iii. kerangka pemikiran 3.1. kerangka teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar...

15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan. a. Penawaran Wisata Alam Menurut Damanik dan Weber (2006), penawaran dalam wisata meliputi semua bentuk daya tarik wisata, semua bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan yang tersedia pada suatu daerah tujuan wisata, yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berkunjung. Komponen penawaran dalam industri pariwisata dapat bersumber dari alam (natural amenities) dan buatan atau kreasi manusia (man- made), serta fasilitas pelayanan di daerah tujuan wisata seperti akomodasi, restoran, transportasi serta aksesibilitas. b. Permintaan Wisata Alam Menurut Damanik dan Weber (2006), berdasarkan konsep permintaan wisata, produsen dalam hal ini adalah wisatawan bertindak sesuai dengan kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, objek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas atau produk apa yang dibutuhkan atau dinginkannya. Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, tetapi juga manfaat dan kebutuhan wisatawan. Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi atas dua yaitu permintaan potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan punya tabungan relatif cukup), sedangkan permintaan aktual adalah orang- orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu.

Upload: duongtram

Post on 11-Mar-2019

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Pasar Wisata Alam

Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam

berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis

permintaan dan elastisitas permintaan.

a. Penawaran Wisata Alam

Menurut Damanik dan Weber (2006), penawaran dalam wisata meliputi

semua bentuk daya tarik wisata, semua bentuk kemudahan untuk memperlancar

perjalanan dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan yang tersedia pada suatu

daerah tujuan wisata, yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan

selama berkunjung. Komponen penawaran dalam industri pariwisata dapat

bersumber dari alam (natural amenities) dan buatan atau kreasi manusia (man-

made), serta fasilitas pelayanan di daerah tujuan wisata seperti akomodasi,

restoran, transportasi serta aksesibilitas.

b. Permintaan Wisata Alam

Menurut Damanik dan Weber (2006), berdasarkan konsep permintaan

wisata, produsen dalam hal ini adalah wisatawan bertindak sesuai dengan

kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan

dikunjunginya, objek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas atau

produk apa yang dibutuhkan atau dinginkannya. Permintaan dalam industri

pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja

dalam hal sifat, tetapi juga manfaat dan kebutuhan wisatawan.

Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi atas dua yaitu permintaan

potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah sejumlah orang

yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang

dan punya tabungan relatif cukup), sedangkan permintaan aktual adalah orang-

orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata

tertentu.

Page 2: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

30

c. Elastisitas Permintaan

Menurut Case dan Fair (2003), suatu permintaan disebut elastis jika

permintaan terhadap produk sangat peka terhadap perubahan harga. Perubahan

harga sedikit saja dapat meningkatkan permintaan terhadap produk yang

ditawarkan. Sebaliknya, kalau permintaan terhadap produk itu tidak peka terhadap

perubahan harga maka disebut perubahannya tidak elastis. Elasitisitas permintaan

terhadap produk wisata dikatakan elastis atau tidak elastis sangat tergantung pada

kondisi calon wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, apakah

perjalanan wisata yang akan dilakukan lebih emosional atau rasional. Kedua hal

tersebut akan menentukan elastis atau tidak elastisnya permintaan terhadap produk

wisata.

Menurut Yoeti (2008), dilihat dari sudut pandang ekonomi, elastis

permintaan sangat penting bagi pemasok produk industri pariwisata, karena akan

sangat berpengaruh terhadap permintaan keseluruhan. Total Pendapatan (TR) para

penjual pada suatu pasar sama dengan harga produk (P) dikalikan dengan jumlah

produk yang diminta (Q) atau dengan rumus keseimbangan sebagai berikut :

TR = P (Price) X Q (Quantity)

Jika suatu produk atau jasa tertentu permintaannya elastis terhadap harga

nilainya lebih dari 1 (Satu), maka total pendapatan TR akan meningkat jika harga

(P) diturunkan. Hal seperti ini dapat terjadi kalau persentase permintaan terhadap

produk (Q) lebih besar dibandingkan dengan penurunan harga (P). Berdasarkan

pengertian ini, bila nilai elastisitas permintaan terhadap harga diketahui, maka

pemasok produk industri pariwisata dapat meningkatkan pendapatan totalnya

dengan cara mengadakan penyesuaian secepat mungkin atas perubahan harga

yang terjadi.

