pkp wd rosmia ut

32
1 ABSTRAK Wa Ode Rosmia, 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Meningkatkan Hasil belajar PKn pada materi Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan Siswa Kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Kata Kunci: Meningkatkan Hasil Belajar PKn, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat me-ningkatkan hasil belajar PKn materi pokok Struktur Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pokok Struktur Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna melalui model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Prosedur dalam penelitian ini melaputi, (a) tahap perencanaan (planing), (b) pelak- sanaan tindakan (action), (c) observasi dan evaluasi (observation and evaluation) dan (d) refleksi (reflection). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dan setiap siklus dua kali pertemuan. Data dalam peelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui hasil tes pada setiap sisklus tindakan. Data kualitatif dimaksudkan untuk melihat proses pelaksanaan pembelajaran PKn ketika guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). sedangkan data kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui pe-ningkatan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna ketika guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).. Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna. Hal ini terlihat dari ketika guru masih mengajar secara konvensional pada materi pokok Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna tahun pelajaran 2013/2014 dari 13 siswa ada 7 siswa atau 53% berada dibawah KKM. Ketika guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I dari 20 siswa terdapat 13 siswa atau 65% mencapai KKM, dan pada siklus II dari 20 siswa meningkat menjadi 17 siswa atau 85% mencapai KKM yang diteapkan yaitu 70 (tujuh puluh)

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 12-Jul-2015

151 views

Category:

Economy & Finance


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pkp wd rosmia ut

1

ABSTRAK

Wa Ode Rosmia, 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) dalam Meningkatkan Hasil belajar PKn

pada materi Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan Siswa Kelas IV

SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna

Kata Kunci: Meningkatkan Hasil Belajar PKn, Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together (NHT).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat me-ningkatkan

hasil belajar PKn materi pokok Struktur Pemerintahan Desa/Kelurahan dan

Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten

Muna? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pokok

Struktur Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10

Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna melalui model pembelajaran koperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

Prosedur dalam penelitian ini melaputi, (a) tahap perencanaan (planing), (b) pelak-

sanaan tindakan (action), (c) observasi dan evaluasi (observation and evaluation) dan

(d) refleksi (reflection). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dan setiap

siklus dua kali pertemuan.

Data dalam peelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif

diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan data

kuantitatif diperoleh melalui hasil tes pada setiap sisklus tindakan. Data kualitatif

dimaksudkan untuk melihat proses pelaksanaan pembelajaran PKn ketika guru

menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

sedangkan data kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui pe-ningkatan hasil belajar

PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna ketika guru menggunakan

model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)..

Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa

kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna. Hal ini terlihat dari ketika guru masih

mengajar secara konvensional pada materi pokok Pemerintahan Desa/Kelurahan dan

Kecamatan pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna

tahun pelajaran 2013/2014 dari 13 siswa ada 7 siswa atau 53% berada dibawah KKM.

Ketika guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada siklus I dari 20 siswa terdapat 13 siswa atau 65% mencapai

KKM, dan pada siklus II dari 20 siswa meningkat menjadi 17 siswa atau 85%

mencapai KKM yang diteapkan yaitu 70 (tujuh puluh)

Page 2: Pkp wd rosmia ut

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran berarti upaya membela-

jarkan siswa. Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan salah faktor penentu

keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan de-

ngan siswa. Melalui pembelajaran inilah guru membantu proses belajar siswa

melalui serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi

proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan

pendidikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam ke-

las tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan

strategi pembelajaran.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, banyak ditemui pelaksanaan pembela-

jaran masih kurang variatif, pross pembelajaran memiliki kecenderungan metode

tertentu (konvensional), dan tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa ter-

hadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajar-

an, siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran seba-

gai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya. Saat ini

dunia pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan se-

bagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Jadi, singkatnya masalah yang

dihadapi dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan

berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan

siswa untuk menghafal informasi, siswa terbiasa untuk mengingat dan menimbun

Page 3: Pkp wd rosmia ut

3

informasi, tanpa berusaha menghubungkan yang diingat itu dengan kehidupan

sehari-hari. Akibatnya siswa hanya pintar secara teoretis tetapi miskin dalam

aplikasi.

Fenomena seperti yang dikemukakan tersebut di atas terjadi pula dalam proses

pembelajaran PKn pada SDN 10 Lohia Kabupaten Muna. Dari dokumen guru

kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna pada semester genap tahun ajaran

2012/2013 berupa hasil ulangan harian PKn pada materi Pemerintahan

Desa/Kelurahan dan Kecamatan menunjukkan, dari 13 siswa terdapat 7 siswa

atau 53% berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan

untuk mata pelajaran PKn yaitu 7.

