai pusat berkumpulnya massa demonstrasi.

Dari penggalan kutipan berikut ini, yang juga merupakan kelanjutan rapat

tersebut memutuskan untuk mengarahkan demonstrasi ke arah gedung DPR/MPR.

Hal itu disetujui oleh semua anggota Kelompok Rumah 12 A, maka terjadi

konsensus. Berikut ini penggalan kutipannya:

(126) Kalau begitu masalah strategi ditutup sampai di sini. Semuanyadianggap setuju sebab telah bertepuk tangan. Selanjutnya tujuan aksisebagai pengumpulan massa untuk gebrakan. Tujuan pasti? Ini jugaperlu dibahas, untuk memperjelas isyu. Supaya media cetak dantelevisi menjadi jelas dengan apa yang dilakukan mahasiswa. jikaboleh usulan yang masih hangat dan biasa diangkat sebagai isyu untukgerakan kali ini adalah orang hilang,” kata Joni melanjutkanpembicaraan.

Page 129: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

115

Mendadak seseorang mengetuk pintu. Joni diam. Tatapan merekamenuju ke arah suara itu. Ali berdiri lalu melangkah menuju ke pintu.Setela pintunya dibukanya.“Ada apa?” tanya Ali.“ Polisi datang! Menuju ke arah rumah ini. Mereka sudah sampaidepan gang. Kira-kira dua mobil,” kata orang di luar pintu tersebut.“ Bubar! Cepat keluar rumah! Cari jalan pulang masing-masing.Penggrebekan,” kata Joni sambil melangkah cepat mengambil tasnya.Satu per satu orang melarikan diri keluar rumah (Agung, 2004: 149-153).

Dari pengalan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa hasil rapat Kelompok

Rumah 12 A adalah berupa titik tujuan aksi demonstrasi, yaitu ke arah gedung

dewan perwakilan rakyat dan Kampus Trisakti dijadikan sebagai pusat

berkumpulnya massa demonstrasi para aktivis.

Selanjutnya, peneliti akan membuktikan bahwa konsensus mengenai argumen

arah tujuan demonstrasi diarahkan ke gedung perwakilan rakyat pun telah

rasional. Berikut ini uraiannya:

Kebenaran tuturan (truth claim) untuk mengarahkan demonstrasi ke arah

gedung perwakilan rakyat pun sudah rasional. Hal ini karena DPR adalah lembaga

yang memang dibuat untuk mewakili aspirasi rakyat atau wakil rakyat. Di satu

pihak, DPR sesungguhnya adalah lembaga yang memiliki kewenangan dan bisa

menurunkan penguasa otoriter secara prosedur hukum. Selain itu, lembaga

perwakilan ini berfungsi sebagai saluran resmi untuk menampung dan

melaksanakan aspirasi rakyat. Hal ini dapat terbukti melalui salah satu hak dari

DPR, yaitu hak protokol. Berikut ini penggalan kutipannya:

(127) Protokol dan hak keuangan/administratif. Hal ini antara lain DPRsebagai forum komunikasi dan pendidikan politik. Adapun forumkomunikasi dan pendidikan politik dapat terlihat dari adanya rapat-rapat DPR, rapat kerja, dengar pendapat, dengar pendapat umum,kunjungan kerja yang semuanya itu disiarkan dan diberitakan melalui

Page 130: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

116

melalui media massa sehingga memungkinkan rakyat mengetahui apasaja yang dikerjakan DPR.

Selain itu, pertemuan antara DPR dengan pemerintah atau denganmasyarakat misalnya, yang disiarkan atau diberitakan secara luassecara keseluruhan memperlihatkan bahwa DPR berfungsi sebagaiforum komunikasi. Apalagi dengan adanya keterbukaan dari DPRyakni dengan jalan membuka kesempatan pengaduan-pengaduan sertakeluhan-keluhan, maka rakyat telah dididik untuk menggunakan hak-hak politiknya dan hak-hak-hak hukumnya (Boboy, 1994: 73-74).

Dari hak yang dimiliki tersebut seharusnya DPR dapat membuka forum

komunikasi dengan para mahasiswa atau aktivis tersebut, tetapi mengapa DPR

tidak melakukannya. Apabila DPR bersedia mendengar keluhan-keluhan dari para

mahasiswa atau aktivis, penguasa otoriter itu pasti akan segera turun. Di sisi lain,

DPR justru berdiam diri dan tak mau mengambil tindakan tegas kepada penguasa

otoriter tersebut maka penghilangan para aktivis pun terus terjadi. Akibatnya,

DPR hanya menjadi sebuah simbol untuk pemerintahan yang menganut sistem

demokrasi karena membiarkan penguasa otoriter berkuasa. Selain itu, di dalam

novel JSP telah terbukti bahwa DPR hanya berdiam diri saja menanggapi aksi

mahasiswa sehingga penguasa otoriter pun masih berkuasa. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(128) Walaupun di jalanan telah berkali-kali demonstrasi dilakukan olehberbagai pihak. Tetapi belum cukup untuk menghancurkan kekuatanrezim otoriter (Agung, 2004: 131).

Dari penggalan di atas, seharusnya DPR sudah menanggapi atau merespon

demonstrasi mahasiswa yang telah terjadi berkali-kali itu atau dengan haknya ikut

meminta penjelasan kepada pemerintah mengenai peristiwa yang terjadi atau

menyelidikinya, terutama mengenai kasus aktivis hilang. Namun, DPR ternyata

hanya diam saja, seolah kehilangan legitimasinya.

Page 131: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

117

Kejujuran pembicara (claim to veracity) untuk mengarahkan demonstrasi ke

gedung DPR karena hanya DPR yang dapat menurunkan penguasa otoriter pun

telah sudah terbukti. Kelompok Rumah 12 A pasti telah mengetahui fungsi DPR

jika lembaga wakil rakyat itu memang merupakan media untuk menampung

aspirasi rakyat dan lembaga yang dapat menurunkan penguasa otoriter itu. Hal itu

dibuktikan dari penggalan (127), (129), dan (130).

Klaim ketepatan atau kepantasan (claim to rightness) Kelompok Rumah 12 A

pun sudah tepat dan pantas untuk mengarahkan aksi demonstrasi ke gedung DPR.

Hal ini karena hanya DPR yang dapat memaksa penguasa otoriter itu turun dari

pemerintahannya, yaitu melalui hak-hak yang dimilikinya. Namun, di sisi lain,

Kelompok Rumah 12 A juga memiliki keyakinan, yaitu apabila dapat menduduki

gedung perwakilan maka DPR akan dapat dipaksa untuk menurunkan penguasa

otoriter. Dan penurunan penguasa otoriter melalui DPR telah sesuai dengan

prosedur atau mekanisme hukum yang berlaku. Hal ini karena sesungguhnya

lembaga perwakilan rakyat ini yang dapat menurunkan penguasa yang otoriter.

Berikut ini penggalan kutipannya:

(129) Suatu sidang istimewa MPR dapat diadakan apabila diminta olehDPR, jika Presiden nyata-nyata telah melanggar haluan negara atauapabila Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap, maka MPRharus memilih penggantinya.

