identifikasi keterkaitan hinterland dengan pusat...

8
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 073 Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota Linda Dwi Rohmadiani, A.A.G. Agung Ramayadnya Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Abstrak Wilayah perbatasan Kabupaten Gresik yang menjadi penerima gejala (trickling down effect) dari pengembangan permukiman dan mendapat pengaruh spill over kegiatan ekonomi industri wilayah Surabaya, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian tentang interaksi wilayah hinterland atau perbatasan dengan pusat kota. Wilayah penelitian adalah Kecamatan Driyorejo salah satu wilayah perbatasan Kabupaten Gresik – Kota Surabaya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pola interaksi kewilayahan Kecamatan Driyorejo dengan Kota Gresik berdasarkan aspek pelayanan ekonomi dan sosial yang digambarkan ke dalam peta desire line. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis persentase. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan kuisioner pada kepala keluarga. Hasil penelitian menunjukkan Kecamatan Driyorejo berinteraksi dengan Kota Gresik hanya di bidang administrasi atau politik (pengurusan KTP, KSK, Akte Kelahiran, SIM dan lain-lain) sedangkan bidang sosial dan ekonomi interaksi terbanyak dengan Kabupaten Sidoarjo yaitu Kecamatan Sepanjang, Taman dan Krian. Kondisi ini disebabkan karena jarak tempuh Kecamatan Driyorejo - Kabupaten Sidoarjo relatif dekat yaitu sekitar 10-15 menit dan terlayani lyn angkutan HG. Kata Kunci: Hinterland, Keterkaitan, Pusat Kota Pengantar Perkembangan aktivitas ekonomi pada su- atu kota akan mengakibatkan kota tersebut menjadi semakin ramai dan terlalu padat (Khadiyanto, 2005 dalam Nilayanti, 2012). Kondisi ini menimbulkan terjadinya feno- mena urban sprawl yang mengakibatkan pertumbuhan fisik kota meluas hingga ke wilayah di sekitar pinggiran kota yang biasanya merupakan wilayah penyangga kota tersebut. Fenomena urban sprawl yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah Kota Surabaya (Hadi, 2009 dalam Nilayanti, 2012). Kepadatan dan keter- batasan lahan di pusat Kota Surabaya men- dorong perkembangan aktivitas ekonomi ke arah pinggiran kota dan meluas hingga wilayah-wilayah penyangganya, salah satu- nya adalah Kabupaten Gresik. Sebagai wi- layah penyangga, Kabupaten Gresik me- nyediakan lahan alternatif untuk menam- pung perluasan kawasan industri dan per- mukiman di pinggiran Kota Surabaya. Salah satu wilayah di Kabupaten Gresik yang menampung perluasan Kota Surabaya ada- lah Kecamatan Driyorejo yang terletak pada bagian Selatan Kabupaten Gresik. Keca- matan Driyorejo juga berfungsi sebagai wi- layah alternatif untuk pengembangan akti- vitas industri dan permukiman di Kabupaten Gresik akibat kejenuhan lahan yang mulai terjadi di pusat kota Gresik. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Ta- hun 2010-2030, Ibukota Kecamatan Driyo- rejo direncanakan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan 4 Pusat Pelayanan Lokal (PPL) yaitu PPL Bambe, PPL Krikilan, PPL Sumput, dan PPL Karangandong. Selain

Upload: trinhkhue

Post on 07-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 073

Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota

Linda Dwi Rohmadiani, A.A.G. Agung Ramayadnya

Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstrak

Wilayah perbatasan Kabupaten Gresik yang menjadi penerima gejala (trickling down effect)

dari pengembangan permukiman dan mendapat pengaruh spill over kegiatan ekonomi

industri wilayah Surabaya, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian tentang interaksi

wilayah hinterland atau perbatasan dengan pusat kota. Wilayah penelitian adalah Kecamatan

Driyorejo salah satu wilayah perbatasan Kabupaten Gresik – Kota Surabaya. Tujuan

penelitian ini untuk mengidentifikasi pola interaksi kewilayahan Kecamatan Driyorejo dengan

