universitas prof.dr.moestopo (beragama) …

142
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI STRATEGI HUMAS POLISI DAERAH METRO JAKARTA RAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR PERIODE TAHUN 2016 2017 Diajukan Oleh : Nama : Muhamad Arief Fadilah Nim : 2012 - 41 - 322 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta 2018

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

STRATEGI HUMAS POLISI DAERAH METRO JAKARTA RAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN

SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR PERIODE TAHUN 2016 – 2017

Diajukan Oleh :

Nama : Muhamad Arief Fadilah

Nim : 2012 - 41 - 322

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

Jakarta 2018

Page 2: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhamad Arief Fadilah

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 11 Desember 1994

Alamat : Jl. KS. Tubun III No.1, RT.12/06 Asrama Brimob

Slipi, Jakarta Barat 11410

Telepon/ HP : 085711121994

Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)

NIM : 2012 – 41 – 322

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :

Judul : Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya

dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan

Liar Periode Tahun 2016 – 2017

Pembimbing I : Dr. Amin Saragih Manihuruk, MS

Pembimbing II : Drs. Sunu Budiharjo

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya buat

merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan Duplikasi dan Skripsi orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan

apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup

untuk dikenakan sanksi akademis sesuai peraturan yang berlaku di FIKOM

UPDM (B).

Jakarta, Januari 2018

Yang menyatakan

Muhamad Arief Fadilah

Page 3: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi,

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta. Skripsi yang berjudul

“Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam

Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 –

2017”.

Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai strategi Humas

Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih

Punggutan Liar. Hal tersebut dilatarbelakangi banyak pungutan liar yang

dilakukan oleh segelintir oknum. Untuk itu sebagai upaya pencegahan

terhadap tindakan pungutan liar (pungli) maka dikeluarkan Keppres No 87

Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

Page 4: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan, kelancaran,

kesabaran, dan segala kekuatan yang diberikan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orang tuaku (Drs. Slamet Budihardjo) dan (Sri Budi Astuti) yang

telah memberikan kasih sayang, doa serta motivasi kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof Dr. Rudy Harjanto, S.Ikom., MM., M.Sn. Rektor Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama).

3. Dr. Prasetyo Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

4. Dr. Wahyudi M. Pratopo, M.Si. Kepala Program (Kaprodi) Fakultas

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

5. Dr. Amin Saragih Manihuruk MS. Dosen Pembimbing I dan Drs. Sunu

Budiharjo Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu, arahan,

nasehat serta koreksi-koreksi selama peneliti melakukan bimbingan.

6. Drs. M. Muminto Arief, M.Ikom Ketua Jurusan Humas Universitas Prof.

Dr. Moestopo (Beragama).

7. Seluruh dosen dan para staff Universitas Prof. Dr.Moestopo (Beragama),

yang selalu memberikan masukan yang sangat berguna dalam

bimbingan informalnya selama menulis penelitian ini.

Page 5: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

8. Terima kasih penulis sampaikan kepada Polda Metro Jaya terutama

kepada Komisaris Besar Polisi Alfed, Ajun Komisaris Besar Polisi

Rukmiati yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi

wawancara sebagai informan.

9. Terima kasih kepada Rurin Rulianti Jurnalis Kompas TV yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk diwawancarai dan Septi

mahasiswi Universitas Bina Nusantara.

10. Kakakku : Aria Sanjaya, Agus Milwanto, Astri Agustiani dan Ardhie

Demastyo yang terus mendukungku selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

11. Firda Safitri yang telah mendukung selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

12. Eka Putra Syahreza yang memotivasi penulis selama menyelesaikan

skripsi ini.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan

kemudahan, kelancaran serta berbagai hal sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuan

yang diberikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

Page 6: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

ABSTRACT .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................... 1

1.2 Fokus Penelitian .................................................................. 12

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 12

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 13

1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................ 13

1. Kegunaan Teoretis ............................................................ 13

2. Kegunaan Praktis ............................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN

TEORI ......................................................................................... 15

2.1 Tinjauan Pustaka – Penelitian Sejenis Terdahulu ................ 15

2.2 Komunikasi ........................................................................... 23

2.2.1 Hakekat Komunikasi ...................................................... 23

2.2.2 Komponen Komunikasi ................................................ 24

2.2.3 Konsep Dasar Komunikasi ........................................... 27

2.3 Public Relations ..................................................................... 28

2.3.1 Hakekat Public Relations .............................................28

2.3.2 Peran Public Relations ................................................29

2.3.3 Fungsi Public Relations ...............................................31

2.3.4 Ruang Lingkup Humas ................................................. 33

2.3.5 Tugas Humas ................................................................ 34

2.3.6 Tujuan Public Relations ................................................ 36

2.3.7 Khalayak Public Relations ................................................... 36

Page 7: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.4 Teori Khusus ........................................................................ 39

2.4.1 Strategi Public Relations ............................................. 39

2.5 Sosialisasi ............................................................................ 45

2.5.1 Arti Penting Sosialisasi ................................................ 46

2.5.2 Sosialisasi Sebagai Aktivitas Dua Pihak ...................... 47

2.5.3 Aktivitas Melaksanakan Sosialisasi ............................. 47

2.5.4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian ................. 48

2.5.5 Proses Internalisasi ..................................................... 49

2.5.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi ............. 49

2.5.7 Media Sosialisasi ......................................................... 50

2.6 Humas dan Sosialisasi .......................................................... 52

2.6.1 Pengertian Peran ........................................................ 52

2.6.2 Peran Humas dalam Sosialisasi .................................. 53

2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 57

3.1 Paradigma Penelitian ............................................................ 57

3.2 Metode Penelitian ............................................................... 61

3.3 Objek dan Subjek Penelitian ............................................... 62

3.4 Sumber Data dalam Penelitian ............................................63

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................63

3.6 Teknik Pengolahan Data ......................................................64

3.7 Triangulasi .......................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 67

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................... 67

4.1.1 Sekilas tentang Polda Metro Jaya .............................67

4.1.2 Visi, Misi dan Sasaran Perioritas Polda Metro Jaya .. 70

4.1.3 Struktur Organisasi Polda Metro Jaya ........................ 74

4.1.4 Bidang Humas Polda Metro Jaya ................................ 74

4.1.5 Job Description Divisi Profesi dan Pengamanan

Polri ............................................................................76

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ............................................................. 82

Page 8: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 83

4.3.1 Penelitian Pendahuluan (Research Formative) ..............84

4.3.2 Strategy ........................................................................ 89

4.3.3 Pembentukan Citra Positif Institusi Kepolisian melalui

Pelaksanaan Program Sosialisasi Pencegahan

Tindakan Pungli di Lingkungan Polda Metro Jaya .........102

4.3.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam

dalam Pelaksanaan Sosialisasi Pencegahan Tindak

Pungli di Lingkungan Polda Metro Jaya sebagi Upaya

Meningkatkan Citra Polisi ..............................................104

4.3.5 Evaluating ................................................................................. 108

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................110

4.4.1 Research Formative (Penelitian Pendahuluan) .............111

4.4.2 Strategy .........................................................................113

4.4.3 Taktik ............................................................................115

4.4.4 Evaluating .....................................................................117

4.4.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Program Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak

Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda Metro Jaya

Dalam Upaya Meningkatkan Cipta Kepolisian ...............119

BAB V PENUTUP .....................................................................................126

5.1 Simpulan ................................................................................126

5.2 Saran .....................................................................................130

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Transkrip Wawancara

2. Foto Peneliti dengan Informan

3. Surat Keterangan Penelitian

Page 10: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI

ABSTRAK

Nama : Muhamad Arief Fadilah Nim : 2012 – 41 – 322 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Judul Skripsi : Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya

dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 – 2017

Jumlah Halaman : 5 Bab + 131 halaman Bibliografi : 37 Buku + 1 Kamus + 1 Jurnal + 2 Sumber lain + x Pembimbing : Dr. Amin Saragih Manihuruk,MS Drs. Sunu Budiharjo

Penelitian ini mengambil judul Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 – 2017. Polri sebagai aparatur penegak hukum memiliki tanggungjawab sosial secara moral dalam melakukan tugas dan fungsinya, serta mampu memberikan keteladanan kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu bukti kinerja polri dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan serta ketertiban masyarakat melalui sosialisasi program Saber Pungli (Sapu Bersih Pungutan Liar). Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017, 2) untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017 dan yang terakhir 3) untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017.

Penelitian ini menggunakan teori Strategi Public Relations dan Nine

Steps. Sedangkan paradigma yang digunakan adalah Konstruktivisme.

Obyek penelitian dilakukan oleh Polisi Daerah Jakarta Raya. Jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Untuk teknik pengumpulan data yaitu melakukan wawancara mendalam (depth interview), dimana wawancara tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya serta dapat dipertanggung jawabkan. Maka peneliti melakukan wawancara dengan key informan dan informan. Kemudian data yang dikumpulkan dianalisis dan diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran mengenai

Page 11: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

variabel yang diamati, melalui data display, data conclusion drawing dan data verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya melakukan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar dalam rangka meminimalisasi perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian yang melakukan pungutan liar, maka Sub Bidang Humas membentuk Tim Pokja Saber Pungli Polda Metro Jaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif di internal Kepolisian.

Kata Kunci : Strategi, Sosialisasi,

Page 12: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejak terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sebagai presiden

dan wakil presiden, pada Tahun 2014 adalah merupakan mekanisme

pergantian kepemimpinan setiap lima tahunan yang berlaku dalam

pemerintahan Republik Indonesia. Diawal tahun kepemimpinan Joko

Widodo dan Jusuf Kalla, banyak pihak yang meragukan keberhasilan

dalam menjalankan roda pemerintahan lima tahun kedepan dengan

berbagai alasan, sehingga kepemimpinan kerap menuai kritik, utamanya

dari lawan politik.

Fungsi pemerintah adalah memberikan berbagai pelayanan

kepada warga masyarakat diseluruh wilayah hukum Republik Indonesia.

setiap bentuk pelayanan kepada warga masyarakat adalah sebagai

suatu kebijakan yang dilengkapi dengan perangkat aturan. Dalam

pengamatan presiden Joko Widodo Indonesia memiliki banyak kebijakan

tetapi aturan yang diterapkan tidak sistimatis dan rumit. sehingga dapat

memunculkan spekulasi dalam pelayanan publik. Oleh karena presiden

berupaya menyederhanakan kebijakan dengan rantai birokrasi yang

pendek dan transparan..Presiden menganggap rantai birokrasi

pelayanan publik yang panjang dan rumit. akan memberi ruang kepada

aparatur pemerintah sipil Negara untuk melakukan tindakan Pungli

(pungutan liar). Untuk presiden memerintahkan kepada kabinetnya

Page 13: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

untuk melakukan revisi kebijakan utamanya yang menyangkut perizinan

dibidang investasi.

Untuk membatasi ruang gerak dari tindakan Pungli, setelah

pemerintah berjalan dua tahun, Joko Widodo selbagai presiden

mengeluarkan Keppres tentang Sapu Bersih Pungutan Liar. Kebijakan

ini dipimpin langsung Presiden dengan dibantu Kepolisian; Kementerian

Hukum dan Ham; dan Kejaksaan Agung. Kebijakan ini dikenal dengan

Keppres No 87 Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar(Saber

Pungli) di seluruh jajaran kabinet pemerintah Jokowi-Jk.

Kebijakan inipun telah mendapatkan apresiasi dan perhatian

warga masyarakat dan mendukung gerakan bersih bersih, tetapi disisi

lain memunculkan kontra dikalangan masyarakat. Padahal yang

melakukan tindak korupsi adalah pejabat – pejabat yang punya

kedudukkan tinggi. Sementara pelaku Pungli dilakukan oleh kalangan

bawah kecil-kecilan saja, Presiden Jokowi, sangat perhatian terhadap

tugas pokok dan fungsi pemerintahan adalah sebagai pelayan warga

masyarakat tanpa pengecualian. Artinya pelayanan dilaksanakan sesuai

standar operasional prosedur (SOP), cepat tepat, efektif dan efisien.dan

akuntabel.

Untuk mengikis habis tindak Pungli di dalam pemerintahan Joko

Widodo, maka setiap kementerian dihimbau untuk terus

mesosialisasikan dan melaksanakan Keppres tersebut, karena pada

kenyataan perilaku aparatur sipil pemerintah dibagian perijinan, baik

secara sendiri maupun berkelompok aktif melakukan tindak pungutan

liar.

Page 14: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Seperti dalam pengurusan surat ijin usaha (SIUP). Untuk

mendapatkan sebuah ijin usaha (SIUP) ini, rantai birokrasi yang harus

dilalui panjang dan berbeli belit. Ini kenyataan yang terjadi pemerintah

sebagai pelayanan publik di Indoensia, sehingga dibutuhkan waktu yang

relative lama, dan dampaknya adalah pembekakan pada biaya yang

harus dikeluarkan, kenakan tarif tidak sesuai dengan ketentuan yang

ada. Dan ini mengakibatkan terjadi perlambatan pertumbuhan

perekonomian nasional.

Kenyataan inipula yang menjadi perhatian serius pemerintah

dibawah kepemimpinan presiden Joko Widodo, untuk melakukan

pemberantasan pungutan liar diberbagai institusi pemerintahan, Saber

pungli ini sebagai tindakan pemerintah dalam upaya pencegahan tindak

pidana korupsi, dan apabila ada indikasi kearah itu maka langkah yang

diambil presiden adalah melakukan pergantian pimpinan antar waktu

didalam kabinet kerjanya. Karena itu pula presiden senantiasa

mengingatkan dan mengajak kepada seluruh masyarakat, untuk

mengawasi bahwa Indonesia sebagai Negara besar membutuhkan

pemimpin - pemimpin bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme)

Presiden untuk mewujudkan program Sapu Bersih Pungutan Liar

langkah awal yang dilakukan adalah menggandeng Institusi Kepolisian.

Karena Kepolisian adalah kerap menjadi perhatian masyarakat dari

waktu ke waktu, dari tindak pungutan liar dilakukan oleh oknum

Kepolisian. Padahal Kepolisian telah memiliki doktrin dan memegang

teguh sapta marga prajurit, seyogyanya memahami doktrin Tribrata,

Page 15: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

salah satunya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pelayanan kepolisian kepada masyarakat sebagai bagian fungsi

pelayanan masyarakat, baik pelayanan pisik maupun administrasi.

Pelayanan pisik seperti keamanan yang menyangkut orang dan barang,

sedangkan dipelayanan administrasi yaitu yang berkaitan dengan surat

keterangan atau dokumen dokumen kendaraan bermotor dan

berkendaraan roda dua dan lebih.

Adapun cara yang dilakukan oleh kepolisian, yaitu dengan

memainkan rantai birokrasi yang panjang dengan waktu yang relative

lama, kenyataan inipula yang dapat muncul terjadinya transaksional

antara pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan yang

menginginkan proses lebih cepat. Karena itu jajaran kepolisian melalui

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), telah menerima dan

untuk menjalankan Keppres Saber Pungli, turut membantu presiden

untuk mewujudkan jalannya pemerintahan yang bersih (good

governance). Maka hanya pemerintahan yang bersih tujuan

pembangunan nasional akan tercapai dalam sebuah Negara yang

memiliki kewibawaan.

Disisi lain untuk tercapainya tujuan pelaksanaan Keppres

tersebut, dilingkungan wilayah hukum Kepolisian Daerah Jakarta Raya

(Polda Metro Jakarta). Kepres Saber Pungli inipun lebih awal

disosialisasikan internal Kepolisian secara luas oleh Humas Polda Metro

Jakarta, Sosialisasi didefinisikan sebagai suatu proses dimana anggota

Page 16: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai

masyarakat di mana dia menjadi anggota Soekanto (2009:59),

sedangkan sosialisasi untuk lingkungan eksternal Kepolisian dilakukan

bekerjasama dengan media massa. Media massa menurut Nurudin

(2011:9) adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan

pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan

heterogen. Sedangkan pengertian Humas (public relations) menurut

Grunig & Hunt dalam Kriyantono (2008:6) adalah manajemen

komunikasi antara organisasi dengan publiknya.

Adapun sosialisasi yang dilakukan Humas Markas Besar

Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai upaya pelaksanaan

operasionalisasi Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) di

lingkungan Kepolisian dengan projek pilot yaitu Kepolisian Daerah

Jakarta Raya (Polda Metro Jakarta), Langkah ini dilakukan sebagai

upaya pencegahan tindakan pungutan liar (Pungli) dilingkungan internal

kepolisian, dan dilakukan dengan memanfaatan perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi yaitu dengan memanfaatkan aplikasi berbasis

Android.

Aplikasi berbasis android inilah yang digunakan sebagai Sistem

Aplikasi Informasi Aplikasi Polda Metro Jakarta (SIAP PMJ). Melalui

sistem ini masyarakat dapat membuat pelaporan langsung ke Bagian

Operasi Propam. Dengan disertai barang bukti disampaikan langsung

Page 17: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

bagian tindakan hukum apartur kepolisian (Propam) di Polda Metro

Jakarta

Program ini sejak awal diberlakukan, hingga kini terus di

sosialisasikan oleh Humas dan di dukung oleh Propam (bagian operasi

penindakan) Polda Metro Jakarta. Sosialisasi ini dilakukan di 5 (lima)

wilayah hukum Polda Metro Jakarta yaitu Polisi Resort (Polres) Jakarta

Pusat, Jakarta Selatan. Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Kota

Kepulauan Seribu.

Kepada masyarakat yang merasa di dirugikan baik secara

material maupun finsial oleh oknum aparatur kepolisian, dihimbau untuk

segera melaporkan tindakan pungutan liar (pungli) disertai kesaksian dan

barang bukti, karena tindakan ini telah menjadi tujuan untuk memperkaya

diri, tetapi telah merusak citra institusi kepolisian, karena perilaku itu

bisa dilakukan secara sadar oleh oknum polisi yang melakukan pungutan

liar. Dari data yang diperoleh peneliti berdasarkan data humas polisi

daerah metro Jakarta raya sebagai berikut :

1. Pengaduan masyarakat ditahun 2016 : 1.441 kasus dan ditahun 2017

: 1.239 kasus dan trend ( -14,02% )

a. Bid propam ditahun 2016: 677 kasus dan ditahun 2017 :708 kasus

dan trend ( + 4,58%)

b. Itwasda ditahun 2016 : 700 kasus dan ditahun 2017 : 531 kasus

dan trend ( -24,14% )

2. Garplin, kepp dan tindak pidana ditahun 2016 : 955 orang dan ditahun

2017 : 517 orang dan trend ( -48,04% )

Page 18: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

a. Pelanggaran disiplin ditahun 2016 : 706 orang dan ditahun 2017 :

244 orang dan trend ( -65,43% )

b. Kode etik profesi polri ditahun 2016 : 263 orang dan ditahun 2017 :

230 orang dan trend ( -12,54% )

c. Tindak pidana ditahun 2016 : 26 orang dan ditahun 2017 : 43 orang

dan trend ( +65,38% )

3. Keputusan hukuman ditahun 2016 : 463 orang dan ditahun 2017 : 325

orang dan trend ( -29,80% )

a. PTDH ditahun 2016 : 36 orang dan ditahun 2017 : 43 orang dan

trend ( +19,44% )

b. Teguran ditahun 2016 : 72 orang dan ditahun 2017 : 45 orang dan

trend ( -37,5% )

c. Tunda UKP ditahun 2016 : 56 orang dan ditahun 2017 : 55 orang

dan trend ( -1,78% )

d. Penahanan ditahun 2016 : 164 orang dan ditahun 2017 : 72 orang

dan trend ( -56,09% )

e. Mutasi ditahun 2016 : 84 orang dan ditahunn 2017 : 25 orang dan

trend -70,23% )

f. Minta maaf ditahun 2016 : 32 orang dan ditahun 2017 : 38 orang

dan trend ( +18,75% )

g. Tunda pendidikan ditahun 2016 : 19 orang dan ditahun 2017 : 47

orang dan trend ( +147,36% )

Page 19: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4. Rehabilitas ditahun 2016 : 39 orang dan ditahun 2017 : 92 orang dan

trend ( +135,8% )

a. Surat keterangan tidak terbukti ( SKTT ) ditahun 2016 : 10 orang

dan ditahun 2017 : 82 orang dan trend ( +720% )

b. Surat keterangan tidak bersalah ( SKTB ) ditahun 2016 : 29 orang

dan ditahun 2017 : 10 orang dan trend ( -65,52% )

Sekalipun Keppres Saber Pungli ini telah didiskusikan dan

dibicaran di forum kepolisian hingga di sosialisasikan dengan melibatkan

media massa publik, pada kenyataan ini tidak menyurutkan oknum

polisi melakukan pemerasan (meminta secara paksa sejumlah uang

kepada warga masyarakat yang tersangkut masalah hukum) dan

terjaring operasi tangkap tangan (OTT) peristiwa ini peneliti kutip di dari

pernyataan Kabag Humas Polda Metro Jakarta Kombes Awi Setiawan

bahwa aparat penegak hukum kepolisian di Jakarta Barat peristiwa

inipun telah dipublikasikan di media massa.(Sumber : Humas Polda

Metro Jakarta 2016).

Ironis Keppres ini pertama kali di berlakukan, Presiden bersama

institusi Kepolisian (Kapolri), Kejaksaan Agung (Jaksa Muda Pidum) dan

Kementerian Hukum dan Ham, pertama kali menerapkan kebijakan

―Saber Pungli‖ ketika Operasi Mendadak (Sidak) telah terjadi operasi

tangkap tangan (OTT) terhadap Dirjen Perhubungan Darat (Hubdar)

Kementerian Perhubungan di lapangan.

Page 20: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Kenyataan ini menunjukan bahwa jajaran Polri belum

mencerminkan aparatur penegak hokum yang perhatian terhadap

pemberantasan pungutan liar (Pungli), padahal tugas uatama Polri

adalah menindak tindak kejahatan pungli. Untuk itulah Presiden Joko

Widodo berpesan kepada setiap unsur pimpinan hendaknya memiliki

integritas, memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai

negarawan.

Polri Sebagai aparatur penegak hukum memilki tanggungjawab

sosial secara moral didalam melakukan tugas dan fungsinya, maka

semestinya mampu memberikan keteladanan, selain memiliki reputasi

yang baik, menunjukkan kinerja yang diakui publik. Oleh sebab itu pula,

jauh sebelum diterbitkannya Keppres Saber Publi, pemerintah telah pula

mengeluarkan Undang Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (UUKIP) di era pemerintahan presiden SBY. UU ini

sebagai produk hukum yang mengusung prinsip transparansi dalam

penyelenggaraan pemerintahan sebagai pelayanan masyarakat. UU ini

diberlakukan untuk seluruh badan publik sehingga menjadi lebih

transparansi, bertanggung-jawab di dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

Penilaian dan sorotan tajam terhadap pelaksanaan tugas Polri

terus dilakukan masyarakat, seiring dengan diberlakukannya UU KIP,

terhadap institusi kepolisian tidak saja dilakukan oleh media massa tetapi

juga pengawasan melalui media sosial sebagai kepanjangan tangan

Page 21: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

masyarakat. Karena oknum personel polisi, memungkinkan

penyalahgunaan wewenang dan jabatan, sehingga mengarah kepada

tindak korupsi, tindak kekerasan dan pidana serta pelanggaran terhadap

hak asasi manusia,semua ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan

masyarakat kepada polisi.

