identifikasi ragam hias aceh pada iluminasi mushaf …

9
14 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Aceh merupakan satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang memiliki kebudayaan dengan corak keislaman. Hal ini dapat dilihat di berbagai sendi kehidupan masyarakat lokalnya hingga saat ini. Di samping itu, corak keislaman dalam kebudayaan lokal masyarakat Aceh juga mucul dan termanifestasi dalam bentuk karya-karya visual yang begitu beragam. Salah satu di antaranya berupa naskah kuno karya ulama Aceh yang bertujuan sebagai sumber ajaran-ajaran untuk sebagai landasan dan juga sebagai upaya untuk memperkuat penyebarannya (selanjutnya ditulis: NKKUA). Ulama-ulama atau cendikiawan muslim Aceh dahulunya mentransfer ilmu pengetahuan menggunakan media naskah atau juga dikenal dengan istilah manuskrip. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembendaharaan ilmu pengetahuan, ide-ide, dan nilai- nilai yang bernapaskan Islam pada saat itu (Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1, 2018: 3). IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF AL-QURAN KUNO KOLEKSI PEDIR MUSEUM Niko Andeska 1) , Indra Setiawan 2) , Rika Wirandi 3) . 1 Jurusan Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 1) email: [email protected] 2 Jurusan Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 2) email: [email protected] 2 Jurusan Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 3) email: [email protected] ABSTRACT Illumination or manuscript (the art of the book), can be interpreted as a decorative visual work that is con- tained in the manuscript that serves as a decoration. Basically used to beautify certain parts, especially on the front page of the script (frontispiece). In ancient manuscripts by Acehnese scholars, various forms of illumina- tion were adopted which adopted the local Acehnese decorative style. The beauty of the illumination in the treasures of ancient manuscripts by Acehnese ulama, especially those contained in the Al-Quran Manuscripts compiled into a collection of non-governmental institutions (private) in the city of Banda Aceh at this time has not been fully touched by studies that lead to visual aspects. Both in terms of comprehensive data collection to in-depth analysis in the perspective of fine arts. This study aims to examine the visual aspects that focus on the variety of Aceh’s decoration on illuminations in several Al-Quran Manuscripts from the Pedir Museum collection. This research uses quantitative research methods, using data collection techniques through obser- vation, interviews, documentation, and data collection. The data that has been collected is then carried out the process of identifying, categorizing, and analyzing the data by using the digitizing method of ornamental diversity in several Al-Quran Manuscripts from the Banda Aceh Pedir Museum collection. Keywords: Variety of Ornamental Aceh, Al-Qurqan Manuscripts, Pedir Museum. Manuskrip secara umum dapat diartikan sebagai naskah yang ditulis secara manual atau tulis tangan pada media kertas. NKKUA biasanya dibuat untuk berbagai kebutuhan tertentu yang berorientasi pada aktivitas penyebaran ajaran Islam. Selain itu, naskah tersebut hadir sebagai bentuk kerja dokumentasi tertulis yang berperan untuk penyebaran ilmu pengetahuan yang terpusat di lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam di Aceh: meunasah, dayah, dan sebagainya. Tidak heran jika terdapat banyak manuskrip keislaman, termasuk di antaranya adalah Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh para ulama atau cendikia Islam pada masa itu (Akbar et.al. 2017: 13) NKKUA yang lahir dari budaya literasi Islam di Aceh, terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya kitab-kitab ilmu pengetahuan tentang keislaman dan mushaf Al-Quran. Khusus untuk muhaf Al-Quran, ditulis tangan serta memiliki iluminasi pada bagian- bagian tertentu. Iluminasi atau seni naskah (theartofthebook), dapat diartikan sebagai garapan visual pada naskah yang berfungsi untuk penghias pada

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

14

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Aceh merupakan satu dari sekian banyakdaerah di Indonesia yang memiliki kebudayaan dengancorak keislaman. Hal ini dapat dilihat di berbagai sendikehidupan masyarakat lokalnya hingga saat ini. Disamping itu, corak keislaman dalam kebudayaan lokalmasyarakat Aceh juga mucul dan termanifestasi dalambentuk karya-karya visual yang begitu beragam. Salahsatu di antaranya berupa naskah kuno karya ulamaAceh yang bertujuan sebagai sumber ajaran-ajaranuntuk sebagai landasan dan juga sebagai upaya untukmemperkuat penyebarannya (selanjutnya ditulis:NKKUA). Ulama-ulama atau cendikiawan muslim Acehdahulunya mentransfer i lmu pengetahuanmenggunakan media naskah atau juga dikenal denganistilah manuskrip. Hal ini dilakukan sebagai bentukpembendaharaan ilmu pengetahuan, ide-ide, dan nilai-nilai yang bernapaskan Islam pada saat itu (Wawasan:Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1, 2018:3).

IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF AL-QURAN KUNOKOLEKSI PEDIR MUSEUM

Niko Andeska1), Indra Setiawan2), Rika Wirandi3).1Jurusan Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 1)

email: [email protected] Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 2)

email: [email protected] Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (penulis 3)

email: [email protected]

ABSTRACT

Illumination or manuscript (the art of the book), can be interpreted as a decorative visual work that is con-tained in the manuscript that serves as a decoration. Basically used to beautify certain parts, especially on thefront page of the script (frontispiece). In ancient manuscripts by Acehnese scholars, various forms of illumina-tion were adopted which adopted the local Acehnese decorative style. The beauty of the illumination in thetreasures of ancient manuscripts by Acehnese ulama, especially those contained in the Al-Quran Manuscriptscompiled into a collection of non-governmental institutions (private) in the city of Banda Aceh at this time hasnot been fully touched by studies that lead to visual aspects. Both in terms of comprehensive data collectionto in-depth analysis in the perspective of fine arts. This study aims to examine the visual aspects that focus onthe variety of Aceh’s decoration on illuminations in several Al-Quran Manuscripts from the Pedir Museumcollection. This research uses quantitative research methods, using data collection techniques through obser-vation, interviews, documentation, and data collection. The data that has been collected is then carried out theprocess of identifying, categorizing, and analyzing the data by using the digitizing method of ornamentaldiversity in several Al-Quran Manuscripts from the Banda Aceh Pedir Museum collection.

Keywords: Variety of Ornamental Aceh, Al-Qurqan Manuscripts, Pedir Museum.

Manuskrip secara umum dapat diartikansebagai naskah yang ditulis secara manual atau tulistangan pada media kertas. NKKUA biasanya dibuatuntuk berbagai kebutuhan tertentu yang berorientasipada aktivitas penyebaran ajaran Islam. Selain itu,naskah tersebut hadir sebagai bentuk kerjadokumentasi tertulis yang berperan untuk penyebaranilmu pengetahuan yang terpusat di lembaga-lembagapendidikan tradisional Islam di Aceh: meunasah,dayah, dan sebagainya. Tidak heran jika terdapatbanyak manuskrip keislaman, termasuk di antaranyaadalah Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh para ulamaatau cendikia Islam pada masa itu (Akbar et.al. 2017:13)

NKKUA yang lahir dari budaya literasi Islamdi Aceh, terbagi dalam beberapa jenis, di antaranyakitab-kitab ilmu pengetahuan tentang keislaman danmushaf Al-Quran. Khusus untuk muhaf Al-Quran,ditulis tangan serta memiliki iluminasi pada bagian-bagian tertentu. I luminasi atau seni naskah(theartofthebook), dapat diartikan sebagai garapanvisual pada naskah yang berfungsi untuk penghias pada

Page 2: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

15

Identifikasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-Quran Kuno... - Niko Andeska, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

lembar-lembar tertentu. Penyertaan iluminasi dalambeberapa jenis NKKUA juga berfungsi sebagai bentukcerminan identitas kelokalan masyarakat pemiliknya.Indikasinyanya dapat dilihat melalui karakter garapancorak ornamentasinya pada seni naskah yangcenderung mengarah pada pengadopsian ragam-ragamhias tradisional Aceh pada umumnya.

Guntur menjelaskan, seni rupa Islam justruberkarakter karena larangan penggambaran makhlukhidup. Karya seni non-representatif dan dekoratifmerupakan dimensi unik dari produk kesenian Islam(Guntur, 2004: 92). Oleh karena itu, dalam tradisimenghias bagian dan lembar tertentu pada NKKUA,cenderung menghadirkan corak-corak ragam hiasberbentuk floral.

Upaya penyelamatan NKKUA oleh beberapalembaga non pemerintah (swasta) saat ini di KotaBanda Aceh, termasuk di dalamnya Pedir Museum –belum sepenuhnya dibarengi dengan upaya pendataandan penginventarisasian ragam hias dalam iluminasinaskah kunonya. Hal ini berbanding terbalik denganupaya yang mengarah pada pendataan maupun kajianyang mendalam terhadap aspek filologi yangcenderung berkembang pesat beberapa dekadeterakhir, baik yang dilakukan oleh pengurus lembagayang bersangkutan maupun akademisi dan peneliti.Di pihak lain, seni naskah (theartofthebook) sejauhini tampaknya masih kurang mendapat perhatian daripeminat kajian naskah Nusantara (Akbar, 2017: 1).

