makalah gizi kep iii siap print

62
1 STATUS RESPONSI ILMU KESEHATAN ANAK RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANAMNESIS ( Heteroanamnesis 05 Maret 2011 ) A. KETERANGAN UMUM Nama Penderita : An. A Jenis kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 25 Agustus 2009 Umur : 18 bulan Alamat : Sriwijaya 13 RT 06/ RW 08 Cimahi AYAH : Nama : Tn. B Umur : 32 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Penghasilan : Rp.1.000.000,00/bulan IBU : Nama : Ny. N Umur : 30 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Penghasilan : - Tgl. Masuk : 21 Febuari 2011

Upload: pandu-winata

Post on 19-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gizi Kep III Siap Print

1

STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN ANAK

RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI

ANAMNESIS ( Heteroanamnesis 05 Maret 2011 )

A. KETERANGAN UMUM

Nama Penderita : An. A

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 25 Agustus 2009

Umur : 18 bulan

Alamat : Sriwijaya 13 RT 06/ RW 08 Cimahi

AYAH : Nama : Tn. B

Umur : 32 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : Rp.1.000.000,00/bulan

IBU : Nama : Ny. N

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : -

Tgl. Masuk : 21 Febuari 2011

Tgl. Keluar : 07 Maret 2011

Tgl. Pemeriksaan : 05 Maret 2011

1

Page 2: Makalah Gizi Kep III Siap Print

2

B. KELUHAN UTAMA :

Panas badan

C. ANAMNESIS KHUSUS :

Sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan pasien

mengalami panas badan. Keluhan panas badan dirasakan hilang timbul dan panas

badan dirasakan sama pagi dan malam hari.

D. ANAMNESIS UMUM :

Keluhan panas badan disertai dengan batuk sejak 7 hari sebelum masuk rumah

sakit. Keluhan panas badan disertai keringat malam dan disertai penurunan nafsu

makan dari biasanya. Penderita tidak mengalami penambahan berat badan.

Keluhan panas badan disertai mencret sebanyak 6 kali. Mencret berupa cairan

kekuningan dan sisa makanan yang lebih encer dari biasanya, masih ada ampas,

tanpa disertai darah dan lendir. Selama mencret penderita terlihat menjadi lebih

lemas tetapi masih mau minum air.

Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama dan sedang menjalani

pengobatan paru dalam waktu 6 bulan ada yaitu pamannya yang tinggal satu

rumah

Keluhan panas badan tidak disertai pembengkakan di salah satu bagian tubuh.

Keluhan panas badan tidak disertai menggigil, rasa kaku, dan sakit kepala.

Pasien tidak ada riwayat bepergian ke daerah endemis malaria.

Riwayat keluarga atau tetangga penderita yang menderita mencret tidak ada.

Sumber air untuk minum dan keperluan keluarga penderita adalah dari sumur pompa

yang dipakai sendiri.

Keluhan tidak disertai kemerahan disekitar dubur dan perut yang terlihat

kembung

Page 3: Makalah Gizi Kep III Siap Print

3

Penderita dirawat di RS dustira selama 2 minggu. Pada hari pertama perawatan,

penderita mendapat pengobatan diare dan pada hari keempat perawatan pasien

mendapat obat anti tuberculosa (OAT), sebelumnya pada perawatan hari ke-3 pasien

telah dilakukan scoring TB, dan didapatkan jumlah hasil scoring TB yaitu 9

( penderita pernah dengan kontak TB sebelumnya, uji tuberkulin positif, berat badan

penderita tidak naik, demam tanpa sebab, batuk lebih dari 3 minggu dan foto thorax

positrif ). Dan pada saat pemeriksaan penderita sudah mengalami perbaikan

Ibu pasien mengakui sejak pasien berumur 1 tahun 3 bulan, pasien sulit untuk

makan walaupun sudah dipaksa sehingga badannya kurus kecil.. Penderita diberi

makan 3x sehari tanpa selingan. Dari setiap kali makan penderita dirasakan sulit

makan dan mengemut makanannya (setiap makan hanya menghabiskan 3-4 sendok

nasi). Ibu penderita mengetahui bahwa anaknya kurus hal ini diketahui dengan

membandingkan dengan anak seusianya. Ibu penderita sudah berusaha memberikan

makanan yang cukup namun nafsu makan anaknya dirasakan rendah.

MAKANAN

UMUR JENIS MAKANAN JUMLAH KUALITAS KUANTITAS

0 – 4

BulanASI + susu formula

Siang : on demand

Malam : 3x tiap 3

jam

Cukup Cukup

4 - 6

BulanASI + bubur susu + susu formula

ASI 2x, bubur susu

3x (pagi,

siang,malam), susu

formula 1x tiap 3

jam

Cukup Cukup

6 -8 bulan ASI + nasi tim + susu formula

ASI 2x, Nasi tim 3x1

mangkok kecil, susu

formula 1x tiap 3

jam

Cukup Cukup

Page 4: Makalah Gizi Kep III Siap Print

4

8 -12

Bulan

ASI + susu formula + nasi tim

+sayur+ayam+ buah

ASI 2x Nasi tim 3x1

mangkok kecil, sayur

ayam dan buah 1kali,

susu formula 1x tiap

3 jam

Cukup Cukup

12 – 14

Bulan

ASI + Nasi

+ayam/telur/tempe/tahu+sayur+buah

Makanan Keluarga

ASI 1x, nasi 2x1 ( 3-

4 sendok makan)

mangkok kecil, buah

1 kali

Kurang Kurang

14- 18

bulan

ASI + Nasi

+telur/ayam/ikan/tempe/tahu+buah+

susu sapi+sayuran

Makanan Keluarga

ASI 1x, nasi (3-4

sendok makan)

mangkok kecil,

buah-buahan

kadang-kadang.