Untuk menilai tindakan Presiden dalam pelaksanaan haluan negaramaka DPR mempunyai kewenangan-kewenangan sebagai berikut:

1. Apabila DPR menganggap Presiden sungguh-sungguh melanggarhaluan negara, maka DPR menyampaikan memorandum untukmengingatkan Presiden (pasal 7 ayat (2) Tap No.III/MPR/1978).

2. Apabila dalam waktu 3 bulan Presiden tidak memperhatikanmemorandum DPR tersebut maka DPR menyampaikanmemorandum yang kedua (Pasal 7 ayat (3)).

3. Apabila dalam waktu satu bulan memorandum yang kedua tersebuttidak diindahkan oleh Presiden, maka DPR dapat meminta Majelis

Page 132: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

118

mengadakan Sidang Istimewa untuk meminta pertanggungjawabanPresiden.

Dengan demikian, walaupun DPR secara langsung tidak dapatmemberhentikan Presiden, akan tetapi DPR dapat meminta kepadaMPR untuk mengadakan sidang istimewa untuk menilai Presidendalam menjalankan haluan negara dan apabila Presiden sungguh-sungguh telah melanggar haluan negara maka MPR-lah yangmemberhentikan Presiden.

Agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam menjalankantugas dan fungsi dari DPR dan MPR, maka jabatan pimpinan MPRdirangkap oleh pimpinan DPR (Boboy, 1994: 98-100).

Selain itu, dalam UUD 1945 juga terdapat pasal yang dapat digunakan untuk

menurunkan presiden, yaitu pasal 7 A. Pasal itu mengatakan:

(130) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masajabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul DPR, baikapabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupapengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana beratlainnya, atau perbuatan tercela maupun, apabila terbukti tidak lagimemenuhi syarat sebagai presiden atau wakil presiden (Grafika, 2002:6).

Dari penggalan (129) dan (130), telah diketahui bahwa DPR mempunyai

kewenangan untuk mengawasi presiden dalam menjalankan haluan negara dan

apabila melanggarnya, maka DPR dapat memberikan memorandum kepada

presiden sampai tiga kali kesempatan. Akibatnya, jika memorandum tidak

diindahkan juga oleh presiden maka DPR dapat mengusulkan sidang istimewa

kepada MPR dan apabila terbukti melanggar haluan negara maka MPR dapat

memberhentikan presiden. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa klaim Kelompok

Rumah 12 A untuk mengarahkan aksi demonstrasi ke gedung wakil rakyat telah

tepat dan pantas.

Berikut ini akan dipaparkan penggalan kutipan dari fakta sejarah yang

menunjukan jika saat tahun 1998 demonstrasi mahasiswa juga mengarah ke

Page 133: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

119

gedung DPR/MPR. Fakta sejarah ini digunakan untuk membuktikan jika novel

JSP memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah Indonesia ketika tahun 1998. Fakta

sejarah mencatat bahwa aksi demonstrasi besar-besaran mahasiswa saat itu juga

mengarah ke gedung MPR dan DPR. Berikut ini penggalan kutipannya:

(131) Pada selasa, 12 Mei 1998, kurang lebih pukul 10.00 WIB, sekitar5.000 massa yang terdiri atas mahasiswa, dosen, karyawan, dan alumniUniversitas Trisakti melakukan aksi untuk menuntut dilakukannyareformasi politik, ekonomi, hukum. Aksi dilakukan dalam bentukmimbar bebas di lapangan parkir setempat dan diisi dengan orasi daripara dosen (termasuk beberapa guru besar), mahasiswa, dan karyawan.Aksi berjalan damai dan tertib. Selepas tengah hari, sekitar pukul13.00 WIB, mahasiswa mulai turun ke Jalan S. Parman, yang terletakdi depan kampus mereka, untuk bergerak menuju gedung DPR/MPR(Zamroni, 1998: 22-23).

Dalam penggalan kutipan fakta sejarah di atas, peneliti melihat keterkaitan aksi

demonstrasi dalam novel JSP dengan aksi demonstrasi dalam fakta sejarah, yaitu

kedua aksi demonstrasi itu sama-sama mengarah ke gedung DPR/MPR. Selain itu,

dengan adanya kesamaan nama kampus di novel JSP dengan nama kampus dalam

fakta sejarah, yaitu Kampus Trisakti. Selain itu, juga telah membuktikan bahwa

novel JSP memang memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah. Dari penggalan

kutipan (131), fakta sejarah mencatat bila kampus Trisakti juga digunakan sebagai

pusat berkumpulnya massa mahasiswa untuk kemudian bersama-sama berangkat

berdemonstrasi ke Gedung DPR/MPR. Maka, keterkaitan antara novel JSP

dengan fakta sejarah semakin terbukti.

3.4.2 Pemikiran Kiri dalam Bentuk Gerakan Sosial

Memasuki awal bulan Mei, hasil rapat itu dilaksanakan dalam gerakan aksi

demonstrasi. Aksi tersebut merupakan aksi demonstrasi pertama di ibukota yang

masih berskala kecil belum begitu besar. Berikut ini penggalan kutipannya:

Page 134: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

120

(132) Pada awal Mei 1998. Joni berjalan melintas di bawah jembatanpenyeberangan tepat di Jalan Sudirman, tidak jauh dari Semanggi.

Teriakan yel-yel mulai terdengar di telinga. Joni melihat sepintasdi barisan paling depan. Satu per satu temannya dia hafal betul. Sertasiapa saja yang sering berdiri pada barisan paling depan. Hinggabarisan terdepan terlihat nyata, Joni baru mengerti bahwa semuatemannya ada di sana. Langsung dia memberi tanda pada mereka untukbergerak terus. Mereka membuat pagar kiri kanan supaya barisan,selanjutnya mengikuti. Justru Joni memerintahkan menutup jalan naikke atas Semanggi.

“Tutup sebelah kiri-kanan! Arahkan barisan ke bawah Semanggi!Kita menuju gedung DPR/MPR,” teriak Joni memberi komando.

Ketika rombongan aksi melintas di bawah Semanggi, aruskendaraan di atas menjadi macet. Aksi tidak bisa melintas. Akhirnyademonstrasi berhenti di bawah Semanggi.

Akhirnya, komandan polisi menyetujui aksi boleh dilanjutkan.Kendaraan yang menuju arah gedung DPR/MPR diberhentikansementara. Aksi demonstrasi berjalan tertib. Melintasi tanpa hambatan.Hingga massa aksi terakhir meninggalkan tempat barulah, kendaraandiperbolehkan berjalan. Tetapi arah jalan menuju gedung MPR/DPRditutup.

Arah menuju Grogol tetap ditutup, untuk satu hari. Tapi akhirnyadibuka kembali setelah jam tiga. Karena aksi demonstrasi telah selesai(Agung, 2004: 165-170).

