iluminasi tunnel lighting
TRANSCRIPT
Iluminasi
Pencahayaan Pada Terowongan
(Tunnel Lighting)
DEPOK
JULI 2007
Daftar Istilah
Ballast : Suatu peralatan yang digunakan dengan lampu pelepasan muatan guna
menstabilkan arus pelepasan.
Colour rendering : Perasaan umum akibat pengaruh warna saat melihat sumber cahaya dari
benda secara sadar atau dibawah sadar.
Control : Karakteristik dari rumah lampu dinyatakan oleh besaran specific luminaire index
(SLI).
Efficacy : Keandalan dari lampu yang dinyatakan dalam lumen per watt.
Ignitor : Peralatan untuk pemanasan awal dari elektroda elektroda sehingga menimbulkan
lompatan tegangan apabila dikombinasikan dengan ballast.
Illuminance : Kuat penerangan pada suatu permukaan.
Luminance : Kuat pantulan cahaya pada suatu permukaan.
Spesific Luminaire Index (SLI) : Suatu besaran dimana menunjukkan pengendalian nilai silau
dari lentera.
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui pada mulanya sistem penerangan di terowongan dilaksanakan
secara sederhana saja, yaitu asal terlihat tidak terlalu gelap dan mampu melihat di malam
hari saja. Tetapi dengan semakin bertambahnya pemakai jalan yang melewati terowongan,
atau karena terowongan tersebut sebagai satu satunya jalan yang harus dilewati, maka
diperlukan suatu sistem pancahayaan buatan yang dapat diandalkan dan memberikan
kualitas pencahayaan yang baik.
Tujuan utama adanya penerangan di dalam terowongan adalah untuk memberikan
penglihatan yang cepat, tepat, dan nyaman baik di siang maupun malam hari. Kualitas
pencahayaan ini terkait juga dengan keamanan pengguna kendaraan yang menggunakan
terowongan tersebut. Pengendara harus dapat melihat dengan baik walaupun di dalam
terowongan, sehingga dapat menentukan dengan pasti posisi kendaraannya dan kondisi lalu
lintas di dalam terowongan tersebut.
Dengan adanya penerangan pada terowongan, maka akan dapat memberikan
keuntungan ekonomis dan sosial kepada masyarakat, antara lain :
1. Mengurangi resiko kecelakaan di dalam terowongan.
2. Memungkinkan arus lalu lintas yang lancar.
3. Meningkatkan bisnis dan industri pada waktu malam hari.
Lentera Penerangan
Fungsi utama dari penerangan adalah menghasilkan cahaya dengan keandalan (efficacy)
yang dinyatakan dalam lumen yang dipancarkan setiap Watt dari pemakaian daya. Pada bagian ini
akan dijelaskan beberapa jenis lentera yang umum digunakan untuk penerangan. Yang dimaksud
dengan lentera adalah lampu beserta peralatan pendukungnya seperti ballast, starter, luminarie,
dan sebagainya.
Lampu Sodium
Lampu sodium merupakan sumber penerangan yang menggunakan prinsip
pelepasan mutan listrik. Pada permulaan start, lampu sodium akan menghasilkan cahaya
yang berwarna merah yang kemudian berangsur angsur akan berubah warna menjadi
kuning atau putih kekekuningan (setelah kira- kira 15 – 20 menit). Warna cahaya yang
dihasilkan oleh lampu sodium dapat mempengaruhi warna warna benda yang terkena
cahayanya. Adapun jenis lampu sodium ini terbagi dalam dua jenis, yaitu lampu sodium
bertekanan tinggi dan lampu sodium bertekanan rendah.
Lampu Sodium Bertekanan Tinggi
Lampu sodium yang bertekanan tinggi berisi uap sodium bertekanan tinggi dengan
sedikit gas neon atau gas argon untuk membantu pada saat start. Warna yang dihasilkan
oleh lampu sodium bertekanan tinggi adalah putih kekuning kuningan, dengan keandalan
penerangan (efficacy) adalah 70 – 130 lumen/Watt, dan cahaya yang dihasilkan adalah 3000
– 130000 lumen (50 – 1000 Watt).
