identifikasi perilaku beragama towani tolotang

28
“IDENTIFIKASI MASALAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERILAKU KEHIDUPAN BERAGAMA KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG” M. RAIS RAHMAT R, IR, M.Si. YAYASAN AR RAZZAKKE RAPPANG SULAWESI SELATAN 2015

Upload: m-rais-rahmat-razak

Post on 23-Jan-2018

716 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

“IDENTIFIKASI MASALAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

PERILAKU KEHIDUPAN BERAGAMA KOMUNITAS TOWANI

TOLOTANG”

M. RAIS RAHMAT R, IR, M.Si. YAYASAN AR RAZZAKKE

RAPPANG – SULAWESI SELATAN 2015

Page 2: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

1. JUDUL

2 LATAR BELAKANG MASALAH

3 RUMUSAN MASALAH

4 TUJUAN

5. KEGUNAAN PENELITIAN

6. PROSEDUR PENELITIAN

1. METODE PENELITIAN

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

3. TEHNIK PENENTUAN INFORMAN

4. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

5. MODEL ANALISA DATA

6. SISTEMATIKA PENULISAN

7. KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU BERAGAMA

B. KEPEMIMPINAN TRADISIONAL

V. PERILAKU BIROKRASI

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

I. PENDAHULUAN

1. JUDUL :

“IDENTIFIKASI MASALAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERILAKU

KEHIDUPAN BERAGAMA KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG”

2. LATAR BELAKANG MASALAH.

Keberadaan agama dan berbagai aliran kepercayaan di Indonesia

tidak pernah lepas dari pengawasan Negara dalam hal ini pemerintah

termasuk pemerintah daerah. Salah satu bentuk perlakuan negara yang

membatasi ruang gerak agama lokal adalah kebijakan mengenai

keberadaan agama di Indonesia yang hanya terbatas pada enam agama1.

Upaya kontrol yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengafiliasi

agama local kedalam agama-agama resmi yang diakui oleh Negara,

berpotensi dapat menimbulkan kerawanan antara sesama penganut

agama dan penganut agama yang lain.

Selama ini, agama lokal diafiliasikan ke dalam salah satu agama resmi

sebagai induk karena negara hanya mengakui keberadaan agama-agama

tertentu 2. Agama local yang berafiliasi cenderung tetap mempertahankan

berbagai tradisi warisan leluhur yang justru dapat menimbulkan

pertentangan baru, sementara penganut agama yang sudah ada

senantiasa berusaha menjaga kemurnian agamanya. Komunitas Towani

Tolotang yang sebagian besar bermukim di Kabupaten Sidenreng

Rappang provinsi Sulawesi selatan merupakan satu dari sekian banyak

agama lokal yang digabungkan ke dalam salah satu agama resmi oleh

negara.

____________________

1Hasse J, Kebijakan Negara terhadap Agama Lokal “Towani Tolotang” diKabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. (Yogyakarta: Jurnal Studi Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010), h. 145. Dalam Jurnal Al - Ulum Volume. 12, Nomor 2,

Desember 2012 Hal. 335-354 PENAKLUKAN NEGARA ATAS AGAMA LOKAL, Kasus Towani Tolotang di Sulawesi Selatan.

2Lihat, Ibnu Qoyim, Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian tentangMasyarakat Penganut Religi Tolotang dan Patuntung,

Sipelebegu (Permalim),Saminisme, dan Agama Jawa Sunda. (Jakarta: LIPI Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan, 2004), h. 28. Dalam Hasse J. 2012. Jurnal Al- Ulum Volume. 12, Nomor 2, Desember 2012 Hal. 335-354 PENAKLUKAN NEGARA ATAS AGAMA LOKAL, Kasus Towani Tolotang di Sulawesi Selatan.

Page 4: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Perilaku Komunitas Towani Tolotang dalam menjalankan ritualnya,

digolongkan dalam agama local dimana keberadaanya dilindungi oleh

konstitusi seperti disebutkan pada Pasal 29 E ayat 2, “ Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Afiliasi kepercayaan Towani Tolotang ke dalam agama resmi ditegaskan

dalam Keputusan Dirjen Bimas Hindu Bali/Budha No. 2/1966 yang

mengeluarkan keputusan susulan yang menyatakan bahwa Towani

Tolotang merupakan salah satu sekte agama Hindu3. keputusan ini

seyogyanya tidak membatasi kebebasan beribadat dan diharapkan justru

bisa memberikan ruang yang lebih luas kepada Komunitas Towani

Tolotang untuk beribadat.

Afiliasi Towani Tolotang ke dalam agama Hindu memberikan konsekuensi

administratif, yaitu segala bentuk urusan Towani Tolotang berkiblat pada

agama Hindu. Penggabungan Towani Tolotang ke dalam agama Hindu

didasarkan pada kenyataan bahwa ia memiliki banyak kemiripan praktik

keagamaan dengan agama Hindu dibanding dengan agama lainnya.

Salah satu kemiripan praktik keagamaan Towani Tolotang dengan agama

Hindu adalah persembahan sesajian dalam ritual yang dilakukan. “Sajen”

bagi Towani Tolotang dan Hindu menempati posisi penting dalam setiap

ritual keagamaan.