Kurang Kurang

E. ANAMNESIS TAMBAHAN

1. RIWAYAT KEHAMILAN

Selama kehamilan ibu penderita memeriksakan kehamilannya ke bidan secara rutin.

Selama kehamilan ibu penderita tidak merasakan keluhan apapun. Komplikasi selama

kehamilan tidak ada.

Page 5: Makalah Gizi Kep III Siap Print

5

2. RIWAYAT PERSALINAN

Pasien lahir dari seorang ibu G1P0A0, cukup bulan dan ditolong oleh bidan. Pasien lahir

spontan, berat badan 3200 gram dan panjang badan

50 cm.

3. RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi Dasar Ulangan

BCG 2 minggu -

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan -

Campak 9 bulan -

Hepatitis 0 bulan 2 bulan 6 bulan -

4. KEADAAN KESEHATAN KELUARGA

Ayah : Sehat

Ibu : Sehat

Saudara : Sehat

5. RIWAYAT KEPANDAIAN

Berbalik : 6 bulan

Duduk tanpa bantuan : 9 bulan

Duduk tanpa pegangan : 9 bulan

Bicara 1 kata : 12 bulan

Bicara 1 kalimat : 13 bulan

Berjalan 1 tangan dipegang : 14 bulan

Berjalan tanpa dipegang : 16 bulan

Page 6: Makalah Gizi Kep III Siap Print

6

Membaca : -

Menulis : -

Sekolah : -

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)

Campak Diare Asma

Batuk rejan Demam Tifoid Eksim

TBC Kuning Kaligata

Difteri Cacing Sakit tenggorokan

Tetanus Kejang Batuk pilek

PEMERIKSAAN FISIK

1. KEADAAN UMUM

Keadaan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada

Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Edema : Pitting edema tidak ada, Anasarka tidak ada

Dehidrasi : Tanpa dehidrasi.

Anemi : Tidak anemis

PENGUKURAN (per tanggal 05 Maret 2011)

Umur : 18 bulan

Berat Badan : 7,2kg

Tinggi Badan : 84 cm

Page 7: Makalah Gizi Kep III Siap Print

7

LK : 46 cm

Status Gizi :

Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg

: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %

: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %

: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %

: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal

: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted

: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight

: PB/U (Z Score ) = 0, Normal

TANDA VITAL

Denyut Jantung : 114 x/menit

Respirasi : 45 x/menit.

Tipe : Abdominothorakal

Suhu : 37,0 C

1. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. KEPALA

Bentuk Kepala : Simetris normocephal,

Ubun-ubun besar : Datar

Rambut : Kusam (+), rambut jagung (+)

Wajah : Old man face (+)

Mata : Sklera : Ikterik -/-

Konjungtiva : Anemis -/-

Pupil : Bulat, isokor

Air mata : Ada

Kelopak mata : Tidak cekung

THT : Hidung : PCH -/- , Rhinorea -/-

Telinga : Tidak ada kelainan

Page 8: Makalah Gizi Kep III Siap Print

8

Tenggorokan : Tonsil : T1 – T1 tenang

Faring : Tidak hiperemis

Mulut : Bibir : Mukosa bibir basah

Gusi : tidak ada kelainan

Gigi : tidak ada kelainan

Langit-langit : tidak ada kelainan

Lidah : Bersih

2. LEHER

KGB : Tidak teraba membesar

Kaku Kuduk : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

3. THORAX

a. Dinding Thorax Depan

Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Auskultasi : VBS kanan = kiri

Ronkhi -/- Wheezing -/-

Dinding Thorax Belakang

Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Auskultasi : VBS kanan = kiri

Ronkhi -/- Wheezing -/-

b. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler

R L

R L

R L

Page 9: Makalah Gizi Kep III Siap Print

9

Bunyi Jantung tambahan tidak ada

4. ABDOMEN

Inspeksi : Datar lembut

Palpasi : Lembut, NT (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Turgor kulit : Kembali cepat

Perkusi : Thympani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Asites : tidak ada

5. GENITALIA

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelainan : Tidak ada kelainan

Perianal Rash : (-)

6. EKSTREMITAS

Atas : Akral Hangat

Kulit : Gizi kulit cukup, tidak ada kelainan

Sendi : Tidak ada kelainan

Otot : Atrofi otot (-)

Refleks : Tidak ada kelainan

Edema : Tidak ditemukan

Lympadenopathy Axiller (-)

Bawah : Akral Hangat

Kulit : Gizi kulit cukup, tidak ada kelainan

Baggy pants : (+)

Sendi : Tidak ada kelainan

Otot : Atrofi otot (-)

Refleks : Refleks fisiologis (+)

Edema : Tidak ditemukan

Page 10: Makalah Gizi Kep III Siap Print

10

Lympadenopathy Ingunal : (-)

7. SUSUNAN SARAF

Refleks koma : Refleks cahaya (pupil) : bulat, isokor

Refleks Kornea : +/+

Rangsang Meningen : Kaku kuduk : -

Brudzinsky : -

Kernig : -

Laseque : -

Saraf Otak : tidak ada kelainan

Motorik : tidak ada kelainan

Sensorik : tidak ada kelainan

Vegetatif : tidak ada kelainan

Refleks fisiologis : APR : +/+ KPR : +/+

Refleks patologis

o Babinsky : -

o Chaddock : -

o Gordon : -

o Oppenheim : -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

DARAH

- Leukosit : 18.600/mm3

- Hb : 11 gr/dl

- Ht : 34,4 %

- Hitung jenis :