Keberadaan media masa, baik media cetak, elektronik, maupun

media online sebagai penyaji informasi super cepat kepada masyarakat

sekaligus keikutsertaannya dalam pembentukan opini publik yang tentu

memegang peran dalam langkah membangun pencitraan Polri. Untuk

mewujudkan dan merealisasikan Polri yang bersih dari pungli, maka

setiap jajaran Polri mulai dari Markas Besar, Polda, Polres hingga Polsek

untuk melaksanakan Keppres Saber Pungli. Dan yang mejadi pilot projek

dalam penerapan dan melaksanakan Keppres tersebut adalah institusi

kepolisian.

Sehubungan dengan pelaksanaan Kebijakan Keppres Saber

Pungli tersebut, peneliti sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan

Masyarakat (Humas) pada Fakultas Ilmu Komunikasi, tertarik untuk

melakukan kajian penelitian tentang aktivitas Humas Polda Metro Jaya.

dalam ―Sosialisasi Keppres Saber Pungli‖, di lingkungan Polisi Daerah

Jakarta Raya. (Polda Metro Jakarta Raya). Sebagai salah satu tugas

akhir yaitu dengan membuat karya ilmiah ―Skripsi‖.

Upaya Humas Polda Metro Jaya, perlu bekerja secara terus

menerus untuk mencari dan memberi informasi kepada masyarakat,

supaya Polda Metro Jaya sebagai intitusi kepolisian mendapatkan

Page 22: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

kepercayaan masyarakat dan tetap berjalan dengan terhormat. Tugas

tugas Kehumasan Polda Metro Jaya memegang peran yang sangat

penting sebagai saluran informsi antara institusi kepolisian dengan

publiknya.

Sebagai bahan telaahan peneliti mengamati Hubungan Tata Cara

Kerja (HTCK) dilingkungan Polri sesuai Keputusan Ka Polri No.

Kep/425/VII/ 2010. Humas Polda Metro Jaya ini merupakan unsur

pengawasan, dan pembantu Pimpinan yang berada dibawah Kapolda

yang dipimpian oleh Kabid Humas dan bertanggungjawab kepada

Kapolda, sedang pelaksanaan tugas sehari hari berada dibawah kendali

Wakapolda.

Kegiatan lain Humas Polda Metro Jaya dalam memberikan

Informasi kepada masyarakat melalui media massa berkaitan dengan

tugas pokok dan fungsi kepolisian, sehingga masyarakat memperoleh

informasi yang utuh. Untuk mewujudkan semua itu diperlukan

pendekatan seperti hubungan formal maupun informal sebagi upaya

membina hubungan baik dan harmonis antara Polda Metro Jaya dan

Pers. melalui pendekatan formal dan informal tersebut diharapkan pers

dapat memberi dampak positif kepada institusi kepolisian untuk

mendapatkan citra image positif.

Selain itu media massa publik dapat digunakan untuk

menyosialisasikan Saber Pungli (Sapu Bersih Punggutan Liar) Humas

perlu melakukan pendekatan pendekatan yang bersifat formal maupun

informal kepada media massa, sehingga dapat diinformasikan secara

Page 23: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

luas. Melalui kerjasama dan saling pengertian dengan media massa

dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Institusi Polri, maka

perlu dilakukan komunikasi dua arah dan timbal balik antara Humas

dengan media massa karena secara langsung maupun tidak langsung

media massa telah membantu kegiatan Humas Polda Metro Jaya.

Mengingat Humas Polda Metro Jaya memilki banyak kegiatan

internal sebagai bagian dari pelaksanaan program kerja baik untuk

jangka panjang maupun jangka pendek yang bersifat crash program.

Salah satu kegiatan yang telah di lounching sebagai program kerja 100

hari Kapolda Tahun 2015, sebagaimana tercantum dalam Surat Perintah

Kapolda Metro Jaya No. Sprint/760/V/2015 tertanggal 15 Mei 2015.

Tentang penanggungjawab Tim Satuan Tugas Pelaksana Sistim

Informasi Aplikasi Pelaporan – Polda Metro Jaya (Saber Pungli).

Dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti ketika melakukan

wawancara dengan Kepala Bagian Humas Polda Metro Jakarta Raya

Kombes Awi Setyono mengatakan bahwa :

“Pembuatan program Saber Pungli yang berbasis android ini, sesuai program prioritas Kapolri. point kedua yakni peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi masyarakat dengan berbasis teknologi informasi. Program ini kini di padukan dengan program pencegahan tindak pungutan liar yang berlaku di lingkungan Kepolisian Polda Metro Jaya.”

Program ini sebagai tindak pencegahan bagi anggota Polri

terhadap perilaku dan tindak pungutan liar (Pungli), dilingkungan Polri,

dan apabila terjadi, maka masyarakat bisa langsung memberikan laporan

atas tindak pemerasan atau gratifikasi tersebut, karena penyalahgunaan

Page 24: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

jabatan dan kewenangan dalam pelayanan publik yang diberikan

dilingkungan kepolisian.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian diatas, maka

peneliti memfokuskan penelitian pada kajian program kerja Humas Polda

Metro Jakarta Raya khususnya dalam menyosialisasikan Keppres No 87

Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Periode

Tahun 2016-2017.

1. 3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas,

masalah dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut

:Bagaimana Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam

Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-

2017?

1. 4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini, bertujuan :

1. Untuk mengetahui strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya

dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun

2016-2017?

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan Strategi

Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan

Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017?

Page 25: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan Strategi

Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan

Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017?

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan penelitian ini, mengandung 2

(dua) makna yaitu secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoretis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi

mahasiswa, khususnya dilingkungan Fakultas Ilmu Komunikasi

dengan bidang studi Hubungan Masyarakat tentang Peran Hubungan

Masyarakat dan sosialisasi. Diharapkan mahasiswa, memiliki

kesadaran bahwa konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan

memiliki nilai keilmuan yang mampu menuntun kehidupan akademik

kearah pendidikan yang benar dan lebih baik.

2. Kegunaan Praktis:

Maka kegunaan penelitian ini, adalah untuk memberikan

informasi baru kepada masyarakat luas tentang peran Hubungan

Masyarakat Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam

menyosialisasikan kebijakan untuk membangun kesadaran personil

dijajaran kepolisian khususnya di Polisi Daerah Metro Jakarta Raya

dan umumnya kelompok dalam masyarakat, ikut berpartisipasi

mendukung kebijakan pemerintah untuk menyosialisasikan Saber

Pungli secara berkelanjutan.

Page 26: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka – Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian 1

Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra

Perpajakan ; Zakki Mubarok - Nim. 06730029 , (2011) Strategi Public

Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan. Skripsi UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian ini berawal dari terbongkarnya makelar kasus yang

terjadi pada Direktorat Jenderal pajak mulai maret 2010 lalu, salah satu

oknum yang mengatasnamakan salah seorang perpajakan telah

mengelapkan uang pajak bernilai miliaran rupiah, akibat timbulnya kasus

ini Direktorat Jenderal Pajak mengalami degradasi citra dan kepercayaan

pada masyarakat, padahal sebelum kasus ini terjadi Direktorat Jenderal

Pajak telah memberikan suatu himbauan yang menarik dengan quot;hari

gini belum bayar pajak, apa kata dunia? quot;. Dari permasalahan

tersebut membuat penulis tertarik bagaimana upaya pemulihan citra

perpajakan pasca terkuaknya makelar kasus yang terjadi di instansi

perpajakan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif qualitatif, subyek

yang diteliti adalah dari Seksi Pelayanan, Penyuluhan, dan Humas

Direktorat Jenderal Pajak Kantor wilayah Sleman DI. Yogyakarta,

Page 27: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

paradigm penelitian : konstruktivis, sedangkan obyek yang akan dikaji

adalah bagaimana upaya yang dilakukan untuk memulihkan citra

perpajakan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan tiga aspek

yakni; Dokumentasi, interview dan observasi.

Direktorat Jenderal Pajak kantor wilayah sleman DI. Yogyakarta

adalah yang terbesar dari kantor pelayanan pajak yang ada di DI.

Yogyakarta, yang mana Direktorat Jenderal Pajak ini menaungi

beberapa KPP di wilayah Yogyakarta lainnya seperti Bantul, Kota

Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Sleman. Dalam kasus ini

Bidang Pelayanan, Penyuluhan dan Humas menjadi ujung tombak untuk

mengajak masyarakat agar membayar pajak nya. Oleh karena itu perlu

adanya upaya untuk menumbuhkan rasa sadar masyarakat tentang

perpajakan, hal yang telah dilakukan oleh instansi ini adalah dengan

menerapkan beberapa strategi seperti Tax Goes To School, Olimpiade

Perpajakan, serta penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan untuk

mengajak masyarakat memenuhi kewajiban membayar pajak demi

pembangunan negara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Strategi

generik untuk mengatasi krisis pencitraan. Strategi yang telah digunakan

yaitu mengatasi krisis adalah dengan menggunakan strategi adaptif

dimana dalam strategi ini harus dilaksanakan untuk menjawab semua

permasalahan yang terjadi.Strategi dan program-program yang dilakuan

oleh Seksi Pelayanan, penyuluhan dan Humas pada direktorat Jenderal

Pajak Kantor Wilayah DI.Yogyakarta yang berfokus pada pengenalan,

Page 28: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sosialisasi dan persuasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

perpajakan demi pembangunan negara. Program-program yang

dijalankan dalam rangka kampanye tersebut diimplementasikan dalam

dua kategori yang pertama program internal dan eksternal, yakni; In

House Training, Training On Trainer, Aksi Simpatik Kampanye,

Mengadakan Kegiatan Syawalan berupa kethoprak, Membuat Kompetisi

Perpajakan (Olimpiade Perpajakan) antar SMA, Kampanye quot;Tax

Goes To School quot;, Mendirikan Pojok Pajak, Melakukan Kerjasama

Dengan Radio quot;MQ FM quot;, Kegiatan Pendonoran Darah, Hari

Raya Qurban bersama Masyarakat, Ramadhan Orang Kantoran, dan

Aksi Sosial Peduli Merapi div

Penelitian 2

Strategi Humas pemerintah kota Bandung, dalam

mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori, Nailah Hanany,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Program Studi Hubungan Masyarakat

Universitas Islam Sunan Gunungjati.

Penelitian ini mengangkat sebuah program gebrakan Pemerintah

Kota Bandung di tahun 2013, yang menangani sebuah permasalahan

lingkungan dengan membuat lubang resapan biopori. Program yang

melibatkan seluruh masyarakat Kota Bandung ini dinamakan program

Gerakan Sejuta Biopori. Suksesnya gerakan ini ditentukan oleh

partisipasi masyarakat, oleh karena itu Pemerintah Kota Bandung

Page 29: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

membutuhkan dukungan seluruh elemen masyarakat. Kegiatan-kegiatan

sosialisasi pengenalan harus dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah harus melakukan sebuah langkah agar penyebaran

informasi dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Berdasarkan

pengetahuan peneliti di lapangan, yang melaksanakan kegiatan publikasi

dan sosialisasi adalah humas. Oleh karena itu humas selaku agent of

communications yang bertindak sebagai penyalur informasi pemerintah

dan masyarakat, menentukan langkah-langkah strategis untuk

menyosialisasikan program Gerakan Sejuta Biopori. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi humas dalam

menyosialisasikan Gerakan Sejuta Biopori kepada masyarakat Bandung

melalui facebook sebagai media komunikasi.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivism dengan

metode kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui

wawancara, observasi partisipan, studi dokumentasi, dan internet

browshing. Melalui teknik analisis data deskriptif kualitatif

menggambarkan uraian-uraian berdasarkan data Program Gerakan

Sejuta Biopori.Subyek penelitian ini yaitu Humas Diskominfo Pemerintah

Kota Bandung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh

sudah cukup baik, artinya, pesan mengenai Gerakan Sejuta Biopori

dapat diterima oleh masyarakat. Jika ditinjau dari segi komunikasi,

evaluasi humas adalah apresiasi dan respons masyarakat melalui

Page 30: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

postingan foto kegiatan membuat lubang biopori yang di upload ke

Fanpage Ridwan Kamil Untuk Bandung sebagai media sosialisasi yang

dipilih oleh Humas Pemerintah Kota Bandung. Peneliti menyarankan

agar humas lebih meningkatan kualitas SDM terutama mengenai

praktek-praktek humas pemerintahan yang ideal sehingga suatu saat

humas dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi

pemerintah.

Sebagai pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan

hubungan masyarakat pada khususnya, Humas Pemerintah Kota

Bandung lebih memperdalam pemahaman tidak hanya sebatas teori

tetapi juga praktek. Oleh karena situasi yang dihadapi dilapangan akan

sangat berbeda dengan teori-teori yang sudah dipelajari, hal tersebut

juga ditujukan pada para akademis lainnya.

Page 31: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Tabel 2.1,1

Matrik perbandingan penelitian

No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti

1. Judul Penelitian Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan

Strategi Humas pemerintah kota Bandung, dalam mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori,

Strategi Humas dalam menyosialisasikan Sapu bersih pungli

2. Tahun Tahun 2011 Tahun 2013 Tahun 2017

3. Peneliti Zakki Mubarok Nailah Hanany, M.Arief Fadilah

4. Lembaga UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta

Universitas Islam Sunan Gunungjati

Fikom UPDM(B) Jakarta

5. Tujuan Penelitian Upaya pemulihan citra perpajakan pasca terkuaknya makelar kasus yang terjadi di instansi perpajakan.

Penelitian ini mengangkat sebuah program gebrakan Pemerintah Kota Bandung di tahun 2013, yang menangani sebuah permasalahan lingkungan dengan membuat lubang resapan biopori

Untuk mengetahui Strategi Humas dalam menyosiali-sasikan sosialisasi Saber pungli

6. Teori yang digunakan

Social Interaction, Interpersonal Relations

Publikasi dan sosialisasi Teori Strategi publik relationsatau yang lebih dikenal dengan bauran Public Relations dan sosialisasi

Page 32: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti

7. Metode Penelitian Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif

Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif

Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif

8. Paradigm Penelitian Paradigma penelitian : konstruktivisme

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme

Paradigma penelitian kontrutivisme

9 Hasil Penelitian Hasil penelitian, Humas menjadi ujung tombak untuk mengajak masyarakat agar membayar pajak nya. Oleh karena itu perlu adanya. upaya untuk menumbuhkan rasa sadar masyarakat tentang perpajakan, hal yang telah dilakukan oleh instansi ini adalah dengan menerapkan beberapa strategi seperti Tax Goes To School, Olimpiade Perpajakan, serta penyu-luhan - penyuluhan

Hasil penelitian, pesan mengenai Gerakan Sejuta Biopori dapat diterima oleh masyarakat. Jika ditinjau dari segi komunikasi. apresiasi dan respons masyarakat melalui postingan foto kegiatan membuat lubang biopori yang di upload ke Fanpage Ridwan Kamil Untuk Bandung sebagai media sosialisasi yang dipilih oleh Humas Pemerintah Kota Bandung.

Page 33: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti

yang dilakukan untuk mengajak masyarakat memenuhi kewajiban membayar pajak demi pembangunan negara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Strategi generik untuk mengatasi krisis pencitraan.

Peneliti menyarankan agar humas lebih meningkatan kualitas SDM terutama mengenai praktek-praktek humas pemerintahan yang ideal sehingga suatu saat humas dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi pemerintah.

10. Persamaan dan perbedaan

Sama sama menggunakan penelitian kualitatif; paradigm konstruktivisme; dengan metode deskriptif kualitatif; teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi/.

Sedang perbedaannya ketiga penelitian meneliti, subjek dan objek,lokus, tempat, dan waktu penelitianyang berbeda.

Persamaan dan perbedaan

Page 34: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.2. Komunikasi

Istilah komunikasi telah banyak didefinisikan oleh pakar, akademisi,

dan praktisi. Setiap ahli memasukkan aspek-aspek terpenting dalam setiap

definisinya. Adanya beragam definisi komunikasi membuat penulis dapat

mengetahui lebih mendalam mengenai hakikat komunikasi, unsur, dan

prosesnya.

2.2.1 Hakekat Komunikasi

Menurut Effendy (2009:9) istilah komunikasi atau dalam bahasa

Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini

maksudnya adalah sama makna. Kesimpulannya adalah jika dua orang

terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka

komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna

mengenai pesan yang dipercakapkan diantara komonikator dan

komunikan.

Pengertian Komunikasi, menurut Benard Berelson dan Garry A.

Stainer dalam bukunya, Human Behavior yang dikutip dalam buku

Kampanye Public Relations (Ruslan, 2005: 17) mendenifisikan

komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan,

dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata,

gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses

penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.

Dari kedua definisi yang telah di kemukakan oleh dua pendapat

pakar, diatas, peneliti dapat simpulkan bahwa komunikasi adalah sebagai

Page 35: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

suatu proses penyampaian pesan dapat berupa lambang, kata, gambar

dari komunikator kepada komunikan atau komunikasi adalah proses

dalam bentuk interaksi antar manusia bertujuan untuk menyamakan

makna atau persepsi dan menimbulkan efek tertentu.

2.2.2 Komponen Komunikasi

Pakar komunikasi Harold D. Lasswell sebagaimana definisinya

dikutip Wiryanto (2004;17) ― Cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? Atau

Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Pengaruh Bagaimana?‖

Berdasarkan definisi Lasswell diatas dapat dijelaskan mengenai 5

unsur yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu :

a. Who Says (Sumber atau Komunikator) Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

b. What (Pesan) Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.

c. In Which Channel (Media atau Saluran) Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.

d. To Whom (Penerima atau khalayak) Penerima atau khalayak adalah orang yang menerima pesan dari sumber.

e. With What Effect (Efek)

Page 36: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan dan perubahan perilaku.

Walaupun beberapa ahli mendefinisikan arti komunikasi dengan

berbeda-beda, merujuk dari apa yang dikatakan oleh para ahli penulis

menyimpulkan secara garis besar definisi komunikasi adalah sebuah

proses penyampaian pesan atau informasi dari sumber kepada penerima

dapat dilakukan secara langsung secara bertatap muka tetapi juga dapat

dilakukan melalui media tertentu agar pesan tersampaikan, sehingga

mendapatkan efek tertentu.

Pendapat yang sama dikemukakan Arni Muhammad (2005:17)

dalam buku ―Komunikasi Organisasi‖ menjelaskan proses komunikasi

mempunyai 5 (lima) komponen dasar yaitu :

a. Pengirim Pesan

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim

pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari

otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu sebelum mengirim

pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan

dikirimkannya.

b. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si

penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun

nonverbal.Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti

buku, majalah, dan memo, sedangkan pesan yang secara lisan

dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui

telepon, dan sebagainya.Pesan nonverbal dapat berupa

isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

c. Saluran

Page 37: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Saluran atau biasa yang disebut channel adalah jalan yang

dilalui pesan dari si pengirim ke si penerima. Saluran dalam

komunikasi biasanya adalah gelombang cahaya dan suara

yang dapat kita lihat dan dengar, tetapi juga dapat melalui

media atau alat-alat lain, seperti buku, radio, alat indera.

d. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah individu atau orang yang menganalisis

dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.

e. Balikan atau Efek

Balikan atau efek adalah respon terhadap pesan yang diterima.

Jadi, bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim

diinterpertasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi

tersebut efektif.

Walaupun beberapa pakar komunikasi memberikan pengertian arti

komunikasi secara berbeda-beda, tetapi merujuk dari yang dikemukakan

para ahli peneliti menyimpulkan secara garis besar definisi komunikasi

adalah sebuah proses penyampaian pesan atau informasi dari sumber

kepada penerima dapat dilakukan secara langsung secara bertatap muka

tetapi juga dapat dilakukan melalui media tertentu agar pesan

tersampaikan, sehingga mendapatkan efek tertentu. Sebagaimana model

komunikasi yang kemukakan Harold Lasswell, dapat diaplikasikan

kedalam komunikasi sosialisasi yaitu dengan menjawab lima pertanyaan

yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi,

yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium (dalam

media apa), to whom (kepada siapa), dan what effect (apa efeknya).

Page 38: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.2.3 Konsep Dasar Komunikasi

Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K.

Sereno dan Edward M. Bodaken dalam Mulyana (2008: 67),

menyebutkan, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman komunikasi,

yaitu:

a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang/ lembaga kepada seseorang/ kelompok lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman komunikasi sebagai suatu proses satu arah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai ―definisi berorientasi sumber‖ (source-oriented definition).

b. Komunikasi sebagai interaksi Komunikasi dipahami sebagai proses aksi-reaksi, sebab-akibat, yang arahnya bergantian. Komunikasi interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Unsur penting dalam komunikasi interaksi adalah feedback (umpan balik).

c. Komunikasi sebagai transaksi Komunikasi dipahami sebagai kegiatan menafsirkan perilaku orang lain. Ada proses encoding dan decoding pesan verbal maupun nonverbal. Semakin banyak peserta komunikasi maka transaksi yang terjadi akan semakin rumit. Kelebihan konsep ini adalah komunikasi dipahami sebagai konsep yang tidak membatasi pada komunikasi yang disengaja saja. Pemahaman ini mirip dengan ―definisi berorientasi penerima‖ (receiver-oriented definition), yaitu menekankan pada variabel-variabel yang berbeda yaitu penerima dan makna pesan bagi penerima. Penerimaan pesan disini bersifat dua arah.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanan sosialisasi Humas Polda MetroJaya dapat melakukan

komunikasi baik secar linier, dilakukan secara interaktif dan dapat pula

dilakukan sebagai trnsaksi komunkasi.karena itu kebrhasilan sosialisasi

sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola model komunikasi yang

dapat digunakan untuk sosialisasi.

Page 39: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.3. Public Relations

2.3.1 Hakekat Public Relations

Pada setiap kesempatan setiap orang menginginkan memiliki

hubungan komunikasi dapat terjalin baik dan berlangsung lama. Untuk itu

antara komunikator dan komunikasn perlu membina hubungan

komunikasi dengan baik, karena diantara keduanya akan saling

mempengaruhi, sehingga tumbuh saling pengertian dan hal tersebut

sudah termasuk dalam kegiatan komunikasi public relation.

