identifikasi permasalahan yang terjadi di kawasan amerika selatan

14
Identifikasi Permasalahan yang Terjadi di Kawasan Amerika Selatan Sebagai satu kawasan di Benua Amerika, negara- negara Amerika Selatan memiliki karakteristik negara berkembang serta tumbuh dengan berbagai macam polemik. Polemik tersebut timbul karena faktor sejarah, perkembangan sosial-masyarakat (intrik budaya) serta karena adanya campur tangan negara-negara lain. Adapun Negara yang berada di wilayah ini antara lain: 1. Republik Kolombia 2. Republik Bolivar Venezuela 3. Republik Guyana 4. Republik Suriname 5. Republik Ecuador 6. Republik Federatif Brazil 7. Republik Oriental Uruguay 8. Republik Paraguay 9. Republik Argentina 10. Republik Chile 11. Republik Bolivia 12. Republik Peru Polemik atau permasalahan yang terjadi di kawasan ini kemudian diidentifikasi sebagai berikut: A. Masalah Etnis Masalah etnis yang terjadi di kawasan Amerika Selatan tidak terlepas dari faktor sejarah (historical Studi Kawasan Amerika Page 1

Upload: rasthoen

Post on 26-Jun-2015

647 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

Identifikasi Permasalahan yang Terjadi di Kawasan Amerika Selatan

Sebagai satu kawasan di Benua Amerika, negara-negara Amerika Selatan

memiliki karakteristik negara berkembang serta tumbuh dengan berbagai macam

polemik. Polemik tersebut timbul karena faktor sejarah, perkembangan sosial-

masyarakat (intrik budaya) serta karena adanya campur tangan negara-negara lain.

Adapun Negara yang berada di wilayah ini antara lain:

1. Republik Kolombia

2. Republik Bolivar Venezuela

3. Republik Guyana

4. Republik Suriname

5. Republik Ecuador

6. Republik Federatif Brazil

7. Republik Oriental Uruguay

8. Republik Paraguay

9. Republik Argentina

10. Republik Chile

11. Republik Bolivia

12. Republik Peru

Polemik atau permasalahan yang terjadi di kawasan ini kemudian

diidentifikasi sebagai berikut:

A. Masalah Etnis

Masalah etnis yang terjadi di kawasan Amerika Selatan tidak terlepas dari

faktor sejarah (historical view). Seperti yang kita ketahui bahwa negara-negara di

kawasan Amerika Selatan hampir semuanya merupakan negara Latin yang

dahulunya dijajah oleh Spanyol, Portugis dan Prancis yang berkulit putih yang

kemudian mendirikan koloninya di kawasan ini. Keberadaan koloni pendatang ini

akhirnya menggeser eksistensi dan keberadaan etnis asli benua Amerika yakni

Indian dalam bentuk diskriminasi. Diskriminasi atas etnis Indian sangat jelas

terlihat pada negara-negara seperti Argentina, Bolivia, Peru, dan Paraguay

utamanya pada masa-masa awal kemerdekaannya.

Studi Kawasan Amerika Page 1

Page 2: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

1. Argentina

Argentina merupakan negara yang sedang gencar menyikapi masalah

diskriminasi atas etnis, ras maupun imigran atau pendatang. Secara historical Para

pendiri bangsa ini memang bertujuan untuk membuat Argentina menjadi bangsa

kulit putih melalui berbagai kebijakan yang bertujuan untuk menghilangkan

populasi etnis minoritas, sekaligus mendorong imigrasi Eropa. Saat ini jumlah

penduduk asli, suku Indian berjumlah sekitar 700.000, dan biasanya ditemukan di

daerah utara, barat laut dan selatan. Jumlah ini hanya sekitar 1-4% dari total

penduduk Argentina. Sebagai kaum etnis minoritas yang sekaligus merupakan

penduduk asli wilayah Argentina, etnis Indian kemudiaan diupayakan hak-haknya

melalui pembaharuan konstitusi Argentina yang dilakukan pada tanggal 24

Agustus 1994 mengenai penghapusan diskriminasi ras. Namun dalam praktiknya

Konstitusi 1853 yang sebagian besar masih berlaku hingga saat ini, dan preferensi

untuk imigrasi Eropa tetap eksplisit. Etnis Indian jarang berpartisipasi dalam

pengelolaan sumber daya alam mereka. Selain itu, mereka juga menghadapi

marginalisasi sosial, misalnya, melalui idiom seperti "hablo como un Indio”

("Aku berbicara seperti orang Indian") yang digunakan ketika seseorang

melakukan sesuatu yang dianggap bodoh.

