program studi ilmu al-qur’an dan tafsir...

144
ILUMINASI DALAM MUSHAF AL-QUR’AN AL-BANTANI DAN RELEVANSINYA DALAM PERKEMBANGAN MUSHAF DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Sherley Zulianawati NIM: 1113034000122 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H /2020 M

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

ILUMINASI DALAM MUSHAF AL-QUR’AN AL-BANTANI

DAN RELEVANSINYA DALAM PERKEMBANGAN

MUSHAF DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Sherley Zulianawati

NIM: 1113034000122

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H /2020 M

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm
Page 3: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

ii

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm
Page 5: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

iv

ABSTRAK

Sherley Zulianawati, Iluminasi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani dan

Relevansinya dalam Perkembangan Mushaf di Indonesia

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah mushaf beriluminasi yang

menjadikan artefak dan kebudayaan lokal Banten sebagai landasan

pembuatan iluminasi. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi objek dalam

penelitian ini karena merupakan mushaf karya istimewa Banten yang pertama

kali ditulis berdasarkan cagar budaya daerah dan memiliki ciri khas pada

iluminasinya yang berjumlah 30 buah sesuai dengan jumlah juz dalam al-

Qur‟an. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan bagaimana Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani secara keseluruhan dirumuskan dan dituliskan, dan

menjelaskan iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani serta relevansinya

dalam perkembangan mushaf di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan

metode deskriprif-analitis. Dilihat dari jenis pengumpulan data, penelitian ini

termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan lapangan (field

research) dengan menggunakan metode wawanacra.

Penelitian ini menemukan bahwa perumusan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani digagas oleh masyarakat Banten sejak 2007, yang kemudian

direalisasikan kegiatan penulisannya pada bulan Maret-Juli 2010 di

Pamulang Tangerang Selatan. Iluminasi menjadi bagian integral dari

penulisan Mushaf Al-Bantani dan memberi ciri khusus di dalamnya.

Iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani memiliki tujuan tidak hanya sekedar

menghadirkan efek estetis pada tulisan al-Qur‟an, namun memiliki ungkapan

religiusitas di dalamnya. Relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam

perkembangan mushaf di Indonesia sebagai bentuk kontinuitas penulisan

mushaf Al-Qur‟an di Indonesia yang gencar dilakukan pada awal abad 21

yang berbasis pada kearifan lokal.

Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

v

KATA PENGANTAR

Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

Segala puji hanya bagi Allah „azza wa jalla yang telah menjadikan

Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat

manusia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw., manusia paling mulia yang menjadi utusan-Nya, dan

yang paling patut untuk diteladani kehidupannya.

Alhamdulillah, atas izin dan rahmat dari Allah „azza wa jalla penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini pada program studi Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir, dengan judul “Iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan

Relevansinya dalam Perkembangan Mushaf di Indonesia”. Skripsi ini

diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar akademik Sarjana Agama (S. Ag).

Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini tidak

lepas dari dukungan, bantuan serta doa banyak pihak. Oleh karena itu,

melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

3. Dr. Eva Nugraha, M.A., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur‟an

dan Tafsir, Fahrizal Mahdi, MIRKH selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, beserta segenap jajaran pengurus dan

karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu

mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun

penyelesaian skripsi.

4. Kusmana, M.A, Ph. D,. selaku dosen pembimbing skripsi dan juga

penasihat akademik penulis yang dengan tulus dan penuh sabar telah

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

vi

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan

kepada penulis, dari penulis beliau banyak belajar sehingga wawasan

penulis bertambah luas .

5. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, terkhusus Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang dengan

ikhlas dan penuh kesabaran dalam mencurahkan upaya serta mendidik

penulis selama ini.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Rohim Wahyudi dan Ibunda

Maryati yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan segala

bentuk dukungan, do‟a, cinta dan kasih sayang kepada penulis, yang

telah bekerja keras dengan penuh sabar dan ikhlas untuk memenuhi

kebutuhan dan keperluan penulis.

7. Keluarga dan saudara-saudara di Karawang yang selalu memberikan

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman penulis: Sarinita Habarkah, Siti Faridah, Omarwati,

Khasanah, Muhammad Bindaniji, Fitria Annias AR dan teman-teman

angkatan 2013 Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, terkhusus kelas D, serta

teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih telah menemani dan menyemangati serta memotivasi

penulis dari awal hingga sekarang.

Kepada mereka semua, dan pihak-pihak yang telah membantu namun

tidak dicantumkan, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan sebaik-baik balasan.

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

vii

Skripsi ini penulis persembahkan untuk semua pembaca, dan sebagai

karya. Penulis sadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun kepada

para pembaca agar lebih baik lagi ke depan. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca

sekalian. Semoag Allah Swt,. selalu memberkahi dan membalas semua

kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu. Āmīn yā Rabb al- Ālamīn.

Jakarta, 25 Juni 2020

Hormat Saya

Sherley Zulianawati

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan skripsi ini berpedoman pada transliterasi dari Keputusan SK

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab

Huruf Latin Keterangan

Tidak Dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ts te dan es ث

J Je ج

ẖ h dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

ix

ʻ koma terbalik di atas hadap kanan ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ؼ

Q Ki ؽ

K Ka ؾ

L El ؿ

M Em ـ

n En ف

W We ك

H Ha ق

Apostrof ˋ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـ

A Fatẖah

ـ

I Kasrah

ـ

U Ḏammah

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

x

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـي Ai a dan i

ك ـ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ىا

Î i dengan topi di atas ىي

ىوÛ u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah

maupun huruf qomariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân, bukan ad-

diwân.

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xi

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setalah kata sandang yang diikuti oleh hurf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata رورة ,”tidak ditulis “ad-darûrah” melainkan “al-ḏarūrah الض

demikian seterusnya.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

matbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

Al-jâmi‟ah al-islâmiyah الجامعة الإسلامية 2

Waẖdat al-wujûd كحدة الوجود 3

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xii

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimt, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama

diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya (Contoh: Abû Hâmid al-

Ghazâlî bukan Abû Hamîd Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring

(Italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis

dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya. Demikian

seterusnya.

Berkaitan dengan penulisana nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya, ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-

Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟il), kata benda (ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xiii

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذهب الأستاذ

لأجر اثػبت tsabata al-ajru

al-ẖarakah al-„asriyyah الحركة العصرية

أف لا إله إلا الله اشهد asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

Maulânâ Malik al-Sâlih مولانا ملك الصالح

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd,

Mohamad Roem, bukan Muẖammad Rûm, Fazlur Rahman, bukan Fadl al-

Raẖman.

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xiv

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………….. i

i

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………… ii

ABSTRAK…………………………………………………………... iii

KATA PENGANTAR………………………………………………. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………. vii

DAFTAR ISI………………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1

B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah…………. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………….. 7

D. Tinjauan Pustaka……………………………………… 8

E. Metodologi Penelitian………………………………… 13

F. Sistematika Penulisan………………………………… 15

BAB II. SEJARAH MUSHAF AL-QUR’AN DI INDONESIA 17

A. Pengertian Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia…………... 17

B. Sejarah Mushaf dari Masa ke Masa ………………….. 18

C. Sejarah Mushaf di Indonesia…………………………. 25

D. Pengertian Iluminasi………………………………….. 38

E. Mushaf Al-Qur‟an Beriluminasi di Indonesia………... 40

BAB III. MUSHAF AL-QUR’AN AL-BANTANI: INISIASI,

KONSEPSI, PEMBUATAN DESAIN ILUMINASI,

PENULISAN DAN DISTRIBUSI

A. Inisiasi, Proses penulisan kaligrafi dan Pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an ABantani………………………… 49

B. Konsepsi Pembuatan Mushaf…………………………. 58

C. Deskripsi Tentang Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani……………………………………………….. 58

D Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani………………………………………………... 62

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xv

E. Pembuatan Desain dan Iluminasi Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani…………………………………………….. 65

F. Pencetakan dan Distribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani………………………………………………...

67

BAB IV. ILUMINASI DAN RELEVANSI MUSHAF AL-

QUR’AN AL-BANTANI DALAM PERKEMBANGAN

MUSHAF DI INDONESIA 75

A. Deskripsi Iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani….. 75

B. Iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani Per

Juz…………………………………………………… 86

C. Relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam

Perkembangan Mushaf di Indonesia …………………. 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………… 115

B. Saran-Saran…………………………………………… 116

DAFTAR PUSTKA………………………………………………… 117

LAMPIRAN…………………………………………………………

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Tampilan cover Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani………… 62

Gambar 3.2: Proses Pencetakan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani……... 68

Gambar 4.1: Tiara dan frem tiara Juz 1-8…………………………….. 83

Gambar 4.2: Tiara dan frem tiara Juz 9-17…………………………… 84

Gambar 4.3: Tiara dan frem tiara Juz 18-25………………………….. 84

Gambar 4.4: Tiara dan frem tiara Juz 26-30………………………….. 85

Gambar 4.5: Tampilan iluminasi Juz 1……………………………….. 88

Gambar 4.6: Tampilan iluminasi Juz 10……………………………… 91

Gambar 4.7: Tampilan iluminasi Juz 11……………………………… 94

Gambar 4.8: Tampilan iluminasi Juz 20…………………………….. 96

Gambar 4.9: Tampilan iluminasi Juz 21…………………………….. 98

Gambar 4.10: Tampilan iluminasi Juz 30…………………………….. 100

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang bagaimana latar

belakang masalah, identifikasi, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian serta

sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum kita mengenal pencetakan Al-Qur‟an di Indonesia, diketahui

secara historis bahwa Al-Qur‟an sebelumnya pernah ditulis dengan tulisan

tangan yang dikenal dengan manuskrip. Manuskrip masa awal yakni pada

masa Rasulullah Saw., belum terhimpun dalam satu buku yang terjilid rapih,

Al-Qur‟an baru ditulis menggunakan alat dan media tulis yang masih sangat

sederhana seperti pelepah kurma, kulit binatang, tulang belulang, dan lain-

lain. Sementara pada masa „Utsmān bin „Affān, Al-Qur‟an mengalami

banyak perubahan, baik dari segi qira‟at maupun bacaannya. Al-Qur‟an yang

dibuat pada masa „Utsmān ini telah ditulis oleh panitia empat yang

dikoordinatori oleh Zayd bin Tsabīt dan dikenal dengan sebutan “Mushaf al-

Imām”. Salinan mushaf al-Imām ini disebarkan ke beberapa kota di antaranya

Makkah, Damaskus, Kufah, Basrah, dan Madinah.1

Seiring dengan menyebarnya agama Islam yang meluas ke berbagai

wilayah, penulisan Al-Qur‟an pun mengalami perubahan-perubahan, mulai

dari teknik manual hingga sampai teknik cetak modern. Di Indonesia sendiri,

penulisan Al-Qur‟an telah melewati proses yang cukup panjang, yakni mulai

dari teknik tulisan tangan hingga teknik cetak modern. Penulisan Al-Qur‟an

1M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an (Tangerang: Penerbit Yayasan Masjid

At-Taqwa, 2018), 28.

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

2

secara manual di Indonesia diperkirakan sudah dimulai sejak abad ke-13 dan

berlangsung hingga akhir abad ke-19. Penulisan Al-Qur‟an sejak awal

didorong oleh semangat dakwah dan mengajarkannya, oleh karenanya

banyak masyarakat Islam baik dari kalangan para ulama, kiayi, maupun santri

di pesantren-pesantren di berbagai daerah nusantara melakukan penyalinan

Al-Qur‟an. Hasil-hasil salinan mushaf kini masih tersimpan di berbagai

perpustakaan, museum, pesantren, ahli waris, dan kolektor.2

Begitu pula mengenai pencetakan Al-Qur‟an di Indonesia, dalam

beberapa literatur telah dijelaskan bahwa pencetakan dimulai sejak akhir

abad ke-19 atau awal abad ke-20, yang mana pada saat itu dapat dikatakan

sebagai masa transisi teknik produksi mushaf Al-Qur‟an.3 Orang yang

pertama kali melakukan pencetakan Al-Qur‟an di Indonesia adalah Haji

Muhammad Azhari dari Palembang pada tahun 1854 M dengan

menggunakan mesin cetak yang telah dibelinya di Singapura. Berikutnya

pencetakan Al-Qur‟an disusul oleh Abdullah bin Afif Cirebon dibantu oleh

Sulaiman Mar‟i pada tahun 1930 M. Usaha pencetakan yang telah dilakukan

oleh Abdullah bin Afif Cirebon ini merupakan periode awal pencetakan

mushaf di Indonesia.4

Pada tahun-tahun berikutnya, pencetakan Al-Qur‟an mulai

berkembang pesat, banyak munculnya para penerbit baru di antaranya Sinar

Kebudayaan Islam, Bir & Company, Toha Putra, Menara Kudus, dan lain-

lain.5 Selanjutnya, pada tahun 1959, muncul upaya-upaya untuk menjaga Al-

Qur‟an dari kesalahan cetak maka dari itu dibentuklah sebuah lembaga

panitia pengecekan Al-Qur‟an yang disebut dengan Lajnah Pentashihan

2Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”, Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. 1 (2016), 175. 3Abdul Hakim, “Al-Qur‟an Cetak di Indonesia: Tinjauan Kronologis Pertengahan

Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20”, Suhuf, vol. 5, no. 2 (2012), 232. 4Hirman Jayadi, “Perkembangan Mushaf Al-Qur‟an Di Indonesia: Studi Mushaf Al-

Qur‟an Tema Perempuan”, Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016), 3. 5Abdul Hakim, “Al-Qur‟an Cetak di Indonesia”, 232.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

3

Mushaf Al-Qur‟an. Untuk memperlancar tugasnya ini, Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an menerbitkan tiga jenis mushaf standar, yaitu Mushaf Al-

Qur‟an Rasm al-„Utsmāni, Mushaf Al-Qur‟an Bahriyyah, dan Mushaf Al-

Qur‟an Braille bagi penyandang tuna netra. Sejak saat itulah marak usaha

pencetakan Al-Qur‟an dan pada tahun-tahun berikutnya banyak Al-Qur‟an

dicetak di Indonesia.

Pada abad ke-21, muncul beberapa mushaf indah yang dipelopori oleh

lembaga pemerintah dan swasta dengan konsep desain, khat dan iluminasi

yang indah dan menggunakan teknik cetak modern. Al-Qur‟an Mushaf

Istiqlal (1995) mengawali era ini, kemudian disusul oleh Al-Qur‟an Mushaf

Sundawi (1997), Al-Qur‟an Mushaf al-Tin (1999), Al-Qur‟an Mushaf Jakarta

(2000), Al-Qur‟an Mushaf Kalimantan Barat (2002), Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani (2010), Al-Qur‟an Mushaf Keraton Yogyakarta (2011).6

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi salah satu mushaf terindah di

abad ke-21.7 Pasalnya, mushaf yang diprakarsai oleh MUI Provinsi Banten

ini, memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan yang lainnya.

Ciri khas yang dimaksud adalah Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani memiliki

keindahan dalam iluminasi yang tersebar pada setiap juz dalam Al-Qur‟an.

Dengan demikian ada tiga puluh iluminasi yang mewakili pada setiap juz

dalam Al-Qur‟an. Ketiga puluh iluminasi tersebut memiliki corak atau bentuk

yang berbeda-beda.

Iluminasi merupakan salah satu bentuk ragam hias dengan beragam

bentuk ornamen yang menggunakan warna emas dan perak serta warna

lainnya yang berfungsi untuk memperindah tampilan halaman naskah dan

6Billy Muhammad Rodibillah, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di

Bandung Tahun 1995-1997”, Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Bandung, 2018, 4. 7Annabel Teh Gallop & Ali Akbar, “The Art of the Qur‟an in Banten: Callighraphy

and Illumination”, Archipel, Vol.72, (2006), 95-156.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

4

pada umumnya memiliki simbol identitas yang merupakan cerminan dari

daerah tempat iluminasi dibuat.

Keindahan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani akan terasa ketika pembaca

mushaf membuka lembar demi lembar mushaf, terutama pada setiap

permulaan juz dalam Al-Qur‟an, yang menyuguhkan aneka warna yang

menarik dan artistik. Keindahan iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani bukan sekadar hiasan yang bertujuan untuk memperindah tampilan

atau cover dari ayat Al-Qur‟an sehingga pembaca akan merasa tertarik untuk

terus membaca dan mendalami makna Al-Qur‟an secara utuh. Memang hal

demikian juga dapat dibenarkan, namun yang lebih penting dari pada itu

adalah bahwa iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

menggambarkan jati diri dan keanekaragaman budaya yang ada di wilayah

Banten. Ketika seorang pembaca melihat iluminasi tersebut, maka otomatis

akan mengetahui bahwa berbagai kerangka yang menghiasi dan membungkus

setiap juz berisi Tiara dan Frem Tiara. Tiara dan Frem Tiara menggambarkan

satu bentuk kekayaan budaya lokal Banten seperti Menara Masjid Pacinan

Tinggi, Gapura Masjid Kasunyatan, Ornamen Mihrab Masjid Kasunyatan,

Ornamen Sokoguru Masjid Carita dan sebagainya.8

Penggunaan iluminasi yang mengadopsi keanekaragaman budaya

lokal yang tersebar di wilayah Banten seperti disebut di atas, menunjukan

bahwa yang menjadi unsur sentral yang hendak dimunculkan dalam iluminasi

mushaf adalah orisinalitas dan toleransi Islam yang sangat fleksibel dalam

mengadopsi budaya lokal. Unsur orisinalitas dan budaya lokal dapat

tercermin dari pengambilan gambar iluminatif dari artefak-artefak yang

hanya dapat ditemukan di wilayah yang disinyalisasi menyimpan

peninggalan kesultanan Banten.

8Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani (Serang: MUI Prov Banten, 2010), iii.

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

5

Fakta yang perlu mendapat perhatian secara umum dari pembentukan

iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah menjadikan unsur

lokal masuk dalam hiasan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah

yang sakral, sehingga sedapat mungkin bersih dari hal-hal yang dapat

mengotori kesuciannnya. Dengan menyematkan iluminasi yang memiliki

nuansa gambar budaya lokal seakan hendak mengatakan bahwa tidak ada

pertentangan antara budaya dan agama khususnya di wilayah Banten. Budaya

lokal yang dijadikan iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

merupakan bentuk pengejawantahan dari rasa penghayatan masyarakat

Banten terhadap ajaran agama Islam. Hal ini yang menjadi titik tekan dari

iluminasi yang terdapat dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Iluminasi bukan hanya sekedar hiasan yang dapat memperindah

tampilan luar suatu teks, namun juga menyimpan unsur lain seperti unsur

pengenalan tradisi dan budaya, seni bahkan terdapat unsur politik9 di

dalamnya yang hendak diperkenalkan di dalam bentuk iluminasi. Semakin

banyak dan ragamnya bentuk iluminasi yang ditampilkan, semakin banyak

dan beragam pula makna yang dikandungnya. Dengan demikian masih

banyak fakta yang dapat ditinjau dari pembentukan iluminasi dalam Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani dan menjadi suatu kajian yang menarik dan urgen

untuk diteliti.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah

tersebut sebagai berikut:

9Mu‟jizah, Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19 (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), 200.

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

6

a. Penulisan dan pencetakan mushaf Al-Qur‟an mulai banyak

dilakukan pada abad ke-21.

b. Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani kurang diketahui oleh

masyarakat luas.

c. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani memiliki relevansi dengan

perkembangan mushaf di Indonesia.

d. Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani memiliki corak

dan karakter yang membedakan dengan mushaf lainnya.

2. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dirumuskan dan

dituliskan?

2. Bagaimana Iluminasi dalam Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani?

3. Apa relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan

mushaf Al-Qur‟an di Indonesia?

3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam,

maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu

dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu penulis membatasi masalah dalam

tulisan ini hanya pada kajian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani cetakan tahun

2014 versi terjemah yang terkait pada proses penulisan, iluminasi, dan

relevansinya dalam perkembangan mushaf di Indonesia. Alasan

pengambilan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sebagai objek penelitian yaitu

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani merupakan mushaf karya istimewa Provinsi

Banten yang pertama kali ditulis berdasarkan cagar budaya daerah dan

memiliki ciri khas yang membedakannya dengan mushaf lainnya yaitu

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

7

iluminasi nya yang berjumlah tiga puluh buah sesuai dengan jumlah juz

dalam Al-Qur‟an dan bersumber dari artefak dan mushaf kuno peninggalan

kesultanan Banten.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Menjelaskan bagaimana perumusan dan penulisan Al-Quran

Mushaf Al-Bantani, serta relevansi penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani dalam perkembangan mushaf di Indonesia.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, kajian ini bermanfaat untuk melengkapi hasil

penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten terhadap iluminasi

dan kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani; dan hasil penelitian

sebelumnya tentang kajian mushaf di Indonesia. Diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan sumbangan analisis bagi

perkembangan disiplin ilmu khususnya dalam kajian ulum Al-Qur‟an.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahun mengenai Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani yang berkaitan dengan penulisan, iluminasi dan

relevansinya dalam perkembangan Mushaf di Indonesia.

2. Bagi masyarakat yaitu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan pemahaman tentang hasil karya

istimewa MUI Provinsi Banten bermana Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani yang di dalamnya terdapat iluminasi yang

menggambarkan khazanah budaya lokal Banten.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

8

D. Tinjauan Pustaka

Dari tinjauan penulis terhadap kajian-kajian terdahulu, ditemukan

tulisan tentang iluminasi dan kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan

beberapa kajian mushaf Al-Qur‟an di Indonesia ditinjau dari aspek sejarah,

karakteristik, ragam hias maupun iluminasi mushaf. Oleh karena itu, penulis

membagikan menjadi dua kajian, yaitu kajian tentang iluminasi dan kaligrafi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan naskah kuno Banten, serta mushaf Al-

Qur‟an di Indonesia ditinjau dari aspek sejarah, karakteristik, ragam hias

maupun iluminasi mushaf.

Tulisan tentang iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan mushaf

kuno Banten, penulis menemukan 3 karya yang relevan dengan kajian yang

penulis angkat, di antaranya karya:

Pertama, karya MUI Banten dengan judul, Panduan Iluminasi dan

Kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani (Berdasarkan Artefak dan

Manuskrip Banten), (2010).10

Karya ini berupa buku panduan yang

membahas tentang gambaran morfologi iluminasi dan kaligrafi dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Kedua, tulisan Annabel Teh Gallop dan Ali Akbar dengan judul “The

Art of the Qur‟an in Banten: Calligraphy and Illumination” (2006).11

Karya

ini berupa jurnal yang membahas tentang seni kaligrafi dan iluminasi yang

terdapat pada manuskrip Al-Qur‟an Banten dari abad 18, dengan meneliti 13

buah manuskrip Al-Qur‟an Banten, yang terdiri dari 7 buah manuskrip yang

terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta dan 5 buah manuskrip yang

terdapat pada beberapa institusi di Banten, dan juga satu manuskrip lainnya

yang terdapat di perpustakaan universitas di Leiden-Belanda.

10

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani (Serang: MUI Prov Banten, 2010). 11

Annabel Teh Gallop & Ali Akbar, “The Art of the Qur‟an in Banten: Callighraphy

and Illumination”, Archipel, Vol.72, (2006), 95-156.

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

9

Ketiga, karya Ervan Nurtawab dengan judul, “Qur‟anic readings and

Malay translation in 18th

century Banten Qur‟ans A.51 and W.277”, (2020).12

Karya ini merupakan jurnal yang meneliti tentang dua salinan Al-Qur‟an dari

Banten abad ke-18, yaitu Qur‟an A.51 dan Qur‟an W.277 yang berisi

terjemahan melayu interlinier, dengan fokus kajiannya pada dua aspek yaitu

pembacaan Al-Qur‟an dan terjemahan melayu untuk mengungkapkan praktik

Al-Qur‟an pedagogis di daerah Banten. Studi ini mengungkapkan bahwa

terdapat perbedaan dalam cara pembacaan Al-Qur‟an, yakni Qur‟an A.51

digunakan untuk mereka yang memperoleh keterampilan tingkat tinggi atau

spesialis dalam bidang Al-Qur‟an, sementara Qur‟an W.277 dibuat untuk

siswa tingkat dasar atau muslim biasa.

Kajian terdahulu tentang mushaf Al-Qur‟an di Indonesia ditinjau dari

aspek sejarah, karakteristik, ragam hias maupun iluminasi mushaf, di

antaranya sebagai berikut:

Pertama, karya Zainal Abidin dengan judul, Eksistensi Al-Qur‟an

Pusaka dalam Perkembangan Mushaf Indonesia, (2019).13

Karya ini

merupakan jurnal yang membahas tentang eksistensi Al-Qur‟an pusaka di

Indonesia yang berkesimpulan bahwa mushaf Al-Qur‟an pusaka ditulis

sebagai mushaf monumental yang pada akhirnya tidak dijadikan sebagai

rujukan mushaf-mushaf setelahnya, dan mushaf ini kurang mendapat

perhatian dari pihak museum dan para pengkaji mushaf Nusantara.

Kedua, karya Makmur Hajirun, Muhammad Bukhari Lubis, dan Abu

Hassan bin Abdul, dengan judul, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Nusantara: Satu Kajian Perbandingan Antara Mushaf Istiqlal Indonesia

12

Ervan Nurtawab, “Qur‟anic readings and Malay translation in 18th century Banten

Qur‟ans A.51 and W.277”, Indonesia and Malay Word, (2020). 13

Zainal Abidin, “Eksistensi Al-Qur‟an Pusaka dalam Perkembangan Mushaf

Indonesia”. Journal Of Qur‟an and Hadith Studies, vol 8, no. 2, (Juli- Desember 2019).

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

10

dengan Mushaf Tab‟an Ain al-Taqwa Malaysia, (2016).14

Karya ini

merupakan artikel yang membahas tentang sejarah penulisan Mushaf Istiqlal

Indonesia dengan Mushaf Tab‟an Ain al-Taqwa Malaysia.

Ketiga, karya Mahmud Buchari dkk, dengan judul, Al-Qur‟an Al-

Karim: Manuskrip Mushaf Untuk Mengenang Almh. Ibunda Hj. Fatimah Siti

Hartinah Soeharto: salah satu manuskrip indah Nusantara abd XX dalam

cetakan faksimili dari manuskrip asli /tim pelaksana pembuat Al-Qur‟an

Mushaf Ibunda Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, (1999).15

Karya ini

berupa sebuah buku yang menjelaskan tentang Al-Qur‟an Mushaf Al-Tin

baik dari aspek sejarah penulisannya, kaligrafi dan iluminasi, serta

karakteristik yang dimilikinya.

Keempat, karya Kiki Ahmad Baehaki dengan judul, Representasi Seni

Nusantara dalam Iluminasi Al-Qur‟an Mushaf At-Tin, (2012).16

Karya ini

merupakan thesis yang membahas tentang makna visual yang tersirat dalam

iluminasi Al-Qur‟an Mushaf Al-tin dengan meneliti iluminasi maupun khat

(tulisan) naskah Al-Qur‟an Mushaf Al-Tin yang diprakarsai oleh keluarga

ibunda Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto.

Kelima, karya Billy Muhammad Rodibillah, dengan judul, Sejarah

Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di Bandung Tahun 1995-1997,

(2018).17

Karya ini merupakan skripsi yang membahas tentang sejarah

penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi dan mendeskripsikan ciri khas yang

dimilikinya.

