identifikasi penderita ispa berdasarkan faktor …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/kti...

62
IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKO PADA ANAK DI POLIKLINIK ANAK PUSKESMAS LEPO LEPO KOTA KENDARI PROVINSI SULTRA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikkan Pendidikan Diploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY WAHYUNI P00320012107 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2015

Upload: trinhdang

Post on 05-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKO

PADA ANAK DI POLIKLINIK ANAK PUSKESMAS LEPO – LEPO

KOTA KENDARI PROVINSI SULTRA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikkan PendidikanDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

WD. HENNY WAHYUNIP00320012107

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2015

Page 2: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Identifikasi Penderita Ispa Berdasarkan Faktor Resiko Pada Anak Di PoliklinikAnak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sultra

DisusundanDiajukanOleh :

WD. HENNY WAHYUNI

P00320012107

TelahMendapatPersetujuan Tim Pembimbing

Menyetujui,

Pembimbing I PembimbingII

Hj. SitiRachmiMisbah, SKp, M.Kes AnitaRosanty, SST, M.KesNip. 19711101 199903 2 001 Nip.196711171989032001

Mengetahui :KetuaJurusanKeperawatanPoltekkesKemenkesKendari

Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.SiNip. 195603111981031001

Page 3: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKOPADA ANAK DI POLIKLINIK ANAK PUSKESMAS LEPO – LEPO

KOTA KENDARI PROVINSI SULTRATAHUN 2015

DisusundanDiajukanOleh:

WD. HENNY WAHYUNIP00320012107

Telahdipertahankandidepanpembimbingdanpengujipadatanggal, 29 Juli 2015dandinyatakantelahmemenuhisyarat.

Menyetujui

1. Muslimin L., A.Kep.,S.Pd.,M.Si (...............................................)

2. Hj. SitiNurhayani, S.Kp, Ns.,M.Kep (...............................................)

3. H. Budiono, S.Kp.,M.Kes (...............................................)

4. Hj. SitiRachmiMisbah, SKp, M.Kes (...............................................)

5. Anita Rosanty, SST, M.Kes (...............................................)

MengetahuiKetuaJurusanKeperawatanPoltekkesKendari

Muslimin L A.Kep.,S.Pd,M.SiNIP. 19560311 198106 1 001

Page 4: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

1. Nama : WD. HENNY WAHYUNI

2. TempatTanggalLahir : Kioko, 24 Oktober 1994

3. Agama : Islam

4. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

5. JenisKelamin : Perempuan

6. Alamat : Jl. Durian

B. PENDIDIKAN

1. SD Negeri1 Bubu. TamatTahun 2006.

2. SMP Negeri 1 Bonegunu. TamatTahun 2009.

3. SMA Negeri 1 BonegunuTamatTahun 2012

4. PoltekkesKemenkesKendariJurusanKeperawatanTahun 2012

sampaisaatini

Page 5: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Motto

Dimana ada Kehidupan, harapan ADAJangan Hanya Menjadi Pengikut ... jadilah pemimipinMasa Depan Adalah Surga Yang TIDAK kita ketehui

Jangan Bersedih ketika orangmembicarakan kamu dibelakang,kamu Harus bergembira KARENA kamu Adalah orangYang

terdepan.

Sukses merupakan balas Dendam Terbaik

Hidup UNTUK Suatu HAL ATAU mati Tanpa UNTUKapapun

Kewajiban sebagai Seorang Anak Adalah Mengangkat hargadiri Keluarga

KaryaTulisIniSayaPersembahkanKepadaKeluargaSayaTerutamaKed

ua Orang Tua, Saudaraku,Kakek Dan Nenek,

Agamaku,Almamaterku, Serta Bangsa Dan Negaraku

Page 6: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

ABSTRACT

WD. HENNY WAHYUNI (P00320012107) Identifikasi Penderita ISPA berdasarkanFaktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota KendariProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. (PembimbingI:SitiRachmiMisbahdanPembimbing II Anita Rosanty).ISPA adalahsuatupenyakitinfeksiakutmenyerangjaringanpari-paru (alveoli) yangditandaidengangejalademam, pilek, batuk, disertaisesak yangbiasamenyeranganakbalita.Berdasarkan hasil data pada tahun 2013 dan 2014 ISPAberada diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering terjadi diPuskesmas Lepo-Lepo. jumlah penderita ISPA pada tahun 2013 sebanyak1471anak,tahun 2014 jumlah penderita ISPA sebanyak1240anak. Pada tahun 2015 periodeJanuari – Maret terdapat sebanyak 189 orang dengan anak yang menderita ISPA.Penelitianinibertujaununtukmengetahui faktor resikoPenderita ISPA pada Anak.Jenispenelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang digunakan untukmengidentifikasi faktor resiko penderita ISPA pada Anak. Populasi dalam penelitianini adalah ibu yang mempunyaianakpenderita ISPA berjumlah 189 orangpenderitasedangkansampeldalampenelitianiniadalahsebagianibu yangmempunyaianakpenderita ISPA dari 22 Mei sampai 22 Juni2015 sebanyak38denganmenggunakanteknik accidental samplingdenganmengambilkasusatauresponden yang kebetulanadaatautersediadengankasusISPA padaAnak.HasilpenelitianiniyaitumenunjukkanbahwaumursebagaifaktorresikopadaBalitapenderita ISPA yaitusebanyak 32 orang (84,2%), beratbadanlahiryaitusebanyak31 orang(81,6%),danstatus imunisasibukansebagaifaktorresikopadaBalitapenderita ISPAyaitusebanyak 29 orang (76,3%).Simpulan :Dari hasilpenelitianmenunjukkanbahwafaktor yang berisisko ISPApadaanaksebagianbesaradalahfaktorumursebanyak 32 orang (84,2%).Saran :DisarankanbagiPuskesmasLepolepo agar meningkatkanpenyuluhantentangPHBS padaibudananakkhusunyapenderita ISPA

Kata Kunci : Umur Anak, Berat Badan Lahir, Status Imunisasi, Penderita ISPA

Daftar pustaka 2010 samapai 2014 (20 buku)

Page 7: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberi rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, dan ketenangan jiwa sehingga

karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor

Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015” dapat terselesaikan sebagai syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III (D III) di Politeknik Kementerian Kesehatan

Kendari, Jurusan Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiahini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari

pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiahini dan agar dapat meningkatkan hasil

penulisannya dilain kesempatan.

Dengan terselesaikannya karya tulis ilmiahini, penulis sampaikan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan

karya tulis ilmiahini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Hj. SitiRachmiMisbah,

SKp, M.Kes. selaku pembimbing I dan Ibu Anita Rosanty, SST, M.Kes. selaku

pembimbing II. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Petrus, SKM, M. Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kendari.

2. Bapak Drs. H. Bachrun, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian.

Page 8: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

3. Ibu Dr. Putu Agustin Kusumawati selaku Kepala Puskesmas Lepo -Lepo yang

telah member izin melakukan penelitian.

