ii. tinjauan pustaka 2.1. tinjauan teoritis 2.1.1. teori ... · dalam upaya mencapai tujuan dan...

36
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Pembangunan Pertanian Perencanaaan pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk mencapai 4 (empat) target utama, yaitu (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor komoditi pertanian, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Salah satu target utama pembangunan pertanian adalah peningkatan kesejahteraan petani yang tercermin dari meningkatnya pendapatan petani, berkurangnya penduduk miskin, berkurangnya masyarakat kekurangan pangan, dan turunnya ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat (Kementerian Pertanian, 2009). Kementerian Pertanian (2009), mengemukakan persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini dan di masa yang akan datang dalam upaya mencapai tujuan pembangunan pertanian, yaitu : (1) dampak perubahan iklim global terhadap penurunan produksi pertanian, (2) terbatasnya infrastruktur, sarana prasarana, air, dan lahan pertanian, (3) lemahnya status dan kecilnya luas penguasaan lahan serta tekanan degradasi dan alih fungsi lahan, (4) sistem perbenihan dan perbibitan nasional belum berjalan optimal, (5) terbatasnya akses petani terhadap sumber permodalan, (6) lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh, (7) masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi, (8) belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, (9) rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP), (10) tekanan globalisasi pasar dan liberalisasi perdagangan, (11) kuantitas dan kualitas produk pertanian belum mendukung berkembangnya

Upload: duongdang

Post on 09-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Pembangunan Pertanian

Perencanaaan pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk

mencapai 4 (empat) target utama, yaitu (1) pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan

nilai tambah, daya saing, dan ekspor komoditi pertanian, serta (4) peningkatan

kesejahteraan petani. Salah satu target utama pembangunan pertanian adalah

peningkatan kesejahteraan petani yang tercermin dari meningkatnya pendapatan

petani, berkurangnya penduduk miskin, berkurangnya masyarakat kekurangan

pangan, dan turunnya ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat

(Kementerian Pertanian, 2009).

Kementerian Pertanian (2009), mengemukakan persoalan mendasar yang

dihadapi sektor pertanian pada saat ini dan di masa yang akan datang dalam upaya

mencapai tujuan pembangunan pertanian, yaitu : (1) dampak perubahan iklim

global terhadap penurunan produksi pertanian, (2) terbatasnya infrastruktur,

sarana prasarana, air, dan lahan pertanian, (3) lemahnya status dan kecilnya luas

penguasaan lahan serta tekanan degradasi dan alih fungsi lahan, (4) sistem

perbenihan dan perbibitan nasional belum berjalan optimal, (5) terbatasnya akses

petani terhadap sumber permodalan, (6) lemahnya kapasitas dan kelembagaan

petani dan penyuluh, (7) masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi,

(8) belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, (9) rendahnya Nilai

Tukar Petani (NTP), (10) tekanan globalisasi pasar dan liberalisasi perdagangan,

(11) kuantitas dan kualitas produk pertanian belum mendukung berkembangnya

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

13

agroindustri, (12) minat pemuda terhadap pertanian semakin menurun, (13) belum

padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian, (14) kebijakan

fiskal dan moneter belum mendukung berkembangnya usaha pertanian, dan (15)

kurangnya optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.

Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan

pertanian, pemerintah membuat prioritas dan arah kebijakan untuk mendukung

pembangunan pertanian di Indonesia yang dikembangkan oleh “Kementerian

Pertanian”. Dalam menjalankan tugasnya Kementerian Pertanian membuat suatu

strategi kebijakan yang disebut “Tujuh Gema Revitalisasi”, yaitu (1) revitalisasi

lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan

sarana, (4) revitalisasi sumber daya manusia, (5) revitalisasi pembiayaan

pertanian, (6) revitalisasi kelembagaan pertanian, dan (7) revitalisasi teknologi

dan industri hilir (Kementerian Pertanian, 2009).

A. T. Mosher atas dasar pengalamannya menggeluti masalah pertanian,

menyimpulkan bahwa ada 5 (lima) syarat pokok untuk membangun sektor

pertanian (Hanafie, 2010), yaitu (1) adanya pasar untuk hasil-hasil pertanian, (2)

teknologi yang senantiasa berubah lebih maju, (3) sarana produksi dan alat-alat

pertanian yang tersedia secara lokal, (4) insentif produksi untuk petani, dan (5)

tersedianya transportasi untuk mendistribusikan hasil-hasil pertanian.

Di samping kelima syarat mutlak tersebut, Mosher juga mengemukakan

syarat yang akan mempercepat dan memperlancar usaha pembangunan pertanian

(Hanafie, 2010), yaitu (1) pendidikan untuk pembangunan, (2) kredit produksi, (3)

kegiatan kelompok untuk petani, (4) penyempurnaan dan perluasan lahan

pertanian, dan (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

14

2.1.2. Teori Kebijakan Pertanian

Kebijakan pertanian merupakan serangkaian tindakan yang telah, sedang,

dan akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam mendukung usaha pembangunan

pertanian. Mubyarto (1989) dalam buku karyanya “Pengantar Ekonomi Pertanian”

mengemukakan kebijakan pertanian yang lebih spesifik, meliputi (1) kebijakan

harga, (2) kebijakan pemasaran, dan (3) kebijakan struktural. Sementara, Hanafie

(2010) dalam buku karyanya “Pengantar Ekonomi Pertanian” mengemukakan

kebijakan pertanian, meliputi (1) kebijakan produksi, (2) kebijakan subsidi, (3)

kebijakan investasi, (4) kebijakan harga, (5) kebijakan pemasaran, dan (6)

kebijakan konsumsi.

2.1.2.1. Kebijakan Produksi

Pangan merupakan suatu komoditi yang menyangkut kesejahteraan dan

kelangsungan hidup suatu bangsa karena merupakan salah satu kebutuhan

manusia yang paling pokok. Melihat peranan pangan yang sangat penting,

pemerintah selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional, tidak

saja dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas. Oleh karena itu, diperlukan

suatu kebijakan guna mencegah terjadinya kerawanan pangan, yaitu dengan

peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan.

Untuk menunjang keberhasilan program peningkatan produksi pangan,

pemerintah menetapkan serangkaian kebijakan, antara lain (1) kebijakan

perbenihan, (2) sarana produksi, pupuk, dan pestisida, (3) kebijakan perkreditan,

(4) kebijakan pengairan, (5) kebijakan diversifikasi usaha tani, (6) kebijakan

penyuluhan, (7) kebijakan harga input dan output, dan (8) kebijakan penanganan

pascapanen (Hanafie, 2010).

