identifikasi konsep dasar fisika tentang gaya dengan kegiatan
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN
YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR SERTA
IMPLEMENTASINYA
Oleh,
Lani Prabawati
NIM : 192009019
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2013
ii
IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN
YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR SERTA
IMPLEMENTASINYA
Oleh,
Lani Prabawati
NIM : 192009019
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disetujui oleh,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc Diane Noviandini, S.Pd
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dra. Marmi Sudarmi, M. Si. Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Lani Prabawati
NIM : 192009019
Program Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas : Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, Judul :
IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN
YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR SERTA
IMPLEMENTASINYA
Yang dibimbing oleh:
1. Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc
2. Diane Noviandini, S.Pd
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau gambar serta simbol yang saya aku seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa
memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 27 Juni 2013
Yang memberi pernyataan,
Lani Prabawati
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Lani Prabawati
NIM : 192009019
Program Sutdi : Pendidikan Fisika
Fakultas : Sains dan Matematika
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak
Bebas Royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty free right ) atas karya ilmiah saya berjudul:
IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN
YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR SERTA
IMPLEMENTASINYA beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 27 Juni 2013
Yang menyatakan,
Lani Prabawati
Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc Diane Noviandini, S.Pd
v
Kata Pengantar
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat yang telah
memberikan berkatNya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik. Tidak lupa
melalui kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Sains dan Matematika, Bapak Surya Satriya Trihandaru.
2. Pak Ferdi S. Rondonuwu selaku pembimbing utama. Terima kasih atas bimbingan, dan
nasehat yang telah diberikan. Semoga Pak Ferdy dan keluarga senantiasa diberkati Tuhan.
3. Bu Diane Noviandini selaku pembimbing pendamping. Terima kasih atas waktu, nasehat,
bimbingan dan segala sesuatu yang telah diberikan selama ini, semoga Bu Diane dan
keluarga senantiasa ada dalam limpahan kasih Tuhan.
4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FSM yang sudah mengajari dan mendidik
saya, Ibu Marmi (Ibu Kaprogdi yang selalu memberi inspirasi), Pak Adita, Pak Kris, Ibu
Shanti, Pak Ferdy, Ibu Diane, Pak Liek Wilardjo, Pak Aji, Ibu Debora dan Pak Alva serta
seluruh dosen FSM baik dari Progdi Matematika dan Kimia, terima kasih banyak, semoga
selalu diberi kemudahan dalam segala hal. Amien.
5. Ayah dan Ibu tercinta. Terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan segalanya yang
telah diberikan selama ini.
6. My lovely sister, mbak Lina Septiana yang selalu memberi masukan dan senantiasa
menjadi inspirasi.
7. Keponakanku tercinta, Joyce Victory Gabriela yang selalu membawa keceriaan
8. Kakak sepupu tercinta, mbak Charitas Fibriani, terima kasih sudah meluangkan waktu
untuk mencari bantuan ^.^
9. Laboran Fisika yang selalu membantu dan mendengarkan curhat saat situasi mendesak
(hehehe) Mas Tri, Mas Sigit, Pak Tafip, semoga senantisa ada dalam limpahan kasih Tuhan.
10. Untuk sahabat- sahabatku tercinta wikan, miyati, yulias, aldo terima kasih atas waktu,
dukungan dan semangat yang sudah diberikan selama ini.
11. Teman- teman kampus tercinta, ayuk, nimang, natalis, candra, riana, tyo, dwi, pina, vina,
mas feri, dan lain-lain yang tak dapat disebut satu persatu, terima kasih atas keceriaan dan
kebersamaannnya selama ini.
12. Teman – teman kost tercinta kak mei, grace, echa, cicik yang selalu bisa membuat tertawa
di saat jenuh dan lelah.
13. Pihak lain yang mendukung dibuatnya tugas akhir ini.
Tugas akhir yang dibuat ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan ke depan.
Salatiga, 27 Juni 2013
Penulis
vi
PERSEMBAHAN
For my Savior Jesus Christ ….. thanks for everything
You give me best parents,
best family,
best friends,
best everything in my life
and, without YOU I’m nothing
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”
Filipi 4 : 13
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam
Kristus Yesus. Dimuliakanlah Allah Bapa kita selama-lamanya! Amin”
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................................ iii
LEMBAR HAK BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN..................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
1.2. Dasar Teori .................................................................................................. 1
1.3. Daftar Pustaka ............................................................................................. 2
BAB 2. IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG
SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR ............................................................. 4
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
II. METODE PENELITIAN .................................................................................. 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 6
IV. KESIMPULAN ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12
BAB 3. IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA
DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR .................. 13
V. PENDAHULUAN ........................................................................................... 14
VI. METODOLOGI .............................................................................................. 15
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 15
VIII. KESIMPULAN ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
BAB 4. KESIMPULAN ........................................................................................................ …20
8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran konsep fisika melalui pengalaman yang nyata akan lebih mudah dipelajari siswa
SD karena perkembangan intelektual anak dan emosinya dipengaruhi langsung oleh
keterlibatan secara fisik dan mental serta lingkungannya dan tentunya akan mempermudah
siswa berpikir secara logis [1].Untuk itu pada kurikulum 2013, pembelajaran pada tingkat dasar
lebih ditekankan pada pembelajaran kontekstual.Banyak pengalaman atau kejadian yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran, namun belum semua guru menyadari bahwa banyak
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan fisika yang dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran.Padahal guru harus kompeten, tidak hanya dalam pengetahuan tentang
isi ilmu pengetahuan, melainkan juga dalam pemahaman tentang bagaimana anak-anak
belajar.Apa saja yang siswa sudah tahu dan berapa banyak lagi yang mereka butuhkan untuk
belajar [2].Untuk dapat digunakan dalam pembelajaran, pengalaman atau kejadian perlu
diidentifikasi terlebih dahulu, supaya keterkaitan konsep yang didapatkan menjadi lebih jelas.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan identifikasi kegiatan yang sering dijumpai siswa sekolah
dasardan keterkaitannya dengan konsep dasar fisika tentang gaya. Sehingga diharapkan
nantinya dapat dijadikan sumber belajar guru dalam persiapan pembelajaran kontekstual.