4. Muslimin L A. Kep., S.Pd, Msi selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari.

5. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Anita

Rosanty, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak Muslimin L A. Kep., S.Pd, selaku penguji I, Hj. Siti Nurhayani, S.Kep.,Ns.,

M.Kes selaku penguji II dan bapak H. Budiono, S.Kp., M.Kes selaku penguji III

yang telah memberikan memberikan masukan dalam karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh dosen dan staf Poltekkes Kemenkes Kendari khususnya Jurusan

Keperawatan, terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

selama ini.

8. Spesial Kedua orang Tuaku LM.Rahmat dan Kasriyati yang senantiasa

mendoakan, menyemangati,mendukung,memberikan kasih sayang dan selalu

mendoakan yang terbaik.

9. Untuk kakaku Ld.Muh Fadil dan Ld.Hanif Hidayat Ani yang selalu menasehatiku,

mendoakan, memberikan bantuan dengan ikhlas dan seluruh keluarga besarku.

10. Untuk sahabatku tercinta Gang Cetar aswar, titi, tima, yuni, lina yang selalu

senang tiasa membantuku di kala senang maupun duka dan membantu

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Page 9: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

11. Untuk yayu, yesa, eli, nia, diah, eko, arkam, nandar, putra, minhar, amzak, ikhwan,

sarjun, ruli terimakasih telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan

seluruh teman – teman kelas III B yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Harapan penulis semoga kelak setelah membaca karya tulis ini, wawasan

para pembaca menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para

pembaca dimasa yang akan datang. Amin.

Kendari, 05 Agustus 2015

Penulis

WD. HENNY WAHYUNI

Page 10: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….....i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….………...........ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii

RIWAYAT HIDUP..............................................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………..……..vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………....ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....x

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang…………………………………………………..........1B. RumusanMasalah……………………………………………….........3C. TujuanPenelitian………………………………………………...........4D. ManfaatPenelitian……………………………………………............4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTentangInfeksi Saluran Pernafasan Akut………………......6B. TinjauanUmum Tentang AnakBalita.....................…………….........14C. Faktor Resiko Terjadinya ISPA..........................................................18

BAB III KERANGKA KONSEP

A. DasarPemikiran ……………………..……………..…………...........27B. Kerangka Pikir…...........………………………….……………….....28C. DefinisiOperasional Dan Kriteria Objektif ……………....................39

BAB IV METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian……………………..…………………………...........30B. Waktu Dan TempatPenelitian ……………………………………....30C. Populasi Dan Sampel ………..……………………………………...30

Page 11: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………..........31E. Pengolahan Data………………………………………………….....31F. Analisis Data………………………………………………………...32G. Penyajian Data ……………………………………………………....32

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………....33B. HasilPenelitian…………………………………………………….....35C. Pembahasan…………………………………………………….…....38

BAB VIPENUTUP

A. Simpulan……………………..………………………….....................43B. Saran ……………………………………………………………........44

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 12: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Berdasarkan Umur Anak di Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................

35

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Berdasarkan JenisKelamindi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................

36

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanIbudi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................

36

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan PekerjaanIbudi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015..........................

37

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Berdasarkan Umur di Poli Klinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2015........................................

37

Tabel 5.6 Distribusi PenderitaBerdasarkan BeratBadanLahirdi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015........................... 38

Tabel 5.7 Distribusi PenderitaBerdasarkan Status Imunisasidi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggaratahun 2015........................... 38

Page 13: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permintaan Persetujuan Menjadi Responden

2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden

3. Lembar Kuesioner Penelitian

4. Master Tabel Penelitian

5. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian

6. Surat Pengantar izin penelitian dari instituti

7. Surat Pengantar izin penelitian dari bidang litbang

8. Surat Telah Melakukan Penelitian dari Tempat Penelitian

9. Gambar Dokumentasi Penelitian

Page 14: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di Negara berkebang dengan angka

kematian anak di atas 40% 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada

golongan usia anak. Di Indonesia , infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) selalu

menepati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan anak.

Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai 25% dengan

rentang kejadian yaitu sekitar 17,5% -41,4% dengan 16 provinsi diantaranya

mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering berada

pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. (WHO, 2012)

Di Eropa dan Amerika Utara, penyakit ini menyerang 100 per 100.000

orang dewasa setiap tahun. Case Fatality Rate atau CFR sebelumnya mencapai 20–

40% diantara penderita dirawat di Rumah Sakit dan telah menurun 5 – 10%

dengan terapi anti mikrobial dan tetap sekitar 20 – 40% pada penderita yang

mempunyai latar belakang penyakit lain atau pada pecandu alkohol. Di Indonesia,

cakupan temuan penderita ISPA yang dilaporkan pada tahun 2006 berkisar antara

30%-40%, sementara sasaran temuan penderita ISPA pada tahun tersebut adalah

Page 15: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

78% - 82%. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 dari

10 penyebab kematian pada orang dewasa, gangguan nafas menduduki urutan

kelima yakni 11,80% (Depkes RI, 2010).

ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan yang dapat berlansung sampai

14 hari. Pada umumnya, penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak karena pada

anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyakit ini dikatakan infeksi

karena terjadi melalui proses masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit pada

saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli hingga menimbulkan gejala

penyakit pada penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Penyakit ISPA juga dikatakan sebagai penyakit akut karena infeksi yang

berlangsung sampai dengan 14 hari (Tjitra dkk, 2011).

Berdasarkan Program Pembangunan Nasional (Propenas) bidang

kesehatan, angka kematian ISPA di Indonesia lima per seribu pada tahun 2007

akan diturunkan menjadi tiga per seribu pada akhir tahun 2012. Prevelensi

Nasioanal Infeksi Saluran Pernafasan Akut (berdasarkan diagnosa tenaga

kesehatan dan keluhan responden) tahun 2013 adalah 25, 50%. Sebanyak 16

Provinsi mempunyai prevelensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut diatas prevelnsi

nasioanl (Tjitra dkk, 2011).

Data Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dalam 3 tahun terakhir

menunjukan bahwa kejadian ISPA pada Anak sejak tahun 2011 adalah 6.960

Page 16: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

kasus, penderita ISPA pada Anak tahun 2012 adalah 8.829 kasus, pada tahun 2013

mengalami peningkatan yaitu 22.554 kasus (Dinkes Provinsi Sultra, 2015).

Berdasarkan hasil data dari puskesmas Lepo – Lepo pada tahun 2013 dan

2014 ISPA berada diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering

terjadi di Puskesmas Lepo-Lepo. jumlah penderita ISPA pada tahun 2013

sebanyak1471anak, tahun 2014 jumlah penderita ISPA sebanyak1240anak. Pada

tahun 2015 periode Januari – Maret terdapat sebanyak 189 orang dengan anak

yang menderita ISPA (Data Puskesmas Lepo Lepo, 2015).

Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya. Bayi dan anak

merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga

masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009), Anak dengan gizi

yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi

normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Imunisasijuga mempengaruhi

kejadian ISPAdan penyakit infeksi lainnya akibat sistem imun yang kurang

berfungsi dengan baik untuk melawan berbagai infeksi yang masuk didalam tubuh.

Berdasarkan uraian diatas membuat peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor Resiko pada

Anakdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2015 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “BagaimanakahIdentifikasi Penderita ISPA berdasarkan

Page 17: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor resikoPenderitaISPA pada Anak di Poliklinik

Anak Puskesmas Lepo-LepoKota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi umur sebagai faktor resikopada Anakpenderita ISPAdi

Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2015.

b. Mengidentifikasi berat badan lahir sebagai faktor resikopada

Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015

c. Mengidentifikasi status imunisasi sebagai faktor resikopada Anakpenderita

ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi Puskesmas

Page 18: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Bahan masukan bagi Puskesmas Lepo-lepo dalam penanganan pasien

khususnya penderita ISPA

2. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan suatu pengalaman berharga dan masukan bagi penulis

dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh

pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Bagi Peneliti

Menambaah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan

kemampuan dalam melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai

tambahan ilmu pengetahuan tentang metode penelitian khususnya penyakit

ISPA dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan

dengan penelitian ini.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat memberikan informasi dan dorongan kepada masyarakat tentang

pentingnya pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak

Page 19: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Penyakit ISPA

1. Pengertian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diadaptasi dari istilah dalam

bahasa inggris, yaitu Acute Respiratory Infections (ARI) yang mempunyai

pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalm tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung, hingga

alveolimbeserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga

tengah dan pleura.

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Tjitra

dkk, 2011)

ISPA adalah suatu penyakit infeksi akut menyerang jaringan pari-

paru (alveoli) yang ditandai dengan gejala demam, pilek, batuk, disertai sesak

yang biasa menyerang anak anak (Depkes RI, 2010).

Page 20: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahhwa ISPA adalah

penyakit ifeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran

napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

termasuk jaringan adneksanya sseeperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura yang berlangsung sampai dengan 14 hari

Proses infeksi dapat mencangkup saluran pernafasan atas atau bawah

atau keduanya. Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia,fungsi,

atau protozoa dan bersifat ringan, sembuh sendiri, atau menurunkan fungsi

individu. Saluran pernafasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan,

dan menyaring udara. Bersama udara, masuk berbagai patogen, yang dapat

nyangkut di hidung, farings (tonsila), laring, atau trakea, dan dapat

berproliferasi, bila daya tahun tubuh menurun. Penyebaran infeksi (bila

terjadi) tergantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virulensi kuman yang

bersangkutan.

Proses infeksi saluran pernafasan dapat disebabkan oleh patogen yang

mengenai saluran pernafasan atas. Infeksi ini menimbulkan berbagai

gambaran patologis dan klinis bergantung pada ketahanan hospes dan

virulensi organisme.Mengingat ISPA banyak dipengaruhi oleh banyak faktor,

maka sampai saat ini, cara pencegahan yang efektif dan spesifik masih terus

diteliti, namun secara umum pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan pola

hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi

lengkap (Maryam, 2010).

2. Klasifikasi ISPA Pada Anak

Page 21: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Penentuan klasifikasi ISPA pada anakdibedakan atas dua kelompok,

yaitu sebagai berikut :

a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat dan

bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat

(fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau

lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke adalam

(severa chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat

(Tjitra dkk, 2014).

b. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas : ISPA

berat dan bukan pneumonia. ISPAberat, bila disertai nafas sesak yaitu

adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak

menarik nafas. ISPAdidasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit

atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Tjitra dkk, 2014).

3. Etiologi ISPA

Penyebab terjadinya ISPA beraneka ragam, namun penyebab

terbanyak adalah virus, bakteri dan aspirasi (debu, populasi, makanan).

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus stereptokokus, stafilokokus,

pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus dan lain-lain. ISPA bagian atas

umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah yang

Page 22: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang

disebabkan oleh bakteri umunya mempunyai manifestasi klinis yang berat

sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penangananya. ISPA bagian

atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangka ISPA bagian bawah dapat

disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang

disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat

sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penangananyan (Suryana, A.

2012).

4. Tanda dan Gejala

Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2 ISPA)

kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah anak,

ditandai dengan adanya batuk dan atau adanya kesukaran bernafas disertai

adanya peningkatan frekwensi nafas (nafas cepat) sesuai golongan umur.

Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu

umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (Tjitra

dkk, 2011).

Klasifikasi ISPA berat didasarkan pada adanya batuk dan atau

kesukaran pernafasan disertai na fas sesak atau tariakan dinding dada bagian

bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari

5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2bulan diagnosis ISPA berat

ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing) dimana frekuensi nafas 60

kali permenit atau lebih, dan atau adanya tarikan yang kuat dinding dada

bagian bawah kedalam (severe chest indrawing) (Tjitra dkk, 2011).

Page 23: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Bukan ISPA apabila ditandai dengan nafas cepat tetapi tidak disertai

tariakan dinding dada kedalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok

penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala

peningkatan frekuensi nafas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam (Depkes, 2010).

Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk

yang dikelompokan sebagai tanda bahaya :

a. Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stidor (ngorok) wheezing (bunyi

nafas), demam.

b. Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun

yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (Tjitra dkk,

2011).

5. Cara Penularanya

Pada umunya penyakit ISPA termaksud dalam kelompok penyakit

yang ditularkan melalui udara (airborne disease). Sumber penularan penyakit

adalah penderita ISPA. Awal dan lamanya penderita dapat penularan

penyakitnya ke orang lain juga berbada-beda karena beraganya etiologinya.

Penularan organisme penyebab ISPA terjadi melalui aerosol, droplet atau

kontak langsung tangan dengan sekret yang terinfeksi yang kemudian

menyentuh hidung atau mata (Tjitra dkk, 2011).

6. Pencegahan ISPA

Page 24: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Menurut Tjitra dkk (2011), pencegahan penyakit ISPA dapat dilihat

dalam lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai

berikut :

a. Promosi kesehatan ( Health Promotion )

Promosi kesehatan ( health promotion ) adalah upaya meningkatkan

peran kesehatan program dan masyarakat secara optimal, mengurangi

penyebab penyakit ISPA dan derajat resiko serta meningkatkan secara

optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang

sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.

Promosi kesehatan (health promotion) dalam mencegah terjadinya

penyakit ISPA dapat dilakukan denganberbagai cara diantaranya:

1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara

penularan dan cara-cara pemberian serta manfaat menegakan diagnosis

dini dari suatu penyakit seperti ISPA.

2) Penyedian makanan sehat dan cukup ( kulitan maupun kuantitas).

3) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyedian air

bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

4) Pendidikan kesehatan kepada masyrakat.

5) Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

b. Perlindungan Khusus ( spesific protection )

Sasaran pada perlindungan khusus ( spesific protection ) yang utama

adalah tinjauan kepada penjamu (host) dan penyebab utam meningkatkan

Page 25: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit

ISPA.

Perlindungan khusus (spesific proctection) dalam mencegah

terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1) Perbaikan status gizi individu / perorangan ataupun masyralat untuk

membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat malawan agent

penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh, seperti mengkomsumsi

bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan

diperlukan tubuh.

2) Memberika ASI ekslusif pada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak

mengandung kalori, protein, dan vitamin, yang banyak dibutuhkan oleh

tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan

tubuh bayi sehingga terlindungi dari berbagai penyakit infeksi

termaksud ISPA.

c. Diagnosis dini dan pengebotan segera (early diagnosis and prompt

treatment)

Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment) merupakan pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang

menderita atau terancam akan menderita penyakit ISPA, dengan tujuan

mencegah meluanya penyakit atau terjadinya wabah penyakit menular dan

menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya

kompilkasi.

Page 26: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment) dalam pencegahan terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan

dengan berbagai upaya diantaranya:

1) Mencari kasus sendini mungkin

2) Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan

3) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan semua penderita

untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan

pengobatan.

4) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita

5) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap pemulaan kasus.

d. Pembatasan cacat (disabillity limitation)

Pembatasan cacat (disabillity limitation) merupakan pencegahan

yang mencegah terjadinya kecacatan atau kematian akibat penyakit ISPA.

Pembatasan cacat (disability limitation) dalam mencegah terjadinya

penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:

1) Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan

tak terjadi komplikasi

2) Pencegahan tehadap komplikasi dan kecacauan

3) Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan

pengobatan dan perawatan yang lebih intentif.

e. Rehabilitas (Rehabilitation)

Rehabilitan (Rehabilitation) merupakan pencegahan yang berjuan

untuk berusaha pengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial secara

Page 27: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

optimal. Rehabilitas (rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit

ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat

gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA (Notoatmojo).

B. Tinjauan Umum Tentang Anak

1. Pengertian

Menurut Undang – Undang anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 18 tahun dan belum pernah kawin.Anak merupakan individu yang berada

dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga

remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah

(2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun)(Uripi, 2014).

Anak merupakan generasi yang perlu mendapat perhatian disebabkan

oleh beberapa hal yaitu :

a. Anak merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk kelangsungan

hidup bangsa.

b. Anak sangat peka terhadap penyakit

c. Tingkat kematian anak yang masih tinggi.

Anak merupakananak dibawa 18 tahun pertama dimana (Sjahmien

Moehji, 2013).kebutuhan dasar – dasar kepribadian manusia, kemampauan

pengindraan, berfikir, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku

sosial dan lainnya. Masa anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting

dan perlu perhatianserius, dimana pada masa kehidupan yang sangat penting

dan perlu perhatian serius dimana pada masa ini berlangsung proses tumbuh

Page 28: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

kembang psikomotorik, mental dan sosial. Karena itu, perhatian yang diberikan

akan sangat menurunkan kualitas hidup manusia dimasa depan (Depkes RI,

2010).

Anak menunjukan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan

zat-zat gizi yang tinggi, anak merupakan kelompok umur yang paling sering

menderita gizi dalam hal ini. Kekurangan Energi Protein (Sediaoetama, 2012).

Adapun pembagian anak anak menurut umur adalah :

a. Anak umur 13-23 bulan

b. Anak umur 24-35 bulan

c. Anak umur 36-47 bulan

d. Anak umur 48-60 bulan

Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak,

dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan

yang berbeda (Soetjiningsih, 2010).

2. Karakteristik Anak

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks

yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Laju

pertumbuhan masa anak lebih besar dari apa yang disediakan ibunya. Laju

pertumbuhan masa anak lebih besar dari masa usia pre-sekolah sehingga

diperlukan jumlah makanan yang relatif. Namun perut yang masih lebih kecil

menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan

lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan

yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering (Uripi, 2014).

Page 29: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Pada usia parasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memiliki makanan yang sudah disukainya. Pada usia ini anak mulai

bergaul dengan lingkunganya atau bersekolah playgroup sehingga anak

mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan

mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”

terhadap setiap ajakan. Karakteristik anak pra sekolah ini mencangkup

perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak.

Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh

besarnya ukuran – ukuran antropomentrik dan gejala/tanda lain pada rambut,

gigi geligi, otot serta jaringan lemak, darah, dan lainya. Sedangkan

kemampuan motorik dan emosional anak mencangkup sikap anak dalam

lingkungan, gerakan anggota badan, serta kemampuan intelektual anak seperti

menyebutkan nama atau bercerita lainya.

Tahap – tahap usia pra-sekolah (Wikipedia,2009). Sebagai berikut :

2.1. Perkembangan Fisik

Di awal anak, bertambah berat badan anak merupakan

singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang

usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebutkan dengan

periode usia prasekolah. Pada fase ini anka berkembang dengan sangat

pesat karena anak memiliki ciri khas perkembangan menurun

disebabkan banyaknya energi untuk bergerak (Choirunisa, 2009).

2.2. Perkembangan Psikologis

Page 30: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Dari sisipsikomor, anak mulai terampil dalam pergerakanya

(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling,

berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola

keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.Pada akhir

periode anak kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih

seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan

pinceryaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta

memegang sendok dan menyuapakan makanan kemulutnya, mengikat

tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman terhadap obyek telah lebih

ajeg. Kemampuan bahasa anak tumbuh dengan pesat. Pada periode

awal anak yaitu usia dua tahun kosa kata anak rata-rata anak adalah 50

kata, pada usia 5 tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia

tiga tahun anak mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga

kata dan mempelajari kata bahasa dari bahasa ibunya (Choirunisa,

2009).

Anak diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan

sehat jasmani sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan

kelemahan. Masalah kesehatan anak merupakan masalah nasional

mengingat angka kesakitan dan angka kematian pada anak masih

cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang

sesungguhnya sebab kesemuanya berkaitan erat dengan faktor

Page 31: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

lingkungan seoerti perumahan, kemiskinan, gizi kurang, dan

pelayanan kesehatan (Choirunisa, 2009).

C. Faktor Resiko Terjadinya ISPA

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termaksud indonesia dan

berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor baik untuk meningkatkan

insiden (morbilitas) akibat pneumonia. Berbagai faktor resiko yang meningkatkan

kematian akibat ISPA adalah umur dibawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi

rendah, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam prektek

pencarian pengobatan yang salah (Anonim, 2013). Faktor – faktor penyebab ISPA

pada anak adalah sebagai berikut :

1. Umur Anak

Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA.

Risiko untuk terkena ISPA lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun

dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di

bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit

(Daulaire, 2000).