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

15

2.1.2.2. Kebijakan Subsidi

Kebijakan subsidi bertujuan untuk menjaga harga dalam negeri supaya

lebih rendah daripada biaya rata-rata pembuatan suatu komoditi atau harga

internasionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah membuat 2 (dua)

kebijakan (Hanafie, 2010), yaitu :

1. Subsidi harga produksi

Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi konsumen dalam negeri, artinya

konsumen dalam negeri dapat membeli barang yang harganya lebih rendah

daripada biaya rata-rata pembuatan suatu komoditi atau harga

internasionalnya. Oleh karena itu, pemerintah membuat kebijakan subsidi

harga faktor produksi, sehingga biaya proses produksi sektor pertanian relatif

rendah yang akan berpengaruh pada harga jual produk pertanian yang

terjangkau oleh konsumen.

2. Subsidi harga faktor produksi

Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi produsen dalam negeri dan

dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri. Kebijakan

ini dapat berupa subsidi pupuk, subsidi biaya angkut faktor produksi ke

daerah pelosok, dan perbedaan tingkat bunga bank dalam pengambilan kredit.

2.1.2.3. Kebijakan Investasi

Kebijakan investasi bertujuan untuk merangsang investasi, baik oleh

swasta nasional (Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun swasta asing

(Penanaman Modal Asing). Sampai saat ini investasi pada sektor pertanian masih

relatif kecil, hal ini terutama disebabkan oleh faktor keuntungan yang dapat

diperoleh yang umumnya lebih kecil dibandingkan investasi di sektor industri dan

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

16

jasa. Untuk menarik minat investor, pemerintah memberikan berbagai fasilitas

kepada para investor yang menanamkan modalnya di sektor pertanian, seperti

pembebasan pajak impor untuk alat-alat dan mesin-mesin pertanian dan

pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu (Hanafie, 2010).

2.1.2.4. Kebijakan Harga

Kebijakan harga, bertujuan untuk menjaga stabilitas harga komoditi

pertanian sehingga pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke

musim dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberian

suatu penyangga atas harga komoditi pertanian supaya tidak terlalu rendah pada

saat musim panen raya agar tidak terlalu merugikan petani atau langsung

memberikan subsidi tertentu secara langsung kepada petani. Secara umum

kebijakan harga bertujuan untuk mencapai (1) kontribusi terhadap anggaran

pemerintah, (2) pertumbuhan devisa negara, (3) mengurangi ketidakstabilan

harga, (4) memperbaiki distribusi pemasaran dan alokasi sumber daya alam, (5)

memberikan arah produksi, serta meningkatkan taraf swasembada pangan, dan (6)

meningkatkan pendapatan dan taraf kesejahteraan penduduk (Hanafie, 2010).

Penerapan dari kebijakan harga dapat berupa subsidi sarana produksi,

kondisi ini dapat terjadi karena harga sarana produksi pertanian masih relatif

mahal, misalnya subsidi pupuk, pestisida, dan lain-lain. Kebijakan lain berupa

peraturan pemerintah yang mengatur terkait harga dasar/harga lantai (floor price)

dan harga tertinggi/harga atap (ceiling price) pada komoditi pertanian. Harga

dasar bertujuan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen raya tidak terlalu

rendah dari yang seharusnya diterima oleh produsen dan diupayakan agar harga

pasar minimal sama dengan harga dasar sehingga tidak merugikan petani. Akan

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

17

tetapi dengan diberlakukannya kebijakan tersebut pemerintah harus membeli

kelebihan produksi (excess supply) yang dihasilkan petani (Soekartawi, 2002).

Sementara, harga atap diperlukan khususnya pada saat musim paceklik,

dimana pada saat itu persediaan produksi sangat terbatas. Dalam kondisi tersebut

biasanya harga akan cenderung tinggi, sehingga diperlukan kebijakan harga

maksimum untuk melindungi konsumen. Pemerintah harus menjual stock

(persediaan atau cadangan) komoditi pertanian yang menjadi tanggung jawabnya

dengan cara melakukan operasi pasar.

Keterangan :

P : Harga komoditi pertanian

Q : Jumlah komoditi pertanian

Qd : Kurva permintaan komoditi pertanian

QS : Kurva penawaran komoditi pertanian

E : Keseimbangan pasar (Qd = QS)

Pm : Harga keseimbangan pasar komoditi pertanian

Q0 : Jumlah keseimbangan pasar komoditi pertanian

Pf : Kebijakan harga dasar/harga minimum

Pc : Kebijakan harga atap/harga maksimum

Q1 : Jumlah permintaan pada saat musim panen raya dan paceklik

Q2 : Jumlah penawaran pada saat musim panen raya dan paceklik

Pf

E

Excess Supply

Pm

P Qd Qs

0 Q1 Q2 Q0

Q

Pc

E

Excess Demand

Pm

P Qd Qs

0 Q2 Q1 Q0

Q

Gambar 2.1. Permintaan dan Penawaran Komoditi Pertanian dengan

Penetapan Harga Oleh Pemerintah

a. Pada Saat Musim Panen Raya

b. Pada Saat Musim Paceklik

Sumber : Soekartawi, 2002

(a) (b)

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

18

2.1.2.5. Kebijakan Pemasaran

Kebijakan pemasaran bertujuan untuk mengatur distribusi barang

antardaerah dan antarwaktu sehingga di antara harga yang dibayarkan oleh

konsumen akhir dan harga yang diterima oleh produsen terdapat marjin

pemasaran dalam jumlah tertentu sehingga dapat merangsang proses produksi

pertanian dan proses pemasaran (Hanafie, 2010). Namun, pemerintah dihadapkan

ke dalam permasalahan klasik, yakni kurangnya gairah berproduksi pada tingkat

petani dan tidak adanya keinginan untuk menaikan tingkat produksi karena

persentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah jika dibandingkan

dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain.

Keterangan :

P : Harga komoditi pertanian

Q : Jumlah komoditi pertanian

QS : Kurva penawaran komoditi pertanian

Pp : Harga komoditi pertanian di tingkat petani

Ppr : Harga komoditi pertanian di tingkat pedagang perantara

Ppg : Harga komoditi pertanian di tingkat pengecer

Dp : Permintaan komoditi pertanian di tingkat petani

Dpr : Permintaan komoditi pertanian di tingkat pedagang perantara

Dpg : Permintaan komoditi pertanian di tingkat pengecer

Ppg

Ppr

P

Qd PG

Qs

0

Q

Qd PR

Qd p

Pp

Sumber : Soekartawi, 2002 Gambar 2.2. Kurva Derived Demand dan Keuntungan Pemasaran Komoditi

Pertanian

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

19

Untuk memperlancar pemasaran hasil-hasil pertanian pemerintah

menetapkan berbagai kebijakan, antara lain menetapkan rantai pemasaran yang

sependek mungkin, membentuk kantor pemasaran bersama, serta menunjuk

distributor dan pengecer tertentu untuk komoditi tertentu pula. Untuk

memperlancar aliran barang dari daerah surplus ke daerah defisit, pemerintah

memberlakukan harga eceran tertinggi (HET) yang berbeda, HET di daerah defisit

lebih tinggi daripada HET di daerah surplus. Perbedaan HET tersebut bertujuan

untuk merangsang aktivitas perdagangan antar daerah (Hanafie, 2010).