Berangkat permasalahan kondisi artefak-artefak NKKUA hari ini yang cukup memprihatinkan,serta masih rendahnya kepedulian dalam halpelestarian, pendokumentasian, dan pendataan yangmengkhususkan pada aspek ragam hias dalamiluminasi. Ditambah dengan masih sangat minimnyakajian yang mengarah pada aspek rupa yang terdapatpada mushaf Al-Qur’an koleksi Pedir Museum di BandaAceh yang belum sepenuhnya terdata secara intensif(Wawancara: Masykur 12.7.2019). Maka penelitian inibegitu penting untuk dilakukan sebagai sebuah upayakajian yang mengarah pada kerja pendokumentasiandata visual dan inventarisasi ragam hias Aceh dalamiluminasi mushaf Al-Qur’an karya ulama Aceh koleksimuseum tersebut.

II. KAJIAN LITERATUR

Aceh merupakan salah satu tempat lahirnyanaskah-naskah keagamaan, yang ditulis oleh paraulama-ulama ternama di masanya. Penyebaran ajaranIslam sudah dimulai pada abad ke-7 dan mengalamiperkembangan yang pesat pada masa Kesultanan

Samudera Pasai pada abad ke-13 masehi (Akbar, dkk.2017: 13). Masa-masa hadir dan berkembangnyaajaran Islam di Aceh membawa dampak yangsignifikan terhadap kehadiran naskah keislaman karyaulama pada massa itu, terutama untuk jenis mushafAl-Quran.

Berbicara tentang naskah-naskah kuno karyaulama Aceh, terdapat dua konten karakteristik didalamnya, yang pertama yaitu konten yang berisitentang ajaran dan ilmu pengetahuan Islam. Keduaterdapat konten iluminasi yang digarap denganmenggunakan ragam hias sebagai suatu sarana untukmenghias dan mendekorasi yang banyak dijumpaipada mushaf Al-Quran. Berdasarkan dariperbandingan dengan sumber kajian yang telahdilakukan oleh peneliti sebelumnya, upaya untukpenspesifikakan kajian ke ranah iluminasi mushaf Al-Quran sangat jarang ditemui.

Peninggalan khazanah Islam dalam bentukmushaf Al-Quran dan kitab-kitab ilmu pengetahuankarya ulama Aceh lainya, masih terpelihara denganbaik sampai sekarang ini. Hal ini dapat terwujud berkatkesadaran akan upaya penyelamatan artefak sejarahdari pihak-pihak lembaga instansi pemerintah maupunswasta. Dalam kurun satu dekade terakhir, instansi-instansi tersebut mulai bergerak sebagai sebuahbentuk kesadaran untuk menyelamatkan, danmengumpulkan naskah-naskah kuno. Pedir Museummerupakan satu dari sedikitnya lembaga swasta diBanda Aceh yang memfokuskan pada kerja pengum-pulan dan penyelamatan naskah-naskah kuno Aceh.

Berdasarkan informasi yang didapatkan,kajian-kanjian naskah kuno koleksi Pedir Museumbanyak dijadikan sebagai objek penelitian filologi danteks naskah. Sedangkan kajian dalam iluminasimanuskrip ini sangat minim dilakukan.

Masih kecilnya kerja penelitian yang menyasarpada kajian iluminasi mushaf Al-Quran, makapenelitian yang berjudul, “Ragam Hias Aceh PadaIluminasi Mushaf Al-Quran Kuno Aceh Koleksi PedirMuseum di Banda Aceh”, perlu dilakuan sebagai upayamenelusuri tentang permasalahan iluminasi yangmeng-identikkan ragam hias Aceh sebagai bentukcorak budaya tempat dimana naskah tersebut iniberedar. Untuk itu perlu rasanya melakukanpendekatan konseptual dalam upaya untuk melakukanpenganalisaan, maka untuk itu perlu melakukanpendekatan konseptual penganalisasian.

Webster dalam katalog Kalam Kalam Ilahimengatakan Iluminasi (illumination) berasal dari akarkata “Iluminate” yang berarti, to light up, to make brike:to decorate: to enlighten spiritually or intellectually

Page 3: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

16

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

(Websterb, 1992: 390). yang berarti bahwan hiasanyang berfungsi sebagai “penerang” bagi teks yangditampilkan dalam Mushaf Alquran (2017: 34). MenurutPemaparan di atas dapat dipahami jika dihubungkandengan konteks iluminasi mushaf Al-Quran kuno Acehbahwa iluminasi sebagai penerang yang tergarap,mengunakan pencapaian v isual yang akanmenampilkan karater ke acehannya, hal ini terlihat didalam metode penggarapan visualnya sebagai kekhasan aceh pada iluminasi, menggunakan polakecenderungan penciptaan visual seperti Kulah Kama(Mahkota), Lungke Keubeu (Tanduk kerbau), TamehPuntong (Tiang), serta Taloe Puta (Tali Putar).

