ii. tinjauan pustaka 2.1 stroberi - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39834/3/bab ii.pdf · olahan...
TRANSCRIPT
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroberi
Stroberi merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Beberapa petani di Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi
telah melakukan budidaya stroberi secara komersil. Prospek usaha tani stroberi
sangat menjanjikan. Saat ini pasokan stroberi dari para petani yang ada belum
mampu memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan kemampuan petani
padahal stroberi memiliki nilai jual yang tinggi (Budiman & Saraswati 2008).
Berikut adalah klasifikasi dari buah stroberi menurut Budiman & Saraswati
(2008) :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
SubFamily : Rosoideae
Genus : Fragaria
Species : Fragaria ananassa L.
Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini
sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga
(trifoliate) dengan tepi daunnya bergerigi. Daun-daun terbentuk di setiap buku.
Pada ketiak daun terdapat pucuk aksilar.Tanaman tampak seperti rumpun tanpa
batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat tersebut disebut crown. Dalam
masa pertumbuhan vegetatif, meristem apikal membentuk daun-daun baru setiap
8 - 12 hari pada suhu rata-rata 220C. Daunnya dapat bertahan selama 1-3 bulan,
kemudian kering (Gunawan, 1996).
5
Stroberi dapat di konsumsi dalam keadaan segar atau menjadi produk
olahan seperti, selai, manisan, sirup, dodol, yogurt, es krim dan sebagai pelengkap
makanan. Dalam dunia medis, stroberi diketahui mampu meningkatkan kesehatan
jantung karena memiliki nilai lemak yang rendah, mengandung vitamin C, asam
folat, kalium dan antioksidan yang tinggi. Biji dan daun stroberi mengandung
asam elegat yang bermanfaat untuk mengurangi resiko terserang kanker (Kurnia,
2005).
Buah stroberi berwarna merah dimana pigmen warna merah tersebut berasal
dari anthosianin (Ashari, 2006). Buah stroberi yang biasa dikenal adalah buah
semu yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang
berasal dari ovul telah terserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji
keras.Struktur buah keras ini disebut achene (Gunawan, 1996). Buah ini
berukuran kecil dan menempel pada receptacle yang membesar.Bentuk buah
stroberi sangat bervariasi. Bentuk-bentuk ini ditentukan oleh sifat genetik.
Terdapat delapan bentuk buah yang umum pada stroberi, yaitu oblate, globose,
globose conic, conic, long conic, necked, long wedge dan short wedge (USDA
dalam Budiman dan Saraswati , 2008) (Gambar 1).
6
Gambar 1. Bentuk stroberi menurut United State Departement of Agriculture
(USSDA)1
Sumber: USDA (United State Departement of Agriculture), 2012
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Setiap 100 g Stroberi Ukuran Porsi: 100 gram (g)
per porsi
Kilojoule 134 kj
Kalori 32 kkal
Lemak 0,3 g
Lemak Jenuh 0,015 g
Lemak tak Jenuh Ganda 0,155 g
Lemak tak Jenuh Tunggal 0,043 g
Kolesterol 0 mg
Protein 0,67 g
Karbohidrat 7,68 g
Serat 2 g
Gula 4,66 g
Sodium 1 mg
Kalium 153 mg
Sumber: USDA (United State Departement of Agriculture), 2012
2.2 Syarat Tumbuh
Stroberi merupakan tanaman subtropis yang dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi tertentu. Sunarjono (2006) menjelaskan syarat tumbuh tanaman stroberi
sebagai berikut :
7
1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
600-700 m/tahun.
2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
adalah 8-10 jam setiap harinya.
3. Stroberi adalah tanaman subtropik yang dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi tropis yang memiliki temperature 17-20oC.
4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-
90%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-
1.500 meter dpl.
Stroberi tumbuh dengan baik pada tanah dengan drainase yang baik.