Menurut Rifal (2012), umur adalah umur yang dihitung mulai dilahirkan

sampai meninggal, sedangkan menurut Lukman (2011) umur adalah lamanya

waktu hidup sejak dilahirkan/diadakan. Sejumlah studi yang besar menunjukan

bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini

anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur

6 – 12 bulan. ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada

semua tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi

Page 32: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

< 2 bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.

Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya.Bayi dan anak

merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna,

sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009).

2. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

mental pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko

kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,

terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti

kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,

terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainya. Penelitian

menunjukan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan

meningkatnya kematian akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan ini

menetap setelah dilakukan adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan,

pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa anak – anak dengan riwayat berat

badan lahir rendah tidak mengalami rate lebuh tinggi terhadap penyakit saluran

pernafasan, tetapi mengalami lebih berat infeksinya(Suhandayani, 2009)

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40

minggu dalam rahimibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar

3 Kg dan panjang badan 50 cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal

adalah antara 3000 gr sampai dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari

2500 gr dikatakan berat badan lahir (Solihin Pudjiadi, 2013). Menurut Jumiarni,

dkk (2010),

Page 33: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Bayi berat lahir merupakan masalah penting dalam pengelolaanya

karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,

kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah unutk menderita hipotermia.

Selain itu bayi dengan berat badan lahir mudah terserang komplikasi tertentu

seperti ikterus, hipoglikomia yang dapt di istilahkan dengan kelompok resiko

tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan angka kematian dan kesehatan

yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa

angka prevelensi berat badan lahir di negara maju terbesar antara 3-7% dan di

negara berkembang berkisar antara 13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka

pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14%

dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2013).

3. Status Gizi

Masukan zat – zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan

perkembangan anak dipengaruhi oleh : umur, keadaan fisik, kondisi

kesehatanya, kesehatan fisiologis pencernaanya, tersedianya makanan antara

lain berdasarkan antropomentri : panjang badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas. Kejadian gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk

terjadinya ISPA. Beberapa penelirian telah membuktikan tentang adanya

hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi

buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainya serta menurunya

daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Anak dengan gizi yang kurang akan

lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi normal karena

faktor daya tahan tubuh yang kurang (Sjahmien Moehji, 2013).

Page 34: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Begitu pula dengan masa anak, kecukupan gizi sangat penting bagi

kesehatan anak, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan anak erat kaitanya

dengan masukan dengan makanan yang memadai. Pertumbuhan dan

perkembanganyang optimal pada anak memelurkan makanan yang sesuai

dengan anak yang sedang tubuh. Seluruh komponen bangsas, terutama orang

tua, harus memperhatikan anak karena anak karena anak merupakan generasi

penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. Masa anak disebut

juga sebagai “ golden period “ atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-

dasar kemampuan keindahan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental

intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan normal (Sjahmien Moehji,

2013).

Anak merupakan salah satu golongan paling rawan gizi. Pada usia anak

dikatakan sebagai saat yang rawan karena pada rentang waktu ini anak masih

sering sakit, anak merupakan konsumen pasif yang sangat tergantung kepada

orang tua serta sering terdapat keluhan nafsu makan kurang.Masa anak disebut

juga masa vital, khususnya sampai usia dua tahun, karena adanya masa vital ini,

maka pemeliharaan gizi sangat penting utuk diperhatikan. Jika tidak, akan

mengganggu proses pertumbuhans secara maksimal. Keberhasilan mencapai

status gizi anak yang baik erat kaitanya dengan kerja sama antara orang tua

yang memperpraktekanya dan mendapat mendapat informasi gizi dengan baik

(Sjahmien Moehji, 2013).

a. Penilaian secara langsung

1) Antropometri

Page 35: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan dasar

dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut

indeks antropometri.

2) Berat badan menurut tinggi badan

Indeks BB/TB digunakan untuk menilai status gizi saat kini.

Keuntungan dari penggunaan indeks BB/TB juga berguna dalam evaluasi

manfaat program intervensi, dimana indeks ini juga sering kali digunakan

dalam penilaian gizi pasien di rumah sakit, untuk mengidentifikasi

wasting (gibson R, 1990 dalam effendy DS, 2009).

Kelemahan indeks BB/TB adalah indeks ini tidak dapat

menggambarkan apakah anak yang dinilai tersebut pendek atau cukup

tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak

dipertimbangkan. Selain itu, adanya edema bisa mempersulit penafsiran

hasil pengukuran (Supariasa, 2012).

Menurut Kemenkes RI (2011) standar antropometri penilaian

status gizi anak dapat dinilai dari beberapa kategori sebagai berikut :

1) Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks

panjang badan menurut umur (PB/U). Pada kategori status gizi pendek

ambang batas (Z – Score) -3 SD sampai dengan <-2 SD, pada kategori

status gizi normal ambang batas Z-Score) -2 SD dan pada kategori

status gizi tinggi ambang batas (Z-Score) >2 SD.

Page 36: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

2) Kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks Berat

Badan menurut pajang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) umur anak 0-60 bulan. Pada kategori status gizi kurus

ambang batas (Z – Score) -3 SD sampai dengan < - 2 SD, pada

kategori status gizi normal ambang batas (Z – Score) -2 SD sampai

dengan 2 SD dan pada kategori status gizi gemuk ambang batas (Z –

Score) > 2 SD.

4. Status Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di Imunisasi,

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau

resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain

(Notoatmodjo, 2010).

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit untuk

meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan dan efektifitas program imunisasi

dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit tersebut.

Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11 bulan meliputi imunisasi BCG,

DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak. Dari kelima jenis campak, pertusis,

difteri, dan tuberkulosis anak (Tjitra dkk, 2011).

Jenis – jenis imunisasi wajib :

a. Vaksin BCG

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan

aktif terhadap pneyakit TBC, vaksin BCG mengandung kuman BCG yang

masih hidup.Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah

Page 37: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

penyakit TBC.Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan

uji tuberkulin terlebih dulu.BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin

negatif.

b. Vaksin DPT

Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan

aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (bauk

rejan) dna tetanus. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih

dari enam minggu.Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan.Ulangan DPT

diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun.Pada anak umur 12 tahun, imunisasi

ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.

c. Vaksin DT

Vaksin ini dibuat untuk keperluan khususu yaitu bila anak sudah tidak

diperbolehkan atau tidak lagi memerlukan imunisasi pertusis, tapi masih

memerlukan imunisasi difteria dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar

dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.

d. Vaksin Tetanus

Terhadap penyakit tetanus, dikenal 2 jenis imunisasi yaitu imunisasi

aktif dan imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunsasi aktif

ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah lemah dan

kemudian dimurnikan.Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada

saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.

e. Vaksin poliemilitis

Page 38: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit

polimelitis,diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya

vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian

vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran,yang masing – masing

mengandung virus polio tipe I, II dan III yaitu :

1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah

dimatikan (Vaksin Sulk), cara pemberiannya dengan penyuntikan

2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang masih

hidup tetapi telah dilemahkan (Vaksin sabin), cara pemberiannya

melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.

f. Vaksin campak

Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit

campak secara aktif.Jenis Imunisasi yang memberikan manfaat untuk

melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella.Vaksin Campak

dapat diberikan pada usia 15 bulan bahkan dapat diulang pada usia anak 6

tahun

g. Vaksin Hepatitis B

Vaksinasi dimaksud untuk mendapat kekebalan aktif terhadap

penyakit hepatitis B. penyakit ini dalam istilah sehari – sehari lebih

dikenal sebagai penyakt lever.Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi

berusia 2, 4, 6 dan 15 bulan, dan dapat dilakukan secara terpisah atau

secara kombinasi.