Kota Gresik berdasarkan aspek pelayanan ekonomi dan sosial yang digambarkan ke dalam

peta desire line. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif dengan teknik analisis persentase. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

cara observasi dan kuisioner pada kepala keluarga. Hasil penelitian menunjukkan Kecamatan

Driyorejo berinteraksi dengan Kota Gresik hanya di bidang administrasi atau politik

(pengurusan KTP, KSK, Akte Kelahiran, SIM dan lain-lain) sedangkan bidang sosial dan

ekonomi interaksi terbanyak dengan Kabupaten Sidoarjo yaitu Kecamatan Sepanjang, Taman

dan Krian. Kondisi ini disebabkan karena jarak tempuh Kecamatan Driyorejo - Kabupaten

Sidoarjo relatif dekat yaitu sekitar 10-15 menit dan terlayani lyn angkutan HG.

Kata Kunci: Hinterland, Keterkaitan, Pusat Kota

Pengantar

Perkembangan aktivitas ekonomi pada su-

atu kota akan mengakibatkan kota tersebut

menjadi semakin ramai dan terlalu padat

(Khadiyanto, 2005 dalam Nilayanti, 2012).

Kondisi ini menimbulkan terjadinya feno-

mena urban sprawl yang mengakibatkan

pertumbuhan fisik kota meluas hingga ke

wilayah di sekitar pinggiran kota yang

biasanya merupakan wilayah penyangga

kota tersebut. Fenomena urban sprawl

yang terjadi di Indonesia salah satunya

adalah Kota Surabaya (Hadi, 2009 dalam

Nilayanti, 2012). Kepadatan dan keter-

batasan lahan di pusat Kota Surabaya men-

dorong perkembangan aktivitas ekonomi ke

arah pinggiran kota dan meluas hingga

wilayah-wilayah penyangganya, salah satu-

nya adalah Kabupaten Gresik. Sebagai wi-

layah penyangga, Kabupaten Gresik me-

nyediakan lahan alternatif untuk menam-

pung perluasan kawasan industri dan per-

mukiman di pinggiran Kota Surabaya. Salah

satu wilayah di Kabupaten Gresik yang

menampung perluasan Kota Surabaya ada-

lah Kecamatan Driyorejo yang terletak pada

bagian Selatan Kabupaten Gresik. Keca-

matan Driyorejo juga berfungsi sebagai wi-

layah alternatif untuk pengembangan akti-

vitas industri dan permukiman di Kabupaten

Gresik akibat kejenuhan lahan yang mulai

terjadi di pusat kota Gresik.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Gresik No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Ta-

hun 2010-2030, Ibukota Kecamatan Driyo-

rejo direncanakan sebagai Pusat Pelayanan

Kawasan (PPK) dan 4 Pusat Pelayanan

Lokal (PPL) yaitu PPL Bambe, PPL Krikilan,

PPL Sumput, dan PPL Karangandong. Selain

Page 2: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota

E 074 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

itu Kecamatan Driyorejo juga direncanakan

sebagai ermukiman perkotaan pada ka-

wasan yang terpengaruh perkembangan

Kota Surabaya. Kecamatan Driyorejo me-

miliki luas wilayah sebesar 51,29 km2

dengan kepadatan penduduk rata-rata se-

besar 2.123 jiwa/km2. Secara administrasi

wilayah kecamatan terbagi menjadi 16

desa, dengan desa terluas adalah Desa

Randegansari. Jenis mata pencaharian pen-

duduk mayoritas sektor industri, karena wi-

layah tersebut diarahkan peruntukkan la-

hannya sebagai kawasan industri dan per-

mukiman.

