iii. hasil dan pembahasan print
TRANSCRIPT
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PTPN IX Banaran
1. Profil Perusahaan
a. Keadaan Umum
PT Perkebunan Nusantara atau PTPN IX adalah perusahaan
perkebunan dan merupakan penggabungan dari PT Perkebunan XVIII
(persero) di Semarang (yang mengelolan komoditi karet, teh kopi dan
kakao) dan PT Perkebunan XV-XVI di Surakarta (yang mengelola
komoditi gula dan tetes). Pabrik kopi di banaran sendiri dikhususkan
untuk mengolah buah kopi jenis robusta dengan target pasar utama
adalah pasar ekspor. PTPN IX Banaran juga memiliki beberapa usaha
sampingan, seperti Banaran Coffee and Tea dan Agrowisata “Kampoeng
Kopi Banaran”. Lokasi Banaran Coffee and Tea sama dengan lokasi
pabrik pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Para pengunjung dapat
meninkmati kopi yang baru saja di olah dan dapat pula membeli buah
tangan langsung dari pabriknya. “Kampoeng Kopi Banaran” merupakan
alternatif wisata edukatif dimana para pengunjung dapat melihat
langsung proses pembuatan kopi bubuk dan menikmatinya. Para
pengunjung juga dapat mencoba berbagai wahana outbond.
b. Kondisi Wilayah Perusahaan
Pabrik kopi PTPN IX Banaran berlokasi di Dusun Banaran, Desa
Gemawang, Kec. Jambu, Kab. Semarang. Lokasi perkebunan kopi yang
dimiliki PTPN IX Banaran atau kebun Getas berada tidak jauh dari
pabrik yaitu sekitar 5 km. Secara astronomis letak geografis kabupaten
Semarang berada di antara 110°14’54,7” - 10°39’33,3” Bujur Timur dan
7°3’57” - 7°30’00” Lintang Selatan. Secara umum, Kebun Getas atau
Assinan atau Banaran berada pada ketinggian antara 300 - 800 meter dpl
dengan topografi datar sampai bergelombang dan sedikit berbukit.
PTPN IX (Persero) Kebun Getas atau Assinan atau Banaran
sebagai bagian usaha dari PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi
10
11
Tanaman Tahunan dengan komoditas utama tanaman karet, kopi, tebu,
dan agrowisata. Lokasi PTPN IX (Persero) Kebun Getas atau Assinan
berbatasan dengan beberapa daerah yaitu
Utara : Kodya Semarang
Selatan : Kabupaten Magelang
Timur : Kabupaten Boyolali
Barat : Kabupaten Temanggung
c. Sejarah Perusahaan
PTPN IX Kebun Getas, Salatiga merupakan gabungan dari dua
kebun yang semula berdiri sendiri yaitu, Kebun Getas dengan budiddaya
karet dan Kebun Assinan atau banaran yang awalnya membudidayakan
kopi dan kakao. Kebun Getas sendiri didirikan sejak tahun 1896 yang
dikelola oleh FA. HG. Th. Crone yang berkedudukan di Amsterdam,
Belanda dengan nama CO Getas (Culture Onderneming Getas) dan
berkantor pusat di Semarang. Sedangkan kebun Banaran didirikan pada
tahun 1905 oleh NV. Semadmij dengan nama CO Banaran. Tahun 1950
kedua kebun tersebut digabung dengan naman Kebun Getas/ Assinan
(CO Getas Assinan). Pada tanggal 10 November 1957, Kebun
Getas/Assinan diambil alih oleh Pemerintah RI berdasarkan surat nomor:
Kpts-PM/0073/12/1957 dari Panglima Teritorial & Teritorium IV,
Diponegoro, Selaku Penguasa Militer dibawah pimpinan Kolonel
Sorharto.
Setelah penggabungan tersebut, pada tahun 1969 dilakukan
perubahan kembali terhadap CO Getas-Assinan menjadi PN Perkebunan
XVIII Kebun Getas Salatiga dan PN Perkebunan XVIII Kebun Assinan/
Banaran Ambarawa. Pada tahun 1973 diadakan pengalihan bentuk
perusahaan dari Perusahaan Negara Perkebunan XVIII menjadi PT.