Pengertian Public Relations menurut Rex F. Harlow dalam (Nova,

2009:35) sebagai berikut :

―Fungsi manajemen yang khas yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi dan merespon pendapat umum, mendeifinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset serta komunikasi yang logis dan etis sebagai sarana utamanya.‖ Pendapat lain pengertian Public Relations dikemukakan Scott M,

Cutlip, Alen H. Center dan Glen M. Broom dalam Ardianto (2009 : 8),

bahwa ―Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-

sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur

dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan

melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan

pengakuan publik‖

Page 40: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Sedangkan Denny Griswold dalam Danandjaya, (2011:16), bahwa

―Public Relations adalah suatu fungsi manajemen yang menilai sikap

publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari seorang individu

atau sebuah lembaga atas dasar kepentingan publik, merencanakan, dan

menjalankan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan dapat

diterima dengan baik oleh publik‖

Dari ketiga pendapat yang dikemukakan pakar public relations

diatas dapat peneliti simpulkan bahwa Public Relations adalah suatu

kegiatan komunikasi yang mampu menunjang kegiatan manejemen dan

bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara organisasi dengan publik

dan organisasi lainnya. Public Relations membutuhkan perencanaan

yang matang dalam membuat dan menyusun program sebagai kegiatan

internal maupun eksternal public relations yang dilakukan secara

berkelanjutan dan menggunakan strategi untuk membina hubungan yang

baik antara organisasi dengan publik.

2.3.2 Peran Public Relations

Menurut Rosady Ruslan (2011 : 10), peran Public Relations pada

intinya memiliki peran yang berbeda seperti:

a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Dari uraian tersebut dijelaskan Public Relations berperan sebagai perwakilan perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan publik internal dan eksternal.

b. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.

Page 41: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Dalam hal ini Public Relations berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik dengan publik.

c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. Public Relations memiliki peranan sebagai pendukung organisasi yang selalu sigap dalam menjalankan tugas dari atasan/ perusahaan.

d. Membentuk corporate image, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dalam hal ini Public Relations berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan dimata publik.

Peran Public Relations dikemukakan Danandjaja (2011 : 65),

dalam organisasi memiliki berbagai kegiatan seperti :

a. Mempersiapkan temu pers. Public Relations bertugas mengatur dan mempersiapkan jadwal bertemu dengan awak media.

b. Menerbitkan laporan tahunan. Public Relations bertugas menerbitkan laporan tahunan anggaran yang terpakai.

c. Mempersiapkan wawancara pers. Public Relations bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam wawancara pers.

d. Menyusun dan merancang naskah pidato untuk pimpinan. Public Relations bertugas membuat naskah pidato yang sesuai dengan tema acara yang akan dipidatokan oleh atasan/ pimpinan.

e. Mempersiapkan presentasi bagi pimpinan puncak. Public Relations bertugas mempersiapkan keperluan presentasi seperti slide power point dan menyusun dengan baik kata-kata dalam slide.

f. Menerbitkan brosur atau company profile. Public Relations bertugas membagikan brosur ke sales dan kebagian House Keeping untuk dibagikan ke kamar-kamar tamu.

g. Mempersiapkan jamuan makan malam (charity dinner). Public Relations juga bertugas menyiapkan pemilihan menu yang akan disediakan dalam jamuan makan malam.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pakar diatas, maka

peneliti dapat simpulkan bahwa peran public relations dapat bertindak

Page 42: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sebagai komunikator mewakili organisasi, sebagai penghubung antara

perusahaan dengan publik melalui pendekatan komunikasi persuasive,

selain itu Public Relations merupakan alat organisasi berfungsi untuk

menyampaikan pesan untuk merubah perilaku dan persepsi publik, sesuai

tujuan manajemen melalui perencanaan untuk suatu kegiatan yang saing

menguntungkan keduabelah pihak.

2.3.3 Fungsi Public Relations

Pada bagian ini, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai

fungsi Public Relations (Hubungan Masyarakat) yang berguna bagi

penelitian ini, berikut pendapat para ahli mengenai fungsi Public Relations

(Humas).

Fungsi pokok Humas di dalam instansi pemerintah (Rosady

Ruslan, 2011:110) pada dasarnya sebagai berikut :

a. Program pembangunan, baik secara nasional maupun daerah

kepada masyarakat.

b. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam

upaya menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu

pihak dan menampung aspirasi atau opini publik (masyarakat),

serta memperhatikan keinginan-keinginan masyarakat dilain

pihak.

c. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang

kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan

program pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang.

Sedangkan menurut Edward L. Bernay dalam bukunya Public

Relations (1952, University of Oklahoma Press) selanjutnya dikutip

Page 43: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Rusalan (2010:18) dalam bukunya dengan judul, Manajemen Public

Relations dan Media Komunikasi, ada 3 fungsi utama Humas, yaitu

meliputi :

a. Memberikan penerangan kepada masyarakat.

b. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan

masyarakat secara langsung.

c. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu

badan/lembaga sesuai dengan skap danperbuatan masyarakat

atau sebaliknya.

Berdasarkan pendapat pakar Public Relations (Humas) diatas,

fungsi pokok Humas dalam kegiatan pemerintahan adalah sebagai upaya

pelaksanaan program pemerinyah, sebagai komunikator dalam

penaympaian pesan dan informasi, menciptakan iklim yang kondusif,

melakukan komunikasi persuasive menilai perilaku publik dan berupya

untuk mengintegrasikan siakap suatu badan sesuai dengan sikap dan

keinginan publik.

2.3.4 Ruang Lingkup Humas

Humas dalam menjalankan tugas dan fungsinya mempunya ruang

lingkup, dimana ruang lingkup tersebut menjadi acuan penting dalam

setiap kegiatan humas. Dalam buku Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat (Widjaja, 2010:57) dikatakan bahwa ruang lingkup humas

meliputi antara lain :

a. Pengumpulan dan pengolahan data

Pengumpulan dan pengumpulan data mempunyai tugas

mengumpulkan dan mengolah data untuk keperluan informasi

Page 44: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

bagi masyarakat dan lembaga serta informasi umpan balik dari

masyarakat.

b. Penerangan

Penerangan mempunyai tugas mempersiapkan pemberian

penerangan kepada masyarakat tentang kebijakan dan

pelaksanaan kegiatan lembaga melalui media massa.

c. Publikasi

Publikasi mempunyai tugas mengurus publikasi tentang

kebijakan dan pelaksanaan kegiatan lembaga.

Menurut buku Public Relations (Jefkins, 2004:20-21) Ruang

lingkup pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Membina Hubungan Kedalam (Public Internal)

Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang

menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu

sendiri dan mampu mengidentifikasi atau mengenali hal - hal

yang menimbulkan gambaran negatif didalam masyarakat,

sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.

b. Membina Hubungan Keluar (Public Eksternal)

Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum

(masyarakat).Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran

yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya.

Berdasarkan uraian penjelasan ruang lingkup diatas, maka Humas

Polda Metro Jaya dalam kaitannya dengan penelitian ini telah

menjalankan tugasnya sebagai Humas Kepolisian sesuai dengan ruang

lingkup yang telah dijelaskan diatas.Humas Polda Metro Jaya melakukan

pengumpulan dan pengolahan data-data yang berkaitan dengan

sosialisasi Saber Pungli kemudian melakukan penerangan kepada

masyarakat luas dengan melakukan kegiatan-kegiatan publikasi dan juga

membina hubungan baik dengan publik internal dan juga eksternal.

Page 45: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.3.5 Tugas Humas

Dalam menjalankan peranannya humas mempunyai tugas dan

kewajiban seperti yang dikatakan oleh Dimock dan Koening dalam buku

Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi (Rosady Ruslan, 2011:108)

sebagai berikut :

a. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada

masyarakat tentang pelayanan masyarakat (public services),

kebijaksanaan, serta tujuan yang akan dicapai oleh pihak

pemerintah dalam melaksanakan program kerja pembangunan

tersebut.

b. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta

mengajak masyarakat dalam partisipasinya untuk

melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang,

seperti sosial, ekonomi, hukum, politik, serta menjaga stabilitas

keamanan dan ketertiban nasional.

c. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta

pengabdian dari aparatur pemerintah bersangkutan perlu

dijaga atau dipertahankan dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya masing-masing secara konsisten serta

profesional.

Sedangkan menurut John D. Millet yang dikutip dalam buku Etika

Konsepsi dan Aplikasi (Rosady Ruslan, 2011:107-108) tugas dan

kewajiban utama humas adalah sebagai berikut :

a. Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan, dan aspirasi

yang terdapat dalam masyarakat (learning about public desires

and aspiration).

b. Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam

menanggapi apa yang sebaiknya dapat dilakukan

instansi/lembaga pemerintah sepeti yang dikehendaki oleh pihak

publiknya (advising the public about what is should desire).

c. Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan

memuaskan antara publik dengan para pejabat pemerintah

Page 46: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

(ensuring satisfictory contact between public and government

official).

d. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah

diupayakan oleh suatu lembaga/instansi pemerintah yang

bersangkutan (informing and about what agency is doing).

Tugas dan Kewajiban Humas sebagaimana telah dijelaskan diatas

dalam kaitannya dengan penelitian ini maka salah satu tugas Humas

adalah memberikan penerangan kepada publik secara terbuka dan jujur,

baik internal maupun eksternal melalui berbagai model komunikasi seperti

sosialisasi, kampanye selain itu tugas Humas adalah memberikan

nasehat atau saran kepada pimpinanan tentang kebijakan yang akan

diterapkan kepada publik internal /eksternal memperhatikan sikap dan

keinginan serta mengajak partisipasi masyarakat dalam menunjang

program yang sedang dijalankan.

2.3.7 Tujuan Public Relations

Pada bagian ini, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai

tujuan Public Relations yang berguna bagi penelitian. Berikut pendapat

para ahli mengenai tujuan Public Relations.

Menurut Rosady Ruslan (2006: 246), tujuan Public Relations

adalah sebagai berikut:

a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.

b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan.

c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations.

d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

e. Mendukung bauran pemasaran.

Page 47: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Pendapat lainnya dikemukakan Bertram R. Canfield dan Frazier

Moore (Danandjaja, 2011 : 44) dalam buku ―Public Relations, Principles

Cases and Problem‖, tujuan Public Relations yaitu:

a. Mengabdi kepada kepentingan publik. Public relations selalu siap mendengarkan dan melayani keinginan publik.

b. Menjaga atau memelihara komunikasi yang baik. Public Relations dapat melakukan komunikasi yang baik.

c. Menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik. Public Relations memiliki moral dan tingkah laku yang baik.

Danandjaja (2011 :22), mengemukakan bahwa Public Relations

berdasarkan kegiatannya, memiliki 2 (dua) tujuan yaitu :

a. Tujuan berdasarkan kegiatan internal, yaitu meliputi beberapa

hal, yaitu:

1) Membuat suatu penilaian terhadap sikap tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan yang sedang dijalankan.

2) Membuat analisa dan perbaikan terhadap suatu kebijaksanaan yang sedang dijalankan, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik.

3) Memberikan penerangan kepada publik karyawan mengenai suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada berbagai aktifitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik karyawan tetap mengetahuinya dengan baik.

4) Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan yang bersifat internal Public Relations dalam perusahaan tersebut.

b. Tujuan berdasarkan kegiatan eksternal, dimaksudkan untuk

mendapatkan dukungan publik. Dukungan publik memiliki

beberapa tujuan, yaitu:

1) Untuk memperluas pelanggan atau pemasaran. 2) Untuk mencari dan mengembangkan modal.

Page 48: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

3) Untuk memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi atau gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas.

4) Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas, agar mendapatkan opini publik yang positif.

Dari pendapat di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa Public

Relations bertujuan mengabdi kepada kepentingan publik, menjalin

komunikasi dua arah yang baik antara organisasi dengan publik, dan

menjaga moral serta tingkah laku, membangun persepsi publik positif

terhadap organisasi. sehingga Humas dapat mewujudkan misi organisasi,

sehingga tercipta kondisi lingkungan yang kondusif.

2.3.7 Khalayak Public Relations

Dalam Public Relations dikenal adanya public internal dan public

eksternal sehingga Public Relations organisasi perlu membagi tugasnya

masing-masing seperti public relations internal berfungsi untuk

menyediakan, membina dan membangun hubungan antara organisasi

dan karyawan melalui communication internal. Sedangkan Public

Relations eksternal lebih banyak melibatkan stakeholder dalam

komunikasinya. (Laksamana, 2010: 15).

Pada dasarnya, tugas Public Relations internal dan Public

Relations eksternal mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama,

namun mempunyai segmentasi, target audiens, serta media yang

berbeda.

Page 49: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Pendapat lain dikemukakan Soemirat dan Ardianto (Rahadhini,

2012: 12-13) mengkasifikasikan publik dalam Public Relations menjadi

beberapa kategori yaitu:

a. Publik internal dan publik eksternal. Publik internal merupakan publik yang berkaitan langsung di dalam perusahaan seperti supervisor, karyawan, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Sedangkan publik eksternal publik yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti pers, pemerintah, pendidik/ dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok.

b. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer adalah publik yang sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting, dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting.

c. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, sedangkan mahasiswa/ pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, pejabat pemerintah (madya) adalah publik masa depan.

d. Proponent, opponent, and uncommitted. Diantara publik terdapat kelompok atau pihak yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents), dan pihak yang tidak peduli (uncommitted).

e. Silent majority dan vocal majority. Jika dilihat dari aktifitas

publik dalam mengajukan keluhan atau dukungan pada

perusahaan, dapat dibedakan antara yang vocal (menyuarakan

pendapat, namun jumlahnya tidak banyak) dan yang silent

(tidak terdengar pendapatnya, namun mayoritas).

Dari pendapat pakar diatas, maka tujuan public relations dapat

diberikan kesimpulan bahwa public relations memilki sedikitnya 2 tujuan

yaitu tujuan internal dan tujuan ekstenal, tujuan internal yaitu dengan

membangun hubungan antara manajemen dengan anggota melalui

komunikasi dua arah, sebagai upaya mewujudkan visi organisasi sedang

tujuan eksternal yaitu untuk menciptakan dukungan dan pengangakuan

publik terhadapa keberadaan organisasi. Sehingga bila terjadi sesuatu

Page 50: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

dengan organisasi, publik akan memberikan pembelaan setidaknya dapat

mengantisipasi setiap rongrongan terhadap organisasi. dengan demikian

antara organisasi dengan publik telah menyatu, akan muncul rasa saling

memilki. selain itu public relations dapat bertindak sebagai penengah

untuk menumbuhkan saling pengertian diantara publik dan organisasi.

2.4 Teori Khusus

2.4.1 Strategi Public Relations

Sebuah strategi Public Relations adalah pendekatan menyeluruh

bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di

belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan

yang muncul dari analisis dan penelitian. (Butterick, 2012 :153)

J L Thompson dalam buku Strategi Public Relations yang

diterjemahkan Oliver (2007:2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk

mencapai sebuah hasil akhir: ―Hasil akhir menyangkut tujuan dan

sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan oraganisasi

dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas.Sementara itu,

strategi fungsional mendorong secara langsung strategi

kompetitif‖.(Oliver, 2007: 2)

Strategi itu harus dipahami oleh tiap-tiap bagian dari setiap divisi

dalam perusahaan, Menurut D. Ronald Smith (2005: 10-11), ada

beberapa langkah yang ditetapkan sebagai strategi Public Relations,

yaitu:

Page 51: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

a. Formative Research Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut

Smith adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi . Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik. 1) Analyzing the situation (menganalisa situasi)

Merupakan bagian yang penting sebagai proses awal

penentuan strategi,dimana setiasp tahap ini digunakan untuk

mengumpulkan semua informasi dan sekaligus menganalisa

situasi.

2) Ananlyzing the organization (menganalisa oranisasi)

Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang tepat terhadap

tiga aspek perusahaan yaitu lingkungan internalnya

(misi,performance, dan sumber daya perusahaan), reputasi

dan lingkungan eksternalnya.

3) Ananlyzing the public (menganalisa publik)

Merupakan tahap untuk mengidentifikasikan dan

menganalisa publik yang menjadi sasaran. Hal ini akan

membuat perusahaan mampu mengatur prioritas dalam

berhubungan dengan publknya yang beragam.

b. Strategy

Strategi merupakan jantung nya perencanaan public relations maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan sasaran,memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif. 1) Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan

objektif). Tahap ini dapat membuat perusahaan

mengembangkan objektif yang jelas, spesifik dan terukur

(measurable) sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

2) Formulating action and response strategies

(memformulasikan aksi dan respon)

Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau

aksi dipadukan dengan respon yang akan diterima.

3) Using effective communication (menggunakan komunikasi

yang efektif)

Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan yang

diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber

Page 52: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

yang akan menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi

dari pesan, bunyi dan gayannya dan lain-lain.

c. Tactics

Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki

fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik

komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi

rencana strategis yang sudah disusun.

1) Choosing communication tactics (memilih taktik

komunikasi)

Ada empat kategori dalam komunikasi, seperti : komunikasi

tatap muka, organizational media, media berita, iklan dan

media promosional dan lainnya.

2) Implementing the strategic plan (mengimplementasikan

strategi)

Di tahap ini dikembangkan budget dan jadwal yang dipersiapkan untuk mengimplementasikan program komunikasi yang ditentukan.

4. Evaluative Research Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas

berbagai taktikkomunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.Tahap ini adalah tahap akhir dimana dikembangkan metode yang spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi yang ditempuh.

Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi publik relations

adalah pemikiran yang telah direncanakan oleh praktisi publik relations

untuk mewujudkan tujuan organisasi, dari kegiatan yang dilakukannya

mendapatkan apresiasi dari publik, karena kegiatan positif dan dapat

memberikan untuk organisasi dan publik.

Pendapat lain tentang strategi public relations peneliti kutip dari

Firsan Nova (2009 :41 – 43), yang dikenaldengan strategi bauran public

relations, sebagai berikut :

a. Publications Setiap fungsi dan tugas public relations adalah

menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan

Page 53: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

perusahaan atay organisasi yang pantas untuk diketahui publik.

b. Event Mernacang sebuah event yang bertujuan untuk

memperkenalkan prodk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik.

c. News (menciptakan berita) Berupaya untuk menciptakan berita melalui press release,

news letter, bulletin, dan lain-lain. Untuk itulah seorang public relations harus mempunyai kemampuan menulis dan menciptakan publisitas.

d. Community involvement (kepedulian pada komunitas) Mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat

tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations and human relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya.

e. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra) Untuk memberikan informasi kepada publik atau menarik

perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif.

f. Lobbying and negotiation Tujuannya untuk mencapai kesepakatan (deal) atau

memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.

g. Social responbility (tanggung jawab sosial) Agar dapat menunjukan bahwa perusahaan memiliki

kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik.

Peran strategis yang dimiliki Divisi Public Relations dalam

organisasi yaitu melakukan aktivitas komunikasi dengan publik, melalui

komunikasi dua arah, sehingga tercipta pemahaman dan penerimaan

publik secara positif dari kegiatan yang dilakukan organisasi.

Untuk melengkapi dan memperkuat strategi Public Relations

peneliti mengutip pendapat Dozier dan Broom, tentang peran Public

Relations dalam organisasi dibagi menjadi empat peranan, yakni :

sebagai penasihat ahli; fasilitator komunikasi; fasilitator proses pemecah

Page 54: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

masalah; dan teknisi komunikasi. Selanjutnya Ruslan (2011:20),

menambahkan selain keempat peran tadi, Public Relations juga memiliki

peran sebagai change agent yang berfungsi sebagai agen perubah

dalam perusahaan.

Pendapat diatas sejalan dengan pemikiran Susanto, dkk (2008:

111), bahwa fungsi Public Relations sebagai peran kepemimpinan dalam

organisasi yaitu untuk mengorganisasi aktivitas employee relations

tersebut, ini artinya peran Public Relations secara tidak langsung

tanggungjawab sebagai change agent tidak hanya tugas pemimpin, tetapi

juga Public Relations. Hal ini dikarenakan Public Relations sebagai

fasilitator komunikasi, memiliki peran salah satunya sebagai fungsi

manajemen memiliki kewajiban untuk meng-komunikasikan identitas

organisasi yang baru. Selain itu, dikemukakan Susanto, dkk (2008: 111),

bahwa Public Relations berperan sebagai motivator, selain perannya

sebagai pemimpin, Public Relations juga dapat melakukan peran sebagai

role model didasarkan penuturan House (Arum, 2007:53).

Melalui penerpan atau implementasi program, maka peran Public

Relations sebagaimana dikemukakan (Daugherty,2003:24) bahwa peran

Public Relations diharapkan dapat merangsang perbaikan kerja

disesuaikan dengan visi dan misi identitas organisasi yang baru.

Program, dalam hal ini bukan semata-mata hanya mengandalkan alat

ataupun teknik komunikasi, tetapi lebih kepada aktivitas yang langsung

menyasar pada perubahan itu sendiri.

Page 55: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Dari beberapa pendapat diatas, strategi Public Relations dapat di

simpulkan bahwa strategi Public Relations dalam operasionalisasi

berbagai aktivitas organisasi digunakan untuk mendapatkan hasil yang

maksimal, melalui teknik dan metode komunikasi, sehingga public

relations dapat mendukukung dengan pemilihan media ysng sesuai

dengan tujuan yang dinginkan organisasi.

2.5 Sosialisasi

Sosialisasi sebagaimana dikemukakan Narwoko (2004 :74). Bahwa

masyarakat bisa mengetahui dan menyadari norma norma dan kemudian

menerapkan tertib normative. Dalam dirinya bukan karena proses proses

yang bersifat kodrati,melainkan memerolehnya melalui suatuproses yang

disebut dengan proses belajar (learning process)atau menurut

teknissosiologi disebut dengan ―sosialisasi‖.

Djuham (2008:70) mengetakan bahwa sosialisasi adalah proses

pembimbingan individu ke dalam dunia sosial disebut Sosoalisasi.

Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang

harus dimiliki dan diikutinya agar ia menjadi anggota yang lebih baik dalam

masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat

dianggap sama dengan pendidikan. Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam

proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola

kebudayaan. Juga ketrampilan sosial seperti berbahasa, bergaul,

Page 56: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

berpakaian dan cara makan. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam

interaksi individu dengan lingkungannya.

Sementara Ahmadi (1982:138) mengatakan Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat; Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup; Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkannya sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.

Uraian dan pengertian diatas menjelaskan bahwa proses sosialisasi

yaitu instrument bagiindividu individu dalam masyarakat belajar mengetahui

dan memahami tingkah pekerti tingkah pekerti yang harus dilakukan,

(terhadap dan berhadapan dengan orang lain)di dalam masyarakat. selain

itu individu individu sebagai warga masyarakat, belajar mengetahui dan

memahami tingkah pekerti yang harus dilakukan dan tidakharus dilakukan

(terhadap dan waktu berhadapan dengan dian atau dengan orang

ketiga)dalam masyarakat.