Berdasarkan hasil penelitian Nilayanti

(2012), perkembangan kota di Kecamatan

Driyorejo dari tahun 2004 – 2011 lebih

banyak dipengaruhi oleh Kota Surabaya

yang berperan sebagai pusat kegiatan bagi

wilayah ini dibandingkan pengaruh dari

pusat kota Gresik. Hal itu dapat dilihat dari

kecenderungan perubahan pola penggu-

naan lahan dan jaringan jalan yang terjadi

pada kecamatan yang berbatasan dengan

Kota Surabaya, yaitu Kecamatan Driyorejo

dan Kecamatan Menganti. Ketersediaan

fasilitas yang lebih memadai, baik dari segi

kualitas maupun kuantitas, menjadikan

perkembangan kotanya tertarik ke wilayah

yang dekat dengan Kota Surabaya. Selain

itu, Kabupaten Sidoarjo juga ikut mem-

pengaruhi, namun pengaruh perkem-

bangannya tidak terlalu besar karena ada-

nya limitasi geografi berupa sungai, yaitu

Sungai Kalimas, yang mengakibatkan ku-

rangnya akses dari dan menuju kabupaten

tersebut. Berdasarkan penelitian Kasikoen

(2011), keterkaitan wilayah juga dipe-

ngaruhi oleh ketersediaan prasarana trans-

portasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengiden-

tifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat

Kota berdasarkan keterkaitan ekonomi dan

sosial.

Metode Penelitian tentang Keterkaitan Hinterland

dengan pusat kota merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan

data menggunakan teknik observasi dan

kuisioner untuk mengetahui keterkaitan pe-

layanan pendidikan, kesehatan dan eko-

nomi. Sasaran kuisioner adalah kepala ke-

luarga yang menetap di wilayah penelitian

dengan jumlah sampel 203 KK derajat

kesalahan 7%. Teknik sampling yang digu-

nakan adalah proportional random sam-

pling, karena sampel dibagi secara propor-

sional di 16 desa. Metode analisis yang

digunakan dalam menganalisis identifikasi

pola interaksi kewilayahan dari keterkaitan

ekonomi dan sosial adalah deskriptif kuali-

tatif dengan teknik persentase. Variabel ke-

terkaitan ekonomi yaitu pola aliran barang

pertanian dan non pertanian, kebutuhan

sehari-hari, sandang, barang elektronik, be-

lanja saat istimewa dan aliran tenaga kerja.

Variabel keterkaitan sosial yaitu sarana pen-

didikan mulai Taman Kanak-kanak – Pergu-

ruan Tinggi dan sarana kesehatan mulai

puskesmas, apotek dan rumah sakit.

Analisis dan Interpretasi

Keterkaitan Ekonomi Pola Aliran Barang Pertanian dan Non

Pertanian

Keterkaitan ekonomi adalah adanya hu-

bungan timbal balik yang kuat antar kedua

wilayah yang antara lain diindikasikan

dengan adanya aliran komoditas pertanian

dan non pertanian yang mengalir secara

dua arah (Suprapta, 2006). Berdasarkan

hasil kuisioner menunjukkan bahwa asal

barang pertanian sebesar 49% dari dalam

wilayah kecamatan dan 51% berasal dari

luar wilayah kecamatan. Daerah luar wi-

layah penelitian seperti Kota Surabaya

(10%), Kabupaten Sidoarjo (10%), Kota

Gresik (2%), Kabupaten Lamongan dan

sebagainya (29%). Lebih jelas bisa dilihat

pada gambar 1.

Page 3: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Linda Dwi Rohmadiani

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 075

Gambar 1. Desire Line Asal Barang

Pertanian

Komoditas pertanian yang dibudidayakan

masyarakat berupa padi sawah, jagung,

kedelai, kacang tanah, dan ketela pohon.

Barang pertanian yang berasal dari luar

wilayah penelitian seperti sayur-sayuran,

buah dan lain-lain. Pedagang sayur-sayuran

dan buah membeli barang dagangannya

dari Kota Surabaya (Pasar Keputran), Kabu-

paten Sidoarjo (Pasar Sepanjang, Pasar

Krian), lain-lain seperti Kecamatan Mengan-

ti. Tujuan pemasaran barang per-tanian

sebesar 56% untuk memenuhi kebu-tuhan

masyarakat di dalam wilayah pene-litian.