2. Bolivia

Berbeda dengan jumlah etnis Indian di Argentina, di Bolivia ternyata etnis

Indian merupakan etnis mayoritas. Jumlah mereka mencapai sekitar 55% dari

jumlah penduduk Bolivia. Hanya saja masalah diskriminasi dan keterbelakangan

tetap saja mereka alami. Etnis Indian di Bolivia merupakan etnis yang paling

miskin. Padahal Bolivia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya

mineral utamanya minyak. Masalah kemiskinan yang dialami oleh etnis Indian di

Bolivia tidak lepas dari faktor sejarah. Di awal kemerdekaan negara ini,

pemerintahan dipegang oleh koloni penjajah yang merupakan keturunan Spanyol.

Yang secara pandangan sosial memang telah mendiskriditkan kaum pribumi atau

etnis asli. Sehingga masalah kesejahteraan hidup yang berasal dari kekayaan alam

yang seharusnya mereka rasakan tidak pernah diberikan oleh pemerintah.

Diskriminasi atas etnis Indian berlaku hingga terpilihnya Presiden Evo

Morales yang merupakan etnis Indian yang kemudian berusaha memberikan

Studi Kawasan Amerika Page 2

Page 3: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

otonomi khusus kepada masyarakat Indian. Konstitusi baru ini didukung sebagian

besar warga Indian yang relatif lebih miskin, tetapi mencapai 85 persen dari total

9,2 juta warga Bolivia. Namun, warga keturunan kulit putih yang merupakan

kelas menengah dan atas yang mendiami dataran rendah di Bolivia timur

menolaknya. Isu otonomi ini menjadi hambatan utama perdebatan soal konstitusi

baru di parlemen. Parlemen akhirnya mencapai kesepakatan diumumkan bahwa

Morales telah menyatakan siap hanya berpartisipasi dalam satu pemilihan ulang

untuk masa jabatan tahun 2009-2014.

B. Masalah Ideologi-Politik

Negara-negara di kawasan Amerika Selatan merupakan negara dengan

tingkat stabilitas politik yang cukup rendah. Sekalipun harus disadari bahwa

sebagian negara yang pada awal kemerdekaan telah disuntik dengan sistem

demokrasi dan liberalisme ekonomi ala Amerika Serikat dan Eropa perlahan-lahan

bangkit dan menoleh ke “kiri”. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya pemimpin

petani sosialis Evo Morales sebagai presiden Bolivia, Michelle Bachelet, seorang

perempuan dari Partai Sosialis, sebagai presiden Chile, Rafael Correa, seorang

intelektual kiri sebagai presiden Ekuador maka hampir semua negara di Amerika

Latin yang berada di kawasan Amerika Selatan saat ini memiliki pemerintahan

bergaris “Kiri.” Ketidakstabilan politik dan perubahan garis ideologi secara rinci

ditemui pada negara-negara berikut:

1. Bolivia

Sejak Bolivia merdeka pada tahun 1825, telah terjadi 193 kudeta sampai

tahun 1981 yang mengakibatkan kondisi politik tidak stabil dan mengakibatkan

tidak efektifnya pemerintahan. Kudeta yang terjadi di Bolivia membuktikan

adanya hubungan yang kurang baik antara pemerintahan sipil dan militer.

Ketidakpuasan atas kinerja pemerintah yang berkuasa seringkali menjadi alasan

pihak oposisi yang meng-kudeta pemerintah yang sah.

Kudeta memang telah menjadi ciri khas negara ini, tidak hanya yang

terjadi akibat ketidakharmonisan hubungan sipil dan militer tetapi juga yang

terjadi akibat diskriminasi etnis asli Indian oleh kaum kulit putih yang duduk di

Pemerintahan. Sejak dilantiknya Juan Evo Morales yang merupakan orang asli

Studi Kawasan Amerika Page 3

Page 4: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

Indian yang sekaligus “Gerakan menuju Sosialisme (Movimiento al Socialismo –

MAS), sebagai presiden Bolivia pada 22 Januari 2006. Upaya pemberian otonomi

khusus bagi etnis Indian menjadi perang damai bagi beliau. Bahkan sebelumnya

diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah memicu gerakan etnis Indian untuk

mengambil peran besar dalam proses-proses politik di Bolivia, dan bahkan

sebagai catatan sejak tahun 2003, mereka berhasil menurunkan dua presiden

Bolivia, Gonzalo Sanchez de Lozada dan Carlos Mesa, yang dianggap tidak pro-

masyarakat asli.