Pada permintaan wisata harga (P) digambarkan dengan Biaya perjalanan

sedangkan jumlah (Q) digambarkan dengan jumlah kunjungan ke tempat wisata

tersebut dalam jangka waktu tertentu. Adapun rumus dari elastisitas menurut

Yoeti (2008) dapat ditulis sebagai berikut :

E =Δ jumlah permintaan (Q)

Δ jumlah Harga (P)

Atau pada permintaan wisata ditulis sebagai berikut:

Page 3: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

31

E =Δ Jumlah kunjungan (Q)

Δ jumlah Biaya Perjalanan (P)

Permintaan dikatakan inelastis jika permintaan itu tidak memberikan respon

terhadap perubahan harga yang terjadi. Dalam hal ini, jika terjadi perubahan harga

(naik atau turun), maka permintaan tetap saja sama dan tidak mengalami

perubahan. Berikut beberapa jenis elastis menurut Yoeti (2008) :

a. Inelastis sempurna

Permintaan dimana kuantitas yang diminta sama sekali tidak

memberikan tanggapan terhadap perubahan harga (nilai elastis = 0)

b. Inelatis

Permintaan yang memberikan sedikit saja tanggapan terhadap

perubahan harga. Permintaan yang inelastis selalu memiliki nilai

numeri antara 0 dan 1

c. Elastisitas Uniter

Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas produk

yang diminta adalah sebesar persentase perubahan harga, dalam nilai

absolutnya elastisitas permintaan sebesar 1.

d. Elastis

Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas yang

diminta lebih besar dalam nilai absolut dibandingkan persentase

perubahan harga (elastisitas permintaan dengan nilai absolut yang lebih

besar dari 1 atau nilai elastis >1<∞)

e. Elastisitas permintaan sempurna

Permintaan dimana kuantitasnya jatuh ke nol jika terjadi sedikit

perubahan harga.

3.1.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam

Nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan

jasa lainnya (Fauzi, 2006). Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar

(willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai

ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan

Page 4: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

32

mengukur nilai moneter barang dan jasa. Sebagai contoh, jika ekosistem pantai

mengalami kerusakan akibat polusi, nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan

bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut

kembali ke aslinya atau mendekati aslinya.

Nilai ekonomi wisata alam merupakan bagian dari nilai guna langsung dan

untuk memperoleh nilai wisata pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Travel Cost Method (TCM) dari sisi permintaan untuk mengetahui surplus

konsumen dan manfaat ekonomi dari sisi penawaran.

a. Travel Cost Method (TCM)

Menurut Fauzi (2006), Travel Cost Method (TCM) barangkali dapat

dikatakan sebagai metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak

langsung. Lebih lanjut menurut Fauzi (2006), metode ini diturunkan dari

pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931, yang kemudian

secar formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan

Knetsch (1996). Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis

permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti

memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji

biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi.

Metode travel cost ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya

akibat :

• Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.

• Penambahan tempat rekreasi baru.

• Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.

• Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Pada dasarnya, prinsip kerja TCM cukup sederhana. Misalnya, kita ingin

mengetahui nilai sumberdaya alam yang atraktif untuk rekreasi (misalnya pantai)

yang terletak dalam suatu radius tertentu. Tujuan dasar TCM adalah ingin

mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam ini melalui

pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi

jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari

sumberdaya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM

adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi,

Page 5: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

33

bersifat dapat dipisahkan. Artinya, fungsi permintaan kegiatan rekreasi seperti

memancing tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan kegiatan rileks lainnya,

seperti menonton TV, belanja, dan lain-lain.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan

nilai ekonomi berdasarkan TCM ini, yaitu :

• Pendekatan sederhana melalui zonasi, dan

• Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar

dari survei.

