profil organisasi belajar program studi idola oleh sanggup barus

30
ANALISIS PROFIL ORGANISASI BELAJAR PROGRAM STUDI IDOLA JURUSAN PEMERSATU BANGSA FAKULTAS PENGEMBANG KEPRIBADIAN UNIVERSITAS PENGHASIL SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS Dosen : Prof. Dr. Bintang Petrus Sitepu, M.A. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014 Oleh SANGGUP BARUS NIM 7117130027 Email : [email protected] PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KERJA SAMA UNJ DAN UNIMED 2014

Upload: dwi-budiwiwaramulja

Post on 18-Jul-2015

167 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PROFIL ORGANISASI BELAJAR PROGRAM

STUDI IDOLA JURUSAN PEMERSATU BANGSA

FAKULTAS PENGEMBANG KEPRIBADIAN

UNIVERSITAS PENGHASIL SUMBER DAYA

MANUSIA YANG BERKUALITAS

Dosen : Prof. Dr. Bintang Petrus Sitepu, M.A.

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah

Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014

Oleh

SANGGUP BARUS

NIM 7117130027

Email : [email protected]

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

KERJA SAMA UNJ DAN UNIMED

2014

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang atas kasih-sayang-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat

diselesaikan.

Makalah ini berjudul “Analisis Profil Organisasi Belajar Program Studi

Idola Jurusan Pemersatu Bangsa Fakultas Pengembang Kepribadian Universitas

Penghasil Sumber Daya Manusia yang Berkualitas.” Penulisannya bertujuan

untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Kepemimpinan dalam

Organisasi Belajar.

Mungkin saja, makalah ini tidak luput dari kekurangannya. Oleh karena

itu, saran yang konstruktif dan masukan yang berguna demi penyempurnaannya,

akan disambut dengan senang hati.

Akhirnya, penulis berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bintang P. Sitepu, M.A.

atas petunjuk dan pengarahannya sehingga makalah ini dapat terwujud.

Medan, 26 Mei 2014

Penulis

Sanggup Barus

NIM 7117130027

i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

ANALISIS PROFIL ORGANISASI BELAJAR PROGRAM

STUDI IDOLA JURUSAN PEMERSATU BANGSA FAKULTAS

PENGEMBANG KEPRIBADIAN UNIVERSITAS PENGHASIL

SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS ......................... 1

A. Pendahuluan .......................................................................................... 1

B. Hakikat Profil Organisasi Belajar ......................................................... 4

C. Data dan Pembahasannya ...................................................................... 11

D. Kesimpulan dan Saran........................................................................... 19

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 20

LAMPIRAN ............................................................................................... 21

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Subsistem Organisasi Belajar dan Indikator-indikatornya ....... 10

2. Rincian Jumlah Mahasiswa Program Studi Idola Tahun

Akademik 2013/2014 ................................................................ 13

3. Data Dinamika Belajar .............................................................. 13

4. Data Transformasi Organisasi................................................... 14

5. Data Pemberdayaan Manusia .................................................... 15

6. Data Manajemen Pengetahuan .................................................. 16

7. Data Aplikasi Teknologi ........................................................... 17

8. Data Keseluruhan Subsistem Profil Organisasi Belajar............ 18

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Model Sistem Organisasi Belajar .............................................. 9

Gambar 2. Diagram Nilai Profil Organisasi Belajar Program

Studi Idola ................................................................................. 18

iv

ANALISIS PROFIL ORGANISASI BELAJAR PROGRAM

STUDI IDOLA JURUSAN PEMERSATU BANGSA

FAKULTAS PENGEMBANG KEPRIBADIAN

UNIVERSITAS PENGHASIL SUMBER DAYA

MANUSIA YANG BERKUALITAS

Oleh

SANGGUP BARUS

Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan

Abstrak

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui profil organisasi

belajar Program Studi Idola Jurusan Pemersatu Bangsa Fakultas

Pengembang Kepribadian Universitas Penghasil Sumber Daya Manusia

yang Berkualitas. Hasil pembahasan menunjukkan beberapa hal.

Pertama, sebagai organisasi belajar, Program Studi Idola kekurangan

dosen sebanyak sembilan orang. Kedua, nilai profil organisasi belajar

Program Studi Idola tergolong ke dalam kategori sedang. Ketiga,

sebagai organisasi belajar, Program Studi Idola perlu meningkatkan

kualitas dirinya dalam subsistem dinamika belajar, transformasi

organisasi, pemberdayaan manusia, manajemen pengetahuan, dan

aplikasi teknologi.

Kata kunci : Organisasi Belajar, Profil Organisasi Belajar Prodi Idola

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peran yang strategis bagi

bangsa Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasional yang telah dirumuskan.

Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945

pada alinea keempat adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Untuk

mewujudkan hal itu, dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan

jelas dalam agenda pemerintahan yang berupa penyelenggaraan pendidikan.

Dalam hal ini, diperlukanlah lembaga-lembaga pendidikan. Menurut jenjangnya,

lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia dapat dibedakan atas lembaga

pendidikan dasar (yang meliputi SD dan yang sederajat dengan SD; SMP dan

1

yang sederajat dengan SMP), lembaga pendidikan menengah (SMA dan yang

sederajat dengan SMA), dan lembaga pendidikan tinggi (universitas, institut,

sekolah tinggi, akademi, dan politeknik).

Dalam buku Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang

Guru dan Dosen dinyatakan bahwa menurut, Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 Beserta Penjelasannya (2006:20), “… tujuan pendidikan nasional, yaitu

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab.” Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI

No. 20 Thn. 2003), dalam pembicaraan ini pendidikan diartikan dengan “… usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara” (2007:2).

Program Studi Idola merupakan salah satu program studi di Jurusan

Pemersatu Bangsa Fakultas Pengembang Kepribadian Universitas Penghasil

Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Jurusan itu sudah berdiri lebih setengah

abad yang lalu. Kemudian, Program Studi Idola berdiri pada penghujung tahun

90-an. Program Studi Idola sebagai salah satu program studi di Jurusan Pemersatu

Bangsa yang diberi tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, harus

menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai lembaga

pendidikan, program studi itu harus dikelola dengan baik agar dapat ikut serta

mewujudkan tujuan pendidikan itu. Sebab pengelolaannya yang tidak profesional

akan dapat menghambat proses pendidikan yang sedang berlangsung dan

menghambat langkah program studi itu dalam menjalankan fungsinya sebagai

lembaga pendidikan formal. Agar pengelolaannya dapat berjalan dengan baik,

dibutuhkan rencana strategis sebagai suatu upaya untuk mengendalikan organisasi

atau program studi itu secara efisien dan efektif.