____________________

3Hasse J, Kebijakan Negara terhadap Agama Lokal “Towani Tolotang” diKabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. (Yogyakarta: Jurnal Studi Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010), h. 145. Dalam Jurnal Al - Ulum Volume. 12, Nomor 2, Desember 2012 Hal. 342. ……….Pada tahun 1966, berselang beberapa bulan setelah adanya pernyataan penerimaan Islam oleh tokoh Towani Tolotang, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Bali/Budha No. 2/1966 mengeluarkan keputusan susulan

yang menyatakan bahwa Towani Tolotang merupakan salah satu sekte agama Hindu. Dalam surat keputusan tersebut juga menyatakan mengangkat Makkatungeng sebagai pembimbing Towani Tolotang dan melaporkan kepada Bimas Hindu Bali Budha di Jakarta tentang kegiatan Towani Tolotang secara berkala. Tugas Makkatungeng sendiri ad alah sebagai pengendali kegiatan-kegiatan Towani Tolotang di masa transisi. Artinya, Towani Tolotang tidak lagi berada di bawah naungan agama Islam seperti

keinginan orang-orang Islam tetapi berada di bawah agama Hindu.

Page 5: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Sesajian Towani Tolotang dilakukan pada ritual mappenre’ nanre, yang

merupakan unsur pokok dan penentu karena dianggap sebagai media

untuk menyampaikan permintaan kepada Dewata Seuwae. Demikian

halnya dalam praktik agama Hindu, sesajian memiliki arti yang sangat

penting dalam setiap ritual yang dilakukan.

Tuhan dalam agama atau kepercayaan Towani Tolotang, sebagaimana

dianggap oleh pemeluknya, disebut Dewata Seuwae (Tuhan Yang Maha

Esa) dan juga bergelar Patotoe (Yang Menentukan Nasib Manusia).

Dewata Seuwae adalah penguasa tertinggi yang melebihi kekuasaan

manusia, menciptakan alam dan isinya, tujuan penyembahan. Selain

menyembah kepada Dewata Seuwae, masyarakat Towani tolotang juga

melaksanakan penyembahan terhadap dewa-dewa lain 4.

Perilaku komunitas Towani Tolotang yang secara konsisten meyakini

bahwa Batara Guru adalah Tomanurung yang ditugaskan oleh Patotoe

untuk menjadi raja di dunia serta membawa petunjuk kepada

golongannya.

Ajaran tersebut dikembangkan oleh Sawerigading dan dilanjutkan oleh La

Panaungi. Selain Towani Tolotang juga ada komunitas Tolotang Benteng,

yaitu kelompok masyarakat yang mengaku masih sekerabat dengan

Tolotang, juga menjalankan ritual kehidupan Tolotang tetapi secara

administrative mengakui islam sebagai agamanya.

________________________

4Farmalinda Erlina. 2012. KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Universitas hasanuddin, Makassar. hal 82. .. Dewata Seuwae menegaskan kepada La Panaungi bahwa keyakinan tersebut disebarkan kepada anak cucunya, maka agama Towani Tolotang hanya diperuntukkan bagi keluarga La Panaungi turun temurun, yang pada saat ini sudah terbentuk sebagai masyarakat Towani Tolotang. Setelah menyebarkan kepada anak cucunya, sebelum meninggal dunia La

Panaungi berpesan “kelak kemudian aku tidak di dunia maka bersiaralah sekali setahun di pekuburanku”. Atas dasar pesan tersebut, masyarakat Towani Tolotang selain menyembah Dewata Seuwae, juga menganggap keramat kuburan nenek moyangnya, tidak hanya terbatas kepada kuburan La Panaungi saja tetap juga terhadap Uwa’ lain yang sudah meninggal.

Page 6: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Bagi mereka, dalam tingkatan pelapisan sosial agama, kelas pemimpin

dianggap sama derajatnya dengan kelas bangsawan dan dinamakan

“Uwa”. Kelas pemimpin ini berusaha mempertahankan kemurnian darah

mereka, sehingga dalam perkawinan masalah tingkatan darah dan

hubungan dengan tokoh Tolotang masa lalu sangat dipentingkan dan

ditelusuri secara teliti dalam suatu proses peminangan atau perkawinan.

Towani Tolotang sebagai sebuah komunitas agama mempunyai norma

tersendiri dalam melakukan interaksi sosial, dan norma yang berlaku

dalam masyarakat. Bersifat mengikat anggota masyarakat dengan

berbagai aturan yang harus ditaati serta berbagai ganjaran yang harus

diterima oleh orang-orang yang lalai dalam menjalankan norma yang ada.

Perilaku ajaran agama yang kuat dan pengaruh Uwa yang sangat

dominan dalam segala aspek kehidupan, justru tidak dibarengi dengan

peningkatan kesejahteraan dan kemajuan yang berarti bagi komunitas

Towani Tolotang dalam percaturan kehidupan.

Komunitas ini masih tetap terbelakang dalam hal pencapaian tingkat

pendidikan ataupun pencapaian di bidang ekonomi dengan komunitas lain

yang ada di kabupaten Sidenreng Rappang. Sehingga diperlukan

penelitian menyeluruh untuk mengidentifikasi permasalahan perilaku dan

mengetahui factor-faktor yang membuat komunitas Towani Tolotang tetap

terbelakang.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kesolidan dan kepatuhan pengikut

Towani Tolotang pada Uwa-nya, justru menjadi salah satu daya tarik

penting bagi para politisi yang akan bertarung dalam Pemilihan Legislatif

ataupun pemilihan Kepala Daerah untuk menarik dukungan. Karena para

pengikut komunitas Towani Tolotang senantiasa menunggu fatwa dari

Uwa-nya sebelum menjatuhkan pilihan kepada salah satu kandidat.