Basofil : 0%

Eosinofil : 2%

Neutrofil batang : 4%

Neutrofil segmen : 51%

Page 11: Makalah Gizi Kep III Siap Print

11

Limfosit : 38%

Monosit : 5%

- Trombosit : 198.000 /mm3

URINE

Warna : Kuning

Kekeruhan : Jernih

Bau : Amoniak

B.J : 1,015

Reaksi : Asam

Albumin : -

Reduksi : -

Urobilin : +

Bilirubin : -

Sediment : Eritrosit : 0-1 / LPB

Leukosit : 0-1 / LPB

Epitel : -

FESES

Warna : Kuning

Bau : Indol skatol

Konsistensi : Lembek

Lendir : Tidak ada

Darah : ( - )

Parasit : ( - )

Eritrosit : ( - )

Leukosit : ( - )

Telur cacing : ( - )

Sisa makanan : ( + )

Page 12: Makalah Gizi Kep III Siap Print

12

IV. RESUME

Seorang anak perempuan usia 18 bulan, BB 7,2 kg, TB 84 cm dengan status

gizi kurang ( KEP III ), datang ke RS Dustira dengan keluhan utama panas badan.

Dari anamnesa didapatkan:

Sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan

pasien mengalami panas badan. Keluhan panas badan tinggi dirasakan

hilang timbul dan panas badan dirasakan sama pagi dan malam hari.

Keluhan panas badan disertai dengan batuk sejak 7 hari sebelum masuk

rumah sakit. Keluhan panas badan disertai keringat malam dan disertai

penurunan nafsu makan dari biasanya. Penderita tidak mengalami

penambahan berat badan.

Keluhan panas badan disertai mencret sebanyak 6 kali. Mencret berupa

cairan kekuningan dan sisa makanan yang lebih encer dari biasanya,

masih ada ampas, tanpa disertai darah dan lendir. Selama mencret

penderita terlihat menjadi lebih lemas tetapi masih mau minum air.

Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama dan sedang

menjalani pengobatan paru dalam waktu 6 bulan ada yaitu pamannya

yang tinggal satu rumah

Keluhan panas badan tidak disertai pembengkakan di salah satu bagian

tubuh.

Keluhan panas badan tidak disertai menggigil, rasa kaku, dan sakit

kepala. Pasien tidak ada riwayat bepergian ke daerah endemis malaria.

Riwayat keluarga atau tetangga penderita yang menderita mencret tidak

ada. Sumber air untuk minum dan keperluan keluarga penderita adalah

dari sumur pompa yang dipakai sendiri.

Keluhan tidak disertai kemerahan disekitar dubur dan perut yang

terlihat kembung

Penderita dirawat di RS dustira selama 2 minggu. Pada hari pertama

perawatan, penderita mendapat pengobatan diare dan pada hari

keempat perawatan pasien mendapat obat anti tuberculosa (OAT),

Page 13: Makalah Gizi Kep III Siap Print

13

sebelumnya pada perawatan hari ke-3 pasien telah dilakukan scoring

TB, dan didapatkan jumlah hasil scoring TB yaitu 9 ( penderita pernah

dengan kontak TB sebelumnya, uji tuberkulin positif, berat badan

penderita tidak naik, demam tanpa sebab, batuk lebih dari 3 minggu

dan foto thorax positrif ). Dan pada saat pemeriksaan penderita sudah

mengalami perbaikan

Ibu pasien mengakui sejak pasien berumur 1 tahun 3 bulan, pasien sulit

untuk makan walaupun sudah dipaksa sehingga badannya kurus kecil.

Penderita diberi makan 3x sehari tanpa selingan. Dari setiap kali makan

penderita dirasakan sulit makan dan mengemut makanannya (setiap

makan hanya menghabiskan 3-4 sendok nasi).

Ibu penderita mengetahui bahwa anaknya kurus hal ini diketahui

dengan membandingkan dengan anak seusianya. Ibu penderita sudah

berusaha memberikan makanan yang cukup namun nafsu makan

anaknya dirasakan rendah.

Scoring TB (dilakukan pada hari ke-3 perawatan):

Kontak TB : 1

Uji Tuberkulin : 3

Berat Badan : 2

Demam tanpa sebab jelas : 1

Batuk >3mgg : 1

Pembesaran Kel. Limfe : 0

Pembengkakan Tulang/sendi : 0

Foto Thoraks : 1

Total score 9

Anamnesis makanan : kualitas kurang tetapi kuantitas cukup

Anamnesis imunisasi : imunisasi dasar lengkap

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : (per tanggal 05 Maret 2011)

Page 14: Makalah Gizi Kep III Siap Print

14

Keadaan Umum : Kesadaran composmentis

Pasien tampak sakit sedang

Umur : 18 bulan

Berat Badan : 7,2kg

Tinggi Badan : 84 cm

LK : 46 cm

Status Gizi :

Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg

: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %

: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %

: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %

: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal

: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted

: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight

: PB/U (Z Score ) = 0, Normal

:

Page 15: Makalah Gizi Kep III Siap Print

15

Page 16: Makalah Gizi Kep III Siap Print

16

Page 17: Makalah Gizi Kep III Siap Print

17

:

Page 18: Makalah Gizi Kep III Siap Print

18

Page 19: Makalah Gizi Kep III Siap Print

19

TANDA VITAL

Denyut Jantung : 114 x/menit,

Page 20: Makalah Gizi Kep III Siap Print

20

Respirasi : 45 x/menit.