Colour rendering dari lampu sodium bertekanan tinggi lebih dari memadai untuk
aplikasi penerangan jalan secara umum. Pada kenyataannya peneranngan dengan
menggunakan lampu jenis ini lebih nyaman dari pada menggunakan lampu mercury.
Lampu sodium bertekanan tinggi untuk penyalaannya membutuhkan tegangan
sebesar 300 Volt, maka dari itu ignitor yang digunakan tidak disampung paralel secara
langsung terhadap lampu, tetapi melalui sadapan pada lilitan penghambat yang berfungsi
sebagai transformator untuk meningkatkan pulsa tegangan penyalaan dari ignitor.
Gambar High Pressure Sodium Lamp
Beberapa jenis lampu sodium bertekanan tinggi telah dilengkapi dengan sistem
penyalaan yang terdapat pada lampu tersebut. Setiap lampu umumnya dilengkapi dengan
saklar bimetal. Beberepa jenis dari lampu sodium bertekanan tinggi yang dilengkapi dengan
ignitor ini dapat digunakan bersamaan dengan ballast pada lampu mercury bertekanan
tinggi, sehingga memungkinkan untuk mengganti instalasi lampu mercury bertekanan tinggi
yang sudah tua tanpa mengubah perlengkapan kemudi (control gear).
Lampu sodium bertekanan rendah
lampu sodium bertekanan rendah berisi uap sodium yang bertekanan rendah
dengan sedikit gas neon atau gas argon untuk membantu pada saat start. Warna yang
dihasilkan oleh lampu sodium bertekanan rendah adalah kuning, dengan keandalan
penerangan mencapai 200 lumen/Watt, serta cahaya yang dihasilkan adalah 2000 – 35000
lumen (18 – 180 Watt).
Lampu sodium bertekanan rendah ini memancarkan radiasi monochromatic
akibatnya tidak akan ada colour rendering. Pada kenyataanya lampu sodium bertekanan
rendah memiliki keandalan yang tinggi dibandingkan dengan jenis lampu lainnya. Tegangan
puncak yang dibutuhkan untuk penyalaan lampu ini sekitar 400 – 600 Volt. Lampu ini dapat
dipicu dengan menggunakan ignitor thyristor elektronik yang dihubungkan secara paralel
dengan elektroda lampu.
Gambar Low Pressure Sodium Lamp
Lampu Metal Halida
Lampu metal halida mengandung unsur iodida seperti indium, thallium, dan sudium
untuk menghasilkan peningkatan efficacy dan colour rendering. Lampu metal halida tersedia
dari ukuran 250 – 2000 Watt. Halida halida ini menambah intensitas ketiga pita cahaya :
biru, hijau, dan merah. Colour rendering meningkat dibandingkan dengan lampu sodium
bertekanan tinggi. Lampu metal halida ini memiliki efficacy diatas 80 lumen/Watt untuk
lampu ukuran 400 Watt dengan cahaya yang dihasilkan antara 20000 lumen sampai dengan
200000 lumen.
Grafik Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari beberapa jenis lampu
Tabel Karakteristik Kinerja Pencahayaan (Luminous) dari Luminer yang Umum
digunakan
Pencahayaan pada Terowongan
Persyaratan Untuk Siang Hari
Daerah ambang
Mata seorang supir atau pengandara motor yang memasuki terowongan ketika siang
hari beradaptasi dengan luminansi siang hari pada level yang tinggi. Konsekuensinya, jika
terowongannya panjang dan luminansi (Intensitas cahaya) di dalam terowongan jauh lebih
rendah dari pada luar terowongan, terowongan akan terlihat sebagai “black hole” dan tidak
ada interior terowongan yang dapat terlihat.
Efek “black hole” pada pintu masuk terowongan yang panjang.
Untuk menanggulangi masalah tersebut ketika supir atau pengendara kendaraan
bermotor menuju terowongan yaitu dengan meningkatkan luminansi pada pintu masuk
terowongannya, atau disebut daerah ambang. Besar luminansi bergantung pada daerah
ambangnya sehingga disebut outside adaption luminance.