2. Venezuela

Bergerak ke “kiri”menjadi paham yang dipegang oleh negara ini sejak

Hugo Chavez menjadi presiden. Hugo Chavez seakan mengikuti langkah Fidel

Castro membangun blok oposisi terhadap Washington yang selalu

mempromosikan kebijakan “pasar bebas,” atau tepatnya, neoliberalisme, dalam

dua dekade belakangan ini. Untuk mempertahankan upaya perbaikan dan

pembangunan negaranya di bawah ideologi Sosialis, Hugo Chaves

mengembangkan paham neo-nasionalis yang membuat pemerintah berkeinginan

untuk mempertahankan kekuasaannya. Masa jabatan presiden yang hanya dua

periode dianggap tidak cukup dan dibuatlah amandemen undang-undang yang

membolehkan presiden menjabat seumur hidup. Hal ini mengakibatkan lahirnya

pemerintahan otoriter di bawah kendali pemerintah.

3. Chili dan Suriname

Tidak berbeda jauh dengan Bolivia, Chile juga merupakan negara dengan

sejumlah catatan kudeta atas pemerintahan yang sah. Salah satu kudeta yang

terjadi di Chile adalah kudeta militer yang dilakukan oleh Jenderal Augusto

Pinochet pada tahun 1973 terhadap Presiden Salvador Allende.

Suriname juga merupakan negara yang sering mendapat guncangan

kudeta. Dimulai pada 25 Februari 1980, yakni tepat 5 tahun setelah kemerdekan

Suriname. Sekitar 35.000 penduduk Bushnegro dan 6.500 Amerindian di daerah-

daerah pedalaman menjadi penentang penguasa militer yang kemudian

berdemonstrasi ke jalan. Sebagai tindakan memberantas pemberontakan, pada

tanggal 8 Desember 1982 pihak militer membunuh 15 tokoh demonstran.

Studi Kawasan Amerika Page 4

Page 5: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

Akibatnya, bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname dihentikan, sehingga

kondisi perekonomian negara menjadi semakin buruk.

Puncak konflik bersenjata ketika tahun 1986, pihak militer harus

berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang telah bersatu dan menamakan

dirinya Jungle Commando. Tahun itu pula, kelompok Amerindian juga

meningkatkan aksinya. Kemelut ini mengakibatkan sekitar 7.000 orang

Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guiana Perancis) untuk meminta suaka

politik kepada pemerintah setempat.

Kudeta selanjutnya pada bulan Desember 1990 militer melakukan kudeta

tidak berdarah yang dikenal dengan “kudeta telepon”. Kemudian pihak militer

membentuk Pemerintahan Sementara dengan tugas dengan salah satu tugas

mempersiapkan pemilu yang demokratis. Pada bulan Mei 1991, diselenggarakan

pemilu dan dimenangkan golongan sipil. Ketidakstabilan politik ini terjadi terus

menerus mengakibatkan merosotnya kondisi ekonomi dan sosial Suriname akibat

kemelut politik berkepanjangan. Jatuh bangunnya pemerintahan terjadi hingga

pemilu tanggal 25 Mei 2005 yang dikenal dengan kualisi “New Front” yang

menggandeng 2 koalisi politik, yakni A-Combinatie dan Democratische Actie 91,

sehingga terbentuk New Front plus. Presiden Venetiaan terpilih untuk ketiga

kalinya menjadi Presiden Suriname, dengan Wakil Presiden Ramdien Sardjoe dari

VHP. Sementera itu, Paul Salam Somohardjo, ketua PL, terpilih sebagai Ketua

Parlemen.

4. Guyana

Forbes Burnham memerintah Guyana dengan cara otokratis, awalnya ia

hanya seorang perdana menteri namun setelah diberlakukannya konstitusi pada

tahun 1980, ia beralih menjadi presiden. Selama pemerintahannya, banyak terjadi

kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu-pemilu di Guyana. HAM dan

kebebasan sipil ditekan, bahkan sempat terjadi dua kali pembunuhan yang berlatar

belakang politik terhadap pendeta/wartawan Bernard Darke bulan Juli 1979, dan

sejarawan/Ketua Partai WPA Walter Rodney bulan Juni 1980. Orang-orangnya

Presiden Burnham diyakini berada di belakang peristiwa tersebut. Tidak hanya itu

negara ini bahkan menjadi pusat perhatian dunia pada tahun 1978 akibat peristiwa

Studi Kawasan Amerika Page 5

Page 6: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

bunuh diri massal yang dilakukan oleh ketua sekte Jim Jones bersama sekitar 900

pengikutnya di kawasan Jonestown, Guyana.