14

Makmur Haji Harun, dkk (peny). Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Nusantara: Satu Kajian Perbandingan Antara Mushaf Istiqlal Indonesia dengan Mushaf

Tab‟an Ain al-Taqwa Malaysia. Universiti Pendidikan Sultan Idris, (2016). 15

Mahmud Buchari dkk, “Al-Qur‟an Al-Karim: Manuskrip Mushaf Untuk

Mengenang Almh. Ibunda Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto” (Jakarta: Kharisma, 1999) 16

Kiki Ahmad Baehaki, “Representasi Seni Nusantara dalam Iluminasi Al-Qur‟an

Mushaf Attin”, Tesis (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). 17

Billy Muhammad Rodibillah, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di

Bandung Tahun 1995-1997”. Skripsi (Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunug

Djati Bandung, 2018).

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

11

Keenam, karya Desi Wulandari dengan judul, Analisis Ornamen Al-

Qur‟an Mushaf Sundawi di Perpustakaan Pusdai Jawa Barat, (2016).18

Karya ini merupakan skripsi yang membahas tentang unsur dan prinsip visual

motif flora pada bingkai dan mahkota ornamen Al-Qur‟an Mushaf Sundawi

Ketujuh, karya Ahmad Nashih dengan judul, Studi Mushaf Pojok

Menara Kudus.19

Karya ini merupakan artikel yang membahas tentang

sejarah penulisan dan karakteristik Mushaf Pojok Menara Kudus.

Kedelapan, karya Sikha Amalia Sandia Pitaloka yang berjudul,

Manuskrip Mushaf Al-Qur‟an Keraton Kacirebonan (Analisis Iluminasi),

(2019).20

Karya ini merupakan skripsi yang membahas tentang karakteristik

dan penaskahan manuskrip mushaf Al-Qur‟an Keraton Kacirebonan dan

analisis iluminasi mushaf Al-Qur‟an Keraton Kacirebonan dengan meneliti

salah satu dari tiga naskah Al-Qur‟an Keraton Kacirebonan yang memiliki

iluminasi yang unik, berbeda-beda dan warna beragam yang terdapat pada

setiap awal halaman permulaan surat.

Kesembilan, karya Niko Andeska, Indra Setiawan, dan Rika Wirandi

dengan judul, Inventarisasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-

Qur‟an Kuno Koleksi Pedir Museum di Banda Aceh, (2019).21

Karya ini

merupakan artikel yang membahas tentang karakteristik ragam hias aceh

pada iluminasi beberapa mushaf Al-Qur‟an koleksi Pedir Museum Banda

Aceh.

18

Desi Wulandari, “Analisis Ornamen Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di Perpustakaan

Pusdai Jawa Barat”. Skripsi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2016). 19

Ahmad Nashih, “Studi Mushaf Pojok Menara Kudus: Sejarah dan Karakteristik”.

Jurnal Nun, vol 3,no. 1, (2017). 20

Sikha Amalia Sandia Pitaloka, “Manuskrip Mushaf Al-Qur‟an Keratn

Kacirebonan (Analisis Iluminasi).” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2019). 21

Niko Andeska, dkk. “Inventarisasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf Al-

Qur‟an Kuno Koleksi Pedir Museum di Banda Aceh”. Gorga Jurnal Seni Rupa, vol. 08, no.

02, (2019).

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

12

Kesepuluh, Mazroatul Ilmiyah dengan judul, Iluminasi Naskah

Mushaf Al-Qur‟an Sunan Giri: Kajian Kodikologis Disertai Analisis

Semiotika, (2019).22

Karya ini merupakan thesis yang membahas tentang

identifikasi bentuk dan mengungkapkan makna yang terkandung pada naskah

mushaf Al-Qur‟an Sunan Giri.

Kesebelas, karya Asep Saefullah dengan judul, Ragam Hias Mushaf

Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal Jakarta, (2007).23

Karya

ini merupakan artikel yang memaparkan gaya iluminasi yang mencerminkan

keragaman dan keunikan lokal yang terdapat dalam mushaf kuno koleksi

Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal Jakarta.

Keduabelas, karya Avi Khuriya Mustofa dengan judul, Variasi dan

Simbol dalam Mushaf Manuskrip Al-Qur‟an di Masjid Agung Surakarta

(Kajian Filologi), (2013).24

Karya ini merupakan skripsi yang membahas

variasi penulisan, jenis dan fungsi scholia serta simbol dalam mushaf Al-

Qur‟an Masjid Agung Surakarta dengan meneliti naskah Al-Qur‟an yang

ditemukan di Masjid Agung Surakarta, yaitu naskah wakaf dari R.

Haryopripto Diningrat yang memiliki banyak keunikan dan ciri khas yang

menarik.

Dari hasil tinjaun pustaka di atas, penulis menemukan sebuah

penelitian yang membahas tentang iluminasi dan kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani yang digali dari artefak dan naskah kuno Banten. Maka dari itu

penulis hendak melengkapi penelitian sebelumnya yakni menjelaskan tentang

penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan relevansinya dalam

perkembangan mushaf di Indonesia

22

Mazroatul Ilmiyah, “Iluminasi Naskah Mushaf Al-Qur‟an Sunan Giri: Kajian

Kodikologis Disertai Analisis Semiotika”, Tesis (Semarang: Universitas Airlangga, 2019). 23

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal Jakarta”. Jurnal Lektur Keagamaan, vol. 5, no. I, (2007). 24

Avi Khuriya Mustofa, “Variasi dan Simbol dalam Mushaf Manuskrip Al-Qur‟an

di Masjid Agung Surakarta (Kajian Filologi)”. Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

13

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatan yang dipakai penelitian ini termasuk

kedalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.25

Jika dilihat dari tempat pengambilan datanya, maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research) dan

lapangan (field research) dengan objek kajiannya adalah naskah Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani cetakan tahun 2014 versi terjemah.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer adalah Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani cetakan tahun 2014 versi terjemah, Buku Laporan

Penelitian Iluminasi dan Kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, serta

Buku Panduan Iluminasi dan Kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

karya MUI Provinsi Banten.

Sedangkan sumber sekunder adalah buku-buku, jurnal-jurnal,

artikel-artikel, dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dan membantu

dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah salah satu kegiatan penelitian yang

dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat tertentu yang

25

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2016), 6.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

14

disebut dengan instrument penelitian. Data yang diperoleh dari proses

tersebut kemudian dihimpun, ditata dan dianalisis untuk menjadi

informasi yang dapat menjelaskan suatu fenomena atau keterkaitan antar

fenomena.26

Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan obyek penelitian,

maka dalam hal ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara

pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara.27

Wawancara ini dilakukan pada beberapa

narasumber, di antaranya: Ketua tim penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani, Peneliti iluminasi, dan anggota tim Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an Kementerian Agama RI untuk memperoleh

sejumlah informasi mengenai Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

b. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk melacak dokumen-dokumen yang

terkait, seperti: dokumen terkait penulisan mushaf, serta catatan dan

dokumen lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian skripsi ini.

4. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif-analitis. Deskriptif adalah memberi gambaran penyajian laporan

data yang berasal dari catatan observasi, naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, dokumen pribadi, atau dokumen resmi lainnya.28

26

Mamik, Metode Penelitian Kualitatif (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), 78. 27

H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2005), 108. 28

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 11.

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

15

Sedangkan analisis adalah mengungkapkan semua proses etik yang ada

dalam suatu fenomena sosial dan menganalisis makna yang ada dibalik

informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial.29

5. Teknik Penulisan

Dalam teknis penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada

Panduan Penulisan Skripsi dan Tesis dan Disertasi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi pembahasan penelitian ini ke dalam lima bab yang

diuraikan dalam sistematika berikut:

Bab pertama adalah Pendahuluan, berisi: memaparkan latar belakang

pemilihan tema penelitian, permasalahan yang menjadi perhatian utama

peneliti untuk dijawab di kesimpulan, tujuan yang hendak dicapai dan

manfaat dari dilakukannya penelitian mengenai Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani ini, baik secara teoritis maupun praktis, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab kedua adalah memaparkan tentang sejarah mushaf Al-Qur‟an di

Indonesia, yang terdiri dari lima sub bab: pengertian mushaf, sejarah mushaf

dari masa ke masa, sejarah mushaf di Indonesia, pengertian iluminasi dan

beberapa mushaf Al-Qur‟an beriluminasi di Indonesia

Bab ketiga adalah tentang Inisiasi, konsepsi, Pembuatan Desain

Iluminasi, Penulisan dan distribusli Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, yang

terdiri dari lima sub bab: inisiasi, proses penulisan kaligrafi dan pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, konsepsi pembuatan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani, deskripsi tentang Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, pembuatan desain

29

H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, 153.

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

16

iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, serta pencetakan dan distribuasi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Bab keempat adalah analisa temuan penulis dalam penelitian ini,

yakni menjelaskan gambaran iluminasi dan relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani dalam perkembangan mushaf di Indonesia.

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan hasil jawaban

rumusan masalah dan juga berisi saran-saran maupun rekomendasi sebagai

perbaikan terhadap penelitian selanjutnya.

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

17

BAB II

SEJARAH MUSHAF AL-QUR’AN DI INDONESIA

Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengertian mushaf, sejarah

mushaf dari masa ke masa, sejarah mushaf di Indonesia, dan juga

pengertian iluminasi serta mushaf Al-Qur‟an beriluminasi di Indonesia.

A. Pengertian Mushaf

Dalam kamus Lisān al-„Arab, mushaf terambil dari kata ṣaḥīfah

(bentuk jamaknya ṣaḥāif atau ṣuḥuf) yang berarti sesuatu yang bisa

dijadikan tempat menulis. Dalam hal ini mushaf diartikan sebagai

kumpulan ṣuḥuf 1

yang disusun antara dua sampul kitab.2 Mushaf juga

dapat diartikan sebagai kitab atau buku.3

Sedangkan menurut istilah mushaf adalah salinan Al-Qur‟an secara

keseluruhan, yang mencakup teks, iluminasi, maupun aspek fisik Al-

Qur‟an (jenis kertas dan tinta yang dipakai, ukuran naskah, jenis sampul,

penjilidan dan lain-lain).4 Dalam arti lainnya, mushaf dimaknai sebagai

bagian dari kalāmullāh yang secara historis ditulis, dikumpulkan dan

dijadikan dalam bentuk buku.5

Seiring dengan perkembangannya, kata mushaf terus mengalami

perubahan makna, awalnya mushaf merujuk pada lembaran-lembaran

biasa kemudian berubah menjadi lembaran-lembaran yang tersusun

menjadi satu tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an. Orang yang mula-mula

1 Suhuf adalah lembaran lepas dari bahan tertulis seperti kertas, kulit, papirus

dan lain-lain. 2Ibn Manzur, Lisān al-„Arab (Beirut: Dar Sader, 1997) jilid 4, 17.

3Fadhal AR Bafadal dan Rosehan Anwar. Mushaf-mushaf Kuno Indonesia

(Jakarta : Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagmaan

Departeman Agama RI, 2005), xi. 4Fadhal AR Bafadal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno Indonesia, xi.

5Eva Nugraha,” Living Mushaf: Penelusuran atas Sakralitas Penggunaan

Mushaf dalam Keseharian”. Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 1, No. 5 (Januari 2013), 439.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

18

memaknai mushaf sebagai kitab suci Al-Qur‟an, yaitu Sahabat Sālim bin

Ma‟qil pada tahun 12 H. Pemaknaan tersebut sebagaimana yang

termaktub dalam perkataannya: “Kami menyebut di negara kami untuk

naskah-naskah atau manuskrip Al-Qur‟an yang dikumpulkan dan

dibandel sebagai mushaf”. Perkataan Salim bin Ma‟qil tersebut dijadikan

inspirasi oleh Abu Bakr dalam memberi nama pada naskah-naskah Al-

Qur‟an yang telah dikumpulkannya yaitu “al-Mushaf Al-Syarīf”.

Jika dilihat dari sisi masa periode penulisannya, mushaf memiliki

banyak makna, di antaranya: mushaf di zaman Nabi dimaknai dengan

ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditulis di atas media seperti pelepah-pelepah

kurma, kulit binatang, kepingan-kepingan tulang, tulang belulang, dan

lain-lain. Sedangkan mushaf di zaman Umar bin Khatab dipahami sebagai

tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an yang dihimpun pada masanya. Selanjutnya,

mushaf yang di zaman „Utsmān bin „Affān dikenal dengan istilah

“mushaf „ustmāni” yakni tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an yang dihimpun dan

diseragamkan tulisan dan bacaannya oleh „Utsmān bin „Affān. Berbeda

dengan istilah mushaf pada masa awal, pada masa kini mushaf dipahami

sebagai tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah terhimpun dalam

lembaran-lembaran yang diapit oleh dua sampul dan merujuk pada

mushaf Al-Qur‟an yang sering dijumpai dan dibaca pada masa kini.6

B. Sejarah Mushaf dari Masa ke Masa

1. Al-Qur’an Pada Masa Nabi Saw

Al-Qur‟an pada masa Nabi Saw ini belum terkumpul dalam satu mushaf,

mengingat masa itu belum adanya alat tulis maupun sarana tempat

menulis yang bagus dan canggih seperti zaman sekarang. Pada masa ini

ayat-ayat Al-Qur‟an ditulis dalam pelepah kurma, kulit binatang, tulang

6Hirman Jayadi, “Perkembangan Mushaf Al-Qur‟an Di Indonesia (Studi

Mushaf Al-Qur‟an Tema Perempuan)”, 19.

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

19

belulang, dan lain-lain.7 Dan berikut ini adalah faktor-faktor

penyebabnya:8 pertama, tidak adanya faktor pendukung untuk

membukukan Al-Qur‟an menjadi satu mushaf mengingat Nabi SAW

masih hidup disamping banyaknya sahabat yang masih menghafal Al-

Qur‟an, dan tidak ada unsur-unsur yang diduga akan menganggu

kelestarian Al-Qur‟an. kedua, Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-

angsur, maka hal yang logis jika Al-Qur‟an baru bisa dibukukan dalam

satu mushaf setelah Nabi SAW wafat. Ketiga, selama proses turunnya

Al-Qur‟an, masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur‟an

yang mansūkh.

Pengumpulan Al-Qur‟an pada masa Nabi Saw, dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori: pertama, penghimpunan dalam

hati, yakni melalui penghafalan. Kedua adalah penghimpunan melalui

penulisan dan pencatatan.9 Pengumpulan melalui penghafalan dilakukan

setiap kali Nabi Saw., menerima wahyu yang diturunkan Allah SWT,

beliau langsung mengingat dan menghafalnya, kemudian wahyu tersebut

beliau sampaikan kepada para sahabat agar mereka menghafalnya, lalu

para sahabat menyampaikannya secara berantai kepada sahabat lainnya.10

Sedangkan pengumpulan melalui penulisan adalah Nabi Saw.,

setelah menerima ayat Al-Qur‟an segera memanggil para sahabat yang

pandai menulis dan membaca untuk menulis ayat-ayat tersebut disertai

informasi mengenai tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya.11

Dalam penulisan wahyu ini banyak para sahabat yang dilibatkan. Berikut

7Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2013), 50. 8Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 18. 9M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 20.

10M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 21.

11Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, 21.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

20

adalah nama-nama sahabat yang dikenal sebagai penulis wahyu:12

Abu

Bakr al-Ṡiddīq, „Umar bin Khaṭṭāb, „Utsmān bin „Affān, „Alī bin Abī

Ṭālib, Tsabīt bin Qays bin Syammās, Mu‟āwiyah, Mughīrah bin Syu‟bah,

Khālid bin Wālid, Ubay bin Ka‟b, Zayd bin Tsabīt, Muhammad bin

Maslamah, „Āmir bin Fuhayrah, „Amr bin „Āṣ, Yazīd bin Abū Sufyān,

Zubayr bin „Awwām, al-„Alā bin al-Ḥaḍramī, Abū Mūsā al-Asy‟arī dan

Abū Dardā‟, „Abdullāh bin al- Ḥaḍramī, „Abdullāh bin Ubay bin Salūl.

Dari sekian banyak penulis Al-Qur‟an yang telah disebutkan di

atas, salah satunya adalah Zayd bin Tsabīt. Beliau dikenal sebagai orang

yang paling profesional dan paling andal dalam melakukan penulisan

ayat-ayat Al-Qur‟an yang diterima dari Nabi SAW. Zayd bin Tsabīt dan

kawan-kawannya selalu mencatat ayat-ayat Al-Qur‟an, menempatkan

urutan ayat-ayat dan surat-suratnya sesuai dengan petunjuk Nabi SAW,

dengan sangat cermat dan teliti.

Mengenai teknik penulisan wahyu Al-Qur‟an pada masa Nabi

Saw., dijelaskan bahwa setiap kali beliau menerima wahyu dari Allah

Swt., seketika itu juga diusahakan penulisannya oleh juru tulis. Dalam

aturan penulisan, dengan tegas Nabi melarang sahabat menuliskan

sesuatu selain Al-Qur‟an. Hal ini dilakukan sebagai upaya menghindari

tercampurnya Al-Qur‟an dengan hadis.13

2. Mushaf Al-Qur’an Masa Abu Bakr

Pada masa khalifah Abu Bakr, Al-Qur‟an telah dihimpun ke

dalam satu mushaf. Penghimpunan Al-Qur‟an ini merupakan gagasan

„Umar bin Khaṭṭāb yang muncul sebab kekhawatirannya terhadap

hilangnya sebagian ayat-ayat Al-Qur‟an yang disebabkan oleh

banyaknya para penghafal Al-Qur‟an yang gugur dalam peperangan

12

Muhammad Amin Suma, Ulumul, 49. 13

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 22.

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

21

Yamamah pada masa itu.14

Pada mulanya gagasan tersebut berat untuk

dikabulkan Abu Bakr, namun akhirnya „Umar bin Khaṭṭāb berhasil

meyakinkannya, hingga Abu Bakr menyetujuinya demi kemaslahatan

umat dan pelestarian Al-Qur‟an. Abu Bakr lantas membentuk sebuah

tim yang dikoordinatori Zayd bin Tsabīt dalam rangka menjalankan

tugas penghimpunan Al-Qur‟an tersebut. Alasan Zayd bin Tsabīt dipilih

oleh Abu Bakr adalah karena kelebihan dan kemampuan yang

dimilikinya, seperti kecerdasannya, kedudukannya dalam qiraat,

penulisan dan pemahamannya, serta kehadirannya pada saat Nabi

mengulang-ulang bacaan dan hafalan di hadapan Jibril yang terakhir

kalinya.

Dalam melaksanakan tugasnya yang berat dan mulia ini, Zayd bin

Tsabīt bertindak amat cermat dan hati-hati. Ia dibantu beberapa anggota

tim nya yang hafal Al-Qur‟an, di antaranya: Ubay bin Ka‟b, „Alī bin Abī

Ṭālib , dan „Utsmān bin „Affān.15

Sumber utama dalam penulisan Al-

Qur‟an ini adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditulis dan dicatat di hadapan

Nabi SAW., dan hafalan para sahabat. Oleh karena itu, Zayd bin Tsabīt

tidak menerima catatan-catatan dan tulisan Al-Qur‟an kecuali tulisan Al-

Qur‟an tersebut benar-benar berasal dari Nabi SAW., dengan

mendatangkan dua orang saksi yang adil.16

Tugas penghimpunan Al-Qur‟an tersebut terlaksana dengan sangat

baik, dan dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun. Al-Qur‟an yang

tersusun rapi dalam satu mushaf itu hasilnya disimpan oleh Abu Bakr al-

Ṡiddīq hingga akhir hayatnya.

14

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, 50. 15

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 19. 16

Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, 19.

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

22

Berikut ini adalah karakteristik penulisan Al-Qur‟an pada masa

Abu Bakr:17

1. Seluruh ayat Al-Qur‟an dikumpulkan dan ditulis dalam satu

mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.

2. Meniadakan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah mansūkh.

3. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.

4. Dialek Arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah

tujuh (qira‟at) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada

masa Rasulullah SAW.

3. Mushaf Al-Qur’an Masa ‘Umar bin Khaṭṭāb

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa setelah Abu Bakr

wafat, mushaf Al-Qur‟an yang telah dihimpun oleh Tim Zayd bin Tsabīt

disimpan. Pada masa „Umar bin Khaṭṭāb ini, pemeliharaan Al-Qur‟an

tidak ada perkembangan baru18

, yakni tidak adanya perbaikan maupun

tindak lanjut dari penghimpunan Al-Qur‟an yang telah dilakukan pada

masa Abu Bakr.19

Namun secara politis, Al-Qur‟an tetap mendapatkan

perlindungan dan pengamanan, seperti hal nya „Umar bin Khaṭṭāb tetap

memperhatikan pengajaran Al-Qur‟an di seluruh negeri Islam agar tidak

keluar dari tujuh qiraat yang diperbolehkan oleh Rasulullah SAW.

Setelah „Umar bin Khaṭṭāb wafat, mushaf Al-Qur‟an diserahkan

dan lalu disimpan oleh Ḥafṣah hingga akhir hayatnya. Dipilihnya Ḥafṣah

sebagai orang yang berhak menyimpan mushaf Al-Qur‟an tersebut adalah

atas dasar pesan Umar dengan pertimbangan antara lain:20

a. Ḥafṣah

merupakan isteri Nabi Saw., dan juga puteri Khalifah „Umar bin Khaṭṭāb,

17

Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, 20. 18

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 25. 19

Arizki Widianingrum, “Mushaf Hafalan Di Indonesia, 25. 20

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 25.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

23

b. Ḥafṣah dikenal sebagai seorang yang cerdas lagi pandai baca-tulis,

bukan hanya itu beliau hafal seluruh ayat Al-Qur‟an. Selanjutnya setelah

Ḥafṣah wafat, mushaf Al-Qur‟an itu diambil dan dibakar oleh seorang

Khalifah dari Dinasti Bani Umayah yang bernama Marwān bin al-Ḥakam.

Hal itu terpaksa dilakukan demi mengamankan keseragaman mushaf Al-

Qur‟an yang diusahakan oleh Khalifah „Utsmān, selain itu juga untuk

menghindarkan timbulnya keraguan-keraguan umat Islam di masa

mendatang jika masih terdapat dua macam mushaf (ṣuḥuf Ḥafṣah dan

Mushaf „Utsmāni).

4. Mushaf Al-Qur’an pada Masa ‘Utsmān bin ‘Affān

Pada masa kekhalifahan „Utsmān bin „Affān, Islam telah tersebar

luas sampai Armenia dan Azerbaijan. ketika terjadi peperangan di daerah

tersebut, bertemu dua pasukan besar kaum muslimin, yakni pasukan dari

Iraq dan pasukan dari Syam. Mereka saling mendengar bacaan Al-Qur‟an

satu sama lain, dan ternyata terdapat perbedaan versi qira‟at di antara

mereka, pasukan dari Syam membaca Al-Qur‟an dengan qira‟at Abu

Dardā r.a, sementera pasukan dari Iraq membaca Al-Qur‟an dengan

qira‟at Abdullāh bin Mas‟ūd r.a.21

Perbedaan ini menimbulkan

perselisihan hingga saling menganggap bahwa versi qira‟at mereka yang

paling baik dan benar. Perselisihan tersebut diketahui oleh salah seorang

sahabat Nabi yang bernama Ḥudzaifah bin Yamān r.a., Beliau kemudian

kembali ke Madinah, menceritakan kejadian yang dilihatnya kepada

„Utsmān bin „Affān dan mengusulkan agar mengusahakan keseragaman

bacaan Al-Qur‟an. Mendengar berita tersebut, „Utsmān bin „Affān segera

bermusyawarah dengan para sahabat Ansar dan Muhajirin guna mencari

21

Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Prenadamedia Group),

36.

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

24

solusi dari masalah serius tersebut, hingga akhirnya terbentuklah sebuah

hasil kesepakatan bahwa agar mushaf Abu Bakr disalin kembali menjadi

beberapa mushaf. Mushaf-mushaf tersebut nantinya akan dikirim ke

berbagai daerah sebagai rujukan bagi kaum muslimin terutama manakala

terjadi perselisihan tentang qiraat Al-Qur‟an di antara mereka.22

„Utsmān

bin „Affān menghubungi Ḥafṡah r.a, dan meminta dikirimkan mushaf

untuk kemudian nantinya dikembalikan lagi. Maka Ḥafṡah mengirim

mushaf al-Quran tersebut23

, lalu dibentuklah panitia penyalin mushaf Al-

Qur‟an yang diketuai oleh Zayd bin Tsabīt dengan tiga anggotanya yaitu

Abdullāh bin Zubair, Sa‟īd bin al-„Aṣ, dan Abd al-Raḥmān bin al-Ḥarits

bin Hisyām. Panitia Zayd dapat menyelesaikan tugasnya pada tahun 25

H24

dan hasil kerja panitia Zayd tersebut adalah berupa empat mushaf Al-

Qur‟an standar. Tiga di antaranya dikirim ke Syam, Kufah dan Basrah,

dan satu mushaf ditinggalkan di Madinah untuk „Ustman sendiri, yang

kemudian mushaf ini dikenal sebagai al-mushaf al-Imām. Ada pula

riwayat yang mengatakan bahwa jumlah pengadaan mushaf sebanyak

lima buah, dan pendapat yang lainnya menyebut tujuh buah, dikirim ke ke

selain tiga tempat di atas, yaitu ke Mekah, Yaman dan Bahrain.

Gerakan pemeliharaan Al-Qur‟an pada masa „Utsman ini

mengandung faedah, antara lain:25

(a) Mempersatukan dan

menyeragamkan tulisan dan ejaan Al-Qur‟an bagi seluruh umat Islam

berdasarkan cara pembacaan yang diajarkan Rasulullah SAW dengan

jalan mutawatir, sekaligus menghapuskan cara pembacaan lainnya yang

tidak ma‟tsur. (b) Supaya umat Islam berpegang pada mushaf yang

disusun dengan sempurna atas dasar tauqifi (tuntunan) Rasulullah SAW

22

Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, 21. 23

Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur‟an, 38. 24

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 27. 25

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 27.

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

25

untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang tidak perlu terjadi

karena perbadaan membaca Al-Qur‟an. (c) Mempersatukan urutan

susunan surat-surat Al-Qur‟an sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah

SAW, yang diterima secara mutawatir.

Berikut adalah beberapa karakteristik mushaf Al-Qur‟an yang

ditulis pada masa „Utsmān bin „Affān:26

1. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat

yang mutawatir.

2. Tidak memuat ayat-ayat yang mansūkh

3. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib,

sebagaimana Al-Qur‟an yang kita kenal sekarang. tidak seperti

mushaf Al-Qur‟an yang ditulis pada masa Abu Bakr yang hanya

disusun menurut tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun

menurut urut turunnya wahyu.

4. Tidak memuat sesuatu yang tidak tergolong Al-Qur‟an, seperti

yang ditulis sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing

mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna

ayat-ayat tertentu.

5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy saja,

dengan alasan bahwa Al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa Arab

Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan

menggunakan dialek lain.

C. Sejarah Mushaf di Indonesia

Dalam perkembangannya, mushaf Al-Qur‟an di Indonesia telah

mengalami tiga periode, yaitu sebagai berikut:

26

Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, 22.