Sisanya 44% dijual pedagang ke luar

wilayah kecamatan menuju Kota Surabaya

(2%), Kabupaten Sidoarjo (12%), Kota

Gresik (2%) dan kota yang lain seperti

Lamongan (12%).

Sedangkan pola aliran barang non per-

tanian berasal dari internal wilayah Keca-

matan Driyorejo sebesar 38% dan lainnya

seperti Kota Surabaya (9%), Kabupaten

Sidoarjo (16%), Kota Gresik (3%) dan kota

lainnya seperti Kabupaten Lamongan

(34%). Tujuan pemasaran 100% untuk me-

menuhi kebutuhan masyarakat di wilayah

kecamatan Driyorejo sendiri.

Gambar 2. Desire Line Barang Non

Pertanian

Pola Konsumsi

Kecamatan Driyorejo terlayani beberapa lyn

angkutan umum yaitu LMJ ( Driyorejo -

Lakarsantri - Manukan Kulon - JMP/Kalimas

Barat PP), JM ( Joyoboyo - Kotabaru

Driyorejo) dan HG (Terminal Krian –

Sidomulyo – Legundi – Krikilan – Driyorejo

– Bambe – Karang pilang – pp). Prasarana

ini mendukung terjadinya pergerakan dari

Kecamatan Driyorejo ke Kabupaten Sidoarjo

dan Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil kuisioner (gambar 3),

mayoritas (97%) masyarakat berbelanja

untuk kebutuhan sehari-hari di sekitar tem-

pat tinggalnya seperti di Pasar Driyorejo,

pasar desa atau penjual sayur atau toko

merancang di sekitar tempat tinggal. Hanya

sekitar 2% yang berbelanja di luar wilayah

kecamatan seperti Pasar Menganti (Kabu-

paten Gresik), Pasar Bunder (Kota Gresik)

dan Pasar Krian (Kabupaten Sidoarjo).

Page 4: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota

E 076 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Gambar 3. Desire Line Belanja Harian

Belanja sandang pada gambar 4 menun-

jukkan 50% masyarakat berbelanja kebu-

tuhan sandang di wilayah penelitian dan

50% belanja di luar wilayah kecamatan.

Lokasi tujuan belanja kebutuhan sandang

adalah Kota Surabaya (contoh: DTC, Mall

Royal Plaza, PGS, Pasar Turi), Kabupaten

Sidoarjo (Ramayana Krian, Pasar Krian dan

Sepanjang), Kota Gresik (Pasar Bunder) dan

lainnya. Tujuan favorit masyarakat ber-be-

lanja untuk memenuhi kebutuhan san-dang

adalah Kabupaten Sidoarjo (30%), hal ini

disebabkan karena jarak antara wilayah pe-

nelitian – wilayah Kabupaten Sidoarjo relatif

dekat.

Gambar 4. Desire Line Belanja Sandang

Belanja bahan bangunan pada gambar 5

menunjukkan bahwa 92% kebutuhan ma-

syarakat sudah terpenuhi toko-toko ba-

ngunan di dalam wilayah penelitian seperti

di Kota Baru Driyorejo, Desa Krikilan, Desa

Bambe dan sebagainya. Sisanya sekitar 8%

dilakukan di kota dan kabupaten sekitar.

Gambar 5. Desire Line Belanja Bahan

Bangunan

Belanja barang elektronik sebesar 58% res-

ponden melakukannya di wilayah keca-

matan, 26% di Kabupaten Sidoarjo (Pasar

Krian) dan 11% dilakukan di wilayah Kota

Surabaya (Hartono Elektronik). Daerah di

wilayah kecamatan yang menjadi lokasi

tujuan belanja barang elektronik yaitu Kota

Baru Driyorejo dan Desa Petiken. Lebih

jelas pada gambar 6.