C. Ekonomi-Perdagangan

Sekitar 50% Narkoba yang beredar di dunia merupakan produksi dari

kawasan Amerika Selatan dimana 1/3nya diproduksi oleh Bolivia, Peru,

Kolombia dan beberapa negara Latin lainhya. Sedangkan negara seperti Paraguay,

Bolivia dan Kolombia merupakan negara penghasil sekaligus pelaku bisnis illegal

nasrkotika terbesar di Amerika Selatan. Kondisi geografis yang tandus

mengakibatkan wilayah negara-negara ini tidak dapat ditanami tanaman produktif,

dan ternyata sangat cocok sebagai daerah budidaya tanaman Narkoba seperti

Ganja dan Kokain. Perdagangan Narkoba ternyata tidak hanya pada golongan sipil

tetapi disinyalir telah menjadi bisnis para pejabat negara. Parahnya lagi jaringan

perdagangan internasional narkoba ini bahkan memiliki alat-alat persenjataan

canggih yang tidak dapat ditandingi oleh pemerintah setempat sehingga sangat

sulit untuk diberantas.

1. Kolombia

Kolombia adalah pemasok kokain utama dunia. Salah satu gembong

penyelundupan Narkoba dunia asal Kolombia adalah Daniel Rendon yang dituduh

menyelundupkan ratusan ton kokain dari satu kawasan di pantai Karibia yang

tahun 1990an. Kompleksnya sindikat perdagangan Narkoba mengakibatkan

jaringan ini sulit diberantas, bahkan malah menimbulkan konflik antar negara.

Bahkan Sebelum penangkapannya,

Kecanggihan serta jaringan yang kuat juga menambah beban pemerintah

Kolombia dalam memberantas jaringan perdagangan narkoba kelas dunia di

negaranya. Kelompok-kelompok bersenjata ilegal sangat erat terlibat dalam

perdagangan narkoba di Kolombia dan menggunakan keuntungan untuk

membiayai kegiatan mereka. Sebagian besar kokain asal Kolombia diselundupkan

ke Eropa melalui Afrika Barat, Amerika Serikat lewat Meksiko yang

mengakibatkan peningkatan besar kekerasan berkaitan dengan narkoba.

Karenanya Amerika Serikat menjadi pemberi dana utama dalam program anti-

narkoba Kolombia “Plan Colombia” yang dimulai tahun 2000. Pada tahun-tahun

Studi Kawasan Amerika Page 6

Page 7: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

awal penerapannya, PBB melaporkan pengurangan jumlah tanaman koka. Namun

pada tahun 2007 perkebunan koka naik 27 persen.

2. Guyana

Pada tahun 2000 potensi perekonomian Guyana terpuruk akibat sengketa

perbatasannya dengan Venezuela dan Suriname. Presiden Venuzuela Hugo

Chaves mengulangi tuntutan Venezuela yang pernah dilakukan pada abad 19 atas

separuh wilayah Guyana bagian barat, yang kaya dengan kandungan minyak

buminya. Sedangkan Suriname mengusir kilang minyak CGX Kanda yang telah

menandatangani kontrak dengan Guyana di kawasan yang dipersengketakan.

D. Keamanan

1. Kolombia

Kondisi internal Kolombia sangat rentan akibat adanya konflik intensif

sekalipun dengan skala kecil baik itu dengan pemberontak/gerilyawan FARC,

paramiliter AUC, sindikat perdagangan narkoba, serta tindak korupsi yang terjadi

di berbagai wilayah di Kolombia. Konflik antara pemerintah dengan gerilyawan

Pasukan Militer Revolusioner Kolombia (FARC) dan Pasukan Liberal Nasional

dimulai sekitar tahun 1964-1966. Presiden Andrés Pastrana dan FARC sempat

bernegosiasi untuk mendapatkan solusi mengatasi konflik yang sempat memanas

antara 1998 dan 2002 tapi gagal.