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

26

1. Periode Tulisan Tangan

Metode tulisan tangan merupakan teknik pertama yang

digunakan dalam sejarah penyalinan Al-Qur‟an di Indonesia.27

Periode tulisan tangan ini sudah dimulai sejak abad ke-13 Masehi,

tepatnya ketika Pasai menjadi kerajaan pertama di Nusantara yang

secara resmi masuk Islam. Penyalinan ini terus berlangsung hingga

akhir abad ke-19. Adapun para pelaku penyalinan Al-Qur‟an adalah

masyarakat Muslim dari berbagai lapisan seperti para penyalin

profesional, santri dan para ulama. Kegiatan penyalinannya pun

berlangsung di berbagai kota, di antaranya Aceh, Sumatera Barat,

Sumatera Selatan, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, Madura,

Lombok, Sumbawa, Kalimantan Selatan, dan lain-lain.28

Hasil

penyalinannya sangat banyak dan saat ini tersimpan di beberapa

museum, perpustakaan, pesantren, ahli waris dan kolektor.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dapat dikatakan

sebagai masa transisi teknik produksi mushaf Al-Qur‟an. pada masa

itu penyalinan Al-Qur‟an secara manual masih berlanjut di satu sisi

dan pada saat yang sama mulai marak penggunaan teknologi cetak.29

Dewasa ini, naskah Al-Qur‟an Indonesia banyak disimpan di

lembaga-lembaga pemerintah baik di Indonesia maupun luar negeri

seperti di Malaysia, Belanda, dan beberapa tempat lainnya. Namun

diperkiraan Indonesia tetap merupakan yang terbanyak menyimpan

naskah Al-Qur‟an tersebut, baik yang dimiliki oleh pribadi, museum,

masjid maupun pesantren.30

Hal ini sebagaimana tercatat bahwa

mushaf Al-Qur‟an yang tersimpan di Indonesia ada sekitar 450

27

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 33. 28

Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal nusantara”. Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. I (Januari-Juni 2016): 175. 29

Abdul Hakim, “Qur‟an Cetak di Indonesia”. Suhuf, vol. 5, no. 2, 2012, h. 232 30

Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal nusantara”. Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. I (Januari-Juni 2016): 176.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

27

mushaf, sedangkan yang tersimpan di luar negeri ada sekitar 200

mushaf, dengan jumlah 650 ini jelas masih sementara, dikarenakan

belum termasuk milik pribadi. 31

Berikut adalah beberapa mushaf Al-Qur‟an di Indonesia:32

mushaf Al-Qur‟an Aceh yang kini telah menjadi koleksi berbagai

lembaga di dalam dan luar negeri. Mushaf Al-Qur‟an kuno dari

berbagai Istana Nusantara, seperti Banten, Cirebon, Riau-Lingga,

Terengganu (Malaysia), Sumbawa, Bima, Bone, dan Ternate. Selain

itu, ada juga Mushaf Indonesia lainnya seperti Mushaf Banten,

Mushaf Kanjeng Kyai Al-Qur‟an Pusaka Keraton Yogyakarta, dan

Mushaf Al-Banjari.

Adapun mushaf kuno yang terdapat di Bayt Al-Qur‟an dan

Museum Istiqlal berjumlah 29 buah, termasuk mushaf-mushaf besar,

tetapi tidak termasuk Mushaf Itiqlal. Sedangkan mushaf kuno yang

berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 22 buah.33

Menurut informasi, mushaf tulis tangan di Indonesia terakhir

ditulis oleh seorang Narapidana di Banyuwangi, bernama Sugiyanto.

Al-Qur‟an ini berukuran panjanng 1,1 meter x 80 sentimeter dan

tebalnya 13 sentimeter.34

2. Periode Cetak Mesin

Teknologi cetak litografi (cetak batu) sudah berkembanag di

Indonesia menjelang pertengahan abad ke 19. Pada masa itu penulisan

Al-Qur‟an secara manual mulai ditinggalkan, sebab dengan beralih ke

31

Arizki Widianingrum, “Mushaf Hafalan Di Indonesia”, 32. 32

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 33-34. 33

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 33. 34

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 34.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

28

metode cetak batu akan sangat memudahkan penggandaan mushaf

dalam jumlah banyak, meskipun produksinya tetap terbatas.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai mushaf cetakan awal,

mushaf cetakan tahun 1933-1983 hingga mushaf cetakan 2000-an:

a. Mushaf Cetakan Awal

Berdasarkan temuan hingga kini, rupanya asal-usul mushaf

Al-Qur‟an cetakan awal yang beredar di Asia Tenggara pada akhir

abad ke-19 jumlahnya tidak begitu banyak.35

Dari beberapa

mushaf cetakan awal, mushaf yang berasal dari Palembang

diketahui sebagai mushaf cetakan tertua di Indonesia, bahkan di

Asia Tenggara. Mushaf Palembang ini merupakan hasil cetak batu

Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah yang dicetak

pada tahun 1848 dan 1854.36

Kedua cetakan mushaf tersebut

ditemukan hingga sekarang, hanya saja cetakan tahun 1854

kondisinya tidak utuh, terdapat di Masjid Dokjumeneng,

Cirebon.37

Adapun cetakan lainnya yang beredar luas di Indonesia

pada akhir abad ke-19 yaitu cetakan Singapura, Bombay dan

India. Mushaf cetakan Singapura ditulis oleh Muhammad Salih

bin Sardin, pada tahun 1285 H di Kampung Gelam. Keberadaanya

relatif banyak dibandingkan mushaf cetakan Palembang. Di

antaranya bisa ditemui di Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal

Jakarta, Masjid Agung Surakarta, Museum Samparaja Bima, Riau,

Cirebon, dan Kendari. Mushaf cetakan Singapura yang terdapat di

Masjid Agung Surakarta memberikan gambaran tentang kapan

Qur‟an ini dicetak dan banyak beredar.

35

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 33-34. 36

Ali akbar, Pencetakan Mushaf di Indonesia, 271. 37

Abdul Hakim, “Al-Qur‟an Cetak di Indonesia”, Suhuf, vol. 5, no. 2 (2012),

235.

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

29

Selanjutnya, mushaf cetakan India ditulis oleh al-Hajj

Muhammad Samah pada tahun 1886 M. Mushaf ini sudah

menggunakan teknik cetak modern, seperti cetakan Mesir.

b. Mushaf Cetakan Tahun 1933-1983.

Dalam rentang waktu tahun 1933 sampai dengan 1983,

beberapa percetakan di Indonesia telah berhasil mencetak 11

mushaf Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut:38

Cetakan

Matba‟ah al-Islamiyah, Bukittinggi, 1933. Selesai dicetak pada

bulan Juli-Agustus 1933 oleh Percetakan al-Islamiyah milik HMS

Sulaiman. Mushaf ini merupakan reproduksi cetakan Bombay,

India dan juga merupakan generasi awal cetakan mushaf Al-

Qur‟an di Indonesia. selanjutnya, mushaf cetakan Abdullah bin

Afif, Cirebon, 1933-1957. Mushaf cetakan Al-Ma‟arif, Bandung,

1950/1957. Sinar Kebudayaan Islam, Jakarta, 1951. Pustaka al-

Haiddari, Kutaraja. Pustaka Andalus, Medan, 1951-1952.

Tintamas, Jakarta, 1954. Al-Qur‟an Bombay Menara Kudus,

1974. Qur‟an Pojok Menara Kudus, 1974. Mushaf Cetakan

Penerbit Al-Ma‟arif, Bandung, 1950-an, Mushaf Indonesia Ibnu

Sutowo, hingga Mushaf Al-Qur‟an Kudus, Al-Qur‟an dari Turki

yang dicetak tahun 1970-an.

Menurut sebagian pendapat, pencetakan Al-Qur‟an

(dengan mesin) di Indonesia dimulai sekitar tahun 1950 oleh Afif

dari Cirebon dan penerbit Salim Nabhan yang berdiri pada tahun

1904 di Surabaya. Pada awalnya, sebelum mencetakan Al-Qur‟an

penerbit Salim Nabhan merupakan pemasok buku-buku

berbahasa Arab. Selanjutnya, usaha di bidang ini disusul oleh

penerbit Al-Ma‟arif Bandung yang didirikan pada tahun 1948.

38

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 35-36.

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

30

Selain mencetak Al-Qur‟an, mereka juga mencetak buku-buku

keagamaan yang banyak dipakai umat Islam.39

Pada tahun 1957, penerbit Menara Kudus (percetakan

tertua di Jawa Tengah) mencetak Al-Qur‟an Pojok atau Bahriyah

yang dikhususkan untuk para penghafal Al-Qur‟an. Kemudian

pada tahun 1974, Juz „Amma dicetak khusus untuk pembelajaran

Al-Qur‟an. Pada tahun-tahun berikutnya, pencetakan Al-Qur‟an

mulai berkembang pesat. Banyak penerbit yang bermunculan,

seperti: Penerbit Bina Progresif, berdiri tahun 1960. CV Mahkota

di Surabaya, CV Madu Jaya Makbul, dan lain-lain.Pada

perkembangan selanjutnya, muncullah upaya-upaya untuk

memelihara kemurnian dan kesucian Al-Qur‟an dari kesalahan

cetak, melalui tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh Lajnah

Pentashih Mushaf Al-Qur‟an yang didirikan pada tanggal 01

Oktober 1959 berdasarkan Peraturan Menteri Muda Agama No.

11 tahun 195940

Untuk memperlancar tugas pentashihan, maka

Lajnah menerbitkan mushaf standar. Ada tiga jenis mushaf

standar yang secara resmi menjadi pedoman kerja bagi Lajnah,

yaitu:

1) Mushaf Al-Qur’an Standar Rasm ‘Utsmāni

Dilihat dari aspek penulisan, Mushaf Standar „Utsmāni

mengambil model dari Al-Qur‟an terbitan Departemen Agama

tahun 1960 yakni Mushaf Al-Qur‟an Bombay yang sekaligus

menjadi pedoman tanda baca. Rasm mushaf ini sesuai dengan

rumusan al-Suyuthi dalam al-Itqān fī „Ulūmil Qur‟ān.41

39

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 36. 40

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 37. 41

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia (Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2013), 92.

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

31

Ada 6 kaidah rumusan Mushaf Standar Utsmāni yaitu

membuang huruf (al-hafz), menambah huruf (al-Ziyadah),

penulisan hamzah (al-Hamz), menyambung dan memisah tulisan

(al-fashl wal washl), penggantian huruf (al-Badl), dan menulis

kalimat yang memiliki versi bacaan (qira‟ah) lebih dari satu sesuai

dengan salah satu darinya (ma fihi qira‟atani wa kutiba „ala

ihdahuma).42

Dari aspek harakat, Mushaf Standar Utsmāni Indonesia

mengacu pada hasil Muker II tahun 1976, yakni komparasi

bentuk-bentuk harakat dari berbagai negara dan memilih bentuk

yang sudah familiar dan diterima luas di Indonesia. bentuk harakat

tersebut berjumlah tujuh, di antaranya fathah, dhammah, Kasrah,

dan sukun yang ditulis apa adanya, fathatain, kasratain dan

dhammatain. Selain tujuh harakat tersebut, mushaf Standar

„Utsmāni memiliki dua bentuk harakat lagi yakni dhammah

terbalik dan fathah berdiri, kedua bentuk ini menunjukkan bacaan

yang panjang.43

Pola penulisan Mushaf Standar „Utsmāni ini sangat

berbeda dengan mushaf Timur Tengah pada umumnya, seperti

pada mushaf Saudi dan Mushaf Madinah contohnya. Di dalam

Mushaf Saudi, harakat tidak ditulis secara penuh, kemudin pada

mad thabī‟iy pun tidak diberi sukun. Selain itu, perbedaan yang

ditemukan pada mushaf Madinah, yakni pada penulisan lafzul-

jalalah. Di dalam Mushaf Madinah, lam kedua diberi harakat

42

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 92. 43

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 92-93,

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

32

fathah biasa, sedangkan di dalam Mushaf Standar„Utsmāni

Indonesia lam kedua diberi harakat fathah berdiri.44

Tidak hanya harakat, Mushaf Standar „Utsmāni juga

dilengkapi dengan tanda baca seperti idgam, Iqlab, bacaan mad

wajib, mad jaiz, dan bacaan mad selain mad tabi‟iy, saktah,

imalah, isymam dan tashil.

2) Mushaf Al-Qur’an Standar Bahriyyah

Mushaf Al-Qur‟an Standar Bahriyah mengacu pada

mushaf Bahriyah terbitan Turki. mushaf ini hanya mengikuti satu

dari enam kaidah Rasm „Utsmāni yang telah dijelaskan di atas,

yakni kaidah penggantian huruf yang disebut dengan badal.45

Oleh

sebab itu, rasm Mushaf Standar Bahriyah disebut sebagai rasm

„Utsmāni asasi, dan dapat dianggap sebagai perpaduan antara

rasm „Utsmāni dan imla‟i. Hal ini karena ada lafal-lafal tertentu

yang ditulis sesuai dengan rasm „Utsmāni dan tidak berbeda

dengan rasm„Utsmāni, dan di sisi lain beberapa lafal tertentu yang

ditulis sesuai rasm „imlai dan berbeda dari rasm imla‟i.46

Sedangkan pada aspek harakat, Mushaf Standar Bahriyah

dan Mushaf Standar „Utsmāni sama-sama menggunakan 9 harakat

sebagaimana yang telah disepakati oleh Muker II tahun 1976, agar

menggunakan harakat yang sudah familiar di kalangan

masyarakat.47

Selanjutnya, aspek tanda baca pada Mushaf Standar

Bahriyah menganut tanda baca yang sama dengan Mushaf Standar

44

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 92-93. 45

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 98. 46

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 99. 47

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 99.

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

33

„Utsmāni. Meskipun demikian, terdapat perbedaan di beberapa

tempat. Adapun tanda-tanda baca yang sama yaitu tanda baca mad

wajib, mad jaiz, saktah, imalah, isymam, dan tashil. Sedangkan

tanda-tanda baca yang berbeda yaitu pada bacaan idgham dan

iqlab.48

Pada bacaan idgam Mushaf Standar Bahriyah tidak

menggunakan tasydid, dan pada bacaan iqlab mushaf ini tidak

menggunakan mim kecil.

Pada aspek tanda waqaf tidak ada perbedaan, Mushaf

Standar Bahriyah dan Mushaf Standar „Utsmāni sama-sama

menggunakan tujuh tanda yang merupakan penyederhanaan dari

dua belas tanda waqaf yang terdapat dalam hasil Muker VI tahun

1980.49

3) Mushaf Standar Braille

Mushaf ini dibuat untuk penyandang tunanetra.50

Disusun

berdasarkan simbol Braille Arab yang telah digunakan dalam Al-

Qur‟an Braille terbitan Yordania, Mesir, Pakistan. Simbol Braille

tersebut juga telah berpijak pada putusan konferensi regional yang

diselenggarakan oleh UNESCO di Beirut, Lebanon pada tahun

1951.51

Mushaf Standar Braille ini memiliki beberapa karakteristik

yang berbeda dengan Al-Qur‟an Braile cetakan Yordania, Mesir

dan Pakistan, baik dari aspek rasm, tanda baca dan tanda waqaf.

Pada aspek rasm, Mushaf Standar Braille menggunakan rasm

usmani yang didasarkan pada hasil Muker Ulama III tahun 1977.

48

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 99. 49

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal , Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 100. 50

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 37 51

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 104.

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

34

Sedangkan Al-Qur‟an Braille cetakan Yordania, Mesir, dan

Pakistan masih menggunakan rasm imla‟i. Pada Aspek harakat

dan tanda baca, pada dasarnya mengikuti pola penulisan mushaf-

mushaf Al-Qur‟an Braille sebelumnya, seperti tanda baca syakl

(fathah, kasrah, dammah dan sukun) diletakkan setelah huruf,

bukan di atas atau di bawahnya seperti penulisan Al-Qur‟an awas

pada umumnya, kemudian tanda tasydid ditulis sebelum huruf

yang menyandangnya. Adapun terkait penandaan huruf mad, ada

sedikit kesamaan dengan mushaf Standar Bahriyah, yakni huruf

mad tidak membutuhkan tanda sukun.52

Mushaf Standar Braille juga telah menggunakan harakat

isybaiyyah, baik fathah, kasrah maupun dammah yang mengikuti

pola yang berlaku dalam Mushaf Standar„Utsmāni.53

Bila melihat tanda waqafnya, Mushaf Standar Braille

menggunakan tanda waqaf yang sama dengan tanda waqaf dalan

Mushaf Standar „Utsmāni. Namun ada beberapa perbedaan pada

tanda waqaf yang tersusun lebih dari satu simbol disederhanakan

menjadi satu simbol.54

c. Mushaf Cetakan Tahun 1984-2003.

Ada sekitar 6 mushaf yang dicetak di Indonesia dalam

rentang waktu 1984 sampai dengan tahun 2003, antara lain:

Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia 1973-1975, Mushaf Al-

Qur‟an Standar Indonesia (Bahriyyah) 1991, Mushaf Al-Qur‟an

Bombay terbitan PT Karya Toha Putra 2000, Mushaf Al-Qur‟an

52

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 100. 53

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia, 106. 54

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal , “Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia”, 107.

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

35

Karya Ustadz Rahmatullah 2000, Mushaf Al-Qur‟an karya

Safaruddin 2001, dan Qur‟an terbitan Karya Insan Indonesia,

Jakarta 2002.55

Sejak tahun 2000-an, terdapat beberapa penerbit seperti

Penerbit Mizan, Syamil, Serambi, Gema Insani Press, dan Pustaka

Al-Kautsar. Mereka pada mulanya adalah hanya menerbitkan

buku keagamaan, namun kemudian setelah sukses di bidangnya,

mereka mulai tertarik untuk menerbitkan mushaf Al-Qur‟an.

d. Mushaf Cetakan Tahun 2004-2010

Pada era ini, pencetakan mushaf Al-Qur‟an mengalami

perkembangan yang begitu pesat. Hal ini ditandai dengan

munculnya variasi tampilan mushaf Al-Qur‟an yang disesuaikan

dengan segmen pembacanya, seperti anak-anak, wanita, pengkaji

fiqh dan lain-lain.56

Era baru dalam produksi mushaf muncul sejak

awal dasawarsa 2000an, ketika teknologi komputer semakin maju.

Sejak saat itu banyak sekali penerbit memodifikasi kaligrafi

Mushaf Madinah yang ditulis oleh khattat Usman Thaha. Dan

yang pertama kali memodifikasi kaligrafi Mushaf Madinah adalah

penerbit Diponegoro Bandung.

Perkembangan selanjutnya adalah para penerbit berkreasi

dengan memberi warna khusus pada selain kata “Allah” atau

“rabb”, yakni pengeblokan pada ayat-ayat yang berisi doa, ayat

sajdah, dan ayat-ayat tentang perempuan. Hal ini seperti yang

dilakukan penerbit di Bandung, mengeblok ayat-ayat khusus

tentang perempuan dengan warna ungu, sementara penerbit

lainnya dengan warna merah. Bukan hanya itu, pewarnaan juga

55

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 37-38. 56

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 38.

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

36

dilakukan oleh para penerbit pada teks Al-Qur‟an yang

mengandung hukum tajwid dengan warna-warna tertentu,

memakai teknik blok, arsir, atau warna hurufnya sendiri. Dengan

melihat kode warna pada teks Al-Qur‟an, para pembaca Al-

Qur‟an yang awam ilmu tajwid dapat dengan mudah mengingat

hukum bacaan tajwid.57

Dalam hal tampilan kulit (cover) mushaf, para penerbit

mushaf era ini mengeksplorasi design dengan bentuk baru, ragam

hias dan komposisi baru, sehingga mengesankan suatu mushaf

dengan desain asing.58

Selanjutnya, para penerbit juga melakukan perubahan pada

tampilan mushaf Al-Qur‟an yang disertai terjemahan. Mereka

saling berlomba mengasah kreativitas baik dalam hal cover, isi,

maupun kelengkapan teks tambahannya. Kelengkapan teks

tambahan dalam Al-Qur‟an dan terjemahannya sangat bervariasi,

seperti daftar isi, index, pedoman transliterasi Arab-Latin,

petunjuk penggunaan, uraian makhraj huruf tajwid, ayat-ayat

sajdah, daftar surah dan juz, doa ma‟tsurat, terjemahan per kata,

dan lain-lain. Perkembangan ini juga kian mewarnai ke dunia

anak-anak, di mana para penerbit membuat Al-Qur‟an dan

terjemahannya dengan ilustrasi dan warna khas anak-anak,

misalnya bentuk balon, bulan sabit, bintang, awan, dan lain-lain.

Di antara penerbit yang memproduksi mushaf jenis ini adalah

Penerbit Mizan yang menerbitkan I Love My Qur‟an, sebuah edisi

Al-Qur‟an dan terjemahannya dalam satu set, dengan ilustrasi

yang unik dan lengkap untuk anak-anak. Bahkan baru beberapa

tahun belakangan ini terbit The Miracle: the Reference, terbitan

57

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur‟an, 38. 58

Ali akbar, “Pencetakan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia”. Suhuf, vol. 4, no.2,

(2011), 28.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

37

Syamil, yang dilengkapi dengan audio-pen yang bila disentuhkan

ke ayat atau kata Al-Qur‟an yang diinginkan, maka pen tersebut

akan mengeluarkan suara rekaman.

3. Mushaf Digital

Mushaf digital dikembangkan seiring dengan meningkatnya

teknologi IT. Mushaf digital ini dikemas dalam bentuk visual dan

audio atau audio-visual. Bentuk audio-visual biasanya disalin dengan

khat yang indah dan dihiasi iluminasi yang indah pula dan menarik

dilihat. Ada tiga bentuk Al-Qur‟an digital, di antaranya:

a) Al-Qur’an Digital

Salah satu Al-Qur‟an digital adalah Mushaf Madinah

Digital (MMD). Software Al-Qur‟an ini dibuat secara resmi

dibawah lisensi Majma‟ Malik Fahd li Thiba‟ah al Mushaf al

Syarif. Mushaf ini dapat diunduh melalui situs resminya

www.qurancomplex.org.

Selain itu, ada pula Al-Qur‟an portable yang dimasukkan

ke dalam sebuah alat. Al-Qur‟an model ini contohnya adalah

Enmac dan Khaleefa yang paling populer di Malaysia. Kelebihan

dari Al-Qur‟an ini adalah praktis dan multi fungsi seperti adanya

tampilan ebook reader, petunjuk arah kiblat, alarm dan

sebagainya.

b) Audio Al-Qur’an

Audio Al-Qur‟an ini bentuknya bermacam-macam, seperti

bentuk CD, kaset, file dalam bentuk MP3 yang bisa diputar di

komputer, PDA, atau gadget lainnya. Salah satu contoh dari audio

Al-Qur‟an ini adalah Al-Qur‟an anak-anak yang dikemas dalam

bentuk DVD dan MP3. Kemudian kini juga telah hadir Hafiz dan

Hafizah Doll, yaitu sebuah produk terbaru dari Al-Qolam yang

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

38

memakai teknologi tinggi yang berisi banyak sekali audio edukasi

seperti murottal 30 Juz, do‟a-do‟a harian, kisah-kisah Nabi dan

Rasul, dan sebagainya.

c) Al-Qur’an in-microsoft

Al-Qur‟an jenis ini dimasukkan ke dalam software komputer,

dapat digunakan untuk mengutip ayat dan terjemah Al-Qur‟an ke

dalam sebuah tulisan. Cara menggunakannya: klik Add-ins Al-

Qur‟an get all/ayat/terjemah, maka secara otomatis ayat atau

terjemah akan muncul ke dalam tulisan.

D. Pengertian Iluminasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iluminasi berarti

penerangan ( dengan sinar matahari atau sinar buatan).59

Mengenai asal

katanya, Iluminasi berasal dari bahasa latin yaitu illuminare yang artinya

untuk mencerahkan atau menggambar baik dengan bermacam warna,

huruf awal, maupun beberapa gambar pada naskah.60

Adapula yang

menyebutkan bahwa iluminasi dari kata illuminate, yaitu to make

something clearer or ersier to understand, atau to decorate something with

light. Menurut Gallop dan Arps, padanan kata iluminasi dalam bahasa

Indonesia adalah seni sungging61

, sementara di Yogyakarta disebut

renggan wardana.62

Iluminasi memiliki banyak makna, di antaranya adalah :

59 Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 562. 60

Arifin Setya Budi, “Iluminasi Naskah Jawa Kuno: Kajian Estetik Simbolik

Ragam Hias Pada Serat Pakuwon.” Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang, 2016, 11. 61 Sungging adalah teknik mewarnai gambar dengan cara ditumpang dari satu

warna ke warna lainnya yang lebih muda, setahap demi setahap. 62

Achmad Opan Safari, “Iluminasi dalam Naskah Cirebon”. Suhuf , vol. 3. No.

2, (2010), 309.

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

39

a. Iluminasi adalah seni memperindah buku atau manuskrip dengan

lukisan; atau huruf berornamen dan bentuk-bentuk geometris, dengan

emas dan warna-warna, terutama pada bagian tepi halaman.63

b. Iluminasi adalah garapan visual yang bersifat dekoratif yang

terdapat pada naskah yang berfungsi sebagai penghias, memperindah

bagian tertentu, terutama pada halaman depan naskah.

c. Iluminasi merupakan salah satu bentuk ragam hias dengan beragam

bentuk ornamen dan ilustrasi yang menggunakan warna emas dan

perak serta warna lainnya yang berfungsi untuk memperindah

tampilan halaman naskah yang berasal dari tradisi Barat.

d. Iluminasi merupakan elemen estetik pada naskah yang tidak hanya

sekedar menghias naskah, namun umumnya memiliki simbol

identitas yang merupakan cerminan dari daerah tempat iluminasi

dibuat.64

Iluminasi dalam sebuah naskah memiliki kedudukan yang sangat

penting, iluminasi menjadi media estetika dan sarana eksplanasi bagi teks

yang terdapat dalam naskah. Selain itu iluminasi juga dapat membantu

memperjelas asal suatu naskah, karena motif setiap daerah memiliki ciri

masing-masing, serta iluminasi dapat menentukan kapan suatu naskah

ditulis atau disalin, sebab seniman-seminan pembuat iluminasi merupakan

saksi zaman.65

63

Arifin Setya Budi, “Iluminasi Naskah Jawa Kuno: Kajian Estetik Simbolik

Ragam Hias Pada Serat Pakuwon”, 9. 64

Arifin Setya Budi, “ Iluminasi Naskah Jawa Kuno: Kajian Estetik Simbolik

Ragam Hias Pada Serat Pakuwon”, 12. 65 Achmad Opan Safari, “Iluminasi dalam Naskah Cirebon”, 310.

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

40

E. Mushaf Al-Qur’an Beriluminasi di Indonesia

Mushaf-mushaf di Indonesia memiliki pola pokok dan ragam hias

iluminasi yang sangat beragam yang dipengaruhi oleh kekayaan ragam

hias masing-masing wilayah budaya.66

Setiap iluminasi maupun dekorasi dan hiasan-hiasan yang terdapat

pada mushaf Al-Qur‟an memiliki nilai filosofis. Salah satu ciri khas

iluminasi mushaf Indonesia adalah corak floral, tumbuh-tumbuhan, dan

khas kedaerahan yang muncul pada setiap mushaf.67

Berikut ini adalah

beberapa contoh mushaf kuno dan kontemporer Indonesia yang memiliki

iluminasi indah, antara lain:

1. Mushaf Lalino Bima

Mushaf Lalino Bima merupakan mushaf wakaf dari keluarga

Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). Mushaf ini lengkap 30

juz dan kondisinya masih baik. Mushaf ini ditulis di atas kertas Eropa

dengan tanda air JOHN HAYES 1815. Sistem penulisan mushaf ini

menggunakan sistem pojok.