Page 7: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Potensi yang dimiliki komunitas Tolotang diharapkan tidak hanya bisa

dimanfaatkan oleh para politisi saja, tapi justru diharapkan bisa membawa

kemajuan bagi komunitas ini bersama dengan komunitas lain.

3. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana melakukan identifikasi masalah dan strategi

pengembangan Perilaku kehidupan beragama komunitas masyarakat

Towani Tolotang agar bisa mencapai kemajuan dan tetap hidup

berdampingan damai dengan penganut agama lain.

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku kehidupan beragama

pada masyarakat Towani Tolotang sehingga tidak bisa bersaing dalam

pencapaian kemajuan dibidang pendidikan dan ekonomi dengan

penganut agama lain.

4. TUJUAN:

Untuk mengidentifikasi masalah dan strategi pengembangan Perilaku

kehidupan beragama komunitas masyarakat Towani Tolotang agar

bisa mencapai kemajuan dan tetap hidup berdampingan damai

dengan penganut agama lain..

Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perilaku

kehidupan beragama pada masyarakat Towani Tolotang sehingga

tidak bisa bersaing dalam pencapaian kemajuan dibidang pendidikan

dan ekonomi dengan penganut agama lain.

.

5. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran dan

bahan referensi tambahan bagi Kementerian agama serta masyarakat

umum khususnya terkait dengan Agama Lokal ataupun Aliran

Kepercayaan yang ada dalam wilayah NKRI.

Page 8: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Litbang

Kemenag, khususnya dalam mengidentifikasi perilaku organisasi dan

factor-faktor yang mempengaruhi perilaku organisasi dalam komunitas

terbatas seperti Masyarakat Towani Tolotang.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan

pertimbangan bagi pemerintah daerah kabupaten Sidenreng Rappang,

dalam melakukan pembinaan terhadap komunitas Towani Tolotang.

6. PROSEDUR PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan Pendekatan Metode Kualitatif

deskriptif, Menurut Bog dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (1989:4)

mendefinisikan metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati 5.

Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu

keutuhan. Sejalan dengan itu Kirk dan Miller (1986:9) dalam maleong

(1989:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya 6 .

____________________ 5,6

Moleong, J.Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif.PT. Remaja Rosda karya, Bandung. Hal. 4

Page 9: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Metode penelitian ini kami gunakan dalam bentuk pengamatan,

wawancara, atau penelaan dokumen berdasarkan berbagai

pertimbangan seperti yang dijelaskan dalam Moleong (1989:5)

pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan

secara langsung hakikat hubungan antara Peneliti dan responden.

Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri

dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai

yang dihadapi.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian di Kelurahan Amparita Kecamatan Tellu Limpoe,

Waktu Penelitian, 3 bulan.

3. Teknik Penentuan Informan

Informan terdiri dari:

o Nara Sumber: Tokoh Masyarakat, Birokrat

o Sampling masyarakat Tolotang

o Sampling Masyarakat Non Tolotang

4. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Mengisi Lembaran Quisener

FGD (Forum Group Discussion)

5. Model Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif

Page 10: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN/SARAN

DAFTAR PUSTAKA

7. KERANGKA PIKIR

Keberadaan Agama Kebudayaan sebagai asset budaya nusantara

tidak terlepas dari peradaban manusia, yang terus menerus berkembang

seiring dengan interaksi dinamika sosial dan peradaban. Pesatnya

penyebaran agama samawi seperti agama Islam, agama Kristen tidak

terlepas dari berkembangnya peradaban manusia yang didominasi oleh

gaya hidup dan kompleksitas kebutuhan duniawi yang mengikutinya.

Struktur birokrasi dalam kepemimpinan tradisional Towani Tolotang

yang dipegang oleh para Uwa, berperan penting dalam menjaga

ajaran leluhur, secara turun temurun tetap dikerjakan oleh komunitas

Towani Tolotang, baik secara individu maupun secara berkelompok

dan dilindungi oleh Negara dalam bentuk kebebasan beribadah.

Kondisi ini kemudian memberikan warna tersendiri dalam perilaku

kehidupan beragama yang berbeda dengan penganut agama lainnya.

Page 11: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Untuk mendorong kemajuan sosial ekonomi, kehidupan Komunitas

Towani Tolotang, maka penting untuk melakukan identifikasi dan

mengetahui strategi pengembangan perilaku kehidupan beragama

komunitas ini, agar bisa bersaing dengan komunitas lain yang ada di

Kabupaten Sidenreng Rappang.

Pengamatan komunitas Towani Tolotang terhadap lingkungan

eksternal, baik perilaku birokrasi model Rasional, perilaku birokrasi

social psikologis maupun perilaku birokrasi pembangunan hubungan

manusia. Akan sangat membantu dalam megetahui factor factor yang

mempengaruhi perilaku kehidupan beragama pada masyarakat

Towani Tolotang sehingga tidak bisa bersaing dalam pencapaian

kemajuan dibidang pendidikan dan ekonomi dengan penganut agama

lain.