Biasanya di pilih tanah lempung berpasir dengan pH 5,8-6,5. Pemilihan lokasi
untuk penanaman stroberi sedapat mungkin dihindari dari tanah yang pernah di
tanami kentang, terung, tomat dan cabai dalam tiga tahun terakhir.Tanah yang
pernah yang ditanami tanaman tersebut kemungkinan besar telah tercemar oleh
cendawan verticilium yang menyebabkan kelayuan pada tanaman.Tanah juga
perlu di garpu agar lapisan tanah tidak memadat. Pemadatan tanah dapat
menghalangi proses penyerapan air dan menyebabkan air tergenang pada daerah
akar. Tanah yang terlalu basah ini dapat mempertinggi kemungkinan penyakit
pada akar (Gunawan, 1996).
Buah stroberi mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, disertai dengan
permintaan yang terus meningkat, sehingga budidaya tanaman stroberi
mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Namun
demikian, keadaan iklim yang ada di Indonesia kurang mendukung untuk
budidaya tanaman stroberi.Tanaman stroberi merupakan tanaman subtropis yang
8
telah lama diintroduksi dan dapat beradaptasi di dataran tinggi tropis. Menurut
Choopong dan Veirheij (1997) budidaya tanaman stroberi di daerah tropis dapat
berhasil jika dilakukan di daerah dataran tinggi yang mempunyai elevasi diatas
1000 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu 17-20oC. Oleh karena itu, di
Indonesia budidaya tanaman stroberi banyak diusahakan di dataran tinggi seperti
Lembang, Ciwidey, Cianjur, Sukabumi dan Brastagi. Faktor yang sangat penting
dalam budidaya stroberi adalah suhu, panjang hari dan suplai air.
Tanaman stroberi dapat tumbuh baik pada suhu 1720oC, dengan lama
penyinaran 8-10 jam dengan suplai air dan hara yang cukup (Gunawan, 1996;
Edmond et al., 1957).
2.3 Kondisi Fiosiologis Buah Stroberi Pasca Panen
Menurut Villegas (1997), buah yang dipanen saat mencapai keadaan
optimum akan memiliki sifat-sifat yang diterima, misalnya warna, aroma, tekstur
dan sifat-sifat lainnya tergantung jenis kultivar. Indeks kematangan yang
digunakan untuk buah-buahan klimakterik adalah perubahan warna kulit
(sawo dan pepaya). Hal ini bergantung pada permintaanpasar dan tujuan
pemasaran.Buah untuk ekspor dipanen lebih awal.
Stroberi merupakan buah yang mudah rusak (perishable). Stroberi harus
segera dipanen ketika matang penuh untuk memperoleh kualitas yang baik yang
meliputi: penampilan visual (kesegaran, warna dan kerusakan karena busuk atau
kerusakan fisik), tekstur (kekerasan dan kandungan air), flavour dan nilai gizi
(vitamin, mineral, serat) (Hernandez, et al., 2008). Stroberi memiliki periode
panen yang pendek sehingga harus segera ditangani agar kualitasnya terjaga.
9
Proses penanganan pasca panen pada stroberi meliputi penyortiran, grading,
pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan.
2.4 Jeruk Keprok
Jeruk (Citrussp) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Asia
Tenggara. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di
Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman budidaya. Di
Indonesia, bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun jeruk
merupakan komoditas buah-buahan yang terpenting ketiga setelah pisang dan
mangga (Ashari, 1995). Jeruk keprok (Citrus nobilis) merupakan salah satu
spesies dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan di
Indonesia (Zahara, 2002). Menurut Steenis (2003), klasifikasi jeruk adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Familia : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis L.
Kualitas buah jeruk ditentukan oleh sifat fisik seperti ukuran buah, berat,
diameter dan volume serta kandungan komponen kimia buah seperti vitamin C
dan kadar gula. Perbedaan kandungan komponen kimia tersebut juga dipengaruhi
oleh tingkat kematangan buah dan lingkungan tumbuhnya (Qomariah et al.,
2013). Selain kualitas buah secara fisik dan kimia sangat perlu juga diperhatikan
masa simpan buah. Kualitas buah yang baik diawali pada saat pemanenan yaitu
dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat. Buah jeruk yang dipanen saat
10
belum masak akan menghasilkan kualitas yang rendah terutama berkaitan dengan
rasa. Sebaliknya, pemanenan lewat waktu akan menyebabkan buah kehilangan
aroma dan kualitas terbaiknya, turunnya hasil pada periode berikutnya,
meningkatkan kepekaan terhadap pembusukan, dan umur simpannya relatif
singkat.