Hasil identifikasi dibuat dalam bentuk video, dan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan
video tersebut, perlu adanya implementasi. Sehingga, selain mendapatkan hasil identifikasi,
penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan video, kekurangan dan
kelebihan video yang sudah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan dalam
pembuatan video selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu acuan guru dalam
merancang pembelajaran kontekstual.
1.2. Dasar Teori
Teori Perkembangan Kognitif
Kemampuan berpikir anak sekolah dasar menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir
operasional konkret.Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis
dengan sifat reversibilitas dan kekekalan, berpikir secara menyeluruh, mulai membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab-akibat.Namun, pemikiran anak masih terbatas pada benda-
benda yang konkret atau aktivitas-aktivitas yang nyata.pemikiran tersebut belum dapat
diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Dengan demikian, anak usia SD
memiliki kecenderungan belajar dengan ciri-ciri :
Konkret yaitu belajar melalui hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan
diotak-atik serta ditekankan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sebab
siswa dihadapkan pada peristiwa sebenarnya sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan
lebih bermakna.
Integratif atau holistik yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan,
mereka mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, cara berpikir anak
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
9
Hierarkis yaitu memandang belajar yang berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Kemampuan mengingat
Dwyer (1978) mengatakan bahwa pada umumnya orang mampu mengingat10 % dari apa yang
dibacanya,20% dari apa yang didengarnya,30% dari apa yang dilihatnya,50% dari apa yang
dilihat dan didengarnya.Dari data tersebut, jelas dapat dilihat bahwa gabungan antara indera
penglihatan dan pendengaran merupakan cara yang paling efektif untuk mengingat suatu
peristiwa. Belajar memang sebagian besar merupakan hasil dari kemampuan mengindera
dengan cara melihat dan mendengar sebelum diolah ke dalam struktur kognitif. Indera lainnya
memang mampu melakukan belajar, namun tidak banyak berarti untuk tujuan-tujuan
pengetahuan objektif ilmiah. Dwyer mengatakan lagi tentang belajar melalui indera, kita
belajar1% melalui indera perasa, 1,5% melalui indera peraba,3,5% melalui indera
penciuman,11% melalui indera pendengaran,83% melalui indera penglihatan.Dari data
tersebut nampak bahwa memang indera penglihatanlah yang paling dominan kemudian
disusul indera pendengaran, baru indera lain yang tidak banyak berarti. Dari kedua indera yang
memiliki prosentase terbesar itulah orang banyak mendapat pengetahuan yang diharapkan.
Identifikasi Materi
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur
keilmuan; kedalaman dan keluasan materi; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; alokasi waktu.
Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual
Lima strategi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yang telah disampaikan Center of Occupational Research and Development (CORD) [3] antara lain :
Relating : belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
Experiencing : belajar ditekannkan pada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
Applying : belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan dalam konteks pemanfaatannya
Cooperating : belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya
Transferring : belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru
1.3. Daftar Pustaka
[1]. Darmadjo dan Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Depdikbud
[2].Honiotes J. 2011. Theories of ThematicInstruction.
http://www.ehow.com/info_8552033_theories thematic-instruction.htmlSE
10
[3]. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
[4]. Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.Malang
:Universitas Negeri Malang
11
BAB 2
IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP FISIKA TENTANG GAYA DENGAN
KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR
Abstrak
Pembelajaran konsep fisika melalui pengalaman yang nyata akan lebih mudah dipelajari siswa SD.
Banyak pengalaman siswa di sekitar yang belum digunakan dalam pembelajaran. Untuk bisa digunakan
dalam pembelajaran, pengalaman atau kejadian disekitar perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Paper ini
melaporkan hasil identifikasi kejadian di lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber
pembelajaran konsep dasar fisika serta lokalisir konsep itu sehingga sesuai dengan tingkat berpikir siswa
SD. Langkah yang dilakukan dalam identifikasi adalah dengan merekam terlebih dahulu kejadian yang
sering dijumpai siswa SD ke dalam bentuk video. Dari rekaman video tersebut, berhasil teridentifikasi
konsep dasar fisika tentang gaya, yaitu:pengaruh gaya terhadap benda, macam-macam gaya dan,
aplikasi gaya dalam pesawat sederhana. Hasil identifikasi dalam penelitian ini dapat dijadikan sumber
belajar guru dalam persiapan pembelajaran kontekstual.
Kata kunci : identifikasi, konsep dasar fisika, gaya
12
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran konsep fisika melalui pengalaman yang nyata akan lebih mudah dipelajari siswa
SD karena perkembangan intelektual anak dan emosinya dipengaruhi langsung oleh
keterlibatan secara fisik dan mental serta lingkungannya dan tentunya akan mempermudah
siswa berpikir secara logis. Banyak pengalaman atau kejadian yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, namun belum semua guru menyadari bahwa banyak kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan fisika yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Padahal guru harus kompeten, tidak hanya dalam pengetahuan tentang isi ilmu pengetahuan,
melainkan juga dalam pemahaman tentang bagaimana anak-anak belajar. Apa saja yang siswa
sudah tahu dan berapa banyak lagi yang mereka butuhkan untuk belajar (Honiotes: 2011).
Untuk dapat digunakan dalam pembelajaran, pengalaman atau kejadian perlu diidentifikasi
terlebih dahulu, supaya keterkaitan konsep yang didapatkan menjadi lebih jelas.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan identifikasi keterkaitan konsep dasar fisika tentang gaya
dengan kegitan yang sering dijumpai siswa sekolah dasaryang nantinya dapat dijadikan sumber
belajar guru dalam persiapan pembelajaran kontekstual.