Menyikapi kondisi tersebut, perlu dilakukan suatu upaya untuk memperbaiki

dan meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten

Muna, dengan menggunakan suatu pendekatan, metode, strategi serta model

pembelajaran yang inovatif yang membuat siswa berpikir secara kritis, kreatif

dan bahkan menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna

adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT). Melalui model pembelajaran NHT ini dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Atas

dasar inilah sehingga peneliti melakukan penelitian tentang Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten

Muna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil

belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kabupaten Muna?.

Page 4: Pkp wd rosmia ut

4

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini

adalah, untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia

Kabupaten Muna melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah dapat menstimuli siswa untuk

berpikir. Karena melalui model pembelajaran NHT siswa akan berpikir baik

secara mandiri maupun kelompok memikirkan jawaban kuis yang diajukan

oleh guru.

2. Guru

Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran semakin profe-

sional sehingga membuat siswa senang belajar, dan pada akhirnya akan ber-

dampak pada hasil belajar siswa.

3. Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah, kualitas sekolah akan semakin

meningkat, seiring dengan kemampuan guru dalam mengelola proses pembe-

lajaran yang berkualitas, karena dalam proses pembelajaran dikelola oleh guru

yang professional.

Page 5: Pkp wd rosmia ut

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran

1. Hakikat Belajar

Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan

dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkin-

kan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik

pengetahuan atau pengalaman baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh

atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi

individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi .

Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang un-

tuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna

lebih mendalami sesuatu yang menjadi pehatian. Burton (dalam

Aunurrahman, 2011: 35) dalam bukunya The Guidance of Learning Acti-

vities, merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada

diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya.

Anthony Robbins (dalam Trianto, 2010: 15), mendefinisikan belajar seba-

gai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah

dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi bela-

jar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2)sesuatu hal

(pengetahuan) yang sudah dpahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-

benar belum diketahui (nol), melainkan merupakan keterkaitan dari dua pe-

ngetahuan yang sudah ada dengan pengetahhuan baru.

Dalam pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata men-

transfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagai-

mana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru de-

Page 6: Pkp wd rosmia ut

6

ngan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Proses

pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi (Mc Mahon, 1996

dalam Trianto, 2010: 16).

Pandangan modern mengenai belajar, lebih berorientasi pada perubahan

perilaku secara holistik dan integral. Pandangan modern menyatakan bahwa

belajar adalah proses perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungan-

nya. Perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masya-

rakat, di mana siswa berada.

Pandangan modern ini didukung oleh beberapa pakar, antara lain

Witherington (1952: 165 dalam Hanafia 2012; 7) yang menyatakan bahwa be-

lajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai

pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, penge-

tahuan, kecakapan. Gagne, Berliner, dan Hilgar (1970: 256 dalam Hanafia

2012: 7) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku

yang muncul karena pengalaman.

2. Ciri-ciri Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar meru-

pakan kegiatan yang paling pokok, Ini berarti, bahwa berhasil tidaknya penca-

paian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar

yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik..

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa belajar dapat didefinisikan

setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil la-

tihan atau pengalaman . Pengertian ini mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar

adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi

karena latihan atau pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut relatif

permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam

proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif,

Page 7: Pkp wd rosmia ut

7

afektif dan psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati

secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal

siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses bela-

jar tersebut tampak melalui perilaku siswa mempelajari bahan ajar. Perilaku

belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan mengajar atau tin-

dakan pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya de-

ngan desain instuksional guru, karena di dalam desain instrukruksional, guru

merumuskan tujuan instruksional atau sasaran belajar.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan

atau pembaruan dalam tingkah laku dan kecakapan. Menurut Purwanto (2002:

102 dalam Thobrani, 2011: 31), berhasil atau tidaknya perubahan tersebut

dipengaruhi oleh berbagai factor yang dapat dibedakan menjadi dua golongan

sebagai berikut:

a. Faktor kematangan atau pertumbuhan

Faktor ini berhubungan dan berkaitan erat dengan kematangan atau tingkat

pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Kegiatan mengajarkan sesuatu

baru dapat behasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan,

potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah matang.

b. Faktor kecerdasan atau intelegensi

4. Hasil Belajar

Dari uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang makna hasil

belajar, yaitu perubahan-peruahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang me-

nyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan

belajar. Menurut Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) menyatakan bahwa

hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mem-

pelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor diperoleh dari

hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Page 8: Pkp wd rosmia ut

8

Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan

yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri me-

rupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembela-

jaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam

belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dike-

mukakan oeleh Sunal (1993: 94), bahwa evaluasi merupakan proses penggu-

naan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program

telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu dengan dilakukan evaluasi atau

penilaian dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak

saja diukur dari tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga sikap, dan kete-

rampilan yang bekaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

5. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu

konsep yang yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mele-

kat pada wujud pengembangan sumber daya manusia. Dengan demikian, pe-

ngertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah Kemampuan

dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-kompo-

nen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tam-

bah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku

Menurut Miarso, pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja. bertu-

juan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif

menetap pada diri orang lain (Miarso, 2004: 545). Dapat pula dikatakan bah-

wa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru agar membuat siswa

dapat belajar dan mencapai hasil yang maksimal.