Ditinjau dari segi usianya, jurusan itu sudah relatif tua, dan program studi

itu sudah cukup dewasa. Kurikulumnya sudah berkali-kali mendapat penyempurnaan.

2

Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, terakhir ini ada dua kurikulum

yang telah diberlakukan, yaitu kurikulum nasional (kurnas) dan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK). Semua dosen program studi itu sudah berpendidikan

S2 dan S3. Oleh karena itu, Program Studi Idola sebagai sebuah organisasi belajar,

seyogianya sudah sangat mapan untuk memproduksi lulusan yang berkualitas

tinggi.

Namun, realitas menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir ini dosen

program studi itu banyak yang mengeluh. Keluhan mereka disebabkan beberapa

hal. Pertama, hasil belajar mahasiswanya kurang memuaskan. Kedua, hasil tugas

mahasiswa kurang berkualitas. Ketiga, motivasi dan kegairahan belajar

mahasiswa berkurang.

Sebelum bertambah buruk, kondisi itu perlu ditanggapi dengan segera dan

serius. Sebagai organisasi belajar, program studi itu harus diobservasi dan

dievaluasi. Untuk mengatasi permasalahan, secara konkrit profil organisasi belajar

itu perlu sekali diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, masalah yang harus

dijawab dalam makalah ini, dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana profil

organisasi belajar Program Studi Idola Jurusan Pemersatu Bangsa, Fakultas

Pengembang Kepribadian Universitas Penghasil Sumber Daya Manusia yang

Berkualitas ?

Sesuai dengan masalah itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk

mengetahui profil organisasi belajar Program Studi Idola Jurusan Pemersatu

Bangsa Fakultas Pengembang Kepribadian Universitas Penghasil Sumber Daya

Manusia yang Berkualitas. Dengan tercapainya tujuan itu, hasil pembahasan

dalam makalah ini akan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan atau masukan

yang berguna bagi Program Studi Idola dalam menghadapi masalah atau

tantangan yang datang dari dalam atau luar organisasi itu. Hasil pembahasan

dalam makalah ini akan bermanfaat juga sebagai masukan bagi program studi

lainnya yang tengah menghadapi masalah dan tantangan yang sama. Selain itu,

hasil pembahasan masalah dalam makalah ini akan dapat menjadi rujukan atau

acuan bagi peneliti dalam meneliti masalah yang ada hubungannya dengan

masalah yang dibahas dalam makalah ini.

3

B. Hakikat Profil Organisasi Belajar

Secara umum kata organisasi dapat dimaknai dengan kelompok kerja

sama antara orang-orang yang didirikan untuk mencapai tujuan bersama.

Biasanya, pendiriannya bermaksud agar pencapaian tujuan dapat dilakukan lebih

efisien dan lebih efektif. Ini berarti bahwa prinsip efisiensi dan efektifitas sangat

penting bagi setiap organisasi dan pada umumnya setiap orang yang masuk ke

dalam suatu organisasi bertujuan agar tujuan pribadi dan kelompok kerjanya dapat

tercapai lebih efisien dan efektif.

Berdasarkan tujuannya yang mempunyai nilai spesifik sekaligus menjadi

cirinya, organisasi dapat dibedakan atas organisasi komersial dan organisasi

sosial. Dalam membuat keputusan, organisasi komersial menjadikan keuntungan

dan kerugian secara finansial/material sebagai kriteria, sedang organisasi sosial

menjadikan keuntungan dan kerugian aspek-aspek sosial sebagai kriteria.

Tentunya, kedua jenis organisasi itu dalam membuat keputusan menggunakan

prinsip efisiensi dan efektifitas.

Selanjutnya, kata belajar secara umum dimaknai dengan berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Senada dengan hal itu,

Gage dalam Dahar (1989 : 11) menyatakan, “… belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman.” Budiningsih (2005:64) menyatakan, “Pandangan konstruktivistik

yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh

siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada

pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan

tersebut.”

Ada beberapa prinsip yang mendasari pengertian belajar. Pertama, belajar

merupakan usaha dalam memperoleh perubahan tingkah laku. Ini berarti bahwa

tidak semua perubahan tingkah laku sebagai akibat hasil belajar. Sebab ada juga

proses lain yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang tidak termasuk

belajar, yaitu kematangan. Kedua, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah

laku secara keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga, belajar merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa belajar merupakan

suatu aktivitas yang berkesinambungan dan di dalamnya terdapat tahapan-tahapan

4

yang sistematis dan terarah. Keempat, proses belajar terjadi karena adanya sesuatu

yang mendorong dan ada tujuan yang akan dicapai. Adanya dorongan itu

disebabkan adanya kebutuhan yang hendak dipenuhi. Kelima, belajar merupakan

bentuk pengalaman. Ini berarti bahwa belajar merupakan bentuk interaksi individu

dengan lingkungannya sehingga banyak pengalaman yang dapat diperoleh dari

situasi yang nyata.

Agar organisasi itu dapat bertahan hidup, bersaing, dan dapat menghadapi

tantangan perubahan, dia harus belajar sekuat-kuatnya secara terus-menerus.

Dalam hal belajar sebagai aliran strategi, Henry Mintzberg, Bruce Ahistrand, dan

Joseph Lampel (1998) mengidentifikasikan sepuluh aliran dalam penyusunan

strategi organisasi. Ningky Munir (2000 : 18-19) mengungkapkan tiga aliran

pertama yang bersifat menentukan, memberi petunjuk, dan terkenal dengan

sebutan aliran preskriptif. Perhatian aliran ini terfokus pada bagaimana idealnya

suatu strategi disusun: 1) aliran disain yang melahirkan analisis SWOT, 2) aliran

perencanaan yang terkenal dengan keteraturan dan kemendetailannya dalam

menerjemahkan strategi menjadi rencana operasional yang bersifat kuantitatif

(anggaran), dan 3) aliran positioning yang diwakili oleh five forces-nya Michael

Porter dan matriks BCG (Boston Consulting Group).