Hiasan mushaf ini terdapat pada tiga tempat, seperti Ummul

Qur‟an, Nisful Qur‟an, dan Khatmul Qur‟an. Pola dasar hiasan tersebut

berupa dua buah bingkai berhias yang diletakkan berhadapan pada

halaman kanan dan kiri. Bagian luar bingkai ini dihiasi dengan motif

lengkungan berhias, dengan rangkaian ombak-ombak dan dedaunan

yang kecil dengan warna merah, kuning, hijau, emas, dan hitam.68

2. Mushaf Sarung Batik Cirebon

Mushaf Sarung Batik Cirebon berasal dari Kesultanan Cirebon

Jawa Barat. Mushaf ini ditulis di atas kertas Eropa yang memiliki

66

Fadhal AR Bafadal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno Indonesia, xi.? 67

Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal nusantara”, 193. 68

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, Jurnal Lektur Keagamaan, vol

5, no I, 2007, 44-45

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

41

watermark Pro Patria, kondisinya masih lengkap 30 juz dan dijilid

ulang. Sistem Penulisan mushaf ini mengalir apa adanya, akhir

halaman tidak mesti diakhiri dengan akhir ayat. Pada bagian verso dari

setiap folio terdapat kata alihan.69

Hiasan mushaf ini terdapat pada Ummul Qur‟an, Nisful

Qur‟an, dan khatmul Qur‟an. Mushaf ini tergolong unik karena pada

bagian tengahnya (Nisful Qur‟an) menyerupai gambar mata tetapi

diletakkan secara vertikal. Pola mata tersebut mengelilingi sebuah

lingkaran, dan lingkaran tersebut mengelilingi bidak teks ayar

layakanya bagian hitam mata. Di luar pola mata ini terdapat ruang

kosong yang juga berbentuk oval vertikal. Di keempat pojok halaman

terdapat hiasan berbentuk segitiga dengan cekungan pada garis

bawahnya dan diletakkan di masing-masing sudut yang membentuk

ruang kosong berbentuk oval tersebut. Fungsi hiasan yang demikian

diduga melambangkan bahwa Allah Maha Melihat, bahkan sampai hal-

hal paling dalam, yaitu bagian tengah, dan hiasan ini terdapat dibagian

tengah tersebut.

Sedangkan hiasan pada awal dan akhir mushaf memiliki pola

yang sama, yaitu berupa dua buah bingkai berhias yang diletakkan

secara berhadapan pada halaman kanan dan kiri. Bingkai teks tersebut

berupa kotak tebal yang berisi hiasan motif tumbuhan, dan di ketiga

sisinya terdapat sayap seperti kubah masjid, yang juga berisi hiasan

dan bentuk setengah lingkaran bermotif tumbuhan.

3. Mushaf Solo

Mushaf ini berasal dari Solo, kondisinya masih lengkap 30 juz.

Mushaf ini ditulis di atas kertas dulang, tetapi tidak ada kolofon.

Sistem penulisan mushaf ini ditulis apa adanya. Kata alihan terdapat

69

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, 45.

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

42

pada setiap akhir kuras. Pada permulaan surat al-Taubah tidak terdapat

basmalah, tetapi terdapat ta‟awwuz.70

Hiasan mushaf ini hanya terdapat pada Ummul Qur‟an, dan

hiasannya agak sederhana memenuhi seluruh halaman.

4. Mushaf Kauman Timur

Mushaf ini berasal dari Kauman Timur Kotamadya Semarang,

kondisinya lengkap 30 juz, ditulis di atas kertas Eropa dengan

watermark Pro Patria dan coutermark Paknekoek. Sistem penulisan

teks ayat apa adanya. Kata alihan terdapat pada halaman verso dari

setiap folio.71

Hiasan pada mushaf ini hanya terdapat pada ummul Qur‟an,

diletakkan berhadapan dengan masing-masing halaman memiliki pola

yang sama. Desain hiasan pada masing-masing halaman berupa

bingkai tebal berhias pola dedaunan yang membingkai teks ayat. Pada

bagian atas dan bawah bingkai tersebut terdapat pola segitiga dengan

garis tebal warna emas dan biru, demikian juga di bagian sampingnya.

Pola segitiga tersebut mengarah keluar.

5. Mushaf Pandeglang

Mushaf ini berasal dari Kampung Maluku Labuan Pandeglang

Banten. kondisi mushaf tidak lengkap, tapi sudah dikonservasi. Mushaf

ini ditulis di atas kertas Eropa dengan watermark Pro Patria. Pada

mushaf ini terdapat penjelasan qiraat lain dan juga terdapat judul lari di

sebelah kanan atas pada setiap halaman verso, berupa awal juz dan

nama surah, dan di sebelah kiri bawah pada halaman yang sama

terdapat kata alihan juga dengan tinta hitam dan khat naskhi.72

Hiasan pada mushaf ini hanya terdapat pada bagian akhir Al-

Qur‟an (khatmul Qur‟an), berupa bingkai berhias yang diletakkan

70

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, 45 71

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, 45. 72

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, 46.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

43

secara berhadapan. Bagian bingkai tersebut diisi dengan motif

tumbuhan berupa daun dan bunga dengan warna merah hitam dan

emas (warna emas terlihat memudar).

6. Mushaf Cipete

Mushaf Cipete diperoleh dari Cipete Utara Jakarta. Mushaf ini

ditulis di atas kertas dulang dengan sampul dari kulit beriluminasi.

Kondisinya masih baik dan lengkap 30 juz. Sistem penulisan mushaf

ini menggunakan sistem pojok. Kata alihan hanya terdapat pada setiap

akhir juz dengan khat naskhi warna hitam.73

Iluminasi pada kulit sampul mushaf ini terletak di bagian

tengah berbentuk oval vertikal dengan bagian atas bawahnya

meruncing, dan pinggirnya bermotif ujung daun. Bagian pinggirnya

dihias dengan lima buah bingkai. Motif bingkai ini terdiri dari bagian

luar yang berbentuk garis-garis empat lajur, jalinan garis-garis meliuk

seperti tambang. Kemudian ada juga pola segitiga yang diletakkan

bulak-balik berselang seling, bagian satu diisi hiasan bunga, dan

bagian lainnya dihias pola garis dirangkai secara selang-seling

membentuk bingkai. Pada keempat sudut bingkai paling dalam

terdapat hiasan bermotif bungga dan dedaunan yang menghadap ke

dalam.

7. Mushaf Istiqlal

Mushaf Istiqlal ditulis pada Oktober 1991 dan diluncurkan

pada September 1995. Peresmiannya ditandatangani oleh Presiden

Soeharto. Sebelum diresmikan mushaf ini telah ditashih oleh Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an (LPMQ), selesai pada 6 Juni 1995.74

73

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, 46. 74

Ali Akbar, “Mushaf Istiqlal, 1995”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/05-mushaf.

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

44

Mushaf Istiqlal ditulis oleh para khattat dan para pakar desain

grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Penulisannya

menggunakan kaidah rasm usmani dengan gaya khat naskhi. Mushaf

ini memiliki ciri khas pada iluminasinya yang berbeda dengan mushaf

indah lainnya, antara lain seluruh halamannya dihiasi oleh beragam

iluminasi yang diinspirasi dari ragam hias seluruh provinsi, dan

didukung oleh 45 wilayah budaya Indonesia. Setiap 22 halaman,

iluminasi berganti dari satu wilayah budaya ke budaya wilayah

lainnya. kemudian, terdapat iluminasi Nusantara yang dirancang

khusus dan diletakkan hanya untuk surat al-Fatihah, tengah mushaf

(nishful Qur‟an), dan akhir mushaf (khatmul Qur‟an).

Sistem penulisan mushaf Istiqlal menganut kaidah “golden

setion” yaitu tata letak yang serasi, indah di pandang, dan tidak

membuat penat mata pembacanya.

8. Mushaf Sundawi

Mushaf Sundawi adalah mushaf yang diprakarsai oleh

Gubernur Jawa Barat. Penulisan mushaf ini secara resmi dimulai pada

Desember 1995 dan selesai pada Januari 1997.75

Istilah Sundawi yang disematkan pada nama mushaf ini

berkaitan dengan konsep desain dan tatanan iluminasi yang diterapkan

pada setiap halaman mushaf. Desain yang digunakan dalam mushaf ini

bersumber atau mengacu pada dua hal yaitu motif islami Jawa Barat,

seperti memolo Masjid, motif batik, ukiran mimbar, dan artefak

lainnya; dan motif flora tertentu khas Jawa Barat, seperti gandaria dan

Patrakomala.

75

Billy Muhammad Rodibillah, dkk. “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf

Sundawi di Bandung Tahun 1995-1997”. Historia Madania, 48.

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

45

9. Mushaf Al-Tin

Mushaf Al-Tin dibuat untuk menghormati dan mengenang jasa

almarhumah Ibu Hj. Fatimah Siti Hartinah. Mushaf ini memiliki ciri-

ciri yang berkualitas di antaranya, benar (shahih dan mudah dibaca),

memiliki nilai seni yang tinggi, menunjukkan ciri kebangsaan dan ciri

has untuk mengenang almarhumah Hj. Fatimah Siti Hartinah, serta

menunjukkan citra dan aspirasi Ibu terhadap agama,bangsa dan tanah

air. 76

Selain itu, mushaf ini juga memiliki iluminasi yang khas dan

gaya kaligrafinya yang relatif agak gemuk. Rancangan seni

iluminasinya berdasar kepada wawasan intelektual dan citra estetik

dari almarhumah Hj. Fatimah Siti Hartinah.77

10. Mushaf Jakarta

Mushaf Jakarta, secara resmi mulai ditulis pada tanggal 30

Desember 1999 dan selesai tanggal 22 Desember 2000. Peresmian

ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Iluminasi mushaf

ini terdapat hampir di seluruh halaman mushaf. Terdapat perbedaan

iluminasi pada beberapa bagian mushaf, seperti halaman sampul, awal

mushaf (surat Al-Fatihah dan awal surat Al-Baqarah), iluminasi

tengah mushaf.78

11. Mushaf Kalimantan Barat

Mushaf Kalimantan Barat adalah mushaf Al-Qur‟an yang

diprakarsai oleh Gubernur Kalimantan Barat yaitu H. Asfar Aswin,

ditulis mulai pada Juni 2001 dan selesai pada Oktober 2002. Mushaf

76

Mahmud Buchari, dkk. Al-Qur‟an Manuskrip Mushaf Untuk mengenang

Almh. Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. (Jakarta: Kharisma, 1999), 9. 77

Mahmud Buchari, dkk. Al-Qur‟an Manuskrip Mushaf Untuk mengenang

Almh. Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, 10. 78 Ali Akbar, “Mushaf Jakarta”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/05-mushaf.

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

46

ini memiliki ciri khas pada ragam hias khasnya yang menggambarkan

khazanah Kalimantan Barat. Ragam hias Kalimantan Barat tersebut

terdapat pada seluruh permukaan halaman Al-Qur‟an dengan warna

lembut kebiruan. Tanda-tanda yang ada pada mushaf ini berbeda

dengan mushaf indah lainnya, seperti tanda juz dan ruku‟ di pinggir

halaman berada di dalam bingkai iluminasi, dipisahkan dengan garis

vertikal.79

12. Mushaf Al-Bantani

Mushaf Al-Bantani adalah mushaf yang diprakarsai oleh MUI

Provinsi Banten. Secara simbolik, penulisan perdananya diresmikan

pada tanggal 02 Februari 2008. Sementara penulisannya sendiri ditulis

mulai bulan Maret 2010 dan selesai Juli 2010, selanjutnya mushaf ini

dilauncing pada 04 Agustus 2010 bertepatan dengan hari ulang tahun

Provinsi Banten ke-10. Mushaf ini memiliki ciri khas pada

iluminasinya yang indah dan berbeda-beda berjumlah 30 buah, sesuai

dengan jumlah juz dalam Al-Qur‟an. Ketigapuluh buah iluminasi

tersebut diadopsi dari arkeologi Islam dan naskah kuno Banten

peninggalan kesultanan Banten. Mushaf ini dicetak dalam jumlah

banyak dan didistribusikan khusus untuk masyarakat muslim Banten.

13. Mushaf Keraton Yogyakarta

Mushaf Keraton Yogyakarta dibuat dalam rangka upaya

pelestarian penyalinan Al-Qur‟an di Istana Keraton Yogyakarta.

Mushaf ini secara resmi ditandatangani oleh Sultan Hamengkubuwono

X dan diterbitkan pada tahun 2011.80

Kaligrafi dalam mushaf ini dimodifikasi dari Mushaf Madinah

karya Usman Toha. Mushaf ini didominasi warna merah, kuning,

79

Ali Akbar, “Mushaf Kalimantan Barat”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/05-mushaf. 80

Ali Akbar, “Mushaf Keraton Yogyakarta”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/09-mushaf.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

47

hijau, dan biru yang membentuk hiasan tumbuhan, daun dan bunga.

Adapun model iluminasinya mengacu kepada iluminasi yang terdapat

pada mushaf “Kanjeng Kiai Qur‟an” yang merupakan mushaf pusaka

kesultanan, dan juga mengacu pada beberapa iluminasi dari manuskrip

warisan keraton.

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

48

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

49

BAB III

MUSHAF AL-QUR’AN AL-BANTANI: INISIASI, KONSEPSI,

PEMBUATAN DESAIN ILUMINASI, PENULISAN DAN DISTRIBUSI

Pada bab ini penulis akan membahas tentang inisiasi dan konsepsi

pembuatan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, deskripsi tentang Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani, kemudian menjelaskan tentang proses pembuatan desain

dan iluminasi, proses penulisan kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani,

pencetakan serta distribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

A. Inisiasi, Penulisan Kaligrafi dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Al-

Bantani

1. Inisiasi Penulisan Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Gagasan penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani untuk pertama kali

terjadi pada tahun 2007. Menurut Syibli Sarjaya, ketua tim penulisan Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani, latar belakang adanya penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani adalah bentuk respon terhadap munculnya mushaf-mushaf

beriluminasi indah terbitan beberapa lembaga pemerintah pada abad 21,

seperti Mushaf Istiqlal Jakarta yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto,

Mushaf Al-Tin yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto, Mushaf Sundawi

diprakarsai oleh Gubernur Jawa Barat, dan sebagainya.1 Oleh karena itu,

masyarakat Islam Banten memandang penting untuk menerbitkan pula

sebuah mushaf dengan iluminasinya yang berbeda dan khas yang diadopsi

dari peninggalan budaya Banten.

Gagasan ini kemudian dikembangkan pada tahun 2008 dalam bentuk

perencanaan dan pencanangan pembuatan mushaf yang berasal dari putra

1Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020.

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

50

daerah Banten sendiri. Hal ini sejalan dengan keinginan Gubernur Banten,

Ratu Atut Chosiyah, untuk menjadikan Banten sebagai tempat destinasi Islam

yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi dan maju. Dengan

adanya gagasan perencanaan penulisan mushaf ini diharapkan budaya baca

dan melek huruf Al-Qur‟an di kalangan warga Banten menjadi lebih banyak

dan berkembang.

Fakta lain seputar penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, seperti

yang diungkapkan Tubagus Najib, adalah bahwa sebelum dilakukan proses

penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, terlebih dahulu dilakukan

penelitian oleh tim peneliti yang telah ditunjuk oleh MUI Provinsi Banten

pada naskah kuno dan artefak Islam Banten guna menghasilkan ragam hias

iluminasi dan kaligrafi yang akan diaplikasikan pada naskah Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani. Penelitian tersebut berlangsung pada tahun 2009, selama

kurang lebih 6 bulan2 dan lokasinya di Jakarta, Perpustakaan Nasional; dan

Banten, meliputi kota Tangerang, Serang, Pandeglang, dan Lebak; serta di

Krui, Lampung Barat. Setelah selesai penelitian, dilanjutkan dengan

penulisannya.3

Latar belakang dari penelitian iluminasi mushaf ini berangkat dari

pengajuan proyek yang diterima oleh Gubernur Banten dari seorang tokoh

dari Bandung, bernama Mahmudin untuk pembuatan mushaf Al-Qur‟an

beriluminasi. Iluminasi untuk pembuatan mushaf tersebut diklaim berasal

dari Banten. Gubernur berkonsultasi mengenai proyek tersebut kepada ketua

MUI Provinsi Banten. Sebab ketidakpahamannya mengenai iluminasi

tersebut, kemudian MUI Provinsi Banten berkonsultasi dengan Tubagus

Najib guna memverifikasi kebenaran asal iluminasi tersebut. Tubagus Najib

2Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, vi. 3Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 1.

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

51

menyarankan agar yang mengajukan proyek tersebut mempresentasikan

iluminasi yang diklaim dari Banten pada sebuah pertemuan ilmiah

Menindaklanjuti saran Tubagus Najib, maka kemudian diadakanlah

pertemuan ilmiah di UIN (dulu masih IAIN) Banten, dan hasil presentasi

iluminasi oleh Mahmudin ditanggapi dan dikritik oleh Tubagus Najib yang

berkesimpulan bahwa iluminasi tersebut bukan asli Banten. Dari tawaran

proyek Mahmudin tersebut muncullah inisiatif dari MUI Banten untuk

melakukan sebuah penelitian iluminasi pada arkeologi Islam peninggalan

Banten, yang kemudian menghasilkan iluminasi baru untuk diaplikasikan

dalam pembuatan naskah Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Gagasan masyarakat Islam untuk rencana penyusunan naskah

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani ini disampaikan pada pertemuan Majelis

Ulama di Banten, hingga kemudian mendapat respon baik dari para tokoh

yang hadir dalam acara tersebut. Gagasan tersebut penting dan perlu dalam

usaha untuk memiliki mushaf yang khas berasal dari Banten.4 Gagasan

tersebut kemudian mengerucut menjadi inisiatif konkrit yang diambil oleh

MUI Banten. Guna mendapat dukungan dari Gubernur, pada bulan Oktober

2007 MUI Provinsi Banten menghadap Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono saat melakukan safari ramadhan pada acara Nuzul Al-Quran di

Kabupaten Serang. Presiden kemudian akhirnya mendorong Gubernur

Banten untuk menyetujui rencana penulisan naskah Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani. Setelah itu, MUI Provinsi Banten langsung menindaklanjutinya

dengan menyusun langkah kerja, pembagian tugas dan juga tahapan-tahapan

yang dilalui dalam penyusunan naskah Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.5

4Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020. 5Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, v.

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

52

Dalam upaya mewujudkan perencanaan penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani, Dewan Pimpinan MUI Provinsi Banten membentuk tim penulis

yang terdiri dari para kaligrafer handal dari berbagai wilayah Banten yang

telah memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini kriteria tim penulis yang

direkrut oleh MUI Provinsi Banten: a. putera daerah atau mereka yang

berdomisili di Banten, maupun mereka yang pernah mengharumkan nama

Banten dalam berbagai event kompetisi kaligrafi tingkat Nasional maupun

Internasional; b. pernah menjuarai kompetisi kaligrafi, serendah-rendahnya

tingkat Kabupaten/Kota; c. memiliki komitmen pengabdian dan bersedia

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.6

Salah seorang akademisi putra Banten yang kompeten dalam bidang

seni kaligrafi di Indonesia, yaitu Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H.,

M.A. ditunjuk oleh MUI Provinsi Banten sebagai koordinator pelaksanaan

harian dalam penulisan naskah Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, dan sembilan

orang kaligrafer dengan reputasi beragam dari tingkat regional hingga

Internasional terpilih sebagai tim penulis. Kesepuluh kaligrafer tersebut

adalah Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H., M.A. (koordinator), H.

Mahmud Arham, H. Isep Misbah, S. Ag, H. Arif Hamdani, Hj. Yeni Solihah,

S. Ag, Abdul Kholik, Nurkholis, Ahmad Mukhozin, Muhammad Martnus,

S.S. Mereka merupakan representasi seluruh Kabupaten atau Kota di Provinsi

Banten.7

Tidak hanya peran serta para kaligrafer, kegiatan penulisan Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani juga melibatkan tim ahli lainnya yang terdiri dari para

ahli seni rupa dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) , desainer iluminasi, ahli

6Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 82-83. 7Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 82.

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

53

komputer, fotografer, dan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an (LPMQ)

Kementerian Agama RI, serta Lembaga Percetakan Al-Qur‟an (LPQ) Bogor.

Tim penyusun Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani diketuai oleh Prof. Dr.

H. E. Syibli Syarjaya, LML, dengan wakil Drs. H. Zainal Mutaqin, S.P.,

M.M. Sedangkan sekretaris adalah Drs. H. Rodani, M.Si., dan bendahara

adalah Drs. H. Suhendi. Adapun anggotanya adalah K.H. Mas‟ud, K.H. A.

Saepuddin Hasan, K.H. A. Wahid Sahari, M.A, K.H. Syatibi Sanwani, K.H.

Asymuni M. Noor, K.H. E. Mulya Syarif, K.H. A. Maemun Alie, M.A. Tim

peneliti untuk desain iluminasi terdiri atas Prof. Dr. H. A. Tihami, M.A.,

M.M (ketua), H. Tubagus Najib, Dr. Mufti Ali, Drs. H. Ali Akbar, M. Hum,

Hudaeri, M. Ag.8

2. Proses Penulisan Kaligrafi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Dalam penulisan kaligrafi, tim penulis (kaligrafer) bekerja

berdasarkan tugas dan fungsi yang berbeda-beda, namun dilakukan secara

fleksibel. Kegiatan penulisan kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, terdiri

dari:9

Pertama, membuat sket huruf atau pola tulisan, termasuk juga

membuat garis dasar dengan menggunakan pensil secara manual. Hal ini

penting dilakukan untuk meminimalisasi keragaman gaya dan anatomi huruf.

Pembuatan sketsa ini dilakukan oleh dua orang anggota tim yang memiliki

kemiripan karakter.

Kedua, menghitamkan sket atau pola huruf yang telah dibuat dengan

menggunakan pena dan tinta hitam. Dalam hal ini kaligrafer menggores huruf

per huruf.

8Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 113-114. 9Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 81-82.

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

54

Ketiga, memberikan sentuhan akhir, kelengkapan huruf, menghapus

sket pensil, memastikan naskah bersih dan sebagainya. Langkah ini

dilakukan untuk menyempurnakan naskah yang telah dihitamkan, di samping

untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan. 10

Keempat, mengevaluasi dan mengoreksi naskah yang telah selesai

ditulis. Pada praktiknya kegiatan ini bisa dilakukan oleh semua anggota tim.

Langkah ini penting dilakukan guna mengantisipasi banyaknya kesalahan

tulis sebelum diajukan ke pihak Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

Kementerian Agama RI.

Material yang digunakan dalam penulisan mushaf ini, antara lain:11

1. Kertas impor merk “Felind D‟ Arches” 300 gram buatan Prancis dan

“Qonqueror” 300 gram buatan Inggris. Kertas manuskrip tersebut

berukuran 50 cm x 70 cm dengan ruang tulis ukuran 33 cm x 58 cm.

2. Tinta yang digunakan yaitu tinta hitam merk “Winsor dan Newton”,

Black Indian Ink buatan Inggris. Penulisan menghabiskan sekitar 23

botol ukuran 30 ml.

3. Alat tulis yang digunakan terdiri dari pena yang dibuat dari batang

pohon handam, dan juga alat lainnya yang modern seperti pensil,

penghapus, penggaris, jangka, tisu pembersih, kertas kalkir, dan

sebagainya.

Setelah khat selesai ditulis seluruhnya secara manual, tahap berikutnya

adalah editing, yaitu proses digitalisasi khat yang pada mulanya ditulis secara

manual, selanjutnya dibuat menjadi data berbentuk file digital yang

digunakan untuk pracetak dan cetak. Kegiatannya meliputi:

a. Scanning 600 dpi per halaman

10

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 83. 11

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 84.

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

55

b. Retouch, touch up hasil scan 300 dpi per halaman

c. Koreksi perbagian huruf dan kualitas soft copy yang disiapkan

dalam file psd (adobe Photoshop CS3)

d. Filling secara berurutan setiap ayat, selanjutnya siap install.12

Tahap berikutnya adalah installing khat dalam iluminasi, yaitu

pemasangan khat dalam desain iluminasi, pelengkapan dengan

pemasangan tanda-tanda ayat, nomor ayat, nomor halaman, dan

sebagainya. Tahapan-tahapnnya meliputi:

a. Menempelkan khat yang telah digitalisasi pada frame iluminasi

b. Pemasangan tanda-tanda ayat, nomor-nomor ayat, nomor halaman,

dan sebagainya :

- Nomor ayat

- Nomor halaman

- Tanda „ain

- Saktah

- Waqaf lazim

- Sajdah

- Manzil

- Hizb penuh, ½, ¼, ¾

- Tanda juz, dan lain-lain

c. Koreksi per bagian setiap huruf dan desain iluminasi huruf dan

kualitas soft copy yang disiapkan dalam file adobe Photoshop CS3

d. Filling secara berurutan setiap ayat, selanjutnya siap menjadi file

dasar yang siap dicetak.13

12

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 89. 13

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 90.

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

56

Setelah itu, dilanjutkan dengan proses duplikat atau produksi yaitu

proses penulisan lengkap berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan,

terpola dan terjadwal serta dilengkapi dengan pengawasan atau koreksi dari

pihak intern maupun ekstern (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

Kemenag RI). Sementara di bidang iluminasi, pembuatan master desain

merupakan tujuan berdasarkan konsep yang telah digariskan.14

Apabila kedua pokok pekerjaan telah selesai, maka secara estafet akan

memasuki tahap pencetakan. Kedua sumber pokok tersebut digabung dengan

teknologi komputer, melalui proses pendahuluan seperti scanning, editing,

separasi warna, pembuatan proof komputer, proof film, pembuatan plate,

pencetakan dan penjilidan. Seluruh proses diawasi dan dikoreksi ketat oleh

pihak kaligrafer, iluminator, lajnah pentashihahn, maupun dari pihak

percetakan.

3. Proses Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, dalam teknisnya terbagi

ke dalam dua tahap, yaitu tashih intern15

yang dilakukan oleh tim kaligrafi

dan iluminator; dan tashih ekstern dilakukan oleh Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an Kementerian Agama RI. Proses tashih intern khususnya

oleh tim kaligrafi dilakukan setelah penulisan naskah Al-Qur‟an secara

manual selesai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi banyaknya kesalahan

tulis sebelum diajukan ke pihak Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

(LPMQ) Kementerian Agama RI. 16

Setelah semua halaman ditashih secara intern oleh tim kaligrafi, dan

iluminasinya telah digubah oleh tim desain dan iluminasi, dilanjutkan dengan

14

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 88. 15

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 88. 16

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 84.

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

57

pentashihan oleh pihak Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Kementerian

Agama (LPMQ) RI.

Fahrur Rozi menyatakan bahwa Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

cetakan awal telah ditashih oleh 25 orang anggota tim pentashih lebih dari

seratus kali. Proses pentashihan pada tulisan mushaf yang baru ini prosesnya

cukup lama hingga menghabiskan waktu hampir satu tahun.17

Sedangkan

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani cetakan 2014 versi terjemah telah ditashih

sebanyak tujuh tahapan.18

Pada praktiknya, pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

dilakukan dengan dua model yaitu pertama: pentashihan dilakukan oleh

seluruh anggota tim lajnah secara bergantian dan berulang-ulang, di mana

setiap halaman Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani yang ditashih, salah seorang

membaca Mushaf Standar Indonesia sebagai pedoman tashih dan yang

lainnya mencocokkan dengan ayat Al-Qur‟an yang terdapat pada Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani yang ditashih. Setiap anggota yang telah selesai

mentashih akan memberikan paraf sebagai tanda telah melaksanakan

pentashihan. Dan model kedua, yaitu tashih dilakukan secara mandiri, di

mana setiap masing-masing anggota pentashih membaca setiap halaman Al-

Qur‟an yang ditashih dengan mencocokkan sendiri dengan Al-Qur‟an

Mushaf Standar. Model ini dilakukan agar lebih hemat waktu dan tenaga.19

17

Wawancara dengan anggota tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

Kementerian Agama RI, Fahrur Rozi, pada 14 Juni 2020. 18

Lihat Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani cetakan 2014 versi terjemah 19

Wawancara dengan anggota tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

Kementerian Agama RI, Fahrur Rozi, pada 14 Juni 2020.