Page 9: Pkp wd rosmia ut

9

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pembelajaran bukan menitik be-

ratkan pada apa yang dipelajari, melaikan pada bagaimana membuat siswa

mengalami proses belajar, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan

yang berkaitan dengan pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan

cara mengelola pembelajaran. Seterusnya Robert and Walter (dalam Martinus

Yamin, 2011: 71) mengemukakan pembelajaran yang efektif adalah yang

membuat siswa untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan, atau sikap-sikap

dan siswa senang belajar dalam pembelajaran tersebut. Selanjutnya menurut

Vigosky (dalam Martinus Yamin, 2011: 71) mengemukakan bahwa, suatu pem-

belajaran efektif bila pembelajar itu melanjutkan pengembangan-pengembangan.

Dalam proses pembelajaran guru perlu mengembangkan potensi kognitif siswa

melalui proses pembelajaran yang bermakna. Ausubel (dalam Dahar, 1999 112)

mengemukakan bahwa pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupa-

kan proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang ter-

dapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna sebagai hasil

dari peristiwa membelajarkan yang ditandai oleh terjadinya hubungan antara

aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-

komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta didik.

Proses pembelajaran tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-

fakta belaka, teapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk

menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipa-

hami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Agar terjadi belajar bermakna,

maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan mengenali konsep-konsep yang

telah dimiliki siswa dan mencoba memadukannya secara harmonis konsep-konep

tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Menurut Natawijaya

(1999: 22) kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar menga-

jar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkan dan mengevaluasinya.

Pendapat yang dikemukakan oleh Natawijaya ini menyiratkan bahwa untuk

melihat kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi proses belajar menga-

Page 10: Pkp wd rosmia ut

10

jar di ruang kelas, akan tetapi termasuk juga kegiatan guru dalam mempersiapkan

proses pembelajaran tersebut.

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar (SD)

1. Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran sosial yang

bertujuan untuk membentuk dan membina warga negara yang baik yaitu warga

negara yang tau, mau dan mampu berbuat baik.

Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyada-

ri serta melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pendidikan ke-

warganegaraan menyangkut status formal kewarganegaraan yang pada awalnya

diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 yang isinya mengatur tentang kewarganega-

raan, peraturan tentang naturalisasi atau perolehan status sebagai warga negara

Indonesia.

Komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan adalah keterampilan

bermasyarakat agar warga negara dapat menjalankan hak-haknya dan menunai-

kan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat yang berpemerintahan sen-

diri, mereka tidak hanya memiliki pengetahuan berkenaan dengan materi pokok

di atas, mereka perlu pula memiliki keterampilan intelektual dan partisipasi yang

relevan.

Empat isi pokok Pendidikan Kewarganegaraan menurut Romis Zowski

(Rianto, 2006: 34):

1. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pem-

bentukan.

2. Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran

3. Indikator pembelajaran sebagai criteria pencapaian kemampuan.

4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif para guru.

Page 11: Pkp wd rosmia ut

11

Tujan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk watak atau

karakter warga Negara yang baik. Sedangkan tujuan mata pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan menurut Mulyasa (2007: 126) adalah agar siswa menjadi:

a. Mampu bepikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam mengatasi per-

soalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan ber-

tanggungjawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua ke-

giatan.

c. Bisa berkembang secara positif dan demokratis serta mampu memanfaat-

kan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah

tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma dapat ditanamkan pada

siswa sejak usia dini. Karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang

baik, tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwu-

judkan. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi warga

negara yang terampil, cerdas, bersikap baik, serta mampu mengikuti ke-

majuan teknologi modern.

2. Maateri Pemerintahan Desa/Kelurahan dan Kecamatan

Pengertian desa menurut UU No. 32 tahun 2004 adalah kesatuan ma-

syarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwewenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal

usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem peme-

rintahan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Perangkat desa terdiri dari:

a. Sekertaris Dasa (Sekdes)

Seketaris Desa bertugas di bidang administrasi dan pelayanan umum mi-

sal kegiatan surat-menyurat dan kearsipan.

b. Kepala Urusan (Kaur)

Tugas utama kepala urusan adalah membantu sekertaris desa.