2.5.1 Arti Penting Sosialisasi

Selanjutnya Narwoko (2004) menjelasakan bahwa proses

sosialisasi itu betul betul merupakan suatu proses yang amat besar

pengaruhnya bagi keberlangsungan keadaan masyarakat. artinya, hanya

melalui proses sosialisasi itu sajalah norma norma sosial yang menjadi

determinasi segala keadaan sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan

dari generasike generasi (dengan atau tanpa perubahan). Itulah

sebabnya masyarakat tidak dapat tidak harus segera, dan secara terus

Page 57: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

menerus melaksanakn proses sosialisasi terhadap individu individu

sebagai warga masyarakat.

Proses sosialisasi amat penting bagi kehidupan keber-langsungan

masyarakat itu sendiri secara individual. Karena tanpa mengalami

sosialisasi yang memadai tidak mungkin seseorang warga masyarakat

akan dapat hidupan normal, tanpa menjumpai kesulitan dalam

masyarakat. Karena itu proses sosialisasi seseorang warga masyarakat

akan dapat menyesuaikan segala tingkah pekertinya (conform) dengan

segala keharusan mentaati norma norma sosial.

Setiap individu akan dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan yang

cukup besar, apabila tidak berkesempatan mendapatkan sosialisasi yang

memadai akan gagal di dalam usaha-usahanya untuk menyesuaikan diri

dengan normanorma sosial, khuusnya dengan tingkah pekerti orang lain

di dalam masyarakat. memerhatikan proses sosialisasi.

2.5.2 Sosialisasi Sebagai Aktivitas Dua Pihak

Memerhatikan proses sosialisasi secara lebih dekat,menurut

Narwoko (2004 :76) bahwa sesungguhnya proses ini buka aktivitas yang

bersifat sepihak, bagaimanapun sosialisasi adalah proses yang diikuti

secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak yang

menyosialisasi dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas

yang menyosialisasikan seperti yang diketahui disebut aktivitas

melaksanakan sosialisasi, sedangkan aktivitas yang disosialisasi disebut

aktivitas internalisasi.

Page 58: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.5.3 Aktivitas Melaksanakan Sosialisasi

Narwoko (2004:77) mengemukakan bahwa aktivitas melaksanakan

sosialisasi dikerjakan oleh Person tertentu yang sadar atau tidak dalam

hal ini bekerja mewakili masyarakat. Person ini bisa dibedakan menjadi

dua bagian :

a. Person person yang mempunyai wibawa, dan kekuasaan atas individu

individu yang disosialisasi,

b. Person person yang mempunyai kedudukan sederajat (kurang lebih

derajatnya), dengan individu individu yang tengah disosialisasi.

2.5.4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian

Narwoko (2004:84) mengatakan bahwa kepribadian adalah

kecenderungan psikologik seseorang untuk melakukan tingkah pekerti

sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup.(seperti

Perasaan berkehendak, berpikir, dan bersikap), maupun tingkah pekerti

terbuka (didalam istilah sehari hari kita namakan perbuatan). Kepribadian

dapat dikatan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk

berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat menurut pola

tingkah laku pekerti tertentu.

Bila dikaitkan kepribadian dengan sosisalisasi, karena di dalamnya

telah terjadi gejala kecenderungan psikologik, maka sesungguhnya

kepribadian itu gejala yang berada ditengah alam psike (jiwa) seseorang.

Gejala ini tumbuh berangsur-angsur di dalam psike warga masyarakat di

dalam suatu proses yang dikenal dengan sosialisasi dan internalisasi.

Page 59: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Dari kedua proses satu orang menerapkan norma norma sosial dan pola

pola tingkah pekerti social (yang dapat diamati dan dihayati) ke dalam

psikenya.; dan berpedoman pada norma norma dan pola pola yang

terinternalisasi itulah seseorang menjadi memiliki kecenderungan untuk

bertingkah pekerti menurut pola pola tertentu, atau dengan kata lain

memiliki kepribadian.

2.5.5 Proses Internalisasai

Sedang yang dimaksud dengan internalisasi adalah merupakan

suatu proses aktivitas sosialisasi. Internalisasi adalah sebuah proses

yang dikerjakan oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi.

Proses ini bukanlah merupakan proses yang pasif, melainkan merupakan

suatu proses aktivitas psikologik yang aktif. Karena itu pihak yang

menerima sosialisasi harus memerhatiakan : aktif mengintepretasi makna

dari apa yang disampaikan kepadanya ( yaitu dalam hal sosialisasi yang

diselenggarakan secara formal) atau makna dari apa yang dia saksikan

atau dihatinya (di dalam hal sosialisasi diselenggarakan secara informal

dan tidak sengaja); selanjutnya aktif meresapkan dan mengorganisir hasil

interpretasi itu kedalam ingatan, perasaan dan bathinnya.

2.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi

Ahmadi (1982 :141) mengatakan dalam proses sosialisasi individu

berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial. Pribadi atau

makhluk sosial ini merupakan kesatuan integral dan sifat-sifat individu

Page 60: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

yang berkembang melalui proses sosialisasi, sifat mana mempengaruhi

hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat.

1) Sifat dasar

2) Lingkungan prenatal

3) Perbedaan individual

4) Lingkungan

5) Motivasi

Sedang tentang metode sosialisasi, Ahmadi (1982:146)

menjelaskan bahwa metodemetode yang dipergunakan oleh orang

dewasa atau masyarakat dalam mempengaruhi proses sosialisasi anak

dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

1) Metode ganjaran dan hukuman, tingkah laku anak yang salah, tidak baik, tercela, kurang pantas, tidak diterima oleh masyarakat mendapatkan hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaiknya mendapatkan ganjaran. Hukuman dapat berupa hukuman badan (pukulan), dapat pula berupa hukuman sosial (diasingkan, dikurangi hak-haknya, dikucilkan dan sebagainya).

2) Metode didactic teaching. Dengan metode ini kepada anak diajarkan berbagai macam pengetahuan, dan ketrampilan melalui pemberian informasi, ceramah dan penjelasan. Metode ini digunakan dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama, pendidikan kepramukaan, dan sebagainya.

3) Metode pemberian contoh. Dengan contoh itu terjadi proses imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak.

2.5.7 Media Sosialisasi

Narwoko (2004;92-95), menjelaskan bahwa media sosialisasi

merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai

agen sosialisasi (agent of socialization) atau sarana sosialisasi. Yang

Page 61: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu

seseorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana seorang

individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya

dewasa. Secara rinci, beberapa media sosialisasi yang utama adalah:

1. Keluarga Anak yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama kali mengenal lingkungan sosial dan budayanya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya–ayah, ibu, dan saudara-saudaranya—sampai anak itu mengenal dirinya sendiri.

2. Kelompok Bermain Kelompok bermain-baik yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman sekolah merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang. Di dalam kelompok bermain, anak mempelajari berbagai kemampuan baru yang acapkali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya. Di dalam kelompok bermain individu mempelajari norma nilai, kultural, peran, dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan pertisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya.

3. Sekolah. Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari

keluarga.Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari—di kala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.

4. Lingkungan Kerja Di dalam lingkungan kerja inilah individu saling berinteraksi dan

berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya.

5. Media Massa Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan

suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari suatu pihak ke pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga media massa surat kabar, TV, film, radio, majalah, dan

Page 62: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

lainnya mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa keberhasilan

sosialisasi di lapangan sangat ditentukan oleh pemilihan media yang

tepat dan dapat digunakan di berbagai kelompok masyarakat dari

kelompok kecik hingga kelompok yang paling besar seperti masyarakat

pada umumnya yang menjadi objek sosialisasi.

2.6. Humas dan Sosialisasi

2.6.1 Pengertian Peran

Peran, menurut kamus bahasa Indonesia (1991 : 51) yaitu :

―Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang

dalam suatu peristiwa.― (Kamus Bahasa Indonesia.‖

―Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri

dan sebagai proses atau tempat dalam masyarakat seperti menjalankan

peraturan.‖ (Soekamto, 2009 : 221). Kutipan dalam buku yang sama lebih

lanjut Soerjono Soekamto mengemukakan aspek-aspek ―Peran‖ sebagai

berikut :

a. Peranan yang meliputi norma-norma dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat dimana arti ini merupakan rangkaian-rangkaian peraturan membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat

b. Peranan adalah suatu konsep, perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Page 63: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2.6.2 Peran Humas dalam Sosialisasi

Organisasi tertentu sering mengadakan berbagai macam kegiatan,

dimana kegiatan ini berguna untuk menyosialisasikan yang menjadi

kebijakan organisasi sebagai program kegiatan Humas.

―Kegiatan Humas secara garis besar merupakan suatu kegiatan public relations yang cukup penting dan menarik perhatian dalam upaya memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, misalnya mampu meningkatkan kemampuan dan memenuhi syarat serta upaya menarik perhatian bagi publiknya.‖ (Ruslan, 2011 : 238)

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas serta menjelaskan

konsep dasar yang memiliki keterkaitan dengan masalah pokok penelitian.

Teori teori dan Konsep- konsep dasar yang digunakan dengan

menggunakan bagan sebagai kerangka untuk berfikir yang terdiri dari :

Peran Humas, Menyosialisasikan, kebijakan .

Sugiyono (2011 :12), menjelaskan yang dimaksud dengan

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan factor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah

yang penting. Alur pikir dalam proses pelaksanaan ‖strategi Humas dalam

mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun 2016-017, sebagai berikut :

Page 64: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Keppres Sapu Bersih Pungutan Liar

Humas Polri

Sosialisasi

Strategi Nine Step :

Riset Formatif

Strategi

Taktik

Evaluasi

TUJUAN :

Untuk Mengetahui Strategi Humas Polisi Daerah

Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan

Saber Pungli Periode Tahun 2016-2017

Untuk Mengetahui Faktor Pendukung Dalam

Pelaksanaan Strategi Humas Dalam

Mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun

2016-2017

Untuk Mengetahui Faktor Penghambat Dalam

Pelaksanaan Strategi Humas Dalam

Mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun

2016-2017

Page 65: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Deskripsi Kerangka Pemikiran :

Untuk memudahkan menjelaskan kerangka pemikiran, maka akan

dijelaskan konsep atau teori atau model yang berhubungan dengan

penelitian yang sedang peneliti lakukan sebagai berikut :Strategi Public

Relations, Public Relations, Sosiallisasi, dan Media Android

1. Strategi Public Relations

Sebuah strategi Public Relations adalah pendekatan menyeluruh

bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di

belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan

yang muncul dari analisis dan penelitian. (Butterick, 2012 :153)

Adapun strategi Public Relations yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah strategi Public Relations dari Ronald D. Smith

(2005), yang dikenal dengan strategi Public Relations Nine Steps.

2. Public Relations

Sedangkan pengertian public relations, menurut Cutlip (2007:6)

sebagai berikut : ―Public Ralations the management fuction that

establishes and maintains mutualy beneficial relationships between an

organization and the public on whom success and failure depends”

(adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan

hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik

yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut).

Secara operasional dalam penelitian ini, maka Public Relations

Officer (PRO), bekerja dengan menggunakan model nine step Public

Relations, untuk menjalankan program sosialisasi diawali dengan

tindakan riset lapangan, dengan memperhatikan situasi dan kondisi

Page 66: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

lingkungan sebagai upaya menerapkan program sosialisasi SIAP –PMJ.

dilingkungan Internal Polda Metro Jakarta.

3. Sosialisasi

Sedang yang dimaksudkan dengan sosialisasi yaitu sebagaimana

dikemukakan Narwoko (2004 :74). Bahwa masyarakat bisa mengetahui

dan menyadari norma norma dan kemudian menerapkan tertib normative.

Dalam dirinya bukan karena proses proses yang bersifat

kodrati,melainkanmerolehnya melalui suatuproses yang disebut dengan

proses belajar (learning process)atau menurut teknissosiologi disebut

dengan ―sosialisasi‖.

Pendapat yang lebih jelas dikemukakan Djuham (2008:70)

mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses pembimbingan individu ke

dalam dunia sosial disebut Sosoalisasi. Sosialisasi dilakukan dengan

mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya

agar ia menjadi anggota yang lebih baik dalam masyarakat dan dalam

berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan

pendidikan. Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi

individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan. Juga

keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian dan cara

makan.

Page 67: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Menurut Bogdan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2007:4)

mengemukakan bahwa metodelogi penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya dijelaskan oleh

David Williams (1995) seperti yang dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan

bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,

dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti

yang tertarik secara alamiah

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono (2005 : 1) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian kualitatif,

penelitian adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma yang menentukan pandangan

dunia peneliti sebagai bricoleur, atau menentukan world view yang

dipergunakan dalam mempelajari dan menginvestigasi objek yang akan

diteliti. Guba dan Lincoln (2009:123) mendefinisikan paradigma adalah

Page 68: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Guba dan Lincoln

(2009:123) mengatakan:

Suatu paradigma meliputi tiga elemen; epistemologi, ontologi, dan metodologi. Epistemologi mengajukan pertanyaan, bagaimana kita mengetahui dunia? Hubungan apa yang muncul antara peneliti dengan yang diketahui? Ontologi memunculkan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan diri pada cara kita meraih pengetahuan tentang dunia. Menurut Guba & Lincoln, setiap paradigma apapun hanya mewakili

pandangan yang matang dan canggih dari para pengikutnya untuk

menjawab tiga pertanyaan pokok tersebut di atas, dan tidak ada konstruksi

yang benar atau menjadi benar tanpa menimbulkan perdebatan. Oleh

karena itu, hendaknya para pengikut harus lebih bersandar pada sifat

kepahaman dan kemanfaatan daripada pembuktian dalam mempertahankan

posisi mereka. Guba dan Lincoln (2009:129- 135) mengelompokkan

paradigma yang terkait dengan struktur dan susunan penelitian kualitatif,

yakni positivisme, post-positivisme, konstruktivisme dan teori kritis.

Page 69: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Tabel 3.1.1

Tiga Paradigma Penelitian Ilmu Sosial

Salim (2006:100)

Positivisme dan Postpsoitivisme

Konstruktivisme (interpretative)

Critical Theory

Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu-ilmu alam, yaitu sebagai suatu metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan ―deductive logic‖ dengan pengamatan emperis, guna secara probabilistic menemukan atau memperoleh konfirmasi tentang hukum sebab akibat yang bisa digunakan untuk memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.

Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap ―socially meaning-full action‖ melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam setting kehidupan sehari-hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola dunia sosial mereka.

Mendifinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secar kritis berusaha mengungkap ―the real scructure‖ di balik ilusi, false needs, yang ditampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu dalam membentuk kesadaran sosial agar memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan mereka.

Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori

- Liberal political economy

(mainstreams) - Teori modernisasi, teori

pembangunan di negara berkembang.

- Symbolic interaktionism (lowa school).

- Agenda setting, teori-teori fungsi media.

- Cultural/ constructivis politica

economy (golding & Murdock).

- Phenomenology, ethno metodologi,

symbolic interaction (Chicago school)

- Constructionsm/ social construction of reality (pate berger).

- Scructuralism political economy (schundson). - Instru-mentalisme

political-economy (comsky, Gramsci dan Adorno).

- Theory of communicative action (Hembermas).

Dengan demikian hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan

perpaduan pendapat yang bersifat relative, subjektif, dan spesifik mengenai

hal-hal tertentu. Paradigma kontrutivisme memandang ilmu sosial sebagai

analisis sistematika atas social meaningful action’ melalui pengamatan actor

Page 70: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan mefasirkan

bagaiman aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial. (Salim, 2006;

71-72)

Dalam penulisan ini, paradigma yang digunakan penulis adalah

paradigma Contructivisme (Konstruktivisme). Pendekatan konstruktivisme

mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat objektif dan

tetap, melainkan bersifat interpretative. Paradigma ini, merupakan antithesis

terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan

objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.

Tujuan penelitian dalam paradigma kontruktivisme adalah memahami dan

membentuk ulang konstruksi-konstruksi yang saat ini dipegang, termasuk

oleh persiet itu sendiri.(Salim, 2006; 75)

Paradigma kontruktivisme menyebut tingkat kepercayaan

(trustwhorthiness) dan keaslian (Authenticity) sebagai criteria kebenaran.

Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung

lima unsure berikut : Credibility (kepercayaan yang berasal dari dalam),

Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan /disandarkan

kepada unsur kebenaran lain). Konformbilitas (penegasan terhadap

objektivitas), keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas konstruksi

konsepsi yang ada), Educative-authencity (kebenaran pendidikan,

kemampuan pemimpin dan mengandakan perbaikan), Catalytic-authenticity

(kemampuan dalam merangsang dan bertindak), tactical-authencity

(kemampuan untuk memberdayakan masyarakat). (Salim, 2006 : 103)

Page 71: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan

hasil penelitian yang maksimal, maka langkah-langkah penelitiannya

sebagai berikut:

Jenis dan pendekatan penelitian penelitian ini merupakan penelitian

yang tergolong dalam penelitian lapangan (field research), yaitu metode

yang mempelajari fenomena dalam lingkungannya yang alamiah. Mulyana (

2004: 160)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat post positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci. (Sugiyono, 2008 : 15).

Adapun karakteristik penelitian kualitatif mennurut Sugiyono (2008 :

21-22.), adalah sebagai beriku :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya

adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah

instrumen kunci

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan

pada angka

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada

produk atau outcome

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif

Page 72: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

3.3 Objek dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Polisi Daerah Jakarta Raya, Jalan

Jenderal Sudirman fokus penelitian ini mendeskripsikan dan

menganalisis tentang sosialisasi Keppres No. 87 Tahun 2016 Tentang

Saber Pungli dilingkungan institusi Kepolisian Daerah Metro Jakarta

Raya, melalui Peran Humas dalam menjalankan program sosialisasi. .

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah beberapa

narasumber dari Bagian Hubungan Masyarakat Polisi Daerah Metro

Jakarta Raya; wartawan Polda Metro Jaya dan Usur masyarakat /LSM

penggagas anti Korupsi.

Table 3.1

Subjek penelitian sebagai Informan

No. Nama Jabatan Keterangan

1 Kombes Alfred KabidPropam PMJ Tentative

2 AKBP Rumiati Ka Subdit Humas Bersedia

3 Rurin Wartawan Kompas TV

Bersedia

4 Septi Mahasiswa BINUS Bersedia

3. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian yaitu Pengaduan

Masyarakat melalui Sistem Informasi Android Pelaporan Polda Metro

Page 73: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Jakarta Raya sebagai media pencegahan tindak pidana korupsi (Saber –

Pungli)

Sedang fokus penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis

Peran Humas Polda Metro Jaya dalam sosialisasi Keppres No. 87 Tahun

2016 Tentang Saber Pungli dilingkungan institusi Kepolisian Daerah

Metro Jakarta Raya.

3.4 Sumber Data dalam Penelitian

a. Data Primer

Adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan

secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang

dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan

dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden

secara langsung (Arikunto, 2010:22).

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang

menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat

dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis

seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lainlain (Arikunto, 2010:22)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

Page 74: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam,

dan dokumentasi, (Sugiyono, 2008: 225). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan

dari dokumentasi dalam rangka mengum-pulkan data-data untuk keperluan

penelitian.

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan informan

dalam mempersiapkan media atau pada saat membuat model komuikasi

sosialisasi dengan penggunaan media komunikasi dan pada saat

berlangsungnya proses sosialisasi.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan

yang telah ditentukan melalui proses tanya jawab seputar masalah yang

dijadikan fokus penelitian, dalam hal ini peneliti akan membuat pedoman

wawncara dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada Informan

kunci dan informan pendukung yang relevan dengan penelitian yang sedang

di dilakukan .

Dokumentasi, langkah ini selanjutnya peneliti akan digunakan dan

memanfaatkan dokumen data dari data tertulis, berupa: arsip, buku-buku,

surat kabar, majalah, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian

ini. Hal ini dilakukan untuk menunjang dan melengkapi data primier yang

diperoleh di lapangan.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

Page 75: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesia, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat

kesimpulan.

Miles and Huberman (1992:37), mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus hingga tuntas, sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam

analisis data setelah pengumpulan data, antara lain data reduction (reduksi

data), data display (penyajian data), dan data verification (verifikasi data).

Selama pengumpulan data oleh Moleong (2007) menyarankan agar: 1)

mempersempit studi, 2) mengembangkan pertanyaan analitik, 3) membuat

komentar pengamat mengenai gagasan yang muncul, dan 4) mulai mengkaji

bahan pustaka yang terkait dengan penelitian di lapangan.

3.7 Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

Norman K. Denkin (2010:23) mendefinisikan triangulasi sebagai

gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji

fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang

berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi tiga hal, yaitu:

a) ―Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi

Page 76: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Metode yang digunakan dalam menyebaran informasi mengenai Saber Pungli yang dilakukan Sub Bidang Humas Polisi Metro Jakarta Raya dengan menggunakan media sosial dan website.

b) Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data-data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dan wawancara langsung dengan narasumber yang bersangkutan.

c) Triangulasi Teori. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Jadi dalam penelitian ini peneliti membandingkan teori yang digunakan sehingga biar tidak terjadi penyimpangan dalam dalam mengambil keputusan.

Page 77: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Sekilas tentang Polda Metro Jaya

Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini

terjadi sejak pendudukan Belanda di Indonesia, jauh sebelum Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah

Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, karena sebelum

kemerdekaan Indonesia masih dalam pendudukan Jepang. Kemudian

Jepang menyerah kepada sekutu pemerintahan baru kemudian Indonesia

diberikan kedaulatan. Kepolisian Negara sudah ada tapi masih dalam

transisi peralihan ke Pemerintah Indonesia.

Pada masa ini, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan

sistem Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah

yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali

dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings

Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte

yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).

Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah Republik Indonesia

kepada Bangsa Indonesia, melalui penandatangan naskah perjanjian

antara Moh Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember

Page 78: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

1949, Badan-badan Kepolisian secara bertahap diserah terimakan

kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebab itulah pada 6

Desember 1949 Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian

Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Basar Politik Tk I R Ating

Natadikusuma sebagai kepala Kantor Komisariat Jaya, yang berkantor di

Jl. Medan Barat.

Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian

Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (saat ini Polda Metro Jaya). Pada

saat itu sebagian besar staf Kepolisian Jakarta masih orang Belanda,

sehingga praktis Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Jaya belum dapat

berbuat banyak sesuai kebijakan Kepala Kepolisian Negara.

Selanjutnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jakarta

menjelang penyerahan kedaulatan, Kepolisian Jakarta diperkuat tiga

Kompi Brimob, masing-masing dari Kepolisian Kota Surabaya, Kepolisian

Jawa Tengah. dan Kepolisian Yogyakarta/Jawa Tengah. Pada waktu itu,

Jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo sebagai Komandan Mobile Brigade

Kepolisian (MBK) turut serta mengantarkan satu Kompi MBK. Mereka

berangkat pada 15 Desember 1949 dari Surabaya ke Jakarta melalui

Semarang.

―Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta, pada tahun 1963

saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi Komisariat Jaya, kantor

Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl Sudirman No.45 Jakarta

Selatan. Kepindahannya dilakukan bertahap. Awalnya, kantornya adalah

Page 79: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan Sabhara

(Bangunannya masih berdiri hingga kini)" Beberapa hari kemudian

muncul lagi satu Kompi Brimob dari Yogyakarta/Jawa Tengah, dipimpin

Inspektur Polisi R Soebroto Darsoprajitno. Ketiga Kompi 57 Brimob ini

bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Komisaris Polisi Soedarsono

dan wakilnya Inspektur Polisi Soetjipto Joedodihardjo.

Polda Metro Jaya sebelumnya, telah beberapa kali mengalami

penggantian nama. Dimasa pendudukan Belanda, Kantor Besar

Kepolisian Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie. Setelah Jepang

mengambil alih pemerintahan, Hoofdbureau Van Politie Batavia berubah

nama menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho diambil alih oleh

Polisi Republik dan namanya diubah menjadi Kantor Besar Polisi Jakarta.

Menjelang Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik

Indonesia dibentuk Kepolisian di Jakarta dengan nama Kantor Polisi

Komisariat Jaya (Kapekomjaya). Kemudian tahun 1965 pada saat Kepala

Kantor Polisi Komisariat Jaya dijabat Brigjen Raden Mas Sawarno

Tjokrodiningrat, namanya diganti lagi menjadi Komandan Daerah

Kepolisian VII Jaya (Komdak VII Jaya). Pada tahun 1967, terjadi

penggantian Pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH

kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian

nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro

Jaya), Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota

Page 80: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Jakarta sebagai kota metropolitan. Selanjutnya nama komdak Metro Jaya

berubah lagi menjadi Kodak Metro Jaya.

Pada saat itu Mayjen Pol. Drs. Widodo Budidarmo, menjadi

Kadapol Metro Jaya tahun 1970 nama Komdak Metro Jaya berubah

menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun 1979. Tahun 1980

sampai sekarang diesebutsebagaiDaerah KepolisianMetro Jaya berubah

kembali menjadi Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda

Metro Jaya).

4.1.2. Visi, Misi, dan Sasaran Perioritas Polda Metro Jaya

1. Visi Polda Metro Jaya :

Tergelarnya polisi yang dipercaya masyarakat disemua titik dan

kini pelayanan masyarakat disepanjang waktu dalam mewujudkan

keamanan diwilayah hukum Polda Metro Jaya dan tegaknya hukum

sebagai sinergi pencapaian hasil pembangunan yang berwawasan

keamanan.

2. Misi Polda Metro Jaya :

a. Perkuat dan tingkatkan kemampuan intelijen keamanan Polda

Metro Jaya guna menjaring informasi untuk cegah gangguan

keamanan dan pengungkapan kasus secara sistematis dan tuntas.

b. Kembangkan pelayanan publik disetiap lini berbasis pelayanan prima.

c. Menggelar polisi sebanyak-banyaknya ditengah masyarakat dalam

memberikan Perlindungan, Pengayoman, dan Pelayanan masyarakat.

Page 81: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

d. Mengembangkan falsafah dan strategi perpolisian masyarakat

(POLMAS) dalam membangun hubungan polisi dan masyarakat yang

lebih dekat dan interaktif dalam upaya mewujudkan masyarakat patuh

hukum.

e. Berdayakan seluruh kekuatan dan kemampuan organisasi

pengemban fungsi lidik dan sidik dalam wujudkan POLRI sebagai

penegak hukum yang terdepan.

f. Tingkatkan kinerja Polda Metro Jaya secara profesional, transparan,

dan akuntabel guna mendukung tupoksi POLRI.

Sasaran Prioritas Polda Metro Jaya : 1. Terwujudnya kondisi Kamtibmas wilayah hukum Polda Metro Jaya

yang kondusif pasca pelaksanaan pemilu 2009

2. Lanjutkan pembangunan sarana dan prasarana

3. Tingkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan personil Polda

Metro Jaya

4. Melaksanakan pembinaan personil Polri

5. Tertanggulanginya penyalahgunaan narkoba melalui giat preventif

dan represif.

6. Tertanggulanginya kejahatan transnasional (Trafficking In Person dan

People Smugling)

7. Terealisasinya program perpolisian masyarakat (Polmas) untuk

tingkatkan kemitraan dan kepatuhan hokum masyarakat.

8. Terpeliharanya Kamtibmas perairan dan yuridiksi Polda Metro Jaya

Page 82: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

9. Tertanganinya perkara-perkara korupsi

10. Penanganan bencana banjir

11. Meningkatkan pencapaian quick wins.

4.1.3. Struktur Organisasi Polda Metro Jaya

Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. Kep/54/X/2002

Tertanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Polda

Metro Jaya, maka :

1. Organisasi Polda Metro Jaya disusun dalam dua tingkat :

a. Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Metropolitan

Jakarta Raya, disingkat Mapolda Metro Jaya.

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres.

2. Susunan Organisasi Mapolda Metro Jaya terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan

1) Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Kapolda Metro

Jaya).

2) Wakil Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya

(Wakapolda Metro Jaya).

b. Unsur Pembantu Pimpinan/ Pelaksana Staff

1) Inspektorat Pengawasan Umum Daerah (Irwasda).

2) Biro Rencana dan Pengembangan (Rorenbang).

3) Biro Operasi (Roops).

4) Biro Pembinaan Kemitraan (Robinamitra).

5) Biro Personel (Ropers). 6. Biro Logistik (Rolog).

Page 83: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

6) Unsur Pelaksana Staff Khusus/ Pendidikan Pelayanan

7) Bidang Hubungan Masyarakat (Bidhumas).

8) Bidang Pembinaan Hukum (Bidbinkum).

9) Bidang Pertanggung Jawab Profesi dan Pengamanan Internal

(Bidpropam).

10) Bidang Telekomunikasi dan Informasi (Bidtelematika).

11) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes).

12) Bidang Keuangan (Bidku).

13) Sekolah Polisi Negara (SPN).

14) Sekretariat Umum (Setum).

15) Detasemen Markas (Denma).

c. Unsur Pelaksanaan Umum

1) Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK).

2) Direktorat Intelijen Keamanan (Ditintelkam).

3) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum).

4) Direktorat Reserse Kriminan Khusus (Ditreskrimsus).

5) Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya

(Ditnarkoba).

6) Direktorat Samapta (Ditsamapta).

7) Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Ditpamobvit).

8) Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas).

9) Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair).

10) Satuan Brigade Mobil (Satbrimob).

Page 84: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4.1.3 Bidang Humas Polda Metro Jaya

Bidang Humas dalam Polda Metro Jaya adalah sebagai penyampai

informasi dari dan untuk Polda Metro Jaya. Bidang Humas ini

pelaksanaan tugas dan fungsinya dilakukan oleh staff, Operasional kerja

berada di bawah Komando Polda Metro Jaya. Kepala Bidang Humas

bertanggungjawab langsung kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya

(Kapolda)

4.1.4.Tugas dan Fungsi Bidang Humas Polda Metro Jaya

Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/7/I/2005

tanggal 31 Januari 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Kapolri No.

Pol.: Skep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan

Tata Kerja Polda Metro Jaya, maka tugas pokok Bidang Humas Polda

Metro Jaya adalah menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat

melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta

kerjasama atau kemitraan dengan media massa dalam rangka

pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas Polri.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Humas Polda

Metropolitan Jakarta Raya menyelenggarakan fungsi :

1. Pembinaan fungsi Humas dalam lingkungan Polda Metropolitan

Jakarta Raya.

2. Penyelenggaraan Penerangan Umum yang meliputi pengelolaan dan

penyampaian informasi termasuk kerjasama atau kemitraan dengan

media massa berikut komponennya dalam rangka membentuk opini

masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri.

Page 85: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

3. Membina dan mengendalikan wartawan atau media massa dengan

tujuan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas Polda

Metropolitan Jakarta Raya.

4. Melaksanakan kegiatan Penerangan Kesatuan dalam upaya

mendorong, mengajak serta mengoptimalkan tugas personel Polda

Metropolitan Jakarta Raya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku, yang dilandasi jiwa kejuangan mental spiritual sehingga

tercipta Sumber Daya Manusia Polda Metropolitan Jakarta Raya yang

professional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan tujuan validasi

organisasi Polri dalam menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan

Dicintai Masyarakat.

5. Melaksanakan kegiatan hubungan kemitraan dengan media massa

guna mendukung tugas-tugas Polda Metropolitan Jakarta Raya.

6. Melaksanakan Monitoring dan Anev opini publik serta counter opini dari

pemberitaan media massa untuk mengetahui kualitas citra Polri dalam

melaksanakan tugas pembinaan Kamtibmas di Ibukota Jakarta dan

sekitarnya.

7. Memproduksi bahan-bahan kehumasan guna menunjang efektifitas

kegiatan Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metropolitan Jakarta

Raya.

8. Memanfaatkan mekanisme kegiatan Bidang Hubungan Masyarakat

Polda Metropolitan Jakarta Raya, termasuk menjalin hubungan lintas

sektoral untuk menjamin efektivitas pelaksanaan tugas.

Page 86: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4.1.5 Job Discription Divisi Profesi Dan Pengamanan Polri (Divpropam

Polri)

Sesuai Dengan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tanggal

14 September 2010, Lampiran ―F‖ Divpropam Polri Organisasi dan Tata

Kerja

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi:

1. Div Propam Polri merupakan unsur pengawas dan pembantu

pimpinan yang berada dibawah Kapolri.

2. Div Propam Polri bertugas membina dan menyelenggarakan

fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk

penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri serta pelayanan

pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan

anggota Polri atau PNS Polri.

Divisi Propam Polri dalam pelaksanaan tugasnya mempunyai

kewajiban melaksanakan/menyelenggarakan berbagai kegiatan sebagai

berikut :

a. Pembinaan fungsi Propam bagi seluruh jajaran POLRI, meliputi :

Perumusan/pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk-

petunjuk pelaksanaan fungsi Propam.

1) Pemantauan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna

menjamin terlaksananya fungsi Propam.

Page 87: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

2) Pemberian dukungan (back-up) dalam bentuk baik bimbingan

teknis maupun bantuan kekuatan dalam pelaksanaan fungsi

Propam.

3) Perencanaan kebutuhan personil dan anggaran termasuk

pengajuan saran/pertimbangan penempatan/pembinaan karier

personil pengemban fungsi Propam.

4) Pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta statistik yang

berkenaan dengan sumber daya maupun hasil pelaksanaan tugas

satuan-satuan organisasi Propam.

5) Penyelenggaraan fungsi pelayanan berkenaan dengan pengaduan/

laporan masyarakat tentang sikap dan perilaku anggota/PNS

POLRI, termasuk pemusatan data secara nasional dan

pemantauan/pengendalian terhadap penanganan

pengaduan/laporan masyarakat oleh seluruh jajaran POLRI.

b. Pelaksanaan registrasi penelitian terhadap proses penanganan kasus

dan menyiapkan proses/ keputusan rehabilitasi bagi anggota/PNS

POLRI yang tidak terbukti melakukan pelanggaran, atau

pengampunan/pengurangan hukuman (disiplin/administrasi) serta

memantau, membantu proses pelaksanaan hukuman dan

menyiapkan keputusan pengakhiran hukuman bagi personil yang

sedang/telah melaksanakan hukuman (terpidana).

c. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pertanggungjawaban profesi

yang meliputi perumusan/pengembangan standar dan kode etik

Page 88: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

profesi, penilaian/akreditasi penerapan standar profesi, serta

pembinaan dan penegakan etika profesi termasuk audit investigasi.

d. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pengamanan internal, yang

meliputi : pengamanan personil, materil, kegiatan dan bahan

keterangan, termasuk penyelidikan terhadap kasus pelanggaran/

dugaan pelanggaran/penyimpangan dalam pelaksanaan tugas POLRI

pada tingkat pusat dalam batas kewenangan yang ditetapkan.

e. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi Provos yang meliputi

pembinaan/pemeliharaan disiplin/tata tertib, serta penegakan hukum

dan penyelesaian perkara pelanggaran disiplin pada tingkat pusat

dalam batas kewenangan yang ditetapkan.

Keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh beberapa

aspek diantaranya penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama

dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap

masyarakat. Salah satu ukuran untuk menentukan kinerja organisasi

tersebut, merupakan organisasi yang baik adalah apabila organisasi

tersebut diakui keberadaannya oleh masyarakat yang ada di sekitarnya.

Pengertian dari keberadaan disini adalah adanya suatu kontribusi positif

yang diberikan oleh organisasi kepada masyarakat.

Organisasi yang luar biasa bukanlah organisasi yang terdiri dari

orang-orang yang luar biasa, melainkan organisasi yang mampu

membuat dan membentuk orang-orang biasa yang terdapat di dalamnya

menjadi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Untuk itu

Page 89: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

dibutuhkan proses manajemen guna mengarahkan organisasi sesuai

dengan tujuan dibentuknya organisasi tersebut.

Divisi Propam Polri dapat menyediakan layanan pengaduan

masyarakat dan informasi perkembangannya yang dapat disampaikan

serta diperoleh dengan cara datang langsung ke Sentra Pelayanan

Propam, melalui surat, Short Messages Service (SMS), email, facebook

propam.polri, twitter@propampolri, maupun akses secara langsung

melalui website www.propam.polri.go.id.

Sebagaimana filosofi IPTEK yang merupakan jendela informasi

dunia, maka keberadaan Sentra Pelayanan Propam ini diharapkan

berfungsi pula sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi masyarakat

maupun anggota POLRI dalam rangka pelayanan pengaduan yang

mudah, cepat, transparan dan akuntabel.

Fasilitas ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pengawasan

dalam rangka pengendalian mekanisme kerja Divisi PROPAM yang ada

di kesatuan kewilayahan, meliputi aspek pelaporan, pelaksanaan tugas,

maupun segala sesuatu yang terkait dengan aspek manajemen

pengendalian dari Divisi PROPAM.

Kehadiran Sentra Pelayanan Propam ini, dapat semakin

meningkatkan profesionalitas, kapabilitas, kredibilitas dan efektifitas Divisi

PROPAM dalam upaya memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat, serta semakin meningkatkan citra Polri di mata masyarakat.

Propam adalah singkatan dari Profesi dan Pengamanan yang

dipakai oleh organisasi POLRI pada salah satu struktur organisasinya

Page 90: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sejak 27 Oktober 2002 ( Kep KAPOLRI Nomor : Kep/54/X/2002),

sebelumnya dikenal Dinas Provos atau Satuan Provos POLRI yang

organisasinya masih bersatu dengan TNI/Militer sebagai ABRI, dimana

Provost Polri merupakan satuan fungsi pembinaan dari Polisi Organisasi

Militer / POM atau istilah Polisi Militer / PM.

Propam adalah salah satu wadah organisasi Polri berbentuk Divisi

yang bertanggung-jawab kepada masalah pembinaan profesi dan

pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri disingkat Divisi

Propam Polri sebagai salah satu unsur pelaksana staf khusus Polri di

tingkat Markas Besar yang berada di bawah Kapolri.

Tugas Propam secara umum adalah membina dan

menyelenggarakan fungsi pertanggung jawaban profesi dan pengamanan

internal termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri

dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan

tindakan anggota/Pns Polri, yang dalam struktur organisasi dan tata cara

kerjanya PROPAM terdiri dari 3 (tiga) bidang/wadah fungsi dalam bentuk

sub organisasi disebut Biro (Biro Paminal, Biro Wabprof dan Biro Provos)

:

a. Fungsi Pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri di

pertanggungjawabkan kepada Biro Paminal

b. Fungsi pertanggung-jawaban profesi diwadahi / dipertanggung

jawabkan kepada Biro Wabprof

Page 91: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

c. Fungsi Provos dalam penegakan disiplin dan ketertiban dilingkungan

Polri dipertanggungjawabkan kepada BiroProvos.

Proses manajemen ini dirasa sangat penting dalam menjalankan

dan menjaga kelangsungan hidup organisasi, hal ini dikarenakan para

anggota dari suatu organisasi berasal dari latar belakang yang berbeda-

beda sehingga mempunyai sistem nilai yang berbeda-beda pula dan

setiap anggota organisasi memiliki motivasi yang mungkin berbeda antara

satu dengan yang lainnya. Selain itu, organisasi juga merupakan

kumpulan beragam kompetensi, bukan hanya kumpulan beragam orang,

sehingga perlu diterapkan manajemen yang baik agar setiap perbedaan

tersebut dapat menjadi suatu harmoni untuk mencapai tujuan organisasi.

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

a. Key Informan 1

Nama : Alfred

Pangkat : Komisaris Besar Polisi (KOMBES )

Jabatan : Kabid Propam Polda Metro Jaya

Alamat Kantor : Jln. Jenderal Soedirman Kav. Jakarta

b. Key Informan 2

Nama : Rumiati

Pangkat : Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP)

Jabatan : Kasubdid Pid, (Pengelola Informasi Dan

Dokumentasi Polda Metro Jaya

Page 92: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Alamat Kantor : Jln. Jenderal Soedirman Kav. Jakarta

c. Informan 3

Nama : Septi

Profesi : Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta

Bina Nusantara Jakarta

d. Informan 4

Nama : Rurin Rulianti

Pekerjaan : Jurnalis ( KOMPAS TV )

Alamat Kantor : Jl. Palmerah Jakarta Selatan :

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada penelitian ini. peneliti melakukan pembahasan kedalam 4

tahapan sub-bab, sesuai dengan karakteritik dari teori Strategi Public

Relations yang dikemukakan Ronald D Smith (2005), yaitu:

a. Formative Research;

1. Analyzing the situation (menganalisis situasi)

2. Ananlyzing the organization (menganalisis oranisasi)

3. Ananlyzing the public (menganalisis publik)

b. Strategy;

1. Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif).

Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi

dan respon)

2. Using effective communication (menggunakan komunikasi yang

efektif)

Page 93: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

c. Tactics;

1. Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi)

2. Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)

d. Evaluative Research

Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik

komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditentukan.

4.3.1 Penelitian Pendahuluan (Research Formative)

Pada Sub bab penelitian ini, peneliti dengan mengacu pada

kerangka alur pikir yang telah disetujui oleh Pembimbing I dan II, melalui

kerangka alur pikir ini teori yang digunakan adalah Nine Step public

relations, yakni merupakan konsep dasar dari pelaksanaan operasional

Strategi Public Relations, melalui tahapan tahapan sebagai berikut : Pada

tahapan awal strategi public relations, melakukan analisis situasi, analisis

organisasi dan analisis publik, terkait dengan fungsi umum Institusi

Kepolisian Republik Indonesia sebagai pelayan, pelindung dan pengayom

masyarakat (Tribrata), dilaksanakan secara professional dan proporsional

sesuai dengan tata kerja organisasi Kepolisian. Sedangkan untuk analisis

data peneliti menggunakan teori analisis data interaktif dari Mile dan

Huberman (1982), sehingga data dan informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara akan dibuat sedemikian rupa sebagai display, sehingga

memudahkan pembaca untuk memberikan evalusi.

Selanjutnya peneliti telah melakukan serangkaian wawancara

dengan beberapa informan terpilih sesuai dengan Kapasitas dan

Page 94: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

kapabalitas di bidang komunikasi kehumasan di Bidang Humas Polda

MetroJaya, sebagai berikut :

Bagaimana Bidang Humas Polda Metro Jaya menyikapi program

Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) sebagai instruktsi Presiden

yang harus dilaksanakan dilingkungan institusi kepolisian Polda Metro

Jaya?

a. Analisis Situasi

Adapun Jawaban yang dapat peneliti rangkum, dari hasil

wawancara dengan Informan 1, selaku Sub Bidang Humas Polda

Metro Jaya, sebagai berikut :

Konsep dasar operasionalisasi kinerja Bidang Humas adalah menyusun program kerja untuk lingkungan internal institusi kepolisian, seperti rencana kerja untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Program kerja Bidang Humas internal yaitu membantu unsure pimpinan, memberikan laporan, memberikan saran, dan mefasilitasi hubungan antar bidang di internal kepolisian. Untuk kegiatan ekternal dilakukan secara parsial melalui program-program sesuai situasi dan kebutuhan institusi Kepolisian. Adapun Kegiatan Bidang Humas Metro Jaya, terjadwal secara terus menerus membina hubungan baik dengan masyarakat luas guna mendapatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat untuk memperoleh Citra Positif. Hal ini dapat dicapai apabila polisi melakukan pekerjaan secara profesinalitas dan akuntabilitas (dapat dipertanggung-jawabkan)

Melaksanakan Kebijakan Pimpinan, Bidang Humas Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Bidang Propam untuk melaksanakan sosialisasi Kepres Saber Pungli dilingkungan Internal Polda Metro Jaya.

b. Analisis Organisasi

Bidang Humas dan Bidang Propam, bekerjasama untuk melaksanakan kebijakan instruksi presiden (Inpres) Saber Pungli, dilingkungan Polda Metro Jaya. Karena itu Pimpinan

Page 95: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Polri untuk melaksanakan Inpres perlu di buat program Sosialisasi Saber Pungli. Agar pelaksanaan Sosialisasi Saber Pungli ini, berjalan efektif dan efisien, untuk melaksanakannya diperlukan langkah-langkah startegis, sosialisasi ini sangat penting untuk dilaksanakan sebagai upaya meminimalisasi perilaku Pungli di lingkungan Internal Polda Metro Jaya. Misi Kepolisian Kepolisian Republik Indonesia sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. (Tribrata) dan dilaksanakan secara professional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi kepolisian. Maka setiap tanggungjawab dilakukan secara baik dan benar serta dilaksanakan secara professional, masyarakat akan mengapresiasi dan akan menempatkan citra positif polisi dibenak masyarakat.

c. Analisis Publik

Dengan era keterbukaan informasi sekarang ini, masyarakat lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya, baik secara langsung maupun melalui media publik, dan sekarang dengan kehadiran teknologi komunikasi dan informasi melalui smartphone bisa mengunggah konten untuk melakukan kritik secara terbuka. Oleh sebab itu tanggungjawab Kepolisian dengan Surat Keputusan Kapolri no 2 tahun 2002, perlu dilakukan kerjasama kemitraan melalui Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKMDP) dengan berbagai komponen masyarakat untuk menjaga terjadinya gesekan atau masalah masalah sosial yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Dari ketiga bagian analisis penelitian yang dikemukakan

informan sebagaimana pernyataan diatas, peneliti dapat simpulkan,

bahwa Bidang Humas Polda Metro Jaya, sebelum merencanakan

sebuah program kerja dilakukan analisis situasi lapangan, baik

terhadap suatu program yang akan dilaksanakan, selanjutnya analisis

dilakukan terhadap internal institusi kepolisian dengan mengukur

Page 96: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

kekuatan organisasi dan aturan aturan hukum yang relevan dengan

program yang telah dirancang untuk dilaksanakan. Selain itu juga

dilakukan analisis terhadap perhatian publik, sikap dan pendapat publik

tentang program yang telah dan akan dilaksankan, yaitu program

Sosalisasi keppres saber pungli.