2.1.2.6. Kebijakan Konsumsi

Kebijakan pangan tidak hanya menyangkut masalah produksi, tetapi juga

berkaitan erat dengan persoalan distribusinya secara agregat. Terpenuhinya

pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai

landasan pembangunan sumber daya manusia. Konsumsi masyarakat Indonesia

sebagian besar karbohidratnya di-supply dari beras. Untuk mengurangi

ketergantungan terhadap pangan beras, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

memengaruhi pola konsumsi masyarakat berupa Inpres Nomor 20/1979 tentang

Perbaikan Menu Makanan Masyarakat yang berdimensikan permintaan terhadap

keanekaragaman pangan (Hanafie, 2010). Pengetahuan terhadap keanekaragaman

pangan merupakan hal penting berdasarkan beberapa alasan :

1) Pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap

kelestarian swasembada atau ketahanan pangan.

2) Diversifikasi konsumsi akan mengubah alokasi sumber daya ke arah yang

lebih efisien, fleksibel, dan stabil.

3) Keanekaragaman pangan juga penting dilihat dari segi nutrisi.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

20

4) Pengetahuan tentang keanekaragaman pangan akan bermanfaat dalam

perumusan strategi pengembangan sistem pangan.

2.1.2.7. Kebijakan Struktural

Kebijakan struktural dalam pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk

memperbaiki struktur produksi, misalnya luas pemilikan lahan, pengenalan

teknologi dan pengusahaan alat-alat pertanian baru, dan perbaikan prasarana

pertanian umumnya baik prasarana fisik maupun prasarana sosial ekonomi

pertanian. Kebijakan tersebut dapat berjalan dan terlaksana dengan baik jika ada

kerjasama yang erat antar lembaga-lembaga pemerintahan dikarenakan perubahan

struktural membutuhkan waktu yang lama (Mubyarto, 1989).

Keterangan :

TP0 : Total produksi komoditi pertanian sebelum ada perbaikan irigasi

TP1 : Total produksi komoditi pertanian setelah ada perbaikan irigasi

Qd : Kurva permintaan komoditi pertanian

QS0 : Kurva penawaran komoditi pertanian sebelum ada perbaikan jalan desa

QS1 : Kurva penawaran komoditi pertanian setelah ada perbaikan jalan desa

P0 : Harga komoditi pertanian sebelum ada perbaikan jalan desa

P1 : Harga komoditi pertanian setelah ada perbaikan jalan desa

Sumber : Soekartawi, 2002

(a)

Input

Produksi

TP1

TP0

0

(b)

0 Jumlah Barang

Qd QS0

QS1

Harga Jual

P1

P0

Gambar 2.3. Hubungan Kebijakan Struktural dan Kesejahteraan Petani

(a) Kenaikan Total Produksi (TP) Setelah Diadakan

Perbaikan Saluran Irigasi

(b) Kenaikan Harga Jual Komoditi Pertanian Setelah Ada

Perbaikan Fasilitas Jalan di Desa

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

21

Kebijakan di atas berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung,

tersedianya prasarana jalan di desa akan membawa pengaruh secara langsung,

dikarenakan semakin baik kondisi jalan akan meningkatkan harga jual produk

pertanian. Sementara pembangunan saluran irigasi berpengaruh secara tidak

langsung, dengan dibangunnya saluran irigasi akan meningkatkan produksi

pertanian, akan tetapi tidak menjamin menambah jumlah penerimaan yang

diterima oleh petani karena variabel harga sangat sulit dikendalikan oleh petani

selaku produsen yang disebabkan lemahnya posisi petani dalam proses pemasaran

sehingga besaran harga ditentukan oleh pembeli (Soekartawi, 2002).

2.1.3. Teori Supply-Demand

2.1.3.1. Teori Penawaran

Penawaran didefinisikan sebagai jumlah barang yang ditawarkan oleh

produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Teori

penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka produsen

akan berusaha meningkatkan jumlah penawarannya, begitu juga sebaliknya. Ada

beberapa faktor yang memengaruhi jumlah penawaran suatu barang “ceteris

paribus” (Lipsey dan Steiner, 1975), yaitu :

1. Tujuan perusahaan

Jika tujuan perusahaan ingin memaksimalkan keuntungan, maka perusahaan

tidak akan memanfaatkan kapasitas produksi perusahaan secara maksimal

akan tetapi menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan

keuntungan maksimal. Ketika tujuan suatu perusahaan memaksimalkan hasil

produksi, maka akan terjadi excess supply.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

22

2. Keadaan atau perkembangan teknologi

Kemajuan teknologi dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan

produktivitas dan efisiensi perusahaan, meningkatkan kualitas barang dan

mampu menciptakan barang-barang baru. Kemajuan teknologi menimbulkan

efek terhadap produksi yang dapat ditambah lebih cepat dan biaya produksi

yang semakin rendah.

3. Harga komoditi barang tersebut

Semakin tinggi harga suatu barang, maka produsen akan berusaha

meningkatkan jumlah penawarannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah

harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan

oleh produsen.

4. Harga komoditi barang lain

Jika harga barang lain berubah, penawaran barang tertentu mungkin

bertambah atau berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu

sama lain (barang pengganti, pelengkap, atau barang lepas).

5. Biaya faktor-faktor input produksi

Harga faktor produksi akan menentukan biaya produksi, jika harga faktor

produksi mengalami penurunan, maka perusahaan akan memproduksi output

barang lebih banyak, sedangkan jika harga faktor produksi mengalami

peningkatan akan membuat biaya produksi semakin meningkat, sehingga

perusahaan akan memproduksi output barang lebih sedikit dengan jumlah

anggaran yang tetap sehingga akan menurunkan keuntungan perusahaan.

Perusahaan akan bertindak efisien atau pindah ke industri lain, tindakan

tersebut dapat memengaruhi jumlah penawaran suatu barang.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

23

Secara matematis, fungsi penawaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

QS = f (P1, P2, B, t) ........................................(2.1)

Keterangan :

QS : Jumlah barang yang ditawarkan

P1 : Harga barang yang ditawarkan

P2 : Harga barang lain (barang substitusi/komplementer)

B : Budget/modal/anggaran perusahaan

t : Teknologi

2.1.3.2. Teori Permintaan

Permintaan adalah jumlah permintaan total suatu barang dan jasa dari

semua rumah tangga pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Teori

permintaan menerangkan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka

konsumen akan cenderung menurunkan jumlah permintaannya, begitu juga

sebaliknya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jumlah permintaan suatu

barang “ceteris paribus” (Lipsey dan Steiner, 1975), yaitu :

1. Selera atau preferensi dari anggota masyarakat

Selera atau preferensi masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar

terhadap keinginan masyarakat untuk membeli suatu barang atau jasa.

Semakin tinggi preferensi atau selera masyarakat terhadap suatu barang, akan

membuat permintaan barang tersebut meningkat.

2. Tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga

Pendapatan masyarakat selaku konsumen merupakan faktor yang sangat

penting di dalam menentukan permintaan suatu barang, dimana jenis barang

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

24

digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) barang normal, yaitu barang yang akan

mengalami peningkatan permintaan apabila terjadi peningkatan pendapatan

konsumen, (2) barang inferior, yaitu barang yang permintaannya akan

mengalami penurunan apabila terjadi peningkatan pendapatan konsumen, dan

(3) barang giffen, yaitu barang inferior yang memiliki efek pendapatan negatif

yang lebih besar dibandingkan efek substitusinya, penurunan harga justru

menyebabkan konsumen mengurangi pembelian produk tersebut.

3. Jumlah total populasi

Semakin tinggi jumlah populasi, maka semakin tinggi pula jumlah barang

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan semua individu populasi.

4. Distribusi pendapatan antar rumah tangga

Semakin merata distribusi pendapatan antar rumah tangga, maka semakin

merata kemampuan daya beli masyarakat dalam membeli suatu barang,

sehingga membuat permintaan akan suatu barang meningkat.

5. Harga komoditi barang lain

Jika harga barang lain berubah, permintaan barang tertentu mungkin

bertambah atau berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu

sama lain (barang pengganti, pelengkap, atau barang lepas).

6. Harga komoditi barang tersebut

Semakin tinggi harga suatu barang, maka konsumen akan cenderung

menurunkan jumlah permintaannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah

harga suatu barang maka semakin banyak jumlah permintaan barang tersebut.

Sehingga perubahan harga pada komoditi itu sendiri mampu menaikan dan

menurunkan jumlah permintaan komoditi tersebut.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

25

Secara matematis, fungsi permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Qd = f (P1, P2, I, C) ........................................(2.2)

Keterangan :

Qd : Jumlah permintaan barang

P1 : Harga barang yang diminta

P2 : Harga barang lain (barang substitusi/komplementer)

I : Pendapatan (Income)/anggaran rumah tangga

C : Selera/preferensi masyarakat

2.1.3.3. Keseimbangan Pasar

Keseimbangan pasar (equilibrium market) terjadi ketika jumlah

permintaan sama dengan jumlah penawaran suatu barang. Secara matematis dan

grafis dapat ditunjukan oleh persamaan Qd = Qs, yakni pada perpotongan antara

kurva permintaan (Demand Curve) dengan kurva penawaran (Supply Curve). Pada

keadaan equilibrium market akan tercipta harga keseimbangan (Equilibrium

Price) dan kuantitas keseimbangan (Equilibrium Quantity).

Tindakan penjual dan pembeli biasanya bergerak ke arah keseimbangan

pasar. Pada saat harga pasar berada di atas harga keseimbangan (Pa), kuantitas

barang yang ditawarkan melebihi kuantitas barang yang diminta (excess supply).

Pada kondisi tersebut, penjual akan bereaksi terhadap kelebihan penawaran

dengan menurunkan harga, sehingga harga terus turun sampai kembali ke posisi

harga keseimbangan (Pe). Sedangkan, ketika harga pasar dibawah harga

keseimbangan (Pb), kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang

diminta (excess demand). Pada kondisi tersebut, penjual akan bereaksi terhadap

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

26

kelebihan permintaan dengan menaikan harga tanpa kehilangan penjualan,

sehingga harga terus naik sampai kembali ke posisi harga keseimbangan (Pe)

(Hanafie, 2010).

Keterangan :

P : Harga barang

Q : Jumlah/kuantitas barang

: Kurva permintaan

: Kurva penawaran

E ( = ) : Keseimbangan pasar

: Harga keseimbangan pasar

Pa : Harga pasar > Harga keseimbangan pasar

Pb : Harga pasar < Harga keseimbangan pasar

: Jumlah barang keseimbangan pasar

2.1.4. Teori Produksi, Biaya dan Maksimisasi Laba

2.1.4.1. Teori Produksi

Kegiatan utama sebuah perusahaan adalah mengubah masukan (input)

menjadi keluaran (output), dimana fungsi produksi memperlihatkan jumlah

maksimum suatu barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi

alternatif antara modal (K) dan tenaga kerja (L). Fungsi produksi diformulasikan

ke dalam bentuk persamaan fungsi Cobb-Douglas (Nicholson, 2002), yaitu :

Sumber : Hanafie, 2010

Gambar 2.4. Supply – Demand Curve (Equilibrium Market)

Q

P

Qs

Pe

Qe

E E (Qd = Qs)

0

Qd

Pb

Pa

Excess Supply

Excess Demand

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

27

Q = f (K, L, M) ................................................(2.3)

Persamaan di atas menunjukan kemungkinan variabel-variabel lain dapat

mempengaruhi proses produksi, dimana :

Q : Keluaran perusahaan untuk suatu barang tertentu selama satu periode

K : Penggunaan mesin/modal (stok modal)

L : Jumlah/jam masukan tenaga kerja

M : Jumlah penggunaan faktor produksi/bahan mentah lainnya

Pada Gambar 2.5 terlihat bahwa pada tahap pertama, penambahan faktor

produksi dapat menambah produksi suatu barang menjadi lebih banyak, yaitu

sampai titik HPM maksimum. Penambahan faktor produksi berikutnya, akan

membuat pertambahan produksi barang tersebut mulai menurun hingga HPM

mencapai 0 (nol) pada HPT maksimum. Ketika HPM = 0 dimana HPT mencapai

Gambar 2.5. Tahapan Produksi Berhubungan dengan Hukum Hasil yang

Makin Berkurang

Sumber : Hanafie, 2010

Kenaikan hasil

bertambah

HPM

HPR

Faktor Produksi

Hasil Produksi

Kenaikan

hasil berkurang

Kenaikan hasil negatif

Hasil Produksi

EP > 1

1 > EP > 0 A

B

C

EP < 0

Faktor Produksi

HPT

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

28

titik maksimum, maka penambahan faktor produksi berikutnya akan

mengakibatkan HPM menjadi negatif dan produksi akan terus menurun.

2.1.4.2. Teori Biaya

Selama proses produksi, perusahaan akan mengeluarkan biaya untuk

memproduksi barang dalam suatu periode tertentu yang disebut dengan biaya

ekonomi/biaya produksi. Biaya ekonomi merupakan semua pengeluaran yang

diperlukan untuk mempertahankan/mendapatkan masukan berupa input produksi

yang dibutuhkan oleh perusahaan. Secara matematis biaya total dari proses

produksi suatu perusahaan dapat dituliskan sebagai berikut (Nicholson, 2002) :

TC = FC + VC ............................................(2.4)

TC = FC + wL + vK ...................................(2.5)

dimana :

TC : Total Cost

FC : Fixed Cost

VC : Variable Cost

wL : Upah tenaga kerja

vK : Biaya input produksi

2.1.4.3. Teori Maksimisasi Laba dan Keuntungan Perusahaan

Suatu perusahaan melakukan proses produksi untuk mencari keuntungan

dengan cara menjual output hasil produksi ke pasar dengan harga tertentu. Dengan

asumsi bahwa perusahaan hanya memproduksi satu keluaran, maka pendapatan

total perusahaan ditetapkan melalui hasil penjualan produk, dimana harga produk

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

29

tersebut (P) dikalikan dengan keluaran total perusahaan [Q = f(K, L) dimana f(K,

L) merupakan fungsi produksi perusahaan tersebut]. Secara matematis persamaan

pendapatan total perusahaan dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = P x Q ...................................................(2.6)

dimana :