Pendekatan TCM melalui zonasi adalah pendekatan yang relatif simpel dan

murah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder

dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survei. Dalam teknik ini,

tempat rekreasi dibagi ke dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data

jumlah pengunjung per tahun. Dari sini kemudian diperoleh data jumlah

kunjungan per 1.000 penduduk. Dengan memperoleh data ini dan data jarak,

waktu perjalanan, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak (per km), akan

diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan dan kurva permintaan untuk

kunjungan ke tempat wisata.

Metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan sistem

zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer

yang diperoleh malaui survei dan teknik statistika yang bersifat kompleks.

Kelebihan dari metode ini adalah hasil yang relatif lebih akurat dari pada metode

zonasi.

Dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang

harus dilakukan. Pertama, menentukan perilaku model itu sendiri, dan kedua,

menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang

dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian

membangun model perilakunya, atau apakah langsung membangun model

perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan

pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model.

Dalam menentukan fungsi permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata,

pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi

sederhana (OLS). Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat

Page 6: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

34

wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan berkorelasi

negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif.

Secara sederhana fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut :

Qij = f (Cij, J, M, A, P, E, P1ij, P2ij, P3ij) …………………. (1)

Di mana :

Qij = Jumlah kunjungan individu i ke tempat j

Cij = Biaya perjalanan yang dikeluarkan individu i ke tempat j

J = Jarak

M = Pendapatan

A = Umur individu

P = Pekerjaan

E = Tingkat pendidikan

P1 = Persepsi individu i terhadap kondisi fisik tempat j

P2 = Persepsi inividu i terhadap pemandangan alam di tempat j

P3 = Persepsi responden i terhadap keamanan di tempat j

Selanjutnya agar lebih operasional, maka persamaan (1) di atas dibuat dalam

fungsi logaritma yaitu :

LnQ = α0 + α1lnc …………….. (2)

atau

Q = α0cα1……………… (3)

Setelah mengetahui fungsi permintaan, selanjutnya dapat diukur surplus

konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus

konsumen tersebut merupakan luas wilayah di bawah kurva permintaan yang

dibatasi oleh biaya perjalanan tertinggi (c1) pada batas atas dan biaya perjalanan

terendah (c0) pada batas bawah, sehingga surplus konsumen diukur melalui

formula :

𝑊𝑇𝑃 ≈ 𝐶𝑆 = ∫ 𝑄(𝑐)𝑑𝑐𝑐1𝑐0

………………………….. (4)

dimana :

c1 =jumlah biaya tertinggi

c0 = jumlah biaya terendah

Page 7: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

35

b. Manfaat Ekonomi

Menurut Tisdell (1996), Salah satu tujuan untuk pengembangan potensi

ekowisata adalah karena memberikan manfaat ekonomi terhadap pendapatan dan

tenaga kerja yang melindungi alam. Beberapa manfaat sosial-ekonomi dari

pengembangan ekowisata, antara lain :

• Menciptakan lapangan kerja langsung dalam pariwisata dan pengelolaan

aset wisata;

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dari aktivitas ekowisata seperti

hotel, restoran, penjualan souvenir, agen perjalanan dan sebagainya;

• Membantu memperoleh valuta asing dari para wisatawan asing;

• Mengembangkan sistem transportasi dan komunikasi, seperti bandara dan

infrastruktur transportasi lainnya;

• Meningkatkan permintaan terhadap produk lokal;

• Sebagai sarana pendukung untuk melindungi budaya lokal;

• Sebagai fasilitasi untuk belajar antar budaya dan komunikasi global.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kekuatan dampak

ekonomi, antara lain:

1. Kondisi fasilitas utama dan atraksinya;

2. Volume & intensitas pengeluaran;

3. Tingkat pembangunan ekonomi pada suatu daerah tujuan wisata;

4. Ukuran economic base suatu daerah tujuan wisata;

5. Tingkat perputaran kembali dari pengeluaran wisatawan pada daerah

tujuan wisata;

6. Tingkat penyesuaian daerah tujuan wisata terhadap permintaan wisatawan

yang musiman.