Aksi demonstrasi gelombang pertama telah dilakukan. Selanjutnya, Kelompok

Rumah 12 A kini hanya tinggal melanjutkan dan menyusun lagi rencana aksi

demonstrasi yang kedua dan lebih besar. Penggrebekan polisi ketika rapat pertama

itu membuat Kelompok Rumah 12 A menentukan agar perjuangan ini harus

mempunyai ruang dalam masyarakat. Hal ini berarti ingin membawa partisipasi

dari masyarakat. Ide ini dicetuskan oleh Tokoh Rahma. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(133) “ Sebelumnya saya minta maaf jika harus mengganggu. Siang iniberkumpul untuk membahas gerakan kelompok selain juga penutuprangkaian program. Satu sebab yang bisa dipakai untuk alasan bahwarumah ini sudah tidak aman lagi. Hampir tiap saat ada orang berkunjunghanya ingin tahu bagaimana gerakan ini dimulai. Sekarang harusdipertimbangkan satu sisi untuk bergerak tanpa mempedulikan keadaanteman lainnya. Semua sudah tahu kondisi makin buruk. Jadi, perjuangan

Page 135: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

121

ini harus mempunyai ruang dalam masyarakat langsung. Satu keputusanini harus disetujui bersama.’ (Agung, 2004:174 -175).

Keputusan untuk tidak lagi mempergunakan rumah di gang 12 A pun disetujui

oleh Tokoh Jabar beserta Kelompok Rumah 12 A. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(134) “Kita bubar saja! Mulai hari ini kita anggap sudah tidak ada kelompokkita. Demi keamanan bersama. Jika perlu kontak antar sesama lewattelepon atau saling memberitahu. Kita bisa ketemu di kedai. Sepertibiasa, jangan biarkan orang sekeliling mengetahui apa rencanaselanjutnya. Sebab menutup kemungkinan pihak di luar mengetahuirahasia kita,” kata Jabar (Agung, 2004: 177).

Akhirnya, setelah pertemuan terakhir itu, mereka hanya akan bertemu jika ada

aksi demonstrasi di kampus. Mereka akan menyusup ke dalam aksi demonstrasi

itu untuk menghidupkan aksi-aksi demonstrasi di ibukota. Cara tersebut

digunakan agar mereka terhindar dari kejaran intelejen atau polisi. Berikut ini

penggalan kutipannya:

(135) Selesai berkumpul saat itu, mereka tidak pernah lagi bertemu. Gerakananggota kelompok sudah tidak bisa terdeteksi. Jadi, tidak ada satu punsaksi atau teman dalam kelompok yang menjadi saksi atas gerak temanlainnya. Mereka bertemu jika terjadi demonstrasi besar, baik itu dikampus yang bukan tempatnya belajar. Penyusupan seringkali merekalakukan untuk menghidupkan demonstrasi tersebut. Sehingga bebanmereka menghadapi intelejen ataupun polisi tanpa seragam terhindarkan.Mereka benar-benar menikmati kebebasan dalam melaksanakandemonstrasi. Jadi, tidak ada halangan untuk membuat demonstrasibergolak menuju aksi kota yang lebih mengerikan (Agung, 2004: 178-179).

Melalui penyusupan Kelompok Rumah 12 A ternyata memang dapat membuat

aksi demonstrasi menjadi semakin besar. Hal tersebut dibuktikan saat terjadi aksi

pada tanggal 9 Mei 1998. Berikut ini kutipan penggalannya:

(136) Seperti kejadian 9 Mei 1998, saat demonstrasi terjadi di kampus Trisakti,Grogol. Acara yang dimulai pukul sepuluh pagi sebagai pengiring

Page 136: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

122

demonstrasi diadakan orasi. Kesempatan yang tidak bisa ditinggalkan,bentuk orasi inilah yang bisa mengobarkan semangat demonstrans.Mereka lebih mendengar serta mudah membuat suatu tindakan jikaseorang orator mengharuskan bertindak untuk maju, lawan. Pada setiapkepentingan yang menganggu gerak laju aksi. Suasana menjadi berkobardan semangat demonstran tidak terbendung ketika rektor juga hadir danberorasi sehingga peserta aksi memenuhi halaman (Agung, 2004: 179).

Pada penggalan kutipan berikutnya, peneliti melihat bahwa aksi penyusupan

memang dilakukan oleh Kelompok Rumah 12 A, yaitu oleh tokoh Joni. Dan hal

ini pasti juga dilakukan oleh anggota Kelompok Rumah 12 A yang lain. Selain

itu, penyusupan adalah merupakan solusi atau jalan terakhir untuk menghindari

aksi penculikan yang diduga dilakukan aparat keamanan di bawah penguasa

otoriter. Berikut ini penggalan kutipannya:

(137) Joni datang dan berada di tengah-tengah massa aksi. Kekuatan massadari arah barat memang luar biasa. Tidak sedikit harapan yang bisadijadikan satu kesempatan untuk menggerakkan demonstran dari posisisebelah barat gedung DPR/MPR. Pikiran Joni kembali meraba satu caradi mana menembus gelombang melalui arah barat. Sejenak Joni beradadi tengah riuhnya massa aksi. Orasi-orasi di atas panggung membuatsatu kesempatan bagi dirinya untuk mencari celah. Massa aksi haruskeluar dan bergerak menuju gedung DPR/MPR.

Hari bertambah siang, panas matahari semakin menyengat. Tetapimassa justru bertambah banyak. Perkiraan Joni tidak meleset. Tepat jam13.00, pintu kampus yang terbuka dan massa aksi sudah tidakmemperhatikan tempat demonstrasi. Saat yang tepat untukmengumpulkan kekuatan dan bergerak ke luar kampus. Akhirnyaseseorang memberi komando untuk membuat barisan di luar pagarkampus. Alasannya agar tidak membuat macet jalanan. Begitu barisanrapi dan tidak ada hambatan untuk bergerak. Orang itu selanjutnyamengadakan orasi di depan pintu pagar. Beberapa orang membantunya,orasi yang mencuri perhatian orang-orang di dalam halaman kampus,bertepatan dengan selesainya orasi di atas panggung, satu dua orangmemberi komando untuk menggerakkan massa aksi ke arah jalanan.Melihat aksi bergerak keluar halaman. Orang-orang yang tadiperhatiannya terpusat ke panggung orasi mengikuti barisan menujujalanan. Akhirnya, aksi bergerak menuju jalan raya. Arahnya menujuJalan S. Parman. Joni mengarahkan barisan bergerak menuju gedungMPR/DPR.

Page 137: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

123

Gerak rombongan demonstrasi berhenti hingga depan kantorwalikota, Jakarta Barat. Barisan paling depan tertahan oleh pihakkeamanan. Terpaksa kelompok paling depan yang dimotori olehanggota-anggota senat bernegoisasi dengan pihak keamanan.