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

58

B. Konsepsi Pembuatan Mushaf Al-Qur’an

Secara konsepsional, pembuatan mushaf Al-Qur‟an sejatinya

berlandaskan pada tiga, antara lain:20

a. Landasan etis, yang berarti bahwa etika dalam seni Islam berpedoman

kepada ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadis. Secara visual, seni rupa Islam

melambangkan kesinambungan, konsistensi, keragaman, dan lain-lain

yang dilambangkan oleh berbagai macam bentuk tumbuhan, dan

keragaman hasil budaya dari berbagai sumber budaya Banten.

b. Landasan filosofis, yang bermakna bahwa falsafah seni rupa Islam

melambangkan kedalaman makna Al-Qur‟an yang menjadi landasan

kehidupan dunia dan akhirat.

c. Landasan estetis, yang bermakna bahwa Islam selalu identik dengan

keindahan, sesuai dengan sabda Nabi Saw. bahwa Allah sangat

mencintai keindahan, karena Dia adalah Dzat yang sangat indah.

Selain itu, kedudukan desain dalam pembuatan mushaf Al-

Qur‟an didasarkan pada sebuah pandangan yang mengedepankan

rekayasa budaya dalam tradisi suatu daerah. Maka dalam hal ini, yang

dijadikan ide dasar dalam pembuatan desain mushaf al-Bantani adalah

hasil kebudayaan Banten yang khas dan asli.

C. Deskripsi Tentang Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani diprakarsai oleh MUI

Provinsi Banten. Secara simbolis, Peresmian penulisan perdana mushaf ini

ditandatangani oleh Gubernur Ratu Atut Chosiyah, pada tanggal 02 Februari

2008 di Lebak. Kegiatan ini dihadiri oleh MUI Banten, Bupati Lebak, dan

para pejabat di lingkungan Kanwil Depag Provinsi Banten. Penulisan perdana

20

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 86.

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

59

ini dianggap sebagai point of departure penyusunan naskah iluminasi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.21

Sedangkan tahap proses penulisannya

sendiri baru dimulai pada bulan Maret 2010 dan selesai pada bulan Juli 2010.

Kegiatan penulisan dipusatkan di Gedung Wisma Perguruan Muhammadiyah

Setia Budi Pamulang, Tangerang Selatan.22

Selanjutnya peresmian selesainya

penulisan diadakan pada tanggal 28 Agustus 2010, dan secara simbolis

dibubuhkan tanda tangan pada halaman mushaf oleh Gubernur Ratu Atut

Chosiyah.23

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani ini ditulis oleh sepuluh orang

kaligrafer yang dikoordinatori oleh Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag,

S.H., M.A. Mushaf ini terdiri dari tulisan tangan yang berukuran 50x70 cm

(sebagai masterpiece dan arsip dokumen Banten). Sedangkan yang cetakan

tahun 2014 versi terjemah, berukuran 27,5x21 cm. Mushaf cetakan 2014 ini

kondisinya lengkap 30 juz dengan terjemahnya dan setiap juznya terdiri dari

20 halaman. Ayat-ayat dalam mushaf ini berjumlah 604 halaman.

Setiap halaman dalam mushaf cetakan 2014 ini berisi 15 baris yang

sudah termasuk basmalah dan nama surat. Namun perbedaan halaman juga

ada pada permulaan mushaf (surat Al-Fatihah dan awal surat Al-Baqarah)

berjumlah 9 baris yang sudah termasuk nama surat dan keterangan ayat dan

ruku‟. Di bagian penamaan surat terdapat iluminasi berisi tiara-tiara, hiasan

bunga dan daun, keterangan makkiyah/madaniyah, dan jumlah ayat.24

Pada bagian awal mushaf (setelah cover) ini terdapat enam halaman

khusus yang berisi kaligrafi dengan kalimat yang berbeda-beda, goresan

tangan Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H., M.A. Kaligrafi pada

21

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, vi. 22

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 84. 23 Lihat Al-Qur‟an Al-Bantani cetakan 2014 versi terjemah 24

Lihat Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani cetakan 2014 versi terjemah

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

60

enam halaman khusus tersebut antara lain bertuliskan: Mushaf Al-Bantani,

Al-Qur‟ān Al-Karīm (halaman pertama), Innā nahnu nazzalnā al-dzikrā wa

innā lahū laḥāfiżūn (halaman kedua), Lā yamassuhū illa al-muṭahharūn

(halaman ketiga), Bil Rasm al-„Utsmāni ( halaman keempat), Mushaf Al-

Bantani (halaman kelima), Al-Qur‟ān Al-Karīm (halaman keenam).

Sedangkan pada bagian akhir mushaf ini terlampir do‟a khatm Al-Qur‟an,

deskripsi mushaf, tanda baca, pembahasan ṣifr mustadīr dan ṣifr mustaṭīl,

tanda waqf, daftar ayat sajdah, daftar isi, daftar juz, tim penyusun dari

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, sekapur sirih ketua MUI Banten, lembar

prasasti penulisan oleh Gubernur Banten, sambutan Gubernur Banten, tanda

tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Kementerian Agama RI

dengan tanggal tashih 28 Dzul Hijjah 1435 H bertepatan dengan 23 Oktober

2014 M, dan maklumat berisi tentang himbauan melakukan perbaikan jika

menemukan kesalahan dalam teknis cetakan mushaf ini, dan lampiran nama,

alamat serta kontak percetakan.25

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani ini termasuk model mushaf pojok,

yaitu tulisan yang berakhir di setiap ujung halaman.26

Mushaf ini ditulis

dengan khat naskhī27

terutama pada bagian pokok mushaf yang meliputi

seluruh teks ayat, dan teks halaman khusus atau tambahan seperti lembar

prasasti penulisan oleh Gubernur Banten, sekapur sirih dari MUI Banten,

daftar isi, do‟a khatm Al-Qur‟an, daftar juz, penjelasan rasm, susunan tim

penulisan mushaf tanda tashih dan lain-lain.28

Sedangkan teks pelengkap

25

Lihat Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani cetakan tahun 2014 versi terjemah 26 Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 85. 27

Naskhī adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya

memiliki sedikit sudut yang tajam. Tulisan ini dalam dunia penerbitan digunakan untuk

mencetak buku, koran, dan majalah, bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Di

sebagian besar negeri muslim, tulisan ini dijadikan sebagai khat dasar atau pokok. 28

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 80-81.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

61

dalam mushaf, seperti tulisan nama pada sampul, halaman prelim awal dan

akhir, nama-nama surat, tulisan judul pada halaman-halaman khusus, ditulis

dengan khat tsuluts29

dan sedikit khat kufi30

, dan judul di halaman tanda

waqaf digunakan khat farisi31

. Sampul mushaf ini menggunakan ragam hias

dari bendera Banten, dan pada bagian kotak tengah terdapat kaligrafi

bertuliskan “Mushaf Al-Bantani”. Sampul mushaf dihiasi dengan iluminasi

yang terdiri dari tiga kotak rerongkong berbentuk persegi panjang dan

berwarna biru. Tiga kotak rerongkong tersebut terdiri dari kotak kemuncak

yang berupa hias sulur-sulur dari mimbar masjid Caringin, bagian tengah hias

sulur tersebut diapit oleh ornamen mastaka soko guru masjid Carita.

Kemudian kotak tengah berupa hias sulur dari manuskrip Al-Qur‟an kuno

Banten, terdiri dari: lingkaran yang diapit empat buah pedang yang masing-

masing bercabang dua, pada bagian lingkaran terdapat bintang segi delapan

yang masing-masing sudutnya terdapat hias geometri, dan bagian dalam

bintang terdapat lingkaran berigi.32

29

Tsuluts adalah khat yang ditulis dengan kalam atau pulpen yang ujung pelatuknya

dipotong dengan ukuran sepertiga goresan kalam. Khat ini banyak digunakan untuk dekorasi

dinding dan aneka media. Di samping itu, khat ini dianggap paling sulit karena dari sisi sudut

maupun proses penyusunannya menuntut harmoni. 30

Kata kufi berasal dari kufah. Kaligrafi ini dianggap sebagai kaligrafi Arab tertua

dan menjadi sumber seluruh kaligrafi Arab. Selain itu, kufi pernah menjadi satu-satunya

tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf Al-Qur‟an. Dibalik bentuknya yang kaku

dengan banyaknya sudut-sudut yang menjadi karakter pokoknya, kufi sangat lentur dan

mudah diolah. 31

Farisi adalah tulisan yang dikembangkan oleh orang-orang Persia. Khat ini sangat

mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh

kelincahannya mempermainkan tebal tipis huruf dalam takaran yang tepat. Gaya ini banyak

digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran. 32 Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-

Qur‟an Mushaf Al-Banntani, 46.

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

62

Gambar 3.1: Sampul Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dengan ragam

hias dari bendera Banten

Sumber gambar: dokumen pribadi

Mushaf ini ditulis berdasarkan riwayat Hafs Ibn Sulaimān Ibn

Mughīrah, al-Asadī Al Kūfi, qiraat Āshim Ibn Abi Nujud. Penulisannya

menggunakan khat naskhī dengan rasm „Utsmāni. Kemudian jumlah huruf

dalam mushaf ini sama seperti yang terdapat di Makkah, Basrah, Kufah,

Syam dan Mushaf Imam „Utsmāni, dan tanda baca yang digunakan mengacu

kepada rasm Utsmāni berdasarkan standarisasi Indonesia yang ditetapkan

oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an (LPMQ) Kementrian Agama RI.

Adapun total ayat berjumlah 6236 ayat, mengikuti hitungan ahli Kufah dari

Abdullah Ibn Habib Al Sulami dari Ali Ibn Abi Thalib r.a.

D. Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Adanya Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sebagai mushaf yang ditulis

menggunakan tangan tidak terlepas dari kelebihan dan keistimewaan serta

kekuarngan yang perlu dikritisi dan perlu dirujuk keberadaannya.

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

63

Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani:

1. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah mushaf yang pertama kali

ditulis berdasarkan cagar budaya daerah.

2. Mushaf Al-Bantani memiliki keindahan dalam iluminasinya yang

khas dan menarik menggambarkah khazanah budaya Banten, tersebar

pada setiap juz dalam al-Qur‟an . Iluminasi mushaf ini berjumlah 30

buah sesuai dengan jumlah juz dalam al-Qur‟an (29 buah dari artefak

dan 1 buah dari naskah kuno Banten). Dalam pengertian lain, bingkai

mushaf ini berbeda dengan bingkai dalam mushaf-mushaf lainnya.

Bingkai mushaf ini hiasanya berupa hias arsitektur dan ornamen-

ornamen pada bangunan kuno di wilayah provinsi Banten.

3. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani merupakan mushaf yang dicetak dan

diterbitkan dalam jumlah massal untuk didistribusikan secara gratis

khusus untuk masyarakat muslim Banten. Selain itu, mushaf ini juga

dicetak dalam bentuk lux sebagai souvenir untuk para tamu luar

daerah yang berkunjung ke Banten. Sementara mushaf lainnya

dicetak hanya untuk kebutuhan pameran maupun souvenir saja.

4. Dilihat dari tulisannya, Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menggunakan

jenis khat Naskhi Bagdadi dengan tertulis cantik, jelas dan formal

sehingga mudah dibaca.

5. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi inovasi baru dari varian

penulisan al-Qur‟an dengan menggunakan iluminasi yang berasal dari

khazanah lokal berupa artefak dan manuskrip.

6. Bentuk dan warna yang diterapkan dalam pembuatan desain Mushaf

Al-Bantani berdasarkan pada keragaman budaya sebagai sumber ide,

dan orisinilitas (keaslian) yang menjadi ciri khas budaya yang tumbuh

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

64

dan berkembang yang diwariskan secara turun-temurun, serta

toleransi Islam yang sangat fleksibel dalam mengadopsi budaya lokal.

Sedangkan kekurangan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani di antaranya

adalah:

1. Dillihat dari segi pencetakan : dikarenakan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani diterbitkan oleh MUI Provinsi Banten (bersifat primordial)

dan khusus didistribusikan kepada masyarakat muslim Banten, maka

ia tidak secara menyeluruh dikenali atau diketahui oleh kalangan

masyarkat awam, dan di beberapa masjid, pondok pesantren, maupun

institusi- institusi di wilayah provinsi lainnya Indonesia kecuali yang

datang berkunjung ke Banten untuk studi banding, ikut serta dalam

pagelaran MTQ, dan lainnya maupun yang berkunjung ke Bayt

Qur‟ani dan Museum Istiqal TMII Jakarta. Di samping itu, sekalipun

ada masyarkat luar daerah Banten yang mengetahui Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani, hal ini bagi mereka hanya sebuah pengetahuan

belaka tanpa adanya rasa cinta, kebanggan tersendiri maupun sense of

belonging, karena mushaf ini bukan produk asal daerahnya sendiri.

2. Dilihat dari distribusinya: Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani hanya

didistribusikan kepada masyarkat muslim Banten saja, sehingga ia

tidak bisa didapat atau dimiliki dengan mudah oleh masyarkat luas di

Indonesia kecuali bagi mereka yang diberikan langsung oleh

pemerintah provinsi Banten atau mengajukan permohonan dengan

proposal yang ditujukan kepada MUI Banten, LPTQ Banten, maupun

kesra Pemprov Banten.

3. Dilihat dari artefak dan manuskripnya: cakupan wilayah artefak

maupun manuskrip yang digunakan khusus hanya dari artefak-artefak

yang ditemukan di wilayah Banten, Jakarta, dan Lampung (yang

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

65

disinyalir terdapat peninggalan Banten) sehingga artefak maupun

manuskrip peninggalan banten lainnya yang tersebar di luar tiga

daerah yang disebut di atas maupun di luar Indonesia tidak terjamah.

Hal ini karena adanya keterbatasan anggaran dana untuk penelitian.

4. Tiga puluh buah iluminasi yang tersebar pada setiap juz dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani bukan seluruhnya berasal dari tiga

puluh artefak yang bersumber dari hias arsitektur dan ornamen

bangunan-bangunan kuno di wilayah Banten, akan tetapi berasal dari

29 artefak dan 1 hiasan pada manuskrip Banten. Sementara jika

mengacu pada penetapan jumlah iluminasi yang disesuikan dengan

jumlah juz dalam al-Qur‟an, maka idealnya tiga puluh artefak dari

tiga puluh masjid kuno yang seharusnya dihimpun ke dalam mushaf.

Hal ini terjadi karena dalam kenyataan di lapangan pada saat

penelitian artefak, ada beberapa masjid kuno yang yang sudah

dirombak sehingga kekurangan jumlah data yang harus dipenuhi tiga

puluh masjid.33

E. Pembuatan Desain dan Iluminasi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Proses pembuatan desain dan iluminasi ini dimulai terlebih dahulu

pada titik penelitian awal, yaitu penelusuran ragam hias pada artefak dan

naskah kuno Banten yang akan dikemas menjadi 30 buah iluminasi yang

khas dan berbeda-beda dalam naskah Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.34

Dalam penelurusan ragam hias ini menggunakan alat dokumentasi

yang terdiri dari kamera semi profesional Pentax X70 beresolusi 12

megapixel dan kamera DSLR Canon EOS 20D beresolusi 8 megapixel. Data

33 Lihat tulisan Tubagus Najib “ Tradisi Harmoni Ramadhan pada Peradaban

Nusantara”. 34

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, vi.

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

66

base ragam hias yang telah direkam dan dikumpulkan, kemudian diolah dan

disortir oleh tim peneliti berdasarkan pertimbangan etika, estetik, kronologis

dan historis. Berikutnya, pemberian arti (penafsiran) berdasarkan data benda

dan data filosofi, dan penyusunan berdasarkan urutan juz dalam Al-Qur‟an.35

Sebelum proses alih media, terlebih dahulu ragam hias diedit

menggunakan program Photoshop. Tahap selanjutnya adalah membuat desain

kerangka dengan menggunakan bentuk empat persegi panjang dan membuat

desain gambar yang bersumber dari hasil penggambaran dan pemotretan

menggunakan skala. Desain kerangka yang dibuat tersebut terbagi menjadi

dua bagian untuk tiara dan bagian untuk frame. Tiara ditempatkan pada

bagian atas, sedangkan frame ditempatkan pada pias kiri, kanan, atas dan

bawah.36

Berikut ini adalah teknis-teknis yang dilakukan dalam pembuatan

desain frame dan iluminasi:

1. Teknis perancangan dan penyempurnaan desain frame, yang

meliputi:

2. Membuat dan menyempurnakan konsep outline frame dan layout

halaman biasa/utama

3. Membuat konsep outline frame halaman Ummul Qur‟an.

4. Membuat konsep outline frame halaman Nisful Qur‟an

5. Membuat konsep outline frame halaman Khatmul Qur‟an.

6. Membuat konsep outline frame halaman Pembukaan/Judul.

7. Membuat konsep outline frame halaman Cover Depan/Belakang.

8. Membuat konsep outline frame halaman punggung.

9. Membuat konsep outline frame halaman Tanda Baca.

35

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, vi. 36

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 6.

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

67

b) Teknis pembuatan desain final

Teknis ini meliputi pembuatan bagian-bagian dari desain

iluminasi dan kelengkapan estetis yang sudah disetujui. Berikut ini

adalah tahapannya:

1. Adaptasi bentuk visual, elemen estetis, dan karakter iluminasi,

terdiri dari:

a. Tracing, outlining, dan installing mengikuti bentuk visual

yang diadaptasi

b. Membuat struktur standar pada iluminasi, baik ukuran

maupun bentuk.

c. Coloring dan installing setiap detail elemen estetis pada

iluminasi.

2. Struktur penempatan iluminasi pada halaman dengan

membuat ukuran standar, meliputi:

a. Penyesuaian ukuran kertas

b. Pembuatan dummy awal

c. Test case hasil printout dan standar warna

d. Evaluasi dan detail elemen estetis

F. Pencetakan dan Distribusi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani yang telah selesai ditulis dan ditashih

oleh LPMQ Kemenag RI, kemudian dicetak di Lembaga Pencetakan Al-

Qur‟an (LPQ) Ciawi, Bogor. Secara kesuluruhan, Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani dicetak oleh LPQ Ciawi sebanyak lima kali, yaitu terdiri dari

pencetakan perdana pada tahun 2010 sebanyak 3000 eksemplar. Kedua pada

tahun 2011 sebanyak 100.000 eksemplar, ketiga pada tahun 2012 sebanyak

100.000 eksemplar, dan pada tahun 2013 sebanyak 100.000 eksemplar serta

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

68

pada tahun 2014 sebanyak 100.000 eksemplar. Cetakan 2012 hingga 2014

dilengkapi dengan terjemahan.37

Adapun proses pencetakan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dapat

digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.2: proses pencetakan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dilauncing untuk pertama kali pada

tahun 2010 pada acara Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Banten ke-10,

tanggal 04 Oktober 2010.38

Hal ini sekaligus untuk mensosialisasikan mushaf

ini secara luas di masyarakat. Ada 3000 eksemplar Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat muslim Banten.

Distribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dilakukan oleh MUI

Provinsi Banten bekerjasama dengan Kesra Pemprov Banten dan Lembaga

37

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020. 38

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

69

Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Banten. Kerjasama antara ketiga

lembaga tersebut dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan pendistribusian

mushaf kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Ketiga lembaga

tersebut kemudian mendistribusikan mushaf ke beberapa masjid, pondok

pesantren, sekolah, madrasah, majlis ta‟lim, lembaga organisasi

kemasyarakatan, kelompok KKN dan institusi keagamaan yang ada di kota/

kabupaten Provinsi Banten.39

Penulis tidak mendapatkan data yang pasti tentang pendistribusian

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani secara mendetail dari MUI dan Kesra Provinsi

Banten. Penulis hanya memiliki data tentang pendistribusian yang dilakukan

oleh LPTQ Banten. Kendala tidak adanya data tentang pendistribusian

Mushaf Al-Bantani oleh MUI diakui oleh ketua MUI Prov. Banten, Dr. A.M.

Romly.40

Menurutnya data tentang pendistribusian mushaf oleh MUI tidak

dilakukan dengan baik sehingga sulit untuk langsung mengetahui perincian

secara pasti. Kendala yang sama penulis temukan ketika mencoba

mendapatkan pendistribusian mushaf oleh Kesra Banten. Atas dasar kendala-

kendala tersebut maka penulis hanya akan menyoroti pendistribusian Mushaf

berdasarkan data yang diperoleh dari LPTQ Banten.

Pendistribusian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi agenda

penting selanjutnya selain usaha mencetak dan menyosialisasikan mushaf

kepada masyarakat. Usaha distribusi, seperti diarahkan oleh Atut Chosiyah,

Gubernur Banten, harus diterima secara merata oleh masyarakat Banten,

39

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020., lihat juga dalam Tim Penyusun Laporan, Laporan Keluar

Masuk Mushaf Al-Bantani tahun 2012, 2013, dan 2014 (Serang: Kementerian Agama, 2012-

2014). 40

Wawancara dengan ketua MUI Banten A.M.Romly, pada 30 Maret 2020.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

70

khususnya kepada masyarakat yang tidak mempunyai mushaf di rumahnya.41

Pernyataan Gubernur memiliki beberapa masalah apabila ditinjau dari segi

jumlah anggaran dan jumlah mushaf yang didistribusikan kepada masyarakat.

Pada tahun 2012 sampai 2014, pemerintah Provinsi Banten menganggarkan 7

Miliar pertahun untuk pencetakan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan juga

pendistribusian kepada masyarakat. Dari jumlah anggaran tersebut, jumlah

mushaf yang dapat dicetak berjumlah 100.000 mushaf untuk setiap tahunnya.

Sehingga apabila dijumlahkan selama 4 tahun Mushaf Al-Bantani

keseluruhan ada 400.000 mushaf yang didistribusikan kepada masyarakat.

Jumlah total pencetakan mushaf selama 4 (empat) tahun akan terlihat

kecil prosentasinya apabila dilihat dari jumlah masyarakat muslim yang ada

di wilayah Banten yang berjumlah 10.149.787 (sensus pada tahun 2014).

Jumlah antara mushaf yang dicetak apabila dibagi dengan jumlah masyarakat

muslim Banten akan menghasilkan angka 3,9 %. Angka tersebut terbilang

sangat kecil jika dihubungkan dengan arahan Gubernur untuk

mendistribuskan secara merata kepada masyarakat. Arahan Gubernur akan

mendekati ideal apabila dapat mendistribusikan mushaf paling tidak 1,5 juta

eksemplar, dengan rasio 14,7 %.42

Setelah mengetahui jumlah rasio pencetakan mushaf yang tidak ideal,

selanjutnya penulis akan menyoroti masalah-masalah yang terkait dengan

proses pendistribusian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sampai ke tangan

masyarakat. Persoalan utama tentang usaha pendistribusian mushaf adalah

ketidakmerataan distribusi kepada masyarakat. Apabila yang dinamakan

distribusi adalah penyaluran Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dari pemerintah

41

Pernyataan Atut Chosiyah ini dapat dilihat dalam radarbanten.co.id, diakses pada

tanggal 10 Juni 2020. 42

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020., pernyataan Syibli Syarjaya dapat dilihat juga di

radarbanten.co.id, diakses pada tanggal 10 Juni 2020.

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

71

kepada masyarakat,43

maka seharusnya keberadaan mushaf ini di tengah

masyarakat menjadi hal yang wajib. Namun kenyataannya banyak

masyarakat yang tidak mengetahui tentang keberadaan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani.

Lia Lianti, warga Pandeglang, ketika penulis mewawancarai tentang

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani mengatakan “Aku belum tahu ada mushaf itu

dan tidak pernah mendapatkan mushaf itu”.44

Dari ketidaktahuan Lia Lianti

tentang Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menunjukan bahwa distribusi mushaf

ini tidak merata sampai kepada masyarakat. Banyak kasus yang penulis

temukan di lapangan yang justeru tercengang dan kaget ada Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani. Kasus terakhir penulis temukan ketika mewawancarai

Sarinita Habarkah, warga Tangerang. Dia mengatakan “ah yang bener loe

ada Mushaf Banten? gw gak pernah denger dan liat mushaf itu”.45

Sikap

yang ditunjukan Lia Lianti dan Habarkah hanya sedikit dari masyarakat

Banten yang tidak tau keberadaan mushaf yang khas asli daerah mereka

sendiri.

Pandangan penulis ketika mewawancarai beberapa orang Banten pada

satu sisi merasa heran dan tidak tahu, dan di sisi lain, ketika penulis

menunjukan keunikan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, merasa kagum dengan

estetika mushaf tersebut. Kekaguman seperti itu terlihat dari ekspresi Lia

Lianti yang mengatakan “wah bagus ya iluminasinya, beda dengan mushaf

lainnya, yang ini [Mushaf Al-Bantani lebih mencolok warna

iluminasinya]”.46

Iluminasi yang ada dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

43

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 359. 44

Wawancara dengan Lia Lianti, warga Pandeglang, pada tanggal 2 Juni 2020. 45

Wawancara dengan Habarkah, warga Tangerang, pada tanggal 25 April 2020. 46

Wawancara dengan Lia Lianti, warga Pandeglang, pada tanggal 25 April 2020.

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

72

menjadi salah satu hal yang menarik untuk dilihat oleh masyarakat ketika

diperlihatkan tentang keunikan mushaf ini.

Keterangan yang ditunjukan di atas menunjukan ketidakmerataan

distribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani di tengah masyarakat. Keterangan

di atas dapat dibenturkan dengan laporan Hasil Survei Melek Huruf Al-

Qur‟an dan Indikator Iman-Takwa pada tahun 2017 yang menunjukan bahwa

95,7 masyarakat muslim Banten memiliki mushaf Al-Qur‟an.47

Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa hampir setiap rumah memiliki satu mushaf

Al-Qur‟an di dalamnya. Pertanyaan mendasar dari hasil laporan di atas

adalah apakah mushaf yang ada merupakan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

atau mushaf yang dicetak oleh penerbit swasta?

Hasil survei tentang melek huruf Al-Qur‟an di masyarakat Banten

dapat dikonfirmasi dengan adanya laporan penelitian tentang masalah dan

kendala distribusi mushaf dalam lingkup nasional oleh Kementerian Agama

Republik Indonesia yang menemukan bahwa mayoritas mushaf yang ada di

tangan masyarakat merupakan mushaf yang didapatkan dari percetakan

swasta.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-

Qur‟an pada tahun 2011 dan 2012 tentang penggunaan mushaf Al-Qur‟an

menunjukan kenyataan yang menarik. Ternyata dalam realitasnya, mushaf

Al-Qur‟an yang dimiliki dan digunakan masyarakat Islam hampir semuanya

berasal dari cetakan penerbit swasta, bukan mushaf terbitan Kementerian

Agama. Mushaf Kemenag baru dijumpai di beberapa orang atau pihak yang

47

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Banten, Hasil Survei Melek

Huruf Al-Qur‟an dan Indikator Iman-Takwa (Serang: LPTQ Banten, 2017).

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

73

mempunyai kaitan atau akses dengan Kemenag setempat seperti pimpinan

organisasi atau pegawai di lingkungan Kemenag sendiri.48

Hasil penelitian yang dilakukan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an

secara Nasional, tampaknya sama dengan kasus di Banten. Mushaf Al-

Qur‟an yang ada di masyarakat Banten sebagian besar merupakan berasal

dari penerbit swasta, bukan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Beberapa kenyataan di atas menunjukan bahwa kebijakan pengadaan

Al-Qur‟an memang belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya secara merata

oleh masyarakat di wilayah Banten. Hal tersebut dalam pandangan Dr. A.M.