Luminansi di luar yang ditentukan bersamaan dengan adaptasi luminansi di luar dari
berbagai macam variasi tipe terowongan. Pada terowongan di daerah pegunungan, sebagai
contoh, outside adaptation luminance ditentukan melalui tingkat kecerahan dari sekitar
gunung pada pintu masuk terowongan. Pada terowongan bawah laut, langit yang cerah
diatasnya sangat memberikan pengaruh yang besar pada tingkat outside adaptation
luminance-nya. Untuk jembatan layang (bypass) dan underpass, outside adaptation
luminance-nya bergantung pada sebagian dari strukturnya dan sebagian lagi bergantung
pada luminansi dari matahari.
Untuk beberapa jenis terowongan tertentu, pengukuran khusus dapat dilakukan
untuk menurunkan outside adaption luminance. Pengukuran semacam ini termasuk
menggunakan bahan yang tidak mengkilap (non-glossy), material berwarna hitam untuk
permukaan jalan pada bagian awal terowongan, bagian akhir terowongan, bagian dinding
(khusus untuk terowongan bawah air), membersihkan bagian sekitar mulut terowongan dari
pohon dan semak belukar yang dapat menghalangi cahaya dari luar. Pada kenyataannya,
outside adaptation luminance sangat bervariasi (dengan nilai iluminansi horizontal sekitar
100,000 lux) berdasarkan tipe terowongan dan pengukuran yang dilakukan, diantara sekitar
3000 cd/m2 dan lebih dari 8000 cd/m2. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa
luminansi di daerah ambang harus sekurang-kurangnya 10% dari level luar.
Kurva hubungan antara outside luminance L0 dan zona ambang batas LTH untuk objek kritis yang dapat dilihat 75% pada
jarak 100m. (objek kritis = objek 20x20cm dengan kontras 20%)
Hubungan antara waktu adaptasi (t) dan luminansi (L)
Panjang yang dibutuhkan oleh daerah ambang bergantung utama pada jarak dimana
objek kritis diletakkan. Pada kesehariannya,panjang dari daerah ambang harus terbentuk
pada 40-100m dengan batas kecepatan 50-80 Km/h.
Pencahayaan level tinggi pada daerah ambang berasal dari pencahayaan yang
berasal dari penerangan buatan di dalam terowongan. Atau bisa juga memasangnya di
depan terowongan pada pintu masuknya. Penutup terowongan mengatur jumlah cahaya
yang mencapai jalan dan menciptakan tingkat pencahayaan yang diinginkan. Penutup
terowongan harus dibangun dengan tidak memberikan kesempatan pada sinar matahari
langsung menyentuh permukaan jalan atau mata sang pengendara agar mencegah
bayangan yang mengganggu pada jalan (berupa kilauan yang berkedap-kedip).
Kekurangan yang paling serius mengenai penggunaan penutup sinar matahari pada
terowongan adalah variasi transmisi jalan itu sendiri dengan variasi kondisi cahaya dan yang
paling berpengaruh adalah permukaan dari jalan atau tanahnya. Terlebih lagi, pada daerah
yang berada dibawah temperatur 00 , hujan atau salju pada permukaan jalan yang dapat
membeku tanpa efek penghangatan dari cahaya matahari.
Zona transisi
Pengemudi yang memasuki terowongan yang panjang, terkadang membutuhkan
waktu untuk kembali mata dapat beradaptasi dengan tingkat pencerahan yang minim pada
mata kita. Transisi dari luminansi tinggi ke rendah pada terowongan yang panjang harus
sebisa mungkin dibuat secara bertahap. Menurut hasil percobaan bahwa 75% pertimbangan
pengemudi dibutuhkan waktu kira-kira 15 detik untuk dapat diterima oleh pengemudi
dengan transisi dari 8,000 cd/m2 (daylight luminance) hingga 15 cd/m2 (central zone
luminance).
Gradien luminansi pada terowongan dengan kecepatan 75 Km/jam yang disarankan
Central zone
Pada terowongan yang panjang, transisi atau daerah ambang biasanya diikuti oleh
luminansi yang menjadi konstan. Berdasarkan test pada model menunjukkan bahwa
minimum rekomendasi luminansi rata-rata yang diperbolehkan adalah 15 cd/m2 pada
daerah ini atau zona ini. Untuk terowongan yang sangat panjang, atau terowongan yang
dengan aturan mengurangi kecepatan kendaraan yang melintasinya, minimum rekomendasi
luminansi rata-rata dapat menjadi 5 cd/m2 atau 10 cd/m2.