1.1 Teori Perkembangan Kognitif
Kemampuan berpikir anak sekolah dasar menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir
operasional konkret. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis
dengan sifat reversibilitas dan kekekalan, berpikir secara menyeluruh, mulai membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab-akibat. Namun, pemikiran anak masih terbatas pada benda-
benda yang konkret atau aktivitas-aktivitas yang nyata. pemikiran tersebut belum dapat
diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Dengan demikian, anak usia SD
memiliki kecenderungan belajar dengan ciri-ciri :
Konkret yaitu belajar melalui hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan
diotak-atik serta ditekankan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sebab
siswa dihadapkan pada peristiwa sebenarnya sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan
lebih bermakna.
Integratif atau holistik yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan,
mereka mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, cara berpikir anak
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
Hierarkis yaitu memandang belajar yang berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
2.1 Kemampuan mengingat
Dwyer (1978) mengatakan bahwa pada umumnya orang mampu mengingat10 % dari apa yang
dibacanya,20% dari apa yang didengarnya,30% dari apa yang dilihatnya,50% dari apa yang
dilihat dan didengarnya.Dari data tersebut, jelas dapat dilihat bahwa gabungan antara indera
penglihatan dan pendengaran merupakan cara yang paling efektif untuk mengingat suatu
peristiwa. Belajar memang sebagian besar merupakan hasil dari kemampuan mengindera
dengan cara melihat dan mendengar sebelum diolah ke dalam struktur kognitif. Indera lainnya
memang mampu melakukan belajar, namun tidak banyak berarti untuk tujuan-tujuan
pengetahuan objektif ilmiah. Dwyer mengatakan lagi tentang belajar melalui indera, kita
13
belajar1% melalui indera perasa, 1,5% melalui indera peraba,3,5% melalui indera
penciuman,11% melalui indera pendengaran,83% melalui indera penglihatan.Dari data
tersebut nampak bahwa memang indera penglihatanlah yang paling dominan kemudian
disusul indera pendengaran, baru indera lain yang tidak banyak berarti. Dari kedua indera yang
memiliki prosentase terbesar itulah orang banyak mendapat pengetahuan yang diharapkan.
3.1 Identifikasi Materi
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur
keilmuan; kedalaman dan keluasan materi; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; alokasi waktu
II. METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan (observasi). Observasi merupakan
metode pengumpulan data dimana peneliti mengamati dan mencatat informasi sebagaimana
yang mereka saksikan selama penelitian. Dalam tahap ini, berhasil direkam kejadian yang
sering diumpai siswa SD dengan menggunakan kamera, sehingga dihasilkan video.
Setelah tahap observasi selesai, maka dilakukan identifikasi mengenai konsep-konsep Fisika
yang terlibat di dalamnya.Dalam memilih konsep, digunakan suatu metode pengambilan
sampel yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
tidak secara random (acak) tetapi dilakukan berdasarkan pada keinginan peneliti itu
sendiri.Pemilihan konsep dasar tentang gaya didasarkan pada Kompetensi Dasar mata
pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar. Adapun langkah untuk mengidentifikasi adalah dengan
menganalisa setiap adegan dalam video. Video hasil rekaman diolah kembali sedemikian rupa
degan menambahkan deskripsi maupun animasi sehingga hasil akhir video mudah dipahami
dan dapat menjadi sumber belajar bagi guru.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan didapatkan peristiwa yang relevan dan berhasil direkam dalam bentuk
video, yaitu ketika anak-anak bermain mobil-mobilan dan tukang bangunan yang tengah
membangun rumah. Berikut penjelasannya :
Tarikan dan dorongan ketika anak-anak bermain mobil-mobilan dapat diidentifikasi
keterkaitannya dengan konsep dasar fisika tentang gaya, antara lain :
A. Benda Diam dan Benda Bergerak
Benda Diam. Pada mobil mainan yang diam di atas lantai sebenarnya bekerja beberapa gaya,
namun resultan gayanya sama dengan nol (∑F= 0). Gaya- gaya yang bekerja pada benda diam
adalah gaya dorong lantai ke benda atau disebut gaya normal (N) yang arah vektornya ke atas
dan tegak lurus terhadap bidang, selain itu ada juga gaya tarik bumi atau gaya gravitasi bumi
(Fg) yang arahnya selalu menuju ke pusat bumi.
Benda bergerak. Ketika tangan anak mendorong mobil mainan dengan gaya sebesar F, mobil
yang semula diam dapat bergerak maju. Bergeraknya mobil menunjukkan bahwa gaya F lebih
14
besar dari pada gaya gesek (Fges) yang bekerja antara mobil dan lantai, sehingga mobil dapat
bergerak maju, searah dengan arah gaya F. Sehingga peristiwa ini menunjukkan bahwa gaya
dapat menggerakkan benda diam.
Gambar 1. Gaya gravitasi (Fg) yang menuju pusat bumi dan gaya normal (N) yang arahnya ke atas dan
tegak lurus dengan lantai merupakan gaya- gaya yang bekerja pada benda diam
Gambar 2. Mobil mainan di dorong dengan gaya sebesar F dan mengalami gaya gesek sebesar Fges,
sementara gaya normal (N) dan gaya gravitasi bumi (Fg) juga tetap bekerja pada mobil mainan
Ketika anak mendorong mobil yang tengah melaju dengan gaya F, mobil yang semula bergerak
lurus dengan kecepatan V menjadi berubah arahnya menjadi V’. Peristiwa ini menunjukkan
bahwa gaya dapat mengubah arah gerak benda.
Gambar 3. (1)mobil yang bergerak dengan arah V (2)mobil didorong dari samping dengan gaya sebesar
F (3)mobil berubah arah menjadi V’
15
Setelah mobil didorong, mobil tetap bergerak meskipun tangan anak sudah tidak lagi
memberikan gaya pada mobil. Sesuai dengan hukum Newton I bahwa “jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja, benda yang diam akan tetap diam, atau jika benda bergerak, akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan”. Dalam peristiwa ini, mobil yang tengah melaju dengan
kecepatan V lama kelamaan berhenti dengan sendirinya, hal ini menunjukkan adanya resultan
gaya yang arahnya berlawanan dengan arah gerak mobil sehingga menyebabkan mobil
diperlambat dan akhirnya berhenti, yaitu gaya gesek (Fges) yang bekerja antara mobil dan
lantai.