Berangkat dari pemaparan di atas, makaditargetkan peta jalan penelitian ini dapat dilihat denganbagan sebagai berikut:

Bagan 1. roadmap penelitian (Andeska, 2019)

Penelitian ini menggunakan sumber-sumberrelevan dalam bentuk buku yang bisa dijadikan sebagairujukan dan perbandingan untuk memperkuat konsepdan gagasan dalam penelitian. Buku-buku yang akandijadikan sumber referensi yang relevan, di antaranya,buku yang berjudul: “Kalam-Kalam Ilahi Yang TergugatDiatas Batu Hingga Kertas Moderen”; “Mushaf KunoNusantara Pulau Sumatera”; “Kemilau Warisan BudayaAceh”.

Buku “Kalam –Kalam Ilahi- Yang Tergugat diAtas Batu hingga Kertas Modern” tulisan Dr. MuclichM. Hanafi Ma, adalah buku yang di dalamnya terdapatpembahasan tentang sejarah-sejarah penulisan awalsampai tradisi penyalinan mushaf Al-Quran secaratradisional. Buku yang disebutkan di atas jugamembahas sedikit tentang permasalahan iluminasidengan gaya Aceh. Namun, di dalam buku ini tidakterdapat pembahasan yang dalam tentangpermasalahan penggarapan i luminasi yangmenggunakan penempatkan ragam hias Aceh.Sehingga dalam pengindentifikasian belum terdata

dengan baik terkait apa saja yang tergarap padailuminasi mushaf Al-Quran kuno. Mengingat bahwailuminasi merupakan salah satu bentuk karya seni rupatradisi yang memvisualkan corak ragam hias Aceh.

Buku selanjutnya “Mushaf Kuno NusantaraPulau Sumatera” terbitan Lajna Pentashihan MushafAl-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian AgamaRI tahun 2017. Buku ini menjelaskan tentangbanyaknya temuan salinan mushaf Al-Quran yangtersebar di Nusantara, khususnya pulau Sumatera.Temuan naskah kuno di dalam buku ini dikategorikanberdasarkan daerah peredaran dan corak visual darimasing-masing daerah. Pada buku ini juga telahmenyinggung tentang iluminasi yang terdapat dalammushaf Al-Quran. Dalam buku tersebut dikatakanbahwa, iluminasi pada mushaf Al-Quran lebih banyakmengembangkan ragam hias flora. Akan tetapipembahasan tersebut masih belum terperinci,terutama mengenai kecenderungan penempatanragam hias Aceh pada iluminsasi mushaf Al-Qurankuno tersebut.

Buku dengan judul “Kemilau Warisan BudayaAceh” Tulisan H. Harun Keuchik Leumiek. Buku inimenjelaskan bahwa manuskrip sebagaipembendaharaan ilmu pengetahuan oleh para ulamaterdahulu yang menggambarkan kemajuan tingkatintelektual dan ilmu pengetahuan yang pernahberkembang di Aceh pada abad-abad kemajuannya.Sedangkan pembahasan tentang iluminasi tidak adadisinggung dalam buku ini. Sehingga dapat dikatakanbahwa sumber ini hanya berfokus kepada fungsi dankegunaannya.

Berdasarkan perbandingan dari beberapa bukuyang relevan dari kajian pustaka di atas dapatdisimpulkan bahwa kajian yang lebih mengulasmasalah iluminasi pada mushaf Al-Quran ini sangatminin sebagai sebuah bentuk pengetahuan.Pembahasan ragam hias Aceh yang terdapat padailuminasi mushaf Al-Quran belum banyak disentuholeh para akademisi dan peneliti. Maka dari itu,penelitian ini dilakukan guna menginventarisasi ragamhias Aceh yang terdapat pada iluminasi mushaf Al-Quran.

III. METODE PENELITIAN

1. Rancangan PenelitianPenelitian yang berjudul, “Ragam Hias Aceh

Pada Iluminasi MushafAl-Quran Kuno Aceh KoleksiPedir Museum di Banda Aceh” ini menggunakanpendekatan metode kualtitatif. Metode kualitatif inidilakukan dengan cara mengumpulkan informasi

Page 4: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

17

Identifikasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-Quran Kuno... - Niko Andeska, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

dengan cara penentuan objek dan topik, observasi,penentuan informan, wawancara, pengambilan datasampai analisis data yang terkait dengan Iluminasipada mushaf Al-Quran kuno Aceh.

2. LokasiLokasi penenelitian ini di daerah Banda Aceh,

tepatnya di Pedir Museum Banda Aceh, yangmerupakan sebuah lembaga swasta yang bergerakdibidang pengkoleksian benda-benda warisan budayatermasuk Manuskrip Aceh. Tempat ini digunakansebagai tempat penelitian dikarenakan selain tempatini terbuka bagi pihak-pihak pengaksesan manuskrip,dan juga tempat ini memiliki sumberdaya informan yangmemadai secara ilmu pengetahunnya. Sehingga didalam penelitian yang akan dilakukan ini dapatdipermudah dalam sarana mengumpulkan data danmengakses data.

3. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data yang akan dilakukan dalam

penelitian ini bersifat kualitatif, di mana pada prosesnyadilakukan dengan proses wawancara kepada informanbaik secara langsung maupun tidak langsung, direkamdan didokumentasikan sebagai pembendaharaan datapada saat proses wawancara. Selanjutnya untukpendokumentasian koleksi manuskrip mushaf Al-Quran kuno koleksi Pedir Museum, dilakukan sebagaiupaya untuk dapat menganalisis corak ragam hiaskhas Aceh yang terdapat di dalam manuskrip mushafAl-Quran.

4. Teknik Analisis DataData yang telah didapatkan dari Pedir Mu-

seum ini pada nantinya akan diolah dan dipilah-pilahsesuai dengan kebutuhan yang lebih spesifik terkaitdengan iluminasi mushaf Al-Quran kuno Aceh.Membedah iluminasi mushaf Al-Quran kuno Acehberdasarkan pendekatan teori yang digunakan sebagaipisau bedah untuk mengungkap kecenderungan ragamhias aceh yang teraplikasikan ke dalam visualiluminasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Iluminasi adalah istilah khusus dalam ilmupernaskahan (kodikologi) untuk menyebut gambardalam naskah. Istilah i tu awalnya digunakansehubungan dengan penyepuhan emas pada beberapahalaman naskah untuk memeperoleh keindahan(Mu’jizah, 2009: 12). Pada perkembangannya,iluminasi yang semulanya mengacu pada gambar

yang membingkai teks sebagai gambar muka (fron-tispiece), tidak lagi sekadara hiasan tetapi menjadimeluas maknanya kaena juga berkaitan dengan teksdikaji (Folsom dalam Mu’jizah, 2009: 12).

Perkembangan penelitian seperti itu berbedajauh dengan penelitian naskah-naskah bergambar diNusantara yang masih sangat jarang. Berbeda denganpendekatan teks yang menjadi kajian filologi yangsudah berkembang jauh. Chambert-Loir pernahmengatakan bahwa segi estetis naskah sangatmenarik mengingat banyaknya naskah yang memuatgambar yang indah yang sangat jarang sekali disebutdalam berkembangan seni rupa Indoensia. Bahan inisangat jarang untuk dikaji (Chambert-Loir dalamMu’jizah, 2009: 12). Selanjutnya, mengenai iluminiasipada kitab-kitab kuno ulama Aceh beserta cirikhasnya, Akbar menyebutkan bahwa:

“Suatu gaya yang khas dan segera dapatdiidentifikasi dengan mudah adalah iluminasiAceh, yaitu dengan melihat iluminasi awal,tengah akhir mushaf. Iluminasi khas Acehterutama dicirikan dengan pola dasar iluminasidan pewarnaannya. Pada sisi kanan dan kiriluar, biasanya terdapat “sayap” kecil. Segiempat berhias sekitar bidang teks sering diisidengan salur ikal warna putih, dan di bagian-bagian tertentu sering terdapat motif jalinan.Warna yang digunakan terutama adalahmerah, kuning, hitam, dan ‘putih’ kertasnyasendiri. Iluminasi khas tersebut tidak hanyaterdapat dalam mushaf, namun juga dalamnaskah-naskah keagamaan selain Al-Quran,dan ada pula dalam naskah hiyakat. Pola danmotif sulur dalam iluminasi Aceh bervariasi,namun secara umum memperlihatkan standarpola tertentu, dan dalam pewarnaan dapatdikatakan selalu beragam, sehingga mudahdikenal (Akbar, 2017: 35-36).”

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukanterhadap iluminasi yang terdapat pada tiga mushafAl-Quran kuno Aceh koleksi Pedir Museum dapatdijabarkan sebagai berikut dengan menggunakan kodeMushaf AC PDR 1, Mushaf AC PDR 2, Mushaf ACPDR 3.

Mushaf Al-Quran kuno Aceh yang masihmemiliki halaman utuh dan dapat diinventarisir adalahsebanyak tiga mushaf. Tiga buah muashaf Al-qurankuno Aceh yang terdapat di Pedir Museum tersebutsudah tidak diketahui penyalin dan pembuatiluminasinya.