Page 12: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Beragama

Perilaku beragama adalah berdoa, memohon belas kasihan,

berharap dengan sepenuh hati, kepada kekuatan supranatural. Oleh

karena itu, esensi agama, menurut pandangan Frazer (Dalam Morris,

2003:126), dalam Erlina (2012:32) adalah ketergantungan atau

kepercayaan kepada kekuatan supernatural7. Pada saat peran agama

mengalami pelemahan dan memudar, tampil sains dan ilmu pengetahuan

sebagai trend dan seakan muncul sebagai jawaban atas berbagai

problematika yang muncul ditengah masyarakat.

Brown (dalam Agus, 2006:128) mengemukakan defenisi, “agama adalah

ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran terhadap

ketergantungan kepada suatu kekuatan di luar diri kita yang dapat

dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral” 8.

Taylor dan Frazer memiliki pandangan yang hampir sama dengan Comte

yang memandang agama sebagai kecendrungan primitif atau terbelakang

(Morris, 2003:58-63). Pritchard dalam Agus (2006:142) memandang

bahwa seseorang tidak akan dapat memahami agama atau aspek

kebudayaan apa pun dari suatu masyarakat tanpa menempatkan objek

studi itu dalam konteks kebudayaan dari masyarakat yang diteliti secara

komperhensif. Karena itu, perbedaan masyarakat primitif tidak dapat

dikatakan lebih bodoh atau terbelakang dari masyarakat modern.

Keduanya berada di tengah lautan kebudayaan yang sama sekali berbeda

(Morris, 2003:344-345) 9.

_______________________

7,8,9Farmalinda, Erlina. 2012. KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Universitas

hasanuddin, Makassar. hal 32. ..

Page 13: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Agama terbukti telah memainkan peran strategis dalam usaha manusia

membangun dan menjaga eksistensinya di dunia. Agama memiliki

jangkauan eksternalisasi-diri manusia, dari peresapan makna-maknanya

sendiri ke dalam realitas. Agama memproyeksikan tatanan manusia ke

dalam totalitas kedirian dengan kata lain, membayangkan adanya

keseluruhan semesta sebagai bernilai manusiawi. Agama mengajarkan

untuk memelihara realitas yang didefenisikan secara sosial dengan cara

melegitimasikan situasi-situasi marjinal dalam kerangka suatu realitas

keramat yang meliputi segalanya.

Menurut Koentjaraningrat (2002:201) dalam Erlina10 bahwa dalam aspek kehidupan

beragama terdapat lima komponen religi yaitu: (1) emosi keagamaan, (2) sistem

keyakinan, (3) sistem ritus dan upacara, (4) peralatan ritus dan upacara, dan (5) umat

beragama. Agama Towani Tolotang yang selama ini identik dengan agama Hindu

ternyata mempunyai perbedaan yang mendasar dengan agama Hindu, baik dalam

sistem peribadatan maupun dalam hal kepercayaan. Agama sebagai bentuk keyakinan

manusia berfungsi dalam membentuk system nilai, motivasi, maupun pedoman

hidup.

Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki ketergantungan tinggi

dengan manusia lain sehingga manusia cenderung membentuk kelompok

atau masyarakat. Pentingnya arti masyarakat dalam kehidupan manusia,

dapat dikatakan bahwa seorang bayi yang lahir tidak akan dapat menjadi

manusia yang mempunyai kebudayaan kalau dia tidak dibesarkan dalam

lingkungan manusia. Seorang bayi yang lahir tidak akan dapat menjadi

manusia dengan kebudayaan tertentu jika tidak dibesarkan dalam

lingkungan masyarakat manusia yang memiliki kebudayaan.

_______________________

10Farmalinda, Erlina. 2012. KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Universitas

hasanuddin, Makassar. hal 46.

Page 14: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Masyarakat atau komunitas sebagai suatu satuan kehidupan sosial

manusia yang menempati suatu wilayah tertentu, memungkinkan untuk

memiliki keteraturan dalam kehidupan sosial karena adanya seperangkat

pranata-pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang

mereka miliki bersama. Sedangkan perilaku adalah tindakan manusia

yang dapat diamati yang merupakan alternatif tindakan atas beberapa

pilihan tindakan terjadi setelah manusia menetukan sikap.

Menurut Poerwadarmita dalam Dalle (1982:21) 11 perilaku adalah tingkah

laku, kelakuan, perbuatan. Perilaku merupakan ucapan dan perbuatan

seseorang yang berulang dengan sikap sebagai pemberi kendali arah.

Perilaku keagamaan adalah bentuk ucapan, kelakuan, tingkah laku,

perbuatan seseorang yang diaktualisasikan dengan landasan keyakinan

yang bersumber dari ajaran-ajaran agama.

Skinner (dalam Mudzhar, 2002:87) 12 membedakan perilaku menjadi:

(1) Perilaku yang alami (innate behavior), Perilaku alami yang dibawa

sejak organism dilahirkan yaitu berupa reflek-reflek dan insting

dan

(2) Perilaku operan (operan behavior), yaitu perilaku yang dibentuk

melalui proses belajar.yang terbentuk melalui perkawinan.

