azadiraktin 361 milka noviananda hardy

26
MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR AZADIRACHTIN (INSEKTISIDA NABATI) Disusun oleh : MILKA NOVIANANDA HARDY 25010111140361 BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG i

Upload: milka-hardy

Post on 28-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR

AZADIRACHTIN (INSEKTISIDA NABATI)

Disusun oleh :

MILKA NOVIANANDA HARDY

25010111140361

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

i

Page 2: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar belakang.......................................................................................4

B. Tujuan....................................................................................................6

C. Manfaat..................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7

A. Definisi Insektisida Nabati......................................................................7

B. Azadiraktin.............................................................................................8

C. Formulasi...............................................................................................9

D. Cara Kerja Azadiraktin...........................................................................11

E. Susunan Kimia Azadiraktin....................................................................12

F. Dosis Azadiraktin...................................................................................12

G. Serangga Sasaran bagi Azadiraktin......................................................13

H. Efektivitas Azadiraktin............................................................................13

I. Efek Samping Azadiraktin......................................................................15

BAB III. PENUTUP............................................................................................16

A. Kesimpulan............................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

ii

Page 3: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

Daftar Gambar

Gambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba ....................10

Gambar 2. Susunan Kimia Azadiraktin..............................................................12

iii

Page 4: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita,

bukan hanya untuk melindungi hasil pertanian, akan tetapi juga untuk mencegah

penyebaran hama berbahaya yang menyebabkan penyakit pada manusia.

Penggunaan pestisida akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya

kebutuhan produk pertanian. Untuk menghasilkan produk pertanian yang

mencukupi maka setiap gangguan hama dan penyakit (OPT) harus dilakukan

secara bijaksana, apalagi pada era pertanian yang sehat (back to nature) yang

lebih mementingkan produk berkualitas dan bebas dari cemaran, baik hayati

maupun kimia. Produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan sudah

merupakan tuntunan pasar global (AFTA, APEC, dan WTO), dengan label ramah

lingkungan (eco-labeling attributes), bernutrisi tinggi (nutritional attributes), dan

aman dikonsumsi (food safety attributes).

Dalam usaha pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman

(OPT), pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menerapkan sistem

pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu usaha pengelolaan OPT yang

menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem yang

kompatibel. Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi atau mempertahankan

populasi organisme pengganggu di bawah tingkat yang dapat menimbulkan

kerugian ekonomi dengan tujuan memantapkan produksi pada taraf tinggi untuk

mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan onsumen

serta menguntungkan petani. Dalam sistem PHT tersebut, pestisida kimia sintetis

merupakan alternatif terakir, yaitu apabila cara cara lain tidak dapat memberikan

hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan sumber utama cemaran pada produk

pertanian adalah bahan pestisida sintetik. Untuk mengurangi cemaran tersebut

maka salah satu alternatifnya adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan

pestisida yang ramah ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati.

Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang

berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme

pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak,

penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum,

4

Page 5: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari

tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan

terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini

bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari

lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu

(sisa-sisa zat) mudah hilang.

Mimba (Azadirachta indica) merupakan tumbuhan bersifat toksik pada

serangga yang dapat digunakan sebagai pestisida/ insektisida nabati. Tanaman

Mimba/ Nimba berbahan aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak

makan, repelen, toksikan, dan pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai

jenis hama dan relatif aman terhadap manusia dan binatang (Jacobson 1989).

Senyawa azadirachtin yang terdapat dalam biji mimba dapat menyebabkan

gangguan pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya

menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan

(ekdison dan hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga.

Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai sumber

terbaik untuk biopestisida

Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga

targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap

serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik

berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang

bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi

rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder dari azadirachtin

terhadap serangga berupa gangguan pada pengaturan perkembangan dan

reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan

reproduksi serta efek tidak langsungnya akan mengganggu proses

neuroendocrine.

Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies

serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat

grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih

(whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-

buahan, padi dan palawija.

5

Page 6: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi salah satu jenis insektisida nabati yaitu azadiraktin

2. Mengetahui cara kerja insektisida nabati Azadiraktin

3. Mengetahui cara pembuatan insektisida nabati Azadiraktin

4. Mengetahui susunan kimia insektisida nabati Azadiraktin

5. Mengetahui dosis penggunaan insektisida nabati Azadiraktin

6. Mengetahui serangga sasaran insektisida nabati Azadiraktin

7. Mengetahui efektivitas insektisida nabati Azadiraktin

8. Mengetahui efek samping dari penggunaan insektisida nabati

Azadiraktin

C. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber

informasi mengenai cara kerja, pembuatan atau formulasi, susunan kimia, dosis

penggunaan, serangga sasaran, efektivitas, dan efek samping dari insektisida

nabati azadiraktin.