Enam aliran berikutnya bersifat deskriptif, yaitu aliran yang lebih

mengutamakan praktik penyusunan strategi. Aliran yang bersifat deskriptif ini

adalah 4) aliran kewirausahaan yang memandang penyusunan strategi sebagai

sesuatu yang bersifat visionary, 5) aliran kognitif yang memandang penyusunan

strategi sebagai proses mental, 6) aliran pembelajaran (learning) yang

memandang penyusunan strategi sebagai suatu proses yang muncul begitu saja

atau emergent, 7) aliran kekuasaan yang memandang penyusunan strategi sebagai

proses negosiasi, 8) aliran kebudayaan yang memandang penyusunan strategi

sebagai proses kolektif, dan 9) aliran lingkungan, yang memandang penyusunan

strategi sebagai proses relatif. Kemudian, aliran 10) adalah aliran konfigurasi,

yaitu aliran yang memandang penyusunan strategi sebagai suatu proses transformasi.

Berbagai elemen strategi aliran-aliran lain diupayakan diintegrasikan oleh aliran ini.

Abi Sudjak (2000 : 2) mengungkapkan bahwa aliran belajar diwarnai oleh

teori psikologi pendidikan. Aliran ini berangkat dari asumsi bahwa strategi tidak

5

terencana, strategi tidak dapat dipersiapkan sebelumnya, tetapi strategi harus

dipelajari sepanjang waktu. Strategi dapat muncul sewaktu-waktu dalam proses

keseharian organisasi. Sebagai konsekuensinya, organisasi harus belajar sepanjang

waktu. Konsep yang penting dalam aliran belajar ini ialah bahwa pembuatan

strategi tidak bersifat preskriptif bagaikan resep.

Agar organisasi memiliki kemampuan unggulan, organisasi harus dapat

mengembangkan kemampuan atau membuat kreasi pengetahuan, pendekatan

kemampuan yang dinamis dan teori chaos. Aliran ini menganggap bahwa strategi

merupakan suatu hal yang bersifat unik atau tidak ada yang menyamainya.

Pengetahuan yang dimiliki organisasi merupakan sumber strategi dalam

perumusan strategi perusahaan. Karena itu, hal terpenting adalah bagaiamana cara

membangun dan membina kemampuan-kemampuan organisasi dalam mencari,

mendapatkan, mengumpulkan, membuat, dan memanfaatkan pengetahuan. Karena

pengetahuan dibuat oleh masing-masing individu, maka peranan organisasi yang

tidak kalah pentingnya adalah bagaimana caranya menciptakan situasi kondusif

bagi anggota-anggotanya untuk belajar, mengungkapkan hasil belajar,

mengkristalisasikan hasil belajar, menyimpulkannya pada level kelompok melalui

diskusi dan berbagai pengalaman hasil belajar ataupun hasil observasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa karena keharusannya

melakukan kegiatan belajar, organisasi itu disebut organisasi belajar. Apakah yang

dimaksud dengan organisasi belajar ?

Senge (2006:3) menyatakan bahwa organisasi belajar adalah “…

organisasi di mana orang secara kontiniu mengembangkan kemampuan mereka

dalam menciptakan hasil yang sangat mereka inginkan, di mana pola berpikir

yang baru dan luas terpelihara, di mana aspirasi kolektif adalah bebas, dan di

mana orang terus berusaha mengetahui cara belajar.”

Marquardt (1996 : 229) menyatakan, “Sebuah organisasi yang belajar

dengan kuat dan secara kolektif terus melakukan perubahan diri ke arah yang

lebih baik dalam mengumpulkan, menangani, dan menggunakan pengetahuan

yang dimiliki mereka untuk keberhasilan perusahaan. Hal itu memberdayakan

orang di dalam dan di luar perusahaan untuk belajar selagi mereka bekerja.

Teknologi digunakan untuk mengoptimalkan belajar dan produktivitas.”

6

Berdasarkan kedua pengertian organisasi belajar itu, dapat dinyatakan

bahwa Senge dan Marquardt sesungguhnya mempunyai asumsi yang sama

terhadap organisasi belajar sehingga perbedaan kedua pengertian itu hanyalah

pada perbedaan penekanannya. Senge lebih menekankan bahwa organisasi belajar

itu berfungsi sebagai tempat bagi semua anggota organisasi untuk melakukan

aktivitas belajar, sedangkan Marquardt lebih menekankan pada aktivitas

belajarnya yang dilakukan dengan kuat dan secara kolektif melakukan perubahan

ke arah yang lebih baik secara kontiniu.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa organisasi belajar adalah

wahana bagi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama, yang terus-

menerus melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan

perubahan dalam kehidupan manusia, bahkan mampu bersaing atau mungkin

lebih unggul daripada wahana lainnya. Ini berarti bahwa organisasi belajar

menerapkan prinsip belajar seumur hidup. Sebab organisasi belajar harus

dibangun dan belajar terus untuk meningkatkan kemampuan mereka merealisasi

aspirasi mereka yang paling tinggi. Kasali (2014:31) menyatakan, “Membuat

perubahan menjadi menarik, terpercaya dengan tujuan-tujuan yang jelas, serta

tahapan kemenangan mutlak dibutuhkan. Kalau tidak demikian, maka organisasi

belajar itu akan ketinggalan, tidak akan dapat menjawab tantangan-tantangan

baru, tidak akan dapat memenuhi kebutuhan para anggota yang semakin

meningkat, bahkan organisasi itu bisa bubar.

Senge (2006:6-9) menyatakan bahwa dia percaya dengan lima komponen

teknologi baru secara perlahan bergabung untuk melakukan inovasi organisasi

belajar, yaitu “berpikir sistem, penguasaan personal, model mental, membentuk

visi bersama, dan belajar tim (beregu). Dalam hal berpikir sistem dapat dinyatakan

bahwa setiap anggota organisasi dalam memikirkan dan membahas masalah

dalam suatu komponen organisasi belajar, dia mampu melihat hubungan atau

interaksinya dengan komponen-komponen lainnya. Dalam hal penguasaan

personal (diri) dinyatakan bahwa “penguasaan” menjelaskan perolehan yang

menonjol pada seseorang dan dapat juga dimaknai dengan tingkat kemahiran

khusus. Orang yang berpenguasaan diri yang tinggi, mampu secara konsistem

merealisir hasil yang menguasai mereka secara mendalam dari hasil yang ada.