Romly, Ketua MUI Provinsi Banten, disebabkan oleh proses distribusi yang

belum berjalan dengan baik. Romly memberi saran ketimbang

mempermasalahkan jumlah produksi mushaf yang menjadi masalah pokok,

melainkan kendala dan masalah distribusi yang seharusnya berjalan baik

sehingga benar-benar sampai ke tangan masyarakat.49

48

LPMA, Laporan Penelitian Penggunaan Al-Qur‟an di Masyarakat (Jakarta:

LPMA, 2012). 49

Wawancara dengan ketua MUI Banten Dr.A.M.Romly, pada 30 Maret 2020.

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

74

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

75

BAB IV

ILUMINASI DAN RELEVANSI MUSHAF AL-QUR’AN AL-

BANTANI DALAM PERKEMBANGAN MUSHAF DI INDONESIA

Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan bagaimana iluminasi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan selanjutnya akan dideskripsikan juga

tentang gambaran iluminasi dan sumber artefak yang digunakan dalam Juz 1

dan 10, Juz 11 dan 20, 21 dan 30 sebagai representasi setiap juz dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, serta akan dijelaskan bagaimana relevansi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan mushaf di Indonesia.

A. Deskripsi Iluminasi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani

Iluminasi merupakan kata yang digunakan dengan sangat luas untuk

menunjukan setiap sesuatu yang didekorasi, yang pada umumnya

menyertakan unsur warna di dalamnya, dan didesain dengan sangat teliti,

menarik, dan dibuat dengan keterampilan khusus, yang bertujuan untuk

menambah nilai jual atau menaikan nilai dari suatu tulisan atau manuskirp.1

Keterangan di atas menunjukan bahwa segala sesuatu yang menyertai suatu

teks berupa warna yang didekorasi dengan beragam bentuk dan corak

dinamakan dengan unsur iluminatif. Iluminasi dapat berupa gambar yang

jelas maupun gambar yang abstrak, sesuatu yang secara empiris ada di dunia

maupun sesuatu yang diadakan dalam alam pikiran orang yang membuat

berupa suatu yang fiktif atau imajinatif. Selain itu iluminasi biasanya berupa

gambar dari bunga atau tumbuhan, binatang, mahkota, atau suatu garis yang

dibentuk dengan sangat rapih berupa persegi panjang, kerucut, segitiga, dan

lainnya. Iluminasi juga dapat berupa gambar abstrak-imajinatif yang sulit

1Annabel Teh Gallop & Ali Akbar, “The Art of the Qur‟an in Banten: Calligraphy

and Illumination”, Archipel, Vol. 72 (2008), 95-156.

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

76

untuk dideskripsikan karena berasal dari imajinasi sang pembuat iluminasi

seperti gambar kepala singa yang dibubuhi dengan mahkota raja dan bunga

tulip atau lotus, atau gambar lakon dalam pewayangan Jawa yang

diserupakan dalam rupa manusia.2

Suatu tulisan yang di dalamnya terdapat iluminasi dianggap memiliki

nilai yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tulisan yang tidak ada

unsur iluminasi di dalamnya. Maka tidak mengherankan apabila dalam

khazanah pernaskahan akan sangat banyak ditemukan tulisan atau manuskrip

yang menyertakan unsur iluminasi di dalamnya. Henri Chambert-Loir dan

Oman Fathurahman mencatat ada beberapa naskah yang terdapat iluminasi di

dalamnya seperti dalam Hikayat Pocut Muhamat, Talkhis Khulasah al-Insya‟

wa Gairiha, Serat Lokapala, dan lain-lain.3 Suatu tulisan yang di dalamnya

terdapat iluminasi juga memiliki tujuan dari sekadar untuk kepentingan

estetis sampai pada kepentingan ekonomi dan politik kekuasaan.4 Iluminasi

juga dapat ditemukan untuk menghiasi tulisan dalam mushaf Al-Qur‟an

seperti dalam kasus Mushaf Lalino Bima, Mushaf Sarung Batik Cirebon,

Mushaf Solo, Mushaf Kauman Timur Semarang, Mushaf Cipete Jakarta,

Mushaf Istiqlal, Mushaf Sundawi, Mushaf Al-Tin, Mushaf Kalimantan Barat,

Mushaf Keraton Yogyakarta dan Mushaf Al-Bantani.5

2Mu‟jizah, Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19 (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2009). 3Henri Chambert-Loir dan Oman Fathurahman, Khazanah Naskah: Panduan

Naskah-naskah Indonesia Sedunia (Jakarta: Ecole Francaise d‟Extreme-Orient & YOI,

1999), 37, 45, 116. 4Mu‟jizah, Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19, 200.

5Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”, Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. 1 (2016), 193, Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf

Kuno”, Jurnal Lektur Keagamaan, vol 5, no I, (2007), 44-45, Billy Muhammad Rodibillah,

dkk. “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di Bandung Tahun 1995-1997”,

Historia Madania, 48, Mahmud Buchari, dkk. “Al-Qur‟an Manuskrip Mushaf Untuk

mengenang Almh. Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto”. (Jakarta: Kharisma, 1999),

9.

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

77

Iluminasi menjadi bagian integral dari penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani dan sekaligus memberi ciri khusus di dalamnya. Di dalam

Mushaf ini terdapat unsur iluminasi yang menghiasi tulisan atau khat dalam

mushaf. Iluminasi tersebut akan ditemukan pada setiap juz dalam Al-Qur‟an

yang membentang dari awal juz satu sampai akhir juz ketiga puluh.

Penambahan iluminasi dalam setiap juz dalam Al-Qur‟an merupakan ciri

utama yang membedakan antara Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dengan

mushaf iluminasi yang lainnya. Iluminasi yang ada dalam Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani merupakan iluminasi paling banyak yang ditemukan dalam

naskah Al-Qur‟an di Indonesia. Apabila pada umumnya iluminasi dalam

naskah atau Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia, seperti Mushaf Lalino Bima,

hanya sebatas memberikan iluminasi pada ummu Al-Qur‟an, nisf Al-Qur‟an

dn khatm Al-Qur‟an.6 namun kuantitas iluminatif dalam Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani lebih banyak dan akan terasa berbeda lagi sangat kreatif karena

beragamnya iluminasi yang tergambar di dalam mushaf tersebut.

Akbar dan Galliot mengatakan, keberadaan unsur iluminatif dalam

tulisan bertujuan sebagai penambah nilai estetis dalam suatu naskah.7 Apabila

suatu naskah terdapat iluminasi di dalamnya maka akan membuat orang yang

melihatnya akan tertarik pada naskah atau teks yang sedang dibacanya. Tidak

mengherankan apabila dalam suatu naskah terdapat unsur iluminatif yang

sangat banyak bahkan menjalar sampai menutupi teks asli. Dalam kasus

iluminasi yang ada dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi dalam

membingkai teks dalam sebuah persegi panjang yang mengelilingi unsur teks

secara sempurna. Semua teks atau ayat Al-Qur‟an yang tertulis pada setiap

juz dalam Al-Qur‟an dihiasi oleh iluminasi yang digambar dengan beragam

6Mahmud Buchari, dkk. “Al-Qur‟an Manuskrip Mushaf Untuk mengenang Almh.

Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto”, 9. 7Annabel Teh Gallop & Ali Akbar, “The Art of the Qur‟an in Banten: Calligraphy

and Illumination”, 121.

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

78

bentuk. Bentuk iluminasi yang sangat estetis didukung dengan pewarnaan

indah yang membaluri gambar iluminasi berupa paduan warna yang kontras

dengan tulisan dalam mushaf. Adanya iluminasi yang terkesan futuristik akan

membuat orang yang melihat Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani terkesan dengan

keindahan yang disajikan dalam mushaf. Dengan demikian orang yang

melihat Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani mendapatkan energi tambahan ketika

melihat nilai estetis dalam mushaf yang akan dibacanya yang kemudian akan

berimplikasi pada pembacaan Al-Qur‟an dengan semangat untuk

memperdalam ajaran di dalamnya. Maka menjadi relevan apa yang dikatakan

Akbar dan Galliot bahwa unsur estetis menjadi bagian penting dalam

penciptaan unsur iluminasi yang diadakan dalam suatu tulisan.

Iluminasi dapat juga dilihat dalam konteks yang lebih luas dari

sakadar menghadirkan efek estetis pada tulisan. Namun dapat dipandang juga

bahwa nilai-nilai estetis yang diungkapkan dalam iluminasi Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani memiliki ungkapan religiusitas di dalamnya. Tujuan

pengadaan iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani paling tidak dapat

digambarkan sebagai berikut: pertama, menentukan sikap terhadap

keindahan yang terdapat dalam alam, kehidupan manusia dan karya seni,

kedua, menerapkan suatu karya seni yang dapat menimbulkan pengaruh

terhadap jiwa manusia, terutama perenungan dan pemikiran, serta perilaku

dan perbuatan manusia, ketiga, mengkaji penjelasan tentang istilah-istilah

dan konsep-konsep keindahan yang berada dalam obyek pengamatan seperti

artefak.8 Adapun penjabaran ketiga tujuan dalam iluminasi Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani adalah sebagai berikut:

Tujuan pertama adalah menentukan sikap terhadap keindahan yang

terdapat dalam alam, kehidupan manusia dan karya seni. Manusia disebut

8Penjelasan ini penulis adaptasi dari keterangan Abdul Hadi ketika menjelaskan

tentang estetika sebagai ungkapan religuisitas. Abdul Hadi W.M., Hermeneutika, Estetika

dan Religiusitas (Jakarta: Sadra Press, 2016), 33.

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

79

sebagai makhluk yang berbudaya yang menghasilkan dari akal budinya

berbagai macam karya seni. Atas dasar akal budi inilah manusia dapat

membangun suatu peradaban yang maju yang dapat membedakan antara

manusia dengan makhluk hidup lainnya seperti malaikat, hewan dan

tumbuhan. Banten sudah dipahami masyarakat secara luas sebagai kota yang

memiliki peradaban yang maju dengan ditandai beragam artefak-artefak

sejarah yang masih dapat dijumpai sampai sekarang. Artefak yang ditemukan

tersebut menandakan suatu peradaban manusia yang ada di daerah Banten.

Hal ini pula yang menja dikan banyak karya seni ditemukan di wilayah

Banten. Pembuatan iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

merupakan salah satu “sikap” masyarakat Banten terhadap keindahan yang

berasal dari karya seni yang terdahulu. Sikap ini sekaligus menunjukan

bahwa masyarakat Banten peduli dan simpati dengan nilai-nilai luhur yang

diwariskan oleh nenek moyang mereka. Supaya memori estetis tentang

keindahan yang terdapat dalam suatu karya seni, maka perlu ditanamkan dan

diterapkan keindahan seni tersebut dalam bentuk abstraksi iluminasi yang

kemudian diterapkan dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Dengan

demikian ketika masyarakat Banten mambaca mushaf tersebut, maka

masyarakat akan melihat beragam budaya yang ada di Banten yang tercermin

dalam bentuk iluminasi.

Tujuan kedua adalah menerapkan suatu karya seni yang dapat

menimbulkan pengaruh terhadap jiwa manusia terutama perenungan dan

pemikiran, serta perilaku dan perbuatan manusia. Dalam buku Ruh Islam

dalam Budaya Bangsa disebutkan bahwa jiwa manusia condong pada hal-hal

yang dianggapnya mempunyai muatan estetis berupa keindahan, keteraturan

dan kebersihan.9 Ungkapan estetis manusia terutama dalam bidang seni dapat

9 Forum Ilmiah Festival Istiqlal II, Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep

Estetika 5 (Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996), 20-21.

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

80

berupa puisi atau tulisan, ornamen, patung, bangunan dan sebagainya. Semua

hasil karya tersebut berasal dari perenungan mendalam manusia terhadap

alam sekitar. Dalam proses pembuatan iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani, ungkapan-ungkapan estetis yang dapat ditemukan dalam banyak

artefak di Banten hendak diterapkan dalam bentuk yang lebih dekat dengan

masyarakat Banten. Apabila artefak yang ada di wilayah Banten berada jauh

dari kerumunan masyarakat, maka sekarang bentuk kearifan lokal berupa

artefak yang ditemukan tersebut dapat dilihat di dalam mushaf Al-Qur‟an

yang setiap saat dibaca dan dilihat oleh masyarakat. Iluminasi yang ada

dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani diharapkan mempengaruhi jiwa

masyarakat yang membacanya melalui keindahan iluminasi yang ada di

dalam mushaf.

Tujuan ketiga adalah mengkaji penjelasan tentang istilah-istilah dan

konsep-konsep keindahan yang berada dalam obyek pengamatan seperti

artefak. Artefak dapat didefinisikan sebagai semua benda yang diubah

(modified) atau dibuat (mode) oleh manusia dari bahan-bahan alam. Artefak

dalam iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dapat dibagi menjadi dua

yaitu artefak besar dan artefak kecil. Artefak besar adalah artefak pada suatu

bangunan monumental baik bangunan profan maupun bangunan sakral.

Sedangkan artefak kecil adalah artefak pada fragmen gerabah Banten.10

Pentingnya mengkaji sebuah artefak adalah bahwa sebagai produk peradaban

manusia yang diciptakan pada masa lampau, artefak sebenarnya menyimpan

nilai yang agung, besar dan tinggi. Dengan mengadakan pengkajian dan

penelitian seputar artefak yang ditemukan, maka diharapkan akan

menemukan sesuatu yang belum tersingkap selama ini berupa sejarah yang

tersembunyi, atau sebagai bukti dari adanya suatu peradaban besar. Dalam

10

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani

(Berdasarkan Artefak dan Manuskrip Banten) (Serang: MUI Banten, 2010), 8, 43.

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

81

upaya mengkaji dan meneliti artefak yang ada di wilayah Banten, maka para

pembuat iluminasi terinspirasi menjadikan artefak menjadi percontohan bagi

gambaran iluminatif yang akan diterapkan di dalam mushaf.

Penelitian terhadap artefak sebagai sebuah bukti sejarah masih dikaji

sampai sekarang. Semakin banyak informasi yang dikaji dan didapatkan dari

sebuah artefak, maka akan semakin menguntungkan bagi kajian ilmiah

lainnya dalam berbagai macam bidang seperti arkeologi, sejarah, dan ilmu

humaniora lainnya. Kaitan erat antara iluminasi dalam mushaf dengan artefak

adalah bahwa iluminasi yang ada dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

diciptakan bukan berasal dari suatu gambaran atau abstraksi yang tidak

memiliki pendasaran dalam proses pembuatannya. Dengan kata lain,

iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani tidak tercipta dari khayalan

orang yang membuat sehingga tidak mempunyai bukti empiris. Iluminasi

dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani tercipta dari hasil adopsi dan adaptasi

dari berbagai macam artefak yang ada dan tersebar luas di wilayah Banten.

Bukti keberadaan artefak menjadi inspirasi utama dalam membuat iluminasi.

Bukti empiris berupa artefak dapat ditemukan hingga sekarang di berbagai

wilayah Banten, sehingga pembaca atau pengamat iluminasi dapat melacak

asal usul dari unsur iluminatif yang digunakan dalam pembuatan iluminasi.

Karena unsur iluminasi didasarkan pada kajian yang cermat pada artefak

yang ditemukan maka dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam

bidang arkeologi, sehingga menutup kemungkinan iluminasi tersebut

memiliki detail kesamaan dengan iluminasi dalam tulisan atau naskah dalam

mushaf lainnya di Indonesia.11

Pembuatan iluminasi melalui penelitian dan pengkajian yang

dilakukan oleh berbagai macam ahli yang disesuaikan dengan temuan artefak

11

Tubagus Najib Al-Bantani (Peny.), Panduan Iluminasi dan Kaligrafi (Serang:

MUI Banten, 2011)., Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Bantani (Berdasarkan Artefak dan Manuskrip Banten) (Serang: MUI Banten, 2010).

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

82

yang tersebar di berbagai wilayah Banten. Menurut Najib Al-Bantani, temuan

penemuan artefak dalam suatu daerah tidak pernah diaplikasikan dan

diterapkan dalam membuat iluminasi berupa bingkai atau hiasan dalam

sebuah tulisan. Selama ini yang akan ditemukan dalam dunia akademisi baru

sampai penelitian sebuah artefak kemudian menginventarisasikannya

kemudian menganalisisnya. Inventarisasi dan analisis artefak inilah yang

dilakukan dalam bidang arkeologi. Namun belum ditemukan hasil dari

analisis artefak tersebut diterapkan dalam suatu tulisan dengan cara

menjadikan artefak tersebut menjadi patokan dan tolak ukur dalam membuat

gambar iluminatif.12

Di sinilah kekhasan dari Mushaf Al-Bantani dari

mushaf-mushaf lain di Indonesia bahkan di dunia Islam sekalipun.

Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani yang merupakan

bentuk ejawantah dari artefak yang ditemukan di daerah Banten kemudian

dikemas, digambar ulang dan diterapkan menjadi kerangka-kerangka yang

berisi Tiara dan frem Tiara. Kerangka yang berisi Tiara dan frem Tiara,

penamaannya diambil dari bentuk Tiaranya, di antaranya terdapat 30 buah

Tiara. Tiap tiara mewakili tiap permulaan juz dalam Al-Qur‟an. Adapun 30

Tiara yang disebutkan dapat diurutkan sesuai juz dalam Al-Qur‟an sebagai

berikut: Mahkota Sokoguru Masjid Carita, Menara Masjid Pacinan Tinggi,

Memolo Masjid Agung Banten, Memolo Menara Masjid Agung Banten,

Memolo Masjid Kasunyatan, Gapura Masjid Kasunyatan, Ornamen Mihrab

Masjid Kasunyatan, Memolo Menara Masjid Kasunyatan, Gapura Makam

Masjid Kasunyatan, Gapura Masjid Kanari, Memolo Masjid Kanari,

Ornamen Mihrab Masjid Kanari, Memolo Makam Maulana Yusuf, Gapura

Bentar Kaibon, Gapura Paduraksa Kaibon, Memolo Masjid Kaujon,

Ornamen Mihrab Masjid Kaujon, Memolo Masjid Tanara, Cungkup Mimbar

12

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

73.

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

83

Masjid Tanara, Memolo Mimbar Masjid Tanara, Memolo Masjid Singarajan,

Ornamen Mihrab Masjid Singarajan, Memolo Masjid Caringin, Trawangan

Pintu Majsid Caringin, Mahkota Sokoguru Masjid Carita, Ornamen Sokoguru

Masjid Carita, Ornamen Sokoguru Masjid Carita, Ornamen Mihrab Masjid

Carita, Arsitektur Srimanganti Surtasowan, dan Iluminasi manuskrip Al-

Qur‟an Banten.13

Gambar 4.1 : Tiara dan frem tiara Juz 1 – 8

Sumber dokumen pribadi

13

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

iii.

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

84

Gambar 4.2 : Tiara dan frem tiara Juz 9-17

Sumber diambil dari dokumen pribadi

Gambar 4.3 : Tiara dan frem tiara Juz 18-25

Sumber diambil dari dokumen pribadi

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

85

Gambar 4.4 : Tiara dan frem tiara Juz 26-30

Sumber diambil dari dokumen pribadi

Keterangan yang dapat diambil dari uraian tentang iluminasi dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani di atas dapat diringkas dalam beberapa bentuk

dasar iluminatif yaitu bentuk gapura, mihrab, mimbar, menara, sokoguru,

pintu masjid, dan memolo atau mustaka.

Gapura adalah pintu besar untuk masuk pekarangan sebuah rumah,

masjid atau istana, atau dengan kata lain gapura merupakan pintu gerbang

dari suatu bangunan.14

Mihrab adalah ruang kecil yang menjorok ke luar dari

dinding masjid (langgar) yang mengarah ke Ka‟bah, atau juga dapat diartikan

mihrab adalah tempat imam memimpin salat.15

Mimbar adalah panggung

kecil tempat berpidato atau menyampaikan khotbah.16

Menara adalah

bangunan yang tinggi (seperti di masjid, gereja), atau bagian bangunan yang

ditambahkan meninggi atau menjadi lebih tinggi dari bangunan induknya.17

14

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 438. 15

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 954. 16

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 957. 17

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 938.

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

86

Sokoguru adalah tiang tengah, tiang seri.18

Pintu masjid adalah gerbang

masuk masjid. Memolo atau mustaka adalah kemuncak atap, yang secara

teknis muncul sebagai konsekuensi konstruksi atau tajuk dari sebuah

bangunan, khussnya pada sebuah bangunan masjid.19

Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani seluruhnya berjumlah

30 buah dalam bentuk artefak sebanyak 29 buah dan dalam bentuk manuskrip

sebanyak 1 buah. Ketiga puluh buah tersebut, ditempatkan pada posisi tengah

dalam kerangka berbentuk persegi panjang yang disebut rerongkong sesuai

dengan jumlah juz dalam Al-Qur‟an. Ketiga puluh buah tersebut dinamakan

Tiara. Tiara tersebut diapit oleh dua buah ornamen mimbar, sebanyak 3 buah.

Satu buah mengapit 10 juz. Jadi 3 buah untuk 30 juz. Ketiga buah ornamen

yang mengapit Tiara dinamakan dengan Sayap Tiara. Kerangka rerongkong

pada celah-celah yang kosong diisi dengan gambar hias terwengkal, sebanyak

28 buah gambar hias terwengkal, ornamen mimbar satu buah dan ornamen

hias Al-Qur‟an Kuna Banten satu buah. Jumlahnya 30 buah, ketiga puluh

buah yang mengisi celah-celah kerangka rerongrong tersebut dinamakan

Frame Tiara. Adapun kerangka rerongrong yang masih terdapat celah-celah

kosong dipenuhi dengan bentuk grafis berupa spiral ganda, lingkaran, hias

bunga dan daun, non grafis dalam bentuk hias sudut rerongrong dari ornamen

hias mimbar masjid caringin, gambar hias gerabah.20

B. Iluminasi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani Per Juz

Pada bagian ini akan dideskripsikan iluminasi yang terdapat juz 1, 10,

11, 20, 21, dan 3021, sebagai representasi setiap juz dalam Mushaf Al-Qur‟an

18

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1367. 19

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 989. 20

Tubagus Najib Al-Bantani (peny.), Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an

Mushaf Al-Bantani (Jakarta: MUI Banten, 2011), 45. 21 Pembatasan deskripsi iluminasi 6 juz ini (juz 1, 10, 11, 20, 21, dan 30) berdasar

pada 3 buah ornamen mimbar masjid Caringin yang berbeda (sayap tiara yang mengapit

tiara) pada setiap 10 juz dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Tiga buah ornamen mimbar

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

87

Al-Bantani. Deskripsi tersebut meliputi deskripsi gambar iluminasi dan

sumber artefak yang digunakan dalam iluminasi.

1. Juz 10 (1 & 10)

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 1:

Pada juz 1 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Warna biru menjadi dasar bagi

kerangka rerongkong pada juz 1.22

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa mustaka sokoguru Masjid Carita yang terdapat di tengah

pada sisi kerangka rerongkong dengan warna hijau. Sayap Tiara berupa

ornamen mimbar Masjid Caringin yang terdapat di tengah pada sisi kerangka

rerongkong yang mengapit Tiara dengan warna merah bata. Frame Tiara

berupa gambar hias terwengkal yang terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna hijau gelap.23

Adapun terwengkal berbentuk belah

ketupat, mengapit dua buah lingkaran horizontal. Pada sisinya memiliki 8

lekukan dua dimensi.24

Dalam isi rerongkong juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis berbentuk lingkaran kecil pada sisi-sisi kerangka

rerongkong dengan warna merah terang. Selain itu, ada juga grafis berbentuk

spiral ganda pada sisi kerangka rerongkong bagian luar dengan warna

kuning.

untuk 30 juz. Maka, setiap 1 buah dari tiga ornamen tersebut mengapit 10 juz, yakni 1 buah

pertama untuk juz 1-10, 1 buah kedua untuk juz 11-20, dan 1 buah lainnya untuk juz 21-30. 22

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 50. 23

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 50. 24

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 14.

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

88

Gambar 4.5: Tampilan Iluminasi Juz 1 pada Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 1:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 1 terdapat pada Masjid Carita.

Masjid Carita sampai sekarang masih ada dan tetap digunakan untuk kegiatan

keagamaan seperti shalat berjamaah dan melakukan kegiatan keagamaan

lainnya. Adapun sumber iluminasi yang dapat ditemukan pada juz 1 terdapat

pada mustaka sokoguru dan ornamen mimbar Masjid Carita.

Masjid Carita yang di dalamnya terdapat sokoguru dan mimbar

memiliki nama lengkap Masjid Jami Khusaini yang berlokasi di sebelah barat

jalan raya Carita, Kampung Pagedongan, desa Sukajadi, Kecamatan Labuan.

Di samping dan di depan masjid mengalir sungai Citembol. Bangunan masjid

mengarah ke arah timur atau ke arah jalan raya dan sungai. Hal ini ditandai

dengan adanya serambi di ruang depan ruang utama masjid. Ruang utama

mempunyai denah bujur sangkar sedangkan serambinya berdenah persegi

panjang. Bagian ruang utama serambi masjid di kelilingi oleh teras.

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

89

Masjid Jami Khusaini merupakan nama masjid yang dinisbatkan pada

nama pendirinya yaitu Khusaini. Makam pendiri masjid ini berada di bara

masjid atau pada serambi barat masjid, hanya nisan dan jirat makam telah

diganti dengan semen, menurut pengurus masjid, nisan aslinya adalah dari

batu andesit, dibangun setelah satu tahun pembangunan Masjid Caringin,

yaitu sekitar tahun 1885.25

Ruang utama masjid memiliki atap tumpang (bersusun) tiga, dengan

memolo terbuat dari seng sedangkan serambinya memiliki atap limasan. Atap

tumpang ruang utama disangga empat buah tiang (sokoguru) berpenampang

segidelapan adapun tiang-tiang teras berpenampang lingkaran bergaya Eropa,

tiang tersebut merupakan tiang cor (bukan kayu), ruang utama masjid

memiliki loteng (ruang atas), untuk memasuki melalui anak tangga yang

terdapat di sudut tenggara ruang utama, mihrab berupa ceruk melengkung

yang menjorok keluar.26

Bagian depan mihrab terdapat hiasan geometri sedangkan bagian atas

mihrab terdapat hiasan berbentuk kipas, mimbar tidak menempel pada

dinding barat tetapi agak ke depan sehingga berada di belakang shaf paling

depan.

Kepurbakalaan masjid ini yang diangkat untuk iluminasi Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani adalah, ornamen mihrab, tiang teras berpenampang dan

memiliki secaram mahkota dan arsitektur mimbar.

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 10:

Pada juz 10 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

25

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

42. 26

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

43.

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

90

ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Pada juz 10, warna biru menjadi

dasar bagi kerangka rerongkong.

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa Gapura Masjid Kanari yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong dengan warna putih. Sayap Tiara berupa ornamen

mimbar Masjid Caringin yang mengapit Tiara terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah terang dan merah. Sedangkan

Frame Tiara berupa gambar hias terwengkal yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah. Adapun terwengkal berbentuk

bujur sangkar, pada sisi-sisinya memiliki 8 lekukan dan pada bagian tengah

masing-masing terdapat lingkaran.27

Dalam isi rerongkong juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis lingkaran yang terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna merah terang. Selain itu, ada grafis berupa spiral

ganda terdapat pada sisi-sisi pinggir kerangka rerongkong yang berwarna

kuning.

27

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 23.