Zona exit
Pada siang hari, jalan keluar dari terowongan muncul pada pengendara yang keluar
dari terowongan yang panjang tersebut “bright hole” dengan hambatan terlihat pada siluet.
Siluet ini memberikan efek yaitu menggunakan lapisan dinding yang memiliki refleksi yang
tinggi.
Luminance dari luminaries
Kenaikan atau pertambahan dari luminaries pada terowongan / tunnel lebih rendah
dari yang biasa digunakan pada instalasi penerangan jalan. Hal ini berarti kamungkinan
lampu kasa untuk menghasilkan cahaya yang menyilaukan / kilauan cahaya semakin
meningkat. Penyaringan cahaya secara cukup merupakan hal yang paling penting pada zona
gelap / relatively dark central zone dari sebuah terowongan. Pada zona awal dengan
luminansi yang tinggi, maka penyaringan cahaya menjadi tidak begitu penting karena
luminance dari luminaries itu sendiri mampu mengkoresponden menjadi lebih tinggi, hal ini
sangat membantu dalam memberikan gambaran kepada pengendara pada saat memasuki
terowongan. Perbedaan warna antara cahaya luar dan cahaya pada pintu masuk
terowongan memiliki kegunaan yang sama.
Efek Kedip/kerlap-kerlip
Luminaries yang terpasang dalam baris yang panjang dapat menghasilkan efek
kedip/ kerlap-kerlip pada mata pengendara. Efek kedip yang terjadi dapat disebabkan baik
dari cahaya pada luminaries itu sendiri maupun dari pantulan luminaries sekilas pada
permukaan yang licin, sebagai contoh: bonnet pada kendaraan. Seberapa jauh pengendara
dapat terganggu oleh efek kedip tersebut tergangtung dari banyaknya kedipan yang terjadi
per detik/frekuensi kedipan.
Luminaries spacing yang terlarang, dalam hubungannya dengan kecepatan
kendaraan harus diperhatikan karena dapat menghasilkan frekuensi yang mengganggu
seperti adanya cahaya yang berkedap kedip secara terus menerus sehingga dapat
menyebabkan pengendara kendaraan bermotor merasa kurang nyaman / pusing.
Sementara untuk terowongan yang pendek range frekuensi cahaya yang berkedip akan
berkurang. Hal ini disebabkan total waktu pencahayaan yang diperlukan untuk kerlipan juga
memiliki pengaruh.
Terowongan pendek/Short tunnel
Pada terowongan telah ditetapkan, untuk tujuan pencahayaan karena
terowongannya pendek, maka keadaan dalam terowongan dapat terlihat dengan jelas dari
luar pintu masuk terowongan.
Untuk pengendara, meskipun terowongan berukuran pendek, namun secara pasti
akan menampilkan bagian gelap dari terowongan, dianalogikan seperti frame/bingkai
dengan bagian tengah yang terang . Panjang perspektif dari bingkai tersebut akan
menentukan apakah akan terlihat adanya hambatan pada siluet melawan high luminance
pada pintu keluar terowongan.
Persyaratan pencahayaan pada malam hari
Pada malam hari, tidak terlalu berbeda dengan persyaratan pencahayaan pada siang
hari yang telah ditetapkan. Luminance pada bagian luar terowongan lebih rendah daripada
bagian dalam, sebagai akibat dari tidak adanya cahaya matahari. Tidak ada permasalahan
yang cukup berarti sebagaimana masalah pada pencahayaan siang hari, karena ratio dari
luminance dalam terowongan sampai dengan luar terowongan kurang dari 3:1. Terowongan
tetap berada dalam kondisi maksimal operasi sepanjang malam. Tambahan pencahayaan
yang digunakan dalam zona yang bervariasi untuk memenuhi persyaratan siang hari, harus
dimatikan dan sisa pencahayaan diredupkan untuk memberi average luminance sepanjang
terowongan sekitar 3cd/m2.
Jalan keluar harus disediakan dengan instalasi pencahayaan yang baik, minimal
sekitar 200 m dari setiap keluaran terowongan, untuk memperbaiki atau membantu
penyesuaian bagi pengendara.