Joni memperhatikan gerak laju demonstrasi itu. Tidak sedikit massaaksi bagian belakang mundur sendiri tanpa dikomando, mereka berjalankembali masuk ke dalam kampus. Sehingga kekuatan massa yang beradadi depan pihak keamanan berkurang, jam 14.00 barisan aksi di depankantor walikota tinggal setengahnya bertahan, tetapi mereka tetapmempunyai semangat untuk maju bergerak menuju gedung DPR/MPR,barisan tetap rapat, mereka berganti-ganti memberi orasi di tengah-tengah.

Hingga jam 16.00 kekuatan demonstran tetap pada posisinya.Mereka ingin bergerak menuju gedung MPR/DPR. Tawar-menawarmereka lakukan. Salah seorang wakil demonstran beradu pendapatdengan komandan keamanan.

Joni tidak bisa berbuat banyak. Semangat mereka lemah.Sedangkan, tenaga telah dipakai sejak tadi siang. Joni berbisik padasalah seorang yang memberi orasi di depan, setelah dia mundur daritempatnya.

“ Lebih baik mundur! Adakan orasi di depan kampus sampai jamberapa juga tidak ada yang mengusik. Apalagi menyangkut teman-temanyang sudah terlalu lelah. Mereka bisa beristirahat di sana.”

“Benar juga,” kata mahasiswa itu. “ Tapi harus bergelombang ditarikke belakang. Supaya tidak dikejar oleh keamanan.”

Terlihat mahasiswa itu berpikir. Joni memandang dengan tajam kearahnya. Sebelum lawan bicara sempat bergerak Joni sudah memberibicara agak keras duluan.

“Cepat lakukan sebelum hari gelap!”Mahasiswa itu bergerak. Langkahnya melesat menuju temannya yang

masih berdiri di depan komandan keamanan.Keadaan di depan kampus nampak kacau, tidak ada seorang pun

untuk mengarahkan bagaimana demonstrasi itu. Massa aksi sibuk untukbersiap diri hendak meninggalkan halaman. Sebagian ada yang berlarimasuk ke dalam kampus.

Secara beruntun jalanan depan kantor walikota kosong. Pihakkeamanan mengikuti dari belakang mengawal demonstran menuju kekampus. Ruang lingkup demonstrasi hanya sebatas lingkungan kampus.Bahkan, massa aksi terpusat di halaman depan. Sedangkan, di luarhalaman pihak keamanan berjaga-jaga. Setelah maghrib, pihakkeamanan melalui pengeras suara mengharapkan aksi itu dibubarkan.Tidak dihiraukannya perintah dari pihak keamanan membuat suasanapanas.

Menjelang jam 19.00, berkobar bentrokan yang tak diduga. Lemparanbenda-benda dari dalam kampus dibalas oleh pihak aparat keamanan

Page 138: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

124

dengan tembakan peluru kosong. Nampak di atas jembatan tol, bersiagapenuh dengan senjata lengkap mengarahkan tembakan ke dalam kampus.

Menjelang jam 19.30, aparat keamanan mulai menghujani tembakanke arah depan kampus dari berbagai sisi. Termasuk aparat yang telahsiap di atas jembatan tol, nampak sibuk mengarahkan tembakan kehalaman depan kampus. Beberapa demonstran terkena sasaran peluru, diantaranya banyak yang lari masuk kampus.

Joni hanya bisa diam. Tubuhnya kaku, pandangannya menatap tajamke arah halaman kampus. Senapan yang mereka gunakan sekali-kalimengarah kepadanya. Tetapi sebelum peluru sampai, selalu adademonstran yang bergerak dan berlari di halaman. Sehingga peluru itumengenai demonstran. Jika tepat mengenai tubuh mereka langsung jatuhterkapar.

Joni melihat salah satu peluru terjatuh dihadapannya. Lalumemungutnya. Kemudian dia berdiri lagi, sambil berlindung. Peluru itudiamatinya dengan teliti. Setelah selesai, kembali dia melihat ke arahjembatan tol, satu barisan aparat menghentikan tembakan. Merekamasuk ke dalam truk yang menjemputnya. Setelah truk pergi, makatinggal aparat keamanan di depan jalanan kampus yang nampakmenyerang demonstran (Agung, 2004:179-188).

Dari penggalan di atas, aksi demonstrasi tersebut masih belum dapat

menurunkan penguasa yang otoriter. Aksi demonstrasi justru mundur ke arah

kampus lalu diikuti aparat keamanan dari belakang. Ketegangan pun terjadi ketika

aparat keamanan menghendaki aksi demonstrasi ini diakhiri, tetapi mahasiswa

menolaknya. Namun, setelah para peserta aksi demonstrasi sudah masuk ke

kampus justru aparat keamanan menghujani para demonstran dengan tembakan.

Bentrokan pun terjadi. Banyak korban berjatuhan tertembak dari pihak

demonstrans. Bahkan, tokoh Joni melihat ada sebuah truk yang mengangkut satu

barisan aparat yang misterius lalu pergi begitu saja setelah tokoh Joni meneliti

sebuah peluru. Hal yang menjadi perhatian tokoh Joni adalah banyak para

demonstran tertembak dan langsung jatuh terkapar tak sadarkan diri, padahal

aparat keamanan hanya diduga menggunakan peluru kosong atau peluru karet.

Page 139: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

125

Namun, aksi-aksi demonstransi yang gigih dan pantang menyerah dari

Kelompok Rumah 12 A membuahkan hasil. Hasilnya adalah penguasa yang

otoriter itu lengser atau turun. Hal ini dibuktikan dalam penggalan kutipan berikut

ini:

(138) Sementara itu pergantian presiden telah terjadi di negeri ini. Melaluipergeseran kursi dari satu orang ke orang lain atas nama kekuasaan,tetap juga tidak membuat tenteram orang-orang yang menyukaikebebasan mengeluarkan pendapat, termasuk kelompok Joni yangtinggal di rumah 12 A tersebut (Agung, 2004: 232).

Dari penggalan di atas, akhirnya presiden yang diklaim penguasa otoirter itu

pun turun dari jabatannya. Namun, Kelompok Rumah 12 A masih belum puas

dengan pergantian presiden tersebut karena penguasa otoriter dapat muncul lagi

dari wajah penguasa yang baru.