Selanjutnya , peneliti untuk mendapatkan data dan informasi

yang dapat menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian secara lebih

lengkap, peneliti melakukan wawancara mendalam (deep Interview)

dengan informan-informan terpilih dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada Informan, setelah mendapatkan jawaban peneliti

memberikan kesimpulan.

Pada penelitian melalui wawancara mendalam dengan

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan sosialisasi kepada

informan 2, selaku Bidang Propam sebagai partner dalam

memberantas Saber Pungli di lingkungan Polda Metro Jaya.

Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan , yaitu bagaimana

melaksanakan sosialisasi pencegahan Pungli melalui instruksi

Presiden tentang Saber Pungli di lingkungan kerja Polda Metro Jaya?

Jawaban yang dapat peneliti rangkum dan dengan didukung

data sekunder sebagai berikut :

Secara jujur, lingkungan kepolisian khususnya di Polda Metro Jaya tidak memungkiri bahwa perilaku tindakan Pungutan Liar (Pungli), dilakukan oleh oknum di berbagai bagian pelayanan publik di Lingkungan Polda Metro Jaya. Karena itu untuk mengurangi dan memperkecil persentase Pimpinan telah menunjuk dari Unit satuan kerja sebagai Tim

Page 97: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Kelompok Kerja (Tim Pokja), untuk melakukan : a. Pengawasan Internal dan Waskat di masing masing bagian pelayanan publik. b. mengawasi tindak perilaku pungutan liar yang dilakukan oleh para pihak yang terlibat antar masyarakat dan oknum polisi yang bertindak sebagai calo. c. melakukan tindakan kepada mereka (oknum) yang terjaring Tim Saber Pungli. (diberikan sangsi mulai dar peringatan sampai pada penurunan pangkat dan pemecatan dengan tidak hormat. Untuk menjaga hal hal yang tdak diinginkan maka Bidang Humas dan Bidang Propam melakukan sosialisasi pencegahan tindak pungli secara bersama di lingkungan kerja Polda Metro Jaya. dan dilakukan terus menerus dari waktu ke waktu sebagai program kerja jangka panjang.

Untuk melengkapi data dan informasi lainnya, peneliti juga

melakukan wawancara dengan pengguna jasa pelayan publik Polda

Metro Jaya, yaitu informa 3, sebagai mahasiswa salah satu perguruan

tinggi swasta di Jakarta

Adapun pertanyan yang peneliti ajukan, kepada informan 3,

yaitu bagaimana pelayanan adminitrasi kendaraan bermotor yang

diberikan oleh bagian pelayanan publik Polda Metro Jaya, memberi

kesan adanya imbal/jual jasa dalam pemberian pelayanan publik?

Sebagai informan kunci (Key Informan) dari unsure masyarakat adalah mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta (BN) yang sedang mengurus administrasi kendaraan bermotor pada Bagian Pajak Kendaraa roda empat (4). Mengakui masih ada oknum yang nakal yang melakukan dengan meminta imbalan kepada informan yang sedang mengurus surat-surat kendaraan pada Bagian Layanan Pajak Kendaraan. Oknum pelayanan telah menawarkan jasa untuk pengurusan lebih cepat dari waktu yang seharusnya kepada stakeholders, kepada yang bersangkutan diminta untuk menyediakan sejumlah dana yang diminta oknum tersebut.

Page 98: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Dari ketiga pernyataan informan diatas, dapat peneliti simpulkan

bahwa bila dilihat dari situasi yang terjadi sekarang, dibidang

pelayanan administrasi kendaraan bermotor yang dilakukan Polda

Metro Jaya, tidak dipungkiri masih ada oknum polisi yang melakukan

tindak pungutan liar seyang dilakukan oleh institusi kepolisian, bagai

imbaljasa yang telah diberikan oleh institusi kepolisian, kemudian

situasi yang dihadapi organisasi atau institusi kepolisian dengan

munculnya kebijakan Saber Pungli pada bulan Februari tahun lalu,

merupakan entripoint untuk melakukan perbaikan pelayanan di bidang

administrasi kendaran bermotor dan terakhir situasi yang terjadi di

ranah publik dengan munculnya kebijakan Saber Pungli menjadi

harapan baru bagi masyarakat pelayanan publik intitusi kepolisian

dalam segala hal.

4.3.2 Strategy

Strategi merupakan jantung nya perencanaan Public Relations

maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Demikian halnya

dengan Bidang Humas Polda Metro Jaya, perlu memerhatikan langkah-

langkah strategi untuk meminimalisasi perilaku tidak terpuji yaitu

melakukan Pungutan liar terhadap stakeholders. Strategi adalah

keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan

bagaimana cara mencapainya. Maka yang perlu menjadi perhatian

Bidang Humas Polda Metro Jaya melakukan pengumpulan data dan

Page 99: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

informasi untuk membuat suatu perencanaan secara komprehensif

sehingga efektif dapat dilaksanakan.

Adapun strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan

sasaran, memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian Sub

Bidang Humas melakukan pilihan pola komunikasi efektif untuk

laksanakan dalam sosialisasi pencegahan tindak Pungli dilingkungan

institusi Kepolisian Polda Metro Jaya. Adapun langkah langkah strtategi

yang perlu dilakukan sebagaberikut :

Menentukan sasaran dan objektif (Establishing goals and

objectives). Pada tahap ini, membuat institusi kepolisian mengem-

bangkan perencanaan dan program yang objektif yang jelas, spesifik dan

terukur (measurable) sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Maka pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan 1, selaku

Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, yaitu bagaimana menyususn suatu

perencanaan yang dapat dilaksanakan untuk jangka waktu : perencanaan

jangka pendek/menengah dan panjang, untuk menerapkan kebijakan

Saber Pungli?

Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :

Sub Bidang Humas bersama Bidang Propam bekerjasama merumuskan langkah-langkah perencaan sosialisasi Saber Pungli. Sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada jajaran Polri di Internal Kepolisian Polda Metro Jaya. Bahwa melalui kebijakan pemberlakuan operasi Saber Pungli di internal kepolisian dapat memberikan kesadaran, sehingga tidak akan melakukan tindak pungutan liar oleh oknum polisi, Sejak diberlakukannya Saber Pungli, sesuai fakta lapangan banyak pengaduan masyarakat yang menjadi objek pungli, ditujukan

Page 100: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

kepada institusi kepolisian utamanya bagi mereka yang memiliki kepentingan dengan institusi kepolisian. Melalui aktivitas sosialisasi maka dampaknya adalah dapat memberikan pemahaman, agar tidak satupun oknum polisi melakukan perilaku tidak terpuji dengan meminta imbalan atas jasa pekerjaannya kepada masyarakat yang bersangkutan. Dari data lapangan sebagaimana di release dimedia publik, telah terjadi diinternal kepolisian Polda Metro Jaya adanya Operasi Tangkap Tangan dari praktik pungutan liar, Ini merupakan indikator bahwa oknum polisi belum memilki kesadaran dalam menjalankan tugas sebagai pelayanan publik. Maka dari itu untuk pencegahannya Bidang Humas dan Bidang Propam terus bekerjasama untuk melaksanakan rencana kerja Sosialisasi Keppres Saber Pungli dilingkungan internal kepolisian Polda Metro Jaya.

Selain itu juga dari hasil wawancara dengan Informan 2, selaku

Bidang Propam Polda Metro Jaya, diperoleh informasi, bahwa :

Jajaran Kepolisian di lingkungan Polda MetroJaya, sejak diberlakukannya Undang-undang Kebebasan Informasi Publik, telah berbenah diri, sebagai institusi kepolisian adalah melaksanakan pelayanan publik secara professional dan proporsional, sesuai tata kelola organisasi kepolisian, sehingga bila dilakukan dengan benar masyarakat akan mengapresiasi kepolisian. tapi bila tidak maka sebaliknya. Polda MetroJaya telah menyediakan sarana, sebagai pelayanan komunikasi publik, artinya publik akan dengan mudah melakukan ketidak puasan dalam pelayanan publik yang dilakukan polisi, maka dari itu Sub Bidang Penerangan Umum telah membuka Unit Kerja Bidang Pengaduan di Polda Metro Jaya. Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, kini memudahkan masyarakat untuk mengadukan masalahnya kepada media dengan memanfaatkan Media Gatget yang berbasis Android sebagai media komunikasi akan dengan mudah dapat digunakan untuk berkomunikas. dengan Bidang Pengaduan di Polda Metro Jaya. Hal ini terkait dengantelah diberlakukannya Undang-undang Kebebasan Informasi Publik, Oleh sebab itu masyarakat dapat melaporkan pengalaman atau kejadian yang dilihatnya dari tindak

Page 101: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

pungutan liar yang dilakukan oknum kepoliian di lingkungan Polda Metro Jaya.

Dari kedua pernyataan informan diatas pada tanggal 5 Desember

2017, pkl 10.00 WIB masing-masing dikemukakan informan 1 dan 2,

maka dapat disimpulkan, bahwa Kehadiran Undang-Undang Kebebasan

Informasi Publik 14/2008 dengan didukung oleh perkembangan teknologi

media, masyarkat selain dapat mengadukan masalahnya secara

langsung kepada bagian pengaduan yang ditunjuk oleh Institusi

kepolisian Polda Metro Jaya juga dapat langsung mengadukannya ke

publik dengan mempertontonkan perilaku oknum polisi sebagaimana

banyak kejadian yang di release di youtube

Memformulasikan Aksi Dan Respon (Formulating Action and

Response Strategies)

Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau aksi

dipadukan dengan respon yang akan diterima. Pada bagian ini peneliti

mengajukan pertanyaan kepada informan 1, Selaku Sub Bidang Humas,

yaitu bagaimana respon publik terhadap program kegiatan sosialisasi

sebagai upaya pencegahan tindak Pungli di Internal Kepolisian Polda

Metro Jaya.

Dari Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut : Tujuan Sub Bid Humas Polda Metro Jaya mensosialisasikan program pencegahan tindakan pungutan liar adalah agar membangun para anggota Polri bertindak sesuai apa yang ditugaskan dari adanya peraturan yang sudah ditentukan agar tidak menyimpang dari apa yang tidak diharapkan dan diinginkan, dan

Page 102: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

juga solusi yang diharapkan institusi kepolisian agar tidak menjatuhkan citra polisi di pandangan masyarakat. Maka dari itu tindakkan pertama yang harus dilakukan Bidang Humas Polda Metro Jaya, yaitu setelah membuat rencana jangka panjang, kemudian menyusun program kerja rutine secara lengkap, selanjutnya siap dilaksanakan dilingkungan, seperti halnya sosialisasi pencegahan tindakPungli di Polda Metro Jaya Respon masyarakat terhadap sosialisasi pencegahan tindak Pungli di respon publik positif, tapi ini masih dianggap sebagai wacana saja,opini ini terus berkembang di kalangan masyarakat, dari data dan informasi yang di kumpulkan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya diketahui hingga saat ini intitusi kepolisian khususnya Polda Metro Jaya. dengan citra negatif yang ada dalam pikiran warga masyarakat Jakarta. Untuk itu pihak kepolisian terus berupaya membenahi bagian-bagian yang rawan dengan pungutan liar, ini merupakan tanggungjawab pimpinan untuk bersih-bersih yaitu dengan menerapkan program sosialisasi Sapu Bersih Pungutan Liar. Sebagai bukti bahwa polisi senantiasa melayani masyarakat tanpa pamrih demi terciptanya citra positif dimata masyarakat.

Pertanyaan selanjutnya peneliti ajukan kepada Informan 2, selaku

Bidang Propam, adapun pertanyaannya yaitu, bagiamana menyikapi

respon negative publik terhadap institusi kepolisian Polda Metro Jaya.

Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :

Yang menjadi publik sasaran dari program sosialisasi pencegahan tindakan pungli adalah anggota polri yang menduduki jabatan sebagai pelayanan publik secara langsung di lingkungan Polda Metro Jaya Untuk meminimalisasi tindak Pungli yaitu dengan cara mengingatkan agar masyarakat sendiri patuh terhadap peraturan yang berlaku,dan petugas dilapanganpun melakukan tindakan pencegahan sesuai dan tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku. Program sosialisasi pencegahan tindak Pungli ini, dapat mencapai sasaran yang diinginkan tidak terjadi pungli. Tetapi perlu himbauan

Page 103: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

dan tindakakan tegas bagi anggota polri yang melakukan perbuatan–perbuatan yang menyimpang, Karena itu sosialisasi ini, membangun kesadaran anggota polri terhadap tugasnya, apabila dilanggar akan diberikan sanksi tegas. Pimpinan Polri meminta dukungan masyarakat, agar melapor tindakan menyimpang yang dilakukan oleh anggota polri. Melalui cara melakukan himbauan kepada masyarakat berupa arahan apabila terjadinya suatu pungutan liar agar segera melaporkan kepada Bidang Propam. Dari pernyataan dua informan diatas, dapat peneliti simpulkan,

bahwa Sub Bidang Humas dan Propam Polda Metro Jaya, telah berupaya

mensosialisasikan Saber Pungli, sebagai upaya pencegahan agar tidak

terjadi tindak Pungli, karena sikap ini akan merusak citra Kepolisian baik

institusi maupun personal sebagai korp anggota polisi. Pencegahan ini

akan memiliki dampak positif apabila masyarakat juga tidak melanggar

aturan yang sudah di terapkan dengan sangsi tertentu.

Menggunakan komunikasi yang efektif (Using Effective

Communicatio) Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan

yang diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber yang

akan menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi dari pesan, bunyi dan

gayannya dan lain-lain. Pada bagian ini peneliti, melalui wawancara,

mengajukan pertanyaan yang sama informan 1 dan 3 kepada Sub Bidang

Humas dan Penmas Polda Metro Jaya, yaitu tindakan komunikasi apa

yang masuk dalam perencanaan dan program sosialisasi sebagai upaya

pencegahan pungli yang akan berlangsung dalam jangka panjang.

Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :

Keberhasilan kegiatan sosialisasi upaya pencegahan tindakkan Pungli

Page 104: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

pada jajaran internal institusi kepolisian Polda Metro Jaya, maka

diperlukan kesiapan Bidang Humas untuk melakukan pilihan strategi

komunikasi yang sesuai lingkungan kerja Polda Metro Jaya, akan

menentukan hasil yang diharapkan Oleh sebab itu Sub Bidang Humas

melakukan berbagai pilihan operasional sosialisasi di lapangan mulai dari

pemilihan komunikator, pesan, penggunaan media, serta waktu dan

tempat yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sosialisasi,

seperti halnya melalui diskusi–diskusi.

Strategi Humas dalam mensosialisasikan program pencegahan

Pungli di Polda Metro Jaya dengan cara memberi himabauan kepada

anggota Polri yang bertugas di lapangan, agar anggota dalam menindak

pelanggar Lalin, hendaknya dilalukan penilangan, tidak ada damai

ditempat dengan cara tidak menerima imbalan apapun bentuknya, dan

menjalankan tugas sesuai dengan apa yang sudah diberlakukan.

Sementara itu informan 3, dalam jawabannya memberikan

pernyataan sebagai berikut :

Bahwa keberhasilan sosialisasi pencegahan Pungli, memerlukan suatu perubahan yang dilakukan masyarakat, kepolisian telah memberikan himbauan untuk tidak meberi uang kepada anggota polri, jika terjadinya pelanggran, dan juga memberikan himbauan kepada anggota polisi agar dapat memberi arahan terhadapan masyarakat yang melanggar aturan. Tanggal 5 Desember 2017, pkl 13.00 WIB

Mensosialisasikan program pencegahan pungli di Polda Metro

Jaya dengan cara memberi himbauan terhadap masyarakat melalui

media elektronik berupa iklan di radio, atau pun siaran di tv, dan media

Page 105: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

cetak agar tidak memberikan iming – iming terhdaap anggota polri jika

masyarakat melanggar peraturan. Dan apabila terjadi hal tersebut

masyarakat wajib melaporkan kejadian kepada Propam atau No

Pengaduan yang telah disediakan.

Pesan utama yang disampaikan kepada masyarakat dan anggota

polri, yaitu berupa himbauan untuk mematuhi tata tertib hukum yang

berlaku. Oleh sebab itu mengimplementasikan program pencegahan

pungli dengan cara pimpinan polri menyampaikan kepada anggota di

lapangan atau staff, di himbau untuk tidak menerima uang dari

masyarakat, dan apabila ada anggota polri yang melanggar akan

dikenakan sanksi tegas oleh pimpinan polri.

Semua pimpinan polri dan menghimbau kepada anggotanya

menjalankan taktik komunikasi untuk mencapai saasaran program,

dengan cara pimpinan polri bagaimana memberikan dan menghimbau

terhadap anggotanya.

Tactics; Memilih Taktik Komunikasi (Choosing Communication

Tactics)

Tahap ini dikatakan sebagai tahap pelaksanaan kegiatan

sosialisasi atau komunikasi langsung dilapangan dengan objek sasaran

sosialisasi yaitu penyampaian pesan sosialisasi, ―pencegahan tindak

pungutan liar‖ di jajaran Polda Metro Jaya.

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dan mengajukan

beberapa pertanyaan yang relevan dengan yang sedang peneliti lakukan.

Page 106: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan adalah bagaimana Tim Pokja

sosialisasi pencegahan Tindak pungli dalam merumuskan pesan untuk

berkomunikasi dengan satuan-satuan unit kerja di jajaran Polda Metro

Jaya, agar komunikasi efektif?

Dari Jawaban yang dapat penulis rangkum, berdasarkan

penjelasan dari Informan 1, maka diperoleh pernyataan, sebagai berikut:

Setelah program sosialisasi pencegahan tindak pungli disusun secara

komprehensif mulai dari mempersiapkan pembicara, tempat dan ruang

serta waktu, sehingga sosialisasi mencapai target.

Selanjutnya Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, melaksanakan

sosialisasi dan berkomunikasi dengan bagian-bagian yang menjadi objek

sasaran. Adapun waktu sosialisasi sesuai materi yang ada, tetapi

sosialisasi ini dijalankan setiap bulan secara marathon sesuai jadwal yang

telah tersusun dan disampaikan kemasing masing Satuan Unit Kerja.

selain itu juga pesan sosialisasi disampaikan pada acara-acara, seperti

misalnya kegiatan Baksos dalam rangka perayaan Ulang Tahun

Kepolisian.

Media sosialisasi lainnya yang digunakan Sub Bidang Humas

Polda Metro Jaya, yaitu melalui kegiatan komunikasi kelompok yang

melibatkan Ibu-Ibu Bayangkari, awal kegiatan oleh pimpinan diberikan

himbauan bahwa Polri telah melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan

pungli, sebagai instruksi presiden, bahwa pelayanan publik tanpa balas

jasa. Dalam hal apapun sesuai dengan tugas dan fungsi kepolisian.

Page 107: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Pesan sosialisasi pencegahan tindakan pungli, dilakukan oleh

masing-masing satuan unit kerja sebagai pengawasan melekat (Waskat)

yang langsung diawasi oleh atasan langsung. Terus secara berjenjang.

Pesan sosialiasi pencegahan tindakkan pungli disampaikan pimpinan Polda Metro Jaya, pada setiap apel pagi dan apel sore, ini merupakan komunikasi efektif karena dapat disampaikan disetiap kesempatan. Pesan sosialisasi dilakukan melalui Spanduk dari bebagai ukuran dengan pesan “ penyuap dan penerima suap dikenakan hukuman yang sama” Pesan sosialisasi disampaikan melalui Banner, berbagai ukuran dan ditempatkan ditempat tempat strategis. sehingga setiap orang dapat membaca. Pesan sosialisasi disampaikan melalui media, termasuk didalamnya adalah pemberitaan Operasi Tangkap Tangan, ini dimaksudkan agar pesan memiliki dampak langsung kepada anggota polisi lainnya. Dari pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa sosialisasi akan membawa dampak positif apabila disampaikan secara massif dan disampaikan secara terus menerus, dan pemberian sanksi tegas kepada anggota sebagi oknum yang melakukan pelanggaran, mulai dari peringatan sampai dengan pemecatan dengan tidak hormat. Sehingga sosialisasi pencegahan akan memiliki efek jera. Sedangkan untuk warga masyarakat dilakukan dengan melalui media massa publik, seperti Pemberitaan di TV, Radio, dan Spanduk, juga Banner yang ditempatkan di tempat strategis yang bisa dilihat dan dubaca oleh umum.

Implementing the Strategic Plan (Mengimplementasikan Strategi)

Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya melalui pelaksanaan

program sosialisasi pencegahan tindakkan pungli melalui, Instruksi

Presiden ―Saber Pungli ― adalah tindakan pemerintah berupaya untuk

memulihkan institusi kepolisian dari perilalu anggota yang tidak terpuji

dengan melakukan pemerasan kepada masyarakat tanpa atau dengan

kesepakatan atas jasa yang diberikan oleh institusi kepolisian yang pada

akhirnya merusak citra kepolisian sendiri.

Page 108: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Agar hasil penelitian ini objektif, maka peneliti turun lapngan

melakukan penelitian dan melakukan wawancara mendalam, selanjutnya

peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan 3, terpilih yang

bertanggung jawab atas program sosialisasi Saber Pungli. Adapun

pertanyaan yang peneliti ajukan yaitu : Apakah tindakan pungli di sub

Bidang Pelayanan Publik Polda Metro Jaya, dengan dilakukannya

sosialisasi pencegahan pungli sudah ada perubahan dari perilaku pungli?

Jawaban yang dapat peneliti rangkum dari informan 3, dengan didukung

oleh data sekunder sebagai berikut :

Pertama, bahwa upaya OTT dalam memberantas pungli ini merupakan komitmen Polri sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. utamanya hanya di institusi kepolisian Polda Metro Jaya Dan Kami berkomitmen memberantas pungli di dalam institusinya sendiri. Kedua, bila di lihat rangking Polda Metro Jaya mendapat peringkat tertinggi dalam pungli di jajaran Polda se-Indonesia. Polda Metro Jaya menilai hal itu sebagai momen untuk terus membenahi internalnya. Ketiga, polisi selaku penegak hukum dan akan terus menegakan hukum mengaku pihaknya tidak merasa khawatir citra Polda akan menurun dengan banyaknya polisi yang tertangkap OTT melakukan pungli tersebut. Keempat, sekarang kan sudah berlangsungnya era keterbukaan, buat apa kita jaga image, tapi sebagai pimpinan ingin dan perlu untuk terus memperbaiki perilaku tindak pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepolisian Jakarta, Kelima, jajaran Pimpinan Kepolisian Polda berupaya terus untuk melakukan perbaikan kultur di internal. Polda Metro Jaya juga transparan kepada publik jika menemukan adanya oknum yang terlibat pungli, ini niat yang tulus dari pimpinan kita untuk bersih-bersih. Keenam, sebelum terjadi OTT di Kemenhub, Jajaran Kepolisian Polda sudah lakukan bersih-bersih. Yang kami sampaikan itu

Page 109: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

periode 27 September yang lalu, kita sudah lakukan bersih-bersih secara internal. Karena memang untuk memperbaiki pelayanan publik di kepolisian sehingga sesuai arahan bapak presiden pelayanan publik di kepolisian tidak ada pungli," Tujuh, kesimpulannya Kepolisian tidak bisa menutup-nutupi yang kami sampaikan apa yang sesuai yang terjadi di lapangan, itulah yang menjadi bahan yang akan dilaporkan kepada pimpinan.