Gambar 4. (1) (2)mobil mainan melaju dengan tetap dipengaruhi oleh gaya gesek antara mobil dan
laintai (Fges) (3)mobil berhenti dengan sendirinya
Pada adegan selanjutnya, terdapat mobil yang tengah bergerak tiba- tiba terhenti setelah
menabrak plastisin. Hal ini disebabkan karena mobil mendapat gaya dorong sebesar F dari
plastisin. Peristiwa ini menunjukkan bahwa gaya dapat membuat benda bergerak menjadi
diam.
Sesuai dengan hukum Newton III (Faksi = Freaksi), dalam peristiwa ini mobil juga memberikan
gaya dorong pada plastisin sebesar F’, dimana besar F = F’. Didapati bahwa dorongan dari
mobil menyebabkan bentuk plastisin berubah. Semula plastisin berbentuk bulat, setelah
tertabrak bentuk bulatan menjadi cekung. Dari peristiwa ini terlihat bahwa gaya dapat
mengubah bentuk benda.
Gambar 5. (1)bentuk plastisin semula (2)mobil menabrak plastisin dengan dorongan sebesar F’ dan
plastisin juga mendorong mobil dengan gaya sebesar F (3)perubahan bentuk plastisin setelah
ditabrak mobil mainan
16
Ketika mobil meluncur melalui bidang miring licin terlihat bahwa benda hanya bergerak searah
sumbu x (searah dengan arah gerak benda), sedangkan resultan gaya dalam sumbu y (tegak
lurus dengan arah gerak benda) sama dengan nol (∑Fy= N- Fg cos θ= 0), sehingga resultan gaya
yang bekerja senilai Fg sin θ (∑F= Fg sin θ).
Adapun gaya gravitasi (Fg) itu sendiri terlihat juga pada adegan berikutnya yaitu ketika mobil
terus meluncur dan jatuh ke lantai. Posisi benda yang berada di permukaan bumi akan selalu
dipengaruhi oleh gaya tarik bumi, sehingga ketika mobil mainan jatuh, laju mobil semakin lama
semakin tinggi. Dari peristiwa ini terlihat bahwa gaya dapat mempengaruhi kelajuan benda
yang bergerak.
Gambar 6a. Resultan gaya yang bekerja pada mobil mainan yang tengah meluncur melalui bidang
miring senilai Fg sinθ
Gambar 6b. Mobil jatuh karena dipengaruhi gaya gravitasi bumi (Fg)
Jika ditinjau dengan persamaan W= F x s, ketika mobil didorong ke atas menggunakan bidang
miring sepanjang p dengan gaya sebesar F, maka anak melakukan usaha sebesar F x p.
Sedangkan jika mobil mainan diangkat langsung secara tegak lurus tanpa menggunakan bidang
miring ke atas, maka usaha yang dilakukan adalah Fg x t.
Bidang miring merupakan salah satu bentuk pesawat sederhana. Pesawat sederhana tidak
menghasilkan usaha, dengan kata lain pesawat sederhana tidak melakukan usaha melebihi
usaha yang anak lakukan untuk mendorong mobil mainan sepanjang bidang miring. Bidang
miring dalam peristiwa ini licin, sehingga tidak memiliki gaya gesek, maka besar usaha yang
dilakukan anak sama dengan besar usaha yang harus dilakukan untuk mengangkat mobil tanpa
17
bantuan bidang miring, sehingga dapat di tulis : F x p= Fg x t. Dari persamaan tersebut, terlihat
bahwa usaha yang dilakukan anak ketika menggunakan bidang miring maupun tidak adalah
sama, hanya saja ketika menggunakan bidang miring, gaya yang dilakukan lebih kecil dan jarak
tempuhnya lebih jauh. Sebaliknya, ketika tanpa bantuan bidang miring, gaya yang dilakukan
lebih besar, namun jarak tempunya lebih pendek.
Gambar 7. (1)mobil mainan diangkat setinggi t tanpa bantuan bidang miring (2)mobil mainan seberat
Fg di dorong dengan gaya sebesar F dengan bidang miring sejauh P dan setinggi t
B. Pesawat Sederhana
Tarikan dan dorongan yang dilakukan tukang bangunan dalam membangun rumah dapat
diidentifikasi keterkaitannya dengan konsep dasar fisika, antara lain:
Prinsip Tuas. Ketika tukang mencabut paku dengan gaya Fb menggunakan linggis, tukang
menekan titik kuasa dengan gaya Fk ke arah bawah dan batang lingis dapat berputar melalui
sumbu di titik tumpu sehingga paku bisa dicabut. Diketahui persamaan usaha W=F x s.
Dimana dalam peristiwa ini kemampuan (usaha) menekan linggis tersebut oleh gaya kuasa
adalah Fk x Lk. Sedangkan oleh gaya berat adalah Fb x Lb. Dan ketika paku dapat dicabut, maka
Fk x Lk= Fb x Lb.
Lengan kuasa lebih panjang dari pada lengan beban (Lk > Lb) sehingga gaya yang dihasilkan
jauh lebih besar dari pada gaya yang dikerjakan. Dengan demikian linggis (pengungkit)
berfungsi untuk melipatgandakan gaya yang dikerjakan, akibatnya lebih mudah untuk
mencabut paku.