Di sisi lain, aksi demonstrasi mahasiswa yang gigih dalam fakta sejarah pun

juga membuahkan hasil karena Presiden Soeharto sebagai penguasa Orde Baru

dengan rela mengundurkan diri dari jabatannya. Dalam fakta sejarah, Presiden

Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya setelah DPR mengirimkan surat yang

berisi himbauan untuk mengundurkan diri. Surat itu dikirim kepada Presiden

Soeharto setelah DPR didesak oleh aksi demonstrasi yang telah menduduki

gedung MPR/DPR dan terjadinya Tragedi Trisakti hingga kerusuhan di ibukota

yang memakan ratusan korban jiwa. Berikut ini penggalan kutipannya:

(139) Pada tanggal 20 Mei itu, Presiden Soeharto juga menerima surat daripimpinan DPR. Isinya merupakan hasil kesepakatan Pimpinan DPRdengan Pimpinan Demonstran, menyatakan agar Presiden Soehartomengundurkan diri selambat-lambatnya hari Jumat 22 Mei. Kalausampai hari Jumat itu Soeharto tidak juga mundur, maka PimpinanDPR/MPR akan menyiapkan Sidang Istimewa tanggal 25 Mei (Hisyam2003: 84)

Page 140: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

126

Akhirnya, Presiden Soeharto pun mengundurkan diri. Berikut ini penggalan

kutipannya:

(140) Pagi, hari Kamis, 21 Mei, rakyat Indonesia menanti pengumumandari Presiden Soeharto tentang Kabinet Baru dan Komite Reformasi.Tetapi yang terjadi di Istana Merdeka lain dari yang diduga banyakorang. Jam 0.800 di Ruang Jepara, Istana Merdeka telah hadir seluruhpimpinan DPR/MPR, termasuk sekjennya, Afif Ma’aruf. Selain itu,para pemimpin DPR/MPR, anggota Kabinet Pembangunan VII yangjumlahnya 36 hanya hadir empat orang menteri, yaitu Muladi (MenteriKehakiman), Alwi Dahlan (Menteri Penerangan), Sa’adilah Mursyid(Mensesneg), dan Jenderal Wiranto (Menhankam/Pangab). WakilPresiden BJ. Habibie hadir jam 08.25, dan sekitar lima menitkemudian, Presiden Soeharto datang disertai puterinya Siti HardiyantiRukmana yang juga Menteri Sosial. Beberapa saat kemudian, PresidenSoeharto membacakan pernyataan. Selengkapnya pernyataan tersebutberbunyi sebagai berikut:

PERNYATAAN BERHENTI SEBAGAI PRESIDEN RIDalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara

sebaik-baiknya, tadi saya menilai bahwa dengan tidak dapatdiwujudkannya Komite Reformasi maka perubahn susunan KabinetPembangunan VII menjadi tidak diperlakukan lagi.

Dengan memperhatikan keadaan di atas sangat sulit bagi sayauntuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunandengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal8, UUD 1945, dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandanganPimpinan DPR dan Pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, sayamemutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagaiPresiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, Kamis 21Mei 1998 (Hisyam, 2003: 85-87).

Dari penggalan di atas, dapat disimpulkan bahwa aksi demonstrasi yang

dilakukan oleh para mahasiswa tahun 1998, baik dalam novel JSP maupun fakta

sejarah, mampu membuat penguasa otoriter mengundurkan diri.

Selain itu, menurut peneliti, diskusi rasional Kelompok Rumah 12 A yang

menghasilkan klaim untuk melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di ibukota

dan mengarah ke gedung MPR/DPR sebagai pemikiran kiri. Hal ini karena selain

berupa klaim yang rasional itu, mereka juga mempunyai gerakan sosial berupa

Page 141: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

127

aksi demonstrasi. Di samping itu, aksi demonstrasi Kelompok Rumah 12 A

bertujuan untuk:

1. Melawan penguasa yang otoriter. Klaim rasional berupa rencana aksi

demonstrasi besar-besaran yang diarahkan ke gedung DPR digunakan

untuk melawan penguasa atau rezim yang otoriter. Aksi demonstrasi

massal itu pun telah memiliki alasan rasional yang kuat, pertama:

penghilangan tokoh Kemal dan para aktivis di daerah telah melanggar

hukum, kedua: sikap otoriter penguasa pun sudah terbukti menyalahi

ketentuan hukum, dan ketiga: lembaga perwakilan rakyat pun telah

terbukti jika sudah tidak dapat dipercayai lagi.

2. Mengkritik penguasa yang otoriter. Demonstrasi besar-besaran itu dapat

digunakan untuk mengkritik penguasa yang otoriter. Selain itu,

demonstrasi besar-besaran itu akan dapat meyakinkan masyarakat jika

penguasa memang benar otoriter.

3. Menghancurkan penguasa yang otoriter tersebut. Hal ini karena

keotoriteran sesungguhnya tidak sesuai dengan ketentuan perundangan-

undangan hukum yang berlaku. Selain itu, dapat membuat masyarakat

untuk turut aktif dalam melawan penguasa otoriter.

Dalam fakta sejarah, dalam bentrokan yang terjadi antara mahasiswa dan

aparat pun lebih parah karena ada enam korban jiwa yang tewas. Mereka yang

tewas adalah para aktivis dan mahasiswa. Berikut ini penggalan kutipannya:

(141) Pada Selasa, 12 Mei 1998, kurang lebih pukul 10.00 WIB, sekitar5.000 massa yang terdiri atas mahasiswa, dosen, karyawan, dan alumniUniversitas Trisakti melakukan aksi untuk menuntut dilakukannyareformasi politik, ekonomi, hukum. Aksi dilakukan dalam bentuk

Page 142: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

128

mimbar bebas di lapangan parkir setempat dan diisi dengan orasi daripara dosen (termasuk beberapa guru besar), mahasiswa, dan karyawan.Aksi berjalan damai dan tertib.

Selepas tengah hari, sekitar pukul 13.00 WIB, mahasiswa mulai turunke Jalan S. Parman, yang terletak di depan kampus mereka, untukbergerak menuju gedung DPR/MPR.

Mereka terus berjalan sampai kemudian terhenti di depan kantorkampus Wali Kota, Jakarta Barat. Di sini mereka terhalang olehhadangan aparat keamanan. Melalui perundingan antara beberapamahasiswa, alumni, dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Trisakti(Adi Andojo Soetjipto) dengan pihak aparat keamanan yang diwakilioleh Komandan Kodim Jakarta Barat, Letkol (inf.) Amril, akhirnyadisepakati bahwa aksi hanya bisa bergerak sampai di depan bekas kantorWali Kota Jakarta Barat.

Pada sekitar pukul 15.30 WIB, mahasiswa mulai bergerak kembalimemasuki kampus. Sebagian besar mahasiswa sudah berada kembali didalam kampus pada sekitar pukul 17.00 WIB. Pada jam-jam sesudahitulah kemudian muncul aksi kekerasan brutal oleh aparat. Namun,ketika mereka hendak melangkah kembali ke kampus, tiba-tiba terdengarsuara letusan senapan, yang serta merta membuat mahasiswa panik dankalang kabut. Menurut para saksi mata, senjata langsung diarahkan ketubuh mahasiswa.

Di bawah serangan aparat, para peserta aksi tunggang-langgangmenyelamatkan diri dengan bersembunyi di gedung-gedung di sekitarkejadian. Sebagian mahasiswa memberikan perlawanan denganmelempari petugas dengan benda-benda keras.

Penembakan terus berlangsung pada saat hampir semua mahasiswasudah berada di dalam kampus dan pintu pagar telah tertutup. Peluruterus berdesingan dari arah kampus, Jalan S. Parman, dan Jalan layangGrogol Fly Over. Suasana dalam kampus sendiri sangat mencekam.Sebagian mahasiswa berhamburan menyelamatkan diri, sebagian lagimemberikan pertolongan kepada kawan-kawannya yang terluka kenaserangan petugas. Tangisan pilu, jeritan kesakitan, dan teriakankemarahan mahasiswa berbaur menjadi satu.