TR : Total Revenue

P : Harga produk/barang

Q : Jumlah total keluaran perusahaan (Kuantitas barang)

Dengan demikian laba ekonomi/keuntungan yang diperoleh oleh suatu

perusahaan merupakan selisih dari pendapatan total (TR) dengan biaya total dari

proses produksi (TC). Sehingga laba ekonomi dari proses produksi suatu

perusahaan secara matematis dapat dituliskan ke dalam bentuk persamaan sebagai

berikut (Nicholson, 2002) :

π = Pendapatan Total (TR) – Biaya Total (TC) ........(2.7)

= Pq – wL – vK

= P f(K, L) – wL – vK

2.1.5. Nilai Tukar Petani (NTP)

Hasil pembangunan pertanian, selain dilihat dari data pertumbuhan

ekonomi sektor pertanian, juga diperlukan data pengukuran terhadap tingkat

kesejahteraan petani. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani adalah

Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan rasio dari indeks harga yang diterima

petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Secara konsep, NTP

digunakan untuk mengukur kemampuan nilai tukar produk pertanian terhadap

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

30

produk barang dan jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

rumah tangga dan untuk keperluan memproduksi produk pertanian tersebut.

Petani berperan ganda, yaitu sebagai konsumen dan produsen. Kapasitas

petani sebagai produsen, NTP dihitung terhadap biaya produksi dan penambahan

barang modal, sedangkan kapasitas petani sebagai konsumen, NTP dihitung

terhadap biaya konsumsi rumah tangga. Jika NTP diatas angka 100, hal ini

menunjukan It > Ib, sehingga dapat dikatakan petani lebih sejahtera jika

dibandingkan NTP di bawah angka 100 (Badan Pusat Statistik, 2011).

Sejak tahun 2008, Badan Pusat Statistik menyusun NTP dengan

menggunakan tahun dasar NTP 2007 = 100, meliputi Sub sektor Tanaman

Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan

Perikanan. Data dikumpulkan melalui survei harga produsen sektor pertanian dan

survei harga konsumen perdesaan di 32 provinsi di Indonesia.

2.1.5.1. Arti Angka NTP

Ada 3 (tiga) pengertian angka NTP, yaitu (Badan Pusat Statistik, 2011) :

1. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih

besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar

dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik

dibandingkan tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.

2. NTP = 100, berarti petani mengalami impas/break even. Kenaikan/penurunan

harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang

konsumsinya. Tingkat kesejahteraaan petani tidak mengalami perubahan.

3. NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang

produksinya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

31

barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

2.1.5.2. Kegunaan dan Manfaat NTP

Adapun kegunaan dari NTP, yaitu (Badan Pusat Statistik, 2011) :

1. Dari indeks harga yang diterima petani (It) dapat dilihat fluktuasi harga

barang-barang yang dihasilkan oleh petani. Indeks ini juga digunakan sebagai

data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.

2. Dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar

petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh

petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan.

3. Nilai tukar petani mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar

produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam

memproduksi. Hal ini terlihat bila dibandingkan kemampuan nilai tukarnya

pada tahun dasar. Dengan demikian, NTP dapat dipakai sebagai salah satu

indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan petani.

2.1.5.3. Cakupan Komoditas NTP

Adapun cakupan komoditas yang digunakan dalam perhitungan NTP,

yaitu (Badan Pusat Statistik, 2011) :

1. Subsektor tanaman bahan makanan (TBM) seperti padi dan palawija.

2. Subsektor hortikultura seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan

tanaman obat-obatan.

3. Subsektor tanaman perkebunan rakyat (TPR) seperti kelapa, kopi robusta,

cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan.

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

32

4. Subsektor peternakan seperti ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil

(kambing, domba, babi, dan lain-lain), unggas (ayam, itik, dan lain-lain), dan

hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dan lain-lain).

5. Subsektor perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat.

2.1.5.4. Konsep dan Definisi di dalam NTP

Berbagai konsep dan definisi yang dipergunakan dalam penghitungan NTP

antara lain (Badan Pusat Statistik, 2011) :

1. Petani adalah orang yang mengusahakan/mengelola usaha pertanian atas

resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik

maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil). Orang yang bekerja di

sawah atau ladang orang lain dengan mengharapkan upah (buruh tani) bukan

termasuk petani.

2. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang

diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang

dinyatakan dalam persentase (%). Secara konsep NTP menyatakan tingkat

kemampuan tukar barang-barang yang dihasilkan petani di pedesaan terhadap

barang atau jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan

keperluan dalam proses produksi pertanian.

3. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) adalah rata-rata harga produsen

dari hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi atau

pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya atau

disebut Farm Gate harga di sawah atau ladang setelah pemetikan. Pengertian

harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan

petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani. Data harga

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

33

tersebut dikumpulkan melalui hasil wawancara langsung dengan petani

produsen.

4. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) adalah rata-rata harga eceran

barang atau jasa yang dikonsumsi atau dibeli petani, baik untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi rumah tangganya sendiri maupun untuk keperluan

proses produksi pertanian. Data harga barang untuk keperluan produksi

pertanian dikumpulkan melalui hasil wawancara langsung dengan petani,

sedangkan harga barang atau jasa untuk keperluan konsumsi rumah tangga

dicatat dari hasil wawancara langsung dengan pedagang atau penjual jasa di

pasar terpilih.

Formula yang digunakan pada penghitungan indeks harga yang diterima

petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) adalah formula Indeks

Laspeyres yang dikembangkan (Modified Laspeyres Indeces), yaitu :

In =

x 100 ..............................(2.8)

Keterangan :

In : Indeks harga bulan ke-n (It dan Ib)

Pni : Harga bulan ke-n untuk jenis barang ke-i

P(n-1)i : Harga bulan ke-(n-1) untuk jenis barang ke-i

Pni/P(n-1)i : Relatif harga bulan ke-n dibandingkan bulan ke (n-1) untuk jenis

barang ke-i

Poi : Harga pada tahun dasar untuk jenis barang ke-i

Qoi : Kuantitas pada tahun dasar untuk jenis barang ke-i

m : Banyaknya jenis barang yang tercakup dalam paket komoditas

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

34

Pertimbangan yang mendasari digunakannya formula tersebut, yaitu :

1. Tren harga tidak dipengaruhi oleh perbedaan kuantitas atau spesifikasi

komoditas.