7

Dalam hal model mental dinyatakan bahwa model mental menanamkan asumsi

yang mendalam dan penyamarataan serta image mengenai pengaruh dalam hal

bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita melakukan aksi. Dalam hal

membentuk visi bersama dinyatakan bahwa pandangan mengenai kepemimpinan

sudah memberikan inspirasi organisasi selama ribuan tahun. Hal ini merupakan

kemampuan untuk mempertahankan masa depan organisasi, selanjutnya

menyokong tindakan yang dilakukan sehubungan dengan tidak adanya tujuan,

nilai dan misi yang ada secara mendalam pada organisasi. Kemudian, dalam hal

belajar tim (beregu) menyatakan bahwa jika tim mengembangkan kemampuan

yang luar biasa untuk aksi yang terkoordinasi, maka tim itu sedang belajar dengan

benar, tidak hanya dalam menghasilkan hasil yang luar biasa, tetapi juga

menyebabkan anggota individu dapat tumbuh dengan baik dari yang terjadi

sebelumnya.

Apakah yang dimaksud dengan profil organisasi belajar? Kata profil

secara umum dapat dimaknai dengan gambaran atau keterangan yang menjelaskan

sikap, tingkah laku, dan karakteristik seseorang atau kelompok orang. Oleh sebab

itu, dapat dinyatakan bahwa profil organisasi belajar adalah gambaran atau

keterangan yang menjelaskan sikap, tingkah laku, dan karakteristik organisasi

belajar. Dalam pembicaraan ini, bagaimana memperoleh gambaran atau

keterangan mengenai organisasi belajar yang dimaksud, digunakan pendapat

Marquardt sebagaimana dipaparkan berikut ini.

Sesuai dengan pengertian organisasi belajar yang dinyatakannya,

Marquardt (1996:21-28) menyajikan lima komponen sistem atau subsistem belajar

beserta bagian-bagiannya masing-masing dalam organisasi belajar. Sistem belajar

yang dimaksud terdiri dari subsistem belajar itu sendiri, organisasi, orang,

pengetahuan, dan teknologi yang digambarkan sebagai berikut.

8

(Marquardt, 1996:21)

Gambar 1. Model Sistem Organisasi Belajar

Masing-masing subsistem dalam sistem itu mempunyai bagian-bagian

yang menjadi indikator-indikatornya. Subsistem belajar terdiri dari 1) tingkat yang

mencakup tingkat individu, kelompok, dan organisasi; 2) jenis belajar yang terdiri

dari adaptif, antisipatori, deutero, dan tindakan; 3) keterampilan belajar yang

mencakup sistem berpikir, model mental, penguasaan perorangan, belajar tim

(beregu), visi bersama, dan dialog. Lebih jauh Marquardt mengelompokkan

subsistem organisasi ke dalam empat bagian, yakni visi, budaya, struktur, dan

strategi organisasi. Sedangkan subsistem orang dibagi ke dalam enam bagian,

yaitu manajer atau pemimpin, pegawai, pelanggan, partner, aliansi atau

persekutuan, masyarakat, pengecer, dan pengguna. Subsistem pengetahuan terdiri

dari pemerolehan, kreasi, transfer dan pemanfaatan, dan penyimpanan

pengetahuan. Terakhir, subsistem teknologi dibagi ke dalam teknologi informasi,

belajar berdasarkan teknologi, dan sistem pendukung kinerja elektronik.

Marquardt tidak menekankan kepada salah satu subsistem dan bagian

tersebut sebagai suatu hal yang penting dan justru semua komponen itu

merupakan satu kesatuan yang sistemik. Artinya, jika terdapat satu subsistem

9

Orang

Organisasi

Teknologi

Pengetahuan

Belajar

yang ada dalam sistem itu tidak berjalan, maka akan menghambat pergerakan dari

subsistem lainnya. Namun, jika ditelaah lebih jauh, sistem orang memegang

peranan penting dalam menjalankan dan mengembangkan organisasi belajar.

Berdasarkan pengelompokan itu, Marquardt mengemukakan bahwa untuk

menjadi sebuah organisasi belajar yang berhasil, harus membangun sebuah sistem

yang utuh dan komprehensif dengan mengembangkan 1) lingkungan belajar yang

dinamis dengan melibatkan individu, grup atau tim, dan organisasi; 2) proses

transformasi yang mencakup visi, budaya, strategi dan struktur organisasi; 3)

pemberdayaan sumber daya manusia yang ada termasuk di dalamnya

pegawai/guru, pimpinan, siswa, dan stakeholder (para pemangku kepentingan); 4)

pengelolaan pengetahuan melalui mengakuisisi, berkreasi, storage (penyimpanan)

dan retrieval (pengambilan), mentransfer, dan menggunakan pengetahuan; serta

5) aplikasi teknologi melalui sistem informasi, belajar berbasis teknologi dan

sistem elektronik pendukung kinerja (EPSS = Electronic Performance Support

Systems).

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah subsistem-subsistem sistem organisasi

belajar beserta indikator-indikatornya masing-masing pada tabel yang di bawah

ini.

Tabel 1. Subsistem Organisasi Belajar dan Indikator-Indikator

Belajar Organisasi Orang Pengetahuan Teknologi

Tingkatan : Budaya Karyawan Pemerolehan Teknologi

- Individu Informasi

- Kelompok Visi Manajer/ Penciptaan

- Organisasi Pimpinan Pembelajaran

Tipe : Strategi Penyimpanan Berbasis

- Adaptif Pemasok/ Teknologi

- Antisipatif Struktur penyedia Pemindahan &

- Deutero Penggunaan EPSS

- Tindakan Masyarakat

Keterampilan :

- Berpikir Sistem Mitra Aliansi

- Model Mental

- Keahlian Pribadi

- Belajar Tim

- Visi Bersama

- Dialog

10

Kelima subsistem organisasi belajar itulah yang menjadi aspek-aspek penilaian

dalam upaya pemerolehan profil suatu organisasi belajar. Instrumen penilaiannya

terlampir.

Demikianlah kajian tentang organisasi belajar dan profil organisasi belajar

ini. Berdasarkan kajian itu, dapat dinyatakan bahwa organisasi belajar itu sangat

urgen bagi kehidupan manusia pada umumnya dan bagi lembaga-lembaga besar

maupun kecil pada khususnya. Marquardt (1996:29) menyatakan, “Organisasi

belajar memiliki kemampuan untuk 1) lebih siap mengantisipasi dan beradaptasi

terhadap lingkungan, 2) mempercepat pengembangan produk, proses, dan layanan

baru, 3) menjadi lebih pintar dalam belajar dari pesaing dan kolaborator, 4)

melakukan transfer pengetahuan dari satu bagian organisasi ke bagian lain, 5)

belajar lebih efektif dari kesalahan-kesalahan, 6) memperpendek waktu yang

diminta untuk melakukan perubahan strategik, dan 7) mendorong peningkatan

berkelanjutan di seluruh bagian organisasi.”