Tabel 2. Standar Mutu Jeruk Keprok Kriteria
Mutu
Syarat mutu
Mutu I Mutu II
Kesamaan sifat varietas Serangan Serangan
Tingkat ketuaan Tua tapi tidak terlalu
matang
Tua tapi tidak terlalu
matang
Kekerasan Keras Cukup keras
Ukuran Seragam Kurang seragam
Kerusakan maksimum (%) 5 10
Kotoran maksimum (%) Bebas Bebas
Busuk maksimum (%) 1 2
Sumber: DSN (1992)
2.5 Metode Penentuan Tingkat Kematangan Buah Stroberi (Fragaria
ananassa)
Tingkat kematangan buah merupakan faktor penting yang mempengaruhi
ketahanan buah dari kerusakan mekanik. Beberapa jenis buah mengalami
perubahan yang nyata pada teksturnya selama proses pematangannya, tekstur
buah menjadi semakin lunak yang menyebabkan semakin besar potensi terjadinya
kerusakan mekanis. Karena itu, beberapa jenis buah dipanen sebelum buah-
buahan tersebut mencapai tingkat kematangan yang sempurna (Kays, 1991).
Ciri–ciri buah yang siap panen adalah kulit buah didominasi warna merah,
hijaukemerahan, hingga kuning kemerahan. Stroberi merupakan buah non
klimaterik
dan dipanen ketika sudah tua (berwarna merah) (Oliaset al., 2001). Budiman dan
Saraswati (2008) menyatakan bahwa buah stroberi yang dipanen ketika masih
11
berwarna hijau keputih-putihan rasanya akan asam meskipun warnanya berubah
menjadi merah.
Menurut Schwab dan Raab (2004) kurva pertumbuhan stroberi berbentuk
kurva sigmoid. Pertumbuhan tanaman stroberi sangat cepat dan mencapai
maksimal kira-kira 30 hari setelah anthesis, bergantung kondisi lingkungan.Waktu
yang diperlukan untuk matang penuh bergantung suhu dan sangat bervariasi
antara 20-60 hari setelah berbunga.
Gambar 2. Tingkat Kematangan Stoberi
Keterangan: 1: Buah berwarna putih,
2: 25 % bagian buah berwarna merah,
3: 50 % bagian buah berwarna merah,
4: 75 % bagian buah berwarna merah,
5: 100 % bagian buah berwarna merah (Schwab dan Raab, 2004).
2.6 Metode Penentuan Fase Kematangan Buah Jeruk
Buah jeruk yang dipanen saat belum matang akan menghasilkan mutu yang
rendah sebaliknya, pemanenan lewat waktu akan menyebabkan buah kehilangan
12
aroma dan mutu terbaiknya dan dapat menyebabkan penurunan hasil pada periode
berikutnya, meningkatkan kepekaan terhadap pembusukan serta umur simpan
relatif singkat. Pemanenan tepat waktu merupakan upaya terbaik untuk
mendapatkan buah yang berkualitas. Pemanenan tepat waktu pada saat buah telah
berada pada kondisi matang optimum yaitu buah telah mencapai perkembangan
fisiologis terbaik sehingga pada saat penanganan pasca panen kualitas produk
masih dapat diterima oleh konsumen.
Gambar 3. Buah Jeruk Pada Tiga Tingkat Kematangan
Keterangan: a: Jeruk 100% kuning;
b: Jeruk 25% kuning;
c: Jeruk 50% kuning
Kematangan jeruk yang dipanen dibagi kedalam tiga tingkat kematangan
yaitu Matang Hijau (MH) atau buah yang dipanen pada saat umur panen 28
minggu Setelah Bunga Mekar (SBM), Matang Optimum (MO) atau buah yang
dipanen pada saat umur panen 31-32 (SBM) dan Lewat Matang (LM) atau buah
yang dipanen pada saat umur panen lebih dari 34 minggu (SBM) (Desy Nofriati,
2015).