Page 39: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi

menunjukkan bahwa ada kaitan antara penderita pneumonia yang

mendapatkan imunisasi tidak lengkap, bermakna secara statis. Menurut

penelitian yang dilakukan Tupasi pada tahun 1985 menyebutkan bahwa

ketidak patuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 1993 menyebutkan

bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti

mencegah kejadian ISPA (Dinkes RI, 2010).

Pencegahan ISPA melalui imunisasi BCG dan DPT, cukup esensialn

untuk menyiapkan anak menghadapi lingkungan yang tidak selalu bisa

dijamin kebersihan udarannya. Selain itu, asupan makanan yang kaya gizi

tertentu akan mempertahankan stamina anak itu sendiri.

Page 40: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Istila ISPA yang merupakan singkatan dari Infeksi SaluranPernafasan Akut

di perkenalkan pada tahun 1984. Istila ini merupakan padanan dari istila inggris

acute respiratori infektion.Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah suatu

kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA

dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas

anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis. ISPA

Atas (Acute Upper Respiratory Infections) ispa atas yang perlu diwaspadai

adalah radang salurang tenggorokan atau pharingitis yang radang telinga tengah

atau otitis. Pharingitis yang disebabkan oleh kuman tertentu (streptococcus

hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis).

Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya

Page 41: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

ketulian. Sedangkan ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections) salah

satu ispa bawah yang berbahaya adalah pneumonia.

ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit

utama di negara berkembang. Gejala yang sering kali di jumpai adalah batuk,

pilek dan kesukaran pernafan. Episode atau serangan batuk pada anak, khususnya

anak adalah 6 sampain 8 kali pertahun.

B. Kerangka pikir

Kerangka pikir ini dibuat landasan teori yang menunjukkan factor resiko

antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapaun variabel Independen atau

variable bebas adalah umur anak, berar badan lahir dan status imunisasi.

Sedangkan variabel dependen atau variable terikat adalah Anak Penderita ISPA.

Penderita ISPA

Faktor Lingkungan

Status Imunisasi

Berat Badan Lahir

Umur Balita

Status Gizi

Page 42: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Umur anakyang dimaksud dalam penelitian ini anak yang berusiadi bawah 5

tahun.

Kriteria Obyektif :

Ya :jika umur anak< 5tahun

Tidak :jika umur anak> 5 tahun

2. Berat badan lahir

Berat badan lahiryang dimaksud dalam penelitian inianak dengan berat

badan rendah mempunyai resiko terkena penyakit ISPA dibandingkan dengan

anak yang lahir dengan berat badan lahir normal.

Kriteria obyektif :

Normal : > 2500 gram.

Tidak Normal : < 2500 gram

3. Status imunisasi

Faktor Perilaku

Page 43: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Status imunisasi yang dimaksud dalam penelitian ini penilaian

kelengkapan imunisasi yang diterima anak menurut umur dan waktu

pemberiaanya.

Kriteria obyektif :

Lengkap :Bila imunisasi anak lengkap

Belum Lengkap : Bila imunisasi anak belum lengkap

Tidak Lengkap :Bila imunisasi anak tidak lengkap.

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang digunakan untuk

mengidentifikasi faktor resiko penderita ISPA pada Anak di Puskesmas Lepo –

Lepo Kota Kendari Provinsi Sultra Tahun 2015.

B. Waktu Dan Tempat

1. Tempat

Penelitian ini bertempat di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lelo

Sulawesi Tenggara.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 26 Mei 2015

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Page 44: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak

penderita ISPA di Puskesmas Lepo-Lepo Sulawesi Tenggara Tahun 2015 yang

berjumlah 189 orang penderita.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian ibu yang mempunyai anak penderita ISPA yang

dating berkunjung di Poli Anak saat penelitian berlangsung dengan tehnik

pengambilan sampel adalah Accidental Sampling. Berikut adalah rumus untuk

mengambil sampel pada penelitian ini : 20% × 189 = × 189 = 37,8 atau 38

anak..

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer meliputi :

Data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan

Kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti yang meliputi data tentang

penderita dan penyebab

b. Data sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan data

penderita ISPA pada anakdi Puskesmas Lepo-Lepo Kta Kendari Propinsi

Sulawesi Tenggara.

2. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara membagikan lembar observasi pada

penderita ISPA.

Page 45: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

E. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar

observasi, data yang terkumpul diolah. Pengolahan data meliputi kegiatan :

1. Coding adalah pengecekan atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang

termaksud pada kategori yang sama.

2. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan.

3. Skoring adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan.

4. Tabulating adalah membuat tabel yang berisi data yang telah diberi kode

sesuai dengan analisi yang dibutuhkan..

F. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas yaitu

pemenuhan keburuhan dasar perawatan diri (self care) dan variable terikat

yaitu pada lansia, dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

X = Presentase variable yang diteliti

f = Frekuensi kategori variable yang diamati

n = Jumlah sampel penelitian

K = Konstanta (100%) (Chandra B, 2009)

G. Penyajian Data

X = f / n x K

Page 46: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi presentase dan dinarasikan.

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Puskesmas Lepo-Lepo merupakan puskesmas induk yang

melayani rawat jalan dan rawat inap dan kebidanan serta UGD 24 jam.

yang berkedudukan di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Luas Wilayah

kerja Puskesmas Lepo-Lepo 13.130 Ha meliputi4 Kelurahanmeliputi :

Kelurahan Lepo-lepo, Kelurahan Wududopi, Kelurahan Baruga,

Kelurahan Watubangga dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan

Kecamatan Kadia

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia

Page 47: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto

b. Kependudukan / Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo – Lepo pada

tahun 2014 sebanyak 20363 jiwa dan KK sebanyak 4414 pada 4 kelurahan

(Lepo – Lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga)

c. Sarana Prasarana yang Ada di Dalam Poli Anak

1) Meja = 3 Buah

2) Kursi = 6 Buah

3) Wastapel = 1 Buah

4) Lemari = 1 Buah

5) Kipas angina = 1 Buah

6) Daftar 5 Penyakit = 1 lembar

7) Poster anak anak = 3 lembar

8) Perawat = 3 orang

9) Dokter = 2 orang

10) Tempat kertas, Lab/Darah = 1 Buah

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah dapat disajikan

sebagai berikut :

2.1. Umur Anak

Tabel 5.1.Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Umur Anak di Poli Klinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015

Page 48: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

No Umur Anak Frekuensi %

12

< 1 Tahun1 – 5 Tahun

6 – 10 Tahun

16175

42,144,713,2

Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anak

sebaran tertinggi pada kelompok umur 1 - 5 tahunsebanyak

17anak(44,7%), disusul kelompok umur < 1 tahun sebanyak 16 anak

(42,1%)dan kelompok umur 6 – 10tahunsebanyak 5 anak (13,2%).