Perkebunan XVIII (Persero) yang berdasar pada akta notaris di Jakarta
Nomor 98 tahun 1973 tanggal 31 Juli 1973. Berdasar Surat Keputusan
Direktur Utama PT. Perkebunan XVIII (Persero) Nomor : XVIII / 14.1 /
KPTS / 366 / VI / 1982 tanggal 05 Agustus 1982, Kebun Getas dan
12
Kebun Assinan / Banaran digabung (regrouping) sampai sekarang. Pada
tahun 1996, tepatnya Tanggal 11 Maret 1996 PT. Perkebunan XVIII
(Persero) digabung dengan PT. Perkebunan XV – XVI ( Persero) diganti
nama PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor Pusat di
Semarang.
d. Visi dan Misi
PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Getas – Salatiga, memiliki
Visi dan Misi sebagai berikut,
Visi : Menjadi perusahaan agrobisnis dan agroindustri yang berdaya
saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.
Misi :
1) Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula
dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional
untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).
2) Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai
(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi
yang ramah lingkungan.
3) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan
kerja yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga
motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
4) Mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya untuk
mendukung kinerja perusahaan.
5) Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat
lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
6) Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam
pemenuhan kebutuhan gula nasional.
7) Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi
lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional
melalui penciptaan lapangan kerja.
13
8) Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)
sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap
kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.
9) Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan
peningkatan kesuburan tanah.
e. Proses Produksi
PTPN IX Banaran hanya mengolah biji kopi jenis robusta. Proses
pengolahan dimulai dengan memanen buah kopi yang masak dipohon.
Setiap satu gerombol buah kopi ada yang sudah masak yaitu yang
berwarna merah dan ada pula yang masih hijau atau belum masak. Para
pemetik buah kopi memetik buah yang berwarna merah dan hijau dengan
tujuan agar dapat memenuhi target giling mesin. Hasil buah yang dipetik,
selanjutnya dikumpulkan ke TPH (Tempat Pengumpulan hasil) untuk
dilakukann pemisahan antara buah merah dan buah hijau. Pemisahan ini
harus dilakukan karena proses pengolahan antara buah kopi merah dan
hijau berbeda. Proses Pengolahan Buah kopi yang berwarna merah
disebut RWP (Robusta Wet Process) dan pengolahan buah kopi yang
berwarna hijau disebut (Robusta Dry Process).
Proses RWP dimulai dengan memasukkan buah kopi berwana
merah kedalam bak penampungan yang memiliki kapasitas sekitar + 70
Ton. Buah kopi selanjutnya dalirkan melalui kanal air dan ditampung di
Bak syphon. Bak syphon merupakan bak penampung air berbentuk
geometris dan lantai dasar kerucut. Bak syphon berfungsi unutk
memisahkan antara buah kopi yang superior dan inferior. Buah kopi
superior adalah buah yang tenggelam, sedangkan buah yang inferior
adalah buah yang mengapung diair. Pemisahan ini berkaitan dengan jenis
mutu buah kopi, sehingga masing-masing dikeluarkan dari Bak syphon
dengan saluran yang berbeda. buah yang telah dipisahkan tersebut,
selanjutnya dimasukkan kedalam mesin Raung Pulper. Buah Kopi
dipisahkan antara kulit buah dan biji oleh mesin Raung Pulper.
14
Biji kopi yang telah terpisah dari kulit buah, selanjutnya masuk
kedalam proses penuntasan dengan pencucian. Proses pencucian
dilakukan di kanal besar. Tahap selanjutnya setelah pencucian adalah
pengeringan untuk mengurangi kadar air biji kopi. Proses ini akan
menentukan cita rasa seduhan akhir kopi. Proses pengeringan ini dapat
dilakukan secara manual maupun mekanik menggunakan mesin masson.
Biji kopi yang sudah kering, kemudian masuk ke tahap pemisahan kulit
tanduk yang menempel pada biji menggunakan mesin border kering atau
huller. Tahap selanjutnya adalah sortasi yang bertujuan untuk
mengelompokkan biji kopi yang utuh dengan biji kopi yang berlubang
dan tidak utuh. Proses sortasi ini dilakukan secara manual oleh para
pekerja wanita. Tahap akhir dari proses RWP adalah biji kopi adalah
ayak LMS. Proses ini bertujuan untuk mengklasifikasikan biji kopi
berdasarkan ukurannya. Proses pengolahan Robusta Wet Process (RWP)
akan menghasilkan beberapa grade biji kopi berdasarkan ukuran dan
warnanya yaitu RWP 1atauL, RWP 1/S, RWP 4/M, RWP 4/S dan RWP
lokal.
Proses peongolahan RDP dimulai dengan menjemur biji pada
lantai penjemuran dengan mengandalkan energi matahari. Tahapan
proses RDP tidak melewati tahap pada Bak syphon, Raung pulper dan
penuntasan. Buah kopi hijau tidak melewati raung pulper dikarenakan
kulitnya masih terlalu keras, sehingga belum bisa dipisahkan. Proses
RDP setelah dari lantai penjemuran langsung masuk ke proses
pengeringan, dan selanjutnya prosesnya sama seperti pada RWP.