Gambar 8. Paku seberat Fb dicabut menggunakan linggis dengan gaya sebesar Fk dimana Fk<Fb
Ketika tukang menggunakan sekop, tukang menggunakan gaya sebesar Fk untuk membawa
beban seberat Fb. Identifikasi peristiwa ini hampir sama dengan ketika tukang menggunakan
linggis. Panjang lengan kuasa lebih panjang dari pada lengan beban sehingga gaya yang
dihasilkan lebih besar dari pada gaya yang dikerjakan, akibatnya sekop akan lebih mudah
18
digunakan untuk mencampur semen. Hanya saja hal yang membedakan dengan peristiwa
mencabut paku titik tumpu yang tidak berada di tengah, melainkan letak titik kuasa yang
berada di antara titik tumpu dan titik beban.
Gambar 9. Beban seberat Fb diangkat dengan gaya sebesar Fk dimana Fk<Fb
Ketika tukang menggunakan katrol tetap untuk mengangkat beban seberat Fb dengan gaya
tarik sebesar Fk. Gaya Fb besarnya sama dengan jumlah gaya yang bekerja pada penggal tali
yang menahan berat beban, maka besar gaya Fk sama dengan gaya Fb. Dari video terlihat
bahwa penggunaan satu katrol tetap dapat mengubah arah gaya kuasa, sehingga
memudahkan pengangkutan benda.
Gambar 10. Beban seberat Fb ditarik menggunakan katrol dengan gaya sebesar Fk dimana Fk= Fb
Ketika tukang membuka tutup botol, tukan menekan ujung batang pembuka botol dengan
gaya sebesar Fk untuk membuka tutup botol seberat Fb. Panjang Lk lebih besar dari Fb, hal ini
menyebabkan gaya Fk lebih kecil dari Fb. Identifikasi peristiwa ini juga hampir sama dengan
peristiwa penggunaan linggis dan penggunaan sekop. Yang membedakan hanyalah letak titik
beban yang berada di antara titik tumpu dan titik kuasa.
Gambar 11. Tutup botol dibuka dengan bantuan alat dengan gaya sebesar Fk dan beban sebesar Fb
dimana Fk<Fb
19
IV. KESIMPULAN
Dari kegiatan yang sering dijumpai siswa SD dapat diidentifikasi beberapa konsep dasar fisika
tentang gaya. Dalam peristiwa permainan mobil mainan dan plastisin terdapat konsep tentang
gaya yaitu : pengaruh gaya terhadap benda, macam- macam gaya dan aplikasi gaya pada
pesawat sederhana jenis bidang miring. Sedangkan pada peristiwa proyek pembangunan
rumah terdapat aplikasi gaya pada pesawat sederhana yaitu tuas dan katrol.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Honiotes J. 2011. Theories of ThematicInstruction.
http://www.ehow.com/info_8552033_theories thematic-instruction.htmlSE
[2]. David, haliday.1992. Fisika. Jakarta : Erlangga
[3]. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
[4]. Setiamihardja,Realin. 2009. Pendekatan Tematik di Kelas 1 Sekolah Dasar. Cibiru:PGSD UPI
[5]. Yuh-Tyng Chen. 2012. The Effect of Thematic Video-Based Instruction on Learning and
Motivation in E-Learning. Tainan:Departement of Information Management, Tainan
University of Tecnology
[6]. Yusup, Pawit M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset
[7]. Murdaningsih, Hewi. Triatmanto. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat
Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional
20
BAB 3
IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI
SISWA SEKOLAH DASAR
Abstrak
Pembelajaran konsep dasar fisika tentang gaya melalui pengalaman nyata akan lebih mudah dipelajari siswa SD. Indentifikasi konsep dasar fisika tentang gaya dengan kegiatan yang sering dijumpai siswa SD telah dilakukan dan dibuat dalam bentuk video. Dalam penelitian ini, video hasil identifikasi tersebut digunakan sebagai sumber belajar guru dalam mengajar. Paper ini melaporkan deskripsi mengenai implementasi video hasil identifikasi tersebut. Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) didiskusikandan dilaksanakan ke dalam KBM.Dari hasil wawancara (diskusi) dengan guru dan rekaman KBM yang telah terjadi,diperoleh bahwa video hasil identifikasi dapat menginspirasi guru dalam merancang pembelajaran kontekstual dengan indikator kemampuan menyimpulkan bahwa gaya mempengaruhi gerak dan bentuk benda. Dimana kegiatan yang ada di dalam video dapat langsung diterapkan dalam KBM di kelas. Secara keseluruhan video yang telah dibuat sudah baik namun perlu perbaikan dengan menambahkan beberapa adegan. Untuk kedepannya, jika video yang dibuat akan dijadikan sebagai media pembelajaran bagi siswa, maka video tersebut perlu dibuat sedemikian rupa sehingga adegan yang ditampilkan sesuai untuk siswa, dan uraian deskripsi disisipkan di bagian tertentu dengan menggunakan tombol atau icon khusus sehingga hanya dapat dilihat oleh guru sehingga tidak membingungkan siswa. Hasil pengamatan implementasi dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual.
Kata Kunci : implementasi, identifikasi, kontekstual
21
I. PENDAHULUAN Pembelajaran konsep fisika melalui pengalaman yang nyata akan lebih mudah dipelajari siswa SD, karena perkembangan intelektual anak dan emosinya dipengaruhi langsung oleh keterlibatan secara fisik dan mental serta lingkungannya dan tentunya akan mempermudah siswa berpikir secara logis [1]. Banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan fisika yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.Untuk dapat digunakan dalam pembelajaran, pengalaman atau kejadian perlu diidentifikasi terlebih dahulu supaya keterkaitan konsep yang didapatkan menjadi lebih jelas.Pada penelitian sebelumnya telah dapat diidentifikasi beberapa keterkaitan konsep dasar fisika tentang gaya dengan kegiatan yang sering dijumpai siswa SD dan telah diformat dalam bentuk video. Adapun konsep yang didapat dari hasil identifikasi antara lain pengaruh gaya terhadap benda, macam-macam gaya, dan aplikasi gaya pada pesawat sederhana [2]. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar manfaat video hasil identifikasi tersebut bagi guru khususnya dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta mendeskripsikan implementasi hasil identifikasi tersebut ke dalam pembelajaran sesungguhnya. Sehingga hasil deskripsi implementasi video identifikasi yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai penilaian terhadap video identifikasi yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan dalam pembuatan video selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu acuan guru dalam merancang pembelajaran kontekstual.