Pertanyaan selanjutnya yaitu : Bagaimana penerapan sanksi

kepada oknum polisi yang melakukan tindak pemerasan atau pungli?

adapun jawabannya sebagai berikut :

Bagi oknum polisi yang tertangkap pungli, Polda Metro Jaya akan menindak tegas sesuai Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 tentang Disiplin Anggota Polri. "Sehingga yang bersangkutan harus mempertanggung jawabkan pungli dan sanksi yang diberikan mulai dari penurunan pangkat sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat. Oleh karena itu hindari perbuatan tidak terpuji, karena akan merugikan diri sendiri. dan ingat Polri akan terus bersih-bersih, jangan coba-coba anggota melakukan pungli," Pertanyaan selanjutnya peneliti ajukan kepada Informan 2,

Adapun pertanyaanya yaitu, Bagaimana fenomenanya, dan siapa yang

paling bertanggung jawab untuk penegakkan hukum terhadap oknum

polisi yang melanggar aturan hukum sendiri ?

Rangkuman Jawaban yang diperoleh peneliti sebagai berikut:

Fenomena yang terjadi atas tindakan pungli di tubuh internal kepolisian agar tidak terjadi perlawanan dilakukan secara bersama dalam satu Tim Pokja Sapu Bersih Pungutan Liar (Pungli). Melibatkan Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Metro Jaya, menangkap Kompol Sartoto Kapolsek Pamulang atas dugaan melakukan praktik pungutan liar. Sebagaimana yang terjadi di Polsek Pamulang, Propam Saber

Pungli juga menangkap Kasubnit Reskrim serta seorang penyidik

Page 110: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

pembantu Polsek Pamulang. Kasusnya narkoba, sabu-sabu. Barang

bukti yang diamankan, uang senilai Rp10 juta yang diduga hasil pungli

dari seorang tersangka pemilik sabu-sabu, agar tidak ditahan. Untuk

bahan pengusutan, penyidik masih menunggu surat keterangan sakit dari

tersangka pemilik 0,1 gram sabu-sabu tersebut.

Saat ini, ketiga aparat kepolisian itu dibebas tugaskan untuk menjalani pemeriksaan di Divisi Propam Mabes Polri. Mereka bertiga, kata Kombes Martinus, bisa kena sanksi tegas, kalau terbukti bersalah. dan kini kasus narkoba yang sebelumnya ditangani Propam Mabes Polri, sekarang ditangani Polres Tangerang Selatan.

Dari pernyataan diatas, yang dikemukakan beberapa sumber

sebagai informan dapat peneliti simpulkan, bahwa Program sosialissi

pencegahan tindakkan pungli, ini merupakan perencanaan jangka

panjang, karena itu program ini akan terus dilaksanakan dari waktu ke

waktu, tidak akan mengurangi intensitas kegiatan sosialisasi, Sub Bidang

Humas dengan jajaran lainnya yang termasuk dalam Tim Pokja

Sosialisiasi akan memproduksi pesan sosialisasi untuk di publikasikan ke

publik melalui media masa publik, maupun spanduk, banner dll.

4.3.3 Pembentukan Citra Positif Institusi Kepolisian melalui

Pelaksanaan Program Sosialisasi Pencegahan Tindakan Pungli

di Lingkungan Polda Metro Jaya.

Tim Pokja Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungli terdiri dari Sub

Bidang Humas, Sub Bidang Penrangan Umum (Penum) Sub Bidang

Propam Polda Metro Jaya. Pelaksanaan program kegiatan sosialisasi

pencegahan tindak pungli Polda Metro Jaya diharapkan dapat

memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder dan publik secara

Page 111: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

luas. Namun, tidak hanya itu saja yang terjadi, citra positif, melalui

sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dialukan secara terus

menerus telah membawa hasil positif, dari hasil penelitian lapangan pada

Sub Bidang Pelaynan Umum Polda Metro Jaya, tidak pungli yang biasa di

lakukan oknum polisi, kini dari hasil wawancara dengan publik

―pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) bisa selesai tepat

waktu dan tidak dikenakan biaya tambahan hal ini akan terbentuk di mata

masyarakat image positif.

Berikut pernyataan mengenai upaya meingkatkan citra positif

institusi kepolisian dari hasil sosialisasi pencegahan tindak pungli,

dikemukakan Informan 1, Sub Bidang Humas :

Kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dilakukan secara terus menerus telah membawa perubahan perilaku kepada anggota kepolisian yaitu polisi lebih profesional dan proporsional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Perubahan perilaku positif ini bisa meningkatkan citra institusi kepolisian, karena menunjukkan bahwa tugas melayani masyarakat itu tidak hanya berorientasi pada keuntungan pribadi. Dengan mengadakan secara terus menerus sosialisasi pencegahan tindak pungli dapat menumbuhkan kepedualian sosial, maka akan menambah nilai plus institusi kepolisian mata masyarakat. Polda Metro Jaya harus bertanggung jawab kepada masyarakat Jakarta pada umumnya. Oleh sebab itupula Tim Pokja Sosialisasi pencegahan senantiasa memberikan himbauan/menghimbau masyarakat internal dan eksternal agar tidak menyuap dan menerima suap , tetapi berupaya menunjukkan kepedulian sosial kepada stakeholder/publik yang di luar yang tidak memiliki kepentingan dengan kepolisian. Secara otomatis bila mereka mengetahui kegiatan ada perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan sosialissi, maka akan meningkatkan citra positif institusi kepolisian, dilingkungan Polda Metro Jaya.

Page 112: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jelas dan benar adanya

kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dilakukan secara

terus menerus telah membawa perubahan perilaku kepada anggota

kepolisian itu dapat meningkatkan citra positif institusi kepolisian,

dilingkungan Polda Metro Jaya. Selain itu, reputasi institusi kepolisian,

dilingkungan Polda Metro Jaya pun akan semakin baik di mata publik

secara luas.

4.3.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam

Pelaksanaan Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungli di

Lingkungan Polda Metro Jaya sebagai Upaya Meningkatkan

Citra Polisi

Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada

beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada

umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan

adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat.

Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian

tujuan dari suatu institusi kepolisian. Namun, dengan adanya faktor

penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian

tujuan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan

peneliti kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagai berikut :

Page 113: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

a. Faktor Pendukung Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak

Pungli Dilingkungan Polda Metro Jaya

Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak

pungli di lingkungan Pola Metro Jaya. Hal ini telah dipublikasikan

secara luas kepada masyarakat melalui pemberitaan yang di release

media publik tahun 2016 bersaman dengan turunnya Instruksi Presiden

Saber Pungli tahun lalu.

Sehingga seluruh khalayak yang memiliki kepentingan dengan

kepolisian Polda Metro Jaya menyambut baik program ini,

sebagaimana dikemukakan Sub BIdang Humas Polda Metro Jaya,

sebagai berikut :

Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli dilingkungan Polda MetroJaya adalah seluruh khalayak selaku pengguna jas layanan publik di kepolisian Metro Jaya. Maka tema sosialisasi itu kan sangat menarik perhatian publik dima setiap tahunnya publik memilikike pentingan untuk mengurus surat surat kendaraan di Polda Metro Jaya. Bukan secara kebetulan tahun ini merupakan tahun Sapu Bersih Pungutan Liar di seluruh Badan Layanan Publik Pemerintah dan salah satunya yang berhubungan pelayan publik yang diberikan oleh institusi kepolisian Polda Metro Jaya. Untuk itu khalayak menyambut baik atas keputusan presiden untuk menyapu bersih pungutan liar yang tidak memiliki dasar hukum apapun. Dan inipula yang membuat orang berusaha menjadi terlambat karena terlalu banyaknya persyaratan, sehingga harus memberikan uang pelicin untuk setiap urusan yang berhubungan dengan perijinan, demikian halnya yang terjadi Polda Metro Jaya setiap orang yang memberi upeti akan menjadi prioritas utama untuk mendapatkan pelayanan lebih cepat.

Page 114: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor

pendukung dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak

pungutan liar Polda Metro Jaya sebagai upaya mengedepankan

kepentingan publik, dan memberikan kesadaran kepada polisi yang

memberikan pelayanan publik agar memiliki sifat empaty terhadap

kepentingan dan kebutuhan publik.

Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal setiap kebijakan

yang pro rakyat maka akan mendapatkan respon positif dari

masyarakat luas, Oleh karena itu, di tahun 2016 merupakan tahun

Sapu Bersih Pungutan Liar dan kemudian menjadi instruksi Presiden,

maka dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan Polda Metro Jaya

akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima oleh

masyarakat luas.

b. Faktor Penghambat dalam Pelaksanan Kegiatan Sosialisasi

Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda

Metro Jaya

Tidak hanya faktor pendukung suatu kegiatan sosialisasi

mendapatkan respon masyarakat secara luas tentang pencegahan

tindak pungutan liar yang dilakukan oknum polisi di lingkungan Polda

Metro Jaya, tetapi juga mendapatkan tantangan dari internal kepolisian

sendiri dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan

pungutan liar terdapat pula faktor penghambat. Hal ini bisa diketahui

dari keterangan berikut; penjelasan dari informan 4, selaku Jurnalis

Kompas :

Page 115: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Pelayanan publik itu sebuah paradok, bila diberikan kemudahan publik yang berkepentingan akan memberikan dukungan dan sebaliknya apabila terjadi masalah maka faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah pelayanan publik pada umumnya dituntut untuk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak atau masyarakat dapat dengan mudah menyelesaikan kepentingan yang berhubugan dengan institusi kepolisian sehingga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan dokumen. Oleh karena itu, operasi sapu bersih pungutan liar ini tidak boleh berhenti dan terus di sosialisasikan dan dilaksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bila terjadi stagnan karena tidak ada lagi perhatian dari pimpinan kepolisian maupun dari khalayak yang membutuhkan jasa pelayanan kepolisian. Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang

bagi Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya, untuk mencapai

tujuan. Sehingga upaya terus menerus dilakukan oleh Sub Bidang

Humas untuk mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien

senantiasa dilakukan.

Sebagaimana dijelaskan informan 2, cukup memberi gambaran

sedikit mengenai faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi

pencegahan pungutan liar. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Tim

Pokja sosialisasi pencegahan pungutan liar, karena memberikan

semacam persyaratan untuk melaksanakan sosialisasi secara terus

menerus untuk dilakukan sebagai kegiatan yang menyangkut

kepentingan publik.

Page 116: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

c. Opini Publik yang dapat dirasakan dari Dampak Sosialisasi

Pencegahan Pungutan Liar secara langsung oleh Masyarakat

Kini apabila program kegiatan sosialisasi itu terhenti maka akan

merugikan semua pihak baik masyarakat maupun institusi kepolisian

itu sendiri, reputasinya akan tergerus oleh perbuatan oknum yang tidak

bertanggungjawab.

Ketika peneliti melakukan wawancara langsung dengan

Informan 4, Jurnalis elektronik Kompas TV. peneliti juga

mewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan langsung

dengan kebutuhan pelayanan umum dari Bidang Pelayanan Umum

Polda Meto Jaya. Berikut hasil wawancaranya :

Septi sebagai unsur masyarakat

Bahwa pelayanan umumyang di berikan oleh kepolisian Polda Metro Jaya, yang pernah diterima oleh publik ketika sebelum ada Instruksi Presiden “Sapu Bersih Pungutan Liar, situasi ditempat pengurusan dokumen kendaraan bermotor dimainkan oleh para calo. Tapi setelah ada Instruksi Presiden Sapu Bersih Pungutan Liar kemudian dilakukan soaialisasikan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kegiatan sosialisasi ini, sangat bermanfaat karena adanya kemudahan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan dokumen kendaran tanpa ada tambahan biaya yang berarti. Dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar yang dilakukan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya ini dapat membentuk citra yang positif dihadapan publik.

Page 117: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4.3.5 Evaluating

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari pelaksanan strtategi

Humas yang dilakukan oleh Sub Bidang Huams Polda Metro Jaya.

Sejalan degan tujuan penelitian, maka pada tahap ini, sosialisasi

pencegahan tindakkan Pungli di lingkungan institusi kepolisian Polda

Metro Jaya, diharapkan bisa menghasilkan dampak serta efek positif

pada institusi Kepolisian Polda Metro Jaya.

Dari sosialisasi pencegahan tindakan pungli, bahwa penyampaian

pesan (kepada target sasaran sosialisasi) sebagai upaya meminimalisasi

perilaku dalam rangka perubahan perilaku Pungli tersebut dibutuhkan

waktu dan Tim Pokja Sosialisasi pencegahan tindakkan pungli, dapat

mencapai penilaian maksimal. Sehingga Sub Bidang Humas Polda Metro

Jaya, mengevaluasi segala sesuatunya, mulai dari penentuan sasaran

dan langkah penyusunan perencanaan dan program sosialisasi

pencegahan tindakan pungli, hingga pelaksanaan kegiatan sosialisasi

hingga kini.

Hasil dari bahan evaluasi inilah yang menjadi bahan acuan dalam

menyusun perencanaan jangka panjang melalui program sosialisasi

pencegahan tindakan pungli, selanjutnya, sambil menunggu efek timbal

balik dari para sasaran dari kegiatan sosialisasi yang sudah berlangsung

tadi.

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada Sub Bidang Humas Polda

Metro Jaya, yaitu bagiaman hasil dari sosialisasi pencegahan tindakan

Page 118: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

pungli sampai dengan periode Agustus – Desember 2017, diperoleh

jawaban di bawah ini menerangkan tahapan evaluasi yang dilakukan,

yaitu :

Evaluasi itu lebih banyak dilakukan oleh Tim Pokja Sosialisasi Pencegahan Tindakkan Pungli di kepolisian Polda Metro Jaya, hingga kini terus berlangsung telah dilakukan pendataan secara kualitatif dan ada banyak masuka-masukan dari orang-orang lapangan, misalnya pihak publik yang menggunakan jasa pelayanan, seperti, pada Sub Bidang Pengurusan per-panjangan Surat Tanda Nomor Kendaran di Polda Metro Jaya, yang berlangsung di kantor pelayanan Sub Bidang Pelayanan (STNK) ditemukan tidak lagi banyak calo berpakaian Polisi/sipil. Evaluasi ini adalah masukan dari pihak warga masyarakat dan juga Sub Bidang Propam Polda Metro Jaya, bahwa kegiatan sosialisasi pencegahan Pungli tersebut, dapat memberi manfaat langsung kepada masyarakat. karena masyarakat cukup nyaman dalam proses pengurusan perpangjangan STNK sesuai target waktu dan tidak ada biaya tambahan. Adapun masukan-masukan lain dan kritikan yang harus diperbaiki dari kegiatan kegiatan sosialisasi pencegahan tindakkan Pungli tersebut dan lain-lain. Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya akan membuat laporan (report) kepada pihak Pimpinan dan shareholder (internal) institusi kepolisian. Termasuk usulan dan saran yang diberikan oleh masyarakat yang mereka harapkan tentang hasil dari kegiatan sosialisasi selanjutnya Bidang Pelayanan Polda Metro Jaya akan bersih dari Pungli.

Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut di atas, maka dapat

dikatakan bahwa model evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi

internal dalam hal ini pemberian laporan hasil kegiatan selama sosialisasi

pencegahan tindkkan Pungli di Polda Metro Jaya. Tentunya masukan dan

kritikan membangun sangat dibutuhkan oleh Sub Bidang Humas Polda

Metro Jaya sebagai dasar perencanaan program-program sosialisasi

selanjutnya ke depannya.

Page 119: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul strategi humas polisi daerah metro Jakarta

raya dalam mensosialisasikan saber pungli periode tahun 2016-2017.

Adapun program kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi pencegahan

tindak pungutan liar oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Terutama

terjadi pada Sub Bidang Pelayanan Umum, seperti yang terjadi pada Bidang

pelayanan administrasi pengurusan dokumen Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK). Beberapa alasan diatas yang menjadi objek

pembahasan, penelitian yang terjadi di Polda Metro Jaya, hingga kini

menyandang predikat ke dua dari seluruh jajaran Kepolisian Nasional dalam

tindakan pungutan liar. Sehingga tidak memiliki reputasi yang dapat

dibanggakan sebagai unsur aparatur non sipil dalam penegakan hukum.

4.4.1 Research Formative (Penelitian Pendahuluan)

Tahap ini meliputi kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data

dan informasi sebagai fakta yang terjadi di lapangan, seperti : opini, sikap

dan perilaku semua pihak baik publik internal maupun eksternal, terkait

dengan kebijakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar

dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya. Maka Sub Bidang Humas

diarahkan untuk mengamti situasi internal perilaku anggota kepolisian

sebagai Sub Bidang pelayanan umum, kemudian tata kelola organisasi

institusi kepolisian sebagai fungsi pelayanan publik, hal lain yaitu

pengamatan situasi yang terjadi dengan publik sebagai stakeholders

eksternal yang memiliki kepentingan dengan kepolisian. Pada dasarnya

Page 120: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya telah menjalankan fungsi intelijen

untuk mengetahui image masyarakat terhadap institusi kepolisian

sebagai pelayanan umum dilakukan secara professional dan proporsional

sesuai SOP yang berlaku dalan pelayanan publik. Fungsi ini menyediakan

dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan

menentukan yang dihadapi institusi kepolisian saat ini.

Untuk itu Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, pada tahap ini

akan melakukan/menerapkan kebijakan sosialisasi pencegahan tindak

pungutan liar karena banyaknya pengaduan masyarakat dari

penyimpangan perilaku polisi sebagai pelayan publik diarahkan untuk

kepentingan pribadi/golongan saja. Sehingga mengabaikan kepentingan

umum. Selanjutnya Sub Bidang Humas mengarahkan kebijakan untuk

menjawab masalah yang terjadi dilingkungan kepolisian sebagai fungsi

pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat belum dilakukan secara

professional sehingga timbul image negative di masyarakat.

Data dan informasi sebagai fakta lapangan yang sudah diperoleh

sebagai temuan akan memudahkan Sub Bidang Humas untuk menyusun

dan melaksanakan program kegiatan sosialisasi pencegahan tindak

pungutan liar dilingkungan intitusi kepolisian tujuannya untuk

mendapatkan apresiasi dari masyarakat secara luas.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

Page 121: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok ―kecil‖ seperti dalam rapat,

pertemuan, konperensi, sosialisasi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).

Pernyataan diatas sejalan dengan teori kelompok yang

dikemukakan dedy mulyana sebagai berikut :

4.4.2 Strategy

Tahap ini merupakan tahap dimana pihak Sub Bidang Humas

Polda Metro Jaya, akan membuat keputusan tentang penetapan visi dan

misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target,

penetapan program publik, strategi tujuan, struktur organisasi,

menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta

penentuan sumber dana untuk melaksanakan program kegiatan

sosialisasi tindak pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada tahap pertama,

maka diperoleh bahan-bahan untuk menyusun program kegiatan

sosialisasi tindak pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya.

Atas dasar fakta dan persoalan-persoalan yang dijumpai pada tahap

pencarian fakta, maka disusunlah suatu rencana kerja. Rencana kerja

tidak disusun berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan

irrasional. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat

rasional, lentur (fleksibel) dan berkelanjutan.

Page 122: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Maka Sub Bidang Humas telah menyususn Tim Pokja Sosialisasi

instruksi presiden tentang Saber Pungli (Sapu Bersih Pungutan Liar) yang

dilakukan oleh oknum kepolisian dilingkungan Polda Metro Jaya.

Selanjutnya menerapkan proses perencanaan kegiatan dengan

profesional. Langkah penyusunan program kegiatan sosialisasi

pencegahan tindak pungutan liar dilakukan oleh Tim Pokja Saber Pungli

tetapi yang menjalankan adalah Sub Bidang Humas sendiri yang berada

di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pimpinan Kepolisian

Daeran Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Sub Bidang Humas merupakan

bagian yang terpisah, untuk membantu Pimpinan Kepolisian dalam hal

mengkomunikasikan setiap kebijakan kepada publik internal dan

eksternal.

Penelitian ini mefokuskan pada program kegiatan sosialisasi

pencegahan tindak pungutan liar di lingkungan Polda Metro Jaya. Karena

adanya pengaduan dari masyarakat tentang perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh oknum polisi dengan meminta imbalan sejumlah uang

dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat yang dilakukan

di Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya. Dalam rangka

meminimalisasi lingkungan yang kondusif dari perilaku Pungli sebagai

perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian, maka Sub

Bidang Humas membantu Tim Pokja Saber Pungli Polda Metro Jaya

melaksanakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar dengan tujuan

untuk membangun lingkungan yang bersih dari pungutan liar. Sosialisasi

Saber Pungli secara keseluruhan telah di persiapkan untuk dilakukan

dilingkungan Polda Metro Jaya. Tujuan nya adalah agar individu sebagai

Page 123: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

anggota polri menyadari tujuan sosialisas, hal ini sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh seorang Humas dalam menyusun sebuah

program baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek, harus

mampu membuat perencanaan yang dibuat dengan cermat dan penuh

perhitungan, sehingga akan diperoleh hasi-hasil positif yang nyata.

Sesuai dengan yang dikemukakan pada Bab2 halaman 60 paragrap

kedua, kutipan dari Frank Jefkins dalam (Ruslan 2003:132). Bila

disimpulkan kutipan tersebut menyinggung mengenai :

a) Penetapan target-target operasi Public Relations yang nantinya akan

menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh

b) Perhitungan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.

c) Pembuatan skala prioritas guna menentukan:

i. Jumlah Program

ii. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan program Public

Relations yang telah diprioritaskan.

d) Menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai

dengan ketersediaan;

i. Staf pendukung atau personil yang mencukupi.

ii. Dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kantor,

mesin cetak, kamera, kendaran dan sebagainya.

iii. Anggaran dana yang tersedia.

4.4.3 Taktik

Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada

penerapan dan mengkomunikasikan program kegiatan sosialisasi

Page 124: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

pencegahan tindak pungutan liar kepada publik internal dan eksternal

berupa himbauan secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat

terbentuk dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah

mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang di desain untuk

mencapai tujuan dari program.