Tipe : Abdominothorakal

Suhu : 37,0 C

Kesan Umum dari Pemeriksaan

Keadaan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada

Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Edema : Pitting edema tidak ada, Anasarka tidak ada

Dehidrasi : Tanpa dehidrasi.

Anemi : Tidak anemis

Old man face (+)

Baggy pants (+)

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan :

Darah : Leukositosis

Urine : Dalam batas normal

Feses : Dalam batas normal

V. DIAGNOSIS BANDING

Page 21: Makalah Gizi Kep III Siap Print

21

Tuberculosis Paru+ Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa

dehidrasi + KEP III Sekunder

Tuberculosis Paru + Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa

dehidrasi + KEP III Primer

VI. DIAGNOSIS KERJA

Tuberculosis Paru + Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa

dehidrasi + KEP III Sekunder

VII.USUL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan albumin dan protein total

Pemeriksaan ureum dan kreatinin

Pemeriksaan elektrolit.

VIII. TERAPI

1. Pengobatan dan Pencegahan Infeksi

Dosis harian fase awal (intensif) selama 2 bulan terdiri dari :

- Isoniazid tablet 50 mg 1 x 1

- Rifampicin kapsul 100 mg 1 x 1

- Pirazinamid tablet 125 mg 1 x 1

Dosis harian fase lanjutan (intermitten) selama 4 bulan terdiri dari :

- Isoniazid tablet 50 mg 1 x 1

- Rifampicin kapsul 100 mg 1 x 2

Antibiotik broad spektrum

Ampisilin 0,4 ml 1 x 4

Gentamisin 1,5 ml 1 x 1

Page 22: Makalah Gizi Kep III Siap Print

22

2. Mulai Pemberian Makanan

Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

Kalori yang masuk dari asupan makanan penderita selama ini:

Nasi 2x175 kkal = 350 kkal

Telur ayam 1x 95 kkal = 95 kkal

Sayur bayam 1x25 kkal = 25 kkal

Tempe 1x80 kkal = 80 kkal

Susu sapi 1x130 kkal = 130 kkal

Total = 680kkal

Kebutuhan kalori penderita berdasarkan rumus Harris Benedict

Berat badan ideal (BBI) penderita berdasarkan CDC adalah 12 kg

Rumus Harris Benedic :

Perempuan = 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)

= 655+(9,6x12)+(1,8x84)-(4,7x1,5)

= 914,15 kkal ≈ 915 kkal

Kebutuhan kalori penderita berdasarkan BBI adalah 915 kkal.

Kebutuhan zat gizi dalam sehari :

Kalori = 915 kkal

Protein = (15% x 915)/4 = 34,3 gram

Lemak = (25% x 915)/9 = 25,42 gram

Karbohidrat = (60% x 915)/4 = 137,25 gram

Menerjemahkan kebutuhan gizi ke dalam satuan berat BM gunakan :

Daftar kompisisi bahan makanan DKBM, tabel ukuran rumah tangga dan satuan

penukar ( SP ). Misalnya digunakan satuan penukaran SP. Satuan penukar terdiri

dari golongan I – VI, dengan perincian sebagai berikut :

Page 23: Makalah Gizi Kep III Siap Print

23

1. Satuan penukar golongan I

Satu satuan penukar mengandung 175 kkal, 4 gr protein, 40 gr karbohidrat.

( pastikan dengan DKBM ).

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Nasi 100 ¾ gelas

Nasi tim 200 1 gelas

Kentang 200 2 buah sedang

Biskuit 40 4 keping besar

Ubi 150 1 buah sedang

2. Satuan penukar golongan II

Satu satuan penukar mengandung 95 kkal, 10 gr protein, 6 gr lemak

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Daging sapi 50 1 ptg sedang

Daging ayam 50 1 ptg sedang

Telur ayam negeri 60 1 butir besar

Ikan segar 50 1 ptg sedang

Keju 30 1 ptg sedang

3. Satuan penukar golongan III

Satu satuan penukar mengandung 80 kkal, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr

karbohidrat

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Kacang hijau 25 2½ sdm

Kacang kedelai 25 2½ sdm

Kacang merah 25 2½ sdm

Page 24: Makalah Gizi Kep III Siap Print

24

Kacang tanah 20 2 sdm

Tahu 100 1 buah besar

Tempe 50 2 ptg sedang

4. Satuan penukar golongan IV

Satu satuan penukar mengandung 25 kkal, 1 gr protein, 5 gr karbohidrat.

Beberapa contoh diantaranya adalah bayam, kangkung, bit, buncis, kacang

panjang, brokoli, caisim, labu siam, paria, pepaya muda, jagung muda, kol,

kembang kol, terong, wortel.

5. Satuan penukar V

Satu satuan penukar mengandung 40-50 kkal, 10-12 gr karbohidrat.