Page 12: Pkp wd rosmia ut

12

c. Kepala Dusun

Kepala dusun melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pembangunan

dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya.

Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) meliputi

a. Menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa.

b. Menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa.

c. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pemerintahan lurah dilaksanakan oleh lurah yang dibantu perangkat kelu-

rahan yang terdiri atas sekertaris kelurahan, kepala urusan, dan kepala ling-

kungan. Lurah dan perangkat kelurahan adalah pegaai negeri sipil (PNS) yang

mendapat gaji dari pemerintah.

Struktur Organisasi Desa

Lembaga pemerintahan kecamatan dipimpin oleh camat. Dalam menjalan-

kan tugasnya camat dibantu oleh seorang sekertaris kecamatan (Sekcam), kepa-

la urusan dan kepala-kepala seksi. Menurut PP No. 41 Tahun 2007 tugas camat

meliputi:

a. Mengkordinasikan kegiatan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b. Mengkordinasikan upaya penyelenggaraan ketenraman dan ketertiban

umum.

BPD Kepala Desa

Sekretaris

Kepala Dusun Kepala Dusun

Kepala

Dusun

Kaur Pemerintahan

Kaur

Pembangunan

Kaur Keuangan

Kaur Kesra

Kaur Umum

Page 13: Pkp wd rosmia ut

13

c. Mengkordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan

d. Mengkordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

1. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang diguna-

kan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pem-

belajaran dalam tutorial. Sukamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) menge-

mukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan penga-

laman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam meren-

canakan aktivitas pembelajaran. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh

Enggen dan Kauchak menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan

kerangka dan arah bagi gu-ru untuk mengajar.

Menurut Johnson (dalam Samani, 2000: 34), untuk mengetahui kualitas

model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk.

Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi be-

lajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk ak-

tif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran

mampu mencapai tujuan yaitu, meningkatkan kemampuan siswa sesuai de-

ngan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini

sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipas-

tikan berlangsung baik.

Model pembelajaran merupakan pola umum perilaku pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joice & Weil berpen-

dapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

Page 14: Pkp wd rosmia ut

14

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembela-

jaran di kelas atau yang lain (Joice & Weil, 1980: 1). Model pembelajaran

dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembe-

lajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

2. Pengertian Kooperatif (Cooperative Learninug)

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai

tuuan bersama (Hamid Hasan, 1996 dalam Etin Solihatin, 2011: 4). Menurut

Slavin (1984, dalam Etin Solihatin, 2011: 4) mengemukakan bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian suatu sikap

atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesame dalam

struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang

atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning dapat diar-

tikan pula sebagaibsuatu struktur tugas bersama dalam dalam suasana keber-

samaan di antara sesama anggota kelompok

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau

kelompok kerja, karena belajar dalam Cooperative learning harus ada

“struktur dorongan dan tugas yang yang bersifat kooperatif” sehingga me-

mungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan

yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anfggota kelompok

(Slavin 1983; Stahl, 1984 dalam Etin Solihatin, 2011: 5). Selain itu, pola

kerja seperti itu memungkinkan tim-bulnya persepsi persepsi yang positif

tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemam-

puan dirinya secara individual dan sum-bangsih dari anggota lainnya selama

mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl (1994, dalam

Etin Solihatin, 2011: 5) mengatakan bahwa model pembelajaran Cooperative

Page 15: Pkp wd rosmia ut

15

learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu system kerja sama

dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembe-

lajaran ini berangkat dari suatu asumsi mendasar dalam kehidupan masyara-

kat, yaitu “getting better together, atau “raihlah yang lebih baik secara ber-

sama-sama” (Slavin, 1992 dalam Etin Solihatin, 2011: 5).

Model pembelajaran Cooperative learning merupakan suatu model yang

membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata di masarakat, sehingga dengan bekerja secara ber-

sama-sama di antara sesame anggota kelompok akan meningkatkan motiva-

si, produktivitas, dan perolehan belajar. Model belajar Cooperative learning

mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja

sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pe-

mecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam pembelajaran dengan meng-

gunakan model Cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa

terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama. Belajar dalam

kelompok kecil dengan prinsip koperatif sangat baik digunakan untuk men-

capai tujan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif

(Hamid Hasan, 1996, Kosasih, 1994 dalam Etin Solihatin, 2011: 6). Suasana

yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka dan rileks di

antara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk mem-

peroleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengemangkan

pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin dikem-

bangkan dalam pembelajaran.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran Cooperative

learning secara umum (Stahl, 1994; Slavin, 1983 dalam Etin Solihatin, 2011:

10) dijelaskan secara operasional sebagai berikuat:

Page 16: Pkp wd rosmia ut

16

a. Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana prog-

ram pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetap-

kan target pembelajaran yang akan dicapai. Guru dalam merancang pembe-

lajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencer-

minkan sistem kerja dalam kelompok kecil. Artinya bahwa, materi dan tu-

gas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan oleh siswa secara ber-

sama dalam dimensi kerja kelompok. Untuk memulai pembelajarannya guru

harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin di-

capai dan diperlihatkan oleh siswa selama proses pembelajaran. Hal ini mut-

lak dilakukan oleh guru, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami

apa yang harus dilakukannya selama berlangsungnya proses pembelajaran.

b. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lem-

bar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa da-

lam belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampai-

kanmateri, guru tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, kare-

na pemahaman dan pendalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan sis-

wa ketika belajar secara bersama dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan

pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi

yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat guru selesai menya-

jikan materi, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pe-

ngetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa

yang telah dibelajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengkondisikan kesiap-

an belajar siswa. Berikutnya, guru membimbing siswa untuk membuat ke-

lompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara ndividual sa-

ngat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan dila-

kukan sambil menjelaskan tugas yangbharus dilakukan oleh siswa dalam ke-

lompoknya masing-masing. Pada saat siswa bekerja secara berkelompok

maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar

siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang.

Page 17: Pkp wd rosmia ut

17

c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasiterhadap kegiatan siswa, guru

mengarahkan dan membibing siswa, baik secara individual maupun kelom-

pok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku sis-

wa selama proses pembelajaran berlangsung. Pemberian pujian dan kritik

membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek yang sangat penting

yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompok-

nya. Di sampng itu pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika siswa

terlibat dalam diskusidalam masing-masing kelompok, guru secara peiodik

memberikan layanan kepada siswa, baik secara individual maupun secara

klasikal.

d. Langkah keempat, guru memberi kesempatan kepada siswa dari masing-

masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi

kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk me-

ngarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap matei

atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat presentassi siswa ber-

akhir, guru mengajak siswa melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya

pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama da-

lam pembelajaran. Di samping itu guru memberikan beberapa penekanan

terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan di-

latih oleh siswa. Dalam melakukan refleksi diri ini, guru berperan sebagai

mediator dan moderator aktif. Artinya, pengembangan ide, saran, dan kritik

terhadap proses pembelajaan harus diupayakan beasal siswa. Untuk lebih

jelasnya, mekanisme pembelajaran dengan cooperative learning secara

umum dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Page 18: Pkp wd rosmia ut

18

Bagan 2.1

Mekanisme Pembelajaran dengan model cooperative learning

(David Hornsby, 1981 dalam Etin Solikhatin (2011: 12)

4. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir besama adalah

merupakan jenis pembelajaran koopeatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai altenatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered

Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)

Program Pengajaran/

Program Pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran

TARGET PEMBELAJARAN 1. Penguasaan materi/konsep 2. Sikap dan keterampilan sosial

Pembentukan Kelompok dan pengarahan/Pengondisian Siswa Untuk Bekerja Sama

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM KELOMPOK BELAJAR Pengembangan pengethuan dan keterampilan siswa dalam suasana belajar berkelompok Hasil Kerja

Kelompok Proses Kerja Kelompok

Penyajian/Unjuk Kerja Siswa/ Kelompok Siswa

Catatan Observasi Guru Mengenai Kerja Siswa

Refleksi dan Internalisasi

Belajar Kolaboratif

Pemberian Hadiah dan Kritik Siswa

Peer Tutor (Tutor Teman Sebaya)

Page 19: Pkp wd rosmia ut

19

untuk meli-batkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan

struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat ber-

variasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Mi-

salnya, “Berapakah jumlah jari kedua tangan kita?”. Atau berbentuk arahan,

misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 4 buah ibu kota kabupaten/kota

di Sulawesi Tenggara”.

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanaan itu dan me-

yakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab

Guru mengambil suatu nomor tertentu, kemudian nomor yang sesuai me-

ngacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk se-

luruh kelas.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini dapat dilakukan ke-

giatan sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor.

2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tu-gas

yang berangkai. Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal, siswa

nomor dua mengerjakan soal, dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil

pekerjaan dan seterusnya.

Page 20: Pkp wd rosmia ut

20

3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh

keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama dengan beberapa siswa

bernomor sama dalam kelopok lain. Dalam kesempatan ini, siswa dengan

tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sa-ma

mereka.

5. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain.