Teori Perkembangan Kognitif[1] Kemampuan berpikir anak sekolah dasar menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir operasional konkret. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis dengan sifat reversibilitas dan kekekalan, berpikir secara menyeluruh, mulai membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat. Namun, pemikiran anak masih terbatas pada benda-benda yang konkret atau aktivitas-aktivitas yang nyata. pemikiran tersebut belum dapat diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Dengan demikian, anak usia SD memiliki kecenderungan belajar dengan ciri-ciri :
Konkret yaitu belajar melalui hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik serta ditekankan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sebab siswa dihadapkan pada peristiwa sebenarnya sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan lebih bermakna.
Integratif atau holistik yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, cara berpikir anak deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
Hierarkis yaitu memandang belajar yang berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Kemampuan mengingat[4] Dwyer (1978) mengatakan bahwa pada umumnya orang mampu mengingat10 % dari apa yang dibacanya,20% dari apa yang didengarnya,30% dari apa yang dilihatnya,50% dari apa yang dilihat dan didengarnya.Dari data tersebut, jelas dapat dilihat bahwa gabungan antara indera penglihatan dan pendengaran merupakan cara yang paling efektif untuk mengingat suatu peristiwa. Belajar memang sebagian besar merupakan hasil dari kemampuan mengindera dengan cara melihat dan mendengar sebelum diolah ke dalam struktur kognitif. Indera lainnya memang mampu melakukan belajar, namun tidak banyak berarti untuk tujuan-tujuan pengetahuan objektif ilmiah. Dwyer mengatakan lagi tentang belajar melalui indera, kita belajar1% melalui indera perasa, 1,5% melalui indera peraba,3,5% melalui indera penciuman,11% melalui indera pendengaran,83% melalui indera penglihatan.Dari data
22
tersebut nampak bahwa memang indera penglihatanlah yang paling dominan kemudian disusul indera pendengaran, baru indera lain yang tidak banyak berarti. Dari kedua indera yang memiliki prosentase terbesar itulah orang banyak mendapat pengetahuan yang diharapkan.
Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual[3]
Lima strategi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yang telah disampaikan Center of Occupational Research and Development (CORD) antara lain :
Relating : belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
Experiencing : belajar ditekannkan pada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
Applying : belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan dalam konteks pemanfaatannya
Cooperating : belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya
Transferring : belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Untuk mendeskripsikan implementasi video hasil identifikasi konsep fisika, diperlukan beberapa tahap. Tahap awal adalah pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang guru SD. Pada tahap awal pengumpulan data, video hasil identifikasi konsep fisika diperlihatkan kepada salah satu guru SD kemudian dilakukan wawancara untuk mendapatkan komentar dan masukan dari guru tentang video tersebut. Hasil wawancara tersebut dicatat. Setelah itu, bersama dengan guru tersebut didiskusikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan salah satu standar kompetensi SD. Kemudian, RPP dilaksanakan ke dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sesungguhnya. Pada saat KBM berlangsung, dilakukan observasi dengan cara merekam menggunakan kamera. Adapun tujuan dari observasi KBM adalah untuk melihat kesesuian atau keterkaitan KBM dengan video hasil identifikasi yang telah dibuat.Tahap berikutnya, dari data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan bagaimana pemanfaatan video hasil identifikasi yang telah dibuat, apa kekurangan video, dan bagaimana bentuk video yang lebih baik untuk dapat diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Tanggapan Guru
Sampel dalam penelitian ini adalah seorang guru SD kelas IV sebuah sekolah di kota Wonosobo. Adapun komentar dan masukan dari guru tersebut saat melihat video hasil identifikasi keterkaitan konsep fisika dengan kegiatan yang sering dijumpai siswa SD antara lain:
Guru merasa tertarik untuk menerapkan hasil identifikasi ke dalam pembelajaran
Konsep yang dideskripsikan dalam video cukup jelas
Disayangkan karena video tersebut tidak bisa langsung digunakan sebagai media pembelajaran karena ada beberapa istilah yang masih asing bagi siswa SD, seperti
23
arah vector gaya, lambang penulisan besaran fisika yang memang belum diajarkan pada tingkat SD.
Dalam video tersebut tidak dihasilkan suara, dan guru tersebut memberi masukan bahwa akan lebih baik bila deskripsi dalam video tersebut dijelaskan juga dengan suara.
Dari tanggapan guru tersebut, secara garis besar, video yang dibuat telah dapat menginspirasi guru untuk merancang pembelajaran dengan metode kontekstual. Hanya saja guru sangat berharap bahwa video yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai media pembelajaran secara langsung, hal ini terlihat dari pernyataan guru tersebut yang mengatakan bahwa masih ada beberapa istilah yang masih asing bagi anak SD. Sedangkan menurut peneliti sendiri hal ini sangat wajar karena video yang dibuat memang dirancang khusus untuk guru, tidak dirancang untuk siswa SD. Kemudian mengenai suara dalam video memang sengaja tidak digunakan,dan diganti dengan keterangan tulisan yang ditambahkan langsung ke dalam video karena peneliti berpikir ini akan lebih praktis untuk dipelajari guru dimanapun tanpa harus menggunakan speaker. Namun hal ini juga bisa menjadi masukan untuk perbaikan pembuatan video selanjutnya.