C. Data dan Pembahasannya

Seperti telah dinyatakan terdahulu, Program Studi Idola merupakan salah

satu program studi di Jurusan Pemersatu Bangsa Fakultas Pengembang

Kepribadian Universitas Penghasil Sumber Daya Manusia yang Berkualitas yang

dikelola oleh pemerintah. Program studi itu dipimpin oleh ketua program studi

yang sudah berpendidikan S3. Program studi itu mempunyai visi, misi, tujuan, dan

sasaran sebagai berikut.

Visi

Menjadi kelompok program studi yang unggul dalam bidang pengembangan dan

pengajaran pemersatu bangsa tingkat nasional

Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan bermutu dalam bidang pengajaran pemersatu

bangsa kepada mahasiswa

b. Menyelenggarakan penelitian untuk membina dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang pemersatu bangsa

c. Mengembangkan kajian pemersatu bangsa antardisiplin untuk pembangunan

sosial, ekonomi, dan budaya

11

d. Menumbuhkan sikap positif mahasiswa terhadap pemersatu bangsa

e. Memberikan layanan pemersatu bangsa kepada masyarakat

Tujuan

a. Menghasilkan lulusan yang cerdas (kognisi, emosi, spiritual) dan bermutu

dalam bidang pembelajaran pemersatu bangsa untuk memenuhi permintaan

pasar dan industri dalam konteks regional, nasional, dan global

b. Mengembangkan teori dan teknologi dalam bidang pembelajaran pemersatu

bangsa untuk keefektifan dan keefisienan pembelajaran

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi interdisiplin/intradisiplin

dalam wujud karya pengabdian sebagai fasilitas pemahaman terhadap

pembelajaran pemersatu bangsa dan disiplin ilmu lain

d. Mengupayakan pembelajaran pemersatu bangsa yang potensial memperkaya

khazanah pemersatu bangsa

e. Menghasilkan kerja sama yang mendukung peningkatan kualitas program

akademik

Sasaran

Sasaran utama Program Studi Idola adalah menghasilkan lulusan yang mampu

memenuhi kebutuhan akan guru pemersatu bangsa. Lulusan yang dihasilkan

adalah lulusan yang memiliki daya saing yang kompetitif. Untuk itu, peningkatan

kualitas lulusan terus dilaksanakan melalui berbagai usaha dan program, misalnya,

melalui implementasi kurikulum yang mengintegrasikan learning revolution dan

softskills, perbaikan proses pembelajaran yang berbasis SCL (student centered

learning), sistem penilaian berbasis authentic assesment, dan peningkatan kinerja

dosen.

Pada tahun akademik 2013/2014 dosen Program Studi Idola berjumlah 23

orang. Mahasiswanya berjumlah 827 orang dengan rincian sebagai berikut.

12

Tabel 2. Rincian Jumlah Mahasiswa Program Studi Idola

Tahun Akademik 2013/2014

No. Mahasiswa yang Ber-NIM

Tahun

Reguler Non-Reguler

1.

2.

3.

4.

2010

2011

2012

2013

135

111

127

175

37

77

83

82

Jumlah 548 279

Jumlah Total 827

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun akademik 2013/2014 Program

Studi Idola memiliki mahasiswa program reguler sebanyak 548 orang dan

mahasiswa program non-reguler sebanyak 279 orang. Keseluruhannya berjumlah

827 orang. Kalau jumlah mahasiswa ini dibandingkan dengan jumlah dosennya,

maka program studi itu sudah jelas kekurangan dosen. Untuk meningkatkan mutu

pelayanannya, dosen program studi itu perlu ditambah sebanyak 9 orang.

Selanjutnya, data penilaian profil organisasi belajar Program Studi Idola

disajikan dan dibahas berikut ini.

a. Subsistem Dinamika Belajar

Tabel 3. Data Dinamika Belajar

No. Pernyataan Skor

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Belajar kontinu sebagai prioritas utama

Karyawan belajar dan mengembangkan diri

Penyumbatan informasi dihindari

Pelatihan belajar cara belajar

Pendekatan inovasi dalam bekerja

Belajar secara adaptif-antisipatif-kreatif

3

2

2

2

2

3

Subtotal pembelajaran individu 14

7.

8.

9.

10.

Tim/individu pakai proses belajar tindakan

Tim didorong saling belajar dan berbagi

Orang berpikir dan bertindak secara sistem

Tim dilatih cara bekerja sebagai tim

3

2

3

1

Subtotal pembelajaran kelompok 9

Total 23

Tabel 3 menunjukkan bahwa dinamika belajar secara individual Program

Studi Idola mendapat skor 14 atau mencapai tingkat 58,33% dan dinamika

belajarnya secara kelompok mendapat skor 9 atau mencapai tingkat 56,25%.

13

Selanjutnya, dinamika belajarnya secara total mendapat skor 23 atau mencapai

57,5%. Rata-rata skornya = 23/10 = 2,3 dan itu tergolong ke dalam kategori

sedang.

Kekurangannya terutama disebabkan dua hal. Pertama, dalam belajar

individu, karyawan belum belajar dan mengembangkan diri secara maksimal,

penyumbatan informasi belum dihindari secara maksimal, pelatihan belajar cara

belajar kurang maksimal, dan pendekatan inovasi dalam bekerja tidak dilakukan

secara maksimal. Kedua, dalam belajar kelompok, tim kurang didorong untuk

saling belajar dan berbagi dan tim (kelompok dosen bidang kajian) tidak dilatih

bagaimana cara bekerja sebagai tim.

b. Subsistem Transformasi Organisasi

Tabel 4. Data Transformasi Organisasi

No. Pernyataan Skor

1.

2.

3.

Pengertian pentingnya organisasi belajar

Pimpinan mendukung visi organisasi belajar

Adanya iklim yang mendukung belajar

2

2

3

Subtotal transformasi visi 7

4.

5.

6.

Komitmen karyawan akan belajar secara kontiniu

Karyawan belajar dari kegagalan dan keberhasilan

Orang/tim yang belajar diberi penghargaan

2

2

2

Subtotal transformasi budaya 6

7.

8.