Keberadaan sindikat narkoba di Kolombia secara tidak langsung

mengancam keamanan negara ini, karena sindikat perdagangan narkoba tidak

hanya bekerja sendiri tetapi juga melibatkan kaum militant dan kelompok

bersenjata dalam mengamankan aktivitas illegal mereka. Sebagaimana yang

dilakukan oleh gembong Narkoba Daniel Rendon yang memanfaatkan Pasukan

Militer Revolusioner Kolombia (FARC) yang beraliran “kiri” untuk

mengamankan dirinya dari sergapan polisi setempat. Sehingga konflik yang

terjadi di negara ini semakin kompleks karena saling terkait satu sama lain.

2. Peru

Peru juga mengalami konflik internal yakni adanya pemberontakan

Movimiento Revolucionario Tupac Amaru (MRTA) yakni kelompok revolusioner

yang aktif hingga tahun 1997 di bawah pimpinan Victor Polay Campos dan

Studi Kawasan Amerika Page 7

Page 8: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

geriliyawan Maois Shining Path sejak 1980 sampai sekarang yang ingin

menjadikan Peru sebagai negara komunis. MRTA dianggap sebagai kelompok

teroris oleh pemerintah Peru bahkan oleh Departemen luar negeri AS dan

Parlemen Eropa.

E. Hubungan Luar Negeri

1. Chile

Hubungan antara Chile dan Peru menegang. Hubungan yang sedari awal

telah meruncing akibat perbatasan. Perus mengklaim untuk memiliki teritori yang

lebih luas lagi di perbatasan laut kini semakin tajam akibat adanya tindakan

spyonase. Seorang angkatan udara Peru diduga menjadi mata-mata Chile. Sudah

dua pekan militer tersebut meringkuk di penjara menanti proses pengadilan

dengan dakwaan pengkhianat. Chile menyangkal kegiatan mata-mata itu. Kendati

demikian bagi presiden Garcia hal tersebut sudah cukup untuk membatalkan

pertemuan dengan presiden Chile, Michelle Bachelet pada Forum APEC yang

beranggotakan 21 negara.

2. Suriname

Suriname benar-benar memperlihatkan rasa solidaritasnya dalam

menjunjung tinggi prinsip kerjasama antar negara-negara anggota kawasan

Karibia CARICOM (Caribbean Community and Common Market) dengan tidak

mengkhianati kesepakatan yang telah diambil pada KTT ke-24 CARICOM Juli

2003 di Montego Bay, Jamaica, mengenai komitmen posisi negara-negara Karibia

menghadapi sanksi pembekuan bantuan kerjasama militer dengan AS untuk

mendukung Rome Statute pembentukan ICC (International Criminal Court).

Dalam hal ini, Suriname menolak bujukan AS untuk menandatangani perjanjian

bilateral terpisah dengan maksud menjamin kekebalan para penjahat perang AS

dari jeratan hukum ICC. Dampaknya, Suriname tidak keberatan menerima resiko

sanksi tidak cairnya bantuan kerjasama militer AS utamanya dalam menghadapi

konflik perbatasan dengan Guyana.

3. Guyana

Sebagai salah satu pemrakarsa pembentukan CARICOM, Guyana

mengorbankan komitmen dan solidaritas masyarakat Karibia dengan menerapkan

Studi Kawasan Amerika Page 8

Page 9: Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Di Kawasan Amerika Selatan

politik ganda dalam rangka memperoleh dukungan negara-negara Persemakmuran

di bidang pertahanan dan keamanan dan untuk mendapatkan bantuan kerjasama

militer dari AS sebagai mitra yang paling berperan.

Hal ini terbukti dari sikap Guyana yang menyimpang dari kesepakatan

KTT CARICOM tahun 2004 menyangkut komitmen posisi negara-negara Karibia

untuk mendukung Rome Statute tentang pembentukan ICC (International Criminal

Court). Dimana Guyana atas permintaan AS, tidak meratifikasi Rome Statute ICC

dan bahkan sebaliknya menandatangani kesepakatan dengan AS, yaitu untuk

menjamin kekebalan para penjahat perang AS dari jeratan hukum ICC.

Sikap Guyana dikarenakan desakan kepentingan nasionalnya dalam

menghadapi sengketa perbatasan dengan Suriname yang memanas sejak bulan

Februari 2004. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin berlanjutnya bantuan

kerjasama militer AS untuk menjaga wilayah territorial Guyana, yakni Tigri dan

Corentijn River yang dikleim Guyana dan Suriname sebagai miliknya. Selain itu,

peningkatan kemampuan pertahanan dan keamanan nasional Guyana untuk

mencegah dijadikannya Guyana sebagai sasaran atau pusat gerakan terorisme

internasional, dan/atau jaringan perdagangan narkoba internasional.

Studi Kawasan Amerika Page 9