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

91

Gambar 4.6: Tampilan Iluminasi Juz 10 pada Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 10:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 10 terdapat pada Masjid

Kanari. Masjid Kanari sampai sekarang masih ada dan tetap digunakan untuk

kegiatan keagamaan seperti shalat wajib. Adapun sumber iluminasi yang

dapat ditemukan pada juz 10 terdapat pada gapura Masjid Kanari.

Masjid Kanari yang di dalamnya terdapat gapura berada di kampung

Kanari, Kecamatan Kasemen, Kodya Serang. Kanari merupakan nama

kampung, juga nama masjid dan nama makam. Kanari sebagai nama tersebut,

berasal dari nama sebuah pohon yang buahnya untuk bumbu masak,

tampaknya pohon kanari sudah tidak ada, kapan musnahnya tidak diketahui

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

92

secara pasti, namun yang jelas menurut pengurus masjid Kanari bahwa di

sekitar masjid pernah tumbuh pohon teratai, dan menurutnya bunga teratai

tersebut diabadikan dalam sebuah ornamen pada mihrab Masjid Kanari dan

juga pada meja batu berbentuk bundar diameter 1 m, tebal 10 cm, hiasan

sulur daun dan bagian tengahnya berhias goresan segi delapan, tinggi kaki

kurang lebih 25 cm juga berhias sulur daun. Bahan dari batu kali.28

Kanari merupakan nama komplek makan Sultan Abdul Mafakhir yang

memerintah pada tahun 1596-1640, beserta keluarganya. Dalam tardisi nama

Kanari telah dikenal sebagai nama tempat pemakaman kelaurga sultan.

Komplek makam Kanari ini terpisan dengan masjid Kanari, sekitar 10 meter

dari Masjid Kenari. Komplek makam ini memiliki pagar keliling, luas

keliling sekitar 500 m2. Pintu gerbang berada pada arah selatan berbentuk

Candi bentar, terbuat dari batu bata yang dipsang tanpa spesi (koso), pada

sisi-sisi gapura yang membentuk semacam sayap, hal itu sama yang terdapat

pada gapura-gapura tua lainnya yang terdapat di Cirebon, Sendang Duwur,

dan sebagainya. Dalam komplek makam ini terdapat makam yang berada

dalam cungkup dan makam yang di luar cungkup. Makam Dalam cungkup

di antaranya makam Ny Gede (ibunda Sultan Ageng Tirtayasa), dan kakek

Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abul Mafakhir.29

Kanari merupakan nama masjid, posisinya berada pada arah selatan

dari komplek pemakaman, untuk memasuki komplek makam dan masjid

terdapat Gapura sebagai penghunung antara halaman luar dengan halaman

dalam komplek, pintu masuknya menghadap arah timur dan untuk masuk

dalam masjid juga terdapat Gapura yang pintunya menghadap utara. Gapura

masjid berbentuk paduraksa, ornamenmihrab pada Masjid Kanari, dan

28

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

33. 29

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

33-34.

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

93

memolo Masjid Kanari, diangkat sebagai iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani. kronologi pendirian Masjid Kanari, dibangun pada masa Sultan

ageng Tirtayasa yang memerintah pada tahun 1651-1672m dibangun seitar

pertengahan abad ketujuh belas.30

2. Juz 20 (11 & 20)

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 11:

Pada juz 11 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Pada juz 11, warna biru menjadi

dasar bagi kerangka rerongkong.

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa memolo Masjid Kenari yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong dengan menggunakan warna merah bata. Sayap Tiara

berupa ornamen mimbar Masjid Caringin yang mengapit Tiara terdapat pada

sisi-sisi kerangka rerongkong dan menggunakan warna merah terang dan

merah. Sedangkan Frame Tiara berupa gambar hias terwengkal yang terdapat

pada sisi-sisi kerangka rerongkong.31

Adapun terwengkal berbentuk bujur

sangkar, mengapit tiga buah lingkaran horizontal, pada sisi-sisinya memiliki

12 lekukan, pada bagian tengah masing-masing terdapat lingkaran.32

Dalam isi rerongkong juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis lingkaran yang terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna merah terang. Selain itu, grafis juga berupa spiral

30

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

34. 31

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 70. 32

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 24.

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

94

ganda yang terdapat pada sisi-sisi pinggir kerangka rerongkong yang

berwarna kuning.

Gambar 4.7: Tampilan Iluminasi Juz 11 pada Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 11:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 11 terdapat pada Masjid

Kenari. Adapun pembahasan tentang masjid ini sudah penulis jelaskan pada

pembahasan sumber artefak juz 10 di atas. Adapun secara spesifik iluminasi

merujuk pada memolo atau mustaka Masjid Kanari. Memolo merupakan

kemuncak atap, yang secara teknis muncul sebagai konsekuensi konstruksi

atap tajuk dari sebuah bangunan, khususnya pada sebuah bangunan masjid.

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

95

Atap tajuk ini telah dikenal sebelum masa Islam dan secara umum sebagai

bangunan sakral. Salah satu masjid di wlayah Banten yang memiliki memolo

adalah Masjid Kanari.33

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 20:

Pada juz 20 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

ukuran ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Pada juz 20, warna abu-abu

menjadi dasar bagi kerangka rerongkong.

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa memolo mimbar Masjid Tanara yang terdapat pada sisi-

sisi kerangka rerongkong dan memiliki warna merah bata. Sayap Tiara

berupa ornamen mimbar masjid Caringin yang mengapit Tiara terdapat pada

sisi-sisi kerangka rerongkong dan memiliki warna merah terang dan merah.

Sedangkan frame Tiara berupa gambar hias terwengkal yang terdapat pada

sisi-sisi kerangka rerongkong yang berwarna merah muda.34

Adapun

terwengkal berbentuk bujur sangkar yang mengapit dua buah lingkaran,

memiliki silang dua meruncing pada bagian ujungnya.35

Dalam isi rerongkong juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis berupa lingkaran yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah terang. Selain itu, grafis berupa

33

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

100-101. 34

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 88. 35

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 33.

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

96

spiral ganda yang terdapat pada sisi-sisi pinggir kerangka rerongkong yang

berwarna kuning.36

Gambar 4.8: Tampilan Iluminasi Juz 20 pada Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 20:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 20 adalah memolo mimbar

Masjid Tanara. Memolo mimbar Masjid Tanara berupa semacam kumuda

yang terbuat dari bahan kayu. Memolo tersebut berada di atap Masjid Tanara.

36

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 88.

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

97

Sampai sekarang eksistensi dari Masjid Tanara masih ada dan masih

digunakan untuk kegiatan keagamaan bagi masyarakat sekitar

Masjid Agung Tanara berada di daerah aliran sungai Cidurian yang

merupakan sungai tua, hulunyya berada di Gunung Halimun dan hilirnya di

pantai utara Tangerang. aliran sungai Cidurian pada masa Sultan Ageng

Tirtayasa telah dibuat kanal yang sumber airnya dari Cidurian, fungsi kanal

ini selain untuk irigasi pewasahan juga sebagai sarana transportasi dari

keraton Tirtayasa manuju Batavia. Menurut sumber sejarah lokal bahwa

Masjid Tanara dibangun pada masa Penembahan Maulana Hasanudin yang

dibangun pada tahun 911 H., bertepatan dengan tahun 1505 M.37

3. Juz 30 (21 & 30)

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 21:

Pada juz 21 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Pada juz 21, warna kuning menjadi

dasar bagi kerangka rerongkong.

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa memolo Masjid Singarajan yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah bata. Sayap Tiara berupa

ornamen mimbar Masjid Caringin yang mengapit Tiara terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah dan kuning. Sedangkan frame

Tiara berupa gambar hias terwengkal yang terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna hijau.38

Adapun terwengal berbentuk lingkaran,

37

Tubagus Najib Al-Bantani, Iluminasi dan Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani,

36. 38

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 90.

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

98

mengapit dua buah lingkaran, bujur sangkar berbentuk jari-jari, pada bagian

masing-masing terdapat lingkaran 39

Dalam isi rerongkongan juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis lingkaran yang terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna merang terang. Selain itu, grafis berupa spiral

ganda terdapat pada sisi-sisi pinggir kerangka rerongkong yang memiliki

warna kuning.40

Gambar 4.9: Tampilan Iluminasi Juz 21 pada Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 21:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 21 adalah memolo Masjid

Singarajan. Memolo terdiri dari tiga bagian: pangkal, tengah dan puncak.

Pada bagian pangkal, tengah dan puncak terdapat hias geometri pada mustaka

atau memolo dari bahan trakota berbentuk potongan tempurung kelapa yang

39

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 34. 40

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 90.

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

99

pada puncaknya terdapat semacam lotus. Masjid Singarajan atau Masjid

Pangeran Aria Singarajan, terletak di Kampung Singarajan, Kecamatan

Pontang. Didirikan oleh keturunan Sultan Banten yang bergelar Pangeran

Aria Singarajan yang masih bersaudara dengan Muhammad Rafiuddin (1809-

1813). Pangeran Aria Singarajan masih bersaudara dengan Pangeran

Sunyarajan di Tanara yang mendirikan masjid Tanara. Pangeran Aria

Singarajanmembangun masjid yaitu di Singarajan dan di Ketiban (sebelah

selatan Singarajan).41

Deskripsi Gambar Iluminasi Juz 30:

Pada juz 30 dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, iluminasi terdiri

dari dua bagian inti yaitu bagian kerangka rerongkong dan bagian isi

rerongkong. Kerangka rerongkong berbentuk empat persegi panjang dengan

ukuran lebar 13 cm dan panjang 21,5 cm. Pada juz 30, warna kuning menjadi

dasar bagi kerangka rerongkong.

Adapun isi rerongkong terdiri dari Tiara, Sayap Tiara, dan Frame

Tiara. Tiara berupa iluminasi Qur‟an Banten yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah muda. Sayap Tiara berupa

ornamen mimbar Masjid Agung Banten yang mengapit Tiara terdapat pada

sisi-sisi kerangka rerongkong yang berwarna merah dan kuning. Sedangkan

frame Tiara berupa hias mimbar Masjid Caringin yang terdapat pada sisi-sisi

kerangka rerongkong yang berwarna merah muda.42

Adapun hias mimbar

Masjid Caringin berbentuk sulur-sulur daun.43

41

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 34. 42

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 108. 43

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 43.

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

100

Dalam isi rerongkong juga terdapat iluminasi yang bersifat

instrumental berupa grafis lingkaran terdapat pada sisi-sisi kerangka

rerongkong yang berwarna merah terang. Selain itu, grafis berupa spiral

ganda yang terdapat pada sisi-sisi pinggir kerangka rerongkong yang

berwarna kuning.44

Gambar 4.10: Tampilan teks iluminasi juz 30 pada Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani

Gambar diambil dari dokumen pribadi

Deskripsi Sumber Artefak Juz 30:

Sumber artefak dari iluminasi pada juz 30 adalah iluminasi naskah Al-

Qur‟an Banten. Iluminasi yang ditampilkan berupa padma atau gunungan dan

terdapat hias Golden Germ dan hias bilik.45

44

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 108. 45

Tubagus Najib Al-Bantani, Panduan Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf Al-

Bantani, 43.

Page 118: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

101

C. Relevansi Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani dalam Perkembangan

Mushaf di Indonesia

Pada bab di atas sudah dideskripsikan beberapa iluminasi yang

terdapat dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani beserta sumber artefak yang

menjadi bukti konkret dalam melakukan penelitian. Iluminasi yang ada dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani bersifat empiris karena telah dilakukan

berbagai macam penelitian dan kajian terhadap artefak yang menjadi

pendasaran pembuatan iluminasi. Pada bab ini akan dideskripsikan relevansi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan Mushaf di Indonesia.

Tidak hanya itu, bab ini juga akan melihat relevansi iluminasi yang ada

dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan mushaf

beriluminasi di Indonesia.

Relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan

mushaf di Indonesia paling tidak harus dilihat dari motif inisiatif pembuatan

mushaf. Syibli Sarjaya mengatakan bahwa pembuatan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani tidak terlepas dari maraknya pembuatan mushaf Al-Qur‟an yang

diadakan oleh setiap daerah di Indonesia.46

Daerah seperti Jakarta (1995),

Jawa Barat (1997), Kalimantan Barat (2002), Yogyakarta (2011), dan daerah

lain di Indonesia, membuat mushaf kedaerahan. Mushaf kedaerahan yang

disebutkan tersebut membuat pemerintah Provinsi Banten menghendaki

terciptanya pembuatan mushaf yang berasal dari khazanah intelektualitas

khas Banten. Mushaf yang ditulis ini akan menjadi ciri sekaligus petanda

bahwa daerah Banten memiliki mushaf Al-Qur‟an tersendiri seperti daerah-

daerah lain. Hal ini bukan berarti daerah Banten hanya sekadar mengikuti

trend penulisan mushaf yang berbasis pada kearifan lokal, namun lebih pada

usaha mengukuhkan eksistensi dan identitas keislaman masyarakat Banten.

46

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020.

Page 119: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

102

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menandakan arah kecenderungan

masyarakat yang religius, yang menjadikan Al-Qur‟an sebagai bacaan utama

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian eksistensi keislaman

masyarakat Banten tidak dapat diragukan lagi. Selain itu, Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani memberi identitas dan warna khusus bagi Banten dan

masyarakatnya bahwa corak keagamaan yang diyakininya dapat terangkum

dalam kerangka pemikiran mushaf Al-Qur‟an. Pengukuhan identitas dengan

melalui penulisan mushaf sangat penting untuk menggambarkan bahwa Islam

diterima oleh masyarakat dengan sempurna, bukan Islam yang hanya sekadar

diamalkan hanya pada aspek lahir atau hanya kulitnya saja. Pendapat terakhir

yang disebutkan ini seperti dikemukakan oleh peneliti Barat seperti Clifford

Geertz47

dan Niels Murder48

yang berkesimpulan bahwa corak keagamaan

masyarakat di Indonesia, khususnya pada masyarakat Jawa, bersifat sinkretik

dalam pengertian sering menyampuradukan antara tradisi Islam dan tradisi

yang berasal dari daerah lokal. Dengan adanya penulisan Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani, seakan hendak mengatakan bahwa corak keislaman masyarakat

Banten sesuai dengan Al-Qur‟an.

Penulisan mushaf yang terbilang massif di wilayah di Indonesia, yang

kemudian juga diikuti oleh Banten, bisa dilihat dari perspektif bangkitnya

semangat keagamaan masyarakat di Indonesia yang semakin tinggi.

Pengamalan Islam semakin sempurna seiring dengan praktek keagamaan

Islam masyarakat yang semakin intens dan benar. Legalitas dari praktek

keagamaan dapat dilihat dari sejauh mana praktek yang diamalkan dalam

masyarakat sesuai dengan kaidah Islam yang ada di dalam Al-Qur‟an

maupun hadis Nabi Saw. Semakin sesuai dengan ajaran Islam yang ada

47

Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa

(Depok: Komunitas Bambu, 2014). 48

Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya (Jakarta:

Gramedia, 1999).

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

103

dalam Al-Qur‟an dan hadis maka semakin tinggi keislaman dari seseorang.

Pandangan ini dikuatkan lagi dengan mudahnya masyarakat mengakses

sumber keagamaan seperti Al-Qur‟an, dengan diproduksi secara massal,

maka pemahaman masyarakat tentang Islam akan lebih sempurna dan

komprehensif.

Konteks yang menyertai penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

tidak dapat mengabaikan literasi di tengah masyarakat. Data statistik tentang

masyarakat Banten yang didapatkan dari keterangan laporan distribusi

mushaf dari Kementerian Agama Provinsi Banten menunjukan bahwa

pendistribusian mushaf di tengah masyarakat Banten masih dibilang kurang

atau tidak proporsional dengan jumlah masyarakatnya. Jumlah ideal yang

diharapkan adalah setiap rumah tangga paling tidak harus memiliki satu Al-

Qur‟an di dalamnya.49

Apabila hal tersebut tidak terealisasi maka literasi

dalam masyarakat tentang Al-Qur‟an terbilang sangat rendah. Keadaan

demikian yang memacu upaya untuk diadakannya penulisan Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani oleh pemerintah dan ulama. Banten, sebagai daerah yang

sudah dikenal menjadi basis penyebaran agama Islam semenjak abad 16 M.,50

harus tetap mempertahankan esksistensi dan nama baiknya di tengah wacana

perkembangan penyebaran agama Islam di Indonesia. Semakin banyak

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani yang sampai kepada masyarakat, maka akan

berdampak meningkatnya semangat keagamaan di tengah masyarakat.

Hubungan antara penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dengan

gairah keagamaan masyarakat dapat terjalin erat karena adanya kepedulian

untuk menjadikan mushaf Al-Qur‟an sebagai bagian integral dari kehidupan

masyarakat. Al-Qur‟an sebagai bacaan suci umat Islam sudah selayaknya

49

Secara rinci dapat dilihat dari laporan keluar masuk Mushaf Al-Bantani pada

tahun 2012, 2013 dan 2014. Tim Penyusun Laporan, Laporan Keluar Masuk Mushaf Al-

Bantani tahun 2012, 2013, dan 2014 (Serang: Kementerian Agama, 2014). 50

Nina H. Lubis, Banten dalam Pergumulan Sejarah (Jakarta: LP3ES, 2003).

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

104

menjadi panutan dan tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari. Kebangkitan penulisan mushaf di wilayah Indonesia

menjadi angin besar bagi orang yang hendak menghidupkan ranah

keagamaan ke tingkat masyarakat pedesaan yang notabene masih banyak

memerlukan pendampingan keagamaan. Al-Qur‟an sebagai bacaan mulia,

tidak hanya sebatas bacaan untuk kalangan elit saja, tapi bacaan untuk semua

kalangan tanpa memandang status dan pekerjaan. Kepedulian dan kesadaran

masyarakat dalam membaca Al-Qur‟an, menjadi misi utama dalam penulisan

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Semakin banyak masyarakat yang membaca

Al-Qur‟an, maka masyarakat akan semakin memahami esensi menjadi

seorang muslim dan menjadi masyarakat yang peduli akan agamanya.

Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani juga dapat dikaitkan dengan

kebangkitan intelektualitas masyarakat di Indonesia. Kebangkitan

intelektualitas masyarakat dengan cara mengenalkan ajaran fundamental dari

Al-Qur‟an bukan merupakan hal yang baru. Bahkan hal ini sering

dipraktekan oleh pada pemikir seperti Jamal al-Din al-Afghani, Muhammad

„Abduh dan Rashid Rida. Dalam melakukan gerakan pembaruan dalam

bidang intelektual, mereka menganjurkan masyarakat untuk mempelajari

secara mendalam dan mendetail tentang isi kandungan Al-Qur‟an.51

Kandungan ayat Al-Qur‟an dijadikan oleh pemikir tadi sebagai basis

melakukan gerakan pembaruan Islam. Dalam kaitannya dengan kebangkitan

intelektualitas di Banten dengan cara upaya penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani adalah diharapkan dengan adanya mushaf ini maka masyarakat akan

dapat mengamalkan isi atau kandungan Al-Qur‟an secara sempurna.

Masyarakat akan menjadi insan yang berkembang secara intelektual maupun

51

Harun Nasution, Pembaharuan Pemikiran dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

2010).

Page 122: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

105

dapat menjadi agen perubahan seperti yang dikatakan al-Afghani, apabila

menghayati Al-Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor yang menyebabkan pembacaan terhadap Al-Qur‟an dapat

menyebabkan orang yang membacanya menjadi pribadi yang baik dan

berintelek adalah terdapat pada ruh atau spirit yang ditimbulkan dari Al-

Qur‟an.52

Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani pengacu pada spirit yang

ada dalam Al-Qur‟an yang dapat mengubah seseorang menjadi pribadi yang

lebih baik. Kemampuan intelektualitas seseorang dapat meningkat apabila

membaca Al-Qur‟an. Pembacaan Al-Qur‟an tidak hanya sekadar membaca

seperti biasa namun pada mendapatkan inspirasi berupa ilmu pengetahuan

yang ada di dalam Al-Qur‟an.

Masyarakat Banten, sebagai masyarakat yang religius53

diharapkan

memperoleh manfaat dari adanya Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Kegiatan

intelektualitas seputar keagamaan terus dikembangkan dalam naungan Al-

Qur‟an. Pada hakikatnya Islam mengajarkan supaya manusia terus selalu

mengembangkan daya intelektualnya dengan cara terus membaca dan

menghayati alam sekitarnya. Dengan cara seperti itu maka masyarakat

Banten akan lebih dalam memahami dan menghayati ajaran agama Islam.

Selain memiliki relevansi dan urgensi dari penulisan Mushaf Al-

Bantani dilihat dari posisi strategis perkembangan mushaf di Indonesia,

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani juga memiliki relevansi apabila dikaitkan

dengan iluminasi yang ada di dalamnya. Iluminasi merupakan hal yang unik

52

Forum Ilmiah Festival Istiqlal II, Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep

Estetika 5, 18-19. 53

Masyarakat Islam Banten dalam tardisi keislaman di Indonesia pada masa lalu

dikenal lebih sadar diri dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa. Selain itu, Banten

pernah menjadi pusat kerajaan Islam juga dikenal penduduknya sanggat taat beragama. Lihat

Hasani Ahmad Said, “ Islam dan Budaya di Banten: Menelisik Tradisi Debus dan Maulid”,

Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, vol.10, no. 1, (Juni 2016), 117.

Page 123: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

106

dikaji dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Iluminasi bukan hanya sekadar

untuk kepentingan asesoris yang tidak memiliki arti, namun lebih dalam lagi

dari pembuatan iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah

adanya beberapa relevansi dan urgensi yang tidak kalah menarik. Beberapa

hal yang dapat ditelisik dari relevansi dan urgensi dari adanya iluminasi

adalah mengingatkan masyarakat tentang pentingnya mempelajari khazanah

budaya lokal dan pentingnya mempelajari nilai-nilai hakiki agama serta

hubungannya dengan kebudayaan.

Relevansi pertama yang perlu dikemukakan di sini adalah iluminasi

dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani berguna sebagai media pengingat

masyarakat tentang pentingnya mempelajari khazanah budaya lokal.

Kebudayaan dan bahkan peradaban yang ada di Banten tidak dapat

dipandang sebelah mata. Hal ini karena ada beberapa kebudayaan yang

menandakan kedigdayaan Banten sebagai wilayah Islam yang memainkan

peranan penting bagi perkembangan Islam di Indonesia. Iluminasi yang

ditampilkan dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani merupakan hasil seni,

estetika, budaya, yang berasal dari kebudayaan Banten yang sudah maju.

Kebudayaan yang ada di Banten berjumlah sangat banyak dengan

ditemukannya beragam artefak peninggalan Kesultanan Banten54

yang sudah

terbukti keautentikannya. Ketika melihat iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani, maka pembaca akan melihat keragaman kebudayaan yang ada di

wilayah Banten. Iluminasi yang beragam tersebut mengingatkan kepada

54

Ragam artefak ini merupakan peninggalan sejarah kesultanan Banten yang dapat

ditemukan dalam bangunan-bangunan bekas istana kerajaan dan bangunan lainnya seperti

Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Masjid Pacinan tinngi, Masjid Kasunyatan, Masjid

Caringin, makam sultan Banten, dan lain-lain. Masjid-Masjid dan bangunan tersebut tidak

terlepas dari pengaruh religius (Hinduisme dan Islam) dan adanya akulturasi negara-negara

lain seperti Belanda, Cina dan Gujarat. Pembahasan tentang kebudayaan peninggalan Banten

ini dapat dibaca dalam Hasani Ahmad Said, “ Islam dan Budaya di Banten: Menelisik Tradisi

Debus dan Maulid”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, vol.10, no. 1, (Juni

2016), 116.

Page 124: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

107

masyarakat bahwa mempelajari budaya lokal dengan segala kearifan yang

tersimpan di dalamnya perlu mendapat kajian yang proporsional dari

berbagai macam kalangan.

Sedangkan relevansi kedua yang tidak kalah pentingnya adalah

iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani mengingatkan masyarakat

tentang pentingnya mempelajari nilai-nilai hakiki dari suatu agama serta

hubungannya dengan kebudayaan. Hubungan antara agama dan budaya

dalam alam pikir masyarakat Banten merupakan entitas yang bersinergi dan

tidak patut untuk dipertentangkan. Dalam agama Islam, legalitas dari tradisi

(adat), budaya dan kebiasaan masyarakat lokal mendapat posisi khusus.

Islam tidak menghendaki tercerabutnya akar tradisi dari masyarakat Islam.

Dalam kaitannya dengan masyarakat Banten, dengan mengambil kasus

goresan iluminasi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, dapat dilihat kesesuaian

antara unsur-unsur agama dengan budaya lokal. Unsur agama adalah tulisan

Al-Qur‟an yang dipercaya berasal dari Allah yang bersifat suci, sedangkan

unsur budaya adalah gambar-gambar iluminatif yang diletakan di sisi-sisi

tulisan Al-Qur‟an. Dengan kata lain sesuatu yang sakral (ayat Al-Qur‟an)

dapat berdiri seiringan dengan unsur yang profan (iluminasi).

Setelah menjelaskan tentang relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani,

sekarang penulis akan mendeskripsikan kontribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani dalam perkembangan mushaf di Indonesia. Adapun kontribusi

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dapat mencakup empat hal, yaitu; pertama,

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dapat dijadikan sebagai rujukan penulisan dan

pengkajian naskah Al-Qur‟an di Indonesia, kedua, menjadi inovasi baru dari

varian penulisan Al-Qur‟an dengan menggunakan iluminasi yang berasal dari

khazanah lokal berupa artefak atau manuskrip, ketiga, penulisan Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani sebagai upaya mewujudkan motto pemerintah Provinsi

Banten yaitu “Iman dan Takwa”, dan keempat, Mushaf Al-Qur‟an Al-

Page 125: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

108

Bantani dilihat sebagai upaya memperlihatkan adanya perkembangan studi

mushaf Al-Qur‟an di Indonesia, khususnya mushaf daerah.

Kontribusi pertama Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah dapat

dijadikan sebagai rujukan penulisan dan pengkajian naskah Al-Qur‟an di

Indonesia. Syibli Syarjaya, ketua tim penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani, mengatakan bahwa setelah penulisan dan pencetakan Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani banyak individu atau kelompok dari kalangan intelektual,

pengkaji, peneliti maupun dari pihak pemerintah daerah yang melakukan

studi banding ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten dan kantor

Kementerian Agama Provinsi Banten. Studi Banding tersebut bertujuan

untuk menanyakan bagaimana penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dari

proses penelitian sampai pada proses distribusi ke masyarakat. Selain itu,

studi banding yang dilakukan daerah lain juga sering menanyakan tentang

asal-usul pemberian iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sampai

menjadi iluminasi yang khas Banten.55

Pernyataan dari Syarjaya, seperti diungkapkan di atas, menunjukan

bahwa dengan adanya Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi magnet bagi

peneliti mushaf di Indonesia untuk berpacu melakukan penulisan mushaf di

daerah masing-masing.56

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dijadikan sebagai

contoh bagi model penulisan mushaf yang berbasis pada kearifan lokal.

Dengan kata lain, penulisan mushaf yang akan dilakukan di daerah lain

55

Wawancara dengan ketua tim penulisan Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, Syibli

Syarjaya, pada 12 Juni 2020. 56

Mushaf daerah yang terlebih dahulu lahir daripada Mushaf Al-Bantani seperti

Mushaf Istiqlal, Mushaf Al-Tin, Mushaf Jawa Barat, Mushaf Yogyakarta, Mushaf Cirebon.