Bagi orang bugis perilaku seperti nomor (2), timbul karena adanya

percampuran perilaku atau biasa disebut dengan siteppa-teppang. Dari

pengelompokan sosial berdasarkan kekerabatan, maka adanya kesama-

samaan dalam kebudayaan maupun cara hidup dapat membentuk

identitas masyarakat yang lebih luas.

_______________________

11,12Farmalinda, Erlina. 2012. KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Universitas

hasanuddin, Makassar. hal 35. ..

Page 15: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Di Kabupaten Sidenreng Rappang Khususnya Kecamatan Tellu Limpoe,

Kelurahan Amparita terdapat kelompok sosial yang terbentuk karena

adanya kesamaaan agama atau kepercayaan yang dianut oleh komunitas

Towani Tolotang. Pengikut ajaran ini memiliki keyakinan bahwa Batara

Guru yang membawa ajaran ini adalah Tomanurung yang turun dari langit

dan diberi tugas oleh Patotoe untuk menjadi raja di dunia serta

memberikan bimbingan dan membawa petunjuk kepada golongannya.

Ajaran tersebut dikembangkan oleh Sawerigading dan dilanjutkan oleh La

Panaungi. Masyarakat Tolotang terdiri atas Towani Tolotang dan Tolotang

Benteng. Towani Tolotang ialah masyarakat yang menganut kepercayaan

Towani Tolotang.

Tolotang Benteng ialah kelompok masyarakat yang mengaku masih

sekerabat dengan Tolotang, juga menjalankan ritus kehidupan Tolotang

tetapi secara statistik (formal) mengakui islam sebagai agamanya.

B. Kepemimpinan Tradisional

Keberadaan “Uwa” dalam komunitas Towani Tolatang

memiliki peran yang sangat penting, sebagai pemimpin tradisional

dan merupakan orang-orang pi lihan secara turun temurun.

Dipercaya sebagai pemimpin yang senantiasa menjaga kemurnian

ajaran leluhur. menjaga norma dan pranata sosial yang telah

diwariskan secara turun temurun yang membentuk peri laku

masyarakat.

Menurut C.H, Cooley dalam (Human Nature and the social Order,

New York,1902) dalam Emilia (2012):

“The leader is always the nucleus or tendency,and on the other hand,al l social movement, closely examined wil l be found to concist

of tendencies having such nucleus ”.

Page 16: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

“Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan,dan

pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat

akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat” 13,.

Inu Kencana (2006 : 17) berpendapat Kepemimpinan adalah kemampuan

dan seni seorang leader (pemimpin) dalam memotivasi dan

mengkoordinasikan personal/ kelompok dalam melaksanakan peran dan

fungsi, kewenangan dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan

bersama14.

Secara kontekstual Pemimpin Tradisional adalah pemimpin yang

berkembang sendiri dalam masyarakat tanpa melalui prosedur

administrasi pemerintah. Beberapa pendapat ahli tentang Pemimpin

Tradisional antara lain :

Max Weber 15, berpendapat bahwa kepemimpinan tradisional tidak bisa

dilepaskan dari kepemimpinan berbasis genealogic-hereditically

(keturunan) dan kharismatik. Namun, diantara dua tipologi basis

kepemimpinan ini, maka kepemimpinan berbasis kharismatik merupakan

pelatak dasar setiap kepemimpinan tradisional di berbagai entitas sosial.

Menurut Mattulada (1998 : 77 )16 , Pemimpin tradisional lebih tepat disebut

pemuka masyarakat yaitu orang yang tidak ikut ambil bagian dalam

pemerintahan resmi ,tetapi pendapat dan saran-saran serta buah pikiran

diterima dan dipatuhi oleh masyarakat, seorang pemimpin tradisional lebih

bersifat pribadi atau punya kemampuan pribadi, maka syarat seorang

pimpinan tradisional telah ditentukan sejak dulu kala sebagai berikut:

__________________

13,14,15,16 C.H, Cooley d alam (Human Nature and the social Order, New York,1902) : dalam Syahruddin, Emilia.2012. Peranan

Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Stisip Muhammadiyah Rappang, Sulawesi selatan. Hal.1 Bab2.

Page 17: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

To Bangsawan atau Arung (Keturunan)

To Panrita (Pemimpin Agama)

To Warani (Berani)

To Acca (Cerdik) dan

To Engka (Kaya)

yang dianggap orang memiliki kriteria diatas adalah orang yang

mempunyai kelebihan serta mampu untuk mengendalikan aktivitas

kemasyarakatan, baik bertalian dengan aspek social kemasyarakatan

maupun aspek kehidupan agama dan ritual.

Menurut Koentjaraningrat, (1972 : 199)17 Kepemimpinan tradisional

memerlukan tiga unsur penting agar dapat menjalankan kewajibannya

dengan memuaskan yaitu; (1) Kekuasaan atau Power, (2) Kewajiban

atau Authority, (3) Popularitas.

Walaupun banyak orang memandang kedua unsur pertama sebagai unsur

terpenting bagi pemimpin tradisional, tetapi tanpa unsur ketiga yang

menyebabkan pemimpin tradisional mempunyai banyak pengikut yang taat

kepadanya dan secara spontan mau mengikutinya, tidak dapat

melaksanakan tugas kepemimpinannya dangan baik yang hanya taat pada

seorang pemimpin yang tidak popular.