Belanja saat istimewa seperti hari raya

(gambar 7), banyak dilakukan di sarana

perdagangan internal wilayah Kecamatan

Driyorejo sendiri (seperti Kota Baru Driyo-

rejo) sebesar 44%, Kota Surabaya (seperti

DTC, Mall Royal Plaza, PGS dan Pasar Turi)

sebesar 20% dan Kabupaten Sidoarjo (se-

perti Pasar Krian dan Sepanjang) sebesar

28%. Namun ada juga masyarakat yang

berbelanja kebutuhan lebaran ke Kota Gre-

sik, mengingat di wilayah tersebut terdapat

Page 5: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Linda Dwi Rohmadiani

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 077

beberapa sentra bordir seperti di kawasan

alun-alun Gresik.

Gambar 6. Desire Line Belanja Barang

Elektronik

Gambar 7. Desire Line Belanja Saat

Istimewa

Mobilitas Tenaga Kerja

Lokasi bekerja masyarakat di wilayah pe-

nelitian sebanyak 70% bekerja di wilayah

kecamatan dan 19% bekerja di Kota Sura-

baya. Jenis pekerjaan masyarakat yang lo-

kasinya di internal kecamatan sebagai pe-

gawai pabrik/ buruh pabrik, pedagang,

swasta, wiraswasta dan petani. Petani

tersebar di Desa Randegansari, Tenaru, Ka-

rangandong, dan Tanjungan.

Keterkaitan Sosial

Sarana Pendidikan

Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 96%

kebutuhan masyarakat pendidikan TK di

wilayah penelitian sudah terlayani di desa

masing-masing. Sedangkan pelayanan sa-

rana pendidikan SD/ Sederajat (gambar 8),

84% masyarakat memanfaatkan SD di desa

masing-masing atau dalam lingkup wilayah

penelitian, 5% di Kota Surabaya dan 9% di

wilayah lainnya. Daerah lainnya seperti

daerah Warugunung Surabaya, Kecamatan

Legundi, Kecamatan Menganti dan Keca-

matan Kedamean Kabupaten Gresik.

Gambar 8. Desire Line Pelayanan Sarana

SD

Untuk pelayanan sarana pendidikan SMP/

Sederajat, 62% menyekolahkan anaknya

SMP di wilayah penelitian dan 24% di wila-

yah Kabupaten Sidoarjo (Kecamatan Krian).

Lokasi SMP di Kabupaten Sidoarjo seperti

SMP Sepanjang, SMP Krian. Lebih jelasnya

pada gambar 9.

Hasil kuisioner pada gambar 10 menun-

jukkan bahwa 55% masyarakat meman-

Page 6: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota

E 078 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

faatkan sarana pendidikan SMA di wilayah

penelitian dan 21% di Kabupaten Sidoarjo.

Lokasi SMA di Kabupaten Sidoarjo seperti

STM Sepanjang, SMA Krian, STM Krian, dan

SMK YPM Taman.

Gambar 9. Desire Line Pelayanan Sarana

SMP

Sedangkan untuk perguruan tinggi (gambar

11), hasil kuisioner menunjukkan 73% ma-

syarakat memanfaatkan sarana perguruan

tinggi di Kota Surabaya (seperti UNESA,

UNIPA Surabaya, UINSA, YPM, UNAIR,

Universitas Hang Tuah). Sedangkan 20%

selain Kota Surabaya, Kota Gresik dan

Kabupaten Sidoarjo. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Eppler (2015) bahwa kebanyak-

an pelayanan berada di daerah perkotaan

atau aksesbilitas terdekat sehingga peng-

guna dari pedesaan harus datang.

Sarana Kesehatan

Berdasarkan hasil kuisioner (gambar 12)

menunjukkan bahwa 90% sudah terlayaani

sarana puskesmas di Kecamatan Driyorejo

dan 6% memanfaatkan puskesmas di Kota

Surabaya. Lokasi puskesmas di Kota Sura-

baya antara lain Puskesmas Lidah Kulon,

Lontar, Karangploso, Bangkingan dan Lidah

Wetan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak

penduduk di wilayah penelitian adalah pen-

duduk sementara dengan KTP Kota Sura-

baya, selain itu juga adanya program BPJS

yang menunjuk puskesmas sebagai faskes

tingkat I.