2. Pebedaan harga komoditas antar kabupaten tidak berpengaruh.

3. Dapat dilakukan penggantian spesifikasi atau penggantian jenis komoditas.

Formula yang digunakan dalam perhitungan besaran Nilai Tukar Petani

(NTP) yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), yaitu :

NTP =

.....................................(2.9)

Keterangan :

NTP : Nilai Tukar Petani

It : Indeks harga yang diterima petani

Ib : Indeks harga yang dibayar petani

2.2. Tinjauan Empirik

Rachmat (2000), dalam penelitiannya mengenai “Analisis Nilai Tukar

Petani Indonesia” pada tahun 1987-1996 dengan menggunakan data sekunder di

14 provinsi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa NTP dapat dipakai sebagai salah

satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani melalui pendekatan

dekomposisi unsur pembentuknya dan dapat dilakukan perbandingan relatif

tingkat kesejahteraan petani antar provinsi sebagai salah satu parameter makro

pembangunan pertanian. Selain itu, daerah dengan pangsa komoditi padi tinggi

menghasilkan NTP relatif konstan, daerah dengan pangsa perkebunan dominan

NTP cenderung menurun, dan daerah dengan pangsa konsumsi makanan tinggi

menghasilkan NTP yang cenderung lebih rendah.

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

35

Indraningsih, Supriyati, dan Rachmat (2000) dalam penelitiannya

mengenai “Analisis Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Komoditas Bawang

Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar penerimaan berupa (1) faktor internal,

yaitu tingkat penerapan teknologi budidaya bawang merah, penggunaan sarana

produksi, tingkat produktivitas, dan posisi tawar yang lemah, serta (2) faktor

eksternal, yaitu sistem pasar yang sangat menetukan harga jual bawang merah.

Selain itu, nilai tukar barter terhadap pupuk urea dan beras relatif lebih tinggi jika

dibandingkan dengan nilai tukar barter terhadap upah, makanan, dan non

makanan. Perkembangan harga bawang merah dipengaruhi oleh perkembangan

tingkat inflasi, sehingga harga riil yang diterima petani cenderung meningkat.

Hendayana (2001) dalam penelitiannya mengenai “Analisis Faktor-faktor

yang Memengaruhi Nilai Tukar Petani” pada tahun 1987-1994. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa NTP dipengaruhi langsung oleh produktivitas, harga gabah,

harga barang konsumsi, dan harga pupuk. Produktivitas dan harga gabah

berhubungan secara positif, sedangkan harga pupuk dan harga barang konsumsi

berhubungan secara negatif. Dengan menggunakan regresi model double-

logaritma dapat dilihat bahwa peningkatan NTP berhubungan positif terhadap

peningkatan pendapatan petani.

Samsodin (2003) dalam Rizal (2010), dalam penelitiannya mengenai

“Analisis Sektor-sektor yang Memengaruhi Nilai Tukar Petani di Kalimantan

Barat Tahun 1998-2003” dengan menggunakan alat analisis Uji Beda Rata-rata

Dua Populasi dan Regresi Berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

subsektor yang menyebabkan NTP Provinsi Kalimantan Barat lebih rendah jika

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

36

dibandingkan dengan NTP Provinsi Kalimantan Timur adalah perbedaan sumber

daya pada subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan

pola konsumsi masyarakat.

Soeharto (2007), dalam penelitiannya mengenai “Pengaruh Kenaikan

Harga Beras Terhadap Nilai Tukar Petani di Kecamatan Pandak Kabupaten

Bantul” pada tahun 2006-2007 dengan menggunakan alat analisis perhitungan

regresi linear berganda. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan

penentuan lokasi secara purposive dan snawball sampling. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa jumlah produksi dan harga beras berhubungan positif

terhadap pembentukan NTP, sedangkan biaya produksi berhubungan negatif

terhadap pembentukan NTP.

Rizal (2010), dalam penelitiannya mengenai “Analisis Faktor-faktor yang

Memengaruhi Nilai Tukar Petani di Kawasan Timur Indonesia” pada tahun 2008-

2009 dengan menggunakan alat analisis model regresi panel data. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa jam kerja, produktivitas, harga pupuk, dan luas layanan

irigasi berhubungan negatif terhadap pembentukan NTP, sedangkan harga gabah

berhubungan positif terhadap pembentukan NTP.

Sinuhaji (2011), dalam penelitiannya mengenai “Analisis Faktor-faktor

yang Memengaruhi Nilai Tukar Petani di Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab.

Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara” pada tahun 2004-2008 dengan menggunakan

model peduga regresi linear berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

produktivitas, luas lahan, haga gabah, dan harga pupuk berpengaruh nyata

terhadap pembentukan NTP, kecuali variabel biaya tenaga kerja yang tidak

memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis.

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

37

2.3. Kerangka Pemikiran

Kebijakan pembagunan pertanian menjadi bahasan yang sangat strategis

dikaitkan dengan konteks pembangunan nasional. Indonesia sebagai negara

agraris yang mayoritas penduduknya menjadikan sektor pertanian sebagai

tumpuan mata pencaharian, sehingga pembangunan ekonomi di Indonesia tidak

akan terlepas dari pembangunan di sektor pertanian. Kebijakan yang ditetapkan

oleh pemerintah dalam usaha menciptakan dan menjaga ketahanan pangan serta

peningkatan kesejahteraan petani (Depatemen Pertanian, 2009), antara lain :

1. Perbaikan kapasitas produksi

a. Program intensifikasi

b. Perbaikan sistem pascapanen

c. Peningkatan teknologi

i. Bioteknologi

ii. Teknologi persiapan lahan

iii. Teknologi pascapanen

2. Pembagunan infrastruktur pertanian

a. Jaringan irigasi

b. Jalan desa

3. Insentif bagi produsen

a. Kebijakan Harga Dasar Gabah (HDG)

b. Subsidi input pertanian

i. Benih

ii. Pupuk dan Pestisida

iii. Permodalan

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

38

4. Kelembagaan dan organisasi

a. Bimbingan massal (Bimas)

b. Pengembangan sistem iptek

i. Penelitian dan pengembagan

ii. Benih/pemuliaan

iii. Sistem penyuluhan

c. Keterlibatan vertikal pada pemerintah

Terkait hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perkembangan NTP tanaman pangan khususnya di Kawasan Barat Indonesia,

sehingga dapat diketahui dampak dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah

terhadap kesejahteraan petani. Pengkajian NTP dapat dilakukan dengan cara

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi indeks harga yang diterima petani

(It) dan faktor-faktor yang memengaruhi indeks harga yang dibayar petani (Ib).

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, digunakan varibael luas lahan

sawah menurut jenis pengairannya (lahan sawah irigasi dan non-irigasi),

produktivitas padi, harga gabah GKP di tingkat petani, harga pupuk urea, rata-rata

jam kerja pekerja sektor pertanian seminggu yang lalu, posisi kredit bank umum

sektor pertanian, panjang jalan, luas layanan daerah irigasi, dan tinggi curah hujan

tahunan.

Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat diperoleh rekomendasi

kebijakan yang dapat meningkatkan NTP melalui kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui indikator nilai

tukar petani. Untuk mempermudah penelitian ini maka dibuat alur kerangka

pemikiran yang divisualisasikan pada Gambar 2.6.