Dari hasil pengamatan video, guru membuat rancangan pelaksanaan pembelajarn (RPP) yang sesuai dengan standar kompetensi yang ada di SD. Adapun indikator yang digunakan adalah kemampuan menyimpulkan bahwa gaya mempengaruhi gerak dan bentuk benda melalui percobaan.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Adapun proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru bertanya pada siswa “benda- benda apa saja yang ada di ruang kelas ini?” “dimana letaknya? ”, hampir semua siswa tampak aktif dalam menjawab pertanyaan. Kemudian guru bertanya kembali “jika meja guru didorong ke samping, bagaimana letak posisinya?” kemudian guru menggeser meja guru dan tampak bahwa meja guru berpindah posisi dari samping tepat ke tengah. Guru menginformasikan ke siswa bahwa dorongan atau tarikan yang dilakukan terhadap benda disebut dengan gaya. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan yang merupakan rumusan masalah kepada siswa mengenai bagaimana pengaruh gaya terhadap benda. Dari kegiatan yang dirancang oleh guru, dapat dilihat bahwa adegan dalam video tidak diaplikasikan langsung pada kegiatan awal, namun konsep dasar dalam video tetap diterapkan.
Kegiatan inti Dalam kegiatan ini, guru membagi kelas menjadi lima kelompok untuk melakukan percobaan. Masing-masing kelompok diberi mobil mainan, plastisin, dan lembar hasil pengamatan. Kemudian guru memberi instruksi dengan jelas apa yang harus dilakukan masing- masing kelompok dan apa yang harus diamati, kemudian hasil pengamatan ditulis ke dalam tabel pengamatan yang sudah disediakan oleh guru. Adapun instruksi dan pengamatan yang harus dilakukan siswa adalah sebagai berikut :
Setiap kelompok harus meletakkan mobil mainan di atas meja dan mendorong mobil tersebut dari belakang. Dari sini diamati apa yang terjadi ketika mobil mainan yang semula diam didorong oleh tangan.
24
Ketika mobil tengah melaju, siswa diinstruksikan untuk mendorong atau memukul mobil dari samping dengan tangan. Dari sini diamati apa yang terjadi ketika mobil yang tengah melaju lurus ke depan kemudian didorong ke samping, dan bagaimana dengan arah geraknya.
Platisin diletakkan agak jauh di depan mobil mainan, kemudian mobil mainan didorong ke arah plastisin, dari sini diamati apa yang terjadi ketika mobil menabrak plastisin (pengaruhnya terhadap gerak mobil dan bentuk plastisin).
Mobil mainan didorong dan didiamkan beberapa saat hingga berhenti dengan sendirinya sambil tetap diamati. Dari sini dapat dilihat bagaimana pengaruh gaya gesek antara lantai dan mobil terhadap gerakan mobil.
Platisin dilempar keatas, kemudian mobil juga dilempar vertikal ke atas. Dari sini dapat dilihat bagaimana pengaruh gaya gravitasi bumi terhadap benda-benda di atas permukaan bumi.
Dari kegiatan percobaan tersebut dapat dilihat bahwa adegan dalam video hampir diterapkan seluruhnya kedalam kegiatan inti. Kecuali percobaan terakhir yaitu kegiatan plastisin dan mobil-mobilan dilempar ke atas, dimana itu merupakan tambahan dari guru sendiri. Kegiatan tambahan dari guru tersebut dapat menjadi masukan terhadap video yang dibuat mengingat dalam video sudah ada anak yang bermain plastisin dan mobil-mobilan, hanya saja kejadian saat anak bermain dengan melempar dan membentuk-bentuk plastisin tidak direkam dan dianalisa. Kegiatan ini dapat menjadi tambahan tentang bagaimana pengaruh gaya gravitasi bumi dan contoh kejadian bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda.
Kegiatan Akhir Setelah semua kelompok selesai melakukan percoban dan menulis hasil pengamatan. Setiap kelompok diwajibkan untuk mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas, kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru kembali menjelaskan konsep gaya dengan memutar video hasil identifikasi. Ketika video mulai diputar, siswa nampak tertarik dan memusatkan perhatiannya pada video. Pada proses ini, guru memutar video dengan sesekali ditekan tombol pause sambil melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menjelaskansetiap adegan yang terjadi. Adapun hal-hal yang disampaikan terkait dengan video tersebut antara lain :
Guru kembali mengingatkan bahwa gaya dapat berupa tarikan dan dorongan. Kemudian melalui video, guru memperlihatkan adegan dua orang anak yang sedang bermain mobil-mobilan dan plastisin.
Ketika video yang diputar menunjukkan mobil yang diam, guru hanya menanyakan pada siswa bagaimana posisi mobil tersebut, dan siswa menjawab dengan jelas bahwa mobil tersebut diam. Guru tidak menjelaskan uraian vektor gaya apa saja yang bekerja pada benda diam seperti yang terdapat pada video. Bagi guru, penguraian gaya dirasa cukup sulit dipahami siswa SD, lagi pula itu bukan merupakan tujuan indikator pembelajaran.
Pada saat video yang diputar menunjukkan mobil didorong oleh tangan, guru menekan tombol pause lalu bertanya pada siswa apa yang terjadi pada mobil setelah di dorong. Pertanyaan guru tersebut dijawab bersahutan oleh siswa bahwa mobil akan bergerak setelah didorong. Dari sini dijelaskan oleh guru pengaruh gaya terhadap benda bahwa gaya dapat membuat benda diam menjadi bergerak.
Saat video menunjukkan adegan mobil yang tengah melaju tiba-tiba didorong dari samping oleh tangan. Guru kembali menekan tombol pause dan bertanya pada
25
siswa tentang apa yang akan terjadi setelah mobil didorong dari samping ketika mobil melaju lurus ke depan, siswa menjawab bahwa mobil akan berubah arah. Dari sini dijelaskan kembali oleh guru bahwa gaya dapat membuat benda yang bergerak berubah arah.
Ketika video menunjukkan pergerakan mobil yang dipengaruhi gaya gesek, guru menjelaskan bahwa gesekan terjadi antara ban mobil dan lantai, sehingga mobil yang tengah melaju lama-kelamaan akan melambat dan berhenti dengan sendirinya karena pengaruh gaya gesek tersebut. Dari sini dijelaskan oleh guru bahwa gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.