Ada 3 (tiga) dampak ekonomi dari kegiatan wisata yaitu dampak langsung,

dampak tidak langsung dan dampak induced. Dampak ekonomi langsung

diperoleh dari aliran pengeluaran wisatawan untuk perekonomian lokal

(penyediaan produk & jasa pada “front-line” bisnis), sedangkan dampak tidak

langsung merupakan manfaat lanjutan dari penerima dampak langsung.

Page 8: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

36

3.1.3. Nilai Pengembangan Wisata Alam

Untuk mengetahui nilai pengembangan wisata alam berkelanjutan

pendekatan yang digunakan adalah Contingent Valuation Method (CVM).

Menurut Fauzi (2006), pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) pertama

kali diperkenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku

perburuan di Miami. Pendekatan ini baru populer sekitar pertengahan 1970-an

ketika Pemerintah Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi

sumberdaya alam. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada

praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang

dibangun, misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana

pembayarannya, dan sebagainya. Pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan

dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan

permainan. Kedua, dengan teknik survei.

Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non

pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan.

CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar

(willingness to pay) masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan

dan keingingan untuk menerima (willingness to accept) kerusakan suatu

lingkungan. Karena teknik ini didasarkan pada asumsi mendasar mengenai hak

kepemilikan, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa

yang dihasilkan dari sumberdaya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan

membayar yang maksimum untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika

individu yang kita tanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan

adalah keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum atas hilang

atau rusaknya sumberdaya yang dia miliki.

Di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat 5 tahap

kegiatan, yaitu :

1. Membuat hipotesis pasar

Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih

dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi.

Misalnya, pemerintah ingin memperbaiki kondisi pantai yang sudah tercemar.

Dalam hal ini kita bisa membuat kuisioner yang berisi informasi lengkap

Page 9: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

37

mengenai bagaimana kondisi pantai yang bagus (misalnya dengan

menunjukkan foto pantai yang tercemar dan yang tidak tercemar), bagaimana

pemerintah akan memperoleh dana (apakah dengan pajak, pembayaran

langsung dan sebagainya). Kuisioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada

kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek yang akan dilakukan

sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan.

2. Mendapatkan nilai lelang (bids)

Tahap berikutnya adalah memperoleh nilai lelang. Ini dilakukan dengan

melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuisioner, wawancara

melalui telepon, maupun melalui surat. Dari ketiga cara tersebut survei

langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari survei ini

adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan untuk membayar

(WTP) dari responden terhadap suatu proyek. Nilai lelang ini bisa dilakukan

dengan teknik :

• Permainan lelang (bidding games)

Responden diberikan pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah

mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa

dinaikkan atau diturunkan tergantung respons atau pertanyaan

sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh.

• Pertanyaan terbuka

Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai rupiah yang

ingin dibayar untuk suatu proyek perbaikan lingkungan.

• Payment cards

Nilai lelang dengan teknik ini diperoleh dengan cara menanyakan

apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai

yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada

responden melalui kartu.

• Model referendum atau discrate choice

Responden diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju

atau tidak.

Page 10: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

38

3. Menghitung rataan WTP

Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai

rataanWTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang

diperoleh pada tahap dua. Perhitungan biasanya didasarkan pada nilai mean

(rataan) dan nilai median (tengah). Pada tahap ini harus diperhatikan

kemungkinan timbulnya nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata-rata.

4. Memperkirakan kurva lelang

Kurva lelang diperoleh dengan misalnya meregresikan WTP sebagai variabel

tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa variabel bebas.

Wi = f (I, E, A, Q)

Di mana :

I = pendapatan

E = Pendidikan

A = Umur

Q = ukuran/skala untuk perubahan lingkungan

5. Mengagretkan data

Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagretkan rataan lelang, yang

diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel

ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi

ini adalah mengalihkan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam

populasi (N).