Bagi Towani Tolotang, kelas pemimpin dianggap sama derajatnya dengan

kelas bangsawan dan dinamakan Uwa. Kelas pemimpin ini berusaha

mempertahankan kemurnian darah mereka, sehingga dalam perkawinan

masalah tingkatan darah dan hubungan dengan tokoh Tolotang masa lalu

sangat dipentingkan dan ditelusuri secara teliti dalam suatu proses

peminangan atau perkawinan.

______________________

17 Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Stisip Muhammadiyah Rappang, Sulawesi selatan. Hal.1 Bab2.

Page 18: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Hubungan antara pemimpin tradisional dengan yang terpimpin termasuk

hubungan yang dalam ilmu sosiologi di sebut hubungan asimetris, yaitu

pihak pertama dapat menimbulkan pengaruh yang lebih besar terhadap

pihak kedua dan sebaliknya pihak kedua tidak dapat menimbulkan

pengaruh efek yang sama kepada pihak pertama.

Hal ini terjadi karena pihak pertama atau pemimpin tradisional memiliki

beberapa tujuan macam sifat yang semestinya dimiliki oleh seorang

pemimpin itu, menurut Koentjaraningrat (1972 : 200 )18 meliputi :

1. Sifat yang disenangi warga masyarakat pada umumnya.

2. Sifat yang menjadi cita – cita dari kebanyakan warga masyarakat

dan itu suka ditiru.

3. Keahlian yang diperlukan dan diakui warga masyarakat.

4. Pengesahan resmi atau keabsahan menurut prosedur yang telah

ditetapkan oleh adat masyarakat yang bersangkutan.

5. Lambang – lambang pimpinan resmi yang telah ditentukan oleh

adat dalam masyarakat.

6. Syarat keramahtamahan menurut pandangan umum dalam

masyarakat.

7. Kemampuan untuk mempergunakan kekuatan fisik yang nyata.

Dari pengertian tentang kepemimpinan tradisional dapat di simpulkan

bahwa kepemimpinan tradisional merupakan kemampuan pimpinan

lembaga tradisi dalam menggerakkan pengikutnya untuk

mempertahankan system nilai yang dianut secara turun temurun.

_________________________

18 Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Stisip Muhammadiyah Rappang, Sulawesi selatan. Hal.4 -5 Bab2.

Page 19: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Pemimpin tradisional ini tidak memiliki status yang resmi di tingkat formal,

namun memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat, bahkan dapat

dikatakan bahwa pemimpin tradisional ini merupakan keseimbangan yang

tidak nampak dalam masyarakat dan mempunyai tingkat kemampuan

interaksi tatap muka yang cukup tinggi.

C. Perilaku Birokrasi

Perilaku masyarakat Towani Tolotang dalam mengamalkan ajaran

dan keyakinanya, khususnya dalam bergaul dan bersosialisasi dengan

komunitas penganut agama lain tidak bisa dilepaskan begitu saja dari

perilaku birokrasi pemerintahan ataupun perilaku organisasi yang ada di

kabupaten Sidenreng Rappang.

Hal ini menjadi penting untuk diamati, sejauh mana perilaku Birokrasi

memberikan pengaruh terhadap pengembangan perilaku beragama

masyarakat Towani Tolotang dan interaksi-nya dalam kehidupan social

kemasyarakatan dengan komunitas lain yang ada di Kabupaten

Sidenreng Rappang.

Duncan (1981) yang ditulis oleh Thoha (2009:5) dalam Ahmad,

Jamaluddin (2011:22) bahwa perilaku organisasi adalah suatu studi yang

menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi

atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan dari

pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang

ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi 19.

______________________

19 Duncan (1981) dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, halaman 22. Oleh karena studi menekankan pada aspek prilaku dan organisasi maka perilaku manusia pada dasarnya terbentuk setelah melewati keseluruhan aktivitas, yaitu unsurkepentingan, kebutuhan, motivasi dan sikap yang potensial dapat menjelaskan

perilaku tertentu. Oleh karena itu kepentingan seseorang akan melandasi perilakunya atau dengan kata lain perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh kepentingannya.

Page 20: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan

mengetahui permasalahan yang terjadi pada perilaku beragama

komunitas Towani Tolotang kaitan-nya dengan perilaku birokrasi atau

organisasi yang membuat komunitas ini tertinggal dengan kehidupan

social ekonomi komunitas lain. Perubahan perilaku anggota suatu

organisasi atau komunitas seperti halnya dengan Towani Tolotang pun

dipengaruhi pula oleh hubungan yang terjadi di dalam organisasi antara

individu yang satu dengan individu lainnya.

Thoha (2009:34) dalam Ahmad, Jamaluddin (2011:23)20

menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dan interaksi antara

seseorang individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa seseorang

individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya secara

langsung. Hal ini digambarkan dalam formula gambar berikut:

Formula ini menjelaskan bahwa perilaku merupakan fungsi dari interaktif

individu dengan lingkungannya dimana ia berada. Maksudnya adalah

perilaku individu Towani Tolotang selalu memiliki hubungan

interdependensi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berubah,

individu demikian juga sebaliknya, bahwa perubahan pada lingkungan

dapat terjadi karena perilaku individu.