Pertimbangan Umum
Faktor Refleksi dan Warna jalan, Dinding dan Langit langit
Untuk memperoleh pantulan cahaya (luminan) tinggi di dalam terowongan seekonomis
mungkin, permukaan dinding dan jalan harus punya faktor refleksi tinggi (permukaan jalan harus
terlihat terang). Untuk mendapatkan penglihatan yang baik, di sana harus ada perbedaan kecil
antara pantulan cahaya (luminan) atau warna diantara jalan dengan dinding. Kemudian harus
dihindari permukaan yang bersifat reflektif, serta penutup dinding harus dari bahan yang mudah
dibersihkan.
Debu dan Gas Buangan
Banyak debu dibawa ke terowongan dari lalu lintas (kendaraan) yang melintas. sebagai
tambahan, gas buangan kendaraan berisi partikel karbon tak dibakar dalam jumlah besar. kumpulan
partikel tersebut dapat mereduksi ketajaman penglihatan di terowongan. efek ini dapat sebagian
dikompensasi dengan memakai iluminans yang tinggi. ventilasi yang baik wajib disediakan untuk
membuang kumpulan partikel (asap) secepat mungkin.
Awan debu ini dan gas buang juga penyebab permukaan terowongan menjadi cepat
bernoda. noda-noda ini akan menyebabkan pantulan cahaya (luminan) cepat memburuk - efek ini
dapat dikurangi dengan sering melakukan pembersihan dinding dan luminarie.
Perlengkapan Penerangan
lampu dan armature lampu
Lampu pijar berderet sepanjang panjang terowongan direkomendasikan. lampu sodium
bertekanan rendah, terutama yang memiliki efektifitas tinggi, direkomendasikan untuk menambah
penerangan yang diperlukan pada ambang pintu dan wilayah-wilayah peralihan. dimana penerangan
tingkat tinggi dibutuhkan (sebagai contoh di terowongan dalam air) tekanan tinggi lampu sodium
dapat lebih ekonomis karena fluks cahayanya yang tinggi dan mereka memiliki lebih sedikit
luminarie.
luminarie harus memenuhi kriteria berikut:
1. Kuat dan resiko kerusakannya kecil (minim) untuk lalu lintas dan pembersihan.
2. Kedap air dan tahan dari efek-efek pembersihan dan gas buangan.
3. Dapat diakses dengan mudah dan dapat dipelihara dengan baik(maintainable).
4. Mampu dikendalikan pantulan cahaya (luminan)nya dari sumber penerangan
5. Memiliki fuse yang terpisah satu sama lainnya
Lampu Darurat
Bentuk lampu darurat yang dapat dioperasikan secara otomatis sewaktu terjadi kegagalan.
Dengan kondisi setidaknya sepertiga luminarie harus dapat menghubungkan kepada sistem darurat
sehingga penerangan masih bisa berfungsi.
Perlengkapan Dimming (Lampu berkedip)
Dirancang sebagai penerangan untuk terowongan untuk kecocokan dengan tingkat
eksternal tinggi kira-kira 100000 lux, sangat dibutuhkan (dari segi pandangan ekonomi dan
kenyamanan penglihatan) untuk tingkat penerangan di dalam terowongan otomatis mencocokan
sesuai tingkat eksternal naik atau turun. ada 2 cara untuk melakukan ini:
1. Respon ketika perubahan di eksternal iluminans horisontal
2. Respon ketika perubahan di pantulan cahaya (luminan) eksternal
Metode 2 lebih banyak digunakan, akan tetapi, karena metode ini akan melakukan
penyesuaian untuk bermacam-macam kondisi permukaan jalan (misalnya basah, kering, salju, dan
lain-lain), maka metode ini meliputi penggunaan photometri (pengukur cahaya) dengan jarak kira-
kira 100 meter dari pintu masuk dan pada pintu keluar dari terowongan. Pengukur cahaya dapat
kemudian memonitor pantulan cahaya (luminan) pada permukaan jalan di depan pintu masuk
terowongan, sekeliling pintu masuk terowongan, dan langit di luar terowongan. Sinyal hasil
photometri kemudian digunakan untuk menyetel tingkat penerangan dalam terowongan secara
otomatis, sehingga tingkat pencahayaan pada terowongan dapat sesuai dengan kebutuhan.