Pembahasan tentang mushaf tersebut dapat dibaca dalam Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an

Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya Lokal”, Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. 1 (2016), 193,

Asep Saefullah, “Ragam Hias Mushaf Kuno”, Jurnal Lektur Keagamaan, vol 5, no I, (2007),

44-45, Billy Muhammad Rodibillah, dkk. “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di

Bandung Tahun 1995-1997”, Historia Madania, 48, Mahmud Buchari, dkk. “Al-Qur‟an

Manuskrip Mushaf Untuk mengenang Almh. Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto”.

(Jakarta: Kharisma, 1999), 9.

Page 126: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

109

merujuk pada gaya dan keindahan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dilihat dari

berbagai aspek seperti aspek kaligrafi dan iluminasi. Daerah di Indonesia

yang hendak membuat mushaf Al-Qur‟an mendapat inspirasi yang tidak

sedikit dari gaya penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani juga dijadikan sebagai bahan kajian

dari berbagai kalangan. Informasi yang didapatkan dari Syarjaya

mengindikasikan bahwa Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi magnet bagi

para peneliti mushaf di Indonesia untuk melakukan penelitian tentang mushaf

kedaerahan seperti yang dilakukan oleh MUI dan pemerintah Provinsi

Banten. Dengan demikian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi rujukan

para pengkaji baik dari wilayah Banten maupun luar Banten.57

Dampak dari menjadikan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sebagai

pusat kajian bagi para peneliti mushaf di Indonesia adalah tereksposnya

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, sebagai khazanah intelektual asli Banten ke

berbagai kalangan. Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani juga diharapkan

melahirkan kajian-kajian lainnya yang berkaitan dengan penulisan mushaf di

Indonesia, khususnya penelitian yang terkait dengan seluk beluk penulisan

mushaf dilihat dari segi kaligrafi maupun iluminasi yang membingkai tulisan

dalam mushaf.

Kontribusi kedua, Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani adalah menjadi

inovasi baru dari varian penulisan Al-Qur‟an dengan menggunakan iluminasi

yang berasal dari khazanah lokal berupa artefak atau manuskrip. Menerapkan

hasil kajian yang berasal dari artefak dan manuskrip ke dalam penulisan

mushaf, belum pernah dilakukan dalam sejarah penulisan mushaf di

Indonesia. Tubagus Najib mengatakan bahwa Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

merupakan contoh pertama yang menerapkan hasil kajian yang berasal dari

57

Pembahasan tentang Mushaf Al-Bantani pada aspek kaligrafi dan iluminasi pernah

dibahas dalam Annabel Teh Gallop & Ali Akbar, “The Art of the Qur‟an in Banten:

Callighraphy and Illumination”, Archipel, Vol.72, (2006), 95-156.

Page 127: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

110

artefak yang ditemukan di daerah Banten kemudian dijadikan sebagai bahan

pembuatan iluminasi. Iluminasi yang ada dalam Mushaf Al-Bantani

merupakan autentik atau asli berasal dari nilai-nilai lokal dari Banten dan

tidak menyertakan unsur dari luar Banten.58

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani menjadi pelopor penulisan mushaf di

Indonesia yang menyertakan unsur artefak dan manuskrip. Daerah-daerah

lain yang terdapat banyak artefak ditemukan dan terdapat manuskrip yang

sangat banyak dan kaya, dapat meniru tradisi penulisan mushaf seperti yang

dilakukan dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani. Artefak dan manuskrip

sebagai bagian dari peninggalan pusaka yang menyimpan banyak sejarah di

dalamnya dapat menjadi inspirasi penerapan iluminasi di dalam Al-Qur‟an.

Iluminasi yang akan diterapkan sedapat mungkin berasal dari daerah di mana

Al-Qur‟an akan ditulis misalnya dari daerah Sumatra, Kalimantan, Maluku

atau Papua. Setiap daerah pasti memiliki ciri kedaerahan yang membedakan

dengan daerah lain. Unsur yang menjadikan berbeda tersebut seperti bentuk

artefak, manuskrip atau bentuk peninggalan bersejarah lainnya dapat

digunakan sebagai bahan inspirasi pembuatan mushaf.

Iluminasi berupa artefak dan manuskrip dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani memberi kontribusi nyata bagi penulisan mushaf di Indonesia berupa

menerapkan gambar-gambar abstraksi dalam tulisan Al-Qur‟an dalam rangka

menambah unsur estetis di dalamnya. Unsur estetis menjadi unsur penting

sebagai daya tarik pembacaan Al-Qur‟an.59

Dengan merujuk pada iluminasi

yang ada dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, maka penulisan mushaf di

Indonesia dengan penyertakan unsur iluminasi di dalamnya bisa menerapkan

khazanah unsur lokal di dalam tulisan Al-Qur‟an sebagai unsur estetis yang

58

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani (Serang: MUI Prov Banten, 2010), iii. 59

Tubagus Najib Al-Bantani, dkk (peny.), Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an Mushaf

Al-Banntani, 86.

Page 128: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

111

membingkai tulisan Al-Qur‟an. Jadi iluminasi yang ada dalam mushaf tidak

berasal dari copy-an iluminasi dari daerah luar, melainkan menjadikan

iluminasi berasal murni dari daerah sendiri yang mempunyai nilai sejarahnya

sendiri.

Adapun kontribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani ketiga adalah

penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sebagai upaya mewujudkan motto

pemerintah Provinsi Banten yaitu “Iman dan Takwa”. Pemerintah Provinsi

Banten memiliki motto yaitu untuk menjadikan kehidupan masyarakatnya

bersifat religius, mengerti masalah keagamaan dan melakukan aktivitas

sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai agama. Hubungan antara

penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dengan motto tersebut adalah

sebagai upaya menyebarkan kepada masyarakat luas tentang pentingnya

nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Mushaf Al-Qur‟an Al-

Bantani memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam menerjemahkan

keinginan pemerintah untuk menjadikan masyarakat Banten sebagai

masyarakat yang religius, melakukan segala sesuatu berlandaskan iman dan

taqwa kepada Allah.

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani sudah didistribusikan kepada

masyarakat sebanyak 96.000 mushaf pada tahun 2012, 98.380 mushaf pada

tahun 2013 dan 65.000 mushaf pada tahun 2014. Jadi selama tiga tahun

mendistribusian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, pemerintah sudah

mendistribusikan 259.380 mushaf kepada masyarakat Banten.

Pendistribusian mushaf tersebut secara kumulatif disebarluaskan ke berbagai

macam yayasan atau pondok pesantren, taman pendidikan Al-Qur‟an,

sekolah atau madrasah, kantor pemerintahan, dan tokoh masyarakat.

Pendistribusian Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani, turut serta dalam

Page 129: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

112

menyebarkan gagasan literasi keagamaan di kalangan masyarakat secara

luas.60

Sedangkan kontribusi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani keempat adalah

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dilihat sebagai upaya memperlihatkan adanya

perkembangan studi mushaf Al-Qur‟an di Indonesia, khususnya mushaf

daerah. Perkembangan dalam studi mushaf Al-Qur‟an, seperti dikatakan Eva

Nugraha, sebaiknya tidak dianggap selesai dengan kodifikasi Al-Qur‟an dan

penyempurnaan tanda baca pasca sahabat „Utsmān bin „Affān.61

Studi

mushaf Al-Qur‟an sebaliknya terus berlanjut sampai kapan pun dengan

adanya penulisan dan penyalinan mushaf daerah yang dilakukan di banyak

tempat di belahan dunia Islam. Dalam konteks penulisan mushaf di

Indonesia, penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani merupakan upaya

memperlihatkan bahwa studi tentang mushaf di Indonesia tidak terhenti atau

stagnan, namun terus berlanjut dan dinamis.

Dinamisasi yang hendak ditunjukan dalam penulisan Mushaf Al-

Qur‟an Al-Bantani adalah terdapat varian baru dalam pembuatan iluminasi

dalam mushaf. Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani berasal dari

kajian artefak dan manuskrip yang ada di Banten. Dengan demikian, studi

tentang mushaf di Indonesia selalu dinamis karena selalu mendapatkan

inspirasi baru yang dapat memperkaya studi ilmu Al-Qur‟an lainnya.

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani juga merupakan usaha untuk menjaga

keautentikan atau keaslian Al-Qur‟an di Indonesia. Bentuk penjagaan

keaslian Al-Qur‟an dari zaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya sampai

pada masa sekarang dilakukan dengan cara tashih. Adapun lembaga tashih di

60

Tentang pendistribusian Mushaf Al-Bantani dapat dilihat secara rinci dalam

laporan keluar masuk Mushaf Al-Bantani pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Tim Penyusun

Laporan, Laporan Keluar Masuk Mushaf Al-Bantani tahun 2012, 2013, dan 2014 (Serang:

LPTQ Provinsi Banten, 2014). 61

Eva Nugraha, “Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci: Studi Kasus Usaha

Penerbitan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia Kontemporer”, Disertasi (Jakarta: Sps UIN

Jakarta, 2018), 6.

Page 130: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

113

Indonesia berada di tangan Lajnah Pentashih Al-Qur‟an (LPQ), Kementerian

Agama. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani telah ditashih oleh LPQ dan telah

dinyatakan uji kevalidan dan keautentikan sebagaimana standar Mushaf

„Utsmāni yang berkembang di Indonesia. Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

merupakan usaha untuk terus melestarikan tradisi penulisan mushaf di dunia

Islam dan di Indonesia, yaitu untuk menjaga keaslian Al-Qur‟an.

Page 131: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

114

Page 132: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini berkesimpulan sebagai berikut:

Perumusan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani berawal dari munculnya

gagasan masyarakat Banten yang dicetuskan pada tahun 2007, untuk

pembuatan mushaf beriluminasi yang menggambarkan khazanah budaya

lokal Banten. Gagasan masyarakat Banten tersebut mengerucut menjadi

inisiatif konkrit yang diambil MUI Provinsi Banten. Perumusan berlangsung

di wilayah Banten dan dilakukan oleh sejumlah tokoh baik dari kalangan

pemerintah, ulama, akademisi, dan lainnya yang berasal dari Banten sendiri.

Sementara rancang bangun proses penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani

berlangsung pada bulan Maret hingga Juli 2010 di Pamulang Tangerang

Selatan, setelah tahap penelitian iluminasi telah dilakukan pada tahun 2009.

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani ditulis oleh para kaligrafer handal (Putra

daerah Banten) yang telah direkrut oleh Dewan Pimpinan MUI Banten

dengan kriteria tertentu. Secara keseluruhan pembuatan manuskrip Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani meliputi konsepsi pembuatan, pembentukan iluminasi

frem, pewarnaan pada iluminasi, penulisan kaligrfi secara manual,

perancangan dan penyempurnaan, pembuatan desain final, editing, installing

khat dan iluminasi, dan proses duplikat atau produksi.

Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani merupakan bentuk

ejawantah dari artefak yang ditemukan di daerah Banten kemudian dikemas,

digambar ulang dan diterapkan menjadi kerangka-kerangka yang berisi Tiara

dan frem Tiara. Iluminasi tersebut seluruhnya berjumlah 30 buah dalam

bentuk artefak sebanyak 29 buah dan dalam bentuk manuskrip sebanyak 1

Page 133: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

116

buah. Iluminasi dapat ditemukan pada setiap juz dalam Al-Qur‟an yang

membentang dari awal juz satu sampai akhir juz ketiga puluh.

Iluminasi dalam Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani tidak sekadar

memiliki tujuan untuk menghadirkan efek estetis pada tulisan Al-Qur‟an

tetapi memiliki ungkapan religuisitas di dalamnya.

Relevansi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dalam perkembangan

mushaf di Indonesia dilihat sebagai bentuk kontinuitas penulisan Al-Qur‟an

mushaf di Indonesia yang gencar dilakukan pada awal abad 21 yang berbasis

pada kearifan lokal. Sehingga turut mengukuhkan eksistensi dan identitas

keislaman masyarakat Banten. Selain itu, dengan adanya Mushaf Al-Qur‟an

Al-Bantani mengindikasikan adanya perkembangan yang maju dalam

masyarakat terutama dalam bidang keagamaan dan intelektualitas. Dari segi

adanya perkembangan keagamaan, masyarakat dapat memanfaatkan Mushaf

Al-Qur‟an Al-Bantani untuk meningkatkan paham dan praktek keagamaan

yang sesuai dengan tuntunan yang diajarkan dalam Al-Qur‟an. Sedangkan

dari segi adanya perkembangan intelektualitas, masyarakat dapat

meningkatkan literasi terhadap khazanah keislaman yang ada di wilayah

Banten. Dengan demikian tradisi intelektualitas masyarakat Banten dapat

berkembang dengan adanya penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

B. Saran-Saran

Penelitian ini hanya sebatas mengkaji tentang unsur iluminasi dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani dan relevansinya dengan perkembangan

mushaf di Indonesia. Penelitian ini hanya sampai pada penemuan tujuan dari

pembuatan iluminasi dan tidak sampai pada implikasi iluminasi dalam

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani kepada masyarakat Banten. Perlu diadakan

penelitian lanjutan yang terkait dengan sikap masyarakat Banten terhadap

iluminasi yang ada dalam mushaf.

Page 134: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

117

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. “Eksistensi Al-Qur‟an Pusaka dalam Perkembangan Mushaf

Indonesia”. Journal Of Qur‟an and Hadith Studies, vol 8, no. 2, (Juli-

Desember 2019).

Akbar, Ali. “Mushaf Jakarta”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/05-mushaf.

_______, “Mushaf Kalimantan Barat”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/05-mushaf.

_______ , “Mushaf Keraton Yogyakarta”, diakses 28 Mei 2020, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/09-mushaf.

_______ , “Pencetakan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia”. Suhuf, vol. 4, no.2,

(2011).

Andeska, Niko, dkk. “Inventarisasi Ragam Hias Aceh Pada Iluminasi Mushaf

Al-Qur‟an Kuno Koleksi Pedir Museum di Banda Aceh”, Gorga

Jurnal Seni Rupa, vol. 08, no. 02, (2019).

Arifin, M. Zaenal. Khazanah Ilmu Al-Qur‟an. Tangerang: Penerbit Yayasan

Masjid At-Taqwa, 2018.

Baehaki, Kiki Ahmad. “Representasi Seni Nusantara dalam Iluminasi Al-

Qur‟an Mushaf Attin”, Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia, 2012.

Bafadal, Fadhal AR dan Rosehan Anwar. Mushaf-mushaf Kuno Indonesia.

Jakarta : Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan

Diklat Keagmaan Departeman Agama RI, 2005.

Page 135: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

118

Buchari, Mahmud dkk. “Al-Qur‟an Al-Karim: Manuskrip Mushaf Untuk

Mengenang Almh. Ibunda Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto”.

Jakarta: Kharisma, 1999.

Budi, Arifin Setya. “ Iluminasi Naskah Jawa Kuno: Kajian Estetik Simbolik

Ragam Hias Pada Serat Pakuwon.” Skripsi (Semarang: Universitas

Negeri Semarang, 2016).

Bungin, H.M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2005.

Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman. Khazanah naskah: Panduan

Naskah-naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Ecole Francaise

d‟Extreme-Orient & YOI, 1999.

Denffer, Ahmad Von, Ahmad Nashir Budiman. Ilmu Al-Qur‟an Pengenalan

Dasar. Jakarta: CV Rajawali, 1988.

Forum Ilmiah Festival Istiqlal II. Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep

Estetika 5. Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996.

Gallop, Annabel Teh & Ali Akbar. “The Art of the Qur‟an in Banten:

Callighraphy and Illumination”, Archipel, Vol.72, (2006), 95-156.

Geertz, Clifford. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan

Jawa. Depok: Komunitas Bambu, 2014.

Hadi, Abdul W.M.. Hermeneutika, Estetika dan Religiusitas. Jakarta: Sadra

Press, 2016.

Hajirun, Makmur dkk,. Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Nusantara:

Satu Kajian Perbandingan Antara Mushaf Istiqlal Indonesia dengan

Page 136: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

119

Mushaf Tab‟an Ain al-Taqwa Malaysia. Universiti Pendidikan Sultan

Idris, 2016.

Hakim, Abdul. “Al-Qur‟an Cetak di Indonesia: Tinjauan Kronologis

Pertengahan Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20”, Suhuf, vol. 5, no.

2 (2012).

Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur‟an. Jakarta: Prenadamedia Group,

2016

Ilmiyah, Mazroatul. “Iluminasi Naskah Mushaf Al-Qur‟an Sunan Giri:

Kajian Kodikologis Disertai Analisis Semiotika”, Tesis. Semarang:

Universitas Airlangga, 2019.

Jayadi, Hirman. “Perkembangan Mushaf Al-Qur‟an Di Indonesia: Studi

Mushaf Al-Qur‟an Tema Perempuan”, Skripsi. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2016.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Gedung Bayt Al-Qur‟an dan Museum

Istiqlal. Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia.

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2013.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Banten, Hasil Survei

Melek Huruf Al-Qur‟an dan Indikator Iman-Takwa. Serang: LPTQ

Banten, 2017.

Lestari, Lenni. “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal Nusantara”. Jurnal At-Tibyan, vol. I, no. I (Januari-Juni 2016).

Lubis, Nina H. Banten dalam Pergumulan Sejarah. Jakarta: LP3ES, 2003.

Mamik. Metode Penelitian Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015.

Page 137: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

120

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016.

Mu‟jizah. Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19.

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009.

Mulder, Niels. Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya. Jakarta:

Gramedia, 1999.

Mustofa, Avi Khuriya. “Variasi dan Simbol dalam Mushaf Manuskrip Al-

Qur‟an di Masjid Agung Surakarta (Kajian Filologi)”. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2013.

Najib, Tubagus Al-Bantani, dkk (peny.). Iluminasi & Kaligrafi Al-Qur‟an

Mushaf Al-Banntani (Berdasarkan Artefak dan Manuskrip Banten).

Serang: MUI Prov Banten, 2010.

_______, Tubagus Al-Bantani, dkk (peny.). Panduan Iluminasi & Kaligrafi

Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani. Serang: MUI Prov Banten, 2010.

Nashih, Ahmad. “Studi Mushaf Pojok Menara Kudus: Sejarah dan

Karakteristik”. Jurnal Nun, vol 3, no. 1, 2017.

Nasution, Harun. Pembaharuan Pemikiran dalam Islam. Jakarta: Bulan

Bintang, 2010.

Nugraha, Eva. ”Living Mushaf: Penelusuran atas Sakralitas Penggunaan

Mushaf dalam Keseharian”. Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 1, No. 5

(Januari 2013).

Page 138: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

121

_______, “Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci: Studi Kasus Usaha

Penerbitan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia Kontemporer”, Disertasi.

Jakarta: Sps UIN Jakarta, 2018.

Nurtawab, Ervan. “Qur‟anic readings and Malay translation in 18th

century

Banten Qur‟ans A.51 and W.277”, Indonesia and Malay Word,

(2020).

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Pitaloka, Sikha Amalia Sandia. “Manuskrip Mushaf Al-Qur‟an Keratn

Kacirebonan (Analisis Iluminasi).” Skripsi. Yogyakarta: Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.

Rodibillah, Billy Muhammad. “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an Mushaf

Sundawi di Bandung Tahun 1995-1997”, Skripsi. Bandung:

Universitas Islam Negeri Sunan Gunug Djati Bandung, 2018.

Saefullah, Asep. “Ragam Hias Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan

Museum Istiqlal Jakarta”. Jurnal Lektur Keagamaan, vol. 5, no. I,

(2007).

Safari, Achmad Opan. “Iluminasi Naskah Cirebon”. Suhuf, vol. 03, no. 2,

2010.

Said, Hasani Ahmad, “Islam dan Budaya di Banten: Menelisik Tradisi Debus

dan Maulid”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,

vol.10, no. 1, (Juni 2016).

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur‟an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2013.

Page 139: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

122

Tim Penyusun Laporan. Laporan Keluar Masuk Mushaf Al-Bantani tahun

2012, 2013, dan 2014. Serang: Kementerian Agama, 2014.

Wawancara dengan anggota Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kementerian

Agama RI. Fahrur Rozi, 14 Juni 2020.

Wawancara dengan ketua tim penulisan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Syibli Syarjaya, pada 12 Juni 2020.

Wawancara dengan ketua MUI Banten. A.M. Romly, pada 30 Maret 2020.

Widianingrum, Arizki. “Mushaf Hafalan Di Indonesia”, Skripsi. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Wulandari, Desi. “Analisis Ornamen Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di

Perpustakaan Pusdai Jawa Barat”. Skripsi. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia, 2016.

Page 140: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

117

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Hari, Tanggal : 12 Juni 2020

Tempat : Ciputat

Yang diwawancarai : Bapak Syibli Syarjaya

Jabatan : Ketua Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur‟an (LPTQ) Banten

Peneliti: Bagaimana awal mula munculnya gagasan untuk pembuatan

Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani?

Bapak Syibli : Gagasan berasal dari umat Islam Banten, kemudian

disampaikan oleh Gubernur Banten. Jadi kita itu memang pada awalnya

melihat ada beberapa mushaf yang sudah diterbitkan beberapa daerah seperti

Mushaf Istiqlal, Mushaf Al-Tin dan sebagainya. Nah kemudian dalam

pertemuan majelis ulama (2008) dikemukakan “apakah tidak dipandang

penting kita memiliki Mushaf Al-Bantani?”, dan juga dalam musyawarah dan

rapat-rapat gagasan ini dilontarkan kepada masyarakat Banten. mereka

merespon bahwa penting bagi kita untuk memiliki Mushaf Al-Bantani. Nah

kemudian pada tahun 2007, ada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono safari

Ramadhan ke Banten, pada saat itu diinformasikan oleh Gubernur bahwa kita

ingin punya Mushaf Al-Bantani. kemudian mulailah digarap penulisan

perdananya 02 Februari 2008, dan kemudian selesailah itu setahun, kemudian

proses-prosesnya pada tahun 2010 sampai dengan cetak. Penulisan diawali

dengan penelitian iluminasi. Iluminasi tersebut melihat kepada artefak-

artefak peninggalan sejarah Banten. penelitian itu dilakukan di Perpustakaan

Nasional RI, masjid-masjid kuno yang ada di Banten, sampai kita lakukan ke

Page 141: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

124

Lampung, ada artefak Banten yang tersimpan di sana. Ketua tim penelitinya

yaitu Tubagus Najib dengan tim dari IAIN Banten (sekarang UIN), dan juga

kerjasama dengan Lembaga Penelitian Masyarakat (LPM). Setelah

penelitian, kita pilah-pilah dan dapatkan tiga puluh artefak yang wajar dan

pantas untuk dijadikan iluminasi. Kemudian, kita buat kerjasama dengan

orang fakultas seni ITB untuk mendesain iluminasinya. Maka tiap juz itu

iluminasinya berbeda, antara juz satu, dua, tiga dan seterusnya sampai juz

tiga puluh berlainan. Kita juga sertakan dalam mushaf tersebut, pengertian

dan narasi dari artefak tersebut yang disebut dengan panduan iluminasi dan

kaligrafi Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani.

Peneliti : Bagaimana proses pencetakan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani?

Bapak Syibli : Prosesnya, pertama kali itu penulisan terlebih dulu. Kita tulis

dahulu dalam manuskrip, dan kita undang para khattat Banten yang kebetulan

kebanyakan berdomisili di Tangerang. Khattat tersebut termasuk salah

satunya Ahmad Tholabi, Dekan Fakultas Syariah UIN Jakata. Setelah para

khattat tersebut merampungkan penulisan mushaf, kemudian kita koordinasi

dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an untuk pengoreksian mushaf.

Dan kita kerjasama dengan Lembaga Pencetakan Al-Qur‟an (sekarang UPQ)

Kemenag di Bogor. Mushaf yang telah selesai ditashih oleh lajnah

pentashihan, baru kita kirim ke LPQ, dan disitulah dicetak. Pencetakan

dilakukan pada tahun 2010 sebanyak tiga ribu eksemplar, 2011 sebanyak

seratus ribu eksemplar, 2012 sebanyak seratus ribu eksemplar, 2013

sebanyak seratus ribu eksemplar, dan 2014 sebanyak seratus ribu eksemplar.

Kemudian tahun 2015 hingga sekarang kita belum mencetak kembali, karena

anggaranya tidak tersedia. Versi cetakan tahun 2010 dan 2011 itu tidak pakai

terjemah, baru pada tahun 2012 kita mencetak dengan terjemahnya, karena

kita berharap agar masyarakat di samping membaca juga harus mengetahui

Page 142: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

125

terjemahnya. Adapun terjemahannya kita kopi copy paste dari terjemahan

Departeman Agama Tahun 2002.

Peneliti : Bagaimana Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani disosialisasikan?

Bapak Syibli : Pada tahun 2010 itu mencetak pertama, dan kita launching

mushaf ini tepat pada hari HUT Provinsi Banten yang ke-10 yaitu tanggal 04

Oktober 2010. Nah setelah itu, bagaimana sosialisasi ke masyarakat? Kita

kerjasama dengan organisasi-organisasi, terutama dengan MUI Banten dan

MUI itu punya organisai sampai ke kecamatan, nah kemudian dengan LPTQ

dan LPTQ juga punya organisasi sampai ke kecamatan. Kita sosialiasi

mushaf disamping kita distribusikan ke beberapa masjid, pondok pesantren,

sekolah, lembaga organisasi, dan sebagainya.

Page 143: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

126

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Hari, Tanggal : 14 Juni 2020

Tempat : Ciputat

Yang diwawancarai : Fahrur Rozi

Jabatan : Anggota Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

Kementerian Agama RI

Peneliti : Bagaimana proses pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani?

Pak Rozi : Secara keseluruhan, prosesnya itu sudah beberapa tahun yang lalu.

Dan prosesnya cukup lama, karena mushaf ini tulisan baru sehingga

ditemukan kesalahannya banyak sekali ketika proses pentashihannya. Hampir

satu tahun proses pentashihannya hingga sampai diterbitkan. Hal ini standar

memang, biasanya kalau mushaf yang tulisannya baru, mulai dari awal itu

pentashihannya bisa menghabiskan waktu satu tahun hingga dua tahun,

kesalahannya bisa bersih.

Dalam praktiknya, proses tashih mushaf mencakup dua model yaitu: pertama,

pentashihan dilakukan oleh seluruh anggota tim Lajnah Pentashihan secara

bergantian dan berulang-ulang, setiap halaman Mushaf Al-Bantani yang

ditashih, salah satu pentashih membaca mushaf standar sementara yang

lainnya mencocokkan dengan ayat al-Qur‟an yang terdapat pada Mushaf Al-

Bantani. setiap pentashih yang telah selesai mengoreksi, maka ia memberikan

paraf sebagai tanda telah melaksanakan pentashihan. Kemudian yang kedua,

adalah tashih sendiri, setiap pentashih mengoreksi halaman Mushaf Al-

Bantani masing-masing tanpa disimak bacaanya oleh pentashih lain. Dia baca

sendiri, ketika melihat kesalahan, dia mengecek ke mushaf standar. model ini

Page 144: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52027...Kata kunci: Iluminasi, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani v KATA PENGANTAR Bismillāhirraḥmnirrāḥīm

127

yang sering kali dilakukan untuk mengorekasi Mushaf Al-Bantani, karena

lebih hemat waktu dan tenaga.

Peneliti : Berapa orang yang mentashih Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani?

Pak Rozi : semua anggota Lajnah Pentashihan yang jumlahnya 25 orang.

Peneliti : Secara keseluruhan, Mushaf Al-Qur‟an Al-Bantani telah ditashih

berapa kali oleh Tim Lajnah Pentashihan?

Pak Rozi : Ya lebih dari seratus kali dibacanya, di Lajnah dibaca segitu dan

di tempat pembuatan mushaf ini juga dibaca segitu juga.