6. Kesimpulan.

Page 21: Pkp wd rosmia ut

21

BAB III

PELAKSANAAN PENELITAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SDN

10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna sebanyak 20 orang.

2. Tempat

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada SDN 10 Lohia

Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.

3. Waktu

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakn pada semester genap

tahun ajaran 2013/2014.

4. Pihak yang Membantu

Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh

teman sejawat sebagai observer.,

B. Desain prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Prosedur pengembangan penelitian perbaikan pembelajaran ini meliputi (1)

perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi dan

evaluasi (observation and evaluation), dan (4) refleksi (reflection).

Adapun jenis kegiatan setiap tahap tindakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan ini diawali dengan orientasi, yaitu studi pendahuluan sebelum

tindakan penelitian dilakukan. Dalam hal ini dilakukan bersama oleh guru dan

peneliti terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam

kelas.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka disusunlah rencana tindakan yang

hendak dilaksanakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama

proses pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembe-

Page 22: Pkp wd rosmia ut

22

lajaran koperatif tipe NHT oleh observer pada saat proses pembelajaran ber-

langsung.

2. Pelaksanaan Tindakan

Yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana tindakan yang

telah disusun bersama sebelumnya. Tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki

keadaan atau proses pembelajaran.

3. Observasi dan Evaluasi

Yaitu pendokumentasian terhadap proses tindakan. Pada tahap ini observer

mengobservasi segala tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan

menggunakan lembar observasi dalam proses pembelajaran ketika menggu-

nakan model pembelajaran koperatif tipe NHT dalam pembelajaran PKn. Pada

setiap akhir tindakan dilakukan tes tindakan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar setiap siklus tindakan yang dilakukan oleh guru.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk menemukan, mengkaji dan merenungkan kembali

tindakan yang telah dilakukan. Dan refleksi ini dilakukan pada setiap akhir pe-

laksanaan suatu tindakan. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti

dengan observer, dimaksudkan untuk menemukan dan merekonstruksi makna

situasi sosial, serta untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan rencana tindakan

selanjutnya. Keempat tahap tersbut di atas dapat digambarkan dalam bagan

seperti berikut:

Page 23: Pkp wd rosmia ut

23

Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan PTK (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 27)

C. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitaif dan data kuantitatif. Data

kualitatif diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi, se-

dangakan data kuantitatif diperoleh melalui tes pada setiap siklus tindakan dengan

menggunakan soal-soal.

Selanjutnya data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan

hasil observasi dari observer, sedangkan data kuantitatif dianalisis secara deskriptif

kualitatif berdasarkan hasil tes. Untuk mengetahui tingkat penguasaan atau ketun-

tasan belajar secara kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%

Jumlah Skor maksimal

Mames dalam Rustam (2010: 53)

Persentase (%) ketuntasan:

Jumlah Siswa Yang Tuntas X 100%

Jumlah Siswa

Pelaksanaan Tindakan Tindakan I

Permasalahan Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan)

Siklus I

Terselesaikan Refleksi I Analisis Data I (Evaluasi)

Observasi I (Monitoring

Pelaksanaan Tindakan II

Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan)

Belum Terselesaikan

Siklus II

Analisis Data II (Evaluasi)

Observasi II (Monitoring)

Refleksi II Terselesaikan

BELUM TERSELESAIKAN

Page 24: Pkp wd rosmia ut

24

BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Hasil Penelitian

1. Kegiatan pendahuluan

Sebelum melakukan penelitian perbaikan perbaikan pembelajaran dia-

wali dengan observasi awal pada SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupa-

ten Muna. Hasil observasi awal menunjukkan hasil belajar siswa masih

rendah yaitu dari 12 siswa hanya lima orang atau 41,66% yang mencapai

KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran PKn yaitu “70”.

Model pembelajaran yang yang digunakan masih bersifat konvensional

sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan. Berdasrkan fenomena

pembelajaran tersebut maka peneliti menawarkan suatu model pembelaja-

ran untuk digunakan dalam proses pembelajaran PKn yaitu dengan meng-

gunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia

Kabupaten Muna.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I diawali dengan mempersiapakan

hal-hal sebagai berikut:

1. Membuat scenario pembelajaran yang meliputi silabus, rencana per-

baikan pembelajaran (RPP).

2. Mengkomunikasikan kepada observer tentang model pembelajaran

yang akan digunakandalam proses pembelajaran, yaitu model

pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3. Membuat/mempersiapkan media termasuk LKS, dan lembar obser-

vasi.