___________________________

20Thoha (2009:34) dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas Negeri

Makassar, Makassar, halaman 23-24

Page 21: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Thoha (2007:35) dalam Ahmad, Jamaluddin (2011:25-26)21 mencoba

menetapkan model umum perilaku dalam organisasi yang disebutnya

interaksi karakteristik individu dengan karakteristik organisasi melahirkan

perilaku organisasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:

Karakteristik individu yang dimaksud antara lain adalah kemampuan,

kebutuhan, kepercayaan, pengalaman, pengharapan, dan lain-lain.

Sedangkan karakteristik organisasi adalah hirarki, tugas-tugas,

wewenang, tanggung jawab, system reward,system control, dan lain-lain

Thoha (2007:185)22 mengemukakan bahwa jika karakteristik individu

berinteraksi dengan karakteristik organisasi rasional maka timbullah

perilaku birokrasi. Organisasi rasional yang dimaksudkan merupakan

lingkungan dari individu itu berada. Pendapat ini diperkuat oleh

pemahaman birokrasi sebagai organisasi rasional.

_____________________________

21,22Thoha (2009:34) dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas

Negeri Makassar, Makassar, halaman 25-27

Page 22: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Rasionalitas yang dimaksudkan tetap masih menganut pemahaman yang

sama dengan birokrasi Weber, sebagaimana digambarkan oleh Martin

Albrow. Oleh karena itu, Thoha mengkongkritkan dalam bentuk model

yang dipinjam pada gambar 3, umumnya dapat digambarkan seperti pada

gambar 4.

Pada variable organisas misalnya, hirarki menimbulkan sifat taat

bawahan terhadap atasan, atau antara Uwa dengan masyarakat Towani

Tolotang. Pada variable manusia kepentingan atau kebutuhan hidup

menuntut imbalan yang memadai dari organisasi. Tetapi kadar (tingkat

ketaatan) variable itu, bergantung pada sejauh mana imbalan yang

diharapkan dipenuhi oleh organisasi. Struktur organisasi dan pribadi

pejabat aktor melahirkan perilaku birokrasi yang tercermin dari perilaku

actor itu sendiri. Secara sederhana digambarkan pada gambar 5 berikut:

Page 23: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Pendapat yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa perilaku

birokrasi merupakan hasil interaksi yang bersifat kausalitas antara struktur

birokrasi dengan individu pejabat birokrasi seperti halnya dengan Pejabat

Pemerintah Daerah ataupun Uwa dalam komunitas Towani Tolotang.

Hanya saja harus dibedakan antara perilaku birokrasi dalam hubungan

pemerintahan. Hubungan pemerintahan disini adalah seperti yang

dimaksudkan oleh Denhardt &Denhardt (2006:444)23 yang menekankan

suatu pelayanan untuk kepentingan masyarakat.

Lingkungan Eksternal Perilaku Birokrasi

Untuk melakukan pengamatan dan strategi pengembangan

perilaku kehidupan beragama masyarakat Towani Tolotang. Pengetahuan

dan pemahaman terhadap perilaku birokrasi baik oleh pemerintah daerah

maupun dalam internal kepemimpinan tradisional komunitas Towani

Tolatang menjadi sangat penting.

Konseptualisasi dari perilaku birokrasi sebagai seperangkat perbuatan

seseorang, kelompok dan struktur birokrasi dalam melakukan respon

terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai

yang dianut melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan yang

kemudian memunculkan tipe-tipe perilaku Birokrasi.

_____________________________

23Dendhart & Dendhar. 2006. dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, halaman 29

Page 24: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Berbagai macam perilaku birokrasi pemerintahan yang dapat timbul akibat

dari perbedaan karakteristik dan fungsi actor birokrasi, dengan penekanan

pada perilaku administrative, Bryant dan White (1980:106) 24 membagi tiga

model pendekatan pokok dalam menjelaskan perilaku yang terkait dengan

analisis organisasi, yaitu model rasional, model social-psikologis, dan

model pembangunan hubungan manusiawi.

1. Model Rasional

Model rasional memusatkan perhatian pada individu anggota dan

tujuan-tujuannya. Gagasan utamanya adalah bahwa orang mengejar

tujuan-tujuannya. Gagasan utamanya adalah bahwa orang mengejar

tujuan-tujuan dan kepentingan masing-masing. Birokrat yang bersifat

rasional dan sekaligus memiliki pamrih pribadi, ia tidak akan secara

otomatis rela mengabdi pada tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu,

organisasi harus mengembangkan struktur-struktur dan insentif-

insentif yang menyalurkan kepentingannya sehingga selaras dengan

kepentingan organisasi.

2. Model Sosial-Psikologis

Perilaku manusia dalam organisasi pada dasarnya dipengaruhi oleh

lingkungan eksternal. Sebagaimana Raymond E. Miles (1975) dalam

Gomes, (2003:26)25, sebagaimana tergambar pada gambar 7 dibawah

ini:

_____________________________

24,25Bryant dan White .1980 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, halaman 38-39

Page 25: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Perilaku birokrasi pemerintahan dalam model ini dimaknai oleh Apter 26

(tanpa tahun) yang ditulis Supriatna (1997:105) dalam Ahmad,

Jamaluddin (2011:40) bahwa harus mengakomodasi, menyalurkan

dan memperjuangkan kepentingan rakyat melalui berbagai kebijakan-

kebijakan yang tetap bertopang pada nilai-nilai budaya bangsa,

sehingga perilaku birokrasi, sesuai dengan budaya dan kepentingan

umum (abdi public) bersifat integral.