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Apel 75 ½ buah sedang

Anggur 75 10 buah

Jambu biji 100 1 buah besar

Jeruk manis 100 2 buah sedang

6. Satuan penukar golongan VI

Satu satuan penukar mengandung 130 kkal, 7 gr protein, 9 gr karbohidrat, 7

gr lemak

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Susu sapi segar 200 ( 1 gelas )

Susu skim bubuk 20 ( 2 sdm )

Susu whole bubuk 25

Susu kedelai bubuk 25

Yoghurt 200

7. Satuan penukar golongan VII

Satu satuan penukar 45 kkal, 5 gr lemak

Page 25: Makalah Gizi Kep III Siap Print

25

Bahan makanan Berat ( gr ) URT

Semua minyak goreng dan margarin 5 ( ½ sdm )

Santan 50 ( ¼ gls )

Perencanaan diet :

- Berat badan ideal penderita = 12 kg

- Berat badan penderita saat ini = 7,2 kg

- Perencanaan diet dalam 1 minggu pertama untuk menaikkan berat badan 0,5

kg

Berat badan yang diharapkan dalam 1 minggu pertama adalah 7,7 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 7,7 kg berdasarkan Harris

Benedict adalah :

Perempuan = 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)

= 655+(9,6x7,7)+(1,8x84)-(4,7x1,5)

= 873,15 kkal ≈ 875 kkal

Dengan komposisi :

Karbohidrat = 60% x 875 = 525 kkal

Lemak = 25% x 875 = 218,75 kkal

Protein = 15% x 875 = 131,25 kkal

Kebutuhan gizi yang disarankan dalam gram :

Karbohidrat = 525/4 = 131,25 gram

Lemak = 218,75/9 = 24,3 gram

Protein = 131,25/4 = 32,8 gram

Rencana diet penderita dalam satu hari :

Waktu B. Makanan Jumlah E Protein KH L

H N

Page 26: Makalah Gizi Kep III Siap Print

26

Sp

1 hari Nasi 3 525 - 12 120 -

Ikan/daging/telur ayam 2 190 20 - - 12

Sayuran 1 25 - 1 5 -

Buah 1 40 - - 10 -

Minyak 2 90 - - - 10

Jumlah 870 20 13 135 22

■ Makan Pagi

Jam Makanan/

Masakan

URT Gra

m

E ProteinKH L

H N

06.00-07.00

Nasi putih ¾ gelas 100 175 - 4 40 -

Minyak 1 sdm 5 45 - - - 5

Telur

ayam1 butir 60 95 10 - - 6

Jumlah 165 315 10 4 40 11

■ Makan Selingan dan Makan Siang

Jam

10.00

Makanan/masakan URT Gram EnergiProtein

KH Lemak

H N

Apel½ buah

sedang75 40 - - 10 -

12.00-

13.00

Nasi putih

Minyak

¾ gelas

I sdm

100

5

175

45

-

-

4

-

40

-

-

5

Ikan 1

potong

50 95 10 - - 6

Page 27: Makalah Gizi Kep III Siap Print

27

sedang

Jumlah Total 230 355 10 4 50 11

Makan malam

Jam Makanan URT Gram EnergiProtein

KH LH N

19.00-

20.00

Nasi putih ¾ gelas 63 175 - 4 50 -

Brokoli - 100 25 - 1 5 -

Jumlah 163 200 - 5 55 -

■ Tata laksana diet pada 1 minggu pertama adalah orangtua penderita sangat disarankan

agar anaknya dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang telah disajikan. Penyajian

makanan tidak hanya di atas meja makan tetapi dapat juga dilakukan dengan mengajak

anaknya berjalan-jalan, melihat hal-hal yang disukai oleh anak sambil menyuapinya.

■ Selanjutnya supaya tata laksana diet tersebut berhasil maka disarankan orangtua selalu

melakukan kontrol terhadap berat badan anaknya, apakah berat anak meningkat, tidak

meningkat atau justru menurun.

■ Jika Perencanaan diet selama 1 minggu berhasil, maka perencanaan dilanjutkan dengan

target penambahan 0,5 kg tiap minggunya sampai target berat badan ideal

terpenuhi,dengan rincian jumlah kalori tiap minggunya sebagai berikut :

o Minggu ke-2

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kesatu = 7,7 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu kedua adalah 8,2 kg.

Page 28: Makalah Gizi Kep III Siap Print

28

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 8,2 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

877,87 kkal ≈ 878 kkal

o Minggu ke-3

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kedua = 8,2 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu ketiga adalah 8,7 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 8,7 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

882,67 kkal ≈ 883 kkal

o Minggu ke-4

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketiga= 8,7 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu keempat adalah 9,2 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 9,2 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

887,47 kkal ≈ 888 kkal

o Minggu ke-5

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu keempat = 9,2 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu kelima adalah 9,7 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 9,7 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

892,27 kkal ≈ 893 kkal

Page 29: Makalah Gizi Kep III Siap Print

29

o Minggu ke-6

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kelima = 9,7 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu keenam adalah 10,2 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 10,2 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

897,07 kkal ≈ 897 kkal

o MInggu ke-7

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu keenam = 10,2 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu ketujuh adalah 10,7 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 10,7 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

901,87 kka ≈ 902 kkal

o Minggu ke-8

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketujuh = 10,7 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu kedelapan adalah 11,2 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 11,2 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

906,67 kkal ≈ 907 kkal

o Minggu ke-9

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kedelapan = 11,2 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Page 30: Makalah Gizi Kep III Siap Print

30

Berat badan yang diharapkan dalam minggu kesembilan adalah 11,7 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 11,7 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

911,47 kkal ≈ 912 kkal

o Minggu ke-10

Berat badan ideal penderita = 12 kg

Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketujuh = 11,7 kg

Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg

Berat badan yang diharapkan dalam minggu kesepuluh adalah 12,2 kg.

Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 12,2 kg berdasarkan rumus Harris

Benedict adalah:

916,27 kkal ≈ 917 kkal

Dengan catatan, anak dapat menghabiskan 1 porsi makanannya yg disediakan setiap

hari, dan orang tua selalu melakukan kontrol berat badan setiap minggunya.