Sekitar dua jam kemudian ketegangan dan kekacauan mereda.Mereka yang terluka diangkut ke beberapa rumah sakit, seperti RSSumber Waras, RS Cipto Mangunkusumo, dan RS Saint Carolus. Daripendataan diketahui bahwa empat mahasiswa meninggal terkenatembakan peluru tajam; 16 mahasiswa harus mendapatkan perawatankarena mengalami luka berat dan ringan akibat terkena tembakan,pentungan, dan gas air mata; serta puluhan lainnya hilang. Empatmahasiswa yang meninggal dunia itu ialah Elang Mulia Lesmana,Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Hery Hartanto. Keempat korbanmeninggal ini tertembak, tergeletak di areal kampus. Di dalam arealkampus, darah para korban berceceran di berbagai tempat, sementara

Page 143: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

129

sebagian kaca gedung juga berlubang dan pecah terkena hempasanpeluru tajam (Zamroni, 1998: 22-28).

Dari penggalan di atas, peneliti melihat keterkaitan kesamaan nama tempat

dan kronologis peristiwa antara fakta fiksi novel JSP dalam kutipan (137) dengan

fakta sejarah kutipan (141). Berikut ini kesimpulannya:

1. Adanya kesamaan nama tempat para demonstran berkumpul, yaitu

Kampus Trisakti

2. Kesamaan bulan dan tahun, yaitu Mei 1998

3. Kesamaan arah tujuan, yakni gedung DPR/MPR.

Selain itu, keterkaitan kronologi peristiwa antara novel JSP dengan fakta

sejarah telah terbukti, yaitu ketika mereka sampai di depan gedung Walikota

ternyata aparat sudah menghadangnya dan terjadi kompromi antara para

demonstrans dengan aparat, tetapi aparat menolaknya hingga aksi harus mundur

ke kampus Trisakti. Selanjutnya, keterkaitan kronologi juga dibuktikan lagi

dengan adanya peristiwa bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Aparat

secara brutal menembaki mahasiswa dari arah jembatan tol atau Grogol Fly Over

dan dari di depan jalan kampus, yaitu di Jalan S. Parman. Aparat menggunakan

peluru tajam hingga banyak jatuh korban.

Sebagai kesimpulan, aksi demonstrasi besar-besaran itu adalah upaya terakhir

yang digunakan Kelompok Rumah 12 A untuk mengakhiri kekuasaan penguasa

otoriter. Aksi demontrasi besar-besaran yang mengarah ke gedung DPR dan MPR

juga telah terbukti rasional. Selain itu, aksi demonstrasi besar-besaran itu

digunakan sebagai media penyebaran isu penghilangan aktivis secara paksa dan

untuk mencari dukungan dari masyarakat agar ikut berpartisipasi menggulingkan

Page 144: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

130

penguasa yang otoriter. Akhirnya, aksi demonstrasi besar-besaran itu

membuahkan hasil. Hasilnya adalah penguasa yang otoriter pun dapat diturunkan

dari kekuasaannya. Selain itu, fakta sejarah yang dipaparkan peneliti dapat

menunjukkan kualitas historis dan sosiologis novel JSP. Kualitasnya adalah novel

JSP ternyata memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah sekitar tahun 1998, baik

secara historis maupun sosial.

3.5 Kesimpulan Analisis Pemikiran Kiri

Bentuk pemikiran kiri dalam penelitian ini oleh penulis dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu pertama adalah pemikiran kiri mengklaim bahwa penguasa

otoriter. Kedua adalah pemikiran kiri untuk mengadakan aksi jumpa pers. Ketiga

adalah pemikiran kiri untuk mengadakan aksi demontrasi terbesar di Jakarta.

Ketiga pemikiran kiri itu pun terbukti rasional. Selain itu, pemikiran kiri dalam

penelitian ini dapat menjadi rasional karena didukung oleh fakta sejarah.

Di samping itu, fakta sejarah yang dipaparkan penulis juga telah membuktikan

jika fakta fiksi novel JSP memiliki keterkaitan dengan fakta sejarah yang terjadi

di Indonesia sekitar tahun 1998, baik secara historis maupun sosial.

Page 145: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

131

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam bab IV ini penulis akan mengemukakan dua hal, yaitu kesimpulan hasil

analisis dan saran bagi penelitian. Berikut akan dipaparkan kesimpulan hasil

analisis tokoh dan penokohan yang meliputi kesimpulan pembagian menurut

peran dalam perkembangan plot, penokohan para tokoh dalam novel Jejak Sang

Pembangkang. Kemudian, juga akan dipaparkan hasil analisis latar yang terdiri

atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dalam novel Jejak Sang

Pembangkang ; dan dilanjukan dengan pemaparan hasil analisis pemikiran kiri

dalam novel Jejak Sang Pembangkang ; serta diakhiri dengan saran dari penulis.

Kesimpulan umum analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel

Jejak Sang Pembangkang meliputi pembedaan tokoh berdasar peran tokoh dalam

perkembangan plot beserta karakternya atau penokohannya.

Tokoh berdasar peran tokoh dalam perkembangan plot pada novel Jejak Sang

Pembangkang dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Dalam

novel tersebut, tokoh utamanya adalah tokoh Joni dan tokoh tambahan adalah

tokoh Andi, tokoh Rahma, tokoh Ali, tokoh Jabar, tokoh Farid, tokoh Soni, dan

tokoh Para Demonstran atau Kelompok Rumah 12 A.

Penokohan para tokoh sesungguhnya memiliki karakter yang berbeda-beda,

tetapi memiliki kesamaan dalam arah perjuangannya dalam Kelompok Rumah 12

A, yaitu melawan, mengkritik, dan untuk menghancurkan penguasa otoriter. Hal

ini karena mereka adalah sekumpulan mahasiswa yang menjadi aktivis sehingga

131

Page 146: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

132

memiliki kekritisan terhadap lingkungannya lalu melahirkan kesadaran bahwa

penguasanya telah menjadi otoriter.

Tokoh Joni adalah mahasiswa. Seorang aktivis juga sekaligus demonstran

sejati. Ia sering mengkritik, memprotes, dan melawan keadaan penguasa

negaranya yang semakin otoriter dan berbuat sewenang-sewenang. Baginya

kehidupan adalah protes, apapun bisa dijadikan alasan. Selain itu, dia juga sebagai

motivator kelompoknya sesama aktivis yang sering berkunjung di Rumah 12 A,

yaitu Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Andi digambarkan orang yang tak peduli dengan keadaan tampilan

luarnya. Tokoh ini juga merupakan aktivis lapangan dari Kelompok Rumah 12 A

yang sering pergi ke daerah. Hal ini untuk mencari bukti jika di daerah juga

sedang terjadi pergolakan menentang rezim otoriter yang sedang berkuasa.

Tokoh Rahma adalah tokoh perempuan dalam Kelompok Rumah 12 A. Ia

adalah juga aktivis, mahasiswa, sekaligus sekretaris Kelompok Rumah 12 A.