Terdapat perbedaan pada proses ayak diamana pada RDP pengayakan
hanya dilakukan untuk memperoleh mutu L dan S aja.
Beberapa grade yang diperoleh dari RWP dan RDP, selanjutnya
biji-biji kopi dimasukkan ke dalam karung, sebelum memasukki tahap
penggudangan. Biji-biji yang telah diamsukkan siap diletakkan kedalam
gudang MK. Pada proses penyimpanan, terdapat kendala didalamnya
yaitu penyimpanan yang lebih dari 1 tahun akan menyebabkan kadar air
15
biji kopi meningkat, tetapi biasanya tidak sampai setahun biji yang ada
digudang sudah di ekspor. Proses selanjutnya adalah blanding,
pengepakan dan pengiriman. Sebagian besar kopi yang diolah PTPN IX
Banaran diperuntukkan untuk pasar Ekspor terutama grade L1, dan hanya
sebagian kecil yang dipasarkan di dalam negeri. Biasanya kopi dalam
negeri dijual dalam bentuk bubuk, sehingga pada lokasi yang sama
terdapat pabrik pengolahan kopi bubuk. Diagram proses pengolahan kopi
robusta dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pengepakan
Buah Masak Pohon
Panen
Sortasi Buah
Bak Penerimaan
Pengeringan
Penuntasan
Raung Pulper
Bak Syphon
Border Kering
Merah(RWP / Robusta Wet Proces)
Hijau(RDP/ Robusta Dry Proces)
Lantai Penjemuran
Pengeringan
Border Kering
Pengrebusan
Sortasi nilai CCT
Ayak LMS
Pengrebusan
Sortasi nilai CCT
Ayak LS
Gudang MK
Blending
Pengiriman
16
Gambar 3.1 Diagram Pengolahan Kopi di PTPN IX Banaran
17
2. Perencanaan Proses Produksi di PTPN IX Banaran
a. Pemilihan Teknologi dalam Produksi
Buah kopi yang digunakan untuk proses produksi adalah buah
kopi yang masak di pohon. Buah yang sudah masak ditandai dengan
warna buah yang merah. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
borongan dan upahnya per kilogram sehingga terkadang ada kopi yang
masih hijau tetapi sudah dipetik. Hal tersebut merupakan alasan mengapa
dilakukan sortasi buah kopi hasil panen di TPH (Tempat Penampungan
Hasil). Buah kopi merah dan buah kopi hijau dipisahkan di TPH karena
proses pengolahannya nanti berbeda. Kopi yang sudah merah diproses
dengan metode Robusta Wet Process sedangkan kopi yang masih hijau
diproses dengan metode Robusta Dry Process.
Kopi merah hasil panen ditampung di bak penerimaan yang
kapasitasnya 70 ton. Kopi lalu dialirkan ke bak syphon. Bak syphon
merupakan tempat dipisahkannya kopi antara yang superior dengan yang
inferior. Kopi dengan kualitas superior akan tenggelam ketika berada
dalam bak syphon dan kopi dengan kualitas inferior akan terapung.
Setelah dipisahkan di bak syphon, kopi kemudian masuk ke mesin raung
pulper. Fungsi mesin ini adalah untuk memisahkan kulit dengan biji
kopinya. Setelah kemudian dituntaskan, biji kopi dikeringkan.
Pengeringan terdiri dari dua jenis yaitu manual dan mekanik.
Pengeringan secara manual dilakukan dengan bantuan vis dryer yang
berkapasitas masing-masing 15 ton, 18 ton, dan 7 ton. Pengeringan
secara mekanik dengan menggunakan mesin masson yang berkapasitas
15 ton. PTPN IX Banaran memiliki 3 buah mesin masson. Proses
pengeringan yang sudah selesai dilanjutkan dengan melakukan
penggerbusan dengan mesin huller. Fungsi huller yaitu untuk
memisahkan biji kopi dengan kulit tanduknya. Biji kopi yang sudah
bersih lalu disortasi nilai CCT-nya utuk kemudian diayak. Ayakan untuk
kopi merah terdiri dari tiga ukuran yaitu L, M, dan S.
18
Kopi hijau yang tidak sengaja terpetik ketika panen, dijemur di
lantai penjemuran hingga kering. Sinar matahari saja tidak cukup untuk
mengeringkan kopi sehingga kadar air dalam kopi masih cukup tinggi
dan belum sesuai standar. Kopi hijau yang sudah dijemur kemudian
dikeringkan lagi dengan vis dryer hingga kadar airnya tinggal 9-12%.