Berdasarkan penelitian Ni Putu Aryanti (2017), tingkat kematangan jeruk
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu: warna kulit hijau 100%, warna kulit hijau
kekuningan (hijau >75% dan warna kekuningan <25%), warna kulit kuning
kehijauan(kuning >75% dan warna hijau <25%) dan warna kulit kuning 100%.
a b c
13
2.7 Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L.) adalah tanaman tropis atau subtropis ditandai
dengan daun berbentuk tombak dengan tepi bergerigi dan poin tajam. Lidah buaya
mengandung dua sumber cairan utama, lateks kuning (eksudat) dan gel bening
(lendir). Lateks kuning terutama terdiri dari aloin, aloe-emodin dan fenol. Jeli
mucilaginous dari sel-sel parenkim tanaman adalah gel lidah buaya. Lidah buaya
dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Gel dapat bekerja
lebih baik melalui kombinasi mekanisme. Sebagian besar terdiri dari polisakarida,
gel muncul untuk bertindak sebagai penghalang alami terhadap uap air dan
oksigen yang dapat mempercepat kerusakan makanan. Hal ini juga dapat
meningkatkan keamanan pangan (Athmaselvi et al., 2013).
Gel lidah buaya sudah banyak diterapkan sebagai edible coating untuk
sebagian besar buah dan sayuran. Edible coating memiliki berbagai efek
menguntungkan pada buah-buahan seperti memberikan penampilan yang
mengkilap dan warna yang lebih baik, memperlambat weight loss, atau
memperpanjang umur simpan dengan mencegah pembusukan akibat mikroba.
Kinerja gel lidah buaya sebagai edible coating tergantung pada komposisi dari
lidah buaya yang digunakan (Ergun dan Satici, 2012).
Penggunaan lidah buaya sebagai edible coating salah satunya karena
karakteristik lidah buaya yang ramah lingkungan. Daun lidah buaya kaya akan
senyawa bioaktif, beberapa di antaranya antioksidan yang secara luas digunakan
dalam rekayasa makanan sebagai pengawet seperti mannans, anthrachinon,
glikosida, antron, antrakuinon dan lektin (Ergun dan Satici, 2012). Selain itu,
lidah buaya tampaknya berisi berbagai senyawa antibiotik dan antijamur yang
14
berpotensi dapat menghambat perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit
pada manusia dan penyebab pembusukan pada makanan (Athmaselvi et al., 2013).
Gel lidah buaya telah digunakan sebagai edible coating untuk beberapa produk
mentah, diantaranya anggur, mangga, apel, dan ceri manis.
2.8 Khamir
Khamir merupakan mikroorganisme yang potensial digunakan sebagai
agens pengendali hayati karena mudah diperbanyak dan memiliki beberapa
karakter yang dapat dimanipulasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaanya
(Robiglio et al., 2011). Khamir memiliki banyak sifat yang bermanfaat untuk
pengendalian, antara lain tidak menghasilkan spora alergik atau mikotoksin, tidak
menghasilkan antibiotik yang mungkin dihasilkan oleh bakteri antagonis (Droby
& Chalutz, 1994). Khamir umumnya memerlukan nutrisi yang sederhana dan
mampu mengkolonisasi permukaan inang dalam kondisi kering pada waktu yang
cukup lama seperti pestisida yang umum digunakan untuk perlakuan
pascapanen.Selain itu, khamir dapat tumbuh cepat dan mudah menghasilkan sel
dalam jumlah besar (Druvefors, 2004). Hasil studi juga menyatakan bahwa
khamir juga tidak berbahaya bagi konsumen, sel khamir juga mengandung
vitamin, mineral, dan asam amino penting yang telah dimanfaatkan dalam
makanan dan pakan (Hashem & Alamri, 2009). Khamir umumnya tidak
menghasilkan spora alergik atau mikotoksin (Droby & Chalutz 1994). Selain itu,
beberapa spesies khamir dapat menunda pemasakan buah dengan menghambat
produksi etilen (Droby et al.. 1997). Mekanisme kerja mikroorganisme antagonis
berkaitan dengan sekresi antibiotik, kompetisi ruang dan nutrisi, produksi enzim
penghancur dinding sel (Qin et al.. 2004).