Selain itu, tokoh wanita ini termasuk juga sebagai aktivis dan demonstrans. Dia

juga mempunyai sifat pengkritik dan pembangkang. Untuk itu, tokoh Rahma juga

memiliki keinginan yang kuat untuk segera mengakhiri rezim otoriter yang sedang

berkuasa. Hal ini terlihat saat tokoh Rahma berbicara di acara jumpa pers yang

menyebarkan informasi tentang hilangnya salah satu aktivis, yaitu tokoh Kemal.

Tokoh Ali merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Dia juga aktivis dan

mahasiswa. Tokoh Ali adalah tokoh yang pintar, selalu penuh pertimbangan atau

perhitungan, dan waspada. Hal ini terlihat ketika Joni, Rahma, dan Andi sedang

mempersiapkan acara jumpa pers untuk membuka berita tentang hilangnya,

Page 147: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

133

Kemal, demonstran senior dalam Kelompok Rumah 12 A. Tokoh ini suka

merokok dan mempunyai kebiasaan merenung.

Tokoh Jabar seorang tokoh yang kritis. Hal ini dibuktikan ketika menanggapi

jawaban Tokoh Ali mengenai hegemoni rezim otoriter yang sedang berkuasa.

Tokoh ini juga merupakan aktivis Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Farid merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Tokoh ini juga ikut

merencanakan penggulingan rezim otoriter dalam negaranya. Tokoh Farid

menjadi pemimpin kelompok para demonstran, yaitu pemimpin kelompok

demonstran selatan. Ia juga sering mengadakan aksi demonstrasi bersama

kelompoknya.

Tokoh Soni juga merupakan anggota Kelompok Rumah 12 A. Ia juga

memimpin sebuah kelompok orang demonstran, yaitu pemimpin kelompok aksi

kota. Tokoh ini adalah tokoh yang cerdik dan cerdas. Hal ini dibuktikan ketika

berbicara dalam rapat Kelompok Rumah 12 A.

Tokoh Para Demonstran adalah tokoh-tokoh yang oleh pengarang

dikumpulkan menjadi satu diberi nama para demonstran. Namun, dapat dipastikan

jika kelompok ini adalah juga Kelompok Rumah 12 A. Salah satu buktinya, tokoh

ini menjadi pendukung aksi demonstrasi ketika tokoh Joni melakukan aksi unjuk

rasa di depan gedung lembaga perwakilan rakyat.

Latar dalam novel Jejak Sang Pembangkang dapat disimpulkan keseluruhan.

Kesimpulan ini meliputi pembagian latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Dipaparkan sebagai berikut:

Page 148: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

134

Latar tempat novel Jejak Sang Pembangkang adalah Jakarta sebagai ibukota

negara, Rumah di gang 12 A, dan Kampus Trisakti. Latar waktu novel ini adalah

adalah tahun 1998. Latar sosial novel JSP ini adalah kehidupan para mahasiswa

yang menjadi aktivis untuk memprotes rezim penguasa otoriter yang sedang

bertahta di negaranya. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan para tokoh yang selalu

bertujuan untuk menjungkir rezim otoriter yang sedang berkuasa, misalnya rapat

dalam Kelompok Rumah 12 A di rumah gang 12 A.

Pemikiran kiri dalam penelitian ini muncul karena adanya tekanan atau represi

dari penguasa otoriter yang ingin melanggengkan kekuasaannya. Salah satunya,

buktinya adalah penghilangan secara paksa para aktivis, baik di ibukota maupun

di daerah, salah satunya terhadap tokoh Kemal. Akibatnya, sikap represi dari

penguasa otoriter itu justru memunculkan bibit perlawananan atau resistensi dari

tokoh utama dan tokoh tambahan yang tergabung dalam Kelompok Rumah 12 A

dan berkeinginan untuk segera mengakhiri rezim penguasa otoriter tersebut.

Kelompok Rumah 12 A ini dipimpin oleh tokoh utama, tokoh Joni, orang yang

senior dalam komunitas itu, selain tokoh Kemal sebelum hilang. Kelompok ini

mempunyai sarana ruang atau media tersendiri, yaitu rumah di gang 12 A atau

Rumah 12 A. Selanjutnya, kelompok ini membuat diskusi atau rapat yang

membuat interpretasi atas dunia kehidupan mereka hingga menghasilkan definisi-

definisi situasi atau argumen-argumen. Kemudian, argumen-argumen itu menjadi

kesepahaman, kesepakatan, hingga terjadi konsensus yang oleh peneliti

dibuktikan telah rasional. Konsensus ini adalah klaim yang disetujui bersama oleh

Kelompok Rumah 12 A dan mengandung unsur-unsur perlawanan, kritikan, dan

Page 149: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

135

solusi menghancurkan penguasa otoriter itu. Penurunan penguasa otoriter ini

dilakukan melalui aksi demonstrasi atau aksi unjuk rasa.

Pemikiran kiri tokoh utama: tokoh Joni dan tokoh tambahan: tokoh Andi,

tokoh Rahma, tokoh Ali, tokoh Jabar, tokoh Farid, dan tokoh Para Demontran

ternyata pemkiran kiri yang rasional. Hal ini karena pemikiran kiri mereka telah

memenuhi teori rasionalitas atau kesahihan komunikasi dari Jurgen Habermas.

Bentuk pemikiran kiri dalam penelitian ini oleh penulis dikelompokkan

menjadi tiga kelompok, yaitu pertama, pemikiran kiri mengklaim bahwa penguasa

otoriter. Kedua adalah pemikiran kiri mengadakan aksi jumpa pers untuk

mengabarkan adanya penghilangan aktivis secara paksa. Ketiga adalah pemikiran

kiri mengadakan aksi demonstrasi terbesar di Jakarta. Ketiga pemikiran kiri itu

pun telah terbukti rasional.

Akhirnya, pemikiran kiri Kelompok Rumah 12 A membuahkan hasil yang

membanggakan, yaitu turunnya penguasa yang otoriter. Meskipun, turunnya

penguasa itu harus dibayar dengan harga yang mahal, yaitu hilangnya tokoh

Kemal dan para aktivis di daerah.

Selain itu, fakta sejarah yang dipaparkan peneliti dalam penelitian ini telah

membuktikan adanya keterkaitan antara fakta fiksi novel JSP dengan fakta

sejarah. Artinya, fakta sejarah dalam penelitian ini telah membuktikan jika cerita

rekaan dalam novel Jejak Sang Pembangkang memiliki keterkaitan dengan fakta

sejarah yang terjadi di Indonesia sekitar tahun 1998, baik secara historis maupun

sosial. Di samping itu, fakta sejarah juga membuktikan apabila sebuah karya

sastra merupakan cerminan sebuah kondisi zaman tertentu. Dalam penelitian ini

Page 150: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

136

novel JSP merupakan cermin terhadap suatu peristiwa sejarah di Indonesia sekitar

tahun 1998. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan jika karya sastra bukan

hanya karya, hasil dari lamunan belaka.