6

Page 7: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang

berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme

pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai

penolak,penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara

umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya

dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan

terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini

bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari

lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu

(sisa-sisa zat) mudah hilang.Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil

pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis

tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki

fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada

beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida.

1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan

yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang,

serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serang serangan

serangga

2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada

suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga

betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat

buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil

manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih.

3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang

menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan

ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan

populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok

penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang

tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis

7

Page 8: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah

gadung racun.

4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang

menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman

menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan

akar tuba.

5. Kelompok Tanaman Fungisida Nabati. Merupakan kelompok tumbuhan

yang digunakan untuk mengendalikan jamur patogenik antara lain

cengkeh, daun sirih, sereh, pinang, tembakau.

6. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan

kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida

saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan

nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu

jambu mete, Sirih, Tembakau dan nimba

Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus

dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988)

dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak

meracuni (non toksik).

2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif

aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah

hilang.

3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.

4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis

tumbuhan penghasil pestisida nabati.

5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi

penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara

berkembang

B. Azadiraktin

Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai

sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang

dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin

8

Page 9: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba

(Azadirachta indica A. Juss). (Samsudin, 2011)

Mimba (Azadirachta indica) merupakan insektisida nabati yang berbahan

aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak makan, repelen, toksikan, dan

pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai jenis hama dan relatif aman

terhadap manusia dan binatang. Produksi biopestisida dari tanaman nimba

dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari

biji. Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg azadiraktin.

Azadiraktin dapat digunakan sebagai biopestisida karena bersifat

antifeedant (penolak makan pada serangga) dan mengganggu pertumbuhan

serta reproduksi serangga. Senyawa azadiraktin dapat menyebabkan gangguan

pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya menyebabkan

terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan (ekdison dan

hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga. Oleh karena itu

Azadiraktin dapat membuat serangga mandul karena dapat mengganggu

produksi hormon dan pertumbuhan serangga.

Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang paling bagus dengan

aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-

kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya antara lain sebagai

antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh serangga fitofagus tanpa

membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup azadirachtin ini pendek dan

mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap mamalia, walaupun toksik

terhadap ikan dan invertebrata di perairan.

C. Formulasi

Azadiraktin adalah metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai

insektisida pada tanaman mimba yang terbentuk secara alami berupa substansi

yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids.

Biosintesa azadirachtin oleh tanaman Nimba/Mimba dimulai dengan

prekursor steroid (lanosterol, euphol, tirucallol), azadirone, azadiradione dan C-

ring terbuka (nimbin, salannin), setelah melalui proses beberapa tahapan reaksi

membentuk struktur komplek formasi ring furan (Rembold, 1989, Ley et al. 1993).

Sedangkan menurut Schmutterer (1995), azadirachtin merupakan

tetranortriterpenoid yang dibentuk dari prekursor euphol dan apo-euphol melalui

degradasi oksidatif pada C-17 dengan kehilangan 4 atom karbon. Meskipun

9

Page 10: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

biosintesa azadirachtin secara lengkap dan mendetail belum ditentukan secara

pasti, tetapi secara umum biosintesanya dapat ditelusuri pada proses

pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor

utama berupa skualen.

Gambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba

Pestisida Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba. Pada

pembuatan ekstrak, daun mimba dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada

suhu 60 oC selama 1 jam. Setelah bahan menjadi kering kemudian diblender

untuk menghancurkan bahan nabati tersebut. Bahan nabati yang telah

dihancurkan kemudian disaring dengan ayakan 60 mesh. Proses ekstraksi

dimulai dengan mencampur 50 gram bagian tepung bahan nabati dengan 250 ml

heksana,kemudian diaduk lima menit dan dibiarkan delapan jam. Langkah

selanjutnya adalah penyaringan dengan saringan buchner yang dialasi dengan

kertas saring dan dipercepat dengan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh

ditampung, sedangkan ampasnya dicampur kembali dengan 100 ml heksana dan

dibiarkan 1 jam, kemudian disaring lagi. Filtrat kedua yang diperoleh

ditambahkan pada filtrat pertama, sedangkan ampasnya dilarutkan kembali

dalam 100 ml pelarut, diaduk, dan disaring.Filtrat hasil ekstraksi ketiga dicampur

10

Page 11: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

kembali dengan campuran filtrat pertama dan kedua. Filtrat yang diperoleh

dievaporasi dengan vacum evaporator pada suhu 550C, sehingga diperoleh

pekatan yang menyerupai minyak. Pekatan menyerupai minyak inilah yang

digunakan sebagai ekstrak. Dari daun mimba didapatkan ekstrak dengan warna

kuning kecoklatan.