3. Model Pembangunan Hubungan Manusia

Penekanan pada model ketiga ini adalah kemungkinan-kemungkinan

para anggota suatu birokrasi mengembangkan potensi mereka. Selain

mempertanyakan bagaimana sesungguhnya seluk beluk perasaan dan

perilaku seseorang. Demikian pula bagaimanakah kiranya orang akan

berperilaku jika organisasinya diubah. Individu menanggapi

pekerjaannya sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya sendiri;

jika organisasi dirancang agar dapat mengindahkan kebutuhan-

kebutuhan itu, hal ini akan memaksimalkan sumbangan para anggota

serta memancing potensi baru mereka. Perbedaan utama pandangan

ini dengan model rasional ialah pada cara memandang dan

mendefinisikan kebutuhan.

Hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1997) 27 dalam

Robbins & Judge (2008:223) dijadikan sebagai sandaran dalam

memahami kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut terdiri atas

kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social,

kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan akan pemenuhan diri atau

aktualisasi diri.

_____________________________

26Apter.(tanpa tahun).ditulis oleh Supriatna.1997. dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan

Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, halaman 38-44 27AMaslow.1997 ditulis Robins & Judge. 2008 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, halaman 41

Page 26: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Kebutuhan-kebutuhan tersebut berbentuk hirarki, artinya kebutuhan

fisiologis (orang perlu makan dan tidur serta tempat bernaung) yang

harus dipenuhi dulu sebagai kebutuhan pertama sebelum memenuhi

kebutuhan yang lain. Sedangkan kebutuhan akan pemenuhan diri atau

kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi

tingkatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamaluddin. 2011. “Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan”.

Makassar: Badan penerbit Universitas Negeri Makassar.

Albrow, M., 2007, Birokrasi (Terjemahan), (cetakan keempat) Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Apter.(tanpa tahun).ditulis oleh Supriatna.1997. dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan

Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Bryant dan White .1980 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan

Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Brown ditulis oleh Agus.2006 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas

Negeri Makassar

C.H, Cooley.1902. Human Nature and the social Order, New York dalam Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng

dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Rappang Sulawesi selatan. Stisip Muhammadiyah Rappang.

Denhardt &Denhardt. 2006 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan

Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Duncan. 1981 yang ditulis oleh Thoha. 2009 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan

Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Page 27: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Frazer ditulis oleh Morris. 2003. dalam Farmalinda, Erlina 2012. Komunitas Towani Tolotang di Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang.

Makassar:Universitas hasanuddin.

Hasse J. 2010. ”Kebijakan Negara terhadap Agama Lokal ‘Towani Tolotang’ di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan”, dalam Junal Studi

Pemerintahan Vol. 1 Nomor 1 Agustus. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Inu Kencana. 2006 dalam Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita,

Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Rappang Sulawesi selatan. Stisip Muhammadiyah Rappang.

Koentjaraningrat.1972 dalam Farmalinda, Erlina. 2012. KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG.

Makassar. Universitas hasanuddin.

Martin Albrow. (tanpa tahun) ditulis oleh Thoha.2009. dalam Ahmad, Jamaluddin.

2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Maslow.1997 ditulis oleh Robbins & Judge. 2008 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011

Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Mattulada.1998 dalam Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita,

Kecamatan Tellu LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Rappang Sulawesi selatan. Stisip Muhammadiyah Rappang.

Max Weber (tanpa tahun) ditulis oleh Thoha.2009. dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan

Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Moleong, J.Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung. PT. Remaja Rosda karya.

Morris. 2003 dalam Farmalinda, Erlina 2012. Komunitas Towani Tolotang di Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang. Makassar:Universitas

hasanuddin.

Raymond E. Miles.1975 ditulis oleh Gomes. 2003 dalam Ahmad, Jamaluddin. 2011 Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan. Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Page 28: Identifikasi perilaku beragama towani tolotang

Syahruddin, Emilia.2012. Peranan Kepemimpinan Tolotang Benteng dalam Pemerintahan Yang Baik di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu

LimpoE, Kabupaten Sidenreng Rappang. Rappang Sulawesi selatan. Stisip Muhammadiyah Rappang.

Poerwadarmita ditulis oleh Dalle.1982 dalam Farmalinda, Erlina. 2012.

KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG DI AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Makassar. Universitas hasanuddin.

Qoyim, Ibnu. 2004. “Agama dan Pandangan Hidup Masyarakat Towani Tolotang” dalam Ibnu Qoyim (ed.). Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian

tentang Masyarakat Penganut Religi Tolotang dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme, dan Agama Jawa Sunda. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan

Kebudayaan (PMB-LIPI)

Skinner ditulis oleh Mudzhar. 2002. dalam Farmalinda, Erlina 2012. Komunitas Towani Tolotang di Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang. Makassar:Universitas hasanuddin.

Undang-undang Dasar 1945

Keputusan Dirjen Bimas Hindu Bali/Budha No. 2/1966