Setelah pengeringan, biji kopi hijau lalu mengalami proses yang sama
dengan biji kopi merah tadi. Bedanya, biji kopi hijau hanya diayak
dengan ukuran L dan S saja.
Setelah diayak, biji-biji kopi tersebut lalu dipak dalam karung
yang masing-masing beratnya 80 kilogram. Biji kopi lalu dimasukkan ke
dalam gudang MK. Dari gudang MK lalu dilakukan proses blending.
Kopi yang sudah di-blend lalu dipak lagi dengan berat yang berbeda
yaitu 60 kilogram per karung. Kopi sudah siap dikeluarkan dari gudang
untuk kemudian didistribusikan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Proses Produksi
Perencanaan proses produksi tidak dilakukan begitu saja tanpa
adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perencanaan proses produksi. Perencanaan proses
produksi dipengaruhi oleh target RKP untuk musim panen mendatang.
Target RKP untuk tahun 2014 adalah 832 ton kering.
Perencanaan proses produksi dipengaruhi juga oleh lamanya
waktu proses produksi. Lamanya proses produksi di PTPN IX Banaran
tidak tetap. Proses produksi ditentukan oleh banyak sedikitnya hasil
panen pada tahun tersebut. Perlu adanya perencanaan proses produksi
yang teliti karena fluktuatifnya hasil panen yang menyebabkan perbedaan
lama proses produksi.
c. Sistem Perencanaan Proses Produksi
PTPN IX Banaran merupakan sebuah perusahaan yang mengolah
kopi robusta. Kebun kopi penyuplai bahan baku untuk PTPN IX berada
di Bawen. Sebelum melaksanakan proses produksi, dilakukan
perencanaan proses produksi agar proses produksi dapat berlangsung
19
dengan baik dan efisien. Hal ini karena PTPN IX Banaran harus
memenuhi target RKP 832 ton kering untuk tahun 2014 mendatang.
Perencanaan proses produksi dimulai sejak panen raya selesai. Bahan
baku yang sudah selesai diolah akan membuat mesin-mesin mulai
berhenti beroperasi. Proses produksi untuk panen tahun depan mulai
direncanakan pada saat itu. Persiapannya dilakukan salah satunya dengan
mengecek mesin-mesin yang telah selesai beroperasi. Onderdil mesin
langsug diganti apabila ditemukan kerusakan pada mesin, agar mesin
siap untuk menghadapi musim panen di tahun berikutnya. Proses
produksi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari tentu akan lebih baik
daripada proses produksi yang tidak direncanakan sebelumnya.
Perencanaan akan membuat proses produksi berjalan baik karena semua
telah dipersiapkan dan dalam kondisi optimal untuk beroperasi.
d. Hambatan dalam Perencanaan Proses Produksi
Perencanaan proses produksi tidak lepas dari hambatan-
hambatan. PTPN IX Banaran memiliki keharusan untuk memenuhi target
RKP. Sudah ditetapkan dalam target tersebut jumlah tertentu yang harus
dicapai oleh PTPN IX Banaran untuk musim panen tahun depan. Target
RKP yang tidak tercapai bisa menjadi hambatan bagi perencanaan proses
produksi.
Target RKP yang tidak terpenuhi untuk satu musim panen akan
menjadi pekerjaan rumah yang besar untuk musim panen tahun depan.
Target yang tidak terpenuhi bisa karena beberapa hal antara lain hasil
panen yang kurang baik atau produksi yang kurang terencana. PTPN IX
Banaran harus merencanakan proses produksi dengan sebaik-baiknya
agar kegagalan pemenuhan target tidak terulang lagi tahun depan.
B. PT Nissin Biscuit Indonesia
1. Profil Perusahaan
a. Keadaan Umum
PT Nissin Biscuit Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang makanan. Bersama dengan kelompok Khong Guan di
20
Jakarta, perusahaan ini memiliki berbagai macam produk yang
berjumlah sekitar 400 varian produk. Produk-produk Nissin sudah
dipasarkan di berbagai wilayah, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Produk Nissin dijual mulai dari toko kecil, toko kelontong,
minimarket, sampai supermarket atau hypermart. Produk Nissin telah
menjadi market leader untuk produk makanan berupa biscuit. Pabrik
Nissin terletak di Jl. Raya Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran dan
berdiri di lahan dengan luas sekitar 8 hektar.