3. Perhatikan Tumbuh Kejar

4. Koreksi Defisiensi Nutrien- Mikro

5. Berikan stimuasi sensorik dan dukungan emosional

6. Tindak lanjut di rumah

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fuctionam : dubia ad bonam

IX. PENCEGAHAN

Lebih teliti dalam memperhatikan jumlah asupan makanan dan cara

pemberiaannya serta mengkoordinasikan hal tersebut dengan pengasuh agar

asupan makanan benar-benar didapat secara optimal

Penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media

Page 31: Makalah Gizi Kep III Siap Print

31

DISKUSI

Berdasarkan laporan kasus yang didapatkan, terdapat beberapa hal yang dapat

dijadikan penunjang dalam penegakan diagnosa yaitu :

Kekurangan Energi dan Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi ( AKG ).

Etiologi dari KEP diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

- Primer : kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya

bahan

makanan atau kurangnya asupan makanan.

- Sekunder : kekurangan kalori protein akibat penyakit ( misalnya

penyakit ginjal, hati, paru dan lain- lain).

Klasifikasi KEP dibagi menjadi 3 yaitu :

- KEP ringan ( KEP I ) : berat badan menurut usia ( B/U ) 70-80%

baku mendian WHO-NCHS dan/atau berat

badan menurut tinggi badan ( BB/TB ) 80-

90% baku median WHO-NCHS.

- KEP sedang ( KEP II ) : BB/U 60-70% median WHO-NCHS

dan/atau berat badan menurut tinggi badan

( BB/TB ) 70-80% baku median WHO-

NCHS

- KEP berat ( KEP III ) : BB/U <60% median WHO-NCHS dan/atau

berat badan menurut tinggi badan ( BB/TB

) <70% baku median WHO-NCHS

Page 32: Makalah Gizi Kep III Siap Print

32

KEP berat secara klinis terdapat dalam tiga tipe:

1. Kwashiorkor

Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein.

Kwashiorkor juga memiliki pengertian defisiensi protein yang disertai defisiensi

nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah

(balita).

2. Marasmus

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini

merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit

infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri

yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

1) Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan

yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua

si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

2) Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral

misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis

kongenital.

3) Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas

palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia,

hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap

yang kurang kuat.

Page 33: Makalah Gizi Kep III Siap Print

33

5) Pemberian ASI

Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang

cukup.

6) Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose

intolerance.

7) Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah

disingkirkan.

8) Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang

kurang akan menimbulkan marasmus.

9) Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya

marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan

penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu

yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai

dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak

jatuh dalam marasmus.

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang erjadi akibat banyak

faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh

sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor

diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

Gopalan menyebutkan marasmus adalah compensated malnutrition. Dalam keadaan

kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan

memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan

karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan

tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan

karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

Page 34: Makalah Gizi Kep III Siap Print

34

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan

asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa

jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat

mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan

sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

3. Marasmus-kwashiokor

Gabungan dari marasmus dan kwashiorkor

ETIOLOGI

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap

kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula

disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih

(sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati.

PATOFISIOLOGI

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat

berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam

dietnya..Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam

amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke

jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan

kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya

pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak

dibawah kulit. Pada mulanya keadaan tersebut adalah proses fisiologis untuk

kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi

oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga

cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.

Page 35: Makalah Gizi Kep III Siap Print

35

MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum yang bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma

(tahap akhir), penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan

dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur),

peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan, perut

besar yang menempel keluar (menonjol), kelesuan atau apatis, kehilangan massa otot,

ruam (dermatitis), shock (tahap akhir), pembengkakan (edema).

GAMBARAN KLINIS

Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat

mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah

wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot

lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak

terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut

hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat

badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.

Penderita ini masuk dalam kriteria KEP berat “( KEP III ) primer akibat

kekurangan kalori protein akibat penyakit tuberculosis paru,dengan alasan sebagai

berikut:

Status Gizi :

Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg

: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %

: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %

: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %

: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal

: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted

: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight

: PB/U (Z Score ) = 0, Normal

Page 36: Makalah Gizi Kep III Siap Print

36

Kekurangan energi dan protein penderita diakibatkan oleh kekurangan

konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan atau kurangnya asupan makanan

karena sehari-harinya penderita tinggal dengan neneknya sehingga kebutuhan

nutrisinya kurang diperhatikan.

Prinsip Dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)

Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting:

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah Hipotermia

3. Atasi/cegah Dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Obtai/cegah infeksi

6. Mulai pemberiaan makanan

7. Koreksi defisiensi nutrien mikro

8. Fasilitas tumbuh kejar (catch-up growth)

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Pengobatan terdiri dari 3 fase: stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi. Petugas kesehatan

harus terampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini

digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus, maupan marasmik-

kwashiorkor.

Pengobatan penyakit penyerta :

Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu defesiensi

Vitamin A. Bila terdapat tanda defisiensi vit.A pada mata Vit. A pada hari ke 1, 2

dan 14 p.o. dengan dosis:

Usia >1 tahun : 200.000 SI/x

6 – 12 bulan : 100.000 SI/x

0 – 5 bulan : 50.000 SI/x

Page 37: Makalah Gizi Kep III Siap Print

37

Bila terdapat ulserasi pada mata tambahkan perawatan lokal untuk mencegah

prolaps lensa berupa:

Tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3 jam selama 7 –

10 hari.