Kesempatan belajar pada operasional

Desain penyebaran informasi

3

2

Subtootal transformasi strategi 5

9. Organisasi ramping memaksimalkan tim lintas

Koordinasi dilakukan sesuai sasaran belajar

2

3

Subtotal transformasi struktur 5

Total 23

Tabel 4 menunjukkan bahwa transformasi visi Program Studi Idola

mendapat skor 7 atau mencapai tingkat 58,33%, transformasi budaya mendapat

skor 6 atau mencapai 50%, transformasi strategi mendapat skor 5 atau mencapai

tingkat 62,5%, dan transformasi struktur mendapat skor 5 atau mencapai tingkat

62,5%. Selanjutnya, transformasi organisasi secara total mendapat skor 23 atau

mencapai tingkat 57,5%. Rata-rata skornya = 23/10 = 2,3 dan itu tergolong ke

dalam kategori sedang.

14

Hal itu terutama disebabkan empat hal. Pertama, dalam transformasi visi,

pentingnya organisasi belajar belum dipahami secara maksimal dan pimpinan

kurang mendukung visi organisasi belajar. Kedua, dalam transformasi budaya,

karyawan kurang komit akan belajar secara kontiniu, karyawan belum sepenuhnya

belajar dari kegagalan dan keberhasilan, dan orang/tim yang belajar jarang diberi

penghargaan. Ketiga, dalam hal transformasi strategi, desain penyebaran

informasi tidak jelas dan sering muncul instruksi secara mendadak. Keempat,

dalam transformasi struktur, organisasi jarang diefektifkan dengan beberapa level

manajemen untuk memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran.

c. Subsistem Pemberdayaan Manusia

Tabel 5. Data Pemberdayaan Manusia

No. Pernyataan Skor

1.

2.

Cukup wewenang pada karyawan

Adanya desentralisasi kekuasaan

2

2

Subtotal pemberdayaan karyawan 4

3.

4.

5.

Manajer-karyawan bekerja sebagai rekanan

Manajer sebagai pemimpin dan pembimbing

Manajer mendorong inovasi

4

2

2

Subtotal pemberdayaan manajer 8

6.

7.

Penggalakan bagi informasi pada klien

Klien/suplier berpartisipasi dalam belajar

3

2

Subtotal pemberdayaan klien 5

8. Ikut belajar dari suplier 1

9. TV, suplier, masyarakat belajar bersama 1

10. Karyawan giat mencari rekanan belajar 2

Total 21

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberdayaan karyawan di Program Studi

Idola mendapat skor 4 atau mencapai tingkat 50%, pemberdayaan manajer

mendapat skor 8 atau mencapai tingkat 66,66%, pemberdayaan klien mendapat

skor 5 atau mencapai tingkat 62,5%, ikut belajar dari suplier mendapat skor 1 atau

mencapai tingkat 25%, TV, suplier, dan masyarakat yang belajar bersama

mendapat skor 1 atau mencapai tingkat 25%. Selanjutnya, pemberdayaan manusia

secara total mendapat skor 21 atau mencapai tingkat 52,5%. Rata-rata skornya =

21 : 10 = 2,1 dan itu tergolong ke dalam kategori sedang.

15

Kekurangannya terutama disebabkan enam hal. Pertama, dalam hal

pemberdayaan karyawan, wewenang pada karyawan kurang karena kadang-

kadang diambil alih oleh pihak atasan, dan desentralisasi kekuasaannya tidak

jelas. Jadi, batas kekuasaan ketua program studi itu harus jelas dan tertulis. Kedua,

dalam hal pemberdayaan manajer, ketua program studi masih kurang maksimal

menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan pembimbing serta kurang

mendorong inovasi kepada para dosen. Sesungguhnya ketua program studi itu

secara maksimal harus bisa menjadi guru, pelatih, dan pelayan. Ketiga, dalam hal

pemberdayaan klien, klien/suplier kurang diberdayakan untuk mempelajari apa

kebutuhan program studi itu sehingga kadang-kadang pekerjaan di program studi

tidak lancar karena kurangnya dan ketidaklengkapan fasilitas. Keempat, pegawai

dan dosen karena kekurangperduliannya, jarang mau belajar dari suplier. Kelima,

belajar bersama antara TV, suplier, dan masyarakat jarang sekali dilakukan oleh

program studi itu. Keenam, karyawan atau dosen kurang giat mencari rekanan

belajar. Dalam hal kelima dan keenam ini, ketua program studinya seyogianya

membuat program kegiatannya dan dapat menggerakkan dan memotivasi semua

anggota organisasi untuk melaksanakannya.

d. Subsistem Manajemen Pengetahuan

Tabel 6. Data Manajemen Pengetahuan

No. Pernyataan Skor

1.

2.

3.

Karyawan aktif mencari informasi belajar

Ada akses untuk mendapatkan informasi

Karyawan dapat memantau trend di luar

3

3

3

Subtotal penguasaan informasi 9

4.

5.

6.

Orang dilatih berpikir kreatif/eksperimen

Ada demonstrasi setiap hal baru

Unit yang menumbuhkan ilmu didukung

2

2

3

Subtotal penciptaan informasi 7

7.

8.

Adanya sistem penyimpanan informasi

Orang sadar pentingnya simpanan ilmu

3

3

Subtotal penyimpanan informasi 6

9.

10.

Pertemuan lintas unit, dept, dan devisi

Terus kembangkan sistem penyebaran

2

2

Subtotal penyebaran informasi 4

Total 26

16

Tabel 6 menunjukkan bahwa penguasaan informasi Program Studi Idola

mendapat skor 9 atau mencapai tingkat 75%, penciptaan informasi mendapat skor

7 atau mencapai tingkat 58,33%, penyimpanan informasi mendapat skor 6 atau

mencapai tingkat 75%, dan penyebaran informasi mendapat skor 4 atau mencapai

tingkat 50%. Selanjutnya, manajemen pengetahuan program studi itu secara total

mendapat skor 26 atau mencapai 65%. Rata-rata skornya = 26/10 = 2,6 dan itu

tergolong dalam kategori cenderung baik.

Kekurangannya terutama disebabkan dua hal. Pertama, dalam hal

penciptaan informasi, orang kurang dilatih berpikir kreatif/eksperimen dan jarang

ada demonstrasi setiap hal baru, yang menunjukkan bahwa anggota organisasi

kurang bergairah merespon hal-hal yang baru. Kedua, dalam hal penyebaran

informasi, pertemuan lintas unit, dept, dan divisi kurang maksimal dilakukan dan

kurang maksimalnya penyebaran informasi.

e. Subsistem Aplikasi Teknologi

Tabel 7. Data Aplikasi Teknologi

No. Pernyataan Skor

1.

2.