3.1.4. Daya Dukung Lingkungan

Secara ekologis daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai limit

jumlah maksimum bagi konsumen atau pengguna yang diizinkan untuk tetap

hidup. Sehingga, sumberdaya alam dan lingkungannya masih dapat mendukung

tanpa merusak habitatnya. Jika populasi tumbuh secara cepat, maka sumberdaya

yang ada di sekitarnya akan terkuras habis untuk memenuhi kebutuhan

populasinya (Hakim, 2004).

Daya dukung lingkungan dapat menurun atau rusak karena dua faktor, yakni

faktor internal dan eksternal. Kerusakan karena faktor-faktor internal sering

timbul dan berasal dari alam sendiri. Ini merupakan proses alami yang seringkali

sulit dicegah karena merupakan bagian dari skenario alam untuk mencari

Page 11: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

39

keseimbangannya, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, kebakaran

alamiah, tanah longsor serta gempa laut yang menyebabkan gelombang laut naik

(tsunami) dan badai. Sebaliknya, kerusakan karena faktor eksternal dapat terjadi

karena manusia. Banyak contoh tentang penurunan dan kerusakan daya dukung

yang disebabkan oleh manusia, seperti polusi air, tanah dan udara, perusakan dan

penggundulan hutan, eksploitasi sumberdaya secara berlebihan, konversi lahan,

dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan kegiatan wisata, maka daya dukung lingkungan

harus dikaitkan dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat menggunakan

tempat atau destinasi tersebut tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan

mutu lingkungan sekitarnya, karena aktivitas wisata. Ada 3 elemen penting yang

harus diperhatikan tentang daya dukung terkait dengan kegiatan wisata, yaitu :

1. Elemen ekologis, hal ini terkait dengan lingkungan alamiah destinasi wisata.

2. Sosiokultural, hal ini pada intinya terkait dengan dampak wisata terhadap

populasi masyarakat setempat dan budayanya.

3. Fasilitas yang berkaitan dengan kebutuhan wisatawan.

Menurut Hakim (2004), pada tahun 1978 Douglass pernah membuat sebuah

sistem klasifikasi destinasi berdasarkan perkiraan daya dukung lingkungannya

pada kegiatan wisata. Menurutnya, tempat tertentu yang dijadikan tujuan wisata

merupakan ekosistem yang unik dengan daya dukung tertentu. Daya dukung pada

sebuah ekosistem tidak sama untuk ekosistem lainnya. Dengan demikian, area

wisata tertentu mempunyai kemampuan tertentu dalam menampung wisatawan.

Douglass membagi kawasan wisata atau destinasi wisata berdasarkan enam

kategori sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Page 12: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

40

Tabel 5. Klasifikasi Douglas: Area Wisata Berdasarkan Kemampuan Area dalam Menampung Jumlah Pengunjung

No. Area Wisata Kemampuan untuk wisatawan Hari orang kunjungan/Acre

1.

2.

3.

4. 5. 6.

Area yang dikelola secara intensif dipergunakan untuk pengunjung rombongan Area yang dikelola secara ekstensif untuk wisata alam Area pada lingkungan alam belum dikembangkan atau tidak dikembangkan Lingkungan alam yang sudah dikenal Lingkungan alam masyarakat tradisional Lingkungan peninggalan sejarah (candi, monument, bangunan kuno, dll)

2.000

750

20

70 20

2.000

Sumber : Douglas (1978) dalam Hakim (2004)

Berdasarkan Libosada (1998), daya dukung lingkungan dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

𝐂𝐚𝐫𝐫𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐜𝐢𝐭𝐲 (𝐂𝐂) =area yang digunakan wisatawan

rata − rata kebutuhan area per individu

Daya tampung wisatawan per hari = CC X koefisien rotasi

Di mana koefisien rotasinya dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧𝐑𝐨𝐭𝐚𝐬𝐢 =Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan

rata − rata waktu satu kunjungan

Page 13: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

41

3.2. Kerangka Operasional

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Keterangan : CVM = Contingent Valuation Method

TCM = Travel Cost Method

SP = Surplus Produsen

SK = Surplus Konsumen

= Analisis Data

= Tujan Penelitian

Potensi Wisata Alam • Kriteria utama : Keindahan alam

(Topografi), Keragaman flora dan fauna serta Wisata sejarah; Kriteria penunjang : Aksesibilitas dan Akomodasi