Letak pabrik Nissin ini di daerah kawasan industri yang berada
di Ungaran, kelebihannya pabrik ini memiliki akses transportasi yang
sangat mudah karena terletak di pinggir jalan raya Solo-Semarang,
selain itu letak pabrik juga dekat dengan air bersih serta belum adanya
perusahaan biscuit di daerah tersebut. Perusahaan memiliki inovasi yaitu
pembuatan café. Adanya lokasi yang di pinggir jalan raya membuat café
ini memilii lokasi yang strategis sehingga memungkinkan untuk menarik
konsumen dengan mudah. Perusahaan terletak di 1100 14’ 54,74” – 1100
39’ 3’’ Bujur Timur dan 70 3’ 57” – 70 30’ 0” Lintang Selatan.
Ketinggian dari lokasi pabrik ± 1000 mdpl. Rata-rata curah hujan di
daerah lokasi pabrik adalah 1979 ml dengan banyaknya hari hujan
adalah 104 hari.
b. Kondisi Wilayah Perusahaan
PT Nissin Biscuit Indonesia terletak di kota Ungaran yang
merupakan ibu kota kabupaten Semarang, tepatnya di Jl. Raya Semarang
Salatiga Km. 23 Ungaran. Pemilihan tempat praktikum Manajemen
Produksi dan Operasi di PT Nissin Biscuit Indonesia dikarenakan
perusahaan ini merupakan perusahaan yang menjadi market leader di
bidang makanan khususnya biscuit dan makanan kecil lainnya, selain itu
letak dari perusahaan yang sangat strategis sehingga akses untuk menuju
ke perusahaan sangatlah mudah. Wilayah Perusahaan PT Nissin Biscuit
Indonesia dibatasi oleh:
21
Utara : Perusahaan Lain
Selatan : Jalan Raya Semarang salatiga
Timur : PT. Batamtex
Barat : PT. Pepsi Cola
Guna menunjang proses produksi, perusahaan Nissin memiliki
beberapa gedung utama. Gedung-gedung ini memiliki fungsi yang
berbeda-beda dan menjadi penting karena fungsi tersebut. Perlu ada
perawatan untuk membuat gedung beserta isinya tetap berfungsi
sebagaimana mestinya karena jika gedung-gedung ini mengalami
kerusakan atau ganguan maka akan menghambat atau mengganggu pula
proses produksi. Gedung-gedung utama yang terletak di perusahaan ini
antara lain:
1) Gudang bahan
Berfungsi sebagai ruangan untuk menyimpan bahan-bahan
yang akan digunakan untuk membuat biscuit. Bahan-bahan ini dibeli
dari distributor yang terdekat dengan lokasi pabrik.
2) Gedung produksi
Merupakan tempat untuk mengolah adonan dan memproduksi
biscuit. Terdapat beberapa alat yang membantu dalam proses produksi
seperti mixer, mesin penipis, mesin pemisah, mesin cutting, mesin
penambah rasa dan oven.
3) Ruang pengemasan
Digunakan untuk mengemas dan melakukan pengepakan
biscuit yang sudah jadi. Ruangan ini tertutup dansedikit lebih jauh
sekitar 20 meter dari ruang produksi. Terdapat AC di ruangan ini
untuk mengontrol suhu dan kelembapan ruangan sehinga tidak akan
mempengaruhi produk.
4) Ruang penjualan biskuit
Digunakan tempat untuk menjual produk Nissin secara
langsung. Tempat ini juga dijadikan sebagai café yang menyediakan
produk lainnya.
22
5) Gedung kantor
Digunakan sebagai perkantoran, tempat manajer, direktur, dan
menerima tamu.
6) Tempat pengolahan limbah
Tempat ini terletak di bagian samping, yang berguna sebagai
tempat mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini
untuk mengurangi kerugian yang diterima oleh lingkungan. Tempat
pengolahan ini dibagi menjadi dua, yaitu tempat pengolahan limbah
cair dengan sistem kolam dan pengolahan limbah padat dengan cara
dibakar.
7) Gudang penyimpanan
Gedung ini berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan yang
digunakan untuk pengemasan biscuit dan juga sebagai tempat
penyimpanan barang jadi yang akan dikirim melalui truk dan mobil
bak.