Belajar dengan sistem berbasis komputer

Orang punya akses ke jalur informasi

3

3

Subtotal teknologi informasi 6

3.

4.

5.

Fasilitas belajar dilengkapi multimedia

Adanya program belajar berbasis komputer

Teknologi groupware dimanfaatkan

3

2

2

Subtotal belajar berbasis komputer 7

6.

7.

8.

9.

10.

Belajar tepat waktu didukung

EPSS membuat orang bekerja lebih baik

EPSS didesain memenuhi kebutuhan belajar

Orang punya akses untuk efektif bekerja

Software dapat disesuaikan menurut kebutuhan

4

3

2

3

3

Subtotal penggunaan EPSS 15

Total 28

Tabel 7 menunjukkan bahwa aplikasi teknologi informasi di Program

Studi Idola mendapat skor 6 atau mencapai tingkat 75%, belajar berbasis

komputer mendapat skor 7 atau mencapai tingkat 58,33%, dan penggunaan EPSS

mendapat skor 15 atau mencapai tingkat 75%. Rata-rata skornya = 28/10 = 2,8

dan itu tergolong ke dalam kategori cenderung baik.

17

Kekurangannya terutama disebabkan belajar berbasis komputer belum

terlaksana secara maksimal. Program belajar berbasis komputer dan pemanfaatan

groupware belum terlaksana secara menyeluruh dan maksimal.

f. Nilai Rata-rata Keseluruhan Subsistem Profil Organisasi Belajar

Tabel 8. Data Keseluruhan Subsistem Profil Organisasi Belajar

No. Subsistem Skor

1.

2.

3.

4.

5.

Dinamika Belajar

Transformasi Organisasi

Pemberdayaan Manusia

Manajemen Pengetahuan

Aplikasi Teknologi

23

23

21

26

28

Jumlah 121

Rata-rata 24,2

Skor maksimal 200

Nilai Profil Organisasi Belajar =𝟏𝟐𝟏

𝟐𝟎𝟎𝒙𝟏𝟎𝟎 = 𝟔𝟎, 𝟓 (sedang)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah skor profil organisasi belajar Program

Studi Idola adalah 121. Rata-rata skornya 24,2. Skor maksimalnya 200.

Disimpulkan bahwa nilai profil organisasi belajar program studi itu tergolong ke

dalam kategori sedang (60,5). Secara keseluruhan profil organisasi belajar itu

dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang di bawah ini.

Gambar 2. Diagram Nilai Profil Organisasi Belajar

Program Studi Idola

18

40 40 40 40 40

y

x

40

30

20

10

23 23 21

26

0 1 2 3 4

28

5

Keterangan :

1. Dinamika Belajar

2. Transformasi Organisasi

3. Pemberdayaan Manusia

4. Manajemen Pengetahuan

5. Aplikasi Teknologi

D. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan keseluruhan uraian pembahasan terdahulu, dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Program Studi Idola sebagai organisasi belajar mengalami kekurangan dosen

sebanyak sembilan orang.

2. Nilai profil organisasi belajar Program Studi Idola tergolong ke dalam

kategori sedang.

3. Sebagai organisasi belajar, Program Studi Idola perlu meningkatkan kualitas

dirinya dalam subsistem dinamika belajar, transformasi organisasi, pemberdayaan

manusia, manajemen pengetahuan, dan aplikasi teknologi.

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan agar Program Studi Idola

dapat menambah anggotanya (dosen) dan meningkatkan kualitasnya sebagai

organisasi belajar dalam semua subsistemnya.

19

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. (2006). Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang

Guru dan Dosen Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Beserta

Penjelasannya. Bandung: Nuansa Aulia

Anonim. (2006). Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 Tahun 2005).

Jakarta: Sinar Grafika

Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Kasali, R. (2014). Let’s Change ! : Kepemimpinan, Keberanian, dan Perubahan.

Jakarta: Kompas Media Nusantara

Marquardt, M.J. (1996). Building the Learning Organization. New York :

McGraw-Hill

Munir, N. (2000). “Menjelajah Rimba Strategi : Tinjauan Sepuluh Aliran

Penyusunan Strategi.” Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Bisnis &

Birokrasi, Volume VIII/Nomor 3/Oktober/2000

Senge, Peter M. (2006). The Fifth Discipline : The Art & Practice of The

Learning Organization. London: Random House Business Books

Sudjak, Abi. (2000). “Menelusuri Jejak Aliran Perumusan Strategi Organisasi.”

Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Bisnis & Birokrasi, Volume

VIII/Nomor 3/Oktober/2000

20

LAMPIRAN

INSTRUMEN PENILAIAN PROFIL ORGANISASI BELAJAR

Di bawah ini terdapat daftar berbagai pernyataan tentang organisasi Anda.

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan putuskan sejauh mana hal itu

berlaku untuk organisasi Anda. Gunakanlah skala berikut ini.

4 = berlaku sepenuhnya

3 = berlaku sampai tingkatan tertentu

2 = berlaku sampai dengan tingkatan sedang

1 = hanya sedikit atau tidak berlaku

I. Dinamika Belajar

Individu, Grup atau Tim, dan Organisasi

Dalam organisasi ini,

1. Kami melihat adanya semua pekerja yang terus-menerus belajar

sebagai prioritas usaha yang tinggi.

2. Kami didorong dan diharapkan untuk menangani cara belajar dan

pengembangan kami.

3. Manusia menghindari hambatan informasi dan tertutupnya saluran

komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan

melengkapi mereka dengan umpan balik yang efektif.

4. Orang dilatih dan diarahkan untuk mengetahui cara belajar.

5. Kami menggunakan berbagai metode belajar yang cepat (pemetaan

pikiran, ingatan, bayangan, musik).

6. Manusia meningkatkan pengeteahuan melalui pendekatan belajar

adaptif, antisipatori, dan kreatif.

7. Tim dan individu menggunakan proses belajar beraksi atau berbuat,

yakni mereka belajar dari refleksi yang sama mengenai masalah

atau situasi dan pengetahuan mereka pada tindakan masa yang akan

datang.

21

8. Tim didorong untuk belajar dari yang lain dan berbagi apa yang

mereka pelajari dengan berbagai cara (melalui papan buletin

elektronik, surat kabar, dan pertemuan antarkelompok).

9. Orang mampu berpikir dan bertindak dengan pendekatan sistem

yang baik.

10. Tim mendapatkan pelatihan terkait dengan cara belajar dan belajar

dalam kelompok.