Pengkomunikasian program kegiatan sosialisasi pencegahan

tindak pungutan liar kepada publik internal dan eksternal sebagai

stakeholder bertujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan

kepolisian Polda Metro Jaya, kepada seluruh stakeholder yang terkait

dalam pelaksanaan program kgiatan sosialisasi. Melalui aktivitas

komunikasi yang dilakukan, akan membuka kanal interaksi yang memberi

kesempatan stakeholder untuk mengkritisi, memberi saran,

menyampaikan ide dan harapan ataupun bentuk pastisipasi serta respon

positif demi peningkatan kualitas dan profesionalitas penyelenggaraan

pelayanan publik dilingkungan Polda Metro Jaya. Dalam hal ini Sub

Bidang Humas yang bertugas untuk mengkomunikasikan segala materi

sosialisasi dalam berbagai model komunikasi yang dilakukan kepada

seluruh publik, stakeholder dan shareholder.

Dampak dari kegiatan program sosialisasi yang dilakukan oleh Sub

Bidang Humas Polda Metro Jaya telah membawa berdampak pada

pembentukan citra institusi kepolisian yaitu dengan telah berkurangnya

tindak perilaku yang ditunjukan oleh oknum polisi sebagi pemberi

pelayanan publik itu sendiri. Aktivitas komunikasi dalam setiap kegiatan

Page 125: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sosialisasi diarahkan untuk dapat meningkatkan citra, karena

menunjukkan bahwa Kepolisian bukan merupakan intitusi berorientasi

pada pemungutan jasa dari setiap pelayanan publik yang menguntungkan

diri sendiri, melainkan berorientasi pada tanggung jawab sosial dan

kepuasan atas pelayannan publik kepada masyarakat secara luas. selain

itu bahwa aktivitas komunikasi dalam penyelenggaran sosialisasi yang

dilakukan adalah untuk menambah nilai plus institusi kepolisian di mata

publiknya. Keberhasilan sosialisasi ditentukan oleh pemilihan pesan.

Menurut Canggara (2006:23) dalam buku Pengantar Ilmu

Komunikasi, pesan yang dimaksud :

―Proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda‖.

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret

agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal

budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik,

gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa tulisan’’

4.4.4 Evaluating

Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi yang

dilakukan Sub Bidang Humas difokuskan pada usaha untuk melakukan

penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program sosialisasi

Saber Pungli sebagai suatu kebijakan yang harus dilakukan. Penyesuaian

akan dilakukan pada saat program diimplementasikan dan didasarkan

pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program tersebut

Page 126: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

berhasil atau tidak. Mengingat program kegiatan sosialisasi yang

dilaksanakan Sub Bidang Humas Polda Mtro Jaya, ini, sudah berlangsung

sejak ditetapkan pada tahun 2016 lalu, dengan tema ―Sosialisasi Sapu

Bersih Pungutan Liar sebagai salah satu instruksi presiden‖.

Maka untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan sosialisasi

ini, akan dilakukan pengukuran dan penilaian mengenai kegiatan

sosialisasi yang telah dilakukan, untuk melihat hasil kerja Sub Bidang

Humas Polda Metro Jaya sudah sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan semula?

Dari hasil observasi lapangan diperoleh fakta bahwa menurut

pengakuan dari stakeholder bahwa proses kerja pelayanan umum dalam

pengurusan administrasi dokumen kendaraan yang saya ajukan selesai

tepat waktu dan tanpa ada tambahan biaya apapun. Ini artinya bukti

sosialisasi telah membawa hasil yang baik. Untuk itu diharapkan bahwa

pelaksanaan sosialisasi sudah sesuai dengan instruksi serta pedoman

yang telah ditetapkan Tim Pokja Saber Pungli Polda Merto Jaya.

Namun begitu pelaksanaan sosialisasi bukan tidak ada hambatan,

selama pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liarpun

dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan yang terjadi dilapangan dalam

melaksanakan kegiatan sosialisasi mengingat polisi adalah sebagai alat

negara dalam penegakkan hukum, Jadi diperlukan metode sosialisasi

humanis dalam proses pelaksanaannya

Evaluasi terhadap implementasi kegiatan program sosialisasi yang

sudah dilakukan Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya ini, selanjutnya

Page 127: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

akan dibuat laporan (report) secara lengkap untuk pihak internal dan tentu

saja ada laporan juga untuk pihak eksternal.

Tahap evaluasi sebenarnya bukanlah tahap akhir dari suatu

pelaksanaan program Humas, melainkan sebagai suatu tahap kontrol

untuk mengukur hasil suatu program yang sudah dilaksanakan. Tahap

kontrol ini merupakan barometer terhadap pelaksanaan program kerja

Humas yang telah dilakukan. Oleh karena itu seluruh proses kerja

Humas akan terus berlanjut dan berjalan sesuai proses tahapan demi

tahapan dari suatu strategi Humas atau proses kerja sampai target yang

ditetapkan oleh Humas dapat tercapai.

4.4.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Kegiatan

Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan

Kepolisian Polda Metro Jaya Dalam Upaya Meningkatkan Citra

Kepolisian

Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada

beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada

umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan

adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat.

Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian

tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan

adanya faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya

pencapaian tujuan tersebut.

Page 128: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh

penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagi berikut :

a. Faktor Pendukung Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak

Pungli Dilingkungan Polda Metro Jaya

Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak

pungli di lingkungan Pola Metro Jaya. Hal ini telah dipublikasikan

secara luas kepada masyarakat melalui pemberitaan yang di release

media publik tahun 2016 bersaman dengan turunnya Instruksi Presiden

Saber Pungli tahun lalu.

Sehingga seluruh khalayak yang memiliki kepentingan dengan

kepolisian Polda Metro Jaya menyambut baik program ini,

sebagaimana dikemukakan Sub BIdang Humas Polda Metro Jaya,

sebagai berikut :

Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli dilingkungan Polda MetroJaya adalah seluruh khalayak selaku pengguna jas layanan publik di kepolisian Metor Jaya. Maka tema sosialisasi itu kan sangat menarik perhatian publik dima setiap tahunnya publik memiliki kepentingan untuk mengurus surat surat kendaraan di Polda MetroJaya. Bukan secara kebetulan tahun ini merupakan tahun Sapu Bersih Pungutan Liar di seluruh Badan Layanan Publik Pemerintah dan salah satunya yang berhubungan pelayanan publik yang diberikan oleh institusi kepolisian Polda Metro Jaya. Untuk itu khalayak menyambut baik atas keputusan presiden untuk menyapu bersih pungutan liar yang tidak memiliki dasar hukum apapun. Dan inipula yang membuat orang berusah menjadi terlambat karena terlalu banyaknya persyaratan, sehingga harus memberikan uang pelicin untuk setiap urusan yang berhubungan dengan perijianan, demikian halnya yang terjadi Polda Metro Jaya setiap orang yang memberi upeti akan

Page 129: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

menjadi prioritas utama untuk mendapatkan pelayanan lebih cepat.

Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor

pendukung dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak

pungutan liar Polda Metro Jaya sebagai upaya menge-depankan

kepentingan publik, dan memberikan kesadaran kepada polisi yang

memberikan pelayanan publik agar memiliki sifat empaty terhadap

kepentingan dan kebutuhan publik.

Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal setiap kebijakan

yang pro rakyat maka akan mendapatkan respon positif dari

masyarakat luas. Oleh karena itu, di tahun 2016 merupakan tahun

Sapu Bersih Pungutan Liar dan kemudian menjadi instruksi Presiden,

maka dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan Polda Metro Jaya

akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima oleh

masyarakat luas.

b. Faktor Penghambat dalam Pelaksanan Kegiatan Sosialisasi

Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda

Metro Jaya

Tidak hanya faktor pendukung suatu kegiatan sosialisasi

mendapatkan respon masyarakat secara luas tentang pencegahan

tindak pungutan liar yang dilakukan oknum polisi di lingkungan Polda

Metro Jaya, tetapi juga mendapatkan tantangan dari internal kepolisian

Page 130: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sendiri dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan

pungutan liar terdapat pula faktor penghambat. Hal ini bisa diketahui

dari keterangan berikut, penjelasan dari informan 4, selaku Jurnalis

Kompas :

Khususnya di Polda Metro Jaya, saya sendiri sebagai wartawan sering kali meliputi pihak dari DIR LANTAS atau KASUBDIT menemukan tindakan-tindakan pungutan liar, kebanyakan pada dilakukan saat adanya SIM keliling, karena SIM keliling mungkin tidak terlalu dipantau seperti di samsat-samsat. Tapi kalo di SIM keliling itu hanya ada beberapa anggota polisi dan itu besar banget kemungkinan untuk anggota polri main pungutan liar. Biasanya pihak kepolisian yang melakukan pungli tersebut menawarkan jasa-jasa atau lebih untuk tepat nya di bantu melakukan pembuatan SIM baru, tidak perlu test seperti, psikotes dan uji praktik (menyetir), hanya tinggal foto dan langsung terimajadi dengan imbalan memberikan uang sesuai yang polisi minta. Peristiwa ini pernah tertangkap tangan oleh DIR LANTAS dan KASUBDIT Polda Metro Jaya yang sedang melakukan pengintaian terhadap pada anggota polisi yang sedang melakukan sidak SIM keliling dan ada masyarakat yang melapor juga memaparkan kepada pimpinan lantas dimintai uang untuk keperluan kesehatan.

Pimpinan Ditlantas tersebut mengetahui dan akhirnya

ditangkap oknum – oknum nakal tersebut yang melakukan pungutan liar di kesempatan SIM keliling, oknum tersebut digeledah dan menemukan sejumlah uang. Apa yang diharapkan wartawan bagaimana kedepannya tentang

pungutan liar di lingkungan Polda Metro Jaya ?

Harapan saya lebih di tegaskan lagi oleh pimpinan atasan untuk mengontrol atau melakukan pengintaian terhadap anggota yang bertugas di lapangan atau staf. Untk melakukan pekerjaan sesuai aturan, dan diberikan sanksi jera kepada polisi yang melakukan kegiatan pungli agar lebih sadar aturan hukum. Inti nya kesadaran dari pihak polisi itu sendiri untuk tidak melakukan kegiatan pungli. Pelayanan publik itu sebuah paradok, bila diberikan kemudahan publik yang berkepentingan akan memberikan dukungan dan sebalinya apabila terjadi masalah maka faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah pelayanan publik pada umumnya dituntut

Page 131: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

untuk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak atau masyarakat dapat dengan mudah menyelesaikan kepentingan yang ber-hubungan dengan institusi kepolisian sehingga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan dokumen.

Oleh karena itu, operasi sapu bersih pungutan liar ini tidak boleh berhenti dan terus di sosialisasikan dan dilaksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bila terjadi stagnan karena tidak ada lagi perhatian dari pimpinan kepolisian maupun dari khalayak yang membutuhkan jasa pelayanan kepolisian.

Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang

bagi Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya, untuk mencapai

tujuan. Sehingga upaya terus menerus dilakukan oleh Sub Bidang

Humas untuk mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien

senantiasa dilakukan.

Sebagaimana dijelaskan informan 2, cukup memberi gambaran

sedikit mengenai faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi

pencegahan pungutan liar. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Tim

Pokja sosialisasi pencegahan pungutan liar, karena memberikan

semacam persyaratan untuk melaksanakan sosialisasi secara terus

menerus untuk dilakukan sebagai kegiatan yang menyangkut

kepentingan publik.

c. Opini Publik yang dapat dirasakan dari dampak Sosialisasi

Pencegahan Pungutan Liar secara langsung oleh Masyarakat

Kini apabila program kegiatan sosialisasi itu terhenti maka akan

merugikan semua pihak baik masyarakat maupun institusi kepolisian

Page 132: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

itu sendiri, reputasinya akan tergerus oleh perbuatan oknum yang tidak

bertanggungjawab.

Ketika peneliti melakukan wawancara langsung dengan

Informan 4, Jurnalis elektronik Kompas TV. peneliti juga m

ewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan langsung

dengan kebutuhan pelayanan umum dari Bidang Pelayanan Umum

Polda Meto Jaya. Berikut hasil wawancaranya :

Septi sebagai unsur masyarakat

Bahwa pelayanan umumyang di berikan oleh kepolisian Polda Metro Jaya, yang pernah diterima oleh publik ketika sebelum ada Instruksi Presiden “Sapu Bersih Pungutan Liar, situasi ditempat pengurusan dokumen kendaraan bermotor dirmaikan oleh para calo. Tapi setelah ada Instruksi Presiden Sapu Bersih Pungutan Liar kemudian dilakukan soaialisasikan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kegiatan sosialisasi ini, sangat ber-manfaat karena adanya kemudahan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan dokumen kendaran tanpa ada tambahan biaya yang berarti. Hal ini dapat membangun image positif masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan umum kepolisian Polda Metro Jaya.

Dari pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui

kegiatan sosialisasi yang dilakukan Sub Bidang Humas Polda Metro

Jaya tentang Keppres Saber Pungli terkait pencegahan tindak

pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya, ini dapat

membentuk citra yang positif masyarakat luas.

Page 133: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan, sejalan dengan

jawaban hasil pembahasan penelitian sesuai pertanyaan penelitian dan

tujuan penelitian, terdapat pada bab I. Melalui serangkaian penelitian dan

interview dengan berbagai informan, yang terlibat lansung dengan

penelitian ini, analisis data dari Sub Bidang Humas dalam kegiatan

sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar pada institusi kepolisian Polda

Metro Jaya,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan

penelitian, sebagai berikut :

1. Sub Bidang Humas dalam kegiatan sosialisasi pencegahan tindak

pungutan liar, sebagai upaya menjalankan intsruksi presiden tentang

sapu bersih pungutan liar dalam pelayanan publik dilingkungan

pemerintahan, dan khususnya di intitusi kepolisian Polda Metro Jaya.

Karena adanya pengaduan dari masyarakat tentang perilaku menyimpang

yang dilakukan oleh oknum polisi dengan meminta imbalan sejumlah

uang dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat yang

dilakukan di Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya. Dalam

rangka meminimalisasi lingkungan yang kondusif dari perilaku Pungli

Page 134: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

sebagai perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian,

maka Sub Bidang Humas membantu Tim Pokja Saber Pungli Polda

Metro Jaya melaksanakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar

dengan tujuan untuk membangun lingkungan yang bersih dari pungutan

liar.

2. Strategi adalah suatu aktivitas perencanaan untuk mencapai tujuan akhir,

dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar, Sub Bidang

Humas Polda Metro Jaya, mempersiapkan rencana jangka panjang

sedangkan operasional sosialisasi dilakukan melalui program kegiatan

sosialisasi dan mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan sosialisasi

merupakan salah satu upaya yang dilakukan Polda Metro Jaya melalui

Sub Bidang Humas untuk meningkatkan citra institusi kepolisian. Berikut

program kegiatan sosialisasi dengan materi meningkatkan kesadaran

anggota polisi agar bertindak professional dan proporsional pada Sub

Bidang pelayanan umum. yang baik publik dapat meng-apresiasi positif

institusi kepolisian sehingga dapat menjaga reputasi kepolisian

khususnya dari masyarakat Jakarta.

Program kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar

yang dilakukan Tim Pokja yang terdiri dari Sub Bidang Humas, Sub

Bidang Penerangan Umum (Penum) dan Bidang Propam, Polda Metro

Jaya, selanjutnya disusun persiapan sosialisasi secara komprehensif,

mulai dari pemilihan dan penetapan komunikator, pesan, tempat dan

waktu hingga pada langkah operasional sosialisasi. Selain itu sosialisasi

Page 135: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

juga dilakukan melalui media masa publik, pemasangan spanduk

dengan berbagai ukuran untuk dipasang ditempat tempat strategis,

sama seperti halnya Banner. Sedang sosialisasi secara langsung

melalui komunikasi kelompok dengan komunitas, seperti keluarga

Bhayangkara.

Taktik komunikasi pada bagian ini perlu dilakukan evalusi terhadap

program yang telah disusundan dipersiapkan secara komprehensif.

Karena bagaimanapun baiknya suatu rencana, apabila cara

mengkomuikannya kurang baik maka hasilnya tidak sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Berbicara tentang penyusunan program kegiatan

sosialisasi yang disusun Pokja, kemudian dilaksanakan dan untuk

dikomunikasikan ke publik secara luas. Tetapi sebelunya program

kegiatan sosialisasi dikordinasikan dengan pihak-pihak lain di internal

intitusi Polda Metro Jaya, untuk selanjutnya mengkomunikasikan sesuai

persiapan dan jadwal yang telah ditetapkan.

Evaluasi juga dilakukan baik secara internal maupun melibatkan

pihak-pihak luar (eksternal) guna memperoleh masukan serta kritikan

membangun dari pelaksanaan program kegiatan sosialisasi

pencegahan tindak pungutan liar yang dilakukan Sub Bidang Humas

Polda Metro Jaya. Adapun kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukan

dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara berkelanjutan berkaitan

dengan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber

daya di masa depan, kemudian Accountability dapat dijadikan sebagai

Page 136: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

media institusi kepolisian untuk membangun citra (image) dan network

terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders), sedangkan

keterbukaan / transparency adanya pelaporan kegiatan sosialisasi ang

dilakukan kepada pihak internal dan juga eksternal kepolisian itu semua

dapat meningkatkan citra positif, karena dapat menunjukkan bahwa

Bidang pelayanan umum kini telah berorientasi pada kepentingan publik.

sehingga terbentuk nilai plus di mata publik secara luas.

3. Faktor pendukung dan penghambat dari program kegiatan sosialisasi

pencegahan tindak pungutan liar Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya,

adalah

a. Sebagai upaya meningkatkan citra institusi kepolisian berkaitan.

Faktor ini sangat tergantung dari institusi kepolisian itu sendiri.

Faktor ini terbentuk karena adanya keinginan masyarakat Bidang

Pelayanan Umum memberikan pelayanan lebih transparan dan

memprioritaskan kepada pelayanan publik mengenai tema yang

diangkat yaitu pelayanan professional dan proporsional serta

akuntabelity dari setiap bentuk pelayan yang diberikan kepada

masyarakat ini adalah faktor pendukung bagi publik.

b. Faktor penghambat bagi publik jika bentuk pelayanan tidak sama

dengan yang disosialisasikan ini akan menjadi faktor penghambat

bagi publik karena pelayanan institusi kepolisian memberikan

pelayanan umum yang baik tetapi dari data yang diperoleh bahwa

telah ada perubahan perilaku baik secara kualitas maupun kuantitas

dari Bidang pelayanan umum Polda Metro Jaya.

Page 137: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

5.2 Saran-saran

Untuk lebih menyukseskan program kegiatan sosialisasi pencegahan

tindak pungutan liar yang dilakuksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda

Metro Jaya, sebagai upaya untuk meningkatkan citra institusi kepolisian,

maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Saran Praktis

Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan kegiatan program sosialisasi

pencegahan tindak pungutan liar yang dilaksanakan Sub Bidang Humas

Polda Metro Jaya, maka sebaiknya para pelaku Bidang pelayanan umum

dan lainnya dilingkungan Polda Metro Jaya hendaknya lebih

memerhatikan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi atau

golongan yangakan merusak citra institusi kepolisian.

2. Saran Akademis

a. Mengingat ilmu pengetahuan berkembangan secara terus-menerus,

hendaknya ilmu pengetahuanpun memerlukan penyesesuaian

dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial masyarakatnya. Hal

ini penting, karena akan menunjang pekerjaan itu sendiri serta

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang biasa terjadi,

misalnya miss communication antar pimpinan dengan staff Bidang

pelayanan umum dalam penyampaian kebijakan-kebijakan institusi

kepolisian mengingat khalayak internal maupun eksternal sangat

peduli terhadap pelayanan kepolisian.

b. Memaksimalkan tahap evaluasi sehingga dalam penyusunan program

kegiatan sosialisasi yang akan datang, permasalahan yang sama

Page 138: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

terjadi tidak akan terulang kembali. Hendaknya institusi kepolisian

mempertahankan bentuk kepercayaan dan dukungan pihak pimpinan

dalam menjalankan tugas dan funsinya sebagai pelayan, pelindung

dan pengayom masyarakat, karena hal ini sangat berarti, apalagi

melihat ketidakseimbangan antara jumlah staff yang bertugas

dengan volume tugas yang akan dilaksanakan

c. Sebaiknya Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya lebih

menyebarluaskan materi pesan sosialisasi kepada publik secara luas,

sehingga dapat membangun spirit keterbukaan informasi publik.

Page 139: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Laksamana, 2010. Internal Public Relations. Jakarta: Republika. Ahmadi, Abu. 1982, Psikologi Sosial, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed

Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta. Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada. Cangara Hafied, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta

Cutlip, S.M, Center, A.H & Broom, G.M. 2009. Effective PR : Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Edisi Bahasa Indonesia ke-8. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Elvinaro, Ardianto. 2011. Public Relations Praktis. Edisi pertama. Jakarta: Widya

Padjajaran. Danandjaja. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : PT

Remaja. Rosdakarya. --------------. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya. ------------. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Firsan, Nova, 2009. Crisis Public Relations (Bagaimana PR Menangani Krisis.

Perusahaan). Jakarta : Grasindo. Jefkins, Frank. 2004, Public Relations (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.

K. Yin, Robert. 2014. Studi Kasus Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lattimore, Dan. 2010. Public Relations: Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba

Humanika.

Page 140: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Lexy J, Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Miles, B.B dan A.M Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2004, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja

Rosdakarya. Moleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung. Narwoko, Suyanto J., Bagong dan Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana Media Group. Oliver, Sandra. 2007. Strategi Public Relations, Jakarta: Erlangga. Rosady, Ruslan. 2011. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi :

Konsepsi dan Aplikasi. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Persada Grafindo. ------------. 2011. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi (Konsepsi

dan. Aplikasi). PT. Raja Grafindo Persada. ------------. 2006. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi

dan. Aplikasi. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana,

Yogyakarta. ------------. 2004. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Ilmu. Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sutaryo. 2005. Dasar-Dasar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. ----------. 2008. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya. -----------. 2011. Metode Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif R&D. Bandung, CV.

Alfabeta. Soekanto, Soerjono. 2009. Pengantar Sosiolog.i Rajawali. Jakarta.

Page 141: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …

Smith, Ronald D. 2005. Strategic Planning for Public Relations-Second Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Penerbit PT.Gramedia

Widiasarana. Indonesia. Jakarta. Widjaja. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:

Bumi. Aksara. Yusuf, M. Pawita, 2007. Komunikasi Instruksional, PT. Bumi Aksara, Jakarta Skripsi

Zakki Mubarok, Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan; Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nailah Hanany, Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung, dalam

Mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori, Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Program Studi Hubungan Masyarakat Universitas Islam Sunan Gunungjati.

Kamus

Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Jurnal Komunikasi :

M.D. Rahadhini (2011) dari Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Volume 5, Nomor 2.

Sumber Lain :

Keppres No. 87 Tahun 2016 Tentang Saber Pungli dilingkungan Institusi Kepolisian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang

Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Polisian Daerah Metro Jakarta Raya.

Page 142: UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) …