Page 25: Pkp wd rosmia ut

25

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua kali pertemuan

dan setiap pertemuan dengan materi yang berbeda, hanya saja masih

dalam kompetensi dasar (KD) yang sama. Pada pertemuan pertama

membahas tentang Lembaga Pemerintahan desa/Kelurahan sedangkan

pada pertemuan kedua membahas tentang perbedaan Pemerintahan

Desa dan kelurahan. Pada siklus II membahas tentang pemerintahan

kecamatan. Adapun pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pelaksanaan tindakan diawali dengan kegiatan pendahuluan de-

ngan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi (a) melakukan aper-

sepsi, (b) menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) menyampaikan

langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran, termasuk memperkenal-

kan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu: ‘’Model Pembe-

lajaran Koperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT).

Memasuki kegiatan inti guru menjelaskan materi tentang pemerin-

tah desa/kelurahan dan kecamatan. Selanjutnya guru dengan melalui

media yang telah disiapkan melakukan Tanya jawab dengan siswa,

kemudia membagi siswa dalam 3 kelompok..

Guru membagikan LKS pada setiap kelompok berupaya masalah

yang dikemas dalam pernyataan-pernyatan yang harus didiskusikan

oleh siswa dalam kelompoknya masing-masing. Pada saat kerja kelom-

pok berlangsung guru memantau setiap kelompok untuk memastikan

bahwa setiap siswa aktif bekerja dalam kelompoknya, sambil membim-

bing siswa kelompok mengerjakan tugas yang diberikan.

Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok

yang diberikan guru selanjutnya guru memberikan pertanyaan dengan

mengacak nomor pertanyaan yang dibacakan akan dijawab oleh siswa

yang nomornya disebutkan oleh guru. Kemudia siswa dipersilahkan

Page 26: Pkp wd rosmia ut

26

untuk menjawab secara bergilir sesuai petunjuk dari guru, setelah per-

tanyaan sudah terjawab guru mengumumkan jawaban kelompok. Bagi

kelompok yang terbaik guru member penghargaan. Dan bagi kelompok

yang masih kurang atau belum sempurna jawabannya guru member

motivasi ntuk lebih giat belajar.

Terakhir guru melakukan tes siklus. Adapun hasil tes dapat dides-

kripsikan seperti table di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Belajar PKn siklus I

No. Nama Nilai Keerangan

1 Ld. Yogi 58 B. Tuntas

2 Ld. Danil 80 Tuntas

3 Harfan 92 Tuntas

4 La Ungge 78 Tuntas

5 La Rakas 66 B. Tuntas

6 Ld. Muh. Nurdiansyah 70 Tuntas

7 Akbar 70 Tuntas

8 Ld. Sirota 72 Tuntas

9 Ld. Muh. Barton 56 B. Tuntas

10 Wa Yanti 60 B. Tuntas

11 Wa Ode Ningsih 71 Tuntas

12 Wa Ode Asal Hikmah 64 B. Tuntas

13 Wd. Rina Sari 70 Tuntas

14 Wa Neni 74 Tuntas

15 Herdianti 72 Tuntas

16 Wa Indah 78 Tuntas

17 Wa Nesa 68 B. Tuntas

18 Serliati 54 B. Tuntas

19 St. Nurhayana 80 Tuntas

20 Lisni Marni 70 Tuntas

JumlahNilai dan Rerata 1503/75,15

Jumlah Tuntas & persentse 13 Orang/65%

Jumlah Belum Tuntas &

persentse 7 orang/35%

Tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

koperatif tipe Nubered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

Page 27: Pkp wd rosmia ut

27

PKn siswa kelas IV SDN 10 Lohia. Hal ini dapat dilihat ketika guru mengajar

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

PKn dari 12 siswa 7 siswa atau 58,33 % masih berada di bawah KKM yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu: “70”.

Sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini

yaitu 80% siswa mencapai KKM. Oleh sebab itu penelitian ini dilanjutkan pada

siklus II.

Siklus II

Setelah melakukan diskusi dengan observer berdasarkan pengamatannya

yang menggunakan lembar observasi terdapat beberapa kelemahan-kelemahan

yang terjadi pada saat guru menerapkan model pembelajaran koperatif tipe

Nubered Head Together (NHT) pada pembelajaran PKn materi pokok

Pemerintahan Desa/Kelurahan. Oleh sebab itu penelitian ini dilanjutkan pada

siklus II dengan materi pokok Pemerintahan Kecamatan.