8) Bengkel mesin
Tempat ini berfungsi sebagai tempat untuk memperbaiki
mesin-mesin yang tiba-tiba rusak dan juga untuk tempat mencoba
mesin baru yang baru dating.
c. Sejarah Perusahaan
PT Nissin Biscuit Indonesia pada awalnya mengajukan ijin untuk
mendirikan perusahaan di Surabaya pada tahun 1972 namun oleh pihak
yang berkaitan akhirnya pemberian ijin dilakukan di daerah Jawa Tengah
yang tepatnya terletak di Kota Ungaran. Hal ini ditetapkan dengan
pertimbangan lokasi yang strategis, dekat dengan sumber air, dan belum
adanya pabrik sejenis yaitu yang memproduksi biskuit. Akhirnya Nissin
melakukan komersialisasi pada tahun 1977. Terletak di Jl. Raya
Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran, perusahaan ini pada awalnya
memproduksi makanan-makanan ringan yang memiliki cita rasa tinggi
yang sehat dan halal. PT Nissin Biscuit Indonesia bersama pabrik-pabrik
yang lainnya di bawah kelompok Khong Guan di Jakarta, mengawali
23
kesuksesannya mulai dari memproduksi biskuit dengan kemasan kecil
sampai kemasan dengan besar berupa kaleng. Perusahaan ini memulai
produksinya dengan brand Butter Coconut, Frychip, Honey, Aynako, dan
Longer Stick. Seiring dengan berjalannya waktu dan adanya selera
masyarakat yang bervariasi maka PT Nissin Biscuit Indonesia
mengadakan diversifikasi produk seperti biskuit, kue, kerupuk makanan
ringan, dan wafer.
Adanya persaingan dengan industri makanan yang lain, PT Nissin
Biscuit Indonesia tidak pernah gagal dalam menghadapi kompetitornya
karena perusahaan ini mengaplikasikan teknologi yang tinggi. Teknologi
ini menjadi sebuah kelebihan atau keunggulan dari sebuah perusahaan
yang mengaplikasikannya, dengan teknologi yang diaplikasikan itulah
PT Nissin Biscuit Indonesia mampu menghasilkan produk-produk yang
berkualitas dan membantu perkembangan inovatif dari produk itu sendiri.
SDM serta tim penelitian dan pengembangan produk yang mendukung,
juga membuat PT Nissin Biscuit Indonesia saat ini tumbuh menjadi
perusahaan makanan yang memiliki merk Nissin yang memiliki
kedudukan tinggi baik di pasar Indonesia maupun beberapa negara. PT
Nissin Biscuit Indonesia selalu berpijak pada nilai-nilai tradisional
seperti kerja tim, pembalajaran berkesinambungan, dan pelayanan. Nilai-
nilai inilah yang menjadi kunci bagi perusahaan PT Nissin Biscuit
Indonesia dalam melayani konsumen lebih baik lagi.
d. Visi dan Misi
Visi dari PT Nissin Biscuit Indonesia adalah PT Nissin bertekad
menjadi produsen biscuit terbaik di Indonesia. Misi dari PT Nissin
Biscuit Indonesia adalah Memproduksi biscuit yang bergizi tinggi,
higienis, inovatif dan berkualitas dengan cita rasa tinggi serta terjamin
mutunya kepada pelanggan dengan cara terbaik yang dikembangkan oleh
SDM yang unggul dengan teknologi modern.
24
e. Proses Produksi
Proses produksi di setiap perusahaan merupakan kegiatan yang
paling penting dan menentukan kualitas dari produk itu sendiri. Banyak
sekali usaha yang dilakukan untuk menjaga kualitas produk, termasuk di
Proses produksi pada PT Nissin Biscuit Indonesia. Perusahaan ini
melakukan quality control di setiap tahapan dari proses produksi. Proses
produksi yang dilakukan oleh PT Nissin Biscuit Indonesia antara lain:
1) Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan oleh PT Nissin Biscuit Indonesia
merupakan bahan-bahan yang berkualitas sehingga dalam memilih
supplier tidaklah main-main. Tentunya selain mampu menyediakan
bahan baku yang berkualitas, supplier dari perusahaan ini harus
mampu menyediakan bahan baku secara kontinyu. Perusahaan
melakukan quality control dengan menyortir bahan baku yang masuk
kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan bahan baku.
Pengaturan suhu dan peletakkan bahan baku dilakukan di dalam
gudang ini, hal ini bertujuan untuk membuat bahan baku tetap pada
kondisi yang baik sehingga nantinya akan menghasilkan produk yang
berkualitas pula.
2) Penimbang
Penimbangan iini dilakukan sebelum dilakukan mixing.
Perusahaan memiliki standar untuk setiap pembuatan adonan harus
menggunakan kompisisi tertentu untuk setiap bahan baku. Jumlah
atau komposisi ini;ah yang harus tetap dijaga dan diawasi agar
produk nantinya tidak memilki perbedaan baik bentuk fisik maupun
rasa dari produk.