Gambar 10. Desire Line Pelayanan Sarana

SMA

Untuk sarana apotik yang digunakan ma-

syarakat 95% berada di wilayah penelitian

(seperti Kota Baru Driyorejo) sedangkan

5% di luar wilayah penelitian seperti Kota

Surabaya (seperti Kecamatan Tanjung), Ka-

bupaten Sidoarjo (seperti Kecamatan Ta-

man), Kabupaten Gresik (seperti Kecamatan

Menganti dan Kedamean), Kota Gresik dan

kota lainnya. Secara jelas pada gambar 13.

Rumah sakit (gambar 12) yang dimanfaat-

kan masyarakat 35% di wilayah Kecamatan

Driyorejo seperti Klinik Karangandong, Kli-

nik Randegansari, Rumah Sakit Tlapak dan

sebagainya. Rumah sakit di wilayah Kabu-

paten Sidoarjo sebanyak 32% seperti RS

Surya, RS Siti Khodijah, RS Anwar Medika

dan sebagainya. Sedangkan rumah sakit di

Kota Surabaya yang menjadi tujuan masya-

rakat seperti RS Karang-menjangan, RS

Bhakti Medika, RS Mitra Keluarga, RS

Wijaya (Wiyung), RS AL dan sebagainya.

Page 7: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Linda Dwi Rohmadiani

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 079

Gambar 11. Desire Line Pelayanan Sarana

Puskesmas

Gambar 12. Desire Line Pelayanan Sarana

Apotik

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan keterkaitan

Hinterland (Kecamatan Driyorejo) dengan

Pusat Kota Gresik paling banyak dalam

bidang administrasi atau politik seperti

pengurusan KTP, KSK, Akte Kelahiran, SIM

dan lain-lain. Sedangkan keterkaitan bidang

ekonomi dan sosial cenderung dengan Ka-

bupaten Sidoarjo (seperti Kecamatan Krian,

Sepanjang dan Taman) dan Kota Surabaya.

Kondisi ini disebabkan karena jarak tempuh

Kecamatan Driyorejo – Kota Gresik relatif

jauh yaitu sekitar 55 menit ( sekitar 30,89

km) dan juga ketersediaan layanan ang-

kutan.

Gambar 13. Desire Line Pelayanan Sarana

Rumah Sakit

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada

Camat Kecamatan Driyorejo dan Kepala

Desa se-Kecamatan Driyorejo atas du-

kungannya kepada peneliti selama mela-

kukan penelitian serta Kemeristekdikti yang

telah mendanai penelitian ini.

Daftar Pustaka

Bappeda Kabupaten Gresik. (2011). Per-

aturan Daerah Kabupaten Gresik No. 8

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-

2030. Pemerintah Kabupaten Gresik.

Daldjoeni, N. (1992). Geografi Baru Orga-

nisasi Keruangan Dalam Teori dan

Praktek. Bandung: Penerbit PT Alumni.

Eppler, Ulrike. (2015). Urban – Rural Link-

ages and Global Sustainable Land Use.

Berlin: INAS.

Kasikoen, Ken Martina . (2011). Keterkaitan

antar wilayah Studi Kasus: Kabupaten

Page 8: Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kotatemuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-E-073-080-Keterkaitan... · Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan

Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota

E 080 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Cilacap. Jurnal Planesa, 2(2), Hal. 146-

153.

Nilayanti, Vibi Dhika, dll. (2012). Pengaruh

Perkembangan Aktivitas Ekonomi Ter-

hadap Struktur Ruang Kota di SWP III

Kabupaten Gresik. Jurnal Teknik PWK 1

(1), 2012. UNDIP Semarang.

Suprapta. (2006). Ketergantungan Wilayah

Kecamatan Mranggen Terhadap Kota Se-

marang. Tesis Tidak Dipublikasikan. UNDIP

Semarang.