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

39

2.4. Definisi Peubah Operasional

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Lahan Sawah

Lahan sawah adalah lahan basah buatan atau lahan pertanian yang

berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang yang digunakan untuk menanam padi

dan diairi dengan pengairan teknis, tadah hujan, atau pasang surut. Berdasarkan

Keterangan : ( ) Alur Penelitian

Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran

UU No.25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

UU No.17 Tahun 2007 RPJPN 2005-2025

Perpres No.7 Tahun 2005 RPJMN 2004-2009

Perpres No.5 Tahun 2010 RPJMN 2010-2014

“Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan

Rakyat Indonesia”

“Penanggulangan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan”

Revitalisasi Sektor Pertanian di Indonesia

Kawasan Timur Indonesia Kawasan Barat Indonesia

Subsektor Tanaman Pangan

Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi NTPP :

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

-Konsumsi Rumah Tangga

-BPPBM

Analisis

Panel Data

Analisis

Deskriptif

Saran dan Implikasi Kebijakan Pembangunan

Pertanian di Kawasan Barat Indonesia

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

40

sumber pengairan dan pengelolaannya, lahan sawah dibedakan menjadi dua

kelompok (Puspita, Ratnawati, Nyoman, Suryadiputra, Meutia, 2005), yaitu :

a. Sawah berpengairan irigasi, yaitu sawah yang memperoleh sumber air dari

sistem irigasi, baik yang dikelola oleh pihak pemerintah maupun yang

dikelola sendiri oleh masyarakat.

1) Sawah berpengairan teknis, yaitu sawah yang jaringan irigasinya

memungkinkan untuk mengatur dan mengukur debit air. Penggunaan

jaringan ini sepenuhnya diatur pemerintah, dan pengairannya mengalir

secara terus menerus sepanjang tahun, sehingga keberadaan sawah tidak

tergantung pada musim dan dalam satu tahun dapat ditanami padi

sebanyak dua hingga tiga kali.

2) Sawah berpengairan setengah teknis, yaitu sawah yang jaringan irigasinya

memungkinkan untuk mengatur debit air tetapi tidak dapat mengukur debit

air. Pengelolaan jaringan ini tidak seluruhnya diatur oleh pemerintah.

3) Sawah berpengairan non-teknis/sederhana, yaitu sawah yang jaringan

irigasinya tidak memungkinkan untuk mengatur dan mengukur debit air,

sehingga sistem pengairannya tidak teratur.

b. Sawah berpengairan non-irigasi, yaitu sawah yang pengairannya tidak berasal

dari jaringan irigasi, sehingga sistem pengairannya tidak teratur.

1) Sawah pasang surut di daerah pesisir, yaitu sawah yang keberadaanya

sangat tergantung pada kondisi pasang surut air (air laut maupun tawar).

2) Sawah lebak, yaitu sawah yang terbentuk di daerah dataran banjir (lebak).

3) Sawah tadah hujan, yaitu sawah yang mendapatkan sumber air dari curah

hujan.

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

41

4) Sawah lainnya, yaitu polder (sawah yang terdapat di delta sungai) dan

rawa-rawa/rembesan lainya yang ditanami padi.

Di dalam penelitian ini jenis lahan sawah yang digunakan adalah lahan

sawah irigasi (Ha) dan lahan sawah non-irigasi (Ha).

2. Produktivitas

Produktivitas adalah rasio antara hasil produksi per luas lahan.

Pengumpulan data produktivitas dilakukan secara sampel melalui survei ubinan

dengan pendekatan rumah tangga dengan menggunakan metode pengukuran

langsung pada plot ubinan yang berukuran 2½ m x 2½ m pada saat waktu panen.

Periode pengumpulan data dilakukan setiap subround (caturwulan) oleh petugas

lapangan. Di dalam penelitian ini produktivitas yang digunakan adalah

produktivitas padi tahunan (Ku/Ha) (Badan Pusat Statistik, 2011).

3. Harga Gabah

Gabah adalah bulir buah hasil tanaman padi yang telah dilepaskan dari

tangkainya dengan cara dirontokan. Harga gabah menurut tingkatan transaksi,

dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kategori (Badan Pusat Statistik, 2011), yaitu :

a. Harga gabah di tingkat petani adalah harga yang disepakati pada waktu

terjadinya transaksi antara petani dengan pedagang pengumpul/tengkulak/

pihak penggilingan yang ditemukan pada hari dilaksanakannya observasi

dengan kualitas apa adanya, sebelum dikenakan ongkos angkut pasca panen.

b. Harga di tingkat penggilingan adalah harga ditingkat petani ditambah dengan

besarnya biaya ke penggilingan terdekat. Biaya ke penggilingan adalah

keseluruhan biaya pasca panen siap jual dari tempat transaksi di tingkat petani

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

42

ke lokasi unit penggilingan terdekat. Besarnya biaya ke penggilingan adalah

penjumlahan dari ongkos angkut (termasuk biaya bongkar/muat dan sewa

kendaraan) ditambah ongkos lainnya (retribusi, konsumsi, dan lain-lain).

c. Harga pembelian pemerintah (HPP) adalah harga minimal yang harus

dibayarkan pihak penggilingan kepada petani sesuai kualitas gabah

sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah. Penetapan harga dilakukan

secara kolektif antara Departemen Pertanian, Menko Bidang Perekonomian,

dan Bulog.

Harga gabah menurut kualitas dan komponen mutu, dikelompokan ke

dalam beberapa kategori, yaitu :

a. Gabah Kering Giling (GKG) adalah gabah yang mengandung kadar air

maksimum 14,0% dan hampa atau kotoran maksimum 3,0%.

b. Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang mengandung kadar air

maksimum sebesar 25,0% dan hampa atau kotoran maksimum 10,0%.

c. Gabah Kualitas Rendah adalah gabah yang tidak masuk ke dalam kategori

Gabah Kering Giling (GKG) maupun Gabah Kering Panen (GKP).

Sementara yang dimaksud hampa dan kotoran yang terdapat dalam gabah

adalah :

a. Kadar Air (KA) adalah jumlah kandungan air dalam butir gabah yang

dinyatakan dalam persentase dari berat basah.

b. Kadar Hampa/Kotor adalah jumlah kandungan butir hampa dan kotoran

dalam butir gabah yang dinyatakan dalam persentase.

c. Butir Hampa adalah butir gabah yang tidak berkembang secara sempurna

akibat serangan hama, penyakit, atau sebab lain sehingga tidak terisi butir

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

43

beras meskipun keduanya tungkup sekamnya tertutup ataupun terbuka. Butir

gabah setengah hampa tergolong dalam butir hampa.

d. Kotoran adalah segala benda asing yang tidak tergolong bagian dari gabah,

misalnya debu, butiran tanah, butiran pasir, batu kerikil, potongan kayu,

potongan logam, tangkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga, dan lain

sebagainya. Termasuk dalam kategori kotoran adalah butiran gabah yang

telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah patah.