Dinamika belajar (skor maksimum : 40)

Skor total :

II. Transformasi Organisasi

Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur

Dalam organisasi ini,

1. Pentingnya pemahaman organisasi belajar dalam perusahaan atau

lembaga.

2. Manajemen top-level mendukung visi organisasi belajar.

3. Ada iklim yang mendukung dan memahami pentingnya belajar.

4. Kami komit untuk terus belajar dalam mencapai perbaikan.

5. Kami belajar dari kegagalan dan keberhasilan, yang berarti bahwa

kesalahan adalah sesuatu yang lumrah terjadi.

6. Kami menghargai orang dan tim yang belajar dan membantu yang

lainnya untuk belajar.

7. Kesempatan belajar digabungkan dalam operasi dan program.

8. Kami mendesain cara berbagi pengetahuan dan meningkatkan cara

belajar dalam organisasi (rotasi kerja sistematik melalui divisi,

sistem belajar praktik yang tersusun).

9. Organisasi diefektifkan dengan beberapa level manajemen dalam

memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran pada tingkatan yang

ada.

10. Kami mengkoordinasikan usaha kami dalam departemen berdasarkan

tujuan umum dan pembelajaran daripada mempertahankan batasan

departemen yang ada.

Transformasi Organisasi (skor maksimum : 40)

Skor total :

22

III. Pemberdayaan Manusia

Manajer, Pekerja, Konsumen, Mitra, Suplier, dan Masyarakat

Dalam organisasi ini.

1. Kami berusaha mengembangkan tenaga kerja yang kuat dan

mampu belajar dan berbuat.

2. Otoritas terdesentralisasi dan didelegasikan sesuai dengan tanggung

jawab dan kemampuan belajar.

3. Manajer dan non-manajer bekerja bergandengan tangan untuk

belajar dan mengatasi masalah secara bersama.

4. Manajer memiliki peranan sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator

belajar.

5. Manajer mengupayakan dan meningkatkan kesempatan belajar

serta mendorong eksperimentasi dan refleksi pada pengalaman baru

sehingga dapat digunakan.

6. Kami secara aktif berbagi informasi dengan konsumen dan pada

kesempatan yang sama berbagi gagasan dan masukan dalam rangka

belajar dan memperbaiki layanan dan produk.

7. Kami memberi kesempatan kepada konsumen dan suplier untuk

berpartisipasi dalam belajar dan pelatihan.

8. Belajar dari mitra (sub-kontraktor, tim kerja) dimaksimalkan

melalui perencanaan sumber daya dan strategi.

9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan belajar dengan suplier,

kelompok masyarakat, asosiasi profesional, dan lembaga akademi.

10. Kami secara aktif mencari mitra belajar di antara konsumen,

penjual, dan suplier.

Pemberdayaan Manusia (skor maksimum : 40)

Skor total :

IV. Manajemen Pengetahuan

Penguasaan, Kreasi (Ciptaan), Penyimpanan, Perolehan, Pengalihan, dan

Utilisasi (Pemanfaatan)

Dalam organisasi ini,

23

1. Kami secara aktif mencari informasi yang memperbaiki karya

organisasi dengan memadukan produk dan/atau proses yang berada

di luar fungsi kami.

2. Kami memiliki sistem yang dapat diakses untuk mengumpulkan

informasi internal dan eksternal.

3. Kami memonitor trendi di luar organisasi dengan melihat apa yang

dilakukan orang lain. Hal ini mencakup menandai praktik terbaik,

menghadiri konferensi, dan menguji riset yang diterbitkan.

4. Manusia dilatih dalam keahlian berpikir kreatif, inovasi, dan

eksperimentasi.

5. Kami seringkali menciptakan proyek demonstrasi sebagai alat

untuk menguji cara baru dalam mengembangkan produk dan/atau

memberikan layanan.

6. Kami sudah mengembangkan sistem dan struktur dalam

memastikan bahwa pengetahuan yang penting sudah ditandai,

disimpan, dan tersedia bagi orang yang membutuhkannya dan

dapat menggunakannya.

7. Orang sadar akan pentingnya mempertahankan belajar organisasi

yang penting dan berbagai pengetahuan dengan yang lainnya.

8. Tim fungsional silang digunakan untuk mentransfer pembelajaran

yang penting pada kelompok, departemen, dan divisi.

9. Kami terus mengembangkan strategi baru dan mekanisme untuk

berbagi belajar melalui organisasi.

10. Kami mendukung bidang khusus, unit, dan proyek yang

mendatangkan pengetahuan dengan cara memberikan kesempatan

seseorang untuk belajar.

Manajemen Pengetahuan (skor maksimum : 40)

Skor total :

V. Aplikasi Teknologi

Sistem Informasi Pengetahuan, Belajar Berbasis Teknologi dan Sistem

Pendukung Kinerja Elektronik

24

Dalam organisasi ini,

1. Belajar semakin mudah dengan adanya sistem informasi berbasis

komputer yang efektif dan efisien.

2. Orang memiliki akses terhadap informasi jalan raya, misalnya

melalui jaringan lokal, internet, dan intranet.

3. Fasilitas belajar menggabungkan dengan multimedia elektronik,

dan lingkungan berbasis pada integrasi seni yang baik, warna,

musik, dan visual.

4. Program belajar dengan bantuan komputer dan alat bantu pekerjaan

elektronik (software flowchart dan tepat waktu) yang sudah

tersedia.

5. Kami menggunakan teknologi perangkat kelompok untuk

menangani proses kelompok seperti manajemen proyek, tim, dan

pertemuan.

6. Kami mendukung sistem belajar sekaligus untuk memadukan

sistem belajar teknologi tinggi, pelatihan dan pekerjaan aktual pada

pekerjaan ke dalam satu proses tunggal.

7. Sistem pendukung hasil elektronik kami membuat kami mampu

belajar dan melakukan tugas kami dengan lebih baik.

8. Kami merancang dan mengarahkan sistem pendukung hasil

elektronik untuk memenuhi syarat belajar kami.

9. Mereka memiliki akses sepenuhnya terhadap data yang mereka

perlukan dalam rangka melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

10. Kami dapat mengadopsi sistem software untuk mengumpulkan,

memberi kode, menyimpan, menciptakan, dan mengalihkan

informasi dengan cara terbaik yang disesuaikan untuk memenuhi

kebutuhan kami.

Aplikasi Teknologi (skor maksimum : 40)

Skor total :

5 Subsistem (skor maksimum : 200)

(Marquardt, 1996 : 237-241)

25