Ketika video yang diputar menunjukkan adegan mobil yang menabrak plastisin. Guru bertanya pada siswa tentang apa yang terjadi. Siswa menjawab bahwa mobil berhenti. Kemudian dijelaskan oleh guru bahwa mobil yang semula bergerak menjadi diam setelah menabrak plastisin, dan bentuk plastisin yang semula bulat menjadi cekung setelah ditabrak mobil. Dijelaskan oleh guru bahwa selain pengaruhnya terhadap gerak, peristiwa ini menjelaskan bahwa gaya juga dapat mengubah bentuk benda.
Pada saat video menunjukkan adegan mobil yang terjatuh akibat pengaruh gaya gravitasi bumi, dijelaskan oleh guru bahwa semua benda yang ada dipermukaan bumi dipengaruhi oleh gaya tarik yang selalu menuju pusat bumi.
Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru mengajak siswa untuk bersama-sama mengambil kesimpulan bahwa gaya mempengaruhi gerak dan bentuk benda.
Dari uraian penjelasan guru saat video ditunjukkan pada siswa, terlihat bahwa guru hanya menonjolkan kejelasan adegan sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan siswa tanpa menjelaskan uraian deskripsi yang ada di video. Setelah berhasil menarik kesimpulan, guru memberikan latihan soal sebagai evaluasi. Adapun soal evaluasi yang dibuat oleh guru tersebut sangat terkait dengan hasil percobaan yang telah dilakukan siswa. Sehingga dari nilai setiap soal yang dikerjakan, dapat langsung dilihat pemahaman siswa tersebut mengenai materi yang telah disampaikan. Ada lima soal yang dibuat guru sebagai bahan evaluasi. Adapun hasil evaluasi dari 19 siswa, terdapat 14 siswa yang mendapat nilai 100. Jika ditinjau dari hasil evaluasi tersebut maka dapat diartikan bahwa materi yang disampaikan guru melalui proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa. Dari kegiatan akhir yang dilakukan guru, dapat dilihat bahwa pemanfaatan video hasil identifikasi digunakan secara langsung yaitu dengan menggunakannyasebagai media pembelajaran, guru berpendapat bahwa hal ini dirasa perlu supaya siswa mendapat gambaran jelas tentang apa yang telah mereka lakukan. Sehingga materi dapat diterima seluruhnya. Namun waktu berlangsungnya KBM menjadi lebih lama. Sedangkan menurut pendapat peneliti sendiri, kegiatan atau adegan dalam video yang berhubungan dengan pengaruh gaya terhadap benda itu sangat sederhana, terlebih lagi alat-alat yang digunakan sebagai alat percobaan yaitu mobil mainan dan plastisin sudah dipakai siswa di dalam kelas, sehingga dalam menarik kesimpulan, guru dapat langsung memperagakan adegan di depan kelas tanpa harus memutar video. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Kecuali jika alat-alat yang terdapat dalam video tidak dapat diaplikasikan langsung di kelas.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa guru bisa memperoleh inspirasi dari video yang telah dibuat, serta dapat memanfaatkan beberapa adegan video untuk diterapkan ke dalam praktikum di kelas. Selain itu guru memanfaatkan video lebih lagi sebagai media pembelajaran langsung di kelas. Namun tidak semua video diperlihatkan ke siswa, hanya bagian tentang pengaruh gaya terhadap benda saja yang
26
diperlihatkan, mengingat indikator yang dibuat hanya sebatas tentang pengaruh gaya terhadap benda saja.
IV. KESIMPULAN Video hasil identifikasi keterkaitan konsep fisika tentang gaya dengan kegiatan yang sering dijumpai siswa SD dapat menginspirasi guru dalam merancang pembelajaran kontekstual dan penerapannya di kelas. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa video hasil identifikasi sudah baik namun perlu perbaikan dengan menambahkan beberapa adegan, khususnya adegan permainan plastisin yang menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda. Untuk kedepannya, jika video yang dibuat akan dijadikan sebagai media pembelajaran bagi siswa, maka video tersebut perlu dibuat sedemikian rupa sehingga adegan yang ditampilkan sesuai untuk siswa, dan uraian deskripsi disisipkan di bagian tertentu dengan menggunakan tombol atau icon khusus sehingga hanya dapat dilihat oleh guru sehingga tidak membingungkan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Darmadjo dan Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Depdikbud [2] Prabawati, lani. 2013. Identifikasi Keterkaitan Konsep Dasar Fisika tentang Gaya dengan
Kegiatan yang Sering Dijumpai Siswa SD. Semarang: Prosiding Semnas IKIP [3] Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang :
Universitas Negeri Malang [4] Yuh-Tyng Chen. 2012. The Effect of Thematic Video-Based Instruction on Learning and
Motivation in E-Learning. Tainan:Departement of Information Management, Tainan
University ofTecnology
27
BAB 4
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang sering dijumpai siswa SD dapat diidentifikasi beberapa konsep dasar fisika
tentang gaya. Dalam peristiwa permainan mobil mainan dan plastisin terdapat konsep tentang
gaya yaitu : pengaruh gaya terhadap benda, macam- macam gaya dan aplikasi gaya pada
pesawat sederhana jenis bidang miring. Sedangkan pada peristiwa proyek pembangunan
rumah terdapat aplikasi gaya pada pesawat sederhana yaitu tuas dan katrol.Hasil identifikasi
yang dibuat dalam bentuk video dapat menginspirasi guru dalam merancang pembelajaran
kontekstual dan penerapannya di kelas.Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa video hasil
identifikasi sudah baik namun perlu perbaikan dengan menambahkan beberapa adegan. Untuk
kedepannya, jika video yang dibuat akan dijadikan sebagai media pembelajaran bagi siswa,
maka video tersebut perlu dibuat sedemikian rupa sehingga adegan yang ditampilkan sesuai
untuk siswa, dan uraian deskripsi disisipkan di bagian tertentu dengan menggunakan tombol
atau icon khusus sehingga hanya dapat dilihat oleh guru sehingga tidak membingungkan siswa