Tetes mata atropin, 1 tetes, 3x sehari selama 3-5 hari

Tutup mata dengan kasa yang dibasahi dengan larutan garam Faali (normal

saline)

Dematosis (ditandai dengan hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/kulit mengelupas, lesi

ulserasi eksudatif yang menyerupai luka bakar dan sering disertai infeksi sekunder a.l.

oleh kandida; umumnya terdapat defesiensi Zn).

Setelah suplementasi Zn, dan dematosis membaik penyembuhan akan lebih cepat

bila:

- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%

selama 1 menit.

- Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)

- Usahakan daerah perineum tetap kering

Parasit/cacing :

- Mebendazol 100 mg p.o. 2x sehari selama 3 hari

Diare berlanjut (diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan

sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi laktosa tidak jarang

sebagai penyebab diare. Diobati hanya bola diare berlanjut dan tidak ada perbaikan

keadaan umum).

- Berikan formula bebas / rendah laktosa

- Metronidazol 7,5 mg/kg BB p.o. setiap 8 jam selama 7 hari

Sering kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain berlanjutnya

diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.

Page 38: Makalah Gizi Kep III Siap Print

38

Tuberkulosisis (TB)

Bila ada dugaan kuat menderita TB, lakukan tes tuberkulin atau Mantoux (seringkali

anergi) dan photo thoraks.

Bila (+) atau sangat mungkin TB obati sesuai pedoman pengobatan TB.

Kegagalan pengobatan (kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian

kenaikan BB)

Perhatikan saat terjadi kematian:

Dalam 24 jam pertama : kemungkinan hipoglikemi, hiptermia, sepsis yang terlambat

atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi yang kurang tepat.

Dalam 72 jam : Periksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan formula

tidak tepat.

Malam hari : Kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai, tidak diberi

makan, atau perubahan konsentrasi formula yang terlalu cepat.

Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitasi:

Penaikan kenaikan BB :

- Baik : > 10 g/kgBB/hr

- Sedang : 5-10 g/kgBB/hr

- Kurang < 5 g/kgBB/hr

Penyebab kenaikan < 5 g/kgBB/hr:

- Pemberian makanan tidak adekuat

- Defisiensi nutrien tertentu

- Infeksi yang tidak terditeksi sehingga tidak diobati (HIV/AIDS)

- Masalah patologik

- Masalah psikologik

Penanganan penderita pulang sebulum rehabilitasi tuntas:

Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila BB/U > 80% atau

BB/TB > 90%. Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah

Page 39: Makalah Gizi Kep III Siap Print

39

harus terus diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hr) dan tinggi protein (4-6

g/kgBB/hr).

Beri makanan yang sesuai (energi dan protein) minimal 5x sehari

Beri makanan selingan diantara makanan utama

Upayakan makanan selalu dihabiskan

Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit

ASI teruskan

Tindakan pada kegawatan:

Syok (Renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit dibedakan

secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik cepat pada pemberian cairan I.V.

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan, pada renjatan pada KEP berat

Berikan cairan Dekstrosa 5% : NaCl 0,9% (1:1) atau Ringer : Dekstrosa 5% (1:1)

15 Ml/kbBB dalam 1 jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam.

Bila ada perbaikan klinis (kesadaaran, frekwensi nadi, dan pernafasan) dan status

hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1

jam berikutnya dengan cairan p.o. atau nasogastrik cairan rehydration solition for

malnutrition (resomal) 10 mL/kgBB/jam sampai 10 jam, selanjutnya beri formula

khusus (F-75/pengganti)

Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik berikan cairan rumat

4 mL/kgBB/jam dan transfusi darah 10 mL/kgBB perlahan-lahan dalam 3 jam.

Kemudian berikan formula (F-75 pengganti)

Anemia berat

Transfusi darah segar 10 mL/kbBB dalam 3 jam, bila:

Hb < 4 g/dL atau:

Hb 4-6 g/dL disertai distress pernafasan

Page 40: Makalah Gizi Kep III Siap Print

40

Bila ada tanda gagal jantung packed red cells dengan jumlah yang sama.

Furosemid 1 mg/kbBB I.V. pada saat tranfusi dimulai:

Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok)

Anak dengan distress pernafasan seelah transfusi, Hb teta <4 g/DL atau 4-6 g/dL

jangan ulangi.

TUBERKULOSIS (TB)

BATASAN

Penyakit sistemik yang disebabkan oleh M. tubekulosis

KLASIFIKASI

Menurut The American Thoracic Society dengan modifikasi :

0 : Tidak menderita TB, tidak pernah terinfeksi, tidak pernah terpajan TB.

I : Tidak pernah menderita penyakit TB, tidak pernah terinfeksi, terancam infeksi

karena terpajan TB.

II : Terinfeksi TB/tes Tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TB/gejala TB (-),

Radiologi dan bakteriologi tidak mendukung.

III : Sedang menderita TB

TB paru

TB di luar paru

Meningitis TB

TB kelenjar

Pleuritis TB

Perikarditis TB

TB Abdominal

TB tulang

TB ginjal

TB saluran kemih

TB kulit

Page 41: Makalah Gizi Kep III Siap Print

41

IV : Pernah TB, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif

V : Dicurigai TB

ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis (MTB) tipe humanus.

Tipe bovinus atau africanus (jarang).