Page 5: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

18

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

A. Mushaf AC PDR 1Iluminasi pada Mushaf AC PDR 1 terdapat

pada sisi tengah. Mushaf ini berukuran 22, 5 x 34 cm,dengan bidang teksnya berukuran 13 x 21, 5cm.Jumlah halaman kesuruhan mushaf sebayak 776halaman. Kondisi Mushaf AC PDR 1 masih cukupterawat, kecuali beberapa bagian halaman depanterdapat kerusakan pada pinggir halaman. Mushaf inijuga masih memiliki sampul utuh yang terbuat daribahan kulit. Iluminasi pada Mushaf AC PDR 1mengambil bentuk motif floral, di antaranya: motifbungong ayu-ayu; motif bungong pucuk rebung; motifbungong sagoe, dan beberapa motif lainnya.

Gambar 1. Mushaf AC PDR 1(Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

B. Mushaf AC PDR 2Iluminasi pada Mushaf AC PDR 2 terdapat

pada sisi tengah. Mushaf ini berukuran 21 x 28 cm,dengan bidang teksnya berukuran 15 x 12, 5cm. Setiapjuznya rata-rata terdiri dari 17 – 18 halama.KondisiMushaf AC PDR 2 masih cukup terawat, kecualibeberapa bagian halaman depan terdapat kerusakanpada pinggir halaman. Mushaf ini juga masih memilikisampul utuh yang terbuat dari bahan kulit. Iluminasipada Mushaf AC PDR 2 mengambil bentuk motif flo-ral, di antaranya: motif bungong ayu-ayu; motifbungong seuleupo, motif bungong pucuk rebung; danbeberapa motif lainnya.

Gambar 2. Mushaf AC PDR 2 (Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

C. Mushaf AC PDR 3Iluminasi pada Mushaf AC PDR 3 terdapat

pada sisi tengah. Mushaf ini berukuran 23 x 33 cm,dengan bidang teksnya berukuran 12 x 22, 5cm. Setiapjuznya rata-rata terdiri dari 17 – 18 halama.KondisiMushaf AC PDR 3 masih cukup terawat, kecualibeberapa bagian halaman depan dan halaman isiterdapat kerusakan pada sisi tengah dan pinggirhalaman. Mushaf ini juga masih memiliki sampul utuhyang terbuat dari bahan kulit. Iluminasi pada MushafAC PDR 3 mengambil bentuk motif floral, di antaranya:motif bungong ayu-ayu; motif bungong seuleupo, motifbungong pucuk rebung; motif kuncep; dan beberapamotif lainnya.

Gambar 3. Mushaf AC PDR 3(Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

Pada mushaf Al-Quran kuno Aceh dilakukanpendigitalisasian dan analisis ragam hias denganmembandingkan motif aceh yang terdapat pada bukuArsitektur Seni Rupa Aceh (1996), dan buku TanganTangan Terampil Seni Kerajinan Aceh (1989). Setelahdiidentifikasi, maka ditemukan sebanyak 12 motifpada mushaf Al-Quran kuno Aceh yang menyerupaimotif-motif Aceh dengan rincian sebagai berikut:

Identifikasi Ragam Hias pada Iluminasi MushafAC PDR 1

Gambar 4. Mushaf AC PDR 1(Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

Page 6: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

19

Identifikasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-Quran Kuno... - Niko Andeska, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

1. Motif Bungong Ayu-Ayu.Motif ini terdapat sebanyak tiga buah dengan

penempatan pada bagian atas, bawah dan sampingiluminasi. Motif bungong bungong ayu-ayu merupakansalah satu motif tenun sutera pada hiasan tepi kaindari masa lampau.

Gambar 5. Motif Bungong Ayu-Ayu(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

2. Motif Bungong Pucuk RebungMotif bungong pucuk rebung ditempatkan

pada bagian atas bingkai sebanyak dua buah motifyang saling berlawanan arah dan bawah bingkaisebanyak dua buah motif yang saling berlawanan arah.Di antara motif tersebut terdapat ruang yangdikosongkan. Motif bungong pucuk rebung merupakansalah satu motif tenun sutera dari masa lampau.

Gambar 6. Motif Bungong Pucuk Rebung(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

3. Motif Bungong SagoeMotif bungong sagoe dalam iluminasi ini

berjumlah 34 kali pengulangan dengan beberapakombinasi, pada bagian sudut bingkai ilumasi, Motifbungong sagoedisusun dengan pola diagonal yangsaling berlawanan, kemudian pada bagian pinggiriluminasi, motif bungong sagoe disusun sebanyak tigabuah motif, sehingga membentuk setengah lingkaran.Motif bungong sagoe merupakan salah satu motiftenun sutera dari masa lampau diterapkan padahiasan sudut kain.

Gambar 7. Motif Bungong Sagoe(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

4. Motif Bungong Sulu BayongMotif bungong sulu bayong ditempatkan pada

bagian samping iluminasi sebanyak dua buah motif.Motif bungong sulu bayong merupakan salah satumotif sulam Aceh Barat yang terdapat pada langit-langit dan digunakan pada bagian atas kamarpengantin.