3) Pengayakan, pencampuran bahan dengan langsung fermentasi
Pengayakan dilakukan sebagai bentuk quality control untuk
memastikan tidak adanya bahan-bahan yang tidak diperlukan masuk
dalam proses produksi. Kegiatan ini membuat bahan-bahan terutapa
tepung akan menjadi lembut tanpa gumpalan, hal ini akan
25
berpengaruh pada tekstur dari produk yang dihasilkan. Setelah
pengayakan dilakukan maka proses selanjutnya adalah pencampuran
dengan bahan-bahan lain dan kemudian dilakukan fermentasi
4) Pencetakan adonan yang langsung dengan fermentasi
Beberapa produk perlu dilakukan pencetakan. Seperti produk
biscuit kaleng monde yang memilki bentuk yang berbea-beda dan
cukup unik dan khas. Quality control tetap dilakukan guna
menghindari adanya cacat pada produk.
5) Pemanggangan
Proses selanjutnya adalah pemanggangan. PT Nissin Biscuit
Indonesia sudah menggunakan teknologi yang cukup modern. Oven
yang digunakan adalah oven panjang dimana mekanismenya adalah
bahan yang sudah dicetak akan berjalan dalam oven yang panjang
tersebut. Meskipun menggunakan mesin yang sudah terpercaya
namun pengecekan oleh peugas tetap dilakukan.
6) Pemberian minyak dan bumbu
Pemberian minyak dan bumbu ini tentunya menggunakan
komposisi yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Pemberian ini
bertujuan untuk menunjang rasa sehingga menjadi suatu yang khas
bagi produk itu sendiri.
7) Pendinginan bersamaan dengan pelapisan krim
Beberapa produk yang menggunakan krim sebagai menambah
citarasa, pemberian krim disaat produk dalam kondisi tidak panas.
Hal ini menghindari krim yang akan rusak jika terkena panas.
8) Pengepakan
Pengepakan dilaukan oleh karyawan perempuan, karena
peremouan dianggap memiliki tingkat ketelitian dan tingkat
kesabaran tyang lebih tinggi dibanding dengan karyawan laki-laki.
Proses pengepakan ini pada dasarnya tidak hanya membungkus
produk dalam suatu kemasan, namun juga dilakukan penyortiran
terhadap produk. Sebagai bentuk quality control, perusahaan
26
meminimalisir produk cacat untuk keluar dari pabrik sehingga dalam
proses ini diperlukan karyawan yang memilki tingkat kesabaran dan
ketelitian yang tinggi.
9) Penggudangan
Produk akan dikemas dalam kemasan kecil, kemudian akan
dikemas lagi dalam bentuk kardus besar untuk memudahkan
pendistribusian. Sebelum dilakukan pendistribusian, setiap produk
akan disimpan dalam gudang terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
karena dilakukan pengecekan kembali untuk menghindari barang
yang rendah kualitas keluar dari pabrik. Penyimpanan produk siap
distribusi ini dilakukan di gudang penyimpanan produk yang
didalamnya telah ditata dan diatur suhunya. Penataan ini dilakukan
untuk memudahkan karyawan yang hendak mengeluarkan produk
untuk diidstribusikan mudah sehingga efisien. Pengaturan suhu
bertujuan untuk membuat produk dalma keadaan baik.
Setiap kegiatan atau proses produksi dalam PT Nissin Biscuit
Indonesia dilakukan quality control karena perusahaan bertekad untuk
menjaga kualitas produk. Quality control yang dilakukan oleh
perusahaan ini pada dasarnya menjadi suatu kekuatan atau kelebihan
yang mungkin tidak dilakukan oleh perusahaan lain. Jika terdapat
perusahaan lain yang melakukannya juga namun belum tentu dilakukan
sebaik yang ada di PT Nissin Biscuit Indonesia. Secara jelas, proses
produksi di PT Nissin Biscuit Indonesia dapat dijelaskan dengan bagan
dibawah ini:
Penerimaan bahan baku
Penimbang
Pengayakan
Pencampuran bahan dengan langsung fermentasi
Pencetakan adonan yang dengan langsung fermentasi
Pemanggangan
Pendinginan bersamaan dengan pelapisan krim
Pemberian minyak dan bumbu
Pengepakan Penggudangan
27
Gambar 3.2 Diagram Proses Produksi Produk di PT Nissin Biskuit Indonesia
28
2. Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi di PT Nissin Biscuit Indonesia
a. Desain Fasilitas dan Layout Untuk Produksi
PT. Nissin Biscuit Indonesia dalam menunjang proses produksi
terdapat fasilitas-fasilitas diantaranya mixer raksasa yang berjumlah 9
buah dan berkapasitas masing-masingnya 10 ton. Mixer tersebut
memiliki fungsi yang berbeda-beda diantaranya mixer yang digunakan
sebelum masuk ke proses pengovenan, selain itu terdapat mixer yang
digunakan sebelum masuk ke dalam proses fermentasi. Proses produksi
pada PT. Nissin Biscuit Indonesia untuk jenis cracker yaitu dimulai dari
proses mixing menggunakan mixer-mixer raksasa, setelah itu masuk pada
tahap pemotongan dan selanjutnya masuk ke mesin metal detector.