• TWA Gunung Meja : Kawasan pengembangan wisata kabupaten dan provinsi

• Rencana Jangka Panjang 2009-2028 : TWAGM sebagai objek wisata alam, pendidkan dan penelitian

Masalah Pengelolaan • Belum adanya pengelolaan

yang berbasis wisata • Pola interaksi masyarakat • Pembuangan sampah dalam

kawasan

Taman Wisata Alam Gunung Meja

Kebijakan Stakeholders Pengembangan

Wisata Alam Berkelanjutan

Ekonomi Sosial Lingkungan

Nilai Pengembangan Wisata

Pasar Wisata

Persepsi Masyarakat

• Carrying Capacity

• Daya Tampung wisatawan

• Koefisien rotasi

Nilai Ekonomi Wisata

Manfaat Ekonomi CVM Penawaran,

permintaan dan elastisitas

permintaan

TCM

5 3 4 2 1

Daya Dukung Lingkungan

Deskriptif

SP SK

Page 14: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

42

Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja yang termasuk tipe hutan hujan

tropis dataran rendah, merupakan salah satu kawasan konservasi di Manokwari,

dengan keragaman flora dan fauna endemik Papua serta memiliki keunikan

ditinjau dari struktur geologi, fisiografi lahan serta formasi hutannya.Pengelolaan

kawasan ini berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua II

Sorong – Seksi Konservasi Wilayah I Manokwari. Kegiatan yang dilakukan masih

terbatas pada pengamanan kawasan sedangkan kegiatan yang mengarah kepada

pelestarian fungsi kawasan belum dilakukan secara optimal.

Pada era desentralisasi sektor kehutanan dan sejalan dengan

diberlakukannya Otonomi Khusus bagi Papua, serta implementasi paradigma

pengelolaan hutan berbasis masyarakat, memunculkan dilema baru bagi

pengelolaan kawasan konservasi TWA Gunung Meja. Tekanan masyarakat

terhadap sumberdaya hutan semakin gencar bermunculan, baik ditinjau dari segi

tuntutan masyarakat pemilik hak ulayat akan haknya terhadap kawasan hutan,

serta kegiatan pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan yang semakin tidak

terkendali. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya sebuah upaya konservasi untuk

menyelamatkan TWA Gunung Meja dari ancaman degradasi yang semakin parah

serta mengembalikannya ke fungsi semestinya yaitu sebagai kawasan

wisata/rekreasi, yaitu melalui pengembangan wisata alam yang berkelanjutan.

Wisata alam yang berkelanjutan sebagai bagian dari ekowista merupakan

alternatif ekonomi yang berbasis konservasi serta dianggap sebagai upaya yang

berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan dan sosial bagi masyarakat yang

tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Dengan pola wisata

berkelanjutan, masyarakat maupun wisatawan dapat memanfaatkan keindahan

alam yang masih utuh, budaya, sejarah setempat tanpa merusak sumberdaya dan

lingkungannya. Dari segi ekonomi, pengembangan wisata alam berkelanjutan

harus memberikan dampak positif bagi masyarakat dan para pelaku usaha.

Sedangkan dari segi sosial, dilihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap

pengembangan TWA Gunung Meja sebagai kawasan wisata alam. Dari segi

lingkungan, kegiatan wisata alam tidak boleh melebihi daya dukung lingkungan.

Pengembangan wisata alam yang berkelanjutan pada akhirnya merupakan sebuah

rekomendasi kepada para stakeholders yang terkait dengan pengelolaan TWA

Page 15: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1 ... · berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis permintaan dan elastisitas permintaan

43

Gunung Meja untuk dijadikan sebagai salah satu kebijakan konservasi, sehingga

dalam pengelolaannya kawasan ini bukan saja sekedar menjadi suatu kawasan

pelestarian tapi juga kawasan yang berfungsi sesuai dengan peruntukkannya yaitu

sebagai kawasan wisata alam.