4.2 Saran

Novel Jejak Sang Pembangkang merupakan sebuah novel sejarah. Novel ini

berisi cerita rekaan yang mencerminkan sejarah zaman mengenai pengulingan

penguasa atau rezim otoriter pada tahun 1998 di Indonesia. Melalui kekuatan

mahasiswa dan aktivis dalam Kelompok Rumah 12 A dan masyarakat, penguasa

otoriter tersebut dapat digulingkan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang bisa dipelajari dari novel

Jejak Sang Pembangkang dan dapat dijadikan sebagai penelitian selanjutnya. Hal

disebabkan karena pemikiran kiri dalam penelitian ini hanyalah salah satu bentuk

pengetahuan yang dapat diambil dari novel tersebut. Dan pengetahuan yang hakiki

adalah pengetahun yang bisa salah atau menurut Foucoult bahwa pengetahuan

adalah sesuatu yang bisa dikalahkan. Harus selalu ada perdebatan dan

perbincangan yang dilakukan setelah lahirnya karya karena karya intelektual

adalah sebuah renungan mendalam tentang kondisi masyarakat pada umumnya,

dalam masa periode tertentu. Maka, rasa takut bagi peneliti untuk meneliti novel

ini dengan teori yang baru harus dihilangkan karena pengetahuan yang hakiki

adalah pengetahuan yang bisa salah.

Kemudian, akan sangat baik jika dalam penelitian selanjutnya dilakukan

analisis mengenai gerakan sosial mahasiswa tahun 1997-1998 terhadap penguasa

Page 151: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

137

otoriter dengan menggunakan tinjauan historis. Apabila penelitian tersebut

dilakukan, peneliti akan menghasilkan sebuah hubungan yang menarik, yaitu

keterkaitan antara fiksi dengan sejarah. Selain dapat melihat keterkaitan yang erat

antara fakta fiksi dengan fakta sejarah, peneliti tersebut akan dapat membuktikan

jika karya sastra bukan hanya karya hasil dari lamunan belaka.

Page 152: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

138

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Aswi warman.2006. Soeharto Sehat. Yogyakarta: Galang Press.

Agung, Frigidanto.2004. Jejak Sang Pembangkang. Yogyakarta: Buku Baik.

Alisjahbana, S. Takdir. 1981. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta:

Dian Rakyat.

Ankersmit, F.R.1987. Refleksit tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat

Modern tentang Filsafat Sejarah, terj. Dick Hartoko. Jakarta.

Gramedia.

Bakhri, Mokh Syaiful. 2000. Titian Jalan Demokrasi,Peranan Kebebasan

Pers untuk Budaya Komunikasi Politik. Jakarta: Kompas.

Baryadi, I Praptomo. 2004. Bahasa Merajut Sastra merunut Budaya.

Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Bertens, K. 2002. Filsafat Barat Kontemporer, Inggris-Jerman. Jakarta:

Gramedia.

Boboy, Max. 1994. DPR RI: dalam Perspektif Sejarah dan Tatanegara.

Jakarta: Sinar Harapan.

Dahana, Radhar Panca. 2001. Kebenaran dan Dusta Dalam Sastra.

Magelang: Indonesia Tera.

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar ringkas.

Jakarta: Depdikbud.

Djojosuroto, Kinayanti. 2006. Analisis Teks Sastra dan pengajarannya.

Yogyakarta: Pustaka Book publisher.

Effendi, Masyhur.. 1994. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan

Internasional. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Ensikopedi Nasional. 1990. Ensklopedi Nasional. Jakarta: Cipta Adi

Pustaka

Ensikopedi Nasional. 1989. Ensklopedi Nasional. Jakarta: Cipta Adi

Pustaka

Grafika. 2002. UUD 1945: Hasil Amandemen dan Proses Amandemen

UUD 1945 Secara Lengkap. Jakarta: Grafika.

Hazairin. 1981. Demokrasi Pancasila. Jakarta: Bina Aksara.

Page 153: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

139

Habermas, Jurgen. 1981. Teori Tindakan Komunikatif, Buku Satu : Rasio

dan Rasionalisasi Masyarakat, terj. Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Habermas, Jurgen. 1981. Teori Tindakan Komunikatif, Buku Dua : Kritik

Atas Rasio Fungsionalis, terj. Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Hardiman, F. Budi. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu,

Masyarakat, Politik, Postmodernisme Menurut Jurgen Habermas.

Yogyakarta: Kanisius.

Hisyam, Muhammad. 2003. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta:

yayasan obor.

Kusumaningrat, 2005. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Rosda.

Mierson, George. 2003. Heidegger, Habermas dan Telepon Genggam.

Yogyakarta: Jendela.

Miftahuddin. 2004. Radikalisasi Pemuda PRD Melawan Tirani. Jakarta:

Desantara.

Mirsel, Robert.2004. Teori Pergerakan Sosial.Yogyakarta: Resist Book.

Munir. 1998. “Yang Bertanggung Jawab Pemerintah cq. ABRI; tersangka

Utama polisi! ” dalam Tempo Interaktif . Mei-Juni.

Munir. 1998. “ Orang Hilang itu Bagian dari pembungkaman ” dalam

Tempo Interaktif . Maret-April.

Nasri, Imron. 1993. Mahasiswa dan Masa Depan Politik Indonesia.

Yogyakarta: Bentang Offset.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gadjah

Mada University Press.

Nurtjahjo, Hendra. 2006. Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Perepektif WacanaNaratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi

dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 154: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

140

Ratna, Nyoman Kutha, 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Santoso, Listiyono. 2003. Epistomologi Kiri.Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal.

Malang: UMM.

Sindhunata. 2000. Sakitnya Melahirkan Demokrasi. Yogyakarta:Kanisius.

Sudiarja, A. 2004. “Tanpa Kemampuan Komunikatif Masyarakat Akan

Hancur ” Basis. November-Desember.

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta:

LKIS.

Sukarno. 1986. Pers Bertanggung Jawab. Jakarta: Departemen Penerangan

RI.

Suseno, Frans Magnis. 2001. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis

ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta:Gramedia.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Teuuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Zamroni, A. 1998. Pahlawan Reformasi: Catatan Peristiwa 12 Mei1998.

Jakarta: Pabelan Jayakarta.

Page 155: PEMIKIRAN KIRI DALAM NOVEL JEJAK SANG PEMBANGKANG - … · Cetusan yang tak pernah ... Segala puji syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Putranya, Yesus ... sanggup

141

Biografi Singkat

Paulus Yesaya Jati lahir 30 Maret 1985, di Sleman,

Yogyakarta. Dia adalah tamatan SMP Kanisius, Sleman

(1999) dan SMAN 2, Sleman (2003). Dia kini tinggal di

Jalan Magelang Km 11, Dukuh Tridadi Sleman,

Yogyakarta, 55511. Dia meraih gelar kesarjanaan (S1)

pada tahun 2008 dengan judul skripsi Pemikiran Kiri

Dalam Novel Jejak Sang Pembangkang Karya

Frigidanto Agung.