identifikasi potensi masalah dan konsep penanganan permukiman kota bogor
TRANSCRIPT
BAB IV
POTENSI, MASALAH dan KONSEP
4.9 Potensi, Masalah dan Konsep
4.9.1 Potensi dan Masalah
Potensi Masalah1) Perumahan tidak layak huni yang berada
di Kota Bogor dari tahun 2011 sampai
2013 mengalami penurunan dan ada
yang berubah menjadi tidak kumuh.
Penurunan yang paling signifikan terjadi
di kecamatan Bogor Timur yaitu dari
tahun 2011 sebesar 419 rumah lalu tahun
2012 turun menjadi 132 rumah dan pada
tahun 2013 menjadi 122 rumah.
2) Adanya kelebihan rumah yang berada di
semua kecamatan kota Bogor.
Ketersediaan rumah yang berlebih
tersebut didapat dari hasil analisis
backlog dan proyeksi kebutuhan rumah.
Salah satu faktornya adalah kota Bogor
merupakan salah satu kota penyangga
dari ibukota Indonesia yaitu Jakarta.
Banyaknya warga yang bekerja di
ibukota namun tinggal di kota
penyangga nya seperti Bogor. Selain itu,
Bogor terkenal akan perdagangan dan
jasanya sehingga menarik minat
masyarakat luar untuk memiliki rumah
di kota Bogor.
1) Kota Bogor memiliki kepadatan rumah
yang cukup padat. Hal itu karena terus
bertambahnya jumlah penduduk dengan luas
lahan yang terbatas. Selain itu, tersebarnya
permukiman kumuh juga merupakan akibat
dari kepadatan permukiman. Kepadatan
permukiman tertinggi berada di kecamatan
Bogor Tengah dengan kepadatan 38 unit/ha.
2) Masih tersebarnya beberapa perumahan
yang berada di lokasi-lokasi sempadan
seperti rumah yang berada di sempadan
sungai, rel kereta api dan tegangan tinggi.
Untuk rumah yang berada di sempadan
sungai, lokasi tersebut menjadi rawan banjir.
Rumah yang berada di sempadan rel kereta
api menjadi rawan kecelakaan. Sedangkan
rumah yang berada di sempadan tegangan
tinggi menjadi rawan terkena korsleting
listrik bahkan sampai kebakaran. Perumahan
yang masih tersebar di 3 lokasi sempadan
tersebut adalah kecamatan Tanah Sareal.
4.9.2 Konsep Penanganan
Konsep
Pembangunan Kembali Pembangunan Hunian Arah Vertikal
Pembangunan kembali (redevelopment)
merupakan upaya menghidupkan kembali
fungsi-fungsi permukiman dan
lingkungannya melalui pembangunan
elemen-elemen fisik kawasannya.
Redevelopment biasa dilakukan bagi rumah-
rumah yang tidak layak huni, karena rumah
tidak layak huni memakai bangunan yang
semi permanen maka ketika akan diubah
menjadi permanen harus dirubuhkan
semuanya dan dibangun ulang dari awal. Hal
itu terjadi pada kecamatan dengan jumlah
rumah tidak layak huni terbanyak pada tahun
2013 yang berada di kecamatan Bogor
Selatan sebanyak 1.570 unit rumah. Berikut
urutan kecamatan yang perlu diadakan
redevelopment :
Bogor Selatan sebanyak 1.570 unit rumah
Bogor Barat sebanyak 631 unit rumah
Tanah Sareal sebanyak 467 unit rumah
Bogor Tengah sebanyak 273 unit rumah
Bogor Utara sebanyak 189 unit rumah
Bogor Timur sebanyak 122 unit rumah
Berdasarkan kepadatan permukiman yang
terjadi di Kota Bogor, bisa diketahui bahwa
kepadatan permukiman tertinggi berada di
Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan
sebesar 38 unit/Ha. Oleh sebab itu, konsep
penanganan yang sesuai untuk mengatasi
kepadatan permukiman yang terjadi adalah
dengan pembangunan rumah secara vertikal
atau biasa disebut dengan rusun. Hal ini
membantu mengurangi kepadatan
permukiman. Pembangunan hunian arah
vertikal ini sesuai dengan RTRW Kota Bogor
karena untuk membatasi meluasnya
perkembangan kepadatan permukiman secara
horizontal. Selain itu, konsep ini dalam
RTRW juga untuk mengarahkan dan
mengendalikan perkembangan perumahan
agar tetap pada kepadatan sedang dan rendah.
Agar dapat menghuni rusun, maka
masyarakat harus diberikan sosialisasi dan
ajakan dari pemerintah/swasta untuk
berpindah dari tempat mereka ke rusun yang
akan dibangun.