2.2. Jenis Kelamin Anak

Tabel 5.2.Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Jenis Kelamindi Poli Klinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015

No Jenis Kelamin Anak Frekuensi %12

Laki LakiPerempuan

1820

47,452,6

Total 38 100,0

Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 anak(52,6%),

dan laki laki sebanyak 18anak (47,4%).

2.3. Pendidikan Ibu

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibudi Poli Klinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2015

No Pendidikan Ibu Frekuensi %

12

SDSMADIII

3271

7,971,12,6

Page 49: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

S1 7 18,4Total 38 100,0

Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38

responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 3 orang (7,9%), SMA

sebanyak 27 orang(71,1,%), DIII sebanyak 1 orang (2,6%) dan S1

sebanyak 7 orang (18,4%).

2.4. Pekerjaan Ibu

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibudi Poli Klinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2015

No Pekerjaan Ibu Frekuensi %

12

IRTSwasta

PNS

3134

81,67,9

10,5Total 38 100,0

Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38 responden

yang memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 31 orang (81,6%),Swasta

sebanyak 3 orang (7,9%) dan PNS sebanyak 4 orang (10,5%).

3. Variabel Yang Diteliti

3.1. Umur Anak

Tabel 5.5Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Umur di Poli Klinik Anak

Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015

No Umur Frekuensi %1 Ya 32 84,2

Page 50: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

2 Tidak 6 15,8

Total 38 100,0

Sumber : Data Primer tahun 2015Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

tertinggi terjadi pada anak dengan umur dalam kategori ya sebanyak

32orang (84,2%), disusul oleh anak dengan umur dalam kategori

tidaksebanyak 6 orang (15,8%).

3.2. Berat Badan Lahir

Tabel 5.6Distribusi Penderita ISPA Berdasarkan Berat Badan Lahirdi Poli

Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota KendariProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015

No Berat Badan Lahir Frekuensi %12

NormalTidak Normal

317

81,618,4

Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori

normal yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat

badan lahir dalam kategori tidak normalsebanyak 7orang (18,4%).

3.3. Status Imunisasi

Tabel 5.7Distribusi Penderita ISPAStatus Imunisasidi Poli Klinik Anak

Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggaratahun 2015

No Status Imunisasi Frekuensi %1 Lengkap 29 76,3

Page 51: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

23

BelumLengkapTidak Lengkap

45

10,513,2

Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

tertinggi terjadi pada anak dengan status imunisasi dalam kategori

lengkap yaitu sebanyak 29orang (76,3%), disusul oleh anak dengan

status imunisasi dalam kategori tidak lengkapsebanyak 5 orang (13,2%)

dan anak dengan status imunisasi dalam kategori belum lengkapsebanyak

4 orang (10,5%).

B. Pembahasan

1. Umur Anak

Menurut Rifal (2012), umur adalah umur yang dihitung mulai

dilahirkan sampai meninggal, sedangkan menurut Lukman (2011) umur

adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan/diadakan. Sejumlah studi yang

besar menunjukan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak

pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden

ISPA tertinggi pada umur 6 – 12 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

tertinggi terjadi pada anak dengan umur dalam kategori ya sebanyak 32orang

(84,2%), disusul oleh anak dengan umur dalam kategori tidaksebanyak 6

orang (15,8%).

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Suhandayani(2009)

bahwa ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada semua

Page 52: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi < 2

bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.

Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya.Bayi dan anak

merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna,

sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi.

Sedangkan menurut peneliti menyimpulkan bahwa sejumlah studi

yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernapasan oleh veirus

melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia.

Insiden ISPA tertinggi. Penelitian ini yang diteliti adalah usia penderita ISPA

pada anak. Dimana semakin tua umur anak semakin menurun terjadinya

infeksi saluranpernapasan akut pada anak.

2. Berat Badan Lahir

Bayi berat lahir merupakan masalah penting dalam pengelolaanya

karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,

kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah unutk menderita

hipotermia.Selain itu bayi dengan berat badan lahir mudah terserang

komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapt di istilahkan

dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan

angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir

cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevelensi berat badan lahir di

negara maju terbesar antara 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara

13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya

Page 53: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari seluruh koheren hidup

(Sjahmien Moehji, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38anakyang

tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori normal

yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat badan lahir

dalam kategori tidak normalsebanyak 7orang (18,4%).

Menurut penelitian Suhandayani (2009) mengatakan bahwa berat

badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental

pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko kematian

yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama

pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan

kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama

pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainya.

Sedangkan menurut Solihin Pudjiadi (2013) Pada umumnya bayi

dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada

waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50

cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai

dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat

badan lahir.

Dari pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa berat

bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan meningkatnya kematian

akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan ini menetap setelah dilakukan

adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini

Page 54: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

mengingatkan bahwa anak – anak dengan riwayat berat badan lahir rendah

tidak mengalami tebuh tinggi terhadap penyakit saluran pernafasan, tetapi

mengalami lebih berat infeksinya.

3. Kelengkapan Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di

Imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap

penyakit lain (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38 anak yang

tertinggi terjadi pada anak dengan status imunisasi dalam kategori lengkap

yaitu sebanyak 29 orang (76,3%), disusul oleh anak dengan status imunisasi

dalam kategori tidak lengkap sebanyak 5 orang (13,2%) dan anak dengan

status imunisasi dalam kategori belum lengkap sebanyak 4 orang (10,5%)

Menurut Tjitra dkk(2011) Imunisasi merupakan salah satu upaya

pencegahan penyakit untuk meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan dan

efektifitas program imunisasi dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan

dan kematian penyakit tersebut. Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11

bulan meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.Dari

kelima jenis campak, pertusis, difteri, dan tuberkulosis anak.

Sedangkan menurut Deb(2013), bahwa pemberian imunisasi dapat

melindungi terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan akut dan pada anak

yang mendapat imunisasi mempunyai resiko lebih rendah dari pada yang tidak

diimunisasi. Imunisasi yang lengkap pada usia bayi diharapkan dapat

Page 55: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program

imunisasi yaitu status imun, faktor genetik, serta kualitas dan kuantitas vaksin.