D. Cara Kerja

Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga

targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap

serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik

berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang

bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi

rangsangan untuk makan (phagostimulant). (Samsudin, 2008)

Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada

pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi

pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan

mengganggu proses neuroendocrine. Pengaruh azadirachtin terhadap

pengaturan pertumbuhan serangga dengan mengganggu sistem

neuroendocrine-nya inilah yang paling banyak mendapat perhatian (Mordue

(Luntz) dan Nisbet 2000). Hormon utama pada tubuh serangga yang mengatur

proses pertumbuhan adalah hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone yang

merupakan hormon ganti kulit (moulting hormones) yang keduanya berasal dari

fitosteroid yang diambil dari tanaman inang oleh serangga, serta juvenile

hormone (JH). Hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone diproduksi oleh

kelenjar protoraks (prothoracic gland), sedangkan juvenile hormone diproduksi

oleh corpora allata, melalui stimulasi hormon PTTH (prothoracicotropic hormone)

yang disekresikan pada otak . (Samsudin,2011)

Untuk terjadinya proses metamorphosis membutuhkan adanya sinkronisasi

dari beberapa jenis hormon dan perubahaan fisik sehingga proses tersebut

berhasil dengan baik, dan nampaknya azadirachtin memiliki fungsi sebagai

"ecdysone blocker" yang menghambat serangga untuk memproduksi dan

melepas hormone-hormon vital dalam proses metamorfosis

Jadi, kesimpulannya efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mimba

berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja

hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga.

11

Page 12: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses

perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari

kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali

mengakibatkan kematian pada serangga. (Kardiman,2006)

Azadirachtin juga berfungsi sebagai insektisida bagi beberapa jenis

serangga. Kematian serangga dapat terjadi dalam beberapa hari, tergantung dari

stadia dan siklus hidup serangga target. Akan tetapi, apabila termakan dalam

jumlah kecil saja mengakibatkan serangga tidak bergerak dan berhenti makan.

Aktivitas residu insektisida dari azadirachtin ini umumnya terjadi antara tujuh

sampai 10 hari atau lebih lama lagi, tergantung dari jenis serangga dan

aplikasinya

E. Susunan Kimia

Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam

kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone

"ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu

perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.

Gambar 2. Susunan Kimia Azadiraktin

F. Dosis

Azadiraktin merupakan zat aktif bersifat insektisida yang diekstrak dari biji

mimba. Pestisida ini sangat mempengaruhi pergantian kulit serangga. Oral LD50

(tikus) > 5000 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC50 inhalasi (tikus)

0,0235 mg/l udara.

Cara penggunaan NeemBa Oil/ Pestisida Azadiraktin:

1. Dosis penyemprotan 5 – 7 ml/liter air untuk berbagai jenis tanaman

12

Page 13: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

2. Dosis formulasi dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan tergantung tingkat

serangan hama

3. Penyemprotan dapat dilakukan pada awal serangan maupun tidak ada

serangan untuk pencegahan

4. Sebaiknya diaplikasikan pada sore hari

5. Dapat dicampur dengan pupuk cair atau perekat

6. Gunakan perlengkapan pelindung yang aman pada waktu menyemprot

Sesuai dengan kefungsiannya,

G. Serangga sasaran

Mimba mempunyai spektrum yang luas dan efektif untuk mengendalikan

serangga lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih,

dan lain-lain. Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal

perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar

dapat diserap tanaman, dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah.

Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies

serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat

grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih

(whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-

buahan, padi dan palawija.

H. Efektifitas

Untuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba sebagai pestisida dengan

bahan aktif paling dominan adalah azadiraktik, telah dilakukan penelitian oleh

Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua contoh serangga uji, yaitu ulat buah

kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak Spodoptera litura. Kedua jenis hama

tersebut merupakan hama yang menyerang berbagai jenis tanaman, misalnya

tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau dan sebagainya.

1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) pada Spodoptera litura.

Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar

1(berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air

menyebabkan mortalitas 40%, sedangkan pada konsentrasi 40 gr/ltr air

menyebabkan mortalitas 100%. Pada konsentrasi yang sama,

penyemprotan terhadap ulat instar 3 menyebabkan mortalitas 15% dan

100%, sedangkan terhadap ulat instar 5 ( berukuran panjang lebih dari 1

cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%. Perbedaan mortalitas ulat

13

Page 14: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua instar larva,

semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas

semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami

perkembangan tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar

muda. Dengan demikian, ulat instar tua akan lebih tahan terhada

pengaruh insektisida.

2. Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera.

Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan

sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan

pada telur H.Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur

menetas. Pada kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi

Serbuk biji mimba 10 gr/liter air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi

Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40 gr/liter air, telurmenetas 60%.

Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase telur menetas pada

nyamuk.

3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran.

Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida.

Penaburan 50 –200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi

hama padi. Pemberian 19 mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton

per acre) efektif melindungi serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba

kering dapat melindungi 100 kg biji. Pupuk hijau dicampur dengan daun

mimba dapat mengurangi 50% serangan nematoda. Daun mimba yang

diletakkan antara tumpukan kayu menyebabkan tumpukan kayu terhindar

dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr minyak mimba efektif untuk

melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5 bagian serbuk biji

mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi gangguan

hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan

300-600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang. Konsentrasi 0,1%

suspensi mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga

sekitar 2 – 6 gr serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama

3 hari efektif mengendalikan jamur Fusarium dan sclerotium.

14

Page 15: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

I. Efek Samping

Efek samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau

pestisida yang berbahan kimia. Untuk pengaruh tingkat efek samping terhadap

makhluk hidup telah dicoba kepada tikus betina. Tikus betina diberi beberapa

tingkatan dosis mulai 2,0 sampai 4,6 ml/kg bb, hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian 2,0 ml/kg bb berpengaruh terhadap kesuburan tikus. Standar

keamanan untuk faktor efek samping adalah 0,2 ml/kg bb. Hal ini menjadi faktor

keselamatan standar keamanan bagi makhluk hidup, intra dan antar spesies, dan

diketahui untuk seorang dewasa berat 70 kg dapat mengkonsumsi daun nimba

yang belum diproses sejumlah 18,5 mg tanpa menimbulkan efek samping.

Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin jangka panjang

dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator insektisida

Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian pada tikus

selama 90 hari.

15

Page 16: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai

sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang

dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin

merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba

(Azadirachta indica A. Juss). Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang

paling bagus dengan aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain

belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya

antara lain sebagai antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh

serangga fitofagus tanpa membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup

azadirachtin ini pendek dan mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap

mamalia, walaupun toksik terhadap ikan dan invertebrata di perairan. Pestisida

Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba.biosintes azadiraktin

oleh tanaman mimba/nimba dapat ditelusuri pada proses pembentukan

triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor utama berupa

skualen.

Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga

targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap

serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik

berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang

bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi

rangsangan untuk makan (phagostimulant).

Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada

pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi

pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan

mengganggu proses neuroendocrine

Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam

kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone

"ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu

perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.

16

Page 17: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

Dosis azadiraktin untuk mamalia adalah Oral LD50 (tikus) > 5000 mg/kg.

LD50 dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC50 inhalasi (tikus) 0,0235 mg/l udara. Efek

samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau pestisida

yang berbahan kimia. Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin

jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator

insektisida Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian

pada tikus selama 90 hari.

B. Saran

Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan

pestisida nabati, pestisida biologi dan agensia hayati merupakan terobosan baru

yang perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti.

17

Page 18: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

Daftar Pustaka

Ashry sikka aradilla. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba

(Azadirachta Indica) Tehadap Larva Aedes aegypti. Laporan Akhir

Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Jamaludin Al Anshori. 2009. Trend Baru dalam Pengendalian Hama: Pencarian

Insektisida Ramah Lingkungan (Green Insecticides). Karya Tulis Ilmiah.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

Bandung

Kardiman A. ”Mimba (Azadirachta indica) Bisa Merubah Perilaku Hama”. Sinar

Tani Edisi 29 Maret – 4 April 2006

Lestari Tri M, C.Sukmana, N. Tarigan, S. Suriati.2010. Efektivitas Insektisida

Nabati Berbahan Aktif Azadirachtin dan Saponin Terhadap Mortalitas Dan

Intensitas Serangan Aphis gossypii Glover. Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010,

171 – 183

Mordue (Luntz) A. J. and A. J. Nisbet. 2000. Azadirachtin from the Neem Tree

Azadirachta indica: its Action Against Insects. An. Soc. Entomol. Brasil

29:615-632.

Samsudin. “Azadirachtin Metabolit Sekunder dari Tanaman Mimba sebagai

Bahan Insektisida Botani”. Lembaga Pertanian Sehat. November 2008

Sastrosiswojo, S. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan

Biopestisida di Indonesia. Makalah pada Lokakarya Keanekaragaman

Hayati Untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta, Tanggal 7 Agustus

2002.

Syakir M. Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Tanaman Perkebunan. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15

Okotober 2011

Zakiah Zulfa, Erly Marwan, Arbayah H. Siregar. 2003. Peningkatan Produksi

Azadirahtin Dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta Indica A.Juss Melalui

18

Page 19: Azadiraktin 361 Milka Noviananda Hardy

Penambahan Skualen. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 8 No. 4,

Desember 2003, Hal 141 – 146

19