Gambar 8. Motif Bungong Sulu Bayong(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

5. Motif Awan Si OnMotif ini ditempatkan pada bagian samping

iluminasi dengan membentuk setengah lingkaran.Motif awan si on merupakan motif sulam yangterdapat di Kabupaten Pidie.

Gambar 9. Motif Awan Si On(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

6. Motif Bungong Awan-AwanMotif bungong awan-awan dalam iluminasi ini

menjadi bingkai utama yang diterapkan dengan posisihorizontal dan vertikal. Motif bungong awan-awanmerupakan salah satu motif tenun sutera dari masalampau.

Gambar 10. Motif Bungong Awan-Awan(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

Page 7: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

20

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Identifikasi Ragam Hias Aceh pada IluminasiMushaf AC PDR 2

Gambar 11. Mushaf AC PDR 2(Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

1. Motif Bungong Ayu-AyuMotif bungong ayu-ayu terdapat sebanyak

tujuh buah dengan penempatan pada bagian atassebanyak tiga buah motif, bawah sebanyak tiga buahmotif dan samping sebanyak satu buah motif. Motifbungong bungong ayu-ayu merupakan salah satu motiftenun sutera pada hiasan tepi kain dari masa lampau.

Gambar 12. Motif Bungong Ayu-Ayu(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

2. Bengkuang RincongMotif ini ditempatkan pada bagian sudut luar

bingkai dengan posisi bagian ujung motif mengarahke tengah. Bengkuang rincong dengan kata lain kukuelang atau kuku rajawali yang digunakan sebagaipenyangkut pada pinggang.

Gambar 13. Motif Bengkuang Rincong(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

3. Motif Bungong SeuleupoMotif ini disusun secara diagonal hingga

membentukuk bingkai lurus pada bagian kiri dankanan iluminasi. Motif bungong seuleupo merupakansalah satu motif tenun sutera dari masa lampau.

Gambar 14. Motif Bungong Seuleupo(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

4. Motif Bungong Pucuk RebungSama halnya dengan motif bungong seuleupo,

motif bungong pucuk rebung disusun berdampingandengan motif bungong leuleupo sehingga membentukbingkai lurus yang terdapat pada bagian kiri dan kananilumiasi. Motif bungong pucuk rebung merupakansalah satu motif tenun sutera dari masa lampau.

Gambar 15. Motif Bungong Pucuk Rebung(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

5. Motif KuncepMotif kuncep terdapat sebanyak 4 buah motif

dengan penempatan pada bagian samping bingkai.Motif kuncep merupakan salah satu motif sulam yangdi terapkan pada lapek duek (tikar tempat duduk).

Gambar 16. Motif Kuncep(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

6. Motif Awan Si OnMotif ini terdapat pada bagian atas sebanyak

tiga buah, bagian bawah tiga buah dan bagian sampingsatu buah motif. Motif awan si on merupakan motifsulam yang terdapat di Kabupaten Pidie.

Gambar 17. Motif Awan Si On(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

Page 8: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

21

Identifikasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-Quran Kuno... - Niko Andeska, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

7. Motif Bungong Aka Cino dan Motif Awan Si OnPada bagian bingkai utama merupakan

perpaduan antara motif bungong aka cino dan motifawan si on. Motif bungong aka cino merupakan salahsatu motif sulam digunakan sebagai ceuradi (penghiaskelambu dan pintu). Motif bungong aka cino terdapatdi daerah Aceh Barat dan dan Aceh Besar.

Gambar 18. Motif Bungong Aka Cino(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

8. Motif Kuncup BungaMotif kuncup bunga dalam iluminasi ini

terdapat pada bagian samping sebanyak dua buahmotif. Motif kuncup bunga merupakan salah satu motifukir yang terdapat pada dinding rumah Aceh.

Gambar 19. Motif Kuncup Bunga(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

Identifikasi Ragam Hias Aceh pada IluminasiMushaf AC PDR 3

Gambar 20. Mushaf AC PDR 3(Digitalisasi oleh: Indra Setiawan, 2019)

1. Motif Bungong SagoeMotif ini terpadat pada bagian atas sebanyak

dua buah, bagian bawah sebanyak dua buah, danbagian samping sebanyak dua buah. Motif ini padasetiap sisinya disusun secara berurutan dengan pola

yang berbeda, pola awal dikelilingi garis yangmembentuk segi tiga, sedangkan selanjutnya berupamotif lepas. Motif bungong sagoe merupakan salahsatu motif tenun sutera dari masa lampau diterapkanpada hiasan sudut kain.