Tujuan masuknya cracker ke mesin metal detector yaitu untuk
mendeteksi apakah terdapat kandungan metal, apabila hasil produksi
mengandung metal maka akan dilakukan proses pembakaran. Quality
control terdapat pada bagian riset and development product.
Fasilitas lain yang terdapat di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu
terdapat jalur khusus bagi pengunjung yang ingin melakukan kunjungan
ke dalam pabrik sehingga pengunjung tersebut tidak mengganggu proses
produksi. Fasilitas audio yang terdapat pada atap pabrik merupakan salah
satu fasilitas lain yang terdapat di PT. Nissin Biscuit Indonesia sehingga
pada saat adanya kunjungan, pengunjung dapat mendengar penjelasan
dari tour guide dengan jelas. Fasilitas lain yang ada di PT. Nissin Biscuit
Indonesia yaitu terdapat laboratorium yang digunakan oleh divisi Quality
Control untuk meneliti kualitas dari produksi yang dihasilkan. Bagi
pengunjung yang ingin membeli produk PT. Nissin Biscuit Indonesia,
tersedia factory outlet Nissin yang menjual berbagai macam jenis produk.
Factory outlet tersebut terletak di luar pabrik.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi dan Fasilitas Produksi
PT. Nissin Biscuit Indonesia terletak di Jalan Raya Semarang-
Salatiga KM 23 diatas lahan seluas 8 Ha. PT. Nissin Biscuit Indonesia
mulai beroperasi pada bulan Januari 1977. Lokasi pabrik yang terletak di
29
pinggir jalan raya Semarang-Salatiga dan berada di kawasan industri
membuat PT. Nissin Biscuit Indonesia memudahkan dalam
mendistribusikan hasil produknya yang sebagian besar hasil produksinya
di distribusikan ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu lokasi
PT. Nissin Biscuit Indonesia yang berada tidak jauh dari pemukiman
warga memudahkan Nissin dalam memperoleh tenaga kerja yang hampir
sebagian besar bertempat tinggal tidak jauh dari pabrik Nissin. Lokasi
pabrik yang berada di Salatiga membuat PT. Nissin Biscuit Indonesia
tidak sulit dalam memperoleh bahan baku karena bahan baku PT. Nissin
Biscuit Indonesia Tbk. berasal dari perusahaan yang lokasinya di sekitar
Salatiga. Salah satu perusahaan penyedia bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu PT Sri Boga.
c. Metode dalam Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dan fasilitasi
produksi di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu metode transportasi.
Metode transportasi merupakan suatu teknik riset operasi yang sangat
membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan lokasi pabrik atau
gudang. Metode transportasi digunakan oleh PT. Nissin Biscuit Indonesia
karena perusahaan tersebut memiliki beberapa pabrik yang tersebar di
beberapa daerah di Indonesia. Metode transportasi dipilih agar
memudahkan perusahaan dalam memperkecil biaya transportasi atau
pengangkutan, sehingga apabila PT. Nissin Biscuit Indonesia Tbk.
mendapat pesanan dari daerah Jakarta maka perusahaan dapat
mendistribusikan produk dari pabrik PT. Nissin Biscuit Indonesia Tbk.
yang berada di Jakarta sehingga dapat memperkecil biaya transportasi
dalam pendistribusian dan pengangkutan.
d. Hambatan dalam Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi
Dalam penentuan lokasi dan fasilitas produksi di PT. Nissin
Biscuit Indonesia tidak ditemukannya hambatan karena lokasi dan
fasilitas yang dimiliki PT. Nissin Biscuit Indonesia cukup baik. Lokasi
yang dipilih perusahaan ini sangat strategis karena terletak di pinggir
30
jalan dan di kawasan industri, selain itu daerah Ungaran yang terletak di
tengah memudahkan PT. Nissin Biscuit Indonesia dalam memasarkan
produknya ke daerah di Jawa Tengah. Fasilitas produksi di PT. Nissin
Biscuit Indonesia sudah cukup baik karena peralatan dan mesin-mesin di
perusahaan sudah tergolong lengkap dan modern.