PATOFISIOLOGI

Penularan umumnya melalui inhalasi lesi primer 95% di paru, meskipun

dapat juga ditempat lain, seperti abdomen. Pada anak yang belum pernah terinfeksi

fokus primer yang ditandai oleh penimbunan sel PMN dan proliferasi sel epiteloid

yang berbentuk khas (tuberkel). Kemudian akan tampak sel langhans dan seluruh

daerah tersebut dikelilingi limfosit. Saat on set penyakit, basil TB dibawa makrofag

dari lokus primer ke kelenjar limfe regional (biasanya hillus/pratrachea). Fokus di

parenkim dan pembesaran kelenjar limfe regional disebut kompleks primer.

Masa inkubasi TB 2 – 12 minggu. Dalam masa ini kuman tumbuh hingga 103 –

104 yang mampu merangsang respon imun selular. Sebelum terjadi kekebalan atau

reaksi hipersensitivitas, selain penyebaran limfogen ke daerah limfe regional, kuman

TB dari lesi primer juga masuk ke aliran darah dan tersangkut hingga membiak ke

berbagai organ. Penyebaran hematogen dapat terjadi sedikit-sedikit (sporadik) hingga

tidak menimbulkan gejala. Kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman

sebelum terbentuk imunitas selularyang akan membatasi pertumbuhannya. Fokus ini

umumnya tidak langsung menjadi penyakit, namun berpotensi menjadi reaktivasi.

Penyebaran kuman secara hematogen dapat berkangsung dalam jumlah besar serta

menyebabkan timbulnya manifestasi klinis TB yang segera disebut TB disseminata,

seperti TB Milier. Penyebaran darei fokus perkijuan yang mencair menyebabkan

kuman TB dapat berkembang biak extraselular sehingga dapat meluas ke jaringan

paru-paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis serta dapat meluas ke

organ lain secara hematogen.

Penyebaran limfohematogen 0,5-3% menjadi TB milier atau meningitis TB 3-6

bl setelah infeksi primer. Tuberkulosisi endobronkial terjadi 3-9 bl. TB tulang dan

Page 42: Makalah Gizi Kep III Siap Print

42

sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi TB dan timbul setelah 1 th dan TB

ginjal biasanya terjadi 5-25 th setelah infeksi primer.

DIARE AKUT

BATASAN

Buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, > 3x/hari

dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan

berlangsung < 2 minggu.

ETIOLOGI

Infeksi :

Bakteri : E.Coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Yersinia,

Campylobacter

Virus : Rotavirus, Norwalk Virus, Adenovirus

Parasit : Amoeba, Giardia Lambia, Kriptosporidium

Alergi : Protein Susu Sapi

Intoleransi : Karbohidrat, Lemak, Protein

Keracunan Makanan :

- Zat Kimia Beracun

- Toksin mikroorganisme Clostridium perfringens, Stafilokokus

- Immunodefisiensi

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis:

BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi > 3 x/hr

Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut disentri)

Muntah bisa +/-, nyeri perut, panas

Page 43: Makalah Gizi Kep III Siap Print

43

Pemeriksaan fisik:

Tanda dan gejala dehidrasi (-) atau

Tanda dan gejala dehidrasi ringan-sedang

Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa shock

Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan

elektrolit +/- dan atau gangguan keseimbangan asam basa

LABORATORIUM

FAECES :

DAPAT DISERTAI DARAH ATAU LENDIR

PH Asam

Clinitest dapat (+)

Leukosit > 5 /LPB (birumetilen) disentri

Biakan dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri/terapi

ELISA (bila memungkinakan untuk etiologi virus)

Darah :

Dapat terjadi gangguan elektrolita dan atau gangguan asam basa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

FAECES

DARAH : ELEKTROLIT

PENYULIT

DEHIDRASI

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

GANGGUAN SIRKULASI

GAGAL GINJAL AKUT

Hipoglikemi

Gangguan Gizi

Diare osmotik

Page 44: Makalah Gizi Kep III Siap Print

44

TERAPI

Kausal

Antibiotik hanya untuk :

- Diare disentri : Kotrimoxazole 50 mg/kgBB/hr, dibagi 2 dosis selama

5 hari atau kloramfenikol/Thiamfenikol 50 mg/kbBB/hr

- Kholera : Tetrasiklin 50 mg/lkgBB/hr dlm 4 dosis selama 2-3 hari

- Ameba, Giarfia, Kriptosporidium : Metronidazole 30-50 mg/kbBB/hr

dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hr untuk kasus berat)

ANTIDIARE JANGAN DIBERIKAN

Diet (sesuai dengan penyebab diare)

Intoleransi Karbohidrat Susu rendah sampai bebas laktosa

Alergi protein susu sapi Susu Kedelai

Malabsorpsi Lemak Susu yang mengandung Medium Chain

Trigliseride (MCT)

PENYULIT

DEHIDRASI

- TANPA DEHIDRASI : RENCANA THERAPI A

- DEHIDRASI RINGAN – SEDANG : RENCANA THERAPI B

- DEHIDRASI BERAT : RENCANA THERAPI C

GANGGUAN ELEKTROLIT:

- HIPONATREMIA

- HIPERNATREMIA

- HIPOKALEMIA

- HIPERKALEMIA

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA : ACIDOSIS METABOLIK

DAFTAR PUSTAKA

Page 45: Makalah Gizi Kep III Siap Print

45

Behrman, Richard et all. Nelson Texbook of Pediatric: edisi 17. Philadelphia.

Garna herry, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan anak

Bagian Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran.

UNPAD/RSHS,2005.Bandung.216-9.

Soedarmo, SSP,dkk. Infeksi dan Penyakit Tropis, ediasi 1. Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2002. Jakarta. 367-76.

World Health Organization, Pocket Book of Hospital Care for Children,

Guidelines for the Management of Common Illnesses With Limited

Resources, 2006.