Gambar 21. Motif Bungong Sagoe(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

2. Motif Bungong SeuleupoMotif bungong seuleupo disusun secara

berurutan dengan pola lurus memanjang yang ditempatkan pada bagian samping, atas, dan bawah.

Gambar 22. Motif Bungong Seuleupo(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

3. Motif Kuncup BungaMotif kuncup bunga terdapat pada bagian

samping sebanyak dua buah motif . Motif inimerupakan salah satu motif ukir yang terdapat padadinding rumah Aceh.

Gambar 23. Motif Kuncup Bunga(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

4. Motif KuncepMotif kuncep terdapat sebanyak 4 buah motif

dengan ditempatkan sebanyak dua buah pada masing-masing bagian motif kuncup bunga.

Gambar 24. Motif Kuncep(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

Page 9: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS ACEH PADA ILUMINASI MUSHAF …

22

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

5. Motif Bungong KundoMotif bungong kundo ditempatkan pada posisi

secara vertikal dan horizontal. Motif bungong kundomerupakan salah satu motif tenun sutera dari masalampau.

Gambar 25. Motif Kuncep(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

6. Motif Bengkuang RincongMotif ini ditempatkan pada bagian sudut luar

bingkai dengan posisi bagian ujung motif mengarahke tengah.

Gambar 26. Motif Bengkuang Rincong(Sketsa: Niko Andeska, 2019)

V. KESIMPULANIluminasi yang terdapat di Mushaf Al-Quran

kuno di dalam penghadiran v isualnyamerepresentasikan karakteristik visual yang sesuaidengan karakter kebudayaan tempat penyebarannya.Berdasarkan hasil identifikasi pada tiga Mushaf Al-Quran Koleksi Pedir Museum ditemukan beberapabentuk motif yang membentuk satu kesatuan padailiuminasi ini.

Kecenderungan motif-motif yang hadir dalamtiga Mushaf Al-Quran Kuno yang diidentif ikasicenderung membetuk visual yang identik dengankarakteristik Floral. Sedangkan sebagian lagi identikdengan benda sehari-hari seperti tali, mahkota, danrencong.

Iluminasi yang terdapat pada mushaf Al-Qurankuno merupakan sebuah struktur yang dibangun darikolaborasi beragam motif khas Aceh. yang pada saatini masih dapat ditemui dan diaplikasikan pada me-dia-media lain. Salah satunya di rumah adat budayaAceh. Sehingga dalam bentuk penyebaran daripembendaharaan motif yang berkarakteristik Acehmasih dapat dijumpai sampai saat ini.

Kajian yang lebih dalam mengulas masalahiluminasi pada mushaf Al-Quran ini sangat minimsebagai sebuah bentuk pengetahuan. Pembahasanragam hias Aceh yang terdapat pada iluminasi mushafAl-Quran belum banyak disentuh oleh para akademisidan peneliti.

Minimnya penelitian pada mushaf Al-Quranberdampak pada pengetahuan dan kepedulianterhadap keberadaan mushaf Al-Quran yang sudahtua. Sehingga jumlah mushaf Al-Quran yang masihutuh sangat sedikit dan kebanyakan yang tersisahanya lembaran-lembaran mushaf Al-Quran tersebut.Seperti halnya di Pedir Museum, jumlah koleksimushaf Al-Quran yang masih utuh hanya sebanyak 3buah mushaf.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. dkk. Tanpa tahun. Kalam-Kalam Ilahi: YangTergurat di Atas Baru hingga Kertas Mod-ern. Jakarta: Badan Litbang dan DiklatKementerian Agama RI.

Guntur. 2004. Ornamen: Sebuah Pengantar. Surakarta:P2AI bekerjasama dengan STSI Press.

Kartika, Dharsono Sony. 2016, Kreasi Artistik.Karanganyar: Citra Sain.

Leigh, Barbara. 1989. Tangan-Tangan Terampil: SeniKerajinan Aceh. Jakarta: PenerbitDjambatan.

Leumiek, Harun Keuchik. 2016. Kemilau WarisanBudaya Aceh Koleksi Pilihan Museum PribadiH. Harun Keuchik Leumiek. Banda Aceh:Toko Emas Permata dan Souvenir H. HarunKeuchik Leumiek.

Mu’jizah. 2009. Iluminasi dalam Surat-Surat MelayuAbad ke-18 dan ke-19. Jakarta: KPG(Kepustakaan Populer Gramedia).

Mustopa. ed. 2017. Mushaf Kuno Nusantara PulauSumatera. Jakarta: Lajnah PentasbihanMushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan DiklatKementerian Agama RI.

Syatri, Jonni, dan Mustopa. ed. 2018. Mushaf KunoNusantara Sulawesi & Maluku. Jakarta:Lajnah Pentasbihan Mushaf Al-Qur’an BadanLitbang dan Diklat Kementerian Agama RI.