15
Lima strain khamir yaitu Pichia anomala Moh 93, P. anomala Moh 104, P.
guilliermondii Moh 10, Lipomyces tetrasporus Y-115 dan Metschnikowia lunata
Y-1209 juga telah diketahui dapat mengendalikan busuk diplodia pada jambu yang
disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae (Hashem & Alamri, 2009). Khamir
Aureobasidium pullulans dan Rhodotorula mucilaginosa yang diisolasi dari pir
dapat menekan kejadian penyakit hingga 33% dan mengurangi pembusukan
setelah 60 hari inkubasi akibat infeksi Penicillium expansum (Robiglio et al.,
2011).
2.9 Teknologi Pelapisan Edible Coating
Coating merupakan lapisan tipis yang dibuat untuk melapisi bahan
makanan. Bahan ini digunakan di atas atau di atara produk dengan cara
membungkus, merendam, menyikat atau menyemprot untuk memberikan tahanan
yang selektif teradap transmisi gas dan uap air, serta memberikan perlindungan
terhadap kerusakan mekanis (Baldwin dkk, 2012).
Edible coating adalah suatu metode pemberian lapisan tipis pada permukaan
buah untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan menghindari kontak dengan
oksigen, sehingga proses pemasakan dan pencoklatan buah dapat diperlambat.
Lapisan yang ditambahkan di permukaan buah buah ini tidak berbahaya bila ikut
dikonsumsi bersama buah (Gennadious dan Weller, 1990 dalam Al-Juhaimi dkk,
2012).
Pelapisan buah (edible coating) akan membentuk suatu perlindungan
terhadap bahan pangan karena berperan sebagai barrier yang menjaga kelebaban,
bersifat selektif permeable terhadap gas (O2 dan CO2), dan dapat mengontrol
migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan
16
komponen nutrisi. Pelapisan digunakan pada buah-buahan dan sayuran untuk
mengurangi terjadinya kehilangan kelembaban, memperbaiki penampilan, sebagai
barrier untuk pertukaran gas dari produk ke lingkungan atau sebaliknya (Krotcha
dkk, 1994).
Metode untuk aplikasi coating pada buah dan sayur terdiri dari beberapa
cara, diantaranya pencelupan (dipping), penyemprotan (spraying), pembungkusan
(casting), dan pengolesan (brushing). Metode pencelupan merupakan yang paling
banyak digunakan untuk produk sayur, buah, daging, dan ikan. Metode
pencelupan dilakukan dengan cara mencelupkan produk kedalam larutan yang
digunakan sebagai coating (Trisnawati et al., 2013).
2.10 Penyakit yang Menyerang Buah Stroberi
Penyakit busuk pada buah stroberi yang disebabkan oleh jamur dan bakteri
belum banyak diteliti (Hanif dan Ashari, 2008). Beberapa jenis jamur patogen
yang ditemukan antara lain bercak kelabu (Botrytis cinerea), busuk antraknosa
(Colletotrichum acutatum) dan busuk kulit buah (Phytophthora cactorum)
(Hartman dan Kaiser, 2008). Penelitian yang dilakukan Kuchareck dan Bartz
(1994), bakteri yang menyebabkan penyakit busuk lunak pada buah stroberi
termasuk famili Enterobacteriaceae adalah Erwinia carotovora dan Pseudomonas
marginalis di Florida.
2.11 Penyakit yang Menyerang Buah Jeruk
Penyakit-penyakit yang sering menyerang buah jeruk antara lain busuk buah
phoma oleh Phoma sp, busuk buah nematospora oleh Nematospora coryli Peg.,
busuk buah oospora oleh Oospora sp, busuk buah antraknosa oleh Colletotrichum
17
sp, penyakit lapuk hijau dan penyakit lapuk biru oleh Penicillium digiatum dan
Penicillium italicum, busuk aspergillus oleh Aspergillus sp, penyakit busuk kering
Phytophthora sp, penyakit diplodia oleh Botryodiplodia theobromae, dan penyakit
busuk fusarium oleh Fusarium sp. Penyakit busuk buah phoma disebabkan oleh
jamur Phoma citricarpa McAlp yang disebut juga sebagai Phyllosticta citricarpa
(McAlp.), dan Guignardia citricarpa Kiely. Menurut Semangun (2004), buah
yang terserang terdapat bercak-bercak merah kecoklatan di dekat ujung tangkai
atau pada sisi buah. Bercak mempunyai titik-titik hitam dan hanya terbatas pada
kulit.