Ketiga factor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, meskipun status

imun anak baik tetapi bila kualitas vaksinnya rendah maka vaksin tersebut

tidak akan memberikan manfaat/pengaruh terhadap anak yang diberikan

imunisasi, demikian pula sebaliknya(Dinkes RI, 2010).

Dari hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi

menunjukkan bahwa ada kaitan antara penderita ISPA yang mendapatkan

imunisasi tidak lengkap.Menurut penelitidapat disimpulkan bahwa bahwa

imunisasi yang lengkap dapat menjadi tumbuh mempunyai kekebalan untuk

tidak mudah terserang penyakit infeksi, karena anak tersebut mempunyai daya

tahan tubuh. Asumsi peneliti bahwa semau anak telah di imunisasi karena

sarana atau lokasi telah tersedia sehingga memudahkan masyarakat untuk

datang.

Pengetahun tidak dapat lepas begitu saja dalam menjaga kesehatan

khususnya diri sendiri. Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk

memperoleh pengetahuan dalam hal ini pendidikan sedikit banyak akan

menjadi faktor yang dapat menentukan dalam hal menghindari hal – hal yang

berkaitan dengan kesehatan anak, kemampuan untuk mengakses sebuah

informasi atau pesan termasuk pesan kesehatan. Pendidikan ini juga

ditunjukan oleh karakteristik pendidikan responden menunjukkan bahwa yang

Page 56: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

memiliki pendidikan SMA sebanyak 27 orang (71,1,%).Ini menunjukan

bahwa dengan tingkat pendidikan responden dapat meningkatkan kepatuhan

imunisasi sehingga penyakit ISPA dapat dicegah.

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan

Menunjukan bahwa umur merupakan faktor yang sangat beresikopada

Anakuntuk menderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitusebanyak 32 orang

(84,2%).

1. Menunjukkan bahwa umur sebagai faktor resikopada Anakpenderita ISPAdi

Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak32orang (84,2%),

2. Menunjukkan bahwa berat badan lahir bukan sebagai faktor resikopada

Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak 31 orang (81,6%),

3. Menunjukkan bahwaimunisasi bukan merupakan faktor resikopada

Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

Page 57: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak 29 orang (76,3%)

yang imunisasinya lengkap

B. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil

penelitian ini adalah:

1. Bagi Puskesmas

Disarankan bagi Puskesmas Lepo-lepo agar selalu memberikan

penyuluhan tentang PHBS pada ibu dan anak khususnya penderita ISPA.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan bagi Politeknik Kesehatan Kendari perlu menyusun suatu

kebijakan serta strategi kesehatan yang lebih memfokuskan pada upaya-upaya

pencegahan penyakit di Masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Disarankan bagi peneliti agar melanjutkan atau meningkatkan

kemampuan dalam melaksanakan penelitian yang telah diteliti.

4. Bagi Peneliti Lain

Disarankan kepada peneliti lain agar dapat memberikan

informasitentang metode penelitian khususnya penyakit ISPA dan sebagai

bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

Page 58: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : PT. alex MediaKomputindo, Kelompok Gramedia

Anonim, 1996. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk PenanggulanganPneumonia pada Balita Dalam Pelita VI, Jakarta.

Anonim, 2000. Batuk Pilek, Gejala Awal Pneumonia, Isakuiki.com.

Anonim, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk PenanggulanganPneumonia pada Balita, Jakarta.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian :PendekatanPraktek . Jakarta : PT. RinekaCipta

Azwar Saifuddin. 1995. Sikap Manusia. Bandung :PustakaPelajar

Baratawidjaja, KG. 2010. Imunologi dasar edisi ke 9. Jakarta: FKUI

Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Fema SolekhahBewati

Chandra, Budiman. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta

Depkes RI. 2002. Pedoman Tatalaksana KEP di Puskesmas dan Rumah TanggaDirektorat Bina Gizi Masyarakat : Jakarta.

Dinkes Sultra. 2013 Profil Kesehatan Sultra Kendari

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC

Endjang, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung PT. Citra Aditya Bakti

Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika.

Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. EdisiTiga. Jakarta : EGC

Istiarti.2000. Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan.Yogyakarta: yayasan Adikarya IKAPI.

Luize, A., 2004. Mengintip Kesehatan Lewat Buku, Http://www>infokes.co.id.Jakarta

Page 59: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : MediaAesculapius.

Maryam, R. 2005. Identifikasi Penyebab Penderita ISPA di Poliklinik PuskesmasLepo-Lepo Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmia Yang TidakDipublikasikan. Poltekes Depkes Kendari.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta:TIM.

Ngastiyah. 2005

Niven. 2000. Psikologi. Yogyakarta : UGM

Notoadmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Yogyakarta

Notoadmojo, S,. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S,. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip – Prinsip Dasar. PT RinekaCipta: Jakarta, 2003.

Nurarif, Amin Huda, Kusuma Hardhi 2013. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC. Yogyakarta :MediaAction

Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Riset Keperawatan. Jakarta : CV. SagungSeto

Rampengan&Laurenz. 2001. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC

Setiadi. 2007. Konsepdan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :GaraIlmu

Simanjutak. 1990. Masalah Demam Thypoid di Indonesia. Jakarta : EGC

StafPengajar FKUNDIP. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : PT. Bina RupaAksara.

Suryana, A. Berbagai Masalah Kesehatan Anak dan Balita . KNILMA : Jakarta,2008.

Tarwuto dan Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika

Widayatun Tri Usmi. 1999. Ilmu Prilaku. Jakarta : CV Sagung Seto

WHO. 2012. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : PT. Alex Media

Page 60: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Lampiran I

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan untuk berpartisapasi

sebagai responden pada penelitian yang berjudul “Identifikasi Penderita ISPA

berdasarkan Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015”. Saya menyadari bahwa saya

menjadi bagian dari penelitian ini akan memberikan informasi yang sebanar-benarnya

yang dibutuhkan oleh peneliti.

Saya mengetahui bahwa, catatan data mengenai penelitian ini dirahasiakan,

semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya dipergunakan untuk

pengolahan data dan jika selesai dan jika selesai identitas akan dimusnakan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dengan ini saya menyatakan kesedian saya

secara sukarela bersedia dalam penelitian ini tanpa saudara dan unsure paksaan dari

siapapun dan pihak manapun.

Kendari, 2015

(.…………....)

Page 61: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY

Lampiran II

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Concent)

Sayabertandatangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Diploma III (D III)

Politeknik Kementerian Kesehatan Kendari, Jurusan Keperawatan yang berjudul

“Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik

Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2015”

Tanda tangan saya ini menunjukan bahwa saya diberi informasi dan

memeutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari , 2015

Mengetahui,

Mahasiswa Responden

(………………….) (………………….)

Page 62: IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/361/1/KTI keseluruhan.heny.pdfDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : WD. HENNY