Kegiatan yang dilakukan pada sisklus II ini sama dengan pelaksanaan

siklus I, hanya saja pada siklus II ini lebih difokuskan pada materi pemerin-

tahan di kecamatan. Adapun hasil pembelajaran yang dilakukan dengan meng-

gunakan model pembelajaran koperatif tipe Nubered Head Together (NHT)

dapat dideskripsikan pada table berikut ini:

Page 28: Pkp wd rosmia ut

28

Tabel 4.2 Hasil Belajar PKn siklus II

No. Nama Nilai Keerangan

1 Ld. Yogi 78 Tuntas

2 Ld. Danil 80 Tuntas

3 Harfan 95 Tuntas

4 La Ungge 80 Tuntas

5 La Rakas 74 Tuntas

6 Ld. Muh. Nurdiansyah 70 Tuntas

7 Akbar 70 Tuntas

8 Ld. Sirota 72 Tuntas

9 Ld. Muh. Barton 66

10 Wa Yanti 70 Tuntas

11 Wa Ode Ningsih 71 Tuntas

12 Wa Ode Asal Hikmah 64 B. Tuntas

13 Wd. Rina Sari 70 Tuntas

14 Wa Neni 76 Tuntas

15 Herdianti 75 Tuntas

16 Wa Indah 80 Tuntas

17 Wa Nesa 70 Tuntas

18 Serliati 66 B. Tuntas

19 St. Nurhayana 80 Tuntas

20 Lisni Marni 74 Tuntas

JumlahNilai dan Rerata 902/75,16

Jumlah Tuntas & persentse 10 Orang/83,64%

Jumlah Belum Tuntas &

persentse 2 orang/16,16%

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data sebagaimana yang disajikan, apakah data kuali-

tatif maupun data kuntitatif menunjukkan bahwa penggunaan model pembe-

lajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

hasil pembelajaran PKn pada sisw kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia

Kabupaten Muna. Hal ini terlihat dari:

Page 29: Pkp wd rosmia ut

29

1. Ketika guru mengajar masih menggunakan model pembelajaran konven-

sional dalam proses pembelajaran PKn dari 13 siswa hanya 7 siswa atau

53% yang mencapai KKM yang ditetapkan oleh sukolah untuk mata

pelajaran PKn yaitu 70.

2. Ketika guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Numbered

Head Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 10 Lohia Kecamatan

Lohia Kabupaten Muna pada siklus I dari 12 siswa pada semester genap

tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 8 siswa atau 66,66% mencapai

kriteria ketuntasan minimal ( KKM).

3. Pada pelaksanaan pembelajaran PKn siklus II dengan menggunakan model

pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa

kelas IV SDN 10 Lohia dari 12 siswa sebanyak 10 siswa atau 83, 64%

yang mencapai Kriteria ketuntasan minimal ( KKM).

B. Saran Tindak Lanjut

Mengingat pentingnya penggunaan model pembelajaran dalam proses

pembelajaran maka guru perlu menguasai berbagai model pembelajaran yang

membuat siswa senang belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar PKn adalah melalui

model pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Sehubungan dengan itu maka peneliti menyarankan kepada:

1. Guru

Sedapat mungkin guru perlu memilih metode atau model pembelajaran

yang dapat menstimuli siswa agar senang belajar. Dengan demikian proses

pembelajaran akan berlangsung secara kondusif dan menyenangkan, yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sekolah

Pihak sekolah perlu melakukan pembinaan secara intensif dengan me-

manfaatkan wadah pembinaan yang ada di sekolah dalam rangka pening-

katan kualitas profesionalisme guru di lingkungan sekolahnya.

Page 30: Pkp wd rosmia ut

30

3. Pengawas SD

Pengawas SD perlu melakukan pembinaan terhadap guru-guru yang

ada dalam wilayah kerjanya, dengan memanfaatkan guru-guru yang memi-

liki kemampuan dan menguasai model-model pembelajaran, sehingga kua-

litas pengelolaan proses pembelajaran di sekolah semakin berkualitas.

Page 31: Pkp wd rosmia ut

31

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Tim PGSM

Asma, Nur, 2006,Model pembelajaran Koperatif, Jakarta: Depdiknas

Ebbut, 1985, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Pustaka Pelajar

Ibrahim Muslim, 2000, Pembelajaran Koperatif, Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Ismail, 2002, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Mudjiono dan Dimiati, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Bumi Aksara.

Muquiin, Abdullah, 2000, Pembelajaran Koperatif, Surabaya: Pusat Sains dan

Matematika Program Pascasarjana Unesa

Rianto, dkk., 2006 Pendidikan Kewarganegaraan, Malang: PT Musik Penasa Utama

Sumartono, 2000, Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional

Suparno, 2008, Teknik Pengumpulan Data, Jakarta: PT Gramedia.

Trianto, 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktistik,

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tim Pelatih PGSM, 1990, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem, Bandung: Citra Aitiya Bakti.

Usman, 1993, Teknik-teknik Pengumpulan Data, Jakarta: PT Gramedia.

Page 32: Pkp wd rosmia ut

32