Di dalam penelitian ini harga gabah yang digunakan adalah Harga Gabah

Kering Panen (GKP) di tingkat petani, dikarenakan data tersebut tersedia dengan

lengkap untuk semua provinsi.

4. Harga Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan atau zat yang ditambahkan kedalam media

tanam untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi

lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Harga pupuk ditentukan melalui Harga

Eceran Tertinggi (HET) di kios penyalur pupuk (tingkat desa/kecamatan) yang

dibeli oleh petani yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Penggolongan pupuk

berdasarkan sumber bahan digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu pupuk

organik dan pupuk anorganik.

Di dalam penelitian ini harga pupuk yang digunakan adalah harga rata-rata

pupuk urea. Karena keterbatasan data, data harga pupuk tahun 2009 dan 2010

untuk beberapa provinsi diestimasi dari harga pupuk tahun 2008 dan Harga

Eceran Tertinggi (HET) pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/

OT.140/09/2008, Nomor 50/Permentan/SR.130/11/2009, dan Nomor 32/

Permentan/SR.130/4/2010 tentang kebutuhan dan penetapan Harga Eceran

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

44

Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian dengan tingkat inflasi

masing-masing provinsi.

5. Jam Kerja

Jam kerja adalah jumlah jam kerja mereka yang bekerja (tidak termasuk

jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar

pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Di dalam penelitian ini jam kerja yang

digunakan adalah rata-rata jam kerja para pekerja di sektor pertanian seminggu

yang lalu sebagai pendekatan jumlah tenaga kerja. Karena data tenaga kerja

khusus untuk petani tanaman pangan (petani padi) tidak tersedia.

6. Kredit

Kredit merupakan salah satu bantuan yang diberikan pemerintah atau

pihak swasta kepada para petani sebagai modal untuk meningkatkan produksi

pertaniannya supaya dapat meningkatkan pendapatan petani. Bantuan tersebut

bisa disalurkan melalui perbankan, koperasi, dan lembaga keuangan lainnya

berupa pinjaman modal. Di dalam penelitian ini kredit yang digunakan adalah

posisi kredit bank umum sektor pertanian di masing-masing provinsi.

7. Panjang Jalan

Jalan adalah jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas

umum. Jalan dikategorikan ke dalam beberapa kelas menurut wewenang

keperluan pengaturan, penggunaan, dan pemenuhan kebutuhan angkutan, antara

lain : jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Pembagian jalan

tersebut didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan jenis angkutan secara

tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing jenis

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

45

angkutan, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, dan muatan sumbu

terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Di dalam penelitian ini

panjang jalan yang digunakan adalah jumlah total panjang jalan dari jalan negara,

jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota di masing-masing provinsi.

8. Luas Layanan Daerah Irigasi

Irigasi adalah suatu usaha untuk memanfaatkan air dengan membuat

bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air yang berguna

untuk kehidupan manusia. Sedangkan definisi dari luas layanan daerah irigasi

merupakan luas areal daerah layanan dari suatu sumber irigasi, yang disalurkan

melalui jaringan irigasi (bangunan dan saluran) yang merupakan satu kesatuan

dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan,

pengambilan, dan pembagian. Di dalam penelitian ini luas layanan daerah irigasi

yang digunakan adalah luas layanan daerah irigasi berdasarkan rekapitulasi daerah

irigasi di Indonesia yang sudah terbangun jaringan tersiernya.

9. Curah Hujan

Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air

dengan diameter 0.5 mm atau lebih yang jatuh sampai ke tanah. Curah hujan

merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak

menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter

artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air

setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Di dalam

penelitian ini curah hujan yang digunakan adalah tinggi curah hujan tahunan di

masing-masing provinsi.

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

46

2.5. Hipotesis Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis faktor-

faktor yang memengaruhi Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di

Kawasan Barat Indonesia pada tahun 2008-2010, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

1. Luas lahan sawah irigasi berhubungan positif terhadap pembentukan NTPP,

dikarenakan dengan semakin bertambahnya luas lahan pertanian yang

tersedia akan membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk penggunaan

faktor input produksi pertanian (sewa lahan) menjadi relatif lebih rendah (Ib

turun).

2. Luas lahan sawah non-irigasi berhubungan positif terhadap pembentukan

NTPP, dikarenakan dengan semakin bertambahnya luas lahan pertanian yang

tersedia akan membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk penggunaan

faktor input produksi pertanian (sewa lahan) menjadi relatif lebih rendah (Ib

turun).

3. Produktivitas padi berhubungan positif terhadap pembentukan NTPP,

dikarenakan dengan semakin tingginya produktivitas output sektor pertanian

mencerminkan biaya yang dikeluarkan petani untuk memproduksi sejumlah

output pertanian menjadi relatif lebih rendah (Ib turun).

4. Harga gabah (GKP) di tingkat petani berhubungan positif terhadap

pembentukan NTPP, dikarenakan dengan semakin tingginya harga atau nilai

tukar suatu komoditi pertanian mencerminkan indeks harga yang diterima

petani menjadi relatif lebih tinggi (It naik).

5. Harga pupuk urea berhubungan negatif terhadap pembentukan NTPP,

dikarenakan dengan semakin tingginya harga pupuk akan membuat biaya

Page 36: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori ... · Dalam upaya mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan pembangunan ... floor price) dan harga ... dengan cara melakukan

47

yang dikeluarkan petani untuk penggunaan faktor input produksi pertanian

(pupuk) menjadi relatif lebih tinggi (Ib naik).

6. Rata-rata jam kerja pekerja sektor pertanian seminggu yang lalu berhubungan

negatif terhadap pembentukan NTPP, dikarenakan dengan bertambahya jam

kerja akan membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk penggunaan faktor

input produksi pertanian (upah buruh tani) menjadi relatif lebih tinggi (Ib

naik)

7. Posisi kredit bank umum sektor pertanian berhubungan positif terhadap

pembentukan NTPP, dikarenakan dengan bertambahnya modal akan

membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan faktor input

produksi pertanian menjadi relatif lebih rendah (Ib turun).

8. Panjang jalan berhubungan positif terhadap pembentukan NTPP, dikarenakan

dengan bertambahnya panjang jalan akan membuat harga jual komoditi

pertanian menjadi relatif lebih tinggi (It naik) dan biaya yang dikeluarkan

petani untuk mendapatkan faktor input produksi pertanian (transportasi)

menjadi relatif lebih rendah (Ib turun).

9. Luas layanan daerah irigasi berhubungan positif terhadap pembentukan

NTPP, dikarenakan dengan bertambahnya luas layanan daerah irigasi akan

membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan faktor input

produksi pertanian (air) menjadi relatif lebih rendah (Ib turun).

10. Tinggi curah hujan tahunan berhubungan positif terhadap pembentukan

NTPP, dikarenakan dengan semakin tinggi curah hujan tahunan akan

membuat biaya yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan faktor input

produksi pertanian (air) menjadi relatif lebih rendah (Ib turun).